• Tidak ada hasil yang ditemukan

KELAYAKAN INDUSTRI RUMAH TANGGA GULA KELAPA DI DESA HARGOMULYO KECAMATAN KOKAP KABUPATEN KULON PROGO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KELAYAKAN INDUSTRI RUMAH TANGGA GULA KELAPA DI DESA HARGOMULYO KECAMATAN KOKAP KABUPATEN KULON PROGO"

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)

KELAYAKAN INDUSTRI RUMAH TANGGA GULA KELAPA DI DESA HARGOMULYO KECAMATAN KOKAP KABUPATEN KULON PROGO

Disusun oleh: Septi Octaviani

2012 022 0024

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

(2)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta untuk memenuhi sebagian dari persyaratan guna memperoleh Derajar Sarjana Pertanian

Oleh :

SEPTI OCTAVIANI 20120220024

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

(3)

UCAPAN TERIMAKASIH

1. Alhamdulillah, saya ucapkan terimakasih kepada kedua orang tua saya tercinta yang tak henti berdoa untuk saya, memberikan semangat, memperjuangkan saya, segalanya dari kalian yang saya tidak bisa lagi harus bilang apa. Pokoknya nggak pernah lepas doa terbaik juga untuk kalian.

2. Terimakasih untuk misua yang sekarang sudah menjadi juaranya koki eksklusif juga (juara masak di rumah), terimakasih semua pengorbanan, dan perjuanganmu yuaaa bolak balik KP-Jogja kalo ada berkasku ketinggalan.

3. Mas Ryan (Mas kandungku) dan mbak aniq(istrinya si mas) terimakasih juga doa, semangat, saran, nggak pernah bosan bilangin ini itu sama aku. Bang Julian, Mak anak, Mbok (kakak iparku) yang kalo telfon nanyain skripsiku terus.

4. Sahabat seperjuanganku juga terimakasih buat kalian semua.

(4)

Halaman UCAPAN TERIMAKASIH ... 2

KATA PENGANTAR ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR ISI ... 3 DAFTAR TABEL ... 5 INTISARI ... Error! Bookmark not defined. ABSTRACT ... Error! Bookmark not defined. I. PENDAHULUAN ... Error! Bookmark not defined. A.Latar Belakang ... Error! Bookmark not defined. B. Tujuan ... Error! Bookmark not defined. C. Kegunaan penelitian ... Error! Bookmark not defined. II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI ... Error! Bookmark not defined. A. Tinjauan Pustaka ... Error! Bookmark not defined. 1. Industri Rumah Tangga ... Error! Bookmark not defined. 2. Biaya, Penerimaan, Pendapatan, Keuntungan dan KelayakanError! Bookmark not defined.

B. Penelitian Sebelumnya ... Error! Bookmark not defined. C. Kerangka Pemikiran ... Error! Bookmark not defined. D. Hipotesis ... Error! Bookmark not defined. III. METODE PENELITIAN... Error! Bookmark not defined. A. Teknik Pengambilan Sampel ... Error! Bookmark not defined. B. Teknik Pengambilan Data ... Error! Bookmark not defined. C. Asumsi dan Pembatasan Masalah... Error! Bookmark not defined. D. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel . Error! Bookmark not defined. E. Teknik Analisis ... Error! Bookmark not defined. IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN ... Error! Bookmark not defined. A. Letak Geografis ... Error! Bookmark not defined. B. Keadaan Pertanian ... Error! Bookmark not defined. C. Keadaan Penduduk ... Error! Bookmark not defined. D. Pendidikan ... Error! Bookmark not defined. E. Sarana Perekonomian ... Error! Bookmark not defined. V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... Error! Bookmark not defined. A. Identitas Petani ... Error! Bookmark not defined. 1. Jenis Kelamin Pengrajin Gula Kelapa ... Error! Bookmark not defined. 2. Umur Pengrajin Gula Kelapa ... Error! Bookmark not defined. 3. Tingkat Pendidikan ... Error! Bookmark not defined. 4. Pengalaman Usaha ... Error! Bookmark not defined. 5. Identitas Anggota Keluarga Pengrajin ... Error! Bookmark not defined. B. Analisis Biaya Industri Rumah Tangga Gula KelapaError! Bookmark not defined.

(5)

5. Biaya Total ... Error! Bookmark not defined. 6. Penerimaan ... Error! Bookmark not defined. C. Analisis Pendapatan (Net Revenue) dan KeuntunganError! Bookmark not defined.

(6)

Tabel 1. Luas tanam, tanaman yang menghasilkan, dan produksi kelapa di Desa Hargomulyo Kecamatan Kokap Kabupaten Kulon ProgoError! Bookmark not defined.

Tabel 2. Jumlah Produksi Komoditas Hasil Perkebunan di Kabupaten Kulon Progo tahun 2010-2014. ... Error! Bookmark not defined.

Tabel 3. Pola penggunaan lahan Desa Hargomulyo tahun 2016Error! Bookmark not defined. Tabel 4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Desa Hargomulyo Kecamatan Kokap

Kabupaten Kulon Progo ... Error! Bookmark not defined. Tabel 5. Jumlah Sekolah di Desa Hargomulyo ... Error! Bookmark not defined.

Tabel 6. Jumlah pengrajin gula kelapa berdasarkan jenis kelamin di Desa Hargomulyo Kecamatan Kokap Kabupaten Kulon Progo.Error! Bookmark not defined.

Tabel 7. Jumlah pengrajin gula kelapa berdasarkan umur di Desa Hargomulyo Kecamatan Kokap Kabupaten Kulon Progo ... Error! Bookmark not defined.

Tabel 8. Jumlah pengrajin gula kelapa berdasarkan tingkat pendidikan di Desa Hargomulyo Kecamatan Kokap Kabupaten Kulon ProgoError! Bookmark not defined.

Tabel 9. Jumlah pengrajin berdasrkan pengalaman usaha di Desa Hargomulyo Kecamatan Kokap Kabupaten Kulon Progo ... Error! Bookmark not defined.

Tabel 10. Karakteristik anggota keluarga pengrajin gula kealapa berdasarkan umur, jenis kelamin dan tingkat pendidikan di Desa Hargomulyo.Error! Bookmark not defined.

Tabel 11. Penggunaan sarana produksi dalam industri rumah tangga gula kelapa di Desa Hargomulyo pada bulan November 2016 .. Error! Bookmark not defined.

Tabel 12. Biaya dan penggunaan tenaga kerja industri rumah tangga gula kelapa di Desa Hargomulyo Kecamatan Kokap Kabupaten Kulon ProgoError! Bookmark not defined.

Tabel 13. Biaya penyusutan alat industri rumah tangga gulakelapa selama bulan November 2016 di Desa Hargomulyo Kecamatan Kokap Kabupaten Kulon ProgoError! Bookmark not defined.

Tabel 14. Biaya total industri rumah tangga gula kelapa selama bulan November 2016 di Desa Hargomulyo Kecamatan Kokap Kabupaten Kulon ProgoError! Bookmark not defined.

(7)

Tabel 16. Penerimaan, pendapatan, dan keuntungan industri gula kelapa di Desa Hargomulyo bulan November 2016 ... Error! Bookmark not defined.

Tabel 17. Analisis R/C Industri Rumah Tangga Gula Kelapa di Desa Hargomulyo Kecamatan Kokap Kabupaten Kulon Progo ... Error! Bookmark not defined.

Tabel 18. Produktivitas tenaga kerja industri rumah tangga gula kelapa di Desa Hargomulyo Kecamatan Kokap Kabupaten Kulon ProgoError! Bookmark not defined.

(8)
(9)

FEASIBILITY OF COCONUT SUGAR HOUSEHOLD INDUSTRY IN HARGOMULYO, KOKAP, KULON PROGO

Septi Octaviani/Ir. Eni Istiyanti, MP/ Ir. Lestari Rahayu, MP Agribusiness Departement Faculty Of Agriculture

Muhammadiyah University Of Yogyakarta

ABSTRACT

(10)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya

menggantungkan hidup pada sektor pertanian. Sektor pertanian tidak hanya sebagai

penyedia lapangan pekerjaan, melainkan juga berperan sebagai penyumbang devisa

negara serta penyedia kebutuhan pangan dalam negeri. Produk pertanian mempunyai

peranan penting bagi masyarakat. Salah satu perannya sebagai bahan baku dalam

kegiatan industri, baik industri besar, industri menengah, industri kecil maupun

industri rumah tangga. Produk pertanian pada umumnya mempunyai sifat mudah

rusak dan tidak tahan lama, sehingga diperlukan adanya suatu proses pengolahan agar

meningkatkan nilai tambah dan daya tahannya. Oleh karena itu, diperlukan suatu

tindakan pengolahan untuk menangani produk pertanian.

Salah satu produk pertanian yang dijadikan sumber pendapatan bagi sebagian

besar penduduk di pelosok tanah air adalah tanaman kelapa. Tanaman kelapa (Cocos

nucifera L.) merupakan salah satu tanaman industri yang memegang peranan penting

(11)

2

kedua terbesar di dunia sesudah Filipina. Apabila ditinjau dari sudut luas lahan

tanaman kelapa di Indonesia menempati kedudukan yang pertama. Pada tahun 2013,

luas tanaman kelapa di Indonesia mencapai 3787,3 Ha (Winarno, 2014). Pemerintah

Daerah giat melakukan peremajaan dan perluasan areal perkebunan kelapa untuk

(12)

3

bertujuan untuk meningkatkan pendapatan daerah, kegiatan ekonomi masyarakat dan

peningkatan peluang ekspor nonmigas demi memperoleh devisa yang diperlukan dalam

membangun bangsa.

Kabupaten Kulon Progo merupakan daerah yang memiliki hasil pertanian yang sangat

beragam, sehingga hasil pertanian mendukung perekonomian masyarakatnya. Salah satu hasil

pertanian di Kulon Progo adalah kelapa yang diolah menjadi gula kelapa dengan bahan baku nira

kelapa. Berikut data mengenai luas tanam pohon kelapa dan produksi kelapa di Kecamatan

Kokap :

Tabel 1. Luas tanam, tanaman yang menghasilkan, dan produksi kelapa di Desa Hargomulyo

Kecamatan Kokap Kabupaten Kulon Progo.

Tahun Luas Tanam (ha) Tanaman yang

menghasilkan (ha)

Produksi (ton)

2011 2012 2013 2014 2015

2.980,70

2.980,70

3.000,70

3.015

3.001,00

2.491,98

2.491,00

2.558,64

2.780,36

2.599,00

4.644,47

4.614,80

4.784,42

3.621,46

4.514,39

(13)

4

Berdasarkan tabel 1 data yang didapat menunjukkan produksi kelapa di Kecamatan Kokap

Kabupaten Kulon Progo 5 tahun terakhir dari tahun 2011-2015 cenderung menurun dan tidak

stabil. Pada tahun 2013dari 4.784,42 ton menjadi 3.621,46 ton di tahun 2014. Hal ini

dikarenakan keadaan cuaca yang kurang baik dan adanya penebangan pohon kelapa. Sehingga

mempengaruhi jumlah produksi gula kelapa yang dihasilkan.

Produksi kelapa di Kabupaten Kulon Progo yang melimpah (Kabupaten Kulon Progo

Dalam Angka 2015) menunjukkan bahwa Kabupaten Kulon Progo cocok dijadikan sebagai

sentra produksi kelapa, baik buahnya maupun produk olahan seperti gula kelapa. Munculnya

industri pengolahan ini dimaksudkan untuk mendapatkan nilai tambah dan memperpanjang daya

simpan dari kelapa yang dihasilkan oleh masyarakat.

Olahan hasil tanaman kelapaterbanyak di Kabupaten Kulon Progo adalah gula kelapa.

Jumlah produksi gula kelapa di Kabupaten Kulon Progo 5 tahun terakhir dari tahun 2010 sampai

dengan tahun 2014. Berikut data mengenai produksi gula kelapa yang ada di Kabupaten Kulon

Progo :

Tabel 2. Jumlah Produksi Komoditas Hasil Perkebunan di Kabupaten Kulon Progo tahun

2010-2014.

Komoditas Perkebunan

(14)

5 Daun Cengkeh (kg) Gula Kelapa (kg) Arang Briket (kg)

Kopi Bubuk

(kg) 2.419.988 3.375.752 23.126 306 2.764.694 4.123.043 0 120 1.743.900 4.662.310 0 165 1.854.969 4.685.310 0 85 1.350.970 4.490.640 0 132

Sumber: Kabupaten Kulon Progo dalam Angka 2015

Berdasarkan tabel 2 data yang didapat menunjukkan jumlah produksi gula kelapa di

Kabupaten Kulon Progo dari tahun 2010 sampai 2013 cenderung meningkat. Pada tahun 2013

sampai 2014 produksi gula kelapa mengalami penenurunan, dari 4.685.310 kg menjadi

4.490.640 kg. Hal ini dikarenakan terdapat beberapa tanaman kelapa yang sudah tidak produktif

karena tanaman kelapa yang sudah berumur tua. Disisi lain adanya penebangan pohon kelapa

yang dijadikan untuk kayu bangunan, sehingga hasil produksi gula kelapa mengalami penurunan.

Salah satu daerah penghasil gula kelapa di Kulon Progo yaitu Desa Hargomulyo

(15)

6

yang luas sehingga banyak ditumbuhi pohon kelapa dengan jenis pohon kelapa lokal, hal ini

sangat mendukung masyarakat untuk memproduksi gula kelapa. Sebagian besar masyarakat

Desa Hargomulyo sudah sejak nenek moyang mereka memproduksi gula kelapa sampai saat ini

untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Kelebihan gula kelapa yang ada di Desa

Hargomulyo tersebut memiliki kualitas yang berbeda dibandingkan dengan daerah lain, yaitu ada

pada bahan-bahan campuran yang digunakan untuk pembuatan gula kelapa hanya menggunakan

bahan campuran alami seperti getah manggis dan kapur sirih. Berdasarkan pra survei yang saya

lakukan masing-masing pengrajin memiliki jumlah pohon kelapa yang berbeda. Pohon kelapa

yang berjumlah 1 sampai 15 pohon dapat menghasilkan gula kelapa 2 sampai 6 kg dalam satu

kali produksi dan 16 sampai 30 pohon kelapa dapat menghasilkan 7 sampai 15k g gula kelapa

dalam satu kali produksi. Sebagian besar mata pencaharian masyarakat di Desa Hargomulyo

berprofesi sebagai pengrajin gula kelapa. Namun 90% pengrajin masih dikatagorikan sebagai

masyarakat miskin.Seberapa besar pendapatan pengrajin gula kelapa, dan apakah usaha gula

kelapa masih layak untuk diusahakan.

B. Tujuan

1. Mengetahui biaya, pendapatan dan keuntungan gula kelapa di Desa Hargomulyo

(16)

7

2. Mengetahui kelayakan industri rumah tangga gula kelapa di Desa Hargomulyo

Kecamantan Kokap Kabupaten Kulon Progo.

C. Kegunaan penelitian

1. Bagi peneliti, bermanfaat untuk menambah wawasan dan pengetahuan berkaitan dengan

usaha gula kelapa.

2. Bagi industri rumah tangga gula kelapa di Desa Hargomulyo Kecamatan Kokap Kabupaten

Kulon Progo hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan acuan dalam

mengembangkan usahanya.

3. Bagi pihak lain, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai tambahan

informasi, pengetahuan, dan referensi dalam penyusunan penelitian selanjutnya atau

(17)

6

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Industri Rumah Tangga

Industri adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan mentah atau barang setengah jadi menjadi barang jadi yang memiliki nilai tambah untuk mendapatkan keuntungan. Usaha perakitan atau assembling dan juga reparasi adalah bagian dari industri. Hasil industri tidak hanya berupa barang, tetapi juga dalam bentuk jasa. Jenis-jenis industri berdasarkan jumlah tenaga kerja terbagi menjadi empat yaitu industri rumah tangga, industri kecil, industri sedang, dan industri besar. Industri rumah tangga yaitu industri yang menggunakan tenaga kerja antara 1 sampai 4 orang.Industri rumah tangga memiliki modal yang sangat terbatas, tenaga kerja berasal dari anggota keluarga, dan pemilik atau pengelola industri rumah tangga itu sendiri. Industri kecil adalah industri yang jumlah karyawan atau tenaga kerja berjumlah antara 5 sampai 19 orang, industri sedang adalah industri yang jumlah karyawan atau tenaga kerja berjumlah antara 20 sampai 99 orang, dan industri besar adalah industri yang jumlah karyawan atau tenaga kerja berjumlah antara 100 orang atau lebih.

(18)

7

Indonesia seperti pengangguran.Industri ini juga mampu membuat tercapainya pertumbuhan ekonomi nasional.

Kelebihan industri rumah tangga ini adalah kepercayaan yang terbangun dalam menjalankan usaha. Hal ini dikarenakan keterlibatan penuh keluarga dalam membangun industri. Kepercayaan menjadi faktor utama dalam mengolah modal, mengolah administrasi, penjualan dan keuangan dalam industri rumah tangga ini. Dengan modal kepercayaan ini pula, jika kondisi sedang mengalami penurunan dalam produksinya, keluarga akan saling mendukung dan tidak menuntut banyak keuntungan yang sedang sulit diperoleh. Hal ini berdampak baik bagi upaya untuk membangun industri rumah tangga.

1. Gula Kelapa

Kelapa telahdikenal sejak zaman prasejarah dalam peradaban manusia, dan diketahui tumbuh di iklim tropis. Ada tiga teori menyatakan tentang daerah asal tanaman kelapa. Teori pertama memperkirakan bahwa kelapa adalah salah satu anggota geneus Cocus seperti yang tumbuh di Amerika, dan daerah asalnya adalah lembah-lembah Andes di Columbia, Amerika Selatan. Dari sinilah pada zaman prasejarah kelapa menyebar dibawa oleh penjelajah-penjelajah di kawasan Pasifik. Teori kedua beranggapan bahawa kelapa berasal dari daerah pantai kawasan Amerika Tengah, dimana dengan perantara arus lautan terbawa dan menyebar ke pulau-pulau Samudera Pasifik. Teori ketiga menyatakan bahwa daerah asal kelapa adalah suatu kawasan di Asia Selatan atau Malaysia, atau mungkin Pasifik Barat (Sukarno, 2009).

Kelapa memiliki banyak varietas. Namun, secara umum dapat dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu kulvitar “ Kelapa Genjah” yang hanya dalam waktu 4 sampai 6 tahun

(19)

8

berumur 15 tahun. Produksi butir kelapa dapat terus berlanjut sampai pohon mencapai 50 tahun. Pohon kelapa yang berada lebih dekat pantai dapat tumbuh lebih subur. Tampaknya, kandungan garam pada lahan berpengaruh positif terhadap partumbuhan tanaman kelapa. Selain itu, ada pula beberapa kelapa hibidra yang merupakan hasil persilangan antar kelapa unggul asli Indonesia. Sebagai contoh, Kelapa Hibrida Indonesia I (KHINA) merupakan hasil perkawinan antara Kelapa Ganjah Kuning Nias dengan Kelapa Dalam Tanga Sulawesi Utara. Kelapa Hibrida mempunyai beberapa keistimewaan, antara lain cepat berbuah, buahnya besar, dan produksi buahnya banyak.

Nira kelapa merupakan cairan yang keluar hasil sadapan dari tandan bunga kelapa. Bila tandan bunga tersebut tersebut sudah disadap niranya, maka tidak lagi mampu menghasilkan buah. Salah satu produk yang banyak dihasilkan dari nira adalah gula kelapa. Berdasarkan bentuknya, gula kelapa dapat dikelompokan menjadi gula semut, gula cetak, dan gula tempurung. Teknik pembuatannya hampir sama, hanya saja ada beberapa tambahan perlakuan guna menghasilkan bentuk yang berbeda-beda tersebut.

(20)

9

cetakan.Kira-kira 10 menit kemudian cairan gula tersebut sudah menjadi padat, menandakan proses pembuatan gula sudah selesai. Gula kelapa tersebut bisa bertahan lama sampai dengan 1 bulan (Winarno, 2014).

Gula kelapa adalah suatu karbohidrat sederhana yang menjadi sumber energi yang berwarna kekuningan atau kecokelatan. Gula kelapa terbuat dari bahan alami yaitu cairan nira yang dikumpulkan dari pohon kelapa dengan ketinggian pohon kurang lebih 10 meter. Cairan nira ditambahkan dengan campuran bahan alami berupa getah manggis dan kapur sirih sebagai penjernih air nira. Jenis-jenis gula kelapa yang tersedia dipasaran yaitu gula aren dan gula semut. Gula aren atau gula kuwung berasal dari nira pohon aren (enau atau kolang-kaling). Warna cokelatnya lebih cerah dibandingan gula jawa. Karena lebih harum dan lebih bersih, gula ini yang paling banyak dugunakan untuk dijadikan minuman. Gula semut yang disebut juga gula palm adalah gula kelapa atau gula aren dalam bentuk butiran atau bubuk. Gula ini lebih tahan lama dan lebih praktis karena kering jadi tidak mudah lumer. Gula jenis ini tidak perlu disaring lagi dan bisa langsung ditambahakan dalam minuman hangat, adonan kue atau makanan lainnya. Bisa juga dijadikan taburan atau pengganti gula pasir.

2. Biaya, Penerimaan, Pendapatan, Keuntungan dan Kelayakan a. Biaya

Menurut Soekartawi (2006) biaya usahatani adalah semua pengeluaran yang diperlukan dalam usahatani. Sedangkan menurut sumber lain menjelaskan bahwa biaya adalah semua pengorbanan dalam proses produksi, dinyakatakan dalam bentuk uang menurut harga pasar yang berlaku (Gilarso, 1993). Biaya usahatani dapat diklasifikasikan menjadi :

(21)

10

Biaya tetap (fixed cost) yaitu biaya yang penggunaannya tidak habis dalam satu kali produksi dan jumlahnya tidak tergantung pada besar kecilnya produksi, seperti penghasilan tetap para pekerja, penyusutan alat atau pemeliharaan mesin.

2) Biaya Tidak Tetap (variable cost)

Biaya tidak tetap yaitu semua biaya yang dikeluarkan jumlahnya tergantung pada besar kecilnya skala produksi (bibit, pupuk, pestisida, tenaga kerja, biaya untuk penggunaan mesin-mesin seperti pembelian bahan bakar dan lain-lain).

3) Biaya Eksplisit (Explicit Cost)

Biaya Eksplisit (Explicit Cost) adalah biaya yang secara nyata dikeluarkan oleh petani seperti biaya pembelian bahan-bahan produksi.

4) Biaya Implisit (Implicit Cost)

Biaya implisit adalah biaya yang secara tidak nyata dikeluarkan petani selama proses produksi. Seperti biaya modal sendiri, dan upah tenaga kerja dalam keluarga (TKDK).

5) Biaya Total

Biaya total adalah penjumlahan antara biaya implisit dan biaya eksplisit,dapat dirumuskan sebagai berikut:

TC = TEC + TIC

Keterangan:

TC = Biaya total (Total Cost)

(22)

11 b. Penerimaan

Menurut Soekartawi (2002) penerimaan adalah perkalian antara produk yang dihasilkan dengan harga jualnya. Pernyataan ini dapat dituliskan dengan rumus:

TR = P x Q

Keterangan:

TR = Penerimaan (Total Revenue) P= Harga jual

Q = Produksi yang dihasilkan

c. Pendapatan

Menurut Soekartawi (2002) pendapatan adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya eksplisit. Data pendapatan dapat digunakan sebagai ukuran untuk melihat apakah suatu usaha menguntungkan atau merugikan. Pendapatan dapat disederhanakan menggunakan rumus :

NR = TR – TEC

Keterangan :

NR = Total Pendapatan ( Net Revenue) TR = Total Penerimaan ( Total Revenue) TEC = Total biaya eksplisit (Total Explicit Cost)

(23)

12

Menurut Soekartawi (2002) keuntungan yang diperoleh petani merupakan selisih antara penerimaan total (TR) dengan biaya total (TC), dimana yang diperhitungkan adalah seluruh biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi, baik berupa biaya eksplisit maupun biaya implisit, secara sistematis dapat pula dirumuskan sebagai berikut :

∏ = TR – TC

Keterangan : ∏ = Keuntungan

TR = Penerimaan (Total Revenue) TC = Biaya Total (total cost)

e. Kelayakan

Menurut Soekartawi (2006) Kelayakan usahatani dapat diukur dengan cara melihat nilai R/C (Revenue Cost Ratio). Sedangkan menurut sumber lain kelayakan usahatani adalah penelitian yang dilakukan secara mendalam untuk menentukan apakah usaha yang dijalankan akan memberikan manfaat yang lebih besar dibandingkan dengan biaya yang akan dikeluarkan.Kasmir dan Jakfar (2008). Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut :

R/C=TR

TC

Keterangan :

(24)

13

Produktivitas tenaga kerja merupakan faktor penting dan perlu deperhatikan dalam proses produksi dalam jumlah yang cukup bukan saja dilihat dari tersedianya tenaga kerja tetapi juga kualitas dan macam tenaga kerja perlu pula diperhatikan (Soekartawi, 1990). Produktivitas tenaga kerja adalah perbandingan antara pendapatan dikurangi biaya implisit kecuali biaya tenaga kerja dalam keluarga dengan jumlah hari kerja orang dalam keluarga. Jika produktivitas tenaga kerja lebih besar dari upah buruh setempat, maka usaha tersebut layak diusahakan. Namun jika produktivitas tenaga kerja lebih rendah dari upah buruh setempat, maka usaha tersebut tidak layak untuk diusahakan. Secara matematis dapat dirumuskan dengan rumus :

Produktivitas tenaga kerja=NR TC mplisit selain biaya TKDK Total HK dalam keluarga

Keterangan :

NR = Pendapatan

TC implisit = Total Cost Implisit HKO = Hari Kerja Orang

Produktivitas modal adalah pendapatan dikurangi biaya implisit (selain bunga modal sendiri) dengan biaya eksplisit (dalam persen). Untuk dapat dikatakan layak dalam produksi maka besarnya produktivitas modal harus lebih besar dari tingkat bunga bank yang berlaku, sedangkan jika dikatakan tidak layak dalam industri maka besarnya produktivitas modal lebih kecil dari tingkat bunga bank yang berlaku. Secara sistematis dapat dirumusakan sebagai berikut :

(25)

14 Keterangan :

NR = Pendapatan

(26)

15 B. Penelitian Sebelumnya

Menurut Deasy (2004) dalam Analisis Kelayakan Usaha Pengembangan Industri Gula Kelapa Di Dusun Padakan Ngasem Desa Banjarharjo Kecamatan Kalibawang Kabupaten Kulon Progo, biaya yang digunakan untuk memproduksi gula kelapa merah adalah sebesar Rp 272.416,00 sedangkan biaya untuk produksi gula kristal adalah sebesar Rp 100.279,00. Pendapatan untuk gula kelapa merah adalah Rp 179.120,00 sedangkan pendapatan dari gula kelapa kristal sebesar Rp 124.445,00. Sehingga diperoleh keuntungan untuk gula kelapa merah sebesar Rp -91.841,00 sedangkan keuntungan yang diperoleh dari gula kristal sebesar Rp 46.656,00. Produktivitas tenaga kerja untuk gula kelapa merah adalah Rp 2.629,18/HKO dan produktivitas tenaga kerja industri gula kelapa kristal Rp 19.577,17/HKO. Dilihat dari produktivitas tenaga kerja maka industri gula kelapa kristal layak untuk diteruskan karena lebih tinggi dari upah buruh tani di daerah tersebut yaitu Rp 8000/HKO. Biaya dan pendapatan dari industri gula kelapa merah adalah 16,52% dan 31,09%. Sedangkan untuk gula kelapa kristal adalah 23,06% dan 32,91 %.

Menurut Neni (2003) dalam Analisis Kelayakan Usaha Gula Kelapa Kristal Di Desa Hargorejo Kecamatan Kokap Kabupaten Kulon Progo, biaya dan pendapatan industri gula kelapa Kristal sebesar Rp 411.871 (biaya eksplisit sebesar Rp 22.058 dan biaya implisit sebesar Rp 389.812) dan pendapatan sebesar Rp 562.642, sumbangan pendapatan dari industri gula kelapa Kristal sebesar Rp 65,71 % sedangkan produktivitas tenaga kerja sebesar Rp 16.225 dan produktivitas modal 784 %. Dari hasil industri gula kelapa Kristal layak untuk diusahakan.

(27)

16

2006 adalah sebesar Rp 203.522,50 dengan biaya total rata-ratanya sebesar Rp 157.192,18 sehingga keuntungan rata-rata yang diperoleh selama bulan Maret 2006 sebesar Rp 46.330,32. Profitabilitas dari agroindustri gula kelapa skala rumah tangga ini sebesar 29%. Koefisien variasi dari usaha ini adalah 0,43 dengan simpangan baku Rp 19.823,82 dan batas bawah keuntungan sebesar Rp 6.682,68, yang artinya agroindustri gula kelapa skala rumah tangga ini mempunyai peluang tidak mengalami kerugian atau memiliki peluang untuk selalu untung. Agroindustri gula kelapa skala rumah tangga ini telah efisien dengan nilai R/C sebesar 1,29 yang berarti setiap Rp 1,00 biaya yang dikeluarakan didapatkan penerimaan 1,29 dari biaya yang telah dikeluarkan tersebut.

(28)

17 C. Kerangka Pemikiran

Kegiatan usaha gula kelapa adalah proses kegiatan produksi gula kelapa dengan bahan mentah nira yang diperoleh dari penyadapan dan dimasak hingga menjadi gula kelapa. Dalam proses pembuatan gula kelapa membutuhkan faktor produksi yaitu, bahan baku (Nira kelapa), bahan pembantu (Kapur sirih, dan getah manggis), bahan bakar (Kayu bakar), peralatan produksi (Pisau, deres, saringan, bambu, wajan, sendok pengaduk) dan tenaga kerja. Untuk memperoleh factor produksi dibutuhkan biaya yang terdiri dari biaya eksplisit dan biaya implisit.Biaya eksplisit terdiri dari biaya pembelian bahan-bahan produksi seperti biaya nira, kayu bakar, gamping, getah manggis, dan penyusutan alat. Sedangkan biaya implisit terdiri dari biaya nira, biaya bunga modal sendiri, dan upah tenaga kerja dalam keluarga (TKDK). Proses produksi menghasilkan gula kelapa dalam berbagai ukuran, banyak sedikitnya jumlah gula kelapa yang dihasilkan tergantung pada pohon kelapa yang dimiliki. Produksi gula kelapa dikalikan harga pada konsumen akan menghasilkan penerimaan. Penerimaan dikurangi biaya eksplisit maka akan memperoleh pendapatan. Penerimaan dikurangi biaya eksplisit dan implisit maka akan diperoleh keuntungan.

(29)

18

Gambar 1. Bagan kerangka pemikiran Industri Rumah Tangga

Usaha Gula Kelapa

Keluaran (Input)

Harga

Implisit : -Biaya nira -Biaya bunga modal sendiri -Upah TKDK

Proses Produksi

Keluaran (Output) Gula Kelapa

Penerimaan

Biaya

Eksplisit: -Biaya sarana produksi - Penyusutan

alat

Pendapatan keuntungan

Kelayakan  R/C

 Produktivitas tenaga kerja  Produktivitas

(30)

19 D. Hipotesis

(31)

21

III. METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif yaitu metode penelitian tentang kelayakan produksi gula kelapa dengan cara mengumpulkan informasi-informasi tentang keadaan nyata yang ada pada masa sekarang. Metode deskriptif mempunyai tujuan untuk menggambarkan profit pengrajin gula kelapa yang berlangsung pada saat penelitian dilaksanakan.

A. Teknik Pengambilan Sampel

Pemilihan daerah penelitian dilakukan secara sengaja atau Purposive sampling yaitu pengambilan sampel daerah berdasarkan kesengajaan karena Desa Hargomulyo merupakan daerah penghasil gula kelapa paling besar jika dibandingan dengan komoditas perkebunan lainnya yang ada di Kecamatan Kokap Kabupeten Kulon Progo (BPS 2015).

(32)

22

Mempermudah pengambilan data dalam membedakan jumlah pohon yang dimiliki masing-masing pengrajin.

B. Teknik Pengambilan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung baik melalui wawancara dengan responden maupun dengan informan yang terkait dengan penelitian ini. Data primer diperoleh dari masing-masing pelaku usaha rumah tangga gula kelapa dan hal-hal yang berhubungan dengan produksi gula kelapa dengan memberikan kuisioner, wawancara dan observasi. Data yang diambil berupa proses produksi, jumlah produksi gula kelapa, harga jual gula kelapa, total biaya, jumlah tenaga kerja, dan identitas pelaku usaha gula kelapa.

Data sekunder adalah semua data yang diperoleh dari instansi atau lembaga yang ada hubungannya dengan penelitian. Data sekunder ini meliputi keadaan umum wilayah, keadaan penduduk, keadaan pertanian dan keadaan perekonomian daerah tersebut

C. Asumsi dan Pembatasan Masalah

Asumsi pada produksi gula kelapa diantaranya meliputi : a. Hasil produksi dijual seluruhnya

b. Teknologi yang digunakan pengrajin tidak berubah selama penelitian.

c. Seluruh peralatan produksi yang digunakan hanya untuk memproduksi gula kelapa.

Pembatasan masalah pada produksi gula kelapa diantaranya meliputi :

(33)

23

b. Penelitian ini dibatasi pada pengrajin gula kelapa yang memiliki pohon kelapa 1 sampai 15 batang dan pohon kelapa 16 sampai 30 batang yangberada di industri rumah tangga Desa Hargomulyo Kecamatan Kokap yaitu pengrajin gula kelapa yang melakukan penyadapan nira kelapa kemudian mengolah nira tersebut dengan menggunakan tambahan bahan alami sampai menjadi gula kelapa, dan menjual gula kelapa yang dihasilkan tersebut.

D. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

1. Industri rumah tangga adalah industri yang memiliki jumlah tenaga kerja yang digunakan dalam proses produksinya antara 1 sampai 4 orang.

2. Usaha gula kelapa adalah kegiatan pengolahan nira sebagai bahan baku utama menjadi gula kelapa sampai menjual produk tersebut.

3. Sarana produksi adalah semua kebutuhan yang digunakan untuk sarana produksi gula kelapa.

4. Bahan baku adalah bahan utama yang digunakan dalam pembuatan gula kelapa yang dihasilkan dari sadapan nira, diukur dalam satuan (liter).

5. Nira adalah cairan yang keluar dari hasil sadapan dari tandan bunga kelapa. Bila tandan bunga tersebut sudah disadap niranya, maka tidak lagi mampu menghasilkan buah, diukur dalam satuan (liter).

6. Gamping adalah batu kapur yang digunakan untuk bahan campuran yang memiliki fungsi memperpadat dan memperkuat gula kelapa, diukur dalam satuan (pcs).

(34)

24

8. Kayu bakar adalah adalah bahan bakar untuk memasak nira hingga menjadi gula kelapa, diukur dalam satuan (kool).

9. Tenaga kerja adalah curahan waktu kerja yang dilakukan dalam proses produksi gula kelapa yang terdiri dari tenaga kerja dalam keluarga.

10. Biaya implisit adalah biaya yang tidak nyata dikeluarkan dalam proses produksi gula kelapa seperti tenaga kerja dalam keluarga (TKDK), dan bunga modal sendiri, diukur dalam satuan (Rp).

11. Biaya eksplisit adalah biaya yang benar-benar dikeluarkan oleh pelaku usaha gula kelapa,diukur dalam satuan (Rp).

12. Peralatan produksi adalah alat-alat yang digunakan selama produksi yaitu pisau deres, ember, saringan, irus, dan wajan.

13. Proses Produksi adalah kegiatan yang dilakukan mulai dari penyadapan, penyaringan, memasak, dan mencetak.

14. Harga adalah uang yang diterima pelaku usaha pada saat menjual hasil produksi gula kelapa, dikukur dalam satuan rupiah (Rp).

15. Penerimaan adalah hasil produksi gula kelapa dikalikan dengan harga yang sudah ditentukan, diukur dalam satuan rupiah (Rp)

16. Pendapatan adalah pengurangan dari total penerimaan usaha gula kelapa dengan biaya eksplisit, diukur dalam satuan (Rp).

(35)

25

18. Kelayakan adalah untuk mengetahui dan mengukur layak atau tidaknya usaha tersebut dijalankan. Jika Nilai R/C > 1 maka usaha tersebut layak dan jika R/C < 1 usaha tersebut tidak layak dijalankan.

19. Modal sendiri diperoleh dari biaya eksplisit atau biaya yang benar-benar dikeluarkan dikalikan dengan suku bunga yang berlaku, diukur dalam satuan (%)

20. Produktivitas tenaga kerja dapat dihitung dengan membandingkan antara pendapatan dengan biaya implisit (selain tenaga kerja dalam keluarga) dan bunga modal sendiri dibagi dengan jumlah tenaga kerja dalam keluarga

A. Teknik Analisis

a. Total biaya

Untuk menghitung total biaya produksi gula kelapa yaitu dengan menjumlah biaya eksplisit dan implisit selama produksi berlangsung. Dapat dirumuskan sebagai berikut :

TC = TEC + TIC

Keterangan :

TC = Total cost (total biaya)

(36)

26 b. Penerimaan

Untuk mengetahui penerimaan produksi gula kelapa dapat menggunakan rumus perhitungan sebagai berikut :

TR = Y x PY Keterangan :

TR = Penerimaan (Total Revenue) (Rp) Y = Produksi gula kelapa (Kg)

Py = Harga jual gula (Rp/kg)

c. Pendapatan

Untuk mengetahui pendapatan yang diperoleh dalam produksi gula kelapa dapat digunakan rumus sebagai berikut :

NR = TR – TEC

Keterangan :

NR = Pendapatan (Net Revenue) TR = Penerimaan (Total Revenue)

TEC = Total biaya eksplisit (Total Explicit Cost)

d. Keuntungan

(37)

27 ∏ = TR – TEC – TIC

Keterangan :

∏ = Keuntungan

TR = Penerimaan (Total Revenue)

TEC = Total biaya eksplisit (Total Explicit Cost) TIC = Total biaya implisit (Total Implicit Cost)

e. Kelayakan

Untuk mengetahui R/C produksi gula kelapa dapat digunakan rumus sebagai berikut :

Keterangan :

R/C = Revenue cost ratio TR = Total Penerimaan TC = Total biaya

Ketentuan :

Apabila R/C > 1 maka usaha gula kelapa layak untuk diusahakan.

ApabilaR/C ≤ 1 maka usaha gula kelapa tidak layak untuk diusahakan.

(38)

28

Untuk mengetahui produktivitas modal usaha gula kelapa dapat digunakan rumus sebagai berikut :

Produktivitas modal=NR sewa tempat usaha TKDKT C 100

Keterangan :

NR = Pendapatan

TKDK = Tenaga kerja dalam keluarga TEC = Total biaya eksplisit

Ketentuan :

Apabila produktivitas modal > bunga tabungan maka usaha gula kelapa layak untuk diusahakan.

Apabila produktivitas modal < bunga tabungan maka usaha gula kelapa tidak layak untuk diusahakan.

b. Produktivitas tenaga kerja

Untuk mengetahui produktivitas tenaga kerja usaha gula kelapa dapat digunakan rumus sebagai berikut :

(39)

29 Keterangan :

NR = Pendapatan

TKDK = Tenaga Kerja Dalam Keluarga (HKO) HKO = Hari Kerja Orang

Ketentuan :

Apabila produktivitas tenaga kerja > upah buruh setempat maka usaha gula kelapa layak untuk diusahakan.

(40)

A. Letak Geografis

Kecamatan Kokap merupakan salah satu dari 12 Kecamatan di Kabupaten Kulon Progo, terdiri dari 5 Desa yaitu Hargo Mulyo, Hargo Rejo, Hargo Wilis, Kalirejo, dan Hargo Tirto yang terbagi dalam 63 pedukuhan, 154 RW, 469 RT dengan luas wilayah 7.379,95 ha, jumlah penduduk 31.805 jiwa.

Dengan batas wilayah :

Sebelah utara : Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah

Sebelah selatan : Samudera Hindia

Sebelah timur : Kabupaten Sleman dan Bantul, Provinsi D.I.Y

Sebelah barat : Kabupaten Purworejo, Provinsi Jawa Tengah

(41)

B. Keadaan Pertanian

1. Penggunaan Lahan

[image:41.612.98.480.301.525.2]

Lahan merupakan faktor penting yang mempengaruhi keberhasilan industri gula kelapa, Karena lahan merupakan media tumbuh dan berkembangnya tanaman. Penggunaan lahan di Desa Hargomulyo terdiri dari lahan sawah, lahan kering, bangunan, dan lainnya. Luas penggunaan lahan di Desa Hargomulyo dapat dilihat pada tabel 3 berikut:

Tabel 1. Pola penggunaan lahan Desa Hargomulyo tahun 2016

Penggunaan Lahan Luas (ha) Persentase % Lahan Sawah

Tanah Kering Bangunan Hutan Rakyat Hutan Negara Lainnya

59 139 777 225 211 112

3,8 9,0 50,7 14,6 14,4 7,31

Jumlah 1.532 100

(42)

C. Keadaan Penduduk

Berdasarkan data kependudukan Pemerintah Desa, jumlah penduduk Desa Hargomulyo yang tercatat berjumlah 7.018 jiwa dengan jenis kelamin laki-laki dan permpuan, dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Desa Hargomulyo Kecamatan Kokap Kabupaten Kulon Progo

No. Golongan Umur (Tahun)

Jenis Kelamin

Jumlah (Jiwa)

L P

1 >15

2 0-14

2.600 868

2.757 793

5.357 1.661

Jumlah 7.018

[image:42.612.93.494.340.505.2]
(43)
(44)

Salah satu faktor pendukung pembangunan adalah sumberdaya manusia yang berkualitas. Peningkatan sumberdaya dapat ditempuh melalui pendidikan baik formal maupun informal. Untuk itu perlu didukung sarana dan prasarana yang mendukung unutk pendidikan tersebut. Jumlah sekolah di Desa Hargomulyo dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel3. Jumlah Sekolah di Desa Hargomulyo

Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase (%)

TK SD

SMP/MTS SMA/SMK

5 9 1 0

33,33 60 6,66

Jumlah 15 100

(45)

E. Sarana Perekonomian

Laju pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indicator makro untuk melihat kinerja perekonomian secara rill di suatu daerah. Pada tahun 2015 laju pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Kulon Progo tumbuh sebesar 4,64% atau mengalami percepatan dibandingkan tahun 2014 yang mencapai 4,46 %. Secara keseluruhan pada tahun 2015 pertumbuhan ekonomi masing-masing kategori lapangan usaha mengalami pertumbuhan di atas 2 digit.

F. Proses Pembuatan Gula Kelapa

Gula kelapa yang dibuat oleh pengrajin di Desa Hargomulyo merupakan produk industri rumah tangga dan hanya menggunakan bahan tambahan alami. Maka dari itu dalam produksinya masih menggunakan cara yang sederhana. Pada tahap awal dilakukan penyadapan nira untuk memperoleh bahan baku utama pembuatan gula kelapa. Peralatan yang digunakan dalam proses produksi diantaranya pisau deres, ember, saringan, wajan dan irus.

Berikut adalah proses pembuatan gula kelapa :

1. Nira yang sudah dikumpulkan sore dan pagi sebelum dimasak perlu disaring agar bersih dari kotoran-kotoran kemudian diberi bahan tambahan gamping dan getah manggis. 2. Nira yang sudah disaring secepatnya harus dimasukkan dalam wajan dan dimasak

sampai mendidih sambil terus dilakukan pengadukan. Pemasakan terus berlangsung hingga nira menjadi tua. Jika warna nira sudah berubah menjadi cokelat dan mengental berarti nira tersebut sudah tua.

(46)

direndam air terlebih dahulu agar tidak lengket. Untuk sementara waktu ditunggu sampai gula menjadi dingin dan selanjutnya ditarik dari cetakan, maka gula kelapa sudah siap untuk dijual.

Air Kapur

Dalam Ember

Pohon kelapa

Penyadapan Nira

Penyaringan NIra

Pemasakan Nira

Pemekatan

Pencetakan

(47)
(48)

35

V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Pengrajin

1. Jenis Kelamin Pengrajin Gula Kelapa

Jenis kelamin berpengaruh pada industri pembuatan gula kelapa mulai dari kegiatan pengambilan nira sampai dengan pencetakan akan dikerjakan sesuai kemampuan dan jenis kelamin pengrajin. Berikut jumlah pengrajin gula kelapa berdasarkan jenis kelamin yang memiliki pohon kelapa 1 sampai 15 batang dan 16 sampai 30 batang pohon kelapa dapat dilihat pada tabel 6 :

Tabel 1. Jumlah pengrajin gula kelapa berdasarkan jenis kelamin di Desa Hargomulyo Kecamatan Kokap Kabupaten Kulon Progo.

Jenis Kelamin Pengrajin 1-15 Pohon Kelapa

Persentase (%)

Pengrajin 16-30 pohon kelapa

Persentase (%)

Laki-laki Perempuan

9 11

45 55

5 15

25 75

Jumlah 20 100 20 100

[image:48.612.122.533.404.488.2]
(49)

36

dimiliki perempuan memegang peranan lebih besar untuk mengelola usaha gula kelapa dari pada tenaga kerja laki-laki.

2. Umur Pengrajin Gula Kelapa

Pengrajin gula kelapa di Desa Hargomulyo berusia antara 30 sampai 60 tahun.Umur pengrajin berpengaruh pada perkembangan industri rumah tangga gula kelapa.Semakin banyak pengrajin yang berumur produktif makaakan semakin banyak tenaga kerja dalam keluarga yang berpartisipasi membantu usaha pembuatan gula kelapa. Jumlah pengrajin gula kelapa berdasarkan umur dan jumlah pengrajin yang memiliki pohon kelapa 1 sampai 15 batang dan 16 sampai 30 batang pohon kelapa dapat dilihat pada tabel 7 :

Tabel 2. Jumlah pengrajin gula kelapa berdasarkan umur di Desa Hargomulyo Kecamatan Kokap Kabupaten Kulon Progo

Pe ngrajin yang dijadikan

responden dalam penelitian ini berjumlah 40 orang mulai dari umur 30 sampai lebih dari 60 tahun. Dari jumlah pengrajin yang memiliki pohon kelapa 1 sampai 15 batang dan pengrajin yang memiliki pohon kelapa lebih dari 16 sampai 30 perbandingan keduanya hanya selisih sedikit yaitu sebesar 5%. Dapat dilihat pengrajin yangberumur 41 sampai 50 tahun dan 51 sampai 60 tahun. Menunjukkan bahwa pengrajin gula kelapa berada pada usia produktif. Dengan demikian maka kebutuhan tenaga kerja yang berumur produktif sangat berpengaruh besar dalam industri rumah tangga gula kelapa.

Pengrajin 1-15 Pohon Kelapa

Pengrajin 16-30 Pohon Kelapa

Umur

Pengrajin (th)

Jumlah Persentase (%) Jumlah Pengrajin Persentase (%) 30-40 41-50 51-60 61-70 2 9 6 3 10 45 30 15 6 4 8 2 30 20 40 10

[image:49.612.96.549.371.514.2]
(50)

37 3. Tingkat Pendidikan

[image:50.612.100.546.329.465.2]

Tingkat pendidikan merupakan faktor yang mempengaruhi industri rumah tangga gula kelapa. Semakin tinggi pendidikan yang dimiliki pengrajin maka akan mengubah pola pikir pengrajin untuk membuat perubahan dan perkembangan pada industri rumah tangga gula kelapa. Sebagai contoh pengrajin yang memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi akan lebih cepat mendapatkan informasi yang berhubungan dengan pembuatan gula kelapa. Penggolongan pengrajin gula kelapa berdasarkan tingkat pendidikannya dapat dilihat pada tabel 8 :

Tabel 3. Jumlah pengrajin gula kelapa berdasarkan tingkat pendidikan di Desa Hargomulyo Kecamatan Kokap Kabupaten Kulon Progo

Da ri Tabel 8 menunjuk kan bahwa

sebagian besar pengrajin yang memiliki jumlah pohon kelapa 1 sampai 15 adalah tamatan Sekolah Dasar dengan jumlah pengrajin 10 orang dan peresentase sebesar 50%. Hal ini berpengaruh terhadap industri gula kelapa. Rendahnya pendidikan pengrajin berpengaruh pada kemampuan untuk melakukan pengembangan dalam usaha gula kelapa dan berpengaruh pada manajemen serta pengambilan keputusan yang menyangkut pembuatan usaha gula kelapa .Hal ini terlihat pada industri rumah tangga gula kelapa di Desa Hargomulyo mayoritas para pengrajin belum bisa mengembangkan gula kelapa agar menjadi nilai tambah pada penjualan. Sedangkan pengrajin yang memiliki jumlah pohon kelapa 16 sampai 30 batang tingkat pendidikan tertinggi yaitu tamatan SMA/SMK dengan jumlah 10

Pengrajin 1-15 Pohon Kelapa

Pengrajin 16-30 Pohon Kelapa Tingkat Pendidikan Jumlah Pengrajin Persentase (%) Jumlah Pengrajin Persentase (%) SD SMP SMA/SMK 10 2 8 50 10 40 8 2 10 40 10 50

(51)

38

pengrajin dan peresentase sebesar 50%. Tingginya tingkat pendidikan dapat mengubah pola pikir pengrajin dalam mengembangkan usahanya.

1. Pengalaman Usaha

(52)

39

Tabel 4. Jumlah pengrajin berdasrkan pengalaman usaha di Desa Hargomulyo Kecamatan Kokap Kabupaten Kulon Progo

Ha sil

penelitian menunjuk

kan bahwa pengalaman usaha industri rumah tangga gula kelapa di Desa Hargomulyo didominasi oleh pengrajin selama 21-30 tahun yaitu pada pengrajin yang memiliki jumlah pohon kelapa 1 sampai 15 berjumlah 8 orang dengan peresentase sebesar 40%. Sedangkan pengrajin yang memiliki jumlah pohon kelapa 16 sampai 30 berjumlah 10 orang dengan peresentase sebesar 50%, lebih besar diabandingkan dengan pengrajin yang memiliki jumlah pohon kelapa 1 sampai 15. Hal ini berarti pengalaman yang dimiliki oleh pengrajin sudah cukup lama, sehingga pengrajin dapat menghasilkan produk gula kelapa yang berkualitas. Pengalaman pembuatan gula kelapa merupakan point penting dalam pengembangan usaha industri rumah tangga gula kelapa di Desa Hargomulyo.

5. Identitas Anggota Keluarga Pengrajin

Identitas anggota keluarga pengrajin akan berpengaruh terhadap industri rumah tangga gula kelapa teutama dalam penggunaan tenaga kerja. Identitas anggota keluarga pengrajin pada penelitian ini meliputi isteri, anak dan anggota keluarga yang menjadi tanggungan kepala keluarga. Identitas anggota keluarga pengrajin dilihat dari segi umur, tingkat pendidikan dan jenis kelamin. Berikut tabel anggota keluarga pengrajin gula kelapa.

Pengrajin 1-15 Pohon Kelapa

Pengrajin 16-30 Pohon Kelapa Pengalaman Usaha (tahun) Jumlah Pengrajin Persentase (%) Jumlah Pengrajin Persentase (%) 5-10 11-20 21-30 6 6 8 30 30 40 8 2 10 40 10 50

[image:52.612.105.548.104.232.2]
(53)

40

Tabel 5. Karakteristik anggota keluarga pengrajin gula kealapa berdasarkan umur, jenis kelamin dan tingkat pendidikan di Desa Hargomulyo.

No Karakteristik Keluarga Pengrajin

Pengrajin 1-15 Pohon Kelapa

Pengrajin 16-30 pohon kelapa Jumlah (Jiwa) Persentase (%) Jumlah (Jiwa) Persentase (%) 1 Umur

0-15 tahun 16-60 tahun >60 tahun 16 54 4 21,6 72,9 5,4 11 66 6 13,5 79,5 7,2

Jumlah 74 100 83 100

2 Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan 53 30 63,8 36,1 47 34 58,0 41,9

Jumlah 83 100 81 100

3 Tingkat Pendidikan Belum/tidak sekolah SD SMP/MTS SMA/SMK 4 24 13 35 5,2 31,5 17,1 46,0 2 22 15 45 2,3 26,1 17,8 53,5

Jumlah 76 100 84 100

[image:53.612.90.492.98.399.2]
(54)

41

B. Analisis Biaya Industri Rumah Tangga Gula Kelapa

(55)

42 1. Biaya Sarana Produksi

Penggunaan sarana produksi merupakan peran penting dalam proses produksi gula kelapa, diantaranya nira, kayu bakar, gamping dan getah manggis. Dapat dilihat pada tabel 11 :

Tabel 6. Penggunaan sarana produksi dalam industri rumah tangga gula kelapa di Desa Hargomulyo pada bulan November 2016

No Uraian Pengrajin 1-15 Pohon Kelapa Pengrajin 16-30 Pohon Kelapa Jumlah/ Sat Harga/ Sat Biaya (Rp) Jumlah/ Sat Harga/ Sat Biaya (Rp) 1 Nira (liter)

Eksplisit Implisit 88 298 2.500 2.500 220.125 740.250 520 516 2.500 2.500 1.301.000 1.290.000 2 Kayu bakar

(kol)

1 262.750 262.750 1 302.500 302.500 3 Getah

manggis (pcs)

12 2750 33.000 12 3.200 38.400

4 Gamping (pcs)

12 2600 31.200 12 2.500 30.000

Jumlah (Rp) 1.292.325 2.961.900

[image:55.612.69.503.197.419.2]
(56)

43 1. Biaya Tenaga Kerja

Industri gula kelapa di Desa Hargomulyo Kecamatan Kokap Kabupaten Kulon Progo meliput penyaringan, memasak nira, dan pencetakan. Biaya tenaga kerja dapat dilihat pada tabel 12 :

Tabel 7. Biaya dan penggunaan tenaga kerja industri rumah tangga gula kelapa di Desa Hargomulyo Kecamatan Kokap Kabupaten Kulon Progo

Uraian

Pengrajin 1-15 Pohon Kelapa

Pengrajin 16-15 Pohon Kelapa

Jumlah (HKO)

Biaya (Rp) Jumlah (HKO) Biaya (Rp) Penyaringan Memasak Mencetak 0,125 4,8 0,5 5.000 192.000 20.000 0,25 6,8 0,5 10.000 273.00 20.000

Jumlah 5,4 217.000 7,5 303.000

Tenaga kerja yang digunakan dalam industri rumah tangga gula kelapa adalah tenaga kerja dalam keluarga. Tenaga kerja dalam keluarga adalah tenaga kerja yang berasal dari dalam keluarga pengarajin gula kelapa sendiri seperti anak, isteri, suami, dan yang lainnya. Sedangkan tenaga kerja luar keluarga adalah penggunaan tenaga kerja yang berasal dari luar keluarga selama proses industri gula kelapa berlangsung selama satu bulan atau 12 kali produksi. Pada proses pembuatan gula kelapa yang ada di Desa Hargomulyo semua kegiatan dilakukan oleh tenaga kerja dalam keluarga mulai dari penyaringan sampai mencetak.

[image:56.612.81.494.224.353.2]
(57)

44

bakar yang digunakan oleh pengrajin, memasak nira akan semakin lama apabila kayu bakar yang digunakan basah akibat musim hujan.

Pembuatan gula kelapa tidak menggunakan tenaga kerja luar keluarga semua kegiatan dilakukan oleh tenaga dalam keluarga sehingga tidak ada biaya untuk tenaga kerja luar keluarga.Hari Kerja Orang adalah 8 jam dalam sehari, jadi biaya tenaga kerja per produksi untuk pengrajin yang memiliki pohon kelapa 1 sampai 15 adalah Rp 217.000,- dengan total HKO yang digunakan sebesar 5,4. Sedangkan biaya tenaga kerja untuk pengrajin dengan jumlah pohon 16 sampai 30 adalah sebesar Rp 303.000.

3. Penyusutan Alat

[image:57.612.71.492.493.619.2]

Penyusutan alat merupakan biaya yang dikeluarkan secara tunai dan diperhitungkan oleh pengrajin, tetapi pada perhitungannya biaya produksi merupakan biaya tunai. Biaya penyusutan alat termasuk dalam biaya industri karena alat tidak hanya digunakan sekali pakai. Berikut rata-rata biaya penyusuatan alat pada industri gula kelapa:

Tabel 8. Biaya penyusutan alat industri rumah tangga gulakelapa selama bulan November 2016 di Desa Hargomulyo Kecamatan Kokap Kabupaten Kulon Progo

Uraian

Pengrajin 1-15 Pohon Kelapa Pengrajin 16-30 Pohon Kelapa Biaya (Rp) Persentase (%) Biaya (Rp) Persentase (%) Pisau deres Ember Saringan Wajan Spatula 19.976 39.567 2.365 13.368 1.159 26,1 51,7 3,09 17,4 1,5 24.167 72.078 4.858 23.297 933 19,07 57,6 3,8 18,6 0,72

Jumlah 76.435 100 125.333 100

(58)

45

72.078,- dengan persentase sebesar 57,6%, jadi biaya total untuk penyusutan alat dengan jumlah pohon kelapa 1 sampai 15 adalah sebesar Rp 76.435 dan jumlah pohon kelapa 16 sampai 30 sebesar Rp 125.333,-. Perbandingan keduanya yaitu sebesar Rp 48.898,-. Hal ini dikarenakan pemakaian ember yang tidak tahan lama atau mudah pecah sehingga pengrajin hampir satu bulan sekali mengeluarkan biaya untuk membeli ember dan jumlah pohon yang dimiliki memang berbeda sehingga biaya yang diperlukan juga berbeda.

4. Biaya Bunga Modal Sendiri

Bunga modal sendiri diperoleh dari biaya eksplisit atau biaya yang benar-benar dikeluarkan dikalikan dengan suku bunga pinjaman yang berlaku. Total biaya eksplisit untuk pengrajin yang memiliki pohon 1 sampai 15 adalah sebesar Rp 553.445,- dan suku bunga pinjaman untuk bank pasar yang berada di Kecamatan Kokap adalah 9% per tahun. Pada penelitian ini penulis hanya menghitung proses produksi selama satu bulan atau 12 kali produksi, sehingga suku bunga pinjaman bank pasar yang berlaku untuk 12 kali produksi adalah sebesar 0,75%, jadi biaya bunga modal sendiri selama satu bulan produksi adalah Rp 4.150 per 12 kali produksi atau 1 bulan. Sedangkan biaya eksplisit untuk pengrajin yang memiliki pohon 16 sampai dengan 30 adalah Rp 1.682.315,-. Jadi bunga modal untuk pengrajin yang memiliki pohon lebih dari 16 sampai 30 adalah sebesar Rp 12.617,- satu bulan.

5. Biaya Total

(59)

46

Tabel 9. Biaya total industri rumah tangga gula kelapa selama bulan November 2016 di Desa Hargomulyo Kecamatan Kokap Kabupaten Kulon Progo

Uraian Pengrajin 1-15 pohon kelapa

(Rp)

Pengrajin 16-30 pohon kelapa (Rp) Biaya Eksplisit

Nira (liter)

Getah Manggis (gram)

220.125 33.000

1.301.000 38.400

Gamping (gram) 31.200 30.000

Kayu Bakar 262.750 302.500

Penyusutan Alat 76.435 125.333

Jumlah 623.510 1.797.233

Biaya Implisit

Nira (liter) 740.250 1.290.000

Tk Dalam Keluarga 217.000 303.000

Bunga Modal Sendiri 4.150 12.617

Jumlah 961.400 1.605.617

Biaya Total 1.584.910 3.402.850

[image:59.612.76.491.164.381.2]
(60)

47

biaya produksi untuk pengrajin yang memiliki pohon 16 sampai 30 adalah Rp 3.402.850,- per periode penelitian.

6. Penerimaan

Penerimaan merupakan hasil perkalian antara jumlah produksi dengan harga jual pada saat penelitian.Berikut tabel biaya penerimaan gula kelapa pada bulan November 2016.

Tabel 10. Penerimaan industri rumah tangga gula kelapa pada bulan November 2016 Di Desa Hargomulyo Kecamatan Kokap Kabupaten Kulon Progo.

Uraian Pengrajin 1-15 Pohon Kelapa Pengrajin 16-30 Pohon Kelapa

Produksi (kg) 65,8 166

Harga (Rp) 15.350 15.350

Penerimaan (Rp)

1.010.030 2.548.100

Berdasarkan tabel 15 dapat dilihat bahwa rata-rata produksi gula kelapa untuk pengrajin yang memiliki pohon 1 sampai 15 di Desa Hargomulyo Kecamatan Kokap Kabupaten Kulon Progo adalah sebesar 65,8 kilogram per 1 bulan atau 12 kali produksi dengan harga jual rata-rata sebesar Rp 15.350,- sedangkan pengrajin yang memiliki pohon 16 sampai dengan 30 memproduksi rata-rata 138,6 kilogram dengan harga jual rata-rata tertimbang sebesar Rp 15.350,- jadi penerimaan untuk pengrajin yang memiliki pohon 1 sampai 15 adalah sebesar Rp 1.010.030,- sedangkan total penerimaan untuk pengrajin yang memiliki pohon 16 sampai 30 adalah sebesar Rp 2.548.100,- per 1 bulan atau 12 kali produksi.

C. Analisis Pendapatan (Net Revenue) dan Keuntungan

[image:60.612.71.501.244.317.2]
(61)

48

pendapatan kurang dari angka nol maka dinilai tidak mampu memberikan pendapatan (tidak layak).

Keuntungan yang diperoleh oleh pengrajin merupakan selisih antara penerimaan total (TR) dengan biaya total (TC), dimana yang diperhitungkan adalah seluruh biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi, baik berupa biaya eksplisit maupun biaya implisit

Tabel 11. Penerimaan, pendapatan, dan keuntungan industri gula kelapa di Desa Hargomulyo bulan November 2016

Uraian Pengrajin 1-15 Pohon

Kelapa

Pengrajin 16-30 Pohon Kelapa 1. Penerimaan

2. Biaya Eksplisit 3. Biaya Implisit 4. Pendapatan (1-2) 5. Keuntungan (1-2-3)

1.010.030 632.510 961.400 377.520 -583.880 2.348.550 1.797.233 1.605.617 551.317 -1.053.300

[image:61.612.106.527.276.375.2]
(62)

49 1. Analisis R/C

Kelayakan industri gula kelapa dihitung dengan menggunakan analisis Revenue Cost Ratio. Berikut tabel perhitungan R/C industri rumah tangga gula kelapa di Desa Hargomulyo Kecamatan Kokap Kabupaten Kulon Progo :

Tabel 12. Analisis R/C Industri Rumah Tangga Gula Kelapa di Desa Hargomulyo Kecamatan Kokap Kabupaten Kulon Progo

Pengrajin 1-15 Pohon Kelapa

Pengrajin 16-30 Pohon Kelapa

Uraian Biaya Biaya

Penerimaan

Total biaya produksi

1.010.030 1.584.910

2.348.550 3.402.850

R/C (%) 0,63 0,69

Berdasarkan tabel 17 menunjukkan bahwa analisis R/C pengrajin yang memiliki jumlah pohon kelapa 1 sampai 15 usaha tersebut tidak layak untuk diusahakan karena nilai R/C kurang dari 1 yaitu sebesar 0,63%. Sedangkan pengrajin yang memiliki jumlah pohon kelapa 16 sampai 30 usaha tersebut juga tidak layak untuk diusahakan dengan nilai R/C sebesar 0,69%. Hal ini dikarenakan pengrajin gula kelapa pada bulan November 2016 membutuhkan biaya produksi lebih banyak.

2. Produktivitas Tenaga Kerja

Produktivitas tenaga kerja dapat dihitung dengan membandingkan antara pendapatan dengan biaya implisit (selain tenaga kerja dalam keluarga) dan bunga modal sendiri dibagi dengan jumlah tenaga kerja dalam keluarga. Berikut tabel perhitungan produktivitas tenaga kerja industri gula kelapa di Desa Hargomulyo Kecamatan Kokap Kabupaten Kulon Progo.

Tabel 13. Produktivitas tenaga kerja industri rumah tangga gula kelapa di Desa Hargomulyo Kecamatan Kokap Kabupaten Kulon Progo

[image:62.612.101.491.220.307.2]
(63)

50

Uraian Kelapa Kelapa

Biaya Biaya

Pendapatan (Rp)

Sewa lahan sendiri (Rp) Bunga Modal (Rp) Total TKDK (HKO)

377.520 0 4.562 5,4 551.371 0 8.284 7,5 Produktivitas Tenaga

Kerja (Rp/HKO)

69.066 72.411

Kelayakan produktivitas tenaga kerja dikatakan layak apabila produktivitas tenaga kerja lebih besar dari upah buruh setempat. Dikatakan tidak layak apabila produktivitas tenaga kerja lebih rendah dari upah buruh setempat. Dari tabel 18 pengrajin dengan jumlah pohon kelapa 1 sampai 15 menunjukkan bahwa industri gula kelapa layak untuk diusahakan karena jumlah produktivitas tenaga kerja lebih tinggi dari upah buruh setempat yaitu Rp 69.066,-. Sedangkan pengrajin dengan jumlah pohon kelapa 16 sampai 30 menunjukkan bahwa industri gula kelapa juga layak untuk diusahakan karena jumlah dari produktivitas tenaga kerja sebesar Rp 72.411,- lebih kecil dari upah buruh setempat yaitu Rp 40.000,-.

3. Produktivitas Modal

[image:63.612.93.484.72.184.2]

Produktivitas modal merupakan pendapatan dikurangi dengan sewa lahan sendiri dikurangi dengan nilai tenaga kerja dalam keluarga (TKDK) dibagi dengan biaya total eksplisit dan dikalikan seratus persen. Atau dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 14. Produktivitas modal industri gula kelapa di Desa Hargomulyo Kecamatan Kokap Kabupaten Kulon Progo

Uraian

Pohon Kelapa 1-15 Pohon Kelapa >16-30

Biaya Biaya

Pendapatan (Rp) Sewa tempat usaha TKDK

Total biaya eksplisit

377520 0 217.000 623.510 551.371 0 303.000 1.797.233

(64)

51

(65)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim.(2011). Jenis-jenis Gula dan Berbagai Produk Terkait. (online) http://www.food-info.net/id/products/sugar/types.htm (Diakses pada 6 Maret 2016).

Badan Pusat Statistik Kabupaten Kulon Progo “Kulon Progo Dalam Angka 2015”

Brog R Walter, Gall Meredith D.Educational Research; An Intruduction, Fiftn Edition; Longman, 1989.

Deasy, A. 2004.Analisis Kelayakan Usaha Pengembangan Industri Gula Kelapa Di Dusun Padakan Ngasem Desa Banjarharjo Kecamatan Kalibawang Kabupaten Kulon Progo.Skripsi.Fakultas Pertanian UMY.

Dinas pertanian dan Kehutanan Kabupaten Kulonprogo Bidang Perkebunan tahun 2015.

Edinayanti 2014.Kenali Jenis Gula Merah.

(online).<http://serambiummah.tribunnews.com/2014/11/28/kenali-jenis-jenis-gula-merah> (diakses pada 13 Oktober 2016)

F.G. Winarno. 2014. Kelapa Pohon Kehidupan. PT Gramedia Pustaka Utama Kompas Gramedia Building. Jakarta.

Kasmir dan Jakfar (2008) Studi Kelayakan Agribisnis. Prenada Media Group. Jakarta

Neni Suherni, 2003 “Analisis Kelayakan Usaha Gula Kelapa Kristal Di Desa Hargorejo

Kecamatan Kokap Kabupaten Kulon Progo” Fakultas Pertanian. Unifersitas

(66)

Bisnis(online).http://www.organisasi.org/1970/01/pengertian-definisi-macam-jenis-dan-penggolongan-industri-di-indonesia-perekonomian-bisnis.html godam64(Diakses pada 19 April 2016).

Prof. Dr. Sugiyono, 2014 “Metode Penelitian Kuantutatif, Kualitatif, dan R&D” Alfabeta.

Bandung

Sukarno I.T.N. 2001. Upaya Meningkatkan Produkvitas Kelapa. PT Penebar Swadaya. Jakarta.

Soekartawi. 1990. Teori Ekonomi Produksi. CV. Rajawali. Jakarta.

_________. 1995. Teori Ekonomi Produksi. CV. Rajawali. Jakarta.

_________. 2002. Analisis usahtani..Universitas Indonesia. Jakarta.

_________. 2006. Analisis usahtani.. Universitas Indonesia - Press 1995 . Jakarta.

Soepomo dan soetrisno.2001.Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasinya. Ekonisia, Yogyakarta

Tama Febrian 2015. Kedai Mikro Panduan Usaha Rakyat. (online).

Gambar

Tabel 1. Luas tanam, tanaman yang menghasilkan, dan produksi kelapa di Desa Hargomulyo
Gambar 1. Bagan kerangka pemikiran
Tabel 1. Pola penggunaan lahan Desa Hargomulyo tahun 2016
Tabel 2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Desa Hargomulyo Kecamatan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sejak saat itu, alam ditempatkan sebagai objek pengeruk laba bagi akuntansi keuangan perusahaan pemilik konsesi dan masyarakat desa dan penduduk lokal sebagai penduduk

Berdasarkan pendapat para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa kelincahan merupakan kemampuan seseorang atlit dalam merubah gerak tubuhnya dengan cepat,

Jika Formulir Penjualan Kembali Unit Penyertaan ABERDEEN INDONESIA BOND FUND yang telah lengkap sesuai dengan syarat dan ketentuan yang tercantum dalam Kontrak Investasi

Dari beberapa pertanyaan yang diajukan dalam kuesioner dan dari proses analisis respons jawaban yang telah diberikan oleh responden, keseluruhan responden sebanyak 28 orang

Hasil dari penelitian ini hampir sebagian responden ibu hamil dengan pola makan kurang sebanyak 12 orang atau 40.0 % dan sebagian besar ibu hamil mengalami konstipasi sebanyak 17

$VDP KXPDW KXPLF DFLGH VXGDK G L N H Q D O E H E H U D S D U D W X V W D K X Q \ D Q J ODOX GL &amp;KLQD NLUD NLUD WDKXQ \DQJ ODOX VXGDK PHPDQIDDWNDQ DVDP KXPDW XQWXN EHUEDJDL

Memberikan pemahaman kepada kader posdaya dan masyarakat mengenai peran posdaya dalam pemberadyaan masyarakat dan pentingnya potensi lokal yang dimiliki masyarakat

dapat mencapai matlamat UIAM bagi kemahiran kefahaman bacaan dan kemahiran menulis di.. peringkat permulaan dan di peringkat pertenga- han. Kaedah ini didapati kurang berkesan bagi