LAPORAN KHUSUS
PENERAPAN
RISK MANAGEMENT
DENGAN METODE
JOB
SAFETY ANALYSIS (JSA)
SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN
KECELAKAAN KERJA DI AREA
COAL CRUSHING PLANT
(CCP
) PT. MARUNDA GRAHAMINERAL
LAUNG
TUHUP
SITE
KALIMANTAN TENGAH
Oleh:
Dzulfiqar Aziz Fauzan
NIM. R0008036
PROGRAM DIPLOMA III HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
ivABSTRAK
PENERAPAN RISK MANAGEMENT DENGAN METODE JOB SAFETY ANALYSIS (JSA) SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN
KERJA DI AREA COAL CRUSHING PLANT (CCP) PT. MARUNDA GRAHAMINERAL LAUNG TUHUP SITE
KALIMANTAN TENGAH
Dzulfiqar Aziz Fauzan1, Sumardiyono2, dan Live Setyaningsih3
Tujuan : Area Coal Crushing Plant (CCP) termasuk area yang memiliki potensi bahaya yang tinggi sehingga perlu dilakukan pencegahan agar segala potensi bahaya dan resiko kecelakaan kerja dapat dikendalikan. Kecelakaan dapat terjadi karena adanya unsafe condition dan unsafe action. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui gambaran penerapan risk management dengan metode Job
Safety Analysis(JSA) sebagai upaya pencegahan kecelakaan kerja.
Metode : Kerangka pemikiran penelitian ini adalah potensi bahaya dari segala aktivitas di area Coal Crushing Plant (CCP) dimana di dalamnya terdapat resiko kecelakaan kerja. Untuk mencegah terjadinya kecelakaan yakni dengan penerapan risk management dengan metode Job Safety Analysis (JSA). Hasil observasi ini kemudian akan dievaluasi sehingga dapat ditentukan suatu upaya perbaikan sehingga segala aktivitas di area Coal Crushing Plant (CCP) dapat berjalan dengan aman.
Hasil : Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode deskriptif yang memberikan gambaran tentang penerapan risk management dengan metode Job Safety Analysis (JSA) di area Coal Crushing Plant (CCP) sebagai upaya pencegahan kecelakaan kerja. Pengambilan data dilakukan melalui observasi langsung ke lapangan, wawancara kepada orang yang berkompeten di bidangnya serta studi kepustakaan kemudian dibahas dengan membandingkannya dengan Permenaker No. PER.05/MEN/1996 tentang Pedoman Penerapan SMK3.
Simpulan : Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penerapan risk management dengan metode Job Safety Analysis (JSA) belum dilaksanakan dengan baik di area Coal Crushing Plant (CCP). Sehingga saran yang diberikan adalah perlu adanya tindak lanjut dari Job Safety Analysis (JSA) yang ada, agar dapat diterapakan dengan baik sebagai upaya pencegahan kecelakaan kerja.
Kata kunci: Manajemen Resiko, JSA, Pencegahan Kecelakaan Kerja. Kepustakaan : 15, 1996-2010
1, 2, 3.
commit to user
vKATA PENGANTAR
$OKDPGXOLOODKLUDEELO µDODPLQ, segala puja dan puji syukur tak henti-hentinya penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayat-Nya yang tercurah untuk hamba-hidayat-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan laporan
khusus dengan judul : ³Penerapan Risk Management dengan Metode Job
Safety Analysis (JSA) sebagai Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja di Area
Coal Crushing Plant (CCP) PT. Marunda Grahamineral Laung Tuhup Site
Kalimantan Tengah´
Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan kelulusan pendidikan yang penulis tempuh di Program Studi D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penulis menyadari bahwa terselesaikannya penulisan laporan ini tidak lepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati perkenankanlah penulis untuk mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., S. PD-KR-FINASIM selaku Dekan pada periode 2011-2016 Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Bapak Prof. Dr. H. AA. Subijanto, dr, MS, selaku Dekan pada periode 2006-2011 Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Bapak dr. Putu Suriyasa, MS, PKK, Sp.Ok, selaku Ketua Program D-III
Hiperkes dan Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret pada periode 2006-2011.
4. Bapak Sumardiyono, SKM, M.Kes., selaku Ketua Program D-III Hiperkes dan Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret pada periode 2011-2016, sekaligus sebagai Pembimbing I dalam penyusunan laporan ini.
5. Ibu Live Setyaningsih, SKM. selaku Pembimbing II dalam penyusunan
laporan ini.
6. Bapak Ir. M. Samanhudi, selaku Mine Operator Manager PT. Marunda
Grahamineral terimakasih telah memperkenankan penulis melaksanakan magang di PT. Marunda Grahamineral.
7. Bapak Meldianto Sandi, selaku HRD & GA Dept Head PT. Marunda
Grahamineral yang telah menerima penulis untuk melaksanakan magang di PT. Marunda Grahamineral ini.
8. Bapak Ali Masruri selaku Safety Superintendent sekaligus pembimbing I dan Bapak Arizal Said Fauzi selaku Safety Officer sekaligus pembimbing II di perusahaan, terimakasih banyak atas bantuan dan bimbingannya.
9. Seluruh keluarga besar PT. Marunda Grahamineral yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu terimakasih atas bantuan, bimbingan dan sambutan hangat yang diberikan selama penulis melaksanakan program magang.
commit to user
vi11.Adik-adikku tercinta, Rumaisah, Achmad Habibi dan Dzikrina Syahidah, yang telah memberi warna dalam hidup ini.
12.Segenap keluarga besar angkatan 2008, bangga menjadi bagian dari
kalLDQ´Kita adalah Calon Orang-orang Besar Kawan«´
13.Keluarga besar CMC United, yang senantiasa menemani hari-hariku saat suka maupun duka.
14.Dan semua pihak yang telah membantu dan memberi dukungan hingga
laporan ini bisa terselesaikan.
Penulis menyadari dalam penulisannya laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan penulis demi penyempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini bisa bermanfaat bagi penulis maupun pembaca.
Surakarta, 1 Juni 2011 Penulis,
commit to user
vii DAFTAR ISIHALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGESAHAN ... ii
HALAMAN PENGESAHAN PERUSAHAAN ... iii
ABSTRAK ... iv
KATA PENGANTAR ... v
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 4
D. Manfaat Penelitian ... 4
BAB II. LANDASAN TEORI... 6
A. Tinjauan Pustaka ... 6
B. Kerangka Pemikiran ... 42
BAB III. METODE PENELITIAN ... 43
A. Metode Penelitian ... 43
B. Lokasi Penelitian ... 43
C. Objek dan Ruang Lingkup Penelitian ... 43
commit to user
viiiE. Teknik Pengumpulan Data ... 44
F. Pelaksanaan ... 45
G. Analisa Data ... 47
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 48
A. Hasil Penelitian... 48
B. Pembahasan ... 61
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 67
A. Kesimpulan ... 67
B. Saran ... 68
DAFTAR PUSTAKA ... 70
commit to user
ixDAFTAR TABEL
Tabel 1 : Nilai Peluang ... 56
Tabel 2 : Nilai Keparahan ... 56
Tabel 3 : Matrik Penetapan Risiko ... 57
Tabel 4 : Kategori Risiko, Nilai Risiko dan Kode Risiko ... 58
commit to user
xDAFTAR GAMBAR
Gambar 1: Teori Domino ... 9
Gambar 2: Teori Gunung Es ... 13
Gambar 3: Bagan Kerangka Pemikiran ... 42
commit to user
xiDAFTAR LAMPIRAN
1. Lampiran 1 Jadwal Rencana Kegiatan Magang
2. Lampiran 2 Surat Keterangan Magang
3. Lampiran 3 Kebijakan K3 PT. Marunda Grahamineral
4. Lampiran 4 Daftar Presensi Mahasiswa Magang
5. Lampiran 5 Standart Operating Procedure Identifikasi Bahaya dan
Penilaian Risiko
6. Lampiran 6 Bagan alir coal crushing flow sheet PT. Marunda
Grahamineral
7. Lampiran 7 Job Safety Analysis (JSA) di Area Coal Crushing Plant
commit to user
BAB IPENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Program pembangunan di Indonesia telah membawa kemajuan pesat di
segala bidang kehidupan seperti sektor industri, jasa, properti, pertambangan,
transportasi, dan lainnya. Namun dibalik kemajuan tersebut ada harga yang
harus dibayar masyarakat Indonesia, yaitu dampak negatif yang
ditimbulkannya, salah satu diantaranya adalah bencana seperti kecelakaan,
pencemaran, dan penyakit akibat kerja yang mengakibatkan ribuan orang
cidera setiap tahunnya.
Kondisi ini disebabkan karena kurang adanya manajemen risiko (risk
management) yang memadai, serta masih kurangnya kepedulian mengenai
penerapan ilmu keselamatan dan kesehatan kerja (K3). Saat ini proses
pembangunan belum diimbangi dengan peningkatan kesadaran higiene
perusahaan, kesehatan dan keselamatan kerja. Sehingga bahaya dan resikonya
terus meningkat.
Manajemen risiko (risk management) sangatlah penting bagi
kelangsungan suatu usaha atau kegiatan. Karena jika di dalam suatu
perusahaan terjadi suatu bencana, seperti kebakaran atau kerusakan, maka
perusahaan akan mengalami kerugian yang sangat besar, yang dapat
menghambat, mengganggu bahkan menghancurkan kelangsungan usaha atau
kegiatan operasi. Manajemen risiko (risk management) merupakan alat untuk
Dalam aspek K3, kerugian berasal dari kejadian yang tidak diinginkan
yang timbul dari aktivitas organisasi. Dan tanpa menerapkan manajemen risiko
(risk management), maka perusahaan dihadapkan pada ketidakpastian.
Manajemen tidak mengetahui apa saja bahaya yang dapat terjadi dalam
organisasi atau perusahaannya, sehingga tidak mempersiapkan diri untuk
menghadapinya. Padahal pada setiap aktivitas yang dilakukan, tentunya
masing-masing mempunyai risiko.
Menurut Peter Drucker, prinsip bisnis yang baik adalah dengan
membuat perencanaan sebaik mungkin, namun juga bersiap-siap untuk
menghadapi kondisi terburuk. ³3ODQQLQJ IRU WKH EHVW EXW SUHSDUH IRU WKH
ZRUVW´
Upaya untuk pengendalian kecelakan kerja dan penyakit akibat kerja,
perlu adanya usaha untuk mengidentifikasi faktor-faktor/sumber-sumber
bahaya di tempat kerja dan dievaluasi risiko serta dilakukan upaya
pengendalian yang memadai. Dalam bidang K3 terdapat cara untuk
mengidentifikasi, menganalisa dan mengevaluasi faktor-faktor bahaya di
tempat kerja. Salah satu cara untuk mengidentifikasi bahaya adalah analisa
keselamatan kerja atau lebih dikenal dengan istilah Job Safety Analysis (Ramli,
2008).
PT. Marunda Grahamineral sebagai salah satu perusahaan Pemegang
Kontrak Perjanjian Kerjasama Perusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B)
yang tidak lepas dari faktor dan potensi bahaya dari proses produksinya,
dan keselamatan kerja PT. Marunda Grahamineral Coal Project bahwa
melakukan semua tindakan yang bisa dilakukan untuk memastikan bahwa
standar-standar tertinggi kesehatan dan keselamatan kerja dijaga bagi semua
karyawan dan kontraktor merupakan cita-cita tertingginya, melalui penerapan
program K3 yang diwujudkan dalam berbagai macam program. Salah satunya
upaya penerapan Job Safety Analysis (JSA) sebagai upaya untuk
mengidentifikasi bahaya-bahaya yang terdapat di lingkungan kerja, beserta
cara pengendalian/penanggulangan guna mencegah kecelakaan dan penyakit
akibat kerja yang mungkin timbul dari suatu pekerjaan (Marunda
Grahamineral, 2006).
Pembuatan Job Safety Analysis, selain memberikan tindakan
penanganan potensi bahaya juga dapat memberikan keuntungan lain kepada
manajemen. Dengan adanya penerapan Job Safety Analysis, seorang supervisor
dapat memberikan pelatihan tersendiri secara aman dengan prosedur yang
efisien bagi pekerja, mempermudah dalam memberikan instruksi kepada
pekerja baru yang akan melaksanakan pekerjaan dan risiko bahaya yang ada
dalam pekerjaan, serta dapat digunakan untuk mengkaji atau mempelajari
ulang apabila terjadi kecelakaan. Dengan adanya Job Safety Analysis, pekerja
dapat bekerja secara aman dan efisien, mengetahui bahaya yang ada dalam
pekerjaan dan tindakan pengendalianya, serta dapat meningkatkan pengetahuan
dan kesadaran akan pentingnya Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Sehingga berdasarkan latar belakang tersebut penulis mengambil judul
Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja di Area Coal Crushing Plant PT.
Marunda Grahamineral Laung Tuhup Site.DOLPDQWDQ7HQJDK´
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, didapatkan rumusan masalah yaitu
bagaimana pelaksanaan manajemen risiko (risk management) dengan
menggunakan metode Job Safety Analysis (JSA) di PT. Marunda Grahamineral,
Kalimantan Tengah.
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui apakah PT. Marunda Grahamineral telah berkomitmen
dalam menerapkan keselamatan kerja, termasuk dalam melaksanakan
manajemen risiko dengan metode Job Safety Analysis (JSA).
2. Untuk mengetahui bagaimana cara melakukan risk management dengan
menggunakan metode Job Safety Analysis (JSA).
3. Untuk mengetahui apakah penerapan dan pelaksanaan pembuatan JSA di
Area Coal Crushing Plant PT. Marunda Grahamineral sudah sesuai
dengan Permenaker No. PER.05/MEN/1996 tentang Pedoman Penerapan
SMK3.
4. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan sistem risk management yang
sudah diimplementasikan di PT. Marunda Graha Mineral.
5. Untuk mengetahui apakah sudah ada pengendalian terhadap potensi dan
D. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, antara
lain :
1. Bagi Perusahaan
Diharapkan dengan penelitian ini dapat memberikan masukan bagi
perusahaan dan dapat digunakan sebagai bahan evaluasi, khususnya
mengenai Manajemen Risiko dengan metode Job Safety Analysis di Area
Crusher Coal Plant PT. Marunda Grahamineral.
2. Bagi Program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja
Untuk menambah kepustakaan tentang Keselamatan dan Kesehatan
Kerja, khususnya mengenai manajemen risiko dengan metode Job Safety
Analysis di Area Crusher Coal Plant PT. Marunda Grahamineral.
3. Bagi Penulis
Untuk menambah pengetahuan dan mendalami wawasan tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja di PT. Marunda Grahamineral
khususnya yang berhubungan tentang manajemen risiko dengan metode
Job Safety Analysis.
4. Bagi Pembaca
Diharapkan menjadi informasi bagaimana pelaksanaan manajemen
risiko dengan Job Safety Analysis terhadap potensi bahaya dan
commit to user
BAB IILANDASAN TEORI
A.Tinjauan Pustaka
1. Tempat Kerja
Menurut Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan
Kerja pasal 1 ayat 1, yang dimaksud tempat kerja adalah tiap ruangan atau
lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap, dimana tenaga kerja
bekerja, atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha
dan dimana terdapat sumber atau sumber-sumber bahaya. Termasuk tempat
kerja ialah semua ruangan, lapangan, halaman dan sekelilingnya yang
merupakan bagian-bagian atau yang berhubungan dengan tempat kerja
tersebut. Oleh karena pada tiap tempat kerja terdapat sumber bahaya maka
pemerintah mengatur keselamatan kerja baik di darat, di tanah, di
permukaan air, di dalam air, maupun di udara yang berada di wilayah
kekuasaan hukum Republik Indonesia. Ketentuan tersebut berlaku dalam
tempat kerja, yang merupakan tempat-tempat :
a. Dibuat, dicoba, dipakai, atau dipergunakan mesin, pesawat, alat,
perkakas, peralatan atau instalasi yang berbahaya atau dapat
menimbulkan kecelakaan, kebakaran atau peledakan.
b. Dibuat, diolah, dipakai, dipergunakan, diperdagangkan, diangkut atau
disimpan bahan atau barang yang dapat meledak, mudah terbakar,
c. Dikerjakan pembangunan, perbaikan, perawatan, pembersihan atau
pembongkaran rumah, gedung atau bangunan lainnya termasuk bangunan
pengairan, saluran atau terowongan di bawah tanah dan sebagainya atau
dilakukan pekerjaan persiapan.
d. Dilakukan usaha pertanian, perkebunan, pembukaan hutan, pengerjaan
hutan, pengolahan kayu atau hasil hutan lainnya, peternakan, perikanan,
lapangan kesehatan.
e. Dilakukan usaha pertambangan, dan pengolahan emas, perak, logam atau
bijih logam lainnya, batuan-batuan, gas, minyak atau mineral lainnya
baik di permukaan atau di dalam bumi, maupun di dasar perairan.
f.Dilakukan pengangkutan barang, binatang atau manusia baik di daratan,
melalui terowongan, di permukaan air, dalam air maupun di udara.
g. Dikerjakan bongkar muat barang muatan di kapal, perahu, dermaga, dok,
stasiun atau gudang.
h. Dilakukan penyelaman, pengambilan benda dan pekerjaan lain di dalam
air.
i.Dilakukan pekerjaan dalam ketinggian di atas permukaan tanah atau
perairan.
j.Dilakukan pekerjaan di bawah tekanan udara atau suhu yang tinggi atau
yang rendah.
k. Dilakukan pekerjaan yang mengandung bahaya tertimbun tanah,
kejatuhan, terkena pelantingan benda, terjatuh atau terperosok, hanyut
l.Dilakukan pekerjaan dalam tangki, sumur atau lubang.
m.Terdapat atau menyebar suhu, kelembaban, debu, kotoran, api, asap, uap,
gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara atau getaran.
n. Dilakukan pembuangan atau pemusnahan sampah atau limbah.
o. Dilakukan pemancaran, penyinaran atau penerimaan radio, radar, televisi
atau telepon.
p. Dilakukan pendidikan, pembinaan, percobaan, penyelidikan atau riset
(penelitian) yang menggunakan alat tehnis.
q. Dibangkitkan, dirubah, dikumpulkan, disimpan, dibagi-bagikan atau
disalurkan listrik, gas, minyak atau air.
r.Diputar filem, dipertunjukkan sandiwara atau diselenggarakan rekreasi
lainnya yang memakai peralatan, instalasi listrik atau mekanik.
(Pungky, 2004)
2. Kecelakaan Kerja
Suatu industri sangat tidak menginginkan terjadi kecelakaan kerja
di lingkungan kerjanya, karena dapat menghancurkan reputasi
perusahaan-nya. Definisi dari kecelakaan kerja adalah kejadian yang tidak terduga dan
WLGDNGLLQJLQNDQ6XPD¶PXU1996), definisi lain adalah suatu peristiwa atau
kejadian yang tidak diinginkan, yang mengakibatkan cidera pada manusia
kerusakan pada harta benda atau kerugian pada proses produksi (Frank. E.
Bird, 2007).
Pada dasarnya kecelakaan disebabkan oleh dua hal yaitu tindakan
aman (unsafe condition). Dari penyelidikan-penyelidikan, ternyata faktor
manusia dalam timbulnya kecelakaan sangat penting. Selalu ditemui dari
hasil-hasil penelitian, bahwa 80-85% kecelakaan disebabkan oleh kelalaian
atau kesalahan manusia. Bahkan ada suatu pendapat, bahwa akhirnya
langsung atau tidak langsung semua kecelakaan adalah dikarenakan faktor
manusia. Kurang kendali dari sistem manajemen merupakan sebab utama
terjadinya kecelakaan (Frank. E. Bird dan Jr. George L Jerman, 2007).
Untuk mengetahui lebih dalam mengenai penyebab terjadinya suatu
kecelakaan, banyak para praktisi yang memperkenalkan teori loss causation
model (model penyebab kerugian). Salah satu model teori domino yang
diperkenalkan oleh International Loss Control Institut (ILCI). Dalam teori
sederhana ini dinyatakan bahwa kecelakaan tidak datang dengan sendirinya,
ada serangkaian peristiwa sebelumnya yang mendahului adanya suatu
kecelakaan, dalam teori ini rangkaian peristiwa tersebut digambarkan
sebagai rangkaian kartu domino.
Rangkaian kartu domino berikut ini menggambarkan hubungan
manajemen secara langsung dengan sebab dan akibat dari suatu kejadian
yang dapat menurunkan prestasi dari suatu kegiatan produksi.
Gambar. 1 Teori domino
Untuk lebih detailnya, diagram alur tersebut dapat dijabarkan
a. Kurangnya Sistem Pengendalian (Lack of Control)
Kurangnya kontrol merupakan urutan pertama menuju terjadinya
kecelakaan yang dapat mengakibatkan kerugian. Kontrol merupakan
salah satu fungsi utama dari manajemen yaitu: Planning, Organizing,
Leading, dan Controling.
Tanpa manajemen pengendalian yang kuat, penyebab kecelakaan
dan rangkaian efek akan dimulai dan memicu faktor penyebab kerugian.
Kurangnya pengendalian dapat disebabkan karena faktor :
1) Program yang tidak memadai
2) Standar program yang tidak memadai.
3) Tidak memenuhi standar.
Domino pertama akan jatuh pada pihak manajemen yang tidak mampu
mengorganisasi, memimpin dan mengontrol pekerja dalam memenuhi
standar yang telah di tentukan (Rudi, 2007).
b. Penyebab Dasar (Basic Cause)
Dari adanya kontrol yang tidak memadai akan menyebabkan
timbulnya peluang pada penyebab dasar dari kejadian yang menyebabkan
kerugian.
Penyebab dasar terdiri dari :
1) Faktor manusia
Kurangnya kemampuan fisik atau mental, kurangnya
pengetahuan, keterampilan, stress atau tegang, atau motivasi yang
2) Faktor pekerjaan
Adanya standar kerja tidak cukup, rancang bangun dan pemeliharaan
yang tidak memadai, standar pembelian yang kurang atau lain-lain
(Suardi, 2007).
c. Penyebab Langsung (Immediate Cause)
Jika penyebab dasar terjadi, maka terbuka peluang untuk menjadi
tindakan dan kondisi tidak aman. Menurut Heinrich dalam Dasar-Dasar
K3 (2007), menyebutkan bahwa 88% kecelakaan diakibatkan oleh
tindakan yang tidak aman, 10% karena kondisi yang tidak aman dan 2%
disebabkan oleh faktor yang tidak disebutkan.
1) Tindakan tidak aman (Unsafe Act)
Tindakan tidak aman adalah pelanggaran terhadap cara kerja
yang aman yang mempunyai resiko terjadinya kecelakaan, antara lain:
a) Menjalankan sesuatu tanpa izin.
b) Gagal mengingat atau mengamankan.
c) Menjalankan sesuatu peralatan dengan kecepatan yang tidak sesuai.
d) Tidak menggunakan alat-alat keselamatan kerja.
e) Menggunakan peralatan dangan cara tidak benar.
f) Tidak menggunakan alat pelindung diri.
g) Cara memuat dan membongkar tidak benar.
h) Cara mengangkat yang tidak benar.
i) Posisi yang tidak betul.
2) Kondisi tidak aman (Unsafe Condition)
Adalah kondisi fisik yang berbahaya dan keadaan yang
berbahaya yang langsung membuka peluang terjadinya kecelakaan,
antara lain :
a) Pengaman atau pelindung yang tidak cukup.
b) Alat, peralatan atau bahan yang rusak.
c) Penyumbatan .
d) Sistem peringatan yang tidak memadai.
e) Bahaya kebakaran dan peledakan.
f) Kurang bersih.
g) Kondisi yang berbahaya seperti : debu, gas, uap.
h) Kebisingan yang berlebih.
i) Kurangnya ventilasi dan penerangan.
(Suardi, 2007)
d. Kejadian (Incident)
Bila tindakan atau kondisi tidak aman tersebut tidak dilakukan
kontrol maka akan menyebabkan insiden. Insiden adalah kejadian yang
tidak di inginkan, dalam keadaan yang sedikit berbeda dapat
mengakibatkan bahaya fisik terhadap manusia, kerusakan harta benda
atau terganggunya suatu proses, atau bisa dikatakan bahwa insiden
adalah suatu kondisi yang dapat menyebabkan hampir terjadinya suatu
kerugian meskipun kondisi bahaya belum benar-benar terjadi. Insiden
dapat menyebabkan cidera fisik atau kerusakan benda digolongkan sesuai
terpeleset, terperangkap, terkena listrik, panas, dingin, kebisingan dan
bahaya lainya (Suardi, 2007).
e. Kerugian (Loss)
Keseluruhan urutan di atas apabila terjadi, maka akan
menyebabkan adanya kerugian terhadap manusia, harta benda dan akan
mempengaruhi produktifitas dan kualitas kerja.
Kecelakaan akan mengakibatkan cidera dan atau mati, kerugian
harta benda bahkan sangat mempengaruhi moral pekerja termasuk
keluarganya.
Biaya yang timbul sebagai akibat kecelakaan dapat digambarkan
seperti Gunung es yang kemudian sering disebut Teori Gunung Es yang
artinya biaya langsung sebagai bongkahan gunung es yang terlihat pada
pemukaan laut, sedang biaya tidak langsung yaitu bongkahan gunung es
yang berada dibawah permukaan laut yang jauh lebih besar.
Dari kecelakaan yang ditimbulkan dapat diketahui kerugian yang
dicapai baik ekonomi maupun non ekonomi. Kerugian ekonomi dapat
berupa biaya langsung dan biaya tidak langsung.
1) Biaya Langsung meliputi :
a) Biaya perawatan dokter
b) Biaya kompensasi
2) Biaya tidak langsung meliputi :
a) Kerusakan dan kerugian harta benda, meliputi :
(1) Biaya kerusakan bangunan
(2) Biaya kerusakan perkakas
(3) Biaya kerusakan hasil produksi dan material
(4) Gangguan dan keterlambatan produksi
(5) Biaya untuk pemenuhan aturan
(6) Biaya untuk peralatan gawat darurat.
(7) Biaya sewa peralatan
(8) Waktu untuk penyelidikan
b) Biaya lain terdiri dari :
(1) Gaji selama tidak bekerja
(2) Biaya pergantian serta pelatihan.
(3) Lembur.
(4) Ekstra waktu untuk Supervisor.
(5) Penurunan hasil kerja bagi yang celaka sewaktu memulai kerja
3. Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Keselamatan Kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin,
pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja
dan lingkungannya serta cara-FDUDPHODNXNDQSHNHUMDDQ6XPD¶PXU
Kesehatan Kerja adalah spesialisasi dalam Ilmu
Kesehatan/Kedokteran beserta prakteknya yang bertujuan agar para
pekerja/masyarakat pekerja memperoleh derajat kesehatan
setinggi-tingginya, baik fisik, atau mental, maupun sosial, dengan usaha-usaha
preventif dan kuratif, terhadap penyakit-penyakit/gangguan-gangguan
kesehatan yang diakibatkan faktor-faktor pekerjaan dan lingkungan kerja,
serta terhadap penyakit-SHQ\DNLWXPXP6XPD¶PXU.
Untuk menghindari terjadinya suatu kecelakaan diperlukan suatu
unsur pengaturan terhadap seluruh unsur di perusahaan yang terintregrasi
oleh seluruh pihak perusahaan yang melibatkan keterkaitan unsur tersebut
dalam menimbulkan suatu kondisi dengan potensi yang dapat menimbulkan
kecelakaan. Pengaturan tersebut merupakan wujud dari program
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yang harus menjadi komitmen
setiap perusahaan. Untuk mendorong agar perusahaan menerapkan program
K3 tersebut maka pemerintah mengeluarkan Undang-Undang No. 1 Tahun
1970 tentang Keselamatan Kerja Bab III pasal 3 mengenai syarat-syarat
keselamatan kerja yang menyatakan bahwa dengan peraturan perundangan
ditetapkan syarat-syarat keselamatan kerja, antara lain :
Point M. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat, lingkungan,
cara kerja dan prosedur kerja.
Point R. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada
pekerjaan yang bahaya kecelakaannya menjadi bertambah
tinggi.
Bab V Tentang pembinaan, pasal 9 point 1.d bahwa pengurus wajib
menunjukkan dan menjelaskan pada pekerja tentang cara-cara dan sikap
yang aman dalam melaksanakan pekerjaan, serta point 3 mengenai
kewajiban manajemen untuk melakukan Pembinaan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja yang berlaku di tempat kerja.
Undang-undang tersebut ditambah dengan Peraturan Menteri Tenaga
Kerja RI, No. PER.05/MEN/1996, point 2 tentang perencanaan yang
menyatakan bahwa identifikasi bahaya, penilaian risiko dari kegiatan
produksi barang dan jasa harus dipertimbangkan saat merumuskan rencana
kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang harus ditetapkan dan
dipelihara prosedurnya (Pungky, 2004).
4. Manajemen Risiko
Risiko adalah kemungkinan (probability) terjadinya suatu
kecelakaan (cidera dan atau kerusakan) terhadap manusia, peralatan dan
atau lingkungan yang terpapar didalam suatu bahaya (Marunda
Bahaya adalah sumber atau situasi yang berpotensi menyebabkan
kerusakan /cidera (kecelakaan) pada manusia, peralatan dan lingkungan
(Marunda Grahamineral, 2010).
Risiko bisa terjadi dikarenakan adanya peluang sesuatu terjadi yang
akan berpengaruh terhadap tujuan dan Risiko terukur dari kemungkinan
terjadi dan konsekwensi yang ditimbulkan (AS/NZS 4360. 1995).
Manajemen risiko adalah suatu proses atau perencanaan identifikasi,
penilaian, dan prioritas risiko diikuti dengan koordinasi dan aplikasi
ekonomis sumber daya yang ada untuk mengurangi, memonitor, dan
mengendalikan probabilitas dan atau dampak dari severitas atau untuk
memaksimalkan realisasi peluang. (ISO / IEC Guide 73:2009).
Menurut OHSAS 18001:2007, manajemen K3 adalah upaya terpadu
untuk mengelola risiko yang ada dalam aktivitas perusahaan yang dapat
mengakibatkan cedera pada manusia, kerusakan atau gangguan terhadap
bisnis perusahaan. Karena itu salah satu klausul dalam siklus manajemen K3
adalah mengenai manajemen risiko. Manajemen resiko terbagi atas 3 bagian
yaitu hazard identification, risk assesment, dan risk control.
Manajemen risiko (Risk Management) adalah suatu upaya mengelola
risiko untuk mencegah terjadinya kecelakaan yang tidak diinginkan secara
komprehensif, terencana, dan terstruktur dalam suatu kesisteman yang baik.
Menurut teori domino kecelakaan tidak timbul dengan sendirinya, akan
tetapi ada serangkaian peristiwa yang sebelumnya mendahului atau menjadi
manajemen risiko sangat diperlukan untuk mencari atau mengidentifikasi
faktor penyebab terjadinya risiko kecelakaan agar faktor penyebab atau
pemicu dapat segera diatasi. Manajemen risiko sangat berkaitan sekali
dengan bahaya dan risiko yang ada di tempat kerja, dimana bahaya dan
risiko tersebut dapat menimbulkan kerugian bagi perusahaan. Apabila dalam
suatu perusahaan tidak ada manajemen risiko yang baik, kemungkinan besar
perusahaan akan mengalami kesalahan dalam sistem pengendalian risiko,
yang berdampak pada kerugian perusahaan.
Untuk meraih semua itu maka dibutuhkan sistem manajemen risiko
yang sangat baik di dalam perusahaan. Dalam pelaksanaannya untuk
mewujudkan sistem manajemen risiko yang baik, maka harus melalui
beberapa tahapan, yaitu :
a. Identifikasi Bahaya (Hazard Identification)
Identifikasi bahaya merupakan upaya sistematis untuk
mengetahui adanya bahaya dalam aktivitas organisasi. Menurut Stuart
Hawthorn I. Eng., M.I. Plant E. dalam buku Risk Management Process,
cara sederhana melakukan identifikasi bahaya adalah dengan melakukan
pengamatan lapangan secara langsung. Ada 3 pertanyaan yang dapat
dipakai sebagai pendahuluan :
1) Apakah ada sumber untuk menimbulkan cedera/loss?
Sumber potensi bahaya merupakan faktor penyebab kerja yang
dapat ditentukan dan dikendalikan. Sumber-sumber bahaya berasal
a) Bangunan, Peralatan dan Instalasi
Di dalam bangunan suatu tempat kerja perlu di perhatikan
masalah kontruksi dan desain. Hal tersebut dimaksudkan agar
tempat kerja yang dibangun dapat menjamin keselamatan dan
kesehatan bagi setiap pekerja dan orang lain yang bekerja di tempat
kerja, baik dari segi penerangan, ventilasi, ergonomi, jalan dan
persimpangan harus beri marka yang jelas. Begitu juga penempatan
rambu-rambu pada bagian yang membutuhkan. Tersedianya jalan
untuk menyelamatkan diri dan dibutuhkan lebih dari satu pada sisi
yang berlawanan. Pintu harus membuka keluar guna memudahkan
dalam melakukan penyelamatan diri.
Suatu proses produksi tidak lepas dari penggunakan
peralatan yang berguna untuk menunjang kegiatan produksi, dan
dalam penggunaanya sudah pasti akan menimbulkan potensi
bahaya yang apabila tidak digunakan secara baik akan
menimbulkan bermacam-macam bahaya.
Untuk memastikan suatu peralatan aman dipakai maka
diperlukan alat pengaman yang diatur oleh peraturan-perturan
dibidang keselamatan kerja. Untuk peralatan yang rumit
pengoperasianya perlu disediakan operation manual dan suatu
petunjuk sebagai daftar periksa (cheklist).
b) Bahan
Karakteristik bahan yang ditimbulkan dari suatu bahan
(1) Mudah terbakar.
(2) Mudah meledak.
(3) Menimbulkan energi.
(4) Menimbulkan kerusakaan pada kulit dan jaringan tubuh.
(5) Menyebabkan kanker.
(6) Menyebabkan kelainan pada janin.
(7) Bersifat racun.
(8) Radioaktif.
Selain resiko yang berbeda-beda, setiap bahan mempunyai
intensitas atau tingkat bahaya yang berbeda, misalnya pengaruh
dari suatu bahan kimia ada yang akut dan ada yang kronis. Untuk
mengetahui setiap karakteristik suatu bahan dan penanganannya
dibuat MSDS (Material Safety Data Sheet) sebagai alat informasi
kepada tenaga kerja agar dapat mengenali karakteristik dan cara
penanganan bahan-bahan kimia tersebut.
c) Proses
Bahaya yang timbul dari faktor proses tergantung dari
teknologi yang dipakai. Proses yang dilakukan dengan
menggunakan peralatan sederhana dan peralatan yang komplek/
rumit mempunyai potensi bahaya yang berbeda. Dalam suatau
proses sering digunakan faktor tambahan yang dapat memperbesar
faktor risiko bahaya. Dari proses produksi terkadang timbul debu,
terpotong, memar, tertimpa bahan. Hal tersebut dapat
mengakibatkan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
d) Cara kerja
Cara kerja mempunyai efek bahaya baik terhadap karyawan
sendiri atau orang yang berada di sekitar. Cara kerja yang
dimaksud antara lain :
(1)Cara mengangkat dan mengangkut, apabila terjadi kesalahan
akan mengakibatkan cidera (umumnya cidera tulang belakang).
(2)Cara kerja yang salah dapat menyebabkan hamburan pertikel
(debu, serbuk logam), percikan api serta tumpahan bahan
kimia.
(3)Memakai alat pelindung diri yang tidak semestinya dan cara
pemakaian yang salah.
e) Lingkungan kerja
Terdiri atas :
(1) Fisik
(a)Temperatur
Kondisi tempat kerja yang terlalu panas dapat
menyebabkan tenaga kerja cepat lelah, karena kehilangan
cairan dan garam dalam tubuh. Bila suhu lingkungan/tempat
kerja berlebih maka suhu tubuh akan meningkat yang akan
menyebabkan gangguan kesehatan dan hilangnya
menyebabkan tenaga kerja mudah sakit, karena daya tahan
tubuh menurun.
(b)Kebisingan
Kebisingan adalah suara yang tidak diinginkan atau
suara yang intensitasnya melebihi Nilai Ambang Batas
(NAB) yaitu sekitar 85 dB selama 8 jam sehari atau 40 jam
perminggu. Dengan kondisi melebihi NAB secara tidak
langsung akan mempengaruhi alat pendengaran, gangguan
komunikasi, konsentrasi dan ganguan fisik. Pada awalnya
gangguan tersebut bersifat sementara tapi kemudian
berubah menjadi permanen.
(c)Penerangan
Penerangan yang intensitasnya kurang memadai atau
menyilaukan akan menyebabkan kelelahan pada mata yang
pada akhirnya akan menyebabkan rasa kantuk dan hal ini
dapat menyebabkan kecelakaan pada operator.
(d)Getaran
Getaran yang berlebih akan dapat menyebabkan
kelainan pada sistem peradaran darah, saraf, sendi dan
tulang punggung.
(e)Radiasi
Radiasi dapat menyebabkan kelainan pada tubuh dan
(2) Kimia
Sumber bahaya yang bersifat kimia yang berasal dari
bahan-bahan yang di pakai maupun yang digunakan selama
proses produksi yang terhambur, tercecer ke lingkungan kerja
akibat dari instalasi dan penanganan yang kurang memadai.
Sumber bahan kimia dapat mengakibatkan gangguan lokal dan
sistematik. Gejala yang timbul dapat bersifat akut dan kronis.
(3) Biologis
Sumber bahaya yang dapat menyebabkan gangguan
kesehatan/penyakit akibat kerja atau penyakit umum. Sumber
bahaya biologis dapat berupa jasad renik, gangguan serangga
dan gangguan lain.
(4) Psikologis
Ganguan psikologis dapat terjadi karena adaya pressure
ditempat kerja, hubungan kerja yang tidak harmonis. Gangguan
ini dapat berupa gangguan fisik (tekanan darah, stres, dan
sebagainya).
(5) Fisiologis
Gangguan ini bersifat faal dapat diakibatkan karena
overload dan peralatan yang tidak sesuai atau tidak serasi
dangan tenaga kerja.
2) Target apa saja yang terkena/terpengaruh bahaya?
Target yang mungkin terkena/terpengaruh sumber bahaya;
c) Peralatan/fasilitas
d) Lingkungan
e) Proses (downtime)
f) Reputasi
3) Bagaimana mekanisme cedera/loss dapat timbul?
Mekanisme cedera/loss dapat timbul :
a) Jatuh dari (elevansi sama dan berbeda)
b) Tertimpa/terkena benda jatuh
c) Terbentur/tertabrak
d) Terjebak/terjepit
e) Mengeluarkan tenaga berlebihan
f) Terpapar/kontak dengan suhu berlebihan
g) Terpapar/kontak dengan arus listrik
h) Terpapar/kontak dengan bahan berbahaya
(Ramli, 2009)
Identifikasi bahaya adalah suatu tekhnik komprehensif untuk
mengetahui potensi bahaya yang ada dari suatu bahan, alat, atau sistem.
Tekhnik identifikasi bahaya ada berbagai macam yang dapat di
klasifikasikan atas :
1) Metoda pasif
Bahaya dapat dikenal dengan mudah jika kita mengalaminya
sendiri secara langsung. Seseorang akan mengetahui adanya bahaya
metoda ini sangat rawan, karena tidak semua bahaya dapat
menunjukkan eksistensinya sehingga dapat terlihat.
2) Metoda semi proaktif
Metoda ini disebut juga belajar dari pengalaman orang lain
karena kita tidak perlu mengalaminya sendiri. Metoda ini lebih baik
karena tidak perlu mengalaminya sendiri setelah itu baru mengetahui
adanya bahaya, namun metoda ini juga kurang efektif kareana :
a) Tidak semua bahaya telah diketahui atau pernah menimbulkan
dampak kejadian kecelakaan.
b) Tidak semua kejadian dilaporkan atau diinformasikan kepada
pihak laim untuk diambil sebagai pelajaran
c) Kecelakaan telah terjadi yang berarti tetap menimbulkan kerugian,
walaupun menimpa pihak lain.
3) Metoda Proaktif
Metoda terbaik untuk mengidentifikasi bahaya adalah cara
proaktif atau mencari bahaya sebelum bahaya tersebut menimbulkan
akibat atau dampak yang merugikan. Tindakan proaktif memiliki
kelebihan :
a) Bersifat preventif karena bahaya dikendalikan sebelum
menimbulkan kecelakaan atau cedera.
b) Bersifat peningkatan berkelanjutan (continual improvement) karena
c) Meningkatkan kepedulian (awareness) semua pekerjaan setelah
mengetahui dan mengenal adanya bahaya disekitar tempat
kerjanya.
d) Mencegah pemborosan yang tidak diinginkan, karena adanya
bahaya dapat menimbulkan kerugian.
Dewasa ini telah berkembang berbagai macam tekhnk
identifikasi bahaya yang bersifat proaktif antara lain :
1) Daftar periksa dan audit atau inspeksi K3
2) Analisa bahaya awal
3) Analisa pohon kegagalan
4) Analisa what if
5) Analisa Modal Kegagalan dan efek
6) Hazops (Hazard and Operability study)
7) Analisa Keselamatan Kerja (Job Safety Analysis)
8) Analisa Risiko Pekerjaan (Task Risk Analysis)
(Ramli, 2009)
Identifikasi bahaya memberikan berbagai manfaat bagi
perusahaan antara lain :
1) Mengurangi peluang kecelakaan
Identifikasi bahaya dapat mengurangi peluang terjadinya
kecelakaan, karena identifikasi bahaya berkaitan dengan faktor
penyebab kecelakaan. Dengan identifikasi bahaya maka berbagai
dan kemudian dihilangkan, sehingga kemungkinan kecelakaan dapat
ditekan.
2) Untuk memberikan pemahaman bagi semua pihak (pekerja,
manajemen ataupun semua pihak yang terkait) mengenai potensi
bahaya dari aktivitas perusahaan, sehingga dapat meningkatkan
kewaspadaan dalam menjalankan operasi perusahaan.
3) Sebagai landasan sekaligus masukan untuk menentukan strategi
pencegahan dan pengamanan yang tepat dan efektif. Dengan
mengenal bahaya yang ada, manajemen dapat menentukan skala
prioritas penanganannya sesuai dengan tingkat resikonya, sehingga
diharapkan hasilnya akan lebih efektif.
4) Memberikan informasi yang terdokumentasi mengenai sumber bahaya
dalam perusahaan kepada semua pihak khususnya pemangku
kepentingan. Dengan demikian mereka dapat memperoleh gambaran
mengenai resiko suatu usaha yang dilakukan (Ramli, 2009)
b. Penilaian Risiko (Risk Assessment)
Penilaian resiko adalah upaya untuk menghitung besarnya suatu
resiko dan menetapkan apakah resiko tersebut dapat diterima atau tidak.
Penilaian risiko (Risk Assessment) mencakup dua tahapan proses yaitu :
1) Analisa Risiko (Risk Analysis)
Analisa risiko (Risk Analysis) adalah untuk menentukan
kemungkinan terjadinya (kemungkinan atau likelihood) dan
keparahan bila risiko tersebut terjadi (severity atau consequences).
2) Evaluasi Risiko (Risk Evaluation)
Evaluasi risiko (Risk Evaluation) adalah untuk menilai apakah
resiko tersebut dapat diterima atau tidak dan untuk menentukan
prioritas risiko.
Peringkat risiko sangat penting sebagai alat manajemen untuk
dapat mengambil keputusan. Melalui peringkat resiko manajemen
dapat menentukan skala prioritas dalam penanganan segala risiko
yang ada.
c. Pengendalian Risiko (Risk Control)
Menurut ILO dalam Dasar-Dasar K3 (2007), langkah-langkah
penanggulangan kecelakaan kerja dapat dilakukan dengan :
1) Peraturan perundang-undangan
Ketentuan dan syarat K3 mengikuti perkembangan ilmu
pengetahuan, tehnik dan teknologi; penerapan ketentuan dan syarat
K3 sejak tahap rekayasa; penyelenggaraan pengawasan dan
pemantauan pelaksanaan K3.
2) Standarisasi
Standar K3 maju akan menentukan tingkat kemajuan
pelaksanaan K3.
3) Inspeksi
4) Riset teknis, medis, psikologis dan statistik
Riset/ penelitian untuk menunjang tingkat kemajuan bidang K3
sesuai perkembangan ilmu pengetahuan, tehnik dan teknologi.
5) Pendidikan dan latihan
Peningkatan kesadaran, kualitas pengetahuan dan ketrampilan
K3 bagi tenaga kerja.
6) Persuasi
Cara penyuluhan dan pendekatan di bidang K3, bukan melalui
penerapan dan pemaksaan melalui sanksi-sanksi.
7) Asuransi
Insentif finansial untuk meningkatkan pencegahan kecelakaan
dengan pembayaran premi yang lebih rendah terhadap perusahaan
yang memenuhi syarat K3.
8) Penerapan K3 di tempat kerja
Langkah-langkah pengaplikasikan di tempat kerja dalam upaya
memenuhi syarat-syarat K3 di tempat kerja.
Pendekatan yang paling sering dipakai dan yang dianjurkan
dalam perundangan dalam pengendalian kecelakaan adalah dengan
menggunakan hirarki pengendalian, yaitu sebagai berikut :
1) Eliminasi
Eliminasi merupakan langkah memodifikasi atau
bahaya secara keseluruhan (nol). Efektifitas dari eliminasi ini adalah
100%, artinya dapat menghilangkan bahaya sampai pada titik nol.
2) Substitusi
Subtitusi merupakan penggantian material, bahan, proses yang
mempunyai nilai risiko yang tinggi dengan yang mempunyai nilai
risiko lebih kecil.
3) Isolasi
Isolasi yaitu memisahkan bahaya dari manusia dengan pagar,
ruang atau pemisah waktu. Perubahan struktural dilakukan terhadap
lingkungan kerja atau proses kerja untuk menghambat atau menutup
jalannya transmisi pekerja dan bahan. Untuk itu dipergunakan room
control, penjaga mesin, penutup bahaya, penggunaan ventilasi
penghisap dan alat untuk penanganan manual.
4) Administrasi
Pengendalian administratif dengan mengurangi atau
menghilangkan kandungan bahaya dengan memenuhi prosedur atau
instruksi. Pengendalian tersebut diantaranya adalah mengurangi
pemaparan terhadap kandungan bahaya dengan pergiliran atau
perputaran kerja (job rotation), sistem ijin kerja atau hanya dengan
menggunakan tanda bahaya. Pengendalian administratif tergantung
pada perilaku manusia untuk mencapai keberhasilan.
5) Alat Pelindung Diri (APD)
Alat pelindung diri dikenakan oleh pekerja sebagai pelindung
mengurangi keparahan risiko yang timbul. Keberhasilan pengendalian
ini tergantung dari alat pelindung diri yang dikenakan itu sendiri,
artinya alat yang digunakan haruslah sesuai dan dipilih dengan benar.
Dalam melakukan pengendalian risiko kecelakaan ini, maka dapat
ditentukan jenis pengendalian terhadap bahaya tersebut dengan
mempertimbangkan tingkat paling atas dari hirarki pengendalian, jika
tingkat atas tidak dapat dipenuhi maka melakukan upaya tingkat
pengendalian selanjutnya, demikian seterusnya sehingga pengendalian
risiko kecelakaan dilakukan berdasarkan hirarki pengendalian. Akan
tetapi mungkin juga dapat dilakukan upaya-upaya gabungan dari
pengendalian tersebut untuk mencapai tingkat pengendalian risiko yang
diinginkan, yaitu dengan :
1) Pemantauan dan Tinjauan Ulang
Setelah rencana tindakan pengendalian risiko dilakukan maka
selanjutnya perlu dipantau ulang apakah tindakan tersebut sudah
efektif atau belum. Bentuk pemantauan antara lain :
a) Inspeksi K3
b) Pemantauan Lingkungan
c) Audit
2) Komunikasi dan Konsultasi
Hasil manajemen risiko harus dikomunikasikan dan diketahui
oleh semua pihak yang berkepentingan sehingga akan memberikan
informasi yang jelas mengenai semua resiko yang ada di bawah
kendalinya. Demikian pula dengan para pekerja, perlu diberi informasi
mengenai semua potensi yang ada di tempat kerjanya sehingga
mereka bias melakukan pekerjaan atau kegiatannya dengan aman.
Pihak lainpun, seperti pemasok, kontraktor, dan masyarakat sekitar
aktivitas perusahaan juga perlu mendapat informasi yang jelas tentang
kegiatan perusahaan dan potensi bahaya yang dapat timbul dan akan
membawa pengaruh terhadap keselamatannya. Komunikasi yang
digunakan dapat berupa edaran, petunjuk praktis, forum komunikasi,
buku panduan atau pedoman kerja. Untuk pekerja tingkat bawah dan
masyarakat sekitar, aspek manajemen resiko harus dikomunikasikan
dengan bahasa praktis dan sederhana sehingga mudah dipahami.
Dengan mengetahui dan memahami semua resiko yang ada di
lingkungannya, maka semua pihak akan dapat bertindak hati-hati.
Upaya pencegahan kecelakaan akan dapat dilakukan dengan efektif.
Manajemen resiko mengisyaratkan perlunya partisipasi semua pihak
dalam pengembangan dan penerapannya. Tanpa partisipasi aktif,
manajemen resiko tidak akan dapat berhasil dengan baik. Oleh karena
itu, dalam proses manajemen risiko semua pihak harus dilibatkan
sesuai dengan porsinya masing-masing dan lingkup kegiatannya.
Bentuk konsultasi atau partisipasi dalam pengembangan manajemen
resiko dapat dilakukan melalui berbagai bentuk, antara lain :
Penerapan manajemen risiko harus dilakukan secara
terencana dan terpadu dengan melibatkan banyak pihak. Karena itu
manajemen perlu membentuk tim implementasi yang diberi tugas
dan tanggung jawab untuk mengembangkan dan menerapkan
manajemen risiko di lingkungan perusahaan atau organisasi. Tim
ini dapat dipilih atau disusun berdasarkan kompetensi atau menurut
disiplin sehingga dapat mewakili semua unsur sehingga tingkat
partisipasi akan lebih tinggi.
b) Tim Identifikasi Bahaya
Perusahaan juga dapat membentuk tim khusus untuk
menangani aspek tertentu, misalnya tim identifikasi bahaya. Tim
ini dapat dibentuk khusus untuk melakukan identifikasi bahaya
diseluruh area kegiatan, misalnya tim khusus untuk kajian analisa
keselamata kerja (Job Safety Analysis/JSA).
Untuk melakukan risk management, Job Safety Analysis
(JSA) bermanfaat untuk mengidentifikasi dan menganalisa bahaya
dalam suatu pekerjaan (Job). Hal ini sejalan dengan pendekatan
sebab kecelakaan yang bermula dari adanya kondisi atau tindakan
tidak aman saat melakukan aktivitas. Karena itu dengan melakukan
identifikasi bahaya pada setiap jenis pekerjaan dapat dilakukan
langkah pencegahan yang tepat dan efektif (Ramli, 2009).
Seperti yang disebutkan diatas, salah satu kegiatan yang dilakukan
untuk melakukan manajemen risiko adalah dengan pembuatan Job Safety
Analysis. Job Safety Analysis atau sering disebut Analisa Keselamatan
Pekerjaan merupakan salah satu sistem identifikasi bahaya dan manajemen
risiko yang dalam pelaksanaan ditekankan pada identifikasi risiko dari
bahaya yang muncul pada tiap-tiap tahapan pekerjaan/tugas yang dilakukan
tenaga kerja atau analisa keselamatan pekerjaan merupakan suatu
cara/metode yang digunakan untuk memeriksa dan menemukan
bahaya-bahaya sebelumnya diabaikan dalam merancang tempat kerja, fasilitas/alat
kerja, mesin yang digunakan dan proses kerja.
Menurut NOSA (1999), JSA merupakan salah satu usaha dalam
menganalisa tugas dan prosedur yang ada di suatu industri. JSA
didefinisikan sebagai metode mempelajari suatu pekerjaan untuk
mengidentifikasi bahaya dan potensi insiden yang berhubungan dengan
setiap langkah, mengembangkan solusi yang dapat menghilangkan dan
mengkontrol bahaya serta insiden.
Job Safety Analysis merupakan salah satu langkah utama dalam
analisa bahaya dan kecelakaan dalam usaha menciptakan keselamatan kerja.
Bila bahaya telah dikenali maka dapat dilakukan tindakan pengendalian
yang berupa perubahan fisik atau perbaikan prosedur kerja yang dapat
mereduksi bahaya kerja. Dalam pelaksanaannya, prosedur analisa
kerja yang dikenal sebagai JSA untuk mempermudah pengertian prosedur
kerja pada karyawan.
Hal-hal positif yang dapat diperoleh dari pelaksanaan JSA, adalah :
a. Sebagai upaya pencegahan kecelakaan
b. Sebagai alat kontak safety(safety training) terhadap tenaga kerja baru
c. Melakukan review pada Job prosedur setelah terjadi kecelakaan
d. Memberikan pre job intruction pada pekerjaan yang baru
e. Memberikan pelatihan secara pribadi kepada karyawan
f. Meninjau ulang SOP sesudah kecelakaan atau nearmiss accident terjadi.
Dalam pembuatan JSA, terdapat teknik yang dapat memudahkan
pengerjaannya, yaitu :
a. Memilih orang yang tepat untuk melakukan pengamatan, misalnya orang
yang berpengalaman dalam pengerjaan, mampu dan mau bekerja sama
dan saling tukar pikiran dan gagasan.
b. Apabila orang tersebut tidak paham akan perannya dalam pembuatan
JSA, maka diberi pengarahan dahulu tentang maksud dan tujuan
pembuatan JSA.
c. Bersama orang tersebut melakukan pengamatan/pengawasan terhadap
pekerjaan dan mencoba untuk membagi atau memecahkan pekerjaan
tersebut menjadi beberapa langkah dasar.
d. Mencatat pekerjaan tersebut setelah membagi pekerjaan tersebut.
e. Memeriksa dengan seksama dan mendiskusikan hasil tersebut ke bagian
Tujuan pelaksanaan Job Safety Analysis secara umum bertujuan
untuk mengidentifikasi potensi bahaya disetiap aktivitas pekerjaan sehingga
tenaga kerja diharapkan mampu mengenali bahaya tersebut sebelum terjadi
kecelakaan atau penyakit akibat kerja.
Sebagai tujuan jangka panjang dari program JSA ini diharapkan
tenaga kerja dapat ikut berperan aktif dalam pelaksanan JSA, sehingga dapat
menanamkan kepedulian tenaga kerja terhadap kondisi lingkungan kerjanya
guna menciptakan kondisi lingkungan kerja yang aman dan meminimalisasi
kondisi tidak aman (unsafe condition) dan perilaku tidak aman (unsafe
action).
Pelaksanaan Job Safety Analysis mempunyai manfaat dan
keuntungan sebagai berikut :
1) Dapat digunakan untuk memberikan pelatihan atau training mengenai
prosedur kerja dengan lebih aman dan efisien.
2) Memberikan training kepada tenaga kerja/karyawan baru.
3) Memberikan Pre-job instruction pada pekerjaan yang tidak tetap.
4) Melakukan review pada job prosedur setelah terjadi kecelakaan.
5) Melakukan studi terhadap pekerjaan untuk memungkinan dilakukan
improvement metode kerja.
6) Identifikasi pengaman apa saja yang perlu dipakai saat bekerja
7) Meningkatkan produktifitas kerja dan tingkah laku positif mengenai
Didalam melaksanakan program JSA, terdapat empat langkah dasar
yang harus dilakukan, yaitu :
a. Menentukan pekerjaan yang akan dianalisis
Langkah pertama dari kegiatan pembuatan JSA adalah
mengidentifikasi pekerjaan yang dianggap kritis. Langkah ini sangat
menentukan keberhasilan program ini. Hal ini didasarkan pada program
klasik yaitu masalah waktu untuk menganalisa setiap tugas disuatu
perusahaan. Untuk keluar dari masalah tersebut, diperlukan usaha untuk
identifikasi pekerjaan/tugas kritis dengan cara mengklarifikasi tugas
yang mempunyai dampak terhadap kecelakaan/melihat dari daftar
statistik kecelakaan, apakah itu kecelakaan yang menyebabkan kerusakan
harta benda, cidera pada manusia, kerugian kualitas dan kerugian
produksi. Hasil dari identifikasi tersebut tergantung pada tingkat
kekritisan dari kegiatan yang berlangsung.
Dalam menentukan pekerjaan/tugas kritis atau tidak didasarkan
pada :
1) Frekuensi kecelakaan
Pekerjaan yang sering menyebabkan terjadinya kecelakaan
merupakan sasaran dari JSA. Semakin tinggi kekerapan terjadinya
kecelakaan makin diperlukan pembuatan JSA untuk pekerjaan
tersebut.
Setiap pekerjaan yang memiliki potensi untuk
mengakibat-kan luka baik luka yang dapat menyebabmengakibat-kan cacat sementara atau
luka yang menyebabkan cacat tetap.
3) Pekerjaan dengan potensi kerugian yang tinggi
Perubahan pekerjaan dapat menimbulkan perubahan pola
kerja sehingga dapat menimbulkan kecelakan di lingkungan kerja.
4) Pekerjaan baru
Perubahan peralatan atau menggunakan mesin baru dapat
menyebabkan timbulnya kecelakaan. JSA perlu segera dibuat setelah
penggunaan mesin baru. Analisa tersebut tidak boleh ditunda
sehingga dapat menyebabkan terjadi nearmiss atau kecelakaan
terlebih dahulu.
b. Menguraikan pekerjaan menjadi langkah-langkah dasar
Dari setiap pekerjaan diatas dapat dibagi menjadi beberapa
bagian atau tahapan yang beruntun yang pada akhirnya dapat
digunakan/dimanfaatkan menjadi suatu prosedur kerja. Tahap-tahap ini
nantinya akan dinilai keefektifannya dan potensi kerugian yang
mencakup aspek keselamatan, kualitas dan produksi.
Tahapan kerja dapat diartikan bagian atau rangkaian dari
keseluruhan pekerjaan, ini bukan berarti bahwa kita harus
menulis/membuat daftar dari detail pekerjaan yang sekecil-kecilnya pada
uraian kerja tersebut.
suatu pekerjaan dilakukan. Dari proses tersebut dapat kita ketahui
aspek-aspek/langkah-langkah kerja apa yang perlu kita cantumkan.
Dalam membuat/menulis langkah-langkah kerja tidak terdapat
standart yang pasti harus sedetail apa suatu langkah kerja harus ditulis.
Proses yang efektif dalam proses penyusunan tahapan pekerjaan ini
adalah memasukkan semua tahapan kerja utama yang kritis. Setelah
melakukan observasi dicek kembali dan diskusikan kepada
foreman/section head yang bersangkutan untuk keperluan evaluasi dan
mendapatkan persetujuan tentang apa yang dilakukan dalam pembuatan
JSA.
c. Mengidentifikasi bahaya pada masing-masing pekerjaan
Dari proses pembuatan tahapan pekerjaan, secara tidak langsung
akan dapat menganalisa/mengidentifikasi dampak/bahaya apa saja yang
disebabkan atau ada dari setiap langkah kerja tersebut. Dari proses yang
diharapkan kondisi risiko bagaimanapun diharapkan dapat dihilangkan
atau minimalkan sampai batas yang dapat diterima dan ditoleransikan
baik dari kaidah keilmuan maupun tuntutan standart/hukum.
Bahaya disini dapat diartikan sebagai suatu benda, bahan atau
kondisi yang bisa menyebabkan cidera, kerusakan dan atau kerugian
(kecelakaan). Identifikasi potensi bahaya merupakan alat manajemen
untuk mengendalikan kerugian dan bersifat proaktif dalam upaya
pengendalian bahaya di lapangan/ tempat kerja. Dalam hal ini tidak ada
akibat/kerugian yang akan terjadi jika suatu insiden terjadi, namun
identifikasi bahaya ini dimaksudkan untuk mencegah terjadinya insiden
dengan melakukan upaya-upaya tertentu.
Untuk melakukan identifikasi yang efektif, diperlukan hal-hal
seperti dibawah ini :
1) Melakukan pengamatan secara dekat.
2) Mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan pekerjaan yang
diamati.
3) Pengamatan dilakukan secara berulang-ulang.
4) Melakukan dialog dengan operator yang dinilai berpengalaman dalam
pekerjaan yang diamati.
d. Mengendalikan bahaya
Langkah terakhir dalam pembuatan JSA adalah mengembangkan
suatu prosedur kerja yang aman yang dapat dianjurkan untuk mencegah
terjadinya suatu kecelakaan.
Pendekatan yang paling sering dipakai dan yang dianjurkan
dalam perundangan dalam pengendalian kecelakaan adalah dengan
menggunakan hirarki pengendalian, yaitu sebagai berikut :
1) Eliminasi
Eliminasi merupakan langkah memodifikasi atau
menghilang-kan metode, bahan ataupun proses untuk menghilangmenghilang-kan bahaya
secara keseluruhan (nol). Efektifitas dari eliminasi ini adalah 100%,
2) Substitusi
Subtitusi merupakan penggantian material, bahan, proses yang
mempunyai nilai risiko yang tinggi dengan yang mempunyai nilai
resiko lebih kecil.
3) Isolasi
Isolasi yaitu memisahkan bahaya dari manusia dengan pagar,
ruang atau pemisah waktu. Perubahan struktural dilakukan terhadap
lingkungan kerja atau proses kerja untuk menghambat atau menutup
jalannya transmisi pekerja dan bahan. Untuk itu dipergunakan room
control, penjaga mesin, penutup bahaya, penggunaan ventilasi
penghisap dan alat untuk penanganan manual.
4) Administrasi
Pengendalian administratif dengan mengurangi atau
menghilangkan kandungan bahaya dengan memenuhi prosedur atau
instruksi. Pengendalian tersebut diantaranya adalah mengurangi
pemaparan terhadap kandungan bahaya dengan pergiliran atau
perputaran kerja (job rotation), sistem ijin kerja atau hanya dengan
menggunakan tanda bahaya. Pengendalian administratif tergantung
pada perilaku manusia untuk mencapai keberhasilan.
5) Alat Pelindung Diri (APD)
Alat pelindung diri dikenakan oleh pekerja sebagai pelindung
terhadap bahaya. Dengan memberikan alat pengaman ini dapat
mengurangi keparahan risiko yang timbul. Keberhasilan pengendalian
B.Kerangka Pemikiran
Gambar 3. Kerangka Pemikiran
Potensi Bahaya dan Faktor Bahaya
KERUGIAN
commit to user
BAB IIIMETODE PENELITIAN
A.Metode Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah jenis penelitian deskriptif yaitu
dimana penelitian tersebut bersifat memberikan gambaran mengenai suatu
fenomena secara jelas dan tepat dari sifat-sifat individu, keadaan, gejala, atau
kelompok tertentu tanpa harus menganalisa bagaimana dan mengapa fenomena
tersebut daoat terjadi (Sumardiyono, 2010).
B.Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian berada di perusahaan pertambangan batubara di PT.
Marunda Grahamineral, Kalimantan Tengah.
C.Objek dan Ruang Lingkup Penelitian
Objek penelitian yang diambil adalah pekerjaan di Area Coal Crushing
Plant PT. Marunda Grahamineral Kalimantan Tengah, yang meliputi
penimbangan truk pengangkut batu bara, pengoperasian dump truk saat
dumping, pengoperasian excavator, pengoperasian bulldozer, pengoperasian
wheel loader, pengoperasian mesin crusher, dan pengoperasian mesin barge
D.Sumber Data
Dalam melaksanakan penelitian, penulis menggunakan data-data
sebagai berikut :
1. Data Primer
Data primer diperoleh dari melakukan observasi langsung ke tempat
kerja/ lapangan dan wawancara kepada tenaga kerja atau pihak-pihak terkait
dalam penelitian.
2. Data sekunder
Data sekunder diperoleh dari data perusahaan serta literatur lain
sebagai sumber data dan Perpustakaan D.III Hiperkes dan Keselamatan
Kerja Universitas Sebelas Maret.
E.Teknik Pengumpulan Data
1. Observasi Lapangan
Observasi yang dilakukan adalah dengan melakukan pengamatan
secara langsung terhadap aktivitas pekerja dan proses produksi di PT.
Marunda Graha Mineral, Kalimantan Tengah.
2. Wawancara
Wawancara dilakukan dengan cara melakukan tanya jawab dengan
pekerja, koordinator PKL, maupun dengan orang-orang yang berkompeten
dibidangnya.
3. Dokumentasi
Dilakukan dengan cara mengambil gambar dari aktifitas pekerja atau
serta literatur-literatur yang ada di perusahaan yang berhubungan dengan
masalah manajemen risiko (risk management).
4. Studi Kepustakaan
Sumber kepustakaan yaitu dengan mempelajari mengenai Standard
Operasional Prosedure (SOP) yang dimiliki PT. Marunda Grahamineral
dan buku yang berkaitan dengan manajemen resiko dan Job Safety Analysis.
F. Pelaksanaan
Penelitian ini dilaksanakan selama 2 bulan yang terhitung sejak tanggal
8 Februari 2011 sampai tanggal 8 April 2011, dengan perincian sebagai
berikut:
1. Tahap Persiapan
Pada tahap persiapan ini melalui serangkaian kegiatan yang
dilakukan, antara lain sebagai berikut :
a. Mahasiswa mengajukan surat permohonan ijin Praktek Kerja Lapangan
dan proposal magang kepada PT. Marunda Grahamineral pada tanggal 18
Januari 2011.
b. Tanggal 21 Januari 2011 mahasiswa menerima surat balasan yang
menyatakan bahwa PT. Marunda Grahamineral menerima permohonan
mahasiswa untuk melaksanakan magang yang terhitung mulai tanggal 8
Februari sampai 8 April 2011.
c. Tanggal 9 April 2011 mahasiswa resmi melaksanakan praktek kerja
d. Membaca dan mempelajari kepustakaan yang berhubungan dengan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Higiene Perusahaan.
e. Membaca dan mempelajari materi tentang implementasi Job Safety
Analysis di perusahaan.
2. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan mulai tanggal 8
Februari 2011 sampai 8 April 2011, kegiatan-kegiatan pada tahap
pelaksanaan ini antara lain meliputi :
a. Orientasi umum mengenai kegiatan di setiap departemen PT. Marunda
Grahamineral.
b. Penjelasan mengenai program kerja dari departemen safety di PT.
Marunda Grahamineral
c. Mengikuti program Inspeksi bulanan.
d. Mengikuti Program Safety talk.dan Healty Education.
e. Observasi ke semua lokasi di Area Crusher Coal Plant.
f. Melakukan wawancara dengan operator yang bersangkutan.
g. Melakukan diskusi dan pembahasan bersama superintendent safety dan
safety officer tentang manajemen risiko K3 dengan metode Job Safety
Analysis (JSA) di PT. Marunda Grahamineral, Kalimantan Tengah.
h. Pembuatan Laporan.
i. Mencari data sebagai pelengkap, baik data primer maupun data sekunder.
3. Tahap Pengolahan Data
Data-data yang penulis peroleh dari perusahaan dikumpulkan
kemudian dibahas dan diolah sedemikian rupa sehingga dapat digunakan
sebagai bahan pembuatan laporan sebagai hasil magang.
G.Analisa Data
Hasil penelitian risk management dengan metode Job Safety Analysis
(JSA) dianalisa dan dievaluasi kembali, kemudian dibandingkan dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku, serta memberikan rekomendasi
atau saran kepada perusahaan, yang bertujuan untuk memberikan kontribusi
kepada perusahaan dalam rangka perbaikan/pengembangan sistem manajemen
resiko di perusahaan, agar mutu/kualitas sistem manajemen resiko (risk
commit to user
BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Dari hasil penelitian tentang JSA yang dilakukan di PT. Marunda
Grahamineral Kalimantan Tengah didapatkan hasil sebagai berikut :
1. Program Job Safety Analysis
a. Kebijakan K3 PT. Marunda Grahamineral Kalimantan Tengah
PT. Marunda Grahamineral mendukung sepenuhnya segala
usaha-usaha yang menjadi komitmen manajemen dalam penerapan K3
di lingkungan kerja, hal ini tercemin dari kebijakan manajemen untuk
mengutamakan keselamatan kerja (safety first) dan melakukan semua
tindakan yang bisa dilakukan untuk memastikan bahwa standar-standar
tertinggi kesehatan dan keselamatan kerja dijaga bagi semua karyawan
dan kontraktor merupakan cita-cita tertingginya.
Adapun isi dari kebijakan K3 di PT. Marunda Grahamineral
adalah sebagai berikut :
Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3) merupakan
salah satu bentuk upaya untuk menciptakan lingkungan kerja yang
aman, sehat dan sejahtera, bebas dari kecelakaan dan penyakit akibat
kerja serta bebas dari pencemaran lingkungan menuju peningkatan
efisiensi dan produktivitas, sudah menjadi komitmen PT. Marunda
1) Menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja
sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari manajemen perusahaan.
2) Membudayakan pemahaman dan penerapan norma keselamatan dan
kesehatan kerja yang berkelanjutan.
3) Meningkatkan kemampuan, pemahaman, sikap dan perilaku budaya
keselamatan dan Kesehatan kerja terhadap sumber daya manusia.
4) Melaksanakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja melalui
manajemen resiko dan manajemen perilaku yang berisiko
Perlu dilakukan upaya yang nyata untuk mencegah dan
mengurangi risiko terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja
secara maksimal, dengan melakukan analisis secara maksimal, dengan
melakukan analisis secara mendalam dan menjalankan syarat-syarat K3
secara baik dan benar.
Kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja ini harus dipahami
dan dilaksanakan oleh semua orang yang bekerja untuk dan atas nama
PT. Marunda Grahamineral.
Kebijakan ini didokumentasikan, direview dan dikomunikasikan
kepada seluruh karyawan dan semua pihak yang berkepentingan dengan
perusahaan, untuk dimengerti dan dilaksanakan serta dapat ditinjau
kembali sesuai kebutuhan.
Di dalam kebijakan tersebut dinyatakan mengenai komitmen
perusahaan mengenai pelaksanaan K3 melalui manajemen risiko, dan