• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Terapi Bekam Terhadap Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi Di Klinik Bekam Abu Zaky Mubarak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Terapi Bekam Terhadap Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi Di Klinik Bekam Abu Zaky Mubarak"

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)

MUBARAK

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana S1 Keperawatan (S.Kep)

Disusun Oleh:

MUHAMMAD ALFIAN RAHMAN

1111104000011

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

vi

Nama : Muhammad Alfian Rahman

Tempat, Tanggal Lahir : Tangerang, 20 September 1993

Status Pernikahan : Belum menikah

Alamat : Griya Alam Sentosa F 27 no 11, Cileungsi

Telepon : 081213198148

Email : rfian36@yahoo.com

Riwayat Pendidikan

1. SD Muhammadiyah 2, Pasirangin, Cileungsi, Bogor, Jawa Barat

2. MTS Pondok Pesantren Al-Hamid, Cilangkap, Jakarta Timur

3. MA Pondok Pesantren Al-Hamid, Cilangkap, Jakarta Timur

4. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Riwayat Organisasi

1. Pengurus pesantren Al-hamid devisi keamanan (OSPA)

2. Wakil Menteri Kebudayaan dan Olahraga Badan Eksekutif Mahasiswa

(7)

vii

Undergraduate Thesis, January 2016

Muhammad Alfian Rahman, NIM: 1111104000011

Effect of Cupping Therapy to Blood Pressure for Hypertension Patient at Cupping Abu Zaky Mubarak Clinic

ABSTRACT

Hypertension, a disease that increasingly prevalent in Indonesia that cause to death of a third major in Indonesia for all ages (7.4%). Hypertension is increase blood pressure which more than a normal blood pressure, systolic greater than or equal to 140 mmHg and a diastolic pressure greater than or equal to 90 mmHg. The disease is a major risk factor for heart attack, stroke, and heart failure. Preventive measures and treatment is really important to do to avoid the increase of hypertension in Indonesia. Hypertension treatment can be performed with

pharmacological treatment, non-pharmacological and complementary.

Hypertension should be treated as soon as possible, one of a complementary treatment is cupping. Cupping therapy is one method of treating this disease by removing angina or impure blood from the body through the skin surface. This study aims to determine the effect of cupping therapy on blood pressure in hypertension. The design of this study is quasi-experimental with one group pretest-posttest design. This study was used 25 respondents which conducted in clinics bruise Abu Zaky Mubarak that being treated with cupping intervention once in one time. The Results of this study was the decreased blood pressure between the mean value in systole (15.60) and diastole (9.40). The Wilcoxon test showed the value of systolic and diastolic (p = 0.000), which means the value of p <0.05 indicates that there was a significant effect of cupping therapy to changes the blood pressure in hypertension. Researchers expect to further research the benefits of cupping therapy for other diseases and used as a nursing actions complementary treatment for patients with hypertension.

(8)

viii

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Skripsi, Januari 2016

Muhammad Alfian Rahman, NIM: 1111104000011

Pengaruh Terapi Bekam Terhadap Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi Di Klinik Bekam Abu Zaky Mubarak

xvii+ 66 halaman+ 9 tabel+

ABSTRAK

Hipertensi merupakan penyakit yang makin banyak dijumpai di Indonesia yang menyebabkan kematian utama ketiga di Indonesia untuk semua umur (7,4%). Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah yang melebihi tekanan darah normal, sistol lebih dari atau sama dengan 140 mmHg dan tekanan diastol lebih dari atau sama dengan 90 mmHg. Penyakit ini merupakan faktor risiko yang besar untuk serangan jantung, stroke, dan gagal jantung. Tindakan pencegahan maupun penanganan sangat penting segera dilakukan untuk Menghindari peningkatan penyakit hiepertensi di Indonesia ini. Pengobatan hipertensi dapat dilakukan dengan pengobatan farmakologis, nonfarmakologis dan komplementer. Penyakit hipertensi harus segera ditangani, salah satunya dengan pengobatan komplementer yaitu bekam. Bekam merupakan suatu metode pengobatan penyakit dengan cara mengeluarkan angina atau darah kotor dari dalam tubuh melalui permukaan kulit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi bekam terhadap tekanan darah pada pasien hipertensi. Desain penelitian ini adalah quasi experimental dengan one group pretest-posttest design. Jumlah sampel yang digunakan sebanyak 25 responden yang dilakukan di klinik bekam Abu Zaky Mubarak dengan melakukan 1 kali intervensi bekam. Hasil uji statistik ditemukan adanya perubahan pada tekanan darah yaitu terjadi penurunan dengan selisih nilai mean pada sistol (15,60) dan diastol (9,40). Uji statistik yang menggunakan uji

Wilcoxon pada sistol dan diastol menunjukan nilai (p=0,000) yang berarti nilai p<0,05 menunjukan bahwa ada pengaruh yang signifikan terapi bekam terhadap perubahan tekan darah pada pasien hipertensi. Peneliti mengharapkan untuk penelitian selanjutnya manfaat terapi bekam untuk penyakit lainnya dan dijadikan tindakan keperawatan pengobatan komplementer untuk pasien hipertensi yang dapat digunakan masyarakat.

(9)

ix Assalamu’alaikum wr. wb.

Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur senantiasa penulis panjatkan

kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat, berkah, rahmat dan

karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penelitian ini. Shalawat dan

salam selalu kita haturkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW, suri tauladan

sepanjang masa yang telah membawa ajaran kebenaran yaitu Islam, perantara

beliaulah kita selaku umatnya saat ini dapat mengetahui yang mana hak dan

bathil. Berkat kuasa dan kehendak Allah SWT, penulis dapat menyelesaikan

penelitian dengan judul: Pengaruh Terapi Bekam Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi Di Klinik Bekam Abu Zaky Mubarak.

Dalam menyelesaikan penelitian ini, penulis menemukan cukup banyak

hambatan dan kesulitan. Syukur Alhamdulillah berkat rahmat dan hidayah-Nya,

kesungguhan, kerja keras dan disertai dukungan dan bantuan dari berbagai pihak

baik secara langsung maupun tidak langsung, sehingga dapat terselesaikan.

Maka dari itu sudah sepatutnya penulis mengucapkan terima kasih dan

penghargaan yang sedalam-dalamnya kepada :

1. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA selaku Rektor Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Prof. Dr. H. Arif Sumantri, S.KM, M.Kes, selaku dekan Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif

(10)

x

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Ibu Ernawati, S.Kp, M.Kep, Sp.KMB, selaku Sekertaris Program Studi

Ilmu Keperawatan.

5. Ibu Maulina Handayani, S.kp, M.Sc, selaku dosen pembimbing akademik

yang selalu memberi pengarahan dan bimbingannya.

6. Ayahanda dan Ibunda tercinta yang banyak memberikan kasih sayang,

doa, dorongan dan bantuan baik secara formal, finansial, maupun spiritual

dalam penyelesaian studi ini.

7. Bapak Jamaludin, S.kp, M.kep dan Ibu Ns. Kustati Budi Lestari, M.kep,

Sp.Kep.An, sebagai dosen pembimbing saya yang tidak kenal lelah dan

sabar yang telah memberikan waktu luang, masukan-masukan yang

berharga dan memotivasi penulis demi terselesaikanya penelitian ini.

8. Kepada dosen penguji, Ibu Ernawati, S.Kp, M.Kep, Sp.KMB dan Ibu Ns.

Gusrina Komara Putri, S.Kep, MSN, penulis mengucapkan terima kasih.

9. Segenap bapak dan ibu dosen di Program Studi Ilmu Keperawatan yang

telah mendidik dan memberikan ilmu yang berharga kepada saya.

10.Segenap staf dan karyawan fakultas dan jurusan yang banyak membantu

dalam bidang administrasi.

11.Kepada Ns. Ari Nur Husaini, S.kep dan kepala klinik bekam Abu Zaky

Mubarak yang telah membantu penulis untuk kelancaran proses penelitian.

12.Seluruh teman-teman PSIK 2011 yang telah berjuang bersama-sama

dalam suka dan duka, pada teman terbaik (Audy, Diza, Putri, Silvia, Lala,

(11)

xi

penulis.

13.Kepada adik tercinta Muhammad Fiqri Ramadhan dan Syakira Azka

Maharani.

Mudah-mudahan segala bantuan dan bimbingan yang telah diberikan

kepada penulis mendapat imbalan dari Allah SWT. Penyusun menyadari dalam

penulisan penelitian ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis

mengharapkan saran yang membangun dari berbagai pihak. Semoga tulisan ini

dapat bermanfaat bagi pembaca dan penulis khususnya.

Wassalamu’alaikum wr.wb

Ciputat, Januari 2016

(12)

xii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... ii

PERNYATAAN PERSETUJUAN ... iii

LEMBAR PENGESAHAN ... iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... vi

ABSTRACT ... vii

ABSTRAK ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR DAN BAGAN ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Manfaat Penelitian... 10

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori ... 12

1. Tekanan Darah ... 12

2. Hipertensi ... 14

(13)

xiii

BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep ... 37

B. Hipotesis ... 38

C. Definisi Operasional ... 39

BAB IV METODELOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 41

B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 42

C. Tempat dan Waktu Penelitian ... 44

D. Alat Pengumpulan Data dan Prosedur Penelitian ... 44

E. Pengolahan Data ... 47

F. Analisa Data ... 48

G. Etika Penelitian ... 49

BAB V HASIL PENELITIAN A. Gambaran Lokasi Penelitian ... 52

B. Analisa Univariat ... 52

C. Analisa Bivariat ... 55

BAB VI PEMBAHASAN ... 49

A. Pembahasan Hasil Uji Penelitian ... 57

(14)

xiv

B. Saran ... 67

(15)

xv

No. Tabel

Tabel 2.1 Klasifikasi Tekanan Darah (JNC 7)... 16

Tabel 2.2 Klasifikasi Menurut WHO……….... 17

Tabel 3.1 Definisi Operasional...……….. 39

Tabel 5.1 Karakteristik Responden………... 52

Tabel 5.2 Umur dan Jenis Kelamin………... 53

Tabel 5.3 Tekanan Darah Responden Sebelum Bekam... 54

Tabel 5.4 Tekanan Darah Responden Setelah Bekam... 54

Tabel 5.5 Distribusi Hasil Normalitas... 55

(16)

xvi

Gambar 2.1 Titik-Titik Bekam... 33

Gambar 2.2 Kerangka Teori... 36

Gambar 3.1 Kerangka Konsep... 37

(17)

xvii

Lampiran 1 Lembar Permohonan Responden

Lampiran 2 Lembar Persetujuan Responden

Lampiran 3 Lembar Observasi

Lampiran 4 Analisa Data

(18)

1 A. Latar Belakang

Penyakit tidak menular merupakan penyakit kronis yang tidak ditularkan

dari orang ke orang. Data penyakit tidak menular meliputi: (1) asma; (2) penyakit

paru obstruksi kronis; (3) kanker; (4) diabetes melitus; (5) hipertiroid; (6)

hipertensi; (7) jantung koroner; (8) gagal jantung; (9) stroke; (10) gagal ginjal

kronis; (11) batu ginjal; (12) penyakit sendi atau rematik. Penyakit tidak menular,

terutama hipertensi terjadi penurunan dari 31,7 persen tahun 2007 menjadi 25,8

persen tahun 2013. Asumsi terjadi penurunan bisa bermacam-macam mulai dari

alat pengukur tensi yang berbeda sampai pada kemungkinan masyarakat sudah

mulai datang berobat ke fasilitas kesehatan (Riset kesehatan dasar, 2013).

Penyakit tekanan darah tinggi merupakan faktor resiko utama dari perkembangan

penyakit jantung dan stroke. Penyakit hipertensi juga disebut sebagai “the silent

diseases” karena tidak terdapat tanda-tanda atau gejala yang dapat dilihat dari luar. Penyakit hipertensi berkembang secara perlahan, tetapi secara potensial

sangat berbahaya (Dalimarta et al, 2008).

Hipertensi adalah penyakit yang makin banyak dijumpai di Indonesia,

terutama di kota-kota besar. Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah yang

melebihi tekanan darah normal seperti apa yang telah disepakati oleh para ahli

yaitu lebih dari atau sama dengan 140/90 mmHg The Seventh Report of The Joint

National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High

(19)

nomor tiga setelah stroke dan tuberculosis. Hipertensi adalah tekanan darah tinggi

di atas angka normal (Brooker, 2001). Hipertensi adalah tekanan darah dimana

tekanan sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg.

Tekanan darah tinggi menjadi bermasalah hanya bila tekanan darah

tersebut persisten karena membuat sistem sirkulasi dan organ yang mendapat

suplai darah (termasuk jantung dan otak) menjadi tegang (Palmer & William,

2007). Hipertensi adalah peningkatan tekanan sistol, yang tingginya tergantung

umur individu yang terkena. Tekanan darah berfluktuasi dalam batas-batas

tertentu, tergantung posisi tubuh, umur, dan tingkat stres yang dialami. Hipertensi

juga sering digolongkan sebagai ringan, sedang, atau berat, berdasarkan tekanan

diastol. Hipertensi ringan bila tekanan darah diastolik 95-104, hipertensi sedang

tekanan diastoliknya 105-114, sedangkan hipertensi berat diastoliknya >115

(Tambayong, 2000). Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik dan

diastolik dengan konsisten di atas 140/90 mmHg (Baradero, 2008).

Hipertensi saat ini masih menjadi masalah utama di dunia. Menurut (JNC

7), hampir 1 milyar orang menderita hipertensi di dunia. Menurut laporan World

Health Organization (WHO), hipertensi merupakan penyebab nomor 1 kematian

di dunia. Menurut WHO dan The International Society of Hypertension (ISH),

saat ini terdapat 600 juta penderita hipertensi di seluruh dunia, dan 3 juta di

antaranya meninggal setiap tahunnya (WHO, 2003). Data dari The National

Health and Nutrition Examination Survey (NHNES) menunjukan bahwa dari

tahun 1999-2000, insiden hipertensi pada orang dewasa adalah sekitar 29-31%,

yang berarti terdapat 58-65 juta orang hipertensi di Amerika, dan terjadi

(20)

Data tahun 2010 di Amerika Serikat menunjukkan bahwa 28,6% orang dewasa

berusia 18 tahun ke atas menderita hipertensi. Walaupun sebagian besar dari

mereka telah mengetahui bahwa mereka menderita hipertensi dan mengkonsumsi

obat penurun tekanan darah, hanya 53,3% yang berhasil mengontrol tekanan

darah dalam batas normal. Hipertensi dimasyarakat , di Amerika Serikat

dilaporkan terjadi pada juta penduduk dan di seluruh dunia kira-kira 1

milliar (Tjokroprawiro, 2007). Sedangkan untuk populasi di Indonesia, angka

kejadian hipertensi itu berdasarkan riset kesehatan dasar (2007) mencapai sekitar

31% dan angkanya pun meningkat 2-3 kali lipat. Tekanan darah tinggi merupakan

faktor risiko yang besar untuk serangan jantung, stroke, dan gagal jantung. Data

WHO bulan September 2012, disebutkan bahwa hipertensi menyebabkan 8 juta

kematian per tahun di seluruh dunia dan 1,5 juta kematian per tahun di wilayah

Asia Tenggara, hipertensi merupakan penyebab kematian utama ketiga di

Indonesia untuk semua umur (7.4%), setelah stroke (15.6%) dan tuberculosis

(8.5%) (Depkes, 2012). Berdasarkan riset terbaru kesehatan dasar (2013),

prevalensi hipertensi di Indonesia yang didapat melalui pengukuran pada umur

≥18 tahun sebesar 25,8 persen, tertinggi di Bangka Belitung (30,9%), diikuti

Kalimantan Selatan (30,8%), Kalimantan Timur (29,6%) dan Jawa Barat (29,4%).

Dari beberapa data di atas, menunjukan bahwa angka kejadian hipertensi masih

tinggi. Oleh karena itu, tindakan pencegahan maupun penanganan sangat penting

segera dilakukan untuk menghindari peningkatan penderita hipertensi di dunia

terutama di Indonesia.

Dalam mencegah komplikasi, maka penanganan untuk hipertensi dapat

(21)

pengobatan komplementer. Akhir-akhir ini banyak orang menyukai pengobatan

komplementer, beberapa alasan diantaranya: biayanya terjangkau, tidak

menggunakan bahan-bahan kimia dan efek penyembuhan cukup signifikan dan

salah satu pengobatan komplementer yang dapat menangani hipertensi yaitu terapi

bekam (Umar, 2008).

Islam adalah agama yang senantiasa relevan di setiap zaman dan waktu.

Islam adalah agama yang universal, komprehensif dan multi kompleks untuk

memenuhi segala kebutuhan hajat manusia. Dengan demikian, aspek medis pun

tidak luput dari ajaran Islam. Mayoritas manusia saat mengalami sakit demi

mengejar kesembuhan, mereka berbondong-bondong mendatangi rumah sakit atau

ahli medis. Mereka akan rela meskipun harus membayar mahal. Semua kekayaan

tidak berarti bila dibandingkan nikmat sehat. Pengobatan zaman Nabi pada masa

kini masih menjadi pengobatan alternatif bagi kamu muslimin. Pengobatan Nabi

sangat bersumber pada konsep wahyu ilahi dan jauh dari efek samping. Hasil

pengobatan Nabawi terbukti lebih efektif, ampuh dan ekonomis (Hasmi, 2012).

Pengobatan Nabi terdiri dari berbagai macam, di antaranya adalah pengobatan

bekam. Rasululloh SAW telah menetapkan pengobatan bekam dalam berbagai

sabdanya: “Jika suatu kesembuhan dalam obat-obatan kalian, maka itu terdapat

pada sayatan alat bekam, minum madu dan sundutan api” (HR. Al-Bukhari).

Oddy mengatakan bekam adalah sebuah metode penanganan penyakit

yang melibatkan energi dan darah ke permukaan kulit menggunakan ruang hampa

udara (vakum) yang tercipta di dalam mangkuk seperti gelas atau bambu. Ustadz

(22)

kulit di bagian-bagian tertentu untuk mengeluarkan racun dan oksidan dalam

tubuh melalui torehan tipis yang mengenai pembuluh darah kapiler pada

epidermis. Dokter Umar dalam bukunya “Sembuh dengan Satu Titik” mengatakan, bekam adalah metode pengobatan dengan metode tabung atau gelas

yang ditelungkupkan pada permukaan kulit agar menimbulkan bendungan lokal.

Terjadinya bendungan lokal disebabkan tekanan negatif dalam tabung yang

sebelumnya benda-benda dibakar dan dimasukan kedalam tabung agar terjadi

pengumpulan darah lokal. Kemudian darah yang telah berkumpul dikeluarkan dari

kulit dengan dihisap (Ridho, 2012).

Bekam sudah dikenal sejak zaman dulu, yaitu Kerajaan Sumeria,

kemudian terus berkembang sampai Babilonia, Mesir kuno, Saba, dan Persia.

Pada zaman Nabi Muhammad, beliau menggunakan tanduk kerbau atau sapi,

tulang unta, gading gajah. Pada zaman Cina kuno mereka menyebut hijamah

sebagai “perawatan tanduk” karena tanduk menggantikan kaca. Pada kurun abad

ke-18 (abad ke-13 Hijriyah), orang-orang di Eropa menggunakan lintah sebagai

alat untuk hijamah. Kini pengobatan ini dimodifikasi dengan sempurna dan

mudah pemakaiannya sesuai dengan kaidah-kaidah ilmiah dengan menggunakan

suatu alat yang praktis dan efektif. Disebutkan oleh Curtis (2005), dalam artikel

Management of Urinary tract Infections: Historical Perspective and Current

Strategies: Part 1-Before Antibiotics. Journal of Urology. 173 (1): 21-26, Januari

2005. Bahwa catatan kedokteran tertua Ebers Papyrus yang ditulis sekitar tahun

(23)

Hadits yang diriwayatkan oleh Tarmidzi menyatakan, bahwa Rasul SAW

mengarahkan pengikut-pengikutnya menggunakan bekam sebagai kaedah

pengobatan penyakit. Beliau memuji orang yang berbekam, “Dia membuang darah yang kotor, meringankan tubuh serta menajamkan penglihatan. Dalam ilmu

kedokteran Islam, bekam tidak boleh sembarangan dilakukan. Bekam hanya boleh

dilakukan pada pembekuan atau penyumbatan dalam pembuluh darah, karena

fungsi bekam yang sesungguhnya adalah untuk mengeluarkan darah kotor dari

dalam tubuh (Kasmui, 2010).

Pada saat ini di negeri-negeri barat (Eropa dan Amerika) melalui

penelitian ilmiah, serius dan terus-menerus menyimpulkan fakta-fakta ilmiah

bagaimana keajaiban bekam sehingga mampu menyembuhkan berbagai penyakit

secara lebih aman dan efektif dibandingkan metode kedokteran modern. Sehingga

bekam mereka terapkan dalam kehidupan sehari-hari dan bermuncullah ahli

bekam serta klinik bekam di kota-kota besar di Amerika dan Eropa. Bahkan pada

tahun-tahun terakhir ini pengobatan dengan bekam telah dipelajari dalam

kurikulum fakultas kedokteran di Amerika, walaupun mereka tidak pernah mau

mengikuti bahwa bekam adalah warisan Rasulullah SAW, dokter terbaik

sepanjang zaman (Kasmui, 2010).

Ahli bekam di dunia Barat antara lain: 1) Dr. Michael Reed Garch dari

California USA dengan bukunya Potent Poins a Guide to Self Care for Common

Ailments (Titik-titik berkhasiat sebagai panduan perawatan diri dan pengobatan

penyakit umum). 2) Cohler (1990) mengadakan penelitian tentang Bekam dan

(24)

Conduction for Healing Energy Cupping Therapeutic Method (jaringan ikat

sebagai media fisik untuk menghantarkan energi pengobatan dengan bekam). 3)

Anderson (1985) melakukan tulisan tentang bekam dan memberi judul 100

Diseases Treated by Cupping Methode (seratus penyakit dapat diobati dengan

bekam).

Berdasarkan laporan umum penelitian tentang pengobatan dengan metode

bekam tahun 2001 M (300 kasus) dalam buku Ad Dawa’ul-Ajib yang ditulis oleh ilmuwan Damaskus Muhammad Amin Syaikhu didapat data sebagai berikut: 1)

Dalam kasus tekanan darah tinggi, tekanan darah turun hingga mencapai batas

normal, 2) Dalam kasus tekanan darah rendah, tekanan darah naik hingga batas

normal, 3) Jumlah sel-sel darah putih (leukosit) meningkat dalam 60% kasus dan

masih dalam batas normal, 4) Kadar gula darah turun pada pengidap kencing

manis dalam 92,5% kasus, 5) Jumlah asam urat di darah turun pada 83,68% kasus,

6) Pada darah bekam yang keluar, didapati bahwa eritrosit yang didalamnya

berbentuk aneh, tidak berfungsi normal, mengganggu kinerja sel lain (Kasmui,

2010).

B. Rumusan Masalah

Hijamah atau bekam merupakan suatu metode pengobatan penyakit

dengan cara mengeluarkan angin dan atau darah kotor dari dalam tubuh melalui

permukaan kulit. Berbekam merupakan metode pengobatan klasik yang telah

(25)

Banyak hadits shohih yang meriwayatkan tentang keutamaan dan perintah

untuk melakukan bekam. Hal ini menunjukkan bahwa pengobatan dengan bekam

adalah salah satu pengobatan nabi yang sangat fantastis dan luar biasa. Bekam

adalah pengobatan yang paling baik dan utama, Rasululloh SAW bersabda:

“Sebaik-baik pengobatan yang kalian gunakan adalah bekam” (HR. Ahmad).

Bekam adalah pengobatan yang paling ideal: “Sesungguhnya pengobatan paling

ideal yang kalian gunakan adalah bekam” (HR. Al-Bukhori dan Muslim).

Berdasarkan hasil penelitian tentang “Efektifitas terapi bekam terhadap

penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi primer”, yang dilakukan terhadap 15 responden didapatkan responden rata-rata berusia 51,9 tahun dan

paling banyak berpendidikan SMP dengan status pekerjaan sebagai wiraswasta.

Dari hasil pengukuran diperoleh nilai rata-rata tekanan darah sebelum dibekam

sebesar 166/96,67. Setelah diberikan terapi bekam selama 2 minggu sebanyak 2

kali, terjadi penurunan rata-rata tekanan darah yang signifikan yaitu dengan mean

sebesar 140/75,67. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya penurunan tekanan

darah yang signifikan pada responden setelah diberikan terapi bekam (Jansen,

Karim, & Misrawati, 2013). Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat sebagai tempat

penelitian, disebabkan karena prevalensi hipertensi yang tinggi (30,7 %) pada

kelompok umur 15 tahun atau lebih (Pradono, Indrawati, & Murnawan, 2013).

Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan peneliti dengan cara

mewawancarai 10 pasien hipertensi yang mengobati dengan pengobatan alternatif

(26)

4 pasien belum mengalami perubahan dan data pasien hipertensi yang melakukan

bekam di Klinik Bekam Abu Zaky Mubarak.

Berdasarkan penjelasan latar belakang diatas peneliti tertarik melakukan

penelitian tentang pengaruh pengobatan bekam terhadap penurunan tekanan darah

pada pasien dengan hipertensi.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui tentang pengaruh

terapi bekam terhadap tekanan darah pada pasien hipertensi.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi tekanan darah pada pasien hipertensi sebelum

dilakukan bekam.

b. Mengidentifikasi tekanan darah pada pasien hipertensi setelah

dilakukan bekam.

c. Diketahuinya perubahan tekanan darah setelah pemberian intervensi

terapi bekam.

d. Diketahuinya pengaruh bekam terhadap tekanan darah pada pasien

(27)

D. Manfaat Penelitian

1. Untuk Klien

Penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan memperkenalkan terapi

bekam sebagai alternatif pengobatan sehingga bisa membantu menurunkan

tekanan darah bagi penderita hipertensi.

2. Untuk institusi pendidikan

Hasil penelitian ini dapat menjadi ilmu pengetahuan dan informasi bagi

keperawatan tentang pengaruh terapi bekam terhadap penurunan tekanan

darah pada pasien hipertensi. Hasil penelitian ini juga bisa dijadikan sebagai

dasar untuk penelitian selanjutnya.

3. Untuk Peneliti

Penelitian ini dapat memberikan ilmu dan pengalaman baru yang sangat

berharga.

4. Pelayanan Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan bisa memberikan kontribusi dan masukan

bagi pelayanan keperawatan sebagai salah satu terapi alternatif dalam

pengobatan hipertensi karena harga yang terjangkau, selain itu juga

(28)

E. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah ada perubahan pada

tekananan darah penderita hipertensi setelah dilakukan pengobatan metode

bekam. Desain penelitian ini adalah quasi experimental dengan menggunakan

rancangan one group pretest-postest. One group pretest-posttest dilakukan dengan

cara memberikan pretest (pengamatan awal) terlebih dahulu sebelum diberikan

intervensi, setelah diberikan intervensi, kemudian dilakukan kembali posttest

(29)

12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori 1. Tekanan Darah

a. Pengertian Tekanan Darah

Tekananan darah adalah tekanan yang diberikan oleh darah pada

dinding pembuluh darah (Baradero, 2008). Tekanan darah adalah tekanan

yang dihasilkan oleh darah terhadap pembuluh darah (Ronny, Setiawan

& Fatimah, 2009). Tekanan darah adalah tekanan yang diukur pada nadi,

yang tediri dari 2 nilai: tekanan sistolik (atas) dan tekanan diastolik

(bawah) (Stevens, Bordui & Van der weyde, 1999). Tekanan darah

adalah tekanan yang ditimbulkan pada dinding arteri. Tekanan puncak

terjadi saat ventrikel berkontraksi dan disebut tekanan sistolik. Tekanan

diastolik adalah tekanan terendah yang terjadi saat jantung beristirahat.

Tekanan darah biasanya digambarkan sebagai rasio tekanan sistolik

terhadap tekanan diastolik, dengan nilai dewasa normalnya berkisar dari

100/60 sampai 140/90. Rata-rata tekanan darah normal biasanya 120/80

(Smeltzer & Bare, 2001).

b. Pengukuran Tekanan Darah

Untuk mengukur tekanan darah maka perlu dilakukan pengukuran

tekanan darah secara rutin. Pengukuran tekanan darah dapat dilakukan

(30)

dimasukkan ke dalam arteri. Walaupun hasilnya sangat tepat, akan tetapi

metode pengukuran ini sangat berbahaya dan dapat menimbulkan

masalah kesehatan lain. Sedangkan pengukuran tidak langsung dapat

dilakukan dengan menggunakan sphygmomanometer dan stetoskop

(Smeltzer & Bare, 2001).

Adapun cara pengukuran tekanan darah dimulai dengan

membalutkan manset dengan kencang dan lembut pada lengan atas dan

dikembangkan dengan pompa. Tekanan dalam manset dinaikkan sampai

denyut radial atau brakial menghilang. Hilangnya denyutan menunjukkan

bahwa tekanan sistolik darah telah dilampaui dan arteri brakialis telah

tertutup. Manset dikembangkan lagi sebesar 20 sampai 30 mmHg diatas

titik hilangnya denyutan radial. Kemudian manset dikempiskan perlahan,

dan dilakukan pembacaan secara auskultasi maupun palpasi. Dengan

palpasi kita hanya dapat mengukur tekanan sistolik. Sedangkan dengan

auskultasi kita dapat mengukur tekanan sistolik dan diastolik dengan

lebih akurat (Smeltzer & Bare, 2001).

Untuk mengauskultasi tekanan darah, ujung stetoskop yang

berbentuk corong atau diafragma diletakkan pada arteri brakialis, tepat di

bawah lipatan siku (rongga antekubital), yang merupakan titik dimana

arteri brakialis muncul diantara kedua kaput otot biseps. Manset

dikempiskan dengan kecepatan 2 sampai 3 mmHg per detik, sementara

kita mendengarkan awitan bunyi berdetak, yang menunjukkan tekanan

darah sistolik. Bunyi tersebut dikenal sebagai bunyi korotkoff yang

(31)

arteri brakialis sampai tekanan dalam manset turun di bawah tekanan

diastolik dan pada titik tersebut, bunyi akan menghilang (Smeltzer &

Bare, 2001).

c. Hal yang diperhatikan sebelum mengukur tekanan darah

Umar (2008) menjelaskan beberapa hal yang harus diperhatikan

sebelum mengukur tekanan darah, yaitu:

1) Sebaiknya sebelum dilakukan pemeriksaan tekanan darah, pastikan

kandung kemih kosong

2) Tidak mengonsumsi kopi, alkohol dan rokok sebelumnya, karena

semua hal tersebut akan meningkatkan tekanan darah dari nilai

sebenarnya

3) Sebaiknya istirahat dan duduk dengan tenang selama 5 menit

sebelum pemeriksaan

4) Pikiran harus tenang, karena pikiran yang tegang dan stress akan

meningkatkan tekanan darah

5) Pemeriksaan tekanan darah sebaiknya dilakukan dalam posisi duduk

dengan siku lengan menekuk di atas meja dengan posisi telapak

tangan menghadap keatas, posisi lengan sebaiknya setinggi jantung.

2. Hipertensi

a. Pengertian Hipertensi

Hipertensi adalah suatu keadaan ketika tekanan darah di pembuluh

(32)

bekerja lebih keras memompa darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen

dan nutrisi tubuh. Jika dibiarkan, penyakit ini dapat mengganggu fungsi

organ-organ lain, terutama organ-organ vital seperti jantung dan ginjal

(Riskesdas, 2013). Hipertensi didefinisikan oleh Joint National

Commitee on Detection, Evaluation and Treatment of High Blood

Pressure (JNC) sebagai tekanan yang lebih tinggi dari 140/90 mmHg dan

diklasifikasikan sesuai derajat keparahannya, mempunyai rentang dari

tekanan darah normal tinggi sampai hipertensi maligna. Keadaan ini

dikategorikan sebagai primer/esensial (hampir 90 % dari semua kasus)

atau sekunder, terjadi sebagai akibat dari kondisi patologi yang dapat

dikenali, sering kali dapat diperbaiki (Doenges, 2000). Menurut Price

(2005) hipertensi juga didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah

sistolik sedikitnya 140 mmHg atau tekanan diastolik sedikitnya 90

mmHg.

Hipertensi adalah kelainan tekanan darah yang paling sering

dijumpai dan termasuk masalah kesehatan masyarakat yang serius yaitu

tekanan darah di atas 140/90 mmHg (Sherwood, 2011). Hipertensi dapat

didefenisikan sebagai tekanan darah tinggi persisten dimana tekanan

sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastolik di atas 90 mmHg

(Smeltzer, 2001).

Hipertensi adalah tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan

tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg (Mansjoer, 2001). Hipertensi

adalah tekanan darah tinggi yang abnormal dan diukur paling tidak pada

(33)

keadaan ketika tekanan darah sistolik lebih dari 120 mmHg dan tekanan

diastolik lebih dari 80 mmHg (Muttaqin, 2009).

b. Klasifikasi Hipertensi

Klasifikasi hipertensi berdasarkan JNC 7 adalah klasifikasi untuk

orang dewasa umur tahun. Penentuan klasifikasi ini berdasarkan

rata-rata 2 kali pengukuran tekanan darah pada posisi duduk

(Tjokroprawiro, 2007).

Table 2.1: Klasifikasi tekanan darah (JNC 7)

Klasifikasi

Tekanan Darah

Sistolik

(mmHg)

Diastolik

(mmHg)

Normal Dan

Prehipertensi 120-139 Atau 80-89

Stage 1 hipertensi 140-159 Atau 90-99

Stage 2 hipertensi Atau

Dasar pemikiran adanya kategori pre-hipertensi dalam klasifikasi

tersebut oleh karena pasien dengan pre-hipertensi beresiko untuk

mengalami progresi menjadi hipertensi, dan mereka dengan tekanan

darah 130-139/80-89 mmHg beresiko dua kali lebih besar untuk menjadi

hipertensi dibanding dengan yang tekanan darahnya lebih rendah

(Tjokroprawiro, 2007). Namun menurut World health Organization

(WHO) dan International Society of Hypertension Working Group

(34)

normal, normal-tinggi, hipertensi ringan, hipertensi sedang, dan

hipertensi berat (Sani, 2008).

Tabel 2.2 Klasifikasi menurut WHO

Kategori Tekanan

Tingkat 3 (Hipertensi Berat) ≥ 180 ≥ 110

Hipertensi sistol terisolasi

Insiden penyakit hipertensi lebih banyak menyerang wanita

daripada pria, Sekitar 20% populasi dewasa mengalami hipertensi: lebih

dari 90% diantara mereka menderita hipertensi esensial (primer), dimana

tidak dapat ditentukan penyebab medisnya. Sisanya mengalami kenaikan

tekanan darah dengan penyebab tertentu (hipertensi sekunder), seperti

penyempitan renalis atau penyakit parenkim ginjal, berbagai obat,

(35)

Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dibagi menjadi 2, yaitu: Hipertensi

primer dan hipertensi sekunder (Tjokroprawiro, 2007). Penyebab

terjadinya hipertensi menurut Corwin (2009), yaitu: kecepatan denyut

jantung, volume sekuncup, asupan tinggi garam, vasokontriksi arterio

dan arteri kecil, stres berkepanjangan, genetik. Sedangkan menurut

Tambayong (2000) etiologi dari hipertensi adalah sebagai berikut:

1) Usia

Insidens hipertensi makin meningkat dengan meningkatnya usia.

Hipertensi pada yang kurang dari 35 tahun dengan jelas menaikkan

insiden penyakit arteri koroner dan kematian prematur.

2) Kelamin

Pada umumnya insiden hipertensi pada pria lebih tinggi daripada

wanita, namun pada usia pertengahan dan lebih tua, insiden pada

waktu mulai meningkat, sehingga pada usia diatas 65 tahun, insiden

pada wanita lebih tinggi.

3) Ras

Hipertensi pada yang berkulit hitampaling sedikit dua kalinya pada

yang berkulit putih. Akibat penyakit ini umumnya lebih berat pada

ras kulit hitam. Misalnya mortalitas pasien pria hitam dengan

diastole 115 atau lebih, 3,3 kali lebih tinggi daripada pria berkulit

putih, dan 5,6 kali bagi wanita putih.

4) Pola hidup

Faktor seperti pendidikan, penghasilan, dan faktor pola hidup lain

(36)

kehidupan atau pekerjaan yang penuh stres berhubungan dengan

insiden hipertensi yang lebih tinggi.

5) Diabetes melitus

Hubungan antara diabetes melitus dan hipertensi kurang jelas,

namun secara statistik nyata ada hubungan antara hipertensi dan

penyakit arteri koroner.

6) Hipertensi sekunder

Seperti dijelaskan sebelumnya, hipertensi dapat terjadi akibat yang

tidak diketahui. Bila faktor penyebab dapat diatasi, tekanan darah

dapat kembali normal. Penyakit perenkim dan renovaskuler adalah

faktor penyebab paling umum.

d. Patofisiologi hipertensi

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh

darah terletak di pusat vasomotor, pada medula di otak. Dari pusat

vasomotor ini bermula jarak saraf simpatis, yang berlanjut kebawah ke

korda spinalis dan keluar dari kolumna medula spinalis ke ganglia

simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor

dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui sistem

saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion

melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca

ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilapaskannya norepinefrin

mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti

(37)

terhadap rangsang vasokonstriktor. Individu dengan hipertensi sangat

sensitif terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas

mengapa hal tersebut bisa terjadi. Pada saat bersamaan dimana sistem

saraf simpatis merangsang pembuluh darah seebagai rangsang respons

emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan

aktivitas vasokonstriksi. Medula adrenal mensekresi epinefrin, yang

menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan

steroid lainnya, yang dapat mempekuat respon vasokonsriktor pembuluh

darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke

ginjal, menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan

angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu

vasokonstriksi striktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi

aldesteron oleh korteks adenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium

dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume

intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung mencetuskan keadaan

hipertensi (Brunner & Suddarth, 2001).

e. Manifestasi klinis hipertensi

Tekanan darah tinggi merupakan kelainan dari hipertensi, tetapi

dapat pula ditemukan perubahan pada retina seperti perdarahan, eksudat

(kumpulan cairan), penyempitan pembuluh darah. Individu yang

menderita hipertensi terkadang tidak menampakan gejala sampai

(38)

dengan manifestasi yang khas sesuai sistem organ yang divaskularisasi

oleh pembuluh darah yang bersangkutan (Brunner & Suddarth, 2002).

Penyakit arteri koroner dengan angina adalah gejala yang terjadi

paling menyertai hipertensi. Hipertrofi ventrikel kiri terjadi sebagai

respons peningkatan beban kerja ventrikel ketika dipaksa berkontraksi

melawan tekanan sistemik yang meningkat. Apabila jantung tidak

mampu lagi menahan peningkatan beban kerja, maka dapat terjadi gagal

jantung kiri. Perubahan patologis pada ginjal dapat bermanifestasi

sebagai nokturia dan azotemia (peningkatan nitrogen urea darah dan

kretinin). Keterlibatan pembuluh darah otak dapat menimbulkan stroke

atau serangan iskemik yang termanifestasi sebagai paralisis sementara

pada satu sisi. Menurut Corwin (2009), manifestasi klinis antara lain:

1) Sakit kepala saat terjaga kadang-kadang disertai mual dan muntah,

akibat peningkatan tekanan darah intrakranium.

2) Penglihatan kabur akibat kerusakan hipertensif pada retina.

3) Cara berjalan yang tidak mantap karena kerusakan susuna saraf

pusat.

4) Nokturia yang disebabkan peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi

glomerulus.

5) Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan

kapiler.

Sedangkan menurut Marilyn Doengoes (2000). Tanda dari

hipertensi adalah kelemahan, napas pendek, frekuensi jantung meningkat,

(39)

Gejala klasik hipertensi yaitu sakit kepala, epistaksis, pusing, dan tinitus.

Akibata utama hipertensi adalah stroke, infark miokard, gagal ginjal, dan

ensefalopati (Tambayong, 2000).

f. Komplikasi hipertensi

Hipertensi yang tidak terkontrol akanmenyebabkan berbagai

macam komplikasi. Komplikasi yang dapat terjadi pada hipertensi

menurut Corwin (2009), antara lain:

1. Stroke

2. Infark miokard

3. Gagal ginjal

4. Ensefalopati (kerusakan otak)

Tekanan darah yang terus-menerus tinggi dan tidak terkontrol dapat

menimbulkan komplikasi pada organ-organ tubuh yaitu sebagai berikut

(Padmawinata, 2006):

1) Komplikasi pada otak

Tekanan darah yang terus-menerus tinggi menyebabkan kerusakan

pada dinding pembuluh darah yang disebut disfungsi endotel. Hal ini

memicu pembentukan plak aterosklerosis dan trombosis (pembekuan

darah yang berlebihan). Akibatnya pembuluh darah tersumbat dan

jika penyumbatan terjadi pada pembuluh darah otak dapat

(40)

2) Komplikasi pada mata

Hipertensi yang berkepanjangan dapat menyebabkan retinopati

hipertensi dan dapat menyebabkan kebutaan.

3) Komplikasi pada jantung

Selain pada otak, penyumbatan pembuluh darah dapat terjadi pada

pembuluh koroner dapat menyebabkan penyakit jantung koroner

(PJK) dan kerusakan otot jantung (infark jantung). Selain itu pada

penderita hipertensi, beban kerja jantung akan meningkat, otot

jantung akan menyesuaikan sehingga akan terjadi pembesaran

jantung dan semakin lama otot jantung akan mengendor dan

berkurang elastisnya yang disebut dengan dekompensasi. Akibatnya

jantung tidak mampu lagi memompa dan menampung darah dari

paru sehingga banyak cairan yang tertahan di paru-paru maupun

jaringan tubuh lain yang dapat menyebabkan sesak nafas atau

edema, kondisi ini disebut gagal jantung.

4) Komplikasi pada ginjal

Hipertensi dapat menyebabkan pembuluh darah pada ginjal

mengkerut (vasokontriksi) sehingga aliran nutrisi ke ginjal terganggu

dan menyebabkan kerusakan sel-sel ginjal yang pada akhirnya

terjadi gangguan fungsi ginjal. Apabila tidak segera ditangani dapat

(41)

g. Penatalaksanaan hipertensi

Menurut Brunner & Suddarth (2002), mengemukakan bahwa

tujuan dari tiap program penanganan atau penatalaksanaan pasien

hipertensi adalah mencegah terjadinya morbiditas dan mortalitas penyerta

dengan mencapai dan mempertahankan tekanan darah di bawah 140/90

mmHg. Efektifitas setiap program ditentukan oleh derajat hipertensi,

komplikasi, biaya perawatan dan kualitas hidup sehubungan dengan

terapi. Menurut Smeltzer & Bare (2001), mengemukakan bahwa tujuan

dari tiap program penanganan atau penatalaksanaan pasien hipertensi

adalah mencegah terjadinya morbiditas dan mortalitas penyerta dengan

mencapai dan mempertahankan tekanan darah di bawah 140/90 mmHg.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pendekatan

nonfarmakologis, termasuk penurunan berat badan, pembatasan alkohol,

natrium dan tembakau, latihan dan relaksasi merupakan intervensi wajib

yang harus dilakukan pada setiap terapi antihipertensi. Apabila pada

penderita hipertensi ringan berada dalam risiko tinggi (pria perokok) atau

bila tekanan darah diastoliknya menetap, diatas 85 atau 95 mmHg dan

siastoliknya diatas 130 sampai diatas 139 mmHg, maka perlu dimulai

terapi obat-obatan.

Menurut In Health Gazette (2013) penatalaksanaan terapi

hipertensi terapi nonfarmakologis antaralain olahraga, perubahan gaya

hidup, menurunkan berat badan bagi pasien obesitas, meningkatkan

konsumsi buah dan sayuran dan diet natrium. Terapi nonfarmakologis ini

(42)

menjadi hipertensi dan terapi farmakologis dengan mengunakan

obat-obatan yang dapat membantu menurunkan serta menstabilkan tekanan

darah, serta menurunkan risiko terjadinya komplikasi akibat hipertensi.

JNC 7 membagi tatalaksana terapi hipertensi secara farmakologis

menjadi dua:

1) First line: diuretik, penyekat reseptor beta adrenergik (β -blocker), Angiotensin Converting Enzyme (ACE) inhibitor,

penghambat reseptor angiotensin (ARB), dan antagonis

kalsium/Calcium Channel Blocker (CCB).

2) Second line: penghambat saraf adrenergik, penghambat

adrenoreseptor alpha (α-blocker), dan vasodilator.

Selaian terapi pengobatan nonfarmakologis dan farmakologis ada

juga pengobatan terapi komplementer dikenal dengan terapi tradisional

yang digabungkan dalam pengobatan modern. Komplementer adalah

penggunaan terapi tradisional ke dalam pengobatan modern. Teori

keperawatan yang ada dapat dijadikan dasar bagi perawat dalam

mengembangkan terapi komplementer misalnya teori transkultural yang

dalam praktiknya mengaitkan ilmu fisiologi, anatomi, patofisiologi, dan

lain-lain. Hal ini didukung dalam catatan keperawatan Florence

Nightingale yang telah menekankan pentingnya mengembangkan

lingkungan untuk penyembuhan dan pentingnya terapi seperti musik

dalam proses penyembuhan. Selain itu, terapi komplementer

meningkatkan kesempatan perawat dalam menunjukkan caring pada

(43)

(reiki), terapi biologis (herbal), pijat bayi, refleksi (Widyatuti, 2008).

Salah satu pengobatan komplementer yang dapat menangani hipertensi

adalah bekam (Umar, 2008).

3. Bekam

a. Pengertian Bekam

Bekam adalah sebuah pengobatan yang disyariatkan Allah SWT

melalui Rasulullah SAW. Sebagai umatnya maka wajib mempelajari,

mengamalkan dan mendakwahkan metode pengobatan bekam.Bekam

(Al-Hijamah) merupakan metode pengobatan dengan cara mengeluarkan

darah kotor dari dalam tubuh melalui permukaan kulit. Hijamah adalah

pengobatan yang sudah dikenal sejak ribuan tahun sebelum masehi.

Nama lainnya adalah bekam, canduk, canthuk, kop, mambakan, di Eropa

dikenal dengan istilah Cuping Theraupeutic Method (Kasmui, 2010).

Terapi bekam merupakan suatu metode pembersihan darah dan angina,

dengan mengeluarkan sisa toksid dalam tubuh melalui permukaan kulit

dengan cara menyedot (Santoso, 2012). Beberapa hadits mengemukakan

tentang keutamaan dan manfaat berbekam:

“Jika dalam sebagian obat kalian terdapat kebaikan maka itu

terdapat dalam sayatan alat bekam, minum madu, atau sundutan

besi panas yang sesuai dengan penyakit. Tetapi aku tidak suka

berobat dengan sundutan besi panas.” (H.R. Bukhari, Muslim dan

Ahmad)

“Beliau berbekam ketika sedang ihram di kepalanya karena

(44)

“Jika pada sesuatu yang kalian pergunakan untuk berobat itu

terdapat kebaikan, maka hal itu adalah bekam.” (H.R. Shahih)

Hadits diatas telah menunjukan bahwa pengobatan terapi bekam

yang telah nyata dan dicontohkan serta diperintahkan oleh Rasulullah

SAW. Bekam sebagai sebuah tindakan bedah minor dan mengeluarkan

darah, tentunya harus dilandasi dengan diagnosa yang tepat dalam

tindakan bekam dan alangkah baiknya dilakukan oleh seorang yang

mengerti ilmu pengobatan.

b. Jenis Bekam

Pengobatan alternatif terapi bekam memiliki beberapa jenis cara

melakukan tindakan bekamnya. Menurut Kasmui (2010), ada beberapa

jenis bekam:

1) Bekam kering atau bekam angin (Hijamah Jaaffah)

Yaitu menghisap permukaan kulit dan memijat tempat sekitarnya

tanpa mengeluarkan darah kotor.

2) Bekam luncur

Bekam dengan meng kop bagian tubuh tertentu dan meluncurkan

kearah bagian tubuh yang lain. Teknik bekam ini biasanya untuk

pemanasan pasien, fungsinya melancarkan peredaran darah,

pelemasan otot dan menyehatkan kulit.

3) Bekam Tarik

Melakukan bekam ini dengan cara ditarik-tarik. Dibekam hanya

(45)

yang dibekam menjadi merah.

4) Bekam Basah (Hijamah Rothbah)

Yaitu pertama kita melakukan bekam kering, kemudian kita melukai

permukaan kulit dengan jarum tajam (lancet), lalu disekitarnya

dihisap dengan alat cupping set dan hand pump untuk mengeluarkan

darah kotor dari dalam tubuh. Lamanya melakukan hisapan

maksimal 9 menit. Jarak waktu pengulangan bekam ini 4 minggu.

Bekam basah berkhasiat untuk berbagai penyakit, terutama

penyakit-penyakit yang lebih berat, seperti darah tinggi, asam urat, kolesterol.

c. Manfaat Bekam

Pengobatan dengan cara bekam memberi banyak manfaat kebaikan

kepada manusia yang melakukannya di antaranya adalah menjaga

kesehatan tubuh, menghilankan letih, lesu, lelah, meningkatkan daya

tahan tubuh, sakit bahu, alergi, perut kembung, mati rasa, asam urat dan

kolesterol, jantung, migren, hipertensi, strok, dan 72 macam penyakit

(Salamah, 2009). Ada juga beberapa manfaat yang diperoleh menurut

Fatahillah (2006), diantaranya:

1) Membersihkan darah dari racun-racun sisa makanan dan dapat

meningkatkan aktifitas saraf tulang belakang.

2) Mengatasi gangguan tekanan darah yang tidak normal dan

pengapuran pada pembuluh darah.

3) Menghilangkan rasa pusing, kejang-kejang dan keram yang terjadi

(46)

4) Sangat bermanfaat bagi penderita asma, pneumonia, dan angina

pectoris.

5) Menghilangkan sakit bahu, dada dan punggung.

6) Dapat menyembuhkan penyakit encok dan reumatik.

7) Dapat mengatasi gangguan kulit, radang selaput jantung dan radang

ginjal.

8) Mengatasi keracunan dan luka bernanah serta bisul.

9) Meringankan rasa sakit dan masalah masuk angin.

d. Alat-Alat untuk Bekam

Berbagai macam alat-alat yang diperlukan untuk melakukan

pengobatan terapi bekam. Menurut Ridho (2012), alat-alat yang

digunakan yaitu:

1) Cupping set

2) Lancing device (untuk memasang jarum)

3) Lancet / jarum steril steril

4) Sarung tangan dan masker

5) Tensi meter dan stetoskop

6) Kassa steril dan kapas

7) Baskom

8) Alkohol

(47)

Cara sterilisasi alat-alat bekam, yaitu:

1) Kop yang habis dipakai danterkena darah, bersihkan dengan

menyemprotkan alkohol 70% ke dalam gelas kop dengan alat

semprot.

2) Setelah bersih rendamlah pada baskom yang sudah berisi air yang

dicampuri dengan cairan clorin. Perbandingan air dan clorin adalah

9:1.

3) Rendam selama 10 menit.

4) Angkat dan bersihkan dengan sabun atau pembersih yang lain.

5) Cuci di bawah air mengalir.

6) Keringkan dalam rak yang telah disediakan.

7) Masukkan dalam sterilisator ozon.

8) Bisa juga menggunakan desinfektan tingkat tinggi

e. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam Bekam

Menurut Ridho (2012) banyak hal-hal yang harus diperhatikan

ketika ingin dilakukan pengobatan bekam. Berikut ini adalah hal-hal

tersebut:

a) Daerah anggota tubuh yang dilarang untuk dibekam:

1) Lubang alamiah (mata, telinga, hidung, mulut, putting susu,

alat kelamin, dubur).

2) Area tubuh yang banyak simpul limpa (kelenjar limfe).

(48)

4) Bagian tubuh yang ada varises, tumor, retak tulang, jaringan

luka.

b) Kondisi pasien yang tidak boleh dibekam:

1) Terkena infeksi terbuka dan cacar air.

2) Penderita diabetes mellitus.

3) Penderita kelainan darah (hemophilia).

4) Penderita penyakit anememia dan penderita hipotensi.

5) Penderita kanker darah.

6) Anak-anak penderita dehidrasi.

7) Pada wanita hamil dan wanita sering keguguran.

c) Waktu yang dianjurkan untuk bekam:

Ibnu Sina di dalam kitabnya “Al-Qanun fii Thibb”

membahas mengenai waktu yang paling baik untuk bekam yaitu

pada waktu tengah hari (jam 2-3 sore) karena pada saat itu saluran

darah sedang mengembang dan darah-darah yang mengandung

toxin sangat sesuai untuk dikeluarkan (Salamah, 2009).

Diriwayatkan dari Abu Hurairah, Nabi SAW bersabda: “Barang siapa berbekam pada tanggal tujuh belas, sembilan belas, dan dua

puluh satu, maka ia akan menyembuhkan semua penyakit.”

Dari Anas bin Malik, dia bercerita: “Rasulullah SAW biasa

berbekam dibagian urat meriih dan punggung, beliau biasa

berbekam pada hari ketujuh belas, kesembilan belas dan kedua

(49)

f. Titik-titik Bekam

Menurut Santoso (2012) di bawah ini adalah gambaran titik-titik

bekam berdasarkan jenis penyakitnya:

1) Ummu Mughits (puncak kepala)

Titik tersebut berada di ubun-ubun dan bermanfaat untuk mengatasi

penyakit vertigo, migrain, sakit kepala menahun.

Dari Ibnu Umar, bercerita bahwa:

“Nabi Muhammad SAW pernah berbekam dikepalanya dan

menyebutnya dengan Ummu Mughits”.

2) Al-Akhda’ain (dua urat leher)

Titik ini adalah dua urat di samping kiri dan kanan leher. Posisinya:

Di bawah garis batas rambut kepala belakang, sejajar tulang cervical

3-7. Manfaatnya untuk mengatasi hipertensi, stroke, sakit bagian

kepala dan wajah.

3) Al-Kaahil (punduk)

Titik ini berada di ujung atas tulang belakang, bermanfaat untuk

masalah penyakit sekitar kepala dan saraf serta 72 penyakit.

4) Al-Katifain (bahu kiri dan kanan)

Titik ini berada pundak atau bahu kiri dan kanan, bermanfaat untuk

penyakit hipertensi, nyeri bahu, stroke, sakit leher.

5) Dua jari di bawah punduk

Bermanfaat untuk penyakit bronkhitis, batuk, sesak napas, asi

kurang, asma, stroke.

(50)

Bermanfaat untuk gangguan paru-paru, gangguan jantung, saluran

pernapasan, stroke, masuk angin.

7) Ala-Warik (pinggang)

Posisinya: pertemuan otot gluteus maximus dengan gluteus medius

bawah, kiri dan kanan. Titik ini bermanfaat untuk masalah gangguan

ginjal, sakit pingggang, haid tidak lancar, susah buang air kecil.

8) Ala Dzohril Qadami (betis)

Titik ini berada dibetis kiri dan kanan. Mengatasi gangguan asam

urat, kesemutan, pegal-pegal, stroke.

2.1Gambar titik-titik bekam

g. Hubungan Terapi Bekam dengan Penyakit Hipertensi

Suatu penelitian membuktikan bahwa apabila dilakukan

(51)

kutis), fasia dan otot akan terjadi kerusakan dari mast cell atau lain-lain.

Akibat kerusakan ini akan dilepaskan beberapa zat seperti serotonin,

histamine, bradikinin, slowreaching substance (SRS) serta zat lain yang

belum diketahui. Zat-zat ini menyebabkan terjadinya pelebaran kapiler

dan arteriol serta flare reaction pada daerah yang dibekam. Dilatasi

kapiler juga dapat terjadi ditempat yang jauh dari tempat pembekaman

ini menyebabkan terjadinya perbaikan mikrosirkulasi pembuluh darah.

Akibatnya timbul efek relaksasi (pelemasan) otot-otot yang kaku serta

akibat vasodilatasi umum akan menurunkan tekanan darah secara stabil

(Kusyati, 2012). Mekanisme penyembuhan bekam pada hipertensi

didasarkan atas teori aktivasi organ, dimana bekam akan mengaktivasi

organ yang mengatur aliran darah seperti hati, ginjal dan jantung agar

organ-organ ini tetap aktif dalam mengatur peredaran darah sehingga

tekanan darah tetap terjaga. Selain itu bekam juga berusaha

menyeimbangkan secara alamiah bila ada tekanan darah yang meningkat.

Dengan memilih titik yang tepat, maka bekam bisa membantu

penanganan hipertensi (Umar, 2008).

Bekam yang sudah dipakai di masyarakat sejak ribuan tahun lalu

juga sering dipakai untuk menangani hipertensi. Secara khusus,

pembekaman pada titik yang tepat dapat menurunkan tekanan darah

dengan segera (Umar, 2008). Efek terapi bekam terhadap hipertensi

diantaranya: bekam berperan menenangkan sistem saraf simpatik

(simpatic nervous system). Pergolakan pada sistem saraf simpatik ini

(52)

rennin. Setelah sistem ini tenang dan aktivitasnya berkurang tekanan

darah akan turun. Bekam berperan menurunkan volume darah yang

mengalir di pembuluh darah sehingga mengurangi tekanan darah (Sharaf,

2012). Bekam mengendalikan tekanan hormone aldosterone sehingga

mengendalikan tekanan darah. Bekam berperan menstimulasi

reseptor-reseptor khusus yang terkait dengan penciutan dan peregangan pembuluh

darah (baroreseptor) sehingga pembuluh darah bisa merespon berbagai

stimulus dan meningkatkan kepekaannya terhadap faktor-faktor

(53)

B. Kerangka Teori

2.2 Bagan: Kerangka Teori (Corwin: 2009, Sharaf: 2012, Tambayong: 2000, In

Health Gazette: 2013, Widyatuti: 2008, Umar: 2012). Faktor-faktor penyebab

Darah keluar Mediator inflamasi

Penurunan aliran Pompa otot skeletal Penurunan volume

darah

(54)

37

KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep satu

dengan konsep lainnya dari masalah yang ingin diteliti (Setiadi, 2007). Kerangka

konsep dalam penelitian ini variabel yang di teliti adalah tekanan darah sebelum

intervensi (variabel independen pretest), intervensinya adalah bekam, tekanan

darah sesudah intervensi (variabel dependen postest).

Bagan 3.1: Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan kerangka konsep diatas, peneliti bertujuan untuk

mengidentifikasi apakah terapi bekam berpengaruh terhadap penurunan tekanan

darah pada penderita hipertensi di Klinik Bekam Abu Zaky Mubarak wilayah

Bogor.

Kerangka konsep diatas, memberikan gambaran bahwa peneliti ini akan

melakukan intervensi berupa terapi bekam terhadap pasien hipertensi. Setelah

intervensi dilakukan apakah terjadi perubahan tekanan darah pada pasien

(55)

B. Hipotesis

Hipotesis dari penelitian ini yang diajukan berdasarkan tinjauan pustaka,

kerangka teori dan kerangka konsep, dapat dirumuskan sebagai berikut:

Terdapat pengaruh terapi bekam terhadap penurunan tekanan darah pada pasien

hipertensi di Klinik Bekam Abu Zaky Mubarak wilayah Bogor.

H : Terdapat pengaruh terapi bekam terhadap penurunan tekanan darah pada

pasien hipertensi.

H : Tidak adanya pengaruh terhadap penurunan tekanan darah pada pasien

(56)

C. Definisi Operasional

Tabel 3.1: Definisi Operasional

Variabel

Penelitian

Definisi Operasional Cara Ukur dan

(57)
(58)

41 A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, menggunakan quasi

experimental design dengan one group pretest-posttest design. Penelitian ini

dilakukan dengan cara memberikan pretest (pengamatan awal) terlebih dahulu

sebelum diberikan intervensi, setelah itu diberikan intervensi, kemudian dilakukan

kembali posttest (pengamatan akhir) (Hidayat, 2008). Rancangan ini juga tidak

ada kelompok pembanding (kontrol), tetapi paling tidak sudah dilakukan

observasi pertama (pretest) yang memungkinkan menguji suatu

perubahan-perubahan yang terjadi setelah terjadinya eksperimen (Notoatmodjo, 2010).

Setelah dilakukan intervensi diharapkan terjadi perubahan atau pengaruh

dengan cara membandingkan antara tekanan darah pretest dengan posttest.

Bentuk rancangan metode ini sebagai berikut:

Pretest Perlakukan Posttest

Bagan 4.1: Desain Penelitian

01 X 02

Pengukuran Tekanan Darah

Terapi bekam basah 1 kali

intervensi

(59)

Keterangan:

O1 : Pengukuran Tekanan Darah (pretest)

X : Terapi bekam basah (1 kali perlakuan)

O2 : Pengukuran Tekanan Darah (posttest)

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2010).

Populasi merupakan seluruh subjek atau objek dengan karakteristik tertentu

yang akan diteliti. Bukan hanya objek atau subjek yang dipelajari saja tetapi

seluruh karakteristik atau sifat yang dimiliki subjek atau objek tersebut

(Hidayat, 2007). Populasi dalam penelitian ini adalah pasien hipertensi yang

berbekam di Klinik Bekam Abu Zaky Mubarak.

2. Sampel

Sampel merupakan bagian atau wakil populasi yang diteliti.

Dinamakan penelitian sampel apabila peneliti bermaksud menggeneraliskan

hasil penelitian sampel. Mengeneraliskan diartikan mengangkat kesimpulan

penelitian sebagai suatu yang berlaku bagi populasi (Arikunto, 2010).

Menurut hidayat (2007) sampel merupakan bagian dari karakteristik yang

dimiliki oleh populasi. Pengambilan sampel penelitian dilakukan dengan cara

purposive sampling. Pengambilan sampel secara purposive sampling

didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri

berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya

(60)

dengan tujuan untuk mengurangi bias dari hasil penelitian. Adapun kriteria

sampel dibagi menjadi dua yaitu inklusi dan ekslusi. Inklusi adalah

karakteristik umum subjek penelitian dari populasi target yang terjangkau dan

akan diteliti. Sedangkan ekslusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan

subjek yang memenuhi kriteria inklusi dari penelitian karena berbagai sebab

misalnya subjek menolak berpartisipasi (Nursalam, 2008).

a. Kriteria inklusi

Kriteria inklusi yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1) Bersedia sebagai responden.

2) Dapat berkomunikasi dengan baik.

3) Dapat mengikuti prosedur penelitian sampai selesai.

4) Terdiagnosa sebagai penderita hipertensi (tekanan darah 140

mmHg). Hipertensi adalah tekanan darah di atas 140/90 mmHg

(Sherwood, 2011).

5) Pasien laki-laki maupun perempuan.

6) Berada di tempat penelitian pada saat pengambilan data.

b. Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

A. Tidak mengkonsumsi obat anti hipertensi.

B. Tidak sedang menjalani terapi komplementer lain atau sejenisnya.

Pada penelitian ini pengambilan sampel dilakukan dengan cara

purposive sampling sampel dipilih berdasarkan kriteria yang ditentukan

berdasarkan pertimbangan tertentu yang dipilih oleh peneliti berdasarkan ciri

(61)

Gay dan Diehl (1992) berpendapat bahwa sampel haruslah sebesar-besarnya,

bahwa semakin banyak sampel yang diambil maka akan semakin

representative dan hasilnya dapat digenelisir. Namun ukuran sampel yang

diterima akan sangat bergantung pada jenis penelitiannya, apabila penelitian

eksperimental sampel minimumnya adalah 15 subjek.

C. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Klinik Bekam Abu Zaky Mubarak wilayah

Bogor, Jawa Barat. Alasan pemilihan tempat dikarenakan di klinik tersebut belum

pernah diadakan penelitian serta menurut Depkes (2012) Jawa Barat termasuk

wilayah penderita hipertensi tertinggi.

Waktu penelitian dilakukan mulai tahap penyusunan proposal pada bulan

Oktober 2014 sampai Januari 2015 dan dilanjutkan pada tahap pengumpulan data

pada bulan Februari – Mei 2015.

D. Alat Pengumpulan Data dan Prosedur Penelitian 1. Alat Pengumpulan Data

a) Sphygmomanometer dan Stetoskop

Alat ukur tekanan darah ini digunakan sebagai alat untuk mengukur

tekanan darah agar dapat mengetahui tensi pasien hipertensi saat dilakukan

(62)

b) Lembar Penilaian

Lembar penilaian digunakan untuk mencatat karakteristik responden

mencakup nama, tempat tanggal lahir, usia, jenis kelamin, tekanan darah

sebelum dibekam, tekanan darah sesudah diberikan terapi bekam pertama

dan kedua. Pendokumentasian hasil dari terapi bekam yaitu tekanan darah

sebelum dibekam dan tekanan darah sesudah dibekam. Sebelum tindakan

dilakukan, peneliti menjelaskan tentang pelaksanaan terapi bekam dan

menanyakan kesediaan pasien menjadi responden dalam penelitian

(informed consent).

2. Prosedur Penelitian

a. Peneliti diawali dengan membuat susunan proposal skripsi.

b. Peneliti diawali dengan memberikan surat izin pengambilan data awal dari

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

kepada klinik bekam Abu Zaky Mubarak.

c. Selanjutnya melakukan pengambilan data awal untuk mengetahui populasi

dan sampel penelitian

d. Peneliti menemui beberapa orang yang membekam di klinik bekam Abu

zaky mubarak untuk mempersamakan persepsi mendapatkan data yang

mendukung dan memaparkan tentang penelitian, tujuan dan

langkah-langkah penelitian.

e. Melakukan pengambilan sampel atau responden yaitu dengan kriteria yang

Gambar

Tabel 2.1 Klasifikasi Tekanan Darah (JNC 7).............................................
Gambar 2.1 Titik-Titik Bekam........................................................................
Table 2.1: Klasifikasi tekanan darah (JNC 7)
Tabel 2.2 Klasifikasi menurut WHO
+6

Referensi

Dokumen terkait

Judul skripsi : Efektifitas Terapi Bekam Basah (Wet Oxidant Release Therapy) Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Di Rumah Sehat Dompet

Setelah dilakukan penelitian tentang perbedaan antara terapi bekam dan terapi pijat refleksi terhadap tekanan darah pada penderita hipertensi dapat memberikan manfaat

Pengaruh Terapi Bekam Terhadap Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi Di Klinik De Besh Center Arrahmah Dan Rumah Sehat Sabbihisma Kota Padang, Jurnal FK Universitas Andalas..

Melihat hasil tersebut dapat dikatakan bahwa pemberian terapi relaksasi nafas dalam mempunyai pengaruh terhadap penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi di

Terapi bekam terhadap penderita hipertensi dapat menurunkan tekanan darah sistolik dan rata-rata tekanan darah arteri dibuktikan dengan uji statistik yang didapatkan

Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh terapi relaksasi nafas dalam terhadap penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi di Desa Kesesi Kecamatan Kesesi

Artinya ada pengaruh terapi lintah terhadap tekanan darah pada penderita hipertensi di Klinik Terapi Lintah Purba Medis Kebumen. Ha

ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN DENGAN INTERVENSI INOVASI PEMBERIAN TERAPI INHALASI AROMATERAPI JAHE TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI DI RUANG UNIT GAWAT