• Tidak ada hasil yang ditemukan

SHALAT LAIL, SHALAT IFTITAH DAN DO'A IFTITAH DALAM QIYAMU LAIL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "SHALAT LAIL, SHALAT IFTITAH DAN DO'A IFTITAH DALAM QIYAMU LAIL"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

SHALAT LAIL, SHALAT IFTITAH DAN DO'A IFTITAH DALAM QIYAMU LAIL

(disidangkan pada hari Rabu, 26 Rajab 1428 H / 10 Agustus 2007 M)

Pertanyaan:

1. Selama ini di kalangan umat Islam ada yang berpendapat shalat lail berbeda dengan qiyamu Ramadhan, sehingga setelah qiyamu Ramadhan masih diperbolehkan untuk melakukan shalat lail. Bagaimana sebenarnya?

2. Dalam melaksanakan shalat lail atau qiyamu Ramadhan, di kalangan umat Islam ada yang mengawalinya dengan shalat dua rakaat dan ada pula yang langsung melakukan qiyamu Ramadhan. Bagaimana tuntunan yang benar menurut Hadits Nabi saw?

3. Apakah do’a iftitah pada shalat dua rakaat sebelum qiyamu Ramadhan tersebut hanya satu-satunya seperti yang tercantum dalam HPT?

Jawaban Pertanyaan No. 1:

Shalat lail adalah shalat sunat yang biasa dilakukan oleh Nabi saw pada waktu malam hari. Menurut Muhammadiyah shalat lail disebut juga shalat tahajjud, witir, qiyamul-lail dan qiyamu Ramadhan. (lihat HPT hal. 341)

Shalat lail disebut shalat tahajjud karena shalat tersebut dilaksanakan setelah bangun tidur. Disebut shalat witir karena dalam melaksanakan shalat tersebut diakhiri dengan witir (bilangan ganjil). Disebut qiyamul-lail karena shalat tersebut dilaksanakan hanya pada waktu malam. Disebut qiyamu Ramadhan karena shalat tersebut dilakukan pada bulan Ramadhan dan istilah yang sering digunakan untuk shalat lail di bulan Ramadhan adalah shalat tarawih, karena dalam shalat malam tersebut dilaksanakan dengan bacaan yang bagus dan lama dan setelah empat rakaat pertama dan kedua ada istirahat sebentar. (al-'Utsaimin, Majalis Syahr Ramadhan)

Jawaban Pertanyaan No. 2:

Untuk menjawab pertanyaan tersebut perlu dibaca ulang hadits-hadits Nabi saw yang menjelaskan tentang pelaksanaan shalat iftitah.

Adapun hadits-hadits yang menjelaskan tentang pelaksanaan shalat iftitah adalah sebagai berikut:

1 - َ ة نننَ َ َع ّلَ نننَْ ةلَ ُّهنننّلَص َهشنننَُ َرنننََشَْ َلنننََةَشَع َعنننَع ة نننَ ََ َعنننةل َْشنننَْ ََ ةَ َإ نننَل

ةََْنتَف ةفَخ ةََْنتَعََُرةب ّ َتَاَْ َحَتَتَنفَ َيّ َصّ ةَ .

[ لش ْ ََ ةاْ ى ءشعدََ بشب ،إ سل هَ ص ]

(2)

2 َُشنَْ َإ نَلَ ة ننَ َ َع ّلَ نَْ ّةَن ََّ َعننَع َةَرنَن َرُّ ةيََ َعنَع ة ننَ ََ َعنةل َإُّّدنَدََ َْشننَْ ََ ةَ

ةََْنتَف ةفَخ ةََْنتَعََُرةب ّ َتَاَْ َحةتَتَفَن َ َنف .

[ لش ْ ََ ةاْ ى ءشعدََ بشب ،إ سل هَ ص ]

Artinya: "Diriwayatkan dari Abu Hurairah, dari Nabi saw, beliau bersabda: Apabila salah saeorang dari kamu akan melakukan shalat lail, hendaklah memulai (membuka) shalatnya dengan dua rakaat yang ringan-ringan." [HR Muslim, bab ad-Du'a fi shalat al-lail wa qiyaamih]

3 ّدنَدََ َْشنَْ ََ ةَ َإ نَلَ ة نَ َ َع ّلَ نَْ ةلَ ُّهنّلَص َُشَْ َُشَْ َةَرَن َرُّ ةيََ َعَع َعنةل َإُّ

ةََْنتَف ةفَخ ةََْنتَعََُص ّ َصّ َ َنف ة َ ََ .

[ ْتعُرب ََ ةاْ حشتتفَ بشب ،د َد هبَ هَ ص ]

Artinya: "Diriwayatkan dari Abu Hurairah ia berkata; Rasulullah saw bersabda: "Apabila salah seorang dari kamu akan melaksanakan shalat lail, hendalah ia melakukan shalat dua rakaat yang ringan-ringan." [HR Abu Dawud, bab Iftitah Shalat al-Lail bi Rak'atain]

4 ة ننَ َ َع ّلَ ننَْ ةلَ ةُهننّلَص َةَاننَْ عننَسّلَصََا َُشننَْ ّ نن ََ ّة ننَنَّ َ ِدننةَشَخ ةعننَب ةدننَ َي َعننَع

ننَصَف َلننَ َن ََ َإ ننَلَ ننَْ ّ ةَْننَنتَف ةفَخ ةَْننَنتَعََُص َإ ننَلَ ة ننَ َ َع ّلَ ننَْ ةلَ ُّهننّلَص

ّ شننَ ّنَ َن َنْ ةَْننَنت ََ َه ّد شننَّلَ ةَْننَنتَعََُص ننَْ ّ ةََْنتَ ةهننَو ةََْنتَ ةهننَو ةََْنتَ ةهننَو ةَْننَنتَعََُص َ َن َنْ ةَْننَنت ََ َه ّد ةَْننَنتَعََُص ننَْ ننَْ ّ شننَ ّنَ َن َنْ ةَْننَنت ََ َه ّد ةَْننَنتَعََُص ننَْ ّ شننَ ّن

لَعََُص َةَرَََع َثَاَث َكةََذَف َرَنتَ ََ ّ شَ ّنَ َن َنْ ةََْنت ََ َه ّد ةََْنتَعََُص .

[ ََ ةاْ ى بشب د َد هبَ هَ ص ]

(3)

5 ة نَ َ َع ّلَ نَْ ةلَ ةُهنّلَص َةَانَْ عنَسّلَصََا ّرنَ ّنْ َُشنَْ ّة نَنَّ َ ِدنةَشَخ ةعَب ةدَ َي َعَع

ننَصَف َإ ننَلَ ة ننَ َ َع ّلَ ننَْ ةلَ ُّهننّلَص َْشننَسَنف َلننَ َن ََ َإ ننَلَ ّ ةَْننَنتَف ةفَخ ةَْننَنتَعََُص

نَنتَعََُص ّ شنَ ّنَ َن َنْ ةَْنَنت ََ َه ّد شنَّلَ ةَْنَنتَعََُص ّ ةََْنتَ ةهنَو ةََْنتَ ةهَو ةََْنتَ ةهَو ةََْنتَعََُص ةَْ

ننَ ّنَ َن َنْ ةَْننَنت ََ َه ّد شننَّلَ ةَْننَنتَعََُص ّ شننَ ّنَ َن َنْ ةَْننَنت ََ َه ّد شننَّلَ َرننَنتَ ََ ّ ةَْننَنتَعََُص ّ ش

لَعََُص َةَرَََع َثَاَث َكَ ةتَف .

[ جشل عبَ : َشب ص إُ ى ءشج شل ]

Artinya: "Diriwayatkan dari Zaed bin Khalid al-Juhany ia berkata, sungguh saya mencermati shalat Rasulullah saw. pada suatu malam, beliau shalat dua rakaat yang ringan-ringan, kemudian shalat dua rakaat yang panjang (lama) sekali, lalu shalat dua rakaat yang lebih pendek dari dua rakaat sebelumnya, lalu shalat dua rakaat yang lebih pendek dari dua rakaat sebelumnya, lalu shalat dua rakaat yang lebih pendek dari dua rakaat sebelumnya, lalu shalat dua rakaat yang lebih pendek dari dua rakaat sebelumnya,lalu kemudian melakukan witir. Maka demikianlah, shalat tigabelas rakaat." [HR Ibnu Majah, bab Maa Ja-a fi Kam Yushalli bi al-Lail]

6 َلنننََةَشَع َعنننَع ة نننَ ََ َعنننةل َْشنننَْ ََ ةَ َإ نننَلَ ة نننَ َ َع ّلَ نننَْ ةلَ ُّهنننّلَص َهشنننَُ َرنننََشَْ

ةََْنتَف ةفَخ ةََْنتَعََُرةب ّ َتَاَْ َحَتَتَنفَ يّ َصّ .

[ دمَ هَ ص ]

Artinya: "Diriwayatkan dari Aisyah, ia berkata: Adalah Rasulullah saw. apabila akan melaksanakan shalat lail, beliau memulai shalatnya dengan (shalat) dua rakaat yang ringan-ringan." [HR Ahmad]

7 َرننَ شَُ َ ننَ َُ شننَنَنَّع ّلَ َيننةهَص َلننََةَشَع ََُةنَل ّ نن ََ ةعََم رننََ ةدننَ َع ةعننَب َلَ َ ننَل ةيََ َعنَع

ننننَلَ ة ننننَ َ َع ّلَ ننننَْ ةلَ ةُهننننّلَص ّةَاننننَْ ةِ ّدنننن ة َ َهشننننَُ شننننَل َرننننََشَسَنف َهشننننَضَلَص ةِ َإ

َعنننننَع َ نننننَسَت َاننننَف شننننن عَنبَصََ يّ نننننَصّ لننننَعََُص َةَرنننننَََع ًَدنننننَدةَ ننننَ َع ةهةََنننننَِ ةِ َيَ َهشننننَضَلَص ّ َصّ ّ عةةِهّوَ عةنةَّسّد َعَع َ َسَت َاَف ش عَنبَصََ يّ َصّ ّ عةةِهّوَ عةنةَّسّد ش ثَاَث ي

.

[ ْشْ عل بشب ،ح َرََ ةاْ بشتُ ،ًصشخ ََ هَ ص هشضلص

: 1774 ]

(4)

bulan Ramadlan ataupun bukan bulan Ramadlan Rasulullah saw melakukan shalat (lail) tidak lebih dari sebelas raka’at. Beliau shalat empat raka’at; dan jangan ditanyakan tentang baik dan panjangnya shalat yang beliau lakukan. Kemudian shalat lagi empat raka’at; (demikian pula) jangan ditanyakan tentang baik dan panjangnya shalat yang beliau lakukan. Lalu beliau shalat tiga raka’at." [HR al-Bukhari, Kitab Shalat at-Tarawih, Bab Man Qama Ramadhan]

7 َعَع ةلَ ةُهنّلَص ّةَانَْ َرنَ شَُ َ نَ َُ َلنََةَشَع ََُةنَل ّ ََ ةعََم رََ ةدَ َع ةعَب َلَ َ َل ةيََ

َإ نَلَ ة نَ َ َع ّلَ نَْ ةلَ ُّهنّلَص َهشنَُ شنَل َرََشَْ َهشَضَلَص ةِ َإ َلَ ة َ َ َع ّلَ َْ َ َع ةهةَََِ ةِ َيَ َهشَضَلَص ةِ ّد ة َ َعنَع ََُةَسَت َاَف ش عَنبَصََ يّ َصّ لَعََُص َةَرَََع ًَدَدةَ

يّ نننَصّ ّ عةةِهنننّوَ عةنةّنننَسّد َعنننَع ََُةنننَسَت َانننَف شننن عَنبَصََ يّ نننَصّ ّ عةةِهنننّوَ عةنةّنننَسّد ش ثَاَث . [ إ سل هَ ص : ََّ تشعُص ددع ََ ةاْ بشب ،شُرصْ ع رفشسمَ ةاْ بشتُ ََ ى ى

: 1211 )

Artinya: "Diriwayatkan dari Abu Salamah Ibn ‘Abdul Rahman bahwa ia bertanya kepada ‘Aisyah ra bagaimana shalat Rasulullah saw di bulan Ramadlan. ‘Aisyah menjawab: Baik di bulan Ramadlan ataupun bukan bulan Ramadlan Rasulullah saw melakukan shalat (lail) tidak lebih dari sebelas raka’at. Beliau shalat empat raka’at; dan jangan ditanyakan tentang baik dan panjangnya shalat yang beliau lakukan. Kemudian shalat lagi empat raka’at; (demikian pula) jangan ditanyakan tentang baik dan panjangnya shalat yang beliau lakukan. Lalu beliau shalat tiga raka’at." [HR Muslim]

Keterangan:

Hadits pertama (hadits riwayat Muslim dari Aisyah) menjelaskan bahwa Nabi saw apabila beliau bangun malam untuk melakukan shalat lail, beliau memulai shalatnya dengan (shalat) dua rakaat yang ringan-ringan.

Hadits kedua dan ketiga (hadits riwayat Muslim dan Abu Dawud dari Abu Hurairah) menjelaskan bahwa beliau bersabda: apabila salah seorang akan melakukan shalat lail hendaklah memulai shalatnya dengan (shalat) dua rakaat yang ringan-ringan.

Hadits keempat dan kelima (hadits riwayat Abu Dawud dan Ibnu Majah dari Zaed bin Khalid al-Juhany menceritakan berdasarkan pencermatan Zaed bin Khalid al-Juhany bahwa Rasulullah melakukan shalat dua rakaat yang ringan-ringan kemudian dua rakaat, dua rakaat, dua rakaat, dua rakaat, dua rakaat yang kesemuanya panjang-panjang lalu melaksanakan witir (satu rakaat)

(5)

Hadits ketujuh dan kedelapan (hadits riwayat al-Bukhari dan Muslim dari Salamah bin Abdirrahman) menjelaskan bahwa menurut Aisyah, shalat lail Rasulullah baik pada bulan Ramadhan atau di luar bulan Ramadhan tidak lebih dari sebelas rakaat dan kedua hadits tersebut tidak menjelaskan adanya shalat iftitah.

Dari hadits-hadits di atas dapat disimpulkan bahwa kalau kita lihat sepintas, seakan-akan hadits-hadits tersebut saling bertentangan satu sama lainnya. Satu riwayat Aisyah menyebutkan bahwa Nabi shalat lail sebelas raka’at sedang riwayat lain, yaitu Zaed bin Khalid al-Juhaniy menjelaskan bahwa Nabi saw shalat lail tiga belas raka’at. Sebenarnya hadis-hadis tersebut tidak saling bertentangan, tetapi bisa dipahami secara utuh bahwa kalau dalam hadis disebutkan tiga belas raka’at, maka masuk di dalamnya dua raka’at khafifatain.

Dalam buku Himpunan Putusan Tarjih (HPT) beberapa hadits Nabi saw yang dijadikan dasar dalam HPT tentang persoalan ini (hal. 346-352), dan dapat disimpulkan bahwa:

1. Shalat malam diawali dengan dua rakaat yang ringan-ringan (rak'atain khafifatain). 2. Beberapa tuntunan dalam tata cara pelaksanaan shalat iftitah tersebut adalah;

a. Adanya bacaan do’a iftitah pada rakaat pertama dalam shalat khafifatain (baca diktum putusan No. 19 hal. 342 dengan berdasarkan dalil No. 19 hal. 350).

b. Bacaan yang dibaca pada tiap-tiap raka’at, yaitu pada rakaat pertama setelah membaca do’a iftitah dilanjutkan dengan membaca surat al-Fatihah, sedang pada raka’at kedua hanya membaca surat al-Fatihah (baca diktum putusan No. 20 hal. 342 dengan berdasarkan dalil No. 20 hal. 350)

Cara Pelaksanaan Shalat Iftitah (sendiri-sendiri atau berjamaah)?

Dalam hal ini kita bisa membaca ulang bagaimana cara Rasulullah melakukan shalat iftitah. Adapun hadits-hadits yang bisa dijadikan dasar dalam pelaksanaan shalat iftitah sebagai berikut:

1 َلننننننَ هّ َ َل َدننننننَّةع َتشننننننَب ّ نننننن ََ ّهَرننننننَن َخََ ِاشنننننن َع َعننننننَبَ هََ َِننننننَ َرُّ َعننننننَع ّ ننننننّتََشَخ َيننننننةَُ

ّ نّ ََََُ َإ نَلَ ة نَ َ َع ّلَ نَْ ةلَ ُّهّلَص َعَجَطَهََ ِةَدشَلة ةضَرَع ةِ ّرَعَجَطَهشَف ة نةنَجَ َعنَع ََْهن نََّ ّحنَسَََ َظَسَن َنتَلشَف ّ َّةل ش ةرَْ َ ََ ّ َ ََ َ َصَتَن َ َّد َْشََّنف شَةِهّو ةِ ننَََع َََرننَنْ ّ َ ةَ َإ ننَلَ ة ننَ َ َع ّلَ ننَْ ةلَ ُّهننّلَص َْشننَْ ّ َهََرننَ ةع ةُآ َعننةل ِتشننَ آ َر

َ ةَ ّرنننَ ّسَنف ّ نننَ َن ةل ّرَعَنّنننَصَف يّ نننَصّ َْشنننَْ ّ َءهنننّهّهَََ َعنننَسَدَةَف َةننن هَهَنتَنف ِلنننَس َعّل ُعنننَش نننَخَََ ينننةلَََص نننَ َع َْنننَ ّ َََ ّهَدنننَ َعنننَهَهَنف ة ننن ََّج ّ ةَْنننَنتَعََُص نننَْ ّ شنننَنّ ةتَفَن ةيّ ّةنننةب َذ

(6)

َصَف َجَرَخ ّ ةََْنتَعََُص َصَف َْشَسَنف ّهّ َؤّ َََ ّهَءشَج َحَ ّصََ

[ . بشب ،ًصشخ ََ هَ ص

رتهََ ى ءشج شل ]

2

َعنَبَ ّرَََةنَل َُشنَْ ّ ََ ّهَرَن َخََ ِاش َع ةعَبَ َ َهَل ش َن َرُّ هََ َهشَ َ َ ّل ةعَب َلَلَرَََ َعَع ّةَاَْ َرَ شَُ َ َ َُ ِاش َع ّهَدنَّةع ّرنةب َُشَْ ة َ َشةب َإ َلَ ة َ َ َع ّلَ َْ ةلَ ةُهّلَص

َْشننَسَنف َظَسَن َنتنَلَ ّ ّفنَصة َ ََ ة ننَ ََ ِّنّ ّنث ََنََُ ََ ةَ ّننَد َْشنََّنف َلنَ هّ َ َل َدننَّةع َهنَُّ لنَ َن ََ ّ ّ نننَعَل ّتَةننن هَهَنتَ َةننن هَهَنتَنف َءشنننَل ة ننن ةف ُعنننَش َ ةَ ةهةصشنننَسَ نننَ َع ة نننة ََّج َ ةَ ّرنننَ ّسَنف َْشنننَْ

نَصَف ة ّفةْهنّ ّ ن َةَُ ةيّ َّ ّأنَََ ّ ن َةَُ ينةلَََص َ َع ّهَدَ َعَهَ ّ ة ةّ ةََ َ َع ة َ َعَجَف ّ ِلننَعََُص ّ ننُّ ةِ ةهآَرننّسَََ ّّْةننةب شننَ ةن ةف َََرننَنْ َدننَْ ةَْننَنتَف ةفَخ ةَْننَنتَعََُص ّننَد ننَْ ّ َإ ننَل

ةلَ َُهننّلَص شننَ ّةَانن صََ َُشننَسَنف ََُاننةب ّهشننَتَةَف َْشننَ ّ ةرَتةهََشننةب لننَعََُص َةَرننَََع ًَدننَدةَ ننَْ ةاش ّ ةَ َْ ّ ةََْنتَعََُص َعََُرَنف َْشَسَنف .

[ د َد هبَ هَ ص ]

Keterangan:

Hadits pertama (hadits riwayat al-Bukhari dari Aisyah) dan hadits kedua (hadits riwayat Abu Dawud dari Abu Hurairah) menjelaskan bahwa Ibnu Abbas pernah bermalam di tempat Maemunah, ketika waktu telah habis dua pertiga malam atau setengah malam Nabi saw bangun dari tidurnya kemudian berwudlu lalu berdiri (untuk melaksanakan shalat) dan ia (Ibnu Abbas) berdiri di sebelah kirinya dan beliau memindahkan Ibnu Abbas ke sebelah kanannya kemudian beliau melaksanakan shalat dua rakaat ringan-ringan. Dan dari kedua hadits tersebut dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan shalat khafifatain sebagaimana pelaksanaan qiyamu Ramadhan sebelas rakaat dapat dilaksanakan secara berjamaah.

Jawaban Pertanyaan No. 3:

Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, kita coba mengkaji kembali apa yang telah diputuskan oleh Majlis Tarjih pada tahun 1972 yang tercantum dalam Himpunan Putusan Tarjih (HPT), dengan cara membandingkan teks matan hadis Nabi saw yang terdapat dalam HPT dan membuka kembali kitab yang dijadikan rujukan oleh HPT dalam pengambilan keputusan atau dengan membaca hadis-hadis lain yang kemungkinan bisa dijadikan sebagai pegangan dalam menetapkan do’a iftitah yang dibaca ketika melakukan shalat khafifatain.

(7)

ةلَ َفَعََََ ةءَش ةِةَْةكََََ ةتَ ّرَن ََ ََ ةة عةََََ ةتَهّكَ َ َََ َ ةكَ ّ َََ ًة َهشَحَ ّل .

Dengan beralasan pada dalil no. 19 hal. 350 yang redaksinya sebagai berikut:

نننَ َ َََ ةعنننَب َلنننَفَن َذّخ ةَِ ةدنننَةَِ َُشنننَْ ةهش

: َْشنننََْ َةننن هَهَنتَنف ِلنننَ َن ََ َتََ إع نننْ ةىننن ََّ ّرنننَ َنتََ

َُشننَسَنف ة نةَّ ةََ َعننَع ةَْلشننَْةَف ةهةصشننَسَ َعنَع رننَ ّسَنف ّ ننّتَ َنتَةَف ، ّ نَصّ (

ةكننَ ّ َََ ًة َهشَحَ ننّل

– َِ ةدَََِ

( ُشْ طل اَ ى ىَْطََ جرخَ دََ ََ ع ج ى

: ههسّثهل َشجص )

Dari uraian di atas jelas bahwa hadis tersebut diriwayatkan oleh Ath-Thabrany dalam kitab al-Ausath, ia mengatakan dalam kitab Majma’ az-Zawaid: bahwa perawinya orang-orang terpercaya.

Setelah dibuka kembali kitab Majma’ az-Zawaid yang dijadikan rujukan oleh HPT, ternyata ada perbedaan redaksi teks matan hadis yang dikemukan oleh HPT dengan apa yang terdapat dalam kitab Majma az-Zawaid wa Manba' al-Fawaid dan kitab al-Mu’jam al-Ausath. Dalam kitab Majma’ az-Zawaid wa Manba’ al-Fawaid, karangan Nuruddin Ali bin Abi Bakar al-Haisamy, Jilid 2 hal. 107, redaksinya sebagai berikut:

َةن هَهَنتَنف ِلنَ َن ََ َتََ إ نل ن ع لَ نْ ةى ََّ ّرَ َنتََ َُشَْ ةهشَ َ َََ ةعَب َلَفَن َذّخ َعَعَ ّسَنف ّ ننّتَ َنتَةَف ّ ننَصّ َْشننََْ َُشننَسَنف ة ننةَّ ةََ َعننَع ةَْلشننََْةَْ ةهةصشننَسَ َعننَع ّرننَ

ًة ةلَ َهشَحَ ننّل

ةلَ َفَعََََ ةءشَ ةَْةكََََ ةتَ ّرَن ََ ََ ةتَهّكَ َ َََ .

[ ههسّثهل َشجص طل اَ ى ىَْطََ هَ ص ]

Dan dalam kitab “al-Mu’jam al-Ausath” karangan ath-Thabrany, redaksinya sebagai berikut:

ِلنننَ َن ََ َتََ َإ نننَل َ ة نننَ َ َع ّلَ نننَْ ةَننن ََّ ّرنننَ َنتََ َُشنننَْ ةهشنننَ َ َََ ةعنننَب َلنننَفَن َذّخ َعنننَع َ َُشنَسَنف ة ةَّ ةََ َعَع ةَْلشََْةَف ةهةصشَسَ َعَع ّرَ ّسَنف ّ ّتَ َنتَةَف ّ َصّ َْشََْ َةّهَهَنتَنف ةلَ َهشَحَ نّل

ّكَ َ َََ ًة ةلَ َفَعََََ ءشَ ةَْةكََََ ةتَ ّرَن ََ ََ ةتَه

.

(8)

hadis yang terdapat dalam kitab Majma’ az-Zawaid tersebut dijadikan dasar, maka teks hadis yang terdapat dalam HPT hendaknya disesuaikan dengan teks hadis yang terdapat dalam kedua kitab tersebut karena dalam teks tersebut ada beberapa lafaz tambahan, yaitu al-Mulk, al-‘Izzati dan ada kekurangan, yaitu lafaz “ Allah”, setelah lafaz “Subhana”.

Jadi, do'a iftitah yang dibaca pada shalat dua rakaat khafifatain tersebut adalah:

ةلَ َفَعََََ ءشَ ةَْةكََََ ةتَ ّرَن ََ ََ ةتَهّكَ َ َََ ًة ةلَ َهشَحَ ّل .

Selanjutnya, apabila kita membuka kitab-kitab hadis lain, maka ditemukan do’a iftitah lain yang biasa dibaca oleh Nabi saw ketika melakukan shalat lail. Do’a iftitah tersebut berdasarkan pada beberapa hadis sebagai berikut:

َهَّشنَْ ّيةششَْ رََ ِعَعَل هّبَََ ِدَ َّم ّعَب ّدَ َعَ ِةِشَد ّعَب ّد ََُّ َْن ّ َََ ّعَب ّد َُّ شََّنث دَد نََ شََّنث دنَد ِصش َع ّعَب ّلَلةرَكةع شََّنث دَد َأّ هّ ّعَب ّرَ ّع شََّنث دَد ة َث دنَد َِنة َُ ةيََ ّعنَب ََ

ِءَينَش ّءَةنةب َْةّةلَؤنّ َََ َّْ َلنََةَشَع ّرَََةنَل َُشنَْ ِ َهنَع ةعنَب ةعََم رََ ةدَ َع ّعَب َلَ َ َل هّبََ ننَُ َرننََشَْ ة ننَ ََ َعننةل َْشننَْ ََ ةَ ّ َتَاننَْ ّحةتننَتَفَن َإ ننَلَ ة ننَ َ َع ّلَ ننَْ ةلَ ّةَننَ َهشننَُ َهش

َرةوشنننَف َ ةفََرنننَلةََ َ ننن ةَشَك ةلَ َ ننن ةَََرَن َج بَص إنننّن ََ ّ َتَانننَْ َحَتنننَتَنفَ ة نننَ ََ َعنننةل َْشننَْ ََ ةَ ة ن ةف َهّ شَُ شَ ةف َكةدشَ ةع َََْنب ّإّكَََ َرَ ََ ةةَدشَن ََََ ةََ َغَََ َةِشَع ةضَصَاَََ ةتََ شَ سََ ةَ ةيةدنننََُ َههنننّفة َتَََ َ ةَ ّءشنننَََت َعنننَل ءةدنننَنَنت َكننن ةَ َكنننة َ ة ةب ِّنننَََِ َعنننةل ة ننن ةف َ نننة ّتَخَ شنننَ

ِإ ةسَتنننننننننننننننننَسّل ِ ََرنننننننننننننننننةْ .

[ نننننننننننننننننن ََ ةانننننننننننننننننْ ى ءشعدنننننننننننننننننََ بشنننننننننننننننننب ،شُرنننننننننننننننننصْ ع رفشنننننننننننننننننسمَ ةاننننننننننننننننننْ بشنننننننننننننننننتُ ،إ نننننننننننننننننسل :

1271 ]

َأّ هننّ ّعننَب ّرننَ ّع شننَ َةَ َن ََ َُشننَْ ةإ ننةفَعَََ ةدننَ َع ّعننَب ّاشنن َعَََ شننَ َرَن َخََ ّلننَلةرَكةع شََّنث دننَد َُشننَْ

(9)

نننََشَْ َ ننن ةَشَك ةلَ َ ننن ةَْةج بَص إنننّن ََ َُشنننَْ ّ َتَانننَْ َحَتنننَتَنفَ ة نننَ ََ َعنننةل َْشنننَْ ََ ةَ َهشنننَُ َر ََْننننَنب ّإننننّكَََ َرننننَ ََ ةةَدشَننننن ََََ ةَننننَ َغَََ َةِشننننَع ةضَصَاَََ ةتََهَ نننن سََ َرةوشننننَف َ ةفََرننننَلةََ

ََ َههنننّفة َتَََ ة ننن ةف َهّ شنننَُ شنننَ ةف َكةدشنننَ ةع َكننن ةَ ِّنننَََِ َعنننةل ة ننن ةف َ نننة ّتَخَ شنننَ ةَ ةيةدنننََُ إنننّن

ِإ ةسَتنَسّل ِ ََرنةْ َ ةَ ّءشَََت َعَل ءةدَنَنت .

[ ن ََ ةانْ حتفتنست ص نش ًةنب بشنب ،صشننََّ ههنطت ن ََ ْشن ْ بشنتُ ،،شنسََّ :

1667 ]

Wallahu a'lam bish-shawab. *A.56h)

Tim Fatwa Majelis Tarjih dan Tajdid

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mengatasi masalah tersebut, maka dalam tugas akhir ini akan dibuat suatu alat yang dapat memberikan laporan mengenai pemakaian telepon dari setiap extention mengenai

Fernandez dalam David (2007) pada penelitiannya di Spanyol menyatakan sebanyak 30 pasien setelah dilakukan pemeriksaan didapatkan hasil bahwa 66,6% mengalami MTP’s

in Pulau Rambut, colonies of grey heron (Ardea cinerea), purple heron (A. gozettn), cattle egret (Bubulcus ibis), cormorant (Phalacrocorur sp.) and glossy ibis

Tahun 1989 sebagai sekretaris I1 OMA (Organisasi Mahasiswa Angkatan) TPB-26, tahun 1991/1992 penulis menjadi Wakil Ketua Umum Himagron (Himpunan Mahasiswa Agronomi), Ketua

SATKER PENGEMBANGAN LALU LINTAS ANGKUTAN JALAN

Virus menempel hanya pada tempat-tempat khusus, yakni pad permukaan dinding sel bakteri yang memiliki protein khusus yang dapat ditempeli protein virus.. Menempelnya virus pada

[r]

Konsep terbuka dimana konsumen dapat melihat dan memegang merchandise yang sedang di display , dan konsep tertutup digunakan untuk menjaga merchandise yang ada di dalam