KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM MENINGKATKAN
KUALITAS PENDIDIK
(Analisis Kebijakan Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta)
Oleh :
SHALIHIN
NIM : 104018200633
JURUSAN KI-MANAJEMEN PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
Kebijakan merupakan tindakan atau strategi yang diambil oleh seseorang, kelompok atau pemerintah dengan tujuan untuk memecahkan suatu masalah tertentu.
Dalam pelaksanaanya, guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikasi pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
Pendidikan Provinsi DKI Jakarta dengan rumusan masalahnya, (1) Bagaimanakah kebijakan Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta dalam menigkatkan kualitas pendidik? (2) Bagaimana strategi kebijakan Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta dalam meningkatkan kualitas guru?, (3) Bagaimana pelaksanaan pengembangan dan peningkatan kualitas pendidik? (4) Bagaimana sistem pemantauan dan evaluasi Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta dalam meningkatkan kualitas guru? (5) Apa kendala yang menghambat peningkatan kualitas pendidik?.
Tujuannya untuk mengetahui tentang kebijakan Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta dalam meningkatkan kualitas pendidik, untuk mengetahui perencanaan yang dilakukan oleh Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta sehubungan dengan adanya peningkatan kualitas tenaga pendidik, untuk mengetahui sejauhmana pelaksanaan Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta dalam mengembangkan kualitas pendidik, dan bagaimana Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta dalam melaksanakan evaluasi.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif, penelitian deskriptif ini bertujuan untuk menggambarkan, mendeskripsikan atau melukiskan secara sistematis mengenai situasi atau kejadian.
Berdasarkan hasil penelitian Kebijakan Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta dalam pengembangan dan peningkatan kualitas pendidik sudah baik sesuai dengan anjuran undang-undang ataupun peraturan pemerintah, yaitu mulai menitik beratkan pada kualifikasi, sertifikasi dan kompetensi pendidik, peningkatan kesejahteraan guru dan beasiswa untuk pendidikan selanjutnya.
Kendala utama yang di hadapi dalam meningkatkanan kualitas pendidik adalah anggaran dana yang kurang memadai, sehingga kemampuan sebagai pendidik dan tenaga kependidikan masih ada yang kurang profesional, kinerja yang masih rendah dan produktif, juga belum tersedianya konsep pembinaan dan pengembangan karir yang bersifat komprehensif, terpadu dan berkelanjutan, serta belum tertata dengan baik.
Berdasarkan penelitian, strategi dan kebijakan Dinas Pendidikan DKI Jakarta dalam meningkatkan kualitas pendidik, pertama meliputi perencanaan peningkatan pelayanan, pengangkatan, penempatan dan penyebaran. Kedua, menerapkan pembinaan, ketiga, peningkatan kesejahteraan guru, dan keempat, melakukan kontrol terhadap kinerja para kepala sekolah. Hasil selanjutnya mengenai pelaksanaan pada pengembangan dan peningkatan kualitas pendidik, dan meningkatkan kompetensi guru. Adapun evaluasi yang dilakukan dengan cara sistem monitoring dan evaluasi bulanan, semesteran, dan tahunan.
KATA PENGANTAR
BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM
Puji serta syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang terus menerus tanpa berhenti
sedetikpun memberikan dan melimpahkan rahmat dan nikmat-Nya yang tidak terhitung kepada
penulis. Terutama nikmat Iman, Islam dan kesehatan serta kekuatan, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Penulis meyakini bahwa penulisan skripsi ini mustahil selesai tanpa
pertolongan dan bimbingan Allah SWT. Shalawat tering salam semoga senantiasa tercurah
limpahkan kepada sang panutan dan uswah Nabi Muhammad SAW beserta keluarganya, para
sahabatnya, serta para pengikutnya yang setia menjalankan ajarannya hingga akhir zaman.
Pada prinsipnya penulisan skripsi ini bukanlah sekedar
syarat atau tugas akhir mahasiswa
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta untuk mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd). Akan tetapi jauh dari pada itu adalah suatu kewajiban dan ajang
pembuktian diri sebagai seorang mahasiswa untuk dapat menyelesaikan sebuah karya tulis.
Penulis sadar bahwa karya tulis ini masih sangat sederhana dan jauh dari kata sempurna,
memang tidak mudah bagi penulis untuk menyelesaikan karya yang sangat sederhana ini, karena
banyak hambatan dan tantangan yang harus penulis hadapi baik dari faktor internal maupun
eksternal. Maka disinilah pertolongan Allah SWT dan peran orang-orang terdekat yang dapat
memberikan pemikiran dan motivasi, serta dukungan semua pihak penulis rasakan.
Atas selesainya penulisan skripsi ini peulis berterima kasih yang tidak terhingga kepada
semua pihak yang telah berperan dan berkontribusi yang berharga kepada penulis baik selama
penulisan skripsi maupun selama masa kuliah kurang lebih lima tahun. Dengan segala
kerendahan dan ketulusan hati penulis menghaturkan rasa terima kasih kepada:
1.
Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2.
Bapak Rusydy Zakaria, M.Ed., M.Phil. Ketua Jurusan Kependidikan Islam dan Bapak Drs.
H. Mu’arif SAM, M.Pd. Katua Program Studi Manajemen Pendidikan serta Ibu Ifah staf
Jurusan Kependidikan Mananjemen Pendidikan..
3.
Ibu Dra. Yefnelty. Z, M.Pd mantan Ketua Jurusan KI-Manajemen Pendidikan
5.
Drs. Mujahid AK, M. Sc dosen pembimbing I dan Drs. Zahrudin. M.Pd dosen pembimbing II
yang dengan sabar dan penuh dedikasi selalu memberikan arahan dan bimbingan kepada
penulis.
6.
Bapak/Ibu dosen di lingkungan Jurusan KI-Manajemen Pendidikan yang telah meberikan
pelayanan, bimbingan berupa pengatahuan, wawasan, dan pengalaman dengan ketulusan dan
profesinalisme yang tinggi
7.
Pimpinan dan staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiayah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
8.
Bapak H. Gunas Mahdianto Kasubag Program dan Anggaran Dinas Pendidikan Provinsi DKI
Jakarta yang telah memfasilitasi dan meluangkan waktunya untuk melayani penulis dalam
mencari dan menghimpun data yang diperlukan selama penulisan skripsi.
9.
Ayahanda Mudji dan Ibunda tercinta Siti Romlah, bagaimanapun penulis sadar bahwa tanpa
dukungan, do’a, dan kasih sayang yang selalu mereka berdua berikan mustahil penulis dapat
menyelesaikan pendidikan di perguruan tinggi ini. Saudara-saudaraku tercinta kakak Efendi,
Embak Tati yang selalu memberikan motivasi, dan Adik Saipul dan Lilis yang selalu
memberikan semangat kepada penulis.
10.
Sahabat-sahabat yang senasib dan seperjuangan dikosan NKRI yang selalu berbagi dalam
suka maupun duka Moh Fauzi Ibrahim, Da’i Mukmin, Rudi Purwanto, Kamal Basya,
Sholihin Botak (Kacong), Ahmad Romadoni (Doni) sang pemburu mimpi, Dina Murdhiah
dan Umma Auliya’ul Hidayah. Semoga persahabatan kita tidak akan lekang oleh waktu dan
selalu terjaga kekal sampai akhir hayat kita.
11.
Sahabat-sahabati warga Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Cabang Ciputat atas
dukungan dan bantuannya. Semoga keberadaan PMII selalu menjadi garda terdepan dalam
memperjuangkan rakyat Indonesia dari segala penindasan baik yang datang dari luar maupun
dari dalam sehingga menjadi bangsa yang sejahtera, adil dan makmur.
12.
Pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa Jurusan KI-Manajemen Pendidikan Tahun 2008/2009.
Semoga kreativitas teman-teman selalu tumbuh dalam rangaka untuk mengembangkan nilai
akademis maupun organisatoris khususnya di lingkungan Mahasiswa KI-Manajemen
Pendidikan.
Semoga terus berkarya untuk bangsa, tambah maju dan kehadirannya makin bermanfaat
untuk kemajuan bangsa.
14.
Teman-teman KI-Manajemen Pendidikan tahun akademik 2004/2005 khususnya kelas A, M.
Amin Nasrullah, Edi Suderajad, Ridwan Munandar, Sulaeman, Laily Wulandari, Mulyani,
Eva, Pupuy, Shofa, Farhan, Evi, Astri, Juju, Mukhyar, Tati, Memah, Murni, Dede, Bunda
Sintha, Lala, Suhro, Rustana, Jamal, Yusmiati, Robi Amin, dan Zaharuddin (Pak Ustadz)
semoga persahabatan kita tetap kompak. Penulis mengakui masih banyak nama yang belum
disebut yang ikut berperan besar dalam penulisan skripsi baik langsung maupun tidak.
Karya tulis yang sangat sederhana ini tentunya masih jauh dari kata sempurna oleh karena
itu kritik dan saran yang bersifat kontruktif penulis harapkan. Namun demikian penulis
berharap semoga karya tulis ini bermanfaat bagi diri pribadi khususnya dan ilmu
pengetahuan bidang manajemen pendidikan pada umumnya. Akhirnya hanya kepada Allah
jua segala sesuatunya penulis kembalikan.
Ciputat, 10 Juni 2010 M
27 Jumadil Akhir 1431 H
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
... i
DAFTAR ISI
... iv
DAFTAR TABEL
... vii
BAB I : PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah... 1
B.
Identifikasi Masalah ... 5
C.
Pembatasan Masalah dan Rumusan Masalah ... 6
D.
Manfaat Penelitian ... 6
BAB II : KAJIAN TEORI
A.
Kebijakan dan Pendidik... 7
1.
Kebijakan ... 7
a.
Pengertian Kebijakan... 7
b.
Implementasi Kebijakan ... 11
c.
Evaluasi Kebijakan ... 13
2.
Pendidik ... 14
a.
Pengertian Pendidik ... 14
b.
Kualifikasi Pendidik ... 16
c.
Kompetensi Pendidik... 17
B.
Tugas dan Fungsi Pemerintah Daerah DKI Jakarta ... 20
1.
Tugas…... 20
2.
Fungsi…. ... 21
3.
Pengelolaan ... 21
a. Perencanaan... 23
b.
Pembinaan… ... 24
c.
Pengembangan ... 25
d.
Promosi dan mutasi ... 26
e.
Pemberhentian... 28
g.
Penilaian.….. ... 29
C. Kerangka Berfikir .….. ... 30
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
A.
Tujuan Penelitian ... 32
B.
Tempat dan Waktu Penelitian... 32
C.
Metode Penelitian... 32
D.
Teknik Pengumpulan Data ... 33
E.
Instrumen Penelitian... 34
F.
Teknik Analisis Data ... 34
BAB IV : HASIL PENELITIAN
A.
Gambaran Umum Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta ... 36
1.
Visi Misi, Tujuan, Sasaran dan Strategi Dinas Pendidikan
Provinsi DKI Jakarta ... 37
a.
Visi Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta………. 37
b. Misi Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta……… 37
c.
Tujuan Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta………… 38
d. Sasaran Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta………... 39
e.
Strategi Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta………... 39
2.
Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pendidikan Provinsi
DKI Jakarta ………
39
3.
Arah Kebijakan Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta..… 41
4.
Sasaran Strategik Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta… 41
5.
Kondisi Sekolah, Siswa dan Guru Dinas Pendidikan
Provinsi DKI Jakarta..……….. 42
B.
Deskripsi Data... 45
1.
Kebijakan Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta dalam
Meningkatkan Kualitas Pendidik
.
... 46
3.
Pelaksanaan pengembangan dan peningkatan kualitas
pendidik. ... 65
4.
Sistem pemantauan dan evaluasi Dinas Pendidikan . ... 72
5.
Kendala yang Menghambat Peningkatan Kualitas pendidik.. 74
C.
Analisis Data... 76
1.
Kebijakan Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta dalam
Meningkatkan Kualitas Pendidik ... 77
2.
Strategi dan Kebijakan Dinas Pendidikan DKI Jakarta
dalam Meningkatkan Kualitas Pendidik... 77
3.
Pelaksanaan pengembangan dan peningkatan kualitas
pendidik ... 81
4.
Sistem pemantauan dan evaluasi Dinas Pendidikan ... 82
5.
Kendala yang Menghambat Peningkatan Kualitas Pendidik.. 83
BAB V : PENUTUP
A.
Kesimpulan ... 85
B.
Saran ... 86
DAFTAR PUSTAKA
... 88
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 1 : Jumlah Lembaga... 42
Tabel 2 : Jumlah Siswa... 43
Tabel 3 :
Jumlah Guru/Tutor ... 43
Tabel 4 : Data Satuan Pendidikan Jumlah Siswa... 44
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah usaha sadar yang sengaja dirancang dan direncanakan
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan merupakan modal
utama dalam membangun bangsa dan Negara Indonesia. Pendidikan adalah
investasi sumber daya manusia jangka panjang yang mempunyai nilai strategis
bagi kelangsungan peradaban manusia di dunia. Oleh sebab itu, hampir semua
negara menempatkan variabel pendidikan sebagai sesuatu yang penting dan utama
dalam konteks pembangunan bangsa dan negara. Begitu juga Indonesia
menempatkan pendidikan sebagai yang penting dan utama. Hal ini dapat dilihat
dari sisi Pembukaan UUD 1945 alinea IV yang menegaskan bahwa salah satu
tujuan nasional bangsa Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa.
1Untuk mencapai tujuan pendidikan nasional dalam meningkatkan kualitas
sumber daya manusia, lebih lanjut dikeluarkan Undang-Undang Nomor 20
tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas). Adapun
substansi dari Undang-Undang Sisdiknas tersebut nampak dari visinya yaitu:
1
”Terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan
berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara Indonesia,
berkembang menjadi manusia yang berkualitas, sehingga mampu proaktif
menjawab tantangan zaman”.
2Salah satu upaya meningkatkan mutu
pendidikan yang ada adalah melakukan pemberdayaan terhadap tenaga
pendidik dan kependidikan, hal ini karena seorang pendidik merupakan
faktor utama dalam berjalannya proses belajar mengajar di sekolah. Begitu
pentingnya pemberdayaan tenaga pendidik dan kependidikan dalam
mencapai tujuan pendidikan, penataan kualitas dan manajemen yang baik
perlu ditingkatkan agar siswa memiliki semangat disiplin belajar yang tinggi.
Ini semua diperlukan adanya suatu peningkatan kualitas bagi tenaga pendidik
yang handal dan kompeten. Seperti yang telah digariskan dalam
Undang-Undang Sisdiknas pasal 39 ayat 2: ”pendidik merupakan tenaga profesional
yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai
hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta
melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi
pendidik pada perguruan tinggi”.
3Dari uraian Undang-Undang Sisdiknas jelas bahwa tenaga pendidik
seharusnya memiliki profesionalitas dalam melakukan tugasnya sebagai
seorang pendidik, agar dapat menunjang keberhasilan proses belajar
mengajar, yang mana sekolah harus memenuhi kebutuhan akan tenaga yang
cakap dan handal serta memiliki kualifikasi khusus.
Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 ayat 1
tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP), dinyatakan bahwa: ”Pendidik harus
memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat
jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan pendidikan
2
Undang-undang R.I. No. 20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS & PP No. 47 Tahun 2008 Tentang Wajib Belajar, (Bandung: Citra Umbara, 2008) h. 40.
3
nasional.
4Dan juga dijelaskan dalam Peraturan Menteri No 74 Tahun 2008
Tentang Guru pasal 46 Bab III ”Guru memiliki kesempatan untuk
mengembangkan dan meningkatkan Kualifikasi Akademik dan kompetensinya,
serta untuk memperoleh pelatihan dan pengembangan profesi dalam bidangnya”.
5Sesungguhnya pemerintah Indonesia sangat mendukung penuh berbagai
upaya untuk meningkatkan kualitas para guru. Komitmen itu, misalnya, terlihat
jelas dalam program sertifikasi guru yang digulirkan beberapa tahun terakhir.
Melalui sertifikasi guru ini, para pendidik di seluruh Indonesia diharapkan
termotivasi meningkatkan kemampuan dan profesionalisme mereka. Tentu saja,
upaya peningkatan kemampuan dan profesionalisme guru-guru itu juga diimbangi
dengan peningkatan kesejahteraan mereka. Tentu hal ini sesuai yang diamanatkan
Undang-undang Guru dan Dosen Bab IV pasal 16 bahwa Pemerintah memberikan
tunjangan profesi kepada guru yang telah memiliki sertifikat pendidik yang
diangkat oleh penyelenggara pendidikan dan/atau satuan pendidikan yang
diselenggarakan masyarakat.
6Melalui pendidikan lebih jauh menyatakan Annas Maamun, yang perlu untuk
dibenahi dan ditingkatkan adalah menyangkut kemampuan dan kapasitas dari
tenaga pengajar yakni guru. ‘’Kalau kita ingin meningkatkan mutu pendidikan,
maka harus dimulai dari gurunya. Kalau kualitas gurunya itu sudah bagus, jelas
akan menghasilkan para kader yang berkualitas yang mampu menjawab
permasalahan yang ada di daerah di masa mendatang. Tapi, kalau kualitas guru
itu masih rendah, jelas mutu pendidikan kita akan rendah. Kuncinya tidak lain
adalah kualitas guru harus ditingkatkan lagi”.
74
PP RI No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Pendidikan Nasional, (Bandung: Citra Umbara, 2008), h. 73-74.
5
Peraturan Menteri No. 74 Tahun 2008 Tentang Guru. h. 32
6
Asrorun Ni’am Sholeh, Membangun Profesionalitas Guru, Analisis Kronologis atas lahirnya UU Guru dan Dosen (Jakarta: eLSAS,2006), h . 165.
7
Begitu banyak permasalahan dalam dunia pendidikan yang dihadapi oleh
bangsa kita, dari permasalahan kekurangan bangunan sekolah, kesejahteraan
guru, metode pengajaran, kualitas guru dan masih banyak lagi, yang
semuanya itu membuat kualitas pendidikan negara ini tetap rendah
dibandingkan negara lain.
Mengambil contoh dunia pendidikan di Propinsi DKI Jakarta masih
dihadapkan pada beberapa permasalahan, yaitu (1) masih rendahnya pemerataan
kesempatan memperoleh pendidikan, (2) masih rendahnya kualitas guru, (3)
masih lemahnya manajemen pendidikan, disamping belum terwujudnya
kemandirian dan keunggulan ilmu pengetahuan dan teknologi di kalangan
akademisi, serta (4) kelengkapan sarana prasarana pendidikan.
Setidak-tidaknya saat ini ada beberapa hal yang berkaitan dengan
permasalahan yang dihadapi guru di Jakarta, yaitu :
pertama
, masalah
kualitas/mutu guru,
kedua
, jumlah guru yang dirasakan masih kurang,
ketiga
,
masalah distribusi guru, dan
keempat,
masalah kesejahteraan guru
.
Dalam Peraturan Menteri bahwa Pemerintah Provinsi bertanggung jawab
terhadap terselenggaranya program peningkatan kualifikasi dan kompetensi
pendidik dan kependidikan.
8Dan hal ini dapat dilihat dari masih lemahnya guru
memperoleh kesempatan untuk mengembangkan dan meningkatkan kualifikasi
akademik dan kompetensi; dan/atau memperoleh pelatihan dan pengembangan
profesi dalam bidangnya.
9Terkait dengan hal diatas, kita bisa mencermati tentang kebijakan pemerintah
dalam upaya peningkatan kualitas guru. Kebijakan akan melahirkan
peraturan-peraturan, komitmen terhadap aturan main yang berlaku di setiap organisasi,
perusahaan atau suatu lembaga pendidikan seperti sekolah dalam proses
pelaksanaan kegiatannya pun tidak lepas dari kebijakan-kebijakan.
8
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 50 Tahun 2007 Tentang Standar Pengelolaan Pendidikan Oleh Pemerintah Provinsi (Bandung: Citra Umbara, 2008), h. 247.
9
Di dalam kebijakan pendidikan biasanya berisi peraturan, hak, kewajiban
jenjang karir dan kompensasi yang berlaku di lembaga pendidikan tersebut. Guru,
karyawan dan elemen yang terdapat di lembaga tersebut terikat dengan apa-apa
yang terdapat dalam isi kebijakan yang berlaku tanpa terkecuali.
Dengan demikian kebijakan pendidikan sangatlah penting keberadaannya
sebagai payung hukum bagi guru dan tenaga pendidik lainnya yang dapat
memotivasi dan meningkatkan kualitas guru dalam menjalankan tugas dan
fungsinya demi mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Masalahnya seberapa jauh kebijakan pemerintah dalam upaya peningkatan
kualitas guru perlu dicermati lebih dalam.
Berdasarkan latar belakang masalah yang ada, penulis mencoba meneliti
tentang
“Kebijakan Pemerintah Dalam Meningkatkan Kualitas Pendidik”
(
Analisis Kebijakan Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta
).
B.
Identifikasi Masalah
Seperti dikemukakan di atas bahwa kinerja dari pemerintah daerah dalam hal
ini Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta memiliki peran sangat penting bagi
kemajuan lembaga pendidikan (sekolah) dan peningkatan kualitas lulusan
(
output)
. Untuk itu diperlukan usaha-usaha pengembangan dalam meningkatkan
kinerja guru yang berada di lingkungan Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta.
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diidentifikasi masalah-masalah sebagai
berikut:
a.
Belum efektifnya arah kebijakan Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta
dalam menigkatkan kualitas pendidik.
b.
Kurang tepatnya strategi kebijakan Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta
dalam meningkatkan kualitas guru.
d.
Lemahnya sistem pemantauan dan evaluasi Dinas Pendidikan Provinsi DKI
Jakarta dalam meningkatkan kualitas pendidik.
e.
Masih terdapat kendala yang menghambat peningkatan kualitas pendidik.
f.
Rendahnya pemerintah dalam memajukan mutu tenaga pendidik.
g.
Pemerintah kurang perhatian untuk menyejahterakan guru.
h.
Lemahnya kegiatan pengembangan kompetensi bagi guru yang berada
dilingkungan Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta.
C.
Pembatasan dan Perumusan Masalah
1.
Pembatasan Masalah
Mengingat begitu luasnya permasalahan yang akan dibahas dan berdasar latar
belakang yang ada serta keterbatasan daya dan waktu, maka penulis akan
batasi pada masalah kebijakan Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta yang
meliputi pada strategi, pelaksanaan dan evaluasi kebijakan.
2.
Perumusan Masalah
Adapun perumusan masalah yang akan difokuskan pada penelitian ini adalah
bagaimana kebijakan Dinas Pendidikan DKI Jakarta dalam Meningkatkan
kualitas pendidik?
D.
Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian adalah:
1.
Bagi penulis sebagai bahan untuk menambah wawasan dan pengalaman
mengenai masalah-masalah yang dihadapi sekolah.
2.
Bagi Ilmu pengetahuan, sebagai sumbangan data ilmiah dalam mengadakan
penelitian selanjutnya.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Kebijakan dan Pendidik
1. Kebijakan
a. Pengertian kebijakan
Kebijakan atau kebijaksanaan di dalam peraturan pemerintah maupun dalam kehidupan sehari-hari pasti sering didengar dan dilaksanakan. Selama ini banyak orang yang mengira bahwa kebijakan dan kebijaksanaan mempunyai arti yang sama, atau bahkan ketika melaksanakan suatu kebijakan orang mengatakan bahwa itu adalah kebijaksanaan. Untuk itu perlu dipertegas tentang perbedaan antar kedua pengertian kebijakan dan kebijaksanan, sesuai dengan kamus Bahasa Indonesia.
Pengertian kebijakan adalah:
a. Kepandaian, kemandirian, kebijaksanaan dan
b. Rangkaian konsep awal yang menjadi garis besar dan rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan dan cara bertindak ( tentang Pemerintah, Organisasi dan sebagainya ) prasyarat cita-cita, tujuan atau maksud dengan garis pedoman untuk Manajemen dalam usaha mencapai sasaran; Garis Haluan.
Sedangkan pengertian kebijaksanaan adalah:1
a. Kepandaian menggunakan budinya ( pengalaman dan pengetahuan ) b. Kecakapan bertindak dalam mengahadapi kesulitan tersebut.
1
Dari pengertian kebijakan dan kebijaksanaan di atas, jelas terlihat perbedaan antara keduanya. Kebijaksanaan merupakan pengertian kebijakan dalam arti sempit seperti kepandaian dan kemandirian. Dalam pengertian lain, kebijakan bisa berarti suatu konsep atau rencana dalam suatu program atau kegiatan. Jadi kebijakan mempunyai pengertian yang lebih luas dari kebijaksanaan.
Selain pengertian kebijakan di atas, banyak pengertian yang dikemukakan oleh para ahli kebijakan. Secara umum kebijakan atau policy dipergunakan untuk menunjuk perilaku seorang aktor ( misalnya seorang pejabat, suatu kelompok, maupun suatu lembaga pemerintah ) atau sejumlah aktor dalam suatu bidang kegiatan tertentu. Hal ini senada dengan definisi yang dikemukakan oleh Anderson, seperti yang dikutip oleh Solichin Abdul Wahab bahwa “kebijakan merupakan suatu langkah tindakan yang secara sengaja dilakukan oleh aktor atau sejumlah aktor berkenaan dengan adanya masalah atau persoalan tertentu yang dihadapi”2. Akan tetapi menurut Budi Winarno pengertian kebijakan seperti ini dapat digunakan dan relatif memadai untuk keperluan pembicaraan-pembicaraan biasa, namun kurang memadai untuk pembicaraan yang lebih bersifat ilmiah dan sistematis menyangkut analisis kebijakan.3
Pengertian yang lain dikemukakan oleh Amara Raksasanya yang dikutip oleh Ali Imron khusunya dalam batasan kebijakan, “kebijakan adalah suatu taktik atau strategi yang diarahkan untuk mencapai tujuan”.4
Seperti yang dikutip oleh Irfan Islamy, Carl J. Friedrick mendefinisikan kebijakan sebagai “suatu tindakan yang mengarah pada tujuan yang diusulkan seseorang, kelompok atau pemerintah dalam lingkungan tertentu, sehubungan dengan adanya hambatan-hambatan tertentu seraya mencari peluang-peluang.5
Menurut Lasswell yang di kutip oleh Wayne Person dalam bukunya Public Policy, Pengantar Teory dan Praktik Praksis Kebijakan bahwa kata
2
Solichin Abdul Wahab, Analisis Kebijakan dari Formulasi ke Implementasi Kebijaksanaan Negara, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), h.3.
3
Budi Winarno, Teori dan Proses Kebijakan Publik, (Yogyakarta: Med Pressindo, 2002), h. 14 4
Ali Imron, Kebijaksanaan Pendidikan di Indonesia, Proses, Produk dan dan Masa Depannya,
(Jakarta: Bumi Aksara, 1996), h. 13. 5
”kebijakan” (policy) umumnya di pakai untuk menunjukkan pilihan terpenting yang diambil baik dalam kehidupan organisasi atau privat....”kebijakan” bebas dari konotasi yang dicakup dalam kata politis (political) yang sering kali diyakini mengandung makna ”keberpihakan” dan ”korupsi”.6 Dengan demikian kita bisa memandang ilmu kebijakan sebagai sebuah disiplin yang menitikberatkan pada usaha menjelaskan proses pembuatan kebijakan dan proses pelaksanaan kebijakan serta sebagai usaha untuk menemukan data dan menyediakan interpretasi yang relevan dengan persoalan kebijakan pada saat tertentu.
Dalam sebuah konstitusi Jepang, yakni Undang-Undang Pendidikan yang ditetapkan pada Tahun 1947. Pokok-pokok undang-undang tersebut adalah 1) Prinsip Legalisme, 2) Prinsip Administrasi yang Demokratis, 3) Prinsip Netralitas, 4) Prinsip Penyesuaian dan Penetapan Kondisi Pendidikan, dan 5) Prinsip Desentralisasi. (Research and Statistic Planning Division, Ministry of Education, Science, Sports and Culture of Japan, 2000).7 Prinsip yang pertama menetapkan bahwa mekanisme pengelolaan diatur dengan undang-undang dan peraturan-peraturan. Sebelum Perang Dunia II masalah pendidikan diputuskan oleh Peraturan Kekaisaran dan pendapat parlemen dan warga negara diabaikan. Namun, setelah reformasi pendidikan pasca perang urusan pendidikan diatur oleh undang-undang dan peraturan di parlemen. Prinsip kedua mengindikasikan bahwa sistem administrasi pendidikan harus dibangun berdasarkan konsensus nasional dan mencerminkan kebutuhan masyarakat dalam membuat formulasi kebijakan pendidikan dan prosesnya. Prinsip ketiga menjamin bahwa kewenangan pendidikan harus independen dan tidak dipengaruhi dan diinterfensi oleh kekuatan politik. Prinsip keempat mengidikasikan bahwa pemegang kewenangan pusat dan lokal mempunyai tanggung jawab untuk menyediakan kesempatan pendidikan yang sama bagi semua dengan menyediakan fasilitas-fasilitas pendidikan yang cukup untuk mencapai tujuan pendidikan. Prinsip kelima menyatakan bahwa pendidikan harus
6
Wayne Person, Public Policy, Pengantar Teory dan Praktik Praksis Kebijakan,..., h.17. 7
dikelola berdasarkan otonomi pemerintah lokal karena pendidikan merupakan fungsi dari pemerintah lokal.
Amir Santoso sebagaiamana dikutip Budi Winarno, dengan membandingkan berbagai definisi yang dikemukakan oleh para ahli kebijakan, menyimpulkan bahwa pada dasarnya, pandangan mengenai kebijakan publik dapat dibagi kedalam dua katagori.8 Pertama, pendapat ahli yang menyamakan kebijakan publik dengan tindakan-tindakan pemerintah. Pandangan kedua menurut Amir Santoso berangkat dari para ahli yang memberi perhatian khusus pada pelaksanaan kebijakan para ahli dalam katagori ini juga terbagi dalam dua kubu, yakni mereka yang memandang kebijakan publik sebagai keputusan-keputusan pemerintah yang mempunyai maksud dan tujuan tertentu serta akibat-akibat yang dapat diramalkan. Dengan kata lain menurut Amir Santoso kebijakan publik adalah “serangkaian instruksi dari para pembuat keputusan kepada pelaksana kebijakan yang menjelaskan tujuan dan cara-cara untuk mencapai tujuan tersebut”. Sedangkan kubu kedua lebih melihat kebijakan publik dari rangkaian keputusan dan tindakan.
Dalam kebijakan pemerintah yang diambil untuk memecahkan masalah, di dalamnya terdapat juga kebijakan pendidikan di samping kebijakan di bidang lain seperti kebijakan ekonomi, sosial, keamanan dan sebagainaya. Kebijakan pendidikan merupakan penggabungan kata kebijakan dan pendidikan. Kebijakan merupakan rangkaian peraturan sedangkan pendidikan menunjuk pada bidangnya. Carter V.Good sebagaimana dikutip oleh Ali Imron memberikan pengertian kebijakan pendidikan sebagai :
Suatu pertimbangan yang didasarkan atas sistem nilai dan beberapa penilaian terhadap faktor-faktor yang bersifat situasional; pertimbangan tersebut dijadikan dasar untuk mengoperasikan pendidikan yang bersifat melembaga; pertimbangan tersebut merupakan perencanaan umum yang dijadikan sebagai pedoman untuk mengambil keputusan, agar tujuan yang bersifat melembaga bisa tercapai.9
Dari berbagai definisi kebijakan yang diberikan oleh para ahli, perlu menyimpulkan kebijakan merupakan tindakan atau strategi yang diambl oleh
8
Budi Winarno, Teori dan Proses Kebijakan Publik,...h. 17. 9
seseorang, kelompok atau pemerintah dengan tujuan untuk memecahkan suatu masalah tertentu, begitu pula dengan kebijakan pendidikan yang diambil untuk memecahkan masalah pendidikan nasional yang ada sekarang.
b. Implementasi Kebijakan
Implementasi kebijakan pada prinsipnya adalah cara agar sebuah kebijakan dapat mencapai tujuannya. Sebagaimana yang dikatakan Van Meter dan Van Horm yang dikutip oleh Solichin Abdul Wahab merumuskan proses implementasi sebagai “tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh individu-individu/pejabat-pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam keputusan kebijaksanaan”.10
Dalam proses kebijakan public yang dikutip Wahyu Nurharjadmo, implementasi kebijakan adalah sesuatu yang penting, bahkan jauh lebih penting daripada pembuatan kebijakan Udoji (dalam Abdul Wahab, 1991: 45). Implementasi kebijakan merupakan jembatan yang menghubungkan formulasi kebijakan dengan hasil (outcome) kebijakan yang diharapkan. Menurut Anderson (1979: 68), ada 4 aspek yang perlu dikaji dalam implementasi kebijakan yaitu: 1) siapa yang mengimplementasikan, 2) hakekat dari proses administrasi, 3) kepatuhan, dan 4) dampak dari pelaksanaan kebijakan.11
Efektivitas implementasi kebijakan sangat ditentukan oleh banyak faktor. Karena adanya interelasi yang kompleks dari berbagai macam faktor, maka tidak setiap kebijakan yang dirumuskan dapat dijalankan dengan baik dan mencapai tujuan yang diharapkan. Untuk memudahkan dalam mengevaluasi kebijakan, maka perlu diketahuai terlebih dahulu model-model implementasi kebijakan yang dikemukakan para ahli kebijakan. Samodra Wibawa mengemukakan tiga model evaluasi sebagai berikut:12
10
Solichin Abdul Wahab, Analisis Kebijakan dari Formulasi ke Implementasi Kebijaksanaan Negara, h. 65.
11
Wahyu Nurharjadmo, Evaluasi Implementasi Kebijakan Pendidikan Sistem Ganda di Sekolah Kejuruan, http://www.Evaluasi kebijakan@yahoo.com. h.217. 20 Januari 2010.
12
a. Model Meter dan Horn
Meter dan Horn merumuskan sebuah abstraksi yang memperlihatkan hubungan berbagai faktor yang memperngaruhi hasil atau kinerja suatu kebijakan. Menurut model ini, suatu kebijakan tentu mengaskan standard dan sasaran tertentu yang harus dicapai oleh para pelaksana kebijakan. Kebijakan juga menuntut adanya sumber daya baik yang berupa dana maupun insentif lain, komunikasi antar organisasi dan penguatan aktivitas, karakteristik birokrasi pelaksana, dan kondisi lingkungan baik sosial, ekonomi maupun politik.
b. Model Grindle
Keberhasilan implementasi kebijakan menurut Grindle dipengaruhi oleh dua variabel besar, yaitu isi kebijakan dan lingkungan implementasi. Pernyataan ini tidak jauh berbeda dengan pernyataan Meter dan Horn, yakni melihat pengaruh lingkungan terhadap implementasi ide dasar Grindle adalah bahwa setelah kebijakan ditranformasikan menjadi program aksi maupun proyek individual dan biaya telah disediakan, maka implementasi kebijakan dilakukan. Tetapi hal ini tidak berjalan mulus, tergantung kepada implemtability dari program itu yang dapat dilihat pada isi dan konteks kebijakannya.
c. Model Sabatier dan Mazmanian
Pemikiran Sabatier dan Mazmanian ini menganggap bahwa suatu Implementasi akan efektif apabila birokrasi pelaksananya mematuhi apa yang telah digariskan oleh peraturan (petunjuk pelaksanaan, petunjuk teknis). Oleh karena itu model ini disebut top down.
Dalam hal ini tidak mencoba mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan implementasi akan tetapi lebih mengacu bagaimana proses itu berlangsung, apakah telah sesuai dengan aturan pelaksanaannya, hasil apa yang telah diperoleh selama proses implementasi, bagaimana sikap pelaksananya, bagaimana sejumlah sumber digunakan untuk proses implementasi.
Dari variabel model yang telah dikemukakan di atas, pada dasarnya terdapat banyak kesamaan. Implementasi kebijakan dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya isi kebijakan itu sendiri, para pelaksana kebijakan, sumber daya pendukung kebijakan dan lingkungan kebijakan.
c. Evaluasi kebijakan
Evaluasi adalah suatu aktifitas yang bermaksud mengetahui seberapa suatu kegiatan itu dapat dilaksanakan ataukah tidak, terlaksana atau tidak, berhasil sesuai yang diharapkan ataukah tidak. Ali Imron mendefinisikan evaluasi kebijakan sebagai suatu aktifitas yang bermaksud untuk mengetahui apakah kebijakan tersebut dilaksanakan ataukah tidak, telah berhasil sebagaimana yang diharapkan atau belum.13
Evaluasi kebijakan secara umum dapat dikatakan sebagai kegiatan yang menyangkut estimasi atau penilaian kebijakan yang mencakup substansi, implementasi dan dampak. Dalam hal ini evaluasi kebijakan dipandang sebagai suatu kegiatan fungsional. Artinya kebijakan tidak hanya dilakukan pada tahap akhir saja, melainkan dilakukan dalam seluruh proses kebijakan.
Evaluasi memainkan sejumlah fungsi utama dalam analisis kebijakan. Pertama dan paling penting, evaluasi memberi informasi yang valid dan dapat dipercaya mengenai kinerja kebijakan, yaitu seberapa jauh kebutuhan, nilai dan kesempatan telah dapat dicapai melalui tindakan. Kedua, evaluasi
13
memberi sumbangan pada klarifikasi dan kritik terhadap nilai-nilai yang mendasari pemilihan tujuan dan target. Ketiga, evaluasi memberi sumbangan pada aplikasi metode analisis kabijakan lainnya, termasuk perumusan masalah dan rekomendasi.14
2. Pendidik
a. Pengertian Pendidik
Dalam ketentuan umum Undang-undang tentang Sisdiknas, pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widiaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam penyelenggaraan pendidikan.15
Sebagaimana dalam pasal 1 Bab I Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.16 Guru adalah pendidik yang memiliki kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan anak usia dini yang meliputi: kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi professional, dan kompetensi sosial.17
Guru memegang peranan penting dalam kegiatan proses belajar mengajar di sekolah. Peran utama ini mengaharuskan guru melaksanakan kewajibannya secara bersungguh-sungguh dengan penuh rasa tanggung jawab yang didasarkan pada kualifikasi keilmuan yang dimiliki, oleh karena itu keberhasilan proses pembelajaran menjadi tanggung jawab utamanya. Dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya, guru memiliki kewajiban seperti apa yang telah di tetapkan dalam undang-undang guru dan dosen No. 14 Tahun 2005, yaitu:
a. Merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran.
14
William Dunn, Pengantar Analisis Kebijakan Publik, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press,2003), Cet.5, h 609-611
15
Undang-undang R.I. No. 20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS & PP No. 47 Tahun 2008 Tentang Wajib Belajar,..., h. 3.
16
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 Tentang Guru. 17
b. Meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.
c. Bertindak objektif dan tidak diskriminatif atasa dasar pertimbangan jenis kelamin, agama suku, ras dan kondisi fisik tertentu, atau latar belakang keluarga, dan status social ekonomi peserta didik dalam pembelajaran. d. Menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum, dan kode etik
guru, serta nilai-nilai agama dan etika.
e. Memilihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa.18
Yang lebih dirinci dalam Peraturan Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, sebagai berikut:
a. Merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran.
b. Memberikan tauladan dan menjaga nama baik lembaga dan profesi;
c. Meningkatka dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.
d. Meomotivasi peserta didik melaksanakan waktu belajar di luar jam sekolah;
e. Memberikan ketauladanan dan menciptakan budaya membaca dan budaya belajar;
f. Bertindak obyektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis kelamin, agama, suku, ras, dan kondisi fisik tertentu atau latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi peserta didik dalam pembelajaran; g. Menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum, dan kode etik
guru, serta nilai-nilai agama dan etika.
h. Memilihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa.19
Berkaitan dengan tugas dan profesinya, guru harus mengetahui, serta memahami nilai-nilai, serta berusaha berperilaku dan berbuat sesuai dengan segala tindakannya dalam pembelajaran di sekolah, dan dalam kehidupan bermasyarakat.
Sebagai seorang pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.20 Kualifikasi akademik adalah tingkat pendidikan minimal yang harus dipenuhi
18
Asrorun Ni’am Sholeh, Membangun Profesionalitas Guru, Analisis Kronologis atas lahirnya UU Guru dan Dosen, (Jakarta: eLSAS,2006), h. 166-167.
19
Peraturan Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 8 tahun 2006 tentang Sistem Pendidikan, h. 16.
20
oleh setiap pendidik yang dibuktikan dengan ijazah atau sertifikat keahlian yang relevan sesuai ketentuan undang-undang.
b. Kualifikasi Pendidik
Secara garis besar ada tiga tingkatan kualifikasi profesional guru sebagai tenaga profesional tenaga pendidik. Pertama adalah tingkatan Capable Personal, maksudnya guru diharapkan memiliki pengetahuan kecakapan dan keterampilan serta sikap yang lebih mantap dan memadai sehingga mampu mengelola proses belajar-mengajar secara efektif. Tingkat kedua adalah guru sebagai inovator, yakni sebagai tenaga kependidikan yang memiliki komitmen terhadap upaya perubahan dan reformasi. Tingkat ketiga adalah guru sebagai developer, guru harus memiliki visi keguruan yang mantap dan luas prospektifnya.
Sementara itu, secara umum tugas guru sebagai profesi meliputi kegiatan:21 1) Mendidik,
2) Mengajar, dan 3) Melatih.
Pertama, unsur mendidik ; berkenaan dengan upaya guru untuk meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup (transfer of value). Kedua, unsur mengajar ; berhubungan dengan kegiatan guru untuk meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi (trasfer of Knowledge). Ketiga, unsur melatih, berhubungan dengan upaya guru dalam mengembangkan keterampilan-keterampilan (transfer of skills).
Berdasarkan teori yang telah dikemukakan di atas, bahwa yang dimaksud sikap terhadap profesi guru adalah kecenderungan untuk bereaksi menerima atau menolak, senang atau tidak senang, serta mendukung atau tidak mendukung terhadap tugas profesi guru dan kualifikasi profesional, baik dari segi kognitif ( kepercayaan / pengetahuan ), afektif ( perasaan / emosi ) dan konatif ( tindakan ). Indikator dari tugas profesi adalah : a. mendidik, b. mengajar, dan c. melatih. Sedangkan indikator kualifikasi profesional adalah : a. kecakapan, b. komitmen, dan c. visi keguruan.
21
c. Kompetensi Pendidik
1. Pengertian Kompetensi Pendidik
Pendidik atau guru dianggap sebagai orang yang paling mampu atau mempunyai kekuatan melakukan perubahan karena guru selalu berhadapan secara terprogram dengan peserta didik. Besarnya tanggung jawab para pendidik dalam membentuk karakter bangsa dapat dikaitkan dengan kompetensi yang harus dikuasai oleh setiap pendidik. Dalam hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Pasal 3 Bab II, Yaitu:22
a. Kompetensi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 merupakan seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai, dan diaktualisasikan oleh Guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.
b. Kompetensi Guru sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, yang dikutip oleh Moh. Uzer Usman, kompetensi berarti “Kewenangan atau kekuasaan untuk menentukan (memutuskan) sesuatu hal. Pengertian dasar kompetensi yaitu kemampuan dasar dan kecakapan.23 Padanan kata yang berasal dari Bahasa Inggris ini cukup banyak dan yang lebih relevan dengan pembahasan ini ialah kata proficiency dan ability yang memiliki arti kurang lebih sama yakni kemampuan. Hanya proficiency lebih sering digunakan orang untuk menyatakan kemampuan berperingkat tinggi.
Disamping kemampuan, kompetensi juga berarti “ the state of being legally competent or qualified (McLeod, 1989) sebagaimana yang dikutip Muhibbin Syah, yakni keadaan berwenang atau memenuhi syarat menurut ketentuan hukum. Sedangkan menurut Barlow (1985), komepetensi guru ialah kemampuan seorang guru dalam melaksanakan kewajiban – kewajibannya secara bertanggung jawab dan layak.24
Istilah kompetensi mempunyai banyak makna seperti dirumuskan beberapa pendapat berikut ini:
22
Peraturan Pemerintah RI Nomor 74 tahun 2008 tentang Guru, h. 5. 23
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional,..., h. 14. 24
1. Menurut Kamus Bahasa Indonesia, kata kompetensi berarti kewenangan atau hak kekuasaan untuk menentukan dan memutuskan suatu hal sedangkan akar kata kompeten, yang mengandung arti : (1) cakap mengetahui pekerjaan atau persoalan, (2) berhak, berwenang menentukan sesuatu.25
2. Menurut Abdul Majid yang dikutip Pupuh Fathurrohman adalah seperangkat tindakan intelegen penuh tanggung jawab yang harus dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu melaksanakan tugas-tugas dalam pekerjaan tertentu.26
3. Menurut Charles E. Jhonson seperti yang dikutip oleh Moch Uzer Usman, kompetensi adalah: “ perilaku yang rasional untuk mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan.27
4. Kompetensi menurut Prof. Dr. Armai Arif diartikan sebagai kemampuan untuk melaksanakan tugas – tugas ditempat kerja sesuai dengan standar yang ditetapkan meliputi kemampuan profesi, social, dan individu.28
5. Menurut Stephen J. Kennezevich, sebagaimana yang dikutip oleh Prof. Dr. H. Hamzah B. Uno, kompetensi adalah kemampuan – kemampuan untuk mencapai organisasi. Kemapuan menurut Kennezevich merupak hasil dari penggabungan dari kemampuan – kemapuan yang berhak jenisnya, dapat berupa pengetahuan, keterampilan, kepemimpinan, kecerdasan dan lain-lain yang dimiliki seseorang untuk mencapai tujuan organisasi.29
Dengan demikian mengacu pada beberapa pengertian kopmpetensi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kompetensi guru dapat dimaknai sebagai gambaran tentang apa yang seyogyanya dapat dilakukan seseorang guru dalam melaksanakan pekerjaannya, baik berupa kegiatan, berperilaku maupun hasil yang dapat tunjukkannya secara bertanggung jawab di sekolah maupun pada dirinya sendiri dan professional di bidangnya itu.
25
Pusat Bahasa Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga, h. 584. 26
Pupuh fathurrohman, Strategi belajar Mengajar-Strategi Mewujudkan Pembelajaran Bermakna Melalui penanaman Konsep Umum & konsep Islami, (Bandung: PT. refika Aditama, 1995), h. 44.
27
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional,..., h. 14. 28
Armai Arief, Reformulasi Pendidikan Islam, (Jakarta: CRSD Press, 2005), Cet ke-1, h. 33. 29
2.Macam – macam Kompetensi Guru
Adapun macam-macam kompetensi guru sebagai berikut:
1) Kompetensi Pedagogik, yaitu dalam Standar Nasional Pendidikan Pasal 28 ayat (3), yang dikutip oleh E. Mulyasa, dikemukakan bahwa kompetensi pedagogic ialah kemempuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.30
2) Kompetensi Profesional, beberapa kemampuan yang berhubungan dengan kompetensi ini diantaranya kemampuan untuk menguasai landasan kependidikan, pemahaman dalam bidang psikologi pendidikan.
3) Kompetensi Personal, kompetensi berhubungan dengan pengembangan kepribadian, diantaranya kemampuan yang berhubungan dengan pengalaman ajaran agama sesuai denga keyakinan agama yang dianutnya, kemampuan untuk menghormati dan menghargai antarumat beragama, kemampuan untuk berperilaku sesuai dengan norma, aturan, dan sistem nilai yang berlaku di masyarakat.
4) Kompetensi Sosial, kompetensi berhubungan dengan anggota masyarakat, diantaranya kemampuan untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan teman sejawat untuk meningkatkan kemampuan profesioanl, kemampuan untuk mengenal dan memahami fungsi-fungsi setiap lembaga kemasyarakatan .31
Guru yang kompeten mampu mengelola program belajar mengajar, dengan kemampuan sebagai berikut:
a) Menguasai bahan yang diajarkan b) Pengelolaan program belajar mengajar. c) Mengelola Kelas
d) Menggunakan media
e) Menguasai landasan-landasan kependidikan f) Mengelola interaksi belajar mengajar
g) Menilai prestasi siswa untu kepentingan pengajaran h) Mengenai fungsi dan program layanan bimbingan sekolah
30
E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Kompetensi Guru, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset, 2007), Cet ke-1, h. 75.
31
Dr. Wina Sajaya, M.Pd, Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Sekolah,
i) Memahami prinsip-prinsip dan menjelaskan hasil-hasil penelitian kependidikan guna keperluan mengajar.32
3.Karakteristik Kompetensi Guru
Karakteristik kompetensi guru, meliputi di antaranya:33
a. Guru tersebut mampu mengembangkan tanggung jawab dengan sebaik-baiknya.
b. Guru tersebut mampu melaksanakan peranannya secara berhasil. c. Guru tersebut mampu bekerja dalam usaha mencapai tujuan
pendidikan (tujuan instuksional) sekolah.
d. Guru tersebut mampu melaksanakn peranannya dalam proses belajar mengajar didalam kelas.
Berdasarkan keragaman pendapat di atas. Ternyata pendapat tersebut memiliki banyak kesamaan dan bahkan saling melengkapi satu sama lainnya. Sedangkan perbedaannya terletak pada sudut pandang mereka dari segi pendidikan yang mereka tekuni. Jadi, kompetensi guru itu memiliki tiga kemampuan profesional yaitu kepribadian guru, penguasaan terhadap ilmu dan bahan pelajaran yang akan diajarkan serta keterampilan guru dalam mengajar. atau dengan kata lain memiliki tiga unsur yaitu kompetensi pedagogik, Profesional, Personal dan Social yang harus dikembangkan lebih lanjut.
Dengan demikian, seorang guru yang progresif harus mengetahui dengan pasti kompetensi apa yang dituntut oleh masyarakat dewasa ini bagi dirinya. Setelah mengetahui dapat dijadikan pedoman untuk meneliti dirinya apakah ia seorang guru yang dalam tugasnya telah dapat mengetahui kompetensi itu. Bila belum, guru yang baik harus mengakui kekurangan-kekurangannya dan berusaha untuk memperbaikinya.
B. Tugas dan Fungsi Pemerintah Daerah DKI Jakarta
1. Tugas Dinas Pendidikan Pemerintah Daerah DKI Jakarta
Dinas Pendidikan merupakan unsur pelaksana otonomi daerah di bidang pendidikan. Dinas Pendidikan dipimpin oleh seorang Kepala Dinas
32
Sadirman A. M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2000), h. 162.
33
yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Gubernur melalui Sekretaris Daerah. Dinas Pendidikan dalam melaksanakan tugas dan fungsinya dikoordinasikan oleh Asisten Kesejahteraan Masyarakat.
2. Fungsi
Dinas Pendidikan mempunyai tugas melaksanakan urusan pendidikan. Untuk menyelenggarakan tugas tersebut, dinas pendidikan mempunyai fungsi:34
a. Penyusunan, dan pelaksanaan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) Dinas Pendidikan;
b. Perumusan kebijakan teknis pelaksanaan urusan pendidikan;
c. Pelaksanaan pendidikan prasekolah, dasar, menengah dan luar biasa, serta pendidikan non formal dan informal.
d. Pembinaan pendidikan prasekolah, dasar, menengah dan luar biasa, serta pendidikan non formal dan informal.
e. Pelayanan pendidikan prasekolah, dasar, menengah dan luar biasa, serta pendidikan non formal dan informal.
f. Pengkajian dan pengembangan pendidikan prasekolah, dasar, menengah dan luar biasa, serta pendidikan non formal dan informal.
g. Pengawasan dan pengendalian pendidikan prasekolah, dasar, menengah dan luar biasa, serta pendidikan non formal dan informal.
h. Pembinaan dan pengembangan tenaga fungsional kependidikan dan tenaga teknis pendidikan.
i. Fasilitasi pengemabangan kerja sama antar lembaga pendidikan;
j. Pemberian rekomendasi pendirian dan penutupan satuan pendidikan tinggi. k. Pelayanan, pembinaan dan pengendalian rekomendasi, standarisasi
dan/atau perizinan di bidang pendidikan.
l. Penegakan peraturan perundang-undangan di bidang pendidikan.
m. Pemungutan, penatausahaan, penyetoran, pelaporan dan pertanggungjawaban penerimaan retribusi pendidikan.
n. Penyediaan, penatausahaan, penggunaan dan pemeliharaan dan perawatan prasarana dan sarana pendidikan.
o. Pemberian dukungan teknis kepada masyarakat dan perngkat daerah. p. Pengelolaan kepegawaian, keuangan, barang dan ketatausahaan Dinas
pendidikan; dan
q. Pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dan fungsi.
3. Pengelolaan.
Dalam kegiatan pengelolaan ketenagaan (personalia) pendidikan, Piet A. Sehartian mengatakan proses kegiatan pengelolaan ketenagaan atau personalia adalah sebagai berikut:35
34
a. Pencatatan dan pendaftaran ketenagaan (inventarisasi ketenagaan). b. Penentuan kebijaksanaan dan perencanaan ketenagaan (personnel
policy dan personel planing)
c. Pengadaan ketenagaan (dari rekrutment sampai kepada placement). d. Pengembangan ketenagaan (personnel development, termasuk
promotion).
e. Pemeliharaan ketenagaan termasuk (salary, walfare, dan incentive lainnya).
f. Penilaian ketenagaan (personnel appraisal, dan personnel evaluating). g. Pemutusan hubungan kerja (discharge and retriment).
Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal 32 tentang Tenaga Pendidikan mempunyai Fungsi:36
a. Penyusunan kebijakan teknis pengelolaan, pembinaan, pengendalian dan pengembangan tenaga pendidikan.
b. Penyusunan Pedoman/petunjuk teknis/petunjuk pelaksanaan kegiatan pengelolaan, pembinaan, pengendalian dan pengembangan dan merumuskan formasi tenaga pendidikan;
c. Pelaksanaan kegiatan pembinaan dan pengembangan kompetensi (pengetahuan, keterampilan dan integritas);
d. Pelaksanaan pemantauan, pengendalian, pembinaan, evaluasi, pengembangan dan pelaporan kinerja dan disiplin tenaga pendidikan;
Upaya pemerintah dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia kependidikan sebagai tindak lanjut dari manajemen personalia, didefinisikan sebagai penarikan, seleksi, pengemnbangan, penggunaan dan pemeliharaan sumber daya manusia dan organisasi. Sedangkan sebagaimana yang dikemukakan Made Pidarta, manajemen personalia mencakup merekrut, menempatkan, melatih dan mengembangkan dan meningkatkan kesejahteraan mereka yang dikatakan sebagai fungsi manajemen personalia.
Peningkatan kualitas tenaga pendidik atau sumber daya manusia kependidikan bertujuan untuk mendayagunakan tenaga kependidikan secara efektif dan efesien untuk mencapai hasil yang optimal. Sehubungan dengan itu, fungsi manajemen personalia yang harus dilaksanakan oleh seorang pemimpin adalah menarik, mengembangkan, menggaji dan memotivasi personil guna mencapai tujuan system, membantu anggota agar mencapai
35
Piet A. Sehartian, Dimensi Administrasi Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional, 2001), Cet. Ke-2, h. 139-140.
36
posisi dan standar prilaku, memaksimalkan perkembangan karier, serta menyelaraskan tujuan individu dan organisasi.
Pelaksanaan manajemen pendidik (sumber daya manusia) di Indonesia sedikitnya mencakup tujuh kegiatan utama, yaitu: perencanaan tenaga kependidikan, pengadaan pegawai tenaga kependidikan, pembinaan dan pengembangan tenaga kependidikan, promosi dan mutasi, dan pemberhentian pendidik dan tenaga kependidikan, kompensasi dan penilaian tenaga kependidikan.
Secara terinci dapat diuraikan sebagai berikut: a. Perencanaan
Dalam melakukan setiap kegiatan perlu di buat perencanaan yang matang, sehingga hasil yang ingin dicapai dapat terwujud. Perencanaan dapat dikatakan bagian terpenting dalam manajemen, karena perencanaan akan membantu untuk mengurangi ketidakpastian di waktu yang akan datang dan menungkinkan para pengambil keputusan secara efesien dan efektif. Di dalam peraturan Gubernur DKI Jakarta hal ini ditujukan oleh perencanaan dan pendayagunaan tenaga pendidikan yang mempunyai tugas antara lain:37
a) Menyusun bahan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Bidang Tenaga Pendidikan sesuai dengan lingkup tugasnya;
b) Melaksanakan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Bidang Tenaga Pendidikan sesuai dengan lingkup tugasnya;
c) Menyusun bahan kebijakan teknis pengelolaan, pembinaan, pengendalian, dan pengembangan tenaga pendidikan;
d) Menyusun bahan pedoman/petunujk teknis/petunjuk pleaksanan kegiatan pengelolaan, pembinaan, pengendalian, dan pengembangan dan merumuskan formasi tenaga pendidikan;
e) Menyusun bahan formasi kebutuhan tenaga pendidikan; f) Melaksanaan pemetaan tenaga pendidikan;
g) Menyusun rencana dan memproses penempatan dan pendayagunaan
tenaga pendidikan; h) Melaksanakan pemantauan, pengendalian, pembinaan, evaluasi,
pengembangan dan pelaporan kinerja tenaga pendidikan;
i) Menyampaiakan dokumen administrasi penempatan, pendayagunaan, serta kinerja tenaga pendidikan kepada Subbagian Kepegawaian untuk dikelola sebagai dokumen kepegawaian.
37
Perencanan tenaga pendidik merupakan kegiatan untuk menentukan kebutuhan tenaga pendidik, baik secara kuantitatif (jumlah) maupun kualitatif (kualitas) untuk sekarang dan masa yang akan dating yang sesuai dengan kebutuhan sekolah. Untuk menyusun perencanaan tenaga pendidik yang baik dan tepat membutuhkan informasi yang lengakp dan jelas tentang pekerjaan atau tugas yang harus dilakukan di sekolah. Sebelum menyusun perencanaan perlu dilakukannya analisis pekerjaan dan analisis jabatan untuk memperoleh deskripsi pekerjaan.
b. Pembinaan
Pembinaan tenaga pendidik sangat diperlukan untuk meningkatkan produktivitas dalam kegiatan belajar mengajar. Pelatihan (training) adalah kegiatan yang dirancang untuk meningkatkan kinerja tenaga pendidik dalam pelaksanaan proses belajar mengajar. Adapun Seksi Pembinaan, Disiplin dan Kesejahteraan Pendidikan dan Tenaga Kependidikan merupakan Satuan Kerja Bidang Tenaga Pendidikan dalam pelaksanaan kegiatan pembinaan, pengendalian dan pengembangan disiplin dan kesejahteraan tenaga pendidikan yang mempunyai tugas antara lain:38 a) Menyusun bahan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen
Pelaksanaan Anggaran (DPA) Bidang Tenaga Pendidikan sesuai dengan lingkup tugasnya;
b) Melaksanakan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Bidang Tenaga Pendidikan sesuai dengan lingkup tugasnya;
c) Mengordinasikan penyusunan Rencan Kerja dan Anggaran (DPA) Bidang Tenaga Pendidikan sesuai dengan liingkup tugasnya;
d) Menyusun bahan kebijakan teknis pengelolaan, pembinaan, pengendalian, dan pengembangan tenaga pendidikan;
e) Menyusun bahan pedoman/petunjuk teknis/petunjuk pleaksanan kegiatan pengelolaan, pembinaan, pengendalian, dan pengembangan dan merumuskan formasi tenaga pendidikan;
f) Melaksanakan pengurusan gaji berkala, penhargaan, cuti dan pension tenaga pendidikan;
g) Melaksanakan pemantauan, pengendalian, pembinaan, evaluasi, pengembangan dan pelaporan disiplin tenaga pendidikan.
h) Penyampaian dokumen administrasi pengurusan penetapan angka kredit, kenaikan pangkat, gaji berkala, penghargaan, cuti, pendidikan, pelatihan, pension, pemantauan, pengendalian, pembinaan, evaluasi, pengembangan dan pelaporan kinerja dan disiplin tenaga pendidikan
38
kepada Sekretariat Dinas untuk dikelola sebagai dokumen kepegawaian;
i) Menyiapkan bahan pelaporan Bidang yang berkaitan dengan pembinaan disiplin dan kesejahteraan pendidik dan Tenaga Kependidikan;
j) Mengordinasikan penyusunan pelporan (keuangan, kinerja, kegiatan dan akuntabilitas) Bidang Tenaga Kependidikan.
c. Pengembangan
Pengembangan memiliki ruang lingkup yang lebih luas dalam upaya untuk memperbaiki dan meningkatkan pengetahuan, kemampuan, sikap, dan sifat–sifat kepribadian. Pengembangan adalah proses edukasional yang berjangka waktu lama, berupa uaraian-uraian yang sistematis, dan bertujuan pada penguasaan pemahaman-pemahaman abstrak dan konsep-konsep teoritis. Pengembangan berlangsung dalam jangka waktu anatara tiga sampai dua belas bulan. Pembinaan dan pengembangan tenaga pendidik merupakan untuk memperbaiaki, menjaga dan meningkatkan kinerja tenaga pendidik.
Adapun Seksi Pengembangan Karier dan Profesi Tenaga Pendidikan merupakan Satuan Kerja Bidang Tenaga Pendidikan dalam pelaksanaan kegiatn pembinaan, pengendalian dan pengembangan karir dan profesi tenaga pendidikan yang mempunyai tugas antara lain:39
a) Menyusun bahan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Bidang Tenaga Pendidikan sesuai dengan lingkup tugasnya;
b) Melaksanakan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Bidang Tenaga Pendidikan sesuai dengan lingkup tugasnya;
c) Menyusun bahan kebijakan teknis pengelolaan, pembinaan, pengendalian, dan pengembangan tenaga pendidikan;
d) Menyusun bahan pedoman/petunujk teknis/petunjuk pleaksanan kegiatan pengelolaan, pembinaan, pengendalian, dan pengembangan dan merumuskan formasi tenaga pendidikan;
e) Menyusun rencana pengembangan karier dan profesi tenaga pendidikan;
f) Melaksanakan kegiatan pengembangan karier dan profesi tenaga pendidikan;
g) Melaksanakan pengurusan penetapan angka kredit, kenaikan pangkat, gaji berkala, pengahargaan, cuti, pendidikan, pelatihan, dan pension tenaga pendidikan;
39
h) Menyampaikan dokumen administrasi pengurusan penetapan angka kredit, kenaikan pangkat, gaji berkala, penghargaan, cuti, pendidikan, pelatihan, pension, pemantauan, pengendalian, pembinaan, evaluasi, pengembangan dan pelaporan kinerja dan disiplin tenaga pendidikan kepada Sekretariat Dinas untuk dikelola sebagai dokumen kepegawaian.
Dalam Undang-undang nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen bagian kelima pasal 32 dinyatakan bahwa:40
1. Pembinaan dan pengembangan guru meliputi pembinaan dan pengembangan profesi dan karier.
2. Pembinaan dan pengembangan profesi guru sebagaimana dimaksud apda ayat (1) meliputi kompetensi pedagogic, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi professional.
3. Pembinaan dan pengembangan profesi guru sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui jabatan fungsional,
4. Pembinaan dan pengembangan karier guru sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi penugasan, kenaikan pangkat, dan promosi.
Undang-undang nomor tahun 2005 tentang guru dan dosen bagian kelima Pasal 34 menyatakan pemerintah dan pemerintah daerah serta penyelenggara pendidikan diwajibkan untuk memberi pembinaan dan pengembangan bagi setiap guru, berikut pasal 34:41
1. Pemerintah dan pemerintah daerah wajib membina dan mengembangkan kualitas pendidik kualitas akademik dan kompetensi guru pada satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan atau masayarakat.
2. Satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat wajib membina dan mengembangkan kualitas dan kompetensi guru,
3. Pemerintah dan pemerintah daerah wajib memberikan anggaran untuk meningkatkan profesionalisme dan pengabdian guru pada satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat.
d. Promosi dan mutasi
Promosi adalah “perpindahan yang memperbesar authority dan responsibility karyawan ke jabatan yang lebih tinggi didalam suatu organisasi sehingga kewajiban, hak, status, dan penghasilannya semakin besar.42
40
Asrorun Ni’am Sholeh, Membangun Profesionalitas Guru, Analisis Kronologis atas lahirnya UU Guru dan Dosen,..., h. 172.
41
Asrorun Ni’am Sholeh, Membangun Profesionalitas Guru, Analisis Kronologis atas lahirnya UU Guru dan Dosen,..., h. 172.
42
Di Indonesia untuk tenaga pendidik dan tenaga pendidikan negeri sipil, promosi atau pengangkatan pertama biasanya diangkat sebagai calon tenaga pendidik dan tenaga pendidikan negeri sipil dengan masa percobaan satu atau dua tahun, kemudian dia melakukan pelatihan prajabatan, dan setelah lulus diangkat menjadi tenaga pendidik dan tenaga pendidikan negeri sipil penuh.
H. Malayu S.P. Hasibuan membagi menjadi tiga dasar untuk mempromosikan karyaan adalah:
1. Pengalaman (Senioritas) 2. Kecakapan (ability), serta
3. Kombinasi pengalaman dan kecapan43
Undang-undang guru dan dosen pada pasal 28 ayat 1 menjelaskan “guru yang diangkat oleh pemerintah atau pemerintah daerah dapat dipindahtugaskan antar provinsi, antar kabupaten/ antar kota, antar kecamatan maupun antar satuan pendidikan karena kebutuhan satuan pendidikan dan/atau promosi.44
Mutasi merupakan kegiatan manajemen tenaga pendidik dan pendidikan yang berhubungan denga satuan proses pemindahan fungsi, tanggung jawab, dan status ketenagakerjaan dari tenaga pendidik dan tenaga pendidikn pada situasi tertentu dengan tujuan agar tenaga pendidik dan tenaga pendidikan yang bersangkutan memperoleh kepuasan kerja yang mendalam, dan dapat memberikan prestasi kerja semaksimal mungkin pada suatu lembaga pendidikan.
H. Malayu S.P. Hasibuan mengatakan prinsip mutasi adalah “memutuskan karyawan kepada posisi yang tepat dan pekerjaan yang sesuai, agar semangat dan produktivitas kerjaannya meningkat”.45
Undang-undang guru dan dosen pada pasal 28 ayat 2 menjelaskan guru yang diangkat oleh pemerintah dan pemerintah daerah dapat mengajukan permohonan pindah tugas, antar provinsi, antar kabupaten/
43
H. Malayu S.P. Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia,…, h. 109. 44
Asrorun Ni’am Sholeh, Membangun Profesionalitas Guru, Analisis Kronologis atas lahirnya UU Guru dan Dosen,…, h. 169.
45
antar kota, antar kecamatan maupun antar satuan pendidikan sesuai dengan perundang-undangan.46
e. Pemberhentian
Pemberhentian tenaga kependidikan merupakan fungsi personalia yang menyebabkan terlepasnya pihak organisasi dan personil dari hak dan kewajiban sebagai lembaga tempat kerja dan sebagai tenaga kependidikan.47 Pemberhentian tenaga pendidik dalah pemutusan hubungan kerja antara sekolah dengan tenaga pendidik untuk tidak lagi mengikuti kegiatan belajar mengajar dan terlibat dalam kegiatan pendidikan di sekolah.
Sebab-sebab pemberhentian tenag pendidik dan pendidikan dapat dikelompokkan ke dalam tiga jenis (1) pemberhentian atas permohonan sendiri, (2) pemberhentian dinas atau pemrintah, dan (3) pemberhentian sebab lain.
Pemberhentian oleh dinas atau pemerintah bisa dilakukan dengan beberapa alas an berikut:48
a) Tenaga pendidikan yang bersangkutan tidak cakap dan tidak memiliki kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas dengan baik.
b) Pemimpin atau penyederhanaan organisasi.
c) Peremajaan, biasanya tenaga pendidik dan pendidikan yang telah berusiaa 50 tahun dan berhak pension harus diberikan dalam jangka waktu satu tahun.
d) Tidak sehat jasmani dan rohani sehingga tidak dapat melaksanakan tugasnya dengan baik.
e) Melakukan pelanggaran tindak pidana sehingga dihukum penjara atau kurungan.
f) Melanggar sumpah atau janji tenaga kependidikan negeri sipil.
f. Kompensasi
Kompensasi adalah balas jasa yang diberikan diknas atau depag dan sekolah kepada tenaga pendidik, yang dapat dinilai dengan uang dan bisanya diberikan secara tetap. Pemberian konpensasi dapat berbentuk gaji, berupa tunjangan, fasilitas rumah, kendaraan dan laian-lain. Meski guru dikenal dengan sebutan pahlawan tanpa tanda jasa, kompensasi
46
Asrorun Ni’am Sholeh, Membangun Profesionalitas Guru, Analisis Kronologis atas lahirnya UU Guru dan Dosen,…, h. 169.
47
E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya 2006) h.155.
48
Gambar
Dokumen terkait
UP SPLL Dinas Perhubungan Provinsi DKI Jakarta selaku Pejabat
Analisis terhadap berbagai peraturan dan regulasi yang berkaitan dengan kebijakan pembiayaan rumah sakit milik pemerintah DKI Jakarta tahun 2004-2008, seperti Undang-Undang Dasar
Analisis terhadap berbagai peraturan dan regulasi yang berkaitan dengan kebijakan pembiayaan rumah sakit milik pemerintah DKI Jakarta tahun 2004-2008, seperti Undang-Undang Dasar
LKIP Dinas PPKUKM Provinsi DKI Jakarta tahun 2020 melaporkan realisasi, hambatan dan upaya solusi yang dilaksanakan oleh Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi,
Peraturan Daerah (Perda) Propinsi DKI Jakarta Nomor 2 Tahun 2005 tentang Pengendalian Pencemaran Udara, merupakan acuan dalam pengelolaan kualitas udara di
PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA, Ttd.. Warga Provinsi DKI Jakarta, ditunjukkan dengan kartu keluarga yang dikeluarkan oleh Dinas Kependudukan dan Catatan
Dalam kaitan tersebut maka premerintah Provinsi DKI Jakarta dalam hal ini BPLHD Provinsi DKI Jakarta telah melakukan pengambilan sampel kualitas udara ambien
Penelitian ini juga menggunakan data tambahan berupa siaran-siaran pers resmi dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta serta berita-berita terkait kebijakan PSBB DKI Ja-