Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna
Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Perpustakaan (S.IP)
Oleh:
Muhammad Zihan Saragih NIM: 208025000001
JURUSAN ILMU PERPUSTAKAAN DAN INFORMASI
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
Muhammad Zihan Saragih
Burnout Pada Staf Layanan Sirkulasi di Perpustakaan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi burnout, dan faktor-faktor demografis yang mempengaruhi burnout pada staf layanan sirkulasi di Perpustakaan UIN Jakarta. Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan cara observasi dan angket. Hasil dari penelitian menujukan bahwa tingkat burnout yang menonjol pada staf layanan mayoritas pada dimensi kejenuhan fisik. Kondisi burnout staf layanan sirkulasi UIN Jakarta tidak menujukan gejala-gejala burnout seperti emosi negatif, frustasi, depresi dan masalah kesehatan yang menurun, sesuai skor MBI yang menujukan skor rendah. Hasil penelitian juga menujukan factor-faktor demografis yang menonjol yaitu faktor jenis kelamin perempuan, usia 30 tahun ke bawah, status perkawinan belum menikah, pendidikan non sarjana, bidang pendidikan sarjana non ilmu perpustakaan, dan masa kerja 10 tahun ke atas.
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur Penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena hanya atas
anugerah-Nya, Penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Burnout Pada
Staf Layanan Sirkulasi di Perpustakaan Universitas Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.”. Pada kesempatan ini, dengan kerendahan hati penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan
baik doa, semangat, maupun donasi dalam penyusunan skripsi ini. Ucapan terima
kasih Penulis sampaikan kepada:
1. Ayah dan Mama yang memberikan segalanya untuk perjuangan ini.
Terima kasih atas setiap doa dan dukungan yang tiada hentinya sehingga
begitu sempurna untukku. Ridho Allah ada pada ridhonya orangtua.
2. Keluarga besar baik dari keluarga ayah (Saragih) maupun keluarga ibu
(Ateng Kusman), terima kasih atas dukungan dan doa untukku.
3. Bapak Prof. Dr. Oman Fathurahman, M.Hum selaku Dekan Fakultas Adab
dan Humaniora.
4. Bapak Pungki Purnomo, MLIS, selaku Ketua Jurusan Ilmu Perpustakaan.
Terima kasih atas perhatian yang telah bapak berikan.
5. Bapak Mukmin Suprayogi, M.Si, selaku Sekretaris Jurusan Ilmu
Perpustakaan. Terima kasih atas perhatian yang telah bapak berikan.
6. Ibu Lilik Istiqoriyah, M. Hum selaku Dosen Pembimbing. Terima kasih
atas bimbingan, saran, serta perhatian yang telah ibu berikan dalam
ii
7. Bapak dan Ibu Kepala Perpustakaan di lingkungan Universitas Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta,
8. My Brother, Muhammad Zerra Haqsah Saragih
9. Sahabat-sahabat BAPUKFC, DOS-Q 8, FAKTA, GRAGASFC, RAIS.
10.Kawan seperjuangan semasa kuliah keluarga besar JIPERS 2008 khusus
Bapuk seperti Arif, Lanna, Mifta, Danang, Irfan, Idub, Kibed Saleh, Radit,
Amet, Ex, Agus, Aldiaz, Dewi, Juneni dan banyak lagi yang lainnya yang
tidak bisa saya sebutkan satu persatu. Perjuangan bersama kalian takkan
pernah saya lupakan kalian sudah menjadi bagian dari tangga-tangga
perjuangan. Tak lupa JIPERS angkatan 1999-2014.
11.Pa Syam sebagai guru ngaji. Serta semua tidak dapat disebutkan satu per
satu yang telah membantu penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat
banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, Penulis terbuka
dan bersedia menerima setiap kritik dan saran yang membangun dari Pembaca
untuk kebaikan pembuatan laporan penelitian selanjutnya. Penulis juga memohon
maaf apabila ada kekeliruaan atau ada hal yang tidak berkenan dalam penyusunan
skripsi ini. Akhir kata semoga skripsi ini dapat berguna bagi Penulis dan setiap
pembacanya.
Tangsel, 20 September
2014
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR TABEL ... v
DAFTAR LAMPIRAN ... vi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 4
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5
D. Metode Penelitian ... 6
E. Penelitian Sebelumnya ... 9
F. Sistematika Penelitian ... 11
BAB II TINJAUAN LITERATUR ... 13
A. Perpustakaan Perguruan Tinggi ... 13
B. Pengertian dan Fungsi Layanan Sirkulasi ... 21
C. Sistem Layanan Sirkulasi ……… .24
D. Peraturan dan Tata Tertib ... 26
E. Pengertian Burnot ... 27
F. Penyebab Burnot ... 28
G. Gejala-Gejala Burnot ...34
H. Pengkuran Burnout...37
BAB III GAMBARAN UMUM ... 43
iv
B. Perpustakaan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FITK) ... 56
C. Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora (FAH) ... 58
D. Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum (FSH) ... 61
E. Perpustakaan Fakultas Ushuludin dan Filsafat (FUF) ... 63
F. Perpustakaan Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK) ... 64
G. Perpustakaan Fakultas Dirasat Islamiyah (FDI) ... 64
H. Perpustakaan Fakultas Sains dan Teknologi( FST) ... 66
I. Perpustakaan Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) ... 68
J. Perpustakaan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) 70
K. Perpustakaan Fakultas Psikologi ... 72
L. Perpustakaan Sekolah Pasca Sarjana ... 73
BAB IV HASIL PENELITAN ... 77
A. Penyajian Data ... 77
B. Hasil Penelitian ... 81
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 100
A. Kesimpulan ... 100
B. Saran ... 101
DAFTAR PUSTAKA ... 103
v
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Jenis Kelamin Responden ... 77
Tabel 2 Usia Responden ... 78
Tabel 3 Status Perkawinan ... 79
Tabel 4 Pendidikan Terakhir ... 79
Tabel 5 Bidang Pendidikan Terakhir ... 80
vi
DAFTAR LAMPIRAN
1. Lampiran Lembar Izin Penelitian
1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Ilmu pengetahuan dan teknologi informasi berkembang sangat
pesat. Hal ini menyebabkan kebutuhan akan informasi semakin meningkat.
Para pengelola dan pengguna informasi bersaing untuk mendapatkan
informasi yang cepat, tepat dan akurat. Perpustakaan sebagai salah satu
sumber informasi yang sangat penting dalam menemukan informasi yang
kita butuhkan, dimana perpustakaan merupakan pusat informasi yang
mengumpulkan, mengolah, mengemas dan kemudian menyebarluaskan
bahan-bahan pustaka agar dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh
penggunanya.
Perpustakaan perguruan tinggi adalah perpustakaan yang tergabung
dalam lingkungan lembaga pendidikan tinggi. Tujuan perpustakaan di
perguruan tinggi adalah memberikan pelayanan kepada seluruh sivitas
akademika perguruan tinggi, yang terdiri atas mahasiswa, dosen, peneliti,
guru besar, pimpinan, serta seluruh staf administrasi dan akademik.
Layanan perpustakaan harus menunjang tri dharma perguruan tinggi.1
Perpustakaan perguruan tinggi merupakan Unit Pelaksana Teknis
perguruan tinggi yang bersama-sama dengan unit lain turut melaksanakan
Tri Dharma Perguruan Tinggi dengan cara memilih, menghimpun,
mengolah, merawat dan melayankan sumber informasi kepada lembaga
1
Karmidi Martoatmojo, Pelayanan Bahan Pustaka (Jakarta : Universitas Terbuka, 1999), h. 3
induk pada khususnya dan masyarakat pada umumnya. Selain itu dalam
Peraturan Pemerintah No 43 tahun 2007 tentang Perguruan Tinggi dimuat
dalam ketentuan mengenai perpustakaaan pasal 3 menyatakan bahwa
perpustakaan bertujuan memberikan layanan kepada pemustaka,
meningkatkan kegemaran membaca, seta memperluas wawasan dan
pengetahuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.2
Layanan sirkulasi di perpustakaan dapat dikatakan sebagai hal
terpenting dari kegiatan pelayanan pengguna karena sirkulasi merupakan
area layanan yang banyak berinteraksi langsung dengan pengguna dari
pada layanan lain yang ada di perpustakaan. Aktivitas bagian layanan
menyangkut masalah citra perpustakaan. Interaksi adalah hubungan timbal
balik antara 1 orang dengan yang lainnya.3 Dengan adanya pelayanan
sirkulasi maka pemakaian koleksi dapat secara efektif untuk memimjam
dan mengembalikan bahan pustaka, serta pengawasan terhadap bahan
pustaka akan lebih mudah dilakukan.
Pustakawan yang berada di bagian layanan sirkulasi harus bisa
mengatasi suatu kondisi psikologis saat mengatasi stress waktu bekerja
seperti kelelahan emosional, kelelahan fisik, kelelahan mental, atau
rendahnya penghargaan terhadap diri sendiri. Hal ini untuk menghindari
burnout yang tejadi pada petugas bagian sirkulasi. Menurut Zasyatin Rizka
burnout adalah kondisi dimana seseorang kehilangan energy psikis
2
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2007 Tentang Perpustakaan diakses pada 18 September 2014 dari http://wwwfiles.Perpusnas.Go.id/homepage
folders/activities/highlight/ruu 3
maupun fisik. Biasanya hal itu disebabkan oleh situasi kerja yang tidak
mendukung atau tidak sesuai dengan kebutuhan dan harapan4.
Beban kerja pustakawan perguruan tinggi secara kuantitatif
meliputi jam kerja yang panjang karena banyaknya jumlah pemustaka
yang harus dilayani, pelayanan meliputi seluruh sivitas akademika
perguruan tinggi, yang terdiri atas mahasiswa, dosen, peneliti, guru besar,
pimpinan, serta seluruh staf administrasi dan akademik. Hal tersebut
merupakan faktor-faktor pemicu stress yang potensial menjadi penyebab
kondisi burnout pada pustakawan perguruan tinggi.
Berdasarkan hal tersebut peneliti ingin mengetahui burnout pada
staf bagian layanan sirkulasi perpustakaan di lingkungan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Jenis layanan sebagai objek penelitian adalah
layanan sirkulasi. Dari hasil observasi langsung diketahui bahwa
pustakawan mudah mengalami kelelahan fisik dan kelelahan emosional
disebabkan oleh banyaknya jumlah pengunjung kurang lebih berjumlah
1000 pengunjung setiap harinya di Perpustkaan UIN Jakarta. Mengingat
demikian pentingnya sikap staf layanan di bagian sirkulasi yang harus
berkualitas saat berhadapan langsung kepada pemustaka atau pengunjung
perpustakaan. Alasan lain belum adanya penelitian yang berhubungan
dengan burnout pada staf layanan sirkulasi di Perpustakaan UIN Jakarta.
Berdasarkan penjelasan tersebut, peneliti merasa penting untuk
menulis skripsi dengan judul “Burnout Pada Staf Layanan Sirkulasi di Perpustakaan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah
Agar penulisan penelitian ini dapat dilaksanakan dengan mudah,
terarah, dan mendapatkan hasil yang tepat, maka perlu adanya pembatasan
masalah. Penelitian ini dibatasi pada kondisi burnout dan faktor-faktor
individual demografis apakah yang mempengaruhi burnout pada petugas
perpustakaan bagian layanan sirkulasi.
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka
yang menjadi rumusan masalah sekaligus pertanyaan penelitian yang akan
dijawab dalam penelitian ini adalah :
a. Bagaimana kondisi burnout pada petugas bagian layanan sirkulasi
di Perpustakaan UIN Jakarta ?
b. Bagaimana tingkat burnout berdasarkan faktor demografis pada
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Mengacu kepada permasalahan penelitian tersebut, tujuan yang
hendak dicapai melalui penelitian adalah :
a. Mengetahui kondisi burnout pada petugas bagian sirkulasi di
Perpustakaan UIN Jakarta.
b. Untuk mengetahui karakteristik demografis yang mempengaruhi
terjadinya burnout pada staf layanan sirkulasi di Perpustakaan UIN
Jakarta.
2. Manfaat Penelitian
1). Manfaat akademis
a. Untuk menambah khazanah pengetahuan dalam bidang ilmu
perpustakaan khususnya psikologi perpustakaan terkait dengan
burnout yang terjadi pada petugas bagian sirkulasi di Perpustakaan
UIN Jakarta.
b. Dapat menjadi acuan bagi penelitian selanjutnya dengan topik yang
terkait.
2). Manfaat Praktis
a. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi di Perpustakaan
UIN Jakarta dalam mengetahui kondisi burnout dan faktor-faktor
penyebab burnout.
b. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan
Jakarta dalam mengevaluasi kebijakan, khususnya di bidang
sumber daya manusia.
D. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif, yaitu penelitian
yang bertujuan mendeskripsikan atau menjelaskan sesuatu hal seperti
apa adanya.5
Dalam konteks penelitian ini, metode deskriptif digunakan untuk
mendeskripsikan burnout dan kondisi faktor-faktor demografis yang
mempengaruhi burnout pada staf bagian layanan sirkulasi di
Perpustakaan UIN Jakarta.
2. Pendekatan Penelitian
Adapun pendekatan penelitian yang akan digunakan adalah dengan
pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah analisis yang
dilakukan terhadap data yang berbentuk angka, baik angka yang
merupakan presentasi dari suatu kuantitas murni maupun angka yang
merupakan hasil dari konversi data kualitatif (yakni data kualitatif
yang dikuantifikasikan).6 Dalam penelitian ini pendekatan kuantitatif
digunakan untuk mengukur gejala yang ada pada saat penelitian
dilakukan terhadap petugas bagian layanan sirkulasi di Perpustakaan
UIN Jakarta.
5 Prasetya Irawan, Logika dan prosedur penelitian (Jakarta : STIA-LAN), h. 60.
3. Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan
data sekunder.
a. Data primer
Data primer adalah data yang diambil langsung, tanpa perantara,
dari sumbernya. Sumber ini dapat berupa benda-benda, situs, atau
manusia.7 Dalam penelitian ini, data primer yang langsung ditemui
adalah staf layanan sirkulasi di Perpustakaan UIN Jakarta.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang bersumber dari kepustakaan, yang
terdiri dari buku-buku, literatur, dan dokumen yang berkaitan
dengan masalah yang diteliti.
4. Populasi dan Sampel
Populasi atau “universe” adalah keseluruhan elemen yang akan
dijelaskan oleh seorang peneliti di dalam penelitiannya.8 Menurut
Koentjaraningrat populasi adalah jumlah total dari subjek yang akan
diteliti, dan sampel adalah bagian-bagian dari populasi yang menjadi
subjek dari penelitian. Dalam melakukan penelitian dapat dilakukan
terhadap sebagian dari populasi tersebut dan hasilnya dapat
digeneralisasikan.9 Populasi dalam penelitian ini adalah staf layanan
sirkulasi di Perpustakaan UIN Jakarta yang berjumlah 20 orang.
5. Teknik Pengumpulan Data
7 Ibid., h. 86. 8Ibid., h. 72.
Adapun metode yang digunakan penulis untuk mendapatkan
informasi atau data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
c. Riset Perpustakaan (Library Research). Penelitian ini dilakukan
dengan mempelajari buku-buku, literatur, artikel dan dokumen
dengan maksud untuk mendapatkan gambaran kerangka teori yang
sesuai dengan pembahasan dalam skripsi ini.
d. Riset Lapangan (Field Research). Penelitian ini bertujuan untuk
mendapatkan data secara langsung dari objek yang diteliti, yaitu
dengan mengunakan beberapa cara :
1) Observasi : yaitu melakukan pengamatan secara langsung
terhadap lokasi yang hendak diteliti10. Observasi bertujuan untuk
mendapatkan data yang diperlukan oleh peneliti yang sesuai
dengan penulisan skripsi ini.
2) Kuesioner : yaitu dengan membagikan kuesioner (angket) yang
berisi beberapa pertanyaan kepada responden (orang yang diberi
kuesioner) yang ditemui secara langsung di lapangan. Kuesioner
ini digunakan untuk mengetahui bagaimana tingkat burnout dan
berdasarkan faktor demografis pada staf burnout pada staf bagian
layanan sirkulasi di Perpustakaan UIN Jakarta.
6. Pengolahan dan Analisis Data
Data yang diperoleh pada tempat penelitian tersebut, diolah dengan
beberapa teknik pengolahan data. Tujuan dari tahap ini adalah untuk
lebih menyederhanakan formatnya atau strukturnya, sehingga nantinya
memudahkan dan mempercepat analisis data. Tahap-tahapnya sebagai
berikut :
a. Tahap editing data, yaitu mempelajari kembali berkas-berkas data
yang telah terkumpul, sehinga secara keseluruhan berkas tersebut
dapat diketahui dan dinyatakan baik, sehinga dapat disiapkan untuk
proses berikutnya.
b. Tahap tabulasi (tabulating) kedalam tabulasi atau tabel yang
kemudian dicari persentasenya untuk dianalisa.11 Adapun untuk
memperoleh data angket yang telah ditabulasikan dan prosentase
digunakan rumus:
P = f/n X 100 % Dimana :
P : Angka prosentase untuk setiap kategori
F : Frekuensi jawaban responden
Adapun parameter untuk penafsiran nilai presentase adalah :
Persentase jawaban yang diperoleh akan disamakan dengan level
Mashlac Burnout Inventory (MBI) dimana jawaban 1 (Tidak Pernah), Skor
angka 2 (kadang-kadang), berada pada tingkatan 3-5 pada pada MBI, Skor
angka 3 (sering), skor ini berada pada level 6-8 pada alat ukur MBI, Skor
angka 4 (selalu), skor ini berada pada tingkatan 9-10 yang berati sinyal
merah pada alat ukur MBI.12
E. Penelitian Sebelumnya
Berikut sebeberapa judul skripsi dengan topik yang sama dengan
penelitian ini:
1. “Burnout Staf Perpustakaan Bagian Layanan di Badan
Perpustakaan dan Arsip Daerah (BPAD) Provinsi DKI Jakarta”. Tesis ini
diajukan oleh Ria Fatmawati, Mahasiswa Pasca Sarjana Jurusan Ilmu
Perpustakaan dan Informasi di Universitas Indonesia.
a. Persamaan
Untuk mengetahui tingkat burnout yang terjadi pada staf atau
pustakawan di bagian layanan.
b. Perbedaan
Perbedaan dengan penelitan ini adalah instansinya. Penelitian tesis
tersebut di perpustakaan umum, sedangkan penelitian ini di perpustakaan
perguruan tinggi. Penelitian ini untuk mengetahui bagaimana tingkat
burnout dan faktor apakah yang mempengaruhi burnout khusus pada staf
bagian layanan sirkulasi di Perpustakaan UIN Jakarta.
2. “Hubungan Burnout Dengan Kepuasan Kerja Pustakawan di Pusat Jasa
Perpustakaan dan Informasi Perpustakaan Nasional Republik
12Utami Haryadi, “Burnout Pada Pustakawan” , Perpustakaan dan Informasi dalam Konteks
Indonesia”. Skripsi ini diajukan oleh Mizmir, Mahasiswa Jurusan Ilmu
Perpustakaan di Universitas Indonesia.
a. Persamaan
Untuk mengetahui tingkat burnout yang terjadi pada staf atau
pustakawan.
b. Perbedaan
Perbedaan dengan penelitan ini adalah instansinya. Penelitian
skripsi tersebut di perpustakaan umum, sedangkan penelitian ini di
perpustakaan perguruan tinggi. Penelitian ini untuk mengetahui bagaimana
tingkat burnout dan faktor-faktor demografis yang mempengaruhi burnout
pada staf layanan sirkulasi di Perpustakaan UIN Jakarta.
F. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah penulisan skripsi ini, penulis membagi
pembahasan menjadi lima bab, dan masing–masing bab berisi beberapa
bagian seperi yang digambarkan di bawah ini :
BAB I PENDAHULUAN
Terdiri atas dasar pemikiran yang menjadi latar belakang
masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan
manfaat penelitian, metode penelitian, penelitian
BAB II TINJAUAN LITERATUR
Pengertian perpustakaan perguruan tinggi, tujuan
perpustakaan perguruan tinggi, fungsi dan tugas
perpustakaan perguruan tinggi, pengertian dan fungsi
layanan sirkulasi, sistem layanan sirkulasi, peratura dan tata
tertib, pengertian burnout, penyebab burnout, gejala-gejala
burnout.
BAB III GAMBARAN UMUM PERPUSTAKAAN DI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA.
Berisi tentang sejarah, struktur organisasi, profil, visi dan
misi, koleksi, anggota, peraturan dan tata tertib
perpustakaan yang berada di Perpustakaan UIN Jakarta.
BAB IV HASIL PENELITIAN
Pada bab ini penulis menguraikan hasil penelitian tentang
bagaimana kondisi tingkat burnout dan factor apakah yang
mempengaruhi burnout pada staf bagian layanan sirkulasi
di perpustakaan Perpustakaan UIN Jakarta.
BAB V PENUTUP
Pada bab ini penulis menyimpulkan isi untuk menjawab
rumusan masalah dari keseluruhan pembahasan dan
memberikan saran-saran dari hasil penelitian yang sudah
BAB II
TINJAUAN LITERATUR
A. Perpustakaan Perguruan Tinggi
1. Pengertian Perpustakaan Perguruan Tinggi
Perpustakaan merupakan sebuah tempat atau sarana untuk menyimpan,
mengolah serta menyebarluaskan informasi, dan juga sebagai salah satu pusat
informasi yang menyajikan sumber-sumber informasi baik yang berbentuk
koleksi buku cetak atau koleksi digital sesuai dengan kebutuhan
pemustakanya. Jenis perpustakaan ada berbagai macam salah satunya adalah
perpustakaan perguruan tinggi.
Perpustakaan perguruan tinggi sebagai sebuah institusi, tentunya
memiliki tujuan untuk berkembang ke arah yang lebih baik, terutama dalam
hal memenuhi kebutuhan masyarakat akademik yang dilayaninya.1Senada
dengan hal tersebut perpustakaan perguruan tinggi adalah sebagai penyedia
jasa pelayanan informasi yang meliputi pengumpulan, pelestarian,
pengolahan, pemanfaatan dan penyebaran informasi sehingga dapat
dimanfaatkan pengguna, penyediaan fasilitas yang mendukung dalam
memenuhi kebutuhan informasi civitas akademika, pemberian berbagai jasa
informasi serta pengembangan mutu perguruan tinggi2.
Perpustakaan perguruan tinggi adalah perpustakaan yang berada di
lingkungan perguruan tinggi atau sekolah tinggi, akademik, dan pendidikan
1 Paulus, Suparmo. “Menggagas Kualitas Perpustakaan Perguruan Tinggi” Artikel diakses pada 14 Januari 2014 dari http://www.pnri.go.id/MajalahOnlineAdd.aspx?id=256
2“Perpustakaan Perguruan Tinggi: Pedoman, Pengelolaan dan Standarisasi.” Artikel diakses pada 20 Mei 2014 dari http://duniaperpustakaan.com/14/09/2013/perpustakaan-perguruan-tinggi-pedoman-pengelolaan-dan-standardisasi/
tinggi lainnya yang pada hakikatnya merupakan bagian integral dari suatu
perguruan tinggi.3
Perpustakaan perguruan tinggi adalah perpustakaan yang dikelola oleh
perguruan tinggi. Tujuan diselenggarakannya perpustakaan perguruan tinggi
adalah untuk mendukung, serta mempertinggi kualitas pelaksanaan program
kegiatan perguruan tinggi melalui pelayanan informasi yang meliputi aspek–
aspek pengumpulan Informasi, pengolahan Informasi, pemanfaatan Informasi
penyebaran Informasi.4
Adapun definisi lain perpustakaan perguruan tinggi adalah
perpustakaan yang didirikan di lingkungan lembaga pendidikan tinggi untuk
mendukung proses belajar mengajar mahasiswa dan tenaga akademis yang
koleksinya terdiri dari buku-buku pelajaran atau buku teks dan bahan pustaka
dan informasi yang mendukung proses belajar mengajar para mahasiswa dan
tenaga akademis.5
Perpustakaan perguruan tinggi adalah perpustakaan yang memberikan
layanan kepada seluruh civitas akademika perguruan tinggi, yang terdiri atas
mahasiswa, dosen peneliti, guru besar, pimpinan, serta seluruh staf
administrasi dan akademika.6 Atau bisa disebut sebagai user atau pemustaka.7
Atau secara sederhana menurut Sulistyo Basuki perpustakaan
perguruan tinggi adalah perpustakaan yang terdapat pada perguruan tinggi,
3 Abdul Rahman Saleh, Materi Pokok Manajemen Perpsutakaan Perguruan Tinggi, (Jakarta: Universitas Terbuka, 1995), h. 17.
4 Noerhayati Soedibyo, Pengelolaan Perpustakaan, (Bandung: Penerbit Alumni, 1987), h. 22.
5 Hernandono, Perpustakaan dan Kepustakawanan, (Jakarta: Universitas Terbuka, 1999), h. 18.
badan bawahannya, maupun lembaga yang berafiliasi dengan perguruan
tinggi, dengan tujuan utama membantu perguruan tinggi mencapai tujuannya.8
Perpustakaan perguruan tinggi merupakan Unit Pelaksana Teknis
perguruan tinggi yang bersama-sama dengan unit lain turut melaksanakan Tri
Dharma Perguruan Tinggi dengan cara memilih, menghimpun, mengolah,
merawat dan melayankan sumber informasi kepada lembaga induk pada
khususnya dan masyarakat pada umumnya.9 Seperti yang tercantum dalam
Undang – Undang Republik Indonesia No. 43 Tahun 2007 pasal 24 ayat 1
tentang keberadaaan perpustakaan perguruan tinggi yang berbunyi “Setiap
perguruan tinggi menyelengarakan perpustakaan yang memenuhi standar
nasional perpustakaan dengan memperhatikan standar nasional pendidikan”.10
Standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan kriteria minimal
tentang ruang belajar, tempat berolahraga, tempat beribadah, perpustakaan,
laboratorium, bengkel kerja, tempat bermain, tempat berekreasi, serta sumber
belajar lain, yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran, termasuk
penggunaan teknologi informasi dan komunikasi.11
Berdasarkan beberapa definisi di atas peneliti dapat menyimpulkan
bahwa perpustakaan perguruan tinggi adalah perpustakaan yang
diselenggarakan oleh perguruan tinggi atau sekolah tinggi serta lembaga
artikel diakses pada tanggal 10 juni 2011 dari http://wwwfiles.Perpusnas. Go.id/homepage folders/activities/highlight/ruu
pendidikan tinggi lainnya untuk mendukung proses belajar mengajar
mahasiswa dan tenaga akademis serta turut mendukung tri dharma perguruan
tinggi yaitu untuk bertujuan mendukung pendidikan, penelitian serta
pengabdian kepada masyarakat. Koleksinya pun sesuai dengan
kebutuhan-kebutuhan dari pemustakanya, khusus mahasiswa dan tenaga akademis.
2. Tujuan Perpustakaan Perguruan Tinggi
Tujuan diselenggarakannya perpustakaan perguruan tinggi adalah
untuk mendukung, mempelancar serta mempertinggi kualitas pelaksanaan
program kegiatan perguruan tinggi melalui pelayanan informasi yang meliputi
aspek – aspek:
a. Pengumpulan Informasi
b. Pengolahan Informasi
c. Pemanfaatan Informasi Penyebaran Informasi12
Menurut Sulistyo-Basuki tujuan perpustakaan perguruan tinggi
adalah sebagai berikut:
a. Memenuhi keperluan informasi masyarakat perguruan tinggi, lazimnya
staff pengajar, mahasiswa, tetapi sering termasuk tenaga administrasi.
b. Menyediakan bahan pustaka rujukan pada semua tingkatan akademisi
(S1, S2, S3 dan pengajar).
c. Menyediakan ruangan belajar untuk pemakai perpustakaan.
d. Menyediakan jasa peminjaman yang tepat guna bagi setiap pemakai
perpustakaan
e. Menyediakan jasa informasi aktif yang tidak saja terbatas pada
lingkungan perguruan tinggi setempat, tetapi juga ke lembaga lain
(industri lokal).13
3. Fungsi dan Tugas Perpustakaan Perguruan Tinggi
Pada prinsipnya fungsi perpustakaan perguruan tinggi adalah
menunjang Tri Dharma Perguruan Tinggi, yaitu pendidikan dan pengajaran,
penelitian serta pengabdian masyarakat.14
Fungsi perpustakaan yang lain disebutkan oleh Abdur Rahman Saleh
adalahsebagai sumber belajar, walaupun bukan satu-satunya sumber nelajar
karena masih ada sumber belajar lain seperti dosen dan lain-lain.15
Fungsi perpustakaan perguruan tinggi yang lain menyebutkan terbagi
menjadi lima bagian, berdasarkan dengan standard nasional Indonesia fungsi
perpustakaan perguruan tinggi terbagi menjadi lima bagian yaitu:
1. Lembaga pengelola sumber-sumber informasi
2. Lembaga pelayanan dan pendayagunaan informasi
3. Wahana rekreasi berbasis ilmu pengetahuan
4. Lembaga pendukung pendidikan (pencerdas bangsa)
5. Lembaga pelestari khasanah budaya bangsa. Dalam Surat Keputusan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 0103/o/1981 menyatakan
perpustakaan perguruan tinggi berfungsi sebagai pusat kegiatan
13Sulistyo-basuki, Pengantar Ilmu Perpustakaan (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1999), hal. 40.
14 Hernandono, Strategi dan Pemikiran Perpustakaan (Jakarta: Sagung Seto, 2001), hal. 189
belajar-mengajar, pusat penelitian dan pusat informasi bagi
pelaksanaan tri dharma perguruan tinggi.16
Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi,
komunikasi dan budaya serta peningkatan kebutuhan pemustaka maka fungsi
perpustakaan perguruan tinggi dikembangkan lebih rinci sebagai berikut
:
1. Studying Center, artinya bahwa perpustakaan merupakan pusat belajar
maksudnya dapat dipakai untuk menunjang belajar mendapatkan
informasi sesuai dengan kebutuhan dalam jenjang pendidikan
2. Learning Center, artinya berfungsi sebagai pusat pembelajaran (tidak
hanya belajar) maksudnya bahwa keberadaan perpustakaan di
fungsikan sebagai tempat untuk mendukung proses belajar dan
mengajar. Undang-undang No 2 tentang pendidikan Tahun 1989 Pasal
35: Perpustakaan harus ada di setiap satuan pendidikan yang
merupakan sumber belajar.
3. Research Center, hal ini dimaksudkan bahwa perpustakaan dapat
dipergunakan sebagai pusat informasi untuk mendapatkan bahan atau
data atau nformasi untuk menunjang dalam melakukan penelitian.
4. Information Resources Center, maksudnya bahwa melalui
perpustakaan segala macam dan jenis informasi dapat diperoleh karena
fungsinya sebagai pusat sumber informasi.
5. Preservation of Knowledge center, bahwa fungsi perpustakaan juga
sebagai pusat pelestari ilmu pengetahuan sebagai hasil karya dan
standarisasi-perpustakaan-perguruan-tinggi-tulisan bangsa yang disimpan baik sebagai koleksi deposit, local
content atau grey literatur
6. Dissemination of Information Center, bahwa fungsi perpustakaan tidak
hanya mengumpulkan, pengolah, melayankan atau melestarikan
namun juga berfungsi dalam menyebarluaskan atau mempromosikan
informasi.
7. Dissemination of Knowledge Center, bahwa disamping
menyebarluaskan informasi perpustakaan juga berfungsi untuk
menyebarluaskan pengetahuan (terutama untuk pengetahuan baru)17.
Namun fungsi perpustakaan perguruan tinggi yang peneliti simpulkan
dari beberapa buku yang peneliti baca, bahwa perpustakaan perguruan tinggi
merupakan unsur penunjang perguruan tinggi dalam kegiatan pendidikan,
penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.
Dalam rangka menunjang kegiatan tri dharma tersebut, maka
perpustakaan diberi beberapa fungsi di antaranya :
a. Edukasi, perpustakaan merupakan sumber belajar para civitas
akademika, oleh karena itu perpustakaan harus mampu mendukung
pencapaian tujuan menyediakan bahan pembelajaran setiap program
studi, koleksi tentang strategi belajar mengajar dan materi pendukung
pelaksana evaluasi pembelajaran.
b. Informasi, perpustakaan merupakan sumber informasi yang mudah
diakses oleh pencari dan pengguna informasi.
standarisasi-perpustakaan-perguruan-tinggi-c. Riset, perpustakaan mempersiapkan bahan-bahan primer dan sekunder
yang paling mutakhir sebagai bahan untuk melakukan penelitian dan
pengkajian ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
d. Rekreasi, perpustakaan harus menyediakan koleksi rekreatif yang
bermakna untuk membangun dan mengembangkan kreativitas, minat
dan daya inovasi pengguna perpustakaan.
e. Publikasi, perpustakaan selayaknya juga membantu melakukan
publikasi karya yang dihasilkan oleh warga perguruan tingginya yakni
civitas akademika dan staf non-akademik.
f. Deposit perpustakaan menjadi pusat deposit untuk seluruh karya dan
pengetahuan yang dihasilkan oleh warga perguruan tingginya.
g. Interpretasi perpustakaan sudah seharusnya melakukan kajian dan
memberikan nilai tambah terhadap sumber-sumber informasi yang
dimilikinya untuk membantu pengguna dalam melakukan
dharmanya.18
Untuk mencapai tujuan perpustakaan perguruan tinggi yang telah
disebutkan di atas maka perpustakaan perguruan tinggi mempunyai
tugas-tugas sebagai berikut :
a. Menyediakan dan mengolah bahan pustaka untuk memenuhi
kebutuhan informasi masyarakat perguruan tinggi seperti mahasiswa,
staff pengajar, dan mungkin juga pegawai perguruan tinggi lainnya.
b. Memberikan layanan penguna seperti yang suah dilakukan dan
pendayagunaan bahan pustaka bagi masyarakat perguruan tinggi.
c. Menyediakan bahan pustaka dan layanan referensi pada semua
tingkatan akademis dari mahasiswa yang baru masuk hingga mahaiswa
pasca sarjana hingga para pengajar.
d. Menyediakan ruang belajar untuk pemakai perpustakaan.
e. Menyediakan jasa peminjaman bagi seluruh pemakai perpustakaan
(pemustaka/ anggota perpustakaan)
f. Menyediakan jasa informasi aktif baik kepada para pemakai di
lingkungan perguruan tinggi maupun kepada masyarakat di luar
perguruan tinggi seperti kepada masyarakat industri dan lainnya.19
Selain itu perpustakaan perguruan tinggi mempunyai tugas untuk
memberikan layanan informasi untuk kegiatan belajar mengajar, penelitian,
dan pengabdian kepada masyarakat dalam rangka melaksanakan tri dharma
pendidikan.20
B. Pengertian dan Fungsi layanan Sirkulasi
Layanan merupakan semua jenis kegiatan yang dilaksanakan dengan
melakukan hubungan secara langsung maupun tidak langsung dengan pemakai
perpustakaan. Layanan merupakan tujuan akhir yang ingin dicapai oleh setiap
perpustakaan.21
Menurut Lasa layanan sirkulasi merupakan suatu pekerjaan tugas, seksi
maupun bagian di perpustakaan yang berhubungan dengan pemanfaatan koleksi.22
19 Abdur Rahman Saleh, Materi Pokok Manajemen Perpustakaan Perguruan Tinggi, (Jakarta : Universitas Terbuka, 1995), h. 18.
20 Mudjito, Pembinaan Minat Baca, (Jakarta : Universitas Terbuka, 2001), h. 8. 21 Kosam Rimbarawa, Aksentuasi Perpustakaan dan Pustakawan, (Jakarta: Ikatan Pustakawan Indonesia Pengurus Daerah DKI Jakarta, 2006), h. 121 – 122
Pelayanan sirkulasi atau pelayanan peminjaman bahan pustaka merupakan
unsur penting dalam kegiatan perpustakaan. Robert menyebutkan bahwa bagian
sirkulasi merupakan inti utama dari pelayanan publik yang ada di perpustakaan. 23
Betapapun besar koleksi yang dimiliki sebuah perpustakaan kalau sirkulasi dan
pemakainya tidak lancar atau sedikit saja yang memanfaatkannya, maka kecil atau
sedikit arti dari perpustakaan tersebut. Tetapi sebaliknya jika kegiatan yang
dilakukan oleh bagian sirkulasi aktif dan lancar, maka perpustakaan tersebut boleh
dikatakan baik.24
Pelayanan sirkulasi adalah kegiatan kerja yang berupa memberikan
bantuan kepada pemakai perpustakaan dalam proses peminjaman dan
pengembalian bahan pustaka.25 Di sini bisa dikatakan terdapat adanya kegiatan
yang berhubungan dengan sistem peminjaman, pengembalian dan tata tertib.
Untuk memberikan itu semua petugas layanan harus bias bersikap professional.
Untuk layanan perpustakaan dituntut adanya sikap professional dari petugas
perpustakaan atau pustakawan.26
Fungsi pelayanan sirkulasi adalah sebagai berikut :
a. Pengawasan pintu masuk dan keluar perpustakaan.
b. Pendaftaran anggota, perpanjangan keangotaan, dan pengunduran diri
anggota perpustakaan.
c. Peminjaman, pengembalian, dan perpanjangan waktu peminjaman.
23 Robert ad. Laeigh, Chairman, Columbia University in Library Service, (New York: Columbia University Press, 1956) hal. 219
24 Karmidi Martoadmodjo, Pelayanan Bahan Pustaka, (Jakarta: Universitas Terbuka, 1993), h. 37.
25 Soeatminah, Perpustakaan, Kepustakaan dan pustakawan, ( Yogyakarta: Kanisius, 1992), h. 138.
d. Pengurus keterlambatan pengembalian koleksi yang dipinjam seperti
denda.
e. Pengeluaran surat peringatan bagi buku yang belum dikembalikan
pada waktunya dan surat bebas pustaka.
f. Penugasan yang berkaitan dengan peminjaman buku, khusus buku
hilang atau rusak.
g. Pertanggung jawaban atas segala berkas peminjaman.
h. Pembuatan statistik pemijaman berupa statistik anggota yang
memperbaharui keangotaanya, anggota baru, anggota yang
mengundurkan diri, pengunjung perpustakaan, statistik, peminjaman,
statistik jumlah buku yang dipinjam, statistik peminjaman buku
berdasarkan subyek, dan jumlah buku yang masuk daftar tandon.
i. Peminjaman antar perpustakaan.
j. Pengawasan urusan penitipan tas, jas atau mantel milik pengunjung
perpustakaan.
k. Penugasan lainya terutama yang berkaitan dengan pemijaman. 27
Bisa diambil kesimpulan pelayanan sirkulasi merupakan satu dari
pelayanan pemakai perpustakaan yang aktivitasnya berhubungan dengan transaksi
yaitu peminjaman dan pengembalian bahan pustaka baik tercetak atau berbentuk
lainnya yang dimiliki oleh perpustakaan, di mana aktivitasnya tidak sendiri,
melainkan kesatuan dari pelayanan perpustakaan secara keseluruhan melalui
beberapa fungsi dari pelayanan sirkulasi seperti dijelaskan di atas. Seperti yang
dikatakan Kosam Rimbarawa bahwa pelayanan dalam perpustakaan adalah
merupakan ujung tombak suksesnya sebuah perpustakaan.28
Kegunaan beberapa teori di atas untuk memahami pengertian dan fungsi
layanan sirkulasi yang baik di bagian layanan sirkulasi.
C. Sistem Layanan Sirkulasi
Ada dua macam sistem layanan sirkulasi yang dilakukan oleh
perpustakaan yaitu
1. Sistem terbuka (Open Access)
Sistem ini memberikan kebebasan kepada pemakai untuk memasuki
ruangan koleksi dan memilih sendiri buku dari rak sesuai selera dan kebutuhan
pemakai. Petugas hanya mengawasi dari kejauhan dan mencatat peminjaman
dan pengembalian.29
Kelebihan dari sistem terbuka adalah adalah sebagai berikut :
a. Pemakai memperoleh kebebasan dalam memilih bahan pustaka
yang ada di rak.
b. Dengan melihat dan memeriksa buku secara bebas dapat
menimbulkan daya rangsang untuk membaca.
c. Jika buku yang diinginkan tidak ada, maka dapat langsung memilih
yang lain.
d. Lebih menyenangkan melihat-lihat buku secara langsung dalam
bentuk fisik buku dari pada langsung menuju katalog/OPAC.30
Kelemahan dari sistem terbuka adalah sebagai berikut :
28 Kosam Rimbarawa, Aksentuasi Perpustakaan dan Pustakawan, h. 32.
a. Pemakai sering salah mengembalikkan buku ke rak, karena tidak
tahu cara menyusunnya sehingga susunan buku sering banyak yang
rusak.
b. Kebebasan sering disalahgunakan sehingga banyak buku yang
hilang.
c. Pengawas atau petugas perpustakaan harus sering-sering
mengawasi atau mengontrol para pemakai31
2. Sistem pelayanan tertutup (close accsess)
Dengan sistem tertutup pemakai tidak diperbolehkan memasuki ruang
koleksi bahan pustaka, jika pemakai ingin meminjam bahan pustaka maka
dapat melalui katalog dengan menulis nomor panggil buku, judul, dan
pengarang terlebih dahulu lalu petugas yang mencarikan atau dapat memesan
lewat petugas. Pada sistem ini susunan buku terpisah dengan ruang baca
sehingga diperlukan petugas yang mengambil dan mengembalikan buku.32
Kelebihan sistem tertutup adalah sebagai berikut :
a. Susunan/letak buku dalam rak dapat terpelihara dan rapi karena ada
petugas yang mengerjakannya.
b. Kehilangan buku dari rak dapat ditekan sekecil mungkin dengan
memberi slip-slip bagi buku yang sedang dipinjam.
c. Pengontrolan buku lebih mudah dilakukan oleh petugas.
d. Tidak diperlukan petugas khusus yang mengawasi pengunjung
yang masuk dan keluar ruang koleksi.33
31 Ibid., h. 35.
Kelemahan sistem tertutup sebagai berikut :
a. Kebebasan melihat dan memilih buku tidak ada, memilih harus
lewat katalog.
b. Memilih lewat katalog kurang memberi kesenangan dan kepuasan.
c. Memilih katalog terkadang mengecewakan/tidak mengenai sasaran
sesuai kebutuhan atau terkadang buku yang dipinjam tidak ada
yang sebaiknya digunakan untuk perpustakaan perguruan tinggi.
D. Peraturan dan Tata Tertib
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, peraturan adalah tatanan
(petunjuk, kaidah, ketentuan) yang dibuat untuk mengatur, sedangkan tata tertib
adalah aturan.35 Peraturan dan tata tertib suatu kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan, karena dibuat untuk mengatur kegiatan pelayanan perpustakaan.
Peraturan ataupun tata tertib harus dibuat secara tertulis dan disosialisasikan agar
dapat diketahui oleh penguna perpustakaan.
Peraturan dan tata tertib pengunaan perpustakaan disusun secara singkat
dan jelas, sehinga para penguna yang terdiri dari civitas akademik dapat dengan
mudah membacanya.
34Ibid., h. 27.
Ketentuan-ketentuan yang dapat dicantumkan dalam peraturan pengunaan
Pengertian burnout menurut Jonathon R.B. Halbesleben burnout adalah
respon psikologis saat bekerja, stres yang ditandai dengan emosional,
depersonalisasi, dan perasaan penurunan prestasi pribadi.37 Maksud dari
pengertian di atas adalah burnout bisa terjadi saat psikologis atau keadaan
seseorang merespon stres yang ditandai dengan emosi, mengalami
depersonalisasi hingga penurunan prestasi atas pribadinya sendiri.
Depersonalisasi adalah proses penyeimbang antara tuntutan pekerjaan dengan
kemampuan individu. Hal ini bias berupa sikap sinis terhadap orang-orang yang
berada dalam lingkup pekerjaan dan kecenderungan untuk menarik diri dalam
bekerja. Perilaku tersebut diperlihatkan sebagai upaya melindungi diri dari
perasaan kecewa, karena penderitanya menggangap bahwa dengan berperilaku
seperti itu, maka mereka akan aman dan terhindar dari ketidakpastian dalam
pekerjaan.38
Sedangkan menurut Kamus Psikologi yang ditulis Andrew M. Colman
burnout an acuate stress disorder or reaction characterized by exhaustion
resulting from overworks, with anxiety, fatigue, insomnia, depression, and
impairment in work performance. Maksud dari pengertian di atas, burnout adalah
gangguan stres atau reaksi ditandai dengan kelelahan akibat bekerja, dengan
kecemasan, kelelahan, insomnia, depresi, dan penurunan kinerja.39
Burnout adalah adalah sindrom kelelahan emosional dan sinisme saat
melakukan pekerjaan, sering terjadi pada individu-individu yang melakukan
beberapa jenis pekerjaan.40 Sedangkan menurut Yunan burnout secara esensial
adalah hasil dari interaksi yang tidak menguntungkan antara pemberi layanan jasa
dengan penerima layanan yang membutuhkan.41
Berdasarkan beberapa teori di atas dapat disimpulkan yang dimaksudkan
dengan burnout adalah suatu kondisi atau keadaan seseorang yang mengalami
ganguan stres hingga berupa kelelahan, kecemasan, hingga mengalami penurunan
kinerja.
38Zasyatin Rizka, “Sikap Terhadap Pengembangan Karir dengan BurnoutPada Karyawan” Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan, Vol. 01, No. 02, (Agustus 2013): h. 265.
39 Andrew M. Colman, Dictionary of Psychology (New York: Oxford University Press, 2001), h. 105.
40 Christina Maslach, The measurement of experienced: Journal of Occupational Behavior Vol. 2, (November 1981) h. 99.
F. Penyebab Burnout
Penyebab burnout dapat terjadi karena 2 faktor yaitu faktor situasional dan
faktor individual. Di dalam faktor situasional terdapat karakteristik pekerjaan,
karakteristik jabatan, dan karakteristik organisasi. Sedangkan di dalam faktor
individual terdapat karakteristik demografis, karakteristik kepribadian, dan sikap
kerja.42 Demografis menurut Hudson Horizon merupakan informasi statistik dan
karakteristik yang membedakan sekelompok orang.43
Selain itu menurut Maslach sumber utama timbulnya burnout adalah
karnea adanya stress yang berkembang secara akumulatif akibat keterlibatan
pemberi dan penerima layanan dalam jangka panjang44 .
Berikut penjelasan dari faktor-faktor tersebut :
a. Faktor Lingkungan Perpustakaan
Faktor-faktor yang mempengaruhi burnout di perpustakaan, di antaranya
adalah :
1. Interaksi dengan pengguna
Petugas dituntut untuk membantu dan memandu pengguna dalam proses
temu kembali informasi. Petugas dituntut untuk tetap bersikap sabar, serta
tetap tenang dan efektif ketika dihadapkan pada permintaan informasi yang
sulit tetapi harus segera disajikan kepada pengguna. 45
2. Konflik Peran
42 Ranny Hardiyanti, Burnout Ditinjau Dari Big Five Personality Pada Karyawan Kantor Pos Malang: Journal Ilmiah Psikologi Terapan Vol. 01, No.02, (Agustus 2013) h. 230.
Faktor penting dari konflik peran merupakan pemicu terhadap burnout.
Pertama adalah karena staf perpustakaan merasa kurang cocok dengan
pekerjaanya dan yang kedua adalah konflik antara nilai-nilai individu dan
tuntutan pekerjaan.46
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa konflik peran terjadi
pada staf perpustakaan yang bekerja dengan multi pekerjaan, tidak hanya satu
jenis pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya melainkan banyak
pekerjaan yang harus dia selesaikan. Hal ini menyebabkan staf perpustakaan
merasa terbebani yang mengakibatkan staf perpustakaan mengalami stress
yang berujung pada burnout.
3. Kurangnya Imbalan
Imbalan akan mempengaruhi pemberian layanan47.
b. Faktor Personal
Ada lima penyebab dalam individu yang dapat menyebabkan burnout, di
antaranya adalah:
1. Jenis Kelamin
Jenis kelamin merupakan salah satu karakteristik demografis yang
berhubungan dengan burnout.48
2. Status Perkawinan
Status perkawinan juga berpengaruh terhadap timbulnya burnout.
Profesional yang berstatus lajang lebih banyak mengalami burnout daripada
46Utami Haryadi, “Burnout Pada Pustakawan” , Perpustakaan dan Informasi dalam Konteks Budaya UI, (Februari 2006) : h. 41.
47Zasyatin Rizka, “Sikap Terhadap Pengembangan Karir Dengan Burnout Pada Karyawan,” Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan, no. 02 (Agustus 2013): h. 265.
yang telah menikah. Jika dibandingkan antara seseorang yang memiliki anak
dan yang tidak memiliki anak, maka seseorang yang memiliki anak
cenderung mengalami tingkat burnout yang lebih rendah. Alasannya adalah:
1) seseorang yang telah berkeluarga pada umumnya cenderung berusia
lebih tua, stabil, dan matang secara psikologis,
2) keterlibatan dengan keluarga dan anak dapat mempersiapkan mental
seseorang dalam menghadapi masalah pribadi dan konflik emosional,
3) kasih sayang dan dukungan sosial dari keluarga dapat membantu
seseorang dalam mengatasi tuntutan emosional dalam pekerjaan, dan
4) seseorang yang telah berkeluarga memiliki pandangan yang lebih
realistis.49
3. Usia
Maslach, dalam Caputo, menemukan hubungan yang jelas antara usia
dan burnout. Orang yang berusia muda memiliki kemungkinan lebih besar
dari pada orang yang berusia lebih tua. Lamanya seseorang bekerja di
tempat kerja juga merupakan faktor yang menentukan kerentanan terhadap
burnout. orang-orang dengan pengalaman kerja yang lebih sedikit rentan
terhadap burnout, tetapi usia seseorang menjadi faktor yang lebih penting
dari pada senioritas di tempat kerja tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa
peningkatan pengalaman hidup membuat individu memiliki kemampuan
yang lebih besar untuk mengatasi tekanan yang mengarah pada burnout.50
49Utami Haryadi, “Burnout Pada Pustakawan” , Perpustakaan dan Informasi dalam Konteks Budaya UI, (Februari 2006) : h. 60.
4. Pendidikan
Maslach dalam Caputo menemukan bahwa orang dengan empat
tahun kuliah (sarjana) merupakan yang paling beresiko burnout, diikuti oleh
individu dengan tingkat pendidikan pasca sarjana. Mereka yang
berpendidikan di bawah sarjana memiliki resiko terkena burnout lebih
sedikit. Hal ini dikarenakan beban kerja yang diemban juga tidak sama.
Smith, Birch dan Marchant dalam Caputo menemukan bahwa staf
perpustakaan yang berpotensi terkena burnout adalah mereka yang memiliki
pendidikan pascasarjana. Orang yang memiliki pendidikan pascasarjana
dituntut untuk memberikan sumbangan pemikiran dalam berbagai hal, dan
dituntut untuk memiliki manajemen yang baik dalam sebuah perpustakaan.51
5. Jam Kerja
Berdasarkan penelitian Smith, Birch dan Marchant dalam Caputo staf
perpustakaan yang bekerja penuh waktu jauh lebih beresiko untuk burnout.
Penelitian ini menemukan hanya 4 sampai 14 persen dari staf perpustakaan
yang bekerja penuh waktu yang menghindari burnout sementara 23 sampai
25 persen dari staf perpustakaan yang bekerja penuh waktu mengalami
burnout. Maslach dalam Hariyadi berpendapat bahwa timbulnya burnout
adalah karena stress yang dialami secara akumulatif akibat keterlibatan staf
perpustakaan dengan pengguna perpustakaan dalam jangka panjang.52
51Ibid., h. 26.
Menurut Nathan M. Smith dan David T. Palmer pustakawan penuh
waktu ditemukan sedikit lebih berisiko untuk kelelahan emosional dan
depersonalisasi dibandingkan dengan mereka yang bekerja paruh waktu.53
Selain itu menurut Freuddenberg menerangkan burnout sebagai
keletihan fisik dan emosi disebabkan oleh permintaan yang berlebihan
kepada tenaga seorang individu.54
Berdasarkan definisi tersebut, burnout adalah kelelahan fisik, mental
dan emosional yang nantinya akan berdampak pada munculnya
depersonalisasi dan penurunan prestasi pada diri seseorang yang disebabkan
karena pekerjaan. Menurut Maslach, burnout mempunyai tiga dimensi yaitu :
a. Kelelahan
Kelelahan merupakan dimensi burnout yang ditandai dengan perasaan
letih berkepanjangan baik secara fisik (sakit kepala, flu, insomnia, dan
lain-lain), mental (merasa tidak bahagia, tidak berharga, rasa gagal, dan lain-lain-lain),
dan emosional (bosan, sedih, tertekan, dan lain-lain). Ketika mengalami
kelelahan, mereka akan merasakan energinya seperti terkuras habis dan ada
perasaan kosong yang tidak dapat diatasi lagi.
b. Depersonalisasi/Cynicism
Depersonalisasi adalah proses penyeimbang antara tuntutan pekerjaan
dengan kemampuan individu. Hal ini bisa berupa sikap sinis terhadap
orang-orang yang berada dalam lingkup pekerjaan dan kecenderungan untuk menarik
diri serta mengurangi keterlibatan diri dalam bekerja. Perilaku tersebut
53 Nathan M. Smith dan David T. Palmer, Reference Services Today: From Interview to Burnout (New York: The Haworth Press, 1978), h. 274.
54 Zulkarnain “Dampak Burnout Terhadap Kualitas Kehidupan Bekerja Pada Pekerja Public
diperlihatkan sebagai upaya melindungi diri dari perasaan kecewa, karena
penderitanya menganggap bahwa dengan berperilaku seperti itu, maka mereka
akan aman dan terhindar dari ketidakpastian dalam pekerjaan.
c. Rendahnya hasrat pencapaian prestasi diri
Biasanya ditandai dengan adanya perasaan tidak puas terhadap diri
sendiri, pekerjaan, bahkan terhadap kehidupan. Selain itu, mereka juga merasa
belum melakukan hal-hal yang bermanfaat dalam hidupnya, sehingga pada
akhirnya memicu timbulnya penilaian yang rendah terhadap kompetensi diri
dan pencapaian keberhasilan diri. Perasaan tidak berdaya, tidak lagi mampu
melakukan tugas dan menganggap tugas-tugas yang dibebankan terlalu
berlebihan sehingga tidak sanggup lagi menerima tugas yang baru pun
muncul. Mereka merasa bahwa dunia di luar dirinya menentang upaya untuk
melakukan perbaikan dan kemajuan sehingga kondisi tersebut akhirnya
membuat mereka merasa kehilangan kepercayaan terhadap kemampuannya
sendiri dan juga kehilangan kepercayaan dari orang lain akibat perilakunya.55
G. Gejala-Gejala Burnout
Secara rinci chemis disebut gejala-gejala burnout sebagai :
1. Resistensi kerja yang tinggi untuk pergi kerja setiap hari,
2. cepat marah dan sering kesal,
3. terdapat perasaan gagal dalam diri,
4. rasa bersalah dan menyalahkan,
5. keengganan dan ketidak berdayaan,
6. negatifisme,
7. isolasi dan penarikan diri,
8. perasaan capek dan lelah setiap hari,
9. sering memperhatikan jama saat bekerja,
10.sangat pegal setelah bekerja,
11.hilang perasaan positif terhadap klien,
12.menunda kontak dengan klien, (memutus kontak telepon dan
kunjungan kantor),
13.menyamaratakan klien,
14.tidak mampu menyimak apa yang dibicarakan klien,
15.merasa tidak mobile,
16.sinisme terhadap klien dan sikap saling menyalahkan,
17.gangguan sulit tidur,
18.menghindari diskusi mengenai pekerjaan bersama dengan rekan kerja,
19.asyik dengan diri sendiri,
20.mendukung perilaku mengontrol perilaku dengan menggunakan
bantuan medis (obat-obatan),
21.sering demam dan flu,
22.sering sakit kepala dan gangguan pencernaan,
23.kaku dalam berpikir dan resisten terhadap perubahan,
24.rasa curiga yang berlebihan dan paranoid,
25.penggunaan obat-obatan yang berlebihan,
27.sangat sering membolos.56
Menurut Audrey L. Canafi gejala burnout terbagi menjadi lima gejala,
yaitu :
1. Rekan kerja terasa mengganggu
Jika Anda menjadi rewel dan mudah marah saat menghadapi rekan
kerja yang biasanya memiliki hubungan akrab, kondisi tersebut barang kali
lebih dari sekadar dinamika antar pribadi yang terjadi.
2. Datang terlambat, pulang lebih awal
Anda biasanya selalu bangun pagi dengan perasaan cerah ceria dan
bersemangat menghadapi hari. Akan tetapi, saat ini setiap hari Anda
merasa enggan melangkahkan kaki menuju kantor. Di kantor pun, usai
makan siang Anda tidak dapat menahan diri untuk tidak melirik jam
tangan setiap beberapa menit, menghitung detik demi detik yang terasa
bergulir terlampau lamban hingga akhir hari.
3. Bersikap apatis
Anda yang selama ini selalu bersikap penuh antusias, berubah
menjadi apatis. Anda merasa kehilangan motivasi, merasa gagal, dan tidak
memiliki hasrat untuk menghadapi tantangan. Seseorang yang mengalami
kejenuhan biasanya kehilangan motivasi untuk melakukan sesuatu, serta
kehilangan kepedulian terhadap kebanggaan ketika berhasil menyelasaikan
suatu pekerjaan dengan baik.
4. Kehilangan hubungan dengan rekan kerja
Anda tidak lagi tertarik menjalin hubungan sosial dengan rekan
kerja di perusahaan tempat bekerja. Anda yang tadinya sering makan siang
bersama, hang out di waktu luang, serta berpartisipasi dalam berbagai
acara kantor, sekarang kehilangan minat bersosialisasi di dalam atau pun
di luar kantor.
5. Sakit fisik
Anda selalu merasa lelah, sakit kepala, otot tegang, serta
mengalami kesulitan tidur di malam hari. Tanda-tanda fisik ini merupakan
indikator umum stres akibat pekerjaan, dan dapat berubah menjadi
masalah fisik yang serius.57
H. Pengukuran Burnout
Burnout dapat diukur dengan mengunakan Maslach Burnout Inventory
(MBI). Alat ukur Maslach Burnout Inventory dapat digunakan untuk mengukur
level burnout para pekerja pemberi jasa termasuk di dalamnya pustakawan dengan
meminta mereka memilih jawaban yang paling mendekati dengan apa yang
mereka rasakan, dengan skala 1-10 yang berisi tingkat tidak setuju (=0) sampai
setuju (=10).
Rangkaian duapuluh dua pertanyaan di bawah ini diajukan kepada para
responden untuk mengetahui frekuensi terjadinya tiga aspek dari sindrom
“burnout” sebagaimana yang diidentifikasikan oleh maslach yaitu, kejenuhan fisik
(Pshysical Exhaustion = PE), kejenuhan emosional/depersonalisasi (Emotional
Exhaustion/Depersonalization = EE + DP) dan pencapaian diri/personal
(Personal Accomplishment = PA).
Dua puluh dua pernyataan dalam Maslach Burnout Inventory tersebut adalah sebagai
berikut:
1) Saya merasakan emosi saya terkuras karena pekerjaan (PE)
Tidak setuju 0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Setuju
2) Saya merasakan kelelahan fisik yang amat sangat di akhir hari kerja (PE)
Tidak setuju
4) Saya dengan mudah dapat memahami bagaimana perasaan klien tentang hal-hal ingin mereka penuhi dan mereka peroleh dari layanan yang saya berikan (PA) Tidak setuju
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Setuju
5) Saya merasa bahwa saya memperlakukan beberapa klien seolah mereka objek impersonal (EE/D)
Tidak setuju 0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Setuju
6) Menghadapi orang/klien dan bekerja untuk mereka seharian penuh membuat
saya “tertekan”
Tidak setuju 0
7) Saya bisa menjawab dan melayani klien saya dengan efektif. (PA) Tidak setuju
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Setuju
8) Saya merasa jenuh dan “burnout” karena pekerjaan saya (EE/D)
Tidak setuju 0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Setuju
8) Saya merasa memberikan pengaruh positif terhadap kehidupan orang lain melalui pekerjaan saya sebagai pemberi jasa (PA)
Tidak setuju 0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Setuju
9) Saya menjadi semakin “kaku” terhadap orang lain sejak saya bekerja sebagai pemberi jasa.(EE/D)
Tidak setuju 0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Setuju
10)Saya khawatir pekerjaan ini membuat saya “dingin” secara emosional (EE/D) Tidak setuju
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Setuju
11)Saya merasa sangat bersemangat dalam melakukan pekerjaan saya dan dalam menghadapi para klien saya (PA)
Tidak setuju 0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Setuju
13) Pekerjaan sebagai pemberi jasa membuat saya merasa frustasi (EE/D)
Tidak setuju 0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Setuju
Tidak setuju
16) Menghadapi dan bekerja secara langsung dengan orang menyebabkan saya stress (EE/D)
18) Saya merasa gembira setelah melakukan tugas saya untuk para klien secara langsung (PA)
20) Saya merasa seakan akan hidup dan karir saya tidak akan berubah (EE/D) Tidak setuju
0
21) Saya menghadapi masalah-masalah emosional dalam pekerjaan saya dengan tenang dan “kepala dingin” (PA)
Tidak setuju
Pengukuran tingkat burnout dibagi menjadi empat kategori berdasarkan
jumlah angka yang dihasilkan dari jawaban pertanyaan-pertanyaan di atas sebagai
berikut : Persentase jawaban yang diperoleh akan disamakan dengan level
Mashlac Burnout Inventory (MBI) dimana jawaban 1 (Tidak Pernah) berati pada
tingkatan 0-2 yang berati tingkatan ini menujukan bahwa staf perpustakaan
merasa cukup bahagia. Skor yang rendah adalah skor yang bagus, yang
menujukan staf perpustakaan dapat mengatasi stress dengan baik. Walaupun staf
perpustakaan mengalami stress, tetapi dia dapat mengelola stress dengan baik dan
dapat membuat hidupnya berimbang. Staf perpustakaan pada tingkatan ini tidak
akan mudah naik pitam, dan dapat menerima stress yang dialami dalam perjalanan
hidup.
Skor angka 2 (kadang-kadang), berada pada tingkatan 3-5 pada pada MBI.
Skor ini menujukan perlunya memonitor situasi yang dihadapi dan pengambilan
tindakan jika keadaan yang dihadapi lebih buruk. Walaupun tidak perlu diberi
peringatan, namun staf perpustakaan pada tingkatan ini perlu meluangkan waktu
untuk merefleksi tindakan yang telah diambil untuk mempertimbangkan penyebab
Skor angka 3 (sering), skor ini berada pada level 6-8 pada alat ukur MBI.
Dimana skor ini dinamakan dengan skor kuning. Staf perpustakaan pada tingkatan
ini cenderung panas. Ia sebaiknya berhenti sejenak dari kegiatan-kegiatannya
untuk menentukan prioritas kegiatan dan menghilangkan beberapa penyebab
stress. Staf perpustakaan pada tingkatan ini perlu pula memeriksa kesehatan,
meninjau kembali tujuan hidup, keseimbangan antara kerja dan hiburan, dan
system dukungan sosial yang dimilikinya (keluarga, teman dan jaringan sosial
lainnya).
Skor angka 4 (selalu), skor ini berada pada tingkatan 9-10 yang berati
sinyal merah pada alat ukur MBI. Staf perpustakaan yang mendapat skor pada
tingkatan ini sebaiknya segera berhenti untuk beristirahat dengan pekerjaannya.
Mereka membutuhkan konsultasi dan nasihat, baik medis maupun psikologis agar
terhindar dari kondisi kehilangan kendali. Perolehan skor tingkatan ini menujukan
bahwa staf perpustakaan sedang dalam tekanan stress berlebihan dalam waktu
yang terus menerus dan sudah cukup lama. Skor ini memerlukan tindakan
penanganan yang lebih serius.58
BAB III
PERPUSTAKAAN UIN JAKARTA
A. Perpustakaan Pusat UIN Jakarta
Pusat Perpustakaan UIN Jakarta merupakan peralihan nama dari
Perpustakaan Utama sesuai dengan ORTAKER (Organisasi Tata Kerja) baru
di lingkungan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun 2014. Sedangkan
Perpustakaan Utama itu sendiri dahulu juga merupakan peralihan nama dari
Perpustakaan IAIN Jakarta, yang didirikan seiring dengan berdirinya IAIN itu
sendiri, yaitu sejak berdirinya ADIA (Akademi Dinas Ilmu Agama) pada
tanggal 1 Juni 1957. Pada waktu itu kondisi perpustakaan masih sangat
sederhana, hanya terdiri dari satu ruangan dengan koleksi sebanyak 2000
eksemplar, dan hanya dikelola oleh seorang pegawai.
Pada tahun 1960-1964 perpustakaan IAIN dipimpin oleh Drs. A.
Syadali (beliau adalah Rektor IAIN tahun 1984-1993). Di bawah
kepemimpinannya perpustakaan sudah mulai dikelola secara lebih sistematis.
Pada periode tersebut, koleksi buku diklasifikasi menurut DDC (Dewey
Decimal Classification). Di samping itu sistem peminjaman juga sudah mulai
tertib, dan jumlah pegawainya ada 4 orang.
Tahun 1964-1971 perpustakaan IAIN dikepalai oleh Ny. Nabilah
Lubis, beliau adalah sarjana muda ilmu perpustakaan Universitas Cairo,
Mesir. Pada masanya Perpustakaan IAIN banyak menerima sumbangan buku
dari berbagai lembaga, khusunya kedutaan Mesir dan Saudi Arabia, sehingga
pada Januari 1969 jumlah koleksi menjadi 1.320 judul dan 10.999 eks buku,