• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pola pendayagunaan zakat Badan Daerah (Bazda) Kota Tangerang dalam mengentaskan kemiskinan di Kecamatan Cipondoh

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pola pendayagunaan zakat Badan Daerah (Bazda) Kota Tangerang dalam mengentaskan kemiskinan di Kecamatan Cipondoh"

Copied!
142
0
0

Teks penuh

(1)

DI KECAMATAN CIPONDOH

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I.)

' __ ,,,,

,,, _____ ,,,_,,_l

QZZ[[eヲセfGエNjウᄋイQ|セ\Nゥ|NZ|ゥGQ@ ャjGイOャNヲ|NQQセ@ \

tJH·"J S'\(,;\}·11[) .J/\V-./\Ffl A j

AMᄋᄋMMᄋMMᄋMMMMᄋMMᄋセMMᄋMMMMMᄋMMMセᄋMᄋBMG@

oャセィ@

SHOLAHUDDIN

セ]@

102054025802

JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIFHIDAYATULLAHJAKARTA

(2)

DI KECAMATAN CIPONDOH

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi untulc Memenuhi Syarat-syarat Mencapai

Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I.)

Oleh:

SHOLAHUDDIN

Nllvi:

102054025802

Di bawah Bimbingan;

Drs. Has uddin Ibnu Hibban, M.A.

NIP. 150.270.815

JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

(3)

MENGENTASKAN KEMISKINAN DI KECAMATAN CIPONDOH telah diujikan dalam siding munaqasyah Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 23 Juni 2008. Sk:ripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I.) pada Program Studi Pengembangan Masyarakat Islam.

Ciputat, 23 Juni 2008

Sidang Munaqasyah

-Drs. H. M ud Jalal, MA. NIP. 150.202.342

Penguji I,

Tantan Hermansyah, M.Si. NIP. 150.370.228

Pembimbing,

Sekretaris Merangkap Anggota,

D a. Sukrna eti NIP. 150.234.867

Penguji II,

Dra ati Nilamsari M.Si. NIP. 150.293.232

(4)

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata I di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN SyarifHidayatullah Jakarta

(5)

Tangerang dalam Mengentaskan Kemiskinan Di Kecamatan Cipondoh. Alasan penulis mengambil judul ini, karena penulis ingin lebih mengetahui tentang pola pendayagunaan zakat. Kerena zakat secara tidak langsung merupakan sumber dana yang potensial bagi suksesnya pembangunan ekonomi ummat khusunya ummat Islam. Dengan alasan demikian maka zakat harus dikelola dengan sungguh-sungguh dan dikembangan sebagaimana seharusnya menurut syariat Islam.

Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan masalah pendayagunaan zakat yang dilakukan oleh Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang dalam mengentaskan kemiskinan di Kecamatan Cipondoh. Untuk memperoleh gambaran yang tidak gamblang tentang hal tersebut diatas, melalui wawancara, dokumentasi dan observasi diketahui subjek utama adalah orang atau sekelompok orang yang dapat memberikan informasi representatif, mereka terdiri dari dewan pengurus, direktur dan karyawannya serta beberapa masyarakat yang telah diberdayakan oleh Badan Amil Zakat Daerah Kota Tangerang. Seadangkan yang menjadi objek penelitian ini yaitu bagaimana pendayagunaan zakat pada Badan Amil Zakat Daerah Kota Tangerang dalam upaya mengentaskan kemiskinan di Kecamatan Cipondoh.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif, yaitu penelitian yang bertujuan menggambarkan suatu sifat otentik. Sebagaimana telah penulis kemukakan bahwa untuk pengumpulan data, penulis menggunakan metode observasi, wawancara dan dokumentasi. Setelah data-data terkumpul kemudian mengambil kesimpulan.

(6)

memberikan Rahmat dan Karunia-Nya serta berbagai nikmat terutama nikmat sehat wal afiat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Dan tak luput seraya panjatkan shalawat serta salam kepada Sang idola seluruh wnmat yaitu Nabi Muhammad Saw, Beliaulah sosok yang tak pernah tergantikan dan cermin insan kamil. Beliau yang telah membimbing umatnya ke jalan yang diridhai oleh Allah Swt.

Penulis sangat menyadari dengan sepenuh hati dan mengingat akan jasa baik yang telah diberikan dari semua pihak yang telah membantu penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini, baik berupa materi dan in-materi. Maka penulis menyampaikan banyak terimakasih serta penghargaan yang tinggi kepada :

I. Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN SyarifHidayatullah

Jakarta

Bapak

Dr.

Murodi M.A, besertajajaranya.

2. lbunda Dra. Mahmudah Fitriah Z.A, M.Pd, Ketua Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam (PMI) Fakultas Dakwah dan Komunikasi U1N Syarif Hidayatullah

Jakarta

yang tak henti-henti menghimbau dan memotivasi penulis untuk segera menyelesaikan skripsi.
(7)

5. Bapak Drs. Hasanuddin lbnu Hibban, M.A, selaku pembimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini. Terimakasih atas luang waktu, bimbingan, kesabaran, pengarahan dan petunjuk-petunjuk yang berharga kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

6. Bapak/Ibu Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan kbazanah keilmuan kepada penulis sewaktu penulis berada di perkuliahan. Semoga ilmu yang engkau berikan bermanfaat.

7. Pimpinan dan segenap karyawan Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Dakwah dan Komunikasi yang telah memfasilitasi penulis dalam mencari bahan Jiteratur berkaitan dengan penulisan skripsi ini.

8. Staf BAZDA Kota Tangerang. Bapak Abdul Latief, SE dan Ir. Nur Tachlis, MM, lbu Sari, lbu Uli serta Camat Cipondoh Bapak Drs. H. Sachruddin dan staf kecamatan Cipondoh Kasie. Kemasyarakatan Bapak Asep Kusnadi yang telah banyak meluangkan waktunya dan memberikan informasi kepada penulis terkait tentang data yang penulis butuhkan guna penyusunan skripsi ini.

(8)

tali persaudaraan kalian dan semangat untuk menjadi yang terbaik karena kalian adalah penerus keluarga dan bangsa.

11. Keluarga besar 'Bani Arja' dan 'Barmawie' yang telah banyak memberikan penulis pembelajaran dalam hidup.

12. Anita Puspitasari atas motivasi dan kesetiannya menemani penulis baik dalam keadaan stabil dan Jabil. Penantianmu takkan ku sia-siakan.

ILMUso ... .

13. Sahabat-sahabat Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam (PMI) angkatan 2002. Akup, Ahmad Nabhani, Jajang Heriana, M. Andi Fakhri, Calim, A. Musthofa, Dd Keling, Suryadi, Imat Ruhimat, Trie, Ita, Aar, Mumun, Nuraini, Dede serta semua sahabat-sahabat sekelas. Mengenal kalian tak merugi dan menjadi sejarah hidup.

14. Kawan-kawan sepergerakan HMI Fakultas Dakwah dan Komunikasi, untuk penghuni Aula Insan Cita, khususnya Amay, Umar Kalake, , Rama, Samsupian, Suryadi, Mujahid, Uci. Rafi'i serta kawan-kawan yang lainnya. Semoga kita menjadi Insan Akademis, Pencinta, Pengabdi Y akin Usaha Sampai.

(9)

Pada akhimya hanya kepada Allah Swt semua amal baik tersebut penulis kembalikan, semoga Allah Swt membalas semua kebaikan mereka yang telah diberikan kepada penulis dengan balasan yang berlipat ganda. Semoga hasil penulisan skripsi

ini

bermanfaat dalam menambah wawasan khususnya bagi penulis pribadi dan umumnya bagi insan akademis yang bersedia membaca. Jazakumullah Khairan Kastiraan

Amien Yarobbal Alamien

(10)

DAFf AR ISi ... vi

DAFf AR T ABEL ... ix

BABI BAB II PENDAHULUAN A .. Latar Belakang Masalah . . . 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 8

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 9

D. Metodologi Penelitian . . . ... 10

E. Tinjauan Pustaka ... 14

F. Sistematika Penulisan ... 17

TINJAUAN TEORITIS TENTANGPOLAPENDAYAGUNAAN,ZAKAT BAZDA DAN PENGENTASAN KEMISKINAN A. Pola Pendayagunaan 1. Pengertian Pendayagunaan . . . .. 19

2. Re-interpretasi Makna Pendayagunaan . . . ... 19

3. Pola Pendayagunaan ... 20

B. Zakat 1. Pengertian Zakat ... 22

2. Jenis-jenis Zakat ... 23

3. Mustahik Zakat ... 24

C. Badan Amil Zakat Daerah 1. Pengertian Badan Amil Zakat Daerah ... 27

2. Dasar Pembentukan ... 28

3. Fungsi Badan Amil Zakat Daerah ... 29

(11)

BABIIl

[image:11.524.73.445.111.639.2]

BAB IV

GAMBARAN UMUM BADAN AMIL ZAKAT DAERAH (BAZDA) KOTA TANGERANG DAN KECAMATAN CIPONDOH

A. Baclan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang 1. Sejarah Berdirinya Baclan Amil Zakat Daerah

(BAZDA) Kota Tangerang ... 52

2. Visi clan Misi Baclan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang ... 53

3. Sruktur clan Manajemen Baclan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang ... 54

4. Program-program Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang ... 67

5. Kiprah Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang dalam Pengembangan Masyarakat ... 70

B. Kecamatan Cipondoh 1. Letak Geografis ... 73

2. Jumlah Penduduk ... 75

3. Peta Sosial Ekonomi Kecamatan Cipondoh ... 77

4. Peta Kemiskinan Kecamatan Cipondoh ... 79

5. Upaya-upaya Pengentasan Kemiskinan . . . ...• 80

POLA PENDAYAGUNAAN ZAKAT BADAN AMIL ZAKAT DAERAH (BAZDA) KOTA TANGERANG

DALAM MENGENTASKAN KEMISKINAN

A. Pola Pendayagunaan Zakat Badan Amil Zakat Daerah

(12)

A. Kesimpulan ... 107 B. Saran-saran ... 108

(13)

2. Tabel 2 Status Kewarganegaraan Kecamatan Cipondoh ... 76 3. Tabel.3 Jumlah Penduduk Berdasarkan Angkatan Kerja ... 78 4. Tabel 4 Peta Kemiskinan Kecamatan Cipondoh ... 79 5. Tabel 5 Daftar Penerima Bantuan Modal Bergulir

Kecamatan Cipondoh 2007 ... 91 6. Tabel 6 Daftar Penerima Bantuan Peminjaman Modal Usaha

(14)

ft©fl[,Jtl{

(15)

A. Latar Belakang Masalab

Kemiskinan itu adalah persoalan yang sudah tua, setua usia manusia itu sendiri, namun kini masih tetap menjadi persoalan, bahkan menjadi tantangan, baik di negara-negara maju yang sudah maju, lebih-lebih di negara yang sedang berkembang. Termasuk negara Republik Indonesia yang kita cintai ini.

Setiap negara dan bangsa yang menjunjung azas-azas prikemanusiaan, tentu tidak akan membiarkan kemiskinan merajalela, karena ia merupakan musub besar bagi pembangunan bangsa dan negara, bahkan kalau tidak segera diatasi, ia akan meruntubkan sendi-sendi moral dan akblak bangsa, yang berarti habislah riwayat bangsa itu.

(16)

penduduk (over population), akan tetapi karena persoalan distribusi pendapatan dan akses ekonomi yang tidak adil diakibatkan tatanan sosial yang buruk serta rendalmya rasa kesetiakawanan di antara sesama anggota masyarakat.1

Problematika sosial yang paling serius saat ini ialah masalah kemiskinan, sebab kemiskinan dapat memicu timbulnya konflik dan sesuai dengan ajaran Islam kemiskinan dapat mendekatkan kepada kekufuran. Meningkatnya tindak kejahatan seperti pencurian, perampokan, dan sebagainya akhir-akhir ini adalah akibat dari kondisi sosial masyarakat yang sangat rendah sehingga mereka menghalalkan segala cara demi kelangsungan hidup mereka. Oleh sebab itu untuk meredam berkembangnya konflik, meningkatnya tindakan kekerasan dalam masyarakat dan membebaskan masyarakat dari kekufuran serta meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat, maka kemiskinan

harus

sesegera mungkin ditanggulangi.

Sesuai dengan hadist Rasulullah Saw :

Artinya ; "Hampir-hampir kemiskinan itu menjadikan seseorang kufar." (H. R.

Abu Nu'aim).

(17)

altematif bagi pemecahan persoalan yang kini menimpa golongan fakir miskin ini adalah melalui optimalisasi dana zakat di Indonesia.

Banyaknya golongan fakir rniskin, kaum gelandangan dan penganguran yang harus segera ditanggulangi, karena dituntut oleh Undang-undang Dasar

(UUD) 1945. sesuai dengan Dasar Negara Republik Indonesia, yaitu Pancasila dan sesuai dengan ketentuan Pasal 29 UUD 1945, maka pemerintah mempunyai tugas kewajiban untuk memberikan bimbingan dan bantuan dalam memperlancar

usaha pembangunan agama sesuai dengan ajaran agama masing-masing, termasuk mengatur segala sesuatu yang berhubungan dengan soal-soal agama Islam, mencaknp masalah pengelolaan zakat. 2

Salah satu syari'at Islam yang menjadi sumber dana kegiatan masyarakat dalam upaya menanggulagi masalah-masalah sosial, pengentasan kerniskinan, dan pemberdayaan ekonorni umat adalah zakat. Konsepsi Islam tentang zakat tidak hanya mencaknp dimensi ibadah tetapi juga dimensi sosial. Dari sisi sosial, zakat

dapat digali, dikembangkan dan didayagunakan sebagai solusi dan altematif utama pemecahan pengentasan kerniskinan, menanggulangi masalah-masalah sosial, dan pemberdayaan ekonorni umat.

Secara ekonorni, zakat dapat berfungsi sebagai salah satu instrumen untuk mengentaskan kerniskinan, memeratakan pendapatan dan mempersempit kesenjangan antara kelompok kaya dan rniskin,3 sehingga terciptanya suatu masyarakat yang harmonis.

2

Sjechul Hadi Permono, Pemerintah Republik lndanesia sebagai Pengelola Zakat,

(18)

Islam pantas memperoleh penghargaan, bukan hanya karena dapat membangun nilai-nilai yang luhur dan membangun watak yang merupakan sendi dasar bagi tegaknya peradaban manusia. Hal ini dilaksanakan Islam dengan pengumpulan dana yang disebut dengan zakat agar harta kekayaan tidak hanya beredar di kalangan tertentu, dan sekaligus sebagai sarana untuk meningkatkan kesejahteraan secara menyeluruh.4

Zakat pada dasarnya merupakan tatanan sosial yang dimiliki Islam, yang merniliki dampak sangat besar dalam memperkecil kesenjangan antara si kaya dan si rniskin, karena dalam konsep Islam harta tidak sepenuhnya ia rniliki, tetapi ada hak orang-orang lain pada harta yang di kuasainya, karena itu hak-hak tersebut harus di berikan setiap waktu sesuai dengan ketentuan syari'at.

Dengan dernikian, jika syari'at Islam tentang zakat ini dilaknkan seluruh umat Islam, maka kerniskinan di kalangan umat Islam akan dapat di kurangi, bahkan mungkin dapat dihapuskan. 5 Sayangnya, kesadaran sosial umat Islam untuk menunaikan zakat dirasa masih sangat kurang. Ini karena Perhatian umat Islam lebih tertuju kepada ibadah-ibadah lain, semacam shalat, puasa, dan haji. Pandangan umum masyarakat hampir semuanya mengatakan pentingnya ibadah-ibadah tersebut, tetapi zakat pada umumnya mendapatkan posisi yang lebih kecil.

Lemalmya kesadaran masyarakat untuk membayar zakat juga disebabkan oleh beberapa ha! diantaranya adalah masalah kepercayaan terhadap proses pengelolaan zakat. Secara tradisional masyarakat sebenarnya telah memulai

4 Maulana Muhammad Ali, lslamologi, (Jakarta: PT.1khtiar l3aru Van

lioeve, 1991), ii.

(19)

menunaikan zakat, infak dan sedekahnya dilingkungan masing-masing. Dan

tentunya, zakat itu dikelola secara tradisional, artinya dikumpulkan kepada Kyai, dan diserahkan kepada mustahiknya menurut ijtihad Kyai tersebut.

Menurut ajaran Islam, zakat sebenarnya dipungut oleh negara atau pemerintah yang bertindak sebagai wakil fakir miskin untuk memperoleh sebagian haknya yang ada pada harta orang-orang kaya. 6

Oleh karena itu maka pemerintah membuat Undang-undang Nomor 38 tahun 1998 tentang pengelolaan zakat, di tambah dengan Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 373 tahun 2003 tentang pelaksanaan Undang-undang No.38 tahun 1998, maka kuatlah pemerintah sebagai wakil fakir miskin melalui lembaga zakat yang legitimasi oleh pemerintah.

Disinilah, perlunya lembaga pengelola zakat didirikan dan salah satunya adalah Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang sebagai lembaga pengelola zakat dari pemerintah, dimana zakat yang terkumpul dari masyarakat itu bisa di manfaatkan dengan sebaik-baiknya. Dan lembaga ini pula yang bertanggungjawab terhadap proses pengumpulan dan pendistribusian serta pendayagunaan zakat.

(20)

bagaimanapun, mempunyai aparat yang cukup lengkap dan sarana serta prasarana yang memadai, sehingga menjadi pendapat dan kecenderungan umum babwa pemerintab yang menjadi titik sentral dalam proses pengelolaan zakat. 7

Keterlibatan pemerintab dalam persoalan zakat, terdapat pada Q.S. At-Taubab :

103.

Artinya : " Ambilah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketentraman bagi mereka dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. "(Q.S. At-Taubab: 103).

Masalab penting yang harus di perhatikan dalam permasalab zakat ini adalab masalab pendistribusian dan pendayagunaan zakat, mengingat selama ini pendistribusian zakat kepada fakir miskin sebagian besar masih bersifat sporadis dan konsumtif belaka, yakni untuk pemenuhan kebutuhan sesaat tetapi setelah itu mereka tetap tergolong fakir miskin, pa<labal visi zakat adalab mengubab mustahik menjadi muzakki atau dengan kata lain mengubab kebiasaan menerima dengan kebiasaan memberi.

(21)

dan jumlah penduduk 1.488.666 jiwa.8 Dari jumlah penduduk tersebut terdapat penduduk yang kurang mampu atau miskin sebanyak 242 ribu jiwa atau 58 KK (Kepala Keluarga). Hal ini yang membuat Kota Tangerang semakin padat dengan penduduk yang heterogen, sehingga bertambah pula jumlah orang miskin. Jika kemiskinan tidak segera terpecahkan, maka dampaknya terhadap kehidupan sosial politik dan ekonomi sangat terasa. Tentu kita masih ingat, betapa akibat menurunnya daya beli masyarakat akibat krisis ekonomi pada tahun 1998 akibatnya justru memunculkan gejolak sosial politik yang begitu luar biasa yang pada akhirnya berkembang menjadi tindakan anarkhisme di mana-mana. Tentu kita tidak menginginkan hal-hal seperti itu terjadi dan terulang kembali di tengah perekonomian yang sedang membutuhkan energi barn untuk menata kembali roda kehidupannya.

(22)

memuaskan. Hal ini dikarenakan bantuan yang diberikan bersifat caritas (santunan) saja, maka melihat ini pihak Kecamatan Cipondoh memberikan bantuan kepada masyarakat yang kurang mampu dengan memberi bantuan yang bersifat konsumtif dan produktif dari dana zakat BAZ Kecamatan Cipondoh yang bekerjasama dengan BAZDA Kota Tangerang.

Dengan dana zakat ini diharapkan dapat sedikit-banyak membantu pemerintah dalam mengentaskan kerniskinan. Sebab kalau di tinjau lebih dalam zakat memang merupakan sarana yang efektif bagi penanggulangan kerniskinan sepanjang pola yang digunakan seperti; pengelolaan dan pendayagunaannya dilaksanakan secara profesional. Oleh sebab itu Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang lebih memfokuskan program kerja pendayagunaan kepada masalah kerniskinan.

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penulis ingin menguraikan lebih lanjut yang ditulis dalam bentuk skripsi yang diberi judul : "POLA PENDAYAGUNAAN ZAKAT BADAN AMIL ZAKAT DAERAH

(BAZDA) KOTA TANGERANG DALAM MENGENTASKAN

KEMISKINAN DI KECAMATAN CIPONDOH."

B. Pembatasan dan Pemmusan Masalah

(23)

Penulis merumuskan permasalahan pada hal-hal yang tidak terlalu luas, agar pembahasan tidak melebar. Permasalahan yang akan difokuskan dan dibahas dalam skripsi ini, secara sederhana dapat disimpulkan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:

I. Bagaimana pola pendayagunaan zakat yang dilakukan Badan Amil Zak.at Daerah (BAZDA) Kota Tangerang dalam mengentaskan kemiskinan di Kecamatan Cipondoh?

2. Apakah pola pendayagunaan zakat Badan Amil Zak.at Daerah (BAZDA) Kota Tangerang dapat mengentaskan kemiskinan di Kecamatan Cipondoh?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian a. Tujuan Penelitian

I. Untuk mengetahui bagaimana pola pendayagunaan yang dilakukan Badan Amil Zak.at Daerah (BAZDA) Kota Tangerang dalam mengentaskan kemiskinan di Kecamatan Cipondoh.

2. Untuk mengetahui apakah pola pendayagunaan zakat Badan Amil Zak.at Daerah (BAZDA) Kota Tangerang dapat inengentaskan kemiskinan di Kecamatan Cipondoh.

b. Manfaat Penelitian 1. Secara Akademis

(24)

b) Untuk memperkaya atau menambah wawasan dan khazanah keilmuan penulis tentang pola pendayagunaan dana zakat sebagai pengembang masyarakat.

2. Secara Praktis

a) Memberikan masukan bagi perkembangan studi pengembang masyarakat Islam, khususnya mengenai upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

b) Untuk menggambarkan kinerja Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang, penelitian ini diharapkan memberikan masukan kepada Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang dan menjadikan parameter dalam menjalankan tugas-tugas selanjutnya.

D. Metodologi Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, karena penulis bermaksud untuk meneliti secara mendalam. Bogdan dan Taylor mendefinisikan pendekatan kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptifberupa kata-kata tertulis atau tulisan dari orang-orang atau perilaku yang diamati secara langsung.9 2. Metode

Dalam penelitian ini metode yang peneliti gunakan adalah :

(25)

-a. Wawancara

Wawancara adalah percakapan yang dilakukan secara mendalam yang diarahkan pada masalah tertentu dengan tujuan tertentu dan dengan

bertanya langsung dengan responden, baik komunitas sasaran atau pihak pelaksana. Wawancara itu dilakukan oleh dua pihak yaitu pewancara yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara, yang memberikan jawaban atau pertanyaan yang diajukan. Wawancara itu sendiri dilakukan secara langsung terhadap penerima bantuan dari Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang.

b. Observasi

Observasi adalah usaha untuk memperoleh dan mengumpulkan data dengan melakukan pengamatan terhadap suatu kegiatan secara akurat, serta mencatat fenomena yang muncul dan mempertimbangkan hubungan antar aspek dalam fenomena tersebut.

c. Dokumentasi

Peneliti mengumpulkan, membaca dan mempelajari berbagai

berbentuk data tertulis (buku-buku, dokumen) yang terdapat

di

BAZDA Kota Tangerang, Kecamatan Cipondoh, Perpustakaan dan Sumber-sumber tertulis lainnya.

3. Jenis Penelitian

(26)

kutipan-kutipan data untuk memberikan garnbaran penyajian tersebut. Data tersebut berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan atau memo dan catatan resmi lainnya.10

4. Tempat dan Waktu

Penulis mengarnbil Penelitian ini pada Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang yang berdomisili di Jl.Jenderal Ahmad Yani

No.08 Kota Tangerang dan Kecarnatan Cipondoh yang beralarnatkan di JI.KR. Hasyim Ashari Cipondoh - Kota Tangerang 15148. Waktu penelitian dirnulai pada bulan Febrnari sampai dengan bulan Juni 2008.

ッョセvェェカセ@

5. Teknik pセセ。ョ@ Subjek Penelitian

Sesuai dengan karakteristik penelitian knalitatif, dalam memilih

セN・LNN@

セ[セエGBG@

イ・セ・ャャ@ ·mi dipilih secara sengaja, setelah sebelumnya membuat

tripologi (ideal) individu dalam masyarakat, yang penting disini bukan jumlah responden khususnya, melainkan potensi tiap kasus untuk memberikan pemahaman teoritis yang lebih baik mengenai aspek yang dipelajari.

Berdasarkan pada konteks tersebut, maka penulis memilih responden sebagai berikut :

(27)

mengenai harapan penerima bantuan terhadap BAZDA Kota Tangerang dalam program pengentasan kemisk:inan.

6. Keabsahan Data

Teknik keabsahan data dalam penelitian ini memiliki kriteria, yaitu : I) Kredibilitas (derajat kepercayaan)

Kredibilitas yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain, ha! ini dapat dicapai denganjalan: a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara,

misalnya untuk mengetahui perasaan penerima bantuan ketika menerima bantuan.

b. Membandingkan keadaan dan persfektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang

Jain,

misalnya peneliti membandingkanjawaban yang diberikan kepada pengurus dan staf BAZDA Kota Tangerang dengan penerima bantuan.

c. Membandingkan hasil wawancara dengan hasil doknmen yang berkaitan, masalah yang yang diajukan peneliti memanfaatkan doknmen atau data sebagai bahan perbandingan.

2) Ketekunan atau keajengan pengamatan

(28)

3) Kepastian dan teknik pemeriksaan audit kepastian

Auditor dalam ha! ini adalah dosen pembimbing. Disini pemastian bahwa sesuatu itu adalah objektif atau tidak bergantung pada persetujuan beberapa orang terhadap pandangan. Pendapatan dan penemuan seseorang dapatlah dikatakan bahwa pengalaman seseorang itu subjektif, sedangkan jika disepakati oleh beberapa orang barulah dapat dikatakan objektif.

7. Teknik Analisa Data

Dalam menganalisa data penelitian ini, penulis akan menggunakan analisis deskriptif, dengan menggunakan proses induktif. Menurut Lexy J. Moleong, "analisis ini lebih merupakan pembentukan abstraksi berdasarkan bagian-bagian yang telah dikumpulkan, kemudian dikelompokan." Jadi penyususan teori ini berasal dari bawah ke atas, yaitu sejumlah bagian yang banyak data dikumpulkan dan saling berhubungan.11

E. Tinjauan Pustaka

(29)

diketahui bahwa apa yang penulis teliti sekarang tidak sama dengan penelitian dari skripsi-skripsi terdahulu dan buku-buku yang telah diterbitkan.

Oleh karena itu, Wltuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan seperti menduplikasi hasil karya orang lain, maka penulis perlu mempertegas perbedaan antara masing-masing judul skripsi dan buku dengan yang akan penulis bahas, yaitu sebagai berikut :

1. "Pola Pendayagunaan Dana Zakat pada Badan Amil Zakat Daerah

(BAZDA) Kota Tangerang dalam Upaya Pemberdayaan Usaha Elwnomi

Lemak " Skripsi ini disusWl oleh Abdul Fikri, mahasiswa Fakultas Dakwah dan KomWlikasi Jurusan Manajemen Dakwah Universitas UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahWl 2007. Skripsi berisikan tentang: Pemberdayaan usaha ekonomi lemah serta kontribusi Badan Amil Zakat Daerah Kota Tangerang dalam pemberdayaan usaha ekonomi lemah. 2. "Pola Pendayagunaan Zakat BMI' ATTIA dalam Pemberdayaan Elwnomi

Masyarakat di Kelurahan Mekarsari Cimanggis Depok. " Pada tahun 2007, disusun oleh mahasiswi Fakultas Dakwah dan KomWlikasi Jurusan Manajemen Dakwah Universitas UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Skripsi

ini berisikan tentang: Fiqih dan manajemen pendayagllilaan zakat BMT ATTIA serta kontribusi BMT ATTIA terhadap pemberdayaan ekonomi masyarakat di Kelurahan Mekarsari.

(30)

l. "Reinterpretasi Pendayagunaan ZIS." Karangan Masdar F. Mas'udi (et.al). buku ini memuat persoalan dan pemikiran dalam ha! pendayagnnaan zakat dari para ulama dan praktisi zakat yang ada di Indonesia, bagaimana pandangan seputar pendayagnnaan zakat menurut mereka dari berbagai aspek. Akan tetapi menitikberatkan kemungkinan

dan kelayakan ZIS untuk program-program non-charity (penyantunan),

seperti; advokasi kebijakan, pemberdayaan perempuan, pelestarian lingkungan dan sebagainya.

2. "Pengelolaan Zakat oleh Negara untuk Memerangi Kemiskinan. " Karangan

Drs.

H. Djamal Doa, buku ini memuat persoalan urgensi zakat dikelola oleh Negara, manfaat zakat dikelola oleh Negara, intitusi atau lembaga serta syarat-syarat menjadi amil, dan perbedaan zakat dengan pajak.

Berbeda dengan karya-karya ilrniah diatas, bahwa penelitian yang akan penulis lakukan berjudul "Pola Pendayagunaan Zakat Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang dalam Mengentaskan Kemiskinan di Kecamatan

(31)

Demikan perbedaan pokok bahasan atau materi antara penulis dengan

skripsi dan buku tersebut.

F. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan penulisan skripsi ini dalam menguraikan dan menganalisa yang akan dibahas dan sekaligus agar pembaca dapat memahami uraian selanjutnya, maka penulis membuat sistematika penulisan dalam beberapa bab, yaitu:

BAB I, berisi tentang Pendahuluan, yang terdiri dari : Latar Belakang Masalab, Pembatasan dan Perumusan Masalab, Tujuan dan Kegunaan Penelitian, Tinjauan Pustaka, Metodologi Penelitian, dan Sistematika Penulisan.

BAB II, berisi tentang Tinjauan Teoritis tentang Pola Pendayagunaan, Zakat, BAZDA dan Pengentasan Kemiskinan, yang terdiri dari : Pola Pendayagunaan yang terdiri dari : Pengertian Pendayagunaan, Re-interpretasi Makna Pendayagunaan, Pola Pendayagunaan. Zakat yang terdiri dari Pengertian Zakat, Jenis-jenis, Mustahik Zakat. Badan Amil Zakat Daerah yang terdiri dari: Pengertian Badan Amil Zakat Daerab, Dasar Pembentukan, Fungsi Badan Amil

Zakat Daerah, Perkembangan Badan Amil Zakat Daerah. Kemiskinan yang terdiri dari : Pengertian Kemiskinan, Faktor Kemiskinan dan Penanggulangan Kemiskinan.

(32)

Misi, Struktur dan Manajemen, Program-program, dan Kiprah BAZDA Kota Tangerang dalam Pengembangan Masyarakat. Kecamatan Cipondoh yang terdiri dari : Letak Geogra:fis, Jumlah Penduduk, Peta Ekonomi Kecamatan Cipondoh, Peta Kemiskiuan Kecamatan Cipondoh, dan Upaya-upaya Pengentasan Kemiskinan.

BAB IV, berisi tentang, Pola Pendayagunaan Zakat Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang dalam Mengentaskan Kemiskiuan, yang terdiri dari : Pola Pendayagunaan Zakat Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang, Hasil-hasil di Lapangan dan Analisis.

(33)

PENGENTASAN KEMISKINAN

A. Pola Pendayagunaan

1. Pengertian Pendayagunaan

Kata pendayagunaan berasal dari kata "daya" yang artinya kemampuan untuk melakukan sesuatu atau tindakan dan kata "guna" yang berarti manfaat, adapun pengertian pendayagunaan sendiri menurut kamus besar bahasa Indonesia:

a. Pengusahaan agar mampu mendatangkan basil dan manfaat.

b. Pengusahaan (tenaga dan sebagainya) agar mampu menjalankan tugas dengan baik.1

Beberapa usaha atau kegiatan yang saling berkaitan dalam mengusahakan dan menciptakan tujuan tertentu dari penggunaan (tenaga dan sebagainya) secara baik, tepat dan terarah sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

Dari Pengertian pendayagunaan maka penulis dapat menyimpulkan bahwa pendayagunaan adalah cara atau usaha mendatangkan basil dan manfaat yang lebih besar dan lebih baik.

2. Re-interpretasi Makna Pendayagunaan

(34)

didampingkan dengan kata zakat maka akan lebih terarah dengan yang akan dilakukan, karena zakat harus di dayagunakan baik yang bersifat konsumtif

maupun yang bersifat produktif.

Adapun pendayagunaan zakat berarti usaha atau kegiatan yang saling berkaitan dalam menciptakan tujuan tertentu dari penggunaan hasil zakat secara baik, tepat dan terarah sesuai dengan tujuan zakat itu disyari'atkan.2

Pada masa lalu zakat hanya diberikan bagi orang yang berhak secara charity atau bersifat konsumtif semata, namun dengan adanya perkembangan zaman maka zakat di

berikan

bukan saja bersifat konsumtif akan tetapi didayagunakan yang lebih bersifat produktif agar para mustahik dapat merubah dirinya menjadi muzakki. Pendayagunaan zakat membutuhkan keilmuan, keterampilan dan keseriusan tersendiri. Pendayagunaan yang baik maka akan mendapatkan hasil yang baik pula.

3. Pola Pendayagunaan

Kata "pola" dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia artinya Sistem; cara kerja, bentuk (struktur/yang tetap).3 Sedangkan "pendayagunaan" adalah pengusahaan agar mampu mendatangkan hasil atau pengusahaan (tenaga dan sebagainya) agar mampu menjalankan tugas dengan baik. 4

Pembicaraan tentang sistem atau pola pendayagunaan berarti membicarakan beberapa usaha atau kegiatan yang saling berkaitan dalam menciptakan tujuan tertentu dari

hasil

secara baik, tepat dan terarah.

2

(35)

Pola pendayagunaan zakat BAZDA Kota Tangerang yaitu menggunakan dana zakat, infak dan shadaqah yang sudah terkumpul yang kemudian dipetakan sesuai dengan skala prioritas terkait program yang akan dijalani setelah melihat kebutuhan mustahik. Eksitensi dari pendayagunaan zakat yang dilakukan oleh BAZDA Kota Tangerang agar para kaum mustahik bisa mandiri, sehingga tidak selalu ketergantungan atau juga dapat dikatakan merubah hidup kaum mustahik (tidak mampu) menjadi muzakki (mampu).

Pola pendayagunaan mempunyai ciri-ciri dan unsur-unsur pokok sebagai berikut:

1. Mempunyai tujuan yang hendak dicapai 2. Mempunyai wadah kegiatan yang terorganisir

3. Aktifitas yang dilakukan terrencana, berkelanjutan serta harus sesuai dengan kebutuhan dan sumberdaya setempat

4. Ada tindakan bersama dan terpadu dari berbagai aspek yang terkait 5. Ada perubahan sikap pada masyarakat selama tahap-tahap pemberdayaan 6. Menekankan pada peningkatan partisipasi masyarakat dalam ekonomi

terutama dalam wirausaha. 5

(36)

kedudukan antara shalat dan zakat adalah sebanding bagi setiap muslim yang mukallaf

2. Jenis-jenis Zakat

Secara umum zakat terbagi menjadi dua: pertama, zakat yang berhubungan dengan badan atau raga manusia yang disebut zakat fitrah. Kedua, zakat yang berhubungan dengan harta atau zakat ma/. Dalarn penulisan ini, lebih memfokuskan mengenai kajian zakat ma/ yang telah mengalami perkembangan pada perekonomian modem dalarn artian bisa didayagunakan yang bersifat produktif dari dana zakat ma! yang terkumpul, sehingga dengan demikian hanya sedikit membahas tentang zakat fitrah.

Zakat fitrah, merupakan kewajiban yang harus dilakukan oleh setiap muslim yang mempunyai kelebihan dari na1kah. Zakat fitrah diberikan kepada yang berhak berupa beras senilai 2.5 liter. Hal ini dilaksanakan sesudah umat muslim melakukan ibadah puasa ramadhan sebulan penuh dan batas waktu mengeluarkan zakatnya maksimal sebelum khatib turun dari mirnbar pada hari

Raya I' dul Fitri, sebagai tanda syukur seorang makhluk kepada Allah karena telah selesai menunaikan ibadah puasa. Selain untuk menggembirakan hati

fakir

miskin pada hari Raya I' dul Fitri, zakat fitrah dimaksudkan untuk menyuci bersihkan dosa-dosa kecil yang mungkin ada ketika melaksanakan puasa Rarnadhan.
(37)

Unclang-undang No.38 tahun 1999 dalam penjelasan pasal 11, zakat ma/ adalah bagian harta yang disisihkan oleh seorang muslim atau badan dengan ketentuan agama untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya.

Pada zakat mal inilah akan dielaborasi tentang pendayagunaan dari dana zakat tersebut clan termasuk infak clan shadaqah yang dapat ditumbuhkembangkan dari hasil dana yang terkumpul.

3. Mustahik Zakat

Sesuai dengan Firman Allah Swt, bahwa zakat diberikan kepada delapan ashnaf (golongan) :

Artinya : "Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untukjalan Allah dan orang.orang yang sedang dalam peljalanan, sebagai sesuatu ketetapan yang diwajibkan Allah; dan A!lah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana." (Q.S. At-Taubah : 60).

a. Golongan Fakir

(38)

perkembangan zaman, budak dalam arti harfiyah seperti pada masa pra-Islam mungkin sudah tidak ada lagi, tetapi perbudakan dalam bentuk lain masih banyak maka alokasi dana zakat pada sektor ini, diberikan untuk menolong buruh-buruh agar lebih berdaya.

f

Golongan Gharim

Gharim adalah orang yang berhutang bukan untuk keperluan maksiat seperti hutang untuk menafkahi dirinya, anak-anak dan istrinya serta hamba sahaya miliknya.

g. Fisabilillah

Fisabilillah adalah sarana untuk menuju ridha Allah dalam semua kepentingan bagi umat Islam secara umum, untuk menegakkan agama dan negara, bukan untuk keperluan pribadi yang tujuannya untuk kebaikan serta kemaslahatan orang banyak.

h.

Ibnu sabil

Yang dimaksud ibnu sabil adalah musafir, orang yang bepergianjauh dan kehabisan bekal dalam berpergian dengan maksud baik, misalnya menuntut ilmu,

(39)

C. Badan Amil Zakat Daerah

1. Pengertian Badan Amil Zakat Daerah

Badan Amil Zakat Daerah atau yang disingkat dengan BAZDA merupakan bagian dari struktur Badan Amil Zakat (BAZ) secara keseluruhan. Badan Amil Zakat (BAZ) merupakan pergantian nama dari BAZIS (Badan Amil Zakat, Infaq, dan Shadaqah). Mengenai pengertian BAZDA tidak jauh berbeda dengan Badan Amil Zakat (BAZ) atau BAZIS namun dispesifikasikan pada daerahnya.

BAZIS (Badan Amil Zakat, Infaq, dan Shadaqah) mempunyai pengertian lembaga swadaya masyarakat yang mengelola penerimaan, pengumpulan, penyaluran dan pemanfaatan zakat, infaq, dan shadaqah secara berdaya guna dan

berhasil guna. Pengertian

ini

tercantum dalam Surat Keputusan Bersama (SKB) Menteri Dalam Negeri dan Menteri Agama Nomor 29 tahun 1991/47 tahun 1991 tentang pembinaan badan amil zakat, infaq, dan shadaqah pada Pasal 1.
(40)

Kalau kita melihat lebih tegas lagi dari pengertian kedua di atas antara SKB Menteri Dalam Negeri dan Menteri Agama serta UU Nomor 38 tahun 1999, tampak adanya perbedaan. Menurut SKB, BAZIS itu adalah lembaga swadaya masyarakat yang dibentuk oleh masyarakat; sedangkan menurut UU Nomor 38 tahun 1999, BAZIS itu dibentuk oleh Pemerintah. Untuk menengahi perbedaan persepsi itu, maka dalam UU Nomor 38 tahun 1999 Pasal 1 Ayat 2 selain badan amil zakat dilengkapi pula dengan lembaga amil zakat. Lembaga amil zakat ini

sama pengertiannya dengan BAZIS yang dikemukakan SKB. Dengan demikian, dalam struktur organisasi pengelolaan zakat menurut UU Nomor 38 tahun 1999 dibedakan antara badan amil zakat dengan lembaga amil zakat. Kalau badan amil zakat dibentuk oleh Pemerintah, sedangkan lembaga arnil zakat dibentuk atas prakarsa masyarakat.9

Namun demikian, kedua pengelola zakat itu memiliki tugas dan fungsi yang sama, yaitu mengumpulkan, mendistribusikan dan mendayagunakan harta zakat yang dikumpulkan oleh umat Islam. Jika mayoritas muslim menyadari kewajibannya dalam mengeluarkan zakat dan dikelola melalui lembaga-lembaga zakat maka akan menjadi sumber pendapatan nasional yang signifikan.

2. Dasar Pembentukan

(41)

pemerintah ber:fungsi sebagai fasilitator, koordinator, motivator dan regulator bagi pengelolaan zakat yang dilakukan oleh badan amil zakat.

Jadi dasar pembentukan Badan Amil Zakat (BAZ) diprakasi oleh pemerintah. Badan amil zakat ini mempunyai hirarki dari tingkat nasional, propinsi, kabupaten/kota dan sampai kecamatan. Adapun pembentukan badan amil zakat disesuaikan pada pemerintah setempat. Misalnya: BAZ Nasional dibentuk oleh Presiden atas usu! Menteri, BAZ Daerah Propinsi dibentnk oleh Gubernur atas usul Kepala Kantor Wilayah Departemen Daerah Propinsi, BAZ Daerah Kabupaten/Kota dibentnk oleh Bupati atau Wali Kota atas usul Kepala Kantor Departemen Kabupaten atau Kota dan BAZ Daerah Kecamatan dibentnk oleh Camat atas usul Kepala Kantor Urusan Agama Kecamatan.10

3. Fungsi Badan Amil Zakat Daerah

Badan Amil Zakat Daerah merupakan salah satu lembaga amil zakat yang dibentnk oleh pemerintah, adapun fungsi dari badan amil zakat itu sendiri yaitu sebagai berikut :

1. Mengumpulkan 2. Mengelola 3. Mendistribusikan 4. mendayagunakan.'1

(42)

Dengan demikian dana zakat yang telah dikumpulkan, dikelola, didistribusikan dan didayagunakan oleh badan amil zakat sepatutnya merubah nasib para mustahik menjadi para muzakki.

4. Struktur Badan Amil Zakat Daerah

Agar kinerja dapat berjalan secara optimal, maka dalam ha! ini pihak pemerintah telah membentuk suatu badan lembaga yang bertugas untuk mengumpulkan, mengelola, mendistribusikan, dan mendayagunakan daua zakat tersebut tepat sasaran yaitu badan amil zakat. Badan amil zakat ini dibentuk oleh pemerintah secara berjenjang dari pusat sampai ke daerah-daerah.

(43)

SUSUNAN HIERARKI BADAN AMIL ZAKAT

BAZ

Nasional

I

BAZ

Propinsi

I

BAZ

Kabupaten/Kota

I

I

I

BAZ

BAZ

Kecamatan Kecamatan

Adapun susunan struktur badan amil zakat daerah mempunyai susunan sebagai berikut :

l. Badan amil zakat terdiri atas dewan pertimbangan, komisi pengawas dan badan pelaksana.

2. Dewan pertimbangan meliputi unsur ketua, sekretaris dan anggota. 3. Komisi pengawas meliputi unsur ketua, sekretaris dan anggota.

(44)

5. Anggota pengurus badan amil zakat terdiri atas unsur masyarakat dan unsur pemerintab. Unsur masyarakat terdiri atas unsur ulama, katun cendikia, tokoh masyarakat, tenaga profesional dan lembaga pendidikan

yang terkait.

STURKTUR BADAN AMIL ZAKAT

DEWAN 1 - - - - BAD AN

.._

__________

KOMIS!

PERTIMBANGAN PELAKSANA PENGAWAS

ᄋセ@

KETUA KETUA

WAKJLKETUA WAKJLKETUA

KETUAUMUM KETUA!

BENDAHARA

-KETUAII セ@

SEKRETARJS SEKRETARlS l SEKRETARISil

SEKRETARIS SEKRETARIS

WKL SEKRET ARIS WKL SEKRETARIS

ANGGOTA ANGGOTA

30RANG 30RANG

i

i

i

i

KEPALA DIVIS! KEPALADMSI KEPALADIVJSI KEPALADMSI

PENGUMPULAN PEND!STRIBUSIAN PENDAYAGUNAAN PENGEMBANGAN

-

"'

.,

.,,

UPZ.UPZ STAF-STAF STAF·STAF STAF-STAF

.,,

.,,

.,,

..

(45)

Fungsi dan Tugas Pokok Pengurus Badan Amil Zakat a. Dewan Pertimbangan

1. Fungsi

Memberikan pertimbangan, fatwa, saran, dan rekomendasi kepada badan pelaksana dan komisi pengawas dalam pengelolaan badan amil zakat, meliputi aspek syari'ah dan aspek manajerial.

2. Tugas Pokok

a Memberikan garis-garis kebijakan umum badan amil zakat.

b. Mengesahkan rencana kerja dari badan pelaksana dan komisi pengawas. c. Mengeluarkan fatwa syari'ah baik diminta rnaupun tidak berkaitan dengan

hukum zakat yang wajib diikuti oleh pengurus badan amil zakat.

d. Memberikan pertimbangan, saran dan rekomendasi kepada badan pelaksana dan komisi pengawas baik diminta maupun tidak.

e. Memberikan persetujuan atas laporan tahunan hasil kerja badan pelaksana dan komisi pengawas.

f. Menunjuk akuntan publik. b. Komisi Pengawas

I. Fungsi

Sebagai pengawas internal lembaga atas operasional kegiatan yang dilaksanakan badan pelaksana

2. Tugas Pokok

(46)

b. Mengawasi pelaksanaan kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan dewan

pertimbangan.

c. Mengawasi operasional kegiatan yang dilaksanakan badan pelaksana, yang mencaknp pengumpulan, pendistribusian dan pendayagunaan.

d. Melaknkan pemeriksaan operasional dan pemeriksaan syari'ah. c. Badan Pelaksana

1. Fungsi

Sebagai pelaksana pengelolaan zakat 2. Tugas Pokok

a. Membuat rencana kerja.

b. Melaksanakan operasional pengelolaan zakat sesuai rencana kerja yang telah disahkan dan sesuai dengan kebijakan yang telah ditetapkan.

c. Menyusun laporan tahunan.

d. Menyampaikan laporan pertanggungjawaban kepada pemerintah.

e. Bertindak dan bertanggungjawab untuk dan atas badan amil zakat ke dalam maupun ke luar.

Diantara tugas-tugas penting di atas, ada lagi salah satu tugas penting lain dari lembaga pengelola zakat adalah melaknkan sosialisasi tentang zakat kepada masyarakat secara terus-menerus dan berkesinambungan melalui media cetak:, media audio dan visual, media khutbah jumat, majelis ta'lim, seminar, dan

(47)

5. Perkembangan Badan Amil Zakat Daerah

Syari'at zakat sudah dimulai semenjak Rasul-rasul sebelum Nabi Muhammad Saw akan tetapi menunjukan kewajiban pelaksanaannya secara actual action yang konkrit bentuk pengamalannya di tengah masyarakat yang beriman kepada Allah Swt barn pada masa kerasulan Muhammad Saw.

Hal tersebut di atas diawali pada masa periode Makkah, pada periode ini

mayarakat yang mau diajak untuk beragama Islam oleh Nabi Muhammad belum begitu banyak, barn beberapa saja Dengan kondisi demikian, datangnya perintah berzakat dari Allah Swt di Makkah belum ditentukan secara riil batas dan besarnya zakat.

Pada masa Makkah ini diduga keras bahwa Nabi sendirilah yang menjadi amil (petugas zakat) secara langsung yang memungut zakat

dari

orang-orang yang telah beriman. Akan tetapi zakat yang termaktub di dalam surat-surat yang turun di Makkah tidaklah sama dengan zakat yang diwajibkan di Madinah, dimana nisab dan besarnya sudah ditentukan, orang-orang yang mengumpulkan dan menyalurkannya sudah diatur serta negara yang bertanggungjawab mengelolanya. Pengelolaan zakat di Makkah tidak ditentukan batas dan besarnya, diserahkan saja kepada rasa iman, kemurahan hati dan perasaan tanggungjawab seseorang atas seseorang yang sama-sama beriman.12
(48)

mereka mengambil bentuk baru sesuai dengan perkembangan tersebut yaitu bentuk delimitasi bukan generalisasi, bentuk hukum-hukum yang mengikat bukan hanya pesan-pesan yang bersifat anjuran. Hal itu mengakibatkan penerapannya memerlukan kekuasaan di samping didasarkan atas perasaan iman tersebut.

Selanjutnya pada periode Madinah ini, dengan semakin berkembangnya Islam dan bertambahnya wilayah kekuasaan serta pengaruh agama Islam, maka Nabi Muhammad Saw menunjuk beberapa sahabat untuk membantu beliau di dalam beberapa tugas. Diantara tugas-tugas itu yang diembankan oleh sahabat-sahabat yang ditunjuk adalah sebagai sekretaris (katib), arnil (petugas pemungut zakat) dan sebagai qadhi (haldm). 13

Setiap wilayah yang dibagi dalam propinsi saat itu mempunyai seorang arnil. Saat itu konsentrasi pengumpulan zakat terpusat dalam arnil sendiri pada setiap propinsi dan hasil pengumpulan zakatnya juga didistribusikan untuk wilayah di mana zakat dikumpulkan. Tidak diketahui dengan jelas apakah zakat yang terkumpul dari setiap wilayah propinsi-propinsi dihimpunkan dalam satu wadah atau tidak.

Walaupun demikian pada periode Madinah sudah ada satu wadah sebagai ciri-ciri keusahaan yang lebih konkrit terhadap masalah zakat, yakni dengan adanya arnil-amil zakat yang ditunjuk langsung oleh Rasulullah.

(49)

benahi adalah pembangkangan sebagian kaum muslimin yang tidak mau menjalankan syari'at zakat. Orang-orang yang membangkang ini oleh Abu Bakar diperangi. Hal ini menunjukan keseriusan soal zakat dalam Islam, sehingga pemimpin Islam berhak untuk melakukan serangkaian tindakan yang bisa mengembangtumbuhkan sekaligus menyadarkan masyarakat akan pentingnya zakat. Beliau menegaskan : "Demi Allah, jika mereka enggan membayar seutas tali yang mengikat seekor unta, yakni apa yang patut mereka bayarkan kepada

Nabi, saya akan menyatakan perang terhadap mereka karena keengganan

mereka. 14 Pada periode Abu Bakar pelaksanaan penghimpunan zakat tetap sama polanya seperti pada zaman Rasulullah.

Setelah Abu Bakar wafat, maka sepeninggalanya kedudukan tersebut digantikan oleh Umar R.A .. Beliau terkenal dengan manuver-manuver ijtihadnya dalam menentukan suatu masalah terlebih-lebih yang bersinggungan dengan permasalahan umat. Pada masa beliau menjabat, beliau menerapkan suatu gagasan yang cemerlang yaitu dengan mendirikan suatu lembaga yang mengurusi keuangan negara sebagai penopang ekonomi di dalam kenegaraan, lembaga ini dikenal dengan Baitul Mal. Gagasan ini memang tidak muncul begitu saja dari Umar melainkan sudah diawali semenjak zaman Nabi Muhammad Saw, yakni kebiasaan Nabi Muhammad Saw mengumpulkan harta-harta yang didapat dari perang (al-Ghanimah) di masjid yang selanjutnya dibagi rata kepada seluruh tentara yang ikut perang.15

14

Afzaalurrahman, Doktrin Ekonomi Islam, (Y ogyakarta: PT. Dana Bhakti Wakaf, 1995),

(50)

Dengan adanya lembaga tersebut maim lebih luas jangkaunya dan lebih terorganisir. Hal ini terbukti dari unsur-unsur harta yang dikumpulkan di baitul ma!, yakni ghanimah, jizyah (pajak wajib non muslirn), urs, zakat dan sumber harta lainnya termasuk barang yang terkena pajak eksport dan import pada masa Umar.16

Dibawah baitul ma! inilah, zakat mengalami perkembangan dengan pola dan sistem yang ditentukan oleh negara melalui amil-amil zakat yang ditunjuk langsung oleh Umar sebagai Kepala Negara. Harta zakat yang pada masa khalifah Abu Bakar masih terkonsentrasi pada amil-amil disetiap propinsi tidaklah demikian lagi, sebab kebijakan Umar adalah setiap harta zakat yang terhirnpun disetiap propinsi wajib diserahkan dan dikumpulkan kepada amil zakat tersebut diwilayahnya. Kemudian harta zakat itu dibagikan keseluruh rakyat yang membutuhkannya sesuai dengan ketentuan syari'at. Bila dari pembagian itu temyata ada sisa dikarenakan kemakmuran yang telah tercapai dalam wilayah itu barulah sisa harta zakat tersebut diserahkan ke baitul ma!. Pada masa inilah masa keemasan umat Islam dalam perzakatan karena dana yang terkumpulkan melebihi batas sehingga kaum miskin pada masa itu tidak ada lagi dan dana yang lebih itu dipergunakan untuk keperluan negara.

(51)

mengumpulkan zakat yaitu baitul ma!, akan tetapi hanya program kerja dan pendistribusiannya saja yang berbeda.

Di Indonesia pun lembaga yang mengurusi masalah zakat sudah ada sejak dahulu yang benamakan Badan Amil Zakat, Infak dan Shadaqah (BAZIS). Namun sekarang lembaga tersebut berganti nama menjadi Badan Amil Zakat (BAZ) setalah adanya UU No.38 tahun 1999, lembaga ini mempunyai stuktur kepengurusan dari tingkat nasional sampai ke tingkat daerah. Lembaga ini

diprakasai oleh pemerintah, namun pemerintah tidak melakukan pengelolaan zakat, tetapi berfungsi sebagai fasilitator, koordinator, motivator dan regulator bagi pengelolaan zakat yang dilakukan oleh lembaga tersebut.

D. Kemiskinan

1. Pengertian Kemiskinan

Miskin adalah bentuk kata dasar dari kemiskinan, dalam kamus besar Bahasa Indonesia, kata "miskin" memiliki arti tidak berharta benda, sebab kekurangan (berpenghasilan sangat rendah). Sedangkan "kemiskinan" mempunyai arti ha! miskin, keadaan miskin, situasi penduduk atau sebagaian penduduk yang hanya dapat memenuhi makanan, pakaian, dan perumahan yang sangat diperlukan untuk mempertahankan tingkat kebutuhan yang minimum.17

(52)

arti bahwa beban yang dipikulnya sedemikian berat sehingga mematahkan tulang punggungnya.18

KH. Ali Y a:fie berpendapat bahwa miskin adalah barang siapa yang memiliki harta benda atau mata pencarian tetap, akan tetapi salah satunya atau kedua-duanya hanya menutupi seperdua atau lebih dari kebutuhan pokoknya.19

Para ahli sosiologi banyak berkomentar tentang kemiskinan ini, diantaranya Soejono Soekanto yang menyatakan bahwa kemiskinan diartikan sebagai suatu keadaan dimana seseorang tidak sangup untuk memelihara dirinya sendiri yang sesuai dengan taraf hidup kelompoknya, dan tidak mampu memanfaatkan tenaga, mental, serta fisiknya dalam kelompok tersebut.20

Dari beberapa pendapat diatas dapatlah diambil kesimpulan, bahwa hidup dalam keadaan yang dialami oleh sebagian penduduk yang hidup dalam keadaan serba keknrangan untuk memperoleh kebutuhan hidupnya yang pokok disebabkan kurangnya kemampuan ekonomi atau bisa disebut juga dengan lemah usahanya dan kemampuannya

Dalam kehidupan di masyarakat, kemiskinan adalah suatu hal yang nyata adanya. Bagi mereka yang tergolong miskin, mereka sendiri merasakan dan

menjalankan kehidupan dalam kemiskinan tersebut. Tetapi kesadaran akan kemiskinan mereka itu baru terasa bila mereka membandingkan kehidupan yang mereka jalani dengan kehidupan orang lain yang lebih tinggi tingkat kehidupannya.21

18

M. Qmaish Shihab, Wawasan Al-Qur'an. (Bandung: Miz.an, 1994), b. 449.

(53)

agar tidak jatuh dalam kemiskinan. Dengan sikap orang kaya yang menahan zakat tersebut, maka modal kekayaan akan menumpuk di lingkungan orang-orang kaya

saja.

2. Faktor Penyebab Kemiskinan

Bangsa Indonesia saat ini sedang dilanda musibah berupa berbagai macam krisis, terutama krisis ekonomi yang berkepanjangan. Ekonomi masyarakat

kini

kian porak poranda. Meskipun banyak sumber daya alam di negara ini tetapi tidak banyak yang bisa memanfaatkannya, sehingga menjadi masalah serius terjadinya kemiskinan.

Kemiskinan adalah sesuatu yang tidak dikehendaki oleh setiap orang, namun demikian kemiskinan ini pun banyak terjadi dalam masyarakat. Terdapat banyak faktor yang menyebabkan terjadinya kemiskinan ini. Dr. M. Quraish Shihab berpendapat bahwa faktor utama penyebab kemiskinan adalah sikap berdiam diri, enggan atau tidak dapat bergerak atau berusaha. Keengganan berusaha adalah penganiayaan terhadap diri sendiri, sedang ketidakmampuan berusaha antara lain disebabkan oleh penganiyaan orang lain. Ketidakmampuan berusaha yang disebabkan oleh orang lain di istilahkan pula dengan kemiskinan struktural. Kemiskinan terjadi akibat adanya ketidakseimbangan dalam perolehan atau penggunaan sumber daya alam yang telah diberikan oleh Allah Swt kepada makhluknya. 23

(54)

menyediakan sumber daya alam yang bisa dikelola oleh manusia yang tidak terbatas jumlahnya. Sebagaimana Firman Allah Swt:

{it : ·

セ@

I I} •

Y.. .)

セ@

HGセ@ jセGM Q@ -. セBQ@

(J ',f

Artinya : "Dan Allah telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dari sega/a apa yang kamu mohonkan kepadanya, dan jika kamu menghitung-hitung rahmat Allah, niscaya kamu tidak mampu menghinggakanya. Sesungguhnya manusia sangat dzalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah)." (Q.S. Ibrahim : 34).

KH. Ali Yafie mengemukakan ada 6 (enam) hal yang menjadi penyebab terjadinya kemiskinan :24

1. Kelemahan, yang meliputi kelemahan hati dan semangat, kelemahan aka! dan ilmu atau kelemahan fisik.

2. Kemalasan, sifat ini merupakan pangkal utama dari kemiskinan.

3. Ketakutan, merupakan penghambat untuk mencapai sukses atau usaha Keberhasilan pekerjaan tergantung pada keberanian pelakunya

4. Kepelitan, hal ini bersangkutan dengan pihak si kaya Karena dengan sifat ini tanpa disadari, pelitnya itu membantu untuk tidak mengurangi kemiskinan, sehingga kemiskinan terns terpelihara

5. Tertindih hutang, orang yang sudah terbiasa berhutang, maka ia akan tersulit lepas dari jeratannya, sehingga dia tidak bisa keluar dari kemiskinan.

(55)

Dari enam ha! diatas, ada tiga ha! yang merupakan penyebab kemiskinan yang disebabkan oleh faktor intern yang muncul dari individu itu sendiri, ha! tersebut adalah: kelemahan, kemalasan dan ketakutan. Ketiga faktor ini merupakan faktor utama penyebab kemiskinan. Sedangkan tiga faktor lain dimunculkan oleh faktor ekstern yang oleh orang lain, faktor ini merupakan faktor penunjang terciptanya kemiskinan.

Sedangkan Dr. Musthofa Husni Assiba'i berpendapat bahwa kemiskinan itu disebabkan karena salah satu dari dua sebab, yaitu kemalasan dan

ketidakmampuan bekerja atau karena kehilangan syarat-syarat untuk bekerja.25 Para ahli ilmu-ilmu sosial berpendapat bahwa sebab utama yang melahirkan adanya kemiskinan adalah sistem ekonomi yang berlaku dalarn masyarakat yang bersangkutan. Sistem ekonomi ini tercermin dalam pelbagai pranata yang ada dalam masyarakat tersebut, yaitu sistem antar hubungan peranan-peranan dan norma-norma yang terorganisasi untuk usaha pemenuhan kebutuhan-kebutuhan sosial utama yang dirasakan sangat perlu dalam masyarakat. Sistem ekonomi tersebut memberikan corak pada pola kehidupan ekonomi, yang menghasilkan adanya ketidakmerataan ekonomi yang

dirasakan

oleh warga masyarakat karena tidak semua warga masyarakat dapat mencapai pola ideal yang ada dalam pola kehidupan ekonomi yang bersumber pada sistem ekonominya. 26

Ketidakmerataan ekonomi yang berpangkal dari orang-orang kaya dan tidak memperoleh kesempatan berperan sebagai pelaku ekonomi karena tertahannya hak-hak orang miskin berupa modal (zakat) di tangan orang-orang

25 Musthofil Husni Assiba'i.

(56)

kaya merupakan sebuah realita yang dialami oleh masyarakat sekarang ini. Oleh karena itu diharapkan bagi orang-orang kaya menjalankan fungsi harta dengan berzakat melalui badan amil zakat. Agar harta tidak berkumpul pada golongan orang-orang kaya saja sehingga terjadinya pemerataan ekonomi, dan selanjutnya dari dana zakat itu bisa dijadikan modal usaha bagi orang miskin atau orang yang kurang mampu dalam perekonomiannya.

Ahmad Sanusi menjelaskan bahwa dari segi sebabnya, kemiskinan dapat dibedakan antara kemiskinan temporer atau aksidental dan kemiskinan struktural. Atau antara kemiskinan alamiah dan kemiskinan buatan. Kemiskian temporer adalah kemiskinan yang diakibatkan oleh cacat jasmani atau jiwa, atau akibat malapetaka yang menimpa seseorang.27

Cacat jasmani atau mental dapat mengakibatkan seseorang tidak bisa bekerja, sehingga ia tidak dapat produktif dan menjadi miskin. Demikian juga bencana alam dapat menyebabkan kemiskinan. Jenis kemiskinan seperti ini

biasanya bersifat individual atau hanya menimpa pada sekelompok orang saja, dan terjadi bersifat temporer. Karenanya akibat yang ditimbulkan dan cara relatiflebih sederhana jika dibandingkan dengan kemiskinan struktural yang biasanya bersifat

masal dan telah berkembang sedemikian komplek.

(57)

hanya sekelompok kecil yang menguasai sarana produksi dan pengambilan keputusan mengenai kehidupan masyarakat), sosial, budaya, dan ideologis, sehingga masyarakat dibelenggu faham-faham yang menutup-nutupi ketidakadilan, kemiskinan dan memperlihatkannya sebagai akibat faktor-faktor obyektif be I aka. 28

Antropolog Oscar Lewis dalam bukunya The Children of Sanchez mengungkapkan bahwa kemiskinan tidak bermula dari struktur sosial, tetapi berasal dari karakteristik khas orang-orang miskin itu sendiri. Orang menjadi miskin karena ia tidak mau bekerja keras, tidak mempunyai perencanaan, kurang memiliki jiwa wiraswasta, tidak ada hasrat berprestasi dan sebagainya. Orang yang miskin adalah orang yang mempunyai budaya tersendiri yaitu culture of poverty (budaya kemiskinan), artinya kemiskinan adalah suatu cara hidup yang diwariskan dari generasi ke generasi di sepanjang garis keluarga, sehingga budaya kemiskinan ini memiliki modalitas dan akibat-akibat sosial dan kejiwaanya sendiri bagi para anggotanya. 29

(58)

3. Penanggulangan Kemiskinan

Kemiskinan merupakan problem bagi kemanusiaan, khususnya disini bagi ummat Islam. Kemiskinan merupakan masalah yang membebani laju dari pergerakan menuju keteraturan.

Dalam masyarakat kita memunculkan sebuah kesepakatan baru atau konsepsi bahwa siapa yang mempunyai keahlian, kepintaran, gelar yang tinggi dan jaringan komunikasi yang luas akan bisa menacapai kesuksesan. Sedangkan banyak sekali orang-orang pergi ke kota hanya bennodal nekat dan ingin mengadu nasib, alhasil yang meraka rasakan hanya akan menjadi orang-orang pinggiran yang bisa masuk dalam kategori orang miskin.

Di Indonesia program-program penanggulangan kemiskinan sudah banyak pula dilaksanakan, seperti : pengembangan desa tertinggal, perbaikan kampung, P2KP, PNPM dan BLT. Karena problem kemiskinan bersifat multi dimensional, maka strategi penanggulangannya harus bersifat multi dimensional juga. Selama

ini (studi kasus Indonesia) yang dilakukan oleh pemerintah hanya bersifat ek.onomi semata sehingga apabila kebutuhan ekonomi sudah tercapai, seolah-olah proyek penanggulangan kemiskinan yang tidak berdeminsi ekonomi, seperti kemiskinan struk:tural atau politik. Untuk itu ada beberapa langkah yang perlu diperhitungkan dalam pemberdayaan lapisan masyarakat miskin guna sebagai penanggulangan kemiskinan tersebut :

(59)

2. Upaya-upaya memutus hubungan yang bersifat eksploitatif terhadap Iapisan orang miskin perlu dilakukan.

3. Tanamkan rasa kesamaan (egaliterian) dan berikan gambaran bahwa kemiskinan bukan merupakan takdir tetapi sebagai penjelmaan dari

konstruksi sosial.

4. Merealisasikan perumusan pembangunan dengan melibatkan masyarakat miskin secara penuh. Seperti Proyek Kawasan Terpadu (PKT).

5. Perlunya pembangunan sosial dan budaya bagi masyarakat miskin. Selain perubahan struktur yang diperlukan, juga perubahan nilai-nilai budaya 6. Diperlukan redistribusi infrastruktur pembangunan yang lebih merata,

meskipun keenam langkah diatas dapat dipenuhi tanpa dukungan infrastruktur yang memadai, orang miskin tetap saja tidak akan memperoleh akses ekonomi yang akibatnya tidak memiliki juga akses dibidang-bidang lainnya Apabila langkah-langkah dapat dilakukan secara terpadu maka kemiskinan akan dapat ditanggulangi, langkah diatas merupakan gambaran bahwa antara ekonomi dan politik tidak dapat dipisahkan.30

(60)

suatu kelemahan, ketidakberdayaan yang menjadi problem yang dapat menurunkan martabat kehormatan manusia yang harus diatasi.

Strategi dan pendekatan yang dipakai dalam pengentasan kemiskinan akan sangat dipengaruhi oleh masalah yang melatarbelakanginya Oleh karena itu, apabila masalah kemiskinan disebabkan oleh individual, maka usaha yang dilakukan adalah dengan merubah aspek manusia sebagai individu atau warga masyarakat. Sedangkan apabila masalahnya disebabkan oleh faktor struktural atau sistem, maka usaha yang harus dilakukan adalah perubahan pada struktur sistem.

Adapun kemiskinan alarniah biasanya diatasi dengan cara bentuk pembangunan secara fisik, pemasukan modal dan pengenalan teknologi. Sedangkan kemiskinan buatan bisa diatasi oleh perubahan struktural, perubahan kelembagaan dan perubahan dalam berbagai bentuk sosial ekonomi.

Selanjutnya dalam tahap pelaksanaan program pengentasan kemiskinan agar tepat sasaran, partisipasi kaum miskin dalam proses pelaksanaan program tersebut mutlak diperlukan. Dalam ha! ini Kramer mengajukan model Community Action Program (CAP) yang terdiri dari 4 (empat) bentuk partisipasi antara lain.31

(61)

2. Partisipasi dalam perkembangan program. Dalam kapasitasnya sebagai sasaran, maka pendapat, saran dan aspirasi kaum miskin harus didengar terutama tentang kebutuhan dan kepentingan yang betul-betul riil.

3. Keterlibatan dalam gerakan sosial. Dalam bentuk ini, kaum miskin sebagai pihak yang tidak berdaya

(powerless)

diberikan motivasi dan stimulasi untuk ikut serta dalam pengambilan keputusan.

4. Keterlibatan dalam berbagai pekerjaan. Karena kaum miskin menjadi miskin akibat terbatasnya kesempatan dan kemampuan mereka untuk melakukan pekerjaan yang dapat meningkatkan pendapatan, maka diperlukan penyegaran lapangan usaha yang banyak melibatkan kaum miskin. Padat karya adalah salah satu contohnya.

Bahwa bukan saja pemerintah Indonesia yang menyoroti problem kemiskinan dan cara mengentaskannya, akan tetapi menjadi sorotan atau perhatian suatu ajaran Islam. Karenanya ha! ini merupakan suatu ajaran Islam untuk membantu menanggulaginya, baik melalui bantuan individu maupun lembaga keuangan yang berperan mengisi pembangunan di negara Indonesia ini.

Dengan kesadaran membayar zakat, infaq dan shadaqah (ZIS), maka kaum muslimin telah melihat lebih jauh bahwa dalam permasalahan kemiskinan ini

adalah masalah kita bersama. Maira dari itu diharapkan kaum muslimin membayar ZIS guna membantu kaum yang kurang mampu.

(62)
(63)

KOTA TANGERANG

A. Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang

1. Sejarab Berdirinya Badan Amil Zakat Daerab (BAZDA) Kota Tangerang

Dalam langkah pemberdayaan ekonomi wnat Islam dan mengentaskan kemiskinan perlu adanya lembaga yang mampu dalam pengwnpulan dan pendistribusian dana zak:at.

Dengan demikian terbentuklah UU RI. No.38 tahun 1999 tentang pengelolaan zak:at dari tingkat pusat sampai daerah-daerah. Pada dasamya pembentukan lembaga atau badan yang mengeiola ZIS pada tingkat daerah sudah lama terbentuk, hal ini terbukti dengan adanya Bazis Kota Tangerang yang mengacu pada SK. Walikota Madya KDH Tingkat II Tangerang No.452.12/SK 171 Bag.Sos/1998 tentang pembentukan pengurus Badan amil zak:at, infak dan shadaqah kota madya DT II Tangerang periode 1998-2002.1

[image:63.522.44.445.165.514.2]
(64)

Kota Madya DT II Tangerang yang mengacu pada UU. No.22 tahun 1999 tentang pemerintah daerah. 2

Bazda Kota Tangerang bertekad untuk bisa ikut ambil bagian dalam menumbubkan kesadaran religius masyarakat dan mengatasi masalah kesulitan ekonominya, dan Bazda Kota Tangerang pun berkeyakinan bahwa dana zakat yang dikelola dengan baik dan terprogram akan mampu membangun dan mengembangkan kegiatan-kegiatan keagamaan yang berdampak Juas bagi masyarakat serta dapat menggugah kesadaran religius masyarakat bahwa berzakat bukan semata-mata untuk kepentingan ibadah privat yang melangit namun lebih kepada nilai ibadah yang membumi dan berdampak sosial Juas. Dengan berzakat atau dana zakat mampu mengatasi kemiskinan kaum dhuafa, menumbuh kembangkan kemandirian ekonominya dan mewujudkan kesejahteraan masyarakat.

2. Visi dan Misi Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang Dengan bermottokan "Merubah Mustahik Menjadi Muzakki" , maka BAZDA Kota Tangerang akan melaksanakan tugas dan amanahnya secara jujur, professional dan transparan dengan visi dan misi sebagai berikut:

Visi Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang

(65)

Adapun susunan organisasi BAZDA Kota Tangerang:4 1. Badan pelaksana

2.

Dewan pertimbangan

3.

Komisi pengawas

4. Bendahara

5.

Sekretaris

6.

Wakilketua

7.

Sie. Pengumpulan

8.

Sie. Pendayagunaan

9.

Sie. Pendistribusian

10. Sie. Pengembangan

(66)

STRUKTUR ORGANISASI

BAZDA KOTA TANGERANG

DEWAN BADAN PELAKSANA KOMIS!

PERTIMBANGAN <KETUA> PENGAWAS

BENDAHARA SEKRETARIS

I

I

WKL.KETUAI WKL.KETUAil WKL. KETUA III

- SEKSI

-

SEKSI SE KS I

PENGUMPULAN PENDISTRIBUSIAN

-

PENGEMBANGAN

セ@ SE KS I

(67)

SUSUNANPENGURUSDEWANPERTIMBANGAN

PERIODE 2003-2006

KETUA (Sekda Kota) WKL.KETUA (Ka Kan Depag)

Sekretaris (Drs. H. Munir Al-Rasyid) Wkl.Ketua (KH. Romlie Fadhil)

-Anggota Anggota

H. Muhtar Djamil KH. Edy Djunaedi

Anggota Anggota

Drs. H. Andi Bakri M. Naisan, SH

1. Dewan pertimbangan mempunyai tugas sebagai berikut:

a. Memberikan pertimbangan fatwa, saran dan rekomendasi tentang pengembangan hukum dan pemahaman mengenai pengelolaan zakat. b. Menetapkan garis-garis kebijakan umum badan amil zakat bersama komisi

pengawas dan badan pelaksana

c. Mengeluarkan fatwa syari'ah baik diminta maupun tidak yang berkaitan dengan hukum zakat yang wajib diikuti oleh pengurus badan amil zakat d. Memberikan pertimbangan, saran dan rekomendasi kepada badan

pelaksana dan komisi pengawas

(68)

SUSUNAN PENGURUS BADAN PELAKSANA PERIODE 2003-2006

Ketua

Ors. H. A. Saefulmillah, MM. MBA

Bendabara Sekretaris : Drs. Asep Maman K

Ors. Hadi Soelistijo

,___

Wkl. Sekrl : Drs. M. Bahtera Y

Wkl.Sekrll : Drs. H. Adli M

Sekretaris

セ@ I. H. Taufiqurrobman, S.Ag

2. H. Hasmuni, Bsc

3. Abdul Latiel; SE

I I I

Wkl.Ketual WkLKetnall WkLKetnam

H. A. Kemal Fauzie, SE. MM H. Hamidi Rnsdi H. M.Natsir

'

I

I

Kasie Kasie Kasie Kasie

Pengumpnlan Pendayagunaan Pendistribnsian Pengembangao

Ors. H. Bambang S Ir. Nur Tachlis, MM Drs. H. Nasrullah, MN Ors. H. AriefF

An

Gambar

GAMBARAN UMUM BADAN AMIL ZAKAT
GAMBARAN UMUM
Klasifikasi Tabel.1 Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur
Tabel.2 Status Kewarganegaraan Kecamatan Cipondoh
+5

Referensi

Dokumen terkait

Dengan Peraturan Daerah ini dibentuk 16 (enam belas) Dinas, terdiri dari : 1. Dinas Ketenagakerjaan dan Sosial; 4. Dinas Komunikasi dan Informatika; 6. Dinas Kebudayaan dan

[r]

Peningkatan hasil belajar siswa selaras dengan peningkatan aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran, dengan model pembelajaran cooperative learning tipe

Dan kepada Pihak atau Peserta yang berkeberatan atas pengumuman ini, dapat menyampaikan sanggahan secara tertulis atas pengumuman penetapan pemenang kepada Panitia Pengadaan

We will present an approach to deal with a problem of existence of (not) weakly invertible functions in various spaces of analytic functions in the unit ball and polydisk based

Pada hari ini Kamis tanggal Dua Puluh Tiga bulan Februari tahun dua ribu sebelas (23- 02-2012) bertempat di Kantor Dinas Perkebunan Daerah Provinsi Sulawesi Tengah, Panitia

Several researchers such as Berinde [3], Jachymski [7], Kada et al [8], Rhoades [13, 14], Rus [16], Wang et al [18] and Zeidler [20] studied the theory of fixed point or common

PANITIA PENGADAAN BARANG/ JASA PADA SEKRETARIAT DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN INDRAGIRI HULU TAHUN ANGGARAN 2012.. PENGUMUNAN /