• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rancangan Motor Diesel Penggerak Generator Listrik Untuk Memenuhi Kebutuhan Listrik Pada PT Dow Agrosciences Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Rancangan Motor Diesel Penggerak Generator Listrik Untuk Memenuhi Kebutuhan Listrik Pada PT Dow Agrosciences Indonesia"

Copied!
113
0
0

Teks penuh

(1)

Muliyadi : Rancangan Motor Diesel Penggerak Generator Listrik Untuk Memenuhi Kebutuhan Listrik Pada PT Dow Agrosciences Indonesia, 2009.

SKRIPSI

MOTOR BAKAR

RANCANGAN MOTOR DIESEL PENGGERAK GENERATOR

LISTRIK UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN LISTRIK PADA

PT DOW AGROSCIENCES INDONESIA

OLEH

M U L I Y A D I

060421010

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI

D E P A R T E M E N T E K N I K M E S I N

F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N

(2)

SKRIPSI

MOTOR BAKAR

RANCANGAN MOTOR DIESEL PENGGERAK GENERATOR

LISTRIK AC UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN LISTRIK PADA

PT DOW AGROSCIENCES INDONESIA

OLEH

M U L I Y A D I

060421010

Telah diperiksa dan diperbaiki dalam seminar periode ke 121 Tanggal 21 Februari 2009

Disetujui :

Dosen pembimbing

NIP. 130517501 Ir. Isril Amir _

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI

D E P A R T E M E N T E K N I K M E S I N

F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N

(3)

SKRIPSI

MOTOR BAKAR

RANCANGAN MOTOR DIESEL PENGGERAK GENERATOR

LISTRIK AC UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN LISTRIK PADA

PT DOW AGROSCIENCES INDONESIA

OLEH

M U L I Y A D I

060421010

Telah diperiksa dan diperbaiki dalam seminar periode ke 121 Tanggal 21 Februari 2009

Dosen pembanding I Dosen Pembanding II

Tulus Burhanuddin Sitorus, ST, MT

NIP. 130517501 NIP. 130905356

Ir. Mulfi Hazwi, MSC

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI

D E P A R T E M E N T E K N I K M E S I N

F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N

(4)

KATA PENGANTAR

Puji Syukur Saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan Rahmat dan

HidayahNya Saya dapat menyelesaikan laporan Tugas Akhir. Tugas Akhir ini adalah

tugas wajib yang diberikan kepada setiap mahasiswa sebagai syarat untuk

menyelesaikan program studi teknik ekstension jurusan Teknik Mesin Universitas

Sumatera Utara.

Selesainya Tugas Akhir ini juga tidak lepas dari dukungan orang-orang yang

ada di sekeliling saya. Untuk itu pada kesempatan ini saya ingin mengucapkan terima

kasih kepada :

1. Ir Isril Amir sebagai Dosen pembimbing skripsi

2. Dr Ing Ikhwansyah Isranuri sebagai ketua jurusan teknik mesin

3. Bapak Syawal, staff administrasi yang telah membantu saya selama pengurusan

skripsi ini

4. Khusus kepada almarhum Ayahanda Sulaiman Yusuf yang telah bersusah payah

membesarkan dan mendidik saya hingga akhir hayatnya, serta Ibunda Kasinem

yang entah berapa juta tetes airmatanya tercurah selama membesarkan dan

membimbing anak-anaknya. Semoga segala amal kebaikan beliau mendapat

(5)

5. Untuk pendamping setiaku Nazriana dan ketiga penerusku Putri, Aziz dan Adzky,

untuk segala dorongan dan motivasinya sehingga Ayah selesaikan Tugas Akhir

ini.

Selanjutnya saya ucapkan terima kasih untuk semua pihak yang telah membantu

saya yang namanya tak bisa saya tuliskan satu persatu, semoga segala amal

kebaikannya mendapat balasan yang setimpal dan selalu mendapat ridho dari Allah

SWT.

Hormat Saya,

(6)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i.

KATA PENGANTAR ………..………….…... ii.

DAFTAR ISI ……...………... iii.

DAFTAR TABEL ... v.

DAFTAR GAMBAR ... vi.

BAB I. PENDAHULUAN ... 1.

1.1. Latar Belakang ... 1.

1.2. Rumusan Masalah ... 3.

1.3. Tujuan Perencanaan ... 4.

1.4. Manfaat Perencanaan ... 5.

1.5. Cakupan Perencanaan... 5.

1.6. Sistematika Penulisan ...…... 7.

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 8.

2.1. Pembangkit Listrik Tenaga Diesel ………... 8.

2.2. Mesin Diesel ………... 10.

2.3. Klasifikasi Mesin Diesel ………... 15.

2.4. Sifat-Sifat Mesin Diesel ... 16.

2.5. Pemilihan Mesin Diesel ……...………... 17.

2.6. Bagian-Bagian Motor Bakar …………... 22.

2.7. Generator …... 34.

2.8. Sistem Pendinginan... 36.

2.9. Sistem Pelumasan... 38.

(7)

2.12. Kerja Pararel Generator ... 44.

2.13. Perawatan ... 45.

BAB III. PENENTUAN SPESIFIKASI... 48.

3.1. Data Peralatan ... 48.

3.2. Rencana Pengembangan Produksi ... 52.

3.3. Kondisi Pembebanan... 54.

3.4. Sistem Keterpasangan ... 55.

3.5. Penentuan Spesifikasi Yang Dibutuhkan ... 57

BAB IV. PERENCANAAN MESIN DIESEL ... 59.

4.1. Spesifikasi Awal ... 59.

4.2. Torak/Piston ... 59.

4.3. Silinder ... 73.

4.4. Batang Penggerak ... 75.

4.5. Crank Shaft ... 80.

4.6. Roda Penerus (Fly. Wheel) ... 86.

4.7. Katup (Valve) Dan Kelengkapannya ... 88.

4.8. Injector (Pengabut) ... 98.

4.9. Pendingin ... 100.

BAB V. KESIMPULAN ... 104.

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 3-1. List Panel Distribusi di PT Dow AgroSciences Indonesia …...…...… 49.

Tabel 3-2. List Peralatan di PT Dow AgroSciences Indonesia ... 49.

Tabel 3-3. Proyeksi Rencana Produksi Selama 5 Tahun ... 53.

(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. P – V Diagram Siklus Diesel …...…...…...………… 11.

Gambar 2.2. P – V Diagram Siklus Otto ...………...……… 12.

Gambar 2.3. Cara Kerja Mesin Diesel .………….……...………... 13.

Gambar 2.4. Langkah Kerja Motor Bakar 4 Tak …..………... 21.

Gambar 2.5. Komponen-Komponen Inti Motor Bakar …...…………... 24.

Gambar 2.6. Berbagai Contoh Susunan Piston Pada Motor Bakar ………... 26.

Gambar 2.7. Contoh Desain Katup Dan Cam Pada Motor Bakar ... 28.

Gambar 2.8. Desain Ruang Bakar Terbuka …... 31.

Gambar 2.9. Desain Ruang Bakar Kamar Muka ...…….…………... 32.

Gambar 2.10. Desain Ruang Bakar Turbulen ..…………..………... 33.

Gambar 2.11. Desain Ruang Bakar Lanova ...………... 35.

Gambar 3-1. Grafik Proyeksi Rencana Produksi Selama 5 Tahun ……... 53.

Gambar 3.2. Grafik Pemakaian Listrik Di PT Dow Agrosciences Indonesia ..…... 54.

Gambar 3.3. Sistem Keterpasangan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel ... 55.

Gambar 3.4. Sistem Keterpasangan Motor Diesel Sebagai Penggerak …...…….... 56.

Gambar 4.1. Piston ...….………...… 64.

Gambar 4.2. Piston Crown ... 66.

Gambar 4.3. Ring Piston ... 69.

Gambar 4.4. Ring Kompresi (Compression Ring) ... 71.

Gambar 4.5. Cincin Minyak (Oil Control Ring) ... 72.

Gambar 4.6. Silinder Linier ... 74.

Gambar 4.7. Potongan Tangkai Connecting Rod ... 77.

Gambar 4.8. Batang Penggerak (Connecting Rod) ... 78.

Gambar 4.9. Konstruksi Batang Penggerak ... 80.

Gambar 4.10. Beberapa Konstruksi Batang Penggerak ... 80.

(10)

Gambar 4.12. Bantalan ... 88.

Gambar 4.13. Diagram Katup Mesin Diesel 4 Langkah ... 89.

Gambar 4.14. Gambar Rencana Katup ... 91.

Gambar 4.15. Cam Shaft ... 93.

Gambar 4.16. Katup ... 94.

Gambar 4.17. Pegas ... 95.

Gambar 4.18. Pasak ... 95.

Gambar 4-19. Piringan Pegas ... 96.

Gambar 4-20. Rocker Arm ... 96.

Gambar 4.21. Batang Penekan ... 97.

Gambar 4.22. Perlengkapan Katup ... 97.

Gambar 4.23. Pengabut (Injector) ... 98.

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Sektor pertanian merupakan pendukung perekonomian Indonesia dari dulu

hingga saat ini, terutama saat krisis moneter melanda negara ini menciptakan bagi

perusahan-perusahaan yang berhubungan dengan sektor ini untuk mengembangkan

usahanya. Diantaranya adalah perusahan pestisida yang memproduksi obat – obatan

pertanian yang diperlukan dan menjadi salah satu sarana produksi pertanian.

PT. Dow AgroSciences Indonesia merupakan salah satu perusahaan yang

memproduksi pestisida yang berbasiskan penelitian di bidang pertanian yang berpusat

di Amerika Utara, tepatnya di Indianapolis. Perusahaan ini melakukan penelitian,

pengembangan, memproduksi dan memasarkan produk yang berhubungan dengan

penanggulangan gulma, insect, zat pengatur pertumbuhan, jamur, benih, dan

penanggulangan rayap/hewan pengerat.

Pestisida merupakan bahan kimia yang digunakan untuk membunuh/

membasmi atau mengendalikan hama penyakit tanaman. Produk pestisida merupakan

produk yang memiliki prospek yang cukup cerah dimana saat ini Indonesia sedang

berusaha meningkatkan kembali produktivitas di bidang pertanian, makanya tidak

heran kalau di pasaran terdapat berbagai macam pestisida yang beredar di pasaran

(12)

perusahaan penghasil pestisida dalam merebut pasar melalui beragam produk yang

ditawarkan.

PT. Dow AgroSciences Indonesia telah memproduksi berbagai jenis produk

yang berbeda, meliputi herbisida dan insektisida dalam berbagai kemasan yang

memenuhi kebutuhan bidang pertanian, kehutanan, kesehatan dan lingkungan

pemukiman saat ini.

Pada setiap bidang industri hanya ada satu tujuan yang ingin dicapai yaitu

keuntungan. Setiap perusahaan berusaha mendapatkan keuntungan yang sebesar –

besarnya dengan pengeluaran yang minim dengan syarat tidak merusak atau

mengurangi mutu dari suatu jenis produk yang dihasilkan. Karena mutu tersebutlah

yang menjadi nilai jual. Oleh karena itu kualitas dari hasil produksi merupakan unsur

utama yang harus diperhatikan.

Untuk mendapat hasil yang baik dari suatu proses produksi diperlukan pula

bahan–bahan yang baik, baik dari bentuk ataupun kandungan bahan kimianya.

Bahan-bahan tersebut memiliki berbagai macam bentuk (serbuk, cairan, cairan

dengan high viscosity dan padatan).

Dan untuk mendukung semua kegiatan tersebut, PT. Dow AgroSciences

Indonesia juga menggunakan berbagai macam peralatan dan proses yang mana setiap

proses memerlukan peralatan pendukung yang digunakan sebagai alat bantu ketika

proses berlangsung. Peralatan-peralatan tersebut juga memiliki system dan cara kerja

(13)

menjadi bagian yang amat penting demi mendukung berlangsungnya proses produksi

yang aman dan baik.

Saat ini PT Dow Agrosciences Indonesia memiliki satu peralatan pembangkit

tenaga listrik sendiri yang digunakan sebagai cadangan sumber energi listrik

bilamana sumber energi listrik dari pemerintah (PLN) mengalami masalah. Proses

memindahkan power listrik ini dilakukan secara manual dan melihat dari kondisi

Generator yang sudah berusia cukup lama, maka peralatan ini akan diganti dengan

peralatan yang baru dengan mempertimbangkan beberapa kondisi lingkungan,

kecukupan area dan kapasitas daya listrik yang dibutuhkan. Oleh sebab itu penulis

bermaksud untuk mengambil judul tugas akhir sebagai berikut:

“ RANCANGAN MOTOR DIESEL PENGGERAK GENERATOR LISTRIK

UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN LISTRIK PADA PT DOW

AGROSCIENCES INDONESIA”

1.2. RUMUSAN MASALAH

PT Dow Agrosciences Indonesia saat ini hanya menggunakan motor bakar

diesel sebagai penggerak generator listrik, namun keadaan yang dijumpai ketika

menggunakan generator ini kondisi peralatan di area produksi mengalami masalah

karena frekuensi tegangan yang dihasilkan tidak stabil. Kondisi ini secara awam

dapat dilihat dari kondisi generator ketika beroperasi terdengar seperti ada tarikan

(14)

Keadaan seperti ini akan bisa memberi dampak terhadap peralatan elektronik

yang ada di pabrik. Karena frekuensi yang tidak stabil mengakibatkan rangkaian

elektronik tersebut sering rusak dan mendapat masalah ketika beroperasi. Dengan

adanya kondisi ini maka generator listrik yang lama akan diganti dengan generator

listrik yang baru. Dan dalam hal ini penulis menentukan motor bakar diesel sebagai

penggerak generator listrik yang akan digunakan di PT Dow Agrosciences Indonesia

tersebut dengan memberikan pertimbangan-pertimbangan yang bisa dijadikan bahan

masukan dalam menentukan system penggerak generator listrik tersebut.

1.3. TUJUAN PERENCANAAN

Adapun tujuan perencanaan ini adalah sebagai berikut :

1. Sebagai syarat untuk menyelesaikan program Pendidikan Sarjana Ekstensi di

Universitas Sumatera Utara

2. Untuk memberikan masukan mengenai pemilihan sistem penggerak yang

akan digunakan untuk menggerakkan generator listrik di PT Dow

AgroSciences Indonesia

3. Untuk mengaplikasikan motor bakar yang telah dipelajari secara teori pada

bangku perkuliahan pada aplikasi nyata.

4. Mengetahui system dan cara kerja penggerak motor diesel, kelebihan dan

(15)

1.4. MANFAAT PERENCANAAN

Manfaat dari perencanaan ini antara lain :

1. Sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan sistem penggerak generator

listrik di PT Dow AgroSciences Indonesia

2. Sebagai bahan masukan untuk teman-teman mahasiswa ataupun masyarakat

umum yang ingin mempelajari sistem penggerak motor diesel ini.

3. Sebagai bahan pembelajaran bagi penulis dalam hal mengaplikasikan

pengetahuan yang didapat di bangku kuliah pada keadaan sebenarnya.

1.5. CAKUPAN PERENCANAAN

Dalam perencanaan ini penulis akan melakukan serangkaian kegiatan antara

lain :

1. Pengambilan data mengenai area kerja generator listrik tersebut

2. Penentuan besarnya kapasitas Listrik yang dibutuhkan

3. Penentuan besarnya daya Motor diesel penggerak generator pembangkit listrik

4. Melakukan penghitungan terhadap perencanaan ukuran-ukuran komponen

utama motor diesel seperti torak/piston, silinder, batang penggerak, poros

engkol (crank shaft), roda penerus (fly wheel), katup dan cam shaft

5. Melakukan perhitungan kebutuhan air pendingin untuk motor penggerak

(16)

Sistematika penulisan skripsi ini dibagi menjadi beberapa bagian dengan

sistematika penulisan skripsi pada umumnya, meliputi beberapa bagian yang dibagi

dalam beberapa bab yaitu :

BAB I. PENDAHULUAN

Diuraikan secara singkat mengenai latar belakang masalah, perumusan

masalah, pembatasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian dan sistematika

penulisan tugas akhir

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini diuraikan mengenai tinjauan-tinjauan kepustakaan dan berisikan

toeri-teori dan pemikiran-pemikiran yang dikutip dari buku-buku, makalah dan

tulisan-tulisan yang berkenaan dengan sistem penggerak motor diesel dan generator.

BAB III. PENENTUAN SPESIFIKASI

Memuat data hasil pengumpulan data yang diperoleh dari perusahaan sebagai

bahan untuk melakukan pengolahan data yang digunakan sebagai dasar pembahasan

masalah.

BAB IV. PERENCANAAN MESIN DIESEL

Berisikan perhitungan-perhitungan teoritis untuk mendapatkan ukuran-ukuran

bagian mesin diesel

BAB V. KESIMPULAN

Bab ini berisikan kesimpulan yang dapat diambil dari hasil perhitungan dan

(17)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA DIESEL

Pembangkit Listrik Tenaga Diesel cocok untuk lokasi dimana pengeluaran

bahan bakar rendah, persediaan air terbatas, minyak sangat murah dibandingkan

dengan batubara dan semua beban besarnya adalah seperti yang dapat ditangani oleh

mesin pembangkit dalam kapasitas kecil serta dapat beroperasi dalam waktu yang

singkat. Sistem pembangkit listrik seperti ini juga digunakan pada PT Dow

Agrosciences Indonesia.

Kegunaan dari suatu Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PTLD)

adalah penyedia daya listrik yang dapat berfungsi untuk :

- Sebagai unit cadangan yang dijalankan pada saat unit peinbangkit utama yang ada

tidak dapat mencukupi kebutuhan daya listrik.

- Sebagai unit pembangkit yang menyuplai listrik selama 24 jam atau sebagai

pemikul beban tetap. Sifat pengoperasian harus pada beban dasar yang

berkapasitas tertinggi dan tidak dipengaruhi oleh frekuensi beban tetap. Hal ini

memungkinkan juga bila pasokan dapat mengalami gangguan.

- Sebagai unit beban puncak atau peak load. Bila PLTD dioperasikan pada beban

puncak biasanya dalam waktu yang tidak lama, karena dapat berfungsi untuk

(18)

- Sebagai unit cadangan yang dijalankan saat keadaan darurat, saat terjadi

pemadaman pada unit pembangkit utama. Bila terjadi yang mengakibatkan

gangguan pada total seluruh jaringan listrik maka PLTD dapat beroperasi tanpa

bantuan tegangan dari luar dan langsung mengisi tegangan serta menanggung

beban listrik dengan cepat serta membutuhkan perhatian yang sedikit. Keadaan

ini adalah keadaan yang berjalan saat ini di PT Dow Agrosciences Indonesia.

Pembangkit listrik (generator) dihidupkan ketika pabrik mengalami masalah pada

sumber tenaga listrik yang berasal dari perusahaan listrik Negara.

Sedangkan keuntungan yang didapat daripada Pembangkit Listrik Tenaga Diesel

(PLTD) adalah :

- Investasi modal relatif rendah.

- Waktu pembangunan relatif singkat.

- Disain dan instalasi yang sederhana.

- Bahan bakar yang cukup murah.

- Dapat dijalankan dan dihentikan dengan cepat.

Hal hal yang menjadi pertimbangan ketika akan memilih sistem Pembangkit Listrik

Tenaga Diesel (PLTD) yang sesuai antara lain :

- Jarak dari beban dekat.

(19)

- Pengangkutan bahan bakar.

- Kebisingan dan kesulitan lingkungan.

- Persediaan areal tanah dan air.

2.2. MESIN DIESEL

Motor diesel dikategorikan dalam motor bakar torak dan mesin pembakaran

dalam (internal combustion engine). Penggunaan motor diesel bertujuan untuk

mendapatkan tenaga mekanik dari energi panas yang ditimbulkan oleh energi

kimiawi bahan bakar, energi kimiawi tersebut diperoleh dari proses pembakaran

antara bahan bakar dan udara di dalam ruang bakar. Pada motor diesel ruang

bakarnya bisa terdiri dari satu atau lebih tergantung pada tujuan perancangan, dan

dalam satu silinder dapat terdiri dari satu atau dua torak.

Mesin Diesel sehagai penggerak mula PLTD yang berfungsi menghasilkan

tenaga mekanis yang dipergunakan untuk memutar rotor generator. Mesin Diesel

adalah sejenis motor bakar yang penyalaannya dengan cara bahan bakar diinjeksikan

kedalam silinder, yang berisi tekanan udara dalam silinder mesin maka suhu udara

meningkat, sehingga ketika bahan bakar dalam bentuk kabut halus bersinggungan dan

bercampur dengan udara panas ini mulai terbakar sendiri. Lihat gambar 2.1

memperlihatkan diagram P-V cara kerja mesin diesel

(20)

Gambar 2.1. Siklus diesel

Siklus Diesel

- Proses O-A : Proses hisap, udara ditekan masuk ke dalam silinder pada tekanan

atmosfir dan volume naik dari V2 menjadi V1.

- Proses A-B : gas ditekan secara adiabatik dari V1 menjadi V2 dan temperaturnya

naik

- Proses B-C : terjadi proses pembakaran gas, kalor (Qh) diserap oleh gas - Proses C-D : Gas berekspansi secara adiabatik

- Proses D-A : kalor Qc dilepas dan tekanan gas turun pada volume konstan.

- Proses A-O : dan pada akhir proses, gas sisa dibuang pada tekanan atmosfir dan volume gas turun dari V1 menjadi V2

C

B

D

A

V

1

V

3

V

2

V

P

Qh

Qc

(21)

Siklus Otto

-

- Proses O-A : Udara ditekan masuk ke dalam silinder pada tekanan atmosfir dan

volume naik dari V2 menjadi V1.

- Proses A-B : gas ditekan secara adiabatik dari V1 menjadi V2 dan temperaturnya

naik dari TA ke TB.

- Proses B-C : terjadi proses pembakaran gas (dari percikan api busi), kalor diserap oleh gas Qh. Pada proses ini volume konstan sehingga tekanan dan temperaturnya naik

- Proses C-D : Gas berekspansi secara adiabatik, melakukan kerja

- Proses D-A : kalor Qc dilepas dan tekanan gas turun pada volume konstan.

- Proses A-O : dan pada akhir proses, gas sisa dibuang pada tekanan atmosfir dan volume gas turun dari V1 menjadi V2

Q

h

V

V

1

V

2

C

B

P

D

A

O

Gambar 2.2. P – V diagram siklus Otto

(22)

Sekalipun mesin diesel memiliki kekurangan dalam hal kebisingan dibandingkan mesin bensin. Mesin diesel karena keunggulan effisiensi bahan bakar menjadi pilihan banyak pengguna motor bakar untuk kendaraannya. Sebagai efek dari semakin ketatnya peraturan terhadap pencemaran lingkungan hidup, mesin diesel menjadi salah satu pilihan dalam pemakaian sistem internal-combustion engine. Internal-combustion engine ini kita temui dalam sistem mobil, kapal, alat pembangkit listrik portable, bus, traktor dsb. Salah satu keunggulan mesin diesel adalah sistem pembakarannya menggunakan Compression-ignition ( pembakaran-tekan), yang tidak memerlukan busi (lihat gambar 2.3)

Gambar 2.3. Cara kerja mesin Diesel

(23)

Sistem ini memungkinkan tercapainya tekanan awal yang tinggi sebelum terjadi proses pembakaran, hal ini akan meningkatkan effisiensi panas dibandingkan sistem yang lain. Keunggulan yang lain adalah fleksibilitas jenis bahan bakar yang bisa digunakan, karena pembakaran yang terjadi tidak memerlukan pengontrolan bunga api, berbagai jenis bahan bakar bisa dipakai. Misalnya; minyak tanah, minyak sawit, produk minyak berat dari minyak mentah, alkohol, emulsi (campuran air dan bahan bakar solar) dsb.

Applikasi dari sistem pembakaran diesel ini bisa ditemui di dunia automotive untuk angkutan berat, traktor, bulldozer, pembangkit listrik di desa-desa, generator listrik darurat di rumah-sakit, hotel dsb. Namun disamping keunggulan yang dimiliki, diesel sistem juga memiliki problem khusus yang berhubungan dengan pencemaran lingkungan adalah smoke/asap serta gas buang khususnya Nitrogen Oxide (NOx). Kedua pollutant ini saling bertolak belakang dalam pemunculannya. Smoke/soot/asap terbentuk ketika bahan bakar tidak mampu tercampur dengan baik dengan oksigen sehingga reaksi pembakaran tidak sempurna, dalam kondisi seperti ini suhu pembakaran tidak terlalu tinggi atau Nitrogen Oxide tidak banyak terbentuk.

(24)

Untuk mengatasi dilema diatas, berbagai penelitian telah dilakukan khususnya untuk memungkinkan reduksi antara asap dan Nitrogen Oxide secara bersama-sama.

2.3. KLASIFIKASI MESIN DIESEL

Motor diesel dapat diklasifikasikan berdasarkan susunan silinder, siklus kerja, sistem pendinginan, pengoperasian injektor, pemasukan udara dan bahan bakar. Berdasarkan pengaturan susunan silinder mesin diesel dapat dikategorikan sebagai berikut :

a. susunan segaris vertikal b. susunan segaris horisontal c. susunan bentuk V

d. susunan bentuk W e. susunan radial f. susunan berhadapan

Berdasarkan siklus kerja mesin diesel dapat dikategorikan sebagai berikut : a. motor diesel 4 langkah

b. motor diesel 2 langkah

(25)

b. pendinginan air

Berdasarkan sistem injektor mesin diesel dapat dikategorikan sebagai berikut : a. Injeksi langsung

b. Injeksi tidak langsung

Berdasarkan pemasukan udara dan bahan bakar mesin diesel dapat dikategorikan sebagai berikut :

a. Injeksi yang menggunakan sedikit udara b. Injeksi yang menggunakan lebih banyak udara

2.4. SIFAT-SIFAT MESIN DIESEL

Mesin diesel disebut juga motor tekan rata, karena pembakaran bahan

bakarnya terjadi dalam volume yang membesar hingga tinggi tekanan pembakrannya

hampir sama atau rata. Pembakaran bahan bakarnya dilakukan tanpa perantaraan

nyala api, tetapi dengan suhu kompresinya. Untuk mencapai tekanan dan suhu yang

tinggi kompresi dinaikkan. Pada saat tekanan tertinggi tercapai, bahan bakar

dimasukkan ke dalam silinder dan segera terbakar karena bersentuhan dengan udara

yang sangat panas (500oC – 600oC) 1. Pembangkitan panas akibat akibat pembakaran

manaikkan suhu dan tekanan gas.

1

(26)

2.5. PEMILIHAN MESIN DIESEL

Untuk suatu PLTD, pemilihan mesin diesel sebagai penggerak

mula didasarkan atas :

2.5.1. Faktor Mesin

Mesin diesel dibagi menjadi beberapa kelas kecepatan, yaitu mesin kecepatan rendah.

mesin kecepatan sedang dan mesin kecepatan tinggi.

Kecepatan untuk berbagai mesin diesel yang ada dibagi menjadi 3 kelas berdasarkan

putaran mesinnya.

1. Mesin kecepatan rendah, dengan kecepatan 500 - 1000 RPM

2. Mesin kecepatan sedang dengan kecepatan 1000 sampai dengan 1500 RPM

3. Mesin kecepatan tinggi dengan kecepatan lebih dari 1500 RPM. Jika mesin

dipasang untuk operasi kontinyu dan kalau diinginkan umur panjang dengan

biaya perawatan murah, maka sebuah mesin kecepatan rendah atau sedang yang

paling sesuai.

2.5.2. Jumlah silinder

Makin banyak jumlah silinder juga berpengaruh pada makin seragam putaran

mesin dan keseimbangan mesin lebih baik Jumlah silinder lebih dari enam terutama

digunakan untuk menigkatkan daya mesin tanpa menambah tinggi dan beratnya.

(27)

bergerak, lebih banyak tempat yang menderita keausan, makin banyak jumlah kerja

perawatan yang diperlukan dan makin besar peluang untuk rusaknya suatu bagian.

Umumnya susunan silinder dari PLTD adalah :

- Deret Vertikal

Susunan deret vertikal sebagian besar digunakan dalam pembangkit tenaga listrik.

Semua silinder dipasang secara pararel dan jumlah deret dalam silinder harus

sebanyak 16 buah.

- Tipe V

Susunan piston menyerupai bentuk huruf V, digunakan pada mesin yang memerlukan

kecepatan pada lebih dari 1000 rpm.

- Tipe Horisontal

Susunan mesin horisontal ditempatkan herlawanan satu sama lainnya. Susunan ini

lebih istimewa. karena ruangan atas merupakan masalah besar. Mesin ini harus

memakai tipe multi silinder.

2.5.3 Proses Kerja

Menurut proses bekerjanya mesin diesel dapat dalam mesin 4 langkah dan

mesin 2 langkah. Yang dimaksud dengan mesin 4 langkah ialah bahwa torak

harus membuat 4 langkah untuk memperoleh satu langkah kerja. Berarti poros engkol

harus berputar dua kali untuk mendapatkan daya satu kali. Yang dimaksud dengan

(28)

langkah kerja. Berarti poros engkol harus berputar satu kali untuk mendapatkan daya

satu kali.

Keuntungan dari mesin 4 langkah :

1. Proses pelumasannya lebih sederhana.

2. Efisiennya tinggi.

Kerugian dari mesin 4 langkah :

1. Dalam tiap dua putaran poros engkol hanya diperoleh satu langkah kerja (daya).

2. Ukuran mesin lebih besar sehingga ruangan yang diperlukan juga lebih besar.

3. Harganya lebih mahal.

Keuntungan dari mesin 2 langkah :

1. Dalam setiap satu putaran poros engkol diperoleh satu langkah.

2. Setengah dari perpindahan torak untuk datya yang diberikan, yang berarti mesin

tersebut praktis beratnva setengahnya sehingga lebih murah.

3. Roda gilanya kira-kira beratnya hanya setengahnya untuk keseragaman

putarannya yang sama karena langkah kerja berjumlah dua kali lipat.

4. Ukuran mesin Iebih kecil sehingga ruangan yang diperlukan juga lebih kecil.

Kerugian mesin 2 langkah :

1. Pembilasan dan pembakaran kurang sempurna.

2. Pemakaian bahan bakar tidak hemat

3. Suhu torak dan dinding silinder tinggi, sehinga air pendingin yang dibutuhkan

(29)

Keputusan akhir apakah memilih mesin dua langkah ataukah empat langkah

biasanya lebih dipengaruhi oleh tersedianya mesin dari daya dan faktor kecepatan

yang cocok. Pemilihan mesin diesel untuk suatu instalasi daya

sebaiknya dipilih dari jenis mesin yang sama. pemilihan jenis mesin yang sama. yaitu

dari merk dengan lubang dan jumlah langkah yang sama mana akan diperoleh

beberapa keuntungan. yaitu Mengurangi jumlah suhu cadang yang harus disediakan

untuk mencegah lamanya kerusakan Memudahkan operasi dan perawatan untuk

petugas PLTD

2.5.4 Siklus Mesin Diesel 4 Langkah

Yang dimaksud dengan mesin 4 langkah ialah bahwa torak

harus membuat 4 langkah untuk memperoleh satu langkah kerja. Berarti poros engkol

harus berputar dua kali untuk mendapatkan daya satu kali. untuk memperjelas siklus

mesin diesel 4 langkah dapat dilihat pada gambar 2.4 untuk memperjelas siklus mesin

diesel 4 langkah. Perbedaan antara motor diesel dan motor bensin yang nyata adalah

terletak pada proses pembakaran bahan bakar, pada motor bensin pembakaran bahan

bakar terjadi karena adanya loncatan api listrik yang ditimbulkan oleh dua elektroda

busi, sedangkan pada motor diesel pembakaran terjadi karena kenaikan temperatur

campuran udara dan bahan bakar hingga mencapai temperatur nyala akibat kompresi

(30)

juga disebut motor bakar tekan (compression ignition engine) sedangkan motor

bensin disebut spark ignition engine.

[image:30.612.134.512.191.566.2]

Gambar 2.4. Langkah kerja motor bakar 4 tak

Sumber : Lit 12

(a) (b) (c)

(31)

Keterangan gambar

(a) Posisi awal

(b) Proses hisap, udara ditekan masuk ke dalam silinder pada tekanan atmosfir dan

volume naik

(c) Proses tekan, gas ditekan secara adiabatik dan temperatur naik

(d) Proses pembakaran, kalor diserap oleh gas

(d) Proses ekspansi, gas berekspansi secara adiabatik, kalor dilepas dan tekanan gas turun

(f) dan pada akhir proses, gas sisa dibuang pada tekanan atmosfir dan volume gas turun

2.6. BAGIAN-BAGIAN MOTOR BAKAR

Motor bakar memiliki beberapa bagian yang disebut komponen inti sebuah

motor bakar. Komponen-komponen tersebut dapat dilihat pada gambar 2.5

2.6.1. Rasio langkah – diameter (Stoke-bore ratio)

Stroke adalah panjang langkah dari kerja piston diukur dari titik mati atas

(TMA) sampai titik ati bawah (TMB). Sedangkan bore adalah diameter lubang

sebelah dalam dari silinder. Perbandingan antara langkah dan diameter menentukan

(32)

jang istilah yang umum digunakan di Amerika Serikat, Inggris, Australia dan

beberapa negara. Mesin yang mempunyai ukuran diameter lebih besar dari langkah

mempunyai rasio L/D lebih besar dari satu, disebut mesin langkah pendek (short

stroke). Jika mesin mempunyai ukuran diameter lebih pendek dari langkah atau

mempunyai rasio L/D lebih kecil dari satu, disebut mesin langkah panjang (long

stroke). Mesin balap untuk formula satu (F1) mempunyai rasio bore-stroke 2.5:1 dan

dapat dipacu sampai 19000 rpm.

Mesin Langkah Pendek (Shortstroke)

Suatu mesin dikatakan langkah pendek (shortstroke) jika ukuran diameter

lebih besar dari langkah. Mesin shortstroke disebut mempunyai karakter positif,

karena stroke yang pendek berarti mempunyai friksi yang lebih kecil serta poros

engkol yang lebih kuat. Mesin shortstroke juga biasanya handal dan dapat

dioperasikan pada kecepatan tinggi. Mesin jenis ini tidak mengalami kerugian daya,

namun pada kecepatan rendah torsi relatif rendah. Kelemahan Mesin shortstroke

antara lain tidak bisa mempunyai perbandingan kompresi setinggi tipe mesin

longstroke, sehingga menyebabkan mesin shortstroke lebih boros bahan bakar dengan

emisi gas buang yang lebih jelek dibandingkan dengan mesin longstroke.

Walaupun mesin dimodifikasi dengan memendekkan langkah untuk mencapai

(33)

Mesin Short stroke lebih ringan dan pendek ukurannya namun cenderung mudah

panas (overheat).

Mesin Langkah Panjang (Longstroke)

Motor bakar torak disebut undersquare atau longstroke jika silindernya

mempunyai ukuran diameter yang lebih pendek dibandingkan dengan ukuran

[image:33.612.113.531.282.669.2]

langkah. Mesin tipe ini mempunyai karakteristik negatif karena langkah yang pan-

Gambar 2.5. Komponen-komponen inti motor bakar

Injector

(34)

jang berarti friksi yang lebih besar dan poros engkol yang lemah, dan diameter yang

lebih kecil dan ukuran katup juga kecil sehingga membatasi pertukaran gas.

Kelemahan ini dapat diperbaiki pada mesin modern dewasa ini.

Mesin jenis ini umumnya mempunyai torsi putaran rendah yang lebih besar,

juga dapat mempunyai rasio kompresi yang lebih tinggi, berarti lebih hemat bahan

bakar dan menghasilkan gas buang yang lebih bersih. Walaupun mempunyai

keungulan torsi maksimum, mesin jenis ini jarang diproduksi sebab lebih berat dan

lebih tinggi.

2.6.2. Poros engkol dan urutan pembakaran dan kesetimbangan statis dan

dinamis

Pada mesin dengan jumlah silinder lebih dari 1, maka poros engkol umumnya

mempunyai konfigurasi, agar berbeda fase satu piston dengan lainnya.

Urutan penyalaan atau firing order adalah urutan penyalaan busi pada motor

bensin atau urutan injeksi bahan bakar kedalam setiap silinder pada motor diesel.

Pada motor bakar yang mempunyai lebih dari 2 silinder, maka urutan penyalaan tidak

terjadi berurut secara seri, namun dengan urutan tertentu untuk agar kestabilan mesin

terjaga. Urutan penyalaan ini sangat kritis untuk memperkecil vibrasi dan mencapai

pengoperasian yang halus, agar didapatkan kenyamanan pengguna dan umur mesin

(35)
[image:35.612.117.516.112.490.2]

Gambar 2.6. Berbagai contoh susunan piston pada motor bakar

Sumber : Lit 13

2.6.3. Desain katup, cam

Katup ini berfungsi untuk membuka dan menutup aliran udara dan bahan

bakar yang masuk dan keluar dari tuang bakar. Lihat gambar 2.7 contoh desain katup

dan cam pada sebuah motor bakar. Katup ini digerakkan oleh cam shaft yang berputar

seiringan dengan bergerakknya piston. Pada saat langkah masuk, cam akan

menggerakkan katup masuk terbuka dan udara murni akan mengalir masuk ke dalam

silinder. Dan pada langkah kedua (langkah kompresi), katup masuk akan tertutup dan

katup buang juga tertutup. Pada saat langkah ketiga (langkah usaha) terjadi penyalaan

(36)

masih dalam posisi tertutup. Lalu pada saat langkah keempat (langkah buang) katup

masuk akan tertutup dan katup buag akan terbuka dan membuang (melepaskan)

gas-gas sisa pembakaran.

Dalam design katup ini, design dibuat harus sesuai dengan keperluan yang

dimaksud, sehingga pada saat bekerja tidak dijumpai kesalahan. Bentuk penutup

katup harus disesuaikan dengan besar dan bentuk mulut ruang bakar agar katup

berada tepat pada dudukan yang benar sehingga kebocoran-kebocoran yang tidak

diharapkan dapat dibuat sekecil mungkin. Bagian-bagian yang penting pada katup

adalah :

a. Katup,

Berfungsi sebagai penutup lubang ruang bakar

b. Pegas pembalik

Berfungsi sebagai pembalik posisi katup setelah penekanan

c. Batang pengungkit

Berfungsi untuk meneruskan gerak menekan dari batang penekan

d. Batang penekan

Berfungsi sebagai penerima tekanan dari cam

(37)
[image:37.612.121.492.121.519.2]

Gambar 2.7. Contoh desain katup dan cam pada motor bakar

Sumber : Lit 13

2.6.4. Ruang bakar

Pada motor diesel konstruksi ruang bakar sangat penting. Ruang bakar adalah

(38)

maksud agar pembakaran dapat terlaksana dengan sempurna dan menyeluruh pada

langkah tenaga. Menurut Arismunandar (1994) ada 4 jenis ruang bakar yang umum

digunakan yaitu :

1. ruang bakar terbuka

2. ruang bakar kamar muka

3. ruang bakar turbulen, dan

4. ruang bakar lanova

Ruang bakar terbuka

Ruang bakar terbuka adalah desain ruang bakar yang paling sederhana (lihat

gambar 2.8). Disini, tugas penyemprot bahan (injector) bakar sangat berat, karena

harus mengkabutkan dan menistribusikan secara merata agar terjadi pembakaran

sempurna. Bahan bakar ini harus bercampur dengan udara yang dipadatkan sampai

bagian terjauh, namun harus dijaga agar tidak menembus sampai silinder karena

dapat merusak kualitas pelumas. Tipe ruang pembakaran ini menggunakan tekanan

injektor 180-300 kg/cm2 bahkan dapat mencapai 1500-2000 kg/cm2 mesin diesel

besar. Ruang bakar ini lebih cocok dipergunakan pada motor diesel putaran rendah.

Motor diesel putaran rendah dikatakan paling ekonomis konsumsi bahan

bakarnya spesifiknya, yaitu antara 152-187 g/HP-jam.

[image:38.612.116.446.197.354.2]
(39)
[image:39.612.171.453.117.390.2]

Gambar 2.8. Desain ruang bakar terbuka

Ruang bakar kamar muka

Ruang bakar kamar muka, terdiri dari dua bagian, yaitu kamar muka dan

ruang bakar utama seperti ditunjukkan pada Gambar. Kamar muka berupa ruang

kecil (30-40% volume ruang sisa) disebelah ruang bakar utama, dimana injektor

ditempatkan. Menjelang 25-30 derajat sebelum TMA bahan bakar disemprotkan.

Pembakaran yang terjadi di kamar muka, namun karena jumlah udara dalam kamar

muka terbatas maka pembakaran masih belum sempurna. Namun demikian, adanya

tekanan udara yang tinggi hasil pembakaran awal ini mendorong bahan bakar ke

ruang bakar utama dengan kecepatan tinggi sehingga pembakaran lanjutan dapat

dilakukan lebih sempurna. Proses ini disebut proses pengabutan kedua. Ruang bakar

tipe ini tidak membutuhkan injektor tekanan tinggi, biasanya digunakan tipe nosel

(40)

antara 16-17. Ini menguntungkan karena bahan bakarnya lebih murah, dan dapat

menggunakan bahan bakar dengan viskositas lebih tinggi. Tekanan gas maksimum

berkisar antara 50 - 60 kg/cm2.

Dibandingkan dengan ruang bakar kamar terbuka, pemakaian bahan bakar

spesifik sekitar 15% lebih boros, yaitu antara 192-223 g/HP-jam. Kerugian kalor ini

disebabkan volume ruang bakarnya yang lebih besar, sehingga banyak panas yang

hilang karena proses pindah panas melalui dinding ruang bakar. Pada saat dingin

kadang sulit dihidupkan, sehingga perlu ditambahkan pemanas di kamar muka.

[image:40.612.159.453.324.525.2]

Gambar 2.9. Desain ruang bakar kamar muka

Ruang bakar turbulen

Ruang bakar turbulen mempunyai konstruksi yang mirip dengan ruang bakar

kamar muka, yaitu mempunyai 2 bagian. Namun demikian bagian turbulen

(41)

Dengan desain seperti angka 9, maka udara yang ditekan pada langkah

kompresi mengalami turbulensi, dan bergerak makin kencang seiringdengan

kecepatan torak yang mendorong udara tersebut. Pada saat bahan bakar

disemprotkan, turbulensi ini membantu proses pengkabutan bahan bakar dan

pencampurannya dengan udara. Karena itu mesin dengan ruang bakar ini juga tidak

memerlukan injektor dengan tekanan tinggi, umumnya antara 85-140 kg/cm2. Seperti

juga ruang bakar kamar muka, mesin dengan ruang bakar ini juga memerlukan

pemanas (glow plug). Adanya turbulensi mempersingkat perioda pembakaran

terkendali, sehingga ruang bakar ini sangat baik untuk motor diesel tekanan tinggi.

Tekanan gas maksimum berkisar 60-70 g/cm2. Pemakaian bahan bakar spesifik pada

jenis ruang bakar ini juga cukup irit, yaitu berkisar 187-213 g/HP-jam.

[image:41.612.166.470.396.661.2]

(42)

Ruang bakar lanova

Prinsip kerja ruang bakar lanova mirip dengan ruang bakar terbuka, perbedaan

utamanya terletak pada penempatan injektornya tidak dalam ruang lanova tetapi di

sebelah luarnya. Sekitar 60% bahan bakar disemprotkan di ruang lanova kecil (yang

volumenya hanya 10% dari ruang sisa). Ruang lanova terbagi dua, yaitu ruang

lanova kecil dan ruang lanova besar. Pada saat bahan bakar disemprotkan,

mula-mula terjadi pembakaran pada ruang lanova kecil. Kenaikan tekanan karena

pembakaran ini menyebabkan campuran bahan bakar yang belum terbakar

menyembur ke ruang lanova besar pada kecepatan tinggi, maka terjadi proses

pencampuran yang lebih efektif dan menyebabkan arus turbulen. Pada saat torak

mulai turun dari TMA menuju ke TMB terjadi perbedaan tekanan yang sangat besar

antara ruang lanova dan ruang bakar utama, sehingga campuran bahan bakar dan

udara memasuki ruang bakar utama dengan kecepatan lebih tinggi dan terjadi proses

pembakaran yang lebih sempurna. Ruang bakar ini menggunakan tekanan nosel

125-130 kg/cm2, dengan sudut pancaran yang lebih kecil. Jenis ruang bakar ini cocok

untuk bahan bakar dengan nilai oktan yang lebih tinggi. Perbandingan kompresi

umumnya untuk mesin dengan ruang bakar jenis ini berkisar 13-15 (cukup rendah).

Tekanan gas maksimum mencapai 60-100 kg/cm2. Pemakaian bahan bakar spesifik

(43)

jenis ini sangat menguntungkan, terutama penggunaannya pada mesin diesel dengan

beragam kecepatan, termasuk kecepatan tinggi.

[image:43.612.155.485.192.519.2]

Gambar 2.11. Desain ruang bakar lanova

2.8. SISTEM PENDINGINAN

Adanya proses pembakaran akan mengakibatkan suhu ruang bakar menjadi

naik sehingga dapat mengakibatkan kerusakan dinding ruang bakar katub-katub

puncak torak dan kemacetan cincin torak. Disamping itu minyak pelumas yang

melumasi torak akan menguap dengan cepat dan silinder dapat rusak, dan

menimbulkan gangguan kerja mesin. Oleh sebab itu diperlukan suatu sistem

(44)

Metode pendinginan dapat dibedakan berdasarkan jumlah jenis medium

pendingin yang digunakan dan sistem yang digunakan. Berdasarkan jenis medium

pendingin yang digunakan ada dua yaitu medium pendingin udara yang digunakan

pada unit mesin kecil dan medium pendingin air yang digunakan pada unit mesin

besar. Diesel memerlukan air 40 s/d 60 liter untuk mendinginkan setiap daya kuda

setiap jamnya.

Adapun bagian yang perlu didinginkan di mesin adalah bagian silinder,

karena bagian atasnya terpanas dan sebagian panas gas pembakaran dipindahkan

langsung ke pendinginnya bagian bawah silinder, perpindahan panas ke pendingin

tidak langsung tetapi lewat torak dan cincin torak jika pendingin tidak berfungsi baik,

maka suhu silinder naik dan menyebabkan kerusakan dinding ruang bakar, minyak

pelumas akan menguap. Batas pemanas yang diperbolehkan adalah 70 oC. Fungsi dari

sistem pendingin dapat diklasifikasikan menjadi :

1. Pendingin mesin, berfungsi untuk memelihara beban temperatur yang dapat di

terima piston dan tutup silinder

2. Pendingin oli, berfungsi untuk mengontrol temperatur sehingga viskositas oli

pelumasan berada dalam batas yang diperlukan untuk menghasilkan pelumasan

yang efektif. Oli pelumas juga berfungsi untuk mendinginkan piston.

3. Pendingin udara, berf'ungsi untuk menaikkan densitas udara yang masuk silinder

(45)

bakar, selain itu juga berfungsi untuk memelihara temperatur yang dapat diterima

oleh katup pengeluaran udara.

2.9. SISTEM PELUMASAN

Bagaimanapun baiknya sebuah mesin dirancang dari segi efisiensi panas dan

kekuatannya dan bagaimanapun baiknya pembuatan dari segi bahan dan

pengerjaannya kalau pelumasan dan semua bagian yang bergerak tidak diperhatikan

dengan baik, maka mesin tidak akan berjalan sama sekali. Kegunaan dari pelumasan

adalah :

1. Mengurangi keausan permukaan bantalan dengan menurunkan gesekan

diantaranya

2. Mendinginkan permukaan bantalan dengan membawa pergi panas yang

dibangkitkan oleh gesekan

3. Membersihkan permukaan dengan membawa butiran logam yang dihasilkan dari

keausan.

Sistem pelumasan memerlukan pompa sirkulasi minyak pelumas

Pada dasarnya umur dan efisiensi sangat tergantung pada sistem ini. Pelumasan ini

(46)

2.10. SISTEM BAHAN BAKAR

Pada mesin diesel, bahan bakar yang digunakan adalah solar. Dalam bahan

bakar dibutuhkan tangki sebagai penyedia bahan bakar. Ada 2 macam tangki bahan

bakar :

Tangki Harian : Tangki ini biasanya diletakkan diruang mesin dan harus berisi

minyak yang cukup untuk mengoperasikan mesin selama satu hari kerja penuh atau 8

sampai 9 jam. Untuk mesin yang sangat besar tangki harian harus berisi bahan bakar

sebanyak yang diijinkan oleh peraturan Pemadam Kebakaran Batas penyimpanan

dalam gedung adalah 909,2 liter (200 galon) sehingga tangki yang besar harus

ditambahkan diluar bangunan.

Tangki penyimpanan utama (Storage Tank) : tangki penyimpanan dapat ditempatkan

diatas/ dibawah tanah. Tangki diatas tanah biasanya merupakan tangki baha silindris.

Jadi tangki harus jauh dari gedung sentral dimana jika terjadi kebocoran dapat

mengakibatkan kebakaran. Merencanakan tangki penyimpanan harus diperhitungkan

pemakaian bahan bakar dan untuk berapa lama bahan bakar disediakan2

dimana :

Vth = Volume tangki penyimpanan bahan bakar (liter)

2

Abdul Rizal, Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) dengan daya 1500 KW di PT PLN Pulau

Vth = ---(2.7)

1iter

KWH x

(47)

T = untuk berapa lama bahan bakar disediakan (hari)

Sistem bahan bakar memerlukan pompa transfer bahan bakar. Merencanakan daya

pompa transfer bahan bakar harus memperhatikan kapasitas dari pompa bahan bakar

yang dipakai3

dimana :

P = daya pompa bahan bakar (KW)

Q = kapasitas pompa (liter/det)

= efisiensi pompa (%)

2.11. SISTEM PEMBUANGAN GAS

Kegunaan dari sistem pembuangan gas adalah untuk membawa gas buang dari

silinder mesin ke atmosfer, melindungi lingkungannya terhadap gas buang dan

meredam kebisingan yang dibuat oleh gas buang yang keluar. Pada akhir langkah

ekspansi gas didalam silinder mesin masih bertekanan cukup tinggi yaitu 30 sampai

50 psig. Kalau tiba-tiba dilepaskan kedalam pipa yang berisi gas pada tekanan

atmosfir, maka gas buang menimbulkan kenaikan tekanan dalam pipa dan

memberikan kecepatan kepada gas dalam pipa. Aliran dan kelembabannya

3 Ibid

Q . H P =

(48)

menghasilkan penurunan tekanan dalam silinder dan kenaikan tekanan dalam pipa

buang. Kenaikan tekanan ini karena kelembamam gas, diikuti dengan penurunan

tekanan. Tekanan yang naik turun/bergelombang tersebut tidak hanya terjadi pada

pipa buang, tetapi dapat dikembalikan ke dalam silinder mesin, keadaan buang ini

disebut tekanan balik. Suatu kenaikan 1 % dalam tekanan balik, akan menurunkan

keluaran daya sebesar kira-kira 1,5 %. Untuk mesin empat langkah panjang pipa yang

paling baik adalah sependek mungkin, tetapi untuk mesin dua langkah pipa

disesuaikan sehingga memberikan tekanan balik yang terjadi serendah mungkin

dalam saluran ketika gas buang mulai keluar pada daur berikutnya.

Untuk menghitung panjang pipa buang dengan menggunakan persamaan4

Dimana :

P = tekanan untuk mendorong gas buang

udara = kecepatan udara

gas = kecepatan gas

:

Kecepatan udara dan kecepatan gas dapat dicari dengan5

4

Eddy Harmadi Tjokrowisastro dan Budi Utomo Kukuh Widodo, Teknik Pembakaran Dasar dan Bahan Bakar (Surabaya, FTI-ITS 1990)

5

Eddy Harmadi Tjokrowisastro dan Budi Utomo Kukuh Widodo, Teknik Pembakaran Dasar dan

L = P ( udara – gas)

---(2.11)

--- (2.12) P _

(49)

Dimana :

P = Tekanan 1 atm (1,033.104 kgf/m2)

R = konstanta gas yaitu 29.27

T = suhu udara (oK)

2.12. PERAWATAN

Maintenance (pemeliharaan/perawatan) adalah hal yang sangat penting agar

mesin selalu dalam kondisi yang baik dan siap pakai. Peralatan sistem pembangkit

tenaga listrik dan mesin-mesin serta peralatan lain yang

terdapat di dalam suatu pabrik memerlukan perawatan secara teratur dan baik

untuk mengurangi kerusakan pada mesin dan medukung agar proses produksi dapat

berjalan dengan baik. Tujuan dari maintenance/ perawatan adalah :

1 . Menjaga agar mesin dapat berjalan dengan baik dan lancar.

2. Memperpanjang umur mesin

3 . Menjaga agar kualitas yang dihasilkan tetap baik.

Maintenance/perawatan memberikan pemeriksaan yang teratur pada mesin.

Perbaikan-perbaikan preventif dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan jadwal

diluar jadwal perawatan harian. Panjang dari jangka waktu yang ditentukan

tergantung pada perencanaan mesin, tujuan pemakaiannya dan kondisi kerjanya.

Metode yang dipergunakan untuk melakukan maintenance terdiri dari dua macam

(50)

1. Preventif maintenance

Preventif maitenance dilakukan dengan melakukan perawatan secara

berkala tanpa menunggu mesin atau peralatan yang lain itu rusak terlebih dahulu.

Preventif maintenance yang dilakukan antara lain :

 Menjaga kebersihan mesi-mesin dan peralatan instalasi tenaga listrik

serta peralatan lain yang dipergunakan setiap hari

 Mengganti minyak pelumas mesin bagi mesin yang membutuhkan penggantian

secara berkala.

 Memberi minyak pelumas pada permukaan yang bersentuhan dan bergesekan,

misalnya roda gigi, roll, sebagainya.

 Memeriksa tangki-tangki dan saluran gas yang bertekanan untuk mencegah

terjadinya kebocoran yang dapat menimbulkan kebakaran dan kerugian

2. Repair maintenance

Repair maintenance diiakukan dengan jalan memperbaiki mesin-mesin dan

peralatan instalasi tenaga listrik serta peralatan lain yang rusak. Repair maintenance

yang dilakukan antara lain :

 Mengganti suhu cadang yang rusak dengan persediaan yang ada

(51)

 Menggantikan sementara mesin atau peralatan lain yang rusak dengan peralatan

cadangan. sehingga mesin atau peralatan lain yang rusak dapat diperbaiki di

(52)

BAB III

PENENTUAN SPESIFIKASI

3.1. DATA PERALATAN

Perkembangan industrialisasi di Indonesia memberikan banyak manfaat,

namun manfaat tersebut harus diimbangi dengan penyediaan energi listrik yang

memadai. Berhubung karena adanya kesulitan dari pihak pemasok energi listrik yang

dalam hal ini dilakukan oleh pihak PLN (Perusahaan Listrik Negara) sehingga para

pemakai jasa layanan listrik ini harus mencari alternatif lain sebagai sumber energi

listrik, dan salah satu alternatif yang sangat populer saat ini adalah penggunaan

Genset (Generating Set) yaitu alternator yang digerakkan oleh motor diesel.

Mengingat karena Genset ini adalah suatu peralatan yang tidak murah

harganya, maka perlu diperhatikan beberapa hal yang dapat menjamin keawetan dari

genset itu sendiri. Dan bahagian yang paling sering mendapat masalah adalah motor

penggeraknya yang dalam hal ini adalah motor diesel.

Pada PT. Dow AgroSciences Indonesia, Generating set ini juga digunakan

sebagai alat penghasil tenaga listrik yang digunakan sebagai cadangan ketersediaan

listrik manakala listrik dari PLN tidak tersedia.

Sebelum mengadakan generating set ini, maka perlu diperhitungkan mengenai

daya yang dibutuhkan oleh pemakai, baik daya listrik yang dibutuhkan maupun dari

(53)

penulis mengambil catatan list peralatan dan stasiun (panel) listrik yang

membutuhkan pasokan energi listrik sperti yang terlihat pada tabel 3-1 dan tabel 3-2.

Tabel 3-1. List panel distribusi di PT Dow AgroSciences Indonesia

No Nama Peralatan AMP KW Keterangan

1 Panel Fire pump E-605 200 Stand by power

2 Panel Listrik Workshop 200 Stand by power

3 Panel water treatment 60 Stand by power

4 Panel Fire pump E-602 200 Stand by power

5 Panel formulasi Tordon 30 Stand by power

6 Panel pompa air tanah 32 Stand by power

[image:53.612.110.528.187.706.2]

7 Panel Melter 63 Operate 24 hours

Tabel 3-2. List peralatan di PT Dow AgroSciences Indonesia

Nama Peralatan HP KW Keterangan

1. Pond Water Pump 15 HP 15 11.00 Beroperasi 24 jam

2. Drum crusher 25 HP 15 11.00 Beroperasi bila diperlukan

3. Wrapping Machine 2.00 Jarang beroperasi

4. Agitator Tordon Formulasi 0.5 0.38 Jarang beroperasi

5. Deep well pump 10 HP 10 8.00 Beroperasi sesuai dengan

kondisi level tangki

6. Pompa formulasi Tordon 3 2.25 Jarang beroperasi

7. Dryer 2.20 Beroperasi 24 jam

(54)

9. Compressor 601 50 HP 50 37.50 backup

10. Pompa transfer water treatment 7.5 5.60 Beroperasi 24 jam

11. Portable water pump 7.5 HP 7.5 5.60 Jarang beroperasi

12. Pompa sand filter 1 3.2 2.40 Beroperasi 24 jam

13. Pompa Sand filter 2 ESPA 2.00 Beroperasi 24 jam

14. ESPA PDAM storage pump 2.00 Beroperasi pada kondisi

tertentu

15. Pompa Solar ke Genset A 0.75 0.50 Stand by 24 jam

16. Pompa Solar ke Genset B 0.5 0.37 Back up pompa A

17. Pompa solar ke F/L 0.75 0.50 Beroperasi bila ada F/L yang memerlukan bahan bakar (max 4 x seminggu)

18. Sump pump A 20 HP 20 15.00 Stand by 24 jam

19. Sump pump B 20 HP 20 15.00 Backup pompa A

20. Pompa unloading solar A 5 3.00

Beroperasi ketika

unloading solar dari tangki Pertamina max 4 x

sminggu selama 4 jam/unloading

21. Pompa unloading solar B 5 3.00 Backup pompa A

22. Melter Insecticide 18 KW x 2 37.00 beroperasi 24 jam

23. Big Fire pump 75.00 Stand by 24 jam (belum

pernah beroperasi)

24. Workshop 16.00 Beroperasi 24 jam

25. Jocky Fire pump 20 16.00 Stand by 24 jam

26. pompa sirkulasi Herbo

(Fristam) 8.50

Beroperasi ketika ada formulasi herbo

27. High shear Herbo formulasi 12.60 Beroperasi ketika ada

formulasi herbo

28. Pompa transfer air tanah 15 11.00 Tidak beroperasi (hanya menggunakan gravitasi) 29. Pompa Formulasi Clincher 15 11.00 Beroperasi ketika ada

(55)

30. Pompa formulasi DMA 7.50 Beroperasi ketika ada formulasi DMA

31. Polipon Agitator 0.75 Beroperasi ketika ada

formulasi DMA

32. Monopump DMA 2.00 Beroperasi ketika ada

formulasi DMA

33. Pompa washing Herbo 5.00 Beroperasi ketika ada

formulasi herbo

34. Agitator Herbo 3 2.00 Beroperasi ketika ada

formulasi herbo 35. Blower Herbicide formulasi 15 11.00 Beroperasi ketika ada

formulasi herbo

36. Agitator Success 1.50 Beroperasi ketika ada

formulasi Success

37. Agitator Pluronic 0.75 Beroperasi ketika ada

formulasi Success

38. High shear veegum 4.00 Beroperasi ketika ada

formulasi Success

39. Agitator V-408 15 11.00 Belum pernah beroperasi

40. Monopump V-408 4.00 Belum pernah beroperasi

41. Pompa transfer dursban 0.75 0.50 Beroperasi ketika ada filling Dursban 42. Pompa formulasi Dursban 7.5 5.00 Beroperasi ketika ada

formulasi Dursban 43. Pompa formulasi Insecto 5.5 4.00 Beroperasi ketika ada

formulasi Insecto

44. Pompa transfer Insecto 3.70 Beroperasi ketika ada

formulasi Insecto

45. New OBI 16.00 Beroperasi ketika ada

filling Dursban

46. Mesin cuci 5.00 24 jam

47. Wascator dryer 10.00 24 jam

48. Herbicide Filling mesin 10.00 Beroperasi ketika ada

filling Herbicida

49. Kantor Admin 13.00 Central AC beroperasi

hanya 8 jam/hari

50. Herbicida melter 18.00 24 jam

51. Insecticida filling 5.00 Beroperasi ketika ada

(56)

52. Insecticida exhaust fan 7.00 Beroperasi ketika ada filling/formulasi Insektisida

53. water heater 5.00 Beroperasi ketika ada

pencucian tangki WBI

54. Panel laboratorium 5.00 24 jam

55. Mesin filling drum 3.00 Beroperasi ketika ada

filling produk ke drum

56. Portable pump 0.50 24 jam

57. Nitrogen generator 3.00 24 jam

58. Lampu penerangan 3.00 Beroperasi pada malam

hari

Catatan :

Total daya Listrik yang dibutuhkan adalah 537 KW

Pabrik beroperasi selama 5 hari/minggu dan 24 jam/hari

Pabrik beroperasi 2 line filling dan 1 formulasi setiap hari

3.2. RENCANA PENGEMBANGAN PRODUKSI

Rencana Jumlah liter yang akan diproduksi selama proyeksi 5 tahun dapat

(57)

4,200,000.00 4,400,000.00 4,600,000.00 4,800,000.00 5,000,000.00 5,200,000.00 5,400,000.00 5,600,000.00 5,800,000.00 Total Jumlah Liter Rencana Produksi 2007 2008 2009 2010 2011

Gambar 3-1. Grafik proyeksi rencana produksi selama 5 tahun

Berarti untuk peningkatan jumlah produksi yang akan dilakukan pada tahun terakhir

dibandingkan dengan tahun 2008 adalah sebagai berikut :

x 100 %

Persentase Kenaikan = Jumlah Produksi tahun terakhir – Jumlah produksi 2008 Jumlah Produksi 2008

Persentase Kenaikan = 5.646.061,79 – 5.037.500,84 5.037.500,84

= 12 %

x 100 %

2007 2008 2009 2010 2011

Total 5,382,592.75 5,037,500.85 4,893,681.85 4,731,923.85 5,646,061.79

DMA Facility (DMA) 1,251,584.00 1,156,990.08 1,115,840.08 1,114,480.08 1,365,671.29

Oil Based Herbicide (Herbo) 1,906,818.00 1,706,268.00 1,618,084.00 1,463,916.00 1,561,577.00

Water Based Herbicide (Topstar) - - - -

-Water Based Herbicide (Tordon) 156,380.00 200,634.00 144,034.00 139,424.00 83,232.00

Water Based Insecticide (Success) 518,063.00 497,977.26 539,974.26 536,090.26 449,925.50

Oil Based Insecticide (Insecto) 588,467.00 561,679.00 561,797.00 564,061.00 1,166,911.00

Oil Based Insecticide (Dursban) 961,280.75 913,952.50 913,952.50 913,952.50 1,018,745.00

[image:57.612.116.524.103.481.2]

RENCANA PRODUKSI

Tabel 3-3. Proyeksi Rencana Produksi selama 5 tahun

(58)

3.3. KONDISI PEMBEBANAN

Untuk menentukan kapasitas listrik yang dibutuhkan, diperlukan data yang

menunjukkan kondisi beban puncak yang terjadi pada PT. Dow agroSciences

Indonesia agar diketahui pada saat kapan dan kondisi yang bagaimana yang perlu

diperhitungkan ketika menentukan spesifikasi besarnya daya listrik yang dibutuhkan.

Berdasarkan grafik 3-2 dan tabel 3-4, didapat bahwasanya kenaikan pemakaian listrik

mulai terjadi pada pukul 19:00 karena pada saat ini semua lampu di area produksi dan

lampu penerangan jalan sudah hidup. Dan pemakaian beban tertinggi terjadi pada saat

pukul 06:00 s/d pukul 07:00, karena pada waktu ini listrik ke Admin (kantor) mulai

[image:58.612.113.448.399.625.2]

dijalankan dan Central AC sudah hidup secara otomatis.

Tabel 3- 4. Data Kondisi Pemakaian Beban Listrik

Waktu Ampere Daya Waktu Ampere Daya

8:00 275 144799.4475 21:00 300 157963

9:00 275 144799.4475 22:00 300 157963

10:00 270 142166.7303 23:00 295 155330.3

11:00 280 147432.1647 0:00 290 152697.6

12:00 290 152697.5992 1:00 290 152697.6

13:00 270 142166.7303 2:00 290 152697.6

14:00 275 144799.4475 3:00 295 155330.3

15:00 285 150064.882 4:00 295 155330.3

16:00 290 152697.5992 5:00 290 152697.6

17:00 285 150064.882 6:00 305 160595.8

18:00 295 155330.3164 7:00 305 160595.8

19:00 300 157963.0337 8:00 275 144799.4

(59)
[image:59.612.120.507.116.348.2]

Kondisi Pemakaian Listrik 130000.00 135000.00 140000.00 145000.00 150000.00 155000.00 160000.00 165000.00 8: 00 10: 00 12: 00 14: 00 16: 00 18: 00 20: 00 22: 00 0: 00 2: 00 4: 00 6: 00 8: 00 Waktu Wa tt Watt

Gambar 3.2. Grafik pemakaian Listrik di PT Dow AgroSciences Indonesia

Dengan data ini dapat di tentukan besarnya daya listrik sebenarnya yang

terjadi pada saat pemakaian tertinggi adalah sebagai berikut :

W = Volt x Amp x √3 x cos

= 380 x 305 x 1,73 x 0,8

= 160.405,6 Watt

= 160,405 KW

3.4. SISTEM KETERPASANGAN

Generator pada PT Dow AgroSciences Indonesia tidak bekerja secara terus

menerus. Sistem keterpasangan dan sistem sambungan aliran tenaga listrik pada PT

(60)
[image:60.612.132.493.124.302.2]

Gambar 3.3. Sistem keterpasangan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel

Dan untuk sistem keterpasangan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel itu sendiri, dapat

dilihat pada gambar 3-4.

Gambar 3.4. Sistem keterpasangan Motor Diesel sebagai Penggerak

PLN CUBICAL TRAFO LOAD

G

BAHAN BAKAR

MOTOR

DIESEL COUPLING GENERATOR

[image:60.612.118.543.372.540.2]
(61)

3.5. PENENTUAN SPESIFIKASI YANG DIBUTUHKAN 3.5.1. Penentuan Daya Motor

Untuk menentukan daya motor penggerak berdasarkan output Daya listrik yang

dibutuhkan dapat ditentukan dengan rumus 6

Dimana :

Ne = Output Motor (HP)

W = Output Generator (KW)

cos = Faktor daya 3 phasa (0,8)

= Efisiensi Generator (%)

dari data kebutuhan listrik ketika beban puncak sebesar 160,465 KW maka :

Dengan asusmsi pertumbuhan produksi 12 % dan pengembangan peralatan untuk

proses aminasi sebesar 30% maka kebutuhan listrik ditentukan sebagai berikut :

Maka besarnya Daya motor bakar yang dibutuhkan adalah7

6

Nakoela Soenarta Dipl-ING, Dr Shoichi Furuhama, Motor Serbaguna, edisi revisi, Pradnya Paramita Jakarta

7

Nakoela Soenarta Dipl-ING, Dr Shoichi Furuhama, Motor Serbaguna, edisi revisi, Pradnya Paramita Jakarta

: Ne = W . cos 0,736 . --- (3.1)

Kebutuhan Listrik = 160,465 + (160,465 KW x 12%) + (160,465 x 30%)

(62)

=

Putaran motor (n)8

maka untuk frekwensi 50 Hz dan kumlah pol sebanyak 4 buah, dapat ditentukan

besarnya putaran motor yang diinginkan Dimana :

n = Putaran motor (rpm)

f = Frekwensi (Hz)

p = Jumlah pol

Daya motor penggerak (Ne) = 227,86 KW . 0,8 0,736 . 0,8

= 310 KW 182,288 KW 0,588

= 420 HP

Putaran Motor (n) = f

p 120 x

Putaran Motor (n) = 50

4 120 x

(63)

BAB IV

PERENCANAAN MESIN DIESEL

4.1. SPESIFIKASI AWAL

Untuk melakukan analisa dan perencanaan mesin, ditentukan spesifikasi awal

sebagai berikut :

Daya (Ne) = 420 HP

Putaran Mesin (n) = 1500 RPM

Jumlah silinder (i) = 6

Silinder (Z) = 4 tak (4 langkah)

Tekanan Efektif (Pe), harga efektif rata-rata untuk diesel 4 langkah adalah 5,5 – 6,09

Torak (piston) bersama-sama cincin torak berfungsi untuk menghisap udara

segar, mengubah tenaga panas menjadi tenaga mekanik dan mencegah (menyekat)

hubungan di atas torak dan di bawah torak. Torak harus dibuat dari bahan yang

mempunyai sifat-sifat ringan, kuat, kokoh, pengantar panas yang baik, koefisien muai

yang kecil, tahan panas dan tahan aus.

kg/m2, diambil = 5,7 kg/cm2

Efisiensi mekanik ( m) = 0,80

4.2. TORAK/PISTON

9

(64)

1) Perhitungan ukuran-ukuran utama torak :

a. Diameter Torak (D)

Dimana :

D = Diameter Torak (mm)

Ne = Daya Motor (HP)

Pe = Tekanan efektif (kg/cm2)

Cm = kecepatan rata-rata piston untuk diesel putaran tinggi (8,5 – 12 m/det)10,

diambil 9,5 m/det

Langkah Torak (L)

Syarat L/D untuk Motor diesel adalah 0,8 – 2,011

D = Ne

0,00523 . Pe . Cm . i

420

0,00523 . 5,5 . 9,5 . 6 D =

D = 16,0 cm = 160 mm

Cm . 30

n L =

9,5 . 30

1500 L =

(65)

Maka untuk pemeriksaan :

L/D = 190/160

= 1,18 (Termasuk Motor Diesel Putaran Tinggi)

Sehingga harga L dan D sudah memenuhi syarat

Isi (volume) langkah piston (Vd)

Vd = 0,785 . (0,160)2 . 0,190

= 0,00381 m3

= 3,81 liter

Volume ruang bakar (Vc)

= 1 +

Syarat (perbandingan kompresi) untuk motor diesel putaran tinggi adalah 12 – 1612,

dipilih 16, maka :

= – 1

11

Ir Isril Amir, Catatan Motor Bakar, Universitas Sumatera Utara 12

Daryanto, “Contoh Perhitungan Perencanaan Motor Diesel 4 Langkah” Tarsito Bandung, 1984

4 D

2

. L Vd =

Vd Vc Vd Vc Vd Vc

= 16 – 1

Vc =

3,81

15

(66)

Tinggi Torak (H)

13

Maka,

H = 1,3 . D

H = 1,3 . 160 mm

= 208 mm

Tinggi dari puncak torak hingga ring atas (h)

14

Maka,

h = 0,16 . D

= 0,16 . 160 mm

= 25,6 mm

Tebal piston crown (hcr)

Maka,

hcr = 0,17 . D

hcr = 0,17 . 160 mm

13

Daryanto, “Contoh Perhitungan Motor Diesel 4 Langkah” Tarsito Bandung, 1984

H

D

= 1,16 ÷ 1,54 (Diambil 1,3)

H

D

= 1,3

h

D

= 0,14 ÷ 0,2 (Diambil 0,16)

h

D

= 0,16

Hcr

(67)

hcr = 27,2 mm ~ 27 mm

Jarak antara dua lubang ring torak (hl)

hl = 0,05 . D

= 0,05 . 160 mm

= 8 mm

Panjang dari sumbu piston pin sampai dasar piston (H1)

H1 = 0,40 . L

= 0,40 . 190 mm = 76 mm

Tinggi Piston Skirt (H2)

H2 = 0,66 . 190 mm = 125,4 mm ~ 125 mm

Diameter Luar pin (dex)

dex = 0,36 . D

hl

D

= 0,04 ÷ 0,065 (Diambil 0,05)

Hl

L

= 0,38 ÷ 0,50 (Diambil 0,40)

H2

L

= 0,62 ÷ 0,70 (Diambil 0,66)

dex

D

(68)

= 0,36 . 160 mm = 57,6 mm ~ 58 mm

Jarak tengah-tengah antara pin (bb)

[image:68.612.147.455.238.661.2]

bb = 0,40 . 160 mm = 64 mm

Gambar 4.1. Piston bb

D

= 0,40

D

(69)

Piston dengan = ¼, piston skirt mengalami beban normal maksimum pada dinding

peluncur sebesar15

Nmax = 0,1 . P

Dimana, P = :

pz = Tekanan akhir pembakaran (55 ÷ 75 atm), diambil pz = 70 atm

PZ =

= 14067 kg

Nmax = 0,1 . 14067

= 1406,7 kg ~ 1406 kg

Tekanan samping spesifik maksimum (q) pada permukaan piston16

q =

= 7,01 kg/cm2

Syarat harga q = 5 ÷ 7 kg/cm2, berarti piston skirt masih mampu menahan tekanan

samping yang terjadi.

:

q =

3) Perhitungan Piston

15

Daryanto, Drs “Contoh Perhitungan Motor Diesel 4 Langkah” Tarsito Bandung, 1984 16

ibid

4 D

2

. Pz

3,14 4 16

2

. 70

Nmax

D . H2

1406,7 16 . 12,54

(70)

Gambar 4.2. Piston crown

Keterangan :

a = Jarak titik berat ½ lingkaran ke titik pusat lingkaran, untuk crown a =

b = Jarak titik berat ½ lingkaran ke titik pusat lingkaran,

b =

Dimana :

Di = Diameter piston crown barrel

D = Diameter piston

D 2 3

(71)

Untuk menghitung bending stress piston kita bayangkan tekanan gas P terbagi rata

dan piston crown berbentuk bulat yang bergerak bebas di dalam silinder dengan

diameter piston crown (Di).

Gaya tekanan gas pada luas ½ lingkaran piston crown

Feg = = pz

Moment yang terjadi pada bidang ½ lingkaran crown

Mb = Feg . a = pz

Moment reaksi dari cincin ½ lingkaran

Mb” = – Feg . b = – pz

Resultante moment bending Mb :

Mb = Mb’ + Mb”

Mb = pz pz Dengan menganggap D ~ Di

Didapat :

Mb = – pz

= – 70

= 11946,6 kg cm ~ 11946 kg cm

Moment tahanan (

Gambar

Tabel 3-4. Data Kondisi Pemakaian Beban Listrik .................................................
Gambar 2.1.  Siklus diesel
Gambar 2.2. P – V diagram siklus Otto
Gambar 2.4. Langkah kerja motor bakar 4 tak
+7

Referensi

Dokumen terkait