• Tidak ada hasil yang ditemukan

Non Voting Behaviour Dalam Pemilu Presiden 2009 Suatu Studi Perilaku Tak Memilih Di Kecamatan Paranginan Kabupaten Humbang Hasundutan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Non Voting Behaviour Dalam Pemilu Presiden 2009 Suatu Studi Perilaku Tak Memilih Di Kecamatan Paranginan Kabupaten Humbang Hasundutan"

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)

NON VOTING BEHAVIOUR DALAM PEMILU

PRESIDEN 2009

SUATU STUDI PERILAKU TAK MEMILIH DI KECAMATAN PARANGINAN KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN

D I S U S U N Oleh:

NAMA :PEBRINA ELISABETH SIBURIA

NIM : 050906068

DOSEN PEMBIMBING : Drs. P. ANTHONIUS SITEPU, M. Si DESEN PEMBACA : INDRA FAUZAN, SHI, M.Soc.Sc

DEPARTEMEN ILMU POLITIK

FAKULTAS ILMU SOSISAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMETERA UTARA

(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

Halaman Persetujuan

Skripsi ini telah disetujui dan dipertahankan dan diperbanyak oleh:

Nama : Pebrina Elisabeth Siburian

Nim : 050906068

Departemen : Ilmu Politik

Judul : Non Voting Behaviour dalam Pemilu 2009, Suatu Studi PerilaTak

Memilih di Kecamatan Paranginan Kabupaten Humbang Hasundutan.

Menyetujui

Ketua

Departemen Ilmu Politik

(Drs. Heri Kusmanto, MA)

NIP.196410061998031002

Dosen Pembimbing Dosen Pembaca

(Drs, P, Anthonius Sitepu, M.Si) (Indra Fauzan, SHI,M.Soc. Sc)

NIP.195207011985111001 NIP.198102182008121002

Mengetahui Dekan FISIP USU

Drs. Humaizi, MA NIP. 195908091860111002

(3)

NON VOTING BEHAVIOUR DALAM PEMILU

PRESIDEN 2009

SUATU STUDI PERILAKU TAK MEMILIH DI KECAMATAN PARANGINAN KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN

Nama : Pebrina Elisabeth Siburian Nim : 050906068

ABSTRAKSI

Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden secara langsung terkait dengan peran serta masyarakat dalam memberikan dukungan suara kepada partai politik dan kandidat yang ada. Proses pemilihan Presiden langsung ini akan menghadirkan perilaku politik dari masing-masing pemilih. Dan banyak faktor yang mempengaruhi preferensi kandidat dari pemilih tersebut. Salah satu faktor tersebut adalah pendidikan yang dianggap sebagai faktor penting dalam perilaku pemilih.

Sikripsi ini merupakan hasil dari penelitian yang telah dilakukan di Kecamatan Paranginan kabupaten Humbang Hasundutan. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggamnarkan secara umum perilaku politik dari masyarakat Kecamatan Paranginan dan sekaligus untuk mengetahui seberapa besar partisipasi mereka terhadap pemilihan. Populasi dalam penelitian ini adalah pemilih yang sudah terdaftar dalam pemilihan Presiden di Kecamatan Paranginan. Adapun ruang lingkup dari penelitian ini bahwa penelitian dilakukan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat untuk tidak ikut memilih. Penelitian dilakukan terhadap responden yang telah berhak memilih yaitu yang telah berusia 17 tahun keatas atau sudah menikah. Metode yang dilakukan adalah metode kuantitatif yaitu metode dengan mengumpulkan data yaitu penelitian ini kepustakaan dan mengumpulkan data di lapangan serta penyebaran kuisioner. Dalam penelitian ini digunakan teknik pengambilan sampel secara purposif sampling. Dan dengan menggunakan rumus dari Taro Yamane maka jumlah responden yang akan diteliti adalah 96 orang.

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis pancatkan terhadap Tuhan Yesus Kristus yang

maka pengasih dan penyayang dimana atas kasih dan berkatnya yang selalu

menyertai penulis dalam menyelesaikan sikripsi ini dengan baik.

Skiripsi ini disusun melalui pengumpulan data melalui kepustakaan dan

penyebaran kuisioner di lapangan. Dalam sikripsi ini digambarkan mengenai

faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat untuk tidak ikut memilih di

Kecamatan Paranginan Kabupaten Humbang Hasundutan.

Dalam penyusunan sikripsi ini penulis banyak mendapat bantuan baik itu

melalui bimbingan, petunjuk dan saran, keterangan-keterangan serta data yang

diberikan secra tertulis maupun lisan oleh karenanya maka sikripsi ini dapat

diselesaikan oleh penulis.

Terimakasih yang sebesar-besarnya buat Bapak/Mama tercinta L.

Siburian/ R. Br.siregar trimakasih atas doa, dukungan serta dana yang dikeluarkan

dalam penyelesaian perkuliahan penulis sampai selesai, kiranya kasih dan

Anugerah Tuhan Yesus Kristus yang menyertai setiap langkah-langkah hidup

bapak/mama makin diberikan kesehatan terutama buat bapak semoga cepat

sembuh dari penyakitnya.

Penulis juga mengucapkan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada

1. Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik USU Medan bapak Prof. DR.

M. Arif Nasution, M. A

2. Bapak Drs. Heri Kusmanto, M. A. Selaku Ketua Departemen Ilmu Politik

(5)

3. Bapak Drs. P. Anthonius Sitepu, M. Si. Selaku Dosen Pembimbing yang

rela Meluangkan Waktunya Bagi Penulis sehingga Sikripsi penulis dapat

selesai kiranya Kasih Tuhan Yesus yang menyertai Bapak

4. Bapak Indra Fauzan, SHI, M. Soc. Sc Selaku Dosen Pembaca penulis dan

yang selalu memberi nasehat dan arahan buat peneliti

5. Bapak Drs. A. Taufan Sebagai Dosen Akademik Peneliti yang selalu

memberi arahan dalam proses pengambilan matakuliah dan perkuliahan

6. Semua Dosen-Dosen departemen Ilmu Politik yang tak bisa penulis satu

persatu

7. Bang Didi/Bang Hendra Sebagai Sekretaris Jurusan yang telah membantu

penulis dalam urusan surat-urat

8. Bang Rusdi trimakasih bang atas semua bantuan Abang buat Penulis,

dalam urusan surat-surat yang peneliti butuhkan

9. Bapak Camat Paranginan Haposman Sianturi yang telah memberikan izin

buat peneliti untuk mengambil semua data yang peneliti butuhkan

10.Bapak Harafel Sianturi selaku bagian pemerintahan dari Kecamatan

paranginan trimakasih banyak atas bantuan bapak buat penulis, baik dalam

memberikan data, diskusi dan arahan bapak buat penulis

11.Kepada kakak-kakak, abang ipar penulis mengucapkan trimakasih buat

semua bantuan dan doa kalian buat penulis terkhusus buat kakak dan

abang aku Alida Siburian, SE, Jimmi Manurung, ST trimakasih atas

(6)

12.Buat adek tercinta Jusuf Siburian trimakasih atas doa mu ya adek ku,

moga sukses dalam kuliah mu dan tingkatkan Pelayananmu dalam

Melayani Tuhan Yesus

13.Abang dan Eda aku trimakasih atas semuanya ya

14.Buata ponakan aku ada Adam Zerico, Christina, Agustina, Darosa,

Nikholay, Ananda, Kezzya, William dan Jhonathan Rublenco

mudah-mudahan jadi anak yang berguna bagi Negara terutama bagi Tuhan

15.Buat adek-adek ku Hunter Siburian, Hendrik Tennis, Yohana tetep tabah

ya adek walaupun bapak dan mama tercinta tidak ada lagi tetap semangat

ya jadikanlah Bapak Tua dan mama Tua sebagai orang tua kalian

16.Kepada seluruh keluarga besar Siburian/Siregar dan Keluarga besar

Op.Parlinggoman Siburian.

17.Kepada sahabat-sahabat aku ada Hendrik, Maria, Rolas, FX. Oktavianus,

Ronal dan yang tak bisa lagi penulis sebutkan trimakasih buat dukungan

dan kebersamaan kita selama 5 tahun mulai perkuliahan sampai sekarang

ini.

18.Buat para adek junior ada Isabella, Eka, Stella, Maria makasih atas doa

dan semangat yang kalian berikan buat penulis semoga cepat menyusul

ya...

19.Kepada teman-teman sepelayanan aku di Gereja GKPI Padang Bulan,

(7)

Dalam Skripsi ini penulis menyadari banyak kekurangan, baik kekurangan

dalam menulis, kuripan dan yang lainya penulis berharap bagi orang-orang yang

membaca penulis berharap bagi para pembaca dapat memakluminya.

Akhir kata, salam manis dan hangat buat para peminat yang membaca tulisan

ini mudah-mudahan apa yang terdapat dalam Skripsi ini dapat berguna bagi kita

semua.

Medan, 09 Juni 2010

Penulis

(8)

DAFTAR ISI

3. Tujuan Penelitian... 11

4. Manfaat Penelitian... 11

5. Kerangka Teori ... 11

5.1. Perilaku Pemilih... 12

5.1.1 Pendekatan Sosiologis... 12

5.1.2 Pendekatan Psikologis ... 13

5.1.3 Pendekatan Rasional ... 14

5.1.4 Pendekatan Kepercayaan Politik ... 16

5.2 Pemilihan umum ... 16

5.2.1 Sistem Pemilihan Umum ... 17

5.2.2 Partai Politik... 19

5.2.3 Sistem Kepartaian... 21

5.2.4 Pemilihan Presiden Secara Langsung ... 22

5.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat untuk tidak Ikut memilih ... 23

5.1 Faktor Ekonomi ... 23

5.2 Faktor Pendidikan ... 25

5.3 Faktor Budaya... 26

6. Metode Penelitian... 27

6.1 Jenis Penelitian... 27

6.2 Lokasi Penelitian... 28

6.3 Populasi Sampel... 28

6.4 Teknik Pengumpulan Data... 31

(9)

6.6 Sistematika Penulisan... 33

BAB II Deskripsi Lokasi Penelitian... 34

1. Sejarah Kecamatan Paranginan... 34

2. Letak Geografis, Demokgrafi dan perekonomian ... 37

2.1.1 Geografis ... 37

2.1.2 Keadaan Demokgrafis ... 38

2.1.3 Perekonomian... 40

2.2 Pekerjaan ... 41

2.3 Agama ... 42

2.4 Pendidikan ... 43

BAB III Penyajian Data dan Analisi Data... 45

3.1 Karakteristik responden... 45

3.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat yang sudah Terdaftar Sebagai Pemilih Tetap Tetapi Tidak Ikut Dalam Pemilihan Presiden ... 48

BAB IV Kesimpulan dan saran ... 62

Kesimpulan ... 62

Saran ... 64

(10)

NON VOTING BEHAVIOUR DALAM PEMILU

PRESIDEN 2009

SUATU STUDI PERILAKU TAK MEMILIH DI KECAMATAN PARANGINAN KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN

Nama : Pebrina Elisabeth Siburian Nim : 050906068

ABSTRAKSI

Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden secara langsung terkait dengan peran serta masyarakat dalam memberikan dukungan suara kepada partai politik dan kandidat yang ada. Proses pemilihan Presiden langsung ini akan menghadirkan perilaku politik dari masing-masing pemilih. Dan banyak faktor yang mempengaruhi preferensi kandidat dari pemilih tersebut. Salah satu faktor tersebut adalah pendidikan yang dianggap sebagai faktor penting dalam perilaku pemilih.

Sikripsi ini merupakan hasil dari penelitian yang telah dilakukan di Kecamatan Paranginan kabupaten Humbang Hasundutan. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggamnarkan secara umum perilaku politik dari masyarakat Kecamatan Paranginan dan sekaligus untuk mengetahui seberapa besar partisipasi mereka terhadap pemilihan. Populasi dalam penelitian ini adalah pemilih yang sudah terdaftar dalam pemilihan Presiden di Kecamatan Paranginan. Adapun ruang lingkup dari penelitian ini bahwa penelitian dilakukan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat untuk tidak ikut memilih. Penelitian dilakukan terhadap responden yang telah berhak memilih yaitu yang telah berusia 17 tahun keatas atau sudah menikah. Metode yang dilakukan adalah metode kuantitatif yaitu metode dengan mengumpulkan data yaitu penelitian ini kepustakaan dan mengumpulkan data di lapangan serta penyebaran kuisioner. Dalam penelitian ini digunakan teknik pengambilan sampel secara purposif sampling. Dan dengan menggunakan rumus dari Taro Yamane maka jumlah responden yang akan diteliti adalah 96 orang.

Dari hasil penelitian diketahui bahwa faktor ekonomi sangat mempengaruhi masyarakat untuk tidak ikut dalam pemilihan Presiden dan Wakil Presiden. Hal inilah penyebab masyarakata Kecamatan paranginan banyak tidak ikut dalam pemilihan Presiden. Selain itu juga selai dari karna faktor ekonomi partisipasi masyarakat kecamatan paranginan dalm hal pemilihan presiden sangat kurang dibanding dengan pemilihan-pemilihan yang lainya.

(11)

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah

Dalam suatu Negara yang menganut paham demokrasi, rakyat merupakan

pemengang kedaulatan tertinggi. Berhak turut dalam menentukan siapa-siapa

yang akan menjadi pemimpin yang nantinya akan menentukan kebijakan umum.

Pemilihan umum merupakan sarana bagi rakyat untuk menyalurkan aspirasi

dalam menentukan wakil-wakilnya baik di lembaga legislatif maupun eksekutif

juga sebagai sarana ikut serta berpartisipasi dalam kegiatan politik. Demokrasi di

Indonesia mengalami perubahan yang signifikan pasca runtuhnya rezim orde baru.

Kehidupan berdemokrasi jauh menjadi lebih baik, rakyat dapat dengan bebas

mengeluarkan pendapat dan ikut berpartisipasi dalam kegiatan politik yang sangat

dibatasi pada orde baru. Dalam kurun waktu kurang dari sepuluh tahun, bangsa

Indonesia telah melaksanakan pemilihan umum (pemilu) yang membuat

bangsa-bangsa lain terperangah dan harus mengakui bahwa bangsa-bangsa Indonesia mampu

mengatasi masa kritis dalam melakukan transformasi politik. Kontestasi politik

tersebut dilakukan secara maraton dan masih sejak pemilu legislatif 1999, dan

dilanjutkan dengan pemilu anggota DPR, DPRD, DPD, serta pemilu

presiden/wakil presiden secara langsung.1

Sementara itu pada tingkat lokal, Juni 2005 sampai dengan November 2007

telah dilakukan kontestasi politik untuk memilih kepala daerah lebih dari tiga

ratus kali. Suatu proses politik yang mempunyai tingkat percepatan dan jumlah

(12)

yang belum pernah ditandingi oleh negara lain mana pun di dunia. Secara umum

pemilu yang dilakukan secara maraton tersebut dapat dilaksanakan secara damai

dan adil. Secara universal pemilihan umum adalah lembaga sekaligus praktik

politik yang memungkinkan sebuah pemerintahan perwakilan (representative

government) yang menurut Dahl, merupakan gambaran ideal dan maksimal bagi

suatu pemerintahan demokrasi di zaman modern. Bahkan pengertian demokrasi

itu sendiri secara sederhana tidak lain adalah suatu sistem politik di mana para

pembuat keputusan kolektif tertinggi dalam sistem itu dipilih melalui pemilihan

umum yang adil, jujur, dan berkala. Karena itu, pemilu bukan hanya berkaitan

dengan kebutuhan pemerintah akan keabsahan kekuasaanya, melainkan juga,

bahkan barangkali yang terpenting, sebagai sarana bagi rakyat untuk

mengartikulasikan aspirasindan kepentingan mereka dalam kehidupan bersama.

Menurut Syamsuddin Haris2 pemilu mempunyai beberapa fungsi yang

takbisa dipisahkan satu sama lain. Pertama, sebagai sarana legitimasi politik.

Fungsi legitimasi itu terutama menjadi kebutuhan pemerintah dan sistem politik

yang mewadahi format pemilu yang berlaku. Melalui pemilu, keabsahan

pemerintahan yang berkuasa dapat ditegakkan, begitu juga program dan kebijakan

yang dihasilkanya. Kedua, fungsi perwakilan politik. Fungsi ini terutama menjadi

kebutuhan rakyat, baik dalam rangka mengevaluasi maupun mengontrol perilaku

pemerintah dan program serta kebijakan yang dihasilkanya. Pemilu dalam kaitan

ini merupakan mekanisme demokrasi bagi rakyat untuk menentukan wakil-wakil

yang dapat di percaya yang akan duduk dalam pemerintahan maupun lembaga

2

(13)

legislatif. Ketiga, pemilu sebagai mekanisme bagi pergantian atau sirkulasi elit

penguasa. Keterkaitan pemilu dengan sirkulasi elit didasarkan pada asumsi bahwa

elit berasal dari dan berfungsi mewakili masyarakat luas.

Secara teoritis, hubungan pemilu dengan sirkulasi elit dapat dijelaskan

dengan melihat proses mobilitas kaum elit atau non elit yang menggunakan jalur

institusi politik, pemerintahan, dan lembaga masyarakat seperti DPR, DPRD,

partai politik, dan organisasi kemasyarakatan (ormas) untuk menjadi anggota elit

tingkat nasional, yakni sebagai anggota kabinet dan jabatan yang setara. Dalam

kaitan itu, pemilu merupakan sarana dan jalur langsung untuk mencapai posisi elit

penguasa. Dengan begitu maka melalui pemilu diharapkan bisa berlangsung

pergantian atau sirkulasi elit penguasa secara kompetitif dan demokrasi. Keempat,

sebagai sarana pendidikan politik bagi rakyat. Pemilihan umum merupakan salah

satu bentuk pendidikan politik bagi rakyat yang bersifat langsung, terbuka, dan

massal, yang diharapkan bisa mencerdaskan pemahaman politik dan

meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai demokrasi. Dalam konteks

Indonesia, fungsi pemilu sebagai sarana pencerdasan politik bagi rakyat ini

menjadi penting lagi jika dihubungkan dengan cita-cita republik kita

mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam kaitan ini maka struktur, proses, maupun

fungsi pemilu diharapkan bisa mencerdaskan dan mencerahkan wawasan

masyarakat, sehingga secara berangsur kehidupan politik pun dapat dipulihkan

kearah yang lebih demokratis.

Dalam pelaksanaan pemilu di kecamatan paranginan mayoritas yang

(14)

yang pekerjaanya di luar bertani (Pegawai Negeri, Guru dan pensiunan PNS) dan

keluarga dekat PNS tersebut, tetapi masyarakat petani mereka lebih memilih pergi

melaksanakan kegiatan yang lain ketimbang datang ke TPS untuk ikut memilih,

dan ada pula masyarakat yang datang ke wilayah pemilihan tetapi tidak mau ikut

memilih alasan dari masyarakat ini tidak jelas kenapa tidak mau ikut memilih, dan

masyarakat lainya yang tidak datang sama sekali ke TPS tanggapan mereka

bahwa pemerintah itu tidak independen kepada rakyatnya dan tidak bersikap adil

kepada masyarakat yang tinggal di pedesaan, mereka berpendapat bahwa sikap

pemerintah Indonesia itu yang sering diperhatikanya adalah lembaga-lembaga

tertentu saja.

Salah satu yang membinggungkan masyarakat Kecamatan Paranginan

bahwa pemilu pada tahun 2009 ini sangat rumit dan susah, karena sistemnya

adalah sistem mencontreng, padahal pemilu-pemilu yang lewat cara memilihnya

adalah sisitem mencoblos, dalam hal ini masyarakat Kecamatan Paranginan

kebanyakan kebingungan dan tidak tahu apa yang akan dipilih ketika sudah

sampai pada tempat memilih atau kertas suara sudah ada ditangan si pemilih,

menurut wawancara sipeneliti terhadap bapak Marolop Sianturi3 selaku ketua

pelaksanaan pemilihan Kecamatan Paranginan sebelum pelaksanaan pemilihan

umum bapak ini beserta stafnya telah melaksanakan sosialisasi dan menerangkan

bagai mana cara mencontreng pilihanya, tetapi masyarakat kurang tangkap dalam

hal itu dan akibat dari situ pas pelaksanaan pemilihan itu sudah berlangsung dan

3

(15)

sampai pada penghitungan suara kertas suara banyak yang tidak tercontreng,

banyak yang salah dalam pencontrengan.

Demokrasi mempunyai pengertian yang jauh lebih mendasar daripada

serangkaian pemilu. Ia adalah bangunan peradaban yang memuat nilai-nilai dasar

manusia yang dijadikan fondasi bagi kehidupan bersama. Nilai-nilai tersebut

adalah hak-hak dasar manusia yang meliputi antara lain kesetaraan, penghargaan

terhadap perbedaan, serta perlindungan minoritas oleh mayoritas. Oleh sebab itu,

membangun demokrasi bukan hanya menyelenggarakan prosedur pemilihan.

Mengganggap demokrasi hanya sebagai prosedur adalah pendapat yang

menyesatkan. Bangsa yang telah puas berdemokrasi dengan sekadar menjalankan

prosedur formal akan terjebak kepada ingar-bingar kehidupan politik yang anarkis

dan tidak akan menghasilkan apa pun kecuali rakyat tidak akan percaya kepada

demokrasi.

Hal yang sama tersesatnya adalah mengganggap demokrasi sekadar medan

pertarungan perebutan kepentingan. Ungkapan, apalagi perilaku yang mereduksi

makna demokrasi semacam itu, lambat atau cepat akan membunuh demokrasi itu

sendiri. Sebagai sebuah bangunan peradaban politik dalam tatanan, demokrasi

tidak sekadar pertarungan kepentingan kekuasaan, tetapi bagaimana kekuasaan

dapat menghasilkan kebijakan yang menyejahterakan warganya. Refleksi tersebut

sangat perlu dilakukan agar dalam menapak masa depan transformasi politik

berjalan berdasarkan paradigma serta landasan pemikiran yang jelas dan benar.

(16)

dapat dijadikan tonggak penyempurnaan kehidupan politik di masa depan.

Momentum tersebut harus diambil dengan memanfaatkan penyempurnaan paket

Undang-Undang (UU) Politik. Beberapa gagasan yang berkembang dalam

masyarakat tentang penyempuranaan RUU tersebut menyentuh hal-hal yang

cukup mendasar.4

Pemilu presiden tahun 2009 calon yang akan dipilih adalah 3 pasangan

calon yakni dari partai Demokrat, Golkar dan P-DIP tetapi pada pemilihan tahun

2009 ini yang unggul adalah partai Demokrat yaitu pasangan SBY dan Boediono,

sama dengan halya di Kecamatan Paranginan yang unggul/suara yang paling

banyak adalah untuk pasangan SBY dan Boediono dan masyarakat Kecamatan

Paranginan yang banyak memilih adalah masyarakat yang memiliki pendidikan

yang lumayan tinggi yakni para Guru, Pegawai Negeri dan masyarakat diluar

pegawai dan masyarakat bertani tidak ikut memilih akibat dari sinilah tingkat

golput (golongan putih) di Kecamatan Paranginan itu tinggi, pada hal berdasarkan

jumlah penduduk masyarakat Kecamatan Paranginan menurut pendataan bagian

kemasyarakatan kecamatan bahwa jumlah penduduknya kebanyakan masyarakat

petani orang-orang inilah yang tidak datang ke TPS walaupun sudah terdaftar

pada Daftar Pemilih Tetap.

Akibat dari permasalahan yang sudah terjadi di kecamatan Paranginan

kurangnya partisipasi masyarakat dalam politik (pemilihan) penulis tertarik dan

terdorong untuk mengangkat judul :

4

(17)

NON VOTING BEHAVIOUR DALAM PEMILU PRESIDEN 2009

SUATU STUDI PERILAKU TAK MEMILIH DI KECAMATAN PARANGINAN KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN

Faktor-faktor apa saja yang mengakibatkan masyarakat kecamatan paranginan

tidak melakukan hak suaranya pada saat pemilihan presiden peneliti berniat

mengangkat judul ini karna pada saat pemilihan anggota legislatif masyarakat

Kecamatan Paranginan yang sudah terdaftar sebagai pemilih tetap mayoritas

datang ke TPS dan menyuarakan suaranya, menentukan siapa pilihanya. Hampir

80% masyarakat Kecamatan Paranginan ikut dalam pemilihan anggota legislatif,

tetapi pada pemilihan presiden masyarakat Kecamatan Paranginan yang datang ke

TPS hanya sekitar 50%, untuk itulah penulis berniat untuk mengangkat judul ini

faktor apakah yang mengakibatkan masyarakat itu tidak memilih.

Dalam upaya mewujudkan terlaksananya pemilihan presiden secara

langsung pemerintah membentuk undang-undang dalam pemilihan presiden, uu

pemilu itu selalu berpedoman kepada UUD 1945 yang berlaku sejak 17 Agustus

1950 dan memuat 146 pasal. Adapun undang-undang dalam pelaksanaan

pemilihan umum adalah sebagai berikut ini, undang-undang ini dilakukan supaya

pelaksanaan pemilihan umum itu tidak semena-mena dilaksanakan melainkan

untuk di taati dan untuk dipahami, undang-undang pemilu itu adalah:

(18)

pelaksanaan pemilu secara lengkap, tetapi baru mengatur ketentuan susunan

DPR.5

Dalam upaya mewujudkan terlaksananya pemilihan presiden secara

langsung pemerintah membentuk undang-undang dalam pemilihan presiden, uu

pemilu itu selalu berpedoman kepada UUD 1945 yang berlaku sejak 17 Agustus

1950 dan memuat 146 pasal. Adapun undang-undang dalam pelaksanaan

pemilihan umum adalah sebagai berikut ini, undang-undang ini dilakukan supaya

pelaksanaan pemilihan umum itu tidak semena-mena dilaksanakan melainkan

untuk di taati dan untuk dipahami, undang-undang pemilu itu adalah:

Undang-undang pemilu No. 27 Tahun 1948. Undang-undang-Undang-undang ini belum mengatur ketentuan

pelaksanaan pemilu secara lengkap, tetapi baru mengatur ketentuan susunan DPR.

Setelah memakan waktu yang cukup lama, akhirnya Rancangan

Undang-Undang (RUU) Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden (Pilpres) disahkan

menjadi Undang-Undang dalam Rapat Paripurna DPR di Jakarta kemarin . UU

PIlpres yang baru ini akan digunakan sebagai landasan untuk pelaksanaan Pilpres

tahun 2009 mendatang. Mengenai syarat dukungan terhadap Capres dan Cawapres

yang selama ini menjadi perdebatan menemui titik temu dan dapat disepakati.

Sembilan fraksi yang ada di DPR (FPG, FPDIP, FPPP, FKB, FPD, FPDS, FPKS,

FBPD dan FPBR) menyetujui syarat dukungan terhadap Capres dan Cawapres

ditentukan sebesar 20% perolehan kursi di DRR atau 25% perolehan suara sah

Pemilu nasional. Namun dalam UU Pilpres yang baru ini tidak diatur mengenai

5

(19)

rangkap jabatan Capres dan Cawapres terpilih dengan pimpinan Parpol. Melihat

aturan dalam UU Pilpres yang baru ini, maka dalam Pilpres tahun 2009

mendatang, hanya akan diikuti maksimal empat pasangan Capres dan Cawapres

Dengan UU Pilpres yang baru ini semoga bisa menjadikan pelaksanaan

Pilpres tahun 2009 berlangsung lebih demokratis dan mampu menciptakan sitem

pemerintahan yang kuat di negeri ini. Dan semoga UU Pilpres ini pun masih bisa

dapat dijadikan sebagai landasan pada pelaksanaan Pilpres 5 tahun berikutnya

yakni pada tahun 2014, tanpa adanya perubahan. Dan akan menunjukkan bahwa

sejatinya UU Pilpres yang baru ini bukan sekedar untuk kepentingan saat ini saja,

namun untuk seterusnya dan bukan untuk kepentingan segelintir golongan tertentu

saja, namun untuk kepentingan bangsa dan negara.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 tentang

Pemilihan Umum, menimbang :

1. Bahwa Pemilihan Umum merupakan sarana untuk mewujudkan kedaulatan

rakyat dalam pemerintahan negara kesatuan Republik Indonesia yang

berdasarkan Pancasila, sebagaimana diamanatkan dalam Undang-undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

2. Bahwa sesuai dengan tuntutan dan perkembangan dinamika masyarakat

sebagaimana diungkapkan dalam Perubahan Undang-undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945, pemilihan umum diselenggarakan untuk

(20)

Undang-undang Nomor 3 Tahun 1999 tentang Pemilihan Umum

sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 4 Tahun 2000 tentang

Perubahan atas Undang-undang. Bahwa pemilihan umum perlu diselenggarakan

secara lebih berkualitas dengan partisipasi rakyat seluas-luasnya dan dilaksanakan

berdasarkan asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil

Tabel 1

Tingkat Partisipasi Pemilih

No. Pemilu Partisipasi Pemilih

1. 1955 91, 45 %

2. 1971 94, 02 %

3. 1977 90, 93 %

4. 1982 91, 20 %

5. 1987 91, 20 %

6. 1992 73, 16 %

7. 1997 97, 51 %

8. 1999 93, 30 %

9. 2004 84, 10 %

10. 2009 60, 30 %

sumber: http/ shodid.com/2009/07/hasil-quick-count Elvan dany sutrisno, detik pemilu

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka masalah yang ingin peneliti rumuskan

adalah :

2.1Mengapa masyarakat di Kecamatan Paranginan yang sudah terdaftar sebagai

Daftar Pemilih Tetap (DPT), tidak menggunakan hak pilihnya pada Pemilu

(21)

2.2Faktor apa yang mempengaruhi masyarakat Kecamatan Paranginan tidak

menggunakan hak pilihnya?

2.3Bagaimana tingkat kepedulian masyarakat terhadap masalah politik dan

masalah berdemokrasi

3. Tujuan Penelitian

Setiap penelitian ilmiah senantiasa diupayakan kearah terwujudnya tujuan

yang di inginkan. Adapau yang menjadi tujuan dalam penelitian adalah:

3.1 Untuk mengidentifikasikan profil pemilih yang tidak ikut memilih

3.2 Untuk mengetahui alasan pemilih, mengapa tidak menggunakan hak

pilihnya

3.3 Untuk mengetahui tingkat kepedulian masyarakat dalam hal partisipasi

politik dan berdemokrasi.

4. Manfaat Penelitian

4.1 Secara akademis penelitian ini bermanfaat untuk memperkaya kajian ilmu

di bidang ilmu politik khususnya kajian kaderisasi partai politik

4.2 Secara teoritis penelitian ini diharapkan jadi salah satu pengetahuan dalam

pengembangan dari pada teori-teori politik lainya

4.3 Hasil penelitian ini secara praktis kiranya bermanfaat bagi lembaga /

instansi pemerintahan seperti, Departemen Dalam Negeri, Pemerintahan

Daerah dan KPU dalam kaitanya dengan perilaku pemilih.

5. Kerangka Teori

Setiap penelitian memerlukan penjelasan titik tolak ataupun landasan

(22)

disusun kerangka teori yang membuat pokok-pokok pemikiran yang

menggambarkan sudut mana masalah penelitian yang akan disoroti.6

Kerangka teori merupakan landasan untuk melakukan penelitian dan teori

dipergunakan untuk menjelaskan fenomena sosial yang menjadi objek penelitian.

Teori adalah serangkaian asumsi, konsep, kontrak, definisi dan proporsi

menerangkan sesuatu fenomena sosial secara sistematik dengan cara merumuskan

hubungan antara konsep

5.1 Perilaku Pemilih

Secara teoritis ada dua penjelasan teori mengapa seseorang tidak ikut memilih

dalam pemilihan. Penjelasan pertama bersumber dari teori-teori mengenai

perilaku pemilih (Voter behavior). Penjelasan ini memusatkan perhatian pada

individu. Besar kecilnya partisipasi pemilih (Voting turnout) dilacak pada

sebab-sebab dari individu pemilih.

Secara umum analisa-analisa mengenai ” Voting Behaviour ” atau perilaku

pemilih didasarkan pada empat pendekatan model yaitu7

5.1.1 Pendekatan Sosiologis

Pendekatan sosiologis, yang sering disebut Mazhap Columbia (The

Columbia School Of Elektoral Behaviour), merupakan pendekatan yang

menekankan pada peran faktor-faktor sosiologis dalam membentuk perilaku

politik seseorang. Pendekatan ini menjelaskan bahwa karakteristik sosial dan

pengelompokan-pengelompokan sosial seperti umur (tua/muda), jenis kelamin

6

. Hadawi Nawawi, Metode Penelitian Bidang Social, Yogyakarta: Gaja Mada Universty Press, 1995

7

(23)

(Pria/Wanita), agama dan semacamnya dianggap mempunyai peranan yang cukup

menentukan dalam membentuk perilaku pemilih.

Dari berbagai ragam perbedaan dalam struktur sosial, faktor sosial

merupakan unsur yang juga berpengaruh terhadap pemilihan politik seseorang,

terutama dihampir semua negara-negara industri. Di Eropa, kelompok

berpenghasilan rendah dan kelas pekerja cenderung memberikan suara kepada

partai sosialis atau komunis, sedangkan kelas menengah dan atas biasanya

menjadi pendukung partai konservatif.

5.1.2 Pendekatan Psikologis

Berbeda dengan pendekatan sosiologis, pendekatan psikologis yang sering

disebut Muzhab Michigan (The Michigan Survey Reseach Center) lebih

menekankan pada pengaruh faktor psikologis seseorang dalam menentukan

perilaku atau pilihan politik. Menurut penganut pendekatan psikologis, secara

metodologis pendekatan sosiologis dianggap sulit di ukur, seperti bagaimana

mengukur secara tepat sejumlah indikator kelas sosial, tingkat pendidikan, agama,

dan sebagainya.

Pendekatan psikologis ini mengembangkan konsep psikologis. Khususnya

konsep sikap dan sosialisasi dalam menjelaskan perilaku seseorang. Konsep

merupakan variabel sentral dalam menjelaskan perilaku pemilih karena menurut

Greenstein ada 3 fungsi sikap yakni; pertama, sikap merupakan fungsi penting.

Artinya, penilaian terhadap suatu obyek diberikan berdasarkan motivasi, munat

dan kepentingan orang tersebut. Kedua, sikap merupakan penyesuaian diri.

(24)

atau tidak sama dengan tokoh atau kelompok yang dikaguminya. Ketiga, sikap

merupakan sikap eksternalisasi dan pertahanan diri. Artinya, sikap seseorang itu

merupakan upaya untuk mengatasi konflik batin atau tekanan psikis, yang

mungkin berujud mekanisme pertahanan (Defensce Mechanisme).

Dengan demikian, konsep identifikasi partai merupakan variabel sentral

dalam menjelaskan perilaku pemilih dalam pendekatan psikologis ini. Dalam hal

ini, hubungan pengaruh antara identifikasi partai dengan perilaku pemilih sudah

menjadi aksioma.

Identifikasi partai merupakan dorongan untuk menjadi identik atau sama

dengan orang lain tanpa disadari. Identifikasi partai dilakukan oranag kepada

seseorang kandidat atau partai politik yang dianggapnaya ideal dimata pemilih.

5.1.3 Pendekatan Rasional

Dua pendekatan terdahulu menempatkan pemilih pada waktu dan ruang

kosong baik secara implisit maupun eksplit. Pemilihan ibarat wayang tidak

mempunyai kehendak bebas kecuali atas kemauan dalangnya. Karasteristik

sosiologis, latar belakang keluarga pembelahan kultural atau identifikasi partai

melalui proses sosialis dan pengalaman hidup merupakan variabel yang secara

sendiri-sendiri maupun komplomenter mempengaruhi perilaku atau pilihan politik

seseorang.

Tetapi pada kenyataanya, ada sebagian pemilih yang mengubah pilihan

politiknya dari suatu pemilu kepemilu lainya. Ini disebabkan oleh ketergantungan

pada peristiwa-peristiwa politik tertentu yang bisa aja mengubah preferensi

(25)

mempengaruhi pilihan politik seseorang dalam pemilu. Dengan begitu, pemilihan

bukan hanya pasif, melainkan juga individu. Faktor-faktor situasional, bisa berupa

isu-isu politik atau kandidat yang dicalonkan, mempunyai peranan penting dalam

menentukan pilihan politik seseorang.

Dalam pendekatan rasional, terdapat dua orientasi yang menjadi daya tarik

pemilih, yaitu orientasi isu dan orientasi kandidat. Dampak peristiwa tertentu,

pengaruh isu dan kandidat yang ditawarkan terhadap perubahan situasional

perilaku pemilih membuat beberapa pakar melirik model peristiwa konsumen

produk bisnis sebagai salah satu pendekatan dalam memahami perilaku pemilih.

Bahwa perilaku pemilih, menurut Him Melweit, merupakan pengambilan

keputusan cepat dan pengambilan keputusan tersebut tergantung situasi sosial

politik tertentu yang tidak berbeda dengan pengambilan keputusan lainnya.

Pendekatan rasional mengantarkan kita pada kesimpulan bahwa para

pemilih benar-benar rasional. Para pemilih melakukan penilaian yang valid

terhadap visi, misi dan program kerja partai dan kandidat. Pemilih rasional

memiliki motivasi, prinsip, pengetahuan dan informasi yang cukup. Perbedaan

antara pendekatan rasional dengan lainnya bahwa pemilih rasional adalah pemberi

suara yang responsitif dan tidak permanen.8

8

(26)

5.1.4 Pendekatan Kepercayaan Politik

Penggunaan variabel kepercayaan politik untuk menjelaskan perilaku politik

nonvoting, sebenarnya diadopsi dari variabel kepercayaan untuk menjelaskan

keaktifan atau ketidak aktifan seseorang dalam kegiatan politik. Ketidak aktifan

dalam konsep ketidak percayaan politik sendiri selalu mengandung pengertian

ganda. Pertama, ketidak aktifan dapat diinterpretasikan sebagai ekspresi atas

kepercayaan yang rendah terhadap sistem politik atau sebagai suatu ekspresi atas

perasaan keterasingan (alienasi). Kedua, ketidak aktifan juga dapat

diinterpretasikan sebagai ekspresi kepercayaan yang tinggi, di mana ketidak

aktifan seseorang dalam bilik suara menendakan bahwa mereka puas terhadap

sistem politik yang ada, atau tidak khawatir dengan keadaan politik yang ada.

5.2 Pemilihan Umum

Indonesia telah berulang kali melaksanakan pemilihan umum yang disebut

sebagai pesta demokrasi pancasila rakyat indonesia, baik sewaktu orde baru, orde

lama, sampai reformasi baru-baru ini. Pemilihan umum disebut juga dengan ”

Political Market ”. Artinya bahwa pemilihan umum adalah pasar politik tempat

individu/ masyarakat berinteraksi untuk melakukan kontrak sosial (Perjanjian

Masyarakat) antara peserta pemilihan umum (Partai Politik) dengan pemilih

(Rakyat) yang memiliki hak pilih setelah terlebih dahulu melakukan serangkaian

aktifitas politik yang meliputi kampanye, propoganda, iklan politik melalui media

massa. Untuk bisa memilih, umumnya calon pemilih harus terdaftar sebagai

pemilih terlebih dahulu. 9

9

(27)

5.2.1 Pengertian Pemilihan Umum

Pemilihan merupakan lembaga dan sekaligus praktek politik yang

mempunyai dua dimensi, yang dilihat dari luar nampak berseberangan. Pemilihan

dimengerti sebagai sarana bagi perwujudan kedaulatan rakyat yaitu sarana

artikulasi kepentingan warga untuk menentukan wakil-wakil mereka, pemilihan

juga merupakan sarana evaluasi dan sekaligus kontrol baik langsung maupun

tidak langsung terhadap pemerintah dan kebijakan yang dibutuhkanya. Pemilihan

juga diartikan sebagai salah satu sarana untuk memberikan dan memperkuat

legitimasi politik. Pemilihan sebagai sarana pencarian kesepakatan yang tak pelak

lagi, akan merupakan sebuah ruang dimana kontestasi dan tawar menawar politik

antara negara dan elit penguasa di satu pihak dan masyarakat pengelompokan

didalamnya.Partai politik dan pemilihan umum merupakan suatu kegiatan politik

yang tidak mungkin dipisahkan. Menurut Ali Murtopo pemilihan adalah sarana

yang tersedia bagi rakyat untuk menjalankan kedaulatan dan merupakan lembaga

demokrasi.10

5.2.2 Sistem Pemilihan Umum

Dalam sistem pemerintahan yang demokratis haruslah diatur sedemikian

rupa, sehingga seluruh rakyatnya ikut serta dalam pemerintahan negara baik

secara langsung maupun tidak langsung. Menurut sistem demokrasi langsung

seluruh rakyat yang telah dewasa menjadi anggota dari suatu permusyawaratan

rakyat yang bertugas untuk menetapkan dan menjalankan peraturan dari negara

yang bersangkutan akan tetapi dalam sarana ketatanegaraan sistem demokrasi

10

. Syamsudin Haris Op. Cit., Hal 49-50

(28)

langsusng tidak pernah dapat diwujudkan seluruhnya. Pemilihan umum harus

dilukukan dengan bebas, yang berarti bahwa para pemilih bebas sepenuhnya

memberikan suaranya kepada calon-calonnya. Untuk itu harus ada jaminan,

bahwa seorang pemilih tidak boleh mendapat tekanan, ancaman dengan maupun

tanpa kekerasan dari siapa pun juga. Berkenan dengan pemilihan yang bebas

maka pemberian suara itu harus dilaksanakan dengan rahasia tak seorang pun

mengetahui kepada siapa pemilih memberikan suaranya. Untuk menjamin

kebebasan dan rahasia dari pemilihan umum.11

Dalam ilmu politik dikenal bermacam-macam sistem pemilihan umum, akan

tetapi umumnya berkisar pada prinsip pokok yaitu :

1. Single-Member constituency (satu daerah pemilihan memilih suatu wakil

biasanya disebut sistem Distrik).

2. Multi-Member constituency (satu daerah memilih memilih beberapa wakil,

biasanya dinamakan proportional representation atau perwakilan atau

perwakilan berimbang).

Secara umum sistem pemilihan umum dapat diklasifikasikan dalam dua sistem

yaitu :

1. Sistem Distrik

Sistem ini merupakan sistem pemilihan yang paling tua dan didasrkan atas

kesatuan geografis (yang biasanya disebut distrik karena kecilnya daerah yang

diliputi) mempunyai satu wakil dalam perwakilan rakyat. Untuk keperluan itu

daerah pemilihan dibagi dalam sejumlah besar distrik dan jumlah wakil rakyat

11

(29)

dalam perwakilan rakyat ditentukan oleh jumlah distrik. Calon yang dalam

satu distrik memperoleh suara yang tetbanyak menang, sedangkan suara-suara

yang ditujukan kepada calon-calon lain dalam distrik itu dianggap hilang dan

tidak diperhitungkan lagi, bagaimanapun kecilnya selisih kekalahanya.

2. Sistem Proporsional.

Sistem Pemilu proporsional memiliki asumsi dasar yang berbeda. Asumsi

dasarnya adalah bahwa setiap suara haruslah diperhitungkan. Dengan

menggunakan asumsi tersebut, istilah pemenang sesungguhnya bukanlah

mereka yang mengalahkan kontestan lainnya; melainkan peraih suara terbanyak

karena selain mereka masih ada kontestan lainnya yang juga diperhitungkan

perolehan suaranya walaupun dalam jumlah yang lebih sedikit. Oleh karena itu,

sistem proporsional ini lebih cocok untuk mencari wakil penduduk dan

bukannya wilayah dan sering dipergunakan untuk negara-negara yang memiliki

masyarakat yang cenderung plural. Derajat keterwakilan sistem ini relatif lebih

baik, namun masih kalah oleh sistem distrik dalam hal kedekatan antara

kontestan dengan pemilih. Beberapa variasi diperkenalkan oleh sistem ini untuk

mengurangi kelemahan itu dengan mengambil beberapa prinsip sistem distrik

dalam hal pemilih menentukan sendiri siapa kandidat yang disukainya di

samping tanda gambar.12

5. 3 Partai Politik

Partai politik adalah suatu kelompok yang terorganisir yang

anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai dan cita-cita yang sama. Tujuan

(30)

kelompok ini adalah untuk memperoleh kekuasaan politik dan merebut

kedudukan politik menurut Carl J. Friedrich partai politik adalah sekelompok

manusia yang terorganisir secara stabil dengan tujuan merebut atau

mempertahankan penguasaan terhadap pemerintah bagi pemimpin partainya.

Salah satu sarana untuk berpartisipasi adalah partai politik, partai politik

adalah suatu kelompok yang terorganisasi yang anggota-anggotanya mempunyai

orientasi nilai-nilai dan cita-cita yang sama. Singmud Neuman mengatakan bahwa

partai politik adalah organisasi artikulatif yang terdiri dari pelaku-pelaku politik

yang aktif dalam masyarakat yaitu mereka yang memusatkan perhatianya pada

menguasai kekuasaan pemerintahan dan yang bersaing untuk memperoleh

dukungan rakyat, dengan beberapa kelompok lain yang mempunyai pandangan

yang berbeda- beda. Dengan demikian partai politik merupakan perantara besar

yang menghubungkan kekuatan kekuasaan dan idiologi sosial dengan

lembaga-lembaga pemerintahan yang resmi dan yang mengkaitkanya dengan aksi politik di

dalam masyarakat politik yang lebih luas.

Dalam negara demokrasi, partai politik menyelenggarakan 4 fungsi sebagai sarana

yaitu :

1. Sebagai Sarana Komunikasi Politik

Arus informasi dalam suatu negara bersifat dua arah, artinyawah berjalan

dari atas kebawah dan dari bawah keatas. Kedudukan partai dalam arus ini

adalah sebagai jembatan antara ” mereka yang memerintah” dengan mereka

yang diperintah.

(31)

Sosialisasi politik adalah proses dimana seseorang memperoleh pandangan

orientasi dan nilai-nilai masyarakat dimana dia berada. Proses itu juga

mencakup proses dimana masyarakat mewariskan norma-norma dan nilai-

nilai dari satu generasi kegenerasi berikutnya. Proses sosialisasi politik sudah

dimulai dari masa kecil dan diselenggarakan melalui berbagai lembaga dan

kegiatan, seperti pendidikan formal, media massa seperti radio, TV dan partai

politik.

3. Sarana Rekrutmen Politik

Rekrutmen politik adalah proses melalui mana partai mencari anggota baru

dan mengajak orang yang berbakat untuk berpartisipasi dalam proses politik.

Dengan didirikanya organisasi- organisasi massa yang melibatkan

golongan-golongan buruh, petani, pemuda, mahasiswa, wanita dan sebagainya

kesempatan untuk berpartisipasi diperluas. Rekrutmen politik menjamin

kontinuitas dan kelestarian partai sekaligus merupakan salah satu cara untuk

menyeleksi calon-calonya.

4. Sarana Pengatur Konflik

Dalam negara demokratis yang masyarakatnya bersifat terbuka adanya

perbedaan dan persaingan pendapat sudah merupakan hal yang wajar.

5. 3.1 Sistem Kepartaian

Sistem kepartaina yang dianut Negara Indonesia adalah sistem Multi partai

(banyak Partai), sistem multi partai adalah salah satu varian dari beberapa sisitem

paratai yang dianut Indonesia. Andrew Heywood berpendapat bahwa sistem partai

(32)

didalam sebuah sistem politik yang berjalan. Sistem kepartaina adalah sebuah

pengaturan mengenai hubungan partai politik yang berkaitan pembentukan

pemerintah, dan sarana yang lebih spesifik apakah kekuatan partai memberikan

prospek untuk memenangkan atau berbagai kekuasaan pemerintah. Sistem Multi

partai dikenal di Indonesia sejak zaman Soekarno yaitu sejak pemilu pertama di

yang telah dilaksanakan Negara Indonesi yaitu pada tahun 1955 yang di ikutu 29

partai dan pemilu 2009 di ikuti 36 partai politik. Dari pengalaman pemilu 1955

inilah Indonesia menjadi menganut sisitem kepartaian menjadi Multi partai hingga

pada pemili-pemilu berikutnya pun menjadi seperti itu.

5.4 Pemilihan Presiden Secara langsung

Pemilihan presiden dilaksanakan secara langsung, dan dilaksanakan

masyarakat yang sudah berhak mengeluarkan hak suaranya, masyarakat yang

sudah memiliki usia 17 tahun keatas atau masyarakast yang sudah menikah, dan

sudah terdaftar pada Daftar Pemilih Tetap (DPT). Pemilihan umum lembaga dan

sekaligus praktek politik yang mempunyai dua dimensi, yang dilihat dari luar

tampak saling berseberangan. Pada dimensi pertama, pemilu umumnya dimengerti

sebagai sarna bagi perwujutan kedaulatan rakyat, ia adalah sarana artikulasi

penting warga negara untuk menentukan wakil-wakil mereka. Dalam pengertian

ini, maka pemilu merupakan juga sarana evaluasi dan sekaligus kontrol, baik

langsung maupun tidak langsung, terhadap pemerintah dan kebijakan yang

dibuatnya. Dimensi kedua, yang ada pemilu yaitu sebagai salah satu sarana untuk

(33)

keberadaan, kebijaksanaan, dan program-program yang dibuatnya dapat

diwujudkan dengan lebih mudah dan mempunyai ikatan sanksi yang kuat.

Gramsci, menyatakan dalam setiap proyek hegemoni kesepakatan yang

dih13asilkanya selalu berada dalam situasi cair dan tak stabil. Pemilu sebagai

sarana pencarian kesepakatan itu, tak pelak lagi akan merupakan sebuah ruang

dimana konsestasi dan tawar menawar politik antara negara dan elit penguasa di

satu pihak dan masyarakat dan pengelompokan didalamnaya dipihak lain terjadi.

Pemilihann umum adalah suatu alat yang penggunaanya tidak boleh

mengakibatkan rusaknya sendi-sendi demokrasi bahkan menimbulkan hal-hal

yang menderitakan rakyat, tetapi harus meminjam suksesnya perjuangan orde

baru, yaitu tetap tegaknya pancasila dan dipertahankanya UUD 1945.1

5.5 Faktor – faktor yang Mempengaruhi Masyarakat Untuk Tidak Memilih 5.1 Faktor Ekonomi

Dalam hal ini faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat kecamatan

Paranginan untuk tidak ikut memilih karna diakibatkan dengan faktor ekonomi,

kondisi ekonomi seseorang sangat mempengaruhi tingkat kebutuhanya. Artinya

orang yang tingkat kebutuhanya tinggi (kaya) dengan orang yang tingkat

ekonominya rendah (miskin). Gagasan tentang pembaharuan desa telah lama

bertebaran banyak individu maupun) antara keduanya berada dalam memenuhi

kebutuhanya. Orang kaya cenderung lebih banyak kebutuhanya dari orang miskin

misalnya dalam hal melengkapi kebutuhan keluarganya. Lembaga telah lama

mempromosikan pembaharuan agraria sebagai jalan untuk menciptakan keadilan

(34)

sosial bagi rakyat desa. Kini, di era reformasi lebih banyak eleman masyarakat

membikin wacana pembaharuan desa semakin membana tetapi tidak terlaksana.

Kebutuhan manusia relatif tak terbatas disisi lain kebutuhan itu terbatas apabila

relasinya mencukupi, dalam hal ini ilmu ekonomi mengajarkan bagaimana

manusia atau sekelompok manusia mampu membuat pilihan-pilihannya dengan

baik sebagaimana yang di kemukakan Paul Samuelson bahwa studi mengenai

bagaimana orang dan masyarakat memilih dengan tanpa menggunakan uang

untuk mendapatkan sumber-sumber daya produktif yang langka demi

memproduksi berbagai komoditi dari waktu kewaktu dan mendistribusikanya

untuk dikonsumsi.14 Seperti halnya dalam masyarakat Kecamatan Paranginan

bahwa faktor ekonomi itu sangat mempengaruhi dalam pemilihan dimana

pendapatan masyarakat dalam kebutuhan hidup mayoritas dalam hasil bertani

akhir-akhir ini perekonomian dari masyarakat Paranginan itu menurun padahal

masyarakat bisa bertahan hidup karana dari hasil pertanian yang diperolehnya.

Dalam pemilu 2009 itu masyarakat Paranginan banyak yang tidak ikut dalam

pemilihan dimana perekonomianya merosot yang diakibatkan dengan hasil dari

tanamanya tidak begitu bagus berikut lagi dengan faktor krisis global, dan cuaca

yang buruk yang mengurangi semangat dalam berpartisipasi dalam pemilihan

tersebut. Kecamatan Paranginan itu jumlah masyarakatnya 12.867 jiwa dan

kebanyakan masyarakat hidupnya tergantung dari hasil pertanianya, dan

masyarakat Paranginan itu mayoritas hidupnya sederhana (miskin). Jumlah

masyarakat Paranginan yang bertani sebanyak 9.547 jiwa, dan pendapatan yang

14

(35)

diperoleh setiap bulannya Rp 500.000 – 1.000.000, belum lagi biaya hidup

sehari-hari dan biaya hidup anak dan biaya yang lainnya.15

5.2 Faktor Pendidikan

Tinggi rendahnya tingkat pendidikan sesorang akan baanyak mempengaruhi

keinginan seorang (Manusia) dalam memenuhi kehidupan. R. Hayar mengatakan

bahwa pendidikan itu adalah usaha untuk membentuk manusia menjadi partisipan

yang bertanggungjawab dalam politik dan kekuasaan. Politik dapat diartikan

sebagai aktifitas, perilaku atau proses yang menggunakan kekuasaan untuk

menegakkan peraturan-peraturan dan keputusan yang sah berlaku ditengah

masyarakat. Pendidikan politik itu merupakan proses mempengaruhi individu agar

dapat memperoleh informasi lebih lengkap, wawasan lebih jernih dan

keterampilan yang mantap.16 Sekolah adalah tempat kita untuk mendapatkan

segudang ilmu, disekolah kita dapat mengetahui segala apa yang ada didalam dan

sekitar lingkungan kita. Memperoleh pendidikan itu sangat sulit apabila tidak ada

kemauan dan tidak adanya fasilitas yang memadai hal inilah yang dialami

masyarkat Paranginan pendidikanya masih minim yang mengakibatkan

masyarakat itu tidak tau apa itu kekuasaan dan tidak tahu apa itu politik, sehingga

dalam proses pelaksanaan pemilihan umum masyarakat bingung dengan apa yang

akan dilakukanya pada saat pemilu tiba akhirnya banyak memilih untuk tidak

datang ketempat pemungutan suara yang telah disediakan.

15

(36)

5.3 Faktor Budaya

Budaya politik merupakan sistem nilai dan keyakinan yang dimiliki bersama

oleh masyarakat. Namun setiap unsur masyarakat berbeda pula budaya politiknya

seperti masyarakat umum dan para elitnya. Indonesia yang dikenal sebagai Hindia

Belanda sebelum 1945 adalah sebuah negara yaang multi etnis dan multi agama

yang memiliki penduduk sekitar 179 juta orang kelompok etnis terbesar adalah

suku jawa yang jumlahnya hampir mendekati 50% dari jumlah penduduk

keseluruhan. Budaya politik merupakan sistem nilai dan keyakinan yang dimiliki

bersama oleh masyarakat, namun setiap unsur masyarakat berbeda pula

politiknya, seperti antara masyarakat umum dengan para elitnya. Kehidupan

manusia didalam masyarakat memiliki peranan penting dalam sistim politik suatu

negara. Manusia dalam kedudukanya sebagai mahluk sosial senantiasa akan

berinteraksi dengan manusia lain untuk berinteraksi dalam upaya mewujudkan

kebutuhan hidupnya. Budaya politik merupakan sistem nilai dan keyakinan yang

dimiliki bersama oleh masyarakat. Almond dan Verba mendefenisikan budaya

politik sebagai suatu sikap orientasi yang khas warga negara terhadap sistem

politik dan aneka ragam bagiannya, dan sikap terhadap peranan warga negara

yang ada didalam sistem itu.17

17

(37)

6. Metode Penelitian 6. 1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan metode studi

khasus, Yin (1984), mendefinisikan penelitian studi kasus sebagai peneliti empiris

yang menyelidiki suatu fenomena (gejala) kontemporer dalam konteks kenyataan

(real life) dimana batas-batas antara fenomena dan konteks tersebut masih belum

jelas.

Peneliti menggunakan metode studi kasus dengan alasan sebagai berikut:

1. Masalah pemilih yang tidak memilih merupakan isu kontemporer yang

banyak menarik perhatian peneliti untuk mengetahui lebih jauh. Dalam

setiap pemilihan umum masalah ini selalu menjadi bahan pembicaraan

sehingga menarik untuk mengetahui masalah yang sebenarnya

2. Gejala dan konteks yang terjadi dalam setiap pemilihan umum tersebut

dalam situasi kenyataanya belum jelas sehingga diperlukan penelitian

penelitian yang mendalam.

3. Penelitin ini bertujuan untuk mengungkap beberapa pertanyaan penelitian

yang berkaitan dengan ” apa ”, ” mengapa ”, dan ” bagaimana ” gejala yang

terjadi dalam masalah penelitian ini.

4. Penelitian ini menggunakan berbagai sumber dan teknik pengumpulan data

(38)

6.2 Lokasi Penelitian

Lokasi tempat penelitian adalah Kecamatan Paranginan Kabupaten Humbang

Hasundutan. Penelitian ini akan meneliti 25 TPS (Tempat Pemungutan Suara)

yang ada di Kecamatan Paranginan. Dalam hal ini peneliti akan mengambil semua

TPS ini sebagai sampel dalam penelitian ini.

6.3 Populasi dan Sampel

Populasi adalah seluruh objek yang terdiri dari manusia, benda, hewan, tumbu

-tumbuhan, gejala, nilai, atau peristiwa sebagai sumber data yang memiliki

karesteristik tertentu dalam penelitian.18

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat yang ada di Desa

kecamatan paranginan yang terdaftar sebagai pemilih, tetapi tidak memilih pada

pemilihan Presiden 2009. Jumlah dan identitasi dari pemilih yang tidak

menggunakan haknya ini dilakukan dengan mencocokkan Daftar Pemilih Tetap

(DPT) dan catatan pemilih yang menggunakan haknya. Pemilih yang terdaftar

dalam DPT tetapi tidak menggunakan haknya inilah yang diidentifikasi sebagai

populasi dalam pemilihan ini. Jumlah TPS yang ada di kecamatan Paranginan

sebanyak 25 TPS. Dari total TPS tersebut peneliti mengambil semua TPS

sebaggai sampel. Untuk menentukan jumlah sampel dalam penelitian ini, penulis

menggunakan rumus Taro Yamane:

18

(39)

Yaitu : n = N _________ N. d 2 + 1

Keterangan :

n = Jumlah Sampel

N = Jumlah Populasi

d2 = Presesi ditetapkan 10% dengan tingkat kepercayaan 90%.

Dari Rumus di atas maka diambil sampel sebagai berikut :

n = 2627

______________

2627. 0,01+ 1

n = 2627

_________________

27, 27

n = 96 Orang

Untuk menentukan jumlah sampel masing-masing sampel di setiap Desa

tersebut maka jumlah seluruh sampel didistribusikan pada tiap-tiap Desa

(40)

Tabel 2

Jumlah Responden dari Seluruh Desa/ Dusun di Kecamatan Paranginan

No. Nama Desa

Sumber: Hasil Pemilu Tahun 2009 di Kecamatan Paranginan

1. Sihonongan : 2. Lumban Barat :

419 449

x 100 % = 15 x 100 % = 17

2627 2627

3. Lobutolong Habinsaran : 4. Lobutolong :

186 244

x 100 % = 7 x 100%= 9

(41)

5. Lumban Sialaman: 6.Lumban Sianturi :

93 41

x 100 % = 3 x 100% = 2

2627 2627

7. Pearung : 8. Paranginan Selatan :

108 204

x 100 % = 4 x 100 % = 7

2627 2627

9. Paranginan Utara : 10. Siborutorop :

254 352

x 100 % = 9 x 100 % = 13

2627 2627

11. Pearung Silali :

277

x 100 % = 10

2627

Maka jumlah sampel yang digunakan adalah : 96 Orang

6.4 Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data atau informasi, keterangan-keterangan atau

fakta-fakta yang diperlukan, peneliti menggunakan teknik penelitian data sebagai

(42)

1. Penelitian kepustakaan, yaitu mempelajari buku-buku, peraturan-peraturan,

laporan-laporan serta bahan-bahan lain yang berhubungan dengan

penelitian.

2. Penelitian lapangan, yaitu pengumpulan data dan dialong langsung dengan

terjun langsung, yaitu dengan cara wawancara dan menggunakan kuisioner.

6.5 Teknik Analisa Data

Pada penelitian ini teknik analisa data yang digunakan adalah teknik

kuantitatif, yaitu teknik tanpa menggunakan alat bantu atau rumus statistik.

Adapun langkah-langkah yang ditempuh adalah sebagai berikut:

Pertama: pengumpulan data. Pada tahap ini peneliti akan menggumpulkan data,

baik dari buku, koran, majalah, jurnal, kliping dan situs-situs yang memuat

tentang perilaku pemilih dan juga dari bahan wawancara dan kuisioner. Kedua,

penilaian atau menganalisis data. Dalam hal ini setelah peneliti mengumpulkan

dan mendapatkan semua data yang mendukung atau membantu dan memandang

sangat dibutuhkan dalam penelitian ini maka penulis akan menelaah, kategorisasi,

melakukan tabulasi data dan atau mengkombinasikan bukti untuk menjawab

pertanyaan peneliti. Ketiga, penyimpulan data yang di peroleh. Tahap ini adalah

tahap terakhir pada penelitian ini. Dari hasil penilaian dan analisis yang penulis

lakukan maka penulis mengambil kesimpulan yang dapat lebih bermanfaat dalam

(43)

6.6Sistematika Penelitian

Penulisan penelitian ini akan disajikan kedalam 4 bab, yakni : Bab I

Pendahuluan: pada Bab ini terdapat latar belakang masalah penelitian, perumusan

masalah, tujuan penelitian, kerangka teori penelitian dan metodologi penelitian.

Pada Bab II akan menggambarkan segala sesuatu mengenai objek penelitian

yaitu gambaran umum wilayah kecamatan Paranginan yang dilihat dari geografis

dan luas wilayah, komposisi kependudukan, perekonomian masyarakat, sarana

dan prasarana serta struktur organisasi dan personalia.

Pada Bab III nantinya akan berisikan tentang penyajian data dan fakta yang

didapat dari lapangan dan juga akan menyajikan pembahasan dan analisis dari

data dan fakta tersebut.

Pada Bab IV pada penulisan penelitian adalah Bab penutup yang

didalamnya berisikan, saran dan kesimpulan yang akan diperoleh dari Bab-Bab

(44)

BAB II

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 1. Sejarah Kecamatan Paranginan

Atas prakarsa dan aspirasi masyarakat pada tahun 1985 yang membuat

permohonan pada Bupati tapanuli Utara tentang permohonan bahwa sejak dulu

Parangianan merupakan suatu kedewaaan untuk dibentuk menjadi suatu

kecamatan. Pada tahun 1987 Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara menerbitkan

surat keputusan menjadi satu Kacamatan Pembantu Paranginan di kabupaten

Tapanuli Utara. Tanggal 20 Desembar 2000 Kecamatan perwakilan diresmikan

oleh Bupati Tapanuli Utara menjadi Kecamatan paranginan dengan dasar surat

Gubernur Sumatera Utara Nomor 132/1593/2000 tanggal 30 september 2000

tentang Pembantu paranginan menjadi Kecamatan Paranginan.

Kecamatan Paranginan adalah salah satu dari 10 (sepuluh) Kecamatan di

kabupaten Humbang Hasundutan yang beribu kotakan Onan Raja Desa

Sihonongan, dimana kecamatan ini adalah pemekaran dari kecamatan Lintong

Nihuta, Kecamatan Paranginan berpisah dari Kecamatan Lintong Hihuta pada

tanggal 10 Desember tahun 2000 dengan PERDA TAPUT Nomor 09 Tahun 2000

tentang pemekaran Kecamatan Purba Tua dan Kecamatan Paranginan sebelum

pemekaran Kabupaten Humbang Hasundutan dari Kabupaten Tapanuli Utara.

Sebelum Kabupaten Humbang Hasundutan diresmikan menjadi salah satu

Kabupaten, yang diresmikan pada tanggal 28 Juli tahun 2003 yang diresmikan

oleh bapak Gubernur Rijal Nurdin, kecamatan Paranginan berkabupaten pada

(45)

menjadi sebuah Kapupaten, Kecamatan Paranginan menjadi salah satu Kecamatan

dari Kabupaten Humbang Hasundutan. Melihat dari mudahnya Kecamatan

Parangian ini orang mengatakan bahwa parangian ini belum memiliki kemajuan,

dalam hal pembangunan memang Kecamatan Parangian belum begitu maju, tetapi

dalam hal pendidikan kecamatan Paranginan sudah tergolong maju, dimana

oarang tua dari kecamatan ini mengharapkan supaya anak-anaknya memiliki

pengetahuan yang lebih tinggi, masyarakat Kecamatan Paranginan telah

menyekolakan anak-anaknya sampai pada tingkat Perguruan Tinggi, karena

masyarakat Kecamatan Parangian mengutamakan pada istilah orang batak

Anakkon Hi Do Hamoraon Diau. Kecamatan Parangian ini memiliki desa

sebanyak 11 desa yaitu : Desa Sihonongan (Ibu kota Kecamatan), Desa

Lobutolong, Desa Lumban Barat, Desa Pearung, Desa Lobutolong Habinsaran,

Desa Pearung Silali, Desa Lumban Sialaman, Desa Lumban Sianturi, Desa

Siborutorop, Desa Paranginan Selatan, Desa Paranginan Utara. Masyarakat di

Kecamatan Paranginan mayoritas orang batak toba, adapun orang lain seperti :

Melayu, Padang, Jawa itu adalah orang perantau, dan agama yang dianut di

Kecamatan Paranginan adalah agama Kristen Protestan.

Kecamatan Paranginan terletak didataran tinggi dengan udara sejuk, dan

sumber penghasilan masyarakat Kecamatan Paranginan mayoritas bertani, dan

sebagian kecil berdagang kecil-kecilan, dan kehidupan masyarakat Paranginan

masih ketat dalam adat istiadat dan yang dipadu denga tatanan Dalihan Na Tolu

yaitu, Somba Marhula-hula, Manat mardongan tubu, Elek marboru, dan yang

(46)

meningkatkan taraf hidup masyarkat menuju Paranginan yang indah, aman dan

sejahtera serta Huta idamanku dengan Motto: Marsiurupurupan Mangula Ulaon

Na Maol, Marsibetabetaan Mangula Ulaon Nadenggan.

Untuk mempercepat laju pembangunan laju pembangunan sangat di

perlukan motivasi dalam menggerakkan masyarakat agar tidak hanya objek

pembangunan namun turut sebagai subjek/pelaku pembangunan itu sendiri

bersama-sama pemerintah mengoptimalkan seluru potensi yang ada.

Menyadari hal tersebut diatas sebagai staf dari bagian pemerintahan

Kecamatan Paranginan yang dimulai dari tanggal 16 Maret 2004, sejak itulah

kami mengamati bahwa masyarakat masih tertinggal akibat SDM yang masih

minim terutama dibidang pertanian yang masih menganut pola tradisional dan hal

itulah perlu disikapi tanpa menunggu reaksi lebih lama demi peningkatan taraf

hidup yang lebih maju.

Kebutuhan dalam bidang organisasi adalah pada dasarnya kebutuhan yang

adanya interaksi sosial yang mempersatukan serta yang mengutuhkan dalam

kelompok organisasi tersebut, organisasi juga bisa dikatakan perkumpulan

beberapa orang yang memiliki motifasi dan memiliki tujuan yang ingin

membangun. Selain membuat suatu perkumpulan dalam masyarakat masyarakat

juga memiliki pundasi yang kuat untuk lebih meningkatkan kebutuhan sesama dan

tolong-menolong.

Organisasi masyarakat yang di bentuk masyarakat Kecamatan Paranginan

(47)

1. Pendidikan Kesejahteran Keluarga (PKK) dengan jumlah organisasinya

11, yaitu setiap desa yang ada di Kecamatan Paranginan ada organisasi

PKKnya

2. Organisasi Pemuda Sebanyak 4 Organisasi, yaitu yang membentuk

organisasi pemuda itu, desa Lumban Barat, Lobutolong Habinsaran,

Pearung, dan desa Sihonongan

3. Kelompok tani pemuda 5 kelompok

4. Kelompok gotong-royong sebanyak 11 kelompok

Selain dari organisasi yang tertera di atas masyarakat Kecamatan Paranginan

memiliki organisasi di bidang politik yaitu partai-partai politik yang memiliki

pengurus cabang di kecamatan Paranginan maupun pengurus ranting di

kelurahan-kelurahan yang ada di Kecamatan Paranginan adalah sebagai berikut:

Partai persatuan banteng kemerdekaan (PNBK), Partai Demokrat, Partai PDI-P,

Partai damai Sejahtera (PDS).

2. Letak Geografis, Demografi dan Perekonomian 2.1.1 Geografis

Wilayah Kecamatan Paranginan terletak antara Lintang Utara 20 13’ – 2o

20’ dan Bujur Timur 98o 57’ dengan luas wilayah 54 km2 terletak di atas

permukaan laut 1000 – 1500 m, dan jumlah penduduk 12. 969 jiwa serta

batas-batas sebagai berikut :

Sebelah Utara : Kecamatan Muara

Sebalah Selatan : Kecamatan Siborong-borong

(48)

Sebalah Barat : Kecamatan Lintong Nihuta

Untuk mengetahui luas wilayah dan jumlah dusun menurut desa di

Kecamatan Paranginan dapat dilihat dalam tabel berikut ini.

Tabel 3

Luas Wilayah dan Jumlah Dusun menurut Desa Kecamatan Paranginan

No. Paraninan/Desa Luas (Km 2

)

Sumber: Profil Kecamatan Paranginan Pebruari 2010

2.1.2 Keadaan Demografi

Berdasarkan pendataan yang di peroleh bagian pemerintahan kecamatan

Paranginan pada Bulan Agustus 2009 Jumlah penduduk kecamatan Paranginan

13.099 jiwa dan jumlah penduduk laki-laki 6.405 jiwa dan jumlah penduduk

perempuan 6.694 jiwa. Untuk lebih memperjelas, komposisi penduduk

Kecamatan Paranginan dapat dilihat berdasrkan umur, jenis kelamin, mata

(49)

Jenis Kelamin dan Umur

Klasifikasi penduduk berdasarkan kelompok umur dan jenis kelamin dapat

dilihat dalam tabel berikut.

Tabel 4

Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Kecamatan Paranginan

Sumber: Profil Kecamatan Paranginan Pebruari 2010

Menurut data statistika yang terakhir di data di Kecamatan Paranginan

diketahui bahwa jumlah penduduk kecamatan Paranginan terdiri atas 13.099 jiwa

dan data penduduk ini sudah ikut semua desa-desa yang ada di Kecamataan

Paranginan memiliki desa sebanyak 11 desa. Jika dilihat dari faktor jenis kelamin,

maka penduduk Kecamatan Paranginan terdiri dari, jumlah laki-laki 6.405 jiwa

(50)

Kecamatan Paranginan sedikit banyaknya jumlah penduduk perempuan lebih

tinggi dari pada jumlah penduduk laki-laki.

Menurut data statistika yang terakhir di data di Kantor Camat Paranginan

pada bulan Agustus 2009 bahwa jumlah penduduk sebesar 13.099 jiwa, sudah

termasuk anak yang baru lahir dan penduduk yang baru datang (pendatang) serta

sudah dikurangi masyarakat yang sudah meninggal di seluruh desa kecamatan

paranginan. Menurut pendataan yang diperoleh kantor camat Paranginan bahwa

jumlah penduduk yang sudah dewasa, dibandingkan dengan jumlah penduduk

anak-anak dan orang tua. Dalam hal ini menunjukkan bahwa Kecamatan

Paranginan mempunyai modal tenaga kerja yang cukup.

2.1.3 Perekonomian

Mata pencaharian masyarakat Paranginan umumnya adalah bertani sesuai

dengan kondisi alam, maka potensi pertanian terdiri dari :

1. Tanaman Pangan :

 Padi dengan luas lahan : 2.200 Ha

 Jagung dengan luas lahan : 400 Ha

 Jumlah : 2.600 Ha

2. Tanaman Holtikultural :

 Wortel dengan luas lahan : 300 Ha

 Tomat dengan luas lahan : 200 Ha

 Kentang : 55 Ha

 Kol dengan luas lahan : 100 Ha

(51)

 Cabe dengan luas lahan : 65 Ha

 Kacang-kacangan dengan luas lahan : 25 Ha

 Bawang : 25 Ha

 Jumlah : 795 Ha

3. Tanaman Keras :

 Kopi dengan luas lahan : 2.500 Ha

 Kulit manis dengan luas lahan : 30 Ha

 Kemiri : 25 Ha

 Mangga : 50 Ha

 Jumlah. : 2605

4. Hutan :

 Hutan : 130 Ha

 Hutan Raya Pinus : 50 Ha

 Jumlah : 180 Ha

Dari data yang tertera diatas dari sinilah masyarakat Paranginan

mendapatkan dan memperoleh perekonomian, inilah yang di kelolah untuk nafkah

kehidupan mereka.

2.2 Pekerjaan

Masyarakat Kecamatan Paranginan mata pencariaanya setiap hari cukup

bervariasi. Masyarakat Kecamatan Paranginan mayoritas pekerjaanya adalah

bertani selebihnya masyarakatnya bekerja dibidang pendidikan (Guru),

(52)

Tabel 5

Penduduk Umur 15 Tahun Keatas Menurut Jenis Kegiatan / Pekerjaan di Kecamatan Paranginan

No. Jenis Pekerjaan

(bidang) Jumlah Persentase

1 Sekolah 3. 316 28, 66%

2 Pertanian 7. 547 65, 24%

3 Jasa Pemerintahan 230 1, 98

4 Wiraswasta 120 1, 03%

5 Karyawan 26 0, 22%

6 Tarnsportasi 50 0, 43%

7 Perdangangan 280 2. 42%

Jumlah 11. 567 100

Sumber: Profil Kecamatan Paranginan Pebruari 2010

Dilihat dari jumlah penduduk yang bekerja, terhitung 11.567 yang bekerja

dari 13.099 jumlah penduduk Kecamatan Paranginan dengan demikian,

penduduk yang bekerja sebesar 65,50% dari jumlah penduduk, yang berarti

masyarakat Kecamatan Paranginan digolongkan lebih memilih untuk bekerja.

Dari tabel diatas jelas terlihat bahwa masyarakat Kecamatan Paranginan dari

pekerjaan yang diperoleh masyarakat Paranginan rata-rata bekerja sebagai peteni

yang sampai 65,50%, dari hal ini lebih tinggi persentase petani dari pada pekerja

yang lain.

2.3 Agama

Penduduk Kecamatan Paranginan mayoritas menganut agama kristen

protestan sekitar 80,50%. Kemudian diikuti agama Katholik, Islam agar dapat

Gambar

Tabel 1
Tabel 2
Tabel 3
Tabel 4
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa partisipasi masyarakat di Kelurahan Dataran Tinggi itu tinggi, karena masyarakat ingin menyalurkan aspirasinya sebagai warga negara

Adapun jawaban pada pertanyaan penelitian “Apakah citra kandidat gubernur dan wakil gubernur berpengaruh terhadap perilaku memilih masyarakat dalam Pilgub Jateng tahun 2013?”

Serta perlu dilakukan penelitian selanjutnya dengan jumlah subjek yang lebih besar dan melihat hubungannya dengan faktor-faktor yang sangat mempengaruhi perilaku masyarakat

Hasil dari penelitian ini Kiai yang memiliki peran politik di Madura, khususnya Kabupaten Sumenep tidak lagi mampu mempengaruhi preferensi masyarakat terhadap kandidat calon bupati dan