• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEANEKARAGAMAN FORAMINIFERA BENTIK DALAM SEDIMEN DASAR PERAIRAN PADA KEDALAMAN YANG BERBEDA DI TELUK BALIKPAPAN, PROPINSI KALIMANTAN TIMUR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KEANEKARAGAMAN FORAMINIFERA BENTIK DALAM SEDIMEN DASAR PERAIRAN PADA KEDALAMAN YANG BERBEDA DI TELUK BALIKPAPAN, PROPINSI KALIMANTAN TIMUR"

Copied!
69
0
0

Teks penuh

(1)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara kepulauan yang mempunyai garis pantai sepanjang 81.000 km dengan luas perairan pantai yang mencapai 5,8 km2dari 3,1 juta km2 keseluruhan luas laut Indonesia. Dengan luas lahan pesisir sebesar 80.929 hektar dan luas pantai yang mencapai 2/3 dari luas keseluruhan Indonesia, maka potensi sumber daya pesisir, khususnya biota perairan pesisir Indonesia cukup besar (Irawan, 2010).

(2)

Bagi masyarakat sekitar, Teluk Balikapapan memiliki peranan yang penting, antara lain sebagai pelabuhan laut Balikpapan yang secara langsung dapat menjadi sumber penghasilan masyarakat sekitar. Selain itu, Indonesia juga memiliki aset penting di bagian tepi Timur Teluk Balikpapan yaitu Perusahaan Indonesia Pertamina yang merupakan kilang minyak terbesar.

Perairan Teluk Balikpapan menyimpan banyak sedimen, baik yang berasal dari organisme bentik maupun planktonik. Biota dalam sedimen tersebut terdiri dari organisme yang berukuran mikroskopis dan makroskopis. Namun hanya organisme yang memiliki cangkang saja yang dapat terawetkan dalam sedimen tersebut, misalnya foraminifera.

Foraminifera adalah organisme bersel tunggal yang tubuhnya tersusun atas

kalsium karbonat (CaCO3). Berdasarkan cara hidupnya, foraminifera terdiri dari 2 jenis, yaitu foraminifera planktonik dan foraminifera bentik. Foraminifera

planktonik adalah jenis foraminifera yang hidupnya mengikuti arus air. Foraminifera bentik yaitu jenis foraminifera yang hidupnya relatif menetap di perairan, memiliki bentuk yang sangat bervariasi, dan dapat dijadikan sebagai indikator kualitas lingkungan pada suatu perairan.

(3)

Kadar garam yang terkandung dalam suatu perairan juga ikut mempengaruhi distribusi foraminifera. Dengan berkurangnya kandungan garam maka proses pembentukan cangkang pada foraminifera akan terhambat. Hal tersebut dikarenakan kadar garam yang terkandung dalam suatu perairan sangat berpengaruh terhadap jumlah CaCO3sebagai bahan pembentuk cangkang foraminifera agar dapat terawetkan dalam sedimen (Ryo, 2010).

Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai foraminifera bentik, dapat dilakukan identifikasi yang berfungsi mengetahui jenis foraminifera serta

keanekaragamannya dalam sedimen dasar suatu perairan. Salah satu manfaat foraminifera bagi ekosistem perairan adalah sebagai parameter lingkungan,

dimana kumpulan foraminifera dalam suatu daerah mencerminkan hubungan antar spesies yang dipengaruhi faktor ekologi dan kemampuan beradaptasi organisme tersebut terhadap lingkungannya.

Berdasarkan peran foraminifera dalam ekosistem serta manfaatnya bagi

kehidupan manusia, maka perlu dilakukan suatu kajian terhadap keanekaragaman foraminifera di suatu perairan. Kajian atau penelitian ini akan difokuskan pada foraminifera jenis bentik.

1.2 Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah :

(4)

2. Membuat peta sebaran foraminifera bentik di perairan Teluk Balikpapan untuk mengetahui pola sebaran yang dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti

kedalaman, kecerahan, temperatur, pH, turbiditas, salinitas, dan DO (Dissolved Oxygen).

1.3 Manfaat

Manfaat dari penelitian ini adalah memberikan informasi mengenai keanekaragaman foraminifera bentik, khususnya foraminifera bentik pada kedalaman perairan yang berbeda di Teluk Balikpapan, Propinsi Kalimantan Timur dalam kaitannya dengan parameter lingkungan, antara lain kedalaman, kecerahan, temperatur, pH, turbiditas, salinitas, dan DO (Dissolved Oxygen).

1.4 Kerangka Pikir

Foraminifera merupakan organisme bersel tunggal yang keseluruhan hidupnya berada di laut. Tubuh foraminifera terdiri atas cangkang yang terbentuk dari kalsium karbonat. Dengan adanya senyawa tersebut foraminifera dapat terawetkan dalam sedimen. Senyawa kalsium karbonat tidak dapat diuraikan dengan mudah oleh pengurai dalam ekosistem perairan laut/ pesisir. Foraminifera sendiri telah terbukti dijadikan sebagai objek penelitian karena memiliki jumlah yang berlimpah, bentuk yang bervariasi, dan mudah untuk ditemukan, serta sensitif terhadap perubahan lingkungan.

Kondisi suatu perairan akan menentukan jumlah foraminifera yang ada di

(5)

faktor-faktor lain, seperti kecerahan, temperatur, pH, turbiditas, salinitas, dan DO

(Dissolved Oxygen). Semakin banyak pengaruh dari kedalaman suatu perairan dan sedimentasi daratan, maka jumlah foraminifera bentik yang ada akan semakin menurun.

Kehidupan foraminifera sangatlah dipengaruhi oleh keadaan lingkungan

(6)
(7)

II. TINJAUAN PUSTAKA

Teluk Balikpapan adalah sebuah teluk yang terdapat di Kalimantan Timur yang letaknya berada pada 3 wilayah pemerintahan yaitu Pemerintahan Kota

Balikpapan, Kabupaten Kutai Kartanegara, dan Kabupaten Pasir. Teluk ini dikelola secara berkesinambungan untuk mencegah terjadinya erosi dan

sedimentasi. Pengelolahan yang tidak benar akan menimbulkan masalah-masalah pada perairan teluk tersebut, misalnya berkurangnya ketebalan lapisan tanah, terbentuknya cekungan-cekungan berupa parit secara alami, terjadi perubahan vegetasi, dan banyak ditemukan endapan (sedimentasi) pada perairan di sekitar Teluk Balikpapan (Hardwinarto, 2002).

Perairan Teluk Balikpapan memiliki banyak macam biota, seperti ikan, alga,

crustacea,molusca,ostracoda, pteropoda, foraminifera, dan terumbu karang. Terumbu karang merupakan salah satu habitat bagi ikan, baik untuk mencari makan juga berkembangbiak (meletakkan telur) (Hardwinarto, 2002). Terumbu karang di kawasan Teluk Balikpapan mengalami ancaman kepunahan yang serius. Dari data Yayasan Pesisir Kalimantan (Peka), tercatat tingkat kerusakan terumbu karang di Teluk Balikpapan tergolong parah. Terumbu karang di Teluk

Balikpapan merupakan terumbu karang terunik di Indonesia karena

(8)

berdasarkan hasil pantauan di awal tahun 2012, terumbu karang yang masih hidup di Teluk Balikpapan hanya 15 persen. Kondisi ini sulit ditangani karena adanya berbagai aktivitas yang berlangsung di perairan Teluk Balikpapan.

Terumbu karang hidup berasosiasi dengan foraminifera yang merupakan salah satu kontributor dalam pembentukan terumbu karang tersebut (Yamano dkk, 2000). Foraminifera dapat digunakan sebagai indikator kesehatan dari terumbu karang karena jenis foraminifera tertentu memiliki kesamaan kualitas air dengan berbagai biota pembentuk terumbu karang. Selain itu, pengambilan sampel foraminifera berpengaruh sangat kecil terhadap ekosistem terumbu karang sehingga aman untuk kelestarian terumbu karang tersebut (Hallock dkk, 2003).

2.1 Morfologi Foraminifera

Foraminifera adalah salah satu organisme Protozoa yang dapat hidup di perairan payau hingga laut dalam. Tubuh foraminifera tersusun atas satu atau lebih kamar yang dibatasi dengan adanyaseptadan memiliki banyakforamen(lubang-lubang halus yang bersifatuniseluleratau bersel tunggal). Organime ini banyak

digunakan sebagai indikator kondisi lingkungan perairan dan hidupnya berasosiasi dengan terumbu karang (Pringgoprawiro dan Kapid, 1999).

(9)

Ektoplasma merupakan lapisan luar yang bersifat transparan, dimana pada lapisan tersebut terdapatpseudopodia(kaki semu) yang berbentuk kecil dan bercabang, yang berfungsi sebagai alat gerak (Boltovskoy dan Wright, 1976).

Berdasarkan ada atau tidaknya lubang yang dimiliki, foraminifera dibedakan menjadi dua tipe, yakni yang tidak berlubang dan yang memiliki banyak lubang. Foraminifera yang tidak berlubang sebenarnya memiliki lubang tunggal yang berfungsi sebagai tempat keluarnya kaki semu. Ukuran foraminifera umumnya kurang dari 1 mm, namun ada yang mencapai 19 mm. Ukuran tubuh yang kecil tersebut menyebabkan hewan ini hanya mampu memangsa protozoa kecil dan diatom (Mohtarto dan Juwana, 2001).

Cangkang yang dihasilkan oleh foraminifera umumnya terdiri dari kitin atau kapur yaitu kalsium karbonat (CaCO3) yang merupakan pembentuk dinding paling primitip. Adanya kandungan kalsium karbonat ini menyebabkan

foraminifera dapat terawetkan dalam sedimen dan bermanfaat bagi ahli geologi dan paleoekologi (Boltovskoy dan Wright, 1976).

2.1.1 Komposisi Cangkang Foraminifera

Berdasarkan komposisi cangkang, foraminifera dapat dikelompokkan menjadi empat, yaitu (Pringgoprawiro, Harsono, dan Kapid,1999) : a. Dinding kitin/ tektin

(10)

kuning. Contohnya golongan Miliolidae, Lituolidae, dan beberapa golongan Astrorhizidae.

b. Dindingarenaceousdanaglutinous

Dinding ini terbentuk dari material asing yang saling merekat satu sama lain dengan adanya semen. Material pada dindingarenaceousberasal dari butir-butir pasir saja, sedangkan pada dindingaglutinousberasal dari mika,sponge specule, fragmen-fragmen dari foraminifera lainnya, atau dari lumpur.

c. Dindingsiliceous

Dinding ini terbentuk dari material sekunder yang dihasilkan oleh organisme itu sendiri dan jarang sekali ditemukan. Contoh foraminifera yang berdindingsiliceousyaitu golongan Ammodiscidae,

Hyperamminidae, serta beberapa jenis dari golongan Miliolidae.

d. Dinding gamping

Dinding yang terdiri dari zat-zat gampingan dijumpai pada sebagian besar foraminifera. Dinding gamping dikelompokkan menjadi 4, yaitu :

• Gamping porselen

(11)

• Gamping bergranular

Gamping granular tersusun atas kristal-kristal kalsit yang bergranular tanpa disertai material asing. Contohnya pada golonganEndothyra, beberapa spesies dariBradyna,Hyperammina, serta beberapa bentuk yang menyerupaiAmmodiscusatauSpirilina.

• Gamping kompleks

Dinding gamping kompleks terdapat pada golongan Fussulinidae yaitu foraminifera besar. Dinding ini merupakan jenis dinding yang berlapis-lapis. Dari lapisan dinding tersebut, foraminifera dapat dibedakan antara tipefusulinelliddanschwagerinid.

• Gampinghyalin

Dindinghyalindimiliki oleh kebanyakan foraminifera. Dinding ini memiliki sifat yang bening, transparan, dan memiliki pori. Umumnya, foraminifera yang memiliki pori kecil dianggap lebih primitif jika dibandingkan dengan foraminifera yang berpori besar. Contohnya kelompok Nadosaridae, Globigenerinidae, dan Polymorphinidae yang memiliki pori dengan diameter sekitar 5-9 µm, sedangkan pada

Anomalina,Planulina, danCibicidesmemiliki pori yang besarnya ± 15 µm.

2.1.2 Bentuk Cangkang dan Kamar Foraminifera

(12)

Ada 2 macam jenistest, yaitu : 2.1.2.1 Monothalamus Test

Monothalamus testadalah cangkang foraminifera yang hanya terdiri dari satu kamar. Bentukmonothalamus testantaralainglobularatau bulat (contoh :Saccamina, Psammos phaera,danPilulina), botol (contoh :Lagena), tabung (contoh :Hyperammina, Bathysiphon,dan

Hyperamminoides), kombinasi antara tabung dan botol (contoh :

Entosolenia), berputar pada satu bidang (contoh :Cornuspiradan

Ammodiscus), planispiral pada awalnya, kemudiaan terputar tidak teratur (contoh :PsammaphisdanOrthover tella), dan planispiral kemudian lurus (contoh :Rectocornuspira).

2.1.2.2 Polythalamus Test

Polythalamus testadalah cangkang foraminifera yang terdiri dari banyak kamar. Menurut Pringgoprawiro (1999), keseragaman bentuk kamarpolythalamus testdibagi menjadi 4 yaitu :

Uniformed testadalah cangkang yang tersusun dari satu jenis

susunan kamar saja, misalnyauniserialataubiserial saja.

Uniformedterdiri dari 3 macam, yaitu :

1. Uniserial, terdiri dari satu macam susunan kamar dengan satu baris kamar yang seragam dan dikelompokkan menjadi 3.

Linierdan mempunyai leher

(13)

Equitant

Testuniserial ini tidak mempunyai leher dengan susunan kamar yang saling berdekatan sehingga terlihat saling menutupi satu dengan yang lain, contohnyaGlandulina

danFrondicularia.

Curvilinier

Test uniserialdengan struktur yang melengkung, contohnyaDentalina.

2. Biserialyaitu susunan kamar yang terdiri dari dua baris kamar yang tersusun berselang-seling, contohnyaTextularia.

3. Triserialyaitu susunan kamar yang terdiri dari tiga baris kamar yang tersusun berselang-seling, contohnyaUvigerina

danBulimina.

Biformed testadalah cangkang yang tersusun oleh dua macam

susunan kamar, misalnyabiserialpada awalnya kemudian terputar menjadiuniserialpada akhirnya.

Contoh :HeterostomelladanCribrostomum

Triformed testadalah cangkang yang tersusun oleh tiga bentuk

susunan kamar dalam sebuahtest, misalnya permulaanbiserial

kemudian berputar dan akhirnya menjadiuniserial. Contoh :VulvulinadanSemitextularia

Multiformed testadalah cangkang yang tersusun oleh lebih dari 3

(14)

Menurut Pringgoprawiro, Harsono, dan Kapid (1999), cangkang dengan sifatuniserialyang terputar dapat dikelompokkan menjadi beberapa macam, yaitu :

a. Planispiral coiled test yaitu jenis cangkanguniserialyang seluruh putarannya terpusat pada satu bidang.

Contoh :EndothyradanHastigerina

b. Nautiloid testyaitu jenis cangkanguniserialyang kamar-kamarnya saling tindih satu dengan yang lain, terutama pada bagianumbilicussehingga bentuk kamar pada bagian tepi lebih besar dibandingkan pada bagian pusat.

Contoh :Nonion, Saracenaria,danPlanularia

c. Involute testyaitu jenis cangkanguniserialdimana putaran pada kamar bagian akhir menutupi kamar yang terdahulu, sehingga yang terlihat hanyalah putaran kamar pada bagian akhir saja. Contoh :Lenticulina, Elphidium,danRobulus

d. Evolute testyaitu jenis cangkanguniserialyang keseluruhan putaran kamarnya dapat terlihat.

Contoh :Operculina

(15)

f. Helicoid testyaitu jenis cangkanguniserialdimana susunan kamar-kamarnya terletak pada suatu putaran khas yang cepat sekali membesar.

Contoh :Globigerina

2.1.3 Jumlah Putaran dan Jumlah Kamar

Dalam mengklasifikasikan foraminifera, jumlah kamar, dan jumlah putaran perlu diperhatikan karena spesies tertentu mempunyai jumlah kamar pada sisi ventral yang sama, sedangkan jumlah kamar pada sisi dorsal akan

berhubungan erat dengan jumlah putaran. Jumlah putaran yang banyak umumnya diikuti dengan jumlah kamar yang banyak pula, dengan kisaran yang hampir sama (Anderson, 1988 dalam http://www.identifikasi-foraminifera-di-air.html).

Berdasarkan jumlah putaran dan jumlah kamar, foraminifera dibagi menjadi 3 golongan yaitu :

a. Planispiralyaitutestyang terputar pada satu bidang dan semua kamar dapat terlihat dengan jumlah kamar ventral dan dorsal sama.

Contoh :Hastigerina

b. Trochospiralyaitutestyang tidak terputar pada satu bidang dan tidak semua kamar dapat terlihat. Jumlah kamar ventral dan dorsal tidak sama, dengan jumlah kamar vental lebih sedikit dibandingkan dengan kamar dorsal.

(16)

c. Streptospiralyaitutestyang mula-mula bersifattrochospiral, kemudian planispiral.

Contoh :Pulleniatina

Pada susunan kamartrochospiral, jumlah putaran dapat diamati pada sisi dorsal, sedangkan padaplanispiraljumlah putaran pada sisi ventral dan dorsal mempunyai kenampakan yang sama (Anderson, 1988 dalam http://www.identifikasi-foraminifera-di-air.html).

2.1.4 Septa dan Sutura

Septa adalah bidang yang merupakan batas antara kamar satu dengan yang lainnya berupa lubang-lubang halus yang disebut dengan foramen. Septa tidak dapat dilihat dari luar cangkang, sedangkan yang tampak pada dinding luar cangkang hanya berupa garis yang disebut sutura. Sutura merupakan garis yang terlihat pada dinding luas cangkang yang merupakan perpotongan septa dengan dinding kamar. Sutura penting dalam pengklasifikasian

foraminifera karena beberapa spesies memiliki sutura yang khas (Anderson, 1988 dalam http://www.identifikasi-foraminifera-di-air.html).

2.1.5 Ornamen (hiasan) Foraminifera

(17)

bersamaan. Pada beberapa spesimen, ornamen tidak muncul sampai spesimen tersebut mencapai stadium dewasa (Boltovskoy dan Wright, 1976).

2.1.6 Apertura

Apertura adalah lubang utama tempat keluarnya protoplasma. Apertura ditemukan pada posisi yang berbeda-beda yaitu periperal, basal, dorsal, ventral, dan terminal, serta ada yang memiliki bentuk dan ukuran yang sama (dominan). Pada beberapa jenis foraminifera, apertura terdapat pada ruang pertama dan terakhir yang dihubungkan oleh plat (Buliminidae, Caucasinidae, dan Bolivinidae), sifon (Pleurostomellidae), atau penghubung lain yang serupa. Apertura memiliki banyak struktur yang berbeda-beda, seperti gigi, piringan gigi, tabung pipih,rims,chamberlets,tegilla, danbullae(Boltovskoy dan Wright, 1976).

Menurut Jones (1956) dan Shrock dan Twenhofel (1953) dalam

Pringgoprawiro, Harsono, dan Kapid (1999), apertura foraminifera bentos dapat dibedakan menjadi beberapa bentuk, yaitu :

a. Apertura yang bulat sederhana yaitu berbentuk bulat, sederhana, yang biasanya terletak pada ujung kamar akhir.

Contoh :Lagena,Bathysipon,danCornuspira

b. Apertura yang memancar (radiate) yaitu berupa sebuah lubang yang bulat dengan yang menonjol dari pusat lubang.

(18)

c. Aperturaphialineyaitu berupa lubang bulat yang mempunyai bibir (lip) sarta leher (neck).

Contoh :Uvigerina, Amphicoryna,danMarginularina

d. Aperturacrescentikyaitu berbentuk tapak kaki kuda atau busur panah. Contoh :Nodosarella,Pleurostomella,danTurrilina

e. Aperturavirgulineataubulimineyaitu berbentuk seperti koma yang melengkung.

Contoh :Virgulina,Bulimina, Buliminella,danCassidulina

f. Apertura yangslit-likeyaitu apertura yang membentuk lubang sempit yang kemudian memanjang.

Contoh :Sphaeroidinella,Sphaeroidinellopsis,danPullenia

g. Aperturaectosoleniayaitu apertura yang memiliki leher yang pendek. Contoh :EctosoleniadanOolina

h. Aperturaentosoleniamerupakan apertura yang mempunyai leher dalam (internal neck).

Contoh :FissurinadanEntosolenia

i. Aperturamultiple,cribrate, danaccesoryyaitu apertura yang terdiri dari beberapa lubang bulat dan kadang-kadang membentuk saringan (cribrate) atau terdiri dari satu lubang utama dan beberapa lubang bulat yang lebih kecil (accessory).

(19)

j. Apertura dendritik yaitu bentuknya menyerupai ranting pohon (dendrit)

yang terletak pada bagian “septal-face”.

Contoh :Dendritina

k. Apertura yang bergerigi yaitu berbentuk lubang yang melengkung dimana di dalamnya terdapat tonjolan yang menyerupai gigi (single tooth, bifid tooth).

Contoh :PyrgodanQuinqueloculina

l. Apertura yang berhubungan denganumbilicusyaitu apertura yang biasanya berupa lubang yang berbentuk busur, ceruk, atau persegi yang kadang-kadang memiliki bibir, gigi-gigi, atau ditutupi dengan selaput yang tipis.

Contoh :Globigerina,Globoquadrina, danGlobigerinita

2.1.7 Warna

Testatau cangkang yang kosong memiliki perbedaan warna dengan cangkang yang mengandung protoplasma (Boltovskoy dan Wright, 1976).

2.1.7.1 Cangkang Kosong

(20)

(Discorbis). Warna dasar menunjukan komposisi kimia atau

microstructur test(Be dan Hamlin, 1967 dalam Boltovskoy dan Wright, 1976).

2.1.7.2 Cangkang dengan protoplasma

Pada beberapa spesimen foraminifera ada yang berdinding

transparan. Dinding transparan banyak ditemukan pada foraminifera plangtonik dan beberapa ditemukan pada foraminifera bentik yang umumnya berwarna hijau, coklat, atau perpaduan antara keduanya. Warna tersebut bukan hanya disebabkan oleh adanya protoplasma tetapi juga simbiosis antara alga dengan dinding spesimen atau alga yang dijadikan sebagai bahan konsumsi dari spesimen tersebut. Ada pula dinding spesimen yang berwarna biru tua (Alveolina), coklat (Discorbis), dan biru pucat (Rupertia, Carpenteria). Berikut adalah warna yang dimiliki foraminifera planktonik hasil observasi di Atlantik Selatan (Boltovskoy dan Wright, 1976).

Tabel 2.1Warna yang dimiliki foraminifera plangtonik hasil observasi di Atlantik Selatan (Boltovskoy dan Wright, 1976)

Nama Spesies Warna

Orange atau bahkan orange terang Orange atau bahkan orange terang Orange atau bahkan orange terang Hijau kekuningan

(21)

2.2 Reproduksi Foraminifera

Siklus hidup foraminifera berlangsung baik secara aseksual maupun secara seksual (Gambar 1).Schizogony(bentuk mikrosfer yaituproloculumyang kecil dengan cangkang yang relatif besar) merupakan fase aseksual, sedangkan

gamogamy(bentuk megalosfer yaituproloculumyang besar dalam cangkang yang kecil) adalah fase seksualnya. Kedua fase tersebut terjadi dalam satu spesies yang sama sehingga disebutdimorfisme. Proses ini menyebabkan adanya dua bentuk yang berbeda dalam satu spesies yang sejenis (Boltovskoy dan Wright, 1976).

2.2.1 Siklus Aseksual

Siklus aseksual atauschizont formsecara umum menghasilkan

foraminifera dengan ukuran cangkang yang besar namun tersusun atas ruangan atauproloculumyang relatif berukuran kecil (tidak lebih dari 0,02 mm). Protoplasma akan terkumpul pada ruang terakhir saat organisme tersebutmature. Pada ruang tersebut, setiap nukleus mengumpulkan protoplasma dan mulai membentuk ruang awal untuk individu baru. Individu tersebut akan meninggalkanmicrospheric testdan memulai

megalospheric phase.Beberapa contoh spesiesnya yaituDiscorbissp.,

Heterosteginasp.,Tinoporussp., danCibicidessp. (Boltovskoy dan Wright, 1976).

2.2.2 Siklus Seksual

Sporozont formmerupakan nama lain dari siklus seksual pada

(22)

yang relatif kecil denganproloculumbesar (0,2-0,5 mm). Hal tersebut merupakan karakteristik umum darisporozont form. Microspericmuda memiliki sebuahnukleusyang tersimpan di dalam protoplasma. Pada saat dewasa,nukleustersebut membelah menjadi inti-inti kecil yang membawa sejumlah sitoplasma dan meninggalkan cangkang dalam bentuk zoospora berflagel (gamet). Gamet kecil umumnya memiliki 2 buah flagel dengan ukuran dan panjang yang berbeda namun muncul pada sisi yang sama (Boltovskoy dan Wright, 1976).

(23)

Gambar 2.1Siklus Reproduksi Foraminifera (A. Cangkang kosong; B. Tahap spesimen microspheric dengan beberapa inti; C. Spesimen hidup dengan beberapa pseudopodia; D. Protoplasma berwarna gelap meninggalkan cangkang; E. Pembentukan ruang (proloculi)

(24)

2.3 Klasifikasi Foraminifera

Berdasarkan hasil kompilasi, klasifikasi foraminifera modern menurut Sen Gupta (2003) adalah sebagai berikut :

Kingdom : Protoctista

Filum : Granuloreticulosea Kelas : Foraminifera

Selanjutnya terbagi menjadi 16 ordo dan beberapa subordo antaralain : a. Rotaliina

Terdiri dari 10 superfamili yaitu Nodosariacea (NodosariadanLenticulina), Buliminacea (Bulimina, Uvigerina,danBolivina),Cassidulinacea

(Cassidulina, Gyroidina,danOridorsalis), Nonionacea (Noniondan

Alabamina), Discorbacea (DiscorbisdanAsterigerina), Anomalinacea

(Gavilinella, Stensioeina,danAnimalina), Orbitoidacea (Cibicides, Planulina, Discocyclina, Lepidocyclina,danAmphistegina), Globigerinacea

(Globigerina, Globigerinoides, Hedbergella, Rugoglobigerina, Globotruncana, Globorotalia, Orbulina,danHeterohelix), Rotaliacea (Ammonia, Operculina, Nummulites, Miogypsina,danElphidium),

Spirillinacea (Spirillina), dan Robertinacea (CeratobuliminadanLamarckina).

b. Miliolina

(25)

c. Textulariina

Terdiri dari 2 superfamili yaitu Ammodiscacea (Ammonodiscus) dan Lituolacea (Haplophragmoides, Ammobaculites, Textularia, Vulvulina, Clavulina, Kurnubia, Orbitalina, Lituola, Cuneolina, Choffatella,dan

Cyclammina).

d. Allogromina

Allogromina hanya memiliki satu superfamili yaitu Lagynacea (Allogromia).

e. Fusulinina

Terdiri dari 2 superfamili yaitu Endothyracea (EndothyradanClimacammina) dan Fusulinacea (Fusulina, Neoschwagerina, danTriticites).

2.4 Kegunaan Foraminifera

Keanekaragaman foraminifera yang melimpah dan memiliki morfologi yang kompleks, menjadikan foraminifera berguna dalam bidang biologi, geologi, dan oseanografi (Boltovskoy dan Wright, 1976).

2.4.1 Bidang Biologi

Ada beberapa hal yang menjadikan foraminifera sebagai objek studi biologi, antaralain :

a. Jumlahnya banyak, mudah ditemukan, dan dapat dianalisis secara statistik b. Memiliki lebih dari satu bentuk tubuh (morfologi) untuk tiap spesies c. Secara ekternal, foraminifera memiliki bentuk tubuh dari yang sederhana

(26)

d. Mudah berkembangbiak

e. Memiliki ukuran tubuh yang kecil sehingga mudah diteliti dalam laboraturium skala kecil

2.4.2 Bidang Geologi

Foraminifera adalah indikator biostratigrafi yang sangat baik karena memiliki variabilitas yang luas, jumlah yang berlimpah, dan cepat berevolusi. Selain itu, beberapa spesies foraminifera sensitif terhadap perubahan lingkungan. Hal tersebut dapat digunakan sebagai bahan rekonstruksi lingkungan purba

(paleoenviroment) dan ekologi purba (peleoecology). Ukuran kecil yang dimiliki foraminifera sangatlah bermanfaat karena banyak spesimen yang dapat diperoleh dari sampel yang berukuran kecil, misalnya sampel dari hasil pemotongan atau bagian inti saja.

2.4.3 Bidang Oseanografi

Secara umum, foraminifera merupakan organisme laut dan memiliki luas distribusi geografi serta batimetri di lautan. Foraminifera dapat digunakan untuk meneliti pergerakan massa air, masalah ekologi dan zoogeografi, masalah paleooseanografi, masalah paleoklimatologi, dan masalah geologi laut.

(27)

Foraminifera dipilih sebagai indikator lingkungan karena foraminifera tertentu memerlukan kesamaan kualitas air dengan berbagai biota pembentuk terumbu karang dan siklus hidupnya yang cukup singkat sehingga dapat

menggambarkan perubahan lingkungan yang terjadi dalam waktu cepat.

Keterkaitan foraminifera bentik dengan kondisi lingkungan telah diteliti oleh beberapa ahli. Rositasari (2003) melakukan penelitian foraminifera di Teluk Lampung yang menunjukkan adanya hubungan antara parameter lingkungan dan sebaran foraminfera. Secara garis besar struktur populasi foraminifera di Teluk Lampung dibagi menjadi 3 yaitu populasi teluk bagian dalam, pertengahan, dan populasi teluk bagian luar. Populasi foraminifera pada bagian dalam dicirikan dengan rendahnya keanekaragaman jenis, struktur dinding cangkang yang tipis, dan terdapatnya beberapa jenis foraminifera bercangkang abnormal. Foraminifera pada teluk bagian luar dicirikan dengan keanekaragaman jenis yang relatif lebih banyak serta struktur cangkang foraminifera tercampur antara yang berdinding normal dan berdinding tipis. Untuk foraminifera pada bagian tengah tidak memperlihat jumlah yang jelas. Hal tersebut dikarenakan adanya pengaruh arus yang kuat. Pada sebaran foraminifera bagian dalam terdapat faktor pembatas yang menyebabkan struktur cangkang yang tipis yaitu rendahnya kadar kalsium

karbonat atau tingginya derajat keasaman. Hal tersebut juga dapat menyebabkan pembentukan cangkang yang abnormal.

(28)

spesies dari 60 total genera yang didapat. Namun jika dilihat dari persentase kandungan per gram berat kering, spesies yang memiliki persentase tertinggi adalahAmmonia becarii sebesar 7,74%, lalu Ammoniasp. (2,32%),Elphidium crispum(1,59 %),Pattelina corrugatadengan (,93%),Amphistegina lessonii

(1,83%),Amphisteginasp.1 (1,96%),Calcarinasp.( 3,27%) ,Pyrgo lucernula

sebesar 0,86% danQuinqueloculina seminulumsekitar 0,71%.Nonioncf.

asterizansmerupakan spesies dengan sebaran yang tidak merata pada teluk bagian dalam. Pada teluk ini, diperoleh persentase antara foraminifera bentik dan

planktonik yaitu berkisar 63,64% dan 20%.

Selain itu ada juga penelitian foraminifera yang dilakukan pada perairan sekitar Teluk Balikpapan bagian luar oleh Adisaputra (2011). Pengambilan sampel sedimen dilakukan pada kedalaman 18-562 meter yang tediri dari lempung sedikit gampingan, lanau, lanau pasiran, pasir lanauan, pasir kerikil, kerikil pasiran, sedikit lempung gampingan, dan lumpur kerikil. Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa sedimen perairan Teluk Balikpapan secara umum

mengandung foraminifera bentos kecil dan besar, serta foraminifera planktonik. Namun yang mendominasi adalah foraminifera bentos kecil. Selain itu juga ditemukan echinoid koral, moluska, ostracoda, pteropoda, dan sisa tumbuhan air, tetapi dalam jumlah yang sedikit. Keseluruhan foraminifera yang didapat tidak kurang dari 173 spesies foraminifera bentos kecil, 22 spesies foraminifera bentos besar, dan 34 spesies foraminifera plantonik. Spesies foraminifera bentos kecil yang mendominasi adalahHeterolepa proecinctadanHeterolepa margaritifera, sedangkan untuk foraminifera bentos besar yaituOperculina, sepertiO.

(29)

Operculinaspp. tersebut dibeberapa lokasi berasosiasi denganAmphistegina lessoniidanPseudorotalia schroeterianaatauRotalidium pasificadan

Rotalinoides gaimardii.Ditemukan spesies langkaBiarritzina proteiformis

dilepas pantai bagian selatan Teluk Balikpapan sampai pada kedalaman 83 meter dan paling banyak ditemukan pada kedalaman 54 meter. Pada bagian utara daerah penelitian antara Pangabakan-Sagita di utara Delta Mahakam, spesies ini

jumlahnya jauh lebih banyak (lebih dari 50 spesimen) jika dibandingkan dengan jumlah spesies yang ditemukan pada penelitian tersebut dan pada perairan di bagian Utara Pulau Lombok (55 spesies). Hal tersebut disebabkan oleh adanya pengaruh arus yang berasal dari utara ke selatan yang dikenal dengan Arus Lintas Indonesia (Arlindo).

Namun hasil penelitian di Teluk Jakarta (Nurruhwati, 2012) menunjukkan bahwa pada perairan tersebut hanya ditemukan foraminifera bentik dari 25 sampel sedimen yang diamati. Di perairan tersebut didapatkan 85 spesies yang berasal dari 42 genera, denganOperculina ammonoidessebagai individu yang paling banyak ditemukan, yaitu sebanyak 2566 individu. Untuk spesies yang temukan pada hampir semua titik pengambilan sampel sedimen yaituElphidium jenseni

(30)
(31)
(32)

III. METODE KERJA

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data sekunder berupa sampel sedimen hasil cucian yang telah tersedia di Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan (PPPGL) dan siap digunakan untuk berbagai analisa seperti mikrofauna, mineral, besar butir sedimen, dan lain-lain. Pada penelitian ini sampel sedimen tersebut digunakan untuk analisa foraminifera.

3.1 Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai Agustus 2012 di Laboratorium Mineralogi dan Mikropaleontologi, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan (PPPGL), Badan Penelitian dan Pengembangan Energi dan Sumber Daya Mineral (BaLitbang ESDM), Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM) yang berlokasi di Jalan Dr. Djundjunan No. 236, Bandung.

3.2 Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut (Lampiran F):

(33)

2. Wadah pengamatan mikrofosil ataupicking trayberfungsi sebagai tempat untuk meletakkan sebaran sampel sedimen hasil cucian.

3. Fossil slideberlubang 1, 4, danassemblage slidesebagai tempat menyiapkan foraminifera hasil penjentikan.Fossil slideberlubang 1 hanya berfungsi untuk menempatkan 1 jenis foraminifera saja sedangkan fossil slideberlubang 4 dapat digunakan untuk menempatkan 4 jenis foraminifera yang berasal dari sampel sedimen yang diamati.

4. Kuas kecil ukuran 0000 berfungsi untuk memisahkan spesimen foraminifera dari partikel sedimen dan kuas besar berfungsi untuk memindahkan sampel sedimen.

5. Air berfungsi untuk membantu penjentikan spesimen.

6. Tragacanth gumatau lem berfungsi untuk menempelkan spesimen pada

assemblage slide.Lem ini akan mudah dihilangkan dengan menggunakan air dan tidak merusak spesimen.

7. Mikroskop yang terhubung dengan komputer berfungsi untuk mengambil gambar/ foto foraminifera dengan menggunakan NISTelement. NISTelement adalah program yang berfungsi untuk mendokumentasikan berbagai spesimen termasuk foraminifera bentik.

3.3 Prosedur Kerja

(34)

Relatif (KR), Indeks Keanekaragaman (H'), Indeks Kemerataan (J'), dan Indeks Dominansi (D), serta pembuatan peta sebaran foraminifera (Gambar 3.1).

Gambar 3.1Diagram Alir Analisis Foraminifera Studi Pustaka

Pengambilan dan Pengelompokan Sampel Bahan

Penjentikan Koleksi Identifikasi

Analisis Data

1. Kelimpahan (K)

2. Kelimpahan Relatif (KR) 3. Indeks Keanekaragaman (H') 4. Indeks Kemerataan (J') 5. Indeks Dominansi (D)

Pembuatan Peta Sebaran Foraminifera Dokumentasi

(35)

3.3.1 Pengambilan dan Pengelompokkan Sampel Bahan

Bahan penelitian yang dipakai adalah sampel sedimen hasil cucian (washed residu) yang merupakan hasil pengambilan sampel Tim Penelitian Lingkungan dan Kebencanaan Geologi Kelautan, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan (PPPGL) di perairan Teluk Balikpapan pada tahun 2011. Sampel sedimen diambil menggunakanGrab Sampler (pemercontoh comot) pada lebih dari 50 titik lokasi secara acak dari pola batimetri (peta kedalaman laut yang berfungsi untuk mengetahui morfologi dasar laut dan kemantapan lereng dasar laut) (Gambar 3.2) dan mewakili daerah penelitian (Gambar 3.3) serta dengan titik koordinat pengambilan sampel yang berbeda-beda (Tabel 3.1). Dari 50 titik lokasi pengambilan sampel, kemudian diambil titik pengambilan sampel secara acak dengan kedalaman yang berbeda yaitu kurang dari 40 m.

Bahan yang diambil pada perairan Teluk Balikpapan, selanjutnya dikelompokkan menjadi 4 kedalaman, yaitu 0-5 meter, 6-10 meter, 11-15 meter, dan 16-20 meter. Pengelompokan kedalaman tersebut didasarkan atas data sekunder berupa

(36)
(37)

Tabel 3.1Titik Koordinat Pengambilan Sampel Sedimen di Perairan Teluk Balikpapan, Kalimantan Timur

No. Lokasi Tanggal Jam WITA Lintang Bujur Kedalaman (m) S-1 16-Nop-11 9:13:41 -1,20220 116,76457 1,5 S-2 16-Nop-11 9:53:04 -1,20592 116,77258 1,8 S-3 16-Nop-11 10:02:53 -1,20847 116,77687 26,5 S-4 16-Nop-11 10:40:55 -1,19092 116,77142 2,9 S-5 16-Nop-11 15:01:46 -1,15357 116,76077 1,5 S-6 17-Nop-11 9:20:36 -1,29523 116,88225 7 S-7 17-Nop-11 11:26:13 -1,27410 116,90642 6 S-8 17-Nop-11 12:12:54 -1,29270 116,94348 8 S-9 17-Nop-11 12:48:04 -1,29707 116,91853 7 S-10 17-Nop-11 13:24:04 -1,32925 116,90197 14 S-11 17-Nop-11 13:55:12 -1,34393 116,89485 6 S-12 17-Nop-11 14:24:55 -1,34827 116,86640 5 S-13 17-Nop-11 15:05:00 -1,37955 116,84058 9,5 S-14 17-Nop-11 15:48:00 -1,40560 116,80967 23 S-15 18-Nop-11 8:41:14 -1,32283 116,87202 8,5 S-16 18-Nop-11 9:23:56 -1,34902 116,83935 6 S-17 18-Nop-11 9:52:30 -1,36207 116,81405 7 S-18 18-Nop-11 10:28:50 -1,37492 116,77967 6,3 S-19 18-Nop-11 10:59:53 -1,39948 116,76603 7,5 S-20 18-Nop-11 11:36:14 -1,43178 116,77870 20 S-21 18-Nop-11 13:24:49 -1,31907 116,82602 12 S-22 21-Nop-11 11:38:54 -1,35058 116,77380 4 S-23 21-Nop-11 12:40:19 -1,30583 116,81467 18 S-24 21-Nop-11 13:55:22 -1,28167 116,84930 6 S-25 21-Nop-11 14:41:33 -1,29872 116,80047 16,5 S-26 21-Nop-11 15:30:29 -1,29590 116,76627 2,9 S-27 21-Nop-11 16:10:16 -1,28483 116,81172 7 S-28 22-Nop-11 8:57:21 -1,28007 116,79020 14 S-29 22-Nop-11 9:20:36 -1,27043 116,77875 25 S-30 22-Nop-11 10:00:53 -1,26315 116,79992 12 S-31 22-Nop-11 10:36:05 -1,25465 116,79278 16 S-32 22-Nop-11 11:06:38 -1,23602 116,81085 3,5 S-33 22-Nop-11 11:50:46 -1,23660 116,78988 16 S-34 22-Nop-11 12:16:15 -1,22000 116,79243 5 S-35 22-Nop-11 12:51:47 -1,23355 116,76815 5 S-36 22-Nop-11 13:19:46 -1,21033 116,77478 12 S-37 22-Nop-11 14:01:17 -1,19633 116,77320 5 S-38 22-Nop-11 15:08:39 -1,17685 116,77025 17 S-39 23-Nop-11 13:01:59 -1,20502 116,76333 3 S-40 23-Nop-11 14:18:32 -1,15303 116,75150 8 S-41 23-Nop-11 14:51:50 -1,13977 116,77067 4 S-42 23-Nop-11 15:19:46 -1,14073 116,74258 8 S-43 23-Nop-11 15:51:26 -1,12522 116,75843 8 S-44 23-Nop-11 16:42:56 -1,11088 116,72943 10

(38)
(39)

3.3.2 Penjentikan (picking)

Sebelum melakukan penjentikan, terlebih dahulu mempersiapkanasssemblage slideyang dipoles tipis dengan lemTragacanth Gum.Penempelan ini bertujuan untuk menghindari lem yang tebal dan berakibat spesimen tenggelam dalam lem. Selanjutnya sampel padaassemblages slidediberi label nama berisi nomor lokasi dan tahun pengambilan sampel sedimen, ini merupakan hal yang sangat penting.

Penjentikan adalah proses pengambilan satu per satu spesimen mikrofauna khususnya foraminifera dari partikel sedimen dan material lain. Penjentikan dilakukan secara acak dengan menggunakan kuas terkecil yang telah dicelupkan ke dalam air yang kemudian dipindahkan ke dalam tempat penyimpanan

mikrofosil (assemblage slide) dengan bantuan mikroskop binokuler perbesaran 50-100 kali.

Langkah-langkahnya sebagai berikut :

• Sampel sedimen disiapkan dan ditimbang untuk mengetahui berat kering

sedimen.

• Sedikit demi sedikit sampel sedimen ditebarkan pada wadah pengamat

mikrofosil (picking tray). Sebelum ditebarkan, sampel sedimen dibagi menggunakansplitterbila volumenya besar.

• Sebaran sampel sedimen hasil cucian diamati di bawah mikroskop binokuler

dengan perbesaran 100x.

• Penjentikan dilakukan secara terus menerus dengan menggunakan kuas

(40)

• Satu per satu spesimen foraminifera hasilpickingdiletakkan padaassemblage

slideyang telah diolesi lem dan diberi nomor lokasi.

• Dalam 1 slide berisi 300 spesimen dengan komposisi setiap petak adalah 5

spesimen.

3.3.3 Koleksi

Proses koleksi bertujuan untuk memisahkan foraminifera hasil penjentikan yang memiliki bentuk yang berlainan keassemblage slideyang baru untuk selanjutnya dapat didokumentasikan dan diidentifikasi.

Langkah-langkahnya sebagai berikut :

Assemblage slideyang berisi spesimen hasil penjentikan disiapkan.

• Spesimen hasil penjentikan untuk tiap spesies yang berbeda dipindahkan ke

slide yang baru dengan menggunakan kuas kecil yang telah dicelupkan ke dalam air. Langkah ini dilakukan dengan menggunakan bantuan mikroskop.

• Spesimen yang diambil merupakan spesimen dengan bentuk yang terbaik.

• Langkah tersebut dilakukan secara berurutan untuk setiap sampel.

• Setiap kotak diisi minimal dengan 2 spesimen dari tiap spesies yang sama.

• Pencatatan nomor sampel asal spesimen foraminifera yang telah dipindahkan

keassemblage slideuntuk koleksi.

(41)

3.3.4 Dokumentasi

Dokumentasi adalah proses untuk mendapatkan gambar foraminifera bentik dengan menggunakan mikroskop yang terhubung dengan kamera dan komputer.

Langkah-langkah dokumentasi sebagai berikut :

Assemblage slidehasil koleksi disiapkan.

• Diamati di bawah mikroskop binokuler yang terhubung dengan kamera dan

komputer.

• Hasil koleksi didokumentasikan dengan menggunakan mikroskop Nikon dan

perangkat lunak NISTelement.

3.3.5 Identifikasi

Identifikasi bertujuan untuk mengetahui jenis spesimen hasil koleksi dengan menggunakan kunci determinasi secara beurutan dan buku acuan Barker (1960), Loeblich dan Tappan (1994), serta Yassini dan Jones (1995).

Langkah-langkah identifikasi antaralain :

Assemblage slidehasil koleksi disiapkan.

• Diamati di bawah mikroskop binokuler.

• Diamati ciri-ciri morfologi foraminifera bentik, antara lain:

1. Komposisi dan bentuk cangkang 2. Bentuk kamar dan jumlah kamar 3. Jumlah putaran

4. Ornamen cangkang

5. Bentuk dan posisi apertura

(42)

• Foraminifera bentik dikelompokkan berdasarkan 7 ordo yaitu :

1. Astrorhizida 2. Lituolida 3. Miliolida 4. Rotaliida 5. Spirillinida 6. Textulariida 7. Trochamminida

Hal tersebut bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman jenis dari foraminifera bentik.

3.3.6 Analisis Data

Data yang didapatkan dari hasil pengamatan kemudian dikelompokkan berdasarkan kedalaman titik pengambilan sampel tersebut untuk selanjutnya dianalisis secara deskriptif.

3.3.6.1 Kelimpahan

Menurut Misra (1973 dalam Bagus, 1990), rumus kelimpahan sebagai berikut :

K=

( )

KR =

Keterangan :

(43)

3.3.6.2 Indeks Keanekaragaman

Indeks keanekaragaman dihitung berdasarkan formulasi Shannon-Weaver (Bakus, 1990).

H' = - pi log pi

pi =

Keterangan :

H'= Indeks keanekaragaman ni= Jumlah jenis ke-i

N= Jumlah total individu

Jika :

1. H'< 1, maka komunitas dalam kondisi tidak stabil.

2. 1 < H'< 3, maka komunitas dalam kondisi moderat.

3. H'> 3, maka komunitas dalam kondisi baik

3.3.6.3 Indeks Kemerataan (Evennes Index)

Nilai indeks kemerataan adalah 0-1. Indeks kemerataan dihitung berdasarkan rumus Pielou (1953 dalam Bakus, 1990).

J' =

( )

Keterangan :

(44)

3.3.6.4 Indeks Dominansi

Indeks dominansi menggunakan rumus dari Simpson (1949 dalam Bakus, 1990).

D =1-C

C = Keterangan :

D = Indeks dominansi

pi =

Nilai indeks dominansi adalah 0-1. Jika mendekati 1 maka ada salah satu jenis yang mendominasi. Jika mendekati 0 maka hampir tidak ada individu yang mendominasi.

Korelasi Pearson adalah suatu bentuk rumus yang digunakan untuk mencari hubungan antara dua variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Korelasi ini dapat digunakan untuk mengetahui besarnya hubungan antara indeks

keanekaragaman jenis dengan parameter kualitas air yaitu kedalaman, kecerahan, temperatur, pH, turbiditas, salinitas, dan DO (Dissolved Oxygen). Korelasi Pearson memiliki nilai r terbesar 1 dan r terkecil -1.

r = ( )( )

( ) ( )

Keterangan :

(45)

x = Indeks keanekaragaman (H')

y = Parameter kualitas air (kedalaman, kecerahan, temperatur, pH, turbiditas, salinitas, dan DO)

Tabel 3.2Kriteria Penilaian Korelasi

Interval Tingkat Hubungan

0 Tidak ada korelasi

0,01-0,20 Sangat rendah

0,21-0,40 Rendah

0,41-0,60 Agak rendah

0,61-0,80 Cukup

0,81-0,99 Tinggi

1 Sangat tinggi

3.3.7 Pembuatan Peta Sebaran Foraminifera

(46)
(47)

V. KESIMPULAN

Dari hasil penelitian dan analisis data, dapat disimpulkan bahwa :

1. Pada perairan Teluk Balikpapan didapatkan 4.572 individu dengan 66 spesies yang berasal dari 20 stasiun pengambilan sampel sedimen yang tergolong dalam 7 ordo dengan 29 genera yaituBathysiphon, Haplophragmoides, Ammobaculites, Lachlanella, Quinqueloculina, Flintina, Triloculina,

Parahauerinoides, Spirosigmoilina, Spiroloculina, Hauerina, Peneroplis,

Amphistegina, Ammonia, Asterorotalia, Rosalina, Cibrononion, Florilus,

Assilina, Operculina, Cibicides, Cellanthus, Elphidium, Rotalia, Spirillina,

Protoschista, Textularia, Tawitawia, dan Trochammina.

2. Jumlah individu pada kelompok kedalaman 0-5 meter, 6-10 meter, 11-15 meter, dan 16-20 meter berturut-turut adalah 914, 1.212, 1.380, dan 1.066. 3. Spesies yang paling banyak ditemukan dari 20 titik pengambilan sampel

sedimen adalahAsterorotalia trispinosa, sedangkan jika dilihat berdasarkan ordo, Rotaliida merupakan ordo yang paling mendominasi titik-titik sampel. 4. Titik yang memiliki jenis foraminifera bentik paling banyak adalah TB-05 (33

(48)

5. Titik TB-02, TB-03, TB-04, TB-06, dan TB-07 memiliki jumlah jenis yang hampir sama berturut-turut yaitu 24, 23, 20, 24, dan 22.

6. Faktor yang mempengaruhi keanekaragaman selain kedalaman dan

sedimentasi daratan adalah kecerahan, temperatur, pH, turbiditas, salinitas, dan DO (Dissolved Oxygen).

7. Nilai Indeks Keanekaragaman (H') dari keseluruhan titik pengambilan sampel sedimen berada antara 0-4.

8. Nilai Indek Kemerataan (J') dari keseluruhan titik pengambilan sampel sedimen berada antara 0-1.

9. Nilai Indeks Dominansi (D) dari keseluruhan titik pengambilan sampel

sedimen lebih mendekati nol (tidak ada spesies yang mendominasi pada setiap titik).

(49)
(50)

KEANEKARAGAMAN FORAMINIFERA BENTIK DALAM SEDIMEN DASAR PERAIRAN PADA KEDALAMAN YANG BERBEDA DI TELUK

BALIKPAPAN, PROPINSI KALIMANTAN TIMUR

OLEH

Mastuti Widianingsih

ABSTRAK

Foraminifera bentik merupakan salah satu organisme bersel tunggal (uniseluler) yang hidupnya menetap di suatu perairan. Umumnya organisme ini dapat dijadikan sebagai indikator kualitas suatu perairan karena memiliki sensitifitas yang tinggi terhadap perubahan di sekitarnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman foraminifera bentik yang ada dalam sedimen dasar perairan Teluk Balikpapan, Propinsi Kalimantan Timur serta pembuatan peta sebaran untuk mengetahui pola sebaran foraminifera bentik yang dipengaruhi oleh parameter kualitas air. Prosedur kerja pada penelitian ini meliputi persiapan dan pengelompokkan sampel bahan, penjentikan (picking), koleksi, identifikasi, dokumentasi, analisis data, dan pembuatan peta sebaran. Analisis data yang digunakan adalah Kelimpahan (K), Kelimpahan Relatif (KR), Indeks Keanekaragaman (H’), Indeks Kemerataan (J'), dan Indeks Dominansi (D), serta Korelasi Pearson yang digunakan untuk mengetahui besarnya hubungan antara Indeks Keanekaragaman dengan parameter kualitas air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Asterorotalis trispinosa adalah spesies yang paling melimpah yaitu dengan jumlah 1.553 spesimen, diikuti oleh Rotalia sp.1 dan Rotalia sp.2. Untuk jumlah spesies terbanyak didapatkan pada titik TB-05 dengan 33 spesies. Indeks Keanekaragaman pada setiap titik memiliki nilai yang berbeda-beda. Hal tersebut dipengaruhi oleh kedalaman, kecerahan, temperatur, pH, turbiditas, salinitas, dan

Dissolved Oxygen (DO). Besarnya nilai Korelasi Pearson (r) untuk kedalaman, kecerahan, temperatur, pH, turbiditas, salinitas, dan Dissolved Oxygen (DO) berturut-turut yaitu 0,874; 0,962; 0,962; 0,966; 0,829; 0,966; dan 0,968 (korelasi tinggi).

(51)
(52)

BIODATA

Penulis dilahirkan di Astra Ksetra, Tulang Bawang pada tanggal 24 Februari 2012 sebagai anak pertama dari dua bersaudara pasangan suami istri Suparman dan Sri Estri Wahyuni.

Jenjang pendidikan dimulai dari Taman Kanak-Kanak (TK) di TK ANGKASA Astra Ksetra pada tahun 1995. Penulis lalu melanjutkan pendidikan di SD Negeri 2 Astra Ksetra. Tahun 2002-2005 penulis menempuh pendidikan di SMP Negeri I Tulang Bawang Tengah dan melanjutkan ke SMA Negeri I Tumijajar. Tahun 2008, penulis terdaftar sebagai mahasiswi Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung melalui jalur Ujian Mandiri.

Penulis menjalankan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Mesuji tahun 2011. Di awal tahun 2012 penulis melakukan Kerja Praktik di Pusat Penelitian dan

(53)
(54)

KEANEKARAGAMAN FORAMINIFERA BENTIK DALAM SEDIMEN DASAR PERAIRAN PADA KEDALAMAN YANG BERBEDA DI TELUK

BALIKPAPAN, PROPINSI KALIMANTAN TIMUR

Oleh

Mastuti Widianingsih

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar SARJANA SAINS

Pada Jurusan Biologi

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG

(55)

Judul Skripsi :KEANEKARAGAMAN FORAMINIFERA BENTIK DALAM SEDIMEN DASAR PERAIRAN PADA KEDALAMAN YANG BERBEDA DI TELUK BALIKPAPAN, PROPINSI KALIMANTAN TIMUR Nama Mahasiswa : Mastuti Widianingsih

Nomor Pokok Mahasiswa : 0857021007

Jurusan : Biologi

Fakultas : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Endang Linirin Widiastuti, Ph.D. Dra. Kresna Tri Dewi, M.Sc.

NIP 196106111986032001 NIP 19590427198632002

2. Ketua Jurusan Biologi

(56)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua :Endang Linirin Widiastuti, Ph.D. ...

Sekertaris :Dra. Kresna Tri Dewi, M.Sc. ...

Penguji

Bukan Pembimbing :Dra. Nuning Nurcahyani, M.Sc. ...

2. Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Prof. Suharso, Ph.D. NIP 196905301995121001

(57)

SANWACANA

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji syukur penulis ucapkan kepada ALLAH SWT atas berkah, rahmat, dan hidayah-Nya sehingga penelitian dan skripsi ini dapat terselesaikan.

Skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk dapat menyelesaikan pendidikan pada jenjang Strata 1 Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam, Universitas Lampung, Bandar lampung. Penelitian ini dimulai dari bulan Juni-Agustus 2012 di Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan (PPPGL), Badan Litbang ESDM, Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral yang berlokasi di Jalan DR. Djunjunan No. 23, Bandung dengan judul

“KEANEKARAGAMAN FORAMINIFERA BENTIK DALAM SEDIMEN DASAR PERAIRAN PADA KEDALAMAN YANG BERBEDA DI TELUK BALIKPAPAN, KALIMANTAN TIMUR”.

(58)

1. Ibu Dra. Nuning Nurcahyani, M.Sc selaku Ketua Jurusan Biologi FMIPA Universitas Lampung sekaligus Pembahas.

2. Ibu Endang Linirin Widiastuti, Ph.D selaku Pembimbing I yang selalu memberikan masukan, saran, dan nasehat kepada penulis.

3. Ibu Dra. Kresna Tri Dewi, M.Sc. selaku Pembimbing II (Pembimbing

Lapangan) yang dengan sabar telah memberikan bimbingan, masukan, saran, perhatian, dan bersedia untuk berbagi ilmu kepada penulis selama pelaksanaan Kerja Praktik.

4. Ibu Tundjung Tripeni Handayani, M.S. selaku Pembimbing Akademik yang selalu memberikan dukungan dan perhatian kepada penulis.

5. Bapak Prof. Suharso selaku Dekan FMIPA Universitas Lampung. 6. Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan (PPPGL)

Bandung yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian.

7. Seluruh Staf Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan (PPPGL) Bandung yang telah memberikan bimbingan, bantuan, kemudahan, dan dorongan semangat sehingga dapat menyelesaikan Laporan Kerja Praktik ini. 8. Bapak Ibu tersayang, Suparman dan Sri Estri Wahyu yang selalu memberikan

dukungan, semangat, perhatian, dan do’a serta motivasi yang begitu luar biasa kepada penulis untuk berusaha selalu menjadi yang terbaik.

(59)

10. Seluruh keluarga besar, baik eyang kakung,eyang putri, bude, pakde, om, tante, kakak, dan adik-adik yang telah memberikan dukungan moril kepada penulis.

11. Atmojo Dwi Handoko yang selalu memberikan semangat dan dukungan moril yang begitu besar kepada penulis dalam susah ataupun senang selama

pelaksanaan Penelitian.

12. Tak lupa Mas Yudha Assmara yang tidak pernah berhenti menghibur.

THANK’S ya masss...

13. Yogi Arga Pradana, sahabat yang selalu memberikan dukungan dan semangat. 14. Semua teman-teman BIOLOGI 2008 atas kebersamaan, dukungan, semangat,

dan bantuannya yang telah diberikan kepada penulis selama ini. Ayo semuanya semangat untuk gelar S.Si-nya.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna, namun penulis berharap semoga skripsi yang begitu sederhana ini dapat bermanfaat, tidak hanya untuk penulis tetapi untuk kita semua.

(60)
(61)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul :Keanekaragaman Foraminifera Bentik Dalam Sedimen Dasar Perairan Pada Kedalaman Yang Berbeda di Teluk Balikpapan, Propinsi Kalimantan Timur

Nama : Mastuti Widianingsih

NPM : 0857021007

Jurusan : Biologi

Fakultas : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Menyetujui, Komisi Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Endang L. Widiastuti, Ph.D. Dra. Kresna Tri Dewi, M.Sc.

NIP. 196106111986032001 NIP. 19590427198632002

Ketua Jurusan Biologi

(62)
(63)

OTTO

Yakin akan adanya keajaiban, keberuntungan, dan kemudahan yang

bersumber dari Sang Maha Tunggal

Orang tua adalah inspirasi terindah dalam hidupku

Keberhasilan akan hadir seiring usaha dan do a bukan dengan

(64)

PERSEMBAHAN

Karya ini penulis persembahan untuk

:

Orang Tua Tercinta

Suparman dan Sri Estri Wahyuni

Bapak, ibu, ananda persembahkan karya sederhan ini spesies

untuk bapak dan ibu. Karya ini merupakan salah satu tanda

terima kasih ananda kepada bapak dan ibu yang sudah menjaga

ananda sampai detik ini. Ananda tau karya ini tidaklah

sebanding dengan segala perjuangan bapak dan ibu untuk ananda

selama ini, tapi ananda berjanji akan selalu berusaha menjadi

anak yang lebih baik dan patuh kepada orang tua. Apabila

ananda masih diberi kesempatan, ananda akan berusaha

memberikan karya-karya yang lebih baik lagi untuk bapak dan

ibu. Mohon maaf kalau ananda sering melakukan kesalahan baik

yang ananda sengaja ataupun tidak. Ananda mohon ampun

kepada ALLAH SWT akan hal itu. Maafkan ananda ya

Pak, Bu. Ananda sangat menyayangi kalian.

(65)

Adik Tersayang (Novita Darmastuti)

Adikku tersayang, yang paling bandel dan judes, alhamdulilah mb akhirnya

bisa menyelesaikan skripsi ini jadi nanti bisa sering pulang dan kita bisa

berantrem terus tiap hari. Hehehehehe. Mudah-mudahan segala ilmu yang

sudah mb dapatkan bisa mb berikan ke adik. Mb sangat berharap adik bisa

memberikan karya yang lebih baik dari mb ke bapak dan ibu. Sekolah yang

bener dan belajar yang rajin ya dik.

MISS U

Atmojo Dwi Handoko

Koko, terima kasih atas segala bantuan dan support-nya selama ini. Maaf

jika selalu merepotkan. Besok-besok bakal diulangi lagi kok, hehehe (just

kidding koko). Dua tahun kedepan ya ko, kudu udah sukses.

(66)

RIWAYAT HIDUP

(67)

CURICULUM VITAE

DATA PRIBADI

Nama Lengkap : Mastuti Widianingsih

Nama Panggilan : Uty

Tempat/ Tanggal Lahir : Astra Ksetra/ 24 Februari 1991

Jenis Kelamin : Perempuan

Status : Belum Kawin

Agama : Islam

Kewarganegaraan : Indonesia

Hobi : Baca Novel

Alamat : Jl. Lintas Timur Desa Astra Ksetra RT 02 RW 05, Kecamatan Menggala, Kabupaten Tulang Bawang, Lampung

Email : mastutiwidianingsih@ovi.com

RIWAYAT PENDIDIKAN

• Kuliah Strata 1

Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung, Bandar Lampung, Lampung (2008-2012)

• Sekolah Menengah Atas

(68)

• Sekolah Menengah Pertama

SMP Negeri 1 Tulang Bawang Tengah, Mulya Asri, Kecamatan Menggala, Kabupaten Tulang Bawang, Lampung

• Sekolah Dasar

SD Negeri 2 Astra Ksetra, Kecamatan Menggala, Kabupaten Tulang Bawang, Lampung

• Taman Kanak-Kanak

TK Angkasa Pangkalan TNI-AU Lanud Astra Ksetra, Kecamatan Menggala, Kabupaten Tulang Bawang, Lampung

PENGALAMAN

• Anggota Himpunan Mahasiswa Biologi (Himbio) Jurusan Biologi, Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung, Bandar Lampung, Lampung

• Asisten mata kuliah Fisiologi Hewan I mahasiswa Jurusan Biologi, Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung

• Asisten mata kuliah Pteridologi mahasiswa Jurusan Biologi, Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung

• Asisten mata kuliah Biologi Gulma mahasiswa Jurusan Biologi, Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung

• Asisten mata kuliah Struktur Perkembangan Hewan I mahasiswa Jurusan

(69)

• Kerja Praktik di di Laboratorium Mineralogi dan Mikropaleontologi, Pusat

Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan (PPPGL), Badan Penelitian dan Pengembangan Energi dan Sumber Daya Mineral (BaLitbang ESDM), Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM) yang berlokasi di Jalan Dr. Djundjunan No. 236, Bandung

KEMAMPUAN

• MS-OFFICE

Gambar

Tabel 2.1 Warna yang dimiliki foraminifera plangtonik hasil observasi diAtlantik Selatan (Boltovskoy dan Wright, 1976)
Gambar 2.1 Siklus Reproduksi Foraminifera (A. Cangkang kosong; B. Tahapspesimen microspheric dengan beberapa inti; C
Gambar 3.1 Diagram Alir Analisis Foraminifera
Gambar 3.2 Peta Batimetri Perairan Teluk Balikpapan, Kalimantan Timur
+4

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil simulasi sebaran tumpahan minyak mentah dengan pendekatan model hidrodinamika dan spill analysis di Perairan Teluk Balikpapan dapat disimpulkan

Spesies yang banyak melimpah ditemukan di perairan Teluk Jakarta pada penelitian ini adalah Operculina ammonoides (Gronovlus) sebanyak 2566 individu, Elphidium

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui produksi rumput laut (Kapphaphycus alvareziii) pada tingkat kedalaman yang berbeda di Perairan Teluk Perancis

Manfaat dari penelitian ini adalah memberikan informasi mengenai klorofil-a serta fitoplankton dalam mengetahui tingkat kesuburan di kawasan perairan Danau Kelapa Gading

Berdasarkan pemeruman yang telah dilakukan di wilayah Teluk Balikpapan, Kalimantan Timur dihasilkan berupa waktu pemeruman (tanggal dan jam), koordinat titik fiks

Adapun manfaat dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai jenis-jenis jamur yang terdapat pada kepiting bakau di wilayah Perairan Pesisir Timur Sumatera

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa informasi mengenai konsentrasi logam berat Cu dan Pb dalam sedimen di perairan Muara Sungai Upang