• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN GERAK DASAR LEMPARAN MELAYANG DALAM BERMAIN BOLA TANGAN MELALUI MODIFIKASI ALAT DI KELAS VII B SMP PGRI 1TALANG PADANG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN GERAK DASAR LEMPARAN MELAYANG DALAM BERMAIN BOLA TANGAN MELALUI MODIFIKASI ALAT DI KELAS VII B SMP PGRI 1TALANG PADANG TAHUN PELAJARAN 2012/2013"

Copied!
63
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PENINGKATANGERAKDASARLEMPARANMELAYANGDALAM

BERMAINBOLATANGANMELALUI MODIFIKASIALAT DIKELASVIIBSMPPGRI1TALANGPADANG

TAHUNPELAJARAN2012/2013

Oleh SYAHRIL

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan gerak dasar pukulan servis backhand dengan modifikasi alat pembelajaran berupa bola pelastik, pelastik disisi busa/ karet pada siswa Kelas VII B SMP PGRI 1 Talang Padang. Hasilpenelitian ini di harapkan bermanfaat bagi guru penjaskes atau siswa dalam meningkatkan gerak dasar lemparan melayang (The flying shoot)dalam bolatangan.Subyek penelitian adalah siswa Kelas VIIB SMP PGRI 1 Talang Padangberjumlah 28 siswa. Pengumpulan data diambil dari tes berupa pengamatan gerak dasar lemparan melayang (The flying shoot)yang meliputi tahap persiapan, pelaksanaan dan akhir gerakan.

Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (clasroom action research). Dengan selama dua siklus atau putaran, setiap siklus memiliki kegiatan yang berbeda. Siklus pertama dengan alat modifikasi bola pelastik, siklus kedua dengan menggunakan bola pelastik di isi busa/karet.

(2)

A. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan Jasmani pada dasarnya merupakan bagian integral dari sistem pendidikan secara

keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kesehatan, kebugaran jasmani,

keterampilan berfikir kritis, stabilitas emosional, keterampilan sosial, penalaran dan tindakan

moral melalui aktivitas jasmani, olahraga, dan kesehatan. Untuk mencapai tujuan Pendidikan

Jasmani itu sendiri maka tentu saja aktivitas jasmani yang diberikan pada jam pelajaran

Pendidikan Jasmani di sekolah tidaklah cukup. Karena terbatasnya alokasi waktu dalam

kurikulum sehingga aktivitas jasmani yang diberikan belum secara keseluruhan

mengembangkan kebugaran ataupun keterampilan.

Pendidikan jasmani merupakan salah satu alat yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan

pendidikan secara keseluruhan. Pendidikan jasmani adalah suatu proses pembelajaran melalalui

aktivitas jasmani yang didesain untuk meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan

keterampilan motorik, pengetahuan dan perilaku hidup sehat, sikap sportif dan kecerdasan emosi.

Pendidikan jasmani dan kesehatan merupakan wahana pengembangan motorik, pengetahuan dan

penghayatan nilai-nilai moral yang bermuara pada engembangan jiwa peserta didik secara utuh. Isi

dari pembelajaran pendidikan jasmani dan kesehatan memuat berbagai permainan olah gerak

jasmani yang dapat merangsang peserta didik untuk menjadi aktif dan kreatif sesuai dengan

tingkat pertumbuhan dan perkembangan. Masa anak-anak merupakan masa dimana pertumbuhan

dan perkembangan organ-organ tubuhnya sedang berlangsung dan bersifat terpadu. Perkembangan

(3)

dasar perkembangan fisik merupakan kepedulian guru. Pada usia sekolah dasar perkembangan

fisik akan amat erat kaitannya dengan perkembangan kognitif. Melalui aktivitas fisik mereka

mampu menghayati konsep- konsep yang belum dikenalnya. Disinilah pendidikan jasmani ikut

andil bagian dalam perkembangan seorang anak. Menurut pakar pendidikan jasmani Amerika

Serikat, Nixon dan Jewett, pendidikan jasmani adalah satu tahap atau aspek dari proses pendidikan

keseluruhan yang berkenaan dengan perkembangan dan penggunaan kemampuan gerak individu

yang dilakukan atas dasar kemauan sendiri serta bermanfaat dan dengan reaksi atau respon yang

terkait langsung dengan mental, emosi dan sosial.

Oleh karena itu, dibutuhkan suatu pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan gerak

yang sangat berguna untuk melakukan keterampilan gerak dasar. Untuk merangsang peserta didik

dalam melakukan kemampuan gerak tersebut diperlukan sebuah alat. Salah satunya adalah

dengan menggunakan permainan yang menarik perhatian siswa. Permainan merupakan salah satu

materi yang diberikan disekolah dasar. Permainan dapat dikelompokkan berdasarkan, jumlah

pemainnya, sifat permain, berdasarkan alat yang dipakai, besarnya bola yang dipakai. Permainan

bola kecil di antaranya kasti Bola bakar dan lain-lainnya.

Permainan mempunyai manfaat yang sangat besar bagi mereka yang memainkannya karena

adanya pengaruh positif, baik terhadap individu maupun kelompok terutama terhadap aspek fisik,

mental dan moral. Permainan sangat besar pengaruhnya bagi pertumbuhan dan perkembangan

anak terutama karena karakteristik permainannya yang mengutamakan kerjasama kelompok dan

dapat mengembangkan kemampuan penalaran disamping dapat mengembangkan kemampuan

gerak, sikap serta kesegaran jasmani. Permainan bagi anak-anak merupakan suatu kebutuhan

(4)

fungi faal anak dilatih, baik fungsi-fungsi rohani dan fungsi jasmani. Semakin banyak kesempatan

anak bermain makin sempurnalah penyesuaian anak terhadap keperluan hidup dalam masyarakat.

Salah satu teknik dasar dandiperlukan untuk dikembangkan dalam permainan bola tangan

adalah teknik lemparan. Adapun macam-macam gerak dasar lemparan pada bola tangan

adalah : lemparan dengan satu dan dua tangan dari atas bahu, atas kepala,samping, serta

lemparanmelayang.Lemparan melayang adalah melempar bola dengan tolakan salah satu

kaki yang terkuat dan biasa digunakan dalam menolak dan mendarat dengan kedua kaki sikut

kaki ditekuk dan ngeper agar menjaga keseimbangan dan mencegah terjadinya cidera, lengan

ditarik jauh ke belakang.

Lemparan melayang(The flying shot ) adalah melempar bola dengan awalan 2- 3 langkah

dengan satu tangan dari atas samping kepala dapat digunakan saat kita akan shooting

kegawang. Dengan lemparan melayang maka kita dapat melemparkan bola kearah gawang

dengan kuat, cepat, dan tepat.The flying shot merupakan senjata ampuh dalam permainan dan

cara menembak ini adalah cara yang paling efektif untuk memasukkan bola ke gawang

lawan, bila dibandingkan dengan cara menembak yang lain (dan juga paling baik untuk

dipandang). Aspek penting yang perlu diperhatikan ialah irama langkah. Pemain harus dapat

menangkap dan menguasai bola dengan baik dan kemudian melakukan awalan 3 langkah (5

langkah bila bola ditangkap pada saat penembak sedang di udara) yang diijinkan sebelum

melompat pada langkah yang terakhir. Pada waktu melakukan lompatan, pemain harus dapat

mengkonsentrasikan diri untuk melompat cukup jauh ke depan dan juga cukup tinggi,

dankemudian mempertahankan sikap melayang selama mungkin,

(5)

keuntungan bagi penembak yaitu memperpendek jarak lemparan dan juga daya tembaknya

akan lebih bertenaga/lebih keras

Berdasarkan pengalaman mengajar 20 tahun di SMP penulis menemukan beberapa persoalan

dalam bermain bola tangan khususnya lemparan melayang pada hal gerak dasar ini adalah

dasar-dasar untuk dapat bermain bola tangan yang baik dan efektif. Beberapa persoalan

dalam pembelajaran bola tangan tersebut di antaranya adalah: 1) ada sebahagian anak yang

sukar pada waktu melakukan tolakan, 2) posisi tubuhnya pada saat melempar tidak seimbang,

3) pada saat akan melempar lengan tidak ditari jauh kebelakang agar mendapatkan lemparan

yang maksimal. 4) selama ini penulis pada waktu pembelajaran selalu menggunakan alat-alat

yang standart. Setelah penulis melajut study S1 di Unila ternyata sarana dan prasarana

pembelajaran dapat dimodifikasi asal tidak menghilangkan karakteristik, bentuk, fungsi,

tujuannya.

Berdasarkan paparan persoalan pada pembelajaran bola tangan khususnya lemparan

melayang di SMP PGRI 1 Talang Padang dengan Kerteria Ketuntasan Minimal (KKm)

sebesar 67 teridentifikasi sebagai berikut: 1) ada sebahagian anak yang sukar pada waktu

melakukan tolakan 25 %, 2) posisi tubuhnya pada saat melempar tidak seimbang 36 %, 3)

pada saat akan melempar lengan tidak ditarik jauh kebelakang agar mendapatkan lemparan

yang maksimal 39%. Secara umum yang tuntas meneurut KKM di sekolah kami adalah

sekitar 14 %, dan yang belum tuntas meneurut KKM di sekolah kami adalah sekitar 86 %.

Berdasarkan persoalan di atas maka penulis sangat tertarik untuk menindak lanjuti persoalan

tersebut mengkaji secara ilmiah yaitu dengan penelitian. Penelitian yang akan penulis

(6)

Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) karena persoalan ini terletak di kelas VII B SMP PGRI 1

Talang Padang. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis memandang perlu untuk

mengadakan penelitian yang berjudul “Peningkatan Gerak Dasar Lemparan Melayang

Dalam Bola Tangan Dengan Modifikasialat Pembelajarandi SMP PGRI 1 Talang Padang

Tahun Pelajaran 2012/2013”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian di atas dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut :

1. Masih kurangnya Bola Tangan untuk pelaksanaan pembelajaran bola tangan.

2. Rendahnya kemampuan lemparan melayang pada bola tangan untuk siswa SMP PGRI 1

Talang Padang.

3. Posisi tubuhnya pada saat melempar tidak seimbang pada pelaksanaan lemparan melayang

padabola tangan.

4. Sukar pada waktu melakukan tolakan pada pelaksanaan lemparan melayangpada bola

tangan.

5. Pada saat akan melempar lengan tidak ditarik jauh kebelakang pada pelaksanaan lemparan

melayangpada bola tangan.

6. Kurangnya siswa menggunakan gerak dasar lemparan melayang dalam bermain bola

tangan.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah diuraikan di atas, untuk

memudahkan penelitian perlu pembatasan yang berdasarkan tujuan dari penelitian ini,

(7)

MelayangDalam Bola Tangan Dengan Modifikasialat Pembelajarandi SMP PGRI 1 Talang Padang Tahun Pelajaran 2012/2013”.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :

1. Apakah modifikasi alat pembelajaran dapat memperbaiki pembelajaran

lemparanmelayang pada bola tangan di SMP PGRI 1 Talang Padang tahun pelajaran

2012/2013?.

2. Apakah modifikasi alat pembelajaran bola terbuat dari kertas di isi busa dan keset dapat

memperbaiki pembelajaran lemparanmelayangdalam bola tanganpada siswa SMP PGRI 1

Talang Padang?.

3. Apakah modifikasi alat pembelajaran bola pelastik yang diisi busa dan bilah/simpai dapat

memperbaiki pembelajaran lemparan melayang?.

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka dapat dirumuskan tujuan penelitian adalah

sebagai berikut :

1. Untuk memperbaiki pembelajaran lemparan melayang dalam bola tangan dengan

modifikasi bola dan keset untuk memperbaiki langkah dan tolakan pada lemparan

melayang dalam bola tangan.

2. Untuk memperbaiki pembelajaran lemparan melayang dalam bola tangan dengan

modifikasi alat pembelajaran bola pelastik yang diisi busa dan dapat memperbaiki

pembelajaran lemparan melayang dalam bola tangan.

(8)

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi :

1. Bagi siswa

Meningkatkan keterampilan gerak dasar lemparan melayang pada permainan bola tangan.

2. Bagi guru atau tenaga pendidik

Sebagai bahan masukan bagi para guru dalam mengembangkan pembelajaranbola tangan.

3. Bagi sekolah

Untuk memberikan masukan program latihan lemparan melayang pada kegiatan

ekstrakurikuler bola tangan agar dapat meningkatkan prestasi yang akan dicapai.

4. Bagi Lembaga Universitas Lampung FKIP khususnya program studi Penjaskes Sebagai

bahan acuan dan pengembangan bagi para mahasiswa dalam melaksanakan penelitian

(9)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A.Pengertian Pembelajaran

Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan.

Belajar bukanlah suatu tujuan tetapi suatu proses mencapai tujuan atau merupakan langkah-langkah atau prosedur yang ditempuh. Seseorang dikatakan telah

belajar sesuatu kalau pada dirinya terjadi perubahan tertentu, misalnya dalam olahraga sepakbola, seorang anak dari tidak terampil mengoper bola, menggiring bola dan bermain bola menjadi terampil dalam menggiring bola, mengoper dan bahkan pandai bermain sepak bola. Namun tidak semua perubahan yang terjadi pada diri seseorang terjadi karena orang tersebut telah belajar. Misalnya perubahan yang terjadi pada bayi, terjadi terutama bukan karena belajar, bayi yang tadinya tidak dapat duduk menjadi bisa duduk. Margaret E. Bell Gredler (1991: 1) mengatakan bahwa belajar adalah proses orang memperoleh berbagai kecakapan, keterampilan, dan sikap.

Menurut A. Tabrani Rusyan (1989: 7), belajar dalam arti luas adalah suatu proses perubahan individu yang dinyatakan dalam bentuk penguasaan, dan penilaian terhadap sesuatu atau mengenai sikap dan nilai, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai bidang studi atau lebih luas lagi dalam berbagai aspek kehidupan atau pengalaman yang terorganisasi.

Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku sebagai akibat dari pengalaman atau latihan. Hilgard dalam Wina Sanjaya (2009: 112) mengungkapkan Learning is process by wich an activity originates or changed trough trainingg procedurs (wethwr in the laboratory or in the

(10)

adalahproses perubahan melalui pendidikan yang terbentuk melalui kegiatan atau prosedur latihan baik di laboraturium maupun di lingkungan.

Suryabrata (2004: 2) Learning accurs when there is a change in a person’s cognitif stucture. Ranah kognitif ialah berkenaan dengan perilaku yang berhubungan dengan berpikir, mengetahui, dan memecahkan masalah berdasarkan apa yang dipelajari dengan menggunakan sikap, nilai-nilai, apresiasi, dan penyesuaian perasaan sosial, serta tingkat penerimaan atau penolakan terhadap sesuatu, jika seseorang memiliki kecerdasan olahraga maka keterampilanya akan seimbang yang ditujukan dengan psikomotornya atau keterampilannya. Terbentuknya tingkah laku sebagai hasil belajar memiliki tiga ciri pokok yaitu: (a) tingkah laku tersebut berupa kemampuan aktual, (b) kemampuan berlaku dalam waktu relatif lama, (c) kemampuan baru diperoleh melalui usaha, Kemampuan manusia yang diperoleh sebagai hasil belajar meliputi tiga aspek, yaitu: (1) achievemen merupakan kemampuan intelektual, (2) Capasity, merupakan suatu kemampuan

potensial dan (3) atitude atau bakat merupakan kemampuan yang dapat diprediksi.

Slameto (1995: 2) menekankan belajar suatu proses yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman sendiri dan interaksi dengan lingkungan. Pengertian ini menunjukkan bahwa segala perubahan tingkah laku individu yang diakibatkan belajar diperoleh melalui pengalaman. Selain itu berkembang pula psikologi belajar lainnya yang menggunakan pendekatan praktek atau eksperimen seperti koneksionisme.

Thorndike dalam Hamzah (2007: 11) menemukakan bahwa belajar adalah interaksi antara

(11)

merupakan perubahan perilaku dan merupakan kecakapan baru yang terjadi karena adanya usaha secara sengaja meliputi keterampilan dan sikap dan pengetahuan baru.

Berdasarkan konsep belajar di atas antara lain memberikan penjelasan bahwa untuk memperoleh perubahan tingkah laku dilakukan melalui aktivitas berinteraksi dengan lingkungan sebagai suatu pengalaman. Dengan demikian proses belajar yang dilakukan oleh seseorang yang berinteraksi dengan lingkungan menghasilkan perubahan-perubahan pada diri siswa, perubahan-perubahan pada sektor kognitif yang diperoleh dari usaha belajar itulah yang disebut kemampuan. Maka berhasil atau tidaknya seorang siswa dalam suatu proses belajar dapat dilihat dari kemampuannya. Hal ini sesuai dengan pendapat (Sudjana; 1996: 22) bahwa prestasi belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajar.

Produk dari suatu proses pembelajaran adalah hasil belajar yang diukur dengan tes kemampuan belajar yang tidak hanya dipengaruhi oleh kualitas proses pembelajaran yang dialami oleh siswa, tetapi juga faktor lain yang berada di luar pengaruh sistem pendidikan, di samping kemampuan siswa itu sendiri. Prestasi belajar siswa dapat mengukur tinggi rendahnya kemampuan belajarnya yang ditujukan dengan nilai ataupun dapat berupa skill atau keterampilan khususnya di bidang olahraga. Kemampuan siswa yang merupakan perubahan tingkah laku sebagai bukti hasil belajar itu dapat diklasifikasikan dalam dimensi-dimensi tertentu.

Bloom dalam Nana Sudjana (1996: 22 ) membuat klasifikasi hasil belajar menjadi 3 dimensi, yaitu: ranah kognitif, afektif, dan psikomotor, ahli lain Kingsley dalam Nana Sudjana (1996: 22 )

membagi tiga macam hasil belajar yaitu meliputi (a) keterampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan pengertian, dan (c) persepsi dan cita-cita. Hasil belajar itu berasal dari tiga sumber: (a)

(12)

kemampuan seseorang hanya diukur dengan prestasi belajar yang diperoleh siswa pada akhir pembelajaran saja tanpa melihat prosesnya. Sedangkan kemampuan seseorang secara luas dapat meliputi: (a) kepandaian dan kebiasaan, (b) kemampuan sosial, dan (c) berpikir abstrak dan kreatif.

Belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan pengubahan kelakuan (Hamalik, 2004: 27)

Dari uraian di atas dapatlah diidentifikasi ciri-ciri kegiatan yang disebut “belajar” yaitu: 1) Belajar adalah aktivitas yang menghasilkan perubahan pada diri individu yang belajar, baik aktual maupun potensial, 2) Perubahan itu pada dasarnya berupa didapatkannya kemampuan baru, yang berlaku dalam waktu yang relatip lama, dan 3) Perubahan itu terjadi karena usaha.

Belajar adalah berubah atau perubahan. Perubahan dari tidak tahu menjadi tahu, dari sederhana menjadi kompleks dan selanjutnya. Masalah belajar merupakan masalah manusia, oleh karena itu untuk mengupas masalah belajar dapat didekati dengan berbagai macam cara pendekatan. Ahli fisiologi, ahli pendidikan, ahli biofisika, pelatih olahraga, guru pendidikan jasmani, mempunyai cara pendekatan yang berbeda-beda dalam mengupas masalah belajar.

Manusia sebagai mahluk psiko-bio-sosial-kultural, mengalami berbagai masalah yang

(13)

Belajar motorik adalah seperangkat proses yang bertalian dengan latihan atau pengalaman yang mangantarkan kearah perubahan permanen dalam perilaku terampil . Schmidt (1998: 346)

mendefinisikan: motor learning is a set of processes associated with pratice or experience leading to relatively permanent changes in the capability for responding..

Selanjutnya untuk memahami perilaku gerak (motorik) dapat didekati dengan Pendekatan psikologis. Hal ini dimungkinkan karena proses belajar gerak atau keterampilan bukan semata-mata karena gejala neuro-fisiologis. Dalam proses belajar, faktor mental ikut berpengaruh. Proses belajar melibatkan berbagai faktor jiwa dan raga sebagai satu kesatuan.

Menurut Oxendine seperti yang dikutip oleh Lutan (1999: 122) mengklasifi- kasikan teori belajar gerak berdasarkan Pendekatan psikologis dibagi menjadi dua kategori utama yaitu kelompok teori asosiasistimulus-respon dan teori kognitif. Selanjutnya menurut Guthrie yang dikutip oleh Lutan

(1999: 122), drill berguna untuk memperlancar siswa melakukan lebih banyak respos yang tepat dan benar. Belajar menurut kelompok teori kognitif adalah pembelajaran mengorganisasikan rangsang atau persepsinya kedalam suatu pola atau bentuk secara keseluruhan. Menurut Oxendine dikutip Lutan, ada tiga hal penting dari aktivitas pembelajaran untuk mengolah rangsang yang diterimanya, yaitu; pertama, menghubungkan satu rangsang dengan yang lain; kedua,

(14)

Meskipun kedua kelompok teori belajar tersebut memiliki perbedaan, namun juga memiliki beberapa persamaan. Kelompok teori koneksionisme lebih menekankan atau mementingkan unsur stimulus dan respons, sedangkan kelompok teori kognitif lebih menekankan atau mementingkan pebelajar kognitif lebih menekankan atau mementingkan pebelajar itu sendiri dalam

mengorganisasikan rangsang. Dengan kata lain kelompok kognitif memandang interpretasi pebelajar terhadap rangsang sangat penting, dan kelompok koneksionisme memandang kaftan antara stimulus dan respons yang penting. Dalam penerapannya. Kedua teori tersebut saling mengisi kekurangan masing-masing.

Pendapat tentang belajar dikemukakan juga oleh Singer (1980: 1), yang menyatakan bahwa ada tiga komponen dalam belajar gerak, yang bergerak dan beroperasi secara dinamis. Ketiga komponen tersebut yaitu pebelajar, aktivitas, dan situasi atau kondisi lingkungan. Ketiga komponen tersebut saling berinteraksi untuk menghasilkkan perubahan perilaku. Belajar mengakibatkan perubahan dalam diri pribadi dan selalu terefleksi dalam perilaku yang dapat diamati. Perubahan tersebut secara relatif permanen sebagai konsekuensi dari pengalaman atau latihan.

Belajar gerak dalam pandangan tersebut nerupakan perubahan tingkah laku dalam domain psikomotor (kterampilan) merupakan perubahan tertentu, misalnya dalam olahraga sepakbola, seorang anak dari tidak terampil mengoper bola, menggiring bola dan bermain bola menjadi anak yang terampil dalam menggiring bola, mengoper dan bahkan pandai bermain sepak bola. Namun tidak semua perubahan yang terjadi pada diri seseorang terjadi karena orang tersebut telah belajar.

(15)

Belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai macam kompetensi,

keterampilan, dan sikap. Belajar dimulai sejak manusia lahir sampai akhir hayat. Pada waktu bayi, seorang bayi menguasai keterampilan-keterampilan yang sederhana, seperti memegang botol dan mengenal orang-orang disekelilingnya. Ketika menginjak masa anak-anak dan remaja, sejumlah sikap, nilai, dan keterampilan berinteraksi sosial dicapai sebagai kompetensi. Pada saat dewasa, individu diharapkan telah mahir dengan tugas-tugas kerja tertentu dan keterampilan-keterampilan fungsional lainnya, seperti mengendarai mobil, berwiraswasta, dan menjalin kerja sama dengan orang lain.

Kemampuan manusia untuk belajar merupakan karakteristik penting yang membedakan manusia dengan makhluk hidup lainnya. Belajar mempunyai keuntungan, baik bagi individu maupun bagi masyarakat. Bagi individu, kemampuan untuk belajar secara terus-menerus akan memberikan kontribusi terhadap pengembangan kualitas hidupnya. Sedangkan bagi masyarakat, belajar mempunyai peran yang penting dalam mentransmisikan budaya dan pengetahuan dari generasi ke generasi. Bell-Gredler dalam buku Baharuddin dan Wahyuni (2008 : 11).

(16)

kegiatan di bangku sekolah saja. Belajar adalah usaha untuk menguasai segala sesuatu yang berguna untuk hidup. Akan tetapi menurut konsep eropa, arti belajar itu agak sempit, hanya mencakup menghapal, mengingat, dan memproduksi sesuatu yang dipelajari (Notoatmodjo 2003:36).

Dengan demikian, belajar dapat membawa perubahan bagi si pelaku, baik

perubahan pengetahuan, sikap, maupun keterampilan. Dengan perubahan-perubahan tersebut, tentunya si pelaku juga akan terbantu dalam memecahkan permasalahan hidup dan bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan.

C. Prinsip-Prinsip Belajar

Di dalam tugas melaksanakan proses belajar mengajar, seorang guru perlu memperhatikan beberapa prinsip belajar berikut. Menurut Soekamto dan Winataputra dalam Baharuddin dan Wahyuni (2008 : 16)

a. Apa pun yang dipelajari siswa, dialah yang harus belajar, bukan orang lain. Untuk itu, siswalah yang harus bertindak aktif.

b. Setiap siswa belajar sesuai dengan tingkat kemampuannya.

c. Siswa akan dapat belajar dengan baik bila mendapat penguatan langsung pada setiap langkah yang dilakukan selama proses belajar.

d. Penguasaan yang sempurna dari setiap langkah yang dilakukan siswa akan membuat proses belajar lebih berarti.

(17)

Menurut Baharudin dan Wahyuni (2008 : 17), proses belajar, terutama belajar yeng terjadi disekolah, itu melalui tahap-tahap atau fase-fase: motivasi, konsentrasi, mengolah, menggali 1, menggali 2, prestasi, dan umpan balik, yaitu:

1. Tahap Motivasi yaitu saat motivasi dan keinginan siswa untuk melakukan kegiatan belajar bangkit. Misalnya siswa tertarik untuk memperhatikan apa yang akan dipelajari, melihat gurunya datang, melihat apa yang ditunjukkan guru (buku, alat peraga), dan mendengarkan apa yang diucapkan guru.

2. Tahap Konsentrasi yaitu saat siswa harus memusatkan perhatian, yang telah ada pada tahap motivasi, untuk tertuju pada hal-hal yang relevan dengan apa yang akan dipelajari. Pada fase motivasi mungkin perhatian siswa hanya tertuju kepada penampilan guru (pakaian, tas, model rambut, sepatu dan lain sebagainya).

3. Tahap Mengolah yaitu siswa menahan informasi yang diterima dari guru dalam Short Term Memory, atau tempat penyimpanan ingatan jangka pendek, kemudian mengolah

informasi-informasi untuk diberi makna (meaning) berupa sandi-sandi sesuai dengan penangkapan masing-masing. Hasil olahan itu berupa simbol-simbol khusus yang antara satu siswa dengan siswa lainnya berbeda. Simbol olahan bergantung dari pengetahuan dan pengalaman sebelumnya serta kejelasan penangkapan siswa. Karena itu, tidaklah merupakan hal yang aneh jika setiap siswa akan berbeda penangkapannya terhadap hal yang sama yang diberikan oleh seorang guru.

(18)

keterampilan. Untuk perubahan sikap dan keterampilan itu diperlukan belajar yang tidak hanya sekali saja, tapi harus beberapa kali, baru kemudian tampak perubahannya. 5. Tahap Menggali (1) yaitu siswa menggali informasi yang telah disimpan dalam LTM ke

STM untuk dikaitkan dengan informasi baru yang dia terima. Ini terjadi pada pelajaran waktu berikutnya yang merupakan kelanjutan pelajaran sebelumnya. Penggalian ini diperlukan agar apa yang telah dikuasai menjadi kesatuan dengan yang akan diterima, sehingga bukan menjadi yang lepas-lepas satu sama lain. Setelah penggalian informasi dan dikaitkan dengan informasi baru, maka terjadi lagi pengolahan informasi untuk diberi makna seperti halnya dalam tahap mengolah untuk selanjutnya disimpan dalam LTM lagi.

6. Tahap Menggali (2) yaitu menggali informasi yang telah disimpan dalam LTM untuk persiapan fase prestasi, baik langsung maupun melalui STM. Tahap menggali 2 diperlukan untuk kepentingan kerja, menyelesaikan tugas, menjawab pertanyaan atau soal/latihan.

7. Tahap Prestasi yaitu informasi yang telah tergali pada tahap sebelumnya digunakan untuk menunjukkan prestasi yang merupakan hasil belajar. Hasil belajar itu, misalnya: berupa keterampilan mengerjakan sesuatu, kemampuan menjawab soal, atau menyelesaikan tugas.

8. Tahap Umpan Balik yaitu siswa memperoleh penguatan (konfirmasi) saat perasaan puas atas prestasi yang ditunjukkan. Hal ini terjadi jika prestasinya tepat. Tapi sebaliknya, jika prestasinya jelek, perasaan tidak puas maupun tidak senang itu bisa saja diperoleh dari guru (eksternal) atau dari diri sendiri (internal).

(19)

Strategi pembelajaran merupakan kegiatan perencanaan yang dilakukan guru sebelum melaksanakan proses pembelajaran untuk menentukan kegiatan apa yang dilakukan guru sebelum melaksanakan proses pembelajaran untuk menentukan kegiatan apa yang akan dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung. Menurut oemar hamalik (2008 : 57), mengatakan bahwa pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi

mencapai tujuan pembelajaran.

Dalam kegiatan belajar mengajar tidak semua anak didik mampu berkonsentrasi dalam waktu yang relatif lama. Daya serap anak didik terhadap bahan yang diberikan juga bermacam-macam, ada yang cepat, ada yang sedang, dan ada yang lambat. Faktor intelegensi mempengaruhi daya serap anak didik terhadap bahan pelajaran yang diberikan oleh guru. Cepat lambatnya penerimaan anak didik terhadap bahan pelajaran yang diberikan

menghendaki pemberian waktu yang bervariasi, sehingga penguasaan penuh dapat tercapai.

Terhadap perbedaan daya serap anak didik sebagaimana tersebut diatas, memerlukan strategi pengajaran yang tepat. Karena itu, dalam kegiatan belajar mengajar, Syiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2006 : 74), guru harus memiliki strategi agar anak didik dapat belajar secara efektif dan efisien, mengena pada tujuan yang diharapkan. Salah satu langkah untuk memiliki strategi itu adalah harus menguasai teknik-teknik penyajian atau biasanya disebut metode mengajar. Dengan demikian, metode mengajar adalah strategi pengajaran sebagai alat untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

(20)

Gerak dasar adalah gerak yang berkembangnya sejalan dengan pertumbuhan dan tingkat kematangan. Keterampilan gerak dasar merupakan pola gerak yang menjadi dasar untuk ketangkasan yang lebih kompleks. Amung Ma’mun (1999 : 20) membagi tiga gerakan dasar yang melekat pada individu yaitu, (1) lokomotor, (2) gerak non lokomotor, (3) manipulatif. Amung Ma’mun (1999 : 20) mendefenisikan gerak lokomotor adalah “gerak yang digunakan untuk memudahkan tubuh dari satu tempat ketempat lain atau memproyeksikan tubuh keatas misalnya: jalan, lompat dan berguling”. Gerak non lokomotor”adalah keterampilan yang dilakukan tanpa memindahkan tubuh dari tempatnya, misalnya membungkuk badan,

memutar badan, mendorong dan menarik. Sedangkan gerak manipulatif adalah keterampilan memainkan suatu proyek baik yag dilakukan dengan kaki maupun dengan tangan atau bagian tubuh yang lain. Gerak manipulatif ini bertujuan untuk koordinasi mata-kaki, mata-tangan, misalnya melempar, menangkap dan menendang.

Setelah kemampuan gerak dasar dikuasai, dapat dilanjutkan ke tahap kemampuan yang lebih spesifik dengan terlebih dahulu mengoreksi kekurangan pada kemampuan sebelumnya, berikutnya mengulangi gerakan, dimaksudkan agar gerakannya lebih otomatis. Keterampilan gerak dasar perlu merancang proses pembelajaran yang lebih menarik sehingga siswa akan lebih tertarik dan serius mempelajari gerak dasar forehand dan backhand tenis meja.

F. Belajar Motorik

(21)

kemampuan kontrol tubuh. Individu yang koordinasi geraknya baik akan mampu mengendalikan gerak tubuhnya sesuai dengan kemauannya.

Belajar motorik adalah perubahan secara permanen berupa gerak belajar yang diwujudkan melalui respon-respon muscular dan diekspresikan dalam gerakan tubuh (Herman Tarigan 2008:2). Belajar gerak berperan dalam hal upaya peningkatan kualitas gerak tubuh dalam olahraga.Kemampuan koordinasi gerak, dinilai berdasarkan kemampuan melakukan gerakan-gerakan keterampilan. Pada masa anak besar kemampuan ini berkembang dengan baik. Pertumbuhan fisik yang relatif lambat pada masa tersebut justru menguntungkan dalam hal peningkatan koordinasi. Masa anak besar merupakan masa penyempurnaan keterampilan melakukan gerakan-gerakan dasar. Gerak dasar yang sudah mulai dapat dilakukan pada masa anak kecil, semakin dapat dilakukan dengan baik dan semakin bervariasi lagi pola geraknya.

Perkembangan koordinasi gerak, tidak terpisahkan dari penguasaan gerak dasar. Perkembangan penguasaan gerak dasar sendiri terjadi sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangan fisik. Pertumbuhan fisik yang semakin tinggi, dan semakin besar dan semakin berotot, peningkatan penguasaan gerak dasar dapat diidentifikasi, yang merupakan

indikatornya sebagai berikut :

1. mekanisme tubuh dalam melakukan gerakan makin baik; 2. kontrol dan kelancaran gerak semakin baik;

3. pola atau bentuk gerakan semakin bervariasi, dan 4. gerakan semakin bertenaga.

(22)

kegiatan-kegiatan seperti : berjalan, berlari, mendaki, memanjat, meloncat, berjangkit, mengguling, lompat tali, menyepak, melempar, menangkap, memukul, memantul-mantulkan bola, dan berenang.

G. Media sebagai Alat Bantu

Media sebagai alat bantu dalam proses belajar mengajar adalah suatu kenyataan yang tidak dapat dipungkiri. Karena memang gurulah yang menghendakinya untuk membantu tugas guru dalam menyampaikan pesan-pesan dari bahan pelajaran yang diberikan oleh guru kepada anak didik. Guru sadar bahwa tanpa bantuan media, maka bahan pelajaran sukar untuk dicerna dan dipahami oleh setiap anak didik, terutama bahan pelajaran yang rumit atau kompleks.

Menurut Soekidjo Notoatmodjo (2003:62) yang dimaksud dengan alat bantu pendidikan adalah alat-alat yang digunakan oleh pendidik dalam menyampaikan bahan

pendidikan/pengajaran.

Setiap materi pelajaran tentu memiliki tingkat kesukaran yang bervariasi. Pada satu sisi ada bahan pelajaran yang tidak memerlukan alat bantu, tetapi di lain pihak ada bahan pelajaran yang sangat memerlukan alat bantu berupa media pengajaran seperti globe, grafik, gambar, dan sebagainya. Bahan pelajaran dengan tingkat kesukaran yang tinggi tentu sukar diproses oleh anak didik. Apalagi bagi anak didik yang kurang menyukai bahan pelajaran yang disampaikan itu.

(23)

didik dalam tenggang waktu yang cukup lama. Itu berarti kegiatan belajar anak didik dengan bantuan media akan menghasilkan proses dan hasil belajar yang lebih baik dari pada tanpa bantuan media.

H.Modifikasi Alat Pembelajaran

Di dalam kamus bahasa Indonesia modifikasi adalah ”pengubahan” dan berasal dari kata ”ubah” yang berarti ”lain atau beda” mengubah dapat diartikan dengan ”menjadikan lain dari yang sebelumya” sedangkan dari arti pengubahan adalah ”proses”, perubahan atau cara mengubah, kemudian mengubah dapat juga diartikan pembaruan. Tidak mengherankan bahwa pada mulanya dalam pembaruan berpokok pada metode mengajar, bukan karena mengajar itu penting melainkan mengajar itu bermaksud menimbulkan efek belajar pada siswa yang bertujuan untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Dalam pendidikan pembaruan dapat diartikan suatu upaya sadar yang dilakukan untuk memperbaiki praktek pendidikan dengan sungguh-sungguh. Pada kamus besar bahasa Indonesia pengertian dari alat adalah “yang dipakai untuk mengerjakan sesuatu” alat merupakan bagian dari fasilitas

pendidikan yang digunakan untuk proses kegiatan belajar mengajar. Oleh sebab itu dengan adanya alat pembelajaran guru dapat memberikan contoh secara langsung tentang materi yang akan dibeikan kepada siswa, dengan bertujuan agar mudah dipahami dan dapat dimengerti oleh peserta didik atau siswa.

(24)

melakukan pola gerak secara benar.“Secara garis besar tujuan modifikasi adalah :1) mengatasi keterbatasan akan sarana dan prasarana pendidikan jasmani; 2) mendukung pertumbuhan dan perkembangan peserta didik; 3) mendukung tercapainya tujuan pembelajaran yang efektif; 4) mengurangi resiko cedera akibat proporsi antara sarana pembelajaran dan kondisi fisik yang tidak seimbang”. ( Lutan, 1997 ).

Dari uraian diatas penulis menyimpulkan bahwa keutamaan modifikasi alat bermain merupakan suatu upaya untuk merubah alat bermain yang sesungguhnya menjadi berbeda dari yang

sebelumnya dengan tujuanuntuk meningkatkan kemampuan agar tujuan yang direncanakan sebelumnya dapat dicapai dengan sebaik-baiknya. Pada penelitian ini modifikasi yang digunakan adalah modifikasi pemukul yang diganti dengan piring plastik, bola plastik sebesar bola tenis, dan pemukul terbuat dari papan lebarnya lebih kurang 12-13 cm dan panjangnya 40- 45 cm, modifikasi digunakan agar para siswa mudah untuk melakukan gerak dasar memukul bola kasti, modifikasi ini juga bermanfaat untuk :

1. Agar anak berani melakukan gerak dasar memukul bola kasti. 2. Agar anak dapat melakukan gerak dasar memukul bola kasti.

3. Agar guru mudah untuk mengajarkan gerak dasar memukul bola kasti. 4. Agar proses pembelajaran lebih menari.

5. Murah dan mudah didapatkan.

(25)

secara berulang-ulang melakukan gerakan mengoper bola tanpa ragu dan rasa takut karena sakit yang ditimbulkan saat mengoper bola.

I. Permainan Bola Tangan

1. Sejarah

Sejarah bola tangan pertama kali diperkenalkan di Benua Eropa, khususnya di Denmark, Jerman, dan Swedia pada abad XIX. Permainan ini dikenalkan oleh G. Wallstrom kepada masyarakat Swedia pada 1910. Peraturan mengenai olah raga bola tangan lapangan dibuat pada 1917 oleh Max Heiser. Dua tahun kemudian tahun 1919, seorang guru olah raga di Berlin Karl Schelenz memainkan olah raga ini di lapangan sepak bola dan memperbaiki peraturan-peraturan tersebut sehingga ia dianggap sebagai pelopor olah raga ini.

International Amateur Handball Federation (IAHF) didirikan pada tahun 1928 bersamaan dengan Olympic Games di Amsterdam. Pada tahun 1938, kejuaraan dunia Bola Tangan pertama diadakan di Jerman. International Handball Federation didirikan pada tahun 1946 oleh delapan orang pendiri IAHF. Pada saat itu, lapangan 11 - a - side banyak dimainkan di Eropa sedangkan untuk 7 - a - side lebih banyak dimainkan di dalam ruangan di sekitar Eropa Timur. Antara tahun 1938 hingga 1966, kedua jenis permainan dimainkan dalam kejuaraan yang terpisah.

Cabang Bola Tangan Indoor pertama kali tampil di Olimpiade Munich tahun 1972. Sebanyak 16 tim ikut serta dalam cabang olahraga ini dengan Yugoslavia memenangkan medali emas pertama. Untuk kelas wanita, mulai dilombakan pada Olimpiade Montreal tahun 1976. Tim Uni Sovyet memenangkan emas baik di kelas pria maupun wanita.

(26)

Bentuk dan pola permainan serta peraturan permainan bolatangan secara umum dapat dikatakan merupakan gabungan atau modifikasi dari permainan sepak bola dan bola basket. Seperti dalam permainan bola basket, selama permainan berlangsung, kegiatan dalam permainan bolatangan jaga lebih banyak terjadi di sekitar daerah bertahan pemain bertahan atau di daerah penyerangan untuk regu penyerang. Pihak penyerang berusaha dengan segala keterampilanya serta dengan macam-macam taktik untuk mencetak gol ke gawang lawan. Sedangkan pihak bertahan berusaha menjaga dengan ketat dan berusaha setiap saat untuk merebut bola dan menguasainya. Kemudian pihak bertahan dengan segera beralih menjadi pihak bertahan, demikian seterusnya.

Gambar 1. Bermain Bolatangan

(27)

a. Berlari

Salah satu aspek penting yang harus diperhatikan pelatih terhadap pemain dan secara khusus bagi pemain pemula adalah kerampilan berlari. Dalam hal ini, yang dimaksudkan dengan kerampilan berlari adalah kemampuan melakukan gerakan lari yang cepat dari sikap berdiri diam ( akselerasi ), gerakan meliukkan badan ( body weaving ) dan mengubah arah lari dengan cepat tanpa kehilangan keseimbangan.

b. Menangkap bola

Kita semua mengetahui betapa pentingnya keterampilan berlari dalam permainan, tetapi kita tidak boleh melupakan bahwa pada akhirnya, regu yang memiliki kerampilan yang lebih baik dalam menguasai bola dan menyelesaikan serangan dengan berhasil, pada akhirnya akan memenangkan pertandingan. Seorang pemain yang dapat menangkap bola dengan baik, apalagi dapat menangkap dengan cepat dan mantap, akan sangat membantu regunya. Terutama dalam hal kemungkinan terjadi pelanggaran peraturan permainan, serta dapat memamfaatkan kesempatan / waktu yang sangat singkat dalam serangan kilat. Selain itu perlu diperhatikan pula, bahwa seorang pemain tidaklah mungkin dapat

melakukan lemparan / operan, menembak ataupun memainkan bola, apabila ia tidak dapat menangkap dan menguasai bola itu terlebih dahulu dengan baik.

Untuk dapat menangkap bola dengan baik dan sempurna, bola harus ditangkap dengan dua tangan. Jari-jari terbuka lebar dan usahakan menutup bola seluas mungkin dan ke dua ibu jari membentuk satu garis di belakang bola. Setelah bola tertangkap, tariklah bola ke arah dada untuk meredam atau mengurangi kecepatan bola atau agar bola dapat dikuasai secara penuh sehingga tidak mudah direbut oleh lawan.

(28)

1. Menangkap bola setinggi dada

2. Menangkap bola yang melambung / tinggi 3. Menangkap bola di samping kiri / kanan badan 4. Menangkap bola rendah ( setinggi lutut ) 5. Menangkap bola yang menggulundung

Keterampilan dalam mengoper dan menangkap bola tidaklah dapat dipisahkan dan keduanya merupakan keterampilan dasar dari permainan bolatangan. Dalam segala latihan yang bersangkut paut dengan menangkap dan melempar ( mengoper ) selalu melibatkan kedua hal tersebut sekaligus. Hal ini tentu saja akan memudahkan bagi pelatih untuk melatih kedua keterampilan tersebut sekaligus.

Dalam suatu pertandingan, satu regu akan dapat menguasai pertandingan sepenuhnya apabila setiap pemain dari setiap rega tersebut memiliki penguasaan bola yang baik serta dapat menggunakan berbagai macam cara mengoper bola sesuai dengan situasipermainan pada saat itu. Operan jarak pendek dan cepat, lebih di utamakan oleh suatu regu daripada operan jarak jauh.Oleh karena operan jarak jauh seringkali kurang tepat dan lagi pula karena jalan bola melambung, bola sangat mudah direbut lawan.

Cara mengoperkan bola dapat dilakukan dengan satu atau dua tangan. Macam-macam operan yang sering digunakan dalam permainan adalah :

l. Dengan dua tangan

a. Chest pass ( operan dada )

b. Overhead pass ( operan dari atas kepala ) c. Underhand pass ( operan dari bawah lengan 2. Dengan satu tangan

(29)

b. Side pass ( operan dari samping badan )

c. Reverse pass ( operan melingkar / dari belakang badan )

Tujuan permainan bolatangan adalah membuat angka/gol dengan cara

melempar/menembakkan dan memasukan bola kegawang lawan, pemain penyerang diperkenankan melakukan berbagai macam cara menembak; sesuai dengan kemahirannya dan tentu saja sesuai dengan situasi permainan pada saat tersebut Dalam garis besarnya, cara-cara menembak bola adalah sebagai berikut :

1. The standing throw shot (menembak dalam sikap berdiri) 2. The jump shot (menembak pada saat melompat keatas) 3. The dive shot (menembak pada saat melompat kedepan)

4. The fall shot (menembak sambil menjatuhkan diri kesamping/depan) 5. The side throw (menembak dari samping badan)

6. The flying shot (menembak pada saat melayang) 7. The reverse shot (tembakan membalik/memutar)

Bola Tangan merupakan permainan dengan irama yang cepat, melibatkan dua tim dengan masing - masing tim terdiri dari tujuh orang yang bertugas untuk mengoper, melempar, menangkap, dan mendribel sebuah bola kecil dengan tangan mereka sambil berusaha untuk menciptakan gol. Tim dengan gol terbanyak dinyatakan sebagai pemenang. Permainan ini terdiri dari dua babak dengan masing -masing babak sepanjang 30 menit yang dipotong dengan sepuluh menit istirahat.

(30)

Lapangan bola tangan berukuran 40 m x 20m dengan garis pemisah di tengah dan gawang di tengah kedua sisi pendek. Di sekeliling gawang dibuat garis untuk menandai daerah yang hanya boleh dimasuki penjaga gawang. Bola yang digunakan lebih kecil dari bola sepak. Handball dimainkan selama 2 x 30 menit. Penalti dilakukan dari jarak 7 meter. Handball juga dipertandingkan di Olimpiade

J. Gerak Dasar emparan Melayang (The Flying shot)

The flying shot merupakan senjata ampuh dalam permainan dan cara menembak ini adalah

cara yang paling efektif untuk memasukkan bola ke gawang lawan, bila dibandingkan dengan cara menembak yang lain (dan juga paling baik untuk dipandang). Aspek penting yang perlu diperhatikan ialah irama langkah. Pemain harus dapat menangkap dan menguasai bola dengan baik dan kemudian melakukan awalan 3 langkah (5 langkah bila bola ditangkap pada saat penembak sedang di udara) yang diijinkan sebelum melompat pada langkah yang terakhir.

(31)

Gambar 2. Lemparan Melayang (flying shot )

Pada saat mengajarkan flying shot, seorang pelatih haruslah memperhatikan 3 unsur pokok yaitu: 1) Awalan (irama langkah), 2) Ketinggian yang cukup pada saat lompatan, 3) Jarak.

Jarak harus diperhatikan dalam peraturan permainan dijelaskan bahwa seorang pemain diperkenankan menembakkan bola pada saat pemain tersebut berada di dalam daerah gawang, asalkan kedua kakinya tidak menyentuh lapangan (pada saat melayang) waktu melakukan gerakan menembak tersebut. Oleh karena itu, setiap pemain diharapkan dapat memanfaatkan peraturan ini dengan cara menembak di dalam daerah gawang yang berarti memperpendek jarak lemparan. Caranya ialah dengan melakukan awalan 3 langkah dengan cepat dan pada langkah terakhir melompat sedekat mungkin dengan garis daerah gawang dan dengan sudut 45 derajat serta mempertahankan sikap melayang di udara selama mungkin.

Mengapa jarak harus diperhatikan ?

(32)

menembak di dalam daerah gawang yang berarti memperpendek jarak lemparan. Caranya ialah dengan melakukan awalan 3 langkah dengan cepat dan pada langkah terakhir melompat sedekat mungkin dengan garis daerah gawang dan dengan sudut 45 derajat serta

mempertahankan sikap melayang di udara selama mungkin.

K. Kerangka Pikir

Dari tinjauan pustaka dapat diketahui bahwa dalam menggunakan modifikasi alat

pembelajaran dapat mempermudah siswa dalam melakukan rangkaian pembelajaran gerak dasar yang diajarkan dalam setiap materi pembelajaran Pendidikan Jasmani. Begitu pula yang terjadi dalam proses pembelajaran gerak dasar lemparan melayang dalam bola tangan, dengan menggunakan bola yang dimodifikasi secara kreatif dan bentuk yang lebih

sederhana, maka siswa merasa tertarik dalam melaksanakan proses pembelajaran yang dilakukan. Selain itu, siswa dapat dengan mudah memahami dan menguasai rangkaian gerak dasar yang diajarkan karena mereka tidak merasa terbebani dengan menggunakan bola yang lebih sederhana da seluruh anak dapat memiliki satu bola. Oleh karena itu, dengan

menggunakan modifikasi alat pembelajaran Bola Tangan berupa bola modifikasi dapat membantu siswa dalam proses memperbaiki mutu hasil pembelajaran siswa itu sendiri dalam melaksanakan keterampilan gerak dasar lemparan melayang dalam Bola Tangan.

L.Hipotesis

(33)

“Dengan modifikasi bola dan alat bantu ( keset dan simpai) dapat memperbaiki dan

(34)

1

III. Metodologi Penelitian

A.Metode Penelitian

Dalam memecahkan masalah sangat diperlukan suatu cara atau metode, karena

metode merupakan faktor penting dalam menentukan keberhasilan dari suatu penelitian terhadap subjek yang akan diteliti. Dalam hal ini peneliti ingin

menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK) yang akan dilaksanakan pada

Siswa SMP PGRI 1 Talang Padang.

Penelitian tindakan adalah salah satu strategi pemecahan masalah yang memanfaat- kan tindakan yang nyata dalam bentuk proses pengembangan inovatif yang "di coba

sambil berjalan " dalam mendeteksi dan memecahkan masalah. Arikunto (1998 : 82) Jadi jenis penelitian ini salah satu tindakan yang nyata dimana antara guru dengan siswa terlibat langsung dalam proses memecahkan masalah dalam penelitian tersebut.

Adapun ciri-ciri sebagai berikut :

1. Praktis dan langsung relevan untuk situasi aktual dalam dunia kerja.

2. Menyediakan kerangka kerja yang teratur untuk memecahkan masalah dan perkembangan-perkembangan baru yang lebih baik.

3. Dilakukan melalui putaran-putaran berspiral

Menurut Suhardjono (2007: 61) Tujuan PTK adalah untuk meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran, mengatasi masalah pembelajaran, meningkatkan

(35)

2

Tujuan ini dapat dicapai dengan melakukan berbagai tindakan alternatif dalam menyelesaikan berbagai persoalan pembelajaran, sehingga dihasilkan hal-hal

sebagai berikut :

1. Peningkatan atau perbaikan terhadap kinerja belajar siswa di sekolah. 2. Peningkatan atau perbaikan terhadap mutu proses pembelajaran di kelas.

3. Peningkatan atau perbaikan terhadap kualitas penggunaan media, alat bantu, dan sumber belajar lainnya.

4. Peningkatan atau perbaikan terhadap kualitas prosedur dan alat evaluasi yang digunakan untuk mengukur proses dan pembelajaransiswa

5. Peningkatan atau perbaikan terhadap masalah pendidikan anak di sekolah

6. Peningkatan atau perbaikan terhadap kualitas penerapan kurikulum dan pengembangan kompetensi siswa di sekolah.

Sedangkan tujuan utama dari PTK adalah untuk perbaikan dan peningkatan praktik pembelajaran secara berkesinambungan, serta untuk pengembangan

kemampuan dan keterampilan guru untuk menghadapi permasalahan aktual pembelajaran di kelasnya atau di sekolahnya sendiri.

Dalam penelitian ini peneliti merencanakan penelitian sampai tiga siklus dan di

setiap siklus memiliki tindakan yang berbeda. Dalam pelaksanaanya, setiap proses penelitian merupakan tindak lanjut dari siklus penelitian sebelumnya.

Penelitian tindakan ini dilakukan melalui putaran atau spiral yang disetiap siklusnya terdiri dari rencana, tindakan, observasi dan refleksi. Seperti yang digambarkan dibawah ini :

(36)

3

Bagan : Spiral Penelitian Tindakan Kelas (Arikunto, 2008)

Keterangan gambar

1. Perencanaan ( Planning ).

Dalam tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, dimana, oleh siapa dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan, serta pada tahap perencanaan ini

dipersiapkan skenario pembelajaran, fasilitas sarana pendukung yang diperlukan, dan juga instrumen untuk merekam data mengenai proses hasil tindakan. Pada

perencanaan ini juga dilaksanakan simulasi pelaksanaan tindakan perbaikan untuk menguji keterlaksanaan rancangan.

2. Tindakan ( Action )

Tindakan adalah pelaksaan yang merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan,

yaitu mengenakan tindakan di kelas.

RENCANA

SIKLUS I

OBSERV

(37)

4

3. Oberservasi

Observasi adalah kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh pengamat suatu tindakan.

4. Refleksi

Refleksi merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan. Dalam penelitian tindakan ada kata tindakan artinya dalam hal ini guru melakukan

sesuatu yaitu untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Dengan kata lain, penelitian tindakan kelas ini harus menyangkut upaya guru dalam bentuk proses belajar mengajar

yang mengutamakan hasil yang lebih baik dari sebelumnya.

B.Subyek penelitian

Populasi menurut Arikunto (1998 : 108 ) Menjelaskan bahwa populasi adalah keseluruan dari subjek penelitian. Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa Kelas VIIB SMP PGRI 1Talang Padang berjumlah 32 orang.

C. Tempat dan Waktu.

a. Tempat Penelitian: Di lapangan SMP PGRI 1Talang Padang. b. Pelaksanaan Penelitian

c. Lama waktu yang diperlukan dalam penelitian sampai pada tahap penyusunan

skripsi berlangsung selama kurang lebih 6 bulan.

D. Rancangan Penelitian

Penelitian tindakan terdiri dari empat komponen pokok yang menunjukan langkah yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Hubungan keempat

(38)

5

selalu harus berupa rangkaian kegiatan akan kembali ke asal, yaitu dalam bentuk siklus. Seperti yang di gambarkan sebagai berikut

1. Siklus Pertama

a. Rencana :

1. Menyiapkan skenario pembelajaran yang berisi tentang kegiatan- kegiatan yang akan dilakukan meliputi kegiatan pendahuluan, inti, penutup.

2. Menyiapkan peralatan modifikasi bola plastik untuk pelaksanaan proses pembelajaran.

3. Mempersiapkan alat bantu keset untuk memperbaiki langkah lemparan melayang. 4. Mempersiapkan instrumen untuk observasi/pengamatan proses pembelajaran dan alat

untuk dokumentasi seperti kamera.

5. Mempersiapkan siswa untuk mengikuti pembelajaran siklus pertama.

b. Tindakan :

1. Siswa dibariskan, dan dibagi menjadi 4 syaf.

2. Kemudian siswa diberikan penjelasan bentuk proses pembelajaran yang akan dilakukan pada siklus pertama, yaitu posisi dari sikap awalan, pelaksanaan dan sikap akhir.

3. Sebelumnya siswa di berikan contoh rangkaian gerak lemparan melayang yang benar, dari mulai sikap persiapan, pelaksanaan, dan sikap akhir dengan menggunakan modifikasi bola plastik dan alat bantu keset untuk memperbaiki langkah.

4. Diberikan pengulangan gerak dasar lemparan melayang secara berurutan.

5. Kegiatan tindakan dilakukan selama 1 minggu untuk 2-3 kali pertemuan, setelah 3-4 kali pertemuan pada minggu berikutnya diadakan penilaian.

(39)

6

Setelah tindakan dilakukan, diamati, dikoreksi dan diberi waktu pengulangan kemudian dinilai atau di evaluasi oleh 3 testor untuk mendapatkan objektifitas dengan mengguna- kan instrument yang telah dipersiapkan.

d. Refleksi :

1. Dari data hasil observasi di analisis dan disimpulkan untuk menindalanjuti siklus berikutnya.

2. Mendiskusikan rencana tindakan pada siklus kedua.

2. Siklus Kedua a. Rencana :

1. Menyiapkan skenario pembelajaran/RPP ke-2 gerak dasar lemparan melayang. 2. Menyiapkan peralatan untuk proses pembelajaran gerak dasar lemparan melayang. 3. Menyiapkan alat modifikasi bola pelastik yang diisi busa sebanyak siswa dan alat

bantu yang akan digunakan yaitu simpai dan kardus. 4. Menyiapkan alat untuk dokumentasi ( kamera )

5. Mempersiapkan siswa untuk mengikuti pembelajaran siklus kedua.

b. Tindakan :

1. Siswa dibariskan, dan dibagi menjadi 4 bersyaf.

2. Kemudian siswa diberikan penjelasan bentuk pembelajaran yang akan dilakukan pada siklus kedua, yaitu posisi dari sikap awalan, pelaksanaan, dan sikap akhir untuk pelaksanaan rangkaian gerak dasar lemparan melayang.

(40)

7

4. Setiap siswa melakukan rangkaian gerak dasar lemparan melayang berulang sampai benar-benar menguasai gerakan ini secara berurutan dan bergantian.

c. Observasi :

Setelah tindakan dilakukan, diamati, dikoreksi dan diberi waktu pengulangan kemudian dinilai atau di evaluasi oleh 3 testor untuk mendapatkan objektifitas dengan menggunakan instrument yang telah dipersiapkan.

d. Refleksi :

Kesimpulan dari hasil pembelajaran penjaskes senam lantai pada gerak dasar lemparan melayang didiskusikan kolaborasi dicapai oleh siswa melalui refleksi dan hasil siklus ke-2 telah mencapai ketuntasan 80 % hasil pembelajaran dengan demikian maka penelitian ini dapat dihentikan pada siklus ke-2.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen adalah alat yang digunakan untuk mengukur peaksanaan PTK (Penelitian Tindakan Kelas) di setiap siklusnya, menurut Freir and Cuning Ham menurut Muhajir

dalam Surisman (1997 : 58). Alat untuk mengukur instrumen dalam PTK ( Penelitian Tindakan Kelas ) dikatakan valid bila tindakan itu memegang aplikatif dan dapat berfungsi untuk memecahkan masalah yang di hadapi. Dari pendapat di atas untuk

instrumen tidak perlu lagi di uji coba dan di hitung validitas dan reliabelitasnya. Tabel 1. Instrumen Penilaian Lemparan Melayang Dalam Bola Tangan

Nama :

Kelas :

Materi Pelajaran :

NO DESKRIPTOR PENILAIAN SKOR

(41)

8

1 Persiapan:

1. Berdiri siap normal labil kedua kaki dibuka selebar bahu. 2. Pada saat memegang bola dengan kedua tangan.

3. Bola dipindahkan ketangan yang terkuat untuk melakukan lemparan.

2 Pelaksanaan

4. Lakukan dengan awalan sebanyak tiga langkah, Atur irama langkah.

5. Pada langkah ketiga lompat ke depan atas.

6. Ayun lengan yang memegang bola jauh kebelakang

7. Lemparkan bola pada saat posisi tertinggi pada saat melayang. 8. Mendarat dengan kedua kaki.

9. Sikut kedua kaki ditekuk ngeper untuk menjaga kesimbangan.

3 Sikap Akhir

10. Setelah mendarat kembali dalam keadaan siap labil. **) di Adopsi dari Surisman (Buku Permainan Bola Tangan2010 : 27.)

F.Teknik Analisis Data

Setelah data dikumpulkan melalui tindakan setiap siklusnya, selanjutnya data di analisis melalui perhitungan kuantitatif menggunakan rumus sebagai berikut :

P = 100 % (Subagio 1991 : 107 dalam Surisman 1997)

Keterangan :

P : Prosentase keberhasilan.

f :Jumlah gerakan yang dilakukan dengan benar. n : Jumlah siswa yang mengikuti tes.

(42)

9

Tabel 2. Penetapan KKM

Aspek yang dianalisis Kriteria dan skala penilaian Kompleksitas Tinggi

Tabel 3. Poin/Skor pada Setiap Kriteria yang Ditetapkan

Aspek yang dianalisis Kriteria Pensekoran

Kompleksitas Tinggi

Jika indikator memiliki Kriteria Kompleksitas tinggi, daya dukung tinggi, dan intakepeserta didik sedang, maka nilai KKM-nya adalah ;

1 + 3 + 2

9 100 = 66,7 67

Selanjutnya berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) maka siswa yang dikatakan tuntas apabila :

1. Ketuntasan belajar telah mencapai nilai ≥ 67 atau persentase ketercapaian 67 % secara perorangan.

2. Ketuntasan belajar klasikal dicapai bila kelas tersebut telah terdapat 85 %

siswa yang telah mendapat nilai ≥ 67( Pendidikan dan Latihan Profesi Guru 79).

Dalam penelitian ini dikatakan terjadinya peningkatan hasil belajar siswa, jika jumlah

siswa yang tuntas belajar pada siklus pertama lebih sedikit dari pada sesudah siklus kedua dari jumlah siswa yang tuntas belajar pada tindakan siklus dan seterusnya, atau

(43)
(44)

IV. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh penulis, maka dapat disimpulkan :

1. Dengan menggunakan modifikasi alat pembelajaran berupa bola plastik dapat

meningkatkan hasil belajar keterampilan gerak dasar lemparan melayang (The flying

shot)pada siswa kelas VII B di SMP PGRI 1 Talang Padang Kabupaten Tanggamus

Tahun Pelajaran 2012/2013.

2. Dengan menggunakan modifikasi alat pembelajaran berupa bola plastik yang di isi busa

dapat meningkatkan hasil belajar keterampilan gerak dasar lemparan melayang (The

flying shot)pada siswa kelas VII B di SMP PGRI 1 Talang Padang Kabupaten

Tanggamus Tahun Pelajaran 2012/2013.

B. Saran

Berdasarkan manfaat penelitian ini, maka dapat diajukan saran sebagai berikut :

1. Bagi Peneliti

Sebaiknya peneliti dapat menjadikan hasil penelitian ini sebagai literatur untuk

mengetahui salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan keterampilan

gerak dasar lemparan melayang (The flying shot).

(45)

Ada baiknya jika hasil penelitian ini dijadikan sebagai bahan pembelajar- an bagi

siswa untuk meningkatkan hasil pembelajaran keterampilan gerak dasarlemparan

melayang (The flying shot).

3. Sekolah

Sebaiknya penelitian ini dijadikan sebagai bahan referensi bagi pembina sekolah

mengenai penggunaan bola plastik dan bola plastik yang di isi busa sebagai modifikasi

bola pada pembelajaran gerak dasar lemparan melayang (The flying shot).

4. Bagi Program Studi Penjaskes FKIP Unila.

Ada baiknya jika hasil penelitian ini dijadikan sebagai gambaran pengem- bangan

materi bolatangan khususnya pada keterampilan gerak dasar lemparan melayang (The

flying shot).

(46)

PENINGKATANGERAKDASARLEMPARANMELAYANGDALAMBERMAIN BOLATANGANMELALUI MODIFIKASIALAT DIKELASVIIB

SMPPGRI1TALANGPADANG TAHUNPELAJARAN2012/2013

(SKRIPSI)

SYAHRIL

1013126033

PENDIDIKAN JASMANI DAN KESEHATAN

FAKULTAS

(47)

PENINGKATAN GERAK DASAR LEMPARAN MELAYANG DALAM

BERMAIN BOLA TANGAN MELALUI MODIFIKASI ALAT DI KELAS VII B SMP PGRI 1TALANG PADANG

TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Oleh

SYAHRIL

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Progm Studi Penjaskes Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(48)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. BermainBolatangan... 31

2. LemparanMelayang (flying shot ) ... 33

(49)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian;Suatu Pendekatan Praktek Edisi Revisi. PT Rineka Cipta. Jakarta.

Departemen Pendidikan Nasional. 2003 Tes Kebugaran Jasmani Untuk anak Usia Umur 13-15 Tahun. Pusat Pengembangan Kualitas Jasmani. Jakarta.

Don R. Krikindal; Joseph j, Gruber; Robert E. Jonshon Wm. C Brown Company Publiser, Dubuque, Lowa, 1980.Measurement and Evaluation for Physical Educators.

Lutan, Rusli, dkk. 2002. Pendidikan Kebugaran Jasmani: Orientasi Pembinaan Di Sepanjang Hayat. Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah Dirjen OR. Jakarta

Mc. Clenaghan, Pate Rotella, diterjemahkan Kasiyo Dwijowinoto. 1993. Dasar-Dasar Ilmiah Kepelatihan. IKIP Semarang Press. Semarang.

Nasution.2008 asas-asas kurikulum.PT Bumi Aksara. Jakarta.

Nurhasan. 2000. Tes dan Pengukuran Pendidikan Olahraga. Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Universitas Pendidikan Indenesia. Bandung.

Pusat Pengembangan Kualitas Jasmani. 2000. Buku Pedoman dan Modul Pelatihan Kesehatan Olahraga. Depdiknas. Jakarta.

Sitepu.Akor.2011. Permainan BolaTangan. Unila

Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Penerbit Tarsito. Bandung. Sugiyono. 2008. Statistika untuk Penelitian. CV Alfabeta. Bandung.

Suharjana. 2004. Kebugaran Jasmani. FIK UNY. Yogyakarta.

Sukardi. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya. PT Bumi Aksara. Jakarta.

Surisman. 2010. Permainan BolaTangan. Unila.

_______. 2010. PenilaiPendidikanJasmani. Unila

(50)

Universitas Lampung. 2007. Format Penulisan Karya Ilmiah. Bandar Lampung.

(51)

DAFTAR ISI

C. Prinsip-Prinsip Belajar ... 17

D. Metode Sebagai Strategi Pembelajaran ... 20

E. Keterampilan Gerak Dasar ... 21

F. Belajar Motorik ... 22

G. Media Sebagai Alat Bantu ... 23

H. Modifikasi Alat Pembelajaran ... 24

I. Permainan Bolatangani ... 26

J. Gerak Dasar Lemparan Melayang ... 32

K. Kerangka Berpikir ... 34

L. Hipotesis ... 35

III.METODOLOGI PENELITIAN ... 36

(52)

1. Analisis Hasil PTK Pembelajaran Gerak Dasar Lemparan Melayang

... 46

2. Deskripsi Daya Serap PembelajaranGerak Dasar Lemparan Melayang ... 49

B. Pembahasan... 53

C. Refleksi Hasil Penelitian Gerak Dasar Lemparan Melayang ... 55

V. SIMPULAN DAN SARAN ... 57

D. Simpulan ... 57

E. Saran ... 57

DAFTAR PUSTAKA ... 59

(53)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Instrumen Penilaian Gerak Dasar Lemparan Melayang ... 43

2. Penetapan KKM ... 44

3. Skor Pada Setiap Kriteria yang Ditetapkan ... 44

4. Deskripsi Hasil PTK Gerak Dasar Lemparan Melayang ... 47

(54)

A. Judul Skripsi : PeningkatanGerakDasarLemparanMelayangDalam Bola TanganDenganModifikasialat di Kelas VII B

SMP PGRI 1 TalangPadangTahunPelajaran 2012/2013”.

Nama Mahasiswa : SYAHRIL

Nomor Pokok Mahasiswa : 1013126033

Program Studi : Pendidikan Jasmani dan Kesehatan

Jurusan : Ilmu Pendidikan

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI

Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Pembimbing

(55)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Drs. Surisman, M.Pd. …………...

Penguji

Bukan Pembimbing :Drs. Akor Sitepu, M.Pd. …………...

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr.Hi. Bujang Rahman, M.S NIP 19600315 198503 1 003

(56)
(57)

MOTTO

Allah memberikanhikmahkepadasiapa yang

menghendakiNyadanbarangsiapa yang diberikanhikmah,

sesungguhnyatelahdiberikebajikan yang banyak, dantakada yang dapat

mengambilpelajaran, kecuali orang-orang yang berakal

( Al-Baqarah : 269 )

“Belajar di waktukecilibarat/sepertimenulis di atasbatu,

belajarsetelahdewasaibarat/sepertiMenulis di atas air”

(58)
(59)

PERNYATAAN

Bahwa saya yang bertandatangan di bawah ini :

Nama : SYAHRILNPM : 1013126033

Tempat tanggal lahir : Tiuhmemon, 4 Juni 1964

Alamat : Kotaraja RT 001, RW 03 KecamatanTalang Padang.

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi dengan judul

PeningkatanGerakDasarLemparanMelayangDalamBola TanganDenganModifikasialat di Kelas

VIISMP PGRI 1 Talang PadangTahun Pelajaran 2012/2013”. adalah benar hasil karya penulis,

bukan menjiplak/plagiat hasil karya orang lain.

Demikian pernyataan ini penulis buat dengan sebenarnya. Atas perhatiannya saya ucapkan

terimakasih.

Bandar Lampung, Nopember2012

(60)

PERSEMBAHAN

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan

anugerah dan hidayah yang begitu banyak kepada penulis sehingga penulis dapat

mempersembahkan karya terbaikku kepada kedua orang tuaku, Ibunda Si’ah,

Ayahda M. Jais ( Alm), dan Kakak dan adik-adiku yang telah memberikan

dukungan dan motivasi agar penulis berhasil mencapai cita-cita dan menjadi yang

terbaik.

Yang tercinta dan tersayang yang selalu setia mendampingiku dalam suka

dan duka dalam keseharian dalam segenap kehidupan dalam suka dan duka yang

tak henti-hentinya memberikan dorongan dan dukungan Mailiantina, S.Pd. dan

anak-anakku M Hanif Tasyah, Alini Mudhia Tasyah, dan Najjini Mudhia

Tasyah,.

(61)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dengan nama Syahril dilahirkan di Tiuhmemon, 4 Juni

1964 KecamatanPugung. Anak kelima dari sembilan bersaudara

pasangan Bapak M. Jais dan Ibu Si’ah.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis adalah Sekolah Dasar di SDN 1

TiuhmemonPagelarantamat tahun 1977, kemudian menempuh pendidikan Sekolah Menengah

Pertama Negeri Patoman Pagelaran tamat pada tahun 1981 dan melanjutkan Sekolah Menengah

Atas Negeri 1 Kota Agung tamat tahun 1984. Kuliah PGSMTP Bandar Lampung tamat tahun

1987. Penulis bertugas sebagai Guru Olahraga di SMP PGRI 1 Talang Padangtahun 1990.

Pada tahun 2010 penulis menjadi mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Lampung pada Program Studi Pendidikan Jasmani dan Kesehatan program Dalam

(62)

SANWACANA

Asalamualaikum. Wr. Wb

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, hingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Sholawat dan Salam semoga selalu tercurah kepada baginda Rasulullah SAW yang mulia.

Skripsi dengan judul “PeningkatanGerakDasarLemparanMelayangDalam Bola

TanganDenganModifikasialat di Kelas VII SMP PGRI 1 Talang Padang Tahun Pelajaran 2012/2013.adalah dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk pencapaian gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr.Hi. Bujang Rahman, M.S selaku Dekan FKIP Universitas Lampung.

2. Bapak Drs. Baharudin Rizak, M.Pd selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan, dan PLT Prodi Penjaskes, serta segenap dosen FKIP Universitas Lampung.

3. Bapak Drs. Surisman, S. Pd. M.Pd selaku Pembimbing dan Pembimbing Akademik yang

telah memberikan bimbingan, pengarahan dan motivasi serta kepercayaan kepada penulis. 4. Bapak Drs.Akor Sitepu, M.Pd. selaku penguji utama.

5. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Penjaskes FKIP Unila yang telah memberikan ilmu

pengetahuan dan keteladanan selama penulis menjalani studi.

6. Kepala SMP PGRI 1 Talang Padang yang telah memberikan izin untuk melaksanakan

penelitian.

7. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu penyelesaian tugas akhir ini.

Akhir kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amiin.Wasalamualaikum Wr. Wb.

Bandar Lampung, Oktober 2012 Penulis,

(63)

Gambar

Gambar 1. Bermain Bolatangan
Gambar 2. Lemparan Melayang (flying shot )
Tabel 3. Poin/Skor pada Setiap Kriteria yang Ditetapkan

Referensi

Dokumen terkait

Indonesia yang baik dan benar digunakan dalam penulisan beberapa bagian dari mind map SIkap: Mind map dibuat dengan mandiri, cermat dan teliti, sesuai dengan tenggat

PUSAT PEMBERDAYAAN KAUM DIFABEL DI BANTUL (REDESAIN YAYASAN PENYANDANG CACAT MANDIRI).. DENGAN PENDEKATAN ERGONOMIC

Berdasarkan hasil penelitian dengan tolok ukur indeks vigor, daya berkecambah, potensi tumbuh maksimum, kecepatan tumbuh, dan keserempakan tumbuh benih kecipir pada

Penelitian yang dilakukan oleh Salamina, Program studi komunikasi Islam dengan judul “ Komunikasi Politik Gerakan Aceh Merdeka dalam Membangun Ideologi Masyarakat di Kabupaten Aceh

Namun dalam pelaksanaan Kurikulum 2013 ini ditemukan adanya problematika yang dihadapi oleh guru yaitu pada penilaian autentik itu sendiri, dalam penilaian autentik ini

Penulis menyarankan agar dalam pemberitaannya MBM Tempo memberikan ruang yang lebih besar untuk gagasan pelengkap, yaitu wacana mengenai tarling klasik,

Penelitian yang bertujuan untuk, (1) mengevaluasi perbedaan penggunaan mulsa jerami dan pola tanam tumpangsari terhadap pertumbuhan gulma, (2) mengetahui penggunaan mulsa jerami

Daya dukung kawasan untuk kegiatan wisata berkemah di Wana Wisata dan Rest Area Urug sebesar 525 orang per hari, dengan daya dukung sebesar 656 orang, koefesien rotasi 1 dan