• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS DATA MICROSEISMIC MENGGUNAKAN MATLAB2010 UNTUK PENENTUAN KEBERADAAN HIDROKARBON DI LAPANGAN “LCY” CEKUNGAN OMBILIN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS DATA MICROSEISMIC MENGGUNAKAN MATLAB2010 UNTUK PENENTUAN KEBERADAAN HIDROKARBON DI LAPANGAN “LCY” CEKUNGAN OMBILIN"

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS DATA MICROSEISMIC MENGGUNAKAN MATLAB2010 UNTUK PENENTUAN KEBERADAAN HIDROKARBON DI LAPANGAN

“LCY” CEKUNGAN OMBILIN

(Skripsi)

Oleh Lucy Winda Sari

JURUSAN TEKNIK GEOFISIKA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

ANALISIS DATA MICROSEISMIC MENGGUNAKAN MATLAB2010 UNTUK PENENTUAN KEBERADAAN HIDROKARBON DI LAPANGAN

“LCY” CEKUNGAN OMBILIN

Oleh

LUCY WINDA SARI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA TEKNIK

Pada

Jurusan Teknik Geofisika Fakultas Teknik Universitas Lampung

JURUSAN TEKNIK GEOFISIKA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG

(3)

Judul Skripsi : ANALISIS DATA MICROSEISMIC

MENGGUNAKAN MATLAB2010 UNTUK PENENTUAN KEBERADAAN

HIDROKARBON DI LAPANGAN “LCY” CEKUNGAN OMBILIN

Nama Mahasiswa : Lucy Winda Sari Nomor Pokok Mahasiswa : 0815051006 Program Studi : Teknik Geofisika

Fakultas : Teknik

MENYETUJUI

1. Komisi Pembimbing

Dr. Muh Sarkowi, S.Si., M.Si NIP 19711210 199702 100 1

Prof. Drs. Suharno, M.Si., M.Sc., PhD NIP 19620717 198703 1 002

2. Ketua Jurusan

(4)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Dr. Muh Sarkowi, S.Si., M.Si ...………...

Sekretaris : Prof. Drs. Suharno, M.Si., M.Sc., PhD ...………….

Penguji

Bukan Pembimbing : Bagus Sapto M, S.Si., M.T ...………….

2. Dekan Fakultas Teknik

Dr. Ir. Lusmeilia Afriani, D. E. A. NIP 19650510 199303 2 008

(5)

RIWAYAT HIDUP

(6)
(7)

ANALISIS DATA MICROSEISMIC MENGGUNAKAN MATLAB2010 UNTUK PENENTUAN KEBERADAAN HIDROKARBON DI LAPANGAN

“LCY” CEKUNGAN OMBILIN

LUCY WINDA SARI ABSTRAK

Penelitian passive seismic pada lapangan hidrokarbon menunjukkan munculnya anomali spektral pada range 2-6 Hz. Pada penelitian ini telah dilakukan pengukuran passive seismic pada lapangan “LCY” cekungan Ombilin daerah Sumatera Barat dengan tujuan untuk menganalisis dan mengidentifikasi keberadaan hidrokarbon di daerah tersebut sebagai kalibrasi yang digunakan pada pengukuran passive seismic dilakukan juga pengukuran pada dua buah sumur yaitu sumur “LCY-1 dan LCY-2”. Pada pengukuran sumur LCY-1 diperoleh hasil bahwa munculnya frekuensi range yang berkisar 5 Hz yang menandakan bahwa pada sumur, cadangan hidrokarbon berupa dominan gas dan pada sumur LCY-2 juga muncul anomali yang mendekati 5 Hz yang menandakan pada sumur tersebut adanya anomali hidrokarbon yang berupa gas pula. Sedangkan masalah yang dibatasi pada penelitian ini adalah data yang digunakan berupa data passive seismic sekunder yang dilakukan dengan proses menggunakan software Matlab 2010 dan pembuatan peta persebaran nilai spektrum anomali maksimum menggunakan softwaresurfer 10.

Pada tahap akuisisi, dilakukan pengukuran dan perekaman sebanyak 13 titik, yang terdiri dari 2 titik eksperimen yang diukur selama 24 jam, 9 titik pioneer yang diukur selama 3 jam dan 2 sumur eksplorasi yang diukur selama 3 jam. Berdasarkan spektrum anomali maksimum yang muncul pada titik pengukuran menunjukkan bahwa nilai spektrum anomali maksimum bagian Selatan memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan dibagian Utara. Hal ini mengindikasikan potensi hidrokarbon di bagian Selatan cenderung lebih besar dibandingkan di bagian Utara. Sehingga dapat disimpulkan bahwa arah migrasi hidrokarbon pada lapangan ini dari NW – SE dan pola ini mendukung struktur petroleum system yang ada di daerah tersebut.

(8)

ANALYSIS MICROSEISMIC DATA USING MATLAB2010 FOR DETERMINING THE PRESENCE OF HYDROCARBONS IN THE FIELD

"LCY" OMBILIN BASIN

LUCY WINDA SARI

ABSTRACT

Passive seismic studies in the hydrocarbon field, shows the emergence of spectral anomalies in the range of 2-6 Hz. In this research, passive seismic measurements have been made on the "LCY" field Ombilin basin West Sumatra in order to analyze and identify the presence of hydrocarbons in the area as used in the calibration measurements also passive seismic measurements performed on two wells are wells "LCY-1 and LCY-2 ". At LCY-1 wells measurement result that the emergence of a range of frequencies ranging from 5 Hz to indicate that the wells, the dominant hydrocarbon reserves in the form of gas and the well LCY-2 also appears anomalous that approximately 5 Hz indicating the presence of anomalies at the well in the form of hydrocarbons gas well. While the problem is limited to this study is that the data used in the form of secondary passive seismic data performed by using the software Matlab 2010 and mapping the spread of the maximum value of the spectrum of anomalies using software surfer 10.

In the acquisition phase, measurement and recording as many as 13 points, consisting of two experimental points measured over 24 hours, 9 points measured pioneer for 3 hours and 2 exploration wells were measured for 3 hours. Based on the maximum spectrum of anomalies that arise at the point of measurement shows that the maximum value of the spectrum of the southern anomaly has a higher value than the northern. This indicates potential for hydrocarbons in the South tend to be higher than in the North. It can be concluded that the direction of migration of hydrocarbons in this field from the NW - SE and this pattern supports the existing structure of the petroleum system in the area.

(9)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah dilakukan orang lain, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini sebagaimana disebutkan dalam daftar pustaka, selain itu saya menyatakan pula bahwa skripsi ini dibuat oleh saya sendiri.

Apabila pernyataan saya ini tidak benar maka saya bersedia dikenai sanksi sesuai dengan hukum yang berlaku.

Bandar Lampung, Januari 2013

(10)

D engan segala kerendahan hati, karya kecil ini kupersembahkan untuk :

ALLAH SWT

Ibu , Ibu , Ibu d a n Ba pa k ter ci n ta , a ta s sega l a k a si h sa ya n g, d o’a

d a n pen gor ba n a n ya n g ti d a k d a pa t d i l u k i sk a n d en ga n k a

ta-k a ta , sem oga A l l a h SWT sel a l u m em ber i ta-k a n ta-k em u l i a a n d i d u n i a

d a n a k h i r a t…

A d i k - a d i k k u ya n g k u sa ya n gi , D i m a s d an In d r a , ya n g sel a l u

m em ber i k a n do’a d a n sem a n ga tn ya.

Kel u a r ga besa r k u , a ta s sem u a m oti va si d a n d o’a ya n g d i ber i k a n .

Seseor a n g l a k i - l a k i sh ol eh ya n g sel a l u m en d u k u n g, m em oti va si ,

d a n sel a l u sa ba r m em ba n tu h i n gga ter sel esa i k a n n ya k a r ya i n i .

Tem a n - tem a n seper ju a n ga n Geofi si k a ‘0 8

(11)

SANWACANA

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Segala puji dan syukur saya haturkan kehadirat ALLAH SWT yang telah melimpahkan nikmat, hidayah dan karunia-NYA, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini.

Skripsi Yang Berjudul “Analisis Data Microseismic Menggunakan Matlab2010 Untuk Penentuan Keberadaan Hidrokarbon Di Lapangan “LCY” Cekungan Ombilin”. Skripsi ini merupakan bagian dari kurikulum dan salah satu syarat bagi penulis untuk menyelesaikan studi di Jurusan Teknik Geofisika, Fakultas Teknik Universitas Lampung.

Banyak pihak yang telah berperan serta membantu penulis dalam menyelesaikan Skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Ir. Lusmeilia Afriani, D.E.A selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Lampung.

2. Bagus Sapto Mulyatno, MT selaku Ketua Jurusan dan Penguji di Jurusan Teknik Geofisika Universitas Lampung.

(12)

5. Keluarga tercinta, Papa dan Mama, serta kedua adikku Dimas dan Indra yang selalu memberikan dorongan dan semangat serta kepercayaan dan harapan yang diberikan.

6. Rahmat C Wibowo yang selalu memberi saran, dukungan, dan semangat selama melaksanakan Tugas Akhir.

7. Teman Seperjuanganku Akroma, Bella dan Alfian terimakasih atas segala bantuan dan motivasinya dari pertama kali menjadi mahasiswa hingga pelaksanaan Skripsi dan Teman-teman kampus-ku Geofisika ’08 kebersamaannya selama ini.

8. Berbagai pihak yang telah ikut berjasa dalam penyusunan Skripsi ini, saya mengucapkan terimakasih.

Akhir kata, Penulis menyadari bahwa Skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Kesempurnaan hanyalah milik-Nya. Menyadari keterbatasan dan kekurangan yang ada, penulis sangat menerima masukkan yang berupa kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan karya ilmiah ini dan semoga Skripsi dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Bandar lampung, Januari 2013

Penulis,

(13)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Alhamdulillah, puji syukur bagi ALLAH SWT yang telah memberikan nikmat, karunia dan pelindungan-Nya sehinngga penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul “Analisis Data Microseismic Menggunakan Matlab2010 Untuk Penentuan Keberadaan Hidrokarbon Di Lapangan “LCY” Cekungan Ombilin” sebagai salah satu bagian dari kurikulum dan salah satu syarat bagi penulis untuk menyelesaikan studi pada Jurusan Teknik Geofisika Fakultas Teknik Universitas Lampung. Pada akhirnya penulis menyadari masih banyak ketidaksempurnaan dan banyak kelemahan dalam laporan ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar lebih memperbaiki dan menyempurnakan Skripsi berikutnya. Semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Bandar lampung, Januari 2013

Penulis,

(14)

xv 3.1 Pengertian Gelombang Seismik ... 15

3.2 Microseismic ... 16

3.3 Penyebab munculnya anomaly pada rentang 2-4 Hz ... 19

3.4 Mekanisme Fisika Batuan Pada Sub Domain 10Hz ... 21

3.5 Tranformasi Fourier ... 24

(15)

xvi

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian ... 34

5.2 Analisis Dan Interpretasi Data ... 61

5.2.1 Perbandingan Sampling Rate Perekaman Data ... 61

5.3 Analisa Spektrum Anomali ... 63

5.3.1 Spektrum Anomali pada Sumur LCY-1 dan LCY-2 ... 63

5.3.2Spektrum Anomali pada stasiun RCW ... 64

5.4 Hubungan Spektrum Anomali dan Geologi daerah Sijunjung .... 70

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 72

6.2 Saran ... 73 DAFTAR PUSTAKA

(16)

xviii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Peta Blok South West Bukit Barisan ... 4

Gambar 2.2 Elemen Struktur Paleogen dan Neogen Cekungan Sumatera Tengah ... 5

Gambar 2.3 Lokasi Blok South West Bukit Barisan pada Patahan Sumatera . 6 Gambar 2.4 Peta Geologi Cekungan Ombilin ... 7

Gambar 2.5 Kolom Stratigrafi dan Petroleum Sistem South West Bukit Barisan ... 9

Gambar 3.1 Spektrum vertikal dari gelombang seismik pasif dengan range frekuensi antara 1sampai 7 Hz. Gambar A diukur di atas reservoar gas dan Gambar B di luar reservoar hidrokarbon. Kedua titik ini berada di area Burgos Basin, barat laut meksiko ... 18

Gambar 3.2 Merupakan rasio V/H dengan range frekuensi 1 sampai 7 Hz dengan titik dan lokasi yang sama dengan gambar III.5. Garis merah menandakan nilai V/H = 1 ... 18

Gambar 3.3 Seismic background noise spectrum ... 19

Gambar 3.4 Spektrum amplitude untuk model pori-pori berupa bola. Warna menunjukkan ketinggian fluida di dalam pori-pori dan dinyatakan dalam % ... 21

Gambar 3.5 Tiga mekanisme dari karakteristik spectrum ... 22

Gambar 3.6 Prinsip Transformasi Fourier ... 24

Gambar 3.7 Untuk mendefinisikan s(t) di domain frekuensi diperlukan A(f) dan Φ(f) ... 25

Gambar 3.8 Komponen Sistem Petroleum ... 26

Gambar 3.9 Perangkap Struktural ... 28

Gambar 3.10 Perangkap Stratigrafi ... 28

Gambar 3.11 Klasifikasi trap (perangkap) 29

Gambar 4.5 Diagram Alir Penelitian ... 33

Gambar 5.1 Raw Data pengukuran pada stasiun RCW1_1 Jam 00:00 -05:00 dan spektrum anomali stasiun rcw1_1, diproses menggunakan Software MATLAB2010 ... 34

Gambar 5.2 Raw data pengukuran pada stasiun RCW1_2 Jam 05:00 – 10:00 dan spektrum anomali stasiun RCW1_2, diproses menggunakan Software MATLAB2010 ... 35

Gambar 5.3 Raw Data pengukuran pada stasiun RCW1_3 Jam 10:00 – 15:00 dan diproses menggunakan Software MATLAB2010 ... 37

(17)

xix

Gambar 5.7 Raw Data pengukuran pada stasiun RCW2_1 dengan sampling rate 100Hz dan diproses menggunakan Software MATLAB2010 ... 42 Gambar 5.8 Raw Data pengukuran pada stasiun RCW2_2 dengan sampling rate 100Hz dan diproses menggunakan Software MATLAB2010... 44 Gambar 5.9 Raw Data pengukuran pada stasiun RCW2_3 dengan sampling rate 100Hz dan diproses menggunakan Software MATLAB2010... 45 Gambar 5.10 Raw Data pengukuran pada stasiun RCW3 dengan sampling rate 100 Hz dan Spektrum Anomali stasiun RCW3, diproses

menggunakan Software MATLAB2010... 46 Gambar 5.11 Raw Data pengukuran pada stasiun rcw4 dengan sampling rate 100 Hz dan Spektrum Anomali stasiun rcw4, diproses

menggunakan Software MATLAB201 ... 48 Gambar 5.12 Raw Data pengukuran pada stasiun RCW5 dengan sampling rate 100Hz dan Spektrum Anomali stasiun RCW5, diproses

menggunakan Software MATLAB2010 ... 49 Gambar 5.13 Raw Data pengukuran pada stasiun RCW6 dengan sampling rate 100 Hz dan Spektrum Anomali stasiun RCW6, diproses

menggunakan Software MATLAB2010... 51 Gambar 5.14 Raw Data pengukuran pada stasiun RCW7 dengan sampling rate 100 Hz dan Spektrum Anomali stasiun RCW7, diproses

menggunakan Software MATLAB2010 ... 52 Gambar 5.15 Raw Data pengukuran pada stasiun RCW8 dengan sampling rate 100 Hz dan Spektrum Anomali stasiun RCW8, diproses

menggunakan Software MATLAB2010... 53 Gambar 5.16 Raw Data pengukuran pada stasiun RCW9 dengan sampling rate 100 Hz dan Spektrum Anomali stasiun RCW9, diproses

menggunakan Software MATLAB2010... 55 Gambar 5.17 Raw Data pengukuran pada stasiun RCW10 dengan sampling rate 100 Hz dan Spektrum Anomali stasiun RCW10, diproses

menggunakan Software MATLAB2010... 56 Gambar 5.18 Raw Data pengukuran pada stasiun RCW11 dengan sampling rate 100 Hz dan Spektrum Anomali stasiun RCW11, diproses

menggunakan Software MATLAB2010... 57 Gambar 5.19 Raw Data pengukuran pada Sumur LCY1 dengan sampling rate 100 Hz dan Spektrum Anomali Sumur LCY1, diproses

menggunakan Software MATLAB2010... 59 Gambar 5.20 Raw Data pengukuran pada Sumur LCY_2 dengan sampling rate 100 Hz dan Spektrum Anomali Sumur LCY_2, diproses

menggunakan Software MATLAB2010... 60 Gambar 5.21 Rekaman Passive Seismic dengan sampling rate

50 Hz dan 100 Hz... 62 Gambar 5.22 Raw Data Rekaman Passive Seismic dengan sampling

rate 50 Hz dan Kandungan Frekuensinya... 62 Gambar 5.23 Raw Data Rekaman Passive Seismic dengan sampling

(18)

xx

pada frekuensi 2 - 6 Hz... 66 Gambar 5.27 Peta Spektrum anomali rata-rata pada frekuensi 2 – 6 Hz... 67 Gambar 5.29 Histogram Spektrum anomali Rata-rata

pada frekuensi 2 – 6 Hz... 68 Gambar 5.30 Peta magnitude spektrum microseismik frekuensi 2 – 6 Hz... 69 Gambar 5.31 Spektrum anomali mikroseismik frekuensi 2 – 6 Hz dan

(19)

vi

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Tabel Jadwal Penelitian... 30 Tabel 4.2 Titik Pengukuran Passive Seismic ... 32 Tabel 5.1 Spektrum anomali maksimum dan nilai spektrum anomali

(20)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Survei passive seismic untuk keperluan eksplorasi hidrokarbon merupakan hal baru di Indonesia dan merupakan metode baru sebagai pengembangan dari teknologi instrumentasi yang semula ditujukan untuk keperluan militer, yaitu pengembangan ultra high sensitivity broadband seismometer yang dipergunakan dalam mendeteksi sinyal akustik sangat lemah (micro-acoustic) yang mempunyai frekuensi sangat rendah (infrasonik). Survei mikroseismik (passive seismic) ini pada umumnya dilakukan untuk berbagai aplikasi, seperti dalam pemantauan aktivitas gunungapi, dalam eksplorasi geothermal, dalam penelitian mikrozonasi, penelitian geofisika lingkungan, aplikasi dalam geoteknik, dan masih banyak lagi.

(21)

2008). Berdasarkan penemuan tersebut, maka dikembangkan suatu teknologi untuk mendeteksi hidrokarbon secara langsung yang dapat digunakan baik dalam eksplorasi, pengembangan lapangan, maupun dalam pemantauan (monitoring)

lapangan hidrokarbon.

1.2 Maksud dan Tujuan Penelitian

Adapun maksud dilakukannya penelitian ini adalah untuk melakukan pemetaan penyebaran reservoar pada daerah penelitian.

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Menganalisis dan mengidentifikasi keberadaan hidrokarbon pada area

South West Bukit Barisan Blok Sijunjung Sumatera Barat melalui survei

passive seismic.

2. Menentukan pola penyebaran hidrokarbon pada area South West Bukit Barisan Blok Sijunjung Sumatera Barat yang diperoleh dari proses penentuan spektrum anomali densitas frekuensi.

1.3 Batasan Masalah

(22)

E. Manfaat Penelitian

(23)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Geologi Regional Daerah Sumatera Barat

South West Bukit Barisan merupakan nama blok konsesi minyak dan gas bumi yang terletak di daerah onshore di bagian tengah Sumatera Barat. Blok tersebut sebelumnya bernama Blok Singkarak pada saat dikelola oleh PT. CPI dan Apache Oil Sumatera Inc. Secara administratif blok tersebut masuk ke dalam wilayah empat kabupaten yaitu Kabupaten Tanah Datar, Sijunjung, Solok dan Lima Puluh Kota dan dua kotamadya yaitu Kotamadya Sawah Lunto dan Kota Solok. Daerah ini merupakan daerah terbuka dengan luas sekitar 3.895 kilometer persegi (Koning, 1985) (Gambar 2.1).

(24)

2.1.1 Struktur Ombilin

Berdasarkan data geologi yang ada saat ini, Cekungan Ombilin dinyatakan sebagai suatu graben yang terbentuk akibat struktur pull-apart yang dihasilkan pada waktu Tertier Awal, yang diikuti dengan tektonik tensional sehubungan dengan pergerakan strike-slip sepanjang zona Patahan Besar Sumatera. Berikutnya terjadi erosi dan patahan, sehingga menghalangi rekonstruksi dari konfigurasi Cekungan Ombilin yang sebenarnya (Gambar 2.2).

(25)

Cekungan Ombilin pada awalnya lebih luas dari batas-batas tepi cekungan yang ada saat ini. Walaupun begitu, erosi pasca pengendapan telah menghilangkan batas dari cekungan awal. Sesar Tanjung Ampolo telah membelah Cekungan Ombilin dalam ukuran besar dan secara struktural memisahkan cekungan tersebut menjadi dua bagian. Bagian Timur adalah bagian yang turun, sementara bagian barat adalah bagian yang berada di atas, sehingga memperlihatkan bagian lapisan yang di bawahnya ((Koesoemadinata dan Matasak, 1981) (Gambar 2.3).

Gambar 2.3 Lokasi Blok South West Bukit Barisan pada Patahan Sumatera (Koesoemadinata dan Matasak, 1981)

(26)

Gambar 2.4 Peta Geologi Cekungan Ombilin (dimodifikasi dari Koesoemadinata dan Matasak, 1981)

(27)

Patahan Tanjung Ampalo diyakini sebagai tingkat kedua dari dextral wrench yang dihubungkan dengan Zona Patahan Besar Sumatera. Patahan terbelah di bagian selatan dengan satu bagian mengarah selatan dari cekungan ke dataran tinggi Pre-tertiary dan bagian yang lain sejajar dengan batas cekungan barat. Batas timur cekungan tersebut ditandai dengan patahan menonjol Takung dimana batuan Pre-tertiary terendapkan di atas endapan Tertiary.

Pembentukan pegunungan pada kala miosen tengah telah mengangkat bagian tenggara dari cekungan tersebut dan batuan Formasi Tertiary yang muncul dari erosi berikutnya membentuk tepian selatan dan barat laut dari cekungan yang ada saat ini. Patahan terbalik telah ditemukan pada cekungan tersebut, semuanya sejajar dan berhubungan dengan Patahan Takung. Patahan yang mengarah ke barat daya ditemukan pada bagian barat laut dari cekungan dan memisahkan endapan Pre-tertiary dan Tertiary (Koesoemadinata dan Matasak, 1981).

2.1.2 Stratigrafi

(28)

Gambar 2.5 Kolom Stratigrafi Cekungan Ombilin pada Sumur LCY-1 (Koning, 1985)

1. Formasi Pre-Tertiary basement ( Paleozoic-Mesozoic)

(29)

2. Formasi Sangkarewang (Eocene)

Formasi Sangkarewang memprensentasikan deposisi dari danau air dalam dengan oksigen rendah. Formasi ini terdiri dari interface calcareous shale abu-abu gelap, tipis, struktur tajam dan sandstone tipis. Formasi ini terbentuk dari endapan di Danau purba Sangkarewang yang diendapi oleh serpihan-serpihan karena proses cuaca dan kegiatan tektonik. Sifat calcareous dari formasi tersebut sebagian disebabkan adanya masukan yang terus-menerus dari serpihan calcareous pre-tertiary.

3. Formasi Sawahlunto (Eocene)

Formasi Sawahlunto tediri dari shale dari zaman Eocene, siltstone, quartz,

sandstone dan batubara (coal) yang ditemui di sebagian besar di wilayah tenggara dari Cekungan Ombilin. Formasi ini juga termasuk coal beds yang ditambang di daerah Sawahlunto. Formasi Sawahlunto meruncing ke arah timur dan selatan dari area Sawahlunto.

4. Formasi Sawahtambang (Oligocene)

Formasi Sawahtambang dan Sawahlunto telah terbukti saling overlay atau seperti saling terkait. Keterkaitan antara dua formasi secara paleontology susah ditentukan, karena ketidakhadiran umur fosil diagenetic di antara kedua formasi. Formasi Sawahtambang terdiri dari konglomerat berumur Oligocene, sandstone

(30)

5. Formasi Ombilin (Early Miocene)

Formasi Ombilin terdiri dari shale abu-abu muda sampai medium, dimana sering

calcareous dan biasanya mangandung limestone, sisa-sisa tumbuhan dan sel-sel moluska. Ketebalan limestone pada Formasi Ombilin terlihat sampai ketebalan 200 ft (60 m). Akan tetapi, ketebalan Formasi Ombilin berkisar antara 146 meter sampai 2740 meter ketebalan sesungguhnya dari formasi ini sukar ditentukan karena adanya erosi pasca endapan.

Dari segi lingkungan pengendapan batuan-batuan sedimen di daerah lain diendapkan dalam lingkungan fasies delta, yaitu mulai dari upper delta plai

hingga delta front, lingkungan fasies transisi hingga paparan laut (marine), yaitu dari delta front hingga middle shelf dan lingkungan fasies laut dalam, yaitu dari

outer shelf hingga bathyal (Koning, 1985).

2.2 Petroleum Sistem

2.2 1 Batuan Induk (Source Rock)

Di Cekungan Ombilin, hidrokarbon terbentuk dan terdorong keluar dari batuan induk masa Eocene dan sedimen Fluvio sampai Lacustrine Syn-rift dalam, terdeposit sepanjang NW-SE sistem tranding graben, dimana mengalami pematangan pada masa Oligocene.

Ada empat tipe batuan induk yang dapat dipertimbangakan dari blok sepanjang wilayah Cekungan Ombilin dari yang tertua sampai yang termuda, yaitu:

1. Lacustrine Shale masa Eocene dari Formasi Sangkarewang

(31)

sebagai potensial batuan induk. Di sumur Sinamar-1, Formasi Sangkarewang ditemukan pada kedalaman 7575 ft sampai kedalaman 9902 ft dengan ketebalan sekitar 1500 ft (460 m). Lapisan ini terdiri dari mudstones dan

siltstones tebal dengan sedikit batubara di bagian bawah. 2. Formasi Sawahlunto Masa Oligocene

Batuan induk lain terlihat di Formasi Sawahlunto. Coal bed di interval ini ada hubungan dengan minyak dengan titik kelimpahan tinggi yang ditest di sumur Sinamar-1. Pada sumur Sinamar-1, Formasi Sawahlunto ditemukan pada kedalaman 7025 - 7575 ft. Lapisan ini mengalami kematangan yang telat, dimana oilprone kerogen terutama akan berbentuk condensat dan gas kering. 3. Formasi Sawah Tambang Masa Oligocene

Potensial shale source pada interval ini sangat terbatas, dimana minyak ditemukan terasosiasi dengan shale tersebut pada kedalaman 2200 ft sampai 2400 ft.

4. Formasi Ombilin Masa Miocene

Marine shale tebal dari formasi ini yang ditemukan pada sumur Sinamar-1 belum matang. Batuan induk masih terbuka lebar terhadap sistem petroleum di area sebelah utama blok ini (Koning, 1985).

2.2.2 Kematangan (Maturity)

(32)

2.2.3 Reservoar

Dua yang utama dan beberapa target reservoar telah dikenal dalam blok tersebut dari Cekungan Ombilin, dimana telah dilakukan analisis dari satu-satunya sumur yang ada, yaitu Sinamar-1, seperti dari informasi cutting, side wall core dan well loffing. Litologi di Sinamar-1 secara general didominasi oleh sandstone

konglomeratik, sandstone massive dan mudstones.

Dari sumur Sinamar-1 diperoleh data bahwa pada interval 2600 ft sampai 7500 ft, terutama dari Formasi Sawahlunto dan Ombilin diperoleh sandstone dengan kualitas terbaik sebagai reservoar.

2.2.4 Penyekat (Seal)

Pada kenyataannya, kemampuan seal dari cekungan Ombilin bukanlah suatu masalah. Hal ini menjadi bagian penting dari sistem petroleum, karena regional dan lateral seal intraFormasional dan vertikal seal yang sekarang. Efisiensi sistem

sealing dari Cekungan Ombilin terjadi dengan baik, keberadaan shale horizon tersebar secara luas sebagai sealing regional dan informal sekaligus.

3.2.5 Jenis dan Konsep Batuan

Biasanya, lapangan oil/gas di Cekungan Ombilin selalu berasosiasi dengan struktural (antiklin), akan tetapi komponen stratigrafi di dalam jebakan dari sisa

oil sangatlah penting.

(33)

Berdasarkan dari data seismik yang ada, paling tidak terdapat dua tipe mekanisme perangkap dapat ditemui di Cekungan Ombilin, yaitu:

1. Struktural lipatan dan struktural patahan seperti pada sebagian besar perangkap struktural Sawahtambang dimana kompresi yang kuat dan bagian yang terangkat menjadi model perangkap.

(34)

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Pada penelitian dapat disimpulkan bahwa :

1. Daerah mempunyai kandungan hidrokarbon pada umumnya mempunyai respon gelombang mikroseismik 2 - 6 Hz. Anomali 2 - 4 Hz berhubungan dengan adanya gas hidrokarbon di daerah tersebut, sedangkan anomali 4 - 6 Hz berhubungan dengan adanya oil di daerah tersebut.

2. Spektrum anomali sumur LCY-2 memiliki respon yang lebih tinggi dibanding sumur LCY-1 yang mengindikasikan bahwa potensi hidrokarbon pada sumur LCY-2 lebih besar dibandingkan sumur LCY-1. Spektrum anomali maksimum pada sumur LCY-1 berada pada frekuensi mendekati 6 Hz yang mengindikasikan bahwa hidrokarbon pada sumur LCY-1 cenderung atau dominan gas, sedangkan pada sumur LCY-2 spektrum anomali maksimum berada pada frekuensi 2 Hz dan 6 Hz yang mengindikasikan bahwa hidrokarbon pada sumur LCY-2 berupa gas dansedikit oil.

(35)

pada pengukuran passive seismic ini terletak pada titik RCW11. Hal ini mengindikasikan bahwa pada titik RCW11 memiliki potensi hidrokarbon yang lebih besar dibandingkan sumur LCY-1 dan sumur LCY-2. Dan pada titik pengukuran cenderung mengarah ke arah kanan yang mengindikasikan bahwa cadangan hidrokarbon pada titik pengukuran dominan gas.

6.2Saran

Data seismik yang terdapat pada lapangan ini adalah data mikroseismik yang belum lengkap, sehingga di dalam tahap interpretasi masih belum maksimal. Diharapkan dilakukan kajian penelitian lanjut pada daerah tersebut seperti analisis

(36)

DAFTAR PUSTAKA

Ali, M.Y., Berteussen, K.A, Small, J., dan Barkat, B., 2007, “A low frequency,

passive seismic experiment over a carbonate reservoir in Abu Dhabi”, First Break 25 pp 71-73.

Chapman, M., Liu, E., dan Li, X.-Y. 2006. “The influence of fluid-sensitive dispersion and attenuation on avo analysis”. Geophysical Journal International : 167, 89–105.

Berger, J., Davis, P., dan Ekstrom, G., 2004, “Ambient Earth noise: A survey of the Global Seismographic Network”, Journal of Geophysical Research-Solid Earth, 109.

Dangel, S., M. E. Shaepman, E. P. Stoll, R. Carniel, O. Barzandji, E.-D.Rode, dan J. M. Singer. 2003. “Phenomenology of tremor-like signals observed over hydrocarbon reservoirs”. J. Volcanol. Geothermal Res : 128, 135–158. Errington, A., 2006. Sensor Placement for Microseismic Event. University of

Saskatchewan. Saskatoon

Gurevich, B. Dan Lopatnikov, S.L., 1995. Velocity And ttenuation Of Elastic-Waves In Finely Layered Porous Rocks. Geophysical Journal International, 121 (3): 933-947.

Holzner, R., Eschle, P., Frehner, M., Schmalholz, S.M. dan Podlachikov, Y.Y. 2006. Hydrocarbon Microtremors Interpreted as Oscillations Drivn By Oceanic Background Waves, EAGE 68th, Vienna, Austria.

Holzner, R., Eschle, P., Zuercher, H., Lambert, M., Graf, S., Dangel, S dan. Meier, P.F. 2005. Applying microtremor analysis to identify hydrocarbon reservoirs. First Break : 23, 41–49.

Johnson, D.L., 2001. Theory Of Frequency Dependent Acoustic In Patchy-Saturated Porous Media. Journal Of The Accoustical Society Of America, 110(2): 682-694.

(37)

Koning. 1985. Petroleum Geology of The Ombilin Intramontane Basin. Proceeding. IPA : Fourteenth Annual Convention.

Korneev, Valeri A., Gennady M. Goloshubin, Thomas M. Daley, dan Dmitry B. Silin. 2004. ”Seismic low-frequency effects in monitoring fluid-saturated reservoirs”. Geophysics 69 : p. 522–532.

Magoon, L.B., 1995, The play that complements the petroleum system--a new exploration equation: Oil & Gas Journal, vol. 93, no. 40, p. 85-87.

Munadi, S. 2000. Aspek Fisis Seismologi Eksplorasi. Universitas Indonesia : Jakarta.

Munadi, S. 2003. Pengantar Memahami Transformasi Fourier. Universitas Indonesia. Jakarta

Oktariano. 2009. Analisis Mikrotremor Pada Lapangan Hidrokarbon ”Or22” Berdasarkan Anomali Data Atribut Seismik Frekuensi Rendah. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta

Pride, S.R., Berryman, J.G. dan Harris, J.M., 2004. Seismic Attenuation Due To Wave-Induced Flow. Journal Of Geophysical Research-Solid Earth, 109(B1).

Saenger, E. H., S. M. Schmalholz, M. A. Lambert, T. T. Nguyen, A. Torres, S. Metzger, R. M. Habiger, T. Muller, S. Rentsch, dan E. Mendez Hernandez. 2007. A passive seismic survey over a gas field: Analysis of low-frequency anomalies: Geophysics, 74, no. 2, O29– O40.

Sarkowi. 2010. Laporan Pelaksanaan Perolehan Data Pasif Seismik South West Bukit Barisan Blok (Tahap I). Kerjasama PT Radiant Bukit Barisan E&P -PT Enusa Geosains. Jakarta.

Suryanto, W., dan Wahyudi, 2008. Monitoring Mikroseismik untuk Deteksi Langsung Keberadaan Hidrokarbon (Microseismic for Hydrocarbon Detection and Identification, MHDI Tech). Proceeding PIT HAGI 33 2008.

(38)
(39)
(40)
(41)
(42)

III. TEORI DASAR

3.1Pengertian Gelombang Seismik

Gelombang seismic pada dasarnya merupakan gelombang elastic yang dijalarkan melalui media bumi. Pembangkitan gelombang seismic dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu :

1. Metode aktif, biasanya digunakan pada seismic eksplorasi, yaitu dengan peledakan dinamit, pemukulan dengan palu dan sebagainya.

2. Metode pasif, memanfaatkan gejala-gejala alam yang sudah ada, seperti gempabumi, baik yang diakibatkan oleh letusan gunung berapi maupun gempa tektonik.

Pada saat terjadi gempabumi, sejumlah besar energi dilepaskan dari sumber gempa atau focus. Energi itu akan dipancarkan ke segala arah melalui usikan (disturbance) yang menjalar ke seluruh bagian bumi karena adanya sifat elastisitas material bumi. Usikan yang menjalar dalam medium elastic disebut gelombang

elastic (Susilawati, 2008).

(43)

3.2 Microseismic

Errington (2006) menjelaskan bahwa gelombang microseismic ini menghasilkan gelombang mekanis yang menyebar keluar dari sumber, terdiri dari gelombang longitudinal dan tranversal. Gelombang longitudinal disebut juga gelombang kompresi karena terbentuk dari osilasi tekanan yang menjalar dari satu tempat ke tempat lain dan disebut juga gelombang P (Primary). Gelombang transversal arah getar (osilasi) partikel-partikel medium tegak lurus terhadap arah penjalarannya, gelombang ini disebut juga gelombang S karena datangnya setelah gelombang P. Hubungan antara gelombang P dan S dapat terlihat pada persamaan ini,

(1) dan

(2) Anomali spektral dengan frekuensi rendah (< 10 Hz) dari tanda microseismic

baru-baru ini dipakai untuk pendeteksian hidrokarbon secara langsung. Misalnya (Dangel dkk, 2003) menyelidiki data mikrotremor untuk menemukan hidrokarbon dengan menghubungkan antara frekuensi rendah spektral anomali pada gelombang mikrotremor dengan reservoar hidrokarbon di Timur Tengah, pemakaian analisis spektral dengan frekuensi rendah untuk pencarian hidrokarbon telah dilakukan oleh Rusia sejak tahun 1990. Spektrum dari gelombang

microseismic memiliki frekuensi yang berbeda antara lapangan yang memiliki reservoar hidrokarbon dan yang tidak memiliki reservoar.

(44)

Penelitian yang dilakukan (Dangel dkk, 2003) pada rasio spektrum H/V (horizontal dibagi vertikal) data mikrotremor yang diukur pada area hidrokarbon menunjukkan kecenderungan munculnya lembah pada range frekuensi 1-6 Hz dari rasio H/V pada titik-titik yang diukur tepat di atas struktur geologi yang mengandung hidrokarbon. Jika hasil observasi ini konsisten, maka diharapkan munculnya puncak dari rasio spektrum V/H (sama dengan lembah pada rasio H/V) akan berhubungan dengan adanya fluida hidrokarbon. Persamaan yang digunakan untuk mencari rasio V/H tersebut adalah:

dibagi dengan akar kuadrat dari jumlahan kuadrat komponen horizontal X(f) dan

) (f

Y dibagi 2. Kemungkinan penghasil anomali spektral pada data mikrotremor ini adalah karena adanya perilaku non-linier dari interaksi antara hidrokarbon cair dan air dengan batuan yang bersifat porous dalam reservoir (Ali dkk, 2007).

(45)

karena secara teoritis mekanisme penghasil anomali spektral tersebut mungkin dihasilkan pada range frekuensi yang jauh lebih lebar dibanding frekuensi 1-6 Hz tersebut. Oleh karena itulah, anomali spektral pada range frekuensi antara 1-6 Hz ini merupakan ciri khas dari metode mikrotremor untuk hidrokarbon dan frekuensi tersebut (1-6 Hz) merupakan frekuensi mikrotremor hidrokarbon (Berger dkk, 2004).

Gambar 3.1. Spektrum vertikal dari gelombang seismik pasif dengan range frekuensi antara 1sampai 7 Hz. Gambar A diukur di atas reservoar gas dan Gambar B di luar reservoar hidrokarbon. Kedua titik ini berada di area Burgos Basin, barat laut Meksiko (Saenger dkk, 2007).

(46)

Dari beberapa hasil penelitian di atas, diharapkan bahwa metode mikrotremor ini dapat digunakan sebagai indikator langsung keberadaan hidrokarbon (direct hydrocarbon indicator (dhi)) pada reservoar, seperti halnya fenomena brightspot

dan dimspot pada metode seismik konvensional (Oktariano, 2009)

Gambar 3.3. Seismic background noise spectrum (Holzner dkk, 2005)

3.3Penyebab Munculnya Anomaly Pada Rentang 2 – 4 Hz

Penyebab munculnya anomali frekuensi pada rentang 2 – 4 Hz sampai saat ini masih menjadi perdebatan banyak ahli. Namun paling tidak ada dua teori yang berusaha menjelaskan munculnya fenomena tadi (Holzner dkk, 2006), yaitu:

(47)

2. Scattering resonansi karena kontras impedansi antara reservoar dengan batuan di sekitarnya yang mengubah gelombang mikroseismik latar menjadi gelombang seismic baru yang berada pada rentang frekuensi tertentu.

Suatu fenomena menarik telah ditemukan, yaitu adanya sinyal mikroseismik yang terdeteksi di atas suatu reservoar hidrokarbon yang dikenal dengan nama mikrotremor hidrokarbon. Sinyal ini sangat unik dan tidak ditemukan pada permukaan di atas medium yang tidak berisi hidrokarbon. Sehubungan dengan penemuan tersebut, maka dikembangkan suatu teknologi untuk mendeteksi secara langsung yang dapat digunakan baik dalam eksplorasi, pengembangan lapangan maupun dalam pemantauan (monitoring) lapangan hidrokarbon. Teknologi tersebut dalam terminologi ini diberi nama MHDI (Microseismic for Hydrocarbon Detection and Identification). Teknik tersebut didasarkan pada prinsip sifat non-linear dari suatu sistem fluida dalam medium berpori.

(48)

Adapun pada tahap produksi dan pengembangan lapangan, teknologi ini dapat mengontrol reservoar yang telah berproduksi, misalnya untuk memprediksi ketebalan lapisan hidrokarbon pada setiap titik.

Gambar 3.4. Spektrum amplitude untuk model pori-pori berupa bola. Warna menunjukkan ketinggian fluida di dalam pori-pori dan dinyatakan dalam %.

Dari Gambar 3.4 tersebut terlihat bahwa respon dari pori-pori yang berisi hidrokarbon terhadap adanya gaya osilasi dari luar akan memberikan respon spektrum pada rentang frekuensi yang berkisar antara 2 Hz sampai dengan 4 Hz . Hal ini sangat sesuai dengan pengamatan di lapangan bahwa anomali rentang frekuensi 2 Hz sampai dengan 4 Hz akan muncul pada pengukuran mikroseismik di atas reservoar hidrokarbon.

3.4Mekanisme Fisika Batuan Pada Sub Domain 10Hz

Mekanisme frekuensi lemah yang mungkin terjadi pada sub domain 10Hz adalah: 1. resonansi gelombang tegak,

(49)

Ini diilustrasikan pada Gambar 3.5. :

Gambar 3.5. Tiga mekanisme dari karakteristik spektrum

Kita ketahui bahwa background noise disebabkan oleh berbagai macam aktifitas bawah permukaan bumi, diantaranya aktifitas geodinamika, pasangsurut air laut, pergeseran lempeng, pergerakan kerak bumi, aktifitas gunung api, hydrothermal

dan reservoar minyak dan gasbumi.

1. Resonansi Gelombang Tegak (Standing Wave Resonance)

Ketika terjadi perambatan gelombang dari satu medium ke medium yang lain, dengan material penyusun yang berbeda, maka sebagian gelombang itu akan direfleksikan. Karakteristik waktu tempuh gelombang (two-way travel time) atau frekuensi resonansi antara permukaan tanah dan reservoar menghasilkan

(50)

2. Atenuasi Selektif

Ada beberapa model untuk menjelaskan pelemahan gelombang seismik disebabkan aliran induksi gelombang (Pride dkk, 2004). Model ini menjelaskan pelemahan gelombang pada perbedaan spasi dan skala yang temporal. Model yang menjelaskan mekanisme yang dominan pada frekuensi lemah dengan range antara 1 dan 10 Hz adalah model dengan setengah kejenuhan atau sering disebut patchy saturation model (white dkk, 1975; Gurevich and Lopatnikov,b1995; Johnson, 2001). Frekuensi tergantung pada pelemahan yang bisa menghasilkan anomali spektral yang sama untuk mengamati tanda mikrotremor hidrokarbon.

3. Resonansi Amplifikasi

Efek resonansi amplifikasi dari ambient gangguan seismik adalah cara untuk menjelaskan keberadaan mikrotremor hidrokarbon. Efek ini akan bertindak sebagai suatu sumber (driven source) dan ini didukung oleh observasi berikutnya (Dangel dkk, 2003):

1. Daerah frekuensi sempit dengan range (1,5 sampai 4 Hz).

2. Gaya mutlak rata-rata proporsional dengan ketebalan lapisan pori-pori dari resevoar hidrokarbon.

3. Uji coba dengan menggunakan sensor yang peka menunjukkan bahwa tanda yang menyebabkan anomali berasal dari arah reservoir.

Penyebab terjadinya anomali spektral adalah resonansi amplifikasi yang terjadi di dapat membandingkan antara batuan pori reservoar dengan media yang melingkupinya

(51)

3.5 Transformasi Fourier

Transformasi Fourier adalah suatu operasi matematika yang mengubah sinyal menjadi spektrum (Munadi, 2003).

Gambar 3.6 Prinsip Transformasi Fourier (Munadi, 2003)

Andaikan sinyal masukan diberi nama s (t) dan spektrum sinyal S (f), maka transformasi fourier langsung dari domain waktu ke domain frekuensi adalah :

( ) = ∫ ( ) (3)

Sedangkan transformasi Fourier balik dari domain frekuensi ke domain waktu adalah :

( ) = ∫ ( ) (4)

s(t) dan S(f) disebut juga pasangan transformasi fourier. Jika kita perhatikan dengan mengingat dalil de moivre :

= cos −j sin (5)

Maka persamaan (3) dapat diubah menjadi :

( ) = ∫ ( ) cos 2 − ∫ ( ) sin 2 (6)

= Re (f)- jIm (f) (7)

Jadi spektrum sinyal s (t) yakni S (f) ternyata terdiri atas bagian riil yakni Re (f) dan bagian imajiner yakni Im (f) karena spektrum fasa.

(52)

Ini berarti untuk mendefinisikan sinyal s(t) diperlukan tidak hanya spektrum amplitudo, tetapi juga spektrum fasa (Gambar 3.7)

Gambar 3.7. Untuk mendefinisikan s(t) di domain frekuensi diperlukan A(f) dan Φ(f) (Munadi, 2003)

3.6 Petroleum Sistem

Berikut merupakan penyusun sistem petroleum :

1. Source Rock

2. Generation (Maturity)

3. Migration Path

4. Trap

5. Reservoir Rock

(53)

Gambar 3.8 Komponen Sistem Petroleum (Magoon, 1995)

1. Source Rock

Merupakan endapan sedimen yang mengandung bahan-bahan organik yang cukup untuk dapat menghasilkan minyak dan gas bumi ketika endapan terbeut tertimbun dan terpanaskan, dan dapat mengeluarkan minyak dan gas bumi tersebut dalam jumlah yang ekonomis. Bahan organik yang terkandung disebut kerogen. Kerogen memiliki 4 tipe yaitu:

Tipe 1

Alga dari lingkungan pengendapan lacustrine dan lagoon. Tipe seperti ini dapat mengahsilkan minyak dengan kualitas baik dan mampu menghasilkan gas.

Tipe 2

Campuran dari tumbuhan dan mikroorganisme laut. Tipe seperti ini merupakan bahan utama minyak dan gas bumi.

Tipe 3

(54)

Tipe 4

Bahan bahan tanaman yang teroksidasi. Tipe seperti ini tidak mampu menghasilkan minyak dan gas.

2. Maturity (Kematangan)

Maturity pada batuan merupakan proses pematangan minyakbumi yang dipengaruhi oleh tekanan dan gradien geotermal.

3. Migrasi

Proses transportasi minyak dan gas dari batuan sumber menuju reservoar. Dalam transportasi hidrokarbon terjadi beberapa proses yaitu:

 Migrasi primer = Migrasi didalam skuen dari Source Rock  Ekspulsion = Dari sekuen Source Rock menuju carrier bed

 Migrasi Sekunder = Transportasi carrier bed menuju menuju ke trap

4.Trap (Perangkap)

Perangkap unsur pembentuk reservoar yang bentuknya sedemikian rupa sehingga lapisan & penutupnya merupakan bentuk konkaf ke bawah yang menyebabkan migas berada di bagian atas reservoar. Adapun tipe perangkap yaitu:

a. Perangkap Struktural

(55)

Gambar 3.9. Perangkap Struktural (Magoon, 1995).

b. Perangkap Stratigrafi

Perangkap yang dipengaruhi oleh variasi perlapisan secara vertikal dan lateral, perubahan facies batuan dan ketidakselarasan dan variasi lateral dalam litologi pada suatu lapisan reservoar dalam perpindahan minyak bumi.

(56)

Gambar 3.11. Klasifikasi trap (perangkap) (Magoon, 1995).

c. Perangkap Kombinasi

Kombinasi antara struktural dan stratigrafi. Dimana pada perangkap jenis ini merupakan faktor bersama dalam membatasi bergeraknya atau menjebak minyakbumi. Perangkap kombinasi ini terdapat pada gambar 2.9 gambar D.

5. Batuan Reservoir

Batuan reservoar merupakan batuan yang mampu menyimpan dan meloloskan fluida (migas), contoh: pasir & gamping (Magoon, 1995).

6. Lapisan Penutup (Cap Rock)

(57)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1Hasil Penelitian 5.1.1 Stasiun RCW1

Pengukuran dan perekaman passive seismic pada stasiun RCW1 dilakukan selama 24 jam dengan sampling rate 100 Hz. Dilakukan dalam 5 kali pengukuran.

5.1.1.1 Stasiun RCW1-1

Berikut merupakan hasil pengukuran passive seismic pada stasiun RCW1_1 :

Gambar 5.1 Raw Data pengukuran pada stasiun RCW1_1 Jam 00:00 -05:00 dan spektrum anomali stasiun RCW1_1, diproses menggunakan

Software MATLAB2010.

Pow er = 5.4x1010

(58)

Pada hasil pengukuran pertama (Gambar 5.1) dapat dianalisis bahwa ada event

yang baik pada detik ke 6600 hingga 7200. (Gambar 5.1) menghasilkan spektrum densitas maksimum bernilai Power spektrum = 5,4 x 1010 , nilai ini merupakan nilai magnitudo karena pada dasarnya mikroseismik ini bergantung pada magnitudo dan frekuensi. Nilai power pada magnitudo hasil pengamatan cukup besar pada frekuensi 5 Hz yang berarti ada cadangan hidrokarbon di dalamnya seperti yang disebutkan oleh (Dangel dkk, 2003). Dari hasil pengamatan didapatkan nilai spektrum densitas Power spektrum rata-ratanya = 24,7 x 109 yang berarti bahwa kemunculan frekuensi 5 Hz rata-rata memiliki nilai power spektrum sebanyak 24,7 x 109 kali.

5.1.1.2 Stasiun RCW1_2

Berikut merupakan hasil pengukuran passive seismic pada stasiun RCW1_2 :

Gambar 5.2 Raw data pengukuran stasiun RCW1_2 Jam 05:00 – 10:00 dan

Pow er = 7.01x1010

(59)

spektrum anomali stasiun RCW1_2, menggunakan Software MATLAB2010

Selanjutnya masih pada pengukuran RCW1 dilakukan lagi yaitu pengukuran RCW1_2 dengan perlakuan pengukuran yang sama. Pada hasil pengukuran kedua (Gambar 5.2) dapat dianalisis bahwa ada event yang baik pada detik ke 1800 hingga 2400. Hasil dari (Gambar 5.2) ini yaitu menghasilkan spektrum densitas maksimum bernilai Power spektrum = 7,01 x 1010 dan nilai ini merupakan nilai magnitudonya karena pada dasarnya mikroseismik ini bergantung pada magnitudo dan frekuensi. Nilai power pada magnitudo hasil pengamatan ini juga cukup besar pada frekuensi 5 Hz seperti pada pengukuran RCW1_1 yang berarti ada cadangan hidrokarbon di dalamnya. Dari hasil pengamatan didapatkan nilai spektrum densitas Power spektrum rata-ratanya = 28,9 x 109 yang berarti bahwa kemunculan frekuensi 5 Hz rata-rata memiliki nilai power spektrum sebanyak 28,9 x 109 kali.

5.1.1.3 Stasiun RCW1_3

(60)

Gambar 5.3 Raw Data pengukuran pada stasiun RCW1_3 Jam 10:00 – 15:00 dan diproses menggunakan Software MATLAB2010.

Selanjutnya masih pada pengukuran RCW1 dilakukan lagi pengukuran RCW1_3 dengan perlakuan pengukuran yang sama. Pada hasil pengukuran ketiga (Gambar 5.3) dapat dianalisis bahwa ada event yang baik pada detik ke 9000 hingga 9600. (Gambar 5.3) spektrum densitas maksimum bernilai Power spektrum = 9,91 x 1010 dan nilai ini merupakan nilai magnitudonya karena pada dasarnya mikroseismik ini bergantung pada magnitudo dan frekuensi. Nilai power pada magnitudo hasil pengamatan ini cukup besar pada frekuensi 5 Hz seperti pada pengukuran RCW1_1 yang berarti ada cadangan hidrokarbon di dalamnya. Dari hasil pengamatan didapatkan nilai spektrum densitas Power spektrum rata-ratanya = 30,8 x 109 yang berarti bahwa kemunculan frekuensi 5 Hz rata-rata memiliki nilai power spektrum sebanyak 30,8 x 109 kali.

Pow er = 9.91x1010

(61)

5.1.1.4 Stasiun RCW1_4

Pada pengukuran stasiun RCW1_4 dilakukan juga perlakuan yang sama seperti pada pengukuran sebelumnya. Berikut merupakan hasil pengukuran passive seismic pada stasiun RCW1_4 :

Gambar 5.4 Raw Data pengukuran pada stasiun RCW1_4 Jam 15:00 – 19:00 dan diproses menggunakan Software MATLAB2010.

Selanjutnya masih pada pengukuran RCW1 dilakukan lagi pengukuran RCW1_4 dengan perlakuan pengukuran yang sama. Pada hasil pengukuran keempat (Gambar 5.4) dapat dianalisis bahwa ada event yang baik pada detik ke 5400 hingga 6000. (Gambar 5.4) spektrum densitas maksimum bernilai Power

spektrum = 5,08 x 1010 dan nilai ini merupakan nilai magnitudonya karena pada dasarnya mikroseismik ini bergantung pada magnitudo dan frekuensi. Nilai power

Pow er = 5.08x1010

(62)

pada magnitudo hasil pengamatan ini cukup besar pada frekuensi 5 Hz seperti pada pengukuran RCW1_1 yang berarti ada cadangan hidrokarbon di dalamnya. Dari hasil pengamatan didapatkan nilai spektrum densitas Power spektrum rata-ratanya = 22,8 x 109 yang berarti bahwa kemunculan frekuensi 5 Hz rata-rata memiliki nilai power spektrum sebanyak 22,8 x 109 kali.

5.1.1.5 Stasiun RCW1-5

Berikut merupakan hasil pengukuran passive seismic pada stasiun RCW1_5 :

Gambar 5.5 Raw Data pengukuran pada stasiun RCW1_5 Jam 19:00 – 00:00 dan diproses menggunakan Software MATLAB2010.

Selanjutnya masih pada pengukuran RCW1 dilakukan lagi pengukuran RCW1_5 dengan perlakuan pengukuran yang sama. Pada hasil pengukuran pertama

Pow er = 11.3x1010

(63)

(Gambar 5.5) dapat dianalisis bahwa ada event yang baik pada detik ke 8400 hingga 9000. Hasil dari (Gambar 5.5) ini menghasilkan spektrum densitas maksimum bernilai Power spektrum = 11,3 x 1010 dan nilai ini merupakan nilai magnitudonya karena pada dasarnya mikroseismik ini bergantung pada magnitudo dan frekuensi. Nilai power pada magnitudo hasil pengamatan ini cukup besar pada frekuensi 5 Hz seperti pada pengukuran RCW1_1 yang berarti ada cadangan hidrokarbon di dalamnya. Dari hasil pengamatan didapatkan nilai spektrum densitas Power spektrum rata-ratanya = 33,5 x 109 yang berarti bahwa kemunculan frekuensi 5 Hz rata-rata memiliki nilai power spektrum sebanyak 33,5 x 109 kali.

5.1.2 Stasiun RCW2

Pengukuran dan perekaman passive seismic pada stasiun RCW2 dilakukan selama 24 jam dengan sampling rate 100 Hz dan 50 Hz. Dilakukan dalam 4 kali pengukuran. Untuk sampling rate 50 Hz dilakukan satu kali pengukuran dan untuk sampling rate 100 Hz dilakukan tiga kali pengukuran.

5.1.2.1 Stasiun RCW2_1

(64)

Gambar 5.6 Raw Data pengukuran pada stasiun RCW2_1 dengan sampling rate 50 Hz dan diproses menggunakan Software MATLAB2010.

Pada hasil pengukuran (Gambar 5.6) dapat dianalisis bahwa ada event yang kurang baik pada detik ke 3600 hingga 4200. Yang menandakan bahwa kemungkinan data tersebut adanya noise. Namun pada data ini noise tidak mempengaruhi hasil karena noise cukup sedikit sehingga masih dapat dilihat hasil frekuensinya. (Gambar 5.6) spektrum densitas maksimum bernilai Power

spektrum = 0,43 x 1010 , nilai ini merupakan nilai magnitudo karena pada dasarnya mikroseismik ini bergantung pada magnitudo dan frekuensi. Nilai power pada magnitudo hasil pengamatan cukup besar pada frekuensi 5 Hz yang berarti ada cadangan hidrokarbon di dalamnya seperti yang disebutkan oleh (Dangel dkk, 2003). Dari hasil pengamatan didapatkan nilai spektrum densitas Power spektrum

Pow er = 0.43x1010

(65)

rata-ratanya = 1,4 x 109 yang berarti bahwa kemunculan frekuensi 5 Hz rata-rata memiliki nilai power spektrum sebanyak 1,4 x 109 kali.

5.1.2.2 Stasiun RCW2_2

Hasil pada pengukuran stasiun RCW2-2 dilakukan pengukuran dengan menggunakan sampling rate 100 Hz. Berikut merupakan hasil pengukuran passive seismic pada stasiun RCW2_2 :

Gambar 5.7 Raw Data pengukuran pada stasiun RCW2_2 dengan sampling rate 100 Hz dan diproses menggunakan Software MATLAB2010.

Pada hasil pengukuran (Gambar 5.7) dapat dianalisis bahwa ada event yang kurang baik pada detik ke 3600 hingga 4200 yang menandakan bahwa kemungkinan data tersebut adanya noise. Namun pada data ini noise tidak

Pow er = 0.52x1010

(66)

mempengaruhi hasil karena noise cukup sedikit sehingga masih dapat dilihat hasil frekuensinya. (Gambar 5.7) spektrum densitas maksimum bernilai Power

spektrum = 0,52 x 1010 , nilai ini merupakan nilai magnitudo karena pada dasarnya mikroseismik ini bergantung pada magnitudo dan frekuensi. Nilai power pada magnitudo hasil pengamatan cukup besar pada frekuensi 5 Hz yang berarti ada cadangan hidrokarbon di dalamnya seperti yang disebutkan oleh (Dangel dkk, 2003). Dari hasil pengamatan didapatkan nilai spektrum densitas Power spektrum rata-ratanya = 1 x 109 yang berarti bahwa kemunculan frekuensi 5 Hz rata-rata memiliki nilai power spektrum sebanyak 1 x 109 kali.

5.1.2.3 Stasiun RCW2_3

(67)

Gambar 5.8 Raw Data pengukuran pada stasiun RCW2_3 dengan sampling rate

100 Hz dan diproses menggunakan Software MATLAB2010.

Pada hasil pengukuran (Gambar 5.8) dapat dianalisis bahwa ada event yang baik pada detik ke 9000 hingga 9600 yang menandakan bahwa kemungkinan data tersebut adanya noise. (Gambar 5.8) spektrum densitas maksimum bernilai Power

spektrum = 3,36 x 1010 , nilai ini merupakan nilai magnitudo karena pada dasarnya mikroseismik ini bergantung pada magnitudo dan frekuensi. Nilai power pada magnitudo hasil pengamatan cukup besar pada frekuensi 5 Hz yang berarti ada cadangan hidrokarbon di dalamnya seperti yang disebutkan oleh (Dangel dkk, 2003). Dari hasil pengamatan didapatkan nilai spektrum densitas Power spektrum rata-ratanya = 4,6 x 109 yang berarti kemunculan frekuensi 5 Hz rata-rata memiliki nilai power spektrum sebanyak 4,6 x 109 kali.

Pow er = 3.36x1010

(68)

5.1.2.4 Stasiun RCW2_4

Hasil pada pengukuran stasiun RCW2_4 dilakukan pengukuran dengan menggunakan sampling rate 100 Hz. Berikut merupakan hasil pengukuran passive seismic pada stasiun RCW2_4 :

Gambar 5.9 Raw Data pengukuran pada stasiun RCW2_4 dengan sampling rate 100Hz dan diproses menggunakan Software MATLAB2010.

Pada hasil pengukuran (Gambar 5.9) dapat dianalisis bahwa ada event yang baik pada detik ke 9600 hingga 10200. (Gambar 5.9) spektrum densitas maksimum bernilai Power spektrum = 3,36 x 1010 , nilai ini merupakan nilai magnitudo karena pada dasarnya mikroseismik ini bergantung pada magnitudo dan frekuensi. Nilai power pada magnitudo hasil pengamatan cukup besar pada frekuensi 5 Hz

Pow er = 3.36x1010

(69)

yang berarti ada cadangan hidrokarbon di dalamnya seperti yang disebutkan oleh (Dangel dkk, 2003). Dari hasil pengamatan didapatkan nilai spektrum densitas

Power spektrum rata-ratanya = 2,77 x 109 yang berarti bahwa kemunculan frekuensi 5 Hz rata-rata memiliki nilai power spektrum sebanyak 2,77 x 109 kali.

5.1.3 Stasiun RCW3

Pengukuran dan perekaman passive seismic pada stasiun RCW3 dilakukan selama 3 jam dengan sampling rate 100 Hz. Berikut merupakan hasil pengukuran stasiun RCW3 :

Gambar 5.10 Raw Data pengukuran pada stasiun RCW3 dengan sampling rate

100 Hz dan Spektrum Anomali stasiun RCW3, diproses menggunakan Software MATLAB2010.

Pow er = 4x1010

(70)

Pada hasil pengukuran (Gambar 5.10) dapat dianalisis bahwa ada event yang kurang baik pada detik ke 6600 hingga 7200. Kurang baiknya data dipengaruhi oleh noise yang mengakibatkan data menjadi kurang baik. (Gambar 5.10) spektrum densitas maksimum bernilai Power spektrum = 4 x 1010 , nilai ini merupakan nilai magnitudo karena pada dasarnya mikroseismik ini bergantung pada magnitudo dan frekuensi. Nilai power pada magnitudo hasil pengamatan cukup besar pada frekuensi 5 Hz yang berarti ada cadangan hidrokarbon di dalamnya seperti yang disebutkan oleh (Dangel dkk, 2003). Dari hasil pengamatan didapatkan nilai spektrum densitas Power spektrum rata-ratanya = 2,3 x 109 yang berarti bahwa kemunculan frekuensi 5 Hz rata-rata memiliki nilai

power spektrum sebanyak 2,3 x 109 kali.

5.1.4 Stasiun RCW4

Pengukuran passive seismic pada stasiun RCW4 dilakukan selama 3 jam dengan

(71)

Gambar 5.11 Raw Data pengukuran pada stasiun RCW4 dengan sampling rate

100 Hz dan Spektrum Anomali stasiun RCW4, diproses menggunakan Software MATLAB2010.

Pada hasil pengukuran (Gambar 5.11) dapat dianalisis bahwa ada event yang kurang baik pada detik ke 7800 hingga 8400. (Gambar 5.11) spektrum densitas maksimum bernilai Power spektrum = 0,57 x 1010 , nilai ini merupakan nilai magnitudo karena pada dasarnya mikroseismik ini bergantung pada magnitudo dan frekuensi. Nilai power pada magnitudo hasil pengamatan kecil pada frekuensi 5 Hz yang berarti cadangan hidrokarbon di dalamnya juga kecil. Dari hasil pengamatan didapatkan nilai spektrum densitas Power spektrum rata-ratanya =

(72)

3,53 x 109 yang berarti bahwa kemunculan frekuensi 5 Hz rata-rata memiliki nilai power spektruma sebanyak 3,53 x 109 kali.

5.1.5 Stasiun RCW5

Pengukuran passive seismic pada stasiun RCW5 dilakukan selama 3 jam dengan

sampling rate 100 Hz. Berikut merupakan hasil pengukuran stasiun RCW5 :

Gambar 5.12 Raw Data pengukuran pada stasiun RCW5 dengan sampling rate

100 Hz dan Spektrum Anomali stasiun RCW5, diproses menggunakan Software MATLAB2010.

Pada hasil pengukuran (Gambar 5.12) dapat dianalisis bahwa ada event yang kurang baik pada detik ke 600 hingga 1200. Hasil dari (Gambar 5.12)

Pow er = 1.6x1010

(73)

menghasilkan spektrum densitas maksimum bernilai Power spektrum = 1,6 x 1010 , nilai ini merupakan nilai magnitudo karena pada dasarnya mikroseismik ini bergantung pada magnitudo dan frekuensi. Nilai power pada magnitudo hasil pengamatan kecil pada frekuensi 5 Hz yang berarti cadangan hidrokarbon di dalamnya juga kecil. Dari hasil pengamatan didapatkan nilai spektrum densitas

Power spektrum rata-ratanya = 1,58 x 109 yang berarti bahwa kemunculan frekuensi 5 Hz rata-rata memiliki nilai power spektrum sebanyak 1,58 x 109 kali.

5.1.6 Stasiun RCW6

Pengukuran passive seismic pada stasiun RCW6 dilakukan selama 3 jam dengan

sampling rate 100 Hz. Berikut merupakan hasil pengukuran pada stasiun RCW6 :

Pow er = 1.65x1010

(74)

Gambar 5.13 Raw Data pengukuran pada stasiun RCW6 dengan sampling rate

100 Hz dan Spektrum Anomali stasiun RCW6, diproses menggunakan Software MATLAB2010.

Pada hasil pengukuran (Gambar 5.13) dapat dianalisis bahwa ada event yang kurang baik pada detik ke 1800 hingga 2400. (Gambar 5.13) spektrum densitas maksimum bernilai Power spektrum = 1,65 x 1010 , nilai ini merupakan nilai magnitudo karena pada dasarnya mikroseismik ini bergantung pada magnitudo dan frekuensi. Nilai power pada magnitudo hasil pengamatan kecil pada frekuensi 5 Hz yang berarti cadangan hidrokarbon di dalamnya juga kecil. Dari hasil pengamatan didapatkan nilai spektrum densitas Power spektrum rata-ratanya = 1,35 x 109 yang berarti bahwa kemunculan frekuensi 5 Hz rata-rata memiliki nilai power spektrum sebanyak 1,38 x 109 kali.

5.1.7 Stasiun RCW7

Pengukuran passive seismic pada stasiun RCW7 dilakukan selama 3 jam dengan

(75)

Gambar 5.14 Raw Data pengukuran pada stasiun RCW7 dengan sampling rate

100 Hz dan Spektrum Anomali stasiun RCW7, diproses menggunakan Software MATLAB2010.

Pada hasil pengukuran (Gambar 5.14) dapat dianalisis bahwa ada event yang kurang baik pada detik ke 7800 hingga 8400. Hasil dari (Gambar 5.14) menghasilkan spektrum densitas maksimum bernilai Power spektrum = 1,87 x 1010 , nilai ini merupakan nilai magnitudo karena pada dasarnya mikroseismik ini bergantung pada magnitudo dan frekuensi. Nilai power pada magnitudo hasil pengamatan kecil pada frekuensi 5 Hz yang berarti cadangan hidrokarbon di dalamnya juga kecil. Dari hasil pengamatan didapatkan nilai spektrum densitas

(76)

Power spektrum rata-ratanya = 1,23 x 109 yang berarti bahwa kemunculan frekuensi 5 Hz rata-rata memiliki nilai power spektrum sebanyak 1,23 x 109 kali.

5.1.8 Stasiun RCW8

Pengukuran passive seismic pada stasiun RCW8 dilakukan selama 3 jam dengan

sampling rate 100 Hz. Berikut merupakan hasil pengukuran pada stasiun RCW8 :

Gambar 5.15 Raw Data pengukuran pada stasiun RCW8 dengan sampling rate

100 Hz dan Spektrum Anomali stasiun RCW8, diproses menggunakan Software MATLAB2010

Pada hasil pengukuran (Gambar 5.15) dapat dianalisis bahwa ada event yang baik pada detik ke 9600 hingga 10200. (Gambar 5.15) spektrum densitas maksimum

Pow er = 1.6x1010

Pow er = 1.67x1010

(77)

bernilai Power spektrum = 1,6 x 1010 , nilai ini merupakan nilai magnitudo karena pada dasarnya mikroseismik ini bergantung pada magnitudo dan frekuensi. Nilai

power pada magnitudo hasil pengamatan cukup besar pada frekuensi 5 Hz yang berarti cadangan hidrokarbon yang ada juga cukup besar. Dari hasil pengamatan didapatkan nilai spektrum densitas Power spektrum rata-ratanya = 2,76 x 109 yang berarti bahwa kemunculan frekuensi 5 Hz rata-rata memiliki nilai power

spektrum sebanyak 2,76 x 109 kali.

5.1.9 Stasiun RCW9

Pengukuran passive seismic pada stasiun RCW9 dilakukan selama 3 jam dengan

sampling rate 100 Hz. Berikut merupakan hasil pengukuran pada stasiun RCW9 :

Pow er = 15.6x1010

(78)

Gambar 5.16 Raw Data pengukuran pada stasiun RCW9 dengan sampling rate

100 Hz dan Spektrum Anomali stasiun RCW9, diproses menggunakan Software MATLAB2010.

Pada hasil pengukuran (Gambar 5.16) dapat dianalisis bahwa ada event yang baik pada detik ke 3600 hingga 4200. Hasil dari (Gambar 5.16) menghasilkan spektrum densitas maksimum bernilai Power spektrum = 15,6 x 1010 , nilai ini merupakan nilai magnitudo karena pada dasarnya mikroseismik ini bergantung pada magnitudo dan frekuensi. Nilai power pada magnitudo hasil pengamatan cukup besar pada frekuensi 5 Hz yang berarti cadangan hidrokarbon yang ada juga cukup besar. Dari hasil pengamatan didapatkan nilai spektrum densitas

Power spektrum rata-ratanya = 54,9 x 109 yang berarti bahwa kemunculan frekuensi 5 Hz rata-rata memiliki nilai power spektrum sebanyak 54,09 x 109 kali.

5.1.10 Stasiun RCW10

Pengukuran passive seismic pada stasiun RCW10 dilakukan selama 3 jam dengan

(79)

Gambar 5.17 Raw Data pengukuran pada stasiun RCW10 dengan sampling rate

100 Hz dan Spektrum Anomali stasiun RCW10, diproses menggunakan Software MATLAB2010.

Pada hasil pengukuran (Gambar 5.17) dapat dianalisis bahwa ada event yang baik pada detik ke 4200 hingga 4800. Hasil dari (Gambar 5.17) menghasilkan spektrum densitas maksimum bernilai Power spektrum = 35,15 x 1010 , nilai ini merupakan nilai magnitudo karena pada dasarnya mikroseismik ini bergantung pada magnitudo dan frekuensi. Nilai power pada magnitudo hasil pengamatan cukup besar pada frekuensi 5 Hz yang berarti cadangan hidrokarbon yang ada juga cukup besar. Dari hasil pengamatan didapatkan nilai spektrum densitas

Power spektrum rata-ratanya = 190,1 x 109 yang berarti bahwa kemunculan

Pow er =35.15x1010

(80)

frekuensi 5 Hz rata-rata memiliki nilai power spektrum sebanyak 190,1 x 109 kali.

5.1.11 Stasiun RCW11

Pengukuran passive seismic pada stasiun RCW11 dilakukan selama 3 jam dengan

sampling rate 100 Hz. Berikut merupakan hasil pengukuran pada stasiun RCW11:

Gambar 5.18 Raw Data pengukuran pada stasiun RCW11 dengan sampling rate

100 Hz dan Spektrum Anomali stasiun RCW11, diproses menggunakan Software MATLAB2010.

Pada hasil pengukuran (Gambar 5.18) dapat dianalisis bahwa ada event yang baik pada detik ke 6000 hingga 6600. Hasil dari (Gambar 5.18) menghasilkan

Pow er =100.4x1010

Gambar

Gambar 3.11. Klasifikasi trap (perangkap) (Magoon, 1995).
Gambar 5.1 Raw Data pengukuran pada stasiun RCW1_1 Jam 00:00 -05:00 dan             spektrum anomali stasiun RCW1_1, diproses menggunakan    Software MATLAB2010
Gambar 5.2 Raw data pengukuran stasiun RCW1_2 Jam 05:00 – 10:00 dan
Gambar 5.3 Raw Data pengukuran pada stasiun RCW1_3 Jam 10:00 – 15:00 dan         diproses menggunakan Software MATLAB2010
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada proses ini data seg-y dari lapangan FRL dimasukkan sebagai atribut internal untuk mengidentifikasi beberapa properti seperti porositas, densitas, dan gamma ray

Pada penelitian ini dilakukan analisis kualitatif yang bertujuan untuk mengetahui komposisi litologi, fluida, dan hubungan antara flow unit dengan litologi, serta

Bila melihat gambar 5 dan 6 terlihat hasil ekstraksi atribut amplitudo rms dan spectral decomposition yang di overlay dengan kontur struktur waktu Dari gambar

Lapangan X adalah jenis reservoir karbonat yang menghasilkan minyak jenis black oil. Pengembangan awal lapangan ini masih dilakukan dengan satu sumur saja dengan

Fungsi AND menghasilkan nilai TRUE jika semua argument yang di uji bernilai BENAR dan akan bernilai FALSE jika semua atau salah satu argument bernilai SALAH. Penulisan pada

Pengenalan ini dibuat dengan menggunakan DFT untuk membangkitkan spektrum frekuensi yang kemudian akan dianalisis dengan mencari nilai-nilai maksimum lokalnya,

Hasil pemodelan menunjukkan bahwa reservoir pasir tersaturasi gas akan terpisah dari reservoir pasir tersaturasi air pada nilai FI rendah yaitu dibawah -1000 ft/s*g/cc (-3.05*10 5

Dengan input nilai BVW sebesar 0,0842 yang diperoleh dari rata- rata nilai BVW pada semua sumur, dan peta sebaran porositas yang didapat pada proses sebelumnya,