• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karate Kala Hitam Di Indonesia Sebagai Sebuah Studi Kasus Adaptasi Budaya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Karate Kala Hitam Di Indonesia Sebagai Sebuah Studi Kasus Adaptasi Budaya"

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)

KARATE KALA HITAM DI INDONESIA SEBAGAI SEBUAH STUDI KASUS ADAPTASI BUDAYA

SKRIPSI SARJANA Dikerjakan

o l e h

AHMAD FADHLI HASIBUAN Nim : 040708049

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Amin Sihombing Prof. Hamzon Sitomorang, Ms, Ph.D.

Skripsi ini diajukan kepada Panitia Ujian Fakultas Sastra USU Medan,Untuk memenuhi salah satu syarat Ujian Sarjana Sastra dalam

Bidang Ilmu Bahasa Jepang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS SASTRA

(2)

KARATE KALA HITAM DI INDONESIA SEBAGAI SEBUAH STUDI KASUS ADAPTASI BUDAYA

SKRIPSI SARJANA

Dikerjakan o

l e h

AHMAD FADHLI HASIBUAN Nim : 040708049

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS SASTRA

(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa sehingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan dan penulisan skripsi ini.

Penulisan skripsi ini berjudul “ Karate Kala Hitam di Indonesia Sebagai Sebuah Studi Kasus Adaptasi Budaya” ini diajukan untuk memenuhi persyaratan dalam mencapai gelar Sarjana pada Fakultas Sastra Program Studi Strata-1 Sastra Jepang Universitas Sumatera Utara.

Dalam menyusun skripsi ini penulis menyadari banyak mengalami rintangan terutama kurangnya pengetahuan penulis serta buku literatur yang mendukung materi skripsi ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak berupa moril dan materi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang menyumbangkan saran dan kritik terutama kepada :

1. Bapak Drs Syaifuddin Ph.D, selaku Dekan Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Hamzon Situmorang, MS, Ph.D, selaku Ketua Jurusan Sastra Jepang Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Amin Sihombing, selaku Pembimbing I dalam penyelesaian skripsi yang telah memberikan pengarahan dalam menyempurnakan skripsi ini.

4. Bapak Prof. Hamzon Situmorang, MS, Ph.D, selaku Pembimbing II dalam penyelesaian skripsi yang telah memberikan pengarahan dalam menyempurnakan skripsi ini.

(4)

6. Bapak dan ibu dosen serta staf pegawai Program S-1 Sastra Jepang yang telah banyak memberikan pengarahan, ilmu dan pengetahuan kepada penulis selama kuliah di Sastra Jepang Universitas Sumatera Utara.

7. Dan khusus terima kasih penulis utarakan kepada Ayah dan Ibu yang telah memotivasi baik berbentuk material atau spiritual.

8. Seluruh teman-teman kuliah yang telah banyak memberikan dorongan dan bantuan kepada penulis selama kuliah dan menyelesaikan skripsi ini.

Tiada kata terindah yang penulis persembahkan atas balas jasa kepada semua pihak yang telah disebutkan diatas selain ucapan terima kasih. Pada kesempatan ini penulis juga mohon maaf atas kekurangan dan kesalahan skripsi ini dan penulis bersedia bersedia menerima saran dan kritik yang sifatnya membangun untuk melengkapi penyempurnaan skripsi ini.

Semoga penulisan skripsi ini bermanfaat bagi pembaca sekalian. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Terima kasih.

Medan, 2008 Penulis,

(5)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 4

1.3. Ruang Lingkup Pembahasan ... 5

1.4. Tinjauan Pustaka Dan Kerangka Teori ... 9

1.5. Metode penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN UMUM KARATE ... 11

2.1. Pengertian dan sejarah Karate ... 11

2.2. Aliran-aliran Karate di Jepang ... 12

2.3. Falsafah Karate ... 20

BAB III KARATE KALA HITAM DI INDONESIA ... 30

3.1.Perkembangan dan aliran-aliran Karate diIndonesia ... 30

3.1.1. Perkembangan Karate di Indonesia ... 30

3.1.2. Aliran-aliran Karate di Indonesia ... 31

3.2. Sejarah dan cabang/dojo perguruan Karate Kala Hitam di Indonesia ... 35

3.2.1. Sejarah Karate Kala Hitam di Indonesia ... 35

3.2.2. Cabang/dojo perguruan Karate Kala Hitam di Indonesia... 39

3.3. Anggota Tubuh Sebagai Senjata Karate Kala Hitam ... 48

3.4. Unsur Jepang dan Unsur Indonesia dalam karate Kala Hitam ... 54

3.4.1. Unsur Jepang dalam karate Kala Hitam ... 54

3.4.2. Unsur Indonesia dalam karate Kala Hitam ... 54

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ... 56

(6)

4.2. Saran... 57 DAFTAR PUSTAKA

(7)

ABSTRAK

Karate berasal dari 3 suku kata, yakni kara, te dan dou.

Jadi, arti karate adalah merupakan suatu bentuk beladiri yang mengandalkan tangan kosong.

Matsumara Shukon menciptakan karate dengan menggabungkan unsur seni militer Jepang (bushido) yang berakar pada Nippon Seishin.

Karate baru mulai berkembang di Indonesia setelah kemerdekaan.

Karate dibawa ke Indonesia oleh mahasiswa Indonesia yang belajar di Jepang dan berkembang pada tahun 1960-an.

1960 Karate di Indonesia berkembang seiring dengan karate di Jepang.

Hal ini terlihat dari berkembangnya empat aliran terbesar di Jepang, antara lain Shotokan, Goju-ryu, Shito-ryu dan Wado-ryu.

Shotokan Goju-ryu Shito-ryu Wado-ryu

Di Indonesia karate mengalami perkembangan yang cukup pesat.

Beberapa perguruan karate yang terdapat di Indonesia merupakan perwakilan resmi dari di Jepang.

Di Indonesia beberapa aliran karate yang besar adalah:

(8)

Perguruan Karate Kala Hitam berdiri pada tanggal 20 Januari 1972 dan ada hubungannya dengan kondisi kehidupan wartawan yang saat itu sering mengalami tindak

kekerasan. Kala Hitam 1972 1 20

Hal inilah yang mendorong anggota-anggota jurnalis untuk mendirikan perguruan Kala Hitam. Kala Hitam

Saat ini perguruan Kala Hitam telah memiliki banyak cabang seperti Nangroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Jambi, DKI, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur

Kala Hitam

Murid Kala Hitam memimpin cabang-cabang tersebut, sedangkan yang memimpin karate pusat adalah Sensei Winta Karna.

Winta Karna

Setiap karateka harus selalu menjaga dan melatih anggota badannya agar bisa menjadi senjata yang ampuh untuk mengalahkan lawan.

Senjata Karate pada prinsipnya terbagi menjadi 3 bagian yakni gerakan tangan, gerakan kaki dan gerakan kepala.

. Gerakan tangan adalah kepalan depan

kepalan samping kepalan jari telunjuk kepalan jari

tengah kepalan kepalan naga kepalan ibu jari

kepalan jari datar ujung jari tangan dua jari

(9)

paruh ayam pergelangan tangan kepala palu lengan bawah siku dan lainnya Gerakan kaki adalah tumit

lekukan telapak kaki bagian dalam ujung depan telapak kaki punggung kaki kaki pisau lutut , tulang kering Paha Gerakan kepala adalah gerakan kepala depan

gerakan kepala samping gerakan kepala belakang gerakan kepala atas

Peraturan pertandingan kejuaraan karate Kala Hitam disesuaikan dengan peraturan pertandingan Kyokushinkai-kan International yang berpusat di Tokyo.

(10)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Kamus bahasa Inggris Webster mendefinisikan beladiri dalam batasan yang sangat luas, yaitu sebagai tindakan melindungi diri. Definisi yang kami gunakan lebih sempit batasannya dan mendefinisikan beladiri sebagai suatu strategi yang digunakan untuk merespon serangan fisik (Nelson, 2001:45). Beladiri, pilihan terakhir dalam rangkaian serangan balas, adalah suatu strategi yang digunakan dalam saat-saat terakhir. Taktik beladiri digunakan ketika segala usaha untuk menghindar atau mencegah serangan fisik gagal dilakukan.

Ilmu beladiri sebenarnya sudah dikenal semenjak manusia ada, hal ini dapat dilihat dari peninggalan-peninggalan purbakala antara lain: kapak-kapak batu, lukisan-lukisan binatang yang dibunuh dengan senjata seperti tombak dan panah. Beladiri pada waktu itu hanya bersifat mempertahankan diri dari gangguan binatang buas dan alam sekitarnya. Namun sejak pertumbuhan penduduk manusia semakin meningkat, maka gangguan yang datang dari manusia mulai timbul sehingga keinginan orang untuk menekuni ilmu beladiri semakin meningkat.

Idealnya latihan bela diri telah berubah sebagaimana kepopuleran bela diri dalam masyarakat. Walaupun dulu bela diri merupakan teknik fisik yang diambil dari berbagai macam latihan perang, latihan bela diri masa kini lebih bersifat penggabungan mengkombinasikan pengamatan, penilaian, komunikasi, dan pertahanan fisik menjadi sebuah program yang menyeluruh.

(11)

• Memperdalam pemahaman tentang menjamurnya tindak kekerasan di lingkungan anda,

• Belajar bagaimana cara mempertimbangkan resiko dan serangan dengan cepat dan realistik ada situasi yang berbeda-beda,

• Menguji tindakan dan kebiasaan anda dalam menentukan bagaimana mereka (penyerang) menyerang anda,

• Lebih mengembangkan kemampuan lisan dan nonlisan untuk menghadapi situasi yang berbahaya, dan terakhir,

• Belajar membalas serangan dengan taktik yang tepat, tetapi hanya boleh dipelajari setelah anda menguasai semua teknik pencegahan dan penghindaran diri.

Bela diri dewasa ini sering digolongkan menurut keinginan atau kelompok atau golongan tertentu. Contohnya, program bela diri khusus yang memfokuskan pada perhatian kekuatan, dan kelemahan wanita serta anak-anak yang terjadi di banyak kota-kota besar. Ini merupakan hasil usaha gerakan wanita yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran terhadap pelecehan seksual, kekejaman suami, dan pelecehan seksual terhadap anak-anak pada 2 dekade terakhir.

Program pengetahuan bela diri juga telah dikembangkan untuk para ahli yang jenis pekerjaannya memerlukan hubungan langsung dengan orang yang bermasalah, seperti ahli jiwa (psikiater), staf ruangan gawat darurat, buruh, dan polisi. Program yang bervariasi ini dikembangkan untuk membantu sejumlah pekerjaan tertentu, hubungan dengan klien, dan keamanan bagi pekerja pelayanan jasa.

(12)

Seni beladiri adalah perpaduan unsur seni, teknik membeladiri, olahraga, serta olah batin yang didalamnya terdapat muatan seni budaya masyarakat dimana seni itu lahir dan berkembang. Pada dasarnya seni beladiri dapat dikategorikan dalam dua aspek, aspek teknik dan aspek non-teknik. Setiap aliran seni beladiri mempunyai persamaan dan perbedaan pemahaman mengenai kedua aspek tersebut. Sejarah dari suatu negara, adat istiadat, tradisi dan lingkungan alam tempat seni beladiri itu tumbuh dan berkembang akan mewarnai perbedaan diantara kedua aspek tersebut.

Hampir semua seni bela diri berasal dari Asia, dan dalam perkembangannya seni bela diri tersebut mendapat pengaruh yang besar dari pemikiran dan filsafat Timur yang terdapat dalam Konfusianisme, Budhisme, dan Taoisme. Jenis yang bervariasi ini menekankan pada perbedaan kualitas gerakan dan teknik fisik, namun memiliki tujuan umum yang sama, yaitu menyediakan sarana untuk pengembangan diri dan kewaspadaan diri. Tujuan umum latihan bela diri adalah untuk menciptakan kesatuan jasmani dan rohani, kepercayaan diri, disiplin, pengendalian diri, kebugaran tubuh, dan kedamaian jiwa. Masing-masing seni merupakan sistem yang sempurna dalam bela diri. Jenis-jenis seni beladiri yaitu karate, kungfu, Jujitsu, Yudo, Aikido, Tai Chi, Arnis/Kali, Pencak Silat, Capoera, Ninjutsu.

Salah satu seni beladiri tradisional Jepang yang memiliki keunikan dan tetap dipertahankan adalah karate. Arti atau definisi karate menurut T. Chandra dalam Wahid (2007:5) adalah sebagai berikut:

KARA = kosong/hampa/tidak berisi TE = tangan (secara utuh/keseluruhan)

DO = jalan/jalur yang menuju suatu tujuan/pedoman

(13)

senjata alam yang sudah ada dalam tubuh kita seperti, tangan, lutut, kaki dan lain sebagainya. Maka dalam karate-do setiap anggota badan dilatih secara sistematis sehingga pada gilirannya menjelma menjadi senjata yang ampuh yang sanggup menaklukkan lawan dengan satu gerakan yang menentukan.

Untuk dapat memperkenalkan dan mendalami lebih jauh tentang seni beladiri karate maka peneliti memilih judul “Karate Kala Hitam di Indonesia sebagai sebuah studi kasus adaptasi budaya”

1.2. Perumusan Masalah

Masyarakat mengenal beladiri sebagai suatu strategi yang digunakan untuk merespon serangan fisik. Pengetahuan tentang beladiri penting untuk menghindari atau mencegah terjadinya serangan fisik kapanpun itu terjadi (Nelson, 2001:45).

Seni beladiri karate merupakan suatu bentuk beladiri yang mengandalkan tangan kosong. Lahirnya karate sebagai seni beladiri diketahui pada abad ke-19. Adalah Matsumara Shukon (1797-1896) seorang prajurit samurai dan pelindung Raja Soko Okinawa. Dia menciptakan karate dengan menggabungkan unsur seni militer Jepang (bushido) yang berakar pada Nippon Seishin (semangat Jepang).

Perkembangan Karate tidak hanya di Jepang tetapi juga menyebar ke mancanegara termasuk Indonesia. Perkembangan Karate di Indonesia mengakibatkan terbentuknya aliran-aliran karate baru yang terdapat di Indonesia salah satunya adalah perguruan karate Kala Hitam.

Berdasarkan uraian diatas maka peneliti mencoba merumuskan masalah sebagai berikut:

(14)

3. Bagaimana sejarah berdirinya Karate Kala Hitam di Indonesia?

1.3. Ruang Lingkup Pembahasan

Peneliti menganggap perlunya diberikan batasan ruang lingkup pembahasan agar permasalahan yang akan dibahas menjadi lebih terperinci, jelas, terfokus, dan tidak tumpang tindih.

Peneliti dalam melakukan analisis hanya memberikan batasan terhadap ruang lingkup pembahasan yang lebih difokuskan pada pengertian karate, perkembangan karate di Indonesia. Pembahasan skripsi ini juga menyinggung sekilas tentang aliran-aliran karate di Indonesia. Mengingat banyaknya aliran Karate yang terdapat di Indonesia maka pembahasan dibatasi pada perguruan Karate Kala Hitam. Hal hal yang akan dibahas mengenai perguruan karate kala Hitam berupa sejarah Karate Kala Hitam, cabang Karate Kala Hitam di Indonesia, anggota tubuh sebagai senjata Karate Kala Hitam, Unsur Jepang dan Unsur Indonesia dalam karate Kala Hitam.

Sebelum pembahasannya peneliti terlebih dahulu akan mendeskripsikan sejarah lahirnya karate, aliran-aliran karate di Jepang dan falsafah karate.

1.4. Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori

1. Tinjauan Pustaka

(15)

Karate dalam kamus kontemporer (2002:663) adalah olahraga beladiri yang mengutamakan kekuatan anggota badan serta kecepatan gerak. Saat ini istilah karate berasal dari dua kata dalam huruf kanji “kara” yang bermakna kosong dan “te” yang berarti tangan. Karate berarti sebuah seni bela diri yang memungkinkan seseorang mempertahankan diri tanpa senjata. Memang demikian adanya, bahwa karate tidak menggunakan senjata lain, selain senjata alam yang sudah ada dalam tubuh kita seperti, tangan, lutut, kaki dan lain sebagainya. Akhiran kata “Do” pada karate-do memiliki makna jalan atau arah. Suatu filosofi yang diadopsi tidak hanya oleh karate tapi kebanyakan seni bela diri Jepang dewasa ini (Kendo, Judo, Kyudo, Aikido dan lain-lain).

Karate berasal dari pengucapan dalam bahasa Okinawa “kara” yang berarti Cina dan “te” yang berarti tangan. Selanjutnya arti dari dua pengucapan itu adalah tangan Cina, teknik Cina , tinju Cina. Selanjutnya sekitar tahun 1931 Gichin Funakoshin dikenal sebagai bapak karate modern mengubah istilah Karate kedalam Huruf Kanji Jepang. Tahun 1936 buku Karate-do Kyohan diterbitkan Funakoshi telah menggunakan istilah Karate. http://www.fukushotokan.com

2. Kerangka Teori

Penelitian ini lebih mengarah pada penelitian kebudayaan. Budaya menurut Sir Edward B. Taylor dalam Ben Haryo (2005:14) adalah seluruh Kompleksitas yang terbentuk dari sejarah dan diteruskan dari generasi ke generasi melalui tradisi yang mencakup sosial, ekonomi, hukum, agama, seni, teknik, kebiasaan dan ilmu kebudayaan selalu bersifat sosial dan historik.

(16)

Dalam pandangan sosiologi, kebudayaan mempunyai arti yang lebih luas. Kebudayaan meliputi semua hasil cipta, karsa rasa dan karya manusia baik yang material maupun nonmaterial (baik yang bersifat kebendaan maupun yang bersifat kerohanian). Kebudayaan material adalah : hasil cipta, karsa yang berwujud benda-benda atau barang-barang atau alat-alat pengolahan alam. Kebudayaan nonmaterial adalah hasil cipta, karsa yang berwujud kebiasaan-kebiasaan atau adat istiadat, kesusilaan, ilmu pengetahuan, keyakinan, keagamaan, dan sebagainya.)

Dalam penulisan skripsi ini, peneliti menggunakan jenis pendekatan historis, yaitu penelitian dengan menggunakan metode sejarah penyelidikan yang kritis keadaan-keadaan, perkembangan, serta pengalaman-pengalaman di masa lampau dan menimbang secara cukup teliti dan hati-hati tentang validitas dari sumber sejarah serta interpretasi dari sumber-sumber keterangan tersebut. ( Nazir,1988:55-56 )

Nevins, ( Nazir,1988:55 ) menyatakan sejarah adalah deskripsi yang terpadu dari keadaan-keadaan atau fakta-fakta masa lampau yang ditulis berdasarkan penelitian serta studi yang kritis untuk mencari kebenaran.

Etika moral orang Jepang sebagian terbesar bersumber dari Confucianisme yang dipaparkan dalam tiga pokok kebajikan dan dikembangkan menjadi “Delapan Pokok Kebajikan” sebagai berikut.

Tiga Pokok Kebajikan: • Kecerdasan (chi)

Kasih sayang (jin)

Keberanian (yuu)

(17)

Kejujuran (gi)

Sopan santun (rei) Kecerdasan (chi)

Kepercayaan (chuu)

Keramahtamahan (kou)

Kepatuhan terhadap orang tua (tei)

Keberanian (yuu)

Nilai-nilai kebajikan itulah yang diharapkan menjadi landasan hidup bagi setiap orang dalam kehidupan, tidak terkecuali dalam sikap mempelajari bu (bela diri Jepang).

Hakikat utama dalam mempelajari bu, termasuk karate-do, adalah penajaman atau penempaan semangat (ki) dan jiwa (seishin), guna menemukan hakikat dari sebuah karakter.

(18)

1.5. Tujuan dan manfaat penelitian a. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini antara lain:

1. Mengetahui dalam kondisi masyarakat yang bagaimana karate lahir. 2. Mengetahui perkembangan karate di Indonesia

3. Mengetahui sejarah berdirinya karate Kala Hitam di Indonesia. b. Manfaat Penelitian

Manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini antara lain:

1. Menambah pengetahuan tentang sejarah lahirnya karate dan kondisi masyarakatnya.

2. Menambah pengetahuan tentang perkembangan karate di Indonesia. 3. Menambah pengetahuan sejarah berdirinya karate Kala Hitam di Indonesia.

1.6. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode yang bersifat deskriptif yaitu suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuannya adalah untuk membuat deskripsi, gambaran/lukisan secara sistematis, faktual, akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan hubungan antara fenomena yang diselidiki (Nazir, 1985).

(19)
(20)

BAB II

TINJAUAN UMUM KARATE

2.1 Pengertian dan sejarah Karate 2.1.1 Pengertian Karate

Menurut Chuck Norris dalam A Dictionary of the Martial Arts (Ohara Publication Inc.,Burbank CA,-2003) terminology Karate-Do dijabarkan sebagai: “a kind of oriental martial art” atau dalam bahasa Indonesianya “sebuah seni beladiri dari Timur.”

SENI sendiri menurut Plato adalah hasil karya manusia sesuai kejiwaannya untuk sebuah tiruan alam. Sementara itu , beladiri menurut W.J.S. Poerwadarminta adalah sebuah frasa gabungan yang berkonotasi kepada upaya atau tindakan seseorang dalam mempertahankan keselamatan jiwa dan raganya dari pihak lain.

Dari kesimpulan semua penjelasan diatas, saya mendefinisikan Karate-do secara lengkap sebagai:

“Sebuah metode khusus untuk mempertahankan diri melalui penggunaan anggota tubuh yang terlatih secara baik dan alami yang didasari dan bertujuan sesuai nilai filsafat

Timur”(Wahid, 2007:5)

(21)

lingkup yang berkaitan dengan seni beladiri ini (karate is a not just a sport, it’s a martial art). Peran penting frasa pertama juga patutlah tidak dinafikan begitu saja dalam hal perubahan eksistensinya hingga dapat menjadi ikon sebuah kategori olahraga popular yang sangat profesional dan manajerial dewasa ini. Karate bahkan dapat bersaing dengan jenis olahraga popular lain yang notabene murni bersifat permainan dan hiburan.

2.1.2 Sejarah Karate

Lebih dari 4.000 tahun yang lalu (sebelum abad ke-20 SM) bangsa/ras Aria yang berasal dari suku-suku yang buas, namun cerdas di daerah padang rumput Eropa Timur dan Asia Tengah mulai melakukan penyerbuan ke arah selatan yang lebih subur. Persia serta anak benua Hindustan di Asia (kini India dan Pakistan) yang makmur adalah sasaran utamanya. Dengan kemampuan teknik berperang yang tinggi dan penuh kedisiplinan, dalam tempo sekejap mereka berhasil menaklukkannya dan mendirikan negara dengan golongan mereka sebagai kaum penguasa yang mengatur kehidupan bangsa/ras Dravida yang merupakan penduduk asli. Inilah yang menjadi cikal bakal sistem kasta dalam agama Hindu di India sampai saat ini. Ras Aria umumnya memosisikan dirinya dalam kasta Ksatrya (kaum bangsawan militer) karena hal itu sesuai dengan keahlian turun temurun yang mereka bawa.

(22)

binatang yang sering dijumpai di India (harimau, gajah, singa, beruang, ular, elang, dan sebagainya) dan terakhir lewat proses waktu, maka metode pertempuran itu pun menghasilkan sebuah rangkuman pengetahuan kuno yang disebut Mallavidya (Malla = peperangan/pertempuran, Vidya = pengetahuan – bahasa Sanskerta) yang berisikan sekumpulan petunjuk taktik pertempuran yang disertai semacam kode disiplin moral sederhana bagi para ksatrya. Dalam perkembangannya demikian, ia mempunyai banyak cabang dalam hal penerapannya dimedan perang, baik dengan senjata atau tanpa senjata. Cabang yang mengkhususkan diri pada teknik tanpa senjata yang disebut Vajramusthi (vajra = halilintar/petir, musthi = pukulan/tinju/kepalan), yang jejaknya pada saat ini masih bisa ditelusuri pada negara-negara bagian di wilayah India bagian selatan.,yaitu Kerala, Malabar, dan Tamil Nandu. Kini ia disebut dengan Verumkai Prayogam (Verum = hanya, kai = tangan, prayogam = menggunakan/penggunaan), sebuah metode pertarungan tangan kosong yang merupakan salah satu cabang dari seni beladiri Kallaripayat/Kallaripayatu. Di luar wilayah India ia pun berkembang pesat, dibawa para

penebar agama Hindu dan Budha dari India kemanapun mereka pergi dan menetap.

Setelah disesuaikan dengan faktor lokal yang telah lebih dulu ada (yaitu fisik manusianya secara umum, alam dan cuaca yang menjadi lingkungan, serta adat dan budaya sebagai hasil proses perkembangan peradaban), maka ia pun bertransformasi dalam banyak variasi yang dalam tampilannya tetap memiliki ikatan kuat dalam hal subtansi dasar dengan cikal bakalnya di India tersebut. Pencak silat di Indonesia dan Muay-Thai di Thailand adalah contoh kasus yang sangat menarik untuk dikaji lebih jauh keberadaannya dari sudut pandang sosio-historis yang menyeluruh.

(23)

pengetahuan yang diajarkan padanya oleh seorang guru tua yang bernama Prajanatra/Prajnatra. Namun belakangan, dengan sebab yang tidak diketahui dengan pasti (dari sudut pandang religutisitas Budhis disebutkan faktor reinkarnasi leluhurnya mungkin berperan sebab ia merupakan keturunan ke-28 Sidharta Gautama), mendadak Jayavarman meninggalkan kehidupan duniawinya dengan cara menekuni dengan total ajaran agama Budha sebagai seorang pendeta/biksu aliran Mahayana.

Ia pun mengganti namanya menjadi Bodhi Darma (di Cina disebut Ta Mo, di Jepang disebut Daruma Taishi/Bodidaruma) dan kemudian melakukan perjalanan ke Cina untu menyebarkan ajaran agama Budha pada tahun 527. Disana ia menetap disebuah kuil yang bernama Shaolin, kuil ini sendiri didirikan pada tahun 405 dan berlokasi di Gunung Shongsan, yang saat ini masuk wilayah propinsi Henan. Ia menerjemahkan teks ajaran Budha berbahasa Sanskerta ke dalam bahasa Cina dan mendirikan sektenya sendiri yang di sebut Chan (Zen dalam bahasa Jepang).

(24)

tubuh bagian atas) yang keduanya dianggap sebagai barometer semua ilmu beladiri di wilayah Asia Timur.

Sekte Chan/Zen mulai dikenal Jepang pada abad ke-14 dibawa dari China lewat semenanjung Korea maupun pulau Okinawa. Di Korea jejak tranformasi Chuanfa yang merupakan produk zen bisa ditemui pada saat ini dalam bentuk Tae Kwon Do, sedangkan di Okinawa sendiri ch’uanfa bertranformasi menjadi Te/Tote/Tode (transliterasi kata Chin-te dari bahasa Cina yang berarti pukulan/tangan Cina kedalam dialek khas Okinawa) setelah dikombinasikan dengan teknik pertarungan kuno lokal dengan teknik pertarungan kuno kalangan Samurai Jepang yang disebut Bu-gei, yang untuk jenis teknik tanpa senjatanya disebut Yawar/Bu-jutsu. Tote kadang-kadang juga disebut sebagai Okinawa-Te atau Ryukyu Kempo/Kenpo (mungkin disebabkan oleh proses transliterasi kata kungfu/wushu/kang-ouw dari bahasa Cina kedalam dialek khas Okinawa). Di kemudian hari Bu-jutsu bertransformasi sesuai urutan perkembangannya menjadi Ju-jutsu, Judo, dan Aikido.

(25)

tradisional yang ada di Asia tenggara. Okinawa yang memiliki tiga kota besar sebagai kota utamanya pada zaman itu, yaitu Tomari, Shuri, dan Naha selama ratusan tahun sesuai catatan sejarah ternyata sangat menarik minat kekaisaran Cina, Korea dan Jepang untuk silih berganti menancapkan pengaruh di daerah kepulauan yang strategis tersebut, Hal ini memungkinkan terjadinya pencampuran unsur-unsur budaya (termasuk seni beladiri) dari ketiga negara tersebut. Masuknya pengaruh seni beladiri Cina yang paling awal tercatat dalam sejarah resmi adalah ketika pada tahun 1393 sebuah ekspedisi militer yang dikirim dan lalu menetap disana sebagai semacam tentara bantuan oleh kaisar Hung Wu dari dinasti Ming pada raja Satto, penguasa Okinawa pada saat itu, dengan dampak sampingan diperkenalkannya beberapa keunggulan teknik perang mereka (Meitoku Yagi, salah seorang guru besar Goju-Ryu di Okinawa pada abad ke-20 merupakan keturunan langsung dari salah seorang anggota ekspedisi militer tersebut). Namun akhirnya, pada tahun 1429 dibawah Kaisar Shohasi dari Chuzan, Okinawa dapat disatukan dan dikuasai secara penuh oleh Jepang hingga saat ini.

(26)

Klan Satsuma yang berasal dari Kagoshima ini berkuasa pada tahun 1872. Dan selama 260 tahun masa kekuasaan mereka (dihitung hanya sampai dengan dimulainya restorasi Meiji pada tahun 1868) catatan sejarah resmi tentang Tote di Okinawa sangat minim. Yang sempat tercatat hanyalah tentang partisipasinya sebagai sebuah kemampuan khusus dalam perjaungannya dan dianggap sangat berbahaya dan mengancam secara tak langsung bagi kalangan militer yang berkuasa. Oleh karena itulah, disebutkan bahwa seni beladiri ini sangat dijaga kerahasiaannya dan dikembangkan kerahasiaannya secara turun temurun di kalangan pria (dari kepala keluarga hanya pada putra tertuanya yang akan menjadi penggantinya) dalam keluarga bangsawan (shizoku) Okinawa. Bahkan dalam banyak kasus didapati anggota keluarga yang tak diwarisi/tidak mempelajari Tote dipastikan akan tidak akan mengetahui sama sekali bahwa ada diantara anggota keluarga mereka yang menguasai seni beladiri tersebut. Ada dua ungkapan yang menggambarkan kondisi di atas pada zaman itu, yaitu Reimyo Tote (tangan yang ajaib) dan Shimpi Tote (tangan yang misterius).

Baru kemudian mulai akhir abad ke-17 ada beberapa nama yang “berani” muncul kehadapan publik, karena mereka memiliki posisi yang cukup kuat dalam dalam elit politik klan Satsuma yang memerintah. Mereka dihormati namanya sampai saat ini dalam dunia Karate-do karena mereka juga merupakan pencipta beberapa buah kata standar yang paling umum dipakai. Mereka itu berasal dari tiga kelompok yang berbeda, yaitu sebagai berikut.

(27)

2. Dari kalangan samurai (punggawa militer) yang mengabdi dikastil bangsawan kalan Satsuma yang berkuasa, namun mereka aslinya adalah orang Okinawa yang mungkin pernah merantau ke Cina untuk mempelajari teknik-teknik ch’uanfa tingkat tinggi. Tercatat nama-nama berikut: peichin Takahara, Tode Tokugawa, Gusukuma, dan yang paling terkenal tentu saja Sokon “Bushi” Matsumura yang merupakan penggubah Kata jenis Bassai.

3. Dari kalangan penduduk asli yang sangat militan dalam melawan kekuasaan kekaisaran Jepang dan pergi ke Cina selama bertahun-tahun untuk memeperdalam pengalaman pengetahuan mereka tentang Tote dan Ch’uanfa dan kembali lagi ke Okinawa untuk mengajarkan kemampuan mereka itu pada temen-teman seperjuangannya. Yang paling dikenal adalah Yara yang berasal dari kota Chatan, dimana ia mengubah beberapa buah kata yang sudah ada kedalam versinya sendiri yang didasari pada jenis ch’uanfa dari Cina bagian selatan. Saat ini hasil karyanya itu dikenal dalam golongan Kata jenis Chatanyara/Chatan Yara.

(28)

yaitu Yasutsune “Anko” Itosu, dan Kanryo Higoanna. Mereka bertiga secara kebetulan pernah menimba ilmu dari guru yang sama, yaitu Sokon Matsumura.

1. Berdasarkan aliran ch’uanfa yang mempengaruhinya secara dominan dalam Kata maka ada dua aliran besar dari Tote, yaitu sebagai berikut.

a. Shorin, berasal dari ch’uan-fa aliran utara yang memiliki banyak teknik melompat sehinnga mengembangkan kekuatan pinggul dan kaki. Hal ini terjadi karena bagian utara Cina terdiri dari padang rumput dan tanah datar luas yang gersang sehingga dampak pada sebuah gaya pertarungan adalah jarak yang cukup jauh, pergerakan yang lebih dominan dalam sebuah garis lurus, kedinamisan kuda-kuda yang panjang dan tampilan yang kaku dari sebuah teknik, namun memiliki keakuratan yang tinggi pada sasaran.

b. Shorei, berasal dari Ch’uan-fa aliran selatan yang memiliki keunggulan dalam hal keseimbangan dan kekuatan tubuh bagian atas. Hal ini terjadi karena wilayah bagian selatan Cina terdiri dari areal persawahan dan rawa-rawa yang lunak dan licin sehingga dampak pada gaya sebuah pertarungan adalah jarak yang dekat, pergerakan yang didasari pada teori titik tengah sebuah lingkaran, kekokohan kuda-kuda yang pendek dan keluasan tampilan sebuah teknik terutama tangan, namun secara dominan diiringi pengerahan tenaga secara besar.

2. Berdasarkan tempat perkembangannya selama ratusan tahun di Okinawa, maka dikenal ada tiga jenis Tote, yaitu sebagai berikut.

a. Shuri-Te, yaitu Tote yang berkembang di kota Shuri dan pada umumnya teknik pertarungan dan jenis kata yang dikembangkan disini termasuk kelompok Shorin. Saat ini di Okinawa ada tiga perguruan besar yang masih mengajarkan ajaran Shuri-te secara aslinya:

(29)

- Kobayashi-ryu, didirikan oleh Chosin Chibana;

- Shorin-ryu, disebutkan sebagai perguruan tertua yang bersumber dan didirikan lang sung oleh Sokon Matsumura,

b. Naha-Te, yaitu Tote yang berkembang dikota Naha dan pada umumnya teknik pert rungan dan jenis kata yang dikembangkan disini termasuk kelompok Shorei. Saat ini di Okinawa ada dua perguruan besar yang masih mengajarkan ajaran Naha-Te secara aslinya:

c. Tomari-Te, yaitu Tote yang berkembang di kota Tomari dan pada umumnya teknik pertarungan serta jenis Kata yang dikembangkan disini adalah kombinasi dari kelompok Shorin dan Shorei. Nama-nama tokoh yang bisa dimasukkan dalam aliran ini adalah Gusukuma, Kosaku Matsumura, Kokan Oyadomari, Sanda Kanaghushiku, dan Gichin Funakoshi (meskipun tidak mengadopsi 100 persen sesuai aslinya, namun tetap dihitung sebagai salah satu penerusnya) Dewasa ini Tomari-Te dinggap secara lebih umum sebagai salah satu cabang dari Shuri-Te.

Di perempat terakhir abad ke-19 muncullah nama-nama yang kelak di kemudian hari dianggap sebagai para perintis yang merenovasi Tote untuk dapat diagi menjadi apa yang kita kenal sebagai karate. Mereka itu diantaranya adalah Ankichi Arakaki, Chojun Miyagi, Kanbun Uechi, Shosin Nagamine, Gichin Funakoshi,dan lain-lain.

2.2. Aliran-Aliran Karate di Jepang

Adapun ciri khas dan latar belakang dari berbagai aliran karate yang termasuk dalam 4 besar JKF adalah sebagai berikut :

(30)

Shoto adalah nama pena Gichin Funakoshi, Kan dapat diartikan sebagai

gedung/bangunan sehingga Shotokan dapat diterjemahkan sebagai Perguruan Funakoshi, Funakoshi merupakan pelopor yang membawa ilmu karate dari Okinawa ke Jepang. Aliran Shotokan merupakan akumulasi dan standardisasi dari berbagai perguruan karate di Okinawa yang pernah dipelajari oleh Funakoshi. Berpegang pada konsep Ichigeki Hissatsu, yaitu satu gerakan dapat membunuh lawan. Shotokan menggunakan kuda-kuda

yang rendah serta pukulan dan tangkisan yang keras. Gerakan shotokan cendrung linear/frontal, sehingga praktisi shotokan berani beradu langsung pukulan dan tangkisan lawan.

2. Goju-ryu

Goju memiliki arti keras-lembut. Aliran ini memadukan teknik keras dan teknik lembut dan merupakan salah satu perguruan karate tradisional di Okinawa yang memiliki sejarah yang panjang. Dengan meningkatnya popularitas karate di Jepang (setelah masuknya Shotokan ke Jepang), aliran Goju ini dibawa ke Jepang oleh Chojun Miyagi. Miyagi memperbarui banyak teknik-teknik aliran ini menjadi aliran Goju-ryu yang sekarang, sehingga banyak orang menganggap Chojun Miyagi sebagai pendiri Goju-ryu. Berpegang pada konsep bahwa “dalam pertarungan yang sesungguhnya, kita harus bisa menerima dan membalas pukulan”. Sehingga Goju-ryu menekankan pada latihan Shanchin atau pernapasan dasar, agar para praktisinya dapat memberikan pukulan yang

dahsyat dan menerima pukulan dari lawan tanpa terluka. Goju-ryu menggunakan tangkisan yang bersifat circular serta senang melakukan pertarungan jarak rapat.

3.Shito-ryu

Aliran Shito-ryu terkenal dengan keahlian bermain kata, terbukti dari banyaknya kata yang diajarkan di aliran Shito-ryu, yaitu ada 30 sampai 40 kata, lebih banyak dari

(31)

dengan kondisi, mereka bisa bertarung seperti Shotokan secara frontal, maupun dengan jarak rapat seperti Goju.

4. Wado-ryu

Wado-ryu adalah aliran Karate yang unik karena berakar pada seni beladiri Shindo Yoshin-ryu Jujutsu, sebuah aliran beladiri Jepang yang memiliki teknik kuncian persendian dan lemparan. Sehingga Wado-ryu selain mengajarkan teknik kuncian persendian dan lemparan/bantingan Jujutsu. Di dalam pertarungan, ahli Wado-ryu menggunakan prinsip Jujutsu yang tidak mau mengadu tenaga secara frontal, lebih banyak menggunakan tangkisan yang bersifat mengalir (bukan tangkisan keras), dan terkadang menggunakan teknik Jujutsu seperti bantingan dan sapuan kaki untuk menjatuhkan lawan. Akan tetapi, dalam pertandingan FORKI dan JKF, para praktisi Wado-ryu juga mampu menyesuaikan diri dengan peraturan yang ada dan bertanding tanpa menggunakan jurus-jurus Jujutsu tersebut.

5. Kyokushin

(32)

2.3 Falsafah Karate Falsafah di dalam Karate :

1. Zen selalu menekankan pada pengetahuan atas Satori (intuisi) dan menolak dengan tegas kepatuhan akan seluruh aspek ritual keagamaan Budha asli India seperti patung, gambar, upacara, dan lain-lain. Ajaran utama Zen menyatakan bahwa manusia terpisah dari semau benda tetapi pada saat yang bersamaan ada pada segala realitas. Dalam Go Rin no Sho, Mushashi menjelaskan esensi Zen dalam pemahamannya sebagai seorang samurai: “Anda boleh saja menghormati sang Budha, namun anda tidak boleh bergantung padanya.” (Wahid, 2007 : 13)

2. Satori adalah pembukaan pikiran dan jiwa berdasarkan hasil belajar dan pengalaman yang bertujuan untuk mengungkapkan realitas akhir sebuah permasalahan yang berhubungan dengan diri sendiri dan alam semesta. Dilambangkan dalam bentuk In to Yo (pola simbol energi positif-negatif/Yin Yang ala Jepang).

3. Mukatetsu adalah ajaran awal Takuan yang berbunyi “Memukul adalah tidak memukul, sebagaimana membunuh adalah tidak untuk membunuh”; yang mungkin bisa dijelaskan sebagai prinsip yang menuntun seseorang untuk menaklukkan musuhnya dengan cara menghindari sejauh mungkin pertarungan atau pertarungan tanpa tangan maupun senjata. Mukatetsu sebenarnya berasal dari Muto, sebuah doktrin pertarungan spritual “tanpa pedang” karya Yagyu Tajima dari periode Azuchi Momoyama.

(33)

5. Fudoshin berarti keabadian dalam hati. Keadaan dimana pikiran seseorang petarung tidak dihantui oleh ketakutan akan bahaya atau serangan apa pun. Oleh Mushashi ia diibaratkan sebagai Iwa no Mi atau tubuh seperti batu.

6. Hontai adalah keadaan sadar dan waspada penuh dengan pikiran dan emosi yang tetap terkontrol baik dari seseorang dalam sebuah pertarungan.

7. Hyoho adalah metode strategi pertarungan yang ditulis oleh Miyamoto Musashi yang menekankan pada kondisi yang ia sebut sebagai “ menikmati sebuah pertarungan”. Bertujuan agar kesempurnaan kepercayaan diri bisa dicapai dengan menemukan hubungan antar pikiran/rasio dengan kemampuan/teknik bertempur.

8. Manabu adalah prinsip yang berbunyi “pemahaman akan sesuatu yang baru bisa dicapai dengan meniru dari pemahaman sesuatu yang lebih dulu ada.”

9. Musha-Shugyo adalah prinsip yang berbunyi “pemahaman yang sempurna akan sesuatu dicapai lewat banyak pengalaman”, dilaksanakan dalam bentuk menimba ilmu kebanyak guru yang berbeda-beda. Di masa lampau untuk mengantisipasi seorangan Budoka yang kerap melakukan Musha-Shugyo (agar tidak mengungguli teknik sebuah ryu tempat ia belajar), maka ryu tersebut akan membuat Densho (dokumen rahasia) yang berisikan Gokuhi (teknik-teknik simpanan khusus tertinggi) yang tak akan diberikan pada orang yang tidak diyakini kesetiaannya pada ryu yang bersangkutan. 10. Mizu-nagare adalah prinsip yang berarti “mengalir bagai air”, sering diterjemahkan

sebagai posisi tubuh yang ideal bak air yang harus mengalir lancar untuk melewati tubuh untuk dapat menghasilkan kesempurnaan dalam dari sebuah gerakan.

11. Zanshin adalah prinsip kewaspadaan akan segala hal yang mungkin akan terjadi setelah dilakukannya sebuah serangan dalam sebuah pertarungan.

(34)

membawa kemenangan. Dianalogikan bahwa orang yang cerdas tak akan pernah menyebut dirinya cerdas pada orang lain.

13. Do yang berarti jalan merupakan konsep moral, etika, dan sekaligus estetika yang menuntun pengikutnya pada keharmonian spiritual-material. Dalam hubungan dengan beladiri ia digunakan sebagai kode disiplin wajib yang memberikan Budo (seni beladiri/perrtarungan) dengan Jutsu (teknik pertarungan).

14. Ai yang berarti cinta atau kasih merupakan konsep dasar dari seluruh jenis Budo di Jepang, dan menurut Zen ia dipakai sebagai pengenalan dasar oleh manusia dalam mengatur alam semesta agar menjadi kekuatan untuk menjaga keharmanisannya. Ia bersifat selalu memutar karena harus menjadi titik pertemuan seluruh energi yang ada dan karena itulah ia digambarkan dalam bentuk diagram yang lazim dikenal sebagai simbol positif-negatif Timur (Yin Yang di Cina adalah bentuk paling awal yang dikenal, dan berasal dari ajaran filsafat Tao). Dalam pemahaman lebih lanjut ia diterjemahan sebagai rasa simpati, toleransi, dan bahkan cinta diantara seluruh umat manusia. Ai akan dapat berjalan bila dapat disatukan dengan Ki, yang berarti napas dari alam sendiri/energi asli. Pertemuan dari keduanya inilah yang disebut Ki-ai, yang dalam prakteknya pada Budo menjadi sebuah pengeluaran suara yang keras pada sebuah teknik mendapatkan kime/ledakan puncaknya. Kime dan Ki-ai sendiri secara teoritis fisiologis bisa berhasil dengan baik apabila telah menguasai teknik pernapasan tertentu (Kokyu) agar fungsi Hara sebagai pusat sumber energi dan daerah penyeimbang tubuh manusia bisa dicapai seoptimal mungkin.

Dari analisis ilmu anatomi kedokteran, Hara bisa dijabarkan:

(35)

- secara detail sebuah titik yang merupakan titik-tengah dari organ-organ tubuh berikut: ruas paling bawah dari tulang belakang, ikat-ikat sakrolium, tulang kelangkang, otot lurus perut, nadi akar, usus bawah, aorta utama bagian bawah, usus bawah, aorta utama bagian bawah, arteri utama bagian bawah, usus 12 jari, usus besar bagian atas.

Dewasa ini dalam menilai keberhasilan latihan sebuah Kime sering distandarkan lewat keberhasilan melakukan Jishigi/Shiwari, yaitu teknik pemecahan dan pematahan benda-benda keras denagn anggota tubuh.

15.Ri no shugyo, waza no shugyo berarti mempelajari alasan yang menjadi penyebab

sebuah teknik haruslah bersamaan dengan mempraktikkan teknik itu sendiri.

16.Ikken Hisatsu adalah prinsip yang bisa diterjemahkan “sekali serangan berarti satu kematian”. Dimaksudkan disini sebagai konteks keefesienan dari Mukatetsu dalam mengendalikan sebuah Kime.

17.Kan ni hatsu o irezu berarti dalam sebuah pertarungan tidak boleh ada celah

sedikitpun, biarpun itu hanya seukuran sehelai rambut.

18.Sekka no ki berarti sebuah batu akan menghasilkan percikan api, mengarah pada

konteks pada usaha yang tekun akan membawa pada hasil yang terbaik

19.Mushin no kokoro berarti pembebasan/pembukaan wawasan seluas-luasnya dalm

mempelajari sesuatu.

20.Mizu no kokoro berarti pikiran harus berjalan seperti air, selalu mengalir, selalu mengalir untuk mencari ujung yang paling akhir. Bila kita kaji secara teliti, maka akan kita dapati bahwa prinsip ini memiliki kemiripan dengan ajaran Thales, seorang filsuf Yunani kuno dari aliran Filsafat Alam.

(36)

22.Gi shin fuki berarti teknik dan pikiran tidak dapat dipisahkan.

23.Ken shin fuki berarti pukulan/serangan tak dapat dipisahkan dengan teknik.

24.Do mu kyoku berarti tak ada pembatasan bagi kehidupan, lebih dimaksudkan sebagai pantang menyerah pada situasi dan kondisi apa pun.

25.Myo wa kyo-jitsu no kan ni ari berarti esensi murni sebuah teknik terletak diantara serangan dan pertahanan.

26.Koe naki o kiku, katachi naki o miru berarti tak ada suara lain yang terdengar, tak ada bayangan lain yang terlihat. Tuntunan dalam pelatihan fokus dan konsentrasi.

27.Shu ha ri berarti kepatuhan akan guru, untuk dapat melakukan variasi/terobosan baru, yang menuntun pada kesempurnaan jiwa. Paling dominan diterapkan dalam penggubahan sebuah Kata di zaman lampau.

28.Bushi no Nasake berarti manusia paling kuat dan berani haruslah juga menjadi

manusia yang paling sopan. Sering kali sebuah ritual yang sangat sederhana seperti Cha-no-Yu (upacara minum the ala Jepang) dijadikan tolak ukur sebuah nilai kesopanan dalam diri seorang Bushi.

29.Bushido yang berarti pedoman kesatriaan memiliki tempat tertinggi dalam tradisi

Budo (seni beladiri) kuno. Seorang Budoka (praktisi seni beladiri) baru bisa disebut sebagai Bushi (ksatria/pendekar/pahlawan) apabila ia sudah memahami dan melaksanakan Bushido dalam kehidupan sosialnya.

30.DojoKun atau kode moral wajib dalam Dojo, yaitu: 1. menyempurnakan kepribadian/jiwa;

2. selalu setia pada kejujuran;

(37)

5. menghindari kekerasan;

31.Niju Kun atau 20 kode moral wajib (untuk Karate-do) yang merupakan ajaran

terpenting dari Gichin Funakoshi adalah sebagai berikut.

1. Karate-do selalu dimulai dan diakhiri dengan penghormatan. 2. Dalam Karate-do hal pertama dilakukan adalah bukan menyerang. 3. Karate-do adalah sebuah bantuan bagi keadilan.

4. Kuasai dirimu sendiri sebelum menguasai orang lain.

5. Semangat/pemahaman harus lebih utama, barulah kemudian teknik. 6. Selalu siap untuk membebaskan pikiranmu.

7. Kecelakaan akan muncul dari kelalaian/keteledoran.

8. Jangan pernah berpikir bahwa latihan hanya ada dalam Dojo.

9. Tak ada batas dalam mempelajari Karate-do, ia akan meliputi seluruh kehidupanmu.

10.Jalani kehidupan sehari-hari dalam konteks Karate-do, maka kamu akan menemukan Myo (sebuah rahasia besar).

11.Karate-do seperti air dalam teko, bila tak dipanaskan ia pun akan tetap dingin. 12.Jangan berpikir kamu harus menang, tetapi berpikirlah kamu tidak boleh kalah. 13.Kemenangan tergantung pada kemampuanmu untuk membedakan antara titik

yang mudah diserang dan yang tidak.

14.Pertarungan ditentukan dengan bagaimana kamu mampu mengontrol gerakanmu ataukah tidak (gerakanmu ditentukan lawanmu)

(38)

16.Jika kamu ke luar, bayangkan selalu ada banyak musuh yang siap untuk menanti. Dan semua tergantung pada tingkah lakumu apakah mencari ataukah menghindari masalah dengan mereka.

17.Karateka pemula harus menguasai kuda-kuda dan bentuk tubuh, karate tingkat mahir lebih baik dengan Shizentai (posisi tubuh alami) dalam sebuah pertarungan.

18.Memainkan sebuah Kata hanyalah satu hal, penerapannya dalam sebuah pertarungan yang sesungguhnya adalah lebih berarti.

19.Jangan pernah melupakan koreksi terus-menerus akan tiga hal ini dalam sebuah latihan:

a. Pengaturan kelembutan dan kekerassan akan tenaga; b. Peregangan dan pemanasan anggota tubuh;

c. Pengaturan kecepatan dan kelembutan sebuah teknik.

(39)

BAB III

KARATE KALA HITAM DI INDNESIA

3.1 Perkembangan dan Aliran Karate di Indonesia 3.1.1 Perkembangan Karate di Indonesia

Seni beladiri yang berasal dari negara luar juga ikut mempengaruhi perkembangan seni beladiri yang ada di Indonesia. Hal ini disebabkan oleh budaya bangsa Indonesia yang bersifat terbuka dalam menyerap unsur budaya asing yang masuk ke Indonesia dan berperan aktif di dalam pergaulan internasional. Hal tersebut dapat terlihat dari perkembangan seni beladiri yang ada di Indonesia. Seni beladiri yang berasal dari luar Indonesia seperti karate baru berkembang pasca kemerdekaan Indonesia.

(40)

warna bagi perkembangan karate di Indonesia. Mereka ini antara lain Masatsu Oyama (Kyokushinkai-1967), Matsuzaki (KKI-1966), Hayashi (Shitoryu-1971), Ishishi (Gojuryu-1969).

Karate di Indonesia berkembang seiring dengan karate di Jepang, hal ini terlihat dari berkembangnya empat aliran karate menjadi aliran-aliran terbesar di Jepang antara lain Shotokan, Goju-ryu, Shito-ryu dan Wado-ryu. Karateka-karateka Indonesia yang bergabung dengan perguruan-perguruan diatas telah berulang-kali mengharumkan nama Indonesia di dunia Internasional.

Keempat aliran tersebut bergabung dalam wadah ZNKF (Zen-Nippon Karatedo Renmei/All-Japan Karatedo Federation) yang kemudian menetapkan standar peraturan pertandingan karate internasional, dimana standar peraturan pertarungan mereka diterima dan ditetapkan hingga kini dalam setiap pertandingan WKF (World Karate Federation).

Periode 1970-an olahraga karate mengalami beberapa kemajuan. Pemerintah memberikan perhatian terhadap penyebaran dan pembinaan seni beladiri karate dengan membentuk FORKI (Federasi Olahraga Karate-Do Indonesia) pada tahun 1972. Pemerintah melalui wadah KONI dan kementrian Pemuda dan Olahraga membantu pembinaan sehingga karate dapat menjadi cabang olahraga dan menjadi cabang olahraga yang dipertandingkan pada kejuaraan ditingkat nasional (PON). Dengan berdirinya FORKI, maka atlit-atlit Indonesia juga dapat berlaga didunia internasional, yakni baik dalam pertandingan-pertandingan internasional perguruan di Jepang maupun dalam pertarungan antar perguruan seperti pertandingan WUKO (sekarang WKF).

3.1.2. Aliran-aliran Karate Di Indonesia

(41)

1. SHOTOKAN

Shotokan merupakan aliran karate tertua di Jepang. Gichin Funakoshi merupakan pelopor yang membawa aliran karate Shotokan dari Okinawa ke Jepang. Kemudian aliran karate ini mengalami perkembangan yang cukup pesat setelah dipimpin oleh putranya Giko Funakoshi. Di Indonesia aliran karate ini diwakili oleh :

a.INKAI (Institute Karate Indonesia) yang dipimpin oleh Drs. Sabeth Mukhsin. Karateka-karateka dari perguruan ini pernah mewakili Indonesia dalam pertandingan Internasional, diantaranya adalah Abdul Latief, Sri Wibowo, Advent Bangun, Herman Lucas dan lain-lain.

b. LEMKARI (Lembaga Karate-Do Indonesia ) yang dipimpin oleh Drs. Anton Lesiangi.

c. INKADO (Indonesia Karate-Do) yang dipimpin oleh Baud Adikusumo.

2. GOJU RYU

Choyun Miyagi pertama-kali memperkenalkan aliran karate Goju ryu di Jepang pada tahun 1929. Pada saat ini pimpinannya diambil alih oleh Gogen Yamaguchi Shihan. Dia merupakan seorang karateka yang sangat lincah. Sehingga di beri julukan sebagai “The Cat”.

(42)

3. KYOKUSHINKAI

Meskipun aliran karate Kyokushinkai baru didirikan oleh seorang ahli beladiri karate yang bernama Masutatsu Oyama pada tahun 1957, namun aliran karate ini mengalami perkembangan yang cukup pesat, baik di Jepang sendiri maupun Australia, Amerika, Australia, Asia bahkan di Benua Afrika. Salah satu penyebab aliran karate ini mengalami perkembangan yang cukup pesat dikarenakan perjuangan Masatsu Oyama yang demikian gigih dan berani. Bahkan berulang kali Masatsu Oyama bertarung dengan sapi untuk membuktikan ketangguhan dan kekuatan yang dimiliki oleh aliran ini. Masatsu Oyama juga dikenal sebagai seorang perintis teknik memecahkan benda keras atau yang lebih dikenal dengan istilah “ TAMESHI WARI”.

Aliran kyokushinkai merupakan aliran karate yang mula-mula menggunakan sistem pertandingan/perkelahian bebas dengan cara kontak langsung. Dalam pertandingan atlit diperbolehkan saling memukul dan menendang sekuat tenaga mengenai tubuh lawan. Aliran Kyokushinkai di Indonesia diwakili oleh :

A. Pembinaan Mental Karate Kyokushinkai (PMK) yang dipimpin oleh Nardi T. Nirwanto. Berpusat di Batu (Malang) Jawa Timur.

B. Perguruan Karate Kala Hitam, Dipimpin oleh Winta Karna dan Ronny Simon, Berpusat di Jalan Listrik No. 5 Medan (Sumatera Utara).

4. WADO-RYU

(43)

merupakan nama pendiri aliran Wado-ryu yang telah berusia 80 tahun dan merupakan seorang ahli beladiri.

5. SHITO-RYU

Aliran Shito-ryu termasuk salah satu aliran karate yang sudah tua. Kenwa Mabuni merupakan seorang yang menciptakan aliran karate ini, hampir bersamaan dengan diciptakannya aliran karate Goju-Ryu.

Di jepang aliran Shito-Ryu cukup terkenal dan tidak sulit untuk menemukan dojo aliran ini. Shigeru Takada si juara mahasisiwa J.K.A. pada tahun 1971 dan Aki Nakamura yang pernah mewakili Jepang pada kejuaraan Dunia di Osaka, Jepang merupakan karateka tangguh yang berasal dari aliran Shito-Ryu.

6. BUDO-KAN

Kalau pada umumnya aliran karate berpusat di Jepang, maka aliran Budokan berpusat di Kuala Lumpur, Malaysia. Alamatnya berada di jalan Pandu no. 44 Kuala Lumpur.

Pendiri aliran Budo-Kan adalah seorang pengacara yang bernama Chew Choo Sott. Aliran ini berkembang cukup pesat terutama di Australia yang dipimpin oleh anaknya sendiri yang bernama Toni Chew (Dan-IV). Di Indonesia aliran ini dianut oleh 2 perguruan yaitu perguruan GABDIKA dan PERKINO.

(44)

Di Indonesia pun masih banyak lagi perguruan karate yang belum diketahui secara secara jelas alirannya. Perguruan tersebut antara lain ada PORBIKA, BLACK PANTHER, AMURA, SAKURA, SHIN KARATE-DO dan lain-lain.

3.1. Sejarah dan Cabang/Dojo Perguruan Karate Kala Hitam di Indonesia 3.3.1. Sejarah Karate Kala Hitam di Indonesia

Awal mula berdirinya perguruan Karate Kala Hitam pada tanggal 20 Januari 1972 berhubungan dengan kondisi kehidupan wartawan yang pada saat itu rentan terhadap tindak kekerasan. Hal inilah yang mendorong anggota-anggota jurnalis yang tersebar di berbagai media massa untuk mendirikan perguruan Kala Hitam. Pada awal mula berdirinya perguruan karate Kala Hitam, pada umumnya murid-murid dari Kala Hitam merupakan kalangan wartawan yang ketika itu dikenal sangat vokal. Kevokalan mereka itu pula yang seringkali mengakibatkan nyawa para wartawan menjadi terancam.

Tekad yang kuat untuk menguasai ilmu beladiri muncul ketika salah seorang wartawan mendapat tindak kekerasan dari oknum aparat yang pada saat itu merasa dirugikan akibat pemberitaan seorang wartawan. Tindak kekerasan seperti ini bukan hanya yang pertama kali dialami oleh wartawan. Bahkan oknum preman pun sering menjadi sebuah ancaman bagi kebebasan wartawan dalam menyuarakan sebuah kebenaran.

(45)

Pembinaan yang diberikan oleh Winta Karna ternyata membawa hasil yang positif bagi kalangan jurnalis. Mereka menjadi lebih percaya diri dalam mengemban tugas-tugas jurnalistiknya tanpa dibayangi rasa takut akan tindak kekerasan. Semangat yang kuat dari para jurnalis ini membuat mereka dapat menguasai teknik bela diri yang diajarkan Winta Karna dengan cepat. Ternyata baru beberapa bulan dilatih, para wartawan ini telah memiliki kemampuan yang cukup memuaskan. Kemudian pada tahun berikutnya olahraga karate sudah dipertandingkan pada Pekan Olah Raga Wartawan yang dilaksanakan setiap tahunnya di Medan.

Beberapa wartawan yang tergabung dalam perguruan karate Kala Hitam ini kelak menempati posisi yang bagus di berbagai organisasi, demikian juga dalam karir jurnalistiknya. Mereka antar lain Drs. H. Mohammad Yazid (mantan ketua PWI Sumatera Utar), H. Ronny Simon (Pemimpin Umum/Pemimpin Redaksi Surat Kabar Gebrak/Ketua DKD PWI cabang Sumut), H. Anwar Effendy (mantan Ketua PWI Sumut), Herman KS (Sastrawan), Daniel Sidjan (Mantan Ketua PWI Cabang Jambi, mantan Ka Biro LKBN Antar Jambi), Parlin Tobing (Mantan Ketua PWI Cabang Tim-Tim) dan yang lainnya.

Wartawan-wartawan ini memiliki banyak kelebihan. Meskipun memiliki kesibukan dalam menjalankan tugasnya sebagai wartawan, mereka masih meluangkannya waktu untuk mempelajari karate. Hal ini tentunya tidak terlepas dari tekad dan disiplin yang terbina pada diri masing-masing. Ini pula kunci kesuksesan mereka kelak dalam menekuni profesinya.

(46)

Listrik Medan beramai-ramai mendaftarkan diri untuk mengikuti latihan. Hal ini merupakan kabar yang sangat menggembirakan. Beberapa pemuda sekitar tersebut berhasil memperoleh sabuk hitam dari perguruan karate kala hitam antara lain Bachtiar Effendy, Subari dan Zailany.

Selain wartawan dan pemuda setempat, para siswa dan mahasiswa dari beberapa perguruan tinggi pun banyak yang mendaftar dan mengikuti latihan. Antara lain Erwoyo Ismo, Rusma Rusli, Sonny B Tobing, Rela Sitepu, Paulus Kho, Cut Idawani, Casmah, Rustam Effendi YS, Yusuf Surbakti, Rosuni Yusuf, Irfan Mutyara, Ronald Sitohang, dan lain-lain.

Beberapa bulan kemudian, Kala Hitam telah meraih kemajuan yang pesat. Jumlah murid yang berlatih karate semakin meningkat, hal ini tentunya tidak terlepas dari peran serta para wartawan yang menjadi murid di Kala Hitam.

Dalam perjalanan perguruan Karate Kala Hitam telah banyak meraih prestasi dan keberhasilan. Bahkan sejak tahun 1973 Perguruan Karate Kala Hitam dipercayakan mengisi kofigurasi pembukaan kejuraan sepak bola Marah Halim Cup bersama Ansamble Bukit Barisan. Karate binaan Kala Hitam pun selalu mendapat sambutan positif dari lingkungan masing-masing, karena sejak awal pada mereka telah diajarkan sifat-sifat kebaikan, disiplin dan kerendahan hati.

(47)

Winta Karna secara tegas memecat bagi anggotanya yang tidak disiplin, menjunjung tinggi sportivitas dan menjalankan nilai-nilai kebenaran.

Perjalanan perguruan Karate Kala Hitam dapat dikatakan sangat beruntung. Hal yang dimaksud dalam konteks ini bukan keberuntungan yang datang begitu saja. Keberuntungan yang dimiliki Kala Hitam terkait dengan perjuangan panjang yang melelahkan, sehingga sampai dekade keempat masih tetap bertahan bahkan semakin berkembang. Hali ini sangat membanggakan, apalagi tidak begitu banyak perguruan sejenis yang dapat bertahan sampai selama ini.

Kalau diumpamakan dengan seorang bayi, maka saat ini bayi yang lahir pada 20 Januari 1972 tersebut telah dewasa dan mulai pada tahap kematangan jiwa. Ketika usia ini tentu saja merupakan puncak prestasi. Bagi Kala Hitam meski usia ini identik dengan puncak prestasi bukan berarti dalam perjalanan selanjutnya menjadi batas prestasi. Usia boleh semakin tua, tetapi prestasi harus semakin meningkat. Setahap-demi setahap Kala Hitam mulai memperoleh era keemasan dan hal ini ditandai dengan semakin berkembangnya dojo (tempat latihan) dan cabang-cabang Perguruan Kala Hitam di berbagai daerah di Indonesia.

Sekarang Kala Hitam dapat berbangga dan memiliki kepercayaan diri. Kalau pada awal berdiri pada tahun 1972 perguruan ini mengalami berbagai hal yang memprihatinkan, khususnya sarana dan prasarana pendukung yang dimiliki terbatas. Maka saat ini Perguruan Karate Kala Hitam telah memiliki fasilitas yang cukup memadai. Hal ini sangat penting dalam menunjang prestasi para karateka.

(48)

TNI Ryamirad Ryucudu (KSAD) mendapatkan sabuk hitam Dan V, Jenderal TNI (Purn) Luhut Binsar Panjaitan (Mantan Menperindag) memdapatkan sabuk hitam Dan V, Gubernur Sumatera Utara Mayjen TNI (Purn) HT Rizal Nurdin mendapatkan sabuk hitam Dan IV, DR.(HC) H. Rahmat Shah (Ketua Umum Forki Sumut dan Konjen Kehormatan Turki di Indonesia) mendapatkan Dan IV dan banyak tokoh masyarakat lainnya. Selain itu, dari kalangan masyarakat tercatat Drs. Hironymus Ghodang (ahli matematika dan fisika asal Sumut) memperoleh sabuk hitam Dan IV.

3.2.2 Cabang/Dojo Perguruan Karate Kala Hitam

Sekarang ini perguruan Karate Kala Hitam telah memiliki banyak cabang di beberapa propinsi, seperti Nangroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Jambi, DKI, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur,Bali, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur. Murid Kala Hitam memimpin cabang-cabang tersebut. Sedangkan Sensei Winta Karna sebagai Ketua Dewan Guru memimpin secara langsung di pusat.

1. Dojo/Tempat Latihan Perguruan Karate Kala Hitam di Propinsi Sumatera Utara 1. Dojo Pusat, Jalan Listrik No. 5 Medan.

Instruktur, Winta Karna ( Dan-VII / Ketua Dewan Guru ). 2. Kompleks Mesji Al Mukhlisin Sp. Pos Medan.

Instruktur, Abdul Aziz ( Dan-IV ).

3. Kantor Lurah Teladan Timur Jalan Jati No.3 Medan. Instruktur, Alibet ( Dan-IV ).

(49)

Instruktur, Efendy Mercu ( Dan-V ).

6. Kompleks di Jalan STM Sukatani / Suka Karya No. 18 Medan Instruktur, Hamzah Arafah ( Dan II ).

7. Balai Pertemuan Jambur Namaken Padang Bulan Medan Instruktur, Utip K Sembiring ( Dan-II )

8. Yayasan Perguruan Gajah Mada, Jalan Bunga Kenanga Pasar V Medan. Instruktur, Utip K Sembiring ( Dan-II ).

9. Yayasan Perguruan Harapan, Jalan Imam Bonjol Medan. Instruktur, Subandi ( Dan-IV ).

10. Sekolah SMIP Cipta Karya, Jalan Simpang Limun. Instruktur, Sopyan ( Dan-IV ).

11. Kompleks Karya Kasih Jalan Monginsidi Gang F Medan. Instruktur, Sopyan ( Dan-IV ).

12. Sekolah YPK Jalan Sakti Lubis Gang Pegawai Medan. Instruktur, Sopyan ( Dan-IV ).

13. Sekolah Pembangunan Nasional Jalan Mandala Medan. Instruktur, Resmon Simare-mare ( Dan-III ).

14. Kompleks Jalan Gunung Pusuk Buhit Medan. Instruktur, Ariandi ( Dan-IV ).

15. Perguruan Raksana, Jalan Gajah Mada Medan. Instruktur, Ariandi ( Dan-IV ).

16. SMU Martadinata, Jalan Pertempuran P. Brayan Medan. Instruktur, Zul Rizal (Dan-II)./ Zul Akbarsyah (Dan-IV) 17. Gedung Bank Indonesia, Jalan Balai Kota Medan.

Instruktur, Yusrizal R (Dan-IV).

(50)

Instruktur, Rudy Hendra (Dan-III).

19. Kompleks Jalan Monginsidi IV, Kelurahan Anggrung Polonia Medan. Instruktur, Godlief Halatu (Dan-II).

20. Balai Desa Kelurahan Durian Medan. Instruktur, Parlin Hutagaol (Dan-II).

21. Graha Helvetia Jalan Kapten Sumarsono Medan. Instruktur, Hariadi (Dan-IV).

22. Universitas Negeri Medan.

Instruktur, Lambok Sihombing (Dan-IV). 23. Kompleks Pintu Air, Padang Bulan Medan.

Instruktur, Abdul Aziz (Dan-IV).

24. Perumahan Pegawai Tanjung Rejo Medan. Instruktur, Efendy Mercu (Dan-V).

25. Universitas Sisingamangaraja Medan/Jalan Perintis Kemerdekaan Medan. Instruktur, Alexander Limbong (Dan-II ).

26. Kompleks Lapangan Olahraga Sei Mati Medan Maimun. Instruktur, Joni Darwin (Dan-II ).

27. Jl. Pintu Air, Padang Bulan Medan Instruktur, Abdul Aziz (Dan-IV). 28. Sibiru-biru

Instruktur, Desjan Nainggolan (Dan-III).

29. Lapangan Klub Mitra Lestari, Kompleks Martubung. Instruktur, Agus Supriadi (Dan-II ).

30. PDAM Tirtanadi, Jalan Sisingamangaraja Medan. Instruktur, Irfansyah (Dan-I).

(51)

Instruktur, Irfansyah (Dan-I).

32.Kompleks Kelurahan Terjun Hamparan Perak Instruktur, Godlief Halatu (Dan-II ).

33. Kabupaten Deli Serdang :

Kompleks/Lapangan Gereja HKBP Pasar I Deli Tua. Instruktur, Zulkarnaen Hamzah (Dan-II ).

34.Kabupaten Deli Serdang :

Yayasan Perguruan Cerdas Bangsa, Titi Kuning Namo Rambe. Instruktur, Ikuten Gurusinga (Dan-II )./Robina Gurusinga (Dan-II ). 35. Kota Pematang Siantar:

Kompleks Taman Satwa, Jalan-jalanSimanuk-manuk. Instruktur, Julianus H (Dan-V).

36.Kabupaten Karo:

SMU Negeri Payung, Kecamatan Tiga Nderket. Instruktur, Daniel Sitepu (Dan-IV).

37.Kabupaten Karo:

Balai Pertemuan Jambur Taras, Desa Rumah Berastagi. Instruktur, Jenda Kuidah Sembiring (Dan-IV).

38. Kabupaten Tapanuli Utara: Kompleks Hotel Niagara Parapat. Instruktur, Elfrit S (Dan-II). 39. Kabupaten Tapanuli Utara:

Kompleks Sekolah di Kec. Manduamas Instruktur, Samrin Simamora (Dan-II). 40. Toba Samosir/ Tapanuli Utara

(52)

Instruktur, Maraden Sihombing (Dan-III). 41.Siborong-borong/ Tapanuli Utara

Lapangan SD Negeri Siborong-borong. Instruktur, Haramaneak Nababan

2. Dojo/Tempat Latihan Perguruan Karate Kala Hitam di Aceh 1. Kompleks Cunda Plaza, Jalan Merdeka Lhok Seumawe

Instruktur, Mhd. Toib (Dan-III).

2. Gedung Dolok, Desa Punte Kecamatan Blang Mangat, Lhok Seumawe Instruktur, Erwin (Dan-I).

3. Kompleks Polres Aceh Timur.Sat.Intel,Langsa. Instruktur, Aron S (Dan-II).

4. SLTP Negeri Caula Pidie, Sigli. Instruktur, Usman (Dan-III).

5. Asrama Benteng (Kodim 0102) Sigli.

Instruktur, Usman (Dan-III) dan Sulaiman (Dan-I). 6. Kompleks Musollah Pulau Pisang, Kampong Baro, Sigli.

Instruktur, Usman (Dan-III) dan Abdul Wahab (Dan-II).

3. Dojo/Tempat Latihan Perguruan Karate Kala Hitam di Propinsi Sumatera Selatan :

1. Jalan Jaya Loka –UU No. 2 Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Lahat, Palembang. Instruktur, Agus Eddy Yang (Dan-III).

4. Dojo / Tempat Latihan Perguruan Karate Kala Hitam di Propinsi Jambi : 1. Jalan Sukasari, Kelurahan S-III, RT 13, RW 49, Jambi (36126).

Instruktur, Harapan Sitohang (Dan-II).

(53)

Instruktur, Khairul Sofyan (Dan-III).

2. Gunung PT Gunung Mas Raya, Desa Dalam Sempurna Km 37, Bagan Batu Riau Instruktur, Hendra Cipta (Dan-II).

3. Gedung PT Bastari, Jalan Nangka, Pekan Baru. Instruktur, Narlis Chaniago (Dan-IV).

4. Gedung ex Bumi Daya, Jalan Jendral Sudirman No. 162, Dumai Riau Instruktur, Regu Nainggolan (Dan-II).

6. Dojo / Tempat Latihan Perguruan Karate Kala Hitam di Propinsi Lampung : 1. Jalan Sukarno-Hatta No 2 Kedaton, Bandar Lampung.

Instruktur, Binsar Rajagukguk (Dan-II). 2. Jalan Batam Bawah, Keluruhan Gunung Sulah.

Instruktur, Binsar Rajagukguk (Dan-II).

3. Jalan Raya Haji Mena No. 27 Kecamatan Natar, Bandar Lampung. Instruktur, Binsar Rajagukguk (Dan-II).

7. Dojo / Tempat Latihan Perguruan Karate Kala Hitam di DKI Jakarta : 1. SMU 103 Jalan Mawar Merah Raya Perumnas Kelender, Jakarta-Timur

Instruktur, Muhammad Zul Akbarsyah (Dan-III).

2. Rumah Susun Apron -3, Blok B, No. 402, RT 03, RW 010, Kelurahan Kebun Kosong, 10630 Jakarta Pusat.

Instruktur, Zulkifly (Dan-III).

3. PT Ramayana Kramat Jati. Jl. Raya Bogor Km. 20 Jakarta Timur. Instruktur, Marihot Nainggolan (Dan-II).

8. Dojo/Tempat Latihan Perguruan Karate Kala Hitam di Daerah Istimewa Yogyakarta :

1. Universitas Gajah Mada.

(54)

2. Universitas Janabadra.

Instruktur, Jonggara Pasaribu (Dan-II). 3. Aula Purna Yudha.

Instruktur, Yusenlie (Dan-III). 4. STPMD “APMD”.

Instruktur, Juhardan (Dan-II). 5. Kantor Bupati Slemen.

Instruktur, Setia Budi Sentosa (Dan-III). 6. Bangun Rejo.

Instruktur, Daretmo Bangun (Dan-II). 7. Kricak Kidul.

Instruktur, Pangeri Parangin-angin (Dan-IV). 8. Akademi Pertanian Nasional.

Instruktur, Eksi Puspita Rini (Dan-II). 9. Balai Desa Kalasan.

Instruktur, Endak Marmiati (Dan-III). 10.Aula STT NAS.

Instruktur, Setia Budi Sentosa (Dan-III). 11.Gedung Sosrowinatan.

Instruktur, Guntur (Dan-II). 12.Balai Desa Wates.

Instruktur, Setiyono Pambudi (Dan-III). 13.GOR Prorejo.

Instruktur, Pangeri Parangin-angin (Dan-IV). 14.Gedung Serba Guna Tempel.

(55)

15.Sekolah Guru Pendidikan Luar Biasa. Instruktur, Pius Eko Purwahyudi (Dan-II). 16.TL Sukun.

Instruktur, Sugito (Dan-III).

9. Dojo /Tempat Latihan Perguruan Karate Kala Hitam di Propinsi Jawa Tengah : 1. STM Pembangunan Simpang Lima. Semarang.

Instruktur, Mujiono (Dan-II).

2. STM Pembangunan Simpang Lima (RSU Telegorejo), Semarang. Instruktur, Mujiono (Dan-II).

3. STIKU BANK, Semarang. Instruktur, Mujiono (Dan-II). 4. SMA WIYATATAMA, Semarang.

Instruktur, Mujiono (Dan-II).

5. Fitness Centre Indraprasta, Semarang. Instruktur, Mujiono (Dan-II).

6. GOR Tri Lomba Juang Mugas, Semarang. Instruktur, Shandy (Dan-II).

7. STM Pembangunan Simpang Lima (Tugu Muda), Semarang. Instruktur, Agus Fauzan (Dan-I).

8. Astra Internasional, Semarang. Instruktur, Tejo (Dan-I).

9. Balai Desa Langensari, Ungaran. Instruktur, Agus Nurcahyo (Dan-II). 10.Balai Desa Bandungan.

(56)

Instruktur, Suwoto (Dan-I). 12. Gedung Sana Wira, Magelang.

Instruktur, Ramelan (Dan-I). 13.Balai Desa Pucung Rejo, Muntilan.

Instruktur, Chris Rudy (Dan-I). 14.SMP Watu Malang, Wonosobo.

Instruktur, Slamet Riyadi (Kyu-I). 15.SMP Negeri VII, Solo.

Instruktur, Surono (Dan-I).

10. Dojo/Tempat Latihan Perguruan Karate Kala Hitam di Propinsi Jawa Timur 1. Kewedanan Mojoagung, Jombang.

Instruktur, M. Khohar (Dan-II).

2. SMP PGRI-II Legundi, Dryrejo, Gresik. Instruktur, Samian (Dan-II).

3. Balai Desa Krikilan, Dryrejo, Gresik. Instruktur, Samian (Dan-II).

4. Kewedanaan Krian, Jalan Gubernur Sunandar Priyo S. Instruktur, Prima Arlian (Dan-II).

5. Kecamatan Taman Sidoarjo, Jalan Stasiun Sidoarjo. Instruktur, John Milton Aritonang, SE (Dan-IV). 6. Balai Kelurahan Simo, Jalan Simo Mulyo, Surabaya.

Instruktur, John Milton Aritonang, SE (Dan-IV). 7. Pendopo Kelurahan Gunung Anyar Tambak, Surabaya.

Instruktur, Moch. Affandi (Dan-II). 8. Gedung Atlas Clarck, Surabaya.

(57)

9. Gedung PDAM Lama, Jalan Basuki Rachmad 119/121 Surabaya. Instruktur, Nursalim (Dan-II).

10. Gedung Serba Guna Wiyung, Jalan Menganti Wiyung Surabaya. Instruktur, John Milton Aritonang, SE (Dan-IV).

11.Kelurahan Kraton, Sidoarjo.

Instruktur, Santos Sugiarsa (Dan-II).

11. Dojo/Tempat Latihan Perguruan Karate Kala Hitam di Propinsi Jawa Barat : 1. Jalan Belitung B-I, RT 04, RW 06 No. 151 Perum Jati Asih Jaya, Pondok Gede Bekasi

(17116). Instruktur, Hendrawan Jaya Pangalila (Dan-IV).

2. Jalan Narogong Cantik VII, Blok F/73, No. 5. Bekasi Timur (17116). Bekasi, Jawa Barat. Instruktur, Zul Akbarsyah (Dan-IV).

12. Dojo/Tempat Latihan Perguruan Karate Kala Hitam di Propinsi Bali : 13. Dojo/Tempat Latihan Perguruan Karate Kala Hitam di Propinsi Kalimantan

Tengah:

14. Dojo/Tempat Latihan Perguruan Karate Kala Hitam di Propinsi Kalimantan Timur :

3.3 Anggota Tubuh Sebagai Senjata Karate Kala Hitam

(58)

dilatih secara sistematis sehingga pada gilirannya menjelma menjadi senjata yang ampuh yang sanggup menaklukkan lawan dengan satu gerakan yang menentukan.

Senjata Karate pada prinsipnya terdiri dari tangan, kaki dan kepala A. Gerakan tangan

1. Seiken (Kepalan Depan)

Bagian yang digunakan untuk memukul sasaran adalah pangkal jari telunjuk dan jari tengah yang disebut kento atau kepala kepal. Seiken dianggap efektif apabial kepala kepal, pergelangan tangan dan siku membentuk garis lurus ketika mengenai sasaran. Sasaran serangan seiken diarahkan ke wajah, dada dan perut.

2. Uraken (Kepalan Samping)

Bagian yang digunakan untuk memukul sasaran adalah belakang kento atau kepala kepal, hanya apabila digunakan, pergelangan tangan harus dibengkokkan. Sasaran serangan uraken diarahkan ke wajah, tubuh bagian atas, perut, rusuk.

3. Hitoshashiyubi Ipponken (Kepalan Jari Telunjuk)

Ruas tengah jari telunjuk ditonjolkan keluar dan ibu jari menekan keras ujung jari telunjuk. Sasaran serangan hitoshashiyubi ipponken diarahkan ke bibir atas, dahi, dagu, pelipis dan titik pusar.

4. Nakayubi Ipponken (Kepalan Jari Tengah)

Ruas kedua/ tengah jari tengah ditonjolkan keluar dan ibu jari menekan erat jari telunjuk, sehingga jari tengah terjepit kencang diantara jari telunjuk dan jari manis. Sasaran serangan nakayubi ipponken diarahkan ke diarahkan ke bibir atas, dahi, dagu, pelipis dan titik pusar.

5. Ryutoken (Kepalan Kepala Naga)

(59)

6. Oyayobi Ipponken (Kepalan Ibu Jari)

Ujung ibu jari menekan keras pada ruas tengah jari telunjuk. Sasaran serangan Oyayobi Ipponken diarahkan kepelipis dan telinga.

7. Hiraken ( Kepalan Jari Datar )

Lipatan ruas jari tengah kesemua jari tangan dan bengkokkan ibu jari kearah dalam. Ujung jari-jari harus menyentuh dengan telapak tangan Sasaran serangan Hiraken diarahkan ke tenggorokan, bibir atas, dagu, daerah samping wajah dan juga untuk menampar ke telinga. 8. Nukite ( Ujung Jari Tangan )

Jari telunjuk, jari tengah, jari manis dan jari kelingking di rentangkan lurus kedepan, ujung jari dibengkokkan kedalam dan menempel pada sisi dalam telapak tangan. Disebut dengan Yonhon Nukite. Sasaran serangan nukite diarahkan ke daerah lemah seperti perut, wajah dan tenggorokan.

9. Ippon Nukite ( Jari Telunjuk )

Yang ditonjolkan hanya jari telunjuk. Jari-jari lain dilipat kedalam. Sasaran serangan Ippon Nukite diarahkan ke mata dan tenggorokan.

10. Nihon Nukite ( Dua Jari )

Yang ditonjolkan keluar adalah jari telunjuk dan jari tengah membentuk huruf V. Jari-jari lain dilipat kedalam. Sasaran serangan Nihon Nukite diarahkan kedua buah mata.

11. Shuto ( Sisi Luar Telapak )

Semua jari tangan direntangkan keluar dan dirapatkan erat-erat. Ujung jari agak ditekukkan sedikit kedalam. Ibu jari ditekuk ke dalam menempel di tepi telapak Tangan. Bagian yang digunakan ialah sisi luar telapak tangan terusan jari kelingking Sasaran serangan shuto diarahkan ke wajah, tulang selangka, tulang rusuk, perut.

(60)

Bentuk tangan seperti shuto. Bagian yag digunakan adalah sisi tangan dbagian dalam terusan jari telunjuk, ibu jari ditekuk kedalam menempel erat dengan pada bagian tengah telapak tangan. Sasaran serangan haito diarahkan ke kepala dan perut.

13. Toho ( Tangan Ujung Golok )

Semua jari dibengkokkan ke dalam dengan ibu jari mengarah berlawanan m

Referensi

Dokumen terkait