• Tidak ada hasil yang ditemukan

Motivasi Menonton dan Persepsi Khalayak tentang Program Talk Show Hitam Putih Trans7 pada Masyarakat Desa Rurban

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Motivasi Menonton dan Persepsi Khalayak tentang Program Talk Show Hitam Putih Trans7 pada Masyarakat Desa Rurban"

Copied!
71
0
0

Teks penuh

(1)

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2013

MOTIVASI MENONTON DAN PERSEPSI KHALAYAK TENTANG

PROGRAM

TALK SHOW

“HITAM PUTIH” TRANS7 PADA

MASYARAKAT DESA RURBAN

(2)
(3)

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Motivasi Menonton dan Persepsi Khalayak tentang Program Talk Show Hitam Putih Trans7 pada masyarakat desa rurban adalah benar karya saya dengan arahan dari Dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juni 2013

Karina Heza Pratama

(4)

KARINA HEZA PRATAMA. Motivasi Menonton dan Persepsi Khalayak tentang Program Talk Show Hitam Putih Trans7 pada Masyarakat Desa Rurban. Dibimbing oleh SUTISNA RIYANTO.

Penelitian ini bertujuan menganalisis motivasi menonton dan persepsi khalayak beserta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Penelitian dilakukan pada masyarakat Kelurahan Sukahati yang berusia 17 hingga 60 tahun yang menonton siaran tersebut. Motivasi menonton khalayak tergolong tinggi terutama untuk motivasi informasi, integrasi dan interaksi, dan hiburan. Akan tetapi tidak untuk motivasi identitas pribadi. Frekuensi menonton responden tergolong sering dalam menonton televisi dengan durasi yang cukup lama, suasana menontonnya dalam keadaan tenang, cara menontonnya lebih banyak yang bersama orang lain, dan lokasi menonton sebagian besar di rumah. Sementara untuk persepsi, seluruh responden berpersepsi bagus terhadap kualitas tayangan, unsur dalam siaran, dan unsur materi siaran. Motivasi responden diarahkan oleh faktor internal, motivasi menonton berhubungan dengan keterdedahan khalayak, dan keterdedahan khalayak juga berhubungan dengan persepsi tentang siaran televisi.

Kata Kunci: Khalayak, Motivasi, Keterdedahan, Persepsi

ABSTRACT

KARINA HEZA PRATAMA. Watching Motivation and Audience Perception of Talk Show Hitam Putih Program Trans7 at Rurban Village Community. Supervised by SUTISNA RIYANTO.

This study aims to analyze the motivation and perception of the audience watching along with the factors that influence it. The study was conducted in the village Sukahati aged 17 to 60 who watched the broadcast. Watching motivation audience is high motivation primarily for information, integration and interaction, and entertainment. But not for the motivation of personal identity. Frequency of respondents watch television viewing quite often in the duration long enough to watch it in a state of calm atmosphere, more of a way to watch it with other people, and most of the viewing locations in the house. As for perception, all respondents berpersepsi nice to quality impressions, elements in the broadcast, and broadcast material elements. Motivation respondent is directed by internal factor respondents, watching motivation related audiences exposure, and audiences exposure also relates perception of television broadcast.

(5)

TENTANG PROGRAM

TALK SHOW

“HITAM PUTIH”

TRANS7 PADA MASYARAKAT DESA RURBAN

KARINA HEZA PRATAMA

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

pada

Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)

NIM : I34090117

Disetujui oleh

Ir Sutina Riyanto, MS Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Soeryo Adiwibowo, MS Ketua Departemen

(8)

Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul “Motivasi Menonton dan Persepsi Khalayak tentang Program Talk Show

Hitam Putih Trans7 pada Masyarakat Desa Rurban”. Skripsi ini ditujukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji motivasi menonton dan persepsi khalayak tentang program talk show pada masyarakat desa rurban. Tujuan spesifiknya ialah: (1) Menganalisis motivasi khalayak dalam menonton program

talk show Hitam Putih Trans7 pada masyarakat desa rurban; (2) Menganalisis hubungan faktor internal dan eksternal dengan motivasi menonton; (3) Menganalisis keterdedahan khalayak terhadap program tersebut; (4) Menganalisis hubungan motivasi menonton dengan keterdedahan khalayak; (5) Menganalisis persepsi khalayak tentang program tersebut; serta (6) Menganalisis hubungan keterdedahan dengan persepsi khalayak.

Penulis menyadari banyak pihak yang telah membantu penulis dalam proses pembuatan skripsi ini baik secara moril maupun materil. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada Ir Sutisna Riyanto, MS selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu dan pikiran dalam memberikan masukkan hingga skripsi ini dapat terselesaikan. Penulis juga berterima kasih kepada seluruh warga Kelurahan Sukahati, khususnya warga RT 03 RW 12. Tidak lupa penulis menyampaikan hormat dan rasa terima kasih kepada ayahanda Drs M. Zaharry, MS.i, Ibunda Dra Henny Krishnawati, dan Karisa Heza Dwitama adik tersayang yang selalu memberi motivasi, doa, dan dukungan kepada penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada sahabat-sahabat terbaik M. Baidowi, M. Deska, dan Bramantia, teman-teman sebimbingan Lansa Sofiasilmy dan Santi Arisona, Kak Pradiana Feberia yang telah banyak membantu, serta keluarga besar KPM 46. Akhir kata semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak.

Bogor, Juni 2013

(9)

DAFTAR GAMBAR xvi

DAFTAR LAMPIRAN xvii

PENDAHULUAN

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

TINJAUAN PUSTAKA

Siaran Televisi 7

Motivasi Menonton dan Persepsi Khalayak 8

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Motivasi Menonton dan 14 Persepsi Khalayak

Masyarakat Desa Rurban 15

Kerangka Pemikiran 16

Hipotesis 17

Definisi Operasional 18

METODE

Metode Penelitian 21

Lokasi dan Waktu Penelitian 21

Teknik Pengolahan dan Analisis Data 24

Validitas dan Realibilitas Instrumentasi 22

GAMBARAN UMUM

Gambaran Umum Trans7 25

Deskripsi Program “Hitam Putih” 25

Gambaran Umum Wilayah Penelitian 26

Karakteristik Responden 27

MOTIVASI MENONTON PROGRAM TALK SHOW

“HITAM PUTIH” TRANS7

Motivasi Menonton 29

Hubungan Faktor Internal dengan Motivasi Menonton 30 Hubungan Faktor Eksternal dengan Motivasi Menonton 32 KETERDEDAHAN KHALAYAK PROGRAM TALK SHOW

“HITAM PUTIH” DENGAN MOTIVASI MENONTON

Keterdedahan Khalayak 35

Hubungan Motivasi Menonton dengan Keterdedahan Khalayak 36 PERSEPSI KHALAYAK TENTANG PROGRAM TALK SHOW

“HITAM PUTIH”

Persepsi 39

Hubungan Keterdedahan Khalayak dengan Persepsi Khalayak 39 tentang Program “Hitam Putih” Trans7

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan 45

Saran 45

DAFTAR PUSTAKA 47

(10)

1 Perbedaan antara Siaran Televisi dengan Film 7 2 Jumlah dan Persentase Responden Menurut Faktor Internal 27 3 Rataan Skor dan Persentase Responden Menurut Jenis Motivasi Menonton 29 4 Korelasi antara Faktor Internal dengan Motivasi Menonton Program Hitam

Putih Trans7

31

5 Korelasi antara Faktor Eksternal dengan Motivasi Menonton Program Hitam Putih Trans7

32

6 Jumlah dan Persentase Responden Menurut Keterdedahan Khalayak 35 7 Korelasi antara Motivasi Menonton dengan Keterdedahan Khalayak Program

Hitam Putih Trans7

37

8 Persentase Responden Menurut Motivasi Integrasi dan Interaksi Sosial dan Suasana Menonton

37

9 Rataan Skor dan Persentase Responden Menurut Persepsi tentang Program Hitam Putih Trans7

39

(11)

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka Pemikiran Motivasi Menonton dan Persepsi Khalayak tentang Program Talk Show Hitam Putih Trans7 pada Masyarakat Desa Rurban

17

2 Logo Trans7 25

3 Persentase Jumlah Penduduk Kelurahan Sukahati Menurut Jenis Pekerjaan 2011

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

1 Peta Kelurahan Sukahati, Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor 50

2 Foto Program Talk Show Hitam Putih Trans7 51

3 Jadwal Pelaksanaan Penelitian Tahun 2013 52

4 Rataan Skor Motivasi Menonton dan Persepsi Khalayak 53

5 Hasil Pengolahan Data 55

(13)

Latar Belakang

Perkembangan dunia televisi di tanah air saat ini semakin pesat, terlihat dari semakin banyaknya stasiun televisi swasta yang berarti semakin tinggi persaingan dalam menarik pemirsa. Setiap stasiun televisi berlomba menyajikan beragam program yang bervariasi dan menarik baik yang informatif maupun hiburan. Semakin banyak pilihan program siaran televisi bagi khalayak, khalayak semakin memilih program hiburan.

Program talk show adalah salah satu program andalan banyak stasiun televisi dalam menarik pemirsa yang biasa dikemas dalam bentuk ringan dan menghibur maupun formal dan serius. Program talk show tetap berusaha menyajikan informasi karena UU No. 32 Tahun 2002 Pasal 36 ayat 1 menetapkan bahwa suatu program isi siaran harus tetap mengandung informasi, pendidikan, hiburan, dan manfaat untuk pembentukan intelektualitas, watak, moral, kemajuan, kekuatan bangsa, menjaga persatuan dan kesatuan, serta mengamalkan nilai-nilai agama dan budaya Indonesia. Hampir semua stasiun televisi khususnya televisi swasta memiliki program talk show unggulan, seperti talk show yang bersifat ringan dan menghibur adalah Show Imah (TRANS TV), Pas Mantab, Hitam Putih, dan Bukan Empat Mata (TRANS7), Mel’s Update (ANTV), Sedap Malam (RCTI), Just Alvin (METRO TV), Kata Hati dan Buaya Show (Indosiar), serta Intermezzo (MNC TV). Sementara talk show yang bersifat formal dan serius adalah Kick Andy, The Oprah Winfrey Show, Economic Challenges dan Today’s Dialogue (METRO TV), Satu Jam Lebih Dekat (TVONE), serta Barometer (SCTV). Pada kenyataannya, program talk show tetap dianggap kurang diminati dan tidak dapat mengalahkan ratting sinetron. Hal ini disebabkan talk show

adalah program yang paling membosankan dan materi di dalam talk show terlalu berat untuk dicerna oleh khalayak (Iryanto 2010). Talk show juga dianggap membosankan, susah untuk dicerna, dan tidak menarik kemasannya (Nugraha 2012).

Tidak semua program talk show sepi peminatnya, beberapa program menunjukkan ratting dan share yang cukup tinggi. Program Hitam Putih di Trans7 misalnya, saat ini pada urutan kelima dari top 10 program talk show

popular di televisi swasta dengan TVR (Televisi Ratting) 2.0 dan share 9.8 (sumber: AC Nielsen). Data tersebut menunjukkan bahwa Hitam Putih ditonton oleh 2% pemilik televisi atau 9.8% penonton televisi.

(14)

masyarakat desa rurban. Hampir seluruh penelitian mengkaji perbandingan motivasi menonton antara masyarakat desa rural dan masyarakat urban. Indrizal (2006) mengungkapkan bahwa rurban adalah daerah yang berada di tengah-tengah antara daerah rural dan urban (pinggiran kota) dan memiliki kelompok komunitas yang sifatnya berada di tengah-tengah antara rural dan urban. Hal inilah yang menyebabkan peneliti ingin mengkaji apa motivasi menonton dan bagaimana persepsi khalayak tentang program talk show Hitam Putih pada masyarakat desa rurban?

Perumusan Masalah

Motivasi menonton dan persepsi khalayak tentang program Hitam Putih bervariasi terkait dengan berbagai faktor, baik di dalam maupun di luar diri khalayak. Penelitian ini berusaha menjawab pertanyaan-pertanyaan: Bagaimana motivasi khalayak dalam menonton Hitam Putih dan faktor-faktor apa yang mengarahkannya? Apakah motivasi menonton mengarahkan keterdedahan khalayak terhadap program ini? dan Bagaimana persepsi khalayak tentang program yang ditonton dan kaitannya dengan keterdedahan mereka?

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan mengkaji motivasi menonton dan persepsi khalayak Kelurahan Sukahati, Bogor tentang program talk show Hitam Putih. Secara spesifik tujuan penelitian ini adalah untuk:

1. Menganalisis motivasi khalayak pada masyarakat desa rurban dalam menonton program talk show Hitam Putih Trans7

2. Menganalisis hubungan faktor internal dan eksternal dengan motivasi menonton

3. Menganalisis keterdedahan khalayak terhadap program tersebut

4. Menganalisis hubungan motivasi menonton dengan keterdedahan khalayak. 5. Menganalisis persepsi khalayak tentang program tersebut

6. Menganalisis hubungan keterdedahan dengan persepsi khalayak

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi sivitas akademika, pemerintah, pihak televisi swasta, dan peneliti selanjutnya. Manfaat penelitian dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagi akademisi, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi tentang motivasi menonton dan persepsi khalayak tentang program talk show.

2. Bagi pemerintah, sebagai masukkan untuk membina siaran televisi

3. Bagi stasiun Trans7, sebagai masukan untuk mengembangkan program siaran yang lebih bermutu dan bermanfaat bagi masyarakat

(15)

Siaran Televisi Televisi

Effendy (2001) menyatakan bahwa televisi memiliki keunggulan yang tidak dimiliki oleh media massa lain seperti surat kabar, majalah, dan radio. Keunggulan tersebut diantaranya adalah:

1. Keunggulan Karakteristik

Televisi mampu menyampaikan pesan audio dan visual, berupa suara dan gambar dalam waktu yang bersamaan. Penggunaan televisi melibatkan dua indra secara bersamaan, sehingga komunikan dapat mengolah pesan yang diterima dengan lebih cepat.

2. Menjangkau Khalayak Luas

Televisi merupakan media yang hampir dimiliki oleh semua orang. Pesan yang disampaikan melalui televisi dapat diterima oleh khalayak karena kemampuan televisi dalam menjangkau khalayak, mulai dari wilayah perkotaan hingga ke wilayah pedesaan. Kemampuan dan kelebihan ini menjadikan televisi sebagai salah satu media yang digunakan untuk menyebarluaskan informasi. Proses penyebaran informasi dengan menggunakan media televisi ini menjadi lebih efektif karena kemampuan televisi dalam menyampaikan informasi dalam bentuk audio dan visual kepada khalayak luas, sehingga dapat menjangkau khalayak yang heterogen dalam jumlah yang besar dan jangkauan yang luas. Kelebihan tersebut menjadikan televisi menjadi salah satu media yang cukup diminati oleh khalayak.

Dengan keluasan jangkauan yang dimiliki televisi dan penyajian tayangan berbentuk dua dimensi, televisi mampu menyampaikan nilai dan budaya yang berbeda-beda kehadapan pemirsa melalui proses sosialisasi satu arah. Kekuatan televisi terdapat pada penguasaan jarak, ruang, dan waktu. Hal ini tidak terlepas dari penggunaan teknologi baru. Program-program televisi itu sendiri memiliki jangkauan luas, heterogen, mampu biacara aktual, cepat, seketika, informasinya bisa singkat, jelas, dan sistematis sehingga tidak perlu mengerutkan dahi untuk membacanya (Kuswandi dan Putra 1997 dalam Soemandoyo 1999). Inilah yang membuat televisi mengalami perkembangan paling fenomenal di dunia. Meski lahir lebih belakangan dibandingkan dengan media massa cetak dan radio.

Televisi mempunyai daya tarik yang kuat karena televisi memiliki unsur kata-kata, musik, sound effect, dan unsur visual berupa gambar hidup. Gambar hidup di televisi mampu menimbulkan kesan mendalam pada khalayak. Inilah yang membuat masyarakat lebih tertarik pada media televisi dibandingkan media lainnya. Ardianto et al. (2004) mengungkapkan bahwa pihak televisi perlu memperhatikan faktor pemirsa, waktu, durasi, dan metode penyajian agar pesan yang disampaikan dapat diterima oleh khalayak.

Televisi sendiri memiliki lima fungsi yang berlaku untuk masyarakat, seperti yang diungkapkan oleh Hoffman 1999, yaitu:

(16)

mengamati kejadian di dalam masyarakat dan kemudian melaporkannya sesuai dengan kenyataan yang ditemukan.

2. Menghubungkan satu dengan yang lain

Neil Postman dalam Hoffmann (1999) televisi tidak berkesinambungan. Akan tetapi televisi yang menyerupai mosaik dapat saja menghubungkan hasil pengawasan lain secara jauh lebih gampang daripada sebuah dokumen tertulis. Apabila televisi berfungsi sesuai dengan kepentingan masyarakat yang ditangkap oleh pembuat program, televisi sangat ampuh untuk membuka mata pemirsa.

3. Menyalurkan kebudayaan

Fungsi ini dilihat sebagai pendidikan. Namun, istilah “pendidikan” sengaja dihindari karena di dalam kebudayaan audio-visual tidak ada yang namanya kurikulum atau target tertentu yang dirancang oleh seorang pendidik. Kebudayaan yang diperkembangkan oleh televisi merupakan tujuan tanpa pesan khusus di dalamnya.

4. Hiburan

Kebudayaan audio-visual paling sedikit memiliki unsur hiburan, kalau tidak menghibur umumnya sebuah tayangan tidak akan ditonton. Sekarang ini hiburan semakin diakui sebagai kebutuhan manusia. Tanpa hiburan manusia tidak dapat hidup wajar. Hiburan ini merupakan rekreasi, artinya berkat hiburan manusia menjadi segar untuk kegiatan-kegiatan yang lain.

5. Pengerahan masyarakat untuk bertindak dalam keadaan darurat.

Fungsi ini mudah disalahgunakan oleh seorang penguasa, akan tetapi dalam situasi tertentu ini cukup masuk akal, misalnya kalau terjadi wabah penyakit di suatu daerah, televisi bisa saja memberitakan berdasarkan fungsinya sebagai pengawas.Beritaini kemudian dapat dihubungkan dengan keterangan tentang vaksinasi. Tentu saja dalam keadaan darurat ini tidak cukup. Televisi harus proaktif memberi motivasi dan menganjurkan supaya orang mau dibantu secara preventif.

(17)

Program Siaran Televisi

Pada abad ke-21 ini telah banyak stasiun televisi yang menayangkan berbagai macam program siaran televisi. Hal inilah yang akan mempengaruhi sikap, pandangan, persepsi, maupun perasaan bagi khalayaknya. Program siaran televisi itu sendiri adalah bahan yang telah disusun dalam suatu format sajian dengan unsur video yang ditunjang unsur audio yang secara teknis memenuhi persyaratan laik siar serta telah memenuhi standar estetik dan artistik yang berlaku. Setiap program televisi punya sasaran yang jela dan tujuan yang akan dicapai. Ada lima parameter yang harus diperhitungkan dalam penyusunan program siaran televisi, yaitu:

1. Landasan filisofis yang mendasari tujuan semua program

2. Strategi penyusunan program sebagai pola umum tujuan program 3. Sasaran program

4. Pola produksi yang menyangkut garis besar isi program

5. Karakter institusi dan manajemen sumber program untuk mencapai usaha yang optimum

Pola siaran yang akan dikembangkan harus berdasarkan definisi, kriteria, dan mata acara siaran tidak bisa lepas dari butir-butir rencana, yaitu: 1) butir-butir penekanan program; 2) waktu penyiran, seperti waktu prima (prime time) dan waktu untuk penyiaran sekolah; 3) jenis dan jumlah tiap-tiap program; 4) perencanaan penyiaran ulang; serta 5) keputusan tenatng materi program (Sutisno 1993).

Wibowo (2007) menyatakan bahwa format acara televisi dibedakan delapan jenis, yakni:

1. Program Seni Budaya

Secara garis besar materi produksi seni budaya dapat dibagi menjadi dua, yaitu: seni pertunjukkan (seperti: seni musik, seni tari, dan pertunjukkan boneka segala macam jenisnya) serta seni musik (seperti: konser musik, gamelan, jazz, konser musik klasik atau pergelaran musik daerah).

2. Program Talk Show

Program talk show memiliki banyak format, seperti: kuis, wawancara baik di dalam studio maupun di luar studio, dan diskusi panel di televisi. Program ini tampil dalam bentuk sajian yang mengetengahkan pembicaraan seseorang atau lebih mengenai sesuatu yang menarik, sedang hangat dibicarakan masyarakat, atau tanya jawab persoalan dengan hadiah yang disebut dengan kuis. Format-format program talk show adalah sebagai berikut:

a. Program Uraian Pendek atau Pernyataan

Ketika penonton menyaksikan acara televisi, pada saat itu muncul seorang presenter (penyaji) menceritakan sesuatu yang menarik. Presenter ini muncul di tengah suatu program feature, di antara sajian acara musik, dan diawal suatu acara sebagai pembukaan atau dalam suatu acara cerita menarik yang disajikan secara khusus. Uraian yang disajikan oleh seorang presenter di dalam acara televisi biasanya sangat pendek.

b. Program Vox-pop Suara Masyarakat

(18)

program mengetengahkan serangkaian pendapat umum mengenai suatu masalah yang sedang dibahas dalam program kepada penonton dengan maksud agar penonton juga dapat mengetahui bermacam-macam pendapat dari berbagai orang atau grup sehingga dapat dikonfrontir dengan pendapatnya sendiri. Sementara vox-pop dengan tujuan dalam rangka penelitian dapat merupakan umpan balik dalam proses komunikasi mengenai suatu persoalan.

c. Program Wawancara (Interview)

Program ini termasuk The Talk Show Program. Dalam hal ini terdapat dua macam wawancara, yaitu: wawancara luar studio dan wawancara di studio. d. Program Panel Diskusi

Program pembicaraan tiga orang atau lebih mengenai suatu permasalahan. Dalam program ini masing-masing tokoh yang diundang dapat saling berbicara mengemukakan pendapat dan presenter bertindak sebagai moderator yang kadang-kadang juga melontarkan pendapat atau membagi pembicaraan. Pada akhir program talk show diskusi panel, presenter menyampaikan pula resume dan kesimpulan dari apa yang dibicarakan. 3. Program Berita

Suatu sajian laporan berupa fakta dan kejadian yang memiliki nilai berita (unusual, factual, esensial) dan disiarkan melalui media secara periodik. 4. Program Dokumenter

Program dokumenter itu sendiri pengertiannya adalah sesuatu sajian yang diinformasikan secara nyata (benar-benar terjadi) dan esensial (bernilai atau memiliki makna).

5. Program Feature

Program yang membahas tentang satu tema, diungkapkan lewat berbagai pandangan yang saling melengkapi, menyoroti secara kritis, dan disajikan dalam berbagai format.

6. Program Magazine

Program magazine mirip dengan program feature namun ada perbedaannya. Perbedaannya, jika program magazine tidak hanya menyoroti satu pokok permasalahan saja, tetapi juga membahas satu bidang kehidupan, seperti: film, pendidikan, dan musik yang ditampilkan dalam rubik-rubik tetap dan disajikan lewat berbagai format sedangkan feature hanya satu pokok permasalahan saja yang disoroti, tetapi dari berbagai aspek serta disajikan melalui berbagai format.

7. Program Spot

Pengertian spot adalah suatu program yang ingin memengaruhi dan mendorong penonton televisi atau pendengar radio untuk tujuan-tujuan tertentu.

8. Program Sinetron

Sinetron adalah singkatan dari sinema elektronik yang artinya film cerita yang dibuat untuk media.

Suatu program acara televisi dapat dikatakan bermutu apabila materi acaranya aktual, faktual, dan sesuai dengan kebutuhan khalayaknya serta kemasan acara yang menarik dan memikat khalayak (Silitonga 2009).

(19)

melembaga. Perbedaan diantara kedua media tersebut pada akhirnya menjadi bagian dari pengalaman dan persepsi penonton. Beberapa perbedaan utama yang dikemukakan oleh Ellis adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Perbedaan antara siaran televisi dengan film

Perbedaan Siaran Televisi Film

Isi dan Bentuk -Mengidentifikasi pembaca naskah

Menyangkut organisasi -Memiliki tokoh berwatak -Memiliki bintang

Sumber: berdasarkan pandangan Ellis, 1982 dalam McQuail Denis 1994

Keterdedahan Khalayak terhadap Siaran Televisi

(20)

proses komunikasi sangat ditentukan oleh khalayak. Khalayak dalam studi komunikasi massa bisa berupa individu, kelompok, dan masyarakat. Nightingale dan Ross (2003) mengemukakan ada 4 jenis khalayak yang muncul seiring dengan berjalannya waktu dan kemajuan media, yaitu: (1) khalayak sebagai orang berkumpul atau biasa disebut dengan penonton; (2) khalayak sebagai penonton berbicara atau khalayak tertulis yang merujuk kepada sekelompok orang yang digambarkan oleh komunikator; (3) khalayak sebagai penonton yang mengalami langsung kejadian; dan (4) khalayak yang mendengar yang mengacu pada partisipatif pengalaman penonton, ketika penonton terbawa dalam sebuah pertunjukan.

Keterdedahan khalayak terhadap siaran televisi adalah cara atau bagaimana khalayak mengonsumsi berbagai program acara yang ditayangkan televisi untuk memenuhi kebutuhan yang belum terpuaskan. Televisi sebagai media massa dianggap mampu memenuhi kebutuhan akan informasi, hiburan, maupun sosial budaya khalayak. Selanjutnya, khalayak akan memilih berbagai jenis tayangan televisi yang sesuai untuk memuaskan kebutuhan pribadinya. Silitonga (2009) menyatakan bahwa media exposure merupakan usaha untuk mencari data-data khalayak tentang penggunaan media, baik jenis media, frekuensi maupun durasi. Disamping itu terdapat juga istilah audience ratting

yang digunakan untuk mengetahui persepsi atau penilaian khalayak terhadap media, jenis informasi, format acara, dan komunikator yang menjadi favorit khalayak.

Motivasi Menonton dan Persepsi Khalayak

Teori Uses and Gratifications

Khalayak akan aktif untuk menentukan media massa yang akan dipilih untuk memenuhi dan memuaskan kebutuhannya. Katz, Blumler dan Gurevitch (1974) dalam Turner dan West (2008) memaparkan ada lima asumsi dasar teori

Uses and Gratification, yaitu:

1. Khalayak aktif yang artinya khalayak menggunakan media massa sesuai untuk memenuhi kebutuhannya.

2. Khalayak berinisiatif dalam menghubungkan kepuasan kebutuhan dengan pemilihan media tertentu.

3. Media massa berkompetisi dengan sumber lainnya untuk kepuasan kebutuhan. 4. Tujuan memilih media massa berdasarkan kepentingan dan motif-motif

tertentu dari khalayak.

5. Penilaian mengenai nilai isi media hanya dapat dinilai oleh khalayak.

(21)

Bila kebutuhan khalayak sudah terpenuhi maka akan tercapai kepuasan media (media gratification). Effendy (2003) menyatakan bahwa ada 5 kebutuhan individual khalayak, yaitu:

1. Cognitive needs (kebutuhan kognitif)

Yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan informasi, pengetahuan dan pemahaman mengenai lingkungan. Kebutuhan ini didasarkan pada hasrat untuk memahami dan menguasai lingkungan, juga memuaskan rasa penasaran dan dorongan untuk penyelidikan.

2. Affective needs (kebutuhan afektif)

Yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan pengalaman-pengalaman yang estetis, menyenangkan dan emosional.

3. Personal Intergrative needs (kebutuhan pribadi secara integratif)

Yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan kredibilitas, kepercayaan, stabilitas, dan status individual. Hal-hal tersebut diperoleh dari hasrat akan harga diri.

4. Social integrative needs (kebutuhan sosial secara integratif)

Yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan kontak dengan keluarga, teman, dan dunia. Hal-hal tersebut didasarkan pada hasrat untuk berafiliasi. 5. Escapist needs (kebutuhan Pelepasan)

Yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan hasrat ingin melarikan diri dari kenyataan, kelepasan emosi, ketegangan dan kebutuhan akan hiburan.

Motivasi Menonton

Motivasi adalah sejumlah harapan seseorang yang dianggap dapat memenuhi kebutuhannya dengan cara memanfaatkan media massa (McQuail 1991). Motivasi menonton tayangan televisi khalayak dipengaruhi oleh faktor dari dalam diri individu (intrinsik) dan faktor yang datang dari luar diri individu (ekstrinsik). Faktor intrinsik terdiri atas beberapa variabel, yaitu: usia, jenis kelamin, tingkat pendapatan, dan jenis pekerjaan sedangkan faktor ekstrinsik dipengaruhi oleh adanya informasi yang didapatkan dari program acara yang ditayangkan, hiburan untuk melepaskan rasa lelah karena aktifitas sehari-hari, atau untuk mengisi waktu yang kosong, serta interkasi antar khalayak. Dorongan ini dapat dikatakan sebagai motif atau motivasi seseorang dalam pemuasan kebutuhannya atau konsekuensi lain yang tidak diinginkan sebagai dampak dari perbandingan antara harapan individu sebelum menonton televisi dengan yang sesungguhnya diperoleh individu tersebut setelah menonton televisi.

Seberapa kuat motivasi yang dimiliki individu akan banyak menentukan terhadap kualitas perilaku yang ditampilkannya, baik dalam konteks menonton, belajar, bekerja maupun dalam kehidupan lainnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan karakteristik individu dan motivasi remaja menonton acara hiburan televisi bervariasi pada setiap jenis motivasi dan lokasi penelitiannya.

(22)

1. Informasi

Motivasi ini berkaitan dengan usaha untuk mencari berita tentang peristiwa dan kondisi yang berkaitan dengan lingkungan terdekat, masyarakat dan dunia; mencari bimbingan menyangkut berbagai masalah praktis, pendapat, dan hal-hal yang berkaitan dengan penentuan pilihan; memuaskan rasa ingin tahu dan minat umum; dan memperoleh rasa damai melalui penambahan pengetahuan.

2. Identitas Pribadi

Motivasi ini berkaitan dengan usaha untuk menemukan penunjang nilai-nilai pribadi; mengidentifikasikan diri dengannilai-nilai lain (dalam media); dan meningkatkan pemahaman tentang diri sendiri.

3. Integritas dan Interaksi Sosial

Motivasi ini berkaitan dengan usaha untuk memperoleh pengetahuan tentang keadaan orang lain, empati sosial; mengidentifikasi diri dengan orang lain dan meningkatkan rasa memiliki;menemukan bahan percakapan dan interaksi sosial; membantu menjalankan peran sosial; danmemungkinkan seseorang untuk dapat menghubungi sanak keluarga, teman, masyarakat.

4. Hiburan

Motivasi ini berkaitan dengan usaha untuk melepaskan diri atau terpisah dari permasalahan; bersantai; memperoleh kenikmatan jiwa dan estetis; dan mengisi waktu luang.

Sementara itu menurut Widodo (2012), motivasi dapat dikategorikan menjadi dua kategori, yaitu: teori kepuasan (contents theory) dan teori proses (process theory).

1. Teori Kepuasan: kebutuhan dan kepuasan individu yang menyebabkan individu bertindak dan berperilaku dengan cara-cara tertentu. Teori ini menjawab pertanyaan tentang kebutuhan apa yang memuaskan seseorang dan apa yang mendorong semangat kerja seseorang. Teori motivasi yang termasuk dalam teori kepuasan adalah teori motivasi dari Maslow dan David McClelland.

a. Teori Motivasi Abraham Maslow: teori yang menjelaskan bahwa kebutuhan-kebutuhan manusia tersusun atas jenjang kepentingan (hierarkhi) dari kebutuhan dasar-fisiologis sampai kepada kebutuhan yang lebih kompleks yakni aktualisasi diri, yakni

i. Kebutuhan fisiologis (sandang, pangan, tempat tinggal, seks) ii. Kebutuhan rasa aman (bebas dari bahaya dan memperoleh

perlindungan)

iii. Kebutuhan kasih sayang (perhatian dan cinta) iv. Kebutuhan dihargai dan dihormati (kuasa) v. Kebutuhan aktualisasi diri (pengakuan diri)

b. Teori Motivasi David McClelland: teori yang menjelaskan bahwa kebutuhan manusia bisa dipelajari, yakni:

(23)

ii. Kebutuhan akan afiliasi: orang akan cenderung mempunyai keinginan diterima, dihormati, dan merasa dirinya penting di hadapan orang lain.

iii. Kebutuhan akan kekuasaan: manusia pada umumnya cenderung ingin lebih berkuasa dibandingkan manusia yang lain.

2. Teori Proses: teori yang pada dasarnya ditujukan untuk pertanyaan tentang bagaimana menguatkan, mengarahkan, memelihara, dan menghentikan perilaku individu agar setiap individu bekerja sesuai dengan keinginan organisasi. Teori harapan V.H. Vroom dan teori pengukuhan Gary Dessler termasuk teori proses.

a. Teori harapan (Expetancy theory) V.H. Vroom: teori motivasi yang dikemukakan Vroom pada dasarnya adalah motivasi dalam diri manusia yang ditentukan oleh tiga faktor. Pertama, pencapaian tujuan dan penghargaan atas pencapaian tujuan tersebut haruslah bersifat individual. Inilah yang disebut dengan valency of the outcome. Kedua, harus terdapat jaminan bahwa setiap peristiwa yang dilalui oleh seorang individu dalam organisasi diwadahi ke dalam suatu instrumen untuk mencapai valency of the outcome. Inilah yang disebut dengan instrumentalitas. Ketiga, adanya keyakinan setiap individu bahwa upaya partikular macam apapun memperoleh perhatian yang seksama dari instrumentalitas itu. Inilah yang disebut dengan expectancy.

b. Teori pengukuhan Gary Dessler: teori ini didasarkan atas hubungan sebab akibat dari perilaku dengan pemberian kompensasi, yaitu:

i. Pengukuhan positif (positive reinforcement): bertambahnya frekuensi perilaku terjadi apabila pengukuhan positif diterapkan secara bersyarat. ii.Pengukuhan negatif (negative reinforcement): bertambahnya frekuensi perilaku terjadi apabila pengukuhan negatif dihilangkan secara bersyarat.

Jadi prinsip pengukuhan adalah selalu berhubunghan dengan bertambahnya frekuensi dari tanggapan apabila diikuti oleh suatu stimulus yang bersyarat. Hasil penelitian Kusumah (2010), Arifin (2005), Hadiyanto (2004), dan Badriah (2003) terdapat berbagai macam motivasi khalayak dalam menonton siaran televisi. Motivasi tersebut dapat dirumuskan dalam empat macam, yaitu: motivasi hiburan, informasi, identitas pribadi, serta integritas dan interaksi sosial. 1. Hiburan

Khalayak memiliki motivasi hiburan untuk menonton suatu program acara televisi karena ingin mengisi waktu luang, menjernihkan pikiran, dan memperoleh kenikmatan jiwa. Biasanya khalayak yang memiliki motivasi menonton hanya untuk mendapatkan hiburan, mereka lebih memilih program acara komedi, program acara musik, sinetron, program talk show yang bersifat menghibur seperti: Pas Mantab, Hitam Putih, Buaya Show, Show Imah, dan Kata Hati.

2. Informasi

(24)

lebih memilih program acara berita, dokumenter, dan talk show yang bersifat informatif seperti: Kick Andy, Today’s Dialogue dan Economic Challenges, Barometer, dan sebagainya.

3. Identitas Pribadi

Khalayak yang memiliki motivasi identitas pribadi biasanya khalayak yang senang menonton siaran televisi lokal. Mereka ingin menambah kecintaan terhadap daerahnya melalui program-program acara televisi, misalkan: khalayak yang tinggal di Bogor lebih memilih untuk menonton acara Sunda Bogor karena mereka ingin menambah pengetahuan tentang keadaan wilayah Bogor itu sendiri, pengetahuan tentang Suku Sunda baik dari segi sejarah Sunda maupun sejarah musiknya.

4. Integritas dan Interaksi Sosial

Khalayak yang memiliki motivasi integritas dan interaksi sosial biasanya menonton program acara reality show seperti: Jika Aku Menjadi, Orang Pinggiran, dan Catatan Si Olga. Mereka ingin memperoleh pengetahuan tentang keadaan orang lain, lebih berempati dengan orang lain, dan mengidentifikasi diri dengan orang lain.

Tetapi dari empat jenis motivasi menonton, khalayak lebih memilih hiburan sebagai motivasi yang paling utama untuk menonton kemudian diikuti dengan informasi. Itu artinya, khalayak lebih menyenangi program acara televisi yang bersifat menghibur dan pada kenyataannya, memang program acara televisi zaman sekarang lebih banyak menyajikan program acara yang sifatnya menghibur.

Persepsi Khalayak Penonton Televisi

Persepsi adalah proses dengan mana seseorang menjadi sadar akan banyaknya stimulus yang mempengaruhi inderanya. Persepsi mempengaruhi rangsangan (stimuli) atau pesan apa yang diserap dan apa makna yang diberikan ketika orang mencapai kesadaran (Devito 1997 dalam Lubis et al. 2010). Selain itu, persepsi juga mengarahkan orang untuk memilih pesan-pesan tertentu dan meresponnya sementara pesan-pesan lainnya diabaikan. Khalayak pada saat melihat suatu obyek dan mempersepsikannya, terdapat tahapan proses persepsi seperti yang dikemukakan oleh Devito (1997) dalam Lubis, et al (2010), yaitu: stimulasi indera, pengaturan stimulasi indera, dan penafsiran evaluasi. Stimulasi indera itu sendiri adalah tertangkapnya stimulus (rangsangan) oleh panca indera manusia sedangkan pengaturan stimulasi indera adalah pengorganisasian stimulus yang ditangkap indera dengan menggunakan kerangka rujukan yang sudah dimiliki. Lain halnya dengan penafsiran evaluasi, definisi penafsiran evaluasi adalah proses subyektif yang melibatkan evaluasi dari penerima.

(25)

1. Kualitas tayangan program: pemirsa pada umumnya berpersepsi baikterhadap program yang memiliki kualitas tayangan bagus, ada dua indikator kualitas tayangan, yaitu: kualitas gambar dan penayangan

2. Unsur pesan dalam siaran ditentukan oleh tiga unsur, yaitu: presenter narasumber

3. Unsur yang paling penting dalam siaran adalah unsur materi siaran. Materi siaran terdiri dari tema cerita dan isi cerita.

Kualitas program siaran televisi dinilai khalayak dari berbagai kriteria. Berdasarkan dari beberapa hasil penelitian mengungkapkan bahwa kriteria penilaian khalayak dapat dikelompokkan sebagai berikut:

1. Format Acara (Tipe/Jenis acara yang ditonton)

Berdasarkan hasil penelitian Hadiyanto (2004) karakteristik program siaran televisi yang diminati oleh khalayak ialah program-program yang berisikan hiburan dan informasi. Program hiburan bertujuan untuk membuat perasaan khalayak senang dan gembira atas program hiburan yang ditontonnya, untuk sejenak melupakan masalah keluarga yang sedang dihadapi,dan sebagai sarana melepaskan ketegangan dan mengisi waktu senggang.

2. Kualitas Tayangan

Hasil penelitian Ashimu dan Clara (2008) menyatakan bahwa kualitas tayangan siaran televisi dilihat dari daya tarik program acara televisi yang banyak diminati oleh khalayak, salah satunya tayangan televisi lokal. Rata-rata khalayak setuju bahwa tayangan-tayangan dari kedua stasiun TV baik PALTV maupun Sriwijaya TV menyajikan program-program acara yang lebih mencerminkan etika dan budaya lokal, bernilai positif, tidak mengikuti pengaruh negatif dari budaya luar, aman serta layak untuk ditonton.

3. Presenter

Silitonga (2009) menyatakan bahwa presenter merupakan orang yang memandu jalannya suatu program acara di televisi. Berdasarkan hasil penelitiannya tersebut, faktor yang paling mendukung baik atau tidaknya suatu program adalah dengan kehadiran presenter, baik yang dilihat dari penampilan fisik maupun keahilan mereka dalam membawakan acara tersebut agar disukai oleh penonton. Selain itu, hasil penelitian Kusumah (2010) juga menyatakan bahwa presenter atau pembaca berita pada program acara Dinamika Bogor dinilai memiliki keahlian pembaca berita yang baik, dapat dimengerti oleh masyarakat Bogor dan dalam program acara Sunda Bogor, presenter acara tersebut dinilai membawakan acara dengan menarik serta humoris.

4. Materi Siaran

Khalayak dalam memilih program siaran televisi selalu memperhatikan materi siaran (tema dan isi cerita) yang akan dipilih, dan materi siaran tersebut harus sesuai dengan kebutuhan khalayak. Selain itu juga, materi siaran harus memiliki visible, interested, simple, utility, accurate, dan legitimate.

(26)

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Motivasi Menonton dan Persepsi Khalayak

Motivasi dan persepsi khalayak pada kenyataannya dapat bervariasi karena terkait dengan berbagai faktor, baik yang ada pada diri khalayak maupun dari luar diri khalayak. Beberapa penelusuran hasil penelitian banyak mengungkapkan mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan motivasi menonton dan persepsi khalayak. Hasil penelitian Kusumah (2010), Arifin (2005), Hadiyanto (2004), dan Badriah (2003) faktor yang berhubungan dengan persepsi khalayak dapat disimpulkan sebagai berikut:

Faktor yang Berhubungan dengan Motivasi Menonton

Ada tiga faktor yang berhubungan dengan motivasi menonton, yaitu:

1. Faktor Pendidikan: pada umumnya semakin tinggi tingkat pendidikan khalayak maka motivasi informasi akan semakin rendah. Hal ini disebabkan khalayak yang tingkat pendidikannya tinggi akan mendapatkan informasi dari media lainnya tidak hanya dari media televisi saja sedangkan khalayak yang tingkat pendidikannya rendah biasanya memiliki motivasi hiburan. Mereka hanya ingin mengisi waktu luang dan mencari kesenangan saja.

2. Faktor Domisili: khalayak yang tinggal di daerah elit di kota memiliki karakter yang berbeda dengan khalayak yang tinggal di kawasan pedesaan. Khalayak yang tinggal di pedesaan mengaku bahwa tempattinggalnya jauh dari keramaian dan fasilitas hiburan sehingga televisi merupakan media yang utama untuk pemenuhan kebutuhan hiburan. Intinya, khalayak yang tinggal di pedesaan motivasi untuk menonton suatu program acara televisi lebih tinggi dibandingkan khalayak yang tinggal di perkotaan.

3. Faktor Penghasilan: pada umumnya khalayak yang memiliki penghasilan menengah dan tinggi lebih dominan dipengaruhi oleh motif kognitif (motivasi ingin menambah pengetahuan dan suatu informasi) sedangkan khalayak yang memiliki penghasilan rendah dipengaruhi oleh motif diversi (motivasi ingin belajar hal-hal yang praktis atau instan, ingin mengisi waktu luang, dan mencari kesenangan).

Faktor yang Berhubungan dengan Persepsi Khalayak

Ada dua faktor yang berhubungan dengan persepsi khalayak dalam menonton siaran televisi, yaitu:

1. Faktor Jenis Kelamin: pada umumnya, khalayak berjenis kelamin wanita lebih menyukai program acara televisi dan lebih sering menonton televisi daripada responden laki-laki karena laki-laki lebih suka menghabiskan waktunya untuk bermain play station, olahraga, dan main band.

(27)

buruk persepsi terhadap tema cerita yang ada pada program Jika Aku Menjadi. Jadi pada intinya, seseorang yang awalnya tidak suka dan bahkan tidak pernah menonton acara X bisa menjadi suka dan mau menonton acara X jika dia sering berinteraksi dengan orang-orang terdekatnya yang suka dan sering menonton acara X. Dengan adanya interaksi tersebut, secara tidak langsung orang-orang terdekatnya telah mempengaruhi seseorang tersebut.

3. Faktor Pengambilan Keputusan: seseorang akan mengambil keputusannya untuk menonton atau tidak menonton suatu acara televisi. Dapat kita ambil contoh dalam penelitian Permata (2012): bahwa seseorang akan mau menonton suatu acara televisi tergantung atas keinginannya sendiri atau ajakan temannya.

Masyarakat Desa Rurban

Indrizal (2006) mengungkapkan bahwa rurban adalah daerah yang berada di tengah-tengah daerah rural dan urban (pinggiran kota) dan memiliki kelompok komunitas yang sifatnya berada di tengah-tengah antara rural dan urban. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia No. 4 Tahun 1980, kota adalah wadah yang memiliki batasan administratif wilayah seperti kotamadya dan kota administrasi. Perkembangan teknologi telah merubah masyarakat pinggiran kota atau rurban menjadikan wilayah pinggiran kota berubah menjadi pusat-pusat aktivitas penduduk baru dan memunculkan kawasan-kawasan komersial. Pada dasarnya daerah rurban merupakan daerah pinggiran kota yang terekspansi akibat pemekaran kota. Wilayah rurban menurut karakteristiknya adalah pencampuran antara desa dengan kota. Beberapa daerah akan memperlihatkan bentuk kota dan yang lain akan lebih dekat dengan ciri-ciri pedesaan. Daerah-daerah rurban masih sangat tergantung pada kota induk.

Masyarakat rurban dapat menjadi penyangga (buffer) bagi kehidupan kota jika warganya memiliki kemampuan kontributif dalam kehidupan kota induk, sebaliknya masyarakat rurban hanya akan menjadi beban bagi kehidupan bagi kota induk apabila masyarakatnya tidak memiliki ketempilan atau kemampuan untuk berkontribusi bagi kehidupan kota induk. Permasalahan yang sering timbul di daerah rurban adalah terjadinya perubahan sektor pertanian yang dapat menimbulkan masalah lingkungan secara fisik (misal: perubahan dari sawah menjadi kawasan perumahan), masalah transportasi (misal: bertempat tinggal di pinggiran, namun bekerja di pusat kota sehingga menyebabkan lalu lintas menjadi padat). Wilayah rurban dapat pula dijadikan sebagai tempat tinggal bagi para penglaju (commuter) yang bekerja di pusat kota. Bagi mereka, kawasan pinggiran dapat dijadikan sebagai sebuah kawasan yang nyaman untuk dijadikan sebagai tempat tinggal karena letaknya yang jauh dari pusat kota, jauh dari polusi dan kebisingan akibat aktivitas pusat kota.

(28)

interpersonal dengan masyarakat sekitar, masih sering meluangkan waktu untuk mendengarkan radio, tertarik dengan siaran televisi dan surat kabar, serta sudah menggunakan teknologi dalam kehidupannya.

Kerangka Pemikiran

Motivasi adalah sejumlah harapan seseorang yang dianggap dapat memenuhi kebutuhannya, dengan cara memanfaatkan media massa (McQuail 1991). Motivasi menonton dikategorikan sebagai berikut: (1) Informasi yaitu mencari berita tentang peristiwa dan kondisi lingkungan terdekat, masyarakat, dan dunia, memuaskan rasa ingin tahu dan minat umum; (2) Identitas pribadi untuk menemukan penunjang nilai-nilai pribadi, mengidentifikasi diri dengan nilai-nilai lain dalam media, dan meningkatkan pemahaman tentang diri sendiri; (3) Integrasi dan interaksi sosial untuk memperoleh pengetahuan tentang keadaan orang lain, empati sosial, menemukan bahan percakapan dan interaksi sosial; serta (4) Hiburan untuk melepaskan diri dari permasalahan, bersantai, dan mengisi waktu.

Motivasi menonton berbeda setiap individu karena terkait dengan berbagai faktor. Hasil penelitian Hendra (2011), Kusumah (2010), Arifin (2005), Hadiyanto (2004), dan Badriah (2003) mengungkapkan faktor internal dan eksternal yang mengarahkan motivasi menonton. Faktor internal terdiri atas: usia, jenis kelamin, jenis pekerjaan, dan tingkat pendidikan. Sementara faktor eksternal terdiri atas: ketersediaan televisi dan pola pengambilan keputusan.

Motivasi menonton akan mengarahkan keterdedahan khalayak pada suatu program televisi. Keterdedahan adalah mendengarkan, melihat, membaca, atau secara lebih umum mengalami dengan perhatian minimal pada pesan media (Shore 1980 dalam Khairil 1994). Rosengen dalam Morissan (2005) tentang terpaan media, keterdedahan khalayak terhadap program siaran televisi dilihat dari frekuensi dan durasi menonton. Disamping kedua indikator tersebut, penelitian-penelitian lain tentang keterdedahan televisi juga menggunakan indikator suasana menonton, cara menonton, dan lokasi menonton (Mulyana 2010 dan Silitonga 2009).

Keterdedahan pada program televisi akan memunculkan persepsi khalayak tentang program yang ditonton. Persepsi adalah suatu proses interpretasi yang dilakukan seseorang terhadap realitas yang diterimanya (Applebaum dalam Lubis

et al. 2010). Persepsi program televisi, seperti pada penelitian Mulyana (2010) dan Silitonga (2009) dapat dinilai dari segi penayangan, presenter, narasumber, tema dan isi cerita. Salah satu penelitian yang dilakukan oleh Yayasan SET1, Yayasan TIFA2, IJTI3, The Habibie Center4, LSPR5 yang berjudul Menuju Televisi yang Ramah Keluarga, menyatakan bahwa kualitas yang diukur dalam

1

Technology Esthetics and Science, merupakan yayasan yang bergerak di bidang riset media

2

Lembaga yang bertujuan untuk memperkuat masyarakat sipil di Indonesia, sebagai sarana menuju demokrasi dan untuk menyiapkan pemberdayaan rakyat untuk menghadapi berbagai tantangan.

3

Ikatan Jurnalisme Televisi Indonesia, suatu asosiasi yang menghimpun para jurnalis televisi dan didirikan pada era reformasi.

4

Yayasan pembinaan, pengembangan sumber daya manusia dalam ilmu pengetahuan dan teknologi.

5

(29)

risetnya adalah kualitas dalam arti sosial yaitu kegunaan atau fungsi dari suatu program acara bagi masyarakat pemirsa. Riset ini tidak masuk dalam ranah estetis, menilai kualitas suatu program acara dari aspek teknis artistik suatu acara, misalnya tata pengambilan gambar, cerita, skenario, akting para pemain dan sebagainya. Kualitas dalam riset ini dilihat dari sejauhmana suatu program telah memenuhi fungsi dan kegunaannya pada pemirsa, terlepas dari apakah suatu program acara itu secara estetis baik atau bukan.

Keterdedahan dengan persepsi khalayak ada hubungannya, yaitu menurut Silitonga (2009) bahwa ada hubungan nyata antara durasi menonton dengan tema dan penayangan Jelajah; ada hubungan nyata antara frekuensi menonton dengan kemasan, ada hubungan nyata antara cara menonton dengan kemasan, tema dan narasi;serta ada hubungan nyata antara lokasi menonton dengan kemasan, presenter, penayangan. Sementara menurut Mulyana (2010) bahwa cara menonton memiliki hubungan dengan kriteria persepsi mengenai tema cerita.

Keterkaitan berbagai variabel tersebut secara rinci disajikan pada gambar 1 berikut:

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Motivasi Menonton dan Persepsi Khalayak Tentang Program Talk Show“Hitam Putih” Trans7 pada Masyarakat Desa Rurban

Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran disusun hipotesis sebagai berikut:

1. Ada hubungan antara faktor internal khalayak dengan motivasi menonton program talk show “Hitam Putih” Trans7 pada masyarakat desa rurban.

2. Ada hubungan antara faktor external khalayak dengan motivasi menonton program talk show ”Hitam Putih Trans7 pada masyrakat desa rurban.

3. Ada hubungan antara motivasi menonton dengan keterdedahan khalayak dalam menonton program talk show “Hitam Putih” Trans7 pada masyarakat desa rurban.

(30)

Definisi Operasional

Beberapa variabel yang digunakan dalam penelitian ini secara operasional didefinisikan sebagai berikut:

1. Faktor internal adalah ciri-ciri yang terdapat dalam diri individu

responden, meliputi: usia, jenis kelamin, jenis pekerjaan, dan tingkat pendidikan.

a. Usia diukur dalam satu tahun dan dibedakan dalam kategori: remaja akhir (kode 1) :17-21 tahun, dewasa awal (kode 2) : 22-40 tahun, dan dewasa akhir (kode 3) : 41-60 tahun

b. Jenis kelamin diukur dalam skala nominal.

c. Tingkat pendidikan diukur dalam skala ordinal dengan tingkatan: rendah: SD, sedang: SMP, dan tinggi: SMA atau Perguruan Tinggi

d. Pekerjaan diukur dalam skala nominal dengan kategori, yaitu: pekerjaan yang tidak mendapatkan penghasilan (pelajar/mahasiswa, ibu rumah tangga, dan tidak bekerja) dan pekerjaan yang mendapatkan penghasilan (wiraswasta, pegawai negeri sipil, pensiunan PNS, dan karyawan swasta). 2. Faktor eksternal adalah kondisi-kondisi di sekitar responden, meliputi:

ketersediaan televisi dan pola pengambilan keputusan.

a. Ketersedian televisi diukur dalam skala nominal dengan kategori: jumlah televisi yang dimiliki, ada atau tidaknya televisi di kamar pribadi, dan kualitas televisi (jenis televisi dan berapa kemiringannya/inch).

b. Pola pengambilan keputusan diukur dalam skala nominal dengan kategori: keputusan sendiri, ajakan orang lain (keluarga/ teman/ kekasih), dan keputusan bersama

3. Motivasi menonton adalah sejumlah harapan seseorang yang dianggap dapat memenuhi kebutuhannya dengan cara memanfaatkan media massa, seperti televisi yang dibedakan atas motivasi informasi, identitas pribadi, integrasi dan interaksi sosial, serta hiburan. Diukur dalam skala interval dengan metode

semantic differential dengan rentang skor 1-6.

4. Keterdedahan khalayak adalah bagaimana responden mengkonsumsi berbagai program siaran yang disuguhkan televisi untuk memenuhi kebutuhan yang belum terpuaskan yang dibedakan atas frekuensi menonton, durasi menonton, suasana menonton, cara menonton, dan lokasi menonton.

a. Frekuensi (kali) mengakses program Hitam Putih Trans7 adalah tingkat keseringan responden dalam mengakses program siaran talk show Hitam Putih dalam satu minggu terakhir dengan tingkatan sebagai berikut: rendah: 1-3 kali, dan tinggi: 4-6 kali

b. Durasi (jam) menonton mengakses program siaran Hitam Putih adalah waktu rata–rata yang diluangkan oleh responden untuk mengakses program Hitam Putih dengan tingkatan sebagai berikut: rendah: ≤ 44 menit, dan tinggi: 45-90 menit

(31)

d. Suasana menonton adalah keadaan atau kondisi pada saat menonton. Diukur dalam skala nominal dengan kategori: tenang atau kondusif; dan berisik atau ada gangguan

e. Lokasi menonton adalah tempat responden ketika menonton program Hitam Putih. Diukur dalam skala nominal dengan kategori: rumah atau kostan atau kontrakan; dan warung atau tempat tinggal teman

5. Persepsi khalayak adalah pendapat responden tentang tayangan siaran Hitam Putih Trans7 yang dibedakan atas kualitas tayangan, unsur dalam siaran, dan unsur materi siaran. Diukur dalam skala interval dengan menggunakan metode

semantic differential dengan rentang skor 1-6.

a. Kualitas tayangan adalah penilaian tentang tayangan siaran Hitam Putih dengan indikator: kualitas gambar dan penayangan (frekuensi tayang, durasi tayang, dan jam tayang)

b. Unsur dalam siaran adalah substansi yang terkandung dalam program siaran Hitam Putih dengan indikator: presenter, bintang tamu (public figure dan nonpublic figure yang memiliki cerita inspiratif, dan penampilan fisik), dan segment (story of live, questions of life, ugly truth,

bad liar versus good liar, ask your Deddy, dan games kecocokan pasangan)

(32)
(33)

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang didukung data kualitatif. Metode yang digunakan adalah survei yaitu penelitian dilakukan dengan mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang menggambarkan suatu masalah yang hasilnya dapat digeneralisasikan. Unit analisa dari penelitian ini adalah individu. Penelitian ini juga bersifat eksplanatori karena menjelaskan hubungan kausal antara variabel-variabel melalui pengujian hipotesa (Singarimbun dan Effendi 2006).

Lokasi dan Waktu Penelitian

Televisi yang menjadi objek penelitian adalah Trans7 yang dipilih secara sengaja karena berdasarkan informasi yang diperoleh dari internet dan Trans7, stasiun televisi ini memiliki banyak dan beragam jenis program talk show. Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Sukahati, Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor dengan pertimbangan: (1) dapat menangkap siaran trans7 dengan baik, (2) masyarakat banyak yang menonton program trans7, (4) lokasinya berada diantara desa dan kota, dan (4) masyarakat rurban yang bisa menilai program siaran televisi. Penelitian ini dilakukan dalam waktu 4 bulan, dari pertengahan Febuari sampai dengan Mei 2013.

Teknik Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder baik kuantitatif maupun kualitatif. Data primer diperoleh langsung dari data melalui wawancara terstruktur dengan menggunakan instrumen berupa kuesioner. Data sekunder diperoleh dari profil mengenai stasiun televisi swasta Trans7, dokumen kependudukan yang dimiliki kantor Kelurahan Sukahati, serta berbagai literatur yang relevan dengan penelitian ini, yakni buku, tesis, skripsi, jurnal penelitian, dan situs internet. Teknik pengumpulan data yang digunakan meliputi: observasi, kuesioner, dan wawancara dengan instrumen berupa kuesioner dan pedoman wawancara.

Data dikumpulkan dari responden penonton program Hitam Putih yang diambil dari sampel populasi. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh warga RW 12 RT 03 yang berusia 17-60 tahun. Teknik pengambilan sampel menggunakan multistage sampling yaitu pengambilan sampel yang dilakukan melalui tahap-tahap tertentu. (Singarimbun dan Effendi, 2006). Multistage sampling dilakukan dengan cara sebagai berikut:

1. Pemilihan RW contoh dari 19 RW di Kelurahan Sukahati 2. Penentuan RT contoh dari 7 RT di RW 12 terpilih

3. Penyusunan daftar penduduk di RT 03 terpilih

4. Penyusunan 80 kerangka sampling melalui penyebaran angket

(34)

Data hasil kuesioner diolah menggunakan software SPSS for Windows versi 16 dan Microsoft Excel 2007. Pengolahan data dilakukan dengan cara pengkodean kemudian memasukkan data ke dalam berkas data; tabulasi silang atau tabel frekuensi; pendeskripsikan; dan pengujian hubungan antarvariabel (Singarimbun& Effendi 2006) sebagai berikut:

1. Tabel frekuensi, untuk menganalisis data primer

2. Uji Korelasi Chi Square untuk melihat hubungan antara variabel dalam skala nominal dengan rumus sebagai berikut:

= Nilai chi-kuadrat

fe= Frekuensi yang diharapkan fo= Frekuensi yang diperoleh/diamati

3. Uji Rank Spearman untuk melihat hubungan antara variabel dalam skala ordinal dengan rumus sebagai berikut:

Korelasi dapat menghasilkan angka positif yang menunjukkan hubungan yang searah antara dua variabel yang diuji, artinya semakin besar variabel independen maka semakin besar variabel dependen atau korelasi negatif yang menunjukkan hubungan yang tidak searah (Rakhmat 1997). Tingkat keeratan hubungan ditentukan berdasarkan kriteria yang diungkapkan oleh Guilford (1956:145) dalam Rakhmat (1997):

< 0.20 : hubungan rendah sekali; lemas sekali 0.20–0.40 : hubungan rendah tetapi pasti

0.40–0.70 : hubungan yang cukupberarti 0.70–0.90 : hubungan yang sangat tinggi; kuat

> 0.90 : hubungan sangat tinggi; kuat sekali, dapat diandalkan

Black dan Champion (1997) menyatakan bahwa nilai kepercayaan berkisar antara 0.01 hingga 0.3. Tingkat kesalahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebesar 10% (P atau α 0.1) dengan tingkat kepercayaan 90%. Berdasarkan ilmu sosial adalah 10% (p atau α 0.1) dengan tingkat kepercayaan 90% karena dalam ilmu sosial tingkat kesalahan 10% masih bisa ditoleransi. Nilai P dibandingkan dengan taraf nyata untuk menentukan apakah hubungan antara variabel nyata atau tidak. Hipotesis diterima apabila diperoleh hubungan sangat nyata (p > 0.01), nyata (p < 0.05), atau cukup nyata (p < 0.1), (Rakhmat 2002).

Validitas dan Realibilitas Instrumentasi

(35)

korelasi product moment Pearson sebagai berikut:

r = nilai koefisien validitas N = jumlah responden X = skor pertanyaan pertama Y = skor total

Arikunto (1998) menyatakan bahwa reliabilitas instrument menunjukkan tingkat kepercayaan suatu alat pengumpulan data karena tidak bersifat tendensius mengarahkan responden untuk memilih jawaban-jawaban tertentu. Perhitungan reliabilitas instrument menggunakan perhitungan korelasi belah dua (Singarimbun dan Effendi 2006) dengan rumus sebagai berikut:

r.tot= angka reliabilitas keseluruhan item

(36)
(37)

Gambaran Umum Trans76

Berawal dari kerjasama strategis antara Para Group dan Kelompok Kompas Gramedia (KKG) pada tanggal 4 Agustus 2006, TRANS7 lahir sebagai sebuah stasiun swasta yang menyajikan tayangan yang mengutamakan kecerdasan, ketajaman, kehangatan penuh hiburan serta kepribadian yang aktif. TRANS7 yang semula bernama TV7 berdiri dengan izin dari Departemen Perdagangan dan Perindustrian Jakarta Pusat dengan Nomor 809/BH.09.05/III/2000. TV7 melakukan re-launching tanggal 15 Desember 2006 sebagai TRANS7 dan menetapkan tanggal tersebut sebagai hari lahirnya TRANS7. Di bawah naungan PT Trans Corpora yang merupakan bagian dari manajemen Para Group saat ini telah berubah nama menjadi CT Corp. Akhir tahun 2012, TRANS7 bersama dengan TRANSTV dan Detikcom berada di bawah naungan TRANSMEDIA, TRANS7 diharapkan dapat menjadi televisi yang maju, dengan program-program in-house productions yang bersifat informatif, kreatif, dan inovatif.

Upaya untuk pencapaian harapan di atas, memerlukan suatu perencanaan dan tindakan nyata untuk dapat mewujudkannya, TRANS7 memiliki visi adalah menjadi stasiun televisi terbaik di Indonesia dan di ASEAN serta TRANS7 juga berkomitmen selalu memberikan yang terbaik bagi stakeholders dengan menayangkan program berkualitas dan mempertahankan moral serta budaya kerja yang dapat diterima stakeholders. Sementara misinya adalah TRANS7 berusaha menjadi wadah ide dan aspirasi guna mengedukasi dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat, berkomitmen untuk menjaga keutuhan bangsa, serta nilai-nilai demokrasi dengan memperbaharui kualitas tayangan bermoral yang dapat diterima masyarakat dan mitra kerja.

TRANS7 memiliki logo berbentuk empat sisi persegi panjang yang merefleksikan ketegasan, karakter yang kuat, serta kepribadian bersahaja yang akrab dan mudah beradaptasi. Warna biru yang hangat tetapi bersinar kuat melambangkan keindahan batu safir yang tak lekang oleh waktu, serta menempatkannya pada posisi terhormat di antara batu-batu berlian lainnya. Perpaduan nama yang apik dan mudah diingat, diharapkan membawa TRANS7 ke tengah masyarakat Indonesia dan pemirsa setianya (Sumber: http://www.trans7.co.id/).

Gambar 2. Logo TRANS7

Sumber: http://www.trans7.co.id

Deskripsi Program “Hitam Putih”

Hitam Putih adalah salah satu dari tiga program talk show hiburan di Trans7 yang mulai ditayangkan sejak November 2010. Program ini dinamakan

6

(38)

membentuk satu kesatuan dari setiap elemen kehidupan. Talk show adalah bentuk sajian acara yang mengetengahkan pembicaraan seseorang atau lebih mengenai sesuatu yang menarik, sedang hangat dibicarakan masyarakat (Wibowo 2007).

Hitam Putih sesuai karakternya, yang lebih banyak memiliki kadar informasi,ditayangkan dalam 6 segment, yaitu: 1) Story Of Life; 2) Questions Of Life; 3) Ask Your Deddy; 4) Bad Liar Versus Good Liar; 5) Ugly Truth; serta 6)

games kecocokan pasangan. Program ini selalu berusaha untuk mengedepankan sisi lain dari bintang tamu dari kalangan artis atau kalangan lain yang bisa menginspirasi khalayaknya.

Gambaran Umum Wilayah Penelitian Wilayah dan Penduduk

Kelurahan Sukahati, Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor memiliki luas wilayah 469 hektar, ketinggian 125 m di atas permukaan laut, dan suhunya 31.9°C. Kelurahan Sukahati memiliki jumlah penduduk 22 143 jiwa pada tahun 2011 yang terdiri atas 11 917 jiwa laki-laki dan 10 226 jiwa perempuan dengan jumlah kepala keluarga mencapai sekitar 6 933 KK. Pekerjaan penduduk Kelurahan Sukahati dominan sebagai karyawan/pegawai, yaitu sebanyak 3 325 jiwa (gambar 3).

Gambar 3. Persentase Jumlah Penduduk Kelurahan Sukahati Menurut Jenis Pekerjaan 2011

RT 03 RW 12 Kelurahan Sukahati, Kabupaten Bogor

(39)

bekerja di Jakarta, Depok, dan Bekasi berangkat ke tempat kerjanya pukul 05.30 dan pulang bekerja pukul 18.30, responden yang bekerja di Bogor berangkat pukul 06.00 dan pulang pukul 17.00. Sementara yang bekerja di pemerintah daerah berangkat pukul 06.30 dan pulang pukul 17.00. Penduduk RT 03 selalu menyempatkan diri untuk menonton siaran televisi, sekalipun mereka sedang sibuk dengan pekerjaannya.

Karakteristik Responden

Responden sebagaian besar berusia dewasa akhir, berjenis kelamin perempuan, memiliki penghasilan, dan berpendidikan SMA hingga perguruan tinggi. Usia responden berkisar 17-60 tahun dengan rataan 38 tahun (Tabel 2).

Tabel 2. Jumlah dan persentase responden menurut faktor internal

Faktor Internal Kategori Jumlah

(Orang)

Jenis Pekerjaan Tidak Memiliki Penghasilan 12 45.0

Memiliki Penghasilan 28 55.0

Tingkat Pendidikan Rendah (tidak tamat SD- tamat SD)

1 2.5

Sedang (SMP) 2 5.0

Tinggi (SMA-perguruan tinggi) 37 92.5

Tabel 2 di atas mengungkapkan bahwa program Hitam Putih lebih cocok untuk dewasa akhir karena individu pada usia tersebut lebih membutuhkan hiburan karena program tersebut cocok untuk dinikmati pada santai. Hitam Putih juga lebih disukai penonton wanita karena program tersebut banyak menyajikan materi siaran yang bersifat obrolan santai. Selain itu, Asmar (2009) mengatakan bahwa responden perempuan lebih banyak membutuhkan acara hiburan dibandingkan laki-laki. Laki-laki cenderung lebih banyak membutuhkan informasi daripada perempuan.

Program Hitam Putih lebih cocok dinikmati pada saat santai dan mengisi waktu luang. Oleh karena itu, responden yang paling banyak menonton adalah yang memiliki penghasilan. Walaupun Hitam Putih menayangkan tayangan yang sifatnya santai, tetapi perlu responden yang berpendidikan minimal SMA karena program tersebut memerlukan penalaran yang cukup tinggi dalam menyerap materi yang ditayangkan.

(40)
(41)

“HITAM PUTIH” TRANS7

Motivasi Menonton

Secara umum, motivasi responden menonton program Hitam Putih adalah cukup tinggi (rata-rata skor total= 3.52). Rataan skor masing-masing jenis motivasi pada tabel 3 juga menunjukkan bahwa responden cukup mempunyai motivasi informasi, integrasi dan interaksi sosial, tetapi tidak untuk motivasi identitas pribadi karena tayangan ringan dan menghibur ini tidak bisa diandalkan untuk menambah intelektual, dan menyajikan contoh perilaku yang ada di tayangan program tersebut.

Tabel 3. Rataan skor dan persentase responden menurut jenis motivasi menonton

*Kisaran skor: 1-6 Motivasi Informasi

Berdasarkan tabel 3, khalayak memiliki motivasi informasi yang cukup tinggi (rataan skor 3.75) dalam menonton tayangan Hitam Putih walaupun program tersebut merupakan program talk show yang bersifat hiburan. Hitam Putih dapat diharapkan untuk menambah wawasan, memperoleh informasi penting, memperoleh berita tentang kejadian penting, dan menambah pengetahuan tetapi tidak untuk menambah keterampilan (lampiran 5). Fakta tersebut antara lain dapat dilihat dari kutipan responden berikut:

“saya lebih menyukai program Hitam Putih karena kalau kita menonton

program tersebut, seakan-akan kita menonton tayangan yang paket lengkap. Hiburannya dapat, informasinya pun dapat.” (ER, 58 th)

Hal ini berkaitan dengan kebutuhan individual sebagaimana dijelaskan Effendy (2003) bahwa motivasi informasi seseorang termasuk kedalam cognitive needs (kebutuhan kognitif), yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan informasi, pengetahuan dan pemahaman mengenai lingkungan. Hasil penelitian Hendra (2011) juga mengungkapkan bahwa khalayak memiliki motivasi informasi yang tinggi pada televisi lokal Megaswara TV.

Motivasi Identitas Pribadi

Motivasi identitas pribadi rendah dan paling rendah diantara jenis-jenis motivasi lainnya (rataan skor 2.82). Hasil ini menunjukkan bahwa khalayak menonton program ini tidak untuk memperoleh sesuatu yang dapat memperkuat

Jenis motivasi Sebaran (%) Rataan skor* Rendah Tinggi

Motivasi Informasi 32.5 67.5 3.75

Motivasi Identitas Pribadi 72.5 27.5 2.82

Motivasi Integrasi dan Interaksi Sosial 45.0 55.0 3.80

Motivasi Hiburan 37.5 62.5 3.70

Gambar

Tabel 1. Perbedaan antara siaran televisi dengan film
Tabel 2. Jumlah dan persentase responden menurut faktor internal
Tabel 4. Korelasi antara faktor internal dengan motivasi menonton program  “Hitam Putih” Trans7
Tabel 6. Jumlah dan persentase responden menurut keterdedahan khalayak
+5

Referensi

Dokumen terkait

In order to achieve a complete 3D model of the analysed portion of San Giovanni Church, a commercial software specifically designed for laser scanner data

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1) apakah penjualan arisan berhubungan dengan volume penjualan tahun 2003 sampai tahun 2007. 2) bagaimana prospek

After classifying the types of code-switching which occurred in Cita Cinta , Femina and Kartini Indonesian woman magazines and analyzing some possible reasons, the

Pendidikan Anak Usia Dini kini tidak hanya sebagai tempat “penitipan anak” saja tetapi dengan perkembangan zaman dan tuntutan pendidikan, kini PAUD menjadi salah satu wadah atau

Data kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini ialah latar belakang berdirinya usaha, prosedur pembelian bahan baku, prosedur penjualan, prosedur pemesanan barang

Dalam Penyusunan Profil yang sangat sederhana ini mencakup gambaran dari hasil kegiatan di Rumah Sakit Umum Daerah Polewali Mandar Tahun 2011.. Kami menyadari bahwa isi

Ada baiknya perusahaan dalam menetapkan harga pokok produknya dapat mencoba dengan pendekatan full costing untuk dapat merinci unsurunsur biaya kedalam perhitungan harga pokok

Penelitian ini akan menghasilkan suatu Sistem Informasi Pemesanan Produk di Spraygraphic Clothing Berbasis Mobile yang memiliki interface sesuai sehingga dapat