• Tidak ada hasil yang ditemukan

Potensi Seduhan Limbah Baglog Jamur Tiram (Pleurotus ostratus) untuk Pengendalian Meloidogyne spp. pada Tanaman Tomat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Potensi Seduhan Limbah Baglog Jamur Tiram (Pleurotus ostratus) untuk Pengendalian Meloidogyne spp. pada Tanaman Tomat"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

POTENSI SEDUHAN LIMBAH

BAGLOG

JAMUR TIRAM

(

Pleurotus ostreatus

) UNTUK PENGENDALIAN

Meloidogyne

spp. PADA TANAMAN TOMAT

AMINUDI

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Potensi Seduhan Limbah Baglog Jamur Tiram (Pleurotus ostreatus) untuk Pengendalian

Meloidogyne spp. pada Tanaman Tomat adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juli 2013

Aminudi

(3)

ABSTRAK

AMINUDI. Potensi Seduhan Limbah Baglog Jamur Tiram (Pleurotus ostreatus) Untuk Pengendalian Meloidogyne spp. Pada Tanaman Tomat. Dibimbing oleh ABDUL MUNIF.

Meloidogyne spp. adalah salah satu nematoda parasit penting pada tanaman tomat yang menyebabkan penyakit puru akar. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh seduhan limbah baglog jamur tiram untuk mengendalikan nematoda Meloidogyne spp. pada tomat. Limbah baglog jamur tiram yang digunakan dalam penelitian ini adalah baglog jamur tiram yang telah melewati fase generatif dan masih mengandung miselium. Sebanyak 8 jenis seduhan limbah baglog jamur tiram dengan berbagai komposisi digunakan dalam penelitian ini. Setiap seduhan limbah baglog diaplikasikan dengan konsentrasi yang berbeda yaitu 50%, 25%, dan 5%. Hasil uji fitotoksik seduhan limbah

baglog jamur tiram tidak menunjukkan efek toksisitas pada tanaman tomat. Perlakuan seduhan baglog jamur di rumah kaca menunjukkan bahwa seduhan

baglog jamur mampu menekan pembentukan puru akar secara signifikan dibandingkan dengan kontrol. Perlakuan seduhan baglog jamur limbah basah yang diaerasi selama 4 hari pada konsentrasi 5% adalah yang paling efektif dalam menekan pembentukan puru akar. Hasil dari pengujian in vitro terhadap larva nematoda menunjukkan bahwa sebagian seduhan limbah baglog jamur dapat meningkatkan larva inaktif Meloidogyne spp. dibandingkan dengan kontrol. Hasil pengujian in vitro terhadap mortalitas larva nematoda menunjukkan bahwa perlakuan seduhan limbah baglog jamur tiram basah SBM 50% mampu meningkatkan mortalitas larva hingga 100% setelah 48 jam perlakuan. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa seduhan limbah baglog

jamur tiram memiliki potensi dalam mengendalikan nematoda puru akar

Meloidogyne spp. pada tomat.

(4)

ABSTRACT

AMINUDI. The Potency of Infusion of Baglog Oyster Mushroom Waste (Pleurotus ostreatus) for Controlling Meloidogyne spp. on Tomato. Guided by ABDUL MUNIF

Meloidogyne spp. is one of the important plant parasitic nematode on tomato causing root-knot disease. The objective of this study was to determine the effect of infusion of baglog oyster mushroom waste to control root-knot nematode

Meloidogyne spp. on tomato. The Baglog oyster mushroom waste that used in this study is baglog of oyster mushroom that has been passed the generative phase and still contain the mycelium. A total of 8 kinds of infusion of baglog oyster mushroom waste with various compositions used in this study. Each infusion of baglog mushroom waste was applied with a different concentration namely 50%, 25%, and 5%. The fitotoxicity test of infusion of baglog oyster mushroom waste on tomato seedlings showed no toxicity effect on tomato plants. The application of infusion of baglog waste in the greenhouse showed that the infusion of baglog are able to suppress the formation of nematode-galls significantly compared to the control. The application of infusion of baglog of wet mushroom waste with 4 days aerated at concentration 5% is the most effective in suppressing the gall numbers. The result of in vitro test against the juveniles of nematodes showed that the infusion of baglog of mushroom waste may increase larvae inactive of

Meloidogyne spp. compared to control. The results of in vitro test for nematode mortality showed that the treatment with infusion of baglog of wet oyster mushroom SBM 50% was able to increase the mortality of larvae up to 100% after 48 hours application. Based on these result it can be concluded that the infusion of baglog oyster mushroom waste have potential in controlling root-knot nematode Meloidogyne spp. on tomato.

(5)

POTENSI SEDUHAN LIMBAH

BAGLOG

JAMUR TIRAM

(

Pleurotus ostreatus

) UNTUK PENGENDALIAN

Meloidogyne

spp. PADA TANAMAN TOMAT

AMINUDI

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada

Departemen Proteksi Tanaman

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(6)

Judul Skripsi : Potensi Seduhan Limbah Baglog Jamur Tiram (Pleurotus ostratus) untuk Pengendalian Meloidogyne spp. pada Tanaman Tomat

Nama Mahasiswa : Aminudi

NIM : A34070003

Tanggal lulus:

Disetujui oleh,

Dr Ir Abdul Munif, MScAgr Dosen Pembimbing

Diketahui oleh

(7)

PRAKATA

Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi yang berjudul “Potensi Seduhan Limbah Baglog Jamur Tiram (Pleurotus ostreatus) untuk Pengendalian Nematoda Meloidogyne spp. pada Tanaman Tomat. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian tugas akhir dilaksanakan di Laboratorium Nematologi Tumbuhan Departemen Proteksi Tanaman IPB pada bulan November 2012 sampai dengan Januari 2013.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr Ir Abdul Munif, MScAgr sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan banyak ilmu, bantuan, dan bimbingan selama penelitian dan penulisan skripsi ini. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Dr Ir Dhamayanti Adidharma sebagai dosen penguji tamu yang telah memberikan saran dan masukan dalam penulisan skripsi.

Terima kasih penulis sampaikan kepada rekan-rekan seperjuangan di Laboratorium Nematologi Tumbuhan, yaitu kepada Mifah, kak Yadi, Mey, Tia, Adnan, Fitrah, Maeni, Ravi, kak Halimah, Ibu Umi, Ibu Umi Papua atas bantuan dan nasihatnya selama penelitian. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Prof Dr Ir Meity Sinaga, MSc sebagai dosen pembimbing akademik yang telah memberikan nasihat dan bimbingan selama masa kuliah. Rasa terima kasih penulis sampaikan pula kepada kepada seluruh sahabat di Proteksi Tanaman 44, Kastil Ummi, FORCES IPB, FKRD-A, Insan Peduli, dan KURMA DKM Al-Furqon senantiasa memberi semangat dan menjadi teman diskusi bagi penulis, serta kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.

Ucapan terima kasih secara khusus ingin penulis sampaikan kepada kedua orang tua, Ayahanda Effendi dan Ibunda Amini serta adik-adikku tercinta (Syahputra dan Evi Rahayu) yang senantiasa memberikan dukungan moral, materil, doa, dan kasih sayang yang tiada hentinya, sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.

Bogor, Juli 2013

(8)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GAMBAR vii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

BAHAN DAN METODE 3

Tempat dan Waktu 3

Alat dan Bahan 3

Metode Penelitian 3

Penyediaan Seduhan Limbah Baglog Jamur Tiram (Pleurotus ostreatus) 3 Uji Fitotoksik Seduhan Limbah Baglog Jamur terhadap Tanaman Tomat 4 Uji In Vivo Seduhan Limbah Baglog Jamur terhadap Jumlah Puru

(Nematoda) pada Tomat 4

Uji In Vitro Seduhan Limbah Baglog Jamur terhadap Nematoda 5 Populasi Cendawan dan Bakteri pada Seduhan Limbah Baglog Jamur 5

Rancangan Percobaan dan Analisis Data 5

HASIL DAN PEMBAHASAN 6

Seduhan Limbah Baglog Jamur Tiram (Pleurotus ostreatus) 6 Uji Fitotoksik Seduhan Limbah Baglog Jamur terhadap Tanaman Tomat 7 Uji In Vivo Seduhan Limbah Baglog Jamur terhadap Jumlah Puru

(Nematoda) pada Tomat 10

Uji In Vitro Seduhan Limbah Baglog Jamur terhadap Nematoda 14 Populasi Cendawan dan Bakteri pada Seduhan Limbah Baglog

Jamur Tiram 17

KESIMPULAN DAN SARAN 18

DAFTAR PUSTAKA 19

RIWAYAT HIDUP 21

(9)

DAFTAR TABEL

1 Hasil pengukuran pH seduhan limbah baglog jamur tiram 7 2 Pengaruh seduhan limbah baglog jamur tiram terhadap panjang tajuk,

panjang akar, diameter batang, dan jumlah daun tanaman tomat 8 3 Pengaruh seduhan limbah baglog jamur tiram terhadap berat basah tajuk,

berat basah akar, berat kering tajuk, dan berat kering akar tanaman tomat 9 4 Pengaruh seduhan limbah baglog jamur tiram terhadap bintil akar,

panjang tajuk dan panjang akar pada tomat 11

5 Pengaruh seduhan limbah baglog jamur tiram terhadap berat basah tajuk, berat basah akar, berat kering tajuk, dan berat kering akar pada tomat 12 6 Uji in vitro seduhan limbah baglog jamur tiram terhadap nematoda 14 7 Populasi cendawan dan bakteri dalam seduhan baglog jamur tiram 17

DAFTAR GAMBAR

1 Limbah baglog jamur tiram (a) dan Aquarium Air Pump tipe Q-6 (b) 3 2 Contoh seduhan baglog jamur tiram antara lain; (a) SKAM, (b) SKM,

(c) SKA, (d) SK, (e) SBAM, (f) SBM, (g) SBA, (h) SB 6 3 Pengaruh perlakuan SKAM 50% dibandingkan dengan kontrol 10 4 Pengaruh perlakuan SKAM 50% (a) dibandingkan kontrol (b) terhadap

akar tanaman tomat 13

5 Pengaruh perlakuan seduhan limbah baglog jamur tiram basah terhadap persentase kematian larva nematoda Meloidogyne spp. pada 48 jam

setelah perlakuan 15

6 Pengaruh perlakuan seduhan limbah baglog jamur tiram basah terhadap persentase kematian larva nematoda Meloidogyne spp. pada 48 jam

setelah perlakuan 16

DAFTAR LAMPIRAN

1. Tabel hasil analisis ragam uji fitotoksik seduhan limbah baglog

jamur terhadap tomat 23

2. Tabel hasil analisis ragam uji in vivo seduhan limbah baglog

jamur terhadap jumlah puru nematoda pada tomat 24

3. Tabel hasil analisis ragam uji in vitro seduhan limbah baglog

jamur terhadap larva nematoda 25

4. Tabel hasil analisis ragam populasi cendawan padaseduhan

limbah baglog jamur 25

5. Tabel hasil analisis ragam populasi bakteri padaseduhan

(10)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tomat (Solanum lycopersicum) merupakan salah satu jenis sayuran yang banyak digemari orang karena rasanya enak, segar dan sedikit asam. Tomat memiliki kandungan gizi, vitamin dan antioksidan yang tinggi diantaranya likopen, kalori, protein, lemak, karbohidrat, kalsium, vitamin A, B dan C. Selain untuk keperluan rumah tangga, tomat dapat digunakan untuk keperluan industri, seperti bumbu masakan, makanan dan obat-obatan. Hal itu pula yang membuat tomat menjadi komoditas sayuran yang memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi (Naika 2005).

Kendala dalam upaya peningkatan kualitas dan kuantitas tomat adalah penyakit puru akar yang disebabkan oleh nematoda parasit Meloidogyne spp. Gejala yang disebabkan oleh Meloidogyne spp. berupa puru pada sistem perakaran yang mengakibatkan sistem pengangkutan air dan unsur hara pada akar terganggu, akar baru tidak muncul, tanaman mudah layu, kerdil, pertumbuhan terhambat, dan daun mengalami klorosis. Rentang inang Meloidogyne spp. yang luas (Jepson 1987) membuat nematoda ini sulit untuk dikendalikan dengan rotasi tanaman. Kerugian yang diakibatkan oleh serangan Meloidogyne spp. berkisar 24-38% dan dapat lebih besar lagi pada lahan-lahan yang selalu ditanamai tanaman tomat (Luc et al. 1995).

Pengendalian nematoda yang banyak dilakukan oleh petani untuk mengurangi serangan Meloidogyne spp. adalah menggunakan nematisida sintetis. Cara pengendalian nematoda menggunakan nematisida sintetis yang berlebih dan terus menerus dapat menimbulkan dampak negatif berupa patogen lebih resisten, musuh alami yang bermanfaat ikut terbunuh, keseimbangan ekosistem terganggu, dan keracunan pada manusia dan hewan peliharaan.

Pengendalian hayati merupakan salah satu upaya untuk mengendalikan serangan Meloidogyne spp. penyebab puru akar yang ramah lingkungan. Musuh alami nematoda antara lain berasal dari bakteri dan cendawan. Bakteri parasit pada nematoda adalah Pasteuria penetrans dan Bacillus thuringensis. Cendawan yang berpotensi sebagai agen antagonis terbagi menjadi cendawan perangkap (Arthrobotrys oligospora), cendawan endoparasit (Harposporium anguillulae), cendawan parasit telur (Paecilomyces lilacinus), dan cendawan yang menghasilkan senyawa toksin (Paecilomyceslilacinus) (Mulyadi 2009).

(11)

2

rebah kecambah (damping off) pada ketimun yang disebabkan oleh Pythium ultimum (Scheurell dan Mahaffee 2004).

Pembudidayaan jamur tiram yang semakin banyak mengakibatkan melimpahnya limbah baglog jamur yang dihasilkan. Sejauh ini laporan terkait dengan pemanfaatan limbah baglog jamur tiram terhadap pengendalian nematoda puru akar belum banyak dilaporkan. Penggunaan limbah baglog jamur sebagai bahan seduhan merupakan salah satu upaya untuk mengatasi banyaknya limbah

baglog jamur tiram saat ini. Heydari (2006) melaporkan bahwa filtrat biakan murni Pleurotus ostreatus dapat menekan nematoda puru akar (Meloidogyne javanica) pada tomat dengan berbagai tingkat pengenceran secara in vitro. Penggunaan limbah balog jamur tiram (Pleurotus ostreatus) diharapkan dapat memberikan pengaruh untuk menekan nematoda puru akar dan tidak mengganggu pertumbuhan pada tanaman tomat.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi seduhan baglog jamur tiram (Plerotus ostreatus) untuk mengendalikan nematoda Meloidogyne spp. dan pengaruhnya terhadap pertumbuhan tanaman tomat.

Manfaat Penelitian

(12)

3

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Nematologi Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian dan Rumah Kaca Fakultas Pertanian IPB Cikabayan mulai November 2012 sampai Januari 2013.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah mikropipet, saringan, termometer, pengukur pH. Bahan yang digunakan antara lain limbah baglog

jamur tiram, benih tomat Varietas Ratna, molase (tetes tebu), polybag, ember, aerator, tanah dan pupuk kandang.

Metode Penelitian

Penyediaan Seduhan Limbah Baglog Jamur Tiram (Pleurotus ostreatus)

Baglog jamur yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari pembudidayaan jamur tiram di daerah Ciomas, Bogor. Baglog jamur yang digunakan adalah baglog yang telah melewati fase generatif, tidak menghasilkan badan buah akan tetapi masih memiliki miselium (Gambar 1). Baglog jamur dibagi menjadi 2 bagian yaitu baglog jamur basah dan baglog jamur kering.

Baglog jamur basah merupakan baglog yang berasal dari tempat pembudidayaan jamur tanpa pengeringan sedangkan baglog jamur kering adalah baglog jamur yang telah dijemur selama 7 hari. Baglog jamur basah dan kering tersebut kemudian dicacah sampai halus, kemudian ditambahkan dengan air di dalam ember dengan perbandingan 4:1 diaduk sampai merata (Prasetyoningrum 2012). Limbah baglog jamur kemudian diberi molase dan tidak diberi molase dan diinkubasi dengan dua cara yaitu diaerasi dan tidak diaerasi.

Gambar 1. Limbah baglog jamur tiram (a) dan Aquarium Air Pump tipe Q-6 (b)

Seduhan limbah baglog jamur tiram yang digunakan dalam penelitian ini dibuat menjadi 8 macam jenis seduhan baglog jamur sebagai berikut yaitu;

1. Seduhan limbah baglog jamur basah ditambah molase dan diaerasi (SBAM) 2. Seduhan limbah baglog jamur basah ditambah molase tanpa aerasi (SBM)

a b

(13)

4

3. Seduhan limbah baglog jamur basah tanpa molase dan diaerasi (SBA) 4. Seduhan limbah baglog jamur basah tanpa aerasi dan tanpa molase (SB) 5. Seduhan limbah baglog jamur kering ditambah molase dan diaerasi (SKAM) 6. Seduhan limbah baglog jamur kering ditambah molase tanpa aerasi (SKM) 7. Seduhan limbah baglog jamur kering tanpa molase dan diaerasi (SKA) 8. Seduhan limbah baglog jamur kering tanpa aerasi dan tanpa molase (SK)

Molase diberikan dalam seduhan limbah baglog jamur tiram sebanyak 1% dari volume total seduhan dan diaerasi selama 4 hari. Selanjutnya seduhan limbah

baglog jamur disaring dengan menggunakan saringan 50 mesh untuk mendapatkan hasil seduhan yang bersih. Hasil seduhan limbah baglog jamur tiram siap digunakan untuk pengujian selanjutnya.

Uji Fitotoksik Seduhan Limbah Baglog Jamur terhadap Tanaman Tomat

Uji fitotoksik dilakukan untuk melihat pengaruh apakah ada pengaruh fitotoksik seduhan limbah baglog jamur tiram terhadap tanaman tomat. Bibit tanaman tomat yang telah berumur 2 minggu ditanam ke polybag berukuran 25x25 cm yang telah diisi dengan tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 2:1. Setiap polybag tanaman tomat diberi perlakuan seduhan limbah baglog jamur tiram sebanyak 100 ml dengan konsentrasi 50%, 25%, dan 5%. Jumlah total perlakuan seluruhnya terdiri atas 26 perlakuan termasuk kontrol dan perlakuan furadan (2 g/liter tanah) sebagai pembanding. Setiap perlakuan dalam penelitian ini terdiri atas 4 ulangan. Parameter yang diamati antara lain jumlah tanaman yang mati, panjang tajuk, panjang akar, berat basah tajuk, berat basah akar, berat kering tajuk, berat kering akar, diameter batang dan jumlah daun. Pengamatan dilakukan 3 minggu setelah perlakuan.

Uji In Vivo Seduhan Limbah Baglog Jamur terhadap Jumlah Puru

(Nematoda) pada Tomat.

Bibit tanaman tomat yang berumur 2 minggu kemudian ditanam pada

polybag dengan ukuran 35x35 cm yang telah diisi dengan tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 2:1. Seminggu kemudian masing-masing polybag

(14)

5

Uji In Vitro Seduhan Limbah Baglog Jamur terhadap Nematoda

Tujuan pengujian in vitro adalah untuk mengetahui pengaruh nematisidal seduhan limbah baglog jamur tiram terhadap nematoda. Nematoda yang digunakan untuk uji

in vitro diperoleh dari akar tomat yang terserang nematoda. Akar tanaman tomat dibersihkan dari tanah, lalu dipotong-potong sekitar 1-2 cm dan diekstrasi dengan metode pengabutan selama 3 hari. Suspensi nematoda yang diperoleh disaring dengan saringan 200 mesh, 400 mesh, dan 500 mesh secara bertingkat untuk mendapatkan suspensi nematoda yang bersih.

Suspensi nematoda tersebut diaerasi agar nematoda dapat bertahan lebih lama. Sebanyak 1 ml suspensi yang berisi sekitar 500 nematoda dimasukkan kedalam cawan serakus yang telah diisi dengan 5 ml seduhan limbah baglog

jamur tiram dengan konsentrasi 50%, 25%, dan 5%. Pengamatan dilakukan dengan menghitung jumlah nematoda yang inaktif pada 4 jam, 8 jam, 12 jam, dan 24 jam setelah perlakuan. Pengamatan mortalitas nematoda dilakukan dengan metode yang sama seperti pengamatan larva nematoda inaktif. Setelah pengamatan dilakukan pembilasan untuk mengetahui jumlah mortalitas nematoda. Pengamatan dilakukan dengan menghitung nematoda yang mati pada 48 jam setelah perlakuan.

Populasi Cendawan dan Bakteri pada Seduhan Limbah Baglog Jamur Tiram

Populasi cendawan dan bakteri dihitung dengan metode pengenceran bertingkat dengan cara menumbuhkan pada cawan petri. Setiap seduhan limbah

baglog jamur diencerkan dan sebanyak 0,1 ml dari setiap pengenceran lalu ditumbuhkan pada media Tryptic Soybean Agar (TSA) untuk bakteri dan pada media Potato Dextrose Agar (PDA) untuk cendawan. Pada media PDA telah ditambah antibiotik Cloramfenicol 0,1 ml untuk menghambat pertumbuhan bakteri . Pengamatan dilakukan dengan penghitungan jumlah koloni bakteri dan cendawan yang tumbuh pada 24 jam, dan 48 jam.

Rancangan Percobaan dan Analisis Data

Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL). Pengujian fitotoksik dan daya dukung pertumbuhan tanaman dan pengujian in vivo seduhan limbah baglog jamur tiram pada tanaman tomat masing-masing dilakukan dalam 26 perlakuan dengan setiap perlakuan memiliki 4 ulangan. Sedangkan untuk pengujian in vitro seduhan limbah baglog jamur tiram 24 unit perlakuan dengan masing-masing unit memiliki 2 ulangan. Data yang diperoleh diolah dengan

Microsoft Office Excel 2007 dan dengan analisis sidik ragam menggunakan programSPSS 17 Statistic . Perlakuan yang berpengaruh nyata diuji lanjut dengan

(15)

6

HASIL DAN PEMBAHASAN

Seduhan Limbah Baglog Jamur Tiram (Pleurotus ostreatus)

Pembuatan seduhan limbah baglog jamur tiram menghasilkan 8 macam seduhan dengan warna dan pH yang berbeda (Gambar 2). Seduhan yang ditambahkan molase dan diaerasi memiliki warna yang lebih hitam dan pekat (SBAM dan SKAM) dibandingkan seduhan yang hanya diberi molase saja (SBM dan SKM). Sedangkan seduhan tanpa diaerasi dan molase memiliki warna yang lebih cerah dengan tingkat kepekatannya yang rendah (SB dan SK) dibandingkan dengan seduhan yang diaerasi tanpa molase (SBA dan SKA). Sampel seduhan limbah baglog jamur tiram dapat dilihat pada gambar 2.

Gambar 2. Contoh seduhan limbah baglog jamur tiram antara lain; (a) SBAM, (b) SBM, (c) SBA, (d) SB, (e) SKAM, (f) SKM, (g) SKA, (h) SK

Pengukuran pH seduhan limbah baglog jamur dilakukan dengan menggunakan kertas lakmus dan alat ukur pH. Seduhan baglog jamur yang tidak diaerasi memiliki pH yang relatif lebih rendah dibandingkan seduhan baglog

jamur yang diberi aerasi. Hal ini didukung penelitian Kannangara (2006) yang menyatakan bahwa pH yang terdapat pada seduhan bahan organik yang tidak dierasi lebih rendah dibandingkan dengan seduhan yang dierasi. Seduhan SKA adalah seduhan yang menunjukkan nilai pH yang paling tinggi yaitu pH 8,01 dan seduhan SBM menunjukkan nilai pH yang paling rendah yaitu 4,97 (Tabel 1).

Seduhan limbah baglog jamur yang tidak diaerasi (SBM, SB, SKM, SK) memiliki bau yang lebih asam dibandingkan seduhan limbah baglog jamur yang diaerasi (SBAM, SBA, SKAM, SKA). Hal ini sesuai dengan Ingham (2005) melaporkan bahwa seduhan yang tidak diaerasi cenderung memiliki bau asam cuka karena disebabkan penguapan oksigen, penurunan pH, hilangnya N, S dan P sebagai gas serta adanya alkohol dari hasil fermentasi. Seduhan limbah baglog

jamur yang tidak diaerasi akan tercipta kondisi aerob fakultatif, sehingga mikroba yang tumbuh merupakan mikroba yang mampu bertahan pada kondisi tersebut. Pemberian aerasi pada seduhan yang berlebihan akan mengganggu pertumbuhan mikroba yang terdapat di dalam seduhan limbah baglog jamur tiram (Ingham 2005).

(16)

7

Tabel 1. Hasil pengukuran pH seduhan baglog jamur tiram Perlakuan pH Suhu (oC) Warna

SBAM(1) 5,51 28,2 cokelat kehitaman

SBA 7,68 28 orange

SBAM (Seduhan Limbah Baglog Jamur Basah Aerasi dan Molase), SBA (Seduhan Limbah

Baglog Jamur Basah Aerasi), SBM (Seduhan Limbah Baglog Jamur Basah Molase), SB (Seduhan Limbah Baglog Jamur Basah), SKAM (Seduhan Limbah Baglog Jamur Kering Aerasi dan Molase), SKA (Seduhan Limbah Baglog Jamur Kering Aerasi), SKM (Seduhan Limbah

Baglog Jamur Kering Molase), SK (Seduhan Limbah Baglog Jamur Kering)

Uji Fitotoksik Seduhan Baglog Jamur terhadap Tanaman Tomat

Hasil uji fitotoksik menunjukkan bahwa perlakuan seduhan baglog jamur tidak bersifat toksik pada tanaman tomat. Hal ini dapat dilihat dari persentase tanaman yang hidup pada semua perlakuan yang mencapai 100% atau tidak ada tanaman yang mati maupun memperlihatkan gejala keracunan (Tabel 2). Pengukuran panjang tajuk menunjukkan bahwa perlakuan seduhan baglog jamur tidak berbeda nyata bila dibandingkan dengan kontrol (tanpa perlakuan seduhan) dan perlakuan furadan. Perlakuan SBAM 50% menunjukkan panjang tajuk yang paling tinggi bila dibandingkan dengan perlakuan seduhan lainnya. Sedangkan panjang tajuk tanaman terendah terlihat pada perlakuan SBM 50%. Pengukuran panjang akar menunjukkan bahwa seluruh perlakuan seduhan baglog jamur tidak berbeda nyata dibandingkan kontrol dan perlakuan furadan. Pertumbuhan akar tanaman tomat pada SBAM 50% mencapai 27,77 cm yang paling panjang dibandingkan perlakuan lainnnya (Tabel 2).

Pengukuran diameter batang memperlihatkan bahwa hampir semua perlakuan seduhan baglog tidak berbeda nyata dibandingkan kontrol dan perlakuan furadan. Perlakuan SKAM 50% memberikan pengaruh yang lebih baik dengan 2,17 cm dibandingkan perlakuan lainnya (Tabel 2). Pengukuran berat basah tajuk dan berat basah akar menunjukkan bahwa seduhan baglog jamur tiram tidak berbeda nyata dibandingkan kontrol dan perlakuan furadan. Perlakuan SBAM 5% mampu memberikan pengaruh paling baik terhadap berat basah tajuk bila dibandingkan perlakuan seduhan baglog lainnya. Berat basah akar tertinggi ditunjukkan oleh perlakuan SBA 50% yaitu 2,85 g (Tabel 3).

(17)

8

Tabel 2. Pengaruh seduhan baglog jamur tiram terhadap panjang tajuk, panjang akar, diameter batang, dan jumlah daun tanaman tomat

(1)

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji selang bergandaDuncan pada taraf nyata 5%

(2)

SBAM (Seduhan Limbah Baglog Jamur Basah Aerasi dan Molase), SBA (Seduhan Limbah

Baglog Jamur Basah Aerasi), SBM (Seduhan Limbah Baglog Jamur Basah Molase), SB (Seduhan Limbah Baglog Jamur Basah), SKAM (Seduhan Limbah Baglog Jamur Kering Aerasi dan Molase), SKA (Seduhan Limbah Baglog Jamur Kering Aerasi), SKM (Seduhan Limbah Baglog Jamur Kering Molase), SK (Seduhan Limbah Baglog Jamur Kering)

(18)

9

Tabel 3. Pengaruh seduhan baglog jamur tiram terhadap berat basah tajuk, berat basah akar, berat kering tajuk, dan berat kering akar tanaman tomat

(1)

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji selang berganda Duncan pada taraf nyata 5%

(2)

SBAM (Seduhan Limbah Baglog Jamur Basah Aerasi dan Molase), SBA (Seduhan Limbah

Baglog Jamur Basah Aerasi), SBM (Seduhan Limbah Baglog Jamur Basah Molase), SB (Seduhan Limbah Baglog Jamur Basah), SKAM (Seduhan Limbah Baglog Jamur Kering Aerasi dan Molase), SKA (Seduhan Limbah Baglog Jamur Kering Aerasi), SKM (Seduhan Limbah Baglog Jamur Kering Molase), SK (Seduhan Limbah Baglog Jamur Kering)

Perlakuan seduhan limbah baglog jamur menunjukkan pengaruh yang baik pada pertumbuhan tanaman tomat. Seduhan limbah baglog jamur tiram diduga mampu memberikan sumber bahan organik untuk membantu pertumbuhan tanaman tomat. Hal ini dapat dilihat dari pertumbuhan rata-rata tanaman yang mendapatkan perlakuan seduhan limbah baglog jamur menunjukkan pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan dengan kontrol. Selain itu tanaman tomat yang

(19)

10

diberikan seduhan limbah baglog jamur memperlihatkan vigor tanaman yang lebih baik dibandingkan tanaman kontrol (Gambar 3). Hal ini sesuai penelitian Uyun (2006) bahwa penambahan baglog jamur dapat meningkatkan nilai unsur-unsur hara makro N, P, dan K di dalam tanah. Unsur-unsur-unsur hara makro sangat dibutuhkan oleh tanaman untuk pertumbuhannya. Perlakuan seduhan baglog

jamur basah berpengaruh lebih baik terhadap parameter pertumbuhan berat basah tajuk dan berat basah akar dibandingkan perlakuan seduhan baglog kering. Pengaruh yang tidak jauh berbeda antara seduhan baglog basah dan seduhan

baglog kering terlihat pada parameter panjang tajuk, panjang akar, diameter batang, berat kering tajuk dan berat kering akar.

Gambar 3. Pengaruh perlakuan seduhan jamur SKAM 50% dibandingkan dengan kontrol

Uji In Vivo Seduhan Limbah Baglog Jamur terhadap Jumlah Puru

(Nematoda) pada Tomat

Hasil uji in vivo pada pengamatan jumlah puru akar tanaman tomat di rumah kaca menunjukkan bahwa seluruh perlakuan seduhan baglog jamur tiram berbeda nyata dibandingkan kontrol. Jumlah puru akar tomat untuk semua perlakuan seduhan limbah baglog jamur lebih rendah dibandingkan dengan kontrol (Tabel 4). Hal ini diduga bahwa perlakuan seduhan baglog jamur tiram memberikan pengaruh yang baik untuk ketahanan tanaman tomat terhadap serangan Meloidogyne spp. Menurut Waksman (1961) pemberian seduhan baglog

jamur diduga dapat merangsang perkembangan berbagai macam saprofit tanah terutama organisme antagonis yang berperan dalam menekan perkembangan patogen. Selain itu diduga bahwa di dalam seduhan terdapat toksin dari P. Ostreatus yang mampu menghambat perkembangan nematoda (Thom dan Tsuneda 1993). Seduhan baglog jamur menunjukkan hasil yang positif dalam menghambat pembentukan puru akar. Menurut Zhang (1998) faktor yang paling berpengaruh menghambat perkembangan penyakit adalah kandungan mikroba yang beberapa diantaranya dapat menghasilkan senyawa antimikroba atau menginduksi sistem ketahanan pada tanaman.

Perlakuan SBA 5% mampu menekan puru akar lebih baik dibandingkan dengan kontrol dan perlakuan seduhan baglog jamur lainnya dengan persentase penghambatan sebesar 73,69%, diikuti SBA 25% dan SBA 50% dengan masing-masing persentase penghambatan 67,67%, dan 66,06% (Tabel 4). Perlakuan furadan mampu menekan jumlah pembentukan puru akar lebih tinggi dengan

(20)

11

persentase penekanan 79,01% akan tetapi tidak berbeda nyata dengan beberapa perlakuan seduhan baglog jamur tiram (Tabel 4). Perlakuan seduhan baglog jamur dengan konsentrasi yang lebih tinggi dalam penelitian ini tidak secara langsung berpengaruh terhadap tingginya persentase penghambatan pembentukan puru akar tomat (Tabel 4).

Tabel 4. Pengaruh seduhan baglog jamur tiram terhadap puru akar, panjang tajuk dan panjang akar pada tomat

(1)

Angka pada kolom yang sama diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji selang bergandaDuncan pada taraf nyata 5%

(2)

SBAM (Seduhan Limbah Baglog Jamur Basah Aerasi dan Molase), SBA (Seduhan Limbah

Baglog Jamur Basah Aerasi), SBM (Seduhan Limbah Baglog Jamur Basah Molase), SB (Seduhan Limbah Baglog Jamur Basah), SKAM (Seduhan Limbah Baglog Jamur Kering Aerasi dan Molase), SKA (Seduhan Limbah Baglog Jamur Kering Aerasi), SKM (Seduhan Limbah Baglog Jamur Kering Molase), SK (Seduhan Limbah Baglog Jamur Kering)

Perlakuan Konsentrasi Jumlah Panjang Panjang Persentase (%)

Puru Tajuk Akar Penghambatan

(21)

12

Tabel 5. Pengaruh seduhan baglog jamur tiram terhadap berat basah tajuk, berat basah akar, berat kering tajuk, dan berat kering akar pada tomat

(1)

Angka sekolom yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji selang berganda Duncan pada taraf nyata 5%

(2)

SBAM (Seduhan Limbah Baglog Jamur Basah Aerasi dan Molase), SBA (Seduhan Limbah

Baglog Jamur Basah Aerasi), SBM (Seduhan Limbah Baglog Jamur Basah Molase), SB (Seduhan Limbah Baglog Jamur Basah), SKAM (Seduhan Limbah Baglog Jamur Kering Aerasi dan Molase), SKA (Seduhan Limbah Baglog Jamur Kering Aerasi), SKM (Seduhan Limbah Baglog Jamur Kering Molase), SK (Seduhan Limbah Baglog Jamur Kering)

Tabel 4 menunjukkan pengaruh perlakuan seduhan baglog jamur basah lebih baik dibandingkan seduhan baglog jamur kering dalam menekan puru akar. Rata-rata jumlah puru pada tanaman yang diberi perlakuan seduhan baglog jamur basah lebih rendah dibandingkan seduhan baglog jamur kering. Hal ini diduga proses pengeringan baglog jamur berpengaruh terhadap mikroba yang terdapat di dalam baglog jamur tiram. Selain itu, seduhan baglog basah masih memiliki miselium P. Ostreatus yang mampu untuk bertahan hidup dan menghasilkan

(22)

13

toksin yang mampu menghambat nematoda dalam tanah. Berdasarkan hasil yang diperoleh antara seduhan baglog jamur yang diaerasi dengan seduhan baglog jamur yang tidak diaerasi bahwa seduhan baglog jamur yang diaerasi mampu menekan puru akar lebih baik dibandingkan dengan seduhan baglog jamur tanpa aerasi.

Pengamatan panjang tajuk menunjukkan hampir seluruh perlakuan seduhan

baglog jamur berbeda nyata bila dibandingkan kontrol tetapi tidak berbeda nyata terhadap perlakuan dengan furadan. Panjang tajuk rata-rata pada perlakuan SBM 5% dan SKAM 50% adalah panjang tajuk paling tinggi yaitu 80,00 cm dan 80,50 cm (Tabel 4). Hal ini berarti kedua perlakuan tersebut mampu menstimulus pertumbuhan tajuk tanaman lebih baik dibandingkan perlakuan lainnya. Pengukuran panjang akar diperoleh bahwa hampir seluruh perlakuan seduhan

baglog jamur tidak berbeda nyata terhadap kontrol dan perlakuan furadan. Perlakuan SBM 5% menunjukkan panjang akar paling tinggi yaitu 40,25 cm dibandingkan dengan seluruh perlakuan lainnya (Tabel 4).

Hasil pengamatan berat basah dan berat kering tajuk tanaman tomat memperlihatkan bahwa sebagian besar perlakuan seduhan baglog jamur berbeda nyata dibandingkan dengan kontrol dan furadan. Perlakuan SKA 5% memiliki berat basah 92,97 gram dan berat kering tajuk 10,62 gram yang merupakan berat tertinggi secara nyata dibandingkan dengan tanaman kontrol, perlakuan furadan dan perlakuan seduhan baglog jamur lainnya (Tabel 5). Perlakuan kontrol (tanpa seduhan) menunjukkan hasil terendah terhadap berat basah tajuk yaitu 49,05 gram. Perlakuan seduhan baglog jamur tiram basah memberikan pengaruh yang lebih baik untuk berat basah dan berat kering tajuk dibandingkan dengan perlakuan seduhan baglog jamur tiram kering.

Pada parameter berat basah akar dan berat kering akar perlakuan seduhan

baglog jamur tiram berbeda nyata dibandingkan kontrol. Tanaman kontrol memiliki berat basah akar 11,30 gram dan berat kering akar 1,42 gram yang merupakan berat tertinggi dibandingkan perlakuan lainnya. Hal ini disebabkan puru akar pada akar tanaman kontrol mempengaruhi berat basah dan berat kering akar tanaman tomat (Tabel 5). Perlakuan seduhan baglog jamur tidak berbeda nyata dibandingkan perlakuan furadan.

Gambar 4. Pengaruh perlakuan SKAM 50% (a) dibandingkan kontrol (b) terhadap akar tanaman tomat

a

(23)

14

Uji In Vitro Seduhan Baglog Jamur terhadap Nematoda

Hasil pengujian in vitro pada tabel 6 menunjukkan bahwa sebagian seduhan

baglog jamur tiram mampu meningkatkan jumlah nematoda inaktif dan mortalitas nematoda. Inaktif merupakan respon spontan untuk kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan atau tak terduga, nematoda akan beraktivitas normal dan bergerak kembali bila kondisi telah menguntungkan (Perry 2010).

Tabel 6. Uji in vitro seduhan baglog jamur terhadap nematoda

Perlakuan Konsentrasi Jumlah Nematoda Inaktif

4 jam 8 jam 12 jam 24 jam

Angka sekolom yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji selang berganda Duncan pada taraf nyata 5%

(2)

SBAM (Seduhan Limbah Baglog Jamur Basah Aerasi dan Molase), SBA (Seduhan Limbah

(24)

15

Jumlah larva nematoda inaktif pada pengamatan 4 jam setelah perlakuan menunjukkan hampir seluruh perlakuan seduhan berbeda nyata dibandingkan kontrol. Jumlah nematoda inaktif pada perlakuan SBM 50% dan SKM 50% mencapai 100% dan paling tinggi dibandingkan perlakuan seduhan baglog lainnya (Tabel 6). Pengamatan 8 jam dan 12 jam setelah perlakuan terhadap jumlah larva inaktif menunjukkan bahwa hampir semua perlakuan seduhan baglog jamur berbeda nyata dibandingkan kontrol. Perlakuan dengan persentase nematoda inaktif paling tinggi adalah SBM 50%, SKM 50%, dan SBM 25% dengan jumlah nematoda inkatif mencapai 100% (Tabel 6). Pengamatan 24 jam setelah perlakuan diperoleh bahwa sebagian besar perlakuan seduhan baglog jamur berbeda nyata dengan kontrol. Perlakuan SBM 50% dan SBM 25% merupakan perlakuan yang paling tinggi jumlah nematoda inaktif mencapai 100%.

Berdasarkan hasil uji in vitro terhadap jumlah nematoda inaktif pada setiap waktu pengamatan yang telah ditentukan, perlakuan SBM 50% dan SBM 25% merupakan perlakuan yang paling stabil penyebab inaktifasi larva nematoda

Meloidogyne spp. Pada perlakuan seduhan limbah baglog jamur pada konsentrasi 50% mulai 4 jam sampai dengan 24 jam setelah perlakuan menunjukkan hasil yang konsinten terhadap inaktifasi larva nematoda. Berdasarkan jumlah larva nematoda inaktif, pengaruh seduhan baglog basah lebih baik dibandingkan seduhan baglog jamur kering. Hal ini dapat dilihat dari jumlah nematoda inaktif pada seduhan baglog basah lebih tinggi dibandingkan seduhan baglog kering. Gambar 5. Pengaruh perlakuan seduhan baglog jamur tiram basah terhadap persentase

kematian larva nematoda Meloidogyne spp. pada 48 jam setelah perlakuan.

(25)

16

Gambar 6. Pengaruh perlakuan seduhan baglog jamur tiram kering terhadap persentase kematian larva nematoda Meloidogyne spp. pada 48 jam setelah perlakuan.

Gambar 5 dan 6 menunjukkan pengaruh seduhan baglog jamur tiram terhadap mortalitas larva nematoda Meloidogyne spp. Seduhan baglog jamur tiram mampu meningkatkan mortalitas Meloidogyne spp. lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol. Persentase mortalitas nematoda paling tinggi ditunjukkan perlakuan SBM 50%, SBM 25%, dan SKM 50%. Seduhan baglog jamur basah mampu menekan persentase mortalitas lebih tinggi dibandingkan seduhan baglog jamur kering. Selain itu seduhan yang tidak diaerasi dan diberi molase menunjukkan persentase mortalitas tertinggi dibandingkan dengan perlakuan seduhan baglog jamur yang lain. Seduhan baglog tanpa aerasi diduga dapat meningkatkan produksi antibiotik dalam seduhan kompos yang diduga dapat merespon ketahanan alami tanaman yang dapat membantu dalam menekan penyakit (Scheuerell 2003).

Berdasarkan mortalitas nematoda menunjukkan bahwa seduhan baglog

jamur tiram yang sangat potensial adalah SBM 50% yang mampu menekan mortalitas nematoda mencapai 100% (Gambar 5). Seduhan baglog jamur yang cukup potensial antara lain SBM 25% dan SKM 50% dengan mortalitas nematoda mencapai 49,1% dan 39,8% (Gambar 6). Seduhan baglog jamur tiram yang tidak diaerasi dan diberi tambahan molase mampu meningkatkan mortalitas nematoda dengan baik.

Mekanisme seduhan limbah baglog jamur dalam meningkatkan larva nematoda inaktif dan mortalitas nematoda masih belum diketahui masih diperlukan penelitian yang lebih lanjut. Peningkatan inaktifasi larva nematoda oleh seduhan baglog jamur diduga berkaitan dengan toksik yang dikeluarkan oleh hifa dari jamur tiram Pleurotus ostreatus. Hal ini didukung oleh penelitian Thom dan Tsuneda (1993) yang melaporkan bahwa Pleurotus ostreatus menghasilkan perangkap kecil pada hifa vegetatif dan bersifat toksik. Toksin yang dihasilkan oleh Pleurotus ostreatus telah diidentifikasi sebagai tran-2-decenedionic acid

(Kwock et al. 1992). Selain itu penghambatan diduga melalui mekanisme tingginya kepadatan mikroba dalam seduhan kompos yang diduga memiliki peran baik sebagai agen antagonis maupun kompetitor (Al-Mughrabi et al. 2008).

(26)

17

Populasi Cendawan dan Bakteri pada Seduhan Baglog Jamur Tiram

Tabel 7 menunjukkan populasi cendawan pada pengamatan 24 jam dan 48 jam setelah perlakuan bahwa SKAM (Seduhan limbah baglog jamur kering ditambah molase dan diaerasi) memiliki kepadatan cendawan yang paling tinggi yaitu 13,00 x 102 cfu/ml dan 16,00 x 102 cfu/ml. SKAM memiliki kepadatan cendawan yang lebih tinggi dibandingkan dengan seduhan baglog jamur yang lain. Pada perlakuan SBA dan SK tidak terdapat koloni cendawan yang tumbuh kecuali perlakuan SK pada 48 jam setelah perlakuan. Pengamatan koloni bakteri pada setiap perlakuan menunjukkan bahwa SBM dan SKM memiliki kepadatan bakteri yang lebih tinggi dan berbeda nyata dibandingkan dengan seduhan limbah

baglog lainnya. Koloni bakteri pada perlakuan SBM menunjukkan angka paling tinggi yaitu 188,00 x 107 cfu/ml dan 207,50 x 107 cfu/ml pada setiap jam pengamatan (Tabel 7).

Pemberian molase pada setiap seduhan berpengaruh kepadatan mikroba yang lebih banyak dibandingkan dengan seduhan yang tidak diberi molase. Hal ini disebabkan molase yang ditambahkan pada seduhan baglog jamur memberikan tambahan energi atau sumber makanan yang lebih banyak sehingga cendawan dan bakteri yang ada didalamnya dapat tumbuh lebih baik. Penambahan molase memberikan nutrisi tambahan bagi mikroba berupa polisakarida yang terkandung di dalamnya. Polisakarida yang terkandung di dalam molase terdiri dari : glukosa 21,7% dan sukrosa 34,19%, 26,46 % air dan 17,26 % abu (Tarigan 2009). Hal yang serupa dilaporkan Miller dan Churchill (1986) bahwa molase mengandung 50% gula yang mampu mendukung pertumbuhan mikroorganisme di dalam seduhan baglog jamur.

Tabel 7. Populasi cendawan dan bakteri dalam seduhan baglog jamur tiram Perlakuan Cendawan cfu/ml (x10

Angka sekolom yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji selang berganda Duncan pada taraf nyata 5%.

(2)

Cfu/ml=colony forming unit/ml

(3)

SBAM (Seduhan Limbah Baglog Jamur Basah Aerasi dan Molase), SBA (Seduhan Limbah

(27)

18

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Perlakuan seduhan baglog jamur tiram tidak bersifat toksik bagi tanaman tomat. Perlakuan seduhan baglog jamur tiram meningkatkan efek nematisidal yang menyebabkan larva nematoda Meloidogyne spp. inaktif secara in vitro. Perlakuan SBM 50% meningkatkan larva inaktif yang paling tinggi mencapai 100% sampai 24 jam setelah perlakuan. Selain itu SBM 50% menyebabkan mortalitas nematoda mencapai 100% setelah 48 jam setelah perlakuan. Perlakuan seduhan baglog jamur tiram berpengaruh nyata dalam menekan jumlah puru yang disebabkan oleh Meloidogyne spp. pada tanaman tomat. Dapat disimpulkan bahwa seduhan baglog jamur tiram berpotensi dalam mengendalikan Meloidogyne spp. penyebab puru akar pada tanaman tomat.

Saran

Perlu dilakukan penelitian dan pengujian lebih lanjut tentang aktifitas enzimatik dan mikroba yang terkandung di dalam seduhan limbah baglog jamur tiram dalam menekan jumlah puru akar . Selain itu diperlukan perbaikan metode dalam menggunakan seduhan limbah baglog jamur yang tepat, serta penentuan dosis yang efektif pada pengujian.

(28)

19

DAFTAR PUSTAKA

Al-Mughrobi KI, Bertheleme C, Livingston T, Burgoyne A, Poirier R, Vikram A. 2008. Aerobic compost tea, compost, and combination of both reduce the severity of common scab (Streptomyces scabiei) on potatotubers. Jurnal of plant Scienes 3(1):168-175.

Heydari R, Pourjam E, Mohammadi GE. 2006. Antagonistic effect of some species on the root-knot nematode, Meloidogyne javanica in vitro. Plant Pathology Journal. 5(2):173-177.

Ingham E. 2005. The Compost Tea Brewing Manual. Ed ke-5. Oregon (US): Printings, Soil Foodweb Incorporated.

Jepson SB. 1987. Identification of Root-knot Nematodes (Meloidogyne Species). Wallingford (GB): CAB International.

Kannangara T, Forge T, Dang B. 2006. Effects of Aeration, Molases, Kelp, Compost Type, And Carrot Juice on the Growth of Esherichia Coli in Compost Teas. Compost Science and Utilizations. 4(1):40-47

Kwock, OCH, R. Platter, D. Weisleder and D.T Wichlow, 1992. A nemticidal toxin from Pleurotus ostreatus NRRL 3526. J. Chem, Ecol. 18(1): 127-136 Luc M, Sikora R.A, Bridge J. 1995. Nematoda Parasitik Tumbuhan di Pertanian

Subtropik dan Tropik. Supratoyo, penerjemah. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Press. Terjemahan dari: Plant Parasitic Nematodes in Subtropical and Tropical Agriculture.

Miller TL, and Churchill BW. 1986. Substrates for large scale fermentations. In Manual of Industrial Microbiology and Biotechnology. Solomon, American Society for Microbiology, Washington DC. pp. 122-136.

Mulyadi. 2009. Nematologi Pertanian. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Press.

Naika S, Jeude J, Goffau M, Hilmi M, Barbara D. 2005. Cultivation of Tomato, Production, Processing and Marketing. Wageningen (NL): Agromisa Foundation and CTA.

Perry RN, Moens M, Starr JL. 2009. Root-knot Nematodes. Wallingford (GB): CAB International.

Prasetyoningrum T. 2012. Potensi seduhan kompos untuk pengendalian penyakit layu Sclerotium (Sclerotium rolfsii Sacc.) pada tanaman kedelai [skripsi]. Bogor(ID): Institut Pertanian Bogor.

Scheuerell SJ. 2003. Understanding how compost tea control disease. BioCyle. 44 (2):20-25

Scheuerell SJ, Mahaffee WF. 2004. Principles and prospecs for plant disease control. Compost Science & Utilization.10(4): 313-338.

Tarigan N. 2009. Pra Rancangan Pabrik Pembuatan Bioetanol dari Molase Kapasitas Produksi 98.000 Ton/Tahun. http://repository.usu.ac.id. Diakses pada tanggal 6 Januari 2013.

(29)

20

Uyun YS. 2006. Penggunaan Mikoriza Arbuscular (CMA) untuk meningkatkan pertumbuhan semai jati (Tectona grandis Linn. F) pada limbah media tumbuh jamur titam (Pleurotus sp.) [Skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan IPB

Waksman SA. 1961. Soil Microbiology. John Wiley and Sons, New York (US). Yohalem DS, Hariss RF, Andrew JH. 1994. Aqueous extracts of spent mushroom

sunstrate for foliar disease control. Compost Science & Utilization 2(1): 67-74.

(30)

21

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Dusun Medang Ara, Desa Lama Baru Kec. Sei Lepan, Langkat, Sumatera Utara pada tanggal 3 Desember 1989. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Effendi dan Ibu Amini.

Riwayat pendidikan penulis antara lain sekolah dasar pada tahun 2001 di SDN No.056030 Bukit Sentang, kemudian melanjutkan ke SLTP Negeri 2 Babalan sampai tahun 2004, dan lulus dari SMA Negeri 1 Babalan pada tahun 2007. Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2007 sebagai mahasiswa Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian. Penulis mengambil minor supportingcourse.

(31)

23

(32)

24

1. Tabel hasil analisis ragam uji fitotoksik seduhan limbah baglog jamur terhadap tomat Perlakuan PanjangTajuk 1751.020a 25 70.041 1.710 .038

PanjangAkar 405.456b 25 16.218 .774 .761

Error PanjangTajuk 3193.990 78 40.949

PanjangAkar 1633.652 78 20.944

BBTajuk 1780.913 78 22.832

Total PanjangTajuk 326335.260 104 PanjangAkar 59402.630 104

BBTajuk 46475.210 104

BBAkar 472.270 104

BKTajuk 203.661 104

BKAkar 5.398 104

DiameterBatang 381.850 104

JumlahDaun 9284.000 104

(33)

25

2. Tabel hasil analisis ragam uji in vivo seduhan limbah baglog jamur terhadap jumlah puru nematoda pada tomat

Source

Perlakuan PanjangTajuk 14067.490a 25 562.700 1.452 .109

PanjangAkar 1765.591b 25 70.624 2.423 .002

BBTajuk 13434.837c 25 537.393 1.930 .015

BBAkar 471.505d 25 18.860 2.087 .007

BKTajuk 154.084e 25 6.163 1.457 .107

BKAkar 5.680f 25 .227 1.649 .050

JumlahBintil 38674.471g 25 1546.979 2.907 .000

Error PanjangTajuk 30235.455 78 387.634

PanjangAkar 2273.274 78 29.145

BBTajuk 21723.253 78 278.503

BBAkar 704.838 78 9.036

BKTajuk 330.005 78 4.231

BKAkar 10.747 78 .138

JumlahBintil 41513.750 78 532.228

Total PanjangTajuk 1456469.420 104

PanjangAkar 85542.388 104

BBTajuk 645828.690 104

BBAkar 3690.070 104

BKTajuk 7592.320 104

BKAkar 61.007 104

JumlahBintil 490825.000 104

(34)

26

3. Tabel hasil analisis ragam uji in vitro seduhan limbah baglog jamur terhadap larva nematoda

4. Tabel hasil analisis ragam populasi cendawan padaseduhan limbah

baglog jamur

Perlakuan EmpatJam 961338.000a 24 40055.750 605.438 .000

DelapanJam 1.043E6 24 43475.622 236.024 .000

DuaBelasJam 991464.480c 24 41311.020 50.271 .000

DuaPuluhEmpatJam 686558.880d 24 28606.620 157.578 .000

Error EmpatJam 1654.000 25 66.160

DelapanJam 4605.000 25 184.200

DuaBelasJam 20544.000 25 821.760

DuaPuluhEmpatJam 4538.500 25 181.540

Total EmpatJam 1341442.000 50

DelapanJam 1527828.000 50

DuaBelasJam 1568732.000 50

DuaPuluhEmpatJam 1125223.000 50

a. R Squared = ,998 (Adjusted R Squared = ,997)

Perlakuan DuaPuluhEmpatJam 1.446E7 23 628686.594 8.798 .000

EmpatPuluhDelapanJam 1.575E7 23 684637.681 9.723 .000

Error DuaPuluhEmpatJam 1715000.000 24 71458.333

EmpatPuluhDelapanJam 1690000.000 24 70416.667

Total DuaPuluhEmpatJam 1.975E7 48

EmpatPuluhDelapanJam 2.200E7 48

a. R Squared = ,894 (Adjusted R Squared = ,792)

(35)

27

5. Tabel hasil analisis ragam populasi bakteri padaseduhan limbah baglog jamur

Source Dependent Variable

Type III Sum of Squares df

Mean

Square F Sig.

Perlakuan DuaPuluhEmpatJam 527674.800a 39 13530.123 34.223 .000

EmpatPuluhDelapanJam 581978.950b 39 14922.537 28.613 .000

Error DuaPuluhEmpatJam 15814.000 40 395.350

EmpatPuluhDelapanJam 20861.000 40 521.525

Total DuaPuluhEmpatJam 1651752.000 80

EmpatPuluhDelapanJam 2072202.000 80

a. R Squared = ,971 (Adjusted R Squared = ,943)

Gambar

Gambar 1. Limbah baglog jamur tiram (a) dan Aquarium Air Pump tipe Q-6 (b)
Gambar 2. Contoh seduhan limbah baglog jamur tiram antara lain; (a) SBAM, (b) SBM, (c) SBA,
Tabel 1. Hasil pengukuran pH seduhan baglog jamur tiram
Tabel 2. Pengaruh seduhan baglog jamur tiram terhadap panjang tajuk, panjang akar, diameter batang, dan jumlah daun tanaman tomat
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tingginya nilai penurunan fosfat pada reaktor biofilter bermedia proses anaerob-aerob (T2) dibandingkan dengan nilai penurunan reaktor tanpa media proses

Oleh karena itu, tidak wajib zakat atas perhiasan (yang terbuat dari emas atau perak) tersebut, dan tidak berlaku pula riba (dalam pertukaran atau jualbeli)

• Hal yang terpenting adalah bagaimana kita melakukan tindak lanjut berdasar diagnosa yang dihasilkan dari survei diagnostik PISA • Siswa harus dibiasakan dengan

Keempat unit utama Jarlitbangdikbud saling bersinergi dalam merumuskan isu-isu strategis yang merupakan gabungan dari prioritas kebijakan nasional (topdown) serta

42 Wawancara Akbar, juru parkir ulu juku 25 maret 2018.. pengolahan bahan baku dan proses masaknya yang bersih. Karena selain kehalalan yang diterapkan dengan

Även om litteratu- ren visar att alfaxalon kan vara lämpligt till katt (Campagna et al. 2015) visar journalgranskningen i den här studien att stor del av kattungarna

Ardhiyanto, N.K., 2011, Pengaruh Bentuk Penampang Saluran Turun (Sprue) Terhadap Cacat Porositas, Batas Butir dan, Kekerasan Pada Pengecoran Aluminium Paduan

Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi yang berjudul “ANALISIS FAKTORFAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN WIRAUSAHA DALAM MENJALANKAN BISNIS USAHA PADA TAHU