PENDUGAAN NILAI HERITABILITAS, VARIABILITAS DAN
EVALUASI KEMAJUAN GENETIK BEBERAPA KARAKTER
AGRONOMI GENOTIPE CABAI (Capsicum annuum L.) F4
Oleh Eti Susiana A34402062
PROGRAM STUDI
PEMULIAAN TANAMAN DAN TEKNOLOGI BENIH
FAKULTAS PERTANIAN
RINGKASAN
ETI SUSIANA. Pendugaan Nilai Heritabilitas, Variabilitas dan Evaluasi Kemajuan Genetik Beberapa Karakter Agronomi Genotipe Cabai (Capsicum annuum L.) F4. (Dibimbing oleh SRIANI SUJIPRIHATI dan MUHAMAD SYUKUR).
Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari hingga Juni 2006 di Kebun Percobaan Cikabayan IPB, Darmaga, Bogor. Penelitian ini bertujuan untuk menduga nilai heritabilitas, variabilitas dan kemajuan genetik beberapa karakter agronomi genotipe-genotipe cabai merah F4 hasil silangan AVRDC yang diarahkan untuk mendapatkan varietas tahan layu bakteri dan mencari genotipe-genotipe yang memiliki daya hasil lebih tinggi dari pada varietas pembanding.
Bahan tanaman yang digunakan merupakan genotipe cabai merah F4 hasil persilangan antara Jatilaba x ICPN 12#4, KR-B x ICPN 12#4, dan Tit Super x ICPN 12#4. Percobaan dilakukan dengan menggunakan rancangan perbesaran atau Augmented Design. Genotipe cabai merah F4 ditanam tanpa ulangan dan dua varietas pembanding (Jatilaba dan Tit Super) diulang empat kali, sehingga terdapat 36 + (2 x 4) = 44 satuan percobaan. Setiap satuan percobaan terdiri atas 20 tanaman dan selanjutnya diambil 10 tanaman sebagai tanaman contoh.
Secara umum nilai duga heritabilitas dan variabilitas genetik dari semua karakter yang diamati cukup tinggi dan luas kecuali karakter umur berbunga, umur panen, bobot buah layak pasar dan tebal kulit buah. Nilai duga heritabilitas tertinggi ditunjukkan oleh karakter bobot rata-rata buah sebesar 97.69%. Karakter yang memiliki nilai duga heritabilitas rendah, memiliki nilai persentase kemajuan genetik harapan yang rendah juga. Kemajuan genetik pada karakter yang diamati, paling tinggi dimiliki oleh karakter bobot rata-rata buah yaitu sebesar 64.33%.
Pada karakter bobot buah total tidak ada genotipe cabai F4 yang memiliki bobot buah lebih tinggi daripada kedua varietas pembanding. Dari beberapa genotipe yang memiliki komponen hasil yang sama dan lebih tinggi daripada varietas pembanding diperoleh empat genotipe F4 terpilih yaitu CCA5849 1-3, CCA5849 2-1, CCA5849 3-1, dan CCA5855 5-2. Pemilihan tersebut berdasarkan karakter bobot bobot rata-rata buah, bobot buah total, diameter buah dan panjang buah. Keempat genotipe terpilih ini juga memiliki tingkat ketahanan lapang yang tahan terhadap layu bakteri.
PENDUGAAN NILAI HERITABILITAS, VARIABILITAS DAN
EVALUASI KEMAJUAN GENETIK BEBERAPA KARAKTER
AGRONOMI GENOTIPE CABAI (Capsicum annuum L.) F4
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor
Oleh: Eti Susiana A34402062
PROGRAM STUDI
PEMULIAAN TANAMAN DAN TEKNOLOGI BENIH
FAKULTAS PERTANIAN
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Penelitian : Pendugaan Nilai Heritabilitas, Variabilitas dan Kemajuan Genetik Beberapa Karakter Agronomi Genotipe Cabai (Capsicum annuum L.) F4
Nama : Eti Susiana
Nrp : A34402062
Menyetujui,
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
Dr. Ir. Sriani Sujiprihati, MS Muhamad Syukur, SP., MSi NIP. 131 284 838 NIP. 132 258 034
Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor
Prof. Dr. Ir. Supiandi Sabiham, M. Agr NIP. 130 422 698
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Curup, Bengkulu pada tanggal 28 November 1984.
Penulis merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Makruf
dan Ibu Maria.
Tahun 1996 penulis lulus dari Sekolah Dasar (SD) Negeri No 18 Curup,
kemudian tahun 1999 penulis menyelesaikan studi di SLTP Negeri 1 Curup.
Selanjutnya penulis lulus dari SMU Negeri 1 Curup pada tahun 2002. Tahun 2002
penulis diterima di Program Studi Pemuliaan Tanaman dan Teknologi Benih,
Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor melalui
jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB).
Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam berbagai kegiatan
organisasi. Pada tahun 2002-2003, penulis aktif sebagai pengurus Badan
Eksekutif Mahasiswa (BEM) TPB di Depertemen Advokasi Keasramaan dan
Kesejahteraan Mahasiswa. Tahun 2003-2004 penulis aktif di Dewan Perwakilan
Mahasiswa (DPM) Fakultas Pertanian sebagai sekretaris komisi internal. Tahun
2004-2005 penulis aktif di Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Pertanian
sebagai Kepala Departemen Advokasi dan Kesejahteraan. Pada tahun 2005-2006
penulis aktif di Forum Komunikasi Rohis Departemen Fakultas Pertanian
(FKRD), dan pada tahun 2006 penulis menjadi asisten mata kuliah Pengantar
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT Tuhan semesta alam yang telah
memberikan banyak sekali nikmat kepada kita semua, diantaranya adalah nikmat
iman, nikmat islam sehingga hari ini masih tetap berada di dien-Nya ini. Sholawat
beriring salam teruntuk Rasulullah tercinta, murobbi terbaik sepanjang masa.
Penelitian yang berjudul “Pendugaan Nilai Heritabilitas, Variabilitas dan
Evaluasi Kemajuan Genetik Beberapa Karakter Agronomi Genotipe Cabai
(Capsicum annuum L.) F4“ dibuat oleh penulis sebagai syarat untuk mendapatkan gelar sarjana pada Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian,
Institut Pertanian Bogor.
Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terimakasih kepada :
1. Dr. Ir. Sriani Sujiprihati, MS dan Muhamad Syukur, SP., MSi selaku dosen
pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan
selama kegiatan penelitian dan penulisan skripsi ini.
2. Dr. Ir. Yudiwanti, MS selaku pembimbing akademik dan dosen penguji yang
telah memberikan bimbingan, arahan, dan koreksian bagi penulis.
3. Kedua orang tua, yang telah banyak mencurahkan segala do’a, kasih sayang,
tenaga, dan usaha serta pendidikan hidup yang tidak ternilai harganya.
4. Upi dan Kak Ahmad selaku kakak dan sekaligus orang tua yang telah
memberikan tarbiyah, motivasi, dan do’anya untuk kesuksesan penulis.
5. Seluruh dosen dan staf pegawai Departemen Agronomi dan Hortikultura atas
ilmu dan perhatiannya selama penulis kuliah di IPB.
6. Ibu Echa, Mba Wie dan Mba Dede atas bantuannya, dan perhatiannya
sehingga penelitian ini bisa terselesaikan dengan baik.
7. Pak Yanto, Pak Anen, dan seluruh pegawai kebun Cikabayan yang telah
membantu pelaksanaan penelitian di lapang.
8. Ika sebagai saudara seperjuangan dari kelas dua SMP sampai detik-detik
penulis menjadi sarjana
9. Sinta, Runie, Ulhie, Nuqi, Tyas, Aan, Ima, Liza, Aji atas ukhuwah dan
kebersamaannya dalam tomodachi yang menjadi episode hidup tersendiri bagi
10. My Sister dan 14 orang ukhti muslimah yang pernah dan masih menjadi
teman seperjuangan penulis dalam membangun peradaban.
11.Seluruh tim yang pernah diikuti penulis (Natrium, BEM TPB, Pagi Anaba
2004, DPM A, BEM A dll) atas pelajaran hidup yang telah diberikan.
12.Rekan-rekan PMTB’39 atas kebersamaan, bantuan dan dukungannya selama
penulis studi di IPB.
13.Rekan-rekan penelitian cabai (Emi, Jajang, Asril, Arif, Arul, dll ) yang selalu
berbagi pengalaman, memberi masukan dan bantuannya selama penelitian
berlangsung.
14.Kru Nafisa, Kru Kobatama dan Kru Ramadhan atas kebersamaan dan
bantuannya bagi penulis. Serta semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu
per satu atas bantuan dan kerjasamanya
Bogor, September 2006
DAFTAR ISI
Halaman PENDAHULUAN
Latar Belakang ... 1
Tujuan ... 2
Hipotesis ... 2
TINJAUAN PUSTAKA Asal dan Botani ... 3
Syarat Tumbuh ... 4
Budidaya Tanaman Cabai ... 5
Potensi Daya Hasil ... 6
Penyakit Layu Bakteri ... 7
Pemuliaan Cabai ... 7
Heritabilitas dan Variabilitas Genetik ... 8
Kemajuan Genetik ... 9
Rancangan Perbesaran ... 10
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ... 11
Bahan dan Alat ... 11
Metode Penelitian ... 11
Pelaksanaan ... 12
Pemeliharaan ... 13
Pengamatan ... 13
Analisis Data ... 15
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum ... 17
Heritabilitas ... 19
Variabilitas Genetik ... 20
Kemajuan Genetik ... 21
Pengamatan Kuantitatif ... 22
Pengamatan Kualitatif ... 27
KESIMPULAN DAN SARAN ... 29
DAFTAR PUSTAKA ... 30
DAFTAR TABEL
Nomor Teks Halaman 1. Sidik Ragam Augmented Design (Scot dan Miliken, 1993) ... 15 2. Rekapitulasi Uji F Beberapa Karakter Agronomi Genotipe Cabai F4
yang Dievaluasi dan Varietas Pembanding ... 18
3. Nilai Duga Heritabilitas beserta Kriterianya ... 19
4. Nilai Duga Ragam Genetik, Ragam Fenotip dan Ragam Lingkungan 20
5. Nilai Duga Heritabilitas dan Persentase Kemajuan Genetik Harapan 21
6. Nilai Rataan Bobot Rata-rata Buah Genotipe Cabai F4 yang
Dievaluasi dan Varietas Pembanding... 22
7. Nilai Rataan Tinggi Dikotomus Genotipe Cabai F4 yang Dievaluasi dan Varietas Pembanding ... 23
8. Nilai Rataan Diameter Buah Genotipe Cabai F4 yang Dievaluasi dan Varietas pembanding ... 24
9. Persentase Serangan Layu Bakteri pada Genotipe Cabai F4 yang Dievaluasi dan Varietas Pembanding ... 25
10.Nilai Tengah Bobot Buah Total, Panjang Buah, Bobot Rata-rata Buah, Diameter Buah Genotipe-genotipe Terpilih dan Varietas
Pembanding ... 26
Lampiran
1. Data Pengamatan Kuantitatif Genotipe Cabai F4 yang Dievaluasi dan Varietas Pembanding ... 33
2. Nama Genotipe Cabai F4 yang Dievalusi beserta Silsilahnya ... 34
3. Deskripsi varietas Jatilaba dan Tit Super ... 35
4. Posisi Bunga, Jumlah Bunga dan Warna Buah 50% sebelum Matang Genotipe Cabai F4 yang Dievaluasi dan Varietas Pembanding ... 35
5. Warna Corolla dan Warna Anther Genotipe Cabai F4 yang Dievaluasi dan Varietas Pembanding... 36
6. Bentuk Daun, Bentuk Buah, dan Warna Buah sebelum Matang Genotipe Cabai F4 yang Dievaluasi dan Varietas Pembanding ... 37
7. Calix Margin, Plant Growth Habit Genotipe Cabai F4 yang Dievaluasi dan Varietas Pembanding... 37
8. Warna Buku, Bentuk Batang, dan Warna Daun Genotipe Cabai F4
9. Sidik Ragam Bobot Buah Layak Pasar ... 38
10.Sidik Ragam Bobot Buah Total ... 38
11.Sidik Ragam Tebal Kulit Buah ... 39
12.Sidik Ragam Diameter Batang ... 39
13.Sidik Ragam Diameter Buah ... 39
14.Sidik Ragam Bobot Rata-rata Buah ... 39
15.Sidik Ragam Panjang Buah ... 40
16.Sidik Ragam Tinggi Tanaman ... 40
17.Sidik Ragam Tinggi Dikotomus ... 40
18.Sidik Ragam Umur Panen ... 40
19.Sidik Ragam Umur Berbunga ... 41
PENDUGAAN NILAI HERITABILITAS, VARIABILITAS DAN
EVALUASI KEMAJUAN GENETIK BEBERAPA KARAKTER
AGRONOMI GENOTIPE CABAI (Capsicum annuum L.) F4
Oleh Eti Susiana A34402062
PROGRAM STUDI
PEMULIAAN TANAMAN DAN TEKNOLOGI BENIH
FAKULTAS PERTANIAN
RINGKASAN
ETI SUSIANA. Pendugaan Nilai Heritabilitas, Variabilitas dan Evaluasi Kemajuan Genetik Beberapa Karakter Agronomi Genotipe Cabai (Capsicum annuum L.) F4. (Dibimbing oleh SRIANI SUJIPRIHATI dan MUHAMAD SYUKUR).
Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari hingga Juni 2006 di Kebun Percobaan Cikabayan IPB, Darmaga, Bogor. Penelitian ini bertujuan untuk menduga nilai heritabilitas, variabilitas dan kemajuan genetik beberapa karakter agronomi genotipe-genotipe cabai merah F4 hasil silangan AVRDC yang diarahkan untuk mendapatkan varietas tahan layu bakteri dan mencari genotipe-genotipe yang memiliki daya hasil lebih tinggi dari pada varietas pembanding.
Bahan tanaman yang digunakan merupakan genotipe cabai merah F4 hasil persilangan antara Jatilaba x ICPN 12#4, KR-B x ICPN 12#4, dan Tit Super x ICPN 12#4. Percobaan dilakukan dengan menggunakan rancangan perbesaran atau Augmented Design. Genotipe cabai merah F4 ditanam tanpa ulangan dan dua varietas pembanding (Jatilaba dan Tit Super) diulang empat kali, sehingga terdapat 36 + (2 x 4) = 44 satuan percobaan. Setiap satuan percobaan terdiri atas 20 tanaman dan selanjutnya diambil 10 tanaman sebagai tanaman contoh.
Secara umum nilai duga heritabilitas dan variabilitas genetik dari semua karakter yang diamati cukup tinggi dan luas kecuali karakter umur berbunga, umur panen, bobot buah layak pasar dan tebal kulit buah. Nilai duga heritabilitas tertinggi ditunjukkan oleh karakter bobot rata-rata buah sebesar 97.69%. Karakter yang memiliki nilai duga heritabilitas rendah, memiliki nilai persentase kemajuan genetik harapan yang rendah juga. Kemajuan genetik pada karakter yang diamati, paling tinggi dimiliki oleh karakter bobot rata-rata buah yaitu sebesar 64.33%.
Pada karakter bobot buah total tidak ada genotipe cabai F4 yang memiliki bobot buah lebih tinggi daripada kedua varietas pembanding. Dari beberapa genotipe yang memiliki komponen hasil yang sama dan lebih tinggi daripada varietas pembanding diperoleh empat genotipe F4 terpilih yaitu CCA5849 1-3, CCA5849 2-1, CCA5849 3-1, dan CCA5855 5-2. Pemilihan tersebut berdasarkan karakter bobot bobot rata-rata buah, bobot buah total, diameter buah dan panjang buah. Keempat genotipe terpilih ini juga memiliki tingkat ketahanan lapang yang tahan terhadap layu bakteri.
PENDUGAAN NILAI HERITABILITAS, VARIABILITAS DAN
EVALUASI KEMAJUAN GENETIK BEBERAPA KARAKTER
AGRONOMI GENOTIPE CABAI (Capsicum annuum L.) F4
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor
Oleh: Eti Susiana A34402062
PROGRAM STUDI
PEMULIAAN TANAMAN DAN TEKNOLOGI BENIH
FAKULTAS PERTANIAN
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Penelitian : Pendugaan Nilai Heritabilitas, Variabilitas dan Kemajuan Genetik Beberapa Karakter Agronomi Genotipe Cabai (Capsicum annuum L.) F4
Nama : Eti Susiana
Nrp : A34402062
Menyetujui,
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
Dr. Ir. Sriani Sujiprihati, MS Muhamad Syukur, SP., MSi NIP. 131 284 838 NIP. 132 258 034
Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor
Prof. Dr. Ir. Supiandi Sabiham, M. Agr NIP. 130 422 698
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Curup, Bengkulu pada tanggal 28 November 1984.
Penulis merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Makruf
dan Ibu Maria.
Tahun 1996 penulis lulus dari Sekolah Dasar (SD) Negeri No 18 Curup,
kemudian tahun 1999 penulis menyelesaikan studi di SLTP Negeri 1 Curup.
Selanjutnya penulis lulus dari SMU Negeri 1 Curup pada tahun 2002. Tahun 2002
penulis diterima di Program Studi Pemuliaan Tanaman dan Teknologi Benih,
Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor melalui
jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB).
Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam berbagai kegiatan
organisasi. Pada tahun 2002-2003, penulis aktif sebagai pengurus Badan
Eksekutif Mahasiswa (BEM) TPB di Depertemen Advokasi Keasramaan dan
Kesejahteraan Mahasiswa. Tahun 2003-2004 penulis aktif di Dewan Perwakilan
Mahasiswa (DPM) Fakultas Pertanian sebagai sekretaris komisi internal. Tahun
2004-2005 penulis aktif di Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Pertanian
sebagai Kepala Departemen Advokasi dan Kesejahteraan. Pada tahun 2005-2006
penulis aktif di Forum Komunikasi Rohis Departemen Fakultas Pertanian
(FKRD), dan pada tahun 2006 penulis menjadi asisten mata kuliah Pengantar
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT Tuhan semesta alam yang telah
memberikan banyak sekali nikmat kepada kita semua, diantaranya adalah nikmat
iman, nikmat islam sehingga hari ini masih tetap berada di dien-Nya ini. Sholawat
beriring salam teruntuk Rasulullah tercinta, murobbi terbaik sepanjang masa.
Penelitian yang berjudul “Pendugaan Nilai Heritabilitas, Variabilitas dan
Evaluasi Kemajuan Genetik Beberapa Karakter Agronomi Genotipe Cabai
(Capsicum annuum L.) F4“ dibuat oleh penulis sebagai syarat untuk mendapatkan gelar sarjana pada Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian,
Institut Pertanian Bogor.
Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terimakasih kepada :
1. Dr. Ir. Sriani Sujiprihati, MS dan Muhamad Syukur, SP., MSi selaku dosen
pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan
selama kegiatan penelitian dan penulisan skripsi ini.
2. Dr. Ir. Yudiwanti, MS selaku pembimbing akademik dan dosen penguji yang
telah memberikan bimbingan, arahan, dan koreksian bagi penulis.
3. Kedua orang tua, yang telah banyak mencurahkan segala do’a, kasih sayang,
tenaga, dan usaha serta pendidikan hidup yang tidak ternilai harganya.
4. Upi dan Kak Ahmad selaku kakak dan sekaligus orang tua yang telah
memberikan tarbiyah, motivasi, dan do’anya untuk kesuksesan penulis.
5. Seluruh dosen dan staf pegawai Departemen Agronomi dan Hortikultura atas
ilmu dan perhatiannya selama penulis kuliah di IPB.
6. Ibu Echa, Mba Wie dan Mba Dede atas bantuannya, dan perhatiannya
sehingga penelitian ini bisa terselesaikan dengan baik.
7. Pak Yanto, Pak Anen, dan seluruh pegawai kebun Cikabayan yang telah
membantu pelaksanaan penelitian di lapang.
8. Ika sebagai saudara seperjuangan dari kelas dua SMP sampai detik-detik
penulis menjadi sarjana
9. Sinta, Runie, Ulhie, Nuqi, Tyas, Aan, Ima, Liza, Aji atas ukhuwah dan
kebersamaannya dalam tomodachi yang menjadi episode hidup tersendiri bagi
10. My Sister dan 14 orang ukhti muslimah yang pernah dan masih menjadi
teman seperjuangan penulis dalam membangun peradaban.
11.Seluruh tim yang pernah diikuti penulis (Natrium, BEM TPB, Pagi Anaba
2004, DPM A, BEM A dll) atas pelajaran hidup yang telah diberikan.
12.Rekan-rekan PMTB’39 atas kebersamaan, bantuan dan dukungannya selama
penulis studi di IPB.
13.Rekan-rekan penelitian cabai (Emi, Jajang, Asril, Arif, Arul, dll ) yang selalu
berbagi pengalaman, memberi masukan dan bantuannya selama penelitian
berlangsung.
14.Kru Nafisa, Kru Kobatama dan Kru Ramadhan atas kebersamaan dan
bantuannya bagi penulis. Serta semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu
per satu atas bantuan dan kerjasamanya
Bogor, September 2006
DAFTAR ISI
Halaman PENDAHULUAN
Latar Belakang ... 1
Tujuan ... 2
Hipotesis ... 2
TINJAUAN PUSTAKA Asal dan Botani ... 3
Syarat Tumbuh ... 4
Budidaya Tanaman Cabai ... 5
Potensi Daya Hasil ... 6
Penyakit Layu Bakteri ... 7
Pemuliaan Cabai ... 7
Heritabilitas dan Variabilitas Genetik ... 8
Kemajuan Genetik ... 9
Rancangan Perbesaran ... 10
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ... 11
Bahan dan Alat ... 11
Metode Penelitian ... 11
Pelaksanaan ... 12
Pemeliharaan ... 13
Pengamatan ... 13
Analisis Data ... 15
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum ... 17
Heritabilitas ... 19
Variabilitas Genetik ... 20
Kemajuan Genetik ... 21
Pengamatan Kuantitatif ... 22
Pengamatan Kualitatif ... 27
KESIMPULAN DAN SARAN ... 29
DAFTAR PUSTAKA ... 30
DAFTAR TABEL
Nomor Teks Halaman 1. Sidik Ragam Augmented Design (Scot dan Miliken, 1993) ... 15 2. Rekapitulasi Uji F Beberapa Karakter Agronomi Genotipe Cabai F4
yang Dievaluasi dan Varietas Pembanding ... 18
3. Nilai Duga Heritabilitas beserta Kriterianya ... 19
4. Nilai Duga Ragam Genetik, Ragam Fenotip dan Ragam Lingkungan 20
5. Nilai Duga Heritabilitas dan Persentase Kemajuan Genetik Harapan 21
6. Nilai Rataan Bobot Rata-rata Buah Genotipe Cabai F4 yang
Dievaluasi dan Varietas Pembanding... 22
7. Nilai Rataan Tinggi Dikotomus Genotipe Cabai F4 yang Dievaluasi dan Varietas Pembanding ... 23
8. Nilai Rataan Diameter Buah Genotipe Cabai F4 yang Dievaluasi dan Varietas pembanding ... 24
9. Persentase Serangan Layu Bakteri pada Genotipe Cabai F4 yang Dievaluasi dan Varietas Pembanding ... 25
10.Nilai Tengah Bobot Buah Total, Panjang Buah, Bobot Rata-rata Buah, Diameter Buah Genotipe-genotipe Terpilih dan Varietas
Pembanding ... 26
Lampiran
1. Data Pengamatan Kuantitatif Genotipe Cabai F4 yang Dievaluasi dan Varietas Pembanding ... 33
2. Nama Genotipe Cabai F4 yang Dievalusi beserta Silsilahnya ... 34
3. Deskripsi varietas Jatilaba dan Tit Super ... 35
4. Posisi Bunga, Jumlah Bunga dan Warna Buah 50% sebelum Matang Genotipe Cabai F4 yang Dievaluasi dan Varietas Pembanding ... 35
5. Warna Corolla dan Warna Anther Genotipe Cabai F4 yang Dievaluasi dan Varietas Pembanding... 36
6. Bentuk Daun, Bentuk Buah, dan Warna Buah sebelum Matang Genotipe Cabai F4 yang Dievaluasi dan Varietas Pembanding ... 37
7. Calix Margin, Plant Growth Habit Genotipe Cabai F4 yang Dievaluasi dan Varietas Pembanding... 37
8. Warna Buku, Bentuk Batang, dan Warna Daun Genotipe Cabai F4
9. Sidik Ragam Bobot Buah Layak Pasar ... 38
10.Sidik Ragam Bobot Buah Total ... 38
11.Sidik Ragam Tebal Kulit Buah ... 39
12.Sidik Ragam Diameter Batang ... 39
13.Sidik Ragam Diameter Buah ... 39
14.Sidik Ragam Bobot Rata-rata Buah ... 39
15.Sidik Ragam Panjang Buah ... 40
16.Sidik Ragam Tinggi Tanaman ... 40
17.Sidik Ragam Tinggi Dikotomus ... 40
18.Sidik Ragam Umur Panen ... 40
19.Sidik Ragam Umur Berbunga ... 41
DAFTAR GAMBAR
Nomor Teks Halaman 1. Penyakit Layu Bakteri (a) Gejala Serangan Layu Bakteri, (b) Hasil
Uji Layu Bakteri ... 17
Lampiran 1. Kelompok Genotipe CCA5849 ... 42
2. Kelompok Genotipe CCA5850 ... 42
3. Kelompok Genotipe CCA5855 ... 42
4. Tetua (Jatilaba dan Tit Super) ... 43
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan komoditas sayuran
unggulan nasional yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Hal ini disebabkan
cabai merupakan tanaman rakyat yang buahnya dimanfaatkan untuk berbagai
keperluan baik sebagai bumbu makanan maupun untuk keperluan yang lain
seperti untuk bahan obat tradisional dan keperluan industri (Duriat, 1996).
Sebagai sayuran unggulan nasional, cabai merah menempati luas areal tanam
urutan pertama di antara komoditas sayuran utama, diikuti oleh
bawang-bawangan, mentimun, kubis, tomat dan kentang (Adiyoga,1996)
Budidaya cabai menjadi sebuah pilihan yang cukup banyak diminati bagi
petani melihat besarnya manfaat dan luasnya pasar dari komoditi ini. Namun,
banyaknya petani yang menanam cabai di Indonesia ternyata belum bisa
memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat Indonesia karena produktivitasnya
rendah (Deptan, 2006). Hal ini terjadi karena pengembangan tanaman cabai masih
banyak menghadapi kendala yang berkaitan dengan kualitas benih, teknik
budidaya, masih sedikitnya varietas yang memiliki daya hasil tinggi serta adanya
serangan hama dan penyakit (Nasir, 1999).
Salah satu upaya mengatasi penurunan hasil karena serangan penyakit
yaitu dengan pemuliaan tanaman cabai dengan mengembangkan varietas-varietas
yang memiliki daya hasil tinggi dan resisten. Untuk memperoleh informasi
tentang berbagai genotipe cabai perlu dilakukan seleksi terhadap
genotipe-genotipe tiap generasi yang akan digunakan pada proses pemuliaan selanjutnya
(Kusandriani dan Permadi, 1996). Parameter genetik yang digunakan dalam
proses pemuliaan tersebut antara lain nilai duga heritabilitas, variabilitas genetik
dan kemajuan genetik yang sangat penting artinya, terlebih lagi bagi galur-galur
harapan yang pada gilirannya akan dilepas sebagai kultivar unggul (Rachmadi et al., 1990)
Nilai heritabilitas merupakan pernyataan kuantitatif peran faktor genetik
dibanding faktor lingkungan dalam memberikan keragaan akhir atau fenotipe
2
heritabilitas tinggi akan lebih efektif dibandingkan dengan populasi dengan
heritabilitas rendah. Hal ini disebabkan pengaruh genetiknya lebih besar daripada
pengaruh lingkungan yang berperan dalam ekspresi karakter tersebut. Ada dua
macam heritabilitas, yaitu heritabilitas arti luas dan heritabilitas arti sempit.
Heritabilitas arti luas mempertimbangkan keragaman total genetik dalam
kaitannya dengan keragaman fenotipiknya, sedangkan heritabilitas arti sempit
melihat lebih spesifik pada pengaruh ragam aditif terhadap keragaman
fenotipiknya (Nasir, 1999).
Berbagai usaha sudah dilakukan untuk perakitan varietas yang memiliki
daya hasil tinggi dan tahan penyakit seperti yang telah dilakukan AVRDC. Dalam
penelitian ini digunakan beberapa genotipe cabai merah F4 hasil silangan
AVRDC.
Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menduga nilai heritabilitas,
variabilitas dan kemajuan genetik beberapa karakter agronomi genotipe F4 cabai
hasil silangan AVRDC dan memilih genotipe yang memiliki daya hasil lebih
tinggi daripada varietas pembanding.
Hipotesis
1. Terdapat satu atau lebih karakter agronomi yang memiliki nilai heritabilitas
tinggi.
2. Terdapat satu atau lebih karakter agronomi yang memiliki nilai variabilitas
genetik dan fenotipik luas.
3. Terdapat satu atau lebih karakter agronomi yang memiliki nilai kemajuan
genetik tinggi.
4. Terdapat genotipe cabai merah F4 yang memiliki daya hasil lebih tinggi dari
3
TINJAUAN PUSTAKA
Asal dan Botani
Cabai adalah tanaman asli wilayah tropika dan subtropika Amerika. Bukti
budidaya awal ditemukan dalam tapak galian sejarah Peru, dan sisa biji yang telah
berumur lebih dari 5000 tahun SM ditemukan di dalam gua di Tehuacan,
Meksiko. Pedagang Spanyol dan Portugis berperan dalam penyebaran cabai ke
seluruh dunia (Rubatzky dan Yamaguchi, 1999).
Taksonomi tanaman cabai menurut Bosland dan Votava (1999), sebagai
berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Solanales
Famili : Solanaceae
Genus : Capsicum
Spesies : Capsicum annuum L.
Cabai merupakan tanaman perdu dari famili terung-terungan
(Solanaceae). Keluarga ini diduga memiliki sekitar 60 genus dan sekitar 2000 spesies yang terdiri dari tumbuhan herba, semak, dan tumbuhan kerdil lainnya.
Dari banyaknya spesies tersebut, hampir dapat dikatakan sebagian besar
merupakan tumbuhan negeri tropis (Bosland dan Votava, 1999).
Tanaman cabai (Capsicum sp.) diperkirakan ada sekitar 20-30 spesies, termasuk diantaranya lima spesies yang telah dibudidayakan, yaitu: C. baccatum, C. pubescens, C. annuum, C. chinense, C. frutescens (Greenleaf, 1986). C. baccatum dan C. pubescens, mudah diidentifikasi dan dibedakan satu dengan yang lainnya, karena terdapat perbedaan yang jelas pada kedua spesies tersebut
(Kusandriani, 1996).
Menurut Dalimartha (2005) cabai termasuk tanaman perdu tegak, tinggi
1.00 -1.25 m, setahun atau menahun. Batang berkayu, berbuku-buku, percabangan
lebar, penampang bersegi, batang muda berambut halus berwarna hijau. Daun
4
bentuknya bulat telur sampai elips, ujung runcing, pangkal meruncing, tepi rata,
pertulangan menyirip, panjang 1.5-12.00 cm, lebar 1-5 cm, berwarna hijau.
Bunga pada C. annuum biasanya memiliki warna petal putih kehijauan
dengan warna anther biru sampai ungu tapi ada spesies lain yang memiliki warna
bunga yang berbeda seperti petal ungu atau kekuningan pada C. tovarii (Tong dan Bosland, 1999) dan kuning pada C. bacatum (Bosland and Votata, 1999).
Tepung sari berbentuk lonjong, terdiri dari tiga segmen, berwarna kuning
mengkilat. Dalam satu kotak sari berkembang sekitar 11 ribu sampai 18 ribu butir
tepung sari. Posisi dan ukuran kepala putik sangat berpengaruh pada terjadinya
penyerbukan silang. Cabai termasuk tanaman menyerbuk sendiri, tetapi
penyerbukan silang secara alami sering terjadi di lapangan. Penyerbukan silang
yang terjadi secara alami berkisar dari 7.6 – 36.8 % (Greenleaf, 1986). Pada bunga
yang kepala putiknya lebih tinggi dari kotak sari akan terjadi penyerbukan silang.
Pada bunga yang letak kepala putiknya lebih rendah dari kotak sari akan terjadi
penyerbukan sendiri.
Secara botanis, buah menggantung atau tegak, merupakan buah buni
(beri), berbiji banyak. Pada C. annuum, buah seringkali tumbuh tunggal pada setiap buku, dan buah jamak (biasanya dua atau tiga) per buku pada beberapa
spesies lain. Biji kultivar C. annuum berbentuk pipih, biasanya berwarna kuning pucat, bulat telur, panjang 3-5 mm ;sekitar 150-160 biji berbobot 1 gr. Warna
buah cabai sangat bervariasi; hijau, kuning, atau bahkan ungu ketika muda, dan
kemudian berubah menjadi merah, jingga, kuning, atau campuran warna ini,
dengan meningkatnya umur buah (Rubatzky dan Yamaguchi, 1999).
Syarat Tumbuh
Pada umumnya tanaman cabai merah dapat ditanam di daerah dataran
tinggi maupun dataran rendah, yaitu lebih dari 250 - 1200 m di atas permukaan
laut. Meskipun luasan lahan yang cocok untuk cabe masih sangat luas, tetapi
penanaman cabai di dataran tinggi masih sangat terbatas. Pengembangan tanaman
cabai merah, lebih diarahkan ke areal pengembangan dengan ketinggian sedikit di
bawah 800 m di atas permukaan laut. Terutama pada lokasi yang air irigasinya
5
Untuk pertumbuhan optimum cabai memerlukan iklim tropik yang hangat
dan lembab dengan suhu berkisar antara 18oC - 32oC (Bosland dan Votata, 1999).
Pembentukan buah yang maksimum memerlukan suhu antara 15.5oC – 21oC. Pada
suhu di bawah 15.5oC dan di atas 32oC buah yang dihasilkan kurang baik. Suhu
yang tinggi pada siang hari menyebabkan tanaman layu dan bunga gugur. Selain
itu viabilitas serbuk sari akan berkurang pada suhu diatas 30oC (Poulos, 1994).
Tanaman cabai dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah, asal drainase dan
aerasi tanah cukup baik. Bila diharapkan panen yang lebih cepat, cabai merah
sebaiknya ditanam pada tanah lempung berpasir; dan bila diharapkan panen lebih
lambat cabai merah lebih sesuai ditanam pada tanah yang lebih berat atau tanah
liat. Tanah juga harus mengandung cukup bahan organik, unsur hara dan air serta
bebas dari gulma, nematoda dan bakteri layu. Kisaran pH yang ideal adalah antara
5.5 – 6.8 karena pada pH di bawah 5.5 atau di atas 6.8 hanya akan menghasilkan
produksi yang sedikit (Sumarni, 1996).
Budidaya Tanaman Cabai
Untuk memperoleh produksi yang tinggi, dalam penanaman cabai melalui
tiga tahapan proses yaitu: perkecambahan, penyemaian, dan transplanting (penanaman di lahan). Penanaman di lahan sebaiknya dilakukan setelah tanaman
memiliki 8 – 10 daun yaitu pada saat tanaman berumur 40 hari. Penanaman
dilakukan pada saat tanaman cuaca berawan atau pada sore hari (Poulos, 1994).
Pemupukan yang dianjurkan untuk cabai adalah 10 – 20 ton bahan organik
(pupuk kandang), N 130 kg/ha dan K 110 kg/ha serta boron 10 kg/ha. Pemupukan
diberikan dua kali yaitu pada saat penanaman dan pada masa pembungaan
(Poulos,1994).
Perempelan (pembuangan) tunas samping perlu dilakukan karena
pertumbuhan tunas ini tidak produktif dan akan mengganggu pertumbuhan.
Perempelan tunas samping dilakukan pada saat cabai berumur 7 – 20 hari.
Perempelan dilakukan dengan cara membuang semua tunas samping dan
dihentikan saat terbentuk cabang (biasanya perempelan dilakukan 2-3 kali).
Perempelan selanjutnya adalah perempelan terhadap bunga pertama dari sela-sela
6
tunas dan percabangan di atasnya yang lebih banyak dan produktif menghasilkan
buah lebat (Lablink, 2005).
Cabai dapat dipanen setelah tiga sampai enam minggu setelah
pembungaan yaitu saat buah merah, tapi terkadang cabai dipanen saat buah masih
hijau. Khusus untuk cabai yang akan dikeringkan, pemanenan dilakukan pada saat
buah sudah keriput atau mengering sebagian di pohon. Pemanenan dilakukan
dengan menggunakan tangan atau dengan pisau kecil dilakukan dengan hati – hati
agar tidak merusak percabangan (Poulos, 1994).
Kematangan buah cabai tidak dapat ditentukan oleh penampakannya. Buah
matang ketika biji yang dikandungnya mampu berkecambah. Namun, ukuran dan
warna buah seringkali menjadi penanda umum saat panen dilakukan. Umumnya,
permukaan buah yang lebih tua adalah lebih keras, lebih mengkilat, dan lebih
berlilin ketika buah muda. Selain itu, keberadaan buah yang lebih tua cenderung
menunda perkembangan buah yang lebih muda (Rubatzky dan Yamaguchi, 1999).
Potensi Daya Hasil
Daya hasil pada cabai merupakan sifat yang dikendalikan oleh banyak gen,
bersifat aditif dan transgresif segregat sehingga bila dari berbagai spesies cabai
disilangkan diharapkan sifat – sifat yang mendukung daya hasil akan terakumulasi
membentuk cabai yang berdaya hasil tinggi.
Spesies C. annuum yang memiliki panjang, diameter buah serta bobot
buah yang baik dari semua spesies cabai. C. annuum varietas longum yang banyak disukai oleh masyarakat karena memiliki warna kulit merah tua, licin, agak keras,
ukuran buah agak besar (diameter 1.0-1.5 cm, panjang 10-12 cm), tingkat
kepedasan sedang dengan kadar capsaicin sekitar 1,63-1,83 % (Ameriana dan Sutarso, 1997).
Pada spesies cabai lainnya seperti C. chinense dan C. frutescens memiliki jumlah buah per buku dua sampai empat berpotensi untuk sumber gen dalam
memperbaiki sifat jumlah per tanaman. Sedangkan C. flexuosium dan C.
frutescens memiliki sifat – sifat unggul yang berpengaruh terhadap daya hasil seperti ketahanan terhadap hama dan penyakit serta lingkungan yang kurang
7
Menurut Ameriana (2000) petunjuk kualitas yang paling diperhatikan oleh
konsumen dalam menilai kualitas cabai merah adalah petunjuk kualitas bagian
luar yaitu warna kulit merah tua, agak keras, permukaan kulit halus rata, ukuran
agak besar, serta kepedasan sedang.
Penyakit Layu Bakteri
Penyakit layu yang disebabkan oleh Ralstonia solanacearum adalah salah satu penyakit pada tanaman cabai karena dapat menyerang pada berbagai fase
pertumbuhan tanaman dan dapat menurunkan produksi. Penyakit layu yang
disebabkan oleh R. solanacearum terdapat di 90% dari pertanaman cabai dataran rendah, dengan intensitas serangan 6% di Jawa Tengah dan Jawa Timur, dan 27%
di Jawa Barat dan lampung. Kerugian akibat penyakit ini berbeda-beda pada
berbagai tempat penanaman karena adanya bermacam-macam ras dari Ralstonia solanacearum (Semangoen, 1994).
Pada tanaman tua, gejala layu tampak pada daun tanaman yang terletak di
bagian bawah, sedangkan pada tanaman muda gejala layu mulai tampak pada
daun-daun di bagian atas tanaman. Setelah beberapa hari gejala layu kemudian
diikuti oleh layu yang tiba-tiba dan layu permanen dari seluruh daun tanaman,
tetapi daun tetap hijau atau sedikit menguning. Jaringan pembuluh batang bagian
bawah dan akar menjadi kecoklatan. Apabila batang atau akar tersebut dipotong
melintang dan dicelupkan dalam air jernih akan terlihat mengeluarkan cairan
keruh yang merupakan koloni bakteri (Duriat, 1996).
Pemuliaan Cabai
Salah satu upaya mengatasi penurunan hasil karena serangan penyakit layu
bakteri yaitu dengan pemuliaan tanaman cabai melalui pengembangan
varietas-varietas yang resisten. Selain itu, pemuliaan tanaman cabai juga ditujukan untuk
merakit varietas cabai yang berdaya hasil tinggi, memperbaiki sifat-sifat
hortikultura, maupun memperbaiki kemampuan untuk mengatasi cekaman
lingkungan tertentu. Untuk memperoleh informasi tentang tujuan pemuliaan cabai
8
genotipe tiap generasi yang akan digunakan pada proses pemuliaan selanjutnya
(Kusandriani dan Permadi, 1996).
Proses pemuliaan tanaman diawali dengan mendapatkan keragaman
genetik, yaitu melalui persilangan, introduksi dan mutasi, kemudian dilakukan
kegiatan seleksi pada sumber genetik yang bervariasi tersebut. Proses selanjutnya
adalah pemurnian, uji generasi lanjut, uji multilokasi, kemudian pelepasan
varietas (Kusandriani, 1996).
Seleksi merupakan kegiatan utama dalam setiap program pemuliaan
tanaman (Makmur, 1992). Seleksi tanaman cabai merah dapat dilakukan dengan
cara pengujian yang dapat diarahkan untuk memperoleh sifat-sifat tertentu antara
lain ketahanan terhadap hama dan penyakit serta keadaan lingkungan yang tidak
menguntungkan (Sunaryono, 1989). Metode yang paling banyak digunakan
adalah pedigree dan silang balik (back cross) (Kusandriani dan Permadi, 1996). Seleksi pedigree dilakukan dengan menyeleksi tanaman dengan kombinasi
tanaman yang dikehendaki pada generasi F2, turunannya selanjutnya diseleksi lagi
pada generasi-generasi berikutnya sampai mencapai kemurnian genetik. Metode
backcross dilaksanakan dengan melakukan silang balik secara berulang-ulang dari
suatu varietas yang diinginkan sifat baiknya (misalnya ketahanan terhadap
penyakit) kepada varietas lain yang sudah cukup beradaptasi. Metode ini mudah
dilaksanakan jika sifat yang diinginkan itu diwariskan secara sederhana dan
dominan, serta mudah dikenal pada turunannya setelah dihibridisasi (Makmur,
1992).
Heritabilitas dan Variabilitas Genetik
Nilai heritabilitas merupakan pernyataan kuantitatif peran faktor genetik
dibanding faktor lingkungan dalam memberikan keragaan akhir atau fenotipe
suatu karakter (Allard, 1960). Heritabilitas dari suatu populasi bersegregasi
penting diketahui untuk memahami besarnya ragam genetik yang mempengaruhi
suatu fenotipe tanaman. Nilai duga heritabilitas yang akurat juga perlu untuk
membangun sistem seleksi dan evaluasi yang optimum (Weaver, 1982). Nilai
duga heritabilitas yang diperoleh sangat beragam tergantung dari populasi,
9
Untuk menduga nilai heritabilitas diperlukan beberapa populasi yaitu
populasi homogen dan populasi heterogen (populasi bersegregasi). Populasi
homogen dapat berupa populasi tetuanya atau populasi tanaman hibrida dan
populasi heterogen dapat berupa populasi tanaman bersegregasi. Bila ragam
genetik untuk setiap generasinya semakin besar maka nilai heritabilitas akan
meningkat dan dikatakan bahwa karakter tersebut sebagian besar disebabkan oleh
faktor genetik. Menurut Tillman (1996) heritabilitas dapat digunakan sebagai
strategi untuk menyeleksi genotipe-genotipe dalam populasi.
Setelah dilaporkan adanya faktor menurun pengendalian sifat oleh Mendel,
orang-orang beranggapan bahwa pertumbuhan tanaman semata mata diatur oleh
gen-gen dalam kromosom, sedangkan lingkungan hanya meningkatkan potensi
sifatnya. Namun, setelah diketahui bahwa tanaman-tanaman tidak berkembang
secara teratur menurut perubahan lingkungan maka orang mulai menyadari
adanya interaksi antara genotipe dan lingkungan. Untuk mengetahui seberapa jauh
peranan lingkungan pada suatu sifat tanaman maka didekati dengan usaha untuk
memisahkan antar pengaruh genotipe dan lingkungan serta interaksinya
(Poespodarsono, 1988).
Variabilitas genetik menunjukkan kriteria keanekaragaman genetik.
Seleksi merupakan suatu proses pemuliaan tanaman dan merupakan dasar dari
seluruh perbaikan tanaman untuk mendapatkan kultivar unggul baru. Variabilitas
genetik yang luas merupakan salah satu syarat efektifnya program seleksi, dan
seleksi suatu karakter yang diinginkan akan lebih berarti apabila karakter tersebut
mudah diwariskan (Wahyuni, 2004). Evaluasi variasi genetik akan mendapatkan
perbaikan-perbaikan sifat disamping juga diperolehnya keleluasaan dalam
pemilihan suatu genotipe unggul (Bari et al., 1982)
Kemajuan Genetik
Nilai harapan kemajuan genetik perlu diketahui guna menduga berapa
besar pertambahan nilai sifat tertentu akibat seleksi dari nilai rata-rata populasi.
Nilai harapan kemajuan genetik disebabkan nilai variabilitas genetik meningkat
dan nilai duga heritabilitas dalam arti sempit termasuk kategori sedang, dengan
10
Konsep kemajuan genetik didasarkan kepada perubahan dalam rata-rata
penampilan yang dicapai suatu populasi dalam setiap siklus seleksi. Satu siklus
seleksi meliputi: pembentukan sebuah populasi bersegreasi, pembentukan
genotipe untuk dievaluasi, evaluasi genotipe, seleksi
genotipe-genotipe superior, pemanfaatan atau penggunaan genotipe-genotipe-genotipe-genotipe terseleksi;
varietas baru atau sebagai tetua. Penyelesaian satu siklus seleksi akan bervariasi
dari satu strategi metode-metode seleksi. Kemajuan genetik diukur dinyatakan
dalam satuan per tahun (Baihaki, 2000)
Rancangan Perbesaran
Pada tahap awal pengujian atau evaluasi karakter kuantitatif, seperti
potensi hasil, dalam proses penelitian pemuliaan, para pemulia dihadapkan pada
jumlah materi (genotipe) besar yang harus diseleksi dan dapat mencapai ratusan
bahkan ribuan. Selain itu para pemulia selalu harus membandingkan
genotipe-genotipe yang diuji tersebut dengan satu atau lebih varietas pembanding.
Pengikutsertaan varietas pembanding ini dalam penelitian pemuliaan merupakan
keharusan. Oleh sebab itulah diperlukan suatu rancangan percobaan di lapangan
yang bisa menguji dengan baik sesuai dengan keadaaan tersebut termasuk
memenuhi asumsi pengacakan dan mengatasi perbedaan kesuburan tanah dari satu
bagian ke bagian yang lain maka di gunakan rancangan perbesaran atau
augmented design (Baihaki, 2000).
Rancangan perbesaran pada awalnya diajukan oleh Federer pada tahun
1956. Pada rancangan tersebut, perlakuan varietas pembanding digunakan untuk
menduga pengaruh kelompok dan ragam galat. Pengaruh kelompok kemudian
11
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari hingga Juni 2006 di Kebun
Percobaan Cikabayan IPB Darmaga, Bogor. Kebun Percobaan Cikabayan
merupakan dataran rendah (ketinggian 250 m dpl) dengan jenis tanah latosol.
Curah hujan rata-rata sebesar 312 mm per bulan dan suhu rata-rata berkisar antara
22-30oC. Lahan yang digunakan memiliki sejarah lahan terserang penyakit layu
bakteri.
Bahan dan Alat
Bahan tanaman yang digunakan pada penelitian ini terdiri atas 36 genotipe
cabai merah (Capsicum annum L.) F4 hasil persilangan AVRDC yang diarahkan untuk mendapatkan varietas tahan layu bakteri (Tabel Lampiran 2), dan 2 varietas
pembanding yaitu Jatilaba dan Tit Super (Tabel Lampiran 3 dan Gambar
Lampiran 4). Sarana produksi pertanian yang digunakan adalah pupuk kandang,
pupuk NPK mutiara (16:16:16), pupuk Gandasil D dan Gandasil B, insektisida
Curacron, Furadan 3G, akarisida Kelthane, fungisida Antracol, dan Dithane M-45.
Mulsa plastik hitam perak, ajir, meteran, timbangan analitik AND GF 3000,
jangka sorong, tray, cangkul, kored, sprayer.
Metode Penelitian
Percobaan dilakukan dengan menggunakan rancangan perbesaran atau
augmented design (Baihaki, 2000). Genotipe F4 ditanam tanpa ulangan sedangkan dua varietas pembanding (Jatilaba dan Tit Super) diulang empat kali, sehingga
terdapat 36 + (2 x 4) = 44 satuan percobaan. Setiap satuan percobaan terdiri atas
20 tanaman dan selanjutnya diambil 10 tanaman sebagai tanaman contoh. Secara
umum ada 3 kelompok genotipe yang digunakan yaitu CCA5849 sebanyak 7
genotipe (Gambar Lampiran 1), CCA5850 sebanyak 16 genotipe (Gambar
Lampiran 2) dan CCA5855 sebanyak 13 genotipe (Gambar Lampiran 3). Model
12
Yij = µ + αi + εij
Keterangan :
Yij = Nilai peubah pengamatan pada perlakuan ke-i, ulangan ke-j
µ = Nilai tengah populasi
αi = Pengaruh perlakuan ke-i {i : Jumlah perlakuan (1, 2,...,38)}
εij = Pengaruh galat percobaan genotipe ke-i, ulangan ke-j
{j : Jumlah ulangan (1, 2, 3, 4)}
Data yang diperoleh diuji dengan uji F. Apabila terdapat perbedaan maka
dilanjutkan dengan uji lanjut Dunnett yang membandingkan antara genotipe yang
diuji dengan varietas pembanding.
Pelaksanaan
Pengolahan lahan dilakukan dua minggu sebelum penanaman. Setelah
lahan diolah, dibagi menjadi 4 bedengan besar yang masing-masing didalamnya
terdapat 11 bedengan kecil dengan ukuran 1 m x 4 m untuk setiap genotipe
dengan jarak antar bedengan 50 cm.
Benih direndam dalam air hangat selama ± 24 jam lalu dikecambahkan
pada tissue lembab dalam wadah plastik. setelah bibit berkecambah (kira-kira satu minggu setelah semai) bibit dipindahkan ke tray yang berisi media semai. Pupuk
diberikan dalam bentuk cair berupa campuran NPK Mutiara (10 g) dan gandasil D
(2 g) dalam satu liter air. Pengendalian serangan hama dan penyakit menggunakan
insektisida Curacron (2 cc/l) dan fungisida Antracol (2 g/l) yang diberikan
seminggu sekali. Bibit dipindahkan ke lapangan setelah memiliki 4-5 daun yaitu
saat bibit berumur empat minggu.
Pada lahan yang sudah disiapkan sesuai rancangan, satu minggu
sebelumnya dibuat lubang tanam dengan jarak 50 cm x 50 cm dengan kedalaman
30 cm. Selanjutnya diberi pupuk kandang sebanyak 1 kg dan kapur 0.5 kg per
lubang tanam. Bedengan kemudian ditutup dengan mulsa plastik hitam perak dan
13
Pemeliharaan
Pemeliharaan tanaman yang dilakukan meliputi penyulaman, pemupukan,
penyiraman, penyiangan, pewiwilan tunas air, serta pengendalian hama dan
penyakit. Penyulaman dilakukan satu minggu setelah tanam (MST). Pemupukan
dilakukan satu minggu sekali dalam bentuk cair berupa campuran/larutan (10 g
NPK Mutiara) dalam satu liter air dengan dosis 250 ml/tanaman. Pemberian
pupuk Gandasil D saat pertumbuhan vegetatif (daun) dan Gandasil B saat
pertumbuhan generatif (bunga) sebesar 2 g/l diaplikasikan bersamaan dengan
penyemprotan insektisida dan fungisida. Penyiraman terhadap tanaman dilakukan
hampir setiap hari apabila tidak ada hujan dengan menggunakan sprayer atau
ember. Perempelan dilakukan hampir setiap minggu pada 3-6 MST yang
bertujuan untuk mengatur pertumbuhan dan distibusi fotosintat sehingga
pertumbuhan generatif tidak terhambat. Penyiangan dilakukan apabila gulma yang
ada sudah terlihat mengganggu pertumbuhan tanaman baik disekitar tanaman dan
diantara bedengan. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan satu minggu sekali
menggunakan insektisida Curacron (2 cc/l), akarisida Kelthane (2 cc/l), fungisida
Dithane M-45, dan Antracol (2 g/l). Aplikasi fungisida Antracol dilakukan selain
dengan penyemprotan, juga dengan penyiraman bersamaan dengan aplikasi
pupuk.
Panen dilakukan dengan cara memetik seluruh buah dari tanaman contoh
yang sudah masak merah penuh dengan kondisi buah segar dalam petak.
pemenenan dimulai pada 9 MST dilanjutkan setiap minggunya hingga 18 MST.
Pengamatan
Pengamatan dilakukan terhadap 10 tanaman contoh yang dipilih secara
acak kompetitif pada setiap petak percobaan. Pengamatan karakter kuantitatif dan
kualitatif dilakukan berdasarkan Descriptor for Capsicum yang diterbitkan oleh International Plant Genetic Resources Institute (IPGRI, 1995) yaitu :
Karakter Kuantitatif
1. Umur berbunga (HST) dihitung pada saat 50% tanaman dalam setiap petak
14
2. Umur panen (HST) dihitung pada saat 50% tanaman dalam setiap petak
telah menghasilkan buah masak pada percabangan pertama.
3. Bobot buah layak pasar (g), buah layak jual dalam kondisi segar, masak
merah dan tidak terserang penyakit. Mulai panen pertama buah ditimbang
untuk setiap petak hingga panen ke-10.
4. Bobot buah total per tanaman (g), semua buah segar yang dipanen per
tanaman baik dalam kondisi layak jual maupun terserang penyakit. Mulai
panen pertama buah ditimbang untuk setiap petak hingga panen ke-10.
5. Tebal kulit buah (mm), Setiap genotipe diukur sebanyak 5 buah.
6. Panjang buah (cm), Setiap genotipe diukur sebanyak 20 buah dari pangkal
buah sampai ujung buah.
7. Bobot rata-rata buah (g), Setiap genotipe ditimbang sebanyak 20 buah
8. Diameter buah (mm), Setiap genotipe diukur sebanyak 20 buah, pada
bagian pangkal, tengah dan ujung.
9. Diameter batang (mm), diukur 5 cm dari permukaan tanah. Pengamatan
dilakukan satu kali pada saat panen terakhir (18 MST).
10.Tinggi dikotomus (cm), diukur pada saat setelah panen pertama.
11.Tinggi tanaman (cm), diukur mulai dari ruas pertama sampai titik tumbuh
tertinggi. Pengamatan dilakukan seminggu sekali sampai tanaman berumur
18 MST.
12.Bobot berangkasan (g), ditimbang bobot segar berangkasan tanaman
contoh.
13.Persentase serangan penyakit layu bakteri.
Menurut Semangoen (1994) gejala serangan terhadap layu bakteri ini
terlihat mulai 2 MST sampai 8 MST.
Karakter Kualitatif
Warna mahkota bunga, warna anther, posisi bunga, jumlah bunga per
aksil, calix margin, warna buah intermediate, warna buah matang, bentuk buah, bentuk daun, warna buku batang (diamati pada tanaman dewasa), bentuk batang
(diamati pada tanaman dewasa), tipe pertumbuhan tanaman (diamati saat tanaman
50% panen), warna daun (diamati setelah 50% tanaman memiliki buah pertama
15
Analisis Data
1. Analisis ragam dilakukan dengan uji F, apabila terdapat beda nyata maka
dilakukan uji lanjut Dunnett pada taraf α = 5%.
2. Nilai duga heritabilitas (h2) dihitung menggunakan rumus heritabilitas
dalam arti luas. Pendugaan nilai heritabilitas diturunkan dari sidik ragam
[image:37.612.132.507.228.348.2]seperti pada Tabel 1.
Tabel 1. Sidik Ragam Augmented Design (Scot dan Miliken, 1993) Sumber db Jumlah Jumlah E(KT) Keragaman Kuadrat Tengah (JK) (KT)
Perlakuan (g + k) -1 JKp KTp
Genotipe g – 1 JKg KTg σ2e + σ2g
Kontrol k – 1 JKk KTk σ2e + rσ2k
G x K 1 JKGxK KTGxK
Galat ((g+rk)-1)-((g+k)-1) JKe KTe σ2e
Total Terkoreksi (g + rk) - 1
Pendugaan heritabilitas diturunkan dari sidik ragam sebagai berikut :
r KTe
E =
2
σ
KTe KTg
G = −
2
σ
E G
P 2 2
2 σ σ
σ = +
P G bs
h 2
2 2
σ σ
=
Keterangan : h2bs = heritabilitas arti luas
2
σ P = ragam fenotipe
2
σ G = ragam genetik
Menurut Standfield (1991) dalam Zen dan Bahar (1999) nilai heritabilitas dikelaskan sebagai berikut :
Rendah : h2bs < 0.2
Sedang : 0.2 < h2bs ≤ 0.5
16
3. Variabilitas
Luas dan sempitnya variabilitas genetik dan fenotipik karakter yang
diamati diduga dengan menggunakan perhitungan standar error ragam
genotipik dan standar error ragam fenotifik mengikuti Anderson dan
Brandcoft dikutif Drajat ( 1987 ) sebagai berikut :
⎪⎭
⎪
⎬
⎫
⎪⎩
⎪
⎨
⎧
+
+
+
=
2
2
2
2 22 2 e e g g
db
MS
db
MS
r
G σσ
⎪⎭ ⎪ ⎬ ⎫ ⎪⎩ ⎪ ⎨ ⎧ + = 2 2 2 2 2 g g db MS r P σ σKeragaman genetik dikatakan luas apabila 2( 2 )
2
G
G σσ
σ ≥ dan dikatakan
sempit apabila 2( 2 )
2
G
G σσ
σ < . Keragaman fenotipik dikatakan luas
apabila 2( 2 )
2
P
P σσ
σ ≥ dan dikatakan sempit apabila 2( 2 )
2
P
P σσ
σ < .
4. Kemajuan genetik diduga dengan menggunakan rumus Falconer (1989)
KGH = i. h2. σp
KGH : Kemajuan genetik harapan yang diperoleh sehubungan
dengan pemakaian metode seleksi tertentu
i : Intensitas seleksi pada tingkat 10% yang besarnya 1.76
h2 : Heritabilitas
: Simpangan baku fenotipik
Karmana et al. (1990) dalam Nasir (1999) membuat kriteria persentase kemajuan genetik harapan yaitu : rendah (0<KGH<3.3%), agak rendah
(3.3%<KGH<6.6%), cukup tinggi (6.6%<KGH<10%), dan tinggi
(KGH>10%). P σ ⎟⎟ ⎠ ⎞ ⎜⎜ ⎝ ⎛ ×
= 100%
%
μ
17
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum
Penanaman di lapangan pada penelitian ini dilakukan pada akhir bulan
Februari 2006 dimana hari hujan pada saat itu cukup tinggi sehingga ketersediaan
air pada awal penanaman cukup baik dan cenderung berlebih karena terdapat air
yang masih menggenang di lahan. Lahan yang digunakan ini sebelumnya
diberakan untuk beberapa waktu. Di sekitar areal penanaman juga ditanami cabai
sehingga memungkinkan tanaman cabai yang baru ditanam terserang hama dan
penyakit dengan mudah.
Secara umum pertumbuhan tanaman menunjukkan kondisi yang cukup
baik walaupun terjadi serangan hama dan penyakit. Penyakit yang cukup dominan
adalah penyakit layu bakteri (Gambar 1a). Serangan layu bakteri menyebabkan
banyak tanaman yang mati. Tanaman yang terserang layu ini telah dipastikan
disebabkan oleh bakteri dengan pengujian yang dilakukan di laboratorium bakteri
Departemen Proteksi Tanaman (Gambar 1b).
(a) (b)
Gambar 1. Penyakit Layu Bakteri (a) Gejala Serangan Layu Bakteri (b) Hasil Uji Layu Bakteri
Penyakit lain yang menyerang tanaman antara lain keriting disebabkan
oleh Virus dan bercak daun Cercospora disebabkan oleh Cercospora capsici. Penyakit yang menyerang buah adalah antraknosa yang disebabkan oleh
18
Hama yang menyerang selama pertumbuhan adalah kutu daun persik
(Myzus persicae), kutu daun (Aphis gossypii), dan thrip (Thrips parvispinus). Gulma yang cukup dominan pada lahan penanaman yaitu jenis teki (Cyperus sp.)
Rekapitulasi uji F tiap karakter dapat dilihat pada Tabel 2, sedangkan sidik
ragam selengkapnya dapat dilihat pada Tabel Lampiran 9-20. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa sebagian besar karakter menunjukkan tidak berbeda nyata
antar perlakuan kecuali bobot rata-rata buah, diameter buah dan tinggi dikotomus.
Hal ini dimungkinkan akibat dari suatu perbedaan perlakuan yang sangat kecil
atau tidak ada perbedaan perlakuan sama sekali. Selain itu perlakuan yang tidak
berbeda nyata tersebut diduga disebabkan oleh genotipe tanaman F4 yang hampir
[image:40.612.132.502.345.617.2]homozigous dengan tingkat kehomozigousan 87.50%.
Tabel 2. Rekapitulasi Uji F Beberapa Karakter Agronomi Genotipe Cabai F4 yang Dievaluasi dan Varietas Pembanding
Karakter F Hitung
(Perlakuan)
Umur berbunga (hari) 0.288tn
Umur panen (hari) 0.348tn
Bobot buah layak pasar (g) 0.916tn
Bobot buah total (g) 1.635tn
Tebal kulit buah (mm) 0.817tn
Panjang buah (cm) 1.698tn
Bobot buah (g) 13.801**
Diameter buah (mm) 4.647*
Diameter tanaman (mm) 1.959tn
Tinggi dikotomus (cm) 10.050**
Tinggi tanaman (cm) 3.146tn
Bobot berangkasan (g) 2.273tn
19
Heritabilitas
Nilai Heritabilitas dinyatakan dalam bilangan pecahan (desimal) atau
persentase. Nilainya berkisar antara 0 dan 1. Heritabilitas dengan nilai 0 berarti
bahwa keragaman fenotipe hanya disebabkan lingkungan, sedangkan keragaman
dengan keragaman 1 berarti keragaman fenotipe hanya disebabkan oleh genotipe.
Makin mendekati 1 dinyatakan heritabilitasnya makin tinggi, sebaliknya makin
mendekati 0, heritabilitasnya makin rendah. Semakin tinggi nilai heritabilitas
suatu populasi maka akan semakin memungkinkan untuk dilakukan seleksi
[image:41.612.128.505.292.554.2](Poespodarsono, 1988). Rekapitulasi pendugaan nilai heritabilitas disajikan pada
Tabel 3.
Tabel 3. Nilai Duga Heritabilitas beserta Kriterianya
Karakter Heritabilitas ( %) Kriteria
Umur berbunga (hari) 0.00 Rendah
Umur panen (hari) 0.00 Rendah
Bobot buah layak pasar (g) 0.00 Rendah
Bobot buah total (g) 67.75 Tinggi
Tebal kulit buah (mm) 0.00 Rendah
Panjang buah (cm) 67.14 Tinggi
Bobot rata-rata buah (g) 97.69 Tinggi
Diameter buah (mm) 93.88 Tinggi
Diameter tanaman (mm) 80.91 Tinggi
Tinggi dikotomus (cm) 97.22 Tinggi
Tinggi tanaman (cm) 88.11 Tinggi
Bobot berangkasan (g) 81.13 Tinggi
Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat bahwa sebagian besar karakter
memiliki nilai heritabilitas yang tinggi kecuali umur berbunga, umur panen, bobot
buah layak pasar dan tebal kulit buah. Nilai duga heritabilitas dari karakter yang
diamati berkisar antara 0.00 - 97.69%. Dengan demikian, semua genotipe F4 yang
digunakan memungkinkan untuk menuju tahapan seleksi selanjutnya. Pada sifat
20
pengaruh lingkungan sangat kecil sehingga faktor genetik lebih besar dalam
penampilan fenotipenya (Pinaria, 1995).
Variabilitas Genetik
Rekapitulasi nilai variabilitas genetik disajikan pada Tabel 4. Seleksi
efektif apabila kemajuan genetik tinggi ditunjang dengan salah satu nilai
[image:42.612.128.507.266.529.2]variabilitas genetik dan atau heritabilitas yang tinggi (Johnson et al., 1993) dalam (Moedjiono dan Made, 1994).
Tabel 4. Nilai Duga Ragam Genetik, Ragam Fenotipe, dan Ragam Lingkungan
Karakter Kriteria Kriteria
Hari berbunga 0.00 Sempit 15.20 Luas 15.20
Umur panen 0.00 Sempit 19.70 Luas 19.70
Bobot buah layak pasar 0.00 Sempit 533.75 Luas 533.75
Bobot buah total 1026.69 Luas 1515.50 Luas 488.81
Tebal kulit buah 0.00 Sempit 0.04 Luas 0.04
Panjang buah 0.55 Luas 0.81 Luas 0.27
Bobot rata-rata buah 4.84 Luas 4.96 Luas 0.11
Diameter buah 7.14 Luas 7.60 Luas 0.47
Diameter batang 0.70 Luas 0.86 Luas 0.16
Tinggi dikotomus 26.63 Luas 27.39 Luas 0.76
Tinggi tanaman 69.40 Luas 78.76 Luas 9.36
Bobot brangkasan 428.21 Luas 527.79 Luas 99.58
Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat bahwa sebagian besar ragam genetik
( ) dan ragam fenotipik ( ) pada karakter yang diamati memiliki nilai duga
yang lebih besar dari ragam lingkungannya ( ). Secara umum semua karakter
pada populasi genotipe yang diamati memiliki variabilitas genotipik dan fenotifik
yang luas. Namun, pada karakter umur berbunga, umur panen, bobot buah layak
pasar dan tebal kulit buah variabilitas genetik termasuk sempit. Nilai duga
komponen ragam yang luas dari populasi tersebut akan memudahkan proses
seleksi pada tahapan siklus berikutnya.
2
G
σ 2
P
σ 2
E
σ
2
G
σ 2
P
σ
2
E
21
Kemajuan Genetik
Pendugaan kemajuan genetik disajikan pada Tabel 5. Pendugaan kemajuan
genetik suatu karakter sangat berperan dalam proses seleksi terhadap populasi
yakni menduga berapa besar pertambahan nilai sifat tertentu pada populasi
tersebut. Semakin tinggi kemajuan genetiknya maka akan semakin efektif seleksi
[image:43.612.133.511.228.497.2]yang dilakukan.
Tabel 5. Nilai Duga Heritabilitas dan Persentase Kemajuan Genetik Harapan
Karakter h2 KG %KGH Rata-rata
populasi
Umur berbunga (hari) 0.00 0.00 0.00 34.18
Umur panen (hari) 0.00 0.00 0.00 75.18
Bobot buah layak pasar (g) 0.00 0.00 0.00 116.55
Bobot buah total (g) 0.68 46.42 33.03 140.53
Tebal kulit buah (mm) 0.00 0.00 0.00 1.17
Panjang buah (cm) 0.67 1.07 9.34 11.42
Bobot rata-rata buah (g) 0.98 3.83 64.33 5.95
Diameter buah (mm) 0.94 4.56 47.80 9.53
Diameter tanaman (mm) 0.81 1.32 15.08 8.76
Tinggi dikotomus (cm) 0.97 8.95 51.94 17.24
Tinggi tanaman (cm) 0.88 13.76 25.60 53.77
Bobot berangkasan (g) 0.81 32.80 44.92 73.03
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar karakter memiliki
nilai kemajuan genetik harapan yang tinggi kecuali umur berbunga, umur panen,
bobot buah layak pasar dan tebal kulit buah yang memiliki nilai kemajuan genetik
yang rendah (0%). Nilai duga kemajuan genetik harapan dari karakter yang
diamati berkisar antara 0.00 – 64.33%. Nilai duga kemajuan genetik harapan
22
Pengamatan Karakter Kuantitatif
Bobot Rata-rata BuahBobot rata-rata buah berkisar antara 2.52-12.42 g. Bobot rata-rata buah
terbesar dimiliki oleh genotipe CCA5849 2-1 yang melebihi kedua varietas
pembanding, dan bobot buah terkecil dimiliki oleh genotipe CCA5855 3-2.
Berdasarkan hasil uji lanjut pada karakter bobot rata-rata buah menunjukkan
bahwa ada beberapa genotipe yang berbeda nyata lebih rendah dari Jatilaba dan
Tit Super yaitu genotipe CCA5850 1-2, CCA5850 12-4, CCA5850 12-5,
CCA5850 14-1, CCA5850 2-1, CCA5850 2-2, CCA5850 3-1, CCA5850 4-1,
CCA5850 4-2, CCA5850 7-1, CCA5850 8-2, CCA5855 2-2, CCA5855 3-2,
CCA5855 4-1. Genotipe CCA5850 1-1 dan CCA5850 12-3 lebih rendah daripada
[image:44.612.134.505.361.646.2]Tit Super. Hasil pengamatan bobot buah disajikan pada Tabel 6.
Tabel 6. Nilai Rata-rata Bobot Buah Genotipe Cabai F4 yang Dievaluasi dan Varietas Pembanding
No Genotipe Bobot buah No Genotipe Bobot buah
1 Jati Laba
--g--
7.84 20 CCA 5850 4-1
--g--
3.01ab
2 Tit Super 8.49 21 CCA 5850 4-2 2.97ab
3 CCA 5849 1-1 7.29 22 CCA 5850 6-1 4.57
4 CCA 5849 1-2 8.43 23 CCA 5850 7-1 2.72ab
5 CCA 5849 1-3 8.49 24 CCA 5850 8-1 4.98
6 CCA 5849 1-4 8.06 25 CCA 5850 8-2 3.39ab
7 CCA 5849 2-1 12.42ab 26 CCA 5855 1-2 5.59
8 CCA 5849 2-2 7.20 27 CCA 5855 2-1 6.82
9 CCA 5849 3-1 9.15 28 CCA 5855 2-2 3.69ab
10 CCA 5850 10-1 5.35 29 CCA 5855 3-1 6.19
11 CCA 5850 1-1 4.60b 30 CCA 5855 3-2 2.52ab
12 CCA 5850 1-2 3.36ab 31 CCA 5855 4-1 3.23ab
23
Tinggi Dikotomus
Data pengamatan karakter tinggi dikotomus disajikan pada Tabel 7.
Tinggi dikotomus berkisar antara 8.7-27.6 cm. Terdapat beberapa genotipe yang
berbeda nyata lebih tinggi dari Tit Super yaitu CCA5850 10-1, CCA5850 3-1,
CCA5850 4-1, CCA5850 4-2. Beberapa genotipe yang berbeda nyata lebih rendah
dari Jatilaba yaitu genotipe CCA5850 12-3, CCA5850 3-1, CCA585 1-2,
CCA5855 2-1, CCA5855 3-1, CCA5855 3-2, CCA5855 5-2, CCA5855 6-1,
[image:45.612.134.504.291.582.2]CCA5855 7-1, CCA5855 7-2, CCA5855 7-3.
Tabel 7. Nilai Rataan Tinggi Dikotomus Genotipe Cabai F4 yang Dievaluasi dan Varietas Pembanding
No Genotipe Tinggi
dikotomus No Genotipe
Tinggi dikotomus
1 Jati Laba
--cm--
21.86 20 CCA 5850 4-1
--cm--
26.75b
2 Tit Super 16.53 21 CCA 5850 4-2 26.87b
3 CCA 5849 1-1 17.46 22 CCA 5850 6-1 23.60
4 CCA 5849 1-2 18.10 23 CCA 5850 7-1 17.33
5 CCA 5849 1-3 21.22 24 CCA 5850 8-1 18.33
6 CCA 5849 1-4 14.75 25 CCA 5850 8-2 19.75
7 CCA 5849 2-1 15.20 26 CCA 5855 1-2 11.61a
8 CCA 5849 2-2 14.33 27 CCA 5855 2-1 11.00a
9 CCA 5849 3-1 15.00 28 CCA 5855 2-2 18.87
10 CCA 5850 10-1 27.60b 29 CCA 5855 3-1 8.80a
11 CCA 5850 1-1 16.25 30 CCA 5855 3-2 9.29a
12 CCA 5850 1-2 17.25 31 CCA 5855 4-1 16.00
13 CCA 5850 12-3 11.50a 32 CCA 5855 5-1 13.07
14 CCA 5850 12-4 14.78 33 CCA 5855 5-2 12.40a
15 CCA 5850 12-5 18.33 34 CCA 5855 6-1 11.70a
16 CCA 5850 14-1 18.83 35 CCA 5855 6-2 15.62
17 CCA 5850 2-1 24.00 36 CCA 5855 7-1 11.89a
18 CCA 5850 2-2 23.36 37 CCA 5855 7-2 8.70a
19 CCA 5850 3-1 26.55b 38 CCA 5855 7-3 9.00a
24
Diameter Buah
Karakter diameter buah menunjukkan beda nyata pada uji F. Namun,
setelah diuji lanjut dengan uji dunnett ternyata tidak terdapat beda nyata antara
genotipe yang diamati dengan varietas pembanding. Nilai uji F yang
menunjukkan beda nyata bisa disebabkan oleh beda nyata antar genotipe yang
diamati atau antar varietas pembanding yang digunakan. Hasil pengamatan
[image:46.612.135.510.261.557.2]diameter buah disajikan pada Tabel 8.
Tabel 8. Nilai Rataan Diameter Buah Genotipe Cabai F4 yang Dievaluasi dan Varietas Pembanding
No Genotipe Diameter
buah No Genotipe
Diameter buah
1 Jati Laba
--mm--
10.46 20 CCA 5850 4-1
--mm-- 6.17
2 Tit Super 10.01 21 CCA 5850 4-2 6.80
3 CCA 5849 1-1 12.98 22 CCA 5850 6-1 8.06
4 CCA 5849 1-2 12.42 23 CCA 5850 7-1 6.13
5 CCA 5849 1-3 13.48 24 CCA 5850 8-1 9.06
6 CCA 5849 1-4 12.99 25 CCA 5850 8-2 6.97
7 CCA 5849 2-1 15.73 26 CCA 5855 1-2 10.59
8 CCA 5849 2-2 11.40 27 CCA 5855 2-1 12.42
9 CCA 5849 3-1 13.33 28 CCA 5855 2-2 6.94
10 CCA 5850 10-1 9.16 29 CCA 5855 3-1 11.83
11 CCA 5850 1-1 8.67 30 CCA 5855 3-2 4.75
12 CCA 5850 1-2 7.28 31 CCA 5855 4-1 5.77
13 CCA 5850 12-3 7.43 32 CCA 5855 5-1 14.47
14 CCA 5850 12-4 7.13 33 CCA 5855 5-2 13.39
15 CCA 5850 12-5 6.43 34 CCA 5855 6-1 11.11
16 CCA 5850 14-1 5.45 35 CCA 5855 6-2 9.69
17 CCA 5850 2-1 6.49 36 CCA 5855 7-1 11.11
18 CCA 5850 2-2 6.73 37 CCA 5855 7-2 8.75
19 CCA 5850 3-1 6.5 38 CCA 5855 7-3 10.03
Diameter buah berkisar antara 4.75-15.73 g. Diameter buah terbesar
dimiliki oleh genotipe CCA 5849 2-1, dan terkecil dimiliki oleh CCA 5855 3-2.
Diameter buah yang cenderung kecil secara umum berasal dari kelompok
CCA5850, hal ini disebabkan berasal dari persilangan Keriting Bogor dan ICPN
25
Persentase Serangan Layu Bakteri
Serangan layu bakteri berkisar antara 0.00-66.67% Beberapa genotipe
yang tidak terserang gejala serangan layu bakteri dan dapat dimajukan ke tahap
seleksi selanjutnya yaitu CCA5849 2-1, CCA5849 3-1, CCA5850 12-4, CCA5850
2-1, CCA5855 1-2, CCA5855 5-2. Serangan terparah terjadi pada genotipe
CCA5850 1-2 sebesar 66.67 %. Persentase serangan terhadap layu bakteri
[image:47.612.127.531.274.552.2]disajikan pada Tabel 9.
Tabel 9. Persentase Serangan Layu Bakteri pada Genotipe Cabai F4 yang Dievaluasi dan Varietas Pembanding
No Genotipe Serangan
Layu Bakteri (%) No Genotipe
Serangan Layu Bakteri (%)
1 Jati Laba 9.6 20 CCA 5850 4-1 30
2 Tit Super 14.21 21 CCA 5850 4-2 16.67
3 CCA 5849 1-1 8.33 22 CCA 5850 6-1 33.33
4 CCA 5849 1-2 6.67 23 CCA 5850 7-1 6.67
5 CCA 5849 1-3 9.09 24 CCA 5850 8-1 44.44
6 CCA 5849 1-4 40 25 CCA 5850 8-2 18.18
7 CCA 5849 2-1 0 26 CCA 5855 1-2 0
8 CCA 5849 2-2 45.45 27 CCA 5855 2-1 5.55