• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Tingkat Pendapatan Supir Taksi di Kota Medan (Studi Komparatif: Sebelum dan Sesudah Bandara Pindah)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Tingkat Pendapatan Supir Taksi di Kota Medan (Studi Komparatif: Sebelum dan Sesudah Bandara Pindah)"

Copied!
101
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

ANALISIS TINGKAT PENDAPATAN SUPIR TAKSI DI KOTA MEDAN (studi komparatif: sebelum dan sesudah bandara pindah)

OLEH

YOGI SYAHPUTRA 120501204

PROGRAM STUDI STRATA-1 EKONOMI PEMBANGUNAN DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ABSTRACT

This study aims to determine wheter there are differences in income levels taxi drivers in Medan city between before and after the transfer of the airport. This type of research is a comparative study. This study uses primary data with questionnaires dan interviews with 30 respondents. The analytical method used is two sample paired t test.

The results of two sample paired t test produces a value Assymp Sig. (2-tailed) revenue taxi drivers was 0.045, while the real level of 0.05. Therefore, the value Assymp Sig. (2-tailed) > 0.05, indicating differences in the level of income of the taxi drivers before and after the transfer of the airport. Differences in income levels taxi drivers before and after the transfer of the airport amounted to Rp. 2.795.000, where the income level of a taxi driver before the transfer of the airport amounted to Rp. 4.528.333 and income level after displacement taxi drivers at the airport are Rp. 1.733.333.

(3)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan

tingkat pendapatan supir taksi di Kota medan antara sebelum dan sesudah

perpindahan bandara. Jenis penelitian ini adalah penelitian komparatif. Penelitian

ini menggunakan data primer dengan kuesioner dan interview terhadap 30 responden. Metode analisis yang digunakan adalah uji t dua sampel berpasangan.

Hasil dari uji t dua sampel berpasangan menghasilkan nilai Assymp Sig. (2- tailed) Pendapatan Supir Taksi adalah 0.045, sedangkan taraf nyata 0.05. Oleh karena itu, nilai Assymp Sig. (2-tailed) < 0.05, sehingga menunjukkan adanya

perbedaan Tingkat Pendapatan Supir Taksi sebelum dan sesudah perpindahan

bandara. Perbedaan Tingkat Pendapatan Supir Taksi sebelum dan sesudah

perpindahan bandara adalah sebesar Rp. 2.795.000, dimana Tingkat Pendapatan

Supir Taksi sebelum perpindahan bandara adalah sebesar Rp. 4.528.333 dan

Tingkat Pendapatan Supir Taksi sesudah perpindahan bandara adalah sebesar Rp.

1.733.333.

(4)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala

limpahan rahmat, dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

ini dengan baik. Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada Baginda

Rasullullah Muhammad SAW, yang telah membimbing kita ke jalan kebenaran

dan ilmu pengetahuan di muka bumi.

Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Ekonomi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

Mpeneliti menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki kekurangan, karena itu

Peneliti mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak yang dapat membangun

untuk menjadikan skripsi ini lebih baik lagi.

Dalam melaksanakan penelitian dan penyusunan skripsi yang berjudul

“Analisis Tingkat Pendapatan Supir Taksi di Kota Medan (Studi Komparatif:

Sebelum dan Sesudah Bandara Pindah)” ini, penulis telah banyak mendapatkan

bimbingan, nasihat,dan dukungan dari berbagaibaik berupa moral maupunmateril,

sehingga penulis semakin termotivasi untuk menyelesaikan penelitian dan

penulisan skripsi ini. oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis

mengucapkan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada pihak-pihak yang

telah membantu penulis, diantaranya kepada:

1. Kedua orang tua tercinta Ayahanda Tugiyanto dan Ibunda Yulizar Lubis

yang telah merawat dan mendidik saya dengan penuh cinta dan kasih

(5)

2. Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec., Ac., Ak., selaku Dekan Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Wahyu Ario Pratomo, S.E., M.Ec., dan Bapak Drs. Syahrir Hakim

Nasution, M.Si., selaku Ketua dan Sekretaris Departemen Ekonomi

Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Irsyad Lubis, S.E., M.Soc.Sc., Ph.D., dan Bapak Paidi Hidayat,

S.E., M.Si., selaku Ketua dan Sekretaris Program studi S1 Ekonomi

Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

5. Ibu Dr. Murni Daulay, S.E., M.Si., selaku Dosen Pembimbing yang telah

banyak memberikan bimbingan, dan arahan kepada penulis selama masa

pendidikan.

6. Bapak Drs. Syahrir Hakim Nasution, M.Si., selaku Dosen Penguji I yang

telah bersedia meluangkan waktu dalam memberikan saran dan kritik demi

kesempurnaan skripsi ini.

7. Ibu Inggrita Gusti Sari Nst, S.E., M.Si., selaku Dosen Penguji II yang telah

bersedia meluangkan waktu dalam memberikan saran dan kritik demi

kesempurnaan skripsi ini.

8. Seluruh Dosen dan Pegawai Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara, terimakasih atas segala

bimbingan dan bantuannya selama penulis mengikuti perkuliahan.

9. Terima kasih penulis ucapkan kepada seluruh teman-teman di Fakultas

Ekonomi dan Bisnis, khususnya kepada teman-teman Departemen

(6)

sebutkan satu persatu, terima kasih telah memberikan dukungan, kerja

sama, inspirasi dan kebersamaan selama ini.

Akhirnya saya berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan

peneliti lainnya, khususnya mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program

Studi Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara. Semoga Allah

SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-Nya pada kita semua.

Medan, Desember 2015

(7)

DAFTARISI

Halaman

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 4

1.3.1 Tujuan Penelitian ... 4

1.3.2 Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pendapatan ... 6

2.1.1 Pengertian Pendapatan ... 6

2.2 Transportasi ... 9

2.2.1 Pengertian Transportasi ... 9

2.2.2 Transportasi Darat ... 11

2.2.3 Peranan Transportasi ... 12

2.2.4 Fungsi Transportasi ... 16

2.2.5 Manfaat Transportasi ... 17

2.2.6 Permintaan Jasa Transportasi ... 20

2.3 Tarif ... 23

2.3.1 Penentuan Tarif Angkutan ... 23

2.3.2 Tarif Angkutan Penumpang Dalam Kota ... 26

2.4 Penelitian Terdahulu ... 28

2.5 Kerangka Konseptual ... 33

(8)

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian ... 35

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 35

3.3 Definisi Operasional ... 36

3.4 Populasi dan Sampel ... 36

3.4.1 Populasi ... 36

3.4.2 Sampel ... 37

3.5 Jenis dan Sumber Data ... 38

3.6 Metode Pengumpulan Data ... 38

3.7 Metode Analisis Data ... 39

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Bandar Udara Internasional Kualanamu ... 42

4.1.1 Sejarah dan Latar Belakang Pembangunan Bandar Udara Internasional Kualanamu ... 43

4.1.2 Visi dan Misi Bandar Udara Internasional Kualanamu ... 47

4.1.3 Struktur Organisasi Bandar udara Internasional Kualanamu ... 48

4.1.4 Deskripsi Operasional di Lapangan ... 73

4.1.5 Luas Terminal Penumpang ... 73

4.2 Karakteristik Responden ... 74

4.2.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 74

4.2.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan ... 75

4.2.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pengalaman Kerja ... 75

4.2.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga ... 76

4.3 Analisis Hasil Penelitian ... 77

(9)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ... 80

5.2 Saran ... 80

DAFTAR PUSTAKA ... 82

(10)

DAFTAR TABEL

No. Tabel

Judul Halaman

1.1 Pendapatan Domestik Bruto Indonesia Atas Dasar Harga Konstan 2000 Sektor Pengangkutan dan

Komunikasi ... 2

2.1 Daftar Penelitian Terdahulu ... 32

4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 74

4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan ... 75

4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pengalaman Kerja ... 76

4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga ... 76

(11)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Halaman

(13)

ABSTRACT

This study aims to determine wheter there are differences in income levels taxi drivers in Medan city between before and after the transfer of the airport. This type of research is a comparative study. This study uses primary data with questionnaires dan interviews with 30 respondents. The analytical method used is two sample paired t test.

The results of two sample paired t test produces a value Assymp Sig. (2-tailed) revenue taxi drivers was 0.045, while the real level of 0.05. Therefore, the value Assymp Sig. (2-tailed) > 0.05, indicating differences in the level of income of the taxi drivers before and after the transfer of the airport. Differences in income levels taxi drivers before and after the transfer of the airport amounted to Rp. 2.795.000, where the income level of a taxi driver before the transfer of the airport amounted to Rp. 4.528.333 and income level after displacement taxi drivers at the airport are Rp. 1.733.333.

(14)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan

tingkat pendapatan supir taksi di Kota medan antara sebelum dan sesudah

perpindahan bandara. Jenis penelitian ini adalah penelitian komparatif. Penelitian

ini menggunakan data primer dengan kuesioner dan interview terhadap 30 responden. Metode analisis yang digunakan adalah uji t dua sampel berpasangan.

Hasil dari uji t dua sampel berpasangan menghasilkan nilai Assymp Sig. (2- tailed) Pendapatan Supir Taksi adalah 0.045, sedangkan taraf nyata 0.05. Oleh karena itu, nilai Assymp Sig. (2-tailed) < 0.05, sehingga menunjukkan adanya

perbedaan Tingkat Pendapatan Supir Taksi sebelum dan sesudah perpindahan

bandara. Perbedaan Tingkat Pendapatan Supir Taksi sebelum dan sesudah

perpindahan bandara adalah sebesar Rp. 2.795.000, dimana Tingkat Pendapatan

Supir Taksi sebelum perpindahan bandara adalah sebesar Rp. 4.528.333 dan

Tingkat Pendapatan Supir Taksi sesudah perpindahan bandara adalah sebesar Rp.

1.733.333.

(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tingkat pendapatan masih menjadi indikator utama tingkat kesejahteraan

masyarakat, di samping berbagai indikator sosial ekonomi lainnya. Perkembangan

tingkat pendapatan masyarakat dapat dilihat dari tingkat pendapatan perkapita

atau pendapatan rata-rata per penduduk. Dengan mengetahui pendapatan perkapita

suatu negara, kita akan mengetahui tingkat perkembangan kesejahteraan

masyarakatnya. Kesejahteraan masyarakat berusaha ditingkatkan oleh pemerintah

lewat pembangunan. Dengan pembangunan di berbagai sektor, diharapkan akan

meningkatkan output berkualitas dalam bentuk barang dan jasa.

Perkembangan ekonomi suatu negara atau daerah juga tidak terlepas dari

pengaruh perkembangan sarana dan prasarana yang mendukung misalnya

transportasi. Transportasi merupakan salah satu unsur yang penting dalam

mendukung kegiatan dan perputaran roda pembangunan nasional khususnya

kegiatan dalam bidang perekonomian. Kemajuan transportasi akibat kebutuhan

manusia untuk bepergian ke lokasi atau tempat yang lain guna mencari barang

yang dibutuhkan atau melakukan aktivitas, dan mengirim barang ke tempat lain

yang membutuhkan sesuatu barang (M. Nur. Nasution, 2004:13).

Menurut Badan Pusat Statistik (2015) sumbangan sektor pengangkutan

dan komunikasi terhadap PDB Indonesia selalu mengalami peningkatan dari

tahun 2010-2013 dan pada tahun 2013 mengalami peningkatan sebesar 9,8 % dan

(16)

lainnya. Sumbangan pengangkutan dan komunikasi terhadap PDB Indonesia

dapat dilihat dalam tabel di bawah ini:

Tabel 1.1

Pendapatan Domestik Bruto Indonesia Atas Dasar Harga Konstan 2000 sektor Pengangkutan dan Komunikasi

(Miliar Rupiah)

Sektor 2010 2011 2012 2013

Pengangkutan

dan Komunikasi 217 980,4 241 303,0 265 383,7 291 404,0

a. Pengangkutan 85 293,4 91 846,8 97 878,8 104 787,7

b. Komunikasi 132 687,0 149 456,2 167 504,9 186 616,3

Sumber: Badan Pusat Statistik (2015)

Ada tiga jenis transportasi yaitu transportasi darat, laut dan udara. Dari

ketiga jenis jasa transportasi ini transportasi udara yaitu bandar udara merupakan

salah satu simpul transportasi yang memiliki peranan penting dalam

penyelenggaraan transportasi antarmoda, khususnya moda udara dan moda darat.

Bandara Internasional Polonia adalah sebuah Bandar udara yang terletak sekitar 2

km dari pusat Kota Medan. Karena letaknya sangat dekat dengan pusat kota,

bandara ini menyebabkan bangunan-bangunan di sekitar bandara dibatasi jumlah

tingkatnya. Dampak dari peraturan ini adalah sedikitnya jumlah bangunan tinggi

di Kota Medan. Selain itu, jumlah penumpang di Bandara Polonia juga

diperkirakan sudah melebihi kapasitas daya tampungnya.

Pembangunan Bandara Internasional Kuala Namu merupakan upaya

pemerintah dalam pemindahan Bandara Polonia karena telah melebihi kapasitas

(17)

kecamatan Deli Serdang. Bandara Kuala Namu terletak 39 km dari kota Medan.

Bandara ini diharapkan dapat menjadi bandara pangkalan transit internasional

untuk kawasan Sumatera dan sekitarnya.

Untuk meningkatkan pelayanan operasional suatu bandara perlu didukung

oleh sarana angkutan umum yang handal dan berkualitas. Salah satu sarana

transportasi darat yang memiliki minat cukup tinggi yang dipilih masyarakat

untuk digunakan dalam kota yaitu sarana transportasi taksi. Masih minimnya

angkutan umum yang nyaman dan aman membuat permintaan jasa taksi cukup

tinggi, terutama di kota-kota besar. Jasa angkutan taksi merupakan alternatif

utama bagi pengguna angkutan umum yang lebih mementingkan tingkat

keamanan dan kenyamanan.

Taksi yang beroperasi di Bandara Kuala Namu terdiri dari 6 perusahaan

taksi yang memiliki izin trayek resmi diantaranya Blue Bird, Matra, Kokapura,

Nice Trans, Karsa, Puskopau yang terdiri dari 450 unit armada. Muda Silalahi,

salah satu perwakilan sopir taksi yang sudah tiga puluh tahun menjadi sopir taksi

sejak di Bandara Polonia Medan mengatakan, sejak mereka beroperasi di Bandara

Kuala Namu pendapatan mereka menurun drastis dibandingkan di Bandara

Polonia (http://hariansib.co/mobile/?open=content&id=5 diakses tanggal 29

Oktober 2015).

Jika di Bandara Polonia mereka bisa menarik penumpang hingga 7 sampai

9 trip per hari, dengan setoran Rp. 200.000 per hari dan mereka masih mendapat

gaji Rp. 200.000-Rp. 300.000 per harinya. Namun di Bandara Kuala Namu untuk

(18)

bahkan untuk membayar setoran ke perusahaan kadang mereka harus merogoh

uang saku mereka sendiri. “Menurunnya pendapatan ratusan supir taksi tersebut

juga dipengaruhi banyaknya armada yang beroperasi di Bandara Kuala Namu dan

diperparah dengan kehadiran taksi gelap”, kata Muda

(http://hariansib.co/mobile/?open=content&id=5 diakses tanggal 29 Oktober

2015).

Berdasarkan latar belakang masalah di atas tentang adanya perubahan

pendapatan supir taksi di kota Medan sebelum dan sesudah bandara pindah ke

bandara Kuala Namu, maka peneliti tertarik untuk membahas tentang seberapa

besar perbedaan tingkat pendapatan yang diperoleh supir taksi di kota Medan

akibat dari perpindahan bandara. Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini

mengambil judul“ANALISIS TINGKAT PENDAPATAN SUPIR TAKSI DI

KOTA MEDAN (studi komperatif : sebelum dan sesudah bandara pindah) “. 1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian dan penjelasan dari latar belakang yang dikemukakan

sebelumnya, maka peneliti merumuskan masalah penelitian dalam bentuk

pertanyaan sebagai berikut: “Apakah terdapat perbedaan tingkat pendapatan supir

taksi di kota Medan antara sebelum dan sesudah perpindahan bandara ?”

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah, tujuan yang ingin dicapai dalam

(19)

pendapatan supir taksi di kota Medan antara sebelum dan sesudah perpindahan

bandara.

1.3.2 Manfaat Penelitian

Dengan dilakukannya penelitian ini, diharapkan dapat memberikan

beberapa manfaat, antara lain:

1. Bagi peneliti, hasil penelitian ini bermanfaat untuk mengembangkan

wawasan dan memberikan pemahaman mendalam yang berkaitan dengan

tingkat pendapatan serta seberapa besar perbedaan tingkat pendapatan

yang diperoleh supir taksi antara sebelum dan sesudah perpindahan

bandara.

2. Bagi supir taksi, hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai

tambahan pengetahuan tentang tingkat pendapatan dan untuk mengetahui

pengaruh yang dapat ditimbulkan oleh perpindahan bandara terhadap

tingkat pendapatan supir taksi.

3. Bagi akademis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

tambahan informasi dalam wacana akademik yang berkaitan dengan ilmu

pengetahuan dan teknologi sehingga dapat dijadikan masukan, referensi

(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pendapatan

2.1.1 Pengertian Pendapatan

Dalam mengukur kondisi ekonomi seseorang atau rumah tangga, salah

satu konsep yang paling sering digunakan adalah melalui tingkat pendapatan.

Pendapatan menunjukan seluruh uang yang diterima seseorang atau rumah tangga

selama jangka waktu tertentu pada suatu kegiatan ekonomi. Dengan kata lain

pendapatan juga dapat diuraikan sebagai keseluruhan penerimaan yang diterima

pekerja/buruh, baik berupa fisik maupun non fisik selama ia melakukan

pekerjaannya pada suatu perusahaan, maka instansi diharapkan agar mampu

memenuhi kebutuhan hidupnya.

Maksud utama para pekerja bersedia melakukan berbagai pekerjaan adalah

untuk mendapatakan pendapatan yang cukup baginya dan keluarganya. Dengan

terpenuhi kebutuhan tersebut, maka akan tercapai kehidupan yang sejahtera.

Dapat dikatakan bahwa pendapatan itu berupa upah dan juga pendapatan dari

kekayaan seperti sewa, bunga dan deviden, serta pembayaran transfer atau

penerimaan dari pemerintah seperti tunjangan sosial atau asuransi (Ahmad Atilla,

2003).

Upah menurut peraturan pemerintah tahun 1982 pasal 1 adalah suatu

penerimaan sebagai imbalan dari pekerjaan kepada buruh untuk suatu pekerjaan

atau jasa yang telah atau akan dilakukan, dinyatakan atau dinilai dalam bentuk

(21)

dibayarkan atas dasar perjanjian kerja antar perusahaan dan buruh, termasuk

tunjangan baik untuk buruh sendiri maupun untuk keluarganya.

Definisi pendapatan adalah uang yang diterima oleh perorangan,

perusahaan dan organisasi-organisasi lain dalam bentuk upah, gaji, sewa, bunga,

komisi,ongkos, dan laba, bantuan, tunjangan pengangguran, pensiun, dan lain

sebagainya. Pendapatan adalah total penerimaan uang dan bukan uang seseorang

atau rumah tangga selama periode tertentu.

Menurut Mankiw (2000) pendapatan perorangan adalah jumlah

pendapatan yang diterima rumah tangga dan bisnis nonkorporat. Sedangkan

menurut Sukirno (2004) pendapatan pribadi dapat diartikan sebagai semua jenis

pendapatan, termasuk pendapatan yang diperoleh tanpa memberikan sesuatu

kegiatan apapun, yang diterima oleh penduduk suatu negara.

Pendapatan (income) adalah total penerimaan (uang dan bukan uang) seseorang atau suatu rumah tangga selama periode tertentu.

Ada tiga sumber penerimaan rumah tangga yaitu:

1) Pendapatan dari gaji dan upah.

Gaji dan upah adalah balas jasa terhadap kesediaan menjadi tenaga kerja.

Besar gaji atau upah sesorang secara teoritis sangat tergantung dari

produktivitasnya. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi produktivitas

yaitu :

a) Keahlian (skill) adalah kemampuan teknis yang dimiliki seseorang

(22)

tinggi jabatan seseorang, maka keahlian yang dibutuhkan semakin

tinggi, karena itu gaji atau upahnya juga semakin tinggi.

b) Mutu modal manusia (human capital) adalah kapasitas

pengetahuan, keahlian dan kemampuan yang dimiliki seseorang,

baik karena bakat bawaan maupun hasil pendidikan dan penelitian.

c) Kondisi kerja (working conditions) adalah lingkungan dimana

seseorang bekerja. Bila risiko kegagalan atau kecelakaan makin

tinggi, walaupun tingkat keahlian yang dibutuhkan tidak jauh

berbeda.

2) Pendapatan dari aset produktif.

Aset produktif adalah aset yang memberikan pemasukan atas batas jasa

penggunaannya. Ada dua kelompok aset produktif. Pertama, aset

keuangan seperti deposito yang menghasilkan pendapatan bunga, saham,

yang menghasilkan deviden dan keuntungan atas modal bila

diperjualbelikan. Kedua, aset bukan keuangan seperti rumah yang

memberikan penghasilan sewa.

3) Pendapatan dari pemerintah.

Pendapatan dari pemerintah atau penerimaan transfer adalah pendapatan

yang diterima bukan sebagai balas jasa input yang diberikan. Pembayaran

yang dilakukan oleh pemerintah misalnya pembayaran untuk jaminan

sosial yang diambil dari pajak yang tidak menyebabkan pertambahan

(23)

2.2 Transportasi

2.2.1 Pengertian Transportasi

Pengertian transportasi berasal dari kata Latin yaitu transportare, dimana

trans berarti seberang atau sebelah lain dan portare berarti mengangkut atau

membawa. Jadi, transportasi berarti mengangkut atau membawa (sesuatu) ke

sebelah lain atau dari suatu tempat ke tempat lainnya. Ini berarti transportasi

merupakan jasa yang diberikan, guna menolong orang dan barang untuk dibawa

dari suatu tempat ke tempat lainnya.Dengan demikian, transportasi adalah sebagai

usaha dan kegiatan menyangkut atau membawa barang dan / atau penumpang dari

suatu tempat ke tempat lainnya (Rustian Kamaludin, 2003).

Pada dasarnya pengangkutan atau pemindahan penumpang dan barang

dengan transportasi ini adalah dengan maksud untuk dapat mencapai ke tempat

tujuan dan menciptakan/menaikkan utilitas (kegunaan) dari barang yang diangkut.

Utilitas yang dapat diciptakan oleh transportasi khususnya untuk barang yang

diangkut, yaitu : (Rustian Kamaludin, 2003)

1. Utilitas Tempat (Place Utility): Yaitu kenaikan atau tambahan nilai

ekonomi atau nilai kegunaan dari suatu komoditi yang diciptakan dengan

mengangkutnya dari suatu tempat/daerah dimana komoditi tersebut

mempunyai kegunaan yang lebih kecil ke tempat/daerah dimana komoditi

tersebut mempunyai kegunaan yang lebih besar.

2. Utilitas Waktu (Time Utility): yang berarti dengan adanya transportasi

akan menyebabkan terciptanya kesanggupan barang untuk memenuhi

(24)

Transportasi merupakan kebutuhan yang vital bagi masyarakat karena

dibutuhkan untuk mendukung aktivitasnya sehari-hari. Bagi masyarakat kota

sendiri transportasi adalah kebutuhan para pekerja untuk bisa mencapai lokasi

pekerjaan, bagi para pelajar dan mahasiswa untuk sampai ke sekolah dan kampus,

bagi para pedagang untuk sampai ke pusat-pusat perdagangan. Transportasi

dibutuhkan bukan hanya untuk menindahkan orang dari satu tempat ke tempat

lainnya, tetapi untuk memindahkan barang. Karena tingginya kebutuhan

masyarakat akan transportasi ini, maka wajar apabila transportasi memiliki peran

yang penting dalam menunjang perekonomian suatu kota dan masyarakat

menuntut adanya pelayanan transportasi yang baik.

Transportasi dapat diklasifikasikan menurut macam, atau jenisnya yang

lebih lanjut dapat ditinjau dari segi barang yang diangkut, dari segi daerah

geografis transportasi itu berlangsung dan dari sudut teknis serta alat angkutannya

(Rustian Kamaludin, 2003).

1. Dari segi barang yang diangkut

a. Angkutan penumpang (passanger) b. Angkutan barang (goods)

c. Angkutan pos (mail) 2. Dari sudut geografis

a. Angkutan antar benua

b. Angkutan antar continental

c. Angkutan antar pulau

(25)

e. Angkutan di dalam kota

3. Dari sudut teknis dan alat pengangkutannya

a. Angkutan jalan raya atau highway transportation (road transportation) b. Pengangkutan rel (rail transportation)

c. Pengangkutan melalui air di pedalaman (inland transportation) d. Pengangkutan pipa (pipe line transportation)

e. Pengangkutan laut atau pengangkutan samudera (ocean transportation)

f. Pengangkutan udara (transportation by air)

2.2.2 Transportasi Darat

Transportasi Darat adalah segala macam bentuk pemindahan barang atau

manusia dari suatu tempat ke tempat lainnya dengan menggunakan sebuah moda

transportasi (kendaraan bermotor) yang digerakkan oleh manusia dengan

didukung suatu infrastruktur jalan (jalan raya ataupun rel).(Rustian Kamaludin,

2003:18).

a. Transpor Jalan Raya

Angkutan yang digunakan berupa manusia, binatang, pedati, sepeda,

sepeda motor, becak, bus, truk, dan kendaraan bermotor lainnya.Jalan

yang digunakan untuk transpor ini adalah jalan setapak, jalan tanah, jalan

kerikil, dan jalan aspal.Sedangkan tenaga penggerak yang digunakan

adalah tenaga manusia, tenaga binatang, tenaga uap, BBM, dan diesel.

b. Transpor Jalan Rel

Angkutan yang digunakan adalah kereta api, yang terdiri atas lokomotif,

(26)

berupa jalan rel baja, baik dua rel maupun mono rel. Tenaga penggeraknya

adalah tenaga uap, diesel, dan tenaga listrik.

2.2.3 Peranan Transportasi

Menurut M.Nur Nasution (2004:16) peranan pengangkutan atau

transportasi mencakup bidang yang luas di dalam kehidupan manusia yang

meliputi atas berbagai aspek :

1. Aspek sosial dan budaya

Hampir seluruh kehidupan manusia di dalam bermasyarakat tidak dapat

dilepaskan dari pengangkutan, di mana dibutuhkan saling berkunjung dan

membutuhkan pertemuan.Dampak sosial dari transportasi dirasakan pada

peningkatan standar hidup.Transportasi menekan biaya dan memperbesar

kuantitas keanekaragaman barang, hingga terbuka kemungkinan adanya

perbaikan dalam perumahan, sandang, dan pangan serta rekreasi. Dampak

lain adalah terbukanya kemungkinan keseragaman dalam gaya hidup,

kebiasaan dan bahasa.Dengan adanya transportasi di antara bangsa atau

suku bangsa yang berbeda kebudayaan akan saling mengenal dan

menghormati masing-masing budaya yang berbeda.

2. Aspek politis dan pertahanan

Di Negara maju maupun berkembang transportasi memiliki dua

keuntungan (advantages) politis, yaitu sebagai berikut:

(27)

b) Transportasi merupakan alat mobilitas unsur pertahanan dan keamanan

yang harus selalu tersedia, bukan saja untuk keperluan rutin angkutan

unsur-unsur pertahanan dan keamanan.

3. Aspek hukum

Di dalam pengoperasian dan pemilikan alat angkutan diperlukan ketentuan

hukum mengenai hak, kewajiban, dan tanggungjawab serta perasuransian

apabila terjadi kecelakaan lalulintas, juga terhadap penerbangan luar

negeri yang melewati batas wilayah suatu Negara, diatur di dalam

perjanjian antarnegara (bilateral air agreement). 4. Aspek teknik

Hal-hal yang berkaitan dengan pembangunan dan pengoperasian

transportasi menyangkut aspek teknis yang harus menjamin keselamatan

dan keamanan dalam penyelenggaraan angkutan.

5. Aspek ekonomi

Dapat ditinjau dari sudut ekonomi makro dan ekonomi mikro. Dari sudut

ekonomi makro transportasi merupakan salah satu prasarana penunjang

pembangunan nasional. Sedangkan dari sudut ekonomi mikro transportasi

dapat dilihat dari dua pihak, yaitu:

a) Pihak perusahaan transportasi (operator)

Pengangkutan merupakan usaha memproduksi jasa angkutan yang

(28)

b) Pihak pemakai jasa angkutan (user)

Pengangkutan sebagai salah satu mata rantai dari arus bahan baku

untuk produksi dan arus distribusi barang jadi yang disalurkan ke pasar

serta kebutuhan pertukaran barang di pasar.

Menurut Rustian Kamaluddin (2003:23) kemajuan dan perbaikan dalam

sektor transportasi itu pada umumnya berarti tercermin dari penurunan

ongkos transpor pada pemakai jasanya, peningkatan kecepatan jasa

transpor, dan berbagai perbaikan dalam kondisi atau kualitas jasa transpor

tersebut, baik dalam transportasi di dalam negeri maupun transportasi

antarnegara. Peran dan pentingnya transportasi dan perbaikannya dalam

kaitan dengan aspek ekonomi dan sosial-ekonomi pada negara dan

masyarakat, dalam hubungan ini yang utama di antaranya adalah ;

1) Tersedianya barang

Dengan adanya transpor yang murah, maka pada masyarakat yang

tidak dapat menghasilkan barang tertentu atau ketersediaannya dalam

serba kekurangan akan dapat disuplai barang tersebut yang mengalir

dari daerah/tempat penghasilnya guna memenuhi kebutuhan

masyarakat setempat yang bersangkutan.

2) Stabilisasi dan penyamaan harga

Dengan transportasi yang murah dan mudahnya pergerakan barang

dari suatu lingkungan masyarakat ke yang lainnya, maka akan

cenderung terjadinya stabilisasi dan penyamaan harga dalam hubungan

(29)

3) Penurunan harga

Dengan transpor yang tersedia dengan mudah dan murah akan

menurunkan harga barang-barang oleh karena turunnya ongkos

produksi atau biaya pengadaan barang-barang yang bersangkutan

akibat penurunan ongkos transpor tersebut.

4) Meningkatnya nilai tanah

Dengan tersedianya transportasi yang mudah dan murah pada tanah

atau wilayah yang potensial untuk pengembangan kegiatan produksi,

akan dapat dihasilkan produksi yang menguntungkan sebab hasil

produksinya akan dapat diangkut dan dilemparkan ke pasar dengan

kalkulasi ongkos-harga yang menguntungkan.

5) Terjadinya spesialisasi antarwilayah

Pertukaran barang-barang antardaerah (melalui pasar) hanya dapat

berlangsung dengan baik dan lancar, jika tersedia transpor yang murah

dan efisien, sehingga akan dapat mendorong dan mendukung

pembagian kerja dan spesialisasi antardaerah tersebut.

6) Berkembangnya usaha skala besar

Dengan terjadinya fasilitas transpor dengan ongkos yang relatif murah

akan dapat disediakan suplai bahan-bahan dan tenaga kerja yang

diperlukan, dan produk yang dihasilkan akan dapat mencapai atau

memasuki pasar yang lebih luas yang memungkinkan terpenuhinya

(30)

masyarakat pada umumnya sebagai hasil dari usaha skala besar yang

lebih efisien.

7) Terjadinya urbanisasi dan konsentrasi penduduk

Sebagaimana dikemukakan di atas, dengan tersedinya transportasi

yang mudah dan murah akan mendorong timbulnya pembagian kerja

dan spesialisasi antardaerah. Ini akan mendorong bertumbuh dan

berkembangnya serta terkonsentrasinya industri dan perdagangan

dalam skala besar dan menengah. Kesemuanya itu akan cenderung

dilaksanakan di pusat-pusat kota. Jadi, dengan demikian akan

mengakibatkan tumbuh dan berkembangnya kota-kota besar disertai

dengan urbanisasi penduduk ke wilayah kota-kota industri dan

perdagangan yang berkembang tersebut untuk mencari kerja dan

penghidupannya.

2.2.4 Fungsi Transportasi

Untuk menunjang perkembangan ekonomi yang mantap perlu dicapai

keseimbangan antara penyediaan dan permintaan jasa angkutan. Jika penyediaan

jasa angkutan lebih kecil daripada permintaannya, akan terjadi kemacetan arus

barang yang dapat menimbulkan kegoncangan harga di pasaran. Sebaliknya, jika

penawaran jasa angkutan melebihi permintaannya maka akan timbul persaingan

tidak sehat yang akan menyebabkan banyak perusahaan angkutan rugi dan

menghentikan kegiatannya, sehingga penawaran jasa angkutan berkurang,

selanjutnya menyebabkan ketidaklancaran arus barang dan kegoncangan harga di

(31)

Pengangkutan berfungsi sebagai faktor penunjang dan perangsang

pembangunan (the promoting sector) dan pemberi jasa (the servicing sector) bagi

perkembangan ekonomi. Fasilitas pengangkutan harus dibangun mendahului

proyek-proyek pembangunan lainnya. Jika kegiatan-kegiatan ekonomi telah

berjalan, jasa angkutan perlu terus tersedia untuk menunjang kegiatan-kegiatan

tersebut. Demikianlah fungsi pengankutan tersebut menunjang pembangunan,

merangsang, dan melayani perkembangan ekonomi.

2.2.5 Manfaat Transportasi

Pengangkutan atau transportasi bukanlah tujuan melainkan sarana untuk

mencapai tujuan. Sementara itu kegiatan masyarakat sehari-hari bersangkut-paut

dengan produksi barang dan jasa untuk mencukupi kebutuhannya yang

beranekaragam. Karena itu manfaat pengangkutan dapat pula dilihat dari berbagai

segi kehidupan masyarakat yang dapat dikelompokkan dalam segi ekonomi,

sosial, politik, dan kewilayahan (M. Nur Nasution, 2004:20).

a. Manfaat ekonomi

Tujuan kegiatan ekonomi adalah memenuhi kebutuhan manusia dengan

menciptakan manfaat. Pengangkutan adalah satu jenis kegiatan yang

menyangkut peningkatan kebutuhan manusia dengan mengubah letak

geografis orang ataupun barang. Dengan angkutan bahan baku dibawa

menuju tempat produksi dan dengan angkutan jugalah hasil produksi

dibawa ke pasar. Selain itu, dengan angkutan pula para konsumen datang

ke pasar atau tempat pelayanan kebutuhannya, seperti pasar, rumah sakit,

(32)

Sementara itu, manfaat transportasi dalam pertukaran barang

menimbulkan berbagai pengaruh, yaitu sebagai berikut:

1) Pertukaran barang pada umumnya merupakan transaksi dagang antara

dua kelompok penjual dan pembeli. Tanpa pengangkutan, kedua

kelompok masyarakat tersebut bersama-sama berada hanya dalam satu

kelompok kecil sehingga keuntungan perdagangan jadi terbatas.

2) Persediaan barang di pasar yang berbeda-beda dapat disamakan.

3) Kemampuan memindahkan barang dari satu tempat yang mempunyai

persediaan banyak ke tempat yang langka akan barang tersebut

cenderung menyamakan harga barang yang bersangkutan.

4) Begitu wilayah persediaan meluas, persaingan antar penjual meningkat

dan harga cenderung akan bertahan pada suatu tingkatan yang wajar.

5) Spesialisasi dalam kegiatan ekonomi dimudahkan dan didukung.

6) Pertukaran barang antarkelompok masyarakat menimbulkan

komunikasi antarorang yang terlibat dalam hubungan dagang.

7) Harga suatu barang di berbagai tempat dapat diseragamkan.

b. Manfaat sosial

Bentuk kemasyarakatan dapat bersifat resmi, seperti hubungan dengan

lembaga pemerintah maupun swasta, dan dapat pula bersifat tidak resmi,

seperti hubungan dengan keluarga. Untuk kepentingan hubungan sosial

ini, pengankutan sangat membantu dalam menyediakan berbagai

kemudahan, antara lain (a) pelayanan untuk perorangan maupun

(33)

rekreasi, (d) perluasan jangkauan perjalanan sosial, (e) pemendekan jarak

antara rumah dan tempat kerja, dan (f) bantuan dalam memperluas kota

atau memancarkan pendudukan menjadi kelompok yang lebih kecil.

c. Manfaat politis dan keamanan

Beberapa manfaat politis pengangkutan yang dapat berlaku bagi negara

manapun yaitu sebagai berikut:

1) Pengangkutan menciptakan persatuan dan kesatuan nasional yang

semakin kuat dengan meniadakan isolasi.

2) Pengangkutan menyebabkan pelayanan kepada masyarakat dapat

dikembangkan atau diperluas dengan lebih merata pada setiap bagian

wilayah suatu negara.

3) Keamanan negara terhadap serangan dari luar yang tidak dikehendaki

mungkin sekali bergantung pada pengangkutan yang efisien yang

memudahkan mobilisasi segala daya (kemampuan dan ketahanan)

nasional serta memungkinkan perpindahan pasukan perang selama

masa perang.

4) Sistem pengangkutan yang efisien memungkinkan negara

memindahkan dan mengangkut penduduk dari daerah yang mengalami

bencana alam.

d. Manfaat kewilayahan

Tidak sulit untuk memahami bahwa pengangkutan dan tata guna lahan

tidak dapat dipisahkan. Kegiatan pengangkutan yang terwujud menjadi

(34)

tata guna lahan yang mungkin berbeda, tetapi mungkin pula sama.

Mengangkut orang atau barang dari suatu tempat ke tempat lain berarti

memindahkannya dari satu guna lahan ke guna lahan yang lain, berarti

mengubah nilai ekonomis orang atau barang tersebut.

Pengangkutan adalah bagian kegiatan ekonomi yang bersangkut-paut

dengan pemenuhan kebutuhan manusia dengan cara mengubah letak

geografi barang atau orang. Ini berarti, salah satu tujuan penting

perencanaan tata guna lahan atau sistem pengangkutan adalah menuju ke

keseimbangan yang efisien antara potensi guna lahan dengan kemampuan

pengangkutan.

2.2.6 Permintaan Jasa Transportasi

Menurut Rustian Kamaluddin (2003:38), permintaan terhadap produk

industri transport atau jasa transport adalah merupakan derived demand dengan perkataan lain akan tergantung dari naik turunnya kegiatan ekonomi dan sosial

yang memerlukan jasa pengangkutan barang dan orang yang bersangkutan.

Pada dasarnya permintaan angkutan diakibatkan oleh hal-hal berikut,

(M.Nur Nasution, 2004:68) :

1. Kebutuhan manusia untuk bepergian dari ke lokasi lain dengan tujuan

mengambil bagian didalam suatu kegiatan, misalnya bekerja, berbelanja,

kesekolah, dan lain-lain.

2. Kebutuhan angkutan barang untuk dapat digunakan atau dikonsumsi

(35)

Di dalam memperkirakan permintaan angkutan di antara dua tempat, maka

faktor-faktor yang harus dipertimbangkan adalah sebagai berikut:(M. Nur

Nasution, 2004 : 68)

1. Maksud perjalanan.

2. Karakteristik tempat asal yang akan mempengaruhi besarnya lalu intas

yang akan dibangkitkan, misalnya pendapatan perkapita, mobilitas

penduduk, dan sebagainya.

3. Karakteristik tempat tujuan yang akan mempengaruhi besarnya lalu lintas

yang akan ditarik misalnya kemudahan, daya tarik, tersedianya fasilitas

yang cukup dan sebagainya.

4. Tarif dan tingkat pelayanan transport yang menghubungkan kedua tempat

tersebut.

5. Jumlah penduduk yang ada pada kedua tempat tersebut.

Permintaan dan pemilihan pemakai jasa angkutan (users) akan jenis

transportasi sangat ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu sebagai berikut: (M.Nur

Nasution, 2004:51)

1. Sifat-sifat dari muatan (physical characteristics)

Apabila sifat dari muatan itu baik, misalnya saja aman digunakan, maka

akansemakin banyak orang yang menggunakannya.

2. Biaya transportasi

Makin rendah biaya transportasi makin banyak permintaan akan

jasatransportasi. Tingkat biaya transportasi merupakan faktor penentu

(36)

3. Tarif transportasi

Tarif transportasi yang ditawarkan oleh pelbagai macam moda transportasi

untuk tujuan yang sama akan mempengaruhi pemilihan moda transportasi.

4. Pendapatan pemakai jasa angkutan (user)

Apabila pendapatan penumpang naik, maka akan lebih banyak jasa

transportasi yang akan dibeli oleh para penumpang.

5. Kecepatan angkutan

Pemilihan ini sangat tergantung pada faktor waktu yang dipunyai oleh

penumpang.

6. Kualitas pelayanan

Kualitas pelayanan terdiri dari :

a) Frekuensi

Makin tinggi frekuensi keberangkatan dan kedatangan dari suatu

moda transportasi, pemakai jasa angkutan mempunyai banyak

pilihan.

b) Pelayanan baku (standard of service)

Suatu moda transportasi yang dapat memberikan pelayanan yang

baku dan dilaksanakan secara konsisten sangat disenangi oleh para

pemakai jasa angkutan.

c) Kenyamanan (comfortibility)

Pada umumnya penumpang selalu menghendaki kenyamanan

dalam perjalanannya. Kenyamanan dapat pula dijadikan suatu

(37)

mereka yang memberi nilai tinggi untuk kenyamanan, dapat

dibebani biaya transportasi yang lebih tinggi daripada penumpang

yang kurang memperhatikan kenyamanan.

d) Ketepatan (reliability)

Kegagalan perusahaan angkutan untuk menepati waktu penyerahan

atau pengambilan barang, berpengaruh besar terhadap pemilihan

atas perusahaan tersebut.

e) Keamanan dan keselamatan

Faktor keamanan dan keselamatan selalu menjadi tumpuan bagi

pemilihan suatu moda transportasi oleh penumpang.

Pada dasarnya dapat dikatakan bahwa permintaan akan jasa angkutan

dipengaruhi oleh harga jasa angkutan itu sendiri ( ) dan harga jasa-jasa angkutan

lainnya ( ) serta tingkat pendapatan (Y) dan lain-lain. Dengan

demikian maka secara umum dapat dirumuskan fungsi permintaan jasa angkutan

sebagai: = f ( , Y…..). (M.Nur Nasution, 2004:53)

2.3 Tarif

2.3.1 Penentuan Tarif Angkutan

Menurut Rustian Kamaluddin (2003:85) dalam masalah tarif ini, meskipun

dalam industri transpor dipegang juga prinsip bahwa tarif angkutan dihubungkan

dengan ongkos-ongkos yang harus dikeluarkan untuk memberikan pelayanan jasa

yang bersangkutan, tetapi pada dasarnya terdapat faktor lain yaitu value atau nilai yang dapat diberikan pada jasa tersebut yang mempengaruhi cara dan dasar

(38)

Sehubung dengan itu, pada prinsipnya tarif angkutan dipengaruhi dan

ditentukan atas dasar dua faktor utama, yaitu sebagai berikut:

1) Cost of services atau ongkos menghasilkan jasa, yaitu ongkos-ongkos yang

harus dikeluarkan oleh perusahaan angkutan untuk menghasilkan

pelayanan jasa angkutan yang bersangkutan.

2) Value of services atau nilai jasa yang dihasilkan, yaitu jumlah uang yang

oleh para pemakai jasa angkutan bersedia/sanggup dibayarnya atau yang

dapat dihargainya untuk pelayanan jasa yang diberikan padanya oleh

perusahaan angkutan yang bersangkutan.

Namun demikian, kedua faktor itu dipengaruhi pula oleh berbagai hal

lainnya sebagaimana yang dapat dikemukakan berikut ini.

Faktor-faktor yang mempengaruhi cost of services yang terpenting di

antaranya ialah sebagai berikut:

1) Jarak yang harus ditempuh dari tempat asal ke tempat tujuannya.

2) Volume dan berat dari muatan barang yang di angkut.

3) Risiko dan bahaya dalam pengangkutan, berhubung karena sifat barang

yang diangkut sehingga diperlukan alat-alat service yang spesial.

4) Ongkos-ongkos khusus yang harus dikeluarkan berhubung karena berat

dan ukuran barang yang diangkut yang “luar biasa” sifatnya.

5) Kepastian atau keteraturan adanya return cargo yang akan diangkut.

Faktor-faktor yang mempengaruhi atau berhubungan dengan value of services yang terutama di antaranya adalah sebagai berikut:

(39)

2) Konkurensi pasaran antara shippers (pengirim atau pemakai jasa

angkutan) yang dilayani oleh carrier lainnya.

3) Konkurensi di antara para carrier sendiri dalam satu usaha angkutan yang

sejenis untuk melayani angkutan tertentu.

4) Pengembangan untuk produk baru dan pasaran barang baru.

Pada umumnya tak ada hubungan antara jarak dan nilai jasa atau value of services. Sedangkan antara jarak angkutan dengan ongkos menghasilkan jasa atau

cost of services pada dasarnya terdapat hubungan yang erat. Oleh karena itu, pada umumnya terdapat hubungan yang langsung antara jarak yang ditempuh dengan

tarif angkutan yang akan dipungut atau dibebankan kepada barang yang akan

diangkut.

Dalam penentuan tarif angkutan berdasarkan cost of services pricing,

maka yang menjadi patokan pertama adalah berapa besarnya ongkos atau biaya

yang dikeluarkan untuk menghasilkan jasa yang bersangkutan. Dengan

menghitung besarnya biaya tersebut, maka tingginya tarif ditentukan oleh

besarnya biaya yang bersangkutan ditambah dengan suatu tingkat keuntungan

yang wajar bagi perusahaan angkutan.

Penentuan tarif angkutan berdasarkan value of services pricing adalah

tergantung pada besarnya nilai jasa angkutan yang dapat diberikan oleh pemakai

jasa angkutan. Jika pemakai jasa memberikan nilai yang tinggi atas jasa angkutan

barangnya, maka tarif angkutan menjadi tinggi. Sedangkan bilamana pemakai jasa

memberikan nilai yang rendah atas jasa angkutan barangnya, maka tarif

(40)

jasa tersebut akan tergantung pula pada elastisitas jasa angkuatan yang

bersangkutan.

2.3.2 Tarif Angkutan Penumpang Dalam Kota

Penentuan tarif angkutan penumpang pada prinsipnya hampir sama saja

dengan penentuanj tarif angkutan barang. Hanya saja tarif penumpang adalah

lebih sederhana susunannya daripada tarif angkutan barang. Berbagai alasan yang

dapat dikemukakan kenapa lebih simpelnya tarif angkutan penumpang itu

diantaranya adalah sebagai berikut:

1) Bisnis angkutan penumpang hanya mempunyai penentuan kelas jasa

angkutan jasa yang berbeda, namun terbatas jumlahnya, termasuk dalam

hal kelas ekonomi, kelas satu dan penukaran jurusan. Khusus untuk

mendorong kepariwisataan beberapa perusahaan angkutan juga

menyediakan jasa kelas menengah antara kelas satu dengan kelas

ekonomi.

2) Tarif angkutan penumpang itu pada umumnya ditetapkan berdasarkan

jarak, terlepas dari berat penumpang. Pemerintah atau perusahaan

angkutan menetapkan tarif dasar per km atau per

penumpang-mil, dan pembebanan biaya angkutan untuk satu perjalanan hanya

ditetapkan dengan mengaplikasikan tarif ini terhadap jarak perjalanan

tersebut dengan suatu pembulatan beban biaya angkutan.

Tarif angkutan yang dibebankan oleh perusahaan bus di dalam kota (atau

bus kota) ada berbagai macam ragamnya. Bus kota yang dioperasikan sebagai

(41)

angkutan transit cepat, biasanya dioperasikan oleh perusahaan transit lokalatau oleh perusahaan angkutan pemerintah kota. Tingkat tarif angkutan yang

dibebankan dalam perusahaan angkutan terkhir ini pada dasarnya hampir sama

dengan tarif yang dioperasikan oleh perusahaan angkutan transit.

Jika di dalam masyarakat kota di mana terdapat persaingan antara usaha

angkutan kereta api dengan usaha angkutan bus, maka tarif angkutan penumpang

adalah hampir sama atau identik di antara keduanya. Akan tetapi, bilamana

perusahaan bus menyediakan jasnya pada wilayah kota yang berlainan dengan

pelayanannya yang lebih baik daripada angkutan kereta api, maka tarif angkutan

bus kota agak sedikit lebih tinggi daripada angkutan kereta api.

Di samping bus kota dan kereta api dalam kota, maka mobil taksi

merupakan pelengkap dan bersaingan dengan usaha angkutan lainnya tersebut,

sehingga tarif angkutan taksi perlu mendapatkan perhatian pula. Tarif taksi

biasanya dibuat atas dasar tiga dasar yang utama, yaitu sebagai berikut:

1) Penetuan tarif taksi yang biasanya digunakan di kota besar adalah atas

dasar jarak “meteran” yang dipakai, yang biasanya dengan suatu tarif awal

yang lebih tinggi dan tarif berikutnya yang relatif lebih rendah serta pada

dasarnya disesuaikan dengan suatu jarak yang ditempuh.

2) Penentuan tarif taksi yang lainnya adalah dengan sistem tarif zone di mana

kota dibagi-bagi dalam beberapa zone atau distrik dengan suatu tarif yang sama untuk setiap zone, dan tiap zone yang berlainan dengan pelayanan jasa yang berbeda akan dikenakan tarif angkutan yang berbeda satu sama

(42)

3) Penetuan tarif yang sama (rata) dikenakan di antara semua tempat di dalam

batas-batas yang ditetapkan pada masyarakat kota yang bersangkutan.

2.4 Penelitian Terdahulu

1. Peneliti Rahayu (2014), tentang “Studi Komparatif Perubahan

Pendapatan Usaha Warung Tradisional Sebelum dan Sesudah Adanya

Warung Retail Modern di Kecamatan Medan Timur”. Rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah apakah terdapat perubahan

pendapatan usaha warung tradisional sebelum dan sesudah adanya

toko ritel modern. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

bagaimana perubahan pendapatan usaha warung tradisional sebelum

dan sesudah adanya toko ritel modern. Teknik pengumpulan data

dalam penelitian ini yaitu kuesioner (angket) dan wawancara

(interview). Sedangkan teknik analisis data dalam penelitian ini bersifat deskriptif digunakan untuk mengalokasikan, menganalisis dan

menginterpretasikan data yang diperoleh sehingga memberikan

gambaran nyata dari masalah yang dihadapi. Hasil dari penelitian ini

adalah penurunan pendapatan warung tradisional jika dilihat dari laba

dan omset penjualannya.

2. Peneliti Runa (2013), tentang “Analisis Pendapatan Usahatani Kol

Sebelum dan Sesudah Adanya Peningkatan Jalan Ruas Palolo-Napu di

Desa Bumi Banyusari Kecamatan Lore Utara Kabupaten Poso”.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pendapatan rata-rata

(43)

dan sesudah peningkatan jalan Palolo Segmen Napu. Sampel

penelitian ini dipilih dengan menggunakan teknik simple random

sampling. Terdapat 21 petani kubis di Desa Bumi Banyusari sebagai sampel penelitian. Kemudian untuk membahas masalah penelitian dan

untuk menguji hipotesis penelitian, peneliti menggunakan model

analisis pendapatan dan realated sample t-test. Dari hasil analisis, menunjukkan bahwa pendapatan rata-rata petani kubis di Desa Bumi

Banyusari sebelum peningkatan jalan ruas Palolo-Napu adalah Rp.

1.952.190,32 dan setelah peningkatan jalan ruas Palolo-Napu adalah

Rp. 4.047.532,94. Selanjutnya, analisis uji-t menunjukkan bahwa ada

perbedaan pendapatan petani kubis sebelum dan sesudah peningkatan

jalan ruas Palolo-Napu.

3. Peneliti Lase (2011), tentang “Dampak Keberadaan Kampus

Universitas Sumatera Utara Terhadap Pendapatan Usaha Kecil dan

Warung Serta Pola Ruang di Wilayah Sekitarnya”. Teknik

pengambilan sampel menggunakan sampel gugus (Cluster Sampling). Data yang diperoleh berasal dari observasi dan wawancara langsung

kepada para pemilik/pengelola kegiatan usaha yang berada di kawasan

sekitar USU. Yang menjadi tujuan penelitian ini adalah menganalisa

dan mengkaji dampak keberadaan kampus USU terhadap pendapatan

usaha kecil dan warung di sekitarnya dengan membandingkan tingkat

pendapatan pada masa aktif perkuliahan dan pada masa libur semester.

(44)

(paired sample T test) dengan alat bantu SPSS versi 17. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa keberadaan kampus USU berdampak

positif pada peningkatan pendapatan usaha dan warung kecil

disekitarnya, hal ini ditunjukkan oleh lebih tingginya tingkat

pendapatan usaha kecil dan warung pada saat masa aktif perkuliahan di

bandingkan dengan pada saat masa libur semester.

4. Peneliti Ummi (2010), tentang “Perbandingan Profitabilitas Sebelum

dan Sesudah penerapan Program Corporate Social Responsibilities (Studi Kasus pada PT. Pelabuhan Indonesia I Medan)”. Data yang

diperoleh berasal dari penelitian lapangan dan penelitian kepustakaan.

Yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah

terdapat perbedaan tingkat profitabilitas antara sebelum dan sesudah

penerapan program CSR pada PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I.

Metode analisis data yang digunakan adalah uji asumsi klasik dan uji

hipotesis dengan menggunakan uji beda (Paired Sample T-test). Hasil perhitungan menunjukkan bahwa perbedaan tingkat profitabilitas

perusahaan sebelum dan sesudah penerapan program CSR adalah

sebesar 7,48%, dimana tingkat profitabilitas perusahaan sebelum

penerapan program CSR adalah 18,53% dan tingkat profitabilitas

perusahaan sesudah penerapan program CSR adalah 11,05%.

5. Peneliti Yadiati (2009), tentang “Perbandingan Tingkat Pendapatan

dari Perusahaan-Perusahaan Pasangan Usaha Sebelum dan Sesudah

(45)

membuat bukti empiris apakah terdapat perubahan pada tingkat

pendapatan perusahaan pasangan usaha sebelum dan sesudah didanai

oleh modal ventura. Objek dalam penelitian ini adalah tingkat

pendapatan perusahaan pasangan usaha sebelum dan sesudah didanai

oleh modal ventura di Bandung. Populasi perusahaan pasangan usaha

ini adalah 100, dengan menggunakan teknik simple random sampling, dengan sampel terpilih yaitu 20 perusahaan. Data primer dikumpulkan

dengan mewawancarai direktur perusahaan pasangan usaha yang

dipilih dan ketua perusahaan modal ventura dan melalui pengamatan

langsung. Data sekunder diperoleh dari Laporan Keuangan

masing-masing perusahaan pasangan usaha di tiga periode waktu, yang selama

tiga tahun sebelum dan tiga tahun setelah didanai oleh modal ventura.

Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan tes rata-rata

varians: Pengujian sampel berpasangan (paired sample t-test). Hasil

hipotesis menggunakan tingkat signifikan (α=5%), yang menunjukkan

peningkatan pendapatan perusahaan pasangan usaha sebelum dan

(46)
[image:46.595.72.528.150.758.2]

Tabel 2.1

Daftar Penelitian Terdahulu

Peneliti Judul Metode Analisis Hasil

Sri Endang Rahayu (2014) Studi Komparatif Perubahan Pendapatan Usaha Warung

Tradisional Sebelum dan Sesudah Adanya

Warung Retail Modern di Kecamatan Medan Timur

Analisis Deskriptif

Terdapat penurunan

keuntungan yang dialami oleh usaha warung tradisional. Terjadi penurunan yang signifikan dengan omset penjualan beras. Terjadi penurunan yang signifikan dengan omset penjualan gula. M. Taufik

Runa (2013)

Analisis Pendapatan Usahatani Kol Sebelum dan Sesudah Adanya Peningkatan Jalan Ruas Palolo-Napu di Desa Bumi Banyusari Kecamatan Lore Utara Kabupaten Poso

Analisis Uji Komparatif (t-test sampel related)

Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara pendapatan usahatani kol sebelum adanya peningkatan jalan Palolo-Napu, terjadi peningkatan pendapatan dengan selisih sebesar Rp. 2.095.342,62 John Ester Lase (2011) Dampak Keberadaan Kampus Universitas Sumatera Utara Terhadap Pendapatan Usaha Kecil dan Warung Serta Pola Ruang di Wilayah Sekitarnya

Analisis Uji Sampel Berpasangan (Paired Sample T test)

Kampus USU berdampak positif pada peningkatan pendapatan usaha dan warung kecil , hal ini ditunjukkan oleh lebih tingginya pendapatan pada saat aktif perkuliahan di bandingkan

pada saat libur semester. Nurfadillah

Ummi (2010)

Perbandingan

Profitabilitas Sebelum dan Sesudah Penerapan Program Corporate Social Responsibilities (Studi Kasus pada PT. Pelabuhan Indonesia I Medan)

Analisis Uji Beda (Paired Sample T-test)

Terbukti bahwa terdapat perbedaan Tingkat Profitabilitas Perusahaan sebelum dan sesudah

penerapan Program CSR pada PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I Medan.

Winwin Yadiati (2009) Perbandingan Tingkat Pendapatan dari Perusahaan-Perusahaan Pasangan Usaha

Sebelum dan Sesudah Didanai oleh Modal Ventura

Analisis Uji Selisih Rata-Rata

Terdapat perbedaan

signifikan antara pendapatan pasangan usaha sebelum didanai modal ventura dengan sesudah didanai modal

(47)

2.5 Kerangka Konseptual

Penelitian ini membandingkan tingkat pendapatan supir taksi sebelum dan

sesudah perpindahan bandara dari Polonia ke Kuala Namu. Variabel yang diukur

yaitu perpindahan bandara dan pendapatan supir. Hasil penelitian ini akan dapat

menjawab apakah tingkat pendapatan supir taksi di Kota Medan sesudah

perpindahan bandara mengalami peningkatan atau penurunan dibandingkan

sebelum perpindahan bandara.

Berdasarkan latar belakang dan tinjauan teoritis, maka dapat dirumuskan

kerangka konseptual sebagai berikut:

Sebelum Sesudah

Perpindahan Perpindahan

Bandara Bandara

[image:47.595.126.500.373.687.2]

Dibandingkan

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Perpindahan Bandara

Pendapatan Supir Taksi Pendapatan Supir Taksi

(48)

2.6 Hipotesis

Menurut Sekaren U. (2003) dalam Sukaria Sinulingga (2011:94), hipotesis

adalah suatu pernyataan tentang hubungan logis antara dua variabel atau lebih

yang dinyatakan dalam bentuk kuantitatif sehingga dapat diuji kebenarannya.

Hipotesis dirumuskan atas dasar kerangka pikir yang merupakan jawaban

sementara atas masalah yang dirumuskan. Hipotesis ada dua yaitu hipotesis nol

(Ho) dan hipotesis statistik (Ha). Hipotesis nol adalah hipotesis negatif yang

menyangkal jawaban sementara yang dirancang oleh peneliti yang harus diuji

kebenarannya dengan analisa statistik. Sedangkan hipotesis statistik adalah

rumusan hipotesis yang akan diuji kebenarannya melalui perhitungan statistik.

Berdasarkan landasan teori dan kerangka konseptual yang telah disusun, maka

peneliti mengemukakan hipotesis di dalam penelitian sebagai berikut:

“Terdapat perbedaan tingkat pendapatan supir taksi Kota Medan antara

(49)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian yang bersifat komparatif. Menurut

Nazir (2003 : 58), “penelitian komparatif adalah jenis penelitian deskriptif yang

ingin mencari jawaban secara mendasar tentang sebab akibat, dengan

menganalisis faktor-faktor penyebab terjadinya ataupun munculnya suatu

fenomena tertentu.

Sudjud dalam Arikunto (2002 : 236) menyatakan bahwa :

“penelitian komparatif akan dapat menemukan persamaan-persamaan dan

perbedaan tentang benda-benda, tentang orang, tentang prosedur, kerja,

tentang ide-ide, kritik terhadap orang, kelompok terhadap suatu ide atau

suatu prosedur kerja. Dapat juga membandingkan kesamaan pandangan

dan perubahan-perubahan pandangan orang, grup atau negara, terhadap

kasus, terhadap orang, peristiwa atau terhadap ide-ide.”

Dari kedua pendapat di atas, maka dapat diketahui bahwa penelitian

komparatif adalah penelitian yang membandingkan tentang orang, benda dan hal

lain dengan cara menganalisis persamaan dan perbedaan yang ada dari

objek/subjek yang diteliti. Penelitian ini menggunakan proses kualitatif sehingga

untuk, menganalisis datanya dilakukan dengan instrumen penelitian.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada supir taksi di Kota Medan yang beroperasi di

(50)

Kualanamu, Deli Serdang, Sumatera Utara. Waktu penelitian ini dilakukan pada

bulan November 2015 sampai dengan Desember 2015.

3.3 Definisi Operasional

Sesuai dengan judul penelitian ini, yaitu “Analisis Tingkat Pendapatan

Supir Taksi di Kota Medan (studi komparatif: sebelum dan sesudah bandara

pindah)”, maka terdapat 2 macam variabel yang digunakan dalam penelitian dan

definisinya adalah sebagai berikut:

1. Pendapatan bersih supir taksi sebelum bandara pindah adalah jumlah uang

yang diterima oleh supir taksi setiap bulannya setelah dikurang dengan

setoran dan bahan bakar minyak sewaktu beroperasi di Bandara Polonia

yang berada di Kota Medan.

2. Pendapatan bersih supir taksi sesudah bandara pindah adalah jumlah uang

yang diterima oleh supir taksi yang beroperasi di wilayah sekitar Bandara

Kualanamu yang berada di Kabupaten Deli Serdang setiap bulannya

setelah dikurang dengan setoran dan bahan bakar minyak..

3.4 Populasi dan Sampel Penelitian 3.4.1 Populasi

Menurut Sugiyono (2003), populasi merupakan keseluruhan unit atau

individu dalam ruang lingkup yang akan diteliti. Populasi dalam penelitian ini

adalah supir taksi yang beroperasi di sekitar wilayah Bandara Kualanamu dan

sebelumnya beroperasi di Bandara Polonia. Jumlah populasi yang dijadikan

barometer dalam penelitian ini yaitu berjumlah 168 orang supir taksi Bandara

(51)

3.4.2 Sampel

Penggunaan sampel bertujuan agar peneliti mudah memperoleh data yang

dapat mencerminkan keadaan populasi dengan pertimbangan biaya lebih murah

dan waktu penelitian lebih cepat. Populasi homogen yaitu keseluruhan individu

yang menjadi anggota populasi memiliki sifat-sifat yang relatif sama antara yang

satu dengan yang lain dan mempunyai ciri tidak terdapat perbedaan hasil tes dari

jumlah tes populasi yang berbeda. Populasi yang homogen cenderung

memudahkan penarikan sampel dan semakin homogen populasi maka

memungkinkan penggunaan sampel penelitian yang kecil.

Penetapan ukuran sampel di dasarkan atas pertimbangan Roscoe dalam

Sugiyono (2003) yang menyatakan ukuran sampel yang layak digunakan dalam

penelitian sosial adalah antara 30 sampai 500 sampel. Diasumsikan bahwa latar

belakang sosial ekonomi supir taksi relatif homogen. Maka jumlah sampel yang

akan di ambil dalam penelitian ini adalah sebanyak 30 sampel. Jumlah sampel

tersebut telah dapat mewakili seluruh populasi di lokasi penelitian mengingat

kecilnya luasan wilayah penelitian.

Penentuaan jumlah sampel penelitian menggunakan teknik pengambilan

sampel secara teknik sampel random sampling, yaitu suatu tipe sampling

probabilitas. Teknik ini sangat populer dan banyak dianjurkan penggunaannya

dalam proses penelitian. Pada teknik acak ini, secara teoritis, semua anggota

dalam populasi mempunyai probabilitas atau kesempatan yang sama untuk dipilih

menjadi sampel. Teknik ini merupakan teknik yang paling objektif, dibandingkan

(52)

3.5 Jenis dan Sumber Data

Data penelitian adalah data kuantitatif, yaitu data yang diukur dalam suatu

skala numerik. Dalam penelitian ini jenis data yang digunakan adalah:

1. Data primer

Data primer adalah data yang dihimpun secara langsung dari sumbernya

dan diolah sendiri oleh lembaga bersangkutan untuk dimanfaatkan

(Ruslan,2006:138). Data primer diperoleh dengan cara memberikan

kuesioner kepada supir taksi di Kota Medan yang beroperasi di wilayah

sekitar Bandara Kuala Namu.

2. Data sekunder

Data sekunder adalah data peneitian yang diperoleh secara tidak langsung

melalui media perantara (dihasilkan pihak lain) atau digunakan oleh

lembaga lainnya yang bukan merupakan pengolahnya, tetapi dimanfaatkan

dalam suatu penelitian tertentu (Ruslan, 2006:138). Seperti buku-buku

pendukung, jurnal, penelusuran internet dan lainnya.

3.6 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data diperlukan untuk memperoleh informasi yang

diperlukan dalam rangka mencapai tujuan penelitian. Data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah data primer yang merupakan data yang diperoleh secara

langsung dari sumbernya.

(53)

1. Kuesioner

Memberikan daftar pertanyaan atau pernyataan kepada supir taksi di Kota

Medan yang beroperasi di wilayah sekitar Bandara Kualanamu yang telah

ditetapkan sebagai sampel atau responden penelitian.

2. Studi dokumentasi

Dilakukan dengan cara mengumpulkan dan mempelajari data-data yang

diperoleh dari berbagai macam buku pendukung, jurnal dan informasi dari

internet yang berhubungan dengan penelitian.

3.7 Metode Analisis Data

Metode penelitian ini menggunakan metode deskriptif, yaitu dengan

mengumpulkan data, mengklasifikasikannya, menganalisanya serta

menginterprestasikan sehingga mendapat gambaran yang lebih relevan dari

objek-objek yang diteliti. Metode deskriptif ini adalah suatu metode dalam meneliti

status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran

ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian

deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara

sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan

antar fenomena yang diselidiki (John Ester Lase, 2011:50). Penelitian deskriptif

mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat, serta tata cara yang berlaku

dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan,

kegiatan-kegiatan yang sedang berlaku dan pengaruh-pengaruh suatu fenomena.

Data yang nanti diperoleh dari penelitian di lapangan, selanjutnya diolah

(54)

1. Untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan jumlah pendapatan supir

taksi yang beroperasi di wilayah sekitar Bandara Kualanamu maka

dilakukan dengan analisis statistik deskriptif (uji parametrik) melalui

survei langsung kepada responden di lokasi penelitian dengan

menggunakan kuisioner. Dan kemudian mengkaji keterkaitan antara hasil

analisis tersebut dengan perpindahan bandara ke Kualanamu secara

deskriptif.

Pembuktian hipotesis ini menggunakan analisis statistik deskriptif dengan

metode Pengujian Sampel Berpasangan (Paired sample T-test), yaitu untuk menguji ada atau tidaknya perbedaan rata-rata antara dua kelompok sampel yang

berpasangan (berhubungan). Dengan demikian maka pada penelitian ini

pembuktian hipotesis dilakukan dengan pengujian terhadap tingkat pendapatan

supir taksi pada s

Gambar

Tabel 2.1 Daftar Penelitian Terdahulu
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Gambar 4.1 Peta Bandar Udara Internasional Kualanamu
Gambar 4.2 Struktur Organisasi Perusahaan
+5

Referensi

Dokumen terkait