• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemimpin Dan Disiplin Kerja ( Studi Korelasional Tentang Pengaruh Pemimpin Terhadap Disiplin Kerja Karyawan Asuransi Ajb Bumi Putera 1912 Wilayah Medan )

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pemimpin Dan Disiplin Kerja ( Studi Korelasional Tentang Pengaruh Pemimpin Terhadap Disiplin Kerja Karyawan Asuransi Ajb Bumi Putera 1912 Wilayah Medan )"

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

PEMIMPIN DAN DISIPLIN KERJA

( Studi Korelasional tentang Pengaruh Pemimpin Terhadap Disiplin Kerja Karyawan Asuransi AJB Bumi Putera 1912 Wilayah MEDAN )

SKRIPSI Diajukan oleh:

SRI BULAN 100904005

Program Studi: Hubungan Masyarakat

Ilmu Komunikasi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

(2)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul, Pengaruh Pemimpin terhadap Disiplin Kerja Karyawan (Sebuah Studi Korelasional tentang Pengaruh Pemimpin terhadap Disiplin Kerja Karyawan di Asuransi AJB Bumi Putera 1912 Wilayah Medan). Adapun teori yang digunakan yaitu Komunikasi Organisasi, Iklim Komunikasi Organisasi, Kepemimpinan, dan Disiplin Kerja. Populasi dalam penelitian yaitu seluruh karyawan Asuransi AJB Bumi Putera 1912 Wilayah Medan yang berjumlah 40 orang karyawan. Penelitian ini menggunakan Total Sampling. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan dua cara yaitu, Studi Kepustakaan dan Studi Lapangan. Teknik analisis data menggunakan analisis tabel tunggal, analisis tabel silang, dan uji hipotesis dengan rumus Koefisien Relasi Tata Jenjang (Rank-Order) oleh Spearman dan bantuan SPSS 20.0. Berdasarkan hasil uji hipotesis diperoleh angka 0.427 yang merupakan angka koefisien korelasi berdasarkan Skala Guilford yang berarti �0 ditolak dan �� diterima yaitu Terdapat Hubungan antara Pemimpin dan Disiplin Kerja Karyawan di Asuransi AJB Bumi Putera 1912 Wilayah Medan. Selanjutnya untuk mengetahui tingkat signifikansi hasil hipotesis dilakukan perhitungan signifikansi, signifikansi tabel temuan dalam penelitian ini adalah 0.006. Dengan demikian hubungan antara Pemimpin dan Disiplin Kerja sebesar 0.427 angka ini berada di antara 0.40 – 0.70 yang artinya Terdapat Hubungan yang cukup berarti dan signifikan, dengan kata lain Pemimpin mempunyai hubungan yang positif dan signifikan terhadap Disiplin Kerja.

Kata kunci:

(3)

ABSTRACT

This research had a title “ the influence of leadership on the employee̓ s occupation siscipline ( A correlation study about the influence of occupation discipline in AJB Bumi Putera 1912 Medan)”. The theory was used communicate organization, climate of communicate organization, leadership, and occupation disipline. The populations in this research were all of the employees about 40 employees in AJB Bumi Putera Insurance 1912 Medan. The research used samle total, and collecting the data was used by two ways, literaturw study and field study. Moreover, the technique of analysis the data used analysis of single table, analysis of crosswise table, and hypothesis by using the formula of rang order spearman and also helped by spss 20.0. Based on hypothesis result had been gotten the numeral of 0.427 moreover the numeral of correlation coefisien based on Guilford Scale �0 was rejected and �� was accepted, it means there was a correlation between the leader and occupation

discipline on AJB Bumi Putera 1912 Medan.Moreover to know the significance level hyphothesis result was done significance calculation, the finding significance table was 0.006. Therefore the correlation between the leader and occupation discipline was about 0.427 the numeral was between 0.40 – 0.70 it means there was good correlation and significance, in other word the leader had a positive and significance correlation on occupation discipline.

(4)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat, ridho, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Skripsi ini dengan sebaik- baiknya.

Adapun tujuan dari penulis Skripsi ini adalah merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan Program S1 pada Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik Universitas Sumatera utara.

Dalam menyelesaikan Skripsi ini penulis tidak terlepas dari perhatian, bimbingan, fasilitas dan dorongan serta bantuan berbagai pihak secara langsung maupun tidak langsung, pada kesempatan ini penulis dengan segala kerendahan hati serta rasa hormat perkenankanlah Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar- besarnya kepada:

1. Teristimewa kepada kedua orang tua tercinta Ayahanda Zulfahri Matondang S.sos, dan Ibunda Ida Aryani Harahap yang selama ini telah memberikan nasehat, arahan dan dukungan kepada penulis serta doa yang tiada henti – hentinya.

2. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.si selaku Dekan FISIP USU

3. Ibu Fatma Wardy Lubis, MA Selaku Ketua Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU dan sekaligus Dosen Pembimbing yang telah memberikan ilmu, motivasi, dan bimbingan yang luar biasa kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan sebaik – baiknya.

4. Seluruh bapak dan ibu dosen di Departemen Ilmu Komunikasi terima kasih atas ilmu dan pengajarannya kepada peneliti

5. Seluruh staf administrasi FISIP USU, Kak Maya, Pak Tangkas, atas semua bantuannya dalam mengurusi administrasi.

6. Bapak Hadi dan Seluruh Karyawan AJB Bumiputera 1912 wilayah medan yang telah banyak membantu penulis serta memberikan izin kepada penulis untuk riset di Perusahaan asuransi tersebut.

(5)

8. Buat sahabat seperjuangan, Irna Ristiana, Dara Mayang, Ika rusdianthy, Sahridaini, Elisa, Reni, Novia natasya, Ria dan teman-teman Ilmu Komunikasi stambuk 2010, sukses buat kita semua.

9. Buat sahabat Rina Andriani, Siti Rahmah, Indah Permata Sari yang telah memberikan semangat dan dukungan kepada penulis untuk menyelesaikan Skripsi ini.

10.Kepada seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan penulis satu persatu, terimah kasih atas doa dan dukungannya dalam penyelesaian skripsi ini.

Sekali lagi penulis ucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan Skripsi ini. Semoga Skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan juga bermanfaat bagi para pembaca dan kemajuan ilmu pengetahuan di masa mendatang. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Kalau ada kata atau ejaan yang kurang lengkap penulis mohon maaf sebab penulis hanya seorang Manusia yang tak luput dari kesalahan dan juga kekhilafan. Sesungguhnya kesempurnaan hanya milik Allah SWT.

Wasalamu’ alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Medan,

(6)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

LEMBAR PERNYATAAN ORIGINALITAS ... iv

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... v

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latarbelakang Masalah ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 7

1.3. Tujuan Penelitian ... 8

1.4. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II URAIAN TEORITIS 2.1. Kerangka Teori ... 9

2.1.1. Komunikasi Organisasi ... 9

2.1.1.1. Pentingnya Komunikasi Organisasi ... 15

2.1.1.2. Jaringan Komunikasi Organisasi ... 15

2.1.2. Iklim Komunikasi Organisasi ... 20

2.1.2.1. Kepuasan Komunikasi Organisasi ... 22

2.1.3. Kepemimpinan ... 22

2.1.3.1. Gaya Kepemimpinan ... 27

2.1.3.2. Pemimpin ... 28

2.1.4. Disiplin Kerja ... 33

2.2. Kerangka Konsep ... 36

2.3. Model Teoritis ... 37

2.4. Operasional Variabel ... 37

2.5. Defenisi Operasional ... 38

2.6. Hipotesis ... 40

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Deskripsi Penelitian ... 41

3.2. Metode Penelitian ... 42

3.3. Lokasi Penelitian ... 42

3.4. Populasi dan Sampel ... 42

3.5. Teknik Pengumpulan Data ... 43

3.6. Teknik Analisis Data ... 43

3.7. Uji Hipotesis ... 44

3.8. Uji Vadilitas Instrumen ... 45

3.9. Uji Reliabilitas Instrumen ... 46

(7)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Tahapan Pelaksanaan Penelitian ... 48

4.1.2. Teknik Menganalisis Data ... 48

4.2. Analisis Tabel Tunggal ... 49

4.3. Analisis Tabel Silang ... 65

4.4. Uji Hipotesis ... 72

4.5. Pembahasan ... 74

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 78

5.2. Saran ... 79

(8)

DAFTAR TABEL

No Tabel Halaman

4.1. Jenis Kelamin ... 49

4.2. Masa Kerja ... 50

4.3. Usia Responden ... 51

4.4. Pemimpin yang jujur ... 51

4.5. Pemimpin yang kompeten ... 52

4.6. Pemimpin berpandangan luas ... 53

4.7. Pemimpin yang inspirasi ... 54

4.8. Pemimpin yang cerdas ... 55

4.9. Pemimpin yang adil ... 55

4.10. Pemimpin yan berwawasan luas ... 56

4.11. Pemimpin yang berani ... 57

4.12. Pemimpin yang lugas ... 58

4.13. Pemimpin yang imajinatif ... 58

4.14. Hadir tepat waktu ... 59

4.15. Mematuhi peraturan yang berlaku ... 60

4.16. Perlunya peraturan ... 60

4.17. Perlunya sanksi ... 61

4.18. Pernah dikenakan sanksi ... 62

4.19. Pemberian reward ... 62

4.20. Penggunaan tanda pengenal ... 63

4.21. Penyelesaiaan tugas secara tepat waktu ... 63

4.22. Melaksanakan tugas dengan rasa tanggung jawab ... 64

4.23. Hubungan antara kompeten pemimpin dengan ketepatan melaksanakan tugas dan Kewajiban ... 65

[image:8.595.76.514.86.721.2]
(9)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Kuesioner 2. Fotron Cobol

3. Visi dan misi dari Kantor Asuransi AJB Bumi Putera 1912 Wilayah Medan 4. Lembar catatan Bimbingan Skripsi

(10)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul, Pengaruh Pemimpin terhadap Disiplin Kerja Karyawan (Sebuah Studi Korelasional tentang Pengaruh Pemimpin terhadap Disiplin Kerja Karyawan di Asuransi AJB Bumi Putera 1912 Wilayah Medan). Adapun teori yang digunakan yaitu Komunikasi Organisasi, Iklim Komunikasi Organisasi, Kepemimpinan, dan Disiplin Kerja. Populasi dalam penelitian yaitu seluruh karyawan Asuransi AJB Bumi Putera 1912 Wilayah Medan yang berjumlah 40 orang karyawan. Penelitian ini menggunakan Total Sampling. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan dua cara yaitu, Studi Kepustakaan dan Studi Lapangan. Teknik analisis data menggunakan analisis tabel tunggal, analisis tabel silang, dan uji hipotesis dengan rumus Koefisien Relasi Tata Jenjang (Rank-Order) oleh Spearman dan bantuan SPSS 20.0. Berdasarkan hasil uji hipotesis diperoleh angka 0.427 yang merupakan angka koefisien korelasi berdasarkan Skala Guilford yang berarti �0 ditolak dan �� diterima yaitu Terdapat Hubungan antara Pemimpin dan Disiplin Kerja Karyawan di Asuransi AJB Bumi Putera 1912 Wilayah Medan. Selanjutnya untuk mengetahui tingkat signifikansi hasil hipotesis dilakukan perhitungan signifikansi, signifikansi tabel temuan dalam penelitian ini adalah 0.006. Dengan demikian hubungan antara Pemimpin dan Disiplin Kerja sebesar 0.427 angka ini berada di antara 0.40 – 0.70 yang artinya Terdapat Hubungan yang cukup berarti dan signifikan, dengan kata lain Pemimpin mempunyai hubungan yang positif dan signifikan terhadap Disiplin Kerja.

Kata kunci:

(11)

ABSTRACT

This research had a title “ the influence of leadership on the employee̓ s occupation siscipline ( A correlation study about the influence of occupation discipline in AJB Bumi Putera 1912 Medan)”. The theory was used communicate organization, climate of communicate organization, leadership, and occupation disipline. The populations in this research were all of the employees about 40 employees in AJB Bumi Putera Insurance 1912 Medan. The research used samle total, and collecting the data was used by two ways, literaturw study and field study. Moreover, the technique of analysis the data used analysis of single table, analysis of crosswise table, and hypothesis by using the formula of rang order spearman and also helped by spss 20.0. Based on hypothesis result had been gotten the numeral of 0.427 moreover the numeral of correlation coefisien based on Guilford Scale �0 was rejected and �� was accepted, it means there was a correlation between the leader and occupation

discipline on AJB Bumi Putera 1912 Medan.Moreover to know the significance level hyphothesis result was done significance calculation, the finding significance table was 0.006. Therefore the correlation between the leader and occupation discipline was about 0.427 the numeral was between 0.40 – 0.70 it means there was good correlation and significance, in other word the leader had a positive and significance correlation on occupation discipline.

(12)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam hidup, manusia selalu berinteraksi dengan sesama serta dengan lingkungan. Didalam berinteraksi tersebut kita memerlukan komunikasi sebagai sarana pencapaian tujuan. Di dalam kehidupan manusia harus berkomunikasi, artinya memerlukan orang lain dan membutuhkan kelompok atau organisasi untuk saling berinteraksi. Tidak bisa dipungkiri setiap manusia memerlukan organisasi. Maka manusia membutuhkan komunikasi sebagai alat untuk berinteraksi dengan orang lain, Tanpa adanya komunikasi maka ide, pikiran, dan perasaan tidak dapat disalurkan kepada orang lain.

Komunikasi yang terjadi di dalam organisasi atau perusahaan dikenal dengan komunikasi organisasi. Adapun menurut Scott dan T.R. Mitchell fungsi komunikasi dalam organisasi yaitu: 1. Kendali, 2. Motivasi, 3. Pengungkapan emosional, 4. Informasi, sedangkan menurut Thayer ada lima yaitu: untuk memberikan informasi, membujuk, memerintah, memberi instruksi, dan mengintegrasikan organisasi, kemudian menurut Greenbaumn mengemukakan bahwa fungsinya adalah untuk mengatur, untuk melakukan pembaruan, integrasi, memberikan informasi dan instruksi ( Dalam Lubis, 2008).

(13)

Kemudian organisasi itu umumnya membahas tentang struktur organisasi, fungsi organisasi, hubungan antar manusia, komunikasi dan proses pengorganisasian serta budaya komunikasi. Organisasi merupakan suatu kumpulan orang orang yang saling bekerjasama dengan memanfaatkan fasilitas yang ada untuk mencapai tujuan yang direncanakan ( Nasyaroeka, 2011). Adapun ciri-ciri organisasi yaitu: adanya komponen, adanya kerja sama, adanya tujuan, adanya sasaran, adanya keterikatan format dan tata tertib yang harus ditaati, adanya pendelegesan wewenang dan koordinasi tugas-tugas, adanya komunikasi antar suatu anggota dengan yang lain. Organisasi juga mempunyai beberapa fungsi di antaranya: Memenuhi kebutuhan pokok organisasi dalam rangka kelangsungan hidup organisasi tersebut, Mengembangkan tugas dan tanggung jawab ini berarti bahwa organisasi harus hidup sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh organisasi maupun standar masyarakat di mana pun organisasi itu berada, Memproduksi barang atau orang, Mempengaruhi dan dipengaruhi orang (Muhammad, 2009: 23-32). Selanjutnya di dalam berorganisasi setiap individu dapat berinteraksi dengan semua struktur yang terkait baik itu secara langsung maupun secara tidak langsung kepada organisasi yang mereka pilih. Agar dapat berinterksi secara efektif setiap individu bisa berpartisipasi pada organisasi yang bersangkutan. Dengan berpartisipasi setiap individu dapat lebih mengetahui hal-hal apa saja yang harus dilakukan. Adapun tipe-tipe Organisasi yaitu: Garis Organisasi Garis adalah tipe organisasi yang tertua dan paling sederhana. Dalam organisasi garis, tugas-tugas perencanaan, pengendalian dan pengawasan berada satu tangan garis kewenangan (line authority) langsung dari pimpinan kepada bawahan. Kemudian Organisasi Garis dan Staf Tipe organisasi garis dan staf pada umumnya digunakan untuk organisasi yang besar. Daerah kerjanya luas dan mempunyai bidang-bidang tugas yang beraneka ragam serta rumit. Bentuk ini diciptakan oleh Harrington Emerson. Kemudian tipe organisasi Fungsional pada umumnya yang dimaksud dengan organisasi fungsional adalah yang disusun berdasarkan sifat dan macam-macam fungsi yang harus dilaksanakan.

(14)

dicapai oleh organisasi yang berpengetahuan yang baik, yang didukung oleh para pekerja yang berkompeten baik pula. Sebagai contoh perusahaan atau organisasi yang berhasil adalah perusahaan asuransi jiwa Prudential yang merupakan perusahaan terbaik ditahun 2013 dan sekaligus perusahaan terkemuka di Indonesia. Perusahaan ini di dirikan pada tahun 1995. Di dalam perusahaan asuransi ini pemimpin mempunyai peranan yang sangat penting dalam mengembangkan perusahaan, di mana konsep kepemimpinan di asuransi Prudential ini seorang pemimpin yang mempunyai disiplin kerja yang tinggi, pemimpin juga mengarahkan bawahannya agar bekerja secara maksimal dan pemimpin juga menuntut para karyawan tanggap akan kebutuhan perusahaannya. Di mana setiap tujuan yang berhasil dicapai pemimpin selalu memberikan (reward) atau penghargaan terhadap karyawan yang berprestasi. Hal tersebut yang mendorong para karyawannya untuk bekerja dengan tepat waktu dan sesuai dengan yang dibutuhkan perusahaan. Perusahaan Prudential ini sampai sekarang masih berdiri kokoh tidak terlepas dari seorang pemimpin dan bawahan yang berdisiplin tinggi dan mampu bekerja sama dengan baik. Dimana Sumber daya manusia merupakan tokoh sentral dalam organisasi maupun perusahaan.

Organisasi yang baik adalah organisasi yang berusaha meningkatkan kemampuan sumber daya manusianya, karena hal ini merupakan faktor kunci untuk meningkatkan kinerja karyawan. Peningkatan kinerja karyawan akan membawa kemajuan bagi organisasi atau perusahaan (Reza, 2010), di samping itu tidak ada perusahaan atau organisasi tanpa adanya pemimpin.

(15)

maka pimpinan harus dapat bekerja sama dan mengkoordinir bawahannya dengan baik (Wiri, 2010).

Selain itu, pemimpin juga harus berani mengambil keputusan terhadap masalah yang dihadapi organisasi dan pemimpin juga dituntut agar selalu dapat menjalankan tugas ataupun kewajibannya dengan baik. Keberhasilan suatu perusahaan tidak terlepas dari kerja sama yang baik antara karyawan di perusahaan tersebut. Jika pimpinan ingin mencapai tujuannya dengan efektif, maka harus bekerja sama dengan bawahannya. Pentingnya pemimpin dalam suatu perusahaan atau organisasi tidak terlepas dari kemampuan sumber daya manusia itu sendiri. Seorang pemimpin harus memperhatikan dan mengawasi karyawan agar dapat bekerja dengan disiplin tanpa bersifat otoriter (Sulastri, 2004). Adapun tipe-tipe seorang pemimpin adalah: Tipe deserter sifatnya bermoral rendah, tidak memiliki rasa keterlibatan, tanpa pengabdian, tanpa loyalitas dan ketaatan, sukar diramalkan. Tipe birokrats sifatnya correct, kaku, patuh pada peraturan dan norma-norma, ia adalah manusia organisasi yang tepat, cermat, berdisiplin, dan keras. Tipe misionaris sifatnya terbuka, penolong, lembut hati, ramah-tamah. Tipe developer sifatnya kreatif, dinamis, inovatif, memberikan atau melimpahkan wewenang dengan baik, menaruh kepercayaan pada bawahan. Tipe otokrat sifatnya keras, diktatoris, mau menang sendiri, keras kepala, sombong, bandel, Benevolent autocrat sifatnya lancar, tertib, ahli dalam mengorganisir, besar rasa keterlibatan diri. Tipe compromiser sifatnya selalu mengikuti angin tanpa pendirian, tidak mempunyai keputusan, berpandangan pendek dan sempit, Tipe eksekutif sifatnya bermutu tinggi, dapat memberikan motivasi yang baik, berpandangan jauh, tekun ( Dalam Kartono, 2005: 35).

(16)

Pemimpin yang baik dan memahami bawahan dengan baik akan berdampak pada disiplin kerja bawahan yang baik pula. Kepemimpinan merupakan faktor yang sangat penting dalam mempengaruhi prestasi organisasi karena kepemimpinan merupakan aktivitas yang utama di dalam mencapai tujuan organisasi atau perusahaan. Satu faktor pendukung bagi keberhasilan perusahaan atau organisasi mencapai tujuan, di samping kepemimpin memerlukan disiplin kerja karyawan sehingga hasil yang diperoleh lebih memuaskan.

Disiplin kerja adalah kebijakan dan peraturan perusahaan yang memenuhi standar kerja dan memiliki bentuk pada perilaku yang baik. Ada beberapa indikator yang mempengaruhi disiplin kerja seseorang karyawan antara lain: ketepatan waktu, berpakaian sesuai ketentuan, serta peraturan tentang keamanan dan kesehatan (Dharma, 2003: 386). Kemudian Disiplin kerja adalah sesuatu alat yang digunakan oleh para pimpinan dalam berkomunikasi dengan karyawannya agar mereka bersedia untuk mengubah suatu perilaku serta sebagai upaya untuk meningkatkan kesadaran dan kesediaan seseorang menaati semua peraturan organisasi dan norma-norma sosial yang berlaku menurut Rivai (2009: 825).

Sementara menurut Hasibuan (2007: 193), Disiplin kerja adalah kesadaran atau kesediaan seseorang menaati semua peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku, intinya adalah tindakan seorang pemimpin untuk mendorong anggota organisasi memenuhi tuntutan berbagai ketentuan tersebut. Kemudian dapat disimpulkan, disiplin kerja adalah suatu tolak ukur bagi perusahaan untuk mengetahui sumber daya manusia dalam suatu perusahaan tersebut, yang secara keseluruhan telah dilaksanakan dengan baik. Disiplin adalah pelatihan, khususnya pelatihan pikiran dan sikap untuk menghasilkan pengendalian diri, kebiasaan-kebiasaan untuk menaati peraturan yang berlaku. Displin kerja merupakan bentuk pengendalian diri karyawan dan pelaksanaan yang teratur serta menunjukkan tingkat kesungguhan kinerja dalam sebuah organisasi, tindakan disiplin menuntut adanya hukuman terhadap karyawan yang gagal memenuhi standar yang ditentukan. Oleh karena itu, tindakan disiplin kerja tidak diterapkan secara sembarangan, melainkan memerlukan bijak dari pelaksananya, yaitu pekerja dan pemimpin dalam suatu perusahaan (Tarigan, 2001).

Ukuran disiplin kerja bagi karyawan menurut (Simanjuntak, 1998) dapat ditentukan melalui indikator- indikator berikut:

(17)

b. Ketepatan jadwal masuk dan pulang kerja

c. Ketaatan karyawan terhadap peraturan yang telah ditentukan d. Menaati peraturan prosedur kerja yang telah ditentukan

e. Melaksanakan segala tugas dan kewajiban yang telah ditentukan ( Purwoko, 2011).

Berhasil atau tidaknya perusahaan atau organisasi dalam mencapai tujuan selain bergantung pada kepemimpinan dan gaya kepemimpinan juga bergantung pada sumber daya manusianya, yang ditunjukkan pada tingkat kedisiplinan kerja, sebab kemampuan yang dimiliki tenaga kerja atau karyawan tanpa ditunjang dengan kedisiplinan kerja yang tinggi, maka tugas atau pekerjaan yang akan dilaksanakan tidak akan mencapai hasil yang maksimal, bahkan mungkin akan mengalami kegagalan yang dapat merugikan organisasi atau perusahaan.

Kemudian berdasarkan penelitian terdahulu Sinta Febriana Tarigan (2010) yang berjudul “ Pengaruh kepemimpinan terhadap peningkatan disiplin kerja karyawan pada PT. Telekomunikasi Tbk Indonesia Medan” bahwa hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara kepemimpinan terhadap disiplin kerja karyawan pada PT Telekomunikasi Tbk Medan sebesar 35,3%. Artinya semakin ada pengaruh yang baik antara kepemimpinan maka disiplin kerja karyawan juga semakin tinggi.

Maka berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk meneliti“ Pengaruh Pemimpin terhadap Disiplin Kerja karyawan di Perusahaan Asuransi AJB Bumi Putera 1912 Wilayah Medan. Karena belum pernah dilakukan penelitian di Perusahaan Asuransi AJB Bumi Putera 1912 Wilayah Medan tentang Pengaruh Pemimpin terhadap Disiplin Kerja Karyawan Perusahaan.

1.2. Rumusan Masalah

(18)

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui tipe dan karakter Pemimpin di Perusahaan Asuransi AJB Bumi Putera 1912 Wilayah Medan

2. Untuk mengetahui Disiplin kerja para karyawan di Perusahaan Asuransi AJB Bumi Putera 1912 Wilayah Medan

3. Untuk mengetahui Apakah Pemimpin berpengaruh terhadap Disiplin Kerja para Karyawan Asuransi AJB Bumi Putera Wilayah Medan.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif terhadap pengetahuan dalam bidang komunikasi sebagai bahan referensi, bahan penelitian, dan sumber bacaan bagi mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU

2. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan para mahasiswa tentang pengaruh pemimpin dalam meningkatkan disiplin kerja pegawai

(19)

BAB II

URAIAN TEORITIS

2.1. Kerangka Teori

Kerangka teori memberikan gambaran atau batasan – batasan tentang teori – teori yang dipakai dan sebagai landasan penelitian yang akan dilakukan. Penyusunan teori merupakan tujuan utama dari ilmu karena teori merupakan alat untuk menjelaskan dan memprediksi fenomena yang diteliti.

Teori merupakan jantung utama dalam penelitian kuantitatif yang harus diuji kebenarannya dalam suatu topik penelitian/ seorang peneliti kuantitatif harus memilih dan menentukan teori yang cocok dengan permasalahan yang diteliti. Kejelasan landasan berpikir untuk memecahkan atau menyoroti masalah sangat diperlukan dalam penelitian. Untuk itu perlu disusun kerangka teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana masalah penelitian akan disoroti (Nawawi, 1995: 39).

Kerlinger menyatakan bahwa teori adalah himpunan konstruksi (konsep), defenisi proporsi yang mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala yang menjabarkan relasi diantara variabel untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut (Rakhmat, 2008: 6).

Dalam penelitian ini, teori yang dianggap relevan adalah: Komunikasi Organisasi, Iklim Komunikasi Organisasi, Kepemimpinan, dan Disiplin Kerja.

2.1.1. Komunikasi Organisasi

(20)

Selain komunikasi, sebuah sifat kepemimpinan juga penting dalam menjalankan sebuah organisasi. Komunikasi yang efektif adalah penting bagi semua organisasi. Sejatinya Kepemimpinan merupakan suatu bentuk sifat seseorang yang berkaitan dengan keterampilan dan kecakapan seseorang dalam mempengaruhi orang lain/kelompok untuk mencapai suatu tujuan tertentu.Oleh sebab itu, dalam berorganisasi sifat kepemimpinan ini sangatlah penting agar tujuan dari organisasi tersebut dapat segera tercapai. Seseorang yang memiliki sifat kepemimpinan, pasti mampu memimpin orang lain dan dirinya sendiri untuk bekerja atau melakukan sebuah aktifitas dan juga mengambil keputusan dengan tepat.

Di dalam organisasi memerlukan seorang pemimpin, pemimpin merupakan salah satu unsur terpenting dalam menentukan perkembangan suatu organisasi atau perusahaan. Berhasil atau tidaknya suatu organisasi atau perusahaan banyaknya ditentukan oleh kualitas pemimpin itu sendiri. Oleh karena itu, para pemimpin organisasi dan para komunikator dalam organisasi perlu memahami dan menyempurnakan kemampuan komunikasi mereka. Bermacam – macam defenisi yang dikemukakan orang untuk memberikan batasan apa yang dimaksud dengan komunikasi, sesuai dari sudut mana mereka memandangnya.

Sementara itu (Dalam Muhammad, 2009) Schein mengatakan bahwa organisasi adalah suatu koordinasi rasional kegiatan sejumlah orang untuk mencapai beberapa tujuan umum melalui pembagian pekerjaan dan fungsi melalui hirarki otoritas dan tanggung jawab. Schein juga mengatakan bahwa organisasi mempunyai karekteristik tertentu yaitu: mempunyai struktur, tujuan, saling berhubungan satu bagian dengan bagian lain dan tergantung kepada komunikasi manusia untuk mengkoordinasikan aktivitas dalam organisasi tersebut.

Kemudian Sendjaja 1994 menyatakan fungsi komunikasi dalam organisasi adalah sebagai berikut:

(21)

pekerjaan , di samping itu juga informasi tentang jaminan keamanan, jaminan sosial dan kesehatan, izin cuti, dan sebagainya.

2. Fungsi regulatif, fungsi ini berkaitan dengan peraturan-peraturan yang berlaku dalam organisasi. Terdapat dua hal yang berpengaruh terhadap fungsi regulatif, yaitu : a. Berkaitan dengan orang-orang yang berada dalam tataran manajemen , yaitu mereka yang memiliki kewenangan untuk mengendalikan semua informasi yang disampaikan. Juga memberikan perintah atau instruksi supaya perintah-perintahnya dilaksanakan sebagaimana semestinya, b. Berkaitan dengan pesan, pesan-pesan regulatif pada dasarnya berorientasi pada kerja. Artinya, bawahan membutuhkan kepastian peraturan tentang pekerjaan yang boleh dan tidak boleh untuk dilaksanakan.

3. Fungsi interagtif, setiap organisasi berusaha untuk menyediakan saluran yang memungkinkan karyawan dapat melaksanakan tugas dan pekerjaan dengan baik. Adapun saluran komunikasi yang dapat mewujudkan hal tersebut, yaitu: a. Saluran komunikasi formal seperti penerbitan khusus dalam organisasi tersebut (buletin, newsletter) dan laporan kemajuan organisasi, b. Saluran komunikasi informal seperti perbincangan antar pribadi selama istirahat kerja, pertandingan olahraga, ataupun kegiatan darmawisata. Pelaksanaan aktivitas ini akan menumbuhkan keinginan untuk berpartisipasi yang lebih besar dalam diri karyawan terhadap organisasi.

Selain itu organisasi memerlukan koordinasi supaya masing-masing bagian dari organisasi bekerja menurut semestinya dan tidak mengganggu bagian lainnya. Tanpa koordinasi sulitlah organisasi itu berfungsi dengan baik.

Adapun fungsi organisasi adalah : 1. Memenuhi kebutuhan pokok organisasi

Setiap organisasi mempunyai kebutuhan pokok masing-masing dalam rangka kelangsungan hidup organisasi tersebut.

2. Mengembangkan tugas dan tanggung jawab

Kebanyakan organisasi bekerja dengan bermacam-macam standar etis tertentu. Ini berarti bahwa organisasi harus hidup sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh organisasi maupun standar masyarakat di mana organisasi itu berada. Standar ini memberikan organisasi satu set tanggung jawab yang harus dilakukan oleh anggota organisasi, baik itu ada hubungannya dengan produk yang mereka buat maupun tidak. 3. Memproduksi barang atau orang

Fungsi utama dari organisasi adalah Memproduksi barang atau orang sesuai dengan jenis organisasinya. Semua organisasi mempunyai produknya masing-masing.

4. Mempengaruhi dan dipengaruhi orang lain

Sesungguhnya organisasi digerakkan oleh orang. Orang yang membimbing, mengelola, mengarahkan dan menyebabkan pertumbuhan organisasi. Orang yang memberikan ide-ide baru, program baru dan arahan baru (Muhammad, 2009: 23-34).

(22)

1. Struktur organisasi

Struktur organisasi adalah pola atau aspek aturan hubungan yang ada antara partisipan didalam suatu organisasi. Struktur organisasi menurut Davis Scott (1981) dapat dipisahkan menjadi dua komponen yaitu: struktur normatif dan struktur tingkah laku. Di mana struktur normatif mencakup nilai, norma dan peranan yang diharapkan. Nilai adalah kriteria yang digunakan dalam memilih tujuan tingkah laku, sedangkan norma adalah aturan umum mengenai tingkah laku yang dapat digunakan sebagai pedoman dalam mengejar tujuan, peranan yang diharapkan digunakan sebagai standar penilaian tingkah laku karyawan yang sesuai dengan posisinya. Sementara struktur tingkah laku ini berfokus kepada tingkah laku yang dilakukan dan bukan pada resep bertingkah laku, tingkah laku diperlihatkan manusia dalam organisasi ini mempunyai karakteristik umum yang merupakan pola atau jaringan tingkah laku.

2. Partisipan

Partisipan organisasi adalah individu–individu yang memberikan kontribusi kepada organisasi. Semua individu berpartisipasi lebih daripada suatu organisasi dan ketelibatannya pada masing-masing organisasi tersebut sangat bervariasi.

3. Tujuan

Konsep tujuan organisasi adalah yang paling penting dan sangat kontroversial dalam mempelajari organisasi. Ahli analisis mengatakan bahwa tujuan sangat diperlukan dalam memahami organisasi.

4. Teknologi

Yang dimaksud dengan teknologi adalah penggunaan mesin-mesin atau perlengkapan mesin dan juga pengetahuan teknik dan keterampilan partisipan.

5. Lingkungan

Setiap organisasi berada pada keadaan fisik tertentu, teknologi, kebudayaan dan lingkungan sosial, terhadap mana organisasi tersebut harus menyesuaikan diri. Tidak ada organisasi yang sanggup mencukupi kepentingan dirinya sendiri. Semuanya tergantung kepada lingkungan sistim yang lebih besar untuk dapat terus hidup (Muhammad, 2009: 26-28).

Tiap organisasi di samping mempunyai elemen yang umum juga mempunyai karekteristik yang umum antara lain:

1. Dinamis

Organisasi sebagai suatu sistem terbuka terus menerus mengalami perubahan, karena selalu menghadapi tantangan baru dari lingkungan dan perlu menyesuaikan diri dengan lingkungan yang selalu berubah tersebut.

2. Memerlukan informasi

Semua organisasi memerlukan informasi ntuk hidup. Tanpa informasi organisasi tidak dapat jalan.

3. Mempunyai tujuan

Organisasi adalah merupakan kelompok orang yang bekerja sama untuk mencapai tujuan tertentu. Oleh karena itu setiap organisasi harus mempunyai tujuan sendiri-sendiri. Tentu saja tujuan organisasi dengan organisasi lainnya bervariasi.

4. Terstruktur

(23)

Barry Cushway mengakui meskipun ada bermacam-macam organisasi, hanya sedikit terdapat persamaan, tetapi upaya membandingkan organisasi supaya mengetahui kelebihan dan kekurangannya. Walaupun semua organisasi memiliki karakteristik yang khas (variasi), semua organisasi memiliki hal-hal tertentu yang sama, yaitu:

1. Satu tujuan bersama 2. Suatu struktur

3. Proses untuk mengkoordinasi kegiatan (Panuju, 2001: 23). Kemudian organisasi mempunyai fungsi organisasi diantaranya:

1. Memenuhi kebutuhan pokok organisasi

2. Mengembangkan tugas dan tanggung jawab, ini berarti bahwa organisasi harus hidup sesuai dengan standart yang ditetapkan oleh organisasi maupun standart masyarakat dimana pun organisasi itu berada.

3. Memproduksi barang atau orang.

4. Mempengaruhi dan dipengaruhi orang ( Muhammad, 2009: 23-32).

Kemudian Zelko dan Dance mengatakan bahwa komunikasi organisasi adalah suatu sistem yang saling tergantung yang mencakup komunikasi internal dan eksternal. Komunikasi internal adalah komunikasi dalam organisasi itu seperti komunikasi dari bawahan dan atasan, komunikasi dari atasan kepada bawahan, komunikasi sesama karyawan yang sama tingkatnya. Sedangkan komunikasi eksternal adalah komunikasi yang dilakukan organisasi terhadap lingkungan luarnya (Muhammad, 2009: 66).

Untuk melihat komunikasi yang terjadi dalam suatu organisasi dapat digunakan tiga pendekatan yaitu :

1. Pendekatan makro adalah suatu organisasi yang dipandang struktur global yang berinteraksi dengan lingkungannya. Dalam berinteraksi ini organisasi melakukan aktivitas tertentu seperti : memproses informasi dari lingkungan, mengadakan identifikasi, melakukan integrasi dan menentukan tujuan organisasi.

2. Pendekatan mikro: pendekatan ini terutama memfokuskan kepada komunikasi dalam nit dan subunit pada suatu organisasi. Komunikasi yang diperlukan pada tingkat ini adalah komunikasi antara anggota kelompok, komunikasi untuk pemberian orientasi dan latihan, komunikasi untuk menjaga iklim organisasi, komunikasi dalam mensupervisi dan pengarahan pekerjaan dan komunikasi untuk mengetahui rasa kepuasan kerja dalam organisasi.

(24)

mengkonsep surat, memperdebatkan suatu usulan dan sebagainya ( Muhammad, 2009: 75).

2.1.1.1.) Pentingnya Komunikasi Organisasi

Komunikasi begitu penting bagi manusia sehingga ada yang menyatakan bahwa tanpa komunikasi kehidupan manusia tidak akan bermakna, atau bahkan manusia tidak dapat bertahan hidup, demikian juga dalam sebuah organisasi. Komunikasi organisasi ikut andil dalam membangun iklim komunikasi. Jika ini kita pahami oleh pengelola organisasi maka perbedaan – perbedaan individu dan ketidak mengertian (missunderstanding) dalam organisasi bisa diperkecil dan dikurangi yang pada akhirnya konflik bisa dihindari. Atas dasar itulah maka komunikasi perlu mendapat perhatian untuk dipelajari dan dipahami oleh setiap yang terlibat dalam organisasi. Apabila komunikasi yang terdapat didalam organisasi tersebut efektif maka hal tersebut kemungkinan dapat menjamin tercapainya tujuan – tujuan organisasi.

Jika dilihat dari teori hubungan antarmanusia, komunikasi antarkaryawan merupakan suatu kegiatan yang penting sehingga semua karyawan yang terdapat didalam suatu perusahaan harus saling berusaha berkomunikasi guna menggalang kerjasama yang sebaik – baiknya sehingga melalui kerjasama yang baik itu dapat diharapkan kinerja perusahaan meningkat dan tujuan perusahaan dapat tercapai (Suranto, 2005 : 35).

Judy C. Pearson mengemukakan ada dua alasan mengapa individu mengadakan komunikasi didalam suatu organisai yakni manfaat individu dan kelembagaan. Pada tataran manfaat individu, seorang karyawan dalam suatu perusahaan maupun organisasi dapat memupuk hubungan baik dengan orang lain, memperoleh kepercayaan, mengklarifikasi suatu kesalahan, dan sebagainya. Sedangkan pada tataran manfaat kelembagaan, seorang karyawan dalam suatu perusahaan maupun organisasi dapat memberi manfaat pada perusahaan tersebut, misalnya dengan saling berkomunikasi karyawan perusahaan dapat menyelesaikan tugas – tugas perusahaan, mengambil keputusan yang tepat, menghindari terjadinya konflik, dan dengan sendirinya dapat meningkatkan kinerja serta keharmonisan hubungan unit – unit kerja di dalam suatu perusahaan tersebut (Mulyana, 2005: 4).

2.1.1.2.) Jaringan Komunikasi Formal

(25)

jaringan komunikasi. Jaringan komunikasi didalam suatu organisasi dapat dilakukan oleh dua orang, tiga, atau lebih dan mungkin juga diantara keseluruhan orang dalam organisasi. Ada dua sifat jaringan komunikasi yang terdapat didalam suatu organisasi yaitu jaringan komunikasi formal dan jaringan komunikasi informal. Jaringan komunikasi formal adalah komunikasi menurut struktur organisasi sedangkan jaringan komunikasi informal adalah komunikasi tidak bergantung pada struktur organisasi.

Jaringan komunikasi formal merupakan proses penyampaian pesan melalui jalan resmi yang ditentukan oleh hierarki resmi organisasi atau oleh fungsi pekerjaan (Muhammad, 2009: 107). Komunikasi formal memanfaatkan saluran formal yang tersedia di dalam suatu organisasi (Sunarto, 2005: 39), pembagian departemen maupun tanggung jawab tertentu, posisi jabatan, dan distribusi pekerjaan yang ditetapkan, dan distribusi pekerjaan yang ditetapkan bagi anggota organisasi yang berbeda.

Ada tiga bentuk utama aliran informasi komunikasi formal dalam suatu organisasi 1. Komunikasi ke bawah (Downward Communication)

Komunikasi ke bawah memiliki arti bahwa informasi mengalir dari tingkatan manajemen puncak ke menajemen menengah atau dari jabatan yang berotoritas lebih rendah (Masmuh, 2008: 64). Fungsi komunikasi ke bawah dalam suatu organisasi dapat berupa menyampaikan informasi faktual dan non-kontroversial (tidak menjadi pokok pertentangan), dan tujuannya hanya semata – mata memberikan informasi yang berkenaan dengan tugas – tugas dan pemeliharaan, bukan membujuk (persuasive). Pesan – pesan yang disampaikan oleh atasan kepada bawahannya biasanya berhubungan pengarahan, tujuan, disiplin, perintah, pertanyaan, dan kebujakan umum. Dalam bukunya, Suranto (2005) menyebutkan bahwa komunikasi ke bawah mempunyai beberapa fungsi, antara lain:

a. Fungsi pengarahan b. Fungsi perintah c. Fungsi indoktrinasi d. Fungsi inspirasi e. Fungsi evaluasi

(26)

Perintah atau instruksi biasanya menjadi lebih terperinci dan spesifik karena diinterpretasikan oleh tingkatan manajemen yang lebih rendah. Manajer – manajer pada setiap tingkatan bertindak sebagai penyaring (filter) dalam menentukan seberapa banyak informasi yang mereka terima dari pimpinan yang lebih tinggi yang akan diteruskan kepada bawahannya. Di samping perintah dan instruksi, komunikasi ke bawah juga berisi informasi mengenai tujuan organisasi, kebujaksanaan – kebijaksanaan perusahaan, peraturan, pembatasan, insentif, tunjangan, hak – hak karyawan.

Bawahan dapat menerima umpan balik tentang seberapa jauh mereka telah melaksanakan pekerjaan mereka dengan baik. Menurut R.Wayne Pace Don F. Paules (1998), ada lima jenis informasi yang biasanya dikomunikasikan dari atasan kepada bawahan, diantaranya adalah:

a. Informasi mengenai bagaimana melakukan pekerjaan

b. Informasi mengenai dasar pemikiran untuk melakukan pekerjaan c. Informasi mengenai kebijakan dan praktik – praktik organisasi d. Informasi mengenai kinerja karyawan

e. Informasi untuk mengembangkan rasa memiliki tugas (sense of mission)

Seluruh fungsi maupun jenis informasi yang dikomunikasikan oleh atasan kepada bawahan yang telah dipaparkan di atas, Arni Muhammad dalam bukunya komunikasi organisasi (2009) mengklasifikasikannya dalam lima tipe komunikasi ke bawah, yaitu:

a. Instruksi tugas, yaitu pesan yang disampaikan kepada bawahan mengenai apa yang diharapkan dilakukan mereka dan bagaimana melakukannya. Pesan tersebut dapat berupa perintah langsung, diskripsi tugas, prosedur manual, program latihan tersebut, alat – alat bantu melihat dan mendengar yang berisi pesan – pesan tugas dan sebagainya, instruksi tugas yang tepat dan langsung cenderung dihubungkan dengan tugas yang sederhana yang hanya menghendaki keterampilan dan pengalaman yang minimal, biasanya digunakan tugas – tugas yang kompleks, dimana karyawan diharapkan mempergunakan pertimbangannya, keterampilan, dan pengalamannya (Muhammad, 2009: 109).

b. Rasional pekerjaan, yaitu pesan yang menjelaskan mengenai tujuan aktivitas dan bagaimana kaitan aktivitas itu dengan aktivitas yang lain dalam objektif organisasi. Kualitas dan kuantitas komunikasi rasional ditentukan oleh filosofi dan asumsi pimpinan mengenai bawahannya. Bila atasan menganggap bawahannya pemalas maka pesan rasional yang diberikan sedikit sedangkan bila atasan menganggap bawahan dapat memotivasi diri sendiri maka pesan rasional yang diberikan banyak. c. Ideologi, yaitu perluasan rasional yang penekanannya ada pada penjelasan tugas dan

(27)

d. Informasi, yaitu informasi dari atasan untuk memperkenalkan bawahan dengan praktik – praktik organisasi, peraturan – peraturan organisasi, keuntungan, kebiasaan, dan data lain yang tidak berhubungan dengan instruksi dan rasional.

e. Balikan, yaitu pesan yang berisi informasi mengenai ketepatan individu dalam melakukan pekerjaannya. Salah satu bentuk sederhananya adalah pembayaran gaji karyawan yang telah selesai melakukan pekerjaannya dan tidak ada informasi dari atasannya yang mengkritik pekerjaannya. Tetapi apabila hasil pekerjaan karyawan kurang baik maka balikannya mungkin berupa kritikan atau peringatan kepada karyawan tersebut.

2. Komunikasi ke atas (Upward Communication)

Komunikasi ke atas merupakan aliran informasi dari hirarki wewnang yang lebih rendah ke yang lebih tinggi. Biasanya mengalir di sepanjang rantai komando(Masmuh, 2008: 11). Tujuan dari komunikasi ini adalah untuk memberikan balikan, memberikan saran, dan mengajukan pertanyaan. Komunikasi dari bawahan ke atasan ini mempunyai efek pada penyempurnaan moral dan dan sikap karyawan, tipe pesan adalah integrasi dan pembaruan (Muhammad, 2009: 117). Fungsi utama komunikasi ke atas antara lain untuk memperoleh informasi mengenai kegiatan, keputusan, dan pelaksanaan pekerjaan karyawan pada tingkat yang lebih rendah. Pace (1989) menggambarkan fungsi komunikasi ke atas seperti di bawah ini:

a. Komunikasi ke atas membuat atasan mengetahui kapan bawahannya siap untuk memberi informasi dari mereka dan bagaimana baiknya mereka menerima apa yang disampaikan karyawan.

b. Komunikasi ke atas memberikan informasi yang berharga bagi pembuatan keputusan. c. Komunikasi ke atas memperkuat apresiasi dan loyalitas karyawan terhadap organisasi

dengan jalan memberikan kesempatan untuk menanyakan pertanyaan, mengajukan ide-ide dan saran-saran tentang jalannya organisasi.

d. Komunikasi ke atas membolehkan, bahkan mendorong desas-desus muncul dan membiarkan atasan mengetahuinya.

e. Komunikasi ke atas menjadikan atasan dapat menentukan apakah bawahan menangkap arti seperti yang dia maksudkan dari arus informasi ke bawah.

f. Komunikasi ke atas membantu karyawan mengatasi masalah masalah-masalah pekerjaan mereka dan memperkuat keterlibataan mereka dalam tugas-tugasnya dan organisasi.

Kebanyakan dari hasil-hasil penelitian mengenai komunikasi ke atas mengatakan bahwa atasan mendapatkan informasi dari bawahannya mengenai hal-hal berikut:

a. Apa yang dilakukan bawahan, pekerjaannya, hasil yang dicapainya, kemajuan mereka dan recana masa yang akan datang.

b. Menjelaskan masalah-masalah pekerjaan yang tidak terpecahkan yang mungkin memerlukan bantuan tertentu.

c. Menawarkan saran-saran atau ide-ide bagi penyempurnaan unitnya masing-masing atau organisasi secara keseluruhan.

(28)

Masmuh (2008) dalam bukunya menyederhanakan bentuk-bentuk pesan yang dikomunikasikan oleh bawahan kepada atasan seperti dibawah ini:

a. Laporan prestasi kerja (performance report) b. Saran-saran dan rekomendasi

c. Usulan anggaran d. Pendapat dan opini e. Keluhan

f. Permohonan bantuan g. Instruksi

Seperti halnya dalam komunikasi ke bawah, karyawan yang berada dalam manajemen menengah bertindak sebagai penyaring informasi yang disalurkan melalui mereka. Karyawan manajemen menengah tersebut memadukan, memadatkan dan meringkas informasi mengenai kejadian dan pelaksanaan pekerjaan pada tingkat karyawan yang lebih rendah.

3. Komunikasi ke samping (Horizontal Communication)

Komunikasi ke samping (Horizontal Communication) terjadi antara dua pejabat atau pihak yang berada dalam tingkatan hirarki wewenang yang sama (Masmuh, 2008: 12). Komunikasi ke samping secara teratur terjadi diantara karyawan yang bekerjasama dalam suatu tim, diantara para anggota kelompok karyawan yang berbeda para anggota departemen atau bagian yang secara fungsional terpisah, begitu juga diantara lini dan staff. Peranan komunikasi ke samping ini dalam organisasi sesungguhnya sangat penting, namun relatif sering diabaikan. Pertukaran informasi antarbagian sangat membantu menjadi satu kesatuan yang utuh. Komunikasi ke samping dalam jaringan kerja komunikasi formal adalah sebagai alat utama dalam mengkoordinir dan mempersatukan semua bagian. Fungsi utama komunikasi ke samping dalam jaringan kerja komunikasi formal adalah pengkoordinasian dan pemecahan masalah.

Suranto (2005) dalam bukunya menyebutkan beberapa tujuan komunikasi yang dilakukan antar sesama karyawan dalam suatu organisasi:

a. Berbagai pengalaman dan perasaan b. Solidaritas dan kerjasama

c. Menserasikan pelaksanaan kerja

d. Menghindari kekembaran (kegandaan) pengerjaan tugas e. Menggalang kerukunan

f. Membahas cara-cara menanggulangi kendala yang timbul g. Saling koreksi untuk menghindari kekeliruan

(29)

2.1.2. Iklim komunikasi organisasi

Iklim komunikasi dan organisasi merupakan hal yang perlu menjadi perhatian seorang pemimpin organisasi karena faktor tersebut banyak sedikitnya ikut mempengaruhi kepada tingkah laku karyawan. Untuk dapat menciptakan iklim komunikasi dan organisasi yang baik perlu memahami kedua hal tersebut serta keadaan karyawan.

Tagiuri (1968) mengatakan iklim organisasi adalah kualitas yang relatif abadi dari lingkungan internal organisasi yang dialami oleh anggota-anggotanya, mempengaruhi tingkah laku mereka serta dapat diuraikan dalam istilah nilai-nilai suatu set karakteristik tertentu dari lingkungan. Selanjutnya Litwin dan Stringers (1968) memberikan dimensi iklim organisasi sebagai berikut:

1. Rasa tanggung jawab

2. Standar atau harapan tentang kualitas pekerjaan 3. Ganjaran atau reward

4. Rasa persaudaraan

5. Semangat tim dalam (dalam Muhammad, 2009: 82).

Hillrieger dan Slocum mengemukakan defenisi iklim organisasi dengan mempertimbangkan subsistem dalam organisasi. Mereka mengatakan iklim organisasi adalah suatu set atribut organisasi dan subsistemnya yang dapat dirasakan oleh anggota organisasi, yang mungkin disebabkan oleh cara-cara organisasi atau subsistem, terhadap anggota lingkungannya.

(30)

Iklim yang negatif dapat merusak keputusan yang dibuat anggota organisasi mengenai bagaimana mereka akan bekerja dan berpartisipasi untuk organisasi. Iklim komunikasi dapat menjadi salah satu pengaruh yang paling penting dalam produktivitas organisasi, karena iklim mempengaruhi usaha anggota organisasi. Usaha dalam hal ini merujuk kepada penggunaan tubuh secara fisik dalam bentuk berpikir, menganalisa, dan memecahkan masalah.

Usaha biasanya terdiri atas empat unsur :

1. Aktivitas (yang merupakan pekerjaan tersebut) 2. Langkah-langkah (pelaksanaan kerja)

3. Kualitas (hasil) 4. Pola waktu (kerja).

Anggota organisasi memilih berbagai jumlah usaha yang mereka curahkan untuk kegiatan organisasi. Mereka membuat pilihan ini karena usaha-usaha yang diarahkan tidak dibayar secara langsung sebagai bagian dari perjanjian untuk tenaga kerja dalam organisasi (Pace, 2005: 155).

2.1.2.1) Kepuasan komunikasi organisasi

Kepuasan komunikasi organisasi mempunyai hubungan yang cukup erat dengan iklim komunikasi organisasi. Di mana kepuasan komunikasi organisasi ini adalah semua tingkat kepuasan seorang karyawan mempersepsi lingkungan komunikasi secara keseluruhan. Konsep kepuasan ini memperkaya ide iklim komunikasi. Iklim mencakup kepuasan anggota organisasi terhadap informasi yang tersedia. Kepuasan dalam pengertian ini menunjukkan kepada bagaimana baiknya informasi yang tersedia memenuhi persyaratan permintaan anggota organisasi akan tuntutan bagi informasi, dari siapa datangnya, cara disebarluaskan, bagaimana di terima, diproses dan apa respons orang yang menerima. Kepuasan komunikasi adalah satu fungsi dari apa yang seorang dapatkan dengan apa yang dia harapkan (Muhammad, 2009: 87).

2.1.3. Kepemimpinan

(31)

kehidupan sehari – hari. Didalam pengertian umum, Kepemimpinan menunjukkan proses kegiatan seseorang dalam memimpin, membimbing, mempengaruhi atau mengontrol pikiran, perasaan atau tingkah laku orang lain. Kepemimpinan yang bersifat tatap muka berlangsung melalui kata – kata secara lisan. Kepemimpinan jenis ini bersifat langsung, karena sang pemimpin dalam usahanya mempengaruhi orang lain, bergiat langsung kepada sasarannya (Effendy, 1981: 1)

Defenisi lainnya tentang Kepemimpinan adalah proses pemberian inspirasi kepada semua karyawan agar bekerja sebaik-baiknya untuk menghasilkan yang diharapkan. Kepemimpinan adalah cara mengajak karyawan agar bertindak secara benar, mencapai komitmen dan memotivasi untuk mencapai tujuan bersama.

Selanjutnya persyaratan kepemimpinan itu harus selalu dikaitkan dengan tiga hal penting, yaitu:

a. Kekuasaan ialah kekuatan, otoritas dan legalitas yang memberikan wewenang kepada pemimpin guna mempengaruhi dan menggerakkan bawahan untuk berbuat sesuatu. b. Kewibawaan ialah kelebihan, keunggulan, keutamaan, sehingga orang mampu “

mbawani” atau mengatur orang lain, sehingga orang tersebut patuh pada pemimpin, dan bersedia melakukan perbuatan-perbuatan tertentu.

c. Kemampuan ialah segala daya, kesanggupan, kekuatan dan kecakapan/keterampilan teknis maupun sosial, yang dianggap melebihi dari kemampuan anggota biasa.

Dari hubungan antara pemimpin sengan para bawahannya, secara lambat laun akan berkembang metode kepemimpinan. Metode adalah prosedur yang sistematis dan khusus yang digunakan dalam upaya menyelidiki fakta dan konsep, dilihat dari satu pandangan tertentu. Metode juga disebut sebagai cara bekerja, berbuat dan bertingkah laku khususnya dalam kegiatan kejiwaan/mental.

Metode kepemimpinan adalah cara bekerja dan bertingkah laku pemimpin dalam membimbing para bawahannya untuk berbuat sesuatu. Maka metode kepemimpinan ini diharapkan bisa membantu keberhasilan pemimpin dalam melakukan tugas-tugasnya sekaligus juga dapat memperbaiki tingkah laku serta kualitas kepemimpinannya.

(32)

a. Memberi perintah

Perintah itu timbul dari situasi formal dan relasi kerja, karena itu perintah adalah fakta fungsional pada organisasi, kedinasan atau jawatan perintah dan swasta, berbentuk instruksi, komando, peraturan tata tertib, standar praktik atau perilaku yang harus dipatuhi. Perintah biasanya sudah tercakup dalam tugas, kewajiban, dan tanggung jawab yang harus dilakukan oleh setiap individu anggota kelompok.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian perintah antara lain: - Kondisi pribadi individu yang diberi perintah

- Situasi lingkungan sekitar yang harus ikut dipertimbangkan dalam pemberian perintah

- Perintah harus jelas, ringkas, namun tegas, dan tidak mengandung kemajemukan arti sehingga bisa membingungkan, serta mudah dimengerti

- Penggunaan nada suara yang wajar, netral, tidak dipaksakan, cukup ramah, agar mudah dan enak ditangkap

- Kesopan santunan dalam penyampaian perintah memberi pengaruh pada pelaksanaan perintah agar bisa dipatuhi

- Perintah tidak terlalu banyak diberikan sekaligus, untuk tidak membingungkan dan tidak menghambat pengambilan keputusan untuk memprioritaskan tugas atau perintah yang paling penting

b. Memberikan celaan dan pujian

Celaan harus diberikan secara objektif dan tidak bersifat objektif. Juga tidak disertai emosi-emosi yang negatif (benci,dendam, curiga, dan lain-lain). Sebaiknya celaan itu berupa teguran dan dilakukan secara rahasia, tidak secara terbuka dimuka banyak orang. Sebaliknya pujian supaya diberikan, sebab pribadi yang bersangkutan telah melakukan tugasnya dengan baik, dan mampu berprestasi. Pujian ini bisa memberikan semangat, kegairahan kerja, tenaga baru, dan mendorong emosional yang segar. c. Memupuk tingkah laku pribadi pemimpin yang benar

Pemimpin harus bersifat objektif dan jujur. Ia harus menjauhan diri dari rasa pilih kasih atau favoritisme karena hal ini bisa menurunkan moral anggota-anggota lainnya. Menumbuhkan keraguan, kemuakan serta kecemburuan sosial. Juga bisa mengurangi respek anggota pada pemimpin.

d. Peka terhadap saran-saran

Sifat pemimpin itu harus luwes dan terbuka,dan peka pada saran-saran eksternal yang positif sifatnya. Dia harus menghargai pendapat-pendapat orang lain, untuk kemudian mengkombinasikannya dengan ide-ide sendiri. Dengan begitu dia bisa membangkitkan inisiatif kelompok untuk memberikan saran-saran yang baik.

e. Memperkuat rasa kesatuan kelompok

Untuk menghadapi macam-macam tantangan luar dan kekomplekan situasi masyarakat modern, perli pemimpin bisa menciptakan rasa kesatuan kelompoknya, dengan loyalitas tinggi dan kekompakan yang utuh.

f. Menciptakan disiplin diri dan disiplin kelompok

Setiap kelompok akan mengembanhkan tata cara dan pola tingkah yang hanya berlaku dalam kelompok sendiri, yang harus ditaati oleh seluruh anggota. Hal ini penting untuk membangkitkan rasa tanggung jawab, uniformitas, dan disiplin kelompok. Disiplin kelompok bisa berhasil bila pemimpin bersikap arif bijaksana, memberikan teladan, berdisiplin, dan menerapkan seluruh prosedur dengan konsekuen.

g. Meredam kabar angin dan isu-isu yang tidak benar

(33)

itu ditujukan untuk mengacau dan mengganggu tatanan kerja yang sudah lancar. Maka pemimpin berkewajiban untuk mengusut sampai tuntas sumber kabar angin tadi. Dan memberikan peringatan keras atau sanksi pada orang-orang yang mampunyai rasa dendam, mengalami frustasi, dan mungkin tengah terganggu ingatannya, sehingga tanpa sadar menyebarkan kabar-kabar angin yang buruk ( Dalam Kartono, 2005: 62-66).

Selanjutnya G.R Terry mengemukakan sejumlah teori kepemimpinan yaitu teori-teori sendiri ditambah dengan teori-teori penulis lain, sebagai berikut:

a. Teori otokratis dan pemimpin otokratis

Kepemimpinan menurut teori didasarkan atas perintah-perintah, paksaan, dan tindakan-tindakan yang arbitrer (sebagai wasit). Ia melakukan pengawasan yang ketat, agar semua pekerjaan berlangsung secara efesien. Kepemimpinan berorientasi pada struktur organisasi dan tugas-tugas.

Ciri khasnya adalah:

- Dia memberikan perintah-perintah yang dipaksakan, dan harus dipatuhi

- Dia menentukan policies/kebijakan untuk semua pihak tanpa berkonsultasi dengan para anggota

- Dia tidak pernah memberikan informasi mendetail tentang rencana-rencana yang akan datang, akan tetapi Cuma memberitahukan pada setiap anggota kelompoknya langkah-langkah segera yang harus mereka lakukan

- Dia memberikan pujian atau kritik pribadi terhadap setiap anggota kelompoknya dengan inisiatif sendiri

b. Teori psikologis

Teori ini menyatakan, bahwa fungsi seorang pemimpin adalah memunculkan dengan mengembangkan sistem motivasi terbaik, untuk merangsang kesedian bekerja dari para pengikut dan anak buah. Pemimpin merangsang bawahan, agar mereka mau bekerja, guna mencapai sasaran-sasaran organisatoris maupun untuk memenuhi tujuan-tujuan pribadi.

Maka kepemimpinan yang mampu memotivasi orang lain akan sangat mementingkan aspek-aspek psikis manusia seperti pengakuan martabat, status sosial, kepastian emosional, memperhatikan keinginan dan kebutuhan karyawan, kegairahan kerja, minat, suasana hati, dan lain-lain.

c. Teori sosiologis

Kepemimpinan dianggap sebagai usaha-usaha untuk melancarkan antar-relasi dalam organisasi, dan sebagai usaha untuk menyelesaikan setiap konflik organisatoris antara para pengikutnya, agar tercapai kerja sama yang baik. Pemimpin menetapkan tujuan-tujuan dengan menyertakan para pengikut dalam pengambilan keputusan terakhir. Setiap anggota mengetahui hasil apa, keyakinan apa, dan kelakuan apa yang diharapkan dari mereka oleh pemimpin dan kelompokny. Pemimpin diharapkan dapat mengambil tindakan-tindakan korektif apabila terdapat kepincangan-kepincangan dan penyimpangan-penyimpangan dalam organisasi.

d. Teori suportif

(34)

e. Teori laissez faire

Kepemimpinan laissez faire ditampilkan oleh seorang tokoh “ketua dewan” yang sebenarnya tidak becus mengurus dan dia menyerahkan semua tanggung jawab serta pekerjaan kepada bawahan atau kepada semua anggotanya. Sedangkan kedudukan sebagai pemimpin (direktur, ketua dewan,kepala, komandan, dan lain-lain) dimungkinkan oleh sistem nepotisme, atau lewat praktik penyuapan).

f. Teori kelakuan pribadi

Kepemimpinan jenis ini akan muncul berdasarkan kualitas-kualitas pribadi atau pola-pola kelakuan para pemimpinnya. Teori ini menyatakan, bahwa seorang pemimpin itu selalu berkelakuan kurang lebih sama, yaitu ia tidak melakukan tindakan-tindakan yang identik sama dalam setiap situasi yang dihadapi. Dengan kata lain, dia harus mampu bersikap fleksibel, luwes, bijaksana, “tahu gelagat” dan mempunyai daya lenting yang tinggi karena dia harus mampu mengambil langkah-langkah yang paling tepat untuk sesuatu masalah. Sedang masalah sosial itu tidak akan pernah identik sama di dalam runtunan waktu berbeda.

Pola tiingkah laku pemimpin tersebut erat berkaitan dengan: - Bakat dan kemampuannya

- Kondisi dan situasi yang dihadapi

- Good-will atau keinginan untuk memutuskan dan memecahkan permasalahan yang timbul

- Derajat supervisi dan ketajaman evaluasinya. g. Teori sifat orang-orang besar

Sudah banyak usaha dilakukan orang untuk mengidentifikasikan sifat-sifat unggul dan kualitas superior serta unik, yang diharapkan ada pada seorang pemimpin, untuk meramalkan kesuksesan kepemimpinannya. Ada beberapa ciri-ciri unggul sebagai predisposisi yang diharapkan akan memiliki oleh seorang pemimpin, yaitu memiliki inteligensi tinggi, banyak inisiatif, energik, punya kedewasaan emosional, memiliki daya persuasif dan keterampilan komunikatif, memiliki kepercayaan diri, peka, kreatif, mau memberikan partisipasi sosial yang tinggi, dan lain-lain.

h. Teori situasi

Teori ini menjelaskan, bahwa harus terdapat daya lenting yang tinggi/luwespada pemimpin untuk menyesuaikan diri terhadap tuntunan situasi, lingkungan sekitar dan zamannya. Faktor lingkungan itu harus dijadikan tantangan untuk diatasi. Maka pemimpin itu harus mampu menyelesaikan masalah-masalahaktual.

i. Teori humanistik/ populastik

Fungsi kepemimpinan menurut teori ini ialah merealisir kebebasan manusia dan memenuhi segenap kebutuhan insani, yang dicapai melalui interaksi pemimpin dengan rakyat. Untuk hal ini perlu adanya organisasi yang baik dan pemimpin yang baik, yang mau memperhatikan kepentingan dan kebutuhan rakyat (Dalam Kartono: 2005: 72-79).

2.1.3.1.) Gaya kepemimpinan

(35)

Menurut Stoner ada 2 gaya kepemimpinan yang biasa digunakan seorang pemimpin dalam mengarahkan atau mempengaruhi bawahannya yaitu :

1. Gaya kepemimpinan yang berorientasi pada tugas. Dalam gaya kepemimpinan ini, seorang manajer akan mengarahkan dan mengawasi bawahannya secara ketat agar mereka bekerja sesuai harapannya. Manajer dalam gaya ini lebih mengutamakan keberhasilan pekerjaan daripada pengembangan kemampuan bawahan.

2. Gaya kepemimpinan yang berorientasi pada pekerja. Manajer dengan gaya kepemimpinan ini berusaha mendorong dan memotivasi bawahannya untuk bekerja dengan baik. Mereka mengikut sertakan bawahan dalam pengambilan keputusan yang menyangkut tugas/ pekerjaan bawahan. Disini hubungan pemimpin dan bawahan terasa sangat akrab, saling percaya,dan saling menghargai.

Menurut Koontz, O”Donnell dan Weihrich gaya kepemimpinan dapat digolongkan berdasarkan cara si pemimpin menggunakan kekuasaannya. Dengan demikian terdapat 3 kepemimpinan :

1. Otokratik : pemimpin dipandang sebagai orang yang memberi perintah dan dapat menuntut. Keputusan ada ditangan pemimpin

2. Demokratik atau partisipatif : pemimpin dipandang sebagai orang yang tidak akan melakukan suatu kegiatan tanpa mengkonsultasikan terlebih dahulu pada bawahannya.pemimpin disini mengikut sertakan pendapat bawahan sebelum membuat keputusan

3. Free rein : pemimpin hanya menggunakan sedikit kekuasaan dan memberikan banyak kebebasan kepada bawahan untuk melakukan kegiatan. Jadi disini pemimpin memberi keleluasaan pada bawahan untuk menentukan tujuan perusahaan dan cara untuk mencapainya. Pemimpin hanya sebagai fasilitator melalui pemberian informasi dan sebagai orang yang berhubungan dengan kelompok lain (Dalam Kadarman, 2001: 143).

2.1.3.2.) Pemimpin

Tidak ada organisasi tanpa adanya pemimpin, organisasi atau perusahaan yang tidak mempunyai pemimpin seperti tubuh tanpa kepala, mudah menjadi sesat, panik, kacau dan anarkis. Jadi pemimpin merupakan unsur terpenting di dalam organisasi atau perusahaan. Pemimpin adalah kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok untuk mencapai tujuan. Bentuk pengaruh tersebut dapat secara formal seperti tingkat manajerial pada suatu organisasi (Robbins, 2002: 163). Adapun menurut beberapa ahli pengertian pemimpin adalah sebagai berikut:

(36)

mampu mempengaruhi orang-orang lain untuk bersama-sama melakukan aktivitas tertentu, demi pencapaian satu atau beberapa tujuan. Henry Pratt Faiechild ( dalam Kartini Kartono, 1994: 33) menyatakan defenisi Pemimpin adalah seseorang yang membimbing, memimpin dengan bantuan kualitas-kualitas persuasif dan akseptansi/ penerimaan secara sukarela oleh pengikutnya.

Selanjutnya Menurut Djanaid (1996) ada tiga teori lahirnya pemimpin yaitu sebagai berikut :

1. Teori keturunan, bahwa pemimpin itu muncul karena sifat yang dibawanya sejak lahir. Ini berarti seseorang akan menjadi pemimpin karena ia telah dilahirkan dengan bakat kepemimpinan.

2. Teori pengaruh lingkungan, menurut teori ini pemimpin itu dibentuk karena lingkungan hidupnya bukan keturunan. Ini berarti setiap anggota mampu menjadi pemimpin apabila diberi kesempatan.

3. Teori kelompok campuran, menurut teori ini pemimpin itu memiliki bakat yang dibawa sejak lahir kemudian dikembangkan melalui pendidikan dan pengalaman terutama dalam berinteraksi dengan orang lain dalam ( dalam Ardana, 2008: 90).

Banyak perusahaan, mereka terkenal bukan lain adalah karena memiliki sosok pemimpin yang baik. Bukan hanya seluruh perusahaan, tetapi pemimpin perusahaan memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap perusahaan. Bagaimana sebuah perusahaan atau organisasi memberikan pengaruh yang besar terhadap kesuksesan atau keberlangsungan perusahaan itu sendiri. Upaya untuk melihat sukses atau gagalnya pemimpin itu antara lain dilakukan dengan mengamati dan mencatat sifat dan kualitas atau mutu perilakunya, yang dipakai sebagai kriteria untuk menilai kepemimpinannya.

Sementara itu menurut Ordway Tead dalam tulisannya mengemukakan 10 sifat pemimpin yaitu sebagai berikut:

1. Energi jasmani dan mental (Physical and nervous energy)

Hampir setiap pribadi pemimpin memiliki tenaga jasmani dan rohani yang luar biasa yaitu mempunyai daya tahan, keuletan, kekuatan atau tenaga yang istimewa yang tampaknya seperti tidak akan pernah habis. Hal ini ditambah dengan kekuatan-kekuatan mental berupa semangat juang, motivasi kerja, disiplin kerja, kesabaran, ketahanan batin dan kemauan yang luar biasa untuk mengatasi semua permasalahan yang dihadapi.

2. Kesadaran akan tujuan dan arah (A sense of purpose and direction)

Memiliki keyakinan yang teguh akan kebenaran dan kegunaan dari semua perilaku yang dikerjakan. Mengetahui kemana arah yang akan ditujunya, serta memberikan manfaat bagi diri sendiri maupun bagi kelompok yang dipimpinnya.

(37)

Pekerjaan yang dilakukan dan tujuan yang akan dicapai itu harus sehat, berarti, bernilai, memberikan harapan-harapan yang menyenangkan, memberikan sukses, dan menimbulkan semangat serta esprit de corps, semua ini membangkitkan antusiasme, optimisme, dan semangat besar pada pribadi pemimpin maupun para anggota kelompok.

4. Keramahan dan kecintaan (Friendlinessan affection)

Affection itu berarti kesayangan, kasih sayang, cinta, simpati yang tulus, disertai kesediaan berkorban bagi pribadi-pribadi yang disayangi. Sebab pemimpin ingin membuat mereka senang, bahagia dan sejahtera. Maka kasih-sayang dan dedikasi pemimpin bisa menjadi tenaga penggerak yang positif untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang menyenangkan bagi semua pihak.

Sedang kerah tamahan itu mempunyai sifat mempengaruhi orang lain juga membuka setiap hati yang masih tertutup untuk menanggapi keramahan tersebut. Keramahan juga memberikan pengaruh mengajak, dan kesediaan untuk menerima pengaruh pemimpin untuk melakukan sesuatu secara bersama-sama, mencapai satu sasaran tertentu.

5. Integritas (Integrity, keutuhan, kejujuran, ketulusan hati)

Pemimpin itu harus bersifat terbuka, merasa utuh barsatu, berjiwa dan seperasaan dengan anak buahnya bahkan merasa senasib dan sepenanggungan dalam satu perjuangan yang sama. Karena itu dia bersedia memberikan pelayanan dan pengorbanan kepada para pengikutnya. Sedangkan kelompok yang dituntun menjadi semakin percaya dan menghormat pemimpinnya.

Dengan segala ketulusan hati dan kejujuran, pemimpin memberikan ketauladanan, agar dia dipatuhi dan diikuti oleh anggota kelompoknya.

6. Penguasaan teknis (Technical mastery)

Setiap pemimpin harus memiliki satu atau beberapa kemahiran teknis tertentu, agar ia mempunyai kewibawaan dan kekuasaan untuk memimpin kelompoknya. Serta memiliki kemahiran-kemahiran sosial untuk memimpin dan memberikan tuntunan yang tepat serta bijaksana. Terutama teknik untuk mengkoordinasikan tenaga manusia, agar tercapai maksimalisasi efektivitas kerja dan produktivitasnya.

7. Ketegasan dalam mengambil keputusan (Decisiveness)

Pemimpin yang berhasil itu pasti dapat mengambil keputusan secara tepat, tegas dan cepat, sebagai hasil dari kearifan dan pengalamannya, selanjutnya dia mampu meyakinkan para anggotanya akan kebenaran keputusannya. Ia berusaha agar para pengikutnya bersedia mendukung kebijakan yang telah diambilnya. Dia harus menampilkan ketepatan hati dan tanggung jawab, agar ia selalu dipatuhi oleh bawahannya.

8. Kecerdasan (Intelligence)

Kecerdasan yang perlu dimiliki oleh setiap pemimpin itu merupakan kemampuan u ntuk melihat dan memahami dengan baik, mengerti sebab dan akibat kejadian, menemukan hal-hal yang krusial dan cepat menemukan cara penyelesaiannya dalam waktu singkat. Maka orang yang cerdas akan mampu mengatasi kesulitan yang dihadapi dalam waktu yang jauh lebih pendek dan dengan cara yang lebih efektif daripada orang yang kurang cerdas.

9. Keterampilan mengajar (Teaching skill)

(38)

samping menuntun dan mendidik muridnya dia diharapkan juga menjadi palaksana eksekutif untuk mengadakan latihan-latihan, mengawasi pekerjaan rutin setiap hari, dan menilai gagal atau suksesnya satu proses atau treatment. Ringkasnya, dia juga harus mampu menjadi manajer yang baik.

10.Kepercayaan (Faith)

Keberhasilan pemimpin itu pada umumnya selalu didukung oleh kepercayaan anak buahnya. Yaitu kepercayaan bahwa para anggota pasti dipimpin dengan baik, dipengaruhi secara positif, dan diarahkan pada sasaran-sasaran yang benar. Ada kepercayaan bahwa pemimpin bersama-sama dengan anggota-anggota kelompoknya secara bersama-sama rela berjuang untuk mencapai tujuan yang bernilai ( Dalam Kartono, 2005: 44-47).

Sementara itu Menurut W.J Reddin dalam artikelnya what kind of manager, dan di sunting oleh Wahjosumidjo menentukan watak dan tipe pemimpin atas tiga pola dasar yaitu:

- Berorientasikan tugas (task orientation)

- Berorientasikan hubungan kerja (relationship orientation) - Berorientasikan hasil yang efektif (effectivess orientation)

Berdasarkan penonjolan ketiga orientasi tersebut, dapat ditentukan delapan tipe kepemimpinan, yaitu:

1. Tipe deserter

Sifatnya bermoral rendah, tidak memiliki rasa keterlibatan, tanpa pengabdian, tanpa loyalitas dan ketaatan, sukar diramalkan.

2. Tipe birokrat

Sifatnya correct, kaku, patuh pada peraturan dan norma-norma, ia adalah manusia organisasi yang tepat, cermat, berdisiplin, dan keras.

3. Tipe misionaris

Sifatnya terbuka, penolong, lembut hati, ramah-tamah. 4. Tipe developer

Sifatnya kreatif, dinamis, inovatif, memberikan atau melimpahkan wewenang dengan baik, menaruh kepercayaan pada bawahan.

5. Tipe otokrat

Sifatnya keras, diktatoris, mau menang sendiri, keras kepala, sombong, bandel.

6. Benevolent autocrat

Sifatnya lancar, tertib, ahli dalam mengorganisir, besar rasa keterlibatan diri. 7. Tipe compromiser

Sifatnya selalu mengikuti angin tanpa pendirian, tidak mempunyai keputusan, berpandangan pendek dan sempit.

8. Tipe eksekutif

(39)

Kemudian agar suatu kelompok dapat dipimpin dengan efektif, seorang pemimpin paling sedikit harus menjalankan 2 fungsi utama yaitu :

1. Fungsi pemecahan masalah : fungsi ini berhubungan dengan tugas atau pekerjaan yaitu memberikan jalan keluar, pendapat dan informasiterhadap masalah yang dihadapi kelompok.

2. Fungsi sosial : fungsi ini berhubungan dengan kehidupan kelompok, yaitu memberikan dorongan kepada anggota kelompok untuk mencapai tujuandan menciptakan suasana kerja bagi kelompoknya (Kadarman, 2001 : 143).

Selain itu Pemimpin memiliki dua peran penting yaitu:

1. Menyelesaikan tugas adalah tujuan utama dibentuknya kelompok di bawah pemimpin. Para pemimpin harus memastikan bahwa tujuan kelompok akan tercapai.

2. Menjaga hubungan yang efektif, yaitu hubungan pemimpin dengan anggota kelompoknya maupun hubungan antara anggota kelompok. Suatu hubungan disebut efektif apabila hubungan tersebut berkontribusi pada penyelesaian tugas. Dalam kaitannya dengan menjaga hubungan yang efektif, pemimpin dibagi dalam dua ketegori: Pertama, golongan yang memberi perhatian pada semngat kerja dan pencapaian tujuan. Kedua, pemimpin yang memfokuskan perhatian pada individu dan bagaimana memotivasinya (Sunarto, 2007: 23).

Sementara menurut Wadsworth (2005) karekteristik seorang pemimpin adalah: 1. Mempunyai kemauan untuk memimpin bukannya mengelola

Memelihara moral yang tinggi diantara pekerja mereka 2. Menginspirasikan komitmen dan kerja sama tim

3. Menunjukkan pada saat yang sama, energi,gairah, dan antusiasme 4. Terfokuskan dan mampu memfokuskan orang yang mereka pimpin 5. Memandang masa depan dengan harapan dan optimisme.

2.1.4. Disiplin kerja

Disiplin berasal dari bahasa latin yaitu disciplina, yang berarti atau pendidikan kesopanan dan kerohanian serta pengembangan tabiat. Umumnya disiplin yang baik terdapat apabila karyawan datang ke kantor dengan tepat waktu, apabila mereka mempergunakan peralatan dan perlengkapan dengan teratur dan baik, mereka menghasilkan jumlah dan kualitas pekerja yang memuaskan dan mengikuti cara bekerja yang ditentukan oleh perusahaan. Karena setiap pekerjaan yang dilaksanakan atas dasar kebiasaan, dapat dikatakan bahwa orang yang dilatih dalam kebiasaan yang baik adalah orang yang mempunyai disiplin yang baik (Sulastri, 2004).

(40)

Disiplin kerja adalah suatu sikap, tingkah laku dan perbuatan yang sesuai dengan peraturan dari perusahaan, baik tertulis maupun tidak tertulis. Betapa perlunya menegakkan disiplin kerja terhadap karyawan (Nitisemito, 1981: 199 ). Disiplin kerja adalah suatu alat yang digunakan para pemimpin dalam berkomunikasi dengan karyawannya agar mereka bersedia untuk mengubah suatu perilaku serta sebagai upaya meningkatkan kesadaran dan kesediaan seseorang menaati semua peraturan organisasi dan norma-norma yang berlaku (Rivai, 2009: 825).

Kemudian Disiplin adalah kegiatan manajemen untuk menjalankan standar-standar organisasi. Menurut Wahjono (2008: 1

Gambar

Tabel
Tabel 1.1.
Tabel 1.2.

Referensi

Dokumen terkait

Penyelesaian Sengketa antara PT.Inecda Plantation dengan Masyarakat Adat Sungai Parit dilakukan dengan mediasi pertama kali pada Tanggal 15 Januari 2013 dimediasi

Purwoko, SpAn, KAKV KAO,selaku Ketua Program Studi Pendidikan Dokter Spesialis Anestesi dan Terapi Intensif FK UNS/RSDM yang telah memberikan kesempatan untuk mengikuti

Hasil : Gambaran konsep diri korban bullying : 1) Gambaran diri 4 partisipan yang mendapat komentar negative merasa rendah diri, minder dan menarik diri. Dan 3 partisipan

viii Saya mengesahkan bahawa satu Jawatankuasa Peperiksaan Tesis telah berjumpa pada 22 September 2010 untuk menjalankan peperiksaan akhir bagi Nurhidayah binti Jumaat bagi

Memberikan saran masukan kepada pimpinan dan unit pemrakarsa. Dasar hukum yang digunakan secara khusus untuk menyusun rancangan Peraturan Menteri Koordinator Bidang Politik,

Sustainable managed forests will be able to generate production benefits (timber, non-timber forest products and environmental services), ecological benefits

Hasil dari studi pendahuluan di Posyandu Balita Temu Ireng RW IX, Kelurahan Sorosutan, Kecamatan Umbulharjodidapatkan data sebagai berikut: jumlah balita umur 6

Prosedur shutdown akan mengikuti secara automatic melalui pengurangan beban generator, perubahan kecepatan turbin, penutupan bahan bakar pada bagian- bagian kecepatan