• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi komunikasi badan narkotika provinsi DKI Jakarta dalam mensosialisasikan kesadaran anti narkoba

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Strategi komunikasi badan narkotika provinsi DKI Jakarta dalam mensosialisasikan kesadaran anti narkoba"

Copied!
102
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI KOMUNIKASI BADAN NARKOTIKA PROVINSI DKI JAKARTA DALAM MENSOSIALISASIKAN KESADARAN ANTI

NARKOBA

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh :

BADRU TAMAM ALWAHDI NIM. 10605100178

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar strata satu (S1) Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini, saya telah

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini merupakan hasil plagiat

atau hasil jiplakan karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi

yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 23 Agustus 2010

(3)
(4)
(5)

ABSTRAK Badru Tamam Alwahdi

Strategi Komunikasi Badan Narkotika Provinsi DKI Jakarta Dalam Mensosialisasikan Kesadaran Anti Narkoba

Penyalahgunaan narkoba yang terjadi di masyarakat semakin meningkat setiap tahunnya, hal ini sangat meresahan. Dampak yang timbulkan oleh narkoba tidak hanya berpengaruh pada penggunanya saja, tetapi juga pada stabilitas sosial. Penyalahgunaan narkoba bisa menyebabkan kanker paru-paru, hepatitis dan HIV AIDS. Penyalahgunaan narkoba juga dilarang oleh Islam, seperti terdapat dalam surat Al Maidah, ayat 90. Badan Narkotika Provinsi DKI Jakarta, sebagai badan yang menanggulangi peredaran dan penyalahgunaan narkoba di wilayah Jakarta, diharuskan memiliki strategi komunikasi yang efektif, sehingga kesadaan warga akan bahaya yang ditimbulan narkoba terus meningkat. Strategi komunikasi merupakan salah satu kunci keberhasian dalam mensosialisasikan kesadaran anti narkoba di masyarakat.

Penelitian ini bertujuan menjawab pertanyaan berikut ini. Pertama, Bagaimana Strategi komunikasi Badan Narkotika provinsi DKI Jakarta dalam mensosialisasikan anti narkoba? Kedua, Strategi komunikasi apa yang lebih efektif, yang diterapkan Badan Narkotika Provinsi DKI Jakarta dalam mensosialisasikan kesadaran anti narkoba?

Metode yang digunakan penulis dalam mencari data yang diperlukan adalah metode deskriptif analisis melalui pendekatan kualitatif, yaitu dengan cara melalui pengamatan lapangan, wawancara, dan dokumentasi di Badan Narkotika Provinsi DKI Jakarta secara langsung.

Untuk memudahkan dalam menganalisis data-data yang diperoleh dari penelitian, penulis menggunakan teori-teori strategi, komunikasi, dan strategi komunikasi. Selain itu penulis juga menggunakan teori Fred R David yang membagi strategi menjadi tiga tahapan, perumusan strategi, implementasi strategi dan evaluasi starategi. Tahapan-tahapan ini diharapkan mampu menjadi pisau analisis dari data yang dikumpulkan dalam penelitian strategi komunikasi Badan Narkotika Provinsi DKI Jakarta ini.

(6)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji marilah kita panjatkan kepada Dzat Yang

Maha Kuasa, segala puji atas Dzat Yang Maha Suci, serta syukur kepada Dzat

Yang Maha Ghafur. Yang masih memberikan kesempatan kepada penulis untuk

beribadah kepada-Nya dan untuk bersholawat kepada kekasih-Nya, serta dengan

izin-Nya pula penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Sholawat serta salam senantiasa terucap kepada manusia yang agung.

Semoga rahmat Allah selamanya mengalir keharibaan sang pemimpin kita semua,

Muhammad ibn Abdullah. Dialah rosul kemanusiaan. Dialah teladan hidup penuh

ketakwaan dan kebahagiaan bagi seluruh umat manusia.

Alhamdulillah pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan penulisan

skripsi ini. Tidak mudah jalan yang ditempuh untuk bisa merampungkan tugas

akhir ini. Sifat malas, proses perizinan, pengumpulan materi dan data merupakan

tantangan yang kerap kali dihadapi oleh penulis. Dengan anugrah yang Allah

berikan, penulis mampu melewati semua tantangan, dan dapat menyeselaikan

skripsi ini.

Penulis persembahkan skripsi ini kepada bapak (Mahmud Ali) dan kepada

ibu (Romlah). Setiap tetes keringat dan air mata yang mengalir adalah doa yang

tak pernah terputus. Kalian adalah anugrah terindah yang Allah berikan kepada

penulis. Untuk kakakku dan pasangannya (Linda & Supri) dan adikku

(7)

Selanjutnya penulis juga mengucapkan rasa terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan

penulisan skripsi, rasa terima kasih penulis ucapkan kepada:

1. Bapak Dr. Arief Subhan M.A sebagai Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan

Ilmu Komunikasi, bapak Drs. Wahidin Saputra, M.A selaku Pudek I,

bapak Drs. H. Mahmud Djalal, M.A selaku Pudek II dan bapak Drs. Study

Rizal LK, M.A selaku Pudek III.

2. Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah

dan Ilmu Komunikasi bapak Drs. Jumroni. M.Si dan Seketaris Jurusan ibu

Umi Musyarrofah. MA.

3. Bapak H. Zakaria. MA sebagai pembimbing skripsi yang selalu setia dan

sabar membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

4. Seluruh staff BNP DKI Jakarta, khususnya Pak Indar Taufiq (Kabag

Litbang) dan Ibu Ratih Wulandari (Kasubag Komunitas, Bidang Prevensi).

Yang telah meluangkan waktu extra untuk mendampingi penulis di tengah

padatnya program BNP.

5. Keluarga Besar KPI B angkatan 2006 (Asep, Azra, Besse, Dafiq, Deni,

Desti, Devi, Dian P, Dian K, Didi, Dini, Eko, Eki, Eri, Erza, Fahmi,

Fathonah, Fikri, Fifit, Fitri, Fitriani, Gita, Halimah, Hari, Hambali,

Hamiludin, Heni, Ida, Nisfi, Nunu, Selli). Kalian pemberi makna dalam

(8)

6. Keluarga Besar Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) INSTITUT, khususnya

(M.S Wibowo, Dede S, Agnes, Lilis, Tyo Zulfan, Hanif dan Akhwani)

untuk pengalaman berorganisasi dan persahabatan

7. Keluarga Besar KKN Puraseda Bogor, 2009. Juga Keluarga besar Paviliun

Sedap Malam (Mukhtar fauzi, Rahmat Bewox, Lukman, Arsil, Kikim,

Azra, Lelew, Biang, Daviek, Ust Fikri, Diput, Said).

8. Semua pihak yang terlibat membantu dalam penulisan skripsi ini.

Pada akhirnya penulis hanya dapat mengucapkan terimakasih yang

sebesar-besarnya. Hanya ucapan inilah yang dapat penulis berikan, semoga Allah

yang akan membalas semua kebaikan keluarga dan sahabat-sahabatku tercinta.

Amin ya Rabbal Alamin.

Jakarta, 23 Agustus 2010

(9)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7

D. Metodologi Penelitian ... 8

E. Tinjauan Pustaka ... 12

F. Sistematika Penulisan ... 12

BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Strategi Komunikasi 1. Pengertian Strategi ... 14

2. Tahapan-tahapan Strategi ... 16

3. Pengertian Komunikasi………. 18

4. Strategi Komunikasi………. 25

5. Fungsi Strategi Komunikasi………. 29

B. Narkoba 1. Pengertian Narkoba ... 30

(10)

BAB III GAMBARAN UMUM BADAN NARKOTIKA PROVINSI DKI JAKARTA

A. Sejarah Berdiri Badan Narkotika Provinsi DKI Jakarta ... 36

B. Visi dan Misi ... 38

C. Struktur Organisasi ... 40

D. Fungsi dan Tugas ... 42

BAB IV PENEMUAN DATA DAN ANALISIS A. Strategi Komunikasi Badan Narkotika Provinsi DKI Jakarta Dalam Mensosialisasikan Kesadaran Anti Narkoba ... 46

B. Strategi Komunikasi Efektif, Badan Narkotika Provinsi DKI Jakarta Dalam Mensosialisasikan Kesadaran Anti Narkoba ... 74

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 76

B. Saran ... 77

DAFTAR PUSTAKA ... 79

(11)

DAFTAR TABEL

TABEL 1 ... 9

TABEL 2 ... 49

TABEL 3 ... 55

(12)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Komunikasi adalah prasyarat kehidupan manusia. Kehidupan akan tampak

“hampa” atau tiada kehidupan sama sekali apabila tidak ada komunikasi. Dengan

adanya komunikasi berarti adanya interaksi antar manusia.1 Sebagai makhluk

sosial manusia membutuhkan komunikasi antara satu dengan lainnya. Melalui

komunikasi seseorang mampu memenuhi kebutuhan hidupnya, mampu

menyampaikan apa yang ada dalam benaknya dan melalui komunikasi seseorang

tidak akan terasing dari lingkungan sekitarnya.

Menurut Barelson dan Steiner seperti yang dikutip dalam buku

Raudhonah, komunikasi adalah proses penyampaian informasi, gagasan, emosi,

keahlian dan lain-lain. Melalui penggunaan simbol-simbol seperti kata-kata,

gambar, angka-angka dan lain-lain.2 Proses penyampian pesan ini dilakukan oleh

komunikator kepada komunikan, komunikator bisa berupa perorangan atau

lembaga.

Agar komunikasi berjalan dengan baik dan pesan yang disampaikan

komunikator sampai pada komunikan maka dibutuhkan strategi yang baik.

Strategi pada hakikatnya adalah perpaduan antara planning (perencanaan) dan

management (manejemen) untuk mencapai suatu tujuan. Strategi tidak hanya

1

Raudhonah, Ilmu Komunikasi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2007), h.12

2

(13)

berfungsi sebagai peta jalan yang hanya menunjukkan peta arah saja melainkan

harus mampu menunjukkan bagaimana taktik operasionalnya.3

Dalam upaya mencapai keberhasilan, suatu instansi pemerintah seperti

Badan Narkotika Provinsi DKI Jakarta yang bergerak dalam bidang

penanggulangan penyalahgunaan narkoba di masyarakat, harus memiliki strategi

komunikasi yang baik dan metode yang strategis. Hal ini diperlukan agar

sosialisasi mengenai pentingnya menjauhi narkoba dapat diterima oleh

masyarakat sehingga sosialisasi ini menuai hasil yang positif.

Menurut William F. Gluek yang dikutif dalam buku Amirullah, strategi

adalah cara suatu lembaga untuk menjawab suatu tantangan lingkungan. Strategi

dirancang untuk meyakinkan bahwa sasaran dasar perusahaan atau organisasi

akan dicapai dengan pelaksanaan yang tepat oleh organisasi yang

melaksanakannya.4

Hal ini menegaskaan, untuk menjawab tantangan lingkungan Badan

Narkotika Provinsi DKI Jakarta membutuhkan strategi komunikasi yang efektif.

Strategi ini bisa berupa melakukan penyuluhan di sekolah-sekolah baik mulai

tingkat SMP, SMA, hingga perguruan tinggi. Bisa juga menggunakan media

massa, seperti memasang iklan layanan masyarakat yang berisikan bahaya

penggunaan narkoba atau juga melalui poster yang dapat ditempel di

sekolah-sekolah dan tempat umum lainnya.

3

Onong Uchyana Effendi, Ilmu Komunikasi Teori Dan Praktek, (Bandung: PT Remaja

Rosda Karya, 1992), h. 32

4

Amirullah dan Sri Budi Cantika, Manajemen Strategis, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2000),

(14)

Narkoba kepanjangan dari narkotika, psikotropika dan bahan zat adiktif

adalah sekelompok obat, bahan atau zat bukan makanan yang jika diminum,

diisap, ditelan atau disuntikkan akan berpengaruh pada kerja tubuh, terutama otak

dan sering menimbulkan ketergantungan. Karena pengaruhnya pada kerja otak,

narkoba mengubah perasaan, cara berpikir dan perbuatan seseorang.5

Pengguna narkoba semakin meningkat setiap tahunnya. Di kalangan

Sekolah Menengah Pertama saja pengguna narkoba pada tahun 2007 mencapai

7.486 orang dan meningkat tajam pada tahun 2008 dengan pengguna 10.819

orang. Sedangkan pada tingkat Sekolah Menengah Atas pengguna narkoba pada

tahun 2007 mencapai 23.727 dan meningkat tajam pada tahun 2008 dengan

pengguna 28.470.6

Maraknya penggunaan narkoba di masyarakat merupakan penyalahgunaan

obat. Penyalahgunaan obat sendiri adalah pemakaian obat bukan untuk tujuan

pengobatan, melainkan untuk dapat menikmati pengaruhnya. Pengaruh yang

ditimbulkan narkoba adalah, timbulnya rasa senang, percaya diri, mudah menjalin

hubungan akrab, ingin bergerak terus (tripping). Hal ini yang menyebabkan

banyak pengguna narkoba tertarik untuk mencoba.7

Program sosialisasi yang dilakukan BNP DKI Jakarta dalam

mensosialisasikan kesadaran anti penyalahgunaan narkoba dianggap penting,

5

Lidya Harlina Martono, Menangkal Narkoba Dan Kekerasan, (Jakarta: Balai Pustaka,

2006), h. 19

6

Data diperoleh dari Badan Narkotika Nasional, Buku Petunjuk Teknis Advokasi Bidang Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba Bagi Lembaga Dan Instansi Pemerintah

7

Danny I. yatim, Kepribadian, Keluarga Dan Narkotika, (Jakarta: Penerbit Arcan, 1986),

(15)

karena narkoba memiliki efek samping yang mengerikan. Penggunaan narkoba

yang berlebihan dapat menyebabkan kematian. Pemakaian narkoba menyebabkan

kerusakan beberapa organ tubuh (hati, jantung, paru-paru) dan menimbulkan

berbagai macam penyakit berbahaya seperi kanker paru, HIV/AIDS, hepatitis,

bahkan gangguan jiwa.8

Selain itu, efek samping yang ditimbulkan dari penyalahgunaan narkoba

tidak hanya berpengaruh pada penyalahgunanya saja tapi juga mengganggu

stabilitas keluarga dan lingkungan sosial. Penyalahguna akan melakukan apa saja

agar kebutuhan untuk mengkonsumsi narkoba dapat terpenuhi. Termasuk dengan

menjual benda-benda yang berada di dalam rumah, juga mencuri benda-benda

berharga masyrakat untuk dijadikan uang.

Sosialisasi anti penyalahgunan narkoba juga dianggap penting karena

penyalahgunaan narkoba merupakan hal yang diharamkan dalam Islam. Islam

sebagai agama yang diwahyukan oleh Allah kepada nabi Muhammad SAW, telah

jauh sekali memperhatikan bahaya penggunaan hal-hal yang dapat memabukkan.

Bahaya narkoba termasuk kedalam hal-hal yang memabukkan, dan dianalogikan

seperi khamer (minuman keras).9 Seperti yang tertera dalam Al Quran, surat Al

Lidya Harlina Martono, Menangkal Narkoba Dan Kekerasan, h. 21

9

(16)

“Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah Termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan”. (QS. Al Maidah: 90)

Hal ini juga dipertegas oleh sabda Rosulullah SAW:

ٌماَﺮَﺣ ٍﺮْﻤَﺧ ﱡﻞٌﻛَو ٌﺮْﻤَﺧ ٍﺮِﻜْﺴُﻣ ﱡﻞُﻛ

Hukum hadis tersebut berkaitan dengan keburukan yang diakibatkannya.

pengaharaman khamr di dalam Islam disebabkan terdapat hal-hal yang

memabukkan dan hilangnya akal sehat. Dengan demikian kedudukan obat

terlarang yang kedudukannya sama dengan khamr di dalam agama Islam dianggap

sesuatu yang haram.10 Karena baik minuman keras, ganja, heroin dan zat adiktif

lainnya dapat memabukkan dan menyebabkan kehilangan kesadaran.

Pengunaan narkoba yang marak terjadi di masyarakat tidak hanya

menyebabkan kerusakan pisik bagi penggunanya tapi juga melanggar hal yang

diharamkan oleh agama. Maka Badan Narkotika Provinsi DKI Jakarta harus

memiliki berbagai strategi untuk memberikan kesadaran masyarakat bahwa

pentingnya menjauhkan diri, anak dan keluarga dari narkoba. selain untuk

menjauhkan diri dari bahan zat berbahaya juga melaksanakan perintah Allah

dengan menjauhi hal-hal yang diharamkan oleh-Nya.

10

Adnan Hasan Baharits, Bahaya Obat Terlarang Terhadap Anak Kita (Jakarta: Gema

(17)

BNP sebagai badan yang menanggulangi penyalahgunaan narkoba dalam

pelaksanaan sosialisasi anti narkoba menggunakan dua cara. Strategi komunikasi

publik (penyuluhan) dan strategi komunikasi melalui media cetak (majalah, stiker

dan leaflet). Dengan menggunakan dua strategi itu, BNP diharapkan mampu

meningkatkan kesadaran masyarakat bahwa bahaya narkoba tidak hanya menjadi

tanggung jawab pemerintah saja melainkan tanggung jawab kita bersama.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka penelitian ini diberi judul ”Strategi Komunikasi Badan Narkotika Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Dalam Mensosialisasikan Kesadaran Anti Narkoba”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, Peneliti mengkonsentrasikan

penelitian ini hanya pada strategi komunikasi publik (penyuluhan) dan strategi

komunikasi melalui media cetak (majalah, stiker dan leaflet) yang diterapkan

Bidang Prevensi dan bidang Litbang-info Badan Narkotika Provinsi DKI Jakarta

dalam mensosialisasikan kesadaran anti narkoba.

Mengacu pada pembatasan masalah di atas, maka perumusan masalah

penelitian ini adalah:

1. Bagaimana strategi komunikasi yang diterapkan Badan Narkotika

Provinsi DKI Jakarta dalam mensosialisasikan kesadaran anti narkoba?

2. Strategi komunikasi mana yang lebih efektif, yang diterapkan Badan

(18)

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi komunikasi yang

diterapkan Badan Narkotika Provinsi DKI Jakarta dalam mensosialisasikan

pentingnya kesadaran anti narkoba. Juga untuk mengetahui strategi komunikasi

mana yang lebih efektif, yang diterapkan Badan Narkotika Provinsi DKI Jakarta

dalam mensosialisasikan anti narkoba.

2. Manfaat Penelitian

a. Segi Akademis

Penelitian ini diharapkan menjadi stimulus penelitian lebih lanjut dan lebih

sempurna guna memperkaya teori-teori komunikasi yang berkaitan dengan

strategi komunikasi. Juga dapat memberikan tambahan referensi dan

perbandingan bagi studi-studi selanjutnya. Dengan demikian akan menambah

wawasan dan pengetahuan mengenai strategi komunikasi. Penelitian ini juga

diharapakan pada saatnya dapat digunakan sebagai alat bantu untuk menemukan

terori-teori baru mengenai ilmu komunikasi.

b. Segi Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan input yang positif bagi Badan

Narkotika Provinsi DKI Jakarta dalam proses penyampaian komunikasi kepada

masyarakat baik secara langsung maupun melalui media massa. Sehingga

diharapkan dapat meningkatkan strategi komunikasi dalam memberikan informasi

mengenai bahaya narkoba di masyarakat. Dengan begitu strategi komunikasi bisa

(19)

D. Metodelogi Penelitian

1. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode kualitatif deskriptif,

Sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data berupa kata-kata tertulis atau

lisan dari orang-orang atau lembaga yang diamati. Penelitian kualitatif ini

bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan sedalam-dalamnya melalui

pengumpulan data sedalam-dalamnya. Disini lebih ditekankan adalah persoalan

kedalaman kualitas data bukan kuantitas data.

a. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah Badan Narkotika Provinsi DKI Jakarta,

beralamatkan gedung bekas Walikota Jakarta Selatan, Jl. Trunojoyo 1 No. 1,

Jakarta Selatan. Tlp (021) 72793133 – Fax (021) 7268977). Penelitian ini hanya

difokuskan pada dua bidang yang terdapat dalam BNP, Bidang Prevensi dan

Bidang Litbang-Info. Dalam penelitian kualitaf, subjek penelitian ditentukan

dengan purposive sampling.

Menurut Nurul Zuriah dalam bukunya Metodelogi Penelitian Sosial dan

Pendidikan, Pemilihan subjek dalam purposive sampling, didasarkan atas ciri-ciri

tertentu yang dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan populasi yang

diketahui sebelumnya. Dengan kata lain, unit sampel yang dihubungi disesuaikan

dengan kariteris-kriteria tertentu yang diterapkan berdasarkan tujuan penelitian.11

11

Nurul Zuriah, Metodelogi Penelitian Sosial dan Pendidikan, (Jakarta : Bumi Aksara,

(20)

Dalam penelitian ini bidang prevensi dan litbang memiliki keterkaitan

yang kuat dan dapat merepresentasikan kegiatan sosialisasi anti narkoba di BNP

DKI Jakarta. Dalam proses penyuluhan yang dilakukan BNP DKI Jakarta, fokus

sosialisasi pencegahan dan penyalahgunaan narkoba terdapat dalam dua bidang

ini, sedangkan bidang yang lain fokus terhadap supremasi hukum dan rehabilitasi.

Sedangkan objek penelitian ini adalah strategi komunikasi Badan

Narkotika Provinsi DKI Jakarta dalam mensosialisasikan kesadaran anti narkoba.

Juga strategi komunikasi mana yang lebih efektif dalam pelaksanaan sosialisasi

anti narkoba.

2. Teknik Pengumpulan Data

a. Wawancara

Peneliti melakukan teknik wawancara bebas terpimpin. Yaitu peneliti

mempersiapkan beberapa pertanyaan yang kemudian dijawab dengan bebas dan

terbuka secara tatap muka langsung dengan Bidang Prevensi Badan Narkotika

Provinsi DKI Jakarta. Wawancara ini dilakukan guna memperoleh informasi

mengenai company profile dan strategi komunikasi yang diterapkan Badan

Narkotika Provinsi DKI Jakarta, sehingga data yang digunakan menjadi lebih

akurat dalam penelitian ini.

b. Observasi

Peneliti melakukan obsevasi langsung ke Badan Narkotika Provinsi DKI

(21)

untuk menjelaskan, memerikan dan merinci12 strategi komunikasi yang diterapkan

Badan Narkotika provinsi DKI Jakarta dalam sosialisasi bahaya narkoba. Hal ini

bertujuan untuk melengkapi data wawancara.

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variable13 dengan

melakukan teknik pengumpulan data dan menginvestasi dokumen-dokumen yang

relevan serta memiliki keterkaitan dengan permasalahan yang diteliti oleh peneliti.

Dalam hal ini peneliti mendatangi langsung Badan Narkotika Provinsi DKI

Jakarta untuk memperoleh dokumen-dokumen yang terkait dengan kebutuhan

penelitian.

3. Analisa Data

Adapun teknik digunakan peneliti dalam menganalisa data adalah analisis

deskriptif. Fungsi analisis deskriptif yaitu memberikan gambaran umum tentang

data yang telah diperoleh. Gambaran umum ini bisa menjadi acuan melihat

karakteristik data yang diperoleh.

Ciri dari analisis ini adalah menitikberatkan pada observasi. Peneliti

bertindak sebagai pengamat. Secara singkat, hasil penelitian ini diolah dan

disajikan dengan cara melaporkan data dengan menerangkan dan memberi

gambaran mengenai data yang terkumpul secara apa adanya, kemudian data

tersebut disimpulkan.

12

Jalaludin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007) h. 84

13

(22)

Table 1

Kerangka Sampling Strategi Komunikasi Badan Narkotika Provinsi DKI Jakarta Dalam Mensosialisasikan Kesadaran Anti Narkoba

(23)

E. Tinjauan Pustaka

Ada beberapa penelitian yang telah dilakukan mengenai strategi

komunikasi terutama pada mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu

Komunikasi diantaranya:

Skripsi yang berjudul strategi dinas kebersihan Daerah Khusus Ibukota

Jakarta dalam mensosialisasikan kesadaran bersih lingkungan (skripsi UIN

Jakarta 2009). Skripsi ini menjelaskan strategi yang digunakan Bidang

Pengembangan Peran Serta Masyarakat Dan Usaha Kebersihan, yang terdapat

dalam Dinas Kebersihan dalam sosialisasi kebersihan lingkungan.

Strategi komunikasi Direktorat Diplomasi Publik Departemen Luar Negeri

dalam pencitraan Islam Indonesia di dunia internasional (skripsi UIN Jakarta

2009). Skripsi ini menerangkah langkah-langkah yang dilakukan diplomasi publik

dalam membangun citra Islam di dunia interasional. Namun penelitian tentang

strategi komunikasi Badan Narkotika Provinsi DKI Jakarta, penulis menemukan

belum ada yang meneliti.

F. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah pemahaman terhadap keseluruhan skripsi ini, maka

peneliti membuat sistematika penulisan pada skripsi sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini peneliti menguraikan latar belakang, pembatasan dan

(24)

penulisan yang merupakan gambaran umum dalam penulisan

skripsi.

BAB II TINJAUAN TEORITIS

Bab ini menjelaskan teori-teori yang relevan digunakan dalam

penulisan skripsi untuk menganalisa dan merancang sistem yang

diperoleh dari berbagai sumber seperi buku referensi maupun

internet yang menjadi landasan penulisan skripsi ini. Diantaranya

terdapat teori tentang startegi dan komunikasi.

BAB III GAMBARAN UMUM BADAN NARKOTIKA PROVINSI DKI JAKARTA

Bab ini menjelaskan tentang sejarah umum berdirinya Badan

Narkotika Provinsi DKI jakarta, serta visi dan misinya. Juga

membahas tentang tugas, fungsi, wewenang dan struktur organisasi

dari lembaga pemerintah ini.

BAB IV TEMUAN HASIL PENELITIAN

Bab ini membahas hasil dari temuan data dan analisa data yakni

strategi komunikasi yang diterapkan Badan Narkotika Provinsi

DKI Jakarta dalam mensosialisasikan kesadaran anti narkoba. Juga

untuk mengetahui strategi komunikasi mana yang lebih efektih

yang diterapkan BNP DKI Jakarta dalam mensosialisasikan

kesadaran anti narkoba.

BAB V PENUTUP

(25)

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Strategi Komunikasi 1. Pengertian Strategi

Strategi berasal dari bahasa Yunani, yaitu strategos, yang berarti

“komandan militer” pada zaman demokrasi Athena. Selain itu juga kata strategi

diartikan sebagai seni berperang. Pada awalnya strategi digunakan dalam dunia

militer, yaitu memenangkan suatu peperangan. Suatu strategi mempunyai

dasar-dasar atau skema untuk mencapai sasaran yang dituju.14

Dalam kamus besar bahasa Indonesia disebutkan, strategi adalah ilmu dan

seni menggunakan sumber daya bangsa-bangsa untuk melaksanakan kebijakan

tertentu di perang dan damai, atau rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk

mencapai sasaran khusus.15

Sandra Oliver dalam bukunya strategy public relation mendefinisikan

strategi sebagai sebuah cara untuk mencapai sebuah hasil akhir. Hasil akhir

menyangkut tujuan dan sasaran organisasi, ada strategi yang luas untuk

keseluruhan organisasi dan strategi kompetitif untuk masing-masing aktivitas.

Dia juga menggambarkan, strategi adalah jalan yang dipilih oleh organisasi untuk

diikuti dalam mencapai misinya.16

14

Komarudin, Ensiklopedi Manajemen, ( Jakarta:Bumi Aksara, 1994), Cet ke-1, h. 539

15

Pusat Bahasa Depertemen Pendidikan RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi ketiga, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), h. 1092

16

(26)

Sedangkan menurut Sthepanie K. Marrus, seperti yang dikutip dalam buku

Husein Umar, strategi adalah sebuah proses penentuan rencana para pemimpin

puncak yang berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi, disertai penyusunan

suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan tersebut dicapai.17

Menurut Steiner dan Miner strategi adalah penempatan misi perusahaan,

penempatan sasaran organisasi dalam mengikat kekuatan eksternal dan internal,

perumusan kebijakan dan strategi tertentu untuk mencapai sasaran dalam

memastikan implementasinya secara tepat, sehingga tujuan dan sasaran organisasi

akan tercapai.18

Adapun definisi strategi menurut pakar ilmu komunikasi, Onong Uchyana

Effendi, strategi pada hakikatnya adalah perencanaan (planning) dan menejemen

(management) untuk mencapai suatu tujuan tersebut. Strategi tidak berfungsi

sebagai peta jalan saja yang hanya menunjukkan peta arah saja melainkan harus

mampu menunjukkan bagaimana taktik operasionalnya. 19

Dari beberapa definisi di atas, terlihat jelas kesamaan antara satu definisi

dengan definisi lainnya. Para ahli pada intinya menjelaskan bahwa strategi adalah

rencana atau sebuah cara untuk mencapai suatu tujuan. Strategi bukan hanya

sekedar planning saja, strategi juga menunjukkan bagaimana

mengimplementasikan langkah-langkah yang akan dituju sehingga memudahkan

17

Husein Umar, Strategic Management in Action, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka utama, 2001), h. 31

18

George Steiner dan Minnner, Manajemen Strategik, (Jakarta: Erlangga, 2002), h. 20

19

(27)

dalam proses pelaksanaannya. Strategi menjadi acuan untuk mencapai hasil yang

diharapkan oleh sebuah perusahaan atau organisasi.

2. Tahapan-tahapan Strategi

Untuk melaksanakan strategi maka dibutuhkan tahapan-tahapan di

dalamnya. Secara garis besar strategi melalui tiga tahapan, yaitu:20

a. Perumusan Strategi

Langkah pertama yang dilakukan adalah merumuskan strategi yang akan

dilakukan. Sudah termasuk di dalamnya adalah pengembangan tujuan, mengenai

peluang dan ancaman eksternal, menetapkan kekuatan kelemahan secara internal,

menetapkan suatu objektivitas, menghasilkan strategi alternatif dan memilih

strategi untuk dilaksanakan. Dalam perumusan strategi juga ditentukan suatu

sikap untuk memutuskan, memperluas, menghindari atau melakukan suatu

keputusan dalam proses kegiatan.

b. Implementasi strategi.

Setelah kita memilih dan merumuskan strategi yang telah ditetapkan, maka

langkah berikutnya adalah melaksanakan strategi yang ditetapkan tersebut. Dalam

tahap pelaksanaan strategi yang telah dipilih sangat membutuhkan komitmen dan

kerjasama dari seluruh unit, tingkat dan anggota organisasi. Tanpa adanya

komitmen dan kerjasama dalam pelaksanan strategi, maka proses formulasi dan

analisis strategi hanya akan menjadi impian yang sangat jauh dari kenyataan.

Implementasi strategi bertumpu pada alokasi dan pengorganisasian sumber daya

20

(28)

yang ditampakkan melalui struktur organisasi dan mekanisme kepemimpinan

yang dijalankan bersama budaya perusahaan dan organisasi.

c. Evaluasi Strategi

Tahap akhir dari strategi adalah evaluasi implementasi strategi. Evaluasi

strategi diperlukan karena keberhasilan yang telah dicapai dapat diukur kembali

untuk menetapkan tujuan berikutnya. Evaluasi menjadi tolok ukur untuk strategi

yang akan dilaksanakan kembali oleh suatu organisasi dan evaluasi sangat

diperlukan untuk memastikan sasaran yang telah dicapai. Ada tiga macam

mendasar untuk mengevaluasi strategi:

1. Meninjau faktor-faktor eksternal dan internal yang menjadi dasar strategi.

Adanya perubahan yang ada akan menjadi satu hambatan dalam

pencapaian tujuan, begitu pula dengan faktor internal yang diantaranya

strategi tidak efektif atau hasil implementasi yang buruk dapat berakibat

buruk pula bagi hasil yang akan dicapai.

2. Mengukur prestasi (membandingkan hasil yang akan diharapkan dengan

kenyataan). Prosesnya dapat dilakukan dengan menyelidiki penyimpangan

dari rencana, mengevaluasi prestasi individual dan menyimak kemajuan

yang dibuat ke arah pencapaian sasaran yang dinyatakan. Kriteria untuk

mengevaluasi harus dapat diukur dengan mudah dibuktikan, kriteria yang

meramalkan hasil lebih penting dari kriteria yang mengungkapkan apa

yang terjadi.

3. Mengambil tindakan korektif untuk memastikan bahwa prestasi sesuai

(29)

ditinggalkan atau harus merumuskan kembali strategi yang baru. Tindakan

korektif diperuntukan bila tindakan atau hasil tidak sesuai dengan yang

dibayangkan semula atau pencapaian yang diharapkan. 3. Pengertian Komunikasi

a. Definisi Komunikasi

Komunikasi secara etimologi berasal dari bahasa latin, communis yang

berarti sama atau communicare yang berarti membuat sama. Membuat sama

dimaksudkan, komunikasi bertujuan untuk menyamakan makna atau simbol

sesuatu. Secara terminologi, komunikasi menurut pandangan beberapa ilmuan

memiliki pengertian sebagai berikut:

1. Komunikasi menurut Everet M. Rogers dan D. Lawrence Kincaid

(1981), adalah suatu proses di mana dua orang atau lebih

membentuk atau melakukan pertukaran informasi dengan satu

sama lainnya, yang pada gilirannya akan tiba pada saling

pengertian yang dalam.

2. Komunikasi menurut Harold D. Lasswell (1948), adalah siapa,

berkata apa, melalui saluran apa, kepada siapa dan bagaimana

efeknya (who says what in which channel to whom with what

effect).

3. Komunikasi menurut Astrid Susanto (1978), adalah kegiatan

pengoperan lambang yang mengandung arti/makna.

4. Komunikasi menurut Barelson dan Steiner, adalah proses

(30)

Melalui penggunaan simbol-simbol seperti kata-kata, gambar,

angka-angka dan lain-lain.21

Komunikasi menyentuh semua aspek kehidupan manusia, komunikasi

hadir dimana saja dan kapan saja. Dengan adanya komunikasi manusia bisa

berinteraksi antara satu dengan lainnnya. Kodrat manusia sebagai makhluk sosial

dapat terhubung melalui komunikasi.

Komunikasi merupakan suatu proses sosial, komunikasi selalu melibatkan

manusia untuk selalu beriteraksi. Artinya komunikasi akan selalu melibatkan satu

orang dengan orang lainnya atau satu lembaga dengan lembaga lainya. Dalam

proses komunikasi akan ada komunikator dan komunikan, komunikator adalah

sumber pengirim pesan sedangkan komunikan adalah penerima pesan. Keduanya

memainkan peranan penting dalam proses komunikasi.

Dewasa ini komunikasi dianggap sebagai obat mujarab bagi semua

permasalahan sosial. Menurut Fisher, yang dikutip oleh Anwar Aripin, tidak ada

persoalan sosial dari waktu ke waktu yang tidak melibatkan komunikasi.

Permasalahan yang hadir di tengah masyarakat baik dalam bidang, militer, politik,

sosial dan ekonomi membutuhkan komunikasi untuk mengatasinya.22

b. Unsur-unsur Komunikasi

Dari pengertian komunikasi yang telah dijelaskan di atas, maka proses

komunikasi membutuhkan unsur-unsur komunikasi, yaitu:

21

Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: Rajawali Pres, 2005), h. 19.

22

(31)

1. Komunikator

Pengirim pesan yang dimaksud di sini adalah manusia yang mengambil

inisiatif dalam berkomunikasi. Pesan disampaikan komunikator untuk

mewujudkan motif komunikasi. Sumber peristiwa komunikasi akan melibatkan

sumber pembuat atau pengirim informasi. Dalam komunikasi antar manusia,

sumber terdiri dari satu orang. Tetapi juga bisa dari satu kelompok misalnya

partai, organisasi atau lembaga. Sumber disebut juga komunikator atau juga

disebut sender.23

2. Pesan

Pesan pada dasarnya bersifat abstrak. Untuk membuatnya konkret agar

dapat dikirim dan diterima oleh komunikan, manusia dengan akal budinya

menciptakan sejumlah lambang komunikasi berupa, suara, mimik, gerak gerik,

lisan dan tulisan. Pesan bersifat abstrak, seorang komunikan tidak akan tahu apa

yang ada di dalam benak seorang komunikator, hingga seorang komunikator

mewujudkannya dalam lambang-lambang komunikasi.24

Pesan merupakan inti atau perumusan tujuan dan maksud dari

komunikator kepada komunikan. Pesan merupakan unsur yang sangat menentukan

dalam proses komunikasi. Agar pesan dapat diterima dengan baik, maka pesan

23

Wiryanto, Teori Komunikasi Massa, (Jakarta: Grasindo, 2000), h. 24

24

(32)

yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan harus menggunakan

bahasa yang mudah dimengerti.25

Pesan yang disampaikan dalam proses komunikasi adalah sesuatu yang

disampaikan pengirim kepada penerima. Pesan dapat disampaikan dengan cara

tatap muka atau melalui media komunikasi. Isinya bisa berupa ilmu pengetahuan,

hiburan, informasi, nasihat atau propaganda. Pesan biasanya disebut juga

messege, atau content.

3. Saluran dan Media Komunikasi

Saluran komunikasi adalah jalan yang dilalui pesan komunikator untuk

sampai ke komunikannya. Ada dua jalan agar pesan komunikator sampai pada

komunikannya, yaitu tanpa media yang berlangsung tatap muka dan komunikasi

yang menggunakan media. Media yang dimaksud ialah media komunikasi,

artinya ini menggunakan teknologi media komunikasi.

4. Komunikan

Penerima adalah pihak yang menjadi sasaran pesan yang dikirim oleh

sumber. Penerima bisa terdiri dari satu orang atau lebih, bisa dalam bentuk

kelompok, partai dan bangsa. Penerima juga biasa disebut komunikan. Penerima

adalah elemen penting dalam proses komunikasi. Jika suatu pesan tidak diterima

oleh penerima, akan menimbulkan berbagai macam masalah yang seringkali

menimbulkan berbagai masalah yang seringkali menuntut perubahan, apakah pada

sumber, pesan dan saluran.

25

(33)

5. Efek Komunikasi

Efek komunikasi dapat diartikan sebagai pengaruh yang ditimbulkan pesan

komunikator dalam diri komunikannya. Terdapat tiga tataran pengaruh dalam diri

komunikan, yaitu kognitif (seseorang menjadi tahu tentang sesuatu), afektif (sikap

seseorang terbentuk, misalnya setuju dan tidak setuju terhadap sesuatu), dan

konatif (tingkah laku yang membuat seseorang melakukan sesuatu).

c. Macam-macam Komunikasi 1. Komunikasi Massa

Definisi komunikasi massa yang paling sederhana dikemukakan oleh

Bittner, seperti yang dikutip oleh Elvinaro Ardianto “komunikasi massa adalah

pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang.26

Dari definisi yang dikemukakan oleh Bittner, jelas menunjukkan bahwa

komunikasi massa haruslah menggunakan media massa. jadi, meskipun

komunikasi yang disampaikan di depan khalayak ramai, seperti seminar atau

kampanye tetapi tidak menggunakan media massa maka komunikasi tersebut

bukanlah komunikasi massa.

Media komunikasi yang termasuk media massa adalah: radio, televisi,

keduanya digolongkan sebagai media elektronik. Sedangkan majalah, surat kabar,

buku digolongkan sebagai media cetak. Seiring dengan perkembangan jaman

maka hadirlah media baru yang dikenal dengan internet.

26

(34)

Definisi komunikasi massa yang lebih teperinci dikemukakan oleh

Gerbner (1967). Menurut Gerbner yang juga dikutip oleh Elvinaro, komunikasi

massa adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga

dari arus pesan yang kontinu serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat

industri.27

Dari definisi Gerbner tergambar bahwa komunikasi massa itu

menghasilkan suatu produk berupa pesan-pesan komunikasi. Produk tersebut

disebarkan, didistribusikan kepada khalayak luas secara terus menerus dalam

jarak waktu yang tetap misalnya harian, mingguan, dwi mingguan dan bulanan.

Proses produksi pesan tidak dapat dilakukan perorangan, melainkan harus oleh

lembaga, dan akan membutuhkan suatu teknologi tertentu, sehingga komunikasi

massa akan banyak dilakukan oleh masyarakat industri.

Sedangkan menurut Defleur dan Dennis yang dikutip dalam buku Sasa

Djuarsa Sandjaya, komunikasi massa adalah suatu proses dalam mana

komunikator-komunikator menggunakan media untuk menyebarkan pesan-pesan

secara luas dan secara terus menerus menciptakan makna-makna yang

diharapkan dapat mempengaruhi khalayak yang besar dan berbeda-beda melalui

berbagai cara.28

Definisi ini menggambarkan bagaimana media massa mengemas dan

menyajikan isi pesan. Dengan cara dan gaya tertentu menciptakan makna

terhadap suatu peristiwa, sehingga mempengaruhi khalayak. Contohnya Koran

27

Elvinaro Ardianto, dkk., Ilmu Komunikasi Massa, h. 4.

28

(35)

kompas, dengan jumlah oplah setiap harinya yang dibaca oleh 300.000 pembaca,

dengan pengemasan dan cara penyajian berita akan mempengaruhi penilaian dan

intrepretasi pembaca terhadap berita yang dimuatnya.

2. Komunikasi Publik

Komunikasi publik ialah komunikasi yang melibatkan khalayak yang

relatif besar, dan karenanya sulit untuk mengenal secara dalam satu persatu.29

Komunikan berkumpul di tempat dan waktu yang sama, misalnya auditorium,

masjid, aula atau lapangan terbuka. Contoh dari komunikasi publik, tabligh akbar,

kuliah umum, kampanye, penyuluhan dan seminar.

Dalam komunikasi publik, proses komunikasi bersifat linear, satu arah.

Dalam berbicara di depan publik, para pembicara biasanya memiliki tiga tujuan

utama dalam benak mereka, memberi informasi, menghibur dan membujuk.

Tujuan yang terakhir merupakan inti dari komunikasi-retorika. banyak dari

prinsip-prinsip persuasi seperti analis khlayak, kredibilitas pembicara dan

penyampaian pesan merupakan bagian dari retorika.

Komunikasi publik banyak mengambil prinsip-prinsip dari retorika.

Seorang komunikator yang berbicara di depan publik harus menguasai seni

berbicara, seperti definisi retorika, seni atau kemampuan yang dimiliki oleh

seseorang untuk mempengaruhi khalayaknya.30

29

Dani Vardiansyah, Pengantar Ilmu Komunikasi: Pendekatan Taksonomi Konseptual, h. 31.

30

(36)

Kualitas yang membedakan komunikasi publik dengan komunikasi

interpersonal dan komunikasi kelompok adalah sebagai berikut:31

a. Komunikasi publik berorientasi pada pembicara atau sumber.

Sedangkan pada komunikasi interpersonal dan kelompok terdapat

hubungan timbal balik diantara si pembicara dan penerima. Pada

komunikasi publik pembicara mendominasi komunikasi.

b. Pada komunikasi publik kurang terdapat interakasi antara si

pembicara dan pendengar. Hal ini menjadikan kurangnya interaksi

secara langsung si pembicara dan pendengar.

c. Bahasa yang digunakan dalam komunikasi publik lebih umum

supaya dapat dipahami oleh pendengar.

4. Strategi Komunikasi

Strategi komunikasi merupakan panduan perencanaan komunikasi

(communication planning) dengan manajemen komunikasi (communication

management) untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Strategi komunikasi

ini harus mampu menunjukkan bagaimana operasionalnya secara praktis harus

dilaksanakan, dalam arti kata bahwa pendekatan bisa berbeda sewaktu-waktu

bergantung pada situasi dan kondisi.32

Para ahli komunikasi seperti Everet M rogers dan Barelson, dalam

tahun-tahun terakhir ini menumpahkan perhatiannya yang besar terhadap ilmu

komunikasi. Fokus perhatian ahli komunikasi ini memang penting untuk ditujukan

31

Arni Muhammmad, Komunikasi Organisasi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), cet. Ke-10, h. 197

32

(37)

kepada ilmu komunikasi, karena berhasil tidaknya kegiatan secara efektif banyak

ditentukan oleh komunikasi.

Dalam strategi komunikasi, peran komunikan sangatlah penting. Strategi

komunikasi haruslah bersifat dinamis, sehingga komunikator sebagai pelaksana

dapat segera mengadakan perubahan apabila ada suatu faktor yang memengaruhi.

Suatu faktor yang menghambat komunikasi dapat datang sewaktu-waktu, terlebih

jika komunikasi langsung melalui media massa.

Menurut R. Wayne Peace, Brent D. Petterson dan M Dallas Burnet dalam

bukunya techniques for effective communication, seperti yang dikutip oleh Onong

Uchana Effendi, tujuan sentral strategi komunikasi terdiri atas tiga tujuan utama,

yaitu”33

a) To secure understanding: Memastikan bahwa komunikan mengerti pesan

yang diterima. Andaikata ia sudah dapat mengerti dan menerima, maka

penerimaannya itu harus dibina.

b) To establish acceptance: Setelah komunikan mengerti dan menerima

pesan maka pesan ini harus dilakukan pembinaan.

c) To motivation action: setelah penerimaan itu dibina maka kegiatan ini

harus dimotivasikan.

-Langkah-langkah Dalam Strategi Komunikasi

Dalam rangka melaksanakan strategi komunikasi diperlukan

langkah-langkah strategis yang perlu dijalankan. Untuk menyusun langkah-langkah-langkah-langkah

33

(38)

tersebut dibutuhkan suatu pemikiran dengan memperhitungkan komponen-

komponen komunikasi serta faktor pendukung dan faktor penghambat

komunikasi. Kita mulai berturut-turut dari komunikasi sebagai sasaran

komunikasi, media, pesan, komunikator.

a. Mengenali Sasaran Komunikasi

Sebelum kita melancarkan komunikasi, kita perlu mempelajari siapa-siapa

yang akan menjadi sasaran komunikasi kita. Hal ini akan sangat bergantung pada

tujuan komunikasi, apakah tujuan komunikasinya hanya pada sebatas agar

komunikan mengetahui (dengan metode informatif) atau agar komunikan

melakukan tindakan tertentu dengan metode persuasif. Apapun tujuannya,

metodenya dan banyaknya sasaran pada diri komunikan perlu diperhatikan faktor-

faktor sebagai berikut:34

1. Faktor Kerangka Referensi

Pesan komunikasi yang akan disampaikan pada komunikan harus

disesuaikan dengan kerangka kerangka referensi (frame of reference-nya).

Kerangka referensi seseorang terbentuk berdasarkan hasil dari perpaduan

pengalaman, pendidikan, gaya hidup, norma hidup, status sosial, ideologi, dan

cita-cita. Kerangka referensi seseorang ada yang berbeda secara ekstrem seperti

antara murid SMP dengan mahaisiswa. Ada juga perbedaan yang gradual saja

seperti seorang sarjana dengan sarjana lain yang sama-sama lulusan universitas.

34

(39)

Dalam situasi komunikasi antarpribadi mudah untuk mengenal kerangka

referensi komunikan karena ia hanya satu orang. Yang sukar ialah mengenal

kerangka referensi komunikan dalam komunikasi kelompok. Ada kelompok yang

idividu-individunya sudah dikenal seperti keompok karyawan. Ada juga yang

tidak dikenal seperti pengunjung rapat RW. Komunikasi harus disesuaikan dengan

kerangka referensi mereka.

Lebih sulit lagi mengenali kerangka referensi komunikan dalam

komunikasi massa sebab sifatnya heterogen. Oleh karena itu pesan yang

disampaikan kepada khalayak melalui media massa hanya bersifat informatif dan

umum, yang dapat dimengerti oleh semua orang.

2. Faktor Situasi Dan Kondisi

Yang dimaksud dengan situasi disini ialah situasi komunikasi pada saat

komunikan akan menerima pesan yang akan disampaikan. Agar komunkasi

berjalan dengan efektif, tempat penyampaian pesan komunikasi haruslah

diperhatikan. Kita perlu mengatur tempat dan ruangan dimana komunikasi akan

berlangsung, sehingga hambatan yang datang dapat diminimalisir.

Yang dimaksud dengan kondisi disini ialah state of personality

komunikan, yaitu keadaan pisik dan psikis komunikan pada sat ia menerima pesan

komunikasi. Komunikasi kita tidak akan efektif apabila komunikan sedang marah,

sedih, bingung sakit atau lapar. Dalam menghadapi komunikan dengan kondisi

seperti itu, kita diharapkan sebisa mungkin untuk menciptakan suasana yang

menyenangkan. Akan tetapi tidak jarang pula kita harus melakukannya pada saat

(40)

b. Pemilihan Media Komunikasi

Media komunikasi banyak jumlahnya, pemilihan media komunikasi akan

sangat bergantung pada komunikasi yang akan dituju. Untuk menyampaikan

pesan terhadap masyarakat perkotaan maka media yang lebih efektif untuk

digunakan adalah media cetak, audio dan audio visual. Sedangkan untuk

masyarakat pedesaan media yang sering digunakan adalah papan pengumuman

atau juga radio baik radio komersial maupun radio komunitas. Karena masyarakat

sering mendengarkan radio terlebih radio bergenre dangdut.

c. Pengkajian Tujuan Pesan Komunikasi

Pesan komunikasi mempunyai tujuan tertentu. Ini menetukan teknik yang

harus diambil, apakah itu teknik informasi, teknik persuasi, atau teknik instruksi.

Pesan komunikasi terdiri atas isi pesan dan lambang. Isi pesan komunikasi bisa

satu, tetapi lambang yang dipergunakan bisa macam-macam. Lambang yang bisa

dipergunakan untuk menyampaikan isi komunikasi ialah bahasa, gambar, warna,

kial (gesture) dsb.

Lambang yang banyak digunakan dalam komunikasi ialah bahasa. Karena

hanya bahasalah yang mampu mengungkapakan pikiran dan perasaan, fakta dan

opini, hal yang kongkrit dan abstrak, pengalaman yang suda lalu dan kegiatan

yang akan datang. Oleh karena itu dalam komunikasi bahasa memegang peranan

yang sangat penting. Meskipun bahasa nonverbal pun memiliki peran yang juga

penting untuk berkomunikasi dalam keadaaan jarak yang cukup jauh dan juga

untuk berkomunikasi dengan para tuna wicara.

(41)

Strategi komunikasi sangat diperlukan dalam proses komunikasi, karena

berhasil tidaknya kegiatan komunikasi secara efektif banyak ditentukan oleh

strategi komunikasi. Tanpa strategi komunikasi, media massa yang semakin

modern yang kini banyak dipergunakan di negara-negara yang sedang

berkembang karena mudahnya diperoleh dan relatif mudah dioperasionalkan

bukan tidak mungkin akan tidak efektif penggunannya.

Strategi komunikasi baik secara makro (planned multy-media strategi)

maupun mikro (single communication medium strategi) mempunyai fungsi ganda:

1. Menyebarluaskan pesan komunikasi yang bersifat informatif, persuasif,

dan instruktif secara sistematik kepada sasaran untuk memperolah hasil

maksimal.

2. Menjembatani “cultural gap” akibat kemudahan diperolehnya dan

kemudahan dioperasionalkannya media massa begitu ampuh yang jika

dibiarkan akan merusak nilai-nilai budaya.35

B. Narkoba

1. Pengertian Narkoba

Narkoba adalah singkatan dari narkotika, psikotropika dan bahan zat

adiktif lainnya. Namun tidak semua jenis narkoba berdampak negatif bila

digunakan. Banyak narkotika dan psikotropika yang memberi manfaat besar bila

digunakan dengan baik dan benar dalam bidang kedokteran.

35

(42)

Narkotika dan psikotropika dapat menyembuhkan banyak penyakit dan

mengakhiri penderitaan. Jasa narkotika dan psikotripika sangat besar dalam

kehidupan di masa lalu, masa kini dan masa yang akan datang. Tindakan operasi

(pembedahan) yang dilakukan oleh dokter harus didahului dengan pembiusan.

Padahal, obat bius tergolong narkotika. Orang yang mengalami stress dan

gangguan jiwa diberi obat-obatan yang tergolong psikotropika oleh dokter agar

dapat sembuh.36

2. Jenis-Jenis Narkoba

1. Narkotika

Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan

tanaman, baik sintetis maupun bukan sintetis, yang dapat menyebabkan penurunan

atau perubahan kesadaran dan hilangnya rasa. Zat ini dapat mengurangi bahkan

menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan.

Narkotika memiliki daya adiksi (ketagihan) yang sangat berat, juga

memiliki daya toleran (penyesuaian) dan daya habitual (kebiasaan) yang sangat

tinggi. Ketiga sifat narkotika inilah yang menyebabkan pemakai narkoba tidak

dapat lepas dari cengkramannya.37

a. Narkotika alami.38

36

Andi Hamzah dan R M. Surahman, Kejahatan Narkotika dan Psikotropika (Jakarta: Sinar Grapika, 1999), h. 3

37

Data dipeloreh dari buku terbitan Badan Narkotika Provinsi DKI Jakarta, Jenis Dan Efek Penggunaan Narkoba.

38

(43)

1. Ganja: Tanaman perdu dengan daun menyerupai daun singkong

yang tepinya bergerigi dan berbulu halus. Jumlah jarinya selalu

ganjil, 5, 7, 9. Tumbuhan ini banyak tumbuh di beberapa daerah di

Indonesia, seperi Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Pulau

Jawa. Daun ganja sering digunakan sebagai bumbu penyedap

masakan. Bila digunakan sebagai bumbu masak, daya adiktifnya

rendah. Namun, tidak demikian bila dengan cara dibakar dan

asapnya dihirup. Cara penyalahgunaannya dengan dikeringkan dan

dicampur dengan tembakau atau dijadikan rokok lalu dibakar dan

dihisap.

2. Hasis: Tanaman serupa ganja yang tumbuh di Amerika Latin dan

Eropa. Daun ganja, hasis, dan mariyuana juga dapat disuling dan

diambil sarinya. Dalam bentuk cair, harganya sangat mahal.

Gunanya adalah untuk disalahgunakan oleh pemadat-pemadat

kelas tinggi.

3. Koka: Tanaman perdu mirip pohon kopi. Buahnya yang matang

berwarna merah seperti biji kopi. Dalam masyarakat Indian kuno,

biji koka sering digunakan untuk menambah kekuatan orang yang

berperang atau berburu binatang. Koka kemudian diolah menjadi

kokain.

4. Opium: Bunga dengan bentuk dan warna yang indah. Dari getah

bunga opium dapat dihasilkan candu (opiat). Di Mesir dan Cina,

(44)

memberi kekuatan, menghilangkan rasa sakit pada tentara yang

terluka sewaktu berperang atau ketika sedang berburu.

b. Narkotika Semisintetis.

Narkotika semisintetis adalah narkotika alami yang diolah dan diambil zat

aktifnya (intisarinya) agar memiliki khasiat yang lebih kuat sehingga

dimanfaatkan untuk kepentingan kedokteran.

1. Morfin: Dalam dunia kedokteran dipakai untuk menghilangkan

rasa sakit atau pembiusan pada operasi (pembedahan).

2. Kodein: Dipakai untuk obat penghilang batuk.

3. Heroin: Tidak dapat dipakai dalam dunia pengobatan karena daya

adiktifnya sangat besar dan manfaatnya secara medis belum

ditemukan. Dalam perdagangan gelap, heroin diberi nama putaw,

atau petai. Bentuknya seperti tepung terigu, halus, putih dan agak

kotor.

4. Kokain: Hasil olahan biji koka.

c. Narkotika Semisintetis

Narkotika sintetis adalah narkotika palsu yang dibuat dari bahan kimia.

Narkotika ini digunakan untuk pembiusan dan pengobatan bagi orang yang

menderita ketergantungan narkoba (subtitusi). Selain pembiusan, narkotika

sintetis diberikan oleh dokter untuk menghentikan kebiasannya melawan sugesti

atau sakaw. Narkotika sintetis berfungsi sebagai pengganti sementara.

1. Petidin: Obat bius lokal (operasi kecil, sunat dan sebagainya)

(45)

3. Naltrexon: Untuk pengobatan pecandu narkoba

2. Psikotropika:

Adalah zat atau obat bukan narkotika, baik alamiah maupun sintetis, yang

memiliki khasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat

yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas normal dan perilaku.

Psikotropika adalah obat yang digunakan oleh dokter untuk mengobati gangguan

jiwa. Berdasarkan ilmu farmalogi, psikotropika dikelompokkan ke dalam tiga

golongan. Yaitu:

1. Kelompok depresan/penekan syaraf pusat (penenang atau obat

tidur. Jika diminum obat ini dapat memberi rasa tenang, damai,

tentram, mengantuk. Obat ini juga dapat menghilangkan rasa

gelisah. Contohnya adalah BK, Valium, rohipol dll.

2. Kelompok stimulan/perangsang syaraf pusat (anti tidur). Bila

diminum obat ini mendatangkan rasa gembira, ingin selalu aktif,

badan terasa fit dan tidak merasa lapar. Daya kerja otak menjadi

serba cepat, namun kurang terkendali. Contohnya adalah

amfetamin, ekstasi dan shabu.

3. Kelompok halusinogen adalah obat, zat, tanaman, makanan atau

minuman yang dapat menimbulkan khayalan. Bila diminum dapat

mendatangkan khayalan tentang peristiwa yang mengerikan,

khalayalan tentang kenikmatan seks dsb. Kenikmatan didapat

pemakai setelah ia sadar bahwa peristiwa mengerikan ukan

(46)

hanya khalayalan. Contohnya adalah kecubung, getah tanaman

kaktus dan ganja.

3. Bahan adiktif lainnya

Adalah bahan lain yang bukan narkotika dan psikotropika yang

penggunaannya dapat menimbulkan ketergantungan. Contohnya:

1. Rokok

2. Kelompokan alkohol dan minuman lain yang dapat memabukkan

dan menimbulkan ketagihan.

3. Thinner dan zat-zat lain, seperti lem kayu, penghapus cair, aseton,

cat, bensin, yang bila dihisap, dihirup dan dicium dapat

(47)

BAB III

GAMBARAN UMUM BADAN NARKOTIKA PROVINSI DKI JAKARTA A. Sejarah Berdiri BNP DKI Jakarta

Program kampanye anti narkoba yang dilancarkan oleh pemerintah gencar

dilaksanakan. Dengan adanya kampanye anti penyalahgunaan narkoba, banyak

masyarakat Indonesia kini mengetahui bahaya penyalahgunaan narkoba.

Sosialisasi untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan bahaya

penyalahgunakan narkoba bukanlah merupakan hal baru.

Indonesia sejak tahun 1971 telah melaksanakam tindakan-tindakan yang

bertujuan menanggulangi bahaya narkotika, kala itu pemerintahan Soeharto

mengantisipasi dengan menerbitkan Instruksi Presiden Nomor: 6/1971 yang

menginstruksikan kepada Kabakin untuk mendirikan Badan Koordinasi, Bakolak

Inpres 6/1971 yang menangani 6 (enam) masalah nasional, yang diantaranya

adalah penanggulangan penyalahgunaan narkoba.

Dengan berkembangnya permasalahan penyalahgunaan dan peredaran

gelap narkoba yang semakin meningkat dan berdasarkan amanat Undang-Undang

nomor 22 tahun 1997 tentang pemerintah Indonesia membentuk lembaga baru

melalui Keppres Nomor 116 tahun 1999 yaitu Badan Koordinasi Narkotika

Nasional (BKNN) dan strategi serta mengkoordinasikan semua lembaga

departemen maupun nondepartemen. Pada periode ini didasarkan struktur

organisasi belum berjalan dengan baik dan koordinasi hanya sebatas administrasi.

Sedang operasionalisasi masih sporadis dan sektoral pada masing-masing anggota

(48)

Karena lembaga yang ada hanya bersifat koordinatif dan administratif,

maka dinilai kurang efektif sehingga memerlukan lembaga yang lebih

operasional. Untuk itu berdasarkan Keppres nomor 17 tahun 2002 dan Inpres

Nomor 3 tahun 2002, Undang-Undang nomor 5 tahun 1997, Undang-Undang

nomor 22 tahun 1997, dan ketetapan MPR nomor IV / MPR / 2002 tentang

Rekomendasi atas laporan pelaksanaan keputusan MPR RI tahun 2002, Badan

Koordinasi Narkotika Nasional (BKNN) diubah menjadi Badan Narkotika

Nasional (BNN) dengan memiliki 25 anggota di departemen serta lembaga

pemerintah terkait dengan Kapolri selaku ketua Ex. Officio yang bertanggung

jawab langsung kepada presiden. Tugas pokoknya adalah mengkoordinasikan

instansi pemerintah terkait dalam menyusun kebijaksanaan dan pelaksanaan

dibidang ketersediaan dan P4GN (pencegahan, pemberantasan penyalahgunaan

dan peredaran gelap narkotika) dengan membentuk satgas-satgas yang bersifat

operasional.39

Sejak perubahan status kelembagaan menjadi BNN pada tahun 2002 maka

Polri secara khusus telah memperbantukan satu Direktorat yaitu Direktorat IV

Narkoba Bareskrim Polri untuk mendukung tugas operasional dibawah kendali

BNN. Disamping itu BNN pun sudah diakui sebagai vocal point untuk masalah

Narkoba oleh badan-badan internasional atau dunia.

Sebagai pelaksanaan lebih lanjut pasal 11 keputusan Presiden no 17 tahun

2002 tentang Badan Narkotika Nasional, maka dibentuklah Badan Narkotika

Provinsi DKI Jakarta sesuai dengan keputusan Gubernur DKI Jakarta no 54 tahun

39

(49)

2002. Didirikannya Badan Narkotika Provinsi ini sebagai bentuk nyata dari

keseriusan pemerintah dalam menanggulangi bahaya penyalahgunaan narkoba.

Dasar hukum yang manjadi acuan didirikannya Badan Narkotika Provinsi

DKI Jakarta adalah, keputusan bersama Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara,

Menteri Dalam Negeri dan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia selaku

ketuan BNN nomor: 04/SKB/M.PAN/12/2003 dan nomor:

01/SKB/XII/2003/BNN. Tentang pedoman kelembagaan Badan Narkotika

Provinsi dan Badan Narkotika Kabupaten/Kotamadya.40

Selain Badan Narkotika Provinsi dan Badan Narkotika

Kabupaten/Kotamadya, untuk membantu penanggulangan penyalahgunaan

narkoba di tingkat kecamatan dibentuk Unit Narkotika Kecamatan (UNK).

sedangkan di tingkat terkecil yakni kelurahan dibentuk Pos Penanggulangan

Narkotika Kelurahan (P2NK).

Hal ini agar penanggulangan penyalahgunaan narkoba dapat berjalan

dengan optimal hingga lingkup terkecil, yakni kelurahan. Dengan adanya

koordinasi antara Badan Narkotika Provinsi dengan Badan Narkotika Kabupaten,

kecamatan dan kelurahan, diharapkan pencegahan, pemberantasan

penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika (P4GN) mencapai hasil yang

optimal.

B. Visi dan Misi

Dalam sebuah organisasi Visi dan Misi adalah sebagai arah dan tujuan

yang hendak dicapai oleh organisasi tersebut. Baik berupa tujuan jangka pendek

40

(50)

maupun dalam jangka panjang dalam bentuk program-program kerja sesuai

dengan visi dan misi organisasi tersebut. Dengan adanya visi dan misi dalam

sebuah organisasi tentu akan mempermudah kerja anggota organisasi.

Adapun visi Badan Narkotika Provinsi DKI Jakarta adalah “terwujudnya

masyarakat DKI Jakarta bebas penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba

tahun 2015, guna meningkatkan derajat kesehatan dan lainnya dalam rangka

mewujudkan kesejahteraan rakyat provinsi DKI Jakarta”.

Sedangkan misi Badan Narkotika Provinsi DKI Jakarta adalah:

1. Meningkatkan pencegahan dan penyalahgunaan narkoba secara

terpadu dan lintas bidang atau sektor.

2. Menegakkan supremasi hukum yang berhubungan dengan

pengawasan, pengendalian ketersediaan dan pemberantasan

penyalahgunaan narkoba.

3. Melaksanakan dan meningkatkan kualitas terapi dan rehabilitasi

secara terpadu meningkatkan kualitas penelitian dan

pengembangan sistem informasi.

4. Meningkatkan kelembagaan Badan Narkotika Provinsi (BNP),

Badan Narkotika Kotamadya (BNK), Unit Narkotika Kecamatan

(UNK), dan Pos Penanggulangan Narkotika Kelurahan (P2NK)

disertai dengan peningkatan dan pemeliharaan sarana/prasarana.

5. Meningkatkan peran serta kemasyarakatan, tokoh masyarakat,

pelajar, mahasiswa, pekerja, serta lembaga-lembaga lainnya yang

(51)
(52)
(53)

D. Fungsi dan Tugas

Adapun fungsi dan tugas Badan Narkotika Provinsi adalah:

1. Membantu Gubernur dalam melakukan koordinasi, pengawasan,

pengendalian dan mendorong peran serta masyarakat yang

berhubungan dengan ketersediaan, pencegahan, penyalahgunaan

narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya.

2. Pengkoordinasian instansi pemerintah terkait dalam kegiatan

pengadaan, pengendalian, dan pengawasan di bidang narkotika,

psikotropika dan bahan adiktif lainnya.

3. Pelaksanaan kegiatan pengawasan untuk

imigrasi/kewarganegaraan, interdiksi untuk darat, laut dan udara,

penjara rumah/tahanan, pencucian uang dan pengendalian yang

berhubungan dengan ketersediaan, pencegahan, penyaahgunaan

narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya.

4. Pelaksanaan kegiatan pencegahan dan penegakan hukum yang

berhubungan dengan penyalahgunaan narkotika, psikotropika, dan

zat adiktif lainnya pada lingkungan khusus (komplek TNI dan

Polri), perguruan tinggi, tempat hiburan skala nasional dan

internasional, kawasan industri dan perkantoran.

5. Pelaksanaan dorongan peran serta masyarakat yang berhubungan

dengan pengawasan ketersediaan, penanggulangan serta

pemberantasan, penyalahgunaan narkotika, psikotropika, dan zat

(54)

Bidang-Bidang Yang Terdapat Dalam Badan Narkotika provinsi DKI Jakarta

a. Bidang Prevensi

Sejak berdirinya BNP DKI Jakarta, upaya Bidang Prevensi yang efektif

dilakukan secara terus menerus melalui aksi intensive campaign dengan

menggunakan berbagai media seperti televisi, radio, leflet, poster, banner, stiker

serta wawancara dan talkshow melalui radio Trijaya FM, Metro TV.

Bidang prevensi difokuskan untuk meningkatkan pencegahan

penyalahgunaan narkoba di berbagai sasaran tersebut. Seiring dengan kegiatan

tersebut, juga telah disusun berbagai modul pelatihan, seperti modul untuk SKTA,

modul untuk mahasiswa, untuk guru SMP dan SMA, modul orang tua dan tokoh

masyarakat.

Untuk memberikan bekal pengetahuan penanggulangan narkoba, bidang

prevensi mengadakan kegiatan dasar pembekalan dasar melalui pelatihan drug

education di tingkat SD, SMP, SMA, dan perguruan tinggi. Pelatihan yang sama

diberikan kepada security tempat hiburan, pelatihan manager tempat hiburan dan

PUREK III.

Salah satu program unggulan bidang prevensi dalam mensosialisasikan

kesadaran anti narkoba, mengadakan jambore pelajar anti narkoba. Dalam

memeperingati hari anti madat Badan Narkotika Provinsi DKI Jakarta

Gambar

GAMBARAN UMUM BADAN NARKOTIKA PROVINSI
TABEL 1 ........................................................................................................
gambar, angka-angka dan lain-lain.2 Proses penyampian pesan ini dilakukan oleh
Table 1
+7

Referensi

Dokumen terkait

DAFTAR : JENIS PERIZINAN DAN NON PERIZINAN DI LINGKUP SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH (SKPD) YANG AKAN DIDELEGASIKAN KE BADAN PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN PERIZINAN

Selain itu sebaiknya dalam proses perancangan telah dibuat terlebih dahulu gambaran cerita dari game tersebut, dan juga jangan lupa buat alur dari cerita game tersebut, karena

Berdasarkan Tabel 6 mengenai pengujian Independent Sampel T Test dan Mann-Whitney pada kedua sampel kelas memperlihatkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar

sehingga memungkinkan untuk digunakan dalam pengembangan komersil. Kekurangan dari penggunaan bootstrap adalah website yang dibangun akan memiliki tampilan yang

Sedangkan untuk pengolahan databasenya menggunakan MySQL.Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa perancangan sistem yang digunakan adalah perancangan sistem

Dari hasil penilaian dapat diketahui bahwa Bank Muamalat Indonesia pada periode 2007- 2009 termasuk dalam Peringkat Faktor Finansial 2 yang mencerminkan bahwa kondisi

Namun, sejak kecelakaan fatal yang dialami oleh pesawat Ju- 52 beregistrasi HB-HOT, otoritas penerbangan sipil Federal Swis atau Federal Office of Civil Aviation

Pada bulan Januari sampai Maret 2015 telah dilakukan penelitian untuk mengetahui perbedaan pengaruh senam Yoga dengan Tai Chi terhadap penurunan nyeri