• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektifitas pelaksanaan quantum learning untuk meningkatkan hasil belajar sejarah kebudayaan islam: suatu penelitian tindakan kelas di kelas VII MTS Al-Adzkar Pamulang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efektifitas pelaksanaan quantum learning untuk meningkatkan hasil belajar sejarah kebudayaan islam: suatu penelitian tindakan kelas di kelas VII MTS Al-Adzkar Pamulang"

Copied!
112
0
0

Teks penuh

(1)

AL-ADZKAR PAMULANG)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Oleh: Yayah Komariah NIM. 1810011000041

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)

EFEKTIFITAS PELAKSANAAN QUANTUM LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM

(SUATU PENELITIAN TINDAKAN KELAS DI KELAS VII MTS AL-ADZKAR PAMULANG)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Oleh: Yayah Komariah NIM. 1810011000041

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

(4)

Meningkatkan Hasil Belajar Sejarah Kebudayaan Islam di susun oleh Yayah Komariah Nomor Induk Mahasiswa 1810011000041 Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan pada sidang munaqasah sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh fakultas.

(5)

Bismillahirromanirrohim

Yang bertandatangan dibawah ini:

Nama : Yayah Komariah NIM : 1810011000041

Jurusan : Pendidikan Islam Agama Fakultas : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Judul skripsi : Efektifitas Pelaksanaan Quantum Learning Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Sejarah Kebudayaan Islam

Dengan ini saya menyatakan:

1. Skripsi ini merupakan murni hasil karya saya sendiri yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S-1) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Sumber-sumber yang saya gunakan dalam penulisan skripsi ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan murni hasil karya saya atau merupakan plagiasi dari hasil karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, April 2014

(6)

i

Learning untuk meningkatkan Hasil Belajar Sejarah Kebudayaan Islam (Suatu Penelitian Tindakan Kelas di kelas VII MTs Al-Adzkar Pamulang)

Ada banyak cara yang dilakukan untuk memecahkan masalah kegagalan dalam system pendidikan. Berbagai inovasi dalam metode pembelajaran telah dicoba agar potensi akademik dan kreativitas siswa lebih berkembang, selain itu agar masalah kejenuhan dan kesulitan belajar siswa dapat teratasi. Salah satu metode yang belum lama dikembangkan di sekolah adalah metode Quantum Learning yang akan membiasakan belajar nyaman dan menyenangkan dan berprinsip bahwa sugesti dapat dan pasti mempengaruhi hasil belajar.

Penelitian dalam skripsi ini di maksudkan untuk mengetahui informasi yang empiris tentang pelaksanaan Quantum Learning pada pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di MTs Al-Adzkar Pamulang dan untuk mengetahui apakah pelaksanaan Quatum Learning efektif untuk meningkatkan hasil belajar Sejarah Kebudayaan Islam.

Jenis penelitian yang diterapkan adalah penelitian tindakan kelas (classroom Action Research), yaitu sebuah kegiatan penelitian yang dilakukan di kelas terhadap proses belajar mengajar Sejarah Kebudayaan Islam menggunakan Quatum Learning dengan tiga siklus. Masing-masing siklus terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan tindakan (Planning), penerapan tindakan (action), mengobservasi dan mengevaluasi proses serta hasil tindakan (observation) dan melakukan refleksi terhadap siklus yang telah di laksanakan (reflecting).

Hasil yang di dapat dari penelitian di lapangan menunjukkan bahwa siswa sangat antusias pada saat proses pembelajaran dengan menggunakan Quantum Learning. Siswa mampu menggunakan peta pikiran dan Apa Manfaatnya Bagi Ku (AMBAK) juga aktif pada saat proses pembelajaran. Hal ini terlihat dari nilai tes siswa yaitu siklus I dengan nilai rata-rata 6.27, siklus II dengan nilai rata-rata 7.34, dan siklus III dengan nilai rata-rata 8.53. peneliti dan kolaborator mencukupkan penelitian pada siklus ketiga karena proses pembelajaran dan hasil belajar siswa pada pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam telah mengalami peningkatan yang cukup signifikan.

(7)

ii Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Maha suci Allah swt, segala puji bagi-Nya. Sembah dan sujud penulis atas karunia-Nya yang tak terhingga yang telah diberikan kepada penulis tanpa putus sedikitpun. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan keharibaan suri tauladan setiap insan yakni baginda Nabi Muhammad saw.

Salam hormat kepada Ayahanda dan Ibunda tercinta, untuk kerja kerasnya dalam membesarkan dan mendidik penulis dengan curahan keringat dan kasih sayang tidak akan mungkin terbalas dan terlupakan sampai kapanpun jua.

Alhamdulillah telah selesai penulisan skripsi ini, sebagai syarat untuk mencapai gelar sarjana. Penulis sadar tanpa bantuan semua pihak tidak mungkin dapat menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu penulis menghaturkan terima kasih kepada :

1. Ibu Nurlena Rifai, MA. Ph.D Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Dr. H. Abdul Majid Khon, M.Ag Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 3. Ibu Marhamah Saleh, Lc. MA Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 4. Bapak Dr.Dimyati, M.Ag Dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan

arahan, bimbingan dengan sabar, ilmu yang tak terhingga, serta waktu luangnya kepada penulis.

5. Para Dosen Jurusan Pendidikan Agama Islam khususnya dan Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan pada umumnya yang telah memberi motivasi dan tak bosan-bosan memberikan Ilmu dan Pengetahuannya.

(8)

iii

Adzkar Pamulang dan Bapak Roni Hidayat, Lc.MA., guru bidang studi Sejarah Kebudayaan Islam serta seluruh staff yang telah membantu dan meluangkan waktunya untuk memberikan informasi yang di butuhkan sehingga penelitian ini dapat terlaksana.

8. Kepada orang tuaku, Ibu dan Abah tercinta, Bapak Moch.Yazied.AS dan Fatimah Yazied untuk doa dan materi yang tiada henti serta nasehat, semangat, dan motivasi sehingga hambatan dan kesulitan yang penulis hadapi dalam penyusunan skripsi ini dapat teratasi, maafkan Ananda untuk semua kesalahan, dan baru ini impian kalian yang dapat Ananda wujudkan.

9. Keempat anak-anakku tercinta yang paling manis, “Nirmala Fairuz, Bahri

Farhan Jamil, Siti Fatimah AzZahra dan Intan Fakhriah Kamilah” kalian

adalah motivasi mama untuk menyelesaikan skripsi ini. Tetap semangat belajar untuk meraih cita-cita kalian.

10. Teman-teman mahasiswa PAI kelas B terutama “Halimah dan Hj.Hamidah” yang telah menemanui, mewarnai dan memberi arti untuk hidupku selama kuliah. Makasih ya sobat untuk tawa, canda, share n nasihat-nasihatnya.

Hanya kepada Allah yang Maha Pengasih jualah semua amal baik penulis serahkan, semoga menjadi amal sholeh dan diterima disisi-Nya. Akhirnya tiada kata lain yang lebih berarti selain sebuah harapan semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca umumnya.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Jakarta, 15 April 2014

(9)

iv HALAMAN JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 5

D. Perumusan Masalah ... 5

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5

F. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TEORI QUANTUM LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM A. Pengertian Hasil Belajar ... 7

1. Pengertian Belajar ... 7

2. Pengertian Hasil Belajar ... 8

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar .... 10

B. Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam ... 12

C. Pengertian Quantum Learning ... 13

(10)

v

2. Waktu Penelitian ... 25

B. Metode Penelitian ... 25

C. Tahap-tahap Penelitian ... 26

D. Teknik Analisis Data ... 27

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 30

B. Situasi Kelas Sebelum Diterapkan Quantum Learning ... 31

C. Temuan Penelitian ... 32

D. Pembahasan Penelitian ... 59

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 69

B. Saran ... 70

(11)

1 A. Latar Belakang

Di era persaingan yang semakin kompetitif saat ini, prestasi akademi yang tinggi menjadi dambaan setiap siswa dan orang tua. Dengan banyaknya materi yang dibebankan dan indikator keberhasilan yang ingin di capai siswa dipaksa menelan materi pelajaran yang melebihi kemampuan daya pikirnya dan di paksa untuk mendapatkan hasil belajar yang memuaskan tanpa adanya perubahan proses pembelajaran. Hampir disemua sekolah, guru menjadi penguasa kelas dengan ceramah menjadi pilihan utama untuk penyampaian materi. Kemudian terjadilah situasi kelas yang tidak produktif karena guru menjadi satu-satunya sumber pengetahuan. Padahal psikologi pendidikan menyarankan agar guru tidak boleh hanya semata-mata memberikan pengetahuan kepada siswa. Maksudnya, siswa harus membangun pengetahuan didalam benaknya sendiri, sedangkan guru berperan membantu proses belajar dengan cara-cara mengajar yang membuat informasi menjadi lebih bermakna dan relevan bagi siswa. Tugasnya memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide-ide, mengajak siswa agar belajar dari pengalamannya sendiri.

(12)

sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan peserta didik sehingga terjadi proses belajar yang menyenangkan.1

Proses belajar merupakan hal yang terpenting dan perlu diperhatikan dalam menentukan keberhasilan belajar. Namun, tidak sedikit siswa yang mengalami hambatan atau kesulitan belajar dalam proses belajar mereka. Hambatan atau kesulitan belajar tentu saja dapat mengakibatan kegagalan dalam mencapai prestasi yang maksimal. Sama halnya dengan usaha untuk mencapai prestasi yang maksimal, usaha untuk mengatasi kesulitan belajarpun tidak terlalu mudah dilakukan. Hal ini di sebabkan proses belajar merupakan suatu proses yang kompleks di pengaruhi banyak faktor.

Untuk mencapai prestasi belajar maksimal dan juga untuk dapat mengatasi kesulitan belajar, siswa dan guru harus memahami dulu proses belajar dan seluruh faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar. Umumnya siswa sangat memerlukan suatu metode yang sederhana, praktis, serta mudah di terapkan untuk dapat belajar secara efektif dan dapat mengatasi berbagai kesulitan belajar yang mereka alami. Siswa yang mengalami kesulitan belajar biasanya akan merasa semakin terbebani oleh kesulitan bila mereka di beri suatu metode yang bersifat teoritis. Berkenaan dengan iti di isyaratkan Al-Qur’an dalam surat An-Nahl 125 yang berbunyi:









Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik.2.

Dalam ayat ini jelas bahwa cara pembelajaran yang baik antara lain dengan cara hikmah. Hikmah ini dapat diartikan bahwa seorang guru harus mengajarkan bahan-bahan pelajaran yang sesuai dengan kemampuan daya tangkap siswa, sehingga mereka tidak merasa berat dalam menerima pelajaran.

1

Puput Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno, Strategi Belajat Mengajar Melalui

Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islami, (Jakarta: PT Refika Aditama, 2007), h.7.

2

(13)

Metode pembelajaran adalah suatu cara atau jalan yang harus di lalui dalam proses belajar, pembelajaran memiliki dua unsur penting yaitu siswa dan guru. Bagi siswa metode pembelajarn sangat penting dalam menentukan prestasi dan pengembangan potensi dan kompetensi pribadi. Guru memiliki peranan penting dalam penerapan metode pembelajaran di kelas untuk mencapai tujuan belajar yang diinginkan.

Dalam bidang studi Sejarah Kebudayaan Islam khususnya, sering kali mejemukan siswa untuk mempelajarinya. Salah satu masalah pokok yang dihadapi siswa dalam mempelajari bidang studi Sejarah Kebudaan Islam adalah bagaimana mengingat dan mengerti materi pelajaran yang didalamnya membehas tentang peristiwa-peristiwa yang telah terjadi dan berkenaan dengan waktu, tempat, nama-nama tokoh, dan seluruh kehidupan manusia dari lahir sampai meninggal dunia yang berhubungan dengan ebudayaan dan peradaban Islam. Selain itu banyaknya materi yang perlu dihapal dan dipahami ketika akan menghadapi ujian menyebabkan siswa mengalami stres dan akhirnya akan mendapatkan hasil belajar yang tidak memuaskan. Sedangkan masalah yang dihadapi guru yang mengajarkan bidang studi Sejarah Kebudayaan Islam adalah bagaimana menyampaikan materi yang banyak tentang sejarah Islam agar dapat di mengerti dan dipahami jelas oleh siswa tanpa tanpa membuat siswa menjadi bosan dan jenuh dalam proses belajar mengajar Sejarah Kebudayaan Islam.

(14)

sehari-hari. Oleh sebab itu, didalam proses belajar di perlukan metode yang tidak membosankan dan akan membuat siswa lebih kreatif. Sehingga siswa akan beranggapan sekolah adalah tempat berekreasi bukan tempat bertempur melawan stres.

Di dalam dunia pendidikan sudah lama dikenal metode Quantum Learning yang akan membiasakan belajar nyaman dan menyenangkan. Quantum Learning berprinsip bahwa sugesti dapat dan pasti mempengaruhi hasil belajar. Beberapa teknik yang digunakan unuk memberian sugesti positif adalah mendudukan murid secara nyaman, pujian positif, penemuan AMBAK (Apa Manfaatnya Bagiku?) dan penggunaan peta pikiran merupakan kunci menuju Quantum Learning. Selain itu, untuk meningkatkan partisipasi individu disarankan agar menggunakan poster-poster atau kalimat positif untuk memberi kesan besar sambil menonjolkan informasi.3

Quatum Learning memberikan kiat-kiat, petunjuk, strategi, dan seluruh proses yang dapat menghemat waktu, menciptakan AMBAK yang ampuh untuk belajar, dan menata pentas lingkungan belajar yang tepat. Bagi mereka yang telah terperangkap dalam anggapan bahwa belajar adalah pekerjaan menjemukan, Quantum Learning merupakan obat penawar yang menghidupkan dan memperkuat kembali kegembiraan dan kecintaan belajar. Quantum Learning memandang bahwa membaca, menulis dan mencatat sebagai sarana yang penting bagi peningkatan hasil belajar. Untuk menciptakan itu semua diperlukan teknik-teknik mencatat yang benar agar siswa dapat menyelesaikan tugasnya dengan hasil memuaskan. Selain itu, diperlukan juga tenaga pendidik yang dapat membantu berjalannya proses belajar mengajar.

Dengan mencermati masalah-masalah di atas maka peneliti tertarik untuk memahami lebih dalam tentang penggunaan metode Quantum Learning dalam bidang studi SKI. Dan memilih judul “Efektifitas Pelaksanaan Quantum Learning untuk Meningkatkan Hasil Belajar Sejarah Kebudayaan Islam” (Suatu Penelitian Tindakan Kelas di Kelas VII MTs al-Adzkar.

3

Bobby De Porter & Mike Hernacky, Quatum Learning: Membiasakan Belajar Nyaman

(15)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan masalah di atas maka faktor-faktor penyebab hasil belajar Sejarah Kebudayaan Islam rendah dapat di identifikasikan sebagai berikut:

1. Metode pembelajaran guru Sejarah Kebudayaan Islam yang kurang tepat . 2. Murid kurang serius dalam belajar Sejarah Kebudayaan Islam.

3. Guru kurang mengusai materi mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam. 4. Kurang efektifnya penerapan metode Quantum Learning oleh guru Sejarah

Kebudayaan Islam.

C. Pembatasan Masalah

Atas dasar identifikasi di atas maka penelitian ini di batasi pada belum di gunakannya metode Quantum Learning oleh guru Sejarah kebudayaan Islam sebagai cara meningkatkan hasil belajar Sejarah Kebudayaan Islam.

Oleh karena penelitian ini tidak mungkin meneliti seluruh sekolah maka penelitian ini di batasi di MTs al-Adzkar dengan sempel kelas VII.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas maka dapat diajukan perumusan masalah sebagai berikut:

Apakah pelaksanaan Quantum Learning efektif untuk meningkatkan hasil belajar Sejarah Kebudayaan Islam Siswa kelas VII MTs al-Adzkar ?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan penelitian ini:

1. Untuk memperoleh informasi mengenai pelaksanaan metode Quatum Learning di MTs al-Adzkar.

(16)

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:

1. Siswa memperkenalkan metode Quantum Learningkepada siswa dalam proses pembelajaran

2. Guru sebagai bahan masukan dalam meningkatkan hasil belajar dengan menggunaan metode Quantum Learning.

3. Peneliti memberikan wawasan pengetahuan peneliti tentang efektifitas metode Quantum Learning dalam meningatkan hasil belajar pada mata pelajaran Sejarah

(17)

7 A. Pengertian Hasil Belajar

1. Pengertian Belajar

Menurut Thursan Hakim “Belajar adalah suatu proses perubahan di dalam

kepribadian manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir, dan

lain-lain kemampuan”.1

Menurut Slameto “Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilaukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan

lingkungannya”.2

Menurut Skinner yang di kutib oleh Dimyati dan Mudjiono dalam bukunya yang berjudul Belajar dan pembelajaran, bahwa “Belajar merupakan hubungn antara stimulus dan respon yang tercipta melalui proses

tingkah laku”.3

R. Gagne seperti yang di kutib oleh Slameto dalam bukunya Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya, memberikan dua definisi belajar, yaitu:

1. Belajar ialah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, dan tingkah laku.

2. Belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang diperoleh dari intrusi.4

M. Sobry Sutikno mengemukakan “ Belajar merupakan suatu proses usaha

yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubhan yang baru sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.5

1

Thursan Hakim, Belajar Secara Efektif, (Jakarta:Puspa Swara, 2005), h. 1

2

Slameto, Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya. (Jakarta: Rinea Cipta,

2003), h. 2. 3

Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta,1999), h. 9

4

Slameto, Belajar dan Faktor-faktor..., h. 13

5

Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar Melalui

(18)

Menurut Hilgard dan Bower dalam bukunya Theories of Learning yang

dikutip oleh Ngalim Purwanto, “Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah

laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang di sebaban oleh pengalamnnnya yang berulang-ulang dalam suatu situasi”.6

Belajar adalah suatu aktifitas yang bertujuan. Tujuan belajar ini ada yang benar-benar disadari dan ada pula yang kurang begitu disadari oleh orang yang belajar. Belajar tersebut erat kaitannya dengan perubahan atau pembentukkan tingkah laku tertentu dan tujuan belajar yang positif serta dapat di capai secara efektif hanyalah mungkin terjadi dalam proses belajar di sekolah.7

Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disintesiskan bahwa belajar adalah perubahan serta peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seseorang deberbagai bidang yang terjadi akibat melakukan interaksi terus menerus dengan lingkungannya. Jika di dalam proses belajar tidak mendapatkan peningkatan kualitas dan kuantitas, dapat dikatakan bahwa orang tersebut mengalami kegagalan di dalam proses belajar.

2. Pengertian Hasil Belajar

Menurut Dimyati dan Mudjiono, hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila di bandingkan pada saat sebelum belajar.

Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesaikannya bahan pelajaran.8

Menurut Oemar Hamalik hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti.9

Berdasarkan teori Taksonomi Bloom hasil belajar dalam rangka studi di capai melalui tiga kategori ranah antara lain konitif, afektif, psikomotor.

Perinciannya adalah sebagai berikut:

6

Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Jakarta:PT Remaja Rosdakarya, 1996), h. 84.

7

Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta:Pedoman Ilmu Jaya, 1998), h.58.

8

Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran..., h. 250-251.

9

(19)

1. Ranah Kognitif

Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan penilaian. 2. Ranah Afektif

Berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi lima jenjang kemampuan yaitu menerima, menjawab atau reaksi, menilai, organisasi dan karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai.

3. Ranah Psikomotor

Meliputi keterampilan motorik, manipulasi benda-benda, koordinasi neuromuscular (menghubungkan, mengamati).10

Tipe hasil belajar kognitif lebih dominan daripada afektif dan psikomotor karena lebih menonjol, namun hasil belajar psikomotor dan afektif juga harus menjadi bagian dari hasil penilaian dalam proses pembelajaran di sekolah.

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.11

Hasil belajar di gunakan oleh guru untuk di jadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan pendidikan. Hal ini dapat tercapai apabila siswa sudah memahami belajar dengan didiringi oleh perubahan tingkah laku yang lebih baik lagi.

Howard Kingsley membagi 3 macam hasil belajar: a. Keterampilan dan kebiasaan

b. Pengetahuan dan pengertian c. Sikap dana cita-cita12

Pendapat dari Howard Kingsley ini menunjukkan hasil perubahan dari semua proses belajar. Hasil belajar ini akan melekat terus pada diri siswa karena sedah menjadi bagian dalam kehidupan siswa tersebut.

Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disintesiskan bahwa hasil belajar adalah suatu penialaian akhir dari proses dan pengenalan yang telah

10

Daryanto, Evaluasi Pendidikan, (Jakarta:Rhineka Cipta,2007), h.102-124

11

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Remaja

Rosdikarya, 2005), h. 22. 12

(20)

dilakukan berulang-ulang. Serta akan tersimpan dalam jangka waktu lama atau bahkan tidak akan hilang selama-lamanya karena hasil belajar turut serta dalam membentuk pribadi individu yang selalu ingin mencapai hasil yang lebih baik lagi sehingga akan merubah cara berpikir serta menghasilkan perilaku kerja yang lebih baik.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar itu dapat dibagi menjadi 2 bagian besar yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

a) Faktor internal

1) Faktor biologis (jasmaniah)

Keadaan jasmaniah yang perlu di perhatikan adalah:

a) Kondisi fisik yang normal atau tidak memiliki cacat sejak dalam kandungan sampai sesudah lahir. Kondisi fisik normal initerutama harus meliputi keadaan otak, panca indera, anggota tubuh.

b) Kondisi kesehatan fisik. Kondisi fisik yang sehat dan segar sangat mempengaruhi keberhasilan belajar. Dalam menjaga kesehatan fisik, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain makan dan minum yang teratur, olahraga serta cukup tidur.13

2) Faktor Psikologis

Faktor psikologis yang mempengaruhi keberhasilan belajar ini meliputi segala hal yang berkaitan dengan kondisi mental seseorang. Kondisi mental yang dapat menunjang keberhasilan belajar adalah kondisi mental yang mantap dan stabil. Faktor psikologis ini meliputi hal-hal berikut:

a) Intelegensi atau tingkat kecerdasan dasar berpengaruh besar terhadap keberhasilan belajar seseorang.

b) Kemauan dapat dikatakan faktor utama penentu keberhasilan belajar seseorang.

13

(21)

c) Bakat ini bukan menentukan mampu atau tidaknya seseorang dalam suatu bidang, melainkan lebih banyak menentukan tinggi rendahnya kemampuan seseorang dalam suatu bidang.

d) Daya ingat seseorang mempengaruhi keberhasilan belajar, yaitu daya jiwa untuk memasukkan, menyimpan dan mengeluarkan kembali suatu kesan dalam menerima pelajaran.

e) Daya konsentrasi seseorang untuk memfokuskan pikiran, perasan, kemauan dan panca indera satu objek juga mempengaruhi keberhasilan belajar.14

b. Faktor Eksternal

1) Faktor lingkungan keluarga

Faktor lingkungan rumah atau keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama pula dalam menentukan keberhasilan belajar seseorang.15 Suasana lingkungan rumah yang cukup tenang, adanya perhatian orangtua terhadap perkembangan proses belajar dan pendidikan anak-anaknya maka akan mempengaruhi keberhasilan belajarnya.

2) Faktor lingkungan sekolah

Lingkungan sekolah sangat diperlukan untuk menentukan keberhasilan belajar siswa. Hal yang paling mempengaruhi keberhasilan belajar para siswa disekolah mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi giri dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, pelajar, waktu sekolah, tata tertib atau disiplin yang di tegakkan secara konsekuen dan konsisten.16

3) Faktor limgkungan masyarakat

Seorang siswa hendaknya dapat memilih lingkungan masyarakat yang dapat menunjang keberhasilan belajar. Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap belajar siswa karena keberadaanya dalam masyarakat. Lingkungan yang dapat menunjang keberhasilan belajar diantaranya adalah, lembaga-lembaga pendidikan nonformal, seperti kursus bahasa asing, bimbingan tes, pengajian remaja dan lain-lain.17

14

Hakim, Belajar Secara..., h.12. 15

Hakim, Belajar Secara..., h.17 16

Slameto, Belajar dan Faktor..., h. 64. 17

(22)

Dengan memperhatikan faktor-faktor tersebut diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar seseorang dan dapat mencegah siswa dari penyebab-penyebab terhambatnya pembelajaran.

B.Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Sejarah adalah “Ilmu pengetahuan atau uraian tentang peristiwa-peristiwa yang benar-benar terjadi di

masa lampau”.18 Kebudayaan adalah “Hasil kegiatan dan penciptaan batin (akal budi) manusia, seperti kepercayaan, kesenian dan adat istiadat”.19

Kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian, nilai, norma, ilmu pengetahuan, serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius dan lain-lain.20

Dalam kurikulum Madrasah Tsanawiyah mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam adalah salah satu bagian mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang diarahkan untuk menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati Sejarah Kebudayaan Islam, yang kemudian menjadi dasar pandangan hidupnya (way of life) melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, penggunaan pengalaman dan kebiasaan.21

Sejarah sebagai pengetahuan yang merupakan capaian ranah kognitif dianggap sebagai capaian paling luar dari proses pembelajaran sejarah yang hakiki. Hal yang lebih mendasar adalah terletak pada kemampuan menggali nilai, makna, aksima, hikmah (ibrah), dalil dan teori dari fakta sejarah yang ada. Oleh karena itu dalam tema-tema tertentu indikator keberhasilan belajar akan sampai pada capaian ranah psikomotor. Jadi belajar Sejarah Kebudayaan Islam tidak saja merupakan transfer of knowledge tetapi juga merupakan pendidikan nilai (value education).

Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam mempunyai tiga fungsi dasar, sebagai berikut:

18

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:

Balai Pustaka,1988), cet. 1,h.794. 19

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar..., h. 131

20http://www.google.co.id/gwt/n?u=http/wikipedia.org%Budaya% 21

Direktorat Kelembagaan Agama Islam, Standar Kompetensi Madrasah Tsanawiyah,

(23)

1. Fungsi Edukatif, yaitu melalui sejarah peserta didik ditanamkan untuk menegakkan nilai, prinsip, sikap hidup yang luhur dan Islami dalam menjalankan hidup sehari-hari.

2. Fungsi Keilmuan, yaitu melalui sejarah peserta didik akan memperoleh pengetahuan yang memadai tentang masa lalu Islam dan kebudayaannya. 3. Fungsi Transformasi, yaitu sejarah merupakan salah satu sumber yang

sangat penting dalam rancang transformasi masyarakat.22

Sebagai bagian dari Pendidikan Agama Islam di madrasah, pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah Tsanawiyah memiliki tujuan sebagai berikut:

1. Memberikan pengetahuan tentang sejarah agama Islam dan kebudayaan Islam kepada peserta didik agar memiliki konsep yang objektif dan sistematis dalam perspektif historis.

2. Mengambil hikmah atau ibrah, nilai dan makna yang terdapat dalam sejarah.

3. Menanamkan penghayatan dan kemauan yang kuat untuk mengamalkan akhlak uang baik dan menjauhi akhlak yang buruk berdasarkan pengetahuannya atas fakta sejarah yang ada.

4. Membekali siswa untuk membekali kepribadiannya berdasarkan tokoh-tokoh teladan sehingga terbentuk kepribadian yang luhur.23

Dari uraian di atas, maka dapat di sintesiskan bahwa Sejarah Kebudayaan Islam merupakan salah satu bagian dari cabang ilmu Pendidikan Agama Islam di madrasah yang di dalamnya membahas tentang peristiwa-peristiwa penting, produk-produk peradaban Islam serta tokoh-tokoh pelopornya dalam sejarah dan kebudayaan Islam. Agar tertanamnya nilai-nilai kepahlawanan dan keilmuan dalam diri peserta didik.

C. Pengertian Quantum Learning

Quantum Learning berakar dari upaya Dr. George Lozanov,seorang pendidikn berkebangsaan Bulgaria yang bereksperimen dengan apa yang

22

Direktorat Kelembagaan Agama Islam, Standar Kompetensi..., h. 69.

23

(24)

disebutnya sebagai “suggestology” atau “suggestopedia”.Prinsipnya adalah bahwa sugesti dapat dan pasti mempengaruhi hasil situasi belajar,dan setiap detail apapun memberikan sugesti positif adalah mendudukan murid secara nyaman, memasang musik latar didalam kelas, meningkatkan partisipasi individu, menggunakan poster-poster untuk memberikan kesan besar sambil menonjolkan informasi dan menyediakan guru-guru yang trlatih baik dalam seni pengajaran sugesti.24

Istilah lain yang hampir dapat dipertukarkan dengan “suggestology”

adalah “pemercepat belajar” (accelerated learning). Pemercepat belajar di

definisikan sebagai “memungkinkan siswa untuk belajar dengan kecepatan yang

mengesankan, dengan upaya yang normal, dan di barengi “kegembiraan”. Cara ini

menyatukan unsur-unsur yang secara sekilas tampak tidak mempunyai persamaan: hiburan, permainan, warna, cara berpikir positif, kebugaran fisik, dan kesehatan emosional. Namun, semua unsur ini bekerja sama untuk menghasilkan pengalaman belajar yang efektif.25

Lingkungan belajar pada Quantum Learning harus diciptakan menyenangkan. Dalam buku The Accelerated Learning Handbook, Dave Meier, yang dikutip oleh Hernowo, menyenangkan atau membuat suasanan belajar dalam keadaan gembira bukan berarti menciptakan suasana ribut dan hura-hura.

Kegembiraan yang di maksud adalah bangkitnya minat, adanya keterlibatan penuh, serta terciptanya makna, pemahaman (penguasaan atas materi yang dipelajari), dan nilai yang membahagiakan pada diri siswa.26 Meier menambahkan pembelajaran yang menyenangkan adalah pembelajaran yang dapat membawa perubahan terhadap diri si pembelajar.27

Quantum Learning membahasakan kegembiraan dengan terbangunya emosi positif, seseorang yang dapat membangun emosi positif di dalam dirinya, tentulah ia akan menghadirkan suasana gembira. Frederickson menyebutkan

24

Bobby De Porter dan Mike Hernacky, Quatum Learning: Membiasakan Belajar

Nyaman dan Menyenangkan. (Bandung: Kaifa, 2003), h.14. 25

Porter dan Hernacky, Quatum Learning ..., h. 14

26

Hernowo, Menjadi Guru Yang Mau dan Mampu Mengajar Secara Menyenangkan

(Bandung: MLC, 2007), h.17 27

(25)

empat keadaan emosi positif: joy (kegembiraan), interest (ketertarikan), contentment (kepuasan atau kelegaan) dan love (cinta atau kasih sayang). Bayangkan jika setiap selesai proses belajar mengajar, senantiasa memiliki emosi positif. Apabila emosi positifterus di bangun, tentula hal-hal yang berkaitan dengan kehormatan diri dan kepercayaan diri akan semakin meningkat dan akhirnya, keberhasilan dalam proses belajar mengajar pun tidak harus dicapai secara 100%. Keberhasilan dapat dicapai di bawah 100% asal kemudian pencapaian itu terus dapat di tingkatkan akibat dari rasa senang yang terus menjalar di dalam diri. Dan proses peningkatan pencapaian kesuksesan dalam belajar atau mengajar hanya dapat tercapai dengan membangun emosi positif.

Otak merupakan organ tubuh yang kompleks. Otak manusia merupakan otak yang paling sempurna dibandingkan dengan otak binatang lainnya. Otak manusia memiliki kemampuan untuk belajar. Oleh karena itu otak manusia dapat dikatakan sebagai ota belajar. Otak manusia mempunyai tiga bagian dasar yaitu batang ota, sistem limbic, dan neokorteks. Seorang peneliti Dr. Paul MacLean

menyebutkan “otak triune”28 Neokorteks disebut juga “the thingking cap” atau otak berpikir atau otak rasional yang sekaligus menjadi bagian otak luar yang menutupi bagian otak yang ada di dalam yaitu sistem limbic. Neokorteks meliputi 80% dari seluruh volume otak manusia. Neokorteks pada ota manusia memberikan kemampuan untuk berpikir, berpersepsi, berbicara, berprilaku dan sebagainya.29

Roger Speryy, mengatakan bahwa otak memiliki dua belahan, yaitu belahan otak kiri dan belahan otak kanan. Masing-masing kedua belahan ini bertanggung jawab terhadap cara berpikir dan masing-masing memiliki spesialisasi dalam kemampuan-kemampuan tertentu.30

Secara umum otak kiri memainkan peranan penting dalam pemprosesan logika, kata-kata, matematika dan urutan. Disebut juga sebagai otak yang berkaitan dengan akademis. Sedangkan otak kanan berkaitan dengan irama,

28

Porter dan Hernacky, Quatum Learning ..., h. 26

29

Taufik Bahaudin, Brainware Management: Generasi Kelima Manajemen Manusia,

(Jakarta:Elex Media Komputindo, 1999), h.57-60. 30

(26)

musik, gambar dan imajinasi atau di sebut juga otak yang berkaitan dengan aktifitas kreatif. Cara berpikir otak kiri sesuai untuk tugas-tugas teratur ekspesi verbal seperti membaca atau menulis. Sedangan cara berpikir otak kanan sesuai untuk mengetahui yang bersifat non verbal seperti perasaan dan emosi.31 Kedua belahan otak ini dihubungkan oleh corpus collosum yang secara onstan menyeimbangkan pesan-pesan yang datang dan menggabungkan gambar yang abstrak dan holistic dengan pesan kongkrit dan logis.32

Quantum Learning mencakup aspek-aspek penting dalam program

neurolinguistik (NLP) hubungan antara bahasa dan perilaku dan dapat digunakan untuk menciptakan jalinan pengertian antara siswa dan guru. Para pendidik dengan pengetahuan NLP dapat mengetahui bagaimana menggunakan bahasa yang positif untuk meningkatkan tindakan-tindakan yang positif, faktor penting untuk merangsang fungsi otak yang paling efektif. Semua ini apat pula menunjukkan dan menciptakan gaya belajar terbaik dari setiap orang dan

menciptakan “pegangan” dari saat-saat keberhaasilan yang meyakinkan.33

Memahami komponen-komponen otak dan mengetahui bagaimana otak bekerja akan membuat seseorang dapat belajar secara efektif dan menyenangkan. Seorang peneliti yang juga psikolog bernama Howard Gardner, menemukan bahwa didalam otak terdapat beberapa area yang menunjukkan jenis-jenis kecerdasan tertentu.

Dan dalam penelitiannya Gardner menemukan tujuh macam kecerdasan (multiple intelligences), yaitu:

1. Kecerdasan musik.

Kecerdasan musik berdiri dengan sendirinya, keterampilan musik dapat di sebut suatu kecerdasan. Bagian tertentu dari otak berperan penting dalam persepsi dan produksi musik. Daerah ini mempunyai karakteristik terletak di belahan otak sebelah kanan.

31

Porter dan Hernacky, Quatum Learning ..., h. 36

32

Gordon Dryden Jeanette Vos, Revolusi Cara Belajar: The Learning Revolution Bagian

I, (Bandung: Kaifa,2003), h. 125

(27)

2. Kecerdasan gerakan badan (kinestetik)

Pengendalian gerakan badan terletak di konteks motoris, dengan setiap belahan otak mendominasi atau mengendalikan gerakan badan yang berada di sisi berlawanan. Gerakan badan memiliki keunggulan yang jelas dan tidak semua orang dapat memilikinya.

3. Kecerdasan logika-matematika

Daerah tertentu dari otak lebih menonjol dalam perhitungan matematika di banding daerah yang lain. Fakta penting mengenai kecerdasan logia matematika yaitu dalam diri orang berbakat, proses dari penyelesaian masalah sering verlangsung cepat. Ilmuan yang sukses memikirkan banyak variable sekaligus dan membuat sejumlah hipotesis yang masing-masing di evaluasi kemudian diterima atau di tolak secara bergantian.

4. Kecerdasan linguistik

Keterampilan linguistik merupakan suatu kecerdasan yang tidak dapat dimiliki oleh setiap orang. Ada orang yang dapat memahami kata-kata dan kalimat cukup baik tetapi mengalami kesulitan membuat kata-kata menjadi kalimat kecuali kalimat sederhana.

5. Kecerdasan ruang

Kemampuan membentuk model dari ruang dan mampu melakukan tindakan dengan menggunakan model itu. Seorang nelayan melakukan pelayanan tanpa adanya instrumen. Hanya posisi bintang dan pola cuaca. Ketika akan menangkap ikan dia tidak dapat melihat letak ikan, sebaliknya dia memetakan lokasinya berupa gambar posisi ikan di dalam hati

6. Kecerdasan antar pribadi.

(28)

7. Kecerdasan intra pribadi

Kecerdasan pribadi merupakan aspek internal dari seseorang, akses merasa hidup dari diri sendiri, emosi sendiri, mempengaruhi emosi dan pada akhirnya di gunakan sebagai pedoman tingkah laku.34

Dari tujuh kecerdasan di atas, dapat di ketahui bahwa setiap individu memiliki kecerdasan berbeda yang dimilikinya sejak lahir. Dan kecerdasan dijadikan seseorang untuk melakukan kerjasama, mengatasi masalah, menentukan profesi serta menentukan egemaran. Akan tetapi, dalam masyarakat kecerdasan logika-matematika dan kecerdasan linguistik masih di agungkan. Sebagian pengujian berdasarkan pada penghargaan yang tinggi pada keterampilan verbal dan matematika. Oleh karena itu, sebagai pendidik harus memahami kemampuan dan minat siswa yang di didiknya. Gunakan kecerdasan majemuk, dengan melihat kemampuan ruang, kemampuan pribadi dan lainnya, dan tidak menggunakan kecerdasan logika-matematika dan kecerdasan linguistik saja dalam mengukur kecerdasan seseorang. Karena sampai saat ini secara tidak langsung kedua kecerdasan itu saja yang masih di jadikan ukuran. Jadi, pahami kecerdasan setiap siswa agar kecerdasan yang lainnya dapat terungkap serta dapat menunjang prestasinya.

Setiap orang pasti mempunyai peluang untuk mengembangkan satu atau dua jenis kecerdasan secara menonjol. Kecerdasan tidak tunggal, jadi apabila pendidikan dapat mengembangkan seluruh kecerdasan yang ada pada setiap anak, maka pendidikan itu akan meraih sukses besar. Dengan menggunakan teori Gardner, akan mendorong pendidik untuk mengajar kreatif dan akan memandang anak didiknya secara positif.

Quantum Learning dapat didefinisikan sebagai interaksi-interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya. Semua kehidupan adalah energi. Tubuh secara fisik adalah materi. Sebagi peljar, memiliki tujuan untuk meraih sebanyak mungkin cahaya interaksi, hubungan, inspirasi agar menghasilkan energi cahaya.35 Quantum Learning adalah seperangkat metode dan falsafah belajar yang terbukti efektif untuk semua umur.36

34

Howard Gardner, Multiple Intelligences, (Batam: Interaksa, 2003), h. 36-46

35

Porter dan Hernacky, Quantum Learning ..., h. 16

36

(29)

Quatum Learning menggabungkan sugestologi, teknik pemercepat belajar dan NLP dengan teori, keyakinan dan metode sendiri. Termasuk di antaranya konsep-konsep kunci dari berbagai teori dan strategi belajar yang lain, seperti:

1. Teori otak kanan/otak kiri 2. Teori otak triune (3 in 1)

3. Pilihan modalits (visual, auditorial, kinestetik) 4. Teori kecerdasan ganda

5. Pendidikan hilistic (menyeluruh) 6. Belajar berdasarkan pengalaman

7. Belajar dengan simbol (metaphorik learning) 8. Simulasi/permainan.37

Jadi dapat di sintesiskan Quantum Learning adalah gabungan kegiatan yang seimbang antara bekerja dan bermain, dengan kecepatan yang mengesankan dan dibarengi dengan kegiatan yang menggembirakan. Serta efektif di gunaan oleh semua umur.

D. Cara Penggunaan Quatum Learning 1. Penemuan AMBAK

Dalam bahasa Quantum Learning, merumuskan tujuan disebut sebagai

proses mencari AMBAK. AMBAK adalah akronim dari “Apa Manfaatnya bagiku?”38

. Menurut Quantum Learning, AMBAK yang sangat jelas dan spesifik akan dapat memotivasi seseorang untuk melakukan suatu kegiatan secara hebat. AMBAK yang dapat memotivasi diri dapat dilakukan lewat kegiatan bertanya.

Menurut Quantum Learning, AMBAK yang sangat jelas dan spesifik akan dapat memotivasi seseorang untuk melakukan suatu kegiatan secara hebat. AMBAK yang dapat memotivasi diri dapat dilakukan lewat kegiatan bertanya. AMBAK membantu untuk membangun emosi negatif yang telah bersemayam lama di dalam diri seseorang. AMBAK juga akan mendorong pengajar mengaitkan materi pelajaran yang di ajarkan dengan keseharian anak didik.

37

Porter dan Hernacky, Quantum Learning ..., h. 16

38

(30)

Informasi formal tidak dapat begitu saja di gali dari teks atau pendidik dan tersimpan sebagai pengetahuan instan dalam pikiran siswa. Informasi harus diolah lebih dulu sebelum menjadi informasi yang bermanfaat di dalam otak siswa. Menurut Win Wenger tidak ada yang disebut mengajar karena semua pembelajaran adalah hasil kreasi pemelajar.39 Maksudnya pembelajaran tidak mungkin sesuai dengan himpunan informasi yang disampaikan kepada pembelajar melalui teks atau pendidik, tetapi tidal ada pembelajaran yang berlangsung tanpa diciptakan sendiri oleh siswa.

Oleh sebab itu, AMBAK sangat dibutuhkan dalam setiap pembelajaran. Karena tanpa informasi yang didapatkan dalam proses belajar mengajar akan terbuang sia-sia. Dan dengan meniptakan AMBAK pada diri masing-masing diharapkan dapat meningkat rasa ingin tahu seseorang untuk mempelajari suatu bidang dan menambah keinginan untuk mempelajari bidang lainnya.

2. Pemberian pujian positif

Ucapkanlah pujian setiap kali menyelesaikan suatu pekerjaan. Ulangi pujian setiap kali memerlukannya. Ubahlah umpan balik negatif dengan cara sepositif mungkin sehinga dapat menimbulkan emosi positif yang membuat kerja otak lebih efktif.40

3. Penggunaan tempat yang nyaman dan menyenangkan untuk belajar

Jika melakukan pekerjaan dilingkungan yang ditata dengan baik, maka lebih mudah untu mengembangkan dan mempertahankan sikap juara. Jika ditata dengan baik, lingkungan dapat menjadi sarana yang bernilai dalam membangun dan mempertahankan sikap positif.41 Sebelum suatu pelajaran dimulai, ubahlah ruang kelas menjadi suatu tempat di mana siswa akan merasa nyaman, terdorong, dan mendapat dukungan. Masukkan tanaman dan musik, dan jika di perlukan sesuaikan temperatur kelas. Hiasi dinding-dinding dengan poster indah dan tulisan-tulisan yang bermakna positif.

39

Win Wenger, Beyond Teaching and Learning: Memadukan Quantum Teaching dan Quantum Learning. (Bandung: Nuasa, 2004) h, 96

40

Porter dan Hernacky, Quantum Learning ..., h. 38

41

(31)

4. Pencarian cara belajar diri

Ketahuilah gaya belajar diri sendiri. Akrab dengan gaya belajar sendiri akan membantu untuk mempermudah dan mempercepat pembelajaran. Dan juga, dapat mempermudah mengetahui cara belajar orang lain. Sehingga dengan mudah melakukan penyesuaian-penyesuaian diri dalam menerima masukan dan dapat mempererat hubungan kerjasama antar individu.

Gaya belajar adalah kunci untuk mengembangkan kinerja dalam pekerjaan, disekolah, dan dalam situasi-situasi antar pribadi.42 Dengan memahami gaya belajar yang berbeda membantu para guru untuk mendekati murid di mana pun. Banyak ciri-ciri perilaku merupakan petunjuk kecenderungan belajar. Berikut ini cara-cara menentukan gaya belajar siswa:

a. Orang Visual

1) Mengingat apa yang dilihat, daripada yang di dengar 2) Mengingat dengan asosiasi visual.

3) Biasanya tidak terganggu oleh keributan.

4) Mempunyai masalah untuk mengingat intruksi verbal kecuali ditulis. 5) Lebih suka membaca daripada dibacakan.

6) Mencoret-coret tanpa arti selama berbicara ditelepon dan dalam rapat. 7) Lupa menyampaikan pesan verbal kepada orang lain.

8) Lebih suka melakukan demonstrasi daripada berpidato.

9) Sering kali mengetahui apa yang harus di katakan, tetapi tidak pandai memilih kata-kata.

b. Orang Auditorial

1) Berbicara kepada diri sendiri saat bekerja. 2) Mudah terganggu oleh keributan.

3) Menggerakan bibir mereka dan mengucapkan tulisan di buku ketika membaca

4) Lebih suka musik daripada seni.

5) Suka berbicara, suka berdiskusi, dan menjelaskan sesuatu panjang lebar. 6) Lebih suka gurauan lisan daripada membaca komik

42

(32)

c. Orang kinestetik

1) Menyentuh orang untuk mendapat perhatian mereka. 2) Selalu berorientasi pada fisik dan banyak bergerak. 3) Belajar melalui, memanipulasi, dan praktik.

4) Menghapal dengan cara berjalan dan melihat. 5) Menggunakan jari penunjuk ketika membaca. 6) Banyak menggunakan isyarat tubuh.

7) Tidak dapat duduk diam untuk waktu lama.

8) Tidak dapat mengingat geografi kecuali jika mereka memang telah perna berada di tempat ituu.

9) Emungkinan tulisannya jelek.

10) Menyukai permainan yang menyibukkan.43

Dengan mengetahui cara belajar masing-masing individu. Maka diharapkan siswa dengan mudah dapat menyerap segala informasi dan menghilangkan kejenuhan disaat proses belajar mengajar berlangsung, khususnya pada bidang studi Sejarah kebudayaan Islam yang memerlukan pemahaman yang mendalam.

5. Penggunaan peta pikiran (mond map)

Informasi yang di peroleh siswa dalam bentuk materi pelajaran akan diolah dan disimpan menjadi sebuah ingatan. Siswa menginginkan materi pelajaran yang diterima dalam proses belajar menjadi sebuah ingatan panjang. Siswa melakukan berbagai hal untuk menyimpan ingatan jangka panjang tersebut salah satunya dengan cara mencatat materi pelajaran yang telah dipelajari.

Mencatat merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan daya ingat. Tujuan pencatatan adalah membantu mengingat informasi yang tersimpan dalam memori tanpa mencatat dan mengulang informasi.

Otak manusia dapat menyimpan segala sesuatu yang dilihat, didengar, dirasakan. Namun, otak tidak dapat langsung mengolah informasi menjadi bentuk rapi dan teratur akan tetapi harus mencari, memilih, merumuskan dan merangkainya dalam gambar-gambar, simbol-simbol, suara, citra, bunyi dan perasaan sehingga informasi yang keluar satu persatu di hubungkan oleh logika, diatur oleh bahasa dan menghasilkan arti yang dipahami.

43

(33)

Peta pikiran adalah pemanfaatan keseluruhan otak dengan menggunakan citra visual dan prasarana grafis lainnya untuk membentuk kesan.44

Teknik pencatatan ini di kembangkan pada tahun 1970-an oleh Tony Buzan dan didasarkan pada riset tentang bagaimana cara kerja otak yang sebenarnya. Otak sering kali mengingat informasi dalam bentuk gambar, simbol, suara, bentuk-bentuk dan perasaan.45 Dalam mencatat sebaiknya tidak hanya menggunakan teks, namun juga memanfaatkan gambar. Jika perlu perkaya catatan dengan warna, sebab otak senang dengan warna.

Peta pemikiran merupakan teknik yang paling baik dalam membantu proses berpikir otak secara teratur karena menggunakan teknik grafis yang berasal dari pemikiran manusia yang bermanfaat untuk menyediakan kunci-kunci universal sehingga membuka potensi otak.46 Peta pikiran adalah teknik meringkas bahan yang akan di pelajari dan memproyeksikan masalah yang di hadapi ke dalam bentuk peta atau teknik grafis sehingga lebih mudah memahaminya.47 Peta pemikiran merupakan teknik visualisasi verbal ke dalam gambar. Peta pikiran sangat bermanfaat untuk memahami materi, terutama materi yang diberikan secara verbal. Peta pikiran bertujuan untuk membuat materi pelajaran terpola secara visual dan grafis yang akhirnya dapat membantu merekam, memperkuat dan mengingat kembali informasi yang telah di pelajari.48

Mengulangi catatan, jika catatan-catatan tersebut di buat dalam bentuk peta pikiran.49

Peta pikiran mempunyai kelebihan dibandingkan cara catatan yang lain. Dengan beberapa keunggulannya antara lain:

1) Berupa tulisan, simbol dan gambar. 2) Berwarna-warni.

44

Porter dan Hernacky, Quantum Learning ..., h. 152

45

Porter dan Hernacky, Quantum Learning ..., h. 152

46

Tony dan Bary Buzan, Memahami Peta Pikiran: The Mind Map Book,

(Batam:Interaksa,2004), h. 68 47

Iwan Sugiarto, Mengoptimalkan Daya Kerja Otak Dengan Berpikir Holistik dan Kreatif, (Jakarta:Gramedia Pustaka Utama, 2004), h.75

48

Eric Jensen dan Karen Makowitz, Otak sejuta Gygabite: Buku Pintar Membangun Ingatan Super, (Bandung:Kaifa, 2002), h.95

49

(34)

3) Untuk meriview ulang diperlukan waktu yang pendek. 4) Waktu yang diperlukan untuk belajar lebih cepat dan efektif. 5) Membuat individu menjadi lebih kreatif.50

6) Perayaan keberhasilan

Ketika tujuan telah tercapai maka rayakanlah. Perayaan prestasi akan memberikan perasaan keberhasilan, penyelesaian dan kepercayaan, kemudian akan membantu tujuan yang berikutnya.51

.

50

Sugiarto, Mengoptimalkan Daya..., h. 76 51

(35)

25 A.Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat penelitian

Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII MTs Al-Adzkar yang berjumlah 51 orang.

2. Waktu penelitian

Penelitian ini mengambil lokasi di Madrasah Tsanawiyah al-Adzkar Pamulang. Adapun waktu penelitian ini dilaksanakan selama tiga siklus atau tiga kali pertemuan, yaitu dari tanggal 16 Desember sampai 30 Februari 2014.

B.Metode Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti menerapkan penelitian tindakan kelas (classroom action research), yaitu sebuah kegiatan penelitian yang dilakukan dikelas terhadap proses belajar mengajar Sejarah Kebudayaan Islam menggunakan metode Quantum Learning dengan menggunakan beberapa siklus. Masing-masing siklus terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan tindakan (planning), penerapan tindakan (action), mengobservasi dan mengevaluasi proses dan hasil tindakan (Observing), dan melakukan refleksi (reflecting) dan seterusnya sampai perbaikan atau peningkatan yang di harapkan.1 Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakuan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaii atau meningkatkan praktik-praktik pembelajaran dikelas secara lebih profesional.2

1

Suharsimi Ariunto,dkk, Penelitian Tindaan Kelas, (Jakarta : Bumi Aksara, 2008), cet.

ke-V, h. 16 2

Suyanto, Pedoman Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta : Departemen

(36)

C. Tahap-tahap Penelitian SIKLUS I

a) Perencanaan

Observer dan kolaborator mendiskusikan tindakan yang akan dilakukan untuk dapat memecahkan masalah yang dijumpai, menyusun rencana pembelajaran yaitu dengan menggunakan metode Quantum Learning. Mengumpulkan bahan dan media pembelajaran. Selanjutnya observer melakukan pelatihan terhadap kolaborator (Guru) agar guru tersebut dapat melaksanakan tindakan sesuai dengan skenario.3

a) Tindakan

Kolaborator melaksanakan tindakan sesuai dengan skenario yaitu dimulai dengan memperkenalkan gaya belajar masing-masing anak serta menjelaskan prosedur pembelajaran dengan menggunakan Quantum Learning. Kemudian mengajarkan cara menggunakan AMBAK dan peta pikiran.

b) Observasi

Peneliti melakukan pengamatan dan mencatat semua proses yang terjadi dalam tindakan pembelajaran. Menilai tindakan yang telah dilakukan mengenai kekurangannya baik ketidak sesuaian antara tindakan dengan skenario maupun respons siswa yang berbeda dengan yang diharapkan.

c) Refleksi

Setelah melakukan evaluasi tindakan meliputi mutu dan waktu dari setiap tindakan, observer dan kolaborator melakukan diskusi tentang hasil evaluasi skenario tersebut. Selanjutnya memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai hasil evaluasi, untuk digunakan pada siklus berikutnya.

SIKLUS II

a) Perencanaan

Tim mendiskusikan tindakan yang aan dilakukan pada siklus II, sesuai dengan hasil pengamatan pada siklus I. Memperbaiki skenario ataupun tindakan sehingga akan mendapatkan hasil yang lebih memuaskan. Mengumpulkan bahan-bahan dan media pembelajaran untuk membantu proses belajar.

3

Suharsimi Arikunto, dkk, Peneltian Tindakan Kelas, (Jakarta : Bumi Aksara, 2008), cet.

(37)

b) Tindakan

Kolaborator melaksanaan tindakan sesuai dengan skenario pembelajaran yang telah dirancang bersama peneliti.

c) Observasi

Peneliti dan kolaborator melakuan pengamatan dan mencatat semua proses yang terjadi dalam tindakan pembelajaran (semangat siswa, dan tingat pamahaman siswa). Mengamati semua kekurangan dan kelebihannya. Mengalami kemajuan, kemunduran atau tetap seperti siklus pertama.

d) Reflesi

Peneliti dan kolaborator melakukan tindakan yang telah dilakukan pada siklus II ini, meliputi perubahan mutu dan waktu dari setiap tindakan yang dilakuan pada siklus II. Kemudian observer dan kolaborator mendiskusikan hasil evaluasi dan memperbaiki tindakan yang tidak sesuai dengan skenario agar dapat dijadikan acuan perbaikan untuk pelaksanaan siklus berikutnya.

D. Teknik Analisi Data

Data yang terkumpul pada siklus pertama dianalisis observer dan didiskusikan bersama kolaborator, kemudian di deskripsikan sebagai bahan penyusunan pada pembelajaran siklus ke dua.

Data yang terkumpul pada siklus pertama dan siklus kedua yang diperoleh melalui observasi langsung dan tes, kemudian diamati dan dianalisis oleh observer dan kolaborator, selanjutnya dideskripsikan sebagai bahan untuk mencari alternatif tindakan lain untuk melakukan siklus berikutnya, apabila pada siklus kedua ini pelaksanaan proses belajar belum mengalami kemajuan.

Berdasarkan sifat dan jenis data dalam penelitian tindakan kelas ini, maka penulis menganalisi data dengan menggunakan tehnik analisa komparasional. Teknik komparasional adalah tehnik analisa statistik yang melakukan perbandingan antara dua variabel.4

4

Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005),

(38)

Adapun rumus yang penulis gunakan untuk menganalis data yang telah

didapat adalah rumus Tes “t” untuk dua sampel kecil yang saling berhubungan.

Secara operasional analisis dilakukan melalui tahap-tahap sebagai berikut : 1. Mencari D (Difference = Perbedaan) antara skor Variabel I dan skor

Variabel II. Variabel I diberi lambang X dan Variabel II diberi lambang Y, maka D = X – Y.

2. Menjumlahkan D, sehingga di peroleh ∑ D.

3. Mencari Mean dari Difference, dengan rumus MD = ∑

4. Menguadratkan D, setelah itu dijumlahkan sehingga diperoleh ∑ 2. 5. Mencari Deviasi Standar dan Difference (SDD), dengan rumus: 6. Mencari Standard Error dari Mean of Difference, yaitu

7. Mencari to dengan menggunakan rumus

8. Memberikan interprestasi terhadap “to” dengan prosedur kerja sebagai berikut:

a. Menguji signifikasi to dengan cara membandingkan besarnya to (“t”

yang tercantum dalam Tabel Nilai “t”), dengan terlebih dahulu

menetapkan degrees of freedom nya (df) atau derajat kebebasannya (db), yang dapat diperoleh dengan rumus: df atau db = N – 1.

(39)

Interprestasi Data

Besarnya “to” Intrpretasi 0,0-0,1

0,1-0,4

0,4-0,7

0,7-0,9

0,9-10

Antara variabel Xdan Y memang terdapat perbandingan, akan tetapi perbandingan itu sangat lemah atau sangat rendah.

Antara variabel X dan variabel Y terdapat perbandingan yang lemah atau rendah.

Antara variabel X dan variabel Y terdapat perbandingan yang sedang atau cukup.

Antara variabel X dan variabel Y terdapat perbandingan yang kuat dan tinggi.

Antara variabel X dan variabel Y terdapat perbandingan yang sangat kuat.

(40)

30 A. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Madrasah Tsanawiyah Al-Adzkar Pamulang yang beralamat di Jalan Pinang RT.2/14 kelurahan Pamulang Timur kecamatan Pamulang Tangerang Selatan. Sedangkan yang dijadikan sebagai kelas pelaksanaan penelitian adalah kelas VII Mts al-Adzkar yang berjumlah 50 orang.

Fasilitas penunjang pendidikan terdiri dari satu ruang kepala sekolah, satu ruang guru, satu ruang tata usaha, empat ruang kelas, empat puluh toilet, dua mushola, satu kantin, lapangan dan area parkir.

1. Visi dan Misi Madrasah Tsanawiyah Al-Adzkar a. Visi

Terwujudnya pesantren Al-Adzkar yang modern, Unggul dalam ilmu keislaman, pengetahuan umum dan teknologi, serta mengedepankan bahasa Arab dan bahasa Inggris dalam berkomunikasi.

b. Misi

1) Mengajarkan ilmu keislaman, pengetahuan umum dan tenologi secara terpadu

2) Menyelenggaraan pendidikan tahsin dan tahfizh Al-Qur’an, serta bahasa Arab dan Inggris secara berkesinambungan

3) Membiasaan siswa dengan adab dan akhlak Islami serta hidup mandiri, sederhana dan disiplin

4) Menyelenggarakan pendidikan pesantren yang sehat, bersih, tertib dan nyaman.

Keadaan guru dan siswa MTs Al-Adzkar adalah: a. Guru dan Karyawan

(41)

2 orang tenaga tata usaha, 2 orang pesuruh. Guru Sejarah Kebudayaan Islam di MTs Al-Adzkar adalah bapak Roni Hidayat, Lc. MA yang mengajar pada kelas VII dan VIII.

b. Siswa

[image:41.595.107.527.111.394.2]

Jumlah keseluruhan siswa MTs Al-Adzkar saat ini berjumlah 88 siswa dengan perincian pada tabel sebagai berikut:

Tabel. 1

Jumlah Siswa MTs Al-Adzkar Pamulang No. Tingkat Jumlah kelas Jumlah siswa

1 VII 1 24

2 VIII 1 40

3 IX 1 44

JUMLAH 3 108

B. Situasi Kelas Sebelum Diterapkan Quantum Learning

Sebelum diterapkan Quantum Learning situasi kelas pada proses pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam kurang kondusif, hanya beberapa siswa saja yang terlibat aktif dalam pembelajaran. Hal ini dikarenakan karena pembelajaran cenderung berpusat pada gru (teacher centered) dengan di gunakannya metode ceramah dalam menyampaikan materi kepada siswa, sehingga guru menentukan secara mutlak materi yang ia ajarkan dan siswa hanya sekedar mendapatkan informasi atas materi yang mereka pelajari.

(42)

Hasil belajar Sejarah Kebudayaan Islam yang di peroleh siswapun masih rendah dan nilai rata-rata kelasnya belum mencapai Kriteria Ketuntasan Maksimum (KKM) yang ditetapkan sekolah yaitu 6,5.

C. Temuan Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti sebagai observer dan yang bertinda sebagai pelaksana adalah guru SKI yang sebenarnya (kolabolator). Adapun kelas pelaksanaan penelitian adalah kelas VII. Kelas tersebut dipilih atas pertimbangn kepala sekolah dan guru SKI yang mengajar di kelas VII sewaktu peneliti melakukan observasi awal, karena sebagian besar siswanya kurang mampu memahami dan mengingat materi pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam yang baru pertama kali di dapatkan dan nilai rata-ratanya masih rendah belum mencapai Kriteria Ketuntasan Maksimum (KKM) yang ditetapkan yaitu 6,5.

Pada pelaksanaan penelitian, peneliti mencoba untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran SKI melalui Quantum Learning. Hasil belajar SKI dalam penelitian ini akan di ukur dari hasil Post Test yang akan dilaksanaan pada setiap siklus penelitian. Untuk dapat memecahkan masalah yang telah peneliti temukan pada awal penelitian, peneliti dibantu oleh kolabolator merancang kegiatan selama penelitian tindakan berlangsung. 1. Siklus Pertama

(43)
[image:43.595.105.544.147.625.2]

Gambar. 1

Diagram Proses Pembelajaran Siklus I

a. Perencanaan

Peneliti mendiskusikan terlebih dahulu dengan guru mata pelajaran SKI kelas VII yang bertindak sebagai kolaborator dengan berpedoman kepada program kerja guru MTs pelajaran SKI Kelas VII. Standar kompetensi pada siklus pertama ini adalah “Memahami Biografi Khalifah Muawiyah bin Abu Sofyan” dengan kompetensi dasar siswa mampu Bersama kolaborator

peneliti merinci masalah yang terjadi dari segi materi, siswa proses pelaksanaan pembelajaran SKI

Rencana pembelajaran SKI menggunakan metode Quantum Learning. Materi yang diberikan pada siklus I ini adalah mengenai

“Biografi Khalifah Muawiyah bin Abu Sofyan”

(RANCANGAN TINDAKAN)

OBSERVASI

REFLEKSI TINDAKAN

Peneliti bersama kolaboraior melakukan pengamatan selama proses pembelajaran berlangsung.

Pelaksanaan kegiatan pembelajaran menggunakan

(44)

menjelaskan biografi empat khalifah sahabat Rasulullah. Indikatornya adalah menceritakan Biografi Khalifah Muawiyah bin Abu Sofyan.

Materi pokok yang diberikan pada siklus pertama ini adalah “Biografi Khalifah Muawiyah bin Abu Sofyan”. Sebelum kegiatan pembelajaran dimulai, peneliti dan kolaborator sudah terlebih dahulu mempersiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sudah disusun sebelumnya. Hal ini perlu dilakukan agar kegiatan pembelajaran tidak menyimpang dari apa yang sudah direncanakan sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan lancar.

b. Tindakan

Kegiatan pembelajaran pada siklus pertama ini dilaksanakan pada Senin, 30 Desember 2013 pukul 11.00-12.30 WIB dengan alokasi waktu 2 x 45 menit. Pada saat pelajaran akan dimulai masih ada siswa yang berada diluar kelas, sibuk bercermin, mengobrol dan satu siswa yang asyik memainkan gitar. Setelah dipastikan semua siswa telah masuk ke dalam kelas kemudian guru membacakan absensi kehadiran siswa untuk mengetahui apakah seluruh siswa hadir pada proses pembelajaran siklus pertama. Pada siklus pertama dipastikan siswa hadir semua.

Guru menyampaikan kepada siswa mengenai indikator dan materi yang akan di pelajari pada siklus pertama ini. Selanjutnya guru mengawali materi pada hari ini dengan apersepsi dan motivasi.

Pada apersepsi, guru menjelaskan prosedur dan proses pembelajaran dengan menggunakan Quantum Learning, serta mengulang kembali materi yang telah dipelajari sebelumnya. Kemudian guru menggali pengetahuan siswa tentang Biografi Khalifah Muawiyah bin Abu Sofyan.

(45)

Dinasti Umayyah. Guru memberikan kesempatan kepada siswa lain untuk menambahkannya, dan seorang siswa bernama Nadhira menambahkan Muawiyah bin Abu Sofyan adalah pelopor berdirinya Daulah Umayyah.

Sebelum masuk ke materi guru bertanya kepada siswa tentang manfaat mempelajari Biografi Khalifah Muawiyah bin Abu Sofyan bagi dirinya. Kelas pun menjadi gaduh, guru berusaha menenangkan kelas. Kemudian memberikan pertanyaan apa manfaatnya (AMBAK) secara acak. Salah seorang siswa menjawab bahwa manfaat mempelajari Biografi Khalifah Muawiyah bin Abu Sofyan adalah agar ulangan SKI nya bagus. Keadaan kelas menjadi gaduh kembali akibat jawaban tersebut, setelah itu ada siswa lain yang menjawab AMBAK bagi dirinya adalah agar dirinya dapat mengetahui siapa Khalifah Muawiyah bin Abu Sofyan itu. Setelah kedua siswa tersebut mengatakan manfaat mempelajari materi hari ini, kemudian guru memberikan pujian positif yang diharapan akan membangun motivasi siswa, namun keadaan kelas menjadi ramai. Guru menenangkan kelas dan selanjutnya guru menjelaskan bahwa sebelum memulai pelajaran sebaiknya menentukan manfaat yang akan diperoleh setelah mempelajari meteri tersebut, dengan demikian materi yang dipelajari dapat tercapai sempurna. Karena itulah mulai dari sekarang ingat selalu konsep AMBAK (Apa Manfaatnya BagiKu).

(46)

Pre test selesai, guru mulai menjelaskan materi “Biografi Khalifah Muawiyah bin Abu Sofyan” sesuai indikator dengan menggunakan peta pikiran. Kemudian guru pun menyuruh siswa mencatat materi hari ini dengan menggunakan peta pikiran dan dengan kreatifitas masing-masing. Setelah selesai menjelaskan materi, guru memberiakan kesempatan pada siswa untuk bertanya mengenai materi yang telah dijelaskan. Salah

seorang siswa bernama Farah Safin mengajukan pertanyaan “mengapa

Muawiyah yang menjadi Khalifah pertama Daulah Umayyah?” Guru mencoba merangsang siswa untuk menjawab pertanyaan tersebut. Satu

orang siswa bernama Tri Yulianto menjawab “karena Muawiyah merupakan seorang yang mengukuhkan berdirinya Daulah Umayyah”.

Kemudian ada satu siswa lagi bernama Rahmawati menambahkan “karena

Muawiyah telah berhasil menurunkan Hasan bin Ali dari tahtanya”. Lalu guru menambahkan jawaban yang sudah diberikan dua siswa tersebut bahwa Muawiyah menjadi Khalifah pertama dari Daulah Umayyah karena ia adalah keturunan pertama dari Dinasti Bani Umayyah yang telah berhasil merebut kekuasaaan dari Hasan bin Ali yang menduduki kepemimpinan pemerintahan Khulafaurrasyidin setelah wafatnya Kalifah Ali bin Abi Thalib, dan kemudian memperoleh berdirinya kedaulatan baru yang berbentuk kerajaan yaitu Daulah Bani Umayyah.

(47)

diperhitungkan sebelumnya dan memberi motivasi pada siswa bahwa mereka bisa mengerjakan soal tersebut tepat pada waktunya dan tanpa melihat buku paket. Dengan tidak melihat buku paket dapat diketahui kemampuan mengingat dan memahami pelajaran setelah menggunakan Quantum Learning.

Selama mengerjakan soal Post test, peneliti bersama kolaborator memperhatikan seluruh siswa untuk dapat mengetahui siswa mana saja yang tidak mengerjakan tugas. Ada satu orang siswa yang tidak mengerjakan soal Post Test tersebut dan sedang bercermin. Guru kemudian menghampirinya dan memberikan sanjungan bahwa tanpa bercermin pun dirinya sudah cantik. Dengan tersipu malu akhirnya siswa tersebut langsung mengerjakan tugas Post Test kembali. Peneliti dan kolaborator kembali melakukan pemantauan, dan dari pemantauan dapat dipastikan seluruh siswa telah mengerjakan soal Post Test. Suasana kelas agak sedikit terganggu sebab ada beberapa siswa yang berusaha bertanya kepada teman sebangkunya. Dengan raut wajah yang binggung semua siswa masih serius mengerjaka

Gambar

Tabel. 1 Jumlah Siswa MTs Al-Adzkar Pamulang
Gambar. 1 Diagram Proses Pembelajaran Siklus I
Skor Hasil Belajar Tabel. 2 Pre Test dan Post Test Siklus I
Gambar. 2 Diagram Proses Pembelajaran Siklus II
+7

Referensi

Dokumen terkait