• Tidak ada hasil yang ditemukan

Oleh AHMAD DIMYATI Widyaiswara Utama Pus

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Oleh AHMAD DIMYATI Widyaiswara Utama Pus"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Oleh: AHMAD DIMYATI (Widyaiswara Utama Pusdiklat Bea dan Cukai) ABSTRAK

Pemberian fasilitas atau kemudahan di bidang kepabeanan merupakan hal yang lazim diberikan oleh institusi kepabeanan, salah satunya adalah pelayanan segera (rush handling). Pelayanan segera diberikan atas barang impor tertentu yang karena karakteristiknya memerlukan pelayanan segera untuk dikeluarkan dari kawasan pabean sebelum diajukan pemberitahuan pabean impor. Mekanismenya adalah dengan menyerahkan dokumen pelengkap pabean dan jaminan.

Pelayanan segera diharapkan dapat memberikan hal-hal yang positif baik bagi pihak pabean maupun pengguna jasa kepabeanan. Dengan kemudahan pelayanan segera diharapkan dapat memberikan kemudahan dalam pergerakan barang, meningkatkan kepatuhan terhadap peraturan pabean dan memungkinkan pemanfaatan sumber daya pabean dengan lebih efektif. Namun demikian dalam implementasinya disamping hal-hal positif terdapat juga hal-hal negatif.

Rush handling menjadi tidak mutlak dalam hal importasi berkaitan dengan perizinan dari instansi terkait. Penerbitan SPPB tidak berarti semua kewajiban pabean telah selesai. Importir masih harus menyampaikan PIB dan melunasi bea masuk dan PDRI dalam jangka waktu 3 (tiga) hari sejak pengeluaran barang. Dalam perspektif kepabeanan, pelayanan segera belum mengajukan pemberitahuan pabean (PIB) sehingga dalam hal terjadi salah jumlah dan jenis barang, tidak terkena denda. Demikian juga atas pelanggaran ketentuan larangan dan pembatasan tidak terkena sanksi sebagaimana ditetapkan dalam perundang-undangan Kepabeanan. Untuk mengantisipasi hal-hal negatif disampaikan beberapa saran dalam penyelesaian kemudahan pelayanan segera.

Kata Kunci: pelayanan yang lebih baik, pengawasan yang lebih efektif.

Pendahuluan

Institusi Kepabeanan atau yang lebih dikenal dengan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) berkomitmen untuk memberikan pelayanan terbaik terhadap pengguna jasa kepabeanan dalam penyelesaian kewajiban pabean. Walaupun secara prinsip core business kepabeanan melakukan pemeriksaan, namun pemeriksaan pabean diharapkan tidak menjadi hambatan dalam proses pengeluaran barang impor dari pelabuhan.

Dalam hubungan itu institusi kepabeanan memberikan fasilitas dalam pelayanan kepabeanan. Disamping kemudahan pelayanan institusi kepabeanan juga memberikan fasilitas yang berkaitan dengan pembayaran bea masuk dan pungutan impor lainnya (pajak dalam rangka impor). Hal-hal yang menyimpang dari pelayanan normal merupakan pemberian kemudahan oleh institusi kepabeanan. Salah satu jenis fasilitas yang diberikan atas penyelesaian impor barang adalah kemudahan rush handling. Kemudahan rush handling tidak hanya menyangkut kemudahan dalam pelayanan kepabeanan, namun juga meliputi pemberian kemudahan atas pembayaran bea masuk dan pajak dalam rangka impor. Dengan demikian fasilitas rush handling mempunyai dua fasilitas sekaligus.

(2)

Tinjauan Teori

Dalam perdagangan internasional pemberian fasilitas atau kemudahan di bidang kepabeanan merupakan hal yang lazim diberikan oleh institusi kepabeanan. Standar prosedur kepabeanan internasional diatur dalam Konvensi Kyoto. Dalam Panduan Aneks Umum Bab 3 Penyelesaian Formalitas Pabean dan Kewajiban Pabean Lainnya, prosedur khusus ditetapkan dalam bagian 7. Standar prosedur khusus bagi orang yang diberi izin yang memenuhi kriteria yang ditentukan oleh institusi pabean, termasuk mempunyai catatan kepatuhan terhadap persyaratan pabean dan sistem pengaturan data perdagangan yang baik, maka institusi pabean memberikan: - pengeluaran barang berdasarkan ketentuan informasi minimal – yang diperlukan untuk mengidentifikasi barang - dan mengizinkan pemberitahuan barang yang lengkap diajukan kemudian. Dalam bagian ini juga dijelaskan bahwa prosedur khusus memberikan keuntungan baik bagi pihak pabean maupun perdagangan. Hal ini memberikan kemudahan dalam pergerakan barang, meningkatkan kepatuhan terhadap peraturan pabean dan memungkinkan pemanfaatan sumber daya pabean dengan lebih efektif. Ini juga memperkenalkan konsep modern kemitraan antara pabean, pelaku perdagangan dan pihak ketiga dalam perdagangan internasional.

Standar kepabeanan internasional telah diadopsi dalam Undang-undang Nomor 17 Tahun 2006 tentang Kepabeanan. Dalam pasal 10B ayat (2) Undang-undang Kepabeanan ditetapkan bahwa barang impor dapat dikeluarkan sebagai barang impor untuk dipakai setelah:

a. Diserahkan pemberitahuan pabean dan dilunasi bea masuknya; b. Diserahkan pemberitahuan pabean dan jaminan;

c. Diserahkan dokumen pelengkap pabean dan jaminan.

Impor untuk dipakai adalah memasukkan barang kedalam daerah pabean dengan tujuan untuk dipakai, dimiliki atau dikuasai oleh orang yang berdomisili di Indonesia. Persyaratan untuk mengimpor barang untuk dipakai adalah dengan memenuhi formalitas pabean atau kewajiban pabean. Pemenuhan kewajiban pabean diselesaikan dengan mengajukan dokumen pemberitahuan pabean disertai dengan dokumen pelengkap pabean dan melunasi bea masuk serta pungutan impor lainnya. Dalam hal belum pasti penyelesaian atas barang impornya, pelunasan bea masuk dapat diganti dengan jaminan hingga jelas penyelesaian impornya, contoh: (1) impor barang yang akan diekspor kembali, jika tidak direekspor jaminan dicairkan; (2) importasi yang sedang menunggu keputusan pembebasan bea masuknya, jika pembebasan bea masuk dikabulkan jaminan dikembalikan. Selain itu impor untuk dipakai juga dapat dilakukan dengan penyerahan dokumen pelengkap pabean disertai dengan jaminan atas pungutan bea masuk dan pajak dalam rangka impor. Inilah yang disebut dengan pelayanan rush handling.

(3)

kawasan pabean sebelum diajukan pemberitahuan pabean impor. Barang impor tersebut dapat dikeluarkan dari kawasan pabean setelah diserahkan dokumen pelengkap pabean dan jaminan.

Mekanisme pengeluaran barang impor tersebut dari kawasan pabean adalah dengan menyerahkan dokumen pelengkap pabean dan jaminan. Dokumen pelengkap pabean adalah semua dokumen yang digunakan sebagai pelengkap pemberitahuan pabean, misalnya Invoice, Packing List, Bill of Lading/Airway Bill, Manifest dan dokumen lainnya yang dipersyaratkan. Sedangkan jaminan adalah sesuatu yang diserahkan kepada kantor pabean sebesar bea masuk, cukai dalam rangka impor, dan/atau pajak dalam rangka impor yang terutang. Jaminan dapat berupa jaminan tunai, jaminan bank, jaminan perusahaan asuransi (customs bond) atau jaminan lainnya (misalnya jaminan tertulis). Jaminan dimaksud dapat berupa jaminan untuk setiap kegiatan importasi atau untuk jangka waktu tertentu.

Sesuai dengan ketentuan dalam PMK Nomor 148/PMK.04/2007, pelayanan segera dapat diberikan terhadap barang impor berupa:

a. Organ tubuh manusia, seperti ginjal, kornea mata, atau darah; b. Jenazah dan abu jenazah;

c. Barang yang dapat merusak lingkungan, antara lain bahan yang mengandung radio aktif; d. Binatang hidup;

e. Tumbuhan hidup;

f. Surat kabar dan majalah yang peka waktu; g. Dokumen (surat);

h. Barang lain yang karena karasteristiknya perlu mendapat pelayanan segera; setelah mendapat izin dari Kepala Kantor Pabean.

Untuk mendapatkan pelayanan segera (rush handling) atas barang-barang tersebut diatas, importir harus mengajukan permohonan kepada pejabat pabean. Permohonan dilampiri dengan dokumen pelengkap pabean dan jaminan sebesar bea masuk dan pungutan impor lainnya. Barang yang mendapat pelayanan segera dilakukan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan administratif dilakukan atas dokumen pelengkap pabean dan berlaku semua ketentuan yang mengatur mengenai barang larangan dan pembatasan.

Importir wajib menyerahkan pemberitahuan pabean impor dan melunasi bea masuk, cukai dalam rangka impor, dan/atau pajak dalam rangka impor dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) hari kerja sejak barang impor dikeluarkan dari kawasan pabean. Importir yang tidak melunasi bea masuk, cukai dalam rangka impor, dan/atau pajak dalam rangka impor dalam jangka waktu 3 (tiga) hari, dikenai sanksi administrasi berupa denda sebesar 10% (sepuluh persen) dari bea masuk yang wajib dilunasi. Dalam hal bea masuk, cukai dalam rangka impor, dan/atau pajak dalam rangka impor atas barang impor dimaksud tidak dilunasi, maka jaminan dicairkan dan pelayanan segera (rush handling) tidak diberikan sampai dengan dipenuhinya kewajiban tersebut diatas.

(4)

Pada prinsipnya penyelesaian kewajiban pabean atas barang impor adalah dengan menyampaikan pemberitahuan impor barang dan melunasi bea masuk serta pungutan impor lainnya. Dalam beberapa hal terjadi perbedaan penanganan dan penyelesaian impor antara penyelesaian impor biasa dengan penyelesaian impor pelayanan segera. Perbedaan utamanya adalah pada penundaan penyerahan dokumen pemberitahuan impor barang dan pembayaran bea masuk. Berikut ini disampaikan perbedaan penyelesaian impor biasa dan penyelesaian impor dengan pelayanan segera (rush handling).

(5)

wewenang. Sebenarnya perizinan ini dapat memperluas jenis barang yang dapat dilayani dengan rush handling. Kepala Kantor diberi wewenang untuk memberikan izin pelayanan segera selain dari jenis barang yang tersebut dalam PMK nomor 148/PMK.04/2007.

Pada pelayanan segera, sejak pengajuan permohonan, importir harus selalu berhubungan dengan pejabat pabean hingga barang diberikan izin untuk dikeluarkan dari kawasan pabean. Hal ini dikarenakan proses penyelesaiannya dilakukan secara manual. Pihak importir harus mengikuti pemeriksaan fisik, melengkapi dokumen yang diperlukan/perizinan, menyampaikan jaminan dan menyerahkan tanda bukti penyerahan jaminan untuk melengkapi dokumen pemberitahuan serta mengurus kemungkinan penyesuaian besarnya jaminan akibat terdapat kesalahan jumlah/perhitungan pungutan impor. Setelah selesai pengeluaran barang, pihak importir masih harus datang ke Kantor Pabean untuk menyerahkan pemberitahuan impor/PIB definitif, melunasi semua pungutan impor, dan mengurus penyelesaian jaminannya.

Pada pelayanan pemberitahuan impor biasa dalam pemeriksaan pabean institusi kepabeanan telah mengaplikasi pertukaran data secara elektronik (PDE) sehingga dalam beberapa jalur pemeriksaan, proses izin pengeluaran barang menjadi lebih cepat, misalnya pada pemeriksaan jalur hijau atau jalur MITA (Mitra Utama). Dalam hal diperlukan dokumen pelengkap pabean lainnya, hal tersebut dapat disampaikan kemudian.

Keuntungan dan kerugian rush handling

Dari perbedaan tersebut diatas terlihat di bidang apa pelayanan segera (rush handling) lebih menguntungkan dan dari segi apa merugikan. Apakah penundaan penyerahan dokumen tersebut memberikan kemudahan yang significant bagi pengguna jasa; serta sebaliknya dari segi pengawasan pabean apakah pengawasan dan pengamanan kepabeanan dapat berjalan dengan baik.

Jika dilihat dari jenis barang yang dapat diberikan izin pelayanan segera, penyelesaian pengeluaran barang impor dari kawasan pabean/TPS menjadi lebih cepat, merupakan suatu keharusan. Namun demikian cepatnya waktu penyelesaian impor di bidang kepabeanan tidak menghilangkan pemenuhan ketentuan perizinan dari instansi terkait. Pelayanan pabean tetap tidak bisa dilakukan dengan cepat jika pengurusan di instansi lain belum selesai.

Barang impor berupa jenazah, organ tubuh manusia, surat kabar, tumbuhan/hewan hidup memerlukan penanganan yang lebih cepat agar barang segera keluar dari gudang atau kawasan pabean. Namun barang-barang komoditi perdagangan seperti buah-buahan/sayuran atau barang-barang spesifik lainnya penyelesaiannya menjadi lebih komplek. Pihak importir mungkin akan merasa lebih aman jika dalam pemeriksaan pabean (pemeriksaan dokumen dan fisik barang) ditemui adanya kesalahan dibandingkan dengan data dalam pemberitahuan sementaranya. Sanksi tidak dapat dikenakan karena pemberitahuan impor barang (PIB) belum diajukan. Oleh karena belum ada PIB penyelesaiannya cukup dengan dilakukan koreksi.

Selesainya pengeluaran barang bukan berarti formalitas pabean selesai. Importir masih harus datang lagi ke Kantor Pabean paling lama 3 (tiga) hari setelah persetujuan pengeluaran barang untuk menyampaikan dokumen pemberitahuan pabean dan melunasi bea masuk dan PDRI. Dalam beberapa kasus, importir yang barangnya sudah keluar merasa urusannya sudah selesai sehingga timbul rasa keengganan untuk datang kembali ke Kantor Pabean. Banyak lagi kegiatan yang harus dilakukan oleh importir pasca pengeluaran barang, yaitu berupa:

1. membuat pemberitahuan impor (PIB) dan menyampaikannya ke Kantor Pabean;

(6)

3. menyelesaikan penarikan jaminan dengan menyerahkan tanda bukti pembayarannya.

Dalam beberapa kasus, pengenaan sanksi berupa denda (10% dari bea masuk) serta tidak dilayani kemudahan rush handling berikutnya bukan merupakan permasalahan yang berat. Dalam hal pungutan impor nihil pihak importir tidak merasa perlu datang kembali ke Kantor Pabean untuk menyelesaikan penyelesaian administrasi, terlebih lagi jika importasinya dilakukan secara insidentil. Dalam hal rush handling bukan dilakukan oleh perorangan (misalnya oleh Perusahaan Jasa Titipan), fasilitas pelayanan segera ini sangat membantu penyelesaian kewajiban pabean, dimana importasi dilakukan secara rutin oleh perusahaan terdaftar dengan penyerahan jaminan tetap.

Ditinjau dari sudut kepabeanan tidak diselesaikannya kewajiban pabean berupa penyampaian pemberitahuan impor barang dan pelunasan pungutan impornya (jika ada) menjadi beban administrasi pabean. Padahal sanksi pemblokiran dapat hapus dengan sendirinya jika PIB diserahkan dikemudian hari. Pelayanan segera diberikan kembali dengan syarat importir menyampaikan PIB sebelumnya.

Penutup

Penyelesaian impor atas barang-barang khusus jenis barang tertentu yang memerlukan pelayanan lebih cepat sudah selayaknya diberikan pelayanan segera. Hal ini sudah sejalan dengan kelaziman internasional dan pelaksanaannya didasari pada peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pelayanan rush handling menjadikan pengeluaran barang dari kawasan pabean lebih cepat karena mata rantai kegiatan penyelesaian kewajiban pabean lebih sedikit. Hal itu karena dalam prosesnya belum ada PIB dan belum ada pembayaran bea masuk dan PDRI. Namun demikian tidak berarti kewajibannya sedikit, pemenuhan keseluruhan kewajibannya ditunda hingga setelah pengeluaran barang.

Setelah membandingkan impor biasa dengan pelayanan segera dan memperhatikan kelebihan dan kekurangan pelayanan rush handling, penulis menyampaikan beberapa saran untuk kepentingan pengguna jasa kepabeanan maupun untuk kepentingan institusi kepabeanan. Beberapa saran yang dapat disampaikan untuk pelayanan yang lebih baik disamping pengawasan pabean yang lebih efektif adalah sebagai berikut:

1. Disarankan agar pengajuan surat permohonan rush handling dibuatkan formatnya yang berlaku seperti pemberitahuan sementara sehingga dapat mempersempit upaya penghindaran ancaman sanksi atas pelanggaran Undang-undang Kepabeanan. Dokumen pemberitahuan impor sementara dimaksud dapat menjadi dasar pelaksanakan tugas-tugas kepabeanan.

2. Agar pada pemberian pelayanan rush handling terutama bagi orang perorangan yang melakukan impor secara insidentil diberikan penjelasan mengenai kewajiban penyelesaian formalitas kepabeannnya setelah barang keluar serta konsekwensinya. Perlu dibuat format surat pernyataan setentangnya yang ditandatangani importir yang bersangkutan.

3. Agar dibuka kemungkinan pemberian perpanjangan waktu penyelesaian formalitas pabeannya lebih dari 3 (tiga) hari, terutama terhadap orang yang bertempat tinggal cukup jauh jaraknya dari Kantor Pabean .

DAFTAR PUSTAKA

(7)

Keputusan Menteri Keuangan Nomor 144/KMK.04/2007 tentang Pengeluaran Barang Impor Untuk Dipakai.

Keputusan Menteri Keuangan Nomor 148/KMK.04/2007 tentang Pengeluaran Barang Impor Untuk Dipakai Dengan Pelayanan Segera.

Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor 42/BC/2008 jo. Nomor 8/BC/2009 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengeluaran Barang Impor Untuk Dipakai.

Referensi

Dokumen terkait

[r]

ZON PENEMPATAN JOHOR BAHRU SEKOLAH MENENGAH KEBANGSAAN SKUDAI BARU KOD SEKOLAH :JEA 10541. BIL NAMA SEKOLAH MENENGAH

Dalam sistem flowchart penggajian karyawan PT. Jawara Kreasitama untuk karyawan tetap dimulai dari perhitungan jumlah presensi karyawan dari kartu presensi dan di

(2) Jenis pesawat terbang dan helikopter yang sudah divalidasi atau disertifikasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), diinformasikan oleh Direktur Jenderal Perhubungan Udara

[r]

Demikian Pengumuman ini, untuk diketahui oleh seluruh Peserta Pelelangan umum.. Jakarta, 20 September 2013 Unit Layanan Pengadaan Kementerian Perindustrian Kelompok

[r]

Akibat dari sistem pendaftaran yang digunakan masih menggunakan pembukuan membuat pasien yang ingin mendaftarkan diri untuk diperiksa menjadi menunggu, bahkan apabila calon