• Tidak ada hasil yang ditemukan

Layanan Pengadaan Barang dan Jasa Pada BUMD di Kota Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Layanan Pengadaan Barang dan Jasa Pada BUMD di Kota Medan"

Copied!
105
0
0

Teks penuh

(1)

LAYANAN PENGADAAN SISTEM ELEKTRONIK DALAM

PENGADAAN BARANG/JASA PADA BUMD

KOTA MEDAN

S K R I P S I

Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara

Oleh

080200088

GORBY CRISTOPHEL HUTABARAT

DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

LAYANAN PENGADAAN SISTEM ELEKTRONIK DALAM

PENGADAAN BARANG/JASA PADA BUMD

KOTA MEDAN

Oleh

080200088

GORBY CRISTOPHEL HUTABARAT

Disetujui Oleh

DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

NIP. 19750112 200501 2 002

Windha, SH. M.Hum

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Prof. Dr. Budiman Ginting, SH., M.Hum

NIP 195905111986011001 NIP. 19750112 200501 2 002

Windha, SH. M.Hum

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

ABSTRAK

LAYANAN PENGADAAN SISTEM ELEKTRONIK DALAM PENGADAAN BARANG/JASA PADA BUMD

KOTA MEDAN

* Gorby Cristophel Hutabarat **Prof. Dr. Budiman Ginting, SH., M.Hum

***Windha, SH. M.Hum

Negara sebagai institusi yang mengatur segala bentuk aktivitas yang dilakukan oleh seluruh rakyatnya, mempunyai aspek aspek tertentu yang digunakan untuk melakukan kontrol dan pengawasan. Hal ini sebagai sarana demi menciptakan tata pemerintahan yang baik dan bersih (Good Governance and Clean Government) terhadap kekuasaan yang dimiliki Pemerintah dalam menjalankan fungsinya melalui institusi formal dan informal.

Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah bagaimana pelaksanaan pelayanan pengadaan sistem elektronik dalam pengadaan barang/jasa. Bagaimana pengadaan barang/jasa pada BUMD. Bagaimana pelaksanaan layanan pengadaan sistem elektronik dalam pengadaan barang/jasa pada BUMD Kota Medan. Metode penelitian yang digunakan yuridis empiris adalah penelitian hukum yang memperoleh data dari sumber data primer .

Pelaksanaan pelayanan pengadaan sistem elektronik dalam pengadaan barang/jasa yaitu sesuai dengan Peraturan Presiden nomor 54 Tahun 2010. Peraturan Walikota sebagai dasar Hukum yang dilakukan oleh walikota medan tentang pengadaan sistem elektronik dan Peraturan Walikota No 38 Tahun 2011 tentang Layanan Pengadaan Barang/Jasa Secara Elektronik (LPSE). Pengadaan Barang/Jasa pada BUMD sifatnya yang spesifik sesuai dengan jenis usaha dan visi perusahaan yang berbeda-beda, maka akan sulit menetapkan aturan pengadaan yang sesuai untuk semua BUMD. Karena mungkin akan cocok untuk jenis usaha tertentu tapi tidak cocok untuk jenis usaha yang lain. Dengan demikian, untuk meningkatkan peran pengadaan sebagai sumber profit pada BUMD maka perusahaan harus menyusun aturan pengadaannya sediri yang sesuai dengan visi perusahaan dan strategi bisnis yang dimiliki sehingga masih berpedoman kepada Keppres No 80 Tahun 2003 dan sesuai dengan kebutuhan Perusahaan itu sendiri. Pelaksanaan layanan pengadaan sistem elektronik pada penggadaan barang/jasa di BUMD Kota Medan.

* Mahasiswa

(4)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... vi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 11

C. Tujuan Penelitian ... 11

D. Manfaat Penulisan ... 12

E. Keaslian Penulisan ... 13

F. Tinjauan Pustaka ... 15

G. Metode Penelitian ... 18

H. Sistematika Penulisan ... 22

BAB II PELAKSANAAN LAYANAN PENGADAAN SISTEM ELEKTRONIK DALAM PENGADAAN BARANG /JASA ... 24

A. Pengaturan Pengadaan Barang/Jasa dalam Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 Beserta Perubahannya ... 24

B. Pembentukan Layanan Pengadaan Sistem Elektronik... 31

C. Pelaksanaan Layanan Pengadaan Sistem Elektronik dalam Pengadaan Barang/Jasa ... 36

BAB III PENGADAAN BARANG/JASA PADA BUMD ... 40

A. Pengaturan BUMD dakam Hukum Positif di Indonesia ... 40

B. Pengadaan Barang/Jasa pada BUMD ... 47

(5)

BAB IV PELAKSANAAN LPSE DALAM PENGADAAN BARANG/

JASA PADA BUMD KOTA MEDAN ... 56

A. Keberadaan LPSE di Kota Medan ... 56

B. Pelaksanaan LPSE dalam Pengadaan Barang/Jasa Pada BUMD Kota Medan ... 57

C. Aspek Transparansi dan Akuntabilitas dalam Pengadaan Barang/Jasa BUMD Kota Medan ... 87

D. Kendala yuridis dan non yuridis dalam Pelaksanaan Pengadaan Barang Jasa dengan Sistem Elektronik pada BUMD Kota Medan ... 88

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 93

A. Kesimpulan ... 93

(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat dan rahmat-Nya, sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul Layanan Pengadaan Barang dan Jasa Pada BUMD di Kota Medan. Sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan di Program Studi S-I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Medan

Skripsi ini masih terdapat kekurangan yang harus diperbaiki, untuk itu mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun sehingga dapat menjadi perbaikan di masa akan datang.

Dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak baik secara moril dan materil, ucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH., M.Hum, selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, SH., M.Hum, selaku Pembantu Dekan I, Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara sekaligus selaku Dosen Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, petunjuk, nasehat dan saran mulai dari awal sampai akhir sehingga skripsi ini dapat diselesaikan..

3. Bapak Syafruddin Hasibuan, SH., M.Hum, selaku Pembantu Dekan II, Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

(7)

5. Ibu Windha, SH., M.Hum selaku Ketua Departemen Hukum Ekonomi, Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara sekaigus selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, petunjuk, nasehat dan saran mulai dari awal sampai akhir sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. 6. Seluruh staf pengajar Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

7. Kepada kedua orang tua ayahanda CH. Hutabarat dan ibunda M. Tampubolon yang telah banyak memberikan dukungan doa dan kasih sayang yang tak pernah putus sampai sekarang.

8. Kepada Kakak dan Abang Saya, Margaretta Hutabarat, S.Kep, Ners, Natalia Dwi Putri, S.Sos dan Roni Stevan, A.md

9. Kepada Yang terkasih Sifra Josevine Surbakti yang sudah mendampingi dan mendukung saya dalam menyelesaikan skripsi ini.

10.Kepada rekan-rekan mahasiswa/i Stambuk 2008, Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

11.Rekan-rekan di luar kampus Gunawan Manik, Paskah Nainggolan,ST yang tidak bisa disebutkan satu persatu

Akhrinya saya berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya. Akhirnya saya mengucapkan banyak terima kasih.

Medan, Januari 2015 Penulis

(8)

ABSTRAK

LAYANAN PENGADAAN SISTEM ELEKTRONIK DALAM PENGADAAN BARANG/JASA PADA BUMD

KOTA MEDAN

* Gorby Cristophel Hutabarat **Prof. Dr. Budiman Ginting, SH., M.Hum

***Windha, SH. M.Hum

Negara sebagai institusi yang mengatur segala bentuk aktivitas yang dilakukan oleh seluruh rakyatnya, mempunyai aspek aspek tertentu yang digunakan untuk melakukan kontrol dan pengawasan. Hal ini sebagai sarana demi menciptakan tata pemerintahan yang baik dan bersih (Good Governance and Clean Government) terhadap kekuasaan yang dimiliki Pemerintah dalam menjalankan fungsinya melalui institusi formal dan informal.

Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah bagaimana pelaksanaan pelayanan pengadaan sistem elektronik dalam pengadaan barang/jasa. Bagaimana pengadaan barang/jasa pada BUMD. Bagaimana pelaksanaan layanan pengadaan sistem elektronik dalam pengadaan barang/jasa pada BUMD Kota Medan. Metode penelitian yang digunakan yuridis empiris adalah penelitian hukum yang memperoleh data dari sumber data primer .

Pelaksanaan pelayanan pengadaan sistem elektronik dalam pengadaan barang/jasa yaitu sesuai dengan Peraturan Presiden nomor 54 Tahun 2010. Peraturan Walikota sebagai dasar Hukum yang dilakukan oleh walikota medan tentang pengadaan sistem elektronik dan Peraturan Walikota No 38 Tahun 2011 tentang Layanan Pengadaan Barang/Jasa Secara Elektronik (LPSE). Pengadaan Barang/Jasa pada BUMD sifatnya yang spesifik sesuai dengan jenis usaha dan visi perusahaan yang berbeda-beda, maka akan sulit menetapkan aturan pengadaan yang sesuai untuk semua BUMD. Karena mungkin akan cocok untuk jenis usaha tertentu tapi tidak cocok untuk jenis usaha yang lain. Dengan demikian, untuk meningkatkan peran pengadaan sebagai sumber profit pada BUMD maka perusahaan harus menyusun aturan pengadaannya sediri yang sesuai dengan visi perusahaan dan strategi bisnis yang dimiliki sehingga masih berpedoman kepada Keppres No 80 Tahun 2003 dan sesuai dengan kebutuhan Perusahaan itu sendiri. Pelaksanaan layanan pengadaan sistem elektronik pada penggadaan barang/jasa di BUMD Kota Medan.

* Mahasiswa

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Negara Indonesia adalah salah satu negara berkembang di Dunia yang terus menerus melakukan pembangunan disegala bidang kehidupan. Pembangunan adalah usaha untuk menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat1

Namun, dalam era globalisasi ini telah menciptakan banyak perubahan pada perilaku manusia baik secara individu maupun kelompok Semakin kompleksnya tuntutan kebutuhan akan perubahan jaman, banyak perilaku dari elite terntentu yang mempunyai kepentingan mendorong adanya suatu budaya yang tidak lazim dan kian marak diperbincangkan yaitu budaya korupsi.Masalah Korupsi adalah masalah yang dewasa ini menjadi perbincangan yang hangat dikalangan umum. Tidak hanya karena banyaknya kasus yang ada, tapi budaya

. Hal ini sesuai dengan tujuan negara Indonesia yang tercantum dalam undang undang dasar yaitu untuk mensejahterakan kehidupan rakyat Indonesia demi mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Negara sebagai institusi tertinggi melalui pemerintah dalam hal ini sebagai eksekutif, berwenang menjalankan fungsinya untuk menjalankan pemerintahan. Dalam rangka menciptakan pemerintahan yang jujur dan adil sesuai dengan prinsip prinsip pemerintahan yang baik, maka harus ada aturan yang membatasi kewenangan dari pejabat pemerintahan tersebut.

1

(10)

korupsi yang seolah sudah mendarah daging terutama dikalangan pejabat pemerintah. Korupsi juga menjadi momok yang mampu menghancurkan kebhinekaan bangsa ini.

Negara sebagai institusi yang mengatur segala bentuk aktivitas yang dilakukan oleh seluruh rakyatnya, mempunyai aspek aspek tertentu yang digunakan untuk melakukan kontrol dan pengawasan. Hal ini sebagai sarana demi menciptakan tata pemerintahan yang baik dan bersih (Good Governance and Clean Government) terhadap kekuasaan yang dimiliki Pemerintah dalam

menjalankan fungsinya melalui institusi formal dan informal. Untuk melaksanakan prinsip Good Governance and Clean Government, maka Pemerintah harus melaksanakan prinsip-prinsip akuntabilitas dan pengelolaan sumber daya secara efisien, serta mewujudkannya dengan tindakan dan peraturan yang baik dan tidak berpihak (independen). Selain itu, menjamin terjadinya interaksi ekonomi dan sosial antara para pihak terkait (stakeholders) secara adil, transparan, profesional, dan akuntabel.

(11)

berkualitas serta dapat dipertanggung-jawabkan baik dari segi fisik, keuangan, maupun manfaatnya bagi kelancaran tugas Pemerintah dan pelayanan masyarakat. Kota Medan adalah satu dari sekian banyak kota yang berusaha konsisten terhadap upaya pemberantasan korupsi.

Mengingat Kota Medan sebagai kota terbesar nomor 3 di Indonesia dalam segi pembangunan dan jumlah penduduk. Tentunya dalam upaya pembangunan ini, banyak sekali dana yang dikeluarkan. untuk memiminimalisir terjadinya kebocoran sektor pengadaan barang jasa untuk pembangunan kota Medan ini. Sesuai dengan intruksi presiden nomor 17 tahun 2011 dimana presiden menginstruksikan aksi percepatan pemberantasan korupsi dan juga sesuai dengan undang undang nomor 54 tahun 2010 mengenai pengadaan barang dan jasa, maka pemerintah kota Medan melalui peraturan Walikota Medan No 38 Tahun 2011 Tentang Layanan Sistem Elektronik (LPSE)2

Pasal 2. Melalui aturan ini diharapkan mampu dijadikan payung hukum dalam teknis pengadaan barang jasa pemerintah di Kota Medan. LPSE adalah unit kerja yang dibentuk di berbagai instansi dan pemerintah daerah untuk melayani Unit Layanan Pengadaan (ULP) atau Panitia Pengadaan yang akan melaksanakan pengadaan secara elektronik. Seluruh ULP dan Panitia Pengadaan dapat menggunakan fasilitas LPSE yang terdekat dengan tempat kedudukannya. LPSE melayani registrasi penyedia barang dan jasa yang berdomisili di wilayah kerja LPSE yang bersangkutan. LPSE berada di bawah pengawasan LKPP cq Deputi Bidang Monitoring, Evaluasi, dan Pengembangan Sistem Informasi. Melalui peraturan Walikota Medan No 38

(12)

Tahun 2011 LPSE dapat melayani kebutuhan BUMN/BUMD/Organisasi non Pemerintah melaksanakan pengadaan barang/jasa secara elektronik

Pengadaan barang/jasa pemerintah pada pelaksanaannya dapat dilakukan secara elektronik mengingat hal ini telah dimungkinkan melalui Keppres No 80 Tahun 2003, dan terhadap semua informasi, transksi elektronik pada pelaksanaan pengadaan barang/jasa pemerintah secara elektronik mengacu pada Undang-undang nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Pengadaan barang/jasa pemerintah secara elektronik dapat dilakukan dengan e-Tendering atau e-Purchasing:

1. E-Tendering merupakan tata cara pemilihan penyedia barang/jasa yang

dilakukan secara terbuka dan dapat diikuti oleh semua penyedia barang/jasa yang terdaftar pada sistem elektronik dengan cara menyampaikan satu kali penawaran sampai dengan waktu yang telah ditentukan.

2. E-Purchasing merupakan tata cara pembelian barang/jasa melalui sistem

katalog elektronik.

Pengadaan barang/jasa secara elektronik bertujuan untuk: 1. Memperbaiki transparansi dan akuntabilitas;

2. Meningkatkan akses pasar dan persaingan usaha yang sehat; 3. Memperbaiki tingkat efisiensi proses pengadaan;

4. Mendukung proses monitoring dan audit.

(13)

E-Tendering

1. Ruang lingkup e-Tendering meliputi proses pengumuman pengadaan barang/jasa sampai dengan pengumuman pemenang.

2. Para pihak yang terlibat dalam e-Tendering adalah Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)/Unit Layanan Pengadaan (ULP)/Pejabat Pengadaan dan Penyedia barang/jasa.

3. Aplikasi e-Tendering wajib memenuhi unsur perlindungan hak atas kekayaan intelektual dan kerahasiaan dalam pertukaran dokumen serta tersedianya sistem keamanan dan penyimpanan dokumen elektronik yang menjamin dokumen elektronik tersebut hanya dapat dibaca pada waktu yang telah ditentukan.

4. E-Tendering dilaksanakan dengan Sistem Pengadaan Secara Elektronik

yang diselenggarakan oleh Layanan Pengadaan Secara Elektronik.

5. ULP/Pejabat Pengadaan dapat menggunakan Sistem Pengadaan Secara Elektronik yang diselenggarakan oleh Layanan Pengadaan Secara Elektronik terdekat.

6. Sistem Pengadaan Secara Elektornik yang diselenggarakan oleh Layanan Pengadaan Secara Elektronik wajib memenuhi persyaratan sebagai berikut:

(14)

2. Mengacu pada standar proses pengadaan secara elektronik yang ditetapkan oleh LKPP; dan

3. Bebas lisensi (free lisence) E-Purchasing

1. E-Purchasing diselenggarakan dengan tujuan:

1. Terciptanya proses pemilihan barang/jasa secara langsung melalui sistem katalog elektronik sehingga memungkinkan semua ULP/Pejabat Pengadaan dapat memilih barang/jasa pada pilihan terbaik; dan

2. Efisiensi biaya dan waktu proses pemilihan barang/jasa dari sisi penyedia barang/jasa dan pengguna :

a. Sistem katalog elektronik diselenggarakan oleh LKPP dan sekurang-kurangnya memuat informasi spesifikasi dan harga barang/jasa.

b. Pemuatan informasi dalam sistem katalog elektronik oleh LKPP di lakukan dengan membuat frame work contact dengan penyedia barang/jasa

c. Barang/jasa yang di informasikan pada sistem katalog elektronik di tentukan oleh LKPP

Fitur e-Audit

(15)

sebagai pengembang Sistem Pengadaan Secara Elektronik (SPSE) mulai tahun 2009 bekerjasama dengan BPKP untuk mengembangkan e-Audit (modul dalam SPSE) suatu alat bantu auditor yang untuk melakukan audit terhadap paket pengadaan yang dilelangkan melalui LPSE. Implementasi e-Procurement di lingkungan instansi pemerintah memberikan tantangan bagi dunia auditing, dimana dalam proses e-Procurement bisa di katakan penggunaan kertas telah di kurangi. LKPP sebagai pengembang Sistem Pengadaan Secara Elektronik (SPSE) mulai tahun 2009 bekerjasama dengan BPKP untuk mengembangkan e-Audit (modul dalam SPSE) suatu alat bantu auditor yang untuk melakukan audit terhadap paket pengadaan yang dilelangkan melalui LPSE. Pengguna e-Audit yaitu:

1. Auditor Internal; 2. Auditor Eksternal. Karakteristik e-Audit yaitu:

1. PPK, Panitia Pengadaan dan Penyedia Barang/Jasa, berinteraksi langsung dengan perangkat teknologi informasi dalam proses pengadaan barang/jasa pemerintah secara elektronik.

2. Auditor tidak lagi melakukan audit secara manual, tetapi secara elektronik yaitu dengan alat bantu.

Persyaratan Umum e-Audit

Pelaksanaan audit terhadap paket pengadaan yang di lelangkan melalui LPSE kedepannya memungkinkan auditor untuk melakukan audit:

(16)

2. Setelah proses pengadaan (post audit). Fasilitas e-Audit

Dalam e-Audit fasilitas yang tersedia yaitu:

1. Memungkinkan auditor untuk melakukan lazimnya fungsi-fungsi audit, seperti, tetapi tidak terbatas, membandingkan antara data/informasi tertentu dengan data/informasi lainnya.

2. Memungkinkan auditor mengambil data dari database LPSE, kemudian menyimpannya ke dalam database tertentu untuk kepentingan audit, memasukkan data dari lapangan ke database, dan melakukan fungsi-fungsi sebagaimana lazimnya suatu kegiatan audit.

3. Memungkinkan adanya kolaborasi antara auditor dengan auditee dalam proses audit sehingga beberapa hal yang tidak jelas dapat dikomunikasikan dan didokumentasikan.

4. Memungkinkan auditor menyampaikan summary dan informasi-informasi hasil audit yang penting ditindaklanjuti oleh auditee. Beberapa summary dimaksud sebagai berikut:

a. Temuan Hasil Audit Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (Nomor, Kode Temuan, Nama Temuan, Uraian Temuan, Nilai Temuan, Kriteria, Penyebab, Akibat);

b. Rekomendasi (Nomor, Kode Rekomendasi, Nama Rekomendasi, Uraian Rekomendasi);

c. Tanggapan Objek;

(17)

5. Memungkinkan audite menyampaikan tindak-lanjut hasil audit sehingga auditor dapat memonitor tindak-lanjut temuan audit.

6. Memungkinkan disajikannya summary hal-hal yang terkait dengan audit untuk kepentingan penyusunan kebijakan pengadaan selanjutnya dan untuk kepentingan peningkatan kapasitas auditor.

7. e-Audit dapat menyimpan data auditor yang menggunakan LPSE untuk kepentingan pelacakan dan peningkatan kapasitas auditor. Beberapa data tersebut adalah:

a. Kode/nama lembaga audit;

b. Kode/nama lembaga/satuan Kerja yang diaudit ; c. Nama paket yang diaudit ;

d. Identitas surat tugas (nomor, tanggal); e. Tim audit (NIP, nama, peran);

f. Tanggal audit (tanggal mulai, tanggal selesai); g. Lingkup audit.

Landasan hukum yang mendasari lahirnya layanan ini adalah:

1. Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang dan Jasa Publik;

2. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4838) ;

(18)

4. Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010, Perubahan Pertama Nomor 35 Tahun 2011 ( Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah).

5. Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 1 Tahun 2009 tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah

6. Peraturan Walikota Medan Nomor 38 Tahun 2011 tentaang Layanan Pengadaan Sistem Elektronik

Berdasarkan pengalaman sejak tahun 2004 dalam hal pemberlakuan Keppres No. 80 Tahun 2003, efisiensi akan akan tercapai apabila proses pengadaan barang/jasa berlangsung secara transparan dan diikuti oleh sejumlah peserta pengadaan yang cukup banyak serta mengedepankan proses persaingan yang sehat.

Pengadaan barang/jasa secara elektronik (e-pengadaan) akan meningkatkan transparansi, sehingga persaingan sehat antar pelaku usaha dapat lebih cepat terdorong. Dengan demikian optimalisasi dan efisiensi belanja negara segera dapat diwujudkan.

(19)

diterapkan secara bertahap sesuai dengan pengembangan sistem dan aplikasi pengadaan elektronik serta kerangka hukum yang menopangnya.

Untuk memperluas akses e-pengadaan ke seluruh instansi pemerintah, LKPP memberi kesempatan kepada departemen, kementerian, LPND (Lembaga Pemerintah Non Departemen) pemerintah provinsi, kabupaten, kota, dan instansi pemerintah lainnya untuk mendirikan LPSE di instansi masing-masing. LPSE menyelenggarakan layanan e-pengadaan menggunakan aplikasi SPSE.

B. Perumusan Masalah

Permasalahan merupakan kesenjangan antara apa yang seharusnya dengan apa yang senyatanya, antara apa yang diperlukan dengan apa yang tersedia antara harapan dengan capaian atau dengan singkatnya. Pada suatu penelitian perumusan masalah sangat diperlukan untuk mengidentifikasi persoalan yang diteliti sehingga sasaran yang hendak dicapai menjadi terarah, tidak meluas, memiliki batasan, tegas dan jelas. Dalam penelitian ini dirumuskan persoalan sebagai berikut.

1. Bagaimana pelaksanaan pelayanan pengadaan sistem elektronik dalam pengadaan barang/jasa?

2. Bagaimana pengadaan barang/jasa pada BUMD?

3. Bagaimana pelaksanaan layanan pengadaan sistem elektronik dalam pengadaan barang/jasa pada BUMD Kota Medan ?

C. Tujuan Penelitian

(20)

1. Untuk mengetahui pelaksanaan pelayanan pengadaan sistem elektronik dalam pengadaan barang/jasa.

2. Untuk mengetahui pengadaan barang/jasa pada BUMD?

3. Untuk mengetahui pelaksanaan layanan pengadaan sistem elektronik dalam pengadaan barang/jasa pada BUMD Kota Medan.

D. Manfaat Penulisan

Setiap penelitian diharapkan dapat memberi manfaat terhadap berbagai pihak dan masyarakat luas tentang layanan pengadaan sistem elektronik dalam pengadaan barang/jasa, begitu juga bagi penulis ini. Adapaun manfaat dari penulisan secara Praktisi dan teoritis ini adalah;

a. Secara Praktisi

1. Menambah pengetahuan dalam bidang hukum khususnya dalam Layanan Pengadaan Sistem Elektronik.

2. Sebagai bahan kajian atas penerapan fungsi Layanan Pengadaan Sistem Elektronik.

3. Sebagai salah satu upaya penegasan kembali tujuan hukum Ekonomi terutama di Layanan Pengadaan Sistem Elektronik di Indonesia.

4. Membantu menemukan Kekurangan yang ada pada Layanan Pengadaan Sistem Elektronik.

(21)

6. Membantu upaya Layanan Pengadaan Sistem Elektronik terhadap masyarakat awam, agar dapat mengetahui Layanan Pengadaan Sistem Elektronik.

b. Secara Teoritis

1. Manfaat yang diharapkan Dapat Menjadi Pengembangan Ilmu hukum khususnya di bidang hukum Ekonomi.

2. Menambah Pengetahuan tentang Hukum Ekonomi

3. Bermanfaat untuk penelitian yang berkaitan dengan Hukum Ekonomi

E. Keaslian Penulisan

(22)

F. Tinjauan Pustaka

1. Definisi e-procurement

Beberapa definisi e-procurement dari berbagai sumber yaitu:

a. Electronic Procurement (e-procurement) di definisikan sebagai penggunaan teknologi informasi untuk mempermudah business-to-business (B2B) bertransaksi pembelian untuk bahan/barang dan jasa (Wu et al, 2007.). Penerapan teknologi sistem informasi untuk memfasilitasi proses pengadaan (procurement) secara terpadu merupakan fenomena yang terus mendapat perhatian dari para manajer, bahkan secara khusus menjadi bahan kajian akademik.

b. Menurut Kantor Manajemen Informasi Pemerintah Australia (Australian Government Information Management, AGIMO): e-procurement merupakan pembelian antar-bisnis (business-to-business, B2B) dan penjualan barang dan jasa melalui internet.

(23)

berhubungan dengan stategi dapat diberi peran yang lebih penting dalam proses tersebut. Pengadaan barang/jasa mengandung pengertian adanya transaksi, sehingga diperlukan adanya persyaratan yaitu adanya identitas, kesepakatan, pertukaran dokumen dan pengesahan. Untuk itu dalam transaksi elektronik diperlukan:

a. Identitas, mencakup user ID dan password

b. Pengamanan sistem terhadap registered and authorized client, aplikasi dan kelancaran komunikasi transfer data

c. Alat pengesahan administrasi, seperti materai digital dan tanda tangan digital

2. Pengertian dan Istilah

a. Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yang selanjutnya disebut dengan pengadaaan Barang/Jasa adalah kegiatan untuk memperoleh Barang/Jasa oleh Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah/Institusi lainnya yang prosesnya dimulai dari perencanaan kebutuhan sampai diselesaikannya seluruh kegiatan untuk memperoleh Barang/Jasa.

b. Pengguna Barang/Jasa adalah Pejabat pemegang kewenangan penggunaan Barang dan/atau Jasa milik Negara/Daerah di masing-masing Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah/Institusi lainnya (K/L/D/I).

(24)

d. Unit Layanan Pengadaan (ULP) adalah unit organisasi Pemerintah yang berfungsi melaksanakan Pengadaan Barang/Jasa di K/L/D/I yang bersifat permanen, dapat berdiri sendiri atau melekat pada unit yang sudah ada. e. Pejabat Pengadaan adalah personil yang memiliki sertifikat Keahlian

Pengadaan Barang/Jasa yang melaksanakan Pengadaan Barang/Jasa. f. Penyedia Barang/Jasa adalah badan usaha atau orang perseorangan yang

menyediakan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Konsultansi/Jasa Lainnya. g. Pekerjaan Konstruksi adalah seluruh pekerjaan yang berhubungan dengan

pelaksanaan konstruksi bangunan atau pembuatan wujud fisik lainnya. h. Barang adalah setiap benda baik berwujud maupun tidak berwujud,

bergerak maupun tidak bergerak, yang dapat diperdagangkan, dipakai, dipergunakan atau dimanfaatkan oleh Pengguna Barang.

i. Pelelangan Umum adalah metode pemilihan Penyedia Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya untuk semua pekerjaan yang dapat diikuti oleh semua Penyedia Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya yang memenuhi syarat.

j. Pengadaan secara elektronik atau e-procurement adalah Pengadaan Barang/Jasa yang dilaksanakan dengan menggunakan teknologi informasi dan transaksi elektronik sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. k. Layanan pengadaan secara elektronik (LPSE) adalah unit kerja K/L/D/I

(25)

l. E-Tendering adalah tata cara pemilihan Penyedia Barang/Jasa yang dilakukan secara terbuka dan dapat diikuti oleh semua Penyedia Barang/Jasa yang terdaftar pada system pengadaan secara elektronik dengan cara menyampaikan 1 (satu) kali penawaran dalam waktu yang telah ditentukan.

3. Prinsip Pemilihan Penyedia Barang dan Jasa Secara Elektronik

Prinsip pemilihan penyedia barang dan jasa secara elektronik sebagaimana diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 yaitu:

a. Efisien, berarti pengadaan barang/jasa harus diusahakan dengan menggunakan dana dan daya yang minimum untuk mencapai kualitas dan sasaran dalam waktu yang ditetapkan atau menggunakan dana yang telah ditetapkan untuk mencapai hasil dan sasaran dengan kualitas yang maksimum.

b. Efektif, berarti pengadaan barang/jasa harus sesuai dengan kebutuhan dan sasaran yang telah ditetapkan serta memberikan manfaat yang sebesar-besarnya.

c. Transparan, berarti semua ketentuan dan informasi mengenai pengadaan barang/jasa bersifat jelas dan dapat diketahui secara luas oleh penyedia barang/jasa yang berminat serta oleh masyarakat pada umumnya.

(26)

e. Bersaing, berarti pengadaan barang/jasa harus dilakukan melalui persaingan yang sehat diantara sebanyak mungkin penyedia barang/jasa yang setara dan memenuhi persyaratan, sehingga dapat diperoleh barang/jasa yang ditawarkan secara kompetitif dan tidak ada intervensi yang mengganggu terciptanya mekanisme pasar dalam pengadaan barang/jasa.

f. Adil/tidak diskriminatif, berarti memberikan perlakuan yang sama bagi semua calon penyedia barang/jasa dan tidak mengarah untuk member keuntungan kepada pihak tertentu, dengan tetap memperhatikan kepentingan nasional.

g. Akuntabel, berarti harus sesuai dengan aturan dan ketentuan yang terkait dengan pengadaan barang/jasa sehingga dapat dipertanggungjawabkan

G. Metode Penelitian

(27)

sumber data sekunder atau penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka, sedangkan metode penelitian yuridis empiris adalah penelitian hukum yang memperoleh data dari sumber data primer.3

Adapun data sekunder dalam penelitian ini adalah: 1. Bahan hukum primer, terdiri dari:

a. Norma atau kaedah dasar b. Peraturan dasar

c. Peraturan perundang-undangan tentang pengadaan barang dan jasa beserta peraturan-peraturan terkait lainya seperti Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 54 tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang dan jasa 2. Bahan Hukum Sekunder, seperti : hasil penelitian , laporan laporan, artikel,

majalah, jurnal ilmiah, hasil hasil seminar, atau pertemuan yang relevan dengan penlitian ini, artikel, majalah, dan jurnal ilmiah, hasil-hasil seminar atau pertemuan yang relevan dengan penelitian ini.

3. Bahan Hukum Tersier atau bahan hukum penunjang yang mencakup bahan yang memberi petunjuk-petunjuk dan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder, seperti kamus umum, kamus hukum serta bahan-bahan primer, sekunder, dan tersier diluar bidang hukum yang relevan dan dapat dipergunakan untuk melengkapi data yang diperlukan dalam penelitian ini.4

3 Soejono, dan H. Abdurrahman, 1997, Metode Penelitian Hukum, Rineka Cipta, Jakarta, hlm. 56

Selanjutnya Situs Web juga menjadi bahan bagi penulisan skripsi ini sepanjang memuat informasi yang relevan dengan penelitian ini.

(28)

Penelitian ini menggunakan cara pengumpulan data sebagai berikut: 1. Penelitian Kepustakaan (Library Research)

Dalam metode pengumpulan data melalui penelitian kepustakaan ini maka penulis melakukan dari berbagai sumber bacaan yang berhubungan dengan judul pembahasan, baik dari literature literatur ilmiah, majalah dan dari peraturan perundang-undangan. Data yang diperoleh melalui studi pustaka dikumpulkan dan diurutkan kemudian diorganisasikan dalam satu pola, kategori, dan satuan uraian dasar. Analisis data dalam skripsi ini adalah analisis dengan cara kualitatif yaitumenganalisis secara lengkap dan komprehensif keseluruhan data sekunder yang diperoleh sehingga dapat menjawab permasalah-permasalahan dalam skripsi ini.5

2. Penelitan Lapangan (Field Research)

Penelitian lapangan ini penulis lakukan dengan menghubungkan langsung dengan objek yang diteliti. Penelitian lapangan ini dilakukan pada lingkungan Perusahaan daerah/ Badan Usaha Milik Daerah yang ada di Kota Medan, mengingat minimnya pelaksanan pengadaan barang dan jasa di Lingkungan BUMD Kota Medan, maka Penulis hanya berfokus pada satu BUMD Kota Medan yaitu Perusahaan Daerah Pasar (PD Pasar) Kota Medan, yaitu dengan:

a. wawancara (interview)

Wawancara (interview) adalah mengadakan interview yang dianggap dapat mendapatkan data/informasi tentang sistem pelaksanaan pengadaan barang dan jasa di lingkungan perusahaan daerah khususnya Perusahaan Daerah Pasar

(29)

Kota Medan, dengan melaksanakan Wawancara kepada bapak M Yusuf Lubis, SE Yang menjabat Bagian Umum Perusahaan Daerah Pasar Kota Medan.

b. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan mencari informasi berdasarkan dokumen-dokumen yang ada pada Perusahaan Daerah Pasar Kota Medan (PD Pasar)

3. Analisis data

Analisis data dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif. Metode kualitatif adalah yang bersifat menyeluruh dan merupakan kesatuan yang bulat (holistic) yaitu penelitian dengan menganalisis data yang diperoleh secara mendalam dari berbagai segi (komprehensif). Menggunakan metode kualitatif ini dapat diharapkan mampu mengungkapkan keberadaan Layanan Pengadaan Sistem Elektronik Di BUMD kota medan khususnya pada Perusahaan Daerah Pasar Kota Medan.

Digunakannya metode kualitatif ini dengan berbagai pertimbangan: Pertama, hasil yang akan diperoleh lebih mendalam berdasarkan informasi yang komprehensif, kedua menggunakan data yang bersifat subjektif dan berdasarkan observasi langsung sehingga dapat memahami dengan baik bagaimana manfaat Layanan Pengadaan Sistem Elektronik, dan apakah BUMD Kota Medan Melaksanakan Sistem Pengadaan Secara Elektronik atau tidak..

(30)

Transaksi Elektronik. yang ada terdapat pada teori dari pakar hukum yang dituangkan dalam buku hukum Ekonomi.

E. Sistematis Penulisan.

Penulisan ini dibuat secara sistematis, sehingga antara Bab satu dengan Bab yang lain menjadi satu kesatuan. Tujuannya adalah untuk memberikan gambaran secara jelas, tegas, dan lugas bagi pembaca sehingga bisa memahami makna dan manfaat. Untuk itu penulis membuat dalam 5 (lima) Bab, antara lain sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Berupa pendahuluan yang menguraikan tentang latar belakang,perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan penelitian, metode penelitian, sistematika penulisan.

BAB II PELAKSANAAN LAYANAN SISTEM ELEKTRONIK DALAM PENGADAAN BARANG / JASA

Bab Ketiga membahas tentang Pengadaan Barang / jasa pada Badan Usaha Milik Daerah (BUMD)

(31)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

(32)

BAB II

PELAKSANAAN LAYANAN PENGADAAN SISTEM ELEKTRONIK

DALAM PENGADAAN BARANG / JASA

A. Pengaturan Pengadaan barang/jasa dalam Peraturan Presiden No 54

Tahun 2010 beserta Perubahannya

Pelaksanaan suatu kegiatan, tidak akan terlepas dari penggunaan barang dan jasa. Tujuan utama penggunaan barang dan jasa adalah sebagai pendukung dalam melaksanakan suatu kegiatan agar dapat bekerja dengan baik dan mendapatkan hasil yang maksimal. Tidak hanya individu yang berusaha untuk memenuhi kebutuhan barang dan jasa tetapi juga instansi pemerintah/BUMN/BUMD karena pemenuhan barang dan jasa tersebut mempunyai peranan yang sangat penting dalam pendukung kegiatan operasional.

Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian modalnya dimiliki oleh Pemerintah daerah melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan. Pengadaan barang/jasa yang dilakukan oleh BUMD dan dibiayai oleh dana APBD telah diatur oleh Keputusan Presiden No 54 Tahun 2010 tentang Pedoman Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.

(33)

a. Pada bagian umum

Tata Pemerintahan yang baik dan bersih (Good Governance and Clean Government) adalah seluruh aspek yang terkait dengan kontrol dan pengawasan

terhadap kekuasaan yang dimiliki Pemerintah dalam menjalankan fungsinya melalui institusi formal dan informal. Untuk melaksanakan prinsip Good Governance and Clean Government, maka Pemerintah harus melaksanakan

prinsip-prinsip akuntabilitas dan pengelolaan sumber daya secara efisien, serta mewujudkannya dengan tindakan dan peraturan yang baik dan tidak berpihak (independen), serta menjamin terjadinya interaksi ekonomi dan sosial antara para pihak terkait (stakeholders) secara adil, transparan, profesional, dan akuntabel. Peningkatan kualitas pelayanan publik melalui penyelenggaraan pemerintahan yang baik dan bersih, perlu didukung dengan pengelolaan keuangan yang efektif, efisien, transparan, dan akuntabel.

(34)

pengaturan mengenai tata cara Pengadaan Barang/Jasa yang sederhana, jelas dan komprehensif, sesuai dengan tata kelola yang baik.

Pengaturan mengenai tata cara Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah dalam Peraturan Presiden ini diharapkan dapat meningkatkan iklim investasi yang kondusif, efisiensi belanja negara, dan percepatan pelaksanaan APBN/ APBD. Selain itu, Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yang berpedoman pada Peraturan Presiden ini ditujukan untuk meningkatkan keberpihakan terhadap industri nasional dan usaha kecil, serta menumbuhkan industri kreatif, inovasi, dan kemandirian bangsa dengan mengutamakan penggunaan industri strategis dalam negeri. Selanjutnya, ketentuan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah dalam Peraturan Presiden ini diarahkan untuk meningkatkan ownership Pemerintah Daerah terhadap proyek/ kegiatan yang pelaksanaannya dilakukan melalui skema pembiayaan bersama (co-financing) antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Kebijakan umum Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah bertujuan untuk mensinergikan ketentuan Pengadaan Barang/Jasa dengan kebijakan-kebijakan di sektor lainnya.

Langkah-langkah kebijakan yang akan ditempuh Pemerintah dalam Pengadaan Barang/Jasa sebagaimana diatur dalam Peraturan Presiden tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah ini, meliputi:

(35)

b. kemandirian industri pertahanan, industri alat utama sistem senjata (Alutsista) dan industri alat material khusus (Almatsus) dalam negeri; c. Peningkatan peran serta Usaha Mikro, Usaha Kecil, koperasi kecil dan

kelompok masyarakat dalam Pengadaan Barang/Jasa;

d. Perhatian terhadap aspek pemanfaatan sumber daya alam dan pelestarian fungsi lingkungan hidup secara arif untuk menjamin terlaksananya pembangunan berkelanjutan;

e. Peningkatan penggunaan teknologi informasi dan transaksi elektronik; f. Penyederhanaan ketentuan dan tata cara untuk mempercepat proses

pengambilan keputusan dalam Pengadaan Barang/Jasa;

g. Peningkatan profesionalisme, kemandirian, dan tanggung jawab para pihak yang terlibat dalam perencanaan dan proses Pengadaan Barang/Jasa; h. Peningkatan penerimaan negara melalui sektor perpajakan;

i. Penumbuhkembangan peran usaha nasional;

j. Penumbuhkembangan industri kreatif inovatif, budayadan hasil penelitian laboratorium atau institusi pendidikan dalam negeri;

k. Memanfaatkan sarana/prasarana penelitian dan pengembangan dalam negeri;

(36)

m. Pengumuman secara terbuka rencana dan pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa di masing-masing Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Pemerintah Daerah/Institusi lainnya kepada masyarakat luas.

Hal-hal mendasar dalam ketentuan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yang diatur dalam Peraturan Presiden ini antara lain diperkenalkannya metode pelelangan/seleksi sederhana, pengadaan langsung, dan kontes/sayembara dalam pemilihan penyedia barang/jasa selain metode pelelangan/seleksi umum dan penunjukan langsung. Lebih lanjut, Peraturan Presiden ini juga mengatur secara khusus pengadaan Alutsista TNI dan Almatsus Polri yang pengadaannya diutamakan terlebih dahulu berasal dari industri strategis dalam negeri, dan pengaturan pengadaan melalui sistem elektronik (e-procurement).

Peraturan Presiden ini juga diatur mengenai Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) dan persyaratan keikutsertaan perusahaan asing untuk meningkatkan penggunaan produksi dalam negeri dan keberpihakan terhadap pengusaha nasional, pengaturan kontrak payung dan kontrak pembiayaan bersama (co-financing) antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, serta peningkatan nilai pengadaan yang diadakan untuk menumbuh kembangkan Usaha Mikro Kecil dan Menengah.

b. Pasal demi pasal

(37)

kembanglan usaha mikro kecil dan menengah. Dan juga dituliskan untuk mengatur tentang pengadaan jasa, konstruksi, pengadaan jasa konsultasi, pengadaan jasa lainnya dan dapat dilihat juga pada Pasal 4 huruf a sampai d

Huruf a

Pengadaan Barang meliputi, namun tidak terbatas pada: a. bahan baku;

b. barang setengah jadi; c. barang jadi/peralatan; d. mahluk hidup.

Huruf b

Pekerjaan Konstruksi adalah pekerjaan yang berhubungan dengan pelaksanaan onstruksi bangunan atau pembuatan wujud fisik lainnya. Yang dimaksud dengan pelaksanaan konstruksi bangunan, meliputi keseluruhan atau sebagian rangkaian kegiatan pelaksanaan yang mencakup pekerjaan arsitektural, sipil, mekanikal, elektrikal dan tata lingkungan, masing-masing beserta kelengkapannya untuk mewujudkan suatu bangunan. Yang dimaksud dengan pembuatan wujud fisik lainnya,meliputi keseluruhan atau sebagian rangkaian kegiatan pelaksanaan yang mencakup pekerjaan untuk mewujudkan selain bangunanantara lain, namun tidak terbatas pada:

Konstruksi bangunan kapal, pesawat atau kendaraan tempur;

a. Pekerjaan yang berhubungan dengan persiapan lahan, penggalian dan/atau penataan lahan (landscaping);

(38)

c. Penghancuran (demolition) dan pembersihan (removal); d. Reboisasi.

Huruf c

Pengadaan Jasa Konsultansi meliputi, namun tidak terbatas pada: a. Jasa rekayasa (engineering);

b. Jasa perencanaan (planning), perancangan design) dan pengawasan (supervision) untuk Pekerjaan Konstruksi;

c. Jasa perencanaan (planning), perancangan (design) dan pengawasan (supervision) untuk pekerjaan selain Pekerjaan Konstruksi, seperti transportasi, pendidikan, kesehatan, kehutanan, perikanan, kelautan, lingkungan hidup, kedirgantaraan, pengembangan usaha, perdagangan, pengembangan SDM, pariwisata, pos dan telekomunikasi, pertanian, perindustrian, pertambangan, energi;

d. Jasa keahlian profesi, seperti jasa penasehatan, jasa penilaian, jasa

pendampingan, bantuan teknis, konsultan manajemen, konsultan hukum. Huruf d

Pengadaan Jasa lainnya meliputi, namun tidak terbatas pada: 1. Jasa boga (catering service);

2. Jasa layanan kebersihan (cleaning service); 3. Jasa penyedia tenaga kerja;

4. Jasa asuransi, perbankan dan keuangan;

(39)

f. Jasa penerangan, iklan/ reklame, film, pemotretan; g. Jasa percetakan dan penjilidan;

h. Jasa pemeliharaan/perbaikan;

i. Jasa pembersihan, pengendalian hama (pest control) dan fumigasi; j. Jasa pengepakan, pengangkutan, pengurusan dan penyampaian barang; k. Jasa penjahitan/konveksi

l. Jasa impor/ekspor;

m. Jasa penulisan dan penerjemahan; n. Jasa penyewaan;

o. Jasa penyelaman; p. Jasa akomodasi;

q. Jasa angkutan penumpang;

r. Jasa pelaksanaan transaksi instrumen keuangan; s. Jasa penyelenggaraan acara (event organizer); t. Jasa pengamanan;

u. Jasa layanan internet; v. Jasa pos dan telekomunikasi; w. Jasa pengelolaan asset.

B. Pembentukan Layanan Pengadaan Sistem Elektronik

(40)

pembuntukan layanan pengadaan sistem elektronik tersebut. Pembentukan layanan pengadaan sistem elektronik ini sangat berguna sehingga pelayanannya lebih transpran serta tidak adanya celah untuk korupsi dalam pengadaan barang/jasa. Ada beberapa item pembentukan layanan pengadaan sistem elektronik.6

1. Adanya Peraturan Walikota sebagai dasar Hukum yang dilakukan oleh walikota3 medan tentang pengadaan sistem elektronik dan Peraturan Walikota No 38 Tahun 2011 tentang Layanan Pengadaan Barang/Jasa Secara Elektronik (LPSE).7

2. Latar Belakang

Bahwa dalam rangka meningkatkan efisiensi, efektifitas, transparansi, persaingan sehat dan akuntabilitas dalam pelaksanaan pengadaan barang/jasa pemerintah dan Non pemerintah, perlu dilaksanakan pengadaan barang/jasa secara elektronik dan dalam rangka meningkatkan pelayanan di lingkungan LPSE Pemerintah Kota Medan perlu disusun suatu petunjuk layanan dengan mempertimbangkan kelancaran proses pengadaan barang/jasa yang akan dilaksanakan oleh para pengguna aplikasi e-Procurement.

3. Maksud dan tujuan

Maksud dan tujuan petunjuk layanan/operasional di lingkungan LPSE untuk memberikan kemudahan kepada pengguna untuk mengakses aplikasi e-Procurement, sehingga pelaksanaan pengadaan barang/jasa berjalan sebagaimana

6

Peraturan Walikota medan No 38 Tahun 2011 tentang Layanan Pengadaan Sistem Elektronik

(41)

mestinya dan tetap berpedoman pada Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.

4. Ruang lingkup

a. Unit pelayanan yang melaksanakan kegiatan ini adalah Layanan Pengadaan Secara Elektronik;

b. Penanggung jawab pelayanan adalah Kepala Layanan Pengadaan Secara Elektronik;

c. Pengguna pelayanan adalah pengguna aplikasi e-Procurement yaitu: Administrator LPSE, Helpdesk LPSE, Verifikator LPSE, ULP, PA/KPA, PPK, PPTK dan Penyedia Barang/Jasa;

d. Keluaran (output) pelayanan adalah terselenggaranya kegiatan pelayanan terhadap pengguna aplikasi e-Procurement.

2. Pengertian Istilah

a. e-Procurement adalah proses pengadaan barang/jasa pemerintah yang

pelaksanaannya dilakukan secara elektronik yang berbasis website / internet dengan memanfaatkan fasilitas teknologi komunikasi dan informasi yang meliputi pelelangan umum secara elektronik yang diselenggarakan oleh Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) melalui lpse.kotamedan.go.id dengan induk domain website

(42)

c. LPSE Pusat adalah unit kerja yang dibentuk oleh dan berada di bawah tanggung jawab Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, yang bertugas secara khusus untuk mengelola dan mengembangkan sistem e-Procurement;

d. Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah selanjutnya disingkat LKPP, adalah lembaga pemerintah yang mempunyai tugas untuk melakukan pengembangan kebijakan di bidang pengadaan barang/jasa pemerintah;

e. Pejabat Pembuat Komitmen selanjutnya disebut PPK, adalah pejabat yang diangkat oleh Walikota atau Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran sebagai pemilik pekerjaan, yang bertanggung jawab atas pelaksanaan pengadaan barang/jasa;

f. Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan selanjutnya disebut PPTK, adalah pejabat yang diangkat oleh Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran sebagai pemilik pekerjaan, yang bertanggung jawab atas pelaksanaan pengadaan barang/jasa;

g. Unit Layanan Pengadaan selanjutnya disebut ULP, adalah unit layanan yang diangkat oleh Walikota Medan untuk melaksanakan pemilihan penyedia barang/jasa di lingkungan Pemerintah Kota Medan;

(43)

i. Penyedia adalah badan usaha atau orang perseorangan yang memenuhi syarat-syarat pendirian badan usaha atau orang perseorangan yang kegiatan usahanya menyediakan barang/jasa dan telah terdaftar dalam sistem e-Procurement pada pusat-pusat layanan;

j. Pengguna adalah semua pihak yang menggunakan sistem e-Procurement; k. User ID adalah nama atau pengenal unik sebagai identitas diri dari Pengguna

yang digunakan untuk beroperasi di dalam sistem e-Procurement;

l. Password adalah kumpulan karakter atau string yang digunakan oleh

Pengguna untuk memverifikasi User ID kepada sistem e-Procurement; m. Umpan balik adalah tanggapan atas pengunaan aplikasi e-Procurement yang

dilakukan oleh pengguna aplikasi e-Procurement;

n. Verifikasi adalah kegiatan pemeriksaan terhadap kebenaran pelaporan dokumen yang disampaikan oleh calon penyedia barang/jasa;

o. Monitoring lelang adalah kegiatan pemantauan terhadap aktivitas lelang melalui website LPSE oleh LPSE;

p. Admin LPSE adalah staf LPSE yang diberikan wewenang untuk memegang

kendali aplikasi e-Procurement, serta memberikan User ID dan Password kepada Pengelola LPSE dan Koordinator ULP/Pejabat Pengadaan, serta Pengguna LPSE (Rekanan/Penyedia Barang dan Jasa).

b. Prosedur Rencana Umum Pengadaan (RUP)

(44)

2. RUP yang sudah diterima diteliti untuk dientry dan diupload di sistem RUP pada website LKPP sebelum dilaksanakan pengadaan barang/jasa oleh SKPD.

C. Pelaksanaan Layanan pengadaan system elektronik dalam pengadaan

barang/jasa

1. Pendaftaran Pengelola LPSE dan Pengurus ULP

a. Admin LPSE menerima salinan SK Penunjukan sebagai Pengelola

LPSE terdiri dari Helpdesk dan Verifikator LPSE, Pengurus ULP (Koordinator, Sekretaris, Ketua Pokja dan Anggota Pokja ULP) yang ditunjuk;

b. Admin LPSE mendaftarkan pihak-pihak yang tersebut dalam SK

Penunjukan sebagai Pengelola LPSE (Helpdesk dan Verifikator) dan Pengurus ULP (Koordinator, Sekretaris, Ketua Pokja dan Anggota Pokja ULP) untuk mendapatkan User ID dan Password aplikasi e-Procurement; User ID dan Password dikirim melalui email

c. Jika hanya lupa password LPSE dapat langsung dikirimkan melalui e-mail dengan fasilitas lupa password di website LPSE Kota Medan dan

jika lupa password di email Pengelola LPSE (Helpdesk dan Verifikator) dan Pengurus ULP (Koordinator, Sekretaris, Ketua Pokja

(45)

2. Pendaftaran Pejabat Pembuat Komitmen ( PPK) pada LPSE

a. Admin LPSE menerima asli/salinan SK Penunjukan sebagai PPK

yang ditunjuk oleh walikota Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran;

b. Admin LPSE menginput data PPK yang tersebut dalam SK

Penunjukan untuk diberikan User ID dan Password aplikasi di LPSE Kota Medan;

c. Jika hanya lupa password LPSE dapat langsung dikirimkan melalui email dengan fasilitas lupa password di website LPSE Kota Medan dan jika lupa password di email PPK dapat diperbaiki lupa password pada web email yang bersangkutan, atau membuat surat permohonan kepada LPSE tentang perubahan email, User ID atau Password. 3. Pendaftaran Penyedia Barang/Jasa (Rekanan) pada LPSE

a. Admin LPSE menerima asli/salinan SK Penunjukan sebagai Admin

Perusahaan calon pengguna yang ditunjuk oleh Direktur Perusahaan pada saat Registrasi Penyedia di Kantor LPSE Kota Medan;

b. Admin LPSE mencatatkan admin perusahaan tersebut untuk

diberikan User ID dan Password aplikasi di LPSE Kota Medan bila Tanda Lulus Verifikasi Perusahaan telah diberikan. User ID dan

Password dikirimkan melalui email admin perusahaan yang

bersangkutan;

c. Langkah pertama Pendaftaran Penyedia adalah dengan membuka

(46)

lpse.Kotamedango.id, lalu klik menu: (MENDAFTAR SEBAGAI PENYEDIA BARANG/JASA), lalu masukkan alamat email admin perusahaan, Download Formulir Pendataran dan Formulir Keikutsertaan. Lalu klik tombol (MENDAFTAR) kemudian buka email tersebut, ikuti petunjuk langkah pada email untuk pengisian Data Perusahaan;

d. Jika data perusahaan sudah diisi dengan benar, lalu konfirmasi kembali Mendaftar;

e. Untuk mendapatkan User ID dan Password, Pengurus Perusahaan harus datang langsung ke Kantor LPSE dengan membawa Dokumen Asli dan Fotocopy Perusahaan yang dipersyaratkan oleh LPSE; f. Setelah dilakukan Verifikasioleh Verifikator LPSE terhadap Dokumen

Asli dan Fotocopy Data Perusahaan dan telah dinyatakan lengkap dan benar, maka Verifikator akan memberikan tanda setuju dan diberikan Tanda Lulus Verifikasi di LPSE, lalu berkas asli dikembalikan ke Pengurus Perusahaan/Rekanan/Penyedia, dan berkas dokumen fotocopy diserahkan pada Admin LPSE untuk diberikan User ID dan Password;

g. User ID dan Password untuk Penyedia Barang/Jasa akan diberikan

(47)
(48)

BAB III

PENGADAAN BARANG/JASA PADA BUMD

A. Pengaturan BUMD dalam Hukum Positif di Indonesia

Secara normatif, ketentuan Pasal 33 UUD 1945, sering dipahami sebagai system ekonomi yang layak dipakai oleh bangsa Indonesia. Pada Pasal 33 ayat (1) misalnya, menyebutkan bahwa perekonomian nasional disusun sebagai usaha bersama berdasar asas kekeluargaan. Asas ini dapat dipandang sebagai asas bersama (kolektif) yang bermakna dalam kontek sekarang yaitu persaudaraan, huanisme, dan kemanusian.Artinya ekonomi tidak diandang sebagai wujud sistem persaingan liberal ala Barat, tetapi ada nuansa moral dan kebersamaannya, sebagai refleksi dari tanggung jawab sosial. Pasal ini dianggap menjadi dasar dari ekonomi kerakyatan.8

Jika dicermati, maka keseluruhan norma dalam Pasal 33 UUD 1945 dewasa ini ternyata tidak dekat dengan ide pasar, efisiensi globalisasi, beberapa istilah lebih dekat dengan paham sosial demokrasi, misalnya kebersamaan,berkelanjutan, berwawasan lingkungan, dan kemandirian. Nilai-nilai itu muncul sebagai reaksi terhadapperkembangan ekonomi global. Bahkan di dalam ayat (4) disebut juga “ demokrasi ekonomi”. Istilah ini sebenarnya merupakan penjelasan terhadap apa yang dimaksud dengan usaha bersama

8

(49)

berdasarkan kekeluargaan. Secara prinsip, asas inilah yang menjadi substansi utama dari sistem ekonomi Pancasila9

Dalam hal ini sistem ekonomi harus mendukung pembangunan sistem hukum secara positif, agar sistem hukum itu dapat lebih mendukung pembangunan sistem ekonomi nasional. Salah paham yang sering dijumpai seolh-olah Hukum Positif Indonesia, yaitu hukum yang berlaku di Indonesia pada saat ini sudah merupakan Hukum Nasional, sekalipun hukum itu (baik UU, Pertauran Daerah,dll.) bertentangan dengan Konstitusi, terutama bertentangan dengan Undang-Undang Dasar 1945.

Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang mencabut pemberlakuan dari Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, maka Badan Usaha Milik Daerah dapat dibentuk oleh peraturan daerah.

Peraturan Daerah Kota Medan Penuh tentang Badan Usaha Milik Daerah perlu mendapat prioritas dalam penyelesaiannya, mengingat bahwa pembentukan Perda sangat dibutuhkan dalam memberikan kepastian hukum bagi kegiatan pengelolaan Badan Usaha Milik Daerah, yang diharapkan dapat memberikan sumbangsih terhadap Pendapatan Asli daerah, sehingga pembangunan untuk kemajuan daerah dapat dilaksanakan dengan baik.

BUMD adalah sebuah badan usaha yang mempunyai peranan penting dalam penyelenggaraan perekonomian Daerah guna mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Badan Usaha Milik Daerah merupakan salah satu pelaku kegiatan

9

(50)

ekonomi dalam perekonomian Daerah berdasarkan demokrasi ekonomi. Peran Badan Usaha Milik Daerah dalam perekonomian daerah untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat belum optimal. BUMD ikut berperan menghasilkan barang dan atau jasa yang diperlukan dalam rangka mewujudkan sebesar-besarnya kemakmuran masyarakat. Peran BUMD dirasakan semakin penting sebagai pelaporan dan atau perintis dalam sektor-sektorusaha yang belum diminati usaha swasta. Disamping itu, BUMD juga mempunyi peran strategis sebagai pelaksana pelayan publik, penyeimbang kekuatan–kekuatan swasta besar, dan turut membantu pengembangan usaha kecil/koperasi. Pentingnya penataan yang berkelanjutan atas pelaksanaan peran BUMD dalam sistem perekonomian daerah, terutama upaya peningkatan kinerja dan nilai (value) perusahaan, terutama yang usahanya berkaitan dengan kepentingan umum.

(51)

dan privatisasi serta spin off terhadap non core competence business dan non-performance. Transparansi dalam pengelolaan Badan Usaha merupakan pra

kondisi yang penting untuk meningkatkan kinerja Badan Usaha dan merupakan kunci keberhasilan dalam menciptakan lingkungan bisnis yang tepat. Dengan penerapan prinsip-prinsip good corporate governance dalam pembinaan dan pengelolaan Badan Usaha diharapkan semua pihak akan memiliki acuan yang sama dalam pengelolaan usaha.

Dalam kenyataannnya, walaupun BUMD telah mencapai tujuan awal sebagai pendorong perkembangan dan pertumbuhan ekonomi, namun tujuan tersebut dicapai dengan biaya dengan relatif tinggi. Kinerja perusahaan dinilai belum memadai, BUMD belum sepenuhnya dapat menyediakan barang dan /atau jasa yang bermutu tinggi bagi masyarakat dengan harga terjangkau serta belum mampu berkompetisi dalam persaingan bisnis.

Peningkatan produktivitas dan efisiensi BUMD dapat dilakukaan dengan cara restruktrusisasi dan privatisasi perusahaan. Restrukturisasi adalah upaya yang dilakukan dalam rangka penyehatan BUMD yang merupakan salah satu langkah strategis untuk memperbaiki kondisi internal perusahaan guna memperbaiki kinerja dan meningkatkan nilai perusahaan. Restrukturisasi, dimaksudkan bagi perusahaan yang usahanya berkaitan dengan kepentingan umum. Sedangkan bagi BUMN yang tujuannya memupuk keuntungan dan bergerak dalam sektor yang kompetitif didorong untuk privatisasi.

(52)

maupun seluruhnya, kepada pihak lain dalam rangka meningkatkan kinerja dan nilai perusahaan, memperbesar manfaat bagi daerah dan masyarakat, serta memperluas pemilikan saham oleh masyarakat" Privatisasi seharusnya diberi batasan sehingga tidak merugikan kepentingan masyarakat. Privatisasi juga harus menguntungkan bagi pemerintah dan masyarakat daerah dan masyarakat Indonesia, selain itu mampu meningkatkan kinerja BUMD, dalam pengelolaannya mampu menerapkan prinsip prinsip good governance,10

BUMD itu bukan untuk menghabiskan Anggaran Daerah tetapi BUMD itu harus mampu mandiri dan mampu menjadi mesin uang untuk menambah Pendapatan Daerah (PAD). Peran pemerintah juga sangat diharapkan untuk memantau serta mengawasi dan membuat aturan untuk melindungi hasil pendapatan BUMD sehingga tidak adanya celah untuk korupsi yang membuat BUMD bangkrut.

dan peningkatan kinerja BUMD bukan hanya pada jangka pendek, akan tetapi untuk jangka panjang dan mampu meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) sehingga daerah mampu lebih mandiri dalam memanagement keuangan daerah serta mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang lebih baik. Oleh karena itu sangat diharapkan peran BUMD (Badan Usaha Milik Daerah) mampu menambah pendapatan masyarakat juga dan banyaknya melakukan promosi-promosi ke luar daerah atau mancanegara sehingga dapat terwujud BUMD yang mampu bersaing dan layak untuk diperhitungan dan mampu juga mengurangi tingkat penganguran di daerah sehingga terlihat hasil kinerja dan dampak BUMD itu.

(53)

Istilah BUMD terdapat didalam Undang-undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah, Pasal 84 undang-undang tersebut menyebutkan bahwa Pemerintah Daerah mendirikan BUMD, didirikan dengan Peraturan Daerah. Ketentuan tersebut belum memberikan definisi yang jelas tentang BUMD.

Selanjutnya Undang-undang Nomor 22 tahun 1999 dirubah dengan Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, undang-undang ini juga belum memberikan definisi yang tegas tentang defenisi BUMD, namun pada Pasal 177 undang-undang tersebut juga bahwa Pemerintah Daerah dapat memiliki BUMD yang pembentukan, penggabungan, pelepasan kepemilikan, dan/atau pembubarannya ditetapkan dengan Peraturan Daerah yang berpedoman pada peraturan perundang-undangan. Kedua perundang-undangan diatas tidak memberikan definisi maupun batasan yang jelas tentang BUMD.

Sebenarnya jika merujuk pada Undang-undang Nomor 5 tahun 1962 tentang Perusahan Daerah, Undang-undang ini memberikan definisi yang jelas tentang Perusahaan Daerah, Pasal 2 Undang-undang Nomor 5 tahun 1962 menyebutkan” bahwa Perusahaan Daerah ialah semua perusahaan yang modalnya untuk seluruhnya atau untuk sebagian merupakan kekayaan Daerah yang dipisahkan, kecuali jika ditentukan lain dengan atau berdasarkan undang-undang.”

(54)

dinyatakan bahwa BUMD merupakan perusahan yang modalnya berasal dari kekayaan Pemda yang dipisahkan, kekayaan daerah yang dipisahkan dapat diartikan sebagai kekayaan daerah yang dilepaskan dari penguasaan umum yang sebagai kekayaan daerah yang dilepaskan dari penguasaan umum yang semua pertanggungjawabannya melalui angaran belanja daerah yang kemudian setelah dipisahkan menjadi modal BUMD akan dipertanggung jawabkan tersendiri.11

Perusahaan Daerah Pasar Kota Medan adalah salah satu Badan Usaha milik daerah (BUMD) yang merupakan peralihan dari Dinas Pasar kotamadya Tk.II Medan yang ditetapkan berdasarkan keputusan Walikota No. 188/ 784/ SK/ 1993. Dan pada awalnya dikelola berdasarkan Peraturan Daerah no. 15 Tahun 1992 Tentang pembentukan Perusahaan Daerah Pasar Kota Medan, kemudian diubah dengan Peraturan Daerah Kota Medan No.08 tahun 2001 tentang Pembentukan Perusahaan Daerah Pasar Kota Medan. Selanjutnya untuk melaksanakan Peraaturan daerah tersebut, diterbitkan keputusan Walikota nomor 28 Tahun 2001 tentang Pembentukan Perusahaan Daerah Pasar Kota Medan. Sementara sebagai landasan manajemen didasari kepada Peraturan daerah Nomor 5 tahun 1997 tentang Status Badan Pengawas , Direksi, dan Kepegawaian Perusahaan Daerah dan Surat keputusan walikota Medan nomor 188.342/SK/1998 tentang pelaksanaan Peraturan Daerah no.05 tahun 1997 Jo, Surat keputusan Walikota Medan Nomor 14 Tahun 2004 Susunan Organisasi dan Tata Kerja Perusahaan Daerah Pasar kota Medan . Sebagai landasan operasional didasari kepada Peraturan Daerah no. 31 tahun 1993 tentang pemakaian tempat berjualan

(55)

dan Surat Walikota Medan Nomor 188.342/834/SK/1994 tentang pelaksanaan Perda No. 31 Tahun 1993 dan Surat keputusan Direksi PD. Pasar Kota Medan No 974/1332/PDPKM/2003 tanggal 05 Maret 2003 tentang klasifikasi dan Besarnya tarif kontribusi pada pasar – pasar di wilayah tingkat II Medan yang di syahkan Badan Pengawas PD. Pasar Kota Medan dengan Surat Keputusan Badan Pengawas PD. Pasar Kota Medan No. 36/04/BP/ PD/20003 tanggal 13 maret 2003.

B. Pengadaan Barang/Jasa pada BUMD

Pengertian pengadaan barang/jasa menurut Sutedi (2012, h.7) yaitu mencakup penjelasan dari dari seluruh proses sejak awal perencanaan, persiapan, perijinan, penentuan pemenang lelang hingga tahap pelaksanaan dan proses administrasi dalam pengadaan barang, pekerjaan atau jasa seperti jasa konsultasi teknis, jasa konsultasi keuangan, jasa konsultasi hukum atau jasa lainnya. Hal ini hampir sama dengan penjelasan dalam Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010, bahwa pengadaan barang/jasa pemerintah adalah kegiatan untuk memperoleh barang/jasa oleh Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Pe-rangkat Daerah/Institusi lainnya yang prosesnya dimulai.12

Merujuk Pasal 2 ayat (1) Perpres 54/2010 yang menyatakan bahwa ruang lingkup Peraturan Presiden ini meliputi:13

i. Pengadaan Barang/Jasa di lingkungan K/L/D/I yang pembiayaannya baik sebagian atau seluruhnya bersumber dari APBN/APBD.

12

Sutedi, Adrian. (2012). Aspek Hukum Pengadaan Barang & Jasa dan Berbagai Permasalahannya. Ed. 2. Jakarta, Sinar Grafika.

13

(56)

ii. Pengadaan Barang/Jasa untuk investasi di lingkungan Bank Indonesia, Badan Hukum Milik Negara dan Badan Usaha Milik Negara/Badan Usaha Milik Daerah yang pembiayaannya sebagian atau seluruhnya dibebankan pada APBN/APBD.

Ketentuan di atas, sebab sebagian orang tidak tepat memahami maksud dari ketentuan tersebut. Pengadaan Investasi bagi BUMN/BUMD wajib berpedoman pada Perpres 54/2010 beserta perubahannya bilamana pembiayaannya bersumber dari sebagian atau seluruhnya dibebankan pada APBN/APBD. Penekanannya berada pada kata investasi dan pembiayaan.

Dalam kontes penyertaan modal kepada BUMD, dimana anggaran ditransfer ke kas BUMD, maka proses pembiayaan dari pengadaan yang dilakukan bukan lagi bersumber DIPA/DPA K/L/D/I namun bersumber dari kas perusahaan. Dalam konteks seperti ini, maka pengadaannya tidak berpedoman pada Perpres 54/2010 beserta perubahannya namun berpedoman pada Peraturan Pengadaan BUMD.

(57)

Berbeda bilamana dalam dokumen anggarannya dinyatakan sebagai penyertaan modal dan masuk ke kas perusahaan, maka pengadaannya berpedoman pada Peraturan Pengadaan BUMD dengan penaggungjawab direksi dan organisasi pengadaan juga berasal dari BUMD.

Mengapa Pengadaan BUMD tidak berpedoman pada Perpres 54/2010 beserta perubahannya dalam prakteknya sebagian besar BUMD tidak berpedoman pada Perpres 54/2010 beserta perubahannya (yang pernah konsultasi dengan penulis), selain disebabkan karena khawatir bemasalah juga disebabkan mereka sendiri tidak memiliki aturan pengadaan untuk internal BUMD.

Sebelum kita jelaskan fenomena diatas, ada baiknya kita memahami perbedaan identitas K/L/D/I dengan BUMD. K/L/D/I didirikan dengan maksud melakukan pelayanan publik dan mensukseskan kebijakan pemerintah. Ukuran keberhasilan K/L/D/I didasarkan pada kualitas layanan publik yang diberikan dan besarnya benefit yang didapat oleh masyarakat dari implementasi kebijakan yang dilaksanakan. Dalam pengadaan barang/jasa K/L/D/I, ukuran keberhasilannya adalah seberapa besar manfaat atau benefit yang didapatkan masyarakat dari proses pengadaan yang dilakukan. Akuntabilitas terhadap peraturan menjadi titik berat dari proses yang dilakukan. Pengambilan keputusan yang dilakukan didasarkan pada kepentingan masyarakat yang lebih luas.

(58)

menekan biaya untuk meningkatkan profit perusahaan. Dengan demikian, maka pengadaan barang/jasa pada BUMD membutuhkan fleksibilitas yang lebih dibandingkan K/L/D/I. Karena keterlambatan dalam mengambil keputusan atau penetapan prosedur yang tidak efisien akan berakibat pada kekalahan dari kompetitor, yang dampaknya akan menurunkan posisi perusahaan dan berkurangnya profit.

Mengingat sifatnya yang spesifik sesuai dengan jenis usaha dan visi perusahaan yang berbeda-beda, maka akan sulit menetapkan aturan pengadaan yang sesuai untuk semua BUMD. Karena mungkin akan cocok untuk jenis usaha tertentu tapi tidak cocok untuk jenis usaha yang lain. Dengan demikian, untuk meningkatkan peran pengadaan sebagai sumber profit pada BUMD maka perusahaan harus menyusun aturan pengadaannya sediri yang sesuai dengan visi perusahaan dan strategi bisnis yang dimiliki.

Mengingat karakteristik yang dimiliki, maka memang desain aturan untuk pengadaan BUMD tidak berpedoman kepada Perpres 54/2010 beserta perubahannya. Karena K/L/D/I dan BUMD memiliki tatacara bekerja yang berbeda, visi yang berbeda, bentuk organisasi yang berbeda dan tata kelola keuangan yang berbeda. Kesalahan dapat menentukan strategi pengadaan pada BUMD akan berdampak pada kinerja perusahaan.

(59)

BUMD menerbitkan aturan pengadaan yang cepat, fleksibel, efektif dan efisien agar tidak kehilangan momentum bisnis yang dapat menimbulkan kerugian.

pengadaan barang/jasa di BUMD harus mencerminnkan visi bisnis yang cepat dan fleksibel. Dengan demikian, keputusan BUMD yang berpedoman Perpres 54/2010 beserta perubahannya tidak tepat, bila dilihat karakteristik BUMD yang jelas sebagai identitas bisnis. Dengan demikian, penyusunan aturan pengadaan sendiri pada BUMD merupakan kebutuhan perusahaan. Dengan menetapkan aturan sendiri, maka BUMD dapat menyesuaikan tatacara pengadaan yang sesuai dengan karakter bisnis yang dijalani yang sejalan dengan visi bisnis perusahaan.

Pengadaan barang/jasa pada BUMD biasanya dilakukan melalui Peraturan Kepala Daerah dan ditindaklanjut dengan keputusan direksi BUMD. dalam Pasal 2 UU No. 5/1962 mengatur “Perusahaan Daerah ialah semua perusahaan yang didirikan berdasarkan Undang-undang ini yang modalnya untuk seluruhnya atau

untuk sebagian merupakan kekayaan Daerah yang dipisahkan, kecuali jika

ditentukan lain dengan atau berdasarkan Undang-undang.”

Selanjutnya Pasal 4 UU No. 5/1962 mengatur bahwa “Perusahaan Daerah didirikan dengan Peraturan Daerah atas kuasa Undang-undang ini. Perusahaan

Daerah termaksud pada ayat (1) adalah badan hukum yang kedudukannya

sebagai badan hukum diperoleh dengan berlakunya Peraturan Daerah tersebut.”

(60)

memiliki kekayaan sendiri yang terpisah dari kekayaan pendirinya (dalam hal ini kekayaan Pemda).

Dana yang dimiliki oleh BUMD berasal dari kekayaan daerah yang dipisahkan sebagai penyertaan modal pada BUMD yang bersangkutan. Karena kekayaan daerah tersebut telah dipisahkan dan dijadikan penyertaan modal dalam BUMD maka seharusnya dana tersebut menjadi milik dari BUMD yang bersangkutan, sedangkan pemerintah daerah memiliki saham sebagai kompensasi dari penyertaan modal yang telah dilakukannya pada BUMD yang bersangkutan. Khusus pada daerah kota medan, Kompensasi/ keutungan (profit) yang di dapat dari BUMD PD Pasar Kota Medan disetorkan kepada kas daerah sebesar 50% (persen) sebagai PAD daerah Kota Medan14. Dalam pelaksanaan Pengadaan Barang dan Jasa di Lingkungan PD Pasar Kota Medan masih mengacu kepada Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yang bersifat Konvensional/ Manual.15

Dengan demikian maka seharusnya dana yang dimiliki oleh BUMD yang berasal dari penyertaan modal pemerintah, tidak dikatagorikan lagi sebagai dana APBD melainkan dana BUMD yang bersangkutan selaku badan hukum yang memiliki kekayaan sendiri yang terpisah dari kekayaan pemiliknya.

Oleh karena dana yang dimiliki oleh BUMD (sebagai hasil penyertaan modal pemerintah daerah) bukan lagi merupakan dana APBD, maka proses pengadaan barang dan/atau jasa oleh BUMD tersebut pada dasarnya tidak wajib tunduk

14

Peraturan Daerah Kota Medan No 8 Tahun 2001 Tentang Pembentukan Perusahaan Daerah Pasar

15

(61)

kepada Perpres No. 54/2010. Pada pelaksanaan Pengadaan barang dan Jasa Pada Perusahaan Daerah Kota Medan PD Pasar Kota Medan yang berpedoman kepada Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 pada pasal 17 ayat 1 dan 2 yang menjelaskan bahwa prinsipnya dilakukan melalui metoda pelelangan umum dan metoda pemilihan penyedia barang/jasa yang dilakukan secara terbuka dengan pengumuman secara luas melalui media massa dan papan pengumuman resmi untuk penerangan umum sehingga masyarakat luas dunia usaha yang berminat dan memenuhi kualifikasi dapat mengikutinya. Saat ini PD Pasar Mengelola 52 Pasar Tradisional. PD Pasar minim anggaran untuk membenahi dan mengelola semua pasar ini .Dimana pendapatan per bulan cuma Rp 800 juta-Rp 900 juta sedangkan jumlah karyawan sebanyak 650 orang, di luar biaya operasional rutin lainnya.16

C. Hambatan-hambatan dalam pengadaan barang/jasa pada BUMD

Dalam usaha untuk menutup kelemahan-kelemahan dan kesulitan dalam proses pengadaan serta untuk mewujudkan pengadaaan barang/jasa yang efisien dan efektif perlu dimanfaatkan perkembangan teknologi informasi dalam proses pengadaan barang/jasa tersebut, salah satunya adalah dengan penerapan e-procurement. E-procurement merupakan suatu proses pengadaan yang mengacu pada penggunaan internet sebagi sarana informasi dan komunikasi. Proses pengadaan barang dan jasa dengan sistem e-procurement memanfaatkan fasilitas teknologi komunikasi dan informasi yang digunakan untuk mendukung proses pelelangan umum secara elektronik. Dengan sistem lelang elektronik ini, maka

16

Referensi

Dokumen terkait

In order to evaluate the prospects of conversion the franchisor may conduct a business review of the existing operation and inform the prospective franchisee of the key charges

Pendidikan anti-korupsi sejak dini adalah salah satu cara untuk menekan laju tersebut. Mengingat pendidikan merupakan salah satu penuntun generasi muda untuk

Judul Bidang Keahlian : : - Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran - Kajian Bilangan dan Statistika Sekolah Dasar Pilihlah jawaban yang benar dengan memilih jawaban A, B, C,

bahwa sehubungan dengan hal tersebut dipandang perlu untuk membentuk Tim Pencari Fakta Kasus Meninggalnya Munir, guna membantu Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam

(5) In the event that the Reporting Bank does not submit the Report, the form header, the Report correction as referred to in paragraph (4), then Reporting Banks

[r]

[r]

Hasil penelitian dan pembahasan perkawinan masyarakat Sedulur Sikep di Dukuh Kalioso Desa Karangrowo untuk memperoleh pengakuan negara yang diperoleh dari wawancara