• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN WAKAF TUNAI DALAM PEMBERDAYAAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DI TABUNG WAKAF INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERAN WAKAF TUNAI DALAM PEMBERDAYAAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DI TABUNG WAKAF INDONESIA"

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

Oleh : Maya Maimunah NIM: 204046102943

K O N S E N T R A S I P E R B A N K A N S Y A R I A H PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH J A K A R T A

(2)
(3)

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Jakarta, 22 september 2011

(4)

iii

KATA PENGANTAR

















Puja dan puji serta syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas

selesainya penyusunan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan

pendidikan pada Program Studi Muamalat Fakultas Syaria’ah dan Hukum Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Tema skripsi ini penulis pilih atas

pertimbangan pentingnya melakukan sebuah penelitian mengenai peran serta wakaf

tunai dalam pemberdayaan ekonomi UKM. Hasil penelitian ini diharapkan dapat

bermanfaat untuk kemajuan dan perkembangan Tabung Wakaf Indonesia dalam

menyalurkan dana wakaf yang terkumpul untuk pemberdayaan ekonomi umat, sesuai

dengan visi dan misi dari Tabung Wakaf Indonesia.

Penyusunan skripsi ini dapat penulis selesaikan berkat bantuan dan dorongan

dari berbagai pihak. Oleh karena itu sangatlah wajar bila penulis menyampaikan

penghargaan yang setinggi-tingginya dan mengucapkan terimakasih yang

setulus-tulusnya, khusus kepada :

1. Bapak Prof. Dr.Drs. H. Muhammad Amin Suma, SH. MA, MM, Dekan Fakultas

Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta beserta

staf yang telah memberikan tugas kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi

(5)

iv dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Bapak Dr. Djawahir Hejazziey, SH., MA, sebagai Ketua Program Studi Ilmu

Hukum yang telah membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

4. Bapak Drs. H. Ahmad Yani, M.Ag, sebagai Kordinator Teknis Program Non

Reguler yang telah membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

5. Bapak Dr. H. Afifi Fauzi Abbas, MA, sebagai Pembimbing yang telah banyak

meluangkan waktunya demi membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Bapak dan Ibu Dosen di lingkungan Fakultas Syari’ah dan Hukum yang telah memberikan ilmu kepada penulis selama belajar di Universitas Islam Negri

Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. Bapak Pimpinan Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta

staf yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk memanfaatkan dan

meminjam buku-buku yang berhubungan dengan pembahasan skripsi ini.

8. Bapak Ismail A. Said, Presiden Direktur Dompet Dhuafa dan Direktur Tabung

Wakaf Indonesia Bapak Veldy V.Armita serta seluruh jajaran karyawan lembaga

Dompet Dhuafa dan Tabung Wakaf Indonesia yang telah memberikan data dan

kontribusinya dalam rangka penyelesaian skripsi ini.

9. Abah dan Ibu serta kakak dan sahabat hati Teguh Santoso yang senantiasa

berusaha dan berdoa serta mendidik penulis dengan penuh tanggung jawab dan

(6)

v

peroleh dapat menjadi bekal untuk membalas budi dan pengorbanan yang telah

mereka berikan.

10. Sanak famili dan handai taulan serta rekan-rekan mahasiswa angkatan 2004

Program Studi Mu’amalat khusus Perbankan Syari’ah B Program Non Reguler

Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta dan semua pihak yang telah memberikan bantuan dengan sukarela dalam

penyelesaian skripsi ini.

11. Teman sejawat dan karib kerabat serta rekan kerja yang telah banyak

memberikan bantuan baik moril maupun materil, sehingga skripsi ini dapat

terselesaikan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

Semoga semua yang telah mereka berikan baik berupa bimbingan dan bantuan

maupun pengorbanan dalam rangka penyusunan skripsi ini, mendapat imbalan

yang berlipat ganda dari Allah SWT. Amin ya Rabbal ‘Alamin.

Sumbangsih dan pemikiran, kritik dan saran yang konstruktif dari semua pihak

sangat penulis harapkan untuk perbaikan pada kajian-kajian dengan tema yang

sama pada masa yang akan datang.

Jakarta, 22 September 2011

(7)

vi

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 7

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 9

E. Teknik Penulisan ... 10

F. Kajian Pustaka ... 10

G. Kerangka Teori ... 13

H. Metode Penelitian ... 14

I. Sistematika Penulisan ... 16

BAB II USAHA KECIL DAN MENENGAH ... 18

A. Pengertian Usaha Kecil dan Menengah ... 18

B. Peranan Usaha Kecil dan Menengah dalam Perekonomian ... 20

C. Masalah-masalah yang dihadapi Usaha Kecil dan Menengah ... 25

D. Upaya-Upaya Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah ... 34

BAB III WAKAF TUNAI DI TABUNG WAKAF INDONESIA ... 39

A. Sejarah Wakaf Tunai ... 40

B. Landasan Hukum Wakaf ... 40

C. Latar Belakang Tabung Wakaf Indonesia ... 41

D. Bentuk dan Badan Hukum Tabung Wakaf Indonesia ... 44

E. Visi dan Misi Tabung Wakaf Indonesia ... 45

F. Tujuan Sasaran Target dan Pemetik Manfaat ... 46

(8)

vii

BAB IV PERANAN TWI DALAM PEMBERDAYAAN UKM ... 52

A. Konsep Wakaf Tunai ... 52

B. Pengelolaan dan Penghimpunan Wakaf Tunai ... 56

C. Strategi Pengembangan TWI ... 63

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 77

A. Kesimpulan ... 77

B. Saran ... 80

(9)

1

A. Latar Belakang Masalah

Dengan keterpurukan perekonomian saat ini, maka struktur kekuatan

dunia usaha pun mengalami pergeseran. Paradigma pembangunan masa lalu yang

menempatkan pertumbuhan ekonomi sebagai prioritas utama telah berhasil

membiakkan konglemerasi yang menggurita di segala bidang usaha. Alhasil,

konglemerasi kurang lebih hanya menjadi mesin yang melahirkan pemain

ekonomi bertenaga lokal dengan struktur industri yang keropos. Dengan krisis

yang berkepanjangan ini, setidaknya menunjukkan bahwa konglemerasi ternyata

tidak mampu bertahan, sebaliknya koperasi usaha kecil dan menengah yang

selama ini merupakan sektor pinggiran yang kurang mendapat perhatian ternyata

tetap bertahan dan berkembang bahkan melakukan terobosan ekspor.1

Perhatian pemerintah pada masa lalu yang lebih menitik beratkan

pembangunan pada perkembangan industri-industri besar dengan memberikan

kesempatan sebesar-besarnya pada para pemilik modal untuk mengembangkan

usaha tanpa disertai dengan pertumbuhan dan pengembangan terhadap usaha kecil

dan menengah telah menciptakan sistem ekonomi liberal dengan

konglemerat-konglemerat sebagai pelaku ekonomi utama. Kondisi ini mengakibatkan

1

(10)

2

lemahnya sektor UKM yang semestinya menjadi fundamen ekonomi yang kuat.

Oleh karena itu, terjadi perbedaan perlakuan distribusi modal yang tidak adil.2

Dalam rangka mewujudkan aspek pemerataan pembangunan, sektor usaha

kecil menduduki peran penting dan strategis dalam pembangunan nasional, baik

dilihat dari segi kuantitas maupun dari segi kemampuannya dalam meningkatkan

pendapatan dan penyerapan tenaga kerja dalam mewujudkan pemerataan dan

hasil-hasil pembangunan termasuk pengentasan kemiskinan.

Hal lain yang tidak dapat dipungkiri adalah telah terbukti bahwa usaha

kecil relatif lebih tahan dalam menghadapi krisis ekonomi, dan dilihat dari

portofolio kredit yang diberikan tidak menimbulkan pengaruh cukup besar

terhadap kesehatan bank dibanding portofolio kredit pada sektor

corperate/wholesale.

Sehubungan dengan itu maka kebijakan pemerintah dalam pembangunan

di bidang ekonomi antara lain menetapkan hasil pembangunan harus mencakup

pula program untuk pengembangan usaha kecil.

Pembangunan sosial dan pemberdayaan ekonomi yang dilakukan secara

terus menerus, menuntut kita untuk mencari alternatif solusi yang mendorongnya

lebih cepat. Dan salah satu alternatif solusi itu adalah mobilisasi dan optimalisasi

peran wakaf secara efektif serta professional.

2M.Ismail, “

(11)

Berbeda dengan wakaf yang selama ini kita pahami sebagai pemberdayaan

barang-barang tidak bergerak seperti tanah dan bangunan, wakaf tunai justru

menggunakan uang sebagai instrument wakaf. Uang sebagai alat tukar dan alat

pengukur nilai setelah dialokasikan kepada harta bergerak dan tidak bergerak agar

tidak lenyap pokoknya atau bendanya, menjadi instrumen wakaf yang diterima.

Islam membicarakan uang sebagai sarana penukar dan penyimpan nilai,

tetapi uang bukanlah barang dagangan, karena uang hanya berguna jika ditukar

dengan benda yang dinyatakan atau jika digunakan untuk membeli jasa.Uang

bukan barang monopoli seseorang. Jadi semua orang berhak memiliki uang yang

berlaku di suatu negara. Dalam ajaran Islam, uang harus di putar terus sehingga

dapat mendatangkan keuntungan yang lebih besar, uang berputar untuk produksi

akan dapat menimbulkan kemakmuran dan kesehatan ekonomi masyarakat.3

Wakaf uang, dalam bentuknya, di pandang sebagai salah satu solusi yang

dapat membuat wakaf menjadi lebih produktif. Karena uang di sini tidak lagi

dijadikan sebagai alat tukar menukar saja, lebih dari itu, ia merupakan komoditas

yang siap memproduksi,. dalam hal pengembangan lain. Oleh sebab itu, sama

dengan jenis komoditas yang lain, wakaf uang juga dipandang dapat

memunculkan sesuatu hasil yang lebih banyak.

Uang, sebagai nilai harga sebuah komoditas, tidak lagi di pandang

semata-mata sebagai alat tukar, melainkan sebagai komoditas yang siap dijadikan

3

(12)

4

alat produksi. Ini dapat diwujudkan dengan misalnya, memberlakukan sertifikat

wakaf uang yang siap disebarkan ke masyarakat. Model ini memberikan

keuntungan bahwa wakif dapat secara fleksibel mengalokasikan hartanya dalam

bentuk wakaf. Demikian wakif tidak memerlukan jumlah uang yang besar untuk

selanjutnya dibelikan barang produktif. Juga, wakaf seperti ini dapat diberikan

dalam satuan yang lebih kecil.

Wakaf uang juga memudahkan mobilisasi uang di masyarakat melalui

sertifikat tersebut karena beberapa hal. Pertama, lingkup sasaran pemberi wakaf

(wakif) bisa menjadi lebih luas dibanding dengan wakaf biasa. Kedua, dengan

sertifikat tersebut, dapat dibuat berbagai macam pecahan yang disesuaikan

dengan segmen muslim yang dituju yang dimungkinkan memiliki kesadaran

beramal tinggi.4

Wakaf benda bergerak, seperti dengan uang telah dikembangkan oleh

M. A. Manan dengan formulasi sertifikat wakaf tunai, telah memberikan

rangsangan untuk keluar dari kebekuan pemikiran tentang wakaf. Sertifikat wakaf

tunai merupakan usaha inovasi financial di bidang perwakafan yang kalau

berhasil dijalankan dengan baik maka akan memberikan implikasi ekonomi yakni

mampu meningkatkan kesejahteraan umat.5

4

HM Cholil Nafis, “Menggali Sumber Dana Umat Melalui Wakaf Uang,” Artikel diakses pada 26 februari 2009 dari www.nu.or.id

5

(13)

Dalam hal ini, Indonesia harus belajar dari Bangladesh, tempat kelahiran

instrument eksperimental melalalui Social Invesment Bank Limited (SIBL) yang

menggalang dana dari orang-orang kaya untuk dikelola dan disalurkan kepada

rakyat dalam bidang pendidikan, kesehatan, dan kesejahteran sosial lainnya

melalui mekanisme produk funding baru berupa Sertifikat Wakaf Tunai (Cash

Certificate Waqf) yang akan dimiliki oleh pemberi dana tersebut. Dalam

instrumen keuangan baru ini, Sertifikat Wakaf Tunai merupakan alternatif

pembiayaan yang bersifat sosial dan bisnis serta partisipasi aktif dari seluruh

warga negara yang kaya untuk berbagi kebahagian dengan saudaranya dalam

menikmati pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan sosial lainnya dengan baik.

Dengan keterbatasan kemampuan pemerintah saat ini untuk menyediakan dana

bagi pengentasan kemiskinan, peningkatan kesejahteraan dan kualitas hidup

rakyat Indonesia, maka usaha meningkatkan gerakan wakaf tunai dirasakan perlu

dan mendesak sebagai instrumen keuangan alternatif yang dapat mengisi

kekurangan-kekurangan badan sosial yang telah ada.6

Terdapat empat manfaat utama dari wakaf tunai. Pertama, wakaf tunai

jumlahnya lebih bervariasi sehingga seseorang yang memiliki dana terbatas sudah

bisa mulai memberikan dana wakafnya tanpa harus mnunggu menjadi tuan tanah

terlebih dahulu. Kedua, melalui wakaf tunai asset-assetwakaf yang berupa

tanah-tanah kosong bisa mulai dimanfaatkan dengan pembangunan gedung atau diolah

6

(14)

6

untuk lahan pertanian. Ketiga, dana wakaf tunai juga bisa membantu sebagian

lembaga-lembaga pendidikan Islam yang terkadang kembang kempis dan

menggaji civitas akademika ala kadarnya. Keeempat, umat Islam dapat lebih

mandiri dalam mengembangkan dunia pendidikan tanpa harus tergantung pada

anggaran pendidikan negara yang semakin lama semakin terbatas.7

Berangkat dari paradigma di atas, maka penulis tertarik untuk mengupas

dan mengkaji masalah wakaf tunai ini secara lebih jauh dan mendalam, akan

tetapi karena luasnya permasalahan tentang wakaf tunai sehingga tidak mungkin

bisa diselesaikan dalam jangka waktu pendek. Dengan adanya

permasalahan-permasalahan tersebut maka penulis ingin membantu salah satu permasalahan-permasalahan

teori-teori yang telah ada yang kemudian dibentuk dalam sebuah skripsi yang

berjudul :

“Peran Wakaf Tunai Dalam Pemberdayaan Usaha Kecil dan Menengah

di Tabung Wakaf Indonesia.”

B. Identifikasi Masalah

Pada latar belakang telah panjang lebar dijelaskan masalah yang ada

dalam wakaf di Indonesia. Adapun masalah yang bisa diidentifikasi adalah :

tentang kurangnya penyuluhan kepada masyarakat mengenai wakaf tunai

sehingga, banyak dari masyarakat awam yang tidak mengetahui tentang wakaf

tunai yang ada di Indonesia mengenai mekanisme pemberi wakaf maupun

(15)

penerima dana wakaf tunai ,selanjutnya adalah permasalahan yang belum juga

bisa diselesaikan adalah tentang manajemen wakaf yang dikelola secara tidak

profesional oleh para nadzhir sehingga wakaf yang ada tidak dapat dimanfaatkan

secara maksimal.

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Pelaksanaan dan perwujudan wakaf merupakan tugas dan tanggung

jawab bersama, khususnya lembaga pengelolaan wakaf yang berfungsi

sebagai penghubung atau mediator antara orang atau orang-orang atau badan

hukum yang mewakafkan harta benda miliknya (wakif) dengan pengelola

wakaf (nazhir).

Pengelolaan wakaf dalam kehidupan sehari-hari belum sepenuhnya

memberikan kontribusi yang maksimal karena hanya untuk kepentingan yang

bersifat konsumtif. Hal ini dapat dilihat dari harta benda wakaf hanya

diperuntukan untuk kepentingan pembangunan fisisk. Hal ini yang

menyebabkan banyak tanah wakaf di Indonesia belum sepenuhnya dikelola

dengan baik.

Bagi sebagian para nazhir, wakaf merupakan pemberian cuma-cuma

dari wakif yang tidak dikembalikan karena aspek keabadian yang terdapat di

harta benda wakaf dengan mengesampingkan aspek kemanfaatannya.

(16)

8

kepada masyarakat banyak, bahkan dibiarkan begitu saja. Padahal dalam

Islam wakaf itu harus diproduktifkan yang hasilnya dapat dimanfaatkan

umat.8

Akan tetapi dengan lahirnya Lembaga Tabung Wakaf Indonesia

sebagai lembaga pengelola wakaf tunai professional dapat lebih mendorong

program program social keagamaan dan pemberdayaan masyarakat dalam

berbagai bidang. Termasuk didalamnya program pemberdayaan UKM yang

memberikan banyak manfaat bagi kepentingan masyarakat.

2. Rumusan Masalah

Karena terlalu luasnya permasalahan yang ada maka demi

terselesaikanya penulisan ini maka, penelitian ini hanya membahas tentang

wakaf tunai yang dianalisa berkaitan dengan pemberdayaan usaha kecil dan

menengah. Yang kemudian penelitiannya dibatasi hanya pada peran wakaf.

Untuk lebih jelasnya masalah tersebut dapat dirumuskan dalam bentuk

pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut :

a. Apa saja skema pemberdayaan yang ada pada Tabung Wakaf Indonesia?

b. Apa saja skema pemberdayaan yang ada pada Tabung Wakaf Indonesia

yang khusus di peruntukkan bagi Usaha Kecil Dan Menengah ?

c. Apa saja kendala yang dihadapi dan solusi apa yang ditawarkan oleh

Tabung Wakaf Indonesia dalam pemberdayaan Usaha Kecil Dan

Menengah?

(17)

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Adapuntujuan dari penelitian yang penulis lakukan ini adalah :

a. Mengetahui secara lebih jelas dan detail mengenai Lembaga Tabung

Wakaf Indonesia Mengetahui tentang skema pemberdayaan yang dimiliki

Tabung Wakaf Indonesia.

b. Mengetahui tentang skema pemberdayan yang dimiliki Tabung Wakaf

Indonesia yang diperuntukkan sebagai pemberdayan Usaha Kecil dan

Menengah.

c. Mengetahui tantangan yang di hadapi oleh Tabung Wakaf Indonesia dalam

pemberdayan Usaha Kecil dan Menengah dan cara mengatasi tantangan

tersebut.

2. Manfaat Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini di harapkan dapat membawa daya guna bagi

kedua belah pihak yang berkaitan, yakni sebagai berikut:

a. Bagi Mahasiswa

1. Memperoleh tambahan pengetahuan yang relevan untuk meningkatkan

kompetensi, kecerdasan intelektual dan emosionalnya.

2. Memperoleh kesempatan untuk menerapkan pengetahuan teoritis yang

(18)

10

b. Bagi Institusi

1) Sebagai bahan masukan untuk lembaga Tabung Wakaf Indonesia

dalam hal pemberdayaan Usaha Kecil dan Menengah.

2) Memberikan masukan yang relevan dengan berbagai perubahan

mengenai wakaf produktif termasuk didalamnya wakaf tunai.

3) Dapat memberikan gambaran teerhadap langkah-langkah yang

strategis yang harus diambil dalam memberikan pelayanan kepada

masyrakat dalam permasalahan yang ada.

4) Dapat dipergunakan sebagai referensi dalam mengambil keputusan

dalam penggunaan wakaf tunai dalam pemberdayaan Usaha Kecil dan

Menengah.

c. Bagi pihak lain

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan

pertimbangan dan bahan referensi untuk penelitian di masa yang akan

datang.

E. Teknik Penulisan

Adapun teknik penulisan yang digunakan dalam skripsi ini merujuk pada

buku “Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah Dan Hukum UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta 2007”.

F. Kajian Pustaka

Berdasarkan telah yang telah dilakukan terhadap beberapa sumber

(19)

tampaknya kurang mendapatkan perhatian dari para peneliti, untuk tidak

mengatakan belum pernah diteliti sama sekali.

Karsin pada (103044228110), dengan judul penelitian Cash Wakaf dalam

pemberdayaan Ekonomi Umat, (Jakarta, Fakultas Syariah dan Hukum 2004) sifat

penelitian studi pustaka, konsep wakaf tunai dianggap dapat lebih

menguntungkan apabila dikelola secara benar dan peruntukkannya dapat

dipergunakan di segala bidang tak terkecuali perbaikan perekonomian umat.

Kedudukan ekonomi umat yang pada akhirnya merupakan salah satu kancah

berwirausaha dan menyerap tenaga kerja dalam jumlah luar biasa banyaknya

sehingga dapat memberikan manfaat secara luas bagi peningkatan kesejahteraan

masyarakat secara keseluruhan.

Idik Komarudin (103044228110), dengan judul penelitian Efektifitas

Pengelolaan dan Pemberdayaan Wakaf Tunai Pada TWI (Jakarta, Fakultas

Syariah dan Hukum 2008) sifat penelitian bersifat studi lapangan mengkaji

efektifitas dan pemanfaatan harta wakaf tunai yang dikelola oleh Tabung Wakaf

Indonesia dan kinerja TWI dalam memunculkan peran wakaf sebagai penegak

dan penggerak ekonomi umat.

Rida Weni (9946117156), dengan judul penelitian Cash Wakaf dan

Kaitannya dengan Pemberdayaan Perekonomian Umat (Jakarta, Fakultas Syariah

dan Hukum 2003) sifat penelitian bersifat studi kepustakaan. Kajian yang

cendrung membahas pengertian cash wakaf dan pengembangan perekonomian

(20)

12

Herni Muniasih (1984615051), dengan judul penelitian Peranan

Perbankan Syariah dalam Pembangunan Usaha Kecil dan Menengahstudi kasus

pada Industri Kecil di Daerah Duri Kosambi (Jakarta, fakultas Syariah dan

Hukum 2003) dalam rangka mewujudkan aspek pemerataan hasil-hasil

pembangunan, sektor usaha kecil menduduki peran penting dan strategis dalam

pembangunan nasional, baik dilihat dari segi kuantitas maupun dari segi

kemampuannya dalam meningkatkan pendapatan dan penyerapan tenaga kerja

dalam mewujudkan pemerataan hasil-hasil pembangunan termasuk pengentasan

kemiskinan. Sejalan dengan hal tersebut maka pemerintah melalui serangkaian

kebijaknnya antara lain telah mewajibkan perbankan menyediakan KUK (Kredit

Usaha Kecil) minimal 20% dari jumlah pemberian kreditnya, ditunjukkan untuk

lebih menjamin tersedianya dana bagi pembiayaan usaha kecil, sebagai upaya

perbankan dalam membangun dan mengembangkan usaha kecil.

Berbeda dengan karya-karya ilmiah diatas, bahwa penelitian yang akan

penulis lakukan dengan judul “Wakaf Tunai dalam Pemberdayaan Ekonomi

UKM” adalah bertujuan untuk memberikan penilaian secara kritis tentang

pemberdayaan wakaf tunai di TWI dengan memaparkan program-program baru

yang inovatif dan menguntungkan ekonomi masyarakat secara umum dan

sekaligus memaparkan teori tentang pemberdayaan wakaf tunai serta kontribusi

TWI terhadap pemberdayaan ekonomi UKM.

Demikian perbedaan pokok, bahasan atau materi antara penulis dengan

(21)

G. Kerangka Teori

Kerangka teori atau landasan teori dari penulisan ini adalah dari definisi

baru tentang wakaf oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI),yaitu ; “menahan harta

(baik berupa aset tetap maupun aset lancar-pen.) yang dapat dimanfaatkan tanpa

lenyap bedanya atau pokoknya, dengan cara tidak melakukan tindakan hukum

terhadap benda tersbut ( menjual, memberikan atau mewariskan ), untuk

disalurkan (hasilnya) pada seesuatu yang mubah (tidak haram) yang ada “.

Wakaf Uang (Cash Waqf/Wakaf Tunai) adalah wakaf yang dilakukan

seseorang, kelompok orang, lembaga atau badan hukum dalam bentuk uang

tunai.9

Sedangkan pemberdayaan berasal dari kata daya, yang berarti tenaga atau

kekuatan, jadi pemberdayaan adalah upaya untuk membangun daya masyarkat

dengan mendorong, memotivasi, dan membangkitkan kesadaran akan potensi

yang dimiliki serta berupaya untuk mengembangkanya.10

Pemberdayaan diarahkan guna meningkatkan kemampuan ekonomi umat

secara produktif sehingga mampu menghasilkan nilai tambah yang tinggi dan

pendapatan yang lebih besar.11

9

Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Pedoman Pengelolaan Wakaf Tunai (Jakarta: Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam, 2006), h. 33

10

Mubyarto, Membangun Sistem Ekonomi, (Yogyakarta;BPFE,2000), Cet-1, h. 263

11

(22)

14

Usaha Kecil dan Menengah adalah sebuah istilah yang mengacu ke jenis

usaha kecil.Menurut keputusan Presiden RI no.99 tahun 1998 pengertian Usaha

Kecil adalah: “Kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dengan bidang usaha

yang secara mayoritas merupakan merupakan kegiatan usaha kecil dan perlu

dilindungi untuk mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat.”

Jadi, bila dihubungkan antara wakaf tunai dengan analisis deskriptif akan

lebih terlihat peranan wakaf tunai terhadap pemberdayaan UKM.

H. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif yaitu metode

penelitian yang menghasilkan data berupa kata-kata tertulis dari

sumber-sumber yang diperoleh. Lalu dianalisis lebih lanjut dan kemudian diambil

suatu kesimpulan. Penelitian kualitatif menurut Bogdan dan Tailor seperti

yang dikutip oleh Lexy J. Maleong yaitu sebagai produser penelitian yang

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari

orang-orang dan perilaku yang diamati.12

2. Objek Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Tabung Wakaf Indonesia, yang berlokasi

di Komplek Perkantoran Graha Tunas Kav.E Lt.4 Jl. Warung Jati Barat No.63,

Buncit-Jakarta selatan. Telp. 021 7947617 Fax. 021 7984887. Email:

kontak@tabungwakaf.com, website: www.tabungwakaf.com

12

(23)

Dan Penelitian ini juga dilakukan di Head Office Dompet Dhuafa,

yang berlokasi di Jl. Ir. H. Juanda No.50 Ciputat Indah Permai C 28-29

Ciputat Jakarta 15419. Telp. 021 7416050 Fax. 021 741 6070

3. Jenis Data dan Sumber Data

Data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari responden

melalui wawancara dengan pihak yang menjadi objek penelitian dalam hal ini

adalah Tabung Wakaf indonesia yaitu dengan Investment Manager Ibu

Novianti Endang Mustaqimah, dan Lembaga Dompet Dhuafa yaitu dengan

Bapak Hendra Jatnika selaku Head of Productive Waqfraising. Data sekunder,

yaitu merupakan sumber data pendukung yang diperoleh melalui penelitian

kepustakaan.

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah:

a. Studi Lapangan

Dalam hal ini untuk mendapatkan data-data dan informasi tentang

mekanisme berjalannya program wakaf tunai bagi pemberdayaan UKM

peneliti melakukan wawancara dengan Invesment Manager dari Tabung

Wakaf Indonesia yaitu, Ibu Novianti Endang M. Mengenai mekanisme

program wakaf tunai yang berjalan di Tabung wakaf Indonesia yang

berkaitan dengan program pemberdayaan ekonomi UKM dan Head of

Productive Waqfraising dari Dompet Dhuafa yaitu, Bapak Hendra Jatnika

(24)

16

terbentuknya program pemberdayaan UKM melalui wakaf tunai hingga

saat ini.

b. Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan (Library Research) yaitu metode yang

digunakan untuk mengumpulkan data dan menganalisis data-data. Penulis

mengadakan penelitian terhadap beberapa literatur yang ada kaitannya

dengan penulisan skripsi ini, literatur ini berupa skripsi terdahulu, buku,

majalah, surat kabar, artikel, bulletin, brosur, internet dan lain sebagainya.

Langkah dalam melaksanakan studi kepustakaan ini adalah dengan cara

membaca, mengutip, untuk menganalisa dan merumuskan hal-hal yang

dianggap perlu dalam memenuhi data dalam penelitian ini.

5. Teknik Analisa Data

Dalam menganalisa data, penulis menggunakan metode analisis

deskriptif yaitu suatu teknik analisa data dimana penulis membaca,

mempelajari, memahami dan kemudian menguraikan semua data yang

diperoleh lalu membuat analisa-analisa komprehensif sesuai dengan rumusan

masalah dan tujuan penelitian

I. Sistematika Penulisan

BAB I. PENDAHULUAN

Yaitu meliputi latar belakang masalah, identifikasi masalah

(25)

penelitian, teknik penulisan, kajian pustaka, kerangka teori,

metode penelitian serta sistematika penulisan.

BAB II. USAHA KECIL DAN MENENGAH

Yang membahas tentang pengertian usaha kecil dan menengah

(UKM), peranan usaha kecil dan menengah (UKM) dalam

perekonomian, masalah-masalah yang dihadapi usaha kecil dan

menengah (UKM), serta upaya-upaya pengembangan usaha

kecil dan menengah (UKM)

BAB III. WAKAF TUNAI DI TABUNG WAKAF INDONESIA

Yang membahas tentang sejarah wakaf tunai, latar belakang

Tabung Wakaf Indonesia (TWI), bentuk dan badan hukum

Tabung Wakaf Indonesia (TWI), visi dan misi Tabung Wakaf

Indonesia (TWI), tujuan sasaran target dan pemetik manfaat

Tabung Wakaf Indonesia (TWI), serta wakaf tunai di Tabung

Wakaf Indonesia (TWI)

BAB IV. PERANAN TWI DALAM PEMBERDAYAAN UKM

Bab ini terdiri dari konsep wakaf tunai, pengelolaan dan

penghimpunan wakaf tunai, dan strategi pengembangan Tabung

Wakaf Indonesia (TWI)

BAB V. PENUTUP

(26)

18

BAB II

USAHA KECIL DAN MENENGAH A. Pengertian Usaha Kecil dan Menengah

Usaha Kecil (UK) merupakan sebutan ringkas dari usaha skala kecil

(USK) sebagai terjemahan dari istilah Small Scale Enterprise (SSE) yang

mempunyai banyak pengertian, baik dalam makna teoritis, maupun sebagai

konsep strategis kebijakan pembangunan.

Usaha kecil sebagai konsep mengacu pada dua aspek. Pertama, aspek

perusahaan, yang melakukan aktifitas produktif. Mengkombinasikan faktor-faktor

produksi untuk menghasilkan barang dan jasa, memasarkan dan mencetak

keuntungan. Kedua, aspek pengusaha, yaitu orang dibalik usaha/ perusahaan yang

biasanya adalah pemilik, pengelola sekaligus administrator dari perusahaannya.1

Kemudian, yang dimaksud dengan usaha kecil menurut surat edaran Bank

Indonesia No.26/I/UKK tanggal 29 Mei 1993 perihal kredit usaha kecil adalah

usaha yang dimiliki total asset maksimum Rp. 600 juta (enam ratus juta rupiah)

tidak termasuk tanah dan rumah yang ditempati. Pengertian usaha kecil ini

meliputi usaha perseorangan, badan usaha swasta dan koperasi, sepanjang asset

yang dimiliki tidak melebihi Rp. 600 juta.2

1

Panji Anoraga dan Djoko Sudantoko, Koperasi Kewirausahaan dan Usaha (Jakarta; Rineka Cipta, 2002), cet.ke-1, h.244

2

(27)

Sedangkan menurut Undang-undang No.9/1995 tentang usaha kecil yang

dimaksud adalah yang memiliki kriteria sebagai berikut:3

1. Memiliki kekayaan bersih paling banyakRp. 200.000.000,- (dua ratus juta

rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, atau

2. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 1.000.000.000 (satu

milyar rupiah).

3. Milik warga negara Indonesia

4. Berdiri sendiri bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan

yang dimilki, dikuasai atau berafilisasi baik langsung atau tidak langsung

dengan usaha menengah dan usaha besar.

5. Berbentuk usaha orang perseorangan, badan usaha yang tidak berbadan

hukum, termasuk koperasi.

Yang dimaksud dengan usaha menengah adalah kegiatan ekonomi yang

mempunyai kriteria:

1. Asset 10 milyar,- tidak termauk tanah dan bangunan tempat usaha, atau

2. Omzet Rp. 50 milyar,-

Sedangkan dalam konsep inpres UKM , yang dimaksud dengan UKM

adalah kegiatan ekonomi dengan kriteria:

1. Asset Rp. 50 milyar,- tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau

2. Omzet Rp. 250 milyar,-4

3

Undang-undang Republik Indonesia No.9/1995 tentang Usaha Kecil, Bab III, Pasal 5.

4

(28)

20

Selanjutnya, berdasarkan jumlah karyawan yang dimilikinya, sebuah

usaha dimana usaha kecil terdiri atas usaha rumah tangga (1-4 orang) dan usaha

kecil (5-19 orang), sementara usaha menengah (20-99 orang).5

B. Peranan Usaha Kecil dan Menengah dalam Perekonomian

Usaha kecil dan menengah (UKM) dalam perekonomian suatu negara,

memiliki peranan yang penting. Bukan saja di Indonesia tetapi mempunyai

peranan strategis di negara-negara lain juga. Indikasi yang menunjukan peranan

usaha kecil dan menengah itu dapat dilihat dari kontribusinya terhadap PDB,

eksport nonmigas, penyerapan tenaga kerja dan peningkatan kualitas sumberdaya

manusia yang cukup berarti.6

Di tengah ambruknya para konglomerat akibat krisis, ternyata usaha kecil

mampu menjadi katup pengaman dampak krisis terhadap perekonomian nasional.

Dalam kaitan ini sektor usaha kecil berperan penting dalam pembangunan

ekonomi nasional karena unit usahanya sangat banyak dan menyerap tenaga kerja

yang besar. UKM juga berperan dalam mendorong laju pertumbuhan ekonomi

pasca krisis moneter tahun 1997 disaat perusahaan-perusahaan besar mengalami

kesulitan dalam mengembangkan usahanya.7

5

Peningkatan Ekonomi Domestik Melalui Usaha Kecil, (Business News, No. 69117/Tahun XLVII, 6 Juni 2003), h.13

6

Panji Anoraga dan Djoko Sudantoko, Op.Cit., h.244 op.cit., h.244

7

(29)

Usaha kecil mampu menampung 62,6 juta tenaga kerja atau 89 persen dari

total tenaga kerja nasional, dimana usaha kecil ini terdiri dari usaha rumah tangga

dan usaha kecil, sementara usaha menengah melibatkan 4,2 juta tenaga kerja dan

usaha besar menyerap 3,5 juta pekerja pada tahun 20028

Peran penting usaha kecil merupakan wahana utama dalam penyerapan

tenaga kerja juga sebagai penggerak roda ekonomi serta pelayanan masyarakat

Tidak kurang pentingnya, industri kecil juga memberikan manfaat social (sosial

benefit) yang sangat berarti bagi perekonomian.Manfaat pertama,industri kecil

dapat menciptakan peluang berusaha yang luas dengan pembiayaan yang cukup

murah. Manfaat kedua, industri kecil dapat memberikan peranan dalam

peningkatan dan mobilisasi tabungan domestik. Ini dimungkinkan oleh kenyataan

bahwa industri cenderung memperoleh modal dari tabungan pengusaha itu

sendiri, atau dari tabungan keluarga atau kerabatnya. Adapun manfaat sosial yang

ketiga, indutri kecil mempunyai kedudukan komplementer terhadap industri besar

dan sedang, karena industri kecil menghasilkan produk yang relatif murah dan

sederhana, yang biasanya tidak dihasilkan oleh industri besar.9

Sebuah studi yang dilakukan oleh Michigan State University telah

menyimpulkan bahwa UKM secara konsisten menghasilkan lebih banyak Output

perunit modal daripada mitranya industri besar. Little, Scitovsky, dan scoot telah

8

Business News, Loc.Cit

9

(30)

22

menyimpulkan bahwa " industri modern berskala besar pada umumnya kurang

menghasilkan keuntungan daripada industri kecil sejenis kerajinan, disamping

menelan biaya dalam bentuk modal juga juga menciptakan lapangan kerja yang

lebih sedikit". Sebagian sarjana malah meragukan bahwa industri-industri skala

besar itu cocok bagi kondisi tipikal negara-negara berkembang yang kelebihan

tenaga kerja dan kekurangan modal. Karena itu, UKM secara luas dipandang

sebagai "cara efektif untuk mengembangkan kontribusi sektor swasta terhadap

tujuan pertumbuhan dan pemerataan negara-negara berkembang.10

Keberadaan UKM di Indonesia lebih dikaitkan dengan perannya secara

klasik yaitu mengatasi pengangguran dan pemerataan pendapatan. Di indonesia

selama periode 1998-2001 jumlah unit usaha UKM mengalami pertumbuhan

rata-rata 11% pertahun (Deperindag, 2002).11 Pertumbuhan UKM memberikan

dampak yang sangat positif terhadap penciptaan kesempatan kerja. Data pada

Tabel 2.1 menunjukkan perbandingan jumlah unit usaha dan tenaga kerja Usaha

Kecil Menengah (UKM) dan Usaha Besar (UB) dalam struktur industri di

Indonesia tahun 1998 hingga 2001.

Dari Tabel 2.1 terlihat bahwa UKM mengalami pertumbuhan dari tahun ke

tahun. Pertumbuhan unit usaha UKM selama 1998-2001 lebih tinggi dibanding

UB, dimana pertumbuhan UKM berkisar 11% pertahun sedangkan UB hanya 6%.

10

M. Umer Chapra, Islam dan Tantangan Ekonomi, (Jakarta: Tazkia Institut, Gema Insani Press, 2000), cet. Ke-1, h. 315

11 Diyah Ratih Sulistyastuti, “

(31)

Data tabel 2.1 menunjukkan pula bahwa ada dua hal yang perlu digaris bawahi.

Pertama, struktur Industri di Indonesia masih di dominasi oleh UKM. Hal ini

dapat dilihat dari proporsi unit usaha UKM dibandingkan perusahaan besar dari

tahun ke tahun secara konsisten di atas 99%. Kedua, UKM sangat penting bagi

penyedia lapangan kerja di Indonesia.12

Tabel.2.1

Unit Usaha dan Tenaga Kerja UKM dan UB di Indonesia

Selama Tahun 1998-2001 (dalam Ribu)

Peranan Industri kecil ini telah terbukti bahwa industri kecil memiliki

ketahanan yang kuat (strong survival) ketika Indonesia dilanda krisis ekonomi.

Data tahun 1998 menunjukkan bahwa struktur di Indonesia didominasi oleh UKM

yaitu menguasai 99,8% sementara sisanya sebesar 0,2% merupakan pelaku usaha

besar. Peran ini makin berarti dalam penyerapan tenaga kerja selama krisis.

12

(32)

24

Dalam periode yang sama UKM mampu menyerap tenaga kerja sebesar 99,6%

dan sisanya 0,4% yang terserap oleh industri besar.

Krisis ekonomi yang terjadi memberikan hikmah yaitu munculnya

kesadaran dan pengakuan atas pentingnya peran UKM dalam pembangunan

nasional Indonesia. Dalam rangka pengembangan ekonomi daerah yang

bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, maka pengembangan ekonomi

lokal UKM sesuai potensinya sangat penting.13

Berdasarkan survei yang dilakukan BPS dan Kantor Mentri Negara untuk

Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (Menegkop & UKM), Usaha-usaha

kecil termasuk usaha-usaha rumah tangga atau mikro (yaitu usaha dengan jumlah

total penjualan (turn over) setahun yang kurang dari Rp. 1 milyar, pada tahun

2000 meliputi 99,9% dari total usaha-usaha yang bergerak di Indonesia.

Sedangkan usaha-usaha menengah yaitu usaha-usaha dengan total penjualan

tahunan yang berkisar antara Rp. 1 Milyar dan Rp. 50 milyar meliputi 0,14

persen dari jumlah total usaha dengan demikian potensi UKM sebagai

keseluruhan meliputi 99,9 persen dari jumlah total usaha yang brgerak di

Indonesia.14

Bukti-bukti ini merupakan indikasi bahwa usaha kecil menengah terutama

sektor industri telah tampil sebagai pemberi kontribusi yang dinamis dan semakin

meningkat dalam perkembangan eksport nasional.Ini justru ditunjukan pada saat

13

Ibid

14

(33)

stuktur usaha besar (konglomerat) menghadapi masalah internal dimana

kecenderungan pasar industri menengah besar semakin kedalam (Inward

looking).Hal ini terlihat dari merosotnya produk yang dieksport usaha menengah

besar tahun 1998 terhadap total eksport indutri sebesar 28,8%,maka pada tahun

1999 porsinya hanya sebesar 22,7%.Sementara jika dikaitkan eksport dengan

GDP/PDB,maka presentase tersebut untuk usaha kecil menengah adalah sebesar

23%.15

C. Masalah-masalah yang dihadapi Usaha Kecil dan Menengah

Peranan UKM (Usaha Kecil Menengah) di Indonesia memang diakui

sangat penting dalam perekonomian nasional, terutama dalam aspek-aspek,

seperti peningkatan kesempatan kerja, pemerataan pendapatan, pembangunan

ekonomi pedesaan dan peningkatan eksport nonmigas.16 Tetapi selain itu juga,

UKM menghadapi berbagai kendala, baik kendala internal UKM itu sendiri

maupun kendala eksternal.

Secara umum selalu dikatakan bahwa masalah yang dihadapi usaha kecil

menengah di Indonesia adalah keterbatasan modal, pemasaran, bahan baku,

tenaga kerja, penguasaan teknologi, manajemen, organisasi, dan lainnya. Namun

tidak semua usaha kecil menghadapi masalah yang sama karena sangat tergantung

pada perusahaan masing-masing.17

15

Panji Anoraga dan Djoko Sudantoko, Op.Cit., h.248-249

16

Ibid

17

(34)

26

Dari sisi pengusaha, perbankan masih menghaapi permasalahan dalam

pemberian pembiayaan. Umumnya usaha kecil memiliki tingkat kelayakan yang

masih rendah, akibat adanya keterbatasan pada aspek pemasaran, teknik,

produksi, manajemen dan organisasi. Pada umumnya mereka belum mampu

menerima persyaratan tehnis bank, antara lain berkaitan dengan penyediaan

perizinan dan jaminan.18

Dari sisi perbankan, kendala yang muncul adalah sukarnya memperoleh

usaha kecil dan menengah yang layak, tingginya biaya transaksi, tingginya resiko

dan terbatasnya sumber daya manusia dan jaringan kantor cabang bank.19 Bagi

kebanyakan bank terlebih yang biasa membiayai korporasi seringkali diliputi

kekhawatiran kegagalan pembiayaan ke pengusaha kecil. Tingkat keengaganan

yang masih tinggi seringkali dinyatakan dalam berbagai alasan utama resiko dan

tidak adanya agunan. Padahal sekarang terbukti bahwa pembiayaan kepada

pengusaha besarpun menganduang resiko yang sama, bahkan dapat menyeret

bank kepada kebangkrutan.20

Selain itu, masalah yang dihadapi usaha kecil adalah sikap pemerintah itu

sendiri seperti masalah kordinasi dalam pembinaan usaha kecil. Pasalnya begitu

banyak instansi pemerintah yang melakukan pembinaan terhadap usaha kecil,

(35)

namun tugasnya itu sering tumpang tindih. Hal ini dapat di lihat pada beberapa

departemen seperti Deperindag, Depkop, dan PPK mengklaim dirinya sebagai

koordinator usaha kecil secara menyeluruh yang sah, padahal sebetulnya jika

masalahnya bersifat umum, maka Depkop dan PPk yang memikirkan solusinya,

dan jika bersifat teknis, maka masing-masing departemen yang bertanggung

jawab. Namun jika menyangkut pengembangan usaha kecil, maka Deperindag

yang bertanggung jawab, meskipun ada Depkop dan PPK.

Masalah lainya adalah kebijakan pemerintah yang umumnya bersifat

Walfare Policy yang tidak menggunakan akidah ekonomi sebagai acuannya.

Kebijakan ini sering disebut kebijakan populis yang berasumsi bahwa fungsi

UKM adalah peyangga yang paling dominan, sehingga usaha kecil identik dengan

masalah orang miskin atau kaum marjinal. Oleh sebab itu Walfare Policy

diwujudkan dalam bentuk pemberian subsidi kepada usaha kecil. Di lain pihak

ada kebijakan ekonomi yang mengacu pada kaidah ekonomi yang berasumsi

bahwa (diluar aspek usaha) usaha kecil tidak memiliki karakteristik yang berbeda

dengan usaha besar. Oleh sebab itu kebijakan pemerintah seharusnya tidak

didasari oleh belas kasihan, tetapi didasari oleh pertimbangan potensi ekonomi.

Kontroversi dua model kebijakan ekonomi ini terus berlangsung hingga kini.21

Pada umumnya, permasalahan yang dihadapi oleh Usaha Kecil dan

Menengah (UKM), antara lain meliputi:22

21

Business News, Loc.Cit

22

(36)

28

1. Faktor Internal

a. Kurangnya Permodalan dan Terbatasnya Akses Pembiayaan

Permodalan merupakan faktor utama yang diperlukan untuk

mengembangkan suatu unit usaha. Kurangnya permodalan UKM, oleh karena

pada umumnya usaha kecil dan menengah merupakan usaha perorangan atau

perusahaan yang sifatnya tertutup, yang mengandalkan modal dari si pemilik

yang jumlahnya sangat terbatas, sedangkan modal pinjaman dari bank atau

lembaga keuangan lainnya sulit diperoleh karena persyaratan secara

administratif dan teknis yang diminta oleh bank tidak dapat dipenuhi.

Persyaratan yang menjadi hambatan terbesar bagi UKM adalah adanya

ketentuan mengenai agunan karena tidak semua UKM memiliki harta yang

memadai dan cukup untuk dijadikan agunan.

Terkait dengan hal ini, UKM juga menjumpai kesulitan dalam hal

akses terhadap sumber pembiayaan. Selama ini para pengusaha UKM yang

cukup familiar dengan mereka adalah mekanisme pembiayaan yang

disediakan oleh bank dimana disyaratkan adanya agunan. Terhadap akses

pembiayaan lainnya seperti investasi, sebagian besar dari mereka belum

memiliki akses untuk itu. Dari sisi investasi sendiri, masih terdapat beberapa

hal yang perlu diperhatikan apabila memang gerbang investasi hendak dibuka

untuk UKM, antara lain kebijakan, jangka waktu, pajak, peraturan, perlakuan,

(37)

b. Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM)

Sebagian besar usaha kecil tumbuh secara tradisional dan merupakan

usaha keluarga yang turun temurun. Keterbatasan kualitas SDM usaha kecil

baik dari segi pendidikan formal maupun pengetahuan dan keterampilannya

sangat berpengaruh terhadap manajemen pengelolaan usahanya, sehingga

usaha tersebut sulit untuk berkembang dengan optimal. Disamping itu dengan

keterbatasan kualitas SDM-nya, unit usaha tersebut relatif sulit untuk

mengadopsi perkembangan teknologi baru untuk meningkatkan daya saing

produk yang dihasilkannya.

c. Lemahnya Jaringan Usaha dan Kemampuan Penetrasi Pasar

Usaha kecil yang pada umumnya merupakan unit usaha keluarga,

mempunyai jaringan usaha yang sangat terbatas dan kemampuan penetrasi

pasar yang rendah, ditambah lagi produk yang dihasilkan jumlahnya sangat

terbatas dan mempunyai kualitas yang kurang kompetitif. Berbeda dengan

usaha besar yang telah mempunyai jaringan yang sudah solid serta didukung

dengan teknologi yang dapat menjangkau internasional dan promosi yang

baik.

d. Mentalitas Pengusaha UKM

Hal penting yang seringkali pula terlupakan dalam setiap pembahasan

mengenai UKM, yaitu semangat entrepreneurship para pengusaha UKM itu

sendiri. Semangat yang dimaksud disini, antara lain kesediaan terus

(38)

30

mengambil risiko. Suasana pedesaan yang menjadi latar belakang dari UKM

seringkali memiliki andil juga dalam membentuk kinerja. Sebagai contoh,

ritme kerja UKM di daerah berjalan dengan santai dan kurang aktif sehingga

seringkali menjadi penyebab hilangnya kesempatan-kesempatan yang ada.

e. Kurangnya Transparansi

Kurangnya transparansi antara generasi awal pembangun UKM

tersebut terhadap generasi selanjutnya. Banyak informasi dan jaringan yang

disembunyikan dan tidak diberitahukan kepada pihak yang selanjutnya

menjalankan usaha tersebut sehingga hal ini menimbulkan kesulitan bagi

generasi penerus dalam mengembangkan usahanya.

2. Faktor Eksternal

a. Iklim Usaha Belum Sepenuhnya Kondusif

Upaya pemberdayaan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dari tahun

ke tahun selalu dimonitor dan dievaluasi perkembangannya dalam hal

kontribusinya terhadap penciptaan produk domestik brutto (PDB), penyerapan

tenaga kerja, ekspor dan perkembangan pelaku usahanya serta keberadaan

investasi usaha kecil dan menengah melalui pembentukan modal tetap brutto

(investasi). Keseluruhan indikator ekonomi makro tersebut selalu dijadikan

acuan dalam penyusunan kebijakan pemberdayaan UKM serta menjadi

indikator keberhasilan pelaksanaan kebijakan yang telah dilaksanakan pada

(39)

Kebijaksanaan Pemerintah untuk menumbuh kembangkan UKM,

meskipun dari tahun ke tahun terus disempurnakan, namun dirasakan belum

sepenuhnya kondusif. Hal ini terlihat antara lain masih terjadinya persaingan

yang kurang sehat antara pengusaha-pengusaha kecil dan menengah dengan

pengusaha-pengusaha besar.

Kendala lain yang dihadapi oleh UKM adalah mendapatkan perijinan

untuk menjalankan usaha mereka. Keluhan yang seringkali terdengar

mengenai banyaknya prosedur yang harus diikuti dengan biaya yang tidak

murah, ditambah lagi dengan jangka waktu yang lama. Hal ini sedikit banyak

terkait dengan kebijakan perekonomian Pemerintah yang dinilai tidak

memihak pihak kecil seperti UKM tetapi lebih mengakomodir kepentingan

dari para pengusaha besar. Proses perijinan bagi usaha kecil dan menengah

akan jadi sesuatu yang sulit apabila pemerintah tidak memberikan kemudahan

dalam soal biaya perizinan dan mempercepat proses tercipta nya izin usaha

yang di perlukan para pengusaha Usaha Kecil dan Menengah

b. Terbatasnya Sarana dan Prasarana Usaha

Kurangnya informasi yang berhubungan dengan kemajuan ilmu

pengetahuan dan teknologi, menyebabkan sarana dan prasarana yang mereka

miliki juga tidak cepat berkembang dan kurang mendukung kemajuan

usahanya sebagaimana yang diharapkan. Selain itu, tak jarang UKM kesulitan

dalam memperoleh tempat untuk menjalankan usahanya yang disebabkan

(40)

32

c. Pungutan Liar

Praktek pungutan tidak resmi atau lebih dikenal dengan pungutan liar

menjadi salah satu kendala juga bagi UKM karena menambah pengeluaran

yang tidak sedikit. Hal ini tidak hanya terjadi sekali namun dapat berulang

kali secara periodik, misalnya setiap minggu atau setiap bulan.

d. Implikasi Otonomi Daerah

Dengan berlakunya Undang-undang No. 22 Tahun 1999 tentang

Pemerintahan Daerah yang kemudian diubah dengan UU No. 32 Tahun 2004,

kewenangan daerah mempunyai otonomi untuk mengatur dan mengurus

masyarakat setempat. Perubahan sistem ini akan mempunyai implikasi

terhadap pelaku bisnis kecil dan menengah berupa pungutan-pungutan baru

yang dikenakan pada UKM. Jika kondisi ini tidak segera dibenahi maka akan

menurunkan daya saing UKM. Disamping itu, semangat kedaerahan yang

berlebihan, kadang menciptakan kondisi yang kurang menarik bagi pengusaha

luar daerah untuk mengembangkan usahanya di daerah tersebut.

e. Implikasi Perdagangan Bebas

Sebagaimana diketahui bahwa AFTA yang mulai berlaku Tahun 2003

dan APEC Tahun 2020 berimplikasi luas terhadap usaha kecil dan menengah

untuk bersaing dalam perdagangan bebas. Dalam hal ini, mau tidak mau

UKM dituntut untuk melakukan proses produksi dengan produktif dan efisien,

serta dapat menghasilkan produk yang sesuai dengan frekuensi pasar global

(41)

14.000), dan isu Hak Asasi Manusia (HAM) serta isu ketenagakerjaan. Isu ini

sering digunakan secara tidak fair oleh negara maju sebagai hambatan (Non

Tariff Barrier for Trade). Untuk itu, UKM perlu mempersiapkan diri agar

mampu bersaing baik secara keunggulan komparatif maupun keunggulan

kompetitif.

f. Sifat Produk dengan Ketahanan Pendek

Sebagian besar produk industri kecil memiliki ciri atau karakteristik

sebagai produk-produk dan kerajinan-kerajian dengan ketahanan yang

pendek. Dengan kata lain, produk-produk yang dihasilkan UKM Indonesia

mudah rusak dan tidak tahan lama.

g. Terbatasnya Akses Pasar

Terbatasnya akses pasar akan menyebabkan produk yang dihasilkan

tidak dapat dipasarkan secara kompetitif baik di pasar nasional maupun

internasional.

h. Terbatasnya Akses Informasi

Selain akses pembiayaan, UKM juga menemui kesulitan dalam hal

akses terhadap informasi. Minimnya informasi yang diketahui oleh UKM,

sedikit banyak memberikan pengaruh terhadap kompetisi dari produk ataupun

jasa dari unit usaha UKM dengan produk lain dalam hal kualitas. Efek dari hal

ini adalah tidak mampunya produk dan jasa sebagai hasil dari UKM untuk

menembus pasar ekspor. Namun, di sisi lain, terdapat pula produk atau jasa

(42)

34

memiliki jalur ataupun akses terhadap pasar tersebut, pada akhirnya hanya

beredar di pasar domestik.

Namun yang menjadi masalah selama ini adalah dukungan pendanaan,

informasi pasar, dan teknologi yang tidak memadai, sehingga banyak faktor

terkendala. Dan dukungan pihak perbankan nasional dan lembaga penjaminan

kredit juga sangat penting dalam hal ini.

Disisi lain, tingkat SDM masih kurang, hal ini menjadi penting kalau kita

lihat bahwa dalam pengembangan kewirausahaan yang menjadi dasar SDM dalam

usaha ini adalah peran serta aktif dari para pengusaha sendiri.

Masalah lain yang muncul adalah perbankan tidak menjalankan fungsinya

dengan baik seperti memberikan informasi-informasi perbankan ke masyarakat

secara langsung, bagaimana mengkases kredit dari perbankan itu sendiri dan

memberikan informasi alternatif pinjaman lainnya dari instansi-instansi keuangan

yang disediakan oleh Pemerintah seperti Kredit Usaha Rakyat (KUR). Namun

yang terjadi perbankan kita lebih cendrung mencari keuntungan sensasional dari

para nasabah dengan mematok bunga kredit tinggi sementara bunga deposisto

terus di turunkan.

D. Upaya-Upaya Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah

Dalam rangka mengembangkan dan memberdayakan peran koperasi,

usaha kecil dan menengah dalam perekonomian nasional, pemerintah selama ini

(43)

Upaya pengembangan UKM pada hakekatnya merupakan tanggung

jawab bersama antara pemerintah dan masyarakat. Dengan mencermati

permasalahan yang di hadapi UKM, maka kedepan perlu di upayakan hal-hal

sebagai berikut:

1. Penciptaan Iklim Usaha yang Kondusif

Pemerintah perlu mengupayakan terciptanya iklim yang kondusif antara lain

dengan mengusahakan ketentraman dan keamanan.

2. Peyederahanaan prosedur perizinan

Peyederahanaan proses perizinan mempermudah ke berlangsungan para

pengusaha kecil dan menengah. Untuk mengatasi keluhan yang dihadapi

UMKM khususnya, pelaku bisnis dan masyarakat umumnya, beberapa

Pemerintah Daerah berinisiatif menyelenggarakan program Pelayanan Ijin

Satu Atap.

Baru-baru ini Pemprov Jawa Timur meluncurkan program Ijin Satu Atap.

Segala jenis urusan perijinan dilakukan langsung satu atap di Gedung

Pelayanan Perijinan Terpadu, disingkat P2T yang berlokasi di Jalan Pahlawan

116 Surabaya.

Pelaku UMKM dan masyarakat bisa mengurus perizinan di P2T untuk

berbagai sektor diantaranya : Sektor Energi Dan Sumber daya Mineral, Sektor

Kehutanan, Koperasi dan UMKM, Pertanian, Sosial, Bina Marga, Penanaman

Modal, BUMN, dan BUMD.23

23 Dedy Edward Tanjung, “Pelayanan Izin Satu Atap, Manfaatnya bagi UMKM” artikel

(44)

36

3. Bantuan Permodalan

Pemerintah memperluas skim kredit khusus dengan syarat-syarat yang tidak

memberatkan bagi UKM, untuk peningkatan permodalannya , baik itu melalui

sektor jasa finansial informal, skema penjaminan, leasing dan dana modal

ventura.

Pembiayaan untuk Usaha Kecil dan Menengah (UKM) sebaiknya

menggunakan Lembaga Keuangan Mikro (LKM) yang ada, maupun non

bank. Lembaga keuangan Mikro bank antara lain : BRI Unit Desa dan Bank

Perkreditan Rakyat (BPR) . Samapi saat ini BRI memilki unit yang tersebar

diseluruh Indonesia. Dari kedua LKM ini sudah tercatat sebanyak 8.500 unit

yang melayani UKM.

Yang harus dilakukan sekarang ini adalah bagaimana mendorong

pengembangan LKM ini berjalan baik, karena selama ini LKM non koperasi

memilki kesulitan dalam legitimasi operasionalnya.

4. Perlindungan Usaha

Jenis-jenis usaha tertentu , terutama jenis usaha tradisional yang merupakan

usaha golongan ekonomi lemah, baik itu melalui undang-undang maupun

peraturan pemerintah yang bermuara kepada saling menguntungkan .

5. Pengembangan Kemitraan.

Perlu dikembangakan kemitraan yang saling membantu antara UKM, atau

antara UKM dengan pengusaha besar di dalam negri maupun di luar negri,

(45)

untuk memperluas pangsa pasar dan pengelolaan bisnis yang lebih efisien.

Dengan demikian UKM akan mempunyai kekuatan bersaing dengan pelaku

bisnis lainnya, baik dari dalam maupun luar negri.

6. Pelatihan.

Pemerintah perlu meningkatakan pelatihan bagi UKM baik dalam aspek

kewiraswastaan, manajmen, administrasi dan pengetahuan serta

keterampilannya dalam pengembangan usahanya. Disamping itu juga perlu

diberi kesempatan untuk menerapkan hasil pelatihan di lapangan untuk

mempraktekkan teori melalui pengembangan kemitraan rintisan.

7. Memantapkan Asosiasi

Asosiasi yang telah ada perlu diperkuat, untuk meningkatkan perannya antara

lain dalam pengembangan jaringan informasi usaha yang sangat dibutuhkan u

untuk pengembangan usaha bagi anggotanya.

8. Mengembangkan Promosi

Guna lebih mempercepat proses kemitraan antara UKM dengan usaha besar

diperlukan media khusus dalam upaya mempromosikan produk-produk yang

dihasilkan. Disamping itu perlu juga diadakan talk show antara asosiasi

dengan mitra usahanya.

9. Mengembangakan Kejasama yang Setara

Perlu adanya kerjasama yang atau kordinasi yang serasi antara pemerintah

dengan dunia usaha UKM untuk membicarakan berbagi isu-isu mutakhir yang

(46)

38

10.Perlu adanya lembaga penjamin untuk menjamin kredit UKM

Di indonesia ada dua lembaga penjamin kredit yang di dukung oleh penuh

pemerintah untuk membantu UMKM. ASKRINDO atau Asuransi Kredit

Indonesia dan JAMKRINDO atau Jaminan Kredit Indonesia. Kedua lembaga

ini di dukung dengan dana Rp. 1,4 Trilyun oleh Pemerintah untuk menjamin

kredit UMKM melalui program KUR (kredit Usaha Rakyat) dari sejumlah

dana yang digelontorkan pemerintah adalah sebesar Rp. 14 Trilyun. Artinya

Lembaga penjamin bisa menjamin pinjaman kredit UMKM melalui program

KUR hingga Rp. 14 Trilyun.24 Lembaga penjamin ini sangat diperlukan bagi

kepentingan Usaha Kecil dan Menengah25

Pengembangan UMKM ke depan harus diarahkan untuk menjadikan

Central modal di kampung-kampung dan di tingkat Kecamatan, Karena UKM

yang kuat, merata dan mampu menyediakan kebutuhan pembiayaan usaha mikro

menengah dan mikro kecil agar mampu menghadapi tantangan untuk

melaksanakan otonomi daerah. Pengendalian dan pembinaan/fasilitasi, serta

pengembangan kelembagaan (organisasi dan manajemen), meningkatkan

kompetensi dan profesionalisme pengelola UMKM melalui diklat terus menerus

sangat diperlukan. Pengembangan kemampuan layanan bagi anggota,

meningkatkan jumlah produk keuangan yang didukung dengan pengembangan

jejaring. Pengembangan jejaring antara lain meliputi jejaring.

24Dedy Edward Tanjung, “

Lembaga Penjamin Kredit UMKM” artikel diakses pada tanggal 19 september 2011dari http://usaha-umkm.blog.com/tag/lembaga-penjaminan-kredit-umkm/

25Wawan Junaidi,”

(47)

39

A. Sejarah Wakaf Tunai

Wakaf tunai atau disebut juga dengan wakaf uang sebenarnya sudah

dilaksanakan pada abad ke-2 Hijriah. Abu Su'ud dalam Risalah Fi Jawaz Waqf

al-Nuqud, menyebutkan bahwa Imam Bukhariy meriwayatkan pendapat Imam

al-Zuhri (wafat 124 H.) yang membolehkan mewakafkan dinar dan dirham itu

sebagai modal usaha, kemudian menyalurkan keuntungannya sebagai dana yang

diperlukan oleh masyarakat.1 Dalam sebuah penelitian yang meliputi 104 yayasan

wakaf di Mesir, Turki, Palestina, dan Anatoly Land, M.A. Mannan dalam bukunya

Sertifikat Wakaf Tunai melaporkan bahwa 7% wakaf yang ada di negara-negara

itu berupa wakaf tunai.

Seiring dengan pesatnya kajian ekonomi syariah dewasa ini, wakaf tunai

menjadi perhatian yang sangat serius dalam rangka mengakses modal yang dapat

dipergunakan untuk kepentingan dan kemasalahatan umat. Berangakat dari

pendapat yang terdapat dalam mazhab Hanafi, sebagaimana dikutip oleh Wahbah

al-Zuhaily dalam kitabnya Al-fiqh al-Islamiy wa Adillatuh, membolehkan wakaf

tunai sebagai modal usaha, karena pada hakikatnya substansi nilai dari uang itu

dapat bertahan lama, sekaligus banyak manfaatnya untuk kepentingan umat.

Menurut Mazhab Hanafi, uang itu dijadikan modal yang dikelola dengan sistem

1

(48)

40

mudharabah dan keuntungannya digunakan untuk pihak yang memanfaatkan

harta wakaf.2

kepentingan yang tidak mengurangi ataupun menghilangkan jumlah

pokoknya. Termasuk dalam pengertian uang adalah surat – surat berharga.

Surat Ali Imran: 92

Artinya: “Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebaktian (yang sempurna) sebelum kamu menafkahkan harta yang kamu cintai dan apa saja

yang kamu nafkahkan sesungguhnya Allah mengetahuinya.” (QS.Al

Imran :92 )

2. Hadis

Pada zaman Rasulallah istilah wakaf belum dikenal. Akan tetapi pada

masa itu dikenal dengan habs, sadaqah, dan tsabil . Para ahli hadis dan

kebanyakan ahli-ahli fiqih mengindetikkan wakaf dengan sadaqah jariyah.

Hadis Nabi yang diriwayatkan dari Abu Hurairah dibawah ini kerap

dijadikan landasan dan sumber hokum lembaga perwakafan itu :

2

(49)

:

Artinya : Dari Abu Hurairah R.A berkata: Sesungguhnya Nabi SAW bersabda

: “ Apabila manusia itu meninggal mka terputuslah amalnya

kecuali tiga hal, shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan

anak yang soleh yang mendokan kepadanya.”3

Al-Quran dan Hadis diatas mendasari di syariatkannya wakaf sebgai

tindakan hukum dengan cara melepaskan hak kepemilikan atas asal barang

dan meyedekahkan manfaatnya untuk kepentingan umum dengan maksud

memperoleh pahala dari Allah.

C. Latar Belakang Tabung Wakaf Indonesia

Pada bulan juli 1993 telah berdiri sebuah lembaga sosial kemanusian yang

bernama Dompet Dhuafa Republika (DDR). Sebuah lembaga yang didirikan

sebagai jawaban atas keprihatinan beberapa pimpinan harian media koran

Repulika atas kondisi ideal. Awal dari perjalanannya merupakan perjuangan yang

sangat berat dan sangat melelahkan dan sekarang perjuangan yang dirintis dari

awal dengan banyak pengorbanan telah membuahkan hasil yang cukup

menggembirakan, salah satunya diresmikannya Dompet Dhuafa Republika

3

(50)

42

(DDR) sebagai Lembaga Amil Zakat Nasional (LAZNAS) yang pertama pada

tahun 2001.4

Sepuluh tahun perjalanan DD melakukan gerakan membumikan zakat

sudah mulai berbuah, masyarakat menyadari bahwa setiap kekayaan yang dimiliki

terdapat hak orang lain didalamnya yang wajib dikeluarkan. Sebuah fenomena

yang patut disyukuri karena masyarakat semakin sadar bahwa zakat merupakan

sebuah pilar penting dalam penegakan perekonomian umat.

Melihat perkembangan ekonomi yang cukup lamban timbullah keinginan

yang kuat untuk mempercepat proses kebangkitan ekonomi umat, DDR terdorong

untuk menggali potensi dana umat selain zakat. Pada bulan Ramadhan 1425 H ,

DDR membuat sebuah unit fundraising baru yaitu kembali wakaf sebagaimana

yang telah dipraktikan pada masa Rasulullah SAW dan para sahabatnya sebagai

jawaban dari pencairan pilar ekonomi umat Islam selain zakat.5

Pengelolaan zakat yang belum optimal berbanding terbalik dengan potensi

zakat yang sudah berjalan sebelumnya hal ini menjadi tantangan baru bagi DD

untuk lebih mengoptimalkan peran wakaf, karena pemanfaatan wakaf lebih

fleksibel dibandingkan zakat yang sudah dibatasi dengan 8 asnaf.

Pembangunan sosial dan pemberdayaan ekonomi yang dilakukan secara

terus menerus, menuntut kita untuk mencari alternatif solusi yang dapat

4

Dompet Dhuafa Republika, Profil Tabung Wakaf Indonesia, (Jakarta: Tabung Wakaf Indonesia,2006) diakses dari http://www.dompetdhuafa.org/

5

(51)

mendorongnya lebih cepat. Dan salah satu alternatif solusi itu adalah mobilisasi

dan optimalisasi peran wakaf secara efektif serta profesional.

Agar perkembangan wakaf berkembang dengan baik dan lancar, secara

pasti dibutuhkan peran Nazir Wakaf (pengelola wakaf) yang amanah dan

profesional sehingga penghimpunan, pengelolaan dan pengalokasian dana wakaf

menjadi optimal. Meski saat ini, kebutuhan akan adanya Nazhir wakaf masih

belum mendapat perhatian utama dari umat.

Berdasarkan kondisi di atas dan melihat potensi wakaf yang sangat besar

maka pada tanggal 14 juli 2005, Dompet Dhuafa melaunching unit baru yang

bernama Tabung Wakaf Indonesia (TWI), sebagai jawaban dan solusi atas

permasalahan wakaf. Diharapkan TWI dapat melakukan optimalisasi wakaf

sehingga wakaf dpat menjadi penggerak ekonomi umat. Seperti efek bola salju,

semakin lama semaikn besar membawa kemaslahatan untuk umat. Selaku

pengelola wakaf (Nazhir Wakaf) khususnya wakaf uang tunai, diharapkan mampu

mengalokasikan harta wakaf secara tepat dengan profesionalitas dan amanah,

tentu dengan tuntunan Al Quran dah Hadist Rasulullah SAW, serta pertimbangan

kebutuhan umat pada umumnya.6

Pembangunan sosial dan pemberdayaan ekonomi yang dilakukan secara

terus menerus menurut kita untuk mencari alternatif solusi yang dapat

mendorongnya lebih cepat. Salah satu alternatif solusi itu adalah mobilisasi dan

optimalisasi peran wakaf secara efektif dan professional.

6 Profil TWI, “

Gambar

Tabel.2.1
Gambar 1. Skema Umum Pengelolaan Wakaf di TWI

Referensi

Dokumen terkait

olah data materi tambah edit hapus tambah edit hapus tambah edit hapus tambah edit hapus tambah edit hapus tambah edit hapus tambah edit hapus tambah edit hapus tambah edit hapus

Dalam pengolahan data yang berkaitan tentang kegiatan administrasi, khususnya administrasi dan pembelajaran, :DKLG¶V &ROOHJH melakukan pengolahan data administrasi

Penelitian ini dilaksanakan di Perpustakaan SMP Negeri 4 Alla yang beralamatkan di Jl. Poros Sudu - Curio desa Sumbang Kecamatan Curio Kabupaten Enrekang. Adapun

Di Kecamatan Kedungkandang ditemukan jenis talas – talasan yang berasal dari genus Colocasia yaitu: Talas Bentul putih, Talas Bentul dan Talas Bentul hitam yang dapat

Diketahui para pegawai DJPPR meyakini bahwa tiga perspektif balanced scorecard yang telah diterap- kan pada peta setrategi dan sasaran strategi organisasi telah berjalan dengan

Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis penataan ulang dari proses bisnis platform ekspor dibidang subsektor kuliner dengan menggunakan pendekatan model Sistem Inovasi yang

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah masyarakat yang periksa atau rawat inap di puskesmas. 3.4

pikiran yang terkandung dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sebagai wujud rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. 2.2 Melaksanakan isi