• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengujian Kualitas Tulangan Beton pada PT. Putra Baja Deli dengan SNI 2002

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengujian Kualitas Tulangan Beton pada PT. Putra Baja Deli dengan SNI 2002"

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)

PENGUJIAN KUALITAS TULANGAN BETON PADA

PT. PUTRA BAJA DELI DENGAN SNI 2002

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk melengkapi syarat penyelesaian

pendidikan sarjana teknik sipil

Oleh :

COANDRA

070404154

BIDANG STUDI STRUKTUR

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

ABSTRAK

Tulangan beton merupakan salah satu bagian yang paling penting dalam konstruksi beton bertulang. Begitu banyak tulangan beton yang diproduksi oleh berbagai pabrik, namun apakah semua tulangan beton tersebut telah memenuhi kualitas dari SNI. Bila dikatakan hasil fabrikasi, maka bukan tidak mungkin hasil produksi baja ada yang tidak memenuhi kualitas SNI, mungkin dikarenakan adanya faktor SDM yang lalai saat bertugas ataupun bahan baku yang sudah tidak memenuhi kadar karbon, atau bahkan kesalahan kalibrasi dari mesin yang digunakan.

Pada tugas akhir ini dilakukan pengujian kuat tarik BJTs 40 dengan diameter 19 dan 25, dimana jumlah sampel setiap diameter yang diujikan adalah 27 buah. Dengan berdasarkan pada syarat-syarat SNI 2002, maka diteliti apakah tulangan beton hasil produksi PT. PUTRA BAJA DELI sudah memenuhi kualitas SNI. Data hasil percobaan akan diolah dengan metode gauss dan SPSS versi 19, kemudian dibandingkan dengan syarat-syarat SNI 2002.

Dari pengujian diperoleh rata-rata kuat tarik untuk tulangan beton diameter 19 tegangan luluh dan tegangan ultimate adalah 457,62 N/mm2 dan 623,32 N/mm2. Rata-rata kuat tarik untuk besi beton diameter 25 tegangan luluh dan tegangan ultimate adalah 461,61 N/mm2 dan 612,62 N/mm2.

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmat-Nya kepada

saya, sehingga tugas akhir ini dapat diselesaikan dengan baik.Tugas akhir ini merupakan

syarat untuk mencapai gelar sarjana Teknik Sipil bidang struktur Departemen Teknik Sipil

Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara, dengan judul “Pengujian Kualitas Tulangan Beton pada PT. Putra Baja Deli dengan SNI 2002.”

Sungguh suatu hal yang luar biasa dimana akhirnya tugas akhir ini dapat

diselesaikan dengan baik dan tepat pada waktu yang diharapkan. Tugas akhir adalah

merupakan salah satu unsur yang sangat penting sebagai pemenuhan nilai-nilai tugas dalam

mencapai gelar Sarjana Teknik dari Fakultas Teknik Departemen Teknik Sipil di universitas

ataupun perguruan tinggi manapun di seluruh nusantara, termasuk pula di Universitas

Sumatera Utara.

Saya menyadari bahwa dalam menyelesaikan tugas akhir ini tidak terlepas dari

dukungan, bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, saya ingin

menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada beberapa pihak yang

berperan penting yaitu :

1. Dekan Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara, atas kesempatan dan

waktu yang telah diberikan kepada Penulis sehingga dapat menyelesaikan

studi Strata-I di Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara dengan baik.

2. Bapak Prof. Dr-Ing. Johannes Tarigan selaku Ketua Departemen Teknik Sipil

(4)

3. Bapak Ir. Syahrizal, M.T., selaku Sekretaris Departemen Teknik Sipil

Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Prof. Dr-Ing. Johannes Tarigan, selaku pembimbing, yang telah

banyak memberikan dukungan, masukan, bimbingan serta meluangkan

waktu, tenaga dan pikiran dalam membantu saya menyelesaikan tugas akhir

ini.

5. Bapak Ir. Sanci Barus, M.T., Bapak Ir. Robert Panjaitan, dan Ibu Rahmi

Karolina, ST, MT selaku Dosen Pembanding, atas saran dan masukan yang

diberikan kepada Penulis terhadap Tugas Akhir ini.

6. Bapak/Ibu seluruh staff pengajar Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik

Universitas Sumatera Utara.

7. Seluruh pegawai administrasi Departemen Teknik Sipil Fakultas teknik

Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan bantuan selama ini

kepada saya.

8. PT. Putra Baja Deli yang telah bersedia memberikan kesempatan kepada

penulis untuk melakukan penelitian.

9. Bapak Mislan dan Bapak Agus dari PT. Putra Baja Deli atas waktu, tenaga

dan penjelasan dalam membantu saya menyelesaikan tugas akhir ini.

10. Buat keluargaku, terutama kepada kedua orang tuaku, Papa Edward Tjuarsa

dan Mama Hannah yang telah memberikan motivasi,semangat dan nasehat

kepada saya, kakak-kakakku Shenny dan Suciati Tjuarsa serta adikku Gustina

(5)

11. Buat saudara/i seperjuangan, Rudy Salim, Effendi, Tiffany Vabiola, Martin,

Hermanto, Darwin, Ivanfebraja, Suhardi, Dewi Cendana, Irwanto, Kelvin,

Ari Yusman, Dita, Herry, serta teman-teman mahasiswa/i angkatan 2007

yang tidak dapat disebutkan seluruhnya, abang-abang dan kakak-kakak

angkatan 04,05,05 serta adik-adik 08,09,10 terima kasih atas semangat dan

bantuannya selama ini.

12. Dan segenap pihak yang belum Penulis sebut di sini atas jasa-jasanya dalam

mendukung dan membantu Penulis dari segi apapun, sehingga tugas akhir ini

dapat diselesaikan dengan baik.

Saya menyadari bahwa dalam penyusunan tugas akhir ini masih jauh dari kata

sempurna. Yang disebabkan keterbatasan pengetahuan dan kurangnya pemahamahan saya

dalam hal ini. Oleh karena itu, saya mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari

para pembaca demi perbaikan menjadi lebih baik.

Akhir kata saya mengucapkan terima kasih dan semoga tugas akhir ini dapat

bermanfaat bagi para pembaca.

Medan, 27 Juni 2012

(6)

DAFTAR ISI

1.5 Lokasi Pengujian ... 4

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Umum ... ... 5

2.2 Sifat-sifat Baja ... ... 5

2.3 Jenis-jenis Baja... ... 7

2.3.1 Baja Karbon... ... 9

2.3.2 Baja Paduan Rendah Kekuatan Tinggi... ... 12

2.3.3 Baja Paduan... ... 12

2.4 Korosi dan Pencegahan Korosi... ... 17

2.5 Unsur-unsur yang Berpengaruh pada Baja.. ... 20

2.6 Proses Pembuatan Tulangan Baja.. ... 22

2.7 Cara Pengambilan Sampel. ... 30

2.8 Distribusi Normal... ... 30

BAB III. PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 34

3.1 Cara Pengambilan Sampel... ... 34

3.2 Mempersiapkan Sampel Pengujian.. ... 34

3.3 Pengujian Kuat Tarik... ... 34

3.4 Pengolahan Data-data SPSS.. ... 42

3.5 Hasil Analisa.. ... 47

3.5.1 Hasil Analisa Tulangan Baja Diameter 19.. ... 47

3.5.2 Hasil Analisa Tulangan Baja Diameter 25.. ... 52

3.6 Pembahasan.. ... 59

3.6.1 Baja Tulangan Sirip Diameter 19.. ... 59

(7)
(8)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 : Diagram Tegangan-Regangan ... 2

Gambar 1.2 : Pabrik PT. Putra Baja Deli. ... 4

Gambar 2.1 : Proses Berlangsungnya Tempcore ... 27

Gambar 2.2 : Bagan Pembuatan Tulangan Baja ... 29

Gambar 2.3 : Kurva Normal ... 31

Gambar 2.4 : Kurva Normal dengan µSama dan σ Berbeda ... 33

Gambar 2.5 : Kurva Normal dengan µBerbeda dan σ Sama ... 34

Gambar 2.6 : Kurva Normal dengan µdan σ Berbeda ... 34

Gambar 3.1 : Computerized electro hydraulic servo universal testing machine ... 34

Gambar 3.2 : Sampel Baja ... 35

Gambar 3.3 : Pengukuran sampel.. ... 35

Gambar 3.4 : Pemberian jarak pada sampel ... 36

Gambar 3.5 : Pengujian sampel.. ... 37

Gambar 3.6 : Hasil pengujian ditampilkan dalam komputerisasi.. ... 38

Gambar 3.7 : Pengukuran kembali pada sampel setelah pengujian ... 39

Gambar 3.8 : Grafik Tegangan Regangan ... 38

Gambar 3.9 : Data tulangan baja D19 dalam SPSS.. ... 45

(9)

DAFTAR TABEL

(10)

DAFTAR NOTASI

� ; �̅ adalah rata-rata sampel

xi adalah nilai sampel ke-i

σ adalah standar deviasi

n adalah sample

∑ � adalah jumlah nilai seluruh x

� adalah regangan

L1 adalah perpanjangan, mm

(11)

ABSTRAK

Tulangan beton merupakan salah satu bagian yang paling penting dalam konstruksi beton bertulang. Begitu banyak tulangan beton yang diproduksi oleh berbagai pabrik, namun apakah semua tulangan beton tersebut telah memenuhi kualitas dari SNI. Bila dikatakan hasil fabrikasi, maka bukan tidak mungkin hasil produksi baja ada yang tidak memenuhi kualitas SNI, mungkin dikarenakan adanya faktor SDM yang lalai saat bertugas ataupun bahan baku yang sudah tidak memenuhi kadar karbon, atau bahkan kesalahan kalibrasi dari mesin yang digunakan.

Pada tugas akhir ini dilakukan pengujian kuat tarik BJTs 40 dengan diameter 19 dan 25, dimana jumlah sampel setiap diameter yang diujikan adalah 27 buah. Dengan berdasarkan pada syarat-syarat SNI 2002, maka diteliti apakah tulangan beton hasil produksi PT. PUTRA BAJA DELI sudah memenuhi kualitas SNI. Data hasil percobaan akan diolah dengan metode gauss dan SPSS versi 19, kemudian dibandingkan dengan syarat-syarat SNI 2002.

Dari pengujian diperoleh rata-rata kuat tarik untuk tulangan beton diameter 19 tegangan luluh dan tegangan ultimate adalah 457,62 N/mm2 dan 623,32 N/mm2. Rata-rata kuat tarik untuk besi beton diameter 25 tegangan luluh dan tegangan ultimate adalah 461,61 N/mm2 dan 612,62 N/mm2.

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Baja merupakan salah satu bahan yang penting dalam perencanaan sekarang

ini, banyak sekali pabrik-pabrik yang memproduksi baja dan disini, kita dihadapkan

dengan mutu baja. Baja dengan mutu yang bagus tentu saja dibuat dengan proses

pembuatan yang sesuai dengan SNI. Namun, bagaimana kita bisa menjamin bahwa

mutu baja yang dihasilkan oleh pabrik-pabrik tersebut sesuai dengan SNI?

PT. PUTRA BAJA DELI berdiri pada tahun 2004 dilokasi seluas 23 Ha di

kawasan industri Lamhotma, Medan, Sumatera Utara, Indonesia. PT. PUTRA BAJA

DELI sebagai pemain baru dalam industri baja, maka disini dikatakan bahwa PT.

PUTRA BAJA DELI mengambil sistem baru dalam produksi baja yakni, sistem

tempcore, yang dapat meningkatkan mutu atau kekuatan besi beton sehingga dapat

memenuhi Standar Internasional untuk pasar ekspor.

Produk-produk baja dari PT. PUTRA BAJA DELI adalah besi ulir dengan

berbagai macam kualitas ekspor seperti SNI, MS, AS, ASTM, BS dan JIS. Profil

siku dengan kualitas SNI, dan profil kanal dengan kualitas SNI. PBD sendiri

memiliki laboratorium sendiri dimana disini PBD melakukan uji kuat tarik dan uji

kadar unsur dalam hal pengimporan billet.

Dari latar belakang PT. PUTRA BAJA DELI di atas, saya merasa tertarik

untuk melakukan penelitian disana, sebagaimana PT. PUTRA BAJA DELI

menerangkan pada masyarakat bahwa baja yang diproduksi PT. PUTRA BAJA

DELI telah memenuhi syarat SNI dan layak untuk dipakai di lapangan. Namun

(13)

meneliti produk besi ulir PT. PUTRA BAJA DELI apakah sudah memenuhi

syarat-syarat SNI, dengan membandingkan data hasil yang akan saya uji disana secara

statistik.

1.2 PERUMUSAN MASALAH

1. Untuk mengetahui bentuk grafik hubungan antara tegangan dan regangan

pada waktu pengambilan sampel untuk diuji di laboratorium dan

menghitungnya berdasarkan SNI dengan jumlah sampel tertentu, yang

dipersyaratkan oleh SNI. Berdasarkan teori gambar tengan-regangan adalah

(seperti gambar 1.1), dimana BJTs 40 artinya adalah titik leleh 400 N/mm2.

Namun apakah didalam pengujian nilai tersebut memenuhi syarat SNI 2002.

Dalam hal ini saya akan meneliti hal tersebut, berdasarkan teori statistik

dengan mengacu pada persyaratan SNI 2002, Baja Tulangan Beton.

(14)

Keterangan:

OA : Daerah linier atau daerah elastic

A : Limit Proposional

B : Tegangan luluh

BC : Daerah plastisitas

CD : Strain Hardening

D : Tegangan Ultimate

DE : Necking

E : Patah

2. Untuk menyimpulkan apakah PT. PUTRA BAJA DELI melaksanakan quality

control produk mereka (BJTs 40) aman dipakai di dalam masyarakat.

1.3TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penelitian ini adalah sejauh mana PT. PUTRA BAJA DELI

menerapkan hasil percobaannya sesuai dengan teori tegangan-regangan (gambar 1.1)

dan membandingkan perhitungan dengan statistik dari percobaan

1.4BATASAN MASALAH

Dalam penelitian yang dilakukan, ada beberapa lingkup masalah yang dibatasi,

yaitu karakteristik bahan yang digunakan sebagai benda uji adalah sebagai berikut:

a. Mutu baja adalah BJTs 40.

b. Baja merupakan baja tulangan ulir.

(15)

d. Dengan metode statistika Gauss

e. Peralatan pengujian yang dipakai adalah milik PT. PUTRA BAJA DELI

f. Beban yang digunakan adalah beban statik

1.5LOKASI PENGUJIAN

Lokasi pengujian adalah di PT. PUTRA BAJA DELI, dengan alamat di Jl.

Tangkul / Dermaga Seruwai, kecamatan Medan Labuhan, Sumatera Utara. Dibawah

ini merupakan gambar daripada pabrik itu sendiri.

(16)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 UMUM

Baja merupakan logam aloy yang komponen utamanya adalah besi, dengan

karbon sebagai material pengaloy utama. Baja ditemukan ketika dilakukan

penempaan dan pemanasan yang menyebabkan tercampurnya besi dengan bahan

karbon pada proses pembakaran, sehingga membentuk baja yang mempunyai

kekuatan yang lebih besar dari pada besi. Karbon bekerja sebagai agen pengeras,

mencegah atom besi, yang secara alami teratu dalam lattice, bergeser melalui satu

sama lain. Memvariasikan jumlah karbon dan penyebaran alloy dapat mengontrol

kualitas baja. Baja dengan peningkatan jumlah karbon dapat memperkeras dan

memperkuat besi, tetapi juga menjadi lebih rapuh.

Dari tahun 1960, baja sudah dikenal sebagai bahan bangunan utama, baja

yang dipakai adalah baja karbon atau lebih dikenal dengan “baja”. Dengan

banyaknya baja yang tersedia sekarang, memungkinkan seorang perencana

menaikkan kekuatan bahan pada daerah yang tegangannya besar, tanpa perlu

memperbesar ukuran batang. Perencana dapat memutuskan berdasarkan mana yang

lebih disukai, kekakuan maksimum atau berat teringan.

2.2 SIFAT-SIFAT BAJA

[Beumer, B.J.M., 1994] Bila dibandingkan dengan bahan konstruksi lainya,

baja lebih banyak memiliki keunggulan-keunggulan yang tidak terdapat pada

(17)

tarik dan kekuatan tekan tanpa membutuhkan banyak volume, baja juga mempunyai

sifat-sifat lain yang menguntungkan sehingga menjadikannya sebagai salah satu

material yang umum dipakai, yaitu:

a. Kekuatan tinggi

Kekuatan baja bisa dinyatakan dengan kekuatan tegangan leleh Fy atau

kekuatan tarik Fu mengingat baja mempunyai kekuatan volume lebih tinggi

dibanding dengan bahan lain, hal ini memungkinkan perencanaan sebuah

konstruksi baja bisa mempunyai beban mati yang lebih kecil untuk bentang

yang lebih panjang, sehingga struktur lebih ringan dan efektif.

b. Kemudahan pemasangan

Komponen-komponen baja biasanya mempunyai bentuk standar serta

mudah diperoleh dimana saja, sehingga satu-satunya kegiatan yang dilakukan

dilapangan adalah pemasangan bagian-bagian yang telah disiapkan.

c. Keseragaman

Baja diolah dalam sebuah wadah yang besar atau tungku, dengan kondisi

yang sudah diatur ( fabrikasi ), baja yang didapatkan akan mempunyai mutu

yang seragam.

d. Daktilitas

Daktilitas adalah sifat dari baja yang mengalami deformasi yang besar

dibawah pengaruh tegangan tarik tanpa hancur atau putus. Daktilitas mampu

mencegah robohnya bangunan secara tiba-tiba.

e. Modulus elatisitas besar

(18)

yang lain, untuk regangan yang sama baja dapat menahan tegangan yang

lebih besar sehingga kekuatannya lebih optimal.

f. Tahan karat

Baja dapat dioksidasi untuk membentuk lapisan pelindung yang padat,

lapisan ini mencegah korosi lebih lanjut dan juga untuk mencegah korosi

dapat dibantu dengan pengecatan.

2.3 JENIS-JENIS BAJA

Baja pada umumnya mempunyai kadar carbon sebesar 0,0 hingga 1,5%.

Berbagai pembagian dibuat untuk baja, tetapi pembagian pertama adalah sebagai

berikut, baja tanpa campuran dan baja campuran. Dalam baja tanpa campuran

maupun baja campuran menurut cara bagaimana baja dibuat dibagi atas:

1. Baja ditempa dan baja dicanai dengan kadar carbon 0,0 hingga 1,5%.

Baja ditempa dan baja dicanai, inilah yang sering kita sebut baja.

2. Baja tuang dengan kadar carbon 0,2% hingga 0,5%.

Selanjutnya menurut cara pemakaian dibagi atas:

1. Baja konstruksi dengan kadar carbon 0,0 hingga 0,3%.

Baja konstruksi mempunyai kekerasan yang agak kecil oleh sebab kadar

carbon yang rendah (0,0-0,3%) dan kekuatan tarik dan batas regang yang

agak rendah, akan tetapi regang yang agak besar. Baja ini dipergunakan

untuk konstruksi, oleh karena kadar carbon yang rendah, tidak dapat

(19)

2. Baja mesin dengan kadar carbon 0,3 hingga 0,6%.

Baja mesin mempunyai kekerasan yang lebih besar oleh karena kadar

karbon yang lebih tinggi (0,3-0,6%) dan kekuatan tarik dan batas regang

yang lebih tinggi, akan tetapi mempunyai regang yang lebih kecil. Baja

ini dipergunakan untuk mesin( contohnya, bagian-bagian baut,

poros-engkol, batang penggerak dan pasak untuk mesin). Baja mesin memang

dapat dikeraskan oleh karena kadar zat karbon yang lebih tinggi.

3. Baja perkakas dengan kadar carbon 0,6 hingga 1,5%.

Baja perkakas dibagi lagi atas:

a. Baja perkakas untuk alat pukul atau alat tumbuk dengan kadar carbon

0,6 hingga 0,9%.

b. Baja perkakas untuk perkakas potong dengan kadar carbon 0,9 hingga

1,2%.

c. Baja perkakas untuk alat ukur dengan kadar carbon 1,2 hingga 1,5%.

Seperti yang telah dijelaskan, baja merupakan gabungan dari beberapa unsur

kimia, karbon, mangan, silikon, tembaga, chrom, fosfor, vanadium, dsb. Semua

unsur-unsur ini mempunyai sifat-sifat tersendiri, dimana akan mempengaruhi

kekuatan dari baja tersebut. Namun dari semua unsur-unsur kimia tersebut diatas,

unsur karbon merupakan unsur yang paling mempengaruhi kekuatan baja, sehingga

secara umum baja dapat dikelompokan menjadi tiga jenis yakni, baja karbon, baja

(20)

2.3.1 BAJA KARBON

Baja dengan kadar mangan kurang dari 0,8% silicon kurang dari 0,5% dan

unsur lain sangat sedikit, dapat dianggap sebagai baja karbon. Mangan dan silicon

sengaja ditambahkan dalam proses pembuatan baja sebagai deoxidizer / mengurangi

pengaruh buruk dari beberapa unsur pengotoran. Baja karbon diproduksi dalam

bentuk balok, profil, lembaran dan kawat.

Karbon dan mangan adalah unsur utama untuk menaikkan kekuatan besi

murni. Karbon dengan unsur campuran lain dalam baja membentuk karbid yang

dapat menambah kekerasan, tahan gores, dan tahan suhu. Perbedaan persentase

karbon dalam campuran logam baja karbon menjadi salah satu cara

mengklasifikasikan baja. Berdasarkan kandungan karbon, baja dibagi menjadi tiga

macam yaitu:

1. Baja karbon rendah

Baja karbon rendah (low carbon steel) mengandung karbon dalam

campuran baja karbon kurang dari 0,3% C. Baja ini bukan baja yang keras

karena kandungan karbonnya yang rendah kurang dari 0,3% C. Baja karbon

rendah tidak dapat dikeraskan karena kandungan karbonnya tidak cukup untuk

membentuk struktur martensit(Amanto, 1999).

Berdasarkan kandungan karbonnya baja karbon rendah dapat dibagi

menjadi empat bagian:

1. Baja karbon rendah mengandung 0,04% C digunakan untuk plat-plat strip.

2. Baja karbon rendah mengandung 0,05% C digunakan pada badan

(21)

3. Baja karbon rendah mengandung 0,05 – 0,25% C digunakan untuk

konstruksi jembatan dan bangunan.

4. Baja karbon rendah mengandung 0,05 – 0,3% C digunakan untuk baut,

paku keling.

2. Baja karbon menengah

Baja karbon sedang / menengah mengandung karbon 0,3 - 0,6% C

(medium carbon steel) dan dengan karbonnya memungkinkan baja untuk

dikeraskan sebagian dengan perlakuan panas (heat treament) yang sesuai. Baja

karbon sedang lebih keras serta lebih kuat dibandingkan dengan baja karbon

rendah [Amanto, 1999].

Baja karbon menengah memiliki ciri khas sebagai berikut:

1. Lebih kuat dari baja karbon rendah.

2. Tidak mudah dibentuk dengan mesin.

3. Lebih sulit dilakukan untuk pengelasan.

4. Dapat dikeraskan (quenching) dengan baik.

Berdasarkan kandungan karbon, baja karbon menengah terbagi atas:

1. Baja karbon menengah mengandung 0,35 – 0,45% C digunakan

untuk roda gigi, poros.

2. Baja karbon menengah mengandung 0,4% C digunakan untuk

keperluan industri dalam hal kenderaan seperti baut dan mur, poros

engkol dan batang torak.

3. Baja karbon menengah mengandung 0,5% C digunakan untuk roda

(22)

4. Baja karbon menengah mengandung 0,5 – 0,6% C digunakan untuk

pegas.

3. Baja karbon tinggi

Baja karbon tinggi mengandung karbon 0,6 - 1,5% C dan memiliki

kekerasan tinggi namun keuletannya lebih rendah, hampir tidak diketahui jarak

tegangan ultimate dengan tegangan leleh pada grafik tegangan regangan.

Berkebalikan dengan baja karbon rendah, pengerasan dengan perlakuan panas

pada baja karbon tinggi tidak memberikan hasil yang optimal dikarenakan

terlalu banyaknya martensit sehingga membuat baja menjadi getas.

Baja karbon tinggi memiliki sebagai berikut:

1. Kuat sekali.

2. Sangat keras dan getas/rapuh.

3. Sulit dibentuk mesin.

4. Mengandung unsur sulfur ( S ) dan phosfor ( P ).

5. Mengakibatkan kurangnya sifat liat.

Baja karbon memiliki titik leleh yang jelas, penambahan persentase karbon

dapat menaikkan tegangan leleh tetapi mengurangi daktilitas, sehingga lebih sukar

dilas. Pengelasan yang ekonomis dan memadai dengan tanpa pemanasan awal,

pemanasan akhir, atau elektroda las khusus umumnya hanya dapat dicapai bila

(23)

2.3.2 BAJA PADUAN RENDAH KEKUATAN TINGGI

Baja paduan rendah kekuatan tinggi mempunyai tegangan leleh sekitar 270

sampai 480 N/mm2. Baja ini diperoleh dari baja karbon dengan menambah unsur

paduan seperti chrom, columbium, tembaga, mangan. Molybdenum, nikel, fosfor,

vanadium atau zirconium, agar beberapa sifat mekanisnya lebih baik. Sementara baja

karbon mendapatkan kekuatan dengan menaikkan kandungan karbon, unsur paduan

menaikkan kekuatan dengan memperhalus mikrostuktur yang terjadi selama

pendinginan baja.

2.3.3 BAJA PADUAN

Baja paduan adalah baja yang mengandung sebuah unsur lain atau lebih

dengan kadar yang berlebih daripada karbon biasanya dalam baja karbon. Baja

paduan memiliki tegangan leleh sekitar 550 sampai 760 N/mm2. Baja ini dapat dilas

dengan prosedur yang sesuai, dan biasanya tidak memerlukan perlakuan panas

setelah dilas. Perlakuan panas terdiri dari pencelupan (pendinginan yang cepat

dengan air atau minyak dengan suhu antara 900 oC sampai 250 oC) kemudian baja

dipanasi kembali dengan suhu minimal 620 oC dan dibiarkan dingin. Pemanasan

ulang, walaupun mengurangi kekuatan dan kekerasan bahan yang tercelup, sangat

bermanfaat untuk menaikkan keliatan (toughness) dan daktilitas. Pengurangan

kekuatan dan kekerasan akibat kenaikan suhu diperkecil dengan pengerasan

(hardening) kedua akibat pengendapan senyawa karbon dan columbium, titanium

atau vanadium yang halus. Secara ringkas, pencelupan menghasilkan martensit, yaitu

mikrostruktur yang sangat keras, kuat dan getas. Pemanasan kembali mengurangi

(24)

Menurut kadar unsur paduan, baja paduan dapat dibagi ke dalam dua

golongan yaitu baja paduan rendah dan baja paduan tinggi. Baja rendah unsur

paduannya di bawah 10% sedangkan baja paduan tinggi di atas 10%.

Berdasarkan strukturnya baja paduan dapat diklasifikasikan dalam:

a. Baja pearlit (sorbit dan troostit)

Unsur-unsur paduan relatif kecil maximum 5% Baja ini mampu dimesin, sifat

mekaniknya meningkat oleh heat treatment (hardening &tempering)

b. Baja martensit

Unsur pemadunya lebih dari 5 %, sangat keras dan sukar dimesin

c. Baja austenit

Terdiri dari 10 – 30% unsur pemadu tertentu (Ni, Mn atau CO) Misalnya : Baja

tahan karat (Stainless steel), nonmagnetic dan baja tahan panas (heat resistant

steel).

d. Baja ferrit

Terdiri dari sejumlah besar unsur pemadu (Cr, W atau Si) tetapi karbonnya

rendah. Tidak dapat dikeraskan.

e. Karbid atau ledeburit

Terdiri sejumlah karbon dan unsur-unsur pembentuk karbid (Cr, W, Mn, Ti, Zr).

Berdasarkan penggunaan dan sifat-sifatnya, baja paduan juga diklasifikasikan

dalam:

a. Baja konstruksi (structural steel)

Dibedakan lagi menjadi tiga golongan tergantung persentase unsur

(25)

(2- 5 %), baja paduan tinggi (lebih dari 5 %). Sesudah di-heat treatment baja

jenis ini sifat-sifat mekaniknya lebih baik dari pada baja karbon biasa.

b. Baja perkakas (tool steel)

Dipakai untuk alat-alat potong, komposisinya tergantung bahan dan tebal

benda yang dipotong/disayat,kecepatan potong, suhu kerja. Baja paduan jenis ini

dibedakan lagi menjadi dua golongan, yaitu baja perkakas paduan rendah

(kekerasannya tak berubah hingga pada suhu 250 °C) dan baja perkakas paduan

tinggi (kekerasannya tak berubah hingga pada suhu 600°C). Biasanya terdiri dari

0,8% C, 18% W, 4% Cr, dan 1% V, atau terdiri dari 0,9% C, 9 W, 4% Cr dan

2-2,5% V.

c. Baja dengan sifat fisik khusus

Dibedakan lagi menjadi tiga golongan, yaitu baja tahan karat (mengandung

0,1-0,45% C dan 12-14% Cr), baja tahan panas (yang mengandung 12-14% Cr

tahan hingga suhu 750-800oC, sementara yang mengandung 15-17% Cr tahan

hingga suhu 850-1000oC), dan baja tahan pakai pada suhu tinggi (ada yang

terdiri dari 23-27% Cr, 18-21% Ni, 2-3% Si, ada yang terdiri dari 13-15% Cr,

13-15% Ni, yang lainnya terdiri dari 2-2,7% W, 0,25-0,4% Mo, 0,4-0,5% C).

d. Baja paduan istimewa

Baja paduan istimewa lainnya terdiri 35-44% Ni dan 0,35% C,memiliki

koefisien muai yang rendah yaitu :

• Invar : memiliki koefisien muai sama dengan nol pada suhu 0 – 100 °C,

digunakan untuk alat ukur presisi.

(26)

• Elinvar : memiliki modulus elastisitas tak berubah pada suhu 50°C sampai

100°C. Digunakan untuk pegas arloji dan berbagai alat ukur fisika.

e. Baja Paduan dengan Sifat Khusus • Baja Tahan Karat (Stainless Steel)

Sifatnya antara lain:

– Memiliki daya tahan yang baik terhadap panas, karat dan goresan/gesekan

– Tahan temperature rendah maupun tinggi

– Memiliki kekuatan besar dengan massa yang kecil

– Keras, liat, densitasnya besar dan permukaannya tahan aus

– Tahan terhadap oksidasi

– Kuat dan dapat ditempa

– Mudah dibersihkan

– Mengkilat dan tampak menarik

Baja paduan merupakan campuran dari baja dan beberapa jenis logam

lainnya dengan tujuan untuk memperbaiki sifat baja karbon yang relatif mudah

berkarat dan getas bila kadar karbonnya tinggi. Selain itu, penambahan unsur

paduan juga bertujuan untuk memperbaiki sifat mekanik diantaranya:

• Kekuatan

Kekuatan merupakan kemampuan suatu bahan untuk menahan perubahan

bentuk di bawah tekanan. Penambahan logam (Ni, Cr, Molibdenum) dengan

komposisi sesuai akan menambah kekuatan baja, sebab Ni dan Cr yang

ditambahkan akan masuk ke susunan atom dan menggantikan berapa atom C.

(27)

• Elastisitas

Elastisitas adalah kemampuan suatu bahan untuk kembali ke bentuk

semula setelah pembebanan ditiadakan atau dilepas. Modulus elastisitas

merupakan indikator dari sifat elastis. Adanya penambahan logam pada baja akan

meningkatkan kemampuan elastisitasnya dengan nilai modulus elastisitas yang

lebih besar dari sebelumnya.

• Batas mulur (Plastisitas)

Plastisitas adalah kemampuan suatu bahan untuk berubah bentuk secara

permanen setelah diberi beban. Logam yang ditambahkan berupa nikel, vanadium,

titanium, tungsten, chrome dsb akan meningkatkan nilai batas mulur. Hal tersebut

disebabkan dengan penambahan logam yang memiliki batas mulur tinggi akan

menghasilkan baja paduan yang batas mulurnya tinggi pula.

• Kekuatan Tarik

Kekuatan tarik adalah kemampuan suatu material untuk menahan tarikan

dua gaya yang saling berlawanan arah dan segaris. Logam Ni dan Cr merupakan

bahan yang biasa ditambahkan untuk meningkatkan kemampuan menahan tarikan,

selain sebagai penambah kekuatan tekan.

• Keuletan

Keuletan adalah kemampuan suatu material untuk diregang atau ditekuk

secara permanent tanpa mengakibatkan pecah atau patah. Baja dengan kandungan

karbon rendah memiliki keuletan yang tinggi, sehingga dengan paduan logam lain

kadar karbonnya akan turun. Selain itu, kandungan fosfor pada baja paduan yang

(28)

• Tahan aus

Tahan aus merupakan paduan logam yang digunakan untuk meningkatkan

kemampuan tahan aus diantaranya nikel, chrom, dan vanadium.

2.4 KOROSI DAN PENCEGAHAN KOROSI

Korosi dapat kita artikan sebagai pencernaan logam oleh keadaan sekitar.

Keadaan sekitar ini adalah mungkin udara lembab, bahan kimia, air laut, gas dan

sebagainya. Oleh korosi, logam berubah ke dalam garamnya, oksida atau

hidro-oksida. [Beumer, B.J.M., 1994]

Bentuk-bentuk korosi yaitu:

1. Korosi menyeluruh

Pada korosi menyeluruh logam dicerna pada seluruh permukaan

2. Korosi setempat atau korosi bopeng

Bentuk korosi ini mencerna logam setempat, sehingga pada umumnya

muncul bopeng-bopeng kecil dalam bahan.

3. Korosi antar garis-hablur

Korosi dalam garis-hablur terjadi sepanjang batas-hablur. Sebagai

akibatnya hablur-hablur terlepas satu sama lain. Bentuk korosi ini sangat

berbahaya, oleh karena dari luar tidak nampak.

Untuk mencegah terjadinya korosi ada beberapa hal yang bisa dilakukan yaitu:

1. Minyak dan gemuk

Melapisi dengan lapisan minyak atau lapisan gemuk dapat dilaksanakan

dengan menggunakan kuas atau dengan jalan pencelupan. Penggunaanya

(29)

2. Bitumen

Bitumen adalah produk minyak bumi. Bitumen dapat diterapkan dengan kuas,

dengan mencelupkan atau menuangkan.

Lapisan bitumen tidak kuat dan oleh karena itu sering diperkokoh dengan

lapisan tali goni. Bitumen digunakan pada tangki minyak, saluran gas dan

saluran air dan kabel saluran listrik di dalam tanah.

3. Plastik

Penerapan lapisan plastik dapat dilaksanakan dengan beberapa cara. Hanya

plastik termoplastis dan poli-ester dengan mempertimbangkan praktis adalah

jenis yang dapat digunakan.

Plastik termoplastis dapat dilumerkan, lalu produk yang harus dilindungi

dicelupkan atau dituangkan.

Poli-ester dapat diterapkan dengan kuas, dengan disiram atau dengan

mengunakan penyemprot.

Lapisan plastik yang diterapkan, tidak kuat dan digunakan untuk melindungi

perkakas, contohnya pahat, frais, bor dan sebagainya.

4. Email

Email terdiri dari campuran kwarsa, felspar boraks dan zat-zat lain. Produk

dilapis dengan email dan selanjutnya dipanaskan dalam oven. Lapisan email

mudah rusak, biasanya digunakan untuk alat rumahtangga.

5. Fosfat

Produk digantungkan dalam cairan persenyawaan fosfat yang dilumerkan.

Oleh karena itu permukaan produk dari baja diubah menjadi fosfat besi dan

(30)

sebut difosfatkan, diparkerisasikan, diatramentasikan atau dibonderisasikan.

Memfosfatkan tidak memberi daya tahan korosi tetap oleh karena itu pada

umumnya dipergunakan sebagai lapisan dasar untuk lapisan cat.

6. Oksida

Melalui jalan elektrolitis diatas aluminium dapat diterapkan satu lapisan

oksida. Untuk kerperluan itu produk aluminium digantung dalam cairan

elektrolitis. Cairan ini pada umumnya adalah suatu larutan asam belerang

dalam air. Jikalau setelah itu kita hubungkan kutub positif dari sumber

tegangan dengan produk dan kutub negatif dari sumber tegangan dengan

pelat titan yang digantungkan dalam carian, maka air memisahkan diri

menjadi zat asam dan zat air. Zat asam yang dibebaskan bersenyawa dengan

aluminium dan membentuk oksida-aluminium menurut:

(31)

2.5 UNSUR-UNSUR YANG BERPENGARUH PADA BAJA

Tabel 2.1 unsur-unsur dalam baja.

Unsur Pengaruh

Boron Meningkatkan kemampuan untuk diperkeras tanpa mengurangi kemampu bentukannya dan kemampuan untuk diproses pemesinan (tak jarang juga meningkatkan dua sifat tersebut).

Calcium Deoksidasi baja, meningkatkan ketangguhan, dan meningkatkan kemampu bentukan serta kemampuan untuk diproses pemesinan.

Carbon Meningkatkan kemampuan untuk diperkeras, kekerasan, kekuatan, dan ketahanan terhadap aus. Mengurangi keuletan, kemampuan untuk dilas, dan ketangguhan.

Cerium Mengontrol bentuk dari inklusi dan meningkatkan ketangguhan pada baja karbon rendah, serta meng-deoksidasi baja.

Chromium Meningkatkan ketangguhan, kemampuan untuk diperkeras, ketahanan terhadap aus dan korosi, dan tahan terhadap temperatur tinggi.

Cobalt Meningkatkan kekuatan dan kekerasan pada temperatur yang meningkat.

Copper Meningkatkan ketahanan terhadap korosi atmosfer dan meningkatkan kekuatan dengan sedikit ‘mengorbankan’ keuletannya.

Lead Meningkatkan kemampuan untuk diproses pemesinan.

Magnesium Mempunyai pengaruh yang sama dengan Cerium.

(32)

Molybdenum Meningkatan kemampuan untuk diperkeras, ketahanan terhadap aus, ketangguhan, kekuatan terhadap kenaikan temperatur, ketahanan terhadap mulur, dan kekerasan.

Nickel Meningkatkan kekuatan, ketangguhan, dan ketahanan terhadap korosi, serta kemampuan untuk diperkeras.

Niobium Memberikan ukuran butir yang terbaik, dan meningkatkan kekuatan, serta ketangguhan terhadap beban impak. Menurunkan temperatur transisi dan kemampuan untuk diperkeras.

Phoporus Meningkatkan kekuatan, kemampuan untuk diperkeras, ketahana terhadap korosi, dan kemampuan untuk diproses pemesinan. Sangat berpengaruh pada penurunan keuletan dan ketangguhan.

Selenium Meningkatkan kemampuan untuk diproses pemesinan.

Silicon Meningkatkan kekuatan, kekerasan, ketahanan terhadap korosi, dan konduktivitas elektrik. Menurunkan kemampuan untuk diproses pemesinan dan kemampu bentukan pada kondisi dingin.

Sulfur Meningkatkan kemampuan untuk diproses pemesinan ketika dikombinasi dengan Manganese. Menurunkan kekuatan impak dan keuletan.

Tantalum Mempunyai pengaruh yang sama dengan Niobium.

Tellurium Meningkatkan kemampuan untuk diproses pemesinan, kemampu bentukan, dan ketangguhan.

Titanium Meningkatkan kemampuan untuk diperkeras. Meng-deoksidasi baja.

Tungsten

(Wolfram)

(33)

2.6 PROSES PEMBUATAN TULANGAN BAJA

PT. PUTRA BAJA DELI merupakan sebuah perusahaan yang bisa dikatakan

masih baru dalam hal ini. Dalam pembuatan tulangan baja, PT. PUTRA BAJA DELI

menggunakan sistem hot rolling dan juga menggunakan sebuah teknologi baru yaitu

Tempcore Quenching System, untuk meningkatkan mutu dari baja itu sendiri.

Teknologi ini sendiri digunakan untuk menaikan kekuatan baja tulangan dengan cara

yang lebih efisien dan relatif murah daripada dibandingkan dengan penambahan

unsur karbon atau pun unsur-unsur lain untuk menaikan kekuatan baja tulangan itu

sendiri.

Dalam proses pembuatan tulangan baja, ada beberapa proses yang harus dilalui yaitu: 1. BILLET

Disini PT. PUTRA BAJA DELI mengimport bahan baku baja batangan

berupa balok. Dimana baja batangan ini berasal dari import, ada pun ukuran

dari billet yang diimport yaitu 120 x 120 x 12000 mm.

2. Pengecekan kualitas tahap 1

Pengecekan kualitas tahap 1 berupa pengecekan komposisi dari baja yang

diimport. Bila komposisi baja yang dicek tidak sesuai dengan permintaan,

maka bahan baku ditolak untuk digunakan.

3. Furnace

Furnace/tungku berfungsi untuk memanaskan baja batangan sampai baja

tersebut layak untuk dibentuk, untuk pembentukannya digunakan uap panas

dari pembakaran batu bara atau bahan bakar minyak. Didalam furnace ini

(34)

a) Zona Heating

Zona heating merupakan zona dimana baja batangan yang bersuhu normal

(30oC) dipanaskan hingga mencapai suhu ± 800 oC.

b) Zona Soaking

Zona Soaking merupakan zona lanjutan dari zona Heating dimana

baja sudah bersuhu ± 800 oC dipanaskan lagi hingga mencapai suhu ±

1200 oC, bila sudah mencapai suhu tersebut maka baja batangan akan

dikeluarkan dari Furnace.

Namun sebelumnya, baja batangan harus dipotong dengan panjang

yang didefinisikan dengan ukuran produk yang diinginkan, umumnya ±

3 meter sebelum dimasukan kedalam furnace. PT. PUTRA BAJA DELI

memiliki 2 furnace, furnace I dan furnace II memiliki kapasitas ± 55 ton

dan juga pemanasan berlangsung selama ± 3 jam untuk pencapaian suhu

± 1200 oC.

4. Rolling

Rolling disini juga bisa diartikan dengan proses pembentukan baja tulangan,

dimana baja batangan yang berukuran 120 x 120 akan dibuat menjadi

diameter yang diinginkan, semakin kecil diameter yang diinginkan maka

akan semakin banyak pass yang akan dilewati.

Beberapa fase/tahapan yang akan dilalui yaitu: a. Roughing

b. Intermediate

(35)

Tahap ini merupakan tahap terakhir dimana pada bagian terakhir ini

dilakukan pencetakan kode maupun merek dari PT PUTRA BAJA DELI.

d. Tempcore Quenching System

Di bagian ini, baja tulangan diberikan tekanan air pada seluruh

permukaan tulangan yang bertujuan untuk meningkatkan kekuatan baja

dari baja terutama kuat tarik baja. Sistem ini harus dipakai terutama untuk

standar ekspor. Penggunaan sistem ini diharapkan akan lebih efisien dan

ekonomis daripada harus menggunakan penambahan unsur karbon

ataupun unsur-unsur lain untuk meningkatkan kekuatan baja tulangan itu

sendiri.

e. Cooling bed

Tempat ini bertujuan untuk menurunkan suhu baja setelah melalui

proses pembentukan. Di tempat ini suhu baja sudah menurun tapi belum

mencapai suhu normal dan pada biasanya panjang baja tulangan yang

diperoleh berkisar ± 37 meter atau ± 49 meter, tergantung pada diameter

tulangan yang dibentuk.

5. Pengecekan kualitas tahap 2

Pengecekan kualitas tahap 2 berupa pengambilan 3 sampel secara acak setiap

20 menit proses produksi. 3 sampel yaitu bagian atas, bagian tengah dan

bagian akhir. Lalu sampel ini akan dilakukan uji tarik dan uji bending,

apabila hasil test tidak memenuhi syarat maka semua hasil produksi selama

(36)

6. Packing

Baja tulangan yang sudah melalui pengecekan kualitas tahap 2, maka sudah

dikategorikan sebagai barang yang siap dipakai atau diekspor. Sebelum

dipacking, tulangan akan diberi warna sesuai dengan ketentuan pada SNI.

Tulangan baja yang tidak diberi warna merupakan tulangan baja yang bukan

SNI. Setelah itu, tulangan akan dipacking dalam per bundel. 1 bundel

biasanya seberat 2,5 ton sampai 3 ton yang terdiri dari 25 ikat atau sesuai

dengan besarnya diameter.

7. Pengecekan kualitas tahap 3

Pengecekan kualitas tahap 3 hanya berupa pengecekan panjang dan isi setiap

bundel, apabila ada yang tidak sesuai maka akan dipacking ulang.

Untuk mendapatkan 1 tulangan baja, diperkirakan harus melalui proses

tersebut selama ± 1 menit. Semakin kecil diameter tulangan yang diinginkan, maka

jumlah pass dari rolling tersebut akan bertambah banyak dan waktunya akan lebih

lama. Untuk D19 dan D25, hanya melalui proses sebanyak 14 pass dari rolling di

atas.

Menurut SNI, panjang 1 tulangan baja adalah 12 meter, sehingga tulangan

baja pada cooling bed harus dipotong namun sesuai dengan aturan yaitu, bagian

kepala maupun bagian ekor hasil proses pembentukan di atas harus dipotong untuk

dibuang sepanjang 20 hingga 30 cm, karena pada bagian tersebut bentuk dari

(37)

Dalam 1 shift proses pembuatan tulangan baja berlangsung selama 10 jam

dan dapat menghabiskan bahan baku sebanyak ± 120 ton. Dan untuk proses

pengecekan kualitas tahap 2 berlangsung setiap 20 menit yang dapat menghabiskan

bahan baku sebesar 6 hingga 7 ton.

PT. Putra Baja Deli menggunakan sistem tempcore quenching machine

dikarena dapat meningkatkan kuat tarik baja dengan biaya produksi yang relatif lebih

murah karena untuk meningkatkan mutu dan kuat tarik baja umumnya dilakukan

penambahan unsur karbon yang disebut sitem microalloy namun dalam hal biayanya

sendiri adalah relatif lebih mahal sehingga akan mempengaruhi biaya produksi dan

harga dari produk itu sendiri.

Sistem tempcore dan system micro alloy memiliki kelebihan dan

kekurangannya masing – masing. Pada sistem tempcore memiliki keunggulan pada

biaya produksi yang rendah dan mendapatkan mutu baja yang tinggi dengan hanya

menggunakan tekanan air. Namun sistem ini akan membuat tulangan baja terlihat

seperti memiliki 2 lapisan yaitu lapisan martensite dan lapisan ferrite yaitu inti

(38)

Gambar 2.1Proses Berlangsungnya Tempcore

Sistem tempcore ini membuat lapisan canai atau lapisan permukaan tulangan

baja menjadi keras seketika akibat dari perubahan suhu secara mendadak yang

disebabkan dari tekanan air. Sitem ini akan semakin efektif digunakan untuk

diameter tulangan yang semakin besar pula. Namun pada inti dari tulangan ini

tidaklah sekeras seperti pada lapisan permukaannya. Hal ini membuat keraguan akan

mutu baja yang dihasilkan. Namun sesuai dengan aturan yang ada, pengujian mutu

baja didasarkan pada tulangan baja utuh, bukan dengan menghilangkan atau

membubut bagian lapisan permukaannya. Sistem ini dapat membuat menghasilkan

tulangan baja yang memiliki karakteristik lentur dan pengelasan yang baik.

Sistem micro alloy merupakan sistem penambahan karbon yang memiliki

batasan maksimum akan nilai karbon equivalen yaitu 0,44. Sistem ini akan membuat

(39)

kekuatan tarik pada setiap lapisan adalah sama, tidak seperti tempcore yang memiliki

inti yang berbeda dengan lapisan luarnya. Namun, sistem ini lebih diusungkan untuk

keefektifan diameter kecil yaitu di bawah 16 mmm. Untuk karakteristik tulangan

baja hasil dari sistem micro alloy ini adalah membuat kemampuan meregang

(elongation), pembengkokan dan pengelasan semakin menurun karena unsur karbon

membuat tulangan baja ini semakin daktail.

Untuk sekarang ini, dua sistem inilah yang umum dipakai di pabrik

pembuatan tulangan baja utnuk meningkatkan kekuatan mutu dan karakteristik

tulangan baja itu sendiri. Ada yang menggunakan sistem tempcore seperti PT. Putra

Baja Deli, ada yang menggunakan sistem penambahan karbon seperti Krakatau Steel

(40)

GAMBAR 2.2 Bagan Pembuatan Tulangan Baja

BILLET

QC1

CUTTING BILLET

FURNACE

ROLLING

QC2

PACKING

FINISH GOOD WAREHOUSE SCRAP

STORAGE

MISSED ROLLED & CROP HEAD

MISSED ROLLED & CROP HEAD INFORM TO READJUST

(41)

2.7 CARA PENGAMBILAN SAMPEL

Dalam pengambilan sampel, juga harus diperhatikan bagian mana dan jumlah

sampel yang harus diambil. Menurut [----,SNI 2002] pada halaman 7, pengambilan

sampel harus secara acak, setiap kelompok yang terdiri lebih dari satu nomor leburan

dari satu ukuran dan satu kelas baja yang sama, diambil 1 (satu) contoh uji setiap 25

(dua puluh lima) ton sebanyak-banyaknya 5 (lima) contoh. Pemotongan sampel tidak

boleh dengan cara panas dan panjang sampel maksimum 1,5 m.

Namun dari PT. PUTRA BAJA DELI sendiri, mereka mengambil 3 (tiga)

sampel setiap 20 menit proses produksi, diasumsikan setiap 20 menit dapat

menghabiskan ±6 ton bahan baku. Dan pengambilan sampel ini juga acak, dengan

bagian yang diambil adalah bagian kepala, tengah dan ekor, namun

bagian-bagian ini diambil bukan dari satu batang tulangan baja, melainkan 3 tulangan baja

yang berbeda.

2.8 DISTRIBUSI NORMAL

Dalam suatu penelitian, pasti akan digunakan suatu metode penyelesaian,

dalam hal ini saya menggunakan metode distribusi normal atau distribusi gauss [E.

Walpole Ronald, 1997]. Distribusi normal merupakan Salah satu distribusi frekuensi

yang paling penting dalam statistika. Distribusi normal berupa kurva berbentuk

lonceng setangkup yang melebar tak berhingga pada kedua arah positif dan

negatifnya. Penggunaanya sama dengan penggunaan kurva distribusi lainnya.

Frekuensi relatif suatu variabel yang mengambil nilai antara dua titik pada sumbu

datar. Tidak semua distribusi berbentuk lonceng setangkup merupakan distribusi

(42)

Nilai peluang peubah acak dalam distribusi peluang normal dinyatakan dalam

luas dari di bawah kurva berbentuk genta atau lonceng (bell shaped curve) seperti

gambar 2.1. Kurva maupun persamaan normal melibatkan nilai x, μ dan σ.

Keseluruhan kurva akan bernilai 1, ini mengambarkan sifat peluang yang tidak

pernah negatif dan maksimal bernilai satu.

Gambar 2.3 Kurva Normal

(

≤ ≤

)

=

b

2. Kurva berbentuk simetris

3. Kurva normal berbentuk asimptotis

4. Kurva mencapai puncak pada saat X= µ. Luas daerah di bawah kurva adalah 1, ½

di sisi kanan nilai tengah dan ½ di sisi kiri.

(43)

Sifat-sifat distribusi normal:

1. Grafiknya selalu ada diatas sumbu datar x.

2. Bentuknya simetrik terhadap x = µ.

3. Mempunyai satu modus, jadi kurva unimodal, tercapai pada x = µ sebesar

0,3989/σ.

4. Grafiknya mendekati (berasimtootkan) sumbu datar x, mulai dari x = µ + 3 σ ke

kanan dan x = µ + 3 σ kekiri.

5. Luas daerah grafik selalu sama dengan satu unit persegi.

Setiap pasang µ dan σ, sifat-sifat diatas selalu terpenuhi, hanya bentuk

kurvanya saja yang berlainan. Jika σ makin besar kurvanya makin rendah dan

sebaliknya. Distribusi normal bersifat kontinu maka cara perhitungan probabilitasnya

dilakukan dengan jalan menentukan luas dibawah kurva, tetapi karena fungsi

frekuensi normal tidak memiliki integral yang sederhana sehingga probabilitasnya

dihitung dengan menggunakan distribusi normal standar dimana variabel randomnya

ialah Z dengan rata-rata µ = 0 dan simpangan baku σ = 1. [E. Walpole Ronald, 1997]

Probabilitas kontinu yang terpenting di bidang statistik adalah distribusi

normal. Grafiknya disebut kurva normal, berbentuk lonceng seperti gambar (2.2)

Distribusi ini ditemukan Karl Friedrich (1777-1855) yang juga disebut distribusi

Gauss. Pada gambar (2.3) melukiskan beberapa kurva yang mempunyai mean sama

tetapi standart deviasi bebeda, gambar (2.4) melukiskan kurva normal dengan

simpangan baku yang sama tapi rata-rata berbeda. Gambar (2.5) melukiskan kurva

(44)

Jenis-jenis kurva distribusi normal menurut [E. Walpole Ronald, 1997]

1) Distribusi kurva normal dengan µ sama dan σ berbeda.

Terlihat kedua kurva mempunyai titik tengah yang sama pada sumbu datar,

tapi kurva dengan simpangan baku yang lebih besar tampak lebih rendah dan

lebih melebar. Perhatikan bahwa luas dibawah kurva-peluang harus sama dengan

1 sehingga bila kumpulan data makin berbeda maka makin rendah dan melebar

pula kurvanya.

Gambar 2.4 Kurva Normal dengan µ Sama dan σ Berbeda

2) Distribusi kurva normal dengan µ berbeda dan σ sama.

Terlihat kedua kurva bentuknya persis sama tapi titik tengahnya terletak di

(45)

Gambar 2.5 Kurva Normal dengan µ Berbeda dan σ Sama

3) Distribusi kurva normal dengan µ dan σ berbeda.

Jelas keduanya mempunyai letak titik tengah yang berlainan pada sumbu

datar dan bentuknya mencerminkan 2 nilai σ yang berlainan.

Gambar 2.6 Kurva Normal dengan µ dan σ Berbeda

Kurva distribusi normal dipengaruhi oleh rata-rata (μ) dan simpangan baku (σ). Jika rata-rata besar dan simpangan baku besar maka kurvanya makin rendah

(platikurtik). Jika rata-rata dan simpangan baku kecil maka kurvanya makin tinggi

(leptokurtik). Suatu variabel acak kontinu X yang memiliki distribusi berbentuk

lonceng (variabel acak normal). Bentuk dan ketinggian kurva sangat tergantung pada

nilai-nilai μ dan σ.

150 300 450

(46)

[E. Walpole Ronald] Untuk mencari μ dan σ adalah dengan rumus:

�;�̅=∑ �

σ =�∑(�� − �̅) 2

� −1

Dimana:

�̅ =���� − ����������

σ= standart deviasi

� � =�����ℎ�����������

(47)

BAB III

PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

3.1 CARA PENGAMBILAN SAMPEL

Menurut [SNI 2002] pada halaman 7, jumlah sampel yang diambil untuk

diuji setiap 25 ton produksi baja adalah sebanyak-banyaknya 5 sampel. Namun dari

PT. PUTRA BAJA DELI sendiri, setiap 20 menit akan diambil 3 sampel, yakni

bagian kepala, tengah dan ekor.

3.2 MEMPERSIAPKAN SAMPEL PENGUJIAN

Berdasarkan SNI 2002, dalam hal prosedur pengujian kuat tarik pada butir

7.3.1 tertulis bahwa “batang uji tarik dan lengkung harus lurus dan kulit canai tidak

boleh dikerjakan (dihilangkan).” Ini menegaskan bahwa batang uji tarik tidak boleh

dibubut. Maka berdasarkan persyaratan SNI 2002, prosedur pengujian kuat tarik

yang dilakukan oleh PT. Putra Baja Deli adalah benar.

3.3 PENGUJIAN KUAT TARIK

Untuk melaksanakan percobaan-tarik ini, kita akan menggunakan Baja

Tulangan Sirip (BJTs) dengan mutu 40 MPa atau 400 N/mm2. Percobaan ini

dilakukan dengan Computerized electro hydraulic servo universal testing machine

(48)

Gambar 3.1 Mesin Computerized Electro Hydraulic Servo Universal Testing

Machine

Sebelum dilakukan pengujian akan dilakukan pengecekan secara tampak fisik yakni,

sifat tampak, panjang, berat, diameter, jarak sirip melintang, tinggi sirip melintang,

lebar rusuk memanjang (contoh gambar 3.2).

(49)

Prosedur pengujian kuat tarik tulangan baja:

1. Pertama-tama setelah sampel di potong dengan grenda potong, sampel

kemudian di ukur seperti gambar dibawah ini.

Gambar 3.3 Pengukuran sampel

2. Kemudian sampel diberikan jarak 8d dari diameter batang yang diuji dan

ditandai dengan cara menggunakan gergaji besi dapat dilihat pada gambar

(50)

3. Setelah sampel diukur dan diberi jarak, data-data tersebut diinput kedalam

komputer dan kemudian sampel dimasukan kedalam mesin testing, lalu

ditarik hingga putus.

(51)

4. Begitu pengujian sampel dilakukan, hasil pengujian langsung ditampilkan di

layar komputer dengan grafik diagram tegangan-regangan dari awal

pengujian sampai akhir pengujian.

(52)

5. Sampel diukur kembali setelah pengujian kuat tarik selesai untuk mengetahui

perpanjangan tulangan beton.

Gambar 3.7 Pengukuran kembali pada sampel setelah pengujian

Regangan diartikan perpanjangan pada tiap satuan panjang. Untuk menghitung

regangan, perpanjangan harus dibagi dengan ukuran panjang batang semula dan

angka dikalikan dengan 100%.

�������� = ������������

������������� × 100%

����

� = (�1− �0)

�0

(53)

Batas regangan

Jikalau percobaan-tarik dalam bagian pertama dari diagram dihentikan batang

baja akan mendapat kembali panjang semulanya. Bahan dalam bagian ini adalah

kenyal sempurna.

GAMBAR 3.8 Grafik tegangan-regangan [Gere, J.M., Timoshenko, S.P.,

1996]

Daerah OA disebut regangan elastis atau linier, titik A adalah tegangan

tertinggi dimana masih didalam daerah elastis disebut tegangan proposional. Di

daerah ini bisa diartikan bila bila suatu bahan baja mengalami tegangan tetapi tidak

melewati titik A dan apabila dilepaskan maka baja tersebut akan kembali ke bentuk

atau panjang semula.

Dan bila beban diperbesar sehingga tegangan pada baja mencapai titik B,

(54)

titik C adalah daerah plastis, bila mana suatu baja mengalami tegangan telah

memasuki daerah AC dan beban tersebut dilepaskan, maka baja tersebut akan

mendapatkan suatu pertambahan panjang.

Apabila beban diperbesar lagi, maka yang akan terjadi adalah regangan akan

terus meningkat walaupun tanpa disertai dengan tegangan yang bertambah. Melewati

titik C disebut pengerasan regangan, dimana tegangan bertambah dan regangan

bahan hampir mencapai maksimum. Namun bahan masih sanggup menahan

tegangan hinggatitik D. Titik D adalah tegangan maksimum atau ultimate. Daerah

CD adalah strain hardening, ditandai dengan terjadinya peningkatan tegangan dan

regangan melewati batas plastis.

Bila beban terus ditambah sampai melewati batas tegangan ultimate. Baja

akan mengalami necking, dimana baja sudah tidak sanggup menahan beban sehingga

(55)

3.4 PENGOLAHAN DATA SPSS

Berikut ini merupakan data hasil percobaan kuat tarik tulangan baja

diameter 19 dan diameter 25 yang dilakukan di laboratorium PT. Putra Baja Deli.

(56)
(57)

DB 25 03/07 S 03:40 T 490,874 226000 296150 460,4 603,31 20

DB 25 03/07 S 03:40 B 490,874 232000 302750 472,63 616,76 20

DB 25 03/07 S 04:00 A 490,874 224650 298550 457,65 608,2 20

DB 25 03/07 S 04:00 T 490,874 230575 301925 469,72 615,08 19

DB 25 03/07 S 04:00 B 490,874 225475 298875 459,33 608,86 18,5

DB 25 04/07 S 05:00 A 490,874 230100 302700 468,76 616,66 19,5

DB 25 04/07 S 05:00 T 490,874 232775 302850 474,21 616,96 20

DB 25 04/07 S 05:00 B 490,874 217650 294500 443,39 599,95 20

DB 25 04/07 S 05:20 A 490,874 238125 307525 485,1 626,48 19,5

DB 25 04/07 S 05:20 T 490,874 226575 295800 461,57 602,6 20

(58)

Berikut merupakan hasil dari pemasukan data (input) ke dalam SPSS sesuai

dengan data yang diperoleh dari pengujian kuat tarik tulangan baja.

(59)
(60)

3.5 HASIL ANALISA

Dalam pengujian hasil analisa ini, penguji menggunakan aplikasi SPSS

secara komputerisasi dan juga menggunakan perhitungan manual.

3.5.1 Hasil Analisa Tulangan Baja Diameter 19

Menurut SNI 2002 pada halaman 7, tegangan leleh minimumnya adalah 390

N/mm2, dengakan tegangan ultimate minimum adalah 560 N/mm2.

Perhitungan menggunakan aplikasi SPSS:

Descriptive Statistics

Yield_Strength 27 431,08 485,49 457,6219 12,25486

Tensile_Strength 27 601,79 649,23 623,3244 13,40227

Valid N (listwise) 27

interval

Frequency Percent Valid Percent

(61)
(62)
(63)

Standart deviasi Elongation =

(

)

1

2

− − ∑

n X Xi

= �14,008

26

(64)
(65)

3.5.2 Hasil Analisa Tulangan Baja Diameter 25

Perhitungan menggunakan aplikasi SPSS:

Descriptive Statistics

Yield_Strength 27 430,20 485,10 461,6180 13,00327

Tensile_Strength 27 595,82 638,96 612,6261 11,26416

Valid N (listwise) 27

interval

Frequency Percent Valid Percent

(66)
(67)
(68)

Standart deviasi Elongation =

(

)

1

2

− − ∑

n X Xi

= �6,740

26

(69)
(70)

3.6 PEMBAHASAN

3.6.1 Baja Tulangan Sirip Diameter 19

Dari hasil output SPSS diatas dapat diketahui bahwa:

D19 BJTs 40

Yield strength Tensile strength

Nilai minimum 431,08 N/mm2 601,79 N/mm2

Nilai maksimum 485,49 N/mm2 649,23 N/mm2

Rata-rata 457, 621 N/mm2 623, 324 N/mm2

Standar deviasi 12,254 13,402

D19 BJTs 40

Yield strength Tensile strength

SPSS Manual SPSS Manual

deviasi 12,25486 12,254 13,40227 13,402

Berdasarkan SNI 2002, nilai minimum yield strength adalah 390 N/mm2,

sedangkan hasil pengujian yang diperoleh adalah 457,621 N/mm2 dan untuk

minimum tensile strength adalah 560 N/mm2, sedangkan hasil pengujian yang

(71)

3.6.2 Baja Tulangan Sirip Diameter 25

D25 BJTs 40

Yield strength Tensile strength

Nilai minimum 430,20 N/mm2 595,82 N/mm2

Nilai maksimum 485,1 N/mm2 638,92 N/mm2

Rata-rata 461,61 N/mm2 612,62 N/mm2

Standar deviasi 13,003 11,264

D25 BJTs 40

Yield strength Tensile strength

SPSS Manual SPSS Manual

deviasi 13,00327 13,003 11,26416 11,264

Berdasarkan SNI 2002, nilai minimum yield strength adalah 390 N/mm2,

sedangkan hasil pengujian yang diperoleh adalah 461,618 N/mm2 dan untuk

minimum tensile strength adalah 560 N/mm2, sedangkan hasil pengujian yang

(72)

BAB IV KESIMPULAN

1. Menurut SNI 2002, tegangan leleh minimum dengan mutu baja 40 MPa

atau 400 N/mm2 adalah 390 N/mm2.

2. Menurut SNI 2002, tegangan ultimate minimum dengan mutu baja 40

MPa atau 400 N/mm2 adalah 560 N/mm2.

3. Untuk D19, rata-rata tegangan luluh adalah 457,62 N/mm2.

4. Untuk D19, rata-rata tegangan ultimate adalah 623,32 N/mm2.

5. Untuk D25, rata-rata tegangan luluh adalah 461,61 N/mm2.

6. Untuk D25, rata-rata tegangan ultimate adalah 612,62 N/mm2.

7. Standar deviasi tegangan luluh D19 yang didapat adalah 12,254

8. Standar deviasi tegangan ultimate D19 yang didapat adalah 13,402

9. Standar deviasi tegangan luluh D25 yang didapat adalah 13,003

10.Standar deviasi tegangan ultimate D25 yang didapat adalah 11,264

11.Jumlah sampel yang diuji adalah 27 buah sampel untuk setiap

masing-masing diameter.

12.Disimpulkan bahwa tulangan baja PT. Putra Baja Deli telah memenuhi

(73)

DAFTAR PUSTAKA

1. Gere, J.M., Timoshenko, S.P., 1996. Mekanika Bahan, Jakarta: Penerbit

Erlangga.

2. Agusyana, Yus, 2011. Olah Data Skripsi dan Penelitian dengan SPSS 19,

Jakarta: Penerbit PT. Elex Media Komputindo

3. Beumer, B.J.M., 1994. Ilmu Bahan Logam, Jakarta: Penerbit Bhratara.

4. E. Walpole, Ronald. 1997. Pengantar Statistik edisi ke-3, Jakarta: Penerbit

PT. Gramedia Pustaka Utama.

5. ---, SNI 07-2052- 2002, Standar Nasional Indonesia, baja tulangan

beton, Jakarta: Penerbit BSN

6. Amanto, Hari, 1999, Ilmu Bahan, Jakarta: Bumi Aksara

7. Santoso, Singgih, 2011. Mastering SPSS Versi 19, Jakarta: Penerbit PT. Elex

Media Komputindo

8. http://suyalibrary.blogspot.com/2011/01/baja-karbon-dan-paduannya.html

9.

http://romzneverdie.wordpress.com/metallurgy/klasifikasi-logam-dan-paduannya/

Gambar

Gambar 1.1 Diagram Tegangan-Regangan
Gambar 1.2 Pabrik PT. Putra Baja Deli
Tabel 2.1 unsur-unsur dalam baja.
Gambar 2.1 Proses Berlangsungnya Tempcore
+7

Referensi

Dokumen terkait

Metode ASD (Allowable stress design) dalam struktur baja telah cukup lama digunakan, namun beberapa tahun terakhir metode desain struktur baja mulai beralih ke metode lain

Berdasarkan hasil penelitian pada permasalahan pertama dapat dikatakan bahwa pemberian kompensasi finansial langsung tidak berkorelasi positif dengan produktivitas karyawan

yang telah memberikan ilmu tentang kepenulisan artikel ilmiah dan pengalaman menyunting jurnal, sehingga penulis bisa mengerjakan skripsi ini dengan baik.. selaku Dosen Wali