• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Laju Alir H2SO4 98% Terhadap Proses Pengeringan Gas Khlorin (Cl2) di Unit Drying Tower pada Proses Chlorine Treatment di Chemical Plant PT. Toba Pulp Lestari, Tbk-Porsea

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Laju Alir H2SO4 98% Terhadap Proses Pengeringan Gas Khlorin (Cl2) di Unit Drying Tower pada Proses Chlorine Treatment di Chemical Plant PT. Toba Pulp Lestari, Tbk-Porsea"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH LAJU ALIR H2SO4 98% TERHADAP PROSES PENGERINGAN GAS KHLORIN (Cl2) DI UNIT DRYING TOWER PADA PROSES

CHLORINE TREATMENT DI CHEMICAL PLANT PT. TOBA PULP LESTARI, Tbk – PORSEA

KARYA ILMIAH

VITRI N SIHOMBING 112401063

PROGRAM STUDI DIPLOMA-3 KIMIA INDUSTRI DEPARTEMEN KIMIA

(2)

PERSETUJUAN

Judul : PENGARUH LAJU ALIR H2SO4 TERHADAP PROSES

PENGERINGAN GAS KHLORIN DI UNIT DRYING TOWER PADA PROSES CHLORINE TREATMENT DI CHEMICAL PLANT PT. TOBA PULP LESTARI, Tbk- PORSEA

Kategori : KARYA ILMIAH

Nama : VITRI N SIHOMBING

Nomor Induk Mahasiswa : 112401063

Program Studi : DIPLOMA (D3) KIMIA

Departement : KIMIA

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM (FMIPA)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA (USU)

KetuaDepartemen Kimia FMIPA – USU

(3)

PERNYATAAN

PENGARUH LAJU ALIR H2SO4 98% TERHADAP PROSES PENGERINGAN GAS KHLORIN (Cl2) DI UNIT DRYING TOWER PADA PROSES CHLORINE TREATMENT

DI CHEMICAL PLANT

PT. TOBA PULP LESTARI, Tbk – PORSEA

KARYA ILMIAH

Saya mengakui bahwa karya ilmiah ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juni 2014

(4)

PENGHARGAAN

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, atas rahmat dan cinta kasih-Nya yang telah dilimpahkan-Nya, sehingga penulis dapat melaksanakan dan menyelesaikan Karya Ilmiah ini dengan judul PENGARUH LAJU ALIR H2SO4 98%

TERHADAP PROSES PENGERINGAN GAS KHLORIN (Cl2) DI UNIT DRYING TOWER

PADA PROSES CHLORINE TREATMENT DI CHEMICAL PLANT PT. TOBA PULP LESTARI, Tbk – PORSEA sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

Karya ilmiah ini disusun dari hasil kerja praktek di PT. TOBA PULP LESTARI, Tbk PORSEA. Karya Ilmiah ini merupakan salah satu persyaratan akademik mahasiswa untuk menyelesaikan pendidikan Diploma – 3 untuk program studi Kimia Industri di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari banyak kekurangan dari Karya Ilmiah ini, maka dengan kerendahan hati penulis mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun dari berbagai pihak demi penyempurnaan Karya Ilmiah ini.

Karya Ilmiah ini tersusun dan terselesaikan karena ada bantuan dan kerjasama dari berbagai pihak yang mendukung penulis, karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr.Jamaran Kaban,MSc selaku dosen pembimbing, Ibu Dr. Rumondang Bulan Nasution, MS selaku ketua Departement Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara, dan Ibu Dra. Emma Zaidar, M.Si selaku ketua Program Study D-3 Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara yang banyak mengarahkan dan membantu penulis dalam menyelesaikan Karya Ilmiah ini.

2. Bapak Pitua Dolok Saribu selaku pembimbing lapangan dan keluarga besar departement chemical plant PT. Toba Pulp Lestari, Tbk yang telah banyak memberikan sumbangan, pikiran, tenaga, dan waktu kepada penulis sewaktu penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan.

3. Bang Ananda Hardi Dali munthe dan Marhauser Simangunsong di Chemical Plant yang telah banyak memberikan waktu, saran & pengarahan selama melaksanakan Praktek Kerja Lapangan.

4. Kedua orang tua saya Bapak P. Sihombing dan Mama D. Siregar yang telah memberikan dukungan moril dan materi.

5. Kepada abang saya Walter Sihombing dan Kakak saya Srikanni Sihombing yang telah memberikan semangat kepada penulis.

6. Kepada Kak Maria, Kak Titin, Mas Rama, Kak Nana, Kak Putri, Bou Hisar, Amang boru Hisar, Bg nana, Kak Pesta, Tomok, Kak Roro yang memberikan motivasi kepada penulis 7. Teman saya Magdalena, Ida Lestari, Nurnia, Maria, Nitha, Elisabeth, Eva, Yohana,

Winda, Yuni, Devis, Hotma, dan Sema yang selalu memberikan dukungan kepada penulis.

(5)

penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih jauh dari sempurna, karena itu segala kritik dan saran yang membangun penulis harapkan untuk penyempurnaan karya ilmiah ini. Sebagai akhir kata, penyusun mengharapkan semoga tulisan yang telah disusun ini dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya bagi mahasiswa Kimia Industri di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.

(6)
(7)

EFFECT OF FLOW RATE OF 98% H2SO4 DRYING PROCESS CHLORINE GAS (Cl2) UNIT IN TOWER ON DRYING PROCESS

CHLORINE TREATMENT IN CHEMICAL PLANT PT. TOBA PULP LESTARI Tbk

PORSEA

ABSTRACT

(8)

DAFTAR ISI

2.2.1 Pendinginan dan Penyaringan 6

(9)

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan 26

5.2. Saran 26

(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

tabel

2.1 Sifat-sifat Fisika Asam Sulfat 17

4.1 Penggunaan H2SO4 98% dalam pengeringan klorin 22

4.2 Data untuk Menemukan Persamaan Garis Regresi 23 Linier Sederhana antara Kadar klorin yang masuk

(11)

EFFECT OF FLOW RATE OF 98% H2SO4 DRYING PROCESS CHLORINE GAS (Cl2) UNIT IN TOWER ON DRYING PROCESS

CHLORINE TREATMENT IN CHEMICAL PLANT PT. TOBA PULP LESTARI Tbk

PORSEA

ABSTRACT

(12)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berbagai kemajuan industri pulp telah dapat dicapai antara lain peningkatan produktifitas Pulp

yang dampak lingkungannya semakin tahun-ketahun dapat diperbaiki, dimana Pulp dan Kertas

adalah sarana penunjang kehidupan sehari-hari, yang tentunya dapat dirasakan manfaatnya untuk

buku tulis, media informasi dan lain-lain. Karena itu sangat erat kaitannya dengan kehidupan

manusia dalam meningkatkan kesejahteraan manusia itu sendiri yang dapat juga dijadikan tolak

ukur Dunia Modern suatu Masyarakat.

Dengan semakin banyaknya industri pulp di Indonesia kita dapat menggunakan

salah-satu sumber daya alam yaitu kayu, yang begitu banyak terdapat di Indonesia. kayu tersebut dapat

menjadi Pulp (Bahan Baku Kertas) yang nantinya akan digunakan manusia di Dunia untuk

dimanfaatkan sebagai buku tulis, majalah, koran dan lain sebagainya.

Oleh karena itu kayu sebagai bahan baku untuk membuat pulp harus ditata sedemikian

rupa, agar hutan di Indonesia dapat digunakan secara berkesinambungan dan dijaga

kelestariannya.

Secara umum proses pembuatan pulp terdiri dari tiga jenis yaitu :

1. Proses Mekanis

(13)

3. Proses Kimia

Di PT.Toba Pulp Lestari, proses pembuatan pulp dilakukan dengan proses Kimia. Proses ini

menggunakan bahan-bahan kimia sebagai bahan penunjang pada proses pembuatan pulp.

Unit khusus yang memproduksi bahan-bahan kimia penunjang pada proses pembuatan pulp

adalah pabrik kimia (chemical plant). Unit ini menghasilkan bahan-bahan kimia seperti : khlorin,

caustic soda, natrium hypo khlorit, oksigen dan sulfur dioksida.

Pengolahan atau pengeringan klorin (Cl2) adalah merupakan salah satu bagian dari proses

produksi di pabrik kimia yang menghasilkan klorin (Cl2) kering atau terbebas dari air.

Gas klorin yang keluar dari cell panas, jenuh dengan uap air dan mengandung garam yang

terbawa dari ruang anoda.

Dengan kondisi gas diatas pada perlakuan terhadap klorin atau chorine treatment adalah untuk

mengeringkan gas chlorine agar dapat ditangani dengan alat material yang lebih sederhana

Beberapa tahapan proses yang dilakukan untuk tujuan diatas adalah :

(14)

Pada unit pengolahan klorin tahap yang lebih menentukan adalah tahap pengeringan dimana

klorin harus dibebaskan dari kandungan uap air karena bila tidak dibebaskan dari kandungan uap

air maka efeknya adalah peralatan dan perpipaan gas klorin akan mengalami korosif dan juga

menimbulkan kerak (scale). Bila hal ini dibiarkan maka suatu waktu peralatan dan perpipaan

akan mengalami penyumbatan dan terganggunya proses pengeringan klorin.

Agar khlorin terbebas dari uap air maka diinjeksikan asam sulfat (H2SO4) dari puncak

menara dan masuk ke dalam menara pengering (Drying Tower) karena asam sulfat yang bersifat

higroskopis yaitu sifat mudah menyerap air.

(Anonim, 2003)

Perlakuan pengeringan terhadap gas klorin (Cl2) disesuaikan dengan jumlah Asam Sulfat

(H2SO4) pada drying tower, Dimana semakin banyak khlorin yang masuk ke unit pengering

maka jumlah Asam sulfat (H2SO4) juga semakin banyak digunakan.

Oleh karena itu penulis merasa tertarik untuk membahasnya dimana hasil pembahasan

dimaksud diwujudkan dalam bentuk karya ilmiah yang berjudul :

PENGARUH LAJU ALIR H2SO4 98% TERHADAP PROSES PENGERINGAN GAS KHLORIN (Cl2) DI UNIT DRYING TOWER PADA PROSES CHLORINE

TREATMENT DI CHEMICAL PLANT PT. TOBA PULP LESTARI, Tbk – PORSEA.

1.2 Permasalahan

Adapun yang menjadi permasalahan dalam karya ilmiah ini adalah:

(15)

2. Berapa besar laju alir H2SO4 yang digunakan untuk menghasilkan konsentrasi klorin yang

memenuhi standart di PT. Toba Pulp Lestari.

1.3 Tujuan

Adapun yang menjadi tujuan dalam karya ilmiah ini adalah:

Untuk mengetahui pengaruh laju alir H2SO4 98% terhadap proses pengeringan gas klorin

(Cl2).

1.4 Manfaaat

1. Memberikan informasi bagaimana hubungan antara laju alir Asam Sulfat (H2SO4)

terhadap pengeringan gas klorin.

(16)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Cell House

Tujuan dari cell electrolisa chlor alkali adalah untuk memproduksi caustic soda adalah larutan

garam NaCl yang telah dimurnikan (pure brine) yang dipersiapkan oleh unit pengolahan dan

pemurnian garam.

Larutan garam murni diinjeksikan kedalam ruang anoda dimana ion Natrium melewati

membrane sebagai arus menuju katoda dan bergabung dengan ion hidroksil membentuk NaOH,

sementara ion klorida teroksidasi menjadi gas klorin, sedangkan caustic soda disirkulasikan

untuk mendapat penambahan volume dan konsentrasi dari ion Natrium (Na+) dan air demin

(H2O) yang tereduksi menjadi ion hidroksil (OH-) dan gas Hidrogen (H2) yang berpindah dari

ruang anoda, Sisa garam akan meninggalkan ruang anoda. Sisa garam akan meninggalkan ruang

anoda bersama gas klorin dan caustic soda meninggalkan ruang katoda bersama gas hidrogen.

Langkah selanjutnya larutan dan gas akan dipisahkan untuk melalui proses selanjutnya.

Gas hidrogen dikemudian didinginkan dan tekanannya dikendalikan dengan membuang

sebagian ke atmosfer dan sebagian di alihkan ke proses produksi larutan HCl. Larutan caustic

(NaOH) akan dikumpulkan dalam sebuah tangki yang disebut tangki Catholyte dan akan

disirkulasikan kembali ke cell setelah suhu dan konsentrasinya disesuaikan dengan target melalui

(17)

caustic (NaOH) akan dipindahkan ke tangki penyimpanan yang disebut Tangki Caustic 32 %

dengan tetap menjaga level pada tangki catholyte.

Larutan ini dikirim ke konsumen dalam konsentrasi 32 % dan 10 % baik untuk area

sendiri seperti: Hypo plant, ClO2 plant dan brine treatment plant maupun unit didepartemen yang

lain seperti : bleaching, boiler feed water dan unit recaustisizing. Sementara itu gas klorin akan

mendapat perlakuan pendinginan dan penyaringan sebelum memasuki proses selanjutnya di area

perlakuan chlorine dan larutan garam sisa (anolyte) akan dikembalikan ke unit pengolahan garam

untuk digunakan kembali.

(Anonim, 2003)

2.2 Chlorine Treatment

Tujuan dari perlakuan terhadap chlorine treatment adalah untuk menyederhanakan peralatan

penanganan klorin produk dikarenakan sifat korosif dan chlorine yang mengandung uap air.

Gas klorin yang keluar dari cell panas, jenuh dengan uap air dan mengandung garam yang

terbawa dari ruang anoda. Dengan kondisi gas diatas pada perlakuan terhadap klorin atau chorine

treatment adalah untuk mengeringkan gas chlorine agar dapat ditangani dengan alat material

yang lebih sederhana.

2.2.1 Pendinginan dan Penyaringan

Cara yang paling murah untuk memisahkan kandungan uap air adalah dengan cara kondensasi

uap air melalui proses pendinginan dengan alat pendingin menggunakan air pendingin. Untuk

(18)

memuai jiak terkena panas dan menghasilkan volume yang besar sehingga seperti meledak.

Maka suhu minimum gas klorin tidak boleh mencapai temperatur tersebut dan dalam operasi

temperature setelah pendinginan tahap kedua dikendalikan pada target 18 0C dan minimum 120C.

Diantara kedua tahap pendingin terdapat alat penyaring yang berfungsi untuk memisahkan

semua kristal padat yang terbawa terutama garam dengan cara menginjeksikan air pada gas yang

termasuk sehingga kristal garam dapat tersangkut pada saringan berbentuk pipa dan larut dalam

air tersebut dan jatuh kebawah bersama air menuju Dechloronation Tank untuk proses

selanjutnya.

Partikel padatan yang terkandung didalam chlorine akan disaring atau dipisahkan di candle

Filter dan Mist eliminator. Air demin diinjeksikan kedalam Candle Filter dan Mist Eliminator

untuk melarutkan garam atau kristal garam yang terbawa bersama chlorine. Padatan yang terlarut

dari sistem ini kemudian di drain ke dechlorination tank untuk selanjutnay dikembalikan ke salt

dissolver.

2.2.2 Pengeringan

Sisa uap air yang masih terbawa dalam gas chlorine diserap dengan menggunakan asam sulfat

yang mempunyai sifat Hygroskopis yaitu sifat mudah menyerap air. Dalam proses penyerapan

ini terjadi pengenceran terhadap asam sulfat dimana kemampuan penyerapan airnya menurun

seiring dengan turunnya konsentrasi asam sulfat.

Selain itu juga terjadi panas yang cukup besar sehingga dibutuhkan alat pendingin untuk

menjaga temperature asam sulfat karena naiknya temperature juga mengurangi kemamuan

(19)

Temperature proses penyerapan air ini terjadi disebut Drying Tower yang merupakan

menara yang berisi packing yang terbuat dari material yang tidak bereaksi dan tahan terhadap

asam sulfat pada bagian atas dan tangki penampung pada bagian dasarnya.

Asam sulfat dialirkan dari atas ke bawah dengan bantuan pompa sedangkan gas chlorine

masuk dari bagian bawah menuju keatas berlawanan arah sehingga asam sulfat yang memiliki

konsentrasi lebih rendah bertemu dengan gas chlorine yang paling basah. Menara tersebut diatur

sedemikian rupa sehingga Asam sulfat overflow secara gravitasi kemenara sebelumnya secara

seri.Asam sulfat pekat segar diinjeksikan pada dasar menara dari Head tank dan overflow pada

lapisan atas larutan menuju menara sebelumnya.Pada menara terakhir larutan overflow ketangki

penampung yang disebut spent acid tank. Kandungan klorin dalam spent acid tank ini

dipisahkan dengan injeksi udara yang menuju ke Hypo system sebelum digunakan untuk proses

selanjutnya yang umumnya adalah pengaturan pH effluent. Semakin banyak menara yang ada

semakin efisien pemakaian asam sulfatnya dengan minimum dibutuhkan dua menara.

Dalam operasi,asam sulfat tidak boleh dialirkan dalam jumlah berlebih yang dapat

menyebabkan terjadinya flooding sehingga aliran gas terhambat oleh cairan dalam menara .

Pendistribusian yang baik dan merata sehingga packing menjaadi basah sehingga mendapat luas

kontak yang lebar (tidak terjadi channeling). Semakin rendah suhu gas, semakin kecil volumenya

sehingga dapat dialirkan menggunakan pipa carbon stell sehingga tahap perlakuan boleh

dikatakan sudah selesai.

(20)

Pada membrane cell yang dioperasikan pada tekanan Anolyte Catholyte yang rendah kompresi

merupakan salah satu cara untuk menarik produk yang dihasilkan dengan / melalui proses

pengeringan seperti yang telah kita pelajari diatas.

Pengompresan ini dilakukan dengan menggunakan sebuah system compressor yang terdiri dari :

a) Suction pot

b) Acid cooler

c) Sistem kontrol tekanan anolyte

d) Acid dan mist separator

e) Rotary liquid ring compressor

f) Perpipaan yang berhubungan, instrument dan katup-katup

Rotary liquid ring compressor ini memanfaatkan Asam sulfat 98% sebagai cairannya

untuk mengkompres gas klorin. Panas compressi ini diabsorpsi oleh Asam sulfat. Asam sulfat

dan gas chlorine hangat meninggalkan compressor yang dipisahkan oleh separator. Asam

sulfat didinginkan dengan pendingin sebelum di kembalikan ke kompressor bersama dengan

gas chlorine. Konsentrasi asam sulfat ini sampai pada minimum konsentrasi 96%,asam sulfat

yang kemudian dinaikkan kembali konsentrasinay dengan mengganti sebagian asam sulfat

tersebut dengan yang baru. Asam sulfat yang ditukar dikirim ke spent acid tank, sedangkan

gas klorin akan melanjutkan pemisahan mist asam sulfat sebelum menuju ke proses

selanjutnya.

Discharge kompressor memiliki tekanan hingga 5 bar,sehingga dapat langsung disalurkan

(21)

dalam hal ini adalah bila terjadi kegagalan dalam operasi konsumen maka tekanan balik dari

konsumen akan menyebabkan naiknya tekanan Header dan berakibat kepada keseimbangan

tekanan recycle yang berpengaruh pada tekanan di anolyte di cell, sehingga system pencairan

selalu dijalankan bersamaan sehingga dapat mengurangi dampaknya.

2.2.4 Pencairan dan Penyimpanan

Untuk dapat disimpan dalam wadah secara ekonomis, maka chlorine perlu dicairkan dengan alat

pencair. Pada tekanan 5 barg maka titik cair chlorine adalah sekitar 100C dan semakin rendah tekanan akan makin rendah titik cairnya.

Pencairan dilakukan dalam sebuah unit pendingin yang menggunakan Freon dimana

klorin yang dicairkan mengalir secara gravitasi menuju storage tank. Tidak semua gas yang

masuk dicairkan tetapi sebagian dibakar ke HCl burner atau hypo plant bersama dengan

impurities yang terkandung seperti gas oksigen, karbon dioksida, dan sedikit hydrogen. Bila

pembuangan ini tidak dilakukan secara continiue maka dapat menurunkan effisiensi pencairan

dan lebih buruk lagi dapat mengumpulkan gas hidrogen yang dapat membentuk campuran

explosive dengan chlorine pada kandungan 4%.

Tujuan mencairkan gas klorin adalah untuk memperkecil volume klorin yang hendak

disimpan bila terdapat kelebihan produk.

Proses pencairan gas chlorine dilakukan di Cl liquiefier unit, alat ini bekerja dengan prinsip

“ekspansi dari tekanan tinggi ke tekanan rendah akan menyebabkan turunnya temperature” dan

“perubahan bentuk dari cair menjadi gas atau sebaliknya akan menyerap dan melepaskan

energi”.

(22)

di ekspansikan ke ruang Evaporator sehingga temperature gas Freon akan turun sampai titik

cairnya, pada ruangan ini terjadi proses perpindahan panas dimana gas Freon yang dingin akan

mendinginkan gas klorin, panas yang dikandung gas klorin akan diserap sehingga temperaturnya

turun sampai titik cairnya sehingga chlorine mencair sebaliknya gas Freon yang menerima panas

dari gas klorin akan menguap menjadi gas untuk selanjutnya diisap kembali oleh compressor,

pada proses ini terdapat perbedaan tekanan yang tinggi antara discharge dan suction compressor.

Demikian proses ini berlangsung secara terus menerus sehingga tujuan pencair gas chlorine

tercapai. Selanjutnya klorin yang cair disimpan di chlorine storage (tangki penyimpanan klorin

cair).

Tiga buah tangki klorin tersedia, dua berisi klorin, sebagai penerima dan pengirim

sedangkan satu lagi selalu dijaga kosong dengan tekanan rendah sebagai tangki cadangan kalau

terdapat peristiwa yang bersifat emergency. Misalnya ada klorin yang bocor pada satu tangki

maka chlorine tersebut harus dipindahkan ke tangki yang kosong tersebut.

Tangki klorin dilengkapi dengan sistem perpipaan yang cukup standart yaitu :

a) Liquid chlorineinlet dari liquefier, yang terletak pada manhole

b) Liquid chlorine outlet menuju evaporator, dimana pipa ini masih sampai kedasar

tangki dekat mangkok yang ada pada dasar tangki.

c) Pipa vent gas yang mengarah baik ke 550 header (header distribution) dan 5%

NAOH tank. Pipa vent ini pun masuk kedalam sebagian sebagain pembatas level

maksimum klorin cair

d) Pipa padding udara yaitu untuk memasukkan udara padding yang bermanfaat unuk:

1. Menaikkan tekanan tangki sebagai inlet bila tekanannya terlalu rendah

(23)

2. Menaikkan tekanan tangki sebagai tangki yang menuju ke evaporator

sehingga tekanannya harus lebih tinggi dari 550 header. Semakin tinggi

beda tekanannya semakin besar aliran yang dapat terjadi dan diatur dengan

bukaan katup diinlet evaporator. Tekanan untuk fungsi ini adalah 6,5 – 7,0

kg/cm2.

3. Untuk melakukan pembuangan gas klorin sisa yang ada sebelum tangki

dibuka dan pembuangan uap air setelah tangki klorin ditutup kembali

manhole dari inspection.

e) Pipa equalizing ini berfungsi untuk menyamakan tekanan antar tangki dan

mempunyai hubungan ke bagian sniff dari liquefier dan cylinder unloading

system.

F) Instrumentasi yang ada pada tangki chlorine terdiri dari pressure gauge local,

pressure transmitter yang keduanya terletak pada manhole. Sedangkan level

transmitter sistem pelampung dan temperature sensor ada pada bagian badan

tangki. Instrumentasi lainnya adalah pengukur berat isi tangki yang ada pada

bagian bawah dari tangki.

g) katup relief valve yang berfungsi untuk melepaskan tekanan tangki klorin bila

berlebih ke 5% NaOH tank terdapat dua. Katup ini akan bekerja bila tekanan

mencapai 8 dan tertutup kembali pada tekanan 6,5 kg/cm2.

(24)

2.2.5 Penguapan klorin, Expansion tank dan Prinsip pengaturan tekanan

Klorin selalu digunakan dalam bentuk gas, sehingga bila klorin yang dibutuhkan dari storage

maka perlu dipanaskan agar menguap. Klorin cair dapat dikeluarkan dari tangki dengan cara

memberikan tekanan pada tangki sehingga dengan beda tekanan antara tangki dan tekanan

distributor cairan klorin mengalir melalui pipa yang menjulur didalam tangki hingga mendekati

dasar menuju alat penguap. Alat penguap yang kita miliki adalah sistem bak air panas yang

dibuat dengan air dicampur steam.

Expansion tank adalah sebuah tangki kecil yang berfungsi sebagai alat penampung

ekspansi berlebihan dari klorin cair yang terjebak di dalam perpipaan antara dua buah katup,

yaitu :

a. Pipa klorin cair dari chlorine liquefier ke storage tank

b. Pipa klorin cair dari tangki ke evaporator

c. Pipa klorin unloading dari silinder klorin ke tangki klorin

Jadi terdapat tiga buah jalur yang menuju expansion tank dengan dibatasi oleh suatu

alat yang disebut bursting disc yang akan pecah bila melebihi tekanan tertentu. Pada expansion

tank terdapat sebuah alat pengukur tekanan yang akan menunjukkan bila ada bursting disc yang

pecah dengan kenaikan tekanan. Tanpa kejadian ini tidak akan terdapat tekanan (karena alat

penunjukan tekanan sekarang tidak ada maka harus dilakukan pembuangan tekanan secara

teratur ke 5 % tank). Padding air juga terdapat pada tangki ini dengan fungsi untuk mengusir

(25)

klorin sebagai gas mengikuti kaidah bahwa gas akan berpindah dari yang bertekanan

tinggi ke tekanan rendah sedangkan sebagian cairan mengikuti kaidah cairan yang bergerak dari

tempat yang tinggi ketempat yang rendah.

Bila dua buah tangki chlorine divent bersamaan ke distributor gas maka tangki yang

bertekanan lebih tinggi akan lebih dulu menurunkan tekanan nya akan mencapai kesetimbangan

untuk ketiga tempat tersebut. Tetapi bila konsumen yang mendapat suplai gas dari distributor

akan naik dan jumlah gas akan meningkat ke konsumen yang lain tetapi apabila tidak maka

tekanan distributor akan naik.

Apabila sumber gas tersebut berasal dari :

a. Bypas liquifier maka kompressor akan ikut merasakan efek tekanan balik tersebut dan

mempengarhi tekanan anolyte yang sedang dikontrolnya.

b. Vent tangki penerima tersebut akan naik dan mempengaruhi tekanan snift gas liquifier

dan mempengaruhi tekanan discharge compressor dan seterusnya. Tetapi bila liquifier

mempunyai kapassitas yang cukup besar untuk membuat gas cair pada suhu yang lebih

rendah maka akan ada kemungkinan tekanan dapat bertahan. Hal ini dikarenakan gas

klorinyang ada di vent dari tangki penerima adalah gas yang menguap,tekanan tangki

klorin akan stabil bila jumlah klorin cair yang masuk seimbang dengan jumlah volume

gas yang digantiikan dan juga besarnya yang menguap. Bila tidak seimbang maka akan

terjadi kenaikan tekanan tangki penerima dan bila berlebih maka tekanan ntangki

(26)

c. Bila klorin berasal dari evaporator maka dengan mengurangi atau menutup inlet

evaporator akan dapat mengendalikan tekanannya.

(Anonim, 2003)

2.3 Klorin dan Asam Sulfat 2.3.1 Klorin

Klorin (Cl2) merupakan salah satu unsur yang ada di bumi dan jarang dijumpai dalam bentuk

bebas. Pada umumnya klorin dijumpai dalam bentuk terikat dengan unsur atau senyawa lain

membentuk garam natrium klorida (NaCl) atau dalam bentuk ion klorida di air laut. Dalam

kehidupan manusia, klorin memegang peranan penting yaitu banyak benda-benda yang kita

gunakan sehari-hari mengandung klorin seperti peralatan rumah tangga,alat-alat kesehatan,

kertas, obat dan produk farmasi, pendingin, semprotan pembersih,pelarut, dan berbagai produk

lainnya. Klorin pertama kali diidentifikasi oleh seorang ahli farmasi dari Swedia, Carl Wilhem

Scheele pada tahun 1774. Pada saat itu, Scheele belum dapat memastikan kandungan gas

tersebut. Pada tahun 1810 Sir Humphrey Davy, seorang ahli kimia Inggris menyatakan bahwa

gas kuning kehijauan pada percobaan Scheele adalah sebuah unsur dan menamakannya Chlorine,

berasal dari bahasa Yunani Khloros yang berarti hijau.

Pada tahun 1994, Scott menyatakan bahwa klorin dalam suhu kamar berbentuk gas,

termasuk unsure golongan halogen (Golongan VII), sangat reaktif dan merupakan oksidator kuat

yang mudah bereaksi dengan berbagai unsur. Pada suhu -340C, klorin berbebtuk cair dan pada

suhu -1030C berbentuk padatan Kristal kekuningan.Secara alami, klorin terdapat dalam bentuk

ion klorida dengan jumlah relative jauh lebuh besar dibandingkan ion-ion halogen lainnya.

(27)

2.3.2 Asam Sulfat

Asam sulfat merupakan asam kuat, karena asam sulfat mudah menyumbang sebuah proton pada

air untuk membentuk ion hidronium (H3O+) dan ion bisulfat (HSO4-). Asam sulfat adalah asam

yang dapat digunakan untuk melarutkan logam dan oksida logam, menetralkan basa, dan

membersihkan permukaan logam yang terkorosi. (Keenan, Kleinfelter & Wood,1999)

Asam sulfat merupakan bahan pengoksidasi dan pendehidrasi, lebih-lebih terhadap

senyawa organic. Aksi dehidrasinya sangat penting dalam menyerap air yang terbentuk dalam

konversi kimia sperti nitrasi, sulfonasi, dan esterifikasi, sehingga hasilnya menjadi lebih besar.

(George T. Austin, 1996)

Kadar bahaya untuk kesehatan (mg/m3)

Titik Beku (0C)

Viskositas pada 250C, P

Indeks Refraksi pada 250C

Konduktivitas Elektrik pada 18,330C

(28)

BAB III

METODE PERCOBAAN

3.1 Tujuan

Analisa gas yang bermacam-macam ditentukan dengn penyerapan dan pengukuran yang

berikutnya dengan volume gs khlorin, Hidrogen, dan Oksigen.

3.2 Penyediaan sampel

Setelah pembersihan jalur, ambil sampel dengan menggunakan Gas sampling bulb. Gas

harus dibuang dalam Sodium Hidroksida (NaOH) untuk menghindari pelepasan gas

khlorin (Cl2) ke udara.

3.3 Alat dan Bahan 3.2.1 Alat

1) Beaker plastic

2) Beaker glass 200 ml

3) Thermometer

4) Spgr (Spesifik Gravity)

5) Sarung tangan

6) Buret 100 ml

7) Orsat Analiyzer

8) Botol leveling

(29)

3.2.2 Bahan

1) Natrium Hidroksida 0,1 N

2) Kalium Permanganat 15%

3) Aquadest

3.3 Prosedur

1) Sampel ditampung sebanyak 200 ml dari drying tower.

2) Disiapkan orsat analyzer dengan pengisap yang baru dan pengikat larutan dalam botol

leveling.

3) Diangkat semua larutan dalam pipet pengisap untuk menyesuaikan posisi dengan botol

leveling.

4) Diikatkan jalur sampel peralatan orsat ke sampling bulb. Lalu dibersihkan buret

beberapa kali dengan sampel, kemudian dibuang gas tersebut dari orsat dengan

menggunakan NaOH 0,1 N.

5) Terakhir diambil sampel secukupnya untuk buret kemudian ditepatkan volumenya

sampai 100 ml dengan mengatur botol leveling.

6) Didekatkan sampel ke sinar UV selama ± 5 menit.

7) Dibaca dan dicatat perubahan volume dengan membawa botol leveling dan buret

secara bersamaan secara volume A.

8) Diserap khlorin dan CO2 yang melewati sampel dengan pipet penyerap yang

mengandung 15% KMnO4 dan dikembalikan ke buret yang dilakukan sebanyak 3-5

(30)

9) Diambil sampel kembali ke dalam buret sampai larutan absorbent dalam pipet berada

pada level yang sama sebelum penyerapan khlorin, kemudian ditutup kran penghenti

pipet, level volume buret dan dicatat perubahan volume tersebut seperti pada langkah

7 sebagai volume B.

10) Dikurangkan (A+B) dari 100 ml dan dicatat sebagai volume O2 didalam sampel.

11) Setelah pengukuran selesai, dibersihkan peralatan dengan menggunakan aquadest

Perhitungan :

% Volume Cl2=

(31)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

Produksi klorin dihasilkan berdasarkan perhitungan sebagai berikut :

Jumlah cell yang dipakai = 30 buah

Efisiensi = 95%

NaOH Produksi =

=

=

=

15,0976 ton/jam

Cl2 produksi = NaOH produksi x

= 15,0976 x

= 26,7982 ton/jam

(32)

Hasil perhitungan dapat dilihat pada tabel 4.1

Tabel 4.1 Penggunaan H2SO4 98% dalam pengeringan klorin

No Beban

Perhitungan garis regresi terhadap laju alir asam sulfat pada proses pengeringan Cl2 di PT. Toba

Pulp Lestari dilakukan dengan menggunakan teori statistic dengan pendekatan garis regresi

menurut persamaan :

Y : a + bX

Dimana X adalah Konsentrasi klorin yang masuk (%) dan Y adalah Laju alir asam sulfat

(to/jam).

(33)

a =

b

=

untuk memperoleh nilai a dan b dapat diperoleh dari data berikut :

Tabel 4.2 Data untuk Menemukan Persamaan Garis Regresi Linier Sederhana antara Kadar klorin yang masuk ke Drying Tower vs Laju Alir Asam Sulfat

No X Y X2 Y2 XY

1 93 1,4747 8649 2,1717 137,1471

2 94 1,5592 8836 2,4311 146,5648

3 92 1,7983 8464 3,2338 165,4436

4 91 2,2347 8281 4,9988 203,3395

5 89 2,6789 7921 7,1765 238,4221

6 87 2,9034 7569 8,4297 252,5958

546 12,6492 49720 27,4396 1143,5129

a =

=

(34)

=

=

b

=

=

=

=

= -0,222

Dari perolehan nilai a dan b, maka persamaan garis regresi linier sederhana adalah :

Y = a + bx

2,2347 = 22,3538 + (-0,222)x

-0,222x = 2,2347 – 22,3538

X =

X = 90,62

(35)

Dari tabel 4.1 dapat diperoleh sebagai berikut

Grafik 1. Klorin Masuk (%), Asam Sulfat 98% (ton/jam), Klorin keluar

dari tabel 4.3 dapat diperoleh grafik sebagai berikut :

Grafik 2. Klorin masuk (%) Vs Laju Alir Asam Sulfat 98% (ton/jam)

4.3

Konsentrasi Cl2 masuk (%) Konsentrasi Cl2 keluar (%)

(36)

hubungan dari pengaruh laju alir Asam Sulfat terhadap proses pengeringan klorin (Cl2) dapat

dilihat dari tabel 4.1 Jika konsentrasi klorin yang masuk ke drying tower rendah maka asam

sulfat yang digunakan akan semakin banyak untuk menghasilkan konsentrasi klorin yang lebih

tinggi. Pada tabel 4.1 juga dapat dilihat jumlah klorin yang masuk ke Drying tower dapat

mempengaruhi terhadap laju alir asam sulfat, hal ini dapat kita lihat pada konsentrasi 94%

dimana laju alir asam sulfat lebih besar dibandingkan dengan konsentrasi 93%, Hal ini

disebabkan karena produksi klorin pada 94% lebih besar dibandingkan produksi klorin pada

konsentrasi 93%. Pada Grafik 1 dapat dilihat bahwa akibat penambahan asam sulfat terjadi

perubahan konsentrasi klorin masuk dengan konsentrasi keluar. Pada Grafik 2 dapat dilihat

hubungan antara klorin masuk terhadap laju alir asam sulfat 98% dimana bilangan korelasinya

0,9447 yang artinya terjadi hubungan yang linier, dimana semakin rendah klorin yang masuk,

maka laju alir asam sulfat semakin diperbesar. Konsentrasi Chlorine 98% merupakan standart

produk yang dihasilkan oleh perusahaan PT.TOBA PULP LESTARI. Pada Tabel 4.2 dapat

dilihat bahwa kadar klorin yang keluar memenuhi standart perusahaan PT.TOBA PULP

(37)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Semakin kecil konsentrasi klorin yang masuk ke drying tower maka penggunaan

asam sulfat harus semakin banyak. Demikian juga pada saat produksi klorin lebih

besar, maka laju alir asam sulfat harus diperbesar.

2. Klorin yang diperoleh sebesar 90,62% dibutuhkan laju alir asam sulfat 2,2347

ton/jam, dihasilkan kadar klorin 99%.

5.2 Saran

Untuk mendapatkan konsentrasi klorin yang sesuai standart, disarankan

(38)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, (2003), “Chemical Plant Operating Manual”, Training and development centre. PT.

Toba Pulp Lestari, Porsea.

Anonim. (2003), “Chlorine, Pollution and the environment, The Women Environmental

Network”, www.mscpotlight.org.

Austin, G. T., (1996), “Industri Proses Kimia”, Edisi kelima, Jilid 1, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Keenan, Kleinfelter and Wood, (1999), “Ilmu Kimia Untuk Universitas”, Edisi Keenam, Jilid 2,

Penerbit Erlangga, Jakarta.

Kirk – Othmer, (1979), “Encyclopedia of Chemical Technology”, Third Edition, Jhon Wiley and

Gambar

Tabel 4.1 Penggunaan H2SO4 98% dalam pengeringan klorin
Tabel 4.2 Data untuk Menemukan Persamaan Garis Regresi Linier  Sederhana antara
Grafik 1. Klorin Masuk (%), Asam Sulfat 98% (ton/jam), Klorin keluar

Referensi

Dokumen terkait