Laporan Pengantar Tugas Akhir
PERANCANGAN VIDEO INFOGRAFIS PENGENALAN
LUCID DREAM
BAGI MAHASISWA
DK 38315 / Tugas Akhir Semester II 2013-2014
Oleh:
Adhitya Pratama Putra 51907843
Program Studi Desain Komunikasi Visual
FAKULTAS DESAIN
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
BANDUNG
RIWAYAT HIDUP
I. Data Pribadi
Nama : Adhitya Pratama Putra
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat / Tanggal Lahir : Bandar Lampung, 03 Januari 1990
Warga Negara : Indonesia
Tinggi , Berat Badan : 170cm , 55kg
Agama : Islam
Alamat : Jalan Tubagus ismail raya. Bandung. 40135
No. Telp. : 08886205506
Email : adithputra90@gmail.com
II. Pendidikan
1995 - 2001 : SDN 1 Kupang Raya
2001 - 2004 : SMPN 16 Bandar Lampung
2004 - 2007 : SMA Taman Siswa Bandar Lampung
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ... i
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... ii
ABSTRAK ... iii
ABSTRACT ... iv
KATA PENGANTAR ... v
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR GAMBAR ... viii
BAB I PENDAHULUAN...1
I.1 Latar Belakang Masalah ... 1
I.2 Identifikasi Masalah ... 2
I.3 Rumusan Masalah ... 2
I.4 Batasan Masalah ... 3
I.5. Tujuan perancangan ... 3
BAB II LUCID DREAM......4
II.1 Pengertian Mimpi...4
II.2 Jenis-jenis Mimpi ... 4
II.3 Pengertian Lucid Dream ... 5
II.4 Sejarah Lucid Dream ... 7
II.5. Teknik induksi dalam Lucid Dream ... 9
II.5.1. Wake Induce ... 9
II.5.2. Dream Induce ... 10
II.6. Penyebab Seseorang Mengalami Lucid Dream ... 11
II.7. Pengaruh Pikiran Bawah Sadar terhadap Manusia ... 15
BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL ... 20
III.1 Strategi Perancangan ... 20
III.1.1 Pendekatan Komunikasi ... 20
III.1.2 Strategi Kreatif ... 21
III.1.3 Strategi Media ... 21
III.2 Konsep Visual ... 23
III.2.1 Format Desain ... 23
III.2.2 Storyboard ... 23
III.2.3 Tipografi ... 24
III.2.4 Ilustrasi ... 26
III.2.5 Warna ... 26
III.2.6 Suara ... 27
BAB IV TEKNIS PRODUKSI VIDEO INFOGRAFIS PENGENALAN LUCID DREAM ... 28
IV.1 Material Produksi ... 28
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Barrett, Deirdre. The Committee of Sleep: How Artists, Scientists, and Athletes Use
their Dreams for Creative Problem Solving ... and How You Can, Too.
Hardback Random House. 2001. Paperback Oneroi Press.
Craze, Richard. (2010). TafsirMimpi. Yogyakarta: PT Kanisius.
Conesa, Jorge. (2002). Isolated Sleep Paralysis and Lucid Dreaming: Ten-yeas
longitudinal case study and related dream frequencies, types, and categories.
Canada: The 83rd Annual Convention of the Western Psychological
Association.
D'Hervey de Saint-Denys. (1867). Les Reveset Les Moyens de Les
Diriger:Observations Pratiques. Paris/Amyot.
Freud, Sigmund. (1931). The Interpretation of Dreams.
Gackenbach, J. (1988). The Psychological Content of Lucid versus Nonlucid Dreams.
In J. Gackenbach& S. LaBerge (Eds.), Conscious Mind, Sleeping Brain (pp.
181-220). New York: Plenum Press.
Gackenbach, J. &Bosveld, J. (1989). Control Your Dreams. New York: Harper and
Row.
Green, C. 1968.Lucid Dreams. London: Hamish Hamilton.
Gunawan, W. Adi. 2005. Hypnotherapy. Jakarta: Gramedia.
Hendratman, Hendi. (2013). The Magic of Adobe After Effects. Jakarta: Informatika
Holzinger, B. (2009). Lucid dreaming – dreams of clarity. Contemporary Hypnosis
(John Wiley & Sons, Inc.), 26(4), 216-224. doi:10.1002/ch.390
Kusrianto, A. (2009). Pengantar Desain Komunikasi Visual. Yogyakarta: Andi
Kahan, Tracey L. &LaBerge, Stephen. 1994. Lucid Dream as Metacognition:
Implication for Cognitive Science. Academic Press, inc.
LaBerge, S. (1985). Lucid Dreaming. New York: Ballantine Books.
LaBerge, S. (1986). Physiological Mechanisms of Lucid reaming: A Talk. Lucidity
LaBerge, S. (1988). The Psychophysiology of Lucid Dreaming. In J. Gackenbach& S.
LaBerge (Eds.), Conscious Mind,Sleeping Brain(pp. 135-153). New York:
Plenum Press.
LaBerge, S. &DeGracia, D. (2000). Varieties of Lucid Dreaming Experience. In R.
Kunzendorf& B. Wallace (Eds.), Individual Differences in Conscious
Experience(pp. 269-307). Amsterdam: John Benjamins.
LaBerge, S. & Dement, W. (1982). Lateralization of Alpha Activity for Dreamed
Singing and Counting During REM Sleep. Psychophysiology, 19, 331-332.
LaBerge, S., Nagel, L., Dement, W., &Zarcone, V. (1981). Lucid Dreaming Verified
by Volitional Communication during REM Sleep. Perceptual and Motor Skills,
52, 727-732.
LaBerge, S. & Rheingold, H. (1990). Exploring the World of Lucid Dreaming. New
York: Ballantine Books.
LaBerge, Stephen; Levitan, Lynne (1995). "Validity Established of DreamLight Cues
for Eliciting Lucid Dreaming". Dreaming 5 (3). International Association for
the Study of Dreams.
LaBerge, Stephen (1990). inBootzin, R.R., Kihlstrom, J.F. &Schacter, D.L., (Eds.):
Lucid Dreaming: Psychophysiological Studies of Consciousness during REM
Sleep Sleep and Cognition. Washington, D.C.: American Psychological
Association, pp. 109–126.
Laberge, S. (1980). Lucid dreaming: An exploratory study of consciousness during
sleep. (PhD thesis, Stanford University, 1980), (University Microfilms No.
80-24, 691).
Malcolm, N. 1959.Dreaming. Routledge & Kegan Paul.
Ridhwan, Edward. 2011. The Power of Pretending. Jakarta: Binus Center.
Rechtschaffen, A. (1978). The Single-mindedness and Isolation of Dreams. Sleep, 1,
97-109.
Snyder, T. &Gackenbach, J. (1988). Individual Differences Associated with Lucid
Dreaming. In J. Gackenbach& S. aBerge (Eds.), Conscious Mind, Sleeping
Tart, C. (1988). From Spontaneous Event to Lucidity: A Review of Attempts to
Consciously Control Nocturnal Dreaming. In J. Gackenbach& S. LaBerge
(Eds.), Conscious Mind, Sleeping Brain(pp. 221-259). New York: Plenum
Press.
Tholey P. (1980) KlarträumealsGegenstandempirischerUntersuchungen [Conscious
Dreams as an Object of Empirical Examination]. Gestalt Theory 2: 175–91.
Tholey P. (1981) EmpirischeUntersuchungenüberKlartraüme [Empirical Examination
of Conscious Dreams]. Gestalt Theory 3: 21–62.
Waggoner, Robert. 2008.Lucid Dream : Gateway to the inner self. Nedham:Moment
Point Press.
Media online
5 Penemuan yang dimulai dari mimpi. Diakses pada tanggal 15 April 2014 di
http://pyrojackz.blogspot.com.
Jenis - jenis mimpi. Diakses pada tanggal 16 April 2014 di
http://ingenadya.wordpress.com/2012/12/29/jenis-jenis-mimpi/
Kaskus. Diakses pada tanggal 10 April 2014 di kaskus.co.id/thread/luciddream
Rahmayanti Dwi Sri Lestari. Karya tulis ilmiah "Mimpi" (10 April 2014)
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan
rahmat dan hidayah-Nya penulis telah berhasil menyelesaikan Laporan Pengantar
Tugas Akhir ini, dengan judul Perancangan Video Infografis Pengenalan Lucid Dream Bagi Mahasiswa.
Laporan Pengantar Tugas Akhir ini disusun dalam rangka memenuhi tugas
yang di berikan oleh dosen mata kuliah Tugas Akhir. Dalam penyusunan laporan ini
penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, karena
penulis hanya manusia biasa yang tak luput dari kesalahan.
Akhirnya semoga laporan ini bermanfaat tidak hanya bagi penulis tapi juga
bagi setiap orang yang membacanya sehingga dapat dijadikan sebuah bekal dan dasar
ilmu dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan rasa rendah hati penulis mengharapkan penilaian dan saran-saran dari
para pembaca demi perbaikan-perbaikan menuju kesempurnaan laporan ini.
Bandung, 18 Agustus 2014
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang Masalah
Mimpi merupakan salah satu jenis aktivitas alam bawah sadar manusia
yang melibatkan penglihatan, pendengaran, pikiran, perasaan, atau indera-indera
lain dalam tidur, terutama saat tidur yang disertai gerakan mata yang cepat (rapid
eye movement / REM sleep). Didalam mimpi, seseorang akan mendapatkan
imajinasi yang bercerita, seperti layaknya sedang menonton sebuah film.
Imajinasi didalam mimpi adalah sebuah proyeksi virtual yang diberikan oleh
pikiran bawah sadar manusia (Freud, 1931, 20).
Seseorang tidak dapat menentukan alur cerita didalam mimpi, karena
pikiran manusia ketika tidur dalam keadaan tidak sadar. Namun jika seseorang
tersadar dirinya sedang bermimpi, dan dapat mengendalikannya, maka ia sedang
mengalami lucid dream. Lucid dream adalah kesadaran yang menguat atau
bangkit saat berada di alam mimpi, semuanya menjadi terang dan lebih real.
Bahkan seseorang dapat mengontrol mimpi sesuai keinginannya. Lucid dream
menawarkan wawasan yang menarik dan ilustrasi yang jelas akan intrik bagi siapa
saja yang melakukannya (Waggoner, 2008, 10). Fenomena lucid dream ini
sebenarnya telah lama dikenal pada masa lampau, hanya saja baru beberapa
dekade ke belakang ini, komunitas sains mulai mengakui keberadaan fenomena
satu ini. Dimulai dari para biksu Tibet yang menerapkan suatu bentuk meditasi
yoga yang mampu mengajarkan untuk menjaga kesadaran ketika sedang
bermimpi.
Pada awal abad 19 buku pertama untuk memperkenalkan potensi ilmiah
dari lucid dream adalah Marquis d’Hervey de Saint-Denys’s Les Reves et Les
Moyens de Les Diriger: Observations Pratiques, dimana buku ini berisi mengenai
dokumentasi dari kegiatannya meneliti mimpi selama 20 tahun, dan dibuku ini
dijelaskan selangkah demi selangkah perkembangan kemampuannya dalam
mengontrol mimpi, dimulai dari dream recall, hingga kontrol mimpi.
Beberapa ilmuwan dunia telah mencoba melakukan lucid dream untuk
Rhidwan (2011, 26) dituliskan bahwa, Elias Howe's mengalami mimpi sadar
sebelum akhirnya Howe's menciptakan mesin jahit. Albert Einstein juga
mengungkapkan, dirinya mendapatkan ide untuk membuat teori relativitas melalui
mimpinya yang dikendalikan.
Mimpi dapat dikatakan sebagai hal yang pasti dialami setiap manusia
normal ketika sedang tertidur ataupun tak sadarkan diri. Oleh sebab itu, lucid
dream dapat dilakukan oleh semua orang yang masih bisa bermimpi. Karena sifat
manusia selalu ingin sesuatu yang berbeda, maka lucid dream adalah pilihan yang
tepat untuk mendapatkan sensasi yang berbeda ketika bermimpi.
Masyarakat Indonesia, khususnya di kota Bandung, masih banyak yang
belum mengenal lucid dream. Masyarakat menganggap bahwa mimpi hanyalah
sebuah bunga tidur yang akan dilupakan ketika tersadar. Sebagian besar
masyarakat yang tertarik untuk mengetahui lucid dream adalah dari kalangan
mahasiswa. Dan mengatakan bahwa, masalah utama dari ketidaktahuan
masyarakat tentang lucid dream adalah kurangnya media informasi yang
memberikan penjelasan secara ilmiah dan terpercaya.
I. 2. Identifikasi Masalah
• Masyarakat kota Bandung menganggap mimpi hanya bunga tidur yang akan dilupakan setelah tersadar.
• Fenomena lucid dream masih terdengar asing bagi sebagian masyarakat kota Bandung.
• Mahasiswa dikota Bandung yang tertarik dengan lucid dream masih sulit mendapatkan informasi yang jelas.
I. 3. Rumusan Masalah
Dari berbagai permasalahan yang teridentifikasi tersebut maka rumusan
masalah yang bisa diambil yaitu:
“Bagaimana mengenalkan lucid dream kepada mahasiswa kota Bandung dengan sumber informasi yang dapat dipercaya kebenarannya?"
I. 4. Batasan Masalah
Berdasarkan permasalahan diatas, maka permasalahan dibatasi pada:
• Pengenalan dasar lucid dream
• Pengaruh lucid dream kepada seseorang
• Penyebab terjadinya lucid dream
I. 5 . Tujuan Perancangan
Tujuan dari perancangan ini adalah :
• Untuk memperkenalkan kepada mahasiswa yang tertarik dengan lucid
dream secara jelas dan memahaminya, dengan informasi yang dikemas
BAB II
LUCID DREAM
II. 1. Pengertian Mimpi
Menurut Foulkes yang dikutip dalam Lestari (2010), mimpi merupakan
salah satu jenis aktivitas alam bawah sadar manusia yang melibatkan penglihatan,
pendengaran, pikiran, perasaan, atau indera-indera lain dalam tidur, terutama saat
tidur yang disertai gerakan mata yang cepat (rapid eye movement / REM sleep).
Dalam mimpi ini, faktor kemampuan otak menjadi pemeran utama.
Mimpi adalah penghubung antara kondisi sadar dan tidak sadar.Mimpi
bisa dikatakan sebagai kunci dan juga hasrat ketidaksadaran kita.Mimpi
merupakan penggambaran dari hal-hal yang tidak bisa dilakukan dikehidupan
sebenarnya, dan mimpi juga bisa menjelaskan pemecahan masalah.Ilmu mimpi
disebut Oneironalogy.
Mimpi bukanlah cara untuk membuka kesaktian, tetapi aktifitas seseorang
ketika sedang tertidur. Aristoteles mengetahui beberapa karakteristik dari mimpi
hidup, misalnya, mimpi mengubah sensasi sedikit dirasakan dalam tidur menjadi
sensasi intens (seseorang membayangkan dirinya berjalan melalui api, dan terasa
panas), hal ini membuatnya menyimpulkan bahwa mimpi bisa dengan mudah
mengkhianati tubuh (Freud, 1931, 35).
II. 2. Jenis-jenis Mimpi
Menurut Nadya (2012), jenis-jenis mimpi dibagi menjadi enam, diantaranya :
• Anxiety Dream
Mimpi jenis ini biasanya terjadi karena takut dan berakhir dengan
terbangun dalam keadaan basah karena keringat dan jantung yang berdetak
cukup kuat. Bisa saja hal ini merubah kehidupan nyata seseorang sebagai
• Episodic or Sequence Dream
Mimpi yang berkelanjutan dari setiap mimpi yang didapatkan, dan
pemimpi pun dapat terlibat di dalamnya.
• Repetitive or Recurring Dream
Mimpi yang terus-menerus serupa dari hari ke hari. Hal ini bisa saja terjadi
bila alam bawah sadar ingin memberikan peringatan akan sesuatu hal.
• Sexual Dream
Juga dikenal sebagai mimpi basah bagi kaum pria. Mimpi basah
merupakan salah satu jenis mimpi yang dialami oleh laki-laki ketika
masuk dalam masa pubertas. Pada mimpi ini tentu saja seseorang dapat
melakukan apa saja terkait seks yang tidak bisa dilakukan di dunia nyata.
• Tunnel Dream
Seseorang akan mengalami pengalaman berjalan disebuah lorong menuju
sinar putih yang menyilaukan. Pada perjalanan tersebut terkadang akan
mendengar bunyi percikan air atau tiupan angin. Kemudian pemimpi akan
bertemu dengan seseorang atau bahkan diri sendiri di akhir lorong.
Terkadang mimpi ini dapat memberikan pesan tertentu kepada pemimpi
tersebut.
• Lucid Dream
Mimpi yang membuat seseorang memiliki kemampuan untuk
mengendalikan alur mimpinya dan bahkan menciptakan apapun sesuai
keinginan. Hal ini serupa dengan pendapat Kahan & LaBerge (1994),
dalam bukunya berjudul “Lucid Dreaming as Metacognition: Implications
for Cognitive Science”, yang menyatakan bahwa sebuah mimpi lucid yang
terkontrol, adalah keadaan seseorang yang bermimpi menyadari
sepenuhnya bahwa percobaan keadaan tersebut adalah mimpi (lucidity)
dan dengan sengaja mempunyai kemampuan mengubah segi pandang
II. 3. Pengertian Lucid Dream
Lucid dream adalah kesadaran yang menguat atau bangkit saat berada di
alam mimpi, semuanya menjadi terang dan lebih real. Bahkan seseorang dapat
mengontrol mimpi sesuai keinginannya (Waggoner, 2008, 10).
Tingkat kesadaran untuk mengontrol mimpi disebut lucidity.Semakin
sering seseorang melatih tingkat lucidity nya, maka semakin besar
kemungkinannya untuk mengontrol mimpi. Kondisi lucid dream ini dapat
dilakukan jika mampu menyadarkan secara penuh seseorang bahwa dirinya
sedang bermimpi. Lucid dream dapat dilakukan/dilatih oleh semua orang, tanpa
harus mempunyai keahlian khusus. Seseorang yang melakukan lucid dream biasa
disebut dream bender.
Lucid dreaming adalah pengalaman yang luar biasa untuk bisa sadar
bahwa seseorang sedang bermimpi. Tidak seperti mimpi biasa, selama
berlangsungnya mimpi dimana tidak mungkin untuk memiliki pemikiran, lucid
dream memperkenalkan elemen kuat dari kesadaran reflektif diri (Rechtschaffen,
1978, 12). Dengan kesadaran ini seseorang dapat merasakan kebebasan dan
memiliki kontrol terhadap perkembangan cerita. Pikiran mungkin masih
bercampur aduk antara kenyataan dan keadaan yang seperti mimpi, atau seseorang
mungkin berpengalaman kejernihan yang luar biasa dari pikiran menandingi dari
kehidupan nyata. Ingatan akan masa lalu atau pengalaman didunia nyata dapat
dihadirkan, dan pergerakan tubuh dapat dengan sengaja dilakukan. Fungsi sensor
kadang memungkinkan untuk dicegah, tetapi beberapa saat mimpi dapat lebih
jelas dan ekspresif daripada kehidupan nyata (Tart, 1988, 27).
Meskipun pada kenyataannya kebanyakan orang melaporkan pernah
mengalami lucid dream setidaknya sekali dalam sebulan (Snyder & Gackenbach,
1988), tidak ada bukti ilmiah yang mengkonfirmasi kenyataan dari fenomena ini
selama 30 tahun lalu. Hearne (1978) and, independently, LaBerge, Nagel,
Dement, and Zarcone (1981) adalah yang mencatat dengan sukarela tentang
komunikasi dengan subjek yang sedang tidur. Menyadari bahwa pergerakan mata
nyata selama pergerakan mata cepat (REM: Rapid Eye Movement) terlihat cocok
menurut laporan pandangan sendiri dari pergerakan mata dalam mimpi, Dement
setelah mendapatkan lucidity. Dement dan Zarcone kemudian menempatkan
elektroda di dagu, kulit kepala, dan mata untuk mencatat fisiologis data ketika
subyek sedang tertidur. Laporan Polysomnograph menunjukkan kesepakatan
antara signal mata ketika REM tertidur dan ketika subyek dilaporkan sukses
dalam memberikan sinyal ketika terbangun.
Adanya kemungkinan sinyal dari lucid dream pada waktu nyata telah
dicek kebenarannya, peneliti mulai mempelajari pengubahan keadaan ini dari
kesadaran secara besar - besaran. Gackenbach (1988) meneliti perbedaan fisiologi
antara mimpi lucid dan nonlucid, mempertimbangkan angka yang besar dari
variable yang telah diuji, menemukan beberapa perbedaan signifikan yang
mengagetkan. Rangsangan pendengaran dan kinetik dipertimbangkan lebih merata
dalam lucid dream, sama seperti aktifitas kognitif. Sebagai tambahan, mimpi
biasa muncul untuk mengendalikan karakter manusia.Schatzman, Worsley, dan
Fenwick (1988) mendemonstrasikan bahwa aksi dilakukan dalam lucid dream
menghasilkan efek fisiologi yang sama.
II. 4. Sejarah Lucid Dream
Lucid dream telah dipelajari secara ilmiah dan terbukti menjadi fenomena
yang nyata. Manusia telah mengenal lucid dream sejak berabad-abad. Ribuan
tahun yang lalu, Buddha Tibet berlatih yoga mimpi sebagai sarana untuk
mencapai bentuk murni kesadaran melalui kesadaran dalam mimpi. Tertulis dalam
buku berjudul ‘Tibetan Book of the Dead’(1993).
Pada awal abad 19 buku pertama untuk memperkenalkan potensi ilmiah
dari lucid dream adalah Marquis d’Hervey de Saint-Denys’s Les Reves et Les
Moyens de Les Diriger: Observations Pratiques, dimana buku ini berisi mengenai
dokumentasi dari kegiatannya meneliti mimpi selama 20 tahun, dan dibuku ini
dijelaskan selangkah demi selangkah perkembangan kemampuannya dalam
mengontrol mimpi, dimulai dari dream recall, hingga kontrol mimpi. Penerbitan
buku Prancis ini, berawal dari penerbitan tanpa nama, yang diterjemahkan
menjadi “Dreams and the Ways to Direct Them: Practical Observations”.
Kemudian, peneliti Celia Green pada tahun 1968 mempelajari lucid
sebelumnya pada subyek dan menyertakan data baru untuk peserta akan dirinya
sendiri. Celia menyimpulkan bahwa lucid dream adalah kategori dari pengalaman
yang cukup berbeda dari mimpi biasa, dan diprediksi bahwa
pengalaman-pengalaman lucid dream iniakan berkaitan dengan pergerakan cepat mata (REM).
Green pun berpikir untuk menghubungkan lucid dream dengan fenomena false
awakenings.
Ahli filsafat Norman Malcom pada tahun 1959 menulis Dreaming telah
diperdebatkan terhadap kemungkinan dari pengecekan keakuratan dari laporan
mimpi. Norman menegaskan “Hanya kriteria dari kebenaran pernyataan dari
seseorang yang pernah mempunyai mimpi yang pasti adalah mutlak”. Kesadaran
dari pergerakan mata dipertunjukan dalam mimpi akan berdampak pada mata
pemimpi menyediakan jalan untuk membuktikan bahwa aksi selama kehidupan
nyata dapat diingat dan ditunjukkan ketika lucid di dalam mimpi. Bukti pertama
dari tipe ini adalah dihasilkan pada akhir tahun 1970-an oleh pergerakan mata
kepada sinyal onset of lucidity, yang dlaporkan oleh mesin polysomnograph.
Hasil Hearne adalah yang paling luas didistribusikan. Artikel kelompok
peninjau pertama dipublikasikan beberapa tahun kemudian oleh Stephen LaBerge
di Universitas Stanford, yang dengan mandiri mengembangkan teknik yang sama
dengan tesis doktoralnya. Semasa 1980-an, bukti ilmiah yang lebih jauh dari lucid
dreaming dihasilkan sebagai lucid dreamers yang dapat mendemonstrasikan
kepada peneliti bahwa siapa pun dapat dengan sadar akan keberadaannya di dalam
mimpi (Lagi, utamanya menggunakan sinyal pergerakan bola mata). Sebagai
tambahan, teknik-teknik yang dikembangkan telah dibuktikan melalui uji coba
untuk menambah kemungkinan pencapaian keadaan ini.
Paul Tholey, seorang ilmuwan mimpi dan ahli teori Gestalt memberikan
alasan epistemology untuk penelitian lucid dream. Ciptaannya memberikan latar
depan untuk penelitian lebih jauh untuk mengkategorikan apa itu lucid dream.
Tholey (1980, 1981) mendefinisikan 7 perbedaan kondisi dari kejelasan yang
harus dipenuhi oleh mimpi agar dapat dijabarkan sebagai lucid dream:
1. Kesadaran akan keadaan mimpi (orientasi)
2. Kesadaran akan tertahan untuk membuat sebuah kepitisan
4. Kesadaran akan identitas
5. Kesadaran akan lingkungan mimpi
6. Kesadaran akan arti dari mimpi
7. Kesadaran dari konsentrasi dan fokus (kejelasan subjektif saat itu)
Untuk mimpi menjadi lucid dijabarkan oleh Tholey, bahwa hal itu harus dipenuhi
oleh 7 faktor-faktor tersebut. Tholey menggantikan kata “kejelasan” dengan kata
“kesadaran”, yang telah diketahui dan menjadi kondisi utama di terapi Gestalt dan
dijabarkan sebagai pengalaman subyektif akan kesadaran dalam mimpi (Lucid
Dreaming – Dream of Clarity).
Psikolog dan ilmuwan mimpi dari belanda bernama Frederick Van Eeden,
merupakan orang pertama yang menggunakan istilah lucid dream. Pada tahun
1913, Frederik menerbitkan jurnal pada komunitas ilmuwan psikolog mengenai
lucid dream dimana pada jurnal ini, merekam 352 lucid dream yang dialaminya
dari tahun 1898 dan 1912. Judul jurnal ini adalah 'A Study of Dreams'.
II. 5. Teknik Induksi Dalam Lucid Dream
Pada dasarnya teknik induksi lucid dream menurut komunitas Dream
Benders Indonesia yang dikutip pada kaskus.co.id (2011), dibagi secara dua garis
besar, diantaranya Wake Induce dan Dream Induce.
II. 5. 1. Wake Induce
Wake Induce adalah teknik yang digunakan secara sengaja, dan
dalam keadaan sadar (wake).Ada enam jenis teknik dalam Wake Induce.
• WILD (Wake Induced Lucid Dream)
Teknik yang dilakukan dengan kesadaran seseorang tersebut untuk masuk
ke fase lucid. Atau dengan kata lain seseorang tidak tidur dalam arti
sebenarnya dan tetap terjaga hingga melewati fase REM (Rapid Eye
Movement) dan Sleep Paralyze yang dimana akan langsung terhubung ke
• WBTB (Wake Back To Bed)
Teknik yang sangat similar dengan WILD.WBTB biasanya dilakukan
untuk mengoptimalkan teknik WILD.Teknik ini mengaharuskan seseorang
untuk tidur sebelumnya, dan setelah 4-5 jam diharuskan untuk bangun
sebentar, minum segelas air putih, lalu lanjutkan tidur dengan
menggunakan teknik WILD.
• MILD (Mnemonic Induced Lucid Dreams)
Teknik ini ditemukan oleh seorang Oneironaut atau ahli ilmu mimpi, Dr.
Stephen LeBerge.Teknik ini dilakukan dengan bantuan mimpi yang
sebelumnya telah terjadi.Dan mengharuskan seseorang mengingat mimpi
yang sebelumnya dialami untuk bisa dilanjutkan pada mimpi selanjutnya.
• FILD (Finger Induced Lucid Dream)
Teknik yang ditemukan oleh member DreamViews bernama Hargarts.
Teknik ini dilakukan dengan bantuan gerakan-gerakan jari yang akan
membantu seseorang untuk masuk ke fase lucid.
• CILD (Chakra Induced Lucid Dream)
Teknik yang menggunakan bantuan Third Eye Chakra. Posisi mata ketiga
ada di antara kedua alis mata.
• EILD (Electrical/External Induced Lucid Dreams)
Teknik yang menggunakan alat bantu eksternal untuk mencapai fase lucid
dreaming. Contohnya seperti Googles Nova Dreamer, Vibrating Watch,
Brainwaves, dan program/alat induksi lainnya.
II. 5. 2. Dream Induce
Teknik yang umumnya tidak sengaja dilakukan, dan digunakan
ketikaberada dalam state mimpi (dream).Ada empat jenis teknik dalam
Dream Induce.
• DILD (Dream Induced Lucid Dreams)
Teknik yang menggunakan kepekaan diri terhadap mimpi untuk mencapai
fase lucid dreaming. Atau dengan kata lain ketika seseorang sedang
bermimpi, harus sadar itu adalah mimpi, dan dengan keinginan untuk lucid
• DEILD (Dream Exit Induced Lucid Dreams)
Teknik yang menggunakan bantuan alarm/LD Timer untuk mencapai fase
lucid dreaming. Dengan kata lain ini adalah teknik yang menyadarkan
penggunanya bahwa sedang bermimpi dengan dibunyikannya alarm
tersebut.
• RC (Reality Check)
Sebuah aktivitas yang meyakinkan diri bahwa apa yang dialami itu sedang
dalam keadaan mimpi atau tidak. Praktiknya bisa bermacam-macam, tetapi
umumnya dengan cara melihat anggota tubuh, jarum pada jam, suasana
disekitar, apakah ada yang janggal atau tidak.
• ADA (All Day Awarness)
Teknik yang ditemukan oleh member Dream Views bernama KingYoshi.
Teknik ini mengharuskan seseorang untuk meluangkan waktu sejenak dan
memperhatikan secara detail hal-hal yang berada di sekitarnya (contoh :
suara langkah kaki, warna, tekstur barang-barang disekitar, dan lain-lain).
Hal ini dilakukan agar membuat sensitif otak dapat dengan mudah
melakukan pembedaan antara dunia nyata dan mimpi.
II. 6. Penyebab seseorang mengalamiLucid Dream
Ilmuwan syaraf J. Allan Hobson telah menghipnosis apa yang mungkin
muncul dalam otak ketika lucid dream. Tahap pertama untuk mencapai lucid
dream adalah dengan mengenali keadaan yang dialaminya adalah sebuah mimpi.
Pengenalan ini muncul di dorsolateral prefrontal cortex, salah satu area pasif
ketika pergerakan mata tertidur dan dimana ingatan bekerja muncul.
Gambar II.1.Cortex prefrontal
Sumber: http://mybrainnotes.com/memory-brain-stress.html (20 Mei 2014)
Ketika area ini aktif dan mengenal kemunculan mimpi, pemimpi harus waspada
ingat apa yang ada dalam mimpi.Selama mempertahankan keseimbangan ini,
amygdala dan parahippocampal cortex sedikit aktif.Untuk melanjutkan intensitas
dari halusinasi mimpi, pons dan parieto-occipital junction diharapkan tetap aktif.
Gambar II.2 Amygdala pons
Sumber: http://www.med.harvard.edu/AANLIB/cases/caseB/tab10.html (20 Mei 2014)
Gambar II.3 Pariental lobe
http://scientopia.org/blogs/scicurious/2010/12/08/magnets-brain-disruption-and-math (20 Mei 2014)
Gambar II.4 Parahippo
Sumber: http://quizlet.com/31427039/ns-102-week-1-lab-sheep-brain-dissection-flash-cards (20 Mei 2014)
Pada tahun 1992, sebuah studi dari Deirdre Barrett pada bukunya berjudul
the Committee of Sleep mempelajarai apakah lucid dream terdiri atas 4 kejadian
logis dari lucidity:
2. Benda – benda menghilang setelah bangun
3. Hukum – hukum fisika tidak perlu diterapkan dalam mimpi
4. Pemimpi mempunyai ingatan yang jelas tentang kehidupan nyata
Barrett menemukan kurang dari seperempat hitungan lucidity
mem-perlihatkan keempat penjelasan logis tersebut. Barrett juga menjelaskan
bagaimana pengalaman lucid dream telah dipelajari untuk mengingat secara detail
tujuan praktis, seperti seorang seniman yang mencari inspirasi untuk kreasi
mereka setelah mengalami lucid, atau seorang programmer yang mencari sebuah
kode untuk tampilan screen.
Untuk mengetahui apakah orang tersebut mengalami lucid atau tidak,
digunakan alat pembaca gelombang otak, karena otak manusia terdiri dari ribuan
sel neuron yang berkomunikasi satu sama lain dengan memancarkansinyal atau
gelombang listrik yang disebut dengan brainwave. Dalam keadaan lucid otak
memancarkan gelombang sinyal yang dapat dibaca melalui elektroda, kemudian
alat pembaca gelombang otak ini akan menampilkan hasilnya pada layar display.
Gambar II.5.Alat Pembaca Gelombang Otak Sumber: http://dittakris.wordpress.com (23 Mei 2014)
Namun, frekuensi dari brainwave ini akan berbeda-beda, tergantung kepada
kondisi seseorang, sehingga dapat diketahui apakah subyek sedang bermimpi
• Beta
Muncul ketika seseorang dalam keadaan sadar sepenuhnya, waspada, takut,
tegang, dan lain-lain.Gelombang ini berada di frekuensi 13-60 Hz (13-60
gelombang/detik).
• Alpha
Muncul ketika seseorang sedang dalam keadaan rileks/santai.Meskipun
masih dalam keadaan sadar.Gelombang ini berada di frekuensi 7-13 Hz (7-13
gelombang/detik).
• Theta
Muncul ketika seseorang dalam keadaan nyaris kehilangan kesadaran
(somnolence/nyaris tertidur). Gelombang ini berada di frekuensi 4-7 Hz (4-7
gelombang/detik).
• Delta
Muncul ketika seseorang dalam keadaan kehilangan
kesadaran/tertidur.Gelombang ini berada di frekuensi 0.1-4 Hz (o.1-4
gelombang/detik).
Gambar II.6. Brainwave
sumber: http://www.medicalook.com/human_anatomy/organs/Brain_waves.html (10 januari 2014)
Setelah diketahui sedikit tentang macam-macam gelombang brainwave,
maka dapat diketahui pula penyebab seseorang mengalami lucid dream.
Seharusnya otak seseorang berada dalam keadaan gelombang delta ketika tidur,
tetapi dalam lucid dream, pada otak bagian parietal lobe atau otak besar terdapat
bisa memperoleh kesadaran saat sedang bermimpi. Hal ini juga menjelaskan
kenapa beberapa diantara lucid dream bisa terasa sangat nyata.
II. 7. Pengaruh Pikiran Bawah Sadar Terhadap Manusia
Para peneliti dari Fakultas Kedokteran, Universitas Havard, percaya tidur
dan bermimpi usai belajar sesuatu akan membantu otak untuk beradaptasi
kemampuan berpikir sesuai dengan bidang yang dipelajari. Para peneliti ini
kemudian mengungkapkan bahwa jika seseorang belajar atau bekerja keras lalu
tidur, akan 10 kali lebih baik ketimbang yang terjaga.
Sebelumnya, peneliti melibatkan 99 relawan yang diminta duduk didepan
komputer dan diwajibkan mempelajari aplikasi tiga dimensi. Adapun tujuan riset
adalah untuk mengetahui cara manusia belajar dan beradaptasi dengan
pengetahuan barunya. Para relawan diizinkan untuk tidur siang dan kemudian
bermimpi tentang tugas yang diberikan.
Peneliti mencatat, dari yang tidur memiliki kemampuan 10 kali lebih baik
daripada yang tidak tidur atau yang tidak bermimpi. Hasil riset menduga tidur saat
bekerja atau bermimpi merupakan jalan untuk memperoleh kemampuan yang
lebih baik. Pemimpin riset, Professor Robert Stickgold, Harvard Medical School
berpendapat riset yang dilakukan pihaknya benar-benar menarik, setelah 100
tahun perdebatan tanpa henti tentang fungsi dari mimpi. Riset ini menunjukan
bahwa mimpi merupakan bagian dari aktivitas otak yang terintegrasi dan coba
memahami informasi baru yang masuk. Bukan mimpi yang membuat pikiran
menjadi lebih baik tetapi bagian dari otak yang bekerja keras untuk mengingat
cara yang harus dilakukan kemudian dijabarkan pada mimpi yang lalu berujung
pada perbaikan kemampuan.
Dalam Gunawan (2005:27), dijelaskan bahwa didalam pikiran bawah
sadar, terdapat yang bagian bernama Pusat Kendali otomatis. Pikiran bawah sadar
bereaksi dengan imajinasi, membayangkan, atau bahasa gambar. Pikiran bawah
sadar beroperasi diotak reptil atau batang otak yang didalamnya terdapat
II. 8. Penemuan Yang Terinspirasi Melalui Lucid Dream
• Rumus Benzena - Friedrich August Kekule Von Stradonitz
Benzena adalah salah satu komponen dalam minyak bumi, dan
merupakan salah satu bahan petrokimia yang paling dasar serta pelarut
yang penting dalam dunia industri. Benzena menjadi bahan dasar dalam
produksi obat-obatan, plastik, bensin, karet buatan, dan pewarna. Salah
satu peneliti yang berjasa dalam menemukan Benzena adalah Friedrich
August Kekule Von Stradonitz. Selama tahun 1800an para peneliti selalu
gagal memecahkan struktur dari Benzena begitupun juga dengan August
yang kesulitan memecahkan struktur dari Benzena. Karena lelah dan gagal
dalam penelitianya, August memutuskan untuk tidur di dekat perapian
agar otaknya kembali segar. Dalam tidurnya tersebut August bermimpi
buruk dimana August dikelilingi ular, kemudian August mencoba untuk
sadar dan membentuk formasi ular menjadi hexagonal dengan
imajinasinya. Ketika terbangun, August menyadari bahwa formasi ular
tersebut merupakan struktur molekul dari Benzena yang belum
terpecahkan dan ternyata sudah berada lama dalam otak bawah sadarnya
yang kemudian diwujudkan dalam mimpinya tersebut.
Gambar II.7 Teori Benzena Gambar II.8 Friedrich August Kekule sumber: perpustakaancyber.blogspot.com sumber: topyaps.com (10 Januari 2014) (10 januari 2014)
• Mesin Jahit - Elias Howe's
Elias Howe's mengalami masalah teknis saat dirinya ingin
menggabungkan jarum jahit dan benang. Frustasi masalah teknis mesin
jahit buatanya itu sampai terbawa ke dalam mimpi. Dimana Elias
mesin jahit. Jika Elias gagal, maka Eliasakan ditusuk tombak. Layaknya
dikehidupan nyata, dalam mimpinya tersebut Elias juga gagal membuat
mesin jahit, sehingga Elias pun ditusuk oleh tombak. Sadar dari mimpi
buruknya tersebut, Elias ingat sekali bahwa setiap tombak yang
menusuknya dalam mimpinya tersebut mempunyai lubang diujungnya.
Dari sinilah Elias sadar agar mesinnya bekerja, Elias memberi lubang pada
jarum mesin jahitnya.
Gambar II.9 Mesin Jahit Pertama
sumber: http://www.sewalot.com/ward_arm_and_platform.htm (10 Januari 2014)
Gambar II.10 Elias Howe's
sumber:http://etc.usf.edu/clipart/44600/44686/44686_e_howe.htm (10 Januari 2014)
• Teori Relativitas - Albert Einstein
Teori relativitas adalah sebuah teori yang berkontribusi pada
perkembangan dunia modern saat ini, mulai dari bom atom sampai
perjalanan ke luar angkasa. Ketika Einsten muda, dirinya pernah bermimpi
pergi ke peternakan dimana Einstein melihat segerombolan sapi ingin
dan menghidupkan pagar listrik tersebut dan membuat sapi-sapi itu
tersengat listrik. Einsten melihat salah satu sapi yang tersengat listrik itu
seperti sedang berakrobat dan menari, kemudian Einstein berlari kearah
yang berlainan untuk melihat sapi itu, kali ini sapi terlihat seperti
melompat membalikkan tubuh layaknya pemain sepak bola. Selanjutnya
Einstein mencoba untuk melihat dari berbagai arah dan ternyata hasilnya
berbeda-beda. Karena Einsten pemuda yang cerdas, Einstein tidak hanya
menganggap itu hanyalah sebuah mimpi konyol, pasti ada penjelasan
fisika didalamnya.
Setelah berpikir cukup lama, Einstein menyimpulkan bahwa
sebuah kejadian akan terasa dan terlihat berbeda tergantung dimana posisi
dan jarak pandang berada, dikarenakan waktu yang dibutuhkan cahaya
untuk mencapai mata akan berbeda-beda. Dan terciptalah teori relativitas.
Gambar II.11 Albert Einstein
sumber: http://cliftonhatfield.com/a-man-of-value-a-man-of-success (10 Januari 2014)
• Film Terminator - James Cameron
Salah satu sutradara ternama di hollywood, James Cameron. Salah
satu filmnya adalah Terminator. Film ini ternyata didasari oleh mimpi
yang dialami oleh Cameron. Saat ia sedang mensutradarai film Piranha 2,
James terserang demam hingga mengalami lucid dream. Didalam
mimpinya tersebut James berimajinasi menjadi seorang robot pembunuh
menjadi seorang robot penolong yang menghancurkan robot pembunuh.
Dalam mimpinya tersebut, James menjadi dua karakter yang berbeda.
Sembuh dari demamnya, Cameron segera menyusun sebuah skenario
berdasarkan dari mimpinya tersebut. Kemudian dikenal dengan Film
Terminator.
Gambar II.12 James Cameron
sumber: http://schmoesknow.com/james-cameron-involved-with-terminator-genesis/24182 (14 Januari 2014)
Gambar II.13 Terminator
BAB III
STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL
III.1 Strategi Perancangan
Dalam suatu perancangan diperlukan strategi yaitu rencana yang dapat
mendukung dan memenuhi tujuan dari perancangan tersebut. Lucid dream yang
tidak populer dikalangan masyarakat Indonesia, karena sumber informasi yang
masih sangat sedikit. Maka dibuatlah perancangan media video infografis yang
berisi informasi tentang lucid dream, mulai dari definisi, sejarah singkat,
pengaruh lucid dream bagi yang melakukannya, dan juga bagaimana lucid dream
bisa terjadi.
Adapun target audience yang dipilih adalah sebagai berikut :
• Geografis
Wilayah penyebaran yang diberikan ditujukan untuk masyarakat yang
tinggal diperkotaan kota Bandung.
• Demografis
Jenis Kelamin : Pria dan Wanita
Usia : 19 tahun - 25 tahun
Pendidikan : Mahasiswa atau sederajat
• Psikografis
Seseorang yang senang berimajinasi,tertarik dengan hal baru, mengeksplor
sesuatu untuk menjadi lebih baik, dan kecenderungan lebih sering
menyendiri untuk menemukan sebuah solusi ataupun ide.
III.1.1. Pendekatan Komunikasi
Proses penyampaian informasi yang dibuat penulis dalam video
infografis ini adalah melalui pendekatan visual dan pendekatan verbal
a. Pendekatan Visual
Pendekatan visual dalam perancangan media informasi ini melalui
gaya hidup anak muda masa kini khususnya dikalangan mahasiswa.
b. Pendekatan Verbal
Pendekatan komunikasi verbal dalam strategi perancangan ini
menggunakan penyampaian komunikasi bahasa Indonesia dan bahasa
Inggris, juga narasi menggunakan gaya bahasa yang sehari-hari digunakan
oleh target audiens. Hal itu ditujukan agar penerima pesan tidak bosan
dengan penyampaian komunikasi yang monoton.
III.1.2. Strategi Kreatif
Untuk mengenalkan lucid dream dibutuhkan strategi kreatif yang
dapat membuat seseorang tertarik untuk melihat infomasi dengan jelas.
Maka dari ituvideo infografis ini diisi dengan konten-konten informasi
yang banyak ingin diketahui oleh penerima pesan, dan juga disajikan
dengan tampilan yang menarik sesuai selera target audiens.
III.1.3. Strategi Media
Dalam perancangan media informasi lucid dream ini, media
merupakan sarana yang sangat sangat berpengaruh terhadap penyebaran
informasi. Karena media sebagai alat pendukung perantara serta alat
komunikasi untuk menyampaikan pesan kepada target audiens.
Media yang digunakan antara lain :
a. Media Utama
• Video Infografis
Video Infografis adalah sebuah media audio visual berisi informasi
yang dikemas dengan tampilan yang menarik. Media ini dipilih karena
penglihatan, sehingga penerima pesan dapat lebih mengerti dalam
menangkap informasi yang diberikan.
b. Media Pendukung
Media pendukung merupakan suatu media tambahan yang dibuat oleh
perusahaan agar produknya lebih dikenal oleh masyarakat luas, maka
media pendukungnya meliputi :
c. Media Distribusi
Penyebaran media utama akan dilakukan melalui kerjasama
komunitas LDI (Lucid Dream Indonesia) dengan kampus-kampus di
kota Bandung untuk mengadakan seminar umum lucid dream dengan
tema "be a director of your dream". Peserta seminar terbuka untuk
mahasiswa maupun umum. Disana, peserta akan mendapatkan
mentoring dari ketua LDI, psikolog, dan juga pekerja kreatif. Dan juga
untuk menarik perhatian target audiens, akan didatangkan stand-up
komedian terkenal yang juga menjadi pembawa acara tersebut. Selain
itu, penyebaran juga akan dilakukan di media sosial online seperti,
facebook dan twitter yang sedang marak digunakan anak muda masa
III.2. Konsep Visual
III.2.1 Format Desain
Format video infografis ini menggunakan widescreen dengan maksud
karenapandangan mata seseorang yang bersifat horizontal, sehingga akan
mendapatkan kenyamanan saat menonton. Spesifikasi format sebagai berikut :
• Costum video for windows
- Frame size :1920 x 1080px
- Frame rate :25 fps
- Aspect ratio :PAL widescreen 16 : 9
- Color depth : 24 bith
- Format video: mov
- Durasi : 2 Menit 15 Detik
• Audio setting
- Sample rate : 4800Hz
- Formataudio :mp3
- Compressor : Uncompressed31
- Quality : 100 %
IV.2.2 Storyboard
Dibuatkannya story board disini bertujuan untuk memudahkan
dalam menentukan angle, motion, transisi, dan juga efek. Karena
storyboard sangat berfungsi sekali dalam emberikan arahan saat sedang
III.1 Storyboard
Sumber : dokumentasi pribadi (10 Agustus 2014)
III.2.3 Tipografi
Tipografi adalah elemen penting dalam sebuah infografis karena
kecocokan dan keterbacaan jenis huruf yang dipilih sangat mempengaruhi
kenyamanan penonton.
• Tipografi Logo
Font yang digunakan pada logo seminar ini menggunakan Titania regular, karena karakter lengkungan pada font tersebut cocok dengan bentuk awan yang menjadi ikon dari lucid dream.
TITANIA REGULAR
ABCDEFGHIJKLMNOPQRSTUVWXYZ
• Tipografi bodytext infografis
Penggunaan huruf pada isi body text menggunakan jenis huruf yang
tingkat keterbacaannya tinggi agar pesan yang terdapat di dalamnya
dapat tersampaikan dengan baik. Didalam video infografis ini
menggunakan Helvetica LT Std Condensed, Helvetica LT Std
Compressed, Kabel Book BT, Chuck Noon, dan Bellerose Light.
Helvetica LT Std Condessed
ABCDEFGHIJKLMNOPQRSTUVWXYZ
1234567890
Helvetica LT Std Compressed
ABCDEFGHIJKLMNOPQRSTUVWXYZ
1234567890
Kabel Book BT
ABCDEFGHIJKLMNOPQRSTUVWXYZ
1234567890
Chuck Noon
ABCDEFGHIJKLMNOPQRSTUVWXYZ
1234567890
Bellerose Light
ABCDEFGHIJKLMNOPQRSTUVWXYZ
III.2.4 Ilustrasi
Ilustrasi karakter, konten, dan background yang digunakan adalah
flat vector. Gaya ilustrasi ini tidak detail, hanya diberi tambahan sedikit
shadow tipis untuk memperkuat karakter. Memberikan kesan simpel,
namun cocok dengan penggambaran yang ingin disampaikan.
III.2 Karakter
Sumber : dokumentasi pribadi (10 Agustus 2014)
III.3 Ikon lucid dream
Sumber : dokumentasi pribadi (10 Agustus 2014)
III.2.5 Warna
Warna merupakan unsur yang dapat membuat sebuah gambar
menjadi lebih hidup, karena masing-masing warna mampu memunculkan
respon secara psikologis, menurut Kusrianto (2009,47). Maka dalam video
infografis ini akan menggunakan dominan warna soft, hal ini ditujukan
Gambar III.4 Color Picker
Sumber : dokumentasi pribadi (8 Agustus 2014)
III.2.6 Suara
Narasi menggunakan suara wanita dengan gaya bahaya anak muda
yang disesuaikan dengan target audiens. Untuk pemilihan backsound
menggunakan musik instrumen Right Colours - Alex Jovanovic.Dan
BAB IV
TEKNIS PRODUKSI VIDEO INFOGRAFIS PENGENALAN LUCID DREAM
IV.I. Material Produksi
Dalam pembuatan sebuah video infografis ini, tentu dibutuhkan spesifikasi
komputer yang memiliki kemampuan lebih dalam mengolah sebuah data, agar
memperoleh hasil akhir yang diharapkan. Dan spesifikasi yang digunakan sebagai
berikut:
IV.1.1 Perangkat Keras
• SpesifikasiKomputer
Processor : AMD FX 6300
Motherboard : Gigabyte GA-78MLT
Hardisk : WD
Software sangat dibutuhkan dalam proses produksi ini, karena
software merupakan sebuah elemen yang penting dalam pembuatan
sebuah media video. Dan pemilihan software yang digunakan juga akan
menentukan hasil dalam tahap produksi. Berikut beberapa software yang
• Adobe Illustrator CS5 • Adobe After Effect CS6
• Adobe Premiere CS5
• Adobe Soundbooth CS5 IV.2Teknis Produksi
Pada sebuah perancangan media video infografis dilakukan beberapa tahap
teknis produksi yang meliputi pra produksi, produksi dan pascaproduksi:
IV.2.1 Pra Produksi
Pra produksi dilakukan untuk membuat konsep yang akan di
aplikasikan pada tahap produksi, diantaranya :
• Storyline
Storyline digunakan untuk membuat urutan cerita yang
berkesinambungan atau continuity.
• Storyboard
Storyboard digunakan untuk mempermudah proses produksi dalam
menentukan angle, layout, efek, dan transisi.
• Ilustrasi
Proses pembuatan ilustrasi menggunakan software Adobe Illustrator
CS5. Pada tahapan ini akan dibuat konten-konten ilustrasi yang
dibutuhkan dalam proses produksi, seperti: karakter, properti,
background, dan lain-lain. Layers pada Adobe Illustrator harus
Gambar IV.1 Pembuatan ilustrasi pada Adobe Illustrator CS5 sumber: dokumentasi pribadi (10 Agustus 2014)
• Narasi
Proses pembuatan narasi dilakukan take audio menggunakan software
Adobe Soundbooth CS5.
Gambar IV.3 Take audio pada Adobe Soundbooth CS5 sumber: dokumentasi pribadi (10 Agustus 2014)
VI.2.2 Produksi
Pada tahapan produksiakan dilakukan proses motion, pemberian
efek, dan juga transisi. Produksi video infografis ini menggunakan
software After Effect CS6. Untuk mempermudah proses produksi,
penulis membuat composition pada setiap scene, teknik ini dilakukan
agar composition tidak berantakan.
Gambar IV.5 Pemisahan composition tiap scene sumber dokumentasi pribadi (10 Agustus 2014)
VI.2.3 Pasca Produksi
Pada tahap pasca produksi, akan dilakukan proses offline atau
pengurutan scene sesuai storyline pada Adobe Premiere CS5, kemudian
lanjut proses sound scoring untuk memasukkan backsound dan sound
effect pada Adobe Soundbooth CS5. Kemudian yang terakhir, kembali
pada Adobe After Effect CS6 untuk proses rendering.
Render Setting :
- Format: Quicktime (.mov)
- Video Codec: H.264
- Resolution: 1920x1080px
- Channel: RGB
- Depth: Millions of Colours
IV.7 Proses Rendering pada Adobe After Effect CS6 sumber dokumentasi pribadi (10 Agustus 2014)
IV.4. Media Pendukung
• Banner
Banner merupakan media pendukung yang digunakan untuk
menyebarkan informasi tentang acara seminar.
IV.8 Spanduk
Sumber dokumentasi pribadi (11 Agustus 2014)
Material: Fronlite Glossy
Ukuran: 200 x 70 cm
• X-Banner
Media ini digunakan sebagai display pada saat acara seminar berlangsung.
IV.9 X-Banner
Sumber dokumentasi pribadi (11 Agustus 2014)
Material : Luster
Ukuran : 160 x 60 cm
Teknis Produksi : Digital Printing
• Poster
Media poster digunakan untuk menyebarkan informasi tentang acara
IV.10 Poster
Sumber dokumentasi pribadi (11 Agustus 2014)
Material: Art paper
Ukuran: A3
Teknis Produksi: Digital Printing
• T-Shirt
T-shirt ini berisikan identitas dari dream bender.Akan dijadikan doorprice
pada saat acara seminar berlangsung.
IV.11 T-shirt
Material: Bahan combed 20s, Sablon Super white
Ukuran: all size
Teknis Produksi: Sablon
• Tiket seminar
Tiket digunakan sebagai tanda masuk peserta yang sudah mendaftar.
IV.12 Tiket seminar
Sumber dokumentasi pribadi (11 Agustus 2014)
Material: Art Paper
Ukuran: 18x5cm
Teknis Produksi: Digital Printing
• Id Card Panitia
Id card digunakan sebagai identitas panitia acara seminar.
IV.13 Id card panitia
Sumber dokumentasi pribadi (11 Agustus 2014)
Material: Art Paper
Ukuran: 12x18cm
BAB IV
TEKNIS PRODUKSI VIDEO INFOGRAFIS PENGENALAN LUCID DREAM
IV.I. Material Produksi
Dalam pembuatan sebuah video infografis ini, tentu dibutuhkan spesifikasi
komputer yang memiliki kemampuan lebih dalam mengolah sebuah data, agar
memperoleh hasil akhir yang diharapkan. Dan spesifikasi yang digunakan sebagai
berikut:
IV.1.1 Perangkat Keras
• SpesifikasiKomputer
Processor : AMD FX 6300
Motherboard : Gigabyte GA-78MLT
Hardisk : WD
Software sangat dibutuhkan dalam proses produksi ini, karena
software merupakan sebuah elemen yang penting dalam pembuatan
sebuah media video. Dan pemilihan software yang digunakan juga akan
menentukan hasil dalam tahap produksi. Berikut beberapa software yang
• Adobe Illustrator CS5 • Adobe After Effect CS6
• Adobe Premiere CS5
• Adobe Soundbooth CS5 IV.2Teknis Produksi
Pada sebuah perancangan media video infografis dilakukan beberapa tahap
teknis produksi yang meliputi pra produksi, produksi dan pascaproduksi:
IV.2.1 Pra Produksi
Pra produksi dilakukan untuk membuat konsep yang akan di
aplikasikan pada tahap produksi, diantaranya :
• Storyline
Storyline digunakan untuk membuat urutan cerita yang
berkesinambungan atau continuity.
• Storyboard
Storyboard digunakan untuk mempermudah proses produksi dalam
menentukan angle, layout, efek, dan transisi.
• Ilustrasi
Proses pembuatan ilustrasi menggunakan software Adobe Illustrator
CS5. Pada tahapan ini akan dibuat konten-konten ilustrasi yang
dibutuhkan dalam proses produksi, seperti: karakter, properti,
background, dan lain-lain. Layers pada Adobe Illustrator harus
Gambar IV.1 Pembuatan ilustrasi pada Adobe Illustrator CS5 sumber: dokumentasi pribadi (10 Agustus 2014)
• Narasi
Proses pembuatan narasi dilakukan take audio menggunakan software
Adobe Soundbooth CS5.
Gambar IV.3 Take audio pada Adobe Soundbooth CS5 sumber: dokumentasi pribadi (10 Agustus 2014)
VI.2.2 Produksi
Pada tahapan produksiakan dilakukan proses motion, pemberian
efek, dan juga transisi. Produksi video infografis ini menggunakan
software After Effect CS6. Untuk mempermudah proses produksi,
penulis membuat composition pada setiap scene, teknik ini dilakukan
agar composition tidak berantakan.
Gambar IV.5 Pemisahan composition tiap scene sumber dokumentasi pribadi (10 Agustus 2014)
VI.2.3 Pasca Produksi
Pada tahap pasca produksi, akan dilakukan proses offline atau
pengurutan scene sesuai storyline pada Adobe Premiere CS5, kemudian
lanjut proses sound scoring untuk memasukkan backsound dan sound
effect pada Adobe Soundbooth CS5. Kemudian yang terakhir, kembali
pada Adobe After Effect CS6 untuk proses rendering.
Render Setting :
- Format: Quicktime (.mov)
- Video Codec: H.264
- Resolution: 1920x1080px
- Channel: RGB
- Depth: Millions of Colours
IV.7 Proses Rendering pada Adobe After Effect CS6 sumber dokumentasi pribadi (10 Agustus 2014)
IV.4. Media Pendukung
• Banner
Banner merupakan media pendukung yang digunakan untuk
menyebarkan informasi tentang acara seminar.
IV.8 Spanduk
Sumber dokumentasi pribadi (11 Agustus 2014)
Material: Fronlite Glossy
Ukuran: 200 x 70 cm
• X-Banner
Media ini digunakan sebagai display pada saat acara seminar berlangsung.
IV.9 X-Banner
Sumber dokumentasi pribadi (11 Agustus 2014)
Material : Luster
Ukuran : 160 x 60 cm
Teknis Produksi : Digital Printing
• Poster
Media poster digunakan untuk menyebarkan informasi tentang acara
IV.10 Poster
Sumber dokumentasi pribadi (11 Agustus 2014)
Material: Art paper
Ukuran: A3
Teknis Produksi: Digital Printing
• T-Shirt
T-shirt ini berisikan identitas dari dream bender.Akan dijadikan doorprice
pada saat acara seminar berlangsung.
IV.11 T-shirt
Material: Bahan combed 20s, Sablon Super white
Ukuran: all size
Teknis Produksi: Sablon
• Tiket seminar
Tiket digunakan sebagai tanda masuk peserta yang sudah mendaftar.
IV.12 Tiket seminar
Sumber dokumentasi pribadi (11 Agustus 2014)
Material: Art Paper
Ukuran: 18x5cm
Teknis Produksi: Digital Printing
• Id Card Panitia
Id card digunakan sebagai identitas panitia acara seminar.
IV.13 Id card panitia
Sumber dokumentasi pribadi (11 Agustus 2014)
Material: Art Paper
Ukuran: 12x18cm