• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENGARUH KUALITAS OBYEK WISATA TERHADAP KEPUASAN WISATAWAN DAN IMPLIKASINYA TERHADAP LOYALITAS WISATAWAN (Studi Penelitian Pada Kawasan Obyek Wisata Unggulan Berdasarkan Program Promosi Visit Lampung Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Lampu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS PENGARUH KUALITAS OBYEK WISATA TERHADAP KEPUASAN WISATAWAN DAN IMPLIKASINYA TERHADAP LOYALITAS WISATAWAN (Studi Penelitian Pada Kawasan Obyek Wisata Unggulan Berdasarkan Program Promosi Visit Lampung Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Lampu"

Copied!
132
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

ANALISIS PENGARUH KUALITAS OBYEK WISATA TERHADAP KEPUASAN WISATAWAN DAN IMPLIKASINYA TERHADAP LOYALITAS

WISATAWAN

(Studi Penelitian Pada Kawasan Obyek Wisata Unggulan Berdasarkan Program Promosi Visit Lampung Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Lampung)

Oleh

MUHAMMAD ARDIANSYAH LASTIANUR

Peluang dan tantangan atas permintaan wisatawan yang semakin meningkat terhadap kualitas obyek wisata membuat pemerintah dan pengelola pariwisata harus tanggap dalam memerhatikan kualitas obyek wisata seperti apa yang berpengaruh dalam memberikan kepuasan wisatawan. Literatur pariwisata menyebutkan variabel kualitas obyek wisata yang berdampak terhadap kepuasan wisatawan antara lain Atraksi, Fasilitas dan Pelayanan, Aksesibilitas, Citra Obyek Wisata, dan Harga. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kualitas obyek wisata tersebut terhadap kepuasan wisatawan, serta implikasinya terhadap loyalitas wisatawan.

Penelitian ini mengkhususkan kajian tentang wisatawan pada kawasan wisata unggulan provinsi Lampung berdasarkan program Visit Lampung Year Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Lampung, yaitu Anak Gunung Krakatau, Tanjung Setia, Teluk Kiluan, Taman Nasional Way Kambas, dan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan. Penyebaran kuesioner dilakukan dengan teknik Alokasi Proporsional berdasarkan perhitungan jumlah wisatawan di setiap obyek wisata, dengan metode

Purposive Sampling yang mengkhususkan pada wisatawan yang sedang atau sudah pernah berkunjung ke kawasan obyek wisata unggulan provinsi Lampung dalam kurun waktu 2 tahun terakhir.

(2)
(3)

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Pariwisata, sebagai suatu variabel pembangunan dalam suatu negara, merupakan sektor kompleks yang bersifat multidimensi baik fisik, individu, sosial, budaya, ekonomi, atau pun politik. Perkembangan zaman dan kehidupan dalam

masyarakat dewasa ini telah membuat pariwisata berdiri sebagai sebuah industri besar yang bukan hanya sebagai alat pemenuhan atas kebutuhan manusia, namun juga sebagai alat penggerak perekonomian suatu daerah atau negara melalui peningkatan pendapatan berupa devisa, pendapatan nasional, pendapatan regional, atau pendapatan per kapita.

Kepariwisataan terus tumbuh menjadi leading sector yang mampu mempercepat pertumbuhan ekonomi melalui penyediaan lapangan pekerjaan, peningkatan penghasilan dan standar hidup, serta efek dominonya yang mampu menstimulasi sektor-sektor produktif lain seperti industri kerajinan tangan dan cinderamata, penginapan dan perhotelan, wisata kuliner, jasa transportasi, jasa pemandu wisata, dan berbagai sektor produksi lainnya.

(4)

dengan sumber daya alam yang melimpah baik darat, udara, maupun perairan, serta keanekaragaman budaya bernilai tinggi dengan ribuan potensi wisata yang tersebar di seluruh daerah.

Dalam perkembangan kepariwisataan di Indonesia, Badan Pusat Statistik Republik Indonesia mencatat bahwa grafik kunjungan wisatawan ke Indonesia pada awal masa orde baru hingga pertengahan dekade 1990-an terus menunjukkan peningkatan secara signifikan dari tahun ke tahun. Tetapi kondisi itu berubah ketika tahun 2001 dan 2002, pariwisata Indonesia dihancurkan oleh peristiwa bom yang menghancurkan jantung pariwisata Indonesia, Bali, yang kemudian dikenal dengan Tragedi Bom Bali I dan II. Akibat peristiwa tersebut, terjadi pembatalan perjalanan wisata ke Bali secara massive dari agen wisata di seluruh dunia, hingga pada puncaknya ketika muncul aksi travel warning dari berbagai negara di dunia yang melarang warganya berkunjung ke Indonesia. Hal tersebut pada akhirnya menjadi sebab kunjungan wisata nasional tahun 2002 menurun drastis dan dinyatakan gagal mencapai target (Raharso, 2005).

(5)

Tahun 2008 menjadi langkah nyata pergerakan kepariwisataan di Indonesia. Pada tahun tersebut, pemerintah Indonesia mencanangkan program Tahun Kunjungan Wisata Indonesia yang kemudian dikenal dengan program Visit Indonesia Year 2008. Sebagai konsekuensi atas kebijakan otonomi daerah, daerah dituntut untuk menggali dan memanfaatkan segala potensi sumber daya ekonomi yang dimiliki secara optimal untuk menjamin keberlangsungan pembangunan di daerah, baik potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, maupun potensi ekonomi lainnya, melalui keseragaman visi dan misi program tahun kunjungan wisata yang telah dicanangkan. Oleh karena itu kemudian muncul Visit Musi 2008 di Sumatera Selatan , Visit Kalbar 2010 di Kalimantan Barat, Visit Banda Aceh 2011 di

Nangroe Aceh Darrusalam, Visit Jateng 2013 di Jawa Tengah, serta program serupa lainnya di seluruh provinsi di Indonesia.

Provinsi Lampung, sebagai sebuah provinsi yang terletak di ujung pulau

Sumatera, dengan julukan the gate of sumatera-nya pun turut berkontribusi dalam mendukung program pemerintah ini sebagai suatu upaya peningkatan kunjungan wisatawan ke provinsi Lampung dengan mengadakan Visit Lampung Year 2009.

(6)

Visit Lampung Year diluncurkan pada perayaan festival akbar provinsi Lampung, yaitu Festival Krakatau, Agustus 2009. Pada peluncuran program promosi yang bertemakan enjoy the scenery, meet the people, feel the hospitality, and be your second home tersebut, pemerintah provinsi Lampung dalam hal ini Gubernur Lampung, Drs. Sjachroedin Z.P., S.H., menetapkan 5 (lima) Kawasan Obyek Wisata Unggulan yang menjadi fokus pengembangan utama kawasan obyek wisata yang ada di provinsi Lampung, antara lain :

1) Kawasan Obyek Wisata Gunung Anak Krakatau, Lampung Selatan. 2) Kawasan Obyek Wisata Pantai Tanjung Setia, Lampung Barat. 3) Kawasan Obyek Wisata Teluk Kiluan, Tanggamus.

4) Kawasan Obyek Wisata Pusat Pelatihan Gajah dan Taman Nasional Way Kambas, Lampung Timur.

5) Kawasan Obyek Wisata Hutan Lindung Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, Lampung Barat dan Tanggamus.

Pada peluncuruan Visit Lampung year tersebut, pemerintah provinsi Lampung menargetkan pencapaian 2 juta kunjungan wisatawan sampai dengan tahun 2010.

Berikut tabel pertumbuhan kunjungan wisatawan baik domestik maupun

(7)

Tabel 1.1. Kunjungan Wisatawan ke Provinsi Lampung selama 11 Tahun

Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Lampung,2012

Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan kunjungan secara total keseluruhan wisatawan yang berkunjung ke provinsi Lampung setiap tahunnya. Peningkatan ini menjadi catatan tersendiri bagi pertumbuhan pariwisata di provinsi Lampung yang semakin tahun semakin menjadi perhatian masyarakat baik lokal, nasional, maupun mancanegara. Lampung menjadi pembicaraan hangat bagi para pelaku pariwisata nasional dan internasional serta pemerintah dan para investor bisnis terutama sejak rencana pembangunan Jembatan Selat Sunda yang masih dalam proses. Kelak arus pertumbuhan pariwisata di provinsi Lampung akan semakin tumbuh bahkan tidak terbendung akibat para travel agent

(8)

Untuk memanfaatkan peluang dan tantangan tersebut, dilakukan perubahan peran pemerintah di bidang kebudayaan dan pariwisata yang pada masa lalu berperan sebagai pelaksana pembangunan, saat ini lebih difokuskan pada tugas-tugas pemerintah sebagai fasilitator agar kegiatan pariwisata yang dilakukan oleh swasta dapat berkembang lebih pesat serta menciptakan iklim yang nyaman agar para pelaku kegiatan kebudayaan dan pariwisata dapat berkembang secara efisien dan efektif (Komarlina, 2009).

Pemerintah provinsi Lampung dan para pelaku pariwisata melalui program promosi Visit Lampung Year harus memerhatikan kualitas obyek wisata yang terdapat pada kawasan wisata unggulan tersebut agar dapat bersinergi dengan tujuan kepariwisataan Lampung, yaitu bukan hanya meningkatkan jumlah wisatawan yang berkunjung melalui kegiatan promosi yang dilakukan, namun juga mempertahankan wisatawan yang sudah atau pernah berkunjung agar tetap menjadikan Lampung sebagai destinasi alternatif pilihan utama, dengan cara memberikan pelayanan yang prima dan pengalaman pariwisata yang baik sesuai yang dijanjikan pada jargon promosi pariwisata, sehingga dapat memberikan dampak positif bagi daerah melalui tindakan-tindakan yang dilakukan sebagai bentuk dari kepuasan yang dirasakan oleh wisatawan.

Kepuasan wisatawan menjadi hal yang perlu dikaji sebagai solusi jawaban atas permasalahan pariwisata demi mencapai pelayanan prima dalam industri jasa pariwisata. Faktor-faktor yang dapat membuat wisatawan puas harus diketahui oleh pemerintah dan pelaku pariwisata provinsi Lampung. Apabila faktor

(9)

melainkan kegagalan. Kalau pun ada komitmen dari sebuah manajemen pengelola untuk mengedepankan kebutuhan wisatawan, hal tersebut sebatas komitmen. Akibatnya, terjadi kesenjangan antara apa yang diinginkan wisatawan dengan apa yang diberikan oleh organisasi (Parasuraman, et al, 1996).

Banyak kasus terjadi ketika suatu obyek wisata dengan potensi yang baik namun tidak memberikan pelayanan baik dan ketersediaan fasilitas dan sarana yang memadai bagi para wisatawannya, yang pada akhirnya membuat wisatawan tersebut enggan untuk melakukan kunjungan kembali bahkan secara lebih jauh memberikan citra buruk bagi obyek wisata yang berimbas pada penurunan jumlah kunjungan wisatawan. Untuk merespon situasi ini, jawabannya adalah “delivering superior customer value & satisfaction” atau memberikan nilai tambah dan kepuasan bagi konsumen (Kotler, 2000).

Dalam konteks kepuasan wisatawan, harapan wisatawan (tourist expectation) memainkan peranan penting sebagai standar perbandingan dalam mengevaluasi kepuasan wisatawan. Tjiptono dan Chandra (2005) mengemukakan bahwa

harapan adalah keyakinan, kepercayaan invidual sebelumnya, mengenai apa yang seharusnya terjadi pada situasi tertentu. Harapan pelanggan merupakan keyakinan pelanggan sebelum mencoba atau membeli suatu produk, yang dijadikan standar atau acuan dalam menilai kinerja produk bersangkutan (Olson dan Dover dalam Zeithaml, et.al., 2006).

(10)

dalam Raharso, 2005). Caranya adalah dengan memperoleh pelanggan yang loyal (Seybold, 2001, dalam Raharso, 2005). Banyak kajian penelitian yang meneliti dan menganalisis tentang kepuasan wisatawan sebagai anticedent yang

berpengaruh terhadap loyalitas wisatawan (Som, Marzuki, & Jusoh, 2011)

Meskipun studi tentang loyalitas konsumen telah ditunjukkan dalam literatur pemasaran sebagai salah satu kekuatan pendorong utama di era pemasaran baru (Brodie et al., 1997), analisis dan eksplorasi konsep ini relatif baru dalam penelitian pariwisata. Beberapa penelitian mengakui bahwa memahami faktor-faktor yang meningkatkan loyalitas wisatawan adalah informasi berharga bagi pemasar pariwisata dan manajer (Flavianus et al., 2001). Banyak tujuan bergantung kuat pada kunjungan ulang karena lebih murah untuk

mempertahankan wisatawan dari pada menarik yang baru (Um et al., 2006). Selain itu, Baker dan Crompton (2000) menunjukkan bahwa hubungan kuat antara loyalitas konsumen dan keuntungan adalah realitas dalam industri pariwisata.

(11)

2001), nilai yang dirasakan (Petrick dkk., 2001), pengalaman liburan masa lalu (Kozak, 2001), dan sejenisnya.

Menyadari bahwa segala bentuk loyalitas wisatawan tersebut berasal dari kepuasan wisatawan, dan kepuasan itu berasal dari kualitas jasa pariwisata yang ada pada obyek wisata, maka mengetahui kualitas jasa pariwisata yang dapat memenuhi harapan atau ekspektasi pelanggan, itu lah jawabannya.

Kajian tentang variabel penentu kualitas jasa pariwisata memang tidak sebanyak pembahasan pada kualitas jasa perusahaan, di mana kualitas jasa perusahaan dapat diukur melalui sebuah dimensi kepuasan berupa Tangible, Emphaty,

Responsiveness, Responsibility, dan Assurance (Parasuraman).

Dalam industri jasa pariwisata, variabel penentu kualitas obyek wisata diklasifikasikan secara seksama melalui turunan dari bauran pemasaran 7 P (Product, Price, Promotion, Place, People, Physical Evidence, dan Process) menjadi sebuah variabel penentu kualitas jasa pariwisata berupa Atraksi (Product, Promotion, dan Place), Fasilitas dan Pelayanan (People dan Physical Evidence), Aksesibilitas (Process dan Physical Evidenve), Citra Obyek Wisata (People dan

Physical Evidence), serta Harga (Price) (Yoeti, 2003).

(12)

Berdasarkan uraian latar belakang yang dijelaskan, penelitian ini membahas tentang kualitas obyek wisata seperti apa yang dapat memberikan pengaruh kepada kepuasan wisatawan di kawasan wisata unggulan provinsi Lampung, serta apakah kepuasan wisatawan tersebut memiliki implikasi terhadap loyalitas

wisatawan yang pernah berkunjung ke obyek wisata tersebut, dengan judul penelitian: “Analisis Pengaruh Kualitas Obyek Wisata Terhadap Kepuasan Wisatawan Dan Implikasinya Terhadap Loyalitas Wisatawan (Studi

Penelitian Pada Kawasan Obyek Wisata Unggulan Berdasarkan Program Promosi Visit Lampung Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Lampung)”.

1.2 Permasalahan

Program pengembangan kepariwisataan telah menjadi tujuan utama dari pemerintah Indonesia yang dimandatkan kepada Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia secara keseluruhan, serta Dinas Kebudayaan dan Pariwisata untuk aktif berkomitmen dan berperan meningkatkan kunjungan wisatawan di daerahnya masing-masing.

(13)

sarana dan prasarana yang memadai untuk para wisatawan terhadap obyek wisata yang menjadi dipromosikan.

Oleh karena itulah, faktor-faktor yang ada dalam kualitas obyek wisata harus diperhatikan oleh pemerintah khususnya pada obyek wisata unggulan untuk dapat menciptakan kepuasan wisatawan yang pada akhirnya berdampak pada loyalitas wisatawan. Hal tersebut dilakukan guna menciptakan pengalaman wisata yang sesuai dengan apa yang diharapkan oleh wisatawan, sehingga bukan hanya kepuasan yang didapatkan, namun juga efek jangka panjang terhadap keberlangsungan obyek wisata yang dikembangkan.

Banyak faktor yang menjadi indikator kualitas obyek wisata agar dapat

memberikan kepuasan bagi wisatawan yang menikmati obyek wisata. Penetapan indikator berdasarkan literatur pariwisata yang benar menjadi acuan untuk dapat menentukan faktor apa yang paling berpengaruh dalam kualitas obyek wisata sehingga pengelola obyek wisata dan pemerintah dapat dengan efektif dan efisien menentukan strategi pengembangan pariwisata yang bertujuan menciptakan kepuasan wisatawan yang pada akhirnya berkontribusi dalam peningkatan jumlah wisatawan.

(14)

1.3 Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

1. Mengetahui pengaruh kualitas obyek wisata terhadap kepuasan wisatawan atas kawasan obyek wisata unggulan provinsi Lampung. 2. Mengetahui pengaruh kepuasan wisatawan terhadap loyalitas

wisatawan atas kawasan obyek wisata unggulan provinsi Lampung.

1.3.2 Manfaat Penelitian

1. Sebagai sumbangan pemikiran untuk pemerintah daerah dalam hal ini Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Lampung dalam

melakukan kebijakan dan program pembenahan serta pengembangan kepariwisataan yang tepat, efektif, dan efisien melalui masukan-masukan positif yang dapat berkontribusi meningkatkan

pembangunan pariwisata khususnya di kawasan obyek wisata unggulan provinsi Lampung agar dapat terus membenahi kualitas yang ada dalam rangka menarik wisatawan untuk berkunjung. 2. Sebagai bahan referensi dan informasi bagi peneliti lain yang ingin

melakukan penelitian lebih lanjut terhadap kajian kualitas obyek wisata dan kepuasan wisatawan serta loyalitas wisatawan. 3. Sebagai bahan pembelajaran terhadap disiplin ilmu manajemen

(15)

1.4 Kerangka Berpikir

Kepuasan selalu dianggap penting dalam keberhasilan suatu bisnis. Seiring berjalannya waktu dan berkembangnya penelitian yang dilakukan, pengukuran dalam mempelajari kepuasan telah bergerak menuju konsep loyalitas. Hal ini memungkinkan prediksi yang lebih baik dari perilaku konsumen yang merupakan kunci untuk kelangsungan bisnis (Chi, C. & Qu, H, 2008).

Studi terdahulu menunjukkan bahwa persepsi kualitas pelayanan dan nilai mempengaruhi kepuasan, dan kepuasan selanjutnya mempengaruhi loyalitas dan pasca-perilaku (Oliver, 1980; Cronin & Taylor, 1992; Fornell, 1992; Anderson & Sullivan, 1993; Tam, 2000; Bignie, Sanchez & Sanchez, 2001; Petrick &

Backman, 2002; Chen & Tsai, 2007; Chen, 2008; De Rojas & Camarero, 2008).

Sebagai contoh, wisatawan yang puas mengunjungi obyek wisata bukan tidak mungkin akan mengunjungi suatu obyek wisata untuk kedua kalinya dan atau merekomendasikannya kepada orang lain. Di sisi lain, wisatawan yang tidak puas mungkin tidak akan kembali ke tujuan atau obyek wisata yang sama dan tidak akan merekomendasikannya kepada wisatawan lain, bahkan bukan tidak mungkin memberikan citra buruk akibat pengalaman buruk yang didapat. (Reisinger, Y. & Turner, L. W, 2003).

(16)

2.

Gambar 1.1: kualitas – kepuasan – loyalitas model (diadaptasi dari Chi & Qu, 2008; Wnag & Hsu, 2010; Valle et al, 2006.)

Mengukur kualitas penilaian jasa dalam dunia pariwisata berbeda dengan kualitas jasa pada perusahaan. Dalam kualitas jasa perusahaan, terdapat lima (5) dimensi yang dirancang untuk mengukur kualitas pelayanan bagi perusahaan yang didasarkan pada perbedaan antara nilai harapan dengan nilai kinerja yang

dirasakan oleh konsumen (Parasuraman, et,al, 1988, dalam Tjiptono dan Chandra, 2005), yaitu Tangible (Kemampuan Fisik), Emphaty (Perhatian), Responsive

(Daya Tanggap), Reliability (Kehandalan), dan Assurance (Jaminan).

Dalam kajian literatur kepariwisataan, terdapat beberapa pendapat mengenai kumpulan produk yang dihasilkan oleh bermacam-macam perusahaan di mana fungsi dan bentuk pelayanannya berbeda satu dengan yang lainnya. Produk Pariwisata (Tourism Product) dapat didefinisikan sebagai kombinasi dari Tourist Attraction dan Tourist Industry (Weaver David, Martin Oppermann, 2000).

Tourist Attraction adalah keistimewaan yang umum dan spesifik dari suatu tujuan obyek wisata yang dapat menarik wisatawan untuk berkunjung. Tourist Attraction

meliputi Natural, seperti keindahan alam, pantai, pegunungan, goa, dan juga

Cultural, seperti museum, bangunan tua, monumen peninggalan sejarah, dan lain-lain. Sedangkan Tourist Industry merupakan kegiatan bisnis yang menyediakan

Destination image as

perceived quality of

destination

Intentional Loyalty Tourist

(17)

barang-barang dan jasa secara keseluruhan atau sebagian besar untuk konsumsi wisatawan. Tourist Industry meliputi Travel Agency, Transportation,

Accomodation, Food and Beverage Outlets, Tour Operator, dan Merchandise.

Travel Agency adalah kegiatan bisnis yang menyediakan jasa perjalanan eceran ke pelanggan atas nama sektor industri pariwisata yang lain. Transportation adalah bisnis yang melibatkan transportasi dari wisatawan dengan kapal terbang, jalan, rel, atau air. Accommodation adalah fasilitas yang digunakan wisatawan untuk tinggal sementara di daerah tujuan wisata. Food and Beverage Outlets adalah fasilitas yang disediakan restoran atau tempat makan berupa makanan dan minuman. Tour Operator adalah penyedia paket layanan untuk wisatawan yang meliputi kombinasi dari akomodasi, transportasi, restoran, atraksi, dan lain-lain.

Merchandise adalah barang dagangan yang berhubungan dengan pariwisata dan dapat dibeli di daerah tujuan. Misalnya souvenir, barang bebas bea, buku petunjuk pariwisata, dan lain sebagainya.

Goeldner et.al (2000) mengemukakan produk pariwisata dengan istilah The Operating Sectors of The Tourism Industryatau “Seperangkat Sektor Industri

Pariwisata” yang meliputi Transportation Sectors berupa darat, laut, dan udara;

Accomodation Sectors berupa hotel, motel, apartement, villa, penginapan; Food Service Sectors berupa restoran, rumah makan, fast food; Attraction Sectors

berupa museum, pegunungan, pemandangan, pantai; Event Sectors berupa festival, pertandingan olahraga, dan lain-lain; Entertainment Sectors berupa hiburan; Travel Trade Sectors dan Tourism Service berupa Retail Travel Agent

(18)

Yoeti (2003), dalam Tours and Travel Marketing, mengemukakan 5 (lima) komponen utama total produk industri pariwisata yang dapat dijadikan faktor-faktor penentu kualitas obyek wisata, yang digunakan dalam penelitian yang dilakukan Komarlina (2009) tentang faktor penentu kualitas obyek wisata, yaitu :

1. Destination Attraction (Atraksi)

Adalah suatu daya tarik obyek atau daerah tujuan wisata yang menjadi motivasi bagi wisatawan untuk memilih suatu obyek wisata berdasarkan faktor-faktor antara lain sebagai berikut :

a. Natural Attraction : Landscape, Seascape, Beaches, Climate, and Other Geographical Features of Destinations.

b. Building Attraction : Building and Tourist Infrastructure, Including Historic and Modern Architecture, Monuments, Parks and Gardens,

Industrial Archeology, Specialty Shop.

c. Culture Attractions : History and Folklore, Religion and Art, Teathre. d. Social Attraction : Language, Way of life of Resident Population. 2. Destination Facilities and Service (Fasilitas dan Pelayanan)

Semua fasilitas yang fungsinya memenuhi kebutuhan wisatawan yang tinggal untuk sementara waktu di daerah tujuan obyek wisata yang dikunjunginya, antara lain : a) Accommodation, b) Restaurant, c) Transportation, d) Sport and Activity, e) Other Facilitiy, f) Retail Outlet, g) Other Service.

3. Accessibility of Destination (Aksesibilitas)

(19)

tertentu. Faktor tersebut diantaranya : a) Infrastructures, b) Equipments, c)

Operation Factors, d) Government Retransgulations.

4. Image and Perception of the Destination (Citra Obyek Wisata)

Image bagi suatu daerah tujuan obyek wisata sangat dipengaruhi oleh bermacam produk wisata yang tersedia di daerah obyek wisata yang bersangkutan. Image yang dimiliki oleh suatu obyek wisata sangat mempengaruhi calon wisatawan dalam melakukan perjalanan wisata. Misalnya image provinsi Bali sebagai Pulau Dewata, atau Jepang sebagai Negeri Matahari Terbit atau Negeri Sakura yang mengagumkan.

5. Price of the Costumer (Harga)

Harga atau biaya untuk perjalanan wisata relatif cukup besar. Orang tidak akan membelanjakan uangnya untuk perjalanan wisata bila kebutuhan rumah tangga dan pendidikan keluarga belum terpenuhi. Dengan kata lain, orang yang melakukan perjalanan wisata adalah orang yang memiliki uang lebih yang tidak akan memengaruhi kehidupan rumah tangganya.

Dari beberapa komponen produk industri pariwisata di atas, ternyata banyak kesamaan dalam hal mengukur faktor kualitas kepuasan wisatawannya. Oleh karena itu, penelitian ini mencoba untuk mengkaji faktor-faktor penentu kualitas obyek wisata melalui variabel Attraction (Atraksi), Facilities and Services

(20)

(X1) Atraksi

(X2) Fasilitas dan

Pelayanan

(X3) Aksesibilitas

(X4) Citra Obyek

Wisata

(X5) Harga

Maka keseluruhan kerangka berpikir yang telah dijelaskan di atas dirangkai dalam sebuah paradigma penelitian yang menjadi konsep dasar pada penelitian ini, seperti ditunjukan pada Gambar 1.2 berikut ini.

Kualitas Obyek Wisata (X)

Gambar 1.2: Paradigma Penelitian Kepuasan

Wisatawan (Y1)

Loyalitas Wisatawan

(Y2)

a) Rekomendasi

b) Kunjungan

(21)

1.5 Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

1. Kualitas Obyek Wisata dengan variabel Atraksi, Fasilitas dan Pelayanan, Aksesibilitas,Citra Obyek Wisata, dan Hargaberpengaruh terhadap Kepuasan Wisatawan pada kawasan obyek wisata unggulan provinsi Lampung.

(22)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Kajian Tentang Pariwisata

Pengertian tentang pariwisata dan wisatawan timbul di Perancis pada akhir abad ke-17. Tahun 1972 Maurice Menerbitkan buku petunjuk “The True Quide For Foreigners Travelling in France to Appriciate its Beealities, Learn the language

and take exercise”. Dalam buku ini disebutkan dua perjalanan yaitu perjalanan besar dan kecil (grand tour dan perit tour). Sekitar pertengahan abad ke-19, jumlah orang yang berwisata masih terbatas karena butuh waktu lama dan biaya besar, keamanan kurang terjamin, dan sarananya masih sederhana. Tetapi sesudah revolusi industri keadaan itu berubah, tidak hanya golongan elite saja yang bisa berpariwisata tapi kelas menengah juga. Hal ini ditunjang juga oleh adanya kereta api. Pada abad ke-20 terutama setelah perang dunia II, kemajuan teknik produksi dan teknik penerbangan menimbulkan peledakan pariwisata. Perkembangan terakhir dalam pariwisata adalah munculnya perjalanan paket (package tour).

(23)

dilakukan berkali-kali, berputar-putar dari suatu tempat ke tempat lain ataupun suatu perjalanan yang sempurna.

Ada banyak ahli yang mendefinisikan konsep dari pariwisata. Berikut rangkuman dari beberapa literatur yang membahas tentang kepariwisataan yang memberikan definisi pariwisata.

1. Pengertian pariwisata secara umum

Merupakan suatu perjalanan yang dilakukan seseorang untuk sementara waktu yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat yang lain dengan meninggalkan tempat semula dan dengan suatu perencanaan atau bukan maksud untuk mencari nafkah di tempat yang dikunjunginya, tetapi semata-mata untuk menikmati kegiatan pertamasyaan atau rekreasi untuk memenuhi keinginan yang beraneka ragam.

2. Pengertian pariwisata secara teknis

Merupakan kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau berkelompok dalam wilayah negara sendiri maupun negara lain dengan menggunakan kemudahan jasa atau pelayanan dan faktor-faktor penunjang serta kemudahan-kemudahan lainnya yang diadakan oleh pemerintah, dunia usaha dan masyarakat agar dapat mewujudkan keinginan wisatawan. 3. Pariwisata menurut Salah Wahab (dalam Yoeti, 1982:107)

(24)

Pariwisata adalah suatu aktivitas manusia yang dilakukan secara sadar mendapat pelayanan secara bergantian di antara orang-orang dalam suatu negara untuk mencari kepuasan yang beraneka ragam dan berbeda dengan apa yang dialaminya dimana ia berasal.

4. Pariwisata menurut Krapt dan Hunziker (dalam Yoeti, 1996:112)

Pariwisata adalah keseluruhan dari gejala yang ditimbulkan perjalanan dan pendiaman orang-orang asing serta penyediaan tempat tinggal sementara, asalkan orang asing itu tidak tinggal menetap dan tidak memperoleh penghasilan dari aktivitas yang bersifat sementara.

5. UU RI tentang kepariwisataan No 10 Tahun 2009

Merumuskan pariwisata sebagai sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan obyek dan daya tarik wisata serta usaha yang terkait di bidang tersebut yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan pemerintah daerah. Wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati obyek dan daya tarik sebuah obyek atau destinasi wisata.

(25)

2.1.2. Jenis dan Sifat Pariwisata

Tujuan dari wisatawan melakukan perjalanan mempengaruhi dan menentukan jenis pariwisata yang memungkinkan untuk dikembangkan di daerah tujuan wisata yang nantinya akan menarik wisatawan untuk mengunjunginya. Menurut Spillane terdapat beberapa jenis pariwisata, yaitu:

a) Pariwisata untuk menikmati perjalanan (Pleasure Tourism)

Jenis pariwisata ini menyangkut banyak unsur yang bersifat berbeda dari

utility pleasure yang berbeda sesuai karakter, cita rasa, latar belakang kehidupan, dan temperamen individu. Jenis pariwisata ini dilakukan oleh orang yang meninggalkan tempat tinggalnya untuk berlibur mencari udara segar yang baru, untuk menikmati keindahan alam, untuk menikmati hikayat rakyat suatu daerah, untuk menikmati hiburan, dan sebagainya. b) Pariwisata untuk rekreasi (Recreation Tourism)

Jenis pariwisata ini dilakukan oleh orang yang menghendaki pemanfaatan hari-hari libur untuk istirahat, untuk memulihkan kembali kesegaran jasmani dan rohani, yang akan menyegarkan keletihan dan kelelahannya. c) Pariwisata untuk kebudayaan (Cultural Tourism)

(26)

d) Pariwisata untuk olahraga (Sport Tourism)

Pariwisata olah raga bagi mereka yang ingin berlatih dan

mempraktikannya sendiri, seperti pendakian gunung, berburu, memancing, dan sebagainya. Untuk mengunjungi tempat wisata yang menyediakan tempat pariwisata untuk olahraga ini.

e) Pariwisata untuk konvensi (Convention Tourism)

Jenis pariwisata ini mengalami perkembangan yang luar biasa dan menjadi penting dalam sumbangan devisa negara. Banyak negara yang mulai tertarik dan menggarap pariwisata ini dengan banyaknya hotel dan bangunan khusus untuk menunjang convention tourism.

Industri pariwisata memiliki sifat khusus. Menururt Spillane (1989), sifat tersebut adalah :

a) Produk wisata tidak dapat dipindahkan karena orang tidak dapat membawa produk wisata pada wisatawan, tetapi wisatawan itu sendiri yang harus mengunjungi, mengalami dan datang menikmati produk wisata tersebut. b) Produk dan konsumsi terjadi pada waktu yang bersamaan. Tanpa

wisatawan yang sedang menggunakan jasa wisata itu tidak akan terjadi kegiatan produksi wisata.

c) Pariwisata tidak mempunyai standar ukuran yang obyektif karena pariwisata memiliki berbagai ragam jenis pariwisata.

(27)

e) Produk wisata mengandung resiko tinggi karena memerlukan modal besar, sedangkan permintaannya sangat peka dan rentan terhadap situasi

ekonomi, politik, sikap masyarakat, kesenangan wisata dan sebagainya.

2.1.3 Komponen Produk Wisata

Produk wisata merupakan rangkaian dari berbagai jasa yang saling terkait, yaitu jasa yang dihasilkan berbagai perusahaan (segi ekonomis), jasa masyarakat (segi sosial/psikologis) dan jasa alam.

a) Jasa yang dihasilkan perusahaan antara lain jasa angkutan, penginapan, pelayanan makan minum, jasa tur, dan sebagainya.

b) Jasa yang disediakan masyarakat dan pemerintah antara lain berbagai prasarana umum, kemudahan, keramah-tamahan, adat-istiadat, seni budaya, dan sebagainya.

c) Jasa yang disediakan alam antara lain: pemandangan alam, pegunungan, pantai, gua alam, taman laut, dan sebagainya.

Suwantoro (1997) mengemukakan bahwa produk wisata juga merupakan gabungan dari berbagai komponen, antara lain:

a) Atraksi, yaitu salah satu dimensi yang memiliki karakteristik yang unik, karena seringkali hanya terjadi atau dapat dinikmati pada kawasan tertentu dan pada masa atau waktu tertentu. Atraksi dapat berdasarkan sumberdaya alam, budaya, etnisitas atau hiburan. Kepariwisataan alam sangat

(28)

b) Fasilitas, yaitu sumber daya alam dan sumber daya buatan manusia yang mutlak dibutuhkan oleh wisatawan dalam perjalanannya di daerah tujuan wisata, seperti: jalan, listrik, air, telekomunikasi, terminal, jembatan dan lain sebagainya.

c) Aksesibilitas, merupakan salah satu aspek penting yang mendukung pengembangan pariwisata, yaitu terbukanya akses untuk mencapai suatu obyek wisata. Namun ada beberapa wisata alam yang hubungan ini tidak terlalu signifikan, bahkan untuk kepariwisataan alam tertentu

keterjangkauan yang terlalu tinggi dapat mengancam kelestarian suatu kawasan wisata. Aspek tingkat pengalaman menjadi sangat penting dalam pengembangan pariwisata alam. Perjalanan berwisata alam ke wilayah terpencil dengan aksesibilitas rendah, menghasilkan perjalanan dengan tingkat pengalaman dan kepuasan tinggi (Fandeli,dkk, 2000).

2.1.4 Obyek Wisata

Objek wisata merupakan salah satu unsur penting dalam dunia kepariwisataan. Di mana pada suatu objek wisata, selalu terdapat daya tarik yang dapat dipromosikan kepada wisatawan. Peranan obyek dan daya tarik wisata pun turut dapat

menyukseskan program pemerintah dalam melestarikan adat dan budaya bangsa sebagai aset yang dapat dijual kepada wisatawan.

(29)

Menurut UU No. 9 Tahun 1990 Bab III Pasal IV tentang kepariwisataan menjelaskan perbedaan antara objek dan daya tarik wisata adalah :

1 Objek dan daya tarik wisata ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, yang

berwujud keadaan alam serta flora dan fauna, seperti : pemandangan alam, panorama indah, hutan rimba dengan tumbuhan hutan tropis serta

binatang-binatang langka.

2 Objek dan daya tarik wisata hasil karya manusia yang berwujud museum, peninggalan purbakala, peninggalan sejarah, seni budaya, pertanian (wisata agro), wisata tirta (air), wisata petualangan, taman rekreasi, dan tempat hiburan lainnya.

3 Sasaran wisata minat khusus, seperti : berburu, mendaki gunung, gua, industri dan kerajinan, tempat perbelanjaan, sungai air deras, tempat-tempat ibadah, tempat-tempat-tempat-tempat ziarah, dan lain-lain.

4 Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata,

termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut. Dengan demikian pariwisata meliputi :

a) Semua kegiatan yang berhubungan dengan perjalanan wisata. b) Pengusahaan objek dan daya tarik wisata, seperti : kawasan wisata,

(30)

Dalam kepariwisataan, faktor manfaat dan kepuasan wisatawan berkaitan dengan

Tourism Resourch (Atraksi Wisata) dan Tourist Service (Pelayanan Pariwisata).

Tourist Resourch (Atraksi Wisata) adalah segala sesuatu yang ada di daerah tujuan wisata yang mempunyai daya tarik tersendiri yang mampu mengajak wisatawan berkunjung. Hal-hal yang dapat menarik wisatawan untuk berkunjung ke daerah tujuan wisata antara lain :

1 Natural Amenities, adalah benda-benda yang sudah tersedia dan sudah ada di alam. Contoh; iklim, bentuk tanah, pemandangan alam, flora dan fauna, dan lain-lain.

2 Man Made Supply, adalah hasil karya manusia seperti benda-benda bersejarah, kebudayaan, dan religi.

3 Way of Life, adalah tata cara hidup tradisional, kebiasaan hidup, adat-istiadat seperti pembakaran mayat di Bali, upacara sekaten di Jogjakarta. 4 Culture, adalah kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat yang tinggal di

daerah objek wisata.

Tourist Service (Pelayanan Pariwisata) adalah segala fasilitas yang digunakan dan aktifitas yang dilakukan dimana pengadaannya disediakan oleh perusahaan lain secara komersial. Untuk dapat menjadi suatu daerah tujuan wisata yang baik maka kita harus mengembangkan tiga hal yaitu:

1 Something to see, adalah segala sesuatu yang menarik untuk dilihat. 2 Something to buy, adalah segala sesuatu yang menarik atau mempunyai

ciri khas tersendiri untuk dibeli.

(31)

Ketiga hal itu merupakan unsur-unsur yang kuat untuk suatu daerah tujuan wisata sedangkan untuk pengembangan suatu daerah tujuan wisata ada beberapa hal yang harus diperhatikan antara lain:

1 Harus mampu bersaing dengan objek wisata yang ada di daerah lain. 2 Memiliki sarana pendukung yang memiliki ciri khas tersendiri.

3 Harus tetap tidak berubah dan tidak berpindah-pindah kecuali di bidang pembangunan dan pengembangan.

4 Harus menarik.

Dari berbagai kajian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa obyek wisata adalah segala sesuatu yang memiliki daya tarik bernilai yang dapat menarik wisatawan untuk datang ke suatu tempat atau suatu daerah tertentu.

2.1.5 Kawasan Wisata Unggulan (KWU)

Dalam Rancangan Induk Pengembangan Pariwisata (RIPP) Provinsi Lampung digunakan konsep pengembangan berjenjang dan unggulan. Adapun aspek spasial perencanaan pariwisata dibicarakan dalam konteks Kawasan Wisata Unggulan (KWU).

(32)

memiliki potensi untuk pengembangan pariwisata yang mempunyai pengaruh penting dalam satu atau lebih aspek, seperti pertumbuhan ekonomi, sosial dan budaya, pemberdayaan sumberdaya alam, daya dukung lingkungan hidup serta pertahanan dan keamanan. Lebih lanjut, kawasan yang digunakan untuk kegiatan pariwisata ini memiliki ciri-ciri:

1. Berkontribusi dalam meningkatkan pendapatan nasional dan daerah; 2. Meningkatkan devisa dan mendayagunakan investasi;

3. Meningkatkan perkembangan pembangunan lintas sektor dan sub sektor serta kegiatan ekonomi sekitarnya,

4. Tidak mengganggu fungsi lindung, meskipun kegiatan pariwisata dapat berlangsung di kawasan lindung;

5. Tidak mengganggu upaya pelestarian kemampuan sumberdaya alam; 6. Melestarikan budaya terkait dengan upaya perlindungan, pemanfaatan, dan

pengembangan benda cagar budaya;

7. Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan sosial masyarakat.

Pengertian kawasan wisata pada RIPP Lampung didasarkan pada konsep yang diajukan oleh Gunn (1994) yang memandang pengembangan pariwisata sebagai bagian atau alat dalam pengembangan wilayah. Suatu kawasan wisata merupakan rangkaian tujuan wisata yang dihubungkan oleh koridor sirkulasi, yang dapat berwujud jaringan jalan, rute penerbangan, atau pelayaran kapal.

(33)

wisata dapat berada di permukiman penduduk, lahan pertanian, hutan lindung, dan lain-lain.

Dalam RIPP Provinsi Lampung, definisi kawasan wisata mengacu pada konsep kawasan yang secara teknis digunakan untuk kegiatan pariwisata yang ramah lingkungan dengan batasan-batasan sebagai berikut:

1. Kawasan wisata adalah area unggulan untuk pengembangan pariwisata provinsi atau daerah (kabupaten/kota).

2. Kawasan wisata akan atau sudah berfungsi sebagai identitas daerah, misalnya kawasan bersejarah, pusat perbelanjaan, gunung, pantai, dan sebagainya.

3. Kawasan wisata dapat tumpang tindih (overlap) dengan kawasan lain, baik kawasan budidaya (misalnya kawasan pertanian, perdagangan) maupun kawasan lindung.

4. Memiliki keragaman daya tarik wisata, baik yang belum maupun yang sudah berkembang atau dikunjungi wisatawan.

5. Memiliki batas kawasan secara imaginer, dengan unsur pengikat yang dapat berupa fisik (misalnya jalan), dan atau non fisik seperti pengaruh budaya atau tema produk/kegiatan wisata.

Kawasan Wisata Unggulan (KWU) Provinsi Lampung merupakan kawasan wisata yang diunggulkan di tingkat provinsi yang berperan dalam menjawab isu-isu pokok pembangunan kepariwisataan Provinsi Lampung. Kawasan Wisata

(34)

pembinaan dan pengembangan KWU serta ikut bertanggung jawab dalam merencanakan dan mendukung pengembangannya (UU No. 10 Tahun 2009).

Kawasan Wisata Unggulan Provinsi dapat terdiri dari beberapa daya tarik wisata dalam daerah administratif yang berbeda (lintas kabupaten/kota) yang memiliki keunggulan produk wisata yang dapat bersaing di tingkat regional, nasional bahkan internasional, dengan target segmen pasar wisatawan

nasional/internasional.

2.1.6 Wisatawan

Menurut Undang-undang Nomor 10 tahun 2009 tentang kepariwisataan, disebutkan bahwa wisatawan adalah orang yang melakukan kegiatan wisata. Sedangkan Sihite (2000:49) menyebutkan bahwa pengertian wisatawan dapat dibagi menjadi dua, yaitu:

1. Wisatawan Nusantara, yaitu wisatawan dalam negeri atau wisatawan domestik.

2. Wisatawan Mancanegara, yaitu warga negara suatu negara yang mengadakan perjalanan wisata keluar dari lingkungan negaranya dan memasuki negara lain.

Sedangkan untuk menjamin persamaan statistik pariwisata internasional, panitia Ahli Statistik Komisi Ekonomi Liga Bangsa-Bangsa mendefinisikan wisatawan sebagai setiap orang yang mengadakan perjalanan selama 24 jam atau lebih dalam suatu negara, yang lain dari pada negara di mana ia biasanya tinggal.

(35)

1 Mereka yang mengadakan perjalanan untuk bersenang-senang, alasan kekeluargaan, kesehatan, dan sebagainya.

2 Mereka yang mengadakan perjalanan untuk keperluan pertemuan-pertemuan, atau sebagai wakil (utusan) untuk sesuatu keperluan tertentu (ilmu pengetahuan, administrasi, diplomatik, keagamaan, olah raga, dsb) 3 Pengunjung yang mengadakan perjalanan untuk keperluan usaha-usaha

bisnisnya.

4 Pengunjung yang tiba dalam pesiar lautnya dengan kapal pesiar, walaupun ia (mereka) tinggal kurang dari 24 jam lamanya.

Sedangkan yang tidak dianggap sebagai wisatawan yaitu :

1 Mereka yang tiba, dengan atau tanpa kelompok, untuk mencari pekerjaan atau mengadakan kegiatan usaha-usaha perniagaan bisnis di negara itu. 2 Mereka yang datang untuk mengusahakan tempat tinggal tetap di suatu

negara.

3 Pelajar, mahasiswa, orang-orang muda di asrama pelajar dan asrama mahasiswa.

4 Wisatawan-wisatawan yang melewati suatu negara tanpa tinggal, walaupun perjalanan tersebut berlangsung lebih dari 24 jam.

(36)

1. Wisatawan (tourist) adalah pengunjung yang tinggal sementara, sekurang-kurangnya 24 jam di suatu negara. Wisatawan dengan maksud perjalanan wisata dapat digolongkan menjadi :

a. Pesiar (leisure), untuk keperluan rekreasi, liburan, kesehatan, studi, keagamaan, dan olahraga.

b. Hubungan (relationship), dagang, sanak saudara, kerabat, MICE, dsb. 2. Pelancong (ekscursionist) adalah pengunjung sementara yng tinggal dalam

suatu negara yng dikunjungi dalam waktu kurang dari 24 jam.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa wisatawan adalah orang-orang yang melakukan kegiatan perjalanan dengan tujuan memperoleh

kesenangan, tidak untuk bekerja, menetap, atau pun mencari nafkah.

2.1.7 Kajian Tentang Kepuasan Wisatawan

Ada banyak definisi kepuasan, umumnya diakui sebagai konstruksi

pasca-pembelian yang berhubungan dengan berapa banyak orang seperti konsumen suka atau tidak suka terhadap suatu layanan atau produk setelah membeli atau

mengalaminya (Woodside, Frey & Daly, 1989). Weber, (1996) telah mengusulkan kepuasan konsumen sebagai pilar dasar dari teori pemasaran dan sebagai

pengaruh utama atas niat pembelian masa depan, pangsa pasar, dan dari komunikasi word of mouth.

(37)

hotel,fasilitas, dll) dan harga. Di sisi lain, banyak penelitian membedakan

konseptualisasi kepuasan pelanggan antara transaksi-spesifik dan evaluasi global mereka atau kumulatif layanan (misalnya, Holbrook & Corfman, 1985; Boulding et al, 1993). Untuk transaksi-spesifik perspektif, kepuasan pelanggan adalah suatu penilaian evaluatif pasca-pilihan kesempatan pembelian tertentu (Oliver, 1980, 1993). Sebagai perbandingan, kepuasan pelanggan kumulatif adalah evaluasi keseluruhan berdasarkan jumlah pembelian dan pengalaman konsumsi dengan barang atau jasa dari waktu ke waktu (Fornell, 1992; Bitner & Hubbert, 1994). Dengan demikian, kepuasan adalah konsep multifaset (Truong & Foster, 2006, Truong & King, 2009).

Pada pariwisata, kepuasan telah ditemukan untuk menjadi suatu hasil dari

perbandingan antara harapan dan pengalaman (Truong & Foster, 2006). Kepuasan terutama disebut sebagai fungsi dari pra-perjalanan harapan dan pasca-perjalanan pengalaman (Pizam, Neumann & Reichel, 1978). Ketika pengalaman

dibandingkan dengan hasil harapan dalam perasaan kepuasan, wisatawan puas (Reisinger & Turner, 2003) dan meninggalkan suatu obyek wisata dengan kenangan baik di ingatan mereka. Bahkan, mereka setuju untuk membayar lebih untuk layanan ini. Namun, ketika mereka mengalami sesuatu yang tidak

menyenangkan, atau pengalaman wisata yang tidak baik, wisatawan pun akan tidak puas, dan menghentikan pembelian. (Reisinger & Turner, 2003).

(38)

mereka dengar sebelumnya tentang daerah tujuan wisata serta penelaahannya atas hasil dari pengalaman mereka di daerah tujuan wisata. Oliver (1981) menyatakan bahwa kepuasan wisatawan dapat dilihat sebagai evaluasi pasca pembelian seorang wisatawan terhadap suatu obyek atau tujuan wisata.

Dalam banyak studi, kepuasan dibedakan sebagai anteseden loyalitas (Kozak, 2001; Jang & Feng, 2006). Meskipun Oppermann (2000) menyatakan bahwa studi pada kepuasan dan tujuan wisata loyalitas belum banyak diteliti, Chi dan Qu (2008, hal. 624) menyatakan bahwa kepuasan pelanggan selalu dianggap sebagai tujuan bisnis yang penting karena diasumsikan bahwa pelanggan yang puas akan membeli lebih.

2.1.8 Kajian Tentang Loyalitas

Loyalitas telah didefinisikan dan diukur dalam berbagai cara (Jacoby & Chestnut, 1978). Loyalitas dikonseptualisasikan dari tiga perspektif utama: perilaku, sikap dan senyawa (Bowen & Chen, 2001; Zins, 2001). Loyalitas Perilaku tercermin dalam pembelian ulang, loyalitas sikap termasuk merekomendasikan penyedia layanan kepada orang lain dan niat pembelian kembali, dan loyalitas senyawa adalah menggabungkan kedua komponen, memprediksi konstruksi yang lebih baik (Dimitriades, 2006; Pritchard & Howard, 1997).

(39)

masa depan atau kemungkinan kurang dari mengubah ke penyedia merek atau layanan.

Sebagaimana disebutkan di atas, Oliver, (1999) membagi loyalitas kepada empat fase: loyalitas kognitif, loyalitas afektif, loyalitas konatif, dan loyalitas tindakan. Dalam fase loyalitas kognitif, pelanggan mengingat atas pengalaman yang didapat ketika mendengar kembali suatu produk atau pelayanan. Pada fase loyalitas afektif, pelanggan mulai meyakinkan diri dalam menentukan sikap atau pilihan yang akan dilakukan, dan dalam prakteknya, loyalitas konatif didefinisikan sebagai niat perilaku pelanggan untuk terus menggunakan merek di masa yang akan datang. Loyalitas tindakan adalah fase akhir di mana pelanggan sudah melakukan tindakan atau aksi nyata terkait suatu produk atau pelayanan secara nyata dan berulang tanpa disadari (Pedersen & Nysveen, 2001).

Pemahaman loyalitas pelanggan sebenarnya tidak hanya dilihat dari transaksi atau pembelian berulang (customer repeatation) saja. Ada beberapa ciri seorang pelanggan bisa dianggap loyal, antara lain:

a) Pelanggan yang melakukan pembelian ulang secara teratur

b) Pelanggan yang membeli untuk produk yang lain di tempat yang sama c) Pelanggan yang mereferensikan kepada orang lain

d) Pelanggan yang tidak dapat dipengaruhi oleh pesaing untuk pindah

(40)

kesediaan mereka untuk merekomendasikannya (Chen & Tsai, 2007; Oppermann, 2000).

Manfaat loyalitas telah disorot dalam literatur dari perspektif sementara, karena loyalitas memiliki nilai sekarang dan nilai di masa depan yang signifikan untuk keuntungan perusahaan secara kontinuitas dan sustainable (Valazques et al., 2011). Dalam jangka pendek, pelanggan yang setia akan mengeluarkan lebih banyak pada suatu penyedia layanan (O'Brien & Jones, 1995) dan dalam jangka panjang, mereka menarik pelanggan baru melalui word of mouth (Reichheld & Teal, 1996) kepada keluarga atau rekanan mereka.

2.1.9 Kajian Tentang Hubungan Kepuasan Wisatawan dan Loyalitas Menurut Kotler yang dikutip Tjiptono (1996:146) bahwa kepuasan pelanggan adalahtingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja (atau hasil) yang dirasakandengan harapannya. Jadi, tingkat kepuasan adalah fungsi dari perbedaan antara kinerjayang dirasakan dengan harapan pelanggan.

Pemahamanterhadap harapan-harapan pelanggan oleh produsen merupakan masukan untuk melakukanperbaikan dan peningkatan kualitas produk, baik barang maupun jasa. Pelanggan akanmembandingkan dengan produk jasa lainnya. Bilamana harapan-harapannya terpenuhi,maka akan membuat mereka puas terhadap produk barang atau jasa yangdibelinya, dan menjadikan mereka pelanggan yang loyal. Sebaliknya, apabila tidak puas, produsen akan ditinggalkan oleh pelanggan.

(41)

pelanggan yang loyal (customer loyalty)makaperusaaan harus berpikir untuk dapat menciptakan kepuasan pelanggan (customer satisfaction)terlebih dahulu. Salah satunya yaitu melalui komunikasi pemasaran CostumerRelationship

Marketing atau Pemasaran Berbasis Hubungan Antar Pelanggan, yang tidak hanya mengutamakanpada bagaimana menciptakan penjualan saja tetapi juga

bagaimana mempertahankanpelanggan dengan dasar hubungan kerjasama dan kepercayaan supaya terciptakepuasan pelanggan yang maksimal dan

berkelanjutan (sustainability marketing).Melalui komunikasi pemasaran, baik antar pelanggan maupun dengan produsen akan mengungkapkanharapan bagi pelanggan terhadap kualitas produk yang akan dibelinya.

Mengukur kepuasan wisatawan tidak mudah, beberapa penelitian dilakukan untuk menguji pengaruh kepuasan pelanggan terhadap loyalitas (Gummesson, 1993; Anderson dan Fornell, 1994; Um et al, 2006;. Hui et al, 2007). Gotlieb dkk. (1994) menyatakan bahwa kepuasan berpengaruh positif terhadap niat pembelian kembali wisatawan. Demikian pula, Baker & Crompton (2000); Petrick dkk. (2001), dan Jang & Feng (2006) telah menyoroti bahwa kepuasan adalah antiseden utama niat mengunjungi kembali. Kozak (2001) menunjukkan bahwa tingkat kepuasan sebagai salah satu yang paling variabel dominan dalam menjelaskan niat kembali.

(42)

daerah tujuan wisata yang baru setiap waktunya untuk mendapatkan pengalaman yang berbeda.

Namun, hampir semua penelitian mengkonfirmasi bahwa kepuasan dengan pengalaman wisata yang memberikan pelayanan dan pengalaman yang baik akan berkontribusi positif terhadap loyalitas wisatawan (Pritchard & Howard, 1997; Oppermann, 2000; Alexandris et al, 2006; Yuksel, 2007; Chi & Qu, 2008). Hubungan antara kepuasan dan loyalitas juga tergantung pada bagaimana kepuasan dan loyalitas diukur. Meskipun kepuasan tidak menjamin kesetiaan, namun benar adanya pelanggan yang setia adalah mereka yang puas (Jones & Sasser, 1995).

Empiris penelitian melaporkan bahwa kepuasan wisatawan adalah indikator yang baik dari niat untuk meninjau kembali dan merekomendasi kepada orang lain (Kozak & Rimmington, 2000; Yoon & Uysal, 2005;. San Martin et al, 2008). Penelitian lain menemukan pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan pada kemauan untuk membayar lebih dan intensitas dari pengalaman pelayanan (et Bigne 'al., 2008) dan hubungan yang sangat kuat pada bahasa verbal positif atau

word of mouth (Macintosh, 2007).

(43)

niat turis untuk meninjau atau mengunjungi kembali suatu obyek atau tujuan wisara (Oppermann, 2000; Chen & Tsai, 2007). Loyalitas adalah hasil dari kepuasan dan ini ditunjukkan oleh beberapa studi di bidang jasa (Mattila, 2001).

Ini adalah alasan untuk menjelaskan mengapa kepuasan dan loyalitas telah dilihat sebagai salah satu indikator yang lebih penting dari keberhasilan perusahaan. Karena kepuasan dan loyalitas adalah kunci untuk kelangsungan hidup jangka panjang (Nicholls et al., 1998) dan masa depan dari setiap produk wisata dan jasa (Gursoy et al, 2003., 2007). Hal ini dapat membantu manajer untuk meningkatkan pelayanan (Fornell, 1992). Selain itu, kemampuan mengelola umpan balik yang diterima dari pelanggan dapat menjadi sumber penting dari keunggulan kompetitif (Peters, 1994).

Pada akhirnya, kepuasan dan loyalitas dapat benar-benar diukur dengan

menggunakan niat untuk mengunjungi kembali atau tindakan rekomendasi yang akan atau sudah dilakukan kepada konsumen lain, dalam hal ini teman atau keluarga yang merupakan wisatawan potensial (Pine et al, 1995; Yoon & Uysal, 2005).

2.2 Kajian Penelitian

(44)

Berikut ini adalah beberapa penelitian yang dijadikan referensi penulisan dalam penelitian ini:

1. Peneliti : Mahadzirah Mohamad, Abdul Manan Ali, Nur Izzati Ab Ghani (2011), Judul : “A Structural Model of Destination Image, Tourists Satisfaction and Destination Loyalty” (Universiti Malaysia Terengganu, Malaysia). Hasil penelitian :

Penelitian ini secara empiris menguji model untuk menguji hubungan di antara Citra Obyek Wisata, Kepuasan Wisatawan, dan Loyalitas. Citra keseluruhan Malaysia sebagai tujuan wisata adalah positif dan temuan penelitian juga menunjukkan bahwa wisatawan merasa puas dengan kunjungan mereka ke Malaysia.

Penelitian menunjukkan bahwa Malaysia dipandang oleh wisatawan internasional menawarkan keindahan pemandangan alam, terutama pantai, dan fasilitas yang baik seperti menyediakan baik restoran dan hotel

berkualitas. Studi ini mengusulkan bahwa keindahan pemandangan alam adalah keunggulan kompetitif Malaysia dan harus disorot dalam

mempromosikan Malaysia sebagai tujuan wisata, yang tidak terbatas pada pantai tetapi juga hutan tropis.

Selain itu, Malaysia juga dianggap akan menawarkan fasilitas yang memadai memenuhi kebutuhan wisatawan untuk makanan dan akomodasi. Dengan demikian, temuan penelitian menunjukkan bahwa Malaysia harus

(45)

tujuan pariwisata berbasis alam dengan membedakan diri dari negara-negara tetangga seperti Singapura, Thailand, dan Indonesia.

Temuan penelitian ini juga menunjukkan bahwa citra adalah pendahuluan untuk kepuasan yang pada gilirannya memiliki dampak yang signifikan terhadap niat turis untuk mengunjungi kembali dan menyebarkan word-of-mouth. Oleh karena itu, penting untuk memberikan apa yang dijanjikan kepada mereka. Kepuasan / ketidakpuasan berasal dari pengalaman wisata terhadap suatu tujuan wisata.

Studi ini memberikan bukti empiris yang mendukung asumsi bahwa jika wisatawan puas dengan pengalaman perjalanan mereka, mereka lebih bersedia untuk meninjau kembali tujuan dan menyebarkan berita dari mulut ke mulut yang positif. Oleh karena itu, penelitian ini mengusulkan posisi Malaysia sebagai tujuan wisata yang menjanjikan untuk memberikan

keindahan pemandangan alam dan ada bukti yang cukup untuk menargetkan kelompok tertentu wisatawan internasional untuk menarik mereka ke

Malaysia dengan merancang suatu bauran pemasaran yang tepat untuk kelompok ini.

2. Peneliti : Tran Thi Ai Cam (2011), Judul: “Explaining Tourists Satisfaction And Intention to revisit Nha Trang, Vietnam” (The Norwegian College of Fishery Science University of Tromso, Norway & Nha Trang University, Vietnam). Hasil penelitian :

(46)

sebagai tujuan wisata. Secara khusus, wisatawan internasional merasa puas dengan Nha Trang sebagai keindahan pemandangan, pulau-pulau, daya tarik kota, kualitas makanan, variasi dan keunikan makanan, festival(event), serta keramahan masyarakat Nha Trang. Namun, mereka tidak puas dengan transportasi umum, kualitas jalan, serta gaya hidupdi Nha Trang.

Hal ini menunjukkan bahwa Nha Trang tampaknya menjadi tujuan bagi mereka yang ingin menemukan dan mengalami karakteristik budaya sendiri, belum pernah terdengar, dan dari hal-hal dan makanan khusus di Nha Trang. Ini adalah hasil sesuai dengan temuan sebelumnya dalam literatur yang menjelaskan hubungan yang signifikan antara citra tujuan dan kepuasan (Chen & Tsai, 2007).

Untuk mengevaluasi Nha Trang sebagai tujuan wisata, daya tarik lokal, lingkungan makanan, serta budaya dan faktor sosial secara signifikan lebih baik daripada liburan wisata dan hiburan serta infrastruktur dan faktor

aksesibilitas. Oleh karena itu, meningkatkan kualitas makanan, meningkatkan pemandangan dan pulau, mendidik warga untuk sadar berperilaku wisatawan internasional dan melindungi lingkungan pariwisata.

(47)

Ketika mereka puas, mereka ingin merekomendasikan Nha Trang kepada orang lain dan memiliki niat untuk kembali Nha Trang.

Dalam penelitian ini, usia memiliki pengaruh negatif dan cukup nyata

terhadap kepuasan wisatawan dan niat untuk meninjau kembali. Hasil tentang usia menjelaskan bahwa lebih dari 55 tahun kelompok umur yang paling puas dengan Nha Trang. Ini dapat menjelaskan bahwa orang tua lebih puas dengan mengunjungi Nha Trang dan memiliki niat untuk kembali ke Nha Trang lebih tinggi daripada orang-orang yang lebih muda.

Informasi ini sangat berguna bagi para perencana dan pemasar dalam industri pariwisata di Nha Trang. Karena temuan, otoritas pariwisata lokal dan

pemasar bisa memberikan strategi yang lebih dan kebijakan untuk menarik kunjungan wisatawan mancanegara kembali ke Nha Trang. Misalnya, Nha Trang adalah sebuah kota yang damai, sangat cocok untuk orang tua atau dewasa. Namun, otoritas lokal dan perencana harus membangun lebih menarik dan penting pusat rekreasi di Nha Trang untuk orang-orang muda atau orang yang aktif, supaya juga dapat menarik wisatawan berusia muda.

Dalam penelitian ini, model yang diusulkan menjelaskan 24% varians dari wisatawan telah condong untuk meninjau atau mengunjugi kembali. Disarankan bahwa dalam studi di masa depan, variabel lain harus

(48)

kontribusi pada literatur pada kepuasan wisatawan serta niat untuk kembali dan niat untuk merekomendasikan pengukuran.

3. Peneliti : Patricia Oom do Valle, João Albino Silva, Júlio Mendes, Manuela Guerreiro (2011), Judul : “Tourist Satisfaction and Destination Loyalty intention: A Structural and Categorical Analysis” (Faculty of Economics, University of Algarve, Portugal). Hasil penelitian :

Hasil dari penelitian ini memvalidasi hipotesis penelitian bahwa kepuasan wisatawan adalah salah satu faktor penyebab loyalitas. Kesimpulan ini terutama didasarkan pada temuan model persamaan struktural yang diperkirakan melalui CATPCA dan Analisis Cluster. Hasil sepenuhnya menetapkan bahwa dua kelompok wisatawan telah diidentifikasi dan kemudian dijelaskan. Cluster 1 termasuk para wisatawan yang paling puas yang lebih ditentukan dalam meninjau kembali dan menyarankan tujuan, Cluster 2 mencakup orang-orang dengan persepsi terburuk dari tujuan dan dengan niat yang lemah untuk kembali dan merekomendasikan.

(49)

kepuasan lebih tinggi mengungkapkan keuntungan perilaku, yaitu, kemauan untuk kembali ke Arade dan merekomendasikan hal ini kepada orang lain.

Selain itu, penelitian ini juga menunjukkan bahwa sebagian besar wisatawan puas (cluster 1) menghabiskan lebih banyak waktu, rata-rata, di kota ini dari para wisatawan puas setidaknya dengan niat lemah untuk kembali atau merekomendasikan wilayah (cluster 2). Ini adalah temuan penting karena tinggal lebih lama membawa berpotensi menambah keuntungan ekonomi ke wilayah tersebut.

4. Peneliti : Komarlina, Dwi Hastuti Lestari (2009), Judul : “Analisis Faktor

-Faktor Yang Membentuk Kepuasan Wisatawan” (Dosen Fakultas Ekonomi

Universitas Siliwangi Tasikmalaya). Hasil Penelitian :

Penelitian ini menjelaskan tentang faktor-faktor yang membentuk kepuasan wisatawan pada obyek wisata Pantai Pangandaran yang terletak di Kabupaten Ciamis, Provinsi Jawa Barat, yang juga menjadi salah satu agenda tujuan wisata pada program Tahun Kunjungan Indonesia 2008.

(50)

wisata, akomodasi, transportasi, makanan dan minuman serta fasilitas lainnya dapat membentuk kepuasan wisatawan yang mengunjungi obyek wisata ini. Atraksi wisata memiliki nilai loading terbesar yang menentukan kepuasan wisatawan dibandingkan yang lainnya.

Dalam hasil penelitian ini, indikator atraksi utama diperoleh dari pemandangan alam dan keindahan pantai, di mana nilai yang diperoleh berada di bawah 1, yang artinya keadaan lingkungan pantai tidak sesuai dengan harapan wisatawan akibat dari pelestarian alam yang kurang terawat serta keadaan lingkungan pantai yang masih kotor. Begitu pun pada fasilitas makanan dan minuman, terutama fasilitas restoran dan bar masih belum memberikan kepuasan bagi wisatawan. Secara garis besar, pemandangan laut, keadaan cuaca, fasilitas hotel dan lainnya yang membentuk kesan wisatawan, dapat memberikan kepuasan yang optimal kepada wisatawan.

5. Peneliti : Endang Sulistiyani (2010), Judul : “Membangun Loyalitas Wisatawan Melalui Peningkatan Kualitas Obyek Wisata, Promosi dan Kepuasan Wisatawan di Kawasan Wisata Tawangmangu Karanganyar” (Politeknik Negeri Semarang). Hasil penelitian :

a. Karakteristik Wisatawan Obyek Wisata Tawangmangu

(51)

banyak wisatawan laki-laki yaitu 59%, sedangkan wisatawan perempuan 41%. Wisatawan obyek wisata Tawangmangu berdasarkan tempat tinggal proporsinya hampir seimbang terdiri dari 47% wisatawan bertempat tinggal di Kabupaten Karanganyar dan 53% wisatawan bertempat tinggal di luar Kabupaten Karanganyar.

b. Kualitas Obyek Wisata Tawangmangu

Kualitas obyek wisata merupakan tingkat kinerja obyek wisata dapat memenuhi harapan para wisatawan. Kualitas obyek Wisata Tawangmangu secara keseluruhan menurut para wisatawan adalah pada tingkat baik. Atribut obyek Wisata Tawangmangu yang pada tingkat sangat baik bagi wisatawan hanya satu atribut yaitu keindahan alam yang khas.

c. Kepuasan Wistawan Obyek Wisata Tawangmangu

Menurut Kotler yang dikutip Tjiptono (1996:146) bahwa kepuasan pelanggan adalah tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja (atau hasil) yang dirasakan dengan harapannya. Jadi, tingkat kepuasan adalah fungsi dari perbedaan antara kinerja yang dirasakan dengan harapan. Kualitas termasuk semua elemen yang diperlukan untuk memuaskan tujuan pelanggan, baik internal maupu eksternal. Hasil

pengujian instrumen kepuasan wisatawan meliputi kenyamanan perjalanan menuju obyek wisata serta gengsi dan citra yang dimiliki oleh obyek wisata.

d. Promosi Obyek Wisata Tawangmangu

(52)

dagang, siaran radio, siaran TV, dan rekomendasi. Tingkat pemanfaatan media promosi yang digunakan para wisatawan secara sederhana dapat diukur dari seberapa banyak wisatawan menggunakan media Pengukuran pemanfaatan media promosi yang digunakan wisatawan obyek wisata Tawangmangu menunjukan bahwa tingkat pemanfaatan media promosi yang digunakan oleh wisatawan masih relatif rendah. Tingkat pemanfaatan media promosi yang paling tinggi adalah informasi melalui teman, relasi, dan saudara.

e. Loyalitas Wisatawan

Loyalitas merupakan konsistensi wisatawan untuk selalu mengunjungi obyek wisata Tawangmangu meskipun pesaing menawarkan obyek wisata dengan atribut kualitas obyek wisata yang lebih superior. Hasil

(53)

III. METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian yang dilakukan adalah dengan menggunakan 5 (lima) kawasan obyek wisata unggulan provinsi Lampung sebagai obyek penelitian. Data yang

dibutuhkan akan diteliti dari variabel kualitas obyek wisata pembentuk kepuasan wisatawan dari kawasan obyek wisata unggulan provinsi Lampung tersebut, yang kemudian dikumpulkan berdasarkan 5 indikator utama kualitas obyek wisata yang membentuk kepuasan wisatawan berdasarkan pembahasan pada latar belakang dan literatur pariwisata, yaitu Atraksi, Fasilitas dan Pelayanan, Aksesibilitas, Citra Obyek Wisata, dan Biaya/Harga.Setelah data didapat kemudian diuji

pengaruhnya terhadap kepuasan wisatawan terhadap setiap kawasan obyek wisata unggulan provinsi Lampung tersebut.

3.2 Metode Pengumpulan Data a. Kuesioner

(54)

Pengumpulan data dengan menggunakan kombinasi pertanyaan tertutup dan pertanyaan terbuka, yang diberikan kepada responden secara langsung sehingga didapatkan keobjektifan data yang tepat. Data yang dikumpulkan meliputi :

a. Pertanyaan Terbuka untuk memperoleh data mengenai identitas responden pada lembar pertama.

b. Pertanyaan Tertutup mengenai sikap dan pendapat responden mengenai kualitas obyek wisata seperti Atraksi, Fasilitas dan Pelayanan,

Aksesibilitas, Citra Obyek Wisata, dan Harga.

Pertanyaan pertanyaan dalam kuesioner dibuat dengan Skala Ordinal atau sering disebut Skala Likert. Skala likert adalah skala yang berisi lima tingkat atau preferensi jawaban (Ghozali,2005). Skala likert dikatakan ordinal karena pernyataannya menunjukkan tingkatan atau preferensi yang berbeda, seperti

sangat setuju mempunyai preferensi yang “lebih tinggi” dari setuju, dan setuju

“lebih tinggi” dari cukup setuju atau netral. Skala likert digunakan untuk

mengukur sikap, pendapat, serta persepsi seseorang atau kelompok orang tentang fenoma sosial atau variable.

Dalam skala likert, para responden diminta memberikan jawaban yang

menunjukkan sejauh mana mereka merasa positif atau negative terhadap suatu topik. Jumlah kuesioner penelitian yang akan dibagikan kepada responden disesuaikan dengan jumlah sampel yang dipilih.

b. Wawancara

(55)

memperluas pandangan atas penelitian ini terhadap data-data lain yang tidak terformulasi dalam kuesioner. Namun, akan memiliki implikasi strategis bagi pemerintah maupun pelaku pariwisata, sehingga layak dilakukan penelitian lebih lanjut. Selain itu, wawancara juga digunakan untuk melengkapi data yang

terkumpul melalui kuesioner.

3.3 Jenis dan Sumber Data

Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Data Primer

Adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung di lapangan (obyek wisata unggulan Lampung) dalam rangka kebutuhan penelitian ini. Data primer didapat dari jawaban kuesioner dari responden.

b. Data Sekunder

Adalah data yang diperoleh secara tidak langsung atau melalui pihak lain, atau laporan historis yang telah disusun dalam arsip yang dipublikasikan atau tidak dalam bentuk sudah jadi, sudah dikumpulkan dan diolah oleh pihak lain (Santoso, dan Tjiptono, 2001). Data sekunder yang didapat berupa Rencana Induk

Pengembangan Pariwisata Provinsi Lampung 2012-2031 yang disusun oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Lampung tahun 2011.

3.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

(56)

Tabel 3.1 Variabel Penelitian dan Indikator

(57)
(58)

Price of the

Price destination

(Harga/biaya

Revisit Intention

(Kunjungan kembali)

Recommendation

(Rekomendasi)

(59)

3.5 Metode Penentuan Sampel

Populasi dalam suatu penelitian adalah the entire group of people, event, or things of interest that researcher wishes to investigate (Sekaran: 2006), atau dengan kata lain populasi adalah keseluruhan sekelompok orang atau benda yang dapat diteliti dalam rangka mendukung penelitian. Populasi unit analisis penelitian ini adalah keseluruhan wisatawan yang melakukan perjalanan ke lima obyek wisata provinsi Lampung yang menjadi obyek penelitian ini.

Sedangkan teknik penarikan sampel adalah suatu proses seleksi sejumlah elemen yang memadai dari populasi, agar mengkaji dan memahani karakteristik sampel, sehingga akan memungkinkan melaksanakan generalisasi elemen-elemen tersebut pada populasi (Sekaran: 2006).

Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah dengan menggunakan teknik

Purposive Sampling. Teknik ini merupakan teknik pemilihan sampel berdasarkan ciri-ciri khusus yang dimiliki sampel yang dipertimbangkan memiliki hubungan yang sangat erat dengan ciri-ciri populasi yang sudah diketahui sebelumnya. (Nazir:2003). Sampel yang purposif adalah sampel yang dipilih dengan cermat sehingga relevan dan mendukung rancangan penelitian. Sampel tersebut nantinya akan diambil berdasarkan populasi yang terdapat pada setiap obyek wisata yang telah ditentukan jumlah sampelnya. Pemilihan tersebut berdasarkan pada ciri khusus berupa karakter responden yang sedang dan atau sudah pernah

mengunjungi salah satu dari kelima kawasan obyek wisata unggulan provinsi Lampung tersebut dalam rentan waktu 2 tahun terakhir. Sampel yang purposive

(60)

Tabel 3.2 Total Kunjungan Wisatawan Pada Kawasan Wisata Unggulan Lampung Tahun 2010 - 2011

No Keterangan Total Wisatawan (orang)

1 Gunung Anak Krakatau, Lampung Selatan 512.123 2 Pantai Tanjung Setia, Lampung Barat 175.441

3 Teluk Kiluan, Tanggamus 172.750

4 Taman Nasional Way Kambas, Lampung Timur 100.978 5 Taman Nasional Bukit Barisan, Lampung Barat 30.201

Jumlah Seluruh Wisatawan 991.493

Sumber: Data Dinas Kebudayaan Pariwisata, dan pengelola pariwisata, 2012

Untuk mencari besarnya sampel yang dapat mewakili penelitian ini, digunakan Rumus Estimasi Proporsi, yaitu:

N. p(1 – p) n =

(N – 1) D + p(1 – p)

Keterangan :

N = besarnya populasi dalam penelitian yang merupakan total wisatawan yang berkunjung di 5 (lima) obyek wisata unggulan Lampung n = besarnya sampel

p = proporsi yang diduga D = estimasi terhadap mean

(61)

Dari penelitian yang telah dilakukan, kita tidak mengetahui nilai p, maka nilai p dianggap 0,5 (Nazir:2003). Berdasarkan rumus tersebut, besarnya sampel yang harus diambil adalah:

= 100,08 dibulatkan menjadi 100.

Maka sampel yang akan diambil adalah sebanyak 100 responden.

Untuk menentukan besarnya sampel di setiap obyek wisata, digunakan Metode Alokasi Proporsional dengan rumus:

Total Wisatawan Per Obyek X Ukuran Sampel

n =

Jumlah Wisatawan Keseluruhan

Dan hasil perhitungannya adalah:

(62)

3.6 Uji Validitas

Pengukuran uji validitas suatu konstruk dengan menggunakan analisis faktor, yaitu pembentukan skor-skor tinggi dari suatu item sehingga membentuk suatu konstruk yang benar dan tidak boleh termuat secara tinggi di konstruk yang lain. Berikut batasan skor muatan untuk analisis faktor yang akan digunakan pada penelitian ini, yang diperlihatkan pada tabel sebagai berikut.

Tabel 3.3 Batasan Skor Muatan untuk Analisis Faktor

Skor Muatan Validitas Konstruk

< = 0,45 Rendah

> 0,45 Cukup

> 0,55 Baik

> 0,63 Sangat Baik

> 0,71 Memuaskan

Sumber : Comrey dalam Jogiyanto “Panduan Survey Konsumen” (1973).

Pengujian validitas menggunakan alat ukur berupa program komputer yaitu SPSS

(Statistical Package for the Social Science) 18 for windows, dan jika suatu alat ukur mempunyai korelasi yang signifikan antara skor item terhadap skor totalnya maka dikatakan alat skor tersebut adalah valid (Ghozali, 2005).

3.7 Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas adalah tingkat kestabilan suatu alat pengukur dalam mengukur suatu gejala atau kejadian. Semakin tinggi reliabilitas suatu alat pengukur,

Gambar

Tabel 1.1.  Kunjungan Wisatawan ke Provinsi Lampung selama 11 Tahun
Gambar 1.1: kualitas – kepuasan – loyalitas model (diadaptasi dari Chi &
Gambar 1.2: Paradigma Penelitian
Tabel 3.1 Variabel Penelitian dan Indikator
+5

Referensi

Dokumen terkait

Proses navigasi pariwisata dimulai dari Mobile Aplication yang telah menerima permintaan wisatawan mengenai obyek wisata yang akan dikunjungi dan selanjutnya

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa pengelolaan obyek wisata Tlatar oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Boyolali dilakukan dengan tiga cara, yaitu dengan

Dengan variabel jumlah obyek wisata, jumlah wisatawan, tingkat hunian hotel, dan pendapatan perkapita dengan menggunakan uji regresi linear berganda dengan menunjukkan hasil yang

Manajemen yang baik dalam pengelolaan obyek-obyek wisata di Kabupaten Pacitan yang dilakukan oleh pemerintah daerah melalui Dinas Pariwisata dan masyarakat semakin

Penelitian berjudul “Analisis Pengaruh Kualitas Layanan Jasa Wisata Terhadap Kepuasan dan Loyalitas Wisatawan Pada Obyek Wisata Taman Botani Sukorambi - Jember “ ini

Diperoleh hasil bahwa variabel yang paling mempengaruhi terhadap penerimaan daerah sektor pariwisata adalah variabel jumlah obyek wisata sedangkan variabel pendapatan

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kontribusi industri pariwisata yang terdiri dari retribusi obyek wisata, jumlah kunjungan wisatawan domestik dan jumlah wiatasawan

Hal ini dilakukan agar kualitas obyek wisata menjadi semakin baik dan wisatawan yang berkunjung dengan usaha yang tidak mudah dapat memperoleh imbalan kepuasan, baik yang