• Tidak ada hasil yang ditemukan

ISLAM DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ISLAM DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT"

Copied!
1
0
0

Teks penuh

(1)

17 SUARA MUHAMMADIYAH 05 / 96 | 1 - 15 MARET 2011

K O L O M

K

etika seorang Muslim mengikrarkan kalimat tauhid, Lailaha illa Allah, maka saat itu sesungguhnya ia mulai memantapkan semangat pemberdayaan masyarakat. Ia berikrar tidak akan tunduk kepada selain Allah, apalagi sampai menghambakan diri kepada sesama manusia. Ikrar itu adalah dasar bagi semua upaya pemberdayaan masyarakat. Sebab, pemberdayaan pada hakekatnya adalah pembebasan manusia dari berbagai belenggu dunia; belenggu kultural, belenggu struktural, termasuk belenggu kemiskinan dan kemelaratan. Oleh karena itu, pembebasan manusia dari belenggu dunia, termasuk di dalamnya adalah belenggu kemiskinan dan kemelaratan, adalah kewajiban setiap Muslim, bahkan kewajiban setiap manusia.

Tugas pembebasan dari belenggu kemiskinan dan kemelaratan ini kemudian ditegaskan lebih spesifik dalam surat dengan tujuh ayat pendek di dalam Al-Qur‘an, sebagaimana yang dikaji secara berulang-ulang oleh Kiai Ahmad Dahlan, yaitu surat Al-Ma’un, di samping berbagai ayat dan surat lainnya. Surat dengan tujuh ayat pendek dalam Juz 30 ini sesungguhnya menegaskan prinsip pembebasan dari belenggu kemiskinan dan kemelaratan yang sangat kental. Sayyid Quthub dalam Tafsir Fi Zhilalil Qur‘an bahkan menyebutnya sebagai “memecahkan hakekat besar yang hampir mendominasi pengertian iman dan kufur secara total”. Betapa tidak! Iman dan kufur yang lazim-nya dihubungkan dengan keyakinan kepada Allah atau tidak, secara tegas dihubungkan dengan berpihak pada kaum miskin atau tidak.

Tiga ayat pertama dari Al-Ma’un memberikan penegasan yang jelas tentang kriteria para pendusta agama, yaitu menghardik anak yatim dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin. Sayyid Quthub menyebut tiga ayat pertama dari surat Al-Ma’un sebagai cermin dari ruh akidah dan tabiat agama. Suatu gambaran yang luar biasa akan tetapi berimplikasi sangat luas terhadap kewajiban setiap manusia yang beriman kepada Allah dan Rasulnya.

Implikasi utama adalah bahwa setiap manusia berkewajiban untuk membebaskan sesamanya dari belenggu kemiskinan dan kemelaratan. Dalam nifo mondial, kewajiban ini berarti manusia beriman harus membangun tatanan masyarakat sejagat yang bebas dari penindasan bangsa yang satu kepada bangsa yang lain, juga bebas dari penghisapan manusia atas manusia. Karena terbukti tatanana semacam itu telah memelaratkan rakyat di negara-negara yang sedang berkembang.

Dalam nifo nasional, di samping membangun tatanan sosial yang bebas dari penindasan, insan beriman juga punya kewajiban untuk membebaskan manusia secara individual dari belenggu kemiskinan dan kemelaratan. Ayat kedua dan ketiga dari surat Al-Ma’un menegaskan kewajiban ini. Tidak menghardik anak yatim dan menganjurkan memberi makan orang miskin adalah tindakan terhadap individu manusia dan juga kelompok; dan kewajiban tersebut berlaku bagi individu maupun kelompok terorganisasi. Dengan demikian, setiap orang secara individu maupun secara berkelompok dalam institusi yang dibangunnya, termasuk negara, memiliki kewajiban untuk

ISLAM DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

SAID TUHULELEY

Ketua Majelis Pemberdayaan Masyarakat PP. Muhammadiyah

membebaskan manusia dari belenggu kemiskinan dan kemelaratan. Kewajiban pembebasan ini alamatnya jelas, yaitu individu maupun kelompok manusia.

Pengingkaran terhadap kewajiban ini, baik individu maupun institusi yang dibangunnya, termasuk negara, dengan sangat berat hati harus dikategorikan sebagai “pendusta agama”. Karena pengingkaran terhadap kewajiban membebaskan manusia dari kemiskinan dan kemelaratan adalah pengkhianatan terhadap ikrar

Lailaha illa Allah, yang merupakan sendi pokok dari agama. Persoalannya bagi kita sekarang adalah bagaimana ’bahasa langit’ itu digunakan untuk menyapa bumi. Kiai Dahlan secara tepat memilih “Penolong Kesengsaraan Oemoem” sebagai langkah organisasional untuk mengimplementasikan “perintah langit” itu di dalam realitas sosial saat itu. Karena itu lahirlah rumah sakit yang digratiskan, sekolah yang digratiskan, panti asuhan yang bahkan keperluan hidup sehari-harinya dijamin, rumah miskin, dan berbagai tindakan organisatoris lainnya.

Pertanyaannya adalah, bagaimana kita kini dan di sini? Secara mudah dapat kita lihat bahwa perbedaan setting sosial mengharuskan kita melakukan banyak penyesuaian. Dapat ditemukan paling sedikit tiga hal yang berbeda. Pertama, jumlah penduduk belum sebanyak sekarang, kedua, makin terbukanya Tanah Air kita terhadap kekuatan-kekuatan kapitalis internasional yang dalam tingkat tertentu bekerjasama dengan elite nasional, dan yang ketiga, kita tidak lagi dijajah. Hal pertama mengharuskan kita untuk bertindak dalam skala yang jauh lebih luas. Sebab kurang berhasilnya negara menyejah-terakan rakyat menyebabkan jumlah penduduk miskin dan melarat luar biasa besarnya, hampir sama besar dengan jumlah penduduk kita di zaman kolonial.

Hal kedua menuntut kita untuk terus-menerus bekerja bagi upaya membangun tatanan sosial yang adil dan membebaskan. Sebenarnya tugas ini harusnya dipikul oleh partai politik yang menyertakan wakilnya di parleman dan eksekutif. Tapi sebagaimana penjelasan tentang hal ketiga, ternyata tidak banyak yang bisa diharapkan dari partai politik. Karena itu, organisasi masyarakat sipil, semacam Muhammadiyah dan NU, harus mengambil peranan ini.

Hal ketiga, memerlihatkan beda nyata antara saat ini dan di masa penjajahan. Kalau di zaman kolonial partai politik yang dibentuk oleh kaum pribumi didasari oleh suatu cita-cita besar, Indonesia Merdeka, maka saat ini partai politik berubah menjadi Syarikat Dagang Politik, yang kerjaannya sama seperti travel biro: menawarkan kendaraan untuk mereka yang berminat menjadi gubernur, bupati, anggota DPR atau DPRD. Sehingga pikiran untuk mewakili rakyat, apalagi berjuang untuk memperbaiki nasib rakyat banyak itu menjadi prioritas ke sekian belas. Lagi-lagi sulit diharapkan.

Oleh karena itu, organisasi keagamaan saat ini memikul tanggungjawab yang besar untuk melakukan berbagai tindakan guna membebaskan masyarakat dari belenggu kemiskinan dan kemelaratan. Landasan nomatifnya jelas, tunggu apa lagi.l

De

m

o (Vi

si

t ht

tp:

//www.pdfspl

itm

erge

r.c

om

Referensi

Dokumen terkait

Pemahaman dan Hasil belajar peserta didik Pengamatan hasil belajar peserta didik kelas III mata pelajaran matematika materi penjumlahan dan pengurangan bilangan

Tingkat stres pada anak sebelum dilakukan senam otak (brain gym) di SD Negeri Pokoh 1 Wedomartani Ngemplak Sleman Yogyakarta sebagian besar berada pada kategori sedang. Tingkat

Pada pengujian ini pengambilan data dilakukan dengan cara menguji turbin angin Savonius dengan profil kurva b = 3,75 cm, b = 5 cm dan b = 6,25 cm pada 5 variasi kecepatan angin

Aplikasi Sistem Informasi Geografis Wisata Islam Melayu pada kota Palembang dengan smartphone yang menggunakan sistem operasi Android dapat diimplementasikan pada

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan rahmatNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul

Hasil yang dicapai adalah : (1) mitra mampu melakukan dan mengaplikasikan teknik dasar olahraga permainan petanque dengan baik dan benar, (2) mitra memiliki

Peluang untuk menjadi PNS semakin kecil lagi setelah pemerintah memutuskan penundaan sementara (moratorium) tambahan formasi untuk penerimaan PNS sejak 1 September

Adalah saya Zulfadli Abdul Latif (No. Matrik 818176) seorang pelajar Sarjana Sains Pengurusan dari Universiti Utara Malaysia sedang melakukan satu kajian bertajuk “Hubungan