SKRIPSI
PERAN GERAKAN WOMEN’S FORUM AUSTRALIA (WFA) TERHADAP SEXUAL HARASSMENT DAN SEXUAL VIOLENCE PADA PEREMPUAN
DI AUSTRALIA
Disusun dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat
memperoleh gelar Sarjana Ilmu Politik (S.IP) Strata-1
Jurusan Hubungan Internasional
Oleh : Isnawaty Endarsih
09260138
JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLTIK
LEMBAR PERSETUJUAN
Nama : Isnawaty Endarsih
NIM : 09260138
Jurusan : Hubungan Internasional
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Judul Skripsi :
PERAN GERAKAN WOMEN’S FORUM AUSTRALIA (WFA) TENTANG
SEXUAL HARASSMENT DAN SEXUAL VIOLENCE TERHADAP
PEREMPUAN DI AUSTRALIA
Disetujui oleh,
DOSEN PEMBIMBING
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Vina Salviana DS, M.Si M. Syaprin Zahidi, MA
Mengetahui,
Dekan, Ketua Jurusan,
FISIP UMM Hubungan Internasional
LEMBAR PENGESAHAN
Nama : Isnawaty Endarsih
NIM : 09260138
Jurusan : Hubungan Internasional
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Judul Skripsi :
PERAN GERAKAN WOMEN’S FORUM AUSTRALIA (WFA) TENTANG
SEXUAL HARASSMENT DAN SEXUAL VIOLENCE TERHADAP
PEREMPUAN DI AUSTRALIA
Telah dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Ujian Skripsi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Jurusan Hubungan Internasional
Dan dinyatakan LULUS
Pada: Jumat
Tanggal: 24 Oktober 2014
Tempat: Ruang Sidang Fisip 611
Mengesahkan,
Dekan FISIP-UMM
Dr. Asep Nurjaman, M.Si
Dewan Penguji:
1. Dr. Vina Salviana DS, M.Si ( )
2. M. Syaprin Zahidi, MA ( )
3. Havidz Ageng Prakoso, MA ( )
PERNYATAAN ORISINALITAS
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Isnawaty Endarsih
NIM : 09260138
Jurusan : Hubungan Internasional
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Menyatakan bahwa karya tulis ilmiah (skripsi) dengan judul:
PERAN GERAKAN WOMEN’S FORUM AUSTRALIA (WFA) TENTANG
SEXUAL HARASSMENT DAN SEXUAL VIOLENCE TERHADAP
PEREMPUAN DI AUSTRALIA
adalah bukan karya tulis ilmiah (skripsi) orang lain, baik sebagian ataupun
seluruhnya, kecuali dalam bentuk kutipan yang telah saya sebutkan sumbernya
dengan benar.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan
apabila pernyataan ini tidak benar, saya bersedia mendapatkan sanksi sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
Malang, 1 November 2014
Yang menyatakan,
BERITA ACARA
1. Nama : Isnawaty Endarsih
2. NIM : 09260138
3. Jurusan : Hubungan Internasional
4. Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
5. Judul Skripsi :
PERAN GERAKAN WOMEN’S FORUM AUSTRALIA (WFA)
TERHADAPSEXUAL HARASSMENT DAN SEXUAL VIOLENCE PADA
PEREMPUAN DI AUSTRALIA
6. Pembimbing : Dr. Vina Salviana DS, M.Si
M. Syaprin Zahidi, MA
7. Kronologi Bimbingan :
Keterangan Tanggal Paraf
Pembimbing I
Paraf
Pembimbing II
Pengajuan Judul
Skripsi 5 April 2013
ACC BAB I 14 Desember 2013
ACC BAB II 10 Juni 2014
ACC BAB III 06 Oktober 2014
ACC BAB IV 06 Oktober 2014
Abstrak
Isnawaty Endarsih, 2014, 09260138, Universitas Muhammadiyah Malang, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Hubungan Internasional. PERAN
GERAKAN WOMEN’S FORUM AUSTRALIA TENTANG SEXUAL
HARASSMENT DAN SEXUAL VIOLENCE TERHADAP PEREMPUAN DI AUSTRALIA. Pembimbing I : Dr. Vina Salviana DS, M.Si. Pembimbing II : M. Syaprin Zahidi, MA.
Feminisme adalah salah satu kajian yang tengah hangat dalam studi hubungan internasional. Teori-teori feminis hubungan internasional telah tumbuh dan berkembang sejak awal 1990-an. Pada dasarnya feminisme adalah sebuah kepercayaan bahwa perempuan merasa diperlakukan tidak adil dalam masyarakat yang dibentuk untuk memprioritaskan cara pandang laki-laki serta kepentingannya. Australia adalah salah satu Negara yang memiliki isu-isu yang cukup penting mengenai perempuan, maka dari itu sebuah forum yang bernama
Women’s Forum Australia berusaha concern terhadap kasus seperti sexual
harassment dan sexual violence yang sering menimpa perempuan Australia. Metode yang digunakan dalam penulis dalam tulisan ini adalah metode deskriptif dengan menggunakan teori feminisme, serta konsep pressure group.
Hasil dari penulisan ini dapat disimpulkan bahwa terbentuknya Women’s
Forum Australia (WFA) diharapkan dapat membantu menyalurkan aspirasi kaum perempuan. WFA dengan research yang dilakukannya memberikan dukungan penuh terhadap Australia National Plan 2010-2022 untuk mengurangi dan melindungi perempuan dari kekerasan sehingga tidak ada lagi kekerasan seksual dalam bentuk apapun yang menimpa perempuan di Australia dan diharapkan menjadi solusi bagi kehidupan perempuan Australia yang lebih baik.
Kata kunci : feminisme, sexual harassment dan sexual violence
Malang, 5 November 2014 Penulis,
Isnawaty Endarsih
Pembimbing I Pembimbing II
Abstract
Isnawaty Endarsih, 2014, 09260138, University of Muhammadiyah Malang, Social and Politic Department, International Relationship. ROLE OF
WOMEN’S FORUM AUSTRALIA MOVEMENT ON SEXUAL
HARASSMENT AND SEXUAL VIOLENCE AGAINST WOMEN IN AUSTRALIA. Advisor I : Dr. Vina Salviana DS, M.Si. Advisor II : M. Syaprin Zahidi, MA.
Feminism is one of the study that were mostly discussed in the study of international relation. Feminist theories of international relations has grown and evolved since the early 1990s. Basically feminism is a belief that women feel unfairly treated in society formed to prioritize male perspective and interests.Australia is one country that has issues important enough on women, therefore a forum called Women’s Forum Australia seeks concerned about cases such as sexual harassment and sexual violence that often affects women of Australia.
The method used in this paper is written in a descriptive method by using the theory of feminism, also the concept of a pressure group.
The results of this study it can be concluded that the formation of the
Women’s Forum Australia (WFA) in 2004 is expected to help channel the
aspirations of women. WFA with the research does provide full support for the Australian National Plan 2010-2022 to reduce and protect women from violence that no longer exists in any form of sexual violence affecting women in Australia and is expected to be a solution for the Australian women’s lives better.
Keywords : feminism, postfeminsm, sexual harassment and sexual violence.
Malang, 5 November 2014 Writer,
Isnawaty Endarsih
Advisor I Advisor II
Everybody is genius. But if you judge a fish by its ability to climb a tree it will live its whole life believing that it is stupid – Albert Einstein
If you can dream it. You can do it – Walt Disney
Masa depan adalah milik mereka yang menyiapkan hari ini.
KATA PERSEMBAHAN
Sebagai ucapan rasa syukur dan terima kasih atas selesainya skripsi ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya yang telah memberikan kekuatan, kesehatan serta kesabaran dalam penulisan skripsi ini.
Kedua orang tua saya bapak M.Anas Winarno dan ibu Arbiyah. Reza Alfurqan bocah yang paling sabar punya kakak yang cerewet ini. Terima kasih atas dukungannya.
Dosen pembimbing saya ibu Dr. Vina Salviana DS, M.Si dan bapak M. Syaprin Zahidi, MA yang sudah banyak membantu dalam penulisan skripsi ini. Karena beliau bimbingan berdualah tulisan ini selesai meski dengan berbagai macam kendala yang ada. Alhamdulillah.
Saya juga ingin berterimakasih kepada bapak Gonda Yumitro selaku kepala jurusan, bapak Ruli Inayah Romadhoan selaku kepala lab. HI yang sudah banyak membantu dalam urusan akademis saya. Karena beliaulah saya bisa mendapatkan dosen pembimbing yang lebih baik. Bu Peggy, Pak Havidz atas bimbingannya selaku penguji, serta para dosen-dosen HI yang selama ini telah banyak memberikan ilmunya selama saya menempuh perkuliahan di jurusan Hubungan Internasional yang belum saya sebutkan namanya satu persatu.
Teman-teman kampus terutama kelas HI C kalian para bajak laut : Risky Dohar, Rizkhi Budi, Sandro, Zaskia, Hedi, Ahong, Mega. Teman-teman
seperjuangan Risco, Riffan, Oktanama, Arlifo, Ridwan „iwan’, Neni,
Buat Fino yang semangat dukung supaya skripsinya cepet kelar terima kasih banget supportnya, sudah nganter dan nungguin ujian. Mas taufik buat dukungan moriilnya. Terimakasih juga buat Frisca dan Prima. Buat bapak dan ibu slamet di sawojajar yang sudah sering saya repotin (saya turut andil dalam berkurangnya jatah logistik) selama saya di malang, terimakasih om, tante.
Terima kasih juga buat ibu bapak kos, Mbak Dina dan Bu Pur sekeluarga, sudah memberikan tempat tinggal yang layak selama pengerjaan skripsi ini.
Terimakasih juga buat teman-teman di “Ellipsis” BCT 50b mulai dari Nadia, Titin, Zulia, Anita, Noe, Sari, Widi, Risa, Kiki, Memed, Siti dll, maaf tidak saya sebut satu persatu, yang sudah menemani dari awal kuliah, banyak cerita yang tidak bisa dilupakan.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah dan puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul: PERAN
GERAKAN WOMEN’S FORUM AUSTRALIA (WFA) TERHADAP SEXUAL
HARASSMENT DAN SEXUAL VIOLENCE PADA PEREMPUAN DI AUSTRALIA.
Skripsi ini penulis susun dengan latar belakang kondisi perempuan di Australia yang banyak mengalami opresi serta macam-macam bentuk kekerasan, baik dari segi fisik, psikis, verbal dan non-verbal. Sexual harassment atau pelecehan seksual serta sexual violence, kekerasan seksual, memang merupakan salah satu permasalahan yang sering dialami oleh perempuaan. Sebuah forum yang bernama Women’s Forum Australia berusaha untuk menanggapi secara serius masalah yang menimpa perempuan Australia kebanyakan. Tulisan ini disusun dengan menggunakan teori feminisme serta konsep pressure group untuk menjelaskan bagaimana peran Women’s Forum Australia dalam menanggulangi bentuk-bentuk kekerasan seksual terhadap perempuan.
Dalam tulisan ini tentu saja masih terdapat kekurangan yang perlu untuk diperbaiki dan disempurnakan, sehingga penulis mengharapkan masukan yang membangun dari pembaca pada khususnya untuk menjadikan tulisan ini menjadi lebih baik. Untuk lebih dan kurangnya pembahasan yang telah penulis susun dan tulis dalam penelitian ini, penulis sampaikan permohonan maaf.
Dengan selesainya tulisan ini maka penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Allah SWT yang selalu membimbing penulis dalam setiap langkah untuk menyelesaikan penelitian ini, semoga Allah SWT selalu memberikan berkah-Nya dalam tulisan ini.
2. Kedua orang tua saya Bapak M. Anas Winarno dan Ibu Arbiyah serta adik saya Reza Alfurqan.
3. Bapak Dr. Muhadjir Effendy, MAP., selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Malang
4. Bapak Dr. Asep Nurjaman, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
6. Ibu Dr. Vina Salviana DS, M.Si, selaku Dosen Pembimbing I yang telah memberikan banyak bimbingan yang bermanfaat serta memberikan pengarahan detail tentang tata penulisan yang baik.
7. Bapak M. Syaprin Zahidi, MA, selaku Dosen Pembimbing II yang juga banyak memberikan arahan serta berkenan membaca dan memberikan review tentang isi dan analisis dalam tulisan saya.
8. Segenap dosen Jurusan Hubungan Internasional dan segenap dosen FISIP Universitas Muhammadiyah Malang, yang telah memberikan banyak ilmu dan bantuan kepada penulis selama penulis menjalani masa-masa studi.
9. Semua pihak yang telah membantu penyelesaian penulisan skripsi ini yang tidak mungkin penulis sebutkan satu per satu.
Terimakasih atas segala dukungannya, semoga skripsi ini bermanfaat dan mohon maaf bila ada kekurangan dalam penulisan skripsi ini.
Malang, 12 November 2014
Penulis
DAFTAR ISI
Lembar Judul ... i
Lembar Persetujuan ... ii
Lembar Pengesahan ... iii
Pernyataan Orisinalitas ... iv
Berita Acara ... v
Abstrak ... vi
Abstract ... vii
Kata Persembahan ... viii
Kata Pengantar ... x
Daftar Isi ... xii
Bab 1 Pendahuluan 1.1Latar Belakang ... 1
1.2Rumusan Masalah ... 5
1.3Tujuan Penelitian ... 5
1.4Manfaat Penelitian ... 6
1.5Tinjauan Pustaka 1.5.1 Studi Terdahulu ... 6
1.5.2 Pendekatan dan Konsep Feminisme ... 10
Konsep Pressure Group ... 14
1.6 Batasan Waktu ... 16
1.7 Metode Hubungan Internasional ... 16
1.7.1 Metode Penelitian ... 16
1.7.2 Tipe Penelitian ... 17
1.7.3 Metode Pengumpulan data ... 17
1.9Sistematika Penulisan ... 19
Bab II : Sexual Harassment dan Sexual Violence 2.1 Gambaran Umum Kondisi Perempuan Australia ... 21
2.2 Sexual Harassment (Pelecehan Seksual) ... 22
2.3 Sexual Violence (kekerasan seksual) ... 30
2.3.1 Defiinisi “Violence against women” ... 39
2.4 Women’s Forum Australia Dalam Perkembangan Feminisme ... 40
Bab III : Profil dan Peran Women’s Forum Australia (WFA) 3.1 Women’s Forum Australia sebagai bentuk kesadaran perempuan-perempuan di Australia ... 48
3.1.1 Posisi Women’s Forum Australia Dalam Feminisme ... 50
3.2 Isu-isu yang diangkat oleh WFA : 3.2.1. Aborsi ... 52
3.2.2 Body Image– Objektivitas dan Seksualitas ... 56
3.2.3 Euthanasia ... 58
3.2.4 Kekerasan Terhadap Perempuan ... 59
3.2.5 Prostitusi dan Trafficking ... 62
3.3 Peran WFA Mengenai Kebijakan Tentang Kekerasan Terhadap Perempuan ... 66
3.4 Women’s Forum Australia sebagi kelompok penekan dalam kebijakan kekerasan serta pelecehan seksual di Australia ... 68
3.4.1 National Plan Sebagai Upaya Pemerintah Australia Untuk Mengurangi Kekerasan Terhadap Perempuan ... 69
Bab IV Penutup Kesimpulan ... 76
Daftar Pustaka Buku dan Jurnal
Burchill, Scott dan Andrew Linklater. Teori-Teori Hubungan Internasional.
Bandung : Nusa Media.
Einsten, Hester. 1988. “Contemporary Feminist Thought”. Australia.
Fitriani, 2006 “Kontribusi Perspektif Feminis dalam Studi Hubungan
Internasional : Sebuah Tinjauan Terhadap Fenomena Pemerkosaan
Perempuan di Wilayah Konflik”. Depok. Universitas Indonesia.
Gamble, Sarah. 2010. Pengantar Memahami Feminisme dan Postfeminisme. Yogyakarta : Jalasutra.
Hollows, Joanne. (2000), Feminisme, Femininitas dan Budaya Populer.
Yogyakarta : Jalasutra.
Jenny, Mouzos and Toni Makkai. 2004. Women’s Experience of Male Violence
Research and Public Policy Series No. 5. Australian Institute of Criminology
Maharani, Shinta. 2008. “Pandangan Feminisme Liberal dan Feminisme Sosialis
Tentang Partisipasi Politik”. Volume 12, Nomor 1.
Mas’oed, Mohtar. 1990. “Ilmu hubungan Internasional ; Disiplin dan Metodologi”. Jakarta : LP3ES.
Perwita, Anak Agung Banyu dan Yanyan Mochammad Yani. 2005. Pengantar Ilmu Hubungan Internasional. Bandung : Rosda.
True, Jacqui, “Feminism” dalam Theories of International Relation Third Edition. New York : Palgrave McMillan.
Watson, Sophie. 1995. “Reclaiming Social Policy : Transitions New Australian Feminisms” National Library of Australia.
Artikel
Abortion –Position Statement, Women’s Forum Australia
Kheiriddin Tasha, 2011. Feminism’s Second-Wave Hangover. National Post Riordan, Marcia. A New Kind Of Feminism.
Submission to The National Women’s Healthy Policy. 2009.
Women’s Forum Australia, Premature Sexualisation of Children – Position Statement
Women’s Forum Australia, Sexualisation and Objectification of Women –
Position Statement
Women’s Forum Australia, Prostitution : A Problem Of Equality, Dignity and
Integrity
Internet
Advocacy for Women http://www.womensforumaustralia.org/Issues diakses pada tanggal 23 Nov 2013
Canberra research centre to tackle violence against women http://www.womensforumaustralia.com/latest-updates/canberra-research-centre-to-tackle-violence-against-women
Domestic Violence in Australia – an Overview of The Issues http://www.aph.gov.au/About_Parliament/Parliamentary_Departments/Par liamentary_Library/pubs/BN/2011-2012/DVAustralia diakses pada tanggal 13 Maret 2014
Fakta seputar pelecehan seksual
http://gayahidup.inilah.com/read/detail/1684592/fakta-seputar-pelecehan-seksual#.UyqZJvmSy1A diakses pada tanggal 20 Maret 2014
Guest Post : The Premature Sexualisation of Childhood,
http://www.generationnext.com.au/2010/04/guest-post-the-premature-sexualisation-of-childhood/ diakses pada tanggal 24 September 2014 http://history1900s.about.com/od/1960s/qt/femininemystiq.htm diakses pada
tanggal 12 November 2012
http://komahi.umy.ac.id/2011/05/perkembangan-feminisme-di-dunia.html diakses pada tanggal 12 November 2012 01.54 pm
http://komunikasi.us/index.php/mata-kuliah/tmb/2283-terapan-budaya-feminis-dalam-konvergensi diakses pada tanggal 19 Desember 2012
http://links.org.au/node/174 di akses pada tanggal 12 Desember 2012
http://www.slideshare.net/bintarijoesman/feminisme-dan-gerakan-kesetaraan-gender-edit#btnNext diakses pada tanggal 12 November 2012
http://www25.uua.org/uuhs/duub/articles/marywollstonecraft.html diakses pada tanggal 19 Desember 2012
http://www.jstor.org/discover/10.2307/2778159?uid=3738224&uid=2129&uid=2 &uid=70&uid=4&sid=21101443788813 diakses pada tanggal 12 Desember 2012
http://www.womenpr.com/site/arts-culture-menu-link/103-scandalous-women-makes-stiletto-feminism-oh-so-sexy diakses pada tanggal 09 November 2013
http://www.womensforumaustralia.com/about-us/purpose-and-values diakses pada tanggal 6 Maret 2014
http://www.womensforumaustralia.com/significant-issues/body-image-objectification-and-sexualisation diakses pada tanggal 6 Maret 2014
http://www.womensforumaustralia.com/significant-issues/euthanasia diakses pada 6 Maret 2014
Human trafficking and People Smuggling,
http://www.afp.gov.au/policing/human-trafficking.aspx diakses pada tanggal 13 Maret 2014
Human Trafficking, http://www.humantrafficking.org/countries/australia diakses pada tanggal 13 maret 2014
Know Your Rights : Sex Discrimination and Sexual Harassment, Australian
Human Rights Comission
http://www.humanrights.gov.au/publications/know-your-rights-sex-discrimination-and-sexual-harassment diakses pada tanggal 22 Maret 2014
Lindsay German, Theory of Patriarchy (Spring 1981)
http://www.marxists.org/history/etol/writers/german/1981/xx/patriarchy.ht m diakses pada tanggal 12 November 2012
Lihat dalam http://australia.gov.au/about-australia/australian-story/austn-suffragettes diakses pada tanggal 13 November 2012
National Plan To Reduce Violence Against Women and Their Children http://www.dss.gov.au/sites/default/files/documents/05_2012/national_pla n.pdf
Our Origins and Background http://www.womensforumaustralia.org/about-us/origins diakses pada tanggal 23 Nov 2013
Perdagangan Manusia dan Perbudakan Marak di Australia,
http://internasional.kompas.com/read/2013/12/11/0953179/Perdagangan.M anusia.dan.Perbudakan.Marak.di.Australia diakses pada tanggal 13 Maret 2014
Prostitution and Trafficking http://www.womensforumaustralia.com/significant-issues/prostitution-and-trafficking diakses pada tanggal 6 Maret 2014
Ria Carmichael, Feminism – A Dirty Word?
http://www.ywca.net/News/Article/Student-Blogs/Feminism--A-Dirty-Word diakses pada tanggal 22 Maret 2014
Sexual Assault and Family Violence, Historical Approaches to sexual violence http://www.alrc.gov.au/publications/24.%20Sexual%20Assault%20and%2 0Family%20Violence/history-activism-and-legal-change diakses pada tanggal 28 Oktober 2014
Sex-Based Discrimination, U.S Equal Employment Opportunity Comission, http://www.eeoc.gov/laws/types/sex.cfm diakses pada tanggal 22 Maret 2014
Sex discrimination and equal pay http://www.nidirect.gov.uk/sex-discrimination-and-equal-pay diakses pada tanggal 22 Maret 2014
Violence Against Women http://www.womensforumaustralia.org/significant-
issues/violence-against-women?A=SearchResult&SearchID=27635984&ObjectID=1093072&Obj ectType=35 diakses pada 23 Nov 2013
Violence Against Women, http://www.womensforumaustralia.com/significant-issues/violence-against-women diakses pada tanggal 6 Maret 2014
Women’s Forum Australia General Appeal
http://www.givenow.com.au/womensforumaustralia
Women’s Rights, The needs of particular women,
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada abad ini, feminisme telah menjadi salah satu gerakan yang
berkembang pesat. Pengaruhnya begitu terasa baik dalam lingkup sosial, politik
maupun kehidupan berbudaya. Kata feminisme dicetuskan pertama kali oleh
aktivis sosialis utopis Charles Fourier pada tahun 18371. Pada dasarnya feminisme
adalah sebuah kepercayaan bahwa perempuan merasa diperlakukan tidak adil
dalam masyarakat yang dibentuk untuk memprioritaskan cara pandang laki-laki
serta kepentingannya. Dalam pola patriarkal2, perempuan menjadi semua hal yang
bukan laki-laki, dimana laki-laki dianggap kuat, perempuan lemah, laki-laki
dianggap rasional dan perempuan emosional, laki-laki dianggap aktif, perempuan
pasif dan sebagainya. Dengan dasar pemikiran ini perempuan tidak mendapat
kesempatan yang sama untuk masuk dalam dunia yang menjadi perhatian publik
maupun dunia yang mencerminkan budaya. Singkatnya, feminisme mencoba
mengubah situasi ini.
Mengingat sejarahnya yang panjang, perkembangan feminis yang telah
mencapai gelombang ketiga kemudian melahirkan apa yang disebut sebagai
1
Michael, Vlach. Feminism http://www.theologicalstudies.org/resource-library/philosophy-dictionary/121-feminism diakses pada tanggal 9 November 2013
2
postfeminism. Meski belum banyak yang dapat mendefinisikan secara pasti apa itu
posfeminisme, hal ini sudah banyak mengundang berbagai macam kritik.
Posfeminisme bahkan dianggap sebagai suatu hal mengkhianati perjuangan
gerakan feminis. Mendefinisikan posfeminisme bukanlah suatu perkara yang
mudah. Istilah posfeminisme sering disebut sebagai wacana yang cukup
memancing debat dan sekaligus provokatif untuk diperbincangkan. Akan tetapi,
secara sederhana istilah posfeminisme bisa dipahami sebagai suatu perjumpaan
kritis dengan patriarki. Artinya posfeminisme menempati posisi kritis dalam
memandang kerangka feminisme sebelumnya.
Pada posfeminisme perempuan tidak lagi muncul sebagai oposisi dari
laki-laki. Inilah yang kemudian menjadikan femininitas dipandang sebagai suatu
masalah oleh para feminis3. Posfeminisme juga memunculkan tentang konsepsi
“beauty” dan “sexuality” yang tidak dibahas pada feminis gelombang satu dan
dua. Tidak lagi sekedar membahas tentang kesetaraan pendidikan atau sekedar
keterwakilan di bidang politik, perkembangan feminisme di masa ini banyak
memperkenalkan tentang apa yang disebut dengan sex-positive feminism4. Hal ini
kemudian menciptakan apa yang disebut sebagai lipstick-feminism dan
stiletto-feminism.
Dalam konteks perkembangan gerakan feminisme di Australia
karakteristik feminisme global yang fundamental memiliki arti khusus. Sejak awal
3
Hollows, Joanne. (2000), Feminisme, Femininitas dan Budaya Populer. Yogyakarta. Jalasutra hal 13
4
federasi masyarakat Australia digambarkan sebagai masyarakat yang demokratis
dan egaliter sehingga akses perempuan terhadap proses demokrasi melalui
kewarganegaraan aktif sehingga memiliki akses terhadap kekuasaan yang akan
selalu menjadi perhatian menonjol dari gerakan perempuan Australia.
Feminisme yang berkembang di Australia tidak jauh berbeda dengan apa
yang berkembang dikebanyakan negara-negara lain didunia. Isu-isu awal tentang
feminisme yang berkaitan dengan hak pilih (hak perempuan untuk memilih) serta
akses perempuan terhadap parlemen juga diperjuangkan oleh para feminis di
Australia. Feminisme di Australia tergolong yang paling pertama menyuarakan
tentang hak perempuan dalam pemilu5.
Adalah Women’s Forum Australia (WFA) sebuah organisasi non-profit
atau NGO yang concern terhadap pendidikan (edukasi) dan perkembangan
kebijakan publik tentang sosial, ekonomi, kesehatan serta isu-isu kultural yang
berkenaan dengan permasalahan perempuan di Australia. Sehingga menjadikan
kajian feminisme berkembang semakin luas dan kompleks. Women’s Forum
Australia muncul dari pertemuan lebih dari 750 wanita pada bulan Desember
2004. Pertemuan tersebut mencari inisiatif baru untuk mendukung perempuan
yang hamil dalam keadaan sulit dan menyediakan dengan alternatif nyata yang
tidak akan menimbulkan resiko terhadap kesehatan dan kesejahteraan mereka.
Forum ini menunjukkan tingkat akar permasalahan serta dukungan untuk
organisasi baru, dan dengan mengikuti momentum ini, dewan pendiri didirikan
pada tahun 2005. Women’s Forum Australia muncul sebagai pemikiran
5
independen perempuan yang melakukan penelitian, pendidikan dan
pengembangan kebijakan publik tentang isu-isu sosial, ekonomi, kesehatan dan
budaya yang mempengaruhi perempuan6.
Women’s Forum Australia mengangkat isu-isu umum yang berkaitan
dengan perempuan, seperti aborsi, adopsi, isu tentang body image – obkejtivitas
dan seksualitas, euthanasia, kekerasan dalam rumah tangga, feminisme, prostitusi
dan trafficking serta seksualitas pada anak dan remaja. Women’s Forum diminta
untuk mengomentari sejumlah isu yang menjadi perhatian perempuan oleh media
dan anggota parlemen. Mereka dipandang sebagai pemain yang serius dalam
domain publik, menyuarakan kepentingan perempuan dan dengan kemampuan
untuk memberikan masukan yang tepat waktu dan informasi tentang urusan
publik. Women’s Forum telah memberikan masukan untuk pemerintah. Mereka
juga memberikan komentarnya di media cetak, program radio dan televisi di
seluruh negeri. Surat kabar utama telah menerbitkan sejumlah besar pendapat
mereka secara signifikan7.
Sexual harassment atau kekerasan seksual pada dasarnya merupakan isu
yang banyak menimpa perempuan-perempuan hampir di semua negara. Isu
semacam ini memang seringkali diangkat oleh para feminis terutama feminis dari
gelombang kedua yang menuntut akan adanya kesetaraan gender. Isu tentang
kekerasaan seksual yang banyak terjadi diberbagai negara memang bukan hal
yang baru dalam kajian feminisme. Women’s Forum sangat prihatin tentang
6
Our Origins and Background http://www.womensforumaustralia.org/about-us/origins diakses pada tanggal 23 Nov 2013
7
tingginya tingkat kekerasan terhadap perempuan di Australia. Segala tindakan
atau perbuatan yang tidak menyenangkan dapat dikategorikan sebagai tindakan
kekerasan seksual, baik secara verbal maupun non-verbal.
Oleh karena itu, Women’s Forum Australia berusaha untuk mengadvokasi
dan aktif mengkampanyekan isu-isu serta kepentingan perempuan. Women’s
Forum Australia mengadakan campaign tentang adopsi, melancarkan berbagai
opini tentang abosi, euthanasia, kekerasan dalam rumah tangga, trafficking
prostitusi dan lain sebagainya ke media-media di Australia, baik media cetak
ataupun media elektronik. Disamping itu mereka juga melakukan research untuk
menguatkan opini-opini mereka untuk membangkitkan kesadaran
perempuan-perempuan tentang apa yang mereka hadapi saat ini. Hal inilah yang kemudian
membuat Women’s Forum Australia menjadi salah satu forum yang
diperhitungkan oleh pemerintah Australia.
1.2Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah dipaparkan oleh penulis diawal maka
timbullah suatu pertanyaan berkaitan dengan tulisan yang diangkat oleh penulis
yaitu, bagaimana pengaruh gerakan Women’s Forum Australia (WFA) tentang
sexual harassment dan sexual violence terhadap perempuan di Australia?
1.3Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh yang ditimbulkan
oleh adanya forum perempuan Australia dalam kebijakan publik dinegaranya.
berkembang sejak lama. Sehingga dalam perkembangannya banyak menciptakan
forum-forum perempuan salah satunya adalah Women’s Forum Australia (WFA)
yang banyak menangani isu-isu perempuan di Australia termasuk tentang sexual
harassment dan sexual violence.
1.4 Manfaat Penelitan
Manfaat yang diharapkan dari penulis ada dua yakni manfaat praktis dan
manfaat akademis. Manfaat praktis yang diharapkan adalah dengan penelitian ini
dapat diketahui bahwa pergerakan perempuan yang kemudian lebih sering disebut
dengan gerakan feminisime memberikan banyak perubahan terhadap berbagai
permasalahan perempuan baik itu sosial, ekonomi, kesehatan, pendidikan serta
isu-isu kultural lainnya dalam kasus ini bagi kaum perempuan di Australia.
Sedangkan manfaat akademisnya adalah sebagai penambah referensi bagi
mahasiswa jurusan Hubungan Internasional UMM.
1.5 Tinjauan Pustaka 1.5.1 Studi Terdahulu
Terkait dalam penulisan tulisan ini, penulis juga menyertakan adanya
penelitian terdahulu atau biasa juga digunakan istilah literatur terdahulu dan
literature review merupakan sebuah aspek penting dalam suatu penelitian.
Fungisnya adalah untuk membedakan penelitian penulis dengan penelitian
sebelumnya atau tulisan lain. Sebuah tulisan dari Margaret Allan yang berjudul
Socialists in the Australian Women's Liberation Movement dimana Margaret
Allan banyak menuliskan tentang wacana ideologi-ideologi gerakan pembebasan
fokus utama tulisan Margaret Allan. Feminisme dan kebijakan sosial tidak lebih
sebuah hubungan yang tidak stabil sejak akhir 1960-an dalam banyak hubungan
paralel feminisme untuk negara. Di satu sisi aktivis feminis telah ambivalen
tentang jenis apa dan bentuk kebijakan sosial akan menguntungkan perempuan.
Pada lain, akademisi feminis telah mencoba untuk masuk dan menumbangkan
perdebatan yang pasti sudah dibangun dalam istilah maskulin. Arena kebijakan
sosial telah menjadi kajian penting dalam perjuangan feminis untuk suatu
perubahan, khususnya pada tahun-tahun sebelumnya. setidaknya tiga dari enam
tuntutan Women Liberation’s Movement (aborsi atas permintaan dan pembayaran
yang sama untuk pekerjaan yang sama) yang terlibat tuntutan pada negara untuk
kebijakan dan ketentuan yang bagi para ibu khususnya8. Pengembangan gerakan
feminis banyak mengangkat segudang masalah dari hak-hak reproduksi
perempuan untuk kesetaraan dalam pendidikan serta tuntutan hak kerja.
Feminisme sosialis9 dimulai sebagai upaya untuk mengembangkan sebuah sintesis
antara feminisme radikal dan Marxisme, terutama menggambar pada konsep
feminis radikal. Ini pertama kali muncul sebagai arus teoritis di Australia, Inggris,
dan Kanada pada awal tahun 1970, dari perempuan kiri. Di Australia, ini adalah
terutama Partai Komunis.
Ini dikembangkan sebagai kritik dari kedua feminisme radikal dan
Marxisme. Feminis sosialis berpendapat bahwa konsep feminisme radikal adalah
sebuah sejarah karena diasumsikan bahwa hubungan antara perempuan dan
8
Sophie Watson. “Reclaiming Social Policy : Transitions New Australian Feminisms” National Library of Australia. 1995 hal. 164
9
laki yang tidak berubah sepanjang sejarah dan universal dalam semua
kebudayaan. Para feminis sosialis berpendapat bahwa feminisme radikal adalah,
sederhana, tentang perdebatan bahwa ada satu penyebab tunggal penindasan
perempuan. Mereka mengatakan bahwa itu terlalu terfokus secara eksklusif pada
faktor-faktor ideologis dan bahwa hal itu benar-benar terpisah penindasan
perempuan dari hubungan sosial kapitalis.
Kedua adalah skripsi milik Fitriani10 yang berjudul “Kontribusi Perspektif
Feminis dalam Studi Hubungan Internasional : Sebuah Tinjauan Terhadap
Fenomena Pemerkosaan Perempuan di Wilayah Konflik11“ yang membahas
tentang kasus-kasus pemerkosaan perempuan di daerah-daerah yang berkonflik.
Kasus-kasus perkosaan awalnya dipandang sebagai masalah privat yang
tidak dipandang serius sebagai masalah publik. Susan Brownmiller menyatakan
bahwa perkosaan selalu terjadi di setiap konflik bersenjata di manapun di dunia.
Namun kajian hubungan internasional jarang sekali mengangkat fenomena
tersebut sebagai salah satu isu penting. Perkosaan adalah senjata mendasar
laki-laki melawan perempuan, ujian untuk superioritasnya dan digunakan secara sadar
sebagi suatu proses intimidasi. Melalui perkosaan perempuan ditransformasikan
menjadi objek.
Dalam skripsinya Fitriani mengangkat berbagai kasus perkosaan yang
terjadi pada perempuan di wilayah konflik atau perang. Menurutnya perkosaan
dipandang sebelah mata dalam konflik, dalam satu abad yang lalu terjadi
10
Fitriani adalah mahasiswi jurusan Hubungan Internasional Universitas Indonesia 2006 Depok
11
Fitriani, 2006 “Kontribusi Perspektif Feminis dalam Studi Hubungan Internasional : Sebuah
Tinjauan Terhadap Fenomena Pemerkosaan Perempuan di Wilayah Konflik”
sedikitnya 6 kasus perkosaan massal yang terdokumentasikan, yaitu Perkosaan
Nanjing pada tahun 1937, “jugun ianfu” (budak seksual) di kamp-kamp Jepang di
masa penguasaannya di Asia, perkosaan perempuan Jerman di akhir Perang Dunia
II, perkosaan saat Bangladesh berusaha memisahkan diri dari Pakistan di awal
1970-an, perkosaan pada konflik antar suku di Yugoslavia dan pada konflik
serupa di Rwanda di awal 1990-an. Kasus-kasus ini dapat naik ke permukaan
karena jumlah korbannya yang besar, walaupun kuantitas tersebut berbeda di
setiap sumbernya. Menurut Fitriani kasus-kasus perkosaan tersebut jelas
merupakan kekerasan terhadap perempuan serta tindakan yang melanggar hak
asasi manusia. Kekerasan terhadap perempuan didefinisikan sebagai tindak
kekerasan yang berdasarkan gender dengan dampak pada penderitaan fisik,
seksual ataupun psikologis. Isu mengenai kekerasan terhadap perempuan
termasuk isu yang berkembang pada masa feminism gelombang kedua.
Terakhir sebuah tulisan milik Shinta Maharani 12 yang berjudul
“Pandangan Feminisme Liberal dan Feminisme Sosialis Tentang Partisipasi
Politik13“ yang membahas tentang partisipasi politik sebagai keterlibatan warga
dalam segala tahap kebijakan, mualai dari pembuatan keputusan termasuk juga
peluang untuk ikut serta dalam pelaksanaan keputusan. Feminisme liberal dan
feminisme sosialis mengkaji partisipasi politik sebagai bagian dari keterlibatan
perempuan dalam proses perjuangan politik untuk mencapai kesetaraan hak
perempuan atas dasar pemikiran yang berbeda.
12 Shinta Maharani adalah mahasiswi jurusan ilmu Hubungan Internasional UPN “Veteran” Yogyakarta
13
Shinta Maharani. “Pandangan Feminisme Liberal dan Feminisme Sosialis Tentang Partisipasi
Dari beberapa studi terdahulu diatas ada beberapa hal yang membedakan
tulisan penulis dengan beberapa tulisan diatas. Yang pertama pada tulisan
Margaret Allan tentang gerakan pembebasan perempuan yang lebih banyak
membahas secara umum tentang tuntutan-tuntutan feminisme gelombang satu dan
dua mengenai kesetaraan gender seperti kesetaraan upah dan lain sebagainya,
sedangkan penulis lebih berfokus terhadap gerakan Women’s Forum Australia
menangani isu tentang kekerasan seksual. Pada tulisan kedua milik Fitriani,
berfokus pada kontribusi perspektif feminis pada kasus kekerasan seksual yaitu
perkosaan terhadap perempuan-perempuan di wilayah konflik. Sedangkan tulisan
ini lebih berfokus pada negara Australia saja dengan membahas kekerasan seksual
serta peran Women’s Forum Australia (WFA). Dalam tulisan Shinta Maharani
banyak sekali menjelaskan tentang definisi-definisi serta perbedaan antara
perspektif feminisme liberal dan feminisme sosialis. Sedangkan dalam tulisan ini,
penulis membahas gerakan feminisme gelombang ketiga, post-feminisme,
feminitas dan gerakan non-governmental yaitu Women’s Forum Australia (WFA)
dan pengaruhnya terhadap kebijakan sexual harassment di Australia.
1.5.2 Pendekatan dan Konsep
Feminisme
Teori-teori feminis hubungan internasional telah tumbuh dan berkembang
sejak awal 1990-an14. Teori ini mencoba untuk melawan dominasi dari kaum pria
yang dianggap berlebih. Bersama dengan teori kritis postmodernisme,
14Jacqui True, “Feminism” dalam
konstruktivisme dan green politicts feminisme mencoba untuk bersaing dengan
teori-teori mainstream seperti realis dan liberalis. Seperti halnya teori-teori
kontemporer lain, feminisme membahas hubngan internasional lebih jauhdari
fokus tunggal pada hubungan antar Negara menuju analisis komprehensif aktor
transnasional dan struktur dan transformasinya dalam politik global. Pentingnya
mengkonseptualisasikan gender ke dalam teori feminis postmodern sedemikian
rupa sehingga gender tidak menjadi apapun selain menjadi korban eksklusifitas
lain dari kebenaran universal serupa dengan pentingnya untuk menetapkan arti
dari posisi internasional dalam kajian hubungan internasional15.
Gerakan feminis dibagi menjadi tiga gelombang16. Tiap-tiap gelombang
perkembangan feminisme mengusung tuntutan-tuntuan yang berbeda-beda.
Gelombang pertama terjadi sekitar akhir abad 19 dan awal abad 20. Pada awalnya
gerakan ini ditujukan untuk mengakhiri masa pemasungan terhadap kebebasan
perempuan. Setelah Revolusi Amerika 1776 dan Revolusi Perancis 1792
berkembang pemikiran bahwa posisi perempuan kurang beruntung dibandingkan
dengan laki-laki dalam realitas sosialnya. Selama kurang lebih tiga puluh tahun,
perempuan Victorian menunjukkan betapa efektifnya kemampuan mereka dalam
mengerahkan kampanye untuk pembaruan yang spesifik dalam area hukum atas
hak-hak perempuan dalam perkawinan, perbudakan, kepemilikan kekayaan, hak
perlindungan anak, kesempatan kerja, berpolitik dan pendidikan. Pembaruan ini
kemudian dihubungkan dengan feminis modern (hak suara perempuan) dan belum
15
Burchill, Scott dan Andrew Linklater. Teori-Teori Hubungan Internasional. Bandung. Nusa media hal. 323
16
berhasil hingga akhir abad ke 19. Isu tentang hak bersuara perempuan digulirkan
pada tahun 1830 dan menjadi sering sejak tahun 1860-an17.
Gerakan feminisme gelombang kedua terjadi antara tahun 1960an hingga
tahun 1980an. Gerakan ini semakin cepat menyebar menjadi isu hangat di
Amerika Serikat dengan diterbitkannya buku “The Feminine Mystique” yang
ditulis oleh Betty Friedan, seorang tokoh feminis, penulis berkebangsaan Amerika
pada tahun 196318.
Feminisme gelombang kedua adalah mengenai kondisi fisik kaum
perempuan yang jelas berbeda dengan laki-laki. Ada beberapa aliran feminisme
yang lahir pada gelombang kedua ini: Feminisme Liberal, yaitu feminisme yang
menekankan pada hak individu. Feminisme Radikal, yaitu feminisme yang
terfokus pada permasalahan ketertindasan perempuan. Kaum feminis melihat
patriarki sebagai akar masalahnya, yaitu seluruh sistem kekuasaan laki-laki atas
perempuan. Penguasa laki-laki, tatanan militer, industri, politik, agama yang
dikuasai laki-laki, serikat buruh yang didominasi oleh laki-laki, merupakan bagian
dari patriarki, yang memperkuat dan diperkuat oleh kekuasaan individu laki-laki
atas perempuan dan anak-anak mereka dalam rumah tangga. Feminisme Marxis /
Sosialis, menekankan pada permasalahan kelas sebagai penyebab utama
perbedaan fungsi dan status perempuan. Kaum feminis marxis melihat problem
yang ada sebagai kombinasi dominasi laki-laki dan eksploitasi kelas, dan mereka
17
Gamble, Sarah. Pengantar Memahami Feminisme dan Postfeminisme. Yogyakarta : Jalasutra. 2010 hal. 32
18
memperjuangkan keduanya. Feminsime Eksistensial, yaitu feminisme yang
melihat ketertindasan perempuan dari beban reproduksi yang ditanggung oleh
perempuan, sehingga tidak mempunyai posisi tawar degan laki-laki.
Feminisme gelombang terakhir atau gelombang ketiga, dapat dikatakan
sebagai feminisme baru, yang melihat isu-isu terkini dalam masyarakat, yang
dikaitkan dengan ketertindasan perempuan. Ada empat teori yang lahir dari
gelombang ketiga ini:
a. Feminisme Post-Modernis, yaitu feminisme yang menggali persoalan
alienasi perempuan, seksual, psokologis, dan sastra bertumpu pada
bahasan sebagai suatu sistem.
b. Feminisme Multikultural, yaitu feminisme yang melihat ketertindasan
perempuan sebagai “satu definisi” dan tidak melihat ketertindasan terjadi
dari kelas, ras, preferensi sosial, umur, agama, pendidikan, kesehatan,dan
sebagainya.
c. Feminisme Global, menekankan pada ketertindasan dalam konteks
perdebatan antara feminisme di dunia yang sudah maju dengan feminisme
di dunia yang sedang berkembang.
d. Ekofeminisme, yaitu feminisme yang berbicara tentang ketidakadilan
perempuan dalam lingkungan, berangkat dari ketidakadilan yang
dilakukan manusia terhadap lingkungan atau alam.
Teori feminis berpendapat bahwa, meskipun efek patriarki di mana-mana
terlihat jelas secara gamblang, mereka tidak selalu terlihat oleh sebagian besar
menjalani proses pendidikan, atau rekonseptualisasi, yang dikenal sebagai
“consciousness-raising”19 (peningkatan kesadaran) gerakan untuk mengusung
pengalaman pribadi dalam analisis dibidang politik yang kemudian melahirkan
asumsi bahwa masalah pribadi adalah masalah politik20.
Konsep Pressure Group
(Pressure Group) Menurut Stuart Gerry Brown, kelompok penekan adalah
kelompok yang dapat mempengaruhi atau bahkan membentuk kebijaksanaan
pemerintah. Adapun cara yang digunakan dapat melalui persuasi, propaganda atau
cara lain yang lebih efektif. Mereka antara lain: kelompok pengusaha,
industriawan dan asosiasi lainnya.
Kelompok penekan adalah kelompok yang berpikiran seperti masyarakat
yang berkampanye untuk kepentingan kolektif mereka dalam mengejar tujuan
bersama. Mereka bertujuan untuk mempengaruhi kebijakan atau tindakan
pemerintah dan baik formal atau informal. Ada 3 fitur kelompok penekan menurut
Heywood21 :
1. Pressure Group berusaha untuk mempengaruhi kebijakan dari luar -
mereka adalah bagian dari masyarakat sipil. Filsuf politik konservatif
Edmund Burke menyebut mereka sebagai “peleton kecil” menyalurkan
komunikasi antara masyarakat dan pemerintah.
2. Pressure Group cenderung berfokus pada isu-isu yang spesifik
19
Hester Einsten, 1988. “Contemporary Feminist Thought”. Australia. Hal 35
20
Sarah Gamble, Pengantar Memahami Feminisme dan Postfeminisme. Yogyakarta : Jalasutra. 2010 hal. 37
21
AS Revision Guide – Pressure Group
3. Pressure Group mencakup orang-orang dari sudut pandang ideologis
atau politik yang berbeda.
Pressure Group juga berarti sebuah asosiasi orang yang berusaha untuk
mempengaruhi kebijakan publik dan pengambilan keputusan. Beberapa kelompok
penekan bertujuan untuk memajukan kepentingan bagian masyarakat, mencari
legislasi yang jauh lebih ramah, mengubah undang-undang yang ada atau
mencegah undang-undang tidak ramah. Kelompok penekan tidak mencari
kekuasaan pemerintahan, melainkan untuk mempengaruhi kebijakan.
Kslasifikasi Pressure Group–Promotional dan Sectional
a. Promotional Group adalah kelompok yang prihatin dengan penyebab atau
masalah dan begitu tertarik pada kesejahteraan masyarakat pada
umumnya. Kelompok-kelompok lingkungan seperti Greenpeace adalah
contoh sempurna. Mereka tidak mementingkan diri sendiri.
b. Sectional Group biasanya self-interest (mementingkan diri sendiri).
Mereka berusaha untuk memajukan kepentingan anggota mereka sendiri
atau kelompok tertentu yang mereka wakili. Beberapa memiliki
keanggotaan formal, lain hanya merupakan bagian dari masyarakat.
Perbedaan antara partai dan kelompok penekan
a. Perbedaan utamanya adalah bahwa partai mencari kekuasaan pemerintah
atau saham yang berkuasa sedangkan kelompok penekan tidak mencari
b. Untuk alasan di atas partai harus siap untuk bertanggung jawab atas
kebijakan dan keputusan, sedangkan kelompok penekan tidak.
c. Kelompok penekan selalu mengkampanyekan isu dengan lingkup yang
jauh lebih sempit sedangkan partai harus mengembangkan bisnis public
yang lebih luas22
1.6 Batasan Waktu
Penulis memberi batasan waktu terhadap penelitiannya yaitu dari tahun
2004 sampai sekarang karena pada tahun tersebut awal mula terbentuknya
Women’s Forum Australia (WFA) sehingga penulis menganggap penting bagi
berpengaruhnya WFA sebagai gerakan perempuan di Australia dalam perubahan
kebijakan tentang kekerasan seksual.
1.7 Metode Hubungan Internasional
Dalam studi hubungan internasional kita perlu mengidentifikasi tingkat
eksplanasi demi memperjelas proses penulisan sebuah tulisan. Maka penelitian
penulis menggunakan sistem internasional23, yakni Women’s Forum Australia
sebagai gerakan feminisme, sebagai unit ekplanasi atau variabel independen dan
sistem politik Australia sebagai unit analisanya. Sehingga system insternasional
yang mempengaruhi suatu Negara.
1.7.1 Metode Penelitian
Metode penelitian yang penulis gunakan yaitu dengan teknik pengumpulan
data yang didasarkan pada kajian literatur atau kajian pustaka. Sehingga data yang
22
Pressure Group – Introductory concepts http://www.mytonschool.co.uk/wp-content/uploads/2012/12/Pressure-Groups.pdf di akses pada tanggal 3 Juli 2014
23
digunakan merupakan data sekunder yang didapat dari berbagai sumber seperti
buku, jurnal, artikel, makalah, data-data pdf atau e-book dan internet. Data ini
dikumpulkan guna mendukung peneletian sebagai kelengkapan dalam proses
menjawab rumusan masalah yang hendak dijawab dan dicari hasilnya.
1.7.2 Tipe Penelitian
Tipe penelitian dari tulisan penulis adalah deskriptif. Penelitian deskriptif
adalah suatu penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk memberikan
gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif. Penelitian
deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan
fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena alamiah maupun fenomena buatan
manusia. Fenomena itu bisa berupa bentuk, aktivitas, karakteristik, perubahan,
hubungan, kesamaan, dan perbedaan antara fenomena yang satu dengan fenomena
lainnya.
1.7.3 Metode Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data-data yang dibutuhkan peneliti menggunakan
pengumpulan data yang bersifat studi pustaka untuk lebih mengakuratkan
penelitian dari sisi keilmuan. Metode ini dilakukan dengan mencari data-data
yang berkaitan dengan topik yang ditulis oleh peneliti berdasarkan permasalahan
yang diangkat. Data yang peneliti dapatkan sendiri merupakan data yang peneliti
ambil dari perpustakaan pusat Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Lab
HI UMM, koran, majalah, buku, dan website serta sumber lain yang terkait
dengan kajian peneliti serta beberapa perpustakaan di luar Universitas
1.8 Hipotesa
Dari pemaparan di atas dapat ditarik hipotesis sementara bahwa
perkembangan gerakan feminisme yang terjadi pada dunia diakhir abad ke 19
memberikan dampak yang besar bagi perempuan-perempuan dunia akan hak-hak
yang selama itu belum pernah diperoleh. Gerakan feminisme berkembang menjadi
3 gelombang. Tiap-tiap gelombang memiliki masa kejayaannya masing-masing
dengan mengusung tuntutan-tuntutan tentang perempuan. Namun bukan berarti
masa yang satu menggantikan masa yang lain. Tuntutan-tuntutan para feminis
baik dari gelombang satu hingga kini tetap ada dan terus diperjuangkan oleh
masing-masing aktor feminis. Australia sebagai negara maju juga concern
terhadap permasalahan kaum perempuan yang memang sudah sejak lama ada.
Kekerasan seksual memang merupakan isu yang berkembang dibanyak wilayah
diseluruh dunia, dan diperjuangkan oleh setiap feminis dari setiap gelombang.
Terbentuknya forum perempuan Australia atau Women’s Forum Australia (WFA)
ditahun 2004 diharapkan dapat membantu menyalurkan aspirasi kaum perempuan.
WFA dengan research yang dilakukannya memberikan dukungan penuh terhadap
Australia National Plan 2010-2022 untuk mengurangi dan melindungi perempuan
dari kekerasan yang kemudian diharapkan menjadi solusi bagi kehidupan
1.9 Sistematika Penulisan
Penelitian ini akan disusun menjadi empat bab. Pada bab I terdiri dari latar
belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, menyertakan studi terdahulu,
landasan teori dan konsep, metodologi penelitian dan lain sebagainya.
Bab II merupakan pembahasan mengenai asal muasal terbentuknya
Women’s Forum Australia, sebagai bentuk kesadaran perempuan-perempuan
Australia terhadap isu-isu yang tengah berkembang.
Bab III membahas tentang sexual harassment, The Violence Against
Women Act dan pengaruh yang ditimbulkan dari adanya Women’s Forum
Australia terhadap kebijakan kekerasan seksual di Australia.
Bab IV adalah penutup berisi kesimpulan dari pembahasan-pembahasan
pada bab-bab sebelumnya.
Bab 1 1.1Pendahuluan 1.2Rumusan Masalah 1.3Tujuan Penelitian 1.4Manfaat Penelitian 1.5Tinjauan Pustaka 1.5.1 Studi Terdahulu 1.5.2 Pendekatan dan Konsep
Feminisme Postfeminisme.
Konsep Pressure Group 1.6 Batasan Waktu
1.7 Metode Hubungan Internasional 1.7.1 Metode Penelitian
1.7.2 Tipe Penelitian
1.7.3 Metode Pengumpulan data 1.8 Hipotesa
Bab II Sexual Harassment dan Sexual Violence
2.1 Gambaran Umum Kondisi Perempuan Australia 2.2 Sexual Harassment (Pelecehan Seksual)
2.3 Sexual Violence (kekerasan seksual) 2.3.1 Defiinisi “Violence against women”
2.4 Women’s Forum Australia Dalam Perkembangan Feminisme
Bab III Profil dan Peran Women’s Forum Australia (WFA)
3.1 Women’s Forum Australia sebagai bentuk kesadaran perempuan-perempuan di Australia
3.1.1 Posisi Women’s Forum Australia Dalam Feminisme
3.2 Isu-isu yang diangkat oleh WFA : 3.2.1. Aborsi
3.2.2 Body Image– Objektivitas dan Seksualitas 3.2.3 Euthanasia
3.2.4 Kekerasan Terhadap Perempuan 3.2.5 Prostitusi dan Trafficking
3.3 Peran WFA Mengenai Kebijakan Tentang Kekerasan Terhadap Perempuan
3.4 Women’s Forum Australia sebagi kelompok penekan dalam kebijakan kekerasan serta pelecehan seksual di Australia 3.4.1 National Plan Sebagai Upaya Pemerintah Australia Untuk Mengurangi Kekerasan Terhadap Perempuan