• Tidak ada hasil yang ditemukan

DOMINASI LAKI-LAKI TERHADAP PEREMPUAN (Analisis Semiotik Pada Film Snow White And The Huntsman Karya Rupert Sanders)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "DOMINASI LAKI-LAKI TERHADAP PEREMPUAN (Analisis Semiotik Pada Film Snow White And The Huntsman Karya Rupert Sanders)"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

DOMINASI LAKI-LAKI TERHADAP PEREMPUAN

(Analisis Semiotik Pada Film Snow White And The Huntsman Karya Rupert Sanders)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Muhammadiyah Malang

Sebagai Persyaratan untuk Mendapatkan Gelar Sarjana (S-1)

Oleh :

Radityo Bagaskoro

09220052

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Pertama-tama, saya memanjatkan puji syukur tak berkesudahan ke hadirat

Allah SWT. Tuhan alam semesta, Penguasa langit dan bumi, Sang Pemilik nafas

seluruh umat manusia. Semoga segala usaha dan upaya akademik ini tercatat

sebagai amal ibadah yang baik di sisi-Mu, Ar Rasyid.

Sholawat dan salam saya sampaikan pada junjungan besar yang sebisa

mungkin selalu saya follow. Tidak di akun twitter, tetapi dalam seluruh

gerak-gerik dan tingkah laku. Nabi Muhammad SAW, suri tauladan sepanjang masa.

Secara struktural hierarkis, perkenankan saya mengucapkan terima kasih

kepada:

- Rektor Universitas Muhammadiyah Malang, Dr. Muhadjir Effendy, yang

telah memimpin kampus putih ini dengan begitu hebat dan bijaksana.

- Dekan dan jajaran Pembantu Dekan FISIP yang wali amanah dalam

mengembangkan FISIP menjadi salah satu fakultas favorit di UMM.

- Segenap dosen Ilmu Komunikasi UMM yang telah mentransfer ilmu

kepada saya selama empat tahun mengenyam perguruan tinggi.

- Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi, dosen pembimbing serta dosen penulis

kocak favorit banyak mahasiswa, yang terhormat Bapak Nurudin, M.Si.

Terima kasih atas bimbingannya selama ini.

- Dosen pembimbing saya yang terhormat Bapak Novin Farid Styo

Wibowo, M.Si yang telah membimbing serta memberikan banyak

masukan kepada saya demi kesempurnaan skripsi ini, saya ucapkan

banyak terima kasih.

- Kedua dosen penguji skripsi, Bapak Dr. Muslimin Machmud, M.Si dan

Ibu Winda Hardyanti, M.Si yang telah memberikan saran dan kritik yang

membangun.

Dalam ranah yang lebih personal, saya sampaikan terima kasih terbesar dan

tak terhingga untuk kedua orang tua saya Bapak Wasi Baruno dan Mama Sri

Andayani, cahaya hidup saya yang dengan sisi perfeksionisnya selalu bisa

(7)

berusaha keras demi kebaikan saya. Bapak, Mama, anakmu yang cerewet ini

akhirnya lulus, Yeyy...

Untuk mbak saya Khaka serta adik saya Bayu yang selalu menginginkan hal

terbaik untuk saya, serta ponakan saya Dika yang selalu memberikan

celoteh-celoteh lucu dan segar yang membuat saya merasa rileks dari kepenatan

mengerjakan skripsi ini.

Untuk Selvy Darmianti, atas segala kesabaran menghadapi kesenewenan

selama penyelesaian skripsi, atas kesediaan selalu ada kapan pun dimanapun serta

semangat dan senyum manis yang terus mengalir untuk menyemangati saya.

Untuk sahabat terbaik saya Tehek dan Lino, yang selama ini sudah menjadi

cheerleader saya. Terima kasih telah memompa semangat dan memberi dukungan

yang melimpah ruah. Untuk Shelby, Octo, Pecoq, serta sahabat-sahabat saya yang

lain, Hilman, Lendra dan juga Samid yang terus memberikan energi positifnya

dan selalu membantu saya dengan dukungan fisik dan morilnya.

Serta pihak-pihak lain yang tidak mungkin saya sebutkan satu-satu yang

baik secara langsung maupun tidak langsung telah turut membantu dalam

terwujudnya penyusunan skripsi ini.

Pihak-pihak yang telah disebut di atas telah membuat skripsi ini menjadi

lebih dari sekedar tumpukan kertas dengan goresan tinta. Mereka membuat skripsi

ini menjadi sebuah proses yang meski cukup melelahkan namun berharga untuk

dikerjakan. Besar harapan peneliti, agar skripsi ini dapat menjadi nilai tambah

bagi dunia pengetahuan, khususnya ilmu komunikasi. Tak lupa peneliti menyadari

terdapat ketidaksempurnaan dalam hasil skripsi ini. Oleh karenanya, peneliti

sangat mengharapkan adanya saran dan kritik membangun dari pembaca.

Wassalam mu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Malang, 21 Januari 2014

Peneliti

(8)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN ORISINALITAS ... iii

BERITA ACARA BIMBINGAN ... iv

1. Unsur-unsur Pembentukan Film ... 10

2. Film Fiksi ... 12

3. Genre Sebagai Karakter Sebuah Film ... 12

(9)

BAB III METODE PENELITIAN ... 36

A. Film Snow White and The Huntsman karya Ruppert Sanders ... 43

1. Poster Film ... 43

2. Sinopsis ... 44

3. Informasi Film ... 47

4. Pemeran / Aktor dan Aktris ... 48

5. Tanggal Rilis ... 49

6. Judul Snow White and The Huntsman Dalam Bahasa Negara Lain ... 51

BAB V PEMBAHASAN ... 53

A. Analisa Data ... 53

1. Budaya Patriarki ... 53

1.1 Patriarki Dalam Film ... 54

2. Konstruksi Sosial Masyarakat Terhadap Perempuan ... 57

2.1 Representasi Good Girl dan Bad Girl Dalam Film Snow White and The Huntsman ... 58

3. Laki-laki Mendominasi Kaum Perempuan ... 87

3.1 Laki-laki Menjadi Jaminan Kebahagiaan Bagi Perempuan ... 87

B. Interpretasi Data ... 114

BAB VI PENUTUP ... 123

A. Kesimpulan ... 123

B. Saran ... 125

(10)

DAFTAR TABEL

TABEL 1 ... 37

TABEL 2 ... 39

TABEL 3 ... 40

TABEL 4 ... 59

TABEL 5 ... 60

TABEL 6 ... 68

TABEL 7 ... 70

TABEL 8 ... 75

TABEL 9 ... 77

TABEL 10 ... 81

TABEL 11 ... 82

TABEL 12 ... 89

TABEL 13 ... 91

TABEL 14 ... 95

TABEL 15 ... 97

TABEL 16 ... 101

TABEL 17 ... 102

TABEL 18 ... 107

(11)

DAFTAR GAMBAR

(12)

DAFTAR PUSTAKA

Buku :

Bertens, K. 2001. Filsafat Barat Kontemporer Prancis. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Budiman, Kris. 1999. Kosa Semiotika. Yogyakarta : LKIS.

Budiman, Manneke. 2001. Semiotika Dalam Tafsir Sastra. Jakarta : PPKB LPUI.

Danesi, Marcel. 2010. Pengantar Memahami Semiotika Media. Yogyakarta : Jalasutra.

Datesman, Maryanne Kearny, JoAnn Crandall, and Edward N. Kearny. 2005. American Way : An Introduction to American Culture, 3rd edition. Pearson Education. 10 Bank Street. White Pains. NY10606

Engels, F. 1970. The Origin of Family Private Property, and the State. New York : International Publisher Company.

Fakih, Mansour. 1995. Analisis Gender dan transformasi sosial. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Faruk, H.T.1999. Pengantar Sosiologi Sastra. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Harding, Susan. 1986. The Science Question in Feminism. Itacha : Cornel University Press.

Jaggar, A. 1977. “Political Philosophies of Women’s Liberation” In Veterling-Braggin,M.ed., Feminism and Philosophy. West Hartforth : Kumarian Press.

Lechte, John. 2001. 50 Filsuf Kontemporer; dari Strukturalisme sampai Postmodernitas. Penerjemah A. Gunawan Admiranto. Yogyakarta : Kanisisus.

Lyson, John. 1995. Pengantar Teori Linguistik. Penerjemah I. Soetikno. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Oakley, Ann. 1972. Sex, Gender and Society. New York : Harper and Row.

Pateda, Mansoer. 2001. Semantik Leksikal. Edisi Kedua. Jakarta : Rineka Cipta.

Pawito. 2008. Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta : Pelangi Aksara.

(13)

Saadawi, Nawal El. 2001. Perempuan Dalam Budaya Patriarki. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Shiva, Vandana. 1989. Staying Alive. London : Zed Books.

Sobur, Alex. 2001. Analisis Teks Media; Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing. Bandung : Remaja Rosdakarya.

__________. 2009. Semiotika Komunikasi. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Sudjiman, Panuti dan Aart van Zoest (ed.). 1996. Serba-Serbi Semiotika. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Sugihastuti.2000. Citra Dominasi laki-laki atas perempuan dalam “Saman” dalam Zainuddin Fananie (Eds). Sastra Ideologi. Politik dan kekuasaaan editor. Surakarta : UMS Press (hal. 81-93).

Tong, Rosemarie. 1989. Feminist Thought : Boulder and San Fransisco. USA : Westview Press.

Tyson, Lois. 2006. Critical Theory Today A User – Friendly Guide Second Edition. New York : Routledge Taylor & Francis Group.

Internet :

http://amienstein.tripod.com/id83.html, diakses pada tanggal 2 April 2013, pukul 14.40 WIB

http://geoenviron.blogspot.com/2011/12/semiologi.html, diakses pada tanggal 3 Juni 2013, pukul 14.51 WIB

http://www.gotquestions.org/Indonesia/aborsi-Alkitab.html#ixzz2eel3gKFM, diakses pada tanggal 12 September 2013, pukul 15.30 WIB

http://www.gotquestions.org/Indonesia/poligami.html#ixzz2eelYQxts, diakses pada tanggal 12 September 2013, pukul 15.35 WIB

http://id.wikipedia.org/wiki/Feminisme, diakses pada tanggal 19 April 2013, pukul 14.16 WIB

http://id.wikipedia.org/wiki/Patriarki, diakses pada tanggal 28 April 2013, pukul 21.49 WIB

http://id.wikipedia.org/wiki/Snow_White_and_the_Huntsman#Sinopsis, diakses pada tanggal 13 September 2013, pukul 02.05 WIB

http://www.imdb.com/title/tt1735898/releaseinfo, diakses pada tanggal 13 September 2013, pukul 02.24 WIB

(14)

http://norpud.blogspot.com/2007/08/semiologi.html, diakses pada tanggal 3 Juni 2013, pukul 14.54 WIB

http://thoughteconomics.blogspot.com/2011/06/role-of-film-in-society.ht, diakses tanggal 30 Januari 2014, pukul 09.32 WIB

http://www.samsaranews.com/2013/01/perspektif-artropologi-tentang-gender.html, diakses pada tanggal 25 Juni 2013, pukul 22.36 WIB

http://sinaukomunikasi.wordpress.com/2011/11/17/semiologi-komunikasi/, diakses pada tanggal 1 Mei 2013, pukul 23.22 WIB

http://www.snowwhiteandthehuntsman.com/intl/releasedates/release-dates.html, diakses pada tanggal 13 September 2013, pukul 02.03 WIB

(15)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Sekarang ini hiburan sangatlah penting bagi setiap orang. Hiburan

merupakan salah satu kebutuhan manusia yang menuntut untuk dipenuhi

karena kebutuhan manusia itu sendiri bukan hanya kebutuhan fisik belaka,

namun sebuah kebutuhan juga menyangkut kepuasan batin. Untuk sekarang

ini saja hanya untuk sebuah hiburan, masyarakat rela mengeluarkan sejumlah

uang hanya untuk memenuhi kepuasan batin tersebut. Tanpa hiburan manusia

akan merasa bosan dan merasa dunia yang dijalaninya berputar seperti itu-itu

saja. Selain itu film juga dapat memberikan sebuah informasi atau sudut

pandang bagi penontonnya.

Hiburan memiliki beragam jenis dan bentuk. Mulai dari hanya sekedar

jalan-jalan, rekreasi, dan hangout yang tidak membutuhkan alat pemuas

kebutuhan batin hingga hiburan seperti mendengarkan musik, menonton

bioskop, menonton vcd atau dvd dll yang dalam teknisnya itu semua

merupakan hiburan yang membutuhkan alat dalam pencapaian menuju

pemuasan kebutuhan batin tersebut.

Hiburan yang menggunakan alat salah satunya adalah film. Media film

merupakan media hiburan yang paling banyak digemari oleh masyarakat atau

khalayak umum dikarenakan media tersebut memiliki dua unsur yang

menarik perhatian orang yaitu audio (suara) serta visual (gambar). Kedua

(16)

2 Unsur visual atau gambar dapat berpengaruh besar pada pola pikir orang yang

melihatnya dan audio atau suara dapat berpengaruh besar terhadap psikologis

orang yang mendengarkannya.

Disamping itu media film sangat populer di khalayak luas. Media ini juga

bisa diakses dengan mudah melalui internet, rental atau membeli film tersebut

di toko-toko yang menjual film. Film juga bisa di konsumsi semua orang

tanpa dibatasi oleh jenis kelamin, usia, dan sebagainya. Karena beberapa

kemudahan yang telah disebutkan di atas maka pembuat film memiliki

kesempatan untuk menjadikan media film menjadi media damai untuk

menyuarakan ide, gagasan, pikiran, bahkan pandangan dalam menilai sesuatu.

Dengan adanya media film juga pembuat film bisa secara tidak langsung

menyelipkan sebuah ideologi kepada khalayak luas. Ini membuat khalayak

yang tidak memiliki dasar ideologi yang kuat akan terpengaruh oleh sudut

pandang tersebut yang lama kelamaan akan berpengaruh kepada

lingkungannya juga.

Media film juga merupakan media yang memiliki tingkat keberhasilan

persuasif yang cukup tinggi, ini bisa dibuktikan dari fenomena-fenomena

yang sekarang tengah terjadi dimasyarakat. Banyak sekali film-film sekarang

yang banyak mengangkat isu-isu sosial, kritikan-kritikan dan sebagainya.

Salah satunya adalah feminisme khususnya patriarki. Dengan media film ini

penonton akan disuguhkan ideologi dari film tersebut. Terutama penonton

anak kecil dan remaja yang mudah sekali terpengaruh dengan apa yang

(17)

3 Dalam sebuah film lambang atau icon sangatlah memiliki peran penting

dalam penyampaian pesan dari apa yang diinginkan pembuat film kepada

khalayak atau penonton. Lambang juga mengartikan benda, tanda atau

sesuatu menjadi suatu pesan yang ingin disampaikan kepada khalayak. Tidak

jarang lambang tersebut mengalami miss communication dari struktur

pemikiran apa yang diinginkan pembuat film menjadi struktur pemikiran

yang lain. Pemahaman penonton atau keberhasilan penyampaian pesan oleh si

pengirim yang disini adalah pembuat film sangatlah penting karena jika

penonton atau khalayak salah menginterpretasikan maksud dari tanda tersebut

dapat menyebabkan salah kaprah, salah presepsi, penolakan dan yang paling

ekstrim adalah adanya perlawanan. Terutama bagi penonton yang awam akan

tanda, simbol, icon-icon dan perwujudan bentuk tanda yang lainnya yang

biasa kita sebut dengan istilah semiotik. Miss communication juga bisa

tercipta akibat dari pengalaman seseorang yang pernah dia alami. Karena

pengalaman setiap orang berbeda dari satu orang dengan yang lainnya.

Ilmu yang mempelajari tentang semiotik adalah semiotika. Semiotika

berasal dari kata Semeon ηµε ω ός, semeio-tikos, yang artinya an

interpreter of sign. Kata semiotika tersebut berasal dari kata atau dari bahasa

Yunani. Jadi, semiotika adalah ilmu tentang tafsir tanda, termasuk pula sistem

tanda. Terdapat beberapa orang yang serius dalam mempelajari ilmu

semiotika tersebut, salah satunya adalah Roland Barthes. Pemikir Roland

Barthes beranggapan bahwa “bahasa adalah sebuah sistem tanda yang

mencerminkan asumsi-asumsi dari suatu masyarakat tertentu dalam waktu

(18)

4

“Salah satu area penting yang dirambah Barthes dalam studinya tentang tanda adalah peran pembaca (the reader). Konotasi walaupun merupakan sifat asli tanda, membutuhkan keaktifan pembaca agar dapat berfungsi. Barthes menjelaskan apa yang sering disebut sebagai sistem pemaknaan tataran ke-dua, yang dibangun diatas sistem lain yang telah ada sebelumnya. Sistem ke-dua ini oleh barthes disebut dengan konotatif, yang di dalam Mythologies-nya secara tegas ia bedakan dari denotatif atau sistem pemaknaan tataran pertama” (Alex Sobur, 2009 : 68-69).

Tidak seperti Saussure yang hanya membahas tentang makna tanda pada

tataran pertama, Roland Barthes juga menyinggung soal mitos, yakni

kepercayaan yang dibuat oleh konstruksi sosial di suatu lingkungan tertentu

yang dimana dia asumsikan sebagai makna tanda pada tataran kedua.

Yang membedakan dari penelitian semiotik lain dengan penelitian

semiotik ini adalah kebanyakan penelitian semiotik yang membahas patriarki

fokus tentang perempuan yang dijadikan alat demi mencapai kepuasan

laki-laki, atau hanya menyinggung tentang unsur seks saja. Tapi pada penelitian

ini masalah yang akan dibahas lebih kompleks dimana perempuan bukan

hanya dijadikan budak seks saja melainkan karena sistem patriarki yang

berjalan dimasyarakat membuat perempuan terkalahkan dalam berbagai

bidang seperti politik, budaya, sosial, ekonomi, bahkan psikologisnya. Itu

membuat penelitian ini layak untuk dipelajari lebih dalam lagi.

Sebutan feminis atau seorang feminis yaitu orang yang menganut paham

feminisme. Merupakan sebuah gagasan kesetaraan wanita terhadap laki-laki.

Secara etimologis feminis berasal dari kata femme (woman) berarti

perempuan (tunggal) yang berjuang untuk memperjuangkan hak-hak kaum

perempuan (jamak), sebagai kelas sosial. Dalam pengertian yang paling luas

(19)

5 dimarginalisasikan, disubordinasikan, dan direndahkan oleh kebudayaan

dominan, baik dalam bidang politik dan ekonomi maupun kehidupan sosial

pada umumnya.

Berbicara tentang wanita merupakan masalah yang kompleks. Sekarang

ini kita tidak lagi membahas wanita yang selalu diatur atau menurut. Tetapi

kompleksitas disini adalah berbicara tentang cara bertingkah wanita di dunia

nyata. Seperti yang kita ketahui dunia perempuan tidak hanya tampak sebagai

dunia yang independen yang dibentuk oleh sifat wanita itu sendiri. Tapi

“dunia wanita” sangat dipengaruhi oleh “dunia laki-laki”.

Kondisi ini terjadi dalam jangka waktu yang panjang, kemudian

berpengaruh pada mainset laki-laki sebagai orang yang lebih unggul atau

berada diatas posisinya sedangkan perempuan sebagai makhluk kedua,

bahkan tidak dianggap. Kondisi ini memberikan dampak terhadap adanya

atau tidak adanya kesetaraan gender dalam kondisi tersebut.

Sebagaimana dinyatakan oleh Lois Tyson (2006 : 86) kaum feminis tidak

menyangkal perbedaan biologis antara laki-laki dan perempuan, nyatanya

banyak wanita yang menyukai perbedaan tersebut. Tapi mereka tidak setuju

bahwa perbedaan seperti ukuran fisik, bentuk dan sifat laki-laki membuat

mereka secara alami lebih hebat dari wanita misalnya lebih cerdas, lebih

logis, memimpin dengan lebih berani atau bahkan lebih baik.

Sehingga feminisme membedakan antara sex (jenis kelamin) yang

mengacu pada perbedaan biologis kita sebagai laki-laki dan perempuan,

dengan kata gender yang mengacu pada perbedaan antara feminin dan

(20)

6 laki-laki tidak selalu dilahirkan maskulin. Sebaliknya kategori-kategori

gender dibangun oleh masyarakat. Mengapa pandangan terhadap gender

merupakan salah satu contoh dengan apa yang disebut konstruksi sosial.

Konstruksi sosial telah menunjukkan pria yang membentuk dunia wanita.

Dengan demikian keberadaan perempuan di dunia lebih pada otoritas pria

yang menilai wanita dari biologisnya saja yang berbeda sebagai kekurangan

dan bukan sebagai sifat wanita. Kepercayaan bahwa laki-laki lebih unggul

membuat patriarkal mengambil tempat yang luas di masyarakat. Menurut

Collins lanjutan kamus bahasa inggris (2009) “patriarkal adalah merupakan

suatu sistem dimana laki-laki memiliki semua atau sebagian besar kekuatan

dan kepentingan”. Singkat kata dapat dikatakan bahwa perempuan adalah

objek superioritas laki-laki.

Dalam sistem patriarki, laki-laki mememegang peranan penting, karena

laki-laki di ibaratkan menjadi pusat. Laki-laki memiliki otoritas lebih

dibanding perempuan. Laki-laki merupakan pihak yang memiliki peran dalam

mengambil keputusan.

Menurut Lois Tyson (2006 : 89) dalam bukunya Critical Theory Today A

User-Friendly Guide Second Edition menjelaskan bahwa sistem patriarki juga

membagi wanita menjadi dua tipe yaitu tipe “good girl” atau wanita yang

disini dijelaskan menjadi wanita yang penurut, sabar, lemah, sederhana, dan

malu-malu serta tipe “bad girl” dimana wanita dalam tipe ini dijelaskan

menjadi wanita yang kuat, percaya diri, yakin akan kemampuan diri sendiri,

(21)

7 Dalam cerita dongeng seperti Snow White, Sleeping Beauty dan

Cinderella diceritakan bahwa seorang putri yang cantik jelita, muda,

memiliki sifat penyayang, sabar, lemah dan sederhana yang memiliki masalah

atau dijebak oleh seorang “bad girl” entah itu berupa seorang ratu yang jahat,

yang serakah, penyihir atau saudara tiri dan ibu tiri yang selalu menyiksa si

tokoh utama yang bertipe “good girl”. Dan tentu saja disana tidak akan

terlewatkan akan adanya seorang pangeran tampan yang akan menyelamatkan

seorang putri yang cantik jelita tersebut dari sebuah masalahnya dan menikahi

putri tersebut lalu akan hidup bahagia selama-lamanya.

Dari alur cerita atau plot dongeng diatas dapat dijelaskan bahwa seorang

laki-laki merupakan jaminan kebahagiaan seorang perempuan. Tanpa adanya

pangeran tampan yang memiliki sifat pemberani dan baik hati tersebut maka

kehidupan seorang putri tentu akan tetap menderita selamanya.

Snow White and The Huntsman merupakan salah satu film produksi

Hollywood yaitu Universal Studio. Film ini diproduksi tahun 2012,

menceritakan dongeng terkenal asal Jerman yang bernama Snow White and

Seven Dwarfs. Cerita dongeng yang di buat ulang kembali ini menandakan

bahwa cerita rakyat atau cerita dongeng tersebut masih eksis di masyarakat.

Selain itu film Snow White and The Huntsman karya Ruppert Sander

merupakan versi dongeng Snow White yang paling akhir atau yang paling

update karena dirilis tahun 2012. Itu mencerminkan bahwa sistem patriarki

masih berkembang secara terus menerus dalam masyarakat luas hingga saat

ini. Karena sebuah film mencerminkan lingkungan sosial dimana film itu

(22)

8 menandakan bahwa film tersebut atau dongeng tersebut diterima di seluruh

negara didunia. Itulah alasan mengapa film ini dijadikan objek penelitian.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan, peneliti ingin membahas

semiotik lebih dalam hingga tataran kedua, maka dapat dirumuskan suatu

permasalahan sebagai berikut : Apakah terdapat unsur-unsur dominasi

laki-laki (patriarki) terhadap perempuan yang ada dalam film Snow White and

The Huntsman karya sutradara Rupert Sanders?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui apakah terdapat unsur-unsur

dominasi laki-laki (patriarki) terhadap perempuan yang ada dalam film Snow

White and The Huntsman karya sutradara Rupert Sanders tersebut.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Akademis

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan bahan referensi bagi

kajian ilmu komunikasi terlebih tentang feminisme, khususnya adanya

dominasi laki-laki terhadap perempuan dalam berbagai bidang di kehidupan

sehari-hari seperti politik, ekonomi, sosial, dan budaya yang dapat disebut

sebagai sistem patriarki serta memberikan kontribusi akademis tentang

analisis deskriptif yang berguna bagi peneliti maupun pihak-pihak yang

(23)

9 2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan gambaran, informasi

atau pesan serta menjadi suatu wacana untuk khalayak dan sebagai bahan

referensi untuk penelitian-penelitian semiotik Roland Barthes selanjutnya,

bahwa dicurigai hingga sekarang ini sistem patriarki tersebut masih eksis

(24)

Referensi

Dokumen terkait

Untuk masalah diagnosa yang muncul pada pasien dengan congestive heart failure (CHF) antara lain pola nafas yang tidak efektif sudah teratasi dengan memberikan

Penelitian ini bertujuan untuk untuk mendapatkan heavy duty cleaner dengan memanfaatkan methyl ester sulfonic acid (MESA) dari metil ester olein, mengetahui

[r]

Pada follow up hari ke 7 stress Vt naik menjadi 40 dari hari yang sebelumnya tingkat stressnya hanya 20, pada hari tersebut Vt menjelaskan bahwa ada 2 permasalahan besar

Dalam penelitian ini hanya ada satu variabel yaitu bentuk perilaku seksual adalah tingkah laku yang berhubungan dengan fungsi-fungsi reproduktif yang berupa bersentuhan,

[r]

Penelitian dilaksanakan di Pabean Ilir dan Pagirikan dengan tujuan untuk mengestimasi pertumbuhan, produktivitas sekunder dan produktivitas tangkapan kepiting bakau di

[r]