• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis persepsi karyawan operasional terhadap pelaksanaan Gardu Tol Otomatis (GTO) dan faktor faktor produktivitas kerja pada PT Jasa Marga (Persero) Tbk Cabang Purbaleunyi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis persepsi karyawan operasional terhadap pelaksanaan Gardu Tol Otomatis (GTO) dan faktor faktor produktivitas kerja pada PT Jasa Marga (Persero) Tbk Cabang Purbaleunyi"

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)

DAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKTIVITAS KERJA PADA PT JASA MARGA (PERSERO) TBK CABANG PURBALEUNYI

Oleh

SELLY RACHMALIA H 24066005

PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

terhadap Pelaksanaan Gardu Tol Otomatis (GTO) dan Faktor-faktor Produktivitas Kerja pada PT. Jasa Marga (Persero) Tbk, Cabang Purbaleunyi. Dibawah bimbingan SITI RAHMAWATI

Kebutuhan masyarakat akan jaringan jalan semakin terdesak seiring dengan peningkatan produksi kendaraan yang tidak sebanding dengan kapasitas jalan yang ada. Terjadinya ketidakseimbangan tersebut salah satunya akibat pertumbuhan volume kendaraan roda empat yang naik sebesar 9% per tahun, sedangkan penambahan panjang jalan dilakukan hanya sebesar 0.01% per tahun, kondisi ini menjadi pemicu terjadinya masalah kemacetan lalu lintas. Konsep tol menjadi sebuah jawaban terhadap tingginya kebutuhan pengembangan jaringan jalan meskipun dalam kondisi anggaran pemerintah yang terbatas. PT Jasa Marga (Persero) Tbk merupakan satu-satunya Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang berperan sebagai pengembang sekaligus operator jalan tol di Indonesia yang memiliki sembilan Cabang, salah satunya adalah Cabang Purbaleunyi. Karakteristik Cabang Purbaleunyi adalah masalah antrian pajang pada gerbang tol. Untuk mengatasi masalah antrian tersebut maka dibuat Gardu Toll Otomatis (GTO), yang merupakan ide kreatif dari Gugus Kendali Mutu Pasteur. GKM Pasteur merupakan salah satu kelompok unit kerja yang ada di Cabang Purbaleunyi pada Gerbang Tol Pasteur. Perusahaan menganggap GTO dapat memberikan dampak positif bagi karyawan operasional.

Berdasarkan latar belakang tersebut maka penelitian ini bertujuan antara lain (1) Mengetahui penyusunan kebijakan pelaksanaan Gardu Tol Otomatis (GTO) yang dilakukan oleh Gugus Kendali Mutu (GKM) Pasteur pada PT Jasa Marga (Persero) Tbk Cabang Purbaleunyi, (2) Menganalisis persepsi karyawan operasional terhadap pelaksanaan Gardu Tol Otomatis pada PT Jasa Marga (Persero) Tbk Cabang Purbaleunyi, (3) Menganalisis persepsi karyawan operasional terhadap faktor-faktor produktivitas kerja pada PT Jasa Marga (Persero) Tbk Cabang Purbaleunyi,. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif.

(3)

DAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKTIVITAS KERJA PADA PT JASA MARGA (PERSERO) TBK CABANG PURBALEUNYI

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA EKONOMI

pada Program Sarjana Alih Jenis Manajemen Departemen Manajemen

Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor

Oleh

SELLY RACHMALIA H 24066005

PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(4)

ii

Judul Skripsi : Analisis Persepsi Karyawan Operasional terhadap Pelaksanaan Gardu Tol Otomatis (GTO) dan Faktor-Faktor Produktivitas Kerja pada PT Jasa Marga (Persero) Tbk Cabang Purbaleunyi Nama : Selly Rachmalia

NIM : H 24066005

Menyetujui:

Dosen Pembimbing,

(Dra. Siti Rahmawati, M.Pd) NIP 19591231 198601 2 003

Mengetahui: Ketua Departemen,

(Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc) NIP 19610123 198601 1 002

(5)

iii

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 27 Mei 1984. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Bapak H. Syaiful Rachman SE dan Ibu Hj. Melly Amalia.

(6)

iv

KATA PENGANTAR

Segala puji senantiasa dipanjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan Karunia-Nya kepada Penulis, sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi yang berjudul Analisis Persepsi Karyawan Operasional terhadap Pelaksanaan Gardu Tol Otomatis (GTO) dan Produktivitas Kerja pada PT Jasa Marga (Persero) Tbk Cabang Purbaleunyi, disusun sebagai syarat untuk menyelesaikan pendidikan tingkat Sarjana Ekonomi pada Program Sarjana Alih Jenis Manajemen, Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Penulis menyadari bahwa tidak ada sesuatu yang sempurna, begitu juga dengan skripsi ini. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor, Januari 2011

(7)

v

UCAPAN TERIMAKASIH

Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari berbagai pihak yang telah memberikan saran, bimbingan, bantuan dan dukungan baik secara langsung maupun tidak langsung sejak awal penulisan sampai selesainya skripsi ini. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada: 1. Dra. Siti Rahmawati, M.Pd, sebagai dosen pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, saran, motivasi dan pengarahan kepada Penulis.

2. Prof. Dr. Ir. WH Limbong, MS, dan ibu Farida Ratna Dewi, SE, MM selaku dosen penguji yang telah menyediakan waktu untuk menguji Penulis dan memberikan masukan-masukan untuk perbaikan skripsi ini.

3. Segenap jajaran, Staf dan Karyawan PT Jasa Marga (Persero) Tbk Cabang Purbaleunyi, yang telah mengijinkan Penulis untuk melaksanakan kegiatan penelitian dan atas kesediannya dalam mengisi kuesioner penelitian.

4. Orang tua tercinta dan keluarga yang telah memberikan kasih sayang dan doa bagi Penulis.

5. Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc sebagai Ketua Departemen Manajemen beserta Dosen dan Staf Administrasi yang telah membantu kelancaran Penulis dalam penyusunan skrisi ini.

6. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

(8)

vi

DAFTAR ISI

Halaman

RINGKASAN

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMAKASIH ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x I. PENDAHULUAN ...

1.1. Latar Belakang ... 1.2. Perumusan Masalah ... 1.3. Tujuan Penelitian ... 1.4. Manfaat Penelitian ... 1.5. Batasan Penelitian ...

1 1 4 5 5 6

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 2.1. Gardu Tol Otomatis ………... 2.2. Konsep Produktivitas Kerja ...

2.2.1 Faktor Produktivitas Kerja ... 2.2.2 Peningkatan Produktivitas Kerja ... 2.2.3 Karakteristik Pegawai Produktif . ... 2.3. Konsep Gugus Kendali Mutu ...

2.3.1 Ciri Gugus Kendali Mutu ... 2.3.2 Langkah Aktual Pembentukan GKM ... 2.3.3 Mekanisme Kerja GKM ... 2.3.4 Penilaian Kinerja GKM ... 2.3.5 Manfaat Gugus Kendali Mutu ... 2.4. Tinjauan Studi Terdahulu ...

7 7 7 7 8 9 10 10 11 12 14 14 15

III.METODE PENELITIAN ……... 3.1. Kerangka Pemikiran ... 3.2. Jenis dan Sumber Data ... 3.3. Metode Penentuan Sampel ... 3.4. Metode Pengumpulan Data ... 3.5. Metode Pengolahan dan Analisis Data ...

3.5.1 Uji Validitas dan Uji Reliabilitas ……... 3.5.2 Analisis Persepsi ... 3.5.3 Uji F ………..………... 3.5.4 Uji t ……….

(9)

vii

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 4.1. Gambaran Umum PT Jasa Marga (Persero) Tbk ... 4.2.PT Jasa Marga (Persero) Tbk Cabang Purbaleunyi ... 4.3.Gugus Kendali Mutu Pasteur ... 4.3.1 Proses Kegiatan Kerja GKM Pasteur ... 4.3.2 Pendekatan PDCA untuk Menghasilkan GTO … 4.4. Karakteristik Karyawan Operasional ... 4.5.Analisis Persepsi Karyawan Operasional PT Jasa

Marga (Persero) Tbk Cabang Purbaleunyi ... 4.5.1 Persepsi Karyawan Operasional terhadap

Pelaksanaan GTO ………... 4.5.2 Persepsi Karyawan Operasional terhadap

Faktor-faktor Produktivitas Kerja ……….. 4.6. Uji F dan uji t ………... 4.7. Implikasi manejerial ..………...

30

30 31 37 38 40 48 51 51 59 67 69

KESIMPULAN DAN SARAN ... 1. Kesimpulan ... 2. Saran ...

71

71 71

(10)

viii

DAFTAR TABEL

No Halaman

1. Konsesi Operasional Jalan Tol PT Jasa Marga

(Persero) Tbk ……….. 2

2. Ciri-ciri Umum Gugus Kendali Mutu ……… 11 3. Skala Likert ... 20 4. Hasil Uji Reliabilitas Pelaksanaan GTO dan

Faktor-faktor Produktivitas Kerja ………... 26 5. Posisi Keputusan Penilaian ………. 27 6. Data Karyawan PT Jasa Marga Cabang Purbaleunyi …. 33 7. Aksesibilitas Standar Pelayanan Minimum ... 38 8. Hasil Survey Keluhan Pemakai Jalan Tol ... 41 9. Perbandingan Rata-rata Kendaraan Gardu Masuk dan

Keluar pada Shift 1 ... 42 10. Koefisien Korelasi Penyebab Dominan ... 43 11. Perbandingan Faktor Penyebab Kinerja Gardu ... 45 12. Pengaruh Kesalahan Pelaporan dan Kerusakan Alat .. 47 13. Karakteristik Karyawan Operasional ... 48 14. Persepsi Karyawan Operasional terhadap Pelaksanaan

GTO ……….……..………. 52

15. Persepsi Karyawan Operasional terhadap KTME

Tersangkut CSD ... 53 16. Persepsi Karyawan Operasional terhadap CSD

Rusak ... 56 17. Persepsi Karyawan Operasional terhadap Keterbatasan

Jumlah Gardu... 57 18. Persepsi Karyawan Operasional terhadap Tidak Ada

Kebijakan Membangun Gardu Baru ... 59 19. Persepsi Karyawan Operasional terhadap

Faktor-faktor Produktivitas Kerja ...……… 60 20. Persepsi Karyawan Operasional terhadap Kemauan

Kerja ... 62 21. Persepsi Karyawan Operasional terhadap Kemampuan

Kerja... 62

22. Persepsi Karyawan Operasional terhadap Etika

Kerja ... 64 23. Persepsi Karyawan Operasional terhadap Kesejahteraan

Kerja ... 65 24.

25. 26.

Persepsi Karyawan Operasional terhadap Lingkungan Kerja ... Uji F ………... Uji t ………

(11)

ix

DAFTAR GAMBAR

No Halaman

1. Kerangka Pemikiran Penelitian ... 19 2. Struktur Organisasi PT Jasa Marga (Persero) Tbk Cabang

Purbaleunyi ... 33 3. Runchart Antrian Lalu Lintas Hasil GKM Pasteur ... 42 4. Peralatan pada Gardu transaksi, Gardu Tandem,

Gardu Tol Otomatis ………... 47 5. Contacless Smart Dispenser, Kartu Tanda Masuk,

(12)

x

DAFTAR LAMPIRAN

No Halaman

1. Kuesioner Penelitian ……….. 78 2. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas ……….. 81 3. Diagram Sebab Akibat Kinerja Gardu Belum Optimal.. 82 4. Rencana dan Pelaksanaan Perbaikan ………. 83 5. Alur Proses Transaksi Sebelum dan Sesudah Perbaikan

(13)

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kebutuhan masyarakat akan jaringan jalan semakin terdesak seiring dengan peningkatan produksi kendaraan yang tidak sebanding dengan kapasitas jalan yang ada. 1Terjadinya ketidakseimbangan tersebut salah satunya akibat pertumbuhan volume kendaraan roda empat yang naik sebesar 9% per tahun, sedangkan penambahan panjang jalan dilakukan hanya sebesar 0,01% per tahun, kondisi ini menjadi pemicu terjadinya masalah kemacetan lalu lintas. Konsep tol menjadi sebuah jawaban terhadap tingginya kebutuhan pengembangan jaringan jalan meskipun ditengah kondisi anggaran pemerintah yang terbatas. Pembangunan infrastruktur jalan tol telah memberikan kontribusi nyata dalam mendorong dan menggerakkan perekonomian nasional, yang manfaatnya telah banyak dirasakan bagi masyarakat luas.

Kondisi mobilitas masyarakat yang tinggi saat ini, keberadaan jalan tol tentunya tidak dapat dipisahkan dari keseharian masyarakat. Masyarakat memanfaatkan keberadaan jalan tol sebagai jalan alternatif untuk mempersingkat jarak tempuh perjalanan dari satu tempat ke tempat lain. Jalan tol merupakan jalan umum yang menjadi bagian dari sistem jaringan jalan nasional untuk kendaraan beroda empat atau lebih dan penggunanya akan diwajibkan membayar tarif tol. Besarnya tarif tol yang dibayar oleh pengguna jalan tol disesuaikan dengan jarak lintasan (asal gerbang tol sampai keluar gerbang tol) dan golongan kendaraannya.

PT Jasa Marga (Indonesia Highway Corporatama) Tbk atau disingkat PT Jasa Marga (Persero) Tbk merupakan satu-satunya Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang berperan sebagai pengembang sekaligus operator jalan tol di Indonesia. Sejak awal berdiri pada tahun 1978, PT Jasa Marga (Persero) Tbk tetap menjadi market leader operator jalan tol yang menguasai 80% dari seluruh jalan tol yang ada di Indonesia.

1

(14)

2

Delapan belas konsesi (hak pengusahaan) jalan tol sepanjang 648 km telah dimiliki PT Jasa Marga (Persero) Tbk sampai dengan akhir periode 2009, tiga belas konsesi diantaranya telah beroperasi sepanjang 496 km yang pengelolaannya dikelola oleh sembilan cabang dan satu anak perusahaan yaitu, PT Jalan Tol Lingkar Luar Jakarta (Tabel 1). Sementara lima ruas tol lainnya menjadi bagian anak perusahaan yang merupakan proyek kerja sama antara PT Jasa Marga (Persero) Tbk dengan Pemerintah Provinsi daerah setempat dan juga pihak ketiga lainnya.

Tabel 1. Konsesi Operasional Jalan Tol PT Jasa Marga (Persero) Tbk

Menyediakan jalan tol dan memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat menjadi bentuk komitmen yang kuat bagi PT Jasa Marga (Persero) Tbk sebagai pelopor industri jalan tol di Indonesia. Komitmen tersebut sekaligus akan berpengaruh terhadap pertumbuhan usaha dalam jangka panjang yang selaras dengan visi dan misi perusahaan. Pelayanan transaksi di gerbang tol merupakan jasa utama dalam pelayanan jalan tol, akan tetapi karena kondisi arus lalu lintas yang meningkat menjadi penghambat terciptanya kelancaran bertransaksi pada gerbang tol, sehingga menyebabkan antrian panjang di gerbang tol yang sulit untuk dihindari. Pelayanan transaksi jalan tol harus dilakukan sesuai dengan Standar Pelayanan Minimum (SPM) yang telah ditentukan PT Jasa Marga (Persero) Tbk Cabang Purbaleunyi.

No. Ruas Jalan Tol Awal

Beroperasi

Panjang

Tol (Km) Kantor Cabang

1 Jagorawi 1978 46 Jagorawi

(Jakarta-Bogor-Ciawi) 2 Jakarta-Cikampek 1988 72 Jakarta-Cikampek 3 Jakarta-Tanggerang 1984 28

Jakarta-Tanggerang 4 Ulujami-Pondok Aren 2001 5,5

5 Dalam Kota Jakarta 1988 25

Cawang-Tomang-Cengkareng 6 Prof. Dr. Ir. Soedjatmo 1984 14,3

7 Padaleunyi

(Padalarang-Cileunyi) 1990 63,9 Purbaleunyi (Purwakarta-Bandung-Cileunyi) 8 Cipularang

(Cikampek-Purwakarta-Padalarang) 2003 58,5

9 Surabaya-Gempol 1986 39,5 Surabaya-Gempol 10 Semarang 1983 35,2 Semarang

11 Belmera 1986 34 Belmera

(Belawan-Medan-Tanjung Morawa) 12 Palikanci 1997 28,8 Palikanci

(15)

3

Masalah antrian panjang menjadi karakteristik pada PT Jasa Marga (Persero) Tbk Cabang Purbaleunyi, karena semenjak dioperasikannya jalan tol Cipularang yang menghubungkan ruas tol antara Cabang Jakarta-Cikampek dengan Cabang Purbaleunyi kepadatan arus lalu lintas kendaraan terus terjadi. Waktu tempuh yang singkat dan kenyamanan Kota Bandung menjadi alasan bagi masyarakat untuk datang berwisata, sehingga puncak kepadatan arus lalu lintas selalu terjadi menjelang akhir pekan atau pada saat hari libur nasional. Kepadatan arus lalu lintas tersebut menjadi faktor penghambat proses transaksi jalan tol. Inovasi sistem transaksi dengan menggunakan Gardu Tol Otomatis, diharapkan menjadi solusi untuk mengatasi masalah antrian pada saat bertransaksi, khususnya pada gerbang tol masuk. Gardu Tol Otomatis (GTO) merupakan gardu pelayanan transaksi tol tanpa adanya petugas pengumpul tol yang melayani. Cara penggunaannya cukup dengan menekan tombol pada GTO maka KTM (Kartu Tanda Masuk) akan keluar. Keberadaan GTO dapat digunakan juga untuk sistem pembayaran secara elektronik (Electronic Toll Collection) yang bekerjasama dengan Bank Mandiri.

(16)

4

1.2. Perumusan Masalah

PT Jasa Marga (Persero) Tbk merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa pelayanan jalan tol, dimana kualitas menjadi prioritas utama, salah satunya melalui pelayanan transaksi jalan tol. Akan tetapi kelancaran pelayanan transaksi sering menghadapi kendala seperti, volume kendaraan yang padat dan minimnya gardu transaksi ataupun petugas pengumpul tol yang mengakibatkan antrian panjang pada gardu transaksi. Masalah tersebut menjadi kendala yang harus dihadapi oleh PT Jasa Marga (Persero) Tbk Cabang Purbaleunyi khususnya pada Gerbang Tol Pasteur, sehingga muncul ide untuk membuat Gardu Tol Otomatis (GTO). Ide ini merupakan ide kreatif dari GKM Pasteur yang ada pada unit kerja Gerbang Tol Pasteur. Gugus Kendali Mutu (GKM) merupakan kelompok kerja karyawan, dimana seluruh karyawan secara sukarela dan berpartisipasi dalam menyelesaikan kegiatan yang berhubungan erat dengan perusahaan. Pelaksanakan GKM diharapkan akan membuat karyawan merasa dihargai serta diakui keberadaannya, sehingga terciptanya lingkungan kerja yang kondusif pada perusahaan.

(17)

5

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan permasalahannya sebagai berikut:

1. Bagaimana penyusunan kebijakan pelaksanaan Gardu Tol Otomatis (GTO) yang dilakukan oleh Gugus Kendali Mutu (GKM) Pasteur pada PT Jasa Marga (Persero) Tbk Cabang Purbaleunyi?

2. Bagaimana persepsi karyawan operasional terhadap pelaksanaan Gardu Tol Otomatis (GTO) pada PT Jasa Marga (Persero) Tbk Cabang Purbaleunyi?

3. Bagaimana persepsi karyawan operasional terhadap faktor-faktor produktivitas kerja pada PT Jasa Marga (Persero) Tbk Cabang Purbaleunyi?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah:

1. Mengetahui penyusunan kebijakan pelaksanaan Gardu Tol Otomatis (GTO) yang dilakukan oleh Gugus Kendali Mutu (GKM) Pasteur pada PT Jasa Marga (Persero) Tbk Cabang Purbaleunyi.

2. Mengetahui persepsi karyawan operasional terhadap pelaksanaan Gardu Tol Otomatis (GTO) pada PT Jasa Marga (Persero) Tbk Cabang Purbaleunyi.

3. Mengetahui persepsi karyawan operasional terhadap faktor-faktor produktivitas kerja pada PT Jasa Marga (Persero) Tbk Cabang Purbaleunyi.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi perusahaan, hasil penelitian ini menjadi bahan pertimbangan untuk melakukan penyusunan kebijakan yang berkaitan dengan program pelaksanaan Gardu Tol Otomatis (GTO) dan faktor-faktor produktivitas kerja karyawan operasional.

(18)

6

1.5. Batasan Penelitian

Penelitian dilakukan pada PT Jasa Marga (Persero) Tbk Cabang Purbaleunyi, yang berlokasi di Plaza Tol Pasteur Jalan Dr. Djundjunan nomor 257 Bandung, Jawa Barat. Waktu penelitian dilakukan selama tiga bulan yaitu pada bulan September 2009 sampai dengan November 2009. PT Jasa Marga (Persero) Tbk Cabang Purbaleunyi dipilih sebagai tempat penelitian oleh penulis, dikarenakan Cabang Purbaleunyi merupakan cabang perusahaan yang pertama kali melaksanakan sistem Gardu Tol Otomatis (GTO) pada seluruh gerbang tol dan selanjutnya pelaksanaan Gardu Tol Otomatis diterapkan juga pada cabang lainnya. Penelitian ini menganalisa bagaimana persepsi karyawan operasional terhadap pelaksanaan Gardu Tol Otomatis (GTO) dan faktor-faktor produktivitas kerja karyawan operasional itu sendiri.

(19)

7

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Gardu Tol Otomatis (GTO)

Gardu Tol Otomatis (GTO) adalah gardu tanpa petugas dimana pemakai jalan melaksanakan transaksi dan mengambil KTME (Kartu Tanda Masuk Elektronik) dan mengidentifikasi Badge atau kartu dinas sendiri. KTME merupakan alat tanda bukti masuk jalan tol pada sistem tertutup, yang menunjukan identitas jenis kendaraan dan asal gerbang tol yang merupakan informasi dalam penentuan tarif di gardu keluar (Gugus Kendali Mutu Pasteur, 2007).

2.2. Konsep Produktivitas Kerja

Secara umum produktivitas kerja diartikan sebagai hubungan hasil nyata maupun fisik (barang-barang atau jasa) dengan masukan yang sebenarnya. Produktivitas adalah ukuran efisiensi produktif dengan perbandingan antara hasil masukan (tenaga kerja) dan keluaran yang diukur dalam kesatuan fisik bentuk dan nilai (Sinungan, 2008).

Menurut Mangkuprawira dan Hubeis (2007), produktivitas kerja adalah rasio output dan input suatu proses produksi dalam periode tertentu. Input terdiri dari manajemen, tenaga kerja, biaya produksi, peralatan dan waktu. Output meliputi produksi, produk, penjualan, pendapatan, pangsa pasar, dan kerusakan produk.

Umar (2005) menyatakan bahwa produktivitas kerja adalah perbandingan hasil yang dicapai dengan keseluruhan sumber daya yang digunakan (input). Produktivitas mempunyai dua dimensi, yaitu efektivitas yang mengarah pada pencapaian target yang berkaitan dengan kualitas, kuantitas dan waktu. Sedangkan dimensi lain adalah efisiensi yang berkaitan dengan upaya membandingkan masukan dengan realisasi penggunaannya.

2.2.1 Faktor Produktivitas Kerja

(20)

8

1. Kualitas dan kemampuan karyawan dapat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, latihan, motivasi kerja, etos kerja, mental dan kemampuan fisik pekerja yang bersangkutan.

2. Sarana pendukung, dikelompokan menjadi dua yaitu:

a. Lingkungan kerja, termasuk teknologi dan cara produksi, sarana dan peralatan produksi yang digunakan, tingkat keselamatan dan kesehatan kerja serta lingkungan kerja.

b. Kesejahteraan pekerja yang tercermin dalam sistem pengupahan dan jaminan sosial, jaminan kelangsungan kerja.

3. Supra sarana, dapat mendukung peningkatan produktivitas kerja karyawan antara lain kebijakan pemerintah, hubungan pengusaha dan pekerja, kemampuan manajemen dan perusahaan.

Produktivitas kerja dipengaruhi oleh beberapa faktor dan dapat dilihat dari kemauan kerja yang tinggi, kemampuan kerja yang sesuai dengan isi kerja, lingkungan kerja yang nyaman, penghasilan yang dapat memenuhi kebutuhan minimum, jaminan sosial yang memadai dan hubungan kerja yang harmonis (Sinungan, 2008).

2.2.2 Peningkatan Produktivitas Kerja

Langkah untuk meningkatkan produktivitas kerja menurut Sinungan (2008), adalah sebagai berikut:

1. Kesempatan utama dalam meningkatkan produktivitas manusia terletak pada kemampuan individu, sikap individu dalam bekerja, serta manajemen maupun organisasi kerja. Persyaratan individu untuk menghasilkan produktivitas yang tinggi, yaitu:

a. Tingkat pendidikan dan keahlian, teknologi dan hasil produksi, kondisi kerja, kesehatan, kemampuan fisik dan mental.

b. Sikap (terhadap tugas) serta teman dalam satu organisasi.

2. Penggunaan jumlah sumber daya yang sama untuk memperoleh jumlah produksi yang besar.

(21)

9

Terdapat enam elemen untuk meningkatkan produktivitas kerja menurut Soemarsono (2004) yaitu:

1. Dukungan dari manajemen puncak yang dilakukan dengan berbagai cara yang menggambarkan dukungan terhadap program.

2. Dukungan struktur sangat diperlukan. Standar organisasi dibuat untuk mendukung peningkatan produktivitas.

3. Menciptakan corporate yang climate yang kondusif. Iklim yang kondusif sangat penting terhadap peningkatan produktivitas.

Upaya yang dilakukan untuk menciptakan iklim kondusif yaitu dengan menciptakan perhatian terhadap para karyawan bahwa manajemen sedang mendorong peningkatan produktivitas, manajemen harus melakukan komunikasi untuk menyakinkan karyawan agar dapat memahami tujuan perusahaan, perusahaan meminta para karyawan untuk meningkatkan keterlibatan mereka terhadap perusahaan sekaligus. Kontribusi karyawan tersebut akan mendapatkan reward system yang sesuai dari perusahaan.

4. Perusahaan harus membuat metode pengukuran produktivitas kerja dan menetapakan tujuan-tujuan yang realistis.

5. Mencari teknik-teknik baru untuk meningkatkan produktivitas. 6. Implementasi program produktivitas harus dijadwalkan, karena hal

ini penting menyangkut penggunaan resources.

2.2.3 Karakteristik Pegawai Produktif

Menurut Nasution (2005) upaya peningkatan produktivitas perusahaan harus dimulai dari tingkat individu itu sendiri, dimana setiap individu yang produktif memiliki karakteristik, yaitu:

1. Selalu mencari gagasan dan cara penyelesaiannya. 2. Selalu memberi saran untuk perbaikan secara sukarela. 3. Menggunakan waktu secara efektif dan efisien.

4. Selalu melakukan perencanaan beserta jadwal waktu penyelesaian. 5. Bersikap positif terhadap pekerjaannya.

(22)

10

8. Memahami pekerjaan orang lain yang lebih baik. 9. Mendengarkan ide orang lain yang lebih baik. 10. Terbinanya hubungan yang baik antar pribadi.

11. Menyadari dan memperhatikan masalah pemborosan dan biaya. 12. Mempunyai tingkat kehadiran yang baik.

13. Mampu melampaui standar yang telah ditetapkan. 14. Mempelajari sesuatu yang baru dengan cepat. 15. Tidak mengeluh dalam bekerja.

2.3. Konsep Gugus Kendali Mutu (GKM)

Gugus Kendali Mutu menurut Sinungan (2008) adalah sekelompok orang (biasanya terdiri dari tiga sampai dengan delapan orang) yang memiliki pekerjaan sejenis untuk membahas dan menyelesaikan persoalan kerja yang dihadapi dan mengadakan perbaikan secara terus menerus dengan mempergunakan teknik kendali mutu. Ketua kelompok biasanya dijabat secara bergantian di antara anggota kelompok. Kegiatan Gugus Kendali Mutu merupakan bagian dari kegiatan Pengendalian Mutu Terpadu.

Konsep dasar GKM adalah anggapan bahwa penyebab persoalan mutu atau produksi tidak diketahui oleh para pekerja dan manajemen, juga diandaikan bahwa pekerja pabrik mempunyai pengetahuan yang siap pakai, kreatif, dan dapat dilatih untuk menggunakan kreativitas alamiah dalam pemecahan persoalan pekerjaan (Crocker et al., 2004).

Hasibuan (2002) menyatakan Gugus Kendali Mutu merupakan kelompok kecil dari lingkup kerja yang secara sukarela melakukan kegiatan pengendalian dan perbaikan secara berkesinambungan dengan cara menggunakan teknik-teknik quality control.

2.3.1 Ciri Gugus Kendali Mutu

(23)

11

Tabel 2. Ciri-ciri Umum Gugus Kendali Mutu

Tujuan 1.Meningkatkan komunikasi.

2.Mencari dan memecahkan masalah.

Organisasi

1.Terdiri dari seorang kepala dengan 8 sampai 10 karyawan yang berasal dari satu bidang pekerjaan.

2.Memiliki seorang koordinator dan satu atau lebih fasilitator yang bekerja erat dengan Gugus.

Pemilihan anggota Gugus

1.Partisipasi anggota dalam gugus bersifat sukarela. 2.Partisipasi ketua Gugus bersifat bebas.

Ruang lingkup persoalan yang dianalisis oleh

Gugus

1.Gugus memilih sendiri persoalan yang akan dibahasnya. 2.Gugus didorong untuk memilih persoalan yang berasal dari

bidang pekerjaannya sendiri.

3.Persoalan tidak terbatas pada mutu, tetapi mencakup produktivitas, biaya, keselamatan kerja, moral, lingkungan, dan lainnya.

Latihan atihan formal teknik pemecahan masalah menjadi bagian dari pertemuan Gugus.

Pertemuan

ilakukan selama satu jam per minggu

Penghargaan bagi kegiatan Gugus

1.Tidak ada penghargaan dalam bentuk uang.

2.Penghargaan yang paling efektif adalah kepuasan anggota Gugus karena solusi yang mereka sumbangkan.

Sumber: Crocker et al. (2004)

2.3.2 Langkah Aktual Pembentukan GKM

Crocker et al. (2004) memaparkan secara ringkas langkah aktual dalam proses pelaksanaan Gugus Kendali Mutu (GKM) yang meliputi:

1. Meminta bantuan konsultan dari luar. Hal ini merupakan keputusan berdasarkan pertimbangan dari departemen pengembangan organisasi untuk menggunakan konsultan dari luar dalam membantu pelaksanaan GKM.

2. Memperoleh komitmen, sebelum memperoleh komitmen dari pihak utama yang terkait, maka perlu dilakukan langkah-langkah yaitu: a. Mengadakan seminar konsep Gugus Kendali Mutu untuk

memperkenalkan kepada anggota manajemen senior.

b. Manajer senior membuat keputusan mengenai konsep GKM. c. Mengadakan seminar untuk manajemen menengah dan anggota

aktif serikat buruh.

(24)

12 3. Membentuk struktur Gugus

a. Manajer senior memberitahukan kepada karyawan untuk terus melanjutkan program GKM.

b. Pembentukan panitia pengarah, yang anggota panitia pengarah dipilih dari berbagai departemen dan tingkatan.

c. Pemilihan fasilitator oleh panitia pengarah. 4. Menempatkan program dalam tempat yang tepat

a. Panitia pengarah dan konsultan membuat pedoman program. b. Fasilitator mengadakan pertemuan untuk menginformasikan

tentang GKM dan proses kendali mutu untuk anggota Gugus. c. Fasilitator mengadakan pertemuan informal dengan karyawan

untuk memberikan penjelasan mengenai konsep GKM.

d. Fasilitator, panitia pengarah, dan konsultan dari luar membuat perencanaan awal untuk mengidentifikasi masalah.

e. Fasilitator dan panitia pengawas memilih pemimpin tim untuk membuat program latihan bagi para pemimpin dan anggota tim. f. Fasilitator membuat program latihan dan membantu ketua tim

dalam membuat materi Gugus untuk pertemuan selanjutnya.

2.3.3 Mekanisme Kerja Gugus Kendali Mutu

Gugus Kendali Mutu menangani berbagai macam masalah melalui beberapa tahapan. Masalah tersebut satu demi satu ditangani melalui tahapan yang berkelanjutan (Chandra et al., 1991), yaitu:

1. Pengumpulan masalah

Dilakukan dengan mengidentifikasi dan mengumpulkan masalah. Angka prioritas diberikan pada setiap masalah sesuai dengan kriteria yang telah disusun secara berkesinambungan.

2. Pemilihan masalah

(25)

13

a. Menghindari semua masalah yang tidak berhubungan dengan tujuan unit.

b. Menghindari masalah tambahan yang tidak memenuhi kriteria operasi yang telah ditentukan oleh Gugus.

c. Menggunakan Teknik Delphi yang telah direvisi untuk menentukan persoalan yang paling unik. Teknik Delphi adalah suatu prosedur yang dipengaruhi dalam penelitian dua atau lebih alternatif.

3. Analisis masalah

Setiap masalah memiliki pengaruh, sehingga perlu diidentifikasi penyebab utama. Pada tahap ini, Gugus bertukar pikiran untuk menemukan hubungan sebab-akibat. Ada dua metode utama untuk membuat analisis sebab-akibat, yaitu: (1) diagram sebab-akibat (diagram Ishikawa atau Fishbone) dan (2) analisis proses atau diagram arus. Pada diagram Ishikawa terdapat empat bidang kelemahan yang meliputi: material (bahan), equipment (peralatan), methods (metode), dan people (manusia). Analisis masalah didasarkan pada fakta, bukan perasaan dan penilaian subjektif. Gugus menggunakan sejumlah alat pengumpul data, yaitu dengan menggunakan checklist atau checksheet, grafik garis, batang, atau lingkaran maupun histogram dan diagram pencar, membuat analisis pareto, melakukan sampling dan analisis statistik.

4. Pemecahan masalah

Kondisi lingkungan yang nyaman akan menghasilkan solusi pilihan pemecahan masalah yang optimum. Secara umum, pemecahan masalah yang paling tepat adalah orang yang terlibat langsung dalam tempat kerja itu sendiri dan menjadi solusi paling layak untuk diberikan.

5. Presentasi manajemen

(26)

14

Presentasi merupakan puncak kegiatan dari usaha Gugus yang menggambarkan kebanggaan dan kepuasan. Penghargaan dari atasan yang menghadiri rekan sejawat merupakan motivator yang sangat kuat. Selain membentuk anggota GKM untuk menjual ide-idenya pada manajemen, presentasi atau konvensi juga bisa memotivasi anggota Gugus yang potensial. Hal ini berarti, filosofi pengendalian mutu tersebar di seluruh organisasi

6. Implementasi, Peninjauan ulang dan Tindak lanjut

Anggota Gugus membuat jadwal pelaksanaan makalah setelah mendapatkan persetujuan dari pihak manajemen. Meninjau ulang kembali hasil yang diperoleh untuk mengambil langkah selanjutnya apabila dibutuhkan. Hal ini merupakan bentuk tanggung jawab Gugus yang berkelanjutan.

2.3.4 Penilaian Kinerja Gugus Kendali Mutu

Penilaian Gugus menurut Crocker et al. (2004) memerlukan tiga jenis pengukuran, yaitu ukuran produktivitas obyektif, ukuran sikap subyektif mengenai pengaruh Gugus terhadap organisasi dan analisa proses intern yang berlangsung dalam Gugus. Pengukuran produktivitas mencakup mutu, scrap, kuantitas, biaya marjinal, biaya prasarana, peralatan, keamanan kerja dan kecelakaan, perawatan dan waktu kosong. Sikap dan pergaulan meliputi kepercayaan timbal-balik, komunikasi, hubungan atasan dan bawahan, bolos kerja, keluhan kerja, penggunaan keterampilan, keanggotaan Gugus, kepuasan pribadi, jenis dan jumlah persoalan yang dipecahkan. Proses Gugus mencakup struktur, pengaruh, pemecahan persoalan, keterbukaan dan pemantauan.

2.3.5 Manfaat Gugus Kendali Mutu

Pelaksanaan kegiatan Gugus Kendali Mutu pada perusahaan dapat memberikan manfaat bagi karyawan (Chandra et al., 1991), yaitu: 1. Pembuatan tujuan kelompok dilakukan untuk menciptakan semangat

untuk bekerja sama.

(27)

15

3. Komunikasi antara manjemen dan buruh meningkat, begitu juga komunikasi diantara para pekerja sendiri.

4. Para pekerja dapat memperoleh keterampilan, pengetahuan baru serta mengembangkan semangat kerja sama lebih tinggi.

5. Kelompok mengambil inisiatif sendiri dan melakukan tugas pemecahan persoalan yang seharusnya dilakukan oleh manajeman. 6. Adanya hubungan yang semakin dekat antar para pekerja dan

manajemen di perusahaan.

7. Menciptakan kerja sama antar para pekerja. 8. Adanya kepuasan bagi setiap pekerja. 9. Meningkatkan motivasi kerja.

10. Menumbuhkan keyakinan atau kepercayaan diri.

11. Adanya pengembangan kepemimpinan antara para pekerja. 12. Adanya dorongan kreativitas antar pekerja.

13. Terjadinya peningkatan sistem dan prosedur pekerjaan.

Menurut Hasibuan (2002), manfaat Gugus Kendali Mutu (GKM) bagi manajemen perusahaan adalah sebagai berikut:

1. Dapat menangkap persoalan yang sebenarnya dengan lebih cepat. 2. Lebih banyak tekanan yang diberikan pada tahap perencanaan. 3. Cara berfikir yang berorientasi pada proses akan mendapatkan

dorongan kuat untuk bekerja.

4. Orang memusatkan perhatian pada permodalan yang lebih penting. 5. Setiap orang ikut ambil bagian dalam membina sistem baru.

2.4. Tinjauan Studi Terdahulu

(28)

16

Maharani (2008) dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Penerapan Disiplin Kerja Terhadap Prestasi Kerja Pegawai Dinas Pendidikan Kabupaten Ciamis. Berdasarkan hasil penelitiannya, disimpulkan bahwa disiplin kerja pegawai sangat tinggi yang ditandai dengan tingkat kehadiran yang rendah. Sedangkan prestasi kerja pegawai terkategori baik. Peneliti menganalisis penelitiannya menggunakan analisis regresi berganda.

(29)

17

III.METODE PENELITIAN

3.1. Kerangka Pemikiran

Keberhasilan PT Jasa Marga (Persero) Tbk sebagai pelopor dan sekaligus market leader dalam bisnis jalan tol di Indonesia menjadi tujuan perusahaan. Keberhasilan atas prestasi tersebut menjadikan perusahaan terus berupaya meningkatkan kualitasnya. Hal ini dibuktikan perusahaan dengan melakukan perubahan identitas menuju sebuah perbaikan yang telah dimulai pada tahun 2007 lalu. Perubahan identitas tersebut tentunya bukan hanya sebagai sebuah slogan semata, akan tetapi harus disertai dengan tindakan yang nyata. Sejalan dengan identitas baru tersebut, maka dibutuhkan suatu langkah strategis berupa sebuah visi dan misi perusahaan. Visi dan misi menjadi aturan dalam organisasi untuk mewujudkan tujuan perusahaan.

Pelayanan transaksi di gerbang tol merupakan jasa utama dalam pelayanan jalan tol. Sehingga peningkatan pelayanan lalu lintas melalui kelancaran bertransaksi di gardu tol sesuai sasaran mutu perlu dilakukan perusahaan untuk memenuhi keinginan pengguna jalan tol. Pelaksanaan kegiatan pengendalian operasional melalui pelayanan transaksi pada setiap gerbang tol menjadi tanggung jawab bagian Pengumpul Tol. Untuk meningkatkan pelayanan transaksi di gardu tol pada PT Jasa Marga (Persero) Tbk Cabang Purbaleunyi, maka dibuat Gardu Tol Otomatis (GTO). Gardu Tol Otomatis (GTO) merupakan gardu pelayanan transaksi jalan tol tanpa ada petugas pengumpul tol yang melayani. Gardu Tol Otomatis (GTO merupakan ide murni dari kelompok Gugus Kendali Mutu (GKM) Pasteur.

(30)

18

[image:30.595.93.509.354.726.2]

golongan, gerbang asal kendaraan di gardu masuk, (2) Kartu Tanda Masuk Elektronik (KTME) tersangkut pada CSD, yaitu alat tanda bukti masuk jalan tol pada sistem tertutup yang menunjukan identitas jenis kendaraan dan asal gerbang tol yang menjadi informasi dalam penentuan tarif pada gardu keluar, (3) Keterbatasan jumlah gardu, (4) Tidak ada kebijakan menambah gardu yang rusak. Sedangkan faktor-faktor produktivitas kerja karyawan operasional dipengaruhi oleh (1) Kemauan kerja, (2) Kemampuan kerja, (3) Etika kerja, (4) Kesejahteraan karyawan dan (5) Lingkungan kerja. Sehingga hasil analisis deskriptif dari persepsi karyawan operasional terhadap pelaksanaan Gardu Tol Otomatis dan faktor-faktor produktivitas kerja, dapat memberikan masukan positif bagi perusahaan dalam upaya peningkatan mutu dan layanan bertransaksi bagi pengguna jalan tol sesuai dengan sasaran mutu perusahaan yaitu lancar, aman, dan nyaman.

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian PT Jasa Marga (Persero) Tbk Cabang Purbaleunyi

Peningkatan pelayanan lalu lintas melalui kelancaran bertransaksi pada gardu tol

sesuai dengan sasaran mutu Pembentukan GKM Pasteur

Ide Pelaksanaan Gardu Tol Otomatis

Analisis deskriptif persepsi karyawan operasional terhadap GTO dan faktor-faktor produktivitas kerja Gardu Tol Otomatis (GTO):

1. Contacless Smartcard Dispenser Rusak

2. KTME tersangkut pada CSD 3. Keterbatasan jumlah gardu

4. Tidak ada kebijakan menambah gardu yang rusak

Faktor-faktor Produktivitas Kerja: 1. Kemauan kerja

2. Kemampuan kerja 3. Etika kerja

(31)

19

3.2. Jenis Data dan Sumber Data

Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dibagi menjadi data primer dan data sekunder baik bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Data primer merupakan data yang didapat dari sumber pertama baik dari individu ataupun perseorangan seperti hasil wawancara atau hasil kuesioner yang biasa dilakukan oleh peneliti. Data sekunder merupakan data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan baik oleh pihak pengumpul data primer maupun pihak lain seperti dalam bentuk tabel ataupun diagram. Sumber data primer berupa data langsung yang diterima pengumpul data, sedangkan sumber data sekunder berupa dokumen perusahaan, buku, dan media elektronik yang terkait dengan penelitian.

3.3. Metode Penentuan Sampel

Penentuan jumlah sampel atau responden merupakan hal yang penting dalam suatu penelitian, karena dibutuhkan sampel yang mewakili karakteristik dari populasi penelitian yang diwakilinya. Menurut Umar (2005), populasi merupakan sekumpulan satuan analisis yang terdapat didalamnya terkandung informasi yang ingin diketahui. Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih untuk dilibatkan dalam penelitian, melalui sampel diharapkan peneliti mengetahui informasi mengenai populasi.

Metode pengambilan sampel yang diterapkan adalah secara convenience sampling, dimana metode ini paling murah dan cepat dilakukan

karena peneliti memiliki kebebasan untuk memilih siapa saja yang akan mereka temui. Ada beberapa macam yang dapat digunakan untuk menentukan jumlah sampel dari suatu populasi, salah satunya adalah dengan rumus slovin sebagai berikut:

= 1 + ………(1)

= 1 + 160 (0,1) = 60 karyawan operasional160

(32)

20 n = Ukuran sampel

N = Ukuran populasi

e = Persentase ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat ditolerir atau diinginkan, misalnya nilai persentase ketidaktelitian sebesar 10%.

Populasi yang diambil dalam penelitian ini yaitu karyawan operasional pengumpul tol pada PT Jasa Marga (Persero) Tbk Cabang Purbaleunyi yang berjumlah 160 karyawan, dengan rumus slovin didapatkan sampel sebesar 60 karyawan operasional.

3.4. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan prosedur sistematis dan standar untuk memperoleh data yang dibutuhkan dalam penelitian. Secara umum metode pengumpulan data yang digunakan antara lain:

1. Metode pengamatan atau observasi, merupakan pengambilan data dengan cara pengamatan secara langsung maupun tidak langsung terhadap objek yang diteliti. Pengamatan harus dilakukan secara sistematis dan berkaitan dengan tujuan penelitian. Pengamatan langsung terbagi menjadi dua, yaitu pengamatan tidak berstruktur dan pengamatan berstruktur. Pengamatan tidak terstruktur dilakukan peneliti tanpa mengetahui aspek-aspek dari kegiatan yang ingin diamati relevan dengan tujuan penelitiannya, sedangkan pada pengamatan berstruktur berbanding terbalik dengan pengamatan tidak terstruktur. Pengamatan berstruktur memiliki keunggulan yaitu isi pengamatan lebih sempit dan sistematis sehingga peneliti dapat melakukan kontrol yang sesuai dengan keperluan untuk menguji hipotesis dan memecahkan masalah penelitian.

(33)

21

mendukung tujuan penelitian. Hal ini dinilai efektif apabila pernyataan yang diberikan terarah dengan baik. Wawancara dilakukan dengan karyawan operasional pada PT Jasa Marga (Persero) Tbk Cabang Purbaleunyi, khususnya pada Bagian Pengumpul Tol dan Bagian Sumber Daya Manusia. Sedangkan metode penggunaan pertanyaan secara tidak langsung yaitu pengisian kuesioner. Kuesioner merupakan cara untuk mengumpulkan data yang terdiri dari pernyataan logis berhubungan dengan masalah penelitian. Pada setiap pernyataan yang terdapat dalam kuesioner merupakan jawaban-jawaban yang memiliki makna dalam menguji hipotesis untuk diuji. Penyebaran kuesioner pada penelitian ini dilakukan kepada 60 orang responden yang merupakan karyawan operasional PT Jasa Marga (Persero) Tbk Cabang Purbaleunyi. Kuesioner pada penelitian ini, dapat dilihat pada Lampiran 1. Kuesioner dalam penelitian ini terdiri menjadi dua bagian yaitu:

a. Bagian data responden dari karyawan operasional yang meliputi karakteristik demografi dan keadaan umum responden secara umum, yang meliputi jenis kelamin karyawan, usia karyawan, tingkat pendidikan terakhir karyawan, status kepegawaian karyawan dan masa kerja karyawan.

b. Bagian pernyataan sikap yang dirasakan oleh responden terhadap beberapa pertanyaan yang diajukan terkait dengan pelaksanaan Gardu Tol Otomatis (GTO) berjumlah 15 pernyataan dan sebanyak 20 pernyataan yang diajukan berkaitan dengan faktor-faktor produktivitas kerja karyawan operasional.

(34)

22

Pernyataan yang diberikan kepada 60 responden, merupakan bentuk pernyataan tertutup, dimana alternatif jawaban telah disediakan dalam kuesioner.

3. Metode kepustakaan, merupakan tahapan persiapan untuk mencari serta melengkapi untuk mendukung tujuan penelitian seperti data tinjauan pustaka dan profil perusahaan. Tahapan selanjutnya adalah tahapan pelaksanaan sebagai pelengkap sumber data karyawan pada perusahaan.

3.5. Metode Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data dilakukan dengan bantuan program SPSS 15.0 dari data hasil kuesioner yang diperoleh selama penelitian. Pengolahan data kuesioner dilakukan untuk mengetahui persepsi karyawan operasional terhadap pelaksanaan Gardu Tol Otomatis (GTO) dan faktor-faktor produktivitas kerja. Adapun tahapan kerja untuk pengolahan data dari kuesioner untuk menganalisis persepsi karyawan operasional terhadap pelaksanaan GTO dan faktor-faktor produktivitas kerja adalah:

1.Memberi skor pada masing-masing jawaban responden berdasarkan bobot tertentu pada setiap jawaban dengan menggunakan Skala Likert. Skala likert menurut Umar (2005) yaitu skala yang berhubungan dengan pertanyaan tentang sikap seseorang terhadap sesuatu. Nilai skor yang terdapat pada Skala likert merupakan nilai numerial yaitu 1, 2, 3, 4 dan 5, dimana setiap skor memiliki tingkat pengukuran ordinal. Nilai skor dari Skala likert pada penelitian ini disajikan dalam Tabel 3.

Tabel 3. Skala Likert

Tingkatan Skor Jawaban

(35)

23

Langkah untuk membuat Skala likert, yaitu sebagai berikut:

a. Mengumpulkan sejumlah pernyataan sesuai dengan sikap yang akan diukur dan dapat diidentifikasikan dengan jelas.

b. Memberikan pernyataan-pernyataan tersebut kepada responden untuk diisi dengan benar.

c. Respon dari responden terhadap setiap pertanyataan yang diajukan, kemudian dijumlahkan dengan angka-angka dari setiap pernyataan. d. Mencari pernyataan yang tidak dapat dipakai dalam penelitian

dengan acuan sebagai berikut:

1) Pernyataan yang tidak diisi dengan lengkap oleh responden. 2) Pernyataan yang secara totalnya respoden tidak menunjukkan

korelasi yang substansial dengan nilai totalnya.

e. Pernyataan-pernyataan hasil saringan akhir akan membentuk Skala likert yang dapat dipakai untuk mengukur skala sikap serta menjadi kuesioner baru untuk pengumpulan data berikutnya. Jawaban setiap instrumen yang menggunakan Skala likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif.

2. Memindahkan data dari lembar kuesioner ke lembar tabulasi dan kemudidian menghitung nilai total dari masing-masing variabel dengan menggunakan program SPSS 15.0.

3. Jawaban responden yang telah diberi bobot, kemudian dijumlahkan untuk dijadikan skor penilaian terhadap variabel-variabel yang diteliti. Adapun skor diperoleh dari hasil perkalian antara bobot dengan persentase jawaban.

(36)

24

3.5.1 Uji Validitas dan Uji Reliabilitas

Menurut Sugiyono (2005), Uji validitas dan Uji reliabilitas dilakukan agar dalam memberikan kesimpulan penelitian, nantinya tidak akan menimbulkan kekeliruan, serta tidak memberikan gambaran yang jauh berbeda dengan keadaaan yang sebenarnya. Hasil penelitian yang valid adalah jika terdapat kesesuaian antar data yang dikumpulkan dengan data sebenarnya.

Uji validitas menunjukkan sampai dimana ketepatan dan kecermatan alat ukur tersebut dalam melakukan fungsi ukurnya. Langkah-langkah dalam melakukan Uji validitas kuesioner, yaitu:

1) Mengidentifikasi secara operasional konsep yang akan diukur, yaitu dengan cara:

a. Mencari definisi, konsep dan literatur. Jika sekiranya sudah ada rumusan yang cukup rasional, maka rumusan tersebut dapat langsung dipakai, tetapi bila rumusan tersebut belum operasional, maka peneliti harus merumuskannya kembali. b. Jika dalam literatur tidak diperoleh definisi atau rumusan konsep

yang akan diukur, peneliti harus mendiskusikan dengan para ahli lain. Pendapat para ahli ini kemudian disarikan ke dalam bentuk rumusan yang operasional.

c. Menanyakan langsung kepada calon responden mengenai aspek-aspek yang menyusun pertanyaan yang operasional.

2) Melakukan uji coba skala pengukuran pada sejumlah responden. Jumlah responden minimal 30 orang, karena distribusi nilai akan lebih mendekati normal dengan asumsi kurva normal.

3) Mempersiapkan tabel tabulasi jawaban.

4) Menghitung korelasi antara skor masing-masing pertanyaan dengan total skor setiap pertanyaan dengan rumus Pearson Product Moment Corelation, yaitu:

(37)

25 Keterangan:

rxy = Korelasi antar X dan Y

n = Jumlah responden

X = Skor masing-masing pernyataan Y = Jumlah skor

5) Membandingkan angka korelasi yang diperoleh dengan angka kritik tabel korelasi nilai r. Bila nilai rhitung lebih besar dari nilai

rtabel, maka pertanyaan tersebut dapat dinyatakan valid.

Hasil data kuesioner yang dilakukan pada penelitian ini, diolah dengan bantuan program Microsoft Excell 2007 dan program SPSS 15.0. Hasil uji validitas terhadap 60 responden, menghasilkan semua nilai rhitung lebih besar nilai rtabel yaitu lebih besar dari 0,349. Hal ini

menunjukkan bahwa hasil uji validitas terhadap 60 responden dapat dinyatakan valid atau sah untuk dijadikan data dalam proses penelitian berikutnya. Taraf kesalahan yang digunakan yaitu sebesar 5% (0,361). Hasil uji validitas data kuesioner dapat dilihat pada Lampiran 2.

Uji reliabilitas adalah suatu nilai yang menunjukkan konsistensi suatu alat ukur di dalam mengukur gejala yang sama. Hal ini dilakukan untuk mengetahui konsistensi atau keteraturan hasil pengukuran suatu instrumen apabila instrumen tersebut digunakan lagi sebagai alat ukur suatu objek atau responden. Jika alat ukur dinyatakan sahih, selanjutnya reliabilitas alat ukur tersebut diuji. Untuk mengukur reliabilitas alat ukur digunakan teknik Alpha cronbach sebagai berikut:

r''= (k − 1 * +1 − k ∑ σσ

-# . ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ (/)

Keterangan:

r11 = Reliabilitas instrumen

k = Banyaknya butir pertanyaan ∑σ2 = Jumlah ragam butir

(38)

26

Reliabilitas suatu konstruk variabel dikatakan baik jika memiliki nilai Cronbach’s Alpha lebih besar dari 0,05 atau tingkat kepercayaan sebesar 95%, nilai rtabel yang diperoleh yaitu sebesar 0,349. Hasil

perhitungan 60 responden terhadap pelaksanaan GTO dihasilkan nilai alpha sebesar 0,751 dan nilai alpha yang dihasilkan terhadap faktor-faktor produktivitas kerja sebesar 0,695. Berdasarkan hasil kuesioner penelitian yang telah diperoleh, maka dapat disimpulkan bahwa kuesioner yang telah disebarkan sudah reliable, sehingga kuesioner dapat diandalkan sebagai alat ukur dalam penelitian ini. Hasil perhitungan uji reliabilitas penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Hasil Uji Reliabilitas Pelaksanaan GTO dan Faktor-faktor Produktivitas Kerja

3.5.2 Analisis Persepsi

Analisis persepsi dilakukan dengan mengelompokkan jawaban responden masing-masing dengan kriteria skala 1 sampai 5. Cara perhitungan skor rataan adalah sebagai berikut:

0 = ∑ 1∑ 12 . 42

2 ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ (5)

Keterangan:

X = Bobot skor rataanoti

fi = Frekuensi pada kategori ke-i

wi = Bobot untuk kategori ke-i (1 sampai dengan 5)

Hasil nilai skor rataan kemudian ditentukan skala tiap komponen dengan menggunakan rumus rentang skala (1-5). Nilai skor rataan yang didapat adalah sebesar 0,8. Hal ini didapatkan dari hasil perhitungan rumus sebagai berikut:

Reliability Statistics

,695 20

Cronbach's

Alpha N of Items

Reliability Statistics

,751 15

Cronbach's

Alpha N of Items

(39)

27

67 = ( 8 − 1 )8 ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ (9)

R7 = ( 5 − 1 )5 = 0,8

Keterangan:

Rs = Rentang skala

m = Jumlah alternatif jawaban tiap item

[image:39.595.170.514.330.515.2]

Nilai skor rataan yang dihasilkan dari perkalian antara bobot nilai jawaban berdasarkan skala dengan jumlah jawaban responden, kemudian dibagi dengan jumlah responden. Berdasarkan nilai skor rataan tersebut, maka posisi keputusan penilaian memiliki rentang skala yang dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Posisi Keputusan Penilaian

Skor Ratan Keterangan

1,00 – 1,80 Sangat Tidak Setuju, Sangat Tidak Sering, Sangat Tidak Sanggup, Sangat Tidak Mampu, Sangat Tidak Sesuai

1,80 – 2,60 Tidak Setuju, Tidak Sering, Tidak Sanggup, Tidak Mampu, Tidak Sesuai

2,60 – 3,40 Cukup Setuju, Cukup Sering, Cukup Sanggup, Cukup Mampu, Cukup Sesuai

3,40 – 4,20 Setuju, Sering, Sanggup, Mampu, Sesuai

4,20 – 5,00 Sangat Setuju, Sangat Sering, Sangat Sanggup, Sangat Mampu, Sangat Sesuai

Sumber: Umar, 2005

(40)

28

rentang 4,2 sampai 5,0 maka pelaksanaan GTO dan faktor-faktor produktivitas kerja dikatakan sangat baik.

3.5.3 Uji F

Uji F digunakan untuk menguji secara serentak apakah setiap variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen. Menurut Sugiyono (2005) rumus yang digunakan Uji F adalah:

F = (1 − $R )$ (n − k − 1)R k⁄ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ (?)

Keterangan:

R = Koefisien korelasi ganda k = Jumlah variabel independen n = Jumlah anggota contoh

Taraf nyata (α) yang digunakan 5 % Hipotesis yang digunakan adalah:

Ho : Pelaksanaan GTO (Gardu Tol Otomatis) dan Faktor-faktor

produktivitas kerja, tidak berpengaruh nyata terhadap karyawan operasional.

H1 : Pelaksanaan GTO (Gardu Tol Otomatis) dan Faktor-faktor

produktivitas kerja, berpengaruh nyata terhadap karyawan operasional.

Pengambilan keputusan dengan Uji F dilakukan apabila suatu faktor X akan mempengaruhi Y secara bersama-sama yang dapat dilihat dari nilai Fhitung. Jika nilai Fhitung lebih besar dari nilai Ftabel,

maka minimal ada satu X yang mempengaruhi Y. Sedangkan jika nilai Fhitung lebih kecil dari Ftabel, maka dipastikan tidak ada satu pun X yang

mempengaruhi Y. Keputusan diambil dengan ketentuan sebagai berikut:

Tolak Ho : Jika nilai F hitung > nilai F tabel

(41)

29

3.5.4 Uji t

Uji t digunakan untuk menguji konstanta dari setiap variabel independen. Hal ini berarti bahwa Uji t dapat mengetahui apakah peubah bebas secara individu mempunyai pengaruh yang berarti terhadap peubah respon (Sugiyono, 2005). Rumus yang digunakan untuk mencari nilai thitung adalah:

tA-BC D E Sbb

-- ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯⋯ ⋯ ⋯⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ (H)

Keterangan:

bt = Koefisien regresi masing-masing variabel

Sbi = Simpangan baku dari bi

SIE JK

L∑MKN (∑ O)P #

⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ (Q)

Hipotesis yang digunakan adalah:

Ho : Pelaksanaan GTO (Gardu Tol Otomatis) dan Faktor-faktor

produktivitas kerja, tidak berpengaruh nyata terhadap karyawan operasional.

H1 : Pelaksanaan GTO (Gardu Tol Otomatis) dan Faktor-faktor

produktivitas kerja, berpengaruh nyata terhadap karyawan operasional.

Pengambilan keputusan dengan Uji t, dilakukan apabila suatu faktor X akan mempengaruhi Y, jika nilai thitung lebih besar dari nilai

ttabel atau nilai probabilitas hitung lebih kecil dari α (α = 5%). Pengaruh

disini berarti bahwa terjadi penolakan terhadap H0. Sedangkan

sebaliknya apabila nilai thitung lebih kecil dari nilai ttabel atau nilai

probabilitas hitung lebih besar dari α (α = 5%), yang menunjukkan faktor X tidak memiliki pengaruh terhadap faktor Y. Keputusan hipotesis diambil dengan ketentuan sebagai berikut:

Tolak Ho : Jika nilai t hitung > nilai t tabel atau nilai P value < α

(42)

30

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum PT Jasa Marga (Persero) Tbk

Jasa Marga berdiri dengan nama PT Jasa Marga (Indonesia Highway Corporation) berdasarkan Akta No. 1 pada tanggal 1 Maret 1978, kemudian berubah menjadi PT Jasa Marga (Persero) berdasarkan Akta Nomor 187 pada tanggal 19 Mei 1981 di hadapan notaris Kartini Muljadi, SH. Pendirian Jasa Marga telah sesuai dengan Undang-undang No. 9 Tahun 1969, tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 1 Tahun 1969 tentang Bentuk-bentuk Usaha Negara menjadi Undang-undang, Peraturan Pemerintah No.12 Tahun 1969 tentang Perusahaan Jasa Marga (Persero) dan Peraturan Pemerintah No.4 Tahun 1978 tentang Penyertaan Modal Negara Republik Indonesia dalam Pendirian Perusahaan Jasa Marga (Persero) di bidang Pengelolaan, Pemeliharaan dan Pengadaan Jaringan Jalan Tol serta Surat Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 90/KMK 06/1978 tanggal 27 Februari 1978 tentang Penetapan Modal Perusahaan Perseroan PT Jasa Marga (Persero) di bidang jalan tol.

Anggaran Dasar Perseroan mengalami perubahan berdasarkan Akta Pernyataan Keputusan Rapat Nomor 27 (12 September 2007) yang dibuat di hadapan Notaris Poerbaningsih Adi Warsito, SH oleh karena Perseroan akan mengembangkan skala usaha melalui Penawaran Umum Perdana Saham kepada masyarakat, sehingga nama Perseroan diubah menjadi “Perusahaan Perseroan (Persero) PT Jasa Marga (Indonesia Highway Corporatama) Tbk” atau disingkat PT Jasa Marga (Persero) Tbk. Pada tanggal 12 November 2007, perusahaan telah mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia untuk menjadi perusahaan terbuka, dimana pemerintah melepaskan 30% sahamnya kepada masyarakat.

(43)

31

Visi PT Jasa Marga (Persero) Tbk yaitu, Menjadi perusahaan modern dalam bidang pengembangan dan pengoperasian jalan tol, menjadi pemimpin dalam industri jalan tol dengan mengoperasikan mayoritas jalan tol di Indonesia, serta memiliki daya saing yang tinggi di tingkat nasional dan regional. Sedangkan Misi perusahaan yaitu, Menambah panjang jalan tol secara berkelanjutan, sehingga perusahaan menguasai paling sedikit 50% panjang tol di Indonesia dan usaha terkait yang lainnya, dengan memaksimalkan pemanfaatan potensi keuangan perusahaan dan meningkatkan mutu serta efisiensi jasa pelayanan jalan tol melalui penggunaan teknologi yang optimal dan penerapan kaidah-kaidah manajemen perusahaan modern dengan tata kelola yang baik.

4.2. PT Jasa Marga (Persero) Tbk Cabang Purbaleunyi

Cabang Purbaleunyi merupakan salah satu cabang dari sembilan cabang yang dimiliki PT Jasa Marga (Persero) Tbk, yang menghubungkan ruas tol antara Purwakarta, Bandung dan Cileunyi. Perkembangan Cabang Purbaleunyi diawali dengan pembangunan jalan tol Padaleunyi (Padalarang-Cileunyi) pada tahun 1990 yang menghubungkan Padalarang menuju Cileunyi sepanjang 63,9 km dan dilanjutkan pembangunan tol Cipularang (2003) yang melintasi Cikampek menuju Padalarang sepanjang 58,5 km. Keberadaan Tol Cipularang membuat waktu tempuh perjalanan dari Jakarta menuju Bandung ataupun sebaliknya menjadi lebih cepat, yaitu sekitar dua jam dari waktu tempuh semula empat jam melalui Puncak atau Purwakarta.

(44)

32

[image:44.595.109.514.315.699.2]

Struktur organisasi merupakan suatu kerangka dasar dalam manajemen perusahaan yang menunjukan adanya hubungan antara berbagai perusahaan, tanggung jawab, wewenang serta tugas kepada unit-unit organisasi yang dibentuk untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan dan merupakan alat manajemen untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan perusahaan. Struktur organisasi pada PT Jasa Marga (Persero) Tbk Cabang Purbaleunyi, merupakan cabang dengan tipe A sesuai dengan Surat Keputusan Direksi PT Jasa Marga (Persero) Tbk Nomor: 92/KPTS/2006 Tanggal 29 Juni 2006 (Gambar 2). Rincian mengenai jumlah karyawan yang terdapat pada PT Jasa Marga (Persero) Tbk Cabang Purbaleunyi dapat dilihat pada Tabel 6.

Gambar 2. Struktur Organisasi PT Jasa Marga (Persero) Tbk Cabang Purbaleunyi

Kepala Cabang Kabang Tol Kopo Kabang Tol Moh. Toha Kabang Tol Pasir Koja Kabang Tol Bh. Batu Kabang Tol Pasteur Kabang Tol Padalarang Kabang Tol Sadang & Jatiluhur Kabang Tol Cileunyi Kabang Tol Baros Ka. Sub. Bag. Logistik Ka. Sub. Bag. Umum Ka. Sub. Bag. SDM Ka. Bag. SDM

& Umum

Ka. Sub. Bag. PU

Ka. Bag. Pengumpul Tol

Ka. Sub. Bag. Pengawas. Pengendalian & Evaluasi PT

Ka. Bag. Pelayanan Lalin &Kamtib

Ka. Sub. Bag. Pelayanan & Keselamatan

Lalin Ka. Sub. Bag. Kamtib Ka. Sub. Bag.

Manaj. Lalin

Ka. Sub. Bag. Pengawas, Pengendalian & Pemeliharaan

Ka. Sub. Bag. Program Pemeliharaan

Ka. Bag. Pemeliharaa

Ka. Sub. Bag. Akutansi & Perpajakan Ka. Sub. Bag.

(45)
[image:45.595.143.504.114.302.2]

33

Tabel 6. Jumlah Karyawan Operasional PT Jasa Marga (Persero) Tbk Cabang Purbaleunyi.

Karyawan Cabang Purbaleunyi Jumlah karyawan

Kepala Cabang 1

Bagian SDM 12

Bagian Umum 9

Bagian Keuangan 13

Bagian Logistik 9

Bagian Pengumpul Tol 286

Bagian Lalin & Kamtib 127

Bagian Pemeliharaan 117

Bagian PU dan PKBL 5

Karyawan Outsourching 14

Jumlah 593

Sumber: PT Jasa Marga (Persero) Tbk Cabang Purbaleunyi (2010)

Tugas dan wewenang jabatan fungsional dari struktur organisasi pada PT Jasa Marga (Persero) Tbk Cabang Purbaleunyi adalah sebagai berikut:

1.Kepala Cabang

Fungsi pokok dari Kepala Cabang yaitu melakukan kegiatan operasional Cabang yang meliputi pengelolaan sumber daya manusia beserta sarana pendukungnya, operasional pengumpul tol, perencanaan, pembangunan, pelayanan serta pemeliharaan jalan tol. Kepala Cabang membawahi beberapa bagian yaitu, Kepala Bagian SDM dan Umum, Kepala Bagian Keuangan, Kepala Bagian Pengumpulan Tol, Kepala Bagian Pelayanan Lalu Lintas dan Keamanan Ketertiban, serta Kepala Bagian Pemeliharaan.

2.Kepala Bagian Sumber Daya Manusia dan Umum

Memiliki fungsi pokok yaitu melaksanakan kegiatan pengelolaan SDM, ketatausahaan, pengadaan barang atau jasa, pengembangan usaha serta pembinaan usaha kecil dan koperasi di lingkungan Cabang. Kepala Bagian SDM membawahi:

a.Sub Bagian Sumber Daya Manusia

(46)

34 b.Sub Bagian Umum

Memiliki fungsi pokok yaitu melakukan kegiatan ketatausahaan dan kerumahtanggaan Cabang sesuai dengan peraturan yang ditetapkan. c.Sub Bagian Logistik

Memiliki fungsi pokok yaitu melakukan kegiatan berupa pengadaan barang atau jasa dan administrasi barang, tanah dan bangunan Cabang. d.Sub Bagian Pengembangan Usaha

Memiliki fungsi pokok yaitu melakukan kegiatan pengembangan usaha yang berkaitan dengan penyelenggaraan usaha jalan tol serta pembinaan usaha kecil dan koperasi yang berlokasi disekitar Cabang. 3. Kepala Bagian Keuangan

Memiliki fungsi pokok yaitu melaksanakan kegiatan dalam bidang keuangan dan akuntansi untuk mendukung kelancaran operasional sesuai dengan pelaksanaan, peraturan dengan tingkat kewenangan yang telah ditetapkan. Kepala Bagian Keuangan membawahi:

a. Sub Bagian Akuntansi dan Perpajakan

Memiliki fungsi pokok yaitu melaksanakan kegiatan pembukuan transaksi keuangan beserta perhitungan pajak sesuai dengan pedoman akuntansi yang telah ditetapkan serta menyusun laporan keuangan. b. Sub Bagian Anggaran

Memiliki fungsi pokok yaitu melaksanakan kegiatan penyusunan dan pengendalian rencana kerja dan anggaran tahunan Cabang serta pengelolaan dana operasi atau kerja Cabang sesuai dengan pedoman atau tata laksana dan tingkat kewenangan yang telah ditetapkan. 4. Kepala Bagian Pengumpul Tol

Memiliki fungsi pokok yaitu melaksanakan kegiatan pengendalian operasional pengumpulan tol sesuai prosedur operasional yang telah ditetapkan. Kepala Bagian Pengumpul Tol membawahi:

a. Kepala Gerbang Tol

(47)

35

Kepala Gerbang Tol membawahi Kepala Shift Pengumpulan Tol (KSPT). KSPT merupakan petugas shift operasi gerbang tol yang mengatur pelayanan dan pengendalian di gerbang tol sesuai shift kerja petugas pengumpul tol. Petugas pengumpul tol merupakan petugas shift operasional gerbang tol yang secara langsung menangani transaksi tol dengan pemakai jalan. Petugas pengumpul tol yang ada pada PT Jasa Marga (Persero) Tbk Cabang Purbaleunyi terdiri dari karyawan tetap dan karyawan outsourcing. Minimnya petugas pengumpul tol, menyebabkan pihak manajemen melakukan penambahan karyawan dengan outsourcing.

b. Sub Bagian Pengawas Pengendalian dan Evaluasi Pengumpulan Tol Memiliki fungsi pokok yaitu melakukan kegiatan pengumpulan tol, pemantauan dan evaluasi data hasil operasional pengumpulan tol di gerbang-gerbang tol serta penyediaan dan pemeliharaan sarana pengumpul tol sesuai dengan prosedur operasional yang telah ditetapkan.

5. Kepala Bagian Pelayanan Lalu Lintas dan Keamanan Ketertiban

Memiliki fungsi pokok yaitu menyelenggarakan kegiatan pelayanan, pengaturan, keamanan dan ketertiban serta pengendalian lalu lintas di seluruh wilayah operasional jalan tol, penyusunan usulan Standard Operation Prosedur (SOP), menajemen dan rekayasa teknis lalu lintas

dalam rangka penanganan gangguan perjalanan, pengaturan lalu lintas, pengelolaan informasi dan komunikasi dengan menggunakan sumber daya yang ada, serta memperhatikan Standar Pelayanan Minimum (SPM) jalan tol yang telah ditentukan. Kepala Bagian Pelayanan Lalu Lintas dan Keamanan Ketertiban membawahi:

a.Sub Bagian Manajemen Lalu Lintas

(48)

36

melakukan analisa dan evaluasi volume lalu lintas, data kecelakaan lalu lintas, standar kebutuhan sarana operasional pelayanan lalu lintas, serta standar pelayanan minimal jalan tol.

b.Sub Bagian Keamanan dan Ketertiban

Memiliki fungsi pokok yaitu melakukan kegiatan pengamanan asset perusahaan di Cabang meliputi tanah, jalan, bangunan, dan sarana pelengkap peralatan dan asset lainnya.

c. Sub Bagian Pelayanan dan Keselamatan Lalu Lintas

Memiliki fungsi pokok yaitu menyelenggarakan kegiatan pelayanan, pengaturan dan keselamatan berlalu lintas di jalan tol. Keselamatan berlalu lintas di jalan tol meliputi penanganan gangguan, hambatan perjalanan, kecelakaan, penderekan, serta informasi dan komunikasi termasuk prosedur pengoperasian kendaraan patroli, kendaraan dan peralatan rescue, kendaraan ambulans dan peralatan medis, kendaraan derek, pengelolaan dan pengoperasian sentral komunikasi, serta sarana peralatan pendukung lainnya.

6. Kepala Bagian Pemeliharaan

Memiliki fungsi pokok yaitu melakukan kegiatan pemeliharaan jalan tol, bangunan dan sarana pelengkap lainnya serta elektronik dan kelistrikan untuk mendukung operasional di Cabang.

a. Sub Bagian Program Pemeliharaan

Memiliki fungsi pokok yaitu melaksanakan kegiatan inspeksi, perencanaan, persiapan pemeliharaan prasarana operasi jalan tol dan jalan penghubung, bagian-bagian jalan tol, perlengkapan jalan tol, bangunan pelengkap jalan tol dan sarana penunjang pengoperasian jalan tol.

b.Sub Bagian Pengawas Pengendalian dan Pemeliharaan

(49)

37 4.3. Gugus Kendali Mutu Pasteur

Gugus Kendali Mutu (GKM) Pasteur merupakan kelompok kerja yang berada pada sub unit operasional pengumpul tol di Gerbang tol Pasteur pada PT Jasa Marga (Persero) Tbk Cabang Purbaleunyi. Pembentukan GKM Pasteur dilakukan pada tanggal 10 Juni 2005 yang terdiri dari enam anggota kelompok yaitu fasilitator (Kepala Gerbang Tol Pasteur), ketua (Kepala Shift Pengumpul Tol 1), sekretaris (Kepala Shift Pengumpul Tol 2) dan tiga orang anggota GKM yang merupakan Petugas Pengumpul Tol. Keberadaan kelompok Gugus Kendali Mutu pada Cabang Purbaleunyi terdapat di setiap unit Gerbang Tol. Hal ini dilakukan, dalam rangka menerapkan sistem mutu yang sesuai dengan standar ISO 9001:2000 dalam setiap proses kegiatan manajemen maupun kegiatan operasional pada PT Jasa Marga (Persero) Tbk Cabang Purbaleunyi. Upaya untuk mendukung komitmen tersebut, maka PT Jasa Marga (Persero) Tbk menetapkan kebijakan mutu sebagai berikut: 1. Mengusahakan jasa pelayanan yang bermutu tinggi untuk memenuhi

kelancaran, keamanan dan kenyamanan pelanggan.

2. Mendorong seluruh karyawan untuk selalu meningkatkan keterampilan dan keahlian, selalu bertanggung jawab dan tertib dalam menjalankan tugas melayani pelanggan.

3. Menyempurnakan sistem dan lingkungan kerja yang kondusif secara terus menerus ke arah yang telah efektif dan efisien untuk mendukung tercapainya mutu pelayanan.

(50)

38

[image:50.595.139.512.93.352.2]

informasi. Aksesibilitas pengaturan pelaksanaan transaksi jalan tol harus dicapai sesuai dengan Standar Pelayanan Minimum (SPM) dilakukan PT Jasa Marga (Persero) Tbk Cabang Purbaleunyi dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Aksesibilitas Standar Pelayanan Minimum (SPM)

Proses pekerjaan pengumpul tol di gardu, yaitu:

2. Gardu masuk: pengumpul tol mengoperasikan gardu, pengumpul tol melakukan transaksi menyerahkan KTM, pelanggan mengambil KTM dan pelanggan meninggalkan area transaksi dengan puas.

3. Gardu keluar: pengumpul tol mengoperasikan gardu, pelanggan menyerahkan Kartu Tanda Masuk (KTM) dan uang pembayaran, pengumpul tol melakukan transaksi dengan menerima KTM dan uang pembayaran, tanda terima transaksi yang diserahkan ke pelanggan dan pelanggan meninggalkan area transaksi dengan puas.

4.3.1 Proses Kegiatan Kerja GKM Pasteur

Proses kegiatan GKM Pasteur dalam merespon keluhan pengguna jalan tol mengenai antrian panjang kendaraan pada saat menuju Gerbang Tol Pasteur untuk bertransaksi, mulai dilakukan pada bulan September 2007 sampai dengan April 2008. Gerbang Tol Pasteur merupakan gerbang tol yang paling padat dilalui oleh kendaraan, khusu

Gambar

Tabel 2.  Ciri-ciri Umum Gugus Kendali Mutu
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian
Tabel 5. Posisi Keputusan Penilaian
Gambar 2. Struktur Organisasi PT Jasa Marga (Persero) Tbk Cabang Purbaleunyi
+7

Referensi

Dokumen terkait