• Tidak ada hasil yang ditemukan

Eksplorasi Potensi Limbah Imago Ulat Sutera Liar Attacus atlas (Lepidoptera: Saturniidae)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Eksplorasi Potensi Limbah Imago Ulat Sutera Liar Attacus atlas (Lepidoptera: Saturniidae)"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

EKSPLORASI POTENSI LIMBAH IMAGO ULAT SUTERA

LIAR

Attacus atlas

(Lepidoptera: Saturniidae)

HARYATI ISTIQOMAH

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Eksplorasi Potensi Limbah Imago Ulat Sutera Liar Attacus atlas (Lepidoptera: Saturniidae) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Oktober 2014

Haryati Istiqomah

(4)

ABSTRAK

HARYATI ISTIQOMAH. Eksplorasi Potensi Limbah Imago Ulat Sutera Liar

Attacus atlas (Lepidoptera: Saturniidae). Dibimbing oleh DAMIANA RITA EKASTUTI dan USAMAH AFIFF.

Ulat Sutera Liar Attacus atlas merupakan plasma nutfah asli Indonesia yang tersebar dari Aceh hingga Papua. Budidaya ulat sutera liar Attacus atlas telah mulai dilakukan seiring dengan pemintaan pasar yang tinggi terhadap kokon ulat tersebut. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui potensi limbah imago yang dihasilkan oleh budidaya ulat sutera liar Attacus atlas sebagai sumber bahan pakan alternatif dan potensi sebagai antimikroba. Uji yang dilakukan adalah analisis proksimat dan uji antimikroba dengan menggunakan metode difusi cakram. Hasil uji menunjukkan bahwa imago ulat sutera liar Attacus atlas

mengandung protein 75.57%, lemak 5.94%, abu 3.80%, dan 14.64% bahan ekstrak tanpa nitrogen dari bahan kering. Hasil ekstrak imago Attacus atlas

berwarna coklat, berbentuk gel, berupa lemak yang berpotensi sebagai sumber lemak hewani. Ekstrak etanol 96% imago Attacus atlas tidak menunjukkan adanya aktivitas antibakteri terhadap bakteri Escherichia coli, Pseudomonas sp, Streptococcus, maupun Staphylococcus.

Kata kunci: Attacus atlas, antimikroba, imago, kandungan nutrisi

ABSTRACT

HARYATI ISTIQOMAH. Potential Exploration of Waste Wild Silkworm Imago

Attacus atlas (Lepidoptera: Saturniidae). Supervised by DAMIANA RITA EKASTUTI dan USAMAH AFIFF.

Wild Silkworm Attacus atlas is an Indonesian native germplasm from Aceh to Papua. Cultivation of wild silkworm Attacus atlas has started in line with the high market demand on the caterpillar cocoon. The purpose of this study was to determine the potential of imago waste produced by cultivation of wild silkworm Attacus atlas as a source of alternative feed ingredients and the potency as antimicrobial. Proximate analysis was done to find out nutrition in imago of

Attacus atlas, antimicrobial testing using the disk method. The results of the proximate analysis test imago silkworm Attacus atlas shows that the imago contains 75.57% protein, 5.94% fat, 3.80% ash, and 14.64% crude fiber from dry matter. Attacus atlas imago extract is brown, gel, fat as a potential source of animal fat. Antimicrobial test from 96% ethanol extract of imago Attacus atlas

with the disk method showed no antibacterial activity against Escherichia coli, Pseudomonas, Streptococcus, and Staphylococcus.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan

pada

Fakultas Kedokteran Hewan

EKSPLORASI POTENSI LIMBAH IMAGO ULAT SUTERA

LIAR

Attacus atlas

(Lepidoptera: Saturniidae)

HARYATI ISTIQOMAH

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)
(7)

Judul : Eksplorasi Potensi Limbah Imago Ulat Sutera Liar Attacus atlas

(Lepidoptera: Saturniidae) Nama : Haryati Istiqomah

NIM : B04100199

Disetujui oleh

Dr Drh Damiana Rita Ekastuti, MS AIF Pembimbing I

Drh Usamah Afiff, MSc Pembimbing II

Diketahui oleh

Drh Agus Setiyono, MS PhD APVet Wakil Dekan

(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanhu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga skripsi berjudul Eksplorasi Limbah Imago Ulat Sutera Liar Attacus atlas ini berhasil diselesaikan. Penelitian ini dimulai sejak Desember 2013 hingga April 2014 di Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada Dr Drh Damiana Rita Ekastuti, MS AIF dan Drh Usamah Afiff, MSc selaku pembimbing yang telah banyak memberikan saran, masukan dan semangat kepada penulis. Terimakasih penulis sampaikan kepada seluruh Staf bagian Mikrobiologi dan Fisiologi yang telah membantu selama penelitian. Ungkapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada keluarga besar, Bapak, Mamak, mbak Hati, Mas Heri dan Ghani Akbar Habibie atas doa dan dorongan untuk kelancaran dan kemudahan selama penulis menempuh pendidikan sarjana, Danny Hidayat alm yang menjadi motivasi penulis selama ini, Nazula Shafriani atas segala bantuan dan motivasinya. Tak lupa penulis juga menyampaikan terimakasih kepada penghuni 420 (Mirma, Ocha dan Nilam), sahabat (Tita, Fajar, Uni Windy, Mira, Alyafie), keluarga Acromion 47, keluarga besar A19 A20 yang senantiasa mendukung dan membantu penulis selama menempuh pendidikan di Institut Pertanian Bogor.

Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang diberikan. Akhir kata semoga penulisan skripsi ini dapat memberikan manfaat.

Bogor, Oktober 2014

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 1

Tujuan Penelitian 1

Manfaat Penelitian 1

TINJAUAN PUSTAKA 2

METODE 5

Bahan dan alat 5

Metode Penelitian 5

HASIL DAN PEMBAHASAN 6

SIMPULAN DAN SARAN 10

Simpulan 10

Saran 10

DAFTAR PUSTAKA 13

(10)

DAFTAR TABEL

1 Hasil uji kandungan nutrien imago Attacus atlas 6

2 Hasil uji ekstrak imago Attacus atlas 8

DAFTAR GAMBAR

1 Siklus hidup Attacus atlas 3

(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan negara tropis yang kaya akan plasma nutfah, salah satunya adalah ulat sutera Attacus atlas. Hewan penghasil benang sutera ini tersebar di seluruh wilayah Indonesia dari Aceh hingga Papua. Saat ini, ulat sutera

Attacus atlas mulai dibudidayakan oleh masyarakat untuk diambil kokonnya. Kokon ulat sutera Attacus atlas dapat menghasilkan benang sutera setelah dipintal. Kualitas benang sutera yang dihasilkan dari ulat sutera Attacus atlas jauh lebih baik dibanding benang sutera dari ulat sutera Bombyx mori. Selain itu, harga benang sutera yang dihasilkan dari ulat sutera Attacus atlas jauh lebih tinggi dibanding benang sutera dari ulat sutera Bombyx mori. Selain menghasilkan benang sutera, budidaya ulat sutera Attacus atlas juga berpotensi menghasilkan limbah, salah satunya adalah imago dari Attacus atlas yang mati setelah bertelur. Limbah berupa imago tersebut dapat menimbulkan polusi lingkungan akibat degradasi limbah yang cenderung lambat. Selain itu limbah juga menyebabkan gangguan kesehatan berupa gangguan pernafasan akibat serbuk-serbuk halus yang terdapat pada imago. Penelitian mengenai Attacus atlas belum banyak dilakukan, padahal sutera Attacus atlas banyak diminati karena mempunyai nilai ekonomi yang tinggi.

Pakan adalah makanan yang diberikan kepada ternak atau hewan peliharaan. Pakan merupakan faktor utama dalam manajemen peternakan dan pemeliharaan. Sumber pakan yang berkualitas tentu sangat mempengaruhi produksi ternak. Pakan yang berkualitas baik akan menghasilkan produksi dan reproduksi yang baik pula. Menurut Moreki et al. (2012) berbagai jenis serangga telah digunakan sebagai salah satu sumber pakan alternatif. Salah satu jenis serangga yang dapat dijadikan sumber pakan alternatif adalah belalang, menurut Farida et al. (2008) belalang mempunyai kadar protein sebesar 70.26%. Selain belalang, tepung pupa juga dapat dijadikan sumber protein alternatif pengganti tepung ikan (Mangisah et al. 2002). Penelitian mengenai kandungan nutrien imago Attacus atlas

sebelumnya belum pernah dilakukan. Sebelum menggunakan sebuah bahan untuk dijadikan sumber pakan perlu diketahui terlebih dahulu kandungan dalam bahan pakan tersebut. Analisis proksimat adalah analisis untuk menentukan presentase nutrien dalam bahan pakan berdasarkan sifat kimianya seperti kadar air, protein, lemak, ekstrak bebas nitrogen, dan abu. Maka pada penelitian ini dilakukan analisis proksimat untuk mengetahui kandungan nutrien dari imago Attacus atlas

sehingga dapat digunakan sebagai sumber alternatif protein murah.

Menurut Faatih (2005) kokon sutera Attacus atlas mengandung antimikroba. Namun belum pernah diteliti apakah dalam imago juga terdapat zat antimikroba. Berdasarkan hal tersebut penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi imago

Attacus atlas sebagai antimikroba.

Tujuan

(12)

2

Manfaat

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai potensi limbah imago sebagai sumber bahan pakan alternatif dan sumber antimikroba yang berasal dari hewan. Selain itu penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan kepustakaan mengenai ulat sutera liar Attacus atlas.

TINJAUAN PUSTAKA

Attacus atlas

Ulat sutera liar Attacus atlas banyak ditemukan di hutan-hutan tropis dan subtropis seperti di Asia Tenggara, Asia bagian Selatan, Asia Timur daerah selatan China, Malaysia, Thailand dan Indonesia (Peigler 1989). Klasifikasi

Attacus atlas menurut Peigler (1989) sebagai berikut : Kingdom : Animalia

Filum : Arthopoda Kelas : Insekta Ordo : Lepidoptera

Famili : Saturniidae

Genus : Attacus (Linnaeus) Spesies : Attacus atlas (Linnaeus)

Attacus atlas (Lepidoptera: Saturniidae) adalah salah satu serangga yang memiliki ukuran imago sangat besar dan atraktif. Masyarakat sering menyebut imago Attacus atlas sebagai kupu-kupu gajah. Imago atau ngengat ini aktif di malam hari. Menurut Allex (2013) imago betina Attacus atlas memiliki ciri-ciri antena yang lebih kecil dibandingkan dengan imago jantan. Tubuh imago betina lebih besar dibanding imago jantan, begitu juga dengan bentang sayapnya. Bentangan sayap iamgo jantan 15-22 cm sedangkan sayap imago betina 16,25-24 cm (Awan 2007).

(13)

3

Gambar 1

Dimodifikasi dari (Chin 2012) http://butterflycircle.blogspot.com

Serangga sebagai Pakan Ternak

Pakan merupakan satu hal yang sangat penting di dalam peternakan, keberhasilan suatu usaha peternakan sangat bergantung dari manajemen pakan. Beberapa aspek penting dalam penyusunan pakan dengan mutu yang baik adalah bahan baku, standar kebutuhan nutrien ternak, teknik pengolahan, formulasi dan teknik pencampuran serta kontaminan (Achmadi 2007). Pakan yang seimbang dapat disusun dengan analisa seluruh bahan pakan yang akan digunakan sebagai bahan penyusun. Untuk memilih bahan pakan yang akan digunakan dalam penyusunan pakan perlu diketahui dahulu kandungan zat makanan dalam bahan tersebut. Pakan ternak yang baik harus mengandung semua nutrien yang dibutuhkan oleh tubuh ternak antara lain karbohidrat, lemak, protein, vitamin, air, mineral dan unsur anorganik.

Karbohidrat, protein dan lemak merupakan komponen utama yang harus terdapat dalam pakan ternak. Karbohidrat adalah zat organik utama penyusun pakan yang berasal dari tumbuhan. Hampir 50% hingga 75% bahan kering asal tumbuhan adalah karbohidrat. Karbohidrat sebagian besar terdapat dalam biji, buah dan akar tumbuhan. Protein adalah senyawa organik yang terdiri atas atom karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen dan terkadang sulfur serta fosfor. Protein tersusun dari serangkaian asam amino dengan berat molekul yang relatif besar (Devi 2010).

(14)

4

yang tinggi. Menurut Prasetyawati (2012) kandungan protein total kokon Cricula trifenestrata Helf. adalah sebesar 94,04%, protein fibroin 92,31%, dan protein serisin 15,20%.

Antimikroba

Antimikroba adalah substansi kimiawi yang dihasilkan oleh suatu mikroorganisme, yang mempunyai kemampuan untuk menghambat pertumbuhan atau membunuh mikroorganisme lain (Dorland 1995). Alexander Fleming adalah penemu antimikroba generasi pertama pada tahun 1927, antimikroba tersebut adalah penisilin. Terdapat dua jenis antimikroba, yaitu antimikroba sintetis dan antimikroba non sintetis. Antimikroba sintetis adalah antimikroba yang diperoleh dari atau dibentuk dan dihasilkan mikroorganisme yang pada umumnya adalah jamur dan zat sintetis yang dalam jumlah sedikit mempunyai daya hambat atau membasmi organisme lain (Kuncoro 2009). Antimikroba sintetis mempunyai efek yang buruk bagi tubuh karena selain mematikan bakteri patogen tetapi juga mematikan bakteri yang baik bagi tubuh (Yuningsih 2007). Antimikroba alami adalah antimikroba yang diperoleh dari tumbuhan maupun hewan. Penghambatan terhadap pertumbuhan koloni mikroba diduga disebabkan karena kerusakan yang terjadi pada komponen struktural membran sel mikroba (Purwani et al. 2009).

Menurut Ganiswara (1995) antimikroba dibedakan menjadi dua golongan, yaitu antimikroba kerja luas (broad spectrum) dan antimikroba kerja sempit (narrow spectrum). Antimikroba kerja luas mampu menghambat pertumbuhan dan mematikan bakteri gram positif maupun bakteri gram negatif. Contoh golongan ini adalah tetrasiklin, sefalosporin dan kloramfenikol. Antimikroba kerja sempit seperti streptomisin hanya aktif terhadap beberapa bakteri saja. Berdasar cara kerjanya, terdapat beberapa mekanisme kerja antimikroba yaitu (1) mengganngu metabolisme sel mikroba; (2) menghambat sintetis dinding sel mikroba; (3) mengganggu permeabilitas membran sel mikroba; (4) menghambat sintetis protein sel mikroba; dan (5) menghambat sintetis asam nukleat bakteri (Ganiswara 1995).

Antibiotik mewakili kelompok terbesar dari zat antimikroba. Antibiotik adalah zat biokimia yang diproduksi oleh mikroorganisme, yang dalam jumlah kecil dapat menghambat pertumbuhan atau membunuh mikroorganisme lain. Saat ini banyak antibiotik yang digunakan merupakan bentuk modifikasi dari produk biosintetis mikroorganisme. Seleksi antimikroba yang tepat untuk mengobati suatu penyakit tergantung dari beberapa faktor, yaitu: (1) sensitivitas mikroorganisme infektif terhadap zat antimikroba tertentu; (2) efek samping dari antimikroba; (3) biotransformasi mikroba secara in vivo; dan (5) bahan kimia yang digunakan dalam antimikroba (Harmita dan Radji 2008).

METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

(15)

5 Bagian Fisiologi Departemen Anatomi Fisiologi dan Farmakologi Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor. Uji potensi antimikroba dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Bagian Mikrobiologi Medis, Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor. Pengujian analisis proksimat dari sampel dilakukan di Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi, Institut Pertanian Bogor.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari imago Attacus atlas, biakan bakteri Gram positif dan negatif, lempengan Mueller–Hinton agar, dan etanol 96%. Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain cawan petri, kertas cakram 5 mm, pipet, tabung reaksi, pipet mikroliter, timbangan analitik, labu Erlenmeyer, spidol, bunsen, oven, evaporator dan orbital shaking incubator.

Metodologi Pengambilan sampel

Pengambilan sampel dilakukan satu kali yaitu pada tanggal 22 Desember 2013 di perkebunan teh Purwakarta, sampel yang diambil berupa kokon Attacus atlas liar. Kokon tersebut kemudian disimpan dalam suhu ruang dan ditunggu hingga menjadi imago.

Uji potensi imago Attacus atlas sebagai sumber pakan

Uji yang dilakukan adalah analisis proksimat. Sampel yang diuji berupa imago Attacus atlas yang telah dikeringkan pada suhu 60oC selama 72 jam, sampel tersebut kemudian dibuat tepung dan diuji di Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi, Institut Pertanian Bogor.

Uji potensi imago Attacus atlas sebagai antimikroba Ekstraksi sampel

Metode yang digunakan untuk mengekstrak imago adalah metode maserasi. Imago yang akan diekstrak terlebih dahulu dikeringkan dengan cara dioven pada suhu 60oC selama 72 jam. Setelah dikeringkan imago dihaluskan dengan blender kemudian diayak hingga diperoleh serbuk. Ekstraksi dilakukan dengan pelarut etanol 96%. Metode maserasi dilakukan dengan cara merendam serbuk imago dalam pelarut (etanol) dengan perbandingan 1:10 (w/v). Maserasi dilakukan selama 24 jam dengan digoyang secara teratur pada 125 rpm. Maserat yang diperoleh dipisahkan menggunakan kertas saring dan proses maserasi diulang hingga maserat yang diperoleh berwarna bening. Semua maserat yang diperoleh dikumpulkan. Maserat kemudian diuapkan dan dipekatkan menggunakan

(16)

6

Uji antimikroba

Pada penelitian ini uji antimikroba yang dilakukan menggunakan metode difusi cakram. Uji ini menggunakan kertas cakram dengan perbedaan konsentrasi ekstrak imago untuk mengetahui zona hambat ekstrak imago terhadap pertumbuhan bakteri.

Pertama lempengan agar ditandai dengan nama, tanggal, konsentrasi ekstrak imago, dan jenis bakteri. Kemudian cotton bud dicelupkan dalam biakan bakteri, bakteri digores pada seluruh permukaan lempengan agar. Untuk mendapatkan pertumbuhan merata, biakan digores secara mendatar, kemudian lempengan diputar 90o dan goresan kedua lempengan diputar 45o dan dibuat goresan ketiga. Lempeng dibiarkan mengering selama 5 menit, kemudian cakram yang telah diberi ekstrak imago dengan berbagai konsentrasi diletakkan pada permukaan lempengan. Cakram kertas ditekan dengan menggunakan pinset pada permukaan lempengan, sehingga terdapat kontak yang baik antara cakram dan permukaan lempengan agar. Lempengan agar kemudian diinkubasi pada suhu 35oC selama 24 jam. Efektivitas ekstrak imago dilihat dari zona hambat yang terbentuk, berwarna bening di sekitar kertas cakram.

Analisis Data

Analisis data menggunakan metode deskriptif.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Potensi Imago Attacus atlas sebagai Sumber Bahan Pakan

Imago Attacus atlas yang telah dibuat tepung kemudian diuji. Hasil uji kandungan nutrien imago Attacus atlas disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1 Kandungan nutrien limbah imago Attacus atlas dengan uji analisa proksimat

(17)

7 dengan tepung ikan yang hanya mengandung protein sebesar 54% (Rachmawati et al. 2010). Kandungan protein pada imago Attacus atlas juga tidak berbeda jauh dengan kandungan protein belalang. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Farida et al. (2008) menunjukkan bahwa kandungan protein kasar pada belalang adalah 70.26%. Kandungan protein imago Attacus atlas lebih tinggi jika dibandingkan dengan protein pada bungkil kedelai dan meat bone meal yaitu sebesar 49.45% dan 53.70% (Zuprizali et al. 2001). Semakin tinggi nilai protein dalam suatu bahan pakan maka pakan yang dihasilkan akan mempunyai nilai protein yang lebih tinggi pula. Protein berfungsi memperbaiki sel sel tubuh yang rusak dan membantu pertumbuhan ternak dan meningkatkan produksi ternak. Menurut Hosang (2010) bahan pakan yang mengandung protein sebesar >60% berpotensi sebagai pakan ternak.

Lemak merupakan salah satu bahan yang diperlukan oleh tubuh sebagai sumber dan cadangan energi. Selain sebagai sumber energi, lemak juga berperan sebagai pembawa vitamin A, D, E, K. Umumnya lemak yang terdapat dalam bahan makanan dan dalam cadangan lemak hewan berbentuk gliserida (Abun 2009). Imago Attacus atlas mempunyai kandungan lemak sebesar 5.94%. Kandungan lemak pada tepung imago Attacus atlas tidak berbeda jauh dengan kandungan lemak pada tepung ikan, yaitu sebesar 8.72% (Rachmawati et al. 2010). Kandungan lemak imago Attacus atlas lebih rendah jika dibandingkan dengan kandungan lemak pada tepung pupa yaitu 28.93%, kandungan lemak yang cukup tinggi pada tepung pupa akan mempengaruhi daya simpan tepung pupa karena tepung tersebut akan mudah mengalami ketengikan (Mangisah et al.

2002). Perbedaan kandungan lemak tersebut menunjukkan bahwa daya simpan imago Attacus atlas dimungkinkan lebih baik dibandingkan daya simpan tepung pupa.

Kadar abu merupakan salah satu parameter untuk mengetahui kandungan zat anorganik seperti mineral. Kadar abu diperoleh dengan cara pemanasan hingga 600oC. Imago Attacus atlas mengandung abu sebesar 3.80%, kadar tersebut lebih rendah dibandingkan kadar abu pada tepung ikan sebesar 25.72% (Rachmawati et al. 2010). Abu merupakan bahan tidak tercernakan sehingga tidak menghasilkan energi, oleh karena itu sebaiknya kandungan abu dalam bahan pakan bernilai rendah (Rachmawati et al. 2010). Kadar bahan ekstrak tanpa nitrogen pada tepung imago Attacus atlas adalah sebesar 16.64%. Bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN) terdiri dari zat-zat monosakarida, disakarida dan polisakarida yang mudah larut dalam larutan asam dan basa serta memiliki daya cerna yang tinggi (Anggorodi 1994). Bahan ekstrak tanpa nitrogen pada imago Attacus atlas dimungkinkan berasal dari lapisan kitin, menurut Makfoeld et al. (2002) kitin merupakan polimer karbohidrat yang terdiri dari N-asetil-glukosamine yang terdapat pada lapisan dinding sel kulit serangga. Glukosamine telah banyak digunakan sebagai terapi osteoarthritis pada manusia, menurut Fox dan Stephens (2007) glukosamine dapat digunakan sebagai terapi untuk gejala osteoarthritis.

(18)

8

analisis proksimatnya (Tabel 1) berdasarkan hasil tersebut imago Attacus atlas

berpotensi menggantikan tepung ikan sebagai sumber protein pada pakan. Potensi Imago Attacus atlas sebagai Antimikroba

Ekstraksi adalah penyarian zat-zat berkhasiat atau zat-zat aktif dari bagian tanaman obat, hewan dan beberapa jenis ikan termasuk biota laut (BPOM 2010). Ekstraksi dilakukan untuk mendapatkan zat aktif yang terkandung di dalam sampel. Menurut BPOM (2010), terdapat dua jenis ekstraksi yaitu ektraksi panas dan ekstraksi dingin. Maserasi merupakan salah satu cara ekstraksi dingin. Ekstraksi imago Attacus atlas dilakukan dengan metode maserasi menggunakan etanol 96%. Ekstraksi imago Attacus atlas dari berat kering sebesar 34 gram diperoleh 3.15 gram hasil ekstrak berupa gel berwarna coklat dengan tekstur menyerupai lemak. Ekstrak tersebut dapat berpotensi sebagai sumber minyak hewani yang dapat dimanfaatkan sebagai tambahan pakan, maupun kosmetik. Rendemen yang dihasilkan adalah 9.26%. Rendemen menyatakan besarnya hasil ekstraksi dalam 100% bahan ekstrak yang dinyatakan dalam persen. Rendemen dihitung dengan cara membagi jumlah hasil ekstraksi dengan jumlah total bahan sebelum diekstrak dan dikali seratus persen. Hasil ekstrak dipengaruhi oleh jenis dan perbandingan penyari, suhu serta lama ekstraksi (Amiarsi 2006; Nugroho 2012). Berdasarkan nilai hasil rendemennya, ekstrak imago Attacus atlas dapat berpotensi sebagai sumber energi, sumber lemak hewani untuk farmasi maupun kosmetika. Hasil ekstraksi kemudian digunakan untuk uji antimikroba dengan metode difusi cakram. Pada uji ini digunakan lempengan agar yang telah disemai bakteri. Penghambatan pertumbuhan mikroorganisme terlihat sebagai wilayah jernih di sekitar pertumbuhan mikroorganisme (Lay 1994).

Tabel 2 Diameter hambat ekstrak etanol 96% imago Attacus atlas

(19)

9

A B

C D

Gambar 2 Hasil uji ekstrak etanol 96% imago Attacus atlas dengan menggunakan pelarut dimethyl sulfoxide, etanol maupun akuades pada bakteri (A)

Pseudomonas, (B) Staphylococcus, (C) E. coli, (D) Streptococcus

Uji antimikroba pada bakteri Escherichia coli, Pseudomonas sp, Streptococcus, maupun Staphylococcus terhadap ekstrak Attacus atlas dengan menggunakan metode Kirby Bauer tidak menunjukkan adanya daya hambat pertumbuhan bakteri. Hasil uji antimikroba yang dilakukan terhadap keempat bakteri tidak berbeda dengan kontrol. Hal ini terlihat dari tidak adanya zona bening di sekitar kertas cakram. Berdasarkan hasil uji antimikroba pada Tabel 2 menunjukkan bahwa tidak adanya perbedaan hasil antara ekstrak imago Attacus atlas dengan pelarut dimethyl sulfoxide, etanol maupun akuades. Ekstrak imago

Attacus atlas dengan menggunakan penyari etanol 96% dan uji metode difusi cakram tidak mempunyai daya hambat terhadap bakteri tersebut dimungkinkan karena hasil ekstraksi masih berupa ekstrak kasar sehingga zat aktif yang terkandung dalam imago tidak dapat bekerja maksimal.

(20)

10

menggunakan berbagai penyari untuk mengetahui efektivitas antimikroba dari ekstrak imago Attacus atlas dan perlu diketahui jenis senyawa bioaktif pada imago Attacus atlas.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Limbah budidaya ulat sutera liar Attacus atlas berupa imago dapat berpotensi sebagai sumber protein untuk pakan ternak. Ekstrak imago Attacus atlas berbentuk gel berwarna coklat berupa lemak yang berpotensi sebagai sumber lemak hewani. Ekstrak imago Attacus atlas dengan penyari etaanol 96% yang diuji menggunakan metode difusi cakram tidak menunjukkan adanya aktivitas penghambatan terhadap bakteri Escherichia coli, Pseudomonas sp, Streptococcus,

maupun Staphylococcus.

Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai potensi limbah imago

Attacus atlas sebagai sumber glukosamine serta aktivitas antimikroba ekstrak imago Attacus atlas dari berbagai penyari.

DAFTAR PUSTAKA

Abun. 2009. Lipid dan asam lemak pada unggas dan monogastrik [bahan ajar]. Jatinangor (ID): Universitas Padjadjaran. [diunduh 2014 Juli 08]. Tersedia pada: http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/10/lipid_dan_asam_lemak.pdf. Achmadi J. 2007. Kualitas pakan ternak yang baik dan aman untuk mendukung

kesuksesan usaha peternakan. Pertemuan Koordinasi Peternak, Pabrik Pakan,

Pengawas Mutu Pakan dan Dinas Terkait yang Menangani Fungsi Peternakan di Jawa Tengah; 2007 April 19; Ungaran. Semarang (ID): [Balai Pengujian Mutu Pakan Ternak Direktorat Jenderal Peternakan Departemen Pertanian]; [diunduh 2014 Juni 2]. Tersedia pada: http://eprints.undip.ac.id/1724/1/jachmadi_fp_01.pdf

Allex M. 2013. Karakteristik imago betina ulat sutera liar Attacus atlas (Lepidoptera:

Saturniidae) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Amiarsi D, Yulianingsih, Sabari SD. 2006. Pengaruh jenis dan perbandingan pelarut

terhadap hasil ekstraksi minyak atsiri mawar. J. Hort. 16(4): 356-359.

Anggorodi R. 1994. Ilmu Makanan Ternak. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka Utama.

Awan A. 2007. Domestikasi ulat sutera liar Attacus atlas (Lepidoptera: Saturniidae)

dalam usaha meningkatkan persuteraan nasional [disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

[BPOM] Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2010. Acuan Sediaan Herbal. Jakarta

(ID): Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia.

(21)

11

Devi N. 2010. Nutrition and Food Gizi untuk Keluarga. Jakarta (ID): Kompas.

Dewi SHC, Setiohadi J. 2010. Pemanfaatan tepung ulat sutera (Bombyx mori) untuk

pakan puyuh (Coturnix-coturnix japonica) jantan. J. Agrisains. 1(8): 1-6.

Dorland. 1995. Kamus Saku Kedokteran Dorland. Kumala P, penerjemah; Nuswantari D,

editor. Jakarta (ID): EGC. Terjemahan dari: Dorland’s Pocket Medical Dictionary.

Ed ke-25.

Faatih M. 2005. Aktivitas anti-mikrobia kokon Attacus atlas. J. Penelitian Sains &

Teknologi. 6(1): 35-48.

Farida WR, Wardani KK, Tjakradidjaja AS, Diapari D. 2008. Konsumsi penggunaan

pakan pada Tarsius (Tarsius bancanus) betina di Penangkaran. Biodiversitas 9(2):

148-151.

Fox BA, Stephen MM. 2007. Glucosamine hydrocloride for the treatment of osteoarthritis

symptoms. Clinical Interventions in Aging. 2(4): 599-604

Ganiswara. 1995. Farmakologi dan Terapi edisi Bagian Farmakologi. Jakarta (ID):

Universitas Indonesia.

Harmita, Radji M. 2008. Buku Ajar Analisis Hayati. Ed ke- 3. Manurung J, editor. Jakarta

(ID): EGC.

Hosang MLA. 2010. Pemanfaatan hama Sexava sebagai pakan unggas. Sulawesi Utara (ID): Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.

Kimball JW. 2008. Bacteria, Kimball’s Biology Pages. [diunduh pada 2014 Agustus 18].

Tersedia pada:

http://users.rcn.com/jkimball.ma.ultranet/BiologyPages/E/Eubacteria.html.

Kuncoro P. 2009. Uji sensitifitas strain bakteri Salmonella typhi isolat jawa terhadap lima

jenis antibiotik [skripsi]. Semarang (ID): Universitas Muhammadiyah Semarang.

Lay BW. 1994. Analisis Mikroba di Laboratorium. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Makfoeld D, Marseno DW, Hastuti P, Anggrahini S, Raharjo S, Sastrosuwignyo S,

Suhardi, Martoharsono S, Hadiwiyoto S, Tranggono. 2002. Kamus Istilah Pangan

dan Nutrisi. Yogyakarta (ID): Penerbit Kanisius.

Mangisah I, Estiningdriati I, Sumarsih S. 2002. Evaluasi nilai nutrisi tepung pupa ulat sutera dan pengaruh penggunaannya dalam ransum ayam petelur petelur terhadap performan produksi. Semarang (ID): Univeristas Diponegoro. [diunduh pada: 2014 Juni 25]. Tersedia pada: http://eprints.undip.ac.id/7829/1/631-ki-fpet-03.pdf . Moreki JC, Tiroesele B, Chiripasi SC. 2012. Prospects of utilizing insects as alternative

sources of protein in poultry diet in Botswana. J. Anim Sci Adv 2(8): 649-658.

Mulyani N. 2008. Biologi Attacus atlas (Lepidoptera: Saturniidae) dengan pakan daun

kaliki (Riccinus communis L.) dan jarak papag (Jatropha curcas L.) di

Laboratorium [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Nugroho M. 2012. Pengaruh suhu dan lama ekstraksi secara pengukusan terhadap

rendemen dan kadar albuminikan gabus (Ophiocephalus striatus). J. Teknol.

Pangan. 3(1): 64-75.

Peigler RS. 1989. A Revision of the Indo-Australian Genus Attacus. California (US): The

Lepidoptera Research Foundation, Inc.

Prasetyawati S. 2012. Komposisi protein kokon Cricula trifenestrata Helf. dan kadar

protein, air, abu, flavonoid, tanin daun jambu mete [skripsi]. Yogyakarta (ID): UIN Sunan Kalijaga.

Purwani E, Hapsari SWN, Rauf R. 2009. Respon hambat bakteri gram positif dan negatif

pada ikan nila (Oreochromis niloticus) yang diawetkan dengan ekstrak jahe

(Zingiber officinle). J Kesehatan. 2(1):61-70.

Rachmawati, Buchori D, Hidayat P, Hem S, Fahmi MR. 2010. Perkembangan kandungan

nutrisi larva Hermetia ilucens pada bungkil kelapa sawit. J. Entomol. Indon 7(1):

28-41.

Roihanah S, Sukoso, Andayani S. 2012. Aktivitas antibakteri ekstrak teripang Holothuria

(22)

12

Salamah N, Azizah B. 2013. Standarisasi parameter non spesifik dan perbandingan kadar

kurkumin ekstrak etanol dan ekstrak terpurifikasi rimpang kunyit. J. Ilmiah

Kefarmasian. 23 (1): 21-30.

Saraswati ND, Astutik SE. 2011. Ekstraksi zat warna alami dari kulit manggis serta uji stabilitasnya. Semarang (ID): Universitas Diponegoro. [diunduh pada 2014

Agustus 8]. Tersedia pada:

http://eprints.undip.ac.id/36701/1/8.ARTIKEL_PENELITIAN_1.pdf

Yuningsih R. 2007. Aktivitas antibakteri ekstrak daun Jawer Kotok

(Coleusscutellarioides [L.] Benth.) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Zuprizali, Ismail A, Karnali M, Supadmo. 2001. Evaluasi Nilai Nutritif Protein Bahan

(23)

13

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bantul pada tanggal 4 Mei 1992 sebagai anak bungsu dari Bapak Maryono dan Ibu Waliyem. Penulis tinggal dan besar di Yogyakarta, menempuh pendidikan formal di SDN Tamansari II, SMPN 2 Yogyakarta dan SMAN 2 Yogyakarta. Tahun 2010 penulis lulus ujian tulis Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri dan diterima di Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor.

Gambar

Gambar 1 Dimodifikasi dari (Chin 2012) http://butterflycircle.blogspot.com
Tabel 2  Diameter hambat ekstrak etanol 96% imago Attacus atlas
Gambar 2  Hasil uji ekstrak etanol 96% imago Attacus atlas dengan menggunakan

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Nana Sudjana dan Ahmad Rivai (2007: 132) Sistem pembelajaran menggunakan modul memiliki perbedaan dengan system pembelajaran pada umumnya yaitu sistem

Kalau yang dimaksud dengan produk budaya adalah teks/bahasa yang digunakan Allah dalam menyampaikan pesan- pesan-Nya adalah bahasa manusia, sedang bahasa

kemampuan penalaran dan kretivitas belajar matematika melalui upaya. penerapan teknik pembelajaran Brainstorming siswa kelas

Setelah diadakan observasi awal dan diskusi dengan guru kolaborator, maka di pilih cara pemecahan masalah dengan menerapkan metode student teams achievement division

terhadap fogging insektisida malathion 5% yang digunakan untuk pemberantasan vektor nyamuk di wilayah Kota Denpasar sebagai daerah endemis DBD tahun 2016 ”.. 1.3

Untuk memperjelas penelitian, maka dibatasi hanya mengkaji pengaruh dua variabel saja yaitu strategi dengan ilustrasi model pizza dan kemampuan penalaran

Dapat dilihat dari pengertian LKM dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun 2013 Tentang Lembaga Keuangan Syariah Pasal 1 Ayat (1), 51 tersebut dapat digaris bawahi bahwasanya