TESIS
Untuk memenuhi syarat memperoleh derajat Magister Keperawatan Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta
LUSIA WAHYUNING TYAS 20141050058
PROGRAM MAGISTER KEPERAWATAN PROGRAM PASCASARJANA
TESIS
Untuk memenuhi syarat memperoleh derajat Magister Keperawatan Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta
LUSIA WAHYUNING TYAS 20141050058
PROGRAM MAGISTER KEPERAWATAN PROGRAM PASCASARJANA
iii Nama : Lusia Wahyuning Tyas NIM : 20141050058
Menyatakan bahwa tesis ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.
Yogyakarta, Juli 2016
iv
Ya Rabb….. Alkhamdulillah dengan sifat Rahman dan Rahim Mu, Engkau
menuntun hamba yang tak berdaya ini untuk menyelesaikan sebuah karya kecil tapi penuh makna ini kepada Engkau….
v Assalamualaikum Wr.Wb
Alhamdulillahirobbilalaamiin, puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan Tesis dengan judul “Pengaruh penerapan metode pembelajaran Team Based Learning terhadap kemampuan berpikir kritis mahasiswa keperawatan di Program Studi DIII Keperawatan STIKES Satria Bhakti Nganjuk”. Tesis ini disusun dalam rangka memenuhi persyaratan penelitian pada Program Studi Magister Keperawatan Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Peneliti menyadari, terwujudnya Tesis ini tidak terlepas dari bimbingan dari berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat :
1. Dr. Ahmad Nurmandi selaku Direktur Pasca Sarjana Universitas
Univesitas Muhammadiyah Yogyakarta
2. Fitri Arofiati, S.Kep.,Ns., MAN., Ph.D, selaku Ketua Program Studi Magister Keperawatan Program Pasca Sarjana Univesitas Muhammadiyah Yogyakarta
3. Dr. dr. Wiwik Kusumawati, M.Kes selaku dosen pembimbing, yang telah
vi
5. Dr. Suryanto selaku dosen penguji, yang telah memberi masukkan serta
saran dalam penyempurnaan penyusunan Tesis ini.
6. Seluruh dosen dan Staf karyawan Program Studi Magister Keperawatan Program Pasca Sarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
7. Semua rekan rekan mahasiswa Magister Keperawatan Angkatan V Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
8. Seluruh responden penelitian yang telah bersedia diteliti.
9. Kedua orang tua dan keluarga saya yang selalu memanjatkan doa untuk kelancaran dalam pembuatan tesis ini.
10. Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu
Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan dan melimpahkan rahmat serta hidayahNya kepada kita semua pihak yang membantu hingga teselesainya Tesis ini. Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan Tesis ini masih jauh dari sempurna oleh karena itu pada kesempatan ini peneliti mohon kritik dan saran yang bersifat membangun untuk perbaikan dalam di masa yang akan datang.
Yogyakarta, Juli 2016
vii
HALAMAN JUDUL………... I
LEMBAR PENGESAHAN………. ii
PERNYATAAN ORIGINALITAS………. iii
HALAMAN PERSEMBAHAN……….. iv
KATA PENGANTAR………. v
DAFTAR ISI………... vii
DAFTAR TABEL………... ix
DAFTAR BAGAN……….. x
DAFTAR GAMBAR ……….. xi
DAFTAR SINGKATAN………. xii
DAFTAR LAMPIRAN………... xiii
Abstrak……… xiv
Abstract……… xv
BAB I PENDAHULUAN……….. 1
A. Latar Belakang……….. 1
B. Rumusan Masalah………. 7
C. Tujuan Penelitian………... 7
D. Manfaat Penelitian………... 8
E. Penelitian Terkait……….. 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ………... 14
A Landasan Teori……….. 14
1. Team Based Learning…..………... 14
2. Berpikir Ktitis………. 26
B. Kerangka Teori……….. 40
C. Kerangka Konsep……….. 41
D. Hipotesis……… 42
BAB III METODE PENELITIAN………... 43
A. Desain Penelitian………... 43
B. Populasi dan Sampel Penelitian……… 44
C. Lokasi dan Waktu Penelitian………. 45
D. Variabel Penelitian………... 45
E. Definisi Operasional………. 45
F. Instrumen Penelitian……….. 46
G. Cara Pengumpulan Data …..………. 51
H. Validitas dan Reliabilitas..……… 52
I. Pengolahan dan Metode Analisis Data……….. 52
J. Etika Penelitian………. 56
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN………. 57
A. Hasil Penelitian………. 57
B. Pembahasan………... 62
viii
B.Saran………... 80
ix
(2008: 87)………..………..
Tabel 3.1 Definisi Operasional……… 45 Tabel 3.2 Instrumen Penelitian Kemampuan Berpikir Kritis….. 46 Tabel 3.3 Uji Normalitas Data Variabel Penelitian
Kemampuan Berpikir Kritis Pada Kelompok
Intervensi………
53
Tabel 3.4 Uji Normalitas Data Variabel Penelitian Kemampuan Berpikir Kritis Pada Kelompok Kontrol
53 Tabel 3.5 Uji Homogenitas Kelompok Intervensi dan
Kelompok Kontrol……….
54
Tabel 4.1 Karakteristik Responden……… 58 Tabel 4.2 Perbedaan Rata-Rata Nilai Pre test – Post test
Berpikir Kritis Pada Kelompok Intervensi dan
Kelompok Kontrol………..
59
Tabel 4.3 Perbedaan Nilai Rata-Rata Berpikir Kritis pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol Sebelum dan Sesudah Intervensi……….
60
Tabel 4.4 Perbedaan Pengaruh Kemampuan Berpikir Kritis Post Test ketiga, kelima dan ketujuh pada Kelompok
Intervensi dan Kelompok
Kontrol……….
x
Bagan 2.4 Kerangka Konsep……… 41
xi
Halaman Gambar 2.1 Team-Based Learning Instructional Activity
Sequence (Michaelsen, Sweet & Parmalee,
2009)………
23
Gambar 4.1 Rata Rata Kemampuan Berpikir Kritis
Responden Pada Setiap Item………
xiii Lampiran 1 Buku Modul
Lampiran 2 Lembar Penjelasan Penelitian
Lampiran 3 Lembar Persetujuan Menjadi Responden Lampiran 4 Data Demografi Responden
Lampiran 5 Lembar Kuesioner Berpikir Kritis Lampiran 6 Modul Team Based Learning Lampiran 7 Surat Keterangan Uji Etik Lampiran 8 Surat Keterangan Penelitian
Lampiran 9 Kegiatan Perlakuan kelompok penelitian Lampiran 10 Hasil Analisa Uji Validitas dan Uji Reliabilitas Lampiran 11 Hasil Analisa Uji Normalitas
Lampiran 12 Hasil Analisa Uji Homogenitas Lampiran 13 Hasil Uji Cross Tabulasi
iii
Lusia Wahyuning Tyas, Moh. Afandi, Wiwik Kusumawati
Program Studi Magister Keperawatan Program Pascasarjana Universitas Muhammdiyah Yogyakarta
ABSTRAK
Latar Belakang : Kemampuan berpikir kritis merupakan hal yang penting pada mahasiswa keperawatan. Mahasiswa dituntut mempunyai keahlian yang fleksibel dan individual pada situasi khusus pemecahan masalah keperawatan pasien. Metode pembelajaran Team Based Learning merupakan strategi Student Center Learning yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis mahasiswa. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh penerapan metode pembelajaran Team Based Learning terhadap kemampuan berpikir kritis mahasiswa.
Metode : Jenis penelitian kuantitatif dengan pendekatan Quasi eksperimen pre-test-post-test with control group. Dengan Sampel penelitian adalah mahasiswa semester IV Prodi DIII Keperawatan STIKES Satria Bhakti Nganjuk yang berjumlah 63 responden. Analisa data menggunakan Paired Samples T Test, Independent Samples T Test, One Way Anova dan Post Hoc Bonferroni.
Hasil : Hasil penelitian menunjukan kemampuan berpikir kritis mahasiswa pada kelompok intervensi lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol. Nilai rata-rata kelompok intervensi sebesar 113.06 ± 8.63 sedangkan pada kelompok kontrol sebesar 93.47 ± 8.27. Hasil kemampuan berpikir kritis setelah intervensi ketujuh lebih tinggi dibandingkan intervensi ketiga maupun ke lima. Nilai F hitung lebih besar dibanding F tabel (13.667 > 3.08) pada kelompok intervensi dan F hitung lebih kecil dibanding dengan F tabel (0.086 < 3.094) pada kelompok kontrol.
Kesimpulan : Ada pengaruh peningkatan kemampuan berpikir kritis mahasiswa keperawatan Prodi DIII Keperawatan STIKES Satria Bhakti Nganjuk setelah tujuh kali penerapan metode pembelajaran Team Based Learning.
iv
Master of Nursing Program of Graduate Program Muhammadiyah University of Yogyakarta
ABSTRACT
Background : Critical thinking skills are essential abilities for the nursing students. The students are demanded to possess flexible and individual skills to solve patient care problems in certain situations. Team based learning method comprises a Student Center Learning approach to enhance students’ critical thinking skills. This study aims to discover the effect of Team based Learning methods on students’ critical thinking ability.
Method : This study used a quantitative research with quasi experiment pre-test post-test with control group. The research sample was 63 respondents of the semester IV of DIII Nursing Program of STIKES Satria Bhakti Nganjuk. Data analysis used Paired Samples T Test, Independent Samples T Test, One Way Anova and Post Hoc Bonferroni.
Result : The result of the study showed that the students’ critical thinking was higher compared to control group. The mean score of intervention group was 113.06 ± 8.63 while the control group was only 93.47 ±8.27. The result of critical thinking skill after the seventh intervention was higher than the third and fifth interventions. F count is bigger than F table (13. 667> 3.08) in the intervention group and F count is smaller than F table (0.086 < 3.094) in the control group. Conclusion : There is increasing effect critical thinking skills at Nursing Diploma III Study Program of STIKES Satria Bhakti Nganjuk after seventh of the implementation of Team Based Learning method to students’
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemampuan berpikir kritis merupakan hal yang penting pada mahasiswa keperawatan. Hal ini sesuai dengan Brinkley et al., (2010) yang mengungkapkan bahwa kemampuan dalam berpikir kritis adalah keahlian yang penting dan sangat dibutuhkan oleh seseorang. Hal ini juga sesuai dengan Higgs et al., (2000) dan Profetto et al., (2003) dalam Yuan (2008) menyatakan dalam lingkungan perawat kesehatan kontemporer ditandai dengan cepat berubahnya perkembangan dan tanpa hentinya peningkatan pengetahuan oleh karena itu, perawat profesional perlu mengembangkan keterampilan berpikir kritis. Kemampuan berpikir kritis ini akan memberikan mereka keahlian yang fleksibel dan individual pada situasi khusus pemecahan masalah. Begitu pula Chan (2012) yang menyatakan bahwa berpikir kritis sangat penting dalam pendidikan keperawatan karena membantu memecahkan masalah.
Mengingat risiko keselamatan pasien, sangat penting maka perlu inovatif metode pengajaran yang digunakan untuk mendukung pengembangan berpikir kritis dan kinerja untuk meningkatkan hasil. Sehingga metode pembelajaran yang lebih menumbuhkan kemampuan berpikir kritis merupakan masalah yang harus diselesaikan dalam pendidikan keperawatan. Oleh karena itu, pendidikan keperawatan di perguruan tinggi harus terus menerus menerapkan strategi pengajaran baru untuk meningkatkan berpikir kritis (Yu et al., 2013). Dan hal ini sesuai dengan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi tahun 2014 yang menyatakan bahwa metode pembelajaran Student Center Learning / SCL adalah metode pembelajaran dimana mahasiswa terlibat dalam pemecahan masalah serta lebih penting lagi terlibat dalam kegiatan berfikir tingkat tinggi, seperti analisis, sintesis dan evaluasi), baik secara individu maupun berkelompok. Dan salah satu metode pembelajaran Student Center Learning / SCL adalah Team Based Learning / TBL.
bahkan untuk membuat kesimpulan pun tidak lengkap serta cenderung diam saat diminta pendapat tentang materi yang diajarkan. Data tersebut didukung dengan keterbatasan jumlah dosen yang tersedia di Program Studi DIII Keperawatan STIKES Satria Bhakti Nganjuk yang kurang memadai. Jumlah dosen yang mengampu Program Studi DIII Keperawatan STIKES Satria Bhakti Nganjuk sebanyak 22 orang. Merekapun masih mendapat beban tugas untuk mengampu program lain. Dan jumlah ruang kelas yang kurang mencukupi. Sehingga diperlukan adanya inovasi ke dalam metode pembelajaran Student Center Learning / SCL yang sesuai dengan kondisi tersebut.
Metode pembelajaran Team Based Learning / TBL efektif untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis mahasiswa. Data hasil penelitian menunjukkan Team Based Learning mempengaruhi hasil pembelajaran pengetahuan pemeriksaan sistem saraf mahasiswa keperawatan yang menunjukkan pada kelompok belajar Team Based Learning deviasi standar adalah 13,39 (4,52) sebelum intervensi, yang telah meningkat menjadi 31,07 (3,20) (Maslakpak et al., 2015), berdasarkan penelitian Allen et al. (2013) enam puluh sembilan dari 100 anggota fakultas (69%) yang mewakili 43 (86%) lembaga menyatakan TBL lebih efektif meningkatkan persiapkan mahasiswa di kelas.
Fink (2003). TBL mampu mengembangkan atau meningkatkan semua keterampilan akademik umum serta rata rata semua keterampilan berpikir kritis Espey & Walker (2012). TBL meningkatkan kinerja siswa dan meningkatkan keterlibatan dan kepuasan siswa (Chung, et al, 2009), lebih efektif meningkatkan penalaran klinik daripada Problem Based Learning (Okubo et al., 2012). TBL meningkatkan keterlibatan siswa, meningkatkan persiapan mahasiswa untuk kelas, dan mempromosikan pencapaian hasil daripada metode ceramah (Allen et al., 2013). TBL menghasilkan perbaikan yang jauh lebih baik dan stabilitas dalam pengetahuan pemeriksaan sistem saraf dari mahasiswa keperawatan dibandingkan dengan metode ceramah tradisional (Maslakpak, et al, 2015). TBL mampu merangsang pengembangan pribadi baru melalui kerangka mental yang dibangun di atas pengetahuan sebelumnya (Hrynchak & Batty, 2012), serta meningkatkan kemampuan penalaran klinis (Parmelee et al., (2009).
Mayona dan Irawati (2009) menyatakan bahwa pada metode Team Based Learning / TBL pengajar lebih memberikan banyak kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kemampuan bekerjasama karena memberikan bobot yang lebih besar kepada proses diskusi (peer discussion) dan belajar individu (individual study) dibandingkan dengan proses pembelajaran konsep yang berpusat pada pengajar (instructor input/lecture).
Teori tersebut dikuatkan oleh Michaelsen (2002) yang menyatakan Team Based Learning (TBL) memiliki karakteristik penekanan proses pembelajaran bukan pada penyampaian informasi oleh pengajar melainkan pada pengembangan keterampilan pemikiran analitis dan kritis terhadap topik atau permasalahan yang dibahas. Mahasiswa tidak hanya mendengarkan kuliah secara pasif tetapi mengerjakan sesuatu yang berkaitan dengan materi kuliah. Penekanan TBL pada eksplorasi nilai-nilai dan sikap-sikap berkenaan dengan materi kuliah . Mahasiswa lebih banyak dituntut untuk berpikir kritis, menganalisis dan melakukan evaluasi, umpan balik yang lebih cepat akan terjadi pada proses pembelajaran.
TBL digunakan untuk kelas-kelas besar (>100 mahasiswa) atau kelas yang lebih kecil (< 25 mahasiswa), penggabungan kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 5-7 mahasiswa dalam sebuah kelas.
Faktor yang mempengaruhi berpikir kritis selama di pendidikan menurut Bissell dan Lemons (2006) adalah kurikulum pembelajaran yang diterapkan. Sedangkan faktor yang mempengaruhi berpikir kritis seseorang antara lain adalah cara pandang seseorang didalam memahami dan menilai sesuatu, tingkat intelegensi/ kecerdasan seseorang, motivasi yang dimiliki, pengalaman-pengalaman yang telah diperoleh, faktor latar belakang dan budaya seseorang, keadaan emosi/ kecemasan, dan kondisi fisik. (Sobur, 2003; Maryam, 2008; Hassoubah, 2008) Sementara itu menurut Gusrini et al., (2010) menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi Team Learning adalah kepemimpinan kelompok, teknologi yang digunakan, kemampuan kognitif, pengetahuan anggota dan kepribadian anggota
B. Rumusan Masalah
“Adakah pengaruh penerapan metode pembelajaran Team Based Learning
terhadap kemampuan berpikir kritis mahasiswa keperawatan di Program Studi DIII Keperawatan STIKES Satria Bhakti Nganjuk ?”
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum
Mengetahui pengaruh penerapan metode pembelajaran Team Based Learning terhadap kemampuan berpikir kritis mahasiswa keperawatan di Program Studi DIII Keperawatan STIKES Satria Bhakti Nganjuk. 2. Tujuan Khusus
a. Menganalisa kemampuan berpikir kritis mahasiswa keperawatan
sebelum diterapkan metode pembelajaran Team Based Learning di Program Studi DIII Keperawatan STIKES Satria Bhakti Nganjuk b. Menganalisa kemampuan berpikir kritis mahasiswa keperawatan
sesudah diterapkan metode pembelajaran Team Based Learning di Program Studi DIII Keperawatan STIKES Satria Bhakti Nganjuk c. Menganalisa pengaruh penerapan metode pembelajaran Team
D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Institusi
Bagi institusi memberikan manfaat dalam memperkaya penerapan metode pembelajaran yang dapat diterapkan pada materi yang sesuai dengan kompetensi yang diharapkan bagi institusi.
2. Bagi Mahasiswa
Mahasiswa mendapatkan pengalaman berharga dalam meningkatkan kerjasama dalam kelompok untuk menyelesaikan masalah dengan cara berpikir kritis melalui penerapan metode pembelajaran Team Based Learning sehingga prestasi belajar mahasiswa meningkat.
3. Bagi Pendidik
Bagi pendidik akan memperkaya metode pembelajaran sebagai cara yang bisa diterapkan dalam proses pembelajaran ke mahasiswa.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
E. PenelitianTerkait
1. Mcinerney & Fink (2003)
Judul penelitian Team-Based Learning Enhances Long-Term Retention and Critical Thinking in an Undergraduate Microbial Physiology Course. Tujuan penelitian ini menggunakan pembelajaran berbasis tim untuk meningkatkan pemahaman dan pemikiran kritis siswa sarjana mikroba (metabolisme-fisiologi). Metode penelitian ini dengan penilaian termasuk kedalaman analisis, masuknya informasi, integrasi materi belajar di kelas-kelas dan pemotongan intuitif dan kreatif tim. Kinerja pada ujian akhir digunakan untuk mengukur dampak dari TBL pada pemahaman informasi.
Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan adalah pada tujuan, metode penelitian,instrumen, dan sampel yang digunakan. Persamaannya yaitu pada variabel bebas Team Based Learning dan variabel terikat Critical Thinking.
2. Espey & Walker (2012)
semester, mahasiswa dinilai sejauh mana mereka setuju bahwa penggunaan pembelajaran berbasis tim di kelas telah dikembangkan atau ditingkatkan kemampuan mereka dalam setiap kategori, di mana 1 = sangat tidak setuju, 3 = netral, 5 = sangat setuju.
Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan adalah pada tujuan, metode penelitian,instrumen, dan sampel yang digunakan. Persamaannya yaitu pada variabel bebas Team Based Learning dan Critical Thinking
3. Chung et al (2009)
Judul penelitian The effect of team-based learning in medical ethics education. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui dampak TBL pada keterlibatan siswa dan kepuasan dinilai prestasi pendidikan. Metode penelitian yang digunakan Pendidikan etika medis menggunakan TBL terdiri dari empat sesi untuk 2 tahun pertama mahasiswa kedokteran dari Chonnam National University Medical School.
Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan adalah pada tujuan, metode penelitian,instrumen, dan sampel yang digunakan. Persamaannya yaitu pada variabel bebas Team Based Learning.
4. Okubo et al., (2012)
Metode penelitian Pada tahun 2008, 2009, dan 2010, selama 4 tahun mahasiswa di Kedokteran University School of Medicine Tokyo berpartisipasi dalam 2 program TBL setiap tahun. Siswa diberi progresif PBL tutorial kontinyu menerus selama tiga setengah tahun, termasuk tutorial pengantar, masalah-berorientasi pembelajaran tutorial, dan masalah-berorientasi tutorial klinis.
Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah pada tujuan, metode penelitian,instrumen, dan sampel yang digunakan. Persamaannya yaitu pada variabel bebas Team Based Learning.
5. Allen et al., (2013)
Judul penelitian Team-Based Learning in US Colleges and Schools of Pharmacy. Tujuan penelitian yaitu untuk mengkarakterisasi penggunaan pembelajaran TBL di perguruan tinggi dan sekolah-sekolah AS farmasi, termasuk faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pelaksanaan dan persepsi dari anggota fakultas mengenai dampak TBL pada hasil pendidikan. Metode penelitian dengan cara responden faktor diidentifikasi yang menghambat atau mengaktifkan penggunaan TBL dan dampaknya pada siswa belajar. Hasil dikelompokkan berdasarkan jenis institusi (pemerintah / swasta), ukuran kelas, dan pengalaman TBL.
6. Maslakpak, et al., (2015)
Judul penelitian The Impact of Team-Based Learning on Nervous System Examination Knowledge of Nursing Students. Tujuan penelitian menentukan dampak pembelajaran TBL dalam pengetahuan pemeriksaan sistem saraf mahasiswa keperawatan. Metode : Penelitian kuasi-eksperimen ini dilakukan pada mahasiswa keperawatan kelas 3, termasuk semester 5 (kelompok intervensi) dan semester 6 (kelompok kontrol).
Dalam penelitian ini metode ceramah tradisional dan metode pembelajaran berbasis tim digunakan untuk mendidik pemeriksaan sistem saraf untuk intervensi dan kelompok kontrol, masing-masing. Data dikumpulkan dengan tes yang mencakup 40-pertanyaan (pilihan ganda, pencocokan, mengisi dan pertanyaan deskriptif) sebelum dan sesudah intervensi pada kedua kelompok. Kesiapan individu Jaminan Test (RAT) dan Kelompok Jaminan Kesiapan Test (Grat) digunakan untuk mengumpulkan data pada kelompok intervensi.
Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan adalah pada tujuan, metode penelitian,instrumen, dan sampel yang digunakan. Persamaannya yaitu pada variabel bebas Team Based Learning.
7. Hrynchak & Batty (2012)
dibahas dalam kaitannya dengan metode pengajaran pembelajaran berbasis tim. Efektivitas TBL dalam pendidikan kesehatan kemudian Ulasan. Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan adalah pada tujuan, metode penelitian, instrumen, dan sampel yang digunakan. Persamaannya yaitu pada variabel bebas Team Based Learning.
8. Parmelee et al., (2009)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Team Based Learning (TBL) a. Pengertian TBL
Team based learning adalah sebuah strategi pedagogik yang menggunakan kelompok siswa bekerja bersama-sama dalam tim untuk mempelajari bahan mata pelajaran. Sasaran utama team based learning adalah menyediakan kesempatan bagi siswa untuk melatih konsep mata pelajaran selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Mayona dan Irawati (2009) menyatakan bahwa pada metode team based learning (TBL), pengajar lebih memberikan banyak kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kemampuan bekerjasama karena memberikan bobot yang lebih besar kepada proses diskusi (peer discussion) dan belajar individu (individual study) dibandingkan dengan proses pembelajaran konsep yang berpusat pada pengajar (instructor input/lecture).
(immediate feedback) (Parmele et al, 2012). Lebih lanjut Parmelee (2012) menyatakan bahwa TBL digunakan untuk kelas-kelas besar (>100 mahasiswa) atau kelas yang lebih kecil (<25 mahasiswa), penggabungan kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 5-7 mahasiswa dalam sebuah kelas
Konsep Team Learning berawal dari ide dasar bahwa kelompok mahasiswa yang terdiri dari 5 hingga 7 orang dapat menjadi tim belajar yang efektif karena keterkaitan antar mereka merupakan kekuatan utama yang dapat saling mendukung dalam proses pembelajaran (Michaelsen, Knight & Fink, 2002).
Sasaran yang hendak dicapai dalam metode Team-Based Learning ialah berusaha untuk memperbaiki metode pembelajaran satu arah yang telah ada saat ini. Perbedaan metode Team-Based Learning (TBL) dengan metode tradisional yang ada terletak pada sasaran pembelajaran yang hendak dicapai. Mahasiswa diharapkan memiliki kemampuan berfikir di dalam menanggapi permasalahan dan mengembangkan kemampuan berinteraksi dan bekerjasama yang lebih baik.
b. Karakteristik TBL
Bonwell dalam Michaelsen, (2002) memiliki karakteristik sebagai berikut:
1) Penekanan proses pembelajaran bukan pada penyampaian informasi oleh pengajar melainkan pada pengembangan keterampilan pemikiran analitis dan kritis terhadap topik atau permasalahan yang dibahas.
2) Mahasiswa tidak hanya mendengarkan kuliah secara pasif tetapi
mengerjakan sesuatu yang berkaitan dengan materi kuliah.
3) Penekanan pada eksplorasi nilai-nilai dan sikap-sikap berkenaan
dengan materi kuliah
4) Mahasiswa lebih banyak dituntut untuk berpikir kritis, menganalisis dan melakukan evaluasi.
5) Umpan balik yang lebih cepat akan terjadi pada proses pembelajaran
Bekerja dalam suatu kelompok merupakan bagian penting dari kegiatan belajar aktif. Pembentukan kelompok secara cepat dan efisien, pada saat bersamaan, variasi komposisi serta besaran kelompok di dalam kelas merupakan hal yang sangat penting guna menunjang proses pembelajaran aktif.
c. Faktor – Faktor yang mempengaruhi TBL
kepemimpinan kelompok, teknologi yang digunakan, kemampuan kognitif, pengetahuan anggota dan kepribadian anggota
d. Manfaat TBL
Manfaat menurut Michaelsen, Knight & Fink, (2002) yang dapat diperoleh dari konsep Team Learning adalah:
1) Memfasilitasi proses pembelajaran mahasiswa secara lebih mendalam
2) Dapat mendukung semangat belajar mahasiswa secara sosial dan akademis
Ada beberapa manfaat lain yang diharapkan dari penerapan metode TBL adalah:
1) Menyelenggarakan diskusi interaktif mengenai persoalan aktual tentang pengelolaan pembangunan ruang. Proses tersebut diharapkan dapat mengasah mahasiswa berfikir secara logis dan analitis serta melatih mahasiswa untuk mengembangkan pemikiran mengenai fenomena permasalahan pengelolaan pembangunan ruang dalam bentuk catatan dan poster sehingga mampu lebih peka akan permasalahan pembangunan. Pada metode ini dosen berperan sebagai fasilitator, dapat dilakukan penerapan beberapa metode seperti simulasi dengan card sort dan reading guide.
2) Menggunakan gambaran nyata mengenai proses-proses yang
terjadi dalam tahapan pengelolaan melalui berbagai media seperti audio-visual, poster, foto, gallery mapping dan lain-lain yang didesain untuk mengarah kepada pengelolaan pengetahuan.
3) Mengembangkan proses belajar dalam kelompok, sehingga dapat dikenalkan prinsip-prinsip bekerjasama. Proses belajar dalam kelompok dapat dilakukan dengan metode diskusi kelompok kecil, belajar koperatif, dan gallery session.
e. Penerapan TBL
Bentuk proses pembelajaran yang mendukung Team-Based Learning adalah sebagai berikut (Michaelsen, Knight & Fink, 2002): 1) Dosen berperan didalam menyampaikan materi dasar dan aturan
perkuliahan pada pertemuan awal perkuliahan. Pada pertemuan berikutnya dosen lebih berperan sebagai fasilitator di kelas yang mengamati proses pembelajaran TBL. Persiapan yang perlu dilakukan oleh dosen adalah menentukan daftar topik/kasus dari materi yang akan diajarkan dan mempersiapkan modul. Peran dosen di awal pertemuan adalah sebagai berikut :
a) Menjelaskan konsep dasar materi perkuliahan dan aturan perkuliahan di awal pertemuan. Penjelasan meliputi metode pembelajaran yang dapat membantu pemahaman mahasiswa mengenai alasan pemilihan metoda pembelajaran, penilaian yang akan dilakukan, pembagian kelompok dan pola hubungan antar kelompok.
b) Memberikan gambaran kasus/tema yang akan diberikan dalam
proses perkuliahan.
c) Memberikan daftar beberapa bahan bacaan mengenai materi
yang diajarkan.
2) Pada dua pertemuan berikutnya dosen memberikan penjelasan konsep garis besar materi.
3) Mahasiwa di dalam kelas dibagi kedalam kelompok beranggotakan lebih dari 7 orang. Dosen membagikan modul yang akan dipakai di dalam setiap pertemuan. Mahasiswa diharuskan membaca modul yang dibagikan agar dapat memahami materi pada setiap pertemuan.
4) Pada setiap awal pertemuan, mahasiswa diberi tes kesiapan individu dan kelompok dan di akhir perkuliahan mahasiswa diberi tes akhir individu untuk menilai pemahaman materi yang diberikan. Setiap kelompok diharuskan membuat logbook yang berisi kegiatan pada setiap pertemuan. Logbook terdiri dari bukti kehadiran setiap kelompok, rincian proses diskusi dan resume setiap kegiatan yang telah dilakukan. Logbook ditandatangani dan dikomentari oleh pengajar pada setiap pertemuannya. Selain logbook, setiap kelompok diharuskan mengumpulkan setiap bahan penunjang materi perkuliahan.
5) Hasil setiap kegiatan mahasiswa di setiap pertemuan di sajikan pada papan poster atau papan buletin.
di dalam kelompok juga melakukan tugas kooperatif dengan cara menemui anggota kelompok lain yang memiliki contoh kasus berbeda. Pada proses ini mahasiswa tidak hanya ahli di dalam materi yang diterimanya tetapi juga mampu menjelaskannya pada mahasiswa lainnya yang memiliki materi berbeda.
7) Proses monitoring dan evaluasi proses pembelajaran dilakukan melalui penilaian individu dan kelompok. Penilaian individu berasal dari nilai IRAT, dan kontribusi berdasarkan logbook, sedangkan penilaian kelompok berasal dari GRAT dan hasil laporan kegiatan.
a) Tes kesiapan individu (Individual readiness assurance test (IRAT) ), tes ini diberikan pada seluruh mahasiswa pada setiap awal sesi perkuliahan dilengkapi dengan tes akhir individu untuk membandingkan tingkat pemahaman mahasiswa.
b) Tes kesiapan tim (Group readiness assurance test (GRAT)), tes ini diberikan pada setiap kelompok.
c) Penilaian terhadap kelompok melalui hasil setiap kegiatan pada
setiap perkualiahan dan hasil akhir pada gallery session. d) Kontribusi individu (Peer Assessment) melalui logbook dan
penguasaan materi pada saat gallery session.
mahasiswa dapat berkomunikasi dalam kelompok tanpa mengganggu kelompok lainnya. Setiap kelompok dapat leluasa menggunakan berbagai media pembelajaran (poster, white board, OHP dll) tanpa mengganggu kelompok lainnya.
f. Elemen utama TBL
Menurut Michaelsen & Parmalee (2009) terdapat empat elemen utama dalam Team-Based Learning terdiri dari :
1) Kelompok
Dosen membentuk kelompok dengan mempertimbangkan tiga variabel penting yaitu : Pertama menjamin kelompok mempunyai sumber yang adekuat dalam menetapkan kemampuan kelompok pada level yang sama. Kedua menghindari koalisi anggota yang akan mengganggu keterpaduan kelompok. Ketiga menjamin bahwa kelompok mempunyai kesempatan dalam mengembangkan belajar secara tim.
2) Tanggung jawab
Mahasiswa bertanggung jawab selama bekerja baik secara individu maupun kelompok.
3) Umpan balik
berisi tentang isi pembelajaran dan hambatan dalam belajar. Kedua umpan balik berpengaruh kuat pada perkembangan kelompok. 4) Menetapkan Design Tugas
Tugas tim harus meningkatkan proses pembelajaran dan pengembangan tim
g. Tahapan TBL
Tujuan utama pembelajaran adalah berfokus pada isi dan menjamin bahwa mahasiswa mendapatkan kesempatan untuk mempraktekan konsep penyelesaian masalah.
Secara umum tahapan TBL dapat digambarkan sebagai berikut : Team-Based Learning Instructional Activity Sequence
Preparation Readiness Assurance Application of Course Concepts Pre-class Diagnosis-Feedback
45-75 menit waktu kelas 1-4 jam waktu kelas
1 2 3 4 5 6 Individual Study
Umpan Balik Dosen
Tulisan kelompok Aktivitas berorientasi Aplikasi
[image:39.595.99.552.388.602.2]
Tes individu Tes Kelompok
Tahap Team Baseb Learning berdasarkan Michaelsen et al., (2009) adalah: 1) Pre- class
Merupakan bagian dimana sebelum kelas dimulai. Pada saat ini kegiatan TBL meliputi mengambil keputusan yang berhubungan dengan mengidentifikasi tujuan pembelajaran dan desain pembelajaran. Pada jam pertama di kelas dosen harus merumuskan 4 tujuan meliputi : Pertama adalah memastikan mahasiswa mengerti mengapa dosen memutuskan menggunakan TBL, memperkenalkan mahasiswa tentang TBL dan bagaimana cara pengelolaan kelas / pertemuan dilakukan. Kedua adalah pembentukan kelompok. Ketiga dan keempat adalah mengurangi kekawatiran mahasiswa tentang sistem penilaian dan mekanisme yang mengembangkan norma-norma kelompok yang positif.
2) Readiness Assurance; Diagnosis-feedback
Meliputi penugasan bacaan, test individu, tes kelompok, laporan tertulis dari kelompok dan umpan balik dari dosen.
3) Aplication of Course Concepts
Berdasarkan teori Michaelsen et al., (2009) di atas tahap tahap metode pembelajaran Team Based Learning adalah sebagai berikut : 1) Step 1 : belajar mandiri
Di luar kelas mahasiswa belajar materi untuk persiapan sesi TBL. Aktivitas Pembelajaran Meliputi bacaan, video, laboratorium, tutorial, kuliah, dan lain-lain.
2) Step 2 : ujian pretest untuk kesiapan mahasiswa
Di kelas setiap mahasiswa mengerjakan 10-20 soal MCQ, yang telah diberikan oleh dosen.
3) Step 3 : Ujian pretest untuk kelompok
Di dalam kelas mahasiswa dibagi menjadi beberapa kelompok, di dalam kelompok mahasiswa mengerjakan pertanyaan yang sama dengan soal pre-test individu. Kelompok berdiskusi dan menjawab pertanyaan.
4) Step 4 : penulisan kesimpulan oleh kelompok
Mahasiswa mengumpulkan jawaban-jawaban dari hasil diskusi kelompok, kemudian mahasiswa mempresentasikan hasil diskusi kelompok di kelas, dosen memperhatikan dan menganalisa paparan dari mahasiswa, yang selanjutnya dosen mengklarifikasi di step berikutnya.
harus yakin bahwa mereka bisa untuk memecahkan masalah yang lebih kompleks.
6) Step 6 : Aplikasi konsep di luar kelas
Di luar kelas mahasiswa mengaplikasikan ilmu yang diperoleh kedalam praktek klinik atau dunia nyata.
Peran dosen dalam proses team based learning hanya menyampaikan materi dasar (introduksi) dan aturan perkuliahan pada pertemuan awal perkuliahan (Michaelsen et al., 2004). Pada pertemuan berikutnya dosen lebih berperan sebagai fasilitator di kelas yang mengamati proses pembelajaran TBL.
2. Berpikir Kritis a. Pengertian
Menurut Bandman (1988), berpikir kritis merupakan ujian secara rasional terhadap ide-ide, kesimpulan, pendapat, prinsip, pemikiran, masalah, kepercayaan dan tindakan. Menurut Strader (1992), berpikir kritis adalah suatu proses pengujian yang menitikberatkan pendapat tentang kejadian atau fakta yang mutakhir dan menginterpretasikannya serta mengevaluasi pendapat-pendapat tersebut unutk mendapatkan suatu kesimpulan tentang adanya pandangan baru (Maryam, 2008).
Filsafat Yunani dan metodologi pengajaran dari Socrates dan Plato, diuraikan oleh Facione (1990:3) didalam Oja (2011) yang menyatakan berpikir kritis merupakan suatu proses penilaian yang menghasilkan interpretasi, analisis, evaluasi, kesimpulan, serta penjelasan terhadap suatu kejadian, konsep, metode, pernyataan, pandangan, dan atau pertimbangan kontekstual dimana penilaian itu didasarkan.
Paul & Elder (2006) menjelaskan berpikir kritis merupakan suatu kemampuan/keterampilan seseorang didalam menganalisis dan mengevaluasi suatu hal dengan menggunakan proses yang sistematis sehingga menghasilkan daya berpikir atau suatu pemikiran yang intelektual didalam ide-ide yang digagas.
Berpikir kritis juga melibatkan proses penalaran atau logika didalam mengevaluasi serta berbagai faktor yang dipertimbangkan dalam membuat sebuah keputusan (Scott, 2008).
b. Aspek Perilaku Berpikir Kritis
Kegiatan berpikir kritis dapat dilakukan dengan melihat penampilan dari beberapa perilaku selama proses berpikir kritis itu berlangsung. Perilaku berpikir kritis seseorang dapat dilihat dari beberapa aspek meliputi :
1) Relavan; keterkaitan dari pernyataan yang dikemukakan
2) Importance, penting tidaknya isu atau pokok-pokok pikiran yang dikemukakan
3) Novelty, kebaharuan dari isi pikiran, baik dalam membawa ide-ide atau informasi baru maupun dalam sikap menerima adanya ide-ide baru dari orang lain.
4) Outside material, menggunakan pengalamannya sendiri atau bahan-bahan yang diterimanya dari perkuliahan (reference)
5) Ambiguity clarified, mencari penjelasan atau informasi lebih lanjut jika dirasa ada ketidakjelasan
6) Lingking Ideas, senantiasa menghubungkan fakta, idea tau pandangan serta mencari data baru dari informasi yang berhasil dikumpulkan.
didalamnya senantiasa memberikan penjelasan mengenai keuntungan (kelebihan dan kerugian (kekurangan) dari suatu situasi atau solusi
8) Critcal assessment, melakukan evaluasi terhadap setiap kontribusi masukan yang datang dari dalam dirinya maupun dari orang lain 9) Practical utility, ide-ide baru yang dikemukan selalu dilihat pula
dari sudut kepraktisan, kegunaan dalam penerapan
10) Width of understanding, diskusi yang dilaksanakan selalu bersifat meluaskan isi atau materi diskusi
Secara garis besar perilaku berpikir kritis dapat dibedakan dalam beberapa kegiatan :
1) Berfokus pada pertanyaan 2) Analisis argument
3) Bertanya dan menjawab pertanyaan untuk klarifikasi 4) Evaluasi kebenaran dari sumber informasi
c. Karakteristik Kemampuan Berpikir Kritis
Beyer (1995) menjelaskan karakteristik berpikir kritis, yaitu diantaranya: a. Watak (dispositions)
sudut pandang berbeda, dan akan mengubah sikap ketika mendapatkan hal-hal yang menurutnya baik.
b. Kriteria (criteria)
Seseorang yang berpikir kritis mempunyai sebuah kriteria atau tolok ukur dalam menilai sesuatu. Dalam menerapkan sebuah kriteria ia selalu berdasarkan kepada asas relevansi, keakuratan fakta - fakta, sumber yang dapat dipercaya, teliti, tidak bias, bebas dari penalaran yang salah, penalaran yang konsisten, dan dengan pertimbangan yang matang.
c. Argumen (Argument)
Sesorang yang berpikir kritis mempunyai argumen tersendiri sebagai pandangannya terhadap suatu hal. Argumen atau pendapat merupakan ungkapan yang dilandasi oleh data - data yang bersifat faktual.
d. Pertimbangan atau pemikiran (reasoning)
Seseorang yang mempunyai kemampuan berpikir kritis mempunyai pertimbangan atau dasar pertimbangan dalam menyimpulkan suatu hal. Kegiatan ini meliputi proses menguji data - data dan informasi yang tersedia.
e. Sudut pandang (point of view)
f. Prosedur untuk menerapkan kriteria (procedures for applying criteria) Seseorang yang berpikir kritis mempunyai alur yang kompleks dan prosedural dalam mengambil keputusan. Alur prosedur tersebut meliputi perumusan masalah, memilih keputusan yang akan diambil, dan mengidentifikasi perkiraan-perkiraan sesudah keputusan itu diambil. d. Komponen Kemampuan Berpikir Kritis
Pendapat para ahli yang tergabung didalam APA (American Philosophical Association) (1990) didalam Mutiarani (2010), menyebutkan komponen berpikir kritis, diantaranya :
a. Interpretasi, yaitu kemampuan didalam memberikan suatu pandangan atau pendapat mengenai suatu hal, situasi, peristiwa atau kejadian, suatu keputusan, sebuah kepercayaan, peraturan-peraturan dan lain sebagainya. b. Analisis, yaitu suatu kemampuan didalam mengidentifikasi keadaan yang
masih ada hubungannya dengan pertanyaan, pernyataan, dan konsep yang digunakan sebagai pertimbangan didalam menyatakan pendapat dan keputusan.
c. Evaluasi, yaitu suatu kemampuan didalam menilai kredibilitas atau
tingkat kepercayaan terhadap pernyataan dan pandangan seseorang mengenai suatu hal, situasi, serta peristiwa yang kemudian dibuat sebuah kesimpulan.
kesimpulan, atau hipotesis berdasarkan informasi-informasi yang sangat beralasan.
e. Explanation, yaitu kemampuan seseorang didalam menjelaskan hasil dengan berbagai alasan dan pertimbangan. Kemampuan ini diterapkan untuk membenarkan sesuatu hal berdasarkan bukti-bukti, konsep, metodologi, serta penalaran atau logika.
f. Self-regulation, yaitu suatu kesadaran seseorang didalam memonitor atau menilai pengetahuannya, proses berpikirnya, dan hasil yang telah dikembangkannya khususnya dalam hal-hal yang berkaitan dengan menerapkan keterampilannya.
e. Cara Pengukuran Kemampuan Berpikir Kritis
Menurut para ahli yang tergabung didalam APA (American Philosophical Association) (1990) didalam Mutiarani (2010), secara umum terdapat 4 cara pengukuran kemampuan berpikir kritis, antara lain:
1. Observasi performance seseorang selama suatu kegiatan. Observasi dilakukan dengan mengacu pada komponen kemampuan berpikir kritis yang akan diukur, kemudian observer menyimpulkan bagaimana tingkat kemampuan berpikir kritis individu tersebut.
2. Mengukur outcome dari komponen-komponen kemampuan berpikir kritis
yang telah diberikan.
4. Membandingkan outcome dari suatu komponen kemampuan berpikir kritis dengan komponen kemampuan berpikir kritis yang lain.
f. Macam-Macam Alat Ukur Kemampuan Berpikir Kritis
Alat untuk mengukur kemampuan berpikir kritis ini berupa kuesioner, beberapa alat ukur yang sering digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir kritis mahasiswa menurut Warren (2011) antara lain : 1. Critical Thinking Test yang telah dipublikasikan pada tahun 1989 2. Watson-Glaser Critical Thinking Appraisal yang telah dipublikasikan
pada tahun 1980 oleh Goodwin Watson and Edward Maynard Glaser 3. The California Critical Thinking Skills Test (CCTST) tahun 1990 oleh
Peter Facione
4. The Cornell Critical Thinking Test Level X (untuk tingkat siswa yang
berumur 4-14 tahun) yang dipublikasikan oleh Robert H. Ennis and Jason Milman pada tahun 2005
5. The Cornell Critical Thinking Test Level Z (untuk tingkat mahasiswa dan umum) yang dipublikasikan oleh Robert H. Ennis and Jason Milman pada tahun 2005
6. The California Critical Thinking Disposition Inventory oleh Peter Facione and N. C. Facione pada tahun 1992
8. ICAT Critical Thinking Essay Examination yang dipublikasikan oleh The International Center For The Assessment of Thinking pada tahun 1996
9. James Madison Test Of Critical Thinking yang dipublikasikan oleh The Critical Thinking Company pada tahun 2004
10. Critical Thinking Disposition Self Rating-Form yang dikembangkan oleh Peter A. Facione yang dipublikasikan pada tahun 2011. Alat ukur ini terdiri dari 20 item pertanyaan yang terdiri dari 10 pertanyaan positif dan 10 pertanyaan negatif.
g. Indikator berpikir kritis
[image:50.595.147.511.480.739.2]Menurut Ennis dalam Hassaobah (2008: 87), ada 12 indikator berpikir kritis, yang dikelompokkannya dalam lima besar aktivitas, antara lain : Tabel 2.1 Indikator Berpikir Kritis Ennis dalam Hassaobah (2008: 87)
No Kelompok Indikator Sub indikator
1 Memberikan penjelasan sederhana
Memfokuskan pertanyaan
a. Mengidentifikasi atau merumuskan pertanyaan
b. Mengidentifikasi atau merumuskan kriteria untuk mempertimbangkan
kemungkinan jawaban
c. Menjaga kondisi berpikir Menganalisis
argumen
a. Mengidentifikasi kesimpulan
b. Mengidentifikasi kalimat-kalimat pertanyaan
c. Mengidentifikasi kalimat-kalimat bukan pertanyaan
d. Mengidentifikasi dan
menangani suatu ketidaktepatan
e. Melihat struktur dari suatu
No Kelompok Indikator Sub indikator
f. Membuat ringkasan Bertanya dan
menjawab pertanyaan
a. Memberikan penjelasan sederhana
b. Menyebutkan contoh
2 Membangun keterampilan dasar
Mempertimbangkan apakah sumber dapat dipercaya atau tidak
a. Mempertimbangkan keahlian
b. Mempertimbangkan kemenarikan konflik
c. Mempertimbangkan kesesuaian sumber
d. Mempertimbangkan reputasi e. Mempertimbangkan
penggunaan prosedur yang tepat
f. Mempertimbangkan risiko untuk reputasi
g. Kemampuan untuk memberikan alasan
h. Kebiasaan berhati-hati Mengobservasi dan
mempertimbangkan laporan observasi
a. Melibatkan sedikit dugaan
b. Menggunakan waktu yang singkat antara observasi dan laporan
c. Melaporkan hasil observasi
d. Merekam hasil observasi
e. Menggunakan bukti-bukti yang benar
f. Menggunakan akses yang baik g. Menggunakan teknologi
h. Mempertanggungjawabkan hasil observasi
3 Menyimpulkan Mendeduksi dan mempertimbangkan hasil deduksi
a. Siklus logika seluler
b. Mengkondisikan logika
c. Menyatakan tafsiran
Menginduksi dan mempertimbangkan hasil induksi
a. Mengemukakan hal yang umum
b. Mengemukakan kesimpulan dan hipotesis
c. mengemukakan hipotesis
d. merancang eksperimen e. menarik kesimpulan sesuai
fakta
No Kelompok Indikator Sub indikator menyelidiki
Membuat dan menentukan hasil pertimbangan
a. Membuat dan menentukan hasil pertimbangan berdasarkan latar belakang fakta-fakta
b. Membuat dan menentukan hasil pertimbangan berdasarkan akibat
c. Membuat dan menentukan hasil pertimbangan berdasarkan penerapan fakta
d. Membuat dan menentukan hasil pertimbangan keseimbangan dan masalah
4 Memberikan penjelasan lanjut Mendefinisikan istilah dan mempertimbangkan suatu definisi
a. Membuat bentuk definisi
b. Strategi membuat definisi
c. bertindak dengan memberikan penjelasan lanjut
d. mengidentifikasi dan
menangani ketidakbenaran yg disengaja
e. Membuat isi definisi Mengidentifikasi
asumsi-asumsi
a. Penjelasan bukan pernyataan
b. Mengonstruksi argumen 5 Mengatur
strategi dan taktik
Menentukan suatu tindakan
a. Mengungkap masalah
b. Memilih kriteria untuk
mempertimbangkan solusi yang mungkin
c. Merumuskan solusi alternatif
d. Menentukan tindakan sementara
e. Mengulang kembali
f. Mengamati penerapannya
Berinteraksi dengan orang lain
a. Menggunakan argumen
b. Menggunakan strategi logika
c. Menggunakan strategi retorika
Sedangkan berdasarkan Paul & Elder (2006) Tools Critical Thinking adalah sebagai berikut :
1. Kejelasan / Clarity
a). Apakah mampu memberi penjelasan lebih dalam? b). Apakah bisa memberi contoh?
c). Apakah bisa menggambarkan apa yang dimaksud ? 2. Ketepatan / Accuracy
a). Bagaimana cara untuk mengecek ketepatan ? b). Apakah itu benar?
c). Bagaimana cara membuktikanya? 3. Ketelitian / Precision
a). Apakah lebih spesifik?
b). Apakah memberikan penjelasan yang lebih detail ? c). Apakah lebih tepat?
4. Hubungan / Relevance
a). Bagaimanakah hubunganya dengan masalah? b). Apakah pertanyaan dapat menjawab masalah? c). Bagaimana isu yang ada dapat dikaitkan? 5. Kedalaman / Depth
6. Luasnya / Breadth
a). Apakah melihat ini dari perspektif lain?
b). Apakah mempertimbangkan sudut pandang yang lain? c). Apakah melihat ini dengan cara lain?
7. Logika / Logic
a). Apakah masuk akal?
b). Apakah jawabanya konsisten dari awal sampai akhir? c). Apa yang perlu ditindak lanjuti dari bukti yang ada? 8. Arti / Significance
a). Apakah mengutarakan masalah yang paling penting untuk dipertimbangkan?
b). Apakah berfokus pada ide utama ?
c). Apakah mengemukakan fakta yang dianggap paling penting? 9. Keadilan / Fairness
a. Mengemukakan apakah masalah mempunyai kepentingan? b. Jika ada mengemukakan pihak mana yang diuntungkan?
Menurut Espey, M., & Walker, J. E. (2012) Tools untuk berpikir kritis adalah sebagai berikut :
1. Menggunakan konsep sesuai kondisi nyata
2. Menjalin kerjasama yang baik dengan sesama anggota kelompok 3. Mampu mengembangkan argumen
5. Mampu menarik kesimpulan / mampu memberi gambaran setelah mencari topik dari berbagai sumber.
6. Mempertimbangkan perbedaan dari berbagai sudut pandang
h. Faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan berpikir kritis
Berdasarkan beberapa ahli (Kort, 1987; Sobur, 2003; Maryam, 2006; Hassoubah, 2008), faktor-faktor yang mempengaruhi berpikir kritis diantaranya :
1. Cara pandang seseorang didalam memahami dan menilai sesuatu 2. Tingkat intelegensi/ kecerdasan seseorang
3. Motivasi yang dimiliki
4. Pengalaman - pengalaman yang telah diperoleh 5. Faktor latar belakang dan budaya seseorang 6. Keadaan emosi/ kecemasan
7. Dan kondisi fisik
B. Kerangka Teori
Bagan 2. 1 Kerangka Teori
Sumber : Gusrini et al., (2010) ; Sobur, 2003; Maryam, 2006; Hassoubah, 2008), (Parmele et al, 2012)
Metode Pembelajaran
Student Center Leraning Teacher Centered Learning
Tahap – tahap Team Based Learning :
1. Pre- class Preparation Belajar mandiri
2. Readiness Assurance a. Ujian pre test untuk
kesiapan mahasiswa b. Ujian pre test untuk
kelompok c. Penulisan
kesimpulan oleh kelompok d. Dosen
mengklarifikasi jawaban mahasiswa (feedback)
3. Aplication of Course Concepts
Aplikasi pembelajaran konsep di luar kelas
Peningkatan kemampuan berpikir kritis mahasiswa melalui Team Based Learning
Team Based Learning
Faktor – faktor yang
mempengaruhi pembelajaran Team Learning :
1. Kepemimpinan kelompok 2. Teknologi yang digunakan 3. Kemampuan kognitif 4. Pengetahuan
5. Kepribadian Faktor – faktor yang
mempengaruhi berpikir kritis mahasiswa : 1. Cara pandang
2. Tingkat intelegensi atau kecerdasan seseorang 3. Motivasi yang dimilik 4. Pengalaman-pengalaman
yang telah diperoleh 5. Faktor latar belakang dan
budaya seseorang 6. Keadaan emosi atau
C. Kerangka Konsep
Keterangan :
_________ : Diteliti --- : Tidak diteliti
Bagan 2.2 Kerangka Konsep Pengaruh Penerapan Metode Pembelajaran Team Based Learning Terhadap Kemampuan Kerpikir kritis pada
mahasiswa DIII di STIKES Satria Bhakti Nganjuk Faktor faktor yang mempengaruhi kemampuan berpikir kritis seseorang :
1. Cara pandang seseorang didalam memahami dan menilai sesuatu
2. Tingkat intelegensi/ kecerdasan seseorang 3. Motivasi yang dimiliki
4. Faktor latar belakang dan budaya seseorang
Kemampuan berpikir kritis mahasiswa
Model Pembelajaran Konvensional Model Pembelajaran Team Based Learning (Tahap-tahap) :
1. Pre- class Preparation Belajar mandiri
2. Readiness Assurance
a. Ujian pre test untuk kesiapan mahasiswa b. Ujian pre test untuk kelompok
c. Penulisan kesimpulan oleh kelompok d. Dosen mengklarifikasi jawaban
mahasiswa (feedback) 3. Aplication of Course Concepts
Aplikasi pembelajaran konsep di luar kelas
5. Pengalaman-pengalaman yang telah diperoleh 6. Keadaan emosi/ kecemasan
D. Hipotesis Penelitian
Hipotesa dalam penelitian ini adalah
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan design penelitian Quasy Experiment pre and post test with control group. Penelitian ini ingin mengetahui pengaruh penerapan metode pembelajaran Team Based Learning terhadap kemampuan berpikir kritis mahasiswa keperawatan di Program Studi DIII Keperawatan STIKES Satria Bhakti Nganjuk.
Penelitian ini menggunakan 2 kelompok, yaitu kelompok intervensi dan kelompok kontrol pada mahasiswa semester IV di Prodi DIII Keperawatan STIKES Satria Bhakti Nganjuk. Adapun bentuk rancangan penelitian ini adalah sebagai berikut ini :
Kelompok intervensi : 01 X 02 Kelompok Kontrol : 03 04
Keterangan :
01 : nilai pre test berpikir kritis kelompok intervensi Team Based Learning
02 : nilai post test berpikr kritis kelompok intervensi Team Based Learning
B. Populasi Dan Sampel Penelitian 1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua mahasiswa semester IV program DIII Keperawatan di STIKES Satria Bhakti Nganjuk tahun ajaran genap 2015 /2016 yang berjumlah 70 mahasiswa
2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan tehnik Total Sampling dengan mempertimbangan kriteria inklusi dan ekslusi. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa semester IV program DIII Keperawatan di STIKES Satria Bhakti Nganjuk tahun ajaran genap 2015 /2016.
Adapun kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah mahasiswa yang bersedia diteliti menjadi responden sedangkan untuk kriteria eklusi adalah mahasiswa yang tidak hadir satu kali atau lebih pada saat penelitian dilakukan.
Berdasarkan kriteria inklusi yaitu responden yang telah mengikuti 7 kali pembelajaran dengan TBL untuk kelompok intervensi dan 7 kali mengikuti metode pembelajaran ceramah untuk kelompok kontrol. Maka jumlah responden untuk kelompok intervensi yaitu 31 mahasiswa, sedangkan untuk kelompok kontrol adalah 32 mahasiswa. Sehingga jumlah keseluruhan sampel penelitian adalah 63 mahasiswa. C. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Semester IV Program Studi DIII Keperawatan STIKES Satria Bhakti Nganjuk pada tanggal 19 April – 31 Mei 2016. D. Varibel Penelitian
1. Variabel bebas / independen
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Team-Based Learning. 2. Variabel terikat / dependen
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kemampuan berpikir kritis. E. Definisi Operasional
Tabel. 3.1 Definisi operasional penelitian pengaruh penerapan metode pembelajaran Team Based Learning terhadap kemampuan berpikir kritis mahasiswa keperawatan di Program Studi DIII Keperawatan STIKES Satria Bhakti Nganjuk
No. Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur
Skala
1. Team Based Learning
Pembelajaran aktif dengan kelompok kecil 5-7 orang yang menyediakan
kesempatan kepada mahasiswa untuk mengaplikasikan pengetahuan ke dalam konsep mata kuliah yang diajarkan.
[image:61.595.99.540.533.749.2]2. Kemampuan Berpikir kritis
Kemampuan
mahasiswa dalam mengiinterpretasi, menganalisis,
mengevaluasi, dan membuat kesimpulan terhadap konsep dengan didasari suatu pertimbangan yang konstektual. Yang diukur sebelum TBL, setelah TBL 3 kali, 5 kali dan tujuh kali.
Lembar kuesioner Berpikir kritis Ennis dalam Hassaobah (2008: 87)
Skala likert Rasio
F. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini alat ukur berpikir kritis menggunakan instrument berpikir kritis Ennis dalam Hassaobah (2008: 87). Kuesioner ini terdiri 5 indikator (memberikan penjelasan sederhana, membangun keterampilan dasar, menyimpulkan, memberikan penjelasan lanjut, mengatur strategi dan taktik). Kuesioner ini terdiri dari 35 pernyataan. Dari masing masing pernyataan jawaban berdasarkan skala likert SS = sangat setuju, S = setuju, TS = tidak setuju, STS = sangat tidak setuju.
[image:62.595.98.544.112.280.2]Adapun instrument berpikir kritis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
Tabel 3.2 Instrumen Penelitian Kemampuan Berpikir Kritis
No Indikator ∑ Soal No. Soal
1 Memberikan penjelasan sederhana 9 1- 9 2 Membangun ketrampilan dasar 11 10 – 20
3 Menyimpulkan 7 21 – 27
G. Cara Pengumpulan Data
Cara pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Tahap persiapan
a. Penelitian dilaksanakan setelah dinyatakan lolos uji etik oleh
Komisi Etik Penelitian Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
b. Peneliti mengajukan ijin penelitian kepada Ketua STIKES Satria
Bhakti Nganjuk (persetujuan penelitian)
c. Membuat Modul pembelajaran Team Based Learning d. Melakukan Apersepsi dengan TIM Penelitian
a) Cara Pemberian metode pembelajaran Team Based Learning b) Jadwal pembelajaran TBL (peneliti 4 kali TBL dan 4 kali
ceramah, TIM 3 kali TBL dan 3 kali ceramah). c) Topik materi yang akan diajarkan oleh TIM
d) Jadwal pre test dan post test setelah pemberian TBL / ceramah ketiga, kelima dan ketujuh
e. Melakukan uji coba dan evaluasi cara pembelajaran TIM
2. Tahap Pemilihan Sampel
Dalam penelitian ini tehnik sampel yang digunakan adalah Total Sampling, selanjutnya dalam tahap ini peneliti membentuk sampel penelitian. Kelompok intervensi dan kelompok kontrol adalah mahasiswa semester IV DIII Keperawatan STIKES Satria Bhakti Nganjuk.
3. Tahap Pelaksanaan
Aktivitas pembelajaran ini diterapkan oleh peneliti. Adapun tahapan-tahapan pelaksanaan penelitian ini sebagai berikut :
a. Peneliti menyusun perencanaan pembelajaran dan membuat modul materi pembelajaran Team Based Learning.
b. Menjelaskan tujuan penelitian, manfaat serta prosedur penelitian kepada responden.
c. Responden dipersilahkan menandatangani lembar persetujuan informed consent bagi mahasiswa yang bersedia menjadi responden.
d. Peneliti dan Tim melakukan pre-test untuk mengukur kemampuan berfikir kritis . Hasil pre-test kumulatif mahasiswa dijadikan acuan dalam pembentukan kelompok TBL pada kelompok intervensi. e. Peneliti dan TIM melaksanakan proses pembelajaran. Adapun
proses pembelajaran dengan metode TBL terhadap kelompok intervensi dijelaskan sebagai berikut :
responden. Mahasiswa yang tergolong skor pre test tertinggi (6 besar) dan mempunyai IPK yang bagus ditunjuk sebagai koordinator kelompok dan mahasiswa yang nilai pre test kurang baik serta nilai IPK yang rendah atau sedang diberikan kebebasan untuk memilih anggota timnya. Tetapi pembagian kelompok ini tetap mempertahankan aturan didalam setiap kelompok terdiri dari nilai tinggi, sedang dan rendah. Setiap kelompok terdiri dari 6 mahasiswa. Pembagian kelompok dengan metode ini diharapkan agar setiap kelompok mempunyai sumber daya yang berimbang dan antar anggota dapat saling mendukung serta bekerjasama dalam tim.
2) Intervensi TBL dimulai dengan pemberian modul materi
kuliah. Setiap mahasiswa kelompok intervensi mendapat modul untuk dipelajari di rumah sehari sebelum pertemuan di kelas. Modul kuliah diberikan kepada kelompok intervensi setelah pre test dilaksanakan. Pada hari yang telah dijadwalkan, kelompok intervensi diberi tugas untuk mengerjakan soal secara individual.
3) Soal yang telah dikerjakan secara individual diminta
4) Ketika satu kelompok mempresentasikan jawaban soal kelompok lain diberi kesempatan untuk bertanya atau menyanggah pendapat kelompok presentasi. Dosen memberikan feed back dalam diskusi antar kelompok tersebut. Setelah semua kelompok mempresentasikan jawaban soal yang telah ditentukan. Dosen mengulas kembali sebagai bentuk penguatan dalam pembelajaran.
f. Proses belajar mengajar menggunakan metode TBL maupun konvensional dilakukan sesuai jadwal mata Kuliah Maternitas yang telah ditetapkan selama 7 kali pertemuan. Setiap pertemuan membahas 1 topik materi. Adapun topik materi yang dibahas adalah Kista Ovarium, Ca cervik, Ca mamae, Myoma uteri, Endometritis, Kehamilan dengan DM dan Kehamilan dengan penyakit paru. Sebelum proses pembelajaran dilakukan pre test dan sesudah pembelajaran dilakukan post test. Tujuan pre test dan post test tersebut untuk mengetahui pemahaman mahasiswa tentang materi yang diberikan.
g. Peneliti dan TIM melakukan post-test dengan cara meminta mahasiswa untuk mengisi kuesioner berfikir kritis sesudah mendapatkan kegiatan pembelajaran ketiga (post test I), lima (post test II) dan tujuh kali (post test III) baik untuk kelompok intervensi (TBL) maupun kelompok kontrol (ceramah). Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui perbedaan kemampuan berpikir kritis pada mahasiswa.
Bagan 3.2 Alur Pengumpulan Data Populasi semua mahasiswa semester IV DIII Keperawatan STIKES Satria Bhakti Nganjuk
yang berjumlah 70 mahasiswa
Sampel penelitian adalah 63 mahasiswa
Kelompok Kontrol n = 32 Responden Kelompok Intervensi n = 31
Responden
Analisa Data Pre test berpikir kritis
Kelompok Intervensi mendapatkan Model Pembelajaran Team Based Learning sebanyak 7 kali :
1. Responden belajar mandiri di luar kelas
2. Responden mengerjakan pre test 10 soal pilihan ganda selama 15 menit
3. Responden dibagi dalam 6 kelompok kecil dan mengerjakan ujian pre test kelompok
4. Responden mengumpulkan hasil jawaban dari diskusi kelompok kemudian responden mempresentasikan hasil jawaban diskusi kelompok di kelas
5. Dosen memberikan umpan balik / mengklasifikasi jawaban responden
6. Aplikasi konsep di luar kelas
Kelompok kontrol mendapatkan pembelajaran
dengan metode ceramah sebanyak 7 kali
Post test berpikir kritis setelah pertemuan ketiga, lima dan ke tujuh Uji Validitas
n = 45
Apersepsi metode TBL
H. Validitas Dan Realibilitas 1. Validitas
Instrumen penelitian kemampuan berpikir kritis dalam penelitian ini telah dilakukan Uji validitas pada mahasiswa semester II yang berjumlah 45 mahasiswa. Alasan yang mendasari pemilihan responden untuk uji validitas ini mahasiswa semester II mempunyai latar belakang metode pembelajaran yang sama dengan sampel penelitian. Kemudian dilakukan uji korelasi Product Moment. Jika r hitung lebih besar dari r tabel maka dikatakan valid. Instrumen berpikir kritis dalam penelitian ini telah dilakukan tiga kali uji validitas baru didapatkan semua soal mempunyai nilai r hitung yang lebih besar dari 0,294. 2. Reliabilitas
Instrumen penelitian kemampuan berpikir kritis pada penelitian ini menggunakan kuesioner berpikir kritis Ennis dalam Hassaobah (2008: 87), yang dilakukan uji reabilitasnya. Reliabilitas kuesioner diukur dengan nilai alpha cronbach. Kuisioner dianggap reliabel bila nilai alpha cronbach lebih besar dari 0.60. Nilai alpha cronbach untuk intsrumen berpikir kritis dalam penelitian ini sebesar 0.763. Sehingga dinyatakan reliabiliti.
I. Pengolahan Dan Metode Analisis Data
perhitungan untuk menjawab rumusan masalah dan menguji hipotesa. Dalam analisis statistik parametrik terdapat persyaratan yang harus dipenuhi yaitu uji normalitas dan homogenitas.
1. Uji normalitas
Data yang ada dalam penelitian ini diuji normalitas dengan menggunakan teknik uji normalitas data analitik Kolmogorov-Smirnov karena jumlah sampel lebih dari 30. Data baik untuk kelompok intervensi maupun kelompok kontrol berdistribusi normal. Dengan nilai Kolmogorov-Smirnov > 0.05. Adapun hasil uji normalitas dapat dijelaskan dalam tabel berikut.
Tabel 3.3 Uji Normalitas Data Variabel Penelitian Kemampuan Berpikir Kritis Pada Kelompok Intervensi
Rata – rata
Standart Deviasi
Kolmogorov – Smirnov Z p
Pretest 96.42 8.63 0.630 0.822
Postest I 101.32 8.52 1.331 0.058 Postest II 107.42 9.20 1.166 0.132 Posttest III 113.07 8.63 0.802 0542
Berdasarkan hasil uji Kolmogorov-Smirnov menunjukkan bahwa angka signifikansi pada kelompok intervensi lebih besar dari 0.05, sehingga data tersebut berdistribusi normal.
Tabel 3.4 Uji Normalitas Data Variabel Penelitian Kemampuan Berpikir Kritis Pada Kelompok Kontrol
Rata – rata
Standart Deviasi
Kolmogorov
– Smirnov Z P
Pretest 92.22 6.70 0.947 0.332
[image:69.595.158.512.649.753.2]Hasil uji Kolmogorov-Smirnov menunjukkan bahwa angka signifikansi pada kelompok kontrol lebih besar dari > 0.05, sehingga data berdistribusi normal.
2. Uji Homogenitas
Dalam uji ini untuk mengetahui apakah kedua data mempunyai varian yang homogen atau tidak, ini dapat menggunakan uji Lavene Test. Data yang mempunyai variansi sama atau homogen jika nilai signifikansinya > 0.05 (Huriah, 2014). Adapun hasil uji homogenitas pada kelompok intervensi dan kontrol sebelum dilakukan penelitian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut ini.
Tabel 3.5 Uji Homogenitas Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol
Lavene Statistik P
Pretest Kemampuan
Berpikir Kritis 3.12 0.079
Hasil uji Levene pada nilai pretest kemampuan berpikir kritis menunjukkan nilai signifikansi lebih besar dari 0.05. Hal ini berarti bahwa kemampuan berpikir kritis mahasiswa sebelum dilakukan intervensi mempunyai variansi yang sama atau homogen.
3. Analisis univariat a. Data Umum
b. Data Khusus
Data kemampuan berpikir kritis mahasiswa diberikan skor sesuai skala likert. Jika pernyataan positif maka diberikan penilaian 1 jika responden sangat tidak setuju dengan pernyataan, skor 2 jika responden tidak setuju terhadap pernyataan, skor 3 jika responden setuju terhadap pe