• Tidak ada hasil yang ditemukan

TA : Perancangan Media Iklan Batik Surabaya Sebagai Upaya Memperkenalkan Produk Budaya Lokal.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "TA : Perancangan Media Iklan Batik Surabaya Sebagai Upaya Memperkenalkan Produk Budaya Lokal."

Copied!
135
0
0

Teks penuh

(1)

MEMPERKENALKAN PRODUK

BUDAYA LOKAL

TUGAS AKHIR

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Sarjana Desain

Oleh :

Nama : ANNISA TIARA KURNIASARI NIM : 10.42010.0022

Program : S1 (Strata Satu)

Jurusan : Desain Komunikasi Visual

SEKOLAH TINGGI

MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER SURABAYA

(2)

iii

MEMPERKENALKAN PRODUK

BUDAYA LOKAL

Dipersiapkan dan disusun oleh:

ANNISA TIARA KURNIASARI NIM : 10.42010.0022

Telah diperiksa, diuji dan disetujui oleh dewan penguji Pada : 18 Agustus 2014

Susunan Dewan Penguji Pembimbing

I. Achmad Yanu Alif Fianto, S.T., MBA

II. Wahyu Hidayat, S.Sn

Penguji

I. Karsam, MA., Ph.D

II. Darwin Yuwono Riyanto, S.T., M.Med.Kom

Tugas Akhir ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan Untuk memperoleh gelar sarjana

Pantjawati Sudarmaningtyas, S.Kom, M.Eng. OCA Pembantu Ketua Bidang Akademik

(3)

iv

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Yang bertandatangan di bawah ini, saya:

Nama : Annisa Tiara Kurniasari

NIM : 10.42010.0022

Dengan ini menyatakan bahwa Laporan Tugas Akhir saya yang berjudul

Perancangan Media Iklan Batik Surabaya Sebagai Upaya Memperkenalkan Produk Budaya Lokal yang dibuat pada bulan Februari 2014 hingga Agustus 2014, merupakan karya asli kecuali kutipan yang dicantumkan pada daftar pustaka

saya. Apabila dikemudian hari ditemukan adanya tindak plagiat pada Tugas Akhir

ini, maka saya bersedia untuk dilakukan pencabutan terhadap gelar kesarjanaan

yang telah diberikan kepada saya.

Demikian lembar pengesahan ini saya buat dengan sebenarnya.

Surabaya, 15 Agustus 1014

(4)

v

SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA

UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertandatangan di bawah ini, saya:

Nama : Annisa Tiara Kurniasari

NIM : 10.42010.0022

Menyatakan demi kepentingan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni, menyetujui

bahwa karya Tugas Akhir yang berjudul Perancangan Media Iklan Batik Surabaya Sebagai Upaya Memperkenalkan Produk Budaya Lokal untuk disimpan, dipublikasikan atau diperbanyak dalam bentuk apapun oleh Sekolah

Tinggi Manajemen Informatika & Teknik Komputer Surabaya.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Surabaya, 15 Agustus 2014

(5)

vi

LEMBAR MOTTO

(6)

vii

LEMBAR PERSEMBAHAN

Karya ini penulis persembahkan untuk

Kedua Orang Tua dan Orang-orang terkasih,

Untuk semua doa dan semangat yang tidak pernah habis diberikan .

Para Dosen yang tidak pernah lelah membimbingku.

(7)

viii

But not a lot of people in Surabaya itself is aware of the existence of batik Surabaya. Therefore, it needs a medium in order to accommodate all the information about batik Surabaya to introduce local cultural products. The design using observation, interview, literature, and documentation. The concept is used to direct the design of the media is "Modern Culture". The concept is implemented to some advertising media such as billboards, posters, magazines, newspapers, brochures and flyers as a supporting medium by using manual drawing illustrations on the media.

(8)

ix

oleh legenda dan asal usul kota Surabaya. Namun tidak banyak dari masyarakat Surabaya sendiri yang mengetahui akan adanya batik Surabaya. Oleh karena itu dibutuhkan suatu media guna menampung segala informasi tentang batik Surabaya guna memperkenalkan produk budaya lokal. Perancangan menggunakan teknik observasi, wawancara, kepustakaan, dan dokumentasi. Konsep yang digunakan untuk mengarahkan perancangan media adalah

“Modern Culture”. Konsep tersebut diimplementasikan kepada beberapa media

iklan seperti Billboard, poster, majalah, surat kabar, brosur dan flyer sebagai media pendukung dengan menggunakan ilustrasi manual drawing pada media.

(9)
(10)

xiii

3.1 Metodologi penelitian ... 34

3.2 Prosedur Perancangan ... 34

3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 38

3.3.1 Data dan Sumber Data ... 38

2.3.2 Teknik Pengambilan Data ... 39

3.4 Analisis Data ... 43

3.4.1 Metode Analisis Deskriptif-Kualitatif ... 43

3.4.2 Hasil Wawancara ... 44

3.4.3 Analisis Data Wawancara ... 50

3.4.4 Studi Eksisting ... 54

3.5 Analisis SWOT ... 56

3.6 Segmentasi Batik Surabaya ... 57

3.6.1 Segmentasi Pasar Batik Surabaya ... 57

3.6.2 Segmentasi Perancangan Media Iklan ... 58

3.7 Analisis Batik Surabaya ... 60

3.7.1 Positioning ... 60

3.7.2 Keunggulan Batik Surabaya ... 62

3.7.3 Keterbatasan Yang Dimiliki Batik Surabaya ... 62

3.7.4 Peluang Yang Dimiliki Batik Surabaya ... 62

3.7.5 Tantangan Yang Dihadapi Batik Surabaya ... 62

3.7.6 Data Target Market ... 63

3.7.7 Unique Selling Proposition ... 63

(11)

xiv

4.2.1 Alternatif Sketsa Media Billboard ... 89

4.2.2 Final Design Media Billboard ... 90

4.3 Media Surat Kabar ... 91

4.3.1 Alternatif Sketsa Surat Kabar ... 92

4.3.2 Final Design Surat Kabar ... 93

4.4 Media Majalah ... 94

4.4.1 Alternatif Sketsa Majalah ... 95

4.4.2 Final Design Majalah ... 96

4.5 Media Brosur ... 98

4.5.1 Alternatif Sketsa Brosur ... 99

4.5.2 Final Design Brosur ... 100

4.6 Media Flyer ... 102

4.6.1 Alternatif Sketsa Flyer ... 103

4.6.2 Final Design Flyer ... 104

4.7 Media Poster... 106

4.7.1 Alternatif Sketsa Poster ... 107

4.7.2 Final Design Poster ... 108

4.9 Sosial Media ... 110

4.9 Implementasi Pengujian Hasil Desain ... 111

(12)

xv

(13)

xvi

Gambar 2.1 Proses Pengerjaan Batik Saraswati ... 10

Gambar 2.2 Motif Ayam Jago 11 ... 11

Gambar 4.11 Sketsa Alternatif Flyer... 102

Gambar 4.12 Final Desain Flyer ... 103

(14)
(15)

xviii

Tabel 3.1 Analisis Keyword ... 65

Tabel 4.1 Prosentase Responden ... 111

(16)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Batik merupakan suatu perpaduan antara seni (art) dan kerajinan (craft)

pada selembar kain dengan menggunakan teknik pelapisan lilin secara tradisional.

Batik adalah warisan adiluhung bangsa Indonesia yang sudah mendunia. Batik di

Indonesia merupakan suatu keseluruhan teknik, teknologi, serta pengembangan

motif dan budaya terkait, yang oleh UNESCO ditetapkan sebagai Warisan

Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Non-Bendawi (Masterpieces of the Oral

and Intangible Heritage of Humanity) sejak Oktober 2009 (Musman & Asti,

2011) Indonesia adalah negara yang terkenal dengan budaya membatik dimana

hampir dari setiap kota di Indonesia memiliki budaya membatik salah satunya

adalah Batik Surabaya. Hanya saja Batik Surabaya tidak terlalu diekspos oleh

Pemerintahan Kota Surabaya, sehingga banyak dari masyarakat Surabaya sendiri

yang tidak tahu akan keberadaanya sebagai produk budaya lokal. Oleh karena itu

tujuan dari penelitian ini diarahkan guna merancang Media Iklan dari Batik

Surabaya sebagai upaya memperkenalkan produk budaya lokal.

Menurut Kasali (2000) Iklan merupakan sebuah pesan yang menawarkan

suatu produk kepada masyarakat melalui media. Dimana iklan lebih bersifat

membujuk orang untuk mau membeli apa yang ditawarkan dalam iklan.

(17)

lebih pada produk sehingga produk akan masuk dalam daftar pertimbangan

konsumen sebelum membeli.

Setiap daerah di Indonesia memiliki ciri khas tersendiri atas batik dimana

batik tiap daerah juga melambangkan masing-masing suku di Indonesia yang

mengacu pada keanekaragaman. Hal tersebut menjadi landasan untuk memilih

suatu ikon yang berhubungan langsung dengan identitas Indonesia sebagai objek

dari penelitian.

Berbeda dengan daerah-daerah lain seperti Yogyakarta yang sangat kental

akan unsur budaya dan pariwisatanya. Surabaya bahkan dapat dibilang bukan

suatu kota yang memiliki tradisi membatik. Surabaya lebih dikenal sebagai kota

bisnis dan dagang, yang dipertegas dengan kata Sparkling Surabaya sebagai

branding kota. Selain itu juga semakin banyak banguan toko dan pusat

perbelanjaan yang ada di kota Surabaya. Tetapi bukan berarti kota Surabaya tidak

memiliki peluang untuk ikut melestarikan apa yang menjadi identitas dari

Indonesia.

Surabaya merupakan salah satu kota kosmopolitan, dimana penduduknya

berasal dari berbagai daerah sebagai pendatang sehingga adanya perpaduan

budaya metropolis dengan budaya penduduk asli Surabaya yang membuat

Surabaya kaya akan budaya. Hal ini juga tercermin dalam motif batik yang

diproduksi oleh para produsen batik di Surabaya, yang sebagian besar pengrajin

batiknya berasal dari berbagai daerah (Anshori, 2011).

Batik surabaya tidak seperti batik dari daerah pesisir lain yang jejak

(18)

adalah daerah transit perdagangan. Menurut Bapak Lintu Sulistyantoro seorang

pengamat batik dan Ketua dari Komunitas Batik se Jawa Timur atau yang lebih

dikenal dengan sebutan KIBAS saat ditemui pada hari Selasa 6 Mei 2014,

menyatakan bahwa Batik Surabaya merupakan sebuah produk baru yang dibuat

oleh para pengrajin batik di Surabaya. Motif yang diangkat juga seputar Surabaya.

Sekilas batik Surabaya tampak tidak berbeda dengan batik Madura atau Batik Jetis

asal sidoarjo yang sempat menjadi primadona di akhir dan awal tahun 1900 dan

merupakan pasar batik yang cukup besar disaat itu, akan tetapi jika diamati

dengan detail maka akan tampak perbedaanya. Batik Surabaya memiliki konsep

warna yang kuat dan berani. Selain itu batik Surabaya juga memiliki motif-motif

khas seperti, kembang semanggi, ayam jago dalam legenda sawunggaling, perahu

khas Surabaya, serta iklan sura dan buaya yang juga merupakan ikon dari kota

Surabaya.

Perkembangan zaman yang pesat saat ini, dan teknologi yang semakin maju

membuat budaya barat masuk begitu mudah dan cepat diterima di masyarakat.

Hal tersebut mempengaruhi gaya dan pola pikir dari masyarakat terutama

kalangan anak muda yang mulai melupakan budayanya sendiri. Dimana

nilai-nilainya sudah mulai tergerus, bahkan anak muda sendiri seperti enggan untuk

menggunakan Batik, dan Batik dianggap sebagai busana formal yang digunakan

oleh para orang tua dan kantoran serta dalam menghadiri acara tertentu yang

bersifat formal.

Namun saat ini batik kembali digemari dimasyarakat. Saat ini batik tulis

(19)

motif khas diantaranya menonjolkan motif legenda dan kepahlawanan, motif

semanggi, dan lain sebagainya. Hal ini dapat membuka peluang batik Surabaya

mendapat aware dari masyarakat dan akan mendorong para pengrajin batik untuk

terus berkreasi menampilkan motif-motif baru, guna membidik konsumen

misalnya Pegawai Negeri Sipil (PNS) atau yang diwajibkan memakai batik pada

hari Jumat.

Ibu Hj. Putu Sulistiani Prabowo, adalah salah satu pengrajin batik surabaya.

Saat ditemuni di galeri miliknya pemilik “Workshop dan Galeri Batik Surabaya”

yang ada di daerah Jemursari Utara Surabaya, mengaku mampu menjual sekitar

200 lembar batik per bulan, dengan harga berkisar Rp.650.000 per lembar kain

katun dan sutera, Rp.6.000.000 untuk jenis sarimpit (busana untuk laki-laki dan

wanita).

Wanita kelahiran Singaraja, Bali yang telah menggeluti usaha batiknya sejak

tahun 2004 dan kebanyakan dari konsumennya adalah para ibu muda, serta pria

dan wanita diatas 25 tahun. Beliau mengatakan jarang sekali anak muda yang

membeli produknya. Ditemui di Gallery Batik Surabaya miliknya pada Selasa 15

April 2014, beliau berpendapat hal ini dikarenakan belum dikenalnya batik

Surabaya dikalangan anak muda usia 25 tahunke bawah. Selain itu, pemerintah

Surabaya sendiri juga kurang mengekspos adanya batik Surabaya.

Pernyataan yang sama juga dipaparkan oleh Ibu Yuni, seorang staf bidang

promosi di Dinas Pariwisata Surabaya dalam wawancara pada Selasa 8 Maret

2014. Dikatakan bahwa, selama ini memang belum ada kegiatan promosi yang

(20)

kerjasama dengan para pengrajin dan pengusaha batik Surabaya untuk mengisi

pameran pada acara tertentu.

Tidak hanya Ibu Putu yang berpendapat bahwa kurang dieksposnya batik

Surabaya membuat tidak banyak masyarakat yang tahu akan keberadaanya. Hal

yang sama juga dikeluhkan oleh Ibu Sance, juga salah seorang pengrajin batik

Surabaya yang mengawali usahanya pada tahun 2010. Ditemui di kediamanya di

daerah Benowo pada hari Kamis 10 April 2014, pemilik usaha batik “Semanggi”

ini menunjukan beberapa produk batiknya seperti batik tulis berukuran 2 meter

yang dibandrol dengan harga Rp.250.000/potong, batik cap, dan kreasi baru

berupa tutup gelas yang dibalut dengan kain batik, dimana dalam setiap desainya

menggunakan motif semanggi ini juga mengeluhkan kesulitan mempromosikan

produknya.

Sebagian besar masyarakat Surabaya sebagai konsumen batik memang

menggunakan batik sebagai bahan baku busana modern. Busana yang digunakan

oleh para pria dan wanita (Anshori, 2011) Fenomena ini merupakan peluang yang

dapat dimanfaatkan untuk membuat Batik Surabaya berkembang dan lebih dikenal

dimasyarakat seperti Batik dari Madura dan Batik Jetis yang lebih dikenal

masyarakat.

Belum adanya kegiatan iklan yang dilakukan sehingga Batik Surabaya

kurang dikenal dan diingat oleh calon konsumen. Meningkatkan kesadaran adalah

suatu cara kerja untuk memperluas pasar brand, kesadaran juga mempengaruhi

persepsi dan tingkah laku. Maka dari itu penting untuk tetap melakukan sebuah

(21)

(Durianto,2004) Promosi merupakan suatu kegiatan komunikasi yang dilakukan

oleh pemasar yang memiliki tujuan menginformasikan dan mengingatkan calon

pembeli mengenai sebuah produk untuk memperoleh suatu respon dan media

sebagai wadahnya yang menampung informasi untuk disampaikan kepada

masyarakat (Lamb,2001).

Menurut Virgiola (2011) Strategi pemasaran merupakan informasi yang

sangat penting agar dapat memberitahukan tentang produk yang ditawarkan oleh

sebuah perusahaan dan menempatkannya di benak konsumen. Maka dari itu, perlu

adanya kegiatan yang efektif untuk menyampaikan informasi tersebut atau yang

biasa disebut dengan kegiatan promosi.

Pada umumnya konsumen cenderung membeli produk dengan brand yang

sudah dikenalnya atas dasar kenyamanan, keamanan, dan lain-lain karena brand

yang sudah dikenal dapat dipercaya (Durianto, 2004). Oleh sebab itu sangat perlu

adanya kegiatan iklan dari batik Surabaya untuk membangun dan mengangkat

rasa aware terhadap produk. Untuk membantu kegiatan iklan dari batik Surabaya,

perlu beberapa media untuk menampung segala informasi yang akan disampaikan

seperti brosur, flyer, poster, iklan koran dan majalah, serta Billboard . Dengan

begitu masyarakan dan para calon konsumen akan mampu mengingat suatu merek

tertentu atau iklan secara spontan setelah dirancang dengan kata-kata kunci.

Kesadaran ini digunakan sebagai salah satu indikator efektifitas pemasaran

(Rochaety, 2005).

Perancangan media iklan dan strategi pemasaran inilah yang akan

(22)

meningkatkan kesadaran akan keberadaan Batik Tulis Surabaya. Diharapkan

dengan semakin terkenalnya Batik Surabaya dapat menjadikan Batik Tulis

Surabaya sebagai salah satu pusat batik dan sandang yang terkenal, dengan

kualitas terjaga. Dengan dilakukanya perancangan Media Iklan Batik Surabaya

sebagai sarana informasi guna Memperkenalkan Produk Budaya Lokal

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dibahas, maka dapat

dirumuskan bahwa permasalahannya, yaitu bagaimana merancang "Media Iklan

Batik Surabaya, Sebagai Upaya Memperkenalkan Produk Budaya Lokal

1.3 Batasan Masalah

Adapun beberapa batasan masalah dari perancangan Media Iklan adalah :

Membuat konsep perancangan dan media iklan dari Batik Surabaya.

1.4 Tujuan

Berdasarkan pada perumusan masalah diatas, maka tujuan yang ingin

dicapai dari perancangan ini adalah sebagai berikut:

1. Merancang media iklan dan promosi dari Batik Surabaya, Sebagai Upaya

Memperkenalkan Produk Budaya Lokal”.

(23)

1.5 Manfaat

Tugas Akhir ini diharapkan dapat memberikan manfaat lain sebagai berikut:

1. Diharapkan hasil penelitian menjadi referensi bagi kalangan akademis,

khususnya program studi desain komunikasi visual dalam bidang

perancangan Media Iklan.

2. Dari hasil penelitian dapat diaplikasikan kepada para pengrajin batik dan

usaha batik perorangan yang hendak merancang Media Iklan dan

(24)

9

Bab ini menguraikan tentang konsep dan teori yang memperkuat

perancangan. Dengan adanya referensi diharapkan perancangan ini dapat

membuahkan hasil yang maksimal.

2.1 Batik Surabaya

Batik Surabayatidak seperti daerah lain yang bisa ditelusuri jejak sejarah

perkembangan batiknya. Batik Surabaya agak susah karena dulu adalah daerah

transit untuk perdagangan. Sekilas, batik Surabaya memang tidak berbeda dengan

batik kebanyakan seperti batik Madura atau Batik Kenongo asal Sidoarjo. Namun,

jika diamati secara detail maka akan tampak perbedaannya. Desain batik khas

Surabaya memiliki konsep warna yang kuat dan berani seperti gambaran orang

Surabaya yang berani dan kuat. Batik surabaya memiliki ciri khas seperti, motif

Kembang Semanggi, Ayam Jago dalam legenda Sawunggaling, perahu khas

Surabaya, serta ikan Sura dan Buaya.

Batik-batik seperti itu terlihat pada batik karya Hj. Putu Sulistiani Prabowo

pemilik Galeri Batik Surabaya. Berbagai produk batik yang dibuat semuanya

merupakan motif dengan latar belakang sejarah dan simbol Surabaya. Dalam

wawancara pada Selasa 15 April 2014, Ibu Putu menjelaskan saat ini motif suro

(25)

Gambar 2.1 Proses Pengerjaan Batik Dewi Saraswati Sumber : Observasi lapangan penulis (Selasa, 15 April 2014)

Sekilas Batik Dewi Saraswati memiliki banyak kemiripan dengan batik dari

Tulungagung, hal ini karena sanggar batik Saraswati banyak memiliki tenaga

terampil dari Tulungagung. Kekhasan batik Surabaya Dewi Saraswati milik ibu

Putu ini terletak pada pemilihan warna serta motif desainya yang mengangkat

motif dan ornament spesifik dari Surabaya serta kualitas desainnya lebih halus

serta motifnya yeng lebih cermat. Selain itu unsur warna merah, biru, dan

hijaunya yang khas berbeda dengan merah, hijau, birunya batik Madura.

Tidak kalah menariknya dengan motif Sawunggaling, dimana motif ini

berasal dari kisah Joko Berek yang suka adu ayam. Joko Berek sendiri adalah

nama asli Sawunggaling. Putu memang tidak menggambarkan Sawunggaling atau

Joko Berek di dalam motif batiknya, namun hanya mengambil ayam jagonya saja.

Sebagai gambaran kota modern yang prural, warna-warna modern seperti ungu,

Osaka atau warna-warna lain yang jarang ada di pasaran banyak menjadi

(26)

Gambar 2.2 Motif Ayam Jago Surabaya, Karya Batik Saraswati (Koleksi Batik Sparkling)

Sumber : Yusak & Adi (2011: 304)

Tidak hanya menawarkan batik surabaya dengan desain yang menarik dan

kualitas yang terjaga, untuk memberikan kepuasan kepada para pelangganya di

tengah persaingan pasar Ibu Putu juga inovatif dan mengikuti perkembangan

mode salah satunya dengan menawarkan layanan Custom desain. Dimana para

pelanggan dapat memesan motif batik yang diinginkan. Selain itu Ibu Putu juga

menawarkan jasa menjahit untuk para pelangganya. Hal ini merupakan wujud Ibu

Putu yang peduli akan kepuasan pelanggan dan demi menjaga loyalitas

(27)

Gambar 2.3 Layanan Custom Desain Yang ditawarkan Ibu Putu Sumber : Observasi lapangan penulis (Selasa, 15 April 2014)

Selain batik tersebut, terdapat motif lain yang cukup dikenal yakni batik

Mangrove (bakau). Semula mangrove akan banyak dijumpai di sisi pantai

Kecamatan Rungkut ini tidak memiliki makna selain hanya untuk meredam

gelombang laut agar tidak mengikis pantai. Namun, belakangan mangrove

menjadi motif batik khas dari daerah rungkut atau yang lebih dikenal dengan batik

“SeRU” (Seni batik Mangrove Rungkut). Munculnya Batik mangrove tidak

terlepas dari peranan Lulut Sri Yuliani, salah satu warga sekaligus inisiator yang

prihatin dengan rusaknya lingkungan yang ada di kawasan konservasi pantai

Timur Surabaya.

Selain merusak lingkungan, banyak satwa yang terancam dan bahkan sering

terjadi abrasi dan erosi di sekitar pantai. Karena itulah, Lulut yang juga kordinator

batik SeRU dan aktivis lingkungan melakukan upaya pencegahan dengan

membuat batik mangrove. Ini merupakan kampanye yang paling efektif untuk

mengajak masyarakat peduli lingkungan, terutama banyaknya mangrove yang

(28)

Gambar 2.4 Kiri : Batik Mangrove dengan motif Mange Kasihan.(Koleksi Batik Aya). Kanan : Batik Mangrove dengan motif Ikan ( Koleksi EJCC)

Sumber : Yusak & Adi (2011: 306)

Adapun beberapa motif dari Batik mangrove yang sudah pernah dipamerkan

antara lain motif Aegieeras Comiculatum, a. floridum, Avieennia Alba, Bruguiera

Cylindrical, Lummitzera Racemaso, Acanthus ilicifolius, xycarpus granatum dan

sebagainya. Desain batik mangrove yang dihasilkan adalah sendiri murni

mengadopsi dari jenis-jenis mangrove yang hidup di rawa-rawa sekitar pantai

Wonorejo. Meski ada pengaruh dari batik Madura, akan tetapi batik mangrove

memiliki kekhasan tersendiri dimana sulur-sulur mangrovenya dan selalu dalam

bentuk batik tulis. ( http://jawatimuran.wordpress.com).

Tidak hanya ibu Putu dan Ibu Lulut yang mengembangkan usahanya di

bidang batik Surabaya, ada juga Ibu Sance yang merambah usaha batiknya lewat

“Batik Semanggi”. Usaha yang didirikan pada tahun 2010 ini diadaptasi dari

daerah sekitar tempatnya tinggal yaitu tepatnya di daerah Surabaya Barat yang

terkenal akan tempat tumbuh dan berkembang biaknya semanggi. Ditemui

dikediamanya di daerah benowo pada Kamis 10 April 2014, ibu Sance bercerita

tentang asal mula terbentuknya usaha yang berawal dari binaan PKK Pemkot

(29)

Gambar 2.5 Kiri : Papan Nama berada di depan Galeri. Kanan : Kemasan Batik Sumber : Observasi lapangan penulis (Kamis, 10 April 2014)

Batik semanggi ibu Sance juga memiliki ciri khas tersendiri. Selain

konsisten dengan selalu menggunakan motif semanggi dalam setiap desainya,

batik semanggi juga memiliki ciri khas warna yaitu dengan menggunakan

warna-warna “ngejreng” seperti biru, merah, kuning, dan pink. Untuk pemilihan warna

batiknya diciptakan tanpa filosofi tertentu dan mengalir begitu saja, namun

ornamen yang ditampilkan dalam batik memberikan visualisasi yang cantik dan

harmonis. Tak hanya berkarya dalam batik tulis yang dibandrol dengan harga Rp.

250.000/potong (2 meter), Batik Semanggi ibu Sance juga memberikan

penawaran berbeda berupa batik cap, batik jumput (Batik yang terbuat dari lilitan

karet dengan kelereng didalamnya), serta kreasi baru batik yang diaplikasikan

(30)

Gambar 2..6 Kiri : Batik tulis motif semanggi. Kanan : Batik cap motif semanggi Sumber : Observasi lapangan penulis (Kamis, 10 April 2014)

Gambar 2.7 Kiri : Batik Jumput. Kanan : Kreasi tutup gelas batik semanggi Sumber : Observasi lapangan penulis (Kamis, 10 April 2014)

2.2 Perancangan

Perancangan adalah langkah pertama dalam fase pengembangan rekayasa

produk atau sistem. Perancangan itu adalah proses penerapan berbagai teknik dan

prinsip yang bertjuan untuk mendefinisikan sebuah peralatan, satu proses atau satu

sistem secara detail yang membolehkan dilakukan realisasi fisik (Pressman,

(31)

2.3 Produk Budaya Lokal

Menurut Davidson (2006) warisan budaya merupakan suatu elemen pokok

dalam jati diri suatu kelompok atau bangsa. Dimana didalamnya terdapat hasil

budaya fisik dari tradisi yang berbeda serta prestasi spriritual dalam bentuk nilai

dari masa lalu. Dengan kata lain, warisan budaya adalah suatu hasil budaya fisik

(tangiable) serta nilai budaya (intangiable) dari masa lalu.

Berbagai macam wujud dari warisan budaya lokal memberikan masyarakat

kesempatan untuk dapat mempelajari kearifan lokal dan mengatasi masalah yang

dihadapi pada masa lalu. Hanya saja kearifan lokal seringkali dianggap tidak ada

relevansinya dengan masa sekarang. Hal ini menyebabkan banyak dari warisan

budaya yang lapuk dimakan oleh usia, terabaikan, terlantar, dan bahkan

dilecehkan serta tidak diketahui akan keberadaanya.

Berawal dari nilai kearifan lokal itulah, kemudian melekat dalam tatanan

masyarakat.Salah satunya adalah industri kreatif yang merupakan sarana aktifitas

yang tepat serta mampu memreprentasikan hasil-hasil kreatif dari masyarakat.

Salah satu bentuk nyata dari hasil karya cipta dari masyarakat surabaya itu sendiri

adalah dengan adanya batik Surabaya yang dihasilkan oleh para pengrajin batik di

Surabaya. Dimana motif batik Surabaya berkisah tentang asal usul kota Surabaya,

(32)

2.4 Iklan

Menurut Tambukara (2013) Iklan berasal dari bahasa inggris yaitu kata

advertensing yang berarti suatu proses dan kegiatan komunikasi dimana

didalamnya melibatkan sponsor atau pihak yang memasang iklan (advertiser).

PPPI ( Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia) menyebutkan bahwa

Periklanan merupakan bentuk pesan yang berisi tentang suatu produk yang

disampaikan melalui media, dibiayai oleh pemrakarsa dan ditujukan pada

masyarakat sebagai target markenya. Periklanan merupakan bentuk komunikasi

non-personal melalui berbagai media yang dipilih dan dibayar oleh pihak

pemasang iklan. Dimana pesan iklan diharapkan akan mampu menginformasikan

dan membujuk kalangan tertentu untuk membeli produknya. (Tambukara, 2013)

Adapun beberapa media yang sering digunakan lembaga dalam

mempromosikan produknya (Zuhdi, 2011), antara lain :

1. Televisi

7. Iklan di luar ruangan, dan lain sebagainya

Awalnya iklan hanya terbatas pada media cetak saja. Namun dengan seiring

berkembangnya zaman dan kemajuan teknologi informasi saat ini iklan juga mulai

(33)

ditemukanya internet, saat ini iklan sudah mulai banyak dipasang di website dan

blog dengan tujuan yang sama yaitu mempengaruhi khalayak (Apriadi

Tambukara, 2013).

2.5 Upaya Pengenalan

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), upaya berarti usaha atau

ikhtiar untuk mencapai suatu maksud, memecahkan persoalan, dan mencari jalan

keluar (Depdiknas, 2001). Sedangkan arti kata pengenalan adalah proses, cara,

perbuatan mengenal atau mengenali. Sehingga “upaya pengenalan” dapat

diartikan sebagai usaha yang dimaksudkan untuk memperkenalkan sesuatu.

Pada penelitian ini, upaya pengenalan perlu dilakukan untuk

memperkenalkan Batik Surabaya kepada masyarakat menggunakan media Iklan

atau promosi cetak yang dapat berfungsi sebagai sumber informasi dan

pengetahuan kepada masyarakat.

2.6 Pemasaran

Pemasaran adalah kegiatan pemasar untuk menjalankan bisnis baik profit

maupun nonprofit guna memenuhi kebutuhan pasar dengan barang atau jasa,

menetapkan harga, mendistribusikan serta mempromosikannya melalui proses

pertukaran agar memuaskan konsumen dan mencapai tujuan perusahaan.

Menurut Mc Carthy dalam Santoso (2009) pemasaran terdiri dari 4 bagian

(34)

1. Produk (product)

Dalam hal ini perencanaan produk yaitu atribut produk, desain kemasan,

merek, logo, dan antisipasi pasar terhadap produk itu kedepan. Produk harus

dikembangkan sesuai dengan kebutuhan konsumen.

2. Harga (price)

Harga ditentukan sedemikian rupa agar keuntungan dapa diraih, dapat

bersaing dipasar dengan harga produk sejenis, dan terjangkau oleh konsumen.

3. Lokasi (place)

Pemilihan saluran distribusi harus tepat agar penyebaran produk merata

sesuai dengan pasar yang ingin dijangkau sehingga konsumen mudah

memperolehnya.

4. Promosi (promotion)

Dalam hal ini mengacu pada strategi promosi meliputi : sales promotion,

publicity, personal selling, dan advertising.

2.6.1 Pemasaran Terintegrasi

Menurut Kotler (2009) Tugas pemasar adalah merencanakan

aktivitas-aktivitas pemasaran dan membentuk program pemasaran yang terintegrasi penuh

untuk menciptakan, mengkomunikasikan, dan menghantarkan nilai kepada

pelanggan. Aktifitas pemasaran muncul dalam bentuk McCarthy

mengklasifikasikan aktivitas-aktivitas ini sebagai sarana bauran pemasaran dari

empat jenis yang luas, yang disebutkan empat P dari pemasaran: produk

(35)

Empat P melambangkan pandangan penjual terhadap perangkat pemasaran

yang tersedia untuk mempengaruhi pembeli. Dari sudut pandang, setiap pembeli

setiap perangkat pemasaran dirancang untuk memberikan manfaat bagi pelanggan.

Keempat dimensi (SIVA) dan pertanyaan pelanggan yang hendak dijawabnya

dapat kita lihat di bawah ini :

1. Solusi (Solution) : Bagaimana bisa mendapat solusi untuk masalah saya ?

2. Informasi (Information) : Dimana saya bisa belajar lebih banyak tentang

solusi itu ?

3. Nilai (value) : Apa pengorbanan total saya untuk mendapatkan solusi ini ?

4. Akses (Acces) : Di mana saya bisa menemukannya ?

2.6.2 Pemasaran Internal

Menurut Kotler (2009) Pemasaran holistik mencakup pula pemasaran

internal, memastikan bahwa setiap orang dalam organisasi menganut prinsip

pemasaran yang tepat, terutama manajemen senior. Pemasaran internal adalah

tugas merekrut, melatih, dan memotivasi karyawan yang kompeten, yang ingin

melayano pelanggan dengan baik.

Pemasaran yang cerdas menyadari bahwa aktivitas pemasaran di dalam

perusahaan bisa menjadisepenting atau bahkan lebih penting daripada aktivitas

pemasaran di dalam bisa menjadi sepenting atau bahkan lebih penting daripada

aktivitas pemasaran yang diarahkan ke luar perusahaan. Tidak masuk akal

(36)

2.6.3 Pemasaran Kinerja

Pemasaran holistik menurut Kotler (2007) juga mencakup pemasaran

kinerja dan memahami pengembalian bagi bisnis dari aktivitas dan program

pemasaran, dan juga menjawab keprihatinan yang lebih luas dan pengaruh hukum,

etika, sosial, dan lungkungan mereka. Manajemen puncak tidak hanya melihat

pendapatan penjualan dalam memeriksa hasil pemasaran dan menerjemahkan apa

yang terjadi ke dalam pangsa pasar, tingkat kehilangan pelanggan, kepuasan

pelanggan, kualitas produk, dan ukuran-ukuran lainya

2.7 Layout

Menurut Tom Lincy dalam buku (Kusrianto, 2007), prinsip layout yang baik

adalah yang selalu memuat 5 prinsip utama dalam desain, yaitu proporsi,

keseimbangan, kontras, irama dan kesatuan. Pada pembuatan buku ini desain layout menjadi landasan dasar untuk menjadikan acuan dalam memberikan

panduan dalam mendesain layout dari perancangan media iklan batik surabaya.

Untuk mengatur layout, maka di perlukan pengetahuan akan jenis-jenis layout.

Berikut adalah jenis-jenis layout pada media cetak, baik majalah, iklan, koran

maupun buku.

1. Mondrian Layout

Mengacu pada konsep seorang pelukis Belanda bernama Piet Mondrian, yaitu

penyajian iklan yang mengacu pada bentuk-bentuk square / landscape /

(37)

dan memuat gambar / copy yang saling berpadu sehingga membentuk suatu

komposisi yang konseptual.

2. Multi Panel Layout

Bentuk iklan dimana dalam satu bidang penyajian dibagi menjadi beberapa

tema visual dalam bentuk yang sama (square/double square semuanya).

3. Picture Window Layout

Tata letak iklan dimana produk yang diiklankan ditampilkan secara close up.

Bisa dalam bentuk produknya itu sendiri atau juga bisa menggunakan model

(public figure).

4. Copy Heavy Layout

Tata letaknya mengutamakan pada bentuk copy writing (naskah iklan) atau

dengan kata lain komposisi layout nya di dominasi oleh penyajian teks (copy).

5. Frame Layout

Suatu tampilan iklan dimana border/bingkai/frame nya memberntuk suatu

naratif (mempunyai cerita).

6. Shilhoutte Layout

Sajian iklan yang berupa gambar ilustrasi atau tehnik fotografi dimana hanya

ditonjolkan bayangannya saja. Penyajian bisa berupa Text-Rap atau warna

spot color yang berbentuk gambar ilustrasi atau pantulan sinar seadanya

dengan tehnik fotografi.

7. Type Specimen Layout

Tata letak iklan yang hanya menekankan pada penampilan jenis huruf dengan

(38)

8. Sircus Layout

Penyajian iklan yang tata letaknya tidak mengacu pada ketentuan baku.

Komposisi gambar visualnya, bahkan kadang-kadang teks dan susunannya

tidak beraturan.

9. Jumble Layout

Penyajian iklan yang merupakan kebalikan dari sircus layout, yaitu komposisi

beberapa gambar dan teksnya disusun secara teratur.

10. Grid Layout

Suatu tata letak iklan yang mengacu pada konsep grid, yaitu desain iklan

tersebut seolah-olah bagian per bagian (gambar atau teks) berada di dalam

skala grid.

11. Bleed Layout

Sajian iklan dimana sekeliling bidang menggunakan frame (seolah-olah

belum dipotong pinggirnya). Catatan: Bleed artinya belum dipotong menurut

pas cruis (utuh) kalau Trim sudah dipotong.

12. Vertical Panel Layout

Tata letaknya menghadirkan garis pemisah secara vertical dan membagi

layout iklan tersebut.

13. Alphabet Inspired Layout

Tata letak iklan yang menekankan pada susunan huruf atau angka yang

berurutan atau membentuk suatu kata dan diimprovisasikan sehingga

(39)

14. Angular Layout

Penyajian iklan dengan susunan elemen visualnya membentuk sudut

kemiringan, biasanya membentuk sudut antara 40-70 derajat.

15. Informal Balance Layout

Tata letak iklan yang tampilan elemen visualnya merupakan suatu

perbandingan yang tidak seimbang.

16. Brace Layout

Unsur-unsur dalam tata letak iklan membentuk letter L (L-Shape). Posisi

bentuk L nya bisa tebalik, dan dimuka bentuk L tersebut dibiarkan kosong.

17. Two Mortises Layout

Penyajian bentuk iklan yang penggarapannya menghadirkan dua inset yang

masing-masing memvisualkan secara diskriptif mengenai hasil

penggunaan/detail dari produk yang ditawarkan.

18. Quadran Layout

Bentuk tampilan iklan yang gambarnya dibagi menjadi empat bagian dengan

volume/isi yang berbeda.Misalnya kotak pertama 45%, kedua 5%, ketiga

12%, dan keempat 38%. (mempunyai perbedaan yang menyolok apabila

dibagi empat sama besar).

19. Comic Script Layout

Penyajian iklan yang dirancang secara kreatif sehingga merupakan bentuk

(40)

20. Rebus Layout

Susunan layout iklan yang menampilkan perpaduan gambar dan teks sehingga

membentuk suatu cerita.

21. Big Type Layout

Bentuk tampilan layout yang menonjolkan teks dan tidak bergambar karena

didominasi oleh teks yang berukuran besar.

2.8 Proporsi

Proporsi adalah kesesuaian antara ukuran halaman dengan isinya

(Kusrianto, 2007). Penerapan teori ini dalam pembuatan buku referensi superhero

indonesia, sebuah konsep dalam penerapan perbandingan ukuran yang digunakan

untuk menentukan penataan visual, keseimbangan visual demi membentuk

proporsi yang sesuai.

2.9 Garis (Line)

Garis adalah elemen visual yang dapat dipakai dimanapun dengan tujuan

untuk memperjelas dan mempermudah pembaca (Supriyono, 2010). Garis

merupakan salah satu unsur desain untuk terbentuknya sebuah gambar. Garis

memiliki sifat-sifat tang dapat memiliki arti atau kesan.

1. Garis Tegak, memiliki kesan kuat, kokoh, tegas dan hidup

2. Garis Datar, memiliki kesan lemah, tidur, dan mati.

3. Garis Lengkung memiliki kesan lemah, lembut dan mengarah.

(41)

5. Garis Miring, memiliki kesan menyudutkan.Garis Berombak, memiliki

kesan yang berirama.

Sifat-sifat garis tersebut adalah acuan untuk desain layout yang dapat

menjadi acuan untuk mendukung dan menentukan desain layout untuk

perancangan media iklan.

2.10 Warna

Warna-warni tercipta karena adanya cahaya. Tanpa adanya cahaya, manusia

tidak akan dapat membedakan warna. Seperti halnya jika kita memasuki sebuah

ruangan yang gelap dan tertutup tanpa adanya cahaya, maka mata kita tidak akan

dapat membedakan warna-warni yang ada di dinding tersebut. Pada tahun 1666

pengetahuan tentang warna didefinisikan oleh Sir Isaac Newton.

Dimana ketika itu Newton secara tidak sengaja melihat spectrum warna

yang dihasilkan oleh cahaya yang terpancar melalui sebuah gelas prisma.

(Nuryawan, 2009).

Perasaan nyaman dan tidak nyaman akan timbul saat kita dihadapkan pada

beberapa karya desain baik poster, lukisan, flyer, ataupun karya desain dan media

promosi lainnya. Salah satu penyebabnya adalah penggunaan warna yang terdapat

dalam desain tersebut tidak tepat. Penerapan warna pada sebuah desain akan

menimbulkan kesan dan perasaan tertentu. Dalam dunia desain grafis, warna

menjadi hal yang sangat penting dan juga sangat berpengaruh terhadap sebuah

(42)

Oleh karena itu, seorang desainer juga harus mengerti tentang kaitan-kaitan

warna dalam desain grafis sebagai berikut :

1. Color Wheel (Roda Warna)

Teori dasar warna yang digambarkan dalam bentuk lingkaran (roda) atau

yang biasa disebut dengan Color Wheel (roda warna) ini terdiri dari tiga warna

dasar, yaitu merah, biru, dan kuning yang biasa disebut sebagai warna Primer.

Kemudian pencampuran dari dua warna dasar ini melahirkan warna baru berupa

warna sekunder. Selanjutnya warna primer yang dicampur dengan warna sekunder

akan menghasilkan warna tersier. Warna-warna tersebut digambarkan dalam

sebuah lingkaran warna yang lebih dikenal dengan sebutan Color Whell. Adapun

beberapa aturan dasar yang terkait dengan Color Wheel :

a. Monochromatic Color

Merupakan perpaduan dari beberapa warna yang bersumber dari satu warna

dengan nilai dan intensitas yang berbeda.

b. Warna Analog

Merupakan kombinasi dari warna-warna terdekat.

c. Warna Pelengkap

Digunakan saat dimana beberapa desain membutuhkan sebuah nilai kontras yang

cukup untuk menarik perhatian lebih dari pembaca visual. Misal :biru dan orange,

merah dan hijau.

d. Warna Triad

Teori roda warna menjelaskan bagaimana warna-warna dasar mampu

(43)

kombinasi warna selain dari warna-warna dasar untuk dapat membuat sebuah

desai tampak unik dan berbeda.

2. Ruang pada Warna

Selain dapat mempengaruhi ruang dan bentuk, warna juga dapat mempengaruhi

kesan yang disampaikan pada warna. Atau dapat juga disebut sebagai respon

naluriah pada mata dalam menyikapi suatu kesan pada sebuah visual.

3. Kontras Warna

Kontras warna dapat dipengaruhi oleh warna-warna yang ada disekitarnya.

Teorinya sangat sederhana : Kontras = Gelap VS Terang.

4. Psikologi Warna

Warna dapat memberikan kesan serta mewakili karakter dan perasaan-perasaan

tertentu. Oleh sebab itu psikologi warna memiliki peranan yang sangat penting

dalam dunia desain. Dimana dapat membantu seorang desainer untuk memilih dan

menyesuaikan warna dalam desainnya sesuai dengan target yang dituju,

komunikasi visual yang efektif, dan dapat membangun kesatuan rasa kepada

pembaca visual.

5. Bidang Warna

Garis Outline pada sebuah bidang berfungsi sebagai pembatas warna agar tidak

terlihat menyebar keselilingnya. Semakin tipis garis outline yang diberikan, maka

semakin tersebar warna ke area luar bidang. Begitu pula sebaliknya.

(44)

6. Skema Warna

Skema warna adalah beberapa warna yang dikombinasikan sedemikian rupa

sehingga mampu menciptakan nuansa tertentu. Istilah skema warna ini biasanya

digunakan dalam dunia desain interior. Skema Warna dibedakan menjadi dua

jenis, yaitu :

a. Skema Warna Komplementer

Skema warna komplementer atau kontras adalah suatu skema warna yang

merupakan perpaduan antara dua warna yang terletak bersebrangan satu sama lain

pada lingkaran warna.Skema warna komplementer atau kontras yang umum

adalah perpaduan antara satu warna primer dengan satu warna sekunder yang

terletak bersebrangan.

b. Skema Warna Split Komplementer

Skema warna split komplementer adalah satu jenis skema warna yang didasari

oleh skema warna komplementer yang sudahbsku nsmun memiliki variasi yang

berbeda. Split Komplementer adalah suatu skema warna yang menggunakan

kombinasi dari stu warna yang dipadukan dengan dua warna lain yang letaknya

berdekatan atau bersebelahan atau mengapit warna yang letaknya tepat

bersebrangan dengan warna tersebut. Jadi pada skema warna split komplementer

(45)

2.11 Tipografi

Tipografi merupakan istilah yang sering digunakan sebagai cara memilih

dan mengelola huruf dalam desain grafis. Pengelolahan tipografi akan sangat

menentukan keberhasilan dalam desain, karena dibaca tidaknya sebuah pesan

tergantung pada huruf yang digunakan,keterbacaan huruf, dan tergantung cara

penyusunannya pula.

Sans Serif, Jenis huruf sans serif adalah jenis huruf yang tidak memiliki

garis-garis kecil dan bersifat solid. Jenis huruf seperti ini lebih tegas, bersifat

fungsional dan lebih modern. Contoh font yang digolongkan kepada sans serif

adalah : Arial, Futura, Avant Garde, Bitstream Vera Sans, Century Gothic dan lain

sebagainya.

Pada masa Revolusi Industri huruf ini hanya digunakan sebagai display type

(huruf yang bentuk fisik dan ukurannya hanya layak digunakan untuk headline).

Huruf ini merupakan simbolisasi penolakan terhadap gaya-gaya huruf lama

Blackletter ataupun Serif yang dianggap tidak lagi mewakili semangat

modernisme. Melihat dari pertimbangan fungsional. Huruf Sans Serif dianggap

sebagai pilihan sempurna karena lebih mudah dibaca.

Dalam dunia desain, typography terdiri dari berbagai macam jenis huruf.

Tampilan fisik dari jenis-jenis huruf yang berbeda dan memiliki karakter

masing-masing memiliki potensi dalam merefleksikan sebuah kesan. Jenis-jenis huruf

tersebut digunakan sesuai dengan kebutuhan dan karakter dari sebuah desain.

Adapula huruf-huruf yang khusus diciptakan untuk keperluan sebuah rancangan

(46)

2.12 Teori Analisis SWOT

Rangkuti dalam Marimin (2004), analisis SWOT adalah suatu cara untuk mengidentifikasi berbagai faktor secara sistematis dalam rangka merumuskan

strategi perusahaan. Dalam hal ini SWOT dipergunakan untuk mengevaluasi suatu

hal dengan tujuan meminimumkan resiko yang akan timbul, dengan

mengoptimalkan segi positif yang mendukung serta meminimalkan segi negatif

yang akan menghambat keputusan perancangan yang diambil (Sarwono, 2007).

1. Strength, untuk mengetahui kekuatan atau keunggulan jasa dan produk

dibanding kompetitor. Dalam hal ini, bisa diartikan sebagai kondisi yang

menguntungkan perusahaan tersebut.

2. Weakness, untuk mengetahui kelemahan jasa dan produk dibanding

kompetitor. Dalam hal ini, kelemahan bisa diartikan sebagai suatu kondisi yang

merugikan perusahaan.

3. Opportunity, untuk mengetahui peluang pasar. Dalam hal ini diartikan sebagai

suatu hal yang bisa menguntungkan jika dilakukan namun jika tidak diambil

bisa merugikan, atau sebaliknya.

4. Threats, untuk mengetahui apa yang menjadi ancaman terhadap jasa dan

(47)

2.10 Segmentasi, Targeting, dan Positioning (STP)

Segmentasi merupakan upaya untuk membagi calon konsumen dalam

kelompok-kelompok tertentu (Harjanto, 2009). Upaya ini dilakukan untuk

memudahkan usaha penjualan seseorang karena segmentasinya yang dipertajam.

Targeting adalah tahap selanjutnya dari analisis segmentasi. Targeting yang

dimaksdukan disini adalah target market (pasar sasaran), yakni beberapa segmen

pasar yang akan menjadi focus pemasaran (Kasali, 2000). Positioning merupakan

tindakan merancang produk dan bauran pemasaran agar dapat tercipta kesan

tertentu di ingatan konsumen. Dengan kata lain Positioning adalah bagaimana

menempatkan produk kedalam pikiran audience, sehingga calon konsumen

memiliki pemikiran tertentu dan mengidentifikasikan produknya dengan produk

tersebut.

2.14 Analisis Data

Analisis data dapat dilakukan dengan menggunakan tiga alur kegiatan

(Nasution, 1922), yakni reduksi data, penyajian data, dan kesimpulan. Reduksi

data merupakan penyederhanaan jawaban-jawaban dari seluruh pertanyaan yang

telah di ajukan kepada pihak-pihak tertentu dalam teknik pengumpulan data.

Proses ini dilakukan untuk menajamkan, mengarahkan dan menggolongkan hasil

penelitian dengan memfokuskan pada hal-hal yang dianggap penting dalam

penelitian.

Penyajian data Merupakan penyajian data secara terperinci dan menyeluruh

(48)

disusun secara singkat, jelas, terperinci dan menyeluruh, agar memudahkan dalam

memahami gambaran terhadap aspek yang akan diteliti.

Kesimpulan merupakan upaya untuk mencari penjelasan yang dilakukan

terhadap data-data yang telah dianalisis, dengan mencari hal-hal yang dianggap

penting. Dalam hal ini kesimpulan disusun dalam bentuk pernyataan singkat dan

(49)

34 3.1 Metodologi Penelitian

Dalam penelitian ini dilakukan pendekatan yang digunakan adalah

pendekatan secara kualitatif. Penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang

menghasilkan data berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-orang dan

perilaku yang diamati Menurut Moleong (2006). Dimana hasil dari metodologi ini

diharapkan akan mampu menjabarkan secara mendalam tentang data primer dan

data sekunder dari objek yang diteliti.

Penelitian ini dilakukan adalah dengan melakukan observasi, wawancara,

dokumentasi, studi eksisiting, kepustakaan dan survey tanggapan konsumen

(customer) .Penelitian ini dibatasi oleh waktu dan aktifitas, sehingga

mengharuskan peneliti mengumpulkan informasi yang detail dengan

menggunakan beragam prosedur pengumpulan data selama periode waktu

tertentu.

3.2 Prosedur Perancangan

Dalam penelitian perlu adanya perencanaan yang matang disusun secara

logis dan sistematis, agar nantinya hasil dari perancangan dapat menjawab

kebutuhan perusahaan serta dapat dipertanggung jawabkan. Agar dapat

(50)

Akhir harus jelas agar nantinya dapat memperkecil kemungkinan kekurangan

serta kesalahan dalam perancangan.

Adapun beberapa prosedur perencanaan yang dilakukan adalah sebagai

berikut :

1. Riset Pasar

Riset pasar merupakan suatu tahapan awal untuk dapat melihat dan menilai

tingkat aware masyarakat akan batik Surabaya, Dimana riset pasar meliputi

beberapa hal diantaranya :

2. Program

Pada tahap kedua setelah riset pasar ini dilakukan identifikasi masalah

berdasarkan data yang diperoleh pada tahap awal riset pasar, hingg

menghasilkan data/informasi yang nantinya akan dapat diwujudkan melalui

gagasan desain dan kebutuhan perancangan.

3. Gagasan Desain

Pada tahap ke tiga ini konsep perancangan mulai dibuat baik secara verbal

maupun visual. Dalam gagasan desain dibuat suatu perencanaan

berdasarkan filosofi, fungsi, maupun estetika yang kemudian dalam

beberapa alternative rancangan desain.

4. Alternatif Desain

Dalam tahap ke empat ini perancangmembuat beberapa alternative desain

(51)

5. Konsultasi

Setelah melalui empat tahap sebelumnya, pada tahap kelima ini perancang

mengajukan beberapa alternatif desain untuk di konsultasikan kepada

pihak-pihak terkait yang kemudian mendapat satu desain terpilih.

6. Keputusan Desain

Dari semua tahapan, dan beberapa alternatif desain yang telah diajukan

kemudian dipilih salah satunya yang dirasa paling sesuai serta dapat

memenuhi berbagai kriteria dari segi komunikasi, teknologi, teknis,

(52)

(53)

3.3 Teknik Pengumpulan Data 3.3.1 Data dan Sumber Data

Data yang telah dikumpulkan memiliki peran yang sangat penting untuk

dapat mengetahui secara garis besar tentang permasalahan yang dihadapi dalam

perancangan. Data mengenai Batik Surabaya adalah data yang diperoleh dari hasil

pengamatan langsung peneliti pada beberapa lingkungan para pengusaha batik

Surabaya sebagai sumber-sumber informasi serta Dinas Pariwisata Surabaya yang

berguna untuk mengetahui konsep awal yang akan ditampilkan pada media.

Adapun sumber data yang diperoleh terdiri dari data primer yang merupakan

data utama dalam penelitian serta data sekunder sebagai data pendukung. Adapun

data primer dan sekunder yang digunakan dalam penelitian ini dijabarkan sebagai

berikut :

1. Data Primer

Data primer diperoleh dari para informan yang berhubungan langsung

dengan Batik Surabaya. Informan adalah orang (sumber) yang mengetahui

secara pasti akan kondisi dan latar belakang objek yang diteliti. Berdasarkan

kriteria yang ada, maka subyek atau informan yang sesuai untuk

perancangan Tugas Akhir ini adalah Dinas Pariwisata Surabaya, Para

pengrajin batik Surabaya, serta beberapa informan terkait yang mengerti

(54)

2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari buku-buku yang berkaitan langsung dengan

objek penelitian Tugas Akhir seperti, literature, artikel yang didapatkan dari

koran maupun website. Data sekunder dari Tugas Akhir meliputi sejarah dan

gambaran umum batik Surabaya, Gambaran Umum competitor, serta

landasan teori yang diperlukan.

3.3.2 Teknik Pengambilan Data

Pada perancangan Tugas Akhir ini, digunakan beberapa teknik

pengumpulan data yang diperlukan guna menjawab permasalahan yang ada,

diantaranya adalah:

1. Observasi

Observasi (Pengamatan), adalah pengumpulan data yang dilakukan dengan

melakukan pengamatan sistematis terhadap obyek penelitian secara

langsung mengenai gejala atau fenomena yang diteliti dan selanjutnya

dilakukan pencatatan. (Shulhah,2003) Pada metode ini dilakukan

pengamatan dan pencatatan secara langsung mengenai objek penelitian yang

diangkat mengenai sejarah, teknik pembuatan, ciri khas, hingga kendala

yang dialami dan kemudian dapat menentukan media apa yang sesuai untuk

mempromosikannya.

Observasi lapangan dilakukan pengamatan langsung di beberapa tempat

workshop dan galeri batik. Diantaranya adalah workshop dan galeri Batik

Surabaya Saraswati dan Batik Surabaya Semanggi. Observasi yang

(55)

pembuatan batik. Mulai dari Kain yang digambar sesuai desain,

membubuhkan tinta lilin pada selehal kain atau mencanting, proses

pewarnaan, hingga hasil jadi sehelai kain Batik. Tidak hanya itu kain batik

itupun diolah menjadi berbagai busana cantik sesuai dengan selera

konsumen.

2. Wawancara

Wawancara atau yang juga dikenal dengan Interview ini merupakan metode

pengumpulan data yang menghendaki kominikasi langsung antara peneliti

dan informan. (Riyanto,2001) Metode ini merupakan proses tanya jawab

lisan yang berfungsi untuk menggali informasi yang lebih mendalam

mengenai batik Surabaya serta permasalahan yang dihadapi. Wawancara

memungkinkan peneliti mendapatkan data dalam jumlah yang banyak,

Untuk itu wawacara di lakukan secara langsung kepada beberapa pihak

seperti, Kepala Dinas Pariwisata Kota Surabaya, Staf Dinas Pariwisata Kota

Surabaya, Para pengrajin batik surabaya, dan pihak-pihak terkait. Dalam hal

ini wawancara akan menjadi data primer dari penelitian ini.

Wawancara pertama dilakukan kepada pihak Dinas Pariwisata Kota

Surabaya pada rabu, 2 April 2014. Menurut ibu Yuni seorang staf bagian

promosi menyatakan bahwa, saat ini sebenarnya Batik Surabaya sudah

mulai diperkenalkan dan dipromosikan melalui cak dan ning dalam acara

tertentu. Hanya saja promosi terbatas pada pengenalan yang dilakukan oleh

cak dan ning Surabaya. Selama ini memang belum adanya media promosi

(56)

hanya membuat media promosi yang mencakup tentang kuliner dan cagar

budaya yang ada di Surabaya.

Setelah dilakukan wawancara kepada pihak Dispar, materi wawancarapun

semakin berkembang dengan disarankanya beberapa pihak terkait guna

mendukung data dalam Perancangan Iklan seperti Ibu Putu Sulistiani

pemilik workshop dan galeri Batik Surabaya Saraswati, Ibu Sance pemilik

workshop dan geleri dari Batik Surabaya Semanggi, Bapak Lintu selaku

Ketua KIBAS (Komunitas Batik se Jawa Timur), Ibu Uswatun selaku salah

satu pengusaha batik asal Tuban.

Selanjutnya wawancara kedua kepada Ibu Sance selaku pendiri danpemilik

dari Batik Semanggi. Ditemui dikediamanya pada hari Kamis 10 april 2014,

yang mengawali usahanya dari binaan PKK kota Surabaya pada tahun 2010

ini menyatakan bahwa memang kesulitan dalam memasarkan produknya.

Hal ini juga dikarenakan kurangnya kesadaran dan minat dari masyarakat.

Pemerintah yang kurang mengekspos akan adanya Batik Surabaya juga

menjadi salah satu faktor kurang dikenalnya Batik Surabaya dikalangan

masyarakat Surabaya sendiri. Hal ini juga dibenarkan oleh ibu Putu

Sulistiani selaku pemilik workshop dan Galeri Batik Surabaya Saraswati.

Ditemui dirumahnya pada Selasa 15 April 2014, wanita kelahiran Singaraja

ini berpendapat bahwa pelangganya berusia 25 tahun keatas. Belum banyak

anak muda dibawah 20tahun yang menjadi pelangganya hal ini dikarenakan

(57)

Ibu Putu yang memulai usahanya pada tahun 2004 berpendapat dalam

menghadapi persaingan pasar yang ketat sebagai pengusaha haruslah

mampu berinovasi dengan selalu mengikuti perkembangan tren yang ada

karena tidak dipungkiri saat ini batik memanglah tidak lepas dari fashion,

menjaga kualitas dan pelayanan seperti layanan custom design diberikan

untuk dapat memberikan kepuasan pada pelangganya. Dalam wawancara

kepada Bapak Lintu selaku ketua KIBAS menyatakan bahwa Batik

Surabaya memanglah suatu produk baru buatan para pengrajin Batik di

Surabaya. Hal ini sama dengan yang diungkapkan oleh Ibu Uswatun

seorang pengrajin batik asal Tuban juga menyatakan hal sama. Batik

Surabaya lebih bersifat mengikuti keinginan dari pasar.

3. Kepustakaan

Metode ini adalah dengan menggunakan berbagai literatur dalam menunjang

semua data yang diperoleh dari berbagai sumber kepustakaan untuk

memperoleh teori-teori dan mempelajari peraturan-peraturan yang

berhubungan dengan penulisan untuk menunjang keabsahan data yang

diperoleh di lapangan. Pada metode ini, digunakan berbagai literatur yang

berhubungan dengan proses perancangan media iklan batik surabaya sebagai

upaya memperkenalkan produk Budaya Lokal.

4. Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah metode pengumpulan data yang digunakan

untuk mendapatkan seluruh bukti yang berkaitan dengan objek penelitian

(58)

batik Surabaya serta bahan tertulis lainya yang berkaitan dengan masalah

perancangan media iklan yang nantinya akan dicatat. Metode ini tidak

lansung ditujukan pada subjek penelitian. Metode ini sangat bermanfaat

karena dapat dilakukan tanpa mengganggu obyek penelitian.

3.4 Analisis Data

Pada perancangan ini menggunakan teknik analisis interaktif Miles dan

Huberman (Pawito, 2007:104). Teknik ini menggunakan tiga komponen yaitu;

reduksi data, penyajian data, dan penarikan serta pengujian kesimpulan (Punch,

1998:202-204).

Reduksi data dimana peneliti mengelompokkan dan meringkas data yang

diperoleh. Kemudian penyajian data dimana peneliti menyusun data (menjalin

data atau kelompok data yang satu dengan yang lain). Dan terakhir penarikan dan

pengujian kesimpulan yaitu implementasi dari prinsip induktif dengan

mempertimbangkan pola-pola data yang ada dan kecenderungan dari penyajian

data yang telah dibuat.

3.4.1 Metode Analisis Deskriptif-Kualitatif

Metode deskriptif-kualitatif digunakan dalam landasan analisis pada

penelitian ini. Deskriptif adalah salah satu cara penelitian dengan

menggambarkan suatu objek sesuai dengan kenyataan yang ada. Dalam

penelitian deskriptif dilakukan dengan mengumpulkan data-data yang kemudian

data tersebut digunakan untuk mengetes pertanyaan yang ada. Metode ini

(59)

dengan pembahasan (seputarpendidikan003.blogspot.com).

Sedangkan kualitatif adalah analisis data yang dilakukan dengan jalan

bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan

yang dapat dikelola, mensintetiskannya, mencari menjadi satuan yang dapat

dikelola, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan

apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diceritakan pada orang

lain (Bogdan & Biklen,1982).

Setelah data-data yang dibutuhkan dari hasil observasi, wawancara, studi

literature, dan dokumentasi telah terkumpul barulah data-data tersebut akan

dianalisa berdasarkan metode deskriptif-kualitatif. Selanjutnya, berdasarkan hasil

dari analisis data yang telah dilakukan, dibuat beberapa rancangan dan desain

media iklan Batik Surabaya sesuai dengan kriteria yang ditentukan.

3.4.2 Hasil Wawancara

Wawancara pertama kepada ibu Yuni selaku staf bagian Promosi di Dinas

Pariwisata Kota Surabaya, bertempat di gedung Dinas Pariwisata Kota Surabaya.

Wawancara dilakukan pada tanggal 2 april 2014 jam 14.00 – 15.10. Adapun hasil

dari rangkuman wawancara adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana pendapat ibu akan adanya batik Surabaya sebagai salah satu

produk dari budaya lokal ?

Batik Surabaya merupakan batik buatan para pengrajin baru di Surabaya.

Memang batik Surabaya susah untuk ditelusuri jejak sejarahnya karena

(60)

2. Selama ini bagaimana cara dispar untuk memperkenalkan dan

mempromosikan bati Surabaya kepada Masyarakat Surabaya ?

Dispar memang tidak begitu mengekspos akan adanya batik Surabaya

bahkan tidak memiliki media promosi yang menampung segala informasi

tentang batik Surabaya. Namun dalam beberapa tahun belakangan ini batik

Surabaya mulai diperkenalkan melalui Cak dan Ning Surabaya dalam

event-event tertentu. Selama ini juga dispar tidak mempromosikan secara

langsung, hanya sebatas melakukan kerja sama dengan beberapa pengrajin

batik Surabaya seperti :

 Batik Surabaya Saraswati yang didirikan oleh ibu Hj.Putu Sulistyani

 Batik Semanggi yang didirikan oleh ibu Hj.Sance

 Batik Mangrove yang didirikan oleh ibu Lulut

Wawancara kedua kepada ibu Hj. Sance selaku pendiri dan pemilik Usaha

Batik “Semanggi” di rumahnya yang terletak di Jl.Sememi Baru Gg I no 30

Surabaya. Wawancara dilakukan pada hari kamis, 10 april 2014 pukul 15.30 –

16.30. Adapun hasil dari rangkuman wawancara adalah sebagai berikut :

1. Sejak Kapan dan bagaimana awal mula ibu terjun dan menggeluti usaha di

bidang batik ?

Usaha Batik Semanggi ini dimulai pada tahun 2010. Berawal dari kerajinan

ibu-ibu PKK yang dibina oleh Pemerintah kota Surabaya. Kemudian

dikembangkan menjadi Usaha menengah kecil.

2. Filosofi apa yang menyebabkan ibu mengusung motif semanggi sebagai

(61)

Sebenarnya tidak ada filosofi tertentu dalam terciptanya batik semanggi

yang saat ini menjadi ciri khas dan andalan. Hanya saja letak kecamatan

sememi (benowo) yang terletak di area Surabaya Barat dan terkenal dengan

semangginya. Selain itu semanggi juga menjadi ikon langsung yang

berhubungan dengan kota Surabaya. Semanggi menjadi salah satu kuliner

khas dari kota Surabaya yang mulai punah untuk itu diusunglah motif

semanggi dalam batik juga untuk ikut melestarikan semanggi sebagai salah

satu ikon kota Surabaya. Sedangkan untuk pewarnaan juga dilakukan secara

otodidak dan tidak ada filosofi tertentu dalam pemilihan warna dalam batik.

Batik yang dihasilkan menggunakan warna-warna cerah seperti biru,

kuning, merah, hijau. Selain itu motif dan warna yang dibuat juga mengikuti

keinginan pasar (pesanan) dengan mempertahankan motif semanggi sebagai

ciri khas.

3. Menurut ibu bagaimana tanggapan orang Surabaya sendiri akan adanya

Batik Semanggi sebagai salah satu produk budaya lokal dari Surabaya ?

Masyarakat Surabaya terbilang cuek dengan adanya batik Surabaya. Hal ini

saya rasakan saat saya mengikuti pameran batik di Tunjungan Plasa

beberapa waktu yang lalu (September 2013) peminatnya sangat sedikit.

Bahkan batik tulis saja hanya terjual dua lembar. Mungkin hal ini juga

dikarenakan harganya yang terbilang mahal dan kalah saing dengan batik

cap dan print yang harganya lebih murah. Selain itu juga masyarakat

Surabaya yang tidak mengetahui membuat batik Surabaya kurang begitu

(62)

4. Bagaimana selama ini ibu memasarkan produk ?

Selama ini batik semanggi hanya dipasarkan dengan melalui word of mouth.

Kebanyakan konsumenya adalah para orang tua dengan mayoritas usia

diatas 25 tahun. Tidak pernah ada media yang menamung segala informasi

tentang batik semanggi untuk memperkenalkan kepada masyarakat.

5. Bagaimana dengan tingkat penjualan batik semanggi setiap tahunya ?

Tingkat penjualan semakin tahun semakin menurun. Diharapkan adanya

kepedulian dari pemerintah untuk mau lebih mengekspos akan keberadaan

batik Surabaya yang juga sebagai produk dari budaya lokal.

Wawancara ketiga kepada ibu Hj. Putu Sulistyani selaku pendiri dan

pemilik Usaha Batik “Saraswati” di workshop dan gallery yang terletak di

Jl.Jemursari Surabaya. Wawancara dilakukan pada 15.00-16.00 pada . Adapun

hasil dari rangkuman wawancara adalah sebagai berikut :

1. Sejak kapan dan hal apa yang melatar belakangi merintis usaha dibidang

batik khususnya batik Surabaya ?

Awalnya memang dari kecil menyukai dunia seni dimana orang tua

memiliki begitu banyak koleksi batik yang akhirnya membuat jatuh cinta

pada batik. Awal mulanya hanya sebatas hobi yang kemudian

dikembangkan menjadi usaha batik pada tahun 2004. Berawal dari

keprihatinan tidak adanya buah tangan khas dari kota Surabaya yang bahkan

dikenal sebagai kota dagang akhirnya mulai berpikir kenapa tidak

Gambar

Gambar 2..6 Kiri : Batik tulis motif semanggi. Kanan : Batik cap motif semanggi Sumber : Observasi lapangan penulis (Kamis, 10 April 2014)
Gambar 3.1 Prosedur Perancangan             Sumber : Hasil olahan peneliti, 2014
Gambar 3.2 : Batik Madura
Tabel 3.1 : Hasil Analisis Keyword             Sumber : Hasil Olahan Peneliti, 2014
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Republic of Indonesia (onshore creditors) and/or.. outside the territory of Republic of

seluruh atau sebagian keuntungan, yang telah atau dapat diberikan. oleh Pemerintah kepada sitersangka berhubung

Pembelajaran tidak lagi terpusat pada guru namun telah bergeser dimana siswa lebih aktif terlaibat dalam pembelajaran, sehingga secara perlahan siswa akan terbiasa

Evanny (2012) berjudul Kekuatan Rasio Keuangan Dalam Memprediksi Kondisi Financial Distress Perusahaan Manufaktur (BEI), penelitian ini menunjukkan bahwa tidak

Ketika pelajaran al Qur’an dan Hadist diajarkan oleh seorang guru dengan penerapan strategi card sort, apa yang kamu lakukana. Mendengarkan dan mencatat

yangtidak ada atau dikhawatirkan tidak ada seperti jual beli buah yang belum tampak, atau jual beli anak hewan yang masih dalam kandungan secara umum dalil

Tujuan dari penelitian ini adalah: menganalisa curah hujan maksimum tahunan sebagai dasar perhitungan debit banjir rencana, menghitung debit rencana dalam kala