• Tidak ada hasil yang ditemukan

TA : Sistem Pakar Diagnosis Penyakit Kulit Pada Kucing Menggunakan Metode Certainty Factor.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "TA : Sistem Pakar Diagnosis Penyakit Kulit Pada Kucing Menggunakan Metode Certainty Factor."

Copied!
152
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS AKHIR

Nama : David Palguna NIM : 09.41010.0158 Program : S1 (Strata Satu) Jurusan : Sistem Informasi

SEKOLAH TINGGI

MANAJEMEN INFORMATIKA & TEKNIK KOMPUTER SURABAYA

(2)

ix DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 3

1.3 Pembatasan Masalah ... 3

1.4 Tujuan Penelitian ... 3

1.5 Manfaat Penelitian ... 4

1.6 Sistematika Penulisan ... 4

BAB II LANDASAN TEORI ... 6

2.1 Sistem Pakar ... 6

2.2 Kecerdasan Buatan ... 9

2.3 Certainty Factor ... 10

2.4 Pengertian Kulit pada Kucing ... 13

2.5 Penyakit Kulit ... 14

2.6 Aplikasi Web ... 18

(3)

x

Halaman

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM ... 21

3.1 Analisis Permasalahan ... 21

3.2 Perancangan Sistem Pakar ... 22

3.2.1 Desain arsitektur... 22

3.2.2 Pengumpulan data ... 26

3.2.3 Perhitungan certainty factor dengan nilai dari pakar ... 34

3.3 Perancangan Aplikasi Sistem Pakar ... 36

3.3.1 System flow ... 36

3.3.2 Data flow diagram ... 44

3.3.3 Permodelan database ... 50

3.3.4 Struktur tabel ... 51

3.3.5 Desain interface ... 56

3.3.6 Desain uji coba ... 69

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI ... 80

4.1 Kebutuhan Sistem ... 81

4.2 Implementasi Sistem ... 82

4.3 Uji Coba Sistem ... 104

4.3.1 Uji coba sistem menggunakan white box testing ... 104

4.3.2 Uji coba sistem menggunakan black box testing ... 116

4.4 Evaluasi Sistem ... 131

4.4.1 Detail perhitungan certainty factor... 131

4.4.2 Tingkat akurasi aplikasi ... 134

(4)

xi

Halaman

BAB V PENUTUP ... 137

5.1 Kesimpulan ... 137

5.2 Saran ... 137

(5)

xii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Nilai evidence tingkat keyakinan pakar ... 11

Tabel 3.1 Data jenis penyakit kulit ... 27

Tabel 3.2 Data jenis gejala penyakit kulit ... 27

Tabel 3.3 Hubungan gejala dengan penyakit kulit ... 29

Tabel 3.4 Nilai evidence ... 30

Tabel 3.5 Nilai CF rule penyakit kulit ... 31

Tabel 3.6 Nilai CF rule gejala penyakit kulit ... 32

Tabel 3.7 Tabel User ... 52

Tabel 3.8 Tabel Pemilik ... 52

Tabel 3.9 Tabel Kucing. ... 53

Tabel 3.10 Tabel Penyakit. ... 53

Tabel 3.11 Tabel Gejala. ... 53

Tabel 3.12 Tabel Pertanyaan. ... 54

Tabel 3.13 Tabel Rule Penyakit. ... 54

Tabel 3.14 Tabel Rule Gejala... 55

Tabel 3.15 Tabel Diagnosis ... 55

Tabel 3.16 Tabel Detail Diagnosis. ... 55

Tabel 3.17 Tabel Guess ... 56

Tabel 3.18 Tabel Detail Guess ... 56

Tabel 3.19 Desain uji coba class anynomous... 69

Tabel 3.20 Desain uji coba class pengguna ... 70

(6)

xiii

Halaman

Tabel 3.22 Desain uji coba class CF rule gejala ... 72

Tabel 3.23 Desain uji coba class CF rule penyakit ... 73

Tabel 3.24 Desain uji coba class rumus. ... 74

Tabel 3.25 Desain uji coba fitur maintain data pengguna. ... 75

Tabel 3.26 Desain uji coba fitur maintain data pemilik dan kucing. ... 76

Tabel 3.27 Desain uji coba fitur maintain nilai CF rule penyakit. ... 76

Tabel 3.28 Desain uji coba fitur maintain nilai CF rule gejala. ... 77

Tabel 3.29 Desain uji coba fitur diagnosis ... 78

Tabel 3.30 Desain uji coba fitur melihat histori konsultasi. ... 78

Tabel 4.1 Hasil tes class anynomous... 104

Tabel 4.2 Hasil tes class pengguna. ... 105

Tabel 4.3 Hasil tes class pemilik dan kucing ... 106

Tabel 4.4 Hasil tes class CF rule gejala ... 107

Tabel 4.5 Hasil tes class CF rule penyakit ... 109

Tabel 4.6 Hasil tes class rumus ... 110

Tabel 4.7 Hasil tes jalur perhitungan prosentase ... 115

Tabel 4.8 Hasil tes fitur untuk maintain data pengguna... 116

Tabel 4.9 Hasil tes fitur untuk maintain data pemilik dan kucing ... 119

Tabel 4.10 Hasil tes fitur maintain nilai CF rule penyakit. ... 122

Tabel 4.11 Hasil tes fitur maintain nilai CF rule gejala ... 124

Tabel 4.12 Hasil tes fitur diagnosis ... 126

Tabel 4.13 Hasil tes fitur melihat histori konsultasi ... 128

(7)

xiv

(8)

xv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 3.1 Blok diagram sistem pakar penyakit kulit pada kucing ... 23

Gambar 3.2 Flowchart sistem pakar penyakit kulit pada kucing. ... 25

Gambar 3.3 System flow mengelola pengguna ... 37

Gambar 3.4 System flow mengelola data pemilik dan kucing ... 38

Gambar 3.5 System flow maintain data nilai CF rule ... 39

Gambar 3.6 System flow registrasi pemilik dan kucing ... 40

Gambar 3.7 System flow diagnosis ... 42

Gambar 3.8 System flow membuat laporan histori konsultasi ... 43

Gambar 3.9 Diagram berjenjang ... 44

Gambar 3.10 Context diagram ... 45

Gambar 3.11 DFD level 0. ... 46

Gambar 3.12 DFD level 1 maintain data ... 47

Gambar 3.13 DFD level 1 diagnosis ... 48

Gambar 3.14 DFD level 2 diagnosis ... 49

Gambar 3.15 DFD level 1 membuat laporan. ... 50

Gambar 3.16 Conceptual Data Model. ... 50

Gambar 3.17 Physical Data Model ... 51

Gambar 3.18 Desain interface login... 57

Gambar 3.19 Desain interface halaman menu admin ... 58

Gambar 3.20 Desain interface maintain pemilik dan kucing bagi admin. ... 59

Gambar 3.21 Desain interface maintain pemilik dan kucing bagi user. ... 59

(9)

xvi

Halaman

Gambar 3.23 Desain interface halaman maintain CF rule penyakit. ... 61

Gambar 3.24 Desain interface halaman maintain CF rule gejala... 62

Gambar 3.25 Desain interface halaman histori konsultasi bagi admin. ... 62

Gambar 3.26 Desain interface halaman histori konsultasi bagi user. ... 63

Gambar 3.27 Desain interface halaman menu user. ... 64

Gambar 3.28 Desain interface halaman registrasi pemilik ... 65

Gambar 3.29 Desain interface halaman pertanyaan konsultasi bagi admin.... 66

Gambar 3.30 Desain interface halaman pertanyaan konsultasi bagi user. ... 66

Gambar 3.31 Desain interface halaman pertanyaan konsultasi bagi guess. .... 67

Gambar 3.32 Desain interface halaman hasil diagnosis... 67

Gambar 3.33 Desain interface halaman cetak hasil diagnosis. ... 68

Gambar 3.34 Desain interface halaman lihat lokasi klinik. ... 68

Gambar 4.1 Diagram alur implementasi sistem ... 80

Gambar 4.2 Halaman login ... 82

Gambar 4.3 Pesan error dalam kesalahan melakukan login ... 83

Gambar 4.4 Menu utama pengguna admin ... 84

Gambar 4.5 Menu utama pengguna user... 84

Gambar 4.6 Halaman maintain data pengguna ... 85

Gambar 4.7 Fungsi menambahkan data pengguna ... 86

Gambar 4.8 Fungsi mengubah data pengguna ... 87

Gambar 4.9 Halaman maintain data pemilik dan kucing ... 88

Gambar 4.10 Fungsi menambahkan data pemilik ... 89

(10)

xvii

Halaman

Gambar 4.12 Tampilan subgrid kucing ... 90

Gambar 4.13 Fungsi menambahkan data kucing ... 91

Gambar 4.14 Fungsi mengubah data kucing ... 92

Gambar 4.15 Halaman maintain nilai CF rule penyakit ... 93

Gambar 4.16 Fungsi menampilkan nilai CF rule penyakit ... 93

Gambar 4.17 Fungsi mengubah nilai CF rule penyakit ... 94

Gambar 4.18 Halaman maintain nilai CF rule gejala ... 94

Gambar 4.19 Fungsi menampilkan nilai CF rule gejala ... 95

Gambar 4.20 Fungsi mengubah nilai CF rule gejala ... 95

Gambar 4.21 Halaman konsultasi penyakit kulit ... 96

Gambar 4.22 Halaman konsultasi memilih pemilik dan kucing ... 97

Gambar 4.23 Halaman konsultasi menjawab pertanyaan ... 97

Gambar 4.24 Halaman konsultasi menjawab pertanyaan berikutnya ... 98

Gambar 4.25 Halaman konsultasi menjawab pertanyaan terakhir ... 98

Gambar 4.26 Menampilkan pesan error jawaban belum terisi ... 99

Gambar 4.27 Fungsi menampilkan hasil diagnosis ... 100

Gambar 4.28 Fungsi mencetak hasil diagnosis ... 100

Gambar 4.29 Halaman histori konsultasi ... 101

Gambar 4.30 Fungsi memilih data pemilik dan kucing ... 101

Gambar 4.31 Fungsi menampilkan histori konsultasi ... 102

Gambar 4.32 Fungsi menampilkan detail histori konsultasi ... 102

Gambar 4.33 Fungsi mencetak detail histori konsultasi ... 103

(11)

xviii

Halaman

Gambar 4.35 Flowchart proses perhitungan prosentase penyakit ... 113

Gambar 4.36 Flowgraph proses perhitungan prosentase penyakit ... 113

Gambar 4.37 Hasil uji coba menampilkan data pengguna ... 117

Gambar 4.38 Hasil uji coba menambahkan data pengguna ... 118

Gambar 4.39 Hasil uji coba mengubah data pengguna ... 118

Gambar 4.40 Hasil uji coba menampilkan data pemilik dan kucing ... 120

Gambar 4.41 Hasil uji coba menambahkan data pemilik dan kucing ... 120

Gambar 4.42 Hasil uji coba mengubah data pemilik dan kucing ... 121

Gambar 4.43 Hasil uji coba menampilkan sub menu pilihan penyakit... 122

Gambar 4.44 Hasil uji coba menampilkan nilai CF rule penyakit ... 123

Gambar 4.45 Hasil uji coba mengubah nilai CF rule penyakit ... 123

Gambar 4.46 Hasil uji coba menampilkan sub menu pilihan gejala ... 124

Gambar 4.47 Hasil uji coba menampilkan nilai CF rule gejala ... 125

Gambar 4.48 Hasil uji coba mengubah nilai CF rule gejala ... 125

Gambar 4.49 Hasil uji coba menampilkan sub menu konsultasi ... 127

Gambar 4.50 Hasil uji coba menampilkan hasil analisa ... 127

Gambar 4.51 Hasil uji coba mencetak hasil analisa ... 128

Gambar 4.52 Hasil uji coba menampilkan sub menu histori konsultasi ... 129

Gambar 4.53 Hasil uji coba menampilkan histori konsultasi ... 130

Gambar 4.54 Hasil uji coba menampilkan detail histori konsultasi... 130

(12)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

(13)

vi ABSTRAK

Penyakit kulit merupakan jenis penyakit yang sering menginfeksi hewan peliharaan terutama kucing. Kucing yang terinfeksi penyakit kulit pada awalnya dapat terlihat baik-baik saja. Berdasarkan wawancara dengan dokter hewan spesialis anjing dan kucing, apabila penyakit kulit tidak diberikan penanganan dengan cepat dan tepat maka akan dapat menyebabkan kematian pada kucing. Sebagian besar dokter hewan spesialis anjing dan kucing membuka praktek hanya di kota-kota besar, sehingga tidak jarang para pemilik kucing yang terlambat memberikan penanganan terhadap penyakit kulit yang diderita oleh kucing peliharaannya.

Berdasarkan permasalahan diatas, perlu dibuat sebuah sistem pakar yang dapat membantu klinik hewan dan pemilik kucing dalam mendiagnosis penyakit kulit pada kucing karena selama ini belum terdapat aplikasi untuk menangani hal tersebut. Sistem pakar certainty factor ini akan melacak setiap gejala yang dialami oleh kucing dan sistem akan mencocokkannya dengan aturan yang ada. Selanjutnya sistem akan menghasilkan hasil diagnosis penyakit kulit pada kucing.

Hasil uji coba dari aplikasi sistem pakar menunjukkan bahwa sistem mampu mengidentifikasi jenis penyakit kulit dengan ketepatan sebesar 91,6%. Hasil tersebut diperoleh dari pemeriksaan 12 kucing yang menderita penyakit kulit pada klinik hewan Moii Pet Care. Sistem juga dapat memberikan saran pengobatan berdasarkan jenis penyakit kulit yang diderita kepada klinik hewan dan pemilik kucing.

(14)

1 1.1Latar Belakang Masalah

(15)

Dengan demikian penyakit kulit pada kucing merupakan jenis penyakit yang harus ditangani dengan benar, cepat dan tepat oleh pemiliknya secara dini. Fakta inilah yang menjadi alasan pemilihan penyakit kulit pada kucing sebagai permasalahan yang diangkat dalam tugas akhir ini agar dapat melakukan tindakan yang cepat dalam penanganan penyakit kulit pada kucing.

Pengobatan terhadap penyakit kulit memang dapat dilakukan, oleh karena itu pemilik kucing harus mengetahui gejala awal penyakit kulit yang terjadi pada kucing peliharaannya. Dengan demikian pemilik kucing dapat mengetahui jenis penyakit yang diderita dan dapat memberikan langkah pengobatan. Dokter hewan spesialis anjing dan kucing di Indonesia mayoritas membuka praktek di kota-kota besar saja. Sehingga tidak jarang para pemilik kucing yang terlambat memberikan penanganan pada penyakit kulit sejak gejala awal terjadi.

(16)

1.2 Perumusan masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan dari tugas akhir ini sebagai berikut:

1. Bagaimana melakukan identifikasi terhadap penyakit kulit pada kucing ? 2. Bagaimana merancang perangkat lunak dengan sistem pakar certainty factor

untuk identifikasi penyakit kulit pada kucing ?

3. Bagaimana membangun perangkat lunak untuk mengidentifikasi penyakit kulit pada kucing serta memberikan saran pengobatan ?

1.3Pembatasan masalah

Batasan-batasan dari sistem yang dibahas dari tugas akhir ini adalah sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi masalah penyakit kulit pada kucing yang disebabkan oleh parasit, jamur, bakteri, virus, pengaruh nutrisi dan lingkungan.

2. Penyakit kulit yang diketahui dari hasil diagnosis secara pasti dibatasi dengan melihat gejala-gejala yang ditanyakan.

1.4Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan di atas maka tujuan dari pembuatan dari aplikasi ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk melakukan identifikasi secara menyeluruh terhadap penyakit kulit pada kucing dan memperoleh informasi yang dibutuhkan.

(17)

khususnya bagi klinik hewan (pet shop atau pet care) dan pemilik kucing secara langsung.

3. Untuk membangun perangkat lunak dalam mengidentifikasi penyakit kulit pada kucing serta memberikan saran pengobatannya.

1.5Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari pembuatan sistem pakar untuk mendiagnosis penyakit kulit pada kucing adalah:

1. Bagi mahasiswa

Dapat meningkatkan wawasan mahasiswa mengenai sistem pakar serta teori sistem pakar certainty factor, dapat memberikan suatu ide untuk mengimplementasikan sistem pakar terhadap permasalahan yang lain, serta dapat menambah kemampuan dan keyakinan mahasiswa akan teori yang diperoleh dari perkuliahan.

2. Bagi pihak terkait

Dapat mengenali penyakit kulit pada kucing dan dapat mengetahui cara pengobatan yang sesuai dalam penanganan penyakit kulit pada kucing. Dalam tugas akhir ini pihak yang terkait adalah klinik hewan dan pemilik kucing.

1.6Sistematika Penulisan

Sistematika yang digunakan dalam penyusunan laporan ini dibedakan dengan pembagian bab sebagai berikut:

Bab I : Pendahuluan

(18)

sistem pakar diagnosis penyakit kulit pada kucing, dan sistematika penulisan laporan Tugas Akhir.

Bab II : Landasan Teori

Bab ini menjelaskan tentang teori yang berkaitan dengan sistem pakar, penyakit kulit pada kucing, dan jenis-jenis penyakit kulit pada kucing. Dalam hal ini, teori yang digunakan dalam penyelesaian Tugas Akhir ini adalah teori tentang sistem pakar certainty factor gabungan.

Bab III : Metode Penelitian

Bab ini menjelaskan tentang perancangan sistem yang meliputi perancangan diagram alir yang menunjukkan alur jalan dari sistem, desain arsitektur yang menunjukkan hubungan antar elemen. Dalam bab ini juga dilengkapi dengan struktur tabel, desain interface sistem pakar diagnosis penyakit kulit pada kucing, serta rancangan pengujian dan evaluasi aplikasi terhadap fungsi aplikasi dan pengguna (end user) aplikasi.

Bab IV : Implementasi dan Evaluasi

Bab ini menjelaskan tentang evaluasi dari sistem yang telah dibuat dan proses implementasi dari sistem yang telah melalui tahap evaluasi sebelumnya.

Bab V : Penutup

(19)

6

Landasan teori merupakan panduan untuk menemukan solusi pemecahan masalah yang sedang dihadapi. Pada bab ini akan dikemukakan landasan teori yang terkait dengan permasalahan untuk mendukung perancangan sistem. Adapun landasan teori yang digunakan sebagai berikut:

2.1 Sistem Pakar

2.1.1 Pengertian sistem pakar

Menurut Jusak (2007:1) sistem pakar dapat didefinisikan sebagai sebuah program komputer yang mencoba meniru atau mensimulasikan pengetahuan (knowledge) dan ketrampilan (skill) dari seorang pakar pada area tertentu. Selanjutnya sistem ini akan mencoba memecahkan suatu permasalahan sesuai dengan kepakarannya.

Sistem pakar dibuat dibuat pada wilayah pengetahuan tertentu untuk suatu kepakaran tertentu yang mendekati kemampuan manusia di satu bidang. Sistem pakar mencoba mencari solusi yang memuaskan sebagaimana yang dilakukan seorang pakar (Kusrini, 2006:12).

Adapun beberapa definisi sistem pakar dari beberapa ahli yang dikutip oleh Kusumadewi (2003), antara lain:

(20)

2. Menurut Durkin: Sistem pakar adalah suatu program komputer yang dirancang untuk memodelkan kemampuan penyelesaian masalah yang dilakukan oleh seorang pakar.

3. Menurut Ignizio: Sistem pakar adalah suatu model dan prosedur berkaitan, dalam suatu domain tertentu, yang mana tingkat keahliannya dapat dibandingkan dengan seorang pakar.

2.1.2 Struktur sistem pakar

Menurut Jusak (2007:6) secara umum struktur sebuah sistem pakar terdiri atas tiga komponen utama, yaitu; knowledge base, working memory dan inference engine.

1. Knowledge base (basis pengetahuan) adalah bagian dari sebuah sistem pakar yang mengandung/menyimpan pengetahuan (domain knowledge). Knowledge base yang dikandung oleh sebuah sistem pakar berbeda antara satu dengan yang lain tergantung pada bidang kepakaran dari sistem yang dibangun. Misalnya, medical expert system akan memiliki basis pengetahuan tentang hal-hal yang berkaitan dengan medis. Knowledge base direpresentasikan dalam berbagai macam bentuk, salah satunya adalah dalam bentuk sistem berbasis aturan (ruled-based system).

(21)

tentang fakta-fakta yang dimasukkan oleh user ataupun fakta baru hasil kesimpulan dari sistem.

3. Inference engine bertugas mencari padanan antara fakta yang ada di dalam working memory dengan fakta-fakta tentang domain knowledge tertentu yang ada di dalam knowledge base, selanjutnya inference engine akan menarik/mengambil kesimpulan dari problem yang diajukan kepada sistem.

2.1.3 Ciri-ciri sistem pakar

Menurut Kusrini (2006:14) sistem pakar memiliki beberapa ciri-ciri sebagai berikut :

1. Terbatas pada bidang yang spesifik.

2. Dapat memberikan penalaran untuk data-data yang tidak lengkap atau tidak pasti.

3. Dapat mengemukakan rangkaian alasan yang diberikannya dengan cara yang dapat dipahami.

4. Berdasarkan pada rules atau aturan tertentu. 5. Dirancang untuk dikembangkan secara bertahap. 6. Output bersifat nasihat atau anjuran.

7. Output tergantung dari dialog dengan user. 8. Knowledge base dan inference engine terpisah.

2.1.4 Keuntungan dan kelemahan sistem pakar

Menurut Pradika (2012:12) terdapat beberapa keuntungan yang diperoleh dengan mengembangkan sistem pakar, antara lain:

(22)

3. Meningkatkan output dan produktivitas. 4. Meningkatkan kualitas.

5. Menyediakan nasihat atau solusi yang konsisten dan dapat mengurangi tingkat kesalahan.

6. Membuat peralatan yang kompleks dan mudah dioperasionalkan karena sistem pakar dapat melatih pekerja yang tidak berpengalaman.

7. Sistem tidak dapat lelah atau bosan.

8. Memungkinkan pemindahan pengetahuan ke lokasi yang jauh serta memperluas jangkauan seorang pakar, dan dapat diperoleh atau dipakai dimana saja.

Selain memiliki keuntungan, sistem pakar juga memiliki beberapa kelemahan di dalam penerapannya, antara lain :

1. Daya kerja dan produktivitas manusia menjadi berkurang karena semuanya dilakukan secara otomatis oleh sistem.

2. Pengembangan perangkat lunak sistem pakar lebih sulit dibandingkan dengan perangkat lunak konvensional.

3. Biaya pembuatan mahal, karena seorang pakar membutuhkan pembuat aplikasi untuk membuat sistem pakar yang diinginkan.

2.2 Kecerdasan Buatan

(23)

Technology (MIT) menciptakan bahasa pemrograman LISP. Kemudian

berkembang dengam dibuatnya program komputer yang “berpikir” seperti

permainan catur dan pembuktian perhitungan matematis secara komputasi. Pada tahun 1964, Joseph Weizenbaurn juga dari MIT membuat ELIZA, sebuah program yang menggambarkan konsultasi seorang psikiater dengan pasiennya. Pada Era 70-an perkembangan AI menghasilkan beberapa terobosan dan satu diantaranya yang paling populer adalah Expert System (ES). Salah satu ES yang pertama kali dibuat oleh MYCIN-nya Universitas Stamford yang membatu para ahli medis untuk mendiagnosis dan menganalisis sakit yang diderita oleh para pasien.

2.3 Certainty Factor

2.3.1 Definisi certainty factor

Menurut Sutojo, dkk (2010:194) awal mula Teori certainty factor (CF) diusulkan oleh Shortlife dan Buchanan pada 1975 untuk mengakomodasi ketidakpastian pemikiran seorang pakar. Seorang pakar/ahli dalam hal ini biasanya dokter sering kali menganalisis informasi yang ada dengan ungkapan

seperti “mungkin”, “kemungkinan besar”, “hampir pasti”. Untuk mengakomodasi

hal ini kita menggunakan certainty factor guna menggambarkan tingkat keyakinan pakar terhadap masalah yang sedang dihadapi.

Ada dua cara dalam mendapatkan certainty factor (CF) dari sebuah rule, yaitu :

1. Metode “Net Belief” yang diusulkan oleh E.H. Shortlife dan B.G. Buchanan

(24)

MB(H,E) =

{

[ |

[ P (H) = 1, lainnya

MD(H,E) =

{

[ |

[ P (H) = 0, lainnya

Dimana :

CF(Rule) = Faktor Kepastian

MB(H,E) = Measure of Belief (ukuran kepercayaan) terhadap hipotesis H, jika diberikan evidence E (antara 0 dan 1)

MD(H,E) = Measure of Disbelief (ukuran ketidakpercayaan) terhadap evidence H, jika diberikan evidence E (antara 0 dan 1)

P(H) = Probabilitas kebenaran hipotesis H

P(H|E) = Probabilitas bahwa H benar karena fakta E 2. Dengan cara mewawancarai seorang pakar/ahli

Nilai CF (Rule) didapat dari interpretasi “term” dari pakar, yang dirubah menjadi nilai CF tertentu. Sebagai contoh dapat dilihat pada Tabel 2.1, yakni uncertain term dari seorang pakar dikonversi menjadi sebuah nilai CF.

Tabel 2.1 Nilai evidence tingkat keyakinan pakar

Sumber : Buku Kecerdasan Buatan (Sutojo, dkk. 2010:195-196)

Uncertain Term CF

Definitely Not (Pasti Tidak) -1.0

Almost Certainly Not (Hampir Pasti Tidak) -0.8 Probably Not (Kemungkinan Besar Tidak) -0.6

Maybe Not (Mungkin Tidak) -0.4

Unknown (Tidak Tahu) -0.2 to 0.2

Maybe (Mungkin) 0.4

Probably (Kemungkinan Besar) 0.6

Almost Certainly (Hampir Pasti) 0.8

(25)

2.3.2 Perhitungan certainty factor gabungan

Secara umum, rule dipresentasikan dalam bentuk sebagai berikut (Sutojo, dkk. 2010:196).

IF E1 AND E2 ... AND En THEN H (CF Rule) Atau

IF E1 AND E2 ... OR En THEN H (CF Rule) Dimana :

E1 ... E2 : Fakta – fakta (Evidence) yang ada H : Hipotesis atau konklusi yang dihasilkan

CF Rule : Tingkat keyakinan terjadinya hipotesis H akibat adanya fakta – fakta

E1 ... En

1. Rule dengan evidence E tunggal dan Hipotesis H Tunggal (Certainty Factor Sequensial)

IF E THEN H (CF Rule) CF (H,E) = CF(E) X CF(Rule)

2. Rule dengan evidence E ganda dan Hipotesis H Tunggal (Certainty Factor Paralel)

IF E1 AND E2 ... AND En THEN H (CF Rule) CF (H,E) = min[CF(E1), CF(E2), ...., CF(En)] x CF(Rule) IF E1 OR E2 ... OR En THEN H (CF Rule)

CF (H,E) = max[CF(E1), CF(E2), ...., CF(En)] x CF(Rule)

(26)

{

IF E1 THEN H Rule 1 CF(H, E1) = CF1 = C(E1) x CF(Rule1) IF E2 THEN H Rule 2 CF(H, E2) = CF2 = C(E2) x CF(Rule2)

CF1 + CF2 (1-CF1) jika CF1 > 0 dan CF2 > 0

CF(CF1,CF2) (CF1 + CF2) / 1-(min[|CF1|,|CF2|]) jika CF1 < 0 atau CF2 < 0

CF1 + CF2 (1+CF1) jika CF1 < 0 dan CF2 < 0

Kelebihan dan kekurangan dari metode certainty factor Kelebihan metode certainty factor adalah :

1. Metode ini cocok dipakai dalam sistem pakar yang mengandung ketidak pastian.

2. Dalam sekali proses perhitungan hanya dapat mengolah 2 data saja sehingga keakuratan data tetap terjaga.

Sedangkan kekurangan metode certainty factor adalah :

1. Pemodelan ketidakpastian proses perhitungan yang menggunakan perhitungan metode certainty factor biasanya masih diperdebatkan.

2. Untuk data lebih dari 2 buah, harus dilakukan beberapa kali pengolahan data.

2.4 Pengertian Kulit pada Kucing

(27)

2.5 Penyakit Kulit

2.5.1 Pengertian penyakit kulit

Penyakit kulit adalah suatu keadaan dimana terdapat gangguan terhadap bentuk dan fungsi kulit sehingga berada dalam keadaan yang tidak normal. Penyakit kulit pada kucing dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain : parasit, jamur, bakteri, virus, pengaruh nutrisi hingga faktor lingkungan yang kurang baik (Kusumawati, 2011:34). Beberapa penyakit kulit pada kucing juga dapat menular kepada manusia, antara lain : seperti scabies, infestasi cheyletiella dan dermatophytosis.

2.5.2 Jenis penyakit kulit

Berikut ini merupakan jenis-jenis penyakit kulit yang dapat dialami oleh kucing :

1. Defisiensi Zinc

Defisiensi zinc hampir selalu disebabkan oleh rendahnya kandungan zinc dalam makanan yang dikonsumsi oleh kucing. Kekurangan zinc dapat mengganggu fase penyembuhan dan perbaikan luka, selain itu juga berdampak pada keindahan kulit. Selain faktor rendahnya kadar nutrisi pada makanan, kucing yang hamil dan menyusui juga rentan terhadap penyakit ini. Gejala yang nampak pada kucing yang mengalami defisiensi zinc adalah pengerasan (crusta) periorbital, kekurusan dan pododermatitis (Dhamojono, 2001:57).

2. Defisiensi Asam Lemak

(28)

sebenarnya sudah cukup kandungannya tetapi hanya sedikit kandungan antioxidannya seperti vitamin E. Kucing yang menderita defisiensi asam lemak biasanya juga akan mengalami intestial malabsorbsion, penyakit pankreas, dan penyakit heparkronis. Gejala defisiensi asam lemak yang terlihat pada kulit adalah abnormalitas seperti keratinisasi dan hipergranulosis (Dhamojono, 2001:58).

3. Defisiensi Protein

Defisiensi protein dapat terjadi karena kucing mengkonsumsi makanan yang kadar proteinnya rendah. Tetapi kucing yang diberi makanan khusus tidak akan mengalami penyakit ini, karena banyak pet food komersial yang kandungan proteinnya sudah cukup tinggi. Kucing yang mengalami defisiensi protein akan menunjukkan gejala keratinisasi, hiperpigmentasi, bila ada lesi biasanya simetris dan terjadi di kepala, punggung, toraks, abdomen, dan kaki (Dhamojono, 2001:60).

4. Defisiensi Vitamin A

Defisiensi vitamin A dapat terjadi karena kucing mengkonsumsi makanan yang kadar vitamin A rendah. Vitamin A berfungsi mempertahankan kesehatan kulit serta selsel epitel pada kucing. Kucing yang mengalami defisiensi vitamin A akan menunjukkan gejala keratinisasi serta gangguan pada kelenjar sebaseus meliputi sekresi serta hambatan pada salurannya (Dhamojono, 2001:61).

5. Flea

(29)

karena penularan dari kucing lain dan lingkungan kandang yang kotor. Kucing yang terserang oleh parasit ini akan menunjukkan gejala sering melakukan garukan pada tubuh dikarenakan gatal yang ditimbulkan oleh gigitan kutu. Biasanya terdapat bekas gigitan dan terlihatnya parasit ini pada area yang digaruk (Dhamojono, 2001:63).

6. Scabies

Scabies adalah penyakit kulit yang disebabkan tungau (sejenis kutu) scabies/sarcoptes. Penyakit ini sering menyerang anjing, kucing, kelinci dan dapat juga menular ke manusia. Scabiesis pada kucing lebih sering disebabkan notoedres cati. Tungau ini berukuran sangat kecil (0.2-0.4 mm), hanya bisa dilihat dengan mikroskop atau kaca pembesar. Seluruh siklus hidup tungau ini berada di tubuh induk semangnya. Tungau betina menggali dan melubangi kulit kemudian bertelur beberapa kali sambil terus menggali saluran-saluran dalam kulit induk semangnya. Lubang-lubang dalam kulit yang digali seekor tungau betina dapat mencapai panjang beberapa centimeter (Dhamojono, 2001:65).

7. Impetigo

(30)

8. Superficial Folliculitis

Superficial Folliculitis adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Staph intermedius, tetapi juga dapat disebabkan oleh penularan spesies lain dari Staphylococcus. Bakteri yang masuk melalui trauma lokal atau infeksi akibat kontaminasi bulu/kulit yang kotor, seborea, infestasi parasit, hormonal, iritasi lokal atau alergi. Walaupun begitu, hanya tiga macam etiologi utama dari penyakit ini yaitu : staphylococci, dermatophytes dan demodex. Penyakit ini terlihat dari gejala adanya lesi berupa kebotakan, terbentuknya sisik, dan kerak di daerah kepala dan leher yang menyerupai lesi dermatophytosis (Dhamojono, 2001:68).

9. Deep Pyoderma

Deep pyoderma merupakan infeksi kulit yang serius karena menyerang bagian kulit yang lebih dalam dari folikel bulu, yaitu dermis dan subkutan. Infeksinya dapat menimbulkan jejas luka (cicatrix). Faktor predisposisi untuk penyakit ini adalah gangguan kekebalan tubuh, lesi kulit dan folikel yang hebat, trauma gigitan atau garukan dan sebagainya), pengobatan dengan antibiotika yang salah dan pemberian kortikosteroid (Soedarto,2003:45). 10. Folliculitis

(31)

kepala dan punggung sebagai akibat sekunder dari gigitan kutu (Soedarto,2003:46).

11. Dermatophytosis

Dermatophytosis adalah infeksi kulit yang pada umumnya disebabkan oleh salah satu dari tiga spesies Dermatophytes yaitu Microsporum, Trichophyton, Epidermophyton. Walaupun organisme ini bersifat keratinofilik serta sering disertai alopesia, namun sebagian besar tidak menimbulkan pruritus. Jamur kulit yang sering menyerang anjing dan kucing antara lain adalah Microsporum canis, Microsporum gypseum dan Trychophyton mentagrophytes. Penyakit ini cukup berbahaya karena bersifat zoonosis (Soedarto,2003:48).

12. Luka Bakar

Lesi akibat panas baik superfisial ataupun di dalam (deep), sering disertai komplikasi infeksi bakteri dan sepsis. Penyebab utama adalah air panas, sentuhan dengan benda panas dan api. Kondisinya dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu sebagian dan menyeluruh. Bila gejala klinis yang ada melebihi 30% bagian tubuh, maka pada umumnya akan timbul menifestasi sistemik. Terjadi septikemia, syok, gagal ginjal, anemia dan kesulitan respirasi (Kusumawati, 2011:54).

2.6 Aplikasi Web

(32)

Aplikasi Web dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu aplikasi web statis dan dinamis (Firdaus, 2007:8).

Web statis dibentuk dengan menggunakan HTML. Kekurangan aplikasi seperti ini terletak pada keharusan untuk memelihara program secara terus menerus untuk mengikuti setiap perkembangan yang terjadi. Kelemahan ini diatasi oleh model aplikasi web dinamis. Pada aplikasi web dinamis, perubahan informasi dalam halaman web dilakukan tanpa perubahan program tetapi melalui perubahan data. Sebagai implementasi, aplikasi web dapat dikoneksikan ke basis data sehingga perubahan. informasi dapat dilakukan oleh operator dan tidak menjadi tanggung jawab dari webmaster.

Arsitektur aplikasi web meliputi client, web server, middleware dan basis data. Client berinteraksi dengan web server. Secara internal, web server berkomunikasi dengan middleware dan middleware yang berkomunikasi dengan basis data. Contoh middleware adalah PHP dan ASP. Pada mekanisme aplikasi web dinamis, terjadi tambahan proses yaitu server menerjemahkan kode PHP menjadi kode HTML. Kode PHP yang diterjemahkan oleh mesin PHP yang akan diterima oleh client.

2.7 Testing dan Implementasi Sistem 2.7.1 White Box Testing

White box testing terkadang disebut juga glass box testing atau clear box testing, adalah suatu metode desain test case yang menggunakan struktur kendali dari desain prosedural (Romeo, 2003:34).

(33)

1. Semua jalur yang independen / terpisah dapat dites setidaknya sekali test. 2. Semua logika keputusan dapat di tes dengan jalur yang salah atau jalur yang

benar.

3. Semua loop dapat dites terhadap batasannya dan ikatan operasional. 4. Semua struktur internal data dapat dites untuk memastikan validitasnya.

Desain uji coba white box testing pada sistem pakar ini digunakan untuk menguji setiap fungsi yang terdapat pada class-class yang ada. Hal tersebut bertujuan untuk mengetahui kesesuaian keluaran dari sistem pakar dengan keluaran yang dihasilkan logika dan asumsi pada desain sistem pakar.

2.7.2 Black Box Testing

Black box testing sering juga disebut sebagai behavioral testing, atau functional testing adalah sebuah metode testing yang dilakukan tanpa pengetahuan detil struktur internal dari sistem atau komponen yang dites. Black box testing berfokus pada kebutuhan fungsional pada software, berdasarkan pada spesifikasi kebutuhan dari software (Romeo, 2003:52).

(34)

21

Pada bab ini berisi tentang analisis dan perancangan sistem yang dibuat, yaitu mulai dari analisis permasalahan, perancangan sistem pakar, perancangan aplikasi sistem pakar, struktur tabel, desain interface dan desain uji coba.

3.1 Analisis Permasalahan

Penyakit kulit adalah salah satu jenis penyakit yang sering menyerang hewan kucing, karena kulit merupakan bagian tubuh yang melakukan kontak dengan lingkungan sekitar. Penyakit kulit dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu : parasit, jamur, bakteri, virus, pengaruh nutrisi dan kondisi lingkungan. Pemelihara kucing sering terlambat dalam memberikan penanganan terhadap penyakit kulit pada kucing peliharaan, hal tersebut dikarenakan kucing yang mengalami penyakit kulit dapat terlihat normal dan para pemelihara kucing terkadang menganggap gejala awal adalah hal yang biasa terjadi pada kucing. Penyakit kulit memang dapat disembuhkan dengan memberikan penanganan secara benar, cepat dan tepat. Namun mayoritas dokter hewan spesialis anjing dan kucing di Indonesia membuka praktek di kota-kota besar saja. Hal tersebut sering menjadi kendala bagi para pemelihara kucing untuk melakukan konsultasi dan memberikan penanganan terhadap penyakit kulit.

(35)

petugas klinik maupun pemilik kucing dalam melakukan diagnosis penyakit kulit pada kucing, karena sistem pakar dirancang untuk menerapkan kemampuan dan pengetahuan dari seorang dokter hewan spesialis anjing dan kucing. Dalam melakukan diagnosis penyakit kulit, dokter sering kali dihadapkan oleh ketidakpastian dalam menganalisis sebuah informasi. Oleh karena itu penerapan metode certainy factor cocok untuk diterapkan dalam sistem pakar diagnosis penyakit kulit pada kucing, karena metode ini dapat mengakomodasi ketidakpastian menjadi sebuah nilai yang menggambarkan tingkat keyakinan seorang pakar (dokter hewan).

Sistem pakar yang akan dibangun merupakan sebuah aplikasi sistem pakar berbasis web, hal ini dikarenakan keberadaan dokter hewan spesialis anjing dan kucing masih jarang ditemukan pada beberapa kota. Oleh karena itu dengan mengembangkan aplikasi berbasis web dapat membantu petugas klinik (pet shop atau pet care) dan pemilik kucing secara langsung dalam melakukan diagnosis penyakit kulit pada kucing dimana saja seperti halnya sedang berkonsultasi dengan seorang dokter spesialis anjing dan kucing

3.2 Perancangan Sistem Pakar

Dalam melakukan perancangan sistem pakar ada beberapa tahap yang harus dilakukan, agar aplikasi yang dibuat dapat berfungsi sesuai dengan yang diharapkan.

3.2.1 Desain arsitektur

(36)

Gambar 3.1 Blok diagram sistem pakar penyakit kulit pada kucing

Penjelasan dari desain arsitektur untuk sistem pakar diagnosis penyakit kulit pada kucing adalah sebagai berikut:

1. User

User dalam sistem pakar diagnosis penyakit kulit pada kucing ini merupakan orang yang berperan dalam memasukkan jawaban dari pertanyaan konsultasi berupa fakta-fakta gejala yang terjadi pada kucing. Nilai dari jawaban tersebut nantinya akan diolah untuk mendapatkan suatu kesimpulan.

2. Konversi Nilai

Proses konversi nilai merupakan proses dalam melakukan konversi jawaban pertanyaan konsultasi dari user menjadi sebuah nilai tertentu yang nantinya akan diolah dalam proses inferensi.

3. Knowledge Base

Knowledge base berisi kumpulan dari fakta-fakta mengenai situasi, kondisi atau permasalahan yang ada; dan aturan-aturan yang digunakan sebagai acuan dalam menggunakan pengetahuan untuk menyelesaikan masalah yang ada. Dalam sistem pakar diagnosis penyakit kulit pada kucing ini, fakta dan aturan

User

Sistem Pakar Diagnosis Penyakit Kulit pada Kucing

Konversi Nilai

Knowledge Base

Output Jenis Penyakit Kulit dan Saran Pengobatan Inference

(37)

yang ada telah di desain berupa data gejala penyakit kulit, data penyakit kulit, dan data saran pengobatan terhadap penyakit kulit.

4. Inference Engine

Mesin Inferensi adalah sebuah program untuk memandu proses penalaran terhadap suatu kondisi berdasarkan pada basis pengetahuan yang ada, memanipulasi dan mengarahkan rule, model, dan fakta yang disimpan dalam knowledge base untuk mencapai solusi atau kesimpulan. Dalam sistem pakar diagnosis penyakit kulit pada kucing ini dapat dilihat dalam perhitungan certainty factor.

Proses dalam mesin inferensi ini dimulai dengan inputan jawaban pertanyaan gejala-gejala yang dialami kucing. Setelah semua pertanyaan dijawab, maka jawaban tersebut akan dikonversi dari sebuah “uncertain term” menjadi

sebuah nilai CF. Nilai hasil konversi nantinya akan dikalikan dengan nilai CF rule gejala. Setelah mendapatkan hasil perkalian nilai CF gejala, maka akan dilakukan verifikasi apakah nilai tersebut harus dikombinasi untuk menghasilkan sebuah nilai atau tidak.

(38)

penyakit pertama. Setelah perhitungan nilai CF dari penyakit pertama selesai, maka proses perhitungan akan dilanjutkan sampai dengan penyakit terakhir. Apabila nilai semua penyakit ditemukan, maka proses perhitungan telah selesai dan akan menampilkan nilai CF dari semua penyakit kulit beserta saran pengobatan yang harus dilakukan. Gambar 3.2 dibawah ini merupakan flowchart dari mesin inferensi sistem pakar diagnosis penyakit kulit pada kucing.

Gambar 3.2 Flowchart sistem pakar diagnosis penyakit kulit pada kucing Mulai

Hitung Nilai CF Berdasarkan CF Rule Gejala

Semua gejala terhitung?

Jawaban Pertanyaan

Konsultasi

Hitung Kombinasi Nilai CF

Hitung Nilai CF Berdasarkan CF Rule Penyakit

Hitung Kombinasi Nilai CF Tingkat Keyakinan Penyakit

Semua penyakit terhitung?

Nilai CF Penyakit Kulit

Selesai Ya Tidak

(39)

5. Output

Output merupakan hasil kesimpulan dari sistem yang menunjukkan jawaban dari gejala atau fakta mengenai penyakit kulit yang telah di input-kan. Output yang dihasilkan sistem pakar ini merupakan hasil diagnosis penyakit kulit pada kucing beserta saran pengobatan yang harus dilakukan.

3.2.2 Pengumpulan data

Untuk pengumpulan data yang diperlukan dalam menyelesaikan tugas akhir ini, ada beberapa cara yang telah dilakukan, antara lain:

a) Pengamatan atau Observasi

Langkah pengamatan atau observasi ini dilakukan untuk mengamati dan mempelajari kondisi kegiatan dalam identifikasi penyakit kulit kucing pada dokter hewan spesialis anjing dan kucing secara langsung, sehingga mudah mengumpulkan data-data yang diperlukan guna mendukung perumusan masalah dalam Tugas Akhir ini. Informasi yang diperoleh adalah bagaimana cara melihat gejala penyakit kulit; permasalahan yang ditemui selama proses penentuan penyakit kulit; serta penggolongan penyakit kulit yang mencakup gejala yang terjadi pada kepala, tubuh dan kaki kucing.

(40)

b) Studi Literatur

Dalam pembuatan aplikasi ini meliputi beberapa tahap yang harus dilaksanakan. Langkah berikutnya setelah wawancara adalah melakukan studi literatur yang berkaitan dengan permasalahan yang ada dan hal-hal yang dijadikan acuan untuk penyelesaian masalah. Beberapa teori yang berhubungan dengan penyakit kulit pada kucing, penggunaan perhitungan certainty factor dalam sistem pakar dan beberapa teori penunjang lainnya akan digunakan sebagai referensi untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Dari studi literatur yang dilakukan, peneliti mendapatkan jenis dan gejala dari penyakit kulit yang dapat menginfeksi kucing. Pada tabel berikut 3.1 berikut ini merupakan data jenis dari penyakit kulit pada kucing.

Tabel 3.1 Data jenis penyakit kulit

KODE NAMA PENYAKIT KULIT

PK001 Defisiensi Zinc

PK002 Defisiensi Asam Lemak

PK003 Defisiensi Protein

PK004 Defisiensi Vitamin A

PK005 Flea

PK006 Scabies

PK007 Impetigo

PK008 Superficial Folliculitis

PK009 Deep Pyoderma

PK010 Folliculitis

PK011 Canine Dermatophytosis

PK012 Feline Dermatophytosis

PK013 Luka Bakar

Sedangkan pada tabel 3.2 berikut ini berisi tentang semua gejala penyakit kulit pada kucing.

Tabel 3.2 Data jenis gejala penyakit kulit

KODE NAMA GEJALA

(41)

KODE NAMA GEJALA G003 Hiperpigmentasi pada kepala G004 Gatal pada kepala

G005 Alopesia pada kepala

G006 Alopesia terbatas disertai erytema G007 Pengerakan kulit pada kepala G008 Penebalan dan pengerutan kulit G009 Lesi pada mata

G010 Pengerasan periorbital G011 Pengerasan kulit pada wajah G012 Pengerasan kulit pada telinga G013 Bulu pada telinga patah G014 Pustula pada kepala G015 Pustula pada wajah G016 Pustula pada dagu G017 Erytema pada telinga G018 Ketombe pada kepala G019 Adanya kutu pada kepala G020 Keratinisasi pada badan G021 Penyisikan kulit pada badan G022 Hiperpigmentasi pada badan G023 Gatal pada badan

G024 Alopesia pada badan G025 Pustula pada punggung G026 Luka bekas garukan G027 Luka bekas gigitan G028 Kekurusan

G029 Pengerakan kulit pada badan G030 Bulu pada badan patah G031 Hipergranulosis

G032 Pustula dan papula pada badan G033 Ketombe pada badan

G034 Adanya kutu pada badan G035 Pododermatitis

G036 Bulu pada kaki patah

G037 Alopesia terbatas disertai erytema G038 Pengerasan kulit pada kaki

G039 Keratinisasi pada area lain G040 Penyisikan kulit pada area lain G041 Hiperpigmentasi pada area lain G042 Alopesia pada area lain

G043 Pustula pada leher G044 Pustula pada tengkuk G045 Luka bakar

G046 Ketombe pada area lain

(42)

Dari data jenis dan gejala penyakit yang diketahui diatas, dapat dilihat hubungan dari kedua data tersebut dengan melihat Tabel 3.3 berikut yang merupakan gambaran dari hubungan antara jenis penyakit dengan gejala dari penyakit kulit.

Tabel 3.3 Hubungan gejala dengan penyakit kulit

Defisiensi

Vitamin A Flea Scabies Impetigo Superficial

keratinisasi pada kepala hiperpigmentasi pada kepala

gatal pada kepala

alopesia pada kepala

alopesia terbatas disertai erytema

pengerakan kulit pada kepala

penebalan dan pengerutan kulit pengerasan periorbital

pengerasan kulit pada wajah

pengerasan kulit pada telinga

bulu pada telinga patah

pustula pada kepala

pustula pada wajah

pustula pada dagu

erytema pada telinga

ketombe pada kepala

adanya kutu pada kepala

penyisikan kulit pada kepala

lesi pada mata Area Badan

keratinisasi pada badan hiperpigmentasi pada badan

gatal pada badan

alopesia pada badan

pustula pada pungung

luka bekas garukan

luka bekas gigitan

kekurusan

pengerakan kulit pada badan

hipergranulosis

pustula dan papula pada badan

ketombe pada badan

adanya kutu pada badan

penyisikan kulit

bulu pada badan patah

Area Kaki

pododermatitis

bulu pada kaki patah

alopesia terbatas disertai erytema

pengerasan kulit pada kaki

Area Lain

keratinisasi pada area lain hiperpigmentasi pada area lain

alopesia pada area lain

pustula pada leher

pustula pada tengkuk

luka bakar

ketombe pada area lain

pustula dan papula pada area lain

penyisikan kulit pada area lain

Gejala Penyakit

(43)

c) Wawancara

Pengumpulan data yang dijadikan bahan pembuatan sistem ini dilakukan dengan wawancara kepada dokter hewan spesialis anjing dan kucing, yang dalam penelitian ini dijadikan sebagai studi kasus pembuatan tugas akhir ini. Dalam tahap wawancara ini, peneliti menggali informasi mengenai segala gejala penyakit kulit pada kucing, jenis penyakit kulit pada kucing, serta cara kebutuhan nilai CF maintain yang merupakan tingkat keyakinan dari dokter hewan mengenai jenis peyakit dan gejala penyakit kulit pada kucing.

Setelah dilakukan wawancara, maka diperoleh informasi mengenai kebutuhan cara mendiagnosis dan informasi mengenai nilai CF rule dari jenis penyakit dan gejala penyakit kulit pada kucing. Pada Tabel 3.4 berikut ini merupakan tabel yang berisi uncertain term dari pakar beserta nilai yang akan digunakan dalam sistem pakar diagnosis penyakit kulit pada kucing yang diperoleh dari Drh. Naumi D.R.P.

Tabel 3.4 Nilai evidence

Uncertain Term Nilai CF Evidence

Tidak Ada -0,9

Kemungkinan Kecil -0,3

Kemungkinan Besar 0,6

Ada 0,9

Sumber : Drh. Naumi D.R.P.

(44)

Tabel 3.5 Nilai CF rule penyakit kulit

No. Penyakit Kulit Jenis Gejala CF Rule

1 Defisiensi Zinc

(PK001)

lesi pada mata (G009) 0,80

pengerasan periorbital (G010) 0,90

kekurusan (G028) 0,40

pododermatitis (G035) 0,75

2

Defisiensi Asam Lemak

(PK002)

keratinisasi pada kepala (G001) 0,60 keratinisasi pada badan (G020) 0,80 bulu patah pada badan (G030) 0,45

hipergranulosis (G031) 0,90

keratinisasi pada area lain (G039) 0,15

3 Defisiensi Protein

(PK003)

keratinisasi pada kepala (G001) 0,65 hiperpigmentasi pada kepala (G003) 0,75 keratinisasi pada badan (G020) 0,70 hiperpigmentasi pada badan (G022) 0,80 keratinisasi pada area lain (G039) 0,15 hiperpigmentasi pada area lain (G041) 0,20

4 Defisiensi Vitamin A

(PK004)

keratinisasi pada kepala (G001) 0,85 keratinisasi pada badan (G020) 0,75 keratinisasi pada area lain (G039) 0,15

5 Flea

(PK005)

gatal pada kepala (G004) 0,60

adanya kutu pada kepala (G019) 0,90

gatal pada badan (G023) 0,80

adanya kutu pada badan (G034) 0,90

6 Scabies

(PK006)

gatal pada kepala (G004) 0,80

penebalan dan pengerutan kulit (G008) 0,75 bulu pada telinga patah (G013) 0,85 ketombe pada kepala (G018) 0,60 ketombe pada badan (G033) 0,65

7 Impetigo

(PK007)

pustula pada kepala (G014) 0,70 pustula pada leher (G043) 0,80 pustula pada tengkuk (G044) 0,80

8

Superficial Folliculitis (PK008)

penyisikan kulit pada kepala (G002) 0,70 alopesia pada kepala (G005) 0,80 pengerakan kulit pada kepala (G007) 0,80 penyisikan kulit pada badan (G021) 0,50 penyisikan kulit pada area lain (G040) 0,20 alopesia pada area lain (G042) 0,20 ketombe pada area lain (G046) 0,20

9 Deep Pyoderma

(PK009)

gatal pada badan (G023) 0,60

(45)

No. Penyakit Kulit Jenis Gejala CF Rule

10 Folliculitis

(PK010)

pustula pada wajah (G015) 0,70

pustula pada dagu (G016) 0,30

pustula pada punggung (G025) 0,75

11

Canine

Dermatophytosis (PK011)

alopesia pada kepala (G005) 0,60 pengerakan kulit pada kepala (G007) 0,50 bulu pada telinga patah (G013) 0,75 alopesia pada badan (G024) 0,70 pengerakan kulit pada badan (G029) 0,75 bulu pada badan patah (G030) 0,75 pustula dan papula pada badan (G032) 0,80 bulu pada kaki patah (G036) 0,60 pustula dan papula di area lain (G047) 0,25

12

Feline

Dermatophytosis (PK012)

alopesia disertai erytema (G006) 0,80 pengerasan kulit pada wajah (G011) 0,80 pengerasan kulit pada telinga (G012) 0,80 bulu pada telinga patah (G013) 0,60 erytema pada telinga (G017) 0,65 bulu pada badan patah (G030) 0,45 bulu pada kaki patah (G036) 0,60 alopesia disertai erytema (G037) 0,65 pengerasan kulit pada kaki (G038) 0,75

13 Luka Bakar (PK013) luka bakar (G045) 0,90

Sumber : Drh. Naumi D.R.P

Pada Tabel 3.6 berikut ini berisi nilai CF rule dari gejala yang diperoleh dari hasil wawancara dengan drh. Naumi D.R.P.

Tabel 3.6 Nilai CF rule gejala penyakit kulit

No. Gejala Pertanyaan CF Rule

1 Keratinisasi pada kepala P001 0,98

P002 0,98

2 Penyisikan kulit pada kepala P003 1,00

3 Hiperpigmentasi pada kepala P004 1,00

4 Gatal pada kepala P005 1,00

5 Alopesia pada kepala P006 1,00

6 Alopesia terbatas disertai erytema P007 1,00

7 Pengerakan kulit pada kepala P008 1,00

8 Penebalan dan pengerutan kulit P009 1,00

(46)

No. Gejala Pertanyaan CF Rule

10 Pengerasan periorbital P011 1,00

11 Pengerasan kulit pada wajah P012 1,00

12 Pengerasan kulit pada telinga P013 1,00

13 Bulu pada telinga patah P014 1,00

20 Keratinisasi pada badan P021 0,98

P022 0,98

21 Penyisikan kulit pada badan P023 1,00

22 Hiperpigmentasi pada badan P024 1,00

23 Gatal pada badan P025 1,00

29 Pengerakan kulit pada badan P031 1,00

30 Bulu pada badan patah P032 1,00

31 Hipergranulosis P033 1,00

32 Pustula dan papula pada badan P034 0,98

33 Ketombe pada badan P035 0,96

34 Adanya kutu pada badan P036 0,98

35 Pododermatitis P037 1,00

36 Bulu pada kaki patah P038 1,00

37 Alopesia terbatas disertai erytema P039 1,00

38 Pengerasan kulit pada kaki P040 1,00

39 Keratinisasi pada area lain P041 0,98

P042 0,98

40 Penyisikan kulit pada area lain P043 1,00

41 Hiperpigmentasi pada area lain P044 1,00

42 Alopesia pada area lain P045 1,00

(47)

3.2.3 Perhitungan certainty factor dengan nilai dari pakar

Perhitungan nilai certainty factor dengan nilai yang diberikan oleh pakar akan menghasilkan suatu informasi yang lebih tepat daripada melakukan spekulasi dengan cara penentuan nilai certainty factor menggunakan rumus. Sebagai contoh perhitungan certainty factor dari nilai yang diberikan oleh seorang pakar akan sedikit dijelaskan dengan menggunakan contoh permasalahan berikut :

Data gejala pada tiap jenis penyakit kulit pada kucing. 1. Penyakit Kulit Defisiensi Zinc

Gejala Nilai CF

Pengerasan periorbital 0,90

Lesi pada mata 0,80

Kekurusan 0,40

Pododermatitis 0,75

2. Penyakit Kulit Deep Pyoderma

Gejala Nilai CF

Gatal pada badan (G023) 0,60

Luka bekas garukan (G026) 0,80

Luka bekas gigitan (G027) 0,50

3. Penyakit Kulit Flea

Gejala Nilai CF

Gatal pada kepala 0,60

Adanya kutu pada kepala 0,90

Gatal pada badan 0,80

Adanya kutu pada badan 0,90

(48)

Penjelasan berikut ini merupakan gambaran dari proses diagnosis, pemilihan jawaban pertanyaan mengenai gejala akan mempengaruhi hasil diagnosis.

No. Konsultasi Tidak Ada

Kemungkinan Kecil

Kemungkinan

Besar Ada

1 Pertanyaan 1 √

2 Pertanyaan 2 √

3 Pertanyaan 3 √

... ... ...

50 Pertanyaan 50 √

Dari data konsultasi yang dijawab oleh pengguna, maka akan dilakukan perhitungan untuk mengetahui prosentase jenis penyakit kulit :

1. Penyakit Kulit Defisiensi Zinc

CF(CF1, CF2) = (0,48 + -0,27) / (1 - 0,27) = 0,29 (CF Kombinasi 1) 0,29 + 0,36 * (1 - 0,29) = 0,54 (CF Kombinasi 1, CF3) 0,54 + 0,45 * (1 - 0,54) = 0,75 (CF Kombinasi 2, CF4)

► 0,75 * 100 % = 75 %

2. Penyakit Kulit Deep Pyoderma

CF(CF1, CF2) = 0,36 + 0,72 * (1 - 0,36) = 0,82 (CF Kombinasi 1) 0,82 + 0,45 * (1 - 0,82) = 0,90 (CF Kombinasi 1, CF3)

► 0,90 * 100 % = 90 %

3. Penyakit Kulit Flea

CF(CF1, CF2) = (0,54 + -0,26) / (1 - 0,26) = 0,37 (CF Kombinasi 1) 0,37 + 0,72 * (1 - 0,37) = 0,82 (CF Kombinasi 1, CF3) 0,82 + 0,53 * (1 - 0,82) = 0,92 (CF Kombinasi 2, CF4)

(49)

3.3 Perancangan Aplikasi Sistem Pakar 3.3.1 System Flow

System flow merupakan suatu gambaran aliran kerja yang menggambarkan alur kerja dari sistem pakar diagnosis penyakit kulit pada kucing dengan menggunakan simbol-simbol tertentu. Dengan adanya system flow ini penganalisa dapat menginformasikan jalannya suatu sistem dan dapat memahami sistematika aplikasi sistem pakar ini dengan mudah. Dalam system flow aplikasi sistem pakar diagnosis penyakit kulit pada kucing terdapat tiga pengguna aplikasi yaitu pengguna dengan hak akses sebagai admin dan user, serta pemilik kucing secara langsung (guess). Berikut ini akan dijelaskan system flow yang terdapat pada aplikasi sistem pakar diagnosis penyakit kulit pada kucing.

a) System flow maintain data pengguna

(50)

Gambar 3.3 System flow maintain data pengguna

b) System flow maintain data pemilik dan kucing

System flow maintain data pemilik dan kucing menggambarkan tentang pengelolaan data pemilik dan kucing yang dilakukan oleh pengguna yang memliki hak akses sebagai admin dan user. Proses pengelolaan data pemilik dan kucing dilakukan ketika pengguna telah melakukan proses login. Aplikasi akan menampilkan data pemilik dan kucing yang tersimpan, apabila pemilik kucing belum terdaftar maka pengguna dapat memasukkan data pemilik dan kucing.

System Flow Maintain Data Pengguna

Admin Sistem Validasi username dan

(51)

Selain itu pengguna juga dapat menambahkan data kucing baru apabila pemilik kucing yang terdaftar memiliki kucing lebih dari satu. Proses maintain data pemilik dan kucing dapat dilihat pada Gambar 3.4 berikut ini.

Gambar 3.4 System flow maintain data pemilik dan kucing

c) System flow maintain data nilai CF rule

System flow maintain data nilai CF rule menggambarkan tentang pengelolaan data nilai CF rule yang merupakan nilai dari pengetahuan seorang pakar yang dilakukan oleh pengguna yang memiliki hak akses sebagai admin. Proses maintain data nilai CF rule dapat dilihat pada Gambar 3.5 berikut ini.

System Flow Maintain Data Pemilik dan Kucing

Admin Sistem Validasi username dan

(52)

Gambar 3.5 System flow maintain data nilai CF rule

d) System flow registrasi pemilik dan kucing

System flow registrasi pemilik dan kucing menggambarkan tentang proses pendaftaran pemilik dan kucing yang dilakukan oleh pengguna yang memliki hak akses sebagai admin dan user. Proses registrasi ini dilakukan sebelum pemilik dan kucing melakukan konsultasi kepada petugas klinik. System flow untuk registrasi pemilik dan kucing dapat dilihat pada Gambar 3.6 berikut ini.

System Flow Maintain CF Rule

Admin Sistem

P

h

ase

Mulai

T. Rule Gejala

T. Rule Penyakit user dan password

valid? Validasi user dan

password

Ya

Memilih data gejala dan penyakit

T. User

Selesai

MC1 Tidak

Data yang dipilih Menampilkan data

yang dipilih

CF Rule

Simpan data CF Rule

T. Rule Gejala

T. Rule Penyakit MC1

(53)

Gambar 3.6 System flow registrasi pemilik dan kucing

e) System flow diagnosis penyakit

System flow untuk diagnosis menggambarkan proses yang terjadi dalam diagnosis penyakit kulit. Proses ini terbagi menjadi dua jenis, yaitu diagnosis yang dilakukan di klinik yang dilakukan oleh admin maupun user dan diagnosis yang dilakukan secara langung oleh pemilik kucing. Untuk diagnosis yang dilakukan oleh petugas klinik diawali dengan proses login oleh pengguna yang memiliki hak akses sebagai admin maupun user. Setelah melakukan login, pengguna memilih data pemilik dan kucing yang akan diperiksa. Setelah itu pengguna menjawab pertanyaan yang diberikan oleh sistem sesuai dengan fakta yang terjadi pada kucing yang diperiksa. Setelah semua pengisian jawaban pertanyaan selesai

System Flow Registrasi Pemilik dan Kucing

Pengguna Sistem

P

h

ase

Mulai

T. Pemilik

T. Kucing Simpan Data

username dan password valid? Validasi username dan

password

T. User

R1 Tidak R1

Username dan password

Registrasi

Data pemilik dan data kucing

(54)

dilakukan, pengguna dapat menekan tombol analisa dan kemudian sistem akan melakukan perhitungan nilai berdasarkan jawaban dari pengguna berdasarkan dengan nilai-nilai CF rule dari gejala dan penyakit, kemudian sistem akan menampilkan kesimpulan mengenai penyakit kulit yang diderita oleh kucing dan menampilkan saran pengobatan yang harus dilakukan.

(55)

Gambar 3.7 System flow diagnosis

System Flow Diagnosis Penyakit Kulit

Pengguna Sistem

T. Diagnosis T. Detail Diagnosis

Membuat Laporan Hasil Diagnosis Penyakit Kulit dan Saran Pengobatan

T. Penyakit

Laporan Hasil Diagnosis dan Saran Pengobatan Validasi username dan

password

(56)

f) System flow membuat laporan histori konsultasi

System flow membuat laporan histori konsultasi menggambarkan tentang proses membuat laporan dari hasil konsultasi yang telah dilakukan. Laporan histori konsultasi yang akan dibuat berdasarkan data konsultasi yang telah dipilih oleh pengguna admin dan user. Proses membuat laporan histori konsultasi dapat dilihat pada Gambar 3.8 berikut ini.

Gambar 3.8 System flow membuat laporan histori konsultasi

System Flow Membuat Laporan Histori Konsultasi

Admin Sistem

P

h

ase

T. Diagnosis

T. Detail Diagnosis

username dan password valid?

Validasi username dan password

Ya

Memilih data konsultasi

T. User

Selesai

D1 Tidak

Cetak laporan histori konsultasi

Histori Konsultasi

Laporan Histori Konsultasi Menampilkan data konsultasi yang dipilih

Mulai D1

(57)

3.3.2 Data Flow Diagram

A. Diagram berjenjang

Diagram berjenjang untuk sistem yang akan dibangun dapat dilihat pada Gambar 3.9 dibawah ini.

Gambar 3.9 Diagram berjenjang

B. Context diagram

Pada context diagram sistem pakar diagnosis penyakit kulit pada kucing ini terdapat tiga buah entitas eksternal, yaitu admin, user dan guess. Pada sistem ini, pengguna user memberikan input kepada sistem berupa data kucing dan pemilik, dan data jawaban berupa fakta-fakta dari gejala yang terjadi pada kucing. Selain itu user akan mendapatkan output dari sistem berupa laporan hasil diagnosis, dan data pemilik dan kucing untuk melakukan update data. Untuk pengguna admin memberikan input berupa data user, data pertanyaan, data gejala, data penyakit. Sedangkan guess memberikan masukan berupa data jawaban berupa fakta-fakta dari gejala yang terjadi pada kucing Kemudian output yang didapatkan dari sistem adalah hasil diagnosis dan laporan histori konsultasi.

Sistem Pakar Data Nilai CF rule

1.5

Registrasi Pemilik dan Kucing

(58)

Gambar 3.10 adalah gambar context diagram diagnosis penyakit kulit pada kucing.

Gambar 3.10 Context diagram

C. DFD level 0

Sistem pakar diagnosis penyakit kulit pada kucing ini mempunyai 3 subsistem, yaitu maintain data, diagnosis dan membuat laporan. Subsistem maintain data memiliki fungsi untuk maintain data pemilik dan kucing yang akan melakukan diagnosis pada sistem. Subsistem diagnosis memiliki fungsi untuk menyediakan suatu form pertanyaan yang harus dijawab oleh pengguna yang sebelumnya telah di input-kan ke dalam sistem oleh admin, output dari proses ini akan menghasilkan data hasil diagnosis dan data detail diagnosis. Subsistem membuat laporan berfungsi untuk mengolah hasil diagnosis yang telah dihasilkan

Data Kucing Dipilih Data Nama Pem ilik

Laporan Histori Konsultasi

Laporan Histori Konsultasi

Data CF Rule Penyakit

Data CF Rule Gejala

Data CF Rule Gejala Data CF Rule Penyakit

Data User

Sistem Pakar Diagnosis Penyakit Kulit Pada Kucing

+

user

(59)

menjadi suatu laporan, output dari subsistem ini menghasilkan dua output, yaitu laporan hasil diagnosis dan laporan histori konsultasi. Dalam sistem pakar diagnosis penyakit kulit pada kucing ini terdapat 12 buah tabel. DFD level 0 ini dapat dilihat pada Gambar 3.11 berikut ini.

Gambar 3.11 DFD level 0

[Data Kucing Dipilih] [Data Pem ilik Dip ilih]

Histori Konsultas i Dipilih

Data Detail Dibaca Data Detail Disimpan

Data Diagnosis Dibaca Data Diagnosis Disim pan

[Jawaban Pertanyaan]

[Hasil Diagnosis] [Pertanyaan]

[Data Nam a Pem ilik] [Data Nam a Kucing]

[Laporan Histori Konsultasi] Data Kucing Dilih at

Data Pertanyaan Dibaca Data Diagnosis Disim pan Data Pemilik Dilihat

CF Rule Gejala Dibaca CF Rule Penyakit Dibaca

CF Rule Gejala Dilihat

CF Rule Gejala Disimpan CF Rule Gejala Dirubah CF Rule Penyakit Dilihat

CF Rule Penyakit Dirubah CF Rule Penyakit Disim pan Data Pemilik Dirubah Data Pemilik DIsimpan Data Kucing Dirubah

Data Kucing Disimpan

Data User Dibaca

Data User Disim pan

[Laporan Histori Konsultasi] [Data CF Rule Pe nyakit]

[Data CF Rule Gejala]

[Data CF Rule Gejala] [Data CF Rule Pe nyakit]

(60)

D. DFD level 1 maintain data

Pada subsistem DFD level 1 maintain data ini, admin mempunyai hak akses untuk memberikan akses login kepada pengguna yang memiliki hak akses sebagai user, yang nantinya data tersebut akan disimpan di dalam tabel user. Untuk data gejala, penyakit dan pertanyaan akan dimasukkan ke dalam tabel yang nantinya akan digunakan dalam proses diagnosis. Untuk user yang telah melakukan login, nantinya dapat melakukan proses registrasi kucing dan pemilik serta melakukan update kedua data tersebut. Gambar 3.12 adalah gambar DFD level 1 maintain data diagnosis penyakit kulit pada kucing.

Gambar 3.12 DFD level 1 maintain data

[CF Rule Gejala Dilihat] [CF Rule Gejala Disim pan]

[Data Pem ilik Dilihat]

[Data Kucing Dilihat]

[CF Rule Gejala Dirubah] [CF Rule Penyakit Dilihat]

[CF Rule Penyakit Dirubah] [CF Rule Penyakit Disimpan]

[Data Pem ilik Dirubah] [Data Pem ilik DIsim pan]

[Data Kucing Dirubah] [Data Kucing Disimpan]

[Data Pem ilik]

[Data Pem ilik]

[Data Kucing] [Data User Dib aca] [Data User Dis im pan]

[Data CF Rule Penyakit] [Data CF Rule Gejala]

[Data CF Rule Gejala]

[Data CF Rule Penyakit]

[Data Kucing] adminadminadminadminadmin 1 Tabel User

1 Tabel User

22 Tabel KucingTabel Kucing

33 Tabel PemilikTabel Pemilik

7 Tabel Rule Penyakit 7 Tabel Rule Penyakit 7 Tabel Rule

Penyakit

888 Tabel Rule GejalaTabel Rule GejalaTabel Rule Gejala 3 Tabel Pemilik

(61)

E. DFD level 1 diagnosis

Pada subsistem DFD level 1 diagnosis ini, pengguna yang mempunyai dapat melakukan proses diagnosis. Pada DFD level 1 ini terlihat aliran data yang dibutuhkan dalam kegiatan diagnosis penyakit kulit. Gambar 3.13 berikut ini adalah gambar DFD level 1 diagnosis penyakit kulit pada kucing.

Gambar 3.13 DFD level 1 diagnosis

F. DFD level 2 diagnosis

Pada subsistem DFD level 2 diagnosis ini, pengguna yang mempunyai dapat melakukan proses diagnosis. Dalam subsistem level 2 ini terlihat proses beserta aliran data dari kegiatan diagnosis. Pada subsistem pengguna akan memilih data pemilik dan kucing yang akan melakukan konsultasi. Setelah itu pengguna akan menjawab pertanyaan yang ditampilkan oleh sistem berdasarkan

[Data Kucing Dipilih] [Data Pem ilik Dipilih]

[Data Detail Disim pan] [Pertanyaan]

[Data Nam a Pem ilik] [Data Nam a Kucing]

[Data Diagnosis Disimpan] [Jawaban Pertanyaan]

[Data Pertanyaan Dibaca] [Data Gejala Dibaca] [Data Penyakit Dibaca] [Data Pem ilik Dibaca] [Data Kucing Dibaca]

[Data Detail Disim pan] [Data Diagnosis Disimpan]

[CF Rule Gejala Dibaca] [CF Rule Penyakit Dibaca]

[Pertanyaan Konsultasi] [Jawaban Konsultasi]

user user

7 Tabel Rule Penyakit

8 Tabel Rule Gejala

9 Tabel Diagnosis 10 Tabel Detail

Diagnosis

12 Tabel Detail Guess user

Gambar

Gambar 3.2 Flowchart sistem pakar diagnosis penyakit kulit pada kucing
Tabel 3.1 Data jenis penyakit kulit
Tabel 3.4 Nilai evidence
Gambar 3.3 System flow maintain data pengguna
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tabel penyakit inilah yang nantinya akan digunakan sebagai hasil diagnosis dari anamnesa yang dilakukan oleh pengguna sistem pakar identifikasi penyakit mulut ini..

Proses perhitungan bobot kepastian menggunakan metode certainty factor digunakan untuk menentukan nilai kepastian terjadinya penyakit berdasarkan gejala yang

Tabel penyakit inilah yang nantinya akan digunakan sebagai hasil diagnosis dari anamnesa yang dilakukan oleh pengguna sistem pakar identifikasi penyakit mulut ini..

Pada gambar 4.30 adalah tampilan halaman input aturan, berisi field nama aturan, nama penyakit / THEN, nilai CF, gejala-gejala / IF-AND yang diisi oleh pakar / admin untuk

Proses perhitungan bobot kepastian menggunakan metode certainty factor digunakan untuk menentukan nilai kepastian terjadinya penyakit berdasarkan gejala yang

Melalui gejala klinis tersebut akan dilakukan perhitungan menggunakan metode Naive Bayes untuk mendiagnosis penyakit yang diderita oleh kambing tersebut dan metode

Sistem pakar adalah sistem berbasis komputer yang menggunakan pengetahuan, fakta dan teknik penalaran dalam memecahkan masalah yang biasanya hanya dapat dipecahkan

Setiap gejala diberi bobot untuk menghitung nilai CF-nya, lalu dilakukan perhitungan CF-nya dengan menggunakan pembobotan pada setiap gejala yang ada dan dengan menggunakan hipotesa