TUGAS AKHIR
Nama : David Palguna NIM : 09.41010.0158 Program : S1 (Strata Satu) Jurusan : Sistem Informasi
SEKOLAH TINGGI
MANAJEMEN INFORMATIKA & TEKNIK KOMPUTER SURABAYA
ix DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xix
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 3
1.3 Pembatasan Masalah ... 3
1.4 Tujuan Penelitian ... 3
1.5 Manfaat Penelitian ... 4
1.6 Sistematika Penulisan ... 4
BAB II LANDASAN TEORI ... 6
2.1 Sistem Pakar ... 6
2.2 Kecerdasan Buatan ... 9
2.3 Certainty Factor ... 10
2.4 Pengertian Kulit pada Kucing ... 13
2.5 Penyakit Kulit ... 14
2.6 Aplikasi Web ... 18
x
Halaman
BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM ... 21
3.1 Analisis Permasalahan ... 21
3.2 Perancangan Sistem Pakar ... 22
3.2.1 Desain arsitektur... 22
3.2.2 Pengumpulan data ... 26
3.2.3 Perhitungan certainty factor dengan nilai dari pakar ... 34
3.3 Perancangan Aplikasi Sistem Pakar ... 36
3.3.1 System flow ... 36
3.3.2 Data flow diagram ... 44
3.3.3 Permodelan database ... 50
3.3.4 Struktur tabel ... 51
3.3.5 Desain interface ... 56
3.3.6 Desain uji coba ... 69
BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI ... 80
4.1 Kebutuhan Sistem ... 81
4.2 Implementasi Sistem ... 82
4.3 Uji Coba Sistem ... 104
4.3.1 Uji coba sistem menggunakan white box testing ... 104
4.3.2 Uji coba sistem menggunakan black box testing ... 116
4.4 Evaluasi Sistem ... 131
4.4.1 Detail perhitungan certainty factor... 131
4.4.2 Tingkat akurasi aplikasi ... 134
xi
Halaman
BAB V PENUTUP ... 137
5.1 Kesimpulan ... 137
5.2 Saran ... 137
xii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Nilai evidence tingkat keyakinan pakar ... 11
Tabel 3.1 Data jenis penyakit kulit ... 27
Tabel 3.2 Data jenis gejala penyakit kulit ... 27
Tabel 3.3 Hubungan gejala dengan penyakit kulit ... 29
Tabel 3.4 Nilai evidence ... 30
Tabel 3.5 Nilai CF rule penyakit kulit ... 31
Tabel 3.6 Nilai CF rule gejala penyakit kulit ... 32
Tabel 3.7 Tabel User ... 52
Tabel 3.8 Tabel Pemilik ... 52
Tabel 3.9 Tabel Kucing. ... 53
Tabel 3.10 Tabel Penyakit. ... 53
Tabel 3.11 Tabel Gejala. ... 53
Tabel 3.12 Tabel Pertanyaan. ... 54
Tabel 3.13 Tabel Rule Penyakit. ... 54
Tabel 3.14 Tabel Rule Gejala... 55
Tabel 3.15 Tabel Diagnosis ... 55
Tabel 3.16 Tabel Detail Diagnosis. ... 55
Tabel 3.17 Tabel Guess ... 56
Tabel 3.18 Tabel Detail Guess ... 56
Tabel 3.19 Desain uji coba class anynomous... 69
Tabel 3.20 Desain uji coba class pengguna ... 70
xiii
Halaman
Tabel 3.22 Desain uji coba class CF rule gejala ... 72
Tabel 3.23 Desain uji coba class CF rule penyakit ... 73
Tabel 3.24 Desain uji coba class rumus. ... 74
Tabel 3.25 Desain uji coba fitur maintain data pengguna. ... 75
Tabel 3.26 Desain uji coba fitur maintain data pemilik dan kucing. ... 76
Tabel 3.27 Desain uji coba fitur maintain nilai CF rule penyakit. ... 76
Tabel 3.28 Desain uji coba fitur maintain nilai CF rule gejala. ... 77
Tabel 3.29 Desain uji coba fitur diagnosis ... 78
Tabel 3.30 Desain uji coba fitur melihat histori konsultasi. ... 78
Tabel 4.1 Hasil tes class anynomous... 104
Tabel 4.2 Hasil tes class pengguna. ... 105
Tabel 4.3 Hasil tes class pemilik dan kucing ... 106
Tabel 4.4 Hasil tes class CF rule gejala ... 107
Tabel 4.5 Hasil tes class CF rule penyakit ... 109
Tabel 4.6 Hasil tes class rumus ... 110
Tabel 4.7 Hasil tes jalur perhitungan prosentase ... 115
Tabel 4.8 Hasil tes fitur untuk maintain data pengguna... 116
Tabel 4.9 Hasil tes fitur untuk maintain data pemilik dan kucing ... 119
Tabel 4.10 Hasil tes fitur maintain nilai CF rule penyakit. ... 122
Tabel 4.11 Hasil tes fitur maintain nilai CF rule gejala ... 124
Tabel 4.12 Hasil tes fitur diagnosis ... 126
Tabel 4.13 Hasil tes fitur melihat histori konsultasi ... 128
xiv
xv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 3.1 Blok diagram sistem pakar penyakit kulit pada kucing ... 23
Gambar 3.2 Flowchart sistem pakar penyakit kulit pada kucing. ... 25
Gambar 3.3 System flow mengelola pengguna ... 37
Gambar 3.4 System flow mengelola data pemilik dan kucing ... 38
Gambar 3.5 System flow maintain data nilai CF rule ... 39
Gambar 3.6 System flow registrasi pemilik dan kucing ... 40
Gambar 3.7 System flow diagnosis ... 42
Gambar 3.8 System flow membuat laporan histori konsultasi ... 43
Gambar 3.9 Diagram berjenjang ... 44
Gambar 3.10 Context diagram ... 45
Gambar 3.11 DFD level 0. ... 46
Gambar 3.12 DFD level 1 maintain data ... 47
Gambar 3.13 DFD level 1 diagnosis ... 48
Gambar 3.14 DFD level 2 diagnosis ... 49
Gambar 3.15 DFD level 1 membuat laporan. ... 50
Gambar 3.16 Conceptual Data Model. ... 50
Gambar 3.17 Physical Data Model ... 51
Gambar 3.18 Desain interface login... 57
Gambar 3.19 Desain interface halaman menu admin ... 58
Gambar 3.20 Desain interface maintain pemilik dan kucing bagi admin. ... 59
Gambar 3.21 Desain interface maintain pemilik dan kucing bagi user. ... 59
xvi
Halaman
Gambar 3.23 Desain interface halaman maintain CF rule penyakit. ... 61
Gambar 3.24 Desain interface halaman maintain CF rule gejala... 62
Gambar 3.25 Desain interface halaman histori konsultasi bagi admin. ... 62
Gambar 3.26 Desain interface halaman histori konsultasi bagi user. ... 63
Gambar 3.27 Desain interface halaman menu user. ... 64
Gambar 3.28 Desain interface halaman registrasi pemilik ... 65
Gambar 3.29 Desain interface halaman pertanyaan konsultasi bagi admin.... 66
Gambar 3.30 Desain interface halaman pertanyaan konsultasi bagi user. ... 66
Gambar 3.31 Desain interface halaman pertanyaan konsultasi bagi guess. .... 67
Gambar 3.32 Desain interface halaman hasil diagnosis... 67
Gambar 3.33 Desain interface halaman cetak hasil diagnosis. ... 68
Gambar 3.34 Desain interface halaman lihat lokasi klinik. ... 68
Gambar 4.1 Diagram alur implementasi sistem ... 80
Gambar 4.2 Halaman login ... 82
Gambar 4.3 Pesan error dalam kesalahan melakukan login ... 83
Gambar 4.4 Menu utama pengguna admin ... 84
Gambar 4.5 Menu utama pengguna user... 84
Gambar 4.6 Halaman maintain data pengguna ... 85
Gambar 4.7 Fungsi menambahkan data pengguna ... 86
Gambar 4.8 Fungsi mengubah data pengguna ... 87
Gambar 4.9 Halaman maintain data pemilik dan kucing ... 88
Gambar 4.10 Fungsi menambahkan data pemilik ... 89
xvii
Halaman
Gambar 4.12 Tampilan subgrid kucing ... 90
Gambar 4.13 Fungsi menambahkan data kucing ... 91
Gambar 4.14 Fungsi mengubah data kucing ... 92
Gambar 4.15 Halaman maintain nilai CF rule penyakit ... 93
Gambar 4.16 Fungsi menampilkan nilai CF rule penyakit ... 93
Gambar 4.17 Fungsi mengubah nilai CF rule penyakit ... 94
Gambar 4.18 Halaman maintain nilai CF rule gejala ... 94
Gambar 4.19 Fungsi menampilkan nilai CF rule gejala ... 95
Gambar 4.20 Fungsi mengubah nilai CF rule gejala ... 95
Gambar 4.21 Halaman konsultasi penyakit kulit ... 96
Gambar 4.22 Halaman konsultasi memilih pemilik dan kucing ... 97
Gambar 4.23 Halaman konsultasi menjawab pertanyaan ... 97
Gambar 4.24 Halaman konsultasi menjawab pertanyaan berikutnya ... 98
Gambar 4.25 Halaman konsultasi menjawab pertanyaan terakhir ... 98
Gambar 4.26 Menampilkan pesan error jawaban belum terisi ... 99
Gambar 4.27 Fungsi menampilkan hasil diagnosis ... 100
Gambar 4.28 Fungsi mencetak hasil diagnosis ... 100
Gambar 4.29 Halaman histori konsultasi ... 101
Gambar 4.30 Fungsi memilih data pemilik dan kucing ... 101
Gambar 4.31 Fungsi menampilkan histori konsultasi ... 102
Gambar 4.32 Fungsi menampilkan detail histori konsultasi ... 102
Gambar 4.33 Fungsi mencetak detail histori konsultasi ... 103
xviii
Halaman
Gambar 4.35 Flowchart proses perhitungan prosentase penyakit ... 113
Gambar 4.36 Flowgraph proses perhitungan prosentase penyakit ... 113
Gambar 4.37 Hasil uji coba menampilkan data pengguna ... 117
Gambar 4.38 Hasil uji coba menambahkan data pengguna ... 118
Gambar 4.39 Hasil uji coba mengubah data pengguna ... 118
Gambar 4.40 Hasil uji coba menampilkan data pemilik dan kucing ... 120
Gambar 4.41 Hasil uji coba menambahkan data pemilik dan kucing ... 120
Gambar 4.42 Hasil uji coba mengubah data pemilik dan kucing ... 121
Gambar 4.43 Hasil uji coba menampilkan sub menu pilihan penyakit... 122
Gambar 4.44 Hasil uji coba menampilkan nilai CF rule penyakit ... 123
Gambar 4.45 Hasil uji coba mengubah nilai CF rule penyakit ... 123
Gambar 4.46 Hasil uji coba menampilkan sub menu pilihan gejala ... 124
Gambar 4.47 Hasil uji coba menampilkan nilai CF rule gejala ... 125
Gambar 4.48 Hasil uji coba mengubah nilai CF rule gejala ... 125
Gambar 4.49 Hasil uji coba menampilkan sub menu konsultasi ... 127
Gambar 4.50 Hasil uji coba menampilkan hasil analisa ... 127
Gambar 4.51 Hasil uji coba mencetak hasil analisa ... 128
Gambar 4.52 Hasil uji coba menampilkan sub menu histori konsultasi ... 129
Gambar 4.53 Hasil uji coba menampilkan histori konsultasi ... 130
Gambar 4.54 Hasil uji coba menampilkan detail histori konsultasi... 130
xix
DAFTAR LAMPIRAN
vi ABSTRAK
Penyakit kulit merupakan jenis penyakit yang sering menginfeksi hewan peliharaan terutama kucing. Kucing yang terinfeksi penyakit kulit pada awalnya dapat terlihat baik-baik saja. Berdasarkan wawancara dengan dokter hewan spesialis anjing dan kucing, apabila penyakit kulit tidak diberikan penanganan dengan cepat dan tepat maka akan dapat menyebabkan kematian pada kucing. Sebagian besar dokter hewan spesialis anjing dan kucing membuka praktek hanya di kota-kota besar, sehingga tidak jarang para pemilik kucing yang terlambat memberikan penanganan terhadap penyakit kulit yang diderita oleh kucing peliharaannya.
Berdasarkan permasalahan diatas, perlu dibuat sebuah sistem pakar yang dapat membantu klinik hewan dan pemilik kucing dalam mendiagnosis penyakit kulit pada kucing karena selama ini belum terdapat aplikasi untuk menangani hal tersebut. Sistem pakar certainty factor ini akan melacak setiap gejala yang dialami oleh kucing dan sistem akan mencocokkannya dengan aturan yang ada. Selanjutnya sistem akan menghasilkan hasil diagnosis penyakit kulit pada kucing.
Hasil uji coba dari aplikasi sistem pakar menunjukkan bahwa sistem mampu mengidentifikasi jenis penyakit kulit dengan ketepatan sebesar 91,6%. Hasil tersebut diperoleh dari pemeriksaan 12 kucing yang menderita penyakit kulit pada klinik hewan Moii Pet Care. Sistem juga dapat memberikan saran pengobatan berdasarkan jenis penyakit kulit yang diderita kepada klinik hewan dan pemilik kucing.
1 1.1Latar Belakang Masalah
Dengan demikian penyakit kulit pada kucing merupakan jenis penyakit yang harus ditangani dengan benar, cepat dan tepat oleh pemiliknya secara dini. Fakta inilah yang menjadi alasan pemilihan penyakit kulit pada kucing sebagai permasalahan yang diangkat dalam tugas akhir ini agar dapat melakukan tindakan yang cepat dalam penanganan penyakit kulit pada kucing.
Pengobatan terhadap penyakit kulit memang dapat dilakukan, oleh karena itu pemilik kucing harus mengetahui gejala awal penyakit kulit yang terjadi pada kucing peliharaannya. Dengan demikian pemilik kucing dapat mengetahui jenis penyakit yang diderita dan dapat memberikan langkah pengobatan. Dokter hewan spesialis anjing dan kucing di Indonesia mayoritas membuka praktek di kota-kota besar saja. Sehingga tidak jarang para pemilik kucing yang terlambat memberikan penanganan pada penyakit kulit sejak gejala awal terjadi.
1.2 Perumusan masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan dari tugas akhir ini sebagai berikut:
1. Bagaimana melakukan identifikasi terhadap penyakit kulit pada kucing ? 2. Bagaimana merancang perangkat lunak dengan sistem pakar certainty factor
untuk identifikasi penyakit kulit pada kucing ?
3. Bagaimana membangun perangkat lunak untuk mengidentifikasi penyakit kulit pada kucing serta memberikan saran pengobatan ?
1.3Pembatasan masalah
Batasan-batasan dari sistem yang dibahas dari tugas akhir ini adalah sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi masalah penyakit kulit pada kucing yang disebabkan oleh parasit, jamur, bakteri, virus, pengaruh nutrisi dan lingkungan.
2. Penyakit kulit yang diketahui dari hasil diagnosis secara pasti dibatasi dengan melihat gejala-gejala yang ditanyakan.
1.4Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan di atas maka tujuan dari pembuatan dari aplikasi ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk melakukan identifikasi secara menyeluruh terhadap penyakit kulit pada kucing dan memperoleh informasi yang dibutuhkan.
khususnya bagi klinik hewan (pet shop atau pet care) dan pemilik kucing secara langsung.
3. Untuk membangun perangkat lunak dalam mengidentifikasi penyakit kulit pada kucing serta memberikan saran pengobatannya.
1.5Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari pembuatan sistem pakar untuk mendiagnosis penyakit kulit pada kucing adalah:
1. Bagi mahasiswa
Dapat meningkatkan wawasan mahasiswa mengenai sistem pakar serta teori sistem pakar certainty factor, dapat memberikan suatu ide untuk mengimplementasikan sistem pakar terhadap permasalahan yang lain, serta dapat menambah kemampuan dan keyakinan mahasiswa akan teori yang diperoleh dari perkuliahan.
2. Bagi pihak terkait
Dapat mengenali penyakit kulit pada kucing dan dapat mengetahui cara pengobatan yang sesuai dalam penanganan penyakit kulit pada kucing. Dalam tugas akhir ini pihak yang terkait adalah klinik hewan dan pemilik kucing.
1.6Sistematika Penulisan
Sistematika yang digunakan dalam penyusunan laporan ini dibedakan dengan pembagian bab sebagai berikut:
Bab I : Pendahuluan
sistem pakar diagnosis penyakit kulit pada kucing, dan sistematika penulisan laporan Tugas Akhir.
Bab II : Landasan Teori
Bab ini menjelaskan tentang teori yang berkaitan dengan sistem pakar, penyakit kulit pada kucing, dan jenis-jenis penyakit kulit pada kucing. Dalam hal ini, teori yang digunakan dalam penyelesaian Tugas Akhir ini adalah teori tentang sistem pakar certainty factor gabungan.
Bab III : Metode Penelitian
Bab ini menjelaskan tentang perancangan sistem yang meliputi perancangan diagram alir yang menunjukkan alur jalan dari sistem, desain arsitektur yang menunjukkan hubungan antar elemen. Dalam bab ini juga dilengkapi dengan struktur tabel, desain interface sistem pakar diagnosis penyakit kulit pada kucing, serta rancangan pengujian dan evaluasi aplikasi terhadap fungsi aplikasi dan pengguna (end user) aplikasi.
Bab IV : Implementasi dan Evaluasi
Bab ini menjelaskan tentang evaluasi dari sistem yang telah dibuat dan proses implementasi dari sistem yang telah melalui tahap evaluasi sebelumnya.
Bab V : Penutup
6
Landasan teori merupakan panduan untuk menemukan solusi pemecahan masalah yang sedang dihadapi. Pada bab ini akan dikemukakan landasan teori yang terkait dengan permasalahan untuk mendukung perancangan sistem. Adapun landasan teori yang digunakan sebagai berikut:
2.1 Sistem Pakar
2.1.1 Pengertian sistem pakar
Menurut Jusak (2007:1) sistem pakar dapat didefinisikan sebagai sebuah program komputer yang mencoba meniru atau mensimulasikan pengetahuan (knowledge) dan ketrampilan (skill) dari seorang pakar pada area tertentu. Selanjutnya sistem ini akan mencoba memecahkan suatu permasalahan sesuai dengan kepakarannya.
Sistem pakar dibuat dibuat pada wilayah pengetahuan tertentu untuk suatu kepakaran tertentu yang mendekati kemampuan manusia di satu bidang. Sistem pakar mencoba mencari solusi yang memuaskan sebagaimana yang dilakukan seorang pakar (Kusrini, 2006:12).
Adapun beberapa definisi sistem pakar dari beberapa ahli yang dikutip oleh Kusumadewi (2003), antara lain:
2. Menurut Durkin: Sistem pakar adalah suatu program komputer yang dirancang untuk memodelkan kemampuan penyelesaian masalah yang dilakukan oleh seorang pakar.
3. Menurut Ignizio: Sistem pakar adalah suatu model dan prosedur berkaitan, dalam suatu domain tertentu, yang mana tingkat keahliannya dapat dibandingkan dengan seorang pakar.
2.1.2 Struktur sistem pakar
Menurut Jusak (2007:6) secara umum struktur sebuah sistem pakar terdiri atas tiga komponen utama, yaitu; knowledge base, working memory dan inference engine.
1. Knowledge base (basis pengetahuan) adalah bagian dari sebuah sistem pakar yang mengandung/menyimpan pengetahuan (domain knowledge). Knowledge base yang dikandung oleh sebuah sistem pakar berbeda antara satu dengan yang lain tergantung pada bidang kepakaran dari sistem yang dibangun. Misalnya, medical expert system akan memiliki basis pengetahuan tentang hal-hal yang berkaitan dengan medis. Knowledge base direpresentasikan dalam berbagai macam bentuk, salah satunya adalah dalam bentuk sistem berbasis aturan (ruled-based system).
tentang fakta-fakta yang dimasukkan oleh user ataupun fakta baru hasil kesimpulan dari sistem.
3. Inference engine bertugas mencari padanan antara fakta yang ada di dalam working memory dengan fakta-fakta tentang domain knowledge tertentu yang ada di dalam knowledge base, selanjutnya inference engine akan menarik/mengambil kesimpulan dari problem yang diajukan kepada sistem.
2.1.3 Ciri-ciri sistem pakar
Menurut Kusrini (2006:14) sistem pakar memiliki beberapa ciri-ciri sebagai berikut :
1. Terbatas pada bidang yang spesifik.
2. Dapat memberikan penalaran untuk data-data yang tidak lengkap atau tidak pasti.
3. Dapat mengemukakan rangkaian alasan yang diberikannya dengan cara yang dapat dipahami.
4. Berdasarkan pada rules atau aturan tertentu. 5. Dirancang untuk dikembangkan secara bertahap. 6. Output bersifat nasihat atau anjuran.
7. Output tergantung dari dialog dengan user. 8. Knowledge base dan inference engine terpisah.
2.1.4 Keuntungan dan kelemahan sistem pakar
Menurut Pradika (2012:12) terdapat beberapa keuntungan yang diperoleh dengan mengembangkan sistem pakar, antara lain:
3. Meningkatkan output dan produktivitas. 4. Meningkatkan kualitas.
5. Menyediakan nasihat atau solusi yang konsisten dan dapat mengurangi tingkat kesalahan.
6. Membuat peralatan yang kompleks dan mudah dioperasionalkan karena sistem pakar dapat melatih pekerja yang tidak berpengalaman.
7. Sistem tidak dapat lelah atau bosan.
8. Memungkinkan pemindahan pengetahuan ke lokasi yang jauh serta memperluas jangkauan seorang pakar, dan dapat diperoleh atau dipakai dimana saja.
Selain memiliki keuntungan, sistem pakar juga memiliki beberapa kelemahan di dalam penerapannya, antara lain :
1. Daya kerja dan produktivitas manusia menjadi berkurang karena semuanya dilakukan secara otomatis oleh sistem.
2. Pengembangan perangkat lunak sistem pakar lebih sulit dibandingkan dengan perangkat lunak konvensional.
3. Biaya pembuatan mahal, karena seorang pakar membutuhkan pembuat aplikasi untuk membuat sistem pakar yang diinginkan.
2.2 Kecerdasan Buatan
Technology (MIT) menciptakan bahasa pemrograman LISP. Kemudian
berkembang dengam dibuatnya program komputer yang “berpikir” seperti
permainan catur dan pembuktian perhitungan matematis secara komputasi. Pada tahun 1964, Joseph Weizenbaurn juga dari MIT membuat ELIZA, sebuah program yang menggambarkan konsultasi seorang psikiater dengan pasiennya. Pada Era 70-an perkembangan AI menghasilkan beberapa terobosan dan satu diantaranya yang paling populer adalah Expert System (ES). Salah satu ES yang pertama kali dibuat oleh MYCIN-nya Universitas Stamford yang membatu para ahli medis untuk mendiagnosis dan menganalisis sakit yang diderita oleh para pasien.
2.3 Certainty Factor
2.3.1 Definisi certainty factor
Menurut Sutojo, dkk (2010:194) awal mula Teori certainty factor (CF) diusulkan oleh Shortlife dan Buchanan pada 1975 untuk mengakomodasi ketidakpastian pemikiran seorang pakar. Seorang pakar/ahli dalam hal ini biasanya dokter sering kali menganalisis informasi yang ada dengan ungkapan
seperti “mungkin”, “kemungkinan besar”, “hampir pasti”. Untuk mengakomodasi
hal ini kita menggunakan certainty factor guna menggambarkan tingkat keyakinan pakar terhadap masalah yang sedang dihadapi.
Ada dua cara dalam mendapatkan certainty factor (CF) dari sebuah rule, yaitu :
1. Metode “Net Belief” yang diusulkan oleh E.H. Shortlife dan B.G. Buchanan
MB(H,E) =
{
[ |[ P (H) = 1, lainnya
MD(H,E) =
{
[ |[ P (H) = 0, lainnya
Dimana :
CF(Rule) = Faktor Kepastian
MB(H,E) = Measure of Belief (ukuran kepercayaan) terhadap hipotesis H, jika diberikan evidence E (antara 0 dan 1)
MD(H,E) = Measure of Disbelief (ukuran ketidakpercayaan) terhadap evidence H, jika diberikan evidence E (antara 0 dan 1)
P(H) = Probabilitas kebenaran hipotesis H
P(H|E) = Probabilitas bahwa H benar karena fakta E 2. Dengan cara mewawancarai seorang pakar/ahli
Nilai CF (Rule) didapat dari interpretasi “term” dari pakar, yang dirubah menjadi nilai CF tertentu. Sebagai contoh dapat dilihat pada Tabel 2.1, yakni uncertain term dari seorang pakar dikonversi menjadi sebuah nilai CF.
Tabel 2.1 Nilai evidence tingkat keyakinan pakar
Sumber : Buku Kecerdasan Buatan (Sutojo, dkk. 2010:195-196)
Uncertain Term CF
Definitely Not (Pasti Tidak) -1.0
Almost Certainly Not (Hampir Pasti Tidak) -0.8 Probably Not (Kemungkinan Besar Tidak) -0.6
Maybe Not (Mungkin Tidak) -0.4
Unknown (Tidak Tahu) -0.2 to 0.2
Maybe (Mungkin) 0.4
Probably (Kemungkinan Besar) 0.6
Almost Certainly (Hampir Pasti) 0.8
2.3.2 Perhitungan certainty factor gabungan
Secara umum, rule dipresentasikan dalam bentuk sebagai berikut (Sutojo, dkk. 2010:196).
IF E1 AND E2 ... AND En THEN H (CF Rule) Atau
IF E1 AND E2 ... OR En THEN H (CF Rule) Dimana :
E1 ... E2 : Fakta – fakta (Evidence) yang ada H : Hipotesis atau konklusi yang dihasilkan
CF Rule : Tingkat keyakinan terjadinya hipotesis H akibat adanya fakta – fakta
E1 ... En
1. Rule dengan evidence E tunggal dan Hipotesis H Tunggal (Certainty Factor Sequensial)
IF E THEN H (CF Rule) CF (H,E) = CF(E) X CF(Rule)
2. Rule dengan evidence E ganda dan Hipotesis H Tunggal (Certainty Factor Paralel)
IF E1 AND E2 ... AND En THEN H (CF Rule) CF (H,E) = min[CF(E1), CF(E2), ...., CF(En)] x CF(Rule) IF E1 OR E2 ... OR En THEN H (CF Rule)
CF (H,E) = max[CF(E1), CF(E2), ...., CF(En)] x CF(Rule)
{
IF E1 THEN H Rule 1 CF(H, E1) = CF1 = C(E1) x CF(Rule1) IF E2 THEN H Rule 2 CF(H, E2) = CF2 = C(E2) x CF(Rule2)
CF1 + CF2 (1-CF1) jika CF1 > 0 dan CF2 > 0
CF(CF1,CF2) (CF1 + CF2) / 1-(min[|CF1|,|CF2|]) jika CF1 < 0 atau CF2 < 0
CF1 + CF2 (1+CF1) jika CF1 < 0 dan CF2 < 0
Kelebihan dan kekurangan dari metode certainty factor Kelebihan metode certainty factor adalah :
1. Metode ini cocok dipakai dalam sistem pakar yang mengandung ketidak pastian.
2. Dalam sekali proses perhitungan hanya dapat mengolah 2 data saja sehingga keakuratan data tetap terjaga.
Sedangkan kekurangan metode certainty factor adalah :
1. Pemodelan ketidakpastian proses perhitungan yang menggunakan perhitungan metode certainty factor biasanya masih diperdebatkan.
2. Untuk data lebih dari 2 buah, harus dilakukan beberapa kali pengolahan data.
2.4 Pengertian Kulit pada Kucing
2.5 Penyakit Kulit
2.5.1 Pengertian penyakit kulit
Penyakit kulit adalah suatu keadaan dimana terdapat gangguan terhadap bentuk dan fungsi kulit sehingga berada dalam keadaan yang tidak normal. Penyakit kulit pada kucing dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain : parasit, jamur, bakteri, virus, pengaruh nutrisi hingga faktor lingkungan yang kurang baik (Kusumawati, 2011:34). Beberapa penyakit kulit pada kucing juga dapat menular kepada manusia, antara lain : seperti scabies, infestasi cheyletiella dan dermatophytosis.
2.5.2 Jenis penyakit kulit
Berikut ini merupakan jenis-jenis penyakit kulit yang dapat dialami oleh kucing :
1. Defisiensi Zinc
Defisiensi zinc hampir selalu disebabkan oleh rendahnya kandungan zinc dalam makanan yang dikonsumsi oleh kucing. Kekurangan zinc dapat mengganggu fase penyembuhan dan perbaikan luka, selain itu juga berdampak pada keindahan kulit. Selain faktor rendahnya kadar nutrisi pada makanan, kucing yang hamil dan menyusui juga rentan terhadap penyakit ini. Gejala yang nampak pada kucing yang mengalami defisiensi zinc adalah pengerasan (crusta) periorbital, kekurusan dan pododermatitis (Dhamojono, 2001:57).
2. Defisiensi Asam Lemak
sebenarnya sudah cukup kandungannya tetapi hanya sedikit kandungan antioxidannya seperti vitamin E. Kucing yang menderita defisiensi asam lemak biasanya juga akan mengalami intestial malabsorbsion, penyakit pankreas, dan penyakit heparkronis. Gejala defisiensi asam lemak yang terlihat pada kulit adalah abnormalitas seperti keratinisasi dan hipergranulosis (Dhamojono, 2001:58).
3. Defisiensi Protein
Defisiensi protein dapat terjadi karena kucing mengkonsumsi makanan yang kadar proteinnya rendah. Tetapi kucing yang diberi makanan khusus tidak akan mengalami penyakit ini, karena banyak pet food komersial yang kandungan proteinnya sudah cukup tinggi. Kucing yang mengalami defisiensi protein akan menunjukkan gejala keratinisasi, hiperpigmentasi, bila ada lesi biasanya simetris dan terjadi di kepala, punggung, toraks, abdomen, dan kaki (Dhamojono, 2001:60).
4. Defisiensi Vitamin A
Defisiensi vitamin A dapat terjadi karena kucing mengkonsumsi makanan yang kadar vitamin A rendah. Vitamin A berfungsi mempertahankan kesehatan kulit serta selsel epitel pada kucing. Kucing yang mengalami defisiensi vitamin A akan menunjukkan gejala keratinisasi serta gangguan pada kelenjar sebaseus meliputi sekresi serta hambatan pada salurannya (Dhamojono, 2001:61).
5. Flea
karena penularan dari kucing lain dan lingkungan kandang yang kotor. Kucing yang terserang oleh parasit ini akan menunjukkan gejala sering melakukan garukan pada tubuh dikarenakan gatal yang ditimbulkan oleh gigitan kutu. Biasanya terdapat bekas gigitan dan terlihatnya parasit ini pada area yang digaruk (Dhamojono, 2001:63).
6. Scabies
Scabies adalah penyakit kulit yang disebabkan tungau (sejenis kutu) scabies/sarcoptes. Penyakit ini sering menyerang anjing, kucing, kelinci dan dapat juga menular ke manusia. Scabiesis pada kucing lebih sering disebabkan notoedres cati. Tungau ini berukuran sangat kecil (0.2-0.4 mm), hanya bisa dilihat dengan mikroskop atau kaca pembesar. Seluruh siklus hidup tungau ini berada di tubuh induk semangnya. Tungau betina menggali dan melubangi kulit kemudian bertelur beberapa kali sambil terus menggali saluran-saluran dalam kulit induk semangnya. Lubang-lubang dalam kulit yang digali seekor tungau betina dapat mencapai panjang beberapa centimeter (Dhamojono, 2001:65).
7. Impetigo
8. Superficial Folliculitis
Superficial Folliculitis adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Staph intermedius, tetapi juga dapat disebabkan oleh penularan spesies lain dari Staphylococcus. Bakteri yang masuk melalui trauma lokal atau infeksi akibat kontaminasi bulu/kulit yang kotor, seborea, infestasi parasit, hormonal, iritasi lokal atau alergi. Walaupun begitu, hanya tiga macam etiologi utama dari penyakit ini yaitu : staphylococci, dermatophytes dan demodex. Penyakit ini terlihat dari gejala adanya lesi berupa kebotakan, terbentuknya sisik, dan kerak di daerah kepala dan leher yang menyerupai lesi dermatophytosis (Dhamojono, 2001:68).
9. Deep Pyoderma
Deep pyoderma merupakan infeksi kulit yang serius karena menyerang bagian kulit yang lebih dalam dari folikel bulu, yaitu dermis dan subkutan. Infeksinya dapat menimbulkan jejas luka (cicatrix). Faktor predisposisi untuk penyakit ini adalah gangguan kekebalan tubuh, lesi kulit dan folikel yang hebat, trauma gigitan atau garukan dan sebagainya), pengobatan dengan antibiotika yang salah dan pemberian kortikosteroid (Soedarto,2003:45). 10. Folliculitis
kepala dan punggung sebagai akibat sekunder dari gigitan kutu (Soedarto,2003:46).
11. Dermatophytosis
Dermatophytosis adalah infeksi kulit yang pada umumnya disebabkan oleh salah satu dari tiga spesies Dermatophytes yaitu Microsporum, Trichophyton, Epidermophyton. Walaupun organisme ini bersifat keratinofilik serta sering disertai alopesia, namun sebagian besar tidak menimbulkan pruritus. Jamur kulit yang sering menyerang anjing dan kucing antara lain adalah Microsporum canis, Microsporum gypseum dan Trychophyton mentagrophytes. Penyakit ini cukup berbahaya karena bersifat zoonosis (Soedarto,2003:48).
12. Luka Bakar
Lesi akibat panas baik superfisial ataupun di dalam (deep), sering disertai komplikasi infeksi bakteri dan sepsis. Penyebab utama adalah air panas, sentuhan dengan benda panas dan api. Kondisinya dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu sebagian dan menyeluruh. Bila gejala klinis yang ada melebihi 30% bagian tubuh, maka pada umumnya akan timbul menifestasi sistemik. Terjadi septikemia, syok, gagal ginjal, anemia dan kesulitan respirasi (Kusumawati, 2011:54).
2.6 Aplikasi Web
Aplikasi Web dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu aplikasi web statis dan dinamis (Firdaus, 2007:8).
Web statis dibentuk dengan menggunakan HTML. Kekurangan aplikasi seperti ini terletak pada keharusan untuk memelihara program secara terus menerus untuk mengikuti setiap perkembangan yang terjadi. Kelemahan ini diatasi oleh model aplikasi web dinamis. Pada aplikasi web dinamis, perubahan informasi dalam halaman web dilakukan tanpa perubahan program tetapi melalui perubahan data. Sebagai implementasi, aplikasi web dapat dikoneksikan ke basis data sehingga perubahan. informasi dapat dilakukan oleh operator dan tidak menjadi tanggung jawab dari webmaster.
Arsitektur aplikasi web meliputi client, web server, middleware dan basis data. Client berinteraksi dengan web server. Secara internal, web server berkomunikasi dengan middleware dan middleware yang berkomunikasi dengan basis data. Contoh middleware adalah PHP dan ASP. Pada mekanisme aplikasi web dinamis, terjadi tambahan proses yaitu server menerjemahkan kode PHP menjadi kode HTML. Kode PHP yang diterjemahkan oleh mesin PHP yang akan diterima oleh client.
2.7 Testing dan Implementasi Sistem 2.7.1 White Box Testing
White box testing terkadang disebut juga glass box testing atau clear box testing, adalah suatu metode desain test case yang menggunakan struktur kendali dari desain prosedural (Romeo, 2003:34).
1. Semua jalur yang independen / terpisah dapat dites setidaknya sekali test. 2. Semua logika keputusan dapat di tes dengan jalur yang salah atau jalur yang
benar.
3. Semua loop dapat dites terhadap batasannya dan ikatan operasional. 4. Semua struktur internal data dapat dites untuk memastikan validitasnya.
Desain uji coba white box testing pada sistem pakar ini digunakan untuk menguji setiap fungsi yang terdapat pada class-class yang ada. Hal tersebut bertujuan untuk mengetahui kesesuaian keluaran dari sistem pakar dengan keluaran yang dihasilkan logika dan asumsi pada desain sistem pakar.
2.7.2 Black Box Testing
Black box testing sering juga disebut sebagai behavioral testing, atau functional testing adalah sebuah metode testing yang dilakukan tanpa pengetahuan detil struktur internal dari sistem atau komponen yang dites. Black box testing berfokus pada kebutuhan fungsional pada software, berdasarkan pada spesifikasi kebutuhan dari software (Romeo, 2003:52).
21
Pada bab ini berisi tentang analisis dan perancangan sistem yang dibuat, yaitu mulai dari analisis permasalahan, perancangan sistem pakar, perancangan aplikasi sistem pakar, struktur tabel, desain interface dan desain uji coba.
3.1 Analisis Permasalahan
Penyakit kulit adalah salah satu jenis penyakit yang sering menyerang hewan kucing, karena kulit merupakan bagian tubuh yang melakukan kontak dengan lingkungan sekitar. Penyakit kulit dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu : parasit, jamur, bakteri, virus, pengaruh nutrisi dan kondisi lingkungan. Pemelihara kucing sering terlambat dalam memberikan penanganan terhadap penyakit kulit pada kucing peliharaan, hal tersebut dikarenakan kucing yang mengalami penyakit kulit dapat terlihat normal dan para pemelihara kucing terkadang menganggap gejala awal adalah hal yang biasa terjadi pada kucing. Penyakit kulit memang dapat disembuhkan dengan memberikan penanganan secara benar, cepat dan tepat. Namun mayoritas dokter hewan spesialis anjing dan kucing di Indonesia membuka praktek di kota-kota besar saja. Hal tersebut sering menjadi kendala bagi para pemelihara kucing untuk melakukan konsultasi dan memberikan penanganan terhadap penyakit kulit.
petugas klinik maupun pemilik kucing dalam melakukan diagnosis penyakit kulit pada kucing, karena sistem pakar dirancang untuk menerapkan kemampuan dan pengetahuan dari seorang dokter hewan spesialis anjing dan kucing. Dalam melakukan diagnosis penyakit kulit, dokter sering kali dihadapkan oleh ketidakpastian dalam menganalisis sebuah informasi. Oleh karena itu penerapan metode certainy factor cocok untuk diterapkan dalam sistem pakar diagnosis penyakit kulit pada kucing, karena metode ini dapat mengakomodasi ketidakpastian menjadi sebuah nilai yang menggambarkan tingkat keyakinan seorang pakar (dokter hewan).
Sistem pakar yang akan dibangun merupakan sebuah aplikasi sistem pakar berbasis web, hal ini dikarenakan keberadaan dokter hewan spesialis anjing dan kucing masih jarang ditemukan pada beberapa kota. Oleh karena itu dengan mengembangkan aplikasi berbasis web dapat membantu petugas klinik (pet shop atau pet care) dan pemilik kucing secara langsung dalam melakukan diagnosis penyakit kulit pada kucing dimana saja seperti halnya sedang berkonsultasi dengan seorang dokter spesialis anjing dan kucing
3.2 Perancangan Sistem Pakar
Dalam melakukan perancangan sistem pakar ada beberapa tahap yang harus dilakukan, agar aplikasi yang dibuat dapat berfungsi sesuai dengan yang diharapkan.
3.2.1 Desain arsitektur
Gambar 3.1 Blok diagram sistem pakar penyakit kulit pada kucing
Penjelasan dari desain arsitektur untuk sistem pakar diagnosis penyakit kulit pada kucing adalah sebagai berikut:
1. User
User dalam sistem pakar diagnosis penyakit kulit pada kucing ini merupakan orang yang berperan dalam memasukkan jawaban dari pertanyaan konsultasi berupa fakta-fakta gejala yang terjadi pada kucing. Nilai dari jawaban tersebut nantinya akan diolah untuk mendapatkan suatu kesimpulan.
2. Konversi Nilai
Proses konversi nilai merupakan proses dalam melakukan konversi jawaban pertanyaan konsultasi dari user menjadi sebuah nilai tertentu yang nantinya akan diolah dalam proses inferensi.
3. Knowledge Base
Knowledge base berisi kumpulan dari fakta-fakta mengenai situasi, kondisi atau permasalahan yang ada; dan aturan-aturan yang digunakan sebagai acuan dalam menggunakan pengetahuan untuk menyelesaikan masalah yang ada. Dalam sistem pakar diagnosis penyakit kulit pada kucing ini, fakta dan aturan
User
Sistem Pakar Diagnosis Penyakit Kulit pada Kucing
Konversi Nilai
Knowledge Base
Output Jenis Penyakit Kulit dan Saran Pengobatan Inference
yang ada telah di desain berupa data gejala penyakit kulit, data penyakit kulit, dan data saran pengobatan terhadap penyakit kulit.
4. Inference Engine
Mesin Inferensi adalah sebuah program untuk memandu proses penalaran terhadap suatu kondisi berdasarkan pada basis pengetahuan yang ada, memanipulasi dan mengarahkan rule, model, dan fakta yang disimpan dalam knowledge base untuk mencapai solusi atau kesimpulan. Dalam sistem pakar diagnosis penyakit kulit pada kucing ini dapat dilihat dalam perhitungan certainty factor.
Proses dalam mesin inferensi ini dimulai dengan inputan jawaban pertanyaan gejala-gejala yang dialami kucing. Setelah semua pertanyaan dijawab, maka jawaban tersebut akan dikonversi dari sebuah “uncertain term” menjadi
sebuah nilai CF. Nilai hasil konversi nantinya akan dikalikan dengan nilai CF rule gejala. Setelah mendapatkan hasil perkalian nilai CF gejala, maka akan dilakukan verifikasi apakah nilai tersebut harus dikombinasi untuk menghasilkan sebuah nilai atau tidak.
penyakit pertama. Setelah perhitungan nilai CF dari penyakit pertama selesai, maka proses perhitungan akan dilanjutkan sampai dengan penyakit terakhir. Apabila nilai semua penyakit ditemukan, maka proses perhitungan telah selesai dan akan menampilkan nilai CF dari semua penyakit kulit beserta saran pengobatan yang harus dilakukan. Gambar 3.2 dibawah ini merupakan flowchart dari mesin inferensi sistem pakar diagnosis penyakit kulit pada kucing.
Gambar 3.2 Flowchart sistem pakar diagnosis penyakit kulit pada kucing Mulai
Hitung Nilai CF Berdasarkan CF Rule Gejala
Semua gejala terhitung?
Jawaban Pertanyaan
Konsultasi
Hitung Kombinasi Nilai CF
Hitung Nilai CF Berdasarkan CF Rule Penyakit
Hitung Kombinasi Nilai CF Tingkat Keyakinan Penyakit
Semua penyakit terhitung?
Nilai CF Penyakit Kulit
Selesai Ya Tidak
5. Output
Output merupakan hasil kesimpulan dari sistem yang menunjukkan jawaban dari gejala atau fakta mengenai penyakit kulit yang telah di input-kan. Output yang dihasilkan sistem pakar ini merupakan hasil diagnosis penyakit kulit pada kucing beserta saran pengobatan yang harus dilakukan.
3.2.2 Pengumpulan data
Untuk pengumpulan data yang diperlukan dalam menyelesaikan tugas akhir ini, ada beberapa cara yang telah dilakukan, antara lain:
a) Pengamatan atau Observasi
Langkah pengamatan atau observasi ini dilakukan untuk mengamati dan mempelajari kondisi kegiatan dalam identifikasi penyakit kulit kucing pada dokter hewan spesialis anjing dan kucing secara langsung, sehingga mudah mengumpulkan data-data yang diperlukan guna mendukung perumusan masalah dalam Tugas Akhir ini. Informasi yang diperoleh adalah bagaimana cara melihat gejala penyakit kulit; permasalahan yang ditemui selama proses penentuan penyakit kulit; serta penggolongan penyakit kulit yang mencakup gejala yang terjadi pada kepala, tubuh dan kaki kucing.
b) Studi Literatur
Dalam pembuatan aplikasi ini meliputi beberapa tahap yang harus dilaksanakan. Langkah berikutnya setelah wawancara adalah melakukan studi literatur yang berkaitan dengan permasalahan yang ada dan hal-hal yang dijadikan acuan untuk penyelesaian masalah. Beberapa teori yang berhubungan dengan penyakit kulit pada kucing, penggunaan perhitungan certainty factor dalam sistem pakar dan beberapa teori penunjang lainnya akan digunakan sebagai referensi untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Dari studi literatur yang dilakukan, peneliti mendapatkan jenis dan gejala dari penyakit kulit yang dapat menginfeksi kucing. Pada tabel berikut 3.1 berikut ini merupakan data jenis dari penyakit kulit pada kucing.
Tabel 3.1 Data jenis penyakit kulit
KODE NAMA PENYAKIT KULIT
PK001 Defisiensi Zinc
PK002 Defisiensi Asam Lemak
PK003 Defisiensi Protein
PK004 Defisiensi Vitamin A
PK005 Flea
PK006 Scabies
PK007 Impetigo
PK008 Superficial Folliculitis
PK009 Deep Pyoderma
PK010 Folliculitis
PK011 Canine Dermatophytosis
PK012 Feline Dermatophytosis
PK013 Luka Bakar
Sedangkan pada tabel 3.2 berikut ini berisi tentang semua gejala penyakit kulit pada kucing.
Tabel 3.2 Data jenis gejala penyakit kulit
KODE NAMA GEJALA
KODE NAMA GEJALA G003 Hiperpigmentasi pada kepala G004 Gatal pada kepala
G005 Alopesia pada kepala
G006 Alopesia terbatas disertai erytema G007 Pengerakan kulit pada kepala G008 Penebalan dan pengerutan kulit G009 Lesi pada mata
G010 Pengerasan periorbital G011 Pengerasan kulit pada wajah G012 Pengerasan kulit pada telinga G013 Bulu pada telinga patah G014 Pustula pada kepala G015 Pustula pada wajah G016 Pustula pada dagu G017 Erytema pada telinga G018 Ketombe pada kepala G019 Adanya kutu pada kepala G020 Keratinisasi pada badan G021 Penyisikan kulit pada badan G022 Hiperpigmentasi pada badan G023 Gatal pada badan
G024 Alopesia pada badan G025 Pustula pada punggung G026 Luka bekas garukan G027 Luka bekas gigitan G028 Kekurusan
G029 Pengerakan kulit pada badan G030 Bulu pada badan patah G031 Hipergranulosis
G032 Pustula dan papula pada badan G033 Ketombe pada badan
G034 Adanya kutu pada badan G035 Pododermatitis
G036 Bulu pada kaki patah
G037 Alopesia terbatas disertai erytema G038 Pengerasan kulit pada kaki
G039 Keratinisasi pada area lain G040 Penyisikan kulit pada area lain G041 Hiperpigmentasi pada area lain G042 Alopesia pada area lain
G043 Pustula pada leher G044 Pustula pada tengkuk G045 Luka bakar
G046 Ketombe pada area lain
Dari data jenis dan gejala penyakit yang diketahui diatas, dapat dilihat hubungan dari kedua data tersebut dengan melihat Tabel 3.3 berikut yang merupakan gambaran dari hubungan antara jenis penyakit dengan gejala dari penyakit kulit.
Tabel 3.3 Hubungan gejala dengan penyakit kulit
Defisiensi
Vitamin A Flea Scabies Impetigo Superficial
keratinisasi pada kepala √ √ √ hiperpigmentasi pada kepala √
gatal pada kepala √ √
alopesia pada kepala √ √
alopesia terbatas disertai erytema √
pengerakan kulit pada kepala √ √
penebalan dan pengerutan kulit √ pengerasan periorbital √
pengerasan kulit pada wajah √
pengerasan kulit pada telinga √
bulu pada telinga patah √ √ √
pustula pada kepala √
pustula pada wajah √
pustula pada dagu √
erytema pada telinga √
ketombe pada kepala √
adanya kutu pada kepala √
penyisikan kulit pada kepala √
lesi pada mata √ Area Badan
keratinisasi pada badan √ √ √ hiperpigmentasi pada badan √
gatal pada badan √ √
alopesia pada badan √
pustula pada pungung √
luka bekas garukan √
luka bekas gigitan √
kekurusan √
pengerakan kulit pada badan √
hipergranulosis √
pustula dan papula pada badan √
ketombe pada badan √
adanya kutu pada badan √
penyisikan kulit √
bulu pada badan patah √ √ √
Area Kaki
pododermatitis √
bulu pada kaki patah √ √
alopesia terbatas disertai erytema √
pengerasan kulit pada kaki √
Area Lain
keratinisasi pada area lain √ √ √ hiperpigmentasi pada area lain √
alopesia pada area lain √
pustula pada leher √
pustula pada tengkuk √
luka bakar √
ketombe pada area lain √
pustula dan papula pada area lain √
penyisikan kulit pada area lain √
Gejala Penyakit
c) Wawancara
Pengumpulan data yang dijadikan bahan pembuatan sistem ini dilakukan dengan wawancara kepada dokter hewan spesialis anjing dan kucing, yang dalam penelitian ini dijadikan sebagai studi kasus pembuatan tugas akhir ini. Dalam tahap wawancara ini, peneliti menggali informasi mengenai segala gejala penyakit kulit pada kucing, jenis penyakit kulit pada kucing, serta cara kebutuhan nilai CF maintain yang merupakan tingkat keyakinan dari dokter hewan mengenai jenis peyakit dan gejala penyakit kulit pada kucing.
Setelah dilakukan wawancara, maka diperoleh informasi mengenai kebutuhan cara mendiagnosis dan informasi mengenai nilai CF rule dari jenis penyakit dan gejala penyakit kulit pada kucing. Pada Tabel 3.4 berikut ini merupakan tabel yang berisi uncertain term dari pakar beserta nilai yang akan digunakan dalam sistem pakar diagnosis penyakit kulit pada kucing yang diperoleh dari Drh. Naumi D.R.P.
Tabel 3.4 Nilai evidence
Uncertain Term Nilai CF Evidence
Tidak Ada -0,9
Kemungkinan Kecil -0,3
Kemungkinan Besar 0,6
Ada 0,9
Sumber : Drh. Naumi D.R.P.
Tabel 3.5 Nilai CF rule penyakit kulit
No. Penyakit Kulit Jenis Gejala CF Rule
1 Defisiensi Zinc
(PK001)
lesi pada mata (G009) 0,80
pengerasan periorbital (G010) 0,90
kekurusan (G028) 0,40
pododermatitis (G035) 0,75
2
Defisiensi Asam Lemak
(PK002)
keratinisasi pada kepala (G001) 0,60 keratinisasi pada badan (G020) 0,80 bulu patah pada badan (G030) 0,45
hipergranulosis (G031) 0,90
keratinisasi pada area lain (G039) 0,15
3 Defisiensi Protein
(PK003)
keratinisasi pada kepala (G001) 0,65 hiperpigmentasi pada kepala (G003) 0,75 keratinisasi pada badan (G020) 0,70 hiperpigmentasi pada badan (G022) 0,80 keratinisasi pada area lain (G039) 0,15 hiperpigmentasi pada area lain (G041) 0,20
4 Defisiensi Vitamin A
(PK004)
keratinisasi pada kepala (G001) 0,85 keratinisasi pada badan (G020) 0,75 keratinisasi pada area lain (G039) 0,15
5 Flea
(PK005)
gatal pada kepala (G004) 0,60
adanya kutu pada kepala (G019) 0,90
gatal pada badan (G023) 0,80
adanya kutu pada badan (G034) 0,90
6 Scabies
(PK006)
gatal pada kepala (G004) 0,80
penebalan dan pengerutan kulit (G008) 0,75 bulu pada telinga patah (G013) 0,85 ketombe pada kepala (G018) 0,60 ketombe pada badan (G033) 0,65
7 Impetigo
(PK007)
pustula pada kepala (G014) 0,70 pustula pada leher (G043) 0,80 pustula pada tengkuk (G044) 0,80
8
Superficial Folliculitis (PK008)
penyisikan kulit pada kepala (G002) 0,70 alopesia pada kepala (G005) 0,80 pengerakan kulit pada kepala (G007) 0,80 penyisikan kulit pada badan (G021) 0,50 penyisikan kulit pada area lain (G040) 0,20 alopesia pada area lain (G042) 0,20 ketombe pada area lain (G046) 0,20
9 Deep Pyoderma
(PK009)
gatal pada badan (G023) 0,60
No. Penyakit Kulit Jenis Gejala CF Rule
10 Folliculitis
(PK010)
pustula pada wajah (G015) 0,70
pustula pada dagu (G016) 0,30
pustula pada punggung (G025) 0,75
11
Canine
Dermatophytosis (PK011)
alopesia pada kepala (G005) 0,60 pengerakan kulit pada kepala (G007) 0,50 bulu pada telinga patah (G013) 0,75 alopesia pada badan (G024) 0,70 pengerakan kulit pada badan (G029) 0,75 bulu pada badan patah (G030) 0,75 pustula dan papula pada badan (G032) 0,80 bulu pada kaki patah (G036) 0,60 pustula dan papula di area lain (G047) 0,25
12
Feline
Dermatophytosis (PK012)
alopesia disertai erytema (G006) 0,80 pengerasan kulit pada wajah (G011) 0,80 pengerasan kulit pada telinga (G012) 0,80 bulu pada telinga patah (G013) 0,60 erytema pada telinga (G017) 0,65 bulu pada badan patah (G030) 0,45 bulu pada kaki patah (G036) 0,60 alopesia disertai erytema (G037) 0,65 pengerasan kulit pada kaki (G038) 0,75
13 Luka Bakar (PK013) luka bakar (G045) 0,90
Sumber : Drh. Naumi D.R.P
Pada Tabel 3.6 berikut ini berisi nilai CF rule dari gejala yang diperoleh dari hasil wawancara dengan drh. Naumi D.R.P.
Tabel 3.6 Nilai CF rule gejala penyakit kulit
No. Gejala Pertanyaan CF Rule
1 Keratinisasi pada kepala P001 0,98
P002 0,98
2 Penyisikan kulit pada kepala P003 1,00
3 Hiperpigmentasi pada kepala P004 1,00
4 Gatal pada kepala P005 1,00
5 Alopesia pada kepala P006 1,00
6 Alopesia terbatas disertai erytema P007 1,00
7 Pengerakan kulit pada kepala P008 1,00
8 Penebalan dan pengerutan kulit P009 1,00
No. Gejala Pertanyaan CF Rule
10 Pengerasan periorbital P011 1,00
11 Pengerasan kulit pada wajah P012 1,00
12 Pengerasan kulit pada telinga P013 1,00
13 Bulu pada telinga patah P014 1,00
20 Keratinisasi pada badan P021 0,98
P022 0,98
21 Penyisikan kulit pada badan P023 1,00
22 Hiperpigmentasi pada badan P024 1,00
23 Gatal pada badan P025 1,00
29 Pengerakan kulit pada badan P031 1,00
30 Bulu pada badan patah P032 1,00
31 Hipergranulosis P033 1,00
32 Pustula dan papula pada badan P034 0,98
33 Ketombe pada badan P035 0,96
34 Adanya kutu pada badan P036 0,98
35 Pododermatitis P037 1,00
36 Bulu pada kaki patah P038 1,00
37 Alopesia terbatas disertai erytema P039 1,00
38 Pengerasan kulit pada kaki P040 1,00
39 Keratinisasi pada area lain P041 0,98
P042 0,98
40 Penyisikan kulit pada area lain P043 1,00
41 Hiperpigmentasi pada area lain P044 1,00
42 Alopesia pada area lain P045 1,00
3.2.3 Perhitungan certainty factor dengan nilai dari pakar
Perhitungan nilai certainty factor dengan nilai yang diberikan oleh pakar akan menghasilkan suatu informasi yang lebih tepat daripada melakukan spekulasi dengan cara penentuan nilai certainty factor menggunakan rumus. Sebagai contoh perhitungan certainty factor dari nilai yang diberikan oleh seorang pakar akan sedikit dijelaskan dengan menggunakan contoh permasalahan berikut :
Data gejala pada tiap jenis penyakit kulit pada kucing. 1. Penyakit Kulit Defisiensi Zinc
Gejala Nilai CF
Pengerasan periorbital 0,90
Lesi pada mata 0,80
Kekurusan 0,40
Pododermatitis 0,75
2. Penyakit Kulit Deep Pyoderma
Gejala Nilai CF
Gatal pada badan (G023) 0,60
Luka bekas garukan (G026) 0,80
Luka bekas gigitan (G027) 0,50
3. Penyakit Kulit Flea
Gejala Nilai CF
Gatal pada kepala 0,60
Adanya kutu pada kepala 0,90
Gatal pada badan 0,80
Adanya kutu pada badan 0,90
Penjelasan berikut ini merupakan gambaran dari proses diagnosis, pemilihan jawaban pertanyaan mengenai gejala akan mempengaruhi hasil diagnosis.
No. Konsultasi Tidak Ada
Kemungkinan Kecil
Kemungkinan
Besar Ada
1 Pertanyaan 1 √
2 Pertanyaan 2 √
3 Pertanyaan 3 √
... ... ...
50 Pertanyaan 50 √
Dari data konsultasi yang dijawab oleh pengguna, maka akan dilakukan perhitungan untuk mengetahui prosentase jenis penyakit kulit :
1. Penyakit Kulit Defisiensi Zinc
CF(CF1, CF2) = (0,48 + -0,27) / (1 - 0,27) = 0,29 (CF Kombinasi 1) 0,29 + 0,36 * (1 - 0,29) = 0,54 (CF Kombinasi 1, CF3) 0,54 + 0,45 * (1 - 0,54) = 0,75 (CF Kombinasi 2, CF4)
► 0,75 * 100 % = 75 %
2. Penyakit Kulit Deep Pyoderma
CF(CF1, CF2) = 0,36 + 0,72 * (1 - 0,36) = 0,82 (CF Kombinasi 1) 0,82 + 0,45 * (1 - 0,82) = 0,90 (CF Kombinasi 1, CF3)
► 0,90 * 100 % = 90 %
3. Penyakit Kulit Flea
CF(CF1, CF2) = (0,54 + -0,26) / (1 - 0,26) = 0,37 (CF Kombinasi 1) 0,37 + 0,72 * (1 - 0,37) = 0,82 (CF Kombinasi 1, CF3) 0,82 + 0,53 * (1 - 0,82) = 0,92 (CF Kombinasi 2, CF4)
3.3 Perancangan Aplikasi Sistem Pakar 3.3.1 System Flow
System flow merupakan suatu gambaran aliran kerja yang menggambarkan alur kerja dari sistem pakar diagnosis penyakit kulit pada kucing dengan menggunakan simbol-simbol tertentu. Dengan adanya system flow ini penganalisa dapat menginformasikan jalannya suatu sistem dan dapat memahami sistematika aplikasi sistem pakar ini dengan mudah. Dalam system flow aplikasi sistem pakar diagnosis penyakit kulit pada kucing terdapat tiga pengguna aplikasi yaitu pengguna dengan hak akses sebagai admin dan user, serta pemilik kucing secara langsung (guess). Berikut ini akan dijelaskan system flow yang terdapat pada aplikasi sistem pakar diagnosis penyakit kulit pada kucing.
a) System flow maintain data pengguna
Gambar 3.3 System flow maintain data pengguna
b) System flow maintain data pemilik dan kucing
System flow maintain data pemilik dan kucing menggambarkan tentang pengelolaan data pemilik dan kucing yang dilakukan oleh pengguna yang memliki hak akses sebagai admin dan user. Proses pengelolaan data pemilik dan kucing dilakukan ketika pengguna telah melakukan proses login. Aplikasi akan menampilkan data pemilik dan kucing yang tersimpan, apabila pemilik kucing belum terdaftar maka pengguna dapat memasukkan data pemilik dan kucing.
System Flow Maintain Data Pengguna
Admin Sistem Validasi username dan
Selain itu pengguna juga dapat menambahkan data kucing baru apabila pemilik kucing yang terdaftar memiliki kucing lebih dari satu. Proses maintain data pemilik dan kucing dapat dilihat pada Gambar 3.4 berikut ini.
Gambar 3.4 System flow maintain data pemilik dan kucing
c) System flow maintain data nilai CF rule
System flow maintain data nilai CF rule menggambarkan tentang pengelolaan data nilai CF rule yang merupakan nilai dari pengetahuan seorang pakar yang dilakukan oleh pengguna yang memiliki hak akses sebagai admin. Proses maintain data nilai CF rule dapat dilihat pada Gambar 3.5 berikut ini.
System Flow Maintain Data Pemilik dan Kucing
Admin Sistem Validasi username dan
Gambar 3.5 System flow maintain data nilai CF rule
d) System flow registrasi pemilik dan kucing
System flow registrasi pemilik dan kucing menggambarkan tentang proses pendaftaran pemilik dan kucing yang dilakukan oleh pengguna yang memliki hak akses sebagai admin dan user. Proses registrasi ini dilakukan sebelum pemilik dan kucing melakukan konsultasi kepada petugas klinik. System flow untuk registrasi pemilik dan kucing dapat dilihat pada Gambar 3.6 berikut ini.
System Flow Maintain CF Rule
Admin Sistem
P
h
ase
Mulai
T. Rule Gejala
T. Rule Penyakit user dan password
valid? Validasi user dan
password
Ya
Memilih data gejala dan penyakit
T. User
Selesai
MC1 Tidak
Data yang dipilih Menampilkan data
yang dipilih
CF Rule
Simpan data CF Rule
T. Rule Gejala
T. Rule Penyakit MC1
Gambar 3.6 System flow registrasi pemilik dan kucing
e) System flow diagnosis penyakit
System flow untuk diagnosis menggambarkan proses yang terjadi dalam diagnosis penyakit kulit. Proses ini terbagi menjadi dua jenis, yaitu diagnosis yang dilakukan di klinik yang dilakukan oleh admin maupun user dan diagnosis yang dilakukan secara langung oleh pemilik kucing. Untuk diagnosis yang dilakukan oleh petugas klinik diawali dengan proses login oleh pengguna yang memiliki hak akses sebagai admin maupun user. Setelah melakukan login, pengguna memilih data pemilik dan kucing yang akan diperiksa. Setelah itu pengguna menjawab pertanyaan yang diberikan oleh sistem sesuai dengan fakta yang terjadi pada kucing yang diperiksa. Setelah semua pengisian jawaban pertanyaan selesai
System Flow Registrasi Pemilik dan Kucing
Pengguna Sistem
P
h
ase
Mulai
T. Pemilik
T. Kucing Simpan Data
username dan password valid? Validasi username dan
password
T. User
R1 Tidak R1
Username dan password
Registrasi
Data pemilik dan data kucing
dilakukan, pengguna dapat menekan tombol analisa dan kemudian sistem akan melakukan perhitungan nilai berdasarkan jawaban dari pengguna berdasarkan dengan nilai-nilai CF rule dari gejala dan penyakit, kemudian sistem akan menampilkan kesimpulan mengenai penyakit kulit yang diderita oleh kucing dan menampilkan saran pengobatan yang harus dilakukan.
Gambar 3.7 System flow diagnosis
System Flow Diagnosis Penyakit Kulit
Pengguna Sistem
T. Diagnosis T. Detail Diagnosis
Membuat Laporan Hasil Diagnosis Penyakit Kulit dan Saran Pengobatan
T. Penyakit
Laporan Hasil Diagnosis dan Saran Pengobatan Validasi username dan
password
f) System flow membuat laporan histori konsultasi
System flow membuat laporan histori konsultasi menggambarkan tentang proses membuat laporan dari hasil konsultasi yang telah dilakukan. Laporan histori konsultasi yang akan dibuat berdasarkan data konsultasi yang telah dipilih oleh pengguna admin dan user. Proses membuat laporan histori konsultasi dapat dilihat pada Gambar 3.8 berikut ini.
Gambar 3.8 System flow membuat laporan histori konsultasi
System Flow Membuat Laporan Histori Konsultasi
Admin Sistem
P
h
ase
T. Diagnosis
T. Detail Diagnosis
username dan password valid?
Validasi username dan password
Ya
Memilih data konsultasi
T. User
Selesai
D1 Tidak
Cetak laporan histori konsultasi
Histori Konsultasi
Laporan Histori Konsultasi Menampilkan data konsultasi yang dipilih
Mulai D1
3.3.2 Data Flow Diagram
A. Diagram berjenjang
Diagram berjenjang untuk sistem yang akan dibangun dapat dilihat pada Gambar 3.9 dibawah ini.
Gambar 3.9 Diagram berjenjang
B. Context diagram
Pada context diagram sistem pakar diagnosis penyakit kulit pada kucing ini terdapat tiga buah entitas eksternal, yaitu admin, user dan guess. Pada sistem ini, pengguna user memberikan input kepada sistem berupa data kucing dan pemilik, dan data jawaban berupa fakta-fakta dari gejala yang terjadi pada kucing. Selain itu user akan mendapatkan output dari sistem berupa laporan hasil diagnosis, dan data pemilik dan kucing untuk melakukan update data. Untuk pengguna admin memberikan input berupa data user, data pertanyaan, data gejala, data penyakit. Sedangkan guess memberikan masukan berupa data jawaban berupa fakta-fakta dari gejala yang terjadi pada kucing Kemudian output yang didapatkan dari sistem adalah hasil diagnosis dan laporan histori konsultasi.
Sistem Pakar Data Nilai CF rule
1.5
Registrasi Pemilik dan Kucing
Gambar 3.10 adalah gambar context diagram diagnosis penyakit kulit pada kucing.
Gambar 3.10 Context diagram
C. DFD level 0
Sistem pakar diagnosis penyakit kulit pada kucing ini mempunyai 3 subsistem, yaitu maintain data, diagnosis dan membuat laporan. Subsistem maintain data memiliki fungsi untuk maintain data pemilik dan kucing yang akan melakukan diagnosis pada sistem. Subsistem diagnosis memiliki fungsi untuk menyediakan suatu form pertanyaan yang harus dijawab oleh pengguna yang sebelumnya telah di input-kan ke dalam sistem oleh admin, output dari proses ini akan menghasilkan data hasil diagnosis dan data detail diagnosis. Subsistem membuat laporan berfungsi untuk mengolah hasil diagnosis yang telah dihasilkan
Data Kucing Dipilih Data Nama Pem ilik
Laporan Histori Konsultasi
Laporan Histori Konsultasi
Data CF Rule Penyakit
Data CF Rule Gejala
Data CF Rule Gejala Data CF Rule Penyakit
Data User
Sistem Pakar Diagnosis Penyakit Kulit Pada Kucing
+
usermenjadi suatu laporan, output dari subsistem ini menghasilkan dua output, yaitu laporan hasil diagnosis dan laporan histori konsultasi. Dalam sistem pakar diagnosis penyakit kulit pada kucing ini terdapat 12 buah tabel. DFD level 0 ini dapat dilihat pada Gambar 3.11 berikut ini.
Gambar 3.11 DFD level 0
[Data Kucing Dipilih] [Data Pem ilik Dip ilih]
Histori Konsultas i Dipilih
Data Detail Dibaca Data Detail Disimpan
Data Diagnosis Dibaca Data Diagnosis Disim pan
[Jawaban Pertanyaan]
[Hasil Diagnosis] [Pertanyaan]
[Data Nam a Pem ilik] [Data Nam a Kucing]
[Laporan Histori Konsultasi] Data Kucing Dilih at
Data Pertanyaan Dibaca Data Diagnosis Disim pan Data Pemilik Dilihat
CF Rule Gejala Dibaca CF Rule Penyakit Dibaca
CF Rule Gejala Dilihat
CF Rule Gejala Disimpan CF Rule Gejala Dirubah CF Rule Penyakit Dilihat
CF Rule Penyakit Dirubah CF Rule Penyakit Disim pan Data Pemilik Dirubah Data Pemilik DIsimpan Data Kucing Dirubah
Data Kucing Disimpan
Data User Dibaca
Data User Disim pan
[Laporan Histori Konsultasi] [Data CF Rule Pe nyakit]
[Data CF Rule Gejala]
[Data CF Rule Gejala] [Data CF Rule Pe nyakit]
D. DFD level 1 maintain data
Pada subsistem DFD level 1 maintain data ini, admin mempunyai hak akses untuk memberikan akses login kepada pengguna yang memiliki hak akses sebagai user, yang nantinya data tersebut akan disimpan di dalam tabel user. Untuk data gejala, penyakit dan pertanyaan akan dimasukkan ke dalam tabel yang nantinya akan digunakan dalam proses diagnosis. Untuk user yang telah melakukan login, nantinya dapat melakukan proses registrasi kucing dan pemilik serta melakukan update kedua data tersebut. Gambar 3.12 adalah gambar DFD level 1 maintain data diagnosis penyakit kulit pada kucing.
Gambar 3.12 DFD level 1 maintain data
[CF Rule Gejala Dilihat] [CF Rule Gejala Disim pan]
[Data Pem ilik Dilihat]
[Data Kucing Dilihat]
[CF Rule Gejala Dirubah] [CF Rule Penyakit Dilihat]
[CF Rule Penyakit Dirubah] [CF Rule Penyakit Disimpan]
[Data Pem ilik Dirubah] [Data Pem ilik DIsim pan]
[Data Kucing Dirubah] [Data Kucing Disimpan]
[Data Pem ilik]
[Data Pem ilik]
[Data Kucing] [Data User Dib aca] [Data User Dis im pan]
[Data CF Rule Penyakit] [Data CF Rule Gejala]
[Data CF Rule Gejala]
[Data CF Rule Penyakit]
[Data Kucing] adminadminadminadminadmin 1 Tabel User
1 Tabel User
22 Tabel KucingTabel Kucing
33 Tabel PemilikTabel Pemilik
7 Tabel Rule Penyakit 7 Tabel Rule Penyakit 7 Tabel Rule
Penyakit
888 Tabel Rule GejalaTabel Rule GejalaTabel Rule Gejala 3 Tabel Pemilik
E. DFD level 1 diagnosis
Pada subsistem DFD level 1 diagnosis ini, pengguna yang mempunyai dapat melakukan proses diagnosis. Pada DFD level 1 ini terlihat aliran data yang dibutuhkan dalam kegiatan diagnosis penyakit kulit. Gambar 3.13 berikut ini adalah gambar DFD level 1 diagnosis penyakit kulit pada kucing.
Gambar 3.13 DFD level 1 diagnosis
F. DFD level 2 diagnosis
Pada subsistem DFD level 2 diagnosis ini, pengguna yang mempunyai dapat melakukan proses diagnosis. Dalam subsistem level 2 ini terlihat proses beserta aliran data dari kegiatan diagnosis. Pada subsistem pengguna akan memilih data pemilik dan kucing yang akan melakukan konsultasi. Setelah itu pengguna akan menjawab pertanyaan yang ditampilkan oleh sistem berdasarkan
[Data Kucing Dipilih] [Data Pem ilik Dipilih]
[Data Detail Disim pan] [Pertanyaan]
[Data Nam a Pem ilik] [Data Nam a Kucing]
[Data Diagnosis Disimpan] [Jawaban Pertanyaan]
[Data Pertanyaan Dibaca] [Data Gejala Dibaca] [Data Penyakit Dibaca] [Data Pem ilik Dibaca] [Data Kucing Dibaca]
[Data Detail Disim pan] [Data Diagnosis Disimpan]
[CF Rule Gejala Dibaca] [CF Rule Penyakit Dibaca]
[Pertanyaan Konsultasi] [Jawaban Konsultasi]
user user
7 Tabel Rule Penyakit
8 Tabel Rule Gejala
9 Tabel Diagnosis 10 Tabel Detail
Diagnosis
12 Tabel Detail Guess user