• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengawasan Kegiatan Bimbingan Manasik Haji Pada Kbih Nurul Hikmah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengawasan Kegiatan Bimbingan Manasik Haji Pada Kbih Nurul Hikmah"

Copied!
113
0
0

Teks penuh

(1)

PENGAWASAN KEGIATAN BIMBINGAN MANASIK HAJI

PADA KBIH NURUL HIKMAH

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Komunikasi Islam

(S.Kom.I)

Diajukan Oleh:

Ofik fikrurosyadi (1110053100010)

KONSENTRASI MANAJEMEN HAJI DAN UMRAH PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 27 Agustus 2014

(4)

i ABSTRAK

Ofik Fikrurosyadi (1110053100010)

Analisis Pengawasan Kegiatan Bimbingan Manasik Haji Pada KBIH Nurul Hikmah

Pengawasan pada hakikatnya merupakan usaha memberikan petunjuk pada para pelaksana agar selalu bertindak sesuai dengan rencana. Diharapkan para pelaksana membatasi tindakan-tindakanya mencapai tujuan sedemikian rupa sehingga tidak begitu menyimpang dari yang diperbolehkan. Pengawasan pada kegiatan bimbingan manasik haji perlu dilakukan agar tidak melenceng dari rencana yang telah disusun sebelumnya.

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah tentang tahap-tahap pengawasan kegiatan bimbingan manasik haji yang dilakukan di KBIH Nurul Hikmah, hal itu bertujuan untuk mempelajari dan mengetahui apakah pengawasan kegiatan pada KBIH Nurul Hikmah Hikmah sesuai apa yang telah direncanakan sehingga secara praktis dan akademis dapat menjadi pengetahuan dan sebagai bahan masukan dalam perbaikan pengawasan terhadap kegiatan bimbingan manasik haji kedepanya.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode pendekatan kualitatif, yang menghasilkan data deskriptif dengan menggunakan teknik pengumpulan data berupa, wawancara,dokumentasi, dan observasi

Dari hasil penelitian dengan menganalisis kegitan bimbingan manasik haji dengan mengimplementasiknya ke dalam tahapan-tahapan pengawasan seperti Penatapan Standar, Penentuan Pengukuran Suatu Kegiatan dengan menggunakan beberapa pertanyaan yang dapat digunakan seperti ( berapakali, dalam bentuk apa, siapa), tahapan selanjutnya merupakan Pengukuran Pelaksanaan Kegiatan, Perbandingan Pelaksanaan Dengan Standar dan Analisa Penyimpangan, dan tahapan terakhir adalah Pengambilan Tindakan Koreksi Bila Diperlukan, dengan menggunakan tahapan tadi pengawasan terhadap kegiatan bimbingan manasik haji cukup baik walaupun kurang begitu optimal dan juga dijumpai penyimpangan walaupun begitu, KBIH Nurul Hikmah bisa di jadikan contoh dari KBIH-KBIH lainya, karena KBIH Nurul Hikmah sendiri setiap tahunya memberangkatkan lebih banyak jamaah, bisa di bilang KBIH Nurul Hikmah menjadi KBIH yang terbaik di Kota Tangerang

(5)

ii

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya skripsi ini dapat terselesaikan. Penulis menyadari sepenuhnya, skripsi ini bukan semata-mata hasil kerja keras peneliti sendiri tetapi dukungan dari berbagai pihak. Khususnya para pembimbing yang telah mendorong penulis untuk terus semangat menyelsaikan skripsi ini. Untuk itu peneliti menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya dan penghargaan setulus hati kepada berbagai pihak, khususnya:

1. Bapak Dr, Arief Subhan, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Drs. Cecep Sastrawijaya, MA., selaku Ketua Jurusan Manajemen Dakwah yang selalu memberi dukungan dalam penyelsaian skripsi ini. 3. Bapak Drs. Mulkanasir, BA., S.Pd., MM., selaku sekertaris Jurusan

Manajemen Dakwah yang selalu menasihati dan memberikan semangat dalam penyelsaian skripsi ini.

4. Bapak Drs. Study Rizal, LK, MA., selaku Dosen Pembimbing skripsi yang dengan besar hati dan sabar, meluangkan waktunya untuk mendengarkan keluhan penulis dan selalu memberikan semangat, saran, bimbingan, dan konsultasi terhadap skripsi ini sehingga akhirnya bisa sampai ke meja Munaqasyah.

(6)

iii

Semua amal kebaikan Bapak dan Ibu dibalas dengan pahala yang tidak terhingga.

6. Bapak H. Bakhri SE., selaku Pimpinan KBIH Nurul Hikmah yang telah mengizinkan penulis meneliti, dan memberikan banyak bantuan.

7. H. Ahmad Damanhuri S,Pd selaku sekretaris pada KBIH Nurul Hikmah yang selalu membantu dan memberikan pengarahan, izin, juga mengikut sertakan penulis dalam kegiatan bimbingan manasik haji.

8. Dosen Penguji sidang Munaqasyah Bapak Drs. H. Ade Marpudin, MM dan Dra. Hj. Jundah Sulaiman, MA yang telah banyak memberikan saran dan kritik dalam penulisan skripsi ini, sehingga skripsi ini menjadi lebih baik.

9. Keluarga yang selalu mendukung baik secara moral maupun materil. Terutama doa Ibu yang tidak pernah putus Hj. Umi Muhibatun Nufus dan Bapak H. Ison basuni serta kakak-kakak.

10. Saudari Wita Widyaningsih yang dari awal penulisan skripsi ini tidak pernah berhenti dan tidak lelah-lelahnya mengingatkan, menyemangati dan mengarahkan kepada penulis dalam penulisan skripsi ini. Insya Allah dalam 2 tahun ini saya akan meminangnya, rahmati kami Ya Allah, Amin. 11. Sahabat Manajemen Haji dan Umrah angkatan 2010 dan khususnya

(7)

iv

kawan yang selalu setia. Semangat Ranger, kita mungkin nanti akan jauh namun kalian kawan yang terbaik bagi saya.

Tanpa dukungan mereka semua, skripsi ini hanyalah tulisan yang tidak bermakna dan tidak akan terwujud. Semoga doa dan dukungan dari semuanya akan dibalas oleh Allah SWT.

Akhir kata penulis berharap skripsi ini bermanfaat bagi semua pembaca dalam memperkaya khasanah ilmu dibidang Manajemen Haji dan Umrah. Peneliti juga mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini.

Jakarta, 2014

(8)

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK... i

KATA PENGANTAR... ii

DAFTAR ISI... v

DAFTAR GAMBAR... viii

DAFTAR TABEL... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Pembatasan dan Rumusan Masalah... 8

C. Tujuandan Manfaat Penelitian... 8

D. Metodologi Penelitian... 9

E. Tinjauan Pustaka... 12

F. Sistematika Penulisan... 14

BAB II LANDASAN TEORI A. Pengawasan 1. Pengertian Pengawasan... 15

2. Tahap-Tahap dalam Pengawasan... 17

3. Tujuan Pengawasan... 20

(9)

vi

5. Pentingnya Pengawasan... 22

6. Ciri-ciri Pengawasan yang Efektif... 23

B. Program Bimbingan Manasik Haji 1. Pengertian Bimbingan Manasik Haji... 25

2. Fungsi dan Tujuan Bimbingan Manasik Haji... 30

a. Fungsi Bimbingan Manasik Haji... 31

b. Tujuan Bimbingan Manasik Haji... 31

3. Bentuk dan metode Bimbingan Manasik Haji... 32

BAB III GAMBARAN KBIH NURUL HIKMAH A. Sejarah Berdirinya KBIH Nurul Hikmah... 41

B. Dasar dan Tujuan Penyelenggaraan... 43

1. Dasar hukum... 43

2. Tujuan ... 44

C. Visi dan Misi... 45

D. Sarana dan Prasarana... 45

1. Sarana... 45

2.prasarana... 45

E. Struktur Kepengurusan dan Data Jumlah Jamaah... 46

1. Struktur kepengurusan... 46

2. Data jumlah jamaah... 48

(10)

vii

BAB IV ANALISIS PENGAWASAN KEGIATAN BIMBINGAN

MANASIK HAJI PADA KBIH NURUL HIKMAH

A. Penetapan Standar... 50

B. Penentuan Pengukuran Pelaksanaan Kegiatan... 57

C. Pengukuran Pelaksanaan Kegiatan... 67

D. Perbandingan Pelaksanaan Dengan Standar dan Analisa Penyimpangan 69 E. Pengambilan Tindakan Koreksi Bila Diperlukan... 75

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan... 77

B. Saran-saran... 80

DAFTAR PUSTAKA... 81

(11)

viii

DAFTAR GAMBAR

(12)

ix

DAFTAR TABEL

1. Tabel 3.1 : Data Jamaah KBIH Nurul Hikmah... 48

2. Tabel 4.2 : Jadwal Manasik Haji KBIH Nurul Hikmah ... 58

3. Tabel 4.3 : Anggaran Bimbingan Manasik Haji... 69

(13)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pengawasan dalam sebuah kegiatan bimbingan manasik haji harus ada dan diperlukan agar sesuai dengan yang direncanakan sebelumnya, Semua kegiatan memerlukan pengawasan sebagai jaminan dalam setiap kegiatan, termasuk juga dalam kegiatan manasik haji. Didalam banyak perusahaan atau organisasi masalah dalam pencapaian tujuan di mana implementasi dari setiap rencana tidak berjalan dengan semestinya, dengan demikian perlu adanya fungsi manajemen yang di arahkan untuk memastikan rencana dan implementasinya berjalan dengan lancar1. oleh karena itu tidak menutup kemungkinan dalam kegiatan manasik haji juga akan terjadi, dan tidak sesuai yang telah di rencanakan sebelumnya. Pengawasan pada hakikatnya merupakan usaha memberikan petunjuk pada para pelaksana agar mereka selalu bertindak sesuai dengan rencana.

Dengan kasus yang diatas penulis memilih pengawasan di antara manajemen lainya di karenakan didalam manajemen perlu adanya fungsi manajemen yang diarahkan untuk memastikan apakah rencana yang di implementasikan berjalan sebagaimana mestinya dan mencapai tujuan yang ditetapkan atau tidak. Seperti yang diketahui dalam proses pengorganisasian keseluruhan sumber daya organisasi sesuai dengan rencana yang telah dibuat,

1

(14)

2

dan dengan adanya pengawasan ini maka rencana yang telah dibuat tadi akan mencapai tujuannya. Bukan berarti manajemen yang lain tidak penting namun dari semua manajemen, pengawasan merupakan proses yang menentukan tercapainya rencana atau tujuan.

Pengawasan merupakan suatu upaya yang sistematis untuk menetapkan kinerja standar pada perencanaan, untuk merancang sistem umpan balik informasi, untuk membandingkan kinerja aktual dengan standar yang telah ditentukan, untuk menetapkan apakah telah terjadi suatu penyimpangan dan mengukur signifikasi penyimpangan tersebut, serta untuk mengambil tindakan perbaikan yang diperlukan untuk menjamin bahwa semua sumber daya perusahaan telah digunakan seefektif dan seefisien mungkin guna mencapai tujuan perusahaan2.

Titik tolak yang digunakan dalam membahas pengawasan sebagai salah satu fungsi organik manajemen ialah definisi yang mengatakan bahwa pengawasan merupakan proses pengamatan dari seluruh kegiatan organisasi guna lebih menjamin bahwa semua kegiatan, pekerjaan yang sedang dilakukan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya. Sebagai fungsi organik, pengawasan merupakan salah satu tugas yang mutlak diselenggarakan oleh semua orang yang menduduki jabatan manajerial, yang secara langsung

2

(15)

3

mengendalikan kegiatan-kegiatan teknis yang diselenggarakan oleh semua tugas operasional3.

Membahas pengawasan sebagai fungsi organik manajerial sesungguhnya berarti berusaha menemukan jawaban terhadap pertanyaan mengapa pengawasan mutlak perlu dilaksanakan. Jawaban terhadap pertanyaan yang sangat mendasar tersebut tidak selalu mudah atau sederhana untuk menemukannya karena manajemen merupakan hal yang sangat kompleks4.

Pengawasan pertama kali orang harus menentukan standar pengawasan pada pusat-pusat yang strategis, karena orang tidak dapat mengecek segalanya. Harus dibedakan hal apa yang dapat di awasi, hal apa yang tidak dapat di awasi5. Kata pengawasan sering mempunyai konotasi yang tidak menyenangkan. Karena dianggap akan mengancam kebebasan dan otonomi pribadi. Padahal oganisasi sangat memerlukan pengawasan untuk menjamin tercapainya tujuan. Sehingga manajer adalah menemukan keseimbangan antara pengawasan organisasi dan kebebasan pribadi atau mencari tingkat pengawasan yang tepat. Pengawasan yang berlebihan akan menimbulkan birokrasi, mematikan kreatifitas, dan sebagainya, yang akhirnya merugikan organisasi sendiri, sebaliknya pengawasan yang tidak mencukupi dapat menimbulkan pemborosan sumber daya dan membuat sulit pencapaian tujuan6.

3

Sondang P. Siagian,Fungsi-Fungsi Manajerial, ( Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2004) h.125-126

4

Sondang P. Siagian,Fungsi-Fungsi Manajerial, h.125-126

5

.Sukanto Reksohadiprodjo,Dasar-Dasar Manajemen, (yogyakarta: BPFE) h. 63

6

(16)

4

Dengan demikian pengawasan terhadap kegiatan bimbingan manasik haji diperlukan mengingat pentingnya menunaikan ibadah haji, yang memiliki aturan-aturan atupun tata cara dalam pelaksanaanya.

Haji merupakan hijrah kepada ALLAH SWT, memenuhi panggilan-nya, merupakan musim yang terus bergulir, tempat kaum muslimin bertemu setiap tahun dalam hubungan paling murni paling suci. Menjadi sarana setiap jamaah untuk menikmati berbagai manfaat yang dapat di peroleh di tempat yang telah di muliakan ALLAH SWT. Haji merupakan manifestasi praktis dari persaudaraan seiman dan persatuan bagi umat islam, perbedaan ras, warna kulit, bahasa, tanah air, dan tingkatan mencair dalam haji. Hakikat penghambaan dan persaudaraan tercipta jelas di sana. Semuanya menggunakan satu jenis pakaian, menghadap kepada satu kiblat, dan menyembah ALLAH yang maha esa, tiada sekutu baginya7. Ibadah haji merupakan salah satu rukun islam. Sebagaimana ibadah – ibadah lain seperti : shalat, puasa dan dzakat. Haji merupakan ibadah mahdah yang tata cara pelaksanaannya sudah di tentukan oleh syari’at melalui firman ALLAH SWT, dan sunnah Rasullah

SAW8. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Ali-Imran ayat 97

..

.















7

Sami Bin Abdullah Al-Maghlout.Atlas Al Hajj Wa Al-‘Umroh Mengenali Detail Mekah

dan Madinah Dari Sudut Pandang Fiqih dan Sejarah(Jakarta Timur : Almahira, 2010) h. 4

8

[image:16.595.100.517.204.738.2]
(17)

5

“….Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, Yaitu (bagi)

orang yang sanggup Mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barang siapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah maha kaya(tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam (QS. Ali-Imran[3]: 97)

Sehubungan dengan uraian tadi, maka mereka yang akan melaksananakan atau menunaikan ibadah haji, harus terlebih dahulu benar –

benar memahami dan menguasai manasik haji terlebih dahulu, di samping memerlukan biaya yang tidak sedikit, tetapi juga memerlukan kesiapan fisik dan mental serta pengetahuan tentang manasik haji9. Bukan hanya perjalanan suci namun bisa di katakan perjalanan kematian karena di dalam perjalanan haji banyak sekali rintangan yang akan menghabiskan stamina dan faktor cuaca yang tidak biasa.Adapun tata cara (kaffiyah) pelaksanaanya telah di atur dalam fikih dan di jelaskan secara rinci dalam kitab manasik haji yang memuat keterangan mengenai syarat sah dan rukun haji. Di samping itu juga di

lengkapi pula dengan do’a-do’a yang harus di baca selama perjalanan

melaksanakan ibadah haji10.

Alangkah nikmatnya jika perpaduan antara kesulitan dan kerinduan itu di barengi dengan pengetahuan yang cukup tentang ibadah ini dengan semua syarat, rukun, dan ketentuan- ketentuan lainya. Di sertai pengenalan tempat-tempat pelaksanaan haji, seperti arafah, mudzalifah, multazam, hajar aswad,

9

Kementrian Agama RI Direktorat Penyelenggaraan Haji Dan Umroh.Tuntunan Praktis Manasik Haji Dan Umroh, 2011

10

(18)

6

maqam Ibrahim, ka’bah, hijir, jamarat, mina, masya’ir muqaddas dan berbagai

simbol haji lainya11. Masih banyak kaum muslimin indonesia, khususnya para calon jemaah haji belum dapat informasi dan penjelasan yang cukup untuk memahami dan mengenali penjelasan tentang hal –hal tersebut seperti simbol, rambu yang akan mereka temui di tanah suci.

Kelompok bimbingan ibadah haji (KBIH) merupakan lembaga sosial keagamaan islam. Konsentrasi aktivitasnya bergerak di bidang bimbingan,pembinaan dan penyuluhan. KBIH tidak hanya sekedar membimbing calon jama’ah haji yang akan berangkat menunaikan rukun islam yang ke lima, akan tetapi berperan sebagai wadah edukasi secara de jure. KBIH yang berada dan tersebar di seluruh nusantara memiliki izin operasional dari kementrian agama. Jumlah relatif banyak, lebih dari 1500 kelompok bimbingan12. Di dalam KBIH pasti memiliki latar belakang yang berbeda-beda ada yang pendidikan ada pula yang sosial agama.

Di dalam penulisan skripsi ini penulis menentukan pilihan kepada KBIH Nurul Hikmah , KBIH (kelompok bimbingan ibadah haji) Nurul Hikmah sendiri berdiri sejak tahun 1984, KBIH Nurul hikmah memiliki jamaah terbanyak di kota tangerang di antara KBIH lainya, jamaah tahun 2012 mencapai 274 jamaah, di tahun 2013 KBIH Nurul Hikmah memiliki total jamaah haji mencapai 248 jamaah, dan di tahun 2014 jumlah jamaah haji

11

Sami bin Abdullah Al-Maghlout.Atlas Al Hajj Wa Al-‘Umroh Mengenali Detail Mekah dan Madinah Dari Sudut Pandang Fiqih dan Sejarah,(Jakarta Timur : Almahira, 2010) h. vii

12

(19)

7

KBIH Nurul Hikmah mencapai 183 jamaah. KBIH Nurul Hikmah memiliki jadwal bimbingan manasik haji mencapai 24 kali pertemuan belum termasuk bimbingan tingkat kecamatan dan kabupaten.

Sebagai mana yang telah diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia nomor 13 tahun 2008 dalam pembinaan pasal 30 bahwa (1) dalam rangka pembinaan ibadah haji, masyarakat dapat memberikan bimbingan ibadah haji, baik dilakukan secara perseorangan maupun dengan membentuk kelompok bimbingan. (2) ketententuan lebih lanjut mengenai bimbingan ibadah haji oleh masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan menteri. KBIH Nurul Hikmah Memiliki nomor izin oprasional yaitu: SK. W.I/I/HJ.01/KPS/314/1999.KBIH Nurul Hikmah

merupakan Majlis Ta’lim yang bersifat sosial, sebagai mitra Departemen

Agama bertujuan memberikan pelayanan dan pengabdian kepada masyarakat khusus bagi para calon tamu-tamu Allah dengan menyelenggarakan bimbingan manasik secara teori & praktek, baik di tanah air maupun di tanah suci, dengan prinsip tolong menolong dalam rangka tercapainya haji mabrur. Untuk mengetaui dan menganalisis lebih jauh terhadap pengawasan yang dilakukan kelompok bimbingan ibadah haji (KBIH) Nurul Hikmah, maka penulis akan menuangkan dalam sebuah penelitaian sebuah karya ilmiah

“skripsi” yang berjudul :

PENGAWASAN KEGIATAN BIMBINGAN MANASIK HAJI

(20)

8

B. Pembatasan Dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Agar penelitian ini tidak melebar dan terarah, maka peneliti membatasi masalah hanya menitik beratkan pada “ Pengawasan Kegiatan Bimbingan Manasik Haji Pada KBIH Nurul Hikmah Tahun 2014”.

2. Perumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang yang telah dijabarkan di atas maka perumusan masalah dari penelitian ini tentang tahapan-tahapan dalam pengawasan yang dilakukan pada kegiatan manasik haji oleh KBIH Nurul hikmah, penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

a. Bagaimana tahapan-tahapan pengawasan kegiatan bimbingan manasik haji yang dilakukan oleh KBIH Nurul Hikmah?

C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pokok permasalahan di atas, maka ada tujuan yang ingin di capai oleh peniliti yaitu :

(21)

9

b. Mengatahui faktor pendorong dan penghambat pada kegiatan bimbingan manasik haji pada KBIH Nurul Hikmah

2. Manfaat Penelitian

a. Akademik

Dapat menjadi tambahan wawasan khazanah ilmu pengetahuan, dan khususnya untuk jurusan manajemen haji dan umroh,Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi sebagai pencipta mahasiswa yang memiliki kompeten dalam bidang haji dan umroh.

b. Praktis

Diharapkan menjadi masukan,tambahan, gagasan untuk lembaga penyelenggara ibadah haji seperti KBIH, travel dan lembaga haji dan umroh, tentang peningnya pengawasan terhadap setiap kegiatan.

D. Metodelogi Penelitian

1. Metode Penelitian

(22)

10

praktis dalam penelitian ini, dengan pendekatan kualitatif ini data akan bersifat faktual.

2. Subjek Dan Objek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah kelompok bimbingan ibadah haji (KBIH) Nurul Hikmah sedangkan objek dalam penelitian ini adalah pengawasan bimbingan manasik haji.

3. Tempat Penelitian

Jl. KH. Amsir kel. Kenanga Rt. 005/04 kec. Cipondoh Kota Tangerang, Telp, (021) 5548970/ 081280817779 / 085693657045 / 94528327. Email : h_damanhuri85@yahoo.co.id

4. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang diperoleh dari peneliti secara langsung (Data Primer) dengan cara:

a. Wawancara

Wawancara merupakan teknik pengumpulan dalam metode survei yang menggunakan pertanyaan secara lisan kepada subyek peneliti.13Dalam pengumpulan data peneliti melakukan wawancara kepada subjek yang berkaitan kepada pengelola KBIH Nurul Hikmah, pembimbing, mantan jamaah dan para calon jamaah yang mengikuti KBIH Nurul Hikmah, penulis memberikan pertanyaan langsung dengan melakukan 2 cara : melalui tatap muka dan melalui alat elektronik seperti telepon dan email.

13

(23)

11

b. Observasi

Peneliti melakukan pengamatan dan pencatatan secara langsung agar data yang di dapatkan lebih akurat dan bebas terhadap objek yaitu KBIH Nurul Hikmah tentang pengawasan kegiatan bimbingan manasik haji. Observasi merupakan proses pencatatan pola prilaku subyek (orang), obyek (benda), atau kejadian yang sistematis tanpa adanya pertanyaan atau komunikasi atau komunikasi dengan individu-individu yang di teliti.14

c. Dokumentasi

Merupakan jenis data penelitian yang antara lain berupa : jurnal, surat-surat atau data dalam bentuk laporan program.15dalam hal ini penulis melakukan pengumpulan data yang terdapat di KBIH Nurul Hikmah sendiri.

5. Teknik Pengolaan Data

Setelah data sudah diperoleh dan terkumpul kemudian langkah selanjutnya di lanjutkan dengan cara editing, yaitu melakukan dengan cara mempelajari berkas yang sudah terkumpul dan dapat di simpulkan bahwa berkas yang di terima bisa di gunakan dan juga dalam keadaan baik.

14

Sangadji Etta Memang dan Sopiah,“Metodologi Penelitian Pendekatan Praktis Dalam Penelitian”,h.171

15

(24)

12

6. Analisis Data

Dalam menganalisa data penulis menggunakan analisi deskriftif yaitu mengkaji gambaran secara faktual,realitas atau apa adanya.Setelah melakukan pengkajian data-data yang di peroleh kemudian di gambarkan atau dijabarkan apa adanya dan didapatkan kesimpulan.

7. Pedoman Penulisan

Adapun teknik penulisan dari penelitian skripsi ini adalah dengan

menggunakan “ Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis,

Disertasi)” yang telah diterbitkan CEQDA UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta, cet 1 tahun 2007,

E. Tinjauan Pustaka

Dalam penulisan penelitian ini penulis banyak membaca skripsi yang telah di buat sebelumnya, agar mendapat pengetahuan dan sebagai perbandingan. Di dalam proses pencarian data penulis menemukan skripsi yang memiliki judul-judul hampir sama dengan yang di teliti. Judul tersebut ada di dalam karya :

[image:24.595.98.515.212.589.2]
(25)

13

amma mengaflikasi fungsi pengawasan pada aktivitas program-program dakwah.

Persamaan

Di dalam penelitian ini baik penulis dan saudari isti’anahmenjelaskan tentang, bagaimana pengawasan terhadap program-program yang telah direncanakan agar kegiatan tersebut mempengaruhi dan menjadi lebih baik kedepanya.

Perbedaan

Perbedaan yang ada di skripsi ini bisa di lihat dengan jelas antara penulis dengan saudari Isti’anah perbedaan itu terdapat dari fokus penelitian dan objeknya. Penulis memfokuskan penelitian terhadap pengawasan kegiatan KBIH tentang bimbimbing manasik haji dan di

dalam skripsi isti’anah memfokuskan terhadapyayasan amma tentang pengawasan program dakwah terhadap pemahaman tentang agama muallaf.

2. Nama :Dedi Surahman , Nim : 106046101559 Jurusan : Perbankan Syariah, Fakultas : Syariah Dan Hukum, 2013, Judul Skripsi : Strategi Monitoring Pengolaan Dana Zakat Bazda Kota Tangerang. Skripsi ini menjelaskan tentang bagaimana strategi monitoring terhadap pengelolaan dana zakat di kota tangerang.

(26)

14

Di dalam skripsi ini persamaan penulis dan saudaraDedi Surahmanadalah tentang bagaimana memonitoring dan pengawasan terhadap kegiatan yang dilakukan.

Perbedaan

Skripsi yang telah di buat oleh saudaraDedi Surahmanmenjelaskan tentang monitoring terhadap pengelolaan dana zakat bazda di kota tagerangnamun penulis memfokuskan terhadap pengawasan program bimbingan manasik haji pada KBIH Nurul Hikmah.

F. Sistematika Penulisan

Di dalam sistematiaka penulisan penulis menjadikanya terdiri dari lima BAB, adapun rinciannya adalah sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodelogi penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika penulisan.

BAB II : LANDASAN TEORI

(27)

15

bimbingan manasik haji, bentuk dan metode bimbingan manasik haji.

BAB III :TINJAUAN UMUM TENTANG KBIH NURUL HIKMAH

Sejarah singkat, dasar dan tujuan berdiri, visi dan misi, sarana dan prasarana, struktur kepengurusan dan data jumlah jemaah, pelayanan jamaah haji.

BAB IV :PENGAWASAN KEGIATAN BIMBIMBING

MANASIK HAJI PADA KBIH NURUL HIKMAH

Tentang analisis penelitian yang sudah di kaji, dalam bab ini berisikan hasil dari penelitian mengenai tahap-tahap pengawasan terhadap kegiatan bimbingan manasik haji pada KBIH Nurul Hikmah.

(28)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengawasan

1. Pengertian Pengawasan

Menurut kamus besar bahasa indonesia kata pengawasan secara bahasa berasal dari kata awas yang artinya dapat melihat baik-baik, tajam tilikanya, memperhatikan dengan baik, hati-hati. Kemudian mendapat imbuhan peng- pada awal kata dan mendapat akhiran –an menjadi pengawasan yang artinya penilikan (pemeriksaan) dan penjagaan, penilikan dan pengarahan kebijakan jalanya perusahaan1.

Kemudian menurut istilah yang di kemukakan oleh Ibrahim LubisPengawasan adalah kegiatan yang mengusahakan agar pekerjaan-pekerjaan terlaksana sesuai dengan rencana yang betapapun baiknya akan gagal sama sekali bilamana manajer tidak melakukan pengawasan, agar pekerjaan-pekerjaan sesuai dengan rencana atau maksud yang telah ditetapkan maka ia harus melakukan kegiatan pengawasan2.

Pengawasan dapat di artikan sebagai proses untuk “ Menjamin”

bahwa tujuan-tujuan organisasi dan manajemen tercapai. Pengertian ini

Departemen Pendidikan Nasional,Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : PT (Persero) Balai Pustaka, 2007) h. 79

(29)

6

menunjukan adanya hubungan yang sangat erat antara perencanaan dan pengawasan3.

Setelah Ibrahim Lubis memberikan pandanganya tentang pengawasan,kemudian para ahli yang lain juga memberikan pandanganya tentang pengawasan seperti Robert J. Mockler bahwa pengawasan adalah

“Suatu usaha sistematik untuk menetapkan standar pelaksanaan dengan tujuan-tujuan perencanaan, merancang sistem informasi umpan balik, membandingkan kegiatan nyata dengan standar yang telah ditetapkansebelumnya, menentukan dan mengukur penyimpangan-penyimpangan, serta mengambil tindakan koreksi yang diperlukan untuk menjamin bahwa semua sumber daya perusahaan dipergunakan dengan cara paling efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan-tujuan perusahaan”4.

pandangan Robert J. Mockler tentang pengawasan juga sama dengan Schermorhorn bahwa menyatakan pengawasan merupakan “sebagai proses dalam menetapkan ukuran kinerja dan pengambilan tindakan yang dapat mendukung pencapaian hasil yang diharapkan sesuai dengan kinerja yang telah ditetapkan tersebut5”. Kemudian Stoner mempersingkat definisi pengawasan namun tidak merubah apa yang telah di sampaikan sebelumnya

3

T. Hani Handoko,Manajemen,(Yogyakarta: BPFE) h. 367

4

Robert J. Mockler,The Management Control Process,Prentice-Hall Englewood Cliffs, 1972, halaman 2 ; dalam James A.F. Stoner, op. Cit, h. 592

5

(30)

oleh para ahli di atas dan hanya memperjelas dengan mendefinisikan bahwa

“pengawasan sesuai dengan apa yang telah direncanakan”6.

Kemudian menurut Harold koontz dan Cyril O’donnel mereka

berpandangan lebih mengedepankan koreksi yang di lakukan ketika pelaksan kegiatan dengan maksud untuk mendapatkan keyakinan atau menjamin bahwa tujuan-tujuan perusahaan dan rencana-rencana yang digunakan untuk mencapainya dilaksanakan7.

Jika pengawasan menurut pandangan para ahli merupakan sebuah proses, menjamin, perencanaan, koreksi, tepat, efektif dan efesien, serta di perlukan koreksi maka dapat disimpulakan bahwa pengertian pengawasan adalah proses untuk menjamin sebuah kegiatan yang telah di rencanakan agar tepat efektif dan efisien yang dilakukan dengan cara melalui tahapan-tahapan yang dilakukan yaitu dengan cara penentuan standar yang telah ditetapkansebelumnya, menentukan dan mengukur penyimpangan-penyimpangan, serta mengambil tindakan koreksi yang diperlukan.

2. Tahap-tahap dalam Pengawasan

Didalam pengawasan juga adanya tahapan-tahapan untuk memudahkan proses dalam pengawasan, menurut T. Hani Handoko tahap-tahap dalam pengawasan terbagi menjadi 5 tahap-tahapan yaitu:

6

Erni Tisnawati Sule dan Kurniawan Saefullah, “Pengantar Manajemen”,(Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2005) h. 317-318

7

(31)

8

a. Tahap I : Penetapan Standar

Tahap pertama dalam pengawasan adalah penetapan standar pelaksanaan. Standar mengandung arti sebagai suatu satuan pengukuran

yang dapat digunakan sebagai “patokan” untuk penilaian hasil-hasil. Tujuan sasaran, kuota dan target pelaksanaan dapat digunakan sebagai standar.

Tiga bentuk standar yang umum adalah :

1) Standar-standar fisik, meliputi kuantitas jasa, jumlah langganan.

2) Standar-standar moneter, yang ditunjukan dalam rupiah dan mencakup biaya tenaga kerja dan sejenisnya

3) Standar-standar waktu meliputi kecepatan atau batas waktu suatu pekerjaan harus diselesaikan8.

b. Tahap II: Penentuan Pengukuran Pelaksanaan Kegiatan

Penetapan standar adalah sia-sia bila tidak disertai berbagai cara untuk mengukur pelaksanaan kegiatan nyata. Oleh karena itu, tahap kedua dalam pengawasan adalah menentukan pengukuran pelaksanaan kegiatan secara tepat. Beberapa pertanyaan yang penting berikut ini dapat digunakan: berapa kali (how often) pelaksanaan seharusnya diukur setiap jam, harian, mingguan, bulanan ? dalam bentuk apa (what from) pengukuran akan dilakukan laporan tertulis, inspeksi visual, 8

(32)

melalui telephone ? siapa (who) yang akan terlibat? Pengukuran ini sebaiknya mudah dilaksanakan dan tidak mahal, serta dapat diterangkan para karyawan.

c. Tahap III: Pengukuran Pelaksanaan Kegiatan

Setelah frekuensi pengukuran dan sistem monitoring ditentukan, pengukuran pelaksanaan dilakukan sebagai proses yang berulang-ulang dan terus menerus. Ada berbagai cara untuk melakukan pengukuran pelaksanaan, yaitu pengamatan (observasi), laporan-laporan, baik lisan dan tertulis, metode-metode otomatis dan inpeksi, pengujian, atau dengan pengambilan sample.

d. Tahap IV: Perbandingan Pelaksanaan Dengan Standar dan Analisa Penyimpangan

Tahap kritis dari proses pengawasan adalah perbandingan pelaksanaan nyata dengan pelaksanaan yang direncanakan atau standar yang telah ditetapkan. Walaupun tahap ini paling mudah dilakukan, tetapi kompleksitas dapat terjadi pada saat menginterprestasikan adanya penyimpangan (deviasi)

(33)

e. Tahap V: Pengambilan Tindakan KoreksiBila Diperlukan

Bila hasil analisa menunjukan perlunya tindakan koreksi, tindakan ini harus diambil. Tindakan koreksi dapat diambil dalam berbagai bentuk. Standar mungkin diubah, pelaksanaan diperbaiki, atau keduanya dilakukan bersamaan.

1) Mengubah standar mula-mula (barangkali terlalu tinggi atau terlalu rendah)

2) Mengubah pengukuran pelaksanaan ( inpeksi terlalu sering frekuensinya atau kurang atau bahkan mengganti sistem pengukuran itu sendiri).

3) Mengubah cara dalam menganalisa dan menginterpretasikan penyimpangan-penyimpangan9.

3. Tujuan Pengawasan

Pengawasan juga memiliki tujuan menurut Griffin menjelasakan bahwa terdapat empat tujuan dari fungsi pengawasan. Keempat tujuan tersebut adalah adaptasi lingkungan, meminimalkan kegagalan, meminimumkan biaya, dan mengantisipasi kompleksitas dari organisasi.

(34)

a. Adaptasi Lingkungan

Tujuan pertama dari fungsi pengawasan adalah agar perusahaan dapat terus beradaptasi dengan perubahan yang terjadi di lingkungan perusahaan, baik linggkungan yang bersifat internal maupun eksternal.

b. Meminimumkan Kegagalan

Tujuan kedua dari fungsi pengawasan adalah untuk meminimumkan kegagalan.

c. Meminimumkan Biaya

Tujuan ketiga dari fungsi pengawasan adalah untuk meminimumkan biaya, melalui penetapan standar-standarr tertentu dalam meminimumkan kegagalan.

d. Antisipasi Kompleksitas Organisasi

Tujuan terakhir dari fungsi pengawasan adalah agar perusahaan dapat mengantisipasi berbagai kegiatan organisasi yang kompleks10.

4. Macam-Macam Pengawasan

Disamping memiliki tujuan pengawasan juga memiliki berbagai macam proses pengawasan, menurut Ibrahim lubis macam-macam pengawasan dapat dibedakan dalam beberapa macam-macam sesuai dengan segi yang di jadikan pangkal bertolaknya yaitu:

10

(35)

a. Dilihat dari segi bidang kerja atau objek yang di awasi.

b. Pengawasan-pengawasan di bidang penjualan , produksi, pembiayaan, perbekalan, kualita, anggaran belanja, pemasaran, dan sebagainya.

c. Dilihat dari segi subjek atau petugas pengawasan: pengawasan intern, ekstern, formal, informal, dan sebagainya

d. Dilihat dari segi waktu pengawasan: pengawasan-pengawasan preventif, represif, tengah prosesnya penyimpangan dan sebagainya.

e. Dilihat dari segi-segi lainya: pengawasan-pengawasan umum, khusus langsung, tak langsung, mendadak, teratur, terus- menerus, dan sebagainya11.

5. Pentingnya Pengawasan

Sebagai fungsi dari manajemen bahwa pengawasan memiliki faktor penting dalam sebuah manajemen, ada berbagai faktor yang membuat pengawasan semakin diperlukan oleh setiap organisasi, faktor-faktor itu adalah :

a. Perubahan lingkungan organisasi. Berbagai perubahan lingkungan organisasi terjadi terus menerus dan tak dapat dihindari, seperti munculnya inovasi produk dan pesaing baru,

11

(36)

diketemukannya bahan baku baru, adanya peraturan pemerintah baru, dan sebagainya.

b. Peningkatan kompleksitas organisasi. Semakin besar organisasi semakin memerlukan pengawasan yang lebih formal dan hati-hati.

c. Kesalahan-kesalahan. Bila para bawahan tidak pernah membuat kesalahan, manajer dapat secara sederhana melakukan fungsi pengawasan.

d. Kebutuhan manajer untuk mendelegasikan wewenang. Bila manajer mendelegasikan wewenang kepada bawahanya, tanggung jawab atasan itu sendiri tidak berkurang. Satu-satunya cara manajer dapat menentukan apakah bawahan telah melakukan ttugas-tugas yang telah dilimpahkan kepadanya adalah dengan mengimplementasikan sistem pengawasan. Tanpa sistem tersebut, manajer tidak dapat memeriksa pelaksanaan tugas bawahan12.

6. Ciri- Ciri Pengawasan yang Efektif

Pelaksanaan Pengawasan yang efektif merupakan salah satu refleksi dari efektivitas manajerial seorang pemimpin. Pengawasan akan berlangsung dengan efektif apabila memiliki berbagai ciri yang dibahas berikut ini.

Pertama, pengawasan harus merefleksikan sifat dari berbagai kegiatan yang diselenggarakan. menemukan informasi tentang siapa yang melakukan pengawasan dan kegiatan apa yang menjadi sasaran pengawasan tersebut.

12

(37)

Kedua, harus mampu mendeteksi deviasi atau penyimpangan yang mungkin terjadi sebelum penyimpangan itu menjadi kenyataaan.

Ketiga, pengawasan harus menunjukan pengecualian pada titik-titik strategis tertentu dan harus mampu menentukan kegiatan apa yang perlu dilakukan dan kegiatan apa pula yang sebaiknya didelegasikan ke orang lain.

Keempat, objektivitas dalam melakukan pengawasan. Harus ada standar prestasi kerja yang diharapkan dipenuhi oleh para pelaksana kegiatan oprasional.

Kelima, keluwesan pengawasan. diharapkan mempunyai

contingency plan yang digunakan sebagai pengganti rencana utama yang telah ditetapkan apabila situasi menghendakinya. Dan jika terjadi pengawasan harus harus bersifat fleksibel pula.

Keenam, pengawasan harus memperhitungkan pola dasar organisasi. seperti pembagian tugas, pendelegasian wewenang, pola pertanggung jawaban, jalur komunikasi dan jaringan informasi. Kesemuanya ini harus diperhatikan dalam melakukan pengawasan.

Ketujuh, efisiensi pelaksanaan pengawasan. Pengawasan dilakukan supaya keseluruhan organisasi bekerja dengan tingkat efesiensi yang semakin tinggi. Oleh karena itu, pengawasan sendiri harus diselenggarakan dengan tingkat efisiensi yang setinggi mungkin pula.

Kedelapan, pemahaman sistem pengawasan oleh semua pihak yang terlibat. Dengan mengatasnamakan kecanggihan sistem pengawasan dewasa ini banyak digunakan dan dikembangkan berbagai teknik untuk memebantu para manajer melakukan pengawasan secara efektif seperti berbagai rumus matematika, bagan-bagan yang rumit, analisis yang terinci, dan data-data statistik. Di samping itu, tidak semua teknik tersebut cocok digunakan untuk setiap bentuk pengawasan yang perlu dilakukan.

(38)

Kesepuluh, pengawasan harus bersifat membimbing. maka harus berani melakukan tindakan yang diapandang paling tepat sehingga kesalahan yang telah diperbuat tidak terulang kembali13.

B. Bimbingan Manasik Haji

1. Pengertian Bimbingan Manasik Haji

Bimbingan manasik haji terbagi menjadi 3 kata yaitu bimbingan, manasik dan haji Untuk mengetahui pengertian bimbingan manasik haji diperlukan penjelesan lebih terperinci, karena setiap kata memiliki arti yang berbeda.Dengan demikian akan di dapatkan pengertian tentang bimbingan manasik haji tersebut.

Jika ditelaah berbagai sumber pengertian-pengertian yang berbeda mengenai bimbingan, tergantung dari jenis sumbernya dan yang merumuskan pengertian tersebut14. Perbedaaan tersebut disebabkan kelainan pandangan dan titik tolak, tetapi perbedaaan itu hanyalah perbedaan tekanan atau dari sudut mana melihatnya. Bimbingan dalam rangka menemukan pribadi dimaksudkan peserta didik mengenal kekuatan dan kelemahan dirinya sendiri, serta menerimanya secara positif dan dinamis sebagai modal pengembangan diri lebih lanjut. Bimbingan dalam rangka mengenal lingkungan dimaksudkan agar peserta didik mengenal secara objektif lingkungan, baik lingkungan sosial dan lingkungan fisik, dan menerima berbagai kondisi lingkungan itu secara positif dan dinamis pula. Bimbingan dapat diartikan sebagai suatu proses pemberian bantuan

Sondang P. Siagian,“Fungsi-Fungsi Manajerial”, (Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2004), h. 130-135

(39)

6

kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan supaya individu tersebut dapat memahami dirinya sendiri, sehingga sanggup mengarahkan dirinya dan bertindak secara wajar , sesuai dengan tuntutan dan keadaan. Bimbingan membantu individu mencapai perkembangan diri secara optimal sebagai makhluk sosial15.

Pandangan Menurut para ahli mengenai bimbingan seperti Frank Parson menyatakan bahwa “ Bimbingan sebagai bantuan yang diberikan kepada individu untuk dapat memilih, mempersiapkan diri dan memangku suatu jabatan serta mendapat kemajuan dalam jabatan yang dipilihnya itu16”.

Begitu juga menurut Smith hampir sama dengan Frank Parson

dengan menyatakan “bimbingan adalah proses layanan yang diberikan kepada individu-individu guna membantu mereka memperoleh pengetahuan dan keterampilan-keterampilan yang diperlukan dalam membuat pilihan-pilihan, rencana-rencana, dan interprestasi-interprestasi yang diperlukan untuk menyesuaikan diri yang baik17”.

Kemudian menurut Crow dan Crow menjelaskan dengan lebih

terperinci dengan menyatakan “Bimbingan adalah bantuan yang diberikan oleh seseorang laki-laki ataupun perempuan, yang memeiliki kepribadian yang memadai dan terlatih dengan baik kepada individu-individu setiap

15

. Prayitno dan Erman Amti,“Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling”, h. 94

16

Prayitno dan Erman Amti,“Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling”(Jakarta: Pt Rineka Cipta,2008) cet ke-2 h. 94

17

(40)

manusia untuk membantuanya mengatur kegiatan hidupnya sendiri, mengembangkan pandangan hidupnya sendiri, membuat keputusan sendiri dan menanggung bebanya sendiri18. Dan terakhir menurut Moh. Surya menyatakan bahwa bimbingan ialah suatu proses pemberian bantuan yang terus menerus dan sistematis dari pembimbing kepada yang dibimbing agar tercapai kemandirian dalam pemahaman diri, penerimaan diri, pengarahan diri dan perwujudan diri dalam mencapai tingkat perkembangan yang optimal dan penyesuaian diri dengan lingkungan19.

Jika pengertian bimbingan menurut pandangan para ahli yang telah di kemukakan di atas maka bimbingan adalah sebagai proses, bantuan, untuk memperoleh pengetahuan maka dapat disimpulkan bahwa bimbingan adalah proses pemberian bantuan kepada seseorang atau sekelompok orang secara terus menerus dan sistematis oleh guru pembimbing agar individu atau sekelompok individu menjadi pribadi mandiri.

Setelah mendapatkan definisi tentang bimbingan maka selanjutnya mengenai definisi manasik, menurut Harahap Sumuran menerangkan bahwa manasik adalah tata cara pelaksanaan ibadah haji. Atau hal – hal peribadatan yang berkaitan dengan ibadah haji : melaksanakan ihram dan

miqat yang telah ditentukan, thawaf, sa’i, wukuf di arafah, mabit di

18

Prayitno, dan Erman Amti,“Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling”, h. 94

19

(41)

8

muzdalifah, melempar jumrah dan lain sebagainya20. Manasik merupakan kewajiban bagi setiap jamaah yang akan menunaikan ibadah haji, sebagaimana firman Allah SWT surat An-nahl ayat 43

ð

























“... Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui (QS.An-Nahl: 43)

Setelah mengetahui pengertian tentang bimbingan dan manasik maka selanjutnya adalah haji.Menurut bahasa, haji berarti menyengaja. Dalam bahasa arab, haji bisa dibaca dengan hajj atauhijj, meskipun pada dasarnya kata haji sering dibaca hijj. Jika dibaca hajj, haji berarti keterikatan atau kemampuan dengan gerakan-gerakan khusus. Jika dibaca

hijj,haji berarti gerakan-gerakan khusus. Jadirajul mahjujberarti laki-laki menyengaja. Hanya saja kata hajj atau hijj kemudian biasa diartikan sebagai sengaja pergi ke Makkah untuk melangsungkan manasik haji.21Selanjutnya, kata hajj biasa digandengkan dengan kata lillah

(semata-mata untuk Allah) sehingga membentuk kalimat al-hajj lillah, penambahan kata lillah ini didasari fakta bahwa haji sering disalahgunakan untuk bersikap sombong dan pamer. Oleh karena itu, kata hajj digandeng

20

Harahap Sumuran., Kamus Istilah Haji Dan Umrah(Jakarta : Mitra Abadi Press ,2008) h. 362

21

Al-Jawhari,Al-Shahhah, Jilid I, Hal. di kutip oleh ‘Ablah Muhammad Al-Kahlawi, “Buku Induk Haji &Dan Umroh Untuk Wanita Segala Hal Yang Perlu Ddiketahui Perempuan

(42)

dengan kata lillah sebagai bukti bahwa haji itu semata-mata dikerjakan hanya demi menggapai keridhaan Allah SWT, bukan demi status sosial. Ibadah haji mengandung arti keikhlasan dan ketaatan penuh kepadanya tanpa dibumbui maksud-maksud duniawi22.

Sedangkan Menurut istilah, haji bermakna menyengaja pergi kebaitullah pada waktu-waktu tertentu untuk memuliakan dan mengagungkanya. Ibadah haji mempunyai sejumlah amalan yang harus dilakukan juga pada waktu tertentu, yang semuanya tidak akan sah apabila tidak dibarengi dengan niat atau keinginan yang kuat dan perjalanan jauh23. Ibadah haji mempunyai manasik dan amalan tersendiri. Manasik adalah setiap gerak dan perbuatan yang sengaja dilakukan untuk mendekatkan diri kepada allah SWT. Dari sini, seorang

hamba (‘abid) juga disebut dengan nasik. Ibadah haji adalah salah satu

dari lima rukun islam yang harus diyakini sekaligus ditunaikan oleh setiap muslim. Barang siapa yang mengingkarinya maka telah kafir24.

Dari pengertian di atas maka haji adalah ibadah yang dilakukan

dengan mengunjungi baitullah (ka’bah) pada waktu tertentu dan dengan

syarat-syarat tertentu. Waktu pelaksanaanya dimulai dari bulan syawal, 22

Al-Kharsyi, “ala mukhtashar sayyidi khalil”, Jilid II, di kutip oleh ‘Ablah Muhammad

Al-Kahlawi,“Buku Induk Haji &Dan Umroh Untuk Wanita Segala Hal Yang Perlu Ddiketahui

Perempuan Tentang Menjadi Tamu Allah Di Tanah Suci”(Jakarta : Zaman , 2009) h.104-105

23

Al-Syarkhasi,“al-mabsuth”, jilid IV, Hal. 2 di kutip oleh ‘Ablah muhammad al -kahlawi,“Buku Induk Haji &Dan Umroh Untuk Wanita Segala Hal Yang Perlu Ddiketahui

Perempuan Tentang Menjadi Tamu Allah Di Tanah Suci”(Jakarta : Zaman , 2009) h.104-105

24

Ablah Muhammad Al-Kahlawi,“Buku Induk Haji &Dan Umroh Untuk Wanita Segala

(43)

zulqaidah dan sampai puncaknya pada bulan zulhijjjah. Sebagai salah satu rukun islam, ibadah haji diwajibkan 1 kali sepanjang hidup setiap muslim yang telah memenuhi syarat utamanya yaitu memiliki kemampuan ekonomi maupun fisik. Faktor-faktor lain yang berhubungan dengan syarat tersebut adalah keamanan, transportasi dan akomodasi selam pelaksanaan haji. Seorang muslim yang melakukan ibadah haji akan melaksanakan serangkaian ritual mulai dari memakai

ihram, thawaf, sa’i, wukuf dan lain sebagainya25.

Dari pengertian-pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa definisi tentang bimbingan manasik haji yaitu : sederetan rencana kegiatan yang di rencanakan dan dibuat oleh sebuah kelompok, organisasi atau lembaga dalam memberikan bantuan seperti pelatihan, pembelajaran, baik bersifat teori, praktek dan visual, guna membantu memperoleh pengetahuan dan keterampilan dalam tata cara pelaksanaan ibadah haji atau hal peribadatan yang berkaitan dengan ibadah haji.

2. Fungsi dan TujuanBimbingan Manasik Haji

Bimbingan manasik haji juga memiliki fungsi dan tujuan, Latif Hasan dan Nidjam Ahmad mengemukakan bahwa fungsi manasik adalah:

25

(44)

a. Fungsi Bimbingan Manasik Haji

1) Agar semua calon jemaah mampu memahami semua informasi tentang pelaksanaan ibadah haji, tuntunan perjalanan, petunjuk kesehatan dan mampu mengamalkanya pada saat pelaksanaan ibah haji di tanah suci

2) Agar jemaah haji dapat mandiri dalam meaksanakan ibadah haji, baik secara mandiri regu atau rombongan

3) Agar para jemaah haji mempunyai kesiapan menunaikan ibadah haji baik mental, fisik, kesehatan maupun petunjuk ibadah haji yang lain26.

b. Tujuan Bimbingan Manasik Haji

Setelah mengetahui fungsi manasik maka selanjutnya mengetahui tujuan manasik haji, Kementrian agama RI telah menjelaskan fungsi bimbingan manasik haji kedalam buku desain pola bimbingan manasik haji, didalam bukunya tujuan manasik haji ini untuk meningkatkan pengetahuan manasik haji dan dapat melaksanakan tata cara ibadah haji dengan benar sesuai tuntunan ajaran agama islam27.

Tujuan Selanjutnya adalah untuk membentuk sosok calon jamaah haji yang memiliki pengetahuan manasik haji dan tata cara pelaksanaannya dalam praktik, mengetahui hak dan kewajiban

26

Latif Hasan Dan Nidjam Ahmad,Manajemen Haji,(Jakarta : Zikrul Hakim, 2003) cet ke-2 h.17

$%

(45)

sehingga dapat menunaikan ibadah haji sesuai dengan ketenuan ajaran agama islam28.

Tujuan terakhir adalah supaya jamaah yang niat berangkat menunaikan ibadah haji merasa aman, tertib dan sah. Aman dalam arti jemaah tidak merasa khawatir terhadap dirinya dan harta bendanya. Tertib dalam arti melaksanakan dan memenuhi syarat, rukun, dan wajib sesuai dengan tuntutan agama. Sah dalam arti tidak ada kekurangan dalam menjalankan ibadah dan manasik29. 3. Bentuk dan Metode Bimbingan Manasik Haji

Bimbingan manasik haji memiliki bentuk dan metode, didalam bentuk bimbingan manasik haji, terbagi dalam dua sistem yaitu bentuk kelompok dan bentuk massal30. Sedangkan metode bimbingan manasik haji ada 7 metode yang dapat di gunakan. Sebelumnya penulis akan menjelaskan tentang bentuk bimbingan manasik terlebih dahulu, bentuk bimbingan manasik haji yang pertama :

a. Bentuk Kelompok

Bimbingan kelompok pada dasarnya sifat dan masalahnya sama dengan bimbingan perorangan hanya saja di sampaikan kepada kelompok baik dalam kelompok kecil maupun kelompok yang lebih besar yang beranggotakan kelompok bimbingan yang (8

Departemen Agama RI Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah Jakarta, DesainPola Bimbingan Calon Jamaah Haji,(2006),h. 35

29

Latif Hasan dan Nidjam Ahmad,Manajemen Haji.(Jakarta : Zikrul Hakim,2003) h.19 30

(46)

berjumlah 45 orang (rombongan). Setiap kelompok dibagi menjdi 4 regu, dan masing-masing beranggotakan 11 orang termasuk ketua regunya. Dilaksanakan oleh KUA atau kecamatan, dilaksnakan di tempat yang cukup memadai seperti masjid berkoordinasi dengan kantor departemen agama kab/kota. Dilakukan sebanyak 7 kali, dengan tujuan membimbing calon haji secara lebih efektif, terutama pengetahuan tentang manasik haji31.

Metode yang digunakan dalam bentuk kelompok ini bermacam-macam seperti metode ceramah, metode tutorial, metode simulasi, metode bermain peran, metode study kasus, metode peragaan dan terakhir metode diskusi. Untuk memperjelas metode ini maka akan di jelaskan satu persatu.

1. Metode Ceramah, metode ceramah dapat digunakan pada pembelajaran bimbingan secara massal dan materi bersifat informatif. Yang dimaksud metode ceramah adalah metode pemaparan penjelasan dan penuturan secara lisan oleh pembimbing dihadapkan peserta pelatihan. Dalam pelaksanaanya pemaparan dapat dilengkapi dengan alat bantu pembelajaran seperti proyektor, film side. Jenis , tempat dan

*+

(47)

proses pembelajaran secara metode pembelajaran akan menentukan pencapaian tujuan pembelajaran yang efektif32.

Metode ceramah ini dapat digunakan apabila :

1) Pesertanya berjumlah banyak

2) Bermaksud menyampaikan dan memaparkan materi yang telah tersedia, dan telah dipersiapkan sebelumnya

3) Digunakan apabila meetode lain tidak mungkin dilakukan mengingat materi dan peserta yang banyak33.

2. Metode Tutorial, metode tutorial merupakan istilah teknis pembelajaran yang diartikan sebagai bimbingan dan bantuan belajar. Metode tutorial merupakan kerangka prosedural pembelajaran yang menitik beratkan pada pemberian bimbingan dan bantuan belajar oleh pembimbing atau peserta sendiri agar satu sama lain saling memberi rangsangan belajar, sehingga pembelajaran menjadi dinamis dan demokratis. Tutor bukanlah sebagai guru tetapi sebagai teman belajar. Topik bahasan, seyogyanya bersifat problematik, di ambil dari materi pelaksanaan ibadah haji dan umrah, agar mengundang pemikiran dan diskusi yang digali dari buku-buku bimbingan manasik haji. Didalam pelaksanaanya yaitu:

32

Departemen Agama RI Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji Dan Umrah Jakarta, Modul Pembelajaran Manasik Haji,(2006) h. 11-12

33

(48)

1) Pendahuluan skenario

2) Kegitan inti yaitu tanya jawab untuk menggali pendapat peserta, diskusi, simulasi dan kerja kelompok

3) Penutup, menyimpulkan pokok-pokok masalah34.

3. Metode Simulasi, metode simulasi digunakan apabila situasi sebenarnya tidak bisa dihadirkan. Maka diciptakan situasi tiruan yang dapat mendekati keadaan sebenarnya. Peserta berada pada situasi tiruan tersebut dan diharapkan dapat memahami situasi secara lebih baik sehingga pada giliranya nanti apabila melaksanakan dalam situasi sebenarnya calon haji dapat melaksanakan kegiatan ibadahnya dengan baik. Alasan menggunakan metode simulasi yaitu35:

1) Teknik ini berguna dalam meningkatkan motivasi pesertab dalam pembelajaran.

2) Memberi kesempatan untuk mempelajari masalah dengan metode yang sistematik.

3) Menyajikan kesempatan untuk mempelajari keterampilan tertentu dalam konteks kenyataan yang sebenarnya atau yang disimulasikan.

34

Departemen Agama RI Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah Jakarta, Modul Pembelajaran Manasik Haji,(2006) h.24

35

(49)

06

4) Melibatkan peserta untuk membuat berbagai keputusan dan melibatkan dirinya pada sederetan kegiatan.

5) Peserta mempunyai kesempatan untuk mengembangkan rasa empati, rasa tangging jawab dan keberanian dan keberanian untuk mengambil resiko.

4. Metode Bermain Peran, bermain peran berarti pembelajaran berarti memainkan satu peran tertentu sehingga yang bermain itu harus berbuat, bertindak dan berbicara seperti peran yang dimainkanya, misalnya yang diperankan calon haji sedang

melakukan thawaf, sa’i atau lontar jumrah. Bermain peran

sangat mirip dengan simulasi, dengan demikian bahwa mmain peran adalah simulasi tiruan dari perilaku orang yang diperankan36.Tujuan bermain peran menumbuhkan kesadaran dan kepekaan serta positif, sehingga mampu memahami dan menghayati berbagai masalah yang akan dihadapi dalam pelaksanaan manasik haji di arab saudi.

5. Metode Study Kasus, study kasus bukan untuk menjawab masalah secara cepat dan tepat, akan tetapi lebih bertujuan untuk mengembangkan kemampuan dan keterampilan dan menggambarkan penerapan konsep dan teknik pemecahan masalah serta pengambilan keputusan, yang mungkin timbul

36

Departemen Agama RI Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah Jakarta,

(50)

dalam proses perjalanan calon haji. Pemecahan masalah dalam study kasus ini lebih menekankan pada alasan logika yang dipergunakan dalam pemecahan masalah, misalanya tentang penggunaan toilet di pesawat terbang, jamaah yang tersesat jalan, kehilangan uang atau barang, jamaah yang sakit dan wafat, kebakaran di pondokan37.

6. Metode Peragaan, metode peragaan atau pagelaran dalam bimbingan calon haji dilaksanakan melalui: spanduk, poster,

panel, maket ka’bah mini, mas’a dan jamrah yang ditempatkan

pada tempat-tempat strategis yang mudah dilihat oleh calon haji. Metode peragaan/pagelaran dalam bimbingan calon haji dapat digunakan untuk menyampaikan berbagai pesan dan

pengetahuan, yang bersifat “tontonan sebagai tuntunan”38.

7. Metode Praktek, merupakan tindak lanjut metode sebelumnya sekaligus sebagai alat ukur sejauh mana calon haji memahami materi bimbingan yyang telah di sampaikan, praktek dilakukan dengan cara pembimbing menunjukan beberapa calon haji untuk berperan melakukan amalan-amalan ibadah tertentu,

34

Departemen Agama RI Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah Jakarta, Modul Pembelajaran Manasik Haji, (2006) h. 40

38

(51)

58

calon haji melihat sambil mendengarkan petunjuk-petunjuk pembimbing39.

8. Metode Diskusi, dengan diskusi diharapkan peserta mampu mengungkapkan pikiran-pikiranya dan menumbuhkan kebersamaan. Bentuk diskusi ada 2 (dua) macam40.

1) Diskusi panel yaitu diskusi yang dilakukan dalam kelompok besar, dipandu oleh moderator dengan materi yang disajikan oleh panelis

2) Diskusi kelompok yaitu diskusi yang dilaksanakan dalam kelompok kecil yang dipandu oleh seorang ketua yang ditunjukndari peserta dan didampingi oleh narasumber. b. Bentuk Massal

Setelah bentuk kelompok selanjutnya adalah bentuk massal dan metode yang di pakai.

Bentuk massal yaitu bimbingan kepada jamaah secara umum, dapat dilaksanakan khusus intern kelompok terbang sendiri, maupun bersama-sama dengan kelompok yang lebih luas dan lebih besar dan juga bisa di artikan seluruh calon haji yang terdaftar di kantor Departemen Agama kabupaten/kota, dilaksanakan di tempat yang cukup memadai yaitu dilakukan di masjid yang telah ditunjuk

39

Departemen Agama RI Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah Jakarta,Pola Pembinaan Jamaah Haji,(2007) h. 67

40

(52)

sebagai tempat pelaksanaanya, dilakukan sebanyak 3 kali dan sebagai pelaksana adalah kantor departemen agama kabupaten/kota yang dilaksanakan sekitar 3 bulan sebelum pemberangkaan calon haji ketanah air dengan bertujuan memberikan bekal akhir tentang praktek manasik haji dan penentuan kloter41.

Metode yang digunakan dalam bentuk massal ini tidak berbeda dengan bentuk kelompok yang di dalamnya terdapat metode ceramah dan diskusi atau tanya jawab

1. Metode Ceramah, dalam bentuk massal ini di gunakan pada bimbingan manasik haji, akhlakul karimah, kesehatan dan penerbangan. Diharapkan pesan-pesan ataupun materi pelajaran yang di susun dan disiapkan dengan cara lebih mudah mencapai sasaran, dapat mendukung adanya jam pelajaran yang sangat singkat, hendaknya penceramah menggunakan alat bantu yang tersedia, karena penceramah yang mengandalkan penyampaian secara lisan saja akan mengakibatkan kebosanan bagi calon haji, untuk itu perlu umpan balik mengenai penjelasan isi ceramah42.

89

Departemen Agama Ri Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah Jakarta,Pola Pembinaan Jamaah Haji,(2007) h. 40

8:

(53)

2. Metode Diskusi seperti halnya dalam kelompok metode diskusi ini di harapkan para calon haji mampumengungkapkan pikiran-pikiranya dan menumbuhkan ke arah kebersamaan43.

=>

(54)

BAB III

PROFIL

KBIH NURUL HIKMAH

A. Sejarah Berdirinya KBIH Nurul Hikmah

Sejarah awal KBIH Nurul Hikmah yang diceritakan oleh H. Ahmad Damanhuri “Dimulai dariseorang guru ngaji yang bernama Kiayi Haji Bakri bin Haji Sari bin Haji Karung, beliau menceritakan bahwa dimana pada masa tahun 1965 orang tua dari ayah beliau telah memberikan kesempatan untuk berangkat berhaji ke tanah suci”1.

H. Ahmad Damanhuri mengatakan bahwa “Mulanya ayah sebagai guru ngaji beliau mengajar dari kampung ke kampung pada berbagai majlis, musholla dan masjid, daerah jangkauan beliau meliputi kecamatan Cipondoh, yang sebelum pemekaran meliputi wilayah Pinang dan beberapa lain hingga Ciledug dan daerah Tangerang lainnya”2. Karena tak hanya sebagai guru ngaji, beliau pun cukup dikenal sebagai penceramah dan aktifis organisasi keislaman seperti MUI.

Kemudian H. Ahmad Damanhuri mengatakan bahwa “Di wilayah pinang itu lah ayahhanda mengajar ngaji pada satu keluarga besar, yaitu keluarga Haji Djirun saudara Haji Djiran, orang tua dari Walikota Tangerang

A

Wawancara Pribadi dengan Ahmad Damanhuri, Cipondoh, 18 mei 2014

2

(55)

Bapak H. Wahidin Halim. Dari sana sejarah bermula, merupakan Cikal bakal KBIH Nurul Hikmah sebagai lembaga bimbingan haji dimulai”3.

Dengan berjalanya waktu, pada tahun 1984, ada beberapa orang dari keluarga Haji Djirun yang hendak melaksanakan ibadah haji, yaitu Almarhum Haji Aswadi Wirayudha. Namun, beliau menjelaskan bahwa karena tak satu pun dari mereka memiliki pengalaman untuk berangkat kesana dan belum ada KBIH seperti saat ini. Maka tercetus ide untuk meminta bantuan ke sang guru ngaji untuk membimbing mereka dari mulai tanah air hingga tanah suci4. Sementara sang guru tak siap keuangan untuk ikut hingga ke tanah suci. Penjelasan H. Ahmad Damanhuri menceritakan bahwa “Pada waktu itu

Muncul ide dari keluarga Bapak Almarhum Aswadi Wirayudha untuk membiayai keberangkatan guru ngaji dengan cara urunan atau patungan”5.

Mendengar itu, Bapak E Esdia Noor (almarhum) pun turut memberikan dukungan dan bantuan yang kala itu menjadi Camat Cipondoh. Sementara dari pihak K.H. Bakri pun mendapat restu dan dukungan dari guru beliau, Assegaf Usman dan tentunya dukungan dari keluarga besar beliau6.

Sejak saat itu, mulai tahun 1984 dan seterusnya hingga sekarang kepercayaan itu terus terjaga. “Bermula dari mulut ke mulut hingga saat ini

D

Wawancara Pribdi dengan Ahmad Damanhuri , Cipondoh, 18 Mei 2014

E

Lihat dari Dokumen Kementrian Agama Kantor Kota Tangerang, Seksi Penyelenggaraan Haji Dan Umroh, Profil Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) Kota Tangerang, (2013)

F

Wawancara Pribdi dengan Ahmad Damanhuri , Cipondoh, 18 Mei 2014 6

(56)

menjadi Yayasan Pendidikan Islam yang menaungi KBIH dan Sekolah dari tingkat RA, MI, SMP dan SMK7.

B. Dasar Dan Tujuan Penyelenggaraan KBIH Nurul Hikmah

KBIH Nurul Hikmah memiliki dasar dan tujuan sebagai penyelenggara bimbingan manasik haji sebagai mana yang tercantum dalam Undang-undang Republik Indonesia No.13 tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji, BAB VII Pembinaan pasal 30 bahwa “ Dalam rangka pembinaan Ibadah Haji, masyarakat dapat memberikan bimbingan ibadah haji, baik dilakukan secara perseorangan maupun dengan membentuk kelompok bimbingan8. dan juga pasal 17 PMA NO. 14 tahun 2012 bahwa “ Selain bimbingan yang dilaksanakan oleh pemerintah, masyarakat baik secara perseorang maupun kelompok bimbingan dapat menyelenggarakan bimbingan jamaah haji”9. Bimbingan tersebut harus memiliki ataupun mendapat izin dari kepala kanwil kemenag Prov. Banten.

Dan di dalam akreditas KBIH Nurul Hikmah telah tercantum dasar penyelenggaraan bimbingan manasik sebagai berikut:

1. Dasar

a. Undang-Undang Republik Indonesia No.13 tahun 2008 tentang penyelenggaraan Ibadah Haji, BAB VII Pembinaan pasal 30

b. Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 371 Bab XI tahun 2002 tentang Kelompok Bimbingan Ibadah Haji

I

Wawancara Pribdi dengan Ahmad Damanhuri , Cipondoh, 18 Mei 2014 8

Undang-Undang Republik Indonesia No.13 tahun 2008 tentang penyelenggaraan Ibadah Haji. h. 19

9

(57)

b. Keputusan Ka. Kanwi Departemen Agama Nomor : SK. W.I/I/HJ.01/KPS/314/1999 tentang penetapan ijin Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) sebagai pembimbing ibadah haji.

c. SK Yayasan Dengan notaris Nanny Wahyudi, SH. No. 200 Tanggal 17 September 1995 dan terdaftar di Pengadilan Negeri No. HT.Dd1 04.14/1995/PN Tangerang

d. Surat Keputusan Ketua Yayasan Pendidikan Islam Nurul Hikmah Nomor : 03.157/YPI.KBIH/II/2012

e. Surat perjanjian / kesepakatan peserta dengan pengurus KBIH Nurul Hikmah Tangerang10.

2. Tujuan

Setelah memiliki dasar maka berdirinya KBIH Nurul Hikmah memiliki tujuan, tujuan berdirinya KBIH Nurul Hikmah yaitu merupakan Majlis Ta’lim yang bersifat sosial, sebagai mitra

Departemen Agama bertujuan memberikan pelayanan dan pengabdian kepada masyarakat khusus bagi para calon tamu-tamu Allah dengan menyelenggarakan bimbingan manasik secara teori & praktek, baik di tanah air maupun di tanah suci, dengan prinsip tolong menolong dalam rangka tercapainya haji mabrur11.

10

Lihat dari Permohonan Akreditasi KBIH Nurul Hikmah, Cipondoh 18 Mei 2014

11

(58)

C. Visi dan Misi

Sebagaimana sebuah organisasai KBIH Nurul Hikmah juga memiliki visi dan misi, H. Ahmad Damanhuri mengatakan bahwa visi KBIH Nurul Hikmah yaitu“membimbing dan melayani tamu Allah SWT sedangkan misi nya adalah Memberikan pelayanan bimbingan manasik haji sesuai syariat islam dengan tujuan mencapai haji yang mabrur12”

D. Sarana Dan Prasarana 1. Sarana

Dalam menjalankan tugas sebagai penyelenggara resmi ibadah haji yang menempati sebuah kantor beralamatkan di Jl. K.H. Amsir No. 99 Rt/Rw 05/04 Kenanga, Kota Tangerang, Banten 15146. Untuk bisa menjalankan tugasnya dengan baik dan lancar serta menunjang kinerja maka harus didukung dengan adannya sarana dan prasarana yang baik pula. Adapun sarana dan prasarana yang dimiliki oleh KBIH Nurul Hikmah Tangerang, memiliki Majlis. Kantor , lapangan yang luas, Tempat parkir, toilet

2. Prasarana

Dalam menunjang kegiatan para jamaah dalam memberikan pelayanan KBIH Nurul Hikmah memiliki prasarana yaitu Pengeras suara. Komputer, printer, Miniatur ka’bah, Ac, Telefon,Alat peraga, Kursi kerja dan tamu, Almari dokumen

MN

(59)

O6

D . Struktur Kepengurusan dan Data Jumlah Jamaah KBIH Nurul Hikmah 1. Struktur Kepengurusan

[image:59.595.100.516.218.640.2]

Struktur organisasi sangat penting dan sangat berperan. Hal ini agar suatu kegiatan dengan kegiatan yang lainya lebih terarah dan tidak saling berbenturan. Selain itu, struktur organisasi juga diperlukan agar terjadi pembagian tugas yang seimbang dan objektif yaitu memberikan tugas sesuai dengan kedudukan dan kemampuan masing-masing anggotanya. Strukturorganisasi yang baik yaitu menempatkan petugas yang tepat dan memiliki kompetensi. Hal ini dilakukan agar semua kegiatan lebih terarah, teratur dan terkontrol sehingga apabila terjadi persoalan dapat diselesaikan sedini mungkin. Adapun struktur organisasi KBIH Nurul Hikmah adalah sebagai berikut:

Gambar 3.1 Struktur Organisasi KBIH Nurul Hikmah (lihat dariPermohonan Akreditasi KBIH Nurul Hikmah 201213)

Secara terperinci tugas-tugas atau fungsi-fungsi dari struktur organisasi tersebut adalah sebagai berikut :

13

Lihat dariPermohonan Akreditasi KBIH Nurul Hikmah 2012 Ketua

Humas

Bendahara sekretaris

perlengkapan Pembinaan

(60)

1. Nama KBIH : Nurul Hikmah 2. Tahun Berdiri : 1984

3. Nomor ijin operasional : SK. W.I/I/HJ.01/KPS/314/1999

4. Alamat : Jl. K.H. Amsir No. 99 Rt 05/04 Kenanga, Cipondoh, Kota Tangerang, Banten

5. Struktur Pengurus

Ketua KBIH : K.H. Bakri HS

Sekretaris : 1. H. Ahmad Damanhuri, S.Pd 2. Abdul Majid, SHI

Bendahara : 1. Hj. Siti Nur’aini 2. Vina Paniati, SE

Humas : 1. H. Ahmad Baijuri, S.Pd 2. H. Mulyadi

Perlengkapan : 1. Hj. Siti Rohmah, S.Pd 2. Hj. Siti Ummu Atiah Pembinaan Manasik : 1. K.H. Bakri HS

2. Ust. H. Ahmad Ghozali 3. Ust. H. Andi Lala, Lc

4. Ustz. Hj. Siti Munawwaroh, S.Ag14

14

(61)

R8

2. Data Jumlah Jamaah Haji KBIH Nurul Hikmah

[image:61.595.100.518.247.697.2]

Data jamaah meningkat dari tahun ketahun, setelah mengawali pemberangkatan tahun 1996 dengan jamaah 76 orang dan terbanyak pada tahun 2012 dengan jumlah jamaah yang berangkat adalah 275 orang, maka jumlah jamaah yang telah diberangkatkan dari tahun 1999 sampai 2014 berjumlah 2.944 orang, hal ini dapat di lihat dari data berikut:

Tabel 3.1 Data Jamaah KBIH Nurul Hikmah

(Lihat dari profil Profil Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) Kota Tangerang, (2013)15)

No Tahun Jamaah No. Izin Berlaku

1 1999 76 SK. W.I/I/HJ.01/KPS/314/1999

2 2000 88

3 2001 90

4 2002 134 Kw.28/I/HJ.01/KPTS/81/2002 5 2003 140

6 2004 173 Kw.28/I/HJ.01/KPTS/375/2004 1 2005 225

2 2006 190 Kw.28/I/HJ.01/KPTS/930/2006 3 2007 220

4 2008 225

5 2009 223 Kw.28.3/3/HJ.09/3086/2009 6 2010 225

7 2011 230

8 2012 274 Kw.28.3/3/HJ.09/4993/2012 9 2013 248

10 2014 183 Jumlah 2.944

15

(62)

E. Pelayanan Jamaah Haji

Pelayanan yang diberikan KBIH Nurul Hikmah

Gambar

Grafika, 2008) h. 12
gambaran secara
Gambar 3.1 Struktur Organisasi KBIH Nurul Hikmah
Tabel 3.1 Data Jamaah KBIH Nurul Hikmah
+5

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, maka batasan penelitian yang akan penulis bahas adalah analisis tingkat kepuasan jamaah haji dalam bimbingan manasik haji

Teknik komunikasi seperti ini efektif juga digunakan oleh pembimbing manasik haji, sebab dalam proses bimbingan, seorang pembimbing manasik haji juga harus

Teknik komunikasi seperti ini efektif juga digunakan oleh pembimbing manasik haji, sebab dalam proses bimbingan, seorang pembimbing manasik haji juga harus

Banyak perencanaan yang telah direncanakan oleh Kemenag Kabupaten Semarang sebelum diselenggarakannya bimbingan manasik haji, agar penyelenggaraan haji bisa maksimal

Seiring berjalanya waktu dengan semakin bertambahnya calon jamaah haji yang mengikuti bimbingan manasik haji maka YASMA mengikuti saran dari Kantor Departemen

Jadi, dapat disimpulkan bahwa bimbingan manasik haji berarti petunjuk (penjelasan) cara mengerjakan sesuatu yang berhubungan dengan ibadah haji, seperti ihram,

Dakwah, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN Walisongo Semarang 2014. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: strategi pembimbing dalam optimalisasi bimbingan

2 Kepuasan Jama’ah Bimbingan Manasik Haji Ar-Raudhah Kota Bengkulu Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan sebelumnya pada 30 responden jam’ah haji di Kelompok Bimbingan Ibadah