FINANSIAL UNTUK PENERAPANNYA DI INDUSTRI
RETNO SRI ENDAH LESTARI
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Perancangan Proses Fraksinasi Minyak Sereh Wangi Dan Isolasi Sitronelal Serta Kajian Kelayakan Finansial Untuk Penerapannya di Industri adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.
Bogor, Januari 2012
Citronellal Isolation Processes and Financial Analysis for Industrial
Implementation. Supervised by DJUMALI MANGUNWIDJAJA, ANI
SURYANI, ANAS MIFTAH FAUZI, and MEIKA SYAHBANA RUSLI.
The aims of the research is to obtain the best condition for Citronellal isolation from Citronella Oil with high quality, added value and environmental friendl and to
realize “Intermediate Industries” which have the raw material compound derivation of
Citronella Oil in Indonesia. To achieve the above objectives, these are points need to be done on the research, such: Raw Material Characterization (Citronella Oil); Designation process of Citronella Oil Fractionation and environmental friendly Citronella Oil; Financial feasibility studies from Designation process of Citronella Oil Fractionation and Citronellal isolation for implementation in the industry. Citronella oils contain three major components, they are citronellal, citronellol and geraniol. An effort to enhance the quality and economic value of citronella oil is a major component isolation process using vacuum distillation fractionation. First step of this research is to perform Citronella Oil characterization will be use as the raw material using Mass Chromatography Gas (GC-MS). Which from the experiment, citronellal content with amount of 35,53%; citronellol with amount of 15,43 and Geraniol with amount of 15,94 will be able to be detected..Each of the fractionation result are being characterization tested which includes physical and chemical characterization and also fractionation rate. The best conditions used to isolate the main components of citronella oil is a vacuum pressure of 1 mbar, reflux 20 :10, citronellal boiling point of
44oC, citronellol at 66.4oC and 69.2oC for geraniol. In these conditions, the isolation
rate of citronellal rich fraction was 5.22 ml / min, Citronelol rich fraction was 3.40 ml / min, and geraniol rich fraction was 3.21 ml / min. The result of initial purity level was 84.51% citronellal rich fraction. While the expected of increasing purity is produced citronellal rich fraction by 96.52%. These expectation can be reached by moleculer distillation. Quality of all the third fraction are eligible either SNI or International standards (EOA).Each one of these fraction are pursued to have their purities enhance
with isolation process using “Molecular Distillation”. Experiment have been done here
is barely enhancing the purity of citronellal at the Citronellal rich fraction phase. The result of Molecular Distillation processes can be climbed of Citronellal rich fraction purity from 84.51% to be 97.05%. Highest purity level achieved by Citronellal is an environmental friendly process since it is not use any chemical as a reagent or stimulant. Based on result of financial feasibility studies, the design factory of Citronella Oil Fractionation and Citronellal Isolation which have input assumption of 31 kg/hours or 600kg/process and eligibility criteria which includes NPV with amount of Rp 66.806.5321.218, Net B/C = 4.00, IRR = 38 % and PBP = 3.58 years. Therefore, implementation of fractionation design process and citronellal isolation in order of industrial development with citronellal oil and its quinine derivatives as materials can be declared as adequate to embodied/executed. Whereas for rest of 2 fractions, Citronellol and Geraniol were not being tested, therefore for those who may concern / interest is suggested to continue this research.
Sereh Wangi dan Isolasi Sitronelal Serta Kajian Kelayakan Finansial Untuk Penerapannya di Industri. Dibimbing oleh : DJUMALI MANGUNWIDJAJA, ANI SURYANI, ANAS MIFTAH FAUZI, dan MEIKA SYAHBANA RUSLI.
Dalam rangka menghadapi persaingan yang sangat ketat pada era globalisasi saat ini, para produsen maupun eksportir minyak atsiri ditantang untuk
mampu memproduksi serta memasok bahan kimia aroma (aroma chemical)
ataupun kimia adi dari minyak atsiri, dengan kualitas yang baik atau sesuai dengan standar mutu yang berlaku baik secara nasional maupun internasional
Seiring dengan hal tersebut, Indonesia dikenal sebagai negara produsen Minyak Sereh Wangi terbesar nomor dua di dunia setelah Cina, namun industri Minyak Sereh Wangi di Indonesia sebagian besar masih merupakan Industri hulu yang baru mampu menyediakan minyak sereh kasar yang langsung diekspor,
sedangkan Industri hilirnya yang berupa industri kosmetika, flavoring agent,
fragrance, dan farmasi sudah berkembang bahkan sudah menghasilkan komoditi
ekspor dengan menggunakan bahan baku impor. Dengan kondisi seperti ini terdapat kesenjangan harga yang sangat besar antara harga ekspor Minyak Sereh Wangi kasar dan impor Minyak Sereh Wangi murni maupun produk turunannya, utamanya Sitronelal. Sampai saat ini yang belum berkembang di Indonesia justru
industri antara (intermediate), yaitu industri yang menghasilkan barang setengah
jadi yang diperlukan industri hilir berbahan baku Minyak Sereh Wangi dan produk turunannya. Selain hal tersebut, masalah yang perlu dicermati atau perlu mendapat perhatian yang serius adalah pemakaian bahan kimia dalam proses fraksinasi Minyak Sereh Wangi ataupun isolasi Sitronelal yang dapat membahayakan kesehatan bagi pekerja yang bersangkutan atau pengguna dari produk dimaksud dan juga akan memberikan dampak yang negatif bagi lingkungan.
Oleh karena itu, untuk mengatasi masalah-masalah tersebut diatas, perlu adanya perancangan proses fraksinasi Minyak Sereh Wangi dan isolasi Sitronelal
yang tidak menggunakan bahan kimia apapun baik untuk pelarut maupun
stimulant dengan kondisi proses yang terbaik sehingga mampu menghasilkan produk dengan kualitas dan nilai tambah yang tinggi dan ramah lingkungan, serta hasil perhitungan kelayakan finansial untuk penerapannya di industri dalam
rangka mewujudkan berdirinya industri antara (intermediate) berbahan baku
Minyak Sereh Wangi dan produk turunannya di Indonesia.
Minyak Sereh Wangi mengandung tiga komponen utama, yaitu Sitronelal,
Sitronelol dan Geraniol. Ke tiga komponen utama ini adalah penentu intensitas
menggunakan alat Distilasi Fraksinasi Vakum dan Molecullar Distilation. Bahan percobaan ini menggunakan Minyak Sereh Wangi yang berasal dari salah satu industri kecil yang berlokasi di Subang Jawa Barat. Sebelum percobaan dimulai, terlebih dahulu dilakukan karakterisasi bahan percobaan atau analisis Minyak Sereh Wangi dengan menggunakan alat CG-MS. Setiap perlakuan menggunakan
1500 ml Minyak Sereh Wangi. Komponen yang akan diisolasi adalah Sitronelal,
Sitronelol, dan Geraniol. Kondisi yang digunakan pada proses fraksinasi Minyak
Sereh Wangi adalah tekanan vakum (1, 40 dan 80 mBar), refluk rasio 20:10, dan suhu sesuai titik didih masing-masing fraksi yang bersangkutan.
Hasil percobaan ini menunjukkan bahwa kondisi terbaik yang digunakan untuk mengisolasi komponen utama Minyak Sereh Wangi adalah dengan menggunakan tekanan vakum 1 mBar, refluks 20:10, dan suhu disekitar titik didih
masing-masing fraksi, yaitu untuk fraksi-1 atau fraksi kaya Sitronelal sebesar 44
o
C, fraksi-2 atau fraksi kaya Sitronelol sebesar 66.4 oC, dan fraksi-3 atau fraksi kaya Geraniol sebesar 69.2 oC. Pada kondisi tersebut, nilai rata-rata dari laju
fraksinasi dari fraksi-1 atau fraksi kaya Sitronelal sebesar 5.22 ml/menit, fraksi-2
atau fraksi kaya Citronelol sebesar 3.40 ml/menit, dan fraksi-3 atau fraksi kaya
Geraniol sebesar 3.21 ml/menit.
Berdasarkan hasil analisis GC-MS, dapat diketahui bahwa kadar awal yang dihasilkan untuk fraksi-1 atau fraksi kaya Sitronelal sebesar 84.51%, fraksi-2 atau fraksi kaya Sitronelol sebesar 23.88%, dan fraksi-3 atau fraksi kaya Geraniol sebesar 33.79%, sedangkan kadar yang masih bisa diharapkan dari masing-masing fraksi tersebut adalah sebagai berikut : dari fraksi-1 atau fraksi kaya Sitronelal sebesar 96,52%, fraksi-2 atau fraksi kaya Sitronelol sebesar 32,85%, dan fraksi-3 atau fraksi kaya Geraniol sebesar 41,21%. Kualitas yang mencakup sifat fisik dan kimiawi dari fraksi kaya Sitronelal, fraksi kaya Sitronelol dan fraksi kaya Geraniol yang dihasilkan dengan kondisi fraksinasi ini memenuhi syarat mutu SNI maupun Internasional. (EOA)
Sebagai upaya peningkatan kadar fraksi-1 atau fraksi kaya Sitronelal
dilakukan proses isolasi lanjutan dengan menggunakan alat Molecular Distillation
dan hasilnya ternyata meningkat menjadi 97,05 0C. dari semula 84,51%. Tingkat
kemurnian tertinggi yang dicapai oleh Sitronelal ini merupakan proses ramah lingkungan karena sama sekali tidak menggunakan bahan kimia sebagai reagent maupun stimulan
©
Hak cipta milik IPB, tahun 2012
Hak cipta dilindungi Undang-undang
1.
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa
mencantumkan atau menyebutkan sumber
a.
Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian,
penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik
atau tinjauan masalah.
b.
Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB
RETNO SRI ENDAH LESTARI
Disertasi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor pada
Program Studi Teknologi Industri Pertanian
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Penguji pada Ujian Tertutup : 1.Prof.Dr.Ir.Tun Tedja Irawadi, MS
Guru Besar pada Departemen MIPA KIMIA IPB
2.Dr.Ir.Dwi Setyaningsih, MS
Staf Pengajar pada Program Studi Teknik Industri Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian, IPB
Penguji pada Ujian Terbuka : 1.Dr.Zaenal Alim Mas’ud, DEA
Staf Pengajar Departemen MIPA KIMIA IPB
2.Dr.Ir. Hartisari Hardjomidjojo, DEA Staf Pengajar pada Program Studi Teknik
Nama Mahasiswa : Retno Sri Endah Lestari
NRP : F 361060161
Menyetujui :
Prof. Dr.Ir.Djumali Mangunwidjaya, DEA Ketua
Prof. Dr. Ir. Ani Suryani, DEA Anggota
Dr. Ir. Meika Syahbana Rusli, M.Sc. Anggota
Prof. Dr. Ir. Anas Miftah Fauzi, M.Eng Anggota
Mengetahui,
Ketua Program Studi
Teknologi Industri Pertanian
Dr. Ir. Machfud, MS
Dekan Sekolah Pascasarjana
Dr. Ir. Dahrul Syah, MSc.Agr
Puji syukur hanya kepada Allah Subhanawata’ala karena berkat rahmat dan
ridho-Nya, disertasi yang berjudul Perancangan Proses Fraksinasi Minyak Sereh
Wangi dan Isolasi Sitronelal Serta Kajian Kelayakan Finansial Untuk
Penerapannya di Industri dapat penulis selesaikan.
Disertasi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar
Doktor pada Program Studi Teknologi Industri Pertanian, Sekolah Pascasarjana
Institut Pertanian Bogor (TIP SPs IPB). Pada kesempatan ini, penulis ingin
menyampaikan hormat, penghargaan, dan ucapan terimakasih yang mendalam
kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Djumali Mangunwidjaja, DEA sebagai ketua komisi
pembimbing yang telah memberikan bimbingan, pengetahuan, pemikiran,
arahan, dan waktu tanpa kenal lelah serta terus memotivasi dan mendorong
semangat penulis untuk terus berjuang hingga terselesaikannya disertasi ini.
2. Ibu Prof. Dr. Ir. Ani Suryani, DEA, Bapak Dr. Ir. Meika Syahbana Rusli,
M.Sc. dan Bapak Prof. Dr. Ir. Anas Miftah Fauzi, M.Eng, selaku anggota
komisi pembimbing atas segala bimbingan dan arahan yang penuh dedikasi,
dorongan, dan kesabarannya yang luar biasa sehingga penulis dapat
menyelesaikan disertasi ini.
3. Ibu Prof. Dr. Ir. Tun Tedja Irawadi, MS, Ibu Dr. Ir. Dwi Setyaningsih, MS,
sebagai penguji pada ujian tertutup, Bapak Dr. Ir. Zaenal Alim Mas’ud,
DEA dan Ibu Dr. Ir. Hartrisari Hardjomidjojo, DEA, sebagai penguji pada
ujian terbuka atas kesediaan dan perkenannya untuk menguji serta
koreksinya terhadap disertasi penulis.
4. Ketua Program Studi TIP Dr. Ir. Machfud, MS. beserta seluruh staf dosen
dan karyawan Program Studi TIP SPs IPB, atas semua bantuan dan motivasi
yang tiada henti pada penulis.
5. Seluruh pimpinan dan karyawan SPs IPB, terutama Program Studi TIP yang
telah memberi bantuan dan fasilitas kepada penulis selama penulis
Sekolah Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor (IPB), Bogor.
7. Bapak Dr. Ir. Agus Har yono, M.Sc.; Bapak Ir. Jody Arya Laksmono, M.Si.;
Bapak Ir. Egi Agustian, M.Sc.; Ibu M.M. Anggriani L.B., SE; Saudari Wita
Kartika Restu, ST beserta tim peneliti dari Pusat Kimia, LIPI-Serpong yang
telah memberikan ijin dan pendampingan teknis selama penulis melakukan
penelitian tentang proses Fraksinasi Minyak Sereh Wangi.
8. Bapak Ir. Leo Seno Broto, M.Si; Saudara Ir. Iwan; dan Saudara Ir. Erwin
beserta tim HRD PT. Indesso Aroma yang telah memberikan ijin dan
pendimpingan teknis selama penulis melakukan penelitian tentang Proses
Isolasi dengan menggunakan alat Molecullar Destilation dan Gas
Chromatography (GC).
9. Almarhum suami tercinta (Ir. Eddy Suyadi Cahyono) atas semua batuan
material maupun spriritual, pengorbanan, do’a dan kasih sayangnya.
10. Putra-putri tercinta yaitu : Lucy Diana Puspita Sari, S,Kom; Fery Nazarudin,
S.Kom; Teddy Surya Wijaya, ST, dan Alvita Komala Dewi, SE yang telah
dengan setia dan penuh pengertian mendampingi penulis selama mencari
semua perlengkapan untuk penelitian dan penulisan disertasi ini.
11. Seluruh teman-teman S3 TIP SPs IPB lainnya yang tidak kenal lelah
memotivasi penyelesaian studi S3 penulis di IPB.
12. Dr. Ir. Ratri Ariatmi Nugrahani, MT; Ibu Herfiani Rizkia, STP, MSi ; Ibu
Hendrastuti, SMI, MT ; Ibu Iveline Anne Marie, ST, MT: Saudara Kirana
Sanggrami Sasmitaloka, STP; Bapak Noor Roufiq, STP, MS; dan semua
pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu sampai
terselesaikannya penulisan disertasi ini.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan
terutama dalam memberikan kontribusi bagi pengembangan agroindustri
pengolahan minyak atsiri, khususnya minyak sereh wangi di Indonesia.
Bogor, Januari 2012
ke-3 dari pasangan suami–istri yang bernama R. Soemarsono Satryo Adiprayitno. dan Boeni Soemijati. Pendidikan Sarjana ditempuh di Jurusan Teknologi Pengolahan Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Gadjah Mada, di Yogyakarta dan lulus pada tahun 1979.
Pada tahun 1990, penulis melanjutkan studi di Program Studi Keteknikan Pertanian, Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor dan lulus pada tahun 1993. Pada tahun 2006, penulis mendapatkan kesempatan untuk melanjutkan studi program Doktor pada Program Studi Teknologi Industri Pertanian di Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Penulis bekerja sebagai PNS di Kementerian Perindustrian, di Jakarta sejak tahun 1979 sampai dengan saat ini. Mulai tahun 1984 sampai sekarang, beberapa Jabatan Struktural dan Fungsional maupun ke proyekan telah di percayakan kepada penulis. Selama mengikuti program S3, penulis menyajikan karya ilmiah yang antara lain berjudul :
1. Rancangan Proses Isolasi Citromellal Dan Rhodinol Dari Minyak Sereh Wangi yang masih dalam tahap review di Jurnal Teknogi Pertanian IPB, Bogor.
2. Kajian Kelayakan Finansial Isolasi Citronellal dan Rhodinol Pada Industri Berbasis Senyawa Turunan Minyak Sereh Wangi yang akan diterbitkan pada Jurnal Teknotan Volume 6 No. 2, Edisi Bulan Mei, 2011.
Karya-karya ilmiah tersebut merupakan bagian dari disertasi program S3 penulis. yang berjudul “Perancangan Proses Fraksinasi Minyak Sereh Wangi dan Isolasi Citronellal Serta Kajian Kelayakan Finansial Untuk Penerapannya di Industri.”
Halaman
DAFTAR TABEL ……….……….... xxiv
DAFTAR GAMBAR ... xxvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xxviii
I. PENDAHULUAN .... 1
1.1. Latar Belakang ...,... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 7
1.3. Tujuan Penelitian ... 8
1.4. Manfaat Penelitian .. ... 8
1.5. Ruang Lingkup ... 9
1.6.Kebaruan (Novelty) Dari Hasil Penelitian ……… 9
II. TINJAUAN PUSTAKA ... 11
2.1. Minyak Atsiri ... 11
2.2. Sifat Fisikokimia Minyak Atsiri ... 11
2.3. Minyak Sereh Wangi ... 13
2.4. Sitronelal ... 19
2.5. Sitronelol ... 23
2.6. Geraniol ... 24
2.7. Analisa Kromatografi... 26
2.8. Destilasi Fraksinasi Vakum ... 27
2.9. Perancangan Proses Fraksinasi Minyak Sereh Wangi dan Isolasi Sitronelal ... 32
III. METODOLOGI PENELITIAN ... 37
3.1. Kerangka Pemikiran ... 37
3.2. Tempat dan Waktu ... 40
3.3. Bahan dan Alat ... 40
3.4. Metode Penelitian ... 41
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 49
4.1. Karakterisasi Bahan Baku (Minyak SerehWangi) ... 49
4.2. Kinerja Proses Fraksinasi ... 54
4.3. Sifat Fisik dan Kimiawi ... 61
4.4. Hasil Analisis Kadar Fraksi Dengan Menggunakan GC-MS... 64
4.5. Mollecular Distilation ... 65
4.6. Perancangan Proses Fraksinasi Minak Sereh Wangi & Isolasi Sitronelal ... 70
4.7. Neraca Massa ... 74
4.8. Neraca Energi ... 78
xxiii
Halaman
4.10. Hasil Kajian Kelayakan Finansial ... 88
V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 101 5.1.Kesimpulan ... 101 5.2. Saran ... 102
xxiv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Karakterisasi Minyak Sereh Wangi Berdasarkan Standar
Nasional Indonesia (SNI) ………... 17
Tabel 2. Sifat Fisikokimia Minyak Sereh Wangi ………..……... 17
Tabel 3. Karakteristik Persyaratan Mutu Sitronelal Berdasarkan
Standar Nasional Indonesia (SNI) ………. 17
Tabel 4. Karakteristik Persyaratan Mutu Geraniol Berdasarkan
Standar Nasional Indonesia (SNI) ……….
18
Tabel 5. Data Berbagai Tekanan dan Temperatur Komponen Utama
Minyak Sereh Wangi ……….. 20
Tabel 6. Karakteristik Minyak Sereh Wangi Berdasarkan Analisis GC-MS 50
Tabel 7. Sifat Fisik dan Kimiawi Minyak Sereh Wangi-1 dan
Wangi-2 Dibandingkan dengan Syarat Mutu Yang Ada Pada
SNI ………. 51
Tabel 8. Komposisi Komponen Penyusun Bahan I dan II
Berdasarkan Hasil Analisis Dengan Menggunakan GC-MS.. 52
Tabel 9. Rekapitulasi Laju Fraksinasi Minyak Sereh Wangi pada Tekanan Vakum 1 mmHg, 30 mmHg, dan 60 mmHg
( ~1 mBar, 40 mBar, dan 80 mBar)……… 55
Tabel 10. Rekapitulasi Hasil Analisis Sifat Fisik dan Kimiawi Fraksi -1
(Banyak Mengandung Sitronelal) Menggunakan Tekanan
Vakum 1 mBar ………... 58
Tabel 11. Rekapitulasi Hasil Analisis Sifat Fisik dan Kimiawi Fraksi-2 (Mengandung Banyak Sitronelol) Menggunakan Tekanan
Vakum 1 mBar ………...
61 Tabel 12. Rekapitulasi Hasil Analisis Sifat Fisik dan Kimiawi Fraksi-3
(Mengandung Banyak Geraniol) Menggunakan Tekanan
Vakum 1 mBar ………... 62
Tabel 13. Rekapitulasi Hasil Analisis Fraksi dengan Menggunakan
GC- MS………... 65
Tabel 14. Hasil Fraksinasi Bertahap Menggunakan Molecular
Distilation……… 68
Tabel 15. Rekapitulasi Hasil Peningkatan Kemurnian Sitronelal Menggunakan Alat Distilasi Fraksinasi Vakum dan
xxv
Halaman
Tabel 16. Hasil Perhitungan Neraca Massa Pada Proses Isolasi
Sitronelal Dari Minyak Sereh Wangi Dengan Sistem Batch.. 75
Tabel 17. Hasil Perhitungan Neraca Massa Pada Proses Isolasi
Sitronelal Dari Minyak Sereh Wangi Dengan Sistem Batch.. 76
Tabel 18. Hasil Perhitungan Neraca Energi Pada Proses Fraksinasi
Minyak Sereh Wangi Dengan Sistem Batch………... 79
Tabel 19. Hasil Perhitungan Neraca Energi Pada Proses Isolasi
Sitronelal Dari Minyak Sereh Wangi Dengan Sistem Batch.. 80
Tabel 20. Kapasitas Pabrik, Kebutuhan Bahan, Rendemen, IDC, dan
Pajak ………... 92
Tabel 21. Rekapitulasi Hasil Perhitungan Modal, Kebutuhan Bahan, Penyusutan, Gaji Pegawai, dan Keuntungan Bersih
Perusahaan ……….. 93
Tabel 22. Rekapitulasi Kelayakan Investasi Pabrik Fraksinasi Minyak
Sereh Wangi dan Isolasi Sitronelal ……… 94
Tabel 23. Nilai Kriteria Investasi dari Analisis Sensitivitas ………….. 99
Tabel 24. Hasil Perhitungan Nilai Tambah Industri Fraksinasi Minyak
xxvi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Rumus bangun komponen penyusun minyak sereh wangi ... 15
Gambar 2. Minyak Sereh Wangi dan turunannya ...……...……… 16
Gambar 3. Grafik hubungan antara tekanan terhadap temperatur untuk
komponen utama minyak sereh wangi ……… 21
Gambar 4. Skema unit distilasi molekuler ...………...………...……… 30
Gambar 5. Skema proses distilasi molekuler ...………...………...…… 30
Gambar 6. Tahap perancangan proses ……… 34
Gambar 7. Skema proses fraksinasi minyak sereh wangi dengan
menggunakan alat distilasi fraksinasi vakum……… 35
Gambar 8. Kerangka pemikiran perancangan proses isolasi Sitronelol . 39
Gambar 9. Skema unit destilasi fraksinasi ………. 40
Gambar 10. Tahapan penelitian ………
41 Gambar 11. Tahapan penelitian perancangan proses ...
42 Gambar 12. Diagram alir perancangan proses ...
43
Gambar 13. Skema distilasi molekuler ………. 66
Gambar 14. Grafik kemurnian sitronelal hasil isolasi dengan distilasi
fraksinasi vakum dan molecular distillation……… 69
Gambar 15. Diagram blok unit isolasi Sitronelal dari Minyak Sereh
Wangi ………... 71
Gambar 16. Diagram blok neraca massa ……….. 75
xxviii DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Hasil Analisis Kadar dan Kimia Sitronelal, Sitronelol,
dan Geraniol dari Minyak Sereh Wangi ...
109
Lampiran 2. Rekapitulasi Hasil Analisis Sifat Fisik dan Kimiawi
Sitronelal, Sitronelol, dan Geraniol Dari Minyak Sereh
Wangi ……….. 111
Lampiran 3. Hasil Analisis Kadar Dengan Menggunakan GC-MS …. 112
Lampiran 4. Rekapitulasi Hasil Penelitian Laju dan Kadar Fraksi-1,
2, dan 3 ………. 113
Lampiran 5. Tabel Rekapitulasi Hasil Penelitian Laju Fraksinasi dan
Kadar Sitronelal, Sitronelol, dan Geraniol Dari Minyak Sereh Wangi Menurut Tekanan Vakum Yang
Digunakan Serta Tabel Beserta Laju Fraksinasi Sitronelal, Sitronelol, dan Geraniol pada Tekanan
Vakum 1 mBar; 40 mBar; dan 80 mBar ……….. 114
Lampiran 6. Tabel Beserta Gambar Kadar Awal Sitronelal,.
Sitronelol, Geraniol Pada Tekanan Vakum 1 mBar; 40 mBar; 80 mBar Dan Tabel Beserta Gambar Peningkatan Kadar DSitronelal, Sitronelol, Geraniol Pada Tekanan
Vakum 1 mBar; 40 mBar; 80 mBar Yang Diharapkan… 115
Lampiran 7. Hasil Peningkatan Kadar Sitronellal Dari Minyak Sereh
Wangi Dengan Menggunakan Alat Distilasi Fraksinasi
Vakum dan Molecular Distillation………. 116
Lampiran 8. Kemurnian Sitronelal Hasil Isolasi Dengan Distilasi
Fraksinasi Vakum dan Molecular Distilation…………. 117
Lampiran 9. Rincian Modal Tetap dan Modal Lancar Untuk
Pengembangan Pabrik Fraksinasi Minyak Sereh Wangi.. 118
Lampiran 10. Kebutuhan Modal Kerja Awal ………. 121
Lampiran 11. Biaya Penyusutan Barang Modal, Biaya Perbaikan dan Perawatan Fasilitas Produksi, Serta Rincian Biaya Bahan Baku, Bahan Pembantu, dan Utilitas Selama 1
Bulan ……… 122
Lampiran 12. Rincian Biaya Bahan Baku, Bahan Pembantu, dan
Utilitas Selama 1 Bulan ………... 123
Lampiran 13. Jabatan Karyawan dan Rincian Gaji ……… 124
Lampiran 14. Jadwal Pembayaran Kredit Modal Tetap dan Kredit
xxix
Halaman
Lampiran 15. Ringkasan Biaya Operasional dan Proyeksi Arus Kas… 126
Lampiran 16. Proyeksi Rugi Laba ……….. 127
Lampiran 17. Perhitungan Kelayakan Investasi dan Perhitungan BEP.. 128
Lampiran 18. Nilai Penjualan Produk ……… 129
Lampiran 19. Rekap Hasil Kelayakan Finansial Industri Fraksinasi
Minyak Sereh Wangi dan Isolasi Sitronelal ……… 131
Lampiran 20. Simulasi Input-Output Pada Pengembangan Pabrik……. 134
Lampiran 21. Simulasi Input-Output Pada Pengembangan Pabrik……. 135
Lampiran 22. Simulasi Input-Output Pada Pengembangan Pabrik……. 136
Lampiran 23. Simulasi Input-Output Pada Pengembangan Pabrik…….
137
Lampiran 24. Simulasi Input-Output Pada Pengembangan Pabrik……. 138
Lampiran 25. Simulasi Input-Output Pada Pengembangan Pabrik……. 139
Lampiran 26. Simulasi Input-Output Pada Pengembangan Pabrik……. 140
Lampiran 27. Simulasi Input-Output Pada Pengembangan Pabrik……. 141
Lampiran 28. Simulasi Input-Output Pada Pengembangan Pabrik……. 142
Lampiran 29. Rekapitulasi Hasil Simulasi dan Sensitivitas
Perhitungan Kelayakan Finansial Industri Fraksinasi
Minyak Sereh Wangi dan Isolasi Sitronelal ……… 143
1.1. Latar Belakang
Senyawa kimia yang terkandung dalam tumbuhan merupakan sumber bahan
kimia yang berguna sebagai sumber inovasi dalam penemuan dan pengembangan
obat-obat baru serta untuk kepentingan berbagai industri, terutama industri
flavoring agent untuk aneka makanan dan minuman, fragrance untuk sabun,
parfum dan kosmetik serta untuk obat-obatan/farmasi. Senyawa kimia yang
dihasilkan oleh suatu tumbuhan yang satu dan lainnya sangat berbeda, tergantung
pada lokasi tumbuh dan jenis tanamannya.
Menurut Irna et al (2007), di planet ini terdapat kurang lebih 250.000 jenis
tumbuhan tingkat tinggi yang mengandung aneka senyawa kimia alami. Dari
jumlah tersebut, baru sekitar 750 jenis (0,3%) yang telah diteliti dan 135.000 jenis
(54%) terdapat di hutan-hutan tropika, dimana hutan tropika di Indonesia
mengandung lebih dari 30.000 jenis tumbuhan tingkat tinggi ini dan sangat
potensial untuk diteliti. Dengan demikian, berarti bahwa Indonesia sebenarnya
merupakan gudang bagi bahan kimia alami yang belum ditemukan dan tidak
ternilai harganya baik untuk masa kini maupun masa depan. Oleh karena itu,
sangat diharapkan bahwa penelitian bahan kimia alami dapat menjadi ujung
tombak bagi para peneliti Indonesia untuk mengekspl orasi potensi sumber daya
alam ini, khususnya potensi keberadaan bahan kimia alami yang melimpah di
Indonesia guna meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia.
Sehubungan dengan hal tersebut diatas, di Indonesia, tumbuh subur tanaman
sereh sebagai tanaman “multi guna” karena batang dan daunnya selain dapat
dimanfaatkan sebagai penyedap/bumbu-bumbu aneka makanan dan minuman juga
dapat dipergunakan sebagai pengusir nyamuk Aedes Aegypty yang menyebabkan
penyakit “Demam Berdarah Dengue (DBD)”, pengusir serangga, pengusir lalat buah, penurun panas, sebagai peluruh angin perut, penambah nafsu makan bagi
manusia, pengobatan pasca persalinan, dan pereda kejang, sedangkan akar
tanaman sereh wangi dapat digunakan sebagai obat peluruh air seni, peluruh
keringat, peluruh dahak atau obat batuk, dan penghangat badan. Tanaman Sereh
disebut Citronella Oil yang selain memiliki multi khasiat sebagai bahan obat
tradisional maupun modern, juga merupakan aset nasional yang perlu terus digali,
diteliti, dikembangkan dan dioptimalkan pemanfaatannya. Akhir-akhir ini Minyak
Sereh Wangi menarik perhatian dunia, karena mempunyai sifat aktif biologis
sebagai anti jamur alami dan anti bakteri sehingga dapat dipergunakan sebagai
bahan pengawet pada makanan dan sebagai anti-biotik. Menurut hasil penelitian
Khoirotunnisa (2008), Sereh Wangi (Cymbopogon winterianus jowitt) adalah
salah satu tanaman obat tradisional dimana minyak atsiri yang terkandung
didalamnya mempunyai aktivitas anti-jamur utamanya terhadap jamur Malassezia
furfur(jamur penyebab penyakit kulit yang disebut dengan “panu”) secara invitro.
Oleh karena itu penelitian dan pengembangan tentang isolasi senyawa kimia yang
terkandung didalam Minyak Sereh Wangi tersebut merupakan bagian dari upaya
peningkatan nilai tambah dan hilirisasi industri berbahan baku Minyak Sereh
Wangi beserta produk-produk turunannya.
Pada umumnya, industri Minyak Sereh Wangi di Indonesia masih
merupakan industri hulu yang baru mampu menghasilkan minyak kasar yang
langsung diekspor dengan harga yang murah, sedangkan industri hilirnya yang
berupa industri kosmetika, flavoring agent, fragrans dan obat-obatan sudah
berkembang, bahkan sudah mampu menghasilkan komoditi ekspor dengan
menggunakan bahan baku impor yang harganya jauh lebih mahal dari pada harga
Minyak Sereh kasar yang diekspor. Sampai saat ini yang belum berkembang di
Indonesia justru pada industri antara (intermediate), yaitu industri yang
menghasilkan barang setengah jadi yang diperlukan industri hilir.
Pada saat ini penggunaan minyak atsiri sebagai obat dari bahan alam
semakin diminati masyarakat, terlebih lagi seiring dengan adanya gerakan
kembali ke alam (back to nature) yang dilakukan oleh masyarakat dunia, tanaman
obat makin penting peranannya dalam pola konsumsi makanan, minuman
dan obat-obatan. Dengan meningkatnya kesadaran manusia terhadap pemanfaatan
sumber daya alam tersebut, maka pemanfaatan produk herbal semakin
berkembang tidak hanya di negara-negara Timur saja, melainkan sudah merambah
permintaan produk herbal di negara-negara Eropa dalam kurun waktu 1999-2009
diperkirakan mencapai 66 % dari permintaan dunia.
Dalam rangka pengembangan industri Minyak Sereh Wangi dan
turunannya ini, ada beberapa hal penting yang perlu diperhatikan, antara lain
adalah pengadaan bahan baku, proses produksi, tata niaga dan bentuk
pengusahaannya. Dalam era globalisasi yang penuh dengan persaingan yang
sangat ketat ini permasalahan yang dihadapi Indonesia dalam rangka
pengembangan industri minyak atsiri beserta produk-produk turunannya,
khususnya dalam rangka mewu-judkan berdirinya industri - industri antara
(intermediate) tersebut diatas adalah adanya tantangan bagi para produsen
maupun eksportir minyak atsiri beserta produk turunannya untuk mampu
memproduksi serta memasok bahan Aroma Chemical atau Kimia Adi dari minyak
atsiri dengan kualitas yang baik atau sesuai dengan standar mutu yang berlaku
baik secara nasional maupun internasional. Berkenaan dengan hal tersebut, untuk
mempertinggi kualitas serta nilai ekonomi Minyak Sereh Wangi ini, perlu
dilakukan beberapa usaha, antara lain :
1. Isolasi komponen utama minyak atsiri Sereh Wangi
2. Pemurnian lanjut untuk menghasilkan produk yang lebih murni.
3. Sintesa turunan Minyak Sereh Wangi
4. Formulasi untuk produk akhir sebagai flavouring agent atau fragrance
Sampai saat ini, Indonesia dikenal sebagai negara produsen Minyak Sereh
Wangi terbesar nomor dua di dunia setelah Cina (Boelens, 1994). Selain itu,
Minyak Sereh Wangi ini juga memiliki pasaran yang luas dan bagus serta berdaya
saing kuat di pasaran luar negeri sehingga bisa dijadikan komoditi ekspor utama
diantara berbagai jenis minyak atsiri lainnya. Perkiraan kebutuhan dunia akan
Minyak Sereh Wangi (Citronela Oil) rata-rata sebesar 1600-1750 ton/tahun
dengan harga ekspor rata-rata 42,5 US$ / kg. Menurut data ekspor dari BPS,
selama 5 tahun terakhir ini, tercatat ekspor Citronela oil dari Indonesia rata-rata
per tahun baru mencapai 55.924 kg (sekitar 3,20 - 3,50 % dari kebutuhan dunia).
Walaupun potensi keberadaan Minyak Sereh Wangi di Indonesia sangat besar dan
peluang pasarnyapun masih cukup terbuka lebar, namun ironisnya, untuk
Sereh Wangi dalam bentuk pure oil maupun produk turunannya atau fraksi aktif
yang terkandung didalam Minyak Sereh Wangi, terutama yang berupa Sitronelal,
Sitronelol dan Geraniol dengan harga yang jauh lebih mahal dari pada harga
minyak kasar yang diekspor (harga impornya 153,34 US$/ kg, sedangkan harga
eksponya hanya 65,9 US$/ kg), karena selama ini Minyak Sereh Wangi tersebut
diekspor dalam bentuk minyak kasar sehingga kurang optimal dalam
mendatangkan devisa bagi negara (Guenther, 1990). Oleh karena itu, perlu usaha
untuk meningkatkan nilai guna dan nilai tambah dari Minyak Sereh Wangi dengan
mengolahnya lebih lanjut menjadi pure oil maupun produk turunannya sebagai
bahan Aroma Chemical maupun Produk Kimia Adi seperti Sitronelal, Sitronelol,
dan Geraniol yang antara lain dapat dipergunakan sebagai bahan baku penyusun
komponen dalam rose oil yang harganya sangat mahal dan dibutuhkan untuk
bahan flavouring agent dan fragrance yang mempunyai nilai tambah tinggi dan
yang selama ini masih diimpor serta sangat dibutuhkan oleh berbagai industri
pangan, parfum, sabun dan industri kosmetik lainnya di dalam negeri.
Selain hal tersebut diatas, masalah lain yang sering muncul dalam proses
fraksinasi Minyak Sereh Wangi dan isolasi Sitronelal adalah masalah bahaya
bahan kimia yang digunakan dalam proses tersebut terhadap kesehatan dan
lingkungan. Pada umumnya, pemakaian bahan kimia dalam proses fraksinasi
Minyak Sereh Wangi maupun isolasi Sitronelal ini berfungsi untuk mempercepat
proses atau untuk meningkatkan kadar dari fraksi yang dikehendaki. Bahaya
penggunaan bahan kimia dalam proses fraksinasi Minyak Sereh Wangi dan isolasi
Sitronelal terhadap kesehatan dan lingkungan.ini dapat ditinjau dari dua aspek,
yaitu :
1. Aspek penggunaan berbagai jenis bahan kimia dalam proses fraksinasi maupun
isolasi sitronelal, sitronelol, dan geraniol dari Minyak Sereh Wangi Efek dari
beberapa bahan kimia yang dipakai dalam proses fraksinasi maupun isolasi
Sitronelal, Sitronelol, dan Geraniol dari Sereh Wangi terhadap kesehatan
maupun lingkungan, antara lain sebagai berikut :
a. Penggunaan NaCl pada proses isolasi total Geraniol, relatif tidak
berbahaya, tetapi bersifat korosif dan apabila dielektrolisis akan berubah
b. Pelarut organik seperti eter, alkohol, aseton, heksan, dan lain-lain
merupa-kan zat cair yang mudah terbakar.
c. Penggunaan bahan alkali seperti Na, K, dan Ca dapat dengan mudah
mengeluarkan panas, dan gas yang mudah terbakar, karena bahan kimia ini
reaktif terhadap air.
d. Penggunaan asam sulfat (H2SO4), asam klorida, (HCI) dan natrium
hidroksida (NaOH) yang digunakan dalam proses isolasi sitronelal dan
sitronelol dapat menghasilkan panas dan gas yang mudah terbakar atau
gas-gas yang beracun dan korosif karena bahan kimia tersebut reaktif
terhadap asam. Selain itu asam sulfat dapat menimbulkan kerusakan atau
peradangan bila kontak dengan permukaan tubuh yang lembab seperti
kulit, mata, dan saluran pernapasan, karena bahan kimia ini termasuk
bahan kimia iritan.
e. Menurut Taufiqurrakhman dan Reuters (2011), penggunaan n-hexane
(solvent yang digunakan untuk ekstraksi/isolasi Sitronelal) dapat
mengakibatkan bahaya keracunan terhadap kesehatan dan jiwa bagi para
pekerja yang bersangkutan (sakit demam tinggi, bahkan sampai meninggal
dunia).
2. Aspek substitusi penggunaan bahan kimia pada industri yang berbahan baku
Sitronelal, Sitronelol dan Geraniol sintetis, antara lain sebagai berikut :
a. Bahan Kimia Aroma (Flavor and Fragrance)
Menurut Laszlo Somogyi dan Akihiro Kishi (2001), bahan kimia aroma
digunakan untuk flavoring agent atau senyawa penyusun komposisi rasa
(untuk menyampaikan rasa dan aroma yang menarik untuk makanan
olahan dan minuman) dan juga untuk fragrance agent atau senyawa
penyusun formulasi keharuman (yang memberikan aroma yang
menyenangkan bagi barang-barang konsumen seperti parfum,
perlengkapan mandi, kosmetik, deterjen dan pembersih rumah tangga).
Bahan campuran rasa dan aroma merupakan campuran kompleks,
termasuk pelarut dan pengencernya. Apabila salah dalam penerapan
formulasinya, senyawa-senyawa tersebut dapat berubah sifatnya menjadi
b. Flavor Sintetis / Imitasi dari Senyawa Turunan Minyak Sereh
Pada saat ini terdapat lebih dari 200 bahan kimia aroma penyebab flavor
sintetis rasa buah (fruitiness), seperti: asam, alkohol, ester, aldehid, keton,
dan sebagainya. Bahan-bahan kimia aroma ini jika dicampur menjadi satu
dengan komposisi tertentu akan menimbulkan rasa buah. Diantara bahan-
bahan kimia tersebut diatas, ada beberapa yang dapat disubstitusi dengan
bahan kimia alami, yang antara lain adalah senyawa turunan sitronelal dan
geraniol dari minyak sereh wangi. Dampak dari upaya substitusi ini lebih
aman terhadap kesehatan maupun lingkungan dibanding dengan
penggunaan bahan-bahan kimia lainnya terutama yang bukan berasal dari
alami. Flavor sintetis banyak dipakai dalam industri minuman dan aneka
roti atau confectionary. sebagai contoh antara lain sebagai berikut :
- Flavor Sintetis Strawberry dapat disubstitusi dengan senyawa turunan
Geraniol
- Flavor Sintetis Nenas dapat disubstitusi dengan senyawa turunan
sitronelal
- Vanillin (pure chemical, bukan vanilla), dapat disubstitusi dengan
senyawa turunan sitronelal
c. Parfum.
Parfum berasal dari bagian-bagian tertentu dari aneka tumbuhan minyak
atsiri (contoh : akar wangi, kayu cendana, kulit kayu cinamon, daun sereh
wangi, bunga rose, bunga lavender, buah pala, buah lemon, myrrh, dan
sebagainya). Parfum dapat juga berasal dari bahan kimia (isolate). Produk
isolat diturunkan langsung dari masing-masing minyak atsiri melalui
reaksi kimia, dimana senyawa ini tidak ada dalam alam, bahan ini
merupakan produk esterifikasi seperti : formiat, asetat, propionat, dan
ester-ester dari citronellol, linalool, geraniol, terpinol, dan lain sebagainya.
Parfum adalah campuran dari zat pewangi yang dilarutkan dalam pelarut
yang sesuai. Zat pewangi dapat berasal dari minyak atsiri dimana salah
satunya adalah minyak sereh wangi atau dibuat sintetis. Dampak dari
dibanding dengan penggunaan bahan-bahan kimia lainnya terutama yang
bukan berasal dari alami.
Karena itu, untuk mengatasi masalah-masalah tersebut diatas, perlu adanya
perancangan proses fraksinasi Minyak Sereh Wangi dan isolasi Sitronelal yang
tidak menggunakan bahan kimia apapun baik untuk pelarut maupun stimulant
dengan kondisi proses yang terbaik sehingga mampu menghasilkan produk
dengan kualitas dan nilai tambah yang tinggi dan ramah lingkungan, serta hasil
perhitungan kelayakan finansial untuk penerapannya di industri.
1.2. Perumusan Masalah
1. Indonesia dikenal sebagai negara produsen Minyak Sereh Wangi terbesar
nomor 2 (dua) di dunia setelah Cina, namun industri Minyak Sereh Wangi di
Indonesia sebagian besar masih merupakan Industri hulu yang baru mampu
menyediakan minyak sereh kasar yang langsung diekspor, sedangkan Industri
hilirnya yang berupa industri kosmetika, flavoring agent, fragrance, dan
farmasi sudah berkembang bahkan sudah menghasilkan komoditi ekspor
dengan menggunakan bahan baku impor.
2. Terdapat kesenjangan harga yang sangat besar antara harga ekspor Minyak
Sereh kasar dan impor Minyak Sereh murni maupun produk turunan Minyak
Sereh Wangi, utamanya Sitronelal.
3. Sampai saat ini yang belum berkembang di Indonesia justru industri antara
(intermediate), yaitu industri yang menghasilkan barang setengah jadi yang
diperlukan industri hilir berbahan baku Minyak Sereh Wangi dan produk
turunannya.
4. Pemakaian bahan kimia dalam proses fraksinasi Minyak Sereh Wangi
ataupun isolasi Sitronelal dapat membahayakan kesehatan bagi pekerja yang
bersang-kutan atau pengguna dari produk dimaksud dan juga akan
memberikan dampak yang negatif bagi lingkungan.
5. Dalam rangka menghadapi persaingan yang sangat ketat pada era globalisasi
saat ini, para produsen maupun eksportir minyak atsiri ditantang untuk
mampu memproduksi serta memasok bahan kimia aroma (aroma chemical)
kualitas yang baik atau sesuai dengan standar mutu yang berlaku baik secara
nasional maupun internasional.
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Mendapatkan rancangan proses fraksinasi Minyak Sereh Wangi dan isolasi
Sitronelal dengan kondisi proses yang terbaik sehingga mampu menghasilkan
produk dengan kualitas dan nilai tambah yang tinggi dan ramah lingkungan.
2. Memperoleh hasil perhitungan kelayakan finansial untuk menerapkan hasil
rancangan proses fraksinasi Minyak Sereh Wangi dan isolasi Sitronelal pada
industri dalam rangka mewujudkan berdirinya industri antara (intermediate)
berbahan baku Minyak Sereh Wangi dan produk turunannya di Indonesia.
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi dalam :
1. Pengembangan proses fraksinasi Minyak Sereh Wangi dan Isolasi Sitronelal
dengan kualitas dan nilai tambah yang tinggi serta ramah lingkungan.
2. Penghitungan kelayakan finansial untuk menerapkan hasil rancangan proses
fraksinasi Minyak Sereh Wangi dan isolasi Sitronelal tersebut di atas di
industri dalam rangka mewujudkan berdirinya pabrik yang memproduksi barang setengah jadi atau produk “antara (intermediate)” yang berbahan baku Minyak Sereh Wangi di Indonesia.
1.5. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dari penelitian ini meliputi:
1. Karakterisasi bahan baku (minyak sereh wangi).
2. Perancangan proses isolasi sitronelal dari minyak sereh wangi yang ramah
lingkungan.
3. Kajian kelayakan finansial dari perancangan proses fraksinasi Minyak Sereh
1.6. Kebaruan (Novelty) Dari Hasil Penelitian
Kebaruan (novelty) dari hasil penelitian yang diharapkan adalah :
1. Ditemukannya rancangan proses fraksinasi Minyak Sereh Wangi dan isolasi
Sitronelal dengan kondisi proses yang terbaik sehingga mampu menghasilkan
produk dengan kuantitas, kualitas dan nilai tambah yang tinggi dan ramah
lingkungan. (tidak menggunakan zat kimia apapun dalam proses ini, baik
sebagai solvent maupun stimulant).
2. Dapat mewujudkan keberadaan industri antara (intermediate) di Indonesia,
yang menghasilkan barang setengah jadi yang diperlukan sebagai bahan baku
industri kosmetika, flavoring agent, fragrance dan farmasi yang selama ini
masih diimpor.
3. Dapat memeperkecil kesenjangan harga ekspor Minyak kasar Sereh Wangi
dan Minyak Sereh Wangi murni maupun produk turunannya, utamanya
Sitronelal.
4. Dapat menjawab tuntutan dinamika zaman, dimana para produsen minyak
atsiri dan produk turunannya ditantang untuk mampu memproduksi serta.
memasok bahan kimia aroma (aroma chemical) atau kimia adi dari minyak
atsiri, dalam hal ini utamanya adalah Sitronelal dengan kualitas yang baik,
sesuai dengan standar mutu yang berlaku baik secara nasional maupun
2.1. Minyak Atsiri
Minyak atsiri yang dikenal sebagai minyak eteris atau minyak terbang
dihasilkan oleh tanaman. Minyak tersebut mudah menguap pada suhu kamar tanpa
mengalami dekomposisi, mempunyai rasa getir, berbau wangi sesuai dengan bau
tanaman penghasilnya, umumnya larut dalam pelarut organik dan tidak larut
dalam air (Guenther, 2006).
Minyak atsiri dapat bersumber dari bagian tanaman seperti daun, bunga,
buah, biji, batang atau kulit dan akar. Pengambilan atau ekstraksi minyak atsiri
dari bagian tanaman tersebut dapat dilakukan dengan cara penyulingan,
pengempaan, ekstraksi menggunakan pelarut, atau absorbsi dengan lemak;
tergantung dari jenis tanaman dan sifat fisiko-kimia minyak atsiri di dalamnya
(Harris, 1994).
Nilai bobot jenis minyak atsiri berkisar antara 0,696-1,188 pada suhu 15C dan pada umumnya nilai tersebut lebih kecil dari 1.000 (Guenther, 2006). Minyak
atsiri dapat larut dalam alkohol pada perbandingan dan konsentrasi tertentu.
Dengan demikian dapat diketahui jumlah dan konsentrasi alkohol yang
dibutuhkan untuk melarutkan secara sempurna sejumlah minyak. Selain larut
dalam alkohol, minyak atsiri juga dapat larut di dalam pelarut organik lainnya,
kurang larut dalam alkohol encer dengan konsentrasi kurang dari 70 %. Minyak
yang mengandung senyawa terpen dalam jumlah besar akan sulit larut (Harris,
1994).
2.2. Sifat Fisikokimia Minyak Atsiri
1. Bobot jenis (SII : 0069-75)
Menurut Guenther (1990), pada prinsipnya bobot jenis adalah perbandingan
antara kerapatan minyak pada suhu 15 ºC terhadap kerapatan air pada suhu
yang sama. Bobot jenis ditentukan dengan menggunakan piknometer.
2. Indeks bias
Indeks bias minyak atsiri adalah perbandingan antara sinus sudut jatuh dan
jatuh dari udara ke minyak dengan sudut tertentu yang dipertahankan pada
suhu tetap. Penentuan indeks bias ini dimaksudkan untuk menentukan
kemurnian minyak. Alat untuk mengukur indeks bias adalah refraktometer
(Guenther, 1990).
3. Putaran optik
Prinsip analisis ini adalah cahaya yang terpolarisasi merupakan cahaya yang
mempunyai satu arah getar yang arahnya tegak lurus dengan arah rambat
cahaya suatu molekul akan berfungsi sebagai sumber cahaya (bila dipanaskan
dan lain-lain), yang mengeluarkan cahaya dengan beraneka ragam bidang
getar (cahaya tidak terpolarisasi) dan bila ia mengalami perubahan sampai
mempunyai bidang getar tertentu maka dinamakan terpolarisasi.
4. Kelarutan dalam alkohol 90 % (Standar perdagangan, 1975)
Menurut Guenther (1990) kelarutan dalam alkohol ditentukan dengan
mengamati daya larut minyak dalam alkohol.
5. Sisa Penguapan
Menurut Guenther (1990), sisa penguapan minyak atsiri merupakan
banyaknya sisa dari minyak setelah mengalami penguapan yang dinyatakan
dalam persen bobot/bobot (% b/b). Nilai sisa penguapan hasil rektifikasi
terpentin menunjukkan kurang sempurnanya proses rektifikasi, atau karena
terjadinya proses polimerisasi selama penyimpanan minyak.
6. Kadar Asam
a. Menurut Guenther (1990), sebagian besar minyak atsiri mengandung
sejumlah kecil asam organik bebas yang terbentuk secara alamiah atau
yang dihasilkan dari proses oksidasi dan hidrolisis ester. Bilangan asam
suatu minyak didefinisikan sebagai jumlah miligram potasium hidroksida
yang dibutuhkan untuk menetralkan asam bebas dalam 1 gram minyak.
b. Dalam penentuan bilangan asam, biasanya dipergunakan larutan alkali
lemah, untuk menghindari penyabunan persenyawaan ester yang terdapat
dalam minyak atsiri. Senyawa phenol akan bereaksi dengan alkali
hidroksida, sehingga dapat dipergunakan untuk menentukan adanya
senyawa asam fenolat dalam minyak atsiri. Bilangan asam suatu minyak
aldehid dan hidrolisis ester. Minyak yang telah dikeringkan dan dilindungi
dari pengaruh udara dan cahaya mempunyai jumlah asam organik bebas
yang relatif lebih kecil (Guenther, 1990).
2.3. Minyak Sereh Wangi
Sereh (Cymbopogon winterianus, jowitt) adalah salah satu tanaman obat
yang multikhasiat.Tanaman ini termasuk suku Poaceae, salah satu bagian tanaman
yang sering digunakan untuk obat adalah daun. Daun sereh terkenal memiliki
berbagai khasiat dibidang kesehatan, antara lain digunakan sebagai peluruh angin
perut, penambah nafsu makan, pengobatan pasca persalinan, penurun panas dan
pereda kejang (Fahn, 1998).
Daun sereh (Cymbopogon winterianus,jowitt) mengandung Minyak atsiri
secara umum terdiri atas unsur-unsur karbon (C), hidrogen (H) dan oksigen (O),
kadang-kadang juga terdiri atas nitrogen (N) dan belerang (S). Minyak atsiri
mengandung resin dan lilin dalam jumlah kecil yang merupakan komponen yang
tidak dapat menguap. Berdasarkan komposisi kimia dan unsur-unsurnya minyak
atsiri dibagi dua, yaitu hydrocarbon dan oxygeneted hydrocarbon. Kandungan
kimia pada tumbuhan sereh adalah minyak atsiri dengan kadar sitronelal dan
kemudian diubah menjadi sitronelol, sitronelol-sitronelol ester, hidroksi sitronelal
dan manitol sintetik (Anonim, 2007).
Minyak sereh atau Citronella oil adalah minyak esensial yang didapatkan
dari daun dan batang sereh (Cymbopogon nardus). Sereh yang biasa
diperdagangkan dibagi dalam dua kategori yaitu Ceylon citronela oil yang
diperoleh dari Cymbopogon nardus dan Java citronella oil dari Cymbopogon
winterianus. Java citronela oil adalah produk yang kualitasnya lebih tingggi
dibandingkan dengan Seilon (Sigit et al, 2006).
Kualitas minyak atsiri pada umumnya dan minyak sereh wangi pada
khususnya ditentukan oleh faktor kemurnian. Kualitas minyak sereh wangi
ditentukan oleh komponen utama di dalamnya yaitu kandungan sitronela dan
geraniol yang biasa dinyatakan dengan jumlah kandungan geraniol. Minyak sereh
wangi tidak boleh mengandung atau dikotori oleh bahan asing seperti minyak
Minyak sereh wangi biasanya berwarna kuning muda sampai kuning tua,
bersifat mudah menguap. Pada suhu 15 ºC mempunyai bobot jenis 0,886-0,894;
indeks bias pada suhu 20 ºC adalah 1,467-1,473. Dapat larut dalam 3 bagian
volume alkohol 80 % tetapi bila diencerkan kelarutannya berkurang dan larutan
menjadi keruh (Guenther, 1990).
Senyawa geraniol merupakan penyusun utama dari beberapa minyak atsiri,
seperti minyak sereh, mawar, ketumbar, ylang-ylang, dan neroli. Berupa cairan
tidak berwarna (kuning pucat) pada suhu kamar dan berbau menyenangkan.
Bersifat mudah larut dalam alkohol, eter, dan tidak larut dalam air. Geraniol
digunakan untuk parfum, bahan dasar pembuatan ester misalnya geraniol asetat
yang banyak digunakan sebagai zat pewangi (Guenther, 2006).
Menurut Guenther (2006), minyak sereh wangi asal Jawa mengandung
komponen sebagai berikut : Sitronelal 32 - 45% ; Geraniol 12 – 18% ; Sitronelol
11 - 15% ; Geranil asetat 3 – 8% ; Sitronelil asetat 2 – 4% ; Limonen 2 - 4 % ;
Kadinen 2 - 4% dan selebihnya (2 – 36%) adalah Sitral, Kavikol, Eugenol,
Elemol, Kadinol, Vanilin, Kamfen, α-Pinen, linalool, β-Kariofilen.
Menurut Sastrohamidjojo (2002), minyak sereh wangi mengandung 35 –
97% alkohol sebagai geraniol dan 34 – 45% aldehid dihitung sebagai sitronelal.
Selain itu, Sastrohamidjojo (2002), juga telah berhasil mengidentifikasi sebelas
komponen atau senyawa yang terdapat dalam minyak sereh dengan menggunakan
alat bantu kromatografi gas yang digabung dengan spektrometer masa (GC-MS).
Alat spektrometer masa digabung dengan perpustakaan komputer yang
menyimpan sejumlah besar data spektra masa dari senyawa murni yang telah
diketahui. Komputer membandingkan spektra yang tersimpan dalam pustaka
komputer dengan spektra masa dari komponen-komponen yang terdapat dalam
minyak sereh yang dimiliki Sastrohamidjojo. Adapun hasil analisis spektra masa
komponen dalam minyak sereh, yang teridentifikasi adalah sebagai berikut : (1) α
-pinen, (2) limonen, (3) linalool, (4 sitronelal, (5) sitronelol, (6) geraniol, (7)
sitronelil asetat, (8) β–kariofilen, (9) geranil asetat, (10) δ (delta)-kadinen, (11)
elemol.
Minyak sereh wangi mengandung komponen utama, yaitu : sitronelal,
Senyawa-senyawa ter-sebut merupakan bahan dasar yang digunakan dalam parfum atau
pewangi dan juga produk farmasi. Gabungan ketiga komponen utama tersebut
(Sitronelal, sitronelol, dan geraniol) dikenal sebagai total senyawa yang dapat
diasetilasi. Ketiga komponen ini menentukan intensitas bau harum, nilai dan harga
minyak sereh. Menurut standar pasar internasional, kandungan sitronelal dan
jumlah total alkohol (geraniol) masing-masing harus lebih tinggi dari 35%
(Sastrohamidjojo, 2002). Rumus bangun komponen penyusun minyak sereh
wangi disajikan pada Gambar 1.
Gambar 1. Rumus Bangun Komponen Penyusun Minyak Sereh Wangi (Sastrohamidjojo, 2002)
Sereh Wangi (Cymbopogon winterianus ,jowitt) adalah salah satu tanaman
obat tradisional dimana minyak atsiri yang terkandung di dalamnya mempunyai
aktivitas anti-jamur utamanya terhadap jamur Malassezia furfur (jamur penyebab penyakit kulit yang disebut dengan “panu”) secara invitro (Khoirotunnisa, 2008).
Minyak sereh wangi maupun fraksi citronellol dapat digunakan untuk
menghambat pertumbuhan jamur Phytophthora palmivora. Sehingga penyakit
busuk buah kakao dapat diminimalisir (Nurmansyah, 2010). Selain bersifat
fungisida, minyak sereh wangi juga dapat dimanfaatkan sebagai insektisida, antara
lain terhadap lalat rumah Musca domestica (Samarasekara et al, 2006).
Minyak sereh wangi juga dapat digunakan sebagai penolak gigitan
nyamuk. Larutan sereh wangi mengandung sitronela (35%) dan geraniol
(35-40%). Zat sitronelal ini memiliki sifat racun kontak. Sebagai racun kontak, ia
dapat menyebabkan kematian akibat kehilangan cairan secara terus-menerus
mencium aroma ekstraks sereh wangi, tanaman ini mempunyai aroma yang sangat
wangi akan menyebabkan nyamuk menolak karena baunya (Pinardi et al,, 2010).
Pada saat ini, ada kecenderungan permintaan pasar terhadap produk sintesa
derivat atsiri meningkat, dimana derivat minyak sereh wangi yang mungkin dapat
dikembangkan seperti tertera pada Gambar 2.
CHO SITRONELAL SITRONELOL GERANIOL CH3 OH CHO OH OH HIDROKSI SITRONELAL MENTOL ISOPULEGOL O ESTER MENTOL R
CH2OH
DIMETIL OKTANOL ESTER GERANIL
SITRAL C O H PSEUDOIONON HC O H NEROLIDOL OH FERNESOL
a - IONON HC
O
H B - IONON
HC O
H H - IONON
Fraksi Minyak Sereh
[image:44.595.107.440.217.761.2]O R O R OH OH O R C H ESTER SITRONELIL ESTER ISOPULEGOL
Karakteristik mutu Minyak Sereh Wangi sesuai dengan Standar Nasional
Indonesia (SNI) yang berlaku, disajikan pada Tabel 1 dan Tabel 2, sedangkan sifat
fisis dari komponen utama minyak sereh wangi (sitronelal, sitronelol dan geraniol)
disajikan pada Tabel 3 dan Tabel 4.
Tabel 1. Karakteristik Persyaratan Mutu Minyak Sereh Wangi Berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI)
No Parameter SNI 06-3953-1995
1 Bobot jenis 20 oC / 20 0C 0,880 – 0,922
2 Indeks bias ( nD 20 0C) 1,466 – 1,475
3 Total geraniol ( % ) Min 85
4 Citronellal ( % ) Min 35
5 Warna Kuning pucat - kuning kecoklatan
6 Kelarutan dalam etanol 80 % 1:2 jernih dan seterusnya
7 Zat Asing -
8 Lemak Negatif
9 Alkohol tambahan Negatif
10 Minyak pelican Negatif
11 Minyak terpentin Negatif
Sumber : SNI (1995)
Tabel 2. Sifat Fisik Komponen Utama Minyak Sereh Wangi
No Sifat Fisik Sitronelal Sitronelol Geraniol
1 Rumus molekul C10H18O C10H20O C10H18O
2 Berat molekul (BM) 154,25 156,26 154,24
3 Titik didih (oC) 204 – 208 224 - 225 230 4 Indeks bias (14oC) 1,4641(a) 1,456 – 1,457(a) 1,467 – 1,479(a) 5 Bobot jenis 0,855 (17oC) 0,848 (20oC) 0,883 (15oC) 6 Warna Tidak berwarna Tidak berwarna Tidak berwarna
Sumber : Perry (1984)
Tabel 3. Karakteristik Persyaratan Mutu Sitronelal Berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI)
No Parameter SNI 06-0026-1987
1 Bobot jenis 25 oC / 25 0C 0,850 – 0,860
2 Indeks bias ( nD 25 0C) 1,4440 – 1,4540
3 Putaran Optik ( - 1 0 ) – ( + 11 0)
4 Citronellal, % (b/b) min Min 35
5 Kelarutan dalam alkohol 70 % 1 : 5 jernih
6 Bilangan Asam, maks. 3,0
Tabel 4. Karakteristik Persyaratan Mutu Geraniol Berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI)
No Parameter SNI 06-0027-1987
1 Bobot jenis 25 oC / 25 0C 0,870 – 0,899
2 Indeks bias ( nD 25 0C) 1,4660 – 1,4770
3 Putaran Optik ( - 11 0 ) – ( + 2 0)
4 Geraniol, % (b/b) min 75
5 Sitronelal, % (b/b) maks 7
Sumber : SNI (1987)
Minyak sereh wangi merupakan salah satu jenis minyak atsiri yang cukup
berperan dalam kehidupan sehari-hari. Minyak Sereh Wangi banyak digunakan
dalam industri, terutama sebagai pewangi sabun, sprays, desinfektan, bahan
pengilap, aneka ragam preparasi teknis, dan kosmetik (Lutony dan Rahmayati,
1999). Minyak sereh secara tradisional digunakan sebagai repelen nyamuk,
fumigan (racun inhalasi) di permukiman, ataupun bahan pewangi pada makanan,
sabun, dan kosmetik (Nakahara et al, 2003).
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dengan metode cawan tebar,
diketahui bahwa minyak sereh memiliki aktifitas antibakteri dan antijamur.
Senyawa aktif pada minyak sereh yang berfngsi sebagai antifungi pada penelitian
tersebut adalah sitronelal dan linalool (Nakahara et al, 2003).
Selain itu, minyak sereh juga digunakan pada bidang pertanian sebagai
pestisida alami (insektisida dan fungisida) yang bersifat sebagai racun kontak.
Racun kontak merupakan racun yang masuk dalam tubuh organisme melalui kulit
dan menyebabkan serangga kehilangan cairan dalam tubuh secara terus-menerus
kemudian mati (Djojosumarto, 2008).
Minyak sereh juga sering digunakan sebagai penolak serangga alami.
Kemampuan menolak nyamuk telah dibuktikan melalui penelitian terhadap
nyamuk Aedes aegypti maupun Culex quinquefasciatus dengan cara mengoleskan
formula penolak nyamuk yang mengandung minyak sereh di kulit selama 60
menit uji. Hasil pengujian mengindikasikan bahwa minyak sereh wangi efektif
2.4. Sitronelal
Komponen utama minyak serai wangi adalah sitronela dan geraniol, yang
memiliki sifat antibakteri dan antikapang, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai
pestisida nabati (Miftakhurohmah et al, 2008). Turunan senyawa sitronelal dan
geraniol seperti hidroksi sitronelal, mentol sintetis, ester geraniol dan ester
sitronelol banyak dibutuhkan industri formulasi parfum berkualitas tinggi, flavour,
fragrance, obat-obatan, repellent, di samping itu minyak sereh wangi secara
langsung juga dipakai sebagai top/middle note pada produk home care dan
personal care karena bermanfaat menenangkan, antiseptik, tolak nyamuk,
membantu melemaskan otot, dan bau harumnya membangkitkan gairah. Di
Indonesia, minyak sereh wangi digunakan untuk krim detergen dan produk
pembersih rumah tangga (Sabini, 2006).
Sitronelal merupakan senyawa monoterpena yang mempunyai gugus
aldehid, ikatan rangkap dan rantai karbon yang memungkinkan mengalami reaksi
siklisasi aromatisasi (Irna et al, 2007) Selain itu, sitronelal juga merupakan bahan
dasar sintesis pembuatan fragrance seperti sitronelol, isopulegol, mentol dan
ester-ester lainnya yang mempunyai bau dan wangi yang khas. Sitronelal bila
direaksikan dengan berbagai senyawa yang bersifat asam seperti anhidrida asetat,
dan sebagaiya akan mengalami siklisasi menjadi isopulegol dan sejumlah isomer
(isopulegol sebagai produk utama). Bila isopulegol dihidrogenasi dengan Raney
Ni akan menghasilkan mentol. Salah satu pabrik di Perancis mengkonsumsi
mentol sintetik sekitar 10% dari produk total dunia minyak sereh, tipe Jawa.
Pernggunaan yang penting dari sitronelal adalah untuk pembuatan hidroksi
stronelal, dimana hidroksi sitronelal ini merupakan salah satu senyawa sintetik
yang paling penting dalam pewangian. Senyawa tersebut memiliki bau yang
harum seperti floral – lily sehingga sejumlah orang menyebutnya sebagai king of
the parfumes (parfum berkualitas tinggi). Karena itu sitronelal digunakan untuk
pewangi sabun dan kosmetika, flavoring agent untuk aneka makanan dan
minuman, obat-obatan, repellent (obat pengusir/penolak nyamuk), produk home
care dan personal care karena bermanfaat untuk menenangkan, antiseptik,
Indonesia pada umumnya digunakan untuk krim detergen dan produk pembersih
rumah tangga (Irna et al, 2007).
Proses isolasi atau fraksionasi sitronelal harus dikerjakan dalam keadaan
vakum untuk mencegah kerusakan (dekomposisi) komponen karena panas yang
tinggi. Pengambilan kondisi operasi fraksinasi dengan cara pendekatan antara
[image:48.595.84.476.139.815.2]tekanan terhadap temperatur pada komponen utama minyak sereh disajikan pada
Tabel 5.
Isolasi sitronelal dapat dilakukan dengan cara distilasi fraksinasi
pengurangan tekanan dan cara pengendapan menggunakan larutan jenuh natrium
bisulfit (NaHSO3). Hasil Isolasi sitronelal dengan cara pengendapan
menggunakan larutan jenuh natrium bisulfit (NaHSO3) ternyata lebih efektif dari
pada cara distilasi fraksi-nasi pengurangan tekanan. Kondisi proses yang
digunakan melalui cara pengen-dapan ini adalah suhu proses 5 0C dan lama
pengadukan 2 jam. Rendemen yang diperoleh sebesar 39,92% dan kadar sitronelal
92,05%. Pemeriksaan awal dengan menggunakan kromatografi gas,
spektrofotometer IR dan GC-MS menunjukan bahwa rendemen tertinggi sitronelal
adalah 37,99 % (Siallagan, 1999).
Tabel 5. Data Berbagai Tekanan dan Temperatur Komponen Utama Minyak Sereh Wangi
Tekanan Temperatur (oC)
mmHg mBar Sitronelal Sitronelol Geraniol
1 1.3332 44 66.4 69.2
5 6.6661 71.4 93.6 96.8
10 13.332 84.8 107 110
20 26.664 99.8 121.5 123.6
30 39.997 107.95 129.35 133.7
40 53.329 116.1 137.2 141.8
60 79.993 126.2 147.2 151.5
100 133.32 140.1 159.8 165.3
200 266.64 160 179.8 185.6
400 533.29 183.8 201 207.8
760 1013.2 206.5 221.5 230
0 50 100 150 200 250
0 200 400 600 800 1000 1200
Temperatur (oC) Sitronelal Temperatur (oC) Sitronelol Temperatur (oC) Geraniol
[image:49.595.113.508.96.364.2]Tekanan (mBar) Temperatur (oC)
Gambar 3. Grafik hubungan antara tekanan terhadap temperatur untuk komponen utama minyak sereh wangi (Perry, 1994)
Agustian et al (2005), dalam Proyek ITDP-Twinning Activities,
1999-2000, telah melakukan penelitian tentang isolasi sitronelal dengan distilasi
fraksionasi pada tekanan 40 mmHg (53 mBar) dan suhu 128,3 oC. Penelitian ini
merupakan kajian awal pengembangan kimia adi dari minyak sereh wangi dan
esternya. Hasil kajian dari proyek ini menunjukkan bahwa rendemen sitronelal
yang diperoleh sebesar 11,35% dan kemurnian 96%, sedangkan kandungan
sitronelal awal di dalam bahan baku sebesar 40,50%.
Agustian et al (2005), telah melakukan penelitian tentang isolasi sitronelal
melalui proses penyulingan vakum dengan memvariasikan refluks rasio dan
menggunakan alat distilasi fraksionasi vakum skala bench. Alat ini berguna untuk
memisahkan komponen utama berdasarkan perbedaan titik didih. Kondisi terbaik
yang pernah diperoleh adalah fraksinasi menggunakan tekanan 60 mmHg dan
refluks rasio 20 : 10, yang menghasilkan rendemen sebesar 41,33% dengan
kandungan Sitronelal sebesar 96,1030 % atau 39,72 % dari bahan baku (umpan
minyak sereh wangi sebesar 1500 ml). Isolasi sitronelal secara fisika melalui
yang dapat diperoleh sekitar 35 % pada titik didih dan tekanan 47 – 48 oC /3
mmHg (Sastrohamidjojo, 2002).
Menurut Perry (1994), jika mengisolasi sitronelal dengan menggunakan
tekanan 3 mmHg, seharusnya suhu yang digunakan atau dipertahankan adalah
60,44 oC. Selain itu, menurut Guenther (2006), minyak sereh wangi asal Jawa
mengandung sitronelal 32 - 45%. Oleh karena itu, perolehan sitronelal dalam
penelitian ini masih bisa ditingkatkan dengan menggunakan tekanan 3 mmHg dan
suhu 60,44 – 71,58 oC.
Sastrohamidjojo (2002), telah melakukan penelitian tentang isolasi sitronelal secara kimia dengan larutan jenuh natrium bisulfit (NaHSO3). Bila larutan jenuh NaHSO3
dituangkan ke dalam minyak sereh, yang bereaksi hanya sitronelal, maka reaksi antara sitronelal dengan NaHSO3 merupakan reaksi adisi dan dari reaksi adisi ini akan terbentuk
garam atau endapan berwarna putih yang larut dalam air dan akibat dari reaksi ini akan diperoleh dua lapisan. Lapisan atas berupa senyawa yang tetap tidak larut dalam air,
sedangkan lapisan bawah adalah endapan hasil adisi yang larut dalam air. Proses selanjutnya adalah filtrasi, tapi filtrasi ini tidak berjalan lancar karena endapan hasil adisi sangat kental. Untuk mengisolasinya dilakukan dengan mengekstrak-nya dengan pelarut
pentane. Endapan hasil adisi direaksikan dengan larutan Na2CO3 untuk membebaskan
sitronelal. Dari cara isolasi ini sitronelal yang diperoleh sekitar 18,4%. Adapun reaksinya adalah sebagai berikut :
Sitronelal + Na+HSO3 Hasil adisi
Hasil adisi + Na2CO3 Sitronelal + Na2SO3 + NaHCO3
Isolasi Sitronelal dapat dilakukan melalui proses penyulingan vakum dengan
memvariasikan refluks rasio dan menggunakan alat distilasi fraksionasi skala
bench. Alat ini berguna untuk memisahkan