• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kandungan Logam Berat Fe, Cu, Cr dan Zn pada Juvenil Ikan Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus) yang Dipaparkan pada Limbah Baja (Slag)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kandungan Logam Berat Fe, Cu, Cr dan Zn pada Juvenil Ikan Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus) yang Dipaparkan pada Limbah Baja (Slag)"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

KANDUNGAN LOGAM BERAT Fe, Cu, Cr DAN Zn PADA

JUVENIL IKAN KERAPU MACAN

(Epinephelus fuscoguttatus)

YANG DIPAPARKAN PADA LIMBAH BAJA (

SLAG

)

GILANG RUSRITA AIDA

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kandungan Logam Berat Fe, Cu, Cr dan Zn pada Juvenil Ikan Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus) yang Dipaparkan pada Limbah Baja (Slag) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, April 2013

Gilang Rusrita Aida

(4)

ABSTRAK

GILANG RUSRITA AIDA. Kandungan Logam Berat Fe, Cu, Cr dan Zn pada Juvenil Ikan Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus) yang Dipaparkan pada Limbah Baja (Slag). Dibimbing oleh M. MUKHLIS KAMAL dan YUSLI WARDIATNO.

Slag merupakan limbah yang dihasilkan dari industri peleburan baja yang telah dimanfaatkan di beberapa negara. Di Indonesia, limbah ini belum dapat dimanfaatkan karena PP No. 85 Tahun 1999 menggolongkan slag ke limbah B3 karena kandungan logam berat yang dikhawatirkan akan terlepas ke perairan jika terpapar terus-menerus. Perbedaan perlakuan ini menjadikan acuan untuk dilakukan pengujian skala laboratorium untuk mengetahui kandungan logam berat Fe, Cr, Cu dan Zn pada biota setelah dipaparkan slag. Biota yang digunakan yaitu juvenil ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) yang merupakan salah satu ikan yang berasosiasi dengan ekosistem karang dan dapat terkena dampaknya jika terjadi pelepasan logam dari slag yang dipaparkan. Hasil penelitian dengan 6 perlakuan pemaparan sedimen slag (A: slag 100%; B: slag 80%; C: slag 60%;D:

slag 40%; E: slag 20% dan F: pasir laut 100%) menunjukkan adanya perbedaan kandungan logam berat Fe, Cr, Cu dan Zn pada daging juvenil ikan kerapu macan setelah pemaparan. Namun, hasil uji ANOVA menunjukkan perbedaan yang tidak signifikan terhadap kandungan logam berat sebelum dan setelah pemaparan (p>0.05). Hal ini menunjukkan bahwa slag tidak mempengaruhi kandungan logam berat (Fe, Cr, Cu dan Zn) pada daging juvenil ikan kerapu macan

Kata kunci: slag, logam berat dan ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus)

ABSTRACT

GILANG RUSRITA AIDA. Concentration of Fe, Cu, Cr and Zn in Tiger Grouper Juvenile (Epinephelus fuscoguttatus) under Slag’s Exposure. Supervised by M. MUKHLIS KAMAL and YUSLI WARDIATNO.

Slag is the waste generated from the steel foundries which have been used in some of countries. In Indonesia, this waste can not be utilized. Government Regulation No. 85, 1999 clasifies slag into B3 waste because of heavy metal (Fe, Cr, Cu and Zn) that containing inside and it is feared will be released to the aquatic environment organism if exposed continuously, in order that the laboratory-scale studies are needed to determine the content of heavy metals of the organism under slag’s exposure. The organism that used on this experiment is tiger grouper juvenile (Epinephelus fuscoguttatus) which is one of the fish associated with coral ecosystems and it may affected the release of metals from slag’s exposure. The results that used for 6 treatments slag sediment’s exposure (A: 100% slag; B: 80% slag, C: 60% slag; D: 40% slag, E: 20% slag and F: marine sand 100%) shows the different content of heavy metals in fish meat after exposure. However, ANOVA test showed no significant differences with respect to the content of heavy metals before and after exposure (p>0.05). This indicates that the slag does not affect the content of heavy metals (Fe, Cr, Cu and Zn) in juvenile tiger grouper.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan

pada

Departemen Manajemen Sumber Daya Perairan

KANDUNGAN LOGAM BERAT Fe, Cu, Cr DAN Zn PADA

JUVENIL IKAN KERAPU MACAN

(Epinephelus fuscoguttatus)

YANG DIPAPARKAN PADA LIMBAH BAJA (

SLAG

)

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2013

(6)
(7)

Judul Skripsi : Kandungan Logam Berat Fe, Cu, Cr dan Zn pada Juvenil Ikan Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus) yang Dipaparkan pada Limbah Baja (Slag)

Nama : Gilang Rusrita Aida NIM : C24090006

Disetujui oleh

Dr Ir M Mukhlis Kamal, MSc Pembimbing I

Dr Ir Yusli Wardiatno, MSc Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Yusli Wardiatno, MSc Ketua Departemen

(8)
(9)

PRAKATA

Syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir yang berjudul Kandungan Logam Berat Fe, Cu, Cr dan Zn pada Juvenil Ikan Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus) yang Dipaparkan pada Limbah Baja (Slag); yang dilaksanakan pada bulan Mei 2012, dan merupakan salah satu syarat untuk dapat melaksanakan penelitian dan menyusun tugas akhir untuk memperoleh gelar sarjana perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Pada kesempatan ini tidak lupa penulis mengucapkan terima kepada Dr Ir M Mukhlis Kamal,MSc dan Dr Ir Yusli Wardiatno,MSc selaku dosen pembimbing serta Ir Agustinus Samosir,MPhill dan Dr Ir Ario Damar,MSi selaku Komisi Pendidikan S1 dan dosen penguji atas saran yang diberikan. Ucapan terima kasih juga ditunjukkkan kepada Prof Dr Ir Djamar F T Lumban Batu,MAgr selaku pembimbing akademik; Dr Majariana Krisanti,SPi,MSi yang telah memberikan kesempatan dan arahan dalam pelaksanaan tugas akhir ini; Ayah, ibu dan adik-adikku (Rifana dan Bagas); teman-teman MSP 46 (Rodearni,Viska, Zia, Nanda, Nur Mar A, dll); teman-teman satu penelitian slag (Tyas, Niken, Asyanto dan Allsay) dan kakak-kakak MSP 44 (Kak Dede, Kak Reza, Kak Arif dan Kak Agus) dan MSP 45 serta MSP 47 atas dukungan dan doanya dalam penyelesaian tugas akhir ini.

Penulis menyadari tulisan ini masih jauh dari sempurna, dikarenakan keterbatasan pengetahuan penulis. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk berbagai pihak.

Bogor, April 2013

(10)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN Latar Belakang

Tujuan dan Manfaat penelitian

1 2

METODE Tempat dan Waktu Penelitian

Tahap Persiapan Penelitian Utama Analisa Data

2 2 3 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Kandungan logam Berat Fe, Cr, Cu dan Zn Kondisi Media Percobaan

Pertumbuhan Juvenil Ikan Kerapu Maca Pembahasan

4 8 10 12 KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan Saran

16 16

PERSANTUNAN 16

DAFTAR PUSTAKA 17

LAMPIRAN 19

(11)

DAFTAR TABEL

1. Perbandingan komposisi sedimen 3

2. Pertumbuhan mutlak juvenil ikan kerapu macan selama pecobaan 11 3. Laju pertumbuhan relatif juvenil ikan kerapu macan selama

percobaan 12 4. Laju pertumbuhan spesifik (SGR) juvenil ikan kerapu macan

selama percobaan 12

DAFTAR GAMBAR

1. Desain penelitian 2

2. Kandungan logam Fe dalam (a) daging juvenil ikan kerapu macan

dan (b) media percobaan 5

3. Kandungan logam Cr dalam (a) daging juvenil ikan kerapu macan

dan (b) media percobaan 6

4. Kandungan logam Cu dalam (a) daging juvenil ikan kerapu macan

dan (b) media percobaan 7

5. Kandungan logam Zn dalam (a) daging juvenil ikan kerapu macan

dan (b) media percobaan 8

6. Kondisi parameter kualitas air harian selama percobaan (a) pH

(b)salinitas (c) Oksigen terlarut dan (d) temperatur 9 7. Kandungan total amonia pada media percobaan 10 8. Rataan perubahan bobot juvenil ikan kerapu macan selama

percobaan 11

DAFTAR LAMPIRAN

1. Alat, bahan dan metode yang digunakan selama penelitian 20

2. Dokumentasi kegiatan penelitian 21

3. Nilai baku mutu untuk kualitas media dan logam berat pada biota 23 4. Analisa pertumbuhan juvenil kerapu macan 24

5. Model rancangan kelompok 25

6. Uji BNT 26

7. Uji F perlakuan sedimen terhadap kandungan logam pada juvenil ikankerapu macan

27 8. Kondisi kualitas air pada pengamatan setiap tiga jam (a) 05-07

Juni 2012 (b) 19-21 Juni 2012 dan (c) 03-05 Juli 2012

31

(12)
(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Slag baja atau disebut limbah baja merupakan hasil sampingan dari peleburan baja. Bahan ini dihasilkan dari proses pemurnian logam panas melalui tanur tinggi menjadi baja. Slag dibeberapa negara seperti Amerika, Jepang dan Inggris telah dimanfaatkan. Contohnya di negara bagian Alabama (AS) yang telah memanfaatkannya sebagai semen atau yang disebut sebagai slag cement

(SCA 2011). Inggris menggunakan limbah baja sebagai bahan material jalan dilaporkan sejak tahun 1813 (Barišić et al. 2010). Jepang telah memanfaatkan

Blast Furnace slag (BFS) yang berbentuk agregat sebagai pengganti pasir pantai untuk menimbun sedimen dasar berlumpur di perairan dangkal. Hal ini dilakukan untuk menekan pembentukan hidrogen sulfat (H2S) oleh bakteri yang dapat menyebabkan blue tides. Setelah menekan blue tides, penggunaan pasir BFS teryata dapat meningkatkan diversitas bentik laut dibanding dengan penggunaan pasir pantai (Takahashi & Kazuya 2002). Hasil monitoring tahun 1990-1998 pada perairan pesisir Kaohsiung, Taiwan menunjukkan diversitas ikan demersal yang lebih tinggi di daerah perairan dengan sedimen campuran pasir dan slag dibanding dengan area dengan sedimen alami berupa pasir (Chou et al. 2002). Selain dalam bentuk butiran, Jepang telah mengembangkan slag dalam bentuk blok dengan ukuran 25cm melalui proses pemadatan untuk diletakkan didasar perairan di kawasan Hirosima. Hasil dari monitoring menunjukkan pada blok slag tersebut di tumbuhi tanaman laut yang memiliki tipe sama dengan tanaman yang tumbuh pada batuan alami di sekitar perairan tersebut (Takahashi & Kazuya 2002).

Adanya pemanfaatan slag di beberapa negara lainnya menunjukkan limbah ini mungkin memang tidak berbahaya terhadap lingkungan dan terhadap biota. Menurut The Federal Register Vol. 45 No. 98 tahun 1980, telah dilakukan pengujian terhadap bahan slag dengan standar EPA, yang menyatakan slag tidak berbahaya dengan hasil sebagai berikut: tidak mudah terbakar, mempunyai pH 7.9 (tidak korosif), tidak bersifat reaktif dan tidak bersifat racun (Gunawan et al. 2011). Namun, di Indonesia slag ini tidak dapat dimanfaatkan secara langsung karena berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 85 Tahun 1999 menggolongkan

slag kedalam limbah B3. Hal ini disebabkan adanya kandungan logam berat dalam slag dikhawatirkan akan terlepas ke perairan jika terpapar terus menerus sehingga dapat membahayakan biota akuatik. Masuknya limbah baja (slag) ke daftar limbah B3 dinilai sangat memberatkan bagi pengusaha industri baja sehingga slag tersebut hanya tertimbun di gudang-gudang perusahaan setiap tahunnya dan tidak termanfaatkan. Padahal slag berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai material infrastruktur seperti pemecah gelombang dan substrat transplantasi karang karena memiliki struktur yang lebih kuat dibandingkan material biasa.

Adanya kandungan kandungan logam berat dan perbedaan pemanfaatan slag

(14)
(15)

3 ±1 cm, kemudian sedimen tersebut dibungkus dengan kain menjadi 6 bagian dengan ukuran yang relatif sama (10x10x5 cm3) dan diletakkan di dasar akuarium untuk mempermudah pembersihan sisa pakan dan kotoran ikan di dasar akuarium. Selanjutnya air dengan salinitas 21 ppt dimasukkan ke masing-masing akuarium percobaan setinggi 15 cm (volume ± 30 liter). Pada masing-masing akuarium dilengkapi dengan sirkulator dan aerator yang berfungsi untuk menunjang kebutuhan oksigen terlarut dan menjaga kebersihan media (Gambar 1). Setelah penyusunan media percobaan selesai, media tersebut didiamkan selama ±7 hari untuk menstabilkan media percobaan. Kemudian juvenil ikan kerapu macan yang diperoleh dari Balai Budidaya Air Payau (BPAP) Situbondo, Jawa Timur dengan berat 2-3 gram dan panjang 4-5 cm dimasukkan ke dalam media percobaan masing-masing perlakuan berjumlah 15 ekor. Pemberian pakan berupa pelet sebanyak 3 kali sehari.

Kondisi media dipertahankan pada kisaran suhu berkisar 24-31oC dengan AC (Air Conditioner), oksigen terlarut >5mg/l, pH berkisar antara 7.8-8.5 dan salinitas antara 21-24 ppt. Untuk menjaga kestabilan salinitas akibat penguapan, dilakukan pergantiaan air setiap dua hari sekali dengan mengganti dua gayung air akuarium dengan air tawar. Pergantian air ini juga menjaga kebersihan media percobaan.

Penelitian utama

Penelitian utama meliputi pengukuran kualitas air, logam berat dan bobot ikan. Pengukuran kualitas air dilakukan secara harian dan simultan per 3 jam selama 48 jam setiap 2 minggu yang meliputi suhu, oksigen terlarut, pH, dan salinitas. Analisis kandungan logam berat dan amonia total pada media dilakukan pada air baku laut dan media percobaan setelah pemaparan sedimen selama 7 hari dan diakhir percobaan. Sementara pada daging ikan dilakukan di awal sebelum pemaparan dan di akhir percobaan dengan masing-masing jumlah ikan yang digunakan untuk analisis 5 ekor/perlakuan. Pengukuran bobot ikan kerapu macan dilakukan di awal sebelum pemaparan dan akhir percobaan setelah pemaparan.

Metode yang digunakan untuk analisa kandungan logam berat menggunakan AAS yang mengacu pada Eaton et al. (2005); suhu, pH dan oksigen terlarut mnggunakan probe elektroda; salinitas menggunakan refraktofotometer

Tabel 1. Perbandingan komposisi sedimen Seri

akurium % Slag % Pasir

Bobot % slag (gr)

Bobot % pasir (gr)

A 100 0 4294 0

B 80 20 3435.2 552.8 C 60 40 2576.4 1105.6 D 40 60 1717.6 1658.4 E 20 80 858.8 2211.2

(16)

4

dan bobot ikan menggunakan timbangan digital. Alat dan bahan yang digunakan selama penelitian disajikan pada Lampiran 1.

Analisis Data Analisa Deskriptif

Analisa deskriptif digunakan untuk membandingkan kualitas air dan kandungan logam pada media percobaan serta daging juvenil dengan naku mutu. Kualitas air dan kandungan logam berat media percobaan dibandingkan dengan baku mutu Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 51 tahun 2004 tentang baku mutu air laut. Sementara kandungan logam pada daging dibandingkan dengan SK Dirjen POM No. 037/25/B/SKVII/1989 mengenai batas maksimum cemaran logam dalam produk pangan serta beberapa sumber lainnya (Lampiran 3). Pertumbuhan

Pertumbuhan yang dianalisa dalam penelitian ini adalah pertumbuhan mutlak (gram), laju pertumbuhan relatif/GR (%) dan laju pertumbuhan spesifik/SGR (% perhari) yang diacu dari Affandi & Tang (2002) yang disajikan pada Lampiran 4.

Analisis Statistik

Analisis statistik digunakanan untuk mengetahui pengaruh pemaparan sedimen slag terhadap kandungan logam pada juvenil ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus). Model yang digunakan dalam penelitian eksperimental ini adalah rancangan kelompok (RK) dan dilakukan uji ANOVA (Mattjik & Sumertajaya 2000) yang disajikan pada Lampiran 5. Hasil uji ANOVA, jika Ftabel > Fhitung maka keputusan yang diperoleh adalah terima H0 yang berarti tidak ada satu pun perlakuan dan kelompok yang memberikan perbedaan nyata terhadap kandungan logam berat pada ikan kerapu macan. Sebaliknya, jika Ftabel <

Fhitung maka keputusan yang diperoleh adalah tolak H0 berarti sedikitnya ada satu

perlakuan dan kelompok yang mempengaruhi kandungan logam berat pada ikan kerapu macan sehingga perlu dilakukan uji beda nyata terkecil (BNT). Uji BNT diperlukan untuk melihat perbedaan pengaruh nyata pada setiap perlakuan ( Lampiran 6).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Kandungan Logam Berat Fe, Cr, Cu dan Zn

(17)
(18)

6

Logam Cr (Gambar 3) dalam daging juvenil ikan kerapu mengalami peningkatan pada pemaparan 4 dan 5 minggu kemudian menurun pada pemaparan 6 minggu. Sementara kandungan Cr dalam media yang cenderung mengalami

peningkatan selama pemaparan. Peningkatan konsentrasi Cr dalam daging juvenil kerapu ini kemungkinan merupakan akumulasi dari media namun dapat diekskresikan yang ditunjukkan dengan penurunan konsentrasi Cr di akhir penelitian. Konsentrasi Cr dalam daging maupun media kemungkinan bukan berasal dari slag. Hal ini dapat dilihat dari perlakuan F menunjukkan Cr dalam media juga tinggi dan lebihn tinggi dibanding perlakuan A. Pada daging ikan juga menunjukkan bahwa kandungan Cr pada perlakuan F lebih tinggi dibanding dengan perlakuan B dan C. Hasil uji ANOVA (Lampiran 7) logam Cr menunjukkan bahwa perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap kandungan logam Cr dalam daging ikan (p>0.05).

Logam Cu dalam daging juvenil ikan kerapu macan (Gambar 4) menunjukkan perbedaan nilai yang tidak signifikan selama pemaparan jika

(a)

(b)

Gambar 3. Kandungan logam Cr dalam (a) daging juvenil ikan kerapu macan dan (b) media percobaan (A: sedimen slag 100%; B: sedimen

slag 80%; C: sedimen slag 60%;D: sedimen slag 40%; E: sedimen slag

7 hari pemaparan (0.001 mg/l)

(19)

7 dibandingkan kandungan Cu pada ikan sebelum pemaparan yaitu sebesar 23.32 mg/kg. Berbeda dengan konsentrasi Cu dalam media yang mengalami peningkatan dibanding dengan 7 hari pemaparan tanpa biota yang konsentrasinya <0.005 mg/l. Pada perlakuan F menunjukkan konsentrasi Cu dalam daging yang tidak berbeda nyata dibanding perlakuan lainnya dengan sedimen slag. Begitu juga pada media yang malah menunjukkan konsentrasi yang lebih tinggi

dibanding perlakuan A-B-C-D-E. Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan tidak berpengaruh terhadap kandungan logam Cu dalam daging ikan maupun dalam media percobaan. Uji ANOVA (Lampiran 7) logam Cu menunjukkan bahwa perlakuan sedimen slag tidak berpengaruh terhadap kandungan logam Cu dalam daging ikan (p>0.05).

Berbeda dengan logam lainnya, konsentrasi Zn (Gambar 5) baik dalam daging ikan maupun pada media percobaan menunjukkan penurunan selama pemaparan. Jika dilihat sumber Zn, logam ini kemungkinan bukan berasal dari

slag. Pada media percobaan dimana perlakuan D (40% slag) menunjukkan (a)

(b)

Gambar 4. Kandungan logam Cu dalam (a) daging juvenil ikan kerapu macan dan (b) media percobaan (A: sedimen slag 100%; B: sedimen slag

80%; C: sedimen slag 60%;D: sedimen slag 40%; E: sedimen slag 20% dan

7 hari pemaparan (<0,005 mg/l)

(20)

8

konsentrasi yang lebih tinggi yaitu 0.0930 mg/l dibanding dengan perlakuan A dan B yang hanya mencapai 0.0173 mg/l dan 0.0125 mg/l setelah 7 hari pemaparan tanpa biota. Begitu juga pada perlakuan F yang menunjukkan konsentrasi media yang relatif sama dengan perlakuan B-C setelah 7 hari pemaparan. Konsentrasi Zn dalam daging pada perlakuan F (100% pasir) menunjukkan nilaiyang relatif sama dengan perlakuan C-D-E (terdapat slag).Uji ANOVA (Lampiran 7) logam Zn menunjukkan bahwa perlakuan tidak berpengaruh terhadap kandungan logam Fe dalam daging ikan (p>0.05).

Kondisi Media Percobaan Kualitas Air Harian

Kualitas air harian media percobaan diukur untuk menjaga kestabilan beberapa parameter agar ikan kerapu dapat bertahan lama dan logam dalam ikan dapat terlihat perbedaannya. Berdasarkan hasil pengamatan dari awal hingga akhir

(a)

(b)

Gambar 5. Kandungan logam Zn dalam (a) daging juvenil ikan kerapu macan dan (b) media percobaan (A: sedimen slag 100%; B: sedimen slag

(21)

9 percobaan, nilai parameter-parameter tesebut masih dalam kisaran yang sama dan sesuai untuk ikan kerapu macan dapat tumbuh optimum (Gambar 6). Nilai pH berada pada kisaran 7-8.5, oksigen terlarut > 5 mg/l, salinitas antara 20-24 ppt dan temperatur pada kisaran 24-28oC. Kisaran nilai parameter-parameter kualitas air tersebut juga sama dengan kisaran nilai pada pengukuran secara simultan pertiga jam (Lampiran 8).

Total Amonia (NH3-N)

Total amonia diukur untuk mengetahui kandungan ammonia dalam media percobaan selama pemaparan. Nilai amonia total dari hasil pengukuran menunjukkan nilai yang mengalami peningkatan selama pemaparan dibandingkan

DO (mg.L

Gambar 6. Kondisi parameter kualitas air harian selama percobaan (A: sedimen slag 100%; B: sedimen slag 80%; C: sedimen slag 60%;D: sedimen

(22)

10

dengan sebelum pemaparan dan air baku laut. Kandungan amonia pada air baku laut sebesar 0.233 mg/l dan setelah mengalai pemaparan slag selama 7 hari meningkat menjadi 0.298-0.660 mg/l dan pada akhir percobaan menjadi 0.105-0.565 mg/l. Peningkatan kadar total amonia dalam media percobaan diduga

berasal dari sisa pakan dan kotoran yang dihasilkan oleh juvenil ikan kerapu. Kandungan amonia dalam perairan ini dapat bersifat toksik pada ikan dengan menurunnya kadar oksigen terlarut, pH dan suhu.

Pertumbuhan Juvenil Ikan Kerapu Macan Biomassa (gram)

Perubahan biomassa ikan selama percobaan dapat dilihat dari perbedaan bobot awal dan akhir percobaan. Hasil rataan biomassa juvenil ikan kerapu macan dari setiap perlakuan dapat dilihat pada Gambar 9. Rata-rata perubahan bobot dari setiap perlakuan sebesar 1-2 gram dari bobot awal. Perubahan bobot terbesar terdapat pada perlakuan F dari nilai rataan bobot 2.0373 gram menjadi 4.0608 gram sementara perubahan bobot terendah terdapat pada perlakuan D dari 1.9311 gram menjadi 2.8069 gram. Adanya peningkatan bobot rata-rata pada juvenil ikan kerapu macan ini menunjukkan ikan kersebut mengalami pertumbuhan selama percobaan pemaparan slag dilakukan.

Pertumbuhan Mutlak (gram)

Pertumbuhan mutlak merupakan selisih bobot basah pada akhir percobaan dengan awal percobaan. Pada percobaan ini dilakukan pengukuran bobot ikan di awal dan di akhir percobaan sehingga pertumbuhan mutlak ikan kerapu dapat diketahui (Tabel 2). Pertumbuhan mutlak juvenil ikan kerapu macan selama percobaan memiliki nilai yang bervariasi dengan kisaran antara 0.8758-2.0234 gram. Pertumbuhan mutlak tertinggi terdapat pada perlakuan F dengan lama

Gambar 7. Kandungan total amonia pada media percobaan (A: sedimen

slag 100%; B: sedimen slag 80%; C: sedimen slag 60%;D: sedimen slag

40%; E: sedimen slag 20% dan F: pasir 100%)

0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8

A B C D E F

To

ta

l Amo

n

ia

(

m

g

/l)

Perlakuan

Air Baku

Pemaparan 7 Hari

(23)

11

pemaparan 6 minggu. Sementara pertumbuhan mutlak terendah terdapat pada perlakuan D dengan lama pemaparan 4 minggu. Pertumbuhan mutlak pada ikan kerapu macan dengan pemaparan 6 minggu cenderung lebih besar dibanding dengan pemaparan 4 dan 5 minggu. Hal ini dikarenakan pada perlakuan 6 minggu kesempatan untuk tumbuh lebih lama.

Laju Pertumbuhan Relatif (%) dan Laju Pertumbuhan Spesifik (% perhari) Laju pertumbuhan relatif diperlukan untuk mengetahui besarnya pertumbuhan bobot (%) juvenil ikan kerapu macan selama percobaan. Sementara laju pertumbuhan spesifik (SGR) dihitung untuk mengetahui pertumbuhan bobot ikan kerapu perhari (%perhari) selama percobaan dilakukan. Besarnya laju pertumbuhan relatif dan laju pertumbuhan spesifik dapat dilihat pada Tabel 3 dan 4.

Laju pertumbuhan relatif juvenil ikan kerapu macan terbesar terdapat pada perlakuan F sebesar 99.3179% kemudian disusul dengan perlakuan E sebesar 89.4080%. Laju pertumbuhan relatif ikan dengan pemaparan selama 6 minggu cenderung lebih besar dibanding dengan 4 dan 5 minggu. Hal ini dikarenakan kesempatan untuk tumbuh pada pemaparan 6 minggu yang lebih lama dibanding 4

Gambar 8. Rataan perubahan bobot juvenil ikan kerapu macan selama percobaan (A: sedimen slag 100%; B: sedimen slag 80%; C: sedimen

slag 60%;D: sedimen slag 40%; E: sedimen slag 20% dan F: pasir 100%)

Tabel 2. Pertumbuhan mutlak juvenil ikan kerapu macan selama pecobaan Perlakuan

Bobot awal (Wo)

Bobot akhir (Wt) Pertumbuhan mutlak (gr) 4 A 2.6191 3.7773 4.3770 1.1582 1.7579 B 2.0213 3.1993 3.3664 1.1780 1.3450

C 2.7222 4.4127 1.6905

D 1.9311 2.8069 0.8758 E 2.0389 3.8618 1.8229

F 2.0373 4.0608 2.0234

(24)

12

dan 5 minggu. Nilai SGR yang tinggi pada perlakuan E dan F masing-masing 2.2812% perhari dan 1.6040% perhari menunjukkan pertumbuhan harian juvenil ikan kerapu macan cenderung lebih besar dibanding dengan perlakuan lainnya.

Pembahasan

Slag merupakan limbah yang dihasilkan dari industri peleburan baja. Menurut Tossavainen (2005) dan Tossavainen et al. (2007) logam yang terkandung dalam slag antara lain Fe, Al, Ca, Mg, Mn, Si, Mo, Ni, K, Na,P, Ti,V Cr, Cu, dan Zn. Berdasarkan hasil pengujian komposisi kimia agregat slag terdiri dari SiO2 18.66 %; CaO 27.36%; MgO 4.6%; Al2O3 10.4%; Fe2O3 13.35% (ASA 2002 in Gunawan et al. 2011). Sementara dalam penelitian ini karakteristik slag

yang digunakan merupakan jenis steelmaking slag yang memiliki komposisi Fe total 32.8%; CaO 26.5%;SiO2 13.10%; Al2O3 4.34%; K2O 0.097%; Na2O 0.26%; MgO 5.71%; MnO 3.54%; Cu 0.004%; Zn 0.014%; Cr 0.048% dan P2O5 2.11% (Damar et al. 2013). Beberapa logam berat yang terkandung dalam dalam limbah tersebut termasuk ke dalam logam berat yang bersifat toksik tinggi (Cu dan Zn), sedang (Cr) dan rendah (Fe). Namun, logam-logam berat dalam slag ini kandungannya relatif lebih rendah dibanding logam ringan lain, bahkan beberapa logam berat seperti Pb dan Cd tidak terdeteksi. Meskipun Fe, Cr, Cu dan Zn Tabel 3. Laju pertumbuhan relatif juvenil ikan kerapu macan selama

percobaan

Perlakuan

Bobot awal (Wo)

Bobot akhir (Wt) Laju Pertumbuhan Relatif(%) A 2.6191 3.7773 4.3770 44.2196 67.1178 B 2.0213 3.1993 3.3664 58.2760 66.5417

C 2.7222 4.4127 62.0992

D 1.9311 2.8069 45.3527 E 2.0389 3.8618 89.4080

F 2.0373 4.0608 99.3179

Tabel 4. Laju pertumbuhan spesifik (SGR) juvenil ikan kerapu macan

Bobot akhir (Wt) Laju Pertumbuhan Spesifik (SGR) (% perhari) A 2.6191 3.7773 4.3770 1.0171 1.1943 B 2.0213 3.1993 3.3664 1.3914 1.1862

C 2.7222 4.4127 1.1233

D 1.9311 2.8069 1.2896 E 2.0389 3.8618 2.2812

(25)

13 termasuk dalam logam berat, menurut Laws (1993) logam Fe, Cu dan Zn termasuk mineral essensial. Almatsier (2001), Perk (2006),Winarno (2008) dan FAO (2012) menggolongkan Cr termasuk juga dalam mikronutrien esensial bagi organisme. Logam-logam esensial ini berguna bagi organisme pada konsentrasi tertentu dan dapat beracun bagi manusia juga organisme jika pemaparannya cukup lama.

Besi dalam tubuh biota akuatik berperan penting dalam berbagai reaksi biokimia, antara lain dalam memproduksi sel darah merah. Besi juga berperan dalam transportasi oksigen keseluruh tubuh. Menurut Darmono (1995), besi dalam tubuh berasal dari tiga sumber, yaitu hasil perusakan sel-sel darah merah (hemolisis), dari penyimpanan di dalam tubuh, dan hasil penyerapan pada saluran pencernaan dan dari ketiga sumber tersebut, Fe hasil hemolisis merupakan sumber utama. Menurut Bury et al. (2001) ikan memperoleh Fe terutama dari pakannya. Kandungan Fe dalam slag pada penelitian cukup tinggi dibanding logam berat lainnya yang mencapai 32.8%. Berdasarkan hasil percobaan perbedaan perlakuan sedimen limbah baja menunjukkan kandungan logam Fe selama pemaparan lebih tinggi dibanding sebelum pemaparan dan melebihi baku mutu dari Departemen Gizi tahun 1967 sebesar 2 mg/kg (Lampiran 3). Menurut Kim et al. (2011) dan Sorrensen (1991) akumulasi logam dipengaruhi oleh konsentrasi dan lama pemaparan. Jika dilihat dari penelitian ini konsentrasi dan lama pemaparan menunjukkan tidak adanya kecenderungan korelasi terhadap kandungan logam Fe dalam daging ikan. Kandungan Fe dalam daging dengan lama pemaparan 4 minggu dan konsentrasi pada media yang rendah menunjukkan nilai yang lebih tinggi dibanding dengan pemaparan 5 minggu dan 6 minggu (Gambar 2). Peningkatan konsentrasi Fe dalam daging ikan kerapu macan ini kemungkinan diperoleh dari hasil penyerapan pakan melalui saluran pencernaan atau dari hemolisis. Kemungkinan penyerapan Fe dari pakan dapat dilihat dari perlakuan dengan perlakuan slag 40%; 20% dan 0% yang menunjukkan nilai SGR yang lebih tinggi dibanding dengan perlakuan lainnya dan kandungan Fe dalam daging ikan tinggi meskipun pemaparan hanya berlangsung 4 minggu ataupun sedimen berupa pasir 100%. Selain itu adanya peningkatan konsentrasi Fe dalam daging diduga juga merupakan absorbsi dari sedimen pasir yang digunakan. Hal ini dapat dilihat pada perlakuan yang menggunakan sedimen pasir 100% menunjukkan konsentrasi Fe yang cukup tinggi setelah pemaparan selama 6 minggu sementara kandungan Fe dalam media airnya rendah (Gambar 2).

Logam Cr merupakan salah satu logam esensial yang diperlukan bagi hewan khususnya kromium trivalent (Cr3+). McNeely et al. (1979) in Effendi (2003) menyatakan 50% total Cr dalam air laut berupa Cr3+ yang essensial bagi organisme. Kandungan Cr pada media percobaan sebelum pemaparan nilainya <0.001mg/l dan setelah pemaparan meningkat menjadi 0.01-0.02 mg/l. Peningkatan ini diduga berasal dari pelepasan Cr dari sedimen slag yang dipaparkan. Namun, pada perlakuan dengan slag 0% menunjukkan konsentrasi pada media relatif sama dibanding dengan perlakuan lainnya yang menggunakan

slag setelah akhir pemaparan. Hal ini menunjuukan Cr dalam media bukan berasal dari slag yang hanya mengandung 0.048% dari total logam yang terkandung di dalamnya. Begitu juga pada daging ikan kerapu macan pada perlakuan 0% slag

(26)

14

dalam daging ikan kerapu macan ini diduga bukan berasal slag, tetapi berasal dari sedimen pasir yang digunakan. Sama halnya dengan Fe, peningkatan kandungan Cr baik pada media percobaan maupun didalam daging ikan kerapu macan tidak dipengaruhi oleh slag yang dipaparkan.

Peningkatan Cr dalam media percobaan pemaparan 4 dan 5 minggu diiringi dengan peningkatan kandungan Cr dalam daging ikan kerapu macan. Kandungan awal logam Cr pada ikan kerapu sebesar 49.33 mg/kg dan mencapai 24.15-83.05mg/kg pada pemaparan 4 minggu, 82.18-107.82 mg/kg pada 5 pemaparan minggu. Hal ini sesuai dengan Means &Young (1977) in Eisler (1986) tentang peningkatan kandungan Cr pada daging ikan Speckled sanddab terhadap waktu pemaparan dengan konsentarasi Cr di media 3-5ppm. Namun, pada pemaparan 6 minggu kandungan Cr pada ikan menurun dengan kandungan tertinggi sebesar 6.61 mg/kg pada perlakuan A dan lebih rendah lagi pada perlakuan B,C dan F dibawah kandungan awal. Penurunan kandungan Cr ini kemungkinan dapat diregulasikan kembali oleh ikan tersebut melalui mekanisme ekskresi yang dapat mengeluarkan kelebihan logam dalam tubuh sehingga kandungannya tetap pada konsertrasi yang dibutuhkan oleh tubuh.

Tembaga (Cu) merupakan salah satu logam berat yang esensial bagi makhluk hidup yang bermanfaat dalam pembentukan haemosianin sistem darah dan enzimatik hewan air dan masuk ke dalam organisme melalui insang dan saluran pencernaan (Darmono 1995). Tembaga juga memegang peranan penting dalam membantu absorbsi besi (Fe). Logam ini salah satunya terdapat pada limbah baja (slag) meskipun kandungannya hanya mencapai 0.004%. Sementara menurut Tossavainen & Forssberg (2000) dan Tossavainen (2002), total Cu yang terkandung slag sekitar 6.1 mg/kg dan <2-2.42 mg/kg. Peningkatan konsentrasi Cu ke perairan terlihat dari hasil kandungan Cu pada akhir percobaan yang mengalami peningkatan (Gambar 4b) dan melebihi baku mutu untuk kehidupan biota laut sebesar 0.008 mg/l (Lampiran 3). Peningkatan ini diduga bukan berasal

slag, tapi berasal dari sumber lainnya seperti sedimen pasir yang digunakan. Pada perlakuan dengan sedimen pasir 100% menunjukkan konsentrasi Cu dibanding perlakuan lainnya, juga pada perlakuan 20% slag yaang menunjukkan konsentrasi Cu lebih tinggi dibanding perlakuan 100%, 60% dan 40% slag (Gambar 4). Sementara kandungan Cu dalam daging ikan kerapu macan menunjukkan tidak adanya kecenderungan peningkatan setelah pemaparan dilakukan pada semua perlakuan. Jika terjadi akumulasi logam Cu dari media percobaan, logam Cu dalam daging ikan seharusnya mengalami peningkatan dengan semakin lamanya pemaparan. Kecenderungan ini kemungkinan disebabkan logam Cu dapat diregulasikan oleh ikan kerapu macan. Darmono (1995) menyebutkan Cu dan Zn akan diregulasikan dari tubuh ikan sehingga kandungannya cenderung tetap. Kemudian untuk pengaruh slag terhadap konsentrasi Cu dalam daging ikan juga menunjukkan hal yang sama pada media percobaan. Sama halnya dengan Fe, logam Cu pada ikan diduga diperoleh dari makanan dan akan mengakumulasi dari perairan jika sumber makanannya tidak memenuhi kebutuhan Cu yang diperlukan tubuh. Peryataan tersebut diambil dari kesimpulan percobaan Miller et al. (1993)

in Bury et al. (2002) yang dilakukan pada ikan rainbow trout.

(27)

15 (Sorrensen 1991). Berbeda dengan dengan logam lainnya, hasil percobaan menunjukkan kandungan logam Zn dengan perbedaan perlakuan sedimen menunjukkan penurunan yang cukup signifikan dibanding sebelum pemaparan (Gambar 5a). Hal ini menunjukkan slag tidak berpengaruh terhadap akumulasi Zn dalam daging juvenil kerpau macan. Penurunan Zn dalam daging ikan kemungkinan disebabkan adanya mekanisme regulasi pada tubuh ikan sampai batas tertentu. Penurunan kadar Zn dalam daging ikan bisa juga disebabkan oleh adanya kompetisi dengan Ca sehingga dapat mereduksi dan mempercepat ekskresi Zn dalam tubuh ikan ( Sorrensen 1991; Baron dan Albeck 2000 in Jezierska & Witeska 2006). Selain berkompetisi dengan Ca, Kojadinovic et al. (2007) dan Jastrzebska (2009) menyebutkan logam Zn bekerja antagonis terhadap Fe sehingga kandungannya akan berbanding terbalik dalam tubuh. Sesuai dengan penelitian ini dimana kandungan Fe pada daging ikan selama pemaparan cenderung meningkat sedangkan kandungan Zn menurun. Sementara penurunan konsentrasi Zn dalam media percobaan diduga disebabkan oleh adanya pergantian air setiap dua hari sekali yang memungkinkan konsentrasi Zn tersebut menjadi terencerkan. Jika dilihat pengaruh sedimen slag terhadap tinggi rendahnya kandungan Zn dalam daging ikan kerapu macan menunjukkan perlakuan slag

tidak berpengaruh. Pada perlakuan sedimen pasir 100% menunjukkan kandungan Zn yang hampir sama dengan perlakuan sedimen slag (Gambar 5). Tingginya kandungan Zn pada daging juvenil perlakuan sedimen pasir tersebut kemungkinan berasal dari media percobaan yang memang menunjukkan nilai yang lebih tinggi dibanding media percobaan yang bersedimen slag.

Kandungan logam Fe, Cr, Cu dan Zn dalam daging juvenil ikan kerapu macan sebelum dan setelah pemaparan menunjukkan nilai yang melebihi baku mutu untuk keperluan konsumsi (Lampiran 3). Tingginya kandungan logam-logam ini dalam daging ikan kemungkinan disebabkan tingginya kebutuhan mineral yang diperlukan juvenil untuk pertumbuhannya. Laju pertumbuhan relative juvenil kerapu macan mencapai 44-99 % dengan laju pertumbuhan spesifik (SGR) sebesar 1.1-2.2 % perhari selama pemaparan. Hasil ini berbeda dengan hasil penelitian Langkosono (2006) yang dilakukan pada perairan Teluk Kodek, Lombok Barat yang pertumbuhan berat juvenil ikan kerapu macan mencapai 1.92% perhari dari bulan Desember 2004-Januari 2005 dan mencapai 0.87% perhari pada bulan Februari 2005. Rendahnya SGR juvenil kerapu macan dalam penelitian ini dibanding dengan literatur disebabkan terpakainya energi untuk pertumbuhan digunakan untuk menyesuaikan diri terhadap adanya perubahan kondisi lingkungan terutama peningkatan kandungan logam Fe, Cr, Cu dan Zn pada perairan selama percobaan. Hal ini sesuai dengan penelitian Kim et al.(2011) menunjukkan adanya penurunan laju pertumbuhan panjang dan bobot ikan olive flounder (Paralichthys olivaceus) terhadap peningkatan level pemaparan Cu selama 30 hari.

(28)

16

diketahui dan pengaruh terhadap penyerapan logam juga tidak signifikan. Untuk pH media percobaan sekitar 7-8. Pada perlakuan F, kondisi pH cenderung sedikit basa selama. National Slag Association (2006) menyebutkan bahwa slag dapat meningkatkan pH menjadi lebih bersifat basa. Hal ini terlihat pada perlakuan F (Gambar 6) semakin lama pemaparan cenderung memiliki pH yang lebih rendah dibanding perlakuan lainnya. namun, peningkatan pH ini tidak berpengaruh terhadap biota karena masih berada pada batas toleransi untuk biota akuatik. Amonia dalam media percobaan menunjukkan adanya peningkatan yang diduga berasal dari sisa pakan dan kotoran juvenil ikan kerapu macan. Amonia dalam perairan berupa amonia bebas yang bersifat toksik dan amonium (amonia yang terionisasi). Amonia bebas akan meningkat jika terjadi peningkatan pH dan suhu dan meningkat toksisitasnya terhadap biota jika terjadi penuruan DO, pH dan salinitas (Effendi 2003). Namun, kondisi DO, pH dan salinitas selama pemaparan cenderung stabil, sehingga amonia bebas dalam media percobaan kemungkinan tidak menyebabkan kematian pada juvenil ikan kerapu macan selama pemaparan.

Secara keseluruhan, slag yang digolongkan ke limbah B3 yang diujikan dalam penelitian skala laboratorium ini menunjukkan korelasi negatif terhadap kandungan logam Fe, Cr, Cu dan Zn dalam daging juvenil ikan kerapu macan. Beberapa hasil studi tentang slag menunjukkan bahwa slag memang tidak berbahaya. Gomes et al. (2006) menyatakan bahwa pelepasan logam berat pada

slag ke perairan tidak bersifat kontinu tetapi intermiten dan Tossavainen & Forssberg (1999) menyebutkan laju pelepasan logam berat pada slag lebih rendah dibanding batuan alami yang digunakan sebagai bahan material pembuatan jalan. Dengan adanya hasil ini diharapkan limbah baja dapat dimanfaatkan lebih leluasa sehingga dapat dimanfaatkan sebagai pemecah gelombang dan substrat transplantasi karang.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Pemaparan juvenil ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) terhadap

slag menunjukkan tidak adanya kecenderungan korelasi antara perlakuan slag

yang digunakan sebagai sedimen terhadap kandungan logam berat Fe, Cr,Cu dan Zn pada ikan tersebut.

Saran

Perlunya dilakukan pengecekan kandungan logam berat dari air dan sedimen yang digunakan untuk menghindari adanya pengaruh pelepasan logam yang bukan berasal dari slag.

PERSANTUNAN

(29)

17

DAFTAR PUSTAKA

Affandi R, Tang UM. 2002. Fisiologi Hewan Air. Pekanbaru: UNRI press.

Almatsier S. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama Barišić I, Sanja D, Avanka N .2010. Possibilities of Application of Slag in Road

Construction. J Technic Gazette. 17(4):523-528.

Bury NR, Grosell M, Wood CM, Hogsttand C, Wilson RW, Rankin JC, Busk M, Leckin T, Jensen FB. 2001. Intestinal iron uptake in European flounder (Platichthys flesus). J Experiment Biol. 204:3779-3787.

Bury NR, Walker PA, Glover CN. 2002. Nutritive metal uptake in teleost fish. J Experiment Biol. 206: 11-23.

Chou WR, Kwee ST, Lee S F. 2002. Long-term Monitoring of the Demersal Fish Community in a Steel-slag Disposal Area in The Coastal Waters of Kaohsiung, Taiwan. ICES. 59:238-242.

Damar A, Wardiatno Y, Kustiriyah, Kamal MM, Krisanti M, Ayu IP dan Yusran H.2013. Effect of steelmaking slagon aquatic biota. In prep.

Darmono.1995. Logam dalam Sistem Biologi Makhluk Hidup.Jakarta:UI-Press. Darmono. 2001. Lingkungan Hidup dan Pencemaran: Hubungannya dengan

toksikologi senyawa logam. UI.Jakarta:142-147.

[Ditjen POM] Direktur Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan. 1989. Keputusan DITJEN POM DEPKES RI No. 03725/B/SK/1989 tentang Batas Maksimum Cemaran Logam Berat dalam Makanan. Jakarta (ID): Ditjen POM.

Eaton AD, Lenore SC, Eugene WR, Arnold EG, Mary HF. 2005. Standart Methods for Examination of Water & Wastewater: Centennial Edition. 21st Edition. APHA,AWWA,WPCF. Washington DC (USA).

Effendi H. 2003. Telaah Kualitas Air. Yogyakarta: Kanasius

Eisler R. 1986. Chromium Hazard to Fish, Wildlife anad Invertebrates: A Synoptic Review. J Biol Report. No.6

[FAO] Food Agricultural Organization. 2012.The nutrition and feeding of farmed fish and shrimp; a training manual.[terhubung berkala] http://www.fao.org [12 Februari 2013].

Gomes JFP, Pinto CG. 2006. Leaching of heavy metals from steelmaking slags. J Revista De Metalurgia. 42(6): 409-416.

Gunawan G, Oantja DO, Nanny K. 2011. Pemanfaatan Slag baja untuk Teknologi Jalan yang Ramah Lingkungan. Bandung: Kementerian Pekerjaan Umum. Badan Penelitian dan Pengembangan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Jalan dan Jembatan.

Jastrzebska EB, Kawezuga D, Rajkowska M, Protasowicki M. 2009. Level of Microelements (Cu, Zn dan Fe) and Macroelements (Mg, Ca) In Freshwater Fish. J Elementol. 14(3):437-447.

Jezierska B, Witeska M. 2006. Metal uptake and accumulation in fish living polluted waters. J Soil & Water Poll Monit, Protec & Remed. 3-32.

[KepmenLH] Kementrian Lingkungan Hidup.2004. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Laut. Jakarta (ID): KepmenLH

(30)

18

Kojadinovic J, Potier M, Le Corre M, Cosson RP, Bustamante P. 2007. Bioaccumulation of trace elements in pelagic fish from the Western Indian Ocean. J Environment Poll. 146(2): 548-566.

Langkosono. 2006. Laju Pertumbuhan Ikan Kerapu (Serranidae dan Kondisi Perairan Teluk Kodek, Desa Malaka lombok Barat. J Ber Biol. 8(1):61-68.

Laws EA. 1981. Aquatic Pollution. New York: John Willey and Sons. 611 hal Mattjik AA & Sumertajaya IM. 2000. Perancangan percobaan dengan aplikasi SAS

dan Minitab. IPB Press. Bogor. 282 hlm.

[NSA] National Slag Association. 2006. Iron dan Steel slag: The ultimate renewable resource. Washington D.C.(US): NSA

Perk MV.2006. Soil and Water Contamination. London (UK): Taylor & Francis group plc.p209-136

[PP] Pemerintah Republik Indonesia. 1999. Peratiran Pemerintah Republik Indonesia Nomor 85 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Beracun dan Berbahaya. Jakarta (ID): PP

[SCA] Slag Cement Association. 2011. A Sustainable Cement / Concrete for Lehigh Cement Plant in Leeds Alabama. [terhubung berkala]. http:// http://www.slagcement.org/ [29 November 2012].

Sorrensen EMB. 1991. Metal Poisoning in Fish. United States: CRC Press, Inc. Takahashi T, Kazuya Y. 2002. New Applications for Iron and Steelmaking Slag. J

NKK Technolog Rev. 20: 38-44.

Tossavainen M, Forssberg E. 1999. The potential leachability from natural road construction materials. J Sci Total Environ. 239: 31-47

Tossavainen M, Forssberg E. 2000. Leaching behaviour of rock material and slag used in road construction-amineralogical interpretation. J Steel Reseach

11: 442-448.

Tossavainen M. 2002. Potential leaching of road-making material and potential influences on the leaching behaviour. Lulea University of Technology. Sweden.

Tossavainen M, Engstrom, Yang Q, Menad N, Larsson ML & Bjorkman B. 2007. Characteristics of steel slag under different cooling condition. J Waste. Management. 27: 1335-1344.

Tossavainen M. 2005. Leaching Result in the Assesment of Slag and Rock Material as Construction Material [disertasi]. Lulea University of Technology.

(31)

19

(32)

20

Lampiran 1. Alat, bahan dan metode yang digunakan selama penelitian Alat dan bahan yang digunakan selama penelitian

Kegiatan Alat Bahan

Persiapan

Selang untuk aerator Kabel listrik

Sedimen pasir laut

Slag

Juvenil ikan kerapu macan Pelet ikan kerapu

Contoh air dalam akuarium Contoh ikan kerapu macan Aquades

Alat dan metode yang digunakan selama penelitian

Parameter Satuan Metode Alat ukur a. Fisika

1. Suhu oC probe elektroda

DO meter (LUTRON DO-5510 ketelitian 0,1

mg/L)

Atago S/mill-e(0-100‰)

DO meter (LUTRON DO-5510 ketelitian 0,1

mg/L)

(33)

L

Lampiran 1.

Do

Pom

Timban

Serokan

Juven

(Lanjutan)

o-meter

mpa udara

ngan digital

n & baskom

nil kerapu

Re

Boto

A

S

fraktometer

ol sampel air

Akuarium

Sirkulator

slag

B

pH-meter

Aquades

Bak penampun

Data sheet

Pasir laut

21

ngan

(34)

22

Lampiran 2. Dokumentasi kegiatan penelitian

Suusunan akuarium letak sedimen

Label pada akuairum Juvenil ikan kerapu macan

(35)

23 Lampiran 3. Nilai baku mutu untuk kualitas media dan logam berat pada biota Nilai Baku mutu logam berat dalam air dan tubuh ikan

Jenis Logam Berat Baku mutu dalam Air Baku mutu dalam ikan Tembaga (Cu)

Besi (Fe) Kromium (Cr) Seng (Zn)

0.008 mg/la 0.010 mg/lc 0.005 mg/la 0.050 mg/la

20 mg/kgb 2.0 mg/kge 0.4 mg/kgd 0.2 mg/kgb Sumber: a = Kepmen LH No. 51 Tahun 2004

b = SK Dirjen POM No. 037/25/B/SKVII/1989 c = McNeely et al., (1979) in Effendi (2003)

d = Darmono (2001)

e = Keputusan Direktorat Departemen Gizi RI tahun 1967

Nilai Baku Mutu Kualitas Air

Parameter Nilai baku mutu Sumber Suhu (oC)

pH

Salinitas (ppm) Oksigen terlarut (mg/l) Amonia (mg/l)

Alami 7-8.5 Alami >5 0.3

(36)

24

Lampiran 4. Analisa pertumbuhan juvenil kerapu macan Pertumbuhan mutlak:

W = Wt – W0

Keterangan :

W = Pertumbuhan mutlak (gram)

Wt = Bobot biomassa pada akhir penelitian (gram) Wo = Bobot biomassa pada awal penelitian (gram) Laju Pertumbuhan Relatif (RG) :

RG=Wt-W0 W0

x 100%

Keterangan :

RG = Pertumbuhan relatif(%)

Wt = Bobot ikan uji pada akhir percobaan (g) W0 = Bobot ikan uji pada awal penelitian (g) Laju pertumbuhan spesifik (Specific Growth Rate) :

SGR=ln Wt- ln W0 t1-t0

x 100% keterangan :

SGR = Laju pertumbuhan berat spesifik (% perhari) Wt = Bobot biomassa pada akhir penelitian (gram) W0 = Bobot biomassa pada awal penelitian (gram) t1 = Waktu akhir penelitian (hari)

(37)

25 Lampiran 5. Model rancangan kelompok

Bentuk umum model linier yang digunakan dalam penelitian ini (Mattjik & Sumertajaya 2000):

Yij = µ + i + ij keterangan:

Yij : Kandungan logam berat pada ikan yang diamati dengan perlakuan jumlah limbah baja yang berbeda dan ulangan yang diamati

µ : Rataan umum

i : Pengaruh perlakuan limbah baja yang berbeda ij : Galat perlakuan ke-i ulangan ke-j

i : Jumlah ulangan yang diamati

j : Jumlah perlakuan limbah baja yang jumlahnya berbeda Hipotesisnya adalah:

H0 :Beberapa limbah baja yang gunakan sebagai sedimen tidak memperlihatkan pengaruh kandungan logam dalam ikan.

µ1=µ2=µ3

H1 :Sedikitnya ada satu perlakuan limbah baja yang memperlihatkan pengaruh kandungan logam pada ikan

µ1≠µ2≠µ3

Sidik Ragam Rancangan Acak Lengkap

Sumber Keragaman

Derajat bebas

Jumlah kuadrat (JK)

Kuadrat

Tengah (KT) F Hitung F tabel Perlakuan

Sisa Total

i-1 i(j-1)

ij-1

JKP JKS JKT

KTP KTS

(38)

26

Lampiran 6. Uji BNT

Uji beda nyata terkecil merupakan pengujian untuk melihat perbedaan pengaruh nyata pada setiap perlakuan. Pengambilan keputusan pada pengujian BNT dilakukan dengan melihat dua nilai. Pertama, jika nilai d ≤  BNT, makakeputusan yang diambil yaitu gagal tolak H0 atau terima H0, sehingga kesimpulan yang dapat ditarik yaitu bahwa antar perlakuan tersebut tidak berbeda nyata pada taraf 0.05. Kedua, jika nilai d > BNT, maka keputusan yang diambil adalah tolak H0 sehingga kesimpulan yang dapat ditarik yaitu antar perlakuan tersebut berbeda nyata pada taraf 0.05. Untuk nilai d dapat diperoleh melelui

d = yi-yj keterangan:

yi : rataan perlakuan ke-j yj : rataan perlakuan ke-j Nilai BNT dapat diperoleh dengan cara

BNT = t(α,dbs) 2 (KTS) n keterangan :

(39)

27 Lampiran 7. Uji F perlakuan sedimen terhadap kandungan logam pada juvenil

ikan kerapu macan (a) 4 minggu

- Logam Fe ANOVA

Source of Variation SS df MS F P-value F crit

Kelompok waktu 58852,33 1 58852,33 14,40 0,16 161,45 Perlakuan sedimen 4086,41 1 4086,41 1,00 0,50 161,45 Error 4086,41 1 4086,41

Total 67025,15 3 Kesimpulan:

Kelompok waktu: Fhit <Ftab Gagal tolak Ho (Kelompok waktu tidak berpengaruh nyata terhadap kandungan logam Fe dalam daging ikan. Perlakuan Sedimen: Fhit < Ftab  Gagal tolak Ho (Perlakuan sedimen tidak

berpengaruh nyata terhadap kandungan logam Fe dalam daging ikan. -Logam Cr

ANOVA

Source of Variation SS df MS F P-value F crit

Kelompok waktu 18.23 1 18.23 0.02 0.91 161.45 Perlakuan sedimen 867.30 1 867.30 1.00 0.50 161.45 Error 867.30 1 867.30

Total 1752.84 3 Kesimpulan:

Kelompok waktu: Fhit <Ftab Gagal tolak Ho (Kelompok waktu tidak berpengaruh nyata terhadap kandungan logam Cr dalam daging ikan. Perlakuan Sedimen: Fhit < Ftab  Gagal tolak Ho (Perlakuan sedimen tidak

berpengaruh nyata terhadap kandungan logam Cr dalam daging ikan. -Logam Cu

ANOVA

Source of Variation SS df MS F P-value F crit

Kelompok waktu 0.32 1 0.32 0.32 0.67 161.45 Perlakuan sedimen 1.02 1 1.02 1.00 0.50 161.45 Error 1.02 1 1.02

Total 2.37 3 Kesimpulan:

Kelompok waktu: Fhit < Ftab Gagal tolak Ho (Kelompok waktu tidak berpengaruh nyata terhadap kandungan logam Cu dalam daging ikan. Perlakuan Sedimen: Fhit < Ftab  Gagal tolak Ho (Perlakuan sedimen tidak

(40)

28

Lampiran 7. (Lanjutan) -Logam Zn

ANOVA

Source of Variation SS df MS F P-value F crit

Kelompok waktu 4186.09 1 4186.09 4839.97 0.01 161.45 Perlakuan sedimen 0.86 1 0.86 1.00 0.50 161.45 Error 0.86 1 0.86

Total 4187.82 3 Kesimpulan:

Kelompok waktu: Fhit > Ftab Tolak Ho (Minimal ada satu kelompok waktu yang berpengaruh nyata terhadap kandungan logam Zn dalam daging ikan.

Perlakuan Sedimen: Fhit < Ftab  Gagal tolak Ho (Perlakuan sedimen tidak berpengaruh nyata terhadap kandungan logam Zn dalam daging ikan. (b) 5 Minggu

-Logam Fe ANOVA

Source of Variation SS df MS F P-value F crit

Kelompok waktu 14075.45 1 14075.45 0.47 0.62 161.45 Perlakuan sedimen 29908.24 1 29908.24 1.00 0.50 161.45 Error 29908.24 1 29908.24

Total 73891.94 3 Kesimpulan

Kelompok waktu: Fhit < Ftab Gagal tolak Ho (Kelompok waktu tidak berpengaruh nyata terhadap kandungan logam Fe dalam daging ikan. Perlakuan Sedimen: Fhit < Ftab  Gagal tolak Ho (Perlakuan sedimen tidak

berpengaruh nyata terhadap kandungan logam Fe dalam daging ikan. -Logam Cr

ANOVA

Source of Variation SS df MS F

P-value F crit

Kelompok waktu 2085.75 1 2085.75 12.69 0.17 161.45 Perlakuan sedimen 164.35 1 164.35 1.00 0.50 161.45 Error 164.35 1 164.35

Total 2414.45 3 Kesimpulan

Kelompok waktu: Fhit < Ftab Gagal tolak Ho (Kelompok waktu tidak berpengaruh nyata terhadap kandungan logam Cr dalam daging ikan. Perlakuan Sedimen: Fhit < Ftab  Gagal tolak Ho (Perlakuan sedimen tidak

(41)

29 Lampiran 7. (Lanjutan)

-Logam Cu ANOVA

Source of Variation SS df MS F P-value F crit

Kelompok waktu 4.4732 1 4.47 2.75 0.35 161.45 Perlakuan sedimen 1.6256 1 1.63 1.00 0.50 161.45 Error 1.6256 1 1.63

Total 7.7245 3 Kesimpulan

Kelompok waktu: Fhit < Ftab Gagal tolak Ho (Kelompok waktu tidak berpengaruh nyata terhadap kandungan logam Cu dalam daging ikan. Perlakuan Sedimen: Fhit < Ftab  Gagal tolak Ho (Perlakuan sedimen tidak

berpengaruh nyata terhadap kandungan logam Cu dalam daging ikan. -Logam Zn

ANOVA

Source of Variation SS df MS F P-value F crit

Kelompok waktu 6468.98 1 6468.98 14.74 0.16 161.45 Perlakuan sedimen 438.90 1 438.90 1.00 0.50 161.45 Error 438.90 1 438.90

Total 7346.79 3 Kesimpulan

Kelompok waktu: Fhit < Ftab Gagal tolak Ho (Kelompok waktu tidak berpengaruh nyata terhadap kandungan logam Zn dalam daging ikan. Perlakuan Sedimen: Fhit < Ftab  Gagal tolak Ho (Perlakuan sedimen tidak berpengaruh nyata terhadap kandungan logam Zn dalam daging ikan. (c) 6 Minggu

- Logam Fe ANOVA

Source of Variation SS df MS F P-value F crit

Kelompok waktu 175411.13 1 175411.13 73.52 0.00 10.13 Perlakuan sedimen 7157.65 3 2385.88 1.00 0.50 9.28 Error 7157.65 3 2385.88

Total 189726.43 7 Kesimpulan:

Kelompok waktu: Fhit > Ftab Tolak Ho (Minimal ada satu kelompok waktu yang berpengaruh nyata terhadap kandungan logam Fe dalam daging ikan.

(42)

30

Lampiran 7. (Lanjutan) -Logam Cr

ANOVA

Source of Variation SS df MS F P-value F crit

Kelompok waktu 79.73 1 79.73 0.69 0.47 10.13 Perlakuan sedimen 348.63 3 116.21 1.00 0.50 9.28 Error 348.63 3 116.21

Total 776.98 7 Kesimpulan:

Kelompok waktu: Fhit < Ftab Gagal tolak Ho (Kelompok waktu tidak berpengaruh nyata terhadap kandungan logam Cr dalam daging ikan. Perlakuan Sedimen: Fhit < Ftab  Gagal tolak Ho (Perlakuan sedimen tidak

berpengaruh nyata terhadap kandungan logam Cr dalam daging ikan. -Logam Cu

ANOVA

Source of Variation SS df MS F P-value F crit

Kelompok waktu 15.568 1 15.57 6.60 0.08 10.13 Perlakuan sedimen 7.076 3 2.36 1.00 0.50 9.28 Error 7.076 3 2.36

Total 29.721 7 Kesimpulan:

Kelompok waktu: Fhit < Ftab Gagal tolak Ho (Kelompok waktu tidak berpengaruh nyata terhadap kandungan logam Cu dalam daging ikan. Perlakuan Sedimen: Fhit < Ftab  Gagal tolak Ho (Perlakuan sedimen tidak

berpengaruh nyata terhadap kandungan logam Cu dalam daging ikan. -Logam Zn

ANOVA

Source of Variation SS df MS F P-value F crit

Kelompok waktu 4301.05 1 4301.05 50.87 0.01 10.13 Perlakuan sedimen 253.64 3 84.55 1.00 0.50 9.28 Error 253.64 3 84.55

Total 4808.34 7 Kesimpulan:

Kelompok waktu: Fhit > Ftab Tolak Ho (Minimal ada satu kelompok waktu yang berpengaruh nyata terhadap kandungan logam Zn dalam daging ikan.

(43)

31 Lampiran 8. Kondisi kualitas air pada pengamatan setiap tiga jam (a) 05-07 Juni

(44)

32

Lampiran 8. (Lanjutan) -Derajat keasaman (pH) (a)

(b)

(c)

7,00 7,50 8,00 8,50

0 10 20 30 40 50 60

pH

Jam

ke-A

B

C

D

E

F

7,00 7,50 8,00 8,50

0 10 20 30 40 50 60

pH

Jam

ke-6,00 7,00 8,00

0 10 20 30 40 50 60

pH

(45)

ke-33 Lampiran 8. (Lanjutan)

(46)

34

Lampiran 8. (Lanjutan) -Temperatur (oC) (a)

(b)

(c)

25,00 25,50 26,00 26,50 27,00 27,50 28,00

0 10 20 30 40 50 60

Tem

p

eratur (oC

)

Jam

ke-A

B

C

D

E

F

25,00 25,50 26,00 26,50 27,00 27,50 28,00

0 10 20 30 40 50 60

Te

m

p

erat

ur (oC)

Jam

ke-24,00 26,00 28,00

0 10 20 30 40 50 60

Tem

p

erat

ur (oC)

(47)

ke-35 Lampiran 9. Komposisi slag baja

Logam Konsentrasi (%)

Fe Total 32.8

FeO 24.4

Fe2O3 19.80

CaO 26.5

SiO2 13.10

Al2O3 4.34

K2O 0.097

Na2O 0.26

MgO 5.71 MnO 3.54 Pb Tt Cu 0.004 Zn 0.014 Cd Tt Cr 0.048

P2O5 2.11

Keterangan :- Contoh dianalisis dari bahan kering (100-105oC) kecuali FeO -tt : tidak terdeteksi

(48)

36

RIWAYAT HIDUP

Gambar

Tabel 1. Perbandingan komposisi sedimen
Gambar 6. Kondisi parameter kualitas air harian selama percobaan (A:
Gambar 7. Kandungan total amonia pada media percobaan (A: sedimen
Tabel 2. Pertumbuhan mutlak juvenil ikan kerapu macan selama pecobaan

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data dari penelitian, dihasilkan suatu Program Aplikasi Sistem Informasi Pengolahan Data Hasil Tes Pemanduan Bakat Cabang

Sosialisasi prinsip-prinsip dan praktek-praktek terbaik GCG serta kebijakan terkait lainnya, seperti corporate values dan corporate behaviours

Hasil penelitian menunjukkan (1) Terdapat hubungan yang signifikan antara kekuatan otot tungkai dengan ketepatan shooting pada permainan sepakbola siswa putra peserta

Tata Ibadah untuk itu turut terlampir (tetapi dapat diadaptasi atau direvisi sesuai kebutuhan). Diharapkan dukungan seluruh keluarga, agar mengumpulkan persembahan yang

Tinta lebih homogen, warna yang dihasilkan violet kehitaman, pH 3,86 tahan gosok terhadap air, sabun, jari yang telah dicelup dengan menggunakan tinta tersebut dapat

Komunikasi dapat digunakan untuk transfer pengetahuan dari pengirim kepada penerima (receiver). Bentuk hubungan penyuluh dengan petani dalam penyuluhan merupakan contoh komunikasi

Disisi lain Abu Qurroh (1997:15) mengemukakan bahwa pernikahan sebagaimana diketahui publik, bukan sekedar memenuhi selera biologis. Dalam panduan Alquran wa

Hasilnya adalah upacara “ mappaci ” perkawinan adat bugis tentang proksemik dengan pembagian ruang da- lam rumah dapat memberikan gambaran bahwa semakin dekat jarak sosial