STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA DISTRO
BERCORAK ETNIK NTB MELALUI PENERAPAN
BUSINESS MODEL GENERATION
(Studi Kasus pada Distro BALE LOMBO Dompu NTB)
WAHYUNI FITRI HERAWATI
PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Strategi Pengembangan Usaha Distro Bercorak Etnik NTB Melalui Penerapan Business Model Generation
(Studi Kasus pada Distro Bale Lombo Dompu, NTB) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Maret 2014
Wahyuni Fitri Herawati
Etnik NTB Melalui Penerapan Business Model Generation pada Distro Bale Lombo Dompu, NTB. Dibimbing oleh PRAMONO D.FEWIDARTO.
Business Model Generation (BMG) adalah suatu alat untuk membantu pelaku usaha melihat lebih akurat rupa usaha yang sedang dan akan dijalani. Bale Lombo usaha distro yang mengalami kesulitan dalam pengembangan usaha, akan menerapkan pendekatan BMG agar dapat mengevaluasi rencana usaha yang sedang dijalani secara utuh, sehingga dapat langsung mengambil langkah praktis dan strategi untuk mencapai tujuan usaha. Penelitian ini bertujuan 1) mengidentifikasi seluruh unsur komponen dalam BMG terkait usaha distro Bale Lombo, 2) menetapkan komponen utama dalam BMG customer focus yang perlu mendapatkan perhatian untuk peningkatan usaha, 3) merekomendasikan strategi pengembangan komponen utama BMG customer focus. Terdapat empat strategi prioritas dalam elemen BMG yang digunakan Bale Lombo untuk pengembangan usaha yang terfokus pada konsumen, yaitu key activity, value proposition, customer relationship dan channel. Hasil penelitian menunjukan strategi yang dipilih adalah implementasi strategi key activity BMG.
Kata kunci: BMG, konsumen fokus, pengembangan usaha
ABSTRACT
WAHYUNI FITRI HERAWATI. Business Development Strategy for NTB-ethnic-sytle Distro by Implementing the Business Model Generation on Bale Lombo Distro Dompu, NTB. Supervised by PRAMONO D. FEWIDARTO.
Business Model Generation (BMG) is an instrument to see much closer on the business style that will be applied. Bale Lombo is a distro business which in a difficulty of business development, applying BMG order to evaluate a businees plan that is being undertaken as a whole, so it can immediately take practical step and strategies to achieve business goals. This study aims to 1) identify all components in the BMG related to the business of Bale Lombo Distro, 2) determine the main component in the customer focus BMG which needs to be concerned for the business improvement, and 3) recommend a development strategy for customer focus BMG’s main component. There are four strategy in the element of BMG will be apply by Bale Lombo for their business development by focusing on customers, such as key activity, value proposition, customer relationship, and channel. The research result showed that choiced strategy is implementation of key activity.
STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA DISTRO
BERCORAK ETNIK NTB MELALUI PENERAPAN
BUSINESS MODEL GENERATION
(Studi Kasus pada Distro BALE LOMBO Dompu, NTB)
WAHYUNI FITRI HERAWATI
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
pada
Program Sarjana Alih Jenis Manajemen Departemen Manajemen
PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Nama : Wahyuni Fitri Herawati NIM : H24114080
Disetujui oleh
Ir Pramono D Fewidarto MS Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Mukhamad Najib, STP, MM Ketua Departemen
Puji dan syukur disampaikan kehadirat Allah SWT, dengan rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan karya akhir ini. Shalawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan kita baginda Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat, pengikutnya hingga akhir zaman. Skripsi ini disusun berdasarkan hasil penelitian pada distro Bale Lombo dengan judul penelitian Strategi Pengembangan Usaha Distro Bercorak Etnik NTB Melalui Penerapan
Business Model Generation (Studi Kasus pada Distro Bale Lombo Dompu, NTB). Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Sarjana Alih Jenis Manajemen Institut Pertanian Bogor.
Melalui prakata ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada Bapak Ir. Pramono D. Fewidarto, MS, selaku dosen pembimbing yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini. Ucapan terimakasih juga ingin penulis sampaikan kepada pakar, responden, Dinas Provinsi Nusa Tenggara Barat yang telah membantu dalam pengumpulan data serta orang tua dan teman seperjuangan terimakasih untuk doa, semangat dan dukungannya. Semoga apa yang penulis sajikan dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Bogor, Maret 2014
PRAKATA v
DAFTAR ISI vi
DAFTAR GAMBAR vii
DAFTAR TABEL viii
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 2
Tujuan Penelitiaan 2
Manfaat Penelitian 3
Ruang Lingkup Penelitian 3
TINJAUAN PUSTAKA 4
Pengertian Strategi 4
Pengertian Bisnis 4
Usaha Distro 4
Pariwisata dan Etnik Nusa Tenggara Barat 5
Business Model Generation (BMG) 5
Analytical Hierarchy Process (AHP) 8
Penelitian Terdahulu 9
METODE PENELITIAN 11
Kerangka Pemikiran Penelitian 11
Lokasi dan Waktu Penelitian 11
Metode Penetapan Sampel 11
Pengolahan dan Analisis Data 14
HASIL DAN PEMBAHASAN 15
Gambaran Umum Distro Bale Lombo (DBL) 15
Analisis Struktur BMG Distro Bale Lombo (DBL) 17
Analisis Keterkaitan Antar Faktor atau Variabel 19 Analisis Hubungan Antar - Variabel Substansi Customer Focus 32
Penilaian Konsumen DBL Terkait Elemen BMG 41
Implikasi Manajerial 51
SIMPULAN DAN SARAN 53
DAFTAR PUSTAKA 54
LAMPIRAN 55
RIWAYAT HIDUP 65
DAFTAR GAMBAR
1 Model bisnis kanvas (Osterwalder 2012) 7
2 Kerangka pemikiran penelitian 12
3 Struktur organisasi distro Bale Lombo 16
4 Model kanvas BMG Bale Lombo 17
5 Struktur hirarki strategi pengembangan disto Bale Lombo 47
6 Rekomendasi kanvas bisnis Bale Lombo 51
DAFTAR TABEL
1 Jenis dan sumber data 13
2 Profil konsumen Bale Lombo 19
3 Rekapitulasi hasil cross tab KA 20
4 Penilaian KA pelayanan terkait jenis kelamin 20
5 Penilaian KA produk terkait asal daerah 21
6 Penilaian KA pelayanan terkait asal daerah 21
7 Penilaian KA produk terkait lama tinggal di NTB 22
8 Penilaian KA produk terkait usia konsumen 23
9 Penilaian KA produk terkait rencana di NTB 23
10 Rekapitulasi hasil cross tab value proposition 24 11 Penilaian VP nilai tambah terkait jenis kelamin 25
12 Penilaian VP harga terkait lama tinggal 25
13 Penilaian VP harga terkait pengeluaran konsumen/bulan 26 14 Penilaian VP nilai tambah terkait rencana di NTB 27 15 Rekapitulasi hasil cross tab customer relationship 27
16 Penilaian CR diskon terkait jenis kelamin 28
17 Penilaian CR kepuasan pelanggan terkait asal daerah 29
18 Rekapitulasi hasil cross tab channel 29
19 Penilaian elemen BMG channel terkait jenis kelamin 30 20 Penilaian channel terkait setiap asal daerah 31
21 Penilaian channel terkait rencana di NTB 31
22 Rekapitulasi hasil cross tab KA dengan VP, CR dan Channel 32
27 Penilaian produk terkait kepuasan pelanggan 34
28 Penilaian produk terkait lokasi 35
29 Penilaian produk terkait media promosi 35
30 Penilaian pelayanan terkait harga 36
31 Penilaian pelayanan terkait kepuasan pelanggan 36 32 Rekapitulasi hasil cross tab VP dengan CR dan Channel 37
33 Penilaian harga terkait kepuasan pelanggan 37
34 Penilaian desain terkait lokasi 38
35 Penilaian nilai tambah terkait kepuasan pelanggan 38 36 Rekapitulasi hasil cross tab customer relationship dan channel 39
37 Penilaian diskon atau bonus terkait lokasi 39
38 Penilaian kepuasan pelanggan terkait lokasi 40 39 Penilaian kepuasan pelanggan terkait media promosi 40
40 Penilaian konsumen Bale Lombo terkait KA 41
41 Penilaian konsumen Bale Lombo terkait VP 42
42 Penilaian konsumen Bale Lombo terkait CR 42
43 Penilaian konsumen Bale Lombo terkait channel 43
44 Rekapitulasi perhitungan persepsi konsumen 43
45 Bobot kriteria penetapan strategi 49
46 Bobot alternatif strategi untuk masing-masing kriteria 50
47 Bobot alternatif strategi 50
DAFTAR LAMPIRAN
1 Hasil uji validitas 55
2 Uji reabilitas 56
3 Indikator penilaian konsumen 57
4 Rekapitulasi hasil tabulasi silang 58
5 Hirarki utama strategi pengembangan usaha DBL 59 6 Hirarki kedua strategi pengembangan usaha DBL 60
7 Hasil pengolahan AHP 62
8 Produk Bale Lombo 63
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perkembangan sektor bisnis di Indonesia mengalami peningkatan yang semakin pesat, dilihat dari semakin banyaknya masyarakat yang memilih menjadi seorang entrepreneur dibandingkan sebagai karyawan. Dewasa ini bisnis industri kreatif disebut sebagai industri unggulan yang mampu menopang perekonomian bangsa di era global, karena memiliki daya saing, mampu menciptakan produktifitas dan menyerap tenaga kerja yang cukup besar.
Salah satu bisnis unggulan yang prospektif adalah bisnis dalam dunia fesyen, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) selama periode Januari-Juli 2012 ekspor fesyen mencapai 8.18 miliar dollar AS, meningkat 0.62 persen bila dibandingkan pada tahun sebelumnya (www.kompas.com 2013). Mengutip pernyataan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Mari Elka Pangestu pada forum (www.lombokkita.com 2013), bahwa ekonomi kreatif mampu menyerap 11.8 juta pekerja pada tahun lalu dan dari jumlah tersebut industri fesyen diklaim menyerap hingga 3.8 juta tenaga kerja, dengan perkembangan (industri) fesyen tahun 2012 mencapai 164 triliun rupiah. Melihat pasar industri fesyen sangat luas dan potensial, banyak pelaku bisnis yang memanfaatkan peluang tersebut untuk merintis maupun mengembangkan usahanya, gempuran persaingan ketat pasti akan terjadi.
Potensi bisnis industri kreatif fesyen di Indonesia sangat besar karena didukung oleh ragam budaya yang sangat luas. Distro mengutamakan nilai keunikan yang ada pada produk yang dijualnya, sehingga produk yang dijual diproduksi dalam jumlah yang sangat terbatas. Bale Lombo merupakan sebuah bisnis inovasi distro yang memiliki misi melestarikan pengetahuan tentang seni, budaya dan pariwisata Nusa Tenggara Barat agar dapat terus diwariskan ke generasi yang akan datang. Motif etnik NTB dimanfaatkan sebagai pilihan desain pakaian yang akan diproduksi, namun tidak mengurangi nilai modis dalam berbusana. Dapat dikatakan Bale Lombo merupakan industri kreatif berbasis kearifan lokal mempunyai dasar bukan hanya sumber daya ekonomi, melainkan juga mempunyai makna sosio kultural.
Besarnya potensi alam, seni dan budaya yang dimiliki NTB sudah terkenal hingga mancanegara, menjadikan NTB sebagai salah satu provinsi gerbang wisata internasional serta lumbung ikan nasional, karena memiliki luas wilayah lautan yang lebih besar dibandingkan dengan daratan. Setiap daerah di NTB masing-masing memiliki prioritas komoditas untuk dikembangkan dan dimanfaatkan secara bijak seperti daerah Meang Sekalong sebagai lumbung pangan, daerah Kute merupakan kawasan ekonomi kepariwisataan NTB, daerah Sumbawa merupakan daerah potensi peternakan NTB dan sebagainya. Potensi usaha distro seperti Bale Lombo sangat prospektif karena masih sedikitnya media industri kreatif yang digunakan untuk menyampaikan pesan mengenai etnik NTB dengan balutan produk fesyen yang modis.
luas sebagai merchandise khas NTB karena merupakan usaha baru yang memiliki
network terbatas baik dari segi pemasaran maupun dukungan intansi, hal tersebut menjadi ancaman dan kelemahan dari Bale Lombo, maka diperlukan sebuah strategi pengembangan usaha yang tepat. Melalui Business Model Generation
(BMG) sebuah inovasi model bisnis yang dikembangkan oleh Alexander Osterwald untuk membantu dalam melihat lebih akurat bagaimana rupa bisnis yang sedang dijalani, melalui kerangka pemikiran yang sederhana dan mudah dimengerti.
BMG melakukan sebuah pendekatan pembelajaran yang menekankan pada pengujian sebuah ide bisnis kepada kekuatan pasar yang sebenarnya. Berdasarkan uraian latar belakang tersebut maka perlu diadakan penelitian, bagaimana diterapkannya Business Model Generation terhadap usaha distro Bale Lombo Dompu NTB sehingga dapat memberikan gambaran secara komprehensif, menyeluruh dan dapat dengan mudah melakukan modifikasi serta inovasi dalam pengelolaan bisnis yang sedang dijalankan.
Perumusan Masalah
Setiap usaha baru tentunya perlu memikirkan bagaimana cara mengembangkan usahanya, apa yang bisa dilakukan untuk mengembangkan usahanya dan bagaimana meningkatkan minat masyarakat untuk membeli produk. Bale Lombo merupakan sebuah usaha distro yang mengalami kesulitan dalam pengembangan usaha. Melihat peluang usaha berbasis etnik NTB yang masih belum termanfaatkan secara maksimal dan kurang tersedianya cinderamata yang menarik untuk mendukung pengembangan kepariwisatawan di NTB, Bale Lombo hadir melalui usaha distro dengan memaksimalkan potensi NTB melalui produknya.
Model pengembangan usaha yang banyak diterapkan dewasa ini tidak mampu menghasilkan suatu usaha yang tangguh, oleh karena itu Bale Lombo akan menerapkan pendekatan BMG agar dapat mengevaluasi rencana bisnis yang sedang dijalani dari sudut pandang yang jelas dan utuh. Merancang, menerapkan dan mengevaluasi satu demi satu elemen-elemen kunci usaha yang kurang tepat, sehingga dapat langsung mengambil langkah praktis dan strategis untuk mencapai tujuan. Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian yaitu bagaimana strategi yang tepat untuk mengembangkan usaha distro Bale Lombo (DBL) yang efektif menggunakan pendekatan Business Model Generation.
Tujuan Penelitiaan
Berdasarkan dari permasalahan yang akan dibahas, maka tujuan dari penelitian adalah :
1. Mengidentifikasi unsur komponen (blok) dalam Business Model Generation
(BMG) terkait usaha distro Bale Lombo.
2. Menetapkan komponen utama dalam Business Model Generation (BMG)
customer focus yang perlu mendapatkan perhatian untuk peningkatan usaha. 3. Merekomendasikan strategi pengembangan komponen utama Business Model
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi penulis, usaha distro Bale Lombo, maupun pembaca. Bagi penulis sendiri, penelitian ini berguna untuk untuk mengimplikasikan ilmu yang diperoleh selama masa kuliah secara langsung di lapangan, juga untuk menyelesaikan masalah-masalah yang ada dalam suatu organisasi usaha sehingga ilmu yang didapatkan tidak bersifat teoritis saja. Bagi tempat penelitian kelompok distro Bale Lombo (DBL), hasil penelitian berguna sebagai salah satu masukan apakah model bisnis tersebut dapat memberikan hasil dalam pengembangan usaha yang sedang dijalani. Bagi pembaca, hasil penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai Business Model Generation beserta bagaimana penerapannya dalam sebuah usaha, sehingga dapat diikuti dengan penerapan yang lebih baik.
Ruang Lingkup Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Strategi
Strategi berasal dari bahasa Yunani “strategia” yang diartikan sebagai “the
art of the general” merupakan seni seorang panglima yang biasanya digunakan dalam peperangan. Secara umum strategi adalah rencana yang disatukan, luas dan berintegrasi yang menghubungkan keunggulan strategis perusahaan dengan tantangan lingkungan, yang dirancang untuk memastikan bahwa tujuan utama dari perusahaan dapat dicapai melalui pelaksanaan yang tepat. Berhubungan dengan kesadaran perusahaan tentang bagaimana, kapan dan dimana ia harus bersaing, melawan siapa dan untuk tujuan apa (David 2009).
Strategi erat kaitannya dengan pemenuhan tujuan organisasi dan menurut David (2009), strategi digunakan untuk memenuhi tiga tujuan organisasi, yaitu : a. Strategi sebagai pendukung untuk pengambilan keputusan.
b. Strategi sebagai sarana koordinasi dan komunikasi. c. Strategi sebagai konsep.
Manajemen Strategi
David (2009) mengatakan manajemen strategi dapat didefinisikan sebagai seni dan pengetahuan dalam merumuskan, mengimplementasikan serta mengevaluasi keputusan–keputusan lintas fungsional yang memampukan sebuah organiasi mencapai tujuannya. Sebagaimana disiratkan oleh definisi ini, manajemen strategi berfokus pada usaha untuk mengintegrasikan manajemen, pemasaran, keuangan/akuntasi, produksi/ operasi, penelitian dan pengembangan, serta sistem informasi komputer untuk mencapai keberhasilan organisasional. Tujuan manajemen strategi adalah untuk mengekploitasi serta menciptakan berbagai peluang baru dan berbeda untuk esok, perencanaan jangka panjang, sebaliknya berusaha mengoptimalkan tren–tren dewasa ini untuk esok.
Pengertian Bisnis
Menurut Umar (2005) bisnis diartikan sebagai seluruh kegiatan yang diorganisasikan oleh orang-orang yang berkecimpung di dalam bidang perniagaan, dalam rangka memperbaiki standar serta kualitas hidup mereka. Jadi, bisnis adalah suatu kegiatan usaha yang dilakukan secara individu atau kelompok dengan tujuan agar dapat memperoleh keuntungan dengan memasarkan barang dan jasa kepada masyarakat.
Usaha Distro
Distribution store (distro) merupakan tempat menjual produk jadi seperti pakaian, jam digital, compact disk dan sebagainya yang merupakan barang dengan desain kreatifias sendiri, karena hampir pemilik distro adalah anak muda yang memulai usahanya semenjak mahasiswa. Usaha distro dikelompokan kedalam skala usaha kecil dan menengah, badan usahanya ada yang bersifat perorangan, komanditer (CV) dan Perseorangan Terbatas (PT).
bagi produk clothing lokal dan merupakan sebuah industri kreatif yang bukan lagi sebuah usaha kecil-kecilan. Distro berawal dari niat eksistensi diri kini menjadi sebuah peluang usaha yang menjanjikan. Ide desain produk biasanya merupakan ketertarikan desainer akan suatu model, gaya hidup dan hobi yang sama sehingga membentuk komunitas.
Damn I Love Indonesia yang berdiri tahun 2008 merupakan salah satu distro yang mengangkat budaya nasional serta menumbuhkan rasa patriotisme. Memiliki desain motif unik serta terbatas, inilah nilai keunikan dan nilai jualnya yaitu berbeda dengan produk lainnya, sehingga dapat memenuhi dari keinginan konsumen yang ingin tampil berbeda. Sebagai media kreatifitas anak muda bangsa, setiap usaha distro menampilkan tema desain yang berbeda dalam mempromosikan merek sendiri. Berbagai tema yang ditawarkan kepada konsumen seperti tema pelestarian lingkungan, artis, berita, musik dan pelestarian seni budaya daerah (Pola pembiayaan usaha kecil menengah BI 2008).
Pariwisata dan Etnik Nusa Tenggara Barat
Etnik didefiniskan sebagai kelompok manusia yang mengamalkan budaya, termasuk adat, pakaian, bahasa dan sebagainya, konsep etnik berkaitan erat dengan konsep ras dan bangsa (Adorno 1950). Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi alam dan kebudayaan yang besar untuk dijadikan modal pengembangan dalam industri pariwisata.
Menurut Undang Undang No. 10/2009 tentang kepariwisataan yang dimaksud dengan pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata yang didukung oleh berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan masyarakat, pengusaha, pemerintah dan pemerintah daerah. Nusa Tenggara Barat (NTB) adalah salah satu provinsi di Indonesia yang merupakan kumpulan dari pulau Sunda Kecil bagian barat Indonesia, dengan ibu kota provinsi yaitu kota Mataram. Kekayaan budaya, pariwisata dan seni NTB yang masih belum tersentuh menjadi daya tarik bagi wisatawan domestik maupun mancanegara dan terdapat sebuah peluang bisnis. Salah satunya bisnis distro dengan mengusung konsep desain berbasis pengenalan seni budaya dan pariwisata NTB.
Business Model Generation (BMG)
Sebuah model bisnis menggambarkan dasar pemikiran tentang bagaimana organisasi menciptakan, memberikan, dan menangkap nilai. Business Model Generation lebih populer dengan sebutan Business Model Canvas adalah suatu alat untuk membantu kita melihat lebih akurat rupa usaha yang sedang atau kita akan jalani. Mengubah konsep bisnis yang rumit menjadi sederhana yang ditampilkan pada satu lembar kanvas berisi rencana bisnis dengan sembilan elemen kunci yang terintegrasi dengan baik didalamnya mencangkup analisis strategi secara internal maupun ekternal perusahaan (Osterwalder 2012).
Proses desain model bisnis
Proses desain model bisnis menurut Osterwalder (2012), memiliki lima fase yaitu sebagai berikut :
a. Menggerakan : mempersiapkan proyek desain model bisnis yang sukses, b. Memahami : meneliti dan menganalisis elemen yang diperlukan untuk
c. Mendesain : membangkitkan dan menguji opsi–opsi model bisnis yang ada, lalu memilih yang terbaik,
d. Menerapkan : menerapkan prototipe model bisnis di lapangan, dan
e. Mengelola : mengadaptasi dan memodifikasi model bisnis sebagai respon terhadap reaksi pasar.
Inovasi Business Model Generation
Inovasi model bisnis dilakukan berdasarkan empat tujuan, yaitu : a. Memenuhi kebutuhan pasar yang belum terjawab,
b. Menghadirkan teknologi, produk atau jasa yang baru ke pasar,
c. Meningkatkan, membangun atau mengubah pasar yang sudah ada dengan model bisnis yang lebih baik, atau
d. Menciptakan pasar yang benar–benar baru.
Kondisi persaingan yang sangat kompetitif, kita harus membangun model bisnis yang inovatif dan kreatif. Terdapat sembilan kotak yang merepresentasikan elemen kunci yang secara umum akan ada pada semua model bisnis, melalui sembilan blok memperlihatkan cara berpikir tentang bagaimana sebuah perusahaan menghasilkan uang.
a. Key partnership
Blok bangunan ini menggambarkan jaringan pemasok dan mitra yang membuat model bisnis dapat bekerja. Perusahaan membentuk kemitraan dengan berbagai alasan dan menjadikan kemitraan sebagai salah satu landasan pada model bisnisnya. Empat jenis kemitraan yang berbeda yaitu : Aliansi strategi antara non-pesaing, kemitraan strategi antar pesaing, usaha patungan untuk mengembangkan bisnis baru dan hubungan pembeli-pemasok untuk menjamin pasokan yang diandalkan.
b. Key activities
Blok bangunan aktivitas kunci menggambarkan hal terpenting yang harus dilakukan perusahaan agar model bisnis dapat bekerja atau beroperasi dengan sukses, setiap aktivitas kunci yang dijalankan oleh perusahaan akan berbeda bergantung pada jenis model bisnisnya.
c. Key resources
Sumber daya utama menggambarkan aset terpenting yang diperlukan agar sebuah model bisnis dapat berfungsi, karena sumber daya memungkinkan sebuah perusahaan menciptakan dan menawarkan proposisi nilai, menjangkau pasar, mempertahankan hubungan dengan segmen pelanggan dan memperoleh pendapatan. Sumber daya utama berbeda-beda sesuai jenis model bisnis dapat berupa fisik, finansial, intelektual atau sumber daya manusia.
d. Cost structure
e. Value propositions
Proposisi nilai adalah alasan yang membuat pelanggan beralih dari satu perusahaan ke perusahaan lain dan dapat memecahkan masalah pelanggan atau memuaskan kebutuhan pelanggan, karena berisi gabungan produk atau jasa tertentu yang melayani kebutuhan segmen pelanggan spesifik. Nilai tersebut seperti harga, kecepatan layanan, desain, pengalaman pelanggan dan sebagainya yang disertai dengan fitur dan atribut tambahan.
f. Customer segments
Pelanggan merupakan inti dari semua model bisnis, tidak ada perusahaan yang mampu bertahan dalam waktu lama. Perusahaan dalam memuaskan pelanggan, mengelompokan mereka dalam segmen-segmen berbeda berdasarkan kesamaan kebutuhan, perilaku, atau atribut lain.
g. Customer relationship
Customer relationship menggambarkan berbagai jenis hubungan tentang perusahaan bersama segmen pelanggannya yang spesifik. Sebuah perusahaan harus menjelaskan jenis hubungan yang ingin dibangunnya bersama segmen pelanggan. Hubungan pelanggan dapat didorong oleh motivasi berikut : Akuisisi pelanggan, mempertahankan pelanggan dan peningkatan penjualan.
h. Channel
Channel menggambarkan bagaimana sebuah perusahaan berkomunikasi dengan segmen pelanggannya untuk memberikan proposisi nilai, memiliki beberapa fungsi, yaitu :
1) Meningkatkan kesadaran pelanggan atas produk dan jasa perusahaan, 2) Membantu pelanggan mengevaluasi proposisi nilai perusahaan, 3) Memungkinkan pelanggan membeli produk dan jasa yang spesifik, 4) Memberikan proposisi nilai kepada pelanggan, dan
5) Memberikan dukungan purna jual kepada pelanggan i. Revenue streams
Arus pendapatan menggambarkan uang tunai yang dihasilkan perusahaan dari masing-masing segmen. Model bisnis melibatkan dua jenis arus pendapatan yaitu: pendapatan transaksi yang dihasilkan dari satu kali pembayaran pelanggan dan pendapatan dari pembayaran berkelanjutan baik untuk memberikan proposisi nilai kepada pelanggan maupun menyediakan dukungan pelanggan pasca pembelian (Osterwalder 2012).
Business Model Generation disebut dengan Bisnis Model Kanvas, karena alat bantu ini mirip dengan kanvas pelukis yang memungkinkan setiap perusahaan membuat lukisan dari bisnis model yang baru atau yang sudah. Bisnis Model akan berfungsi dengan baik jika dicetak di atas permukaan yang luas sehingga sekelompok orang dapat bekerja sama membuat sketsa dan mendiskusikan elemen–elemen model bisnis dengan catatan post-it atau spidol, inilah alat bantu yang akan menumbuhkan pemahaman, diskusi, kreativitas dan analisis.
Tabulasi Silang (Cross Tab)
Cross tab atau disebut dengan tabulasi silang menampilkan hubungan diantara dua variabel atau lebih dengan data berskala nominal atau ordinal. Tampilan cross tab sendiri terdiri atas baris dan kolom. Banyaknya baris dan kolom tergantung pada banyaknya variabel, seperti hubungan elemen key activity
dalam BMG dengan jenis kelamin, asal daerah dan lain-lain. Analisis cross tab
variabel-variabel dipaparkan dalam satu tabel dan berguna untuk : a. Menganalisis hubungan-hubungan antar variabel yang terjadi. b. Melihat bagaimana kedua atau beberapa variabel berhubungan. c. Mengatur data untuk keperluan analisis statistik.
d. Mengadakan kontrol terhadap variabel tertentu sehingga dapat dianalisis ada tidaknya hubungan (Sugianto 2010).
Analytical Hierarchy Process (AHP)
AHP dikembangkan oleh Thomas Saaty pada tahun 1970an, merupakan sistem pembuatan keputusan dengan menggunakan model matematik. AHP membantu dalam menentukan priortitas dari beberapa kriteria. Ketika dilakukannya pengambilan keputusan dalam perencanaan strategi sangatlah penting untuk mengevaluasi setiap kemungkinan alternatif dengan baik dalam beberapa situasi pengambilan keputusan strategis, dalam model bisnis terdapat situasi dimana banyaknya faktor dapat menjadi sebuah kendala. Hal ini membuat keputusan sulit untuk diambil dan meningkatkan kebutuhan dilakukannya pendekatan tertentu yang memungkinkan pada pengambilan keputusan guna memecahkan proses evaluasi tersebut dalam beberapa tingkat faktor–faktor yang berbeda tetapi masih saling terkait.
Metode AHP adalah kerangka kerja yang komperhensif, logis dan terstruktur. Metode ini memungkinkan dilakukannya pemahaman akan keputusan yang kompleks dengan melakukan dekomposisi dari suatu masalah. Cara kerja AHP dimulai dengan menyatukan semua keputusan yang relevan dan kemudian dilakukan proses pembobotan untuk memudahkan pengambilan keputusan melihat tingkat kepentingan dari masing–masing kriteria objektif (Saaty 1991).
Kegunaan Metode AHP
a. Penyajian sistem secara hirarki dapat digunakan untuk menjelaskan bagaimana perubahan-perubahan prioritas pada level atas mempengaruhi prioritas pada elemen-elemen di bawahnya.
b. Hirarki banyak memberikan informasi yang lengkap pada struktur dan fungsi suatu sistem dalam level yang lebih rendah dan memberikan gambaran tentang pelaku-pelaku dan tujuan-tujuan pada level yang lebih tinggi. Elemen-elemen kendala yang terbaik adalah disajikan pada level yang lebih tinggi lagi untuk menjamin bahwa kendala-kendala itu diperhatikan.
c. Sistem alamiah yang disusun secara hirarki, yaitu dengan membangun konstruksi modul dan akhirnya menyusun rakitan modul-modul tersebut. Hal ini jauh lebih efisien dari pada merakit modul-modul tersebut secara keseluruhan sekaligus.
d. Hirarki lebih mantap (stabil dan fleksibel). Stabil dalam arti bahwa perubahan-perubahan kecil mempunyai efek yang kecil dan lentur diartikan bahwa penambahan untuk mendapatkan suatu hirarki yang terstruktur baik tidak mengganggu untuk kerjanya.
Penelitian Terdahulu
Yuldinawati (2013), melakukan penelitian mengenai Strategi Pengembangan Inovasi Produk technopreneurship melaui BMG pada Batik Geek. Alat bantu analisis yang digunakan adalah penelitian kuantitatif serta analisis kualitatif. Hasil penelitian menunjukan bahwa pada elemen key partner dan key activity yang menjadi kendala utama, untuk key partnership produk casing batik geek masih sangat bergantung kepada suplier di Hongkong sehingga jumlah produksi terbatas serta dengan biaya pembuatan dan pengiriman yang relatif mahal disertai dengan belum memiliknya sistem kemitraan yang permanen. Pada aspek key activity
membutuhkan inovasi produk, namun di sisilain memerlukan biaya yang sangat besar guna riset pasar.
Faktor utama yang harus disoroti dalam meraih suksesnya aspek pelanggan adalah aspek perusahaan. Berdasarkan hasil analisis BMG bahwa
technopreneurship di sektor UMKM mempunyai kendala pada bidang R&D, oleh karena itu solusi tepat bagi sektor UMKM dengan memanfaatkan R&D yang tidak terpakai karena faktor pendanaan dengan cara menjual inovasi kepada mitra bisnis sehingga pengusaha mendapatkan tambahan dana, serta fokus dalam bisnis inti dengan cara menjalin hubungan jangka panjang bersama mitra usahanya.
Anugerah (2008), dengan judul penelitian Strategi Pengembangan Usaha Kecil Kue Kering "Jalilo Snack", Kecamatan Bogor Timur. Hasil analisis terhadap lingkungan internal menunjukkan kekuatan utama perusahaan adalah keuletan pemilik dalam mengelola perusahaan, kelemahan utama yang dimiliki perusahaan adalah distribusi produk belum luas. Analisis lingkungan eksternal, didapatkan peluang utama perusahaan berupa dukungan Pemda Bogor, sedangkan ancaman utama yang dihadapi perusahaan berupa adanya kenaikan tarif listrik dan BBM.
QSPM didaptkan alternatif strategi bagi perusahaan “Jailo Snack” berdasarkan
prioritas yaitu (1) melakukan penetrasi pasar, (2) memanfaatkan dukungan Pemda Bogor dalam pengajuan pinjaman modal kerja
Ningtias (2009), melakukan penelitian mengenai strategi pengembangan
usaha kecil pada “Waroeng Coklat” hasil analisis lingkungan eksternal diperoleh
bahwa faktor strategis yang merupakan peluang terbesar dan paling berpengaruh bagi yaitu dukungan Disperindagkop dalam pelatihan dan pengembangan UKM di Kota Bogor, sedangkan faktor eksternal yang menjadi ancaman utama yang dapat dihindari yaitu hambatan masuk dalam usaha makanan (cookies dan praline) relatif rendah. Hasil analisis lingkungan internal, faktor internal strategis yang menjadi kekuatan yaitu keuletan pemilik dalam mengelola perusahaan, sedangkan faktor strategis internal yang menjadi kelemahan terbesar yaitu promosi belum optimal.
"Waroeng Cokelat" berada pada posisi sel V, sehingga strategi terbaik yang dapat dilakukan yaitu pertahankan dan pelihara (hold and maintain). Hasil dari pengolahan QSPM diperoleh prioritas strategi yaitu mengoptimalkan promosi, memperluas pasar untuk meningkatkan volume penjualan, pengembangan produk, meningkatkan modal usaha, mempertahankan dan meningkatkan jenis serta kualitas produk, menambah tenaga kerja penyalur/distibutor, melakukan produksi secara kontinyu dan memilih lokasi usaha yang strategis.
METODE PENELITIAN
Kerangka Pemikiran Penelitian
Pengembangan Ilmu Pengetahuan mengenai akar seni, budaya dan pariwisata berbanding terbalik dengan tren berbusana. Tata cara pengembangan pengetahuan tentang seni, budaya dan pariwisata harus melalui cara-cara kreatif. Dewasa ini cinderamata bercorak etnik masih terbatas sedangkan potensi NTB menjadi daerah tujuan wisata cukup bagus karena mempunyai posisi strategis yang disebut daerah segi tiga emas daerah tujuan wisata. Pemanfaatan industri kreatif sebagai media penyampaian pengetahuan mengenai etnik NTB belum tersedia secara optimal. Melalui pemanfaatan etnik, membuka peluang usaha dalam menciptakan produk inovatif yaitu potensi usaha distro dengan mengusung pengenalan seni, budaya dan pariwisata NTB.
Diharapkan pada masa mendatang, Bale Lombo sebuah usaha clothing yang mampu menjadi brand identitas NTB sebagai media pengenalan pelestarian kekayaan seni budaya dan pariwisata serta dapat menciptakan kebanggaan tersendiri bagi customer, masyarakat NTB dan wisatawan yang berkunjung ke NTB dengan menggunakan produk distro Bale Lombo (DBL). Bale Lombo merupakan usaha yang tengah berkembang dan membutuhkan sebuah strategi pengembangan usaha yang tepat, agar tujuan dari Bale Lombo dapat tercapai. Melalui pendekatan Business Model Generation (BMG) dan Analytical Hierarchy Process (AHP) diharapkan dapat tersusun rekomendasi strategi dan keputusan yang tepat dalam pengembangan usaha Balelombo, yang berdampak pada kepuasan wisatawan dan munculnya kebanggaan dalam diri masyarakat terhadap produk yang mengusung etnik lokal. Kerangka pemikiran dan tahapan penelitian dapat dilihat dalam Gambar 2.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan dari bulan Maret sampai dengan Juni 2013 berlokasi di Bogor sebagai tempat produksi dan Nusa Tenggara Barat (NTB) sebagai sasaran utama target pasar. Pada 18 April–30 April 2013 melakukan promosi dan analisis segmentasi, targeting dan positioning di Bandara Internasional Lombok dan tempat wisata hingga Kabupaten Dompu. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja dengan alasan usaha distro Bale Lombo adalah usaha baru, memiliki konsep yang khas dan lebih inovatif, target dan segmen pasar yang terarah, tepat untuk dijadikan tempat penelitian dengan topik strategi pengembangan usaha.
Metode Penetapan Sampel
Metode pengambilan sampel dilakukan dengan non probability sampling
yaitu setiap unsur yang terdapat dalam populasi tidak memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel, melalui teknik convinience sampling. Metode
Jumlah konsumen yang akan dijadikan responden ditentukan menggunakan rumus Slovin dengan tingkat kesalahan 10 persen. Informasi yang diperoleh dari total penjualan produk distro Bale Lombo (DBL), bahwa April sampai Juni 2013 total konsumen yang membeli produk DBL 108 orang. Hasil rumus Slovin, maka diperoleh 51 orang konsumen yang akan dijadikan responden yang akan dikelompokan menjadi konsumen NTB dan Non NTB.
n
Keterangan :
n = jumlah responden yang diambil
N = jumlah populasi atau rata-rata konsumen yaitu 103 orang
e = persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan responden yang masih dapat ditoleransi, dalam penelitian ini nilainya ditentukan sebesar 10 %
Jumlah sampel yang digunakan untuk penentuan strategi dengan metode proses hirarki analitik sebanyak enam pakar, yaitu pemilik usaha sebanyak empat orang, mitra dan dinas perindustrian satu orang. Metode penentuan sampel menggunakan teknik purposive sampling dengan alasan sampel yang diambil memiliki maksud dan tujuan tertentu. Pemilihan pakar didasarkan pada pertimbangan, bahwa mereka memahami usaha Bale Lombo dan dapat memberikan masukan terkait pengembangan usaha.
Gambar 2 Kerangka pemikiran penelitian Cinderamata bercorak etnik
NTB masih sangat terbatas
Potensi NTB Menjadi Daerah Tujuan Wisata Cukup Bagus
Potensi Usaha Distro yang Mengusung Seni, Budaya dan Pariwisata NTB
Pengembangan Usaha Distro yang Kuat
Strategi Pengembangan Usaha yang Tepat
Terpenuhinya Kebutuhan Wisatawan dan Masyarakat
Tumbuh Berkembangnya Usaha Distro
Jenis dan sumber data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer yang digunakan berupa hasil kuesioner dan wawancara dengan konsumen, pemilik usaha dan dinas perindustrian NTB. Data Sekunder yang digunakan adalah berbagai literatur yang berkaitan dengan pembahasan, dokumen perusahaan dan dokumen dari dinas perindustrian dan perdagangan serta dinas pariwisata provinsi NTB yang relevan untuk penelitian ini.
Tabel 1 Jenis dan sumber data
Jenis Data Data Sumber Data
Primer Profil Konsumen Bale Lombo
Penilaian konsumen terkait elemen Business Model Generation (BMG) Sekunder Gambaran usaha distro Bale Lombo
Data industri kreatif di NTB Data kunjungan wisatawan NTB
Data penjualan Bale Lombo secara personal maupun bundling dengan paket wisata
Teori-teori yang relevan dengan penelitian BMG terdiri dari sembilan elemen kunci, penelitian ini terfokus pada elemen konsumen, yaitu elemen key activity, value proposition, customer relationship dan
channel. Penelitian ini dapat dijadikan rekomendasi strategi pengembangan usaha bagi distro Bale Lombo.
Pengumpulan Data
Teknik pengumpilan data yang dilakukan dalam pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Studi Pendahuluan, turut dalam kegiatan promosi dan penjualan di Nusa Tenggara Barat, pada bulan April sampai Mei 2013. Menganalisis kondisi pasar usaha distro di NTB, pesaing dan calon konsumen
b. Field Research melakukan pengamatan langsung terhadap usaha Bale Lombo dan mengikuti seluruh aktivitas usaha.
c. Library Research, metode ini dijadikan sebagai landasan secara teoritis yang berhubungan dengan penyusunan, buku pendukung materi, jurnal, internet dan literatur lainnya untuk menunjang dalam pelaksanaan penelitian.
d. Teknik Wawancara, yaitu melakukan wawancara dengan pihak DBL terkait usaha yang sedang dijalani dan melakukan diskusi strategi usaha berdasarkan BMG customer focus, mitra dan konsumen untuk mengetahui persepsi mereka terhadap Bale Lombo. Selain itu melakukan wawancara terstruktur kepada instansi seputar potensi dan dukungan terhadap usaha distro di NTB.
Pengolahan dan Analisis Data
Analisis data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif, disajikan dalam bentuk tabel, gambar dan uraian. Metode analisis yang digunakan pada penelitian ini menggunakan analisis struktur BMG, analisis keterkaitan antar faktor variabel
(cross tab) dan analisis penetapan prioritas strategi. Analisis BMG dalam penelitian ini untuk menggambarkan pemikiran bagaimana sebuah usaha menciptakan, memberikan dan menangkap nilai. Membuat sebuah frame work
yang terdiri elemen kunci usaha Bale Lombo, disertai dengan mengidentifikasi faktor-faktor yang berpengaruh pada elemen customer focus BMG.
Analisis cross tab digunakan untuk penelitian yang berkaitan dengan penentuan hubungan antar variabel atau faktor yang diperoleh dari data kualitatif. Uji cross tab dilakukan untuk mengetahui keterkaitan antara profil konsumen dengan indikator elemen BMG customer focus dan antara elemen BMG dengan elemen BMG itu sendiri. Cross tab disertai dengan perhitungan tingkat keeratan hubungan antar isi cross tab, alat statistik yang digunakan untuk mengukur hubungan pada cross tab adalah Chi-Square.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Distro Bale Lombo (DBL) Sejarah Perkembangan Usaha
Bale Lombo merupakan distro yang memproduksi merchandise khas NTB dengan mengangkat seni budaya dan pariwisata NTB dalam pemilihan desainnya. Keunggulan dari produk Bale Lombo adalah produk yang dapat memberikan alternatif pelestarian ilmu pengetahuan mengenai seni, budaya dan pariwisata yang ada di NTB, meningkatkan sense of belong to NTB bagi para generasi muda dan masyarakat NTB serta media pengenalan bagi para wisatawan yang berkunjung ke NTB.
Bale Lombo berdiri sejak tahun 2010 dipelopori oleh tiga mahasiswa IPB rantau NTB yang berasal dari ke tiga suku khas NTB (Sasak, Samawa dan Mbojo). Didasari kecintaan terhadap tanah kelahiran, mereka menciptakan brand distro Bale Lombo “Senyum Lombok Sumbawa”. Bale sendiri merupakan singkatan dari “Babaturan Lenga” yang memiliki arti “mari berteman kawan” diambil dari bahasa Suku Sasak dan Suku Mbojo. dan Lombo yang berarti
“Pakaian” merupakan brand yang menggabungkan ke tiga suku yang ada di NTB dengan tujuan pelestarian seni, budaya dan pariwisata NTB agar dikenal oleh wisatawan serta dicintai oleh masyarakat NTB itu sendiri, namun perjalanan usaha Bale Lombo tidak sesuai dengan apa yang mereka harapkan, usaha distro tersebut bisa dikatakan tidak berkembang. Pada tahun 2012 Bale Lombo mulai bangkit untuk mengembangkan bisnisnya dengan dana patungan dan investor. Bale Lombo berproduksi dalam skala kecil, pertengahan tahun 2012 Bale Lombo di usulkan untuk mengikuti Pekan Kreativitas Mahasiswa-Kewirausahaan dan mendapatkan dana hibah DIKTI untuk pengembangan usaha.
Visi, Misi dan Nilai Budaya Kerja Bale Lombo
Sejak saat itu usaha Bale Lombo berkembang, memiliki struktur organisasi dengan sistem manajerial yang sederhana serta merumuskan visi dan misi yaitu : visi Bale Lombo adalah Menjadi ciri khas dan pilihan utama merchandise di NTB dan misinya adalah berinovasi melalui aktivitas-aktivitas yang didasarkan pada sinergisitas, mengangkat potensi yang dihasilkan oleh masyarakat lokal seperti pengrajin anyaman, kain tenun dan sebagainya
Selain memiliki visi dan misi, Bale Lombo juga memiliki nilai budaya perusahaan. Nilai-nilai tersebut merupakan landasan aksi yang diterapkan Bale Lombo pada setiap kegiatan. Nilai-nilai tersebut adalah “BALE” Better, Attractive, Learning dan Educative.
Organisasi Distro Bale Lombo (DBL)
desain dan divisi pemasaran. Khusus pada bagian pemasaran merupakan putra asli daerah Mbojo NTB, agar memudahkan untuk berkomunikasi dengan pelanggan dan mitra asli NTB serta dapat memberikan banyak pengetahuan atau informasi mengenai Etnik NTB lebih banyak kepada wisatawan luar NTB.
Gambar 3 Struktur organisasi distro Bale Lombo Aspek Pemasaran
Setiap usaha akan memasuki sebuah pasar yang ditujunya dan memasarkan produknya, tentu saja hal ini tidak terlepas dari aktivitas pemasaran yang terdiri dari STP dan bauran pemasaran.
a. Segmentasi, targeting dan positioning DBL
Proses pemasaran yang berhasil terdiri dari serangkaian langkah yang berkesinambungan, menurut Kotler (2009) terdiri atas tiga tahap yaitu :
segmentation, targeting, positioning (STP). Begitupun dengan Bale Lombo agar mampu mengetahui dan memuaskan kebutuhan konsumen menetapkan strategi STP.
Segmentasi pasar dari produk Bale Lombo ini adalah berdasarkan demografis, geografis dan psikografis. Target pasar Bale Lombo ini adalah wisatawan dan masyarakat NTB. Bale Lombo memposisikan sebagai brand identitas khas NTB yang mengangkat kekayaan seni, budaya dan pariwisata melalui desain produknya.
b. Bauran Pemasaran DBL
Aktifitas pemasaran lebih dikenal dengan istilah 4P yang biasa disebut dengan bauran pemasaran (marketing mix) terdiri dari product, price, place dan
promotion yang titik tolaknya adalah kebutuhan konsumen akan alat pemuas kebutuhannya. Bauran pemasaranya DBL yaitu :
1) Product
Produk yang dijual DBL adalah tas dan pakaian dengan konsep yang mengusung etnik NTB. Strategi diversifikasi produk dilakukan dengan cara membuat produk yang sesuai dengan permintaan konsumen dan latar belakang suku. Inovasi dari produk Bale Lombo adalah produk edukatif dimana adanya penjelasan mengenai desain yang diangkat, selain itu DBL mendukung pengrajin lokal yaitu pengrajin anyaman bambu Gunung Sari Lombok Barat, Pengrajin kain tenun Desa Ranggo Dompu. Ragam produk DBL dapat dilihat pada Lampiran 8.
2) Price
Harga jual kaos dan polo shirt Bale Lombo adalah Rp 119 000/pcs dan Rp 99 000/pcs jika membeli 3 pcs. Model tanktop Rp 75 000/pcs dan harga tas
kain tenun mulai dari Rp 225 000/pcs hingga Rp 250 000/pcs dengan kualitas bahan terbaik. Semua produk DBL merupakan special and limited edition, sehingga harga tersebut menjadi wajar karena eksklusif.
Direktur
Divisi Pemasaran Divisi Desain
3)Place
Lokasi penjualan berpusat di Kabupaten Dompu NTB sebagai distributor utama, Bandara Internasional Lombok, mobile shop ke tempat wisata yang ramai pengunjung.
4)Promotion
Strategi promosi yang dilakukan DBL adalah melalui promosi secara langsung dan tidak langsung seperti : direct selling dilokasi wisata, taman kota, Bandara Internasional Lombok. Strategi Word Of Mouth (WOM) pun diterapkan mulai dari teman, komunitas NTB dikampus, keluarga dan sebagainya.
Pemberian informasi secara tidak langsung melalui poster, stiker, surat kabar “Lombok Post” pemasangan X-Banner. Sarana teknologi dan informasi juga digunakan, karena merupakan media yang efektif untuk melakukan promosi dengan jangkauan penggunanya yang luas. Promosi media sosial DBL diantaranya, twitter: @balelombo, facebook: Bale Lombo dan website: www.balelombo.com
Analisis Struktur BMG Distro Bale Lombo (DBL)
Analisis struktur BMG pada DBL, memungkinan sebuah usaha mendeskripsikan dan memanipulasi model bisnis dengan mudah untuk menciptakan alternatif strategi yang baru.
Implementasi Kanvas Business Model Generation (BMG) Pada Bale Lombo Bale Lombo menuliskan rencana bisnis dalam kanvas BMG, namun pada penelitian difokuskan kepada elemen customer focus, sebagai rekomendasi strategi pengembangan usaha.
Gambar 4 tampak kanvas bisnis model awal Bale Lombo, setelah dilakukan penelitian tentunya akan mendapatkan rekomendasi pola pengembangan berdasarkan masukan dari konsumen dan pihak internal Bale Lombo dan eksternal agar tujuan usaha dapat tercapai.
Implementasi key partner awal yaitu kerjasama dengan konveksi, toko bahan dan alat sablon, investor, DIKTI dan jasa hosting website. Berkembang melalui kerjasama dengan DISHUB NTB, Angkasa Pura II Bandara Internasional Lombok, pengrajin lokal NTB, jasa makloon tas dan percetakan media promo.
Key resources DBL meliputi pekerja, pemilik usaha, keuangan dan beberapa peralatan sablon untuk mendukung kegiatan usaha DBL. Customer segment DBL adalah wisatawan dan warga NTB. Cost structure yang merupakan biaya terpenting yang muncul adalah pemasaran, gaji karyawan dan biaya produk, sedangkan untuk revenue stream atau sumber pendapatan DBL berasal dari penjualan produk DBL dan pesanan untuk acara yang berkaitan dengan etnik NTB.
Implementasi elemen key activity (KA) awal terkait customer focus, yang dilakukan DBL adalah melakukan aktivitas pemasaran kepada pelanggan dan kemudian membentuk mitra usaha. Implementasi elemen value proposition (VP) awal yang dilakukan DBL adalah sebagai brand pengenalan etnik NTB dengan kualitas produk terbaik selanjutnya DBL mengusung konsep socialpreneur yang mengangkat potensi lokal NTB pada produk maupun packaging. Implementasi elemen customer relationship DBL untuk menjaga hubungan baik bersama pelanggan adalah dengan bantuan personal melalui direct selling, media sosial dan website serta pemberian diskon ataupun bonus. Implementasi elemen channel
DBL adalah bagaimana DBL dapat mengantarkan proposisi nilai ke konsumen melalui media promosi dan lokasi penjualan DBL.
Profil Konsumen (Responden) Bale Lombo
Konsumen Bale Lombo terbagi menjadi konsumen NTB dan konsumen non NTB, yang membeli produk Bale Lombo melalui media internet, ketika berwisata, di Bandara internasional Lombok, saudara maupun di distro Bale Lombo. Kebanyakan konsumen yang membeli produk Bale Lombo adalah laki – laki dengan usia dominan kurang dari 25 tahun. Hal ini menunjukan bahwa produk Bale Lombo lebih cenderung diminati oleh konsumen dengan klasifikasi usia remaja dewasa yang tertarik dengan distro, memiliki fashion style dan menyukai produk yang tidak pasaran.
Rata-rata pengeluaran konsumen Bale Lombo adalah kurang dari Rp 2 500 000, hal ini sesuai dengan karakteritik berdasarkan usia. Sebagian dari
konsumen Bale Lombo luar NTB adalah konsumen yang baru pertama kali berkunjung ke NTB dengan tujuan untuk berlibur dengan waktu tinggal kurang dari satu minggu, mereka penasaran dengan keanekaragam keindahan etnik NTB khususnya alam yang sudah terkenal hingga kemancanegara. Sebagian besar konsumen yang telah berkunjung ke DBL kini telah menjadi mitra baik itu
reseller atau bekerjasama untuk acara yang berhubungan dengan etnik NTB. Tujuan konsumen membeli produk Bale Lombo beraneka ragam diantaranya sebagai oleh-oleh, kenang-kenangan telah berkunjung ke NTB. Hasil pengumpulan data menunjukan tujuan membeli produk DBL adalah digunakan sendiri sebagai kenang-kenangan, mengingat harga dari produk Bale Lombo yang cukup mahal dengan desain special edition sayang jika diberikan untuk oleh–oleh. Diharapkan pada masa akan datang produk Bale Lombo menjadi salah satu
Sumber: Data diolah (2013)
Tabel 2 Profil konsumen Bale Lombo
Profil Modus
Jenis Kelamin Laki-laki
Penduduk NTB atau Non NTB NTB
Lama Tinggal di NTB (bagi konsumen NTB) < 33 tahun
Usia < 25 tahun
Rata – rata Pengeluaran Konsumen/bulan < Rp.2 500 000
Tujuan Berkunjung ke NTB (konsumen luar NTB) Liburan
Rencana kunjungan di NTB (konsumen luar NTB) < 1 minggu
Kunjungan ke NTB yang ke (konsumen luar NTB) 1 kali
Menyukai Wisata Alam Peringkat Pertama
Menyukai Wisata Budaya Tidak Menjawab
Menyukai Wisata Seni Tidak Menjawab
Menyukai Wisata Religius Peringkat Kelima
Menyukai Wisata Kuliner Tidak Menjawab
Pengetahuan Tentang NTB Pariwisata
Pengetahuan Tentang Etnik NTB Ya, Mengetahui
Pernah Berkunjung ke Distro Bale Lombo Tidak Pernah
Berapa Kali Kunjungan ke Distro Bale Lombo 0 (belum pernah)
Tujuan Membeli Produk Bale Lombo Digunakan Sendiri
Membandingkan Produk Bale Lombo dengan Produk Lainnya Tidak, membandingkan
Lama Menjadi Mitra Bale Lombo 1, 2, 5 bulan
Berapa Kali Melakukan Pesanan Produk Bale Lombo 1kali
Mayoritas konsumen tidak membandingkan DBL dengan produk lain yang sejenis pada saat pembelian. Mengingat tempat promosi Bale Lombo yang sering berpindah tempat ke tempat wisata (mobile market), selain itu produk Bale Lombo berbeda dan lebih unik dibanding dengan produk lain dari segi harga, desain dan
packaging. Lamanya konsumen yang telah menjadi mitra Bale Lombo di dominasi oleh mitra Bale 1 hingga 2 bulan dengan melakukan total pesanan satu kali, namun hal ini dapat meningkat jika Bale Lombo telah dikenal secara luas di NTB.
Analisis Keterkaitan Antar Faktor atau Variabel
Analisis dilakukan dengan uji keterkaitan menggunakan uji chi-square
untuk mengetahui apakah antar-variabel terhadap profil responden memiliki hubungan yang signifikan. Sebelum dilakukan uji keterkaitan, dibentuk hipotesis awal. Uji chi-square menggunakan taraf kesalahan hingga 10% untuk melihat keterkaitan antar-variabel.
Penilaian Key Activity (KA) Terkait Profil Konsumen
Tabel 3 Rekapitulasi hasil cross tab KA terhadap profil konsumen adalah jenis kelamin pada indikator pelayanan, asal daerah pada indikator produk dan pelayanan serta lama tinggal di NTB dan rencana lama kunjungan di NTB pada indikator produk. Profil konsumen berdasarkan usia, pengeluaran konsumen, tujuan ke NTB serta frekuensi kunjungan tidak berpengaruh terhadap elemen BMG KA dikarenakan nilai hitung lebih kecil dari nilai kritis setelah diuji pada α 5% dan %.
Hubungan Elemen KA Terkait Jenis Kelamin
Penilaian KA pelayanan diduga dipengaruhi oleh profil konsumen berdasarkan jenis kelamin. Konsumen laki-laki dan perempuan memiliki keinginan dan penilaian berbeda terhadap pelayanan. Mayoritas konsumen wanita lebih kritis dalam menilai pelayanan dibanding laki-laki, hal ini berimplikasi pada strategi yang ditetapkan, jika ada perbedaan maka perlu dibuat strategi pelayanan yang berbeda.
Hasil pengumpulan data diperoleh konsumen laki-laki sebesar 86.5% menyatakan setuju dan sangat setuju, akan tetapi masih terdapat ragu-ragu dan tidak setuju dengan pelayanan DBL. Konsumen wanita sebesar 99.7% menyatakan setuju dan sangat setuju terhadap pelayanan DBL.
Tabel 4 Penilaian KA pelayanan terkait jenis kelamin
Jenis Kelamin Penilaian KA Pelayanan (%) Total (%)
TS RR S SS
Laki-laki 2,0 5,9 43,1 7,8 58,8
Perempuan 0,0 0,0 23,5 17,6 41,2
Total (%) 2,0 5,9 66,7 25,5 100,0
Keterangan : TS = Tidak Setuju, RR = Ragu-ragu,S = Setuju, SS = Sangat Setuju
Hasil uji cross tab dengan menggunakan chi-square menunjukan Ho : jenis kelamin tidak berpengaruh terhadap KA pelayanan, Ha : jenis kelamin berpengaruh terhadap KA pelayanan. Hasil perhitungan pada α % dan df (derajat kebebasan) 3 diperoleh nilai kritis = 6.251, sedangkan pada nilai hitung = 7.510, karena nilai hitung jelas lebih besar dari pada nilai kritis berarti Ho ditolak. Jadi, dugaan awal benar yaitu jenis kelamin berpengaruh terhadap KA pelayanan, sehingga berdasarkan hasil penilaian konsumen dan uji
Konsumen DBL berpendapat bahwa pelayanan menjadi hal yang penting untuk sebuah produk merchandise khas daerah, tidak hanya keramahan dan kecepatan pelayanan namun informasi yang mengedukasi wisatawan terkait etnik menjadi nilai tambah dari segi pelayanan.
Hubungan Elemen KA Terkait Asal Daerah
Asal daerah dengan produk DBL diduga memiliki keterkaitan, yaitu berkaitan dengan minat pembelian produk serta penilaian terhadap produk DBL. Hasil pengumpulan data menunjukan 96.3% konsumen asal NTB menyatakan setuju dan sangat setuju terhadap produk DBL akan tetapi masih terdapat ragu-ragu, sedangkan 78.3% konsumen luar NTB menyatakan setuju dan sangat setuju terhadap produk DBL .
Hasil penilaian konsumen baik penduduk NTB dan luar NTB mayoritas menyatakan setuju terhadap produk DBL. Nilai tertinggi ada pada konsumen asli NTB, hal ini mengindikasikan nilai kecintaan terhadap etnik salah satu faktor warga NTB membeli produk Bale Lombo, sedangkan konsumen luar NTB lebih melihat kepada desain yang menarik dan tempat yang pernah dikunjungi.
Tabel 5 Penilaian KA produk terkait asal daerah
Daerah Asal Penilaian KA Produk (%) Total (%)
RR S SS
Penduduk NTB 2,0 39,2 13,7 54,9
Non NTB 9,8 31,4 3,9 45,1
Total 11,8 70,6 17,6 100,0
Keterangan : TS = Tidak Setuju, RR = Ragu-ragu,S = Setuju, SS = Sangat Setuju
Hasil uji cross tab menunjukan Ho : KA produk tidak berkaitan dengan daerah asal konsumen, Ha : KA produk memiliki keterkaitan dengan daerah asal konsumen. Uji chi squarepada α % dan df (degree of freedom) 2 menghasilkan nilai kritis sebesar 4.605 dan nilai uji statistik sebesar 5.451. Nilai statistik sampel > tabel yang berarti kita dapat menolak Ho, sehingga dapat disimpulkan KA produk memiliki keterkaitan dengan daerah asal ,konsumen
Penilaian KA pelayanan diduga dipengaruhi oleh daerah asal konsumen. Pendatang (wisatawan) akan lebih memperhatikan aspek pelayanan dibandingkan penduduk lokal, oleh karena itu untuk mengetahui perlu tidaknya perbedaan pelayanan dilakukan pengujian terhadap penilaian konsumen. Hasil pengumpulan data menunjukan 100% konsumen asal NTB menyatakan setuju dan sangat setuju dengan pelayanan yang diberikan DBL. Konsumen luar NTB 83.1% menyatakan setuju dan sangat setuju, namun sisanya menyatakan tidak setuju dan ragu-ragu. Tabel 6 Penilaian KA pelayanan terkait asal daerah
Daerah Asal Penilaian KA Pelayanan (%) Total (%)
TS RR S SS
Penduduk NTB 0,0 0,0 33,3 21,6 54,9
Non NTB 2,0 5,9 33,3 3,9 45,1
Total (%) 2,0 5,9 66,7 25,5 100,0
Keterangan : TS = Tidak Setuju, RR = Ragu-ragu,S = Setuju, SS = Sangat Setuju
etnik NTB dan sebagainya. Uji cross tab dengan menggunakan chi-square
menunjukan Ho : KA pelayanan tidak dipengaruhi oleh daerah asal, Ha : KA pelayanan dipengaruhi oleh daerah asal konsumen. Hasil perhitungan menunjukan, nilai statistik sebesar 9.835 lebih besar dari pada nilai tabel
= 7.815. Hal ini membuktikan bahwa KA pelayanan dipengaruhi oleh profil
konsumen berdasarkan asal daerah.
Konsumen NTB lebih tertarik terhadap etnik dalam bentuk merchandise
khas daerahnya, pada saat pembelian lebih komunikatif dan senantiasa memberikan masukan dari segi ragam desain produk agar lebih variatif, khusunya variasi warna dan desain yang lebih mengenalkan etnik NTB. Konsumen luar NTB pada saat pembelian kurang komunikatif karena beranggapan bahwa DBL sama dengan produk merchandise lainnya, oleh karena itu DBL perlu memberikan informasi atau pengetahuan lebih mengenai desain produk, agar konsumen luar NTB tertarik dan melihat perbedaan DBL dengan merchandise
khas NTB yang lain.
Hubungan Elemen KA Terkait Lama Tinggal di NTB
KA produk diduga berpengaruh terhadap lama tinggal di NTB (bagi warga NTB). Berkaitan dengan perbedaan selera dalam pembelian produk dan pilihan desain berdasarkan lama tinggal di NTB akan berimplikasi pada strategi produk yang ditetapkan. Hasil pengumpulan data sebesar 80% konsumen NTB dengan lama tinggal kurang dari 17 tahun menyatakan setuju dan sangat setuju, akan tetapi masih terdapat ragu-ragu. Lama tinggal 17-33 tahun dan lebih dari 33 tahun menyatakan 100% setuju dan sangat setuju terhadap produk DBL.
Tabel 7 Penilaian KA produk terkait lama tinggal di NTB
Lama Tinggal di NTB Penilaian KA Produk (%) Total (%)
Keterangan : TS = Tidak Setuju, RR = Ragu-ragu,S = Setuju, SS = Sangat Setuju
Hasil uji cross tab dengan menggunakan chi-square, hipotesis Ho : KA produk tidak berpengaruh terhadap lama tinggal dan hipotesis Ha : KA produk memiliki pengaruh terhadap lama tinggal. Nilai kritis df adalah 4 pada α % sehingga nilai tabel = 7.779 dan nilai hitung sebesar 9.208. Nilai hitung lebih besar dari pada nilai tabel maka Ho ditolak, yang berarti dugaan awal benar bahwa penilaian KA produk berpengaruh terhadap profil konsumen berdasarkan lama tinggal. Terdapat perbedaan selera konsumen terhadap pilihan warna produk, sehingga DBL perlu melakukan startegi produk yang berbeda khususnya dari variasi warna dan desain.
Hubungan Elemen KA Usia Konsumen Bale Lombo
Keterangan : TS = Tidak Setuju, RR = Ragu-ragu,S = Setuju, SS = Sangat Setuju
ragu-ragu. Sebesar 66.7% pada konsumen 25-40 tahun dan 66.1% konsumen lebih dari 40 tahun menyatakan setuju dan sangat setuju terhadap produk DBL.
Hasil penilaian menunjukan bahwa tidak ada perbedaan penilaian konsumen terkait usia. Informasi berdasarkan penelitian di lapangan bahwa usia remaja lebih menyukai produk kaos dengan warna cerah dan model tanpa lengan sebaliknya usia dewasa lebih dominan memilih warna lembut atau gelap dengan model polo
shirt, sehingga DBL perlu membuat produk yang lebih variatif. Lokasi penjualan Bale Lombo yang menyusuri tempat wisata, taman kota tempat berkumpulnya anak muda, selain itu bekerjasama dengan distro, menjadi salah satu faktor produk Bale Lombo lebih diminati oleh konsumen usia remaja.
Tabel 8 Penilaian KA produk terkait usia konsumen
Usia Konsumen Penilaian KA Produk (%) Total (%)
Keterangan : TS = Tidak Setuju, RR = Ragu-ragu,S = Setuju, SS = Sangat Setuju
Hasil uji cross tab, hipotesis Ho : KA produk tidak dipengaruhi oleh usia konsumen dan hipotesis Ha : KA produk dipengaruhi oleh usia konsumen. Pengujian dengan chi-square pada α 5% menunjukan Ho diterima karena nilai statistik sebesar 4.250 lebih kecil dari pada nilai tabel = 9.488, yang berarti dugaan awal tidak tepat yaitu usia konsumen tidak berpengaruh terhadap pembelian produk DBL.
Hubungan Elemen KA Terkait Rencana Kunjungan di NTB
KA produk diduga dipengaruhi oleh rencana lama kunjungan wisatawan. Hipotesis berkaitan dengan keputusan pembelian, ingin diketahui penilaian wisatawan yang memiliki rencana kunjungan kurang dari satu minggu dan lebih dari satu minggu, maka perlu dilakukan pengujian. Hasil pengumpulan data, wisatawan dengan rencana di NTB kurang dari 1 minggu sebesar 73.7% menyatakan setuju dan sangat setuju terhadap produk DBL sebagai merchandise
khas NTB, sedangkan untuk rencana di NTB lebih dari 1 minggu sebesar 56.9% yang menyatakan setuju dan sangat setuju, akan tetapi masih terdapat pendapat ragu-ragu yang ditunjukan pada Tabel 10, hal ini menunjukan bahwa terdapat perbedaan penilaian konsumen terkait rencana di NTB.
Penelitian dilapangan menunjukan, wisatawan yang berkunjung ke NTB kurang dari 1 minggu akan membeli produk merchandise DBL tanpa membandingkannya dengan produk yang lain, dikarenakan waktu kunjung yang terbatas. Konsumen yang memiliki waktu lebih dari 1 minggu memiliki kesempatan waktu lebih banyak untuk mencari merchandise khas NTB.
Hasil uji cross tab dengan menggunakan chi-square, hipotesis Ho : KA produk tidak dipengaruhi oleh rencana di NTB dan hipotesis Ha : KA produk dipengaruhi oleh rencana di NTB. Hasil perhitungan pada α % dan df derajat kebebasan) 4 diperoleh nilai kritis = 7.779, sedangkan pada nilai hitung = 9.208 karena nilai hitung jelas lebih besar dari pada nilai kritis berarti Ho ditolak. Jadi, hipotesis awal benar yaitu KA produk dipengaruhi oleh rencana lama kunjungan wisatawan di NTB.
Penilaian Value Proposition (VP) Terkait Profil Konsumen Bale Lombo Beragam cara dilakukan sebuah perusahaan untuk menarik minat pelanggan agar menjadikannya berbeda dengan pesaing yaitu dengan memberikan proposisi nilai kepada konsumen (Osterwalder 2007). Value proposition berupa nilai yang diberikan untuk menjadi pembeda Bale Lombo dengan distro lainnya serta sebagai pertimbangan agar konsumen membeli produk Bale Lombo.
Uji keterkaitan antara VP dengan profil konsumen diduga terdapat hubungan, namun ada beberapa indikator yang tidak diuji karena diduga tidak memiliki hubungan berdasarkan pada hasil pengamatan lapangan, seperti tersaji pada tabel 10.
Tabel 10 Rekapitulasi hasil cross tab value proposition
Profil Konsumen
Hasil uji cross tab dengan menggunakan uji chi square menunjukan bahwa tidak terdapat hubungan nyata antara elemen VP dengan indikator desain dan harga, karena nilai tabel > nilai hitung pada α 0.05 dan 0.10. Indikator nilai tambah menunjukan masih ada hubungan yang nyata antara elemen VP terhadap profil konsumen yaitu berdasarkan jenis kelamin dan rencana kunjungan di NTB. Pembahasan lebih lanjut akan dibahas mengenai indikator VP yang memiliki hubungan dan beberapa indikator VP yang tidak signifikan.
Hubungan Elemen VP Terkait Jenis Kelamin Konsumen
Keterangan : TS = Tidak Setuju, RR = Ragu-ragu, S = Setuju, SS = Sangat Setuju Tabel 11 Penilaian VP nilai tambah terkait jenis kelamin
Jenis Kelamin Penilaian VP Nilai Tambah Produk (%) Total (%)
RR S SS
Laki – laki 11.8 41.2 5.9 58.8
Perempuan 2.0 25.5 13.7 41.2
Total (%) 13.7 66.7 19.6 100.0
Hasil uji cross tab, hipotesis Ho : VP nilai tambah tidak dipengaruhi oleh jenis kelamin dan hipotesis Ha : VP nilai tambah dipengaruhi oleh jenis kelamin konsumen. Dibuktikan dengan chi-square pada α % menunjukan Ho ditolak karena nilai statistik sebesar 5.641, lebih besar dari pada nilai tabel = 4.605. Ini berarti bahwa hipotesis awal tepat atau diterima, sehingga dapat disimpulkan penilaian VP nilai tambah dipengaruhi oleh jenis kelamin konsumen, yang artinya terdapat perbedaan penilaian antara konsumen laki-laki dan wanita.
Salah satu nilai tambah yang diberikan Bale Lombo adalah kemasan yang unik, desain dan kualitas yang berbeda dengan usaha sejenis. DBL juga mengusung socialpreneur yang mengedepankan potensi lokal NTB, seperti anyaman bambu Lombok yang dijadikan packaging, kain tenun tembe nggoli sebagai variasi tas, topi anyaman yang dijadikan sebagai bonus pembelian dan sebagainya. Konsumen DBL berharap bahwa Bale Lombo dapat terus bekarya dengan kreatifitas yang menjunjung tinggi kebudayaan NTB.
Hubungan Elemen VP Terkait Lama Tinggal
Uji keterkaitan antara elemen VP desain karena diduga dipengaruhi oleh profil konsumen yaitu lama tinggal di NTB. Hipotesis berkaitan dengan penilaian desain produk DBL, lama tinggal akan mempengaruhi terhadap pilihan desain. Hasil pengumpulan data diperoleh informasi sebesar 69.9% lama tinggal kurang dari 17 tahun, 73.46% lama tinggal 17 sampai33 tahun dan lebih dari 33 tahun sebesar 99.1% yang menyatakan setuju terhadap desain kaos Bale Lombo. Hasil penilaian konsumen menunjukan lama tingal tidak berpengaruh terhadap pilihan desain, akan tetapi faktor kesukuanlah yang berpengaruh terhadap pembelian dan pilihan desain.
Tabel 12 Penilaian VP harga terkait lama tinggal
Lama Tinggal di NTB Penilaian VP Desain (%) Total
(%)
Keterangan : TS = Tidak Setuju, RR = Ragu-ragu, S = Setuju, SS = Sangat Setuju
Hasil uji cross tab dengan menggunakan chi-square menunjukan hipotesis Ho : tidak ada keterkaitan antara VP desain dengan lama tinggal dan hipotesis Ha : antara VP desain dengan lama tinggal memiliki keterkaitan. Nilai kritis