• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIFITAS KOMUNIKASI ANTARPRIBADI PETUGAS KEROHANIAN TERHADAP KESIAPAN PASIEN MENGHADAPI TINDAKAN OPERASI DI RUMAH SAKIT IMANUEL PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEKTIFITAS KOMUNIKASI ANTARPRIBADI PETUGAS KEROHANIAN TERHADAP KESIAPAN PASIEN MENGHADAPI TINDAKAN OPERASI DI RUMAH SAKIT IMANUEL PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2013"

Copied!
171
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIFITAS KOMUNIKASI ANTARPRIBADI PETUGAS KEROHANIAN TERHADAP KESIAPAN PASIEN MENGHADAPI TINDAKAN OPERASI

DI RUMAH SAKIT IMANUEL PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2013

Oleh:

CESARIANA JOJOR HARIABRI SITANGGANG

Skripsi

Sebagai salah satu syarat mencapai gelar SARJANA ILMU KOMUNIKASI

Pada

Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

ABSTRACT

THE EFFECTIVITY OF INTERPERSONAL COMMUNICATION

SPIRITUAL OFFICERS FOR READINESS PATIENT FACING THE SURGERY IN IMANUELS HOSPITAL LAMPUNG PROVINCE

By

Cesariana Jojor Hariabri Sitanggang Ilmu Komunikasi

0916031089

Interpersonal Communication is one of the proper communication applied to other persons or a small group of people, to gain a feedback immediately. As Interpersonal Communications carried by the spiritual officers to patients who will face the surgery in Imanuel’s Hospital. Spiritual officers visit patients who will be facing surgery in the treatment room and perform accompaniment by applying Interpersonal Communications. Often happens that patients who will face surgery be very anxiety and fear so not ready having surgery, even reject the

surgery. Through the effective and persuasive of Interpersonal Communication by the officers with patient is expected to overcome the anxiety and fear so that the patient ready to face the surgery, especially the ready in psychologist mentals.

Based on the background of problem above, then obtained the problem formulation of research namely “ How big the effectiveness of Interpersonal Communication Spirituality Officers levels for readiness patient against the surgery in Imanuels Hospital Lampung Province?”. Research purposes is how big amount of the effectiveness of interpersonal communication between the spiritual officers with readiness patient against the surgery in Imanuels Hospital Lampung Province. Type of research used in this research is descriptive reseach with the main purpose to make a picture or description by the approach of

quantitative who uses a method of research survey to 50 respondents. Data collecting technique using questionnaire

Data processing through stage editing, coding and tabulating. Data analysis using formulas correlation spearmen brown, a coefficient of determination ( CD ) and the equation with linear regression aid software spss 19.0. Spearmen correlation test based on the Brown note the existence of a significant relationship between interpersonal communication Spiritual Officer of the readiness patient's to face the surgeryin Imanuels Hospital Bandar Lampung, the rvalue 0,704 > rtable 0,284. Based on calculations of the Coefficients Determination ( CD )

(3)

the patient in Imanuels Hospital Lampung against their surgery, which amounted to 49,56%. Based on calculations by a formula linear regression can be known that there are influence between spritual officers interpersonal communication for readiness patient to face the surgery in Imanuels Hospital is 56,1 %, which amounted to which is evidenced by Tcount is

7,750 > Ttable is 1,684.

(4)

ABSTRAK

EFEKTIFITAS KOMUNIKASI ANTARPRIBADI PETUGAS KEROHANIAN TERHADAP KESIAPAN PASIEN MENGHADAPI TINDAKAN OPERASI

DI RUMAH SAKIT IMANUEL PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2013

Oleh

Cesariana Jojor Hariabri Sitanggang Ilmu Komunikasi

0916031089

Komunikasi antarpribadi adalah salah satu jenis komunikasi yang tepat diterapkan kepada orang lain atau sekelompok kecil orang, untuk mendapatkan umpan balik segera. Sebagaimana komunikasi antarpribadi yang dilakukan oleh petugas kerohanian kepada pasien yang akan menghadapi tindakan operasi di Rumah Sakit Imanuel. Petugas kerohanian mengunjuni pasien yang akan menghadapi operasi di ruang perawatannyadan melakukan pendampingan dengan menerapkan komunikasi antarpribadi. Sering terjadi bahwa pasien yang akan menghadapi tindakan operasi menjadi sangat cemas dan ketakutan sehingga tidak siap dioperasi dan menolak dioperasi. Melalui komunikasi antarpribadi yang efektif dan persuasive oleh petugas kerohanian dengan pasien, diharapkan dapat mengatasi operasinya, terutama kesiapan mental psikologis.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka yang menjadi rumusan masalah penelitian, yaitu “Seberapa besar tingkat efektifitas komunikasi antarpribadi petugas kerohanian terhadap kesiapan pasien menghadapi tindakan operasi di Rumah Sakit Imanuel

Provinsi Lampung?”. Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui besarnya efektifitas komunikasi antar pribadi petugas kerohanian terhadap kesiapan pasien

menghadapi tindakan operasi di Rumah Sakit Imanuel Provinsi Lampung tahun 2013”. Tipe

(5)

Pengolahan data melalui tahap editing, coding dan tabulating. Analisa data menggunakan rumus korelasi Spearmen Brown, koefisien determinasi (KD) dan rumus regresi linier dengan bantuan software SPSS 19.0. Berdasarkan uji korelasi Spearmen Brown diketahui adanya hubungan yang signifikan antara komunikasi antarpribadi petugas kerohanian terhadap kesiapan pasien menghadapi tindakan operasinya di RS. Imanuel Bandar Lampung, yakni nilai r hitung adalah 0,704 > r table 0,284. Berdasarkan perhitungan koefisien determinasi (KD) diketahui besarnya efektifitas komunikasi antarpribadi petugas kerohanian terhadap kesiapan pasien menghadapi tindakan operasinya di RS. Imanuel Bandar Lampung, yakni sebesar 49,56%. Berdasarkan perhitungan dengan rumus regresi linier dapat diketahuibahwa terdapat pengaruh antara komunikasi antarpribadi petugas kerohanian terhadap kesiapan pasien menghadapi tindakan operasinya di RS. Imanuel Bandar Lampung, yakni sebesar 56,1%, yang dibuktikan dengan T hitung 7,750 > T Tabel 1,684

(6)
(7)
(8)
(9)

DAFTAR ISI

Halaman

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah... 6

1.3. Tujuan Penelitian... 7

1.4. Kegunaan Penelitian... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Tentang Efektivitas ... 8

2.2. Tinjauan Tentang Komunikasi ... 9

2.3. Tinjauan Komunikasi Antarpribadi ... 11

2.3.1. Pengertian Komunikasi Antarpribadi ... 11

2.3.2. Tujuan Komunikasi Antarpribadi ... 12

2.3.3. Karakteristik Keluasan dan Kedalaman Hubungan dalam Komunikasi Antarpribadi... 13

2.3.4. Efektivitas Komunikasi Antarpribadi... 14

2.3.5. Efektivitas Komunikasi Antarpribadi dari Sudut Pandang Humanistik... 15

2.4. Tinjauan Tentang Kesiapan... 17

2.4.1. Pengertian Kesiapan... 17

2.4.2. Aspek-Aspek Psikologis Yang Mempengaruhi Kesiapan... 18

2.4.3. Kesiapan Pasien Menghadapi Operasi ... 2.4.4. Tinjauan Tentang Petugas Kerohanian di RS Imanuel ... 2.5. Tinjauan Tentang Pasien Menghadapi Tindakan Operasi ... 19

2.6. Tinjauan Tentang Petugas Kerohanian di Rumah Sakit Imanuel ... 21 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tipe Penelitian ... 29

3.2. Variabel Penelitian ... 30

3.2.1 Variabel Bebas (Independent Variable) ... 30

3.2.2 Variabel Terikat (Dependent Variable)... 30

3.3. Definisi Konseptual... 30

3.3.1 Efektivitas ... 30

3.3.2 Komunikasi Antarpribadi ... 31

3.3.3 Petugas Kerohanian ... 31

(10)

3.4.2 Kesiapan Pasien Menghadapi Operasi ... 34

3.5. Dimensi-Dimensi Variabel Penelitian ... 36

3.6. Jenis Data ... 43

3.6.1 Data primer ... 43

3.6.2 Data Sekunder ... 43

3.7. Populasi dan Sampel ... 44

3.7.1 Populasi ... 44

3.7.2 Sampel ... 44

3.8. Teknik Pengumpulan Data ... 45

3.8.1 Kuesioner ... 45

3.8.2 Wawancara ... 45

3.8.3 Observasi ... 45

3.9. Teknik Pengolahan Data ... 46

3.9.1 Editing ... 46

3.9.2 Tabulasi ... 46

3.9.3 Interpretasi ... 46

3.10. Pengukuran Variabel... 46

3.11. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 47

3.12. Teknik Analisis Data ... 49

BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum ... 51

4.1.1 Lokasi Rumah Sakit Imanuel Bandar Lampung ... 51

4.1.2 Visi Rumah Sakit Imanuel Bandar Lampung ... 51

4.1.3 Misi Rumah Sakit Imanuel Bandar Lampung ... 51

4.1.4 Motto Rumah Sakit Imanuel Bandar Lampung ... 52

4.1.5 Fasilitas Pelayanan Rumah Sakit Imanuel BDL... 52

4.1.6 Sejarah Singkat Petugas Kerohanian ... 53

4.2. Uji Coba Instrumen Penelitian ... 53

4.3. Hasil Penelitian ... 57

4.3.1. Data Umum Responden ... 58

4.3.1.1 Responden Berdasarkan Usia ... 58

4.3.1.2 Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 59

4.3.1.3 Responden Berdasarkan Pekerjaan... 60

4.3.2. Efektifitas Komunikasi Antarpribadi Petugas Kerohanian dan Pasien Yang Akan Menghadapi Operasi... 60

4.3.2.1. Analisis Tabel Tunggal Tentang KAP Petugas Kerohanian... 85

4.3.2.1. Analisis Tabel Tunggal Tentang Kesiapan Pasien... 111 4.4. Analisis Tabel Silang Berdasarkan Kategori Jawaban Responden

(11)

Operasi di RS. Imanuel Bandar Lampung... 111 4.5. Analisis Hubungan Antar Variabel X dan Y... 115 4.6. Analisis Penerapan Rumus Regresi Linear ... 117

BAB V PEMBAHASAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan... 130 6.2. Saran... 132

(12)

Tabel Halaman

1 Dimensi variabel X dan variabel Y... 36

2 Uji Validitas Variabel X... 54

3 Uji Validitas Variabel Y... 55

4 Uji Reliabilitas Variabel X... 56

5 Uji Reliabilitas Variabel Y... 57

6 Distribusi Responden Menurut Usia... 58

7 Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin... 59

8 Distribusi Responden Menurut Pekerjaan... 60

9

Sikap Spontanitas Petugas Kerohanian Membantu Mengatasi Masalah Pasien Menghadapi Tindakan Operasi di RS. Imanuel

Provinsi Lampung Tahun 2013... 61

10

Kesediaan Petugas Kerohanian Mendengar Keluhan Pasien Yang Akan Menghadapi Tindakan Operasi

di RS. Imanuel Bandar Lampung Tahun 2013... 62

11

Kesediaan Petugas Kerohanian Memperhatikan Pasien Berbicara dan Akan Menghadapi Tindakan Operasi

di RS Imanuel Bandar Lampung Tahun 2013... 64

12

Pemberian Dorongan Oleh Petugas Kerohanian Mengungkapkan Isi Hati dan Perasaan Pasien Yang Akan Menghadapi Tindakan

Operasi di RS. Imanuel Bandar Lampung Tahun 2013... 65

13

Sikap Petugas Kerohanian Menghargai Pendapat Yang Dikemukakan Pasien Yang Akan Menghadapi Tindakan Operasi di RS. Imanuel Bandar Lampung Tahun 2013...

67

14

Pengakuan Petugas Kerohanian Terhadap Kesamaan Nilai Setiap

PasienYang Akan Menghadapi Tindakan Operasi di RS. Imanuel

ProvinsiLampung Tahun 2013... 68

15

Pengakuan Petugas Kerohanian Akan Kesamaan Hak Setiap Pasien Yang Akan Menghadapi Tindakan Operasi di RS. Imanuel

Provinsi Lampung Tahun 2013... 69

16

Pengakuan Petugas Kerohanian Akan Hak Pasien Untuk Dihargai Dalam Menghadapi Tindakan Operasi di

RS. Imanuel Provinsi Lampung Tahun 2013... 71

17

Sikap Petugas Kerohanian Memberi Tanggapan Baik Kepada Pasien Yang Akan Menghadapi Tindakan Operasi di

RS. Imanuel Bandar Lampung Tahun 2013... 72

18

Sikap Petugas Kerohanian Memberi Perlakuan Sama Kepada Pasien Yang Akan Menghadapi Tindakan Operasi di

RS. Imanuel Bandar Lampung Tahun 2013... 74

19 Kemampuan Petugas Kerohanian Mempengaruhi Pasien Menjadi

(13)

Bandar Lampung Tahun 2013...

20

Sikap Petugas Kerohanian Memberikan Dorongan Sehingga Pasien Menerima Tindakan Operasi Pasien di RS. Imanuel

Bandar Lampung Tahun 2013... 77

21

Kemampuan Petugas Kerohanian Memberi Pujian Kepada Pasien Yang Menyatakan Dirinya Siap Menghadapi Operasi

di RS.Imanuel Bandar Lampung Tahun 2013... 78

22

Kemampuan Petugas Kerohanian Meningkatkan Perasaan Siap Menghadapi Operasi Pada Pasien Yang Akan Menghadapi Tindakan Operasi di RS. Imanuel Bandar Lampung Tahun 2013...

79

23

Kemampuan Petugas Kerohanian Meyakinkan Keputusan Pasien Menghadapi Tindakan Operasinya di RS. Imanuel Bandar Lampung Tahun 2013...

81

23

Kemampuan Petugas Kerohanian Meyakinkan Perasaan Nyaman Pasien Menghadapi Tindakan Operasi di

RS. Imanuel Bandar Lampung Tahun 2013... 82

24

Kemampuan Petugas Kerohanian Mempengaruhi Pikiran Pasien Sehingga Mampu Mempertahankan Keputusannya Akan

Menghadapi Tindakan Operasi di RS. Imanuel Bandar Lampung... 83

25 Kemampuan Petugas Kerohanian Meyakinkan Pasien Bahwa

Operasinya Akan Sukses di RS. Imanuel Bandar Lampung... 85

26

Kategori Komunikasi Antarpribadi Petugas Kerohanian Terhadap Pasien Yang Akan Menghadapi Tindakan Operasi

di RS. Imanuel Bandar Lampung... 86

27 Kekuatan dan Ketabahan Pasien Menghadapi Operasinya

di RS. Imanuel Bandar Lampung Tahun 2013... 87

28 Kesiapan Pasien Menghadapi Operasi di RS. Imanuel

Bandar Lampung Tahun 2013... 89

29 Gambaran Pulas Tidur Pasien Sebelum Pelaksanaan Operasi

di RS. Imanuel Bandar Lampung Tahun 2013... 90

30 Suasana Hati Nyaman Pasien Menghadapi Operasi di

RS. Imanuel Bandar Lampung Tahun 2013... 91

31 Pengertian dan Pemahaman Pasien Tentang Tindakan

Operasi di RS. Imanuel Bandar Lampung Tahun 2013... 92

32 Penerimaan Pasien Tanpa Terpaksa Menghadapi Tindakan

Operasi di RS. Imanuel Bandar Lampung Tahun 2013... 93

33 Sikap Siap Menjalani Pilihan Operasi di RS. Imanuel

Bandar Lampung Tahun 2013... 95

34 Sikap Optimis Pasien Operasi Dengan Kesuksesan Operasinya

di RS. Imanuel Bandar Lampung Tahun 2013... 96

35 Ikhlas Menerima Perubahan Pada Tubuh Setelah Operasi di

RS. Imanuel Bandar Lampung Tahun 2013... 97

36 Kesiapan Pasien Menghadapi Resiko Operasi di RS. Imanuel

Bandar Lampung Tahun 2013... 98

37 Suasana Hati Stabil Pasien Menghadapi Operasi di RS. Imanuel

Bandar Lampung Tahun 2013... 100

38 Perasaan Tenang Pasien Mendengar Jadwal Operasi di

(14)

40

Menghadapi Operasi di RS. Imanuel Bandar Lampung Tahun 2013.. 103

41 Kesiapan Pasien Melakukan Instruksi Dokter Tentang Persiapan

Operasi di RS. Imanuel Bandar Lampung Tahun 2013... 104

42

Kesiapan Pasien Menuruti Tindakan Persiapan Operasi Yang Dilakukan Perawat Sesuai Instruksi Dokter di RS. Imanuel

Bandar Lampung Tahun 2013... 105

43 Kesiapan Memakai Alat dan Perlengkapan Yang Harus Dikenakan

Saat Operasi di RS. Imanuel Bandar Lampung Tahun 2013... 107

44 Kesiapan Pasien Mengikuti Prosedur Operasi di

RS. Imanuel Bandar Lampung Tahun 2013... 108

45

Kesiapan Keluarga dan Pasien Mengikuti Prosedur . Persetujuan dan Syarat Operasi di RS. Imanuel Bandar

Lampung Tahun 2013... 109

46 Keluarga Menyetujui dan Menandatangani Surat

Persetujuan Operasi di RS. Imanuel Bandar Lampung Tahun 2013.... 110

47 Kategori Jawaban Responden tentang Kesiapan Pasien

Menghadapi Tindakan Operasi di RS. Imanuel Bandar Lampung... 112

48

Efektifitas Komunikasi Antarpribadi Petugas Kerohanian Terhadap Kesiapan Pasien Menghadapi Tindakan Operasi

di RS. Imanuel Bandar Lampung... 113

49

Hasil Uji Korelasi Spearmen Brown Komunikasi Petugas Kerohanian Terhadap Kesiapan Pasien Yang Akan Menghadapi

Tindakan Operasi di RS. Imanuel Bandar Lampung... 117

50 Hasil Analisis Regresi Linear KAP Petugas Kerohanian

(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manusia tidak dapat hidup sendiri untuk mempertahankan hidupnya, tetapi perlu

berkomunikasi dengan orang lain. Disisi lain, manusia membutuhkan komunikasi

untuk memperoleh dan memberi informasi yang diperlukan dan

mempertimbangkan solusi alternatif atas masalah dan mengambil keputusan.

Kehidupan manusia tidak terlepas dari permasalahan, baik masalah fisik,

psikologis maupun rohani dan penyelesaian masalah tersebut memerlukan

bantuan orang lain. Dalam proses inilah manusia memerlukan hubungan antar

manusia yang di dalamnya terdapat komunikasi.

Komunikasi adalah proses yang memungkinkan seseorang (komunikator)

menyampaikan rangsangan untuk mengubah perilaku orang lain (Hovlan et.al,

1953 dalam Munir, 2001 : 74). Komunikasi yang bertujuan mengubah sikap dan

perilaku orang lain menjadi sangat penting. Sebagaimana komunikasi yang

dilakukan oleh petugas kerohanian dengan pasien yang akan menghadapi tindakan

operasi di Rumah Sakit Imanuel. Adapun kegiatan petugas kerohanian tersebut,

antara lain mengunjungi pasien yang akan menghadapi operasi di ruang

(16)

Pendampingan kepada pasien yang akan menghadapi operasi yang dilakukan

petugas kerohanian di Rumah Sakit Imanuel Provinsi Lampung bertujuan untuk

membentuk kesiapan, terutama secara psikologis dan mental. Sering terjadi bahwa

pasien yang direkomendasikan dokter untuk tindakan operasi, tetapi karena pasien

sangat cemas dan ketakutan atau tidak siap dioperasi sehingga mereka menolak

atau menunda dan meminta pulang paksa.

Berhasilnya pendampingan membentuk kesiapan pada pasien menghadapi

tindakan operasi sangat bergantung pada efektifitas komunikasi yang terjadi

antara petugas kerohanian dengan pasien. Efektifitas komunikasi tersebut juga

sangat menentukan untuk membentuk hubungan-hubungan yang memuaskan.

Jika hubungan terputus atau menjadi sumber stres, pada umumnya yang ditunjuk

sebagai penyebab adalah komunikasi yang buruk.

Seringkali masalah dalam berhubungan berasal dari proses komunikasi itu sendiri

dan bukan pada apa yang dikomunikasikan. Kebanyakan orang marah dan tidak

berdaya jika mereka tidak didengarkan ketika mengatakan sesuatu yang penting.

Apa yang terjadi dalam hubungan dan komunikasi diantara individu akan

mempengaruhi pikiran dan perasaan internal setiap manusia. Oleh karena itu

dengan berkomunikasi secara efektif, kita tidak hanya dituntut untuk memahami

prosesnya, tetapi juga mampu menerapkan pengetahuan dan keterampilan kita

secara kreatif.

Adapun komunikasi, diantaranya yaitu komunikasi antarpribadi, yang merupakan

proses penyampaian pesan oleh satu orang dan penerimaan pesan oleh orang lain

(17)

3

untuk memberikan umpan balik segera. Melalui komunikasi antarpribadi, kita

berinteraksi dengan orang lain, mengenal mereka dan diri kita sendiri dan

mengungkapkan diri sendiri kepada orang lain. Jenis komunikasi yang dilakukan

oleh petugas kerohanian dengan pasien yang akan menghadapi tindakan operasi di

Rumah Sakit Imanuel Provinsi Lampung adalah komunikasi antarpribadi.

Ada empat ciri komunikasi antarpribadi. Pertama, kualitas komunikasi bersifat

dalam dan meluas. Komunikasi bersifat dalam, artinya dapat menembus

kepribadian yang paling tersembunyi dan meluas artinya sedikit sekali kendala

yang menentukan rentangan dan cara berkomunikasi. Kedua, komunikasi bersifat

personal, dimana hubungan antar anggota dalam kelompok bersifat unik dan

tidak tergantikan. Ketiga, lebih menekankan aspek hubungan dari pada isi.

Keempat, komunikasi bersifat ekspresif dan informal.

Komunikasi antarpribadi petugas kerohanian dengan pasien yang akan

menghadapi tindakan operasi berlangsung selama pendampingan. Petugas ini

memberi dukungan moral, mental dan psikologis yang menghambat kesiapan

pasien menghadapi operasinya. Pendampingan dilakukan sebelum tindakan

operasi dilaksanakan. Ketika pendampingan dilakukan, terjadi proses interaksi

antara petugas dengan pasien secara kontak langsung (face to face) yang diharapkan dapat membentuk kesiapan pada pasien menghadapi tindakan

operasinya. Oleh karena itu perlu diterapkan komunikasi yang efektif.

Thomas M. Scheidel mengemukakan bahwa kita berkomunikasi terutama untuk

menyatakan dan mendukung identitas diri, untuk membangun kontak sosial

(18)

berfikir, atau berperilaku seperti yang kita inginkan. Selain itu, Scheidel juga

mengungkapkan bahwa tujuan dasar kita berkomunikasi adalah untuk

mengendalikan lingkungan fisik.

Komunikasi antarpribadi dalam bentuk pendampingan kepada pasien yang akan

menghadapi operasi di RS. Imanuel Provinsi Lampung telah menjadi kegiatan

rutin dan terjadwal sejak tahun 2000. Akan tetapi, masih ada juga pasien yang

menolak dioperasi. Pasien meminta pulang paksa setelah dokter memutuskan

tindakan operasi. Adapun alasan menolak operasi tersebut karena pasien tidak

siap. Pasien mengatakan takut, kesal, dan bingung ketika dokter memutuskan

pasien harus menjalani tindakan operasi. Disamping itu juga karena tidak yakin

terhadap kesuksesan operasi yang akan dihadapi.

Selama bulan April 2013, ada sebanyak 66 orang pasien yang terdaftar pasien

bedah mayor dan 92 orang pasien bedah minor di RS. Imanuel Provinsi Lampung.

Sebanyak enam orang tidak bersedia dioperasi dengan berbagai alasan, seperti

takut dan ada juga yang tidak percaya bahwa penyembuhan penyakitnya harus

dengan tindakan operasi. Keadaan seperti inilah yang memerlukan pentingnya

komunikasi antarpribadi, yang diharapkan dapat membangun kepercayaan dan

kesiapan pada pasien menghadapi tindakan operasi. Hal ini dapat tercapai jika

komunikasi yang diterapkan petugas kerohanian adalah komunikasi antarpribadi

yang efektif dengan pasien.

Efektifitas komunikasi antar pribadi perlu diketahui sehingga dapat menerapkan

pendekatan yang sesuai untuk mengatasi situasi komunikasi tertentu (Devito,

(19)

5

antar pribadi sehingga dapat memperoleh gambaran dari faktor-faktor yang dapat

membuat komunikasi menjadi efektif. Menurut Devito (1989 : 6), komunikasi

antarpribadi memiliki 5 (lima ) ciri, yaitu keterbukaan, empati, sikap mendukung,

sikap positip, dan kesetaraan.

Komunikasi antarpribadi yang akan diuraikan dalam penelitian ini adalah

komunikasi dalam bentuk pendampingan yang dilakukan oleh petugas kerohanian

kepada pasien yang akan menghadapi operasi di RS. Imanuel. Pendampingan ini

merupakan salah satu tugas rutin dilakukan dan diharapkan dapat membentuk

kesiapan pada pasien. Sebelum pendampingan dilakukan oleh petugas

kerohanian, mereka terlebih dahulu meminta informasi dari kepala ruangan

tentang ruang perawatan dan identitas pasien yang akan di operasi. Sesuai

informasi yang diperoleh, selanjutnya petugas menemui pasien dan menawarkan

kepada pasien tentang pelayanan pendampingan. Jika pasien bersedia didampingi,

maka kegiatanpun dilaksanakan.

Penulis tertarik meneliti lebih lanjut tentang efektifitas komunikasi antarpribadi

petugas kerohanian terhadap kesiapan pada pasien menghadapi tindakan operasi.

Peneliti memilih pasien yang akan menghadapi tindakan operasi di RS. Imanuel

Provinsi Lampung sebagai obyek penelitian. Adapun alasan peneliti adalah karena

RS. Imanuel merupakan rumah sakit pendidikan, petugas kerohanian melakukan

pendampingan kepada pasien yang akan di operasi, namun masih ada juga pasien

yang menolak dioperasi. Disamping itu belum pernah dilakukan penelitian tentang

efektifitas komunikasi antarpribadi yang diterapkan petugas kerohanian di tempat

(20)

Berdasarkan uraian yang dikemukakan diatas, penulis ingin mengetahui seberapa

besarkah tingkat efektifitas komunikasi antar pribadi yang terjadi pada

komunikasi antarpribadi petugas kerohanian dengan pasien yang akan

menghadapi tindakan operasi sehingga terbentuk kesiapan pada pasien tersebut

menghadapi tindakan operasinya di RS. Imanuel Provinsi Lampung.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka rumusan

masalah pada penelitian ini adalah : “Seberapa besar tingkat efektifitas

komunikasi antar pribadi petugas kerohanian terhadap kesiapan pasien

menghadapi tindakan operasi di Rumah Sakit Imanuel Provinsi Lampung?”

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan masalah dalam penelitian ini, maka tujuan dari penelitian ini

adalah untuk :”Mengukur besarnya efektifitas komunikasi antar pribadi petugas

kerohanian terhadap kesiapan pasien menghadapi tindakan operasi di Rumah

Sakit Imanuel Provinsi Lampung”.

1.4 Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut :

1.4.1Secara teoritis

Secara teoritis, penelitian ini bermanfaat mengembangkan ilmu komunikasi dan

pengetahuan serta diharapkan dapat menjadi bahan acuan untuk penelitian

(21)

7

pertimbangan melakukan penelitian lebih lanjut terutama mengenai efektifitas

komunikasi membentuk kesiapan bagi pasien yang akan menghadapi

tindakan-tindakan operasi.

1.4.2 Secara praktis

Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran

penulis dalam memberikan informasi mengenai efektifitas komunikasi antar

pribadi petugas kerohanian terhadap kesiapan pasien menghadapi tindakan operasi

di RS Imanuel Provinsi Lampung. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi

(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Tentang Efektifitas

Efektifitas berasal dari kata dasar efektif, yang dalam bahasa Inggris sama dengan

effective” yang berarti berhasil atau sesuatu yang dilakukan berhasil dengan baik.

Sedangkan efektivitas berasal dari kata “effectiveness” yang artinya sejauhmana

suatu kelompok mencapai tujuannya. Jadi efektifitas merupakan unsur pokok

untuk mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditentukan didalam setiap

organisasi, kegiatan ataupun program. Disebut efektif apabila tercapai tujuan atau

sasaran yang ditentukan. Hal ini sesuai dengan pendapat H. Emerson yang dikutip

Handayaningrat, S (1995 : 16) yang menyatakan bahwa efektifitas adalah

pengukuran dalam arti tercapainya tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.

Sedangkan Kurniawan, A (2005 : 109) dalam bukunya Transformasi Pelayan

Publik mendefinisikan bahwa efektifitas adalah kemampuan melaksanakan tugas, fungsi (operasi kegiatan atau misi) dari pada suatu organisasi atau sejenisnya

yang tidak adanya tekanan atau ketegangan diantara pelaksanaanya. Pendapat lain

dikemukakan oleh Hidayat bahwa efektifitas adalah suatu ukuran yang

menyatakan seberapa jauh target (kuantitas, kualitas dan waktu) telah tercapai.

(23)

9

Berdasarkan beberapa pendapat diatas mengenai efektifitas, dapat disimpulkan

bahwa efektifitas adalah suatu kegiatan pengukuran dan memperoleh ukuran

yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas, kualitas dan waktu) telah

dicapai oleh manajemen yang mana target tersebut sudah ditentukan terlebih

dahulu. Dimana makin besar persentase target yang dicapai, makin tinggi

efektifitasnya.

2.2. Tinjauan Tentang Komunikasi

Komunikasi atau dalam bahasa Inggris “communication”, berasal dari kata Latin

communis” yang berarti “sama”. Kata sama disini artinya adalah sama makna

(Onong Uchyana Efendi 1988 : 11). Menurut Carl I. Hovland yang dikutip oleh

Mulyana,D (2011 : 68) bahwa komunikasi adalah proses yang memungkinkan

seseorang (komunikator) menyampaikan ransangan untuk mengubah perilaku

orang lain (komunikate). Komunikasi akan berlangsung selama ada kesamaan

makna antara orang-orang yang berbicara. Kesamaan makna ini penting untuk

mencapai komunikasi yang efektif.

Rudolph F. Verderber mengemukakan bahwa komunikasi mempunyai dua fungsi.

Pertama, fungsi sosial, yakni untuk tujuan kesenangan, untuk menunjukkan ikatan

dengan orang lain, membangun dan memelihara hubungan. Kedua, fungsi

pengambilan keputusan, yakni memutuskan untuk melakukan atau tidak

melakukan sesuatu pada saat tertentu.

Harorld Laswell yang dikutip oleh Onong Uchyana Efendi (1988 : 13)

(24)

menjelaskan komunikasi ialah menjawab pertanyaan : Who, Says What, In Which

Channel, To Whom, With What Effect. Paradigma Laswell diatas menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima unsur sebagai jawaban pertanyaan yang diajukan

tersebut, yaitu : komunikator (communicator, source, sender), pesan (message), media (channel), komunikan (communicant, communicate, receiver, recipient),

dan efek (effect, impact, influence). Komunikator menyampaikan pesan kepada

komunikan melalui suatu media sehingga menghasilkan efek tertentu.

Proses komunikasi pada hakekatnya adalah proses penyampaian pikiran atau

perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan) (Onong

Uchyana Efendi, 1988 : 14). Wilbur Schramm menyatakan bahwa komunikasi

akan berhasil apabila pesan yang disampaikan komunikator cocok dengan

kerangka acuan (frame of reference), yakni paduan pengalaman dan pengertian (collection of experiences and meanings) yang pernah diperoleh komunikan

(Onong Uchyana Efendi, 1988 : 88). Penelaahan pesan oleh komunikan sangat

tergantung pada bidang pengalaman (field of experience). Semakin besar field of experience, semakin besar kemungkinan komunikasi tersebut menjadi lancar.

Komunikasi juga dapat didefinisikan secara luas sebagai berbagi pengalaman

(Deddy Mulyana, 2001 : 42). Menurut Joseph A. Devito (2002 : 21), dalam

komunikasi terdapat tiga prinsip dasar. Pertama, hanya dapat terjadi apabila

terdapat pertukaran pengalaman yang sama (sharing similar experience). Kedua,

semakin besar daerah tumpang tindih, semakin besar pula kemungkinan terjadinya

komunikasi yang efektif. Ketiga, sebaliknya, bila daerah tumpang tindih mengecil,

(25)

11

2.3. Tinjauan Komunikasi Antarpribadi 2.3.1. Pengertian komunikasi antarpribadi

Menurut Bochner, dkk dalam Devito (2011 : 252), komunikasi antarpribadi

diartikan melalui pendekatan komponen (componential), hubungan diadik

(relational dyadic) dan pengembangan (developmental). Sesuai pendekatan

komponen, komunikasi antarpribadi adalah penyampaian pesan oleh satu orang

dan penerimaan pesan oleh orang lain atau sekelompok kecil orang, dengan

berbagai dampaknya dan dengan peluang memberi umpan balik segera. Menurut

pendekatan hubungan diadik, komunikasi antarpribadi adalah komunikasi yang

berlangsung diantara dua orang yang mempunyai hubungan yang mantap dan

jelas. Berdasarkan pendekatan pengembangan, komunikasi antarpribadi dilihat

sebagai akhir perkembangan dari komunikasi pribadi yang intim pada ektrem

yang lain.

Berdasarkan ketiga pendekatan tersebut dapat disimpulkan bahwa komunikasi

antarpribadi adalah penyampaian pesan dari satu orang dan penerimaan pesan

oleh orang lain atau sekelompok kecil orang dengan peluang memberikan umpan

balik segera; ditandai dengan komunikasi yang intim, mantap dan jelas; dan akhir

perkembangan dari komunikasi pribadi yang intim pada ektrem yang lain.

2.3.2. Tujuan komunikasi antarpribadi

Menurut Wijaya (2000 : 122-125), komunikasi antarpribadi bertujuan untuk

membantu orang lain. Tujuan ini dijelaskan melalui enam tujuan. Pertama,

mengenal diri sendiri dan orang lain. Kedua, mengetahui dunia luar. Ketiga,

(26)

sikap dan perilaku. Kelima, bermain dan mencari hiburan. Keenam, membantu

orang lain.

Melalui komunikasi antarpribadi kita membicarakan diri kita sendiri kepada orang

lain sehingga memahami lebih mendalam tentang sikap dan perilaku kita.

Komunikasi antarpribadi memungkinkan kita memahami lingkungan secara baik

tentang objek, kejadian-kejadian dan orang lain. Melalui komunikasi antarpribadi

banyak waktu kita gunakan menciptakan dan memelihara hubungan sosial dengan

orang lain. Melalui komunikasi antarpribadi kita banyak menggunakan waktu

mempersuasi orang lain. Bahwa melalui komunikasi antarpribadi kita dapat

memberi suasana lepas dari ketegangan, keseriusan, kejenuhan. Melalui

komunikasi antarpribadi kita dapat juga memberi nasehat dan saran kepada teman

yang sedang menghadapi masalah dan berusaha menyelesaikan masalah tersebut.

Komunikasi bertujuan untuk menciptakan perubahan pada diri komunikan, baik

perubahan opini, sikap maupun perilaku. Ada beberapa teknik komunikasi yang

digunakan untuk perubahan tersebut. Dalam bidang kajian komunikasi dikenal

empat teknik yang biasa digunakan, antara lain informatif, persuasif, koersif dan

hubungan manusiawi. Teknik komunikasi persuasif memiliki karakteristik yang

khas dalam memberikan efek positif bagi komunikan karena kemampuannya

yang dapat mengubah sikap, opini dan perilaku komunikan dengan tanpa paksaan.

Karakteristik komunikasi persuasif ditandai dengan unsur membujuk, mengajak,

mempengaruhi dan meyakinkan. Bertujuan untuk merubah atau mempengaruhi

kepercayaan, sikap dan perilaku seseorang sehingga bertindak sesuai dengan apa

(27)

13

komunikasi seringkali menekankan bahwa persuasif adalah kegiatan psikologis

(Jalaluddin Rakhmat, 2000 : 18)

2.3.3. Karakteristik keluasan dan kedalaman hubungan dalam komunikasi antarpribadi

Menurut Altman & Taylor dan Taylor & Altman dalam Devito (2011 : 259)

bahwa salah satu karakteristik penting hubungan antarpribadi dalam komunikasi

antarpribadi adalah bahwa hubungan antarpribadi tersebut berbeda-beda dalam hal

keluasan (breadth) dan kedalaman (depth). Banyaknya topik yang

dikomunikasikan disebut keluasan dan derajat kepersonalannya disebut

kedalaman.

Ada dua hal yang mungkin terjadi dalam hubungan antarpribadi ini. Pertama,

penetrasi sosial, dimana tahap awal hubungan yang terjadi biasanya ditandai

dengan kesempitan (narrowness), hanya sedikit dan dangkal (shallowness). Bila hubungan berkembang ke tingkat yang akrab dan kuat, maka baik keluasan

maupun kedalaman meningkat dan peningkatan ini dipandang nyaman, normal

dan alamiah. Kedua, depenetrasi, dimana bila suatu hubungan mulai rusak,

mungkin seseorang akan menghilangkan topik-topik tertentu dari interaksi

antarpribadinya dan mendiskusikan topik lain secara kurang mendalam. Orang

tersebut akan mengurangi tingkat pengungkapan diri maupun pengungkapan

(28)

2.3.4. Efektifitas komunikasi antarpribadi

Komunikasi antar pribadi, seperti bentuk perilaku yang lain, dapat sangat efektif

dan dapat pula sangat tidak efektif. Karakteristik efektifitas dari komunikasi

antarpribadi dapat dilihat dari tiga sudut pandang. Pertama, dari sudut pandang

humanistis. Kedua, dari sudut pandang pragmatis atau keperilakuan. Ketiga, dari

sudut pandang pergaulan sosial dan sudut pandang kesetaraan.

Komunikasi antarpribadi dari sudut pandang humanistis yang menekankan pada

keterbukaan, empati, sikap mendukung, dan kualitas-kualitas lain yang

menciptakan interaksi yang bermakna, jujur dan memuaskan. Pendekatan ini

dimulai dengan kualitas-kualitas umum yang menurut para filsuf dan humanis

menentukan terciptanya hubungan antar manusia yang superior.

Komunikasi antarpribadi dari sudut pandang pragmatis atau keperilakuan, yang

menekankan pada manajemen dan kesegaran interaksi, dan secara umum,

kualitas-kualitas yang menentukan pencapaian tujuan yang spesifik. Pendekatan

ini berawal dari keterampilan spesifik yang dari riset diketahui efektif dalam

komunikasi antarpribadi, kemudian mengelompokkan keterampilan-keterampilan

ini ke dalam kelas-kelas perilaku umum.

Komunikasi antarpribadi dari sudut pandang pergaulan sosial dan sudut pandang

kesetaraan. Pendekatan ini didasari pada model ekonomi imbalan dan biaya saling

dipertukarkan. Teori ini mengatakan bahwa dalam mengembangkan hubungan

(29)

15

2.3.5. Efektifitas komunikasi antarpribadi dari sudut pandang humanistik. Karakteristik efektifitas dari komunikasi antarpribadi dari sudut pandang

humanistik mempertimbangkan lima kualitas umum. Adapun pertimbangan

tersebut terdiri dari : keterbukaan, empati, sikap mendukung, sikap positip, dan

keterbukaan. Kelima kualitas umum tersebut akan diuraikan lebih lanjut sebagai

berikut :

2.3.5.1. Keterbukaan

Terbuka dalam pengertian ini yaitu mengakui bahwa perasaan dan pikiran yang

kita lontarkan adalah memang milik kita dan kita bertanggung jawab atasnya.

Kualitas keterbukaan mengacu pada tiga aspek dari komunikasi antarpribadi.

Pertama, komunikator yang efektif harus terbuka kepada orang yang diajaknya

berinteraksi, harus ada kesediaan membuka diri, mengungkapkan informasi yang

biasanya disembunyikan, asalkan memang patut dilakukan. Kedua, aspek

keterbukaan memacu kesediaan komunikator bereaksi secara jujur terhadap

stimulus yang datang. Kita ingin orang bereaksi secara terbuka terhadap apa yang

kita ucapkan. Ketiga, aspek yang menyangkut kepemilikan perasaan dan pikiran

(Bocher & Kelly, 1974).

2.3.5.2. Empati

Orang yang memiliki perasaan empatik akan mampu mengetahui dan

memahami motivasi serta pengalaman orang lain. Selain itu juga mampu

mengetahui dan memahami perasaan, sikap serta harapan maupun keinginan

(30)

orang lebih mampu menyesuaikan komunikasinya ketika dia berinteraksi dengan

orang lain.

2.3.5.3. Sikap mendukung

Hubungan antarpribadi yang efektif adalah hubungan dimana terdapat sikap

mendukung (supportiveness). Sikap mendukung dalam bersikap mencakup tiga

hal. Pertama, yakni deskriptif, bukan evaluatif yang mampu menumbuhkan sikap

mendukung. Kedua, spontan, bukan strategik yang nantinya seseorang akan

berterus terang dan terbuka. Ketiga, provisinal, bukan sangat yakin artinya

bersikap tentatif dan berfikir terbuka serta bersedia mendengar pandangan yang

berlawanan dan bersedia mengubah posisi jika keadaan mengharuskan.

2.3.5.4. Sikap positif

Kita mengkomunikasikan sikap positif dalam komunikasi antarpribadi dengan

sedikitnya dua cara, yaitu dengan menyatakan sikap positif dan secara positif

mendorong orang yang menjadi teman kita berinteraksi. Sikap positif mengacu

pada komunikasi antarpribadi terbina jika orang memiliki sikap positif terhadap

diri mereka sendiri dan situasi komunikasi umumnya penting untuk berinteraksi

yang efektif.

2.3.5.5. Kesetaraan

Dalam setiap situasi, barangkali terjadi ketidaksetaraan. Salah seorang mungkin

lebih pandai, lebih kaya, lebih tampan atau cantik, atau lebih atletis dari pada yang

(31)

17

Terlepas dari ketidaksetaraan ini, komunikasi antarpribadi akan lebih efektif bila

suasananya setara. Artinya, harus ada pengakuan secara diam-diam bahwa kedua

pihak sama-sama bernilai dan berharga, dan bahwa masing-masing pihak

mempunyai sesuatu yang penting untuk disumbangkan.

2.4. Tinjauan Tentang Kesiapan 2.4.1. Pengertian kesiapan

Kesiapan (ready / stand by) adalah sikap terhadap objek tertentu, yang dapat merupakan sikap pandangan atau sikap perasaan, tetapi sikap tersebut disertai oleh

kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan objek tadi. Kesiapan merupakan

keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi) dan predisposisi tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu aspek di lingkungan

sekitarnya. ( Gerungan, dikutip oleh Sunaryo, 2004 : 197 ).

Kesiapan sangat penting untuk memulai suatu pekerjaan, karena dengan adanya

kesiapan maka pekerjaan tersebut akan teratasi lancar dan menghasilkan hasil

maksimal. Menurut Slameto (1995 : 61) mengemukakan bahwa kesiapan adalah

prasyarat untuk belajar berikutnya seseorang untuk dapat berinteraksi dengan cara

tertentu.

Kesiapan adalah keseluruhan kondisi seseorang atau individu yang membuatnya

siap untuk memberikan respon atau jawaban dengan di dalam cara tertentu

terhadap suatu situasi. Penyesuaian pada suatu saat akan berpengaruh pada atau

kecenderungan untuk memberi respon. Kondisi individu setidaknya mencakup

(32)

kebutuhan-kebutuhan, motif dan tujuan,. Ketiga, keterampilan dan pengetahuan (Slameto,

1995 :113)

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kesiapan merupakan sikap

pandangan atau sikap perasaan terhadap suatu objek, disertai kecenderungan

untuk bertindak sesuai dengan objek tersebut. Kesiapan juga merupakan faktor

internal seseorang sebelum dan selama menghadapi sesuatu permasalahan atau

kegiatan, dimana sikap itu berdasarkan mental, sikap, keterampilan yang harus

dimiliki dan dipersiapkan sebelum ataupun sesudah melakukan kegiatan tertentu

berupa perencanaan, guna menghadapi masalah yang akan timbul.

2.4.2. Aspek-aspek psikologis yang mempengaruhi kesiapan

Ada enam aspek penting yang dapat mempengaruhi kesiapan seseorang, yaitu

kematangan, kecerdasan, keterampilan, kemampuan dan minat, motivasi, dan

kesehatan. Kematangan merupakan suatu kondisi yang dapat menimbulkan

perubahan tingkah laku sebagai akibat dari pertumbuhan dan perkembangan.

Kecerdasan, adalah daya pikir dan merupakan salah satu aspek penentu

keberhasilan seseorang melaksanakan tugas tertentu. Seseorang yang memiliki

kecerdasan normal atau di atas normal akan lebih siap menghadapi dan mengatasi

masalah-masalah yang dihadapinya dibandingkan dengan orang-orang yang

kecerdasannya dibawah normal.

Keterampilan, adalah kegiatan psikomotorik yang merupakan salah satu aspek

yang harus dimiliki seseorang agar dapat mengembangkan dirinya lebih kreatif

(33)

19

seseorang untuk mengembangkan hal di bidang tertentu. Motivasi, merupakan

dorongan yang mendasari dan mempengaruhi setiap usaha serta kegiatan

seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Seseorang yang memiliki

motivasi yang tinggi dalam melakukan suatu kegiatan, maka akan mendorong

dirinya untuk terus berusaha untuk menghasilkan produk yang lebih baik.

Kesehatan, dimana tubuh yang sehat merupakan kondisi yang memungkinkan

seseorang lebih siap untuk melakukan tugasnya dengan baik.

2.4.3. Kesiapan pasien menghadapi tindakan operasi

Tindakan bedah adalah ancaman potensial atau aktual kepada integritas orang,

dapat membangkitkan reaksi stres fisiologi maupun psikologi. Respon psikologi

yang selalu terjadi menanggapi operasi adalah ketakutan dan penghayatan umum.

Sebagian ketakutan yang melatar belakangi keinginan mengelak dan orang tidak

akan mengetahui penyebabnya.

Secara umum, ketakutan terhadap tindakan operasi dapat terjadi karena hal-hal

yang tidak diketahui, takut hilang kendali, takut hilang kasih sayang dari orang

penting dan takut karena ancaman seksualitas. Sedangkan yang lebih spesifik

karena ketakutan terhadap diagnosa keganasan, takut anesthesi, takut sakratul

maut, takut nyeri, takut perubahan penampilan dan takut keterbatasan permanen.

Takut terhadap anesthesi biasanya adalah maut, tidur terus tidak bangun kembali.

Ketakutan mengenai ketidak mampuan permanen dapat realistis atau dipengaruhi

(34)

Pasien yang sangat cemas dan ketakutan sehingga tidak bisa berbicara seringkali

menderita banyak kesukaran setelah selesai operasi. Pada umumnya pasien ini

cenderung banyak marah, kesal, bingung, gelisah dan depresi. Oleh karena itu,

persiapan pasien dalam menghadapi tindakan operasi (pra-bedah) sangat penting

untuk memperkecil resiko operasi. Keberhasilan dari suatu pembedahan sangat

bergantung pada penilaian keadaan penderita dan persiapan sebelum pembedahan

dilakukan. Tindakan umum yang dilakukan setelah diputuskan melakukan

pembedahan adalah mempersiapkan pasien untuk mengurangi

penyulit/faktor-faktor penghambat sesudah pembedahan.

Secara mental, pasien harus dipersiapkan untuk menghadapi pembedahan karena

selalu ada rasa cemas atau takut terhadap penyuntikan, nyeri luka, anesthesia,

bahkan terhadap kemungkinan cacat atau mati. Dalam hal ini hubungan baik

antara pasien, keluarga, dokter, perawat dan petugas kerohanian sangat

menentukan. Kecemasan ini adalah reaksi normal yang dapat dihadapi dengan

sikap terbuka dan penerangan dari dokter dan petugas pelayanan kesehatan

lainnya. Atas dasar pengertian, pasien menjadi berani, terbuka, realistis, suasana

hati tenang, semangat dan bekerjasama sehingga setuju diopearsi. Setelah pasien

menyetujui tindakan operasi, maka keluarganya menandatangani persetujuan

operasi.

2.4.4. Tinjauan tentang petugas kerohanian di Rumah Sakit Imanuel

Pelayanan spiritual yang dimaksud identik dengan pelayanan rohani kepada

(35)

21

perhatian (attention), dukungan (sustaining), perdamaian (reconciling), bimbingan

(guiding), penyembuhan luka batin (inner-healing), serta doa (praying). Apabila pasien terlayani aspek rohaninya maka akan terjadi keseimbangan dalam hidup

dan berdampak positif untuk menjalani pengobatan penyakitnya.

Petugas kerohanian di RS. Imanuel adalah seseorang yang terpanggil memberi

pelayanan pendampingan, baik kepada karyawan, pasien dan keluarga dimana

keberadaan mereka sedang terlibat dalam penanganan masalah kesehatan /

penyakit pada pasien di rumah sakit. Tujuan utama kegiatan ini, khususnya

adalah menjembatani komunikasi dokter-perawat-pasien yang sulit disampaikan.

Robert C. Anderson sebagaimana dikutip Purwadarminta (2000 : 8) dalam

mendefinisikan kata pelayanan sebagai seseorang yang bertanggung jawab

mengelola aset dari rumah yang diaturnya agar sesuatu berjalan dengan baik dan

teratur. Pendampingan adalah suatu proses dalam menyertai dan menemani secara

dekat, bersahabat dan bersaudara serta hidup bersama-sama dalam keadaan suka

dan duka, bahu membahu dalam menghadapi kehidupan demi mencapai tujuan

bersama yang diinginkan.

Petugas kerohanian melakukan pelayanan pendampingan kepada pasien-pasien

yang dirawat di RS. Imanuel, bertujuan untuk mengatasi masalah yang sedang

dihadapi pasien tersebut, terutama masalah mental-psikologis. Salah satu sasaran

tugas pendampingan tersebut adalah pasien yang akan menghadapi tindakan

operasi. Jika petugas menerapkan komunikasi antarpribadi yang efektif dan

(36)

menghadapi tindakan operasinya. Petugas kerohanian yang bekerja di RS.

Imanuel berada diluar struktural rumah sakit, sehingga mereka bekerja sebagai

pekerja sosial (social worker) yang bertanggung jawab langsung kepada Direktur

rumah sakit.

Uraian tugas dari petugas kerohanian ini adalah berdasarkan hasil kesepakatan

bersama antar anggota tim dan kemudian diusulkan kepada Direktur untuk

disetujui. Adapun tugas utama yang dilakukan terdiri dari pelayanan

pendampingan ke bangsal-bangsal, pertemuan dengan tim setelah selesai

pelayanan di bangsal-bangsal, dan melaporkan hasil kegiatannya setiap hari

kepada penanggung jawab tim

Bentuk-bentuk pendampingan yang dilaksanakan terdiri dari pendampingan

kepada pasien sebelum dan sesudah operasi, pendampingan kepada pasien melalui

kunjungan ke bangsal-bangsal, pendampingan kepada pasien terminal (terminal

illness), pendampingan kepada keluarga pasien yang meninggal dunia, dan pendampingan kepada pasien yang ancaman bunuh diri.

Strategi pelaksanaan kegiatan pendampingan kepada pasien, secara garis besar

dilakukan dengan tiga cara. Pertama, dengan mendatangi pasien secara langsung.

Petugas kerohanian mendatangi pasien langsung ke bangsal-bangsal perawatan.

Sebelum ke pasien, petugas menanyakan perawat ruangan mengenai identitas dan

lokasi tempat tidur pasien yang akan didampingi. Kedua, petugas diundang oleh

perawat ruangan. Perawat ruangan memanggil petugas melalui telpon untuk

(37)

23

langsung oleh pasien / keluarga pasien, dimana pasien atau keluarga mengajukan

permintaan melalui perawat ruangan untuk diberi pelayanan pendampingan.

Pelayanan yang diberikan mengatasi masalah mental dan psikologis, yakni dengan

memberi dorongan, semangat dan meyakinkan pasien sehingga terlepas dari

perasaan cemas dan ketakutannya menghadapi tindakan operasinya. Komunikasi

antarpribadi yang efektif sangat berperan dalam situasi ini sehingga kemungkinan

untuk menunda atau menolak operasi oleh pasien/keluarganya dapat diatasi.

2.5. Kerangka Pikir

Manusia berkomunikasi terutama untuk menyatakan dan mendukung identitas

diri, membangun kontak sosial dengan orang di sekitar kita dan untuk

mempengaruhi orang lain untuk merasa, berpikir atau berperilaku seperti yang

kita inginkan. Selain dari pada itu juga berkomunikasi bertujuan untuk

mengendalikan lingkungan fisik dan psikologis kita. Dalam komunikasi dituntut

adanya pemahaman makna dari pesan yang disampaikan oleh komunikator

sehingga terjadi interaksi sosial. Salah satu bentuk dari komunikasi tersebut

adalah komunikasi antarpribadi.

Komunikasi antarpribadi adalah penyampaian pesan oleh satu orang dan

penerimaan pesan oleh orang lain atau sekelompok kecil orang, dengan berbagai

dampaknya dan dengan peluang memberi umpan balik segera. Komunikasi antar

(38)

pesan oleh orang lain atau sekelompok kecil orang dengan peluang memberikan

umpan balik segera dan ditandai dengan komunikasi yang intim, mantap dan jelas.

Komunikasi antarpribadi yang dilakukan petugas kerohanian dengan pasien yang

akan menghadapi operasi di RS. Imanuel adalah sama dengan konsep komunikasi

yang dikemukakan Devito (1989 : 6). Komunikasi yang terjadi adalah dengan

menerapkan karakteristik komunikasi antarpribadi secara efektif dan persuasif.

Komunikasi efektif meliputi sikap mendukung, rasa positip dan kesamaan,

sedangkan komunikasi persuasif meliputi sikap mengajak dan meyakinkan.

Pasien yang akan menghadapi tindakan operasi sering disertai respon psikologi

ketakutan penghayatan umum yang berlebihan. Ketakutan yang dialami pasien

karena hal-hal yang tidak diketahui, takut hilang kendali, takut hilang kasih

sayang dari orang penting dan takut karena ancaman seksualitas. Sedangkan yang

lebih spesifik karena ketakutan terhadap diagnosa keganasan, takut anesthesi,

takut sakratul maut, takut nyeri, takut perubahan penampilan dan takut

keterbatasan permanen. Takut terhadap anesthesi biasanya adalah maut, tidur

terus tidak bangun kembali.

Petugas kerohanian di RS. Imanuel memberikan pelayanan pendampingan kepada

pasien yang akan menghadapi tindakan operasi di ruang perawatan sebelum

menjalani operasinya. Melalui pendampingan petugas kerohanian membantu

pasien melepaskan ketakutan dan kecemasannya. Adapun metode yang diterapkan

(39)

25

menerapkan sikap mendukung, rasa positip, kesamaan, mengajak dan

meyakinkan.

Kesiapan pasien menghadapi suatu tindakan operasinya seringkali tidaklah mudah

diperoleh. Sehingga dengan menerapkan komunikasi antarpribadi efektif dalam

kegiatan pendampingan petugas kerohanian, diharapkan bahwa pasien menjadi

siap. Pasien yang memiliki kesiapan secara mental psikologis menghadapi

tindakan operasinya dapat diketahui dari penampilan dan perasaan pasien. Pasien

tersebut menjadi tenang dan tidak mengalami kecemasan, tidak ketakutan, tidak

marah-marah, tidak kesal, tidak bingung, tidak depresi dan setuju dioperasi.

Penampilan dan perasaan seorang pasien yang siap menghadapi tindakan operasi

dapat diketahui dari hasil wawancara dan pengamatan kepada pasien tersebut.

Pasien yang siap menghadapi tindakan operasi menunjukkan beberapa enam hal.

Pertama, yaitu hilangnya kecemasan dan ketakutan dan berubah menjadi berani

dan tentram hati. Kedua, tidak lagi merasa kesal dan marah-marah tetapi menjadi

terbuka dan realistis. Ketiga, pasien tidak lagi kebingungan tetapi menjadi

realistis. Keempat, pasien tidak gelisah tetapi fokus dan suasana hati tenang.

Kelima, pasien tidak mengalami depresi tetapi menjadi semangat dan kerjasama.

Keenam, pasien tidak menolak operasi tetapi menyetujui sehingga keluarga

menandatangani izin operasi.

Pasien yang tidak takut menghadapi operasi tampak berani dan merasa tentram

hati. Melalui observasi diketahui bahwa pasien tidur pulas di malam hari. Pasien

(40)

delapan jam per-hari. Selain itu menjadi konsentrasi menjawab pertanyaan dan

tidak ada keluhan seperti tersumbat di tenggorokan.

Pasien yang siap operasi tidak akan merasa kesal dan tidak marah-marah.

Biasanya, seseorang yang kesal dan marah-marah akan menyampaikan

protes, rasa malu, ketidakamanan atau frustrasi terhadap seseorang / sesuatu.

Hal ini dapat terjadi ketika ego seseorang terluka / merasa terancam ( http :

// Ide.shpoong com/ humanities / theory / critism / 2291404 / pengertian/marah, diakses tanggal 19 April 2013 Pukul 21.00 WIB).

Seorang yang kebingungan akan ditandai dengan hilang akal, tidak tau apa

yang harus diperbuat ketika disuruh menceritakan pengalamannya, tidak tau

arah, dimana posisi Barat atau Timur, gugup tidak karuan ketika tersiar berita

yang mengancam dirinya dan menyerang, bodoh, kurang jelas, kurang mengerti

(http: // selaputs. blokspot.com /2011/08/ definisi/ arti/ pengertian/ bingung.html,

diakses tanggal 19 April 2013 Pukul 21.00 WIB).).

Pasien yang mengalami kegelisahan ditandai dengan perasaan tidak tentram,

suasana hati selalu merasa khawatir, tidur tidak tenang, tidak sabar

(http://m.artikata.com /arti / 328202 /gelisah. html, diakses tanggal 19 April 2013 Pukul 21.00 WIB). Sedangkan pasien yang tidak mengalami depresi

mengatakan nyaman bersama dengan orang di ruang perawatannya, sabar dan

dapat melalui waktu perawatannya, mengatakan dirinya masih sangat dibutuhkan

dan berguna bagi orang lain dan keluarga, dan yakin tindakan operasi dapat

(41)

27

Pasien yang sudah siap operasi akan menyetujui tindakan operasinya sehingga

keluarga menandatangani surat persetujuan operasi. Surat persetujuan operasi

adalah sebagai salah satu persyaratan administrasi yang harus dipenuhi sebelum

pasien dioperasi. Penandatanganan surat persetujuan ini menunjukkan bahwa

pasien dan keluarganya benar-benar telah memiliki kesiapan menghadapi tindakan

operasi. Sebelum surat ditanda tangani oleh pasien atau keluarga, petugas

memberi penjelasan tentang waktu pelaksanaan, lamanya proses operasi dan

gejala-gejala dan perubahan yang mungkin dapat terjadi setelah operasi.

Berdasarkan uraian diatas, lebih lanjut dapat dilihat pada kerangka pikir

sebagaimana dapat digambarkan pada bagan 1 dibawah ini :

Bagan 1 : Kerangka Pikir

Komunikasi antarpribadi petugas Kesiapan pasien menghadapi kerohanian dan pasien sebelum tindakan operasi operasi

(X) (Y)

Karakteristik komunikasi efektif 1. Berani dan tenteram hati

1. Sikap mendukung 2. Sikap terbuka dan menerima

2. Rasa positif 3. Realistis

3. Kesamaan 4. Fokus dan suasana hati tenang

4. Membujuk 5. Semangat dan kerjasama

5. Meyakinkan 6. Menyetujui tindakan operasi

(42)

2.6. Hipotesis

Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan

penelitian, sampai terbukti melalui data yang akan terkumpul. Berdasarkan

kerangka pikir diatas maka dapat ditarik kesimpulan yang merupakan jawaban

sementara masalah penelitian sebagai berikut :

Ho : Tidak ada hubungan antara komunikasi antarpribadi petugas kerohanian dan

pasien sebelum operasi dengan kesiapan pasien menghadapi tindakan

operasi

Hi : Ada hubungan antara komunikasi antarpribadi petugas kerohanian dan

pasien sebelum operasi dengan kesiapan pasien menghadapi tindakan

(43)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Tipe Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode survei deskriptif, yaitu suatu metode

penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau

deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif. Penelitian ini dilakukan dengan

menempuh langkah-langkah pengumpulan data, klasifikasi, pengolahan/analisis

data, membuat kesimpulan dan menyusun laporan (Notoatmodjo, S, 2010 : 36).

Menurut Machfoedz (200 7:7 ), penelitian deskriptif umumnya untuk mengetahui

perkembangan dan frekuensi sarana fisik tertentu misalnya fenomena sosial, yang

hasilnya dicantumkan dalam tabel-tabel frekuensi.

Penelitian deskriptif dapat juga digunakan untuk menggambarkan fenomena

sosial tertentu, misalnya interaksi sosial dan sistem kekerabatan. Menurut Masri

Singarimbun dan Sofian Effendi (1989 : 4 ) mengemukakan bahwa penelitian

deskriptif dimaksudkan untuk pengukuran yang cermat terhadap fenomena sosial

tertentu, misalnya perceraian, pengangguran, keadaan gizi, preferensi terhadap

politik tertentu dan lain-lain.

Berdasarkan pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa penelitian yang bersifat

(44)

deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif, dengan menempuh

langkah-langkah pengumpulan data, klasifikasi, pengolahan/analisis data, membuat

kesimpulan dan laporan, dimana hasil penelitian dicantumkan dalam tabel-tabel

frekuensi.

3.2. Variabel Penelitian

Variabel penelitian pada penelitian ini terdiri dari :

3.2.1. Variabel bebas (independent variable)

Adapun variabel bebas atau independent variabel (X) pada penelitian ini adalah komunikasi antarpribadi petugas kerohanian dan pasien.

3.2.2. Variabel terikat (dependent variable)

Adapun variabel terikat atau dependent variabel (Y) pada penelitian ini adalah kesiapan pasien menghadapi tindakan operasi di Rumah Sakit Imanuel Provinsi

Lampung

3.3. Definisi Konseptual

Untuk memahami konsep-konsep yang digunakan dalam penelitian ini, maka

definisi konseptual dapat diuraikan sebagai berikut :

3.3.1. Efektifitas

Handayaningrat, S (1994 : 16) mengatakan bahwa efektivitas adalah pengukuran,

dalam arti tercapainya tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Sedangkan

(45)

31

menyampaikan ransangan untuk mengubah perilaku orang lain (komunikate).

Komunikasi antarpribadi yang diterapkan adalah komunikasi efektif dan persuasif.

Dapat dilihat dengan tercapainya sasaran dan tujuan dari komunikasi tersebut,

yaitu adanya sikap mendukung, rasa positif, kesamaan, membujuk dan

meyakinkan.

3.3.2. Komunikasi antarpribadi

Menurut Bochner, 1978, dkk dalam Devito ( 2011 : 252), komunikasi antarpribadi

diartikan penyampaian pesan oleh satu orang dan penerimaan pesan oleh orang

lain atau sekelompok kecil orang, dengan berbagai dampaknya dan dengan

peluang memberi umpan balik segera. Komunikasi antarpribadi dapat juga

diartikan sebagai komunikasi yang berlangsung diantara dua orang yang

mempunyai hubungan yang mantap dan jelas.

3.3.3. Petugas kerohanian

Petugas kerohanian adalah seseorang petugas sosial (social worker) yang

terpanggil memberi pelayanan pendampingan, baik kepada karyawan, pasien dan

keluarga dimana keberadaan mereka sedang terlibat dalam penanganan masalah

kesehatan/penyakit pada pasien di rumah sakit. Pendampingan kepada pasien

yang akan menghadapi tindakan operasi dilakukan agar pasien dapat terbebas dari

rasa cemas dan ketakutan menghadapi tindakan operasinya. Bentuk

pendampingan yang diberikan adalah penanganan untuk mengatasi masalah

mental-psikologis dengan menerapkan komunikasi antarpribadi petugas

(46)

3.3.4. Kesiapan pasien menghadapi tindakan operasi di RS. Imanuel Provinsi Lampung.

Kesiapan, yaitu sikap pandangan atau sikap perasaan terhadap suatu objek,

disertai kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan objek tersebut. Kesiapan

juga merupakan faktor internal seseorang sebelum dan selama menghadapi

sesuatu permasalahan atau kegiatan, dimana sikap itu berdasarkan mental, sikap,

keterampilan yang harus dimiliki dan dipersiapkan sebelum ataupun sesudah

melakukan kegiatan tertentu berupa perencanaan, guna menghadapi masalah yang

akan timbul. Kesiapan pasien menghadapi tindakan operasi di RS. Imanuel

Provinsi Lampung adalah pasien yang menghadapi tindakan operasi

menunjukkan sikap berani dan tenteram hati, terbuka dan menerima, realistis,

fokus dan suasana hati tenang, semangat dan kerjasama, memahami dan

menyetujui operasi.

3.4. Definisi Operasional

Definisi operasional dalam pelaksanaan penelitian ini adalah :

3.4.1. Komunikasi antarpribadi petugas kerohanian dan pasien.

Komunikasi antarpribadi petugas kerohanian dan pasien yang akan menghadapi

tindakan operasi akan diukur dengan indikator :

3.4.1.1. Dukungan

- Adanya kemampuan memberi support/dukungan saat orang lain

mengalami masalah

(47)

33

- Adanya kesediaan mendengar pandangan atau keluhan orang lain

- Adanya sikap memotivasi orang lain yang kesulitan,lemah atau ketakutan

3.4.1.2. Rasa positif

- Adanya kesediaan mendengar dan memperhatikan pembicaraan orang lain

yang menjadi teman berinteraksi

- Adanya sikap mendorong orang lain mengungkapkan hal-hal yang ingin

diucapkannya.

- Adanya sikap saling menghargai pendapat yang dikemukakan orang lain

saat berinteraksi.

- Adanya sikap percaya tentang ungkapan perasaan orang lain

3.4.1.3. Kesetaraan

- Tidak merasa lebih dari anggota lain

- Tidak mementingkan diri sendiri

- Tidak membuat jarak sosial dan saling menghargai

- Tidak ada merasa diabaikan

- Tidak membedakan perlakuan antara satu dengan yang lain

3.4.1.3. Membujuk

- Adanya kemampuan memberi pengertian kepada orang lain yang sulit

mengambil suatu keputusan

- Adanya kemampuan mendorong orang lain menerima sesuatu yang sulit

(48)

- Adanya kemampuan memberi pujian (reinforcement) kepada seseorang

yang berhasil menerima suatu keputusan yang sulit

- Mampu memberikan semangat kepada orang lain yang memerlukan

3.4.1.4. Meyakinkan

- Adanya kemampuan mempengaruhi seseorang membenarkan

keputusannya

- Adanya kemampuan mempengaruhi seseorang melakukan keputusannya

- Adanya kemampuan mempengaruhi seseorang mempertahankan

keputusannya

- Mampu meyakinkan orang lain tentang sesuatu keberhasilan

3.4.2. Kesiapan pasien menghadapi tindakan operasi

Kesiapan pasien menghadapi tindakan operasi di RS. Imanuel Provinsi Lampung,

diukur dengan indikator sebagai berikut :

3.4.2.1. Berani dan tenteram hati

- Pasien berani menghadapi operasinya

- Pasien siap dioperasi

- Pasien pulas tidurnya kurang lebih enam jam per-hari

- Pasien berinteraksi dengan tenang dengan dengan orang lain

3.4.2.2. Sikap terbuka dan menerima

- Pasien mengerti dan menerima tindakan operasinya

(49)

35

- Pasien pasrah menerima hal-hal yang terkait operasinya

- Pasien mengatakan optimis dengan kesuksesan operasinya

3.4.2.2. Realistis

- Pasien dapat memahami perubahan yang akan terjadi setelah operasi

- Pasien menerima kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi dalam

operasi

- Pasien mengertis mengenai jenis dan resiko operasinya

- Menerima dengan iklas resiko menjalani operasi

3.4.2.3. Fokus dan suasana hati tenang

- Pasien mengatakan perasaan nyaman saja menghadapi operasinya

- Pasien tetap tenang dan emosi stabil mendengar jadwal operasinya

- Pembicaraan pasien tetap terarah dan konsisten

- Pasien melakukan semua instruksi dokter tentang persiapan operasi

3.4.2.4. Semangat dan kerjasama

- Pasien mengatakan akan melakukan semua instruksi dokter tentang

persiapan operasi

- Pasien mengatakan akan menuruti tindakan persiapan operasi yang

dilakukan perawat

- Pasien mengatakan mau mengenakan alat dan perlengkapan yang harus

dikenakan saat operasi

(50)

3.4.2.5. Menyetujui operasi

- Pasien/keluarga memahami tentang surat persetujuan operasi

- Pasien/keluarga memahami syarat administrasi tindakan operasi

- Pasien dan keluarga mengikuti prosedur persetujuan dan administrasi

operasi

- Keluarga pasien menanda tangani surat persetujuan operasi atas persetujuan

pasien

3.5. Dimensi-Dimensi Variabel Penelitian

Dimensi-dimensi variabel X dan variabel Y dalam penelitian ini dapat diuraikan

[image:50.595.116.512.437.748.2]

pada tabel 1.

Tabel 1. Dimensi-Dimensi Variabel X dan Variabel Y

Variabel Dimensi Variabel Indikator

X Dukungan - Apakah petugas kerohanian mampu

memberi support/dukungan kepada

anda menghadapi tindakan operasi?

- Apakah petugas kerohanian memiliki

sikap spontanitas membantu anda

dalam pemecahan masalah yang

sedang anda alami?

- Apakah petugas kerohanian bersedia

mendengar keluhan anda saat ini?

(51)

37

motivasi kepada anda supaya lebih

siap menghadapi operasi?

Rasa positif - Apakah petugas kerohanian bersedia

mendengar dan memperhatikan anda

berbicara ketika sedang berinteraksi?

- Apakah petugas kerohanian memberi

dorongan supaya anda dapat/mampu

mengungkapkan hal-hal yang masih

ingin anda ucapkan?

- Apakah petugas kerohanian bersikap

menghargai pendapat yang anda

kemukakan selama berinteraksi?

- Apakah petugas kerohanian

menunjukkan sikap percaya kepada

hal-hal yang anda ucapkan?

Kesetaraan - Apakah petugas kerohanian mengakui

kepada anda bahwa semua insan

manusia sama nilainya dan sama

berartinya?

- Apakah petugas kerohanian mengakui

kepada anda bahwa setiap orang berhak

mendapat perlakuan yang adil?

Gambar

Tabel 1. Dimensi-Dimensi Variabel X dan Variabel Y
Tabel 2.  Uji Validitas Variabel X
Tabel 3.  Uji Validitas Variabel Y
Tabel 4.  Uji Reliabilitas Variabel X dan Variabel Y
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkanpermasalahan di atas makaperlumelakukan penelitian tentang pengaruh pemberian pupuk kandang sapi, dengan memanfaatkan kotoran sapi pada lokasi

Keragaman bobot telur menurut Oktalina (1998) bisa terjadi karena umur telur yang berbeda, waktu yang cukup lama akan terjadi penguapan banyak yang menyebabkan

 Ekspor Maluku Utara pada Juni 2017 berupa ferro alloy nickel dan nickel ores & concentrates.. dengan tujuan

Berdasarkan persentase dari masing ± masing tingkat pendidikan, tingkat kepercayaan yang tinggi paling banyak dimiliki oleh pasien dengan pendidikan terakhir perguruan

Proses bertemunya dua budaya atau lebih yang bercampur menjadi satu dalam bentuk budaya baru, sementara budaya aslinya tidak tampak disebut

Penelitian yang sama juga dilakukan di Thailand, dan menghasilkan pepaya transgenik positif mengandung gen antisens ACC oksidase, dan hasil pengujian gas kromatografi

Pentingnya perpustakaan tersebut sebagai sarana menambah referensi juga perlu ditunjang dengan ketersediaan buku atau referensi yang dibutuhkan harus dilengkapi sehingga

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaturan perbuatan tercela sebagai syarat pemberhentian dari jabatan dan untuk mengetahui kriteria perbuatan