• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembuatan Bahan Surfaktan Kosmetika Melalui Modifikasi Kimia Dari Kitosan Menjadi Kitosan Palmitat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pembuatan Bahan Surfaktan Kosmetika Melalui Modifikasi Kimia Dari Kitosan Menjadi Kitosan Palmitat"

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBUATAN BAHAN SURFAKTAN KOSMETIKA

MELALUI MODIFIKASI KIMIA DARI KITOSAN

MENJADI KITOSAN PALMITAT

TESIS

Oleh

NURMARIANA OKTO DELIMA SINAGA 087006021/KM

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PEMBUATAN BAHAN SURFAKTAN KOSMETIKA MELALUI

MODIFIKASI KIMIA DARI KITOSAN

MENJADI KITOSAN PALMITAT

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk

Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Magister Kimia pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Sumatera Utara

Oleh

NURMARIANA OKTO DELIMA SINAGA 087006021/KM

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Judul Tesis : PEMBUATAN BAHAN SURFAKTAN KOSMETIKA MELALUI MODIFIKASI KIMIA DARI KITOSAN MENJADI KITOSAN PALMITAT

Nama : Nurmariana Okto Delima Sinaga

Nomor Pokok : 087006021

Program Studi : Ilmu Kimia

Menyetujui

Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Jamaran Kaban, MSc) (Dr. Mimpin Ginting, MS)

Ketua Anggota

Ketua Program Studi Dekan

(Prof. Basuki Wirjosentono, MS.PhD) (Prof. Dr. Eddy Marlianto, MSc)

(4)

Telah diuji pada

Tanggal 10 Mei 2010

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Jamaran Kaban, MSc

Anggota : 1. Dr. Mimpin Ginting, MS

2. Prof. Basuki Wirjosentono, MS, Ph.D

3. Prof. Dr. Harry Agusnar, MSc, M.Phil

(5)

Abstrak

Senyawa kitosan telah banyak dimanfaatkan dalam kehidupan melalui modifikasi kimia. Dalam penelitian ini kitosan ditransformasi menjadi kitosan palmitat sebagai bahan surfaktan kosmetik.

Metodologi pembuatan kitosan palmitat dilakukan melalui reaksi transesterifikasi antara metil palmitat dengan kitosan asetat menggunakan katalis natrium metoksida. Sedangkan kitosan asetat diperoleh melalui pembentukan aldimin kitosan melalui reaksi antara kitosan dan asetaldehid yang diikuti reaksi asetilasi dengan asam asetat anhidrid. Kitosan palmitat yang terbentuk dianalisa dengan FT-IR dan dilakukan uji HLB.

Hasil analisa FT-IR kitosan palmitat memberikan puncak-puncak serapan

pada daerah bilangan gelombang (cm-1) 3387 dan 3371 yang menunjukkan gugus

-NH dan -OH, 1720 yang menunjukkan gugus C=O ester, 1562 yang menunjukkan gugus fungsi C-O-C serta 717 yang menunjukkan alkil rantai panjang.Hasil uji HLB memberikan nilai 12,3 yang menunjukkan bahwa kitosan palmitat sebagai bahan surfaktan kosmetik merupakan zat pengemulsi O/W.

(6)

Abstract

Kitosan compound what does our life benefit via chemical modification. In this research the kitosan is transformation to kitosan palmitat as material as surfaktan cosmetics.

Kitosan palmitat makings is done with transesterifikasi reaction among palmitat methyl with kitosan acetic in natrium metoksida is catalis. On the contrary kitosan asetic is produced through formation of aldimin kitosan with reaction kitosan and acetaldehyda followed by acetilasi reaction with acetic anhidryda. Kitosan palmitat that molded being analysed by FT-IR and done by HLB quiz.

FT-IR Kitosan Palmitat morphological result give uptake top on wave

number region (cm-1) 3387 and 3371 one points out NH bunches and OH, 1720 one

points out C=O bunches esters, 1562 one point out function bunch C-O-C and 717 one point out elongated chain alkyls. Result tests HLB assigns value 12,3 one point out that kitosan palmitat as material as surfaktan cosmetics constitutes emulsifier substance o/w.

(7)

KATA PENGANTAR

Segala pujian dan rasa syukur yang begitu besar saya naikkan ke hadirat Tuhan yang begitu mengasihi hidup saya, karena berkat-Nya sangat saya rasakan menyertai dan menolong hidup saya sehingga dapat menyelesaikan tesis ini.

Terima kasih yang begitu besar saya sampaikan kepada Bapak Prof. Dr Jamaran Kaban, MSc sebagai komisi pembimbing utama dan Bapak Dr. Mimpin Ginting, MS sebagai anggota komisi pembimbing yang sangat banyak menolong dan membimbing saya dalam menyelesaikan tesis ini.

Ucapan terima kasih juga tak lupa saya sampaikan kepada Bapak Prof. Dr. Eddy Marlianto, MSc sebagai Dekan FMIPA USU dan kepada Bapak Prof. Basuki Wirjosentono, MS, PhD sebagai Ketua Program Pasca Sarjana Kimia USU yang juga sebagai komisi penguji serta Bapak Prof. Dr. Harry Agusnar, MSc, M. Phil sebagai Sekretaris Program Pasca Sarjana Kimia USU yang juga sebagai komisi penguji, yang telah banyak memberikan dorongan semangat dan masukan-masukan yang sangat menolong saya dalam menyelesaikan tesis ini.

Saya juga berterima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Tonel Barus sebagai komisi penguji yang telah memberikan arahan dan masukan yang begitu bermanfaat bagi saya dalam menyelesaikan tesis ini. Begitu juga kepada Bapak Prof. Dr. Yunazar Manjang sebagai komisi penguji dari luar yang telah memberikan masukan

positif bagi saya dalam merampungkan tesis ini. Kepada Bapak Drs. Adil Ginting, MSc sebagai Kepala Laboratorium Kimia Organik, saya ucapkan terima kasih karena telah memberikan penggunaan laboratorium dengan semestinya selama saya melaksanakan penelitian. Terima kasih juga saya sampaikan kepada Bapak Drs. M. Hutapea sebagai kepala sekolah SMA N 1 Sibolga tempat saya bertugas. Juga kepada asisten yang ada di laboratorium kimia organik FMIPA USU yaitu : Robby, Aspriadi, Yemima, Mery, Maria, beserta kawan-kawan yang telah membantu saya selama mengadakan penelitian di laboratorium kimia organik FMIPA USU Medan.

(8)

juga kepada mertua saya St. A. Butarbutar (alm) dan R. Situmorang yang selalu mendoakan saya, sehingga saya dapat menyelesaikan tesis ini dengan baik.

Akhirnya rasa terimaksih saya yang begitu besar dan tidak dapat saya gambarkan saya ucapkan kepada suami tercinta Drs. Rudolf S. Butarbutar, MPd yang selalu memberikan perhatian dan kasih sayang yang sangat besar kepada saya selama perkuliahan sampai dengan penulisan tesis ini, juga kepada anak-anak kami Wilbert Ramonray Butarbutar, Jonhard Ariady Butarbutar, Gideon Apriely Butarbutar dan anak bungsu kami Harry Eligusty Butarbutar yang selalu sabar selama saya mengikuti pendidikan sampai selesainya penyusunan tesis ini.

Medan, Mei 2010

(Nurmariana Okto Delima Sinaga)

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK... i

ABSTRACT... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB 1 : PENDAHULUAN ... 1

1.1.Latar Belakang ... 1

1.2.Permasalahan ... 3

1.3 Pembatasan Masalah ... 3

1.4 Tujuan Penelitian ... 3

1.5 Manfaat Penelitian ... 4

1.6 Lokasi Penelitian ... 4

1.7 Metodologi Penelitian... 4

BAB 2 : TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Kitosan ... 5

2.1.1Struktur Kitosan... 5

2.1.2Sifat-sifat Fisika dan Kimia Kitosan... 6

2.1.2.1Sifat Fisika ... 6

2.1.2.2Sifat Kimia ... 9

2.1.3Kegunaan Kitosan... 12

2.2 Kosmetik... 13

2.2.1 Bahan Kosmetik... 13

2.2.2 Pemanfaatan Kitosan dalam Bidang Kosmetik 14 2.3 Reaksi Interesterifikasi... 16

2.4 Gugus Pelindung... 17

2.5 Surfaktan dan Pengujian HLB ... 18

(10)

2.5.2 Penentuan Uji HLB

(Hydrophilic Lipophilic Balance)... 19

BAB 3 METODE PENELITIAN ... 22

3.1 Alat dan Bahan... 22

3.2 Prosedur Penelitian ... 22

3.2.1 Pembuatan Reagen dan Standarisasi ... 22

3.2.1.1 Pembuatan Larutan Indikator pp... 22

3.2.1.2 Pembuatan Larutan H2C2O4 0,1 N... 23

3.2.1.3 Pembuatan Larutan KOH-Alkohol 0,5N 23 3.2.1.4 Pembuatan Larutan KOH 0,1N... 23

3.2.1.5 Pembuatan larutan HCl 0,5 N... 23

3.2.1.6 Pembuatan larutan KOH 0,02N... 23

3.2.1.7 Pembuatan Alkohol Netral... 23

3.2.2 Pembuatan Metil Palmitat... 23

3.2.3 Pembuatan Aldimin Kitosan... 24

3.2.4 Pembuatan Kitosan Asetat... 24

3.2.5 Pembuatan Kitosan Palmitat... 25

3.2.6. Uji HLB dengan Metode Titrasi... 25

3.2.6.1 Analisis Bilangan Penyabunan... 25

3.2.6.2 Analisis Bilangan Asam... 25

3.3 Bagan Penelitian ... 26

3.3.1 Pembuatan Metil Palmitat ... 26

3.3.2 Pembuatan Aldimin Kitosan ... 27

3.3.3 Pembuatan Kitosan Asetat... 28

3.3.4 Pembuatan Kitosan Palmitat... 29

3.3.5 Bagan Analisis... 30

3.3.5.1 Analisis Bilangan Penyabunan... 30

3.3.5.2 Analisis Bilangan Asam ... 30

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ... 31

4.1 Hasil ………. ... 31

(11)

4.1.2 Metil Palmitat ... 32

4.1.3 Kitosan Asetat ... 32

4.1.4 Kitosan Palmitat ... 34

4.1.5 Nilai HLB ... 35

4.2 Pembahasan ... 36

4.2.1 Pembuatan Metil Palmitat... 36

4.2.2 Reaksi Kitosan dengan Asetat Anhidrida 37 4.2.3 Reaksi Kitosan Asetat dengan Metil Metil Palmitat... 40

4.2.4 Pengujian Nilai HLB ... 42

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ... 45

5.1 Kesimpulan ... 45

5.2 Saran ……. ... 46

(12)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

1.1 Struktur Turunan Kitosan... 2

2.1. Struktur Kitosan ... 5

2.2. Struktur Kitin... 6

2.3. Struktur Selulosa... 6

2.4. Penggunaan Beberapa Turunan Kitosan dalam Bidang Kosmetik... 15

2.5 Skala Penunjuk Nilai HLB Surfaktan... 23

4.1 Spektrum FT-IR Kitosan ... 31

4.2 Spektrum FT-IR Metil Palmitat ... 32

4.3 Spektrum FT-IR Aldimin Kitosan ... 33

4.4 Spektrum FT-IR Kitosan asetat ... 34

4.5 Spektrum FT-IR Kitosan Palmitat ... 35

4.6 Mekanisme Reaksi Pembuatan Metil Palmitat... 37

4.7 Mekanisme Reaksi Pembuatan Kitosan Asetat... 39

(13)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1 Sifat-sifat dan Pemanfaatan Kitosan... 14

2.2 Nilai HLB Beberapa Surfaktan... 23

2.3 Nilai HLB Gugus Fungsi... 24

4.1 Penentuan Bilangan Penyabunan ... 40

(14)

Abstrak

Senyawa kitosan telah banyak dimanfaatkan dalam kehidupan melalui modifikasi kimia. Dalam penelitian ini kitosan ditransformasi menjadi kitosan palmitat sebagai bahan surfaktan kosmetik.

Metodologi pembuatan kitosan palmitat dilakukan melalui reaksi transesterifikasi antara metil palmitat dengan kitosan asetat menggunakan katalis natrium metoksida. Sedangkan kitosan asetat diperoleh melalui pembentukan aldimin kitosan melalui reaksi antara kitosan dan asetaldehid yang diikuti reaksi asetilasi dengan asam asetat anhidrid. Kitosan palmitat yang terbentuk dianalisa dengan FT-IR dan dilakukan uji HLB.

Hasil analisa FT-IR kitosan palmitat memberikan puncak-puncak serapan

pada daerah bilangan gelombang (cm-1) 3387 dan 3371 yang menunjukkan gugus

-NH dan -OH, 1720 yang menunjukkan gugus C=O ester, 1562 yang menunjukkan gugus fungsi C-O-C serta 717 yang menunjukkan alkil rantai panjang.Hasil uji HLB memberikan nilai 12,3 yang menunjukkan bahwa kitosan palmitat sebagai bahan surfaktan kosmetik merupakan zat pengemulsi O/W.

(15)

Abstract

Kitosan compound what does our life benefit via chemical modification. In this research the kitosan is transformation to kitosan palmitat as material as surfaktan cosmetics.

Kitosan palmitat makings is done with transesterifikasi reaction among palmitat methyl with kitosan acetic in natrium metoksida is catalis. On the contrary kitosan asetic is produced through formation of aldimin kitosan with reaction kitosan and acetaldehyda followed by acetilasi reaction with acetic anhidryda. Kitosan palmitat that molded being analysed by FT-IR and done by HLB quiz.

FT-IR Kitosan Palmitat morphological result give uptake top on wave

number region (cm-1) 3387 and 3371 one points out NH bunches and OH, 1720 one

points out C=O bunches esters, 1562 one point out function bunch C-O-C and 717 one point out elongated chain alkyls. Result tests HLB assigns value 12,3 one point out that kitosan palmitat as material as surfaktan cosmetics constitutes emulsifier substance o/w.

(16)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Salah satu terobosan yang dapat dilakukan dalam kimia dan teknologi adalah

pengembangan modifikasi kimianya. Dalam hal ini kitosan telah banyak menarik

perhatian peneliti dalam penelitian dasar maupun penelitian aplikasi yang meliputi

bidang biologi, biokimia, kimia organik, polimer, farmakologi dan obat-obatan

(Kaban, 2009).

Kitosan adalah polisakarida alam yang diperoleh dari deasetilasi kitin, dengan

derajat deasetilasi antara 80-90% (Uragami, 2006). Kitosan mempunyai rumus

umum (C6H9NO3)n atau disebut poli (β(1,4)-2-amino-2-deoksi-D-Glukopiranosa).

Sifat kimia dari kitosan antara lain merupakan poliamin linear, mempunyai gugus

amina dan gugus hidroksil yang reaktif, dapat membentuk kelat dengan ion logam

transisi. Sedangkan sifat biologisnya, kitosan mudah mengalami biodegradasi, tidak

beracun, dan bersifat biokompatibel. Adanya gugus amina (-NH2) dan gugus

hidroksil (-OH) menyebabkan kitosan mempunyai reaktifitas kimia yang tinggi dan

mudah dimodifikasi secara kimia (Skjak-Braek, et al., 1989).

Kitosan merupakan turunan kitin yang sangat bermanfaat. Hal ini karena

kitosan memiliki berat molekul yang tinggi, sifat polielektrolit, keberadaan gugus

fungsional, kemampuan untuk membentuk gel, dan kemampuan mengadsorbsi.

Kitosan dapat dimodifikasi secara kimia dan enzimatik dan bersifat biodegradable

dan biokompatibel dengan sel dan jaringan manusia. (Synowiecki and Al-Kateeb,

(17)

Berdasarkan sifat fisika maupun kimianya, kitosan dan turunannya dapat

digunakan dalam berbagai aplikasi misalnya dalam pembuatan produk kosmetik.

Kitosan dan turunannya dapat digunakan sebagai bahan kosmetik seperti krim badan,

perawatan rambut dan cat kuku (Dutta, 2006).

Salah satu turunan kitosan yang digunakan sebagai bahan kosmetik untuk

kuku adalah ester dari kitosan yang memiliki struktur berikut:

O H

O H O H2C

H O

H N H2

O H H

n

O

1 ⁄

CH2-O-C(CH2)n-CH3

1

Gambar 1.1 Struktur Turunan Kitosan (Skajak-Break, et al., 1989).

Penelitian yang berhubungan dengan struktur tersebut telah dilakukan

terhadap kitosan laurat secara transesterifikasi (Sanni, 2008).

Asam palmitat adalah asam lemak jenuh yang tersusun dari 16 atom karbon

dengan rumus CH3(CH2)14COOH. Pada suhu kamar asam palmitat berwujud padat

berwarna putih dan memiliki titik lebur 640C. (Poedjiadi, A., Supriyati, T. 2007).

Minyak kelapa sawit kaya akan kandungan asam palmitat (14-47%) dan asam

oleat (37-40%), sedangkan minyak inti sawit relatif kaya dengan kandungan asam

laurat (40-55%) dan asam miristat (14-18%) yang mendekati komposisi asam lemak

yang dikandung minyak kelapa (Bhat, 1990).

Komposisi kandungan asam lemak yang berbeda antara berbagai minyak dan

lemak alami menyebabkan penggunaan asam lemak berbeda dalam industri kimia

oleo. Kimia oleo dihasilkan melalui pemecahan dan reaksi lanjutan dari minyak dan

lemak, asam lemak dan amina, misalnya turunan asam lemak dan metil esternya

(Ang , 1989).

Asam palmitat(C15H 31COOH), asam stearat (C17H35COOH), dan asam oleat

(18)

miristat (C13H27COOH), memiliki kedudukan sebagai bahan detergen pemantap,

maupun penggunaannya sebagai bahan kosmetika (Shoog and Leary, 1992).

Peneliti sebelumnya telah mensintesis ester kitosan dengan mereaksikan

klorokitosan dengan natrium oleat (Kemit, 1995), dan kitosan laurat melalui

transesterifikasi metil laurat dengan kitosan asetat (Sanni, 2008).

Dari hal di atas, peneliti tertarik untuk membuat kitosan palmitat yang dapat

digunakan sebagai bahan formulasi kosmetik (Skjak-Break, et al., 1989). Kitosan

palmitat dapat dibuat melalui tahap reaksi pembentukan metil palmitat dan

pembentukan kitosan asetat, dimana kitosan direaksikan lebih dahulu dengan

asetaldehida untuk melindungi gugus amina dalam kitosan. Setelah itu akan

dilakukan reaksi transesterifikasi antara kitosan asetat dan metil palmitat yang

menghasilkan kitosan palmitat. Kitosan palmitat yang diperoleh akan dianalisis

dengan spektroskopi infra merah.

1.2

Permasalahan

Apakah kitosan palmitat sebagai bahan surfaktan kosmetik dapat dibuat

melalui reaksi taransesterifikasi antara kitosan asetat dengan metil palmitat?

1.3

Pembatasan Masalah

Penelitian ini hanya dibatasi pada pembuatan kitosan palmitat melalui reaksi

transesterifikasi antara metil palmitat dengan kitosan asetat.

(19)

Untuk membuat bahan surfaktan kosmetik dari kitosan menjadi kitosan

palmitat melalui reaksi transesterifikasi antara metil palmitat dengan kitosan asetat,

dimana kitosan terlebih dahulu direaksikan dengan asetaldehida membentuk aldimin

dan kemudian diasetilasi dengan asetat anhidrida.

1.5

Manfaat Penelitian

Pengembangan kimia organik sintesa pada pembuatan senyawa kitosan

palmitat yang diharapkan dapat digunakan sebagai bahan surfaktan untuk formulasi

kosmetik.

1.6

Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di laboratorium Kimia Organik FMIPA-USU Medan

dan analisa FT-IR dilakukan di laboratorium KIMIA Organik FMIPA-UGM

Yogyakarta.

1.7

Metodologi Penelitian

Kitosan palmitat diperoleh dari reaksi transesterifiksi antara metil palmitat

dan kitosan asetat. Pembuatan metil palmitat dilakukan dengan cara mereaksikan

asam palmitat dengan metanol dalam pelarut benzena dengan bantuan katalis asam

sulfat dalam kondisi refluks. Selanjutnya dilakukan pembuatan kitosan asetat dengan

cara mereaksikan aldimin kitosan dengan asetat anhidrida dalam pelarut

diklorometan. Sebelum diasetilasi, kitosan direaksikan terlebih dahulu dengan

(20)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kitosan

2.1.1 Struktur Kitosan

Kitosan adalah polisakarida alam yang diperoleh dari deasetilasi kitin. Jika

sebagian besar gugus asetil pada kitin disubstitusikan oleh atom hidrogen menjadi

gugus amino dengan penambahan larutan basa kuat berkonsentrasi tinggi, hasilnya

dinamakan kitosan atau kitin terdeasetilasi (Bastaman, 1989).

Kitosan mempunyai rumus umum (C6H9NO3)n atau disebut sebagai poli (β

-(1,4)-2-amino-2-Deoksi-D-Glukopiranosa). Kitosan bukan merupakan senyawa

tunggal, tetapi merupakan kelompok yang terdeasetilasi sebagian dengan derajat

polimerisasi yang berbeda. Kitin dan kitosan adalah nama untuk dua kelompok

senyawa yang dibatasi dengan stoikiometri, kitin adalah poli N-asetilglukosamin

yang terdeasetilasi sedikit. Derajat deasetilasi biasanya bervariasi diantara 8-15%,

tetapi tergantung pada sumber yang digunakan untuk memperoleh kitin, dan metode

yang digunakan untuk isolasi dan pemurnian. Sedangkan kitosan adalah kitin yang

terdeasetilasi sebanyak mungkin dengan derajat deasetilasi antara 80-90% (Uragami,

2006). Struktur kitosan yang terlihat pada gambar 2.1 tidak mengandung gugus asetat

bukan berarti merupakan kitin yang terdeasetilasi 100%.

5

(21)

Struktur kimia dari kitin mirip dengan struktur kimia dari selulosa. Residu

monosakarida pada selulosa adalah β-D-glukosa sedangkan pada kitin adalah

N-asetil-β-D-glukosa dimana gugus hidroksil (-OH) pada posisi C-2 digantikan oleh

gugus asetamido (-NHCOCH3), dimana monosakaridanya dihubungkan melalui

ikatan β(1,4) (Kumar, 2000;Taranathan & Kittur, 2003).

Gambar 2.2 Struktur Kitin

Gambar 2.3 Struktur Selulosa

2.1.2 Sifat-sifat Fisika dan Kimia Kitosan

2.1.2.1 Sifat Fisika

Pada umumnya polisakarida alami seperti selulosa, dekstrin, pektin, alginat,

agar-agar, karagenan bersifat netral atau sedikit asam, sedangkan kitin dan kitosan

bersifat basa (Kumar, 2000).

Kitosan merupakan padatan amorf putih yang tidak larut dalam alkali dan

asam mineral kecuali pada keadaan tertentu. Kitosan merupakan molekul polimer

yang mempunyai berat molekul tinggi. Kitosan dengan berat molekul tinggi didapati

mempunyai viskositas yang baik dalam suasana asam (Onsoyen and Skaugrud,

(22)

Kitin merupakan bahan organik kedua yang melimpah sesudah selulosa.

Produksi kitin dan kitosan berkisar 700 metrik ton per tahun, dan pemasarannya

diperkirakan sekitar 5 triliun yen. Sekitar 85% kitosan yang diproduksi di Jepang

digunakan untuk pengolahan air limbah industri pangan (Alasalvar and Taylor,

2002).

Kitin sebagai prekursor kitosan pertama sekali ditemukan oleh Henri

Braconnot yang diisolasi dari jamur, dan 10 tahun kemudian ditemukan kitin dari

kulit serangga. Pada umumnya keberadaan kitin di alam tidak terdapat dalam

keadaan bebas, akan tetapi berikatan dengan protein, mineral, dan berbagai macam

pigmen.

Walaupun kitin tersebar secara luas di alam, sumber utama yang dapat

digunakan memproduksi kitin dalam skala besar dan dijadikan untuk pengembangan

lebih lanjut adalah kitin yang terdapat pada Crustaceae yang dipanen secara komersil

seperti kepiting, udang dan lobster. Kitin dari jenis Crustaceae ini banyak tersedia

dalam jumlah besar sebagai limbah industri pangan (Kaban, 2009).

Pada saat ini, hanya sedikit jumlah limbah cangkang yang dimanfaatkan

sebagai pakan ternak dan bahan sumber kitin, sehingga pengolahan cangkang

menimbulkan pencemaran lingkungan. Akhir-akhir ini, nilai komersial dari kitin

meningkat karena sifat-sifat yang menguntungkan dari turunannya yang sangat sulit

larut dalam air sehingga cocok digunakan dalam industri kimia, bioteknologi, bidang

pertanian, pengolahan pangan, kosmetik, peternakan, kedokteran, proteksi

lingkungan, industri pembuatan kertas dan tekstil (Kumar, 2000).

Di negara-negara maju seperti Jepang dan Amerika Serikat, produk kitin,

kitosan dan turunannya telah diproduksi secara komersil, maka pemanfaatan limbah

(23)

Kitin mempunyai sifat utama sangat sulit larut dalam air dan beberapa pelarut

organik sehingga kelarutan dan reaktifitas kimianya rendah. Kitin berwarna putih,

keras, tidak elastis, polisakarida yang mengandung nitrogen. Kitin dapat larut di

dalam HCl, H2SO4, H3PO4, dikloroasetat, trikloroasetat, dan asam formiat. Kitin juga

larut di dalam larutan pekat garam netral yang panas (Synowiecki and Al-Kateeb,

2003).

Molekul kitin cenderung bergabung dengan makro molekul lain karena

adanya gugus nitrogen dan menyebabkan jenis struktur dan sifat fisikokimia baru.

Misalnya ikatan kovalen antara kitin dan protein yang terbentuk antara N-asetil dari

kitin bereaksi dengan α-asam amino (terutama tirosin), dan protein kutikular akan

membentuk kompleks stabil namun mudah terdisosiasi setelah pH berubah. Kitin

dapat dianggap sebagai basa lemah, oleh karena itu dapat mengalami reaksi

netralisasi sebagai senyawa yang bersifat alkali (Taranathan and Kittur, 2003).

Kitin mempunyai sifat-sifat yaitu : (1) berasal dari alam (renewable), (2)

biodegradable dan tidak mencemari lingkungan, (3) biokompatibel tidak hanya pada

hewan juga dengan jaringan tanaman, (4) tidak bersifat toksis, (5) struktur

molekulnya dapat dan mudah dimodifikasi. Sifat-sifat inilah yang menjadi

pendorong untuk digunakan dalam industri yaitu modifikasi metode sehingga

biopolimer yang bernilai ini digunakan sebagai bahan yang multiguna (Taranathan

and Kittur, 2003). Pemanfaatan kitin dan turunannya di bidang industri adalah untuk

pangan yang berserat, kosmetik, alat pembalut dan untuk toilet.

Kitosan hasil deasetilasi kitin larut dalam asam encer seperti asam asetat dan

asam formiat. Kitosan dapat membentuk gel dalam N-metilmorpholin N-Oksida

yang dapat digunakan dalam formulasi pelepasan obat terkendali. Kandungan

nitrogen dalam kitin berkisar 5-8% tergantung pada tingkat deasetilasi sedangkan

nitrogen pada kitosan kebanyakan dalam bentuk gugus amino. Maka kitosan

bereaksi melalui gugus amino dalam pembentukan N-asilasi dan reaksi basa schiff,

(24)

Sifat fisik yang khas dari kitosan yaitu mudah dibentuk menjadi spons,

larutan, gel, pasta, membran dan serat yang sangat berperan dalam aplikasinya

(Kaban, 2009).

2.1.2.2 Sifat Kimia

Sifat kimia kitosan antara lain adalah polimer poliamin berbentuk linear,

mempunyai gugus amino dan hidroksil yang aktif dan mempunyai kemampuan

mengkelat beberapa jenis logam.

Adanya gugus amino dan hidroksil dari kitosan juga menyebabkan kitosan

mudah dimodifikasi secara kimia antara lain dalam reaksi pembentukan:

a. N-Asil

Metode yang paling sederhana adalah dengan mereaksikan asam karboksilat

dengan kitosan, pemanasan larutan kitosan dalam asam formiat 100% pada suhu

90-o

C dengan penambahan piridin sedikit demi sedikit untuk menghasilkan

N-formilkitosan, serta N-Asetil dalam asam asetat 20%.

b. O-Asilasi

Gugus amino kitosan lebih reaktif daripada gugus hidroksilnya. Karenanya

gugus amino perlu di proteksi selama proses asilasi untuk menghasilkan

O-Asilkitosan. Metode proteksi yang dilakukan antara lain melalui pembuatan basa

schiff disusul O-Asetilasi menggunakan larutan asetat anhidrida-piridin untuk

(25)

Pembuatan O-Asetil kitosan dapat juga dilakukan dengan melarutkan kitosan

terasetilasi dalam asam formiat 90% yang mengandung asetat anhidrida dan HClO4,

dengan asumsi protonasi gugus amino akan mencegah terjadinya N-Asetilasi.

c. Basa Schiff

Basa schiff turunan kitosan belum dibahas seluas N-Asil kitosan atau eter

kitosan karena rendahnya kestabilan basa schiff yang menyebabkan basa schiff

mudah mengalami hidrolisis asam dan telah digunakan sebagai proteksi terhadap

gugus amina.

Turunan basa schiff dapat diperoleh dari reaksi film kitosan dengan aldehid

alifatik, bukan saja yang linier-asetaldehid ke dekanal juga yang bercabang dan

aldehid aromatrik.

d. N- dan O-Asilasi

N- dan O-Asilasi kitosan juga dapat diperoleh bersamaan dengan

menggunakan asil klorida. Caranya dengan merefluks kitosan dalam campuran

dodekanoil klorida berlebih-piridin-kloroform dan ditambah asam klorida sesudah

direfluks 5 jam. Produk yang diperoleh sesudah 9 jam larut dalam kloroform, benzen,

dietil eter dan piridin.

e. Eter Kitosan

Pembuatan derivat Alkil kitosan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu

O-alkilasi kitin disusul pengurangan N-Asetilasi dan O-O-alkilasi derivat kitosan, dimana

gugus amino diproteksi selama reaksi alkilasi.

Karboksimetil kitosan yang diperoleh melalui prosedur pertama

(26)

garam hidroklorida dari amino dengan gugus karboksimetil dalam bentuk asam.

Sensitifitas terhadap penambahan elektrolit meningkat dengan bertambahnya

karboksimetilasi. Perlakuan alkali kitin dengan epiklorohidrin pada 0-15oC disusul

deasetilasi menghasilkan O-hidroksialkil kitosan (Kaban, 2007).

f. N-Alkil

Metode yang paling mudah untuk N-alkilasi kitosan adalah reaksi antara

kitosan dan alkil halida yaitu metode yang menyelidiki reaksi kitosan dengan

metil-etil iodida dalam keberadaan beberapa amina tersier, piridin, dimmetil-etilpiridin, trimmetil-etil

piridin dan trietilamin.

g. Kitosan nitrat

Penyelidikan kitosan nitrat dilakukandengan dua cara yaitu, petama

melarutkan kitosan dalam HNO3 absolut, kemudian yang kedua kitosan ditambahkan

dalam campuran 1:1:1 dari asam asetat glasial; asetat anhidrid; asam nitrit absolut

selama 5,5 jam pada suhu <5oC.

h. Kitosan pospat

Tehnik penyiapan kitosan pospat yang dikembangkan ada dua cara yaitu,

pertama berdasarkan pada metode penyiapan selulosa pospat, dimana mula-mula

seluruh campuran asam posporat dan urea dipanaskan kemudian diubah dengan

menggunakan cairan inert sebagai perantara reaksi. Metode yang kedua adalah reaksi

poaporus pentoksida dengan kitosan yang dilarutkan dalam asam metanasulponat.

i. Kitosan sulpat

Kitosan sulpat diperoleh dengan menggunakan ClSO3H-piridin yang

(27)

gugus sulpat setiap satu D-glukosamin anhidra. Perlakuan lain adalah menggantikan

piridin dengan DMF, karena komleks SO3-DMF melebihi DMF maka reaksi dibuat

pada suhu kamar. Hasil yang diberikan mengandung satu gugus N-sulfat dan satu

gugus O-sulfat setiap D-glukosamin anhidra (March, 1984).

2.1.3 Kegunaan Kitosan

Kitosan merupakan turunan kitin yang paling bermanfaat. Ini disebabkan

karena berat molekul yang tinggi, sifat polielektrolit, keberadaan gugus fungsional,

kemampuan untuk membentuk gel, dan kemampuan mengadsorbsi. Selanjutnya

kitosan dapat dimodifikasi secara kimia dan enzimatik dan bersifat biodegradable

dan biokompatibel dengan sel dan jaringan manusia. Untuk pemanfaatannya, berat

molekul dan tingkat deasetilasi sangat berperan, karena kedua parameter ini

mempengaruhi kelarutan, sifat-sifat fisikokimia, dan sifat biokompatibilitas serta

aktivitas immunitas. Kapasitas mengadsorbsi kitin dan kitosan meningkat dengan

bertambahnya kandungan gugus amino yang bebas (Syanowiecki and Al-Kateeb,

2003).

Kitosan banyak digunakan dalam berbagai industri antara lain industri

farmasi, kesehatan, biokimia, bioteknologi, pangan, pengolahan limbah, kosmetik,

agroindustri, industri tekstil, industri perkayuan, dan industri kertas (Kaban, 2009).

Sifat-sifat dan pemanfaatan kitosan antara lain dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2.1 Sifat-sifat dan Pemanfaatan Kitosan

Sifat-sifat Pemanfaatan

Kationik : Polielektrolit linier bermuatan tinggi

Mengkelat ion logam beracun

Pemurnian air

Flokulan yang baik

Kimiawi : Berat Molekul tinggi Gugus amino dan hidroksil

Viskositas tinggi, film Modifikasi kimia

(28)

Bioaktivitas Antimikroba, antitumor

Farmasi : Biokompatible, biodegradable Penyembuh luka, pelepasan obat, kulit sintesis, kontak lensa

Sifat-sifat Pemanfaatan

Umum-kosmetik :

Pelembab, pakan, penyalut, pelindung

Produk perawatan kulit, perawatan/pemeliharaan rambut

Makanan dan Pertanian: Pengikat ion (asam empedu atau asam lemak)

Fungistatik Bakteriologis: Penjerat dan Adsorben

Penurun kolesterol, antikanker, serat pangan, anti luka

Meningkatkan produksi, bahan penjerat

Sumber : Taranathan and Kittur (2003).

2.2 Kosmetik

2.2.3 Bahan Kosmetik

Kosmetik berasal dari kata Yunani ”Kosmetikos” yang berarti keterampilan

menghias (Trenggono, 2007). Sedangkan menurut Badan Pengawas Obat dan

Makanan Republik Indonesia, kosmetik adalah setiap bahan atau sediaan yang

dimaksudkan untuk digunakan pada seluruh bagian luar tubuh manusia (epidermis,

rambut, kuku, bibir dan organ genital bagian luar) atau gigi dan membran mukosa

disekitar mulut terutama untuk membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan

dan atau memperbaiki bau badan dan atau melindungi serta memelihara tubuh pada

kondisi baik.

Bahan kosmetik merupakan bahan-bahan yang termasuk di dalam kosmetik

tertentu, misalnya cat kuku secara garis besar memiliki bahan-bahan pembentuk

lapisan film yang tidak tembus air dan udara seperti selulosa asetat, selulosa aseto

butirat, etil selulosa, nitroselulosa, bahan plasticizer supaya cat kuku tidak mudah

(29)

supaya cat kuku lebih rekat dan lebih tebal seperti sulfonamida-formaldehid dan

bahan pelarut serta bahan pewarna (Trenggono, 2007).

Bahan kosmetik lain seperti kosmetik lotion dibuat dari bahan yang

menggunakan turunan karboksil kitosan, asam hialuronik, etanol, gliserin, metil

paraben, sodium adetat dan air. Kosmetik tersebut menunjukkan pengaruh

pelembaban kulit yang sangat baik (Tabloid Nova, 2008).

2.2.4

Pemanfaatan Kitosan dalam Bidang Kosmetik

Pada tahun 1976, Gross, Konrad dan Mager telah menemukan bahwa

beberapa garam-garam kitosan sangat efektif digunakan dalam bahan perawatan

rambut, kulit dan mulut. Garam-garam kitosan tidak larut dalam larutan netral dan

basa serta dalam bahan yang mengandung deterjen yang bermuatan negatif. Sifat ini

menjadikan adanya batasan penggunaan kitosan dalam bidang kosmetik, namun

beberapa penelitian tentang sintesis kitosan telah menghasilkan turunan kitosan yang

sesuai dengan deterjen yang bermuatan negatif sehingga dapat digunakan untuk

semua jenis kosmetik(Skjak-Braek, et al., 1989).

Kitosan dapat mempengaruhi kelembaban kulit serta memberi perlindungan

terhadap kerusakan mekanik serta efek anti elektrostatik pada rambut, tergantung

pada berat molekul dan derajat deasetilasinya. Kitosan dengan berat molekul tinggi

akan meningkatkan resistansi air terhadap emulsi, sehingga memberi perlindungan

terhadap irradiasi dan meningkatkan kemampuan membentuk film. Krim kosmetik

yang ditambahkan 1,0% kitosan akan meningkatkan bioaktivasi unsur-unsur lipofilik

seperti vitamin, sehingga dapat meresap lebih baik pada permukaan kulit. Kapasitas

pembentukan film dan sifat antiseptik kitosan melindungi dari kemungkinan infeksi

mikroba (Synowiecki and Al-Kateeb, 2003).

1. Reaksi antara kitosan dengan senyawa epoksida, yaitu reaksi kitosan dengan

etilena oksida, butilena oksida dan glisidol menghasilkan turunan kitosan

(30)

Turunan kitosan ini dapat dibuat membran dan digunakan dalam

produk-produk kosmetik seperti sampo, pelembab dan sabun.

2. Reaksi antara kitosan dan gabungan senyawa epoksida yang bermuatan

positif dan negatif, yaitu reaksi antara glisidiltrimetilamonium klorida dan

etilena oksida, propilena oksida dan glisidol dengan kitosan yang bermuatan

menghasilkan polimer yang dapat digunakan pada hampir seluruh produk

kosmetik. Hasil reaksi ini terbukti dapat digunakan dalam perawatan kulit dan

rambut.

3. Reaksi dengan senyawa epoksida dan alkilhalogenida, yaitu reaksi

N-Hidroksilpropil kitosan dengan senyawa alkilhalogenida (misalnya etil

bromida dan etil klorida). Hasil reaksi ini larut dalam dalam berbagai pelarut

organik. Apabila kitosan dimodifikasi dengan senyawa yang sesuai dapat

digunakan sebagai resin pada hair spray.

4. Asil kitin, yaitu telah dibuktikannya oleh peneliti terdahulu bahwa senyawa

asil kitin tidak dapat digunakan untuk hair spray tetapi asil kitin dan kitosan

ini dapat digunakan dalam pembentuk membran atau senyawa resin dalam

nail polish.

5. Sulfoalkil Kitosan, yaitu reaksi antara kitin atau kitosan yang bersifat basa

dengan 1,3 propana sulfonat akan menghasilkan ampholitik dimana gugus

sulfopropil akan mesubstitusi atom yang tidak bernuatan, yang dapat

(31)
[image:31.595.109.529.87.427.2]

Gambar 2.4 Penggunaan beberapa turunan kitosan dalam bidang kosmetik

2.3

Reaksi Interesterifikasi

Interesterifikasi adalah reaksi perubahan dari statu ester menjadi ester yang

lain, dimana terjadi pertukaran antara gugus asil ester yang satu dengan gugus

alkoksi dari ester yang lain, demikian juga sebaliknya gugus asil dari ester menerima

gugus alkoksi dari ester yang lainnya sehingga terbentuk dua senyawa ester yang

baru.

Reaksi interesterifikasi terbagi atas 3, yaitu : transesterifikasi, alkoholisis dan

asidolisis (Moran, 1994).

Transesterifikasi adalah istilah umum yang digunakan untuk menjabarkan

(32)

interchange alkoxy. Reaksi transesterifikasi adalah reaksi setimbang dan transformasi

yang terjadi oleh adanya pencampuran reaktan (Hendartomo, 2004).

Reaksinya sebagai berikut:

R─COOR1 + R2─COOR3 R─COOR3 + R2─COOR1

Ester 1 Ester 2 Ester baru 1 Ester baru 2

Alkoholisis adalah : reaksi suatu asam karboksilat dengan alkohol untuk

membentuk suatu ester, reaksi ini merupakan reaksi bolak balik yang pada suhu

kamar akan berlangsung sangat lambat namun dapat dipercepat

dengan bantuan suatu katalis yang biasa dipergunakan seperti HCl dan H2SO4

demikian juga penggunaan alkohol yang berlebih (Hendartomo,2004).

Reaksinya sebagai berikut:

R – C – OOR’ + R” – OH R – C –OOR” + R’OH

Asam karboksilat Alkohol Ester

Asidolisis adalah : reaksi pembentukan suatu ester antara asam lemak dengan

ester yang lain. Disini terjadi pertukaran gugus alkil pada ester dengan atom hidrogen

dari asam yang digunakan.

Reaksinya sebagai berikut :

R–COOR’ + R”–COOH R”–COOR’ + R−COOH

ester 1 asam ester 2 asam

2.4 Gugus Pelindung

Reaksi kimia yang memiliki gugus fungsi lebih dari satu memerlukan reaksi

selektif untuk menghindarkan terjadinya reaksi terhadap seluruh gugus fungsi yang

(33)

Dalam mendapatkan reaksi yang selektif terhadap gugus fungsi yang

menjadi sasaran perubahan reaksi, maka gugus fungsi lain yang memiliki potensi

untuk terserang diberi perlindungan. Perlindungan terhadap gugus fungsi yang

diharapkan tidak mengalami perubahan tersebut dilakukan dengan cara melindungi

gugus fungsi itu terlebih dahulu secara selektif agar tidak terserang oleh pereaksi

yang diberikan. Semua gugus fungsi memiliki cara tertentu melalui penggunaan

pereaksi untuk melindunginya, baik gugus karbonil, hidroksil, amino, ikatan rangkap

dan gugus lainnya (Greene, 1991).

Gugus amino mempunyai pereaksi tertentu untuk melindunginya misalnya

dengan AcOC6H4-p-NO2, pH 11. Perlindungan gugus amina dengan AcOC6H4-p

-NO2 akan membentuk –NHAc. Sebagai contoh :

CO2H O2N OAc CO2H

│ NH2 │ NHAc

H2N pH 11 H2N

Pereaksi lain yang digunakan untuk melindungi gugus amino adalah

asetaldehida, ionCu(II), dan asam perklorat. Pereaksi yang menggunakan

R2NCOCH2Cl dengan contoh reaksi sebagai berikut:

H2N R2N

R2NCOCH2Cl + LiOH, H2O NH

H2N 100oC, 1jam O NH2

Deproteksi terhadap gugus amino dapat dilakukan antara lain dengan menggunakan

asetat anhidrida, K2CO3, Hog kidney asilasi dan bromokatekolboran.

(34)

Molekul-molekul atau ion-ion yang teradsorbsi pada perbatasan (interfasa)

disebut dengan bahan aktif permukaan (surface active agents) atau surfaktan.

Surfaktan mempunyai peran penting untuk menurunkan tegangan permukaan bahan

yang dikenai. Penggunaan surfaktan terbagi atas tiga golongan, yaitu sebagai bahan

pembasah (wetting agents), bahan pengemulsi (emulsifying agents), dan sebagai

bahan penglarut (solubilizing agents). Aktifitas kerja suatu surfaktan karena sifat

ganda dari molekul tersebut (Pavia, 1976).

Secara umum gugus hidrofob memiliki lebih banyak variasi dibandingkan

gugus hidrofil. Selain gugus hidrokarbon berantai panjang, di bawah ini merupakan

variasi struktur gugus hidrofob lainnya, yaitu:

1. Gugus alkil rantai panjang lurus (n = C8-C22 dengan substitusi dari kulit kepala)

CH3(CH2)n-S.

2. Gugus alkil rantai panjang bercabang (n=C8-C22, substitusi internal)

CH3(CH2)nC(CH3)H(CH2)mCH2-S.

3. Rantai alkena tidak jenuh, contohnya turunan dari minyak nabati

CH3(CH2)nCH=CH(CH2)m-S.

4. Alkil benzena (C8-C15C6H4 dengan bentuk substitusi yang berbeda-beda)

C9H19(C6H4)-S.

5. Alkil naftalena (alkil R biasanya C3 atau lebih besar) Rn-C10H(7-n)-S.

6. Gugus Fluroalkil (n>4, sebagian atau seluruhnya terfluoronasi) CF3(CF2)2-S.

7. Polidimetilsiloksan, CH3-(Osi[CH3]2O)n-S.

8. Turunan polioksipropilena glikol CH3CH(OH)-CH2-O(-CH(CH3)CH2O)n-S.

9. Biosurfaktan.

10.Turunan polimer alami dan sintetik.

Dengan banyaknya variasi struktur senyawa yang dapat digunakan sebagai

surfaktan maka akan memberikan banyak aplikasi surfaktan yang dihasilkan

tergantung kepada kegunannya (Myers, 2006).

(35)

Griffin merancang suatu skala sembarang dari berbagai angka untuk dipakai sebagai

suatu ukuran keseimbangan hidrofilik-lipofilik (HLB) dari zat-zat aktif permukaan

(surfaktan). Dengan bantuan angka ini, adalah mungkin untuk membentuk suatu

jarak HLB untuk efisiensi optimum atau terbaik dari masing-masing golongan

surfaktan seperti terlihat pada gambar 2.5. HLB dari sejumlah senyawa dapat

dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

HLB = 20 (1-S/A), dimana S adalah bilangan penyabunan senyawa dan A adalah

[image:35.595.130.396.279.504.2]

bilangan asam senyawa.

Gambar 2.5 Skala Penunjuk Nilai HLB Surfaktan

Nilai HLB beberapa surfaktan dapat dilihat pada tabel 2.2 berikut :

Tabel 2.2 Nilai HLB Beberapa Surfaktan *)

Zat HLB

Asam oleat

Gliseril Monostearat

1

[image:35.595.104.347.686.751.2]
(36)

Sorbitan mono-oleat

Sorbitan monolaurat

Trietanolamin oleat

Poliositilena sorbitan mono-oleat

Poliositilena sorbitan monolaurat

Natrium oleat

Natrium lauril sulfat

4,3

8,6

12

15

16,7

18

40

*) ( Martin, 1993).

Davies telah menghitung nilai HLB untuk zat aktif permukaan dengan

memecah berbagai molekul surfaktan ke dalam gugus-gugus penyusunnya, yang

masing-masing diberi suatu angka gugus. Penjumlahan dari angka-angka gugus

untuk suatu surfaktan tertentu memungkinkan perhitungan nilai HLB nya menurut

persamaan berikut :

HLB = ∑(angka-angka gugus hidrofilik) - ∑ (angka-angka gugus lipofilik) + 7

[image:36.595.105.349.80.245.2]

Harga HLB beberapa gugus fungsi dapat dilihat pada tabel 2.3 berikut :

Tabel 2.3 Harga HLB Gugus Fungsi *)

Gugusan senyawa Angka gugus

Grup hidrofilik

-SO4-Na+

-COO-Na+

38,7

(37)

Ester (cincin sorbitan)

Ester (bebas)

Hidroksil (bebas)

Hidroksil (cincin sorbital)

Grup lipofilik

H

- C -

-CH2

-CH3

-=CH-

6,8

2,4

1,9

0,5

0,475

0,475

0,475

0,475

(38)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Laba leher dua (Pyrex),

termometer 2100C ( Fisons), kondensor bola (Pyrex), rotarievaporator (Heidolph),

hotplate strirrer (Fisons), oven, Botol akuades, magnetik bar, corong pisah (Pyrex),

tabung CaCl2 (Pyrex), spektrofotometer IR (Shimadzu), alat vakum (Fisons),

kertas saring (Whatman), neraca analitis (Mettler PM 480), gelas ukur (Pyrex),

gelas Beaker (Pyrex), gelas Erlenmeyer (Pyrex), statif dan klem, dan buret (Pyrex).

Sedangkan bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kitosan

powder, metanol (p.a. E. Merck), benzena (p.a. E. Merck), n-heksana (p.a. E.

Merck), asam sulfat 98% (p.a. E. Merck), akuades (p.a. E. Merck), asam asetat

anhidrida (p.a. E. Merck), asam palmitat padat (p.a. E. Merck), asam asetat glatsial

(p.a. E. Merck), kalsium klorida anhidrous (p.a. E. Merck), asam sitrat padat (p.a. E.

Merck), natrium metoksida padat (p.a. E. Merck), natrium bikarbonat padat (p.a. E.

Merck), asetaldehida (p.a. E. Merck), diklorometana (p.a. E. Merck), natrium sulfat

anhidrous (p.a. E. Merck), kalium hidroksida padat (p.a. E. Merck), alkohol 96%

(teknis), fenolftalein (p.a. E. Merck), asam oksalat padat (p.a. E. Merck), asam

klorida 37% (p.a. E. Merck), dan brom timol biru (p.a. E. Merck).

3.2 Prosedur Penelitian

3.2.1 Pembuatan reagen dan standarisasi

3.2.1.1 Pembuatan larutan indikator penolftalen

Sebanyak 1 gram fenolftalein dilarutkan dengan alkohol dalam labu takar 100

(39)

3.2.1.2 Pembuatan larutan H2C2O4 0.1 N

Sebanyak 1,575 gram H2C2O4.2H2O dilarutkan dalam labu takar 250 ml dan

kemudian diencerkan dengan akuades sampai garis batas.

3.2.1.3 Pembuatan larutan KOH-Alkohol 0,5 N

Sebanyak 7,0125 gram KOH dilarutkan dengan alkohol dalam labu takar 250

ml sampai garis batas dan distandarisasi dengan larutan H2C2O4 0,1 N dan

indikator fenolftalein.

25

3.2.1.4 Pembuatan larutan KOH 0,1 N

Sebanyak 1,4 gram KOH dilarutkan dengan akuades dalam labu takar 250 ml

sampai garis batas dan distandarisasi dengan larutan H2C2O4 0,1 N dan

indikator fenolftaalein.

3.2.1.5 Pembuatan larutan HCl 0,5 N

Sebanyak 11,92 ml HCl 37% diencerkan dengan akuades dalam labu takar

250 ml sampai garis batas dan distandarisasi dengan larutan KOH 0,1 N dan

indikator Brom Timol Blue.

3.2.1.6Pembuatan larutan KOH 0,02N

Sebanyak 50 ml larutan KOH 0,1 N diencerkan dalam labu takar 250 ml

dengan akuades dan distandarisasi dengan larutan H2C2O4 0,1 N dan

indikator fenolftalein.

3.2.1.7Pembuatan alkohol netral

Sebanyak 200 ml alkohol 96% ditambahkan 4 tetes indikator fenolftalein dan

ditetesi dengan larutan KOH 0,1 N hingga menjadi merah muda.

3.2.2 Pembuatan Metil Palmitat

Sebanyak 12,8 gram (0,05 mol) asam palmitat dimasukkan ke dalam labu

leher dua berisi magnet stirer yang dilengkapi dengan kondensor yang dialiri air dan

ujungnya dihubungkan dengan tabung yang berisi CaCl2 anhidrous dalam kapas.

Selanjutnya ditambahkan 50 ml metanol dan 100 ml benzena. Melalui corong

penetes sambil diaduk dalam keadaan dingin diteteskan sebanyak 2 ml H2 SO4 (p).

Campuran direfluks selama 5 jam. Hasil reaksi yang diperoleh diuapkan untuk

(40)

dimasukkan ke dalam corong pisah dan diekstraksi dengan 200 ml n-Heksana.

Lapisan atas dicuci dengan akuades sebanyak dua kali masing-masing sebanyak 25

ml, ditambahkan Na2SO4 anhidrous secukupnya dan didiamkan selama 30 menit,

kemudian disaring. Filtrat hasil saringan diuapkan dan residu yang diperoleh adalah

metil palmitat, kemudian dianalisis dengan spektroskopi infra merah.

3.2.3 Pembuatan senyawa aldimin kitosan

Sebanyak 1 gram (~0,000001 mol) kitosan dilarutkan dalam 100 ml asam

asetat 1% dimasukkan dalam labu leher dua yang dihubungkan dengan kendensor

yang dialiri air. Melalui corong penetes ditetaskan 3 ml asam asetat glasial sambil

diaduk dengan pengaduk magnet. Setelah 1 jam, ditambahkan 2 ml asetaldehida lalu

diaduk pada suhu kamar selama 6 jam. Hasil yang diperoleh dianalisis dengan

spektroskopi infra merah.

3.2.4 Pembuatan Kitosan Asetat

Sebanyak 2 gram (~0,000001 mol) aldimin kitosan dimasukkan kedalam

labu leher dua, ditambahkan pelarut diklorometana 100 ml. kemudian, dihubungkan

dengan kendensor yang ujungnya dihubungkan dengan tabung yang berisi CaCl2

anhidrous dalam kapas. Melalui corong penetes, kemudian ditetesi asetat anhidrida

sebanyak 2 ml sambil diaduk dengan pengaduk magnet, setelah itu direfluks pada

suhu 60o selama 6 jam. Hasil yang diperoleh, dimasukkan dalam corong pisah.

Lapisan bawah ditampung dari dicuci dengan akuades sebanyak dua kali, lalu

disaring. Residu yang diperoleh dikeringkan, kemudian dianalisis dengan

(41)

3.2.5 Pembuatan Kitosan Palmitat

Sebanyak 2 gram (~0,000001 mol) kitosan asetat dan 2,16 gram (0,01 mol)

metil palmitat dimasukkan kedalam labu leher dua, ditambahkan 0,5 gram natrium

metoksida sebagai katalis. Campuran direfluks selama 6 jam pada suhu 130-1400C.

Hasil yang diperoleh, dimasukkan ke dalam corong pisah. Lapisan bawah ditampung

dan dicuci dengan larutan asam sitrat 20%, kemudian disaring dan kelebihan asam

sitrat dicuci dengan akuades sebanyak dua kali lalu disaring. Residu yang diperoleh

ditambahkan natrium bikarbonat yang diikuti pencucian dengan akuades lalu

dikeringkan. Kitosan palmitat yang diperoleh dianalisis dengan spektroskopi infra

merah.

3.2.6 Uji HLB dengan Metode Titrasi

3.2.6.1Analisis Bilangan Penyabunan

Ditimbang ± 0,1 gram kitosan palmitat dan dimasukkan ke dalam gelas

Erlenmeyer. Kemudian ditambahkan 25 ml larutan KOH-Alkohol 0,5 N dan

dipanaskan hingga mendidih. Didinginkan dan ditambah 3 tetes indikator fenolftalein

kemudian dititrasi dengan larutan HCl 0,5 N hingga warna merah muda hilang.

Volume HCl yang terpakai dicatat dan dihitung bilangan penyabunan dengan rumus :

Bilangan Penyabunan =

(

)

sampel Massa

56,1 x NHCl x V Vblankotitrasi

3.2.6.2Analisis Bilangan Asam

Ditimbang ± 0,1 gram kitosan palmitat dimasukkan ke dalam gelas

Erlenmeyer. Kemudian ditambah 10 ml larutan alkohol netral. Erlenmeyer tersebut

ditutup dengan plastik dan dipanaskan selama 30 menit. Larutan teersebut

(42)

larutan KOH 0,02 N sampai terbentuk larutan warna merah muda. Volume KOH

yang dipakai dicatat dan dihitung bilangan asam dengan menggunakan rumus :

Bilangan Asam =

Sampel Massa

56,1 x N x

VKOH KOH

3.3 Bagan Penelitian

3.3.1 Pembuatan Metil Palmitat

12,8 gram asam palmitat (dalam labu leher dua)

Campuran

Å Ditambah 50 ml metanol

Residu Pelarut

Lapisan bawah Lapisan atas

Filtrat

Residu Å Ditambah 100 ml benzena

Å Diaduk dan diteteskan 2 ml H2SO4 (p)

Å Direfluks pada suhu 800C selama 5 jam Å Dirotarievaporasi

Å Diekstraksi dengan 200 ml n-Heksana Å Dicuci dengan akuades

Å Ditambah Na2SO4 anhidrous dan didiamkan selama 30 menit

Å Disaring

(43)

Metil Palmitat

Pelarut

Analisis FT-IR

3.3.2 Pembuatan aldimin kitosan

1 gram kitosan (dalam labu leher dua)

Å Ditambah 100 ml CH3 COOH 1 %

Campuran

Å Diteteskan 2 ml asetal dehida Å Distirrer pada suhu kamar selama 6

jam

Aldimin kitosan

(44)

3.3.3 Pembuatan Kitosan Asetat

2 gram Aldimin kitosan (dalam labu leher dua)

Campuran

Å Ditambah 100 ml diklorometana Å Diaduk dan ditetesi 2,16 g asetat anhidrida

Lapisan bawah Lapisan atas

Filtrat Residu

Kitosan asetat

Analisis FT-IR

Å Direfluks pada suhu 600C selama 6 Jam

Å Dimasukkan dalam corong pisah

Å Dicuci dengan akuades Å Disaring

(45)

3.3.4 Pembuatan Kitosan Palmitat

2 gram kitosan asetat (dalam labu leher dua)

Campuran

Lapisan bawah Lapisan atas

Filtrat Residu

Filtrat Residu

Filtrat Residu

Kitosan palmitat

Å Dicuci dengan larutan asam sitrat 20% Å Disaring

Å Ditambahkan natrium bikarbonat dan akuades Å Disaring

Å Dikeringkan

Å Dicuci dengan akuades

ÅDirefluks pada suhu 130-1400C selama 6 jam

Å Dimasukkan kedalam corong pisah.

Å ditambah 0.5 gram natrium metoksida Å Diaduk dan diteteskan 19 gram metil

(46)

3.3.5 Bagan Analisis

3.3.5.1 Analisis Bilangan Penyabunan

Sampel (±0,1 gram)

Sampel (±0,1 gram) 3.3.5.2 Analisis Bilangan Asam

Å Dimasukkan ke dalam gelas Erlenmeyer Å Ditambah 25 ml KOH – Alkohol 0,5 N Å Dipanaskan sampai mendidih

Å Didinginkan

Å Ditambah 3 tetes indikator fenolftalein

Larutan merah muda

Å Dititrasi dengan HCl 0,5 N

Larutan Bening

Hasil

Å Dicatat volume HCl 0,5 N

Å Dimasukkan ke dalam gelas Erlenmeyer Å Ditambah 10 ml Alkohol netral

Å Dipanaskan salama 30 menit Å Didinginkan

(47)

Å Dititrasi dengan KOH 0,02 N

Larutan Merah muda

Hasil

(48)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Kitosan

Kitosan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kitosan Fluka yang

diperoleh dari kulit udang dengan derajat deasetilasi 87,4%. Spektrum FT-IR kitosan

yang digunakan memberikan puncak-puncak serapan pada daerah bilangan

gelombang (cm-1) 3425,58; 2870,08; 2337,72; 2137,13; 1597,06; 1419,61; 1381,03;

1327,03; 1080,14; 894,97 (gambar 4.1).

O H

O H O H2C

H O

H N H2

O H H

[image:48.595.151.473.390.646.2]

n

(49)

4.1.2 Metil Palmitat

Metil palmitat diperoleh dari hasil reaksi esterifikasi antara asam palmitat

dengan metanol. Asam palmitat yang digunakan memiliki derajar kemurnian 95%.

Metil palmitat yang diperoleh dari reaksi esterifikasi 12,8 g (0,05 mol) asam palmitat

dengan 50 ml metanol diperoleh metil palmitat 10,24 g, spektrum FT-IR metil

palmitat memberikan puncak-puncak serapan pada daerah bilangan gelombang (cm

-1

) 2917,33; 2849,31; 1741,96; 1435,64; 1174,62; 730,03 (gambar 4.2).

35

[image:49.595.117.505.261.578.2]

CH3-O-C-C15H31 O

Gambar 4.2 Spektrum FT-IR Metil Palmitat

4.1.3 Kitosan Asetat

Kitosan asetat merupakan hasil reaksi antara kitosan dengan asetat anhidrida.

Dimana gugus NH2 pada kitosan terlebih dahulu diproteksi dengan cara mereaksikan

kitosan dengan asetaldehida membentuk aldimin. Kemudian aldimin kitosan ini

(50)

jam pada suhu 60oC. Hasil refluks kemudian dipisahkan antara residu dan pelarut.

Residu dicuci dua kali dengan akuades. Residu yang diperoleh merupakan kitosan

asetat dikeringkan dan diperoleh 1,55 g yang kemudian dianalisis secara

spektroskopi FT-IR. Dari data spektroskopi FT-IR, spektrum aldimin kitosan

memberikan puncak-puncak serapan pada daerah bilangan gelombang (cm-1)

3446,72; 2075,41; 1635,64; 1087,85 (gambar 4.3).

O H

O H O H2C

H O

H N

O H H

n

[image:50.595.109.497.197.475.2]

C H C H3

Gambar 4.3 Spektrum FT-IR Aldimin Kitosan

Sedangkan spektrum dari FT-IR kitosan asetat memberikan puncak-puncak

serapan pada daerah bilangan gelombang (cm-1) 3441,01; 2885,51; 1635,64;

(51)

O H

O H2C

HO

H N

O

H H

n

CH

CH3 O C

O

[image:51.595.133.490.87.372.2]

CH3

Gambar 4.4 Spektrum FT-IR Kitosan Asetat

4.1.4 Kitosan Palmitat

Senyawa kitosan palmitat merupakan senyawa ester yang dibuat dengan

mereaksikan kitosan asetat dan metil palmitat dengan bantuan katalis natrium

metoksida, direfluks selama 6 jam pada suhu 130-140oC. Residu yang diperoleh

dicuci dengan natrium sitrat 20% dan diikuti penambahan natrium bikarbonat dan

akuades lalu disaring dan dikeringkan. Residu yang diperoleh berupa kitosan

palmitat sebesar 1,45 g yang selanjutnya dianalisis secara spektroskopi FT-IR. Hasil

analisis secara spektroskopi FT-IR memberikan puncak-puncak serapan pada daerah

bilangan gelombang (cm-1) 3387,0; 2916,37; 2850,79; 1720,50; 1627,92; 1562,34;

(52)

O H

O H2C

HO

H NH2

O H H

n

O C O

C15H31

4.1.5 Nilai HLB

Nilai HLB Kitosan Palmitat diperoleh dari analisis bilangan penyabunan

dan analisis bilangan asam dengan cara titrasi. Hasil yang diperoleh dari analisis

bilangan penyabunan dan hasil analisis bilangan asam digunakan dalam penentuan

bilangan penyabunan dan penentuan bilangan asam yang dapat dilihat pada tabel

[image:52.595.116.503.82.383.2]

4.1 dan 4.2 berikut :

Tabel 4.1 Penentuan Bilangan Penyabunan

Massa sampel (gram) Volume titrasi (ml) Sampel

M1 M2 M3 M V1 V2 V3 V

Blanko _ _ _ _ 32,27 32,26 32,27 32,27

[image:52.595.105.509.644.728.2]
(53)
[image:53.595.104.521.128.212.2]

Tabel 4.1 Penentuan Bilangan Penyabunan

Massa sampel (gram) Volume titrasi (ml) Sampel

M1 M2 M3 M V1 V2 V3 V

Blanko _ _ _ _ 32,27 32,26 32,27 32,27

Kirosan Palmitat 0,101 0,102 0,101 0,101 32,18 32,19 32,19 32,19

Tabel 4.2 Penentuan Bilangan Asam

Massa sampel (gram) Volume titrasi (ml) Sampel

M1 M2 M3 M V1 V2 V3 V

Kirosan Palmitat 0,101 0,101 0,102 0,101 5,24 5,25 5,25 32,19

4.2 Pembahasan

4.2.1 Pembuatan Metil Palmitat

Reaksi asam palmitat dengan metanol menghasilkan metil palmitat

merupakan reaksi esterifikasi. Reaksinya adalah :

+ CH3OH + H2O

Asam Palmitat Metanol Metil Palmitat C15H31C-OH

O

C15H31C-OCH3 O H2SO4

Reaksi esterifikasi asam palmitat dan metanol terjadi dengan adanya katalis asam

sulfat. Adisi nukleofil oleh metanol terhadap asam palmitat akan membentuk ikatan

ester. Kesetimbangan berlangsung dalam suasana asam dimana protonasi terjadi

terhadap salah satu gugus hidroksil yng mengakibatkan lepasnya air. Pada akhir

reaksi ester yang berproton melepaskan protonnya (Hart, 1990). Mekanisme

[image:53.595.138.500.545.599.2]
(54)

O O−H -HSO4 OH

║ ║ ║

+

C15H31C─OH + H-HSO4 C15H31C─OH + CH3−OH C15H31C─OH

metanol │

asam palmitat CH3O−H

O−H -HSO4 O

║ +

C15H31C─O−H C15H31C=O−H + H2O C15H31C─OCH3 + H2SO4

│ H │ metil palmitat

[image:54.595.105.502.121.306.2]

CH3O CH3O

Gambar 4.6 Mekanisme Reaksi Pembuatan Metil Palmitat

Spektrum hasil analisis spektroskopi FT-IR, spektrum metil palmitat (gambar

4.2) memberikan puncak-puncak serapan pada daerah bilangan gelombang

2917,3cm-1; 2849,31 cm-1 yang menunjukkan gugus C-H sp3, dan serapan pada daerah bilangan gelombang 1741,96 cm-1 menunjukkan gugus karbonil C=O dari ester yang didukung oleh puncak serapan pada daerah bilangan gelombang 1111,0

cm-1 menunjukkan gugus C-O-C serta serapan pada daerah bilangan gelombang

1220,37 cm-1; 1197,98 cm-1; 1174,6 cm-1 yang menunjukkan gugus C-O, juga

dengan adanya serapan pada daerah bilangan gelombang 730,03 cm-1 menunjukkan

gugus alkil rantai panjang atau (CH2)n. Asam palmitat yang digunakan untuk

pembuatan metil palmitat memiliki gugus hidroksil sebagai karboksilat (-COOH)

yang pada pemeriksaan secara analisis spektroskopi gugus –OH akan memberikan

vibrasi pada daerah bilangan gelombang 3500-3300 cm-1 dan tidak dijumpainya

vibrasi pada daerah tersebut menunjukkan bahwa asam palmitat telah sempurna

membentuk metil palmitat.

(55)

Reaksi antara kitosan dan asetat anhidrida menghasilkan senyawa ester yang

merupakan kitosan asetat. Dalam hal ini kitosan terlebih dahulu direaksikan dengan

asetaldehida membentuk aldimin. Reaksinya adalah :

+ CH3COOH

Aldimin kitosan yang dihasilkan direaksikan dengan asetat anhidrida dengan

pelarut diklorometana pada kondisi refluks. Senyawa asetat anhidrida termasuk ke

dalam elektron sink yang baik dan bersifat reaktif apabila adanya serangan suatu

nukleofil yang menyebabkan pecahnya ikatan pada C-O-C anhidrida. Dari reaksi

aldimin kitosan dan asetat anhidrida, pasangan elektron bebas dari oksigen pada

gugus alkohol posisi C-6 yang bersifat nukleofil dari aldimin kitosan akan bereaksi

dengan gugus asil pada senyawa asetat anhidrida dalam pelarut diklorometana akan

menghasilkan senyawa kitosan O-asetat. Mekanisme reaksinya adalah :

O O─H

║ ║

CH3─C─H CH3COO─H CH3─C─H +

CH3COO- CH3COO−H

CH3-C-O-C-CH3

O O

H O H2C

O H

O H2C

HO H N O H H n CH CH3 O C O CH3 kitosan Kitosan asetat aldimin kitosan O H O H O

H N H2

O H

H H O H2C

n O H O H O H N O H H n C H C H3 CH3CHO

+

O H

O H O H2C

H O

H N H2

O H H

n

N─H

H

O H

O H O H2C

H O H

O H

O H O H2C

H O H N H2

O H

H H

n

NH─H

CH─OH

CH3

+

O N H2 H

n

NH

CH─OH

(56)

CH3COO -O

H O H O H2C

H O H

CH3CO−

+ H2O + CH3COOH

O O

║ ║ + CH3−C−O−C−CH3

+ CH3COOH

[image:56.595.101.487.88.583.2]

CH3COO-

Gambar 4.7 Mekanisme Reaksi Pembuatan Kitosan Asetat

Terbentuknya aldimin kitosan dan kitosan asetat diidentifikasi dengan

spetroskopi FT-IR. Dari hasil analisis spektroskopi FT-IR, spektrum aldimin kitosan

(gambar 4.3) memberikan puncak-ouncak serapan pada daerah bilangan gelombang

3448,72 cm-1 menunjukkan gugus O-H, serapan pada daerah bilangan gelombang

1404,16 cm-1 menunjukkan gugus C-H, dan serapan pada daerah bilangan

gelombang 1087,85 cm-1 menunjukkan gugus C-O-C, selanjutnya serapan pada

N H2

O H

O H

O H O H2C

H O H H

n

NH

CH─OH2

CH3

+ N H2

O H

H

N─H

CH CH3 n O H O H O H2C

H O H

H

N H2

O H N ║ CH │

CH3 n

O H

O H O H2C

H O

H N H2

O H H n N ║ CH │ CH3 O H O H O H2C

H O

H N H2

O H H

H O- O │ │ ║ CH2O─C─O─C─CH3

+ │ CH3 n N ║ CH │ CH3 O H O H O H2C

H O

H N H2

O H H n N ║ CH │ CH3 H O │ ║ CH2O─C

+ │

CH3 H O

O H O H2C

H O H

H

N H2

O H

O CH2─O─C─CH3

(57)

daerah bilangan gelombang 1635,64 cm-1 yang menunjukkan adanya gugus C=N

yang menggambarkan bahwa telah terbentuk aldimin kitosan (Silverstein, 1981).

Sedangkan apektrum FT-IR (gambar 4.4) memberikan puncak serapan pada daerah

bilangan gelombang 3271 cm-1 yang menunjukkan gugus O-H, serapan pada daerah

bilangan gelombang 2885,51 yang menunjukkan gugus C-H sp3 dan serapan pada

daerah bilangan gelombang 1157,28 cm-1 yang masih menunjukkan gugus C-O-C,

serta daerah bilangan gelombang 1635,64 dan 1558 cm-1 menunjukkan adanya

gugus C=N dan C=O dari ester asetat.

Adanya puncak serapan pada daerah bilangan gelombang yang menunjukkan

gugus-gugus fungsi tersebut dapat mengidentifikasikan terbentuknya kitosan asetat.

4.2.3 Reaksi Kitosan Asetat dengan Metil Palmitat

Reaksi antara kitosan asetat dan metil palmitat menghasilkan kitosan

palmitat. Reaksinya adalah :

O

O

CH3ONa

+ C15H31COOCH3

Kitosan asetat Kitosan palmitat metil palmitat O H O H2C

HO H N O H H n CH CH3 O C CH3

O H

O H2C

HO

H NH2

O H H n O C O

C15H31

refluks

O H

O H2C

HO

H NH2

O H H

n

O C C15H31

(58)

Senyawa kitosan palmitat yang diperoleh merupakan hasil dari reaksi

transesterifikasi antara kitosan asetat dan metil palmitat dengan bantuan katalis

natrium metoksida dalam kondisi refluks.

Reaksi transesterifikasi yang terjadi didukung oleh teori HSAB yang

memperlihatkan C15H31C+O dari metil palmitat merupakan elektrofilik yang hard

acid, akan tetapi lebih lunak daripada CH3C+O kitosan asetat. Begitu pula dengan

CH3O- dari metil palmitat merupakan nukleofilik yang hard base akan tetapi lebih

keras bila dibandingkan dengan RCH2O- dari kitosan asetat. Sehingga gugus asil

C15H31C+O dari metil palmitat akan bereaksi dengan RCH2O- dari kitosan asetat

membentuk kitosan palmitat dan CH3C+O dari kitosan asetat akan bereaksi dengan

CH3O- dari metil palmitat membentuk metil asetat (Brahmana, 1994). Mekasnisme

reaksinya adalah : CH2

-OCH3 H

- OCH3 O O O ║ + C15H31─C─OCH3

-OCH3

H O

H2C

HO H N O H H n CH CH3 O C O

CHCH32 \ H

O H

O H2C

HO H N O H H n CH CH3 O C O CH3 - + O H O H2C

HO H N O H H n CH CH3 O C O CH3 - CH2 O H O H2C

HO H N O H H n CH CH3 O C O CH3 O- │ CH2─C─C15H31 │

OCH3

O H

O H2C

HO H N O H H n CH CH3 O C O CH3

O O ║ ║

C─CH2─C-C15H31 + H O H O H2C

HO H N O H H n CH CH3 O C O CH3 O - O │ ║ CH2─O─C─CH2─C-C15H31 │

OCH3

O H

O H2C

HO H N O H H n CH CH3 O C O CH3

O O ║ ║ C─CH2─C-C15H31 │

OCH3

CH2 ─ O-

O H

O H2C

HO H N O H H n CH CH3 O C O CH3 O - │ CH2 ─O─ C─C15H31 │ CH2─C=O

OCH3

H2C O C O

CH3 O ║

CH2 ─O─ C─C15H31 H2C H O C O CH3 O ║ CH2 ─O─ C─C15H31 O

H O

H2C

(59)

+H –OCH 3

O

+ CH3─C─CH3 + -OCH3

O +H-OH

O H

O H2C

+ Na─O─C─O─H

[image:59.595.101.506.76.497.2]

(Smith, 1994).

Gambar 4.8 Mekanisme Reaksi Pembuatan Kitosan Palmitat

Dari hasil analisis spektroskopi FT-IR, spektrum kitosan palmitat (gambar

4.5), memberikan puncak-puncak serapan pada daerah bilangan gelombang 3380,0

cm-1; 3371,57 cm-1 menunjukkan gugus O-H dan gugus N-H yang saling tumpang

tindih dari kitosan dan munculnya serapan pada daerah bilangan gelombang 1720,50

cm-1 menunjukkan adanya gugus karbonil C=O yang didukung oleh serapan pada

daerah bilangan gelombang 1068,56 cm-1 yang menunjukkan gugus C-O-C, serta

adanya serapan pada daerah bilangan gelombang 1562,34 cm-1 menunjukkan tetap

adanya gugus C-N dan tidak ditemukannya lagi serapan pada daerah bilangan

gelombang 1635,64 cm-1 yang menunjukkan gugus C=N hal ini disebabkan oleh O

H O

H2C

HO H N O H H n CH CH3 O C O CH3 O ║ CH2 ─O─ C─C15H31 HO H N O H H O C O CH3 O ║ CH2 ─O─ C─C15H31 n CH CH3 │ CH─CH3 │ O─C─OH ║ O O H O H2C

HO H N O H H n CH CH3 O C O CH3 CH2 ─O

O ║ ─ C─C15H31

O H

O H2C

HO H N O H H n CH CH3 O C O CH3 O ║ O H O H2C CH2 ─O─ C─C15H31

NH │ CH─CH3 ║ O NH │ CH─CH3

│ OH O─C─OH │ O - O ║ H─O─C─O─H HO H N O H H O C O CH3 O ║ CH2 ─O─ C─C15H31 n CH CH3 Kitosan palmitat

O O ║ ║ + CH3 ─C─H + Na─O─C─O─H

(60)

dibukanya selubung yang telah memberikan proteksi terhadap gugus amina (-NH2),

serta adanya gugus alkil rantai panjang (CH2)n dari rantai karbon palmitat yang

ditunjukkan oleh serapan pada daerah bilangan gelombang 717,52 cm-1 sehingga

dapat diidentifikasikan telah terbentuknya kitosan palmitat.

4.2.4 Pengujian Nilai HLB

Dari data penentuan bilangan penyabunan Kitosan Palmitat dapat dihitung nilai

bilangan pernyabunan Kitosan Palmitat dengan menggunakan persamaan:

Bilangan Penyabunan =

) ( 1 , 56 . ) ( gram sampel Massa N V

Vblankotitrasi HCl

= 101 , 0 1 , 56 . 501 , 0 ) 19 , 32 27 , 32 (

= 22,26

Dari data penentuan bilangan asam Kitosan Palmitat dapat dihitung nilai

bilangan asam Kitosan Palmitat dengan menggunakan persamaan:

) ( 1 , 56 . gram l MassaSampe N V Asam

Bilangan = KOH KOH

73

,

57

Gambar

Gambar 2.1 Struktur Kitosan
Gambar 2.2 Struktur Kitin
Gambar 2.4 Penggunaan beberapa turunan kitosan dalam bidang kosmetik
Tabel 2.2  Nilai HLB Beberapa Surfaktan *)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Untuk itulah penelitian ini bertujuan membuat aplikasi Kriptografi dengan menerapkan kombinasi Algoritma Hill Cipher dan RSA , Kriptografi juga disebut bahasa

Pada pasien yang mendapatkan terapi analgetik preemtif memiliki jumlah β-endorfin yang tinggi dibanding dengan kelompok kontrol sehingga respons nyeri yang ditimbulkan

4.1.1.1 Dengan mengamati contoh yang diberikan oleh guru, siswa dapat mempraktikkan prosedur gerakan berjalan satu arah secara berkelompok dengan penuh kerjasama.. Dengan

SATUAN KERJA DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH

Cylinder chart konsumsi bahan bakar pada semua kondisi di pemodelan GateCycle Dengan menjadikan kondisi bypass sebagai parameter acuan, maka dari cylinder chart diatas

Di dalam tulisan ini, partisipasi merujuk pada indikator-indikator, seperti adanya keberanian warga mengekspresikan aspirasinya (apa yang mereka inginkan, butuhkan, dan

tingkat kemampuan dan kebutuhan anak-anak Autis. Dalam proses pembelajaran, setiap guru menggunakan cara yang berbeda- beda, namun tetap mengutamakan interaksi dengan anak-anak

, kami mohon Saudara menginformasikan kepada kepala madrasah yang berada di wilayah Saudara untuk segera membuat usulan pencairan BOS tahap 2 sesuai kuota terlampir