• Tidak ada hasil yang ditemukan

Opini Mahasiswa Mengenai Eskploitasi Masyarakat Kecil PadaTayangan Reality Show (Studi Deskriptif Opini Mahasiswa FISIP USU Mengenai Eksploitasi Masyarakat Kecil Pada Tayangan Reality Show ‘Minta Tolong’ di RCTI)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Opini Mahasiswa Mengenai Eskploitasi Masyarakat Kecil PadaTayangan Reality Show (Studi Deskriptif Opini Mahasiswa FISIP USU Mengenai Eksploitasi Masyarakat Kecil Pada Tayangan Reality Show ‘Minta Tolong’ di RCTI)"

Copied!
101
0
0

Teks penuh

(1)

PROPOSAL PENELITIAN

Opini Mahasiswa Mengenai Eskploitasi Masyarakat

Kecil PadaTayangan Reality Show

(Studi Deskriptif Opini Mahasiswa FISIP USU Mengenai Eksploitasi Masyarakat Kecil Pada Tayangan Reality Show ‘Minta Tolong’ di RCTI)

Diajukan Oleh :

SRI NUR UTAMY 070904018

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh: Nama : Sri Nur Utamy

Nim : 070904018

Judul : Opini Mahasiswa Mengenai Eksploitasi Masyarakat Kecil Pada Tayangan Reality Show

(Studi Deskriptif Opini Mahasiswa FISIP USU Mengenai Eksploitasi Masyarakat Kecil Pada Tayangan Reality Show “Minta Tolong” Di RCTI.

Medan, Juli 2012

Pembimbing Ketua Departemen

(Yovita Sabarina Sitepu, S.Sos, M.Si)

NIP. 198011072006042002 NIP. 19620828 198601 2 001 (Dra. Fatma Wardi Lubis, M.A)

Dekan

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara

(3)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul tentangopini mahasiswa mengenai eksploitasi masyarakat kecil pada tayangan Reality Show “Minta Tolong”. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui persepsi mahasiswa FISIP USU terhadap tayangan Reality Show “Minta Tolong” yang disiarkan di RCTI.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, yaitu hanya menggambarkan keadaan subjek atau objek penelitian pada saat sekarang ini berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Adapun Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori media massa, teori SOR, perancangan alat ukur adalah kuesioner yaitu setiap responden diberikan angket yang berisi pertanyaan yang dijawab dengan cara memilih. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 1412 orang.Untuk meghitung jumlah sampel dari data populasi yang digunakan rumus Taro Yamane dengan presisi 10% dan tingkat kepercayaan 90% sehingga jumlah sampel yang diperoleh sebanyak 100 orang. Langkah-langkah dalam pengambilan sampel menggunakan proportional

stratified sampling dan purposive sampling. Lalu peneliti melakukan

pengumpulan data dilapangan dan studi kepustakaan data yang diperoleh dari hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan analisis tabel tunggal dan diskusi penelitian. Dalam penelitian ini juga dapat dilihat dari opini mahasiswa FISIP USU bahwa masalah sosial adalah hal yang sangat penting untuk dikaji dan dipahami, seyogyanya mahasiswa harus sadar akan masalah sosial yang menjadi polemik yang patut diperbincangkan oleh mahasiswa sebagai penerus generasi bangsa.

(4)

KATA PENGANTAR

Penulis memanjatkan puji dan syukur kepada Allah SWT, karena atas

segala rahmat, hidayah dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan

skripsi dengan judul “Opini Mahasiswa Mengenai Eskploitasi Masyarakat Kecil

Pada Tayangan Reality Show”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Sosial Jurusan Ilmu Komunikasi pada Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik di Universitas Sumatera Utara.

Penulis selama masa perkuliahan hingga penulisan skripsi ini telah banyak

mendapat bimbingan, nasihat dan dorongan dari berbagai pihak, terutama kedua

orang tua tersayang, ibunda Dra. Hj. Srijati Pohan dan ayahanda Laidin Sofyan Efendy, SH yang merupakan sumber inspirasi dan senantiasa memberikan kasih sayang, bimbingan, motivasi, nasihat, bantuan material, serta doa yang tidak

pernah berhenti kepada penulis. Pada kesempatan ini, penulis juga mengucapkan

terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini :

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dra. Fatma Wardi Lubis, MA selaku Ketua Jurusan Departemen Ilmu

(5)

3. Ibu Yovita Sabarina Sitepu, S.Sos, M.Si selaku Dosen Pembimbing saya.

Terima kasih atas bimbingan, arahan, saran dan kritik yang berguna bagi

penulisan skripsi ini.

4. Seluruh Dosen dan staf pengajar Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan

ilmu-ilmunya tanpa pamrih.

5. Seluruh bagian administrasi dan tata usaha Departemen Ilmu Komunikasi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara yang telah

membantu kelancaran peneliti dalam melaksanakan perkuliahan selama ini.

6. Adik tersayang M. Ihdan Nugraha dan M. Ali Akbar.

7. Teman seperjuangan penulis: T. Said Syah Maulana, Zakia, Rocky Irfan,

Farah Tania, M.arief, Nurdelima Purnamasari, Amalia Widyastuti, dkk yang

telah membantu serta memberikan hiburan, semangat, nasihat dan doa dalam

penulisan skripsi ini. Semoga kita tetap bisa menjadi teman selamanya.

8. Seluruh staf dan tata usaha di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas

Medan Area yang telah banyak membantu untuk kelancaran penelitian.

9. Terima kasih kepada teman-teman, semua responden serta pihak-pihak yang

tidak dapat disebutkan namanya satu per satu yang telah memberikan kasih

sayang, nasihat, dorongan, semangat serta doanya kepada penulis.

Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi

yang membutuhkan. Semoga Allah SWT selalu membimbing dan menyertai

setiap langkah kita. Amin.

(6)

Penulis

I.5.2. Televisi Sebagai Media Massa ... 12

I.5.3. Opini Publik ... 14

I.5.4. Teori S-O-R ... 18

I.5.5. Reality Show ... 20

I.5.6.Eksploitasi dalam Tayangan “Minta Tolong” ... 21

1.6. Kerangka Konsep ... 21

1.7. Model Teoritis ... 22

1.8. Variabel Operasional ... 22

1.9. Defenisi Variabel Operasional ... 23

BAB II. URAIAN TEORITIS... 26

II.1. Komunikasi Massa ... 26

II.2. Televisi Sebagai Komunikasi Media Massa ... 30

II.2.1. Kelebihan dan Kelemahan Televisi ... 30

II.2.2. Kelemahan Televisi ... 31

II.2.3. Tiga Dampak yang Ditimbulkan dari Acara Televisi Terhadap Pemirsa ... 31

II.2.4. Karakter Televisi ... 31

(7)

II.2.6. Program Acara Reality Show ... 34

II.3. Teori S-O-R ... 35

II.4. Opini dan Opini Publik ... 38

II.5. Pengertian Opini Publik ... 40

II.5.1. Proses Pembentukan Opini Publik ... 42

II.5.2. Kekuatan Opini Publik ... 43

II.6. Eksploitasi Di Dalam Media Massa ... 44

II.7. Masyarakat Kecil/ Masyarakat Miskin ... 47

II.7.1. Klasifikasi Masyarakat Miskin ... 47

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 49

III.1. Metode Penelitian ... 49

III.2. Populasi Dan Sampel ... 49

III.2.1. Populasi ... 49

III.2.2. Sampel ... 50

III.2.3. Teknik Penarikan Sampel ... 51

III.3. Lokasi Penelitian ... 54

III.4. Teknik Pengumpulan Data ... 54

III.5. Teknik Analisa Data ... 55

III.5.1. Analisis Tabel Tunggal ... 55

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 56

IV.1. Sejarah FISIP USU ... 56

IV.2. Pelaksanaan Pengumpulan Data ... 60

IV.2.1. Tahap Awal ... 60

IV.2.2. Pengumpulan Data ... 60

IV.3. Proses Pengolahan Data ... 61

IV.3.1. Penomeran Kuesioner ... 61

IV.3.2. Editing ... 61

IV.3.3. Coding ... 61

IV.3.4. Invetarisasi Variabel ... 61

IV.3.5. Tabulasi Data ... 62

IV.4. Analisa Tabel Tunggal ... 62

IV.5. Karakteristik Responden ... 62

IV.5.1. Program Reality Show “Minta Tolong” di RCTI ... 65

IV.5.2.Opini Mahasiswa ... 72

IV.6. Pembahasan ... 77

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 81

(8)

V.2. Saran... 83

4.8. Mengangkan Kondisi Masyarakat Kelas Bawah ... 68

4.9. Masyarakat Kecil Sebagai Pelaku/Pemeran... 69

4.10. Penolong Juga Berasal Dari Masyarakat Kelas Bawah ... 69

4.11. Pesan Sosial Dalam Tayangan “Minta Tolong”... 70

4.12. Peka Terhadap Kesusahan Orang Lain ... 71

4.13. Tidak Mementingkan Diri Sendiri ... 71

4.14. Gambaran Kesusahan Masyarakat Kecil Dalam Acara “Minta Tolong” ... 72

4.15. Nilai Spiritual Acara Reality Show “Minta Tolong” ... 73

4.16. Dorongan Yang Timbul Untuk Membantu Kesusahan Orang Lain ... 73

4.17. Perasaan Bahagia Ketika Menolong Orang Lain ... 74

4.18. Gambaran Masyarakat Kelas Bawah... 75

4.19. Mengiba/Memelas Agar Ditolong ... 75

(9)

DAFTAR GAMBAR

(10)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul tentangopini mahasiswa mengenai eksploitasi masyarakat kecil pada tayangan Reality Show “Minta Tolong”. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui persepsi mahasiswa FISIP USU terhadap tayangan Reality Show “Minta Tolong” yang disiarkan di RCTI.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, yaitu hanya menggambarkan keadaan subjek atau objek penelitian pada saat sekarang ini berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Adapun Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori media massa, teori SOR, perancangan alat ukur adalah kuesioner yaitu setiap responden diberikan angket yang berisi pertanyaan yang dijawab dengan cara memilih. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 1412 orang.Untuk meghitung jumlah sampel dari data populasi yang digunakan rumus Taro Yamane dengan presisi 10% dan tingkat kepercayaan 90% sehingga jumlah sampel yang diperoleh sebanyak 100 orang. Langkah-langkah dalam pengambilan sampel menggunakan proportional

stratified sampling dan purposive sampling. Lalu peneliti melakukan

pengumpulan data dilapangan dan studi kepustakaan data yang diperoleh dari hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan analisis tabel tunggal dan diskusi penelitian. Dalam penelitian ini juga dapat dilihat dari opini mahasiswa FISIP USU bahwa masalah sosial adalah hal yang sangat penting untuk dikaji dan dipahami, seyogyanya mahasiswa harus sadar akan masalah sosial yang menjadi polemik yang patut diperbincangkan oleh mahasiswa sebagai penerus generasi bangsa.

(11)

BAB I PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang Masalah

Televisi merupakan salah satu media komunikasi yang sangat efektif untuk

memberikan informasi dibandingkan dengan media lainnya. Kelebihan media

televisi dalam menyampaikan pesan adalah pesan-pesan yang disampaikan

melalui gambar dan suara secara bersamaan dan memberikan suasana hidup dan

sangat mudah diterima oleh pemirsa. Bila dibandingkan dengan radio yang hanya

didengar (audibel), televisi jelas mempunyai pengaruh yang lebih kuat dalam

kapasitasnya tersebut, karena selain siaran dapat didengar (audibel) juga dapat

dilihat (visibel). Siaran televisi juga memiliki sifat-sifat langsung, simultan, intim

dan nyata (Mulyana, 1997:169).

Perkembangan televisi di Indonesia didahului oleh kuatnya posisi

tayangan televisi sebagai media hiburan. Sebagai sarana hiburan, televisi menjadi

sebuah bentuk kebudayaan tersendiri yang menghipnotis 100 juta lebih penonton

Indonesia yang setia menyerap berbagai macam informasi dan hiburan. Setiap

hari, rata-rata setiap keluarga Indonesia di era abad 21 ini menghabiskan 5-7 jam

berada di depan televisi.

Berdasarkan survei AC Nielsen, jam-jam prime time (20.00-23.00)

menjadi acara ‘nonton bareng’ seluruh anggota keluarga. Berbagai jenis program

(12)

entertainment lainnya dihadirkan untuk memenuhi keinginan pemirsa

(Set, 2008:111-112).

Pada dasarnya fungsi televisi sama dengan fungsi media massa lainnya

(surat kabar dan radio siaran), yakni memberi informasi, mendidik, menghibur,

dan membujuk. Tetapi, pada kenyataannya fungsi menghiburlah yang lebih

dominan pada media televisi dan selanjutnya untuk memperoleh informasi

(Ardianto, 2004:128).

Sejak didirikannya stasiun televisi pertama di indonesia, yaitu TVRI pada

tahun 1962 sebagai salah satu stasiun televisi milik pemerintah, TVRI menjadi

salah satu sarana komunikasi massa milik pemerintah yang terbaik pada saat itu.

Kehadiran TVRI diatur dalam Kepres pasal 4 No. 215 tahun 1963 yang bertujuan

sebagai alat hubungan masyarakat dalam melaksanakan pembangunan

mental/spritual, fisik, bangsa dan negara, khususnya pembangunan manusia sosial

Indonesia (Fahmi, 1997:49).

Pada tahun 1989, berdirilah stasiun swasta pertama di Indonesia, yaitu

RCTI dan resmi dibuka untuk masyarakat mulai tanggal 21 Maret 1992 di

Bandung stasiun televisi free-to-air di Indonesia meski saat pertama kali

mengudara siarannya hanya dapat disaksikan melalui antena parabola.

Sejak berlakunya Undang-Undang no 32 tentang Penyiaran, izin

penyelenggaraan siaran televisi yang dikeluarkan hanyalah untuk stasiun lokal.

Stasiun televisi yang ingin melakukan siaran regional atau nasional harus

melakukan siaran jaringan antar beberapa stasiun televisi lokal

(13)

Sebagai media pendidikan, televisi menyampaikan pesan-pesan edukatif

baik dalam aspek kognitif, afektif ataupun psikomotorik yang dikemas dalam

bentuk program televisi. Dengan kata lain, televisi dapat mengubah pola hidup

masyarakat, dengan kecenderungan mengedepankan unsur hiburan dan

komersialisme sebagai bagian dari gaya hidup. Gaya hidup berubah akibat

berbagai macam informasi yang diasupkan lewat telinga dan mata pemirsa lewat

kemasan berbagai tayangan menarik (Set, 2008:30-31).

Menurut Effendy (2002), yang dimaksud dengan televisi adalah siaran

yang merupakan media dari jaringan komunikasi dengan ciri-ciri yang dimiliki

komunikasi massa, yaitu berlangsung satu arah, komunikatornya melembaga,

pesannya bersifat umum, sarananya menimbulkan keserempakan dan

komunikannya bersifat heterogen. Televisi saat ini sudah merupakan kebutuhan

hidup bagi sebagian keluarga di dunia ini. Kekuatan dan kelemahan televisi,

menurut Renald Kasali (1992) adalah:

Kekuatan televisi:

1. Efisiensi biaya, kemampuan menjangkau khalayak sasaran yang sangat luas.

2. Dampak yang kuat, televisi media audio visual.

3. Pengaruh yang kuat, televisi mempunyai kemampuan yang kuat untuk mempengaruhi persepsi khalayak sasaran.

Kelemahan televisi:

1. Biaya yang besar, biaya absolut yang sangat ektrem untuk memproduksi dan menyiarkan siaran komersial.

2. Khalayak yang tidak efektif, televisi adalah media yang tidak selektif, segmentasinya tidak tajam.

3. Kesulitan teknis, jam tayang dalam siaran televisi tidak dapat diubah.

Terlepas dari kelemahan yang dimiliki televisi, kini televisi justru menjadi

media informasi yang terus berkembang cepat. Semakin lama televisi semakin

(14)

menayangkan suatu program acara yaitu tayangan yang memang ditujukan untuk

perubahan sikap pemirsa dan tayangan acara yang hanya hanya selintas

memberikan hiburan tanpa bertujuan mengubah sikap pemirsa

(Kuswandi, 1996:103). Hal ini sesuai fungsi televisi sebagai alat menghibur

(fungsi entertainment) yaitu melalui isinya seseorang dapat terhibur,

menyenangkan hatinya, memenuhi hobinya dan mengisi waktu luangnya

(Munthe, 1996).

Saat ini reality show merupakan perangkat yang mendominasi dunia

hiburan televisi. Hampir tidak dapat ditemui sebuah stasiun televisi yang tidak

memiliki sebuah acara reality show. Keunggulan acara reality show ini karena

unsur kedekatan dengan masyarakat, baik karena tokohnya berasal dari kalangan

biasa maupun karena adanya keterlibatan masyarakat dalam aktivitas acara

tersebut. Sehingga dengan adanya unsur tersebut, terjadi keterikatan emosi antara

masyarakat dan program acara, ditambah lagi sifat persuasif dari media massa

televisi yang mampu mempengaruhi dan mengubah sikap masyarakat

(Widyaningrum dan Christiatuti, 2004).

Reality show adalah genre acara televisi yang menggambarkan adegan

yang seakan-akan benar-benar berlangsung tanpa skenario, dengan pemain yang

umumnya khalayak umum biasa, bukan pemeran aktor/aktris. Acara realitas

umumnya menampilkan kenyataan yang dimodifikasi, seperti menaruh partisipan

di lokasi-lokasi eksotis atau situasi-situasi yang tidak lazim, memancing reaksi

tertentu dari partisipan dan melalui penyuntingan teknik-teknik pascaproduksi

(15)

Tayangan reality show pertama kali diproduksi oleh stasiun televisi

Amerika Serikat yang kemudian diadaptasi dalam berbagai tema oleh berbagai

stasiun-stasiun televisi dari berbagai negara. Acara rekayasa atau reality show ini

biasanya menggunakan tema seperti persaingan, kehidupan sehari-hari seorang

selebritis, pencarian bakat, rekayasa jebakan, dan mengangkat status seseorang.

Reality show yang ditampilkan sekarang ini sudah menurun kualitasnya.

Reality show yang banyak ditampilkan di televisi sekarang adalah

cerita-cerita yang bertema kehidupan mulai dari cerita percintaan remaja, tentang

agama, alam gaib, hadiah jutaan rupiah, sampai pada kisah-kisah kehidupan orang

miskin yang dianggap lebih menarik dan menggugah rasa kemanusiaan. Khusus

reality show yang mengangkat kisah-kisah kehidupan orang miskin, peneliti

tertarik untuk meneliti salah satu tayangan reality show ‘Minta Tolong’.

‘Minta Tolong’ merupakan pelopor tayangan reality show lokal yang

ditayangkan di stasiun televisi swasta RCTI pada awal bulan januari 2009 hingga

sekarang yang tayang setiap hari senin hingga rabu pukul 16.30. Dalam

pandangan masyarakat secara umum, tayangan ‘Minta Tolong’ sangat bagus

untuk ditayangkan karena kita dapat melihat dan bahkan menilai bagaimana

masyarakat kita masih banyak yang tidak atau belum mempunyai hati nurani

sehingga tayangan ini berhasil menarik rating dan share pemirsa di RCTI

sebanyak 4,57% dengan menempati peringkat 7 berdasarkan poling reality show

(www.indorating.com).

Terlepas dari rating yang diraih oleh reality show tersebut, peneliti melihat

(16)

masyarakat kalangan bawah untuk menjadi pesertanya. Adanya unsur eksploitasi

berupa munculnya momen dramatik objek permainan. Momen dramatik ini akan

menjadi ‘tontonan’ yang mengasyikkan (exciting), karena akan memunculkan

emosi-emosi spontan, tidak terkendali, di luar dugaan, yang bisa merangsang

syaraf keharuan, syaraf tawa bagi masyarakat pemirsanya.

Meski mengaku sebagai charity show, konsep program ini

mengeksploitasi penderitaan atau kemiskinan manusia, dengan menjadikan kedua

hal tersebut sebagai tontonan. Beberapa program tayangan seperti ‘Uang Kaget’

sangat jelas watak eksploitatifnya. Lepas dari uang yang didapatkan dari objek, si

objek harus menuruti perintah pemberi uang terlebih dahulu dan yang terjadi

kemudian adalah titik ledak dari momen dramatik dan hal tersebut adalah

tontonan yang dijual. Hal yang sama juga terjadi pada program sejenisnya.

Reality show ini menggarap masyarakat sebagai obyek program. Mereka

menjadi komoditi yang dieksploitasi oleh kapitalis hanya untuk meraih

keuntungan finansial bagi mereka saja. Sistem yang saling menguntungkan antara

produser dengan klien dapat dikatakan sebuah kamuflase saja, karena pada

kenyataannya hanya produser program ini saja yang diuntungkan. Keuntungan

yang diraih dapat dilihat dari peningkatan rating dan share. Rating adalah

persentase penonton acara itu dari keseluruhan pemirsa yang menonton televisi.

Share adalah persentase penonton acara itu dari keseluruhan pemirsa yang

menonton televisi saat itu.

Peningkatan rating dan share meningkatkan pemasang iklan dalam

(17)

bertambah. Sebuah riset kuantitatif yang dilakukan di tahun 2005 oleh Halida

mencatat bahwa contoh spot iklan sebuah acara reality show diantri oleh para

pengiklan, tiap spot (30 detik) dihargai Rp 18 juta. Pada sebuah acara kontes

bakat yang berdurasi tiga jam, sepertiga diisi dengan iklan dengan pendapatan

sebesar Rp 3,24 milliar. Belum lagi keuntungan yang diperoleh dari sms premium

(Rp2000/sms) yang diperkirakan rata-rata mencapai Rp 10 milliar untuk setiap

episode. Dari hasil riset ini dapat dipahami bahwa tujuan utama dari pembuatan

program reality show ini untuk meraih untung sebesar-besarnya bagi kapitalis itu

sendiri (http://majalah.tempointeraktif.com).

Hal yang patut dipertanyakan adalah apakah pantas dengan bertopengkan

memberi bantuan sosial, para pebisnis hiburan memanfaatkan kaum kecil seperti

yang terjadi pada tayangan reality show khususnya ‘Minta Tolong’. Para pebisnis

hiburan mengeksploitasi kejujuran dan keluguan mereka demi meraih

keuntungan. Sementara mereka sendiri tidak paham bahwa mereka hanya menjadi

objek, yang mereka tahu mereka mendapat rezeki yang tidak terduga. Mereka juga

sadar bahwa rezeki yang mereka terima itu, sebenarnya tidak ada apa – apanya

dibandingkan biaya proses produksi dan biaya penayangan di stasiun televisi.

Dengan mengetahui opini mahasiswa terhadap tayangan ‘Minta Tolong’, peneliti

dapat melihat apakah mahasiswa yang menyaksikan acara tersebut sadar bahwa

telah terjadi eksploitasi.

Mahasiswa, merupakan salah satu penonton yang biasanya memiliki

pandangan kritis mengenai suatu tayangan. Selain itu terkadang seorang

(18)

dengan kebutuhan mereka. Penelitian ini nantinya akan dilakukan dengan memilih

sampel yang mewakili populasi penelitian. Berdasarkan latar belakang yang telah

diuraikan diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang bagaimana

pembentukan opini mahasiswa FISIP USU mengenai eksploitasi masyarakat kecil

melalui tayangan reality show ‘Minta Tolong’ di RCTI.

I.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah dipaparkan, maka

dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : “Bagaimana opini mahasiswa

FISIP Universitas Sumatera Utara mengenai eksploitasi masyarakat kecil pada

tayangan reality show Minta Tolong’ di RCTI?”

I.3. Pembatasan Masalah

Untuk menghindari ruang lingkup penelitian yang terlalu luas dan

mengambang, maka peneliti merasa perlu untuk membuat pembatasan masalah

yang lebih spesifik dan jelas. Adapun yang menjadi pembatasan masalah dalam

penelitian ini adalah :

1. Penelitian ini bersifat deskriptif yang hanya menggambarkan suatu situasi

atau peristiwa penelitian, tanpa mencari atau menjelaskan hubungan, serta

tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi.

2. Penelitian ini terbatas pada tayangan reality show “Minta Tolong” di RCTI,

karena sampai saat ini stasiun RCTI masih aktif menayangkan reality show

(19)

3. Objek penelitian adalah seluruh mahasiwa FISIP USU angkatan

2010-2011

I.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian a. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui opini mahasiswa FISIP USU mengenai program

reality show yang “Minta Tolong” di RCTI.

2. Untuk mengetahui opini mahasiswa FISIP USU mengenai eksploitasi

masyarakat kecil pada tayangan reality show “Minta Tolong” di RCTI.

b. Manfaat Penelitian

1. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan

kontribusi positif terhadap khasanah keilmuan pada Jurusan llmu

komunikasi, khususnya mengenai komunikasi massa media televisi

dan pembentukan persepsi. Juga dapat memberikan sumbangan

pemikiran bagi para pembacanya, khususnya mahasiswa Ilmu

Komunikasi yang ingin meneliti komunikasi massa media televisi.

2. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan

serta wawasan bagi penelitian Ilmu komunikasi, khususnya

komunikasi massa media televisi tentang tayangan reality show.

I.5. Kerangka Teori

Setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan berpikir

(20)

kerangka teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan pikiran

yang menggambarkan dari sudut mana akan disoroti (Nawawi,2001:39-40).

Teori menurut F.M Kerlinger merupakan himpunan defenisi dan preposisi

yang mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala dengan menjabarkan

relasi diantara variabel, untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut

(Rakhmat, 2002:6). Dengan adanya kerangka teori, peneliti akan memiliki

landasan dalam menentukan tujuan arah penelitiannya.

Adapun teori-teori yang dianggap relevan dengan penelitian ini antara

lain:

I.5.1. Komunikasi Massa

Joseph A Devito dalam bukunya "Communicology: An Introductian to The

Study of Communication,” mendefinisikan komunikasi massa sebagai berikut:

pertama, komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan kepada rnassa,

kepada khalayak yang luar biasa banyaknya. lni tidak berarti bahwa khalayak

meliputi seluruh penduduk atau semua orang yang menonton televisi, agaknya ini

berarti bahwa khalayak itu besar dan pada umumnya agak sukar untuk

didefenisikan.

Kedua, komunikasi massa adalah komunikasi yang disalurkan oleh

pemancar-pemancar yang audio dan visual. Komunikasi massa barangkali akan

lebih mudah dan lebih logis bila didefenisikan menurut bentuknya: televisi, radio,

surat kabar, majalah, film, buku dan pita. Komunikasi massa merniliki ciri-ciri

khusus yang disebabkan oleh sifat komponennya, yaitu sebagai berikut:

(21)

2. Komunikator pada komunikasi massa melembaga.

3. Pesan pada komunikasi massa bersifat umum.

4. Media komunikasi massa menimbulkan keserempakan.

5. Komunikan komunikasi massa bersifat heterogen (Effendy, 1990).

Jadi, dapat disimpulkan bahwa komunikasi massa itu merupakan

penyampaian informasi atau pesan-pesan melalui sebuah media massa yang berisi

sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang dan apabila pesan-pesan sugesti

itu cukup kuat,maka akan memberikan dasar efektif untuk menilai dalam sesuatu

hal sehingga terbentuklah sikap.

Sedangkan fungsi komunikasi massa menurut Wilbur Schramm

menyatakan, komunikasi massa berfungsi sebagai decoder, interpreter, dan

encoder. Komunikasi massa men-decode lingkungan sekitar untuk kita,

mengawasi kemungkinan timbulnya bahaya, mengawasi terjadinya persetujuan

dan juga efek-efek dari hiburan. Pendapat Schramm pada dasarnya tidak berbeda

dengan pendapat Yoseph R. Dominick, dalam bukunya The Dinamics of Mass

Communication yang menyebutkan fungsi-fungsi komunikasi massa sebagai

berikut:

1. Surveillance (Pengawasan)

Pengawasan terdiri dari:

a. Pengawasan Peringatan, yaitu fungsi yang terjadi ketika media massa

menginformasikan sesuatu yang berupa ancaman.

b. Pengawasan Instrumental, yaitu penyampaian informasi yang memiliki

(22)

2. Interpretation (Penafsiran)

Media massa tidak hanya memasok fakta dan data tetapi juga memberikan

penafsiran terhadap kejadian-kejadian penting.

3. Linkage (Hubungan)

Media massa dapat menyatukan masyarakat yang beragam sehingga

membentuk pertalian berdasarkan kepentingan dan minat yang sama.

Yoseph R. Dominick tidak memberikan rincian lebih lanjut mengenai

fungsi-fungsi yang ia kemukakan itu, sehingga terbuka kesempatan terhadap

berbagai spekulasi dan penafsiran. Seorang ahli sosiologi, Charles R. Wright

menambahkan fungsi keempat yaitu entertainment dan ia memberikan penjelasan

keempat fungsi itu sebagai berikut:

1. Surveillance, menunjukkan pada fungsi pengumpulan dan penyebaran

informasi mengenai kejadian-kejadian dalam lingkungan, baik dari luar maupun di dalam masyarakat. Fungsi ini berhubungan dengan apa yang disebut handling of news.

2. Correlation, meliputi fungsi interpretasi pesan yang menyangkut

lingkungan dan tingkah laku tertentu dalam mereaksi kejadian-kejadian. Untuk sebagian fungsi ini diidentifikasikan sebagai fungsi editorial dan propaganda.

3. Transmission, menunjukkan pada fungsi mengkomunikasikan informasi,

nilai-nilai, dan norma sosial budaya dari satu generasi ke generasi yang lain atau dari anggota suatu masyarakat kepada pendatang baru. Fungsi ini diidentifikasikan sebagai fungsi pendidikan.

4. Entertainment, menunjukkan pada kegiatan komunikatif yang

dimaksudkan untuk memberikan hiburan tanpa mengharapkan efek-efek tertentu.

Fungsi terakhir inilah yang dijalankan oleh tayangan reality show “Minta Tolong” di RCTI, Maksudnya agar permirsa tidak jenuh dengan berbagai isi pesan oleh media televisi, tayangan ini memberikan unsur baru yang perhatian khalayak penonton (Effendy, 2003:29-30)

(23)

Komunikasi massa media televisi merupakan proses komuniksi antara

komunikator dengan komunikan (massa) melalui sebuah sarana, yaitu televisi

(Kuswandi, 1996:16). Televisi tumbuh dan berkembang menjadi salah satu bentuk

media massa audio – visual. Kelebihan media televisi terletak pada kekuatannya

menguasai jarak dan ruang, sasaran yang dicapai untuk mencapai massa cukup

besar. Nilai aktualitas terhadap suatu liputan atau pemberitaan sangat cepat. Daya

rangsang seseorang terhadap televisi cukup tinggi, disebabkan oleh kekuatan

suara dan gambar yang bergerak (ekspresif ) (Kuswandi, 1996).

Namun dibalik kelebihannya, televisi juga memiliki kelemahan. Drs Willy

Karamoy menyebutkan kelemahan televisi, yaitu :

1. Televisi merupakan medium transitory, begitu terlihat pula begitu pula ia menghilang, terbatas oleh waktu dan tak dapat diulangi (kecuali dengan menggunakan alat yang khusus ).

2. Untuk perlengkapan dalam penyiarannya memerlukan biaya yang besar, serta pesawat penerimanya masih merupakan barang yang mahal/mewah di negara-negara sedang berkembang (Wahyudi, 1986).

Media televisi sebagai sarana realitas sosial menjadi penting artinya bagi

manusia untuk memantau diri manusia dalam kehidupan sosialnya. Televisi

mudah menyebabkan penonton menjadi kosmopolit. Adanya budaya media, pada

umumnya menjelaskan interdependensi manusia kepada media massa untuk

memperoleh informasi dan hiburan ( Kuswandi, 1996).

Televisi memiliki pengaruh yang sangat tinggi, hal ini sesuai dengan

pendapat yang dikemukakan oleh Prof. Dr. Mar’at dari Unpad bahwa acara

televisi mempengaruhi sikap, pendapat, persepsi, dan perasaan para penonton,

(24)

terpesona, atau latah bukanlah sesuatu yang istimewa. Sebab salah satu pengaruh

psikologis dari televisi seakan-akan menghipnotis penonton, sehingga mereka

seolah-olah terhanyut dalam keterlibatan pada kisah atau peristiwa yang

dihidangkan televisi. Dari pendapat tersebut, kita mengetahui bahwa pengaruh

yang besar dari televisi merupakan suatu yang istimewa yang dimiliki oleh

televisi jika dibandingkan dengan media massa lain (Effendy, 1992).

Penayangan sebuah program acara televisi bukan hanya bergantung pada

konsep penyutradaraan atau kreativitas penulisan naskah, melainkan sangat

bergantung pada kemampuan profesionalisme dari seluruh kelompok kerja di

dunia broadcast dengan seluruh mata rantai divisinya. Acara yang bagus akan

menjadi buruk apabila jam tayangnya tidak tepat.

Acara yang bagus juga bisa jatuh bila kualitas gambar on-air pada

program TV mengalami gangguan frekuensi seperti suaranya bergema atau

gambarnya rusak. Namun, semuanya bisa diantisipasi, kuncinya ada pada

penentuan format acara televisi. Format acara televisi merupakan sebuah

perencanaan dasar dari suatu konsep acara televisi yang akan menajdi landasan

kreativitas dan desain produksi yang akan terbagi dalam berbagai kriteria utama

yang disesuaikan dengan tujuan dan target pemirsa acara tersebut. Jadi harus

dilakukan eksploitasi kreativitas dalam format acara televisi yang terancang dan

terencana (Naratama, 2004).

I.5.3.Opini Publik

William Albig mengemukakan bahwa pendapat atau opini itu dinyatakan

(25)

yang berlainan mengenai masalah tersebut (Sunarjo, 1984). Opini adalah suatu

respon yang aktif terhadap suatu stimulus, suatu respon yang dikonstruksikan

melalui interpretasi pribadi yang berkembang dari dan menyumbang image.

Opini mencerminkan suatu pernyataan atau sikap dalam kata–kata. Suatu

sikap dapat dinyatakan sebagai disposisi seseorang atau suatu kecendrungan untuk

bertindak (to act) atau membalas tindakan (to react). Opini menyangkut

pandangan pribadi seseorang dalam menghadapi suatu isu yang terjadi di

sekitarnya. Opini sebagai opini pribadi memiliki karakteristik tertentu, yaitu:

a. Mempunyai pesan (content), artinya opini itu berhubungan dengan sesuatu.

b. Arah (percaya tidak percaya)

c. Memiliki intensitas kuat moderat, lemah (Nasution, 1990).

Selama opini itu merupakan opini seseorang (individual opinion) tidak akan

menimbulkan permasalahan. Demikian juga bila opini itu merupakan opini

pribadi (private opinion). Permasalahan akan timbul apabila opini itu menjadi

opini publik (public opinion) yang menyangkut orang banyak.

Istilah opini publik berasal dari bahasa inggris yakni public opinion, yang

dapat diartikan dalam bahasa Indonesia dengan istilah pendapat umum. Bila kita

ingin mengartikan istilah opini publik secara umum dan luas, dapat kita sebut

sebagai pendapat atau opini dari sebagian besar anggota dari suatu masyarakat.

Jadi ia bukan merupakan kebulatan pendapat yang mutlak, karena ada

anggota-anggota dari publik itu yang mempunyai opini atau pendapat yang lain mengenai

(26)

Timbulnya opini publik pada seseorang atau sejumlah orang disebabkan ia

atau mereka menerima suatu pesan dari komunikator. Mula-mula pesan yang

diterimanya merupakan sikap saja, tetapi kemudian mereka mengekspresikan

kepada orang lain. Maka terjadilah proses komunikasi yang di antara mereka ada

yang pro dan ada yang kontra terhadap pesan tersebut.

Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia Opini adalah pendapat, pikiran, pendirian”. Sedangkan menurut Rousydiy (1992) “opini merupakan jawaban terbuka (overt) terhadap suatu persoalan atau issue ataupun jawaban yang dinyatakan berdasarkan kata-kata yang diajukan secara tertulis ataupun terucapkan”.

Opini dapat dinyatakan secara aktif maupun pasif, dan verbal serta terbuka

melalui kata-kata yang dapat ditafsirkan dengan jelas, juga melalui kata-kata

pilihan yang tersamar dan tidak secara langsung, sehingga dapat diartikan sebagai

konotatif. Untuk memahami opini seseorang dan publik tersebut, menurut R.P.

Abelson dalam Ruslan (1999) bukanlah hal yang mudah, karena mempunyai

hubungan yang erat dengan :

a. Kepercayaan mengenai sesuatu (belief)

b. Apa yang sebenarnya dirasakan atau menjadi sikapnya (attitude)

c. Persepsi (perception)

Kepercayaan adalah merupakan komponen kognitif berisikan persepsi,

kepercayaan, dan stereotip yang dimiliki individu mengenai sesuatu yang dapat

menghasilkan pemaknaan. Kepercayaan sebagai komponen kognitif, timbul dari

apa yang dilihat atau diketahui mengenai sesuatu objek. Berdasarkan itu

terbentuklah suatu ide atau gagasan mengenai sifat atau karakteristik umum objek

(27)

Penilaian adalah suatu pemaknaan individu terhadap sesuatu. Panuju

(2001) menyebutkan dalam perspektif psikologis diyakini bahwa tidak ada

individu yang sama identik dengan individu lain. Perbedaan-perbedaan atas

individu bisa meliputi preferensi nilai, hobi, kepentingan, pengalaman, selera,

kerangka berpikir da sebagainya. Oleh sebab itu setiap individu berbeda dalam

bentuk dan cara responnya terhadap stimulus yang menghampirinya. Perbedaan

penilaian ini menyebabkan pemaknaan yang berbeda sehingga menghasilkan

penyandian yang berbeda.

Sikap adalah pernyataan yang dapat bersifat secara terbuka atau secara

tertutup baik dengan ucapan maupun secara tertulis. Hal ini sesuai dengan yang

disebutkan Rousydiy (1992) bahwa sikap (attitude) adalah reaksi seseorang yang

mungkin sekali terbuka/terlihat, tetapi tidak selalu dimaksudkan untuk

dinyatakan/ diperlihatkan. Karena itu sikap dinyatakan sebagai reaksi tertutup

(covert). Biasanya sikap seseorang mencerminkan sekaligus pendapatnya, akan

tetapi belum tentu apa yang dinyatakan seseorang akan menentukan sikapnya

yang sebenarnya.

Sikap dalam hal ini adalah dinyatakan dalam tindakan yang dilakukan oleh

mahasiswa FISIP USU. Bagimana sikap itu muncul tentu tidak lepas dari

komunikasi yang ada.

Effendi (1990) menyebutkan: “Komunikasi adalah suatu penyampaian pesan yang secara sengaja dilakukan oleh komunikator kepada komunikan dengan tujuan membuat komunikan berperilaku tertentu”.

Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh penginderaan, yaitu

(28)

reseptornya. Namun proses itu tidak berhenti sampai disitu saja, melainkan

stimulus itu diteruskan ke pusat syaraf yaitu otak dan terjadilah proses psikologis,

sehingga individu menyadari apa yang ia lihat, apa yang ia dengar dan sebagainya

(Walgito, 1990 : 35).

Selanjutnya persepsi merupakan suatu proses memberikan makna, yang

berakar dari berbagai faktor, yakni :

- Latar belakang budaya, kebiasaan dan adat istiadat yang dianut

seseorang atau masyarakat.

- Pengalaman masa lalu seseorang/kelompok tertentu menjadi landasan atas

pendapat atau pandangannya.

- Nilai-nilai yang dianut atau nilai-nilai etika (agama, moral, hak, susila) yang

berlaku di masyarakat

- Berita-berita, dan pendapat-pendapat yang berkembang yang kemudian

mempunyai pengaruh terhadap pandangan seseorang. Bisa diartikan

berita-berita yang dipublikasikan itu dapat sebagai pembentuk opini masyarakat.

(Ruslan, 1999 : 52)

I.5.4. Teori S-O-R

Teori S-O-R sebagai singkatan dari Stimulus-Organism-Response ini

semula berasal dari psikologi. Menurut teori ini, efek yang ditimbulkan adalah

reaksi khusus terhadap stimulus khusus, sehingga dapat mengharapkan dan

memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Jadi unsur-unsur

(29)

1. Pesan (Stimulus, S), stimulus atau pesan yang dimaksud disini adalah tayangan

reality show “Minta Tolong” di RCTI.

2. Komunikan (Organism, O), yang menjadi sasaran dalam penelitian ini adalah

Mahasiswa Universitas Sumatera Utara.

3. Efek (Response, R), berupa opini dari Mahasiswa USU sebagai respon yang

ditujukan terhadap perangsang yang bersifat konservatif.

Gambar I Skema S-O-R

Sumber: Skinner dalam Notoatmodjo (2005)

Berdasarkan skema di atas memberi gambaran bahwa proses perubahan

sikap karena adanya stimulus (gerakan) dari tiga faktor yaitu perhatian, pengertian

dan penerimaan. Dengan perkataan lain perubahan sikap tergantung pada proses

yang terjadi dalam diri individu. Stimulus yang diterima komunikan melalui

komunikasi tergantung bagaimana perhatian, pengertian dan penerimaan

komunkan terhadap pesan yang disampaikan sehingga diharapkan dapat merubah

sikap komunikan.

Selanjutnya Effendi (1986) menyebutkan: “sebuah pesan yang menimbulkan efek kognitif pada komunikan, telah berhasil membuat

Stimulus Organism

• Perhatian • Pengertian • Penerima

(30)

komunikan mengerti, sehingga menjadi suatu informasi atau pengetahuan baginya. Apabila pesan tadi selain membuat komunikan mengerti, tetapi juga tersentuh lubuk hatinya, sehingga menimbulkan perasaan tertentu padanya, misalnya merasa iba, marah, takut, khawatir, sedih, benci, iri, penasaran, gembira, bahagia, dan sebagainya, maka efek itu adalah efek afektif. Yang lebih tinggi lagi kadarnya dari kedua jenis efek tersebut adalah efek behavioral, karena pesan komunikasi tadi tidak saja berhasil membuat komunikan mengerti disertai perasaan tertentu, tetapi juga membuat ia melakukan suatu kegiatan atau tindakan”.

I.5.5. Reality Show

Program Reality show adalah genre acara televisi yang menggambarkan

adegan yang seakan-akan benar-benar berlangsung tanpa skenario, dengan pemain

yang umumnya khalayak umum biasa, bukan pemeran. ‘Minta Tolong’ termasuk

dalam Formulated docusoap, yaitu suatu penyajian acara reality show yang

menggabungkan rekaman asli dan plot. Disini penonton dan kamera menjadi

pengamat pasif dalam mengikuti orang-orang yang sedang menjalani kegiatan

sehari-hari mereka, baik yang professional maupun pribadi. Dalam hal ini

produser menciptakan plot sehingga enak ditonton oleh pemirsa. Para kru dalam

proses editing menggabungkan setiap kejadian sesuai dengan yang mereka

inginkan sehingga akhirnya terbentuk cerita yang berdurasi 30 menit tiap episode.

Features realitastelevisi itu sendiri :

1. Real-life-participants : mengambil pemain bukan aktor.

2. Unscripted performance :tanpa naskah, produsen sengaja membuat situasi.

3. Voice-over narration : terdapat narasi yang dibacakan.

4. Observation/surveillance : pengamatan dengan hidden camera.

5. Voyeurism : emosi yang ditampilkan adalah nyata.

(31)

I.5.6. Eksploitasi dalam Tayangan ‘Minta Tolong’ I.5.6.1. Pengertian Eksploitasi

Eksploitasi (bahasa Inggris: exploitation) adalah politik pemanfaatan yang

secara sewenang-wenang terlalu berlebihan terhadap sesuatu subyek eksploitasi

hanya untuk kepentingan ekonomi semata-mata tanpa mempertimbangan rasa

kepatutan, keadilan serta kompensasi kesejahteraan (http://id.wikipedia.org).

Dalam tayangan Minta Tolong, eksploitasi yang terjadi adalah:

• Eksploitasi terhadap orang miskin yang tidak punya pilihan dan mudah

dikelabuhi media untuk bekerja di dalamnya

• Membuat pandangan orang miskin yang malas

• Tidak meningkatkan derajat, tetapi minimal meningkatkan sedikit

kesejahteraan meskipun diperoleh dengan susah payah (eprints.undip.ac.id).

I.6. Kerangka Konsep

Kerangka konsep merupakan hasil pemikiran rasional yang bersifat kritis

dalam memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang akan dicapai. Dengan

adanya kerangka konsep ini merupakan bahan yang akan menuntun dan

merumuskan hipotesis penelitian (Nawawi 2001:40).

Konsep adalah penggambaran secara tepat fenomena yang hendak diteliti

yakni istilah dan defenisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak

kejadian, kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial

(32)

Opini Mahasiswa FISIP USU

Jadi kerangka konsep adalah hasil pemikiran yang rasional dalam

menguraikan hipotesis yang merupakan jawaban sementara dari masalah yang

diuji kebenarannya. Agar konsep-konsep dapat diteliti secara empiris, maka harus

dioperasionalkan dengan mengubahnya menjad i variabe l.

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Opini mahasiswa FISIP USU.

2. Tayangan reality show ‘Minta Tolong’ di RCTI.

3. Karakteristik Responden. Karakteristik responden adalah nilai-nilai yang

dimiliki oleh seseorang yang dapat membedakannya dengan orang lain.

I.7. Model Teoritis

Dalam penulisan riset – riset ilmu sosial, pada umumnya kerangka konsep

yang telah dibuat digambarkan dengan menggunakan bagan/skema untuk

memudahkan kelanjutan penelitian yang disebut dengan istilah model teoritis.

Adapun model teoritis dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

Variabel Terikat (Y)

I.8. Variabel Operasional

Operasional adalah mengukur konsep yang abstrak menjadi konstruk yang

dapat diamati dan diukur. Berdasarkan kerangka teori dan konsep diatas, maka Eksploitasi Masyarakat Kecil

(33)

dibuat operasional variabel untuk melakukan kemudahan dalam penelitian, yaitu

sebagai berikut :

Tabel 1

Variabel Operasional

Variabel Teoritis Variabel Operasional Tayangan reality show “Minta

Tolong”di RCTI

Opini Mahasiswa

Tayangan reality show “Minta Tolong”di RCTI

• Waktu Penayangan • Frekuensi Penayangan

Setting

• Narator

Eksploitasi Pada Masyarakat Kecil • Materi Acara

Karakteristik Responden a. Usia

b. Jenis Kelamin c. Angkatan d. Fakultas

e. Frekuensi Menonton reality show ‘Minta Tolong’

I.9. Defenisi Variabel Operasional

Defenisi variabel operasional merupakan penjabaran lebih lanjut tentang

konsep yang telah dikelompokkan dalam kerangka konsep. Maka variabel yang

terdapat dalam penelitian ini perlu didefenisikan sebagai berikut :

(34)

2. Frekuensi penayangan yaitu bagaimana pendapat mahasiswa tingkat

keseringan penayangan acara Reality show tiga kali dalam seminggu.

3. Setting yaitu tempat dimana adegan-adegan pemeran reality show

‘Minta Tolong’ berlangsung.

4. Narator yaitu orang yang memandu acara Reality show, yang dinilai

adalah apakah pembawa acara benar – benar menguasai seluruh materi

acara, apakah penyampaiannya sudah jelas.

Eksploitasi Pada Tayangan Reality Show ‘Minta Tolong’

1. Materi acara adalah Tema acara yang dihadirkan

dalam tayangan

reality show ‘Minta Tolong’

2. Peserta/pelaku yaitu:

-Masyarakat kecil yang membutuhkan pertolongan

-Masyarakat kecil yang diharapkan memberikan pertolongan

3. Pesan sosial yang disampaikan, yaitu misi atau

pesan yang disampaikan secara tidak langsung melalui media terhadap

masyarakat.

II. Opini mahasiwa USU terdiri dari :

1. Belief, yaitu kepercayaan mengenai sesuatu dan merupakan komponen

kognitif berisikan persepsi, kepercayaan dan stereotype yang dimiliki oleh

mahasiswa FISIP USU 2010-2011.

2. Attitude, yaitu apa yang sebenarnya dirasakan atau menjadi sikapnya

(35)

atau terbuka baik dengan ucapan maupun secara tertulis terhadapa

tayangan reality show ‘Minta Tolong’.

3. Perception, yaitu persepsi mahasiswa FISIP USU angkatan 2010-2011

dalam memberikan makna terhadap tayangan reality show

“Minta Tolong”.

III. Karakteristik Responden terdiri dari : a) Usia : tingkatan umur responden

b) Jenis Kelamin : laki – laki dan Perempuan.

c) Angkatan : yaitu tahun dimana responden dinyatakan diterima sah sebagai

mahasiswa USU, Seluruh responden terdiri dari angkatan 2010 dan 2011.

d) Departemen : Seluruh departemen yang terdapat di FISIP Universitas

(36)

BAB II

URAIAN TEORITIS

II.1. Komunikasi Massa

Dari berbagai macam cara komunikasi dilaksanakan dalam masyarakat manusia, salah satunya adalah komunikasi massa. Konsep komunikasi massa itu

sendiri pada satu sisi mengandung pengertian suatu proses dimana organisasi

media memproduksi dan menyebarkan pesaan kepada publik secara luas dan pada

sisi lain merupakan proses dimana pesan tersebut dicari, digunakan dan

dikonsumsi oleh audience (Sendjaja, 2002:21).

Pada dasarnya komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa

(media cetak dan elektronik). Sebab awal perkembangannya saja, komunikasi

massa berasal dari perkembangan kata media of mass communication (media

komunikasi massa). Massa dalam arti komunikasi massa lebih menunjuk pada

penerima pesan yang berkaitan dengan media massa. Oleh karena itu, massa disini

menunjuk kepada khalayak, audience, penonton, pemirsa atau pembaca.

Pengertian komunikasi massa, merujuk kepada pendapat Tan dan Wright

dalam Liliweri (1991), bahwa komunikasi massa merupakan bentuk komunikasi

yang mengguankan saluran (media) dalam menghubungkan komunikator dan

komunikasi secara massal, berjumlah banyak, bertempat tinggal yang jauh

(terpencar), sangat heterogen, dan menimbulkan efek tertentu.

Defenisi paling sederhana tentang komunikasi massa dirumuskan Bittner

(37)

media massa pada sejumlah besar orang, dari defenisi tersebut dapat diketahui

bahwa komunikasi itu harus menggunakan media massa. Media komunikasi yang

termasuk media massa adalah radio siaran dan televisi, keduanya dikenal sebagai

media elektronik; surat kabar dan majalah, keduanya disebut sebagai media cetak;

serta media film. Film dikenal sebagai media komunikasi massa adalah bioskop

(Ardianto, 2004:3).

Sedangkan menurut Jay Black dan Frederick C. Whitney (1988),

komunikasi massa adalah sebuah proses dimana pesan – pesan yang diperoleh

secara massal/tidak sedikit itu disebarkan kepada massa penerima pesan yang

luas,anonim, dan heterogen.

Banyak defenisi dari komunikasi massa yang telah dikemukakan oleh

beberapa ahli komunikasi. Tetapi, dari sekian banyak defenisi itu ada benang

merah kesamaan defenisi satu sama lain. Melalui defenisi itu dapat diketahui

karakteristik dari komunikasi massa, yaitu:

1. Komunikator Terlembagakan

Komunikator dalam komunikasi massa itu bukan satu orang, tetapi kumpulan orang – orang. Artinya, gabungan antar berbagai macam unsur dan bekerja satu sama lain dalam sebuah lembaga.

2. Pesan Bersifat Umum

Pesan – pesan dalam komunikasi massa tidak ditujukan kepada satu orang atau satu kelompok masyarakat tertentu. Oleh karenanya, pesan komunikasi massa bersifat umum.

3. Komunikatornya Anonim dan Heterogen

Komunikator tidak mengenal komunikan (anonim), karena komunikasinya menggunakan media dan tidak tatap muka. Disamping anonim, komunikan komunikasi massa adalah heterogen, karena terdiri dari berbagai macam lapisan masyarakat yang berbeda.

4. Media Massa Menimbulkan Keserempakan

(38)

5. Komunikasi Mengutamakan Isi Ketimbang Hubungan

Dalam komunikasi massa, pesan harus disusun sedemikian rupa berdasarkn sistem tertentu dan disesuaikan dengan karaketristik media massa yang akan digunakan.

6. Komunikasi Bersifat Satu Arah

Komunikator dan komunikannya tidak dapat melakukan kontak langsung. Komunikator aktif menyampaikan pesan, komunikan pun aktif menerima pesan, namun diantara keduanya tidak dapat melakukan dialog.

7. Stimuli Alat Indera “Terbatas”

Dalam komunikasi massa, stimuli alat indera bergantung pada jenis media massa. Pada surat kabar dan majalah, pembaca hanya melihat. Pada radio siaran, khalayak hanya mendengar. Sedangkan pada media televisi dan film menggunakan indra penglihatan dan pendengaran. 8. Umpan Balik Tertunda (Delayed)

Efektivitas komunikasi seringkali dapat dilihat dari feedback yang disampaikan oleh komunikan (Ardianto, 2004:7).

Menurut Wright (1959) dalam buku Teori Komunikasi,

perubahan teknologi baru menyebabkan perubahan dalam defenisi komunikasi

yang mempunyai tiga ciri yaitu:

1. Komunikasi massa diarahkan kepada audiens yang relatif besar, heterogen

dan anonim.

2. Pesan-pesan yang disebarkan secara umum, sering dijadwalkan untuk bisa

mencapai khalayak sebanyak mungkin menjadi anggota audiens secara

serempak dan sifatnya sementara.

3. Komunikator cenderung berada atau beroperasi dalam sebuah organisasi yang

kompleks yang mungkin membutuhkan biaya yang besar (Saverin, 2007:4).

Fungsi komukasi media massa sebagai bagian dari komunikasi massa

(39)

1. Fungsi Pengawasan adalah berupa peringatan dan kontrol sosial maupun

kegiatan persuasif. Pengawasan dan kontrol sosial dapat dilakukan untuk

aktivitas preventif untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan.

Fungsi persuasif sebagai upaya memberi reward dan punishment kepada

masyarakat sesuai dengan apa yang dilakukannya.

2. Fungsi Social Learning, yaitu melakukan guiding dan pendidikan sosial

kepada seluruh masyarakat. Media massa bertugas untuk memberikan

pencerahan – pencerahan kepada masyarakat dimana komunikasi massa itu

berlangsung.

3. Fungsi penyampaian Informasi, yaitu menjadi proses penyampaian informasi

kepada masyarakat luas. Yang memungkinkan informasi dari sebuah institusi

publik tersampaikan kepada masyarakat secara luas dalam waktu cepat.

4. Fungsi Transformasi Budaya, komunikasi massa menjadi proses transformasi

budaya yang dilakukan bersama-sama oleh semua komponen komunikasi

massa, terutama yang didukung oleh media massa.

5. Hiburan komunikasi massa juga digunakan sebagai media hiburan, terutama

karena komunikasi massa menggunakan media massa, jadi fungsi-fungsi

hiburan yang ada pada media massa juga merupakan bagian dari fungsi

komunikasi massa.

Adapun efek komunikasi oleh Lavidge dan Steiner, terdiri atas enam

langkah yang dikelompokkan dalam tiga dimensi atau kategori-kategori berikut:

(40)

tentang segala sesuatu, afektif berhubungan dengan sikap kita terhadap sesuatu

dan konatif berhubungan dengan tingkah laku kita terhadap sesuatu

(Saverin, 2007:16).

II.2. Televisi Sebagai Komunikasi Media Massa

Secara etimologis, televisi berasal dari 2 kata yang berbeda, yakni tele

(bahasaYunani) yang berarti jauh, dan visi (vidire-Bahasa Latin) yang artinya

penglihatan. Dalam bahasa inggris, televisi disebut televition yang artinya melihat

jauh. Melihat jauh disini diartikan dengan gambar dan suara yang diproduksi di

suatu tempat dan dapat dilihat melalui seperangkat penerima (Televisi set).

Secara operasional pengertian televisi menurut Wahyudi adalah sistem

pengambilan, penyampaian dan penyuguhan kembali gambar melalui tenaga

listrik. Cara penyampaian gambar menggunakan gelombang elektromagnetik yang

disiarkan stasiun pemancar televisi.

Televisi menciptakan suasana tertentu pada pemirsanya agar dapat melihat

sambil duduk tanpa kesenjangan untuk menyaksikan siaran televisi. Penyampaian

isi pesan seolah-olah langsung antar komunikator terhadap komunikan.

II.2.1. Kelebihan dan Kelemahan televisi

Dengan sifatnya yang audio visual menjadikan televisi sebagai media yang

sangat efektif. Selain itu, televisi juga memiliki berbagai kelebihan yaitu:

a. Kemampuannya dalam menjangkau wilayah secara luas.

b. Karena pesan televisi bersifat umum, maka pemirsanya beragam.

(41)

II.2.2. Kelemahan Televisi

Kelemahan televisi ada 2, yaitu:

a. Khalayak tidak dapat memberikan feedback secara langsung.

b. Khalayaknya tidak selektif, karena televisi cenderung menjangkau

pemirsanya secara massal.

II.2.3. Tiga (3) Dampak yang Ditimbulkan Dari Acara Televisi Terhadap Pemirsanya

Adapun dampak yang ditimbulkan dari acara televisi yaitu:

1. Dampak kognitif yaitu kemampuan seseorang atau pemirsa untuk

menyerap dan memahami acara yang ditayangkan televisi yang

melahirkan pengetahuan bagi pemirsanya.

2. Dampak peniruan yaitu pemirsa dihadapkan pada trendi aktual yang

ditayangkan televisi. Misalnya: model pakaian, model rambut dari bintang

televisi yang kemudian ditiru secara fisik.

3. Dampak perilaku yaitu proses tertanamnya nilai-nilai sosial budaya yang

ditayangkan acara televisi yang diterapkan dalam kehidupan pemirsanya

sehari-hari.

II.2.4. Karakter Televisi

Beberapa karakter yang dimiliki televisi, yaitu:

1. Audiovisual

Karena sifatnya yang audiovisual, maka acara siaran televisi harus

(42)

dapat memperoleh gambaran yang lengkap tentang informasi yang disiarkan serta

mempunyai keyakinan akan kebenaran berita tersebut.

2.Berfikir dalam gambar

Ada 2 tahap yang dilakukan dalam proses berpikir dalam gambar. Pertama

adalah visualisasi, yakni menerjemahkan kata-kata yang mengandung gagasan

yang menjadi gambar secara individual. Dalam proses visualisasi pengarah acara

harus berusaha menujukkan objek-objek tertentu menjadi gambar yang jelas an

menyajikan sedemikian rupa, sehingga mengandung makna. Objek tersebut bisa

manusia, benda, kegiatan dan sebagainya (Effendy, 1993:96).

Misalnya ada seorang gadis yang dilanda duka sedang duduk termenung maka

visualisasinya adalah gadis dengan wajah sedih duduk di kursi dan tangannya

menopang dagu. Tahap kedua dari proses berpikir dalam gambar adalah

penggambaran, yakni kegiatan merangkai gambar-gambar individual sedemikian

rupa, sehingga kontiniutasnya mengandung makna tertentu. Misalnya: tentang

metamorphosa kupu-kupu, dari mulai telur berubah menjadi ulat, berubah menjadi

ulat, berubah menjadi kepompong, hingga menjadi kupu-kupu. Dalam proses

penggambaran ada gerakan-gerakan kamera tertentu yang dapat menghasilkan

gambar yang sangat besar yang diambil dari jarak dekat.

3.Pengoperasian lebih kompleks

Pengoperasian sebuah televisi lebih kompleks dibandingkan dengan radion

(43)

II.2.5. Format Acara Televisi / Genre

Penayangan sebuah program acara televisi bukan hanya bergantung pada

konsep penyutradaraan atau kreativitas penulisan naskah, melainkan sangat

bergantung pada kemampuan profesionalisme dari seluruh kelompok kerja di

dunia broadcast dengan seluruh mata rantai divisinya. Acara yang bagus akan

menjadi buruk apabila jam tayangnya tidak tepat.

Acara yang bagus juga bisa jatuh bila kualitas gambar on-air nya

mengalami gangguan frekuensi seperti suaranya bergema atau gambarnya rusak.

Namun, semuanya bisa diantisipasi, kuncinya ada pada penentuan format acara

televisi. Format acara televisi merupakan sebuah perencanaan dasar dari suatu

konsep acara televisi yang akan menjadi landasan kreativitas dan desain produksi

yang akan terbagi dalam berbagai kriteria utama yang disesuaikan dengan tujuan

dan target pemirsa acara tersebut. Jadi harus dilakukan eksploitasi kreativitas

dalam format acara televisi yang dirancang dan terencana.

Ada tiga bagian dari format acara televisi, yaitu:

1.Fiksi (drama), yaitu sebuah format acara televisi yang diproduksi dan dicipta

melalui proses imajinatif kreatif dari kisah-kisah drama atau fiksi yang

direkayasa dan diulang. Format yang digunakan merupakan interpretasi kisah

kehidupan yang diwujudkan dalam suatu runtutan cerita dalam sejumlah

adegan. Adegan-adegan tersebut akan menggabungkan antara realitas

kenyataan hidup dengan fiksi atau imajinasi khayalan para kreatornya.

Contohnya, Drama Percintaan (Love Story), tragedi, horor, komedi, legenda,

(44)

2.Nonfiksi (nondrama), yaitu sebuah format acara televisi yang diproduksi dan

dicipta melalui proses pengolahan imajinatif kreatif dari realitas kehidupan

sehari-hari tanpa harus menginterpretasi ulanng dan tanpa harus menjadi dunia

khayalan. Nondrama bukanlah runtutan cerita fiksi dari setiap pelakunya.

Untuk itu, format-format acara nondrama merupakan sebuah runtutan

pertunjukan kreatif yang mengutamakan unsur hiburan yang dipenuhi dengan

aksi, gaya, dan musik. Contohnya: Talkshow, Konser musik, Reality Show, dan

sebagainya.

3.Berita dan olahraga, yaitu sebuah format acara televisi yang diproduksi

berdasarkan informasi dan fakta atau kejadian dan peristiwa yang berlangsung

pada kehidupan masyarakat sehari-hari. Format ini memerlukan nilai-nilai

faktual dan aktual yang disajikan dengan ketepatan dan kecepatan waktu

dimana dibutuhkan sifat liputan yang independen. Contohnya, Berita Ekonomi,

Liputan Siang dan Laporan Olahraga (Naratama, 2004:62-66).

II.2.6. Program Acara Reality Show

Reality show adalah program televisi termuda yang banyak digemari dan

popular saat ini, tidak hanya di negara asalnya Amerika, namun juga di Indonesia.

Bukti kepopuleran program reality show di Indonesia adalah meroketnya rating

dan polling sms yang datang dari segala lapisan usia dalam membela idola

mereka. Belum lagi program acara ini menjadi produk wajib bagi semua stasiun

televisi di Indonesia. Semua berlomba-lomba untuk menayangkan program reality

show sebagai produk stasiun tersebut. Rating tinggi dan gila-gilaan yang

(45)

tertentu sampai banyak episode. Berdasarkan data AC Nielsen di akhir tahun

2008, Termehek-Mehek merupakan program acara paling populer dengan raihan

rating 7,2 poin dan share 27,3 persen. Ini adalah yang tertinggi dari semua acara

reality show yang ada di stasiun televisi lainnya. Kemudian disusul dengan

munculnya ajang pencarian bakat di salah satu stasiun televisi swasta yaitu

Indonesian Idol dari season 1-7 dimana season ke-7 ini tidak lama lagi akan

segera tayang. Disini tampak jelasnya adanya fenomena populernya reality show

dikalangan masyarakat yang menonton televisi.

Kegemaran dan akhirnya keputusan untuk memilih menonton reality show

dipengaruhi oleh archetype, karena archetype merupakan struktur dalam diri

individu yang menjadi motivasi dasar, dan yang menjadi acuan kebutuhan dasar

seorang individu. Disini seseorang akan berusaha menemukan pemenuhan

keinginan dasarnya sehingga adanya kepuasan dalam hidup, dimana keinginan

dasarnya dipengaruhi oleh archetype apa yang dominan pada diri individu.

Sehingga saat individu gemar menonton reality show atau paling tidak

memutuskan untuk menonton reality show, apakah hal ini benar dipengaruhi oleh

archetype yang dominan dalam dirinya, ataukah archetype tidak mempengaruhi

kegemaran menonton reality show(http://lib.atmajaya.ac.id).

II.3. Teori S-O-R

Pengertian dan Proses S-O-R

Pada awalnya model teori ini dikenal sebagai model Stimulus-Response

(S-R), akan tetapi kemudian DeFleur menambahkan Organism dalam bagiannya

(46)

Teori S-O-R merupakan model penelitian yang beranjak dari anggapan

bahwa organisme akan menghasilkan perilaku atau reaksi tertentu jika diberikan

suatu kondisi stimulus tertentu kepadanya. Efek yang timbul adalah reaksi

terhadap stimulus tersebut, sehingga seseorang dapat mengaharpak kesesuaian

antara pesan dengan reaksi komunikan. Adapun elemen-elemen utama dari model

teori S-O-R ini adalah: Stimulus adalah rangsangan atau dorongan yang berupa

pesan, Organism adalah manusia atau seorang penerima, response adalah reaksi,

efek, pengaruh atau tanggapan.

Asumsi stimulus respon mengacu kepada isi media massa sebagai stimulus

yang diberikan kepada individu yang menghasilkan respon tertentu yang sesuai

dengan stimulus yang diberikan. Dalam proses perubahan sikap yang akan dialami

oleh komunikan, sikapnya akan berubah jika stimulus yang menerpanya

benar-benar melebihi apa yang pernah ia alami.

Dalam mempelajari sikap yang baru tersebut ada tiga variabel yang harus

diperhatikan, yaitu: perhatian, pengertian, dan penerimaan. Proses tersebut dapat

(47)

Stimulus

Organism: -perhatian -pengertian -penerimaan Gambar 2

Model S-O-R

Sumber: Skinner dalam Notoatmodjo (2005)

Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa stimulus yang disampaikan kepada

komunikan dapat berdampak diterima atau ditolak. Komunikasi terjadi jika

komunikan memberikan perhatian kepada stimulus yang disampaikan kepadanya

sampai kepada proses komunikan memikirkannya dan timbul pengertian dan

penerimaan atau mungkin sebaliknya.

Respon yang ditimbulkan stimulus hanya sampai pada tahap kognitif dan

afektif saja tidak sampai pada tahap behavioral (perubahan sikap terhadap pesan)

dikarenakan penelitian tentang pembentukan opini melalui tayangan reality show

dibatasi hanya pada opini publik saja. Adapun tahap-tahap yang sesuai dari respon

tersebut adalah:

1.Tahap kognitif, yaitu meliputi ingatan-ingatan terhadap suatu pesan,

kesadaran/pengenalan terhadap pesan, dan pengetahuan terhadap pesan

tersebut.

(48)

2.Tahap afektif, meliputi kesediaan untuk mencari lebih banyak lagi informasi,

evaluasi terhadap pesan, dan minat untuk mencoba melakukannya (Rakhmat,

2004:209).

Jika disederhanakan lagi maka dapat disebutkan bahwa model dari teori S-O-R

yaitu merupakan stimulus yang akan ditangkap oleh organisme khalayak.

Komunikasi tersebut akan berlangsug jika adanya suatu perhatian dari

komunikan. Adapun proses berikutnya dapat terlihat bahwa komunikan

mengerti dan menerima.

II.4. Opini dan Opini Publik

Public Opinion dalam bahasa indonesia sering diterjemahkan dengan

“pendapat umum”, dengan demikian public diterjemahkan dengan “umum”.

Sedangkan opinion dialih bahasakan dengan “pendapat”. Dalam ilmu komunikasi

terdapat istilah lain yaitu public relations yang umumnya diterjemahkan dengan

“hubungan masyarakat”. Sedangkan relations diterjemahkan dengan “hubungan”.

Istilah masyarakat sudah digunakan untuk mengalih bahasakan “society”.

Pengertian aslinya dalam bahasa inggris baik untuk pengertian “public” pada

public opinion maupun pada public relations, mempunyai arti yang sama,

sedangkan dalam bahasa indonesia pengertian umum dan masyarakat mempunyai

pengertian yang berbeda.

Dengan demikian akan cukup membingungkan bila public opinion kita

terjemahkan dengan pendapat umum. Di lain pihak public relations juga kita alih

bahasakan dengan hubungan masyarakat, apalagi bila diingat bahwa apa yang

(49)

Terutama sekali kalau diingat bahwa public relations ada kata (s) dibelakangnya

yang dalam bahasa inggris mempunyai arti jamak, sehingga yang lebih tepat

adalah hubungan-hubungan. Namun demikian terjemahan tersebut dari public

opinion menjadi pendapat umum dan public relations dengan hubungan

masyarakat rupanya telah diterima secara luas.

Adapun cara mengetahui adanya opini publik, dapat diketahui pada tahun

1963, indonesia berkonfrontasi dengan Belanda mengenai Irian Barat. Di radio,

surat kabar, rapat-rapat umum, pidato-pidato, ceramah-ceramah dan lain-lain

orang membicarakan tentang Irian Barat. Pada umumnya pembicara-pembicara itu

cenderung kepada pendapat bahwa Irian Barat bahwa Irian Barat adalah milik

pemerintah Indonesia, oleh karena itu bangsa Indonesia wajib merebutnya

kembali, dan hal inilah yang menjadikan bahwa pendapat-pendapat itu sangatlah

penting dikarenakan dapat mengambil suatu keputusan bersama.

Gejala demikian biasanya disebut public opinion atau opini publik.

Adapun dari gejala tersebut diatas, dapat diketahui bahwa adanya pengertian

tentang pendapat itu sama dengan opinion, yang mempunyai ciri-ciri sebagai

berikut:

a. Selalu diketahui dari pernyataan-pertanyaan.

b. Merupakan sintesa atau kesatuan dari banyak pendapat.

c. Mempunyai pendukung dalam jumlah yang besar.

Adapun ciri-ciri tersebut misalnya pendapat mengenai demonstrasi atau

unjuk pendapat yang dilakukan oleh mahasiswa dinyatakan dalam berbagai media

(50)

merupakan suatu sintesa yakni bahwa masyarakat kita menyetujui gerakan atau

unjuk pendapat yang dilakukan oleh mahasiswa tersebut. Akhirnya aksi-aksi yang

digerakkan oleh mahasiswa itu mempunyai pendukung yang besar.

II.5. Pengertian Opini Publik

Opini yang berarti tanggapan ataupun pendapat merupakan suatu jawaban

terbuka terhadap suatu persoalan ataupun isu. Menurut Cultip dan Center opini

adalah suatu ekspresi tentang sikap mengenai suatu masalah yang bersifat

konroversial. Opini timbul sebagai hasil pembicaraan tentang masalah yang

kontroversial, yang menimbulkan pendapat yang berbeda-beda

(Sastropoetro, 1990:41).

Opini merupakan tanggapan aktif terhadap rangsangan disusul melalui

interpretasi personal yang diturunkan dan akan menimbulkan perasaan, pikiran

dan kesediaannya terhadap sesuatu yang terjadi. Abelson menyebutkan

unsur-unsur yang merupakan molekul dari opini, yaitu belief (kepercayaan tentang

sesuatu), attitude (apa yang sebenarnya dirasakan seseorang), dan perception

(persepsi) (Kasali, 1994:20).

Menurut Bernard Berelson dalam tulisannya berjudul “Communication

and Public Opinion” (Komunikasi dan Pendapat/Opini Publik) mengemukakan

bahwa dengan pendapat publik diartikan people’s response atau jawaban rakyat

(persetujuan, ketidaksetujuan/penolakan atau sikap acuh tak acuh) terhadap

issue-issue/hal-hal yang bersifat politis dan sosial yang memerlukan perhatian umum,

seperti hubungan internasional, kebijaksanaan dalam negeri, pemilihan (umum)

Gambar

Tabel
Gambar I Skema S-O-R
Tabel 1 Variabel Operasional
Gambar 2 Model S-O-R
+7

Referensi

Dokumen terkait