Atikah Amelia Nasution : Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Multijasa Pada PT BPR Syariah Puduarta Insani Tembung, 2009.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI
MEDAN
SKRIPSI
ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI PEMBIAYAAN MULTIJASA PADA PT BPR SYARIAH PUDUARTA INSANI
TEMBUNG
OLEH
NAMA : ATIKAH AMELIA NASUTION
NIM : 050503230
DEPARTEMEN : AKUNTANSI
Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Atikah Amelia Nasution : Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Multijasa Pada PT BPR Syariah Puduarta Insani Tembung, 2009.
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul:
Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Multijasa Pada PT BPR
Syariah Puduarta Insani Tembung
Adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul dimaksud belum pernah
dimuat, dipublikasikan atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan
skripsi level program S-1 Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Univesitas
Sumatera Utara.
Semua sumber data dan informasi yang diperoleh telah dinyatakan dengan
jelas, benar apa adanya. Apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar saya
bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh universitas.
Medan, 21 Juli 2009
Yang Membuat Pernyataan
Atikah Amelia Nasution
Atikah Amelia Nasution : Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Multijasa Pada PT BPR Syariah Puduarta Insani Tembung, 2009.
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, serta senantiasa memberikan kesehatan,
kemampuan, dan kekuatan kepada Penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi
dengan judul :
“ Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Multijasa Pada PT BPR
Syariah Puduarta Insani Tembung ”
Skripsi ini penulis persembahkan untuk keluarga tercinta yang telah
memberikan doa dan dukungannya, terutama kepada kedua orang tua, Prof. Dr.
M. Yasir Nasution dan Husni Hasibuan, dan tak lupa kepada kakak dan adik ku
tersayang.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapat bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak berupa dukungan moril, materiil, spiritual, maupun
administrasi. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima
kasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuan, terutama :
1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. Arifin Akhmad, M.Si, Ak selaku Ketua Departemen Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Fahmi Natigor Nasution, SE, M.Acc, Ak selaku Sekretaris
Atikah Amelia Nasution : Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Multijasa Pada PT BPR Syariah Puduarta Insani Tembung, 2009.
4. Bapak Iskandar Muda, SE, M.Si, selaku Dosen Pembimbing yang telah
memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis untuk menyelesaikan
skripsi ini.
5. Bapak Hasan Sakti Siregar, SE, M.Si, Ak, selaku Dosen Pembanding I dan
Bapak Fahmi Natigor Nasution, SE, M.Acc, selaku Dosen Pembanding II
yang telah memberikan kritik dan saran kepada penulis untuk
menyempurnakan skripsi ini.
6. Dosen Wali penulis, Bapak Iskandar Muda SE, Msi, Ak.
7. Bapak dan Ibu Staf Pengajar Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara
yang telah memberikan bimbingan semasa perkuliahan, serta Staf Pegawai
Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara yang telah membantu
birokrasi administrasi selama penyusunan skripsi.
8. Kepada bapak Saparuddin Siregar serta semua karyawan dan karyawati PT
BPR Syariah Puduarta Insani terima kasih banyak atas semua data dan
informasi yang diberikan sehigga mempermudah penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
9. Kepada Ayah dan Ibu yang telah sabar dan selalu mendukung micky untuk
semuanya. Terima kasih banyak untuk semua kasih sayang, doa, semangat,
pengorbanan, serta pengertian yang sangat besar buat Tika, semoga Tika
bisa memberikan yang terbaik untuk Ayah dan Ibu.
10. Kepada bang Azwar, bang Bayo, kak Ika serta adik ku Fika terima kasih
untuk doa dan dukungannya. Semoga Tika selalu bisa menjadi adik atau
Atikah Amelia Nasution : Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Multijasa Pada PT BPR Syariah Puduarta Insani Tembung, 2009.
11. Untuk semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, yang
telah membantu memberikan semangat dan dukungannya kepada penulis.
Akhir kata penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak yang memerlukannya.
Wassalamualaikum Wr. Wb
Medan, 21 Juli 2009 Yang Membuat Pernyataan
Atikah Amelia Nasution : Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Multijasa Pada PT BPR Syariah Puduarta Insani Tembung, 2009.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengevaluasi perlakuan akuntansi pembiayaan multijasa pada PT BPR Syariah Puduarta Insani sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 59.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif. Jenis data dan sumber data yang dipakai adalah data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan dan pengolahan data dilakukan dengan teknik wawancara dan teknik dokumentasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa SOP (Standard Operating Procedure) multijasa belum sesuai dengan karakteristik pembiayaan multijasa karena metode akuntansi yang digunakan lebih sesuai kepada ijarah.
Atikah Amelia Nasution : Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Multijasa Pada PT BPR Syariah Puduarta Insani Tembung, 2009.
ABSTRACT
The Proposal of this research is to find out and evaluate the accounting of multijasa in PT BPR Syariah Puduarta Insani based on Financial Accounting Standard No. 59.
This research was classified as descriptive research. This research used primary and secondary data as the type. Inquiry and documentation technique were used as a collecting and analyzing data technique.
The result indicated that the SOP (Standard Operating Procedure) was not suitable for the character of multijasa since the accounting method used for multijasa was more suitable for ijarah.
Atikah Amelia Nasution : Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Multijasa Pada PT BPR Syariah Puduarta Insani Tembung, 2009.
DAFTAR ISI
Halaman
PERNYATAAN...….i
KATA PENGANTAR ... ii
ABSTRAK ... v
ABSTRACT ... vi
DAFTAR ISI ...vii
DAFTAR GAMBAR...xi
DAFTAR LAMPIRAN ...xii
DAFTAR TABEL...xiii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Perumusan dan Batasan Masalah ... 2
1. Perumusan Masalah... 2
2. Batasan Masalah... 3
Atikah Amelia Nasution : Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Multijasa Pada PT BPR Syariah Puduarta Insani Tembung, 2009.
D Manfaat Penelitian ... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pembiayaan Multijasa ... 5
1. Kodifikas Produk Perbankan Syariah ... 5
2. Fatwa Dewan Syariah Majelis Ulama Indonesia ... 7
B. Pengertian Pembiayaan Ijarah…………... 8
1. Kodifikas Produk Perbankan Syariah... 8
2. Fatwa Dewan Syariah Majelis Ulama Indonesia... 11
C. Akuntansi Pembiayaan Multijasa... 13
1. Gambaran Umum Akuntansi Syariah... 13
2. Laporan Keuangan BPRS……... 19
3. PSAK No. 59 Mengenai Ijarah ……… 27
4. Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah 2003... 38
D. Kerangka Konseptual... 48
BAB III METODE PENELITIAN A.Jenis Penelitian... 50
Atikah Amelia Nasution : Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Multijasa Pada PT BPR Syariah Puduarta Insani Tembung, 2009.
C. Definisi Operasional...51
D.Teknik Pengumpulan Data…...52
E. Metode Analisis Data………....52
F. Jadwal dan Lokasi Penelitian………...53
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum PT BPR Syariah Puduarta Insani...54
1. Sejarah Singkat Perusahaan .………...54
2. Produk...54
3. Struktur Organisasi...57
B. Pembiayaan Multijasa PT BPR Syariah Puduarta Insani... 65
C. Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Multijasa Pada PT BPR Syariah Puduarta Insani... 67
D. Analisis Hasil Penelitian...68
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan...72
B. Saran...72
DAFTAR PUSTAKA...74
Atikah Amelia Nasution : Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Multijasa Pada PT BPR Syariah Puduarta Insani Tembung, 2009.
DAFTAR GAMBAR
[image:11.595.158.443.285.548.2]Nomor Judul Halaman
Atikah Amelia Nasution : Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Multijasa Pada PT BPR Syariah Puduarta Insani Tembung, 2009.
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul
Lampiran 1 Struktur Organisasi PT BPR Syariah Puduarta Insani
Lampiran 2 Neraca
Lampiran 3 Laporan Laba Rugi
Lampiran 4 Laporan Perubahan Dana Investasi Terikat
Lampiran 5 Laporan Rekonsiliasi Pendapatan Bagi Hasil
Lampiran 6 Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Zakat
Atikah Amelia Nasution : Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Multijasa Pada PT BPR Syariah Puduarta Insani Tembung, 2009.
DAFTAR TABEL
[image:13.595.158.443.285.548.2]Nomor Judul Halaman
Atikah Amelia Nasution : Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Multijasa Pada PT BPR Syariah Puduarta Insani Tembung, 2009.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada perbankan syariah terdapat beberapa jenis pembiayaan, antara lain
pembiayaan mudharabah, muarabahah, salam, istishna, dan ijarah. Dalam
perkembangannya, bank syariah harus mengikuti perkembangan kebutuhan
nasabah yang semakin bervariasi. Banyaknya variasi kebutuhan nasabah
menyebabkan munculnya jenis-jenis pembiayaan baru. Salah satu dari jenis
pembiayan tersebut adalah pembiayaan multijasa.
Pembiayaan multijasa adalah kegiatan penyaluran dana dalam bentuk
pembiayaan dalam akad Ijarah atau Kafalah dalam jasa keuangan antara lain
dalam bentuk pelayanan pendidikan, kesehatan, ketenagakerjaan, dan
kepariwisataan. Dalam pembiayaan multijasa bank syariah dapat memperoleh
imbalan jasa (ujrah) atau fee menurut kesepakatan di muka dan dinyatakan
dalam bentuk nominal bukan dalam bentuk prosentase.
Berbeda dengan perlakuan akuntansi pembiayaan yang lain, perlakuan
akuntansi atas pembiayaan multijasa belum diatur secara khusus dalam PSAK
59. Namun mengingat bahwa pembiayaan multijasa didasarkan pada akad
Ijarah dan Kafalah, maka perlakuan akuntansi pembiayaan multijasa ini dapat
Atikah Amelia Nasution : Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Multijasa Pada PT BPR Syariah Puduarta Insani Tembung, 2009.
Menurut Wiyono “ijarah adalah akad sewa menyewa antara pemilik
obyek sewa dan penyewa untuk mendapatkan imbalan atas obyek sewa yang
disewakan.”
Beberapa bank yang telah memasarkan produk pembiayaan multijasa
dipastikan memiliki pedoman masing-masing dalam perlakuan akuntansi
pembiayaan multijasa ini. Karena itu penulis tertarik untuk meneliti perlakuan
akuntansi pembiayaan multijasa yang diterapkan di Bank Syariah dan dalam
hal ini penulis mengambil sample perlakuannya di PT BPR Syariah Puduarta
Insani Tembung.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul: Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan
Multijasa Pada PT BPR Syariah Puduarta Insani Tembung.
B. Perumusan dan Batasan Masalah
1. Perumusan Masalah
Seperti telah dijelaskan di atas, penulis akan membahas perlakuan
akuntansi pembiayaan multijasa. Masalah yang dapat dirumuskan yaitu
apakah perlakuan akuntansi pembiayaan multijasa yang diterapkan PT BPR
Syariah Puduarta Insani telah sesuai dengan PSAK No. 59.
Berdasarkan penelitian pendahuluan yang penulis lakukan, maka penulis
merumuskan sebuah masalah yaitu apakah perlakuan akuntansi pembiayaan
multijasa yang dilakukan oleh PT BPR Syariah Puduarta Insani telah sesuai
Atikah Amelia Nasution : Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Multijasa Pada PT BPR Syariah Puduarta Insani Tembung, 2009.
2. Batasan Masalah
Penulis membatasi pembahasan perlakuan akuntansi pada pembiayaan
multijasa yang menggunakan akad Ijarah.
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah, tujuan yang ingin dicapai dalam
penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mengevaluasi perlakuan akuntansi
atas pembiayaan multijasa pada PT BPR Syariah Puduarta Insani sesuai
dengan PSAK No.59.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
1. Bagi peneliti, melalui penelitian ini diharapkan dapat memperluas
wawasan penulis mengenai pembiayaan multijasa dan dapat menambah
pengalaman dan mempraktekkan ilmu dan teori yang penulis dapat di
bangku kuliah khususnya menyangkut masalah perlakuan akuntansi.
2. Bagi PT BPR Syariah Puduarta Insani, melalui hasil penelitian ini
diharapkan dapat menjadi pedoman maupun pelengkap terhadap
berbagai pengetahuan di bidang perbankan syariah umumnya dan PT
Atikah Amelia Nasution : Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Multijasa Pada PT BPR Syariah Puduarta Insani Tembung, 2009.
3. Bagi pihak lain, melalui hasil penelitian ini juga diharapkan dapat
dijadikan referensi dan bahan masukan bagi penelitian sejenis untuk
Atikah Amelia Nasution : Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Multijasa Pada PT BPR Syariah Puduarta Insani Tembung, 2009.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Pembiayaan Multijasa
Pengertian pembiayaan multijasa dapat dipahami dengan menelusuri
Kodifikasi Produk Perbankan Syariah yang diterbitkan oleh bank indonesia
dan Fatwa Dewan Syariah Nasional Indonesia.
1. Kodifikas Produk Perbankan Syariah
Menurut Kodifikasi Produk Perbankan Syariah (2007 : 67) pembiayaan
multijasa adalah sebagai berikut:
a. Definisi
Pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan/piutang yang dapat dipersamakan dengan itu berupa:
1. Transaksi investasi dalam akad Mudharabah dan / atau Musyarakah; 2. Transaksi sewa dalam akad Ijarah atau sewa dengan opsi perpindahan hak
milik dalam akad Ijarah Muntahiyah bit Tamlik;
3. Transaksi jual beli dalam akad Murabahah, Salam, dan Istishna; 4. Transaksi pinjam-meminjam dalam akad Qardh;
5. Transaksi multijasa dengan menggunakan akad Ijarah atau Kafalah, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan nasabah pembiayaan yang mewajibkan nasabah pembiayaan untuk melunasi hutang / kewajibannya dan / atau menyelesaikan investasi mudharabah dan / atau musyarakah dan hasil pengelolaannya sesuai dengan akad.
b. Akad
1. Ijarah
Ijarah adalah transaksi sewa menyewa atas manfaat suatu barang dan /
atau jasa antara pemilik obyek sewa dengan penyewa untuk mendapatkan
Atikah Amelia Nasution : Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Multijasa Pada PT BPR Syariah Puduarta Insani Tembung, 2009.
2. Kafalah
Kafalah adalah jenis jasa jaminan yang diberikan oleh penanggung
(kafiil) kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang
ditanggung (makfuul’anhu, ashil).
c. Fitur dan Mekanisme
Pembiayaan Multijasa adalah penyediaan dana atau tagihan yang dapat
dipersamakan dengan itu berupa transaksi multijasa dengan menggunakan
akad ijarah atau kafalah berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank
dengan nasabah pembiayaan yang mewajibkan nasabah pembiayaan untuk
melunasi hutang / kewajibannya sesuai dengan akad.
d. Tujuan/ Manfaat
1) Bagi Bank
Melalui produk multijasa bank syariah mendapatkan kemudahan dalam
mengelola likuiditasnya, karena dapat menyalurkan pembiayaan dengan
memenuhi kebutuhan nasabah terhadap jasa-jasa yang dibenarkan secara
syariah.
2) Bagi Nasabah
Sebagai sumber dana bagi nasabah untuk kebutuhan terhadap jasa-jasa
tertentu seperti pendidikan dan kesehatan dan jasa lainnya yang dibenarkan
secara syariah.
Atikah Amelia Nasution : Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Multijasa Pada PT BPR Syariah Puduarta Insani Tembung, 2009.
Bank akan terekspos pada risiko pembiayaan (credit risk) yang terjadi
jika debitur wanprestai atau default. Selain itu, risiko pasar juga dapat terjadi
jika pembiayaan multijasa untuk transaksi komersial diberikan dalam valuta
asing yang dapat berasal dari pergerakan nilai tukar.
2. Fatwa Dewan Syariah Majelis Ulama Indonesia
Menurut Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia No.
44 (2006 : 328) pembiayaan multijasa memiliki ketentuan umum sebagai
berikut:
1) Pembiayaan multijasa hukumnya boleh (jaiz) dengan menggunakan akad Ijarah atau Kafalah.
2) Dalam hal LKS menggunakan akad Ijarah, maka harus mengikuti semua ketentuan yang ada dalam fatwa Ijarah.
3) Dalam hal LKS menggunakan akad Kafalah, maka harus mengikuti semua ketentuan yang ada dalam akad Kafalah.
4) Dalam kedua pembiayaan tersebut, LKS dapat memperoleh imbalan jasa (ujrah) atau fee.
5) Besar ujrah atau fee harus disepakati di awal dan dinyatakan dalam bentuk nominal bukan dalam bentuk prosentase.
Berdasarkan keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa pembiayaan
multijasa adalah salah satu bentuk jasa keuangan dalam bidang pendidikan,
kesehatan, pariwisata dan jasa lainnya yang dibenarkan secara syariah dengan
menggunakan akad ijarah atau kafalah berdasarkan persetujuan atau
kesepakatan antara bank dengan nasabah pembiayaan yang mewajibkan
nasabah pembiayaan untuk melunasi hutang / kewajibannya sesuai dengan
Atikah Amelia Nasution : Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Multijasa Pada PT BPR Syariah Puduarta Insani Tembung, 2009.
B. Pengertian Pembiayaan Ijarah
Mengingat bahwa pembiayaan multijasa menggunakan akad ijarah,
maka perlu dipahami pengertian dari pembiayaan ijarah. Pengertian
pembiayaan ijarah daat ditelusuri dari Kodifikasi Produk Perbankan Syariah
yang diterbitkan oleh Bank Indonesia serta Fatwa Dewan Syariah Nasional
Indonesia.
1. Kodifikasi Produk Perbankan Syariah
Menurut Kodifikasi Produk Perbankan Syariah (2007 : 56) pembiayaan
ijarah adalah sebagai berikut:
a. Definisi
Pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan/piutang yang dapat dipersamakan dengan itu berupa:
1. Transaksi investasi dalam akad Mudharabah dan / atau Musyarakah;
2. Transaksi sewa dalam akad Ijarah atau sewa dengan opsi
perpindahan hak milik dalam akad Ijarah Muntahiyah bit Tamlik; 3. Transaksi jual beli dalam akad Murabahah, Salam, dan Istishna; 4. Transaksi pinjam-meminjam dalam akad Qardh;
5. Transaksi multijasa dengan menggunakan akad Ijarah atau Kafalah, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan nasabah pembiayaan yang mewajibkan nasabah pembiayaan untuk melunasi hutang / kewajibannya dan / atau menyelesaikan investasi mudharabah dan / atau musyarakah dan hasil pengelolaannya sesuai dengan akad.
b. Akad
1) Ijarah
Ijarah adalah akad sewa menyewa atas manfaat suatu barang dan / atau
jasa antara pemilik obyek sewa dengan penyewa untuk mendapatkan imbalan
berupa sewa atau upah bagi pemilik obyek sewa.
Atikah Amelia Nasution : Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Multijasa Pada PT BPR Syariah Puduarta Insani Tembung, 2009.
Ijarah Muntahiya Bittamlik adalah sewa menyewa antara pemilik obyek
sewa dan penyewa untuk mendapatkan imbalan atas obyek sewa yang
disewakan dengan opsi perpindahan hak milik obyek sewa baik dengan jual
beli atau pemberian (hibah) pada saat tertentu sesuai akad sewa.
c. Fitur dan Mekanisme
1) Pembiayaan Ijarah adalah penyediaan dana atau tagihan yang dapat
dipersamakan dengan itu berupa transaksi sewa dalam akad Ijarah atau
sewa dengan opsi perpindahan hak milik dalam akad Ijarah Muntahiya
bit Tamlik berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan
nasabah pembiayaan yang mewajibkan nasabah pembiayaan untuk
melunasi hutang/kewajiban sewa sesuai akad.
2) Obyek Ijarah adalah manfaat dari penggunaan barang dan/atau jasa.
Manfaat barang atau jasa harus bisa dinilai dan dapat dilaksanakan
dalam kontrak. Manfaat barang atau jasa harus yang bersifat dibolehkan
(tidak diharamkan). Manfaat harus dikenali secara spesifik sedemikian
rupa untuk menghilangkan jahalah (ketidaktahuan) yang akan
mengakibatkan sengketa. Spesifikasi manfaat dinyatakan dengan jelas,
termasuk jangka waktunya. Bisa juga dikenali dengan spesifikasi atau
identifikasi fisik.
3) Secara teknis kewajiban Bank sebagai pemberi manfaat barang atau jasa:
a) Menyediakan barang yang disewakan atau jasa yang diberikan
Atikah Amelia Nasution : Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Multijasa Pada PT BPR Syariah Puduarta Insani Tembung, 2009.
c) Menjamin bila terdapat cacat pada barang yang disewakan
d) Kewajiban nasabah sebagai penerima manfaat:
e) Membayar sewa atau upah dan bertanggungjawab untuk menjaga
keutuhan barang serta menggunakannya sesuai kontrak.
f) Menanggung biaya pemeliharaan barang yang sifatnya ringan
(tidak materiil).
g) Jika barang yang disewa rusak, bukan karena pelanggaran dari
penggunaan yang dibolehkan, juga bukan karena kelalaian nasabah
dalam menjaganya, maka nasabah tidak bertanggungjawab atas
kerusakan tersebut.
d. Tujuan dan Manfaat
1) Bagi Bank
Pembiayaan Ijarah merupakan salah satu bentuk pembiayaan atau
diversifikasi portofolio aset bank serta sarana fee based income dimana Bank
berpeluang untuk mendapatkan fee.
2) Bagi Nasabah
Sebagai sumber pembiayaan dan layanan perbankan bagi nasabah baik
untuk tujuan pembelian barang modal (investasi) maupun pengadaan rumah,
kendaraan dan barang konsumsi lainnya.
Atikah Amelia Nasution : Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Multijasa Pada PT BPR Syariah Puduarta Insani Tembung, 2009.
Risiko utama dari produk ini adalah risiko pembiayaan (credit risk) yang
terjadi jika debitur wanprestasi atau default. Selain itu, risiko pasar juga dapat
terjadi jika modal pengadaan aktiva Ijarah maupun sumber pembiayaan Ijarah
adalah dalam valuta asing dimana risiko dapat berasal dari pergerakan nilai
tukar.
2. Fatwa Dewan Syariah Majelis Ulama Indonesia
Menurut Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia
No.09 (2006 : 59) pembiayaan ijarah adalah sebagai berikut:
a. Rukun dan Syarat Ijarah:
1) Sighat Ijarah, yaitu ijab dan qabul berupa pernyataan dari kedua belah
pihak yang berakad (berkontrak), baik secara verbal atau dalam bentuk
lain.
2) Pihak-pihak yang berakad; terdiri atas pemberi sewa / pemberi jasa dan
penyewa / pengguna jasa.
3) Obyek akad Ijarah; yaitu:
a) manfaat barang dan sewa; atau
b) manfaat jasa dan upah.
b. Ketentuan Obyek Ijarah:
1) Obyek Ijarah adalah manfaat dari penggunaan barang dan / atau jasa.
2) Manfaat barang atau jasa harus bisa dinilai dan dapat dilaksanakan dalam
Atikah Amelia Nasution : Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Multijasa Pada PT BPR Syariah Puduarta Insani Tembung, 2009.
3) Manfaat barang dan jasa harus yang bersifat dibolehkan (tidak
diharamkan).
4) Kesanggupan memenuhi manfaat harus nyata dan sesuai dengan syariah.
5) Manfaat barang atau jasa harus dikenali secara spesifik sedemikian rupa
untuk menghilangkan jahalah (ketidakjelasan) yang akan mengakibatkan
sengketa.
6) Spesifikasi manfaat harus dinyatakan dengan jelas , termasuk jangka
waktunya. Bisa juga dikenali dengan spesifikasi atau identifikasi fisik.
7) Sewa atau upah harus disepakati dalam akad dan wajib dibayar oleh
penyewa / pengguna jasa kepada pemberi sewa / pemberi jasa (LKS)
sebagai pembayaran manfaat atau jasa. Sesuatu yang dapat dijadikan
harga (tsaman) dalam jual beli dapat pula dijadikan sewa atau upah
dalam Ijarah.
8) Pembayaran sewa atau upah boleh berbentuk jasa (manfaat lain) dari
jenis yang sama dengan obyek kontrak.
9) Kelenturan (flexibility) dalam menentukan sewa atau upah dapat
diwujudkan dalam ukuran waktu, tempat dan jarak.
c. Kewajiban LKS dan Nasabah dalam Pembiayaan Ijarah:
1) Kewajiban LKS sebagai pemberi manfaat barang atau jasa:
a) Menyediakan barang yang disewakan atau jasa yang diberikan.
b) Menanggung biaya pemeliharaan barang.
c) Menjamin bila terdapat cacat pada barang yang disewakan.
Atikah Amelia Nasution : Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Multijasa Pada PT BPR Syariah Puduarta Insani Tembung, 2009.
a) Membayar sewa atau upah dan bertanggungjawab untuk menjaga
keutuhan barang serta menggunakannya sesuai akad (kontrak).
b) Menanggung biaya pemeliharaan barang yang sifatnya ringan (tidak
materiil).
c) Jika barang yang disewa rusak, bukan karena pelanggaran dari
penggunaan yang dibolehkan, juga bukan karena kelalaian pihak
penerima manfaat dalam menjaganya, ia tidak bertanggungjawab
atas kerusakan tersebut.
d) Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika
terjadi perselisihan di antara para pihak, maka penyelesaiannya dilakukan
melalui Badan Arbitrasi Syari’ah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui
musyawarah.
Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa Pembiayaan Ijarah
adalah salah satu bentuk jasa keuangan berupa transaksi sewa dalam akad
Ijarah atau sewa dengan opsi perpindahan hak milik dalam akad Ijarah
Muntahiya bit Tamlik berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank
dengan nasabah pembiayaan yang mewajibkan nasabah pembiayaan untuk
melunasi hutang/kewajiban sewa sesuai akad, dan pemilik objek sewa
memperoleh imbalan berupa sewa atau upah.
C. Akuntansi Pembiayaan Multijasa
Atikah Amelia Nasution : Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Multijasa Pada PT BPR Syariah Puduarta Insani Tembung, 2009.
Pada awalnya akuntansi merupakan bagian dari ilmu pasti, yaitu bagian
dari ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan masalah hukum alam dan
perhitungan yang bersifat memiliki kebenaran absolut. Sebagai bagian dari
ilmu pasti yang perkembangannya bersifat akumulatif, maka setiap penemuan
metode baru dalam akuntansi akan menambah dan memperkaya ilmu
akuntansi tersebut. Bahkan pemikir akuntansi pada awal perkembangannya
merupakan seorang ahli matematika seperti Luca Paciolli dan Musa
Al-Khawarizmy.
Akuntansi dalam Islam merupakan alat (tool) untuk melaksanakan
perintah Allah SWT dalam QS Al-Baqarah [2]: 282 untuk melakukan
pencatatan dalam melakukan transaksi usaha. Implikasi lebih jauh adalah
keperluan terhadap suatu sistem pencatatan tentang hak dan kewajiban,
pelaporan yang terpadu dan komprehensif.
Islam memandang akuntansi tidak sekedar ilmu yang bebas nilai untuk
melakukan pencatatan dan pelaporan saja, tetapi juga sebagai alat untuk
menjalankan nilai-nilai Islam (Islamic values) sesuai ketentuan syariah.
Secara normatif, masyarakat Muslim mempraktikkan akuntansi
berdasarkan pada perintah Allah dalam QS Al-Baqarah [2]:282. Perintah ini
sesungguhnya bersifat universal dalam arti bahwa praktik pencatatan harus
dilakukan dengan benar atas transaksi yang dilakukan oleh seseorang dengan
orang lainnya. Substansi dari perintah ini adalah : (1) praktik pencatatan yang
harus dilakukan dengan (2) benar (adil dan jujur). Substansi tersebut berlaku
Atikah Amelia Nasution : Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Multijasa Pada PT BPR Syariah Puduarta Insani Tembung, 2009.
Perintah normatif Alquran di atas perlu dioperasionalkan dalam bentuk
aksi/prakrik. Sehingga perintah Alquran dapat membumi dalam masyarakat.
Selama ini masyarakat Muslim secara umum terperangkap pada aspek
normatif dalam memahami perintah-perintah agama, dan sebaliknya
melupakan praktiknya. Sehingga diperlukan sebuah ilmu sosial profetik, yaitu
ilmu yang diturunkan dari Alquran dan Hadis (Sunnah Nabi) dengan
menggunakan kaidah-kaidah ilmiah yang nantinya digunakan untuk
menjembatani antara perintah normatif dengan praktik. Dengan ilmu ini,
perintah-perintah normatif menjadi lebih operasional dan dapat dipraktikkan
dalam dunia nyata.
Dalam hal ini, Akuntansi Syariah sebenarnya merupakan bagian dari
upaya kita dalam membangun ilmu sosial profetik di bidang akuntansi.
Perintah normatif telah ada dalam Alquran, berikutnya adalah menerjemahkan
Alquran dalam bentuk teori Akuntansi Syariah yang pada gilirannya
digunakan untuk memberikan arah (guidance) tentang praktik akuntansi yang
sesuai dengan syariah.
Teori Akuntansi Syariah dan praktik Akuntansi Syariah adalah dua hal
yang tidak dapat dipisahkan, dan keduanya tidak boleh lepas dari bingkai
keimanan/tauhid, maka teori Akuntansi Syariah memiliki prinsip-prinsip
sebagai berikut:
1. Humanis
2. Emansipatoris
Atikah Amelia Nasution : Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Multijasa Pada PT BPR Syariah Puduarta Insani Tembung, 2009.
4. Teleologikal
Humanis memberikan suatu pengertian bahwa teori Akuntansi Syariah
bersifat manusiawi, sesuai dengan fitrah manusia, dan dapat dipraktikkan
sesuai dengan kapasitas yang dimiliki oleh manusia sebagai makhluk yang
selalu berinteraksi dengan orang lain dan alam secara dinamis dalam
kehidupan sehari-hari, berarti dibangun berdasarkan budaya manusia itu
sendiri.
Emansipatoris mempunyai pengertian bahwa teori Akuntansi Syariah
mampu melakukan perubahan-perubahan yang signifikan terhadap teori dan
praktik akuntansi modern yang eksis saat ini. Perubahan-perubahan yang
dimaksud di sini adalah perubahan yang membebaskan (emansipasi). Dengan
pembebasan ini diharapkan teori Akuntansi Syariah mampu melakukan
perubahan pemikiran dan tindakan manusia yang menggunakannya, yaitu dari
pemikiran yang sempit dan parsial menuju pemikiran yang luas, holistik, dan
tercerahkan.
Transendental mempunyai makna bahwa teori Akuntansi Syariah
melintas batas disiplin ilmu akuntansi itu sendiri. Bahkan melintas batas dunia
materi (ekonomi). Dengan prinsip filosofis ini teori Akuntansi Syariah dapat
memperkaya dirinya dengan mengadopsi disiplin ilmu lainnya (selain ilmu
ekonomi).
Teleologikal memberikan suatu dasar pemikiran bahwa akuntansi tidak
sekadar memberikan informasi untuk pengambilan keputusan ekonomi, tetapi
Atikah Amelia Nasution : Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Multijasa Pada PT BPR Syariah Puduarta Insani Tembung, 2009.
manusia terhadap Tuhannya, kepada sesama manusia, dan kepada alam
semesta.
Teori Akuntansi Syariah, sebagaimana telah disinggung di atas,
memberikan arah bagi penggunanya untuk melakukan aksi. Oleh karena itu
ada konsep dasar yang diturunkan dari prinsip filosofis yang telah diuraikan di
atas, yaitu:
o
Prinsip Filosofis Konsep Dasar
Humanis
Emansipatoris
Transendental
Teleologikal
• Instrumental
• Socio-economic
• Critical
• Justice
• All-inclusive
• Rational-intuitive
• Ethical
• Holistic Welfare
Secara sederhana, dari prinsip filosofis humanis kita dapat menurunkan
konsep dasar instrumental dan socio-economic. Konsep dasar instrumental
diperoleh dengan dasar pemikiran bahwa Akuntansi Syariah merupakan
Atikah Amelia Nasution : Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Multijasa Pada PT BPR Syariah Puduarta Insani Tembung, 2009.
Konsep dasar socio-economic mengindikasikan bahwa teori Akuntansi
Syariah tidak membatasi wacana yang dimilikinya pada transaksi-transaksi
ekonomi saja, tetapi juga mencakup transaksi-transaksi sosial. Transaksi sosial
meliputi transaksi yang menyangkut aspek sosial, mental, dan spiritual dari
sumber daya yang dimiliki oleh entitas bisnis.
Dari prinsip filosofis emansipatoris kita mendapatkan konsep dasar
critical dan justice. Konsep dasar critical memberikan dasar pemikiran bahwa
konstruksi teori Akuntansi Syariah tidak bersifat dogmatis dan eksklusif.
Sikap kritis mengindikasikan bahwa kita dapat menilai secara rasional
kelemahan dan kekuatan akuntansi modern, dan berdasarkan penilai kritis ini
dapat dibangun teori akuntansi yang lebih baik dari sebelumnya.Konsep dasar
justice memposisikan aspek material dan non-material pada posisi yang adil.
Oleh karena itu dapat kita lihat bahwa konsep dasar justice memposisikan
aspek-aspek penting dalam akuntansi secara adil.
Kemudian dari prinsip filosofis transendental, kita mendapatkan konsep
dasar all-inclusive dan rational-intuitive. Konsep dasar all-inclusive
memberikan dasar pemikiran bahwa konstruksi teori Akuntansi Syariah
bersifat terbuka. Artinya tidak menutup kemungkinan teori Akuntansi Syariah
akan mengadopsi konsep-konsep dari akuntansi modern, sepanjang konsep
tersebut selaras dengan nilai-nilai Islam.
Konsep dasar rational-intuitive mengindikasikan bahwa konstruksi teori
Akuntansi Syariah memadukan kekuatan rasional dan intuisi manusia. Konsep
Atikah Amelia Nasution : Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Multijasa Pada PT BPR Syariah Puduarta Insani Tembung, 2009.
(termasuk akuntansi) mendudukkan rasio pada posisi sentral dan sebaliknya
menyingkirkan intuisi dalam proses konstruksi teori. Intuisi, bagi proponen
teori modern, berada di luar domain ilmu pengetahuan yang rasional. Oleh
karena itu, intuisi manusia tidak dapat dilibatkan dalam konstruksi ilmu
pengetahuan. Namun dalam kenyataannya, intuisi manusia memiliki kekuatan
yang sangat besar dalam melakukan perubahan-perubahan signifikan dalam
masyarakat. Intuisi inilah sebetulnya merupakan instrumen yang dapat
melahirkan inovasi-inovasi yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya. Oleh
karena itu intuisi merupakan instrumen yang sangat penting dalam konstruksi
teori Akuntansi Syariah.
Selanjutnya dari prinsip filosofis teleologikal kita mendapatkan konsep
dasar ethical dan holistic-welfare. Ethical merupakan konsep dasar yang
dihasilkan dari konsekuensi logis keinginan kembali ke Tuhan dalam keadaan
tenang dan suci. Untuk itu, maka seseorang harus mengikuti
hukum-hukumNya (Sunnatullah). Dengan kata lain Akuntansi Syariah dibangun
berdasarkan nilai-nilai etika Islam.
Konsekuensi dari penggunaan nilai-nilai etika Islam dalam konstruksi
Akuntansi Syariah adalah diakuinya bahwa kesejahteraan yang menjadi salah
satu aspek Akuntansi Syariah tidak terbatas pada kesejahteraan materi saja,
tetapi juga kesejahteraan non-materi. Maka yang dimaksud kesejahteraan di
sini adalah kesejahteraan yang utuh (holistic welfare). Sedangkan teori
Atikah Amelia Nasution : Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Multijasa Pada PT BPR Syariah Puduarta Insani Tembung, 2009.
2. Laporan Keuangan PT BPR Syariah Puduarta Insani
a. Neraca
PT BPR Syariah Puduarta Insani menyajikan aset lancar terpisah dari
asset tidak lancar dan kewajiban jangka pendek terpisah dari kewajiban jangka
panjang. Asset lancer disajikan menurut ukuran likuiditas sedangkan
kewajiban disajikan menurut ukuran jatuh temponya.
Bank juga harus mengungkapkan informasi mengenai jumlah setiap
asset yang akan diterima dan kewajiban yang akan dibayarkan sebelun dan
sesudah dua bels bulan dari tanggal neraca.
Neraca disusun sedemikian rupa yang menonjolkan berbagai unsur
posisi keuangan yang diperlukan bagi penyajian secara wajar. Neraca,
minimal mencakup pos-pos berikut:
1. kas dan setara kas
2. asset keuangan
3. piutang usaha dan piutang lainnya
4. persediaan
5. investasi yang diperlakukan menggunakan metode ekuitas
6. asset tetap
7. asset tidak berwujud
8. hutang usaha dan hutang lainnya
9. hutang pajak
10.dana syirkah temporer
Atikah Amelia Nasution : Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Multijasa Pada PT BPR Syariah Puduarta Insani Tembung, 2009.
12.modal saham dan pos ekuitas lainnya.
Pos, judul, dan sub-jumlah lain disajikan dalam neraca apabila
diwajibkan oleh Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan atau apabila
penyajian tersebut diperlukan untuk menyajikan posisi keuangan entitas
syariah secara wajar.
b. Laporan Laba Rugi
Laporan laba rugi PT BPR Syariah Puduarta Insani disajikan sedemikian
rupa yang menonjolkan berbagai unsur kinerja keuangan yang diperlukan bagi
penyajian secara wajar. Laporan laba rugi minimal mencakup pos-pos berikut:
1. pendapatan usaha
2. bagi hasil untuk pemilik dana
3. beban usaha
4. laba atau rugi usaha
5. pendapatan dan beban non usaha
6. laba atau rugi dari aktivitas normal
7. beban pajak
8. laba atau rugi bersih untuk periode berjalan
Pos, judul dan sub-jumlah lainnya disajikan dalam laporan laba rugi
apabila diwajibkan oleh Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan atau apabila
penyajian tersebut diperlukan untuk menyajikan kinerja keuangan entitas
Atikah Amelia Nasution : Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Multijasa Pada PT BPR Syariah Puduarta Insani Tembung, 2009.
c. Laporan Perubahan Ekuitas
Laporan perubahan ekuitas adalah salah satu komponen laporan
keuangan entitas syariah yang menunjukkan:
1. laba atau rugi bersih periode yang bersangkutan
2. setiap pos pendapatan dan beban, keuntungan atau kerugian beserta
jumlahnya yang berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
terkait diakui secara langsung dalam ekuitas
3. pengaruh kumulatif dari perubahan kebijakan akuntansi dan perbaikan
terhadap kesalahan mendasar sebagaimana diatur dalam Pernyataan
Standar Akuntansi Keuangan terkait
4. transaksi modal dengan pemilik dan distribusi kepada pemilik
5. saldo akumulasi laba atau rugi pada awal dan akhir periode serta
perubahanya
6. rekonsiliasi antara nilai tercatat dari masing-masing jenis modal saham,
agio dan cadangan pada awal dan akhir periode yang mengungkapkan
setiap perubahan secara terpisah.
Perubahan ekuitas entitas syariah menggambarkan peningkatan atau
penurunan aset bersih atau kekayaan selama periode bersangkutan
berdasarkan prinsip pengukuran tertentu yang dianut dalam laboran
keuangan.laporan perubahan ekuitas menggambarkan jumlah keuntungan dan
Atikah Amelia Nasution : Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Multijasa Pada PT BPR Syariah Puduarta Insani Tembung, 2009.
bersangkutan, kecuali untuk perubahan yang berasal dari transaksi dengan
pemegang saham seperti setoran modal dan pembayaran dividen.
d. Laporan Arus Kas
Laporan arus kas PT BPR Syariah Puduarta Insani disusun berdasarkan
ketentuan yang telah ditetapkan dalam Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan terkait.
e. Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Zakat
Zakat adalah sebagian dari harta yang wajib dikeluarkan oleh wajib
zakat (muzakki) untuk diserahkan Kepada penerima zakat (mustahiq).
Pembayaran zakat dilakukan apabila nisab dan haulnya terpenuhi dari harta
yang memenuhi kriteria wajib zakat. Dana zakat tidak diperkenankan untuk
menutup penyisihan kerugian aset produktif.
Unsur dasar laporan sumber dan penggunaan dana zakat meliputi sumber
dana, penggunaan dana selama satu jangka waktu, serta saldo dana zakat yang
menunjukkan dana zakat yang belum disalurkan pada tanggal tertentu.
Laporan sumber dan penggunaan dana zakat adalah salah satu komponen
laporan keuangan yang disajikan oleh entitas syariah, yang menunjukkan:
1. dana zakat yang berasal dari wajib zakat (muzakki):
a. zakat dari dalam entitas syariah
b. zakat dari pihak luar entitas syariah
2. penggunaan dana zakat melalui lembaga amil zakat untuk:
Atikah Amelia Nasution : Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Multijasa Pada PT BPR Syariah Puduarta Insani Tembung, 2009.
b. miskin
c. riqab
d. orang yang terlilit hutang (gharim)
e. muallaf
f. fiisabilillah
g. orang yang dalam perjalanan (ibnu sabil)
h. amil
3. kenaikan atau penurunan dana zakat
4. saldo awal dana zakat
5. saldo akhir dana zakat
f. Catatan atas Laporan Keuangan
Salah satu laporan keuangan yang disajikan oleh entitas syariah adalah
catatan atas laporan keuangan. Catatan atas laporan keuangan harus disajikan
secara sistematis. Setiap pos dalam neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas,
laporan perubahan ekuitas, laporan sumber dan penggunaan dana zakat,
laporan sumber dan penggunaan dana qard, harus berkaitan dengan informasi
yang terdapat dalam catatan atas laporan keuangan. Catatan atas laporan
keuangan mengungkapkan:
1. informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan
akuntansi yang dipilih dan diterapkan terhadap peristiwa dan transaksi
Atikah Amelia Nasution : Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Multijasa Pada PT BPR Syariah Puduarta Insani Tembung, 2009.
2. informasi yang diwajibkan dalam Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan tetapi tidak disajikan di neraca, laporan laba rugi, laporan arus
kas, laporan perubahan ekuitas, laporan sumber dan penggunaan dana
zakat, dan laporan sumber dan penggunaan dana qard;
3. informasi tambahan yang tidak disajikan dalam laporan keuangan tetapi
diperlukan dalam rangka penyajian secara wajar.
Catatan atas laporan keuangan meliputi penjelasan naratif atau rincian
jumlah yang tertera dalam neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas dan
laporan perubahan ekuitas, laporan sumber dan penggunaan dana zakat, dan
laporan penggunaan dana kebajikan, serta informasi tambahan seperti
kewajiban kontijensi dan komitmen. Catatan atas laporan keuangan juga
mencakup informasi yang diharuskan dan dianjurkan untuk diungkapkan
dalam PSAK serta pengungkapan-pengungkapan lain yang diperlukan untuk
menghasilkan penyajian laporan keuangan secara wajar.
Catatan atas laporan keuangan biasanya disajikan dengan urutan sebagai
berikut:
1. pengungkapan mengenai dasar pengukuran dan kebijakan akuntansi yang
diterapkan;
2. informasi pendukung pos-pos laporan keuangan sesuai urutan
sebagaimana pos-pos tersebut disajikan dalam laporan keuangan dan
urutan penyajian komponen laporan keuangan;
3. pengungkapan lain termasuk kontijensi, komitmen dan pengungkapan
Atikah Amelia Nasution : Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Multijasa Pada PT BPR Syariah Puduarta Insani Tembung, 2009.
Hal ini dilakukan dalam rangka membantu pengguna laporan memahami
laporan keuangan dan membandingkannya dengan laporan keuangan entitas
syariah lain.
g. Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Qard
Unsur dasar laporan sumber dan penggunaan dana qard meliputi sumber
dan penggunaan dana selama jangka waktu tertentu, serta saldo dana qard
yang menunjukkan saldo dana qard yang belum disalurkan pada tanggal
tertentu.
Bank menyajikan laporan sumber dan penggunaan dana qard sebagai
komponen utama laporan keuangan yang menunjukkan:
1. sumber dana qard berasal dari penerimaan:
a. infak
b. sedekah
c. hasil pengelolaan wakaf sesuai dengan perundang-undangan yang
berlaku
d. pengembalian dana kebajikan produktif
e. denda
f. pendapatan non halal
2. penggunaan dana qard untuk:
a. dana qard produktif
b. penggunaan lainnya untuk kepentingan umum
Atikah Amelia Nasution : Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Multijasa Pada PT BPR Syariah Puduarta Insani Tembung, 2009.
4. saldo awal dana penggunaan dana qard
5. saldo akhir dana penggunaan dana qard.
h. Daftar Komitmen dan Kontijensi
Daftar ini menggambarkan tagihan-tagihan maupun
kewajiban-kewajiban dimana BPRS telah berkomitmen untuk merealisasikannya.
Sedangkan tagihan kontijensi maupun kewajiban kontijensi adalah tagihan
maupun kewajiban yang mungkin timbul (bisa terjadi, bisa tidak) di kemudian
hari.
3. PSAK No. 59 Mengenai Ijarah
a. Ijarah
Dalam PSAK No.59 mengenai ijarah, perlakuan akuntansi yang dibahas
adalah perlakuan akuntansi ijarah kebendaan, yaitu perlakuan akuntansi
sewa-menyewa. Oleh karena itu perlakuan akuntansi ijarah kebendaan ini dibedakan
berdasarkan kepemilikan objek sewa.
1) Asset dimiliki oleh Bank (Bank sebagai pemilik objek sewa)
Dalam hal Bank sebagai pemilik objek sewa, perlakuan akuntansi atas
pembiayaan ijarah telah diatur dalam PSAK 59 sebagai berikut:
a) Objek sewa diakui sebesar biaya perolehan pada saat perolehan
objek sewa dan disusutkan sesuai dengan
• kebijakan penyusutan pemilik objek sewa untuk aktiva sejenis
Atikah Amelia Nasution : Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Multijasa Pada PT BPR Syariah Puduarta Insani Tembung, 2009.
• masa sewa jika merupakan transaksi ijarah muntahiyah bittamlik
b) Pendapatan ijarah dan ijarah muntahiyah bittamlik diakui selama
masa akad secara proporsional kecuali pendapatan ijarah muntahiyah
bittamlik melalui penjualan secara bertahap maka besar pendapatan
setiap periode akan menurun secara progresif selama masa akad
karena adanya pelunasan bagian per bagian objek sewa pada setiap
periode tersebut.
c) Piutang pendapatan ijarah dan ijarah muntahiyah bittamlik diukur
sebesar nilai bersih yang dapat direalisasikan pada akhir periode
pelaporan.
d) Jika biaya akad menjadi beban pemilik objek sewa maka biaya
tersebut dialokasikan secara konsisten dengan alokasi pendapatan
ijarah atau ijarah muntahiyah bittamlik selama masa akad.
e) Pengakuan biaya perbaikan objek sewa adalah sebagai berikut:
• Biaya perbaikan tidak rutin objek sewa diakui pada saat
terjadinya.
• Jika penyewa malakukan perbaikan rutin objek sewa dengan
persetujuan pemilik objek sewa maka biaya tersebut dibebankan
kepada pemilik objek sewa dan diakui sebagai beban pada
periode terjadinya perbaikan tersebut.
• Dalam ijarah muntahiyah bittamlik melalui penjualan secara
Atikah Amelia Nasution : Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Multijasa Pada PT BPR Syariah Puduarta Insani Tembung, 2009.
ditanggung pemilik objek sewa maupun penyewa sebanding
dengan bagian kepemilikan masing-masing di dalam objek sewa.
f) Dalam ijarah muntahiyah bittamlik perpindahan hak milik objek
sewa melalui hibah diakui pada saat seluruh pembayaran sewa telah
diselesaikan dan objek sewa yang telah diserahkan kepada penyewa.
Objek sewa dikeluarkan dari aktiva pemilik objek sewa pada saat
terjadinya perpindahan hak milik objek sewa.
g) Perpindahan hak milik objek sewa dalam ijarah muntahiyah
bittamlik melalui penjualan objek sewa dengan harga sebesar sisa
cicilan sewa sebelum berakhirnya masa sewa diakui pada saat
penyewa membeli objek sewa. Pemilik objek sewa mengakui
keuntungan atau kerugian atas penjualan tersebut sebesar selisih
antara harga jual dan nilai buku bersih objek sewa.
h) Pengakuan pelepasan objek sewa dalam ijarah muntahiyah bittamlik
melalui pembayaran sekadarnya adalah sebagai berikut:
• Perpindahan hak milik objek sewa diakui jika seluruh
pembayaran sewa telah diselesaikan dan penyewa membeli objek
sewa dari pemilik objek sewa;
• Objek sewa dikeluarkan dari aktiva pemilik objek sewa pada saat
terjadinya perpindahan hak milik objek sewa;
• Jika penyewa berjanji untuk membeli objek sewa tetapi
kemudian memutuskan untuk tidak melakukannya dan nilai
Atikah Amelia Nasution : Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Multijasa Pada PT BPR Syariah Puduarta Insani Tembung, 2009.
selisihnya diakui sebagai piutang pemilik objek sewa kepada
penyewa; dan
• Jika penyewa tidak berjanji untuk membeli objek sewa dan
memutuskan untuk tidak melakukannya, maka objek sewa dinilai
sebesar nilai wajar atau nilai buku, mana yang lebih rendah. Jika
nilai wajar objek sewa tersebut lebih rendah dari nilai buku,
maka selisihnya diakui sebagai kerugian pada periode berjalan.
i) Pengakuan pelepasan objek sewa dalam ijarah muntahiyah bittamlik
melalui penjualan objek sewa secara bertahap adalah sebagai berikut:
• Perpindahan hak milik sebagian objek sewa diakui jika seluruh
pembayaran sewa telah diselesaikan dan penyewa membeli
sebagian objek sewa dari pemilik objek sewa;
• Nilai buku bagian objek sewa yang telah dijual dikeluarkan dari
aktiva pemilik objek sewa pada saat terjadinya perpindahan hak
milik bagian objek sewa;
• Pemilik objek sewa mengakui keuntungan atau kerugian sebesar
selisih antara harga jual dan nilai buku atas bagian objek sewa
yang telah dijual; dan
• Jika penyewa tidak melakukan pembelian atas objek sewa yang
tersisa maka perlakuan akuntansinya sesuai dengan perlakuan
akuntansi atas pelepasan objek sewa melalui pembayaran
Atikah Amelia Nasution : Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Multijasa Pada PT BPR Syariah Puduarta Insani Tembung, 2009.
j) Dalam ijarah muntahiyah bittamlik jika objek sewa mengalami
penurunan nilai permanen sebelum perpindahan hak milik kepada
penyewa dan penurunan nilai tersebut timbul bukan akibat tindakan
penyewa atau kelalaiannya, serta jumlah cicilan ijarah yang sudah
dibayar melebihi nilai sewa yang wajar, maka selisih antara
keduanya (jumlah yang sudah dibayar penyewa untuk tujuan
pembelian aktiva tersebut dan nilai sewa wajarnya) diakui sebagai
kewajiban kepada penyewa dan dibebankan sebagai kerugian pada
periode terjadinya penurunan nilai.
2) Bank sebagai penyewa
Dalam hal Bank sebagai penyewa, perlakuan akuntansi atas pembiayaan
Ijarah telah diatur dalam PSAK 59 sebagai berikut:
a) Beban Ijarah dan ijarah muntahiyah bittamlik diakui secara
proporsional selama masa akad.
b) Jika biaya akad menjadi beban penyewa maka biaya tersebut
dialokasikan secara konsisten dengan alokasi beban ijarah atau ijarah
muntahiyah bittamlik selama masa akad.
c) Jika biaya pemeliharaan rutin dan operasi objek sewa berdasarkan
akad menjadi beban penyewa maka biaya tersebut diakui sebagai
beban pada saat terjadinya. Biaya pemeliharaan rutin dan operasi
Atikah Amelia Nasution : Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Multijasa Pada PT BPR Syariah Puduarta Insani Tembung, 2009.
secara bertahap akan meningkat secara progresif sejalan dengan
peningkatan kepemilikan sewa.
d) Perpindahan hak milik objek sewa dalam ijarah muntahiyah
bittamlik melalui hibah diakui pada saat seluruh pembayaran sewa
ijarah telah diselesaikan dan objek sewa telah diterima penyewa.
Objek sewa yang diterima diakui sebagai aktiva penyewa sebesar
nilai wajar pada saat terjadinya. Penerimaan objek sewa tersebut di
sis lain akan menambah:
• Saldo laba, jika sumber pendanaan berasal dari modal bank;
• Dana investasi tidak terikat, jika sumber pendanaan berasal dari
simpanan pihak ketiga; atau
• Saldo laba dan dana investasi tidak terikat secara proporsional,
jika sumber pendanaan berasal dari modal bank dan simpanan
pihak ketiga.
e) Perpindahan hak milik objek sewa dalam ijarah muntahiyah
bittamlik melalui pembelian objek sewa dengan harga sebesar sisa
cicilan sewa sebelum berakhirnya masa sewa diakui pada saat
penyewa membeli objek sewa. Penyewa mengakui objek sewa yang
diterima sebagai aktiva penyewa sebesar kas yang dibayarkan.
f) Pengakuan penerimaan objek sewa dalam ijarah muntahiyah
Atikah Amelia Nasution : Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Multijasa Pada PT BPR Syariah Puduarta Insani Tembung, 2009.
• Perpindahan hak milik objek sewa diakui jika seluruh
pembayaran sewa ijarah telah diselesaikan dan penyewa membeli
objek sewa dari pemilik objek sewa; dan
• Objek sewa yang diterima diakui sebagai aktiva penyewa sebesar
kas yang dibayarkan.
g) Pengakuan penerimaan objek sewa dalan ijarah muntahiyah bittamlik
melalui pembelian objek sewa secara bertahap adalah sebagai
berikut:
• Perpindahan hak milik sebagian objek sewa diakui jika seluruh
pembayaran sewa ijarah telah diselesaikan dan penyewa membeli
sebagian objek sewa dari pemilik objek sewa; dan
• Bagian objek sewa yang diterima diakui sebagai aktiva penyewa
sebesar biaya perolehannya.
h) Objek sewa yang telah dibeli oleh penyewa disusutkan sesuai dengan
kebijakan penyusutan penyewa.
i) jika objek sewa mengalami penurunan nilai permanen sebelum
perpindahan hak milik kepada penyewa dan penurunan nilai tersebut
timbul bukan akibat dari tindakan penyewa atau kelalaiannya, serta
jumlah cicilan sewa yang sudah dibayar melebihi nilai sewa yang
wajar, maka selisih antara keduanya (jumlah yang sudah dibayar
penyewa untuk tujuan pembelian aktiva tersebut dan nilai sewa
wajarnya) diakui sebagai piutang jatuh tempo penyewa kepada
Atikah Amelia Nasution : Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Multijasa Pada PT BPR Syariah Puduarta Insani Tembung, 2009.
j) Jika nasabah menjual aktiva kepada bank dan menyewanya kembali,
maka perlakuan akuntansi bank sebagai pemilik objek sewa
diterapkan.
k) Jika bank menjual aktiva kepada nasabah dan menyewanya kembali,
maka perlakuan akuntansi bank sebagai penyewa diterapkan sebagai
berikut:
• Keuntungan atau kerugian penjualan aktiva diakui bank pada saat
terjadinya transaksi penjualan jika penyewaan kembali dilakukan
secara ijarah; dan
• Keuntungan atau kerugian penjualan aktiva dialokasikan sebagai
penyesuaian terhadap beban ijarah selama masa akad jika
penyewaan kembali dilakukan secara ijarah muntahiyah
bittamlik.
l) Jika bank menyewakan kepada nasabah aktiva yang sebelumnya
disewa oleh bank dari pihak ketiga, maka perlakuan akuntansi bank
sebagai pemilik objek sewa dan penyewa diterapkan.
m) Penyisihan kerugian aktiva produktif dan piutang yang timbul dari
transaksi aktiva produktif dibentuk sebesar estimasi kerugian aktiva
produktif dan piutang yang tidak dapat ditagih sesuai dengan
denominasi mata uang aktiva produktif dan piutang yang diberikan.
n) Pendapatan aktiva produktif yang non-performing diakui pada saat
Atikah Amelia Nasution : Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Multijasa Pada PT BPR Syariah Puduarta Insani Tembung, 2009.
o) Pada saat aktiva produktif diklasifikasikan sebagai non-performing,
pendapatan yang telah diakui tetapi belum diterima harus dibatalkan.
b. Kafalah
Mengingat bahwa dalam pembiayaan multijasa Bank berperan
memberikan jasa yaitu membayarkan sejumlah uang (bukan sewa menyewa
dan tidak terdapat objek sewa), maka perlakuan akuntansi yang relevan adalah
akuntansi penerimaan jasa. Perlakuan akuntansi atas transaksi jasa dapat
merujuk pada kafalah dan wakalah.
Kafalah disebut juga dhaman (jaminan), hamalah (beban), dan za’amah
(tanggungan). Akad kafalah yaitu perjanjian pemberian jaminan yang
diberikan oleh penanggung kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban
pihak kedua atau pihak yang ditanggung.
Secara teknis akad kafalah berupa perjanjian bahwa seseorang
memberikan penjaminan kepada seorang kreditor yang memerikan utang
kepada seorang debitor, yaitu menjamin bahwa utang debitor akan dilunasi
oleh penjamin apabila debitor tidak membayar utangnya. Contoh akad kafalah
adalah garansi bank, stand by Letter of Credit, pembukaan L/C impor,
akseptasi, endorsement dan lain sebagainya.
Kafalah bisa atas sesuatu yang bersifat segera misalnya utang yang harus
segera dilunasi atau sesuatu dimasa depan. Kafalah dapat juga bersyarat,
misalnya kalau kamu pinjamkan uang pada adikku maka aku akan jamin
Atikah Amelia Nasution : Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Multijasa Pada PT BPR Syariah Puduarta Insani Tembung, 2009.
Kafalah merupakan salah satu jenis akad tabarru’ yang bertujuan untuk
saling tolong-menolong. Namun, penjamin dapat menerima imbalan
sepanjang tidak memberatkan. Apabila ada imbalan maka akad kafalah
bersifat mengikat dan tidak dapat dibatalkan secara sepihak.
Perlakuan akuntansi al-kafalah:
a) Bagi pihak penjamin
• Pada saat menerima imbalan tunai (tidak berkaitan dengan jangka
waktu)
Db. Kas
Kr. Pendapatan Kafalah
• Pada saat membayar beban
Db. Beban Kafalah
Kr. Kas
b) Bagi pihak yang meminta jaminan
• Pada saat membayar beban
Db. Beban Kfalah
Kr. Kas
c. Wakalah
Wakalah artinya penyerahan, pendelegasian atau pemberian mandat.
Akad wakalah adalah akad pelimpahan kekuasaan oleh satu pihak kepada
Atikah Amelia Nasution : Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Multijasa Pada PT BPR Syariah Puduarta Insani Tembung, 2009.
mewakilkan dalam pembelian barang, pengiriman uang, pembayaran utang,
penagihan utang, realisasi letter of credit dan lain sebagainya.
Wakalah dalam pendelegasian pembelian barang, terjadi dalam situasi
dimana seseorang mengajukan calon atau menunjuk orang lain untuk
mewakili dirinya membeli sesuatu. Orang yang meminta diwakilkan harus
menyerahkan sejumlah uang secara penuh sebesar harga barang yang akan
dibeli kepada agen/pihak yang mewakili dalam suatu kontrak wadiah. Agen
membayar pihak ketiga dengan menggunakan titipan orang yang minta
diwakilkan untuk membeli barang.
Agen boleh menerima komisi dan boleh tidak menerima komisi. Tetapi
bila ada komisi atau upah maka akadnya seperti akad ijarah/sewa-menyewa.
Wakalah dengan imbalan disebut dengan wakalah bil ujrah, bersifat mengikat
dan tidak dapat dibatalkan secara sepihak.
Perlakuan akuntansi al-wakalah:
a) Bagi pihak yang mewakilkan/wakil/penerim kuasa
• Pada saat menerima imbalan tunai (tidak berkaitan dengan jangka
waktu)
Db. Kas
Kr. Pendapatan Wakalah
• Pada saat membayar beban
Db. Beban Wakalah
Atikah Amelia Nasution : Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Multijasa Pada PT BPR Syariah Puduarta Insani Tembung, 2009.
• Pada saat diterima pendapatan untuk jangka waktu dua tahun dimuka
Db. Kas
Kr. Pendapatan Wakalah Diterima Dimuka
• Pada saat mengakui pendapatan wakalah akhir periode
Db. Pendapatan Wakalah Diterima Dimuka
Kr. Pendapatan Wakalah
b) Bagi pihak yang meminta diwakilkan
• Pada saat membayar ujrah/komisi
Db. Beban Wakalah
Kr. Kas
4. Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia 2003
a. Bank Sebagai Pemilik Obyek Sewa
1) Aktiva yang dijadikan sebagai obyek ijarah diakui sebesar harga
perolehan.
2) Obyek ijarah disusutkan sesuai kebijakan penyusutan aktiva sejenis,
sedangkan obyek ijarah dalam Ijarah muntahiyah bittamlik disusutkan
sesuai masa sewa.
3) Biaya perbaikan obyek ijarah yang sifatnya tidak rutin diakui pada saat
terjadinya.
4) Jika penyewa melakukan perbaikan rutin atas obyek ijarah dengan
Atikah Amelia Nasution : Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Multijasa Pada PT BPR Syariah Puduarta Insani Tembung, 2009.
pemilik obyek ijarah dan diakui sebagai beban pada periode terjadinya
perbaikan tersebut.
5) Dalam ijarah muntahiyah bittamlik melaui penjualan secara bertahap
biaya perbaikan obyek ijarah ditanggung oleh pemilik obyek ijarah
sebesar porsi kepemilikan atas obyek ijarah tersebut.
b. Perpindahan hak kepemilikan obyek ijarah
1) Melalui hibah diakui saat seluruh pembayaran selesai dan obyek ijarah
telah diserahkan kepada penyewa serta dikeluarkan dari aktiva pemilik
obyek ijarah.
2) Melalui penjualan obyek ijarah sebesar sisa cicilan sebelum
berakhirnya masa sewa diakui pada saat penyewa membeli obyek
ijarah. Pemilik obyek ijarah mengakui keuntungan atas kerugian
tersebut sebesar selisih harga jual dan nilai bukunya.
3) Melalui pembayaran sekadarnya: diakui jika seluruh pembayaran sewa
telah diselesaikan dan penyewa membeli obyek ijarah dari pemilik
obyek ijarah.
4) Obyek ijarah dikeluarkan dari:
a) aktiva pemilik obyek ijarah pada saat terjadinya perpindahan hak
milik obyek ijarah;
b) jika penyewa berjanji untuk membeli obyek ijarah dan
Atikah Amelia Nasution : Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Multijasa Pada PT BPR Syariah Puduarta Insani Tembung, 2009.
ijarah ternyata lebih rendah dari nilai bukunya, maka selisihnya
diakui sebagai piutang pemilik obyek ijarah kepada penyewa; dan
c) jika penyewa tidak berjanji untuk membeli obyek ijarah dan
memustuskan untuk tidak melakukannya, maka obyek ijarah dinilai
sebesar nilai wajar atau nilai buku, mana yang lebih rendah. Jika
nilai wajar obyek ijarah tersebut lebih rendah dari nilai buku, maka
selisihnya diakui sebesar kerugian pada periode berjalan.
5) Melalui penjualan obyek ijarah secara bertahap adalah sebagai berikut:
a) diakui jika seluruh pembayaran sewa telah diselesaikan dan
penyewa membeli sebagian obyek ijarah dari pemilik obyek ijarah;
b) nilai buku bagian obyek sewa yang telah dijual dikeluarkan dari
aktiva pemilik obyek sewa pada saat terjadinya perpindahan hak
milik bagian obyek sewa.
c) Pemilik obyek sewa mengakui keuntungan atau kerugian sebesar
selisih antara harga jual dan nilai buku atas bagian obyek sewa
yang telah dijual; dan
d) Jika penyewa tidak melakukan pembelian atas obyek sewa yang
tersisa maka perlakuan akuntansinya sesuai dengan butir c) 3. dan
c) 4. di atas.
c. Bank Sebagai Penyewa
Atikah Amelia Nasution : Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Multijasa Pada PT BPR Syariah Puduarta Insani Tembung, 2009.
2) Jika biaya akad menjadi beban penyewa maka biaya tersebut
dialokasikan secara konsisten dengan alokasi beban ijarah atau ijarah
muntahiyah bittamlik selama masa akad.
3) Jika biaya pemeliharaan rutin dan operasi obyek sewa berdasarkan akad
menjadi beban penyewa maka biaya tersebut diakui sebagai beban pada
saat terjadinya. Biaya pemeliharaan rutin dan operasi dalam ijarah
muntahiyah bittamlik melalui penjualan obyek sewa secara bertahap
akan meningkat secara progresif sejalan dengan peningkatan
kepemilikan obyek sewa.
4) Perpindahan hak kepemilikan obyek sewa dengan cara:
a) hibah diakui sebagai aktiva sebesar nilai wajar dari obyek sewa,
dan di sisi lain diakui sebagai pendapatan operasi lainnya.
b) pembelian sebelum berakhirnya jangka waktu dengan harga
sebesar sisa pembayaran sewa diakui sebesar kas yang dibayarkan.
c) pembelian sebelum berakhirnya jangka waktu dengan harga
sekadarnya diakui sebesar kas yang dibayarkan.
d) pembelian secara bertahap diakui sebesar harga perolehan.
d. Penyajian
1) Obyek sewa yang dibeli bank untuk disewakan kembali disajikan dalam
neraca pada pos aktiva ijarah.
2) Akumulasi penyusutan aktiva ijarah disajikan sebagai pos lawan (contra
Atikah Amelia Nasution : Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Multijasa Pada PT BPR Syariah Puduarta Insani Tembung, 2009.
3) Tunggakan pendapatan sewa disajikan dalam pos piutang pendapatan
ijarah.
4) Uang muka pembayaran sewa aktiva ijarah disajikan dalam pos aktiva
lain-lain.
5) Beban perbaikan aktiva ijarah atas beban pemilik obyek sewa yang
dibayarkan terlebih dahulu disajikan dalam pos aktiva lain-lain pada
akun piutang kepada pemilik obyek sewa.
e. Jurnal
Untuk Ijarah dan Ijarah Muntahiyah Bittamlik:
1) Bank sebagai pemilik obyek sewa
a) Pada saat perolehan
Db. Aktiva Ijarah
Kr. Kas/Rekening
b) Pada saat penyusutan
Db. Biaya penyusutan
Kr. Akumulasi penyusutan aktiva ijarah
c) Pada saat penerimaan sewa dari lesse
Db. Kas/Rekening penyewa
Kr. Pendapatan sewa
(catatan: untuk tujuan penghitungan dasar distribusi bagi hasil,
pendapatan ijarah yang dibagikan adalah hasil sewa setelah
Atikah Amelia Nasution : Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Multijasa Pada PT BPR Syariah Puduarta Insani Tembung, 2009.
d) Pada saat pembebanan beban perbaikan
Db. Beban perbaikan aktiva ijarah
Kr. Kas/Rekening
e) Apabila dalam masa sewa diketahui terjadi penurunan kualitas
obyek sewa yang bukan disebabkan tindakan/kelalaian penyewa
yang mengakibatkan jumlah cicilan yang telah diterima lebih besar
dari nilai sewa yang wajar.
Db. Beban pengembalian kelebihan penerimaan sewa
Kr. Kas/Hutang kepada penyewa/Rekening penyewa
(catatan: beban pengembalian ini merupaka offsetting account dari
pendapatan sewa)
f) Pada saat pengalihan obyek sewa dalam ijarah muntahiyah
bittamlik:
• melalui hibah pada saat seluruh pendapatan sewa telah
diterima dan obyek sewa tidak memiliki nilai sisa
Db. Akumulais penyusutan aktiva ijarah
Kr. Aktiva Ijarah
• melalui penjualan obyek sewa sebelum berakhirnya masa
sewa dengan harga jual sebesar sisa cicilan sewa
(1) jika harga jual lebih besar dari nilai buku
Db. Kas/Rekening penyewa
Db. Akumulasi penyusutan aktiva ijarah
Atikah Amelia Nasution : Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Multijasa Pada PT BPR Syariah Puduarta Insani Tembung, 2009.
Kr. Keuntungan penjualan aktiva ijarah
(2) jika harga jual sama dengan nilai buku
Db. Kas/Rekening penyewa
Db. Akumulasi Penyusutan aktiva ijarah
Kr. Aktiva ijarah
(3) jika harga jual lebih kecil dari nilai buku
Db. Kas/Rekening penyewa
Db. Akumulasi Penyusutan aktiva ijarah
Db. Kerugian penjualan aktiva ijarah
Kr. Aktiva ijarah
• melalui penjualan obyek sewa dengan harga sekadarnya
setelah seluruh penerimaan sewa diterima dan obyek sewa
tidak memiliki nilai sisa.
Db. Kas/Rekening penyewa
Db. Akumulasi Penyusutan aktiva ijarah
Kr. Keuntungan penjualan aktiva ijarah
Kr. Aktiva ijarah
g) Jika penyewa berjanji untuk membeli tetapi kemudian
membatalkan, dan nilai wajar obyek sewa lebih rendah dari nilai
buku dan dibebankan kepada penyewa.
Db. Piutang kepada penyewa
Atikah Amelia Nasution : Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Multijasa Pada PT BPR Syariah Puduarta Insani Tembung, 2009.
(catatan: jumlah yang dicatat sebesar porsi penurunan nilai aktiva
ijarah)
h) Jika penyewa tidak berjanji untuk membeli dan kemudian
memutuskan untuk tidak membeli, dan nilai wajar obyek sewa
lebih rendah dari nilai buku maka penurunan nilai buku tersebut
diakui sebagai kerugian:
Db. Beban Penyusutan aktiva ijarah
Kr. Akumulasi Penyusutan aktiva ijarah
2) Bank sebagai penyewa
a) Pada saat pembayaran sewa
(1) jika dalam satu periode
Db. Biaya sewa aktiva ijarah
Kr. Kas/Rekening pemilik obyek sewa
(2) jika lebih dari satu periode
Db. Sewa dibayar dimuka aktiva ijarah
Kr. Kas/Rekening pemilik obyek sewa
b) Pada saat amotisasi sewa dibayar dimuka
Db. Biaya sewa aktiva ijarah
Kr. Sewa dibayar dimuka aktiva ijarah
c) Pada saat perbaikan aktiva ijarah atas beban pemilik obyek sewa
Db. Piutang kepada pemilik obyek sewa
Atikah Amelia Nasution : Analisis Perlakuan Akun