• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Multijasa Pada PT BPR Syariah Puduarta Insani Tembung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Multijasa Pada PT BPR Syariah Puduarta Insani Tembung"

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)

Atikah Amelia Nasution : Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Multijasa Pada PT BPR Syariah Puduarta Insani Tembung, 2009.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

SKRIPSI

ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI PEMBIAYAAN MULTIJASA PADA PT BPR SYARIAH PUDUARTA INSANI

TEMBUNG

OLEH

NAMA : ATIKAH AMELIA NASUTION

NIM : 050503230

DEPARTEMEN : AKUNTANSI

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

(2)

Atikah Amelia Nasution : Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Multijasa Pada PT BPR Syariah Puduarta Insani Tembung, 2009.

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul:

Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Multijasa Pada PT BPR

Syariah Puduarta Insani Tembung

Adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul dimaksud belum pernah

dimuat, dipublikasikan atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan

skripsi level program S-1 Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Univesitas

Sumatera Utara.

Semua sumber data dan informasi yang diperoleh telah dinyatakan dengan

jelas, benar apa adanya. Apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar saya

bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh universitas.

Medan, 21 Juli 2009

Yang Membuat Pernyataan

Atikah Amelia Nasution

(3)

Atikah Amelia Nasution : Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Multijasa Pada PT BPR Syariah Puduarta Insani Tembung, 2009.

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, serta senantiasa memberikan kesehatan,

kemampuan, dan kekuatan kepada Penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi

dengan judul :

“ Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Multijasa Pada PT BPR

Syariah Puduarta Insani Tembung ”

Skripsi ini penulis persembahkan untuk keluarga tercinta yang telah

memberikan doa dan dukungannya, terutama kepada kedua orang tua, Prof. Dr.

M. Yasir Nasution dan Husni Hasibuan, dan tak lupa kepada kakak dan adik ku

tersayang.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapat bantuan dan

bimbingan dari berbagai pihak berupa dukungan moril, materiil, spiritual, maupun

administrasi. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima

kasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuan, terutama :

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Arifin Akhmad, M.Si, Ak selaku Ketua Departemen Akuntansi

Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Fahmi Natigor Nasution, SE, M.Acc, Ak selaku Sekretaris

(4)

Atikah Amelia Nasution : Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Multijasa Pada PT BPR Syariah Puduarta Insani Tembung, 2009.

4. Bapak Iskandar Muda, SE, M.Si, selaku Dosen Pembimbing yang telah

memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis untuk menyelesaikan

skripsi ini.

5. Bapak Hasan Sakti Siregar, SE, M.Si, Ak, selaku Dosen Pembanding I dan

Bapak Fahmi Natigor Nasution, SE, M.Acc, selaku Dosen Pembanding II

yang telah memberikan kritik dan saran kepada penulis untuk

menyempurnakan skripsi ini.

6. Dosen Wali penulis, Bapak Iskandar Muda SE, Msi, Ak.

7. Bapak dan Ibu Staf Pengajar Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara

yang telah memberikan bimbingan semasa perkuliahan, serta Staf Pegawai

Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara yang telah membantu

birokrasi administrasi selama penyusunan skripsi.

8. Kepada bapak Saparuddin Siregar serta semua karyawan dan karyawati PT

BPR Syariah Puduarta Insani terima kasih banyak atas semua data dan

informasi yang diberikan sehigga mempermudah penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

9. Kepada Ayah dan Ibu yang telah sabar dan selalu mendukung micky untuk

semuanya. Terima kasih banyak untuk semua kasih sayang, doa, semangat,

pengorbanan, serta pengertian yang sangat besar buat Tika, semoga Tika

bisa memberikan yang terbaik untuk Ayah dan Ibu.

10. Kepada bang Azwar, bang Bayo, kak Ika serta adik ku Fika terima kasih

untuk doa dan dukungannya. Semoga Tika selalu bisa menjadi adik atau

(5)

Atikah Amelia Nasution : Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Multijasa Pada PT BPR Syariah Puduarta Insani Tembung, 2009.

11. Untuk semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, yang

telah membantu memberikan semangat dan dukungannya kepada penulis.

Akhir kata penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi

semua pihak yang memerlukannya.

Wassalamualaikum Wr. Wb

Medan, 21 Juli 2009 Yang Membuat Pernyataan

(6)

Atikah Amelia Nasution : Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Multijasa Pada PT BPR Syariah Puduarta Insani Tembung, 2009.

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengevaluasi perlakuan akuntansi pembiayaan multijasa pada PT BPR Syariah Puduarta Insani sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 59.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif. Jenis data dan sumber data yang dipakai adalah data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan dan pengolahan data dilakukan dengan teknik wawancara dan teknik dokumentasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa SOP (Standard Operating Procedure) multijasa belum sesuai dengan karakteristik pembiayaan multijasa karena metode akuntansi yang digunakan lebih sesuai kepada ijarah.

(7)

Atikah Amelia Nasution : Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Multijasa Pada PT BPR Syariah Puduarta Insani Tembung, 2009.

ABSTRACT

The Proposal of this research is to find out and evaluate the accounting of multijasa in PT BPR Syariah Puduarta Insani based on Financial Accounting Standard No. 59.

This research was classified as descriptive research. This research used primary and secondary data as the type. Inquiry and documentation technique were used as a collecting and analyzing data technique.

The result indicated that the SOP (Standard Operating Procedure) was not suitable for the character of multijasa since the accounting method used for multijasa was more suitable for ijarah.

(8)

Atikah Amelia Nasution : Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Multijasa Pada PT BPR Syariah Puduarta Insani Tembung, 2009.

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN...….i

KATA PENGANTAR ... ii

ABSTRAK ... v

ABSTRACT ... vi

DAFTAR ISI ...vii

DAFTAR GAMBAR...xi

DAFTAR LAMPIRAN ...xii

DAFTAR TABEL...xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan dan Batasan Masalah ... 2

1. Perumusan Masalah... 2

2. Batasan Masalah... 3

(9)

Atikah Amelia Nasution : Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Multijasa Pada PT BPR Syariah Puduarta Insani Tembung, 2009.

D Manfaat Penelitian ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pembiayaan Multijasa ... 5

1. Kodifikas Produk Perbankan Syariah ... 5

2. Fatwa Dewan Syariah Majelis Ulama Indonesia ... 7

B. Pengertian Pembiayaan Ijarah…………... 8

1. Kodifikas Produk Perbankan Syariah... 8

2. Fatwa Dewan Syariah Majelis Ulama Indonesia... 11

C. Akuntansi Pembiayaan Multijasa... 13

1. Gambaran Umum Akuntansi Syariah... 13

2. Laporan Keuangan BPRS……... 19

3. PSAK No. 59 Mengenai Ijarah ……… 27

4. Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah 2003... 38

D. Kerangka Konseptual... 48

BAB III METODE PENELITIAN A.Jenis Penelitian... 50

(10)

Atikah Amelia Nasution : Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Multijasa Pada PT BPR Syariah Puduarta Insani Tembung, 2009.

C. Definisi Operasional...51

D.Teknik Pengumpulan Data…...52

E. Metode Analisis Data………....52

F. Jadwal dan Lokasi Penelitian………...53

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum PT BPR Syariah Puduarta Insani...54

1. Sejarah Singkat Perusahaan .………...54

2. Produk...54

3. Struktur Organisasi...57

B. Pembiayaan Multijasa PT BPR Syariah Puduarta Insani... 65

C. Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Multijasa Pada PT BPR Syariah Puduarta Insani... 67

D. Analisis Hasil Penelitian...68

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan...72

B. Saran...72

DAFTAR PUSTAKA...74

(11)

Atikah Amelia Nasution : Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Multijasa Pada PT BPR Syariah Puduarta Insani Tembung, 2009.

DAFTAR GAMBAR

[image:11.595.158.443.285.548.2]

Nomor Judul Halaman

(12)

Atikah Amelia Nasution : Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Multijasa Pada PT BPR Syariah Puduarta Insani Tembung, 2009.

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul

Lampiran 1 Struktur Organisasi PT BPR Syariah Puduarta Insani

Lampiran 2 Neraca

Lampiran 3 Laporan Laba Rugi

Lampiran 4 Laporan Perubahan Dana Investasi Terikat

Lampiran 5 Laporan Rekonsiliasi Pendapatan Bagi Hasil

Lampiran 6 Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Zakat

(13)

Atikah Amelia Nasution : Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Multijasa Pada PT BPR Syariah Puduarta Insani Tembung, 2009.

DAFTAR TABEL

[image:13.595.158.443.285.548.2]

Nomor Judul Halaman

(14)

Atikah Amelia Nasution : Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Multijasa Pada PT BPR Syariah Puduarta Insani Tembung, 2009.

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada perbankan syariah terdapat beberapa jenis pembiayaan, antara lain

pembiayaan mudharabah, muarabahah, salam, istishna, dan ijarah. Dalam

perkembangannya, bank syariah harus mengikuti perkembangan kebutuhan

nasabah yang semakin bervariasi. Banyaknya variasi kebutuhan nasabah

menyebabkan munculnya jenis-jenis pembiayaan baru. Salah satu dari jenis

pembiayan tersebut adalah pembiayaan multijasa.

Pembiayaan multijasa adalah kegiatan penyaluran dana dalam bentuk

pembiayaan dalam akad Ijarah atau Kafalah dalam jasa keuangan antara lain

dalam bentuk pelayanan pendidikan, kesehatan, ketenagakerjaan, dan

kepariwisataan. Dalam pembiayaan multijasa bank syariah dapat memperoleh

imbalan jasa (ujrah) atau fee menurut kesepakatan di muka dan dinyatakan

dalam bentuk nominal bukan dalam bentuk prosentase.

Berbeda dengan perlakuan akuntansi pembiayaan yang lain, perlakuan

akuntansi atas pembiayaan multijasa belum diatur secara khusus dalam PSAK

59. Namun mengingat bahwa pembiayaan multijasa didasarkan pada akad

Ijarah dan Kafalah, maka perlakuan akuntansi pembiayaan multijasa ini dapat

(15)

Atikah Amelia Nasution : Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Multijasa Pada PT BPR Syariah Puduarta Insani Tembung, 2009.

Menurut Wiyono “ijarah adalah akad sewa menyewa antara pemilik

obyek sewa dan penyewa untuk mendapatkan imbalan atas obyek sewa yang

disewakan.”

Beberapa bank yang telah memasarkan produk pembiayaan multijasa

dipastikan memiliki pedoman masing-masing dalam perlakuan akuntansi

pembiayaan multijasa ini. Karena itu penulis tertarik untuk meneliti perlakuan

akuntansi pembiayaan multijasa yang diterapkan di Bank Syariah dan dalam

hal ini penulis mengambil sample perlakuannya di PT BPR Syariah Puduarta

Insani Tembung.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul: Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan

Multijasa Pada PT BPR Syariah Puduarta Insani Tembung.

B. Perumusan dan Batasan Masalah

1. Perumusan Masalah

Seperti telah dijelaskan di atas, penulis akan membahas perlakuan

akuntansi pembiayaan multijasa. Masalah yang dapat dirumuskan yaitu

apakah perlakuan akuntansi pembiayaan multijasa yang diterapkan PT BPR

Syariah Puduarta Insani telah sesuai dengan PSAK No. 59.

Berdasarkan penelitian pendahuluan yang penulis lakukan, maka penulis

merumuskan sebuah masalah yaitu apakah perlakuan akuntansi pembiayaan

multijasa yang dilakukan oleh PT BPR Syariah Puduarta Insani telah sesuai

(16)

Atikah Amelia Nasution : Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Multijasa Pada PT BPR Syariah Puduarta Insani Tembung, 2009.

2. Batasan Masalah

Penulis membatasi pembahasan perlakuan akuntansi pada pembiayaan

multijasa yang menggunakan akad Ijarah.

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah, tujuan yang ingin dicapai dalam

penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mengevaluasi perlakuan akuntansi

atas pembiayaan multijasa pada PT BPR Syariah Puduarta Insani sesuai

dengan PSAK No.59.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

1. Bagi peneliti, melalui penelitian ini diharapkan dapat memperluas

wawasan penulis mengenai pembiayaan multijasa dan dapat menambah

pengalaman dan mempraktekkan ilmu dan teori yang penulis dapat di

bangku kuliah khususnya menyangkut masalah perlakuan akuntansi.

2. Bagi PT BPR Syariah Puduarta Insani, melalui hasil penelitian ini

diharapkan dapat menjadi pedoman maupun pelengkap terhadap

berbagai pengetahuan di bidang perbankan syariah umumnya dan PT

(17)

Atikah Amelia Nasution : Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Multijasa Pada PT BPR Syariah Puduarta Insani Tembung, 2009.

3. Bagi pihak lain, melalui hasil penelitian ini juga diharapkan dapat

dijadikan referensi dan bahan masukan bagi penelitian sejenis untuk

(18)

Atikah Amelia Nasution : Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Multijasa Pada PT BPR Syariah Puduarta Insani Tembung, 2009.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Pembiayaan Multijasa

Pengertian pembiayaan multijasa dapat dipahami dengan menelusuri

Kodifikasi Produk Perbankan Syariah yang diterbitkan oleh bank indonesia

dan Fatwa Dewan Syariah Nasional Indonesia.

1. Kodifikas Produk Perbankan Syariah

Menurut Kodifikasi Produk Perbankan Syariah (2007 : 67) pembiayaan

multijasa adalah sebagai berikut:

a. Definisi

Pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan/piutang yang dapat dipersamakan dengan itu berupa:

1. Transaksi investasi dalam akad Mudharabah dan / atau Musyarakah; 2. Transaksi sewa dalam akad Ijarah atau sewa dengan opsi perpindahan hak

milik dalam akad Ijarah Muntahiyah bit Tamlik;

3. Transaksi jual beli dalam akad Murabahah, Salam, dan Istishna; 4. Transaksi pinjam-meminjam dalam akad Qardh;

5. Transaksi multijasa dengan menggunakan akad Ijarah atau Kafalah, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan nasabah pembiayaan yang mewajibkan nasabah pembiayaan untuk melunasi hutang / kewajibannya dan / atau menyelesaikan investasi mudharabah dan / atau musyarakah dan hasil pengelolaannya sesuai dengan akad.

b. Akad

1. Ijarah

Ijarah adalah transaksi sewa menyewa atas manfaat suatu barang dan /

atau jasa antara pemilik obyek sewa dengan penyewa untuk mendapatkan

(19)

Atikah Amelia Nasution : Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Multijasa Pada PT BPR Syariah Puduarta Insani Tembung, 2009.

2. Kafalah

Kafalah adalah jenis jasa jaminan yang diberikan oleh penanggung

(kafiil) kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang

ditanggung (makfuul’anhu, ashil).

c. Fitur dan Mekanisme

Pembiayaan Multijasa adalah penyediaan dana atau tagihan yang dapat

dipersamakan dengan itu berupa transaksi multijasa dengan menggunakan

akad ijarah atau kafalah berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank

dengan nasabah pembiayaan yang mewajibkan nasabah pembiayaan untuk

melunasi hutang / kewajibannya sesuai dengan akad.

d. Tujuan/ Manfaat

1) Bagi Bank

Melalui produk multijasa bank syariah mendapatkan kemudahan dalam

mengelola likuiditasnya, karena dapat menyalurkan pembiayaan dengan

memenuhi kebutuhan nasabah terhadap jasa-jasa yang dibenarkan secara

syariah.

2) Bagi Nasabah

Sebagai sumber dana bagi nasabah untuk kebutuhan terhadap jasa-jasa

tertentu seperti pendidikan dan kesehatan dan jasa lainnya yang dibenarkan

secara syariah.

(20)

Atikah Amelia Nasution : Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Multijasa Pada PT BPR Syariah Puduarta Insani Tembung, 2009.

Bank akan terekspos pada risiko pembiayaan (credit risk) yang terjadi

jika debitur wanprestai atau default. Selain itu, risiko pasar juga dapat terjadi

jika pembiayaan multijasa untuk transaksi komersial diberikan dalam valuta

asing yang dapat berasal dari pergerakan nilai tukar.

2. Fatwa Dewan Syariah Majelis Ulama Indonesia

Menurut Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia No.

44 (2006 : 328) pembiayaan multijasa memiliki ketentuan umum sebagai

berikut:

1) Pembiayaan multijasa hukumnya boleh (jaiz) dengan menggunakan akad Ijarah atau Kafalah.

2) Dalam hal LKS menggunakan akad Ijarah, maka harus mengikuti semua ketentuan yang ada dalam fatwa Ijarah.

3) Dalam hal LKS menggunakan akad Kafalah, maka harus mengikuti semua ketentuan yang ada dalam akad Kafalah.

4) Dalam kedua pembiayaan tersebut, LKS dapat memperoleh imbalan jasa (ujrah) atau fee.

5) Besar ujrah atau fee harus disepakati di awal dan dinyatakan dalam bentuk nominal bukan dalam bentuk prosentase.

Berdasarkan keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa pembiayaan

multijasa adalah salah satu bentuk jasa keuangan dalam bidang pendidikan,

kesehatan, pariwisata dan jasa lainnya yang dibenarkan secara syariah dengan

menggunakan akad ijarah atau kafalah berdasarkan persetujuan atau

kesepakatan antara bank dengan nasabah pembiayaan yang mewajibkan

nasabah pembiayaan untuk melunasi hutang / kewajibannya sesuai dengan

(21)

Atikah Amelia Nasution : Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Multijasa Pada PT BPR Syariah Puduarta Insani Tembung, 2009.

B. Pengertian Pembiayaan Ijarah

Mengingat bahwa pembiayaan multijasa menggunakan akad ijarah,

maka perlu dipahami pengertian dari pembiayaan ijarah. Pengertian

pembiayaan ijarah daat ditelusuri dari Kodifikasi Produk Perbankan Syariah

yang diterbitkan oleh Bank Indonesia serta Fatwa Dewan Syariah Nasional

Indonesia.

1. Kodifikasi Produk Perbankan Syariah

Menurut Kodifikasi Produk Perbankan Syariah (2007 : 56) pembiayaan

ijarah adalah sebagai berikut:

a. Definisi

Pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan/piutang yang dapat dipersamakan dengan itu berupa:

1. Transaksi investasi dalam akad Mudharabah dan / atau Musyarakah;

2. Transaksi sewa dalam akad Ijarah atau sewa dengan opsi

perpindahan hak milik dalam akad Ijarah Muntahiyah bit Tamlik; 3. Transaksi jual beli dalam akad Murabahah, Salam, dan Istishna; 4. Transaksi pinjam-meminjam dalam akad Qardh;

5. Transaksi multijasa dengan menggunakan akad Ijarah atau Kafalah, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan nasabah pembiayaan yang mewajibkan nasabah pembiayaan untuk melunasi hutang / kewajibannya dan / atau menyelesaikan investasi mudharabah dan / atau musyarakah dan hasil pengelolaannya sesuai dengan akad.

b. Akad

1) Ijarah

Ijarah adalah akad sewa menyewa atas manfaat suatu barang dan / atau

jasa antara pemilik obyek sewa dengan penyewa untuk mendapatkan imbalan

berupa sewa atau upah bagi pemilik obyek sewa.

(22)

Atikah Amelia Nasution : Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Multijasa Pada PT BPR Syariah Puduarta Insani Tembung, 2009.

Ijarah Muntahiya Bittamlik adalah sewa menyewa antara pemilik obyek

sewa dan penyewa untuk mendapatkan imbalan atas obyek sewa yang

disewakan dengan opsi perpindahan hak milik obyek sewa baik dengan jual

beli atau pemberian (hibah) pada saat tertentu sesuai akad sewa.

c. Fitur dan Mekanisme

1) Pembiayaan Ijarah adalah penyediaan dana atau tagihan yang dapat

dipersamakan dengan itu berupa transaksi sewa dalam akad Ijarah atau

sewa dengan opsi perpindahan hak milik dalam akad Ijarah Muntahiya

bit Tamlik berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan

nasabah pembiayaan yang mewajibkan nasabah pembiayaan untuk

melunasi hutang/kewajiban sewa sesuai akad.

2) Obyek Ijarah adalah manfaat dari penggunaan barang dan/atau jasa.

Manfaat barang atau jasa harus bisa dinilai dan dapat dilaksanakan

dalam kontrak. Manfaat barang atau jasa harus yang bersifat dibolehkan

(tidak diharamkan). Manfaat harus dikenali secara spesifik sedemikian

rupa untuk menghilangkan jahalah (ketidaktahuan) yang akan

mengakibatkan sengketa. Spesifikasi manfaat dinyatakan dengan jelas,

termasuk jangka waktunya. Bisa juga dikenali dengan spesifikasi atau

identifikasi fisik.

3) Secara teknis kewajiban Bank sebagai pemberi manfaat barang atau jasa:

a) Menyediakan barang yang disewakan atau jasa yang diberikan

(23)

Atikah Amelia Nasution : Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Multijasa Pada PT BPR Syariah Puduarta Insani Tembung, 2009.

c) Menjamin bila terdapat cacat pada barang yang disewakan

d) Kewajiban nasabah sebagai penerima manfaat:

e) Membayar sewa atau upah dan bertanggungjawab untuk menjaga

keutuhan barang serta menggunakannya sesuai kontrak.

f) Menanggung biaya pemeliharaan barang yang sifatnya ringan

(tidak materiil).

g) Jika barang yang disewa rusak, bukan karena pelanggaran dari

penggunaan yang dibolehkan, juga bukan karena kelalaian nasabah

dalam menjaganya, maka nasabah tidak bertanggungjawab atas

kerusakan tersebut.

d. Tujuan dan Manfaat

1) Bagi Bank

Pembiayaan Ijarah merupakan salah satu bentuk pembiayaan atau

diversifikasi portofolio aset bank serta sarana fee based income dimana Bank

berpeluang untuk mendapatkan fee.

2) Bagi Nasabah

Sebagai sumber pembiayaan dan layanan perbankan bagi nasabah baik

untuk tujuan pembelian barang modal (investasi) maupun pengadaan rumah,

kendaraan dan barang konsumsi lainnya.

(24)

Atikah Amelia Nasution : Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Multijasa Pada PT BPR Syariah Puduarta Insani Tembung, 2009.

Risiko utama dari produk ini adalah risiko pembiayaan (credit risk) yang

terjadi jika debitur wanprestasi atau default. Selain itu, risiko pasar juga dapat

terjadi jika modal pengadaan aktiva Ijarah maupun sumber pembiayaan Ijarah

adalah dalam valuta asing dimana risiko dapat berasal dari pergerakan nilai

tukar.

2. Fatwa Dewan Syariah Majelis Ulama Indonesia

Menurut Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia

No.09 (2006 : 59) pembiayaan ijarah adalah sebagai berikut:

a. Rukun dan Syarat Ijarah:

1) Sighat Ijarah, yaitu ijab dan qabul berupa pernyataan dari kedua belah

pihak yang berakad (berkontrak), baik secara verbal atau dalam bentuk

lain.

2) Pihak-pihak yang berakad; terdiri atas pemberi sewa / pemberi jasa dan

penyewa / pengguna jasa.

3) Obyek akad Ijarah; yaitu:

a) manfaat barang dan sewa; atau

b) manfaat jasa dan upah.

b. Ketentuan Obyek Ijarah:

1) Obyek Ijarah adalah manfaat dari penggunaan barang dan / atau jasa.

2) Manfaat barang atau jasa harus bisa dinilai dan dapat dilaksanakan dalam

(25)

Atikah Amelia Nasution : Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Multijasa Pada PT BPR Syariah Puduarta Insani Tembung, 2009.

3) Manfaat barang dan jasa harus yang bersifat dibolehkan (tidak

diharamkan).

4) Kesanggupan memenuhi manfaat harus nyata dan sesuai dengan syariah.

5) Manfaat barang atau jasa harus dikenali secara spesifik sedemikian rupa

untuk menghilangkan jahalah (ketidakjelasan) yang akan mengakibatkan

sengketa.

6) Spesifikasi manfaat harus dinyatakan dengan jelas , termasuk jangka

waktunya. Bisa juga dikenali dengan spesifikasi atau identifikasi fisik.

7) Sewa atau upah harus disepakati dalam akad dan wajib dibayar oleh

penyewa / pengguna jasa kepada pemberi sewa / pemberi jasa (LKS)

sebagai pembayaran manfaat atau jasa. Sesuatu yang dapat dijadikan

harga (tsaman) dalam jual beli dapat pula dijadikan sewa atau upah

dalam Ijarah.

8) Pembayaran sewa atau upah boleh berbentuk jasa (manfaat lain) dari

jenis yang sama dengan obyek kontrak.

9) Kelenturan (flexibility) dalam menentukan sewa atau upah dapat

diwujudkan dalam ukuran waktu, tempat dan jarak.

c. Kewajiban LKS dan Nasabah dalam Pembiayaan Ijarah:

1) Kewajiban LKS sebagai pemberi manfaat barang atau jasa:

a) Menyediakan barang yang disewakan atau jasa yang diberikan.

b) Menanggung biaya pemeliharaan barang.

c) Menjamin bila terdapat cacat pada barang yang disewakan.

(26)

Atikah Amelia Nasution : Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Multijasa Pada PT BPR Syariah Puduarta Insani Tembung, 2009.

a) Membayar sewa atau upah dan bertanggungjawab untuk menjaga

keutuhan barang serta menggunakannya sesuai akad (kontrak).

b) Menanggung biaya pemeliharaan barang yang sifatnya ringan (tidak

materiil).

c) Jika barang yang disewa rusak, bukan karena pelanggaran dari

penggunaan yang dibolehkan, juga bukan karena kelalaian pihak

penerima manfaat dalam menjaganya, ia tidak bertanggungjawab

atas kerusakan tersebut.

d) Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika

terjadi perselisihan di antara para pihak, maka penyelesaiannya dilakukan

melalui Badan Arbitrasi Syari’ah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui

musyawarah.

Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa Pembiayaan Ijarah

adalah salah satu bentuk jasa keuangan berupa transaksi sewa dalam akad

Ijarah atau sewa dengan opsi perpindahan hak milik dalam akad Ijarah

Muntahiya bit Tamlik berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank

dengan nasabah pembiayaan yang mewajibkan nasabah pembiayaan untuk

melunasi hutang/kewajiban sewa sesuai akad, dan pemilik objek sewa

memperoleh imbalan berupa sewa atau upah.

C. Akuntansi Pembiayaan Multijasa

(27)

Atikah Amelia Nasution : Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Multijasa Pada PT BPR Syariah Puduarta Insani Tembung, 2009.

Pada awalnya akuntansi merupakan bagian dari ilmu pasti, yaitu bagian

dari ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan masalah hukum alam dan

perhitungan yang bersifat memiliki kebenaran absolut. Sebagai bagian dari

ilmu pasti yang perkembangannya bersifat akumulatif, maka setiap penemuan

metode baru dalam akuntansi akan menambah dan memperkaya ilmu

akuntansi tersebut. Bahkan pemikir akuntansi pada awal perkembangannya

merupakan seorang ahli matematika seperti Luca Paciolli dan Musa

Al-Khawarizmy.

Akuntansi dalam Islam merupakan alat (tool) untuk melaksanakan

perintah Allah SWT dalam QS Al-Baqarah [2]: 282 untuk melakukan

pencatatan dalam melakukan transaksi usaha. Implikasi lebih jauh adalah

keperluan terhadap suatu sistem pencatatan tentang hak dan kewajiban,

pelaporan yang terpadu dan komprehensif.

Islam memandang akuntansi tidak sekedar ilmu yang bebas nilai untuk

melakukan pencatatan dan pelaporan saja, tetapi juga sebagai alat untuk

menjalankan nilai-nilai Islam (Islamic values) sesuai ketentuan syariah.

Secara normatif, masyarakat Muslim mempraktikkan akuntansi

berdasarkan pada perintah Allah dalam QS Al-Baqarah [2]:282. Perintah ini

sesungguhnya bersifat universal dalam arti bahwa praktik pencatatan harus

dilakukan dengan benar atas transaksi yang dilakukan oleh seseorang dengan

orang lainnya. Substansi dari perintah ini adalah : (1) praktik pencatatan yang

harus dilakukan dengan (2) benar (adil dan jujur). Substansi tersebut berlaku

(28)

Atikah Amelia Nasution : Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Multijasa Pada PT BPR Syariah Puduarta Insani Tembung, 2009.

Perintah normatif Alquran di atas perlu dioperasionalkan dalam bentuk

aksi/prakrik. Sehingga perintah Alquran dapat membumi dalam masyarakat.

Selama ini masyarakat Muslim secara umum terperangkap pada aspek

normatif dalam memahami perintah-perintah agama, dan sebaliknya

melupakan praktiknya. Sehingga diperlukan sebuah ilmu sosial profetik, yaitu

ilmu yang diturunkan dari Alquran dan Hadis (Sunnah Nabi) dengan

menggunakan kaidah-kaidah ilmiah yang nantinya digunakan untuk

menjembatani antara perintah normatif dengan praktik. Dengan ilmu ini,

perintah-perintah normatif menjadi lebih operasional dan dapat dipraktikkan

dalam dunia nyata.

Dalam hal ini, Akuntansi Syariah sebenarnya merupakan bagian dari

upaya kita dalam membangun ilmu sosial profetik di bidang akuntansi.

Perintah normatif telah ada dalam Alquran, berikutnya adalah menerjemahkan

Alquran dalam bentuk teori Akuntansi Syariah yang pada gilirannya

digunakan untuk memberikan arah (guidance) tentang praktik akuntansi yang

sesuai dengan syariah.

Teori Akuntansi Syariah dan praktik Akuntansi Syariah adalah dua hal

yang tidak dapat dipisahkan, dan keduanya tidak boleh lepas dari bingkai

keimanan/tauhid, maka teori Akuntansi Syariah memiliki prinsip-prinsip

sebagai berikut:

1. Humanis

2. Emansipatoris

(29)

Atikah Amelia Nasution : Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Multijasa Pada PT BPR Syariah Puduarta Insani Tembung, 2009.

4. Teleologikal

Humanis memberikan suatu pengertian bahwa teori Akuntansi Syariah

bersifat manusiawi, sesuai dengan fitrah manusia, dan dapat dipraktikkan

sesuai dengan kapasitas yang dimiliki oleh manusia sebagai makhluk yang

selalu berinteraksi dengan orang lain dan alam secara dinamis dalam

kehidupan sehari-hari, berarti dibangun berdasarkan budaya manusia itu

sendiri.

Emansipatoris mempunyai pengertian bahwa teori Akuntansi Syariah

mampu melakukan perubahan-perubahan yang signifikan terhadap teori dan

praktik akuntansi modern yang eksis saat ini. Perubahan-perubahan yang

dimaksud di sini adalah perubahan yang membebaskan (emansipasi). Dengan

pembebasan ini diharapkan teori Akuntansi Syariah mampu melakukan

perubahan pemikiran dan tindakan manusia yang menggunakannya, yaitu dari

pemikiran yang sempit dan parsial menuju pemikiran yang luas, holistik, dan

tercerahkan.

Transendental mempunyai makna bahwa teori Akuntansi Syariah

melintas batas disiplin ilmu akuntansi itu sendiri. Bahkan melintas batas dunia

materi (ekonomi). Dengan prinsip filosofis ini teori Akuntansi Syariah dapat

memperkaya dirinya dengan mengadopsi disiplin ilmu lainnya (selain ilmu

ekonomi).

Teleologikal memberikan suatu dasar pemikiran bahwa akuntansi tidak

sekadar memberikan informasi untuk pengambilan keputusan ekonomi, tetapi

(30)

Atikah Amelia Nasution : Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Multijasa Pada PT BPR Syariah Puduarta Insani Tembung, 2009.

manusia terhadap Tuhannya, kepada sesama manusia, dan kepada alam

semesta.

Teori Akuntansi Syariah, sebagaimana telah disinggung di atas,

memberikan arah bagi penggunanya untuk melakukan aksi. Oleh karena itu

ada konsep dasar yang diturunkan dari prinsip filosofis yang telah diuraikan di

atas, yaitu:

o

Prinsip Filosofis Konsep Dasar

Humanis

Emansipatoris

Transendental

Teleologikal

• Instrumental

• Socio-economic

• Critical

• Justice

• All-inclusive

• Rational-intuitive

• Ethical

• Holistic Welfare

Secara sederhana, dari prinsip filosofis humanis kita dapat menurunkan

konsep dasar instrumental dan socio-economic. Konsep dasar instrumental

diperoleh dengan dasar pemikiran bahwa Akuntansi Syariah merupakan

(31)

Atikah Amelia Nasution : Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Multijasa Pada PT BPR Syariah Puduarta Insani Tembung, 2009.

Konsep dasar socio-economic mengindikasikan bahwa teori Akuntansi

Syariah tidak membatasi wacana yang dimilikinya pada transaksi-transaksi

ekonomi saja, tetapi juga mencakup transaksi-transaksi sosial. Transaksi sosial

meliputi transaksi yang menyangkut aspek sosial, mental, dan spiritual dari

sumber daya yang dimiliki oleh entitas bisnis.

Dari prinsip filosofis emansipatoris kita mendapatkan konsep dasar

critical dan justice. Konsep dasar critical memberikan dasar pemikiran bahwa

konstruksi teori Akuntansi Syariah tidak bersifat dogmatis dan eksklusif.

Sikap kritis mengindikasikan bahwa kita dapat menilai secara rasional

kelemahan dan kekuatan akuntansi modern, dan berdasarkan penilai kritis ini

dapat dibangun teori akuntansi yang lebih baik dari sebelumnya.Konsep dasar

justice memposisikan aspek material dan non-material pada posisi yang adil.

Oleh karena itu dapat kita lihat bahwa konsep dasar justice memposisikan

aspek-aspek penting dalam akuntansi secara adil.

Kemudian dari prinsip filosofis transendental, kita mendapatkan konsep

dasar all-inclusive dan rational-intuitive. Konsep dasar all-inclusive

memberikan dasar pemikiran bahwa konstruksi teori Akuntansi Syariah

bersifat terbuka. Artinya tidak menutup kemungkinan teori Akuntansi Syariah

akan mengadopsi konsep-konsep dari akuntansi modern, sepanjang konsep

tersebut selaras dengan nilai-nilai Islam.

Konsep dasar rational-intuitive mengindikasikan bahwa konstruksi teori

Akuntansi Syariah memadukan kekuatan rasional dan intuisi manusia. Konsep

(32)

Atikah Amelia Nasution : Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Multijasa Pada PT BPR Syariah Puduarta Insani Tembung, 2009.

(termasuk akuntansi) mendudukkan rasio pada posisi sentral dan sebaliknya

menyingkirkan intuisi dalam proses konstruksi teori. Intuisi, bagi proponen

teori modern, berada di luar domain ilmu pengetahuan yang rasional. Oleh

karena itu, intuisi manusia tidak dapat dilibatkan dalam konstruksi ilmu

pengetahuan. Namun dalam kenyataannya, intuisi manusia memiliki kekuatan

yang sangat besar dalam melakukan perubahan-perubahan signifikan dalam

masyarakat. Intuisi inilah sebetulnya merupakan instrumen yang dapat

melahirkan inovasi-inovasi yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya. Oleh

karena itu intuisi merupakan instrumen yang sangat penting dalam konstruksi

teori Akuntansi Syariah.

Selanjutnya dari prinsip filosofis teleologikal kita mendapatkan konsep

dasar ethical dan holistic-welfare. Ethical merupakan konsep dasar yang

dihasilkan dari konsekuensi logis keinginan kembali ke Tuhan dalam keadaan

tenang dan suci. Untuk itu, maka seseorang harus mengikuti

hukum-hukumNya (Sunnatullah). Dengan kata lain Akuntansi Syariah dibangun

berdasarkan nilai-nilai etika Islam.

Konsekuensi dari penggunaan nilai-nilai etika Islam dalam konstruksi

Akuntansi Syariah adalah diakuinya bahwa kesejahteraan yang menjadi salah

satu aspek Akuntansi Syariah tidak terbatas pada kesejahteraan materi saja,

tetapi juga kesejahteraan non-materi. Maka yang dimaksud kesejahteraan di

sini adalah kesejahteraan yang utuh (holistic welfare). Sedangkan teori

(33)

Atikah Amelia Nasution : Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Multijasa Pada PT BPR Syariah Puduarta Insani Tembung, 2009.

2. Laporan Keuangan PT BPR Syariah Puduarta Insani

a. Neraca

PT BPR Syariah Puduarta Insani menyajikan aset lancar terpisah dari

asset tidak lancar dan kewajiban jangka pendek terpisah dari kewajiban jangka

panjang. Asset lancer disajikan menurut ukuran likuiditas sedangkan

kewajiban disajikan menurut ukuran jatuh temponya.

Bank juga harus mengungkapkan informasi mengenai jumlah setiap

asset yang akan diterima dan kewajiban yang akan dibayarkan sebelun dan

sesudah dua bels bulan dari tanggal neraca.

Neraca disusun sedemikian rupa yang menonjolkan berbagai unsur

posisi keuangan yang diperlukan bagi penyajian secara wajar. Neraca,

minimal mencakup pos-pos berikut:

1. kas dan setara kas

2. asset keuangan

3. piutang usaha dan piutang lainnya

4. persediaan

5. investasi yang diperlakukan menggunakan metode ekuitas

6. asset tetap

7. asset tidak berwujud

8. hutang usaha dan hutang lainnya

9. hutang pajak

10.dana syirkah temporer

(34)

Atikah Amelia Nasution : Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Multijasa Pada PT BPR Syariah Puduarta Insani Tembung, 2009.

12.modal saham dan pos ekuitas lainnya.

Pos, judul, dan sub-jumlah lain disajikan dalam neraca apabila

diwajibkan oleh Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan atau apabila

penyajian tersebut diperlukan untuk menyajikan posisi keuangan entitas

syariah secara wajar.

b. Laporan Laba Rugi

Laporan laba rugi PT BPR Syariah Puduarta Insani disajikan sedemikian

rupa yang menonjolkan berbagai unsur kinerja keuangan yang diperlukan bagi

penyajian secara wajar. Laporan laba rugi minimal mencakup pos-pos berikut:

1. pendapatan usaha

2. bagi hasil untuk pemilik dana

3. beban usaha

4. laba atau rugi usaha

5. pendapatan dan beban non usaha

6. laba atau rugi dari aktivitas normal

7. beban pajak

8. laba atau rugi bersih untuk periode berjalan

Pos, judul dan sub-jumlah lainnya disajikan dalam laporan laba rugi

apabila diwajibkan oleh Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan atau apabila

penyajian tersebut diperlukan untuk menyajikan kinerja keuangan entitas

(35)

Atikah Amelia Nasution : Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Multijasa Pada PT BPR Syariah Puduarta Insani Tembung, 2009.

c. Laporan Perubahan Ekuitas

Laporan perubahan ekuitas adalah salah satu komponen laporan

keuangan entitas syariah yang menunjukkan:

1. laba atau rugi bersih periode yang bersangkutan

2. setiap pos pendapatan dan beban, keuntungan atau kerugian beserta

jumlahnya yang berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan

terkait diakui secara langsung dalam ekuitas

3. pengaruh kumulatif dari perubahan kebijakan akuntansi dan perbaikan

terhadap kesalahan mendasar sebagaimana diatur dalam Pernyataan

Standar Akuntansi Keuangan terkait

4. transaksi modal dengan pemilik dan distribusi kepada pemilik

5. saldo akumulasi laba atau rugi pada awal dan akhir periode serta

perubahanya

6. rekonsiliasi antara nilai tercatat dari masing-masing jenis modal saham,

agio dan cadangan pada awal dan akhir periode yang mengungkapkan

setiap perubahan secara terpisah.

Perubahan ekuitas entitas syariah menggambarkan peningkatan atau

penurunan aset bersih atau kekayaan selama periode bersangkutan

berdasarkan prinsip pengukuran tertentu yang dianut dalam laboran

keuangan.laporan perubahan ekuitas menggambarkan jumlah keuntungan dan

(36)

Atikah Amelia Nasution : Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Multijasa Pada PT BPR Syariah Puduarta Insani Tembung, 2009.

bersangkutan, kecuali untuk perubahan yang berasal dari transaksi dengan

pemegang saham seperti setoran modal dan pembayaran dividen.

d. Laporan Arus Kas

Laporan arus kas PT BPR Syariah Puduarta Insani disusun berdasarkan

ketentuan yang telah ditetapkan dalam Pernyataan Standar Akuntansi

Keuangan terkait.

e. Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Zakat

Zakat adalah sebagian dari harta yang wajib dikeluarkan oleh wajib

zakat (muzakki) untuk diserahkan Kepada penerima zakat (mustahiq).

Pembayaran zakat dilakukan apabila nisab dan haulnya terpenuhi dari harta

yang memenuhi kriteria wajib zakat. Dana zakat tidak diperkenankan untuk

menutup penyisihan kerugian aset produktif.

Unsur dasar laporan sumber dan penggunaan dana zakat meliputi sumber

dana, penggunaan dana selama satu jangka waktu, serta saldo dana zakat yang

menunjukkan dana zakat yang belum disalurkan pada tanggal tertentu.

Laporan sumber dan penggunaan dana zakat adalah salah satu komponen

laporan keuangan yang disajikan oleh entitas syariah, yang menunjukkan:

1. dana zakat yang berasal dari wajib zakat (muzakki):

a. zakat dari dalam entitas syariah

b. zakat dari pihak luar entitas syariah

2. penggunaan dana zakat melalui lembaga amil zakat untuk:

(37)

Atikah Amelia Nasution : Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Multijasa Pada PT BPR Syariah Puduarta Insani Tembung, 2009.

b. miskin

c. riqab

d. orang yang terlilit hutang (gharim)

e. muallaf

f. fiisabilillah

g. orang yang dalam perjalanan (ibnu sabil)

h. amil

3. kenaikan atau penurunan dana zakat

4. saldo awal dana zakat

5. saldo akhir dana zakat

f. Catatan atas Laporan Keuangan

Salah satu laporan keuangan yang disajikan oleh entitas syariah adalah

catatan atas laporan keuangan. Catatan atas laporan keuangan harus disajikan

secara sistematis. Setiap pos dalam neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas,

laporan perubahan ekuitas, laporan sumber dan penggunaan dana zakat,

laporan sumber dan penggunaan dana qard, harus berkaitan dengan informasi

yang terdapat dalam catatan atas laporan keuangan. Catatan atas laporan

keuangan mengungkapkan:

1. informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan

akuntansi yang dipilih dan diterapkan terhadap peristiwa dan transaksi

(38)

Atikah Amelia Nasution : Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Multijasa Pada PT BPR Syariah Puduarta Insani Tembung, 2009.

2. informasi yang diwajibkan dalam Pernyataan Standar Akuntansi

Keuangan tetapi tidak disajikan di neraca, laporan laba rugi, laporan arus

kas, laporan perubahan ekuitas, laporan sumber dan penggunaan dana

zakat, dan laporan sumber dan penggunaan dana qard;

3. informasi tambahan yang tidak disajikan dalam laporan keuangan tetapi

diperlukan dalam rangka penyajian secara wajar.

Catatan atas laporan keuangan meliputi penjelasan naratif atau rincian

jumlah yang tertera dalam neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas dan

laporan perubahan ekuitas, laporan sumber dan penggunaan dana zakat, dan

laporan penggunaan dana kebajikan, serta informasi tambahan seperti

kewajiban kontijensi dan komitmen. Catatan atas laporan keuangan juga

mencakup informasi yang diharuskan dan dianjurkan untuk diungkapkan

dalam PSAK serta pengungkapan-pengungkapan lain yang diperlukan untuk

menghasilkan penyajian laporan keuangan secara wajar.

Catatan atas laporan keuangan biasanya disajikan dengan urutan sebagai

berikut:

1. pengungkapan mengenai dasar pengukuran dan kebijakan akuntansi yang

diterapkan;

2. informasi pendukung pos-pos laporan keuangan sesuai urutan

sebagaimana pos-pos tersebut disajikan dalam laporan keuangan dan

urutan penyajian komponen laporan keuangan;

3. pengungkapan lain termasuk kontijensi, komitmen dan pengungkapan

(39)

Atikah Amelia Nasution : Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Multijasa Pada PT BPR Syariah Puduarta Insani Tembung, 2009.

Hal ini dilakukan dalam rangka membantu pengguna laporan memahami

laporan keuangan dan membandingkannya dengan laporan keuangan entitas

syariah lain.

g. Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Qard

Unsur dasar laporan sumber dan penggunaan dana qard meliputi sumber

dan penggunaan dana selama jangka waktu tertentu, serta saldo dana qard

yang menunjukkan saldo dana qard yang belum disalurkan pada tanggal

tertentu.

Bank menyajikan laporan sumber dan penggunaan dana qard sebagai

komponen utama laporan keuangan yang menunjukkan:

1. sumber dana qard berasal dari penerimaan:

a. infak

b. sedekah

c. hasil pengelolaan wakaf sesuai dengan perundang-undangan yang

berlaku

d. pengembalian dana kebajikan produktif

e. denda

f. pendapatan non halal

2. penggunaan dana qard untuk:

a. dana qard produktif

b. penggunaan lainnya untuk kepentingan umum

(40)

Atikah Amelia Nasution : Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Multijasa Pada PT BPR Syariah Puduarta Insani Tembung, 2009.

4. saldo awal dana penggunaan dana qard

5. saldo akhir dana penggunaan dana qard.

h. Daftar Komitmen dan Kontijensi

Daftar ini menggambarkan tagihan-tagihan maupun

kewajiban-kewajiban dimana BPRS telah berkomitmen untuk merealisasikannya.

Sedangkan tagihan kontijensi maupun kewajiban kontijensi adalah tagihan

maupun kewajiban yang mungkin timbul (bisa terjadi, bisa tidak) di kemudian

hari.

3. PSAK No. 59 Mengenai Ijarah

a. Ijarah

Dalam PSAK No.59 mengenai ijarah, perlakuan akuntansi yang dibahas

adalah perlakuan akuntansi ijarah kebendaan, yaitu perlakuan akuntansi

sewa-menyewa. Oleh karena itu perlakuan akuntansi ijarah kebendaan ini dibedakan

berdasarkan kepemilikan objek sewa.

1) Asset dimiliki oleh Bank (Bank sebagai pemilik objek sewa)

Dalam hal Bank sebagai pemilik objek sewa, perlakuan akuntansi atas

pembiayaan ijarah telah diatur dalam PSAK 59 sebagai berikut:

a) Objek sewa diakui sebesar biaya perolehan pada saat perolehan

objek sewa dan disusutkan sesuai dengan

• kebijakan penyusutan pemilik objek sewa untuk aktiva sejenis

(41)

Atikah Amelia Nasution : Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Multijasa Pada PT BPR Syariah Puduarta Insani Tembung, 2009.

• masa sewa jika merupakan transaksi ijarah muntahiyah bittamlik

b) Pendapatan ijarah dan ijarah muntahiyah bittamlik diakui selama

masa akad secara proporsional kecuali pendapatan ijarah muntahiyah

bittamlik melalui penjualan secara bertahap maka besar pendapatan

setiap periode akan menurun secara progresif selama masa akad

karena adanya pelunasan bagian per bagian objek sewa pada setiap

periode tersebut.

c) Piutang pendapatan ijarah dan ijarah muntahiyah bittamlik diukur

sebesar nilai bersih yang dapat direalisasikan pada akhir periode

pelaporan.

d) Jika biaya akad menjadi beban pemilik objek sewa maka biaya

tersebut dialokasikan secara konsisten dengan alokasi pendapatan

ijarah atau ijarah muntahiyah bittamlik selama masa akad.

e) Pengakuan biaya perbaikan objek sewa adalah sebagai berikut:

• Biaya perbaikan tidak rutin objek sewa diakui pada saat

terjadinya.

• Jika penyewa malakukan perbaikan rutin objek sewa dengan

persetujuan pemilik objek sewa maka biaya tersebut dibebankan

kepada pemilik objek sewa dan diakui sebagai beban pada

periode terjadinya perbaikan tersebut.

• Dalam ijarah muntahiyah bittamlik melalui penjualan secara

(42)

Atikah Amelia Nasution : Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Multijasa Pada PT BPR Syariah Puduarta Insani Tembung, 2009.

ditanggung pemilik objek sewa maupun penyewa sebanding

dengan bagian kepemilikan masing-masing di dalam objek sewa.

f) Dalam ijarah muntahiyah bittamlik perpindahan hak milik objek

sewa melalui hibah diakui pada saat seluruh pembayaran sewa telah

diselesaikan dan objek sewa yang telah diserahkan kepada penyewa.

Objek sewa dikeluarkan dari aktiva pemilik objek sewa pada saat

terjadinya perpindahan hak milik objek sewa.

g) Perpindahan hak milik objek sewa dalam ijarah muntahiyah

bittamlik melalui penjualan objek sewa dengan harga sebesar sisa

cicilan sewa sebelum berakhirnya masa sewa diakui pada saat

penyewa membeli objek sewa. Pemilik objek sewa mengakui

keuntungan atau kerugian atas penjualan tersebut sebesar selisih

antara harga jual dan nilai buku bersih objek sewa.

h) Pengakuan pelepasan objek sewa dalam ijarah muntahiyah bittamlik

melalui pembayaran sekadarnya adalah sebagai berikut:

• Perpindahan hak milik objek sewa diakui jika seluruh

pembayaran sewa telah diselesaikan dan penyewa membeli objek

sewa dari pemilik objek sewa;

• Objek sewa dikeluarkan dari aktiva pemilik objek sewa pada saat

terjadinya perpindahan hak milik objek sewa;

• Jika penyewa berjanji untuk membeli objek sewa tetapi

kemudian memutuskan untuk tidak melakukannya dan nilai

(43)

Atikah Amelia Nasution : Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Multijasa Pada PT BPR Syariah Puduarta Insani Tembung, 2009.

selisihnya diakui sebagai piutang pemilik objek sewa kepada

penyewa; dan

• Jika penyewa tidak berjanji untuk membeli objek sewa dan

memutuskan untuk tidak melakukannya, maka objek sewa dinilai

sebesar nilai wajar atau nilai buku, mana yang lebih rendah. Jika

nilai wajar objek sewa tersebut lebih rendah dari nilai buku,

maka selisihnya diakui sebagai kerugian pada periode berjalan.

i) Pengakuan pelepasan objek sewa dalam ijarah muntahiyah bittamlik

melalui penjualan objek sewa secara bertahap adalah sebagai berikut:

• Perpindahan hak milik sebagian objek sewa diakui jika seluruh

pembayaran sewa telah diselesaikan dan penyewa membeli

sebagian objek sewa dari pemilik objek sewa;

• Nilai buku bagian objek sewa yang telah dijual dikeluarkan dari

aktiva pemilik objek sewa pada saat terjadinya perpindahan hak

milik bagian objek sewa;

• Pemilik objek sewa mengakui keuntungan atau kerugian sebesar

selisih antara harga jual dan nilai buku atas bagian objek sewa

yang telah dijual; dan

• Jika penyewa tidak melakukan pembelian atas objek sewa yang

tersisa maka perlakuan akuntansinya sesuai dengan perlakuan

akuntansi atas pelepasan objek sewa melalui pembayaran

(44)

Atikah Amelia Nasution : Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Multijasa Pada PT BPR Syariah Puduarta Insani Tembung, 2009.

j) Dalam ijarah muntahiyah bittamlik jika objek sewa mengalami

penurunan nilai permanen sebelum perpindahan hak milik kepada

penyewa dan penurunan nilai tersebut timbul bukan akibat tindakan

penyewa atau kelalaiannya, serta jumlah cicilan ijarah yang sudah

dibayar melebihi nilai sewa yang wajar, maka selisih antara

keduanya (jumlah yang sudah dibayar penyewa untuk tujuan

pembelian aktiva tersebut dan nilai sewa wajarnya) diakui sebagai

kewajiban kepada penyewa dan dibebankan sebagai kerugian pada

periode terjadinya penurunan nilai.

2) Bank sebagai penyewa

Dalam hal Bank sebagai penyewa, perlakuan akuntansi atas pembiayaan

Ijarah telah diatur dalam PSAK 59 sebagai berikut:

a) Beban Ijarah dan ijarah muntahiyah bittamlik diakui secara

proporsional selama masa akad.

b) Jika biaya akad menjadi beban penyewa maka biaya tersebut

dialokasikan secara konsisten dengan alokasi beban ijarah atau ijarah

muntahiyah bittamlik selama masa akad.

c) Jika biaya pemeliharaan rutin dan operasi objek sewa berdasarkan

akad menjadi beban penyewa maka biaya tersebut diakui sebagai

beban pada saat terjadinya. Biaya pemeliharaan rutin dan operasi

(45)

Atikah Amelia Nasution : Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Multijasa Pada PT BPR Syariah Puduarta Insani Tembung, 2009.

secara bertahap akan meningkat secara progresif sejalan dengan

peningkatan kepemilikan sewa.

d) Perpindahan hak milik objek sewa dalam ijarah muntahiyah

bittamlik melalui hibah diakui pada saat seluruh pembayaran sewa

ijarah telah diselesaikan dan objek sewa telah diterima penyewa.

Objek sewa yang diterima diakui sebagai aktiva penyewa sebesar

nilai wajar pada saat terjadinya. Penerimaan objek sewa tersebut di

sis lain akan menambah:

• Saldo laba, jika sumber pendanaan berasal dari modal bank;

• Dana investasi tidak terikat, jika sumber pendanaan berasal dari

simpanan pihak ketiga; atau

• Saldo laba dan dana investasi tidak terikat secara proporsional,

jika sumber pendanaan berasal dari modal bank dan simpanan

pihak ketiga.

e) Perpindahan hak milik objek sewa dalam ijarah muntahiyah

bittamlik melalui pembelian objek sewa dengan harga sebesar sisa

cicilan sewa sebelum berakhirnya masa sewa diakui pada saat

penyewa membeli objek sewa. Penyewa mengakui objek sewa yang

diterima sebagai aktiva penyewa sebesar kas yang dibayarkan.

f) Pengakuan penerimaan objek sewa dalam ijarah muntahiyah

(46)

Atikah Amelia Nasution : Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Multijasa Pada PT BPR Syariah Puduarta Insani Tembung, 2009.

• Perpindahan hak milik objek sewa diakui jika seluruh

pembayaran sewa ijarah telah diselesaikan dan penyewa membeli

objek sewa dari pemilik objek sewa; dan

• Objek sewa yang diterima diakui sebagai aktiva penyewa sebesar

kas yang dibayarkan.

g) Pengakuan penerimaan objek sewa dalan ijarah muntahiyah bittamlik

melalui pembelian objek sewa secara bertahap adalah sebagai

berikut:

• Perpindahan hak milik sebagian objek sewa diakui jika seluruh

pembayaran sewa ijarah telah diselesaikan dan penyewa membeli

sebagian objek sewa dari pemilik objek sewa; dan

• Bagian objek sewa yang diterima diakui sebagai aktiva penyewa

sebesar biaya perolehannya.

h) Objek sewa yang telah dibeli oleh penyewa disusutkan sesuai dengan

kebijakan penyusutan penyewa.

i) jika objek sewa mengalami penurunan nilai permanen sebelum

perpindahan hak milik kepada penyewa dan penurunan nilai tersebut

timbul bukan akibat dari tindakan penyewa atau kelalaiannya, serta

jumlah cicilan sewa yang sudah dibayar melebihi nilai sewa yang

wajar, maka selisih antara keduanya (jumlah yang sudah dibayar

penyewa untuk tujuan pembelian aktiva tersebut dan nilai sewa

wajarnya) diakui sebagai piutang jatuh tempo penyewa kepada

(47)

Atikah Amelia Nasution : Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Multijasa Pada PT BPR Syariah Puduarta Insani Tembung, 2009.

j) Jika nasabah menjual aktiva kepada bank dan menyewanya kembali,

maka perlakuan akuntansi bank sebagai pemilik objek sewa

diterapkan.

k) Jika bank menjual aktiva kepada nasabah dan menyewanya kembali,

maka perlakuan akuntansi bank sebagai penyewa diterapkan sebagai

berikut:

• Keuntungan atau kerugian penjualan aktiva diakui bank pada saat

terjadinya transaksi penjualan jika penyewaan kembali dilakukan

secara ijarah; dan

• Keuntungan atau kerugian penjualan aktiva dialokasikan sebagai

penyesuaian terhadap beban ijarah selama masa akad jika

penyewaan kembali dilakukan secara ijarah muntahiyah

bittamlik.

l) Jika bank menyewakan kepada nasabah aktiva yang sebelumnya

disewa oleh bank dari pihak ketiga, maka perlakuan akuntansi bank

sebagai pemilik objek sewa dan penyewa diterapkan.

m) Penyisihan kerugian aktiva produktif dan piutang yang timbul dari

transaksi aktiva produktif dibentuk sebesar estimasi kerugian aktiva

produktif dan piutang yang tidak dapat ditagih sesuai dengan

denominasi mata uang aktiva produktif dan piutang yang diberikan.

n) Pendapatan aktiva produktif yang non-performing diakui pada saat

(48)

Atikah Amelia Nasution : Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Multijasa Pada PT BPR Syariah Puduarta Insani Tembung, 2009.

o) Pada saat aktiva produktif diklasifikasikan sebagai non-performing,

pendapatan yang telah diakui tetapi belum diterima harus dibatalkan.

b. Kafalah

Mengingat bahwa dalam pembiayaan multijasa Bank berperan

memberikan jasa yaitu membayarkan sejumlah uang (bukan sewa menyewa

dan tidak terdapat objek sewa), maka perlakuan akuntansi yang relevan adalah

akuntansi penerimaan jasa. Perlakuan akuntansi atas transaksi jasa dapat

merujuk pada kafalah dan wakalah.

Kafalah disebut juga dhaman (jaminan), hamalah (beban), dan za’amah

(tanggungan). Akad kafalah yaitu perjanjian pemberian jaminan yang

diberikan oleh penanggung kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban

pihak kedua atau pihak yang ditanggung.

Secara teknis akad kafalah berupa perjanjian bahwa seseorang

memberikan penjaminan kepada seorang kreditor yang memerikan utang

kepada seorang debitor, yaitu menjamin bahwa utang debitor akan dilunasi

oleh penjamin apabila debitor tidak membayar utangnya. Contoh akad kafalah

adalah garansi bank, stand by Letter of Credit, pembukaan L/C impor,

akseptasi, endorsement dan lain sebagainya.

Kafalah bisa atas sesuatu yang bersifat segera misalnya utang yang harus

segera dilunasi atau sesuatu dimasa depan. Kafalah dapat juga bersyarat,

misalnya kalau kamu pinjamkan uang pada adikku maka aku akan jamin

(49)

Atikah Amelia Nasution : Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Multijasa Pada PT BPR Syariah Puduarta Insani Tembung, 2009.

Kafalah merupakan salah satu jenis akad tabarru’ yang bertujuan untuk

saling tolong-menolong. Namun, penjamin dapat menerima imbalan

sepanjang tidak memberatkan. Apabila ada imbalan maka akad kafalah

bersifat mengikat dan tidak dapat dibatalkan secara sepihak.

Perlakuan akuntansi al-kafalah:

a) Bagi pihak penjamin

• Pada saat menerima imbalan tunai (tidak berkaitan dengan jangka

waktu)

Db. Kas

Kr. Pendapatan Kafalah

• Pada saat membayar beban

Db. Beban Kafalah

Kr. Kas

b) Bagi pihak yang meminta jaminan

• Pada saat membayar beban

Db. Beban Kfalah

Kr. Kas

c. Wakalah

Wakalah artinya penyerahan, pendelegasian atau pemberian mandat.

Akad wakalah adalah akad pelimpahan kekuasaan oleh satu pihak kepada

(50)

Atikah Amelia Nasution : Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Multijasa Pada PT BPR Syariah Puduarta Insani Tembung, 2009.

mewakilkan dalam pembelian barang, pengiriman uang, pembayaran utang,

penagihan utang, realisasi letter of credit dan lain sebagainya.

Wakalah dalam pendelegasian pembelian barang, terjadi dalam situasi

dimana seseorang mengajukan calon atau menunjuk orang lain untuk

mewakili dirinya membeli sesuatu. Orang yang meminta diwakilkan harus

menyerahkan sejumlah uang secara penuh sebesar harga barang yang akan

dibeli kepada agen/pihak yang mewakili dalam suatu kontrak wadiah. Agen

membayar pihak ketiga dengan menggunakan titipan orang yang minta

diwakilkan untuk membeli barang.

Agen boleh menerima komisi dan boleh tidak menerima komisi. Tetapi

bila ada komisi atau upah maka akadnya seperti akad ijarah/sewa-menyewa.

Wakalah dengan imbalan disebut dengan wakalah bil ujrah, bersifat mengikat

dan tidak dapat dibatalkan secara sepihak.

Perlakuan akuntansi al-wakalah:

a) Bagi pihak yang mewakilkan/wakil/penerim kuasa

• Pada saat menerima imbalan tunai (tidak berkaitan dengan jangka

waktu)

Db. Kas

Kr. Pendapatan Wakalah

• Pada saat membayar beban

Db. Beban Wakalah

(51)

Atikah Amelia Nasution : Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Multijasa Pada PT BPR Syariah Puduarta Insani Tembung, 2009.

• Pada saat diterima pendapatan untuk jangka waktu dua tahun dimuka

Db. Kas

Kr. Pendapatan Wakalah Diterima Dimuka

• Pada saat mengakui pendapatan wakalah akhir periode

Db. Pendapatan Wakalah Diterima Dimuka

Kr. Pendapatan Wakalah

b) Bagi pihak yang meminta diwakilkan

• Pada saat membayar ujrah/komisi

Db. Beban Wakalah

Kr. Kas

4. Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia 2003

a. Bank Sebagai Pemilik Obyek Sewa

1) Aktiva yang dijadikan sebagai obyek ijarah diakui sebesar harga

perolehan.

2) Obyek ijarah disusutkan sesuai kebijakan penyusutan aktiva sejenis,

sedangkan obyek ijarah dalam Ijarah muntahiyah bittamlik disusutkan

sesuai masa sewa.

3) Biaya perbaikan obyek ijarah yang sifatnya tidak rutin diakui pada saat

terjadinya.

4) Jika penyewa melakukan perbaikan rutin atas obyek ijarah dengan

(52)

Atikah Amelia Nasution : Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Multijasa Pada PT BPR Syariah Puduarta Insani Tembung, 2009.

pemilik obyek ijarah dan diakui sebagai beban pada periode terjadinya

perbaikan tersebut.

5) Dalam ijarah muntahiyah bittamlik melaui penjualan secara bertahap

biaya perbaikan obyek ijarah ditanggung oleh pemilik obyek ijarah

sebesar porsi kepemilikan atas obyek ijarah tersebut.

b. Perpindahan hak kepemilikan obyek ijarah

1) Melalui hibah diakui saat seluruh pembayaran selesai dan obyek ijarah

telah diserahkan kepada penyewa serta dikeluarkan dari aktiva pemilik

obyek ijarah.

2) Melalui penjualan obyek ijarah sebesar sisa cicilan sebelum

berakhirnya masa sewa diakui pada saat penyewa membeli obyek

ijarah. Pemilik obyek ijarah mengakui keuntungan atas kerugian

tersebut sebesar selisih harga jual dan nilai bukunya.

3) Melalui pembayaran sekadarnya: diakui jika seluruh pembayaran sewa

telah diselesaikan dan penyewa membeli obyek ijarah dari pemilik

obyek ijarah.

4) Obyek ijarah dikeluarkan dari:

a) aktiva pemilik obyek ijarah pada saat terjadinya perpindahan hak

milik obyek ijarah;

b) jika penyewa berjanji untuk membeli obyek ijarah dan

(53)

Atikah Amelia Nasution : Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Multijasa Pada PT BPR Syariah Puduarta Insani Tembung, 2009.

ijarah ternyata lebih rendah dari nilai bukunya, maka selisihnya

diakui sebagai piutang pemilik obyek ijarah kepada penyewa; dan

c) jika penyewa tidak berjanji untuk membeli obyek ijarah dan

memustuskan untuk tidak melakukannya, maka obyek ijarah dinilai

sebesar nilai wajar atau nilai buku, mana yang lebih rendah. Jika

nilai wajar obyek ijarah tersebut lebih rendah dari nilai buku, maka

selisihnya diakui sebesar kerugian pada periode berjalan.

5) Melalui penjualan obyek ijarah secara bertahap adalah sebagai berikut:

a) diakui jika seluruh pembayaran sewa telah diselesaikan dan

penyewa membeli sebagian obyek ijarah dari pemilik obyek ijarah;

b) nilai buku bagian obyek sewa yang telah dijual dikeluarkan dari

aktiva pemilik obyek sewa pada saat terjadinya perpindahan hak

milik bagian obyek sewa.

c) Pemilik obyek sewa mengakui keuntungan atau kerugian sebesar

selisih antara harga jual dan nilai buku atas bagian obyek sewa

yang telah dijual; dan

d) Jika penyewa tidak melakukan pembelian atas obyek sewa yang

tersisa maka perlakuan akuntansinya sesuai dengan butir c) 3. dan

c) 4. di atas.

c. Bank Sebagai Penyewa

(54)

Atikah Amelia Nasution : Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Multijasa Pada PT BPR Syariah Puduarta Insani Tembung, 2009.

2) Jika biaya akad menjadi beban penyewa maka biaya tersebut

dialokasikan secara konsisten dengan alokasi beban ijarah atau ijarah

muntahiyah bittamlik selama masa akad.

3) Jika biaya pemeliharaan rutin dan operasi obyek sewa berdasarkan akad

menjadi beban penyewa maka biaya tersebut diakui sebagai beban pada

saat terjadinya. Biaya pemeliharaan rutin dan operasi dalam ijarah

muntahiyah bittamlik melalui penjualan obyek sewa secara bertahap

akan meningkat secara progresif sejalan dengan peningkatan

kepemilikan obyek sewa.

4) Perpindahan hak kepemilikan obyek sewa dengan cara:

a) hibah diakui sebagai aktiva sebesar nilai wajar dari obyek sewa,

dan di sisi lain diakui sebagai pendapatan operasi lainnya.

b) pembelian sebelum berakhirnya jangka waktu dengan harga

sebesar sisa pembayaran sewa diakui sebesar kas yang dibayarkan.

c) pembelian sebelum berakhirnya jangka waktu dengan harga

sekadarnya diakui sebesar kas yang dibayarkan.

d) pembelian secara bertahap diakui sebesar harga perolehan.

d. Penyajian

1) Obyek sewa yang dibeli bank untuk disewakan kembali disajikan dalam

neraca pada pos aktiva ijarah.

2) Akumulasi penyusutan aktiva ijarah disajikan sebagai pos lawan (contra

(55)

Atikah Amelia Nasution : Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Multijasa Pada PT BPR Syariah Puduarta Insani Tembung, 2009.

3) Tunggakan pendapatan sewa disajikan dalam pos piutang pendapatan

ijarah.

4) Uang muka pembayaran sewa aktiva ijarah disajikan dalam pos aktiva

lain-lain.

5) Beban perbaikan aktiva ijarah atas beban pemilik obyek sewa yang

dibayarkan terlebih dahulu disajikan dalam pos aktiva lain-lain pada

akun piutang kepada pemilik obyek sewa.

e. Jurnal

Untuk Ijarah dan Ijarah Muntahiyah Bittamlik:

1) Bank sebagai pemilik obyek sewa

a) Pada saat perolehan

Db. Aktiva Ijarah

Kr. Kas/Rekening

b) Pada saat penyusutan

Db. Biaya penyusutan

Kr. Akumulasi penyusutan aktiva ijarah

c) Pada saat penerimaan sewa dari lesse

Db. Kas/Rekening penyewa

Kr. Pendapatan sewa

(catatan: untuk tujuan penghitungan dasar distribusi bagi hasil,

pendapatan ijarah yang dibagikan adalah hasil sewa setelah

(56)

Atikah Amelia Nasution : Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Multijasa Pada PT BPR Syariah Puduarta Insani Tembung, 2009.

d) Pada saat pembebanan beban perbaikan

Db. Beban perbaikan aktiva ijarah

Kr. Kas/Rekening

e) Apabila dalam masa sewa diketahui terjadi penurunan kualitas

obyek sewa yang bukan disebabkan tindakan/kelalaian penyewa

yang mengakibatkan jumlah cicilan yang telah diterima lebih besar

dari nilai sewa yang wajar.

Db. Beban pengembalian kelebihan penerimaan sewa

Kr. Kas/Hutang kepada penyewa/Rekening penyewa

(catatan: beban pengembalian ini merupaka offsetting account dari

pendapatan sewa)

f) Pada saat pengalihan obyek sewa dalam ijarah muntahiyah

bittamlik:

• melalui hibah pada saat seluruh pendapatan sewa telah

diterima dan obyek sewa tidak memiliki nilai sisa

Db. Akumulais penyusutan aktiva ijarah

Kr. Aktiva Ijarah

• melalui penjualan obyek sewa sebelum berakhirnya masa

sewa dengan harga jual sebesar sisa cicilan sewa

(1) jika harga jual lebih besar dari nilai buku

Db. Kas/Rekening penyewa

Db. Akumulasi penyusutan aktiva ijarah

(57)

Atikah Amelia Nasution : Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Multijasa Pada PT BPR Syariah Puduarta Insani Tembung, 2009.

Kr. Keuntungan penjualan aktiva ijarah

(2) jika harga jual sama dengan nilai buku

Db. Kas/Rekening penyewa

Db. Akumulasi Penyusutan aktiva ijarah

Kr. Aktiva ijarah

(3) jika harga jual lebih kecil dari nilai buku

Db. Kas/Rekening penyewa

Db. Akumulasi Penyusutan aktiva ijarah

Db. Kerugian penjualan aktiva ijarah

Kr. Aktiva ijarah

• melalui penjualan obyek sewa dengan harga sekadarnya

setelah seluruh penerimaan sewa diterima dan obyek sewa

tidak memiliki nilai sisa.

Db. Kas/Rekening penyewa

Db. Akumulasi Penyusutan aktiva ijarah

Kr. Keuntungan penjualan aktiva ijarah

Kr. Aktiva ijarah

g) Jika penyewa berjanji untuk membeli tetapi kemudian

membatalkan, dan nilai wajar obyek sewa lebih rendah dari nilai

buku dan dibebankan kepada penyewa.

Db. Piutang kepada penyewa

(58)

Atikah Amelia Nasution : Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Multijasa Pada PT BPR Syariah Puduarta Insani Tembung, 2009.

(catatan: jumlah yang dicatat sebesar porsi penurunan nilai aktiva

ijarah)

h) Jika penyewa tidak berjanji untuk membeli dan kemudian

memutuskan untuk tidak membeli, dan nilai wajar obyek sewa

lebih rendah dari nilai buku maka penurunan nilai buku tersebut

diakui sebagai kerugian:

Db. Beban Penyusutan aktiva ijarah

Kr. Akumulasi Penyusutan aktiva ijarah

2) Bank sebagai penyewa

a) Pada saat pembayaran sewa

(1) jika dalam satu periode

Db. Biaya sewa aktiva ijarah

Kr. Kas/Rekening pemilik obyek sewa

(2) jika lebih dari satu periode

Db. Sewa dibayar dimuka aktiva ijarah

Kr. Kas/Rekening pemilik obyek sewa

b) Pada saat amotisasi sewa dibayar dimuka

Db. Biaya sewa aktiva ijarah

Kr. Sewa dibayar dimuka aktiva ijarah

c) Pada saat perbaikan aktiva ijarah atas beban pemilik obyek sewa

Db. Piutang kepada pemilik obyek sewa

(59)

Atikah Amelia Nasution : Analisis Perlakuan Akun

Gambar

Gambar  2.1  Kerangka Konseptual................................................48
Tabel 3.1   Jadwal Penelitian ...................................................................
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Referensi

Dokumen terkait

Dari informasi yang di dapat dari berita tentang perkelahian antar pelajar yang melibatkan sekolah SMAN 6 Tambun Selatan maka peneliti tertarik untuk meneliti siswa yang ada di SMAN

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa ekstrak etanol buah pare (Momordica charantia L.) memiliki efek afrodisiak terhadap

dosis 160 mg dan dengan peningkat penetrasi SLS dapat menurunkan temperatur tubuh dan jumlah neutrofil tikus putih galur Wistar lebih signifikan, dibandingkan

Merupakan satuan Kerja LIni Suku Dinas Kesehatan dalam melaksanakan kegiatan pengolalaan sumber daya kesehatan.. Seksi sumber daya kesehatan dipimpin oleh seorang Kepala Seksi

Mengacu pada realisasi target produksi tahun 2013 yang tidak tercapai di penambangan swakelola, maka perlu dilakukan evaluasi terhadap kinerja alat mekanis kontrak paket

merencanakan desain disposal berdasarkan geometri lereng yang aman, lokasi yang sesuai, dan jumlah overburden hasil kegiatan penambangan pit 5 tahunan, dan merencanakan

Dengan demikian DNA adalah materi hereditas, yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi dan membedakan individu yang satu dengan individu yang lain,

Adaptive Capacity pada survival strategy yang dilakukan orang miskin yang terpinggirkan/Komunitas Gunung Brintik Semarang, dan penjelasan tentang survival strategy dan