Laporan Pengantar Tugas Akhir
FILM DOKUMENTER KESENIAN TEATER LENONG PADA SANGGAR SINAR BETAWI
DK 38315 / Tugas Akhir Semester II 2013 / 2014
Oleh : M. IDRIS 51910258
Program Studi Desain Komunikasi Visual
FAKULTAS DESAIN
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
BANDUNG
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
Nama Lengkap : Muhammad Idris HS
Nim : 51910258
Kelas : Dkv.7
Tempat tanggal lahir : Bekasi, 8 Januari
Agama : Islam
Email : Dizy.sardi@gmail.com
RIWAYAT HIDUP
1. Tahun 1997-2003 : SDN PASIR GOMBONG 01
vii DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ... i
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... ii
SURAT KETERANGAN HAK EKSLUSIF ... iii
ABSTRAK ... iv
BAB I PENDAHULUAN I.1 LatarBelakangMasalah ... 1
I.2 IdentifikasiMasalah ... 3
I.3 RumusanMasalah ... 4
I.4 BatasanMasalah ... 4
I.5 TujuanPerancangan ... 4
BAB II KESENIAN TEATER LENONG DENES DAN PREMAN II.1 Pemahaman Lenong dalam Seni Betawi ... 5
II.1.1 Tipe dan Sifat Cerita ... 6
II.2 Keberadaan Teater Lenong Denes dan Preman ... 12
II.2.1 Suasana Panggung Lenong ... 13
II.2.2 Pengguna Teater Lenong ... 13
II.2.3 Ciri Lenong Betawi ... 14
viii
II.2.5Ciri Khas dari Lenong Preman ... 16
II.3 KondisiTeaterLenong Denes danLenongPreman ... 17
II.3.1 KondisiLenong Denes ... 17
II.5.2Fungsi Film Dokumenter ... 21
II.5.3Unsur-unsur film dokumenter ... 21
II.6 Target Audiens ... 22
II.7 Solusi ... 23
BAB IIISTRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL III.1 Strategi Perancangan ... 24
III.1.1 Pendekatan Komunikasi ... 24
III.1.2Strategi Kreatif ... 27
III.1.3Strategi Media ... 28
III.1.4Strategi Distribusi ... 34
III.2Konsep Visual ... 34
III.2.1.Format Desain ... 34
III.2.2.Layout ... 34
III.2.3 Tata Suara ... 35
III.2.4 Teknik Pengambilan Gambar ... 35
III.2.5Tipografi ... 36
III.2.11Storyboard ... 41
ix
IV.IMaterial ... 43
IV.1.1 Hardware(Perangkat Keras) ... 43
IV.1.2 Software(Perangkat Lunak) ... 43
IV.2Pra Produksi ... 43
IV.3Produksi ... 44
IV.4 PsacaProduksi ... 46
IV.5Screen Shoot Film Dokumenter Sinar Betawi ... 51
DAFTAR PUSTAKA ... 52
vi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga dapat menyelesaikan laporan tugas akhir yang berjudul “FILM DOKUMENTER KESENIAN TEATER LENONG PADA SANGGAR SENI SINAR BETAWI”.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan dikarenakan adanya keterbatasan pengetahuan dan kemampuan penulis. Segala kesalahan dan pengalaman yang dialami, membuat penulis semakin mengerti arti sebuah kesuksesan. penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Dan tujuan dari disusunnya laporan ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan Pendidikan Sarjana Program Studi Desain Komunikasi Visual Universitas Komputer Indonesia Bandung.
Bandung, 19 Agustus 2014
52 DAFTAR PUSTAKA
Buku :
Effendy, Heru, 2009. Bagaimana memulai shooting: Mari Membuat Film, Jakarta: Erlangga.
Effendy, Heru. 2002. Mari Membuat Film: Panduan untuk menjadi produser.
Yogyakarta: Konfiden Panduan.
Ninuk. 1996. Studi Perbandingan Diakronik, Seri Tradisi Lisan Nusantara. Jakarta:
Penerbit Yayasan Obor Indonesia dan Yayasan Asosiasi Tradisi Lisan.
Suanda Endo. (2005). Topeng. Jakarta: Penerbit Pendidikan Kesnian Nusantara
Yuliade Koes. (2000). Lenong Betawi dalam Persilangan Budaya”, dalam IDEA: Jurnal Ilmiah Seni Pertunjukan, Edisi 1.
Interview:
1 BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang Masalah
Seni pertunjukan teater merupakan bentuk kesenian kontemporer yang telah hadir di masyarakat sejak berabad-abad silam. Keberadaan seni pertunjukan teater juga terdapat dalam kesenian tradisional pada kebudayaan Betawi, salah satu seni pertunjukan teater kontemporer dalam seni pertunjukan masyarakat Betawi adalah kesenian Lenong Betawi. Perkembangan kesenian Lenong Betawi terus mengalami perkembangan dimana sampai saat ini Lenong Betawi memiliki dua jenis penempilan yaitu Lenong Denes dan Lenong Preman.
Kesenian Lenong Betawi menjadi akar budaya dalam bentuk seni pertunjukan drama pada masyarakat khususnya pada suku Betawi, cerita yang dibawakan merupakan penggambaran sejarah tentang suatu keadaan masa lampau berupa cerita rakyat tentang bentuk perjuangan maupun nilai budaya yang ada di masyarakat Betawi. Seiring dengan perkembangan zaman bentuk pertunjukan disesuaikan dengan minat masyarakat dalam menikmati sajian cerita lenong sehingga jalan cerita dramanya dibuat seperti kehidupan sosial masyarakat sehari-hari, bentuk dialognya disesuaikan dengan percakapan ringan namun sarat dengan nilai dan cara pandang yang ada pada masyarakat.
2
tidak langsung seni pertunjukkan Lenong Betawi mampu ngerubah sudut pandang sosial masyarakat tentang suatu fenomena yang terjadi saat ini maupun masa lampau melalui alur ceritanya. Jakarta merupakan tempat asal dimana seni pertunjukkan Lenong Betawi hadir dan berkembang, adapun salah satu sanggar yang masih bertahan dalam usaha melestarikan dan mengembangakan kesenian Lenong Betawi adalah Sanggar Sinar Betawi.
Sanggar Sinar Betawi merupakan sanggar Lenong Betawi yang terkenal dan sering tampil dimasyarakat selain karena digagaskan oleh para tokoh asli Betawi sanggar ini selalu mampu menyajikan jalan cerita Lenong yang menarik bagi masyarakat. Namun seiring dengan menurunnya antusias masyarakat dalam menyaksikan pagelaran Lenong Betawi maupun pengenalan generasi muda saat ini dalam seni pertunjukkan Lenong Betawi, maka disinilah peran dokumenteri dalam proses menyebarkan informasi dan mengingatkan kembali pada masyarakat umum bahwa seni pertunjukan drama kontemporer berawal dari Lenong Betawi.
Berdasarkan kenyataanya kebudayaan Betawi yang merupakan kebudayaan pribumi tidak memiliki suatu sarana dan prasarana yang khusus mewadahi kegiatan seni dan budaya Betawi sebagaiciri khas kesenian yang seharusnya mendapat prioritas utama didalam pembangunan dan pengembangan senibudaya. KesenianLenong Denes dan Lenong Preman sampai saat ini masih menunjukkan eksistensinya. Oleh karena itu butuh usaha yang sangat keras bagi tokoh-tokoh seni betawi dan juga seluruh warga etnis Betawi agar lenong dapat terus eksis sebagai salah satu kebudayaan Betawi, serta agar Lenong dapat terus ada di kota Jakarta.
3
Dalam film dokumenter menjadi satu kekuatan tersendiri dimana adegan yang akan diambil memiliki makna komunikasi baik secara verbal maupun non verbal. Film dokumenter yang diambil tentang perjuangan sanggar SinarBetawidalam melestarikan kebudayaan Lenong Denes dan Preman memelurkan teknis yang baik pada pengambilan gambardan rinci dalam konseptualnya, sehingga gambaran tentang kegiatan dan bentuk penampilan mampu menyampaikan informasi dan memberi dampak pada penyimaknya setelah menyaksikan setiap adegan yang diputar dalam film dokumenter tersebut.
I.2 IdentifikasiMasalah
Ada beberapa permasalahan yang teridentifikasi berdasarkan uraian latar belakang mengenai perancangan padafilm dokumenter Lenong Denes dan Preman pada SinarBetawi, yaitu:
• Keterbatasan sarana penampilan pada SinarBetawi menjadikan masyarakat belum mengetahui Sanggar SinarBetawi sebagai pencetus sekaligus pelestari seni Pertunjukan Lenong Denes dan Preman yang masih sangat aktif dalam menampilkan pertunjukkan Lenong Betawi.
• Keberadaan penampilan Lenong Denes dan Lenong Preman beberapa tahun terakhir mengalami penurunan penampilan yang cukup signifikan, dimana pertunjukkan Lenong Denes dan Preman hanya dapat di lihat pada waktu-waktu tertentu saja seperti menjelang perayaan ulangtahun Jakarta danacara-acara pesta kampung.
4 I.3 RumusanMasalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas dapat dirumusan masalah yakni bagaimana kondisi keberadaan Lenong Denes dan Lenong Preman serta upaya untuk mempertahankan keberlanjutan Pertunjukkan Lenong Betawi dan Sinar Betawi sebagai pelestari seni pertunjukan Betawi.
I.4 BatasanMasalah
Perancangan mengenai konsep pada film dokumenter Lenong Denes dan Preman pada Sanggar Sinar Betawi. Dalam perancangan ini hanya meliputi beberapa atribut yang sifatnya menjelaskan secara rinci rangkaian adegan yang akan diambil, memperkuat isi cerita film dokumenter yang bersifat informatif. Berikut atribut yang dibatasipada:
• Video dokumenter aktivitas Sanggar Betawi SinarBetawi.
• Narasi wawancara maupun efek suara dan musik yang dimunculkan.
I.5 TujuanPerancangan
5 BAB II
KESENIAN TEATER LENONG DENES DAN LENONG PREMAN
II.1 Pemahaman Lenong dalam Seni Betawi
Pada zaman dahulu lenong diperuntukkan untuk stratifikasi sosial tertentu, yaitu raja dan bangsawan sehingga penyajiannya pun hanya berkutat pada lingkaran kaum tersebut sehingga timbul ungkapan “kaya raja lenong” untuk menunjukkan orang yang bergaya feodal. Dalam perkembangan lenong itu sendiri terdapat beberapa macam jenis lenong sesuai dengan tema dan realitas yang mau diangkat, di antaranya adalah: Lenong Denes dan Lenong Preman. (Yuliadi Koes, 2000, h.34).
Hampir semua wilayah Jakarta ada perkumpulan atau grup Lenong. Bahkan banyak pula perkumpulan lenong di wilayah Bogor, Tangerang dan Bekasi. Pertunjukan lenong biasanya untuk memeriahkan pesta. Dahulu Lenong sering menunjukan aksinya di tengah lapangan tanpa panggung. Pertunjukkan tanpa panggung ini dilakukan bukan untuk memeriahkan pesta tetapi untuk memperoleh uang. Penonton yang menyaksikan pertunjukkan akan diminta uang sukarela.
6
seniman lenong yang menjadi terkenal sejak saat itu misalnya adalah Bokir, Nasir, Siti, dan Anen.
II.1.1 Tipe dan Sifat Cerita
Cerita-cerita yang dipentaskan dalam pertunjukan teater lenong bersifat melodrama yang dijalankan dengan unsur komedi. Sifat komedi pertunjukan ini justru keliahatan menonjol. Inti cerita adalah pertentangan antara kebaikan dan kejahatan. Di akhir cerita, pihak jahat tampak mengalami kekalahan, sedangkan pihak baik sebelum menemukan kebahagiaan terlebih dahulu harus berhasil mengatasi kesengsaraan.
Banyak dari pertunjukkan teater lenong yang berakhir tanpa menyelesaikan jalan cerita, karena waktu pertunjukkan banyak disita oleh selingan yang mempertunjukkan dangdut. Dalam melihat pertunjukan teater lenong biasanya akan terkesan berbagai suasana pertunjukan yaitu sebagai berikut:
• Suasana seru karena adegan silat.
• Suasana lucu dengan lawakan-lawakan yang mendominir dialog-dialog yang dibawakan oleh hampir semua pemain.
• Suasana dramatis tetapi terlihat ekstrim.
Cerita-cerita teater lenong dapat dibedakan ke dalam dua tipe cerita, yaitu cerita riwayat dan cerita karangan. Cerita riwayat adalah suatu tipe cerita yang
biasanya berkisar sekitar kehidupan pahlawan-pahlawan setempat atau kejahatan yang pernah timbul didaerah mereka dan tetap tinggal dalam ingatan.
Tipe cerita karangan timbul dari hasil pikiran para seniman teater lenong, terutama sutradaranya. Ide cerita dari tipe ini mereka ambil dengan menyadurnya dari komik, menonton film atau menonton pertunjukkan-pertunjukkan teater lenong yang diselenggarakan oleh perkumpulan-perkumpulan lain. Cara membuat cerita karangan semacam itu adalah cara yang di gunakan oleh rata-rata sutradara. Berikut ini adalah contoh dari jenis tipe cerita karangan yaitu:
7 • Bang Basir Jago Bekasi
• Ronggeng Karawang
• Anak Pendekar Sambuk Wasiat • Pendekar Kuda Dari Cimande
II.1.2 Bentuk pementasan
Menurut Ninuk Kleden (1996), Pertunjukkan teater lenong tidak sebagaimana lazimnya suatu pertunjukan teater yang mengemukakan unsur pokok cerita. Karena seperti telah dikatakan sebelumnya, unsur cerita itu sendiri cukup sering dipertunjukan tidak sampai selesai, dengan berbagai alasan. Suatu kali, cerita dianggap terlalu panjang sehingga perlu dibagi kedalam beberapa bagian dan bagian yang dipertunjukkan adalah suatu bagian dari keseluruhan cerita. Lain kali, cerita itu sendiri kelihatan seperti tidak terlalu penting, karena waktu yang ada habis disita oleh acara-acara lain seperti nyanyian-nyanyian orkes atau lawak. Bagaimana cerita itu sendiri disajikan, termasuk pembagian drip-dripnya.
II.1.3 Monolog dan Dialog Lenong
Monolog dan dialog yang merupakan bagian pertunjukkan dalam teater lenong, tidak didasarkan pada suatu rencana matang yang ditulis dalam skenario. Semua pemain yang tampil dalam suatu pertunjukkan teater lenong, sudah tahu apa yang mereka harus perbuat dan apa yang mereka harus ujarkan berdasarkan pengalamannya. Monolog diucapkan pada permulaan adegan yang bertujuan untuk memperkenalkan tokoh yang akan diperankan berikut situasi lingkungannya.
8 II.1.4 Musik dan Nyanyi Lenong
(Ninuk Kleden, 1996, h. 50) Musik yang menjadi ciri teater lenong sehingga teater ini berbeda dengan jenis teater lain disebut gambang kromong, yang terdiri dari dua kata benda yaitu gambang dan kromong. Musik gambang kromong itu sendiri dapat dilihat dari tipenya, gambang kromong (yang juga disebut gambang kromong dulu) dan gambang kromong modern yaitu tipe gambang kromong yang sekarang digunakan untuk mengieingi pertunjukan teater lenong. Gambang kromong (dulu) membawakan apa yang orang Betawi disebut lagu-lagu asli, yang banyak menggunakan lagu-lagu stambul.
Gambang kromong modern adalah jenis musik yang digunakan untuk mengiringi pertunjukan teater lenong. Lagu-lagunya disebut lagu-lagu kombinasi yang tidak hanya terdiri dari gambang dan kromong saja, tetapi juga disertai orkes melayu dan orkes dangdut. Dari sudut jenis lagunya, gambang kromong mengenal dua jenis lagu, yaitu lagu dalem dan apa yang disebut lagu sayur.
• Lagu dalem
Lagu dalem sekarang hampir tidak dikenal lagi, karena sulit untuk dinyanyikan dan hanya orang-orang tertentu yang berusia di atas lima puluh tahuanan yang bisa melagukannya. Lagu gambang kromong ini di akhiridengan pobin atau instrumentalia. Termasuk gambang kromong lagu dalem misalnya adalah:
Nori Kocok Burung Nori Semar Gundem. • Lagu sayur
Lagu sayur adalah lagu-lagu gambang kromong masa kini yang komposisinya dibuat sedemikian rupa, sehingga banyak orang yang masih senang mendengarkannya. Misalnya lagu sayur adalah:
Jin Berpikir Naik Kuda
9
Lagu-lagu sayur dapat digolongkan ke dalam tipe lagu gambang kromong modern.
II.1.5 Organisasi Teater Lenong
Seperti halnya suatu bentuk organisasi, perkumpulan-perkumpulan teater lenong juga resmi terdaftar pada pemerintah daerah setempat tingkat kecamatan. Perkumpulan teater ini mengaharapkan adanya solidaritas diantara para anggotanya. Arti nama suatu perkumpulan dan misi yang diharapkan dari nama tersebut biasanya tidak diketahui oleh para anggota perkumpulan, kecuali ketua yang juga menjabat pemilik perabot teater lenong dan beberapa pengurus yang menjadi teman dekat pemimpin.
II.1.6 Perkembangan Lenong
Menurut Ninuk Kleden (1996), ciri Lenong sebagai teater tradisional kini semakin pudar dan selanjutnya semakin kehilangan karakter tradisionalnya. Kecenderungannya semakin bersifat populer (pop culture). Teater Lenong Betawi semakin lama semakin surut tergerus kesenian-kesenian baru. Oleh karena itu agar tetap bertahan, perlu adanya terobosan-terobosan baru misal dengan mempersingkat durasi waktu pertunjukan, tata busana dan tata rias diperbarui, memperluas lokasi pentas misal masuk televisi dan lain-lain.
II.1.7 Jenis Lenong
Menurut Endo Suanda (2005), Dalam dunia seni pertunjukkan, istilah gaya banyak mengacu pada ciri atau kekhususan suatu wilayah. Misalnya tarian gaya Minang,
Jawa, Bali, Maluku, dan sebagainya. Adapun istilah jenis, mengacu pada ciri suatu
bentuk atau kelompok kesenian, yang berada dalam suatu gaya. Dalam bahasa inggris
istilah itu disebut genre. Keberagaman jenis Lenong sangat menarik untuk di perhatikan. Meskipun yang digambarkan sama, menggambarkan tentang sebuah
10 • Lenong Denes
Lenong Denes lenong yang menyajikan cerita-cerita kerajaan dalam
pementasannya. Cerita-cerita yang dipentaskan antara lain: Indra Bangsawan,
Jula-Juli Bintang Tujuh, Danur Wulan, dan cerita-cerita yang diambil dari
Cerita 1001 Malam. Lenong denes dapat disamakan dengan teater bangsawan. Karena memainkan cerita kerajaan, maka busana yang dipakai oleh
tokoh-tokohnya sangat gemerlapan, seperti halnya raja, bangsawan, pangeran, putri.
Maka kata Denes (dinas) melekat pada cerita dan busana yang dipakai.
Maksudnya untuk menyebut orang-orang yang berkedudukan tinggi, orang pangkat-pangkat atau orang-orang yang dinas. Bahasa yang digunakan dalam
pementasan Lenong Denes bahasa Melayu tinggi. Contoh kata-kata yang
sering digunakan antara lain: tuanku, baginda, kakanda, adinda, beliau, daulat
tuanku, syahdan, hamba. Dialog dalam Lenong Denes sebagian besar dinyanyikan. Dengan cerita kerajaan dan berbahasa Melayu tinggi, para
pemain lenong denes tidak leluasa untuk melakukan humor. Agar pertunjukan
bisa lucu, maka ditampilkan tokoh dayang atau khadam (pembantu) yang
menggunakan bahasa Betawi. Lenong Denes biasa bermain di atas panggung berukuran 5 x 7 meter. Panggung ini didekor dengan baik. Penggunaan dekor
atau seben untuk menyatakan susunan adegan-adegan. Misal ada dekor
singgasana, taman sari, hutan, dan sebagainya. Musik pengiring lenong denes
11
Gambar II. 1 Kesenian teater Lenong Denes
Sumber: http://www.antaranews.com/berita/406845/kesenian-betawi-jangan-punah. 3 Januari 2014.20:18
• Lenong preman
Salah satu jenis Lenong Betawi, merupakan kebalikan dari Lenong Denes.
Lenong Preman membawakan cerita tentang kehidupan drama rumah tangga
sehari-hari. Lenong Preman sering disebut juga Lenong jago, karena cerita yang dibawakan umumnya kisah para jagoan, tuan tanah, seperti: Si Pitung,
Mirah dari Marunda atau Pandekar Sambuk Wasiat. Cerita tentang
kepahlawanan dan kriminal pun menjadi tema utama lakon Lenong ini.
Lenong Preman menggunakan bahasa Betawi dalam pementasannya hingga komunikasi antara pemain dan penonton akrab, dialog dalam lakon ini
biasanya bersifat polos dan spontan, sehingga menimbulkan kesan kasar,
kurang sopan dan bahkan porno. Karena cerita yang dibawakan masalah
sehari-hari, kostum/pakaian yang digunakannya pun pakaian sehari-hari. Lenong Preman banyak menampilkan adegan laga atau aksi. Para permainan
lenong pun kebanyakan mahir bermain silat. Aliran silat yang umurnnya
dikuasai pemain Lenong Preman adalah aliran silat. Semua pemain dapat
berimprovisasi menampilkan humor, maka sepanjang pertunjukan Lenong Preman penuh dengan humor. Dalam pementasannya digunakan panggung
setinggi kurang lebih 1 meter dengan menggunakan dekorasi yang bergambar
12
Betawi pakaian yang dikenakan disesuaikan dengan jalan cerita. Jagoan biasanya digambarkan dengan memakai pakaian dan celana berpotongan koko
dan pangsi, kaos oblong, ikat kepala (setangan).
Pada gambar dibawah ini adalah pertunjukan kesenian Lenong Preman yang terlihat juga dalam kostum yang bebas karena pada pertunjukan Lenong Preman tidak harus memakai kostum yang formal.
Gambar II. 2 Kesenian teater Lenong Preman
Sumber :
http://www.antaranews.com/berita/406845/kesenian-betawi-jangan-punah. 3 Januari 2014.20:18
II.2 Keberadaan Teater Lenong Denes dan Lenong Preman 1. Keberadaan Teater Lenong Denes dan Lenong Preman
13
Sedangkan keberadaan lenong Preman berkembang di masyarakat pinggiran. Pinggiran adalah istilah yang digunakan untuk menyebut wilayah permukiman Betawi yang terkena pengaruh Cina Benteng (Perbatasan Jakarta-Tangerang), dan Sunda (Perbatasan Jakarta-Jawa Barat). Lenong Preman Betawi pinggiran tidak bisa diterima masyarakat Betawi Tengah. penolakan disebabkan beberapa hal yaitu:
a. Lenong Preman pinggiran relatif sekuler.
b. Kehidupan panjaknya (pekerja lenong) yaitu: aktris, aktor dan pemain musik gambang kromong yang melanggar norma.
c. Penggunaan Betawi rendahan/orang Betawi tengah memandang sinis bahasa betawi rendahan.
d. Adegan dalam lenong Preman cenderung mengekploitasi “kekerasan”, dan tidak mengajarkan etika.
II.2.1 Suasana Panggung Lenong
(Ninuk Kleden, 1996, h. 41) Suasana di panggung pertunjukan teater lenong mempunyai warna sendiri. Di siang hari, sebelum pertunjukan di mulai, panggung dapat menjadi arena latihan. Nayaga sering sudah menabuh gamelan dengan tujuan untuk meanrik perhatian penduduk sekitar dan menunjukkan bahwa di tempat itu akan ada pertunjukan teater lenong, selain itu peralatan musik yang ditabuh di siang hari juga berfungsi sebagai media latihan bagi panjak-panjak muda.
Selain nabuh secara spontan biasaya teman-teman seniman yang lain menyumbangkan suara dan teman yang lain lagi mulai berjoget. Latihan-latihan spontan ini menambah semaraknya suasana lingkungan pertunjukan. Kemudian, secara perlahan-lahan mereka mulai mahir dan tidak canggung lagi jika nabuh pada malam hari, saat pertunjukan yang sebenarnya mulai dilakukan.
II.2.2 Pengguna Teater Lenong
14
pertunjukan. Kalau pada mulanya komunitas pengguna teater lenong adalah orang Betawi itu sendiri saja, dalam perkembangannya kemudian pengguna teater tersebut bukan hanya orang Betawi saja, tetapi orang-orang diluar etnik tersebut. Mengingat kenyataan tersebut, maka uraian tentang pengguna teater lenong ini pun dibagi dua. Pertama, akan dibicarakan tentang orang Betawi yang menjadi pengguna teater lenong dan kedua, baru akan dibicarakan pengguna di luar kelompok etnik Betawi itu.
II.2.3 Ciri Lenong Betawi.
Menurut Ninuk Kleden dalam bukunya Teater Lenong Betawi (1996), Teater Lenong Betawi sebagai suatu pertunjukan mempunyai beberapa ciri khusus (yang tidak mustahil mengalami perubahan) antara lain:
1. Perlengkapan pokok teater berupa panggung, dekor, sebuah meja dan dua buah kursi
2. Pakaian pemain menggambarkan pakaian yang dipakai sehari-hari oleh komunitas teater tersebut
3. Dialog menggunakan bahasa Melayu-Betawi 4. Pertunjukan diiringi oleh musik gambang kromong 5. Pertunjukan mengandung humor dan bersifat improvisasi
6. Waktu pertunjukan dimulai setelah sembahyang isya dan diakhiri menjelang subuh
7. Pertunjukan diselenggarakan karena suatu pesta hajat tertentu 8. Penonton berdiri menonton sekitar panggung
9. Tidak mengenal skenario secara mendetail
10. Kegiatan teater lenong selalu menyangkut kegiatan sosial lainnya.
15 II.2.4 Ciri Khas dari Lenong Denes.
Dalam pertunjukan kesenian teater lenong Denes ada beberapa ciri khas Liman Bin Irih seorang seniman lenong (2014) berpendapat bahwa:
tersendiri yaitu:
1. Lenong Denes biasa bermain diatas panggung berukuran lebih 5x7 meter. Tempat seluas itu dibagi dua, sebagian untuk tempat pemain berhias, ganti pakaian, duduk menunggu saat untuk tampil.
2. Lenong Denes menyajikan cerita-cerita kerajaan dalam pementasannya. 3. Bahasa yang digunakan untuk pertunjukan lenong Denes adalah
memakai bahasa Melayu tinggi. Contoh kata-kata yang sering digunakan di Lenong Denes:
• Tuanku
4. Alat musik ditata panggung, sebelah kanan dan sebelah kiri pentas. 5. Penggunaan dekor adalah untuk menyatakan susunan dalam
adegan-adegan.
6. Dialog dalam Lenong Denes sebagian besar dinyanyikan.
7. Agar pertunjukan bisa lucu, maka ditampilkan tokoh dayang atau khadam (pembantu) yang menggunakan bahasa betawi.
8. Kostum yang digunakan oleh pemain lenong Denes adalah: • kostum yang gemerlap
16 • kostum bangsawan • kostum pangeran • kostum hulubalang
9. Adegan-adegan perkelahian dalam Lenong Denes tidak menampilkan silat, tetapi tinju, gulat, dan main anggar (pedang)
II.2.5 Ciri Khas dari Lenong Preman.
Sedangkan dalam pertunjukan kesenian teater Lenong Preman ada beberapa ciri khas tersendiri yaitu:
1. Lenong Preman menggunakan bahasa Betawi rendahan, dengan pengaruh bahasa Tionghoa yang kental. Salah satunya penggunaan kata ‘gua’ dan ‘lu’ untuk menyebut saya dan kamu.
2. Lenong Preman masyarakat pinggiran tidak mengenal teks tertulis. Sutradara hanya sekadar menyampaikan sinopsis secara lisan, dan menentukan aktor dan aktris yang akan memainkan tokoh-tokoh dalam cerita. Aktor dan aktris, utama atau pendukung, mengandalkan improvisasi.
3. Dalam pertunjukan Lenong Preman sangat khas sekali dengan adegan perkelahiannya, karena cerita yang dimainkan tentang jawara jagoan kampung dalam sistem kekuasaan masyarakat Betawi versus centeng (tukang kepruk yang bekerja untuk tuan tanah). Cerita-cerita paling populer adalah Si Pitung, Si Jampang, Mat Item, dan lainnya.
4. Kostum yang digunakan oleh pemain lenong Preman adalah: • Kostum non formal
5. Dalam teater Lenong Preman penggunaan huruf vokal “a” di setiap akhir kata. Contohnya:
17
Dalam teater Lenong dikenal juga beberapa ritual atau kepercayaan yang dijalankan baik oleh para pemainnya maupun penyelenggara hajat. Bentuk kepercayaan tersebut meliputi:
• Suguhan untuk perabot lenong.
• Ngukup atau sajian doa-doa untuk kesuksesan. • Susuk untuk ronggeng.
Gambar II. 3 Liman bin Irih seniman lenong
Sumber : dokumen pribadi
II.3 Kondisi Teater Lenong Denes dan Lenong Preman II.3.1 Kondisi Lenong Denes
18 II.3.2 Kondisi Lenong Preman
Liman Bin Irih seorang seniman lenong (2014) berpendapat bahwa:
Kondisi Lenong Preman saat ini, masih menerima panggilan sampai sepanjang 1970-an. Memasuki era 1980-an, pertunjukan lenong di rumah masyarakat yang berpesta sangat sulit ditemukan. Penyebabnya, memanggil/menanggap Lenong tersebut sangat mahal banyaknya sumber daya yang terlibat dalam pementasan. Sejumlah kelompok lenong mengatasi situasi ini dengan menurunkan harga panggilan, tapi tetap saja kalah bersaing dengan jenis hiburan lain.
II.4 Sanggar Sinar Betawi
Sinar Betawi adalah sebuah organisasi yang diresmikan pada tanggal 28 Juli 2004 dan telah mempunyai legalitas dan terdaftar di Kebudayaan Walikota Madya Jakarta Timur. Bertujuan untuk melestarikan kebudayaa Indonesia khususnya kebudayaan Betawi, berawal dari perkumpulan sekelompok remaja muda-mudi dari beberapa grup terdahulu dan akhirnya menyatakan diri untuk membuat suatu organisasi. sanggar Sinar Betawi yang bertempat di Jakarta Timur. Sanggar Sinar Betawi ini beranggotakan 25 orang, hampir dari setiap anggotanya adalah dari kalangan remaja, di keanggotaan dari sanggar Sinar Betawi hampir semua berusia rata-rata 20 tahun ke atas.
Mulanya sanggar ini di pimpin oleh H. Maman, kemudian sanggar ini di pindah alihkan oleh putra dari H. Maman yaitu Yudhi. Putra dari H. Maman ini sangat serius dengan kesenian tradisonal ini, hingga di tahun 2008 sanggar Sinar Betawi semakin berkembang dan lebih istimewah lagi, personil dari sanggar Sinar Betawi ini adalah rata-rata dari kalangan muda-mudi.
19
Tabel II. 1 Jadwal Latihan Sanggar Sinar Betawi
Sumber: Dokumen pribadi
II.5 Film
II.5 Definisi Film
Film merupakan media yang menyajikan pesan audio, visual dan gerak.Oleh karenanya, film memberikan kesan yang impresif bagi penontonnya. Seperti hal nya dalam buku “Mari Membuat Film”, Heru Effendy (2009) menjelaskan “film dokumenter menyajikan realita melalui berbagai cara dan dibuat untuk berbagai
SINAR BETAWI ENTERTAINMENT
JADWAL KEGIATAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
NO URAIAN HARI WAKTU TEMPAT PELATIH
3 Pelatihan Musik Gambang Kromong
Jum'at 19.30 - 21.00
Komplek TMII Hasbuloh
4 Pelatihan Musik Kolaborasi Tradisional
Rabu 21.00 - 22.00
Komplek TMII Hasbuloh
5 Pelatihan Theater
Sabtu 19.00 - 22.00
Jalan Raya H. Cedang Kelurahan Bambu Apus
Jalan Raya H. Cedang Kelurahan Bambu Apus
Iwan & Dhani 7 Pelatihan Silat
Beksi 8 Pelatihan Silat
Cingkrik 9 Pelatihan Silat
20
macam tujuan” (h.4). Bila dilihat dari pemahaman film maka film digunakan sebagai media yang membentuk realitas. Cerita yang ditayangkan lewat film dapat berbentuk fiksi atau non fiksi. Lewat film, informasi dapat bdengan lebih mendalam karena film adalah media.
II.5.1 Jenis-Jenis Film
1. Film Dokumenter (Documentary Film)
Film dokumenter menyajikan sebuah realita melalui berbagai cara dan dibuat untuk
berbagai macam tujuan. Film dokumenter tak pernah lepas dari tujuan penyebaran
informasi, pendidikan, dan propaganda bagi orang atau kelompok tertentu. (Effendy,
2002, h.12). Sedangkan di Perancis istilah dokumenter digunakan untuk semua film non-fiksi, termasuk film mengenai perjalanan dan film pendidikan.
2. Film Cerita Pendek (Short Film)
Durasi film cerita pendek biasanya dibawah 60 menit. Jenis film ini banyak dihasilkan oleh para mahasiswa jurusan film atau orang/kelompok yang menyukai
dunia film dan ingin berlatih membuat film dengan baik. Selain itu, ada juga yang
memang mengkhususkan diri untuk memproduksi film pendek, dan biasanya hasil
produksi ini dipasok ke rumah produksi atau saluran televisi.
3. Film Cerita Panjang (Feature-Length Film)
Film dengan durasi lebih dari 60 menit biasanya berdurasi 90-100 menit. Film yang
diputar di bioskop umumnya termasuk dalam kelompok ini. Beberapa film, misalnya Harry Potter, bahkan berdurasi lebih 120 menit. Film-film produksi India rata-rata
berdurasi hingga 180 menit.
4. Film Profil Perusahaan ( Corporate Profile)
Film ini diproduksi untuk kepentingan institusi tertentu berkaitan dengan kegiatan
yang mereka lakukan, misal tayangan "Bosan Jadi Pegawai" di Trans TV. Film ini
21 5. Film Iklan Televisi (TV Commercial)
Film ini diproduksi untuk kepentingan penyebaran informasi, baik tentang produk
(iklan produk) maupun layanan masyarakat (iklan layanan masyarakat). Iklan produk
biasanya menampilkan produk yang diiklankan dengan adanya stimulus audio-visual
yang jelas tentang produk tersebut. Sedangkan iklan layanan masyarakat menginformasikan kepedulian produsen suatu produk terhadap fenomena sosial yang
diangkat sebagai topik iklan tersebut.
II.5.2 Fungsi Film Dokumenter
Film dokumenter dilihat dari segi subjek dan pendekatannya adalah penyajian hubungan manusia yang didramatisir dengan kehidupan kelembagaannya, baik lembaga industri, sosial maupun politik, dan jika dilihat dari segi teknik merupakan bentuk yang kurang penting dibanding isinya.
Sebagai media massa, film digunakan sebagai media yang merefleksikan realitas, atau bahkan membentuk realitas. Cerita yang ditayangkan lewat film dapat berbentuk fiksi atau non fiksi.
Film sebagai media komunikasi massa merupakan sebuah perpaduan antara penyampaian pesan melalui gambar bergerak, pemanfaatan teknologi, seni serta suara. Selain itu film juga dapat menjadi jembatan bagi sutradara dalam menyalurkan ide serta gagasannya kepada penonton.Film apapun itu, dibaliknya diyakini ada pesan dan tujuan tersendiri bagi penontonnya.
II.5.3 Unsur-unsur film dokumenter
22 II.6 Target Audiens
Segmentasi dari target masyarakat yang dituju dalam perancangan media informasi film dokumenter ini meliputi beberapa faktor, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Demografis
Dilihat dari segi demografis, sasaran dari perancangan film dokumenter Sanggar Seni Harapan Jaya grup adalah:
• Usia : 18-24
• Jeniskelamin : Laki-laki & Perempuan • Kelas sosial : Semua sosial
• Agama : Semua Agama
Alasan memilih target audien usia 18-24 tahun adalah karena pada usia ini lebih tertarik pada hal-hal terbaru, oleh karena itu diharapkan mereka dapat mempelajari sejarah dan budaya yang belum mereka ketahui.
Sedangkan untuk kelas sosial memilih kesemua sosial adalah karena semua kalangan baik menengah ke atas dan bawah diharuskan
2. Geografis
Dari segi geografis target audien yang disasar dalam film dokumenter ini meliputi kota Jabodetabek dan sekitarnya. Namun tidak menutup kemungkinan untuk orang diluar kota Jabodetabek yang mengetahui kesenian Sanggar Lenong Sinar Betawi.
3. Psikografi
Psikografi adalah proses pengelompokkan orang dalam arti sikap, nilai-nilai
yang di anut, dan gaya hidup. Psikografisnya adalah orang-orang atau
masyarakat yang mempunyai rasa ingin tahu tentang seni budaya Lenong
23 II.7 Solusi
Berdasarkan hasil pembahasan dan pengkajian terkait keberadaan Lenong Denes dan Lenong Preman yang saat ini mengalami kemunduran publisitas maka perlunya dibuat suatu kesadaraan dalam upaya menyampaikan pesan melalui Audio Visual sebagai sarana promosi pertunjukan Lenong Denes dan Lenong
24 BAB III
STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL III.1 Strategi Perancangan
Dalam perancangan ini dibutuhkan sebuah strategi dan perancangan mengenai dari Film Dokumenter Sanggar Sinar Betawi dalam Pertunjukan Lenong Denes dan Preman. Rangkaian adegan dalam pengambilan gambar untuk pembuatan video dokumentasi aktivitas pelestarian dan pertunjukan Lenong Denes dan Preman yang berhubungan dengan tujuan akhir pembuatan film dokumenter ini untuk memberi gambaran dan pemahaman dari kegiatan pelestarian Lenong Denes dan Preman bagi khalayak umum.
Film dokumenter yang dibuat secara rinci akan memuat komposisi dalam setiap adegan yang terkait dengan tokoh yang diambil gambarnya, latar, alur cerita film dan komponen pencahayaan serta efek suara dalam pembuatan film dokumenter tersebut agar menghasilkan kualitas visual dari adegan video yang diambil maupun kualitas cerita yang diangkat dan pencahayaan serta efek suara yang muncul dari hasil film yang dibuat.
III. 1. 1.Pendekatan Komunikasi
Pendekatan komunikasi yang digunakan dalam strategi perancangan media informasi tentang kesenian teater lenong denes dan lenong preman adalah melalui media film dokumenter. Film dokumenter ini menggunakan cara yang bersifat informatif, dari film ini memberikan semua informasi-informasi menarik mengenai sanggar seni Sinar Betawi. Adapun bahasa pengantar yang digunakan dalam penyampaian isi dari materi ini pun menggunakan bahasa Indonesia. Materi yang diberikan berupa keunikan-keunikan kegiatan serta hal-hal yang berkaitan dengan Sanggar seni Sinar Betawi.
25 1. Pendekatan Visual
Dalam pendekatan visual ini memperlihatkan sesuatu hal yang dapat memberikan kesan informatif dan ajakan bagi khalayak dalam ikut serta menjaga keberlangsungan seni pertunjukkan Lenong Denes dan Preman yang dilakukan oleh Sanggar Sinar Betawi sebagai salah satu kelompok masyarakat yang berupaya melestarikan kesenian tradisional Lenong Betawi. Hal tersebut dapat terlihat atau dirasakan dari setiap adegan film yang ada dan percakapan dari setiap narasumber dalam film dokumenter tentang aktivitas sanggar seni Sinar Betawi dalam menjaga keberlangsungan seni pertunjukkan Lenong Betawi di zaman Modern.
Berikut ini adalah foto dari pertunjukan Sanggar Seni Sinar Betawi
Gambar III. 1 Pertunjukan Sanggar Seni Sinar Betawi
Sumber: Dokumen pribadi
26
Gambar III. 2Contoh Pembuka Indonesia Bagus
Sumber: http://netivi.or.id/indonesia-bagus/
Gambar III. 3 Contoh Pembuka Jalan-jalan men
Sumber: http://youtube. Travel Series Indonesia - Yogyakarta Eps 1 - Jalan
Jalan Men
2. Pendekatan Verbal
27
pertunjukkan lenong ini hingga tanggapan masyarakat atas keberadaan kesenian lenong pada saat ini dan harapan dari sanggar seni Sinar Betawi dalam aktivitas keberlangsungan penampilan lenong dimasyarakat. Cara menyampaikan pesan atau informasi tersebut dengan cara mengajak hal layak lebih dekat melalui penyampaian informasi yang langsung disampaikan oleh pihak sanggar Sinar Betawi, tokoh masyarakat Betawi dan tokoh publik yang dikenal masyarakat yang cukup memiliki pengaruh dalam kegiatan pelestarian budaya Betawi melalui video dokumenter.
III. 1. 2 Strategi Kreatif
Strategi kreatif adalah tentang bagaimana cara yang digunakan untuk memberikan sentuhan kesan lebih atau nilai tambah dalam menyampaikan informasi. Ada berbagai cara yang digunakan dalam pembuatan film dokumenter ini. Yang pertama isi dari materi film dokumenter ini berisikan tentang aktivitas dari sanggar seni Sinar Betawi, lalu akan disisipkan wawancara langsung dari pemain lenong Sinar Betawi. Dalam Film dokumenter ini pesan yang disampaikan adalah sanggar Sinar Betawi masih menunjukkan eksistensinya untuk mendukung dan memperkuat sanggar Sinar Betawi agar lebih dikenal masyarakat khususnya Jakarta.
Pada film dokumenter ini ada beberapa menggunakan teknik, teknik pertama pengambilan gambar pada video timelapse. Dibawah ini adalah contoh pengambilan still foto untuk dijadikan timelapse.
28
Gambar III. 5 Timelapse Patung Selamat Datang Jakarta Hotel Indonesia (HI) Sumber: Dokumen pribadi
III. 1. 3 Strategi Media
Dalam pemilihan media yang akan dipakai sebagai media informasi pada film dokumenter tentang kesenian Sanggar Sinar Betawi ini harus tepat dalam pemilihannya. Alasan memilih film dokumenter yaitu untuk memudahkan dalam penyampaian informasi yang ingin dicapai.
1. Media utama
Untuk media utama ini berupa film dokumenter. Film dokumenter sendiri merupakan suatu gambaran kehidupan nyata yang dituangkan kedalam sebuah rangkaian cerita yang senyata-nyatanya. Seperti halnya dalam buku “Mari Membuat Film”, Heru Effendy (2009) menjelaskan “film dokumenter menyajikan realita melalui berbagai cara dan dibuat untuk berbagai macam tujuan” (h.4) 16
29 2. Media pendukung
untuk media pendukung film dokumenter ini yang dipilih untuk menunjang media utama adalah sebagai berikut:
• Poster
Menginformasikan tentang film dokumenter aktivitas sanggar Sinar Betawi, sinopsis pembuat serta media tempat pendistribusian dari film dokumenter sanggar Sinar Betawi tersebut.
Spesifikasi
Ukuran : 42 cm x 21 cm (A3) Teknis bahan : Art Paper 210gr Teknis : Cetak offset
Gambar III. 6 Contoh desain poster
30 • X- Banner
Gambar III. 7 Contoh desain X-Banner
Sumber: Dokumen pribadi
Spesifikasi
31 • Sticker
Gambar III. 8 Contoh Desain Stiker
Sumber: Dokumen pribadi
Spesifikasi
Ukuran : 20 cm x 30 cm Teknis bahan : Stiker cromo Teknis : Cetak offset
• T-shirt
Gambar III. 9 Contoh Desain t-shirt
Sumber: Dokumen pribadi
Spesifikasi
32 • Pin
Gambar III. 10 Contoh desain Pin Sinar Betawi
Sumber: Dokumen pribadi
Spesifikasi
Ukuran : 7 cm x 7 cm Teknis bahan : Stiker cromo Teknis : Cetak offset
• Totebag
Gambar III. 11 Contoh desain Totebag
Sumber: Dokumen pribadi
Spesifikasi
33 • Cover Cd
Pada media pendukung cover cd ini berisi tentang informasi beberapa potongan gambar dari film dokumenter sanggar Sinar Betawi, serta informasi lain tentang film dokumenter Sinar Betawi tersebut.
Gambar III. 12 Contoh desain Cover Cd film dokumenter Sinar Betawi
Sumber: Dokumen pribadi
• Sticker Cd
Gambar III. 13 Contoh Desain Sticker Cd film dokumenter Sinar Betawi
Sumber: Dokumen pribadi
Spesifikasi
34 III. 1. 4 Strategi Distribusi
Media informasi tentang Kesenian Sinar Betawi ini akan didistribusikan pada saat ulang tahun kota Jakarta yang mana masyarakat dapat melihat informasi pendistribusian tersebut.
III.2 Konsep Visual
Untuk menghasilkan infomasi melalui media audio visual yang baik, tentu dibutuhkan sebuah konsep visual yang baik pula karena ini dimaksudkan agar tidak terjadinya kesalahan dalam penyampaian pesan ataupun informasi dari kesenian teater lenong di sanggar Sinar Betawi. Konsep visual merupakan awal dari sebuah gagasan yang diperoleh dari sebuah pemahaman dan pendalaman materi dari semua permasalahan yang telah dikaji.
Berikut adalah beberapa penjelasan tentang konsep visual dari film dokementer dari sanggar Sinar Betawi:
III.2.1 Format Desain
Format desain pada film dokumenter tentang kesenian sanggar Sinar Betawi dengan menggunakan video D1/DV PAL Widescreen yaitu 720 x 576 pixel dengan perbandingan aspek rasio 16 : 9. Aspek rasio merupakan perbandingan lebar dan tinggi dari sebuah pixel dalam sebuah gambar. Sedangkan format kemasan dari film pendek ini berupa CD. Judul yang akan di pilih atau di gunakan dalam film pendek ini adalah “Nyok ngelenong”, judul tersebut dipilih karena merupakan identitas dari lenong .
Kemudian untuk media-media yang dibuat, dalam film pendek ini dengan format terakhir yang akan digunakan adalah format cd, dengan durasi film ± 10 menit yang akan dipusblish kedalam format file *.mp4 .
III.2.2 Layout
35 III.2.3 Tata Suara
Komunikasi dalam video dokumenter haruslah mudah untuk dimengerti dan terdengar jelas sehingga menghasilkan tata suara dengan penyampaian informasi dan pesan dengan baik. Dalam video dokumenter ini ada beberapa cara yang harus dilakukan pada proses dialog, yaitu:
• Perekaman dialog atau komunikasi yang ada pada video dokumenter ini dilakukan dengan cara merekam langsung suara tersebut saat perekaman gambar dan tidak ada unsur dubing dalam perekaman suara.
• Komunikasi yang hadir dari video dokumenter ini berupa narasi yang dibawakan langsung oleh narasumber.
• Bahasa atau komunikasi verbal dalam video dokumenter ini menggunakan bahasa Indonesia.
III.2.4 Teknik Pengambilan Gambar
Pada teknik pengambilan gambar dapat mendukung tampilan pada gambar agar terlihat lebih baik tergantung cara pengambilannya. Dan berikut beberapa teknik pengambilan gambar pada video documenter kesenian Sanggar Sinar Betawi.
• Pada format gambar dalam video dokumenter ini menggunakan frame dengan format wide.
• Pergerakan kamera bergerak secara natural sesuai gerakan yang diinginkan cameraman untuk mengikuti pergerakan objek.
• Memposisikan keberadaan dua objek dalam satu frame.
36 III.2.5 Tipografi
Untuk tipografinya sendiri, film ini menggnakan jenis-jenis yang simple, readibility, tetapi masih mengandung unsur budaya. Adapun contoh dari tipografi yang dipakai adalah sebagai berikut:
Font untuk tulisan utama • Font type: forto
ABCDEFGHIJKLMNOPQRSTUVWXYZ
Abcdefghijklmnopqrstuvwxyz
1234567890
Dalam pemilihan font untuk tulisan utama menggunakan jenis font “forto”, sesuai dengan bentuk dari jenis fontnya sendiri merupakan jenis dekoratif yang di setiap ujung hurufnya memiliki bentuk italic. Selain itu ketika tulisan itu direndengkan menjadi satu terlihat dapat terbaca dengan jelas apa tulisannya (readibility) dan sekilas kesan yang ditunjukannya pun flexible dapat terkesan seperti gaya-gaya visual budaya Betawi.
Font untuk tulisan pendukung/keterangan • Font type: Gabriola
ABCDEFGHIJKLMNOPQRSTUVWXYZ
Abcdefghijklmnopqrstuvwxyz
37 III.2.6 Ilustrasi
Untuk ilustrasinya akan memunculkan dari kegiatan sanggar Sinar Betawi, yang dipadupadankan dengan warna tipografi yang sesuai.
Adapun potongan-potongan gambarnya sebagai berikut: 1. Aktivitas sebelum pertunjukan
Gambar III. 14 Aktifitas sebelum pertunjukan
Sumber: Dokumen pribadi
Pertama-tama yang muncul adalah keseharian pemimpin sanggar Sinar Betawi.
2. Pembukaan pada saat pertunjukan
Gambar III. 15 Pembukaan pertunjukan
38
Lalu meliputi alunan pembukaan pada pertunjukan. 3. Pertunjukan diatas panggung
Gambar III. 16 Pertunjukan pada sanggar
Sumber: Dokumen pribadi
Setelah itu meliputi semua isi aktifitas kegiatan di panggung. 4. Wawancara Tokoh lenong dari kampung Setu Babakan
Gambar III. 17 Wawancara Tokoh lenong dari kampung Setu Babakan
Sumber: Dokumen pribadi
39 III.2.7 Warna
Untuk pemilihan warna sendiri, lebih mendominasikan warna-warna hitam, oranye dan kuning. karena warna-warna ini dapat memberikan kesan elegan dan kesejukan dengan tetap kompak menjaga dan melestarikan budaya yang sudah menjadi tradisi. Sedangkan warna oranye adalah warna yang hangat dan ramah, Oranye adalah hasil peleburan merah dan kuning, sehingga efek yang dihasilkan masih tetap sama, yaitu kuat dan hangat. Dari sisi psikologis sebenarnya warna oranye memberikan kesan tidak nyaman, dan sedikit gaduh. Mungkin karena sebab itulah warna ini paling banyak dipakai untuk menarik perhatian orang.
III.2.8 Inti Cerita/Premis
Premis / inti cerita dari film pendek ini adalah menceritakan tentang aktivitas sanggar Sinar Betawi yang mempertahankan eksistensinya, walaupun di sanggar tersebut anggota dari sanggar Seni Betawi ini masih terbilang remaja, akan tetapi dari bentuk performa yang mereka miliki sudah terbilang profesional, karena mereka bersungguh-sungguh untuk menjaga warisan salah satu kebudayaan Betawi yang mulai kini tergeser oleh hiburan modern sekarang ini.
III.2.9 Sinopsis
40
Jakarta. Kepadatan kota Jakarta akan padatnya penduduk membuat kota Jakarta yang dihantui akan kemacetan dan hal yang lain. kota Jakarta memiliki keberagaman kebudayaan beberapa kebudayaan dari kota Jakarta adalah Ondel-ondel, Teater Lenong Betawi, Tanjidor dan banyak lagi. Adapun makanan khas dari kota Jakarta yaitu Kerak Telor, Sayur Lodeh, dan Soto Betawi. Dari kepadatan kota Jakarta membuat banyak beragam hiburan yang disajikan oleh para seniman Jakarta maupun dari luar Jakarta. Salah satu hiburan yang sangat khas dari Jakarta yang merupakan hiburan asli dari kota Jakarta adalah Teater lenong Betawi. Ada beberapa sanggar lenong yang masih mempertahankan kebudayaan yang berasal dari Betawi salah satunya adalah sanggar Sinar Betawi yang bertempat di Jakarta Timur. Sanggar Sinar Betawi ini beranggotakan 25 orang, hampir dari setiap anggotanya adalah dari kalangan remaja, di keanggotaan sanggar Sinar Betawi hampir semua berusia rata-rata 20 tahun keatas. walaupun masih muda, para pemain sangat professional tak henti-henti untuk berlatih terus menerus, sehingga kemampuan mereka sudah bisa di bilang pemain yang sudah professional. Keseharian dari anggota Sinar Betawi tidak hanya melenong saja, tetapi juga mempunyai pekerjaan lain. Di setiap pemanggilan untuk bermain lenong mereka sangat senang melakukan hal tersebut, karena di satu sisi mereka menjadikan hobi dalam seni, maka dari itu mereka sangat antusias dalam memperjuangkan kesenian yang berasal dari Jakarta ini.
Disesi latihan lenong banyak keceriaan dalam anggota dari sanggar sinar Betawi grup, mereka tak hanya latihan saja melainkan saling bertukar pikiran dalam hal berbagi ilmu pementasan lenong, dan pada sesi latihan telah berakhir anggota dari sinar betawi tidak langsung pulang ke rumah masing-masing melainkan mengadakan makan bersama di sanggar.
III.2.10 Storyline
• Suasana kota Jakarta yang dipadati penduduk
• Tugu Monas yang dipadati pengunjung dari berbagai kalangan daerah • Ondel-ondel
• Kerak telor sebagai makanan khas kota Jakarta
41
• Latihan lenong pada sanggar Sinar Betawi • Keceriaan dalam sesi latihan
• Berkumpul setelah selesai latihan dan makan bersama • Persiapan untuk pertunjukan panggung
• Berdoa bersama dan ritual bakar kemenyan sebelum pementasan dimulai • Pertunjukan diatas panggung yang sudah mempunyai karakter
masing-masing
• Akhir pertunjukan dengan mangakhiri cerita yang disampaikan di panggung
• Bercanda-canda setelah selesai pertunjukan di belakang panggung
III.2.11 Storyboard
Storyboard disini bertujuan untuk memudahkan dalam pengambilan gambar dan
memandu, sutradara, kameramen editor dan seluruh kru yang terlibat didalamnya. Karena storyboard sangat berfungsi sekali dalam memberikan arahan saat akan mengambil gambar agar sesuai dengan cerita yang diinginkan.
Berikut adalah sketsa storyboard film dokumenter sanggar Sinar Betawi.
Gambar III. 18Storyboard
42 III.2.12 Audio
Dalam sebuah video atau film, audio merupakan hal yang sangat penting, karena tanpa sebuah audio pesan yang akan disampaikan akan mengalami kesulitan dalam penyampaian pesannya, dan jenis audio yang akan digunakan pada media film dokumenter kesenian sanggar Sinar Betawi terdiri dari intro lagu, serta audio dari percakapan para pemainnya, berikut adalah beberapa musik yang digunakan pada film dokumenter kesenian sanggar Sinar Betawi:
43 BAB IV
TEKNIS PRODUKSI MEDIA Teknis Produksi
IV.1 Material
Pada pembuatan film dokumenter Sinar Betawi ada beberapa yang dipakai untuk mendukung dan mempermudah pada saat pelaksanaan produksi dan pasca produksi. Berikut alat-alat yang dipakai saat produksi dan pasca produksi:
IV.1.1 Hardware (perangkat keras)
Hardware adalah perangkat keras yang digunakan pada saat produksi pembuatan film dokumenter Sinar Betawi. Berikut peralatan yang digunakan:
• Kamera DSLR Canon 60D dengan lensa Canon 50mm • Kamera DSLR Canon 550D dengan lensa 18-55mm • Tripod
IV.1.2 Software (perangkat lunak)
Software adalah perangkat lunak yang digunakan pada saat produksi pasca pembuatan film dokumenter Sinar Betawi. Berikut peralatan yang digunakan:
• Adobe Photoshop CS 6, digunakan dalam mengolah keterangan
dan tipografi.
• Adobe Premiere Pro CS 6 digunakan dalam mengolah video.
IV.2 Pra Produksi
44
cerita, riset data dan riset visual. Dengan membuat sebuah storyboard dan storyline menjadi hasil dari kegiatan pra produksi yang selanjutnya dikembangkan ke tahap produksi.
• Ide – Tema
Premis / inti cerita dari film pendek ini adalah menceritakan tentang aktivitas sanggar Sinar Betawi yang mempertahankan eksistensi. Meskipun rata-rata anggotanya masih muda, tetapi semangatnya sangat tinggi. Untuk menjaga warisan kebudayaan Betawi ini.
• Storyline
Storyline merupakan sebuah pengembangan dari inti cerita, yang membahas tentang alur cerita, yang dibuat dengan berisikan keterangan 26 gambar atau visual dan audio berupa effek suara, juga musik). Yang kemudian di kembangkan kedalam bentuk skenario.
• Storyboard
Pembuatan storyboard bertujuan untuk untuk memudahkan dalam pengambilan gambar dan memandu, sutradara, kameramen, editor dan seluruh kru yang terlibat didalamnya. Dan memberikan arahan saat akan mengambil gambar agar sesuai dengan cerita yang diinginkan.
IV.3 Produksi
45
• Mempersiapkan untuk pentas panggung yang
Gambar IV. 2 Screenshoot gambar lapangan sumber: Dokumentasi Pribadi
• Perkenalan pada anggota dari sanggar Kesenian Lenong Sinar Betawi
Gambar IV. 3 Screenshoot gambar lapangan sumber: Dokumentasi Pribadi
• Cheksound sebelum pementasan dimulai
46 IV.4 Pasca Produksi
Tahap pasca produksi adalah tahap terakhir, dimana kegiatan ini diisi mengumpulkan materi gambar yang sudah melalui tahap produksi dan melalui proses editing atau finishing. Tahap ini merupakan tahap yang dapat memperbaiki dan mematangkan rencana yang sudah dibuat dari tahap pra produksi. Metode yang digunakan dalam proses editing yaitu secara digital atau menggunakan komputer atau laptop yang sebelumnya file dari hasil shooting telah dicopy atau dipindahkan ke komputer atau laptop, teknik editing menggunakan software edit video yaitu Adobe Premier CS 6 dengan melakukan berbagai tahapan diantaranya: • Logging : proses memilih shoot – shoot yang ada kemudian memotong
sesuai dengan yang dibutuhkan.
Gambar IV. 5 Proses Editing
sumber: Dokumentasi Pribadi
• Video dokumenter ini menggunakan ukaran frame D1/DV PAL Widescreen yaitu 720 x 576 pixel dengan perbandingan aspek rasio 16 : 9. Aspek rasio
merupakan perbandingan lebar dan tinggi dari sebuah pixel dalam sebuah
47
Gambar IV. 6 Proses Editing
sumber: Dokumentasi Pribadi
• Penempatan pada potongan gambar yang telah di pilih untuk menjadikan sebuah alur cerita film dokumentasi Kesenian lenong Sinar Betawi.
Gambar IV. 7 Proses Editing
sumber: Dokumentasi Pribadi
48
Gambar IV. 8 Proses Editing
sumber: Dokumentasi Pribadi
Gambar IV. 9 Proses Editing
sumber: Dokumentasi Pribadi
49
Gambar IV.10 Proses Editing
sumber: Dokumentasi Pribadi
• Rendering : merupakan proses terakhir dalam editing dalam sebuah audio visual, yaitu untuk menggabungkan file – file yang telah melewati tahapan
– tahapan sebelumnya untuk mendapatkan hasil yang diinginkan. IV.5 Screen Shot Film Dokumenter Sinar Betawi
• Pembukaan pementasan panggung Sinar Betawi yang diawali dengan bernyanyi lagu Betawi
Gambar IV. 11 Proses Editing
sumber: Dokumentasi Pribadi
50
Gambar IV. 12 Proses Editing
sumber: Dokumentasi Pribadi
• Iringan gambang kromong yang mengiri pementasan panggung Lenong Betawi
Gambar IV. 13 Proses Editing
sumber:
51
• Pementasan panggung lenong berakhir hingga malam hari
Gambar IV.14 Proses Editing