• Tidak ada hasil yang ditemukan

Komunikasi Ritual Ma'atenu Pakapita Sebagai Media Tradisional Masyarakat Adat Negeri Pelauw (Studi Tentang Pemanfaatan Media Dalam Komunikasi Ritual Upacara Adat Kapata Dan Tarian Ma'atenu Masyarakat Adat Negeri Pelauw Kecamatan Pulau Haruku Kabupaten Mal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Komunikasi Ritual Ma'atenu Pakapita Sebagai Media Tradisional Masyarakat Adat Negeri Pelauw (Studi Tentang Pemanfaatan Media Dalam Komunikasi Ritual Upacara Adat Kapata Dan Tarian Ma'atenu Masyarakat Adat Negeri Pelauw Kecamatan Pulau Haruku Kabupaten Mal"

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

(Studi Tentang Pemanfaatan Media Dalam Komunikasi Ritual Upacara

Adat

Kapata

dan Tarian

Ma’atenu

Masyarakat Adat

Negeri

Pelauw

Kecamatan Pulau Haruku Kabupaten Maluku Tengah)

SKRIPSI

Diajukan untuk memperoleh Gelar Sarjana Stratra (S1) pada

Program Studi Ilmu Komunikasi Konsentrasi Humas

Oleh,

Natasya Tuahuns

Nim : 41808164

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI KONSENTRASI HUMAS

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

B A N D U N G

(3)
(4)

iv

(Studi Tentang Pemanfaatan Media Dalam Komunikasi Ritual Upacara Adat

Kapata

dan Tarian

Ma’atenu

Masyarakat Adat

Negeri

Pelauw Kecamatan

Pulau Haruku Kabupaten Maluku Tengah)

Oleh:

Nama : Natasya Tuahuns

NIM : 41808164

Skripsi ini dibawah bimbingan:

Adiyana Slamet. S.IP., M.Si.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tata cara pemanfaatan media

tradisional masyarakat Negeri Pelauw Kecamatan Pulau Haruku Kabupaten

Maluku Tengah Provinsi Maluku. Oleh karena itu peneliti mencoba untuk

menganalisis dari mikro yaitu metode, prosedur dan fungsi dari pemanfaatan

media tradisional dalam komunikasi ritual upacara adat

☞ ✌✍ ✌✎ ✌

dan tarian

✏✌✑✌ ✎✒✓ ✔

.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif

dapat digunakan untuk meneliti kehidupan masyarakat, sejarah, tingkah laku dan

hubungan kekerabatan. Penelitian ini menggunakan observasi langsung dan

berperan serta, studi dokumentasi serta wawancara mendalam. Tehnik penentuan

informan dilakukan dengan teknik

✍✔ ✕✍✖ ✗✘

ve sampling.

Kemudian pada tehnik

analisis data menggunakan reduksi data, penyajian data, dan penarikan

kesimpulan atau verivikasi. lalu melakukan teknik pemeriksaan keabsahan data.

Hasil dari penelitian ini menunjukan

Kapata

dan Tarian

Ma’atenu

dalam

praktek komunikasi ritual lebih cenderung menampilkan aspek pertunjukan atau

seremonial yang sakral dan keramat dibandingkan dengan transmisi pesan jika

dilihat dari metode, prosedur dan fungsi dari pemanfaatan media tradisional.

Kesimpulan dari penelitian ini

Kapata

dan Tarian

ma’atenu

dalam ritual

ma’atenu pakapita

masih dipelihara oleh masyarakat negeri pelauw, proses

komunikasi melalui

kapata

dan tarian

ma’atenu

namun yang paling menonjol

adalah

sharing culture

dan pergelaran budaya.

Saran dari penulis masyarakat negeri pelauw disarankan agar tetap

melestarikan ritual

ma’atenu pakapita

dengan tetap memanfaatkan media

tradisional yakni

kapata

dan tarian

ma’atenu

sebagai sarana dalam berkomunikasi

secara tradisional, walaupun tidak bisa melepaskan diri dari pengaruh dunia

modern, media tradisional harus dipertahankan dari tiap generasi.

(5)

KAPTA (POETRY) AND DANCE MA’ATENU (WAR DANCE) INDIGENOUS

PEOPLES NEGERI PELAUW DISTRICTS HARUKU ISLAND CENTRAL

OF MALUKU

By:

Natasya Tuahuns

NIM. 41808164

This thesis under the guidance:

Adiyana Slamet, S.IP., M.Si

✛✜✢

s r

s

✣ ✤ ✥✦ ✜ ✤✢

m

s to

✧ ✣

t

rm

✢✣

n

t

✜✣

p

ro

✦✣✧ ★ ✥✣

s

for the use of traditional

media Negeri Pelauw Districts Haruku Island Central of Maluku, researchers are

trying to analyze from the micro methods, procedures and functions of traditional

media use in communication ritual ceremonies kapata and dances ma'atenu.

This research used a qualitative approach. Qualitative research can be

used to examine the life of society, history, behavior and kinship. This research

used direct observation and participation, documentation

research and

interviews. Technics informant determination was done by using purposive

sampling. Then the techniques of data analysis using data reduction, data

presentation, and conclusion or verification, and then perform data validity

checking techniques.

The results of This research indicate Kapata and Dance Ma'atenu

communication practices are more likely to show aspects of ritual or ceremonial

performances of sacred and sacrosanct than the transmission of the message

when viewed from the methods, procedures and functions from the use of

traditional media.

The conclusion of This research Kapata and Dance Ma’atenu in ritual

Ma'atenu Pakapita still maintained by the Negeri Pelauw, process and

communication through Kapata and dance ma’atenu but the most prominent is

the sharing of culture and cultural performances.

Advice from the authors suggested that the Negeri Pelauw still preserving

the ritual ma'atenu pakapita while utilizing traditional media kapata and dance as

a means of communicating ma'atenu pakapita traditionally, although not able to

escape the influence of the modern world, traditional media should be maintained

of each generation.

(6)

vi

Assalamualaikum Wr. Wb.

Syukur Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah S.W.T

yang telah memberikan Rakhmat dan hidayah-Nya, sehingga peneliti dapat

menyelesaikan Usulan Penelitian ini. Peneliti menyadari dalam penyusunan

usulan penelitian ini, banyak menemukan kesulitan dan hambatan disebabkan

keterbatasan dan kemampuan peneliti, namun berkat bantuan dan bimbingan serta

dorongan dari berbagai pihak, disertai keinginan yang kuat dan usaha yang

sungguh-sungguh, maka akhirnya usulan penelitian ini dapat diselesaikan

sebagaimana diharapkan.

Untuk Mama dan Bapak yang sangat kucintai dan kusayangi, terimakasih

atas doa, nasihat, dukungan moral-moril dan juga kasih sayang yang sungguh luar

biasa besarnya.

Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bantuan dari pihak-pihak yang

telah membantu baik itu dalam melakukan penelitian maupun dalam penyusunan

usulan penelitian, peneliti tidak mungkin menyelesaikan usulan penelitian ini

dengan baik. Oleh karena itu pada kesempatan ini peneliti ucapkan terima kasih

yang sebesar-besarnya kepada :

1

✪ ✫✬ ✪

t

B

✭ ✮✭ ✯ ✰✱ ✲✳ ✪ ✴✱ ✪ ✵

u

u

Dekan Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia Bandung yang

vi

Assalamualaikum Wr. Wb.

Syukur Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah S.W.T

yang telah memberikan Rakhmat dan hidayah-Nya, sehingga peneliti dapat

menyelesaikan Usulan Penelitian ini. Peneliti menyadari dalam penyusunan

usulan penelitian ini, banyak menemukan kesulitan dan hambatan disebabkan

keterbatasan dan kemampuan peneliti, namun berkat bantuan dan bimbingan serta

dorongan dari berbagai pihak, disertai keinginan yang kuat dan usaha yang

sungguh-sungguh, maka akhirnya usulan penelitian ini dapat diselesaikan

sebagaimana diharapkan.

Untuk Mama dan Bapak yang sangat kucintai dan kusayangi, terimakasih

atas doa, nasihat, dukungan moral-moril dan juga kasih sayang yang sungguh luar

biasa besarnya.

Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bantuan dari pihak-pihak yang

telah membantu baik itu dalam melakukan penelitian maupun dalam penyusunan

usulan penelitian, peneliti tidak mungkin menyelesaikan usulan penelitian ini

dengan baik. Oleh karena itu pada kesempatan ini peneliti ucapkan terima kasih

yang sebesar-besarnya kepada :

t

B

✵✭ ✶✷ ✸ ✲

u

✹✺✻

u

✼✽ ✾✿ ✲❀ ✴✱ ❁ ✪❀ ❂ ✪❃ ✪

Dekan Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia Bandung yang

vi

Assalamualaikum Wr. Wb.

Syukur Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah S.W.T

yang telah memberikan Rakhmat dan hidayah-Nya, sehingga peneliti dapat

menyelesaikan Usulan Penelitian ini. Peneliti menyadari dalam penyusunan

usulan penelitian ini, banyak menemukan kesulitan dan hambatan disebabkan

keterbatasan dan kemampuan peneliti, namun berkat bantuan dan bimbingan serta

dorongan dari berbagai pihak, disertai keinginan yang kuat dan usaha yang

sungguh-sungguh, maka akhirnya usulan penelitian ini dapat diselesaikan

sebagaimana diharapkan.

Untuk Mama dan Bapak yang sangat kucintai dan kusayangi, terimakasih

atas doa, nasihat, dukungan moral-moril dan juga kasih sayang yang sungguh luar

biasa besarnya.

Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bantuan dari pihak-pihak yang

telah membantu baik itu dalam melakukan penelitian maupun dalam penyusunan

usulan penelitian, peneliti tidak mungkin menyelesaikan usulan penelitian ini

dengan baik. Oleh karena itu pada kesempatan ini peneliti ucapkan terima kasih

yang sebesar-besarnya kepada :

t

B

u

u

Dekan Fakultas

(7)

vii

sebelum peneliti melaksanakan usulan penelitian dan telah memberikan

pengesahan pada usulan penelitian yang akan di sidangkan.

P ❄ ❅❆ ❄

t

◗❘

u

❍❙▲▲

y

❍ ❇❚▲▼■❖❏ ❄❏❑ ●❄ ❖❍❄❏ ▼ ❄

selaku Sekretaris Program Studi Ilmu

Komunikasi terima kasih atas bimbingan, nasehat dan petunjuknya selama

penulis menjalankan studi di Unikom Bandung, Program Studi Ilmu

Komunikasi Konsentrasi Humas.

❯ ❄ ❅❆ ❄

t

B

❇❈ ❇❉ ❱❲▼❳ ❇ ■❇ ❏▲ ❇ ❨❙

t

❄ ❖ ❏ ❄◗❄ ❩ ❄ ❖ ❍❄ ❏❄ ▼ ❄

Selaku Pembimbing peneliti

dalam menyelesaikan usulan penelitian dan tidak ada henti-hentinya

memberikan arahan, serta saran dan kritik yang membangun kepada peneliti

menyelesaikan usulan penelitian.

❬ ❄ ❅❆ ❄

t

◗ ❘

u

❊ ❙ ●❇❳ ❚ ❭ ❉ ❇❏❋ ❳ ❇ ❖

u

❏ ❄❏❑ ●❄ ❖❍❄❏ ▼ ❄

selaku dosen wali peneliti. terima

kasih atas bimbingan, nasehat dan petunjuknya selama penulis menjalankan

studi di Unikom Bandung,

❪ ❄ ❅❆ ❄

t

◗ ❘

u

❫▼ ●❨ ❇❴❇ ◆ ▼❏ ❄❏❑ ●❄ ❖ ❍❄❏ ▼❄

yang telah memberikan ilmu, bimbingan

dan pengajaran tentang dasar Ilmu Komunikasi selama penulis belajar di

universitas.

(8)

viii

✇ ❜ ❝❞ ❜

t

B

❤ ①❤ s ②③ ④❥ ♠

y

⑤❤✐

u

⑥✈ ❥♥❧❥❤ ♦

Selaku Raja Adat yang telah mengijinkan

peneliti untuk melakukan penelitian, di

⑦ ⑧⑨ ⑧⑩❶

Pelauw, Kecamatan Pulau

Haruku Kabupaten Maluku Tengah

❷ ❸ ❜❝❞ ❜

t

B

❤ ①❤ s❹❺ ❤r ❧③

u

♠❧ ❥ ⑤❤✐①✈ ❥✈

u

B

❤ ①❤ s♣❢

u

❻❤♥❧s❤ ❼ ♦

u

♠❤ ❥

B

❤ ①❤ s❽✈ ⑥❞ ❜ ⑤❤✐

u

⑥✈ ❥♥❧ ❥❤

yang bersedia membantu peneliti dilapangan selama ritual

berlangsung.

❷❷ ❜❝❞ ❜

t

❡❢

u

❾❤ ❼❧q❤❞ ⑤❤✐①✈ ❥✈

u

, Selaku

❿➀ ➁➀ ➂➀ ➃❶

(penutur syair) di

⑦⑧⑨ ⑧⑩❶

Pelauw, Kecamatan Pulau Haruku Kabupaten Maluku Tengah.

❷➄❜❝❞

t

❡❢

u

❹r ❧ ⑤❤ ✐

u

⑥✈ ❥♥❧ ❥❤

Terimakasih untuk segala bantuan yang telah di

berikan selama peneliti di lapangan.

❷➅❜❹④❼

u

r❞

u

❽❤♥❺ ❤ r❤ s❤ ✐ ⑦ ⑧⑨ ⑧⑩❶

Pelauw,

Kecamatan Pulau Haruku Kabupaten

Maluku Tengah

❷ ➆ ❜➇❧r❧ ❤

t

❻❤ ❞

u

❥♥

u

❹❾ ♠❤ ❥ ❡r ♥❺ ❤ ♠ ➈❤ q❞❧ ④r ❻❤ ❞

u

❥♥

u

Kakak dan Adiku yang

teramat sangat kucintai terimaksih atas semangat, doa, dukungan dan

nasihatnya.

(9)

ix

➛ ➜ ➍

Sahabat Curhatku

➝➐

u

u

➟→

u

➑↔

Terimakasih selalu mendengar keluh

kesahku, selalu setia menjadi teman curhatku dikala suka maupun duka.

➛➠➍

Sahabat-Sahabatku tersayang di Ambon,

↕ ➏↔➡➑

t

➝➑➢➏➐➒ ➞➤➏➢➑ ➥→➦➏➐➑➒ ➧➏↔➔ ➨➑➐ ➑➢➢➑➩➤ ➢

y

➒ ➫

u

→➏ ➑ ➞➑➙➟➑↔ ➭➯

u

u

➩➔➡➑

,

➫ ➢

tu

t

➏ ➫↔

w

➑➐➒ ➲➑↔➣ ➑➒ ➝➏ →➑ ➳➑ ➏➟➣ ➏↔

u

, dan seluruh Anak-Anak

➵➸↕ ➺

terimakasih sudah menjadi

teman-teman terbaikku.

➛➻➍ ➫↔➼➯➑

t

➑↔ ➽➾ ➾ ➠ ➵➳ ➚ ➪ ➣ ➑↔ ➵➳➚ ➶ ➽

terimakasih pertemananya yang selalu

terjalin dengan baik selama perkuliahan.

➽➾➍

Semua pihak yang telah membantu sebelum dan selama pelaksanaan usulan

penelitian yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.

Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan usulan penelitian ini masih

diperlukan penyempurnaan dari berbagai sudut, baik dari segi isi maupun

pemakaian kalimat yang membangun untuk kesempurnaan penyusunan usulan

penelitian ini.

Oleh karena itu peneliti berharap dan berterima kasih atas segala saran dan

kritik dari pihak manapun. Serta menerima saran dan kritik tersebut degan hati

terbuka. Semoga bermanfaat bagi kita semua.

Bandung,

Agustus 2012

(10)

❐ ❒ ❮❰➴ ➮Ï ❒ ➮✃ ❒❮❰➴ Ò➴ÐÓ Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó ÓÓ Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó ÓÔ ÔÔ

➴ ❰✃➬➮➴×Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó ÓÓ Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó ÓÓ Ó Ó Ó Ó Ó Ó ÓÔØ

➴ ❰✃➬➮➴Ù➬Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó ÓÓ Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó ÓÓ ÓØ

×➴➬ ➴Ï ❒ÐÑ➴Ð➬➴ ➮ÓÓ Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó ÓÓ Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó ÓØ Ô

➘➴➷➬➴ ➮➱✃ ➱Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó ÓÓ Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó ÓÓ Ó ÓÚ

➘➴➷➬➴ ➮➬ ➴ ❰ ❒❐Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó ÓÓ Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó ÓÚ ÔØ

➘➴➷➬➴ ➮Ñ ➴ ❮❰➴ ➮Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó ÓÓ Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó ÓÚØ Ô

➘➴➷➬➴ ➮❐ ➴ ❮Ï➱➮➴ÐÓ Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó ÓÓ Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó Ó ÓÚ Ø ÔÔ

❰➴ ❰➱ Ï ❒Ð➘➴ ÒÕ❐Õ➴Ð

Û Ü Û

Latar Belakang Masalah ...

1

1.2

Identifikasi Masalah ...

11

1.3

Maksud dan Tujuan Penelitian ...

11

1.3.1

Maksud Penelitian ...

11

1.3.2

Tujuan Penelitian ...

12

1.4

Kegunaan Penelitian ...

12

1.4.1

Kegunaan Teoritis ...

12

1.4.2

Kegunaan Praktis ...

12

1.5

Kerangka Pemikiran ...

12

1.5.1

Kerangka Teoritis ...

12

1.5.2

Kerangka Konseptual ...

12

❰➴ ❰➱➱ ➬ ➱Ð Ý➴Õ➴ÐÏÕ✃➬ ➴×➴➘➴Ð× ❒ ➮➴ÐÑ×➴Ï❒❮➱× ➱➮➴Ð

2.1

TinjauanPenelitiTerdahulu ...

14

(11)

Þ

i

2.2.1.3FungsiKomunikasi……….

2.2.2 UpacaraAdat………

2.2.2.1 TujuanUpacaraAdat………..

2.2.3 KomunikasiDalamPerspektif Ritual…………..

20

21

22

23

2.3

KerangkaPemikiran ...

2.3.1 FolklorLisan………..…

2.3.2 InteraksiSimbolik………...…

2.3.3 MasyarakatAdat………..…...

2.3.4 Media Tradisional………..….

2.3.5 Fungsi Media Tradisional………..….

2.3.6 Folklordan Media Tradisonal………..…..

2.3.7 KesenianTradisionaldan Media Tradisional…...

2.3.8 SeniPertunjukanRakyatdan Media Tradisonal…

2.3.9 Pemanfaatan Media Tradisional……….

36

36

38

42

47

51

53

57

60

62

ë ìë ííí îë ï ð ñòìóô ðõîòðöð óð÷ íõ íìó

3.1 ObjekPenelitian

3.1.1 SekilasTentang

ø ùú ù ûü

Pelauw……….

3.1.2 UpacaraAdat …………..………

3.1.2.1

ý þÿ

……….……….

3.1.2.2

ÿ✁ÿ✂ÿ

……….

3.1.2.3 Tarian

✄ÿ ☎ ÿ✂ù ✆ ✝

………...

66

67

68

68

68

69

3.2

MetodePenelitian……….

3.2.1 DesainPenelitian……….

3.2.2 TehnikPengumpulan Data………...

(12)

ii

3.2.5.2.1 Member Chek………...

3.2.5.2.2 UraianRinci……….

80

82

3.3

Lokasi dan Waktu Penelitian……….…..

82

3.3.1 WaktuPenelitian……….…….

3.3.2 TempatPenelitian……….…..

82

83

✟✠ ✟✡☛ ☞✠✌✡✍✎ ✏✑ ✏✍ ✡ ✒✡✠✑✓✠✑✎ ✏✔ ✟✠☞✠✌✠✑

4.1

4.2

4.3

ProfilInformanPenelitian………..…..

HasilPenelitian………

4.2.1

Metodeatautatacarapemanfaatan

✕ ✖ ✗ ✖✘ ✖

dantarian

✖✚ ✖ ✘✛ ✜✢

sebagai media tradisional………..

4.2.2

Proseduratautatacarapemanfaatan

✕ ✖ ✗ ✖✘ ✖

dantarian

✙✖✚ ✖ ✘✛ ✜✢

sebagai media tradisional………..

4.2.3

Fungsidaripemanfaatan

✕✖✗ ✖ ✘✖

dantarian

✙✖ ✚✖ ✘ ✛✜✢

s

ebagai media tradisional………

Pembahasan………..

4.3.1

Metodeatautatacarapemanfaatan

✕ ✖ ✗ ✖✘ ✖

dantarian

✖✚ ✖ ✘✛ ✜✢

sebagai media tradisional………..

4.3.2

Proseduratautatacarapemanfaatan

✕ ✖ ✗ ✖✘ ✖

dantarian

✙✖✚ ✖ ✘✛ ✜✢

sebagai media tradisional………..

4.3.3

Fungsidaripemanfaatan

✕✖✗ ✖ ✘✖

dantarian

✙✖ ✚✖ ✘ ✛✜✢

s

ebagai media tradisional………

(13)

iii

5.1 Kesimpulan………

5.2 Saran……….

150

151

✹✻ ✼ ✽✻ ✾✵ ✿❀ ✽✻ ❁✻

... 153

(14)

1

1.1 Latar Belakang

Secara global pesatnya perkembangan dan kemajuan teknologi komunikasi

memberi banyak pengaruh dalam berbagai aspek kehidupan manusia. Salah satu

di antaranya kemudahan berkomunikasi. Manusia dari berbagai belahan dunia

tanpa dibatasi ruang, jarak dan waktu dapat melakukan pertukaran berbagai

macam pesan dan atau simbol baik itu berkenaan dengan pengetahuan,

ketrampilan/keahlian, maupun informasi lainnya. Singkatnya, proses penyampaian

dan penerimaan informasi menjadi lebih cepat, mudah, efisien dan efektif.

Kecepatan arus informasi ini secara langsung ataupun tidak telah membawa

perubahan yang besar dalam kehidupan sosial dan aspek-aspek kehidupan

manusia lainnya, bahwa:

“Masyarakat yang telah maju dan hidup di daerah perkotaan cenderung

menggunakan media modern seperti surat kabar, radio, film, televisi, bahkan

teknologi satelit, dan komputer untuk berkomunikasi satu sama lain. Pada sisi

lain, masih terdapat sebagian masyarakat tradisional yang umumnya hidup di

daerah perdesaan yang masih memelihara, mempertahankan, dan

menggunakan saluran-saluran komunikasi tradisional dengan memanfaatkan

bunyi-bunyian, gerak isyarat, seni visual dan pertunjukan rakyat untuk

(15)

Indonesia merupakan salah satu negara yang masyarakatnya menggunakan

kedua jenis media tersebut (media modern dan media tradisional). Masyarakat di

daerah perkotaan cenderung menggunakan media modern. Namun sebagian

masyarakat di daerah pedesaan yang umumnya sulit dijangkau masih melestarikan

media komunikasi tradisional yang mereka terima dan wariskan dari generasi ke

generasi secara turun temurun. Bahkan, jauh sebelum ditemukannya media

modern, media komunikasi utama dari masyarakat adalah melalui pemanfaatan

berbagai bentuk kesenian dan pertunjukan tradisional (Rachmadi, dalam Oepen,

1988 : 110).

Melalui pemanfaatan berbagai kesenian tradisional, masyarakat dapat

mengkomunikasikan secara verbal maupun non verbal tentang berbagai aspek

yang terjadi dalam kehidupannya. Sebagaimana dijelaskan oleh R.M Wasisto

Suryodiningrat.

“Media tradisional berasal dari rakyat dan telah ada jauh sebelum media

massa modern. Media rakyat ini memiliki daya tarik secara historis.

Bentuk-bentuk media tradisional ini, baik yang popular

maupun yang klasik,

memiliki tujuan yang hampir sama yaitu selain untuk menghibur, mendidik,

juga menguatkan nilai-nilai dan adat kebiasaan yang ada.” (Dikutip Kasemin

1999 : 40 – 41)

Negeri

Pelauw merupakan salah satu masyarakat adat di Indonesia yang

masih memanfaatkan kesenian tradisional dalam bentuk pertunjukan sebagai

(16)

tradisional melalui Upacara Adat

Ma’atenu Pakapita

yang didalamnya terdapat

dua jenis kesenian tradisional yakni

Kapata

dan Tarian

Ma’atenu

yang digunakan

sebagai sarana dalam berkomunikasi.

Ma’atenu Pakapita

Adalah Sebuah bentuk upacara Adat yang dilakukan

selama 3 tahun sesuai Sekali sesuai dengan peraturan Adat yang telah diputusan

oleh Raja terdahulu. Dalam menentukan hari dan tanggal yang baik dalam

melaksanakan upacara adat maka akan dibuat suatu pertemuan adat oleh

pemangku adat setempat oleh Raja dan 13 Soa.

Kapata,

adalah ungkapan pesan yang dinyanyikan dalam bentuk syair-syair

kiasan adat yang dituturkan secara lisan oleh seorang wanita dari

Soa

Latupono.

Dimana

Kapata

(syair) berisikan sebuah cerita mengenai kisah perjuangan para

Upu

(Leluhur) yang memperjuakan

Negeri

(Desa) yakni tanah tumpah darahnya

dari penjajah.

Kapata

(Syair) ini ditujukan untuk masyarakat adat dan masyarakat

lainnya dengan menyelaraskan

Kapata

(Syair) dengan diiringi tarian

ma’atenu

(Tarian perang).

1

Seni Pertunjukan lainnya yang juga dimanfaatkan sebagai media tradisional

dalam upacara adat selain

Kapata

(Syair) adalah Tarian

Ma’atenu

(Tarian

perang).

Ma’atenu

disini dilakukan dalam bentuk tarian rakyat yang biasa

dipentaskan dalam upacara adat

Ma’tenu Pakapita

. Tarian ini diiringi

Kapata

(17)

Pementasan Kedua kesenian yakni

Kapata

(Syair) dan Tarian

Ma’atenu

(Tarian

Perang) hanya diwajibkan untuk dilakukan oleh para anak cucu adat

negeri

pelauw Hatuhaha sebagai ajang untuk menyampaikan rasa kobarnya semangat

perjuangan

Kapitan Matullesy

(Pimpinan Perang) terdahulu saat mengusir

penjajah keluar dari negeri pelauw.

2

Tarian

Ma’atenu

(tarian perang), ini dilakukan oleh 13

Soa

dari

negeri

Pelauw, yang ditarikan dengan gerakan-gerakan ritmik dan dinamis. Tarian

Ma’atenu

(tarian Perang) ini dilakukan Dalam sebuah Ritual

Ma’atenu Pakapita

yang biasanya ditarikan sebagai tarian sukacita atas kemenangan dalam

peperangan.

Gambar 1.1

Tarian Ma’atenu

http://www.nunusaku.com/05_adat/index.html

(18)

Kesenian

Kapata

(Syair) dan

Tarian Ma’atenu

(tarian perang) dipergunakan

sebagai media komunikasi tradisional dalam masyarakat adat

Negeri

Pelauw dari

dulu hingga kini.

Kapata

(Syair)

dan Tarian

Ma’atenu

(tarian perang) ini

diterima, dipelihara, dan diwariskan secara turun-temurun. Bentuk pelaksanaanya

tidak pernah berubah dari generasi ke generasi.

Dengan melihat cara dan proses penyampaiannya, Kedua bentuk kesenian

rakyat ini memiliki kemampuan dalam membawakan pesan atau informasi.

Namun sebagaimana ditegaskan Siswayasa, dkk, (1993 : 8 – 9) Tidak semua

kesenian rakyat itu dapat dikelompokan sebagai media komunikasi tardisional.

Kesenian tradisional hanya dapat digolongkan sebagai media komunikasi

trdisional yang memenuhi unsur-unsur berikut: ada komunikator (

sender),

ada

Pesan yang disampaikan sehingga menimbulkan emosi (terjadi proses

komunikasi), dan ada penerima pesan (

receiver

).

Adapun Media tradisional yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah alat

atau saluran yang dimiliki masyarakat secara turun-temurun dan dipergunakan

untuk menyampaikan pesan atau lambang secara lisan ataupun bukan lisan baik

ditujukan kepada sesama warga masyarakat maupun pihak luar yang umumnya

nampak dalam wujud pertunjukan atau tontonan.

Pemilihan

Negeri

Pelauw Kecamatan Pulau Haruku kabupaten Maluku

Tengah sebagai sasaran penelitian ini didasari oleh pertimbangan akan keunikan

(19)

komunitas adat, Warga

Negeri

pelauw sangat patuh dan setia memepertahankan

keaslian tradisi nenek moyangnya. Sekalipun ditantang oleh perkembangan zaman

yang terus berubah, masyarakat

negeri

pelauw tidak berubah dan selalu menjaga

kemurnian adat.

Untuk mempertahankan kemurnian adat, mereka menutup diri dari pengaruh

nilai-nilai budaya luar. Walaupun demikian, mereka tetap berinteraksi dan

menerima berbagai kunjungan pihak luar. Hanya saja, untuk membuat

masyarakatnya tidak berpaling dari tradisi para

Upu

(leluhur). mereka

memberlakukan aturan adat yang sangat ketat seperti pengangkatan sumpah oleh

para

Soa

dan para masyarakat anak cucu

negeri

untuk tetap mengormati aturan

yang telah ditetapkan sejak dulu. Sehingga jika masyarakatnya melanggar maka

akan mendapatkan sakit atau tertimpa malapetaka yang bakal menimpa mereka

bila lalai dalam menjaga keutuhan adat.

3

Keunikan-keunikan lain dari komunitas adat ini terlihat pada komitmen

mereka dalam menghargai alam. Mereka tidak akan akan menebang pohon secara

sembarangan karena diyakini sebagai salah satu pemberi atau sumber kehidupan

sehingga untuk melakukan penebangan

Raja (pemimpin)

akan terlebih dahulu

meninjau, apakah pohon itu baik untuk ditebang ataukah tidak.

3

(20)

Masyarakat

negeri

pelauw masih mempunyai kepercayaan yang kuat

terhadap beberapa tanda alam seperti suara cicak, suara burung, anjing/kucing dan

sebagainya. Tanda-tanda tersebut sebagai isyarat bahwa akan terjadi sesuatu yang

akan mengganggu keamanan lingkungan. Apabila sebuah rumah dimasukin

kupu-kupu maka tanda atau kode oleh masyarakat adalah tidak diperbolehkan untuk

mengusir binatang tersebut, karena mereka meyakini bahwa ketika malam tiba

dan binatang liar masuk ke dalam rumah maka hitungan beberapa hari rumah

tersebut akan di datangi kerabat yang lama tidak bertemu. Sehingga acapkali

masyarakat yang mendapati perihal seperti itu sudah memahami isyarat dan

segera bertindak sesuai dengan maksud dari penanda-penanda tersebut.

Berpijak pada uraian-uraian tersebut maka dapatlah dikatakan bahwa

masyarakat adat

negeri

pelauw merupakan salah satu komunitas adat yang tidak

berubah dalam hal falsafah dan nilai-nilai kehidupan bermasyarakat, termasuk

cara-cara mereka menyampaikan pesan/informasi baik kepada sesama anggota

masyarakatnya maupun pihak/orang luar. Tidak berubahnya masyarakat ini

terlihat jelas melalui pemberlakuan dan pewarisan adat-istiadat mereka dari

generasi ke generasi secara utuh. Alhasilnya, setiap anak-anak

negeri

pelauw

sudah menyadari jelas bahwa mereka boleh mengenyam bangku pendidikan

setinggi mungkin, namun setelah selesai, mereka harus kembali ke masyarakat

(21)

Negeri

Pelauw merupakan komunitas adat yang tidak berubah, media

komunikasi tradisional yang mereka miliki diyakini masih terjaga dengan baik,

utuh serta diwariskan dari generasi tua ke generasi penerusnya. Hal ini berarti

pula, masyarakat ini tetap mengandalkan saluran-saluran komunikasi tradisional

dalam berkomunikasi atau menyampaikan pesan/informasi baik di antara sesama

masyarakatnya maupun dengan masyarakat luar.

Sebagaimana diketahui, bahwa seiring dengan perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi, tidak sedikit yang sebelumnya sangat ketat

mempertahankan media-media komunikasi tradisionalnya akhirnya secara

perlahan-lahan beralih ke media-media modern. Untuk hal ini dicontohkan

Gunardi dalam Jahi sebagai berikut :

”Beberapa sandiwara rakyat yang masih hidup di Jawa Tengah dan Jawa

Timur, yang biasa mengandakan pertunjukan keliling di desa-desa, ternyata

kurang mendapat penonton, setelah televisi masuk ke desa. Pertunjukan

rakyat yang kebanyakan menggunakan bahasa daerah mulai ditinggalkan

orang, terutama setelah banyak masyarakat menguasai bahasa Indonesia.”

(Jahi, 1988 : 101 – 102)

Contoh lainnya, dikemukakan Hoffmann (1997 : 15), salah satu model

komunikasi untuk persahabatan yang cukup terkenal di hampir seluruh desa di

Indonesia adalah Balai Budaya. Melalui balai budaya terjadi komunikasi tanpa

(22)

berubah menjadi pusat birokrasi. Komunikasi horisontal kemudian diganti dengan

penyuluhan dari pegawai negeri. Akibatnya, segala bentuk kesenian rakyat

berangsur-angsur macet, kecuali kadang-kadang sebuah pertunjukan untuk

menghormati tamu yang datang dari pusat.

Contoh-contoh di atas menggambarkan merosotnya keberadaan media-media

tradisional di beberapa daerah di Indonesia. Penyebab kemerosotan media

tradisional tersebut dalam pandangan Gunardi,

”jumlah para seniman yang menciptakan dan memerankan

pertunjukan-pertunjukan tradisional itupun semakin berkurang. Generasi baru tampaknya

kurang berminat untuk melibatkan diri dalam pengembangan pertunjukan

tradisional yang semakin kurang mendapat sambutan khalayak ini”. (Gunardi

1988 : 102))

Penyebab lainnya, menurut Udi Rusadi, ”perkembangan teknologi komunikasi

dan informasi media modern telah menyebabkan media pertunjukkan rakyat

semakin ditinggalkan”.

4

Berbagai upaya tersebut di atas, pada intinya didasari oleh keyakinan yang

kuat bahwa penyebaran informasi dan pengetahuan kepada masyarakat cukup

berhasil melalui pemanfaatan berbagai bentuk media tradisional. Hal ini sejalan

dengan pendapat Everett Rogers, yang menekankan bahwa,

4

(23)

“media tradisional mempunyai potensi besar dalam mencapai tujuan-tujuan

pembangunan, karena media itu mempunyai audiens yang luas dan

kredibilitas yang tinggi di mata orang pedesaan”. (Rachmadi.1988 : 111 –

112),

Cukup berhasilnya penggunaan media tradisional baik sebagai sarana

diseminasi informasi maupun dalam membawakan pesan-pesan pembangunan

sejak zaman orde baru telah dibuktikan dengan beberapa penelitian sebelumnya.

Pada tahun 1981 BKKBN melakukan penelitian tentang efektifitas pesan-pesan

Keluarga Berencana yang diselipkan dalam 15 media tradisional. Hasil penelitian

dengan melibatkan 2000 responden di 254 desa di Jawa dan Bali diketahui bahwa

media tradisional umumnya bertindak sebagai pengganda pesan-pesan dan

meskipun ada kesamaan dalam pola pesan, tetapi terdapat perbedaan besar dalam

hal kecocokan antara pesan-pesan modern dengan media tradisional. (Oepen,

1988 : 91).

Penelitian lain, yang dilakukan Walujo (1994 : 218) menyimpulkan bahwa

wayang kulit dari dulu hingga sekarang tetap merupakan media komunikasi

tradisional yang populer dalam masyarakat Jawa, sehingga dalang mempunyai

nilai tambah dan memiliki peranan yang berarti dalam menyampaikan

pesan-pesan pembangunan. Disebutkan, berkat pakem yang menjadi pedoman

pedalangan, pesan-pesan pembangunan mampu dikomunikasikan oleh setiap

dalang tanpa mengganggu cerita pokok. Caranya disesuaikan dengan jejer yaitu

(24)

diwarnai humor) atau tembang (nyanyian) dengan materi pilihan berupa KB, P4,

PKK, dan sebagainya.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Walujo menjelaskan bahwa satu hal

yang dapat dikatakan bahwa media tradisional di Indonesia memiliki kemampuan

dalam membawakan pesan-pesan tertentu. Hal mana, selain untuk penyampaian

pesan di antara sesama warganya, juga dapat dijadikan sarana dalam penyebaran

informasi kepada masyarakat penggunanya.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah penelitian yang ingin dikaji lebih mendalam sesuai

pada latar belakang masalah penelitian diatas, sehingga peneliti membuat

pertanyaan makro sebagai berikut:

“Bagaimana Komunikasi Ritual

Ma’atenu

Pakapita

Dalam Pemanfaatan Media Tradisional

Kapata

(Syair) Dan Tarian

Ma’atenu

(Tarian Perang) Masyarakat Adat

Negeri

Pelauw.”?

Mengacu dari rumusan masalah di atas, peneliti merancang

pertanyaan-pertanyaan Mikro (identifikasi masalah) yang diharapkan dapat diperoleh jawaban

melalui penelitian ini antara lain :

1) Bagaimanakah

metode

masyarakat adat

negeri

Pelauw dalam

melaksanakan komunikasi ritual

Ma’atenu pakapita

melalui Pemanfaatan

Kapata

dan Tarian

Ma’atenu

sebagai media tradisional?

2) Bagaimanakah

Prosedur

masyarakat

adat

negeri

Pelauw dalam

melaksanakan komunikasi ritual

Ma’atenu pakapita

melalui Pemanfaatan

(25)

3) Bagaimanakah

fungsi

dari pemanfaatan

Kapata

dan Tarian

Ma’atenu

sebagai media-media tradisional dalam menjalankan praktek komunikasi

ritual mereka?

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1 Maksud Penelitian

Masyarakat adat

Negeri

Pelauw Melaksanakan Komunikasi Ritual

Mereka Melalui

Kapata

Dan Tarian

Ma’atenu

Sebagai Media Tradisional

1.3.2 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini sebagai berikut:

Kapata

dan Tarian

Ma’atenu

1. Untuk mengetahui metode masyarakat adat

negeri

Pelauw dalam

melaksanakan komunikasi ritual

Ma’atenu pakapita

melalui

Pemanfaatan

Kapata

dan

Tarian

Ma’atenu

sebagai media

tradisional

2. Untuk mengetahui Prosedur masyarakat adat

negeri

Pelauw dalam

melaksanakan komunikasi ritual

Ma’atenu pakapita

melalui

Pemanfaatan

Kapata

dan

Tarian

Ma’atenu

sebagai media

tradisional

3. Untuk mengetahui fungsi dari pemanfaatan

Kapata

dan Tarian

Ma’atenu

sebagai media-media tradisional dalam menjalankan

(26)

4.1 Kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan Teoritis

Hasil penelitian diharapkan dapat memberi manfaat berupa sumbangan

pemikiran bagi pengembangan konsep ilmu komunikasi yang berkaitan

Pemanfaatan Media traditional

1.4.2 Kegunaan Praktis

Menjadi Bahan masukan bagi para peneliti yang tertarik untuk meneliti

Komunikasi Ritual dalam pemanfaatan Media tradisional, selain itu juga lewat

penelitian ini diharapkan dapat menumbuhkan adanya sikap kearifan

masyarakat untuk senantiasa menjunjung tinggi, memelihara, mewarisi dan

mengembangkan warisan privasi budaya leluhur, baik berupa warisan etika,

moral maupun warisan budaya ritual tradisional sebagai khasanah budaya

nasional bangsa Indonesia.

a. Kegunaan Bagi Peneliti

Diharapkan dari Penelitian ini dapat berguna sebagai suatu

pengaplikasian ilmu yang selama ini pemulis dapat, Khususnya mengenai

Ilmu yang berhubungan dengan Komunikasi Ritual dalam pemanfaatan media

tradisional.

b. Kegunaan Bagi Universitas

Diharapkan Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan Literatur

bagi peneliti yang akan melakukan penelitian yang sama.

(27)

Haruku Kabupaten Maluku Tengah

Diharapkan dari Penelitian ini dapat berguna dan bermanfaat bagi

masyarakat Adat

negeri

Pelauw untuk dapat lebih memahami dan

melestarikan bentuk kebudayaan tradisional melalui komunikasi ritual dalam

(28)

15

2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu

2.1.1 Thesis Yermia Djefri Manafe 2008

Komunikasi Ritual Natoni Dan Bonet Sebagai Media Tradisional

Dalam Masyarakat Adat Suku Boti (Studi Tentang Pemanfaatan

Natoni dan Bonet Sebagai Media Tradisional Di Desa Boti

Kecamatan Ki’e Kabupaten Timor Tengah Selatan)

❍■❏ ■❑▲▼▲◆ ❏ ▲ ❏▲ ❖▲❑◆P ◗P◆ ❏ ◗❏▼◗P ❘ ■❏❙■▼◆ ❚◗▲ ❘ ■▼❯❖■❱ ❲❳ ❯❨■❖◗❳❱ ❖◆ ❏ ❩ ◗❏❙❨▲

❬ ❭❪

o

n

i

❫ ❭❬

bonet

❨■❴ ◆ ❙◆▲ ❘■❖▲◆ ▼❳◆❖▲❨▲❯❏◆❑ ❖◆❑◆ ❘ ❘■❏❵◆❑◆ ❏P◆ ❏ ❲❳◆P▼ ■P

P ❯❘◗❏▲P◆❨▲ ❳▲▼◗◆❑ ❲◆❖◆❘◆❨◆❳◆P◆▼

y

◆❖◆▼❨ ◗P◗❛❯▼▲❜

❍■❏ ■❑▲▼▲◆ ❏▲ ❏▲ ❘ ■❏❙ ❙◗❏◆P◆ ❏ ❲■❏❖■P◆▼◆ ❏P◗◆❑▲▼◆▼▲❩❜ ❍■❏ ■❑▲▼▲◆ ❏ P ◗◆❑▲▼◆▼▲❩ ❖◆❲◆▼

❖▲ ❙◗❏◆P◆ ❏ ◗❏▼◗P ❘■❏ ■❑▲▼▲ P■❚▲❖◗❲◆ ❏ ❘◆❨◆❳◆P◆▼❱

y

❨■❵◆❳◆ ❚❱ ▼▲ ❏❙P◆ ❚ ❑◆P◗❱

❩ ◗❏❙❨▲❯❏◆❑▲❨◆❨▲ ❯❳❙◆ ❏▲❨◆❨▲❱ ❲■❳❙ ■❳◆P◆ ❏❝ ❲■❳❙■❳◆P◆ ❏ ❨ ❯❨▲◆❑❱ ◆▼◆◗ ❚◗❴◗❏❙◆ ❏

P■P■❳◆❴ ◆▼◆ ❏❜ ❍■❏ ■❑▲▼▲◆ ❏ ▲ ❏▲ ❘■❏ ❙❙◗❏◆P◆ ❏ ❯❴❨■❞◆❨▲ ❑◆ ❏❙❨ ◗❏ ❙ ❖◆ ❏ ❴■❳ ❲■❳◆ ❏ ❨■❳▼◆❱

❨▼◗❖▲ ❖ ❯P ◗❘■❏▼◆❨▲❨■❳▼◆❡◆❡◆ ❏❢◆❳◆❘ ■❏❖◆❑◆ ❘❜

Natoni

❖◆ ❏

bonet

❖◆❑◆ ❘ ❲❳◆P▼ ■P P ❯❘◗❏▲P◆❨▲ ❳▲▼◗◆❑ ❑ ■❴ ▲ ❚ ❢■❏❖■❳ ◗❏❙

❘■❏◆ ❘❲▲❑P◆ ❏ ◆❨ ❲■P ❲■❳▼◗❏❵◗P◆ ❏ ◆▼◆◗ ❨■❳■❘❯❏▲◆❑

y

◆ ❏ ❙ ❨◆P ❳◆❑ ❖◆ ❏ P■❳◆ ❘◆▼

❖▲❴ ◆ ❏❖▲ ❏❙P◆ ❏ ❖■❏ ❙◆ ❏ ▼❳◆ ❏❨❘▲❨▲ ❲■❨◆ ❏❜ ❣ ■❑◆▲ ❏ ▲▼◗ ❵◗❙◆ ▼◗❵◗◆ ❏ ◗▼◆❘◆ ❖◆❳▲

(29)

❤ ✐❥❦ ❧♠ ♥♦ ♣❦ qrs ❧❤ ❧t ❧s ✉ ❤ ✐✈s ❧ ♣✐q✇ ♠ ❧t r✈ ♥❧q ♥ ✐♣❥ ❧①r ♥✐

y

❧♥r q❧q ② ♥✐

y

❧♥r q❧q

♣❧❤❧✈❧♥ ❧s

y

y

❧q✇❥ ✐✈❤ r③❧s

religius magis

Natoni

❤ ❧❧s tr✇❦q ❧♥❧q ❤ ✐❥❧✇ ❧r ♣✐t r ❧ s ✈ ❧tr❤ r♦ q ❧① ♣ ✐♣r①r ♥r ③❦q✇❤ r ♣ ✐qt rtr ♥

(to educate)

✉③❦q✇ ❤r ♣✐♣ ❥❧⑤❧♥ ❧q⑥ ✐❤ ❧q

(to inform),

t❧q③❦ q✇❤ rs ✈❧q❤ ♣r❤ r ⑤❧✈r❤ ❧q

❤♦ ❤ r ❧①

(transmission of the social heritage)

Bonet

♣ ✐♣r①r ♥r ❥✐❥ ✐✈❧⑥❧③❦ q✇❤ r

y

❧♥qr

♠r ❥❦ ✈❧q

(to entertain)

✉ ♣ ✐qt rtr ♥t ❧q⑦❦✇❧③❦ q✇❤ rs ✈❧q❤ ♣r❤ r ⑤❧✈r❤ ❧q❤ ♦❤ r ❧①t ❧✈r❤ ❧s❦

✇ ✐q ✐✈❧❤ r ♥ ✐⑥❧t❧✇✐q✐✈ ❧❤r❤ ✐①❧q⑦❦s q

y

❧④

⑧ ⑨⑧ ⑩ ❶❷❸❹❺ ❹❷❻

u

st

❹❼❹

⑧⑨⑧⑨❽❾❿➀ ❶❷❶➁ ❶➂ ➃➄

u

❷❶❼❹➁ ❶

➅♦♣❦qr ♥ ❧❤r ♣ ✐q❦✈❦s ➆ ❧✈① ➇④ ➈♦ ➉① ❧qt ❧q✇

y

tr ♥❦sr③ ♦ ① ✐♠ ➊q♦ q✇ ➋➌ ♠⑦ ❧q ❧

➍③③✐qt

y

t❧① ❧♣ ❥❦ ♥❦ q❧

y

r① ♣❦ ♥♦ ♣❦ qr ♥❧❤ r s ✐♦ ✈r t❧q ⑥ ✈❧♥s ✐♥

y

❧rs❦ ➅♦♣❦ qr ♥❧❤ r

❧t ❧① ❧♠ ❦⑥❧

y

y

❧q✇ ❤r ❤s ✐♣ ❧sr❤ ❦ qs❦ ♥ ♣ ✐✈❦♣❦❤ ♥ ❧q ❤ ✐➌❧✈❧ s ✐✇ ❧✈ ❧❤ ❧❤ ② ❧❤ ❧❤

⑥✐q❧ ♣⑥ ❧r ❧q

y

r q③♦✈♣ ❧❤r ⑥✐♣❥ ✐qs❦♥❧q❤ r ♥❧⑥t❧q⑥ ✐qt ❧⑥ ❧s④

➎✐q✇ ✐✈sr ❧q ➅♦ ♣❦ qr ♥❧❤ r ♣✐q❦ ✈❦s ➈ ❧✈♦ ①t ➏❧❤ ⑤✐①① t❧① ❧♣ ♥ ❧✈❧q

y

y

❧✉

The

Structure and Function of Communication in Society

④ ➏❧❤ ⑤✐①①♣ ✐q✇❧s ❧♥❧q ❥ ❧♠⑤❧

➌ ❧✈❧

y

❧q✇❥ ❧r ♥❦ qs❦ ♥♣ ✐q⑦ ✐① ❧❤ ♥ ❧q♥♦♣❦qr ♥ ❧❤rr ❧① ❧♠♣✐q⑦ ❧⑤❧❥⑥ ✐✈s ❧q❧ ❧q

y

❤ ✐❥❧✇❧r

❥✐✈r♥❦s➐

Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect?

➎❧✈❧t r✇ ♣ ❧ ➏❧❤ ⑤✐①① t r ❧s ❧❤ ♣ ✐q❦q⑦❦♥❧q ❥ ❧♠⑤❧ ♥♦ ♣❦qr ♥ ❧❤ r ♣✐①r ⑥❦sr ①r ♣❧

❦ q❤❦✈❤ ✐❥ ❧✇ ❧r⑦ ❧ ⑤❧❥❧qt❧✈r⑥ ✐✈s ❧q

y

❧❧q❧q✇

y

tr ❧⑦❦♥❧q s✐✈❤ ✐❥❦s✉

y

❧♥qr➐

② ➅♦ ♣❦ qr ♥❧s♦✈

(communicator, source, sender)

(30)

➑ ➒➓➔ →➣

(channel, media)

➑ ↔↕ ➙➛ ➜→➝➣➜

(communicant, communicate, receiver, recipient)

➑ ➞ ➟➓➝

(effect, impact, influence)

➠➣➔→➡ ➢➓➤➔ ➣➥➣➤➝➣➜ ➦➣➤➣➔ →➧ ➙➣ ➨➣➥➩➓➫➫ ➭➓➤ ➥➓➢➛ ➭➡ ➝↕➙➛ ➜→➝➣➥→ ➣➔➣➫➣➯ ➦➤↕➥➓➥

➦➓➜➣➙

y

➦➣→➣➜ ➦➓➥➣➜ ↕➫➓➯ ➝↕➙➛➜→➝➣➭↕➤ ➝➓➦➣➔ ➣ ➝↕➙➛➜→➝➣➜ ➙➓➫➣➫➛→ ➙➓➔→➣

y

➣➜ ➧

➙➓➜→➙➢➛➫➝➣➜➓ ➟➓➝➭➓➤➭➓➜➭➛ ➲

➳➓➫➣→➜ →➭➛ ➙➓➜➛ ➤➛➭ ➞➵➓➤➓➭➭ ➒➲ ➸↕➧➓➤ ➥

y

➣➜➧ ➔ →➝➛ ➭→➟ ↕ ➫➓➯ ➺➓➔➔

y

➒➛➫

y

➣➜➣

➔ ➣➫➣➙ ➢➛➝ ➛ ➜➣

y

y

➣➜ ➧ ➢➓➤➻➛➔➛➫ ➼➫ ➙➛ ↔↕➙➛➜→➝➣➥→➡

y

➣➜ ➧ ➙➓➜➻➓➫➣➥➝➣➜ ↔↕➙➛➜→➝➣➥→

➣➔ ➣➫➣➯ ➡

➦➤↕➥➓➥➔ →➙➣➜➣➥➛➣➭➛→➔ ➓ ➔→➣➫→➯➝➣➜➔➣➤→➥➛➙➢➓➤➝➓➦➣➔➣➥➛➣➭➛➦➓➜➓➤→➙➣➣➭➣➛

➫➓➢→➯➡ ➔ ➓➜➧➣➜ ➙➣➝ ➥➛➔ ➛ ➜➭➛➝ ➙➓➜➧➛ ➢➣➯ ➭→➜ ➧➝➣➯ ➫➣➝ ➛ ➙➓➤➓➝➣➲

” (Mulyana,

2003:62)

Definisi diatas kemudian dikembangkan kembali oleh Rogers bersama D.

Lawrence Kincaid (1981) sehingga melahirkan suatu definisi baru yang

menyatakan bahwa:

“Komunikasi adalah proses dimana dua orang atau lebih membentuk atau

melakukan pertukaran informasi dengan satu sama lainnya, yang pada

gilirannya akan tiba pada saling pengertian yang mendalam.” (Hafied

Cengara,1998:20)

Rogers mencoba menspesialisasikan hakikat suatu hubungan dengan adanya

suatu pertukaran informasi (pesan), di mana ia menginginkan adanya suatu

perubahan sikap dan tingkah laku serta kebersamaan dalam menciptakan saling

(31)

➽➾ ➽➾➚➾ ➚➪

u

➶➹➘

u

➴➷➬➘ ➮➱➹✃ ➮

u

❐❒ ❮ ❰

y

ÏÐ Ñ❰ÒÐÓ Ô ÕÐ ÏÖ ×❒ ÑÐÖÐ ÕØ Ù ÏÓ Ú❰ Ï Û❒ ×❰ ÜÜ❰Ø Ô Ý ÕÏÐÖÖ Ú ❰ Ü❰Þ ß Ýà Ý Ï❰Ó

y

Techniques for effective Communication

ÓÞ Ð Ï❰Ö❰à ❰ Ï

y

ß ❰á â❰Ö ÝãÝ❰ ÏØÐ ÏÖ Õ❰ ÜÚ❰ Ü❰Þ

àÐ äå❰Ö❰ Ïà ÙÞÝÏåà❰Ø åÖÐ ÕÚå Õå❰Ö❰ØÖå ä❰ÖÝãÝ❰ ÏÝÖ❰Þ❰Ó

y

❰åÖ Ýæ

❰❒

To secure understanding,

ß ❒

To establish acceptance,

Ò❒

To motivate action.

ÑÐ ÕÖ❰Þ ❰ ❰Ú ❰ Ü❰á

to secure understanding

Ó Þ ÐÞ❰Ø Öåà❰ Ï ß ❰áâ❰ àÙ Þ Ý Ïåà ❰ Ï

ÞÐ Ï äÐ ÕÖå çÐØ ❰ Ï ❰ Ï ä

y

Ú åÖÐ ÕåÞ❰ Ï❰ ❒

y

èÏÚ❰åà ❰Ö❰ å❰ Ø ÝÚ ❰á Ú❰ç❰Ö ÞÐ Ï äÐ ÕÖå Ú❰ Ï

ÞÐ ÏÐ ÕåÞ❰Ó Þ❰à ❰ çÐ ÏÐ ÕåÞ❰ Ï❰

y

åÖ Ý á❰ ÕÝØ Ú åß å Ï❰

(to establish acceptance)

Ñ❰Ú❰

❰àáå ÕÏ❰

y

àÐ äå❰Ö❰ ÏÚåÞ ÙÖåé❰Øåà ❰ Ï

(To motivate action).

êÙ ÕÚ Ù Ï ë❒

Zimmerman merumuskan bahwa kita dapat membagi tujuan

komunikasi menjadi dua kategori besar. Pertama, kita berkomunikasi untuk

menyelesaikan tugas-tugas yang penting bagi kebutuhan kita untuk memberi

makan dan pakaian kepada diri sendiri, memuaskan kepenasaran kita akan

lingkungan, dan menikmati hidup. Kedua, kita berkomunikasi untuk menciptakan

dan memupuk hubungan dengan orang lain. Jadi komunikasi mempunyai fungsi

isi, yang melibatkan pertukaran informasi yang kita perlukan untuk

menyelesaikan tugas, dan fungsi hubungan yang melibatkan pertukaran informasi

mengenai bagaimana hubungan kita dengan orang lain. (Mulyana, 2007:4).

Rudolph F. Verderber mengemukakan bahwa komunikasi mempunyai dua

fungsi. Pertama, fungsi sosial, yakni untuk tujuan kesenangan, untuk menunjukan

(32)

ì íîï ðñò óôðî õ íì ö ÷ö ø ðîù

y

ðõ î ó ñíñö ÷ö øõðî ö î ÷öõ ñíôðõ öõðî ð÷ðö ÷óú ðõ

ñíôðõ öõðîø íø ö ð÷öìðú ðø ðð÷÷íû÷íî÷öü ýþö ô

y

ðî ðùÿ ✁✂✄ ☎

✆✝ ✆✝✞✝✆✟✠✡☛ ☞

s

o

u

✎✏✑✒☛ ✏

✓✔ ñöîóõðø ó ì ðúð ✕ ðõóõ ð÷î

y

ð ðúðôð✕ ìû✔ø íø ìíîðñì ðóðî

y

ìíø ðî ✔ ôí✕

õ ✔ ñöîóõð÷✔û õ íìðú ð õ ✔ ñö î óõ ðî ñ íôðôöóñ íú óð

y

ð îï ñ íîóñòöôõ ðî í✖íõ ÷íû÷íî ÷öü

þíîöûö÷✗î ✔îï✘✙✕ ✚ ðîð✛✖✖íîú

y

ìû✔ø íøõ✔ñö î óõðø ó ÷íûòðï ó ñíî✚ ðú ó ú ö ðñ ð✙ðñ

ìû✔ø íø

y

ðó÷ö✂

✒ ✝ ✟☞

r

o

s

s

o

u

✎✏✑✒☛ ✏☛ ☞✜✒✠✒✟✠ ✏✍☞

r

✢û✔ø íøõ✔ñö î óõ ðø óø í✙ðûðìûóñ íû ðú ðôð✕ ìû✔ø íøìíî

y

ðñì ðóðîìóõ óûðîú ðî ð÷ðö

ì íûðø ððî ø íø í✔ûðîï õ íìðúð ✔ûðîï ôðóî ú íîï ðî ñ íîï ïö î ðõ ðî ôðñò ðîï

(symbol)

ø íòðï ðó ñ íú óðü ✣ðñòðîïø íò ðï ðó ñíúóð ìûóñíû úðôðñ ìû✔ø íø õ✔ñö î óõðø ó ðú ðôð✕

ò ð✕ðø ðù õ óðôù óø

y

ðûð÷ù ïðñòðûù ✤ ðûîðù ú ðî ôðóî ø íò ðï ðóîð

y

y

ðîï ø í✙ðûð ôðîï øöîï

ñðñìö

ñ íîíû✚íñð✕ õ ðî

” pikiran atau perasaan komunikator kepada komunikan.

Bahwa bahasa yang paling banyak dipergunakan dalam konteks komunikasi

adalah jelas hanya bahasalah yang mampu “menerjemahkan” opini; baik

mengenal hal yang konkret maupun yang abstrak; bukan saja tentang hal atau

peristiwa yang terjadi pada saat sekarang, melainkan juga pada waktu yang lalu

dan masa yang akan datang. Adalah berkat kemampuan bahasa maka kita dapat

mempelajari ilmu pengetahuan sejak ditampilkan oleh Aristoteles, Plato, dan

Socrates; dapat menjadi manusia yang beradab dan berbudaya; dan dapat

memperkirakan apa yang akan terjadi pada tahun, decade, bahkan abad yang akan

(33)

✥✦ ✧

r

o

s

s

✩✪

o

u

✫✬✭✮✯ ✬✯ ★✰ ✮✱✮✲★ ✭

u

✫✳★

r

✴✵✶✷ ✸✷ ✹ ✶✺✻ ✼✽ ✹✾✷ ✽ ✷✸ ✿✾✵ ✾ ✷ ✸ ✹✻ ✼❀✸ ✵ ✾❀✾❁ ✾❂ ❃ ✵✶✷ ✸✷ ❃✸ ✼

y

✾✺ ❃ ✾✽ ✾✼ ❃✸✷ ✾✼ ✶❁✸❂

✷✸✷ ✸ ✶ ✵✾✼❄✹✸ ❃✾❀✾✶ ✵✾✼❄ ❁ ✾✽ ✼❀ ✸ ✼❄✾✼ ✺✸ ✼❄ ❄✻ ✼ ✾✹✾ ✼✾❁ ✾❅ ✾❅✾✻ ✷ ✾✵✾✼ ✾✷ ✸❆✾❄✾✽✺✸❀✽ ✾

✹✸❀ ✻ ✾✷✸❅✸❁ ✾❂✺✸ ✺✾✹ ✾✽❁ ✾✺❆✾✼❄✷ ✸❆✾❄✾✽ ✺✸❀ ✽✾❃✸ ✵❅✾✺✾❇

❈✸ ✶ ✵✾✼❄ ✹ ✶✺✻ ✼✽ ✹✾❅✶ ✵ ✺✸ ✼❄❄✻ ✼ ✾✹✾✼ ✺✸❀✽ ✾ ✹✸❀ ✻ ✾ ❀ ✾❁ ✾✺ ✺✸❁ ✾✼ ✿✾✵✹ ✾✼

✹✶ ✺✻✼✽ ✹ ✾✷✽ ✼

y

✾ ✹ ✾✵✸ ✼ ✾ ✹ ✶✺✻ ✼✽ ✹✾✼ ✷ ✸❆✾❄✾✽ ✷ ✾✷ ✾✵✾✼ ✼✾

y

❆✸ ✵ ✾❀ ✾ ❀✽❅✸ ✺ ❃✾❅

y

✾✼❄

✵✸❁ ✾❅✽❉ ❊✾✻ ❂ ✾❅✾✻ ❃✻ ✼ ❊✻✺❁ ✾❂✼✾

y

❆✾✼

y

✾✹❇ ❈✻ ✵✾❅❋ ❅✸❁✸ ❃ ✶✼❋ ❅✸❁✸ ✹✷❋ ✷ ✻ ✵ ✾❅ ✹✾❆✾✵❋

✺✾❊✾❁ ✾❂❋ ✵✾❀✽ ✶❋ ❅✸❁✸●✽✷ ✽❋ ❉✽❁ ✺❋ ❀ ✾✼ ❆✾✼✾✹

y

❁✾❄✽ ✾❀ ✾❁ ✾❂ ✺✸❀✽ ✾ ✹✸❀ ✻ ✾

y

✾✼❄ ✷✸ ✵✽ ✼❄

❀✽❄✻✼✾✹ ✾✼❀ ✾❁ ✾✺✹ ✶✺✻ ✼ ✹✾✷ ✽❇

✴✾❀✾✻✺✻✺✼

y

✾✹ ✾❁ ✾✻ ✹✽❅✾❆✸ ✵❆✽ ✿✾ ✵✾❀✽ ✹ ✾❁ ✾✼❄✾✼✺ ✾✷

y

✾✵✾✹ ✾❅❋

y

✾✼❄ ❀✽ ✼ ✾✺✾✹ ✾✼

✺✸❀ ✽ ✾ ✹✶ ✺✻✼✽ ✹ ✾✷ ✽ ✽❅✻ ✾❀✾❁ ✾❂ ✺✸❀ ✽ ✾ ✹✸❀✻✾ ✷ ✸❆✾❄✾✽ ✺✾✼ ✾ ❀✽❅✸ ✵ ✾✼❄✾✹ ✾✼ ❀✽ ✾❅✾✷❇

❍ ✾✵✾✼❄ ✷ ✸ ✹✾❁✽ ✶✵ ✾✼❄ ✺✸✼❄✾✼ ✼❄✾❃ ❆✾❂ ✾✷ ✾ ✷ ✸❆✾❄✾✽ ✺✸❀✽ ✾ ✹✶ ✺✻✼✽ ✹ ✾✷✽❇ ■ ✾❁ ✽ ✼✽

❀✽✷ ✸❆✾❆✹✾✼ ✶❁✸❂ ❆✾❂ ✾✷ ✾ ✷✸❆✾❄✾✽ ✷ ✸❆✾❄✾✽ ❁✾✺❆✾✼❄

(symbol)

❆✸✷ ✸ ✵❅✾ ✽✷ ✽

(content)

y

✾ ✹ ✼✽ ❃✽ ✹✽ ✵✾✼ ❀ ✾✼ ✾❅✾✻ ❃✸ ✵✾✷ ✾✾✼

y

✾✼❄ ❀✽❆✾❏✾✼

y

✾ ✺✸ ✼❊✾❀✽ ❅✶❅✾❁✽❅✾✷ ❃✸✷ ✾✼

(message),

y

✾✼❄ ❅✾✺❃ ✾✹ ❅✾✹❀✾❃✾❅ ❀✽ ❃✽✷ ✾❂✹✾✼❇ ❑✽ ❀ ✾✹✷✸ ❃✸ ✵❅✽ ✺✸❀✽ ✾ ❀ ✾❁ ✾✺❆✸ ✼❅✻✹

✷✻✵✾❅❋ ❅✸❁✸ ❃✶ ✼❋ ✵ ✾❀✽ ✶❋ ❀✾✼ ❁ ✾✽ ✼▲❁ ✾✽ ✼✼

y

✾❇

Yang jelas tidak selalu dipergunakan.

Tampaknya seolah-olah orang tak mungkin berkomunikasi tanpa bahasa, tetapi

orang mungkin dapat berkomunikasi tanpa surat, atau telepon, atau televisi, dan

sebagainya.

Setelah pembahasan di atas mengenai proses komunikasi, kini kita mengenal

(34)

▼◆❖ P◗❘❖P❙❚❯ ❱❲❚❳P ❱❨ P❩❬❙❭ ❱❙❨ ❱❪

” Penegasan tentang unsur-unsur dalam proses

komunikasi itu adalah sebagai berikut:

-

Sender:

Komunikator yang menyampaikan pesan kepada seseorang atau

sejumlah orang.

-

Encoding

: Penyandian, yakni proses pengalihan pikiran kedalam bentuk

lambang.

-

Message

: Pesan yang merupakan seperangkat lambang bermakna yang

disampaikan oleh komunikator.

-

Media

: Saluran komunikasi tempat berlalunya pesan dari komunikator

kepada komunikan.

-

Decoding

: Penyandian, yaitu proses dimana komunikan menetapkan

makna pada lambang yang disampaikan oleh komunikator kepadanya.

-

Receiver

: Komunikan yang menerima pesan dari komunikator.

-

Response

: Tanggapan, seperangkat reaksi pada komunikan setelah diterpa

pesan.

-

Feedback

: Umpan Balik, yakni tanggapan komunikan apabila

tersampaikan atau disampaikan kepada komunikator.

-

Noise

: Gangguan tak terencana yang terjadi dalam proses komunikasi

sebagai akibat diterimanya pesan lain oleh komunikan yang berbeda

dengan pesan yang disampaikan oleh komunikator kepadanya.

❫ ❴❫ ❴❵ ❴❛

Fungsi Komunikasi

Fungsi Komunikasi menurut Effendy memiliki empat fungsi utama dari

(35)

❜❝ ❞❡❢ ❣❤❢ ✐❥ ❦❧♠♥ ❤♦♠❢

(to inform)

❞❡ ❧♣❡ ❦❤♦ ♠❢ ❤❢✐❥❦ ❧♠♥ ❤ ♦❡q♠r♠ ❧♠♥♠

y

❦♠♦ ♠st ❧❡ ❧♣❡ ❦❤s♠✉✈♦ ♠❢ ♦ ❡q♠♥♠

❧♠♥♠ ❦♠♦ ♠s

y

❧❡❢ ❣❡❢♠❤ q❡ ❦❤♥s❤ ✇♠

y

♠❢❣ s❡ ❦①♠r❤t ❤r❡♠ s♠✈ q❤♦ ❤ ❦♠❢ r♠❢ s❤❢❣♦ ♠✉

②♠♦✈❥❦♠❢ ❣②♠❤❢t ♥ ❡ ❦s♠♥ ❡ ❣♠②♠♥ ❡♥✈♠s✈♠❢ ❣

y

r❤♥ ♠ ❧q♠❤♦ ♠❢❥❦♠❢❣②♠❤❢❝

③❝ ❞❡❢r❤r❤♦

(to educate)

④❥❧✈❢ ❤♦♠♥ ❤ ❧❡ ❦✈q♠♦ ♠❢ ♥ ♠ ❦♠❢ q❡❢r❤r❤♦ ♠❢t r❡❢❣♠❢ ♦❥❧✈❢ ❤♦♠♥ ❤ ❧♠❢✈♥ ❤♠

r♠q♠s❧❡❢♠ ❧q♠❤♦ ♠❢

y

❤r❡r♠❢q❤♦❤ ❦♠❢ ❢♠

y

♦ ❡q♠r♠❥❦♠❢ ❣②♠❤❢♥ ❡✉❤❢ ❣ ❣♠❥❦♠❢ ❣

②♠❤❢❧❡❢r♠q♠s♦ ♠❢❤❢ ✐❥ ❦❧♠♥ ❤r♠❢❤②❧✈ q❡❢ ❣❡s♠✉✈♠❢❝

⑤❝ ❞❡❢ ❣✉❤♣✈❦

(to entertain)

④❥❧✈❢ ❤♦♠♥ ❤ ♥❡②♠❤❢ ♣❡ ❦ ❣✈❢♠✈❢s✈♦ ❧❡❢♠ ❧q♠❤♦♠❢

y

♦ ❥ ❧✈❢❤♦ ♠♥❤t q❡❢r❤r❤♦ ♠❢

①✈❣♠ ♣❡ ❦ ✐✈❢❣♥ ❤✈❢s✈♦❧❡❢♠ ❧q♠❤♦♠❢

y

✉❤♣✈❦♠❢♠s♠✈❧❡❢❣✉❤♣✈❦❥ ❦♠❢❣②♠❤❢❝

⑥❝ ❞❡ ❧q❡❢❣♠ ❦✈✉❤

(to influence)

Fungsi mempengaruhi setiap individu yang berkomunikasi tentunya

berusaha mempengaruhi jalan pikiran komunikan dan lebih jauh lagi

berusaha merubah sikap dan tingkah laku komunikan sesuai dengan apa

yang diharapkan.

⑦⑧ ⑦⑧ ⑦⑨

p

⑩ ❶⑩ ❷⑩❸❹⑩ ❺

Dalam mempelajari upacara adat tentunya tidak terlepas dari sebuah bentuk

kebudayaan atau juga adat istiadat yang sering dilakukan oleh suatu kumpulan

masyarakat disuatu daerah tertentu yang memiliki suatu adat istiadat yang harus

dapat dipertahankan secara turun-temurun, karena dapat dikatakan bahwa

kebudayaan atau adat istiadat yang dimiliki oleh suatu masyarakat didaerah

(36)

❻❼❽❾ ❼❿➀➁➂❽ ➃➄ ➂➅➂❿ ➂ ➁➀ ➃ ➆ ❼❽➇ ➁❿➁ ➂➇➂➈➂➉ ➆ ➃➂➀ ➃ ➊ ❼❾ ➁➂➀ ➂➂❽ ➂➀ ➂➃ ➊ ❼➋ ➁➂➆ ➂➂❽

y

➂❽❾

➆ ❼❿ ➁❽❾ ➇➁➈➂➊ ➃➊ ➂❽ ➌➈❼➉ ➂❽❾❾➌➀ ➂ ➍➂➆

y

➂ ❿➂➊ ➂➀➎ ❻❼❽❾ ❼❿➀ ➁➂❽ ➂➇ ➂➀➆ ❼❽➇ ➁❿➁ ➂➇ ➂➈➂➉ ➂➀ ➃❿➂❽➏

➊❼➋➁➂➆ ➂➂❽ ➐ ➊❼➋➁➂➆ ➂➂❽

y

➂❽❾➀ ➃➍➋ ➃ ➉➇ ➂❽➀ ❼❿➋❼❽➀ ➃ ➊ ➇➂❿➁➆ ➃ ➂➀ ➃➍➂➆

y

❿➂➊ ➂➀ ➂➀ ➂➃ ➇➂❼➂➉

y

➂❽❾ ➇➁ ➂❽❾ ❾ ➂➄ ➍❼➍➁➈➁➊ ➁ ❽ ➁➈➂➁ ➇ ➂❽ ➇➁➑➃ ❽➑➃❽❾ ➆ ❼❿➀ ➂ ➇ ➁➄ ➂➀ ➃ ➉➁ ➍➂➆❿➂➊ ➂➀

y

➄ ❼❽ ➇➃ ➇➃ ➊❽➂➏

y

➂ ➇ ➂➀ ➍❼❿ ➃➄➂➊➂❽ ❽➌❿➍➂

y

➂❽❾ ➀ ➁➇➂➊ ➀ ❼❿➀ ➃ ➈➁➆➏ ❽➂➍➃❽ ➆ ➂❽❾ ➂➀ ➊ ➃➂➀

➍❼❽❾ ➁➊➂➀ ➆ ❼➉ ➁❽❾❾ ➂ ➂❽❾ ❾➌➀➂ ➍➂➆

y

➂❿➂➊ ➂➀

y

➂❽❾ ➍❼➈➂❽❾ ❾ ➂❿ ➂➇➂➀ ➁➆ ➀ ➁➂➇ ➂➀ ➂➊➂❽

➍❼❽ ➇❼❿➁➀ ➂➏ ➊➂ ❿❼❽➂➆ ➂❽➊➆ ➁ ➊❼❿➂➆➂❽❾

y

➆ ❼➅➂ ❿➂➀ ➁➇ ➂➊➈ ➂❽❾➆ ➃ ❽❾➇➁➊ ❼❽ ➂➊➂❽➎

❻❼❽❾ ❼❿➀ ➁➂❽ ➃➄➂➅➂❿➂ ➂➇ ➂➀ ➁➀ ➃ ➂➇ ➂➈➂➉➆ ➃ ➂➀ ➃➋❼❽➀ ➃ ➊ ➊❼❾➁➂➀ ➂❽

y

➂❽❾ ➋ ❼❿➉ ➃➋➃❽❾ ➂❽

➇❼❽❾ ➂❽ ➊ ❼➋ ➃ ➇➂➂ ➂❽

y

➂➀ ➂➃ ➂➇ ➂➀ ➁➆➀ ➁➂➇ ➂➀

y

➂❽❾ ➆ ❼❿➁❽❾ ➇ ➁➈➂➊➃ ➊➂❽ ➌➈❼➉ ➆ ➃ ➂➀ ➃ ➂❽❾ ❾➌➀ ➂

➍➂➆➂❿➂➊ ➂➀

y

y

➂❽❾ ➂➇➂➀ ➇ ➁ ➇➂❼❿➂➉ ➀ ❼❿➀ ❼❽➀ ➃➏ ➇➂➄➂➀ ➇ ➁➊➂➀ ➂➊ ➂❽ ➑➃❾ ➂➍❼❿➃➄ ➂➊ ➂❽➆ ❼➋➃➂➉

➀ ❿➂➇➁➆ ➁

y

➂❽❾ ➆ ❼➈➂➈➃ ➇ ➁➈➂➊➃ ➊➂❽ ➆ ❼➅➂ ❿➂ ➀ ➃❿➃ ❽ ➐➀ ❼➍➃ ❿➃ ❽ ➂➀ ➂➃ ➑➃❾ ➂ ➍❼❿ ➃➄➂➊➂❽ ➒ ➂❿➁➆ ➂❽

➊❼➋➃➇ ➂

y

➂➂❽ ➇ ➂❿➁ ➄➂❿➂ ➈❼➈➃ ➉➃ ❿

y

➂❽❾ ➉➂❿ ➃➆ ➇ ➂➄ ➂➀ ➇ ➁➄ ❼❿➀ ➂➉ ➂❽➊ ➂❽➏ ➇➂❽ ➑➃❾➂

➍❼❿➃➄ ➂➊ ➂❽ ➊ ❼➋ ➁➂➆ ➂➂❽

y

➂❽❾ ➆ ❼❿ ➁❽❾ ➇➁➈➂➊ ➃➊ ➂❽ ➌➈❼➉ ➊❼➈➌➍➄➌➊ ➍➂➆

y

➂❿ ➂➊➂➀ ➀ ❼❿➀ ❼❽➀➃

y

➂❽❾ ➂➇➂ ➇ ➁➆ ➃ ➂➀ ➃➇ ➂❼❿➂➉➏

y

➂❽❾➍❼➍➁➈➁➊ ➁ ➂➀➃ ❿➂❽ ➇➂❽ ❽➁➈➂➁

y

➂❽❾➆ ➂❽❾➂➀ ➆ ➂➊ ❿ ➂➈

y

➂ ❽❾

➉➂❿ ➃➆ ➇ ➁➑➃❽➑➃❽❾ ➇ ➂❽ ➂➄ ➂➋ ➁➈➂ ➍❼➈➂❽❾ ❾ ➂❿❽

y

➂ ➇❼❽❾ ➂❽ ➆ ❼❽ ➇➁❿ ➁❽

y

➂ ➂➊➂❽ ➍❼❽ ➇➂➄➂➀ ➊➂❽

➆ ➂❽ ➊➆ ➁➎

➓ ➔➓ ➔➓➔→➣

u

↔↕ ➙

u

➛ ➜➝↕ ➞➟↕➙↕➞↕➙➠↕ ➡↕ ➢↕

p

➤➥↕ ➦

➧ ❼❽➀ ➃ ❽

y

➂ ➇➂➈➂➍ ➍❼➈➂➊➃ ➊➂❽➆ ➃➂➀ ➃➊❼❾➁➂➀ ➂❽➃➄➂➅➂❿➂➂➇➂➀➏ ➆ ➃ ➂➀ ➃➍➂➆

y

➂❿➂➊ ➂➀➇ ➁

➇➂❼❿➂➉➀ ❼❿➀❼❽➀ ➃ ➍❼➍➁➈➁➊ ➁➀ ➃➑➃ ➂❽ ➃➀ ➂➍➂ ➊❼❽ ➂➄ ➂ ➉ ➂❿➃➆ ➍❼➈➂➊ ➃➊ ➂❽➊ ❼❾ ➁➂➀ ➂❽ ➃➄ ➂➅➂❿ ➂

➂➇➂➀➀ ❼❿➆ ❼➋➃➀➏➋❼❿➁➊ ➃➀➁❽ ➁➂➇➂➈➂➉➀ ➃➑➃➂❽➍❼➈➂➊ ➃➊ ➂❽➊ ❼❾ ➁➂➀ ➂❽➃➄➂➅➂❿➂➂➇➂➀➨

➩➎ ➫❽➀➃ ➊➍❼➍➄ ❼❿➀ ➂➉ ➂❽➊ ➂❽➀ ❿➂➇ ➁➆ ➁➃➄➂➅➂❿➂➂➇ ➂➀➎

➭➎ ➫❽➀➃ ➊➍❼➍➄ ❼❿➊ ❼❽➂➈➊ ➂❽➃➄ ➂➅➂❿ ➂➂➇ ➂➀➁❽➁➊ ❼➄ ➂➇ ➂➄➂❿➂❾ ❼❽ ❼❿➂➆ ➁➋❼❿➁➊➃➀ ❽➂➎

y

(37)

Yang Maha Esa, dan juga menghormati para leluhur.

4. Upacara adat ini dilakukan jga sebagai bentuk pelestarian kebudayaan.

5. Upacara adat ini dilakukan utnuk memperkenalkan kebudayaan kepada

para masyarakat luar.

➲➳ ➲➳➵➸➺

o

➻➼➽➾➚ ➼

u

➪ ➾➶➾➺➹➘➘ ➽

r

sp

➼➴

t

➷➼

tu

➾ ➶

Sebelum lebih jauh mendalami ritual dalam perspektif komunikasi, terlebih

dahulu memahami gambaran akan ritual itu sendiri. Menurut Mulyana (2005 : 25)

komunikasi ritual erat kaitannya dengan komunikasi ekspresif. komunikasi ritual,

biasanya dilakukan secara kolektif oleh Suatu komunitas yang sering melakukan

upacara-upacara berlainan sepanjang tahun dan sepanjang hidup, yang disebut

para antropolog sebagai

rites of passage

, mulai dari upacara kelahiran, sunatan,

ulang tahun (nyanyi

Happy Birthday

dan pemotongan kue), pertunangan

(melamar, tukar cincin),

siraman

, pernikahan (

ijab-qabul, sungkem

kepada

orang-tua,

sawer

, dan sebagainya), ulang tahun perkawinan, hingga upacara kematian.

Selanjutnya menurut Mulyana (2005 : 25). Dalam acara-acara itu orang

mengucapkan kata-kata atau menampilkan perilaku-perilaku tertentu yang bersifat

simbolik. Ritus-ritus lain seperti berdoa (salat, sembahyang, misa), membaca

kitab suci, naik haji, upacara bendera (termasuk menyanyikan lagu kebangasaan ),

upacara wisuda, perayaan lebaran (Idul Fitri) atau Natal, juga adalah komunikasi

ritual. Mereka yang berpartisipasi dalam bentuk komunikasi ritual tersebut

menegaskan kembali komitmen mereka kepada tradisi keluarga, suku, bangsa,

(38)

➬➮➱ ✃❐ ✃❒ ❮❰❒ Ï➮➱ Ð ✃ÏÑ➮❐ Ò ÓÔÔ Õ Ö ×Õ ØÙ ÚÛ❒Û ❐ Ü❒ ✃ÛÑ Ý➮ÑÛÑ ✃ Þ ÜÜÞ➮➱ ❒ ÜÚÛ➱ Þ➮➱ ßÛ➱

habit

Ò Ú➮ Ð ÜÛÝÛÛ➱ØÛ❒Û ✃à➮➱ ß ✃Û❐ Û ÜÚÛ➱ ÐÛ ÏáÛÖ

“ritual is the voluntary performance

of appropriately patterned behavior to symbolically effect or participate in the

serious life”.

â➮à➮➱❒Û❐ Û Ü❒ ✃Ù ã❰ ✃Ñ Þ❐

y

Ò×ä äå Ö

60) memahami Ritual sebagai suatu

Habitual action

(Aksi turun temurun), Aksi Formal dan juga mengandung

nilai-nilai Transedental, mencermati pandangan-pandangan tersebut, dipahami bahwa

Ritual berkaitan dengan pertunjukan secara sukarela yang dilakukan masyarakat

secara turun temurun (berdasarkan kebiasaan) menyangkut perilaku yang terpola.

Pertunjukan tersebut bertujuan mensimbolisasi suatu pengaruh kepada kehidupan

kemasyarakatan. Lebih jelasnya, Rohtenbuhler (1998 : 29 – 33) menguraikan

beberapa karakteristik Ritual itu sendiri sebagai berikut :

æç èé

tu

ê ëìíîê ïê éðñòé

Ritual merupakan aksi dan bukan hanya sekedar pemikiran atau konsep

semata. Dalam kehidupan sehari-hari, mitos adalah salah satu rasionalisasi

dari aktifitas ritual.

óç ô í

r

tu

õö

u

ñê õ

(Performance)

Ritual dipertunjukan sebagai suatu bentuk komunikasi tingkat tinggi yang

ditandai dengan keindahan (Estetika), dirancang dalam suatu cara yang

khusus serta memperagakan sesuatu kepada khalayaknya, karena

menekankan pada unsur estetika. Pertunjukan ritual mengandung dua

karakteristik. Pertama, Ritual tidak pernah diciptakan dalam momentum

aksi itu sendiri, sebaliknya ritual selalu merupakan aksi yang didasari pada

(39)

÷ øùúûü ýûþ ÿü ûü ú ûþ ùÿü ✁ ✂ ÿ✄ü ☎ ✆ øùú ûü ýûþ ÿü ú øù✝ ø✞ ûú ✟ ✄✠ ÿþ✝û ✟þÿü ûüú ûþ

✠ ø✠ ÷ øùÿ✁ ÿþÿüþ ✠ ÷ øú øü ✝ ✄þ ✠ ûü ✄þÿ✝ ✄þ ø÷ÿ✟ÿþ✡ÿ✂ ÿ

y

ÿþ☎

☛☞ ✌ ✍✎ ✏ ✑✏ ✒✏ ✓✑✏✓✌ ✍

r

✍✔✏ ✏✓

✕✄ú û ÿ✂ ✖ø✂ ÿ✂ û ✟✄✂ ÿþ ûþ ÿü ✝ ø✗ÿùÿ ✝ ÿ✟ ÿù ✟ ÿü þ ÿù øü ÿü üÿ

y

✞ øù✝ ✄✘ÿú þ øùø✂ ÿÿü ☎

✙ ÿ✂ ÿ✠ ✡ÿ✂ ✕✄ú û ÿ✂✚ù✄ú ûÿ✂

y

ÿü✁ ✞ øù✝ ✄✘ÿú ÿ✗ÿùÿ ✛

Event)

✜ ùÿü ✁ ✝ø✗ÿùÿ ✝ÿ✟ ÿù

ûü ú ûþ ú øù✂ ✄✞ÿú ✞ÿ✄þ ✝ø✞ ÿ✁ ÿ✄ ÷ ø✂ÿþ û ÷øùúüýûþÿü ✠ÿû÷ûü ✝ ø✞ÿ✁ ÿ✄ ÷ øü ü ú ü✜

✞✄ÿ✝ ÿüÿ

y

ûüú ûþ ú øù✂ ✄✞ÿú ✟ ÿ✂ ÿ✠ ✝ û ÿú û ù ✄úû ÿ✂ ÿ✟ ÿ✂ ÿ✡ ÷✄✂ ✄✡ÿü✜ ùÿü ✁ ✟ ÿ÷ ÿú

✠ ø✠✄✂ ✄✡ûüú ûþú øù✂ ✄✞ÿú ÿúÿû÷ ûü✝ø✞ ÿ✂ ✄þüÿ

y

ú ✄✟ ÿþú ø ù✂ ✄✞ÿú☎

✢☞ ✣ ✤✑✏ ✥✦✏✎ ✧✥★✥✏✔

(Irrational)

✖øù✄ü✁ þ ÿ✂ ✄ ✕✄ú ûÿ✂ ✟✄÷ ÿü✟ÿü ✁ ✝ ø✞ ÿ✁ ÿ✄ ú ✄ü✟ÿþÿü

y

ÿü✁ ú ✄✟ ÿþ ✠ÿ✝ûþ ÿþÿ✂

(Irrational)

✜ þÿùøüÿ ✟✄ÿü ✁✁ÿ÷ú ✄✟ÿþ ✞ÿüÿþ

y

✞øù✠ ÿü✘ÿÿú ✞ÿ✁✄ú û ýûÿü ✚ú ûýû ÿü

y

ÿü ✁ ✝÷ø✝✄✘✄þ☎ ✆ ÿù ✝ ü

s

✂ ÿ✂ û ✞ øùþø✝✄✠ ÷ û✂ ÿü ✞ ÿ✡✩ÿ ÷ ø✂ ÿþ ✝ ÿüÿÿü ù ✄ú ûÿ✂ ✚ ù✄ú ûÿ✂

✝øù ✄ü✁þÿ✂ ✄ ✟✄ÿ✝ ✝✄ÿ✝ ✄þ ÿü ✟øü ✁ ÿü ÷ ù ÿþú øþ ✪ ÿ✁ ✄✝☎ ✙ ÿ✂ ÿ✠ þ ü ú øþ✝

y

ÿü✁

✟ø✠✄þ ✄ÿü ù✄ú û ÿ✂ ✟ ✄÷ ÿü✟ÿü✁ ú ✄✟ÿþ ✠ÿ✝ û

Referensi

Dokumen terkait