• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERANCANGAN ALAT UJI RADIATOR (RADIATOR TESTER) SKALA LABORATORIUM YANG DILENGKAPI DENGAN PENGATUR PUTARAN MESIN DAN REGULATOR WIND BLOWER PADA MESIN L300 DIESEL (DESIGNING A TRIAL RADIATOR (RADIATOR TESTER) LABORATORY SCALE WHICH IS COMPLETED BY ROUND HA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERANCANGAN ALAT UJI RADIATOR (RADIATOR TESTER) SKALA LABORATORIUM YANG DILENGKAPI DENGAN PENGATUR PUTARAN MESIN DAN REGULATOR WIND BLOWER PADA MESIN L300 DIESEL (DESIGNING A TRIAL RADIATOR (RADIATOR TESTER) LABORATORY SCALE WHICH IS COMPLETED BY ROUND HA"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PERANCANGAN ALAT UJI RADIATOR (RADIATOR TESTER) SKALA LABORATORIUM YANG DILENGKAPI DENGAN

PENGATUR PUTARAN MESIN DAN REGULATOR WIND BLOWER PADA MESIN L300 DIESEL

OLEH

MAHASIN ZAMNUR

Sistem pendinginan pada mesin berfungsi sebagai pelindung mesin dengan cara menyerap panas. Panas mesin dihasilkan dari pembakaran bahan bakar dalam silinder. Panas tersebut merupakan suatu hal yang sengaja diciptakan untuk menghasilkan tenaga, namun jika dibiarkan akan menimbulkan panas yang berlebihan (over heating effect). Untuk mencegah over heating dan menjaga suhu kerja mesin maka digunakan radiator. Seberapa efektif radiator yang digunakan dapat diketahui menggunakan suatu alat yang dinamakan radiator tester. Karena itu Dalam penelitian ini dirancang Alat Uji Radiator (Radiator Tester) Skala Laboratorium Yang Dilengkapi Dengan Pengatur Putaran Mesin Dan Regulator Wind Blower L300 diesel.

Penelitian dilakukan dengan cara pengujian di lapangan menggunakan mobil L 300 diesel dengan mencatat rpm dan kecepatan udara yang berhembus ke radiator. Adapun proses perancangan radiator tester mesin L 300 diesel skala laboratorium yaitu: pembuatan kerangka dudukan mesin, pembuatan radiator tester system pendingin mesin dengan memasang alat thermometer pada selang masuk dan keluar radiator, pembuatan alat mekanisme pengatur putaran mesin, pembuatan alat mekanisme regulator wind blower dan penginstalan alat uji radiator dengan pengatur putaran mesin dan wind blower. Hasil pengujian rpm dan kecepatan udara di lapangan di aplikasikan pada radiator tester skala laboratorium.

Dari hasil pengujian yang dilakukan menunjukkan adanya peningkatan nilai efektivitas radiator tanpa hembusan udara luar dengan putaran mesin 1000 rpm dengan nilai rata-rata yaitu 0,483. Sebaliknya ada penurunan efektivitas radiator ketika diberikan hembusan udara luar 2,3 m/s dengan putaran mesin 1500 rpm yaitu 0,63.

(2)

DESIGNING A TRIAL RADIATOR (RADIATOR TESTER) LABORATORY SCALE WHICH IS COMPLETED

BY ROUND HANDLERS MACHINE AND REGULATOR WIND BLOWER ON

deliberately created to generate energy, but it will cause excessive heat if it is left

unchecked (over heating effect). In order to prevent overheating and keep the

machine temperature, then it uses radiator. How effective radiator is used can be

seen by using a tool called a radiator tester. Therefore, this research was Designed

A Trial Radiator (Radiator Tester) Labotatory Scale Which is Completed by

Round Handler’s Machine and Regulator Wind Blower on Diesel Engine L 300.

This research was done by testing the car L 300 diesel in the field then

noted rpm and air speed that blew into the radiator. The process of designing a

radiator tester L300 diesel engine laboratory scale were making the framework

platform machine, making radiator tester cooling system machine to set up a

thermometer in the radiator hose in and out, making a mechanism round handlers

machine, making a regulatory mechanism wind blower and installing a trial

radiator with round handlers machine and wind blower. The rpm test result and air

speed on the field was applied to the radiator tester laboratory scale.

From the results of the tests, it showed that there was an increase in value of

the effectiveness of the radiator without external airflow to engine speed 1000

rpm and the average value was 0.483. Whereas, there was a decrease on the

effectiveness of the radiator when given outside air flow 2.3 m/s at 1500 rpm

engine speed, which was 0.63.

(3)
(4)
(5)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR SIMBOL ... x

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan ... 4

C. Batasan Masalah ... 4

D. Sistematika Penulisan Laporan ... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Radiator ... 6

B. Sistem Pendingin Mesin ... 7

1. Sistem Pendinginan Udara (Air Cooling System) ... 7

2. Sistem Pendingin Air (Water Cooling System) ... 8

C. Sirkulasi Pendingin Air ... 9

1. Sirkulasi Alam (Natural Circulation) ... 9

(6)

D. Cara Kerja Radiator ... 11

E. Komponen - Komponen Sistem Pendingin Air ... 12

F. Cairan Pendingin ... 16

G. Efektifitas Radiator ... 17

H. Aliran Fluida ... 19

III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 21

B. Alat Dan Bahan ... 21

C. Prosedur Penelitian ... 24

D. Diagram alir Metodologi Penelitian ... 25

E. Prosedur Pengambilan Data ... 27

F. Pengolahan Data ... 30

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Perancangan Radiator Tester ... 31

1. Pengambilan Data Rpm Dan Kecepatan Udara Di Lapangan ... 31

2. Pembuatan Kerangka Dudukan Mesin L 300 ... 34

2. Pembuatan Radiator Tster Sistem Pendingin Mesin L 300 ... 35

4. Pembuatan Alat Mekanisme Pengatur Putaran Mesin ... 36

5. Pembuatan Alat Mekanisme Regulator Wind Blower ... 37

(7)

B. Hasil Pengujian ... 38

C. Data Hasil Perhitungan ... 42

D. Pembahasan ... 46

1. Perbandingan Air Panas Yang Masuk Dari Radiator ... 47

2. Perbandingan Air Panas Yang keluar Dari Radiator ... 49

3. Perbandingan Nilai Efektifitas Radiator ... 50

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 52

B. Saran ... 53

(8)

1.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Transportasi adalah sarana bagi manusia untuk memindahkan sesuatu, baik

manusia atau benda dari satu tempat ke tempat lain, dengan ataupun tanpa

mempergunakan alat bantu. Alat bantu tersebut dapat berupa tenaga manusia,

binatang, alam ataupun benda lain dengan mempergunakan mesin ataupun

tidak bermesin. Salah satunya adalah mobil yang saat ini berkembang sesuai

kemajuan teknologi. Tahun 1885, Karl Benz membangun Motorwagen,

sebuah mobil bermesin empat langkah dengan bahan bakar bensin. Benz juga

merupakan penemu dari komponen mobil seperti pengapian mobil, busi,

sistem transmisi mobil, karburator dan radiator air. Cara kerja mesin bensin

pada mobil sangat sederhana, yaitu bahan bakar masuk melalui intake

manifold kemudian dikompresikan, pada akhir langkah kompresi busi

memercikkan bunga api, lalu terjadi langkah usaha dan sisa pembakaran

terbuang melalui outake manifold. Untuk meneruskan putaran torak

dipasanglah transmisi lalu diteruskan oleh roda dan mobil akan bergerak.

(www.peristiwa pertama dalam dunia.com)

Dari hasil proses pembakaran selalu saja disertai dengan pembebasan panas.

Tidak semua panas dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan energi yang

(9)

justru akan mengganggu kinerja mesin. Mobil dapat bergerak karena

mempunyai tenaga. Sumbernya berasal dari tenaga panas hasil pembakaran

bahan bakar di dalam silinder yang diubah menjadi kerja mekanik.

Pembakaran ini mengakibatkan kenaikan suhu yang tinggi. Apabila keadaan

ini tidak mendapatkan pendinginan yang baik, maka suhu pembakaran ini

akan mempengaruhi suhu kerja mesin secara keseluruhan. Agar kerja mesin

tidak terganggu, dalam mesin terutama yang penggunaannya cukup lama atau

pada kendaraan mobil selalu di pasang radiator. Fungsi Radiator adalah untuk

membuang panas mesin ke lingkungan agar kerja mesin tidak terganggu atau

rusak karena “over heat” atau kelebihan panas.

Sistem pendinginan pada mesin berfungsi sebagai pelindung mesin dengan

cara menyerap panas. Panas mesin dihasilkan dari pembakaran bahan bakar

dalam silinder. Panas tersebut merupakan suatu hal yang sengaja diciptakan

untuk menghasilkan tenaga, namun jika dibiarkan akan menimbulkan panas

yang berlebihan (over heating effect). Panas yang berlebihan itu menjadi

penyebab berubahnya sifat–sifat mekanis serta bentuk dari komponen mesin.

Sifat serta komponen mesin bila telah berubah akan menyebabkan kinerja

mesin terganggu dan mengurangi umur mesin. Suhu mesin harus distabilkan

dengan cara dibantu oleh air pendingin yang melalui radiator sehingga suhu

kerja mesin dapat dipertahankan. (Maleev, 1982 ).

Radiator digunakan pada kendaraan yang memiliki kapasitas silinder yang

cukup besar dengan memberikan pipa atau saluran pada badan mesin

(10)

pompa radiator. Perangkat radiator terdiri dari saluran cairan pendingin

masuk dan keluar mesin, kipas pendingin yang dipasang di depan atau di

belakang sirip pendingin, tangki cadangan cairan pendingin radiator dan

cairan pendingin radiator.

Cairan pendingin pada radiator ini mempunyai peran yang sangat penting

dalam membuang panas mesin ke lingkungan, agar mesin dapat tetap bekerja

pada suhu yang optimal yang berdampak pada penghematan bahan bakar.

Namun keuntungan-keuntungan tersebut terjadi jika sistem pendinginan pada

mesin mobil bekerja secara maksimal dalam mendinginkan mesin.

Sebaliknya terkadang radiator tidak berfungsi secara optimal. Banyak faktor

yang mempengaruhinya seperti kipas yang tidak berputar, sirkulasi air yang

tidak lancar dan sebagainya. Kondisi ini berakibat radiator berfungsi tidak

efektif. Banyak penelitian yang telah dilakukan untuk menigkatkan efektifitas

kerja radiator diantaranya: (Subroto, 2004) telah melakukan penelitian

mengenai pengaruh coolant terhadap pelepasan kalor pada pendinginan

mesin. (Adam, 2006) telah melakukan penelitian mengenai pengaruh

kecepatan aliran udara terhadap efektifitas radiator. (Murti, 2008) melakukan

penelitian mengenai laju pembuangan panas pada radiator dengan fluida

campuran 80% air dan 20% RC (Radiator Coolant) pada rpm konstan.

Dari uraian-urainan tersebut diatas, untuk lebih mengetahui

fenomena-fenomena yang terjadi pada proses pendinginan mesin mobil, maka penulis

(11)

yang dilengkapi dengan alat pengatur putaran mesin dan hembusan angin

radiator yang terintregasi.

B. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian tugas akhir ini adalah

1. Membuat suatu alat uji radiator skala laboratorium

2. Membuat mekanisme pengatur putaran mesin (rpm) dan debit aliran udara

luar yang berhembus ke radiator secara terintregasi.

C. Batasan Masalah

Agar pembahasan lebih terarah, maka ruang lingkup penelitian ini diberikan

batasan-batasan masalah sebagai berikut:

1. Tidak membahas tentang perpindahan panas yang terjadi dari mesin ke

fluida dalam radiator.

2. Tidak memperhitungkan korosi pada sistem pendingin mesin.

3. Tidak memperhitungkan prestasi mesin.

4. Debit aliran air sesuai pompa yang sudah terpasang pada mesin mobil.

D. Sistematika Penulisan

Penulisan Tugas Akhir ini disusun menjadi lima Bab. Adapun sistematika

penulisannya adalah sebagai berikut:

I. PENDAHULUAN

Pada bab ini diuraikan latar belakang penelitian tugas akhir, tujuan

(12)

II. TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini diuraikan tinjauan pustaka yang dijadikan sebagai landasan

teori untuk mendukung penelitian ini.

III. METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini dijelaskan metode tentang langkah-langkah, Alat dan bahan

yang digunakan untuk mencapai hasil yang di harapkan.

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini diuraikan hasil dan membahas yang diperoleh dari

penelitian yang telah dilakukan.

V. SIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini disimpulkan hasil dan pembahasan sekaligus memberikan

saran yang dapat menyempurnakan penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Berisikan literatur-literatur atau referensi yang diperoleh penulis untuk

mendukung penyusunan laporan ini.

LAMPIRAN

(13)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Radiator

Radiator memegang peranan penting dalam mesin otomotif (misal mobil).

Radiator berfungsi untuk mendinginkan mesin. Pembakaran bahan bakar

dalam silinder mesin menyalurkan energi panas kedalam bentuk tenaga putar.

Tetapi energi panas dari bahan bakar tidak sepenuhnya dapat dikonversikan

kedalam bentuk tenaga. Hanya kurang lebih 25% dari energi yang

dikonversikan menjadi tenaga. Kurang lebih 45% dari energi panas hilang

menjadi gas buang atau gesekan dan 30% diserap oleh mesin itu sendiri.

Panas yang diserap oleh mesin harus dikeluarkan ke udara sekeliling. Jika

tidak maka akan menyebabkan mesin menjadi kelebihan panas dan akhirnya

rusak. Sistem pendingan dipasang untuk mendinginkan mesin agar tidak

kelebihan panas. Pendingan mesin biasanya menggunakan sistem

pendinginan udara atau pendinginan air.

Pada umumnya mesin otomotif menggunakan sistem pendinginan air. Sistem

pendinginan air lebih sulit dan lebih mahal dari pada sistem pendinginan

udara. Tetapi sistem pendinginan air mempunyai beberapa keuntungan. Air

pendingin mesin aman sebab ruang pembakaran dikelilingi oleh air pendingin

(air ditambah macam - macam adiktif), yang juga sebagai peredam suara.

(14)

di depan dan berada di dekat mesin atau pada posisi tertentu yang

menguntungkan bagi system pendinginan. Hal ini bertujuan agar mesin

mendapatkan pendinginan yang maksimal sesuai yang dibutuhkan mesin.

(heri-tugasakhir.blogspot.com).

B. Sistem Pendinginan Mesin

Motor bakar dalam operasionalnya menghasilkan panas yang berasal dari

pembakaran bahan bakar dalam silinder. Panas yang dihasilkan tadi tidak

dibuang akibatnya komponen mesin yang berhubungan dengan panas

pembakaran akan mengalami kenaikan temperatur yang berlebihan dan

merubah sifat-sifat serta bentuk dari komponen mesin tersebut. Sistem

pendinginan diperlukan untuk mencegah terjadinya perubahan tersebut.

Sistem pendinginan yang biasa digunakan pada motor bakar ada dua macam

yaitu : (Maleev, 1982)

1. Sistem Pendinginan Udara (Air Cooling System)

Pada Sistem pendinginan jenis udara, panas yang dihasilkan dari

pembakaran gas dalam ruang bakar dan silinder sebagian dirambatkan

keluar dengan menggunakan sirip-sirip pendingin yang dipasangkan di

bagian luar dari silinder dan ruang bakar. Panas yang dihasilkan ini

selanjutnya diserap oleh udara luar yang memiliki temperatur yang jauh

lebih rendah daripada temperatur pada sirip pendingin. Bagian mesin yang

memiliki temperatur tinggi memiliki sirip pendinginan yang lebih panjang

daripada sirip pendingin yang terdapat di sekitar silinder yang

(15)

sirip-sirip pendingin harus berbentuk aliran atau harus mengalir, hal ini

dimaksudkan agar temperatur udara sekitar sirip lebih rendah sehingga

penyerapan panas tetap berlangsung secara baik. Untuk menciptakan

keadaan itu maka aliran udara harus dibuat dengan jalan menciptakan

gerakan relatif antara sirip dengan udara. Keadaan ini dapat ditempuh

dengan cara menggerakkan sirip pendingin atau udaranya. Ada dua

kemungkinan: apabila sirip pendingin yang digerakkan berarti mesinnya

bergerak seperti mesin -mesin yang dipakai pada sepeda motor secara

umum. Untuk mesin-mesin yang secara konstruksi diam/stasioner dan

mesin-mesin yang penempatannya sedemikian rupa sehingga sulit untuk

mendapatkan aliran udara, udara yang dibutuhkan diciptakan dengan cara

dihembuskan oleh blower yang dihubungkan langsung dengan poros

engkol hasil putaran akibat langkah kerja siklus motor bakar.

Penghembusan udara oleh blower hasil putaran poros engkol juga akan

menciptakan aliran udara yang sebanding dengan kecepatan mesin

sehingga pendinginan sempurna dapat terjadi pada mesin tersebut.

(Maleev, 1982)

2. Sistem pendinginan Air (Water Cooling System)

Sistem pendinginan air panas yang berasal dari pembakaran gas dalam

ruang bakar dan silinder sebagian diserap oleh air pendingin yang

bersirkulasi melalui dinding silinder dan ruang bakar. Keadaan ini dapat

terjadi karena adanya mantel air pendingin (water jacket). Panas yang

diserap oleh air pendingin pada mantel-mantel air selanjutnya akan

(16)

berada pada water jacket maka air itu cenderung akan mendidih dan

menguap. Hal tersebut sangat merugikan, oleh karena itu untuk

menghindarinya air tersebut disirkulasikan. Air yang memiliki temperatur

yang masih dingin dialirkan mengganti air yang memiliki temperatur lebih

panas dengan kata lain air yang lebih panas dialirkan keluar. (Maleev,

1982)

C. Sirkulasi Pendingin Air

Sirkulasi Pendingin Air secara garis besar ada 2 macam, yaitu:

1. Sirkulasi Alam (Natural Circulation)

Sistem pendinginan pada sirkulasi jenis ini, akan terjadi dengan sendirinya

yang diakibatkan perbedaan berat jenis air panas dengan yang masih

dingin, dimana air yang telah panas berat jenisnya lebih rendah daripada

air yang masih dingin. Contohnya motor diesel selinder tunggal-horisontal

berpendingin air. Pada saat air dalam tangki dipanaskan, maka air yang

telah panas akan menempati bagian atas dari tangki dan mendesak air yang

berada di atasnya segera mengalir ke pipa, air yang mengalir memasuki

bagian bawah dari tangki dimana setelah dipanaskan air akan mengalir ke

atas. (Maleev, 1982)

Air yang berada di dalam tangki pada mesin disamakan dengan air yang

berada pada mantel-mantel air. Panas diambil dari panas hasil pembakaran

di dalam silinder. Radiator dipakai untuk mengubah temperatur air

(17)

air yang berada di dalam mantel-mantel air dipanaskan oleh hasil

pembakaran di dalam ruang bakar dan silinder sehingga air tadi akan

menyerap panas dan temperaturnya akan naik mengakibatkan turunnya

berat jenis sehingga air tadi akan didesak ke atas oleh air yang masih

dingin dari radiator. Air yang panas akan mengalir dengan sendirinya ke

bagian atas radiator dimana selanjutnya temperaturnya akan turun karena

telah dibuang sebagian oleh radiator. Pada saat yang bersamaan dengan

turunnya air pada radiator juga terjadi pembuangan panas yang besar

sehingga mempercepat turunnya air pada radiator. Turunnya air akan

mendesak air yang telah panas dari mesin keradiator bagian atas.

2. Sirkulasi dengan tekanan

Sirkulasi jenis ini hampir sama dengan sirkulasi jenis aliran hanya saja

pada sirkulasi ini ditambahkan tekanan untuk mempercepat terjadinya

sirkulasi air pendingin, pada sistem ini ditambahkan pompa air. Pompa air

ini ada yang ditempatkan pada saluran antara radiator dengan mesin

dimana air yang mengalir ke mesin ditekan oleh pompa, ada juga yang

ditempatkan pada saluran antara mesin dengan radiator.

Sirkulasi jenis ini banyak digunakan pada mesin-mesin mobil karena dapat

berlangsung dengan sempurna dan air yang berada di dalam mantel-mantel

air tetap dalam keadaan penuh tanpa ada gelembung udara. Pada sirkulasi

jenis ini kecenderungan air untuk mendidih sangatlah kecil sekali karena

tekanannya melebihi tekanan atmosfir yang berarti titik didihnya akan

(18)

D. Cara Kerja Radiator

Sistem sirkulasi sistem pendingin mesin dengan medium air adalah sebagai

berikut: Ketika mesin baru akan dihidupkan (biasanya di pagi hari), suhu air

pada radiator berkisar pada suhu ruang yaitu sekitar 23 0C. Ketika mesin

dinyalakan, air yang berada di dalam blok mesin bersirkulasi dengan bantuan

pompa (water pump) melewati selang by pass tanpa melewati radiator.

Karena lubang air menuju radiator masih ditutup oleh termostat, sementara

itu lubang by pass yang letaknya berseberangan dengan lubang menuju

radiator terbuka memungkinkan water pump mengalirkan air yang keluar dari

blok mesin untuk kembali masuk ke dalam blok mesin untuk mendinginkan

silinder, oli mesin dan kepala silinder. Fase ini disebut sebagai fase

pemanasan dimana air yang bersirkulasi di dalam blok mesin sengaja tidak di

dinginkan agar suhu kerja mesin, berkisar di 850-900 C cepat tercapai.

Ketika mesin mencapai suhu kerja, temperatur air pada sistem sirkulasi fase

pendinginan pun naik hingga 850-900 C. Ketika air dengan temperatur

tersebut sampai ke rumah thermostat, thermostat yang oleh pabrikan diset

untuk membuka pada suhu antara 850-900 C membuka, sehingga

memungkinkan air dari blok mesin masuk ke radiator. Dengan membukanya

thermostat, ujung dari thermostat tersebut menutup lubang by pass yang

berseberangan dengan jalur keluar air. Dengan tertutupnya lubang by pass

tersebut juga memungkinkan pompa air (water pump) untuk memompa air

dari dalam radiator untuk menjaga temperatur kerja dari mesin tersebut. Air

(19)

bantuan tiupan angin dari fan, baik mekanik maupun elektrik. Fase ini disebut

fase pendinginan. Di saat mesin berkerja pada putaran rendah, suhu kerja

mesin turun dari 85 °C, maka otomatis thermostat kembali menutup untuk

menjaga temperatur air tidak berkurang dari suhu kerja mesin, dan akan

membuka kembali ketika suhu tersebut tercapai kembali. Kedua fase ini

berpindahan secara bergantian bergantung dari temperatur mesin itu sendiri.

(fahrurroziteknologi.blogspot.com).

E. Komponen - Komponen Sistem Pendinginan Air

Sistem pendinginan air memiliki bagian-bagian yang bekerja secara integrasi

satu dengan yang lainnya, komponen-komponen tersebut akan bekerja untuk

mendukung kerja sistem pendinginan air, antara lain :

1. Radiator

Radiator adalah alat yang berfungsi untuk mendinginkan air yang telah

menyerap panas dari mesin dengan cara membuang panas air tesebut

melalui sirip-sirip pendinginnya. (Suprapto, 1999)

Konstruksi radiator terdiri dari:

a. Tangki atas

b. Inti radiator

c. Tangki Bawah

(20)

Gambar 1. Konstruksi radiator

2. Pompa Air

Alat ini berfungsi untuk mensirkulasikan air pendingin dengan jalan

membuat perbedaan tekanan antara saluran isap dengan saluran tekan yang

terdapat pada pompa. Jenis pompa air yang digunakan ialah pompa air

sentrifugal. Pompa ini dapat berputar karena digerakkan oleh mesin

melalui tali kipas (V - Belt). (Suprapto, 1999)

Gambar 2. Pompa air

3. Kipas

Kipas berfungsi untuk mengalirkan udara pada inti radiator agar panas

yang terdapat pada inti radiator dapat dirambatkan dengan mudah ke

udara. Pemasangan kipas biasanya dibagian depan dari poros pompa air

sehingga putaran kipas sama dengan putaran pompa air yang selanjutnya

menyebabkan aliran udara sesuai dengan putaran mesin. Untuk

(21)

pengaliran udara yang dapat menyerap panas dari radiator, maka besar dan

jumlah daun kipas dibuat sesuai dengan kebutuhan mesin untuk

menghasilkan angin. (Remling, 1981)

Kipas pada konstruksi yang lain ada kalanya digerakkan menggunakan

motor listrik, hal ini untuk mencegah terjadinya over cooling. Kerja dari

motor listrik ini tergantung pada temperatur air pendingin yang mengatur

aliran arus listrik dari baterai ke motor. Cara kerja dari sistem ini ialah

apabila temperatur air pendingin naik mencapai 93° maka arus listrik akan

mengalir yang mengakibatkan kipas akan berputar, dalam proses kerjanya

sistem ini dilengkapi dengan relay dan water temperatur switch sebagai

kontrol pengendalinya. Efek pendinginan yang maksimal terjadi pada jarak

pemasangan radiator terhadap kipas pendingin yang berdekatan,

hal ini timbul dikarenakan volume udara yang dihasilkan oleh kipas

pendingin akan semakin besar. Jarak pemasangan radiator itu sendiri

berpengaruh pada proses pendinginan. (Suprapto, 1999)

Gambar 3. Bentuk daun kipas

4. Katup Termostat

Secara ideal air pendingin bersirkulasi apabila suhu ideal mesin telah

(22)

suhu masih rendah maka suhu air pendingin sukar mencapai idealnya.

Untuk tujuan tersebut maka pada sistem pendingin dilengkapi dengan

katup thermostat yang berfungsi sebagai penahan air pendingin pada suhu

rendah dan membuka saluran air pendingin dari mesin ke radiator dan ke

mesin pada saat mesin telah mencapai suhu idealnya. Pemasangan katup

ini biasanya pada saluran air keluar dari mesin ke radiator yang

dimaksudkan agar lebih mudah untuk melakukan proses kerjanya. Cara

kerja dari katup thermostat ini ialah pada saat air pendingin suhunya masih

rendah katup akan tetap pada posisi tertutup apabila temperatur air

pendingin mulai naik sekitar 80°C sampai dengan 90°C lilin di dalam

katup thermostat akan memuai dan menekan karet, keadaan ini akan

mengubah bentuk dan menekan poros katup sehingga akan membuat

posisi katup menjadi terbuka. Untuk mengatasi tekanan air yang

berlebihan pada saat katup thermostat masih tertutup, maka dibuatkan

saluran pintas (by pass passage) ke saluran pompa air. (Remling, 1981)

(23)

5. Mantel Pendingin

Mantel pendingin dapat digambarkan secara sederhana sebagai sebuah

ruangan yang berada disekeliling silinder mesin dan kepala silinder mesin.

Keberadaan bagian ini berfungsi untuk mendinginkan silinder dan kepala

silinder mesin. Proses pertukaran panas berlangsung pada bagian ini,

dimana panas yang berada pada silinder dan kepala silinder mesin akan

diserap oleh air yang bersirkulasi melewati bagian mantel air ini. Mantel

pendingin ini secara konstruksi berhubungan dengan tangki radiator.

(Maleev, 1982)

F. Cairan Pendingin

Fluida atau cairan pendingin yang biasa dipakai ialah air. Fluida ini dalam

proses pendinginan akan bergerak atau disirkulasikan untuk mengambil panas

yang berasal dari pembakaran bahan bakar dalam silinder mesin yang

kemudian akan didinginkan pada radiator. Namun sebagai media penyerap

panas, air ini mempunyai beberapa efek yang merugikan, antara lain:

1. Air nantinya akan menimbulkan endapan kotoran pada saluran pendingin

dan water jacket, kerusakan itu dapat berbentuk korosi/karat yang dalam

jangka waktu yang relatif lama akan menimbulkan kerusakan.

2. Air mempunyai sifat akan membeku pada temperatur yang rendah,

keadaan ini tentunya akan menyebabkan sirkulasi mengalami gangguan

(24)

3. Air juga berpotensi mengandung kapur yang dapat menyebabkan endapan

dalam pipa-pipa radiator. Keadaan ini tentunya akan mengakibatkan

penyumbatan pipa-pipa tersebut.

G. Efektifitas Radiator

Metode perhitungan pada penelitian ini mengunakan rumus metode efektifitas

pendinginan. Metode efektifitas mempunyai beberapa keuntungan untuk

menganalisa perbandingan berbagai jenis penukar kalor dalam memilih jenis

yang terbaik untuk melaksanakan pemindahan kalor tertentu. Efektifitas

penukar kalor (Heat Exchange Effectiveness) didefinisikan sebagai berikut :

(1)

(Holman, 1999)

Untuk perpindahan kalor yang sebenarnya (actual) dapat dihitung dari energi

yang dilepaskan oleh fluida panas/energi yang diterima oleh fluida dingin

untuk penukar kalor aliran lawan arah.

Dimana : q = laju perpindahan panas

= laju aliran fluida panas

= laju aliran fluida dingin

= kalor spesifik fluida Panas

= kalor spesifik fluida dingin

= suhu masuk fluida panas

(25)

= suhu masuk fluida dingin

= suhu keluar fluida dingin

Untuk menentukan perpindahan kalor maksimum bagi penukar kalor itu

harus dipahami bahwa nilai maksimum akan didapat bila salah satu fluida

mengalami perubahan suhu sebesar beda suhu maksimum yang terdapat

dalam penukar kalor itu, yaitu selisih suhu masuk fluida panas dan fluida

dingin.

Fluida yang mungkin mengalami beda suhu maksimum ini ialah yang laju

aliran fluida dinginnya minimum, syarat keseimbangan energi bahwa energi

yang diterima oleh fluida yang satu mesti sama dengan energi yang dilepas

oleh fluida yang lain. Jika fluida yang mengalami nilai laju aliran fluida

dinginnya lebih besar yang dibuat, maka mengalami beda suhu yang lebih

besar dari maksimum, dan ini tidak dimungkinkan. Jadi perpindahan kalor

yang mungkin dinyatakan sebagai:

=( ) ( masuk - masuk )………..(3 )

Perhitungan efektifitas dengan fluida yang menunjukkan nilai fluida

pendingin yang minimum, untuk penukar kalor lawan arah maka:

Secara umum efektifitas dapat dinyatakan secara umum sebagai:

(26)

Jika fluida dingin adalah fluida minimum, maka:

(

7)

Penyederhanaan rumus di atas dilakukan dengan alasan bahwa penelitian ini

hanya mengambil data berdasarkan suhu yang bekerja tanpa

memperhitungkan nilai m (laju aliran massa) dan c (kalor spesifik).

H. ALIRAN FLUIDA

Fluida adalah suatu zat yang dapat mengalir bisa berupa cairan atau gas.

Pemakaian mekanika kepada medium kontinu, baik benda padat maupun

fluida adalah didasari pada hukum gerak Newton yang digabungkan dengan

hukum gaya yang sesuai.

Salah satu cara untuk menjelaskan gerak suatu fluida adalah dengan

membagi -bagi fluida tersebut menjadi elemen volume yang sangat kecil yang

dapat dinamakan partikel fluida dan mengikuti gerak masing-masing partikel

ini. Suatu massa fluida yang mengalir selalu dapat dibagi-bagi menjadi

tabung aliran, bila aliran tersebut adalah tunak, waktu tabung-tabung tetap

tidak berubah bentuknya dan fluida yang pada suatu saat berada didalam

sebuah tabung akan tetap berada dalam tabung ini seterusnya. Kecepatan

aliran di dalam tabung aliran adalah sejajar dengan tabung dan mempunyai

besar berbanding terbalik dengan luas penampangnya. (wikipedia prinsip

(27)

Debit aliran yang dipergunakan untuk menghitung kecepatan aliran yang

melalui saluran terbuka dimana rumus debit aliran.

Q = A . v (

8)

Dimana : Q adalah debit aliran (m3/s)

v adalah kecepatan aliran (m/s)

A adalah luas penampang (m2)

(28)

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan dari bulan Desember 2012 - April 2013 di

Laboratorium Motor Bakar Teknik Mesin Universitas Lampung.

B. Alat dan bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Radiator

Radiator yang digunakan adalah radiator mobil L300 diesel.

Gambar 5. Radiator L 300

2. Kipas(Fan)

Kipas ini berukuran diameter 30 cm dengan jumlah daun kipas 3 buah.

(29)

3. Regulator

Fungsi regulator adalah mengatur besar arus listrik yang masuk kedalam

rotor coil sehingga tegangan yang dihasilkan oleh alternator tetap constant

(sama) menurut harga yang telah ditentukan walaupun putarannya

berubah-ubah.

Gambar 7. Regulator

4. Klem

Klem digunakan untuk mengikat sambungan pipa ke radiator

Gambar 8. Klem selang

5. Lem

Lem digunakan untuk menempelkan sambungan pipa

(30)

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Thermometer

Thermometer digunakan sebagai alat untuk mengukur temperatur air

pendingin, di pasang pada aliran masuk dan aliran keluar radiator masing–

masing 1 buah. Digunakan untuk mengukur suhu masuk dan keluar aliran

air radiator, dengan spesifikasi :

a. Jenis Thermometer : Raksa

b. Jangkauan skala (range) : 0°sampai dengan 150°C.

2. Anemometer

Anemometer digunakan sebagai alat untuk mengukur kecepatan angin dan

juga dapat menjadi alat untuk menunjukkan arah angin, dengan spesifikasi

sebagai berikut:

a. Knot : 0,8 – 58,3

b. Meter / sekon : 0, – 30,00

c. Feet / minutes: 80 – 5910

d. Km / hour: 1,4 – 108,00

3. Tachometer

Tachometer digunakan sebagai alat untuk mengukur putaran mesin,

khususnya jumlah putaran yang dilakukan oleh sebuah poros dalam satu

satuan waktu dan sering digunakan pada peralatan kendaraan. Biasanya

memiliki layar yang menunjukkan kecepatan putaran per menitnya.

a. RPM range : 2 to 99,999rpm

b. Ketepatan : ±0.05%

(31)

4. Kunci pas dan ring

Kunci pas dan kunci ring digunakan sebagai alat untuk mengencangkan

dan melepas baut dan mur.

5. Obeng

Obeng digunakan sebagai alat untuk melepas sekrup dari komponen

komponen kendaraan.

C. Prosedur Penelitian

Penelitian yang telah dilakukan dengan mengambil data di lapangan dan di

laboratorium motor bakar teknik mesin. Prosedur penelitian selengkapnya

(32)

Diagram Alir Metode Penelitian

Gambar 10. Diagram alir metode penelitian Mulai

Studi Literatur

Pengambilan Data di Lapangan Rpm Dan Kecepatan Udara

Merakit Alat

Penginstalan Alat Uji Radiator Dengan Pengatur Putaran Mesin Dan Wind Blower

Pengujian Radiator Tester Dengan Pengkondisian Data Di lapangan

(33)

1. Pada penelitian ini dibagi menjadi beberapa tahapan yaitu:

1. Studi literatur

Pada penelitian ini dilakukan studi literature mengenai sistem pendingin

mesin mobil L300 diesel untuk menunjang teori dalam penelitian.

2. Pengambilan data lapangan

Pengambilan data lapangan menggunakan mobil L300 diesel, untuk

mencari nilai rata- rata hembusan udara yang berhembus ke dinding

depan radiator dengan melihat putaran mesin dari 1000, 1500 dan 2000.

2. Pembuatan radiator tester L300 diesel

Membuat radiator tester sistem pendingin mobil L300 diesel yang akan

diuji.

3. Pengujian radiator tester L300 diesel

Menguji mesin dan sirkulasi air pada sistem pendingin dapat berjalan

normal.

3. Membuat alat mekanisme.

Membuat alat pengatur putaran mesin dan wind blower.

4. Pengujian alat mekanisme

Menguji alat mekanisme pengatur putaran mesin dan wind blower.

5. Penginstalan alat uji radiator tester dengan pengatur putaran mesin dan

wind blower.

Merakit alat menjadi satu ke mesin L300 diesel yang dilengkapi alat

(34)

6. Pengujian hasil alat mekanisme

Pengujian alat yang sudah di rakit menjadi satu ke mesin L300 diesel

yang sesuai data di lapangan.

7. Pengolahan data

Data-data dari hasil pengujian kemudian dianalisa untuk memperoleh

data yang sesuai dengan di lapangan.

8. Penulisan laporan.

Penulisan laporan adalah akhir dari penelitian ini.

D. Prosedur Pengambilan Data

1. Data di lapangan

Adapun hal-hal dalam pengambilan data di lapangan sebagai berikut:

a. Hidupkan mesin mobil dalam kondisi normal.

b. Catat data dengan melihat indikator di dashboard mobil pada 1000 rpm,

1500 rpm dan 2000 rpm.

c. Catat kecepatan debit aliran udara pada setiap 1000 rpm, 1500 rpm dan

2000 rpm dan keadaan mobil berjalan konstan.

Tabel 1. Contoh tabel pengambilan data lapangan

No. Putaran Mesin (rpm)

V Udara

(m/s) Rata-rata

Speedometer (km/jam)

(35)

2. Data di laboratorium motor bakar

Adapun hal-hal dalam pengambilan data di laboratorium sebagai berikut:

a. Siapkan alat dan bahan serta rangkai alat uji sesuai dengan skema.

Gambar 11. Skema alat uji radiator

b. Masukkan fluida pendingin ke dalam radiator dan yakinlah terisi penuh.

c. Atur putaran mesin dan regulator wind blower sesuai yang dilakukan

saat uji di lapangan.

d. Catat temperatur fluida pendingin pada saat masuk dan keluar radiator

e. Data yang diperoleh dicatat dalam tabel berikut ini. 2

(36)

Tabel 2. Contoh tabel pengambilan data di laboratorium

2. V udara : Kecepatan udara yang menumbuk radiator

3. : suhu aliran udara depan radiator

(37)

5. : suhu air yang masuk ke radiator

6. : suhu air yang keluar ke radiator

7. ε : Nilai efektifitas radiator

E. Pengolahan Data

Setelah pengujian dilakukan, data yang diperoleh digunakan untuk

mengetahui unjuk kerja alat pendingin air pada mesin mobil L300 diesel.

Adapun besaran - besaran unjuk kerja alat pendingin air pada mesin mobil

L300 diesel yang dihitung adalah:

ε : Nilai efektifitas radiator

Dihasilkan dari perbandingan suhu udara dengan suhu air

(38)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Dari hasil penelitian yang dilakukan, maka peneliti dapat menyimpulkan

sebagai berikut:

1. Pembuatan alat uji radiator skala laboratorium dapat berfungsi dengan

baik, hal ini ditandai dengan kestabilan data nilai efektifitas radiator.

2. Penempatan alat penghembusan udara, dipasang berada di depan radiator

dengan jarak 30 cm, menggunakan motor listrik type JY IB-2, 2880 rpm

1/2hp dengan jumlah daun kipas 3 buah.

3. Pada alat mekanisme putaran mesin setiap kenaikan dari 0-1°, yaitu

100 rpm

4. Alat penurun tegangan listrik menggunakan regulator manual dengan daya

input 110/220 volt, output 0-240 volt dan 50-60 Hz buatan jepang, merk

matsunaga

5. Pembuatan alat uji radiator skala laboratorium menggunakan mesin L300

diesel, dengan hasil pengujian nilai efektifitas radiator terendah pada

putaran mesin 1000 rpm tanpa hembusan udara luar dengan nilai rata-rata

yaitu 0,483 dan nilai tertinggi pada putaran mesin 1500 rpm dengan

(39)

B. Saran

Adapun saran-saran yang ingin penulis sampaikan untuk penelitian yang lebih

baik adalah:

1. Radiator Tester Engine Stand masih banyak kekurangan, sehingga

membutuhkan juga banyak penyempurnaan. Penyempurnaan yang

diharapkan ialah pada bagian yang memerlukan ketahanan panas yang

lebih tinggi, mengingat alat ini dioprasikan untuk fluida dengan suhu yang

relatif lebih tinggi dan mengganti thermometer batang mejadi thermometer

digital agar hasilnya lebih akurat.

2. Penelitian ini dapat dikembangkan lebih lanjut, misalnya dengan

mengubah variasi rpm, hembusan udara dan mengganti jenis fluida

(40)

DAFTAR PUSTAKA

Adam, Lukman Bani., Pengaruh Kecepatan Aliran Udara Terhadap Efektifitas Radiator, Skripsi, Jurusan Teknik Mesin Universitas Negeri Semarang, 2006.

Frank Incropera. 1990. Foundamentals of Heat and Mass Transfer. John Willey & Son,Inc. New York.

J.P. Holman, Perpindahan Kalor, Diterjemahkan oleh E. Jasjfi, Penerbit Erlanga, Jakarta, 1997.

Maleev NL. 1982. Internal Combustion Engine. Mc Graw Hill.

Murti, Made Ricki., Laju Pembuangan Panas Pada Radiator Dengan Fluida Campuran 80% Air Dan 20% RC Pada Rpm Konstan, Jurnal Ilmiah Teknik Mesin CAKRAM Vol. 2 No. 1, Juni 2008..

Remling John. 1981. Basics. John Willey & Son,Inc. New York.

Suprapto Olin. 1999. Motor Bakar. Angkasa: Bandung.

Subroto., Sartono Putro., Pengaruh Coolant Terhadap Pelepasan Kalor pada Pendinginan Mesin, Jurnal Teknik Gelagar Vol. 15 No. 2, Oktober 2004.

Fahrurrozi. http://fahrurrozi-teknologi.blogspot.com. Diakses pada 12 April 2012.

Gambar

Gambar 1. Konstruksi radiator
Gambar 3. Bentuk daun kipas
Gambar 4. Katup thermostat
Gambar 5. Radiator  L 300
+6

Referensi

Dokumen terkait