• Tidak ada hasil yang ditemukan

Asuhan Keperawatan pada Ny.M dengan Gangguan Kebutuhan Dasar Mobilisasi Pasca Seksio Sesaria di RS. dr. Pringadi Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Asuhan Keperawatan pada Ny.M dengan Gangguan Kebutuhan Dasar Mobilisasi Pasca Seksio Sesaria di RS. dr. Pringadi Medan"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

Lampiran Catatan Perkembangan No

Dx

Hari / Tanggal Pukul Tindakan Keperawatan

1. Selasa, 18

 Melakukan pengkajian

 Mengukur tanda-tanda vital TTV : 120/80 mmHg HR : 80x/i

RR : 20x/i T : 37 ̊c Skala 3

 Membantu ibu untuk miring kanan dan miring kiri

 Membantu ibu untuk personal hygine

 Memberikan injeksi Ranitidin 1amp/8 jam Captropil 1 ampl/12 jam Vitamin C 1 amp

 Membantu ibu untuk makan

 Membantu ibu untuk minum obat oral Cefriaxone 2x1 sehari

2. Rabu, 19 juni

 Mengukur tanda-tanda vital TTV : 120/80

HR : 72x/i RR : 22x/i T : 36,5 ̊c Skala 2

 Membantu ibu untuk bangun dan mencoba duduk di tempat tidur

 Membantu ibu personal hygiene

(2)

18.00 19.00

Ranitidin 1amp/8jam Captropil 1amp/12jam Vitamin C 1amp

 Membantu ibu untuk makan

 Membantu ibu untuk minum obat oral Cefriaxone 2x1 sehari

3. Kamis, 20 juni 2013

14.30

15.00

16.00 17.00

18.00 19.00

 Mengukur tanda-tanda vital TTD : 120/80 mmHg HR : 78x/i

RR : 20x/i T : 36,5 ̊c Skala 1

 Membantu ibu turun dari tempat tidur, berdiri dan berjalan

 Membantu ibu personal hygiene

 Memberikan injeksi Ranitidin 1amp/8jam Captropil 1amp/12jam Vitamin C 1amp

 Membantu ibu untuk makan

(3)

DaftarPustaka

 Sarwono, Prawiroharjo. 2005. Ilmu Kandungan, Cetakan ke 4. Jakarta: PT gramedia

 Kasdu, Dini. 2003. Operasi caesar masalah dan solusi. Jakarta: Puspa Swara

 Cunningham, F.Gary, dkk. 2004. Obsertetri Williams, edisi 21. Jakarta: EGC

 Roper, N. 2005. Prinsip-prinsip Keperawatan. Yogyakarta: Yayasan Essentia Medika

 Potter & Perry. 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Vol 2. Jakarta: EGC

 Carpenito, L.J. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 8. Jakarta: EGC

 Moctar, Rustam, 1998. Sinopsis Obstetri Jilid I&II. Jakarta: EGC  Wilkinson, Judith M. 2007. Buku saku diagnosa keperawatan dengan

intervensi NIC & kriteria hasil NOC. Jakarta: EGC

(4)

BAB III Penutup 1.1 Kesimpulan

Mobilitas bukan merupakan sesuatu yang absolut dan statis dalam menentukan kemampuan untuk berjalan, tetapi mobilitas optimal merupakan sesuatu yang individualistis, relatif dan dinamis yang tergantung pada interaksi antara faktor-faktor lingkungan dan sosial, afektif dan fungsi fisik. Pengkajian pada pasien gangguan mobilisasi adapun diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien gangguan mobilisasi adalah : Nyeri berhubungkan dengan luka operasi, Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan kekuatan otot, dan Kurang perawatan diri berhubungan dengan nyeri pada waktu bergerak.

1.2 Saran

Pada kesempatan ini penulis akan mengemukakan beberapa saran sebagai bahan masukan yang bermanfaat bagi usaha peningkatan mutu pelayanan asuhan keperawatan yang akan datang, diantaranya :

 Dalam melakukan asuhan keperawatan, perawat mengetahui atau mengerti tentang rencana keperawatan pada pasien dengan gangguan mobilisasi, pendokumentasian harus jelas dan dapat menjalin hubungan yang baik dengan klien dan keluarga.

 Dalam rangka mengatasi masalah resiko injuri pada klien dengan gangguan mobilisasi maka tugas perawat yang utama adalah sering mengobservasi akan kebutuhan klien yang mengalami gangguan mobilisasi.

(5)

DaftarPustaka

 Sarwono, Prawiroharjo. 2005. Ilmu Kandungan, Cetakan ke 4. Jakarta: PT gramedia

 Kasdu, Dini. 2003. Operasi caesar masalah dan solusi. Jakarta: Puspa Swara

 Cunningham, F.Gary, dkk. 2004. Obsertetri Williams, edisi 21. Jakarta: EGC

 Roper, N. 2005. Prinsip-prinsip Keperawatan. Yogyakarta: Yayasan Essentia Medika

 Potter & Perry. 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Vol 2. Jakarta: EGC

 Carpenito, L.J. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 8. Jakarta: EGC

 Moctar, Rustam, 1998. Sinopsis Obstetri Jilid I&II. Jakarta: EGC  Wilkinson, Judith M. 2007. Buku saku diagnosa keperawatan dengan

intervensi NIC & kriteria hasil NOC. Jakarta: EGC

(6)

Lampiran Catatan Perkembangan No

Dx

Hari / Tanggal Pukul Tindakan Keperawatan

1. Selasa, 18

 Melakukan pengkajian  Mengukur tanda-tanda vital

TTV : 120/80 mmHg HR : 80x/i

RR : 20x/i T : 37 ̊c Skala 3

 Membantu ibu untuk miring kanan dan miring kiri

 Membantu ibu untuk personal hygine  Memberikan injeksi

Ranitidin 1amp/8 jam Captropil 1 ampl/12 jam Vitamin C 1 amp

 Membantu ibu untuk makan

 Membantu ibu untuk minum obat oral Cefriaxone 2x1 sehari

2. Rabu, 19 juni

 Mengukur tanda-tanda vital TTV : 120/80

HR : 72x/i RR : 22x/i T : 36,5 ̊c Skala 2

 Membantu ibu untuk bangun dan mencoba duduk di tempat tidur

(7)

18.00 19.00

Ranitidin 1amp/8jam Captropil 1amp/12jam Vitamin C 1amp

 Membantu ibu untuk makan

 Membantu ibu untuk minum obat oral Cefriaxone 2x1 sehari

3. Kamis, 20 juni 2013

14.30

15.00

16.00 17.00

18.00 19.00

 Mengukur tanda-tanda vital TTD : 120/80 mmHg HR : 78x/i

RR : 20x/i T : 36,5 ̊c Skala 1

 Membantu ibu turun dari tempat tidur, berdiri dan berjalan

 Membantu ibu personal hygiene  Memberikan injeksi

Ranitidin 1amp/8jam Captropil 1amp/12jam Vitamin C 1amp

 Membantu ibu untuk makan

(8)

BAB II

PENGELOLAAN KASUS

2.1 Konsep Dasar

2.1.1 Pengertian Mobilisasi

Mobilisasi merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak dengan bebas dan merupakan faktor yang menonjol dalam mempercepat pemulihan pasca bedah, mobilisasi dini merupakan suatu aspek yang terpenting pada fungsi fisiologis karena hal itu esensial untuk mempertahankan kemandirian. Dengan demikian mobilisasi dini adalah suatu upaya mempertahankan kemandirian sedini mungkin dengan cara membimbing penderita untuk mempertahankan fungsi fisiologi. (Carpenito, 2000)

Mobilisasi dini adalah kebijaksanaan untuk selekas mungkin membimbing penderita keluar dari tempat tidurnya dan membimbingnya selekas mungkin berjalan. Mobilisasi dini dapat dilakukan pada kondisi pasien yang membaik. Pada pasien operasi seksio sesaria 6 jam pertama dianjurkan untuk segera menggerakkan anggota tubuhnya. Gerak tubuh yang bisa dilakukan adalah menggerakkan lengan, tangan, kaki dan jari-jarinya agar kerja organ pencernaan segera kembali normal. (Kasdu, 2003)

(9)

2.1.2 Tujuan Mobilisasi

Menurut Fitriyahsari, (2009) tujuan dari pada mobilisasi adalah untuk : 1. Mempertahankan fungsi tubuh.

2. Memperlancar peredaran darah.

3. Membantu pernafasan menjadi lebih baik. 4. Mempertahankan tonus otot.

5. Memperlancar eliminasi alvi dan urine.

6. Mengembalikan aktivitas tertentu, sehingga pasien dapat kembali normal dan atau dapat memenuhi kebutuhan gerak harian.

7. Memberikan kesempatan perawat dan pasien berinteraksi atau berkomunikasi.

2.1.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Mobilisasi

Mobilisasi sangat dipengaruhi oleh sistem neuromuskular meliputi : sistem otot, skeletal, sendi, ligament, tendon, kartilago, dan saraf. (Handiyani, 2009) Potter & Perry (2006) dalam Handiyani (2009) menjelaskan bahwa mobilisasi dipengaruhi oleh faktor fisiologis yaitu: frekuensi penyakit atau operasi dalam 12 bulan terakhir, tipe penyakit, status kardiopulmonar, status musculo skeletal, pola tidur, keberadaan nyeri, frekuensi aktifitas dan kelainan hasil laboratorium. Faktor emosional yaitu: faktor emosional yang mempengaruhi mobilisasi adalah suasana hati, depresi, cemas, motivasi, ketergantungan zat kimia, dan gambaran diri. Faktor perkembangan yaitu: usia, jenis kelamin, kehamilan, perubahan masa otot karena perubahan perkembangan, perubahan sistem skeletal.

2.1.4 Manfaat Mobilisasi

(10)

respiratori meningkatkan frekuensi dan kedalaman pernafasan, meningkatkan ventilasi alveolar, menurunkan kerja pernafasan, meningkatkan pengembangan diafragma; pada sistem metabolik dapat meningkatkan laju metabolisme basal, meningkatkan penggunaan glukosa dan asam lemak, meningkatkan pemecahan trigliseril, meningkatkan mobilitas lambung, meningkatkan produksi panas tubuh, pada sistem muskuloskletal memperbaiki tonus otot, meningkatkan mobilisasi sendiri, memperbaiki toleransi otot untuk latihan, mungkin meningkatkan masa otot; pada sistem toleransi otot, meningkatkan toleransi, mengurangi kelemahan, meningkatkan toleransi terhadap stres, perasaan lebih baik, dan berkurangnya penyakit. (Potter, 2006)

2.1.5 Tahap-Tahap Mobilisasi

Mobilisasi dini dilakukan secara bertahap. Tahap- tahap mobilisasi dini pada ibu post operasi seksio sesaria (Kasdu,2003)

a. 6 jam pertama

Ibu pasca seksio sesaria istirahat tirah baring, mobilisasi dini yang bisa dilakukan adalah menggerakkan lengan, tangan, menggerakkan ujung jari kaki dan memutar pergelangan kaki, mengangkat tumit, menegangkan otot betis serta menekuk dan menggeser kaki.

b. 6-10 jam

Ibu diharuskan untuk dapat miring kekiri dan kekanan mencegah trombosis dan trombo emboli. Makan dan minum di bantu, mengangkat tangan, mengangkat kaki, menekuk lutut, mengeser badan.

c. Setelah 24 jam ibu dianjurkan untuk dapat mulai belajar untuk duduk. Dapat mengangkat tangan setinggi mungkin, balik kekiri dan kekanan tanpa bantuan, latihan penafasan serta makan dan minum tanpa dibantu.

(11)

Tahapan mobilisasi pada anestesi pada seksio sesaria :

Ada beberapa anestesi atau penghilang rasa sakit yang bisa dipilih untuk operasi sesaria, baik spinal maupun general. Pada anestesi spinal atau epidural yang lebih umum digunakan, sang ibu tetap sadar kala operasi. Anestesi general bekerja secara jauh lebih cepat, dan mungkin diberikan jika diperlukan proses persalinan yang cepat. (Gallagher, CM, 2004)

a. Anestesi general

Anestesi general biasanya diberikan jika anestesi spinal atau epidural tidak mungkin diberikan, baik karena alasan teknis maupun karena dianggap tidak aman. Pada prosedur pemberian anestesi ini akan menghirup oksigen melalui masker wajah selama tiga sampai empat menit sebelum obat diberikan melalui penetesan intravena. Dalam waktu 20 sampai 30 detik, maka pasien akan terlelap. Saat pasien tidak sadar, akan disisipkan sebuah selang ke dalam tenggorokan pasien untuk membantu pasien bernafas dan mencegah muntha. Jika digunakan anestesi total, pasien akan dimonitor secara konstan oleh seorang ahli anestesi. Dan biasanya pasangan tidak boleh mendampingi pasien kala persalinan dengan anestesi general.

Mobilisasi dini pada pasien dengan anestesi umum:

1) Pada saat awal (6 sampai 12 jam pertama) pasien dapat melakukan pergerakan fisik seperti menggerakkan ekstremitas seperti mengangkat tangan, menekuk kaki, dan menggerakkan telapak kaki.

2) Pada hari kedua pasien dapat duduk di tempat tidur ambil makan atau duduk dengan kaki menjuntai di pinggir tempat tidur. Jika pasien sudah berani, pasien dapat berjalan di sekitar kamar seperti ke kamar mandi.

3) Pada hari ketiga pasien dapat berjalan ke luar kamar dengan dibantu atau secara mandiri.

b. Anestesi spinal

(12)

pasien mati rasa, tetapi pasien akan tetap terjaga dan menyadari apa yang sedang terjadi. Hal in berarti pasien bisa merasakan kelahiran bayi tanpa merasakannya.

Mobilisasi dini pada pasien dengan anestesi spinal:

1) Setelah operasi berbaring di tempat tidur, tetapi dapat melakukan pergerakan ringan seperti menggerakkan ekstremitas atas dan ekstremitas bawah.

2) Pada hari kedua pasien dapat duduk di tempat tidur dan duduk dengan kaki menjuntai di pinggir tempat tidur.

3) Pada hari ketiga pasien dapat berjalan dikamar seperti ke kamar mandi dan bisa juga berjalan ke luar kamar.

2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan 2.2.1 Pengkajian

Apabila seseorang perawat belum perawat merawat seorang ibu baru, pengkajian dimulai dengan meninjau kembali dengan catatan prenatal dan persalinan. Pada banyak institusi perawat persalinan terus bersama-sama dengan wanita selama dua jam pertama setelah melahirkan. Hal yang paling penting adalah keadaan-keadaan yang dapat menjadi predisposisi perdarahan pada ibu (seperti persalinan yang cepat, bayi yang besar, grande multipara, atau persalinan dengan induksi), yang merupakan bahaya yang mungkin terjadi pada persalinan tahap keempat. (Bobak, 2004)

(13)

Tanda Masalah Potensial

Karena perdarahan merupakan komplikasi potensial yang hal ini dibahas dengan mendalam. Perawat harus selalu siaga terhadap kemungkinan komplikasi yang mencakup keadaan hipertensi, infeksi, gangguan endokrin, gangguan psikososial, dan kehilangan serta kedukaan. (Bobak, 2004)

Setelah menyelesaikan periode pemulihan-p0 awal sekitar satu sampai dua jam setelah anak lahir, yakni waktu yang sering disebut tahap keempat persalinan, ibu biasanya ditransfer dengan kursi roda atau tempat tidur dorong dari ruang bersalin ke unit nifas. Pada kesempatan ini, perawat yang hadir saat bayi baru lahir mungkin merupakan perawat yang member perawatan atau perawat nifas yang akan mengambil alih tanggung jawab ini. Akan tetapi, di rumah sakit yang menggunakan konsep persalinan, kelahiran, pemulihan dan pascapartum (Labor, delivery, recovery, postpartum [LDRP]), ibu akan tetap tinggal di dalam ruang

yang sama. (Bobak, 2004)

Suatu pengkajian fisik lengkap, termasuk pengukuran tanda-tanda vital, dilakukan pada saat masuk ke unit pascapartum. Hal penting lain yang juga harus diperoleh saat ibu diterima dalam unit pascapartum ialah laporan yang komprehensif tentang peristiwa yang terjadi selama periode intrapartum. Komponen pengkajian awal yang lain ialah status emosi ibu, tingkat energy, derajat kelehan fisik, rasa lapar, dan rasa haus. Pada tingkatan tertentu, pengetahuan ibu tentang perawatan diri dan perawatan bayi dapat ditentukan pada kesempatan ini. (Bobak, 2004)

Tanda-tanda Vital

(14)

dalam batas normal, pengkajian umumnya dilakukan setiap empat sampai 8 jam sepanjang masa inap yang tersisa di rumah sakit.

Pengkajian Fisik Berkelanjutan

Ibu pascapartum harus dievaluasi dengan seksama pada setiap pergantian jaga selama mereka dirawat. Pengkajian fisik mencakup pemeriksaan payudara, tinggi fundus, lokia, perineum, fungsi kemih dan defekasi, tanda-tanda vital, dan tungkai. Sebuah contoh alur perawatan kritis (critical care path) untuk mengkaji kemajuan perubahan fisik yang terjadi pada masa pascapartum selama tiga hari pertama.(Bobak, 2004)

2.2.2 Masalah Keperawatan 1. Resiko tinggi infeksi

2. Konstipasi atau retensi urine 3. Gangguan pola tidur

2.2.3 Perencanaan Keperawatan

No. Masalah Keperawatan Perencanaan Keperawatan 1. Resiko tinggi infeksi Tujuan :

 Faktor infeksi akan hilang

 Klien menunjukkan pengendalian resiko Kriteria Hasil :

 Keadekuatan status imun klien

 Memantau faktor resiko lingkungan dan perilaku seseorang

Intervensi

 Pantau tanda dan gejala infeksi

 Kaji faktor yang meningkatkan serangan infeksi  Pantau hasil LAB

 Amati penampilan praktik higiene pribadi untuk perlindungan infeksi

(15)

Kriteria Hasil :

 Kandungan kemih kosong sempurna  Tidak ada sisa setelah buang air Intervensi

 Pemasukan kateter ke dalam kandung kemih  Pantau asupan dan haluaran

 Pantau derajat distensi kandungan kemih dengan palpasi dan perkusi

3. Gangguan pola tidur Tujuan : kebutuhan tidur klien terpenuhi Kriteria Hasil :

 Jumlah jam tidur tidak terganggu

 Tidak ada masalah dengan pola, kualitas, dan rutinitas tidur/istirahat

Intervensi

 Pantau pola tidur pasien dan catat hubungan faktor-faktor fisik

 Jelaskan pentingnya tidur yang adekuat selama pasca partum

 Ajarkan klien untuk menghindari makanan dan minuman pada jam tidur yang mengganggu tidur

2.3 Asuhan Keperawatan Kasus 2.3.1 Pengkajian

I. Identitas Pasien

Nama : Ny.M

Jenis kelamin : Perempuan

Umur : 29 Tahun

Status perkawinan : Kawin

Agama : Islam

(16)

Alamat : Jl. Dolok Tolong No 77 Medan Tanggal Masuk RS : 17 Juni 2013

No.Register : 00.88.72.20 Ruangan/kamar : V/Tanjung Golongan darah : -

Tanggal Pengkajian :18 Juni 2013 Tanggal Operasi : -

Diagnosa : Pasca Seksio Sesaria

II. Keluhan Utama : Pasien merasakan nyeri di bagian abdomen. Pasien merasa sulit bergerak karena bekas operasi seksio sesaria.

III. Riwayat Kesehatan Sekarang A. Provocative/palliative

1. Penyebabnya :

Luka operasi sectio sesarea di bagian abdomen. 2. Hal-hal yang memperbaiki keadaan :

Pasien dapat mengatasinya dengan relaksasi (tarik nafas dalam) B. Quantity/quality

1. Bagaimana yang di rasakan : Pasien mengatakan rasa nyeri sedikit berkurang.

2. Bagaimana dilihat :

Wajah pasien tampak rileks. C. Region

1. Dimana lokasinya :

Di bagian abdomen.

2. Apakah menyebar :

Tidak menyebar. D. Severity

Proses pasca seksio sesaria yang dialami Ny.M mengalami nyeri yang berhubungan dengan aktivitasnya.

(17)

Intensitas nyeri terjadi pada saat pasien melakukan pergerakkan waktu 15 detik sekali.

IV. Riwayat Kesehatan Masa Lalu A. Penyakit yang pernah di alami

Ny.M mengatakan tidak pernah mengalami penyakit yang serius. B. Pengobatan/tindakan yang di lakukan

Ny.M mengatakan hanya membeli obat di warung mau pun apotik. C. Pernah di rawat/di operasi

Ny.M mengatakan pernah di rawat dan di operasi di Rs. dr. Pringadi Medan.

D. Lama di rawat

Ny.M mengatakan 1 minggu lamanya di rawat di Rs. dr. Pringadi Medan.

E. Alergi

Ny.M mengatakan tidak memiliki riwayat terhadap makanan maupun obat-obatan.

F. Imunisasi -

V. Riwayat Kesehatan Keluarga A. Orang tua

Ny.M mengatakan orang tuanya sudah meninggal dunia beberapa tahun yang lalu, karena faktor usia.

B. Saudara kandung

Ny.M mengatakan anak ke 3 dari 4 bersaudara. C. Penyakit keturunan yang ada

Ny.M mengatakan bahwa tidak ada penyakit keturunan dalam keluarga.

(18)

VI. Riwayat Obstetrik

G : 2 P : 1 A : 0 HPHT : ??-09-2012 TTP : ??-06-2013 No. Umur Komplikasi/Masalah Kondisi

anak

Penolong Kehamilan Persalinan Nifas

1. 37 minggu

I Sc - Sehat Dokter

VII. Riwayat Keadaan Psikososial

A. Persepsi pasien tentang penyakitnya

Ny.M mengatakan penyakitnya bisa di sembuhkan. B. Keadaan emosi

Keadaan emosi stabil. Pasien dapat mengontrol emosi dan mengungkapkan emosi dengan baik.

C. Hubungan sosial

1. Orang yang berarti :

Bagi pasien orang yang berarti bagi dirinya adalah keluarganya, isitrinya, anaknya, cucunya.

2. Hubungan dengan keluarga :

Hubungan pasien dengan keluarga terjalan dengan baik dan haromis. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya dukungan dari keluarga dan selama pasien dirawat di rumah sakit selalu ada keluarga yang menunggu pasien.

3. Hubungan dengan orang lain :

Hubungan pasien dengan orang lain terjalan dengan baik. Hal ini dibuktikan dengan mampunya pasien bersosialisasi dengan sesama penghuni ruang V nifas di Rs.pringadi Medan.

4. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : Tidak ada hambatan saat berhungan dengan orang lain. D. Spiritual

1. Nilai dan keyakinan :

(19)

2. Kegiatan ibadah :

Untuk sementara ini kegiatan ibadah pasien tidak dapat dilakukan sebagaimana mestinya dikarenakan penyakit yang diderita pasien. Untuk kegiatan Shalat dan lainnya hanya dilakukan pasien jika ia merasa cukup kuat.

VIII. Pemeriksaan Fisik A. Keadaan umum

Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, kondisi klien terlihat masih lemah dan sulit untuk bergerak.

B. Tanda-tanda vital

1. Suhu tubuh : 37,5°c

2. Tekanan darah :120/80 mmHg

3. Nadi : 80x/menit

4. Pernafasan : 20x/menit 5. Skala nyeri : 3

6. TB : 167 cm

7. BB : 57 kg

8. Kepala dan rambut

Rambut dan kulit kepala tampak kotor, warna rambut hitam dan tidak mudah di cabut, tidak ada nyeri tekan.

9. Wajah

Cloasma gravidarum tidak ada, wajah tampak meringis kesakitan menahan rasa nyeri bekas luka operasi.

10. Mata

Conjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, fungsi penglihatan baik, pergerakkan pola mata ke segala arah normal, refleks pupil (+) 11. Hidung

Septum di tengah, tidak tampak sekret, passage udara lancar, tidak ada sinus dan polip, fungsi penciuman baik.

(20)

Letak simetris, tidak ada seruman, tidak di temukan peradangan, fungsi pendengaran baik.

13. Mulut dan gigi

Mukosa mulut lembab, tidak ada tanda sianosis, kebersihan gigi kotor, gigi lengkap dan tidak ada karies, luka atau lesi (-)

14. Leher

Tidak teraba pembesaran kelenjar getah bening dan kelenjar thyroid peningkatan JVF tidak ada, fungsi menelan baik.

15. Pemeriksaan integument

Hangat, suhu 37,5°c, lembab, turgor kembali lebih cepat 2 detik. 16. Pemeriksaan payudara

Bentuk payudara simetris, membesar, puting susu menonjol, areola kehitaman dan bersih, tidak terdapat pembengkakan/ benjolan yang abnormal, produksi ASI baik.

17. Pemeriksaan dada

Frekuensi nafas 20x/menit, irama teratur, tidak ada tanda kesulitan saat bernafas.

18. Pemeriksaan paru-paru

Bunyi nafas vesikuler, ronchi (-), wheezing (-),pergerakkan dada simetris, pernafasan reguler.

19. Pemeriksaan jantung

Bunyi jantung reguler S1dan S1, tidak ada bunyi jantungan tambahan atau mur-mur, irama reguler.

20. Pemeriksaan abdomen Tidak dikaji.

21. Pemeriksaan genitalia Tidak dikaji.

 Ekstermitas atas

(21)

 Ekstermitas bawah

Tidak terdapat varises dan oedema, reflek patella (+) 22. Pengetahuan tentang perawatan diri/luka

Ny.M mengatakan belum mengetahui cara perawatan luka operasi di rumah, dan Ny.M mengatakan merasa takut saat bergerak. Jika bergerak luka operasi akan robek.

IX. Pola kebiasaan sehari-hari 1. Pola makan dan minum

 Frekuensi makan dan minum : 3x/hari  Nafsu/selera makan

Selera makan pasien berkurang.  Mual dan muntah

Pasien tidak ada merasakan mual dan muntah saat makan dan minum.

 Waktu pemberian makan

Sesuai dengan jam makan di Rs. dr. Pringadi medan.

Pagi pukul 07.00wib, siang pukul 12.30wib, malam pukul 18.00wib.

 Jumlah dan jenis makanan 1 porsi dan menu biasa.

 Waktu pemberian cairan dan minuman

Pasien minum sehabis makan, setiap kali haus, dan pemberian cairan intravena R.Sol 20 tetes/menit.

 Masalah makan dan minum

Pasien tidak mengalami kesulitan menelan mau pun mengunyah. 2. Perawatan diri/personal hygiene

 Kebersihan tubuh

Tubuh pasien sedikit bersih, karena pasien di lap dengan waslap dan air hangat 2x/hari oleh perawat dan di bantu keluarga.

 Kebersihan rambut

(22)

 Kebersihan gigi dan mulut

Pasien belum sikat gigi dan membersihkan mulut selama di rawat. 3. Pola kegiatan aktifitas

Kegiatan Mandiri Sebahagian Total

Mandi

Makan/minum

BAB

BAK

Ganti pakaian

4. Pola eliminasi

BAK

Sebelum operasi 2x/hari, karakter feses konsistensi semi padat. Setelah operasi pasien belum ada BAB.

BAK

(23)

2.3.2 Analisa Data

N0. Data Etiologi Masalah

keperawatan 1. Data Subjektif

 Ny.M mengatakan nyeri pada luka di bagian abdomen bekas operasi seksio sesaria.

 Ny.M mengatakan nyeri saat bergerak.

Tindakan seksio sesaria

↓ nyeri pada ujung-ujung

saraf bebas

Nyeri di hantarkan kesorsal spinal lord

 Ny.M mengatakan takut untuk bergerak.

 Ny.M mengatakan takut jika bergerak lukanya akan robek.

Tindakan seksio sesaria

Adanya luka post sc

Nyeri

(24)

Data Objektif

 Ny.M tampak sulit bergerak.

Pasien takut bergerak

↓ belum bisa jalan ke kamar mandi, menyisir rambut, belum menyikat gigi, mengambil

makanan masih dibantu, dan belum bisa memakai baju sendiri.

Data Objektif

 Ny.M tampak dibantu keluarga melakukan aktivitasnya.

Tindakan seksio sesaria

Pasien tidak dapat bergerak

Ketidaknyamanan

Mobilisasi di tempat tidur

Defisit perawatan diri

Defisit perawatan diri

2.3.3 Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri berhubungan dengan gangguan rasa nyaman yang ditandai dengan mobilisasi pasca seksio sesaria.

2. Keterbatasan aktivitas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan pasien tentang mobilisasi pasca seksio sesaria yang ditandai dengan pasien sulit bergerak.

(25)

3.3.2 Perencanaan Keperawatan

Tujuan : rasa nyaman pasien terpenuhi.

Kriteria hasill : pasien memyatakan rasa nyeri berkurang sampai hilang.

Tujuan : pasien dapat beraktivitas seperti semula. Kriteria hasil : pasien melakukan mobolisasi secara bertahap.

Tujuan : setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam di harapkan pasien dapat melakukan perawatan secara mandiri.

Kriteria hasil : pasien dapat melakukan personal hygine secara mandiri.

Rencana tindakan Rasional Selasa,18

 Pemberian analgetik kolaborasi dengan

 Meningkatkan kenyamanan.

 Mengurangi/menghila ngkan rasa nyeri.

Rabu,19 juni 2013

2.  Berikan penjelasan tentang pentingnya mobilisasi post sc.

 Meningkatkan

(26)

 Bantu pasien untuk kanan dan miring kiri, dan 24 jam belajar bangun dan duduk di tempat tidur.

 Untuk memandirikan pasien.

Kamis,20 juni 2013

3.  Observasi keadaan umum pasien.

 Kekuatandan toleransi terhadap aktivitas.

 Bantu dan ajarkan pasien dalam

personal hygine.

 Memantau keadaan umum pasien.

 Untuk mengetahui seberapa kuat pasien melakukan aktivitas.  Menjadikan pasien

untuk mandiri.

3.3.3 Implementasi Hari/

1.  Memonitor keadaan umum pasien.

 Minta pasien menilai nyeri/ketidaknyamanan pada skala 0-10

 Ajarkan tarik nafas dalam.

 Pemberian analgetik kolaborasi dengan dokter. Rabu, 19

juni 2013

2.  Berikan penjelasan tentang pentingnya mobilisasi pasca seksio sesaria

 Bantu pasien untuk mobilisasi secara bertahap.  Bantu pasien untuk memenuhi semua kebutuhan. Kamis, 20

juni 2013

3.  Observasi keadaan umum pasien.

(27)

 Bantu dan ajarkan pasien dalam

1. S : Ny.M mengatakan nyeri agak berkurang dengan skala 2, dan sudah melakukan nafas dalam ketika nyeri timbul.

O : Ny.M tampak rileks A: masalah teratasi sebagian P: Lanjutkan intervensi

 Memberikan posisi senyaman mungkin

 Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgetik

Rabu, 19 juni 2013

2. S : Ny.M dan keluarga mengatakan tahu dan paham mobilisasi dini dan nutrisi

O : Ny.M dibantu oleh keluarga dalam miring kanan kiri dan keluarga tidak menghindarkan jenis makanan tertentu

A: masalah teratasi sebagian P: lanjutkan intervensi

 Ajarkan tekhnik duduk dari terbaring ke posisi semifowler

 Ajarkan berdiri dari posisi duduk

 Ajarkan berjalan sedikit demi sedikit sesuai dengan kekuatan pasien

Kamis, 20 juni 2013

3. S : Ny.M mengatakan sudah dapat berjalan ke kamar mandi tanpa bantuan keluarga dan dapat menyisir rambutnya, mandi masih dibantu oleh keluarga dan makan masih disuapi.

(28)

A: masalah teratasi sebagian

P :motivasi pasien untuk melakukan aktivitasnya sesuai kekuatan yang dimiliki

(29)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Proses kehamilan, persalinan dan nifas tidak senantiasa berlangsung secara fisiologis, dapat pula secara patologis, oleh karena itu pengawasan yang teliti dan terus menerus selama berlangsungnya ketiga proses itu harus dilakukan dengan seksama. Dan persalinan di lakukan bukan secara normal saja melainkan persalinan dapat di lakukan dengan cara operasi sesaria. (Sarwono, 2005)

Dewasa ini semakin banyak dokter dan tenaga medis yang menganjurkan pasien yang baru melahirkan dengan operasi agar segera menggerakkan tubuhnya. Dokter kandungan menganjurkan pasien yang mengalami operasi sesaria untuk tidak berdiam diri di tempat tidur tetapi harus menggerakkan badan atau mobilisasi. (Kasdu, 2003)

Dalam membantu jalannya penyembuhan ibu pasca seksio sesaria, disarankan untuk melakukan mobilisasi dini.Tetapi, pada ibu yang mengalami seksio sesaria rasanya sulit untuk melaksanakan mobilisasi karena ibu merasa letih dan sakit.Salah satu penyebabnya adalah ketidaktahuan pasien mengenai mobilisasi dini. Untuk itu diperlukan pendidikan kesehatan tentang mobilisasi dini pasca operasi seksio sesaria sehingga pelaksanaan mobilisasi dini lebih maksimal dilakukan. Sebenarnya ibu yang mengalami seksio sesaria mengerti dalam pelaksanaan mobilisasi dini, namun ibu tidak mengerti apa manfaat dilakukan mobilisasi dini. (Cuningham, 2004)

(30)

pada system pernafasan, kardiovaskuler, mencengah dekubitus, merangsang peristaltik usus dan mengurangi rasa nyeri. (Cuningham, 2004)

Mobilisasi segera secara bertahap sangat berguna untuk proses penyembuhan luka dan mencegah terjadinya infeksi serta trombosis vena. Bila terlalu dini melakukan mobilisasi dapat mempengaruhi penyembuhan luka operasi.Jadi mobilisasi secara teratur dan bertahap yang di ikuti dengan latihan adalah hal yang paling dianjurkan. (Roper, 2005)

Tanggung jawab atas kesehatan diri sendiri, termasuk juga harus dapat mencapai tingkat kemandirian maksimal, dalam hal ini adalah melakukan mobilisasi yang sesuai dengan kondisi pasien. Mobilisasi dini bermanfaat untuk mempertahankan mobilisasi fisik secara optimal, maka system saraf, otot dan skeletal harus tetap utuh dan berfungsi dengan baik. (Potter., Perry, 2006)

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk mengangkat Asuhan Keperawatan pada Ny.M dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Mobilisasi di Rs.Pringadi Medan sebagai judul untuk penulisan karya tulis ilmiah. 1.2 Tujuan penulisan

1.2.1 Tujuan Umum

Mampu memberikan asuhan keperawatan pada Ny.M dengan masalah kebutuhan dasar mobilisasi di RS.Pringadi Medan.

1.2.2 Tujuan khusus

a. Penulis mampu melakukan pengkajian pada Ny.M dengan masalah kebutuhan dasar mobilisasi.

b. Penulis mampu merumuskan diagnose keperawatan pada Ny.M dengan masalah kebutuhan dasar mobilisasi.

(31)

d. Penulis mampu melakukan implementasi pada Ny.M dengan masalah kebutuhan dasar mobilisasi.

e. Penulis mampu melakukan evaluasi pada Ny.M dengan masalah kebutuhan dasar mobilisasi.

f. Penulis mendokumentasikan asuhan keperawatan terhadap pelaksanaan yang telah dilakukan pada Ny.M dengan masalah kebutuhan dasar mobilisasi.

1.3 Manfaat Penulisan 1.3.1 Manfaat teoritis

Hasil penulisan ini dapat digunakan sebagai bahan kajian dalam pengembangan ilmu yang berkaitan dengan asuhan keperawatan pasien dengan masalah kebutuhan dasar mobilisasi.

1.3.2 Manfaat praktis

a. Praktek pelayanan keperawatan

Hasil penulisan ini dapat digunakan sebagai sumber pengetahuan dan strategi bagi keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah kebutuhan dasar mobilisasi.

b. Pendidikan keperawatan

Hasil penulisan ini dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam kegiatan proses belajar mengajar tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah kebutuhan dasar mobilisasi yang dapat digunakan acuan bago praktek mahasiswa keperawatan.

c. Bagi Penulis

(32)

Asuhan Keperawatan pada Ny.M denganGangguan

Kebutuhan Dasar Mobilisasi Pasca Seksio Sesaria

di RS. dr. Pringadi Medan

Disusun dalam Rangka Menyelesaikan

Program Studi DIII Keperawatan

Oleh Dewi Kartini

102500051

Program Studi DIII Keperawatan

Universitas Sumatera Utara

(33)
(34)

Kata Pengantar

Assallam’mualaikum Wr.Wb.

Puji syukur, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkat dan hidayahNya yang telah dilimpahkan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini yang merupakan salah satu syarat untuk mengikuti ujian akhir program Diploma III Keperawatan pada Fakultas Keperawatan USU Medan.

Adapun judul karya tulis adalah “ Asuhan Keperawatan pada Ny.M dengan Gangguan Kebutuhan Dasar Mobilisasi Pasca Seksio Sesaria di RS. dr. Pringadi Medan ”

Dalam menyusun karya tulis ilmiah ini, penulis banyak mendapatkan bantuan, bimbingan dan masukan-masukan dari berbagai pihak baik langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan kepada yang terhormat :

1. Ibu Nur Afi Darti, S.Kp, M.Kep selaku Ketua Program Studi DIII Keperawatan.

2. Ibu Nur Asiah, S.Kep, Ns sebagai dosen pembimbing yang telah banyak membantu dan membimbing dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini. 3. Ibu Ellyta Aizar S.Kp sebagai penguji yang telah meluangkan waktu, serta

dengan sabar memberikan bimbingan dan saran-sarannya.

4. Kedua orang tua tercinta Ayahanda dan Ibunda yang telah memberi nasehat-nasehat serta bantuan moril maupun materil.

5. Saudara-saudara yang tersayang abangda, kakakanda, dan adinda serta teman-teman yang terkasih.

(35)

Penulis menyadari bahwa penulisan karya tulis ini masih jauh dari kesempurnaan penulis dan pembaca khususnya mahasiswa/i keperawatan USU Medan sebagai sarana pengetahuan.

Medan, 08 Juli 2013 Penulis

(36)

Daftar Isi

Kata Pengantar... i

Daftar Isi... iii

BAB I : Pendahuluan 1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Tujuan Penulisan... 2

1.2.1 Tujuan Umum... 2

1.2.2 Tujuan Khusus... 2

1.3 Manfaat Penulisan... 3

BAB II : Pengelolaan Kasus 2.1 Konsep Dasar... 4

2.1.1 Pengertian... 4

2.1.2 Tujuan... 5

2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi mobilisasi... 5

2.1.4 Manfaat... 5

2.1.5 Tahap-tahap mobilisasi... 6

2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan... 8

2.2.1 Pengkajian... 8

2.2.2 Rumusan Masalah... 10

2.2.3 Perencanaan... 10

2.2 Asuhan Keperawatan Kasus... 11

2.2.1 Pengkajian... 11

2.2.2 Analisa Data... 19

2.2.3 Rumusan Masalah... 20

2.2.4 Perencanaan... 21

2.2.5 Implementasi... 22

(37)

BAB III : Penutup

3.1 Kesimpulan... 25 3.2 Saran... 25 Daftar Pustaka

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil evaluasi dokumen penawaran dan surat penetapan pemenang lelang Pengadaan Fasilitasi Bantuan Kepada Petani Cabai Besar Dan Cabai Rawit Kegiatan

As previously mentionned, one possible modeli- sation of the underlying stochastic process affecting the position ( ǫ λ P and ǫ ϕ P ) can be performed by double integration of a

Ada beberapa langkah yang perlu disiapkan sebelum merealisasikan rencana tindakan kelas. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran dalam bentuk skenario tindakan yang akan

The International Archives of the Photogrammetry, Remote Sensing and Spatial Information Sciences, Volume XL-5/W5, 2015 Underwater 3D Recording and Modeling, 16–17 April 2015, Piano

a) Hasil dari negosiasi biaya yang mencakup aspek – aspek kesesuaian rencana kerja dengan jenis pengeluaran biaya, volume kegiatan dan jenis pengeluaran biaya satuan

PERUBAHAN ATAS PERATURAN GUBERNUR BENGKULU NOMOR X.O3 TAHUN 2OO8 TENTANG PROSEDUR DAN TATA CARA PERMINTAAN SERTA PEMBAYARAN UANG MAKAN BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL

[r]

informasi yang ditampung, kemampuan sistem yang ditawarkan, kecepatan memroses, dan jumlah orang yang dapat menggunakan sistem secara bersamaan..  Superkomputer: jenis komputer