PERANCANGAN PROSES EKSTRAKSI
BAHAN
AKTIF INSEKTISIDA BOTANI
DARI
Aglaia odorata
LOUR.
OLEH
:
ARIEF TASRLG
NUR
GOMO
PROGRAM PASCASARTANA
INSTlTUT
PERTANIAN
BOGOR
ARIEF TASRIG NUR GOMO. Perancangan Proses Ekstraksi Bahan Aktif Insektisida Botani dari Aglaia odorata Lour. Dibimbing oleh W A M M A D
ZEIN NASUTION
dan
MEIKA SYAHBANA RUSLI.Aglaia d o r a t a Lour. (Meliaceae) merupakan salah satu sumber baru
penghasil insektisida botani. Ekstrak bagian tanaman ini dilaporkan mempunyai a k t i h insektisida terhadrtp
faama Spdoptera littoralis, Peridromu saucia,
Plutella xylostella,dan
Crocidolonzia binotalis. Senyawa-senyawa aktif yang terkmdung dalam ekstrak A. odomta terdiri dari rokaglamida dan turunannya. Hasil penelitian menyebutkan bahwa aplikasi secara tunggal senyawa rokaglamida memiliki aktiffias setara dengan azadirachtin, selainitu
senyawa tumnamya juga mempunyai aktifitas sebagai insektisida.Ekstraksi merupakan cara untuk memperoleh insektisida botani dari A. odorata. Proses ekstraksi menghasilkan ekstrak kasar yang mengandung rokaglamida dan tmmannya yang merupakan bahan &if insektisida. Fraksinasi ekstrak kasar menggunakm teknik partisi dapat menghasilkan ekstrak yang lebih murni atau disebut juga W s i &if. Fakor-fhkor yang mempengaruhi proses ekstraksi dan partisi dapat mempengaruhi rendemen hasil
dan
keaktifan ekstrak yang diperoleh T u j w pemlitian ini yaitu untuk mend- jenis pelarut, nisbah bahan dengan p e h t ,jumlah
m a n , lama ekstraksi,dan
tingkat kemurnian pelarut yang dapat menghasilkan ekstrak dengan rendemen danaktifm tertinggi, serta untuk mendapatkan jenis pelaaut dan perlu tidaknya pengulangan proses partisi ekstrak dari kondisi terpilih
untuk
memperoleh M i yang memiliki rendemen dan aktifitas terthggi. Keaktih ekmdc dan fkaksi &ifdiuji pada larva instar I1 C. binotalis, sedangkan analisis menggunakan HPLC dilakukan untuk mengukur kandungan bahan aktif (rokaglamida) pada ekstrak dan M s i aktif.
B e r k k a n hasil penelitian diperoleh bahwa penggunaan pelarut metanol menghasilkan ekstrak dengan jurnlah rendemen paling
k
(4,87%bk)
dan keaktifan ekstrak yang paling tiaggi (nilai mortditas larva 18,67 %) dibandingkan menggunakan etanol maupun aseton Penggunaan nisbahbahan
dengan pelarut1:10 h a menghasilkan rendemen ekstrak terbesar (4,48
%bk)
dm
keaktifan tertinggi (nilai mortalitas larva 17,33 %) dibandingkan dengan yang dihasilkan dari penggunaan nisbah bahan dan pel- 1 :8,5 dan 1 :5.Satu tahap &st.mksi meoghasilkan e M dengan redemen terbesar (6,66 %bk)
dan
mernpunyai keaktifan tertinggi (nilai mortalitas larva 81,33 %)dibandingkan menggunakan 2 tahap ekstraksi. Ekstraksi selarna 24
jam
dapat menghasikan rendemen terbesar dan dapat rnembunuh larva sebanyak 86,67 %dibandingkan dengan ekstraksi selama 8 maupun 16 jam.
Penggunaan mdanol teknis untuk ekstraksi insektisida botani dari A. odorata menghasilkan rendemen ekstrak terbesar (15,27 %bk) dan rnampu membunuh larva sebanyak 49,33 % dibandingkan menggunakan metanol murni (pa.) ataupun metanol telrnis redestilasi
d i p l e h bahwa
pel-
etil asetat menghasilkan rendemen fiaksi aktif terbesar(32,11
YO)
dan
rnemiliki keaktifan tertinggi (nilai malitas larva 9 7 9 %).A d i s i s k o q n e n rokagtamida menggunakan
HPLC
p d aekstrak
kasar yang d i h a s i h chi kondisi proses terbaik yaitu ekstraksi 1tahap
selama 24 jammenggunakan
metan01
teknis de?ngatt nisbahbahan
danpe1arut
I :lo, medqatkanbasil yaitu
kandungan
rokagkmkh sebesar 0,05 % atau 507,58 pjm.Sedangkan
hasil analisis HPLC pada fhksi &if yang dihasilkan dari kondisi terpilih juga
yaitu dengm menggumkan pelarut et.3 asetat tanpa pengulangan proses, yaitu
Dengan h i sap menyatakan bahwa tesis yang berjudul :
PERANCANGAN PROSES EKSTRAKSE BAHAN AKTIF INSEKTISIDA
BOTANI DAN Aglaia odorata LOUR.
adalah benar hasil karya s a p sendiri
dan
helm pernah dipublikasikan Semuasumber data
dan
id-i yang d i itelah dinyatakm secara jelas dan dapatdiperiksa kebenarannya.
Bogor, Mei 2002
Arief Tasrin Nur Gorno
PERANCANGAN PROSES EKSTRAJSSI
BAHAN
AKTIF INSEKTISDA BOTANI
DARI
Aglaia odorata LOUR.
ARIEF TASRlG
NUR
W M OTesis
sebagai salah satu qmat untuk mernperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi Teknologi Indud Pertanitin
PROGRAM PASCASARTANA
INSTITUT PERTANIAN
BOGOR
Judul Tesis : P e ~ ~ n m m g m P-EkstraksiBah~
AMif
Inselcthkh Bo-i dari @&a d r a f a Lour.
Nama : Arief Tasrig Nur Gomo
Nomor P o b k : 99577
Program Studi : Tekanlogi Indmtri Pertanian
Menyetujui,
1. Komisi Pembimbing
Ir. M.
%
2
N~sutioo, lVLApp.Sc. KetuaMengetahui,
2. Ketua Prwgram Studi r o g m Pascasa jana
Teknow Indwtri Pertanian
-.
-
Dr.Ir. Irawadi Jamaran
Penulis dilahirkan di Manado pada tanggal 29 Januari 1976 sebagai anak
bungsu dari pasangan Muk Nur G o m dan Aisah Wonggo.
Tahun 1994 penulis lulus dari SMA Negeri 8 Manado dan pada tahun yang
sama lulus seleksi mas& Universitas Sam Ratulangi Manado melalui jalw Tumou Tou (PMDK). Pendidikan sarjana ini ditempuh di Program Studi Teknologi Hasil
Pertanian, Jurusan Teknologi Pertanhn, Fakultas Pertanian, dan lulus pada tahun
1998. Pada tahun 1999 penulis memutuskan untuk melanjtrtkan studi ke Program Magister Sains pada Program Studi Teknologi I n d d Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Selama mengikuti program S2, penulis pernah mendapat piagam penghargaan atas prestasi akademik genlilang pada semester I tahun 199912000,
d m pernah memperoleh beasism dari Yayasan van Deventer-Maas pada tahun
PRAKATA
Puji d m syukur penulis panjatkan kehadht Allah SWT,
karena
atasberkat, &mat, dan hidayah-Nya, sehingga pemlitian sampai peaulisan tesis yang
berjudul "Perancangan
Proses
Ekstraksi Bahan Aktif Insektisida Botanidari
Aglaia odorata Lour. (Meli-y' dqmt diselesaikan. Pemrlisan tesis ini
dilakukan untuk memenuhi salah satu s y m
dalam
penyelesaian studi di programMagister Sains pada Program Studi Teknologi Industri P d a n Program
Pascasajana Institut Pertanian Bogor.
Penulis me~yampaikan terimzr kasih kepada komisi pembimbing Ir. M.
Zein Nasution, M.App.Sc. dan Dr.
Ir.
Meika S.R&,
M.Sc. atas =gala petunjuk,bantuan, d m bimbingan selama penelitian
dan
penulisan tesis hi. Ucapan terimakasih juga p n d i s sampaikan kepada :
1. Direktur Program Pasaisarjana Institut Pertanian Bogor.
2. Ketuia clan staf dosen Program Studi Teknologi Industxi Pertanian Program
Pascasarjana IPB.
3. Dr. Ir. Bambang
W,
Nugrohodan
Dr. Ir. Meika S. Rusli, M.Sc. sebagaipimpinan dan anggota pelaksam Proyek Riset Unggulan
T
@
mengenaiInsektisida Botani dari Aglaia spp., yang telah meli'batkm penulis dalam
pelaksanaannya.
4. Ir. Djoko Priyono, M.Agr., Ir. Danar Dono, U S i dan Ir. Edy Syahputra, M.Si.
yang telah memberikan masukan-masukan dalam penyelesaian penelitian dan
penulisan tesis ini.
5. Dr. Ir. Irawadi Jatllaran atas kesedkmya sebagai penguji
6. Pimpinan
cIan
staf L a b o r a t o h Teknologi Kimiadan
LaboratoriumImtmmentasi J t ~ u s a n Teknologi I n d u d Pertanian FATETA IPB, serta
Laboratorium Fisiologi dan Toksikologi Jurusan Hama dan Penyakit
Tumbuha.n FAPERTA IPB yang telah memberikan hilitas selama penelitian.
7. Pimpinan
dan
staf Perpustakaan IPB, CDSAP, PAU, dan PDII LIP1 Jakarta.8. Linda, Fustd,
Nina,
Rink Msthatma, Emi, Tita, Bu N h g , Desi, dan teman-teman di Program Studi Teknologi I n d d Pertanian Program Pascasarjana
(S2) IPB Angkatan '99.
9. Ita dan Ktrres
atas
persahabatan dm pengertiannya.10. P a p , Mama, Ati, Ita, Zai, Kosirn, serta seluruh keluarga atas doa, dorongan,
sernangat, ket&ahaq
d m pengorbanan yang telah dr'berikan demi
keberhasilan penulis.
11. Ibu Barnbang dan keluarga, Ibu Kost d a . keluarga, serta teman-teman di kost
Sawah Baru tahun 1999-2002.
12. Esti, Emits, Firda,
dan
teman-ternan pengguna laboratorium Teknologi KimiaJurusan TIN FATETA IPB, atas bantam dan kerjasamanya.
13. Kepadaa semua pihak yang tehh membmtu p u l i s .
Akhir kata, semoga tesis ini dapat bemanfaat bagi mereka yang
memerlukannya.
Bogor, Mei 2002
Halaman
...
DAFTAR TABEL xi
...
DAFTAR GAii4BAR xii
...
DAFTAR LAMPIRAN xiv
I PENDAHULUAN
...
1...
A
. Latar
Belakang 1...
B.
Tu- &anMad&&
Penelitian 4...
C
. Ruang Liogkup
Penelitian 4...
II TINJAUAN PUSTAKA 7
A
.
Penggunaan Ekstrak Tumbuhan dalam Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT)...
7 B.
Famili Meliaceae Sebagai Salah Satu Sumber Insektisida Botani...
9...
C
.
PotensiA
.
odorata Sebagai Sumber Insektiida 330th 11D
.
Kelornpok Senyawa Aktif Insektisida dari A.
odorata...
13E
.
Ekstraksi Insektisida Botani dari A . odorata dan Faktor-Wor...
yang Mempengaruhi 18
F
.
Pemisahan Fraksi Aktif dari Ekstrak Kasar A.
odorata...
24...
111 METODOLOGI PENELITIAN 30
A
.
WaktudanTempat...
30B
.
BahandanAlat...
30...
C
.
Metode Penelitian 31...
D
.
Prosedur Penelitian 32E
.
Parameter Pengamatan...
35F
.
Rancangan Percobaan...
38IV HASIL DAN PEMBAHASAN
...
...
A
.
HasilProses
Ekstraksidan
P&sahan Fraksi Aktif.
...
B
.
Ekstraksi Insektisida Botani dari A odorata...
1.
Pengaruh Jenis P e Wdan
Nisbah Bahan dengan P e h t...
2
.
Pengaruh Jumlah Tahapan danLama
Ekstraksi3
.
Penganrh Tingkat Kemurnian Pelanrt...
.
...
C
.
Pemisahan Fraksi Aktif dari Ekstrak A odorataD
.
P e r W i a n Komposisi Rokaglamida pada Ekstrak Kasar A.
odorata dan Fraksi Aktifnva
...
V KESIMPULAN DAN SARAN
...
85A
.
Kesimpulztn...
85B
.
Saran...
87Tabel 1. Tabel 2. Tabel 3. Tabel 5. Tabel6. Tabel 7.
Tabel 8.
Tabel 9.
Senyawa tunman rokagalmida yang diisolasi dari aglaia spp. beserta toksisitas insektisidanya
...
15Pengaruh jenis pelarut dan nisbah bahan dengan pelarut terhadap rendemen
ekstrak
A. odorata(%bk)
yang diperoleh dari proses ekstraksi 1tahap
selama 24 jam...
42Pengaruh ekstrak A. odorata (komentrasi 0,25%) yang diperoleh dari proses ekstraksi 1 tahap selama 24 jam dengan perlakuan jenis pel-
dan
nisbahbahan
dengan pel- terhadap mortalitaslarva C. binotalis
...
49Pengamh jumlah tahapan dan lama ekstraksi terhadap rendemen ekstrak
A.
odclrata(%bk)
yang diperolehdati proses ekstraksi
rnenggmakan metanol murni
dan
nisbah bahan dengan pelarut 1:lO...
53Pengaruh ekstrak A. odorata (koflsentrasi 0,25%) yang diperoleh dari proses ekstraksi menggunakan pelarut mumi clan nisbah bahan dengan pelarut 1 :10 dengan perIakuan jumlah tahapan dan
...
lama e k d s i terhadap mortalitas larva C. binotalis 57
Pengaruh
perlakuan tingkat k e d a n pelam terhadap rendemen ekstrak A. &ata yang d i p l e h dari 1 tahap proses ekstraksi...
selama24jarndengannisbahbahandanpelarutl:lO 61
Pengaruh ekstrak A. odorata (komemasi 0,25%) yang diperoleh dari 1
tahap
proses ekstraksi selanaa 24jam
dan nisbah bahan dengan pel- 1 :10 dengm perlakuan tingkat kemurnian pelarut t e r b d q m o mIarva
C. binotalis...
66Pengamh jenis pelarut clan pengulangan proses partisi terhadap rendemen M s i aktif ekstrak kasar A. odorata (%) yang diperoleh
dari
p s e s
partisi selama 6 jam...
70Pengaruh & h i aktif ekstrak kasar A. odorata (konsentrasi 0,25%) yyang diperoleh dari proses partisi selama 6 jam dengan
perlakwn jenis pelarut
dan
pengulangan proses partisi terhadap...
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.
Struktur
k i i a rokaglamida...
13Gambar 2. Hubungan keragaman struktur tunman rokaglamida dan
...
toksisitas insektisidanya 16
Gambar3. Bahan turn- A. odorata yang telah dikeringanginkan
...
selamalohari 33
Gambar 4. Serbuk A. odorata yang siap diekstraksi
...
34Gambar 5. Ekstrak
A.
odorata bebas pelarut...
41Gambar 6. Fraksi aktif yang d i o l e h dari partisi ekstrak A. odorata
...
42Gambar 7. Rendemen ekstrak A. odorata yang diperoleh dari proses ekstraksi 1
tahap
selama 24 jam dengan perlalam jenis pelarut...
dan
nisbah bahan den- pelarut 43Gambar 8. Mortalitas
h a
C. binotalis terhadap ekstrak A. odorata (kommtmi 0,25%) yang diperaleh dari proses ekstraksi 1 tahap selama 24 jam dengan perlakuan jenis pelarut dan nisbahbahan dengan pelatut
...
50Gambar9. Rendemen ekstrak A. odorata yang diperoleh dari proses ekstraksi mmggumkan pelarut metan01 murni
dan
nisbah bahan d e q p p e h t 1:lO dengan perlhan j u d a h tahapandan
lama elcstraksi...
54Gambar 10. Moaalitas larva C. binotalis terhadap ekstfak A. odorata
(konsmtmi 025%) yang dipemleh dari proses ekstralcsi
menggundm pew rmvni dan nisbah bahm
dengan
pelarutl : I O d e n g a n p e r ~ j u m l a h ~ 8 n ~ l a m a e ~ i
...
58Gambar 1 1. Rendemen ekstrak A. odor& y a q diperoleh dari 1 tahap
proses ekstdcsi
selama
24jam
dengan nisbah bahan danpelarut1:lOdenganperlakuantirrgkatkenannianpehrut
...
62Gambar 12. M d i t a s lava C. binotalis terhadap ekstrak A. odorata (konsentrasi 0,25%) yang djperoleh dari 1 tahap proses ekstraksi selama24 jam
dm
nisbah bahan dengan pelarut 1:lO dengan per- tingkatkemurnian
pelarut...
66G a m h 13. Rendemen fbksi &if ekstrak kasar A. odorata yang diperoleh
dari proses partisi selama 6 jam dengan perldcuan jenis pelarut
dan pengulmgan proses w i s i
...
72G a m k 14
.
Mortalitas lama C. binotalis terktdq &iaktif
ekstrak kasarA
.
odurata (konsenQ.asi 025%) yang diperolehdari
proses p h i selama 6 jam dengan perkikwmjenis
p e h t dan pengulmgan proses mi...
75...
.
Gambar 15 Krormtogram HPLC mtuk standar r o m d a 80
.
.
...
Gambar 16 Kromatogram HPLC unttuk ekstralc kasar A odorata 81
Lampiran 1. Diagram alir p e l h a a n penelitian
...
96Lampiran 2.
Diagram
alir proses ekstraksi...
97Lampiran 3. Diagram alir proses partisi
...
98Lampiran 4. Prosedur pemeliharaan serangga uji (Prijono
dan
Hassan1992) dan prosedm pemeliharaan tanaman brokoli
(Pamungkas 1995)
...
99Lampiran5. Prosedur pengujian hayati ekstrak kasar dan fiaksi aktif ekstrak kasar (~harnelis et al. 1998)
...
100Lampiran 6. Analisis statistik pengaruh jeds pelarut dan nisbah bahan
...
dengan pelarut terhadap rendemen ekstrak A. dorata 1 0 1Lampiran 7. Analisis statistik pengamh ekstrak A. odorata dari perlakuan
jenis pelarut dan nisbah b a h n dengan
petarut
terhadap...
m o d i t a s larva C. bimtalis 103
Lampiran 8. A d i s i s statistik pengaruh jumlah &hapan dan lama
...
ekstraksi terhadq rendemen ekstrak A. odorata 106
Lampiran 9. Analisis statistik pengaruh ekstrak A. odomta dari perlakuan
jumlah tahapan dan lama ekstraksi terhadap mortalitas larva C. binotalis
...
108Lampikan 10. Analisis W i k penganrh tingkat kemurnian pelarut
...
terhadapdenmekstrakA.odorata 110
Lampiran 1 I. A d i s i s statistik
penganrh
ekstrak A. odorata dari perlakuantingkat kemurnian pelamt
terhadap
m o r t d h larva C.binotalis
...
11 1Lampiran 12. Analisis statist& pengaruh jenis pelarut dan pengulangan proses partisi tmhadap rendemen M s i aktif ekstrak A. odorata
...
112Lampiran 13. Analisis statistik p e n g h fiaksi aktif ekstrak A. odorata dari perlakuan jenis pelarut
dan
p e n g u l q proses partisiterhadapmortditasIarvaC. binotalis
...
114Lampiran 14. Kromatogram hasil analisis HPLC pada sampel standar
I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu -or yang mempengaruhi produktifitas tanaman yaitu
rnasalah hama dan penyakit. Penanggulangan rnasalah ini telah dilakukan
sejak lama dengan berbagai metode mulai dari penerapan pola rotasi tanam,
penggunaan musuh alami, sampai ke penggunaan bahan-bahan kimia sintetis
dan organik yang lebih dikenal dengan narna pestisida.
Sermgga merupakan salah satu jenis hama yang banyak menyerang
tanaman budidaya yang menyebabkan tingkat produktifitas tanaman menurun
dan bahkan dapat menyebabkan kegagalan panen. Untuk rnengatasi ha1 ini,
banyak petani menggunakan insektisida yang merupakan jenis pestisida yang
digunakan untuk mengendalikan serangga hama. Penggunaan insektisida
khususnya insektisida sintetis telah terbukti berhasil meningkatkan hasil
produksi pertanian dan juga mengendalikan serangga-serangga pembawa
penyakit pada manusia. Akan tetapi, di sisi lain penggunaan bahan-bahan
kirnia sintetis sebagai insektisida selarna bertahun-tahun ternyata
menimbulkan masalah bagi makhluk hidup lain dan lingkungan. Salah satu
contoh yaitu penggunaan
DDT
(Dichloro Diphenyl Trichlorethane). SenyawaDDT tidak dapat terurai di alam sehingga menirnbulkan residu yang semakin
lama semakin bertarnbah, sedangkan dalam siklus rantai makanan
konsentrasinya semakin bertarnbah dalam tubuh makhluk hidup yang berada
pada puncak piramida makanan. Sastroutomo (1 992), mengemukakan bahwa
senyawa DDE (Dichloro Diphenyl Ethane) yang merupakan turunan senyawa
DDT yang berasal dari rnakanan yang tercemar. Kerugian lain dari
penggunaan insektisida sintetis yaitu bila tidak dilakukan secara hati-hati
dapat menyebabkan kontaminasi yang bersifat merugikan pada pengguna
(petani). Dismping itu, penggunaan dalarn jangka waktu yang cukup lama
dapat menyebabkan beberapa jenis serangga atau jasad pengganggu menjadi
lebih resisten, dan adanya residu pada produk hasil panen dapat menyebabkan
keracunan ataupun kematian pada konsumen.
Untuk mengurangi penggunaan insektisida sintetis yang telah diketahui
bersifat racun ini, maka salah satu alternatif yaitu dengan menggunakan
bahan-bahan kimia alam. Bahan-bahan kimia alam yang digunakan sebagai
insektisida yang diperoleh dari tumbuhan disebut insektisida nabati atau
insektisida botani. Beberapa contoh insektisida botani antara lain yaitu
pirenthrin I dan I1 serta cinerin I dan I1 dari bunga Pyrenthrum cinerariefolium
(Ekha 1988), rotenon dari Deris eliptica dan Tephrosia vogelii (Leguminosae)
(Ekha 1988; Rahmaputri 1998; Sinaga 1998), azadirachtin dari Azadirachta
indica A. Juss (Meliaceae) (Naumann dan Isman 1995), rokaglamida dari
genus Aglaia spp. (Meliaceae) (Janprasert et al. 1992; Ishibashi et al. 1992;
Nugroho dan Proksch 1999a), dan ekstrak dari beberapa tumbuhan seperti
babadotan (Ageratum conyzoides L.; Asteraceae), bengkuang (Pachyrrhyzuas
erosus Urban; Leguminosae), serta bitung (Barringtonia acutangula BL.;
Lecythidaceae) (Kardinan 2000).
Seperti yang telah dikemukakan di atas, tumbuhan Aglaia spp.
yang dapat digunakan sebagai insektisida. A. odorata banyak terdapat di
Indonesia sebagai komponen penyusun hutan tropis. Genus Aglaia lain yang
juga dapat digunakan sebagai sumber insektisida yaitu A. elliptica, A.
harrnsiana, A. odoratissirna, A. aspera, dan A. duperreana yang mengandung
senyawa yang sarna yang mampu menghambat pertumbuhan dan mematikan
hama Spodoptera littoralis, Peridroma saucia, Plutella xylostella, dan
Crocidolomia binotalis (Janprasert et al. 1992; Ishibashi et al. 1992;
Pamungkas 1995; Hartati 1995; Nugroho et al. 1997; Diana 1998; Lina 1999;
Wardani 1999; Puspitasari 1999; Nugroho dan Proksch 1999a).
Selain penggunaan ekstrak A. odorata sebagai insektisida, penggunaan
senyawa tunggal yang bersifat aktif insektisida yang diisolasi menggunakan
teknik kromatografi juga telah diteliti. Namun untuk pengembangan senyawa
murni ini ke skala produksi, teknik kromatografi menjadi tidak ekonomis
karena memerlukan biaya yang cukup besar. Pemisahan senyawa aktif
menggunakan teknik partisi dapat dilakukan sebagai alternatif untuk
mengatasi permasalahan di atas. Kelemahan teknik partisi
ini
yaitu senyawayang diperoleh bukan senyawa tunggal, tetapi merupakan kelompok senyawa
yang dari penelitian sebelumnya telah diketahui bersifat aktif sebagai
insektisida. Kelompok senyawa ini disebut juga fiaksi aktif. Penggunaan
fiaksi aktif yang terdiri dari kelompok senyawa rokaglamida dan turunannya
dapat meningkatkan efektifitas dan efisiensi penggunaannya sebagai
insektisida. Oleh karena itu perlu diteliti mengenai teknologi produksi dengan
rendemen ekstrak dan fi-aksi aktif yang tinggi serta aktif sebagai insektisida,
yang diharapkan dapat dikembangkan secara komersil.
B. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan rancangan
teknik produksi insektisida botani dari A. odorata. Tujuan khusus penelitian
ini terdiri dari dua yaitu 1) untuk mengetahui kondisi operasi ekstraksi
insektisida botani dari A. odorata yang sesuai, dan 2) untuk mengetahui
kondisi operasi partisi fiaksi aktif dari ekstrak A. odorata yang optimal.
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi mengenai
kondisi proses ekstraksi A. odorata dan pemisahan fraksi aktif dari ekstrak
menggunakan teknik partisi yang berpotensi untuk dikembangkan secara
komersial.
C. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini mencakup proses ekstraksi dan partisi fiaksi aktif
insektisida (senyawa rokaglamida d m turunannya) dari A. odorata. Parameter
pengamatan kedua proses ini terdiri dari rendemen, keaktifan ekstrak dan
fi-aksi aktif (nilai mortalitas larva), serta kadar rokaglamida dalarn ekstrak dan
fi-aksi aktif dari kondisi proses terpilih menggunakan HPLC.
Pada proses ekstraksi, peubah proses yang diamati adalah penggunaan
jenis pelarut, nisbah bahan dengan pelarut, jumlah tahapan ekstraksi dan lama
ekstraksi, serta tingkat kemurnian pelarut yang menghasilkan rendemen
botani dari A. odorata menggunakan teknik ekstraksi pelarut (ekstraksi padat-
cair). Pengamatan terhadap peubah-peubah proses dibagi dalarn 3 tahap.
Tahap I dilakukan proses ekstraksi 1 tahap selama 24 jam dengan melihat
pengar& perkhan jenis pelarut dan nisbah bahan d e w pelarut. Jenis
pelarut dan n i s W bahan dengan pelarut yang menghasilkan ekstrak dengan
rendemen
dan
k e a k t h terbaik digunakan pada tahap 11. Pada tahap I1dilakukan ekstraksi untuk rnelihat pengaruh perlakuan jumlah tahapan dan
lami ekstdcsi H a i l terbajk yang diperoleh dari
tahap
I1 yaitu jurnlah tahapanclan lama ekstraksi yang m e n g h a s i h rendernan terbanyak dan keaktifan
ekstrak tertinggi digunakan pada tahap 111. Pada tahap I11
dilakukan
ekstraksiuntuk melihat pengaruh tingkat kemurnian pelarut (pelarut
m d , pelarutteknis, dan p e k t teknis rededilasi) terhadap rendernen dan keaktifan ekstrak.
Peubah-peubah proses yang rnenghasilkan rendemen ekstrak terbanyak dan
mempunyai keaktifan yang paling baik sebagai insektisida, digmakan untuk
memproduksi ekstrak yang akan digunakan
Ekstrak A. odorata yang diperoleh dari proses ekstraksi menggwdm
kondisi proses terbaik kemudian dilakukan pemisaban fraksi aktif
menggunakan teknik partisi (ekstraksi cair-cair). Peubah yang diamati pada
proses partisi ini yaitu jenis pelarut
dan
jurnlah pengulangan proses. Jenispelarut dan jumlah pengulangan proses yang p a l i i baik ditentukm dengan
melihat banyaknya rendemen dan tingginya k e a k t i h fkaksi aktif yang
dipero leh
Keaktifan semua ekstrak dan fiaksi aktif insektisida yang dihasillcan
koasentrasi 0,25%. Persentase akumulasi jumlah larva yang m t i selama 3 hari
pengaxnatan setelah aplikasi mmmjukkan tingkat keaktifan
ekstrak
dan fiaksiaktif. SedSedangkan pengukuran kadar
rokaglarnida
yang mempakan komponenutama insektisida botani
dari
A.
odoratu dilakukan pada ekstrak dan M s iaktif yang dihasilkan dari kondisi proses terpilih menggunakan HPLC.
Analisis HPLC dilakukan juga pada senyawa standar rokaglamida yang
hasilnya digunakan sebagai patokan untuk menginterpretasikan hasil analisis
11.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Penggunaan Ekstrak Tumbuhan dalam Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OFT)
Penggunaan pestisida sintetis yang tidak efisien merupakan bahaya
besar terhadap ekosistem, dan dapat menyebabkan hama d m penyakit sasaran
menjadi resisten, disamping membunuh hewan-hewan bukan sasaran (Ekha
1 988). Suprapta (2000) dalam web site-nya mengemukakan bahwa ternyata
pestisida sintetis menyebabkan keracunan pada manusia, dan pencemaran
lingkungan (tanah, air dan udara). Penelitian-penelitian terbaru memberikan
informasi bahwa beberapa pestisida sintetis seperti Asefat, Dimetiot, BHC,
Kaptan, dan Paration bersifat karsinogenik (Riza dan Gayatri 1994). Hal-ha1
inilah yang menyebabkan dicarinya alternatif untuk mengurangi penggunaan
pestisida sintetis, salah satu cara yaitu penggunaan bahan-bahan alam sebagai
pestisida yang lebih dikenal dengan biopestisida.
Sudarmo (1 99 1) menggolongkan pestisida menjadi bermacam-macam
sesuai fungsi dan asal katanya, yaitu akarisida (membunuh tungau), algisida
(membunuh alga), avisida (membunuh burung), bakerisida (membunuh
bakteri), fkngisida (membunuh jamur), herbisida (membunuh gulma),
insektisida (membunuh serangga), larvisida (membunuh larva), molluksisida
(membunuh siput), nematisida (membunuh cacing), ovisida (membunuh
telur), pedukulisida (membunuh kutdtuma), piscisida (membunuh ikan),
rodentisida (membunuh hewan pengerat), predisida (membunuh predator)
merupdcan salah satu jenis pestisida yang banyak digunakan baik dari jenis maupun jumlahnya karena sebagian besar hama bagi tanaman adalah
serangga Sarnpai saat ini, insektisida sintetis merupakan pilihan utama dalam
mengendalikan serangga hama. Pengaruh b u d dari penggunaan insektisida
sintetis ini, menyebabkan biopestisida khususnya bioinsektisida menjadi
pilihan alternatif
Environmental Protection Agency (EPA) Arnerika Serikat (2001) dalam
web site-nya mendesnisikan biopestisida (biological pesticide) atau dikenal
juga dengan pestisida alami, y&u pestisida yang diperoleh dari bahan-bahan
alam seperti dari hewan, tumbuhan, bakteri, d m
beberapa
jenis mineraltertentu. Pada akhir tahun 1998, orgdsasi hi mend- sekitar 175 jenis
bahan aktif biopestisida dan 700 jenis produknya yang beredar di pasaran.
EPA Amerika Serikat (2001) menggolongkan pestisida alami menjadi
tiga jenis y a i . pestisida mikrobial, pestisida botani,
dan
pestisida biokimia.Pestisida mikrobial terdiri dari rnikroorganisme atau hasil metabolismenya
sebagai bahan aktif; pestisida botani me;rupakan senyawa pestisida yang
diekstrak
dari
tumbuhan, sedangkan pestisida biokimia merupakan senyawaalami yang &pat mengendalikan hama dengan mekanisme non-toksik
misalnya hormon seks serangga (feromon). Sebagian besir pestisida alami
terdiri dari insektisida alami, seh.ingga penggolongan tadi mendcup juga
penggolongm insektisida alarni.
Menurut Sastmtrtom (1992) dan Sitepu et al.. (1999), insektisida
botani merupakan senyawa beracun yang mengandung bahan aktif tunggal
pengendafian organisme pengganggu (serangga). Berdasarkan sejarah, bahan-
bahan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan sudah digunakan lama sekali
sebelum insektisida gobngan lainnya (kecuali sulfur) digunakan. Beberapa
bahan t u m m seperti tembakau, pire- deris, helebor, kasia, kamper, dan
terpentin sudah lama sekali digudcan sebelum inselctisida sintetis ditemukan
(Sastroutomo 1992).
Inselctisida alami mempunyai beberapa kemtmgan dalam
pengguoaannya yaitu tidak berbahaya dibandingkan dengan yang sintetis,
hanya berpengaruh terhadap hama target dan organisme-organisme yang
berhubungan dekat, efkktifpada jumlah yang sedikit
dan
cepat terdekomposisisehingga dapat menghindarkan terjadinya pencemaran, dan
dapat
rnengurangipenggunaan insektisida sintetis serta meningkatkan h i 1 p m(EPA 2001).
Keuntungan-keuntungan yang diberikan oleh pengg- ekstrak
tumbuhan sebagai insektisida serta cimpak-dampak negatif yang ditimbulkan
oleh penggunaan insektisida sintetis mernacu penelitimpenelitiitn ke arah
penemuan dan produksi senyawa-senyawa alami (ekstrak tumbuhan) yang
mempunyai aktifitas sebagai insektisida, serta penggmaamya dalam
mengontml organisme pengganggu tamman.
B. Famili Meliaceae Sebagai Salah Satu Samber Insektisida Botani
Penelitian terhadap tumbuhan fkmili Meliaceae sebagai sumber
insektisida botani telah dimulai dengan pengg- ekstrak biji mimba
(Azadiracha indica A. Juss) yang sampai sekarang telah d i k e d luas sebagai
aktifitas sebagai insektisida yang diperoleh dari tumbuhan tersebut (Morgan
dan Wilson 1985; Schmutterer 1995; Naumann
dan
Isman 1995). Salah satujenis tumhuhan famili Meliaceae yang juga telah diteliti keaktib ekstraknya
yaitu A. dorata dan menunjukkan hasil yang positif. Chiu (1985) pertama
kali melaporkan bahwa ekstrak daun pacar culan (A. odorata Lour.) memiliki
s&t penghambat &an dan patumbuhara ulat kubis Pieris rapae.
Selanjutnya, Ishibashi et al. (1992) berhasil mengidentifikasikan senyawa
kimia yang mempunyai keaktifan insektisida tersebut, yang sebehunnya oleh
King et al. (1985) telah dipatenkan pada U S Patent & Trademark Ofice dengan n o m r 4,539,414 yaitu mkaglamida dan senyawa tummnya.
Pengujian hayati oleh Ishibashi et al. (1992) dilakukan pada ulat tanah
Peridroma saucia.
Jenis tumbuhan Aglaia spp. s h i n A. odorata yang juga telah diteliti
kandungan serta keaktih ekstdnya sebagai insektisida yaitu A. elliptica, A.
harmsiana,
A.
duperreana, A. elaeagnoidea, A. aspera,dm
A. oalorattisima.Ekstrak pelarut dan senyawa-senyawa aktif yang berhasil diblasi dari ekstrak
pelarut hunbuh-tumbuhan tersebut menunjukkan hasil yang positif (Janprasert
et al. 1992; Ishibashi et al. 1992; Pamungkas 1995; Hartati 1995; Nugroho et
al. 1997; Diana 1998; Lina 1999; Wardani 1999; Puspitasari 1999; Nugroho
dan Proksch f999a). Jenis tumbuhan h i l i Meliaceae yang juga mempunyai
keaktifan sebagai insektisida yaitu genus Dysoxylurn dan Trichilia
C.
PotensiA.
oalorcrdtz sebagai Sumber Insektisidmt BotaniAglaia spp. merupakan salah satu komponen pen- hutan hujan
tropis (Pant~11 1992). Genus Aglaia merupakan
salah
satu
dari enam genusterbesar famili Meliaceae dan terdiri dari sekitar 100 spesies (Porter 2000).
Menurut Satosook et al. (1992), genus Aglaia terdiri
dari
130 spesies,sedangkan The New York Botanical Garden (2001) &lam web site-nya
mendaftar sekitar 50 spesies genus Aglaia. Genus ini terdapat di daerah Indo-
Malaysia yaitu daerah yang terdiri dari India, C h Selatan,
dan
Asia Tenggaratermask Indonesia, juga menyebar siimpai ke Fiji dan Samoa di kepulauan
Pasifik (Butkill 1935; Porter 2000).
A. odorata diperkirakan berasal dari Cina, namun sudah lama
dibudidayakan dan W p t a s i dengan iklim tropik Indonesia.
Di
Indonesia,A. odorata dikenal juga dengan sebutan lokal antara lain pacar cina, kemuning
cina (Indonesia); culan, cacar
cino
(JawdSunda); bhangcar cena (Madwa)(Suryowinoto 1995). Aglaia dapat diperbanyak dengan pemgkokan atau
dengan biji,
dan
dapat tumbuh hampir di semua ketinggian tempat (10-1300meter dpl) khususnya di tempat-tempat terbuka dm terkena sinar matahari
langsung (Suryowinoto 1995; Kardinan 2000).
Di Indonesia kegunaan Aglaia cukup beragam, namun kebanyakan
digmakan sebagai obat-obatan tradisionaL
Secara
tradisional, daun Aglaiadigunakan sebagai obat penghilang bau
badan,
mencret, luka, dan pendarahanyang berlebihan waktu datang bulan. SeIain itu, buahnya digunakan sebagai
obat gatal-gatal (Kardinan 2000). Menurut Nugn,ho et al. (1997) A. odorata
Tenggara. Bunga Aglaia spp. digunakan untuk me- teh dan
pakaian (Wijayakusuma et al. 1996). Beberapa jenis tumbuhan Aglaia
dhadhatkan juga bagian kayunya sebagai
bahan
bangunan pada beberapadaerah di Indonesia (Heyne 1987; P m l l 1992). Kegunaan
lain dari A.
odorata
p g
sedang diteliti sekitar dua dasawarsa ini yaitu ekstrak pelaruttumbuhan ini yang dapat digunakan sebagai insektisida. Ekstrak berbagai
spesies Aglaia antara lain dari tiga spesies yang ada di Indonesia yaitu A.
odorata,
A.
elliptica, dan A. hannsiana telah diteliti mengardung senyawaaktif rokaghida
dan
turunannya yang bersifat insektisida (Ishibashi et al.1992; Janptasert et al. 1993, Nugroho et al. 1997; Nugroho
dan
Proksch1999a).
Dilihat dari &or biologi ekologi dan kemudahan tumbuhan Aglaia
dibudidayakan, maka produksi insektisida botani dari tumbuhan ini cukup
berpotensi ulltuk dikernbangkan. Hal ini didukmg juga oleh Ewete et al.
(1996) yang mengernukakan bahwa A. odorata merupakan salah satu bahan
yang menjanjikan sebagai insektisida berdasarkan hasil-basil penelitian yang
ia peroleh. Menurut Kis-Tamas (1 9W), knis tumbuhan yang dapat digunakan
untuk praduksi insektisida botani mempunyai k a r a k t d i k yaitu bersifat
rnenahun, mudah dibudidayakan (cepat tumbuh dm daya tahan yang baik),
ti& memerlukan keahlian khusus dalarn pembudidayaan, ti& menjadi
gulma atau inang organisme pengganggu tanaman, mudah dipanen, biaya
penanaman yang murah, dan memiliki kegunaan yang lain yang bernilai
ekonomi. Sedangkan ekstrak atau senyawa aktif yang diperoleh dari tumbuhan
kisaran yaag luas, tidak berbahaya bagi tanaman, hewan dan manusia, tidak
merusak lmgkmgan, mudah diekstrak, difbrmulasi, atau penggunaamya tidak
memerluka k d i a n yang tinggi, tidak memerlukan peralatan yang mahal,
clan hasil sunping dapat
digunakan
sebagai pupuk.D. Kelompok Senyawa Aktif Insektisida dari A. odorata
Kelompok senyawa aktif yang terkandung dalarn A. odorata yaitu
senyawa rokaglamida dm ixmmamya, Rokaglamida dan senyawa tumnamya
merupakan sekehmpk senyawa benzokan hasil metabolit sekunder yang
diisolasi dari tumbuhan Aglaia spp. (Meliaceae) yang bersiEit aktif insektisida
terhadap beberapa jenis organisme gengganggu tanaman seperti hama
Spodoptera littoralis, Perihoma saucia, Plutella xylostella, dan Crocidolomia
binotalis (King et al. 1 985; Chiu 1985; Janprasert et al. 1 992; Ishibashi et al.
1992; Satosook et al. 1992; Pamungkas 1995; Hartati 1995; Nugroho et al.
1997; Prijono 1998, Dono et al. 1998, Charnelis et a]. 1998, Diana 1998; Lina
1999; Wardani 1999; Puspitasari 1999; Nugroho dan Proksch 1999a). Struktur
k i i a rokrtghmida atau cyciopentatetrahydro(b)benzo~ dapat dilihat pada
Gambar
1 (Nugrohodan
Proksch 1999a).b c ~ ~
Ishibashi et al. (1992) yang melakukan isolasi ekstrak metanol daun A.
odorata medapatkan empat senyawa aktif termasuk rokaglamida yaitu
desrnetilrokaghida, metil rokaglat, dan rokaglaol. Nugroho et al. (1997)
kemudian berhasil mengisolasi lirna senyawa aktif baru dari ekstrak rnetanol
ranting A. duperreana yaitu turunan hidroksi C-3' dari rokaglamida, turunan
0-asetil dari rokaglamida, twunan metokd C-3' dari mkaglamida, dan d m
senyawa lain yang mempunyai sifat yang agak berbeda karena mempunyai
cincin piridin pada rumus struktur molekulnya.
Perkembangan terbaru hasil penelitian Nugroho dan Proksch (1999a)'
dipxoleh 31 senyawa murni huwtan rokaglamida dari ekstrak aseton dan
metanol empat jenis Aglaia spp. yaitu A. odorata, A. elliptica, A. hannsiana,
dan A. dupemeana yang be& dari Indonesia dan Vietnam, yang hampir
semuanya d l i k i aktifitas sebagai insektisida pada larva Spdoptera
littoralis. Khusus untuk A. odorata telah berhasil diidenWkasi 15 senyawa
turunan rokaglamida dan 14 di antaranya bersifat insektisida (Nugroho dan
Proksch
1999b). Proksch et al. (2001) berhasil mengidentifikasikan 52senyawa lmman rokaglamida, tetapi tidak semuanya dapat digumkan sebagai
insektisida. Tabel 1 memperlihatkan 31 senyawa tunuaan rokaglamida
terms& rokaglamida (nomor 1) yang telah berhasil diisolasi dari Aglaia spp.
Tabel 1. Senyaw tunman rokaglamida yang diisolasi dari Aglaia spp. beserta toksisitas insektisidanya.
OH H
Q dm Roksch 1999% Nugmho dan prdc!
B e r k k a n Tabel 1, gugus RI, R2, R3, dan % yang berikatan dengan
senyawa rokaglamida mempunyai peranan pemting
daZam
menenhkankeaktih senyawa tersebut sebagai insektisida Tabel 1 memperlihatkan
bahwa yang mmntukm keaktih senyawa sebagai k k t i s i d a yaitu gums
hidroksi (OH) pada R4. Bila gugus hidroksi diganti dengan gugus etoksi
(OCzH5) a- gugus metoksi (OCH3), m a . senyawa tidak mempunyai
[image:176.499.42.453.94.691.2]Gambar 2. G a m k 2 memperlihatkan hubungan keragaman struktur turunan
rokaglamida
dan
tohisitas insektisidanya (Nugroho dan Proksch 1999%Proksch 2001).
1
R5; Hon; OGHs
-
= TOM- -1 b~nbsh O-RhmnoseGambar 2. Hubungan Keragaman Stnrktrn Turunan Rokaglamida
dan
Toksisitas Insektisidanya.Berdasarkan Gambar 2, senyawa-senyawa tunman rokaglamida
semakin bersifkt aktif sebagai insektisida bila gugus
R1 dan
% semakin polaratau mengikat gugus hidroksi (OH),
dan
k e a k t k berkurang bila pada ski R1terikat gugus asetil. Bila dilihat pada gugus R2, senyawa akan semakin aktif
bila gugus yang berikatan merupakan senyawa yang terdiri dari atom C, 0, N
clan H, dengan jumlah atom C yang semakin sedikit. Senyawa akan semakin
aktif bib gugus R3 hanya mengikat atom H saja. Namun yang paling
menentukan keaktifan senyawa turman rokaglamida yaitu gugus yang terikat
[image:177.495.36.432.26.558.2]Mekanisme
aktifitas
rokaglamida dan hmmannya sebagai insektisidapada
tubuh
setzutgga sampai saat ini belum diketahui, raamun hasil penelitiandari Proksch et al. (2001) yang melakukan uji pada kultur sel manusia (War
transkrispsi NF-kB) dan =tor transkripsi DORSAL pada lalat Drosophila,
diperoleh i n f o m i bahwa kemungkinan senyawa rokaglamida dan
tunmannya terlibat dalam perkembangan ontogenetik dan imunitas (kekebalan
tubuh). Jadi ada kemungkinan bahwa senyawa rokaglamida
dm
tusunannyabersifat sebagai penghambat faktor transkripsi NF-kE3 (merighambat
pengaktifan gen yang diinduksi oleh NF-kB) yang berperan dalam
perkernbangan ontogenetik clan imunitas.
Pada aplikasinya, senyawa aktif rokaglamida bersifat sebagai
antifedmf (peqhambat aktifitas makan), penghambat pertutnbuhan, dan
pembunuh larva (Janprasert et al. 1992; Ishibashi et al. 1992; Pamungkas
1995; Hartati 1995; Nugroho et al. 1997; Prijono 1998, Dono ef al. 1998,
Charnelis et al. 1998, Diana 1998; Lina 1999; Wardani 1999; Puspitasari
1999; Nugroho dan Proksch 1999a). Senyawa tunman rokaglamida (metil
rokagk) bersifkt antifbngal pada j a m Cladosporim ~ ~ ~ ~ ( r n e r i m c m (Fuzzati
et al. 1996). Selain itu, rokaglamida pada penggunaan 0,5-1 kg/ha dapat
digunakan sebagai herbisida untuk membunuh beberap jenis rumput liar dari
kelas monokotil dan dikotil (Anonirn 2001).
Penggunaan ekstrak kasar Aglaia memprlihatkan sifkt insektisida pada
penggmam dengan konsentrasi yang lebih tinggi di'bandjngkan dengan
penggunaan ekstrak yang lebih murni. Ewete et al. (1996) mengemukakan
rokaglamida
pada
konsentrasi 0,125 ppm. Dengan demikian diperlukan prosespemurnian ekstrak kasar AgIaia untuk mendapatkan ekstrak yang lebih murni
yang mempunyai keaktifan yang lebih tinggi.
E.
Ekstraksi Inselctisida Botani dari A odorata dan Faktor-faktor yang MempengaruhiM e m t Kacdinan (2009, insektisida botani dapat diperoleh dengan
beberap cara yaitu 1) pengemsan, penumbukan, pembakaran, atau
pengepresan untuk menghasilkan produk berupa t q q , abu, atau pasta; 2)
rendaman untuk produk ekstrak; dan 3) ekstraksi dengan menggunakan bahan
kimia pelarut disertai perkhan khusus. Pada penelitian ini, pembuatan
insektisida botani dilakukan dengan cara ekstraksi, dengan mengujicobakan
berbagai perlakuan pada proses ekstraksi untuk mendapatkan kondisi proses
yang menghasilkan rendemen dan keaktif'aii tertinggi dengan tingkat
kemurnian tertentu.
Ekstraksi merupakan metode pemisahan satu atau kbih senyawa yang
diinginkan
dari
larutan ataupadatae
yang mengandung camp- senyawa-senyawa tersebut secara fisik maupun kimiawi. Proses ekstraksi secara kirnia
dilakukan d qmerig& pelarut seperti air, alkohl, eter,
dan
asetonParker (1994) metlambahkan bahwa pada proses ekstraksi, padatan atau
larutan
akan
kontak dengan cairan pelarut sehingga padatan atau larutan yanglebih mudah berikatan dengan pelarut
akan
larut &lam pelarut sehingga dapatdipisahkan dari bahan asalnya.
Kelarutan suatu senyawa dalam pelarut tergantung pada gugus-gugus
(alkohol) dan karbonil (keton) tennasuk pel- polar, sedangkan hidrokarbon
terrnasuk dalam pelarut nonpolar. Senyawa-senyawa yang polar akan larut
dalam pelarut polar
sedangkan
senyawa yang nonpolarhanya
l a m dalampelarut nonpolar. Senyawa ttmmm rokaglarnida yang memiliki keaktifan yang
tinggi, pada umumnya memiliki gugus polar dan nonpolar
dan
berdasarkanhasil penelitian sebelumnya, ekstraksi dengan aseton menghasillran ekstrak
yang merniliki keaktifan lebih tinggi dibandingkan dengan ektraksi
m e n g e rnetaml, etanol, ataupun heksan yang sama sekali tidak
menunjukkan keaktian (Puspitasari 1999; Nugroho
dan
Proksch 1999a).Faktor-&tor yang mempengamhi proses ekstraksi meniurut Wijesekera
(1991) terdiri dari pembengkakan partikel atau bahan yang akan diekstrak,
proses difusi, pH, &man partikel, suhu, dan jenis pelarut. Sedangkan Marwati
(1999) mengemukakan bahwa hal-hal yang terutama paling berpengaruh
dalam proses ekstraksi yaitu ukuran @el dan pemilihan pelarut.
Pembengkakan partikel atau bahan berpengaruh terhadap perlakuan
awal dan
alat
yang dig-tmha Partikel akan membengkak sebesar dua sampaitiga kali ukuran semula bila partikel atau bahan tersebut dilarutkan dalam
pelarut. Dalam sistem ekstraksi tertutup misalnya pada perkolasi atau ekstraksi
kontinyu,
ha1
ini dapat menimbulkan semacarn ledakan karena membesarnyavolume bahan secara tiba-tiba (Wijesekera 1991). Oleh katena itu pelarutan
bahan ddam pelanit sebelurn proses ekstraksi perlu dilakukan. Data j d a h
bahan yang larut pada pelarut tertentu dapat dijadikan dasar
untuk
menentukanNisbab j d a h
bahan
dengan pel- berpengaruh terhadap rendemenekstrak. Hal ini dilaporkan oleh Sinaga (1998) dari hail pemlitiannya dalam
mengekstrak pestisida
botani
dari Tephrosia vogelii. Belum diperolehinformasi mngewi pengaruh
nisbah
jwnlah bahan dengan pelarut terhadapkarakteristik ekstrak insektisida botani dari Aglaia spp., namun dari beberapa
sumber dapat diperoleh informasi mengenai penggunaan nisbah tersebut.
Diana (1 998) menggumkan nisbah 1 :5 (b:v)
untuk
mengekstrak senyawa aktifdari A. hannsiana, sedangkan Dono dan Prijono (1998) menggunakm nisbah
1:8,5
untuk
ekstraksi pada turn- yang sama. Prijono (1998) dan Lina(1 999) menggunakan
nisbah
1 : 10 untuk tujuh spesies h i i l i Meliaceae.Dalarn proses ekstraksi terjadi peristiwa d i h i , yaitu masuknya pelarut
ke dalam sel bahan
lcarena
perbedm tekanan. Pelarut yang rnasuk ke dalamsel bahan temebut akan melarutkan senyawa bila kelarutan senyawa yang akan
diekstrak sama dengan pelarut (Wijesekera 1991). Nilai pH dapat
memaksimunnkan proses ekstraksi, nmun hal ini dipengaruhi juga oleh
kemmnpuan i o h i dari senyawa yang akan die- (Houghton dan Raman
1998). Menurut Wijesekera (1991), pH berperan penting dakw selektifaas.
Hal yang perlu diperhatikan yaitu senyawa yang akan diekstrak tidak boleh
tennai
pada
kondisi dengan nil& pH tertentu.Secara
umum
lebi. mudah mengekstrak senyawa slam dari bahan yang berbentukbubuk
halus, namun ha1 ini tergantung pa&a jenis senyawa dan pelarut yang digunakan (Wijesekera 1991). Pruthi (1980) d a b Marwati(1999) melaporkan bahwa
untuk tujuan ekstraksi,
rnaka perlu dilakukani n f o m i mengenai pengaruh ukuran partikel
bahan
untuk ekstraksi senyawaaktif dari tumbuhan Aglaia spp. terhadap rendeman hasil ekstraksi, narnun
beberapa penelitian menggunakan ayakan berjalinan 1 mm (Diana 1998;
Wardani 1999) atau ayakan 0,s rnm (Dono dan Prijono 1998; Lina 1999)
4 mendapatkan bubuk halus bahan.
Kelamtan fllatu senyawa dalarn pelarut
akan
meningkat denganpeningkatan suhu yang akan mempermudah penetrasi pelarut ke dalam sel
bahan.
Narmrn penggunaan suhu yang tinggi akan menyebabkan kehilangan(loss) pada senyawa-senyawa tertentu yang tidak stabil pada keadaan tersebut
(Houghton
dan
Raman 1998). Pada umumnya ekstraksi senyawa aktif daribagian tumlxlhan Aglaia spp. dilakukan pada suhu ruang.
Jenis pelarut yang digunakan dalam proses ekstraksi akan
mempengaruhi jemis bahan yang akan terekstrak. S&t pelarut yang penting
terutarna yaitu kepolaran pelarut. P e h t nonpolar akan mengekstrak senyawa
nonpolar, demikian juga sebaliknya pelarut polar
akan
mengekstrak kornponenpolar pada
bahan
Pemilihan pelarut untuk ekstraksiharus
disesuaikan dengansenyawa
&if
yang dikandungbahan,
disamping itu juga harus dilihat darisegi ekonominya (Marwati 1999).
Mutu pelarut yang digunakan
dalam
proses ekstraksi m e n m Guenther(1988) nxmphm Edktor yang paling mmetltukan berhasilnya suatu proses
ekstraksi. Pelarut yang ideal harus memiliki s p a t yaitu 1) pelarut
harus
dapatmelarutkan semua komponen yang die- dengan cepat
dan
sempurna, 2)pelarut hams mempunyai titik didih yang rendah agar pelarut mudah diuapkan
pelarut hams bersifht inert sehingga tidak mudah bereaksi dengan komponen
yang diebtmk, 5) pelarut harts mempunyai titik didih yang seragam sehingga
jika diuapkan tidak &an tertinggal dalam bahan, 6) harga pelarut hams
serendah -in serta tidak mudah terbakar.
Ekstraksi senyawa aktif rokaglamida dari tumbuhan Aglaia spp. telah
banyak dilakukan dengan menggumkan berbagai jenis pelarut. Wardani
(1 999) rnenggmdm pelarut, aseton dan etanol untuk rnengekstrak insektisida
botrmi tersebut.
Hasil
penelitiamrya menunjukkan W w a etano1 menghasilkanekstra