• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perancangan Proses Ekstraksi Bahan Aktif Insektisida Botani dari Aglaia odorata Lour

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perancangan Proses Ekstraksi Bahan Aktif Insektisida Botani dari Aglaia odorata Lour"

Copied!
282
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
(21)
(22)
(23)
(24)
(25)
(26)
(27)
(28)
(29)
(30)
(31)
(32)
(33)
(34)
(35)
(36)
(37)
(38)
(39)
(40)
(41)
(42)
(43)
(44)
(45)
(46)
(47)
(48)
(49)
(50)
(51)
(52)
(53)
(54)
(55)
(56)
(57)
(58)
(59)
(60)
(61)
(62)
(63)
(64)
(65)
(66)
(67)
(68)
(69)
(70)
(71)
(72)
(73)
(74)
(75)
(76)
(77)
(78)
(79)
(80)
(81)
(82)
(83)
(84)
(85)
(86)
(87)
(88)
(89)
(90)
(91)
(92)
(93)
(94)
(95)
(96)
(97)
(98)
(99)
(100)
(101)
(102)
(103)
(104)
(105)
(106)
(107)
(108)
(109)
(110)
(111)
(112)
(113)
(114)
(115)
(116)
(117)
(118)
(119)
(120)
(121)
(122)
(123)
(124)
(125)
(126)
(127)
(128)
(129)
(130)
(131)
(132)
(133)
(134)
(135)
(136)
(137)
(138)
(139)
(140)
(141)
(142)
(143)
(144)
(145)
(146)
(147)

PERANCANGAN PROSES EKSTRAKSI

BAHAN

AKTIF INSEKTISIDA BOTANI

DARI

Aglaia odorata

LOUR.

OLEH

:

ARIEF TASRLG

NUR

GOMO

PROGRAM PASCASARTANA

INSTlTUT

PERTANIAN

BOGOR

(148)

ARIEF TASRIG NUR GOMO. Perancangan Proses Ekstraksi Bahan Aktif Insektisida Botani dari Aglaia odorata Lour. Dibimbing oleh W A M M A D

ZEIN NASUTION

dan

MEIKA SYAHBANA RUSLI.

Aglaia d o r a t a Lour. (Meliaceae) merupakan salah satu sumber baru

penghasil insektisida botani. Ekstrak bagian tanaman ini dilaporkan mempunyai a k t i h insektisida terhadrtp

faama Spdoptera littoralis, Peridromu saucia,

Plutella xylostella,

dan

Crocidolonzia binotalis. Senyawa-senyawa aktif yang terkmdung dalam ekstrak A. odomta terdiri dari rokaglamida dan turunannya. Hasil penelitian menyebutkan bahwa aplikasi secara tunggal senyawa rokaglamida memiliki aktiffias setara dengan azadirachtin, selain

itu

senyawa tumnamya juga mempunyai aktifitas sebagai insektisida.

Ekstraksi merupakan cara untuk memperoleh insektisida botani dari A. odorata. Proses ekstraksi menghasilkan ekstrak kasar yang mengandung rokaglamida dan tmmannya yang merupakan bahan &if insektisida. Fraksinasi ekstrak kasar menggunakm teknik partisi dapat menghasilkan ekstrak yang lebih murni atau disebut juga W s i &if. Fakor-fhkor yang mempengaruhi proses ekstraksi dan partisi dapat mempengaruhi rendemen hasil

dan

keaktifan ekstrak yang diperoleh T u j w pemlitian ini yaitu untuk mend- jenis pelarut, nisbah bahan dengan p e h t ,

jumlah

m a n , lama ekstraksi,

dan

tingkat kemurnian pelarut yang dapat menghasilkan ekstrak dengan rendemen dan

aktifm tertinggi, serta untuk mendapatkan jenis pelaaut dan perlu tidaknya pengulangan proses partisi ekstrak dari kondisi terpilih

untuk

memperoleh M i yang memiliki rendemen dan aktifitas terthggi. Keaktih ekmdc dan fkaksi &if

diuji pada larva instar I1 C. binotalis, sedangkan analisis menggunakan HPLC dilakukan untuk mengukur kandungan bahan aktif (rokaglamida) pada ekstrak dan M s i aktif.

B e r k k a n hasil penelitian diperoleh bahwa penggunaan pelarut metanol menghasilkan ekstrak dengan jurnlah rendemen paling

k

(4,87

%bk)

dan keaktifan ekstrak yang paling tiaggi (nilai mortditas larva 18,67 %) dibandingkan menggunakan etanol maupun aseton Penggunaan nisbah

bahan

dengan pelarut

1:10 h a menghasilkan rendemen ekstrak terbesar (4,48

%bk)

dm

keaktifan tertinggi (nilai mortalitas larva 17,33 %) dibandingkan dengan yang dihasilkan dari penggunaan nisbah bahan dan pel- 1 :8,5 dan 1 :5.

Satu tahap &st.mksi meoghasilkan e M dengan redemen terbesar (6,66 %bk)

dan

mernpunyai keaktifan tertinggi (nilai mortalitas larva 81,33 %)

dibandingkan menggunakan 2 tahap ekstraksi. Ekstraksi selarna 24

jam

dapat menghasikan rendemen terbesar dan dapat rnembunuh larva sebanyak 86,67 %

dibandingkan dengan ekstraksi selama 8 maupun 16 jam.

Penggunaan mdanol teknis untuk ekstraksi insektisida botani dari A. odorata menghasilkan rendemen ekstrak terbesar (15,27 %bk) dan rnampu membunuh larva sebanyak 49,33 % dibandingkan menggunakan metanol murni (pa.) ataupun metanol telrnis redestilasi

(149)

d i p l e h bahwa

pel-

etil asetat menghasilkan rendemen fiaksi aktif terbesar

(32,11

YO)

dan

rnemiliki keaktifan tertinggi (nilai malitas larva 9 7 9 %).

A d i s i s k o q n e n rokagtamida menggunakan

HPLC

p d a

ekstrak

kasar yang d i h a s i h chi kondisi proses terbaik yaitu ekstraksi 1

tahap

selama 24 jam

menggunakan

metan01

teknis de?ngatt nisbah

bahan

dan

pe1arut

I :lo, medqatkan

basil yaitu

kandungan

rokagkmkh sebesar 0,05 % atau 507,58 pjm.

Sedangkan

hasil analisis HPLC pada fhksi &if yang dihasilkan dari kondisi terpilih juga

yaitu dengm menggumkan pelarut et.3 asetat tanpa pengulangan proses, yaitu

(150)

Dengan h i sap menyatakan bahwa tesis yang berjudul :

PERANCANGAN PROSES EKSTRAKSE BAHAN AKTIF INSEKTISIDA

BOTANI DAN Aglaia odorata LOUR.

adalah benar hasil karya s a p sendiri

dan

helm pernah dipublikasikan Semua

sumber data

dan

id-i yang d i itelah dinyatakm secara jelas dan dapat

diperiksa kebenarannya.

Bogor, Mei 2002

Arief Tasrin Nur Gorno

(151)

PERANCANGAN PROSES EKSTRAJSSI

BAHAN

AKTIF INSEKTISDA BOTANI

DARI

Aglaia odorata LOUR.

ARIEF TASRlG

NUR

W M O

Tesis

sebagai salah satu qmat untuk mernperoleh gelar

Magister Sains pada

Program Studi Teknologi Indud Pertanitin

PROGRAM PASCASARTANA

INSTITUT PERTANIAN

BOGOR

(152)

Judul Tesis : P e ~ ~ n m m g m P-EkstraksiBah~

AMif

Inselcthkh Bo-i dari @&a d r a f a Lour.

Nama : Arief Tasrig Nur Gomo

Nomor P o b k : 99577

Program Studi : Tekanlogi Indmtri Pertanian

Menyetujui,

1. Komisi Pembimbing

Ir. M.

%

2

N~sutioo, lVLApp.Sc. Ketua

Mengetahui,

2. Ketua Prwgram Studi r o g m Pascasa jana

Teknow Indwtri Pertanian

-.

-

Dr.Ir. Irawadi Jamaran

(153)

Penulis dilahirkan di Manado pada tanggal 29 Januari 1976 sebagai anak

bungsu dari pasangan Muk Nur G o m dan Aisah Wonggo.

Tahun 1994 penulis lulus dari SMA Negeri 8 Manado dan pada tahun yang

sama lulus seleksi mas& Universitas Sam Ratulangi Manado melalui jalw Tumou Tou (PMDK). Pendidikan sarjana ini ditempuh di Program Studi Teknologi Hasil

Pertanian, Jurusan Teknologi Pertanhn, Fakultas Pertanian, dan lulus pada tahun

1998. Pada tahun 1999 penulis memutuskan untuk melanjtrtkan studi ke Program Magister Sains pada Program Studi Teknologi I n d d Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Selama mengikuti program S2, penulis pernah mendapat piagam penghargaan atas prestasi akademik genlilang pada semester I tahun 199912000,

d m pernah memperoleh beasism dari Yayasan van Deventer-Maas pada tahun

(154)

PRAKATA

Puji d m syukur penulis panjatkan kehadht Allah SWT,

karena

atas

berkat, &mat, dan hidayah-Nya, sehingga pemlitian sampai peaulisan tesis yang

berjudul "Perancangan

Proses

Ekstraksi Bahan Aktif Insektisida Botani

dari

Aglaia odorata Lour. (Meli-y' dqmt diselesaikan. Pemrlisan tesis ini

dilakukan untuk memenuhi salah satu s y m

dalam

penyelesaian studi di program

Magister Sains pada Program Studi Teknologi Industri P d a n Program

Pascasajana Institut Pertanian Bogor.

Penulis me~yampaikan terimzr kasih kepada komisi pembimbing Ir. M.

Zein Nasution, M.App.Sc. dan Dr.

Ir.

Meika S.

R&,

M.Sc. atas =gala petunjuk,

bantuan, d m bimbingan selama penelitian

dan

penulisan tesis hi. Ucapan terima

kasih juga p n d i s sampaikan kepada :

1. Direktur Program Pasaisarjana Institut Pertanian Bogor.

2. Ketuia clan staf dosen Program Studi Teknologi Industxi Pertanian Program

Pascasarjana IPB.

3. Dr. Ir. Bambang

W,

Nugroho

dan

Dr. Ir. Meika S. Rusli, M.Sc. sebagai

pimpinan dan anggota pelaksam Proyek Riset Unggulan

T

@

mengenai

Insektisida Botani dari Aglaia spp., yang telah meli'batkm penulis dalam

pelaksanaannya.

4. Ir. Djoko Priyono, M.Agr., Ir. Danar Dono, U S i dan Ir. Edy Syahputra, M.Si.

yang telah memberikan masukan-masukan dalam penyelesaian penelitian dan

penulisan tesis ini.

5. Dr. Ir. Irawadi Jatllaran atas kesedkmya sebagai penguji

(155)

6. Pimpinan

cIan

staf L a b o r a t o h Teknologi Kimia

dan

Laboratorium

Imtmmentasi J t ~ u s a n Teknologi I n d u d Pertanian FATETA IPB, serta

Laboratorium Fisiologi dan Toksikologi Jurusan Hama dan Penyakit

Tumbuha.n FAPERTA IPB yang telah memberikan hilitas selama penelitian.

7. Pimpinan

dan

staf Perpustakaan IPB, CDSAP, PAU, dan PDII LIP1 Jakarta.

8. Linda, Fustd,

Nina,

Rink Msthatma, Emi, Tita, Bu N h g , Desi, dan teman-

teman di Program Studi Teknologi I n d d Pertanian Program Pascasarjana

(S2) IPB Angkatan '99.

9. Ita dan Ktrres

atas

persahabatan dm pengertiannya.

10. P a p , Mama, Ati, Ita, Zai, Kosirn, serta seluruh keluarga atas doa, dorongan,

sernangat, ket&ahaq

d m pengorbanan yang telah dr'berikan demi

keberhasilan penulis.

11. Ibu Barnbang dan keluarga, Ibu Kost d a . keluarga, serta teman-teman di kost

Sawah Baru tahun 1999-2002.

12. Esti, Emits, Firda,

dan

teman-ternan pengguna laboratorium Teknologi Kimia

Jurusan TIN FATETA IPB, atas bantam dan kerjasamanya.

13. Kepadaa semua pihak yang tehh membmtu p u l i s .

Akhir kata, semoga tesis ini dapat bemanfaat bagi mereka yang

memerlukannya.

Bogor, Mei 2002

(156)

Halaman

...

DAFTAR TABEL xi

...

DAFTAR GAii4BAR xii

...

DAFTAR LAMPIRAN xiv

I PENDAHULUAN

...

1

...

A

. Latar

Belakang 1

...

B

.

Tu- &an

Mad&&

Penelitian 4

...

C

. Ruang Liogkup

Penelitian 4

...

II TINJAUAN PUSTAKA 7

A

.

Penggunaan Ekstrak Tumbuhan dalam Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT)

...

7 B

.

Famili Meliaceae Sebagai Salah Satu Sumber Insektisida Botani

...

9

...

C

.

Potensi

A

.

odorata Sebagai Sumber Insektiida 330th 11

D

.

Kelornpok Senyawa Aktif Insektisida dari A

.

odorata

...

13

E

.

Ekstraksi Insektisida Botani dari A . odorata dan Faktor-Wor

...

yang Mempengaruhi 18

F

.

Pemisahan Fraksi Aktif dari Ekstrak Kasar A

.

odorata

...

24

...

111 METODOLOGI PENELITIAN 30

A

.

WaktudanTempat

...

30

B

.

BahandanAlat

...

30

...

C

.

Metode Penelitian 31

...

D

.

Prosedur Penelitian 32

E

.

Parameter Pengamatan

...

35

F

.

Rancangan Percobaan

...

38

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

...

...

A

.

Hasil

Proses

Ekstraksi

dan

P&sahan Fraksi Aktif

.

...

B

.

Ekstraksi Insektisida Botani dari A odorata

...

1

.

Pengaruh Jenis P e W

dan

Nisbah Bahan dengan P e h t

...

2

.

Pengaruh Jumlah Tahapan dan

Lama

Ekstraksi

3

.

Penganrh Tingkat Kemurnian Pelanrt

...

.

...

C

.

Pemisahan Fraksi Aktif dari Ekstrak A odorata

D

.

P e r W i a n Komposisi Rokaglamida pada Ekstrak Kasar A

.

odorata dan Fraksi Aktifnva

...

V KESIMPULAN DAN SARAN

...

85

A

.

Kesimpulztn

...

85

B

.

Saran

...

87
(157)

Tabel 1. Tabel 2. Tabel 3. Tabel 5. Tabel6. Tabel 7.

Tabel 8.

Tabel 9.

Senyawa tunman rokagalmida yang diisolasi dari aglaia spp. beserta toksisitas insektisidanya

...

15

Pengaruh jenis pelarut dan nisbah bahan dengan pelarut terhadap rendemen

ekstrak

A. odorata

(%bk)

yang diperoleh dari proses ekstraksi 1

tahap

selama 24 jam

...

42

Pengaruh ekstrak A. odorata (komentrasi 0,25%) yang diperoleh dari proses ekstraksi 1 tahap selama 24 jam dengan perlakuan jenis pel-

dan

nisbah

bahan

dengan pel- terhadap mortalitas

larva C. binotalis

...

49

Pengamh jumlah tahapan dan lama ekstraksi terhadap rendemen ekstrak

A.

odclrata

(%bk)

yang diperoleh

dati proses ekstraksi

rnenggmakan metanol murni

dan

nisbah bahan dengan pelarut 1:lO

...

53

Pengaruh ekstrak A. odorata (koflsentrasi 0,25%) yang diperoleh dari proses ekstraksi menggunakan pelarut mumi clan nisbah bahan dengan pelarut 1 :10 dengan perIakuan jumlah tahapan dan

...

lama e k d s i terhadap mortalitas larva C. binotalis 57

Pengaruh

perlakuan tingkat k e d a n pelam terhadap rendemen ekstrak A. &ata yang d i p l e h dari 1 tahap proses ekstraksi

...

selama24jarndengannisbahbahandanpelarutl:lO 61

Pengaruh ekstrak A. odorata (komemasi 0,25%) yang diperoleh dari 1

tahap

proses ekstraksi selanaa 24

jam

dan nisbah bahan dengan pel- 1 :10 dengm perlakuan tingkat kemurnian pelarut t e r b d q m o m

Iarva

C. binotalis

...

66

Pengamh jenis pelarut clan pengulangan proses partisi terhadap rendemen M s i aktif ekstrak kasar A. odorata (%) yang diperoleh

dari

p s e s

partisi selama 6 jam

...

70

Pengaruh & h i aktif ekstrak kasar A. odorata (konsentrasi 0,25%) yyang diperoleh dari proses partisi selama 6 jam dengan

perlakwn jenis pelarut

dan

pengulangan proses partisi terhadap

...

(158)
[image:158.497.38.459.54.802.2]

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.

Struktur

k i i a rokaglamida

...

13

Gambar 2. Hubungan keragaman struktur tunman rokaglamida dan

...

toksisitas insektisidanya 16

Gambar3. Bahan turn- A. odorata yang telah dikeringanginkan

...

selamalohari 33

Gambar 4. Serbuk A. odorata yang siap diekstraksi

...

34

Gambar 5. Ekstrak

A.

odorata bebas pelarut

...

41

Gambar 6. Fraksi aktif yang d i o l e h dari partisi ekstrak A. odorata

...

42

Gambar 7. Rendemen ekstrak A. odorata yang diperoleh dari proses ekstraksi 1

tahap

selama 24 jam dengan perlalam jenis pelarut

...

dan

nisbah bahan den- pelarut 43

Gambar 8. Mortalitas

h a

C. binotalis terhadap ekstrak A. odorata (kommtmi 0,25%) yang diperaleh dari proses ekstraksi 1 tahap selama 24 jam dengan perlakuan jenis pelarut dan nisbah

bahan dengan pelatut

...

50

Gambar9. Rendemen ekstrak A. odorata yang diperoleh dari proses ekstraksi mmggumkan pelarut metan01 murni

dan

nisbah bahan d e q p p e h t 1:lO dengan perlhan j u d a h tahapan

dan

lama elcstraksi

...

54

Gambar 10. Moaalitas larva C. binotalis terhadap ekstfak A. odorata

(konsmtmi 025%) yang dipemleh dari proses ekstralcsi

menggundm pew rmvni dan nisbah bahm

dengan

pelarut

l : I O d e n g a n p e r ~ j u m l a h ~ 8 n ~ l a m a e ~ i

...

58

Gambar 1 1. Rendemen ekstrak A. odor& y a q diperoleh dari 1 tahap

proses ekstdcsi

selama

24

jam

dengan nisbah bahan dan

pelarut1:lOdenganperlakuantirrgkatkenannianpehrut

...

62

Gambar 12. M d i t a s lava C. binotalis terhadap ekstrak A. odorata (konsentrasi 0,25%) yang djperoleh dari 1 tahap proses ekstraksi selama24 jam

dm

nisbah bahan dengan pelarut 1:lO dengan per- tingkat

kemurnian

pelarut

...

66

G a m h 13. Rendemen fbksi &if ekstrak kasar A. odorata yang diperoleh

dari proses partisi selama 6 jam dengan perldcuan jenis pelarut

dan pengulmgan proses w i s i

...

72
(159)

G a m k 14

.

Mortalitas lama C. binotalis terktdq &i

aktif

ekstrak kasar

A

.

odurata (konsenQ.asi 025%) yang diperoleh

dari

proses p h i selama 6 jam dengan perkikwm

jenis

p e h t dan pengulmgan proses mi

...

75

...

.

Gambar 15 Krormtogram HPLC mtuk standar r o m d a 80

.

.

...

Gambar 16 Kromatogram HPLC unttuk ekstralc kasar A odorata 81

(160)

Lampiran 1. Diagram alir p e l h a a n penelitian

...

96

Lampiran 2.

Diagram

alir proses ekstraksi

...

97

Lampiran 3. Diagram alir proses partisi

...

98

Lampiran 4. Prosedur pemeliharaan serangga uji (Prijono

dan

Hassan

1992) dan prosedm pemeliharaan tanaman brokoli

(Pamungkas 1995)

...

99

Lampiran5. Prosedur pengujian hayati ekstrak kasar dan fiaksi aktif ekstrak kasar (~harnelis et al. 1998)

...

100

Lampiran 6. Analisis statistik pengaruh jeds pelarut dan nisbah bahan

...

dengan pelarut terhadap rendemen ekstrak A. dorata 1 0 1

Lampiran 7. Analisis statistik pengamh ekstrak A. odorata dari perlakuan

jenis pelarut dan nisbah b a h n dengan

petarut

terhadap

...

m o d i t a s larva C. bimtalis 103

Lampiran 8. A d i s i s statistik pengaruh jumlah &hapan dan lama

...

ekstraksi terhadq rendemen ekstrak A. odorata 106

Lampiran 9. Analisis statistik pengaruh ekstrak A. odomta dari perlakuan

jumlah tahapan dan lama ekstraksi terhadap mortalitas larva C. binotalis

...

108

Lampikan 10. Analisis W i k penganrh tingkat kemurnian pelarut

...

terhadapdenmekstrakA.odorata 110

Lampiran 1 I. A d i s i s statistik

penganrh

ekstrak A. odorata dari perlakuan

tingkat kemurnian pelamt

terhadap

m o r t d h larva C.

binotalis

...

11 1

Lampiran 12. Analisis statist& pengaruh jenis pelarut dan pengulangan proses partisi tmhadap rendemen M s i aktif ekstrak A. odorata

...

112

Lampiran 13. Analisis statistik p e n g h fiaksi aktif ekstrak A. odorata dari perlakuan jenis pelarut

dan

p e n g u l q proses partisi

terhadapmortditasIarvaC. binotalis

...

114

Lampiran 14. Kromatogram hasil analisis HPLC pada sampel standar

(161)
(162)

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu -or yang mempengaruhi produktifitas tanaman yaitu

rnasalah hama dan penyakit. Penanggulangan rnasalah ini telah dilakukan

sejak lama dengan berbagai metode mulai dari penerapan pola rotasi tanam,

penggunaan musuh alami, sampai ke penggunaan bahan-bahan kimia sintetis

dan organik yang lebih dikenal dengan narna pestisida.

Sermgga merupakan salah satu jenis hama yang banyak menyerang

tanaman budidaya yang menyebabkan tingkat produktifitas tanaman menurun

dan bahkan dapat menyebabkan kegagalan panen. Untuk rnengatasi ha1 ini,

banyak petani menggunakan insektisida yang merupakan jenis pestisida yang

digunakan untuk mengendalikan serangga hama. Penggunaan insektisida

khususnya insektisida sintetis telah terbukti berhasil meningkatkan hasil

produksi pertanian dan juga mengendalikan serangga-serangga pembawa

penyakit pada manusia. Akan tetapi, di sisi lain penggunaan bahan-bahan

kirnia sintetis sebagai insektisida selarna bertahun-tahun ternyata

menimbulkan masalah bagi makhluk hidup lain dan lingkungan. Salah satu

contoh yaitu penggunaan

DDT

(Dichloro Diphenyl Trichlorethane). Senyawa

DDT tidak dapat terurai di alam sehingga menirnbulkan residu yang semakin

lama semakin bertarnbah, sedangkan dalam siklus rantai makanan

konsentrasinya semakin bertarnbah dalam tubuh makhluk hidup yang berada

pada puncak piramida makanan. Sastroutomo (1 992), mengemukakan bahwa

(163)

senyawa DDE (Dichloro Diphenyl Ethane) yang merupakan turunan senyawa

DDT yang berasal dari rnakanan yang tercemar. Kerugian lain dari

penggunaan insektisida sintetis yaitu bila tidak dilakukan secara hati-hati

dapat menyebabkan kontaminasi yang bersifat merugikan pada pengguna

(petani). Dismping itu, penggunaan dalarn jangka waktu yang cukup lama

dapat menyebabkan beberapa jenis serangga atau jasad pengganggu menjadi

lebih resisten, dan adanya residu pada produk hasil panen dapat menyebabkan

keracunan ataupun kematian pada konsumen.

Untuk mengurangi penggunaan insektisida sintetis yang telah diketahui

bersifat racun ini, maka salah satu alternatif yaitu dengan menggunakan

bahan-bahan kimia alam. Bahan-bahan kimia alam yang digunakan sebagai

insektisida yang diperoleh dari tumbuhan disebut insektisida nabati atau

insektisida botani. Beberapa contoh insektisida botani antara lain yaitu

pirenthrin I dan I1 serta cinerin I dan I1 dari bunga Pyrenthrum cinerariefolium

(Ekha 1988), rotenon dari Deris eliptica dan Tephrosia vogelii (Leguminosae)

(Ekha 1988; Rahmaputri 1998; Sinaga 1998), azadirachtin dari Azadirachta

indica A. Juss (Meliaceae) (Naumann dan Isman 1995), rokaglamida dari

genus Aglaia spp. (Meliaceae) (Janprasert et al. 1992; Ishibashi et al. 1992;

Nugroho dan Proksch 1999a), dan ekstrak dari beberapa tumbuhan seperti

babadotan (Ageratum conyzoides L.; Asteraceae), bengkuang (Pachyrrhyzuas

erosus Urban; Leguminosae), serta bitung (Barringtonia acutangula BL.;

Lecythidaceae) (Kardinan 2000).

Seperti yang telah dikemukakan di atas, tumbuhan Aglaia spp.

(164)

yang dapat digunakan sebagai insektisida. A. odorata banyak terdapat di

Indonesia sebagai komponen penyusun hutan tropis. Genus Aglaia lain yang

juga dapat digunakan sebagai sumber insektisida yaitu A. elliptica, A.

harrnsiana, A. odoratissirna, A. aspera, dan A. duperreana yang mengandung

senyawa yang sarna yang mampu menghambat pertumbuhan dan mematikan

hama Spodoptera littoralis, Peridroma saucia, Plutella xylostella, dan

Crocidolomia binotalis (Janprasert et al. 1992; Ishibashi et al. 1992;

Pamungkas 1995; Hartati 1995; Nugroho et al. 1997; Diana 1998; Lina 1999;

Wardani 1999; Puspitasari 1999; Nugroho dan Proksch 1999a).

Selain penggunaan ekstrak A. odorata sebagai insektisida, penggunaan

senyawa tunggal yang bersifat aktif insektisida yang diisolasi menggunakan

teknik kromatografi juga telah diteliti. Namun untuk pengembangan senyawa

murni ini ke skala produksi, teknik kromatografi menjadi tidak ekonomis

karena memerlukan biaya yang cukup besar. Pemisahan senyawa aktif

menggunakan teknik partisi dapat dilakukan sebagai alternatif untuk

mengatasi permasalahan di atas. Kelemahan teknik partisi

ini

yaitu senyawa

yang diperoleh bukan senyawa tunggal, tetapi merupakan kelompok senyawa

yang dari penelitian sebelumnya telah diketahui bersifat aktif sebagai

insektisida. Kelompok senyawa ini disebut juga fiaksi aktif. Penggunaan

fiaksi aktif yang terdiri dari kelompok senyawa rokaglamida dan turunannya

dapat meningkatkan efektifitas dan efisiensi penggunaannya sebagai

insektisida. Oleh karena itu perlu diteliti mengenai teknologi produksi dengan

(165)

rendemen ekstrak dan fi-aksi aktif yang tinggi serta aktif sebagai insektisida,

yang diharapkan dapat dikembangkan secara komersil.

B. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan rancangan

teknik produksi insektisida botani dari A. odorata. Tujuan khusus penelitian

ini terdiri dari dua yaitu 1) untuk mengetahui kondisi operasi ekstraksi

insektisida botani dari A. odorata yang sesuai, dan 2) untuk mengetahui

kondisi operasi partisi fiaksi aktif dari ekstrak A. odorata yang optimal.

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi mengenai

kondisi proses ekstraksi A. odorata dan pemisahan fraksi aktif dari ekstrak

menggunakan teknik partisi yang berpotensi untuk dikembangkan secara

komersial.

C. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini mencakup proses ekstraksi dan partisi fiaksi aktif

insektisida (senyawa rokaglamida d m turunannya) dari A. odorata. Parameter

pengamatan kedua proses ini terdiri dari rendemen, keaktifan ekstrak dan

fi-aksi aktif (nilai mortalitas larva), serta kadar rokaglamida dalarn ekstrak dan

fi-aksi aktif dari kondisi proses terpilih menggunakan HPLC.

Pada proses ekstraksi, peubah proses yang diamati adalah penggunaan

jenis pelarut, nisbah bahan dengan pelarut, jumlah tahapan ekstraksi dan lama

ekstraksi, serta tingkat kemurnian pelarut yang menghasilkan rendemen

(166)

botani dari A. odorata menggunakan teknik ekstraksi pelarut (ekstraksi padat-

cair). Pengamatan terhadap peubah-peubah proses dibagi dalarn 3 tahap.

Tahap I dilakukan proses ekstraksi 1 tahap selama 24 jam dengan melihat

pengar& perkhan jenis pelarut dan nisbah bahan d e w pelarut. Jenis

pelarut dan n i s W bahan dengan pelarut yang menghasilkan ekstrak dengan

rendemen

dan

k e a k t h terbaik digunakan pada tahap 11. Pada tahap I1

dilakukan ekstraksi untuk rnelihat pengaruh perlakuan jumlah tahapan dan

lami ekstdcsi H a i l terbajk yang diperoleh dari

tahap

I1 yaitu jurnlah tahapan

clan lama ekstraksi yang m e n g h a s i h rendernan terbanyak dan keaktifan

ekstrak tertinggi digunakan pada tahap 111. Pada tahap I11

dilakukan

ekstraksi

untuk melihat pengaruh tingkat kemurnian pelarut (pelarut

m d , pelarut

teknis, dan p e k t teknis rededilasi) terhadap rendernen dan keaktifan ekstrak.

Peubah-peubah proses yang rnenghasilkan rendemen ekstrak terbanyak dan

mempunyai keaktifan yang paling baik sebagai insektisida, digmakan untuk

memproduksi ekstrak yang akan digunakan

Ekstrak A. odorata yang diperoleh dari proses ekstraksi menggwdm

kondisi proses terbaik kemudian dilakukan pemisaban fraksi aktif

menggunakan teknik partisi (ekstraksi cair-cair). Peubah yang diamati pada

proses partisi ini yaitu jenis pelarut

dan

jurnlah pengulangan proses. Jenis

pelarut dan jumlah pengulangan proses yang p a l i i baik ditentukm dengan

melihat banyaknya rendemen dan tingginya k e a k t i h fkaksi aktif yang

dipero leh

Keaktifan semua ekstrak dan fiaksi aktif insektisida yang dihasillcan

(167)

koasentrasi 0,25%. Persentase akumulasi jumlah larva yang m t i selama 3 hari

pengaxnatan setelah aplikasi mmmjukkan tingkat keaktifan

ekstrak

dan fiaksi

aktif. SedSedangkan pengukuran kadar

rokaglarnida

yang mempakan komponen

utama insektisida botani

dari

A.

odoratu dilakukan pada ekstrak dan M s i

aktif yang dihasilkan dari kondisi proses terpilih menggunakan HPLC.

Analisis HPLC dilakukan juga pada senyawa standar rokaglamida yang

hasilnya digunakan sebagai patokan untuk menginterpretasikan hasil analisis

(168)

11.

TINJAUAN PUSTAKA

A. Penggunaan Ekstrak Tumbuhan dalam Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OFT)

Penggunaan pestisida sintetis yang tidak efisien merupakan bahaya

besar terhadap ekosistem, dan dapat menyebabkan hama d m penyakit sasaran

menjadi resisten, disamping membunuh hewan-hewan bukan sasaran (Ekha

1 988). Suprapta (2000) dalam web site-nya mengemukakan bahwa ternyata

pestisida sintetis menyebabkan keracunan pada manusia, dan pencemaran

lingkungan (tanah, air dan udara). Penelitian-penelitian terbaru memberikan

informasi bahwa beberapa pestisida sintetis seperti Asefat, Dimetiot, BHC,

Kaptan, dan Paration bersifat karsinogenik (Riza dan Gayatri 1994). Hal-ha1

inilah yang menyebabkan dicarinya alternatif untuk mengurangi penggunaan

pestisida sintetis, salah satu cara yaitu penggunaan bahan-bahan alam sebagai

pestisida yang lebih dikenal dengan biopestisida.

Sudarmo (1 99 1) menggolongkan pestisida menjadi bermacam-macam

sesuai fungsi dan asal katanya, yaitu akarisida (membunuh tungau), algisida

(membunuh alga), avisida (membunuh burung), bakerisida (membunuh

bakteri), fkngisida (membunuh jamur), herbisida (membunuh gulma),

insektisida (membunuh serangga), larvisida (membunuh larva), molluksisida

(membunuh siput), nematisida (membunuh cacing), ovisida (membunuh

telur), pedukulisida (membunuh kutdtuma), piscisida (membunuh ikan),

rodentisida (membunuh hewan pengerat), predisida (membunuh predator)

(169)

merupdcan salah satu jenis pestisida yang banyak digunakan baik dari jenis maupun jumlahnya karena sebagian besar hama bagi tanaman adalah

serangga Sarnpai saat ini, insektisida sintetis merupakan pilihan utama dalam

mengendalikan serangga hama. Pengaruh b u d dari penggunaan insektisida

sintetis ini, menyebabkan biopestisida khususnya bioinsektisida menjadi

pilihan alternatif

Environmental Protection Agency (EPA) Arnerika Serikat (2001) dalam

web site-nya mendesnisikan biopestisida (biological pesticide) atau dikenal

juga dengan pestisida alami, y&u pestisida yang diperoleh dari bahan-bahan

alam seperti dari hewan, tumbuhan, bakteri, d m

beberapa

jenis mineral

tertentu. Pada akhir tahun 1998, orgdsasi hi mend- sekitar 175 jenis

bahan aktif biopestisida dan 700 jenis produknya yang beredar di pasaran.

EPA Amerika Serikat (2001) menggolongkan pestisida alami menjadi

tiga jenis y a i . pestisida mikrobial, pestisida botani,

dan

pestisida biokimia.

Pestisida mikrobial terdiri dari rnikroorganisme atau hasil metabolismenya

sebagai bahan aktif; pestisida botani me;rupakan senyawa pestisida yang

diekstrak

dari

tumbuhan, sedangkan pestisida biokimia merupakan senyawa

alami yang &pat mengendalikan hama dengan mekanisme non-toksik

misalnya hormon seks serangga (feromon). Sebagian besir pestisida alami

terdiri dari insektisida alami, seh.ingga penggolongan tadi mendcup juga

penggolongm insektisida alarni.

Menurut Sastmtrtom (1992) dan Sitepu et al.. (1999), insektisida

botani merupakan senyawa beracun yang mengandung bahan aktif tunggal

(170)

pengendafian organisme pengganggu (serangga). Berdasarkan sejarah, bahan-

bahan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan sudah digunakan lama sekali

sebelum insektisida gobngan lainnya (kecuali sulfur) digunakan. Beberapa

bahan t u m m seperti tembakau, pire- deris, helebor, kasia, kamper, dan

terpentin sudah lama sekali digudcan sebelum inselctisida sintetis ditemukan

(Sastroutomo 1992).

Inselctisida alami mempunyai beberapa kemtmgan dalam

pengguoaannya yaitu tidak berbahaya dibandingkan dengan yang sintetis,

hanya berpengaruh terhadap hama target dan organisme-organisme yang

berhubungan dekat, efkktifpada jumlah yang sedikit

dan

cepat terdekomposisi

sehingga dapat menghindarkan terjadinya pencemaran, dan

dapat

rnengurangi

penggunaan insektisida sintetis serta meningkatkan h i 1 p m(EPA 2001).

Keuntungan-keuntungan yang diberikan oleh pengg- ekstrak

tumbuhan sebagai insektisida serta cimpak-dampak negatif yang ditimbulkan

oleh penggunaan insektisida sintetis mernacu penelitimpenelitiitn ke arah

penemuan dan produksi senyawa-senyawa alami (ekstrak tumbuhan) yang

mempunyai aktifitas sebagai insektisida, serta penggmaamya dalam

mengontml organisme pengganggu tamman.

B. Famili Meliaceae Sebagai Salah Satu Samber Insektisida Botani

Penelitian terhadap tumbuhan fkmili Meliaceae sebagai sumber

insektisida botani telah dimulai dengan pengg- ekstrak biji mimba

(Azadiracha indica A. Juss) yang sampai sekarang telah d i k e d luas sebagai

(171)

aktifitas sebagai insektisida yang diperoleh dari tumbuhan tersebut (Morgan

dan Wilson 1985; Schmutterer 1995; Naumann

dan

Isman 1995). Salah satu

jenis tumhuhan famili Meliaceae yang juga telah diteliti keaktib ekstraknya

yaitu A. dorata dan menunjukkan hasil yang positif. Chiu (1985) pertama

kali melaporkan bahwa ekstrak daun pacar culan (A. odorata Lour.) memiliki

s&t penghambat &an dan patumbuhara ulat kubis Pieris rapae.

Selanjutnya, Ishibashi et al. (1992) berhasil mengidentifikasikan senyawa

kimia yang mempunyai keaktifan insektisida tersebut, yang sebehunnya oleh

King et al. (1985) telah dipatenkan pada U S Patent & Trademark Ofice dengan n o m r 4,539,414 yaitu mkaglamida dan senyawa tummnya.

Pengujian hayati oleh Ishibashi et al. (1992) dilakukan pada ulat tanah

Peridroma saucia.

Jenis tumbuhan Aglaia spp. s h i n A. odorata yang juga telah diteliti

kandungan serta keaktih ekstdnya sebagai insektisida yaitu A. elliptica, A.

harmsiana,

A.

duperreana, A. elaeagnoidea, A. aspera,

dm

A. oalorattisima.

Ekstrak pelarut dan senyawa-senyawa aktif yang berhasil diblasi dari ekstrak

pelarut hunbuh-tumbuhan tersebut menunjukkan hasil yang positif (Janprasert

et al. 1992; Ishibashi et al. 1992; Pamungkas 1995; Hartati 1995; Nugroho et

al. 1997; Diana 1998; Lina 1999; Wardani 1999; Puspitasari 1999; Nugroho

dan Proksch f999a). Jenis tumbuhan h i l i Meliaceae yang juga mempunyai

keaktifan sebagai insektisida yaitu genus Dysoxylurn dan Trichilia

(172)

C.

Potensi

A.

oalorcrdtz sebagai Sumber Insektisidmt Botani

Aglaia spp. merupakan salah satu komponen pen- hutan hujan

tropis (Pant~11 1992). Genus Aglaia merupakan

salah

satu

dari enam genus

terbesar famili Meliaceae dan terdiri dari sekitar 100 spesies (Porter 2000).

Menurut Satosook et al. (1992), genus Aglaia terdiri

dari

130 spesies,

sedangkan The New York Botanical Garden (2001) &lam web site-nya

mendaftar sekitar 50 spesies genus Aglaia. Genus ini terdapat di daerah Indo-

Malaysia yaitu daerah yang terdiri dari India, C h Selatan,

dan

Asia Tenggara

termask Indonesia, juga menyebar siimpai ke Fiji dan Samoa di kepulauan

Pasifik (Butkill 1935; Porter 2000).

A. odorata diperkirakan berasal dari Cina, namun sudah lama

dibudidayakan dan W p t a s i dengan iklim tropik Indonesia.

Di

Indonesia,

A. odorata dikenal juga dengan sebutan lokal antara lain pacar cina, kemuning

cina (Indonesia); culan, cacar

cino

(JawdSunda); bhangcar cena (Madwa)

(Suryowinoto 1995). Aglaia dapat diperbanyak dengan pemgkokan atau

dengan biji,

dan

dapat tumbuh hampir di semua ketinggian tempat (10-1300

meter dpl) khususnya di tempat-tempat terbuka dm terkena sinar matahari

langsung (Suryowinoto 1995; Kardinan 2000).

Di Indonesia kegunaan Aglaia cukup beragam, namun kebanyakan

digmakan sebagai obat-obatan tradisionaL

Secara

tradisional, daun Aglaia

digunakan sebagai obat penghilang bau

badan,

mencret, luka, dan pendarahan

yang berlebihan waktu datang bulan. SeIain itu, buahnya digunakan sebagai

obat gatal-gatal (Kardinan 2000). Menurut Nugn,ho et al. (1997) A. odorata

(173)

Tenggara. Bunga Aglaia spp. digunakan untuk me- teh dan

pakaian (Wijayakusuma et al. 1996). Beberapa jenis tumbuhan Aglaia

dhadhatkan juga bagian kayunya sebagai

bahan

bangunan pada beberapa

daerah di Indonesia (Heyne 1987; P m l l 1992). Kegunaan

lain dari A.

odorata

p g

sedang diteliti sekitar dua dasawarsa ini yaitu ekstrak pelarut

tumbuhan ini yang dapat digunakan sebagai insektisida. Ekstrak berbagai

spesies Aglaia antara lain dari tiga spesies yang ada di Indonesia yaitu A.

odorata,

A.

elliptica, dan A. hannsiana telah diteliti mengardung senyawa

aktif rokaghida

dan

turunannya yang bersifat insektisida (Ishibashi et al.

1992; Janptasert et al. 1993, Nugroho et al. 1997; Nugroho

dan

Proksch

1999a).

Dilihat dari &or biologi ekologi dan kemudahan tumbuhan Aglaia

dibudidayakan, maka produksi insektisida botani dari tumbuhan ini cukup

berpotensi ulltuk dikernbangkan. Hal ini didukmg juga oleh Ewete et al.

(1996) yang mengernukakan bahwa A. odorata merupakan salah satu bahan

yang menjanjikan sebagai insektisida berdasarkan hasil-basil penelitian yang

ia peroleh. Menurut Kis-Tamas (1 9W), knis tumbuhan yang dapat digunakan

untuk praduksi insektisida botani mempunyai k a r a k t d i k yaitu bersifat

rnenahun, mudah dibudidayakan (cepat tumbuh dm daya tahan yang baik),

ti& memerlukan keahlian khusus dalarn pembudidayaan, ti& menjadi

gulma atau inang organisme pengganggu tanaman, mudah dipanen, biaya

penanaman yang murah, dan memiliki kegunaan yang lain yang bernilai

ekonomi. Sedangkan ekstrak atau senyawa aktif yang diperoleh dari tumbuhan

(174)

kisaran yaag luas, tidak berbahaya bagi tanaman, hewan dan manusia, tidak

merusak lmgkmgan, mudah diekstrak, difbrmulasi, atau penggunaamya tidak

memerluka k d i a n yang tinggi, tidak memerlukan peralatan yang mahal,

clan hasil sunping dapat

digunakan

sebagai pupuk.

D. Kelompok Senyawa Aktif Insektisida dari A. odorata

Kelompok senyawa aktif yang terkandung dalarn A. odorata yaitu

senyawa rokaglamida dm ixmmamya, Rokaglamida dan senyawa tumnamya

merupakan sekehmpk senyawa benzokan hasil metabolit sekunder yang

diisolasi dari tumbuhan Aglaia spp. (Meliaceae) yang bersiEit aktif insektisida

terhadap beberapa jenis organisme gengganggu tanaman seperti hama

Spodoptera littoralis, Perihoma saucia, Plutella xylostella, dan Crocidolomia

binotalis (King et al. 1 985; Chiu 1985; Janprasert et al. 1 992; Ishibashi et al.

1992; Satosook et al. 1992; Pamungkas 1995; Hartati 1995; Nugroho et al.

1997; Prijono 1998, Dono et al. 1998, Charnelis et a]. 1998, Diana 1998; Lina

1999; Wardani 1999; Puspitasari 1999; Nugroho dan Proksch 1999a). Struktur

k i i a rokrtghmida atau cyciopentatetrahydro(b)benzo~ dapat dilihat pada

Gambar

1 (Nugroho

dan

Proksch 1999a).

b c ~ ~

(175)

Ishibashi et al. (1992) yang melakukan isolasi ekstrak metanol daun A.

odorata medapatkan empat senyawa aktif termasuk rokaglamida yaitu

desrnetilrokaghida, metil rokaglat, dan rokaglaol. Nugroho et al. (1997)

kemudian berhasil mengisolasi lirna senyawa aktif baru dari ekstrak rnetanol

ranting A. duperreana yaitu turunan hidroksi C-3' dari rokaglamida, turunan

0-asetil dari rokaglamida, twunan metokd C-3' dari mkaglamida, dan d m

senyawa lain yang mempunyai sifat yang agak berbeda karena mempunyai

cincin piridin pada rumus struktur molekulnya.

Perkembangan terbaru hasil penelitian Nugroho dan Proksch (1999a)'

dipxoleh 31 senyawa murni huwtan rokaglamida dari ekstrak aseton dan

metanol empat jenis Aglaia spp. yaitu A. odorata, A. elliptica, A. hannsiana,

dan A. dupemeana yang be& dari Indonesia dan Vietnam, yang hampir

semuanya d l i k i aktifitas sebagai insektisida pada larva Spdoptera

littoralis. Khusus untuk A. odorata telah berhasil diidenWkasi 15 senyawa

turunan rokaglamida dan 14 di antaranya bersifat insektisida (Nugroho dan

Proksch

1999b). Proksch et al. (2001) berhasil mengidentifikasikan 52

senyawa lmman rokaglamida, tetapi tidak semuanya dapat digumkan sebagai

insektisida. Tabel 1 memperlihatkan 31 senyawa tunuaan rokaglamida

terms& rokaglamida (nomor 1) yang telah berhasil diisolasi dari Aglaia spp.

(176)

Tabel 1. Senyaw tunman rokaglamida yang diisolasi dari Aglaia spp. beserta toksisitas insektisidanya.

OH H

Q dm Roksch 1999% Nugmho dan prdc!

B e r k k a n Tabel 1, gugus RI, R2, R3, dan % yang berikatan dengan

senyawa rokaglamida mempunyai peranan pemting

daZam

menenhkan

keaktih senyawa tersebut sebagai insektisida Tabel 1 memperlihatkan

bahwa yang mmntukm keaktih senyawa sebagai k k t i s i d a yaitu gums

hidroksi (OH) pada R4. Bila gugus hidroksi diganti dengan gugus etoksi

(OCzH5) a- gugus metoksi (OCH3), m a . senyawa tidak mempunyai

[image:176.499.42.453.94.691.2]
(177)

Gambar 2. G a m k 2 memperlihatkan hubungan keragaman struktur turunan

rokaglamida

dan

tohisitas insektisidanya (Nugroho dan Proksch 1999%

Proksch 2001).

1

R5; H

on; OGHs

-

= TOM- -1 b~nbsh O-Rhmnose

Gambar 2. Hubungan Keragaman Stnrktrn Turunan Rokaglamida

dan

Toksisitas Insektisidanya.

Berdasarkan Gambar 2, senyawa-senyawa tunman rokaglamida

semakin bersifkt aktif sebagai insektisida bila gugus

R1 dan

% semakin polar

atau mengikat gugus hidroksi (OH),

dan

k e a k t k berkurang bila pada ski R1

terikat gugus asetil. Bila dilihat pada gugus R2, senyawa akan semakin aktif

bila gugus yang berikatan merupakan senyawa yang terdiri dari atom C, 0, N

clan H, dengan jumlah atom C yang semakin sedikit. Senyawa akan semakin

aktif bib gugus R3 hanya mengikat atom H saja. Namun yang paling

menentukan keaktifan senyawa turman rokaglamida yaitu gugus yang terikat

[image:177.495.36.432.26.558.2]
(178)

Mekanisme

aktifitas

rokaglamida dan hmmannya sebagai insektisida

pada

tubuh

setzutgga sampai saat ini belum diketahui, raamun hasil penelitian

dari Proksch et al. (2001) yang melakukan uji pada kultur sel manusia (War

transkrispsi NF-kB) dan =tor transkripsi DORSAL pada lalat Drosophila,

diperoleh i n f o m i bahwa kemungkinan senyawa rokaglamida dan

tunmannya terlibat dalam perkembangan ontogenetik dan imunitas (kekebalan

tubuh). Jadi ada kemungkinan bahwa senyawa rokaglamida

dm

tusunannya

bersifat sebagai penghambat faktor transkripsi NF-kE3 (merighambat

pengaktifan gen yang diinduksi oleh NF-kB) yang berperan dalam

perkernbangan ontogenetik clan imunitas.

Pada aplikasinya, senyawa aktif rokaglamida bersifat sebagai

antifedmf (peqhambat aktifitas makan), penghambat pertutnbuhan, dan

pembunuh larva (Janprasert et al. 1992; Ishibashi et al. 1992; Pamungkas

1995; Hartati 1995; Nugroho et al. 1997; Prijono 1998, Dono ef al. 1998,

Charnelis et al. 1998, Diana 1998; Lina 1999; Wardani 1999; Puspitasari

1999; Nugroho dan Proksch 1999a). Senyawa tunman rokaglamida (metil

rokagk) bersifkt antifbngal pada j a m Cladosporim ~ ~ ~ ~ ( r n e r i m c m (Fuzzati

et al. 1996). Selain itu, rokaglamida pada penggunaan 0,5-1 kg/ha dapat

digunakan sebagai herbisida untuk membunuh beberap jenis rumput liar dari

kelas monokotil dan dikotil (Anonirn 2001).

Penggunaan ekstrak kasar Aglaia memprlihatkan sifkt insektisida pada

penggmam dengan konsentrasi yang lebih tinggi di'bandjngkan dengan

penggunaan ekstrak yang lebih murni. Ewete et al. (1996) mengemukakan

(179)

rokaglamida

pada

konsentrasi 0,125 ppm. Dengan demikian diperlukan proses

pemurnian ekstrak kasar AgIaia untuk mendapatkan ekstrak yang lebih murni

yang mempunyai keaktifan yang lebih tinggi.

E.

Ekstraksi Inselctisida Botani dari A odorata dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi

M e m t Kacdinan (2009, insektisida botani dapat diperoleh dengan

beberap cara yaitu 1) pengemsan, penumbukan, pembakaran, atau

pengepresan untuk menghasilkan produk berupa t q q , abu, atau pasta; 2)

rendaman untuk produk ekstrak; dan 3) ekstraksi dengan menggunakan bahan

kimia pelarut disertai perkhan khusus. Pada penelitian ini, pembuatan

insektisida botani dilakukan dengan cara ekstraksi, dengan mengujicobakan

berbagai perlakuan pada proses ekstraksi untuk mendapatkan kondisi proses

yang menghasilkan rendemen dan keaktif'aii tertinggi dengan tingkat

kemurnian tertentu.

Ekstraksi merupakan metode pemisahan satu atau kbih senyawa yang

diinginkan

dari

larutan atau

padatae

yang mengandung camp- senyawa-

senyawa tersebut secara fisik maupun kimiawi. Proses ekstraksi secara kirnia

dilakukan d qmerig& pelarut seperti air, alkohl, eter,

dan

aseton

Parker (1994) metlambahkan bahwa pada proses ekstraksi, padatan atau

larutan

akan

kontak dengan cairan pelarut sehingga padatan atau larutan yang

lebih mudah berikatan dengan pelarut

akan

larut &lam pelarut sehingga dapat

dipisahkan dari bahan asalnya.

Kelarutan suatu senyawa dalam pelarut tergantung pada gugus-gugus

(180)

(alkohol) dan karbonil (keton) tennasuk pel- polar, sedangkan hidrokarbon

terrnasuk dalam pelarut nonpolar. Senyawa-senyawa yang polar akan larut

dalam pelarut polar

sedangkan

senyawa yang nonpolar

hanya

l a m dalam

pelarut nonpolar. Senyawa ttmmm rokaglarnida yang memiliki keaktifan yang

tinggi, pada umumnya memiliki gugus polar dan nonpolar

dan

berdasarkan

hasil penelitian sebelumnya, ekstraksi dengan aseton menghasillran ekstrak

yang merniliki keaktifan lebih tinggi dibandingkan dengan ektraksi

m e n g e rnetaml, etanol, ataupun heksan yang sama sekali tidak

menunjukkan keaktian (Puspitasari 1999; Nugroho

dan

Proksch 1999a).

Faktor-&tor yang mempengamhi proses ekstraksi meniurut Wijesekera

(1991) terdiri dari pembengkakan partikel atau bahan yang akan diekstrak,

proses difusi, pH, &man partikel, suhu, dan jenis pelarut. Sedangkan Marwati

(1999) mengemukakan bahwa hal-hal yang terutama paling berpengaruh

dalam proses ekstraksi yaitu ukuran @el dan pemilihan pelarut.

Pembengkakan partikel atau bahan berpengaruh terhadap perlakuan

awal dan

alat

yang dig-tmha Partikel akan membengkak sebesar dua sampai

tiga kali ukuran semula bila partikel atau bahan tersebut dilarutkan dalam

pelarut. Dalam sistem ekstraksi tertutup misalnya pada perkolasi atau ekstraksi

kontinyu,

ha1

ini dapat menimbulkan semacarn ledakan karena membesarnya

volume bahan secara tiba-tiba (Wijesekera 1991). Oleh katena itu pelarutan

bahan ddam pelanit sebelurn proses ekstraksi perlu dilakukan. Data j d a h

bahan yang larut pada pelarut tertentu dapat dijadikan dasar

untuk

menentukan
(181)

Nisbab j d a h

bahan

dengan pel- berpengaruh terhadap rendemen

ekstrak. Hal ini dilaporkan oleh Sinaga (1998) dari hail pemlitiannya dalam

mengekstrak pestisida

botani

dari Tephrosia vogelii. Belum diperoleh

informasi mngewi pengaruh

nisbah

jwnlah bahan dengan pelarut terhadap

karakteristik ekstrak insektisida botani dari Aglaia spp., namun dari beberapa

sumber dapat diperoleh informasi mengenai penggunaan nisbah tersebut.

Diana (1 998) menggumkan nisbah 1 :5 (b:v)

untuk

mengekstrak senyawa aktif

dari A. hannsiana, sedangkan Dono dan Prijono (1998) menggunakm nisbah

1:8,5

untuk

ekstraksi pada turn- yang sama. Prijono (1998) dan Lina

(1 999) menggunakan

nisbah

1 : 10 untuk tujuh spesies h i i l i Meliaceae.

Dalarn proses ekstraksi terjadi peristiwa d i h i , yaitu masuknya pelarut

ke dalam sel bahan

lcarena

perbedm tekanan. Pelarut yang rnasuk ke dalam

sel bahan temebut akan melarutkan senyawa bila kelarutan senyawa yang akan

diekstrak sama dengan pelarut (Wijesekera 1991). Nilai pH dapat

memaksimunnkan proses ekstraksi, nmun hal ini dipengaruhi juga oleh

kemmnpuan i o h i dari senyawa yang akan die- (Houghton dan Raman

1998). Menurut Wijesekera (1991), pH berperan penting dakw selektifaas.

Hal yang perlu diperhatikan yaitu senyawa yang akan diekstrak tidak boleh

tennai

pada

kondisi dengan nil& pH tertentu.

Secara

umum

lebi. mudah mengekstrak senyawa slam dari bahan yang berbentuk

bubuk

halus, namun ha1 ini tergantung pa&a jenis senyawa dan pelarut yang digunakan (Wijesekera 1991). Pruthi (1980) d a b Marwati

(1999) melaporkan bahwa

untuk tujuan ekstraksi,

rnaka perlu dilakukan
(182)

i n f o m i mengenai pengaruh ukuran partikel

bahan

untuk ekstraksi senyawa

aktif dari tumbuhan Aglaia spp. terhadap rendeman hasil ekstraksi, narnun

beberapa penelitian menggunakan ayakan berjalinan 1 mm (Diana 1998;

Wardani 1999) atau ayakan 0,s rnm (Dono dan Prijono 1998; Lina 1999)

4 mendapatkan bubuk halus bahan.

Kelamtan fllatu senyawa dalarn pelarut

akan

meningkat dengan

peningkatan suhu yang akan mempermudah penetrasi pelarut ke dalam sel

bahan.

Narmrn penggunaan suhu yang tinggi akan menyebabkan kehilangan

(loss) pada senyawa-senyawa tertentu yang tidak stabil pada keadaan tersebut

(Houghton

dan

Raman 1998). Pada umumnya ekstraksi senyawa aktif dari

bagian tumlxlhan Aglaia spp. dilakukan pada suhu ruang.

Jenis pelarut yang digunakan dalam proses ekstraksi akan

mempengaruhi jemis bahan yang akan terekstrak. S&t pelarut yang penting

terutarna yaitu kepolaran pelarut. P e h t nonpolar akan mengekstrak senyawa

nonpolar, demikian juga sebaliknya pelarut polar

akan

mengekstrak kornponen

polar pada

bahan

Pemilihan pelarut untuk ekstraksi

harus

disesuaikan dengan

senyawa

&if

yang dikandung

bahan,

disamping itu juga harus dilihat dari

segi ekonominya (Marwati 1999).

Mutu pelarut yang digunakan

dalam

proses ekstraksi m e n m Guenther

(1988) nxmphm Edktor yang paling mmetltukan berhasilnya suatu proses

ekstraksi. Pelarut yang ideal harus memiliki s p a t yaitu 1) pelarut

harus

dapat

melarutkan semua komponen yang die- dengan cepat

dan

sempurna, 2)

pelarut hams mempunyai titik didih yang rendah agar pelarut mudah diuapkan

(183)

pelarut hams bersifht inert sehingga tidak mudah bereaksi dengan komponen

yang diebtmk, 5) pelarut harts mempunyai titik didih yang seragam sehingga

jika diuapkan tidak &an tertinggal dalam bahan, 6) harga pelarut hams

serendah -in serta tidak mudah terbakar.

Ekstraksi senyawa aktif rokaglamida dari tumbuhan Aglaia spp. telah

banyak dilakukan dengan menggumkan berbagai jenis pelarut. Wardani

(1 999) rnenggmdm pelarut, aseton dan etanol untuk rnengekstrak insektisida

botrmi tersebut.

Hasil

penelitiamrya menunjukkan W w a etano1 menghasilkan

ekstra

Gambar

Gambar 1. Struktur k i i a  rokaglamida ........................................... Gambar 2
Tabel 1. Senyaw tunman rokaglamida yang diisolasi dari Aglaia spp. beserta
Gambar 2. G a m k  2 memperlihatkan hubungan keragaman struktur turunan
Gambar 7. Rendemen ekstrak A. odorata yang diperoleh dari proses
+7

Referensi

Dokumen terkait

Analisis residu insektisida aldrin dilakukan di Laboratorium Residu Bahan Agrokimia Balingtan di Bogor menggunakan Gas Chromatografi Varian Type 450 dengan

Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa inovasi teknologi TBS dipersepsi positif oleh petani di DIY, sebagian besar petani mempunyai persepsi

Dhomanah yang dapat disetor dan diambil kapan saja dengan mendapatkan hasil yang menguntungkan dari bagi hasil usaha BPRS Gala Mitra Abadi. Dengan setoran

Kartun yang berjudul Substance and Shadow karya John Leech merupakan sindiran yang disiapkan untuk pembangunan fresco di New Palace of Westminster (1843),

Untuk mengetahui bagaimana evaluasi pembelajaran tematik dalam meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran PAI di SMAN 1 Panggul..

Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran karakteristik pasien yang berkunjung ke poliklinik nyeri RSUP H.. Penelitian ini memakai desain deskriptif , sampel diambil

Kegiatan PKM pada kelompok tani rumput laut UMKM Kumbang Laut dan Sinar Laut terdapat peningkatan margin kontribusi dan nilai tambah pada produk es krim rumput laut

Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui bahwa nilai koefisien determinasi (R 2 ) pada kolom R square sebesar 0,657 ( 65,7%) yang dapat dinyatakan bahwa variabel label