• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Risiko dalam Perencanaan Pola Tanam di WKPP Lembursitu, Kecamatan Baros, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Risiko dalam Perencanaan Pola Tanam di WKPP Lembursitu, Kecamatan Baros, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat"

Copied!
184
0
0

Teks penuh

(1)

I &/PIG? [ j

'ip;;>

--J 1

PENGARUH

RI%I

LA

TANAN

DI

WKPP

LEMBURSIYU,

KEGAMATAN

BAROS,

KABUPWTEN

SUKABUhJII,

JAWA

BARAT

O l e h :

WIDVQNO

SOETJIPTO

A

22

0532

JURUSAN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOMI

PERTANBAN

FAKULTAS

PERTANlAN

(2)

RINGKASAN

WIDYONO SOETJIPTO. Pengaruh Risiko dalam Perencanaan Pola

Tanam di WKPP Lembursitu, Becamatan Baros, Kabupaten Sukabu-

mi, Jawa Barat (Di bawah bimbingan TJAHJADI SUGIANTOI.

Hazel1 (19711 mengembangkan suatu model program linier

berisilio yang diberi nama MOTAD (~Yinimization Of Total Ab-

solute Deviations). Secara sederhana model ini mengasumsi-

kan produsen meminimumkan deviasi negatif total dari penda-

patan kotornga, dengan kendala tingkat pendapatan tertentu

yang diterimanya. Model tersebut dinotasikan sebadai beri-

kut :

( 1 ) Halrsimum E ( 2 )

=

C I S ,

dengan kendala,

( 2 ) AX(B

( 3 ) C

-

C , ) X ,

+

Y r

2

0

( 4 ) Y r

I

i\

dimana X mewakill tlngkat aktivitas, A mewaklll koefis~en

input output, B mewakili liendala sumberdaya dan C j mewaliili

pendapatan kotor rata-rata. Sedangkan C r j

-

C, adalah per-

bedaan antara pendapatan kotor aktual dengan pendapatan

(3)

tif pada keadaan s dan mengukur total penjumlahan devia-

si negatif pada keadaan r. r merupakan waktu dilakukannya

aktivitas, sedangkan j merupakan rata-rata yang mewakili

waktu suatu aktivitas.

Model tersebut dicoba pada data usahatani di daerah pe-

nelitian dengan memperhitungkan pola tanam selama tiga musim

tanam, dengan menggunakan kendala lahan, tenaga kerja, dan

pupuk Urea serta TSP. Sebagai pembanding digunakan pula

program linier konvensional.

Model ~ i n i e r MOTAD memberikan pemecahan pola tanam ta-

naman utama desa Lembursitu berupa padi Cisadane setiap mu-

slm, Pada desa Situmekar den Cipanengah member1 pemecahan

padi IR 64 setiap musim. Hal ini sesuai dengan kondisi air

pada ketigs desa tersebut, dimana desa Lembursitu memperoleh

air terlebih dahulu dibandingkan kedua desa lainnya.

pemecahan optimal program linier konvensional maupun

program linier YOTAD memberikan toleransi bagi pengusahaan

padi

IR

64 dengan tanaman penyelang lietimun atau sawi hijau bagi ketiga desa tersebut. Disamping itu kedua model itu

juga menyarankan pengusahaan minapadi pada setiap musim.

Pengusahaan tanaman penyelang ini mempertinggi pendapatan

(4)

nya sedikit petani yang menanam tanaman penyelang ini, se-

hingga luasan penanamannya pun kecil. Penelitian ini meng-

anjurkan pada para petani untuk meningkatkan pengusahaan ta-

naman penyelang yang lebih beragam dengan memperhatikan daya

serap masing-masing komoditi penyelang.

Pada pemecahan program linier konvensional diperoleh

pendapatan ketiga desa tersebut sebesar Rp 756.454.610,-.

Sedangkan pemecahan model MOTAD sebesar Rp 721.120.300,-.

Bagi petani yang menghindari risiko, ia akan menginginkan

pendapatan yang lebih stabil dengan Bonsekuensi pendapatan

yang diterima akan menjadi lebih rendah dibandingkan dengan

petani yang menyukai risiko.

Hasil komputasi menunjukkan bahwa varibel lahan meru-

pakan sumberdaya yangtermanfaatkan secara penuh. Sedangkan

tenaga kerja pria dan wanita belum termanfaatkan secara pe-

nuh. Oleh karena itu masih terbuka peluang untuk memanfaat-

kan kelebihan tersebut pada sektor non pertanian seperti in-

dustri pedesaan, kerajinan, keterampilan dan lain-lain.

Perencanaan pola tanam optimal dengan memperhatikan un-

sur risiko di NKPP Lembursitu, Becametan Beros, Kabupaten

(5)

PENGARUH RISIKO D A L M PERENCANAAN POLA TANAM

DI WKPP LEMBURSITU, KECAMATAN BAROS,

KABUPATEN SUKABUMI, JAWA BARAT

Oleh

WIDYONO SOETJIPTO

A 22 0532

Laporan Penelitian

Sebagai salah satu syarat rnemperoleh gelar

Sarjana Pertanian

pada

Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor

JURUSAN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANIAN

FAICULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)

J u d u l

Nama

NRP

: PENGARUH R I S I K O DALAM PERENCANAAN POLA TANAM D I WKPP LEMBURSITU, KECAMATAN BAROS, KABUPA- TEN SUKABUMI, JAWA BARAT

: Widyono S o e t j i p t o

Menyutujui

D r . I r . T i a h . j a d i S u g i a n t o N I P . 1 3 0 367 087

S o s i a l E k o n o m i P e r t a n i a n

(7)

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa laporan penelitian

ini, benar-benar hasil karya saya sendiri dan belum pernah

diajukan pada perguruan tinggi dan lembaga manapun.

Bogor, Maret 1990

(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 20 Juni 1966

dengan orangtua Soetjipto Wirosardjono dan Muryati Soe-

t jipto.

Penulis lulus dari Sekolah Dasar Negeri 11 Cempaka

Putih Barat Jakarta pada tahun 1973 dan melanjutkan pen-

didikan pada Sekolah Menengah Pertama Negeri 4 Jakarta,

lulus pada tahun 1982. Kemudian melanjutkan pendidikan pada

Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Jakarta dan lulus pada tahun

1985. Selanjutnya pada tahun yang sama penulis diterima di

Institut Pertanian Bogor melalui jalur Sistem Penerim&.an

Mahasiswa Baru. Pada tahun 1386 penulis diterima pada

Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Elionomi Pertanian dengan Program

(9)

KATA PENGANTAR

Risiko dan ketidakpastian adalah suatu fenomena yang telah lama ada dalam proses pertanian. Beberapa faktor seperti, produktivitas, serangan hama, kondisi umum ekonomi saling berhubungan satu sama lain menciptakan situasi pengambilan keputusan yang khas yang akan dilakukan petani. Bagi petani, faktor ketidakpastian ini merupakan soal yang sangat berpengaruh dan karenanya berperan besar dalam pengambilan keputusan yang dilakukannya.

Beranjak dari premis tersebut saya menguji penerapan suatu model untuk menyusun pola tanam yang paling efisien dengan didasarkan pada keyakinan bahwa tingkah laku petani banyak didasarkan pada pertimbangan yang rasional. Artinya untuk memperoleh hasil yang optimal, para petani selalu dihadapkan pada proses pengambilan keputusan yang mengacu pada pola tanam yang efisien tetapi paling kecil risikonya.

Untuk tujuan tersebut, saya kumpulkan data primer dari penelitian di desa Lembursitu, Situmekar dan Cipanengah, Ke- camatan Baros, Sukabumi, Jawa Barat. Disamping itu, data sekunder pun dihimpun melalui instansi yang terkait. Lalu model berdasarkan pemikiran Hazel1 saya coba dengan data usahatani

.

di daerah penelitian dengan memperhitungkan pols tanam selama tiga musim tanam.

Has11 akhlr yang saya tuangkan dalam laporan penelitian ini tentu saja dapat terlaksana atas bantuan dan kerja sama dari berbagai pihak. Untuk x u , penulls pertama-ta~a me- ngucapkan terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada Bapak Dr. Ir. Tjahjadi Sugianto sebagal dosen pernbrrnblng utama. Pak Tjahjadi telah banyak sekali rneluangkan waktunya yang sangat berharga untuk membantu saya dalam memberi pe- ngarahan, bimbingan dan petunjuk dalam penulisan laporan pe- nelitian inr.

Ucapan terima kasih saya sampaikan pula kepada Bapak Ir. Sumardjo, $13 dan Drs. Endriatmo Soetarto, MA atas kese- disnnpa menjadi dosen penguji dalam pengu.jian laporan pe- nelitian ini. Iceduanya telah mernberikan korelisi dan saran

(10)

Kepada Ir. Hania Rahma dan Ir. Brahmantio Isdijoso saya ucapkan terima kasih atas bantuannya dalam menyumbangkan pe- ngetahuan untuk penyelesaian penulisan laporan penelitian ini

.

Ucapan terima kasih saya sampaikan juga kepada Bapali Tata Djumantara Bsc dan Bapak Agus Suherman Msc dari Pusat Pengolahan dan Penyajian Data; Biro Pusat Statistik yang telah banyak membantu dalam proses pengolahan data.

Terima kasih saya ucapkan kepada Poppy Julianti atas kerja samanya selama di daerah penelitian dan pengolahan da- ta awal.

Juga kepada semua responden dan pihak yang terkait di desa Lembursitu, Situmekar dan Cipanengah Kecamatan Baros Sukabumi yang telah bersedia diwawancarai dan memberi ke- terangan yang jujur untuk kepentingan penulisan laporan pe- nelitian ini, saya mengucapkan terima kasih yang tulus.

Iiemudian untuli semua teman-teman yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu namanya disini, saya mengucapkan pula terirna kasih atas dorongan semangat, bahan-bahan dan semua kerja samanya selama ini.

Alihirnya untulr yang tercinta Bapali, Ibu, Plbak Ani, Mbak Yanti dan Dini, terima kasih yang tak terhingga atas semua kasih sayang, perhatian, dorongan semangat dan bantuan yang tak henti-hentinya diberikan.

Patut pula disampaikan disini bahwa laporan penelitian ini barulah berupa langkah awal dari upaya untuk rnengkaji perencanaan pola tanam di bawah kondisi risiko, masih perlu diperdalam dan dikembangkan melalui studi-studi berikutnya. Semua kesalahan dan kekeliruan yang ada dalam laporan penelitian ini adalah semata-mata tanggung jawab saya.

n mogor, Maret 1350

(11)

DAFTAR IS1

Halaman

KATA PENGANTAR

. . .

i

DAFTAR IS1

. . .

iii

DAFTAR TABEL

. . .

Y DAFTAR GAMBAR

. . .

xii

PENDAHULUAN

. . .

1

Latar Belakang

. . .

1

Perumusan Masalah

. . .

3

Tujuan dan Kegunaan Penelitian

. . .

6

Sistematika Penulisan

. . .

6

KERANGKA TEORITIS

. . .

8

Sumber Risiko dan Ketidakpastian

. . .

8

Mengukur Preferensi Petani Terhadap RisiBo

. . .

12

Alokasi Sumberdaya Dibawah Kondisi Risiko

. . .

16

Penggunaan Program Faktor Berisiko

. . .

19

Model Program Linier MOTAD

. . .

26

MODEL DAN RONSEP PENGUKURANNYA

. . .

31

Penentuan Fungsi Tujuan

. . .

31

Penentuan Aktivitas

. . .

33
(12)

i v

Penentuan Faktor Lendala

. . .

36

Model Persamaan Penduga

. . .

41

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

. . .

4 7 METODOLOGI PENELITIAN

. . .

50

Metode Pengumpulan Data

. . .

50

Metode Pemilihan Lokasi

. . .

51

Metode Penarikan Contoh

. . .

51

Metode Pengolahan dan Analisa Data

...,..

53

HASIL DAN PEMBAHASAN

. . .

5 4 Maksimum Pendapatan dan Sumberdaya Lokasi Pene- litian

. . .

54

Hasil Pemecahan Optimal

. . .

70

Analisa Sensitivitas Pemecahan Optimal MOTAD

. . .

8 6 KESIMPULAN DAN SARAN

...

89

Kesimpulan

. . .

89

Saran

. . .

93

DAFTAR PUSTAKA

. . .

95
(13)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

I. Produksi, Harga, Penerimaan, Blaya dan Pendapatan

Aktivitas Terpilih di Desa Lembursitu

. . .

5 5

2. Produksi, Harga, Penerimaan, Biaya dan Pendapatan

Aktivitas Terpilih di Desa Situmekar

. . .

5 7

3 . Produksi, Harga, Penerimaan, Biaya dan Pendapatan

Aktivitas Terpilih di Desa Cipanengah

...

59

1. Luas Lahan Sawah di WKPP Lembursitu pada M u s h Ta-

nam I , I1 dan I11

. . .

6 1

9 . Luas Pengusahaan Minapadi di WKPP Lembursitu pada

Musim Tanam I , I1 dan I11

. . .

6 1

6. Luas Pengusahaan Tanaman Penyelang Utama pada Mu-

sim Tanam I1 dan I11

. . .

6 3

7. Kebutuhan Tenaga Kerja Pria dan Wanita di Desa Lembursitu Dihubungkan dengan Ketersediaannya di

...

WKPP Lembursitu 65

8. Kebutuhan Tenaga Kerja Pria dan Wanita di Desa Situmekar Dihubungkan dengan Ketersediaannya di

WICPP Lembursitu

. . .

6 6

9. Kebutuhan Tenaga Kerja Pria dan Wanita di Desa Cipanengah Dihubungkan dengan Ketersediaannya di

WKPP Lembursitu

. . .

6 7

10. Kebutuhan dan Ketersediaan Tenaga Ternak di WKPP

Lenbursitu

. . .

S 9

1 1 . Kebutuhan Pupuk per Hektar Berdasarkan Beberapa Aktivitas Terpilih dalam Musim Tanam I , I1 dan I11

(14)

12. Kebutuhan Pupuk per Hektar Berdasarkan Beberepa Aktivitas Terpilih dalam Musim Tanam I , I1 dan 111

di Desa Situmekar

...

72

13. Kebutuhan Pupuk per Hektar Berdasarkan Beberapa Aktivitas Terpilih dalam Musim Tanam I , I1 dan 111

di Desa Cipanengah

...

73

14. Pendapatan Rata-Rata Beberapa Aktivitas Terpilih

dalam Pola Tanam di WKPP Lembursitu

. . .

i 5 15, Perbandingan Hasil Program Linier Konvensional de-

ngan Pemecahan MOTAD

. . .

77

16. Analisa Sensitivitas Pemecahan Optimal MOTAD

...

88

17. Pola Tanam di Desa Lembursitu, Raros, Sukabumi

. . . .

9 0

18. Pola Tanam di Desa Situmekar, Baros, Sukabumi

. . .

91

19. Pola Tanam di Desa Cipanengah, Baros, Sukabumi

. . . .

92

Lampi ran

1. Jumlah Penduduk, Angkatan Ker,ja, Jumlah Angkatan Kerja yang Masih Sekolah, dan Jumlah Angkatan Kerja Nyata di Wilayah Rerja Penyuluh Pertanian Lembur-

situ

. . .

99

2. Rasio Prla dan Wanlta dl Nilayah K e r ~ a Penyuluh

Pertanian Lembursitu

. . .

100

3. Jumlah Angkatan Ker,ja Npata yang Beker,ja di Sektor

Pertanian Henurut Jenis Kelamin

. . .

101

4 . Jumlah Angkatan I<er,ja Nyata Pertanian Pria Pada Saat Pengolahan Tanah Atau Panen dan Pada Saat,

Pemeliharaan

. . .

102

5 . Jumlah Ternak Xerbau dl Wllayah her,]a Penvuluh

(15)

vii

6. Luas Areal Sawah dengan Sistem Pengairan Pedesaan

Di WKPP Lembursitu

. . .

104

7. Luas Areal Sayuran Penyelang Musim Hujan di WKPP

. . .

Lembursitu 105

8. Luas Areal Sayuran Penyelang Musim Kemarau di WKPP

Lembursitu

...

106

9. Luas Areal Minapadi Pada Setiap Musim Tanam di WKPP

Lembursitu

. . .

107

10. Rata-Rata Produksi, Pengeluaran dan Pendapatan per Hektar Usahatani Padi Cisadane (musim tanam pertamal di Desa Lembursitu

...

108

11. Rata-Rata Produksi, Pengeluaren dan Pendapatan per Hektar Usahatani Padi

IR

64 (musim tanam pertama)

. . .

di Desa Lembursitu 109

12. Rata-Rata Produksi, Pengeluaran dan Pendapatan per Hektar Usahatani Padi Cisadane (musim tanam pertama) di Desa Situmekar

. . .

110

13. Rata-Rata Produksi, Pengeluaran dan Pendapatan per Hektar Usahatani Padi IR 64 (musim tanam pertarnal

di Desa Situmekar

. . .

111

11. Rata-Rata Produksi, Pengeluaran dan Pendapatan per Hektar Usahatani Padi Cisadane (musim tanam pertama)

. . .

di Desa Cipanengah 112

15. Rata-Rata Produksl, Pengeluaran dan Pendapatan per Hektar Usahatani Padi IR 64 (musim tanam pertama)

. . .

di Desa Cipanengah 113

16. Rata-Rata Produksi, Pengeluaran dan Pendapatan per Hektar Usahatan: Padi Cisedane !mus:m tanam kedua!

. . .

di Desa Lembursitu 114

17. Rats-Rats Produksi, Pengeluaran dan Pendapatan per Hekcar Usahatani Padi LR 64 lmusim tanam keduai di

(16)

viii

1 8 . Rata-Rata Produksi, Pengeluaran dan Pendapatan per Hektar Usahatani Padi Cisadane (musim tanam kedua)

di Desa Situmekar

...

1 1 6

1 9 . Rata-Rata Produksi, Pengeluaran dan Pendapatan per Hektar Usahatani Padi IR 6 4 (musim tanam kedua) di

Desa Situmekar

. . .

117

2 0 . Rata-Rata Produksi, Pengeluaran dan Pendapatan per Hektar Usahatani Padi Cisadane (musim tanam keduai

di Desa Cipanengah

...

1 1 8

2 1 . Rata-Rata Produksi, Pengeluaran dan Pendapatan per Hektar Usahatani Padi IR 6 4 (musim tanam kedual di

...

di Desa Cipanengah 1 1 9

2 2 . Rata-Rata Produksi, Pengeluaran dan Pendapatan per Hektar Usahatani Padi Cisadane (musim tanam lietigai

di Desa Lembursitu

. . .

1 2 0

2 3 . Rata-Rata Produksi, Pengeluaran dan Pendapatan per Hektar Usahatani Padi IR 6 4 (musim tanam ketigai

di Desa Lembursitu

. . .

1 2 i

2 4 . Rata-Rata Produksi, Pengeluaran dan Pendapatan per Hektar Usahatani Padi Cisadane (musim tanam ketiga)

. . .

di Desa Situmekar 1 2 2

2 5 . Rata-Rata Produksi, Pengeluaran dan Pendapatan per Hektar Usahatani Padi IR 6 4 imusim tanam ketiga)

. . .

di Desa Situmekar 1 2 3

2 6 . Rata-Rata Produksi, Pengeluaran dan Pendapatan per Hektar Usahatani Padi Cisadane (musim tanam ketiga)

. . .

di Desa Cipanengah 1 2 4

2 7 . Rata-Rata Produksi, Pengeluaran dan Pendapatan per Hektar Usahatani Padi IR 6 4 (musim tanam ketiga)

. . .

di Desa Cipanengah 1 2 5

28. Rata-Rata Produksi, Pengeluaran dan Pendapatan per Hektar Budidaya Ikan Has di Sawah/Yinapadi imusim

. . .

(17)

29. Rata-Rata Produksi, Pengeluaran dan Pendapatan per Hektar Budidaya Ikan Mas di Sawah/Minapadi (musim tanam pertama) di Desa Situmekar

...

30. Rata-Rata Produksi, Pengeluaran dan Pendapatan per Hektar Budidaya Ikan Mas di Sawah/Minapadi (musim tanam pertarnal di Desa Cipanengah

. . .

31. Rata-Rata Produksi, Pengeluaran dan Pendapatan per Hektar Budidaya Ikan Mas di Sawah/Minapadi (musim tanam kedua) di Desa Lembursitu..

...

32. Rata-Rata Produksi, Pengeluaran dan Pendapatan per Hektar Budidaya Ikan Mas di Sawah/?linapadi (musim

...

tanam kedua) di Desa Situmekar

33. Rata-Rata Produksi, Pengeluaran dan Pendapatan per Hektar Budidaya Ikan Mas di Sawah/Minapadi (musim i?nam kedua) di Desa Cipanengah

. . .

31. Rata-Rata Produksi, Pengeluaran dan Pendapatan per Hektar Budidaya Ikan Mas di Sawah/Minapadi (musim

. . .

tanam ketiga) di Desa Lembursitu

35. Rata-Rata Produksi, Pengeluaran dan Pendapatan per Hektar Sudidaya Ikan Mas di Sawah/Minzpadi (musim tanam ketigai di Desa Situmekar

. . .

36. Rata-Rata Produksi, Pengeluaran dan Pendapatan per Helitar Budidaya Ikan Mas di Sawah/Minapadi (musim tanam ketiga) di Desa Cipanengah

. . .

37. Rata-Rata Produksi, Pengeluaran dan Pendapazan per Hektar Usahatani Ketimun (penyelang pertama) di Desa Lembursitu

. . .

38. Rata-Rata Produksi, Pengeluaran dan Pendapatan per Iiektar Usahatani Ketimun i pen:ielang per-Lama: di

. . .

Desa Situmekar

(18)

40. Rata-Rata Produksi, Pengeluaran dan Pendapatan per Hektar Usahatani Ketimun (penyelang kedua) di Desa

...

Lembursitu 138

4 1 . Rata-Rata Produksi, Pengeluaran dan Pendapatan per Hektar Usahatani Ketimun (penyelang kedua) di Desa

. . .

Situmekar 139

12. Rata-Rata Produksi, Pengeluaran dan Pendapatan per Hektar Usahatani Ketimun (penyelang kedua) di Desa

...

Cipanengah 140

43. Rata-Rata Produksi, Pengeluaran dan Pendapatan per Hektar Usahatani Sawi Hijau (penyelang pertama) di

. . .

Desa Lembursitu 1 4 1

44. Rata-Rata Produksi, Pengeluaran dan Pendapatan per Hektar Usahatani Sawi Hijau (penyelang pertama) di

. . .

Desa Situmekar 142

45. Rata-Rata Produksi, Pengeluaran dan Peudapatan per Hektar Usahatani Sawi Hijau (penyelang pertama) di

. . .

Desa Cipanengah 143

16. Rata-Rata Produksi, Pengeluaran dan Pendapatan per Hektar Usahatani Sawi Hijau (penyelang kedua) di

Desa Lembursitu

. . .

1 4 4

47. Rata-Raca Produksi, Pengeluaran dan Pendapatan per Hektar Usahatani Saw1 Hijau (penyelang kedua) di

Desa Situmekar

. . .

145

18. Rata-Rats Produksl, Pengeluaran dan Pendapatan per Hektar Usahatani Sawi HiJau (penyelang kedua) di

Desa Cipanengah

. . .

1 4 6

4 9 . Aktivitas Terpilih Dalam Pola Tanam di WKPP Lembur- situ

. . .

1 4 7

50. Kendala dalam Pola Tanam Aktivitas Terpilih di WKPP

(19)

5 1

.

Matriks Perencanaan Pola Tanam Dengan Program Li-

nier Konvensional

. . .

153

5 2

.

Matriks Perencanaan Pola Tanam Dengan Program Li-

nier MOTAD

. . .

1 5 5

. . .

.

53 Pemecahan Optimal Program Linier MOTAD 157

(20)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Tiga Kemungkinan Bentuk Fungsi yang Menghubung-

kan Utiliti dengan Kekayaan

. . .

14

2. Rencana Usahatani Optimal

E

-

V

...

2 3
(21)

PENDAHULUAN

Latar Belakanc

Pembangunan Sektor Pertanian dalam arti luas dilaksa-

nakan melalui peningkatan usaha-usaha intensifikasi, eksten-

sifikasi, diversifikasi dan rehabilitasi. Usaha-usaha ter-

sebut bertujuan untuk meningkatkan produksi pertanian dalam

memenuhi kebutuhan pangan dan peningkatan pendapatan

sebagian besar rakyat pedesaanl. Usaha pemerintah di sektor

pertanian dengan pendekatan dan tujuan tersebut diatas mem-

bawa hasil tercapainya swasembada beras pada tahun 1 9 8 4 .

Guna mempertahankan, bahkan meningkatkan swasembada ter-

sebut, dilakukan berbagai upaya pengenalan teknologi baru

kepada para petani; seperti Supra Insus Paket D dengan hasil

yang cukup memuaskan di jalur Pantai Utara Jawa. Se jalan

dengan upaya tersebut, dilakukan pula kebijakan diver-

sifikasi pangan, guna menghindari ketergantungan pada beras.

Dalam rangka memantau perkembangan produksi beras, BPS

melalui ramalan I1 memperkiralian sekurang-kurangnya 4 1 . 4 5 9

ton gabah kering giling dapat dihasilkan pada tahun 1 9 8 8 .

(22)

2

Ramalan itu dibuat berdasarkan data luas tanam dan asumsi

keadaan cuaca tetap menguntungkan sampai akhir tahun, se-

rangan jasad pengganggu dapat dikendalikan dan penyediaan

sarana produksi cukup lancarz. Pengaruh unsur-unsur keti-

dakpastian mengenai cuaca, jasad pengganggu dan kelancaran

penyediaan sarana produksi tersebut, merupakan suatu feno-

mena yang telah lama timbul dalam proses produksi pertanian.

Beberapa faktor seperti keadaan cuaca, serangan haaa dan pe-

nyakit tumbuhan, kondisi umum ekonomi, adopsi teknologi ser-

ta kebijakan kelembagaan saling berhubungan satu sama lain.

Faktor-faktor itu menciptakan situasi pengambilan keputusan

yang lihas yang alian dilakulian petani (Mapp, & a l , 1 9 7 9 )

Beberapa ahli ekonomi pertanian berpendapat, bila saja

lieputusan yang diambil petani dan seleksi alam mempunyai

waktu untuk menyesuaikan diri dengan perubahan teknologi,

maka alokasi sumberdaya pertanian akan lebih efisien; ke-

cuali bila terjadi distorsi yang diakibatkan oleh liebijakan

pemerintah. Mereka menyadari bahwa petani yang rasional

ZRamalan TI Produlisi Padi/Beras di Indonesia tahun

(23)

3

tetapi miskin akan menghindari risiko. Petani ini berang-

gapan bahwa teknologi modern mengandung lebih banyak risiko

dibandingkan dengan cara tanam yang tradisional, sehingga

petani dengan penghasilan rendah akan mengabaikan teknologi

baru (Roumasset, et al, 1979).

Banyaknya penduduk Indonesia yang bekerja pada subsek-

tor pertanian tanaman pangan dengan penguasaan lahan yang

terbatas, menyebabkan risiko dan lietidakpastian menjadi ma-

salah yang memerlukan perhatian. Hipotesa alokasi sumber

daya yang tidak efisien dan sikap petani kecil terhadap

telinologi baru tidak dapat diterima begitu saja tanpa pengu-

jian empiris yang teliti.

Perumusan Masalah

Terbatasnya penguasaan terhadap iklim, perilaku pasar

tempat mereka menjual produksi dan lingkundan kelembagaan

tempat mereka berusahatani menyebabkan petani selalu

dihadapkan pada masalah ketidakpastian terhadap besarnya

pendapatan usahatani yang dapat diperolehnya. Pada petani

kecil, terutama petani subsisten, Paktor ketidakpastian ini

merupakan suatu ha1 yang sangat berpengaruh dan karenanya

(24)

4

lakukannya (Soekartawi, et al, 1 9 8 6 ) . Bila sikap yang diam-

bil adalah menghindari risiko, maka risiko akan bertindak

sebagai penghambat proses produksi dan menyebabkan peng-

alokasian sumberdaya secara tidak optimal. Tetapi bila pe-

tani menyenangi risiko maka akan terjadi ha1 yang sebaliknya

(Anderson, et al, 1 9 7 7 ) .

Sebuah hipotesa menyatakan bahwa sikap menghindari

risiko menyebabkan petani menan+m terlalu banyak tanaman

subsisten dan terlalu sedikit tanaman komersial dalam alo-

kasi pemanfaatan lahannya (Roumasset,

e

al, 1 9 7 9 ) . Bahkan

penelitian Sutti Ortiz dalam Roumaset ( 1 9 7 9 ) menunjukkan

bahwa petani kecil menyisakan lahannya untuk diberakan.

Tujuannya, bila hasil panen dari tanaman komersial, dan

tanaman subsisten tidak mencukupi kebutuhan hidupnya, masih

dimungkinkan untuk menanam tanaman subsisten lebih banyak.

Rebijakan diversifikasi yang tengah dijalankan menuntut

penggunaan sumberdaya yang sangat kompetitif, terutama peng-

gunaan lahan ynng jumlahnya sangat terbatas. Hal tersebut

ditambah lagi dengan introduksi teknologi baru dalam pengu-

sahaan padi dengan menggunakan input secara lebih intensif

menyebabkan petani dihadapkan pada pengambilan keputusan

(25)

5

Keputusan yang diambil secara rasional oleh petani, ber-

dasarkan pertimbangan untuk memperkecil risiko dengan mena-

nam tanaman subsisten lebih banyak, ternyata secara ekonomis

tidak menghasilkan alokasi sumberdaya yang optimal. Aki-

batnya pendapatan yang diperoleh dari keputusan rasional

semacam itu, belum mencapai tingkat maksimum.

Bertolak dari hipotesa tersebut, timbul beberapa per-

tanyaan sehubungan dengan timbulnya risiko dan Icetidalrpas-

tian dalam proses produksi pertanian. Pertanyaan-pertanyaan

itu ialah:

(1) Pendekatan apa yang dapat digunakan untuk dapat mene-

rangkan dengan baik peran risiko dan ketidakpastian da-

lam usahatani,

(2) Bagaimana alokasi penggunaan laban dapat diupayakan

agar optimal, dalam suatu bentuk perencanaan usahatani

yang efisien dengan risiko yang minimum.

Jawaban atas kedua pertanyaan tersebut sangat penting

guna mengetahui alasan yang membentuk sikap petani dalam

(26)

Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana :

( 1 ) Faktor risiko dan ketidakpastian mempengaruhi proses

produksi yang dilakukan petani, dan

(2) Penerapan metoda program linier sebagai salah satu

alternatif pendekatan normatif bagi pengambilan kepu-

tusan.

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini.diharapkan

dapat memberi gambaran yang jelas mengenai kedua persoalan

tersebut, guna memberi landasan yang baik bagi pengambilan

keputusan petani dalam mengalokasikan sumberdayanya. Secara

khusus penelitian ini bertujuan untuk menerapkan usaha-

usaha pengembangan pola penggunaan lahan bagi perencanaan

usahatani tanaman setahun secara optimal, agar dapat meng-

hasilkan pendapatan yang setinggi-tingginya dengan risiko

yang seliecil-kecilnya bagi petani di daerah pedesaan.

Sistematika Penulisan

Laporan praktek lapang ini terbagi atas tujuh bab. Bab

pertama menjelaskan latar belakang yang mendasari hadirnya

risiiio dan ketidakpastian dalam usahatani, serta menyoroti

pokok permasalahan dalam masalah tersebut yang dihadapi di

(27)

7

Indonesia. Bab kedua menerangkan kerangka teoritis tentang

ragam dan periiaku risiko dan ketldakpastian serta

pendekatan-pendekatan yang dilakukan untuk mengenali kedua

masalah tersebut. Selanjutnya akan dibahas pula bagaimana

sikap petani menghadapi keadaan tersebut. Kemudian

diterangkan penggunaan program linier yang dikemukakan

oleh Hazel ( 1 9 7 1 ) untuk memecahkan masalah risiko dan

ketidakpastian sebagai salah satu pendekatan normatif, de-

ngan menerapkan model pendekatan E-A (The Expected Income-

Mean Absolute Income Deviation)

.

Pada bab ketiga dijelas-

kan model dan konsep pengukuran yang digunakan dalam

penelitian ini. Penggunaan program linier ini akan dicoba

untuk diterapkan pada masalah yang terjadi dari data

usahatani di Indonesia. Bab Beempat menerangkan keadaan

umum daerah penelitian yang mengambil lokasi di Kecamatan

Baros, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Pada bab kelima

akan diterangkan metodologi yang dipergunakan dalam

penelitian ini. Pada bab keenam akan diterangkan hasil dan

pembahasan yang diperoleh dari penelitian lapang tersebut.

(28)

KERANGKA T E O R I T I S

Sumber Risiko dan Ketidakpastian

Banyak definisi risiko dan ketidakpastian dikemukakan

oleh para ahli ekonomi pertanian, dengan titik berat yang

berbeda-beda. Roumasset (1979) berpendapat bahwa ketidak-

pastian adalah suatu situasi yang dihadapi individu, dalam

arti adanya kemungkinan hasil alternatif dari tindakan yang

diambilnya. Sedangkan risiko berhubungan dengan derajad

ketidakpastian. Lebih lanjut ia berpendapat bahwa untuk me-

rumuskan suatu keputusan tertentu gang akan diambil, sikap

seseorang sangat tergantung pada definisi mengenai risiko.

Roumasset (1973) melaporkan, sesuai dengan hasii konperensi

ADC (Agricultural Development Council1 mengenai risiko,

bahwa :

( 1 ) Risiko adalah suatu ukuran dari sebaran hasil yang

mungkin dicapai, seperti varians misalnya. Pende-

katan ini sering merupakan suatu proksi yang baik

dalam memecahkan masalah risiko (Rahma, 1988).

(2) Risiko adalah suatu probabilita pendapatan dari ke-

putusan yang diambil yang jatuh di bawah tingkat

(29)

9

contoh, bila tingkat bencana adalah keuntungsn mini-

mum ("zero profit"), maka risiko secara sederhana ada-

lah probabilita terjadinya kerugian.

( 3 ) Risiko sukar didefinisikan tetapi dapat dimengerti,

yang dikemukakan oleh Joseph

E.

Stiglitz (Roumasset,

1 3 7 3 ) .

Frank Knight dalam Debertin (1986) membedakan antara

risiko dan ketidakpastian. Ia berpendapat dalam lingkup pe-

ngertian ketidakpastian, hasil yang dicapai dan probabili-

tanya sama-sama tidak diketahui. Sedangkan dalam lingkup

risiko, baik hasil maupun probabilitanya sama-sama telah

diiietahui

.

Perbedaan pandangan mengenai risiko dan ketidakpastian

ini disebabkan tidak terdapatnya kesepakatan yang pasti ten-

tang definisi istilah-istilah tersebut (Roumasset, 1979).

Penelitian ini menggunakan pendekatan yang diajukan Debertin

(1986) yang beranggapan bahwa lebih tepat kiranya bila me-

nganggap risiko dan ketidakpastian sebagai satu kesatuan.

Banyak kejadian-kejadian dalam pertanian yang terletak dian-

tara keduanya. Biasanya hanya sebagian dari informasi men-

genai hasil gang mungkin dicapai dan probabilitanya, yang

(30)

10

Anderson, & al, (1977) membagi pendekatan rnengenai

terjadinya risiko dalam proses produksi kedalam dua

bagian yaitu; pendekatan analitis dan pendekatan kasar.

Dalam model analitis, proses produksi dicirikan oleh peng-

gunaan tiga macam variabel input. Ketiga tipe variabel ter-

sebut diklasifilcasikan sebagai berikut:

( 1 ) Variabel input yang berada dibawah kontrol produsen,

seperti variabel keputusan. Variabel ini dinotasikan

dengan vi

,

i

=

1,2,.

. .

, I r e

(2) Variabel input yang berada diluar kontrol produsen dan

bersifat stokastik serta nilainya tidak diketahui pada

saat pengambilan keputusan mengenai vi

.

Variabel ini

dinotasikan dengan s j , j

=

1 , 2 , .

. .

,

r.

( 3 ) Variabel Input yang berada diluar kontrol produsen

tetapi nilainya diketahui pada saat pengambilan

keputusan. Variabel ini dinotasikan dengan q,, w :

1 2 . r n Didalamnya termasuk variabel yang bersifat

tetap (seperti kesuburan tanah) maupun yang bersifat

stokastik yang dilcetahui pada saat pengambilan

keputusan (seperti curah hujan).

Dengan demikian fungsi produksi dapat dinotasikan

(31)

11

Y

=

f ( V I ,

. . . ,

vz,

. . .

, ~ ; S L , 5 2 t . . . , S r ; q ~ j . 1 . , q 2 ) . . . t C l m )

dimana variabel qw telah tertentu, sehingga hanya variabel

v, dan variabel sj yang mempengaruhi nilai y. Ketidakpas-

tian hasil y dengan demilrian hanya disebabkan oleh variabel

sj, karena variabel

w

sepenuhnya berada dibawah kontrol

produsen.

Sehubungan dengan ha1 itu Drynan (1387) membagi empat

sumber utama ketidakpastian sebagai berilrut:

( 1 ) Ketidakpastian hasil, biasanya dipengaruhi lingkungan.

( 2 ) Ketidakpastian pasar, biasanya dipengaruhi harga output

dan kadang-kadang juga harga input.

( 3 ) Ketidakpastian kelembagaan dan pemerintah, dalam bentuk

perubahan peraturan perdagangan, kebijakan subsidi dan

lain-lain.

(1) Ketidakpastian teknologi disebabkan perubahan teknologi

dan kekurangan informasi tentang teknologi.

Penyimpangan ini sangat besar pengaruhnpa bagi para

petani produsen. Dengan mengetahui sumber ketidakpastian

ini dapat diterangkan bagaimana risiko dapat memasuki suatu

flings i produksi pertanian dan membentuk sikap petani dalam

(32)

Mengukur Preferensi Petani terhadap Risiko

Keinginan petani untuk menerima risiko sangat berhu-

bungan dengan kemampuannya secara fisik. Kepuasan atau

utiliti yang diterima dari pendapatan usahatani akan menen-

tukan sikap yang akan diambilnya dalam menghadapi risiko.

Dengan demikian tujuan setiap petani adalah kepuasan mak-

simum yang dibatasi oleh kendala dari pendapatan yang dite-

rimanya (Debertin, 1986).

Dengan menambah asumsi khusus pada model konvensional

utiliti ordinal maksimum, maka dapat diketahui preferensi

dari pengambil !%eputusan yang ditunjukkan oleh fungsi

utiliti dalam bentuk lain. Fungsi ini adalah nilai harapan

dari fungsi utiliti kardinal yang didefinisikan dendan

ukuran tertentu. Teori utiliti harapan ini dikemukakan oleh

Dillon (Roumasset, 1979).

Untuk mengukur fungsi utiliti ini diperlukan asumsi-

asumsi khusus yang mendasarinya. Contohnya, suatu fungsi

utiliti diasumsikan dapat diketahui dengan memperhatikan

adanya suatu ukuran, uang atau kekagaan, pada suatu periode

tertentu. Teori utiliti harapan menyatakan Sahua preferensi

terhadap risiko dapat diukur dengan pendapatan yang dite-

(33)

13

keadaan sebenarnya yang dihadapi oleh pengambil keputusan

dibawah kondisi ketidakpastian (Roumasset, 1979). Jadi pi-

lihan yang diambil oleh petani didasarkan pada kriteria yang

dapat meningkatkan kepuasan maksimum.

Doll dan Orazem (1984) serta Debertin ( 1 9 8 6 ) membagi

fungsi utiliti tersebut dalam tiga bagian yang mewakili tiga

respon manajer terhadap situasi tertentu (Gambar 1):

( 1 ) Fungsi utiliti m a ~ ~ a j e r adalah fungsi linier dari keka-

yaan. Setiap penambahan rupiah memberikan kepuasan mar-

ginal yang sama bagi djrinya. Dengan kata lain, turu-

nan pertama dari fungsi utiliti terhadap kekayaan ada-

lah konstan dan turunan keduanya sama dengan nol. Pada

kasus ini manajer disebut netral terhadap risiko.

(2) Fungsi utiliti manajer berbentuk konkaf. Setiap penam-

bahan rupiah memberilian kepuasan yang lebih rendah se-

hingga marginal utilitinya bernilai positif tetapi se-

makin berkurang. Turunan pertama bernilai positif,

sedangkan turunan keduanya bernilai negatif. Pening-

katan kekayaan menyebabkan peningkatan yang lehih ren-

dah pada kepuasan yang diterimanya. Sehingga Berugian

akan mengurangi utiliti lebih besar dibandingkan dengan

(34)

utiliti utiliti

kekayaan

A . R,i,siko Netral

utiliti

I

kekayaan C. Penerima Risiko

kekayaan

B.

Penghindar ~ i s i k o

G a m b a r 1 . T i g a k e m u n g h i n a n bentuk f u n g s i pang m e n g h u b u n g k a n

[image:34.595.71.559.119.708.2]
(35)

ini bersikap menghindari risiko. Dengan asumsi petani

akan menerima pendapatan yang lebih besar bila ia ber-

sedia berkorban untuk menerima risiko dan ketidakpas-

tian, maka penghindar risiko akan mempunyai fungsi

utiliti yang meningkat dengan laju yang lebih rendah

dibandinglian dengan peningkatan pendapatan (Debertin,

1986).

( 3 ) F ~ n g s i utiliti manajer yang berbentuk konveks. Pada

saat kekayaan meningkat, maka utiliti marginal dari

uang juga meninpkat. Baik turunan pertama maupun

turunan kedua dari fungsi utilitinya mempunyai nilai

positif. Hal ini disebablian peningkatan kekayaan me-

ngakibatlian peningkatan utiliti yang lebih tinggi,

sehingga manajernya disebut menyukai risiko.

Harus diperhatikan bahwa contoh diatas hanya mewakili

sebagian dari fungsi utiliti dan hanya menggunakan satu

variabel yaitu kekayaan.

Model utiliti harapan ini dikenal sebagai model op-

timal. Karena penyelesaian yang diberikan menggambarkan

tindakan terbaik pang dilakukan oleh seseorang dengan lien-

dala relevan pang membatasinya. Akan tetapi model ini tidak

(36)

katan utiliti harapan ini juga didasarkan pada asumsi yang

sangat lemah, terutama bila diterapkan pada masalah kepu-

tusan suatu periode. Kelemahan lainnya adalah fungsi

utiliti jenis ini diduga sangat sensitif terhadap teknik in-

terview yang dilakukan. Penanya yang berbeda, dengan metode

yang sama, tetapi tidak persis, akan memberikan hasil yang

jsuh berbeda. Tipe interview yang mengandung bias ini dapat

diatasi dengan cara memberikan pertanyaan yang "tepat" pada

subjek, akan tetapi sejauh ini prosedur interview yang te-

pat belum didefinisikan (Roumasset, 1979).

Alokasi Sumberdaya Dibawah Kondisi Risiko

Pengaruh risiko pada alokasi sumberdaya dikemukakan

oleh Anderson, et al, (1377) dan Hey dalam Doll dan Orazem

(1384). Karena contoh sederhana dapat segera menjadi kom-

pleks, maka diperlukan pendekatan yang berlaku secara umum.

Anderson, et al, (1377) menggunakan pendekatan basus satu

input faktor dengan satu produk. Persamaan tersebut

(37)

Profit

=

P y Y

-

P I X

-

TFC

dimana, 9 : input variabel

PX : harga input variabel

Y : output

P y : harga output

TFC : biaya tetap total

Persamaan tradisional keuntungan ini dikonversikan di-

bawah kondisi risiko dengan asumsi satu atau lebih variabel

( X , px

,

Y , P y ) bersifat acak (random). Jika X bernilai

acak, maka Y juga bernilai acak karena Y adalah fungsi dari

-".

X. Utiliti didefinisikan sebagi fungsi dari keuntungan,

sehingga Utiliti

=

U (keuntungan). Manajer diasumsikan

memaksimumkan utiliti harapannya.

Pada hampir semua kasus sederhana, P, diasumsikan tetap

dan

X

jumlahnya dapat dikontrol oleh manajer. Y adalah variabel acak dengan harga, P y , yang bernilai acak pula.

Penyelesaian akhir dan interpretasinya dikemukakan oleh

Young dalam Doll dan Orazem ( 1 9 8 4 ) . Utiliti maksimum untuk

situasi di atas dinyatakan sebagai berikut:

EI VMPr !

=

P,

+

RI

dimana E(VMP,) adalah nilai produk marginal harapan. Xarena

(38)

18

dapat diterangkan secara intuitif sebagai pendapatan jangka

pan.j ang

.

Persamaan di atas menghubungkan antara nilai produk

marginal harapan dengan harga input, P,, ditambah atau

dikurangi oleh faktor risiko ( R I ) . R adalah sikap menghin-

dari risiko dari manajer usahatani dan

I

adalah sumbangan marginal bagi risiko pada setiap penambahan satu unit input.

I biasanya bernilai positif, sehingga pe~~garuh pada input

hanya tergantung pada nilai R yang disebut juga sebagi " k o e -

f i s i e n risiko". Bila manajer bersikap netral terhadap

risiko, atau dengan kata lain R

=

0 , maka manajer akan meng-

gunakan sejumlah input yang menghasilkan keuntungan maksimum

jangka panjang. Bila mana.jer bersikap menghindari rislko,

atau dengan kata lain R

>

0 , maka input yang digunakan men- jadi tidak optimum (Doll dan Orazem, 1984).

Sikap yang diambil petani sangat menentukan alokasi

sumberdaya yang digunakannya dalam proses produksi. Sehing-

ga bagi penentuan kebijakan, sumber dari penolakan risiko

harus diketahui sebelum diambil kesimpulan bahwa ha1 ter-

(39)

1 9

Penpgunaan Program Faktor Berisiko

Perencanaan usahatani bersifat menguji implikasi pe-

ngaturan kembali sumberdaya. Sifat keterpaduan usahatani

kecil, merupakan dasar untuk menganggap sistem usahatani se-

bagai satu kesatuan. Oleh sebab itu beberapa cabang usaha

atau metode produksi saling bersaing dalam menggunakan sum-

berdaya usahatani yang terdiri dari lahan, kerja dan modal

(Soekartawi et al, 1986).

Salah sate pendekatan bagi perencanaan usahatani yang

biasa digunakan adalah pendekatan program linier (Nasendi

dan Anwar, 1985; Soekartawi et al, 1986). Dalam program

linier, tekanan diletakkan pada alokasi optimal atau kom-

binasi optimum sumberdaya. Alokasi optimal tersebut tidak

lain bertujuan untuk memaksimumkan atau meminimumkan f u n g s i

t u j u a n yang memenuhi syarat-syarat yang dikehendaki oleh

k e n d a l a dalam bentuk lietidalisamaan l i n i e r . .4grawal dan W .

Candler (1958) dalam Harnadi (1984) menyatakan bahwa keung-

gulan metode ini adalah ; ( 1 ) efisien dalam penggunaan waktu

(2) efisien dalam penggunaan biaya serta 1 3 ) berkemampuan

tinggi dalam menganalisa dan menginterpretasikan data. Di-

samping itu, program linier juga dapat memberikan penjelasan

(40)

dalam proses perencanaan.

Secara umum program perancangan linier dapat dirumuskan

sebagai berikut :

( 1 ) Maksimum Z

=

CX

dengan kendala,

( 2 ) A X < = > B

( 3 ) dan X > 0

Z : fungsi tujuan

A : matrik koefisien input-output

r:

=

vektor harga aktivitas

X

=

vektor aktivitas (komoditi yang diproduksi)

B : vektor kendala sumberdaya

Dalam model program linier ini syarat-syarat yang harus

dipenuhi dan asumsi yang digunakan adalah :

( 1 ) Aktivitas dan sumberdaya yang bersifat aditif

( 2 ) Fungsi tujuan yang bersifat linier

( 3 ) Peubah-peubah pengambilan keputusan yang tidak bernilai

negatif

( 4 ) aktivitas daii sumberdaya yang dapat dibagi-bagi

( 5 ) Alitivitas dan kendala sumberdaya yang terbatas

(41)

2 1

(7) Bersifat deterministik, artinya koefisien input-output,

harga sumberdaya, aktivitas dan lain-lain diketahui de-

ngan pasti ( single-val ued expectations)

Salah satu kelemahan utama program linier konvensional

adalah anggapan bahwa koefisien perencanaan bersifat single-

valued. Hal ini berarti pendekatan program linier biasa

tidak memperhatikan faktor risiko seperti umumnya terjadi

pada setiap usaha di bidang pertanian. Kelemahan tersebut

teratasi dengan telah dikembangkannya metode untuk menduga

kehadirannya dalam proses usahatani, yaitu suatu program

faktor berisiko. Dalam metode ini falitor risiko bagi peren-

Canaan usahatani diperhitungkan bila produktivitas, harga

dan koefisien perencanaan nilainya sulit diduga dan dipas-

tikan sebelumnya. Dengan kata lain, risiko dan ketidakpas-

tian merupakan faktor-faktor yang sangat berpengaruh dalam

proses pengambilan keputusan yang dilakukan petani.

Metode yang seringkali digunakan untuk memperhitungkan

faktor risiko dalam pendapatan kotor petani adalah dengan

menggunairan program risiko kuadratik ( quadratic risk pro- qrarn~~~iny) yanp dikembangkan oleh :.larkowitz i 1 9 5 2 ) dengan

(42)

2 2

ri pendapatan tersebut.

Metode Markowitz ini didasarkan asumsi bahwa petani

akan memaksimumkan utiliti harapannya dan fungsi utiliti

dari pendapatan berbentuk kuadrat dan konkaf (Wiens, 1976).

Hal ini berarti petani mempunyai kecenderungan untuk meng-

hindari risiko dalam usahataninya. Roumasset (1976) berpen-

dapat bahwa pengambilan keputusan berdasarkan analisa rata-

rats pendapatan dan variansnya (E-V) konsisten dengan teori

utiliti harapan, dengan asumsi:

( 1 ) Kemungliinan pendapatan dihubungkan dengan setiap alter-

natif yang dihadapi pengambil keputusan terdistribusi

secara normal.

(2) Preferensi pengambil lieputusan dapat diwakili oleh

fungsi utiliti kuadratik.

Tujuan dari pr.ogram liuadratik Marliowitz adalah juga un-

tuk rnemperoleh suatu himpunan rencana usahatani yang fisibel

yang memenuhi syarat varians V bernilai minimum untuk setiap

tingkat pendapatan

E

tertentu (Gambar 2 ) . Rencana tersebut didefinisikan sebagai suatu daerah efisien dalam suatu him-

punan rencana usahatani yang fisibei (garis 0 Q ) . Suatu pe-

mecahan diperlukan untuk memperoleh titili balili kritis ( 4 1

(43)

E

I kurva iso-utiliti

[image:43.595.83.514.236.696.2]

0

(44)

2 4

varians V bernilai minimum. Bila rencana usahatani efisien

tersebut telah diperoleh, maka ha1 ini akan tergantung pada

preferensi petani diantara pendapatan dan variansnya yang

bersinggungan dengan kurva fungsi utiliti. Bila kurva

fungsi utiliti ini telah diketahui, maka diperoleh rencana

usahatani optimal (titik P ) .

Mengatasi kemungkinan timbulnya kesulitan fasilitas

yang tersedia dalam perhitungan program risiko kuadratik

ini, lebih lanjut Hazel1 (1371) mengembangkan suatu pende-

katan alternatif yang merggunakan kriteria deviasi absolut

rata-rata pendapatan harapan E-A ( The Espected Income-Mean .Absolute Deviations) dan menghasilkan suatu program linier.

Hodel ini dapat dipecahkan melalui parameter program linier

biasa dengan menambahkan beberapa kendala pada matriks

program linier untuk membuat estimasi besarnya nilai sim-

pangan mutlak pendapatan diatas biaya tunai (gross margin).

Anderson (1373) mengelompokkan pendekatan E-A ini keda-

lam metode efisiensi yang pragmatis. Artinya, prosedur ini

merupakan alternatif pengganti varians ysng dianggap kurang

memuaskan bila digunakan sebagai ukuran risiko. Ukuran ri-

siko ini liemudian diminimuml~an terhadap kendala yang ada dan

(45)

25

ini diperoleh seperangkat pemecahan yang kira-kira sama de-

ngan E - V yang dihitung berdasarlcan penelitian Thomson dan

Hazel1 (Anderson, 1979; Anderson et al, 1977).

Doll dan Orazem (1984) berpendapat bahwa konsep yang

diajukan MOTAD melalui pendekatan E-A memang tepat, tetapi

tidak demikian halnya dengan detail dari programnya. Bous-

sard (1979) juga berpendapat bahwa kriteria E-A tampak ku-

rang didukung oleh landasan teori yang kuat, sehingga di-

kategorikan dalam pendekatan "unorthodox". Akan tetapi me-

mang harus diakui bahwa efisiensi dan kepraktisan pendekatan

MOTAD tidak depat diabaikan. Sehingga MOTAD seringkali di-

gunakan sebagai model penduga lietidakpastian yang lebih con-

dong pada upaya perencanaan usahatani. MOTAD dengan prinsip

program liniernya ini lebih dilienal sebagai pendekatan nor-

matif, karena riset operasi (termasuk didalamnya program li-

nier) merupakan suatu pendekatan yang baik bagi masalah-ma-

salah perencanaan atau pilihan tindalian secara normatif

(46)

Model Program Linier MOTAD

Secara sederhana model MOTAD yang pertama kali

dikemukakan oleh Hazell (2971) mengasumsikan bahwa produsen

meminimumkan deviasi negatif total dari gross margin hara-

pannya, dengan kendala tingkat pendapatan ~ e r t e n t u yang

diterimanya (Mapp et al, 1979). Model ini oleh Hazel1

(1971) dinotasikan sebagai berikut:

( 4 ) Minimum

L h=1

dengan syarat,

+%

( 5 ) ( C h j

-

G, )Xj

+

Yh-

2

0 (untuk semua h , h

=

1 , .

. .

$ 3 )

L

a.1

dan

?

( 6 ) i FjX,

=

3

( 7\

=

0 ,

. . . ,

tak terbatas)

s

( 7 ) ) AjXj Bi (untuk semua i , i

=

1 ,

...,

m)

L

as'

( 8 ) X j Yb- 0 (untuk semua h , j)

dimana

,

Yb

-

=

deviasi dari perbedaan antara gross margin

total dari suatu rencana usahatani tertentu

yang diteliti, untuk semua contoh penelitian

ke h dengan gross marqin total rencana usaha-

tani yang sama, setelah dievaluasi dengan

(47)

C h j X j

=

gross margin total dari suatu rencana usaha-

tani tertentu, yang diteliti untuk contoh pe-

nelitian ke h.

gross margin total dari rencana usahatani

yang sama, setelah dievaluasi dengan gross

margin rata-rata contoh.

tingkat aktivitas ke j .

gross margin harapan dari aktivitas ke j.

tingkat kendala ke i.

Bebutuhan teknis aktivitas ke j bagi sumber- daya atau kendala ke i.

jumlah aktivitas.

jumlah kendala.

suatu besaran skalar.

Anderson et a1 ( 1 9 7 7 ) memberikan suatu alternatif dari

model yang diajukan Hazell, dengan cara memaksimumkan Beun-

tungan usahatani yang diharapkan dengan liendala berupa pen-

jumlahan deviasi negatif. Persamaan itu dinotasilian sebagai

berikut :

dengan kendala,

(48)

t

-

( 1 1 ) C

-

C, ) X ,

+

Yr

L

0 untuk r

=

1 , .

. .

, s

( 1 2 ,

1

Y r

-

<

n

untuk ?

=

0 ,

.

. .

,

tali terbatas

P-. I

dimana ,

E ( Z )

=

keuntungan usahatani yang diharapkan.

-

c

j

=

gross margin rata-rata dari rencana usahatani

yang sama, setelah dievaluasi.

F

=

biaya tetap.

C r j

=

gross margin total dari suatu rencana usaha-

tani tertentu yang sedang diteliti untuk con-

toh penelitian ke r.

Y r

=

deviasi minimum.

Ah 2 : lrebutuhen teknis alitlvitas ke j badi sumber-

daya atau kendala ke h.

X j

=

tingkat aktivitas lie j .

B h = tingkat kendala ke h .

m

=

jumlah kendala.

7'

=

suatu besaran skalar.

Pada model ini, kendala teknis yang biasa disajikan di-

wakili oleh liendala pertama (10). Pada kendala kedua (11)

terdapat variabel Y r yang menguliur d e ~ i a s i negatif dari to-

tal pendapatan bersih untuk setiap lieadaan r, r .: 1 , .

.

.

,

s .
(49)

2 9

jumlahan kendala kedua (11). Jika penjumlahan bernplai po-

sitif, maka variabel Y r aiian bernilai 0 . Hal ini disebabkan

karena batas-batas non negatif bagi Y, dan nilai total dari

fungsi tujuan dibatasi oleh iiendala ketiga (12). Jadi hanya

penjumlahan deviasi gross margin bernilai negatif yang ber-

kaitan dengan variabel Y, yang dipaksa untuk bernilai posi-

tif, dan parameter pada kendala ketiga (12) akan mengukur

penjumlahan deviasi total pada keadaan s. Repraktisan model

alternatif MOTAD oleh Anderson ini menjadi alasan peng-

gunaannya dalam penelitian ini. Walaupun demikian prinsip-

prinsip awal HOTAD yang dikemukakan oleh Hazell tidak hilang

(kendala (121 model 4ndersonl.

Beberapa keunggulan MOTAD yang dikemukakan oleh Hazell

(1971 adalah:

(1) Bila distribusi gross margin total mendekati normal, ma-

ka MOTAD akan menghasilkan rencana usahatani yang efisi-

en bagi pendugaan standar deviasi pendapatan populasi.

(2) Model MOTAD sangat potensial bagi alternatif prosedur

perhitungan program kuadrat daiam menghasilkan rencana

usahatani E-V yang efisien, terutama biia program iiua-

(50)

30

( 3 ) MOTAD lebih disukai sebagai pengganti prosedur penghi-

tungan program kuadrat, karena hanya menghasilkan sedi-

kit kesulitan bagi upaya pengorganisasian usahatani yang

bersifat kompleks dan lebih mudah digunakan sebagai ana-

lisa post-optimal.

Penelitian Fisher dalam Hazel1 ( 1 9 7 1 1 , menunjukkan bah-

wa untuk contoh dalam ukuran besar, penduga deviasi absolut

rata-rat>&, hanya mempunyai efisiensi 88 % dari standar de-

viasi pendapatan populasi yang diduga. Guna menilai MOTAD

sebagai pengganti program kuadrat untuk mengembangkan peren-

Canaan usahatani E-V yang efisien, harus diperhitungkan pula

(51)

MODEL DAN KCNSEP PENGUKURANNYA

Penentuan Fungsi Tu.juan

Fungsi tujuan dalam pemeeahan perencanaan usahatani

dengan menggunakan metoda program linier, merupakan kriteria

yang hendak dicapai. Masalah pokok yang hendak dipecahkan

dengan program linier adalah persoalan penentuan alokasi

yang optimal dari sumber-sumber yang langka untuk memenuhi

suatu tujuan (Supranto, 1980).

Berdasarkan formulasi program linier MCTAD yang dikemu-

kakan oleh Hazell ( 1 9 7 1 1 , maka fungsi tujuan model konven-

sional dipengaruhi oleh ketidakpastian dalam biaya aktivi-

tas, hasil dan harga input maupun output. Kesemuanya itu

akhirnya berlcisar pada ketidakpastian gross margin, yaitu

pendapatan total dikurangi biaya variabel (Mapp et al, 1979;

Hazell, 19711. Brown (1979) berpendapat bahwa gross margin

dapat diperoleh melalui pengurangan penerimaan dari produk

yang dihasilkan oleh biaya-biaya variabel yang dikeluarkan.

Biaya variabel ini meliputi biaya yang dikeluarkan untuk

pupuk, benih, tenaga kerja luar keluarga dan obat-obatan.

Seaanglian penerimaan dapaz diperoleh meialui hasil penjualan

produk, yaitu hasil perkalian antara produk yang dihasilkan

(52)

32

berpendapat bahwa konsep gross margin ini sangat berguna un-

tuk analisis program linier.

Pemilihan aktivitas yang masuk dalam fungsi tujuan pe-

nelitian ini didasarkan pada gross margin varietas tanaman

padi

,

gross margin minapadi dan gross margin tanaman

penyelang yang dikombinasikan dengan padi IR 64 setiap musim

yang ada di daerah penelitian, masing-masing gross margin

dari pengusahaan tiap tanaman disajikan pada Tabel Lampiran

1 0

-

48

.

Jangka waktu pola tanam yang diperhitungkan dalam

penelitian ini adalah 1 tahun 2 bulan yang terbagi atas 3

musim tanam, yaitu Musim Hujan (MT I), Xusim Kemarau I (MT

111, Musim Kemarau I1 (MT 111). Fungsi tujuan ini diperoleh

melalux pendekatan cross section diantara gross margin usa-

hatani tanaman sejenis pada sejumlah usahatani contoh (re-

presentatif farm). Pengukuran gross margin rata-rata ini

diukur berdasarkan teknologi yang benar-benar dikuasai oleh

petanx contoh pada saat penelitian. Aktlvitas ini diukur

(53)

3 3

Penentuan Aktivitas

Aktivitas-aktivitas yang dilakukan dikelompokkan menu-

rut desa penelitian yang termasuk kedalam satu Wilayah Kerja

Penyuluh Pertanian (WKPP). Hal ini dilakukan karena lokasi

penelitian yang terletak dalam satu WKPP biasa memperoleh

pengairan pedesaan yang sama, tetapi dengan jadwal pemberian

yang berbeda. Jadwal pengairan yang berbeda akan menyebab-

kan jadwal tanam yang berbeda antar desa, sehingga petani

yang menanam lebih anal akan memanen lebih awal pula. Peta-

ni ini akan memperoleh harga jual output yang lebih tinggi

daripada petani yang panen kemudian. Karena alasan terse-

but, maka diperlukan perencanaan usahatani yang berbeda un-

tuk masing-masing desa dengan kendala-kendala yang relevan.

Apabila Xi menunjukkan aktivitas yang dilakukan, maka

X I , X 2

, . . . ,

X, menunjukkan aktivitas yang dilakukan masing-

masing desa.

Aktivitas pada model program linier tersebut dapat

dinotasikan sebagai berikut:

A. Tanaman Padi

( 1 )

:<

: melambangkan aktivitas yang masuk dalam model.

( 2 ) j

=

melambangkan jenis tanaman padi yang diusahakan
(54)

3 4

(3) Ir

=

melambangkan musim tanam dimana tanaman padi

diusahakan dengan k

=

1 , 2 , 3 .

( 4 ) 1

=

melambangkan desa dimana aktivitas tersebut di-

laksanakan dengan 1

=

1 , 2 , 3. B. Tanaman Penyelang dan Padi JR 64

( 1 ) X

=

melambangkan aktivitas yang masuk dalam model. (2) o

=

melambangkan jenis tanaman penyelang dan padi IR

, 64 yang diusahakan dalam pola tanam dimana o

=

1 , 2.

(3) p

=

melambangkan musim tanam dimana tanaman padi IR

64 dan tanaman penyelang ditanam antara dua musim

nam yang diusahakan dengan p

=

1 , 2.

(4) q

=

melambangkan desa dimana aktivitas tersebut di-

lalisanakan dengan q

=

1 , 2, 3 .

C. Minapadi

( 1 ) 9

=

melambangkan aktivltas yang masuk dalam model.

( 2 ) t

=

melambangkan jenis tanaman padi dan minapadi yang

diusahakan dalam pola tanam dimana t

=

1 , 2 .

( 3 ) u

=

melambanglian waktu pengusahaan minapadi pada pola

tanam yang diusahakan dinana u : 1 , 2 , 3 .

(55)

35

Jadi X j k ~ menunjukkan aktivitas tanaman utama padi j

yang diusahakan pada musim tanam k dan berlokasi di desa 1.

Sedangkan X o p s menunjukkan aktivitas tanaman penyelang dan

padi IR 64 o yang diusahakan pada waktu penyelang p dan

berlokasi di desa q. Sedangkan X t U v menunjukkan aktivitas

minapadi t yang diusahakan pada musim tanam u dan berlokasi

di desa v.

Penentuan Koefisien Input Output

Koefisien input output adalah angka yang menunjukkan

besaran penggunaan semua input untuk menghasilkan keuntungan

atau pendapatan per hektar. Penentuan koefisien ini harus

dilakukan secara hati-hati karena menyangkut penggunaan tek-

nologi oleh petani pada suatu kerangka agregasi wilayah

(Harnadi, 1984; Hudoyo, 1985). Teknologi ini meliputi jenis

varietas, minapadi, jenis tanaman penyelang dan banyaknya

input produksi yang digunakan pada masing-masing aktvitas

tersebut

Melalui data sekunder dan atau data primer koefisien

yang menghubungkan input output dan koefisien fungsi tujuan

dapat diperoleh dengan cara menyamakannya kedalam satuan

(56)

36

nyangkut aktivitas-aktivitas dalam penyelenggaraan usahatani

serta biaya dan penerimaan yang diperolehnya. Sedangkan

data sekunder diperlukan untuk mengetahui jumlah sumberdaya

yang tersedia di daerah penelitian.

Penentuan Faktor Kendala

Beberapa sumberdaya dan dana yang tersedia berada dalam

jumlah yang terbatas. Sumber-sumber yang langka ini digu-

nakan untuk mencapai tujuan melalui proses produksi yang i-

ngin direncanakan. Pemilihan faktor kendala ini sangat pen-

ting karena akan berpengaruh dalam penentuan besar kecilnya

model program linier yang disusun. Sumberdaya yang diguna-

kan sebagai faktor kendala adalah yang benar-benar berpenga-

ruh dan membatasi aktivitas dari kegiatan gang dilakukan.

Dalam penelitian ini sumber produksi yang diperkirakan

merupakan kendala meliputi luas tanah, tenaga kerja luar ke-

luarga, dan pupuk, Kendala luas tanah dinilai relevan untuk

digunakan dalam perencanaan luas tanam yang optimum bagi

suatu daerah tertentu, kaiena sifatnya yang terbatas. Ken-

(57)

( 2 ) Tanah sawah dengan intensitas tanam tiga kali pada tiap

musim tanam dalam janglka waktu pola tanam yang diperhi-

tungkan.

( 2 ) Tanah sawah bagi penggunaan sayuran penyelang bersama

padi IR 64 pada pola tanam yang diperhitungkan dengan

pembedaan luas maksimum yang dapat ditanami pada musim

kemarau dan musim hujan.

( 3 ) Tanah sawah bagi penggunaan usaha minapadi tiap musim

tanam dalam jangka waktu pola tanam yang diperhitungkan

dengan me~perhatikan kondisi air pada musim kemarau dan

musim hujan.

Pengelompokan tanah kedua menggambarkan bahwa pengusa-

haan tanamen penyelang hanya d a p a ~ dilakukan dengan kombi-

nasi padi IR 64. Hal ini disebablxan padi IR 64 mempunyai

jangka waktu tanam hingga panen yang lebih pendek diban-

dingkan dengan padi Cisadane, sehingga dimungkinkan untuk

menanam tanaman penyelang sebelum atau sesudah pengusahaan

padi IR 64.

Data tentang luas ketiga jenis pengelompokan tanah ter-

sebut dapat diperoleh rnelalui data yang tersedia pada kantor

(58)

dala tanah adalah hektar.

Dalam penelitian ini kendala tenaga kerja dibagi atas

tenaga kerja pria, tenaga kerja wanita dan tenaga kerja ter-

nak. Karena lokasi desa penelitian yang saling berdekatan,

maka jumlah kebutuhan tenaga kerja setiap bulan bagi tiap

jenis kegiatan menjadi perhatian penelitian ini. Dianggap

terjadi mobilitas tenaga kerja yang sempurna antar desa ka-

rena terletak dalam satu WKPP.

Usia angkatan kerja yang digunakan adalah 15 tahun sam-

pai 65 tahun. Usia angkatan kerja ini diolah kembali mela-

lui pengurangan angkatan kerja pot$nsial oleh angiiatan k e ~ j a

yang masih sekolah, sehingga diperoleh angkatan kerja nyata

yang tersedia pada masing-masing desa (Tabel Lampiran 1 ) .

Untuk memperoleh jumlah angkatan kerja yang tersedia di sek-

tor pertanian, angkatan kerja nyata yang tersedia dikalikan

dengan persentase penduduk yang bekerja disektor pertanian.

Sedangkan jumlah angkatan kerja nyata pertanian pria dan

wanita dapat diketahui dengan mengalikannya secara sederhana

dengan sex ratio rata-rata dalam satu WKPP (Tabel Lampiran

2

-

3 ) .

Bila seorang pria dewasa dapat bekerja enam jam sehari

(59)

dapat bekerja lima jam sehari selama 2 6 hari dalam satu bu-

lan dan demikian pula dengan ternak mampu bekerja lima jam

sehari selama 2 6 hari dalam satu bulan, maka besarnya tenaga

kerja pria, wanita dan ternak yang tersedia dalam satu bulan

sama dengan jumlah tenaga kerja tiap jenis dikalikan de-

ngan 2 6 hari. Xendala ketersediaan tenaga kerja ini diukur

dalam satuan hari kerja pria ( H K P ) , hari kerja wanita (HKW)

dan hari kerja ternak CHKT)

.

Xarena proses produksi pertanian memerlukan tenaga ker-

ja yang sangat berfluktuasi, maka kendala tenaga kerja ini

diperhatikan penggunaannya pada setiap bulan. Hal ini dise-

babkan karena perkiraan penggunaan tenaga kerja yang sama

pada setiap bulan, tidak menggambarkan tersedianya tenaga

kerja yang sesungguhnya terdapat di desa. Pada saat-saat di-

mana usahatani tidak banyali membutuhBan tenaga kerja, se-

perti pada saat pemeliharaan padi, para petani pria akan be-

kerja di luar sektor pertanian (Tabel Lampiran 4 ) . Pembatas

tenaga kerja ini akan tampak nyata pada bulan-bulan dimana

diperlukan penggunaan tenaga kerja yang relatlf banyak, se-

perti pada saat pengolahan tanah, penanaman dan panen.

Xendala berikutnya adalah pupuk. Walaupun pupuk mudah

(60)

4 0

rakan permintaan jumlah pupuk Urea dan TSP dalam pola tanam

yang diperhitungkan. Hal ini relevan untuk diketahui karena

para petani pada umumnya menggunakan ukuran pemberian yang

berbeda dengan anjuran yang diberikan PPL. Pemberian pupuk

disesuaikan dengan selera dan modal yang dimilikinya.

Sehingga untuk kendala pupuk diberi nilai kendala lebih be-

sar dari nol, untuk mengetahui kebutuhan pupuk selama 3

musim tanam. Kendala ini diukur dalam satuan kilogram.

Selain kendala tersebut terdapat kendala deviasi ne-

gatif gross margin, sebagi ciri model MOTAD yang memperhi-

tungkan risiko dan ketidzkpastian dalam fungsi iujuannya.

Melalui kendala ini deviasi gross margin dipaksa untuk ber-

nilai positif dengan diberi pembatas lebih besar sama dengan

nol. Aktivitas ini dilambangkan oleh Y dan diukur dalam sa-

tuan rupiah.

Kendala berikutnya adalah kendala penjumlahan deviasi

negatif absolut gross margin per musim tanam. Sehingga to-

tal deviasi negatif absolut yang dihitung akan bernilai

positif, dengan memberi kendala parameter khusus yaitu lebih

(61)

42

=

g r o s s margin rata-rata dari usaha-

tani padi IR 64 dengan penyelang-

timun atau sawi pada musim tanam I1

dan I11 di desa Lembursitu, Situ-

mekar dan Cipanengah yang telah di-

evaluasi

.

=

g r o s s margin rata-rata dari usaha-

tani Minapadi Clsadane dan IR 64

musim tanam I , I1 dan I11 di desa

Lembursitu, Situmekar dan Cipane-

ngah yang telah dievaluasi.

B. Koefisien Input Output

( 1 ) a

-

as. 1

-

4

=

luas tanaman padi sawah untuk pa-

di Cisadene d ~ n IF? 6 4 musim tanam

I , 11 dan 111 untuk desa Lembur-

situ, Situmekar dan Cipanengah.

(2) a1 o . 1

-

2

-

a1 8. I

-

2

=

luas areal minapadi musim tanam

I, I1 dan I11 untuk ketiga desa.

( 3 ) als. I

-

aaa. 1

=

luas areal timun dan sawi hijau

beserta padi IR 64 penyelang I

(62)

(4) a3 I . 1

-

4

-

a3 6 . I

-

8

=

penggunaan TK ternak pada bulan

September, November, Februari, A-

pril, Juli dan September untuk

ketiga desa.

( 5 ) a 3 7 , 1 - 4

-

a 4 6 . 1 - 8 1: penggunaan TK pria tiap bulan da-

lam pola tanam yang diperhitung-

kan untuk ketiga desa.

(6) a+;. 1 - 4

-

ass. 1 - 8 : penggunaan TK wanita tiap bulan

dalam pola tanam yang diperhi-

tungkan untuk ketiga desa.

( 7 ) as?. 1 - 3 0

=

penggunaan pupuk Urea bagi masing

masing aktivitas pada pola tanam

y

Gambar

Gambar 1 .
Gambar 2. Rencana Usahatani Gptirna:
Tabel 1. Produksi, Harga, Penerimaan, Biaya dan Pendapatan Aktivitas Terpilih
Tabel 2. Produksi, Harga, Penerimaan, Biaya dan Pendapatan Aktivitas Terpilih
+7

Referensi

Dokumen terkait

Data penelitian ini adalah data skor yang terdiri dari data pretest sebagai data awal, data posttest sebagai data akhir serta peningkatan dari ke- mampuan

Kata Kunci: Cerita Rakyat, Adventure Game, Unity3D, Buaya Ajaib Sungai Tami, Asal Mula Telaga Biru, Asal Mula Anak Sungai Mahakam, Asal Mula Danau Toba, Timun

Suku cadang dan peralatan yang memenuhi kreteria aset tetap adalah suku cadang utama dan peralatan siap pakai yang diperkirakan akan digunakan oleh entitas selama lebih

(1) Tata cara perpanjangan batas usia pensiun untuk Guru Besar yang dipekerjakan pada perguruan tinggi swasta selain mernenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal

terdapat perbedaan yang signifikan dari penggunaan media lagu. Jepang terhadap kemampuan mendengarkan dan

Sistem pengukuran kinerja dibangun dan dikembangkan untuk menilai sejauh mana capaian kinerja pemerintah Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga Kabupaten OKU TIMUR yang bisa

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh profesionalisme yang dicerminkan dalam lima dimensi sebagai variabel independen dengan pertimbangan tingkat materialitas

Sistem informasi adalah sekumpulan prosedur organisasi yang pada saat dilaksanakan akan memberikan informasi bagi pengambil keputusan dan atau. untuk