• Tidak ada hasil yang ditemukan

Fotografi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Fotografi"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

Sejarah Awal Mula Fotografi Dunia

SIAPA yang tidak mengenal kamera? Anak kecil zaman sekarang pun sudah terbiasa memegang dan bergaya di hadapan kamera. Yang perlu dilakukan hanyalah menekan satu tombol, momen yang ingin disimpan dapat tertangkap oleh kamera. Pada hakikatnya, fotografi merupakan teknik untuk menghasilkan gambar yang tahan lama melalui suatu reaksi kimia yang terjadi, ketika cahayamenyentuh permukaan yang telah dipersiapkan sebelumnya.

Sejarah fotografi saat ini, berhutang banyak p ada beberapa nama yang memberikan kontribusi yang sangat berarti bagi perkembangan fotografi sampai era digital sekarang. Kita mencatat nama Al Hazen, seorang pelajar berkebangsaan Arab yang menulis bahwa citra dapat dibentuk dari cahaya yang melewati sebuah lubang kecil pada tahun /000 M. Kurang lebih 400 tahun kemudian, Leonardo da Vinci, juga menulis mengenai fenomena yang sama. Namun, Battista Delta Porta, juga menulis hal tersebut, sehingga dia yang dianggap sebagai penemu prinsip kerja kamera melalui bukunya, Camera Obscura.

Awal abad 17, Ilmuwan Italia, Angelo Sala menemukan bahwa bila serbuk perak nitrat dikenai cahaya, warnanya akan berubah menjadi hitam. Bahkan saat itu, dengan komponen kimia tersebut, ia telah berhasil merekam gambar-gambar yang tak bertahan lama. Hanya saja masalah yang dihadapinya adalah menyelesaikan proses kimia setelah gambar-gambar itu terekam sehingga permanen.

Pada 1727, Johann Heinrich Schuize, profesor farmasi dari Universitas di Jerman, juga menemukan hal yang sama pada percobaan yang tak berhubungan dengan fotografi. Ia memastikan bahwa komponen perak nitrat menjadi hitam karena cahaya dan bukan oleh panas.

Sekitar tahun 1800, Thomas Wedgwood, seorang Inggris, bereksperimen untuk merekam gambar positif dari citra yang telah melalui lensa pada kamer a obscurayang sekarang ini disebut kamera, tapi hasilnya sangat mengecewakan. Akhirnya ia berkonsentrasi sebagaimana juga Schuize, membuat gambar-gambar negatif, pada kulit atau kertas putih yang telah disaputi komponen perak dan menggunakan cahaya matahari sebagai penyinaran.

(2)

kerjanya mirip lithograf dengan menggunakan sejenis aspal yang disebutnya Bitumen of judea, sebagai bahan kimia dasarnya. Kemudian dicobanya menggunakan kamera, namun ada sumber yang menyebutkan Niepee sebagai orang pertama yang menggunakan lensa pada camera obscura. Pada masa itu lazimnya camera obscura hanya berlubang kecil, j u g a b a h a n k i m i a l a i n n y a , t a p i h a s i l n y a t i d a k m e m u a s k a n .

Agustus 1827, Setelah saling menyurati beberapa waktu sebelumnya, Niepeeberjumpa dengan Louis Daguerre, pria Perancis dengan beragam ketrampilan tapi dikenal sebagai pelukis. Mereka merencanakan kerjasama untuk menghasilkan foto melalui penggunaan kamera.

Tahun 1829, Niepee secara resmi bekerja sama dengan Daguerre, tapi Niepee meninggal dunia pada tahun 1833. Dan tanggal 7 Januari 1839, dengan bantuan seorang ilmuwan untuk memaparkan secara ilmiah, Daguerre mengumumkan hasil penelitian. Penelitiannya selama ini kepada Akademi Ilmu Pengetahuan Perancis. Hasil kerjanya yang berupa foto-foto yang permanen itu disebut DAGUERRETYPE, yang tak dapat diperbanyak atau reprint atau repro.

Tanggal 25 Januari 1839, William Henry Fox Talbot, seorang ilmuwan Inggris, memaparkan hasil penemuannya berupa proses fotografi modern kepada Institut Kerajaan Inggris. Berbeda dengan Daguerre, ia menemuk an sistem negatif-positif (bahan dasar : perak nitrat, diatas kertas). Walau telah menggunakan kamera, sistem itu masih sederhana seperti apa yang sekarang kita istilahkan : Contactprint (print yang dibuat tanpa pembesaran atau pengecilan).

Juni 1840, Talbot memperkenalkan Calotype, perbaikan dari sistem sebelumnya, juga menghasilkan negatif diatas kertas. Dan pada Oktober 1847. Abel Niepee de St Victor, keponakan Niepee, memperkenalkan pengunaan kaca sebagai base negatif menggantikan kertas.

Pada J anuari 1850. Seorang ahli kimia Inggris, Robert Bingham, memperkenalkan penggunaan Collodion sebagai emulsi foto, yang saat itu cukup populer dengan sebutan WET-PLATE Fotografi.

(3)

kamera box kecil dan ringan, yang telah berisi roll film (dengan bahan kimia Perak Bromida) untuk /00 exposure. Bila seluruh film digunakan, kamera ini yang diisi film dikirim ke perusahaan Eastman untuk

diproses. Setelah itu kamera dikirimkan kembali dan telah berisi roll film yang baru. Berbeda dengan kamera masa itu yang besar dan kurang praktis, produk baru tersebut memungkinkan siapa saja dapat memotret dengan leluasa.Hingga kini perkembangan fotografi terus mengalami perkembangan dan berevolusi menjadi film-film digital yang mutakhir tanpa menggunakan roll Film.

Selanjutnya, secara bertahap fotografi berkembang ke arah penyempurnaan teknik dan kualitas gambarnya sampai pada akhir abad ke-19, fotografi telah mencapai kualitas hasil yang mendekati seperti yang dikenal sekarang. Namun, sebenarnya perkembangan foto seni di Indonesia sendiri telah berkembang di akhir abad ke /8, ada orang Indonesia yang telah membuat foto-foto indah menawan di dalam studio maupun di alam bebas, foto-foto itu jelas sekali bernapaskan seni sepertiyang dikenal sekarang.

Objek, lighting, dan komposisinya jelas sekali diperhitungkan dengan masak saat pemotretan. Pencetakan fotonya pun sangat brilian, sehingga hasil fotonya menjadi indah menawan bagaikan lukisan-foto piktorial. Perbedaan yang dapat dilihat dengan jelas adalah sebagian besar foto terekam beku. Jika memotret manusia, maka si model diwajibkan diam beberapa saat. Hal ini dapat dimaklumi karena teknologi fotografi saat itu masih sederhana, body kamera berukuran besar,sedangkan filmnya masih dalam bentuk lembaran (bukan rol), bahkan bahan dasarnya kaca atau seluloid, dengan kepekaan (ASA) yang masih rendah. Mekanis pada lensa juga sangat sederhana, bahkan banyak lensa yang mempunyai satu bukaan diafragma dan tidak disertai lembaran daun di afragma, sehingga pemotretan dilakukan dengan cara membuka dan menutup lensa.

(4)

Kronologi perkembangan fotografi

Foto Heliografi dengan subyek pemandangan yang pertama dibuat oleh Joseph Nicéphore Niépce pada tahun 1826

Boulevard du Temple, foto Daguerreotype pertama yang dibuat oleh Daguerre pada sekitar tahun 1838-1839

Citra berwarna yang pertama, Maxwell, 1861

Foto berwarna yang pertama dibuat oleh Louis Ducos du Hauron pada tahun 1877.

(5)

High spe

Citra ha  1822 – Joseph Nicéphore

Paus Pius VII, mengguna sekarang dibuat pada tahun  1826 – Joseph Nicéphore

dibuat dengan pajanan sel  1835 – William Henry Fox  1839 – Louis Daguerre m  1839 – William Henry Fox

Tabotype.

 1839 – John Herschel me thiosulfate/hyposulfite of  1851 – Frederick Scott Ar  1854 – André Adolphe Eug

merekam 8 citra berbeda citra tersebut dipotong me Kartu ini menjadi inspirasi  1861 – Foto berwarna yang  1868 – Louis Ducos du H  1871 – Richard Maddox m  1876 – F. Hurter & V. C.

fotografis yang kemudian

h speed photography, Muybridge, 1878

hasil pemindaian komputer digital, 1957

phore Niépce membuat foto Heliografi yang pertama unakan proses heliografik. Salah satu foto yang ber

hun 1825.[1]

phore Niépce membuat foto pemandangan yang perta selama 8 jam.

Fox Talbot menemukan proses fotografi yang baru. mematenkan daguerreotype.

Fox Talbot menemukan proses positif/negatif yan enemukan film negatif dengan larutanSodium of sodayang disebuthypoataufixer.

Archer memperkenalkan proses koloid.

Eugène Disdéri memperkenalkanrotating camera da dalam satu film. Setelah hasilnya dicetak di atas menjadi 8 bagian terpisah dan direkatkan pada lem rasi penyebutan (fr:carte de visite, bahasa Inggris:

ang pertama diperkenalkan James Clerk Maxwell Hauron mematenkan metodesubtractive color ph menemukan film fotografis dari emulsi gelatin. C. Driffield memulai evaluasi sistematis pada kepe

an dikenal dengan istilah sensitometri.

(6)

 1878 – Eadweard Muybridge membuat sebuah fotohigh-speed photographicdari seekor kuda yang berlari.

 1887 – Film Seluloid yang pertama diperkenalkan.

 1888 – Kodak memasarkanbox cameran°1, kameraeasy-to-useyang pertama.  1887 – Gabriel Lippmann menemukan reproduksi warna pada foto.

 1891 – Thomas Alva Edison mematenkan kamera kinetoskopis(motion pictures).  1895 – Auguste and Louis Lumière menemukan cinématographe.

 1898 – Kodak memperkenalkan produk kamera folding Pocket Kodak.  1900 – Kodak memperkenalkan produk kamera Brownie.

 1901 – Kodak memperkenalkan 120 film.

 1902 – Arthur Korn membuat teknologiphototelegraphy;; yang mengubah citra menjadi sinyal yang dapat ditransmisikan melalui kabel.Wire-Photosdigunakan luas di daratan Eropa pada tahun 1910 dan transmisi antarbenua dimulai sejak 1922.

 1907 – Autochrome Lumière merupakan pemasaran proses fotografi berwarna yang pertama.

 1912 –Vest Pocket Kodakmenggunakan 127 film.

 1913 – Kinemacolor, sebuah sistem "natural color" untuk penayangan komersial, ditemukan.

 1914 – Kodak memperkenalkan sistemautographic film.

 1920s – Yasujiro Niwa menemukan peralatan untuk transmisiphototelegraphicmelalui gelombang radio.

 1923 – Doc Harold Edgerton menemukanxenon flash lampdanstrobe photography.  1925 – Leica memperkenalkan format film 35mm padastill photography.

 1932 – Tayangan berwarna pertama dari Technicolor bertajuk Flowers and Trees dibuat oleh Disney.

 1934 – The 135 film cartridge was introduced, making 35mm easy to use.

 1936 – IHAGEE membuat Ihagee Kine Exakta 1. Kamera SLR 35mm yang pertama.  1936 – Kodachrome mengembangkanmulti-layered reversal color filmyang pertama.  1937 – Agfacolor-Neu mengembangkanreversal color film.

 1939 – Agfacolor membuat"print" filmmodern yang pertama dengan materi warna positif/negatif.

 1939 – View-Master memperkenalkan kamerastereo viewer.  1942 – Kodacolor memasarkan"print" filmKodak yang pertama.  1947 – Dennis Gabor menemukanholography.

 1947 – Harold Edgerton mengembangkanrapatronic camerauntuk pemerintah Amerika Serikat.

 1948 – Kamera Hasselblad mulai dipasarkan.

 1948 – Edwin H. Land membuat kamera instan yang pertama dengan merk Polaroid.  1952 – Era 3-D film dimulai.

 1954 – Leica M diperkenalkan.

 1957 – Asahi Pentax memperkenalkan kamera SLRnya yang pertama.

 1957 – Citra digital yang pertama dibuat dengan komputer oleh Russell Kirsch diU.S. National Bureau of Standards(sekarang bernama National Institute of Standards and Technology, NIST). [2]

 1959 – Nikon F diperkenalkan.

(7)

 1963 – Kodak memperkenalkan Instamatic.

 1964 – Kamera Pentax Spotmatic SLR diperkenalkan.

 1973 – Fairchild Semiconductor memproduksi sensor CCD skala besar yang terdiri dari 100 baris dan 100 kolom.

 1975 – Bryce Bayer dari Kodak mengembangkan pola mosaic filter Bayer untukCCD color image sensor.

 1986 – Ilmuwan Kodak menemukan sensor dengan kapasitas megapiksel yang pertama.  2005 – AgfaPhoto menyatakan bangkrut. Produksi film konsumen bermerk Agfa terhenti.  2006 – Dalsa membuat sensor CCD dengan kapasitas 111 megapixel, yang terbesar saat

itu.

 2008 – Polaroid mengumumkan penghentian semua produksi produk film instan berkaitan dengan semakin berkembangnya teknologi citra digital.

 2009 - Kodak mengumumkan penghentian film Kodachrome

(8)

Istilah ‘fotografi’ berasal dari dua kata “foto” dan “grafi” yang dalam bahasa Yunani, foto berarti cahaya dan grafi berarti menulis atau melukis, sehingga “fotografi” dapat diartikan sebagai “melukis dengan cahaya”. Dalam fotografi, kehadiran cahaya adalah mutlak perlu, karena mulai dari pemotretan hingga pencetakan film menjadi foto, kedua-duanya membutuhkan cahaya.

Menurut catatan sejarah, asal muasal fotografi “ditemukan” secara kebetulan oleh Ibn Al Haitam pada abad ke-10, bahwa pada salah satu dinding tendanya terlihat suatu gambar, yang setelah diselidiki ternyata berasal dari sebuah lubang kecil pada dinding tenda yang berhadapan di dalam tendanya itu. Ternyata pula bahwa gambar tersebut sama dengan pemandangan yang berada di luar tenda, hanya posisinya terjungkir balik, pohon-pohon kurma dengan daun-daunnya berada di bawah, sedangkan badan/batang dan tanah berada di atas (hal ini kemudian diketahui berdasarkan cahaya selalu melintas lurus, sesuai ilmu alam).

(9)

posisi 45 derajat untuk memantulkan gambaran yang tercipta oleh lensa ke arah atas yang ditutupi selembar kaca bening. Penjiplakan gambar menjadi lebih praktis, juga berkat dipergunakannya sebuah lensa, gambar yang terbentuk menjadi lebih kecil dari wujud aslinya, malah dengan memaju-mundurkan posisi lensa, ketajaman gambar dapat diatur

sesuai jarak sasaran terhadap “kamar gelap” tersebut.

Kamera lubang jarum dan daguerrotype Perkembangan lain dari camera obscura yang diminiaturkan adalah kamera lubang jarum (pinhole camera). Kamera ini berupa sebuah kotak dengan salah satu dindingnya dilubangi, dan pada dinding seberangnya dipasangkan kaca buram untuk melihat gambar yang terbentu. Kemudian lubang tersebut dipasangkan sebuah lensa untuk meningkatkan mutu gambar. Dengan hanya berpegang pada fenomena alam, fotografi takkan mencapai tujuan. Berkat penemuan Heinrich Schulze (1727) mengenai bahan-bahan tertentu, misalnya garam perak yang peka terhadap cahaya, dan warnanya yang semula putih dapat berubah menjadi hitam bila terkena cahaya, fotografi mulai menapak ke arah yang dituju.

Kemajuan teknologi komunikasi menjadikan suatu sarana untuk menjembatani suatu pesan ketika kebutuhan akan informasi dirasakan semakin meningkat dan tidak lagi dapat diatasi dengan komunikasi antar personal. Informasi harus sampai pada khalayak secara cepat dan menyebar seluas-luasnya, hal ini yang melahirkan konsep media massa yang memiliki ciri-ciri komunikatornya terlembaga, bersifat satu arah, pesannya bersifat umum, menimbulkan kesepakatan dari komunikan heterogen. Sejak kebutuhan itu lahir mediapun hadir dengan berbagai jenis, media massa elektronik dan media massa cetak. Sebagaimana Astrid Susanto yang dikutip oleh Onong Uchjana Effendy, mengatakan bahwa:

(10)

(surat kabar) atau menerjemahkan ke dalam pemandangan dan pendengaran (televisi, film) atau pendengaran saja (radio)” (Effendy, 1987: 14)

Seiring berkembangnya teknologi dan jaman, maka kebutuhan manusia untuk mendapatkan informasi-informasi yang up to date dan aktual juga semakin meningkat. Informasi-informasi ini biasanya didapat dari berbagai sumber, salah satunya media massa. Media massa merupakan saluran atau sarana yang dipergunakan dalam proses komunikasi massa. Komunikasi massa itu sendiri menurut Asep Syamsul M. Romli dalam bukunya Jurnalistik Terapan adalah singkatan dari komunikasi media massa, artinya penyampaian pesan, gagasan, atau informasi yang ditunjukkan kepada orang banyak melalui media massa (communicating with media). Berkembangnya teknologi komunikasi membuat masyarakat modern lebih mantap menatap komunikasi. Dalam ilmu komunikasi, Marshall Mcluhan (1964) mengisyaratkan bahwa teknologi komunikasi itu lebih penting daripada isi media komunikasi.

Komunikasi merupakan salah satu proses sosial yang sangat mendasar dan vital dalam kehidupan manusia, mendasar karena setiap orang dalam kehidupannya selalu berkeinginan untuk mempertahankan suatu persetujuan mengenai berbagai aturan sosial melalui komunikasi. Komunikasi berlangsung untuk menjalin hubungan antar individu, individu dengan kelompok, dan kelompok dengan kelompok. Melalui komunikasi manusia dapat saling bertukar pesan dan informasi.

(11)

Sebagai makhluk sosial manusia membutuhkan komunikasi sebagaialat vital dalam kehidupan. Komunikasi dibutuhkan sebagai suatu alat dalam menyamakan persepsi. Agar proses komunikasi dapat berjalan lancar diperlukan kecakapan dan kemahiran dalam berkomunikasi yang ditunjang dengan fasilitas dan sarana yang berguna untuk mempermudah proses komunikasi itu sendiri terutama pada komunikasi secara tidak langsung atau jarak jauh dimana perbedaan ruang dan waktu menjadi kendala utama.

Menurut Ploman (1981) dalam buku Teknologi Komunikasi dalam Perspektif Latar Belakang dan perkembangannya, oleh Zulkarimein Nasution, kemajuan teknologi komunikasi di tandai tiga karakteristik, yaitu :

 Tersedianya keluwesan dan kesempatan memilih diantara berbagai metoda dari alat untuk melayani kebutuhan manusia dalam komunikasi. Bila pada masa lalu hanya ada peralatan berat, yang professional dan mahal, kini kita bisa memilih sendiri tingkat teknologi yang kita perlukan.

 Kemungkinan mengkombinasi teknologi, metoda dan sistem yang berbeda dan terpisah selama ini. Berbagai bentuk baru transfer komunikasi dan informasi telah dimungkinkan dengan pengkombinasian tersebut.

 Kecenderungan kearah desentarlisasi, individualisasi dalam konsep dan pola pemakaiaan komunikasi.

(12)

menyuguhkan sebuah informasi menarik, aktual, faktual serta berkualitas untuk di konsumsi oleh khalayak luas.

Penyajian berita yang berkualitas akan menimbulkan manfaat yang sangat berguna bagi pembacanya sendiri, Persaingan ini secara langsung memberikan efek pada kualitas berita yang disampaikan. Mengingat betapa pentingnya hal itu, maka sudah sewajarnyalah ketika para pelaku pers banyak melakukan usaha untuk meningkatkan kualitas pemberitaannya. Mereka berusaha agar informasi yang diberikan kepada pembaca tidak basi.

Seperti yang dikatakan oleh Effendy dalam bukunya “Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi”, bahwa: Pers adalah sarana yang menyiarkan produk jurnalistik. Fungsi pers berarti fungsi jurnalistik (Effendy,2003:93)

Pers bukan hanya sebagai sarana untuk menyiarkan atau menginformasikan produk jurnalistik saja. Pers juga memiliki fungsi-fungsi lain. Seperti yang dikatakan oleh Effendy dalam bukunya Ilmu, Teori Dan Filsafat Komunikasi Bahwa:

Pada Zaman modern seperti sekarang ini, jurnalistik tidak hanya mengelola berita saja, tetapi juga aspek-aspek lain untuk isi surat kabar. Karena itu fungsinya bukan lagi menyiarkan informasi, tetapi juga mendidik, menghibur dan mempengaruhi agar khalayak melakukan kegiatan tertentu. (Effendy,2003:93)

(13)

Adanya sebuah foto dalam sebuah berita menimbulkan ketertarikan pembaca dalam menikmati informasi yang disuguhkan media massa cetak sehingga menimbulkan kesan bagi pengamatnya atau pembacanya.

Sementara Zoelferdi, wartawan dan Fotografer Tempo, memiliki pandangan sendiri tentang kesan itu, yaitu :

”jalinan perkerabatan antara surat kabar dan televisi sudah kian kita sadari, sajian televisi boleh dikatakan sebagai pembuka selera makan publik’ namun dari media cetaklah mereka mendapatkan santapan yang sebenarnya. Suguhan televisi memang dapat dikatakan menggigit, tetapi berlangsung cepat sehingga apa yang ditampilkannya tidak tertahan dalam lubuk hati kita sebagai mana yang dilakukan foto-foto”(Zoelferdi,2001:71)

Sebuah foto berita memiliki kemampuan menyajikan secara rinci, langsung dan penikmatnya tak memerlukan proses penguraiaan pemikiran seperti halnya berita tulis. Karena itu foto memiliki sifat jujur, tanpa menambahkan atau mengurangi detil suatu kejadian.

Sebuah foto dapat berdiri sendiri, tapi media cetak tanpa foto rasanya kurang lengkap, mengapa foto begitu penting ? Karena foto merupakan salah satu media visual untuk merekam/mengabadikan atau menceritakan suatu peristiwa. Seperti yang di katakan oleh Kartono Ryadi : “Semua foto pada dasarnya adalah dokumentasi dan foto jurnalistik adalah bagian dari foto dokumentasi” (Kartono Ryadi, Editor foto harian Kompas).

(14)

Foto jurnalis merupakan bentuk upaya dalam menceritakan atau menggambarkan, keadaan, benda, atau apa pun, yang pada hakikatnya adalah mengkonstruksikan realitas dari sebuah pemberitaan. Foto jurnalis terletak pada pilihan, membuat foto jurnalis berarti memilih foto mana yang cocok. ( ex: di dalam peristiwa pernikahan, dokumentasi berarti mengambil/memfoto seluruh peristiwa dari mulai penerimaan tamu sampai selesai, tapi seorang wartawan foto hanya mengambil yang menarik, apakah public figure atau saat pemotongan tumpeng saat tumpengnya jatuh, khan menarik) hal lain yang membedakan antara foto dokumentasi dengan foto jurnalis hanya terbatas pada apakah foto itu dipublikasikan (media massa) atau tidak.

Selain dari itu keberadaan foto jurnalis taklepas dari unsur berita dan kualitas dari sebuah foto, seprti yang dikatakan Sukantendel dalam Pratikto :

”Selain memperhatikan unsur-unsur tersebut, dalam menghasilkan sebuah foto berita diperlukan teknik pengambilan gambar, dengan tujuan agar dapat menghasilkan sebuah foto berita yang layak untuk diterbitkan, terkadang sebuah foto berita tak lepas dari unsur estetik, dan keindahan”

(Sukatendel, dalam pratikto, 1987 : 201)

Selain kualitas foto berita, pelaku pers juga harus memikirkan informasi yang disuguhkan sesuai dengan apa yang diharapkan pembaca. Media juga harus menyuguhkan berita yang berkualitas, memikirkan dengan cermat mengenai nilai berita. Sebagaimana Hikmat Kusumaningrat dan Purnama Kusumaningrat dalam bukunya “Jurnalistik Teori dan Praktik”, telah mengungkapkan tentang 4 unsur nilai berita, di antaranya:

 Aktualitas (Timeliness)

(15)

 Kedekatan (Proximity)

Peristiwa yang mengandung unsur kedekatan dengan pembaca akan menarik perhatian. Stieler dan Lippmann menyebutnya dengan istilah kedekatan secara geografis. Unsur ini tidak harus dalam pengertian fisik saja, tetapi bisa pula dalam bentuk kedekatan emosional.

 Dampak (Consequence)

Seringkali pula diungkapkan bahwa “news”itu adalah “history in a hurry”, berita adalah sejarah dalam keadaannya yang tergesa-gesa. Tersirat dalam ungkapan itu pentingnya mengukur luasnya dampak dari suatu peristiwa.

 Human Interest

Definisi mengenai human interest senantiasa berubah-ubah menurut redaktur suratkabar masing–masing dan menurut perkembangan zaman, tetapi dalam berita human interest terkandung unsur yang menarik simpati, simpati yang menggugah perasaan khalayak yang membacanya (Kusumaningrat, 2005:61-64).

Mengacu pada unsur berita, Media massa dituntut berperan dalam meningkatkan kualitas foto berita agar sesuai dengan harapan pembaca tanpa melepaskan unsur dari sebuah berita. Media massa harus mampu mengemas sebuah berita semenarik mungkin agar pembaca tertarik dan memahami berita tersebut.

(16)
(17)

ANATOMI KAMERA

Fotografi adalah seni atau suatu proses penghasilan gambar dan cahaya yang dipantulkan oleh objek masuk ke lensa kemudian diteruskan ke bidang film, sehingga menghasilkan gambar.

Men genal Kamera dan bagian-bagiannya Kamera Ada beberapa jenis kamera seperti:

1. View finder kame ra 2. View kame ra

(18)

Bagian-bagian kamera Lensa

 Menurut macamnya dikenal lensa normal sudut lebar, lensa dan lensa tele. Lensa normal adalah lensa yang sudut pandangnya serupa mata kita. Jarak antara lensa dengan film normal (50 mm). Sudut lebar adalah lensa yang panjang fokalnya lebih kecil dari normal. Dan lensa tele adalah lensa yang panjang fokalnya lebih besar dari normal.

 Gabungan dari ke tiga lensa disebut lensa zoom (zoom lens).

 Selain itu masih ada lensa tambahan seperti lensa makro, lensa C.U dan lain-lain

Diafragma

Diafragma adalah sejumlah lempengan-lempengan baja yang dapat diatur, sehingga lubang menjadi besar a t a u k e c i l . B i l a n g a n d i a f r a g m a d i s e b u t s t o p b i a s a n y a d i s i n g k a t F . contohnya: F4 ,F5, F8 dan seterusnya.

 Diafragma bisa diatur dengan merubah angka skala diafragmanya yang terdapat pada gelang yang melingkar pada lensa dengan angka-angka 1,4. 2,8 . 4,5. 6,8. 1,1. 16.

Kecepatan / rana / shutter speed

Rana adalah sejenis tirai yang dapat dibuka selama waktu tertentu, misalnya 1/60 detik

 Fungsi rana atau kecepatan adalah sebagai alat pembuka dan penutup masuknya cahaya kebidang film serta untuk melindungi film dari cahaya.

 Rana pada kamera ada dua macam menurut gerakannya: Rana pusat dan Rana celah.

 Biasanya angka kecepatan pada kamera tertulis T.B, 1.2, 4, 8, 15, 30, 60, 125, 250, 500, 700, 1000, dan sebagainya. Angka-angka 1.2, 4, 8,15 menunjukkan lamanya waktu membuka kecepatan 1 detik, 1/4 detik, 1/8 detik, 1/15 detik dan seterusnya.

 T: time, bila tombol kecepatan ditekan akan membuka dan kalau ditekan lagi akan menutup.  B: Blub, bila tombol kecepatan ditekan akan membuka dan jika dilepas akan menutup.  T dan B : dipergunakan untuk pencahayaan lebih dari 1 detik.

Fokus (Pen gatur Jarak)

Fokus adalah pengaturan lensa yang tepat untuk jarak tertentu.

 Untuk menajamkan gambar pada bidang film kita perlu mengatur jarak atau focus pada kamera dengan cara memutarnya lalu melihatnya pada jendela bidik.

(19)

gambar rangka, micro prisma.

Skala tajam (ruang tajam)

Ada tiga faktor yang menentukan ruang tajam yaitu:

 Lensa, masing-masing lensa menghasilkan ruang tajam yang berbeda.

 Jarak pemotretan, makin jauh objek yang kita fokuskan, makin luas ruang tajamnya.

 Diafragma, makin kecil lubang diafragma, makin luas ruang tajamnya. Makin besar lubang diafragma, ruang tajamnya semakin sempit.

Film

 Film yang dijual dipasaran ada dua macam yaitu: film negatif dan film positif.

 Film negatif terbagi dua: film negatif B/W dan negatif color dan film positif pun terbagi dua B/W dan color.

 Masing-masing pabrik mengeluarkan standar kepekaan film umpamanya ASA Amerika , JIS jepang dan DIN Jerman.

 Film yang ber ASA tinggi berbutir kasar dan film yag ber ASA rendah berbutir halus.

(20)

1 / 3 LENSA

Lensa terdiri dari beberapa keping kaca khusus yang sifatnya cembung, cekung arau kombinasi

keduanya. Fungsi lensa adalah untuk menyalurkan cahaya dari luar tubuh kamera ke dalam kamera.

Lensa bertugas untuk memperbesar pengumpulan cahaya yang dapat di salurkan kealam tubuh

kamera dan kepada film. Pada permukaan lensa terdapat lapisan coatimg yang berfingsi mempertinggi

daya salur lensa dan menghilangkan kekaburan mata. Jika memotret dengan menentang matahari,

sinar yang sangat kuat atau langit yang cerah,maka hasil foto yang kita dapat menjadi kabur atau tidak

jelas seperti berkabut. Atau dalam foto tersebut timbul pancaran sinar yang di sebut flare atau ghost

image dalam bentuk bulatan-bulatan sinar. Pada beberapa lensa terdapat multi coated yang bersifat

anti flare atau anti fog untuk menghilngkan efek lens flare.

PENGGOLONGAN LENSA

Lensa Normal 50mm, 55mm

Karakteristik lensa ini sesuai dengan cara kerja pandangan mata manusia dengan sudut pandang 45’,

cocok untuk pemotretan dokumentasi, benda yang tidak terlalu kecil , pemandangan , pemotretan out

dooe ataupun indor. Bila kamera dengan spesifikasi lensea ini digunakan dalam pemotretan mansia

pada jarak dekat maka akan menimbulkan distorsi persfektif yaitu terjadi penyimpangan dari bentuk

yang sebenarnya.

Lensa Sudut Lebar , Wide Angle 28mm, 35mm

Memiliki sifat meluaskan pandangan dengan menjauhkan objek, ruang tajam yang dalam dan terjadi

(21)

2 / 3 adalah Depth Of Field yang sangat luas.

Lensa Tele

Lensa tele memiliki kemampuan mendakatkan pandangan sehingga dapat memotret objek yang sangat

jauh. Penggunaan lensa tele menimbulkan distorsi persfektif, yaitu benda-benda yang letaknya

berjauhan akan terlihat berhimpitan. Lensa tele juga menyebabkan ruang tajang menjadi pendak dan

mengurangi sudut pandang. Beratnya lensa membutuhkan sandaran untuk menyangga kamera agar

tidak berguncang. Seperti terlihat pada gambar berikut, ukuran lensa tele :

LENSA TELE

Lensa Vario

BEGITU populernya lensa vario (zoom lens) di kalangan pemotret, sehingga rasanya tak ada yang tak

memilikinya. Selain karena sering digunakan, lensa vario terasa praktis dibawa, fisiknya cukup ringkas,

dan mutu gambar yang dihasilkannya pun baik. Bahkan kini banyak kamera digital yang sudah

dilengkapi lensa vario bawaan (tidak bisa dilepas-tukar). Padahal, dulu, hasil pemotretan dengan lensa

vario sempat diragukan kualitasnya.

Saat ini mutu lensa vario bisa dikatakan tidak kalah dengan kualitas lensa tetap (fixed lens). Namun,

secara teknis, ada kekurangan yang dimiliki lensa vario yaitu, kuat (bukaan) lensanya masih kecil.

Sejauh ini, bukaan terbesar sebuah lensa vario adalah f/2,8 dan tidak sedikit. umumnya f/3,5 sampai

f/5,6. Kendati kini pada kamera digital ada juga yang memiliki bukaan lensa varionya dari f/2,0 seperti

(22)

3 / 3 Digilux 2 dengan,f/2,0-f/2,4,(7-22,5 mm).

Bandingkan dengan kuat sebuah lensa tetap. Lensa 50mm misalnya, rata-rata mempunyai bukaan

terbesar f/1,4. Bahkan dulu Canon sempat membuat lensa 50mm f/0,95 untuk kamera Canon 7S.

Belakangnan Carl Zeiss, produsen lensa terkenal di Jerman, membuat lensa Planar 50mm berkekuatan

f/0,7 untuk kamera Contax/Yashica (Fotomedia No 5/I, 1990). Ini merupakan lensa terkuat dalam

bidang fotografi (film), sampai saat ini.

Bagi yang belum tahu, kuat lensa (lens speed) jelas tertulis pada setiap lensa dengan kode 1:xx.

Contoh, jika pada lensa 50mm tertulis 1:1.4, artinya panjang fokal lensa (F=) 50mm dan kuat lensa

sekaligus juga bukaan terbesarnya f/1,4. Lensa vario 70-210mm 1:4-5,6 berarti kuat lensa pada

F=70mm adalah f/4, sedangkan di posisi 210mm kuat lensa ,bergeser,menjadi f/5,6.

Lensa Makro

jenis lensa ini di gunkan untuk memotret benda /objek pada jarak dekat tanpa menimbulkan distorsi

biasanya jenis lensa ini digunkan untuk pemotretan flora dan fauna, contoh memoter serangga dan

bunga.

Lensa Fish Eye/ mata ikan

Sesuai dengan namanya ... lensa ini menyerupai mata ikan , tingkat kecembungan dari lensa ini sangat

ekstrim yaitu 16mm, 20mm. Lensa ini termasuk kedalam golongan lensa sudut lebar. Sudut pandang

dari lensa ini mencapai hingga 180’, sehingga gambar yang dihasilkan akan terlihat bulat. Hal ini

termasuk kedalam distorsi sudut pandang.

MANFAAT LENSA DARI SETIAP JENISNYA

Lensa berkekuatan besar biasanya sering digunakan para profesional dan fotojurnalis. Terutama bagi

fotografer olahraga dan satwa, lensa tele dengan bukaan besar merupakan suatu keharusan.

Bayangkan bila dikombinasikan dengan kamera SLR digital yang memiliki kemampuan menambah

panjang fokal lensa sekitar 50 persen, terasa benar manfaatnya.

Manfaat lain yang bisa diperoleh misalnya, ketika kita memotret suatu objek/subjek tampil dengan

pencahayaan alami (natural) dalam kondisi cahaya lemah. Selain menghindarkan hasil pemotretan

yang tidak diinginkan (tidak jelas, kabur, goyang), gerak pemotret menjadi lebih bebas karena tidak

(23)

4 / 3 (yang mudah dilakukan pada kamera digital).

Ada manfaat signifikan yang mungkin tidak dirasakan ketika menggunakan lensa berbukaan besar

yaitu, saat memfokus sasaran pemotretan menjadi lebih mudah dan cepat (dengan fokus manual). Ini

sangat terasa saat menggunakannya dalam suasana minim cahaya. Cobalah sekali waktu Anda

memfokus suatu objek dengan panjang fokal lensa yang sama, tetapi berbeda kuatnya, misalnya

dengan lensa 35mm f/1,4 lalu diganti 35mm f/2,8.

Memang, umumnya, hasil pemotretan dengan lensa berkekuatan besar lebih baik dari lensa

berkekuatan kecil, misalnya beberapa lensa dengan daya rentang 80-200mm dan bukaan f/2,8

dibandingkan dengan yang kekuatannya f/4 atau lebih kecil. Tapi ini tidak selalu. Ambil contoh, lensa

Nikkor AF 50mm f/1,8 ternyata menurut beberapa majalah foto mancanegara dan situs fotografi

hasilnya lebih baik dibandingkan lensa setipe tapi dengan kekuatan f/1,4. Oleh karena itu, yang lebih

penting adalah, jangan berharap banyak bila foto yang dibuat secara teknis sangat baik tetapi tidak

istimewa ide dan presentasinya.

Harus diingat pula, harga lensa-lensa berkekuatan besar relatif mahal dan semakin terus meningkat.

Dan ini biasanya menjadi pertimbangan (sangat) besar bagi yang ingin memilikinya. Namun kalau

kocek Anda memungkinkan, kenapa tidak mendapatkannya, bukan?

Sesungguhnya, apapun tipe lensa yang digunakan bisa menghasilkan foto yang baik, sepanjang

penggunaannya tepat guna dan yang lebih menentukan adalah pemotret itu sendiri. Ingat ungkapan

populer the man behind the camera? Mengenal dan mengoptimalkan kemampuan peralatan fotografi

yang kita miliki jauh lebih penting ketimbang selalu memburu peralatan yang lebih canggih dan relatif

mahal.

Meski mutu lensa mempengaruhi kualitas foto yang dihasilkan, namun harus diingat, untuk lensa yang

diproduksi dekade ini, perbedaan hasil pemotretan antara lensa yang canggih dan tidak hanya terlihat

secara signifikan jika diuji dengan teliti di laboratorium. Secara kasat mata jelas sukar

membedakannya, selama kondisi lensa terlihat jernih (tidak berjamur, tergores, dan sejenisnya). Malah

pada kamera digital, keefektifan sensor berupa CCD atau CMOS yang menangkap elemen-elemen

gambar (pixel) yang lebih berperan. Semakin tinggi resolusinya, biasanya semakin baik citra foto yang

dibentuk.

Hal lain yang sering terjadi dan cukup mengherankan ialah, ada kebiasaan di antara kita untuk tidak

atau hampir tidak pernah menggunakan bukaan diafragma penuh (fully open) sewaktu memotret,

kendati dalam kondisi dan situasi yang memungkinkan. Seolah-olah timbul kekhawatiran ada kesan

takut gagal ketika memotret dengan bukaan terbesar lensa yang digunakan.

Jadi, bila Anda mempunyai lensa berkekuatan besar, jangan ragu menggunakan bukaan terbesarnya

(24)

5 / 3 lensa tele atau tele zoom, seringkali untuk mengkompensasi berat lensa harus diimbangi dengan

kecepatan (cukup) tinggi, yang biasanya diperoleh dengan menempatkan diafragma pada angka

terkecil (bukaan terbesarnya). Sebagai contoh, kalau Anda menggunakan lensa vario 80-200m f/2,8

maka atur diafragma pada f/2,8.

Harus disadari, untuk apa Anda membeli lensa Canon 24mm f/1,4 atau Nikkor 300mm f/2,8 misalnya,

kalau Anda tidak pernah menggunakan bukaan terbesarnya? Kenapa tidak membeli lensa 24mm f/2,8

atau 300m f/4 yang harganya mungkin tidak sampai sepertiganya? Padahal salah satu faktor yang

menentukan tinggi-rendahnya harga sebuah lensa adalah dari bukaan terbesarnya atau kekuatan lensa

(25)

TEKNIK FOTOGRAFI

Fotografi bukan segalanya tentang kamera. Dikatakan bahwa fotografi adalah seni

bermain dengan cahaya. Tanpa adanya cahaya, maka mustahil fotografi itu ada. Menghasilkan

sebuah gambar yang bagus, harus memiliki visi yang kuat dalam hal ‘melihat’. Memperhatikan

cahaya, komposisi dan momen adalah hal-hal yang penting untuk diperhatikan dalam membuat

foto yang dapat dikategorikan ‘bagus’.

Namun, sepertinya mustahil dapat menghasilkan foto seperti itu jika tidak mengenal dan

memahami dari masing-masing teknis fotografi dasar. Fotografi memang bukan segalanya tentang

kamera, namun kamera adalah alat untuk menyalurkan visi kita itu. Maka, sekiranya perlu

mengenal dan memahami bagaimana kamera bekerja.

Tugas utama dari kamera adalah mengatur intensitas cahaya yang masuk dan pada

akhirnya mengenai film/sensor (selanjutnya saya sebut medium). Apabila, kamera mengizinkan

terlalu banyak cahaya yang masuk maka medium akan terbakar (overexposed). Dan sebaliknya.

Bagaimana agar cahaya yang masuk itu tidak berlebih dan tidak kurang, atau dengan kata lain

‘pas’. Berikut saya jabarkan satu-satu.

Aperture

Atau yang sering juga disebut dengan difragma atau bukaan lensa adalah berfungsi untuk

mengatur seberapa besar lensa akan terbuka. Fungsi ini lebih tepatnya terletak pada lensa.

Logikanya, semakin besar bukaannya, maka akan semakin banyak cahaya yang akan masuk.

Seperti sebuah kran air. Semakin besar kita buka keran tersebut maka akan semakin banyak air

yang akan keluar.

Penulisan Aperture yang benar adalah f/x. Sehingga apabila dikatakan nilai Aperture-nya

adalah 5.6, maka penulisan yang benar adalah f/5.6. Jadi jangan bingung apabila ada yang bilang

bahwa bukaan lensa 2.8 lebih besar dari bukaan lensa 5.6. Karena kalau secara penulisan

matematisnya memang benar khan? (f/2.8>f/5.6) Tapi kebanyakan kita malas untuk bilang f/2.8

(26)

Efek Samping dari Aperture

Seperti obat batuk yang memiliki efek samping, begitu juga dengan aperture. Efek

sampingnya adalah semakin besar bukaan lensa, maka akan semakin kecil daerah fokusnya. Dan

sebaliknya. Daerah fokus inilah yang biasa dikenal dengan DOF (Depth of Field).

Shutter Speed

Atau yang biasa disebut juga dengan speed atau kecepatan rana bertugas untuk mengatur

berapa lama mirror terbuka lalu menutup kembali untuk membatasi berapa banyak cahaya yang

akan masuk. Seperti teori keran, apabila kita membuka keran terlalu lama, maka wadah

penampung air tadi akan kelebihan sehingga akan meleber keluar. Kalau dalam kasus fotografi,

medium akan terbakar.

Penulisan shutter speed yang benar adalah 1/x. Sehingga apabila dikatakan bahwa

sebuah foto menggunkanan speed 60, maka penulisannya yang benar adalah 1/60 detik. Jadi

jangan bingung kalau dikatakan bahwa speed 60 lebih cepat dibandingkan 30. karena secara

penulisan matematis memang begitu khan?

Efek Samping dari Shutter Speed

Seperti berpacaran yang memiliki efek samping, seperti sulit melirik wanita/pria lain, begitu

juga dengan shutter speed. Semakin cepat shutter speed, maka akan gambar akan semakin

terlihat diam (freeze). Dan sebaliknya, apabila speed terlalu lamban gambar akan terlihat blur

dikarenakan gerakan yang terlalu cepat, sehingga objek terlihat bergerak sangat cepat.

ISO atau ASA

Adalah tingkat sensitifitas medium dalam menerima cahaya. Semakin tinggi nilainya, maka

akan semakin tingkat sensitifitasnya. Artinya, apabila kita merubah nilai ISO atau ASA ini menjadi

lebih tinggi, sedangkan aperture dan speednya tidak diubah, maka medium akan menerima

(27)

Efek Samping ISO atau ASA

ISO adalah tingkat sensitifitas sensor (medium), sedangkan ASA adalah tingkat sensitifitas

film (medium), jadi perbedaannya hanya dimediumnya saja. Tapi logikanya sama. Kecuali efek

sampingnya. Dimana apabila menggunakan film ASA tinggi, maka gambar akan terlihat grainy

(berbentuk titik kecil namun banyak). Sedangkan penggunaan ISO tinggi akan menghasilkan noise

(28)

Prinsip-prinsip Komposisi Fotografi

Komposisi adalah cara mengatur/menyusun bagian-bagian dari gambar (misalnya garis-garis, bentuk, ruang bebas, bayangan, warna, tekstur, dan lain-lain) agar gambar lebih menarik dan mudah dimengerti. Beberapa prinsip biasa digunakan untuk meningkatkan efektifitas gambar. "Perlihatkan apa yang ingin Anda perlihatkan", merupakan salah satu prinsip yang baik.

Subjek

Tampilkan suatu subjek utama dalam sebuah gambar. Kesampingkan bagian-bagian lain dan pisahkan hal-hal yang tidak perlu ada dalam foto.

Penempatan subjek utama

Bayangkanlah Anda sedang membagi gambar dengan garis bayangan mendatar dan tegak lurus

menjadi 3 bagian yang sama besar. Titik temu dari garis-garis tersebut adalah tempat dimana Anda dapat meletakan subjek utama dan elemen-elemen pelengkap.

Jika menggunakan garis mendatar sebagai subjek utama, misalnya garis batas (cakrawala) antara

udara dan lahan pertanian, aturlah agar bagian yang satu lebih besar dari bagian lainnya.

 Posisi subjek tidak harus selalu berada di tengah-tengah agar komposisi nampak lebih menarik. Dan hindari penempatan subjek pada posisi yang gelap.

Titik pandang

Pilihlah posisi kamera yang paling tepat saat mengambil gambar, sehingga hal-hal yang ingin Anda perlihatkan menjadi lebih jelas.

Latar belakang

Usahakanlah latar belakang yang sederhana atau batasi latar belakang yang tidak penting, sehingga tidak mengacaukan subjek utama.

Latar depan

Sertakan latar depan untuk menciptakan kesan kedalaman, terutama untuk pengambilan jarak jauh di luar ruangan. Objek-objek alami dapat membantu menyeimbangkan dan memperindah gambar serta membuat komposisi lebih menarik.

Sediakan lebih banyak ruang untuk garis pandang dan garis gerak.

Beri ruang di depan subjek untuk mengesankan subjek Anda sedang bergerak atau melihat sesuatu.

(29)

Namun, perhatikan dengan seksama agar objek yang ditonjolkan tersebut tidak membingungkan atau merusak komposisi.

Cahaya dan bayangan.

Gunakan pencahayaan yang menyebar agar gambar nampak jelas dan usahakan agar subjek anda menghadap sumber cahaya.

Lakukan pengambilan gambar secara bervariasi agar gambar lebih menarik.

Gunakan jarak yang berbeda antara kamera dan subjek dalam setiap pengambilan.

Long shot atau pengambilan jarak jauh, menampilkan keseluruhan subjek, memantapkan semua

elemen dalam gambar termasuk latar belakang dan latar depan.

 Medium shot atau pengambilan jarak sedang, lebih mendekati subjek dan memisahkan elemen-elemen yang tidak perlu.

Close up atau jarak dekat, memusatkan pengambilan gambar pada subjek.

 Extreme close-up, menampilkan bagian khusus dari subjek secara rinci, biasanya dilakukan dengan lensa makro atau close-up

Ubahlah titik pandang kamera Anda, untuk memperjelas subjek yang ingin Anda tampilkan, hal ini

tergantung pada kesan yang ingin Anda sampaikan.(1). Low angle (pandangan dari bawah): memberi kesan tinggi dan megah pada gambar monumen, bagungan. (2).Normal angle (pandangan sebatas mata), pemandangan yang biasa dan paling umum dilakukan pada saat pengambilan gambar. (3). High angle, atau pengambilan dari suatu ketinggian, mengesankan pandangan dari atas, dapat menyamarkan bagian-bagian yang tidak penting. Sangat baik digunakan untuk mengambil gambar suatu kerumunan, keramaian lalulintas, dan lain-lain.

Sewaktu memotert spesimen atau objek yang tidak dikenal:

Gunakan latar belakang yang kontras dan gunakan label dan judul

 Gunakan suatu alat ukur atau benda yang mudah dikenal di sebelah subjek sebagai pembanding agar dapat deketahui ukuran relatifnya

(30)

KOMPISIS 2

Komposisi adalah susunan objek foto secara keseluruhan pada bidang gambar sehingga objek menjadi pusat perhatian (POI=Point of Interest). Dengan mengatur komposisi foto, kita juga dapat membangun "mood" suatu foto dan keseimbangan keseluruhan objek.

Berbicara komposisi, selalu terkait dengan kepekaan dan "rasa" (sense). Untuk itu sangat diperlukan upaya untuk melatih kepekaan kita agar dapat memotret dengan komposisi yang baik.

Dibawah ini merupakan panduan umum yang sangat sederhana dan biasa dipakai untuk menghasilkan komposisi sebuah foto yang baik. Kita juga dapat mulai belajar dan mengasah kepekaan dengan mengikuti panduan di bawah ini.

Rule of thirds. (Sepertiga Bagian)

Pada aturan umum fotografi, bidang foto sebenarnya dibagi menjadi 9 bagian yang sama. Sepertiga bagian adalah teknik dimana kita menempatkan objek pada sepertiga bagian bidang foto. Hal ini sangat berbeda dengan yang Umum dilakukan dimana kita selalu menempatkan objek di tengah-tengah bidang foto.

Sudut Pemotretan (Angle of View)

Salah satu unsur yang membangun sebuah komposisi foto adalah sudut pengambilan objek. Sudut pengambilan objek ini sangat ditentukan oleh tujuan pemotretan. Maka dari itu jika kita mendapatkan satu moment dan ingin mendapatkan hasil yang terbaik, jangan pernah takut untuk memotret dari berbagai sudut pandang. Mulailah dari yang standar (sejajar dengan objek), kemudian cobalah dengan berbagai sudut pandang dari atas, bawah, samping sampai kepada sudut yang ekstrim.

Komposisi pola garis Diagonal, Horizontal, Vertikal, Curve.

Didalam pemotretan Nature, pola garis juga menjadi salah satu unsur yang dapat memperkuat objek foto. Pola garis ini dibangun dari perpaduan elemen-elemen lain yang ada didalam suatu foto. Misalnya pohon,ranting, daun, garis cakrawala, gunung, jalan, garis atap rumah dan lain-lain..

Elemen-elemen yang membentuk pola garis ini sebaiknya diletakkan di sepertiga bagian bidang foto. Pola Garis ini dapat membuat komposisi foto menjadi lebih seimbang dinamis dan tidak kaku.

Background (BG) dan Foreground (FG)

(31)
(32)

BAHASA FOTOGRAFI

Bahasa memiliki cakupan yang luas, bukan hanya bahasa yang kita gunakan dalam pergaulan

sehari-hari, tapi ada pula bahasa yang digunakan dalam fotografi. Sama halnya dengan bahasa

percakapan, bahasa fotografi digunakan untuk menyampaikan pesan tertentu. Fotografi memiliki bahasa

yang terbagi ke dalam lima kategori, yaitu Bahasa Penampilan, Bahasa Komposisi, Bahasa Gerak, dan

Bahasa Obyek.

Bahasa Penampilan

Bahasa penampilan diperlihatkan oleh seluruh aspek dari bahasa tubuh kita meliputi :

1. Bahasa/Ekspresi Muka

Ekspresi wajah obyek yang memperlihatkan kegembiraan, kesedihan, sinis, ataupun terkejut.

2. Bahasa Isyarat

Gerakan tubuh dari obyek yang memperlihatkan makna tertentu, misalnya saja jari yang

membentuk huruf V, berarti victory.

3. Bahasa Penciuman

Tindakan/perbuatan obyek yang memperlihatkan apakah sesuatu yang diciumnya harum/tidak

4. Bahasa Pendengaran

Tindakan obyek yang terlihat sedang mendengarkan sesuatu. Misalnya tangan didekatkan ke

telinga.

5. Bahasa Tindakan

Obyek foto memperlihatkan tindakan yang sedang dilakukan oleh obyek, yaitu:

- visible, tindakan obyek terlihat secara kasat mata, misalnya pergi sambil membawa koper.

- Unvisible, tidak terlihat secara kasat mata tapi memberi kesan tersirat.

6. Bahasa Komposisi

Peletakkan unsur-unsur komposisi yang tepat, sehingga menimbulkan makna tertentu. Bahasa

tata letak memvariasikan obyek supaya tidak monoton. Komposisi sendiri terdiri dari:

7. Bahasa Warna, merah, kuning, hijau

8. Bahasa Teksture,permukaan halus dan kasar

9. Bahasa Garis,menampilkan arti tertentu dengan garis

10. Bahasa Sinar,high key (putih), low key (hitam)

(33)

12. Bahasa Gerak

Foto yang menunjukkan bermacam-macam gerak

13. Bahasa Obyek

Foto yang memperlihatkan suasana khas dari suatu keadaan, situasi atau tempat tertentu,

(34)

LIGHTING

Pada waktu kita melakukan pemotretan , dalam tubuh kamera terjadi proses pencahayaan pada

film. Proses pencahayaan yang terjadi dalam tubuh kamera disebut proses exposure. Sedangkan proses

yang tejadi diluar tubuh kamera disebut Lighting.

Untuk menghasilkan foto yang jelas diperlukan sejumlah sinar yag cukup , jika terlalu banyak sinar

maka hasil foto akan over exposure, sedangkan jika kekurangan cahaya maka hasil foto akan under

exposure.

Porsi sinar yang diperlukan dalam tiap jenis film ditentukan oleh ISO film atau tingkat kepekaan

film yang kita pakai. Makin tinggi nilai ISO dari suatu film maka makin tinggi pula tingkat kepekaan film

tersebut dalam menangkap cahaya.

Dalam fotografi terdapat dua tipe pencahayaan yaitu :

1. Natural Light

Natural light adalah jenis pencahayaan alam yang mana cahaya tersebut dihasilkan dari seluruh

unsure alam. Dalam hal ini unsure utama dalam pencahayaan alami bersumber pada cahaya matahari.

Adapun penahayaan matahari ini memiliki jam-jam tertentu yang baik untuk diginakan sebagai sumber

cahaya dalam pemotretan. Untuk pagi hari antara 08.00 – 10.00 dan untuk sore hari 15.00 – matahari

terbenam. Mengapa demikian ? hala ini dikarnakan pada jam-jam tersebut kekuatan sinar matahari tidak

terlalu kuat, dan sudut pencahayaannya pun merata.

Ada beberapa jenis pencahayaan yang dihasilkan oleh sinar matahari, yaitu :

Direct Light

Cahaya matahari lansung jatuh menipa objek, berkas cahayanya kuat , terjadi kontras yang

(35)

Difused Light

Caha baur terjadi ketika sinar matahari tertutup awan, berkabut atau kareana debu. Dengan kata

lain percampuran cahaya matahari dengan eleman alam lain yang menghasilkan cahaya matahari lembut

dan tidak terlalu keras.

Windows Light

Bayangkan masuknya cahaya matahari memasuki ruangan di pagi hari memasuki melalui

celah-celah jendela. Guratan jatuhnya cahaya sangat terlihat jelas ini yang disebut windows light. Tapi jangan

salah mempersepsikan bahwa windows light itu harus cahaya matahari dari jendela. Cirri yang perlu di

ingat dalam windows light adalah cahaya kontras yang kuat antara bayangan dengan bagian yang terkena

cahaya . objek yang terkena cahaya akan terlihat lebih menonjol. Pemotretn dengan jenis pencahayaan ini

sangat cocok untuk pemotretan windows light. Untuk menghasilkan foto yang baik dalam pemotretan

dengan pencahayaan ini anda harus gunkan tripod dan cabel release.

Reflected Light

Pencahayaan terjadi ketika direc light melalui dari permukaan tertentu. Atau odanya objek lain

yang membantu proses pemantulan cahaya.

2. Artificial Light

Cahaya buatan Sinar buatan adalah segala jenis sinar yang dibuat oleh manusia apapun itu

medianya. Yang pasti artificial light adalah cahaya buatan. Baik itu lilin, patromak, obor, cempor, blitz/flash,

(36)

TEKNIK PENCAHAYAAN

Sekilas jika kita berpikir tentang penggunaan Blitz, maka kita akan tahu kalau hal itu berlaku untuk

suasana pemotretan yang kekurangan cahaya. Karenanya, kita umumnya tidak memikirkan tentang

perlunya penggunaan Blitz pada pemotretan luar ruangan (siang hari) karena sinar matahari sudah sangat

terang. Di sinilah kesalahan kita dimulai.

Blitz sangat dibutuhkan pada pemotretan outdoor, terutama pada:

1. Kondisi obyek membelakangi matahari. Pada kondisi seperti ini, meter kamera akan mengira

suasana sudah cukup terang sehingga akan menyebabkan obyek yang difoto tersebut gelap/under

karena cahaya kuat tersebut percuma karena tidak direfleksikan oleh obyek. Cara mengakalinya

adalah dengan melakukan fill in pada obyek sehingga walaupun latar sangat terang tetapi obyek

tetap mendapat cahaya.

2. Matahari berada di atas langit. Ini akan mengakibatkan muncul bayangan pada bawah hidung dan

dagu. Gunakan flash untuk menghilangkannya. Untuk melembutkan cahayanya gunakan bounce

card atau diffuser.

3. Obyek berada pada open shade (bayangan). Flash digunakan untuk mendapatkan pencahayaan

yang sama pada keseluruhan obyek karena bayangan akan membuat gradasi gelap yang

berbeda-beda pada bagian-bagian obyek apalagi wajah manusia.

4. Langit sangat biru dan menggoda. Jika kita tidak tergoda oleh birunya langit dan rela mendapat

foto langit putih ketika memotret outdoor maka silahkan lakukan metering pada obyek tanpa

menggunakan flash atau dengan flash. Jika kita rela obyek kekurangan cahaya asalkan langit biru

silahkan lakukan metering pada langit. Nah, jika kita ingin langit tetap biru sekaligus obyek

tercahayai dengan baik, gunakan metering pada langit dan fill flash pada obyek. Ini akan

menghasilkan perpaduan yang tepat dan pas.

5. Langit mendung. Ketika langit mendung, jangan segan-segan gunakan flash karena efek yang

ditimbulkan awan mendung akan sama seperti jika kita berada di bawah bayangan

Blitz sering bahkan hampir selalu digunakan di dalam ruangan. Alasannya karena di dalam ruangan

biasanya penerangan lampu agak kurang terang untuk menghasilkan foto yang bisa dilihat. Memang, ada

(37)

menyebabkan gambar yang agak blur karena goyangan tangan kameraman maupun gerakan dari orang

yang ingin kita foto. Karena itu, biasanya kita menggunakan blitz.

Penggunaannya biasanya sederhana. Kita bisa setting kamera digital di auto dan membiarkannya

melakukan tugasnya atau bisa juga kita melakukan setting sendiri menggunakan perhitungan yang sudah

dilakukan di atas. Tidak sulit. Hanya saja, ada beberapa hal perlu kita perhatikan agar mendapatkan hasil

maksimal.

1. Jangan memotret obyek yang terlalu dekat dengan blitz yang dihadapkan tegak lurus. Ambil

contoh dengan blitz GN 20 yang menurut saya cukup memadai sebagai blitz eksternal bagi

kamera digital dalam pemotretan indoor dalam ruangan (bukan aula). Jika kita ingin memotret

sebutlah orang pada jarak 2 meter dengan ISO/ASA 200 maka kita membutuhkan f/16 yang tidak

tersedia pada sebagian besar PDC dan akan menghasilkan gambar yang over. Karena itu, untuk

PDC/DSLR biasanya sudah terdapat flash built-in yang TTL dan memiliki GN agak kecil (8-12 pada

sebagian PDC, 12-14 pada DSLR). Gunakan itu daripada flash eksternal untuk obyek yang agak

dekat.

2. Kombinasikan flash dengan slow shutter speed untuk mendapatkan obyek utama tercahayai

dengan baik dan latar belakang yang memiliki sumber cahaya juga tertangkap dengan baik. Ini

adalah suatu teknik yang patut dicoba dan seringkali menghasilkan gambar yang indah. Jangan

takut menggunakan speed rendah karena obyek yang sudah dikenai flash akan terekam beku

(freeze).

3. Bila ruangan agak gelap, waspadai terjadinya efek mata merah/red eye effect. Efek mata merah ini

terjadi karena pupil mata yang membesar untuk membiasakan diri dengan cahaya yang agak

gelap tetapi tiba-tiba dikejutkan cahaya yang sangat terang dari flash. Jika kamera dan/atau flash

terdapat fasilitas pre-flash/red eye reduction, gunakan hal ini. Jika tidak, akali dengan mengubah

sudut datangnya cahaya flash agar tidak langsung mengenai mata.

4. Dalam ruangan pun ada sumber cahaya yang kuat seperti spotlight. Hindari memotret dengan

menghadap langsung ke sumber cahaya kuat tersebut kecuali ingin mendapatkan siluet yang tidak

sempurna (kompensasi under 1 – 2 stop untuk siluet yang baik). Dalam kondisi demikian, gunakan

(38)

Three: Bounce/Diffuse

Blitz/Flash adalah sumber cahaya yang sangat kuat. Selain itu, flash adalah cahaya yang bersumber

dari sumber cahaya yang kecil (sempit). Karenanya, bila cahaya ini dihadapkan langsung pada suatu

obyek akan menyebabkan penerangan yang kasar (harsh). Dalam sebagian besar foto dokumentasi

konsumsi pribadi dimana petugas dokumentasi menggunakan kamera point & shoot (film/digital) ini bisa

diterima. Tetapi dalam tingkat yang lebih tinggi dimana hasil foto ini akan menjadi konsumsi umum, alur

keras cahaya akan memberi efek yang kurang sedap dipandang. Ditambah lagi biasanya ini akan

menyebabkan cahaya flash memutihkan benda yang sudah agak putih dan menyebabkan detail-detail

tertentu lenyap.

Ada beberapa cara yang bisa kita lakukan untuk menghindari hal ini dalam artian melunakkan cahaya

tersebut:

1. Memperluas bidang datang cahaya yaitu dengan memantulkannya ke bidang lain (bounce).

2. Menyebarkan cahaya yang datang dari sumber kecil tersebut sehingga meluas (diffuse).

Bounce flash dilakukan dengan cara memantulkan flash ke satu bidang yang luas sehingga

cahaya datang dalam sudut yang lebih luas. Kita bisa menggunakan langit-langit atau dinding yang ada

dalam ruangan. Jika flash eksternal yang terpasang pada kamera digital terhubung melalui hot shoe, maka

flash tersebut harus memiliki fasilitas tilt untuk memantulkan cahayanya. Jika terpasang melalui kabel

synchro, maka kita bisa memasang flash pada bracket dengan posisi sedikit menghadap ke atas/samping

atau memegangnya dengan posisi demikian. Posisi memantulkan yang tepat agar cahaya jatuh tepat pada

obyek adalah dengan menghadapkan flash tersebut pada langit-langit di tengah fotografer/flash dan obyek.

Beberapa hal perlu kita perhatikan dalam memanfaatkan bounce flash ini adalah:

1. Jarak untuk menghitung f/stop berubah bukan menjadi jarak kamera dan obyek tetapi berubah

menjadi jarak yang dilalui oleh cahaya flash tersebut. Normalnya pada sudut tilt 45? kita akan

melebarkan aperture 1 stop dan pada sudut tilt 90? kita melebarkan aperture sebesar 2 stop.

Tentunya ini hanya panduan ringkas. Pada pelaksanaan tergantung teknis di lapangan.

2. Berkaitan dengan no. 1 di atas, maka jarak langit-langit/dinding tidak boleh terlalu jauh atau akan

(39)

3. Gunakan selalu bidang pantul berwarna putih dan tidak gelap. Warna selain putih akan

menyebabkan foto terkontaminasi warna tersebut sedangkan warna gelap akan menyerap cahaya

flash tersebut.

4. Perhatikan bisa terjadi kemunculan bayangan pada sisi lain cahaya. Misalnya jika kita

memantulkan ke langit-langit maka kita akan mendapatkan bayangan di bawah hidung atau dagu

dan jika kita memantulkan ke dinding di kiri maka akan ada bayangan di sebelah kanan. Untuk

mengatasinya kita dapat menyelipkan sebuah bounce card di bagian depan flash tersebut

sehingga ketika kita memantulkan cahaya ke atas/samping kita tetap memiliki cahaya yang tidak

terlalu kuat yang mengarah ke depan dan menetralisir bayangan yang muncul.

Untuk mengambil foto secara vertical, akan mudah kalau kita menggunakan koneksi kabel karena

kita dapat dengan mudah menghadapkan flash ke atas jika menggunakan bracket atau dipegang. Tetapi

jika koneksi kita adalah hot shoe maka pastikan flash kita memiliki fasilitas swivel head sehingga dapat kita

putar menghadap ke atas. Lebih bagus lagi jika kita memiliki flash yang dapat di-tilt dan swivel. Ini akan

mengakomodasi sebagian besar kebutuhan kita.

Aperture atau bukaan rana merupakan lebarnya lubang yang dibuka oleh kamera untuk

mengizinkan cahaya masuk. Biasanya disimbolkan dengan angka f/stop. Angka ini sebenarnya merupakan

hasil kelipatan dari sqrt(2). Yang lazim digunakan biasanya dimulai dari 1.4, 2, 2.8, 4, 5.6, 8, 11, 16, 22,

dst. Yang perlu diingat, semakin besar angkanya semakin kecil bukaannya. Karena itu biasa ditulis sebagai

penyebut pecahan seperti f/1.4, f/2, f/2.8, f/4, f/5.6, f/8, f/11, f/16, f/22, dst. Aperture ini juga berkaitan

dengan DoF (Depth of Field) atau ruang tajam yang bisa kita definisikan sebagai ruangan di depan dan

belakang obyek yang masih masuk dalam jangkauan focus. DoF ini sendiri dipengaruhi oleh 3 hal yaitu:

Cara lain melunakkan cahaya adalah dengan memperluas dispersinya. Caranya gunakan flash

diffuser. Flash diffuser akan menyebarkan cahaya yang keluar dari flash ke segala arah sehingga cahaya

yang keluar tidak keras. Umumnya tersedia diffuser khusus untuk flash tertentu mengingat head flash

berbeda-beda. Dapat juga kita membuat sendiri diffuser untuk flash kita menggunakan bermacam-macam

alat. Ketika kita menggunakan diffuser, sebenarnya kita menghalangi area tertentu dari arah cahaya flash

dan membelokkannya ke tempat lain. Ini mengurangi kekuatan flash yang kita gunakan tersebut. Jika

(40)

kita perlukan ketika menghitung eksposur. Biasanya terdapat pada kotak atau kertas manual. Jika kita

memutuskan membuat sendiri, maka kita bisa melakukan eksperimen berkali-kali agar mendapatkan

(41)

PERSIAPAN MEMOTRET

Memotret dengan menggunakan kamera analog ataupun digital secara prinsip fotografi tidak berbeda. Bedanya, dengan kamera analog ada penggantian film, sementara kamera digital tidak ada penggantian film tapi dengan sensor digital.

Namun kamera digital akhir-akhir ini lebih banyak disukai konsumen karena hasil akhirnya bisa langsung dilihat, dan diulang jika hasil fotonya kurang memuaskan. Bagaimana cara menghasilkan foto yang berkualitas lewat kamera digital? Simak beberapa tips berikut ini:

1. Atur kamera dengan mode ukuran gambar paling besar.

Keuntungan dari mode ini adalah memungkinkan Anda dapat mencetaknya dalam ukuran terbesar tanpa ancaman warna foto pecah. Selain itu Anda juga dapat memotong bagian yang tidak dikehendaki pada foto tersebut. Tidak ada gunanya jika Anda membeli kamera dengan resolusi 5, 6, atau 8 megapiksel,

tapi Anda tetap memasang mode ukuran gambar standar, dan bukan maksimum.

2. Gunakan pengaturan kualitas dengan level maksimal.

Banyak gambar hasil kamera digital memakai format JPEG. JPEG menghasilkan gambar yang buruk jika dikompresi berlebihan. Agar gambar Anda tampak seperti aslinya, gunakan pengaturan kualitas dengan level maksimal.

3. Pakai tipe gambar JPEG.

JPEG, meskipun bersifat lossy (kurang jelas), bisa jadi merupakan pilihan terbaik. Pasalnya, ketika Anda mengambil gambar dengan format JPEG, keuntungan yang diperoleh juga berlipat karena Anda bisa mengolahnya lagi dengan Adobe Photoshop.

Kamera SLR biasanya memberikan pilihan apakah Anda ingin menggunakan format JPEG, TIF atau Raw. TIF biasa digunakan untuk reproduksi grafis yang berbau seni, misalnya pada majalah dan koran. Sementara Raw, menyimpan apa adanya tanpa pemrosesan gambar lebih lanjut.

Dibanding dengan TIF dan Raw, format JPEG lebih mudah dikelola dengan Photoshop. Kedua format tersebut (TIF dan Raw-red) hanya akan menambah pekerjaan Anda sewaktu akan diproses pada Photoshop.

4. Camkan bahwa Whitte Balance itu penting.

Untuk kebanyakan pengambilan gambar, dianjurkan agar dimulai dengan mode Auto white balance. Fungsinya agar kamera Anda bisa membaca pewarnaan dari cahaya yang ada disekitarnya dan

secara otomatis mengatur dirinya sendiri untuk mengoptimalkan white balance.

(42)

5. Jangan lupa mengatur "Low ISO Number" atau "Use Auto ISO".

Hasil gambar akan lebih jernih jika Anda menggunakan ISO rendah, namun sensitivitas kamera dalam menangkap cahaya menjadi lebih rendah. Sementara jika memakai ISO terlalu tinggi, seperti dilansir Dale laboratories, hanya akan menimbulkan noise pada gambar.

6. Optimalkan penggunaan Histogram.

Dengan menggunakan histogram Anda dapat melihat seberapa optimal sensitivitas sensor kamera dalam menangkap gambar.

7. Hindari menggunakan zoom secara digital.

Sebaiknya jangan menggunakan zoom secara digital karena hanya akan membuat kinerja chip yang mengatur tingkat resolusi (piksel) pada kamera menjadi boros. Coba gunakan zoom dari lensa saja, agar bisa menghemat penggunaan chip. Selain itu hasil bidikan, jika menggunakan zoom secara digital, tidak sebagus jika menggunakan zoom lensa.

8. Belilah kartu Memori berkualitas profesional.

Kecepatan rekam pengambilan gambar dengan memakai memori yang berkualitas tinggi dapat mengimbangi teknologi kamera Anda. Misalnya dengan kartu memori berkecepatan 40x, dapat merekam 3 dari 10 jepretan berturut-turut dalam 1 detik. Sementara dengan memori 4x, Anda hanya bisa merekam 1 gambar dalam 3 detik. Keuntungannya, dengan memori berkualitas tinggi Anda tidak perlu mengkhawatirkan terjadinya pergeseran warna dalam foto.

9. Backup hasil foto dalam CD atau DVD.

TEKNIK PRMOTRETAN

Teknik Panning

Memperlihatkan suatu gerakan dari obyek dimana hasil fotonya memiliki obyek yang jelas dengan latar belakang buram. Teknisnya dengan menggerakkan kamera mengikuti obyek bergerak dengan mengunakan shutter speed rendah.

Teknik Blurring

Kebalikan dari teknik panning, obyek yang buram dengan latar yang jelas. Teknisnya dengan memotret dengan shutter speed rendah tanpa menggerakkan kamera.

Multiple Exposure

(43)

Multiple Printing

Intinya sama dengan multiple exposure, tapi prosesnya berbeda. Pengadaan gambar dilakukan saat pencetakan negatif film/gambar digital. Teknisnya mencetak gambar berkali-kali dalam suatu kertas.

Zooming

Memperlihatkan suatu gerakan dimana obyek dan latar belakang keduanya dibuat kurang jelas seperti terpecah-pecah. Teknisnya dengan menggunakan lensa zoom dan merubah jarak fokus pada saat berlangsungnya pemotretan.

Exposure Time

Obyek gambar tidak terlihat secara jelas, yang terlihat hanya cahaya/kilatan cahaya yang membentuk pola tertentu. Teknisnya dengan menggunakan shutter speed rendah/menggunakan bulb dan ditahan beberapa detik.

Freezing

(44)

FOTOGRAFI DIGITAL

Apa yang dimaksud dengan Digital?

Sebelum kita membahas apa itu kamera digital, mungkin kita bisa mencoba mengerti dulu apa sih

yang dimaksud dengan Digital? Bagi yang belum tahu, dunia kita ini semuanya adalah analog. Bisa

dibilang manusia mengenal digital tidak terlalu lama. Dahulu kala semua mesin dan peralatan mesin

dijalankan secara analog, bahkan sampai sekarang pun masih banyak mesin yang masih menjalankan

system analog. Contoh terutama adalah kamera anda sendiri. Lensa anda memakai teknologi mekanik.

Meski demikian kamera yang memakai film sebagian besar pasti mempunyai bagian yang memakai

teknologi digital. Jika kamera itu mempunyai panel LCD, sudah pasti itu merupakan teknologi digital.

Menurut saya "Digital is the future", mau tidak mau kita tidak bisa menghindar bahwa semua yang ada di

sekitar kita akan memakai teknologi digital.

Apa yang dimaksud dengan Kamera Digital?

Saya rasa semua orang pasti pernah melihat kamera. Kalau tidak mana mungkin anda

mengunjungi site ini. Tapi mungkin saja sebagian dari anda yang belum pernah memegang kamera digital

(tidak bermaksud mengejek). Secara penampilan kamera digital mirip dengan kamera biasa (jenis film),

perbedaan terbesar kamera digital tidak memakai film. Lupakan lah pergi ke toko membeli film setiap kali

anda mau pergi memotret. Kamera digital tidak memerlukan film sama sekali. Ini semua diganti dengan

media penyimpan yang bisa dihapus ulang, layaknya disket komputer. Nah disket komputer khan

mempunyai kapasitas sendiri, sama juga dengan memory kamera ini. Sizenya dari 8MB sampai ke 4GB

(4000 MB), data ini valid pada saat Dec 2003. Formatnya pun bermacam-macam, sebagai contoh:

Compact Flash (Type 1 dan 2), SD card, MMC card, Memory Stick (Khusus kamera Sony), Disket, CDR.

Satu hal yang pasti dari adanya media seperti ini, anda bisa menghemat biaya karena media ini bisa

(45)

Mari kita masuk ke bagian teknikal dari kamera digital ini. Pertanyaan.... bagaimana kamera digital

menangkap cahaya yang masuk dari lensa? Cahaya ini tidak ditangkap oleh memory (lihat atas), kerja

memory hanya menyimpan gambar yang sudah diproses. Cahaya yang masuk sebenarnya ditangkap oleh

CCD sensor atau CMOS sensor. CCD (Charged Coupled Device) dan CMOS (Complementary Metal

Oxide Semiconductor) adalah suatu chip yang terletak tepat di belakang lensa anda.

http://www.fotografer.net/images/artikel/127/sensor.jpg CCD Sensor (Tidak sesuai ukuran asli). Ukuran asli

jauh lebih kecil

Untuk kebanyakan kamera digital di pasaran chip ini kecil sekali, lebih kecil dari ukuran film 35mm.

Pada saat ini hanya satu kamera saja yang mempunyai sensor sebesar 35mm yaitu Canon 1Ds. Jadi untuk

kamera digital, sensor inilah yang dimaksud dengan film. CCD dan CMOS adalah 2 teknologi yang umum

digunakan di dalam kamera. Umumnya kamera yang ada di pasaran menggunakan CCD sensor. Masih

ada satu jenis chip yang dinamakan X3 sensor, tapi ini masih belum umum digunakan karena masih mahal

harganya dan kualitas photo yang dihasilkan masih tidak terlalu berbeda dengan 2 sensor yang saya

utarakan sebelumnya. Setiap kali anda membeli kamera pasti ditanya mau beli yang berapa megapixel,

tahukan anda megapixel disini adalah jumlah pixel pada CCD atau CMOS sensor anda. Jadi kalau anda

mempunyai 4 MegaPixel camera, berarti CCD sensor anda mempunyai sekitar 4,000,000 pixel. Satu pixel

itu sangat kecil, dan satu pixel itu hanya menangkap satu jenis warna. Jika sensor diatas diperbesar

sampai pixelnya terlihat maka kira-kira yang akan anda lihat seperti gambar dibawah.

Kebanyakan sensor di pasaran memakai format RGBG, pixel untuk menangkap warna hijau lebih

banyak. Pixel-nya sendiri tidak berwarna, diatas pixel ada coating warna.

Berhubung kamera digital mempunyai sensor yang lebih kecil dari film, maka panjang fokal lensa

pun tidak berlaku seperti layaknya pada kamera film biasa. Idealnya sih seharusnya ukuran sensor harus

setara dengan film, tetapi itu merupakan hal yang tidak memungkinkan. Sebab untuk membuat ukuran

sensor sebesar film maka harga kamera anda bisa selangit (Hanya Canon 1Ds mempunyai sensor sebesar

35mm, harganya $$$$). Lagipula dengan ukuran yang mini seperti sekarang saja, kualitas gambar sudah

(46)

Plus and Minus of a Digital Camera

Seperti yang saya utarakan terlebih dahulu bahwa "Digital is the future", maka saya akan

memberikan beberapa point plus dari Kamera digital dibanding kamera yang memakai film:

- Kalau dihitung secara jangka panjang, kamera digital lebih murah. Sebab tidak perlu membeli film, dan

hasil potret yang gagal bisa dihapus dan tinggal mengambil shot lagi.

1. Hasil potret real time, kita dapat melihat hasil apakah bagus apa tidak.

2. Karena format sudah digital maka untuk proses editing sangat mudah, hanya perlu dihubungkan

ke komputer dan diedit (Scanner sudah tidak diperlukan lagi)

3. Memory kamera digital sangatlah besar sehingga anda tidak perlu terlalu cepat membeli memory

baru

4. Tidak ada teknologi yang sempurna, maka dari itu saya perlu memberikan point minus dari kamera

digital:kameramera digital cenderung memiliki shutter lag yang lebih lama dibanding kamera jenis

film.

5. Harga kamera yang cenderung mahal dibanding kamera jenis film

6. Karena ukuran sensor yang tidak sesuai dengan kamera jenis film, maka untuk mendapatkan wide

angle

(47)

KETERANGAN :

PADA PERTEMUAN 6 DILAKSANAKAN QUIZ(EVALUASI SEBELUM UTS)

Gambar

gambar rangka, micro prisma.

Referensi

Dokumen terkait

(2) Lingkup urusan pemerintahan yang dilimpahkan atau ditugaskan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dijabarkan dalam bentuk program, kegiatan, dan anggaran Dekonsentrasi/

Fotografi juga menjadi sebuah profesi yang dapat digeluti atau sebagai sarana untuk mencari nafkah, yaitu dapat sebagai wartawan (meliput berita dengan menampilkan karya foto

Dari unsur 5 W + 1 H yang terkandung dalam sebuah berita, tak luput juga akan pentingnya foto dalam setiap kejadian atau peristiwa yang terjadi, yang di mana sebuah foto

Diharapkan perencanaan dan perancangan industri edukasi wisata pengolahan kacang kedelai ini bisa membantu menyelesaikan permasalahan persaingan dan

KEENAM : Pada saat Keputusan Kepala Badan ini mulai berlaku, Keputusan Kepala Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu, dan Keamanan Hasil Perikanan Nomor 5/KEP-BKIPM/2017

Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan pada Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bekasi..

pencatatan keuangan, mengenal komponen laporan keuangan, pengenalan model pencatatan keuangan berbasis teknologi, dan keunggulan pencatatan keuangan berbasis

Pada tahun yang sama, penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) pada Fakultas Teknologi Pertanian, Departemen Teknologi Industri Pertanian melalui jalur